STUDI KUALITAS SANAD HADIS BAB GÎBAH KITAB IRSYÂD AL-`IBÂD ILÂ SABÎL AL-RASYÂD (Karya: Syaikh Zain al-Dîn al-Malîbârî)
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.)
Oleh ABDUL AZIZ NIM: 102034024846
PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H./2010 M.
ABSTRAK
Abdul Aziz STUDI KUALITAS SANAD HADIS BAB GÎBAH KITAB IRSYÂD AL`IBÂD ILÂ SABÎL AL-RASYÂD (Karya: Syaikh Zain al-Dîn al-Malîbârî)
Hadis merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah al-Qur´an. Kebenaran al-Qur´an tidak perlu diragukan lagi. Sedangkan hadis, masih perlu dikaji lagi apakah benar bersumber dari Nabi, dikarenakan jauhnya dari masa Nabi sebagai sumber hadis, dan semakin bertambahnya jumlah periwayat hadis. Pada waktu Nabi masih hidup ketika ada berita yang meragukan, dapat ditanyakan kepada Nabi langsung, sehingga dapat ditemukan jawabannya. Namun, setelah Nabi wafat, tidak dapat dilakukan. Untuk melakukan pengecekan berita yang bersumber dari Nabi, para sahabat terkadang mempertanyakan sahabat lain, apakah ia mendengar berita itu dari Nabi. Mengingat hadis sebagai sumber hukum Islam setelah al-Qur´an dan semakin banyak bertebaran hadis palsu, makan penelitian hadis menjadi penting. Tanpa dilakukan penelitian, maka hadis Nabi akan bercampur aduk dengan yang bukan hadis, dan ajaran Islam dipenuhioleh berbagai hal yang menyesatkan umat. Dalam skripsi ini yang menjadi objek penelitian tentang bab gîbah kitab Irsyâd al‘-Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd. Dikarenakan kitab ini banyak dikaji di pesantren-pesantren salaf (tradisional) di Indonesia, dan juga didalam kitab ini banyak dikutip hadis-hadis tanpa disebutkan kualitasnya, sehingga perlu dilakukan penelitian. Studi kualitas sanad hadis atau dikenal dengan takhrîj hadits merupakan sebuah metode untuk mengetahui kualitas hadis, apakah sampai kepada Nabi atau tidak. Kegiatan studi sanad dimulai dari mencari teks-teks hadis beserta rincian sanadnya, mencari biografi/ rijal hadis nya, yang mencakup tahun lahir wafatnya, persambungan guru muridnya, penilaian ulama tentang jarh ta’dilnya. Kemudian diambil kesimpulan bisa diterima atau tidak riwayatnya. Setelah diteliti tiap periwayat hadis, maka disimpulkan hadis-hadis yang ada dalam Kitab Irsyâd al`Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd tersebut masuk kategori sahih, hasan,ataupun da’if.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji dan syukur kehadirat Allah Swt., yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Salawat dan salam semoga selalu tercurah
kepada Nabi Besar Muhammad Saw., yang menjadi panutan bagi semua umat. Dalam penulisan skripsi ini, penulis merasakan berbagai hambatan dan kesulitan. Akan tetapi, munculnya berbagai hambatan dan kesulitan terasa ringan berkat bantuan dan dorongan berbagai pihak. Alhamdulillah, berkat bimbingan, bantuan orang yang terlibat dan orang-orang yang berada di sekitar penulis akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Dengan penuh rasa syukur, pada kesempatan ini ucapan terima kasih penulis yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bpk. Prof. Dr. Zainun Kamaluddin Fakih, M.A., Dekan Fakultas Ushuluddin, beserta jajarannya. 2. Bpk. Dr. Bustamin, M.Si., Ketua Jurusan Tafsir-Hadis, 3. Bpk. Muhamad Rifki Fatkhi, M.A., Sekretaris Jurusan Tafsir-Hadis, atas bimbingan dan bantuan referensinya. 4. Bpk. Dr. M. Isa H.A. Salam M.Ag., pembimbing skripsi penulis, yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing skripsi ini. 5. Seluruh staft dan dosen di Fakultas Ushuluddin, terutama dosen-dosen di Jurusan Tafsir-Hadis yang telah berbagi ilmu kepada penulis. Semoga ilmu yang telah diajarkan dan yang telah penulis terima bermanfaat di dunia dan akhirat.
ii
6. Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Fakultas Ushuluddin, Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah dan Perpustakaan Iman Jama’. 7. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Drs. H. Dudu Abdullah dan Ibunda (Almh.) Sabitah, yang telah mendidik dan mengasuh dengan segala jerih payah kasih sayangnya, dan selalu mendo‘akan dengan penuh keikhlasan dan kesabaran hingga penulis dapat menempuh jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. 8. Keluarga penulis, kakak; (Alm.) Muhamad Yusup, Khoerani, Ahmad Taufik S.H.I., Nita Hendratika S.Psi., Adik: M. Sholahuddin, keponakan: M. Fauzan, Sepupu: Husni Mubarak , atas dorongan dan do’anya. 9. Ahmad Sungkawa (Mang Cucu) dan Bi Pipah yang selalu memotivasi penulis, dan Gibran yang selalu menghibur. 10. Keluarga besar Aki Zenal-Ema Omoh. 11. Umi, Najwa, Andri, atas do‘a dan dorongannya, dan telah memberikan kehangatan di keluarga. 12. Yusup Panojer yang telah membantu penulis masuk UIN lewat jalur PMDK. 13. Kawan-kawan seperjuangan MAN Sukamanah angkatan 1999, Eva Noviana B., Rika Afsari, Ratnasari, Imam Gumelar R., dan juga FOSIL KAHAZEFA. 14. Yayan Bunyamin (Amin) dan Ahmad Ubaidillah Hasbillah, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membantu menjelaskan, saat penulis kesulitan mencari maksud-maksud tertentu yang dibahas dalam skripsi ini. 15. Ustadz-Ustadzah Pondok Pesantren Al-Ma‘mur Rancabolang Wargakerta Sukarame Kab. Tasikmalaya.
