Studi Mengenai Implementasi Kebijakan Program Layanan Referensi di Perpustakaan Universitas Surabaya Merista Trisnanti Departemen Ilmu Informasi dan Perpustakaan Universitas Airlangga
Abstrak Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimanakah implementasi kebijakan program yang ada pada layanan referensi dilihat dari perpektif pengguna di perpustakaan Universitas Surabaya. Adapun teori yang digunakan di dalam penelitian ini adalah teori Implementasi yang dikembangkan oleh Merilee S. Grindle (1980) yang menyebutkan bahwa keberhasilan implementasi ditentukan oleh derajat implementability dari kebijakan tersebut. Selanjutnya dilakukan analisis mengenai pengimplementasian dari setiap program yang ada. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kuantitatif deskriptif dengan menggunakan sampel mahasiswa pengguna layanan referensi perpustakaan Universitas Surabaya berjumlah 55 responden. Kata Kunci
: Implementasi Kebijakan, Perpustakaan, Layanan Referensi
Abstract The purpose of this research is to determine how the policies implementation program in the reference service to be seen from the perspective of users in the library of Surabaya University. The theory that used in this study is the implementation theory that developed by Merilee S. Grindle (1980) which states that successful implementation was determined by the degree of implementability of these policies. And then performed an analysis about the implementation of the programs that owned by the reference service. This study used quantitative descriptive type of research and the sample is the users of library reference service of Surabaya University amount 55 respondents. Keywords: Policy Implementation, Libraries, Reference Services Pendahuluan Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan manusia di segala aspek dan semakin beraneka ragamnya informasi, jumlah informasi yang ada semakin kompleks. Informasi tersebut berkembang dalam bentuk yang berbeda-beda dan tak terhingga jumlah dan jenisnya. Oleh karena itu keberadaan sebuah lembaga pengelola informasi sangat diperlukan. Ada bermacam-macam bentuk lembaga pengelola informasi sesuai dengan informasi yang dikelola dan pengguna dari informasi tersebut. Salah satu dari lembaga pengelola informasi tersebut yaitu perpustakaan. Menurut Undang-undang Perpustakaan (UU nomor 43 tahun 2007) disebutkan bahwa perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan / atau karya rekam secara professional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka. Sedangkan menurut Sutarno 1
(2006 : 3), perpustakaan merupakan hasil budaya dan catatan (record) perjalanan sejarah umat manusia. Sementara itu segala sesuatu yang terjadi sekarang dapat direkam dan dibukukan untuk disimpan, dilestarikan, dan diabadikan di perpustakaan kemudian dimanfaatkan bersama-sama bagi kehidupan seluruh umat manusia. Perpustaaan merupakan sebuah agen dari kebudayaan dan agen perubahan. Oleh karena itu, sudah seharusnya keberadaan perpustakaan merupakan hal yang sangat penting. Perpustakaan perguruan tinggi memiliki fungsi seperti yang telah dijabarkan dalam Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Undang-udang 43 tahun 2007 (disingkat RPP). Pada RPP dinyatakan bahwa perpustakaan perguruan tinggi berfungsi sebagai sumber belajar, penelitian, deposit internal, pelestarian, dan pusat jejaring bagi civitas akademika di lingkungan perguruan tinggi. Berdasarkan dari pernyataan tersebut, layanan referensi sebagai sumber rujukan, tentu memiliki peranan yang sangat penting dalam memenuhi fungsi dari keberadaan sebuah perpustakaan perguruan tinggi. Sebuah perpustakaan yang telah berdiri, apalagi berada dibawah naungan sebuah institusi perguruan tinggi mempunyai banyak kegiatan yang dilaksanakan pada operasional kesehariannya. Perpustakaan perguruan tinggi memiliki beragam layanan untuk penggunanya. Salah satu dari jenis layanan yang disediakan oleh perpustakaan yaitu layanan referensi. Definisi layanan referensi menurut Sitter (2007: 9) yaitu sebuah layanan yang dimiliki oleh sebuah perpustakaan untuk meningkatkan pelayanan dalam membantu pengguna dalam memanfaatkan sumber daya perpustakaan dengan baik untuk menemukan informasi dengan cepat dan efisien melalui sumber internal dan eksternal yang dimiliki oleh perpustakaan. Istilah “reference” yang terdapat dalam kamus Inggris – Indonesia memiliki arti buku ilmu pengetahuan yang tidak dibaca seluruhnya, melainkan dipakai untuk mencari keterangan saja. Referens dapat pula berarti penunjukan atau melihat sesuatu sebagai sumber untuk mendapatkan keterangan, informasi, dan sebagainya. Koleksi-koleksi referensi dapat berisi uraian singkat atau penunjukan nama dari bahan bacaan tertentu. Pada layanan referensi, terdapat koleksi-koleksi referensi. Koleksi referensi merupakan kumpulan bahan pustaka yang ditulis untuk mencari suatu informasi tertentu, tidak untuk dibaca secara keseluruhan. Layanan referensi sebagai sebuah layanan yang menjadi tempat rujukan bagi kalangan akademis dalam melakukan penelitian tentu saja keberadaannya memiliki peranan yang sangat penting. Saat ini, dalam perkembangannya layanan referensi kurang diminati oleh pengguna perpustakaan. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Vitalia T. F. Tambunan, 2010 yang meneliti mengenai persepsi mahasiswa terhadap layanan referensi perpustakaan kampus B Universitas Airlangga. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kebanyakan responden mengetahui adanya layanan membaca, sedangkan layanan-layanan yang lain masih kurang diketahui. Hal ini tentu mencerminkan bahwa layanan pada koleksi referensi masih kurang dikenal padahal pada layanan referensi terdapat koleksi referensi yang menjadi sumber rujukan penting bagi pengguna perpustakaan. Berdasarkan pada hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis, kebanyakan mahasiswa lebih memilih untuk mengerjakan tugas di di ruang wifi perpustakaan dari pada mengerjakan tugas di ruang layanan referensi yang berisi buku-buku rujukan yang tentu saja dapat membantu mahasiswa dalam mendapatkan informasi yang akurat. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran mahasiswa akan penggunaan layanan referensi dan penelusuran informasi yang akurat masih sangat minim. Selain itu, dengan semakin berkembangnya layanan informasi, layanan referensi akan menghadapi kendala seperti semakin jarangnya penggunaan layanan referensi yang ada pada perpustakaan. Seperti yang terjadi pada perpustakaan Universitas Surabaya sendiri, menurut 2
