DUKUNGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN LANSIA YANG TINGGAL DAN TIDAK TINGGAL DI PANTI
TRIYANI RACHMAWATI
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dukungan sosial dan kemandirian lansia yang tinggal dan tidak tinggal di panti adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Triyani Rachmawati NIM I24100080
* Pelimpahan hak atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
ABSTRAK TRIYANI RACHMAWATI. Dukungan Sosial dan Kemandirian Lnasia yang Tinggal dan Tidak Tinggal di Panti. Dibimbing oleh TIN HERAWATI. Seorang lansia tentunya membutuhkan dukungan saat menghadapi berbagai perubahan yang terjadi. Penurunan mental dan fisik lansia menyebabkan lansia memiliki ketergantungan yang cukup tinggi terhadap orang-orang disekitarnya. Penelitian ini bertujuan menganalisis dukungan sosial dan kemandirian lansia di panti dan non-panti.Penelitian bertempat di Kelurahan Empang (Kecamatan Bogor Selatan) dan panti werdha yang ada di Kota Bogor. Populasi dalam penelitian ini adalah seseorang yang sudah memasuki usia 60 tahun diambil purposive dan snow-ball. Responden dalam penelitian ini berjumlah 80 orang.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata antara skor dukungan sosial dan kemandirian lansia di panti dan non-panti. Terdapat hubungan positif signifikan juga antara dukungan sosial dengan kemandirian lansia.Usia dan dukungan sosial mempengaruhi tingkat kemandirian lansia. Kata kunci : dukungan sosial, kemandirian, lansia, panti
TRIYANI RACHMAWATI. Social Support And Elderly Independent Who Live And Not Live In InstitutionSupervised by TIN HERAWATI Elderly would support to overcome various changes in their life. The decreases of mentality and physicality of elderly would increase the dependency of elderly to others. This study aimed to analyze the social support and elderly independent who live and not live in institution. This study was condicted in Empang Village ( South Bogor Sub District) and werdha institution (Bogor City). The population on of this study were elderly who have entered age of sixty years old. Sampel of this study was shosen by purposive, and eighty elderly were used in the study. The result that there showed between social support and were significant difference elderly independent who live and not live in institution. There were positive correlation between age, emotional support, instrumental support, information support and self-esteem support with were affecting elderly independent who live and not live in institution. Keyword : elderly, elderly independent, institution, social support
DUKUNGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN LANSIA YANG TINGGAL DAN TIDAK TINGGAL DI PANTI
TRIYANI RACHMAWATI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi: Dukungan Sosial dan Kemandiridn Lansia yang Tinggal dan Tidak Tinggal di Panti Nama : Triyani rachmawati : I24100080 NIM
Disetujui oleh
Dr Tin Herawati. SP M Si Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
epartemen
Tanggal Lulus
: 12 SEP ?014
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas limpahan rahmat serta karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian dilaksanakan bulan Mei hingga Juni 2014, berjudul “Dukungan Sosial dan Kemandirian Lansia yang Tinggal dan Tidak Tinggal Di Panti ” ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Dr Tin Herawati, SP M Si selaku dosen pembimbing skripsi atas dukungan, doa dan arahan yang diberikan kepada penulis. 2. Irni Rahmayani johan, SP MM selaku wali akademik yang senantiasa mengarahkan dan membimbing penulis selama menjalani perkuliahan. 3. Alfiasari, SP, MSi selaku dosen pemandu seminar hasil atas kritik dan saran yang diberikan kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini 4. Prof Dr Ir Euis Sunarti dan Dr Ir Dwi Hastuti, M Sc selaku dosen penguji yang telah banyak membantu dan memberikan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini. 5. Bapak Mochammad Yamin (ayah), Ibu Rini Wahyuningsih (ibu), dan Mochammad Yusman (adik) serta seluruh keluarga, atas segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya selama ini. Rio Adi Saputra yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan menemani hingga saat ini 6. Rekan-rekan satu bimbingan Andrielina Firdausih, Shoimatul Maghfiroh, Lisa’Adah, Indah Kristie Mayangsari, dan Yenni Rambe yang selalu memberikan motivasi dan semangat 7. Penghargaan penulis sampaikan kepada rekan-rekan Ilmu Keluarga dan Konsumen angkatan 47 (Carolina Lindawati, Rheny Annysa, Herwi Dwi Novita, Wa ode Sofia Zahrah, Khoerunisa, Milatul Ulfah) yang selalu menemani dan memberikan semangat. 8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak memberikan bantuan hingga skripsi ini dapat di selesaikan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September2014 Triyani Rachmawati
