Suara Hati Mahasiswa
Terbit sejak 1991
BERANDA Koran Dwiwulan LPM Solidaritas
SOLIDARITAS, Edisi November-Desember 2016
Rektor: UINSA Masih Jauh Menuju WCU
M
emasuki usianya yang ke 50 tahun, UINSA Surabaya dituntut terus berbenah dalam segala aspek. Salah satunya masalah infrastruktur dan penanaman karakter. Dalam dua tahun terakhir, pembangunan gedung baru kampus yang terletak di jalan Ahmad Yani Surabaya 117 ini tengah digalakkan. Sebagaimana disampaikan Prof. Dr. H. Abd. A’la Rektor UINSA saat ditemui di ruang kerjanya Minggu (16/10), selesai pembangunan gedung Twin Tower, Fakultas Syariah dan Hukum, dan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK), pada tahun 2016 ini tengah berlangsung pembangunan gedung
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) dan Student Center (SC) di lahan bekas Gedung Dekanat FTK. Selain gedunggedung yang sudah berdiri dan digunakan sesuai fungsinya, UINSA kembali merencanakan pembangunan kampus 2 di Gunung Sari pada tahun 2018. Abd. A’la berharap, IDB (Islamic
Bersambung ke halaman 10, MEMASUKI
Menuju WCU , JIIs Perkuat Literasi
S
Foto: Jurnal milik JIIS yang sudah dibukukan (dok. iva)
ebagai kampus yang tengah meniti langkah menuju World Class University (WCU), UINSA tentunya harus memenuhi standarisasi global dalam bidang literasi. Bukan sekedar aspek fisik seperti, bangunan megah, kampus yang luas, fasilitas super, dan sebagainya. Cita-cita menuju UINSA sekilau emas selayaknya didukung dengan jejeran prestasi akademisi, baik tenaga pengajar maupun mahasiswanya. Dalam bidang keilmuan, referensi dalam bentuk hard copy maupun soft copy, termasuk di dalamnya berbagai jurnal yang menjadi salah satu dari aspek penting dalam sistem pendidikan tinggi. Salah satu jurnal UINSA yang telah terindeks secara internasional adalah Journal of Indonesian Islam (JIIs). JIIs merupakan jurmal milik Bersambung ke halaman 11, UINSA
BERANDA Salam Redaksi!!!
SOLIDARITAS, Edisi November-Desember 2016
M
Salam Persma!
enulis ialah perkara mudah, namun sudah barang tentu bukan soal yang sederhana. Setidaknya hal itulah yang menyiratkan perjalanan para kru, jurnalis, serta redaktur LPM Solidaritas ketika mencoba menarasikan sudutsudut UINSA medio Juni – November. Rentang waktu yang begitu lama itu, berhasil dibingkai menjadi buah karya Beranda. Maka, akan sangat terkesan bagi anggota redaksi, jika buah karya ini bisa dibaca oleh khalayak. Meski jauh dari sempurna, namun, kami selalu berharap agar buah karya ini tetap berada di hati pembaca. *** Baru-baru ini UIN Sunan Ampel Surabaya baru saja merayakan usianya yang ke 50. Predikat usia emas pun disandang. Sisi baiknya, pada usianya kini UINSA telah disolek menjadi kampus dengan bangunan megah. Maka tak heran, civitas akedemika acap kali menjadikannya tempat favorit untuk sekadar swafoto. Dengan kucuran dana dari Islamic Development Bank, wajah gedung UINSA disulap menjadi gedung kembar yang
menarik untuk dipandang, sekaligus tempat hunian yang layak bagi pegawai UINSA serta mahasiswa pascasarjana. Sebuah pertanyaan mendasar muncul. Apakah dengan usia “emas” ditunjang dengan perwajahan gedung kampus yang “baru” itu, sistem pengajaran, fasilitas atau berbagai aspek di dalamnya juga ikut berubah? Ataukah, wacana perubahan itu hanya mengacu pada nama semata? Atau barangkali, ini hanyalah seputar “kemasan” belaka? Pertanyaan ini tidak untuk dijawab langsung. Melainkan, realita di lapangan telah berbicara. Tagline “Menuju World Class University” digadang-gadang menjadi orientasi baru, kampus Islam negeri satu-satunya di Surabaya ini. Namun tampak belum ada kesiapan yang berarti untuk menempuhnya. Justru yang ada ialah kesan keterpaksaan berbagai lini dalam merengkuh itu. Fasilitas parkir mangkrak. Beberapa fakultas masih keteteran dalam menata kurikulumnya. Bahkan ada pula fakultas yang masih terpaksa mengambil jam kuliah di waktu weekend. Di samping itu, seperti tak ada kemudahan yang berarti bagi
mahasiswa yang berkeinginan untuk “berbicara banyak” di level internasional. Melihat berbagai fenomena itu, kita laksana berada dalam gurun pasir. Lalu di depan mata, terlihat fatamorgana, dan ketika mendekatinya semua sangkaan itu kosong. Keadaan seperti ini tentunya sangat tidak sehat bagi pertumbuhan kampus. Apalagi saat menyinggung World Class University, sudah barang tentu kewajibankewajiban mendasar dipenuhi. Tak elok jika sebuah harapan besar, tak diimbangi dengan progresivitas program. Kemudahan akses bagi mahasiswa jelas perlu diperhatikan. UINSA emas mesti disikapi sebagai wacana perwujudan perubahan terhadap target baru. Gelar emas yang melekat pada usia yang ke-50 ini patut dikonversi menjadi langkah serius. Stake Holder wajib membantu langkah itu dengan memudahkan akses civitas akademika. Dengan demikian, kita tidak benar-benar merasa seperti di sebuah gurun sembari melihat fatamorgana. (*) Redaksi.