wawancara terhadap pengelola perpustakaan, perpustakaan khususnya pada layanan referensi lebih mengutamakan pada pelayanan mengenai koleksi digital, jurnal, maupun layanan lain yang dilayankan oleh layanan referensi pada perpustakaan Universitas Surabaya. Selain itu, layanan referensi yang ada memiliki program pelayanan penelusuran informasi yang berjalan dengan baik. Layanan penelusuran informasi yang ada dilayankan tidak hanya untuk mahasiswa Universitas Surabaya saja, namun juga untuk mahasiswa dari luar Universitas Surabaya. Hal inilah yang menarik peneliti untuk melakukan penelitian di layanan referensi Perpustakaan Universitas Surabaya. Di dalam kegiatan layanan referensi pada sebuah perpustakaan terdapat kaitan erat antara program yang ada dengan perkembangan dari layanan referensi itu sendiri. Adanya implementasi program layanan referensi yang baik diharapkan dapat membawa dampak positif terhadap citra dan kinerja dari terselenggaranya layanan referensi. Hal ini karena jika sebuah program telah memberikan manfaat dan dapat dirasakan oleh pengguna, maka hal ini mengindikasikan bahwa implementasi dari program tersebut adalah baik. Sedangkan apabila sebuah program belum memberikan manfaat dan belum dapat dirasakan oleh pengguna, maka hal ini mengindikasikan bahwa implementasi dari program tersebut belum berjalan dengan baik dan kurang ideal untuk diterapkan pada perpustakaan. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk ingin mengetahui lebih mendalam bagaimanakah implementasi program layanan referensi di perpustakaan Universitas Surabaya menurut pengguna layanan referensi. Peneliti memilih untuk melakukan penelitian pada perpustakaan Universitas Surabaya dengan asumsi bahwa perpustakaan Universitas Surabaya memiliki perpustakaan yang memiliki layanan referensi yang baik dan memiliki pengguna perpustakaan dengan tingkatan akademis yang baik. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimanakah implementasi kebijakan program layanan referensi di Perpustakaan Universitas Surabaya? Tinjauan Pustaka Konsep Kebijakan Menurut Carl Friederich dalam Agustino (2008 : 7) definisi dari kebijakan adalah serangkaian tindakan / kegiatan yang diusulkan oleh seseorang kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat kesulitan dan hambatan dan kemungkinan dimana sebuah kebijakan diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Dalam bahasa sederhana studi kebijakan digunakan sebagai alas untuk menerapkan pengetahuan ilmiah dalam rangka memecahkan atau menyelesaikan masalah sehari-hari. Kebijakan harus menunjukkan apa yang sesungguhnya dikerjakan daripada apa yang diusulkan dalam beberapa kegiatan pada suatu masalah. Implementasi Kebijakan Menurut Merilee S. Grindle dalam Subarsono (2006 : 93), keberhasilan implementasi dipengaruhi oleh dua variable besar, yakni isi kebijakan (content of policy) dan lingkungan implementasi (context of implementation). Variabel isi dari kebijakan ini mencakup :
3
(1) Kepentingan kelompok sasaran. Kepentingan yang terpengaruhi oleh kebijakan menyangkut sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau target groups termuat dalam isi kebijakan. Kepentingan tersebut berkaitan dengan berbagai kepentingan yang memiliki pengaruh terhadap suatu implementasi kebijakan. Indikator ini memiliki argumen bahwa dalam pelaksanaan sebuah kebijakan pasti melibatkan banyak kepentingan, dan sejauh mana pengaruh yang dibawa oleh kepentingan-kepentingan tersebut terhadap implementasinya. (2) Tipe manfaat, yaitu jenis manfaat yang diterima oleh target group. Dalam konten kebijakan, manfaat kebijakan berupaya untuk menunjukkan dan menjelaskan bahwa di dalam sebuah kebijakan harus terdapat beberapa jenis manfaat yang memuat dan menghasilkan dampak positif oleh pengimplementasian kebijakan yang akan dilaksanakan. (3) Derajat perubahan yang diinginkan, yaitu sejauhmana perubahan yang diinginkan dari adanya sebuah kebijakan. Derajat perubahan yang ingin dicapai menunjukkan seberapa besar perubahan yang hendak atau ingin dicapai melalui adanya sebuah implementasi kebijakan harus memiliki skala yang jelas. (4) Letak pengambilan keputusan. Apakah letak sebuah program sudah tepat atau belum. Pengambilan sebuah keputusan di dalam sebuah kebijakan memegang peranan penting dalam pelaksanaan sebuah kebijakan, oleh karena itu pada bagian ini harus dijelaskan dimana letak pegambilan keputusan dari suatu kebijakan yang akan diimplementasikan. (5) Pelaksanaan program. Maksudnya apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan rinci. Dalam melaksanakan suatu kebijakan atau program harus didukung dengan adanya pelaksana kebijakan yang memiliki kompetensi dan capable demi keberhasilan suatu kebijakan. (6) Sumberdaya yang dilibatkan, apakah sebuah program didukung dengan sumberdaya yang memadai. Pelaksanaan suatu kebijakan juga harus didukung dengan sumberdaya yang memadai dengan tujuan agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik. Sedangkan variabel lingkungan