JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271)
1
STUDI PENANGANAN PETIKEMAS IMPOR DAN DAMPAKNYA BAGI ANTREAN TRUK (STUDI KASUS : TERMINAL PETI KEMAS SURABAYA) Wenny Ananda Larasati, Firmanto Hadi Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected]
Abstrak— Terminal Petikemas Surabaya telah menetapkan reputasi yang dapat dipertanggungjawabkan sebagai terminal yang mampu memenuhi kebutuhan para importir maupun eksportir di Jawa Timur dan Indonesia. Namun berdasarkan survey ditemukan bahwa pada blok impor di Terminal Petikemas Surabaya sering terjadi antrean truk yang akan melakukan kegiatan pengambilan Petikemas. Antrean truk terjadi di pintu masuk menuju ke dalam Lapangan Penumpukan, maupun di dalam Lapangan Penumpukan. Tujuan penelitian dalam tugas akhir ini adalah untuk mengetahui hubungan antara penanganan petikemas impor dengan antrean truk. Kajian dilakukan dengan memodelkan kondisi eksisting penanganan petikemas impor di Terminal Petikemas sehingga dapat diketahui proses manakah dari serangkaian penanganan petikemas impor yang memberikan dampak bagi antrean truk.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Antrean Teori antrean merupakan teori yang dapat memperlihatkan perilaku pergerakan lalu lintas baik manusia maupun kendaraan. [1] B. Model Simulasi Simulasi adalah teknik yang digunakan dalam membuat keputusan dengan mengevaluasi perilaku model pada kondisi yang berlainan. Simulasi adalah perangkat uji coba yang menghasilkan solusi solusi yang hampir optimal yang dapat mempresentasikan sistem secara menyeluruh [2]
Kata Kunci— petikemas, impor, antrean, truk
III. METODE I. PENDAHULUAN
B
lok impor, merupakan lapangan penumpukan petikemas yang dikhususkan untuk penerimaan petikemas dari luar negeri. Berdasarkan survey ditemukan bahwa pada blok impor di TPS kerap kali terjadi antrean truk yang akan melakukan kegiatan pengambilan Petikemas. Antrean truk terjadi di pintu masuk menuju ke dalam lapangan penumpukan, maupun di dalam lapangan penumpukan. Kemacetan/antrean tersebut tentunya menjadi keluhan bagi pengguna jasa. Beberapa permasalahan juga timbul akibat adanya antrean truk tersebut, adanya penumpukan truk yang akan melakukan kegiatan pengambilan petikemas di blok impor membuat truk-truk TPS yang seharusnya melakukan kegiatan bongkar dari Kapal ke lapangan penumpukan tidak dapat menjalakan tugasnya sebagaimana mestinya. Akibatnya proses bongkar dari kapal ke lapangan penumpukan terhambat. Adanya beberapa permasalahan yang timbul akibat antrean truk petikemas pada area impor pelabuhan tentu akan menimbulkan kerugian bagi semua pihak yang terlibat dalam proses tersebut diantaranya perusahaan truking, dan terminal petikemas. Untuk mengatasi masalah antrean truk perlu dilakukan pengkajian terhadap proses penanganan petikemas impor di TPS. Dengan demikian dapat diketahui proses apakah yang berpengaruh terhadap terjadinya antrean truk, sehingga dapat diberikan solusi yang tepat untuk mengatasai atau paling tidak mengurangi antrean truk yang terjadi di blok impor TPS.
A. Identifikasi Permasalahan Pada tahap ini dilakukan identifikasi permasalahan yang diangkat dalam tugas akhir ini. Permasalahan yang timbul adalah terjadinya antrean truk yang disebabkan oleh proses penanganan petikemas impor sehingga diperlukan kajian untuk mengetahui proses apakah yang berpengaruh terhadap terjadinya antrean truk, dan solusi yang tepat untuk mengatasai atau paling tidak mengurangi antrean truk yang terjadi di blok impor TPS. B. Pengumpulan Data dan Studi Kondisi Awal Sistem Pengumpulan informasi tentang perusahaan merupakan upaya untuk mendapatkan gambaran umum sistem yang telah ada dan berlangsung di dalam perusahaan, kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui proses–proses yang ada dalam sistem sehingga diperoleh pemahaman tentang sistem secara menyeluruh, adapun data–data yang dikumpulkan antara lain waktu interval antar pengisian PIB, waktu interval kedatangan truk, waktu proses penanganan dokumen, dan waktu proses pemuatan petikemas dari lapangan penumpukan keatas truk.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271)
Y Mulai
Proses PIB
Data Valid?