Susunan Redaksi: Pelindung: Prof. Dr. H. Abd A’la, M.Ag. Penasehat: Prof. Dr. H. Ali Mufrodi, MA., Drs. H. Samsoel Bahari, MM., Drs. H. Jainuddin, M.Si. Pembina: Dr. Abdul Cholik, M.Ag., Muhlisin, M.Pd.I, Alfi Yusron, S.HI., Sulanam, M.Pd., Muhammad Nuril Huda, M.Pd., Dewa Arya, Fikri Yanda, M.Pd. Pemimpin Umum: Ahmad Farid Pemimpin Redaksi: Iva Yuroidha Sekretaris Redaksi: Moh. Mizan Asrori Redaktur: Azizah, Mutiatul Lutfi; Reporter: Arina Rizky, Harisul Hamam, Prilia Oktaviani, Desita Dini Prastiwi, Atika Rusyda, M. Nailur Rofi, M. Husnil Marom, Eva Ardilah Daulati, Muhtadi, Elvina Karima, Diah Islamiarti; Karikaturis: Wiji Agustin Sasmita, Aqib Antasena; Layout: Mohammad Iqbal Sekretariat: Jl. Jemur Wonosari Gang IAIN No.23A Wonocolo Surabaya website: www.solidaritas-uinsa.org | email:
[email protected] ~
[email protected]
2
KHOBAR Beranda
SOLIDARITAS, Edisi November-Desember 2016
U
Mahasiswa Keluhkan Telatnya Penurunan UKT
ang Kuliah Tunggal (UKT) yang tinggi merupakan salah satu permasalahan yang dikeluhkan Mahasiswa UINSA Surabaya. Pasalnya, tidak semua mahasiswa UINSA tergolong mampu. Terlebih bagi mahasiswa yang l o l o s melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) Mandiri. yang dikenakan UKT golongan 5 atau tertinggi. Menyadari hal ini, Dewan Mahasiswa Universitas (Dema-U) berinisiatif mengajukan penurunan UKT bagi mahasiswa UINSA yang tidak mampu kepada pihak rektorat. Inisiatif ini mendapat respon positif dari kalangan mahasiswa. Adanya penurunan UKT ini tentunya juga harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Seperti, menyerahkan identitas lengkap, foto rumah, dan lain lain. Selain itu, tahap penyeleksian pun terbilang cukup ketat. “Dema-U bekerja sama dengan Dema-F. Setelah semua dirasa sudah memenuhi syarat-syarat tersebut, baru Dema-F menyerahkan berkas-berkas mahasiswa ke Dema-U. Dari Dema-U juga diseleksi lagi mana mahasiswa yang layak lolos penurunan UKT. Selanjutnya Dema-U menyerahkan ke pihak rektorat
berkas-berkas mahasiswa yang sudah diseleksi tadi untuk ditindak lanjuti pihak rektorat,” tutur Fida selaku ketua Dema Fakultas Psikologi dan Kesehatan. Tahap selanjutnya adalah interview dan pengecekan ke rumah mahasiswa. Hal ini dilakukan supaya penurunan UKT diterima hanya
untuk mahasiswa yang benarbenar tidak mampu. “Untuk interview dilakukan pihak tertentu yang benar-benar paham masalah body language. Jadi kalau ada mahasiswa yang berbohong langsung bisa ditebak, nggak main-main,” terang Fida. Namun, adanya penurunan UKT ini nyatanya tidak berjalan sesuai harapan mahasiswa. Belum jelas bagaimana tindak lanjut rektorat mengenai hal ini. Pasalnya, mahasiswa yang berpeluang lolos penurunan
3
UKT hanya mendapat sms dari Dema-U, tidak dari rektorat. “Saya hanya mendapat sms dari Dema-U kalau saya berpeluang lolos penurunan UKT ini. Tapi, sampai saat ini tindak lanjutnya masih belum jelas, apakah UKT saya jadi turun atau tidak,” ungkap Nafidha, Mahasiswi psikologi, semester 3. Nafidha juga mengungkapkan bahwa ia akan merasa kecewa jika tidak ada tindak lanjut yang jelas mengenai hal ini. Adanya masalah ini juga diperkuat dengan pernyataan Umar Faruq, Mahasiswa Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), semester 3. Bahwa, pihak rektorat yang terkait penurunan UKT ini molor karena masih sibuk mengurusi SPMB Mandiri tahun 2016. “Saya sampai datang ke rektorat, saya datangi pihakpihak yang terkait,” tutur Umar Faruq. Selain itu, dari pihak rektorat juga mengatakan, mahasiswa yang lolos melalui jalur SPMB Mandiri tidak dapat menerima penurunan UKT, dikarenakan sudah sejak awal ditetapkan bahwa mahasiswa yang lolos melalui jalur ini dikenakan UKT golongan 5. “Padahal tidak semua mahasiswa yang ikut jalur mandiri tergolong mampu. Bisa saja mereka masuk jalur ini karena kepepet, atau ada alasan lain,” jelas Umar Faruq. Ketika ditanya mengapa ikut penurunan UKT, kebanyakan mahasiswa menjawab bahwa mereka ingin meringankan beban
KHOBAR Beranda
SOLIDARITAS, Edisi November-Desember 2016
Kurang Sosialisasi UINSA Market, Kantin Kejujuran Merebak
“
Kaitannya dengan kantin kejujuran saya sudah sampaikan bahwa itu secara aturan ilegal, karena harusnya semua yang berbau bisnis di kampus ini dan menghasilkan uang harus lewat pusat bisnis. ..........” (Taufik Siraj, Kepala P2B)
S
emangat menuju WCU mengharuskan UINSA berkembang di berbagai sektor, termasuk dalam hal wirausaha. Pusat Pengembangan Bisnis (P2B) UINSA sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam bidang bisnis berwenang menyediakan beberapa fasilitas untuk menunjang mahasiswa dalam berwirausaha. Salah satunya dengan adanya UINSA market sebagai sarana pembelajaran kepada mahasiswa. Seperti yang diungkapkan Taufik Siraj, Kepala P2B, “Saya secara kelembagaan sudah menyediakan untuk mahasiswa fasilitas berjualan dan itu bergantian. Di depan Maqha ada dua tenda, itu sudah dibuat aturan 5 hari free 5 hari bayar. Itu yang kita sebutkan UINSA Maket. Memang sengaja itu tidak dibuat untuk permanen karena kita pengen memberikan pembelajaran untuk masiswa,” ungkapnya saat ditemui di ruang kerjanya. Akan tetapi yang terjadi
di lapangan berbeda, dua tenda maupun dosen. Beberapa dosen tersebut kosong dan tidak ada bahkan merasa terbantu dengan yang menempati, sesekali hanya adanya kantin kejujuran ini, ramai ketika ada organisasi “Kantin kejujuran yang ada yang menyewa untuk keperluan sebenarnya sangat membantu bazar buku dan kegiatan lain. kami terutama untuk dosen yang Mahasiswa lebih memilih ingin makan makanan ringan fakultas sebagai tempat berjualan atau cemilan bahkan minuman. tanpa penjaga, yang familiar Dengan kondisi fakultas yang disebut kantin kejujuran. saat ini belum memiliki kantin, Kantin kejujuran yang kantin kejujuran sebagai inisiatif menyebar hampir di seluruh mahasiswa sangat bermanfaat,” fakultas pun mendapat tanggapan jelas Esti Novi Andyarini, Dosen dari Taufik, “Kaitannya dengan Fakultas Saintek. kantin kejujuran saya sudah Selain itu, mahasiswa sampaikan bahwa itu secara aturan sendiri selaku penjual mengaku ilegal, karena harusnya semua tidak tahu-menahu tentang yang berbau bisnis di kampus regulasi yang mengharuskan ini dan menghasilkan uang harus mahasiswa menghadap Pusat lewat pusat bisnis. Tetapi kalau Bisnis sebelum berjualan. mahasiswa pengen buka jualan “Mungkin sosialisasinya kurang izin dulu ke fakultas, boleh gak di kepada mahasiswa sendiri, sana ditempati. Ternyata banyak sehingga banyak mahasiswa fakultas keberatan ditempati yang menjadi pedagang di apalagi dimodel kayak gitu, kayak kantin-kantin kejujuran tidak terminal, walaupun labelnya mengetahui regulasi yang ada.” bagus ‘kantin kejujuran’,” ungkap Siti Fatimatuzzahro, tambahnya. mahasiswa Psikologi semester Dikonfirmasi terpisah, enam. kantin kejujuran ini mendapat Terkait hal tersebut, Taufik respon baik dari mahasiswa menyampaikan, sosialisasi Bersambung ke halaman 12, SEMANGAT
