ELLIS TRISILIA
SUARA HATI
Penerbit Ellis Trisilia
SUARA HATI Oleh: (Ellis Trisilia) Copyright © 2013 by (Ellis Trisilia)
Penerbit (Ellis Trisilia) (www.asianlovestry.com) (Ellis Trisilia)
Desain Sampul: (Ellis Trisilia)
2
Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com
Ucapan Terimakasih: Syukur Alhamdulilah sampai saat ini masih berpijak diatas kaki sendiri... Tuhan yg selalu menjagaku Keluargaku kekuatanku Sahabatku pengingatku Semoga diberikan petunjuk bahwa ini jalan terbaik bagiku.
3
DAFTAR ISI (Jika menginginkannya, Anda bisa menggunakan halaman ini untuk halaman daftar isi)
4
Hari 1, Bulan Pertama, Tahun Pertama “Chuaahh, sial banget sih ..!” Punik mengelap keringat yang bercucuran dimukanya. Muka udah gak segar lagi, ditambah kemejanya yang sudah terasa lembab.
5
“Kenapa hari pertama kerja aku dapet sial, sihh..!? Bangun kesiangan karena malamnya gak bisa tidur , saking excited nya gitu, dapet kerjaan di perusahaan paaaliing bergengsi di kota ini. Eeehhhhh, malah hari pertama memberikan kesan buruk, nihh.” Gumamnya. “Wah, abis ngenekin bis dulu, ya? Keringetan gitu?” Pak Akbar , atasannya tiba-tiba sudah ada disampingnya. Punik mendongak kaget. “Eh? Bapak, maaf ya pak, kebetulan aja hari ini bis penuh, udah gitu mogok dijalan, udah gitu ada yang demo juga, jadi menghambat perjalanan. Maaf ya, Pak.” “ Ooh , tidak apa-apa non, nyantai aja, kamu datang pas bel masuk kok.” : Wuuufh, syukurlah pak, mana ini hari pertama lagi.” Bimo dan Warsana masuk, mereka para seniornya. “Tenang aja non, kan mimpi Pak Akbar supaya departemen kita ada bunganya udah kesampaian, jadi kamu gak bakalan kena marah.”sahut Bimo. “Bunga?” kening Punik berkerut. “ Maksudnya, ada wanita di tengah-tengah kita. Selama ini, departemen kita kan cowok melulu.” Jawab Warsana. “ Oohh, “ sahut Punik. Pak Akbar tersenyum lalu beranjak. 6
“Oke, sudah jam kerja. Bim, kau ajak Punik berkeliling tempat kita kerja dulu, lalu nanti kita briefing jam sembilan untuk memperkenalkan Punik secara resmi di tempat kita.” “Siap, Pak. Mari kita ke ruangan panas.” Ajak Bimo. Punik mengikutinya. “Hop! Semangat! Semoga aku bisa diterima dengan baik.” “Jalannya gak usaha kayak berbaris gitu dong, biasa aja kali, kamukan bukannya mau dijadiin satpam.” Sahut Bimo. Punik berhenti , “Iya, maaf, terlalu semangat. He, he, he…” Dalam hati Punik berdoa, 「Ya Tuhaaaan, tolong dilancarkanlah kerjaanku, semoga kau selalu membimbingku. Amiin 」. Punik melewati hari pertama kerjanya dengan aman , tenang dan sejahtera, cieee. General Maintenance Department nama keren tempat nya bekerja; tukang listrik, tukang kabel, tukang ledeng dan sederet tukang-tukang lainnya adalah julukan sehari-hari bagi para pekerja di departemen ini. Mereka adalah barisan belakang pasukan penjaga dan pemelihara Gedung tempatnya kini bekerja. Gedung ini bertingkat 7, nama gedung ini adalah 7
