Rosita, “Stressor Sosial Biologi Lansia Panti Wredha Usia dan Lansia Tinggal Bersama Keluarga” hal. 43-52.
Stressor Sosial Biologi Lansia Panti Werdha Usia dan Lansia Tinggal Bersama Keluarga Rosita (Alumni Antropologi FISIP Unair 2012;
[email protected])
Abstract The success of National Development and Technology in Health sector increases the life expectancy among seniors in Surabaya around 10%. This relate with life expectancy of seniors in a nursing house and the seniors who live with their families, also, the relationship between stressor on seniors by the internal and external environment. These stressors, will bring about an impact on their health and, of course, their life expectancy. The purpose of this research is to describe the stressors on seniors and also to distinguish the stressors experienced by seniors living in a nursing home with those living with their families. This research will be useful to find out the number of life expectancy among seniors and also to describe the stressors experienced by the seniors. This research is designed in a qualitative way with descriptive study and purposive technique on deciding the location and the informants. The informants are seniors in a nursing home with the total number of 9 people; 7 women (69-85 years) and 2 men (78-80 years). The informants are also senior who live with their families with the total number of 5 people, 3 women (56-78 years) and 2 men (63-79 years). The result of this research explains that the stressors experienced in a nursing home and those who live with their families are affected by internal and external environment. Internal environment is the individual perception of symptom and sickness of disappointment or anger with the children or families, while external environment is the surrounding environment, such as homes, families, noise, untidiness, etc. from that kind of environment comes the stressors which will affect their fears and worries. This can be seen that the highest number of life expectancy is the one of seniors living in the nursing home of Panti Werdha Usia, 90 year old women whose conditions are lying on the beds, and 82 year old men whose conditions are strong and healthy. On the other hand, the seniors living with their families are worse, the oldest man is 82 years old with a healthy condition and the oldest woman is 82 years old with a rather weak condition. Finally, the internal and external environment affect the endurance of seniors and that will lead to various diseases which clearly affect the life expectancy. Keywords: seniors, environment stressors, age Abstrak Keberhasilan pembangunan dan teknologi kesehatan meningkatkan harapan hidup jompo di Surabaya sekitar 10%. Ini berhubungan dengan faktor harapan hidup di rumah jompo hidup dan dengan keluarga, juga, stress dari hubungan para jompo dengan lingkungan internal dan eksternal. Stres akan berdampak pada kesehatan dan harapan hidunya. Tujuan penelitian menggambarkan tekanan dan membedakan stres dengan tinggal di panti jompo dan dengan keluarganya. Penelitian ini untuk mengetahui harapan hidup dan stres yang dialami. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan informan dan lokasi penelitian yang purposive. Informan penelitian adalah jompo di panti dengan jumlah 9 orang; perempuan 7 (69-85 tahun) dan 2 orang pria (78-80 tahun). Informan yang tinggal bersama keluarga 5 orang; 3 wanita (56-78 tahun) dan 2 orang lakilaki (63-79 tahun). Hasil penelitian menjelaskan stres di sebuah panti jompo dan dengan keluarga dipengaruhi lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal dipersepsi individu berupa gejala dan kekecewaan atau kemarahan pada anak atau keluarga, sementara lingkungan luar atau sekitar rumah, keluarga, kebisingan, kekumuhan, dll memunculkan stres berupa ketakutan dan kekhawatiran. Harapan hidup tertinggi di panti jompo panti 90 tahun wanita yang berbaring di tempat tidur, dan 82 tahun pria kondisi kuat dan sehat. Di sisi lain, jompo dengan keluarga lebih buruk, laki-laki tertua 82 tahun dengan kondisi yang sehat dan wanita tertua adalah 82 tahun dengan kondisi agak lemah. Akhirnya, lingkungan internal dan eksternal mempengaruhi ketahanan senior dan menyebabkan berbagai penyakit yang jelas mempengaruhi harapan hidup. Kata kunci : senior, lingkungan stres, usia BioKultur, Vol.I/No.1/Januari-Juni 2112, hal. 43
Rosita, “Stressor Sosial Biologi Lansia Panti Wredha Usia dan Lansia Tinggal Bersama Keluarga” hal. 43-52.