4
4
KHOBAR Beranda
SOLIDARITAS, Edisi November-Desember 2016
HARAP-HARAP CEMAS FASILITAS UINSA EMAS
“
“Untuk beasiswa berprestasi iya pasti akan diberi tetapi juga harus memenuhi syarat, tingkat nasional maupun internasional pasti di berlakukan, akan tetapi juga harus ada pertimbangan.” Nur Hadi, Bagian Kemahasiswaan
S
ejak adanya pembangunan gedung baru, UINSA mulai menampakkan banyak perubahan. Terutama setelah terlaksananya program 50 tahun UINSA Emas. Dari berbagai visi misi UINSA yaitu terwujudnya UINSA Emas menuju WCU, salah satunya dengan meningkatnya sumber daya UKK dan UKM. Terlebih lagi dengan banyaknya beasiswa yang menjadi sorotan untuk kalangan mahasiswa. Dalam lima tahun terakhir, prestasi yang diraih beberapa mahasiswa semakin berkembang dan menunjukan kemajuan yang cukup membanggakan. Prestasi yang diraih mulai dari tingkat provinsi hingga go internasional. Sudah cukup banyak mahasiswa UINSA yang menjajaki negaranegara tetangga dengan membawa kebanggaan tersendiri. Seperti halnya UKM Paduan Suara yang pernah memenangkan juara lomba di Singapura. Adapula prestasi UKM UPTQ
yang telah sukses mengadakan festival Al-Qur’an se-Jawa Timur yang memperlombakan delapan cabang lomba. Kaitannya dengan prestasiprestasi tersebut, UINSA memberikan penghargaan khusus dengan memberikan beasiswa. hal ini sebagaimana disampaikan Drs. Nur Hadi, MM., Kasubbag Administrasi dan Pembinaan Mahasiswa yang mengiyakan hal tersebut, “Untuk beasiswa berprestasi iya pasti akan diberi tetapi juga harus memenuhi syarat, tingkat nasional maupun internasional pasti di berlakukan, akan tetapi juga harus ada pertimbangan,” ujar Nur Hadi Namun, diluar itu, kendala masih dirasakan UKM. Salah satunya terkait kejelasan kantor kerja. Pihak rektorat sendiri menjanjikan akan dibangun gedung student center atau basecamp UKM, yang akan dibangun di bagian belakang gedung rektorat lama. Satu unit dengan gedung FEBI yang
saat ini sedang dalam proses pengerjaan. Rencananya, gedung akan dibangun kurang lebih delapan lantai, dimana lantai dasar diperuntukkan bagi seluruh UKM, dan lantai 2 seterusnya untuk perkuliahan. Akan tetapi, dirasa belum adanya perbedaan yang signifikan setelah UINSA Emas dan kurang lebih setahun pembangunan Twin Tower mengenai sumber daya setiap UKM, terutama dirasakan UKM UKOR. Sebagai dampak ketidakjelasan fasilitas tersebut, mahasiswa menjadi kurang latihan dikarenakan tidak memiliki fasilitas lapangan sepak bola untuk mengasah skill para pemain. Sehingga mengharuskan mereka berusaha latihan di luar kampus. Mengenai hal itu, Prof. Dr. H. Ali Mufrodi, MA., Wakil Rektor III menjelaskan, bahwa akan ada lapangan sepakbola di kampus 2 UINSA. Disana juga direncanakan dibangun kolam renang dan rumah sakit sebagai
Bersambung ke halaman 12, SEJAK
5
SOSOK Beranda
SOLIDARITAS, Edisi November-Desember 2016
Mahasiswa Inspiratif dengan Karya
Cikgu Ahmad Zulal Abu Main (Mahasiswa Fakultas Syariah Volunteer VTIC 5)
“Keterbatasan bukanlah hambatan untuk mewujudkan impian dan cita di masa depan. Justru kita harus bersyukur dengan kekurangan, karena dengan itu kita bisa membuktikan bahwa kita bisa berkembang dan menggapai bintang di awan,” Ahmad Zulal Abu Main.
K
alimat motivasi yang terucap dari Abu, Mahasiswa semester IV Fakultas Syariah kelahiran Gresik 10 Agustus 1996 tersebut untuk menginspirasi dirinya dan seluruh kawan-kawan mahasiswa terutama AMBISI (Aliansi Mahasiswa Bidik Misi). Latar belakang terlahir dari keluarga kurang mampu tidak menyulutkan semangatnya untuk belajar, justru dengan kekurangan tersebut dia bersyukur dan tetap
semangat dalam menggapai cita dan mewujudkan mimpi melalui b e a s i s w a bidikmisi. Kali ini Abu mendapatkan kesempatan m e n g a b d i menjadi relawan pengajar di program VTIC5 (Volunteerism Teaching Indonesian Children Cycle V) yang berlangsung pada tanggal 2– 24 Agustus 2016 di Sarawak Malaysia. Salah satu fokus dari VTIC adalah pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk anak-anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di 13 sekolah nonformal yang tersebar di Sarawak oleh 40 mahasiswa terpilih dari berbagai Universitas di Indonesia.
6
Kegiatan ini bertepatan dengan momentum hari Kemerdekaan Republik Indonesia dalam mewujudkan pengembangan pendidikan, sosial, dan kemajuan kualitas sumber daya manusia (SDM) anak-anak buruh migran di Sarawak Malaysia. Dia berhasil lolos dari sekitar 700 peserta melalui 3 tahapan seleksi dipilihlah 40 peserta, namun ada 5 peserta yang mengundurkan diri sehingga total relawan yang berangkat menjadi 35 peserta. Peserta VTIC5 dari berbagai Universitas seperti; UGM, UNJ, Universitas Jenderal Sudirman,Universitas Pendidikan Indonesia, UIN Sunan Kalijaga, UNPAD, IAIN Purwakerto, Universitas Negeri Makassar dari President University, IPB, UIN Syarif Hidayatullah, ITS, UIN Syiah Kuala, UNHAS, UNIBRA, Universitas Muhammadiyah
SOSOK Beranda
SOLIDARITAS, Edisi November-Desember 2016
Cirebon, Institut PTIG Jakarta,UI, Universitas Cendrawasih Brawijaya, UINSA, UNDIP, Universitas Tanjung Pura. Tahapan pembekalan dan pelatihan sudah dilalui yakni; a. Pelatihan pada tanggal 20-22 Mei di Yayasan Al Ikhlas dan Al Fahrisi, Banten. Pada pelatihan ini dia diajarkan pengenalan kondisi target VTIC5 di Srawak, konsep media ajar, penguatan pembelajar di regional, pengumpulan ide-ide kreatif dari teman-teman VTIC5 b. Menjelang keberangkatan ke Malaysia yakni tanggal 30-31 juli; pemantapan persiapan para relawan VTIC5 di Jakarta mengenai detail eksekusi waktu selama program berlangsung. Mahasiswa sekaligus marbot di Musholla Al Ikhlas ini sudah melakukan banyak persiapan baik dari segi metode-metode pembelajaran, ice breaking, motivasi , serta ilmu yang bisa dibagikan dan dikembangkan di sana. Tentunya metode pembejaran yang lebih efektif, edukatif namun fleksible yang bisa diterima oleh anakanak. Persiapan fisik karena kondisi di sana panas, banyak debu karena perkampungan dari perkebunan kelapa sawit serta mencari sponsor untuk menopang kebutuhan biaya untuk berangkat ke sana. Baginya pendidikan adalah kooperatif jalan utama untuk mewujudkan majunya suatu bangsa, daerah itu sendiri.