Gedung Tujuh langit alias Seven Skies Building. Makanya dibuat 7 lantai, atau karena ada 7 lantai makanya disebut Tujuh langit, kali, ya…? Anyway, Gedung ini milik salah satu keluarga terkaya dinegeri ini. Konon kabarnya perusahaan keluarga ini (tentu dengan si gedung ini) dibangun atas kerjasama 7 bersaudara. Zaman si tujuh bersaudara ini berpuluh-puluh tahun yang lalu atau malah seabad lalu ya? Jadi Gedung ini pertama kali belum tujuh lantai, tapi kata orang Gedung ini baru berlantai tujuh setelah direnovasi oleh generasi ke berapa puluh keluarga ini, alias eyang kakek buyut dari kakek nya kakek si pewaris gedung ini sekarang. Si perenovasi ini terilhami oleh cerita eyang dari eyang dari kakeknya itu tentang perjuangan 7 bersaudara yang dengan gigihnya membangun perusahaan keluarga bersama-sama. Lantai pertama , begitu masuk disambut oleh ruangan penerimaan tamu alias resepsionis , dengan seperangkat meja kursi untuk tamu harian alias tidak begitu penting. Di arah kana nada deretan lift. Lift satu untuk bawahan dan Lift 2 untuk para eksekutif dan direktur. Lalu dibagian kiri bangunan lantai satu dihuni departemen pemeliharaan , Purchasing Departemen alias bagian pengadaan barang, yang tentu saja barangbarang dari A sampai Z, makanya departemen ini pun terdiri dari banyak bagian. Pengadaan barang untuk pemeliharaan gedung, stationery, dan lain 8
sebagaianya beserta gudang barang-barang, serta ruang kerja cleaning service, pemeliharaan taman dan ruang satpam ya, di situ, lantai 1. Bagi orang-orang yang berada di lantai atas, pegawai lantai 1 adalah kasta terendah, ya makanya, disebut tukang ini tukang itu, padahal di Departemen pemeliharaan ini ada beberapa yang sarjana . Lantai ke 2, disini ada Alliance departemen, terjemahan bebasnya adalah departemen Gabungan (ngarang banget ya?), Gedung ini kan sebagai kantor pusat, pusat dari segala pusatnya anak-anak dan cabang-cabang perusahaan yang dimiliki keluarga ini. Ada pabrik tekstil, garment, makanan ringan, dan produk rumah tangga , dan lain sebagainya. Nah, lantai 2 ini diisi oleh pegawai-pegawai yang mem-follow up segala macam perkembangan dan berita dari berbagai macam perusahaan itu , lalu mengolahnya menjadi data yang singkat, padat dan akurat. Para boss besar disini menuntut keahlian dari para intelektual di sana dalam mengolah data dan memberikan solusi secara gamblang dan tentu saja tepat. Tapi kebanyakan dari mereka itu harus selalu menyambangi pabrik-pabrik sesuai dengan pegangan mereka , kadang-kadang 9
seminggu di pabrik seminggu di Gedung pusat. Mungkin karena itu mereka diberi lantai 2, biar gak kejauhan kalau harus bolak-balik keluar kantor, kali ya. Lantai 3, bagi para tukang dan pekerja di lantai 1 (kecuali Pak Akbar sebagai Manajer lantai 1 dan para kepala seksi) adalah lantai tertinggi yang bisa mereka injak. Soalnya, di Lantai 3 ada kantin, Horeee…! Untung pemilik perusahaan ini orang yang ber-peri kemanusiaan, mereka memikirkan kaum tukang yang dengan gaji pas-pasan dan yang dibawah pas-pasan bakal menderita dalam mencari makan di daerah perkantoran maha super elit ini kalau di Gedung ini tidak disediakan kantin. Pokoknya tidak seperti daerah perkantoran yang umum di Jakarta, tidak ada tuh