L
ansia dalam banyak hal perkem-
Lansia biologis. Lansia kronologis mudah
bangan fisiknya mengalami penu-
diketahui dan dihitung untuk mengetahui
runan
sejak
lanjut.
usianya,
Lansia
berpatokan pada keadaan jaringan atau
biasanya dikenal dengan gangguan 8 B,
organ tubuh. Secara biologis, individu
yaitu: Blawur rambutnya, Budeg telinga-
yang berusia muda dapat tergolong
nya, Blereng matanya, Bawel mulutnya,
Lansia, jika dilihat dari keadaan jaringan
Bongkok punggungnya, Beser (mudah
atau organ yang mempengaruhi keadaan
buang air kecil), Bingungan, Buyutan.
fungsi dan kemampuan badan secara
Penurunan tersebut merupakan faktor
keseluruhan tubuh pada setiap seseorang
dari fisiologis dan biologis tubuh setiap
atau individu (Fatmah, 2010: 8).
Penurunan
masa
fungsi
dewasa
pada
diri
individu Lansia yang berbeda-beda dalam
sedangkan
Lansia
secara
merupakan
biologis
periode
di
merespon perubahan yang terjadi dalam
mana organisme telah mencapai kema-
tubuhnya (Adib, 2010: 69).
sakan dalam ukuran dan fungsi yang telah
Di kota Surabaya, jumlah Lansia
menunjukkan kemunduran sejalan de-
lebih tinggi dibandingkan jumlah balita.
ngan waktu. Masa tua banyak meng-
Hal tersebut disebabkan oleh sebagian
hadapi berbagai masalah kesehatan yang
besar Lansia tidak produktif lagi dalam
perlu penanganan dengan baik, seperti
hal untuk pemenuhan kebutuhan eko-
diketahui bahwa memasuki Lansia dentik
nomi. Salah satu indikasi positif dari
dengan menurunnya daya tahan tubuh
tingginya, yaitu tingginya angka Lansia
dan mengalami berbagai penyakit dege-
sebanyak 287.166, dengan jumlahnya
neratif yang menyerang.
sudah mendekati 10% dari jumlah warga
Memasuki masa tua, merupakan
kota saat ini mencapai 2.929.528, dengan
suatu peranan yang tidak banyak di-
harapan hidup laki-laki 68,4 tahun, dan
inginkan oleh setiap orang. Hal tersebut
perempuan 70,6 tahun. Saat ini pola
dibutuhkan kehormatan dan pengharga-
penyebab kematian didominasi penyakit
an yang diberikan dari keluarga dan
degeneratif, seperti stroke, jantung, asam
masyarakat kepada Lansia supaya dirinya
urat, dan kencing manis.
merasa tidak tersisih (Anderson, 2008:
Lansia dibedakan dua macam,
343). Stressor atau tekanan dapat berupa
yaitu Lansia kronologis (kalender) dan BioKultur, Vol.I/No.1/Januari-Juni 2112, hal. 44
Rosita, “Stressor Sosial Biologi Lansia Panti Wredha Usia dan Lansia Tinggal Bersama Keluarga” hal. 43-52.
secara psikologis, fisiologis, sosial dan
internal dan eksternal yang diterima
budaya yang berbeda.