Mengutip apa yang dikatakan Nelson Mandela bahwasanya, “ Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia”. Pendidikan merupakan faktor utama yang membuat dia tertarik dan yakin bahwa pendidikanlah yang akan merubah suatu bangsa dan Negara tersebut. Sasaran yang akan diajar adalah anak-anak para TKI yang bekerja di Malaysia. Meski dengan Keterbatasanketerbatasan meliputi biaya, waktu, ruang serta guru karena di Sarawak sendiri merupakan sekolah non formal yaitu sekolah yang apa adanya saja, kekurangan buku serta guru dengan kapasitasnya belum cukup banyak, kurikulum juga kurang. Faktor lingkungan sangat berpengaruh karena pragmatis pekerja di sana untuk mencari uang sehingga anak-anak pekerja kurang begitu terurus dalam dunia pendidikan. Hal itu yang akan ditekankan dalam program ini adalah motivasi pada anak-anak itu sendiri, berawal dari latar belakangAbu dari keluarga kurang mampu kemudian menggugah semangat mereka untuk menjadi lebih baik bahwasanya segala keterbatasan tidak membuat kita menyerah untuk menilai masa depan, tetap semangat untuk keluarga,bangsa dan negara justru dari keterbatasan itu sendiri harusnya kita mampu untuk lebih berkembang dan berprestasi. Harapan dari program ini pastinya supaya menjadikan diri lebih manfaat, berbagi
7
pengalaman, membagikan suatu hal bersifat soft skill, pendidikan karakter, anak-anak lebih semangat lagi untuk melanjutkan pendidikan baik dari guru, orangtua maupun lingkungan. Dari lingkungan sedikit demi sedikit melalui program VTIC5 akan mengubah paradigma masyarakat untuk tidak hanya mengetahui urusan duniawi saja namun juga mengutamakan pendidikan, kemudian projek Abu kedepan bersama AMBISI dan Ikatan Mahasiswa Gresik akan melakukan pengabdian pada masyarakat Bentuk support dari kampus yakni saat H-3, Abu melakukan wawancara dengan bagian SPI kampus kemudian bertemu bapak Hakam yang bersedia membiayai tiket dan uang saku. Saat H-2, Abu bertemu dengan bu Retno bagian keuangan untuk uang saku dan tiket adalah sebesar Rp 6.300.000,00 dan akhirnya saat H-1 , Abu mendapat kabar bahwa dia diberi bantuan support dana sebesar Rp 3.500.000,00 untuk tiket dari Jakarta ke Kuala Lumpur, Kuala Lumpur ke Miri, Miri ke Singapura, Singapura ke Jakarta tanpa tiket SurabayaJakarta dan Jakarta Surabaya. Mahasiswa pemenang kompetisi debat hukum tingkat fakultas syariah dan hukum ini akan melanjutkan perjuangan mewakili kampus dan Jatim di Kementerian Pertahanan Pusat pada 4 September mendatang. (prl)
RESENSI Beranda
SOLIDARITAS, Edisi November-Desember 2016
Judul buku Penulis Penerbit Cetakan 2015 Halaman ISBN Peresensi
: Frankenstein : Mary Shalley : Qanita : Pertama, Oktober : 316 hlm. : 978-602-1637-94-4 : Siti Romlah*
“Orang yang tidak dapat mengambil pelajaran dari masa tiga ribu tahun, hidup tanpa memanfaatkan akalnya.” (Gothe)
Frankenstein; Novel Fiksi Ilmiah yang Beragama
D
ewasa ini, novel bergenre fiksi ilmiah mulai mewarnai dunia kepenulisan di Indonesia seperti Dee (Serial Supernova) dan Eliza V. Handayani (Area X; Hymne angkasa raya). Hal ini dikarenakan sastra seringkali dianggap sebagai salah satu agen perubahan zaman. Sehingga, di tengah gegap gempitanya kemajuan teknologi dan informasi, sastra kerapkali dibebani harapan untuk
mampu memberikan nilai-nilai bagi masyarakat menghadapi perubahan tersebut. Harapannya, dengan nilai-nilai yang terkandung dalam sastra masyarakat tidak gagap lagi terhadap kemajuan teknologi. Namun, beberapa novel fiksi ilmiah di Indonesia banyak yang tidak beragama. Sains yang mereka sampaikan kerap menghadirkan kerancuan terhadap Agama. Salah satunya Supernova-nya Dee, serial Partikel yang mengagungkan
8
8
fungi sebagai satu-satunya spesies yang dapat bertahan setelah kiamat. Kehadiran novel Frankenstein ini dapat menjadi acuan para penulis. Kita bisa belajar dari novel fiksi ilmiah pertama dalam dunia kesusastraan yang ditulis oleh Mary shalley di abad 19. Novel ini menceritakan perjalanan seorang mahasiswa yang terobsesi terhadap sains, Victor Frankenstein. Mahasiswa paling cerdas yang membuat
RESENSI Beranda
SOLIDARITAS, Edisi November-Desember 2016
profesor-nya, Mr. Krempe dan Mr. Waldman, kagum. Ketertarikannya pada sains bermula sejak kecil. Dia suka membaca buku teori kimia kuno. Ketertarikannya semakin besar ketika dia menyaksikan petir yang menyambar pohon di depan rumahnya. Maka, dia mulai meneliti tentang petir yang menghasilkan kesimpulan bahwa dalam petir ada energi listrik. Dari penelitiannya tersebut, dia mulai mengembangkannya dalam experiment-experiment kecil di apartemennya. Hingga suatu hari, dia terobsesi untuk menciptakan manusia modern. Makhluk yang mempunyai kemampuan lebih dari manusia, yang bentuknya lebih besar, dan otaknya lebih cerdas. Pertama, dia meneliti
anatomi manusia, mengumpulkan potongan tubuh mayat, menjahitnya menjadi satu, lalu menghidupkannya dengan teori 1 galvanisme . Namun, setelah makhluk ciptannya hidup, Victor menjadi ketakutan. Makhluk yang diciptakannya tidak sesuai dengan pikirannya. Makhluk itu besar sekali dan mukanya menyeramkan seperti monster. Sehingga, Victor meninggalkan makhluk ciptaannya. Sejak itu, kemalangan satu persatu mulai terjadi akibat dari experimen dan ambisinya untuk membuat manusia modern (hlm. 47). Novel ini memberikan banyak pelajaran bagi kita, bahwa tidak semua hal dapat diselesaikan dengan ilmu pengetahuan. Menariknya, novel fiksi ilmiah ini juga beragama. Karena pembaca juga akan belajar, bahwa manusia tidak akan pernah sama derajatnya dengan 1 Penggunaan aliran listrik pada jaringan tubuh, yang menyebabkan terjadinya kontraksi otot. Eksperimen ini pertama kali dilakukan oleh Luigi Galvani (1737-1798), ahli anatomi Italia.