warung-warung makan atau sekedar penjual mie rebus yang bisa nyempil di dekat gedung, Makanya, soal makan, Punik bisa bernafas lega. Dia yakin makanan kantin Gedung ini gak mungkin pasaran, he, he ,he. Nah, Kantin Lantai 3 ini diperuntukkan bagi pekerja lantai 1,2, 3 (pegawai kantin dan pegawai poliklinik)dan 4. Selain kantin, di lantai 3 itu ada Poliklinik, khusus untuk yang kena penyakit ringan, biasanya sih antara masuk angin, pusing dan batukbatuk. Poliklinik terdiri dari ruang pemeriksaan, ruang kecil untuk obat-obatan ringan, dan dua ruang istirahat alias ruang 10
tiduran bagi yang terkena serangan tidak enak badan atau sekedar pusing. Kantin sendiri memakan setengah luas lantai 3 ini, kantinnya cukup luas, dengan dibagi tiga bagian bilik makan. Tentunya sesuai kasta pekerja. Bilik yang paling kecil untuk tukang rendahan dan satpam, Bilik kedua, nah, Punik makan di bilik ini, Bilik pekerja /Staff. Sedangkan bilik ke tiga, lebih bersih, meja kursi lebih bagus, milik para kepala seksi dan manajer. Sedangkan dapur di sebelah dalamnya, cukup luas juga, dapurnya bersih dan tukang masaknya juga berpakaian putih bersih. Selain kantin dan poliklinik, ada dua buah ruangan meeting yang diperuntukkan para pegawai lantai 1 dan 2. Ruang Meeting 1 berkapasitas 6-10 orang, dan yang ke 2 bisa menampung 2050 orang, ada fasilitas audio-visualnya lagi. Nah, di ruang Meeting 1 Pak Akbar sering ngadain briefing atau meeting dengan para kepala seksinya, untuk melaporkan segala macam masalah dan solusinya. “Wuuufh, gak terasa udah mau jam 12, mulut ampe berbusa gini tapi ceritanya baru nyampe lantai 3 ya, kita makan dulu ya, abis itu saya lanjutkan mengenai pengenalan Gedung kita ini.” Bimo beranjak dari kursinya diikuti Punik. “Panjang juga ya sejarah gedung ini,” kata Punik dalam hati. Sebagai pegawai baru, merupakan keharusan untuk mendengarkan 11
cerita sejarah biografi apa dan bagaimana gedung dan penghuninya ini, bisa sampai seharian lho, kata Bimo tadi, makanya Punik bisa tenang dulu di hari pertama, besok baru dia akan di briefing mengenai pekerjaannya. Bimo membawa Punik ke lift dan naik ke lantai 3. “Jreennggg… ini dia lantai 3, nah kita kekiri, kantin di situ.”kata Bimo. “Yo kita ambil makanan dulu.”Makanan disajikan secara prasmanan, orang-orang bebas mengambil porsi makanan mereka, sekenyang-kenyangnya, nambah dua-tiga kali boleh, tapiiiii, dilarang ngebungkus buat dibawa pulang. Untuk itulan diujung meja prasmanan ada satpam kantin , Bu Menik (biar ibu-ibu, tapi sangar lho!) . Setelah mengambil makanan Punik duduk dikursi sebelah Bimo, di kanan kiri sudah ada Warsana, Wira dan Jodi yang satu departemen dengan mereka berdua . “Gimana makanannya?” Tanya Jodi. “Enaak banget!” jawab Punik. Gimana gak seneng, menu makanannya gak asal-asalan, ada sop sayuran (ada daging ayamnya), tumis sayuran, ayam sayur , dan tempetahu goreng. Makanannya dimasak dengan gaya restoran, jadi rasanya gak kayak makanan kantin. 「Kayak mimpi aja, semoga aku 12
bisa bekerja sebaik-baiknya, ya Allah」 Punik
berdoa dalam hati.
