BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pertumbuhan transportasi laut dengan peti kemas dalam dua dekade
belakangan ini mencapai sekitar 7-9% per tahun dengan perbandingan jenis angkutan laut lain hanya mengalami pertumbuhan sebesar 2% per tahun (Vacca, 2007). Pertumbuhan transportasi laut dengan peti kemas menimbulkan persaingan antar terminal peti kemas dan menjadi tekanan bagi mereka untuk meningkatkan performasinya (Bohrer, 2005). Salah satu cara meningkatkan performasinya ialah dengan melakukan optimasi terminal peti kemas, sedangkan salah satu tolak ukur performasi ialah lamanya waktu kapal berlabuh di dermaga (Kefi dkk, 2007). Lamanya waktu kapal berlabuh dipengaruhi faktor penting yakni penanganan perpindahan muatan, khususnya ialah fasilitas yang digunakan harus dengan efisien dan murah. Waktu berlabuh kapal yang terlalu lama akan berpengaruh kepada biaya yang di keluarkan setiap kapal. Pada Gambar 1.1 dan 1.2 akan menjelaskan struktur umum pada terminal peti kemas dan proses penanganan peti kemas sebagai dasar penjelasan sistem di terminal peti kemas.
Gambar 1.1 Terminal Peti Kemas (Steenken, 2004)
1
2
Gambar 1.2 Proses Bongkar Muat Pada Terminal Peti Kemas(Tang dkk, 2013)
Pada Gambar 1.2 dijelaskan proses yang terjadi pada terminal peti kemas beserta fasilitas pendukungnya. Proses loading ialah pemindahan peti kemas dari truk ke kapal dengan bantuan quay crane (QC), dan sebaliknya untuk discharging. Transportation ialah proses pemindahan peti kemas antara kapal dan storage yard dengan menggunakan truk. Storage ialah pemindahan peti kemas ke truk dari storage yard atau sebaliknya dengan bantuan yard crane. Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS) merupakan salah satu sarana penunjang transportasi laut yang berada di Semarang, Jawa Tengah. TPKS merupakan salah satu dari empat terminal peti kemas terbesar yang bersaing untuk sama-sama memberikan performa terbaik di Indonesia (Nathan Associates Inc., 2012). TPKS merupakan sarana untuk tempat berlabuhnya kapal, kegiatan bongkar muat peti kemas dan menjadi tempat penyimpanan sementara peti kemas. Di Terminal Peti Kemas Semarang terdapat masalah pada proses transportation untuk peristiwa loading seperti yang divisualisasikan pada Gambar 1.2. Masalah tersebut berupa antrian panjang truk di quay crane, namun ada saatnya ketika quay crane kosong, tidak ada proses loading atau discharging sehingga quay crane (QC) mengalami idle yang dalam waktu yang lama. Selain masalah itu, penentuan quay crane yang di tuju oleh truk di TPKS dilakukan hanya dengan mempertimbangkan QC mana yang kosong, truk tidak memiliki satu kapal saja yang dituju membuat operasi muat terkadang berat ke satu kapal saja. Masalah di
3
TPKS ini mengindikasikan bahwa proses muat belum optimal. Kondisi ini sering terjadi dikarenakan aktivitas bongkar muat di TPKS sangatlah tinggi dan cenderung meningkat disetiap periodenya, ditunjukkan oleh Gambar 1.3.
Gambar 1.3 Jumlah Arus Bongkar Muat Tahun 2013 di TPKS (TPKS, 2013)
Masalah yang terdapat pada TPKS dapat diminimalkan dengan melakukan optimalisasi pada sistem tersebut. Menurut Vacca (2010) langkah optimasi yang dilakukan pada terminal peti kemas dibagi menjadi dua yaitu penjadwalan truk dan alokasi tempat penyimpanan peti kemas yang diharapkan mengurangi adanya truk yang bergerak dalam keadaan kosong. Truk yang bergerak dalam keadaan kosong merupakan salah satu penyebab tidak efisiennya proses bongkar muat. Pendapat lain menyatakan optimalisasi proses penanganan peti kemas dengan meminimalkan total jarak perpindahan truk pemindah peti kemas (Vacca, 2011). Hal tersebut dilakukan agar peti kemas tiba tepat waktu di quay crane yang sesuai dengan pertimbangan jarak tempuh dari lokasi peti kemas di storage yard, sehingga tidak ada antrian yang terlalu panjang maupun quay crane terlalu lama menunggu truk. Teori tersebut didukung pula oleh Bohrer (2005) bahwa penjadwalan truk merupakan tool penting untuk optimasi aliran barang di terminal peti kemas.