Penjaluran
Jalur Kuning
Jalu Merah
Pemeriksaan Dokumen
Pemeriksaan Dokumen
N
Jalur MITA
Jalur Hijau
2
tercantum pada In-Gate Terminal Job Slip. Kemudian operator Rubber Tyred Gantry Cranes akan mengangkat petikemas dari lapangan penumpukan keatas chassis head truck sesuai dengan In-Gate Terminal Job Slip. Setelah proses pengangkatan petikemas selesai truk akan menuju ke gerbang keluar untuk menyerahkan In-Gate Terminal Job Slip, dan CIR lembar ke 3 (tiga). Petugas gerbang keluar akan mengkonfirmasi nomor polisi truk, dan setelahnya truk dapat meninggalkan lapangan penumpukan Terminal Petikemas Surabaya. Mulai
Pemeriksaan Fisik
Proses Gerbang Masuk
SPPB
Transport
Pengajuan Permohonan Jasa ke TPS
Y Data Valid?
Job Order
Selesai
N
Memilih Blok
Gambar III.1 Model Konseptual Pelayanan Dokumen Impor Pengangkatan PK
Gambar III.1 menjelaskan urutan proses penanganan dokumen impor mulai dari tahap pengisian PIB hingga mendapatkan job order. Pertama-tama pengguna jasa akan melakukan input/pengisian dokumen Pengajuan Impor Barang (PIB) melalui modul PIB. Setelah itu data PIB akan diproses di Portal Indonesia Single Window (INSW) untuk proses validasi kebenaran pengisian dolumen PIB. Jika terdapat kesalahan maka PIB akan ditolak dan pengguna jasa harus melakukan pembenaran pada data PIB dan mengirimkan ulang data PIB. Apabila data PIB telah sesuai maka data PIB secara otomatis akan dikirim ke Sistem Komputer Pelayanan (SKP) Bea Cukai, dan mendapatkan nomor PIB. Kemudian dilakukan penjaluran, dimana terdapat 4 jenis penjaluran. Apabila PIB termasuk dalam jalur Mitra Utama (MITA) dan jalur Hijau maka akan langsung keluar Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB). Namun apabila PIB terkena jalur Kuning maka terlebih dahulu akan dilakukan pengecekan dokumendokumen yang terkait oleh petugas Bea dan Cukai. Untuk PIB yang terkena jalur Merah selain dilakukan pengecekan dokumen juga akan dilakukan proses cek fisik terhadap barang impor oleh petugas Bea Cukai. Setelah menyelesaikan proses pengurusan dokumen di Bea Cukai, selanjutnya pengguna jasa harus melakukan pengurusan dokumen di bagian Impor Terminal Petikemas Surabaya dengan membawa dokumen-dokumen yang diperlukan untuk mendapatkan Job Order/Container Interchange Receipt (CIR). Setelah mendapatkan Job Order/Container Interchange Receipt (CIR), truk dapat menuju ke gerbang masuk (Gate In). Di gerbang masuk, pengemudi truk menyerahkan Job Order kepada petugas gerbang masuk. Selanjutnya petugas gerbang masuk mencetak In-Gate Terminal Job Slip. Setelah itu pengemudi truk akan menuju ke blok dimana petikemas yang akan diangkutnya berada sesuai dengan yang telah
Proses Gerbang Keluar
Selesai
Gambar III.2 Model Konseptual Pelayanan Muat Petikemas C. Pembuatan Simulasi Pada tahap ini dilakukan pembuatan model simulasi yang sesuai dan menggambarkan penanganan petikemas impor di Terminal Petikemas Surabaya dengan menggunakan bantuan simulasi diskrit. Pada tahap ini dilakukan pula verifikasi dan validasi pada model simulasi yang dibuat, sehingga dapat diketahui apakah model simulasi yang dibuat telah mempresentasikan kondisi nyata di lapangan atau tidak [3]. Verifikasi dilakukan dengan pengecekan error pada model, sedangkan validasi dilakukan dengan uji hipotesa dua arah. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Simulasi Kondisi Eksisting Setelah hasil simulasi dinyatakan valid, maka dapat dikatakan secara umum hasil simulasi tidaklah berbeda dengan kondisi sebenarnya, sehingga model simulasi tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisa kondisi sebernarnya pada proses penanganan petikemas impor yang berdampak pada antrian truk di Terminal Petikemas Surabaya[4]. Dari hasil running model didapatkan ringkasan data hasil simulasi sebagai berikut:
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271) Tabel IV.1 Hasil Running Simulasi Keterangan Jumlah Rata-rata Jumlah Maksimal Dokumen Dalam Proses 547,84 1095 Truk Dalam Proses 135,52 345 Antrian di Gerbang Masuk 61,113 135 Antrian di Blok I Lap. Penumpukan 9,2185 35 Antrian di Blok J Lap. Penumpukan 9,5733 41 Antrian di Blok K Lap. Penumpukan 9,0399 37 Antrian di Blok L Lap. Penumpukan 6,158 26 Antrian di Blok M Lap. Penumpukan 3,8349 16 Antrian di Blok N Lap. Penumpukan 9,2185 35 Antrian di Blok O Lap. Penumpukan 6,7695 28 Antrian di Blok P Lap. Penumpukan 7,6871 28 Antrian di Blok XP Lap. Penumpukan 6,6853 26 Antrian di Blok XXP Lap. Penumpukan 0,7741 3 Antrian Proses Jalur Kuning 0,26376 3 Antrian Proses Jalur Merah 95,745 336
Dari Tabel IV.1 diatas dapat diketahui bahwa antrian truk terjadi di gerbang masuk dan di tiap-tiap blok impor Terminal Petikemas Surabaya. Adanya dokumen yang masih berada dalam proses penanganan pada sub model dokumen memerlukan dilakukannya peninjauan pada setiap proses dalam sub model dokumen untuk mengetahui proses apakah yang menyebabkan terjadinya dokumen yang masih berada dalam proses penyelesaian. Dari hasil running simulasi diketahui bahwa pada proses jalur kuning dan jalur merah sub dokumen terdapat antrian dalam jumlah yang besar, yang diakibatkan oleh lamanya waktu pelayanan yang dibutuhkan oleh operator untuk melayani pengguna jasa. Sama halnya dengan sub model dokumen, pada sub model lapangan penumpukan terlihat adanya truk yang masih berada dalam proses penanganan. Kembali dilakukan peninjauan pada setiap proses dalam sub model lapangan penumpukan untuk mengetahui proses apakah yang menyebabkan terjadinya antrian di tiap blok lapangan penumpukan impor. Dari hasil running simulasi diketahui bahwa antrian truk terjadi akibat dari 10 buah RTG yang seharusnya dapat beroperasi untuk melayani truk yang akan melakukan kegiatan pengambilan petikemas, rata-rata alat yang siap digunakan (berada dalam kondisi ready) hanya 8 buah RTG. B. Skenario Perbaikan Berdasarkan analisa yang dilakukan terhadap hasil simulasi kondisi eksisting, didapatkan bahwa proses yang menyebabkan adanya antrian truk adalah proses jalur kuning dan proses jalur merah pada proses pengurusan dokumen di Bea Cukai, dan proses pengangkatan petikemas dari lapangan penumpukan keatas truk di tiap-tiap blok impor Terminal Petikemas Surabaya. Antrian truk di gerbang masuk Terminal Petikemas Surabaya berhubungan dengan proses jalur kuning dan proses jalur merah pada proses pengurusan dokumen di Bea Cukai. Permasalah yang menyebabkan hal tersebut adalah lamanya waktu pelayanan yang dibutuhkan oleh operator untuk melayani pengguna jasa. Waktu pelayanan dipengaruhi oleh jumlah resources, yang dalam hal ini adalah operator jalur
3
kuning dan jalur merah. Oleh sebab itu perlu dilakukan peninjauan utilitas operator di tiap jalur. Batas utilitas maksimum dari operator sendiri adalah lamanya waktu efektif bekerja dibagi keseluruhan waktu bekerja, yakni 7 jam dibagi 8 jam. Tabel IV.2 Utilisasi Operator Jalur Kuning dan Jalur Merah Keterangan Utilisasi Operator Jalur Kuning 1 Utilisasi Operator Jalur Kuning 2 Utilisasi Operator Jalur Kuning 3 Utilisasi Operator Jalur Kuning 4 Utilisasi Operator Jalur Kuning 5 Utilisasi Operator Jalur Merah 1 Utilisasi Operator Jalur Merah 2 Utilisasi Operator Jalur Merah 3 Utilisasi Operator Jalur Merah 4 Utilisasi Operator Jalur Merah 5