Lansia, selain itu memberikan gambaran
Hal tersebutlah, merupakan per-
bahwa tidak semua Lansia dapat meng-
tanyaan yang terdapat di masyarakat
hadapi proses penuaan dengan baik dan
terhadap pentingnya kondisi kesehatan
mengetahui
dan nilai orang tua bagi keluarga dan
menghadapi tekanan atau stressor ling-
anak yang dipengaruhi oleh stressor dari
kungan secara internal dan eksternal di
lingkungan sekitar. Seperti diketahui
Panti Werdha Usia Surabaya dan Lansia
bahwa,
ditengah
yang tinggal bersama keluarga di RW VIII,
keluarga dianggap sebagai orang tidak
Kelurahan Pegirian, Kecamatan Semam-
berguna, bahkan hanya sebagai penam-
pir Surabaya.
keberadaan
Lansia
perilaku
Lansia
dalam
bah beban keluarga, hal ini yang mem-
Tipe penelitian ini merupakan
buat Lansia tertekan dengan kondisi
penelitian kualitatif. peneliti langsung
seperti itu, sehingga memicuh Lansia
pengumpulan data dengan metode par-
memilih diam dan menerima keadaan.
tisipatif,
Permasalahan pada penelitian ini
seperti
mendalam dan
metode
wawancara
observasi
partisipasi.
dilihat dari psikologis, fisiologis, sosial
Wawancara dilakukan pada Lansia laki-
dan budaya, sebagai berikut: (1) faktor-
laki dan perempuan yang tinggal di panti
faktor apa yang mempengaruhi stressor
werdha dan bersama keluarga, selain
pada Lansia di Panti Werdha Usia dan
pada Lansia, peneliti juga melakukan
Lansia yang tinggal bersama keluarga
wawancara dengan ketua yayasan panti
terhadap kondisi kesehatan ketahanan
werdha, Ibu asrama, pengasuh atau
tubuh, dan (2) bagaimana hubungan
pembantu Lansia, karyawan, keluarga
Lansia dengan sejawat dan perawat yang
(anak), kader Lansia, kepala Lansia di
tinggal di panti werdha dan hubungan
Puskesmas.
Lansia dengan keluarga dan lingkungan
Selain kegiatan wawancara, pene-
sekitar terhadap stressor yang diterima
liti juga melakukan observasi untuk
Lansia?
mengetahui interaksi dan hubungan yang
Penelitian ini bertujuan mendes-
terjadi pada Lansia dengan lingkungan
kripsikan aktivitas Lansia di tempat
sekitarnya, baik secara internal dan
tinggalnya, serta mendeskripsikan te-
eksternal.
kanan atau stressor dari lingkungan BioKultur, Vol.I/No.1/Januari-Juni 2112, hal. 45
Rosita, “Stressor Sosial Biologi Lansia Panti Wredha Usia dan Lansia Tinggal Bersama Keluarga” hal. 43-52.
Untuk menunjang hasil penelitian dan data yang baik pada saat di lapangan, maka
peneliti
menggunakan
ini biasanya tersedia dan tersimpan di perpustakaan.
catatan
Penelitian ini membahas tentang
tertulis dan melaui perekam handphone
stressor atau tekanan secara sosial biologi
atau audiotape, pengambilan gambar atau
dari lingkungan internal dan eksternal
foto. Pencatatan sumber data utama
yang diterima Lansia dengan mengambil
melalui wawancara dan pengamatan ber-
dua lokasi, yaitu di Panti Werdha Usia dan
peran serta dalam hasil usaha gabungan
Lansia tinggal bersama keluarga.
dari kegiatan melihat, mendengar dan bertanya. Pada penelitian ini data dicari dari
Lansia di panti mayoritas penghuninya adalah dari etnis Cina dan Lansia yang tinggal bersama keluarga adalah
sumber data dilapangan yaitu adalah para
etnis
Jawa.
