JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271
1
Memprediksi Kebutuhan Alat Bongkar Muat dan Truk Melalui Metode Simulasi (Studi Kasus : Terminal Peti Kemas Semarang) Alby Diantono dan Sudiyono Kromodihardjo Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail:
[email protected] Abstrak—Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS) merupakan pelabuhan yang melayani proses bongkar dan muat petikemas di daerah Jawa Tengah dan DIY. Terminal ini hanya melayani proses bongkar muat dalam bentuk petikemas (Container) dan tidak melayani muatan dalam bentuk curah. Arus petikemas yang melalui Terminal Petikemas Semarang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, seperti realisasi pada tahun 2009 tercatat 356,7 ribu Teus, pada 2010 meningkat menjadi 384,9 ribu Teus. Adanya peningkatan arus peti kemas ini berpotensi menimbulkan masalah antrian alat angkut yang terjadi pada setiap container yard. Untuk mengatasi permasalahan yang timbul tersebut maka perlu dicari kebutuhan alat bongkar muat yang optimal. Untuk memprediksi kebutuhan tersebut digunakan metode simulasi. Dengan mengunakan metode simulasi penelitian ini mendapatkan kebutuhan alat bongkar muat dan truk dengan penambahan beban sebesar 115%, 130% dan 150% dari beban arus peti kemas saat ini. Kata Kunci—Tuliskan 4 atau 5 buah kata kunci atau frasa menurut urutan alfabet dipisahkan dengan tanda koma.
I. PENDAHULUAN
T
ERMINAL Peti Kemas Semarang (TPKS) merupakan pelabuhan yang melayani proses bongkar dan muat petikemas di daerah Jawa Tengah dan DIY. Terminal ini hanya melayani proses bongkar muat dalam bentuk petikemas (Container) dan tidak melayani muatan dalam bentuk curah. TPKS memiliki fasilitas penunjang yang memadai, yaitu meliputi dermaga, container yard, serta alat bongkar muat. Saat ini, TPKS dilengkapi dengan peralatan bongkar muat khusus petikemas diantaranya meliputi: Container Crane (CC), Rubber Tyred Gantry (RTG), Reach Stacker (RS), Side Loader (SL), dan Head Truck beserta Chassis. Terminal Petikemas Semarang memiliki 6 unit Fix Spreader dengan luas Container Yard (CY) mencapai 18,7 Hektar serta panjang dermaga TPKS mencapai 495 meter. Setiap Container Yard memilki fungsi tertentu serta terdapat peralatan bongkar muat khusus petikemas dengan jumlah dan jenis yang tidak sama. Realisasi arus petikemas yang melalui TPKS pada tahun 2012 tercatat 286.405 box atau setara dengan 457.055 Teus, meningkat 7,9% dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan realisasi kapal petikemas sebanyak 528 unit, turun 11,5% dibandingkan tahun sebelumnya. Total petikemas import mencapai 137.689 box atau setara 215.942 Teus, meningkat 8,7% dibandingkan tahun sebelumnya. Total petikemas eksport mencapai 148.716 box atau setara dengan 241.113 Teus, meningkat 7,3% dibandingkan tahun sebelumnya.
Dengan meningkatnya arus bongkar dan muat di terminal peti kemas Semarang maka peralatan bongkar muat khusus petikemas sangat berperan penting terhadap waktu bongkar secara keseluruhan di terminal petikemas tersebut. Setiap container yard dan dermaga memiliki jenis peralatan angkat tertentu serta alat angkut antar container yard saling memiliki keterikatan. Setiap aktifitas yang terjadi pada salah satu container yard akan mempengaruhi aktifitas di container yard lainnya. Perumusan masalah yang dapat diambil adalah bagaimana memprediksi kebutuhan alat bongkar muat dalam kaitannya dengan pertumbuhan arus peti kemas yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Tujuan penyusunan penelitian ini adalah untuk membuat rancangan suatu model yang dapat memprediksi kebutuhan alat bongkar muat yang optimal untuk kedepannya di terminal peti kemas Semarang dan mendapatkan opsi terbaik dari jumlah alat bongkar muat yang dapat menjadi solusi dari permasalahan peningkatan arus peti kemas. II. URAIAN PENELITIAN A. Diagram Alir Penelitian Penelitian Tugas Akhir ini akan dilaksanakan dengan mengikuti diagram alir penelitian. Adapun langkah-langkah tersebut dapat dilihat pada gambar 1. START
Studi lapangan, studi literatur, dan identifikasi masalah yang ada
Perumusan Masalah : Bagaimana memprediksi kebutuhan alat bongkar muat dalam kaitannya dengan pertumbuhan arus peti kemas yang terus meningkat dari waktu ke waktu.
