BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Menjadi tua bukanlah pilihan, melainkan suatu kepastian yang akan dialami setiap orang yang memiliki kesempatan hidup lebih lama, hanya saja yang membedakan adalah bagaimana masa tua dihabiskan. Beragam cara dilakukan oleh orang-orang untuk mengisi hari tuanya. Namun, kebutuhan para kelompok lanjut usia (lansia) jelas berbeda dalam menjalani hari-harinya. Mereka memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus agar mudah melakukan aktivitas. Tidak hanya bagaimana masa tua dihabiskan, namun yang menjadi masalah adalah dalam menghabiskan masa tua, dapatkah dilalui dengan mudah atau justru terhalang oleh tidak terpenuhinya kebutuhan-kebtuhan khusus yang memang sudah seharusnya diperuntukkan bagi lansia. Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia, menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan, yaitu aspek biologi, aspek ekonomi, dan aspek sosial (BKKBN, 1998). Secara biologis, penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban daripada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat Dari aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial sendiri. Di negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Hal ini dilihat dari keterlibatan mereka terhadap
1
sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan keputusan, serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun. Tak banyak orang yang menyadari akan hal ini. Padahal di Indonesia jumlah lansia bertambah di tiap tahunnya. Dengan jumlah penduduk lansia yang tidak sedikit ini, sudah seharusnya memperhatikan kehidupan mereka mulai dari segi sosial, ekonomi, bahkan ruang yang akan mempengaruhi mobilitas dan aktivitas para lansia tersebut. Seperti yang kita ketahui, banyak lansia yang terkadang memaksakan diri untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang sebenarnya sudah tidak mungkin lagi dilakukan oleh lansia, terlebih jika kegiatan tersebut tidak diimbangi dengan fasilitas yang mendukung lansia utuk melakukannya, seperti kegiatan yang menguras tenaga dengan berjalan kaki dan menempuh perjalanan yang jauh namun medan yang dilalui terdapat banyak tanjakan. Kasus seperti ini dapat kita jumpai di berbagai pemberitaan seperti surat kabar, televisi, juga artikel-artikel terkait lansia. Namun sangat disayangkan karena hal-hal seperti ini justru luput dari perhatian masyarakat dan pemerintah. Padahal seperti yang kita ketahui, kebutuhan antara lansia dengan yang bukan lansia sangatlah berbeda. Aktivitas lansia jauh lebih menurun dibandingkan dengan masa produktifnya. Hal ini mengakibatkan para lansia akan memilih memperbanyak kegiatan di dalam rumah daripada melakukan kegiatan di luar rumah. Padahal tidak semua kegiatan bisa dilakukan di dalam rumah. Para lansia juga pasti butuh bersosialisasi dengan tetangga, berjalanjalan di lingkungan rumah, dan berolahraga. Di lingkungan sekitar kita, sangat jelas bahwa lingkungan yang ramah lansia tersebut sangat jarang keberadaannya. Padahal lingkungan yang ramah lansia sudah jelas akan ramah bagi siapapun. Tidak hanya pemerintah, kesadaran masyarakat sendiri juga dirasa masih kurang. Karena tidak jarang kita temui masyarakat yang melakukan pembangunan di suatu lingkungan mengabaikan keberadaan lansia tersebut. Parahnya lagi, terkadang masyarakat yang sudah lanjut usia dianggap tidak ada sehingga pembangunan-pembangunan yang ada tidak dilakukan dengan mempertimbangkan keberadaan lansia dan hal ini merupakan salah satu bentuk diskriminasi (Butler dalam Ramadhani, 2013).