kebijakan meliputi : (1) Seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan. Dalam sebuah kebijakan perlu untuk diperhitungkan mengenai kekuatan atau kekuasaan, kepentingan, serta strategi yang digunakan oleh para aktor yang terlibat guna melancarkan pelaksanaan suatu implementasi kebijakan. (2) Karakteristik lembaga dan penguasa, bagaimanakah keberadaan institusi dan rezim yang sedang berkuasa. Lingkungan dimana suatu kebijakan tersebut dilaksanakan juga memiliki pengaruh terhadap keberhasilannya, maka pada bagian ini dijelaskan bagaimana karakteristik dari suatu lembaga yang akan turut mempengaruhi suatu kebijakan. (3) Tingkat kepatuhan dan daya tanggap (responsifitas) kelompok sasaran. Kepatuhan dan respon dari para pelaksana juga dirasa menjadi sebuah aspek penting dalam proses pelaksanaan suatu kebijakan, maka yang hendak dijelaskan pada poin ini 4
adalah sejauhmanakah kepatuhan dan respon dari pelaksana dalam menanggapi suatu kebijakan. Dalam sebuah proses implementasi kebijakan yang dinilai adalah desain program aksi untuk mempengaruhi aktifitas implementasi yang nantinya dapat menghasilkan dampak bagi masyarakat atau individu serta daya per bahan yang diinginkan sehingga dari desain dan aksi program dirumuskan untuk dilaksanakan hingga tercapainya suatu tujuan dari sebuah proses implementasi. Konten dari implementasi sendiri berisi tentang kepentingan yang terpengaruh, tipe manfaat, perubahan yang diinginkan, program implementasi, dan sumber daya yang dikerahkan. Sementara untuk konteks implementasi ialah mengenai kekuatan, strategi dan aktor yang terlibat, karakteristik rezim dan institusi serta daya kepatuhan dalam pelaksanaan implementasi. Berdasarkan pada teori implementasi Merilee S. Grindle diatas menjadi dasar pemikiran yang akan digunakan dalam penelitian ini. Peneliti akan melihat bagaimana kebijakan program yang ada akan dalam penerapannya pada kegiatan layanan referensi sehari-hari, bagaimana keberadaan kebijakan program tersebut dan manfaat yang didapatkan oleh pengguna. Dari beberapa aspek tersebut, peneliti menggunakan aspek derajat perubahan yang diinginkan, letak pengambilan keputusan, pelaksanaan program, dan tingkat kepatuhan dan daya tanggap. Layanan Referensi Donald Davinson, dalam bukunya : “Reference Service” (1980, p. 11) yang mengatakan : “Layanan referensi dan informasi adalah aktivitas yang dilakukan oleh para pustakawan dan staf dari perpustakaan-perpustakaan referensi, dengan menggunakan koleksi buku-buku dan bahan-bahan pustaka lainnya yang mereka miliki untuk keperluan / tujuan yang berbeda daripada koleksi bahan-bahan yang disediakan untuk bacaan di rumah atau pemakaian di luar perpustakaan.” Perlu diketahui bahwa arti perpustakaan referensi dalam hal ini merupakan konotasi Inggris untuk unit / bagian (koleksi) referensi suatu perpustakaan. Selain itu menurut Katz (2002 : 15), dalam melaksanakan kegiatannya, layanan referensi pada sebuah perpustakaan yang baik memiliki pedoman dan kode etik. Kode etik mengarah pada set pedoman evaluasi referensi pustakawan dan layanan mereka berikutnya. Dalam rangka untuk memastikan "kita secara kolektif berhasil" dalam proses referensi yang sangat kompleks, "Pedoman Perilaku "mendesak pustakawan: (1) Mudahlah untuk dekat dengan pengguna. Respon verbal dan non-verbal awal pustakawan akan mempengaruhi kedalaman dan tingkat interaksi antara pustakawan dan pengguna. (2) Tampilkan ketertarikan. Seorang pustakawan yang sukses harus menunjukkan ketertarikan yang tinggi dalam transaksi referensi. (3) Melakukan wawancara referensi. Disini, atribut perilaku yang mengarah pada sebuah wawancara yang baik dicatat serta metode mengklarifikasi pertanyaan pengguna. (4) Melakukan pencarian. Perilaku untuk membantu dalam pencarian dicatat, karena tanpa pencarian yang efektif, informasi yang akurat tidak mungkin ditemukan. (5) Tindak lanjut. Kegiatan pelayanan referensi tidak berakhir ketika para pustakawan berjalan pergi dari pengguna. Pustakawan bertanggung jawab untuk menentukan apakah pengguna puas dengan hasil pencarian yang telah dilakukan. Faktor – faktor yang Berpengaruh atas Layanan Referensi
5
Kemampuan dalam memberikan pelayanan referensi pada suatu perpustakaan perguruan tinggi atau lembaga pendidikan bergantung terutama pada beberapa faktor (Soejono, 1985). Faktor-faktor tersebut adalah : a. Latar belakang pengetahuan pustakawan referensi Seorang pustakawan pasti tidak akan mampu untuk memenuhi permintaanpermintaan informasi yang beragam dari pada pengguna, terutama pada perguruan tinggi yang menjadi tempat kalangan akademis dalam mencari data dan informasi, apabila tingkat pengetahuan / pendidikan yang dimilikinya masih kurang memadai. Memiliki pengetahuan umum yang cukup meluas (generalist) dan ditambah penguasaannya dalam salah satu bidang studi (subject specialist) akan banyak membantu pustakawan referensi tersebut dalam memberikan pelayanan kepada pengguna. Selain itu, kemampuan pustakawan referensi dalam berkomunikasi serta etika dalam melayani pengguna juga akan sangat menentukan sukses dan tidaknya layanan referensi. b. Kebijakan dari Kepala dan Panitia Perpustakaan Kebijakan dari kepala dan panitia perpustakaan akan sangat berpengaruh dalam pembinaan dan pengembangan layanan referensi suatu perpustakaan. Kebijakan – kebijakan tersebut menyangkut : (1)
Staffing unit / bagan pelayanan referensi;
(2)
Pengadaan dan pengembangan koleksi bahan – bahan perpustakaan (terutama buku-buku referensi);
(3)
Organisasi dan koordinasi unit-unit layanan referensi dalam seluruh sistem perguruan tinggi yang bersangkutan;
(4)
Pembinaan dan pengembangan fasilitas pendukung bagi layanan referensi;
(5)
Peraturan-peraturan yang digariskan dalam pemberian pelayanan referensi kepada pengguna.
