STUDY ANALISIS SURAT LUQMAN AYAT 12-19 TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM TAFSIR AL-MISBAH KARYA M. QURAISH SHIHAB
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pada Program S.1 Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)
Oleh: AHMAD ALI IFNI NIM : 131310000240 UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN 2015
ABSTRAK Judul : Study Analisis Surat Luqman Ayat 12-19 Tentang Pendidikan Akhlak Dalam Tafsir Al-Misbah Karya M. Quraish Shihab Penulis : Ahmad Ali Ifni NIM : 131310000240 Penelitian ini bertujuan untuk menggali dan mengetahui pendidikan akhlak menurut Al-Qur’an surat Luqman ayat 12-19 Penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research), yakni berusaha untuk menguak secara konseptual tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pendidikan akhlak menurut al-Qur’an surat Luqman ayat 12-19. Sumber data dalam penelitian ini yaitu data-data yang diperoleh dari, penafsiran ahli tafsir yang didukung dengan hadits-hadits yang relevan dan sumber data yang dijadikan sebagai alat bantu dalam menganalisis masalah yang muncul, yaitu buku-buku yang ada relevansinya dengan pembahasan. Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tahlili dan metode analisis isi (content analisis), metode tahlili yaitu metode yang menjelaskan ayat al-Qur’an dengan meneliti berbagai aspeknya dan meyikapi seluruh maksud yang dikandung, sedangkan analisis isi (content analisis) yaitu suatu teknik penyelidikan yang berusaha untuk menguraikan secara objektif, sistematik dan kuantitatif isi yang termanifestasikan dalam suatu komunikasi . Selain itu juga menggunakan metode pemaknaan kontekstual hermeneutika, yaitu mendudukan keterkaitan antara yang sentral dengan yang perifer adalah terapannya. Yang sentral adalah studi tentang ayat-ayat Qur’aniyah dan yang perifer adalah studi ayat-ayat kauniyah (bukti-bukti dalam kehidupan manusia dan alam). Ketiga metode ini digunakan dalam mengumpulkan data-data dari al-Qur’an, buku-buku atau tulisan-tulisan lain yang berhubungan dengan peendidikan akhlak anak yang bersifat umum untuk dianalisis dengan tujuan mengambil kesimpulan yang bersifat khusus. Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa pendidikan akhlak menurut surat Luqman ayat 12-19 yang meliputi : tujuan pendidikan akhlak agar anak mempunyai akhlaqul karimah yang tinggi. Materi pendidikannya terdiri dari pendidikan aqidah, pendidikan birrul walidain, pendidikan salat, pendidikan amar ma’ruf nahi mungkar, dan pendidikan budi pekerti. Metode yang digunakan adalah metode pembiasaan dan keteladanan. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan bagi khazanah ilmu pengetahuan dan bahan informasi serta masukan bagi civitas akademika dan semua pihak yang membutuhkan di lingkungan Progdi PAI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara.
ii
PERSEMBAHAN Untaian terima kasih penulis ucapkan kepada orang-orang terkasih, berkat motivasi dan do’anya sehingga karya yang sederhana ini bisa terwujud. Persembahan penulis berikan kepada : Ayah (Khamdi) dan Ibu (Arifah) yang telah mencurahkan segala cinta, kasih sayangnya demi mendidikku kepada jalan hidup yang benar. Terima kasih atas do’a dan usahanya dalam mengantarkan menuju pendidikan yang lebih tinggi, semoga ilmu ini senantiasa tersalurkan dalam kebaikan dan bermanfaat. Kakak (Eka Arin Adiyanti) dan adik (Putri Septyani) yang selalu ada buat aku, tak terlupakan calon istriku (Nova Melyani) terimakasih untuk pengertian dan motivasinya. Teman-teman senasib dan seperjuangan UNISNU Jepara Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Prodi PAI saya ucapkan terima kasih atas dukungan dan semangatnya. Kepada semua pihak yang membantu yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu terima kasih atas semua bantuan dan sekaligus member inspirasi di dalam kepala saya. Kepada Almamaterku UNISNU Jepara. Kepada pembaca yang budiman. Thank you guys for being there iii
DEKLARASI Yang bertanda tanda di bawah ini : Nama
: Ahmad Ali Ifni
Nim
: 131310000240
Fakultas
: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Judul Skripsi : Study Analisis Surat Luqman Ayat 12-19 Tentang Pendidikan Akhlak Dalam Tafsir Al-Misbah Karya M. Quraish Shihab Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya. Jepara, Oktober 2015 Saya yang menyatakan
AHMAD ALI IFNI 131310000240
iv
MOTTO
ﺐ ﻟِ َﻤ ْﻦ ﻳَـﺘَ َﻜﺎ َﺳ ْﻞ َ ﺴ ْﻞ َوَﻻ ﺗَ ُﻜ ْﻦ ﻏَﺎﻓِ ًﻼ ﻓَـﻨَ َﺪ َﻣﻪُ اﻟْﻌُ ْﻘ َ اِ ْﺟ َﻬ ْﺪ َوَﻻ ﺗَ ْﻜ “Bersungguh-sungguhlah dan janganlah malas dan jangan menjadi orang lalai karena penyesalan hanya milik orang-orang malas.”
ﺎب ٌ َﺲ ﻓِﻲ اﻟ ﱠﺰَﻣﺎ ِن ﻛِﺘ ٍ َﺧ ْﻴـ ُﺮ َﺟﻠِ ْﻴ “Sebaik-baiknya teman duduk sepanjang waktu adalah buku.”
v
NOTA PEMBIMBING Lamp : I Berkas Hal
: Naskah Skripsi a.n. Sdr. Ahmad Ali Ifni
Kepada: Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara Assalamu’alaikum Wr. Wb Setelah membaca, mengoreksi dan mengadakan perbaikan seperlunya terhadap skripsi Saudara: Nama
: Ahmad Ali Ifni
NIM
: 131310000240
Judul
: Study Analisis Surat Luqman Ayat 12-19 Tentang Pendidikan Akhlak Dalam Tafsir Al-Misbah Karya M. Quraish Shihab
Dengan ini saya mohon agar skripsi saudara tersebut dapat dimunaqosahkan. Demikian Nota Pembimbing ini, atas perhatian Bapak, kami sampaikan terimakasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Jepara, September 2015 Pembimbing Skripsi
vii
Dr. Sa’dullah Assaidi, M.Ag. KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warrohmatullahi Wabarokatuh Alhamdulilah segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT Tuhan sekalian alam yang menguasai semua makhluk dengan segala kebesaran-Nya yang senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah serta karunianya, sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Sholawat serta salam kita haturkan kepada beliau Nabi Muhammad SAW penyampai risalah yang membawa rahmat bagi seluruh alam semesta. Skripsi berjudul : “Study Analisis Surat Luqman Ayat 12-19 Tentang Pendidikan Akhlak Dalam Tafsir Al-Misbah Karya M. Quraish Shihab” ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana strata I (S1) pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Nahdlatul Ulama’ (UNISNU) Jepara spesifikasi pada jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terealisasikan. Untuk itu kami sampaikan terima kasih kepada : 1. Rektor UNISNU Jepara Bapak Prof. Dr. KH. Muhtarom, HM yang telah merestui pembahasan skripsi ini.
viii
2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara Bapak Drs. Akhirin Ali, M.Ag. 3. Bapak Drs. Abdul Rozaq Alkam, M.Ag. pembantu Dekan I Fakultas Tarbiyah dan Ilmu keguruan UNISNU Jepara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penulisan skripsi ini. 4. Dosen Pembimbing Bapak Dr. Sa’dullah Assaidi, M.Ag. yang dengan susah payah meluangkan waktu, pikiran, serta tenaganya demi penyelesaian skripsi ini. 5. Dosen-dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis selama diperkuliahan. 6. Bapak dan Ibu karyawan Perpustakaan di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara juga perpustakaan umum, yang telah memberikan pelayanan kepustakaan yang diperlukan penulis untuk menyusun skripsi ini. 7. Keluarga tercinta, yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun materil. 8. Untuk teman-teman senasib seperjuangan mahasiswa PAI “ A3” angkatan 2011 yang telah berjuang dan membantu memberi dukungan moril maupun materil selama kuliah. 9. Serta semua pihak yang telah banyak membantu penulis namun tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga Allah membalas semua kebaikan kalian. ix
Semoga Allah SWT berkenan dan memberikan hidayah-Nya serta melipatgandakan balasan yang setimpal atas segala kebaikannya dan menjadikan amal soleh di sisi-Nya. Dengan segala keterbatasan yang ada, penulis mengakui skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, dengan hati terbuka, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kemajuan penulis. Sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya untuk semua pihak yang telah memberikan dukungan, dan penulis berharap skripsi ini akan bermanfaat untuk kedepannya. Tidak hanya untuk penulis tetapi untuk semua yang membaca skripsi ini. Wabillahi taufiq wal hidayah Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Jepara, 15 September 2015 Penulis
AHMAD ALI IFNI 131310000329
x
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ...........................................................................................
i
HALAMAN ABSTRAK .....................................................................................
ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv DEKLARASI .......................................................................................................
v
HALAMAN MOTTO ......................................................................................... vi HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. vii HALAMAN NOTA PEMBIMBING ................................................................. viii HALAMAN KATA PENGANTAR ................................................................... ix HALAMAN DAFTAR ISI .................................................................................. xii BAB I
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.................................................................
1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................
6
C. Tujuan Penelitian ...........................................................................
7
D. Manfaat Penelitian .........................................................................
7
E. Penegasan Istilah ........................................................................... 8 F. Kajian Pustaka................................................................................ 12 xi
G. Alasan Pemilihan Judul.................................................................. 16 H. Metode Penelitian.............................................................................17 I. Sistematika Penulisan .................................................................... 20 BAB II : LANDASAN TEORI A. Pengertian Pendidikan Akhlak ....................................................... 23 B. Tujuan Pendidikan Akhlak ........................................................... 28 C. Materi Pendidikan Akhlak ............................................................. 30 D. Pengertian Metode Pendidikan ...................................................... 33 E. Metode Pendidikan Dalam Pendidikan Akhlak ............................. 37 BAB III : Biografi Penulis Dan Gambaran Tafsir Al Misbah A. Biografi Penulis Tafsir Al Misbah ................................................. 39 1.Pendidikan M. Quraish shihab .................................................... 40 2.Karir M. Quraish shihab.............................................................. 41 3.Karya-karya M. Quraish shihab .................................................. 43 4.Corak pemikiran M. Quraish shihab ........................................... 44 B. Pendidikan Akhlak Dalam Tafsir Al Misbah................................. 46 1.Latar Belakang Penulisan Tafsir Al Misbah .................................46 2.Metode Dan Cara Penafsiran Tafsir Al Misbah ............................48 3.Sistematika Penulisan Tafsir Al Misbah ..................................... 48
xii
BAB IV : ANALISIS NILAI_NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM SURAT LUQMAN AYAT 12-19 A. Qs.Luqman Ayat 12-19 beserta artinya ........................................ . 54 B. Asbab al-Nuzul Qs.Luqman ...........................................................55 C. Munasabah ayat................................................................................58 D. Analisis kandungan QS. Luqman Ayat 12-19 DALAM Tafsir alMisbah..............................................................................................60 E. Analisis Pendidikan Akhlak pada QS. Luqman Ayat 12-19......... 70 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................... 80 B. Saran-saran .................................................................................... 83 C. Kata Penutup ................................................................................. 84
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Allah telah menurunkan kitab-kitab suci-Nya kepada para nabi dan rasul sebagai pedoman hidup manusia, di antara kitab-kitab suci itu adalah al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan mukjizat Allah yang diberikan kepada nabi Muhammad dengan perantara malaikat Jibril yang di dalamnya mengandung petunjuk, panduan, aqidah, hukum, kisah, akhlak, ibadah serta janji dan ancaman. Al-Qur’an adalah kitabullah yang di dalamnya
tidak
ada
kesalahan
sama
sekali
dan
al-Qur’an
dapat
menunjukan jalan yang lurus, maka keberuntungan hakiki manusia di dunia dan akhirat tidak akan diperoleh, kecuali dengan mengikuti petunjuknya.1
Pendidikan akhlak mulia yang ditawarkan oleh Islam tentunya tidak ada kekurangan apalagi kerancuan didalamnya. Mengapa? Karena, berasal langsung dari al-Khaliq Allah SWT, yang disampaikan melalui Rasulullah Muhammad SAW dengan Al-Qur’an dan Sunnah kepada umatnya. Umat Islam
tentunya
Muhammad
Saw
mengetahui
dan
memahami
kedunia
untuk
bahwa
menyempurnakan
diutusnya
Nabi
atau memperbaiki
akhlak. Hadist yang diriwayatkan Malik bin Anas dari Anas bin Malik,
1
Ali Abdul Halim Mahmud, Karakteristik Umat Terbaik, Telaah Manhaj, Akidah, dan Harakah, (Jakarta: Gema Insan Press, 1996), hlm. 178.
1
2
menyatakan Aku di utus untuk memperbaiki kemuliaan akhlak (HR. Anas bin Malik).2 Perhatian pendidikan akhlak kini muncul kembali yaitu di saat bangsa Indonesia di hadapkan pada masalah moral dan akhlak yang cukup serius yang kalau di biarkan akan menghancurkan masa depan bangsa Indonesia sendiri. Praktik hidup yang menyimpang dan penyalah gunaan kesempatan dengan mengambil bentuk perbuatan sadis yang merugikan orang yang kian tumbuh subur di wilayah yang tak berakhlak. Korupsi, kolusi, penodongan, perampokan, peredaran dan pemakaian obat-obat terlarang, pelacuran, pemerkosaan, pornografi, pornoaksi, perjudian, perkelahian dan tawuran antar warga, pembunuhan ketidak jujuran berbagai tindak kekerasan perampasan hak-hak asasi manusia pada umumnya terlalu banyak yang dapat di lihat dan di saksikan. Cara mengatasinya bukan hanya dengan uang, ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi harus di barengi dengan penanganan di bidang mental spiritual dan pendidikan akhlak yang mulia. Selain itu, munculnya kemajuan ilmu pengetahuan teknologi modern di samping menawarkan berbagai kemudahan dan kenyamanan hidup, juga membuka peluang untuk melakukan berbagai tindak kejahatan yang lebih canggih lagi, jika ilmu pengetahuan dan teknologi itu di salah gunakan. Semisal teknologi di bidang kesehatan, makanan, minuman, dan obat-obatan di salah gunakan untuk kemaksiatan yang berefek menghacurkan masa depan generasi muda. Tempat-tempat beredarnya pengobatan terlarang semakin 2
Heri Gunawan M. Ag, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasinya, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 80.
3
banyak, mudah dan canggih. Kemudian juga sarana yang membuat orang lupa pada Tuhan, dan kecenderungan maksiat terbuka lebar di mana-mana. Semua itu akan menambah beban akhlak. Melihat pentingnya pendidikan akhlak bagi manusia. Maka tidaklah mengherankan jika program utama dan perjuangan pokok dari segala usaha adalah pendidikan akhlak. Akhlak harus di tanamkan kepada seluruh masyarakat, dari tingkat atas sampai lapisan bawah, dari cendekiawan sampai masyarakat awam, dan pemimpin hingga rakyat jelata.3 Akhlak merupakan fondasi yang kokoh bagi terciptanya hubungan baik antara hamba dan Allah SWT (hablumminallah) dan antar sesama (hablumminannas). Akhlak yang mulia tidak lahir berdasarkan keturunan atau terjadi secara tiba-tiba. Akan tetapi, membutuhkan proses panjang, yakni melalui pendidikan akhlak. Banyak sistem pendidikan akhlak, moral, atau etika yang ditawarkan oleh barat, namun banyak juga kelemahan dan kekurangannya. Karena memang berasal dari manusia yang ilmu dan pengetahuannya sangat terbatas.4 Ada beberapa pemikiran yang mendasarkan tentang pentingnya membahas tentang akhlak dalam hubungannya dengan pendidikan sebagai berikut. Pertama, naluri dasar manusia baik secara individu maupun social menginginkan sebuah kehidupan yang tertib, aman, damai sehingga memungkinkan mereka dapat mengaktualisasikan seluruh potensinya, berupa
3
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 150-151. 4 Dr. Abdul Halim, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani, 2002), hal. 11.
4
cipta, rasa dan karsanya, secara optimal dalam bentuk peradaban dan kebudayaan. Kedua, karena demikian pentingnya, akhlak telah menjadi perhatian dan misi para Nabi dan Rosul, serta cita-cita yang ingin di wujudkan oleh para filsuf, pujangga dan lainya. Setiap Nabi dan Rosul pada umumnya datang atau di utus oleh Tuhan kepada suatu wilayah yang masyarakatnya dalam keadaan Chaos (kacau balau) yang karena di sebabkan akhlaknya menyimpang. Nabi Luth datang pada kaumya yang sedang menyembah berhala, Nabi Nuh datang pada kaumnya yang sedang durhaka, Nabi Musa datang pada kaumya yang tersesat, Nabi Isa datang pada kaumnya yang sedang di landa kehidupan yang materialistic, dan Nabi Muhammad datang pada kaumnya yang sedang rusak akidah, ibadah, sistem sosial, ekonomi, politik, hukum, dan kebudayaan. Itulah sebabnya Nabi Muhammad Saw. Menyatakan dengan tegas, bahwa ia di utus untuk menyempurnakan akhlak (bu’itstu li utammima makaarim al-akhlaq) Ketiga, bahwa menanamkan akhlak yang mulia dan membersihkan akhlak yang tercela dari diri seseorang adalah termasuk salah satu tugas utama dari pendidikan. Hal ini misalnya dapat di lihat dari berbagai rumusan tentang tujuan pendidikan yang pada intinya ingin mewujudkan sosok manusia yang berakhlak. Misalnya manusia yang memperhatikan keseimbangan dalam hidupnya antara kepentingan jasmai dan rohani, dunia dan akhirat, material dan spiritual, manusia yang sempurna, terbina dan teraktualisasikan seluruh potensi dirinya(insan kamil) dan manusia yang ber akhlak mulia. Selain itu pendidikan juga membutuhkan tenaga pendidik yang dapat menjadi idola (uswah hasanah)
5
dan kepribadian utama, sehingga dapat mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif. Selain itu pendidikan juga bertugas menginternalisasikan atau mewariskan nilai-nilai yang baik dari generasi yang dahulu kepada generasi selanjutnya sehingga terjadi kesinambungan akhlak, pendidikan juga membutuhkan lingkungan yang berakhlak baik yang dapat memberikan pengaruh yang positif bagi para siswa dan pendidikan juga membutuhkan pengelolaan atau menejemen yang di dasarkan pada nilai-nilai akhlak yang baik. Dengan singkat dapat di katakan, bahwa akhlak yang mulia amat di butuhkan oleh pendidikan.5 Sehubungan dengan pendidikan akhlak, banyak di antara ayat-ayat Alqur’an yang berbicara mengenai pendidikan akhlak yang perlu di aplikasikan dalam kehidupan keseharian. Di antaranya yang termaktub dalam Al-qur’an surat luqman ayat 12 dan 17:
َوﻟَﻘَ ْﺪ آﺗَ ْﯿ ﷲَ َﻏﻨِﻲﱞ ﺣَ ﻤِﯿ ٌﺪ ﻓَﺈ ِنﱠ ﱠ “Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhn ya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” 6
ﻚ َ َﺻﺎﺑ َ َﻲ أَﻗِﻢِ اﻟﺼ َﱠﻼةَ َو ْأﻣُﺮْ ﺑِﺎ ْﻟ َﻤ ْﻌﺮُوفِ َوا ْﻧﮫَ َﻋ ِﻦ ا ْﻟﻤُﻨ َﻜ ِﺮ َواﺻْ ﺒِﺮْ َﻋﻠَﻰ ﻣَﺎ أ ﯾَﺎ ﺑُﻨَ ﱠ
5
Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 205-206. 6 M Quraish Shihab,Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,(Jakarta: Lentera Hati,2002), hlm. 120.