4
Pada penelitian sebelumnya (Kirana, 2013) yang merupakan acuan untuk penelitian ini telah melakukan optimasi pada TPKS dengan melakukan alokasi tempat penyimpanan peti kemas. Penataan lokasi penyimpanan peti kemas di dukung oleh dengan adanya jadwal tetap kedatangan setiap kapal, jumlah peti kemas, dan lokasi berlabuh yang didasarkan pada ukuran kapal. Penataan lokasi yang optimal telah dilakukan dengan prinsip peti kemas diletakkan pada tempat yang dekat dengan lokasi kapal yang akan mengangkutnya. Penataan lokasi peti kemas di storage yard telah dilakukan sebagai tahapan pertama optimasi di terminal peti kemas maka perlu dilakukan optimasi berikutnya untuk menunjang hasil penentuan lokasi. Tahap optimasi selanjutnya yang dilakukan pada TPKS ialah penjadwalan fasilitas yang memindahkan peti kemas dari storage yard ke kapal. Menurut Kirana (2013), proses loading di TPKS diawali dengan masuknya peti kemas ekspor yang dibawa oleh truk luar TPKS. Kedatangan tiap peti kemas untuk satu kapal terjadi secara acak. Peti kemas yang telah di taruh di storage yard akan diangkut oleh truk dalam (milik TPKS). Ada saatnya truk TPKS berjalan bersamaan menuju kapal untuk loading, namun terjadi kekosongan pada bagian kapal ketika truk-truk itu secara bersamaan menggambil peti kemas di storage yard. Masalah-masalah di TPKS ini mengindikasi operasi muat saat ini tidak optimal, maka masih dimungkinkan melakukan optimasi dengan fasilitas yang ada saat ini di TPKS. Maka penjadwalan fasilitas diharapkan dapat sesuai dengan kebutuhan peti kemas yang akan diangkut dan juga jarak yang telah dioptimasi sebelumnya. Berdasarkan latar belakang diatas, penjadwalan fasilitas ini dirasa perlu dilaksanaan untuk mengoptimasi sistem di TPKS. Penelitian ini diharapkan menjadi sarana evaluasi sistem yang diterapkan serta dapat mengurangi antrian panjang maupun idle time dari QC sehingga proses loading dapat dilakukan dengan lebih cepat.
5
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang ada, penelitian ini akan mengembangkan
model matematika untuk meminimasi antrian truk dan idle crane saat proses loading dengan penjadwalan fasilitas (quay crane, truk, yard crane) yang berada di Terminal Peti Kemas Semarang.
1.3
Asumsi dan Batasan Masalah Batasan masalah pada penelitian ini sebagai berikut: 1. Saat proses pemindahan tidak ada kejadian truk berhenti dan waktu dianggap konstan. 2. Tidak mempertimbangkan kendala cuaca dan penempatan di kapal. 3. Penelitian akan dilakukan di lokasi terminal yang menyimpan peti kemas tertutup sehingga tidak memerlukan perlakuan khusus. 4. Tidak mempertimbangkan adanya truk dari luar TPKS.
1.4
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dengan adanya penelitian ini sebagai berikut: 1. Membangun model untuk penjadwalan quay crane, truk, yard crane peti kemas di CY TPKS. 2. Membandingkan dan mengevaluasi tingkat efisiensi proses penanganan loading peti kemas.
1.5
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan kombinasi optimum
penggunaan fasilitas yang digunakan untuk menghindari terjadinya antrian truk dan idle crane. Dengan kedatangan kapal yang terjadwal dan sudah terdapat lokasi penempatan peti kemas, diharapkan penelitian ini memperoleh waktu operasi yang optimal dari penjadwalan fasilitas sehingga pada tahap selanjutnya dapat berpengaruh kepada biaya yang harus dikeluarkan pada proses penanganan peti kemas di Terminal Peti Kemas Semarang.