Pengumpulan Data: 1. Laporan kegiatan bongkar muat di TPKS. 2. Layout terminal dengan arus proses bongkar muat. 3. Siklus waktu kerja alat bongkar dan muat. 4. Siklus waktu trip truk antar container yard dan dermaga. 5. Fasilitas peralatan bongkar muat. 6. Kapasitas container yard.
Pengolahan Data: 1. Penentuan kapasitas bongkar muat peti kemas ke dan dari dermaga 2. Distribusi waktu penggunaan alat bongkar muat. 3. Distribusi waktu trip truk antar container yard dan dermaga 4. Distribusi jumlah arus peti kemas d container yard
A
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 A
Pembuatan model simulasi awal
NO
2
Model konseptual dari sistem distribusi peti kemas di terminal peti kemas Semarang dapat dilihat pada Gambar 2 sebagai berikut :
Verifikasi model simulasi awal
Validasi model dengan kejadian riil
Model valid ?
YES Running model
Analisa data: 1. Menentukan alternatif jumlah alat angkut dan muat yang paling tepat dimana tidak terjadi antrian pada setiap container yard. 2. Menganalisa alternatif-alternatif lain yang dapat dijadikan solusi dalam mengatasi permasalahan yang ada.
Kesimpulan dan saran
FINISH
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
B. Gambaran Umum Sistem Aktifitas bongkar muat di TPKS (Terminal Peti Kemas Semarang) terdiri dari proses pembongkar-muatan peti kemas dari kapal dengan container crane, pemindahan peti kemas menuju container yard dan proses pembongkar-muatan peti kemas di masing-masing container yard. Penyimpan peti kemas dilakukan dan diatur dalam sebuah container yard. Proses pembongkar-muatan di container yard dilakukan dengan menggunakan rubber tyred gantry crane, reach stracker, dan side loader. Truk digunakan untuk proses pemindahan peti kemas antar container yard dan dermaga. Peti kemas yang sudah di unloading dari kapal langsung dibawa menuju container yard 1, 2 dan 6. Container yard 2 diperuntukan untuk menyimpan peti kemas dengan status dangerous goods, peti kemas dengan ukuran over dimension dan peti kemas kosong. Container yard 6 diperuntukan untuk peti kemas impor jika container yard 1 sedang penuh dan peti kemas ex-relokasi. Peti kemas yang akan diimpor selanjutnya akan dikirim menuju container yard 3 dan 4 untuk melakukan proses pemeriksaan oleh pihak bea cukai. Peti kemas yang sudah melalui proses permerikasaan akan diambil oleh pihak pemilik peti kemas keluar TPKS. Peti kemas dengan status ekspor yang datang dari luar TPKS akan lamgsung menuju container yard 1 dan 2 tanpa melaui container yard 3 dan 4. Seluruh aktifitas pemindahan peti kemas di dalam Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS) dilakukan oleh truk. TPKS memiliki 35 unit head truck dan 37 unit chassis dan dibagi menjadi dua aktifitas. Untuk aktifitas impor dan ekspor menggunakan 30 unit head truck berserta chassis dan aktifitas relokasi dan ex relokasi menggunakan 5 unit head truck berserta chassis. Pada penelitian ini hanya truk yang dimilik TPKS yang akan dimodelkan. Dalam permodelan truk yang ditinjau hanya truk dengan aktifitas relokasi dan ex relokasi.