iii
16. Kawan-kawan HIMALAYA (Himpunan Mahasiswa Tasikmalaya), tempat penulis belajar berorganisasi sekaligus tempat bercanda dan bersenda gurau khususnya: Kang Ahfaz, Akmal, Eno, Cucu, Asep Muhsin, Asep TM, Dadan, Ana Mulyana, Nita Muti‘ah, Indra, Tatang, Dekus, Luthfi, Adi, dan yang lainnya, yang selalu mendo‘akan dan memotivasi penulis. 17. Kawan-kawan LSI (Lembaga Survei Indonesia), Area Jawa Barat & JakartaBanten, Kang Zezen, Ridwan, Nurbadruddin (Uun), Abre, Soleh. 18. Ba Marlin di PPIM (Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat). 19. Kawan-kawan TH-B 2002, Jalal, Sofwan, Asep BT, Saefuddin, Husen. 20. Semua pihak yang tidak tertulis, yang selalu mendengarkan keluh-kesahku dan memberikan saran-saran dalam pembuatan skripsi ini. Tulisan ini jauh dari kesempurnaan, baik dari segi isi, bahasa, penulisan dan sebagainya. Oleh sebab itu, dengan keterbukaan hati, penulis menerima kritik dan saran yang membangun. Terakhir hanya kepada Allah penulis pasrahkan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat adanya, dan juga kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, semoga Allah membalas dengan yang lebih baik. Amin.
Jakarta, 2 Juni 2010
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... KATA PENGANTAR ................................................................................... DAFTAR ISI................................................................................................... PEDOMAN TRANSLITERASI ..................................................................
i ii v vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah............................................................... B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................... C. Tujuan Penelitian.......................................................................... D. Tinjauan Pustaka .......................................................................... E. Metode Penelitian ......................................................................... F. Sistematika Penulisan ...................................................................
1 7 8 8 9 11
BAB II SEKILAS TENTANG KITAB IRSYÂD AL-‘IBAD ILÂ SABÎL AL-RASYÂD A. Biografi Pengarang 1. Sketsa Kehidupannya .............................................................. 2. Karya-karyanya ....................................................................... B. Tinjauan Kitab Irsyâd al-`Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd 1. Format Kitab ........................................................................... 2. Metode Penulisan Kitab .......................................................... 3. Isi Kitab................................................................................... 4. Kandungan Hadis ....................................................................
12 14 15 16 17 18
BAB III ANALISA HADIS-HADIS BAB GÎBAH A. Hadis Kesatu ............................................................................... 23 B. Hadis Kedua ................................................................................ 42 C. Hadis Ketiga................................................................................ 57 D. Hadis Keempat ............................................................................ 62 E. Hadis Kelima............................................................................... 71 F. Hadis Keenam ............................................................................. 78 G. Hadis Ketujuh ............................................................................. 88 H. Hadis Kedelapan ......................................................................... 102 I. Hadis Kesembilan ....................................................................... 111 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................. 123 B. Saran-saran ................................................................................... 124 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 125 LAMPIRAN ................................................................................................... 129
v
PEDOMAN TRANSLITERASI Di bawah ini daftar huruf Arab dan transliterasinya dalam huruf latin, sesuai Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis dan Disertasi, (Jakarta: CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007, h. 46-51). Padanan Aksara Huruf Arab ا ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ل م ن و ھـ ء ي
Huruf Latin
Keterangan tidak dilambangkan be Te dan es es je ha dengan garis di bawah ka dan ha de de dan zet er zet es es dan ye es dengan garis di bawah de dengan garis di bawah te dengan garis di bawah zet dengan garis di bawah koma terbalik diatas hadap kanan ge dan ha ef ki ka el em en we ha apostrof ye
b ts s j h kh d dz r z s sy s d t z ‘ gh f q k l m n w h ` y
Vokal Vokal dalam Bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. untuk Vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
vi
Vokal Tunggal Tanda Vokal Arab - َ◌ -- ِ◌ -- ُ◌ --
Tanda Vokal Latin a i u
Keterangan fathah kasrah dammah
Tanda Vokal Latin ai au
Keterangan a dan i a dan u
Tanda Vokal Latin â î û
Keterangan a dengan topi di atas i dengan topi di atas u dengan topi di atas
Vokal Rangkap Tanda Vokal Arab ي- َ◌- و- ِ◌-Vokal Panjang Tanda Vokal Arab ـَـﺎ ــــِــﻲ ــــ ُـــﻮ
Kata Sandang Kata sandang yang dalam Bahasa Arab dilambangkan dengan huruf ()ال, dialih-aksarakan menjadi huruf “l” (el), baik diikuti huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. Contoh = اﻟﺸﻤﺴﻴﺔal-syamsiyyah, = اﻟﻘﻤﺮﻳﺔal-qamariyyah. Syaddah (Tasydîd) Dalam alih-aksara, tasydîd dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda tasydîd itu. Tetapi hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tasydîd itu terletak setelah kata sandang yang diikuti huruf-huruf samsiyyah maupun qamariyyah. misalnya, kata اﻟﻀﺮورةtidak ditulis ad-darûrah melainkan al-darûrah, demikian seterusnya. g. Ta Marbûtah Jika ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/. begitu juga jika ta marbûtah tersebut diikuti kata sifat (na‘t). Namun jika ta marbûtah diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/. contoh: = ﻃﺮﻳﻘﺔtarîqah, = اﳉﺎﻣﻌﺔ اﻹ ﺳﻼﻣﻴﺔal-Jâmi‘ah al-Islâmiyah, = وﺣﺪاة اﻟﻮﺟﻮدWahdât al-Wujûd. h. Huruf Kapital Huruf kapital digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Jika nama didahulukan oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya . Contoh = اﻟﺒﺨﺎريal-Bukhâri, bukan Al-Bukhârî.