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii PENDAHULUAN................................................................................................... 1 Latar Belakang ............................................................................................... 1 Perumusan Masalah ....................................................................................... 2 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4 Manfaat penelitian.......................................................................................... 4 KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................................... 5 METODE PENELITIAN ........................................................................................ 7 Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian .......................................................... 7 Cara Pengambilan Contoh.............................................................................. 7 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ................................................................. 8 Pengolahan dan Analisis Data........................................................................ 9 HASIL ................................................................................................................... 11 Karakteristik Responden ....................................................................................... 11 SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 22 Simpulan ...................................................................................................... 22 Saran............................................................................................................. 22 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22 RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 39
DAFTAR TABEL 1. Jenis dan cara pengumpulan data karakteristik contoh dan keluarga 2. Sebaran usia contoh berdasarkan pola tempat tinggal 3. Sebaran jenis kelamin contoh berdasarkan pola tempat tinggal 4. Sebaran tingkat pendidikan contoh berdasarkan pola 5. tempat tinggal 6. Sebaran status kesehatan contoh berdasarkan pola tempat tinggal 7. Sebaran besar keluarga contoh berdasarkan pola tempat tinggal 8. Sebaran pernikahan contoh berdasarkan pola tempat tinggal 9. Sebaran contoh berdasarkan dukungan sosial berdasarkan pola tempat tinggal 10. Sebaran contoh berdasarkan tingkat kemandirian berdasarkan pola tempat tinggal 11. Hasil uji korelasi Spearman karakteristik, dukungan sosial dengan pola tempat tinggal 12. Hasil uji regresi Linier berganda untuk faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kemandirian lansia
8 12 12 13 14 14 15 16 17 18 19
DAFTAR GAMBAR 1. Kerangka Pemikiran Mengenai Dukungan Sosial dan Kemandirian Lansia yang Tinggal dan Tidak Tinggal di Panti 2. Skema cara penarikan contoh
6 7
DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3. 4.
Sebaran pertanyaan dukungan sosial contoh Sebaran pertanyaan Kemandirian contoh Penelitian terdahulu Gambaran kondisi Kelurahan Empang dan Panti Werdha
26 31 32 37
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan yang telah dilaksanakan oleh pemerintahan Indonesia, terutama dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial berdampak pada meningkatnya angka rata-rata usia harapan hidup penduduk (BPS 2006). Menurut Kinsella dan Velkoff dalam Papalia (2008) sepanjang tahun 2000, populasi lansia dunia tumbuh lebih dari 795.000 setiap bulan dan diperkirakan lebih dari dua kali lipatnya pada tahun 2025. Pada saat itu akan terdapat lebih dari 800 juta orang berusia di atas 65 tahun, dua per tiga dari populasi lansia berada di Negara berkembang. Menurut hasil sensus penduduk usia lanjut tahun 2010 menunjukkan bahwa Indonesia termasuk dalam lima besar negara dengan jumlah penduduk usia lanjut terbanyak di dunia, yakni mencapai 18,1 juta jiwa atau 9.6 persen dari jumlah penduduk. Indonesia menduduki peringkat ke empat dunia, setelah China, India, dan Amerika Serikat (Komnas Lansia 2009). Semua makhluk hidup tentunya memiliki siklus kehidupan menuju tua yang diawali proses kelahiran, kemudian tumbuh menjadi semakin tua dan akhirnya meninggal. Masa lanjut