6
ﻚ ﻣِﻦْ ﻋَﺰْ مِ ْاﻷُﻣُﻮ ِر َ ِإِنﱠ َذﻟ “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”7 Ayat di atas, menjelaskan keadaan Luqman yang bersyukur kepada Allah. Maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri dan kemudian barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat Luqman ayat 12 dan 17 di atas merupakan contoh dari sebagian pendidikan akhlak yaitu pertama tentang bersyukur yang mempunyai manfaat bagi dirinya sendiri. Dan ayat 17 perintah mendirikan sholat dan mengerjakan amalan yang baik dan mencegah kemungkaran dan diakhiri dengan sebuah kesabaran. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang di paparkan di atas maka penulis telah menyusun beberapa rumusan masalah berikut yang akan menjadi acuan dalam pengembangan penulisan skripsi ini, yakni: 1. Apa saja pendidikan akhlak dalam Surat Luqman ayat 12-19 ?
7
Hasbi Ashshiddiq dkk., Al-qur’an dan Terjemahanya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara penterjemah Al-qur’an, 1971), hlm. 654 -655.
7
2. Bagaimana pendidikan akhlak dalam tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab? C. Tujuan penelitian Berpijak dari permasahan tersebut, maka tujuan yang hendak di capai dalam penulisan skripsi ini adalah : 1. Untuk mendiskripsikan apa saja pendidikan akhlak dalam surat luqman ayat 12-19. 2. Untuk mendiskripsikan bagaimana pendidikan akhlak dalam tafsir al misbah karya M. Quraish Shihab. D. Manfaat Penulisan 1. Manfaat Secara Teoritis a. Dapat mendiskripsikan apa saja pendidikan akhlak dalam Surat Luqman ayat 12-19. b. Dapat mendiskripsikan bagaimana pendidikan akhlak dalam Surat Luqman ayat 12-19. c. Dapat mendiskripsikan bagaimana pendidikan akhlak dalam tafsir AlMisbah karya M. Quraish Shihab. d. Hasil dari kajian ayat ini di harapkan dapat membantu usaha penghayatan dan pengalaman terhadap isi kandungan ayat dan nilainilai akhlak yang ada dalam Al-qur’an baik yang tersurat maupun yang tersirat khususnya dalam Surat Luqman ayat 12-19. 2. Manfaat Secara Praktis
8
a. Bagi penulis, dapat meneliti dan mengkaji pendidikan akhlak yang terkandung dalam Surat Luqman ayat 12-19, maka di harapkan akan mampu meningkatkan
wawasan dan pemahaman
komprehensif mengenai
pendidikan akhlak
yang lebih
dari berbagai sudut
pandang mufassirin. b. Bagi pendidikan islam, dapat dijadikan sebagai bahan pengetahuan tentang pengertian tujuan dan metode pendidikan akhlak. Sehingga di harapkan lembaga pendidikan islam mampu mencetak output peserta didik yang mempunyai akhlakul karimah. c. Bagi kepustakaan, dapat di jadikan sebagai referensi dan dokumentasi kepustakaan
dalam
rangkah
menambah
dan
memperkaya
perbendaharaan karya ilmiah (khususnya dalam wacana pendidikan akhlak). E. Penegasan istilah Untuk memperjelas mengenai kajian penelitian ini, maka adanya penegasan istilah pada judul skripsi ini di nilai perlu. Dalam kajian ini mengandung pokok-pokok istilah sebagai berikut : 1. Studi analisis Studi adalah penelitian ilmiah, kajian atau telaahan. 8 sedangkan Analisis
8
yaitu
penyelidikan
terhadap
suatu
peristiwa
(karangan,
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm.1093.
9
perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui keadaaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya).9 Jadi studi analisis adalah penelitian ilmiah terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. 2. Pendidikan Pendidikan secara umum dapat diartikan sebagai suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar anak didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak dan
budi
mulia,
serta
keterampilan
yang diperlukan
dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.10 Pendidikan ialah usaha manusia untuk meningkatkan kepribadian dengan jalan membina potensi –potensi pribadinya, yaitu rohani(pikir, karsa, rasa, cipta, dan budi nurani) dan jasmani (panca indera serta kertrampilanketrampilan). 11 Pasal-pasal yang bertalian dengan pendidikan
menurut Undang-
Undang Dasar 1945 pada pasal 31. Yang menceritakan tentang pendidikan ayat 1 bebunyi: Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran. Dan
9
Ibid, hlm.43. Theo Riyanto dan Martin Handoko, Pendidikan Pada Usia Dini,Tuntunan Psikologis dan Pedagogis bagi Pendidik dan Orang tua, (Jakarta: Grasindo, 2004), hlm. 40. 11 Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 7. 10
10
ayat 2 pasal ini berbunyi: Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang di atur dengan Undang-Undang.12 3. Akhlak Ahklak berasal dari baahasa Arab, Khilqun yang berarti kejadian, perangai, tabiat, atau karakter.sedangkan dalam pengertian istilah, Akhlak sifat yang melekat pada diri seseorang dan menjadi identitasnya. Selain itu, Akhlak juga dapat di artikan sebagai sifat yang telah di biasakan, di tabiatkan, di darah dagingkan, sehingga menjadi kebiasaan dan mudah di laksanaakan, dapat di lihat indikatornya, dan dapat di rasakan manfaatnya. Akhlak terkait memberikan penilaian terhadap suatu perbuatan dan menyatakan baik atau buruk. Hal ini berbeda dengan penilaian dalam ilmu dan hukum yang terkait benar atau salah; dan berbeda pula dengan penilaian estetika atau seni yang terkait dengan indah tidak indah. Perpaduan antara penilaian akhlak atau agama ( baik buruk) penilaian ilmu atau hukum (benar atau salah), serta penilaian seni (indah tidk indah) itulah yang selanjutnya di sebut dengan fitrah yang setiap manusia di berikannya. Dari pengertian tentang akhlak baik dari segi bahasa maupun istilah sebagai mana tersebut di atas tampak erat kaitanya dengan pendidikan, yang pada
intinya
upaya
untuk
menginternalisasikan
nilai-nilai,
ajaran,
pengalaman, sikap dan sistem kehidupan secara holistik, sehingga menjadi sifat, karakter dan kepribadian peserta didik.13
12 13
Made Pidarta, Landasan Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 41 Abuddin Nata, Loc. Cit.,hlm 208.
11
Menurut Ibn Maskawaih dalam bukunya Tahdzib al-Akhlaq beliau mendefinisikan akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa terlebih dahulu melalui pemikiran dan pertimbangan. Selanjutnya Imam Al-Ghozali dalam kitabnya Ihya’ Ulum alDin Menyatakan bahwa akhlak adalah gambaran tingkah laku dalam jiwa yag dari padanya lahir perbuatan –perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Dari dua definisi tersebut dapat di simpulkan bahhwa suatu perbuatan atau sikap dapat di kategorikan akhlak apabila memenuhi kriteria sebagaai berikut: Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuataan yang telah tertanam dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadianya. Kedua,
perbuatan
akhlak adalah perbuataan yang dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa pada saat melakukan sesuatu perbuatan yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur, mabuk, atau gila. Ketiga, perbuatan akhlak adalah perbuataan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakaan tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Keempat, perbuatan akhlak adalah perbuataan yang di lakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main, berpura-pura atau karena bersandiwara.14 4. Al-Qur’an Surat Luqman Ayat 12-19 Al-Qur’an ialah kalam Allah Swt yang merupakan mukjizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad saw dan yang ditulis
14
Muhammad Alim, Op.cit. hlm. 151-152
12
di mushaf dan diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah.15 Dari penegasan di atas, maka dapat di pahami bahwa yang di maksud dari judul skripsi ini ialah ide atau gagasan tentang studi analisis pendidikan akhlak yang termaktub dalam Surat Luqman ayat 12-19 untuk kemudian dapat di analisis dalam tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab. F. Kajian pustaka Dalam penulisan skripsi ini peneliti menggali informasi dari penelitian penelitian
sebelumnya
sebagai
bahan
perbandingan,
baik mengenai
kekurangan atau kelebihan yang sudah ada. Selain itu, peneliti juga menggali
informasi
dari
buku-buku
maupun
skripsi
dalam rangka
mendapatkan suatu informasi yang ada sebelumnya tentang teori yang berkaitan dengan judul yang digunakan untuk memperoleh landasan teori ilmiah. Adapun beberapa penelitian yang telah dilakukan dan sejauh ini telah penulis ketahui adalah sebagai berikut: 1. Ahmad Salim NIM : 229413, Unisnu Jepara, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (2013) dengan judul skripsi “Studi Analisis Pemikiran AlGhazali Tentang Pendidikan Akhlak Anak ”, menyimpulkan bahwa Pendidikan Akhlak adalah pendidikan yang berorientasi membimbing dan menuntun kondisi jiwa khusunya agar dapat menumbuhkan akhlak dan kebiasaan yang baik sesuai dengan aturan akal manusia dari syari’at agama. Al-Ghazali tentang pendidikan akhlak pada anak15
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: PT Karya Toha Putra, 2002), hlm. 14.
13
anak berdasarkan atas dasar asumsi filosofis bahwa anak dilahirkan dengan fitrah suci dengan potensi netral, karenanya ia siap menerima pengaruh apapun dari luar. Hal ini menjadikan pendidikan anak sebagai seni menjaga dan merawat serba sebuah proses penyediaan dorongan-dorongan
yang
membawa
pada
pertumbuhan
dan
perkembangan yang positif. a. Menurut Al-Ghazali, pendidikan akhlak pada
anak-anak
sebagai
sarana menuju
pada kehidupan utama
memerlukan dua syarat, yaitu : Syarat kejiwaan dan syarat sosial, syarat pertama tersimpul dalam menumbuhkan watak cinta kepada kebajkan, yang dapat dilakukan dengan mudah pada anak-anak yang berbakat baik. Syarat kedua dapat dicapai dengan cara memilihkan teman-teman yang baik, menjauhkan dari pergaulan yang jelek. b. AlGhazali
menegaskan
agar
anak-anak
dididik
untuk
taat
dan
menghormati kedua orang tuanya dan guru-gurunya. c. Al-Ghazali menjadikan nilai-nilai kesederhanaan dan kedermawanan sebagai nilai utama yang harus dibiasakan pada anak sejak awal, baik dalam hal makanan,
pakaian
dan
sebagainya.
d. Al-Ghazali
menjadikan
permainan sebagai sarana yang ikut membantu pendidikan dan pengajaran anak di samping sebagai medium bagi anak dalam mengungkapkan fitrahnya.16 2. A. Yusuf NIM : 226452, Unisnu Jepara, Fakultas Tarbiyah (2009), dengan judul skripsi “Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al-Qur’an 16
Ahmad Salim, Studi Analisis Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan Akhlak Anak, Skripsi, (Jepara: Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Unisnu Jepara, 2013), hlm.
14
Surat Al-Furqon Ayat 63-74 dan Aktualisasinya Dalam Pembentukan Kepribadian Muslim”, menyimpulkan bahwa 1. Pendidikan akhlak merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk mencapai membimbing dan mengarahkan kehendak seseorang untuk tingkah laku yang baik dan diarahkan serta menjadikannya sebagai suatu kebiasaan. Dalam Al-Qur’an surat al-Furqon ayat 63 sampai 74 pada dasarnya mengandung beberapa nilai pendidikan yang diterapkan dalam
kehidupan
antaranya
adalah
pendidikan
akhlak yang
di
dalamnya seseorang diterangkan tentang sopan santun yang dilakukan oleh seorang muslim, juga terdapat unsure-unsur pendidikan akhlak, yaitu: berlaku tawadhu’, tahajud, khauf, hemat (tidak kikir/berlebihan), tidak
menduakan
Allah, tidak berzina dan membunuh, taubat,
menjauhkan diri dari saksi palsu, senang dengan ayat-ayat Allah. 2. Aktualisasi
nilai-nilai
pendidikan
akhlak dalam pembentukan
kepribadian muslim adalah pembentukan akhlak yang mulia pada diri seorang
muslim
and
dipraktekkan
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Aktualisasi nilai-nilai pendidikan akhlak menurut al-Furqon ayat 63 sampai 74 dalam pembentukan kepribadian muslim adalah membentuk pribadi muslim yang cinta damai, menumbuhkan taat (takwa) kepada Allah SWT.17 Adapun
skripsi
yang
secara
khusus
membahas
tentang
pendidikan akhlak dalam al-Qur’an surat Luqman ayat 12-19 sejauh 17
A. Yusuf, Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al-Qur’an Surat Al-Furqon Ayat 63-74 dan Aktualisasinya Dalam Pembentukan Kepribadian muslim, Skripsi, (Jepara: Fakultas Tarbiyah Inisnu Jepara, 2009), hlm.
15
yang diketahui oleh peneliti belum pernah dilakukan sebelumnya. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan kajian tentang masalah tersebut.
Peneliti
ini
berbeda dengan
peneliti
yang
sudah
ada.
Kesamaan dari penelitian ini terletak pada pendidikan akhlak dalam al-Qur’an yang dilakukan oleh peneliti dahulu yaitu A. Yusuf. Adapun perbedaan penelitian dahulu dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu terdapat pada surat serta ayat dalam al-Qur’an. Dalam penelitian yang
dilakukan
membahas terdapat
oleh
tentang
Ahmad
pendidikan
Salim
terdapat
akhlak, adapun
kesamaan
yaitu
perbedaanya
yaitu
pada isi. Ahmad Salim memaparkan tentang pendidikan
akhlak pada anak menurut pemikiran Al-Ghozali, sedangkan penelitian yang akan dilakukan akan memaparkan tentang pendidikan akhlak yang terdapat dalam al-Qur’an surat Luqman ayat 12-19. Namun demikian penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian-penelitian penelitian-penelitian
yang
telah
sejenis
ada
tersebut.
Oleh
karena
itu,
yang telah dilakukan sebelumnya
mempunyai makna yang sangat penting bagi penelitian ini, karena jika tidak ada penelitian yang mendahului niscaya peneliti ini tidak mungkin dapat dilakukan dengan baik. Apabila terdapat penelitian yang mirip atau bahkan sama dengan penelitian yang penulis angkat, hal ini merupakan ketidaktahuan dan keterbatasan pengetahuan penulis. Semoga
hasil
penelitian ini
menjadi
pelengkap,
pendukung penelitian mengenai pendidikan akhlak.
tambahan
dan
16
G. Alasan Pemilihan Judul Pada dasarnya penulisan skripsi ini sebagai sarana untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana, sedangkan alasan lain yang mendorong penulis untuk memilih dan mengkaji judul ini ialah sebagai berikut: 1. Alasan Secara Teoritis a. Kemajuan ilmu pengetahuan teknologi yang saat ini melanda telah menimbulkan beberapa dampak hal negatif yang berupaa mengerosinya nilai-nilai keagamaan dan merosotnya moralitas manusia.18 Oleh karena itu pendidikan islam di tuntut untuk menciptakan konsep pendidikan akhlak yang mampu menghasilkan pelajar muslim yang tidak hanya mumpuni dalam hal ilmu pengetahuan teknologi namun mereka mempunyai landasan agama yang kuat
untuk menghasilkan output
akhlak yang baik. b. Melihat pentingnya pendidikan akhlak bagi manusia. Maka tidaklah mengherankan jika program utama dan perjuangan pokok dari segala usaha adalah pendidikan akhlak. Akhlak harus di tanamkan kepada seluruh masyarakat, dari tingkat atas sampai lapisan bawah, dari cendekiawan sampai masyarakat awam, dan pemimpin hingga rakyat jelata.19 2. Alasan Praktis
35.
18
Muzayyin Arifin, Kapita selekta Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), hlm.
19
Muhammad Alim, op. cit., hlm. 151.
17
a. Adanya keinginan untuk memahami lebih luas tentang pendidikan akhlak dalam Surat Luqman Ayat 12-19 dalam Tafsir Al-Misbah Karya M. Quraish Shihab. b. Dalam rangka memahami tentang pendidikan akhlak kaitanya dengan memberikan penjelasan, tujuan, materi maupun metode pendidikan akhlak. H.Metode penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pada dasarnya kajian mengenai pendidikan akhlak tidak akan terlepas dari manusia karena merupakan objek kajian. Maka dari itu digunakanlah pendekatan yang beragam ini di maksudkan agar dapat memberikan pemahaman yang komprehensif. Dengan pemahaman seperti ini, maka pengenalan tentang manusia akan tepat sasaran khususnya yang berkenaan dengan pendidikan akhlak. Diantara pendekatan yang dapat di gunakan untuk mengkaji dan memahami manusia dari berbagai aspeknya adalah sebagai berikut: a. Pendekatan fiilosofis Pendekatan ini mengacu pada hakikat penciptaan manusia karena pada dasarnya manusia yang di lahirkan dalam keadaan fitrah dalam al-qur’an surat ar-Rum ayat 30 yang menjelaskan mengenai fitrah yang berupa firah agama sehingga nantinya melalui perkembangan fitrah keagamaan
18
ini akan melahirkan generasi yang bermoral baik dan berakhlakul karimah.20 b. Pendekatan psikologis Pendekatan ini berperan untuk memahami manusia dari perspektif kejiwaanya. Karena pada dasarnya pendidikan akhlak sangat di pengarui lingkungan melihat begitu pentingnya pemahaman tentang pendidikan akhlak maka perlu di berikan pengarahan, bimbingan dan keteladanan untuk menanamkan akhlak yang baik. c. Pendekatan sosial Sebagai makhluk sosial, manusia juga tidak bisa terlepas dari peran masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Maka dari itu pendidikan akhlak bisa dimulai dengan suatu kondisi yang ada. Pendekatan ini di gunakan untuk
mengetahui
seberapa
besar
pengaruh
pendidikan
dalam
pembentukan akhlak.
2. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data skripsi ini, penulis menggunakan metode kepustakaan atau library research, yakni pengumpulan data atau karya tulis ilmiah bertujuan dengan objek penelitian atau pengumpulan data yang bersifat kepustakaan. Pengumpulan data kepustakaan dapat di lakukan menggunakan beragai sumber, yakni : a. Sumber Primer
20
Hasbi Ashshiddiq dkk, op. cit., hlm. 645.
19
Sumber primer yaitu hasil-hasil penelitian atau tulisan-tulisan karya peneliti atau teoritis yang orisinil. Dikarenakan peneliti ini terkait dengan pemahaman Al-qur’an maka peneliti menggunakan kitab tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab sebagai acuan utama. b. Sumber Sekunder Sumber sekunder ialah bahan pustaka yang di tulis dan di publikasikan oleh seoarng penulis yang tidak secara langsung melakukan pengamatan, atau dengan kata lain penulis tersebut bukanlah sebagai penemu teori. Maka di sini penulis menggunakan beberapa kitab tafsir mempunyai keterkaitan dengan ayat tersebut sebagai sumber sekunder selain itu menggunakan sumber sekunder lain yang berasal dari tulisan-tulisan mengenai pedidikan akhlak serta tulisan-tulisan lain yang mendukung pembahasan yang berkenaan dengan materi pokok skripsi ini. 3. Teknik Analisis Data Apabila pengumpulan data sudah di lakukan dan data sudah terkumpul maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data dengan menggunakan metode sebagai berikut : a. Metode Tahlili Metode Tahlili atau di sebut juga metode analitis ialah menafsirkan ayatayat Al-qur’an dengan memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang di tafsirkan itu serta menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufassir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut.
20
Dalam metode ini, biasanya mufasir menguraikan makna yang di kandung oleh Al-qur’an, ayat demi ayat surat demi surat sesuai dengan urutanya di dalam mushaf. Uraian tersebut menyangkut beberapa aspek yang di kandungan ayat yang di tafsirkan seperti pengertian kosa kata, konotasi kalimatnya, latar belakang turunya ayat, baik sebelum maupun sesudah (munasabat), dan tak ketinggalan pendapat-pendapat yang telah di berikan berkenaan dengan tafsiran ayat-ayat tersebut, baik yang di sampaikan oleh Nabi, sahabat, para tabi’in maupun ahli tafsir lainya.21 b. Metode Hermeneutika Hermeneutika merupakan istilah baru dalam studi Islam di sini hermeneutika di jadikan sebuah metode penafsiran yang mencoba menggambarkan bagaimana sebuah kata atau Sesuatu kejadian pada waktu dan budaya yang lalu dapat di mengerti dan menjadi bermakna secara exsistensial dalam situasi sekarang. 22 Tujuan hermeneutika ini ialah untuk memahami secara obkjektif maksud penggagas, atau dapat di katakan metode ini bertujuan untuk merekonstruksi makna. I. Sistematika penulisan Penulisan ini terdiri dari tiga bagian. Adapun sistematikanya tersusun sebagai berikut: 1. Bagian Muka
21
Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 31. 22 U. Syafrudin, Paradigma Tafsir Tekstual dan Kontekstual, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm.18.
21
Pada bagian ini akan di muat beberapa halaman, diantaranya adalah Halaman Judul, Abstrak Penelitian, Halaman Motto, Halaman Deklarasi, Halaman Pengesahan, Halaman Notta Pembimbing, Halaman Kata Pegantar, Daftar isi. 2. Bagian Isi Pada bagian isi skripsi memuat lima bab yang masing-masing bab memuat beberapa sub bab yaitu: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kajian Pustaka, Metode Penelitian, sitematika penulisan. BAB II : LANDASAN TEORI Dalam bab ini berisi tentang landasan teoritik terdiri dari dua sub bab. Pertama, menjelaskan Pendidikan akhlak yang meliputi: Pengertian pendidikan akhlak, Tujuan pendidikan akhlak, Materi pendidikan akhlak. Kedua, menjelaskan tentang Metode pendidikan yang meliputi: Pengertian metode pendidikan, Metode pendidikan dalam pendidikan akhlak. BAB III : ( BIOGRAFI PENULIS DAN GAMBARAN TAFSIR AL MISBAH) Dalam bab ini akan membahas dua sub bab.
22
Pertama, menjelaskan tentang Biografi penulis Tafsir Al Misbah yang meliputi: Pendidikan M. Quraish shihab, Karir M. Quraish sihab, Karya-karya M. Quraish sihab, Corak Pemikiran M. Quraish sihab. Kedua menjelaskan tentang pendidikan akhlak dalam Tafsir Al Misbah yang meliputi: Latar belakang penulis Tafsir Al Misbah, Metode dan cara penafsiran Tafsir Al Misbah, Sistematika penulisan Tafsir Al Misbah BAB IV : ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM SURAT LUQMAN AYAT 12-19) Bab ini merupakan bab analisis. Dalam bab ini akan di analisis tentang pendidikan akhlak dalam surat luqman ayat 12-19 dalam Tafsir Al-Misbah karangan M.Quraish Shihab.
BAB V : PENUTUP Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran. 3. Bagian Akhir Pada bagian ini akan memuat : Halaman lampiran dan Daftar Riwayat Hidup Penulis.
Daftar Pustaka, Lampiran-
BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan akhlak 1. Pengertian pendidikan akhlak Sebelum
penulis
membahas
dan
menjelaskan
pengertian
pendidikan akhlak, terlebih dahulu di sini penulis memberikan pengertian secara terpisah di kedua istilah tersebut yaitu pendidikan dan akhlak. Beberapa pendapat ahli tentang pengertian tersebut sebagai berikut: a. Pendidikan Dalam pengertian tentang pendidikan para ahli ilmu pengetahuan berbeda pendapat, di antaranya adalah: 1) Arti pendidikan secara etimologi Pendidikan yaitu pedagogi dan pedagogik. Pedagogi berarti “pendidikan”
sedangkan pedagoie artinya ilmu “ pendidikan”.
Istilah pedagogia berasal dari bahasa Yunani yang artinya pergaulan dengan anak-anak. Sedangkan yang sering di gunakan pedagogos artinya seorang pelayan (bujang) pada zaman Yunani kuno yang pekerjaanya mengantar dan menjemput anak-anak ke dan dan dari sekolah. Paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin).
23
24
Pendidikan ialah usaha manusia untuk meningkatkan kepribadian dengan
jalan
membina
potensi-potensi
pribadinya,
yaitu
rohani(pikir, karsa, rasa, cipta, dan budi nurani) dan jasmani (panca indera serta kertrampilan-ketrampilan). 1 2) Dalam Undang Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dalam Bab XIII pasal 31 ayat 1tiap warga negara berhak mendapat pengajaran. Pasal 2 pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dalam undang-undang. Pendidikan dasar menjadi wajib dan akan ada sanksi bagi siapapun yang tidak melaksanakan kewajiban itu. Dengan demikian setiap warga
negara
mempunyai
pendidikan
minimum
yang
memungkinkan dapat berpartisipasi dalam proses pencerdasan kehidupan
bangsa.
Dipihak
lain
Undang-Undang
Dasar
mewajibkan pemerintah untuk membiayai pelaksanaan ketentuan ini.2 3) Menurut Phillip H. Phenix Pengertian secara operasional dikemukakan bahwa pendidikan yang dalam ini pendidikan umum sebagai process of engendering essential meanings. Yaitu proses pemunculan makna essensial
1
Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 7. Eddie Siregar,Panduan Pemasyarakatan Undang-Undang Dasar, (Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI,2012), hlm. 191. 2
25
yang terdiri dari: simbolik, empirik, estetik, etik, dan sinoptik yang masing-masing mempunyai arti bidang bidang tersendiri. Simbolik mempunyai makna terdapat pada bahasa keseharian misalnya gerak tubuh, pola-pola dan seirama. Makna empirik merupakan ilmu pengetahuan tentang fisik. Makna estetik yaitu nilai keindahan contohnya pada seni musik, gerak dan lain sebagainya. Makna sionetik merupakan pengetahuan tentang kepribadian
terdapat
pada pemikiran-pemikiran. Sedangkan etik adalah sebuah moral atau akhlak. Dan yang terakhir yaitu sinoptik bidang sejarah, agama, filsafat.3 4) Menurut M. Arifin ‘‘pendidikan yang benar adalah yang memberikan kesempatan pada keterbukaan terhadap pengaruh dari dunia luar dan perkembangan dari diri anak didik.”4 5) Menurut Ngalim Purwanto ‘‘pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin jasmani dan rohani ke arah kedewasaan”
5
Dari beberapa pendapat ahli pendidikan di atas, maka di sini penulis dapat mengambil kesimpulan, bahwa pendidikan adalah suatu proses bimbingan secara sadar utuk mengembangkan kepribadian serta kemampuan dasar siswa agar membuahkan hasil yang baik, jasmani yang sehat, kuat dan berketrampilan cerdas 3
Abdul latif, Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan, ( Bandung: PT Refika aditama, 2009), hlm. 7-8. 4 M. Arifin , filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm. 18. 5 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritik dan Praktik, ( Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), hlm. 11.
26
serta pandai hatinya penuh iman kepada Allah SWT dan membentuk kepribadian utama. b. Akhlak Beberapa ahli mendifinisikan tentang akhlak, di antaranya adalah: 1) Ahklak secara etimologi berasal dari bahasa Arab, Khilqun yang berarti
kejadian,
perangai,
tabiat,
atau
karakter.
Sedangkan dalam pengertian istilah, Akhlak sifat yang melekat pada diri seseorang dan menjadi identitasnya. Selain jitu, Akhlak juga dapat diartikan sebagai sifat yang telah dibiasakan, ditabiatkan, didarah dagingkan, sehingga menjadi kebiasaan dan mudah dilaksanakan, dapat dilihat indikatornya, dan dapat dirasakan manfaatnya. Akhlak terkait memberikan penilaian terhadap suatu perbuatan dan menyatakan baik atau buruk.6 2) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti, watak, tabiat.7 3) Menurut Ibn Al-Jauzi menjelaskan bahwa ‘‘al- khuluq adalah etika yang dipilih seseorang. Dinamakan khuluq karena etika bagaikan karakter pada dirinya. Dengan demikian khuluk adalah etika yang menjadi pilihan”. 4) Menurut Imam Al-Ghazali ‘‘akhlak adalah daya kekuatan (sifat) yang tetanam dalam jiwa yang mendoronng perbuatan6
Abuddin Nata, Pemikiran Pendidikan Islam Dan Barat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 208. 7 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Inonesia, ( Jakarta, 1998), hlm. 25.
27
perbuatan yang spontan tanpa memerlukan pertimbangan pemikiran”. 5) Menurut syekh Makarim Asy-Syirazi ‘‘ ahklak merupakan sekumpulamn keutamaan maknawi dan tabiat batini manusia”.8 6) Menurut M. Abdullah Daras, perbuatan-perbuatan manusia dapat dianggap sebagai akhlak mulia apabila memenuhi dua syarat sebagai berikut: pertama, perbuatan-perbuatan itu dilakukan berulang kali sehingga perbuatan-perbuatan itu menjadi kebiasaan. Kedua, perbuatan-perbuatan itu dilakukan dengan kehendak sendiri bukan karena adanya tekanan-tekanan yang datang dari luar seperti ancaman dan paksaan atau sebaliknya melalui bujukan dan rayuan. 9 Dari berbagai pendapat dapatlah penulis simpulkan bahwa yang di maksud akhlak adalah suatu sikap atau etika yang di pilih dan tertanam dalam batiniyah
dalam jiwa manusia yang menghasilkan perbuatan-
perbuatan baik dan buruk yang dilakukan kehendak sendiri dengan mudah tanpa melalui pertimbangan-pertimbangan terlebih dahulu dan perbuatan tersebut sudah menjadi kebiasaan. Setelah kita mengetahui satu persatu pengertiaan dari pendidikan dan akhlak, maka kiranya dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud pendidikan akhlak adalah usaha sadar untuk membina kepribadian dan 8 9
42.
Anwar Rosihon, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hlm. 13-14. Abd. Rachman Assegaf , Filsafat pendidikan Islam,(Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm.
28
mengasah potensi-potensi yang ada pada diri individu supaya aktif dalam mempermudah memunculkan ke permukaan sehingga mempunyai kemampuan-kemampuan dalam alamiahnya. Dengan tujuan untuk di lekatkan pada kepribadian atau sikap karakter identitas watak budi pekerti yang baik dan berakhlakul karimah sehingga dalam pertumbuhan jasmani dan rohani untuk membiasakan perbuatan baik yang didasarkan pada keimanan. Pendidikan akhlak secara tidak langsung yaitu dengan sajak sugesti seperti mendiktekan sajak-sajak yang mengandung hikmat kepada anakanak (peserta didik) memberikan nasehat-nasehat dan berita-berita berharga mengandung manfaat dan berita kecenderungan dan pembawaan anak-anak dalam rangka pendidikan akhlak. Contohnya saat mereka menirukan ucapan-ucapan dan lain-lain. 10 2. Tujuan pendidikan akhlak Tujuan pendidikan adalah perubahan perilaku yang diinginkan terjadi setelah peserta didik belajar. Tujuan pendidikan dapat dijabarkan mulai dari tujuan nasional, institusional, kurikuler sampai instruksional. Tujuan pendidikan islam. Faktor ini di gunakan untuk menjawab pertanyaan untuk apa pedidikan itu dilaksanakan. Tujuan pendidikan mencapai tiga aspek, yaitu aspek kognitif (pembinaan akal pikiran, seperti dicerdasan, kepandaian, daya nalar) aspek afektif (pembinaan hati, seperti 10
Moh. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang), hlm.111.
29
pengembangan rasa, kesadaran, kepekaan emosi, dan kematangan spiritual) dan aspek psikomotorik (pembinaan jasmani, seperti badan sehat, mempunyai ketrampilan.11 Tujuan pendidikan yang di laksanakan tanpa adanya tujuan maka akan berakhir dengan kegagalan. Secara normatif tujuan pendidikan di Indonesia di amanatkan dalam UU No.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dalam
UU
ini
disebutkan
bahwa
pendidikan
bertujuan
untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.12 Menurut Omar al Toumy al-syaibani menggariskan bahwa tujuan pendidikan islam adalah untuk mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga mencapai akhlak al-karimah. Tujuan ini sama dan sebangun dengan tujuan yang akan di capai misi kerasulan yaitu “membimbing manusia untuk berakhlak mulia” kemudian akhlak mulia di maksud, di harapkan tercermin dari sikap dan tingkah laku individu dalam hubunganya dengan Allah diri sendiri, sesama manusia dan sesama makhluk Allah serta lingkunganya.13 Menurut Anwar Masy’ari juga berpendapat bahwa tujuan pendidikan akhlak untuk mengetahui perbedaan perangai manusia yang baik dan jahat, agar manusia memegang teguh perangai-perangai yang baik dan menjauhi perangai-perangai yang jelek, sehingga tercipta tata 11
Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Putra Grafika, 2010), hlm. 168. Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 41. 13 Jalaluddin, Teologi Pendidikan , ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), cet ke 3, hlm, 92. 12
30
tertib dalam pergaulan masyarakat, tidak saling membenci dengan yang lain, tidak ada curiga mencurigai dan tidak ada persengketaan antara sesama hamba Allah SWT.14 Dari beberapa pendapat ahli diatas, maka disini penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa tujuan dari pendidikan akhlak merupakan pembinaan hati menciptakan sebuah generasi yang bukan hanya kreatif dalam aspek kognitif dan psikomotorik melainkan yang lebih penting adalah aspek afektif untuk menjadi individu maupun kelompok yang berakhlak mulia serta beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan dicerminkan sebuah tingkah laku yang baik dan benar serta mentaati tata tertib yang ada
dimasyarakat untuk membimbing dan
mengarahkan manusia supaya mampu untuk menerapkan berakhlak mulia.
3. Materi pendidikan akhlak Mengenai materi pendidikan akhlak menurut Imam Al-Ghazali dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu diantaranya a. Akhlak mahmudah atau akhlak terpuji Yakni menghilangkan semua adat kebisaan
yang tercela ataupun
buruk yang sudah digariskan dalam agama Islam serta menjauhkan diri dari perbuatan tercela tersebut kemudian membiasakan adat kebiasaan
14
Anwar Masy’ari, Akhlak Al-Qur’an, (Surabaya: Bina Ilmu, 2007), hlm. 217.