c. Organisasi Struktural dari Lembaga Pendidikan yang menjadi penaung perpustakaan yang bersangkutan Dalam menyusun sebuah kebijakan dan program kerja sistem perpustakaan yang bersangkutan perlu adanya consensus antara pustakawan, panitia perpustakaan (bila ada), dan pimpinan perguruan tinggi yang bersangkutan. Metode dan Prosedur penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif. Penelitian ini juga menekankan pada pengujian penerapan kebijakan program serta kondisi di lapangan mengenai kebijakan program pada layanan referensi. Peneliti ingin menggambarkan mengenai implementasi kebijakan program layanan referensi di Perpustakaan Universitas Surabaya dilihat dari pengguna. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah pengguna layanan referensi pada perpustakaan Universitas Surabaya. Untuk mendapatkan deskripsi mengenai implementasi kebijakan program layanan referensi di Perpustakaan Universitas Surabaya populasi yang dijadikan sasaran oleh peneliti adalah seluruh mahasiswa yang menggunakan layanan 6
referensi. Karena jumlah populasi penelitian ini tidak terdeteksi jumlahnya, maka penulis mengambil sampel menggunakan teknik accidental sampling, yaitu teknik sampling yang menggunakan responden yang kebetulan ada atau tersedia (Notoatmodjo, 2005). Selain itu peneliti juga mengambil sampel dengan menggunakan kriteria tertentu. Mahasiswa yang dipilih untuk menjadi sampel penelitian merupakan mahasiswa yang telah menggunakan layanan referenisi minimal 2 kali dengan kunjungan secara langsung pada layanan referensi dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini tidak menggunakan aturan tertentu dikarenakan jumlah populasi tidak dapat diketahui jumlah pastinya dan tidak ada data pendukung yang ada, maka, peneliti menggunakan 55 responden dari data yang didapat karena peneliti mendapatkan responden sejumlah 55 orang selama waktu penelitian / terjun lapangan yang dilakukan oleh peneliti selama 1 bulan dan juga berkaitan dengan keterbatasan waktu yang dimiliki. Analisa dan Temuan Data Kebijakan Program Layanan Referensi Derajat perubahan yang diinginkan Dalam poin kebijakan yang menempatkan layanan referensi menjadi satu dengan layanan koleksi tugas akhir responden menjawab bahwa kebijakan tersebut memudahkan mereka karena responden seringkali membutuhkan kedua layanan tersebut secara bersamaan saat mengerjakan tugas. Namun sebagian kecil responden atau sekitar 16,4% juga ada yang menjawab bahwa layanan referensi yang ditempatkan menjadi satu dengan layanan koleksi tugas akhir sedikit menghambat karena pelayanan petugas menjadi kurang maksimal. Sebagian kecil responden merasa bahwa ruangan yang menjadi satu kurang memberikan kemudahan bagi mereka. Hal ini juga sesuai dengan aspek fungsional dari sebuah perpustakaan yang dikemukakan oleh Andrew McDonald dalam Vika Riesmaya (2012) bahwa ruangan yang baik harus memperhatikan aspek fungsional. Sebuah ruang dikatakan fungsional jika ruangan tersebut dapat memberikan kemudahan bagi pengunjung dan pegawai dalam memenuhi tujuan serta kebutuhannya dan mendukung kinerja perpustakaan dalam memberikan layanan informasi yang maksimal. Selanjutnya mengenai kebijakan dimana petugas layanan referensi yang merangkap sebagai petugas layanan tugas akhir, 67,3% responden merasa kebijakan tersebut memberikan kemudahan bagi mereka pada saat membutuhkan bantuan petugas ketika mengakses layanan referensi karena petugas dapat menguasai kedua layanan dengan baik. Namun dari hasil data yang didapatkan peneliti juga terdapat 21,8% responden yang merasa kebijakan tersebut sedikit memberikan hambatan saat membutuhkan bantuan petugas ketika mengakses layanan referensi karena petugas menjadi kurang fokus. Mengenai layanan referensi perpustakaan Universitas Surabaya yang sudah tidak melakukan pengadaan koleksi cetak untuk koleksi selain yang bersubjek farmasi. Adanya kebijakan ini menurut lebih dari setengah dari total responden menyatakan bahwa kebijakan ini tidak memberikan efek apapun kepada mereka dikarenakan koleksi yang ada sudah cukup lengkap. Hal ini juga seperti pengamatan dan observasi yang dilakukan oleh peneliti selama melakukan penelitian karena meskipun layanan referensi sudah tidak melakukan pengadaan untuk koleksi cetak selain yang bersubjek farmasi, koleksi lain juga tetap terdapat pembaruan namun dalam bentuk koleksi yang non cetak. Hal ini juga untuk menekan angka ketidakterpakaian koleksi dikarenakan koleksi referensi juga dalam penggunaannya tidak digunakan dan dibaca secara keseluruhan oleh pengguna layanan referensi, namun hanya 7
digunakan sebagian saja sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pengguna, misalnya seperti penggunaan kamus dan ensiklopedi. Selain itu, menurut wawancara yang dilakukan peneliti kepada petugas layanan referensi, kebanyakan yang menggunakan koleksi cetak layanan referensi adalah mahasiswa jurusan farmasi. Sehingga menurut petugas kebijakan ini dibuat karena untuk disesuaikan dengan keadaan pengguna yang dilayani. Perpustakaan juga menerapkan sistem penggantian petugas / rotasi petugas pada perpustakaan Universitas Surabaya, termasuk juga pada layanan referensi. Sebanyak 60,0% responden menjawab bahwa dilaksanakannya penggantian petugas / rotasi petugas pada layanan referensi memudahkan mereka karena bergantinya petugas membuat responden tidak bosan atau malu saat meminta bantuan. Menurut hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada petugas layanan referensi, pimpinan perpustakaan menerapkan kebijakan rotasi petugas dengan tujuan agar petugas tidak jenuh dalam melakukan pekerjaan mereka. Dalam sehari petugas bekerja sesuai dengan shift yang telah dibagikan sesuai dengan jadwal. Namun petugas yang menguasai layanan referensi dan melakukan pelayanan referensi secara online sudah ditetapkan secara tetap. Adanya website sedikit banyak memberikan pengaruh dan perubahan bagi pelayanan referensi. Sebanyak 72,7% responden merasa dengan adanya website perpustakaan memudahkan mereka saat ingin meminta bantuan penelusuran e-journal, e-book atau berkonsultasi online dengan petugas layanan referensi. Website perpustakaan memang berisi tidak hanya layanan referensi saja, namun juga layanan perpustakaan yang lainnya. Namun juga melalui website perpustakaan dapat diketahui oleh pengguna mengenai mengakses layanan referensi melalui website. Di dalam website perpustakaan terdapat berbagai cara untuk mengakses layanan referensi, misalnya melalui sosial media yang nantinya dapat menjadi alat untuk pengguna dalam melakukan interaksi dengan petugas layanan referensi dan juga dalam mengakses layanan koleksi referensi dalam bentuk koleksi non cetak. Adanya layanan penelusuran e journal / e book menurut jawaban paling dominan dari responden menyatakan bahwa layanan ini memberikan kemudahan karena bisa mendapatkan informasi dengan lebih cepat dan sesuai dengan yang diinginkan. Kebijakan pelayanan penelusuran e journal / e book ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa dalam mendapatkan informasi. E journal / e book yang dapat ditelusurkan oleh layanan referensi Perpustakaan Universitas Surabaya bukan hanya untuk e journal / e book yang dilanggan perpustakaan saja, namun pengguna juga dapat meminta bantuan kepada petugas layanan referensi untuk mendapatkan jurnal langsung dari penulis jurnal tersebut atau pengguna juga dapat meminta saran kepada petugas layanan referensi mengenai jurnal yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Sebelum memberikan bahan rujukan kepada pengguna, petugas layanan referensi terlebih dahulu memilah jurnal dan e book yang sesuai dengan permintaan pengguna. Pada perpustakaan Universitas Surabaya juga dibuat kebijakan pelayanan langsung dari petugas kepada pengguna layanan referensi. Menurut hasil perolehan data didapati bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa pelayanan langsung dari petugas kepada pengguna layanan referensi cepat dan tepat sesuai dengan yang dibutuhkan oleh responden sehingga memudahkan ketika kesulitan dalam mengakses layanan referensi. Namun banyak pula responden yang menjawab pilihan opsi kedua yaitu sebanyak 34,5% yang menjawab bahwa pelayanan langsung dari petugas kepada pengguna layanan referensi kurang memberi kemudahan karena ketepatan dan kecepatan pelayanan masih kurang.