usia merupakan masa yang tidak bisa dihindari oleh siapapun khususnya bagi seseorang yang dikaruniai umur panjang. Manusia hanya dapat menghambat proses penuannya saja, agar proses tersebut tidak terjadi dengan cepat. Pada hakikatnya dalam proses penuaan terjadi suatu kemunduran atau penurunan pada setiap aktivitas (Suardiman, 2011). Seorang lansia tentunya membutuhkan dukungan saat menghadapi berbagai perubahan yang terjadi, dukungan sosial mungkin saja datang dari berbagai pihak. Dukungan sosial yang amat bermakna adalah dukungan yang berasal dari orang-orang yang memiliki kedekatan emosional seperti keluarga dan kerabat dekat (Gunarsa 2004). Oleh karena itu agar lanjut usia dapat menikmati kehidupan dihari tua dengan baik diperlukan dukungan dari orang-orang terdekat. Penurunan fisik menyebabkan penurunan mental pada lansia. Mereka akan merasa tidak produktif lagi dan merasa tidak berguna di dalam keluarga. Mereka juga merasa menjadi beban bagi keluaga yang merawat mereka. Menurut Hurlock (1980), menurunnya rangsangan dari lingkungan dapat mempengaruhi penurunan mental pada lanjut usia. Perubahan mental yang terjadi pada lanjut usia adalah proses belajar (Learning), pemberian alasan (Reasoning), kreatifitas (Creativity), ingatan (Memory), mengingat (Recall), mengenang (Reminiscing), selera humor (Sense of Humor), kosakata (Vocabulary), dan mental yang kaku (Mental Rigidity). Menurut Nugroho (2000) penurunan mental dan fisik lansia menyebabkan lansia memiliki ketergantungan yang cukup tinggi terhadap orang-orang disekitarnya. Akibat perubahan fisik yang terjadi, lansia akan mengalami gangguan mobilitas fisik yang akan membatasi kemandirian lanjut usia dalam memenuhi aktivitas sehari-hari. Ketergantungan lansia pada orang lain yang berada disekitarnya membuat lansia akan merasa tidak berguna dan terbatas segala aktivitasnya, sehingga akan mendatangkan beban mental tersendiri bagi lanjut usia (Hurlock 1980)
14 2 Memasuki periode lansia tentunya selalu diwarnai dengan penurunan atau hilangnya berbagai fungsi yang dimiliki, seperti hilangnya fleksibelitas atau kelenturan secara psikologis, hilangnya kekuatan fisik dan daya tahan tubuh, hilangnya sebagain memori (ingatan) dan kemampuan lainnya. Untuk menghadapi hal tersebut tentunya ada emosi tersendiri yang dirasakan oleh seorang lansia, baik rasa bahagia maupun kesedihan. Emosi mempunyai peranan penting dalam kehidupan usia lanjut (Suardiman, 2011). Tuntutan profesi atau pekerjaan menyita hampir semua waktunya sehingga tidak lagi mempunyai kesempatan untuk memberikan perhatian dan perawatan kapada orang tuanya, orang tua yang memasuki masa lanjut usia semakin terabaikan secara sosial, budaya dan psikologis. Mereka menjadi terasingkan, merasa kesepian dan terlantar dalam rumah. Fenomena ini semakin menguat dan mengarah yang lebih ekstrim, maka seyogyanya diperlukan sebuah institusi yang akan menjalankan atau mengambil alih fungsi-fungsi yang telah ditinggalkan atau diabaikan oleh keluarga. Dalam hal ini panti werdha merupakan salah satunya, keberadaan panti werdha di masa akan datang semakin dibutuhkan. Panti werdha akan menjadi sebuah pilihan dan solusi atas perubahan sosial yang terjadi dimasyarakat (Kementrian Sosial 2008 dalam Komisi Lanjut Usia 2009) Menurut Suardiman (2011) kehadiran panti werdha memberikan layanan tempat tinggal kepada para lansia. Panti werdha diperuntukkan bagi mereka yang keadaannya terlantar, artinya sudah tidak memiliki sanak saudara dan keluarga yang layak untuk merawatnya. Disamping itu sikap masyarakat, anggota keluarga atau anak terhadap gagasan memasukkan lansia ke panti werdha masih berbedabeda, ada yang menolak dan ada yang menerima. Menurut penelitian Saputri & Indrawati (2011) dari tahun ke tahun jumlah penghuni panti werdha terus bertambah.Batas maksimal penghuni panti, yaitu sebanyak 100 orang. Keterbatasan tempat membuat lansia yang ingin dititipkan di panti werdha harus masuk ke dalam daftar tunggu. Jumlah panti werdha yang ada belum mampu menampung jumlah lansia yang membutuhkan panti werdha sebagai tempat tinggalnya. Dukungan sosial yang diberikan oleh pihak panti belum mampu menutupi kebutuhan lansia akan dukungan dari orang-orang terdekat atau keluarga (Saputri&Indrawati 2011). Menurut Husain (2013) bagi lansia yang tinggal di panti werdha, dukungan sosial yang berasal dari keluarga menjadi sangat penting bagi lansia dalam menjalani kehidupannya. Ada atau tidak adanya dukungan sosial dapat mempengaruhi kehidupan lansia di masa yang akan datang.