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Hadis ataupun sunnah merupakan sumber ajaran yang kedua setelah alQur‘ân. Al-Qur`an dan hadis satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan. Al-Qur`an memuat ajaran-ajaran yang masih global, sedangkan hadis merupakan penjelasan terhadap kandungan al-Qur`an. Tanpa menggunakan hadis, ajaran Islam tidak dapat dimengerti dan diamalkan. Dapatkah melakukan salat, zakat, puasa, haji, tanpa ada tuntunan yang rinci dari hadis? Jelas semuanya tidak mungkin. Kedudukan hadis/sunnah sebagai sumber ajaran Islam didasarkan pada ayat-ayat al-Qur`an, di antaranya sebagai berikut:
(٥٩:٤ /)اﻟﻨﺴﺎء
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu, kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur`an ) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (al-Nisâ`/4: 59)1
(٦٤:٤ / )اﻟﻨﺴﺎء.......... “Dan Kami tidak mengutus seseorang Rasul, melainkan untuk ditaati dengan izin Allah”…. (al-Nisâ`/4: 64).2
1
Departemen Agama (Depag) RI. Al-Qur`an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Gema Risalah Press. tt). h. 128. 2 Departemen Agama (Depag) RI. Al-Qur`an dan Terjemahnya, h. 129.
2
(۸۰ :٤ /)اﻟﻨﺴﺎء
.
“Barang siapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka”. (alNisâ`/4: 80).3 ......
(٥٩:٧ / )اﳊﺸﺮ.......... 1 ….“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya maka tinggalkanlah”….. (al-Hasyr/ 59: 7).4
)اﳌﺎﺋﺪ
(٩٢ :٥
/ة
“Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul(Nya) dan berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul Kami, hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang”. (al-Mâ`idah/5: 92).5 Dengan petunjuk ayat-ayat di atas, maka jelaslah bahwa hadis atau sunnah Nabi Muhammad merupakan sumber ajaran Islam di samping al-Qur`an. Orang yang menolak hadis sebagai salah satu sumber ajaran Islam berarti orang itu menolak petunjuk-petunjuk al-Qur`an .6 Hadis pada umumnya oleh para ulama diartikan seperti sunnah sebagai “segala sesuatu yang dinisbahkan kepada Nabi Muhammad Saw., baik ucapan,
3
Departemen Agama (Depag) RI. Al-Qur`an dan Terjemahnya, h. 132. Departemen Agama (Depag) RI. Al-Qur`an dan Terjemahnya, h. 916. 5 Departemen Agama (Depag) RI. Al-Qur`an dan Terjemahnya, h. 177. 6 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 9. Lihat Ali Mustafa Yaqub, Kritik Hadis, h. 37. 4
3
perbuatan dan taqrîr7 (ketetapan), maupun sifat fisik dan psikis, baik sebelum beliau menjadi Nabi maupun sesudahnya”.8 Dari segi periwayatannya hadis Nabi berbeda dengan al-Qur`an, ayat-ayat al-Qur`an diriwayatkan secara mutawatir,9 sedangkan untuk hadis Nabi, sebagian periwayatannya berlangsung secara mutawatir, dan sebagian lagi berlangsung secara ahad.10 Karena itu orisinalitas al-Qur`an tidak perlu disangsikan lagi sehingga tidak perlu dilakukan penelitian. Akan halnya dengan hadis Nabi yang berkategori ahad, masih butuh bahkan harus dilakukan penelitian. Dengan penelitian akan diketahui apakah hadis yang bersangkutan dapat dipertanggung jawabkan periwayatannya, berasal dari Nabi atau tidak? Pada waktu Nabi masih hidup ketika ada berita yang meragukan, dapat ditanyakan kepada Nabi langsung, sehingga dapat ditemukan jawabannya. Namun, setelah Nabi wafat, tidak dapat dilakukan. Untuk melakukan pengecekan berita yang bersumber dari Nabi, para sahabat terkadang mempertanyakan sahabat lain apakah ia mendengar berita itu dari Nabi. Sebagai contoh, ketika Umar mendapatkan berita dari tetangganya bahwa Nabi telah menceraikan istri-istrinya, ‘Umar langsung menghadap Nabi. Tetapi setelah ditanyakan kepada Nabi,
7
Taqrîr adalah segala sesuatu yang muncul dari sementara sahabat yang diakui keberadaannya oleh Nabi SAW., baik berupa ucapan maupun perbuatan dengan cara diam tanpa pengingkaran atau persetujuan dan keterusterangan beliau menganggapnya baik bahkan menguatkannya. Lihat Muhammad 'Ajaj Al-Khathib, Ushul Al-Hadits Pokok-pokok Ilmu Hadits. Penerjemah H.M. Qodirun Nur dan Ahmad Musyafiq (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1998), h. 34. 8 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1994), h. 121. 9 Mutawatir adalah berita yang diriwayatkan oleh orang banyak pada setiap tingkat periwayat, mulai dari tingkat sahabat sampai mukharrij, yang menurut ukuran rasio dan kebiasaan, mustahil yang jumlahnya banyak itu bersepakat terlebih dahulu untuk berdusta. Lihat Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, h. 3. 10 Ahad adalah hadis yang periwayatnya tidak mencapai tingkat mutawatir. Lihat Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, h. 3.