8
Dalam menanggapi kebutuhan informasi mahasiswa dan untuk memberikan pelayanan yang semaksimal mungkin kepada pengguna, maka layanan referensi perpustakaan Ubaya membuat program pelayanan kepada pengguna selama 24 jam melalui online. Adanya program ini menurut hasil data yang diperoleh menunjukkan bahwa 69,1% dari responden menjawab layanan ini memudahkan dalam mengakses layanan referensi dan penelusuran informasi. Fasilitas ini pengguna dapat mengakses layanan referensi setiap saat yang bisa melewati media sosial seperti email, yahoo messenger, dan skype untuk mendapatkan pelayanan dari petugas layanan referensi. Program ini diadakan dengan tujuan agar mengimbangi kebutuhan mahasiswa akan informasi dengan memanfaatkan berkembangnya teknologi digital. Namun sebanyak 25,5% responden menjawab bahwa adanya fasilitas pelayanan kepada pengguna selama 24 jam melalui online kurang memberikan kemudahan karena terkadang pelayanan yang diberikan kurang sesuai dengan yang dimaksud oleh responden dan harus bertemu dengan petugas. Selanjutnya adalah mengenai adanya program user education yang dibuat oleh perpustakaan. Program ini diharapkan akan memberikan perubahan pada mahasiswa dalam memahami penggunaan perpustakaan yang baik dan benar. Untuk kebijakan pelaksanaan kegiatan user education menurut 67,3% responden adanya program user education pada mahasiswa baru memberikan pengetahuan yang dibutuhkan oleh responden dan memudahkan responden ketika sudah menjadi mahasiswa dan memanfaatkan layanan referensi. Dari hasil data tersebut dapat disimpulkan bahwa program user education memberikan perubahan pada pengguna saat mereka memanfaatkan layanan perpustakaan. Perubahan yang terjadi dengan adanya program open access menurut 76,4% responden adalah dapat memberikan manfaat karena memudahkan dalam mengakses informasi. Sistem open access membebaskan pengunjung layanan untuk menuju tempat koleksi yang disediakan. Pada layanan referensi Perpustakan Universitas Surabaya, pengguna dapat mengambil koleksi sendiri ke rak buku dan menggunakannya tanpa adanya bantuan dari petugas layanan referensi. Hal ini sesuai dengan pengamatan yang dilakukan oleh peneiliti dimana banyak pengguna kebanyakan menggunakan koleksi secara langsung, mereka mengambil koleksi sendiri dari rak display dan langsung menggunakan koleksi di tempat saat itu juga. Letak pengambilan keputusan Menurut Merilee S. Grindle dalam Subarsono (2006 : 93), letak pengambilan keputusan akan menjelaskaan apakah letak sebuah program sudah tepat atau belum. Pengambilan sebuah keputusan di dalam sebuah kebijakan memegang peranan penting dalam pelaksanaan sebuah kebijakan. Sebuah kebijakan dibuat tentu dikarenakan adanya latar belakang yang mendorongnya. Item pertanyaan pada kuesioner mengenai letak pengambilan keputusan ini didapatkan oleh peneliti melalui pertanyaan yang meliputi bagaimana ketepatan dari adanya tiap-tiap kebijakan program yang ada pada layanan referensi perpustakaan. Perubahan yang ada disini dilihat dari perpektif pengguna mengenai adanya kebijakan yang ada, apakah keberadaannya sudah tepat ataukan belum. Sebanyak 36 orang responden menjawab bahwa adanya kebijakan pelayanan oleh layanan referensi, pelayanan dan penunjukan rujukan sudah diberikan, layanan referensi memberikan pelayanan personal dan aktif kepada pengguna, dan memberikan pelayanan informasi. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pelayanan yang aktif dari petugas layanan referensi memang sudah tepat untuk diterapkan. Hal ini sesuai dengan definisi lain dari seorang pustakawan referensi yaitu menurut I. G. Mudge pada bukunya Winchell (Guide 9
to Reference Books, 8th ed., 1967) memberikan dalam tugas yang esensil dari unit pelayanan referensi suatu perpustakaan. Secara ringkas uraian tugas-tugas pada pelayanan referensi menurut I.G. Mudge pada tabel 1.2 halaman I – 19. Penempatan layanan referensi dan petugas yang menjadi satu dengan layanan tugas akhir menurut 69,1% responden menyatakan bahwa penempatan layanan referensi dan petugas yang menjadi satu dengan layanan koleksi tugas akhir sudah tepat karena akses, fasilitas, dan penggunaannya mudah. Namun sebanyak 23,6% responden menyatakan bahwa penempatan layanan referensi dan petugas yang menjadi satu dengan layanan koleksi tugas akhir kurang tepat karena ruangan dan fasilitas masih kurang memadai. Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa penempatan layanan dan petugas yang menjadi satu dengan layanan tugas akhir masih dianggap kurang tepat bagi beberapa pengguna layanan referensi. Hal ini sesuai dengan pernyataan pada Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan (2000) yang menyebutkan bahwa ruang perpustakaan merupakan tempat yang disediakan untuk perpustakaan harus terpisah dari aktivitas lain. Selain itu pembagian ruangan harus disesuaikan juga dengan sifat kegiatan, sistem kegiatan, jumlah pengguna, jumlah staf dan keamanan tata kerja, sehingga kelancaran kegiatan dalam perpustakaan tersebut berjalan efektif. Sehingga peneliti menginterpretasikan bahwa kebijakan penempatan layanan dan petugas yang menjadi satu dengan layanan tugas akhir masih kurang tepat adanya dikarenakan seharusnya tiap-tiap layanan perpustakaan memiliki ruang tersendiri demi kelancaran dan kefektifan dari kegiatan pelayanan yang dilakukan. Dari data yang telah dikumpulkan, sebanyak 65,5% dari responden menjawab bahwa pengadaan koleksi referensi yang sudah tidak dilakukan lagi