Gambar 2. Model Konseptual Alur Entiti Peti Kemas di Terminal Peti Kemas Semarang
C. Permodelan Container Yard 1 Pada container yard 1 terdapat tiga aktifitas yang akan diteliti pada penelitian ini. Aktifitas tersebut adalah penerimaan, pengiriman dan relokasi. Pada aktifitas penerimaan dan pengiriman tidak menggunakan truk milik TPKS. Aktifitas relokasi menggunakan truk milik TPKS yang diperuntukan khusus untuk aktifitas relokasi dan exrelokasi. Pada aktifitas relokasi, peti kemas import akan dibawa menuju container 3 dan 4 untuk dilakukan pemeriksaan oleh bea cukai mengunakan truk yang dikhususkan untuk aktifitas relokasi. Aktifitas relokasi dapat berlangsung ketika truk dan rubber tyred gantry sudah tersedia. Ketika truk dan RTG sudah tersedia, peti kemas akan dipindahkan dari yard ke truk menggunakan RTG dengan siklus waktu tertentu. Berbeda dengan aktifitas relokasi, aktifitas penerimaan dan pengiriman hanya bergantung dengan ketersediaan RTG. Jumlah peti kemas setiap aktifitas yang harus dilayani dalam satu hari berdistribusi setiap harinya. Seluruh aktifitas di container yard 1 dilakukan menggunakan satu resource RTG yang akan mendistribusikan ke seluruh aktifitas. Sehingga pada saat semua RTG sedang di gunakan truk akan mengantri melakukan proses bongkar muat menunggu ketersediaan RTG. Antrian ini yang akan di plot dan dianalisa. Model simulasi di atas dapat dimodelkan dengan simulasi extend seperti pada gambar 3.
Gambar 3. Permodelan Container Yard 1
D. Permodelan Container Yard 2 Pada container yard 2 terdapat tiga aktifitas yang akan diteliti pada penelitian ini. Aktifitas tersebut adalah penerimaan, pengiriman dan relokasi. Pada aktifitas penerimaan dan pengiriman tidak menggunakan truk milik TPKS. Aktifitas relokasi menggunakan truk milik TPKS yang diperuntukan khusus untuk aktifitas relokasi dan exrelokasi.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 Pada aktifitas relokasi, peti kemas import akan dibawa menuju container 3 dan 4 untuk dilakukan pemeriksaan oleh bea cukai mengunakan truk yang dikhususkan untuk aktifitas relokasi. Aktifitas relokasi dapat berlangsung ketika truk dan side loader sudah tersedia. Ketika truk dan SL sudah tersedia, peti kemas akan dipindahkan dari yard ke truk menggunakan SL dengan siklus waktu tertentu. Berbeda dengan aktifitas relokasi, aktifitas penerimaan dan pengiriman hanya bergantung dengan ketersediaan SL. Jumlah peti kemas setiap aktifitas yang harus dilayani dalam satu hari berdistribusi setiap harinya. Seluruh aktifitas di container yard 2 dilakukan menggunakan satu resource SL yang akan mendistribusikan ke seluruh aktifitas. Sehingga pada saat semua SL sedang di gunakan truk akan mengantri melakukan proses bongkar muat menunggu ketersediaan SL. Antrian ini yang akan di plot dan dianalisa. Model simulasi di atas dapat dimodelkan dengan simulasi extend seperti pada gambar 4.
Gambar 4. Permodelan Container Yard 2
E. Permodelan Container Yard 6 Berbeda dengan container yard 1 dan 2, pada container yard 6 hanya terdapat dua aktifitas yang akan diteliti pada penelitian ini. Aktifitas tersebut adalah pengiriman dan relokasi. Pada aktifitas pengiriman tidak menggunakan truk milik TPKS. Aktifitas relokasi menggunakan truk milik TPKS yang diperuntukan khusus untuk aktifitas relokasi dan ex-relokasi. Pada aktifitas relokasi, peti kemas import akan dibawa menuju container 3 dan 4 untuk dilakukan pemeriksaan oleh bea cukai mengunakan truk yang dikhususkan untuk aktifitas relokasi. Aktifitas relokasi dapat berlangsung ketika truk dan rubber tyred gantry sudah tersedia. Ketika truk dan RTG sudah tersedia, peti kemas akan dipindahkan dari yard ke truk menggunakan RTG dengan siklus waktu tertentu. Berbeda dengan aktifitas relokasi, aktifitas pengiriman hanya bergantung dengan ketersediaan RTG. Jumlah peti kemas setiap aktifitas yang harus dilayani dalam satu hari berdistribusi setiap harinya. Seluruh aktifitas di container yard 6 dilakukan menggunakan satu resource RTG yang akan mendistribusikan ke seluruh aktifitas. Sehingga pada saat semua RTG sedang di gunakan truk akan mengantri melakukan proses bongkar muat menunggu ketersediaan RTG. Antrian ini yang akan di plot dan dianalisa. Model simulasi di atas dapat dimodelkan dengan simulasi extend seperti pada gambar 5.