4
ternyata Nabi hanya bersumpah untuk tidak mengumpuli istri-istrinya selama satu bulan.11 Semakin jauh dari masa Nabi sebagai sumber hadis, semakin bertambah jumlah periwayat hadis dari Nabi. Kesenjangan antara wafatnya Nabi dengan pembukuan hadis, menyebabkan maraknya upaya-upaya pemalsuan hadis.12 Pada mulanya faktor yang mendorong seseorang melakukan pemalsuan hadis adalah kepentingan politik. Pada masa itu, telah terjadi pertentangan politik antara ‘Alî bin Abî Tâlib dan Mu‘âwiyah bin Abî Sufyân. Para pendukung masing-masing tokoh melakukan berbagai upaya untuk memenangkan perjuangan mereka. Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh sebagian dari mereka itu ialah pembuatan hadis-hadis palsu.13 Para ulama mencatat sekurang-kurangnya ada enam motivasi pemalsuan hadis,14 yaitu: 1. Motivasi politik 2. Pendekatan kepada Allah 3. Menodai Islam 4. Menjilat penguasa 5. Mencari rezeki 6. Mencari popularitas Selain itu ada juga karena panatisme terhadap madzhab. Mengingat bahwa hadis sebagai sumber ajara Islam setelah al-Qur`ân, dan semakin banyak bertebaran hadis-hadis palsu, maka penelitian terhadap hadis 11
Ali Mustafa Yaqub, Kritik Hadis, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), h.1-2. Usman Sya’roni, Otentisitas Hadis Menurut Ahli Hadis dan Kaum Sufi, (Jakarta: Pustaka Firdaus), h. 16. 13 Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, h. 13. 14 Yaqub. Kritik Hadis, h. 82. 12
5
menjadi sangat penting. Tanpa dilakukan penelitian, maka hadis Nabi akan bercampur aduk dengan yang bukan hadis, dan ajaran Islam akan dipenuhi oleh berbagai hal yang menyesatkan umat. Selain itu, penelitian kualitas hadis perlu dilakukan, bukan berarti meragukan hadis Nabi Saw., tetapi melihat keterbatasan periwayat hadis sebagai manusia, yang adakalanya melakukan kesalahan, baik karena lupa maupun karena didorong oleh kepentingan tertentu. Keberadaan periwayat hadis sangat menentukan kualitas hadis, baik kualitas sanad maupun kualitas matan.15 Tujuan pokok penelitian hadis adalah untuk mengetahui kualitas hadis. Kualitas hadis sangat perlu diketahui dalam hubungannya dengan kehujahan hadis, apakah dapat diterima (maqbûl) atau ditolak (mardûd). Dalam meneliti dan mengkaji suatu hadis para ulama menerapkan dua metode yaitu: pertama, kritik sanad atau kritik ekstern (naqd sanad/naqd alkhârijî) yang berkaitan dengan sanad atau rangkaian periwayat. Yang kedua kritik matan atau kritik intern (naqd al-matn/naqd al-Dâkhilî). Dan yang pertama, kritik sanad dikenal dengan istilah takhrîj hadis. Para ulama ahli hadis merumuskan kriteria-kriteria baik yang berkaitan dengan matan maupun silsilah periwayatan (sanad), bahwa hadis yang dinyatakan sahih apabila ia diriwayatkan dengan sanad yang bersambung kepada Nabi Saw., sanad itu terdiri dari periwayat yang ‘adil (memiliki integritas moral), dabt (memiliki kapasitas intelektual), sementara dalam sanad atau matannya tidak terdapat ‘illah (kecacatan samar), dan sudzudz (berlawanan dengan hadis lain yang lebih unggul kualitasnya). 15
h. 3-4.
Bustamin dan M. Isa H.A. Salam, Metodologi Kritik Hadis (Jakarta: Rajawali Pers 2004).
6
Allah Swt. telah melarang berbuat gîbah (menggunjing)
atau
menceritakan keburukan orang lain, sebagaimana yang dijelaskan dalam surah alHujurât/49: 12 berikut:
(٤۹:۱۲/)اﳊﺠﺮات
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. (al-Hujurât/49: 12).16 Ayat tersebut menyatakan hanya sebatas larangan menggunjing (gîbah), tanpa menjelaskan apa itu gîbah dan bagaimana akibatnya apabila melakukannya. Sebagaimana diketahui bahwa salah satu pungsi hadis, yaitu menjelaskan alQur`ân yang masih global. Dalam sebuah kitab karya Syaikh Zain al-Dîn alMalîbârî bernama kitab Irsyâd al-Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd, yang cukup terkenal dikalangan pesantren salaf (tradisional), terdapat pembahasan mengenai gîbah. Dalam pembahasan tersebut terdapat beberapa hadis Nabi, yang berkaitan dengan gîbah. Namun, apakah hadis-hadis tersebut dapat dijadikan hujjah?. Dalam mengutip hadis-hadis Nabi Syaikh Zain al-Dîn al-Malîbârî tidak mencantumkan sanad secara lengkap dan tidak mencantumkan kualitas hadisnya. Hal tersebut dapatlah dimengerti karena kitab Irsyâd al-‘Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd bukanlah kitab asli yang bersanad.
16
Departemen Agama (Depag) RI. Al-Qur`an dan Terjemahnya, h. 847.