kecuali untuk buku-buku yang bersubjek farmasi sudah tepat karena koleksi selain yang bersubjek farmasi memang kurang dibutuhkan dan bisa diakses dari jurnal online atau yang lain. Menurut hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada petugas referensi jika kebijakan ini dibuat dikarenakan koleksi cetak referensi yang masih sering digunakan dan dibutuhkan oleh mahasiswa adalah koleksi yang bersubjek farmasi, sedangkan untuk koleksi bersubjek lain sudah dapat dipenuhi dengan adanya koleksi non cetak yang berupa e book dan e journal. Untuk kebijakan anggaran yang tidak dispesifikkan untuk tiap layanan bahwa responden yang menjawab jika anggaran perpustakaan yang tidak dispesifikkan untuk tiaptiap layanan sudah tepat karena bukan hanya koleksi referensi yang harus dikembangkan adalah sebanyak 56,4% responden. Mengenai anggaran perpustakaan memang responden tidak begitu mengetahui dengan baik, namun responden akan dapat melihat bagaimana performance dari layanan apakah layanan tersebut baik atau tidak karena performance yang baik dari layanan adalah cermin dari penganggaran yang baik. Menurut Mudhoffir (1992 : 16) keberadaan dana memiliki pengaruh terutama dalam kegiatan operasional. Meskipun pengadaan peralatan cukup, namun jika tidak ditunjang dengan dana operasional, maka pengelola pusat sumber belajar tidak akan berdaya. Dana yang realistis dapat memungkinkan segala sesuatu berjalan dengan baik, pelayanan yang meningkat, dan produk yang bermutu. Teknologi yang ada pada saat ini memungkinkan perpustakaan dan pustakawan untuk menawarkan bantuan bagi pengguna dalam memanfaatkan sumberdaya digital, sehingga kunjungan mereka (baik kunjungan ke lokasi fisik maupun kunjungan ke situs internet) bisa lebih efektif dan efisien. Kemajuan teknologi digital telah diadaptasi oleh perpustakaan melalui pembuatan website. Menurut 72,7% dari responden website perpustakaan dalam memberikan informasi dalam mengakses layanan referensi sudah tepat, responden 10
membutuhkan website perpustakaan untuk menunjang dalam mengakses layanan referensi (konsultasi dengan petugas layanan referensi mengenai menelusur informasi). Website sebuah perpustakaan yang menarik dan berkualitas juga dapat memberikan informasi yang bermanfaat kepada pengguna perpustakaan yang memang sudah seharusnya memiliki jaringan yang cukup luas terhadap anggota perpustakaan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa adanya website perpustakaan untuk menunjang layanan referensi sudah tepat adanya. Ketepatan pelayanan penelusuran informasi yang disediakan pada layanan referensi pada Perpustakaan Universitas Surabaya menurut 78,2% dari responden mengatakan layanan penelusuran informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna sudah tepat karena responden membutuhkan dan sering menggunakan layanan penelusuran informasi. Sedangkan sebanyak 74,5% responden menjawab bahwa pelayanan langsung dari petugas layanan referensi memang dibutuhkan oleh pengguna, petugas memberikan pelayanan yang ramah, dan pelayanan langsung dibutuhkan oleh pengguna dalam mengakses layanan referensi. Dari dua temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa pelayanan penelusuran informasi dan pelayanan langsung dari petugas layanan referensi sudah tepat untuk dilakukan karena menurut sebagian besar pengguna sudah berjalan dengan baik. Selain itu sebanyak 69,1% dari responden menjawab setuju dengan penggantian / rotasi petugas layanan referensi karena memang harus dilakukan agar mereka tidak bosan dengan pekerjaannya dan bisa membuat pelayanan menjadi lebih bervariasi. Sistem pelayanan yang cepat menurut pernyataan diatas juga dapat dilihat dari adanya program pelayanan kepada pengguna selama 24 jam melalui online. Dengan adanya program tersebut, pengguna dapat mengakses layanan referensi dengan cepat. Adanya program ini menurut data yang didapatkan di lapangan, responden yang menjawab bahwa fasilitas pelayanan kepada pengguna selama 24 jam melalui online sudah tepat karena pengguna juga perlu untuk memanfaatkan layanan dimanapun dan kapanpun adalah sebanyak 69,1% responden. Program user education merupakan sebuah kegiatan perpustakaan yang bertujuan menjadikan pemustaka mampu mendayagunakan koleksi perpustakaan secara mandiri sesuai dengan kebutuhannya. Menurut data yang telah didapatkan, sebanyak 74,5% responden menjawab bahwa program user education pada mahasiswa baru sudah tepat dan perlu untuk dilaksanakan karena memberikan banyak manfaat kepada mahasiswa dikemudian hari. Adanya kebijakan mengenai program open access yang dibuat oleh perpustakaan menurut 76,4% responden sudah tepat adanya. Keberadaan koleksi yang ada pada perpustakaan harus bisa digunakan dengen semaksimal mungkin baik di lingkungan perpustakaan, kampus, maupun diluar kampus. Seluruh poin yang telah diuraikan diatas merupakan penjelasan tentang gambaran mengenai ketepatan dari adanya program / kebijakan yang telah diimplementasikan pada layanan referensi Perpustakaan Universitas Surabaya. Dan semua kebijakan yang ada sudah tepat untuk diimplementasikan meskipun masih terdapat beberapa aspek yang dianggap kurang tepat untuk diterapkan menurut pengguna. Pelaksanaan program Melalui hasil observasi dan data yang didapatkan, sebanyak 65,5% responden merasa bahwa dalam pelaksanaannya layanan referensi mudah untuk diakses baik di lingkungan perpustakaan, kampus, ataupun di luar lingkungan kampus dan responden yang menjawab 11