31
yang
baik
melakukanya
dan
mencintainya
maupun
mengaplikasikanya.15 b. Akhlak madzmumah atau akhlak tercela Yakni sebuah tingkah laku manusia yang buruk dan
dapat
membawanya
yang
kepada
kebinasaan
dan
kehancuran
diri,
bertentangan dengan fitrahnya untuk mengarah pada kebaikan.16 Kemudian ada tiga hal pokok yang dapat dipahami sebagai materi pendidikan akhlak, yaitu hal-hal yang wajib bagi kebutuhan tubuh manusia, ha- hal yang wajib bagi jiwa dan hal-hal wajib bagi berhubungan sesama manusia. Ketiga pokok materi tersebut dapat diperoleh dari ilmuilmu yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua. Pertama ilmu-ilmu yang berkaitan dengan pemikiran yang disebut al- ulum alfiqriyah dan yang kedua, ilmu yng berkaitan dengan indera atau di sebut al-ulum al-hissiyat. Materi pendidikan akhlak yang wajib bagi kebutuhan tubuh manusia antara lain sholat, puasa dan sar’i. Gerakan-gerakan sholat secara teratur yang paling sedikit dilakukan lima kali sehari seperti mengangkat tangan, berdiri, ruku’, dan sujud memang memiliki olah tubuh akan lebih dirasakan dan disadari sebagai olah tubuh (gerak badan) bilamana dalam berdiri ruku’, dan sujud dilakukan dalam tempo yang lama.17
16
Ibid, hlm. 155. Abuddin Nata, Pemikiran Tokoh Para Pendidikan Islam,(Jakarta: PT raja Gravfindo Persada, 2003), hlm. 12-13. 17
32
Materi merupakan isi atau subtansi tujuan pendidikan yang hendak dicapai peserta didik dalam perkembangan dirinya. Secara mendasar dan subtansi dari unsur-unsur pendidikan. Materi pembelajaran mengacu pada kondisi pengembangan serta budaya manusia yang diwakili oleh perilaku sehari-hari (akhlak) dari hal ini yang paling kecil dan sederhana ataupun yang paling kompleks.18 Bahan- bahan atau materi pengajaran adalah sebagai rincian dari pada pokok-pokok bahasan dan sub-sub bahasan dalam kurikulum yang bersangkutan.19 Pendidikan akhlak adalah usaha sadar untuk membina kepribadian dan mengasah potensi-potensi yang ada pada diri individu supaya aktif dalam mempermudah memunculkan kepermukaan sehingga mempunyai kemampuan-kemampuan dalam alamiahnya. Dengan tujuan untuk dilekatkan maupun diterapkan pada kepribadian ataupun sikap karakter identitas watak budi pekerti yang baik dan benar serta
berakhlakul
karimah. Jadi terkait dengan materi pendidikan akhlak disini penulis dapat menyimpulkan bahwa materi merupakan isi subtansi atau unsur-unsur yang diberikan, disajikan, atau diajarkan maupun disampaikan tentang pokok-pokok bahasan yang sudah diproses untuk selanjutnya dijelaskan serta dipaparkan kepada peserta didik maupun anak-anak 18
Prayitno. Pendidikan Dasar Teori Dan Praktis, (Jakarta :PT Grasindo, 2009), hlm. 55. Oemar Hamalik, Pengajaran Unit: Berdasarkan Pendekatan Sistem , (Bandung: Mandar Maju, 1989), hlm. 81. 19
33
didik untuk membentuk suatu watak baik ataupun buruk yang di lekatkan dalam sebuah kepribadian atau sifat karakter identitas watak budi pekerti yang baik yang direalisasikan dengan akhlak yang mulia. B. Metode pendidikan Mendidik akhlak anak merupakan pekerjaan yang bernilai tinggi dan paling penting, karena anak merupakan amanat Allah SWT bagi orang tuanya di mana hatinya bersih suci bagaikan mutiara yang cemerlang dan jiwanya sederhana yang kosong dari segala lukisan dan ukiran. Anak-anak itu akan menerima segala sesuatu yang di ukirkan padanya, serta condong pada sesuatu yang mengotorinya. Jika ia di biasakan dengan kebiasaan baik maka ia akan tumbuh menjadi baik dan ia akan hidup bahagia di dunia dan akhirat, dan begitu pula sebaliknya.20 1. Pengertian metode pendidikan Istilah metode secara sederhana sering di artikan cara yang cepat dan tepat. Metode dalam bahasa Arab istilah metode di kenal dengan istilah thoriqoh yang berarti langkkah langkah strategis untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Akan tetapi menurut Ahmad Tafsir jika di pahami dari kata method (bahasa Inggris)
ini mempunyai pengertian yang lebih
khusus, yakni cepat dan tepat dalam mengerjakan sesuatu. Ungkapan cara yang paling tepat ini membedakan dengan istilah way (bahasa inggris) yang berarti cara juga. Karena secara etimologis metode di artikan sebagai 20
152.
Ali Al-jumbulani, Perbandingan Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm.
34
cara yang paling tepat dan cepat. Maka ukuran kerja dalam suatu lanjut Ahmad Tafsir harus di perhitungkan secara benar benar secara ilmiah. Oleh karena itu suatu metode senantiasa hasil eksperimen yang telah teruji. Dalam pemakaian kata yang tepat dan cepat. Sering di ungkapkan juga dengan istilah efektif dan efisien. Maka metode di pahami sebagai cara yang paling efektif
dan efisien dalam mengajarkan suatu materi
pengajaran. Pengajaran yang efektif artinya pelajaraan dapat di pahami peserta didik secara sempurna. Sedangkan pengajaran yang efisien ialah pengajaran yang tiddak memerlukan waktu dan tenaga yang banyak. Adapun pengertian metode secara terminologi para ahli berbeda pendapat Ramayulis mengutip pendapat Hasan Langgulung, mengartikan ‘‘metode merupakan suatu cara atau jalan yang harus di lalui untuk mencapai tujuan pendidikan”. Al-Abrasyi mengatakan metode adalah suatu jalan yang di ikuti untuk memberikan pemahaman kepada peserta didikdalaam segala macam mata pelajaran. Pendapat senada juga di katakana Al-syaibani metode pendidikan sebagai cara-cara yang praktis yang menjalankan tujuan-tujuan dan
maksud-maksud
pengajaran.
Sementara
itu
Ahmad
Tafsir
mendifinisikan metode pendidikan ialah semua cara yang di gunakaan dalam mendidik. Dari beberapa definisi tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa pendifinisian metode tersebut semuanya mengacu pada cara-cara untuk
35
menyampaikan materi pendidikan oleh pendidik kepada peserta didik, di sampaikan dengan efektif dan efisien, untuk mencapai tujuan pendidikan yang di tentukan. Pencapaian sebuah pendidikan baik pendidikan formal mupun non formal tentu memerlukan metode pendidikan yang cepat dan tepat, atau metode pendidikan yang efektif dan efisien. Metode ini berfungsi sebagai alaat untuk mencapai tujuan. Dalam agama Islam terdapat kaidah ushuliyah yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang di perlukan untuk mencapai suatu yang wajib maka hukumnya wajib pula.21 Proses belajar mengajar yang baik hendaknya mengunakan berbagai jenis metode mengajar secara bergantian ataupun di paduakan beberapa metode pengajaran akhlak antara lain: a) Metode cerita di cantumkan sebagi alternatif pada hampir semua pokok bahasan, karena selain aspek kognitif, tujuan bidang studi ini adalah aspek afektif yang secara garis besar berupa tertanan aqidah islamiyah dan pengalamanya dalam kehidupan sehari-hari yang memiliki nilai-nilai akhlak yang mulia. Seperti contoh : kisah Lukman Hakim dengan puteranya, dimana seoang ayah mengajarkan aqidah islamiyah dengan bersyukur kepada allah SWT, jangan syirik
21
Heri Gunawan, pendidikan Karakter konsep dan implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm 87-88.
36
(menyekutukan) Allah dan bersyukur kepada Allah dan Ibu dengan berbakti atau tawadhu kepada kedua orang tuanya.22 b) Metode ceramah merupakan metode mau’idhoh hasanah bil lisan agar bisa menerima nasehat-nasehat pendidikan yang baik seperti yang dilakukan nabi Muhammad SAW kepada umatnya. Yaitu untuk beriman kepada Allah SWT dan Rosulullah SAW.23 c) Metode tanya jawab, bertujuan agar peserta didik dapat mempunyai kemampuan berfikir dan dapat mengembangkan pengetahuan yang berpangkal pada kecerdasan otak dan intelektualitas.24 d) Metode Diakronis merupan suatu metode mengajar ajaran Islam yang menonjolkan aspek sejarah. Metode ini memberi kemungkinan adanya study komparatif. e) Metode Sinkronis Analitis merupakan metode pendidikan islam yang memberi kemampuan analitis teoritis yang sangat berguna bagi perkembangan keimanan dan mental intelek.metode ini tidak sematamata mengutamakaan segi pelaksanaan atau aplikasi praktis. Teknik pengajaaraan meliputi diskusi, lokakarya, seminar, kerja kelompok, resensi buku, lomba karya ilmiah. f) Metode Problem Solving merupakan sebuah metode dimana pelatihan peserta didik yang di hadapkan pada permasalahan suatu cabang ilmu
22
M Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam,( Jakarta: Ciputat Pres, 2000). hlm. 24. 23 Ibid.,hlm. 34. 24 Ibid.,hlm. 43.
37
pengetahuan denagan solusi. Metode ini biasa di kembangkan dengan teknik simulasi, micro teaching.25 2. Metode pendidikan dalam pendidikan akhlak Dalam metode pendidikan akhlak banyak yang menggunakan cerita tentang kejadian, terutama peristiwa sejarah merupakan metode yang banyak diungkapkan didalam al-qur’an banyak yang berisi cerita kesejarahan atau peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi, atau setidaktidaknya merupakan bagian yang bisa di anggap cerita. Disamping itu, banyak pula kisah-kisah kesejarahan yang diabadikan dalam nama-nama surat, misalnya Ali Imron, Al-Maidah, Yunus, Hud, Nuh, al-naml, al Nur, al-Jin dan se bagainya. Disini cerita yang dikembangkan boleh jadi tentang kejadian-kejadian berkenaan dengan satu pribadi (akhlak). 26 Tujuan yang lebih khusus dalam metode cerita dalam al qur’an ini adalah untuk memberi dorongan psikologis kepada Nabi Muhammad SAW dalam perjuangan melawan orang-orang kafir. Orang yang terliputi dengan peperangan-peperangan dan kesulitan-kesulitan, barang kali akan mengalami frustasi dan putus asa. Namun sebaliknya, apabila diketahui dalam situasi yang telah dihadapi itu dirasakan tidak rumit dan barang kali seseorang mengalami situasi yang sama, maka berdasarkan psikologis ini. Nabi Muhammad SAW menyelesaikan masalah hingga mencapai tujuan secara sukses, lebih merupakan harapan keberhasilan secara positif.
25
Abdul mujib, Ilmu Pendidikan Islam,( Jakarta: Kencana, 2010), cet ke 3, hlm. 179-181. Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), cet ke 4, hlm 205-206. 26
38
Keseluruhan maksud seperti inilah yang harus diungkapkan sebagai contoh bentuk pendidikan.27
27
Ibid, hlm, 208.
BAB III Biografi penulis Tafsir Al Misbah dan Gambaran Tafsir Al Misbah A. Biografi penulis Al Misbah Nama lengkapnya adalah Muhammad Quraish Shihab, lahir di Rappang, sebuah kota Provinsi Sulawesi Selatan, pada 16 Februari 1944. Sebagai seorang putra dari putri dari guru besar dalam bidang tafsir, pakar tafsir ini meraih gelar MA untuk spesialisasi bidang tafsir Al-qur’an di universitas Al-Azhar Kairo, Mesir pada tahun 1969. Pada tahun 1982 meraih gelar Doktor dibidang ilmu Al-qur’an dengan yudisium summa cum laude disertai penghargaan tingkat pertama di Universitas yang sama.1
M. Quraish Shihab mendapatkan motivasi awal dari benih
kecintaanya terhadap bidang studi tafsir yang telah tertanam sejak masa kecilnya. Sebagai akibat langsung dari pendidikan yang telah diterimanya dan kebanggaan terhadap sang ayah yang dipandang sebagai ahli tafsir, mengenai hal ini . M. Quraish Shihab menulis sebagai berikut “ seringkali beliau mengajak anak-anaknya duduk bersama, pada saat-saat seperti inilah beliau menyampaikan patuah keagamaan. Banyak dari patuah itu yang kemudian saya ketahui sebagai ayat-ayat Al-Qur’an atau patuah Nabi, Sahabat dan pakar-pakar Al-Qur’an yang hingga detik ini
1
7.
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-qur’an , (Bandung: PT Mizan Pustaka, 1992), hlm.
39
40
masih tergiang ditelinga saya dari benih kecintaan kepada studi Al-Qur’an mulai tersemai dijiwa saya”. 1. Pendidikan M. Quraish Shihab Pendidikan formal M. Quraish Shihab dimulai dari sekolah dasar (Sekolah Rakyat) di Ujung Pandang, kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Pondok Pesantren Darul Hadist Al-Fiqhiyyah yang terletak di kota Malang, Provinsi Jawa Timur. Karena ketekunanya belajar di pesantren, dua tahun berikutnya beliau sudah mahir berbahasa Arab, melihat bakat bahasa Arab yang dimilikinya, dan ketekunannya dalam mendalami study keislamanya. M. Quraish Shihab beserta adiknya Alwi shihab dikirim oleh ayahnya ke al-Azhar Cairo melalui beasiswa dari propinsi Sulawesi, pada tahun 1958 dan diterimah dikelas dua I’dadiyah Al-Azhar ( setingkat SMP/Tsanawiyah di Indonesia ) sampai menyelesaikan Tsanawiyah di al-Azhar. Setelah itu Beliau melanjutkan Studinya ke Universitas AlAzhar pada fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir dan Hadist. Pada tahun 1967 beliau meraih gelar LC dua tahun kemudian (1969) M. Quraish Shihab meraih gelar M.A pada jurusan yang sama dengan tesisi berjudul ‘‘ al- i’jaz at-Tasryri’i al-qur’an Al-Karim(kemukjizatan al-qur’an al-karim dari segi hukum)”.2
2
http: //tafsir almisbah.wordpress.com/biografi –M-Quraish-Sihab/. Diakses 3 Juli 2015 jam 16.35 WIB.
41
2. Karir M. Quraish Shihab Pada tahun1973, beliau di panggil pulang ke Ujung Pandang oleh ayahnya yang ketika itu menjabat sebagai Rektor IAIN Alauddin Ujung Pandang M. Quraish Shihab di percayakan untuk menjabat sebagai wakil Rektor dalam bidang akademis dan kemahasiswaan pada Perguruan Tinggi IAIN Alauddin yang bertempat Ujung Pandang. Pada mulanya M. Quraish Shihab di angkat sebagai Dosen pengasuh materi tafsir Ulumul Qur’an pada Perguruan Tinggi yang sama. Selain itu beliaupun di angkat sebagai Koordinator Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta (KOPERTAIS) wilayah VII Indonesia bagian Timur. Di celah-celah kesibukanya beliau sempat merampungkan beberapa tugas penelitian. Inilah karir beliau setelah menyelesaikan studi pada tingkat Master hingga tahun 1980. Setelah kembali ke Cairo untuk yang kedua kalinya yaitu setelah menyelesaikan Disertasinya dan memperoleh gelar Doktor maka beliau kembali ke Ujung Pandang dan mengabdi di tempatnya semula. Namun dua tahun kemudian beliau di tugaskan di Jakarta yaitu, sebagai Dosen Fakultas Ushuluddin dan Fakultas Pasca Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah. Pada kedua lembaga inilah beliau di beri kepercayaan sesuai dengan bidangnya, yaitu mngampuh materi Tafsir dan Hadist. Karena keahlian dalam bidang Tasfsir dan hadist maka beliau tidak memerlukan waktu yang lama untuk dikenal di kalangan masyarakat Intelektual di Indonesia, sehingga dalam waktu
42
singkat beliau segera di libatkan dalam berbagai forum dan berbagai tingkat nasional maupun tingkat internasional. Kemudian pada tahun berikutnya yaitu pada tahun 1989, beliau ditetapkan sebagai anggota Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an yang bernaung dalam Departemen Agama. Dan pada tahun yang sama, beliau diangkat sebagai anggota Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional. Dalam organisasi kemasyarakatan dan profesi, beliau juga berperan aktif dalam kepengurusan dan kegiatan organisasi yang ikuti antara lain dalam Pengurus Perhimpunn Ilmu-ilmu Syariah, Pengurus Konsorsium Ilmu-ilmu Agama yang berada dibawah naungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, beliau juga menjabat sebagai Asisiten ketua umun Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI), juga menjabat sebagai ketua Penghimpun Alumni Timur Tengah, dan lain sebagainya. Beliau juga di kenal sebagai muballigh yang cukup populer terutama di kalangan akademis dan banyak pengajian yang di asuhnya, dan tidak sedikit pula stasiun televisi yang menayangkan siraman rohani yang di ceramahkan oleh beliau. Pada setiap bulan ramadhan beliau juga sering di minta untuk mengisi acara tetap yaitu acara yang di tayangkan setiap hari, yaitu ceramah untuk mengisi waktu menjelang berbuka puasa, setelah isya’ maupun ceramah maupun yang di lakukan ketika fajar atau sesudah subuh. “Di samping siraman rohani seperti itu, beliau juga sering berdakwa di kalangan pejabat tinggi pemerintah dan lembaga-lembaga lain”.
43
3. Karya -karya M. Quraish Shihab M. Quraish Shihab merupakan sosok intelektual yang produktif di tengah tengah kesibukanya yang luar biasa yaitu sebagai dosen, pejabat tinggi, aktifis organisasi, beliau sempat menulis karya-karya ilmiah yang di presentasikan dalam berbagai seminar, rubric atau kolom yang di muat dalam berbagai surat kabar dan majalah, mupun buku-buku. Tulisanya bernuansa sejuk, sederhana, dan mudah di pahami, sehingga tidak mengherankan bila diantara buku karyanya menjadi best seller dan mengalami cetak ulang berkali-kali selain itu rubrik yang di asuhnya di harian-harian terkemuka juga menjadi bacaan masyarakat yang di gemari. Adapun karya-karya yang telah di tulis oleh M. Quraish Shihab, khususnya yang di terbitkan berbrntuk buku di antaranya yaitu: Tafsir al-Misbah,3 Yang Tersembunyi, Al-Asma’al Husna, Mu’jizat Al-Qu’ran, Tafsir Al-Qur’an Al-Karim, Wawasan
Al-
Qu’ran: Tafsir Maudlu’I atas pelbagai Persoalan Umat, Lentera Hati, Kisah dan Hikmah Kehidupan, Membumikan Al-Qu’ran, fungsi dan pern Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Tafsir al-Amanah, Mahkota Tuntunan ilahi (Tafsir Surah Al-fatihah), Filsafat Hukum Islam Peranan Kerukunan Hidup Beragama di Indonesia Timur, Masalah wakaf di Sulawesi Selatan, Tafsie Al-Manar, Keistemewaan
3
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002)
44
dan Kelemahanya, Panduan Puasa Bersama Quraish Shihab, Mistik, Seks dan Ibadah, Jilbab Pakaian Wanita Muslima, Perempuan dari Cinta sampai Seks, dari Nikah Mut’ah samapai Nikah s unah, dari Bias Lama Sampai Bias Baru, DIA Dimana-mana”Tangan Tuhan di Balik Fenomena, Panduan Sholat Bersama Quraish Shihab, Logika Agama, Kedudukan Wahyu dan Batas-bataa Akal dalam Islam, Perjalanan Menuju Keabadian, Kematian, Surga dan Ayat-Ayat Tahlil, Untaian Permata Buat Anakku, Menyingkap Takbir Ilahi, Pengantin Al-Qur’an, Haji Bersama Quraish Shihab, Sahur Bersama Quraish Shihab, Fatwa-Fatwa, hidanagn Ilahi, Tafsir Ayat-Ayat Tahlil.4 4. Corak pemikiran M. Quraish Shihab Corak tafsir adalah yang menjadi kecenderungan dalam suatu karya tafsir, corak tafsir ini dapat di kelompokkan ke dalam beberapa corak, diantaranya yaitu: al-tafsir al-sufi, al-tafsir al-fiqhi, al-tafsir alfalsafi, al-tafsir al-ilmi, al-tafsir al-adabi al-ijtima’I, dan lain sebagainya. Masing-masing dari corak tersebut memiliki kekhususankekhususan tersendiri yang membedakan antara yang satu dengan yang lainya. Dalam hal ini corak penafsirarn yang di pergunakan dalam tafsir al-misbah ini adalah corak al-adabi al-ijtima’i. Muhammad Quraish Shihab menyatakan,yang di maksud dengan tafsir bercorak al-adabi al-ijtima’i. ialah tafsir yang menitik beratkan 4
Abdul Jalil DKK,Menelisik Keunikan Tafsir Klasik dan Moden,(Wonosobo Jawa Tengah : Pasca Sarjana Universitas Sains Al-Qur’an (UNSIQ),2012), hlm. 329-334.