Jam 13.30 hari pertama kerja, Punik sudah duduk dikursi menunggu Bimo selesai sembahyang. Bimo masih harus meneruskan sejarah gedung ini. Sudah sejak dua tahun lalu Bimo kebagian jadi Sejarawan dalam rangka training pegawai baru di lantai 1 dan 2 (lho?) , karena pegawai di lantai 2 hanya punya waktu untuk memberikan Job training, jadi referensi sejarah diberikan kepada Bimo. Nah, itu dia Bimo. Kita teruskan ceritanya, ya. Lantai 4, jadi kalau lantai 3 adalah lantai tertinggi yang bisa diinjak oleh kita staf lantai 1 dan 2, maka lantai 4 adalah lantai terbawah yang didatangi oleh para pegawai terhormat yang ada di lantai 5 dan 6 itupun hanya orang-orang yang berkepentingan. Di lantai 4 ada HRD, Human Resources Development Department. HRD sendiri terbagi-bagi. Intinya mereka mengurusi para pegawai dari terendah sampai atas. Saya pernah sekali-kalinya disuruh Pak Akbar menyampaikan berkas ke sana, ribet banget, orang-orangnya pada cuek, ngurusin urusan masing-masing. Kertas-kertas kerja bertebaran kemana-mana. Nah General manager HRD alias juragan lantai 4 itu adalah saudara sepupu dari pemilik gedung kita ini, harus hati-hati sama nyonya ini, 13
kesentil sedikit maka kau akan masuk daftar hitamnya dia. Jadi jangan sampai berurusan dengan lantai 4 ya. Punik mengangguk. Lantai 5, di sana ada Conference Room, dua juga. Kecil dan besar, biasanya untuk menerima tamu besar dan penting. Beberapa bulan sekali semua kantor cabang mengadakan pertemuan. Hebatnya di sana tersedia dua buah kamar seperti kamar hotel bintang lima! Biasanya ada tamu penting yang berasal dari luar negri yang baru datang dari airport langsung kesini, bisa istirahat dulu sebelum jam pertemuan. Disana juga ada lounge , bar ; di bar ini para eksekutif dan direktur makan siang, lalu toiletnya juga kelas hotel! Oh ya, ada saunanya, kolam renang, lapangan squash ,badminton, volley dan basket juga. Bisa dibilang lantai 5 itu untuk kegiatan extra kurikulernya para dewa di lantai 6 dan 7. Sebelum dilanjutkan saya kasih tahu dulu julukan bagi orang-orang berdasarkan lantainya; Lantai 1 disebut kaum tukang , kadang-kadang disebut rakyat jelata. Lantai 2, disebut businessman, lantai 4 kaum algojo atau kaum whitehouse, karena satusatunya ruangan yang bercat putih . Lantai 6 disebut kaum dewa-dewi, mereka adalah pegawai eksekutif, segala macam laporan dari lantai 2 disortir dulu oleh mereka, dipelajari, ditelaah dan disimpulkan lalu di serahkan kepada 14
MAHADEWA…jreeengngng...nah, MahaDewa itu, adalah Big Boss, pemilik Gedung dan perusahaan-perusahaan yang bernaung dibawahnya, pewaris tahta keluarga dan kepala keluarga. Bagi kita yang Cuma pegawe pecicilan, nyebut beliauw itu Mahadewa, bagi kelas manajer dan eksekutif nyebutnya Big Boss. Nah seperti yang dibilang tadi lantai 6 dihuni para dewa-dewi, pegawai eksekutif, ruangannya tertata indah oleh desainer interior, perabotan dan perangkatnya kelas satu, makanya dengan ditunjang gaji dan bonus tinggi, mereka berdandan ala dewa-dewi, bak peragawan dan peragawati. Yang bikin kagum itu, bagaimana si putri algojo (manajer HRD lantai 4) bisa memilih mereka, soalnya dewa-dewi lantai 6 itu gak ada yang jelek dan buruk rupa, lakinya ganteng, ceweknya cuantik-cuantik. Body pun jangan ditanya. Nah, kalau Lantai 7, kadang disebut langit ke tujuh itu, tempat bersemayam Mahadewa alias Big Boss, sekretaris nya 3, setengah ruangan milik beliau, sisanya lagi dibagi ada 3 ruangan direktur. 1 ruangan pertemuan, ruang makan kecil dan dapurnya, serta lounge untuk bawahan yang mau menghadap. Mahadewa ini seorang lelaki yang bisa dibilang sempurna fisiknya, gagah , tampan, kharismatik, badan atletik, tinggi besar, impian sempurna bagi para wanita. Itu fisiknya aja lho, sahut Bimo. Tapi sifatnya, jauh dari kesempurnaan. Mungkin karena 15