setuju dengan layanan referensi yang memberikan kemudahan dalam memenuhi kebutuhan responden terkait dengan tugas adalah sebanyak 61,8%. Hal ini mengindikasikan pelaksanaan layanan referensi sudah berjalan dengan cukup baik. Selain itu sebanyak 74% responden menyatakan layanan referensi pada Perpustakaan Universitas Surabaya sudah efektif dan berjalan sesuai dengan tujuan utama dari adanya layanan referensi, yaitu memberikan pelayanan menelusur informasi. Berdasarkan hasil data, sebanyak 65,5% responden menjawab bahwa koleksi yang disediakan sudah relevan / tepat sasaran dan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh responden. Selain itu 58,2% dari responden juga menjawab bahwa e journal yang dilanggan sudah sesuai dengan kebutuhan. Ini mengindikasikan bahwa koleksi yang disediakan oleh layanan referensi Perpustakaan Universitas Surabaya baik yang berbentuk cetak, maupun non cetak sudah sesuai dengan kebutuhan pengguna sesuai dengan program studi yang mereka ambil. Tingkat kepatuhan dan daya tanggap Kepatuhan dan respon dari para pelaksana juga dirasa menjadi sebuah aspek penting dalam proses pelaksanaan suatu kebijakan, maka yang hendak dijelaskan pada poin ini adalah sejauhmanakah kepatuhan dan respon dari pelaksana dalam menanggapi suatu kebijakan. Tanggapan dari pengguna layanan referensi terhadap poin kebijakan mengenai user education yang diselenggarakan oleh perpustakaan yaitu sebanyak 37 dari 55 responden menjawab bahwa program user education yang diterapkan oleh perpustakaan sudah sudah diterapkan dan dipatuhi oleh mereka. Selanjutnya adalah mengenai tingkat kepatuhan dan daya tanggap dari pelaksana kebijakan sendiri yaitu petugas layanan referensi. Berdasarkan tabel 3.42, dapat diketahui bahwa sebanyak 39 orang reponden atau sebesar 70,9% menjawab bahwa petugas sudah melayani dengan baik, ramah, dan sesuai dengan standar operasional. Untuk respon dari petugas referensi sendiri kepada pengguna layanan referensi, dapat dilihat pada tabel 3.43. Tabel tersebut menjelaskan bahwa 69,1% dari responden mengatakan bahwa petugas layanan referensi sudah memiliki respon yang baik dan tanggap terhadap permasalahan pengguna. Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat kepatuhan dari pengguna maupun petugas dari layanan referensi sudah cukup baik, meskipun masih terdapat beberapa pengguna yang masih kurang dalam merespons dan menerapkan program user education. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan dan analisis data pada bab-bab sebelumnya, maka peneliti memberikan kesimpulan sebagai berikut : (1) Derajat perubahan yang diinginkan, yaitu sejauhmana perubahan yang diinginkan dari adanya sebuah kebijakan. Poin mengenai derajat perubahan yang diinginkan ini didapatkan oleh peneliti melalui pertanyaan yang meliputi perubahan yang dibawa / didapatkan dari tiap kebijakan yang diterapkan pada layanan referensi Perpustakaan Universitas Surabaya. Dari adanya kebijakan yang ada pada layanan referensi dapat dilihat bahwa sebagian besar dari responden menjawab kebijakan yang ada sudah memberikan kemudahan bagi responden dengan prosentase jawaban rata-rata 68,18%. Perubahan yang ada disini dilihat dari perspektif pengguna mengenai adanya kebijakan yang ada. Hasilnya yaitu :
12
a.
Kebijakan mengenai layanan referensi yang menjadi satu dengan layanan koleksi tugas akhir dalam proses implementasinya sudah memberikan perubahan terhadap pelayanan referensi yaitu memudahkan pengguna karena seringkali membutuhkan kedua layanan tersebut secara bersamaan saat mengerjakan tugas.
b.
Kebijakan mengenai petugas layanan referensi yang merangkap sebagai petugas layanan tugas akhir dalam proses implementasinya sudah memberikan perubahan terhadap pelayanan referensi yaitu memberikan kemudahan bagi mereka pada saat membutuhkan bantuan petugas ketika mengakses layanan referensi karena petugas dapat menguasai kedua layanan dengan baik.
c.
Kebijakan mengenai layanan referensi yang sudah tidak melakukan pengadaan koleksi cetak untuk koleksi selain yang bersubjek farmasi dalam proses implementasinya sudah memberikan perubahan terhadap pelayanan referensi yaitu koleksi yang ada sudah cukup lengkap karena untuk koleksi yang lain juga tetap terdapat pembaruan namun dalam bentuk koleksi yang non cetak.
d.
Kebijakan mengenai penggantian petugas / rotasi petugas pada layanan referensi dalam proses implementasinya sudah memberikan perubahan terhadap pelayanan referensi yaitu memudahkan pengguna karena membuat mereka tidak bosan atau malu saat meminta bantuan dan juga dengan tujuan agar petugas tidak jenuh dalam melakukan pekerjaan mereka.
e.
Kebijakan mengenai keberadaan website dalam menunjang layanan referensi dalam proses implementasinya sudah memberikan perubahan terhadap pelayanan referensi yaitu memudahkan pengguna saat ingin meminta bantuan penelusuran e-journal, e-book atau berkonsultasi online dengan petugas layanan referensi.
f.
Kebijakan mengenai diadakannya layanan penelusuran e journal / e book dalam proses implementasinya sudah memberikan perubahan terhadap pelayanan referensi yaitu memberikan kemudahan karena bisa mendapatkan informasi dengan lebih cepat dan sesuai dengan yang diinginkan.
g.
Kebijakan mengenai pelayanan langsung dari petugas kepada pengguna layanan referensi dalam proses implementasinya sudah memberikan perubahan terhadap pelayanan referensi yaitu memudahkan pengguna ketika kesulitan dalam mengakses layanan referensi.
h.