45
penjelasan ayat-ayat tersebut dalam suatu redaksi Al-Qur’an, kemudian menyusun kandungan ayat-ayat tersebut dalam suatu redaksi yang indah yang menonjolkan tujuan dari tujuan yang di turunkan AlQur’an,
yakni
sebagai
petunjuk
dalam
kehidupan,
lalu
mengandengkann ayat-ayat tersebut dengan hukum-hukm alam yang berlakau dalam masyarakat dan pembangunan dunia. Dengan demikian di harapakan bahwa tafsir yang telah di tulis oleh beliau mampu memberikan jawaban terhadap segala sesuatu yang menjadi persoalan bagi umat, dan ketika itu dapat dikatakan bahwa Al-Qur’an sangat tepat untuk di jadikan sebagai pedoman dan petunjuk. Sebelum penulis menuliskan salah satu contoh tafsir al-misbah penulis akan menjelaskan bahwa secara umum karakter pemikiran keislaman M. Quraish Shihab bersifat rasional dan moderat. Uniknya, sifat rasional pemikiranya di abdikan tidak untuk mengikuti kehendak realitas kontemporer, tetapi lebih mencoba member penjelasan atau signifikasi khasanah agama klasik bagi masyarakat kontemporer atau mengapresiasi kemungkinan pemahaman dan penafsiran baru tetapi dengan tetap sangat menjaga kebaikan tradisi lama. Dengan kata lain beliau memegang adagium ulama’.5
5
Ibid., hlm. 336-337
46
B. Pendidikan akhlak dalam Tafsir Al-misbah Karena di sini penulis meganalisis surat Luqman maka maka akan menjelaskan tentang nasehat Luqman al-hakim yang yang mencakup pokok-pokok pendidikan. Disana ada aqidah,syariat dan akhlak. Tiga unsur ajaran al-qur’an. Terdapat akhlak terhadap Allah, terhadaap pihak lain, dan terhadap diri sendiri. Dan ada juga perinth moderasi yang merpakan ciri dari segala macam kebajikan serta perintah bersabar yang merupakan syarat mutlak meraih sukses, duniawi dan ukhrowi. Demikian Luqman al-Hakim mendidik anaknya bahkan memberi tuntunan kepada siapapun yang ingin menelusuri jalan kebajikan.6 Bahwa ketinggian akhlak dan sopan santun seorang anak itu tidak terlepas dari sang ayah. Pastilah sang ayah telah menanamkan dalam hati dan benak anaknya tentang keesaan Allah dan sifat-sifat Nya yang indah serta bagaimana seharusnya bersifat kepada-Nya. Sikap dan ucpan sang anak.7 1. Latar belakang penulisan Tafsir Al-misbah Pengambilan nama Al-Misbah pada kitab tafsir yang di tulis oleh Muhammad Quraish Shihab di tujukan
agar tafsir tersebut
berfungsi serupa dengan makna Misbah yang berarti lampu, pelita, lentera atau benda lain yang berfungsi sebagai penerangan bagi mereka yang berada di gelapan. Sehingga ia berharap tafsir yang di tulisnya
6 7
Op.cit., hlm. 312-313. Op.cit., hlm. 63.
47
dapat memberikan penerangan bagi mereka yang berada dalam kegelapan. Sehingga ia berharap tafsir yang di tulisnya dapat memberikan penerangan dalam mencari petunjuk dan pedoman hidup terutama bagi mereka yang mengalami kesulitan dalam memahami makna al-qur’an secara langsung karena kendala bahasa. Tafsir Al-Misbah adalah karya monumental Muhammad Quraish Shihab dan di terbitkan oleh letera hati. Tafsir Al-Misbah di selesaikan kurang lebih selam empat tahun oleh penulisnya. Muhammad Quraish Shihab mulai menulis di Kairo, Mesir pada Jum’at 4 Rabi’ul Awal 1420 H/18 Juni 1999 M dan selesai di Jakarta Jum’at 8 Rajab 1423 H/5 September 2003.8 Tafsir alQur’an adalah penjelasan tentang maksud-maksud firman Allah sesuai kemampuan manusia. Kemampuan itu bertigkattingkat, sehingga apa yang di cerna atau di peroleh seorang penafsir dari al Qur’an bertingkat tingkat pula. Kecenderungan manusia juga berbeda-beda, ehingga apa yang di hidangkan dalam pesan-pesan Ilahi dapat berbeda antara satu dengan yang lain. Jika Fulan memiliki kecenderungan hukum tafsiranya banyak berbicara tentang hukum. Kalau kecenderungan si Anti adalah filsafat, maka tafsir yang akan di hidangkanya bernuansa filosofis. Kalau studi yang di minatinya bahasa, maka tafsiranya banyak berbicara ten tang kebahasaan. Demikian seterusnya. 8
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan-Pesan dan Keserasian Al-Qur’an volume 15, (Jakarta: Lentera Hati, 2003), hlm penutup.
48
Keberadaan seseorang pada lingkungan budaya atau kondisi social, dan perkembangan ilmu, juga mempunyai pengaruh yang tidak kecil dalam menangkap pesan-pesan al Qur’an. Keagungan firman Allah dapat menampung segala kemampuan, tingkat, kecenderungan, dan kondisi yang berbeda beda itu.9 2. Metode dan cara penafsiran Tafsir Al-misbah Dalam sekapur sirih volume 1 Muhammad Quraish Shihab menuturkan bahwa apa yang di hidangkan di Tafsir Al-Misbah bukan sepenuhnya Ijtihad sendiri. Amun merupakan gabungan hasil karya ulama-ulama terdahulu dan kontemporer, serta pandangan pakar tafsir Ibrahim Ibn Umar al- Biqa’I yang karya tafsirnya masih berbentuk manuskrip dan menjadi bahan disertasi Muhammad Quraish Shihab di Universitas al-azhar, Kiro dua puluh tahun yang lalu. Tak terlewatkan pula karya tafsir pemimpin tertinggi al-azhar dewasa ini, Sayyid Muhammad Tanthawi Syeikh Mutawlli asy-Sya’rawi dan tidak ketinggalan Sayyid Quthb, Muhammad Thohir Ibn ‘Asyur, Sayyid Muhammad Husein Thabathaba,I serta beberapa pakar tafsir lain.10 3. Sistematika penulisan Tafsir Al misbah Sistematika penulisan Tafsir Al misbah ini di mulai dari penulisan ayat-ayat al-qur‘an kemudian di terjemahkan dalam bahasa
9
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan-Pesan dan Keserasian Al-Qur’an volume 1, (Jakarta: Lentera Hati, 2001), hlm 17. 10 Ibid., hlm v.
49
Indonesia. Setelah itu menguraikan makna-makna penting dalam tiap kos kata, makna kalimat, maksud ungkapan. Dalam hal ini sangat keliahatan kalau dia sangat menguasai bahasa arab. Keahlian bahasa tersebut bisa dilihat dalam surat Al fatihah yang penulis kutib di bahwa ini:
ِﺑِ ْﺴﻢِ ﷲِ اﻟ ﱠﺮﺣْ َﻤﺎ نِ اﻟ ﱠﺮﺣِ ْﯿﻢ ‘‘Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang” Ayat pertama Surat Al fatihah adalah lafadz Basmalah seperti yang tertulis di atas, ini menurut pendapat Imam Syafi’i yang sudah masyhur di kalangan para Ulama’. Walaupun ada sebagian ulama’ seperti Imam Malik yang berpendapat bahwa Basmalah bukan termasuk ayat pertama surat Al fatihah, sehingga tidak wajib di baa ketika shalat ketika membaca surat Al fatihah. Basmalah merupakan pesan pertama Allah kepada manusia, pesan agar manusia memulai semua aktivitasnya dengan nama Allah. Hal ini di tunjukkan oleh penggunaan huruf ‘‘ ’’ بpada lafazd ‘‘ ’’ ﺑﺴﻢ kata Isim terambil dari kata as-Summun yang berarti tinggi, atau asSimah yang berarti tanda memang nama menjadi tanda bagi sesuatu serta harus di junjung tinggi. Kini timbul pertanyaan : ‘‘ kalau kata Isim demikian itu maknanya dan kata bismi seperti yang di uraikan diatas maksudnya, maka apa gunanya disebut kata Isim di sini. Tidak cukupkah bisa langsung saja di kata dengan Allah ? sementara ulama
50
secara filosofi menjawab bahwa nama menggambarkan subtansi sesuatu, sehingga kalau di sini di katakan dengan nama Allah maksudnya adalah dengan Allah. Kata Isim menurut mereka di gunkan di sini sebagai penguat dengan demikian, makna harfiah dari kata tersebut tidak di maksudkan di sini. Memang di kenal dengan syairsyair lama penyisipan kata Isim untuk tujuan tersebut. Az zamakhsyari dan banyak ulama tafsir mengemukakan bahwa orang-orang Arab, sebelum kehadiran Islammemulai pekerjaanperkerjaan dengan menyebut nama Tuhan mereka, misalnya Bismi allata atau Bismi al-uzza, sementara bangsa-bangsa lain memulai dengan menyebut nama raja atau penguasa mereka. Kalaau demikian, memulai pekerjaan dengan nama Allah, berarti pekerjaan itu di lakukan atas perintah dan demi karena Allah, bukan atas dorongan hawa nafsu. Kesimpulanya adalah setiap hal yang di harapkan dari keberkahan Allah, maka di sisipkan kata Isim, sedang bila di maksudkan demi permohonan kemudahan dan bantuan Allah maka kata yang di unakan langsung menyebut Allah Tuhan tanpa menyebutkan kata Isim. Dalam hadist Nabi Muhammad SAW demikianlah itu salah satu do’a beliau adalah Almarhum Bika Nushbika Wa numsi (ya Allah dengan Engkau memasuki waktu pagi dan
petang)
memasukinya.
yakni
dengan
kekuasaan
dan
Iradat-Mu,
kami
51
sebelum tidur beliau berdo’a Bismika Allahumma Ahya Wa Amut/dengan nama-Mu ya Allah aku tidur dan bbangun yakni dengan Karena Engkau aku hidup dan mati. Do’a ini sejalan dan semakna dengan perintah-Nya
رَ بﱢ ْاﻟ َﻌﻠَ ِﻤ ْﯿﻦ
ْﻗُﻞْ إِنﱠ ﺻَ َﻼ ﺗِﻰْ َوﻧُ ُﺴ ِﻜﻰْ وَ َﻣﺤْ ﯿَﺎىَ وَ َﻣ َﻤﺎﺗِﻰ (١٦٢ : ) اﻻ ﻧﻌﺎم
‘‘ katakanlah: sesunggungnya Shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, tuhan semesta alam ’’ (QS al An’am: 162). Oleh karena itu, ketika kita memulai sesuatu pekerjaan dengan nama Allah maka berdasrkan analisis di atas pekerjaan tersebut diharapkan kekal disisi-Nya. Di sini yang di haraapkan kekal, tetapi pekerjaan yang dilakukan itulah yang kekal sehingga dapat di raih kelak di hari kemudian. Memng banyak pekerjaan yang dilakukan seseorang, bahwa boleh jadi pekerjaan besar, tetapi tidak berbekas sedikitpun serta tidak manfaat bukan hanya di akhirat kelak, di duniapun dia tidak bermanfaat. Allah berfirman: (٢٣ : وَ ﻗَ ِﺪ ْﻣﻨَﺂا إِﻟَﻰَ َﻣﺎ َء ِﻣﻠُﻮْ ا ِﻣﻦْ َء َﻣﻞٍ ﻓَﺠَ َﻌ ْﻠﻨَﮫُ ھَﺒَﺂا ًء ﱠﻣ ْﻨﺜُﻮْ ًرا )اﻟﻔﺮ ﻗﺎن ‘‘Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal (bagaikan) debu yang berterbangan (sia-sia belaka)” (QS al-furqan: 23) Penulisan kata ‘‘bismi” dalam basmalah tidak menggunakan huruf ‘‘alif ” berbeda dengan kata yang sama pada surat Iqrah yang tertulis dengan tata cara penulisan baku yakni menggunakan huruf alif persoalan ini menjadi bahasan para pakar tafsir
52
Al Qurthuby berpendpat bahwa ‘‘penulisan kata alif pada basmalah adalah karena pertimbangan prktis semata-mata. Kalimat ini sering di tulis dan di ucapkan, sehingga untuk mempersingkat tlisan ia di tulis tanpa alif. Rasyad Kholifah berpendapat bahwa di tinggalkannya huruf alif pada Basmalah, agar jumlah huruf-huruf ayat ini menjadi 19 huruf. Ini karena 19 mempunyai rahasia yang berkaitan dengan al-qur’an. Lafadz Ar-Rahman ar-Rahim adalah dua sifat yang berakar dari kata yang sama. Agaknya kedua sifat ini di pilih karena sifat inilah yang paling dominan. Para ulam memahami kata Ar-Rahman sebagai sifat allah yang mencurahkan rahmad yang bersifat sementara di dunia ini, sedangkan Ar-Rahim adalah rahmad-Nya yang bersifat kekal. Rahmad-Nya di dunia yang sementara ini meliputi seluruh makhluk, tanpa terkecuali dan membedakan antara mukmin dan kafir. Sedangkan Rahmad-Nya yang kekal adalah di akhirat. Tempat kehidupan yang kekal, yang akan di nikmati oleh makhluk-makhluk yang mengabdi kepada-Nya.
‘‘ segala puji hanya kepada Allah pemelihara seluruh alam ” kata hamd atau pujian adalah ucapan yang di tujukan keadaa yang di puji atau sikap atau perbuatanya yang baik walaupun ia tidak memberi sesuatau kepada orang yang memuji. Ada tiga unsur yang harus di penuhi oleh yang di puji sehingga dia wajar mendapat pujian yaitu; indah(baik), di lakukan sadaar dan tanpa terpaksa kata al-hamdu
53
dalam surat al fatihah ini di tunjukkan kepada Allah dalam segala perbuatan-Nya telah memenuhi tiga unsur tersebut di atas. Kalimat Robbil ‘aalamin, merupakan keterangan lebih lanjut tentang layaknya segala puji hanya kepada Allah. Betapa tidak Dia adalah Robb dari seluruh alam Alhamdulillahi robbil’alamin dalam surat al-fatihah ini mempunyai dua sisi makna pertama berupa pujian kepada Allah dalam bentuk ucapan, dan kedua berupa syukur kepada Allah dalam bentuk perbuatan.11 Jika melihat sistematika penulisan dari Tafsir al-Misbah yang terperinci, makaa dapat di katakan bahwa metode yang dipakainya daam menafsirkan adalah metode tahlily. Memahami wahyu ilahi dengan kontekstual dan tidak semata-mata terpaku pada makna tekstual agar pesan-pesan yang terkandung didalamnya dapat difungsikan di kehidupan nyata.12 Menurut Muhammad Quraish Shihab ada beberapa prinsip yang di peganginya dalam karya Tafsir Al-Misbah, baik tahlily maupun maudhu’i, bahwa al-qur’an merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Maka tidak luput pembahasan ilmu al-munasabat dalam karyanya ini.13
11
Ibid., hlm. 624. http:// id.m. Wikipedia.org/wiki/Muhammad_Quraish_Shihab. Diakses 3 Juli 2015 jam 16.33 WIB. 13 Op.cit., hlm. xxiii 12
BAB IV (ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM QS. LUQMAN AYAT 12-19) A. QS. Luqman ayat 12-19 beserta artinya
َوَ ﻣَﻦْ ﯾَ ْﺸﻜُﺮْ ﻓَﺈِﻧﱠﻤَﺎ ﯾَ ْﺸ ُﻜ ُﺮ ﻟِﻨَﻔْﺴِ ِﮫ وَ ﻣَﻦْ َﻛﻔَﺮَ ﻓَﺈ ِنﱠ ﷲ
ْوَ ﻟَﻘَ ْﺪ آﺗَ ْﯿﻨَﺎ ﻟُ ْﻘﻤَﺎنَ اﻟْﺤِ ْﻜ َﻤﺔَ أَنِ ا ْﺷﻜُﺮ
ﻲ َﻻ ﺗُ ْﺸﺮِكْ ﺑِﺎ إِنﱠ اﻟﺸﱢﺮْ كَ ﻟَﻈُ ْﻠ ٌﻢ ( وَ إِ ْذ ﻗَﺎلَ ﻟُ ْﻘﻤَﺎنُ ِﻻ ْﺑﻨِ ِﮫ وَ ھُﻮَ ﯾَ ِﻌﻈُﮫُ ﯾَﺎ ﺑُﻨَ ﱠ١٢) َﻏﻨِﻲﱞ ﺣَ ﻤِﯿ ٌﺪ ﺻ ْﯿﻨَﺎ ا ِﻹ ْﻧﺴَﺎنَ ﺑِﻮَ اﻟِ َﺪ ْﯾ ِﮫ ﺣَ َﻤﻠَ ْﺘﮫُ أُ ﱡﻣﮫُ وَ ْھﻨًﺎ َﻋﻠَﻰ َو ْھ ٍﻦ وَ ﻓِﺼَ ﺎﻟُﮫُ ﻓِﻲ ﻋَﺎ َﻣ ْﯿ ِﻦ ( وَ َو ﱠ١٣) ﻋَﻈِﯿ ٌﻢ ﻚ َ َ( وَ إِنْ ﺟَﺎھَﺪَاكَ ﻋَﻠﻰ أَنْ ﺗُ ْﺸﺮِكَ ﺑِﻲ ﻣَﺎ ﻟَﯿْﺲَ ﻟ١٤) ﻲ ا ْﻟﻤَﺼِ ْﯿ ُﺮ أَنِ ا ْﺷﻜُﺮْ ﻟِﻲ وَ ﻟِﻮَ اﻟِ َﺪﯾْﻚَ إِﻟَ ﱠ ﻲ ﻲ ﺛُ ﱠﻢ إِﻟَ ﱠ ﺑِ ِﮫ ِﻋ ْﻠ ٌﻢ ﻓَﻼ ﺗُﻄِ ْﻌﮭُﻤَﺎ وَﺻَ ﺎ ِﺣ ْﺒﮭُﻤَﺎ ﻓِﻲ اﻟ ﱡﺪ ْﻧﯿَﺎ َﻣ ْﻌﺮُوﻓًﺎ وَ اﺗﱠﺒِ ْﻊ َﺳﺒِ ْﯿﻞَ ﻣَﻦْ أَﻧَﺎبَ إِﻟَ ﱠ (١٥) َﻚ ِﻣ ْﺜﻘَﺎ َل ﺣَ ﺒ ﱠ ٍﺔ ﻣِﻦْ ﺧَ ﺮْ دَلٍ ﻓَﺘَﻜُﻦْ ﻣَﺮْ ﺟِ ُﻌ ُﻜ ْﻢ ﻓَﺄُﻧَﺒﱢﺌُ ُﻜ ْﻢ ﺑِﻤَﺎ ُﻛ ْﻨﺘُ ْﻢ ﺗَ ْﻌ َﻤﻠُﻮْ ن ُ َﻲ إِﻧﱠﮭَﺎ إِنْ ﺗ ﯾَﺎ ﺑُﻨَ ﱠ ( ﯾَﺎ١٦) ت ﺑِﮭَﺎ ﷲُ إِنﱠ ﷲَ ﻟَ ِﻄ ْﯿﻒٌ َﺧﺒِ ْﯿ ٌﺮ ِ ْض ﯾَﺄ ِ ْت أَوْ ﻓِﻲ اﻷَر ِ ﻓِﻲ ﺻَ ﺨْ ﺮَ ٍة أَوْ ﻓِﻲ اﻟ ﱠﺴﻤَﺎوَ ا ْﻲ أَﻗِﻢِ اﻟﺼﱠﻼةَ وَ ْأﻣُﺮْ ﺑِﺎ ْﻟ َﻤ ْﻌﺮُوفِ وَا ْﻧﮫَ ﻋَﻦِ ا ْﻟ ُﻤ ْﻨ َﻜ ِﺮ وَ اﺻْ ﺒِﺮْ َﻋﻠَﻰ ﻣَﺎ أَﺻَﺎﺑَﻚَ إِنﱠ َذﻟِﻚَ ﻣِﻦ ﺑُﻨَ ﱠ ﻻ ﯾُﺤِﺐﱡ
ض ﻣَﺮَ ﺣًﺎ إِنﱠ ِ ْﺶ ﻓِﻲ اﻷر ِ س وَ ﻻ ﺗَ ْﻤ ِ ( وَﻻ ﺗُﺼَ ﻌﱢﺮْ ﺧَ ﺪﱠكَ ﻟِﻠﻨﱠﺎ١٧) ﻋَﺰْ مِ اﻷﻣُﻮْ ِر
ت ِ (وَ اﻗْﺼِ ْﺪ ﻓِﻲ َﻣ ْﺸﯿِﻚَ وَ ا ْﻏﻀُﺾْ ﻣِﻦْ ﺻَﻮْ ﺗِﻚَ إِنﱠ أَ ْﻧﻜَﺮَ اﻷﺻْ ﻮَا١٨) ُﻛ ﱠﻞ ﻣُﺨْ ﺘَﺎلٍ ﻓَﺨُﻮْ ٍر (١٩) ﻟَﺼَ ﻮْ تُ اﻟْﺤَ ﻤِﯿ ِﺮ (12)“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (13) ‘‘Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".(14) “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu54
55
bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (15) “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (16) “(Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalamnbatunataundi langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (17) “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (18) “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (19) “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai”1 . B. Asbab al-Nuzul QS. Luqman ayat 12-19 Secara etimologi, kata asbab al-nuzul berarti turunnya ayat-ayat Al-Qur’an diturunkan Allah SWT kepada Muhammad SAW secara berangsur-angsur bertujuan untuk memperbaiki aqidah, ibadah, akhlak dan pergaulan manusia yang sudah menyimpang dari kebenaran. Karena itu dapat dikatakan bahwa terjadinya penyimpangan dan kerusakan dalam tatanan manusia merupakan sebab turunnya Al-Qu’an. Asbab al-nuzul (sebab turun ayat) di sini dimaksudkan sebab-sebab yang secara khusus berkaitan dengan turunnya ayat-ayat tertentu. 1
Soenarjo, et.al., Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta :CV. Karya Insan Indonesia, 2002), hlm. 582.