Jumlah
penghuni
Lansia laki-laki dan Lansia perempuan,
Werdha Usia ialah 26 orang, dengan 22
perawat dan pembina yayasan, Puskes-
orang Lansia
mas, Posyandu Lansia dan keluarga, dari
empuan dan 4 orang Lansia yang berjenis
para informan dan responden inilah data
kelamin laki-laki.
berjenis
kelamin
Panti per-
di peroleh. Akhirnya suatu permasalahan
Usia tertinggi di Panti Werdha Usia
akan nampak dari proses wawancara
ini merupakan bagian dari stressor yang
yang dilakukan peneliti pada Lansia, ibu
mempengaruhi usia dan harapan untuk
asrama panti, pengelolah panti, dan
hidup terhadap stressor yang diterima
Lansia yang tinggal bersama keluarga.
mereka dari lingkungan sekitarnya, se-
Pada penelitian yang dibutuhkan
perti halnya pada Lansia di panti werdha
bukan hanya berupa wawancara dan
adalah pada penghuni Lansia perempuan,
pengamatan saja tetapi guna mendukung
dengan usia 90 tahun, sedangkan pada
acuan data yang digunakan, maka sumber
penghuni
tertulis merupakan penyokong dasar
berusia 82 tahun.
tambahan dari data. Sumber tertulis itu
bersama keluarga di RW VIII, jumlah
dapat berupa arsip, dokumen pribadi. Di
Lansia adalah 130 orang yang tercatat di
samping dapat pula berupa buku, skripsi,
Posyandu Lansia.
Lansia
laki-laki
tertinggi
Untuk Lansia yang
disertasi atau tesis, jurnal, karya ilmiah
Pemilihan lokasi penelitian ini di-
lainnya dan dari media internet yang hal
lakukan secara purposive dengan pertimbangan terhadap suatu permalasahan BioKultur, Vol.I/No.1/Januari-Juni 2112, hal. 46
Rosita, “Stressor Sosial Biologi Lansia Panti Wredha Usia dan Lansia Tinggal Bersama Keluarga” hal. 43-52.
yang dibahas, guna untuk penyampaian
stressor pada diri Lansia berpengaruh
permasalahan yang tertuang dalam pe-
pada rasa kecemasan dan stres (gangguan
nulisan ini merupakan bagian dari pen-
kejiwaan) terhadap lingkung-an yang
capaian akan hasil data yang di peroleh
bukan rumah hunian bersama dengan
waktu ada di lapangan.
keluarganya.
Penelitian ini memilih dua lokasi
Pemilihan Lansia di wilayah RW
tempat penelitian, yaitu Panti Werdha
VIII,
Usia Surabaya, bertepat di Jl. Undaan
Semampir, di karenakan di wilayah ini
Kulon No. 7 dan Lansia di RW VIII, Ke-
penduduknya mayoritas etnis Jawa dan
lurahan Pegirian, Kecamatan Semampir.
Lansianya aktif untuk pergi ke Posyandu
Pemilihan dua lokasi yang berbeda ini
Lansia. Jumlah Lansia pada Posyandu
dikarenakan untuk mengetahui adanya
Lansia di RW VIII lebih banyak Lansia
tekanan (stressor) pada Lansia terhadap
perempuan dibandingkan pada Lansia
kondisi
psi-
laki-laki dan di wilayah tersebut anak
kologisnya, yaitu dari etnis Cina dan etnis
yang masih ikut tinggal dengan orang tua
Jawa.
masih dominan dari pada orang tua ikut
kesehatan,
sosial
dan
Pemilihan lokasi di panti werdha
Kelurahan
Pegirian,
Kecamatan
dengan anak.
di karenakan suatu permasalahan sosial
Proses adaptasi Lansia di ling-
terdapat di masyarakat, seperti diketahui
kungan panti dan Lansia yang tinggal
Lansia seharusnya berkumpul dengan
bersama keluarga menerima tekanan
keluarga tetapi malah ditempatkan pada
atau stressor berupa: sosial budaya,
panti werdha dan terdapat pula yang
psikologis dan fisiologis mempengaruhi
menginginkan untuk tinggal karena tidak
kondisi pada diri Lansia yang berbeda-
mempunyai tempat tinggal dan keluarga,
beda. Seperti diketahui mengingat bahwa
perasaan jauh dari keluarga dan rasa
kondisi fiisk Lansia yang lemah sehingga
terbuang dari orang-orang yang disayangi
mereka tidak dapat leluasa dalam meng-
itulah yang membuat Lansia merasa
gunakan sarana dan prasarana yang
dirinya tersisih.
disediakan.