7
Melihat keadaan tersebut, penulis ingin meneliti hadis-hadis bab gîbah yang ada pada kitab Irsyâd al-‘Ibâd, yaitu dengan melakukan kritik sanad atau takhrîj hadis. Karena dengan ilmu ini, kita dapat mengetahui apakah suatu hadis itu benar-benar datang dari Nabi Saw.? Dan siapa saja yang ikut terlibat dalam rangkaian periwayatan hadis itu sampai kepada Nabi? Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas itulah yang menarik perhatian dan alasan penulis untuk menulis skripsi dengan judul: “Studi Kualitas Sanad Hadis Bab Gîbah; Kitab Irsyâd al-`Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Mengkaji dan meneliti kitab Irsyâd al-`Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd berarti tidak terlepas dari penelitian hadis-hadis yang terdapat dalam kitab tersebut. Hadis yang terkandung di dalamnya dikelompokkan pada 44 bab, jika penulis melakukan penelitian seluruhnya akan memakan waktu dan halaman yang banyak. Maka, dalam penelitian ini penulis hanya akan meneliti hadis-hadis bab gîbah. Supaya lebih terarah dalam pembahasan skripsi ini, penulis merasa perlu memberikan pembatasan dalam penelitian, yaitu: 1. Hadis-hadis yang akan diteliti sanadnya adalah hadis-hadis yang terdapat dalam bab gîbah yang berjumlah 9 hadis. 2. Teks hadis yang digunakan dalam penelitian ini bersumber pada Kitab Irsyâd al-`Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd.
8
Atas dasar permasalahan tersebut di atas, maka dirumuskan masalah pokok, bagaimana kualitas hadis-hadis gîbah dalam kitab Irsyâd al-`Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd?.
C. Tujuan Penelitian Tujuan penulisan skripsi ini yaitu: 1. Untuk mengetahui sanad atau jalur periwayatan, identitas periwayat, dan metode periwayatan hadis-hadis bab gîbah. 2. Untuk mengetahui kualitas hadis-hadis bab gîbah. 3. Guna melengkapi salah satu persyaratan pada program S1 Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam meraih gelar S.Th.I. (Sarjana Theologi Islam).
D. Tinjauan Pustaka Penulis menelusuri skripsi yang membahas tentang gîbah dan Kitab Irsyâd al‘-Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd, terutama yang terdapat di Fakultas Ushuluddin. Penelusuran membuahkan hasil di antaranya: 1. Nur Hayati, dengan judul skripsi: “Takhrij Hadis-Hadis Fadilah Hari ‘Asyûra” Dalam Kitab Irsyâd al-‘Ibâd dan kitab Tanbîh al-Ghâfilîn. 2. Eneng Maria Ulfah, dengan Judul: “Etika Menjaga Lisan dalam al-Qur`ân Surat al-Nisâ ayat 114 dan al-Hujurât ayat 11”.
9
3. Siti Fatimah, dengan judul: “Etika Pergaulan umat Islam dalam al-Qur`ân (Tinjauan Surat al-Hujurât ayat 6-13). 4. Ahmad Fadhlah, dengan judul: Kajian Hadis-hadis sumpah palsu dalam kitab Irsyâd al‘-Ibâd Syaikh Zain al-Dîn al-Malîbârî. 5. Suryadinata, dengan judul: Infotaiment dan Ghibah: Studi Atas Sanad dan Matan Hadis larangan Ghibah. Dari hasil penelusuran tersebut, skripsi yang ditulis oleh Nur Hayati dan Ahmad Fadhlah, sama dalam kitabnya, sedangkan pembahasannya berbeda. Yang ditulis oleh Eneng Maria Ulfah, Siti Fatimah, jelas berbeda karena mereka bertolak dari ayat al-Qur`an. Yang ditulis Suryadinata menyamakan Infotainment dengan gîbah. Sedangkan penulis akan meneliti sembilan hadis yang ada pada bab gîbah. Dan penulis hanya meneliti sanad-sanadnya, tanpa memberikan penjelasan mengenai matannya.
E. Metode Penelitian Dalam melakukan pengkajian dan penelitian hadis-hadis yang terdapat dalam Kitab Irsyâd al-‘Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd, penulis sepenuhnya melakukan telaah kepustakaan (library research). Sumber utama penelitian adalah Kitab Irsyâd al-‘Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd. Kitab yang menjadi rujukan utama penulis dalam penelitian adalah kitabkitab matan, di antaranya adalah: Kitab Sahîh al-Bukhârî, Sahîh Muslim, Sunan Abî Dâwud, Sunan al-Tirmidzî, Sunan al-Nasâ`î, Sunan Ibn Mâjah, Sunan alDârimî, Muwatta Mâlik, Musnad Ahmad, Maudû’at, dan kitab lainnya.