Perumusan Masalah Perubahan struktur umur penduduk berdampak tidak hanya pada aspek demografis saja tetapi juga terhadap kehidupan sosial, ekonomi dan psikologi secara keseluruhan. Struktur kebutuhan penduduk juga berubah seperti kebutuhan akan pendidikan, perumahan, pelayanan kesehatan, lapangan pekerjaan dan sebagainya. Kebutuhan-kebutuhan yang semula diperuntukkan bagi penduduk muda pada akhirnya akan banyak dialokasikan untuk penduduk tua. Ada
3 kecenderungan jumlah dan presentase penduduk usia lanjut akan melebihi jumlah dan presentase penduduk balita (Suardiman, 2011). Pertumbuhan penduduk Indonesia yang sangat pesat membuat Indonesia tergolong dalam era penduduk berstruktur tua. Pernyataan tersebut diperkuat oleh BKKBN (1999) yang menyatakan bahwa Indonesia telah memasuki era penduduk berstruktur tua (aging population). Menurut BPS (2012) untuk beberapa provinsi yang ada di Indonesia proporsi lanjut usianya bahkan telah jauh berada diatas patokan penduduk berstruktur tua yakni 7%, antara lain Daerah Istimewa Yogyakarta (13,4%), Jawa Timur (10,4%), Jawa Barat (7,05%), DKI Jakarta (5,24%), Jawa Tengah (10,34%), dan Sumatera Barat (8,09%). Derasnya arus pembangunan yang melanda pelosok tanah air tercinta ini, persaingan yang tinggi, dan adanya faktor-faktor yang kurang mendukung akan mendorong terjadinya berbagai kasus yang salah terhadap lansia. Tantangan di masa yang akan datang adalah bagaimana semua unsur baik pemerintahan, pengusaha, lembaga sosial masyarakat, maupun masyarakat itu sendiri secara konsisten meningkatkan kepeduliannya. Penanganan lansia harus berbasis masyarakat atau dikembalikan kepada keluarga dan masyarakat sekitarnya (Komisi Lanjut Usia 2009) Penurunan kondisi psikis dan sosial membawanya pada rasa kurang percaya diri, tidak berguna, kesepian, bahkan depresi. Rasa kesepian muncul karena adanya perasaan kehilangan akibat terputusnya hubungan atau kontak sosial dengan teman dan sahabat, yang membawanya kepada rasa kehilangan, terpencil, dan tersisih. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa peningkatan jumlah penduduk lansia seharusnya membawa konsekuensi pada peningkatan kualitas kebutuhan akan layanan bagi mereka, baik layanan kesehatan, psikis maupun sosial (Suardiman 2011). Berdasarkan hal tersebut peningkatan jumlah penduduk lansia di Indonesia, menjadi permasalahan global yang bukan saja membutuhkan perhatian pemerintah tapi juga perhatian keluarga terdekat. Dukungan keluarga menjadi sangat penting terutama dalam menghadapi penurunan fungsi secara psikologis maupun fisiologis. Kondisi emosional lansia berubah menjadi lebih sensitif, sehingga membutuhkan pendampingan keluarga terdekat. Dukungan keluarga dapat menghilangkan rasa kesepian yang dialami lansia. Bantuan untuk lansia diperlukan dari berbagai bidang seperti kesehatan, pendidikan, pelatihan, dan fasilitas, sehingga meskipun sudah mengalami penuaan lansia tetap bisa mandiri. Umur yang panjang diharapkan merupakan umur yang berkualitas, berguna, memberikan manfaat tidak hanya bagi diri dan keluarganya tetapi juga bagi bangsanya. Dengan kata lain, perlu diupayakan agar lansia tetap aktif dan berkarya. Oleh karenanya, umur panjang harus disertai dengan kondisi kesehatan yang baik agar mampu mendukung seseorang untuk aktif melakukan berbagai kegiatan (Suardiman, 2011). Merujuk kepada kemunduran dan penurunan berbagai fungsi psikis, kesehatan, maupun sosial. Menjadi sangat penting untuk mengetahui tingkat kemandirian usia lanjut, melihat banyak keterbatasan yang dimiliki usia lanjut. Kemandirian adalah kemampuan seseorang untuk tidak tergantung kepada orang lain dalam melakukan aktivitasnya. Selain kemunduran dan penurunan fungsi psikis, menurut Suhartini (2009) lansia akan memiliki rasa ketergantungan dengan orang lain yang berada disekitarnya. Angka ketergantungan lanjut usia pada tahun