Keadaan tersebut, berpengaruh
Pemilihan informan pada saat
pada permasalahan kondisi ketahanan
penelitian di lapangan merupakan suatu
tubuh Lansia yang diterimanya dari
hal yang penting. Pada penelitian ini,
lingkungan sekitar, maka tekanan atau
penentuan informan dilakukan secara BioKultur, Vol.I/No.1/Januari-Juni 2112, hal. 47
Rosita, “Stressor Sosial Biologi Lansia Panti Wredha Usia dan Lansia Tinggal Bersama Keluarga” hal. 43-52.
purposive,
dengan
kondisi
lokasi
Transkip wawancara
dilakukan
penelitian di dua lokasi tempat yang
bersifat secara keseluruhan dari hasil
berbeda, yaitu Lansia yang bertempat
proses turun lapangan, artinya setiap
tinggal di panti werdha dengan Lansia
kalimat informan yang mereka ceritakan
yang bersama keluarga.
pada peneliti, akan ditulis dan direkam.
Informan yang berada di panti
Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan
werdha adalah 11 orang Lansia, dengan 5
informasi yang dicari yaitu tentang
orang yang berjenis kelamin perempuan
stressor dari lingkungan internal dan
dengan usia 69-85 tahun dan 2 orang
eksternal yang diterima Lansia per-
yang berjenis kelamin laki-laki dengan78-
empuan maupun laki-laki terhadap kon-
80 tahun, 3 karyawan panti werdha dan 1
disi ketahanan tubuh masing-masing
ketua yayasan panti werdha.
individu yang dapat mempengaruhi usia
Pada Lansia di RW VIII yang bersama keluarga adalah 9 orang informan,
hidup (panjang umur atau usianya) setiap individu.
diantaranya 3 orang berjenis kelamin
Stressor yang diterima Lansia di
perempuan dengan usia 56-78 tahun,
lingkungan internal dan eksternal, karena
sedangkan 2 orang laki-laki dengan usia
timbulnya rasa kecemasan pada diri
63-79 tahun, kader Posyandu Lansia 2
mereka. Hal itu disebabkan oleh perasaan
orang, anak dari keluarga Lansia 2 orang.
takut
Dalam
yang
tidak
mempedulikan diri mereka lagi karena di
kalangan
usia yang rentan terhadap serangan
Lansia tersebut di atas berdasarkan pada
penyakit, bila seseorang yang telah
kriteria yang sesuai dengan kemampuan
memasuki masa Lansia.
dan
informan
kesanggupan
ini,
Lansia
peneliti
menentukan
penelitian
seseorang
dari
informan
dalam
melakukan wawancara.
Stressor
yang
diterima
Lansia
dilihat sosial biologi yang terdiri dari sisi
Dalam penelitian ini, hal yang
psikologis, neurologi (sistem saraf otak
digunakan dalam analisis ialah dengan
atau pikiran) dan keatanan tubuh, maka
menggunakan hasil data berupa infor-
Lansia rentan terhadap stres dan depresi.
masi hasil wawancara pada waktu turun
Stres pada Lansia dapat menyebabkan
lapangan yang berupa hasil transkip
perubahan-perubahan
wawancara dan observasi.
yang melemahkan sistem imun atau
fisiologis
tubuh
ketahanan tubuh, dan akhirnya dapat BioKultur, Vol.I/No.1/Januari-Juni 2112, hal. 48
Rosita, “Stressor Sosial Biologi Lansia Panti Wredha Usia dan Lansia Tinggal Bersama Keluarga” hal. 43-52.
mempengaruhi derajat kesehatan setiap individunya.