10
Dalam penelusuran periwayat hadis penulis melakukan inventarisasi melalui Kitab Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl karya al-Mizi, Tahdzîb alTahdzîb karya Ibn Hajar al-‘Asqalânî, Mîzân al-‘Itidâl
karya Abu Abdullah
Muhammad Ahmad al-Dzahabi, Lisân al-Mîzân karya Ahmad ibn ‘Ali Ibn Hajar al-‘Asqalânî, al-Jarh wa al-Ta‘dîl karya ‘Abd al-Rahman bin Abî Hâtim al-Râzî, Siyaru A‘lâm al-Nubalâ karya Abdullah Muhammad Ahmad al-Dzahabî, dan kitab lainnya. Pembahasan dalam skripsi ini bersifat deskriptif analitis, yaitu melalui pengumpulan data dan beberapa pendapat ulama dan pakar, untuk kemudian diteliti dan dianalisa sehingga menjadi sebuah kesimpulan. Dan penulis menggunakan metode induktif, yaitu proses berfikir yang bertolak dari satu atau sejumlah data secara khusus kemudian diambil kesimpulan secara generalisasi. Proses pengambilan sumber dan pengolahannya yang dilakukan penulis secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Men-takhrîj hadis dengan menggunakan dua cara, yaitu: Pertama, melalui awal matan dengan menggunakan Kitab al-Jâmi‘ al-Sagir fî Ahâdîts al-Basyîr wa al-Nadzîr karya Jalâl al-Dîn ‘Abd al-Rahman bin Abi Bakr al- Suyûtî dan kitab Mausû‘ah Atrâf al-Hadîts al-Nabawî alSyarîf karya Abû Hajir Muhammad al-Sa‘îd bin Basyunî Zaglûl. Kedua, melalui kata-kata mufradat dalam matan hadis dengan menggunakan kitab al-Mu‘jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts alNabawi karya A.J. Wensinck dan J.P. Mensing. 2. Melakukan i’tibar (menyertakan sanad-sanad yang lain), agar terlihat secara jelas rangkaian sanad, nama-nama periwayat sehingga akan
11
terlihat ada atau tidaknya pendukung yang berstatus muttabi‘ dan syahid. 3. Kritik sanad, yaitu menelusuri data setiap periwayat, menilai keadaanya, hubungan guru dan murid. 4. Dalam
menilai
kualitas para periwayat
hadis, penulis akan
menyandarkan pada komentar ulama hadis, seperti: Abû Hatim, Ibnu Hajar, al-Dzahabî, Ibnu Hibbân. 5. Jika terdapat perbedaan pendapat dalam sebuah penilaian, maka penulis akan mengikuti kaidah al-jarh wa al-ta’dîl yang sudah disepakati oleh jumhur muhadditsîn. Adapun dalam penulisan skripsi ini penulis mengacu pada buku Pedoman Akademik Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2006/2007, dan Pedomam Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) terbitan CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Cetakan II tahun 2007.
E. Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini penulis membaginya dalam empat bab, dimana setiap babnya mempunyai spesifikasi dan penekanan mengenai topik tertentu, yaitu: Bab pertama pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah yang menjadi pokok dalam skripsi ini, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
12
Bab kedua merupakan pembahasan mengenai Kitab Irsyâd al-`Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd, yang meliputi biografi singkat Zain al-Dîn al-Malîbârî, format kitab, metode penulisan kitab, serta kandungan hadis. Bab ketiga pembahasan kualitas hadis-hadis bab gîbah yang terdapat dalam kitab Irsyâd al-`Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd karya Zain al-Dîn al-Malîbârî, sebanyak 9 hadis. Bab keempat merupakan penutup, yang meliputi kesimpulan dan saransaran.
BAB II SEKILAS TENTANG KITAB IRSYÂD AL-‘IBÂD ILÂ SABÎL AL-RASYÂD
A. Biografi Pengarang 1. Sketsa kehidupannya Nama lengkap pengarang kitab ini adalah al-Syaikh Zain al-Dîn ibn ‘Abd al-‘Azîz bin Zain al-Dîn al-Malîbârî.1 Penggunaan nisbah al-Malîbârî adalah menjelaskan bahwa Zain al-Dîn berasal dari Malibar, sebuah kota yang berada di India selatan. Tidak dapat diketahui secara pasti, kapan Syaikh Zain al-Dîn alMalîbârî dilahirkan. Umar Rida Khalalah dalam karya besarnya hanya mampu menginformasikan tahun wafatnya, yaitu pada tahun 1579 M/ 987 H.2 dan di makamkan di pinggiran kota Ponani, India. Dengan adanya informasi tahun wafatnya, paling tidak diprediksi tahun kelahirannya. Yakni, bila standar manusia berkisar 63 tahun misalnya, maka dapat diperkirakan bahwa beliau diperkirakan lahir tahun 924 H atau 1514 M. Dilihat dari konteks masa hidup Syaikh Zain al-Dîn al-Malîbârî, abad ke-16 Masehi, maka dapat dipastikan bahwa beliau mengalami masa pemerintahan dinasti Mughal India, mulai Babur (1504-1530), Hamayun (1530-1604), dan Akbar Agung (1556-1604).3 Syekh Zain al-Dîn merupakan keturunan bangsa Arab. Ia dikenal pula dengan nama Makhdum Thangal. Julukan ini dikaitkan dengan daerah 1
Khairi al-Dîn al-Ziraklî, al-‘Alâm Qamûs Tarâjum, Li Asyhûr al-Rijâl wa al-Nisâ` min al‘Arabî wa al-Musta‘ribîn al-Mustasyriqîn, Juz 3 (Beirût: Dâr al-‘Ilmi li al-Malâyîn, 1989), h. 64. 2 Umar Ridâ Kahâlah, Mu‘jam al-Mu`allifîn, jilid 1 (Beirût: Mu`asasah al-Risâlah, 1993), h. 741. 3 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005). h. 147-149.