56
Sedangkan menurut Subhi al-Salih, asbab an-nuzul adalah sesuatu yang dengan sebabnya turun ayat atau beberapa ayat yang mengandung sebab itu, atau memberi jawaban terhadap sebab itu atau menerangkan hukumnya pada masa terjadinya sebab tersebut.2 Adapun sebab turunnya ayat 12-19 dari surat Luqman sejauh penulusuran yang penulis lakukan tidak ditemukan adanya sebab yang melatar belakangi turunnya ayat tersebut, hanya saja dalam ayat 13 dalam tafsir Al-Misbah, diriwayatkan bahwa Suwayd ibn ash-Shamit suatu ketika datang ke mekah. Ia adalah seorang yang cukup terhormat di kalangan masyarakatnya. Lalu rasulullah mengajaknya untuk memeluk agama Islam. Suwayd berkata kepada Rasulullah, “Mungkin apa yang ada padamu itu sama dengan yang ada padaku.” Rasulullah berkata, “Apa yang ada padamu?” Ia menjawab, “Kumpulan hikmah Lukman.” Kemudian Rasulullah berkata, “Sungguh perkataan yang amat baik! Tetapi apa yang ada padaku lebih baik dari itu. Itulah al-Qur‟an yang diturunkan Allah kepadaku untuk menjadi petunjuk dan cahaya.” Rasulullah lalu membacakan al-Qur‟an kepadanya dan mengajaknya memeluk Islam.3 Kemudian menurut Sayid Qutb bahwa ayat 13 yang menjelaskan tentang tauhid, inilah hakikat yang ditawarkan oleh nabi Muhammad Saw kepada kaumnya. Namun, mereka menentangnya dalam perkara itu, dan meragukan maksud baiknya di balik tawarannya. Mereka takut dan khawatir bahwa di balik tawaran itu terdapat ambisi Muhammad saw
2
Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi‟i, Ulumul Qur’an I, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), hlm. 89-90. 3 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Vol. 11, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Hlm. 125.
57
untuk merampas kekuasaan dan kepemimpinan atas mereka. Kemudian ayat 14 dan 15 penulis menemukan riwayat bahwa ayat ini menggambarkan nuansa pengorbanan yang agung dan dahsyat. Seorang ibu yang dengan tabiat-nya harus menanggung beban yang lebih berat dan lebih kompleks. Namun, luar biasa, ia tetap menanggungnya dengan senang hati dan cinta yang lebih dalam, lembut, dan halus. Diriwayatkan oleh Hafidz Abu Bakar al-Bazzar dalam musnadnya dengan sanadnya dari Buraid dari ayahnya bahwa seseorang sedang berada dalam barisan tawaf menggendong ibunya untuk membawanya bertawaf. Kemudian dia bertanya kepada Nabi Muhammad saw., “Apakah aku telah menunaikan haknya?”Rasulullah menjawab, “Tidak, walaupun satu tarikan nafas.”4 Diriwayatkan bahwa ayat 15 ini diturunkan berhubungan dengan Sa’ad bin Abi Waqqas, ia berkata, “Tatkala aku masuk Islam, ibuku bersumpah bahwa beliau tidak akan makan da minum sebelum aku meninggalkan agama Islam itu”. Untuk itu pada hari pertama aku mohon agar beliau mau makan dan minum, tetapi beliau menolaknya dan tetap bertahap pada pendiriannya. Pada hari kedua, aku juga mohon agar beliau mau makan dan minum, tetapi beliau masih tetap pada pendiriannya. Pada hari ketiga, aku mohon kepada beliau agar mau makan dan minum, tetapi tetap menolaknya. Oleh karena itu, aku berkata kepadanya, “Demi Allah, seandaianya ibu mempunyai seratus jiwa dan keluar satu persatu di hadapan saya sampai ibu mati, aku tidak akan meninggalkan agama yang 4
Sayyid Quthb, Tafsir fi Zhilalil Qur’an, Terj. As’ad Yasin dan Abdul Aziz Salimbasyarahil, Di Bawah Naungan Al-Qur‟an, (Jakarta : Gema Insani Press, 2002), Jilid XXI, Hlm. 174.
58
aku peluk ini. “Setelah ibuku melihat keyakinan dan kekuatan pendirianku, maka beliaupun mau makan.”5 C. Munasabah Ayat Secara etimologi, munasabah berarti persesuaian, hubungan atau relevansi, yaitu hubungan persesuaian antara ayat atau surat yang satu dengan ayat atau surat yang sebelum dan sesudahnya. Secara terminologi, munasabah adalah ilmu untuk mengetahui alasan-alasan penertiban dari bagian-bagian Al-qu’an yang mulia.6 Seperti yang telah dikemukakan di atas, mengenai munasabah, para mufasir mengingatkan agar dalam memahami atau menafsirkan ayat-ayat Al Qur‟an, khususnya yang berkaitan dengan penafsiran ilmiah, seseorang dituntut untuk memperhatikan segi-segi bahasa Al-Qur’an serta korelasi antar ayat.7 1. Munasabah surat Luqman dengan surat sebelum dan sesudahnya a. Surat sebelumnya (ar-Ruum) 1) Dalam surat Luqman, Allah menerangkan bahwa barang siapa yang bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk kemaslahatan dirinya sendiri. Dia sedikitpun tidak merugikan
Allah,
sebagaimana
yang
bersyukur
tidak
menguntungkan-Nya, karena sesungguhnya Allah maha kaya
5
Ahsin Sakho Muhammad, et.,all., Al-Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), Hlm. 553. 6 Abdul Djalal, Ulumul Qur’an I, (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), hlm. 154 7 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an; Fungsi dan Peranan dalam Kehidupan, (Bandung; Mizan, 1998), hlm. 135.
59
tidak butuh kepada apapun, lagi Maha terpuji oleh makhluk di langit dan di bumi.8 2) Dalam ayat-ayat yang lalu (Ar-Rum), dijelaskan bahwa angin yang memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan manusia menunjukan
adanya
Maha
Pencipta,
manusia
harus
mengimani- Nya dan bersyukur kepada-Nya.9 b. Surat sesudahnya (as-Sajdah) Munasabah surat Luqman dengan surat sesudahnya (as-Sajdah) adalah : 1) Dalam surat Luqman dijelaskan bahwa Ash-Sha’ru adalah sebuah
penyakit
yang
menimpa
onta
sehingga
membengkokan lehernya. Gaya bahasa Al-Qur‟an dalam memilih peribahasa inibertujuan manusia lari dari gerakan yang mirip Ash-Sha’ru ini. Yaitu gerakan sombong dan palsu, dan memalingkan muka dari manusia karena sombong dan merasa tinggi hati.10 2) Dalam surat as-Sajdah, Allah menerangkan tanda-tanda orang beriman yaitu jika disebut nama Allah, mereka bersujud memuji Tuhannya dan mereka bukanlah orang yang sombong. Mereka bangun di malam hari untuk salat dan berdoa kepada Allah agar diberi rezeki yang halal hlm.120.
8
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,
9
Ahsin Sakho Muhammad , Log,cit, hlm. 523. Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Di Bawah Naungan Al-Qur’an jilid IX, Hlm.
10
177.
60
untuk mereka infakkan, mereka selalu mengharapkan karunia yang besar D. Analisis kandungan QS. Luqman ayat 12-19 dalam tafsir al-Misbah Kelompok ayat lalu berbicara tentang al-qur’an
yang penuh
hikmah, serta al- Muhsinin yang menerapkan hikmah dalam kehidupanya, dan juga orang-orang kafir yang bersikap sangat jauh dari hikmah kebijaksanaan. Kelompok ayat-ayat ini menguraikan tentang salah seorang yang bernama Luqman yang di anugerahi oleh Allah SWT. Hikmah, sambil menjelaskan beberapa butir hikmah yang pernah beliau sampaikan kepada anaknya. Ayat di atas menyatakan: Dan sesungguhnya Kami Yang Maha Perkasa dan bijaksana telah menganugerahkan dan mengajarkan juga mengilhami hikmah kepada Luqman yaitu Bersyukurlah kepada Allah, dan barang siapa yang bersyukur kepada Allah, Maka sesungguhnya ia bersyukur untuk kemaslahatan dirinya sendiri, dan barang siapa yang kufur yakni tidak bersyukur, maka yang merugi adalah dirinya sendiri. 1. Analisis QS. Luqman ayat 12 Kata dan pada ayat di atas, berhubungan dengan ayat 6 yang lalu yaitu “Dan diantara manusia ada yang membeli ucapan yang melegahkan” Ia berfungsi menghubungkan kisah an-Nadhr Ibn alharist itu dan kisah Luqman di sini, atas dasar persamaan keduanya dalam daya tarik keajaiban dan keanehanya. Yang pertama keanehan
61
dalam kesesatan, dan yang kedua dalam memperoleh hidayah dan hikmah demikian pendapat Ibnn ‘Asyur. Al-Biqa’I menghubungkan dengan sifat Allah al-Aziz al-Hakim Yang Maha perkasa lagi Maha Bijaksana, atau satu kalimat yang dihasilkan oleh kesimpulan ayat yang lalu tentang orang-orang kafir. Seakan-akan ayat ini menyatakan: Allah telah menyesatkan mereka berdasar hikmah kebijaksanaan-Nya dan sungguh Kami (Allah) telah menganugerahkan hikmah kepada Luqman. Kata Hikmah telah di singgung
makna dasarnya ketika
menafsirkan ayat 2 di atas. Di sini, penulis tambahkan bahwa para ulama’ mengajukan aneka keterangan tentang maknah hikmah. Antara lain hikmah berarti “ Mengetahui yang paling utama dari sesuatu, baik pengetahuan, maupun perbuatan. Ia adalah ilmu amaliah dan amal ilmiah. Ia adalah ilmu yang di dukung oleh amal, dan amal yang di dukung oleh ilmu ” Begitu tulis al Biqa’I seorang yang ahli dalam melakukan sesuatu di namai hakim. Hikmah juga di artikan sebagai sesuatu yang bila di gunakan/diperhatikan bila di halangi akan menghalangi terjadinya mudarat atau kesulitan yang lebih besar atau mendatangkan kemaslahatan dan kemudahan yang lebih besar. Maknah ini di tarik dari kata hakamah, yang berarti kendali. Karena kendali menghalangi hewan/ kendaraan mengarah kearah yang tidak diinginkan atau menjadi liar. Memilih perbuatan yang terbaik dan sesuai adalah perwujudan dari kata hikmah. Memilih yang terbaik dan sesuai dari dua hal yang buruk pun, dinamai hikmah dan pelakunya dinamai hakim (bijaksana) .
62
Jadi penulis dapat menyimpulkan Seseorang yang memiliki hikmah harus yakin sepenuhnya tentang pengetahuan dan tindakan yang di ambilnya, sehingga dia akan tampil dengan perlu percaya diri, tidak berbicara dengan ragu atau kira kira dan tidak pula melakukan sesuatu dengan coba -coba. Imam al-Ghazali memhami kata Hikmah dalam arti pengetahuan tentang sesuatu yang paling utama dan wujud yang paling agung yakni Allah SWT. Kata syukur
terambil dai kata syakara maknanya berkisar
antara lain pada kebaikan atas pujian atas kebaikan, serta penuhnya sesuatu syukur manusia kepada Allah di mulai dengan menyadari dari lubuk hatinya terdalam betapa besar ni’mat dan anugerah-Nya,di sertai dengan ketundukan dan kekaguman yang melahirkaan rasa cinta kepada-Nya, dan dorongan untuk memuji-Nya, dengan ucapan sambil melaksanakan apa yang di kehendaki-Nya dari penganugerahan itu. Menurut Thobathab’I dan pendapat banyak ulama’ antara lain al-Biqa’I yang menulis bahwa “walaupun dari segi redaksional ada kalimat kami katakan kepadanya, tetapi makna akhirnya adalah kami anugerahkan kepadanya syukur. “Sayyid Quthub menuliskan bahwa “ Hikmah kandungan dan konsekuensinya adalah syukur kepada Allah.” Bahwa hikmah adalah syukur,
karena dengan bersyukur
seseorang mengenal Allah anugerah-Nya, seseorang akan memiliki pengetahuan yang benar atas dorongan kesyukuran itu, ia akan melakukan amal yang sesuai dengan pengetahuanya sehingga amal yang lahir adalah amal yang tepat pula.
63
Kata ( )ﻏﻨﻲghaniyyun/ Maha Kaya terambil dari kata yang terdiri dari dari kata akar yang terdiri dari huruf ( )غghain, ( )نnun dan ( )يya’ yang makknanya berkisar dua hal, yaitu kecukupan, baik menyangkut harta maupun selainya. Dari sini lahir kata ghaniyah, yaitu wanita yang tidak kawin dan merasa berkecukupan hidup di rumah orang tuanya, atau merasa cukup hidup sendirian tanpa suami dan yang kedua adalah suara. Dari sini, lahir kata mughanniy dalam arti penarik suara atau penyanyi. Menurut Imam a-ghazali, Allah bersifat Ghanniy, adalah “Dia tidak mempunyai hubungan dengan selain-Nya, tidak dalam Dzat-Nya tidak dalam sifat-Nya, bahkan Dia Maha Suci dalam segala macam hubungan ketergantungan.” Kata Hamid/ Maha Terpuji, terambil dari akar kata terdiri dari huruf (ha’) (mim) dan (dal) yang maknanya dalah antonim tercela. Kata hamd/pujian digunakanm untuk memuji yang Anda peroleh maupun yang di peroleh selain Anda. Berbeda dengan kata syukur yang di gunakan dalam konteks nikmat yang Anda peroleh saja. Jika demikian, saat Anda berkat Allah Hamid/Maha Memuji, maka ini adalah pujian kepada-Nya, baik Anda menerima nikmat, maupun orang lain yang menerimanya. Sedangkan bila Anda mensyukuri-Nya, maka itu karena Anda merasakan adanya anugerah yang Anda peroleh. Jadi di sini penulis dapat menyimpulkan ada tiga hal dalam perbuatan yang harus di penuhi oleh pelaku agar apa yang dilakukanya dapat terpuji, pertama, perbuatanya indah/baik. Kedua, dilakukanya secara sadar, dan ketiga, tidak atas terpaksa/dipaksa.