Gambar 5. Permodelan Container Yard 6
3
F. Permodelan Container Yard 3 dan 4 Pada container yard 3 dan 4 terdapat empat aktifitas yang akan diteliti pada penelitian ini. Aktifitas tersebut adalah pengiriman dan relokasi dari container yard 1, 2, dan 6. Pada aktifitas pengiriman tidak menggunakan truk milik TPKS. Aktifitas relokasi menggunakan truk milik TPKS yang diperuntukan khusus untuk aktifitas relokasi dan ex-relokasi. Pada aktifitas relokasi, peti kemas import akan dibawa menuju container 3 dan 4 untuk dilakukan pemeriksaan oleh bea cukai mengunakan truk yang dikhususkan untuk aktifitas relokasi. Aktifitas relokasi dapat berlangsung ketika truk dan reach stracker sudah tersedia. Ketika truk dan RS sudah tersedia, peti kemas akan dipindahkan dari yard ke truk menggunakan RS dengan siklus waktu tertentu. Berbeda dengan aktifitas relokasi, aktifitas pengiriman hanya bergantung dengan ketersediaan RS. Jumlah peti kemas setiap aktifitas yang harus dilayani dalam satu hari berdistribusi setiap harinya. Seluruh aktifitas di container yard 3 dan 4 dilakukan menggunakan satu resource RS yang akan mendistribusikan ke seluruh aktifitas. Sehingga pada saat semua RS sedang di gunakan truk akan mengantri melakukan proses bongkar muat menunggu ketersediaan RS. Antrian ini yang akan di plot dan dianalisa. Model simulasi di atas dapat dimodelkan dengan simulasi extend seperti pada gambar 3.
Gambar 6. Permodelan Container Yard 3 dan 4
III. HASIL DAN DISKUSI A. Analisa Grafik Jumlah Peti Kemas Masuk dan Keluar di Setiap Container Yard Parameter yang ditinjau untuk mengetahui performansi sistem adalah jumlah peti kemas yang harus dilayani oleh alat bongkar muat dalam satu hari baik masuk maupun keluar dari container yard. Parameter tersebut dapat dilihat dengan menganalisa grafik yang didapat dari menjalankan simulasi selama satu bulan. Perhitungan jumlah peti kemas dilakukan setiap 20 jam untuk menggambarkan waktu kerja efektif selama 1 hari. Jumlah peti kemas yang harus dilayani untuk aktifitas penerimaan dalam sehari selama satu bulan di container yard 1 ditunjukan gambar 7 sedangkan untuk aktifitas penerimaan dan relokasi ditunjukan gambar 8 Garis sumbu x menunjukan waktu dalam satuan jam dan sumbu y menunjukan jumlah peti kemas. Garis berwarna biru menunjukan jumlah peti kemas yang harus dilayani dalam satu hari untuk aktifitas penerimaan. Garis berwarna merah menunjukan jumlah peti kemas yang harus dilayani dalam satu hari untuk aktifitas pengiriman. Garis berwarna hijau menunjukan jumlah peti kemas yang harus dilayani dalam satu hari untuk aktifitas relokasi.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271
4
Berdasarkan grafik dibawah dapat terlihat bahwa aktifitas penerimaan memiliki jumlah peti kemas paling banyak dan aktifitas relokasi memiliki jumlah peti kemas paling sedikit. Selain itu dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa jumlah peti kemas yang harus dilayani alat bongkar muat tidak konstan setiap harinya. Pada hari Rabu dan Kamis jumlah peti kemas yang harus dilayani paling besar sedangkan hari Minggu menjadi yang terkecil. Ketidakstabilan jumlah pemasukan peti kemas ini akan berdampak pada ketidakstabilan utilisasi peralatan infrastruktur yang ada. Jumlah Peti Kemas
Gambar 9. Grafik Jumlah Peti Kemas yang Tidak Dapat Dilayani Dengan 1 RTG di Container Yard 1 Dengan Beban 100 %
Plotter, Discrete Event
765 701.25 637.5 573.75 510 446.25 382.5 318.75 255 191.25 127.5 63.75 0 0
93.33333
186.6667
280 Jam
373.3333
466.6667
560
Penerimaan
Gambar 7. Grafik Jumlah Peti kemas Masuk Container Yard 1 Jumlah Peti Kemas
Plotter, Discrete Event
278 254.8333 231.6667 208.5 185.3333 162.1667 139 115.8333 92.66667 69.5 46.33333 23.16667 0 0