9
Tuhan yang mampu mencipakan makhluk, bahwa di dunia ini ada batasan tertentu yang manusia tidak bisa melampauinya, juga bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan makhluknya seburuk apapun rupanya. Selain itu, Mary tidak hanya melulu menyajikan sains kepada pembaca. Namun juga menghadirkan nilai-nilai yang secara eksplisit tetap mempertahankan keimanan pembaca. Maka tak heran, jika banyak kritikus sastra yang mengatakan bahwa novel ini hadir sebagai bentuk perlawanan penulis terhadap tokoh Renaissance yang sangat mengagungkan ilmu pengetahuan. Novel ini sangat cocok dibaca kaum muda, penulis pemula, terlebih mahasiswa jurusan sastra. Novel ini juga sering dijadikan bahan diskusi dalam perkuliahan sastra, khususnya Sastra Inggris. Karena, selain belajar sains kita juga bisa belajar beberapa hal yang tidak ada teorinya, seperti keimanan. *)Mahasiswa semester 5 prodi Sastra Inggris Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Ampel Surabaya.
SAMBUNGAN Beranda
SOLIDARITAS, Edisi November-Desember 2016
Sambungan dari hal 1, MEMASUKI Development Bank) masih berkenan bekerjasama dengan UINSA. Di samping itu, pihaknya juga sedang mengembangkan program studi (prodi) keagamaan dan baru. Hal senada disampaikan mahasiswa semester 3 Prodi Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK), Muhammad Caesar Firdaus, ia mengakui adanya perkembangan infrastruktur sejak beralih menjadi ini. “Perkembangan ini patut UIN. Hanya saja dirinya merasa kita syukuri. Tapi kita juga kecewa dengan masih terjadinya harus mengakui masih banyak banjir, terutama di bagian kampus kekurangan-kekurangan karena belakang. “Selayaknya jalan tuntutan masyarakat dan global diratakan jangan cuma yang memang sangat menantang,” depan.” Tutur Firdaus. Selain itu imbuhnya. Selain infrastuktur, dalam Firdaus juga menambahkan, ada sebagian dosen dan mahasiswa rencana strategisnya UINSA juga yang mengeluh karena panasnya menargetkan lahirnya lulusan memiliki kompetensi ruangan. Padahal secara yang intelektual. Yaitu dalam pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT) sama-sama harus tepat wujud kesadaran, kepekaan, dan kemampuan waktu. “Kok tidak disamaratakan kearifan, ya, padahal di sini bayar UKT-nya memecahkan masalah yang gak boleh telat, kalau memang dihadapi masyarakat beserta deadlinenya ini ya ini, kenapa lingkungannya. Harapan tersebut kok gak dipenuhi, padahal kita diwujudkan dengan penanaman udah ngasih kewajiban kita,” nilai-nilai karakter Smart, Pious, tukasnya menirukan ucapan dan Honourable. Mengenai perkembangan salah satu dosen dan mahasiswa penanaman karakter ini, Abd. yang merasa tidak mendapatkan A’la mengaku telah berusaha haknya. Disinggung perihal mewujudkannya. Salah satunya peraturan supaya grand design UINSA menuju melalui mahasiswa mengikuti beberapa World Class University (WCU), Abd. A’la mengakui masih jauh, kegiatan yang berkaitan dengan namun tetap perlu dikawal. akhlak dan moralitas. Juga Terutama mengenai peningkatan tentang penguasaan terhadap alkompetensi dosen S2 untuk Quran oleh semua mahasiswa melanjutkan ke S3 dan S3 naik dari berbagai program studi. menjadi guru besar. Sejauh Seperti adanya PPPI (Pusat ini perkembangan guru besar Pengembangan Penalaran Islam). Namun karena masih di UINSA meningkat, tercatat ada 51 guru besar di kampus belum ada lulusannya (angkatan
10
2013), Rektor menyatakan belum bisa menilai seberapa jauh tingkat keberhasilan program ini. “Baru dua tahun lagi kita bisa melihat ada perubahan signifikan atau tidak. Kalau tidak ada hasilnya, maka itu perlu kita kembangkan terus kelemahan-kelemahannya.” Untuk perubahan karakter mahasiswa selama di kampus, Rektor asal Sumenep tersebut menganggap ada, kendati belum terdata secara signifikan. “Kita akan melakukan penelitian tentang itu. Termasuk kemarin kita melakukan penelitian misalnya jalur masuk, di mana yang lebih berprestasi, mandiri, SPAN dan lain sebagainya. Ini juga kita akan melakukan penelitian.” tuturnya. Di tempat terpisah, Rachmad Arifin, mahasiswa semester satu Prodi Ilmu Politik Fakutas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik berharap pembangunan akhlak dan infrastruktur berjalan bersamaan. “Harapannya pembangunan ya merata dari segi akhlak, infrastuktur juga. sehingga kabar kalau mahasiswa UINSA berakhlak baik tidak terkesan hanya simbolis kampus dari atasan.” Tukasnya. (rof/rom/ mzn)
SAMBUNGAN Beranda
SOLIDARITAS, Edisi November-Desember 2016 Sambungan dari hal 1, UINSA
UINSA dan dikelola Lembaga Studi Agama dan Perubahan Sosial (LSAS), bekerja sama dengan Pascasarjana UINSA. JIIs yang untuk pertama kalinya menerbitkan beberapa artikel ilmiah pada Nopember 2007, berangkat dari kekhawatiran Prof. Dr. H. Thoha Hamim, M.A, Wakil Rektor-I kala itu, akan ketiadaan jurnal berbahasa asing tentang kajian keislaman yang dimiliki UINSA. Terlebih jika menengok ke belakang, para ilmuwan asing yang hendak mencari kajian ke-Islam-an Indonesia, harus menelusuri jurnal milik Singapura yang saat itu dianggap paling lengkap dan akurat seputar keislaman di Asia Tenggara. Kekhawatiran tersebut pun berbuah manis dengan telah diakuinya JIIs secara internasional dan menjadi rujukan di kalangan civitas akademik. Kendati di kalangan mahasiswa, JIIs nampaknya belum banyak dikenal. “JIIs itu apa ya? Jakarta Islamic Internasional School kah?” respon Erlina, mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi saat diwawancarai kru Solidaritas. Diklarifikasi perihal ketidaktahuan mahasiswa, Abdullah Makhfudz Nazal, salah satu dewan editorial JIIs menjelaskan, sasaran utama JIIs memang bukan mahasiswa, tetapi para akademisi seperti dosen, ilmuwan maupun peneliti tentang Islam Indonesia. Maka patut jika JIIs belum banyak diketahui mahasiswa.