Jumlah Rata-rata Jumlah Maksimal 0,78368 0,875 0,78182 0,875 0,78023 0,875 0,77829 0,875 0,7765 0,875 0,77131 0,875 0,7693 0,875 0,7676 0,875 0,76592 0,875 0,76354 0,875
Dari Tabel IV.2 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata utilitas operator jalur kuning dan jalur merah adalah 0.7. Ini menunjukkan bahwa utilitas operator jalur merah dan jalur kuning masih berada dibawah utilitas maksimum. Namun variable terkontrol dari simulasi ini adalah data waktu dan jumlah resource, berdasarkan hal tersebut diusulkan 2 jenis solusi untuk perbaikan sistem pada proses jalur kuning dan jalur merah. Solusi pertama adalah menambah jumlah operator untuk jalur kuning dan jalur merah melihat tingginya nilai utilitas operator jalur kuning dan jalur merah. Solusi kedua adalah mereduksi waktu pelayanan. Untuk antrian truk yang terjadi pada proses pengangkatan petikemas ketas truk di tiap-tiap blok impor Terminal Petikemas Surabaya disebabkan dari 10 buah RTG yang seharusnya dapat beroperasi untuk melayani truk yang akan melakukan kegiatan pengambilan petikemas, rata-rata alat yang siap digunakan (berada dalam kondisi ready) hanya 8 buah RTG. Kembali perlu dilakukan tinjauan tingkat utilitas alat untuk mengetahui apakah utilitas alat sudah mencapai batas maksimum atau tidak. Tabel IV.3 Utilisasi RTG Keterangan Utilisasi RTG 1 Utilisasi RTG 2 Utilisasi RTG 3 Utilisasi RTG 4 Utilisasi RTG 5 Utilisasi RTG 6 Utilisasi RTG 7 Utilisasi RTG 8
Jumlah Rata-rata Jumlah Maksimal 0,45377 0,875 0,40763 0,875 0,3029 0,875 0,3307 0,875 0,16312 0,875 0,22849 0,875 0,14231 0,875 0,20567 0,875
Dari Tabel III.7 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata utilitas RTG adalah dibawah 0.5. Ini menunjukkan bahwa utilitas RTG tidak terlalu tinggi, namun jumlah rata-rata RTG yang dioperasikan belum mampu untuk menangani jumlah truk yang akan melakukan kegiatan pemuatan petikemas keatas truk akibatnya masih terjadi antrian truk di dalam blok impor Terminal Petikemas Surabaya. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan perbaikan dari segi jumlah kesiapan alat sehingga
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271) jumlah RTG yang siap mampu mengimbangi jumlah truk yang akan melakukan kegiatan pemuatan petikemas. Berdasarkan usulan solusi yang telah dikemukakan diatas ada 2 buah skenario perbaikan yang diajukan, yaitu; Skenario Perbaikan 1: Dilakukan penambahan operator pada proses jalur kuning dan jalur merah pengurusan Dokumen Bea Cukai serta Terminal Petikemas Surabaya menambah jumlah alat yang siap untuk dioperasikan. Skenario Perbaikan 2: Mereduksi waktu pelayanan pada proses jalur kuning dan jalur merah pengurusan Dokumen Bea Cukai serta Terminal Petikemas Surabaya menambah jumlah alat yang siap untuk dioperasikan. Untuk mengetahui jumlah penambahan operator dan jumlah alat yang siap dioperasikan digunakan metode trial and error. Jumlah penambahan yang dipilih adalah yang dapat memberikan waktu tunggu terendah dan utilisasi tertinggi. Didapatkan bahwa penambahan operator sebanyak 5 orang di masing-masing proses jalur kuning dan jalur merah mampu memberikan waktu tunggu terendah dan utilisasi tertinggi. Sedangkan dari sisi kesiapan alat, 10 buah RTG yang siap untuk melayani truk yang akan melakukan kegiatan pemuatan petikemas mampu memberikan waktu tunggu terendah dan utilisasi tertinggi.