Gambar 10. Grafik Jumlah Peti Kemas yang Tidak Dapat Dilayani Dengan 3 RTG di Container Yard 1 Dengan Beban 100 %
93.33333 Pengiriman
186.6667
280 Jam
373.3333
466.6667
560
Relokasi
Gambar 8. Grafik Jumlah Peti kemas Keluar Container Yard 1
Gambar 11 merupakan grafik jumlah peti kemas yang tidak dapat dilayani dalam satu hari dengan 5 unit rubber tyred gantry. Dengan menggunakan 5 unit rubber tyred gantry aktifitas penerimaan sudah dapat dilayani. Dapat dilihat garis biru yang menggambarkan aktifitas penerimaan hanya memiliki nilai maksimum sebesar 140 yang terjadi pada jumlah pemasukan maksimum. Akan tetapi pada hari dengan jumlah peti kemas minimum unit rubber tyred gantry akan tidak berkerja sehingga utilitas nya akan kecil. Dengan cara yang sama akan didapatkan kebutuhan alat bongkar muat lainnya di setiap container yard. Jumlah Peti Kemas
Plotter, Discrete Event
275 252.0833 229.1667
B. Kebutuhan Alat Bongkar Muat Untuk Setiap Container Yard Pada beban 100% (kondisi saat ini) akan dicari kebutuhan alat bongkar muat untuk dapat melaksanakan parameter yang telah ditentukan. Dengan menggunakan metode simulasi didapatkan kebutuhan minimlal dari alat bongkar muat untuk kondisi saat ini adalah 5 rubber tyred gantry untuk container yard 1, 1 side loader untuk container yard 2, 1 rubber tyred gantry untuk container yard 6 dan 3 reach stacker untuk container yard 3 dan 4. Jumlah tersebit didapatkan dari analisa grafik hasil simulasi beban peti kemas yang harus diselesaikan dalam satu hari dengan jumlah alat bongkar muat tertentu. Gambar 9 merupakan grafik jumlah peti kemas yang tidak dapat dilayani dalam satu hari dengan 1 unit rubber tyred gantry. Terjadi penurunan jumlah peti kemas yang tidak dapat dilayani pada aktifitas penerimaan dengan 2 unit rubber tyred gantry, penambahan 1 unit dikhususkan untuk melayani aktifitas penerimaan. Penambahan unit rubber tyred gantry berikutnya dikhususkan untuk aktifitas pengiriman dan relokasi sehingga terdapat 2 unit yang dikhusukan untuk melayani aktifitas penerimaan dan relokasi. Dengan 2 unit rubber tyred gantry sudah tidak terdapat peti kemas yang tidak dapat dilayani, dapat dilihat pada Gambar 10.
206.25 183.3333 160.4167 137.5 114.5833 91.66667 68.75 45.83333 22.91667 0 0 Penerimaan
93.33333 Pengiriman
186.6667
280 Jam
373.3333
466.6667
560
Relokasi
Gambar 11. Grafik Jumlah Peti Kemas yang Tidak Dapat Dilayani Dengan 5 RTG di Container Yard 1 Dengan Beban 100 %
C. Kebutuhan Truk Untuk Aktifitas Relokasi Simulasi ini akan mencari kebutuhan truk untuk melayani aktifitas relokasi di masing-masing rute hingga mampu melayani seluruh peti kemas di semua lapangan peti kemas. Gambar 12 menunjukan jumlah peti kemas yang tidak dapat terlayani jika hanya terdapat 3 buah truk untuk melayani seluruh rute. Garis biru menggambarkan aktifitas relokasi pada container yard 1 masih terdapat akumulasi peti kemas yang tidak dapat dilayani pada setiap harinya. Seluruh peti kemas di container yard 2 dan 6 sudah dapat dilayani seluruhnya. Dengan menambah 1 unit truk, jumlah peti kemas yang tidak dapat dilayani hampir tidak ada. Penumpukan hanya terjadi pada hari-hari dengan jumlah peti kemas maksimum. Penumpukan ini dapat dihilangkan dengan menambah kembali 1 unit truk. Sehingga dengan 5
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 unit truk seluruh aktifitas relokasi dapat dilayani tanpa adanya penumpukan peti kemas, Gambar 13. Jumlah Peti Kemas
Plotter, Discrete Event
426 372.75
5
dengan jumlah 3 unit reach stacker. Dengan cara yang sama akan didapatkan kebutuhan alat bongkar muat lainnya di setiap container yard dengan beban jumlah peti kemas yang harus dilayani dalam satu hari sebesar 115%, 130% dan 150% dari keadaan saat ini.