Meski begitu, Nazal menjelaskan, JIIs jika diibaratkan burung, ia sudah terbang melanglang buana penjuru dunia. Hal itu diperkuat dengan jumlah visitors official website jiis.uinsby.ac.id yang terus meninkat. Termasuk di dalamnya para peneliti dan ilmuwan mancanegara. Tidak hanya itu, berbicara tentang prestasi, JIIs tetap konsisten menerbitkan Artikel-artikel Ilmiah Islam Indonesia terbaiknya sejak terbentuk hingga sekarang. Dari konsistensi dan kerja keras tersebut, para jajaran editorial behind the scene-nya membuahkan prestasi luar biasa. Diantaranya, akreditasi A pada dua tahun berturut-turut. Bahkan setelah itu, JIIs juga diakui sebagai jurnal internasional yang terindeks SCOPUS. Sebuah pusat data terbesar di dunia yang mencakup puluhan juta literatur ilmiah dan terbit sejak sebelum perang dunia II, berdampingan dengan jurnal-jurnal apik lain dari banyak perguruan tinggi ternama. Keberadaan JIIs cukup fenomenal di kalangan penikmat kajian Keilmuan Islam Indonesia. Dibandingkan dengan Studi Islamika (UIN Jakarta) dan AlJami’ah (UIN Yogyakarta) yang fokus pada Islam Asia Tenggara dan Islam secara umum baik klasik juga modern, JIIs memiliki karakteristik tersendiri. Kajian kelimuan JIIs terfokus pada kajian Islam Indonesia yang ditinjau dari berbagai persperktif, seperti teologis, hukum, pendidikan,
11
kebudayaan, sosiologis, dan sebagainya. Persaingan ketat namun sehat antara ketiga jurnal Islam terkemuka ini tak lepas dari kadar kualitas. “Ada persaingan dalam arti untuk mencapai kualitas terbaik. Tidak berebut lahan karena masing-masing punya wilayah yang berbedabeda. Meski begitu, tetap saling bekerja sama dalam menjaga kualitas tersebut. Misalkan untuk kebutuhan review artikel dan sebagainya,” jelas Masdar Hilmy selaku editor in-chief JIIs. UINSA selalu disebut dalam percaturan karya akademik internasional dengan keberadaan JIIs. Usaha yang dilakukan tentu tidak instan, mulai dari hunting artikel-artikel berkualitas yang ditulis para ilmuwan internasional dan domestik, mengadakan pelatihan-pelatihan di kalangan pengelola jurnal UINSA dan jurnal PTKIN ( Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri) di luar UINSA, juga melakukan coaching (pendampingan) terhadap para calon kontributor. Dimana untuk dukungan dana JIIs bersumber dari Direktorat Pendidikan Tinggi Islam (DIKTIS) Kemenag dan Kemenristek Dikti. Hingga saat ini, JIIs masih terus eksis dengan artikelartikel seputar Islam Indonesia. Terutama memprioriaskan terbit dalam versi online, sedangkan versi hard file akan tetap dicetak sesuai kebutuhan. Biasanya untuk souvenir kunjungan-kunjungan ilmiah nasional maupun internasional, juga sebagai arsip keilmuan bagi JIIs. Sebagai salah satu aset terbaik UINSA, Masdar Hilmy berharap, JIIs akan terus mampu mempertahankan kualitas dan status yang telah dicapai (terindeks SCOPUS) dan semakin bergengsi di kalangan para pengkaji Islam Indonesia. (dee, iva)
SAMBUNGAN Beranda
SOLIDARITAS, Edisi November-Desember 2016 Sambungan dari hal 3, UANG orang tua. Salah satunya Tini, Mahasiswi Ilmu Komunikasi, semester 3. “Tahun lalu ayah saya mengalami kecelakaan, sampai saat ini kesehatan dan kerjanya belum bisa maksimal. Jadi harapan saya ikut ini untuk meringankan beban orang tua”. Walaupun belum ada kejelasan dan tindak lanjut mengenai hal ini. Namun, Dema-U tetap mendapat apresiasi atas usaha yang mereka lakukan. “Kita sangat mendukung dan mengapresiasi usaha Dema-U mengenai penurunan UKT ini. Ya, walaupun belum jelas bagaimana keputusan akhir dari rektorat. Setidaknya Dema-U
sudah berusaha,” ungkap Umar Faruq. UKT Jalur Mandiri Tidak Akan Turun Dalam kesempatan berbeda, Solidaritas menemui Kepala Bagian Akademik Rektorat UINSA. Pihaknya menjelaskan, ketidaksesuaian penetapan nominal UKT mahasiswa, yang mendapat UKT tertinggi padahal ekonomi keluarga menengah kebawah, akan ditindaklanjuti. Pihak akademik Rektorat UINSA akan memberi fasilitas kepada mahasiswa untuk mengajukan berkas permohonan penurunan UKT. Tentunya dengan berbagai syarat yang telah ditetapkan
bagian rektorat UINSA. Setelah diterima berkas pengajuan permohonan penurunan UKT dari mahasiswa yang bersangkutan . UINSA membentuk tim survey untuk memastikan kebenaran data yang telah dikirim Namun permohonan penurunan UKT tidak akan diproses jika mahasiswa dulunya mendaftar melalui jalur mandiri. “UINSA akan bentuk Tim Survei setelah berkas dari mahasiswa diajukan, kecuali mahasiswa jalur mandiri karena jalur mandiri memang resiko UKT tinggi.” Ungkap Rijalul Faqih selaku Kepala Bagian Akademik UINSA. (red)
Sambungan dari hal 4, SEMANGAT
tentang regulasi berjualan dan tarifnya sudah diserahkan ke fakultas. Regulasi tersebut mengacu pada surat keputusan rektor UINSA nomor Un.08/1/ KS.01.1/SK/97.D/P/2015 tentang Daftar Tarif Layanan Badan
Layanan Umum UIN Sunan Ampel Surabaya. Di dalamnya dijelaskan secara detail tarif untuk sewa semua fasilitas di UINSA, termasuk sewa tempat berjualan di dalam kampus sebesar 40.000 rupiah/hari. Khusus untuk mahasiswa mendapat diskon 30% dan bagi perusahaan ditambah 500% perhari. Akan tetapi, Taufik juga mempersilahkan mahasiswa berjualan asalkan sudah mendapat izin dari fakultas dan dilaporkan di mana lokasi dan
ukurannya. Agar pihak Pusat Bisnis bisa menentukan tarifnya. Hal itu disampaikannya kepada perwakilan mahasiswa FTK yang telah menghadap ke P2B, “Sudah, saya sudah menerima Fakultas Tarbiyah, beberapa prodi sudah ke sini. Bolak-balik saya sampaikan anda minta izin ke fakultas kalau memang fakultas mengizinkan ruangannya, di mana kalau ketemu ukuran sekian meter kali sekian meter buat tarifnya ini biayanya,” pungkasnya. (mzn)
Sambungan dari hal 5, SEJAK fasilitas pendukung prodi baru. Sependapat dengan dibangunnya fasilitas yang memadai di kampus II, Dr. H. Jainudin, M.Si., selaku Kepala Bagian Kemahasiswaan menanggapi “Kolam renang, lapangan sepak bola nantinya akan dibangun di Kampus 2.