64
2. Analisis QS. Luqman ayat 13 Setelah ayat yang lalu menguraikan hikmah yang di anugerahkan oleh Luqman yang intinya adalah kesyukuran kepada Allah Swt yang tercermin pada pengenalan kepada-Nya dan anugerahNya kini melalui ayat ini di lukiskan pengalaman hikmah itu oleh Luqman, serta pelestarian kepada anaknya. Inipun merupakan kesyukuran beliau atas anugerah itu. Tokoh Luqman yang disebut dalam surat ini adalah seorang tokoh yang di perselisihkan identitasnya. Orang arab megenal dua tokoh yang bernama Luqman. Yang pertama Luqman Ibn ad tokoh ini mereka agungkan karena wibawa kepemimpinan, ilmu, kefasihan serta kepandaianya. Tokoh kedua Luqman al Hakim yang terkenal dengan kata–kata bijak dan perumpamaan-perumpamaanya. Agaknya tokoh ini yang di maksud dalam surat ini. Banyak pendapat kalau Luqman al Hakim bukan seorang nabi menurut Ibn Umar menyatakan bahwa Nabi bersabda “aku berkata benar sesungguhnya Luqman bukanlah seorang nabi. Tetapi dia adalah seorang hamba Allah yang banyak menampung kebajikan banyak merenung dan keyakinanya lurus. Dalam surat ini terdapat kata ( )ﯾﻌﻀﮫya’idzhuhu terambil dari kata ( )وﻋﻆwa’zd yang artinya menyangkut nasihat berbagai kebajikan dengan cara yang menyentuh hati. Ada juga yang mengartikan sebagai
65
ucapan yang mengandung peringatan dan ancaman. Menurut pendapat para ulama ( )وﻋﻆwa’zd kata tersebut mengisyaratkan bahwa anak Luqman itu adalah seorang musyrik sehingga sang ayah menyandang kata hikamah itu terus menerus menasihatinya sampai akhirnya sang anak mengakui Tauhid. Jadi disini penulis dapat menyimpulkan Luqman memulai menasihati anaknya dengan menekankan perlunya menghindari syirik atau mempersekutukan Allah. Larangan ini sekaligus mengandung pengajaran tentang wujud dan keEsaan Tuhan bahwa redaksinya berbentuk larangan jangan mempersekutukan Allah. 3. Analisis QS. Luqman ayat 14 Ayat ini di nilai oleh banyak kaum ulama’ bukan bagian dari pengajaran Luqman kepada anaknya. Ia di sisipkan al-qur’an untuk menunjukkan betapa penghormatan dan kebaktian kepada kedua orang tua menempati tempat kedua setelah pengagungan kepada Allah. Menurut Al-Biqo’I menilai sebagai lanjutan dari nasihat Luqman karena dalam ayat ini menyatakan hal itu kepada anaknya sebagai nasihat kepadanya padahal kami telah mewasiatkan anaknya dengan wasiat itu seperti apa yang telah dinasihatnya menyangkut hak kami. Menurut Ibn Asyur berpendapat bahwa jika kita menyatakan Luqman bukan Seorang nabi maka ayat ini adalah sisipan yang sengaja di letakkan setelah wasiat Luqman yang lalu tentang keharusan mengesakan Allah dan mengsyukuri-Nya.
66
Jadi penulis dapat menyimpulkan ayat ini tidak menyebutkan jasa bapak , tatapi menekan kan pada jasa ibu. Ini di sebabkan karena ibu berpotensi untuk tidak di hiraukan oleh anak karena kelemahan ibu, berbeda dengan bapak. Di sinilah peranan bapak dalam konteks kelahiran anak lebih ringan di banding dengan peranan ibu. Bukan hanya sampai masa kelahiranya, tetapi berlanjut pada masa penyusuan, bahkan lebih dari itu. 4. Analisis QS. Luqman ayat 15 Setelah ayat yang lalu menekakan pentingnya berbakti kepada ibu bapak, maka ini di uraikan kasus yang merupakan pengecualian menaati perintah kedua orang tua serta mengaris bawahi wasiat Luqman
kepada
anaknya
tentang
keharusan
meninggalkan
kemusyrikan dalam bentuk serta kapan dan dimanapun. Ayat ini menjelaskan bagaimana kita selalu menghargai dan menghormati kedua orang tua selama tidak bertentangan dengan ajaran agamamu, dan pergaulilah keduanya didunia yakni selama mereka hidup dalam urusan keduniaan- bukan aqidah agama karena itu perhatian tutunan agama dan ikutilah jalan orang yang selalu kembali kepada-Ku dalam segala urusanmu. Dalam ayat ini juga terdapat kata ( )ﺟﺎھﺪاكjahadaka terambil dari kata ( )ﺟﮭﺪjuhd yakni artinya kemampuan. Patron kata yang di gunakan ayat ini mengambarkan adanya upaya sungguh-sungguh. Kalau upaya sungguh-sungguh pun dilarangya, yang dalam hal ini bisa
67
dalam bentuk ancaman, maka tentu lebih-lebih lagi bila sekedar himbauan, atau peringantan. Dalam hal ini penulis menyimpulkan kebolehan untuk mematuhi semua perintah kedua orang tua namun untuk urusan hal keduniawian anak juga bisa memikul semua beban yang dipikul oleh kedua orang tua namun dalam urusan agama anak mempunyai hak kepercayaan atas Ketauhidan serta KeEsaan Allah. 5. Analisis QS. Luqman ayat 16 Ayat ini yang di uraikan adalah kedalam ilmu Allah yang di isyaratkan pula ketika menafsirkan kata
( )ﺧﺮدلkhardal
penulis
mengutip penjelasan tafsir. Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa menjelaskan bahwa yang berhak menyandang sifat ini adalah yang mengetahui perincian kemaslahatan dan seluk beluk rahasianya, yang kecil dan yang halus, kemudian menempuh jalan untuk menyampaikan kepada yang berhak secara lemah lembut bukan kekerasan. Jadi penulis dapat menyimpulkan kalau bertemu dalam perlakuan, dan perincian dan pengetahuan, maka wujud pahala yang di maknai al-luthf , dan menjadi pelakunya wajar menyandang nama lathif ini pentingnya tidak dapat di lakukan kecuali oleh Allah yang Maha mengetahui itu 6. Analisis QS. Luqman ayat 17
68
Dalam ayat ini nasihat Luqman menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan amal-amal sholeh yang puncaknya adalah shalat. Serta amal-amal kebajikan yang tercermin dalam amr ma,ruf dan nahi munkar dan juga nasihat berupa perisai yang membentengi seseorang dari kegagalan yaitu kesabaran serta ketabahan. Ma’ruf disini adalah “yang baik menurut pandangan umum serta masyarakat dan telah mereka kenal luas” selama sejalan dengan al-khoir (kebajikan), yaitu nilai-nilai ilahi. Munkar disini adalaah sesuatu yang yang di nilai buruk oleh mereka serta bertentangan dengan nilai-nilai Ilahi. Dalam ayat ini juga terdapat kata shabar maknanya berkisar pada tiga hal : 1. Menahan. 2. Ketinggian sesuatu. 3. Sejenis batu. Dari makna menahan diri pada satu sikap. Seseorang yang menahan gejolak hatinya, di maknai sabar. Dari makna yang kedua, lahir kata shubrah yang berarti puncak sesuatu. Dan yang ketiga muncul kata ashshubrah batu yang kukuh lagi kasar atau potongan besi. Dari ketiganya penulis dapat menyimpulkan bahwa dapat kait tertkait, apalagi pelakunya manusia. Seseorang yang sabar akan menahan diri, dan untuk itu mereka memerlukan kekukuhan jiwa, dan mental baja, agar dapat mencapai ketinggian yang diharaapkanya. Sabar adalah menahan gejolak nafsu demi mencapai yang baik dari yang terbaik.
69
7. Analisis QS. Luqman ayat 18-19 Nasihat kali ini adalah akhlak dan sopan santun berinteraksi dengan sesama manusia. Materi pelajaran aqidah, beliau selingi dengan pelajaran akhlak bukan saja agar peserta didik tidak jenuh dengan satu materi tetapi juga untuk mengisyaratkan bahwa ajaran aqidah dan akhlak merupakan satu kesatuan yang tidak dapaat di pisahkan. Kata ()ﺗﺼ ّﻌﺮ
tusha’ir terambil dari kata ( )اﻟﺼ ّﻌﺮash-sha’ar
yaitu penyakit yang menimpa unta dan menjadikan lehernya keseleo, sehingga ia memaksakan dia dan berupaya keras agar berpaling sehingga tekanan tidak tertuju kepada syaraf lehernya yang mengakibatkan rasa sakit. Dari ayat inilah menggambarkan upaya keras dari seseoang untuk bersikap angkuh dan menghina orang lain. Kata ( )ﻓﻰ اﻷرضfi al-ard di sebut oleh ayat di atas, untuk mengisyaratkan bahwa asal kejadian manusia dari tanah seingga ia jangan menyombongkan diri dan melangkah angkuh di tempat itu. Menurut Ibn Asyur memperbolehkan kesan bahwa bumi adalah tempat berjalan semua orang, yang kuat dan yang lemah, yang kaya dan miskin, peguasa dan rakyat jelata. Mereka semua sama sehingga tidak wajar bagi pejalan yang sama, menyombongkan diri dan merasa melebihi orang lain.
Kata ( )ﻣﺨﺘﺎﻻmukhtlan terambil dari kata yang sama dengan ( )ﺣﯿﺎلkhayal karena kata ini pada mulanya berarti orang yang tingkah
70
lakunya di arahkan oleh khayalanya, bukan oleh kenyataan yang ada pada dirinya. Kata
( )اﻏﻀﺾughdudh terambil dari kata ( ّ)ﻏﺾ
dalam arti penggunaan sesuatu tidak dalam potensinya
ghadhdh yang
sempurna. Mata dapat memandang kiri dan kanan secara bebas. Perintah ghadhdh ika di tunjukkan kepada mata maka kemampuan itu hendaknya di batasi dan tidak digunakan secara maksimal. Demikian juga suara. Dengan perintah diatas, seseorang diminta untuk tidak berteriak sekuat kemampuanya, tetapi dengan suara perlahan namun tidak harus berbisik. Dari keseluruan nasihat Luqman penulis dapat menyimpulkan bahwa ada beberapa pokok tuntunan dalam agama. Disana ada akidah, syariat, akhlak termasuk tiga unsur ajaran Al-Quran terdapat akhlak terhadap Allah, terhadap pihak lain dan terhadap diri sendiri. Ada juga moderasi yang merupakan ciri dari segala macam kebajikan, serta perintah bersabar yang merupakan syarat mutlak mencari sukses dunia dan ukhrowi. Ini semua merupakan kesimpulan dari pendidikan yang diberikan kepada anak-anak oleh Luqman al-Hakim.11 E. Analisis pendidikan akhlak pada QS. Luqman ayat 12-19 1. Syukur
11
M. Quraish Shihab, Log,cit, hlm. 120-140.
71
Syukur
adalah
menampakkan
nikmat
yang
artinya
menggunakan nikmat pada tempat dan sesuai dengan yang di kehendaki oleh pemberi-Nya, serta menyebut-nyebut nikmat-Nya dan pemberia-Nya dengan lidah.12 Syukur manusia kepada Allah di mulai dengan menyadari dari lubuk hatinya yang terdalam betapa besar nikmat dan anugerah-Nya, dan dorongan untuk memuji-Nya dengan ucapan sambil melaksanakan apa yang dikehendaki-Nya dari penganugerahannya itu. Syukur didenifisikan oleh sementara ulama’ dengan memfungsikan anugerah yang diterima sesuai dengan tujuan penganugerahannya. Ia adalah menggunakan
nikmat
sebagaimana
yang
dikehendaki
oleh
penganugerahannya, sehingga penggunaannya itu mengarah sekaligus menunjuk penganugerah. tentu saja untuk maksud ini, yang bersyukur perlu mengenal siapa penganugerah (dalam hal ini Allah swt). Mengetahui nikmat yang di anugerahkan kepadanya, serta fungsi dan cara menggunakan nikmat itu sebagaimana dikehendaki-Nya, sehingga ini yang di anugerahi nikmat itu benar-benar menggunakannya sesuai dengan apa yang di kehendaki oleh Penganugerah.13 Jadi penulis dapat menyimpulkan bahwa syukur yang paling penting adalah syukur kepada Allah. Sebab Dialah yang memberi segala kenikmatan kepada seluruh hambanya. Dan barang siapa yang 12
hlm. 95.
13
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011),
M. Quraisy Shihab, Tafsir al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Vol.11, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 122.
72
bersyukur kepada Allah maka sesungguhnya manfaat dari syukur itu akan kembali kepada dirinya. 2. Aqidah Kata aqidah menurut bahasa arab berasal dari kata al-aqdu yang berarti ikatan, sedangkan menurut istilah yang umum, bahwa aqidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikitpun bagi orang yang menyakininya.14 Menurut Muhamad Alim, aqidah berarti perjanjian yang teguh dan kuat, terpatri dan tertanam di dalam lubuk hati yang paling dalam. Secara terminologis berarti credo, creed, keyakinan hidup iman arti khas, yakni pengikraran yang bertolak dari hati. Dengan demikian akidah adalah urusan yang wajib diyakini kebenaranya oleh hati, menentramkan jiwa,dan menjadi keyakinan yang tidak bercampur dengan keraguan.15 Pendidikan Islam sangat memperhatikan pendidikan aqidah, karena pendidikan aqidah merupakan inti dasar keimanan seseorang yang harus ditanamkan kepada anak sejak dini. Pendidikan aqidah serta meliputi pengertian, kemudian hakekatnya, dalam hal ini adalah mengenai sifat-sifat Allah baik wajib, mustakhil maupun sifat ja’iz Allah serta tanda-tanda kekuasaan Allah harus ditanamkan pada keluarga Muslim sehingga akan muncul kesadaran bahwa Allah Maha kuasa, dan karena ke-Mahakuasaan Allah itu maka hanya Allah-lah 14
Yazid bin Abdul Qodir Jawas, Syarah Aqidah Ahlussunah Waljama’ah, (Bogor: Pustaka Imam Syafi’i, 2006), hlm. 27. 15 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006), hlm. 124.
73
yang patut disembah. Segala sesuatu yang ada di dunia ini hanyalah makhluk ciptaan Allah yang menyiratkan tanda-tanda kebesaran Allah, dengan demikian dengan pendidikan aqidah ini akan tumbuh generasi yang sadar akan sifat-sifat Ilahiah.16 Luqman al Hakim memulai nasihatnya dengan menekankan perlunya menghindari syirik atau mempersekutukan
Allah.
Larangan
ini
sekaligus
mengandung
pengajaran tentang wujud dan keEsaan Tuhan. Menurut Muhamad Alim, aqidah berarti perjanjian yang teguh dan kuat, terpatri dan tertanam di dalam lubuk hati yang paling dalam. Secara terminologis berarti credo, creed, keyakinan hidup iman arti khas, yakni pengikraran yang bertolak dari hati. Dengan demikian akidah adalah urusan yang wajib diyakini kebenaranya oleh hati, menentramkan jiwa, dan menjadi keyakinan yang tidak bercampur dengan keraguan. Dalam pendidikan aqidah penulis bisa menyimpulkan bahwa setiap anak harus diberikan kepercayaan ataupun keyakinan yang tidak bercampur dengan sebuah keraguan
serta di yakini kebenaranya
dengan menanamkan dalam hati untuk mempercayai keEsaan Allah. 3. Berbuat baik kepada orang tua “Birrul Walidain" Dalam ayat 14 menjelaskan bahwa anak diharuskan untuk berbakti, memuliakan, menghormati kepada orang tuanya, karena merekalah yang memelihara, merawat sejak kecil. Bila anak telah berani berbuat dosa kepada orang tuanya, ini berarti telah terjadi penyimpangan dengan mental anak. Padahal berterima kasih adalah paling mudah dari pada membalas budi. Membalas budi adalah 16
Ibnu Musthafa, Keluarga Islam Menyongsong Abad 21, (Bandung: Al-Bayan, 1993), hlm. 92-93.
74
perbuatan yang paling sukar karena budi orang tua kepada kita sangat tak terhingga.17 Seorang anak tidak mungkin dapat dan tidak akan sampai mampu membalas budi kedua orang tuanya, walaupun anak tersebut mewaqafkan seluruh umurnya bagi keduanya. Inilah ayat yang mengisyaratkan itu : “....Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah,
dan
menyapihnya
dalam
dua
tahun....”
(Q.S.Luqman/14)18 Ayat ini menggambarkan nuansa pengorbanan yang agung dan dahsyat. Seorang Ibu dengan tabiat-nya harus menanggung beban yang lebih berat dan lebih kompleks. Namun luar biasa, ia tetap menanggungnya dengan senang hati dan cinta yang lebih dalam, lembut dan halus.19 Allah memerintahkan untuk berbakti kepada orang tua, tetapi disini Allah hanya menjelaskan penyebab mengapa harus berbakti kepada ibu saja. Hal yang demikian itu karena kesukaran yang diterima oleh ibu adalah lebih besar daripada kesukaran yang dialami oleh seorang ayah. Derita ibu adalah sejak bayi masih dalam kandungan, waktu melahirkan dan masa menyusui sampai bayinya berumur sekitar dua tahun. Karenanya, Nabi menandaskan kepada orang yang 17
Umar Hasyim, Cara Mendidik Anak dalam Islam, ( Surabaya: PT Bina Ilmu, 1983) hlm. 137-138. 18 Soenarjo, et.al., Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV. Karya Insan Indonesia ,2002), hlm. 581. 19 Sayyid Quthb, Tafsir fi Zhilalil Qur’an, Terj. As’ad Yasin dan Abdul Aziz Salim syarahil, Di Bawah Naungan Al-Qur’an, hlm. 174.
75
bertanya: “Siapakah yang lebih berhak menerima baktiku?” Jawab Nabi: “yang lebih berhak menerima baktimu adalah ibumu.” Tiga kali Nabi menekankan yang demikian itu, dan barulah pada kali yang keempat Nabi mengatakan “Kepada ayahmu.”20 Dalam ayat 15 dijelaskan bahwa berbakti terhadap orang tua adalah wajib apabila kebaktian itu tidak bertentangan dengan nilainilai yang melanggar syari’at Islam, jadi apabila tidak menuruti perintah orang tua untuk berbuat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai syari’at Islam seperti musyrikan maka ini tidak tergolong ke dalam golongan anak yang bebakti. Penulis dapat menyimpulkan bahwa terdapat pengecualian dalam urusan perintah kedua orang tua yakni, jika mereka (orang tua) memaksa dengan apa yang tidak kamu ketahui hakekatnya, yaitu berbuat syirik kepada Allah tetapi tetaplah berbakti kepada keduanya selam tidak bertentangan dengan ajaaraan agama. Dan pergaulilah mereka kedua orang tua dengan baik selam mereka hidup dalam urusan dunia. 4. Pendidikan Budi Pekerti atau Akhlak Pendidikan yang terakhir yang diajarkan oleh Luqman al Hakim kepada anaknya adalah pendidikan budi pekerti, atau akhlak dalam hidup bermasyarakat, diantaranya:
20
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur, hlm. 3208
76
a.) Ketika berhadapan dengan orang lain, ketika berbicara maka hadapkanlah dengan muka yang sempurna karena rendah hati dan sebagai rasa hormat, jangan menghadapkan muka dengan orang lain dengan sebagian muka atau hanya menampakan bagian samping muka (pipi) saja karena semacam ini adalah kebiasaan orang-orang yang sombong.21 Termasuk dalam budi pekerti, sopan santun dan akhlaq al karimah adalah apabila seseorang sedang berbicara dengan orang lain, hendaklah ia menghadapkan muka kepada orang tersebut. Menghadapkan muka adalah sebagai isyarat menghadapkan hati, apabila seseorang sedang bebicara dengan orang lain, dan mukanya dihadapkan ke arah yang lain, tentu perbuatan yang semacam ini akan menyinggung perasaan. b.) Pengertian al mukhtalan dalam ayat 18 ini yaitu seseorang yang berjalan karena mempunyai kebanggaan dan congkak yang tidak ada kemaslahatannya sama sekali dengan urusan agama dan urusan dunia.22 Hendaklah sederhana ketika berjalan dan lemah lembut dalam berbicara, sehingga orang yang melihat dan mendengar merasa senang dan tenteram hatinya. Berbicara dengan suara yang keras, angkuh, dan sombong dilarang Allah, karena pembicaraan yang demikian itu tidak enak didengardan menyakitkan hati. Yang dimaksud 21
Nidzomudin Hasan, Tafsir Ghoro’ibul Qur’an, Jilid V, (Lebanon: Dar al Kotob al Alamiyah, 1996), hlm. 426. 22 Ibid , hlm. 426.