2
Jika diperhatikan, konsep penyediaan ruang yang bersifat ramah terhadap lansia menjadi sangat penting dan akan sangat bermanfaat bagi lansia dari segi kesehatan fisik dan psikologisnya. Lansia yang menghabiskan sebagian waktunya di luar rumah untuk berinteraksi dengan orang lain akan mengurangi rasa depresi. Mereka akan merasakan kenyamanan karena tidak terisolasi di lingkungan yang mereka tempati. Lingkungan yang memberikan peluang tipis terhadap lansia untuk menghabiskan sedikit waktunya di luar ruangan akan mengubah image lansia menjadi penduduk golongan yang memiliki keterbatasan. Padahal jika benar-benar ditunjang oleh berbagai fasilitas dan kebijakan yang memadai, hal itu tidak akan terjadi. Contohnya adalah menyediakan tempat duduk di titik-titik tertentu di sekitar lingkungan dengan harapan lansia yang ingin berjalan-jalan dapat beristirahat tanpa harus pulang ke rumah, sehingga mereka dapat melanjutkan kegiatan di luar rumah tersebut. Contoh lainnya adalah sarana kesehatan menjadi sangat penting bagi lansia. Keberadaan sarana kesehatan yang jauh akan mempersulit para lansia untuk melakukan pengobatan ataupun konsultasi dengan pihak medis. Usia yang tak lagi muda menjadikan mereka rentan terhadap berbagai gangguan kesehatan sehingga akan lebih mudah jika kita memperhatikan keberadaan sarana kesehatan berada dekat dengan kawasan permukiman mereka. Banyak dari kita yang melihat kurangnya sarana kesehatan di suatu tempat sehingga menyulitkan pasien yang harus dibawa ke sarana pengobatan yang cukup jauh. Hal ini mengakibatkan akan semakin lama tindakan medis yang didapat oleh lasia tersebut. Masih banyak contoh lainnya yang terdapat dikehidupan kita seharihari. Tidak hanya sarana kesehatan yang memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan para lansia, namun dibutuhkan juga fasilitas dan pelayanan lainnya agar terciptanya kawasan yang ramah bagi lansia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Survey Meter (2013), provinsi di Indonesia yang memiliki jumlah lansia terbanyak adalah D.I Yogyakarta yang terdiri dari empat Kabupaten dan satu Kota. Kota inilah yang dipilih penulis sebagai lokasi penelitian. Kota Jogja memiliki 14 Kecamatan dan 45 Kelurahan. Kelurahan Gedongkiwo yang terletak di Kecamatan Mantrijeron adalah Kelurahan 3
dengan jumlah penduduk lansia terbanyak yang ada di Kota Jogja, yaitu sebanyak 1.147 jiwa (2014) atau 3,47% dari 13.814 (2014) jiwa penduduk yang ada di Kelurahan Gedongkiwo.
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Lansia Kota Yogyakarta Tahun 2014 No
Kecamatan
1.
Ngampilan
2.
Pakualaman
3.
Wirobrajan
4.
Mantrijeron
5.
Mergangsan
6.
Gondokusuman
7.
Kraton
8.
Gondomanan
9.
Kotagede
10.
Tegalrejo
11.
Danurejan
12.
Jetis
Kelurahan Ngampilan Notoprajan Purwokinanti Gunungketur Pakuncen Wirobrajan Patangpuluhan Gedongkiwo Suryodiningratan Mantrijeron Keparakan Wirogunan Brontokusuman Demangan Kotabaru Klitren Baciro Terban Patehan Panembahan Kadipaten Ngupasan Prawirodirjan Bejowinangun Prenggan Purbayan Kricak Karangwaru Tegalrejo Bener Suryatmajan Tegalpanggung Bausasran Bumijo Cokrodiningratan
Jumlah Penduduk Lansia Jumlah Presentase 877 2,66 655 1,98 591 1,79 394 1,19 885 2,68 830 2,51 628 1,90 1.147 3,47 932 2,82 907 2,75 833 2,52 948 2,87 885 2,68 675 2,04 216 0,65 757 2,29 1.086 3,29 743 2,25 645 1,95 910 2,76 613 1,86 609 1,84 778 2,36 697 2,11 819 2,48 727 2,20 976 2,96 813 2,46 742 2,25 356 1,08 380 1,15 710 2,15 591 1,79 758 2,30 807 2,44
4
No
13. 14.
Kecamatan
Kelurahan
Gowongan Gedongtengen Sosromenduran Pringgokusuman Umbulharjo Semaki Mujamuju Tahunan Warungboto Pandeyan Sorosutan Giwangan Jumlah
Jumlah Penduduk Lansia Jumlah Presentase 752 2,28 700 2,12 1.141 3,46 414 1,25 721 2,18 668 2,02 610 1,85 751 2,27 948 2,87 395 1,20 33020 100
Sumber : http://www.kependudukan.jogjaprov.go.id/ diakses pada 05/06/2015 Inilah mengapa penulis tertarik untuk mengangkat judul Identifikasi Kawasan Ramah Lansia Gedongkiwo Yogyakarta sebagai penelitian dengan harapan dapat mengetahui apakah kawasan yang terdapat banyak lansia merupakan kawasan yang ramah terhadap lansia. Selain karena alasan jumlah lansia yang berada di Kelurahan Gedongkiwo merupakan jumlah yang terbanyak di Kota Yogyakarta, hal yang melatarbelakangi penelitian ini adalah menurut WHO (World Health Organization) kawasan yang ramah lansia adalah yang memiliki fasilitas yang baik bagi lansia tersebut. Meskipun pada dasarnya lansia yang ditemui di Kelurahan Gedongkiwo belum memasuki kategori very old seperti yang dikatakan WHO. Para lansia sejatinya membutuhkan perhatian lebih dalam menjalani hidup sehari-hari. Selain untuk mengetahui seberapa besar kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap para lansia, penelitian ini juga bertujuan untuk membuka mata semua orang bahwa lansia juga memiliki hak yang sama bahkan pentingnya perlakuan khusus terhadap lansia.