dari belum lahir udah dipuja-puja, sifatnya itu menjengkelkan. Apa sih, gimana sifatnya? Punik penasaran. Beliau itu kalau ngomong cukup sekali, jangan harap kalau kamu punya masalah kurang pendengaran dan yang tel-mi bisa selamat karena menurut cerita ada pegawe eksekutif yang ditanya mahadewa tapi kurang dengar lalu minta diulangi pertanyaan beliau, langsung ditinggal. Dan besoknya dia di turunkan ke lantai 2. Kayak gitu tuh. Kalau mau kerja didekat beliau itu harus punya IQ tinggi dan panjang sabar. Sekretarisnya aja ada 3, 1 sekretaris pribadi, 2 sekretaris urusan umum. Nah, ada 3 Direktur , yaitu 1 adik kandung, 1 adik tiri dan 1 adik sepupu. Si adik kandung , Direktur Keuangan. Si Adik tiri dan adik sepupu adalah Direktur yang menangani anak-anak perusahaan dan General affair. Gantengganteng juga sih, Mahadewa dan adik tirinya masih bujangan (the most wanted bachelor in town) si adik kandung sudah tunangan, dan adik sepupu sudah menikah dan punya anak satu. Mereka itu bak F4, soalnya kegagahan mereka dan kekayaan mereka setara lah, cuman yang ini ceritanya udah pada kerja. Tapi cerita drama beda ama kenyataan. “Oke, nona, cerita saya berakhir. Ada pertanyaan?”Tanya Bimo. 16
“Ehmmm, belum sih. Masih ngambang, Pak Bimo.”jawab Punik. “Ya, sudah, yang penting tugas saya udah kelar. Besok kamu sama Pak Warsana , ya. Kamu jadi asisten dia dulu selama 3 bulan. Ngurusin listrik dan mesin diesel di ruang B2. Sekarang kamu duduk aja di kursimu, sisa waktu satu setengah jam lagi sebelum pulang lihat-lihat aja dulu ya.” “Makasih, Pak Bimo.”Wuuah, leganya, hari ini aman.” Punik pun duduk dan bertopang dagu. Ehmm, kayak mimpi aja. Dia menutup matanya. Rasanya baru kemarin dia kerja di percetakan, nungguin orang mau foto copy atau mnejilid makalah. Atau, baru aja dia ngerasain nge-honor di STM (dia Sarjana Teknik bagian Listrik). Selama dua tahun setelah kelulusannya, dia sudah merasai berbagai macam pekerjaan dari yang berhubungan dengan ilmunya ataupun tidak. Dua bulan lalu pada saat dia bekerja di Hotel kecil di Puncak sebagai bagian pemeliharaan, eyangnya memberitahu bahwa beliau bertemu dengan teman lamanya (eyang pernah cerita dulu beliau bersahabat karib dengan seorang gadis yang kaya raya ). Eyang ketemu di rumah tetangganya yang sedang mengadakan syukuran. Eyang cerita mengenai cucunya yang susah cari kerja yang memadai. Teman 17
eyang ini, eyang Laras, terenyuh dengan kehidupan eyang dan cucunya yang berada di ambang batas hidup pas-pasan. Makanya dua minggu kemudian beliau menghubungi eyang agar menyuruh cucunya itu untuk mempersiapkan berkas lamaran yang akan diambil oleh supirnya. Harap-harap cemas kedua eyang dan cucu itu menunggu jawaban dari lamaran itu. Lama juga nunggu jawabannya, karena baru sebulan kemudian ada jawaban, Punik diminta untuk datang wawancara. Dan hasilnya? Inilah dia sekarang di hari pertama. Sebenarnya Punik dan eyangnya sendiri juga gak ngerti apakah eyang Laras itu nenek dari pemilik gedung itu atau cuman nenek dari salah satu manajer disana? Ah, biar aja, 18iker Punik, yang penting aku bisa kerja disini. Gajinya lumayaaaannn, daripada lumaling kan? ♣
18