Kebijakan mengenai user education pada mahasiswa baru dalam proses implementasinya sudah memberikan perubahan terhadap pelayanan referensi yaitu memberikan pengetahuan yang dibutuhkan oleh responden dan memudahkan responden ketika sudah menjadi mahasiswa dan memanfaatkan layanan referensi.
i.
Kebijakan mengenai open access dalam proses implementasinya sudah memberikan perubahan terhadap pelayanan referensi yaitu memberikan kemudahan bagi pengguna karena mereka dapat memilih sendiri koleksi yang sesuai dengan kebutuhannya.
(2) Letak pengambilan keputusan. Item mengenai letak pengambilan keputusan ini didapatkan oleh peneliti melalui pertanyaan yang meliputi bagaimana ketepatan dari adanya tiap-tiap kebijakan yang ada pada layanan referensi yang dibuat oleh pemimpin perpustakaan. Letak pengambilan keputusan ini dilihat dari perpektif pengguna mengenai adanya kebijakan yang ada, apakah keberadaannya sudah tepat ataukan belum. Dari adanya kebijakan yang ada pada layanan referensi sebagianbesar dari responden dengan 13
rata-rata 77,1% menjawab bahwa keberadaan kebijakan yang diterapkan sudah tepat. Peneliti menyimpulkan bahwa menurut sebagian besar responden seluruh kebijakan ataupun program-program yang ada sudah tepat untuk diimplementasikan. Namun juga terdapat sebagian kecil responden yang menganggap jika beberapa kebijakan masih kurang tepat untuk diimplementasikan. (3) Pelaksanaan program. Menurut hasil data data diketahui bahwa dalam pelaksanaannya layanan referensi sudah baik dengan.Hal ini dapat dilihat bahwa 65,5% responden menjawab layanan referensi dapat diakses dengan baik dan sebanyak 61,8% responden menjawab bahwa layanan referensi sudah dapat memenuhi kebutuhan responden terkait tugas. Selain itu, layanan referensi menurut 74% responden merasa bahwa layanan sudah berjalan dengan efektif. Sehingga didapatkan hasil akhir bahwa pelaksanaan layanan referensi sudah berjalan dengan cukup baik dan layanan referensi pada Perpustakaan Universitas Surabaya sudah efektif dan berjalan sesuai dengan tujuan utama dari adanya layanan referensi, yaitu memberikan pelayanan menelusur informasi. (4) Tingkat kepatuhan dan daya tanggap (responsifitas) kelompok sasaran. Respon ini dapat dilihat dari penerapan user education kepada pengguna yang pada akhirnya didapati hasil bahwa responden sudah menerapkan dan mematuhi adanya user education yang diterapkan langsung pada mereka. Selanjutnya untuk petugas layanan referensi sebagai pelaksana kebijakan, menurut responden sudah memberikan tanggapan dan respon yang baik memberikan pelayanan yang baik dan tanggap terhadap permasalahan yang dihadapi pengguna. DAFTAR PUSTAKA Buku Agustino, Leo, M.Si. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta, 2008. Brannen, Julia. Memadu Metode Penelitian: Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Samarinda, 1996. Kartono, Kartini. Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Kepemimpinan Abnornal itu. Jakarta: Rajawali Pers, 2010. Nazir, Moh, Ph.D. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003. Saleh, Abdul Rahman, Dip.Lib., M.Sc. Percikan Pemikiran: di Bidang Kepustakawanan. Jakarta: CV Sagung Seto. Subarsono, Drs. AG. Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori, dan Aplikasi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005. Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta, 2013. Suharyanti. Pengantar Dasar Ilmu Perpustakaan. Cetakan 1. Surakarta LPP UNS dan UNS Press, 2008. Sutarno, NS. Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Samitra Media Utama, 2004. Trimo, Soejono, M.L.S. Pedoman Pelaksanaan Perpustakaan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1985 14
Trimo, Soejono, M.L.S. Reference Work & Bibliography: dengan sistem modular. Jakarta: Bumi Aksara, 1997. Data Perpustakaan Universitas Surabaya. Data Rekapitulasi Permintaan Artikel Jurnal dan Jnformasi tahun 2013. Perpustakaan Universitas Surabaya. Data Rekapitulasi Permintaan Artikel Jurnal dan Jnformasi tahun 2014. Direktori Perpustakaan Perguruan Tinggi Jawa Timur, 2010. Undang-undang Perpustakaan. Jurnal Kahar, Irawaty. A. Konsep Kepemimpinan dalam Perubahan Organisasi (Organizational Change) pada Perpustakaan Perguruan Tinggi. Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.4, No.1, Juni 2008. Rabita, Eva, dan Fitria, Aidina. Pengaruh Pendidikan Pemakai terhadap Penggunaan Perpustakaan di Lingkungan Mahasiswa Yayasan Prof. DR. H. Kadirun Yahya Universitas Panca Budi Medan. Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.4, No.1, Juni 2008. Riesmaya, Vika. Dimensi Kualitas Ruang Perpustakaan. Surabaya: Universitas Airlangga, 2013. Wulandari, Dian. Layanan Referensi di Era Informasi: Menjalankan Fungsi Pendidik pada Perpustakaan Perguruan Tinggi. Universitas Kristen Petra. Skripsi Tambunan, Vitalia, T. F. Persepsi Mahasiswa Terhadap Layanan Referensi Perpustakaan Kampus B Universitas Airlangga. Surabaya: Universitas Airlangga, 2010. Citrasari, Yustin Nesty. Pemanfaatan Koleksi Perpustakaan Sekolah dalam Menunjang Belajar Ssiswa di SMPN 33 Surabaya. 2010. Samosir, Zurni Zahara. Pengaruh Kualitas Referensi Terhadap Kepuasan Mahasiswa Menggunakan Perpustakaan USU, 2005. Sumber Internet http://elib.ubaya.ac.id/ http://perpustakaan.upi.edu/index.php?option=com_content&view=article&id=87&Itemid=2 02 Sitter, Clara. L. Gosling, Mary. Gray, With. Collin. Library Education Series: Learn Reference Work, 1st North American Edition. TotalRecall Publications, Inc, 2007. Available from http://site.ebrary.com/id/10266319?ppg=2
15