1.2 Perumusan Masalah Kelurahan Gedongkiwo merupakan kelurahan yang memiliki jumlah lansia terbanyak berdasarkan data statistik kota Jogja (2014). Selain itu, lansia
5
mempunyai berbagai kebutuhan khusus namun jarang diperhatikan oleh pemerintah dan masyarakat sebagai pihak yang seharusnya memperhatikan kebutuhan manusia golongan tertentu seperti lansia yang memiliki kebutuhan khusus. Tidak hanya memperhatikan kebutuhan lansia, seharusnya pihak terkait tersebut lebih peka dan tidak menjadikan lansia sebagai prioritas terakhir dibandingkan dengan golongan usia lainnya. Selain itu, antara lansia dan usia produktif memiliki perbedaan akan kebutuhan ruang. Antara usia anak, usia produktif, dan lansia tidaklah sama. Hal ini dikarenakan perbedaan fisik dan daya gerak yang membatasi seseorang berdasarkan golongan usianya. Untuk itu penting adanya pertimbangan usia dalam menyediakan suatu kebutuhan maupun fasiitas yang akan dibangun.
1.3 Pertanyaan Penelitian Apakah Kelurahan Gedongkiwo termasuk kawasan yang ramah lansia?
1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penulis melakukan penelitian mengenai Kelurahan Gedongkiwo adalah untuk mengidentifikasi apakah Kelurahan Gedongkiwo merupakan kawasan yang ramah lansia atau tidak.
1.5 Batasan Penelitian 1.5.1
Batasan Lokasi Dalam melakukan penelitian, penulis memilih Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta sebagai lokasi penelitian. Kelurahan Gedongkiwo dipilih karena mempertimbangkan dua aspek yaitu : 1) skala kelurahan akan mempermudah dalam memperoleh informasi dan data mengingat para lansia tidak akan melakukan mobilisasi yang tinggi karena daya gerak mereka terbatas. 2) Kelurahan Gedongkiwo merupakan kawasan yang di dalamnya
6
terdapat banyak lansia namun tetap aktif meskipun sudah mengalami penuaan.
1.5.2
Batasan Fokus Kemudian,
fokus
dari
penelitian
ini
adalah
mengidentifikasi sebuah kawasan, dalam hal ini adalah Kelurahan Gedongkiwo yang di dalamnya terdapat banyak lansia. Kemudian mencari tahu apakah kebutuhan para lansia tersebut tercukupi apa tidak di dalam kawasan tersebut seperti sarana kesehatan, rumah ibadah, ruang terbuka, informasi, kepedulian, keringanan biaya, kontrol, transportasi, fasilitas penunjang, perumahan, dan rasa.
1.6 Keaslian Penelitian Keaslian penelitian bertujuan untuk menghindari plagiarisme dalam penulisan. Dalam hal ini penulis akan menyampaikan tema penulis yang dilengkapi dengan lokasi, fokus, dan metode penulis untuk kemudian dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang terdapat kemiripan. Keaslian penelitian sangat penting dalam sebuah penelitian. Keaslian penelitian dapat disajikan dalam berbagai bentuk seperti penjelasan dalam paragraf maupun disajikan dalam bentuk tabel. Berikut ini adalah tabel keaslian penelitian yang akan menjelaskan antara peneliti terdahulu dan penelitian yang dilakukan oleh penulis.
7
Tabel 1.2 Keaslian Penelitian No
Peneliti
Judul; Tahun; Lokasi
Tujuan Penelitian
1.
Tim Survey Meter dan Center of Ageing Studies Universitas Indonesia
Merancang Kebijakan Kota Ramah Lansia; 2013; Medan, Payakumbuh, Mataram, Denpasar, Jakarta Pusat, Depok, Yogyakarta, Solo, Surabaya, Malang, Makassar, Balikpapan, Semarang, dan Bandung.
Mencocokkan kesesuaian kota atas indikatorindikator yang telah diberikan oeh WHO.