Penelitian ini melihat stressor yang diterima Lansia yang berbeda setiap
Permasalahan
yang
mendasari
individunya dari lingkungan eksternal
baik dan buruknya derajat kesehatan
dan internal. Walgito mengatakan, bahwa
Lansia ialah dari lingkungan internal dan
stimulus
lingkungan eksternal mereka. Faktor
stimulus yang berkaitan dengan kebu-
lingkungan internal meliputi, persepsi
tuhan fisik dan psikologis yang mem-
individu terhadap gejala dan sifat sakit
pengaruhi kondisi tubuh.
internal
adalah
stimulus-
yang dialami oleh individu, terhadap
Kondisi tubuh yang telah menu-
suatu hal untuk mencari pertolongan jika
run, seperti yang dialami oleh mak Ina
gejala tersebut dapat mengganggu ru-
merupakan bagian dari perubahan fi-
tinitas
(kondisi
siologis tubuh yang menu-run, seperti:
kesehatan atau riwayat penyakit), dan
tidak sadar kalau buang air kecil tiba-tiba
perasaan kecewa atau marah terhadap
(ngompol), salah satu ba-gian badan
anak atau keluarga (hubungan orang tua
gemetar (tangan atau kaki), bingung atau
dengan anak), sedangkan pada faktor
selalu tergesah-gesah dalam melakukan
eksternal meliputi: kondisi lingkungan
aktivitas seperti makan dan saat berjalan
tempat tinggal, keluarga, suara gaduh
terburu-buru.
kegiatan
sehari-hari
atau bising, ribut, berantakan, tidak teratur.
Bukan saja dari lingkungan internal saja, suatu stressor berpengaruh
Kondisi penuh sesak, temperatur
terhadap kondisi kelangsungan hidup
ruangan yang tinggi (gerah), pencahayaan
sehari-hari, lingkungan ekternal juga
yang menyilaukan, polusi udara, penataan
mempengaruhi
kondisi rumah yang tidak nyaman, limbah
kognitif dari individu dapat merespon
kimia dan lain-lainnya. Dari lingkungan
rangsangan dari pihak luar, seperti
tersebut maka timbullah suatu perasaan
stressor
ketakutan dan kecemasan dari stressor
terhadap gejala dan sifat-sifat dari rasa
atau tekanan yang diterima Lansia dapat
sakit yang dialaminya. Pengaruh pada
berpengaruh terhadap kondisi kesehatan
kognitif dan emosi ini akan mendorong
dari para Lansia yang berjenis kelamin
terjadinya
laki-laki dan perempuan.
orang yang mengalami stres atau beban
atas
stressor.
persepsi
perubahan
Pikiran
dari
atau
individu
perilaku
pada
pikiran berkepanjangan. BioKultur, Vol.I/No.1/Januari-Juni 2112, hal. 49
Rosita, “Stressor Sosial Biologi Lansia Panti Wredha Usia dan Lansia Tinggal Bersama Keluarga” hal. 43-52.
Berdasarkan hasil penelitian yang
Benedict mengemukakan bahwa
dilakukan dalam kurun waktu 3 bulan
setiap
kebudayaan
pada dua lokasi yaitu di Panti Werdha
karagam tipe temperamen yang telah
Usia, Jl. Undaan Kulon no. 7 Surabaya
ditentukan oleh sejumlah faktor seperti
dan Lansia di RW VIII, Kelurahan
keturunan
Pegirian, Kecamatan Semampir, Sura-
butuhan (konstitusi) yang timbul ber-
baya. Penelitian ini mengambil dua
ulang-ulang secara universal. Namun
lokasi berbeda, hal ini dimaksudkan
setiap kebudayaan hanya memperboleh-
untuk mengetahui tekanan atau stressor
kan sejumlah terbatas dari tipe tempe-
dari lingkungan internal dan eksternal
ramen untuk dapat berkembang di dalam
yang mempengaruhi kehidupan Lansia.
komunitasnya.