14 4 1995 adalah 6,93% dan tahun 2015 akan meningkat menjadi 8,74% yang berarti bahwa pada tahun 1995 sebanyak 100 penduduk produktif harus menyokong 7 orang lansia yang berumur 65 tahun ke atas sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 100 penduduk produktif harus menyokong 9 orang lansia yang berumur 65 tahun. Berdasarkan uraian diatas, maka penting kiranya peneliti untuk melakukan penelitian terkait dengan : 1. Bagaimana karakteristik (usia, jenis kelamin, pendidikan, dan keluhan kesehatan) lansia yang tinggal dan tidak tinggal di panti ? 2. Bagaimana dukungan sosial keluarga lansia dan tingkat kemandirian lansia yang tinggal dan tidak tinggal di panti ? 3. Apakah terdapat hubungan dukungan sosial lansia dengan kemandirian lansia yang tinggal dan tidak tinggal dipanti ? 4. Apakah karakteristik lansia dan dukungan sosial, mempengaruhi kemandirian lansia ? Tujuan Penelitian Tujuan Umum Adapun tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk menganalisis dukungan sosial dan kemandirian lanjut usia yang tinggal dan tidak tinggal di panti Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini diantaranya : 1. Mengidentifikasi karakteristik lansia dan karakteristik keluarga lansia 2. Mengidentifikasi dukungan sosial keluarga lansia dan tingkat kemandirian lansia yang tinggal dan tidak tinggal di panti 3. Menganalisis hubungan dukungan sosial dan kemandirian lansia yang tinggal dan tidak tinggal di panti 4. Menganalisis pengaruh karakteristik lansia dan dukungan sosial terhadap kemandirian lansia
Manfaat penelitian 1. Penelitian ini dapat bermanfaat bagi keluarga dalam memenuhi kebutuhan lanjut usia agar dapat hidup nyaman dan tetap mandiri dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. Penelitian ini juga dapat menjadi acuan dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dialami lansia. 2. Dapat memberikan informasi pada pemerintah dalam menyusun kebijakan-kebijakan terkait dengan lanjut usia, mengingat pertumbuhan penduduk Indonesia yang terus meningkat terutama peningkatan jumlah penduduk lansia.
5
KERANGKA PEMIKIRAN Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat manusia mampu hidup lebih lama. Peningkatan usia harapan hidup merupakan keberhasilan kesehatan masyarakat, sebagai hasil pembangunan sosial dan ekonomi. Kecepatan penuaan penduduk akan tetap melebihi kecepatan pembangunan sosial ekonomi di Negara berkembang. Proses penuan yang dialami oleh lansia diawali dengan kemunduran dalam hal fisik dan kesehatan. Kondisi fisik yang sudah menurun kerena adanya penuaan dan adanya penyakit yang diderita lansia menyebabkan lansia memerlukan bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas (Rinajuminta 2011). Perubahan fisik lansia menyebabkan lansia mengalami penurunan pendengaran dan penglihatan. Lansia yang sehat secara mental adalah lansia yang masih menyenangi aktivitas sehariharinya. Apabila kebutuhan lansia terpenuhi maka timbullah angan-angan untuk berpikir dan berusaha memenuhi kebutahannya. Kebutuhan lansia tersebut meliputi kebutuhan makan, pakaian, tempat tinggal dan kesehatan (Husain 2013). Usia, jenis kelamin, kondisi kesehatan, kondisi ekonomi, dan dukungan sosial merupakan faktor yang dapat mempengaruhi seorang lansia untuk dapat mempertahankan kemandiriannya. Lansia yang dapat melanjutkan perannya dari masa dewasa pertengahan sampai dewasa akhir akan dapat menjalani kehidupan dengan baik dan mandiri (Rinajuminta 2011) Dukungan sosial yang bersumber dari orang-orang terdekat, baik dari anak, keluarga ataupun masyarakat sangat diperlukan lansia dalam menjalani sisa hidupnya. Keluarga merupakan sistem pendukung bagi lansia untuk dapat terus aktif ditengah keterbatasan yang dialaminya. Lansia diharapkan dapat mempertahankan kemandiriannya dan seminimal mungkin memiliki ketergantungan pada orang lain, dengan memberikan dukungan dan merubah perilaku ketergantungan lansia (Husain 2013). Lansia yang masih aktif, energik, dan produktif, akan lebih mampu menghadapi hidup apabila mendapatkan dukungan yang kuat (Santrock 2011). Menurut Mu’tadin (2002) agar membuat seseorang menjadi mandiri membutuhkan kesempatan, dukungan dan dorongan dari keluarga serta lingkungan agar mampu membentuk otonomi diri sendiri. Dukungan sosial memiliki beberapa dimensi yaitu dukungan emosi, dukungan penghargaan diri, dukungan informasi, dan dukungan instrumental (Cutrona 1996).