yang penting nanti kita akan ada perencanaan, UKOR pastinya tetap kita pikirkan tapi mengikuti skala besar mengikuti prodi baru,” ujar Jainuddin. Senada dengan yang disampaikan, Abdullah Rofiq Mas’ud, SK., MM., selaku
Kepala Bagian Umum yang membenarkan bahwasannya di kampus 2 nantinya akan dibangun rumah sakit dan gedung-gedung lainnya. “Tetapi untuk saat ini masih dalam tahap perancangan kedepan saja,” imbuh Rofiq. (rin,luth,ham)
12
OPINI Beranda
SOLIDARITAS, Edisi November-Desember 2016
MENUJU WORLD CLASS UNIVERSITY (Sebuah Perspektif Mahasiswa)
B
Oleh: Mhd. Handika Surbakti*
eberapa tahun terakhir slogan World Class University (WCU) sangat populer bagi sivitas akademika Indonesia. Tidak terkecuali di UIN Sunan Ampel Surabaya (UINSA). Slogan tersebut menjadi sarana untuk “menjual” dan “menjajakan” kampus yang baru saja bertransformasi dari institut menjadi universitas ini. Sayangnya, jargon tersebut hanya diketahui dan difahami oleh segelintir orang saja. Terbatas dikalangan birokrasi rektorat dan beberapa dosen tertentu yang memperhatikan perkembangan universitas. Mahasiswa, sebagai ujung tombak kegiatan di universitas, sama sekali buta dengan jargon tersebut. Jangankan memahami, tahu saja belum. Sehingga jargon tersebut terkesan eksklusif dan sebatas angan-angan. Tulisan ini, tidak akan menjelaskan tentang WCU. Tidak pula membahas kriteria sebuah universitas layak menyandang WCU. Namun, menawarkan sebuah perspektif dari kacamata mahasiswa mengenai World Class University. Kegiatan Ilmiah Internasional Selama ini, mahasiswa diabaikan dalam kegiatan ilmiah internasional yang diadakan universitas. Mahasiswa belum pernah merasakan aktivitas akademik berskala internasional.
Terlihat dibeberapa kegiatan seperti Konferensi Internasional yang pernah digelar UINSA, mahasiswa tidak pernah dilibatkan. Padahal, mahasiswa memiliki kapasitas dan kemampuan yang cukup untuk mengikuti kegiatan tersebut. Selain juga mahasiswa membutuhkan kesempatan untuk menambah pengalaman dalam kegiatan internasional. Hal ini guna menambah wawasan keilmuan mahasiswa. Seperti tahun ini, ketika UINSA mengadakan International Conference on University-Community Engagement yang merupakan hasil kerjasama dengan beberapa instansi baik dalam maupun luar negeri, mahasiswa tidak diberi tempat untuk berpartisipasi. Sedangkan, mahasiswa juga membutuhkan pengalaman dan pengetahuan mengenai Community Engagement yang memiliki hubungan erat dengan kegiatan KKN maupun pengabdian masyarakat yang lain. Contoh lainnya adalah seminar ataupun kuliah umum Internasional yang juga jarang diadakan. Kalaupun ada, kembali, mahasiswa tidak pernah diajak dan dilibatkan. Sedangkan kegiatan tersebut merupakan wadah untuk mengembangkan pengetahuan ilmiah mahasiswa sesuai bidang studi masing-
13
masing. Utamanya mengenai isu-isu global yang sedang berkembang. Silakan tanya kepada mahasiswa, sudah pernahkah mereka mendapatkan kuliah umum dari pakar internasional dibidang studinya. Sudah berapa banyak isu global yang telah mereka kaji, serta sudah berapa banyak penelitian yang telah dihasilkan. Karena tentu saja, semua itu berpengaruh terhadap penilaian kualitas sebuah universitas. Kerjasama Internasional Sebagai universitas yang sedang menuju taraf internasional, kerjasama dan interaksi dengan berbegai instansi menjadi sebuah keharusan. Begitu pula dengan UINSA. Hal tersebut dapat dilihat secara kasar di website UINSA yang terdapat berbagai logo instansi internasional. Mulai dari
OPINI Beranda
SOLIDARITAS, Edisi November-Desember 2016 universitas, lembaga riset, dan lain sebagainya. Namun, wujud kerjasamanya sama sekali tidak dirasakan oleh mahasiswa. Kerjasama yang dijalin selama ini terkesan hanya untuk tenaga pendidik tanpa melibatkan peserta didik. Karena hampir seluruh kerjasama yang dialakukan hanya melibatkan dosen dan birokrasi. Seperti kerjasama dengan Supporting Islamic Leadership in Indonesia/Local Leadership for Development (SILE/LLD). Yang eksistensinya hanya diketahui mahasiswa dari sambutan, baik oleh rektor atau pejabat lain atau dari para dosen. Sebab, mahasiswa belum merasakan secara langsung wujud kerjasama UINSA dengan instansi ini. Dan ketika diklarifikasi kepada pihak bersangkutan mengenai hasil dan manfaat kerjasama dengan SILE yakni; adanya beberapa metode pendekatan dalam KKN hasil dari pengembangan dan penelitian bersama SILE. Hanya itu! Satu-satunya hasil kerjasama yang dapat dirasakan manfaatnya oleh mahasiswa adalah dengan The University of Sydney. Tepatnya melalui The Entrepreneurship Development Network Asia (EDNA) pada 2015 silam. Berupa lomba bussines plan tingkat universitas. Pemenang lomba tersebut kemudian diberangkatkan ke Sydney untuk mengikuti workshop wira usaha. Namun, hingga kini tindak lanjut program tersebut belum jelas. Terutama berkenaan dengan pemberdayaan alumni dan diseminasi pengetahuan dan pengalaman alumni kepada mahasiswa lainnya.