C. Perbandingan Skenario Perbaikan Untuk melakukan perbaikan terhadap sistem diajukan 2 usulan skenario perbaikan, yang pertama adalah dilakukan penambahan operator pada proses jalur kuning dan jalur merah pengurusan Dokumen Bea Cukai serta Terminal Petikemas Surabaya menambah jumlah alat yang siap untuk dioperasikan. Sedangkan usulan yang kedua adalah mereduksi waktu pelayanan pada proses jalur kuning dan jalur merah pengurusan Dokumen Bea Cukai serta Terminal Petikemas Surabaya menambah jumlah alat yang siap untuk dioperasikan. Tabel IV.4 Perbandingan Antrian truk Kondisi Eksisting dengan Skenario 1 Keterangan Antrian di Gerbang Masuk Antrian di Blok I Lap. Penumpukan Antrian di Blok J Lap. Penumpukan Antrian di Blok K Lap. Penumpukan Antrian di Blok L Lap. Penumpukan Antrian di Blok M Lap. Penumpukan Antrian di Blok N Lap. Penumpukan Antrian di Blok O Lap. Penumpukan Antrian di Blok P Lap. Penumpukan Antrian di Blok XP Lap. Penumpukan Antrian di Blok XXP Lap. Penumpukan Rata-rata
Eksisting 135 35 41 37 26 16 35 28 28 26 3 37
Skenario 1 106 1 2 1 1 2 1 1 1 1 0 11
Perbedaan -86 -34 -38 -36 -25 -15 -33 -26 -26 -25 -2 -31
% 64% 97% 93% 97% 96% 94% 94% 93% 93% 96% 67% 89%
Dari Tabel IV.4 diketahui bahwa skenario 1 dapat mereduksi antrian truk di gerbang masuk dari 135 truk menjadi 106 truk. Rata-rata antrian yang terjadi di tiap-tiap blok impor Terminal Petikemas Surabaya juga tereduksi, yang semula berkisar antara 27.5 truk terduksi menjadi 1 antrian truk. Skenario 1 mampu mengurangi antrian sebesar 89%.
4
Tabel IV.5 Perbandingan Antrian truk Kondisi Eksisting dengan Skenario 2 Keterangan Antrian di Gerbang Masuk Antrian di Blok I Lap. Penumpukan Antrian di Blok J Lap. Penumpukan Antrian di Blok K Lap. Penumpukan Antrian di Blok L Lap. Penumpukan Antrian di Blok M Lap. Penumpukan Antrian di Blok N Lap. Penumpukan Antrian di Blok O Lap. Penumpukan Antrian di Blok P Lap. Penumpukan Antrian di Blok XP Lap. Penumpukan Antrian di Blok XXP Lap. Penumpukan Rata-rata
Eksisting 135 35 41 37 26 16 35 28 28 26 3 37
Skenario 2 49 1 3 1 1 1 2 2 2 1 1 6
Perbedaan -29 -34 -39 -36 -25 -14 -34 -27 -27 -25 -3 -27
% 21% 97% 95% 97% 96% 88% 97% 96% 96% 96% 100% 89%
Dari Tabel IV.5 Diketahui bahwa skenario 2 dapat mereduksi antrian truk di gerbang masuk dari 135 truk menjadi 49 truk. Rata-rata antrian yang terjadi di tiap-tiap blok impor Terminal Petikemas Surabaya juga tereduksi, yang semula berkisar antara 27.5 truk terduksi menjadi 1 antrian truk. Skenario 2 mampu mengurangi antrian sebesar 89%. Kedua skenario yang dibutuhkan mampu memberikan solusi untuk mengurangi dampak penanganan petikemas impor terhadap antrian truk. Namun apabila ditinjau dari segi truk yang mampu dilayani dan dapat meninggalkan lapangan penumpukan blok impor Terminal Petikemas Surabaya, skenario 2 memberikan hasil output yang lebih baik. Hasil pengaplikasian skenario 2 mampu meningkatkan keluaran output dari rata-rata jumlah truk per lima hari adalah 5156 truk menjadi 5701 truk, dimana terjadi peningkatan truk sebesar 545 truk per lima hari. Sedang skenario 1 hanya mampu memberikan kenaikan sebesar 165 truk per lima hari, dengan output rata-rata per lima hari adalah 5321 truk. Perbandingan output antara kondisi eksisting, skenario 1, dan skenario 2 dapat dilihat pada tabel IV.6 dan tabel IV.7 dibawah ini.