319.5 Jumlah Peti Kemas
266.25
243
213
212.625
159.75
182.25
106.5
151.875
Plotter, Discrete Event
121.5
53.25
91.125
0 0 Relokasi CY 1
93.33333
186.6667
Relokasi CY2
280 Jam Relokasi CY 6
373.3333
466.6667
560 60.75 30.375
Gambar 12. Grafik Jumlah Peti kemas yang Tidak Dapat Dilayani Dengan Menggunakan 3 unit truk Dengan Beban 100 %
0 0 Relokasi CY1
Jumlah Peti Kemas
186.6667
Relokasi CY 2
280 Jam Relokasi CY6
373.3333
466.6667
560
Pengiriman
Gambar 15. Grafik Jumlah Peti kemas yang Tidak Dapat Dilayani Dengan Menggunakan 2 unit reach stracker Dengan Beban 115 %
Plotter, Discrete Event
170
93.33333
148.75 127.5 106.25 85 63.75 42.5 21.25 0 0 Relokasi CY1
93.33333
186.6667
Relokasi CY 2
280 Jam Relokasi CY6
373.3333
466.6667
560
Gambar 13. Grafik Jumlah Peti kemas yang Tidak Dapat Dilayani Dengan Menggunakan 5 unit truk Dengan Beban 100 %
D. Simulasi Kebutuhan Alat Bongkar Muat Dengan Peningkatan Jumlah Peti Kemas Dengan jumlah peti kemas yang masuk maupun keluar saat ini, container yard 1 membutuhkan minimal 5 unit rubber tyred gantry untuk dapat melayani seluruh peti kemas. Untuk mengaantisipasi peningkatan arus peti kemas di terminal peti kemas Semarang perlu diketahui kebutuhan alat bongkar muat jika terjadi peningkatan beban. Dari hasil simulasi didapat bahwa dengan 5 unit rubber tyred gantry pada container yard 1 sudah tidak dapat melayani peningkatan beban sebesar 115% dari beban awal. Hal ini dapat dilihat pada gambar 14. Untuk beban hingga 115% dapat dilayani dengan jumlah 7 unit rubber tyred gantry. Untuk container yard 2 dan 6 dengan peningkatan beban sebesar 115% masih dapat dilayani tanpa penambahan alat bongkar muat.