12
13
tempat dirinya tinggal. Ada yang menyebutnya dengan nama Zain al-Dîn Makhdum, atau Zain al-Dîn Thangal atau Makhdum Thangal. Julukan ini mencerminkan keutamaan dan penghormatan masyarakat setempat kepada dirinya.4 Masjid Agung Ponani atau Funani, adalah masjid Agung yang pertama kali dibangun oleh Makhdum Thangal. Tidak seperti masjid masa kini, Masjid Agung Ponani ini menggabungkan arsitektur lokal dengan arsitektur Hindu. Hal ini dikarenakan, Islam masuk ke India yang dibawa oleh pedagang Arab yang datang melalui laut dan diterima oleh raja-raja Hindu setempat. Makam Syaikh Zain al-Dîn al-Malîbari terletak di samping masjid.5Tak hanya arsitektur masjid, masyarakat Muslim di India ini juga mengadopsi gaya bangunan, pakaian dan makanan dengan menyesuaikan pada kondisi yang ada. Seperti kebanyakan ulama lainnya, Syaikh Zain al-Dîn al-Malîbârî juga dikenal sebagai ulama yang sangat tegas, kritis, konsisten, dan memiliki pendirian yang teguh. Ia pernah menjadi seorang hakim dan penasehat kerajaan, dan diplomat. Syaikh Zain al-Dîn hidup dalam keluarga tradisi agamis dan berasal dari keturunan terhormat dan disegani. Hal ini dibuktikan, bahwa kakeknya yang bernama Zain al-Dîn Ibn ‘Ali merupakan ulama besar yang banyak menghasilkan karya tulis, diantaranya sangat populer dalam tradisi
4
http://www.alkisah.web.id/search?max-results=100, diakses tanggal 25 Mei 2010, jam 10.19 WIB. 5 http://www.aswaja.net/aswaja-blogger/1010 , diakses tanggal 25 Mei 2010, jam 10.19 WIB.
14
tasawuf.6Syaikh Zain al-Dîn al-Malîbârî, selain dikenal sebagai ulama fikih (Syafi‘i), ia juga dikenal sebagai ahli tasawuf, sejarah dan sastra.
2. Karya-karyanya Di antara karya yang dihasilkannya: 1. Fath al-Mu’în (pintu pertolongan), adalah syarah (komentar) atas kitab Qurrat al-‘Ain Hidayat al-Azkiyâ ilâ Tarîq al-Auliyâ. 2. Irsyâd al-Ibâd ilâ Sabîli al-Rasyâd. Dan kitab ini telah di-syarh-i atau dikomentari oleh Syaikh Ihsan Jampes dengan judul: Manâhij alImdâd, terbit pada tahun 1940 setebal + 1088 halaman, mengulas tentang tasawuf.7 3. Tuhfat al-Mujâhidîn. 4. Mukhtasar fî Ahâdîts Dzikr al-Maut. 5. Ihkam Ahkam al-Nikâh. Kitab Irsyâd al-‘Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd, telah diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa oleh Misbah b. Zain al-Mustafa.8Dan untuk memudahkan para pembaca yang tidak bisa membaca kitab kuning yang tidak berbaris, sudah ada usaha penerjemahan Irsyâd al-‘Ibâd ilâ Sabîl alRasyâd oleh H. Mahrus Ali9 dan H. Salim Bahreisy.10
6
Al-Ziraklî, al-‘Alâm Qamûs Tarâjum, Li Asyhûr al-Rijâl wa al-Nisâ` min al-‘Arabî wa alMusta‘ribîn al-Mustasyriqîn, h. 64. 7 Syaikh Ihsan Jampes, Irsyâd al-Ikhwân fî Bayân al-Hukm al-Qahwah al-Dukhân. Penerjemah Ali Murtadho dan Mahbub Dje (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2009), h. xxiii. 8 Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam di Indonesia (Bandung: Mizan. 1995). h. 165. 9 Zain al-Dîn Ibn ‘Abd al-‘Azîz bin Zain al-Dîn al-Malîbârî, Irsyâd al‘-Ibâd ilâ Sabîl alRasyâd. Penerjemah H. Mahrus Ali. (Surabaya: Mahkota,t.t.). 10 Al-Malîbârî, Irsyâd al‘-Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd. Penerjemah H. Salim Bahreisy. (Surabaya: Darussagaf-PP Alawy, t.t.).
15
B. Tijauan Kitab Irsyâd al-Ibâd ilâ Sabîli al-Rasyâd 1. Format Kitab Pada umumnya Kitab Kuning yang berbahasa Arab klasik yang dipelajari di Pesantren di Indonesia adalah kitab komentar (syarh, Indonesia Jawa : syarah) atau komentar atas komentar (hasyiah) atas teks yang lebih tua (matn, matan). Edisi cetakan dari karya-karya klasik ini biasanya menempatkan teks yang di-syarah-i atau di-hasyiah-i dicetak di tepi halamannya, sehingga keduanya dapat dipelajari sekaligus.11 Akan tetapi berbeda dengan Kitab Irsyâd al-‘Ibâd ilâ Sabîl alRasyâd. Secara format penulisan, sama dengan kitab kuning lainnya. sedangkan dari segi isinya, Kitab Irsyâd al-‘Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd bukanlah kitab syarh atau penulisan kembali. Tetapi
merupakan kitab
ringkasan (mukhtasar)/ kutipan dari dua buah kitab, yaitu Kitab al-Zawâjir dan Mursyid al-Tullâb. Sedangkan pinggirnya merupakan ringkasan (mukhtasar) Ahâdîts Dzikr al-Maut. 12 Kitab Irsyâd al-‘Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd layaknya kitab klasik yang paling umum di pakai di pesantren sedikit lebih kecil dari kertas kuarto, dengan ukuran 18x26 cm., 128 halaman, dan tidak di jilid. Kitab ini mempunyai ciri khas khusus yaitu desain sampul dan warnanya yang polos, terdiri dari dua warna dan tidak mengikuti perkembangan dunia percetakan. Selain itu, hampir seluruh sampul kitab kuning tidak dihiasi dengan back ground gambar yang melukiskan ide dasar isi buku. Pada umumnya di
11
Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam di Indonesia, h. 141. 12 Al-Malîbârî, Irsyâd al-`Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd (Surabaya: Dâr Ihyâ` al-Kitab al‘Arabiyah, t.t.), h. 2.