Metode Penelitian dan Pendekatan Deduktif Kualitatif
Teknik Analisis
Hasil Penelitian
Dalam penelitian tersebut, dilakukan wawancara terhadap kelompok umur tertentu yang berasal dari berbagai daerah seperti yang telah disebutkan tadi. Selain itu, peneliti terdahulu juga mewawancarai Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) setempat yang terkait dengan delapan dimensi kota ramah lansia. Pewawancara juga melakukan pengamatan langsung di lapangan. Kajian kualitatif tentang praktikpraktik terbaik dilakukan di enam kota. Penelitian tersebut menggunakan indikator penting kota ramah lansia milik WHO, selain mendokumentasikan penilaian masyarakat, SKPD, dan hasil pengamatan lapangan.
Data dasar tentang penilaian kota ramah lansia dalam bentuk deskriptif dan indeks total setiap dimensi. Hasil kajian ini diharapkan bisa membantu memberikan masukan kepada pemerintah daerah dalam membuat kebijakan menciptakan kota ramah lansia tahun 2030.
2.
8
No
3.
Peneliti
Judul; Tahun; Lokasi
Tujuan Penelitian
Erma Irawaty
Hubungan Antara Persepsi dan Tingkat Kepentingan Lansia Terhadap Taman Langsat Kebayoran Baru Jakarta Selatan; 2014; Jakarta Selatan.
Mengidentifikasi persepsi dan tingkat kepentingan lansia terhadap atribut Taman Langsat sebagai ruang aktivitas di luar ruangan bagi lansia dan mengidentifikasi hubungan antara persepsi dan tingkat kepentingan lansia terhadap atribut Taman Langsat.
Siti Utari
Kawasan Ramah Lansia Di Kelurahan Gedongkiwo; 2015; Gedongkiwo Yogyakarta.
Mengidentifikasi Kelurahan Gedongkiwo sebagai kawasan yang ramah lansia.
Metode Penelitian dan Pendekatan Deduktif Kuantitatif
Deduktif Kualitatif
Teknik Analisis
Hasil Penelitian
Teknik analisis dilakukan dengan pengumpulan data primer dan sekunder, observasi lapangan dan kuisioner. Dengan metode deduktif kualitatif maka dilakukan pengambilan sampel yaitu pengunjung lansia sebanyak 140 jiwa dan kemudian di lakukan uji ststistik.
Menemukan ada tidaknya hubungan antara persepsi dan kepentingan keberadaan taman lansia yaitu Taman Langsat.
Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian dengan mengumpulkan data melalui wawancara dan survei lapangan. Penelitian ini berangkat dari lima teori yang kemudian dilakukan deduksi variabel sebelum nantinya akan digunakan sebagai kriteria kawasan ramah lansia.
Kelurahan Gedongkiwo merupakan kawasan yang ramah terhadap lansia.
Sumber : Analisis Penulis, 201
9
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tim Survey Meter, penelitian dilakukan di beberapa kota besar maupun kota kecil yang bertujuan menilai seperti apakah kota yang ramah lansia. Tim Survey Meter menggunakan delapan variabel yang dikeluarkan oleh WHO tanpa mengumpulkan variabelvariabel lain dari teori-teori sebelumnya. Dengan delapan variabel tersebut, Tim Survey Meter menilai tiap-tiap kota besar maupun kecil yang berjumlah 14 kota di antaranya Medan, Payakumbuh, Mataram, Denpasar, Jakarta Pusat, Depok, Yogyakarta, Solo, Surabaya, Malang, Makassar, Balikpapan, Semarang, dan Bandung. Sedangkan untuk penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah mempersempit skala penelitian, yaitu memilih Kelurahan Gedongkiwo yang merupakan salah satu Kelurahan di Kota Yogyakarta. Dengan skala Kelurahan, penulis dapat melakukan penelitian lebih detil lagi dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penulis menggunakan sebelas variabel yang dideduksi dari lima teori dan salah satunya adalah variabel dari WHO. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Tim Survey Meter, penelitian kedua yang dilakukan sebelumnya memilih skala yang lebih kecil lagi. Skala tersebut adalah taman, dimana skala ini termasuk ke dalam variabel ruang terbuka yang disusun oleh penulis, dan yang menjadi fokus peneliti sebelumnya adalah ada tidaknya hubungan antara persepsi dan kepentingan keberadaan taman lansia yaitu Taman Langsat. Keterkaitan antarpenelitian terjadi berdasarkan skala yang terus diturunkan oleh masing-masing penulis. Untuk metode yang digunakan tidak semuanya sama. Pada penelitian yang dilakukan oleh Tim Survey Meter dan Center of Ageing Studies Universitas Indonesia, metode yang digunakan adalah sama dengan metode yang digunakan oleh penulis, yaitu deduktif kualitatif. Sedangkan penelitian sebelumnya yang meneliti Taman Langsat adalah penelitian yang menggunakan metode deduktif kuantitatif.
10