14 6
Karakteristik lansia
Usia Jenis kelamin Pendidikan Keluhan penyakit Kondisi fisik
Dukungan sosial Cutrona (1996)
Karakteristik keluarga lansia
Dukungan emosi Dukungan instrumental Dukungan informasi Dukungan penghargaan diri
Kemandirian Steinberg (2002)
Kemandirian emosional Kemandirian tingkah laku Kemandirian nilai
Besar keluarga Status perkawinan
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Mengenai Dukungan Sosial dan Kemandirian Lansia yang Tinggal dan Tidak Tinggal di Panti Keterangan : = Variabel yang di teliti = Hubungan yang diteliti
7
METODE PENELITIAN
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu.Penelitian dilakukan di Kota Bogor. Jumlah keluarga lansia di Kota Bogor berjumlah 9804 keluarga (BPS 2013). Pemilihan lokasi panti dilakukan secara purposive, panti tersebut dipilih karena terletak di Kota Bogor. Pemilihan lokasi penelitian bukan panti dilakukan di Kecamatan Bogor Selatan, Kelurahan Empang. Kecamatan Bogor Selatan merupakan salah satu kecamatan dengan jumlah lansia terbanyak berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik).Waktu pengambilan data dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2014. Cara Pengambilan Contoh Populasi dalam penelitian ini merupakan lansia yang berusia diatas 60 tahun (UU No. 13 tahun 1998) yang berada di wilayah Kota Bogor. Contoh dalam penelitian ini adalah lansia yang dititipkan oleh keluarganya di panti werdha dan lansia yang masih tinggal berasama keluarganya. Jumlah lansia di Kelurahan Empang adalah 1561 orang (BPS Kota Bogor 2013). Jumlah contoh dalam penelitian ini adalah 80 orang lansia. Pengambilan contoh dilakukan secara purposive, yaitu 40 lansia di Kelurahan Empang dan 40 lansia di Panti Werdha. Kota Bogor
Panti
Panti Tresna Werdha, Panti Werdha Hanna, dan Panti Werdha Kalimus
Tidak panti
Kecamatan Selatan
Bogor
Kelurahan Empang
Purposive, berdasarkan jumlah lansia terbanyak dari data BPS 2013
Purposive, berdasarkan jumlah lansia terbanyak dari data BPS 2013
N= 40 purposive N=40 Gambar 2 Skema cara penarikan contoh
14 8 Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.Data primer meliputi karakteristik lansia, karakteristik keluarga, dukungan sosial dan kemandirian.Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengamatan langsung dengan menggunakan kuisoner meliputi : karakteristik responden, dukungan sosial, dan tingkat kemandirian. Kuisioner yang di gunakan sebelum penelitian telah di uji coba kepada 10 responden.kuisioner yang di gunakan dalam penelitian ini memiliki nilai koefisien reliabilitas cronbach alpha pada kusioner variabel dukungan sosial sebesar 0,917 dan cronbach alpha kusioner kemandirian sebesar 0,685.Data sekunder diperoleh data Lansia Kota Bogor dan studi literatur seperti buku, jurnal, internet, literatur oleh lembaga tertentu, dan penelitian-penelitian terdahulu. Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data karakteristik contoh dan keluarga Variabel Data primer Karakteristik lansia 1. Usia
2. Jenis kelamin
Skala
Rasio
Nominal
3. Pendidikan
Rasio
4. Status pekerjaan
Nominal
5. Jumlah penyakit
Nominal
6. Kondisi fisik
keluhan
Nominal
Kategori
Menurut WHO 1. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun. 2. Usia lanjut (elderly) usia 60-75 tahun. 3. Usia lanjut tua (old) usia 75-90 tahun. 4. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun 0. Laki-laki 1. Wanita 1. Tidak sekolah 2. Tidak tamat SD 3. Tamat SD 4. SMP 5. SMA 6. Perguruan tinggi 0. tidak bekerja 1. Bekerja 1. Tidak ada keluhan 2. 1 keluhan 3. 2 keluhan 4. 3 keluhan 5. 4 keluhan 1. Cacat badan