Eksisting (E) 4955 5016 5317 4987 5196 5358 5406 5014 5156.125
Skenario 1 5184 5258 5450 5373 5436 5277 5318 5276 5321.5
E-S1 229 242 133 386 240 -81 -88 262 165.375
% 4% 5% 2% 7% 4% -2% -2% 5% 3%
Tabel IV.6 Perbandingan output antara Keadaan Eksisting dengan Skenario 1
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271)
Eksisting (E) 4955 5016 5317 4987 5196 5358 5406 5014 5156.125
Skenario 2 5625 5652 5703 5819 5703 5721 5620 5768 5701.375
E-S2 670 636 386 832 507 363 214 754 545.25
% 12% 11% 7% 14% 9% 6% 4% 13% 10%
Tabel IV.7 Perbandingan output antara Keadaan Eksisting dengan Skenario 2
V. KESIMPULAN 1. Antrian truk di blok impor Terminal Petikemas Surabaya terjadi di 2 titik, di depan gerbang masuk dan di dalam blok impor Terminal Petikemas Surabaya. Antrian yang terjadi di depan gerbang masuk disebabkan dokumen pelengkap yang dibutuhkan untuk memperoleh Job Order masih berada dalam proses penyelesaian di Bea Cukai. Untuk antrian di dalam blok disebabkan oleh jumlah kesiapan alat yang dapat melayani truk melakukan kegiatan pemuatan petikemas. 2. Skenario 1 yakni penambahan operator dokumen jalur kuning menjadi 10 operator, jalur merah menjadi 10 operator, serta terdapat 10 buah RTG yang siap melayani kegiatan pemuatan petikemas mampu menurunkan antrian truk sebesar 89% dan mampu menaikkan jumlah output sebesar 3%. 3. Skenario 2 yakni pereduksian waktu pelayanan dokumen jalur kuning menjadi 18 jam, jalur merah menjadi 72 jam, serta terdapat 10 buah RTG yang siap melayani kegiatan pemuatan petikemas mampu menurunkan antrian truk sebesar 89% dan mampu menaikkan jumlah output sebesar 10%.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada: Bapak Firmanto Hadi, S.T,.M.Sc. selaku dosen pembimbing, kedua orang tua atas dukungan moril dan materiil, seluruh staff dan karyawan Terminal Petikemas Surabaya atas bantuan data dan observasi. DAFTAR PUSTAKA [1] [2] [3]
Tamin, O. Z. (2003). Perencanaan dan Pemodelan Transportasi Edisi ke 2. Bandung: ITB. Pidd, M. (1992). Computer Simulation in Management Science 3rd Edition. New York: John Wiley & Sons. Sargent, R. G. (2007). Verification and Validation of Simulation Model. Proceedings of the 2007 Winter Simulation Conference, (pp. 124-134). New York.
[4]
5
Industri, T. (2012). Modul Tugas Besar Simulasi Sistem Industri. Surabaya: Teknik Industri ITS.