(genetik)
terdapat
dan
berane-
faktor
ke-
Kondisi stressor dari lingkungan
Mayoritas dari orang-orang dalam
ekternal yaitu berasal dari kondisi luar
segala masyarakat akan berbuat sesuai
tubuh individu atau lebih tepatnya
dengan tipe dominan dari masyarakat
adalah dari kondisi lingkungan tempat
yang hal itu disebut sebagai tipe ke-
tinggal Lansia, seperti keadaan sosial
pribadian normal. Kepribadian atau suatu
masya-rakat sekitar, sedangkan dari
karakteristik setiap individu yang ber-
lingkungan secara internal adalah dari
beda berpengaruh pada stressor atau
dalam diri individu, yaitu secara psi-
tekanan yang diterima pada para Lansia
kologis dan fisiologis yang berhubungan
tersebut.
dengan derajat kesehatan Lansia. Stressor
yang
diterima
Lansia yang di Panti Werdha Usia Lansia
dengan Lansia yang bersama keluarga
dapat berpengaruh pada kondisi kese-
memiliki perbedaan karakteristik mau-
hatan tubuh dan hal tersebut mengarah
pun perilaku dalam kesehariannya. Per-
pada sehat dan sakit. Seperti diketahui,
bedaan tersebut mengacuh pada stressor
bahwa proses dari akhir kehidupan
dari lingkungan internal maupun eks-
adalah kematian, tetapi sebelum men-
ternal yang diterima Lansia.
capai proses tersebut setiap individu
Kesehatan merupakan aspek yang
memiliki harapan-harapan terhadap usia-
sangat penting dan perlu diperhatikan
nya sebelum mencapai batas akhir yaitu
pada kehidupan Lansia. Semakin tua
kematian.
seseorang, cenderung semakin berkurang daya
tahan
fisik
mereka.
Dampak
BioKultur, Vol.I/No.1/Januari-Juni 2112, hal. 50
Rosita, “Stressor Sosial Biologi Lansia Panti Wredha Usia dan Lansia Tinggal Bersama Keluarga” hal. 43-52.
perubahan epidemiologis, penyakit pada
terjadi atau timbulnya masalah di dalam
Lansia cenderung ke arah penyakit
keluarga.
degeneratif. Berkurangnya daya tahan
Kesehatan
berpengaruh
tubuh Lansia dalam mengahadapi stressor
pada
atau tekanan dari lingkungan sekitar yang
menurunnya fungsi kognitif dan fungsi
mempengaruhi ketahanan tubuh.
psikomotoriknya,
Pada umumnya setelah orang me-
perubahan
Lansia
psikologis seperti
dengan
pikun
atau
mudah lupa.
masuki Lansia maka mengalami penurun-
Derajat kesehatan setiap individu
an fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi
seseorang
berbeda-beda
kognitif meliputi proses belajar, persepsi,
dengan
pemahaman, pengertian, perhatian dan
terdapat pada Lansia yang tinggal di panti
lain-lain sehingga menyebabkan reaksi
werdha dengan Lansia yang tinggal
dan perilaku Lansia menjadi makin
bersama keluarga. Berdasarkan hasil dan
lambat.
data pada waktu turun lapangan, stressor
yang
lainnya.
antara Hal
satu
tersebut
Adanya penurunan pada kondisi
atau tekanan dari lingkungan internal dan
Lansia, maka akan mengalami perubahan
eksternal pada Lansia di Panti Werdha
aspek psikologis yang berkaitan dengan
Usia, ialah lebih kepada hubungan antara
keadaan kepribadian Lansia. Karakteris-
penghuni (teman-temannya) yang tidak
tik Lansia yang di panti werdha dengan
cocok dalam bergaul antara satu dengan
Lansia yang bersama keluarga memiliki
lainnya, sehingga dapat menimbulkan
perbedaan karakteristik, karakteristik ini
pertengkaran dengan sesama penghuni
berpengaruh pada perilaku yang dilaku-
panti. Para
kan sehari-hari.
ketidakcocokan dengan yang lainnya.
Lansia
yang
berada
di
panti
Selain
itu,
Lansia dapat mengalami para
werdha akan memiliki usia yang berbeda
berhubungan
dengan Lansia yang bersama keluarga,
sesama penghuni.