Dukungan Kegiatan Kemahasiswaan Internasional Meski tidak pernah dilibatkan dalam kegiatan internasional yang diadakan oleh pihak universitas, mahasiswa UINSA selama ini tetap mampu menunjukkan kualitasnya. Baik ditingkat nasional maupun internasional. Terbukti, beberapa mahasiswa UINSA telah berhasil diterima untuk mengikuti kegiatan internasional di luar negeri. Meski, hanya sebagian dari mereka yang kemudian berhasil berangkat. Karena sebagian yang lain terkendala pendanaan. Beruntungnya sejak 2015, melaui International Office, UINSA menunjukkan keseriusan untuk mendukung kegiatan kemahasiswaan di luar negeri. Berupa pendampingan dan penyiapan mahasiswa yang memiliki potensi dan ingin menambah wawasan dengan mengikuti kegiatan Internasional. Walaupun tidak semua yang mengajukan dapat dibiayai. Sebab, ada beberapa faktor atau standar kegiatan tertentu yang dapat dibiayai oleh universitas. Meskipun, batasan standar tersebut belum dirumuskan secara jelas. Dan terlebih lagi sosialisasi mengenai sarana dan ketetntuan tersebut masih sangat terbatas. Pertukaran Pelajar ke Luar Negeri Selain itu, apakah UINSA memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengikuti pertukaran pelajar, juga menjadi salah satu pertanyaan besar. Pertukaran pelajar yang dimaksudkan adalah mengikuti
14
kuliah di universitas lain di dalam maupun luar negeri dan dihitung sebagai pengganti kuliah. Baik itu berupa semester pendek, satu semester atau lebih. Sepengetahuan penulis, belum ada kesempatan bagi mahasiswa UINSA untuk mengikuti program seperti itu. Selain belum adanya kebijakan dan perhatian dari petinggi kampus terkait hal tersebut. Sedangkan unversitas lain telah memulainya lebih dahulu. Seperti UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sudah memulai pertukaran pelajar sejak beberapa tahun lalu dengan Western Sydney University. Setiap tahunnya, mereka mengirimkan mahasiswa untuk mengikuti perkuliahan selama satu semester di sana. Sekedar informasi, pada awal tahun 2016 lalu sebenarnya UINSA mendapatkan tawaran mengikuti program tersebut dari rektor UIN Jakarta. Namun, tawaran tersebut tidak diterima oleh UINSA. Mengenai alasan keputusan tersebut, silakan ditanyakan kepada petinggi kampus. Selain itu, UINSA belum memiliki kerjasama lintas universitas internasional yang kredibel. Seperti dengan ASEAN University Network. Padahal kerjasama tersebut dapat memberikan bagi sivitas akademika UINSA untuk bersinergi sesuai bidangnya dengan berbagai instansi akademik. Keikutsertaan Mahasiswa Merupakan Keharusan Jika ingin mewujudkan impian menjadi World Class University, UIN Sunan Ampel
OPINI Beranda
SOLIDARITAS, Edisi November-Desember 2016 Surabaya wajib hukumnya mengikutsertakan mahasiswa. Sebab, tanpa partisipasi mahasiswa impian ini akan pepesan kosong belaka. UINSA membutuhkan kebijakan yang mendukung perkembangan
mahasiswanya, bukan kebijakan yang “menyibukkan” mahasiswa. Sehingga mahasiswa seperti katak dalam tempurung. *) Penulis adalah Pemimpin Umum LPM Solidaritas UINSA 2015,
Founder UINSA Student Forum, Founder and Director Young Islamic Economist Association (YIEA) Indonesia.
Celoteh Nfaridah Alia Wardani, Jurusan Hukum Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum, semester 7. Menurut saya, selama 50 tahun ini, UINSA sangat berkembang. Gedungnya sudah cantik dan nyaman untuk dijadikan tempat belajar. Pilihan jurusan yang semakin beragam, sangat efektif menarik minat masyarakat untuk turut serta belajar (kuliah) di UINSA ini. Formula materi perkuliahannya juga berkembang: menyeimbangkan perkembangan zaman (sains dan teknologi) diselaraskan dengan nuansa ilmu keislaman. Meski, masih ada beberapa hal yang harus dikembangkan terus. Seperti, fasilitas perkuliahan dan kebersihan.
Kartika Ariyani, Prodi Perbandingan Agama, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, semester 7. Tanggapan saya masih sama saja hanya bangunan gedungnya yang berbeda. Untuk fasilitas juga minim wifi, toilet dan lain-lain khususnya di fakultas Usuluddin sinyal wifi maupun password mahasiswa tidak tahu. Bagaimana mahasiswa bisa nyaman dengan proses belajar mengajarnya.
Agung Yudistira, Prodi Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, semester 5. Meskipun umurnya sudah 50 tahun, hal yang kurang atau perlu diperbaiki itu adalah budaya kebersihan. Mengenai masalah kebersihan itu keluarga UIN masih belum sadar serta dari kampus itu masih belum ada penyuluhan mengenai sampah dan tempat sampah yang kurang memadai
15
SASTRA Beranda
SOLIDARITAS, Edisi November-Desember 2016
TAK PUNYA MATA
SKEPTIS
Jika aku tak punya mata aku bingung bagaimana menceritakan bumi pada langit matahari pada sang bulan senja pada pagi hidup pada mati dan bahagia pada senyap [AKU] melihat namun rabun melihat namun katarak melihat; namun tertidur
Dimataku itu hijau panjang mempesona melitit pagar rumah itu ular
(Surabaya, 2016)
Dimatamu itu hijau panjang menyebalkan melilit pohon mangga itu tumbuhan jalar Dimata mereka itu hijau panjang bermata merah bergelantung di pohon kelapa itu gendrowo Ah, punyaku yang benar! (Juni)
TEMAN BAYANGAN
KUASA TANGAN
Aku heran tawa teman itu terasa renyah terdengar memintal kekalutan menjadi benang sumringah mengajak angan untuk bersalsa menarik lesu membangkitkan semangat
Tangan bergerak,berkecak tangan bertepuk tangan memukul tangan mengambil tangan berpegangan,menyentuh,merasa tangan menulis tangan melukis tangan adalah kekuasaan tangan menengadah tangan memberi, menerima tangan membuka bahkan menutup dari tangan-tangan itu; yang manakah tanganmu?
Ya! aku tahu dia adalah teman tapi mengapa jarinya tajam? menusuk? menggores? bak pisau.. Aku heran benarkah dia teman? atau hanya bayangan?
(Salatiga, 2014)
(2016)
BIODATA PENULIS Ulya Nurir Rahmah mahasiswa program studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir UIN Sunan Ampel di. Ia dapat dihubungi di alamat emailnya
[email protected]
Kirim karya kalian ke Redaksi LPM Solidaritas ke email:
[email protected] atau langsung ke: Jl. Jemur Wonosari Gg. IAIN No 23A Wonocolo Surabaya
16