E. Kebutuhan Truk Relokasi Dengan Peningkatan Jumlah Peti kemas Simulasi ini akan mencari kebutuhan truk untuk melayani aktifitas relokasi di masing-masing rute hingga mampu melayani seluruh peti kemas di semua container yard pada penambahan beban tertentu. Dengan menggunakan 5 unit truk sudah tidak dapat melayani proses relokasi dengan beban 130% dari jumlah saat ini. Saat beban telah melebihi 130% terjadi penumpukan peti kemas yang tidak dapat dilayani. Gambar 16 menunjukan jumlah peti kemas yang tidak dapat terlayani jika beban sudah 130%. Garis biru menggambarkan atifitas relokasi pada container yard 1 sudah terdapat akumulasi peti kemas yang tidak dapat dilayani. Dengan penambahan 1 unit truk menjadi 6 unit maka kapasitas truk akan naik hingga dapat melayani beban 175% dari keadaan sekarang. Jumlah Peti Kemas
Plotter, Discrete Event
1070 936.25 802.5 668.75 535 401.25 267.5 133.75 0 0 Relokasi CY 1
93.33333
186.6667
Relokasi CY2
280 Jam Relokasi CY 6
373.3333
466.6667
560
Gambar 16. Grafik Jumlah Peti kemas yang Tidak Dapat Dilayani Dengan Menggunakan 5 unit truk Dengan Beban 130 %
Jumlah Peti Kemas
Plotter, Discrete Event
164 143,5 123 102,5 82
Gambar 14. Grafik Jumlah Peti kemas yang Tidak Dapat Dilayani Dengan Menggunakan 5 unit RTG Dengan Beban 115 %
61,5 41 20,5
Dengan jumlah peti kemas yang masuk maupun keluar saat ini, container yard 3 dan 4 membutuhkan minimal 2 reach stracke untuk dapat melayani seluruh peti kemas. Dari hasil simulasi didapat bahwa dengan 2 unit reach stacker pada container yard 1 sudah tidak dapat melayani peningkatan beban sebesar 115% dari beban awal. Hal ini dapat dilihat pada gambar 15. Untuk beban hingga 115% dapat dilayani
0 0 Relokasi CY 1
93,33333
186,6667
Relokasi CY 2
280 Jam Relokasi CY 6
373,3333
466,6667
560
Gambar 17. Grafik Jumlah Peti kemas yang Tidak Dapat Dilayani Dengan Menggunakan 5 unit truk Dengan Beban 130 %
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 IV. KESIMPULAN/RINGKASAN Berdasarkan penelitian ini, didapatkan beberapa kesimpulan yang dapat diambil, yaitu sebagai berikut : 1. Kebutuhan alat bongkar muat untuk saat ini (dengan beban 100 %) adalah 5 rubber tyred gantry untuk container yard 1, 1 side loader untuk container yard 2, 1 rubber tyred gantry untuk container yard 6 dan 3 reach stacker untuk container yard 3 dan 4. 2. Kebutuhan alat bongkar muat dengan peningkatan beban sebagai berikut : CY CY 1 CY 2 CY 3 dan 4 CY 6 Truk
Peningkatan Beban 115 % 130 % 150 % 7 unit 8 unit 9 unit 1 unit 1 unit 1 unit 3 unit
4 unit
5 unit
1 unit 5 unit
1 unit 6 unit
1 unit 6 unit
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis, AD mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda serta ibunda tercinta Ir. H. Beny Josep Emanto, Msc dan Hj. Yane Susanti yang selalu membimbing dan menasehati, dan kesabaran yang diberikan selama ini. Serta kakak dan adik saya tercinta untuk dukungannya. Ir. Sudiyono kromodihardjo Msc. PhD selaku dosen pembimbing penelitian ini yang telah memberikan arahan dan petunjuk berharga mengenai penulisan penelitian. Yuriko Kusumawati, yang selalu memberikan semangat dan motivasi serta menemani saya dalam meyelesaikan penelitian ini. Teman – teman M51 yang selalu mendukung saya kapan pun dimanapun saya membutuhkannya. DAFTAR PUSTAKA [1] [2] [3]
[4]
[5] [6] [7] [8]
Chuanyu Chen (2006) “Simulation and Optimization of Container Yard Operations: A survey”, Singapore. Siswadi (2005) “KajianKinerja Peralatan Bongkar Muat Peti Kemas di Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS)”, Semarang Sabila Fatimah (2012) “Meningkatkan Kinerja Pelayanan Bongkar Muat Dengan Penambahan Kapasitas Dermaga Melalui Metode Simulasi (Studi Kasus PT Berlian Jasa Terminal Indonesia)” Surabaya. Eelco van Asperen, Rommert Dekker, Mark Polman, dan Henk De Swaan Arons. 2003. ”Modeling Ship Arrival in Ports”. Procedings of the 2003 Winter Simulation Conference. Arifin, Mifahol, 2008, “Simulasi Sistem Industri”, Graha Ilmu, Yogyakarta. Khoshnevis, Behrokin, 1999, “Discrete System Simulation”, McGrawHill,Inc. New York. Sargent, R. G. 1998. “Verification and Validation of Simulation Models”. Proceedings of the 1998 Winter Simulation Conference. Law, Averill.M, and W.D Kelton. 2000. “Simulation Modeling and Analysis”. Cincinnati. Department of Quantitative Analysis and Operation Management. University of Cincinnati
6