Lansia
dengan
juga
dapat
hamonis
pada
secara kondisi lingkungan tempat tinggal
Orang Jawa memperlakukan orang
mempengaruhi timbulnya suatu stressor
tua cukup tinggi, dengan memiliki ke-
dan hal tersebut mempengaruhi kondisi
hormatan tersendiri dalam menikmati
psikologis
seperti
masa tua dengan tidak ingin terlalu me-
perasaan marah, kecewa atau tertekan
repotkan anak-anak mereka. Terkadang
terhadap kondisi yang dialaminya seperti
orang tua pada keluarga Jawa cenderung
dari para
Lansia,
BioKultur, Vol.I/No.1/Januari-Juni 2112, hal. 51
Rosita, “Stressor Sosial Biologi Lansia Panti Wredha Usia dan Lansia Tinggal Bersama Keluarga” hal. 43-52.
merasa dirinya sebagai beban keluarga,
beberapa
dikatakan sebagai beban keluarga ialah
kesehatan, termasuk sistem kekebalan
mereka tidak ingin merepotkan dan
tubuh.
menjadi tanggungan anak, karena anak juga
memiliki
kebutuhan
keluarga
sendiri.
keuntungan
pada
aspek
Stressor yang diterima Lansia yang tinggal di panti werdha dengan Lansia bersama keluarga, berbeda-beda. Dalam
Perasaan orang tua yang merasa
hal memperoleh kesejahteraan hidup dan
dirinya sebagai beban keluarga ialah
kebutuhan yang terpenuhi dengan baik,
karena mereka melihat kondisi keluarga
diperoleh oleh Lansia di Panti Werdha
anak yang dirasa orang tua mengalami
Usia, karena Lansia yang berada di panti
kekurangan. Pada Lansia yang beretnis
werdha benar-benar diperhatikan pela-
Cinapun memegang tingggi nilai leluhur,
yanan sarana dan prasarana dari tingkat
agar tetap terjaga dengan baik antara
fasilitas kenyamanan untuk tinggal di
nilai orang tua dan anak yang saling
panti werdha dan segala bentuk sarana
berbagi. Harapan orang tua yang telah
pelayanan
dan
Lansia selain diberikan panjang umur dan
kesehatan
(pengobatan),
kesehatan di usia tuanya, mereka meng-
rohani dan sosial.
kebutuhan
dari olah
sisi raga,
inginkan kebahagiaan dan ketentraman dalam kelangsungan hidup. Wujud dari dari harapan orang tua yang telah Lansia tersebut berupa mendekatkan diri pada Tuhan atau Sang Maha Pencipta alam jagad raya, yaitu dengan kegiatan beribadah. Pada Lansia komitmen beragamanya sangat kuat, dengan lebih memiliki minat yang tinggi terhadap spiritualitas dan berdoanya. Hal ini karena dengan beribadah dapat mengurangi stres dan menahan produksi hormon stres oleh tubuh seperti adrenalin. Pengurangan hormon
stres
dihubungkan
dengan
Daftar Pustaka Adib, Mohammad (2009) Syahwat (Meningkatkan Kesejahteraan) Lansia, Surabaya: Pustaka Intelektual. Anderson, Foster (2008) Antropologi Kesehatan, Jakarta: Universitas Indonesia Press. Fatmah (2010) Gizi Usia Lanjut, Jakarta: PT. Erlangga. Taat Putra, Suhartono (2005) Psikoneuroimunologi Kedokteran, Surabaya: Graha Masyarakat Ilmiah Kedokteran (GRAMIK), Gideon Offset. Walgito, Bimo (2003) Psikologi Sosial (Suatu Pengantar), Yogyakarta: Andi offset. Widayatun, Trirusmi (1999) Ilmu Perilaku, Jakarta: Sagungseto. BioKultur, Vol.I/No.1/Januari-Juni 2112, hal. 52