Instrumen
9 Variabel
Skala
7. Status Perkawinan
Rasio
8. Besar keluarga
Rasio
Dukungan Sosial Dukungan emosi Dukungan instrumental Dukungan informasi Dukungan penghargaan diri Kemandirian Kemandirian emosi Kemandirian perilaku Kemandirian nilai
Ordinal
Ordinal
Kategori Instrumen 2. Tuna netra 3. Tuna rungu 4. Lumpuh 5. sehat Menurut Marjan AQ 2013 1. Tidak menikah 2. Menikah 3. Cerai mati 4. Cerai hidup Menurut BKKBN (1998) 1. Kecil 1-4 orang 2. Sedang 5-7 orang 3. Besar ≥7 orang Tingkat kategori : 1= rendah Modifikasi cutrona 2 = sedang (1996) 3 = tinggi Tingkat kategori : 1= Ttidak pernah 2 = kadang-kadang 3 = sering
Modifikasi Krisnatuti D, Mulyati, Latifah WE (2013)
Pengolahan dan analisis data Pengolah data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis inferensia. Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik responden, dukungan sosial, dan kemandirian. Analisis inferensia (uji korelasi Spearman untuk variabel karakteristik responden, dukungan sosial dengan kemandirian) uji regresi linear berganda untuk karakteristik responden, dukungan sosial, dan kemandirian. Uji independent sample T-test untuk variable dukungan sosial dan kemandirian. Variabel dukungan sosial dan kemandirian menggunakan skoring berdasarkan skala Likert. Dukungan sosial dibagi menjadi empat skala yaitu skor 1-4 (1= sangat tidak setuju, 2= tidak setuju, 3=setuju, 4=sangat setuju). Sementara, kemandirian dibagi menjadi tiga skala, yaitu skor 1-3 (1=tidak pernah, 2=kadang-kadang, 3=sering). Skor total ditransformasikan pada skor indeks. Skor indeks di kategorikan berdasarkan Khomsan (2000) dengan kategori rendah (<60%), sedang (60-80%), dan tinggi (80%). Uji hubungan dalam penelitian adalah uji korelasi Spearman yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara karakteristik responden,
14 10 dukungan sosial dengan kemandirian. Uji independent sample T-test digunakan untuk menganalisis perbedaan dukungan sosial dan kemandirian berdasarkan pola tempat tinggalnya. Uji regresi linear berganda dilakukan untuk menganalisis pengaruh karakteristik responden dan dukungan sosial terhadap kemandirian dengan rumus sebagai berikut: Y=a+ + + +β4x4 +β5x5+β6x6+β7x7 Keterangan : Y = Kemandirian A = Konstanta regresi = Koefisien regresi = Usia = Jenis kelamin = Keluhan penyakit X4 = Kondisi fisik X5 = Pendidikan X6 = Besar keluarga X7 = Dukungan social Definisi Operasional Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih . Karakteristik lansia adalah keadaan lansia yang meliputi usia, jenis kelamin, lama pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, keluhan penyakit, dan kondisi fisik. Karakteristik keluarga adalah keadaan keluarga lansia yang meliputi besar keluarga, jumlah anak, lama menikah, dan pola tempat tinggal. Usia adalah fase usia lansia yang dikategorikan lansia muda (young old), lansia tua (old old), dan lansia tertua (oldest old). Secara umum young old dikelompokkan pada rentang usia antara 65 tahun sampai 74 tahun, yang biasanya lebih aktif dan bugar secara fisik. Old old berusia antara 75 sampai 84 tahun, dan oldest old berusia 85 tahun ke atas (Papalia et al. 2008) Tingkat pendapatan lansia adalah besarnya uang yang diterima seorang lansia setiap bulannya dibagi atas