77
dengan sederhana dalam berjalan dan berbicara bukanlah berjalan itu harus menunduk dan berbicara dengan lunak, tetapi berbicara dengan sopan dan lemah lembut sehingga orang lain senang mendengarnya. Dari keseluruan penulis menyimpulkan bahwa seorang anak akan berfikir dan meniru setelah menangkap maknamakna yang nyata atau bisa di sebut apa yang mereka lihat di lingkungan sekitar. Dan dari situlah anak perlu pendidikan dan pengajaran agar bisa dari yang keseluruan dia lihat bis mengetahui mana yang baik dan buruk. 5. Pendidikan shalat Kata shalat berasal dari bahasa Arab shalla, yushalli, shalatan. Menurut bahasa shalat adalah do’a. Sedangkan menurut istilah shalat terdiri dari bacaan-bacaan khusus yang di awali dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Shalat merupakan satu bentuk ibadah ritual yang merupakan sarana bagi setiap orang untuk selalu merasa dekat dalam saran komunikasi spiritual dengan Allah.23 Dalam shalat mengandung ridho Allah sebab orang yang mengerjakan berarti menghadap dan tunduk kepada-Nya dan didalam shalat terkandung hikmah dan yang lainya yaitu dapat mencegah segala perbuatan keji dan mungkar. Kata amr diterjemahkan suruhlah asal kata amara mempunyai lima arti yakni perkara atau masalah
23
Zubaedi, log cit , Hlm. 87.
78
menyuruh atau memerintah berkembang dan barakah, menujuk jalan dan ta’jub. Kata suruhan yang di maksud bahwa agar yang di suruh dapat berkembang dengan baik mendapat barakah, dan mendapat jalan yang sesuai dengan perintahnya itu. 24 Penulis menyimpulkan pendidikan sholat sangat di anjurkan karena bisa mencegah dari segala yang keji dan mungkar serta kemaksiatan serta sejalan dengan kebajikan mendapat keberkahan siapa yang menjalankan peritah-Nya. 6. Pendidikan atau larangan takabur atau sombong Takabur berasal dari bahasa Arab yaiti takabbara, yatakabbaru yang artinya sombong atau membanggakan diri secara istilah dengan berangan bahwa hanya dirinya yang paling hebat dan benar di bangdingkan
orang
lain.
Takabur
semakna
dengan
ta’azum
menampakkan keagungan dan kebesaranya. Banyak hal yang menyebabkan orang menjadi sombong akibat takabur di antaranya dalam ilmu penegetahuan amal dan ibadah, nisab, kecantikan, dan kekayaan takabur termasuk sifat yang tercela harus dihindari.25 Dalam surat Luqman ayat 18-19 terdapat kata ( )ﻓﻰ اﻷرضfi alardh yang artinya dibumi untuk mengisyaratkan bahwa asal kejadian manusia
dari
tanah,
sehingga
hendaknya
manusia
jangan
menyombongkan diri dan angkuh di bumi. Kata mukhtalan terambil 24
M. Quraisy Shihab, log cit, hlm. 137. http://www.Pendidikanmu.com./2015/05/ pengertian-takabur-dan-contohnya.html.?m=1 dikses 28-08-2015 pukul 14.50 WIB. 25
79
dari akar kata yang sama dengan khayal karena pada mulanya kata ini pada mulanya berarti orang-orang yang tingkah lakunya di arahkan oleh khayalan bukan oleh kenyataan yag ada pada dirinya
dan
biasanya orang yang semacam ini berjalan angkuh dan merasa dirinya memiliki kelebihan di bandingkan dengan orang lain. Kata fa khuran yakni seringkali membanggakan diri. Kata mukhtal yang mengandung makna kesombongan yang pertama dalam hal tingkah laku dan yang kedua kesombongan yang terdengar dari ucapan-ucapan.26 Penulis menyimpulkan bahwa sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong maupun takabur kepada orang lain dan merasa kagum terhadap dirinya sendiri. Allah melarang seseorang untuk belaku sombong karena hal iu merupakan jalan yang murka alias orang yang gemar melakukan kekejaman dimuka bumi dan berbuat zhalim kepada rang lain. Kesimpulan dari semua analisis adalah nasehat Luqman kepada anaknya menggambarkan identitas kebijaksanaan dalam bentuk perintah serta larangan yang memuat ajaran berbuat baik terhadap manusia, berbuat baik kepada kedua orang tua dan ajaran mengikuti ajaran orang mu’min. Demikian pula ayat-ayat tadi menjelaskan berbuat baik termasuk ibadah seperti amal ma’ruf nahi mungkar, sabar, tawadhu’. Demikian Luqman mendidik anaknya bahkan memberikan tuntunan kepada siapapun yang ingin menelusuri kebajikan. 26
M. Quraisy Shihab, log cit, Hlm. 139-140.
BAB V PENUTUP Dalam bab ini penulis menyajikan mengenai ringkasan dari beberapa pembahasan yang telah penulis paparkan dengan judul “Study Analisis Surat Luqman Ayat 12-19 Tentang Pendidikan Akhlak Dalam Tafsir Al-Misbah Karya M. Quraish Shihab” serta sekaligus merupakan jawaban dari rumusan masalah yang menjadi fokus pembahasan ini. Begitu juga penulis sajikan saran-saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan kedepan bagi pendidik, lembaga pendidikan, serta bagi peneliti yang selanjutnya. A. Kesimpulan Dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya bahwa pendidikan akhlak menurut Al-Qur’an surat Luqman ayat 12-19 dapat disimpulkan : 1. Syukur Syukur adalah menampakkan nikmat yang artinya menggunakan nikmat pada tempat dan sesuai dengan yang di kehendaki oleh pemberi-Nya, serta menyebut-nyebut nikmat-Nya dan pemberia-Nya dengan lidah.1 2. Aqidah Pendidikan aqidah, karena pendidikan aqidah merupakan inti dasar keimanan seseorang yang harus ditanamkan kepada anak sejak dini. 1
hlm. 95.
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011),
80
81
Pendidikan aqidah dalam hal ini maksudnya berkaitan dengan ajaran tauhid atau ajaran mengesakan Allah SWT, tidak menyekutukan-Nya, dan mensyukuri segala nikmat-Nya. Kewajiban orang tua muslim adalah memelihara aqidah anak-anaknya agar tidak sampai dikotori oleh kepercayaan atau keyakinan yang salah. 3. Berbuat baik kepada kedua orang tua Menjelaskan bahwa anak diharuskan untuk berbakti, memuliakan, menghormati kepada orang tuanya, karena merekalah yang memelihara, merawat sejak kecil. Menghormati dan taat terhadap kedua orang tua itu wajib dengan ketentuan tidak melanggar atau melenceng dari perintah Allah. Ini memberikan isyarat bahwa kedua orang tua wajib dimulyakan karena jasa-jasanya kepada anak yang tak terhingga. Dalam hal ini penghargaan secara khusus diberikan kepada ibu, karena ia telah mengandung anaknya selama sembilan bulan dilanjutkan dengan menyusuinnya selama dua tahun. 4. Pendidikan Budi Pekerti atau Akhlak Pendidikan yang terakhir yang diajarkan oleh Luqman al Hakim kepada anaknya adalah pendidikan budi pekerti, atau akhlak dalam hidup bermasyarakat. 5. Pendidikan shalat Shalat merupakan satu bentuk ibadah ritual yang merupakan sarana bagi setiap orang untuk selalu merasa dekat dalam saran komunikasi spiritual
82
dengan Allah. Pendidikan salat harus mendapatkan perhatian sejak awal dalam kehidupan seorang anak untuk menunjukkan bahwa sangat pentingnya ibadah salat ini. Hal ini senada dengan ajaran Islam, bahwa kewajiban bagi para orang tua untuk mendidik anaknya rnelakukan salat, kewajiban ini dimulai sejak si anak umur 7 tahun. 6. Pendidikan atau larangan takabur atau sombong Takabur semakna dengan ta’azum
menampakkan keagungan dan
kebesaranya. Banyak hal yang menyebabkan orang menjadi sombong akibat takabur di antaranya dalam ilmu penegetahuan amal dan ibadah, nisab, kecantikan, dan kekayaan takabur termasuk sifat yang tercela harus dihindari. Keluarga memegang peranan penting sekali dalam pendidikan akhlak untuk anak-anak sebagai institusi yang pertama berinteraksi dengan anak. Oleh sebab itu, haruslah keluarga mengambil posisi tentang pendidikan ini, mengajar mereka akhlak yang mulia yang diajarkan Islam seperti kebenaran, kejujuran, keikhlasan, kasih sayang, cinta kebaikan, pemurah, pemberani dan lain sebagainya. Pendidikan akhlak dalam Tafsir al-Misbah karya M.Quraish Shihab lebih mengarah kepada metode diantaranya: 1. Metode pembiasaan
83
Dalam
membentuk
akhlak
anak
dengan
pembiasaan-
pembiasaan akan dapat memasukan unsur-unsur positif dalam diri anak yang sedang tumbuh, karena kebiasaan-kebiasaan baik yang sudah terbentuk pada diri seorang anak akan merasa ringan untuk mengerjakan apa-apa yang telah menjadi kebiasaanya. 2. Metode keteladanan (figurisasi) Metode pembiasaan tidak akan sempurna jika tidak tidak diiringi dengan metode keteladanan, karena anak mempunyai rasa imitatif yang tinggi, jadi perlu adanya seorang figur yang dijadikan contoh untuk ditiru. Secara psikologis anak senang meniru, tidak saja yang baik-baik yang jelek pun ditirunya, dan secara psikologis pula manusia membutuhkan tokoh teladan dalam hidupnya. Disinilah letak relevansi dan keterkaitan antara metode keteladanan dengan metode pembiasaan, artinya pendidik tidak hanya bisa bicara (memerintah) tetapi juga harus mampu menjadi teladan yang baik bagi anak B. Saran-saran Dari pemaparan diatas, maka peneliti akan memberikan saran bagi : a. Bagi pendidik Dari konsep Study Analisis Surat Luqman Ayat 12-19 Tentang Pendidikan Akhlak Dalam Tafsir Al-Misbah Karya M. Quraish Shihab diharapkan menjadi wahana yang konstruktif bagi peningkatan guru Pendidikan Agama Islam kedepan.
84
b. Bagi lembaga pendidikan Lembaga pendidikan sebagai fasilitas dimana terdapat interaksi antara pendidik dengan peserta didik dalam proses pembelajaran, maka dalam hal ini lembaga pendidikan dituntut untuk bersikap terbuka terhadap lingkungan sekitarnya, baik dari perkembangan zaman maupun dari tuntutan masyarakat, karena lembaga sekolah disebut sebagai lembaga investasi manusia. c. Bagi peneliti Bahwa hasil dari “Study Analisis Surat Luqman Ayat 12-19 Tentang Pendidikan Akhlak Dalam Tafsir Al-Misbah Karya M. Quraish Shihab” ini masih banyak kekurangannya, maka dari itu diharapkan ada peneliti baru yang mengkaji ulang dari hasil penulisan ini. C. Kata Penutup Puji syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, rakhmat, taufiq dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang sederhana ini. Penulis menyadari meskipun dalam penelitian ini telah berusaha semaksimal mungkin, namun dalam penulisan ini tidak lepas dari kesalahan dan kekeliruan. Hal itu sematamata merupakan keterbatasan ilmu dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang kontruktif dari
85
berbagai pihak demi perbaikan yang akan datang untuk mencapai kesempurnaan. Akhirnya penulis hanya berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberi sumbangsih kepada penulis, baik berupa tenaga maupun do’a. Semoga mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin.
DAFTAR PUSTAKA Abdul Qodir Jawas, Yazid. 2006. Syarah Aqidah Ahlussunah Waljama’ah. Bogor: Pustaka Imam Syafi’i. Alim, Muhammad. 2006. Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. ________________. 2011. Pendidikan Agama Islam.Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Al-jumbulani, Ali. 2002. Perbandingan Pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipta. Arifin,Muzayyin. 2000. filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. _____________. 2008. Kapita selekta Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Ashshiddiq, Hasbi dkk.1971. Al-qur’an dan Terjemahanya. Jakarta: Yayasan Penyelenggara penterjemah Al-qur’an. Athiyah Al-Abrasyi, Moh. 2011. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang. Baidan, Nashruddin. 2012. Metodologi Penafsiran Al-qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Danim, Sudarwan. 2010. Pengantar Kependidikan. Bandung: Alfabeta. Djalal, Abdul. 2000. Ulumul Qur’an I. Surabaya: Dunia Ilmu. Gunawan, Heri. 2012. pendidikan Karakter konsep dan implementasi. Bandung: Alfabeta. Halim, Abdul. 2002. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani. Halim, Mahmud dkk. 1996. Karakteristik Umat Terbaik, Telaah Manhaj, Akidah, dan Harakah. Jakarta: Gema Insan Press. Hamalik, Oemar. 1989. Pengajaran Unit: Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bandung: Mandar Maju. Hasan, Nidzomudin. 1996. Tafsir Ghoro’ibul Qur’an, Jilid V. Lebanon: Dar al Kotob al Alamiyah. Hasyim, Umar. 1983. Cara Mendidik Anak dalam Islam. Surabaya: PT Bina Ilmu. Ihsan, Fuad. 2008. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Jalaluddin, 2003. Teologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Jalil, Abdul DKK. 2012. Menelisik Keunikan Tafsir Klasik dan Moden. Wonosobo Jawa Tengah : Pasca Sarjana Universitas Sains Al-Qur’an (UNSIQ). Latif, Abdul. 2009. Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan. Bandung: PT Refika aditama. Masy’ari, Anwar. 2007. Akhlak Al-Qur’an. Surabaya: Bina Ilmu. Mujib, Abdul. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Putra Grafika. Musthafa, Ibnu. 1993. Keluarga Islam Menyongsong Abad 21. Bandung: AlBayan. Nasional, Departemen Pendidikan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Nata, Abuddin. 2003. Pemikiran Tokoh Para Pendidikan Islam. Jakarta: PT raja Gravfindo Persada. ____________. 2012. Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Pidarta, Made. 2000. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Inonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Prayitno. 2009. Pendidikan Dasar Teori Dan Praktis. Jakarta :PT Grasindo. Purwanto, Ngalim. 2000. Ilmu Pendidikan Teoritik dan Praktik. Bandung: Remaja Rosda Karya. Quthb, Sayyid. 2002. Tafsir fi Zhilalil Qur’an, Terj. As’ad Yasin dan Abdul Aziz Salimbasyarahil, Di Bawah Naungan Al-Qur‟an. Jakarta : Gema Insani Press. Quthb, Sayyid. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Di Bawah Naungan Al-Qur’an jilid IX. Rachman Assegaf, Abd. 2011. Filsafat pendidikan Islam. Jakarta: RajawaliPers. RI, Departemen Agama. 2002. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Semarang: PT Karya Toha Putra.
Riyanto, Theo dkk. 2004. Pendidikan Pada Usia Dini,Tuntunan Psikologis dan Pedagogis bagi Pendidik dan Orang tua. Jakarta: Grasindo. Rosihon, Anwar. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia. Sakho Muhammad, Ahsin. 2010. Al-Qur’an dan Tafsirnya. Jakarta: Lentera Abadi. Saleh Abdullah, Abdurrahman. 2007. Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan AlQur’an. Jakarta: Rineka Cipta. Salim Ahmad. 2013. Studi Analisis Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan Akhlak Anak, Skripsi. Jepara: Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Unisnu Jepara. Shihab, M. Quraish. 2001. Tafsir Al-Misbah Pesan-Pesan dan Keserasian AlQur’an volume 1. Jakarta: Lentera Hati. ________________. 2003. Tafsir Al-Misbah Pesan-Pesan dan Keserasian AlQur’an volume 15. Jakarta: Lentera Hati. ________________. 1992. Membumikan Al-qur’an. Bandung: PT Mizan Pustaka. ________________. 1998. Membumikan Al-Qur’an; Fungsi dan Peranan dalam Kehidupan. Bandung: Mizan. ________________. 2002. Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian AlQur’an, Vol. 11. Jakarta: Lentera Hati. Siregar, Eddie. 2012. Panduan Pemasyarakatan Undang-Undang Dasar. Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI. Soenarjo. 2002. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: CV. Karya Insan Indonesia. Syadali Ahmad dan Ahmad Rofi‟i. 2000. Ulumul Qur’an I. Bandung: Pustaka Setia. Syafrudin, U. 2009. Paradigma Tafsir Tekstual dan Kontekstual. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Usman, M Basyiruddin. 2000. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Pres.
Yusuf A. 2009. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al-Qur’an Surat AlFurqon Ayat 63-74 dan Aktualisasinya Dalam Pembentukan Kepribadian muslim, Skripsi. Jepara: Fakultas Tarbiyah Inisnu Jepara. Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, http: //tafsir almisbah.wordpress.com/biografi –M-Quraish-Sihab/. Diakses 3 Juli 2015 jam 16.35 WIB. http:// id.m. Wikipedia.org/wiki/Muhammad_Quraish_Shihab. Diakses 3 Juli 2015 jam 16.33 WIB. http://www.Pendidikanmu.com./2015/05/ pengertian-takabur-dancontohnya.html.?m=1 dikses 28-08-2015 pukul 14.50 WIB.
RIWAYAT HIDUP A. Identitas Diri 1. Nama Lengkap
: Ahmad Ali Ifni
2. Tempat &Tgl. Lahir
: JEPARA, 20 JUNI 1991
3. NIM
: 131310000240
4. Alamat Rumah
: DESA. MENGANTI KEDUNG JEPARA
RT.15/RW.04 5. Hp : 089669218033 /085293388013 PIN BBM : 54939A2E 6. Email :
[email protected] B. Riwayat Pendidikan a. Pendidikan Formal 1. RA-Darul Hikmah Menganti Kedung Jepara (Lulus Tahun 1999) 2. MI-Darul Hikmah Menganti Kedung Jepara (Lulus Tahun 2000) 3. MTs-Darul Hikmah Menganti Kedung Jepara (Lulus Tahun 2006) 4. MA-Darul Hikmah Menganti Kedung Jepara (Lulus Tahun 2009) 5. Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara (Lulus Bulan Oktober Tahun 2015)