16
pesantren tradisional, kitab seperti ini dinamai dengan kitab kuning, karena memang kitab seperti ini di cetak di atas kertas berwarna kuning. Lembaranlembaran (koras-koras) tak terjilid dibungkus kulit sampul, sehingga para santri dapat membawa hanya beberapa halaman yang kebetulan sedang dipelajari saja. Ini adalah karakteristik fisik lain yang umumnya mengandung makna simbolik, ia membuat kitab tersebut tampak lebih klasik. Kitab yang ditulis pengarang modern, penerjemah atau pensyarah modern tidak pernah dibuat mengikuti format ini. Banyak pemakai kitab klasik yang sangat mengaitkan karakteristik ini dengan kitab klasik, dan penerbit mengikuti saja selera konsumennya. Sebagian penerbit bahkan mencetak kitab di atas kertas berwarna kuning (yang diproduksi khusus untuk mereka, oleh beberapa perusahaan Indonesia) karena tampaknya kitab berwarna kuning ini juga menjadi lebih klasik di pikiran para pemakainya.13
2. Metode penulisan kitab Masing-masing kitab klasik berbeda satu sama lain dalam hal penyajian. Bila dilihat dari segi makna dapat dibagi menjadi: 14 1. Kitab Kuning yang berbentuk penawaran atau penyajian secara naratif seperti: Sejarah, tafsir, syarah hadis dan lain-lain. 2. Menyajikan kaidah-kaidah keilmuan seperti: Nahwu, balagah, mustalah, mantiq, dan lain-lain.
13
Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam di Indonesia, h. 142. 14 Ahmad Fadhlah,”Kajian Hadis-hadis Sumpah palsu Dalam Kitab Irsyâd al-‘IbâdKarya Syaikh Zain al-Dîn al-Malîbârî,” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 17.
17
3. Tersusun secara panjang lebar dengan argumentasi ilmiah seperti: filsafat, tasawuf, dan lain-lain. Syaikh Zain al-Dîn al-Malîbârî mengambil bentuk yang pertama, menulis dengan metode penawaran atau penyajian secara naratif dengan bahasa yang mudah dipahami. Bila di teliti lebih jauh lagi akan tampak bahwa Syaikh Zain al-Dîn selain mengemukakan pokok-pokok pikirannya, beliau juga mengemukakan dalil-dalil yang beliau sampaikan. Selain dalil ‘aqli yang sederhana beliau juga menyertakan dalil naqli dari al-Qur`ân dan Hadis. Namun demikian penggunaan dalil-dalil ‘aqli tersebut tidak mencapai taraf argumentatif, yang bertentangan dengan matan, karena Syaikh Zain al-Dîn memperlakukan matan sebagai acuan standar. Sehingga, pendapat yang ia kemukakan paling tidak dapat memberikan batasan antara pendapatnya dengan pendapat matan. Sebagai contoh: pembahasan tentang gîbah, Syaikh Zain al-Dîn memulai pembahasan dari ayat-ayat al-Qur`ân, kemudian mengungkapkan beberapa hadis Nabi Saw., yang kualitasnya tidak diketahui. Kemudian mengungkapkan pendapat ulama, hikayat, dan diakhiri dengan peringatan atau komentar beliau.
3. Isi Kitab Dalam muqaddimah-nya (Kitab Irsyâd al-`Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd), kitab ini merupakan ringkasan dari kitab al-Zawâjir dan Mursyid al-Tullâb, karya guru besar pelita agama Syihâb al-Dîn Ahmad bin Hajar al-Haitamî
18
dan kakek kami Zain al-Dîn al-Ma‘barî. Kemudian saya tambahkan didalamnya hadis-hadis dan masalah fikih serta hikayat-hikayat (cerita) dan nasehat-nasehat. Diberi nama Irsyâd al-`Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd (penuntun manusia ke jalan yang baik), sambil mengharap dari Allah yang maha murah semoga memimpin kami, dan semua manusia ke jalan yang bahagia dan kekal, sungguh ia maha pemurah lagi pengasih.15 Bila ditelusuri point-point yang terdapat didalamnya maka dapat digolongkan kitab ini sebagai kitab fikih sekaligus kitab akhlak. Dikatakan demikian, karena didalamnya dibahas tentang bidang-bidang ibadat, mu’amalat, dan akhlak yang meliputi tentang nasihat-nasihat. Seluruh pembahasannya dikelompokkan pada 44 bab. Pada tiap bab terdapat beberapa buah hadis.
4. Kandungan Hadis Hadis-hadis yang ada dalam kitab Irsyâd al-‘Ibâd, hanya mencantumkan riwayatnya saja, atau mukharrij-nya. Hal tersebut dapatlah kita mengerti karena kitab Irsyâd al-‘Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd bukanlah kitab asli yang bersanad. Begitu juga dengan kualitasnya tidak dapat diketahui tanpa dilakukannya penelitian. hadis-hadis yang ada di kitab Irsyâd al-‘Ibâd ada yang marfû, dan ada juga yang mauqûf. Hadisnya kurang lebih berjumlah 1078. Kitab Irsyâd al-`Ibâd dalam penempatan bab perbab sudah mengalami kemajuan. Terlihat dari sistematika penyusunan bab, kitab
15
Al-Malîbârî, Irsyâd al-`Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd, h. 2.
19
tersebut mengelompokkan beberapa permasalahan yang identik atau berkaitan. Berikut ini adalah pembahasan dalam kitab Irsyâd al‘-Ibâd: Pendahuluan: 1. Bab
: Iman (11 hadis).
Pasal : Murtad (2 hadis). 2. Bab
: Ilmu (24 hadis).
3. Bab
: Wudu‘ (5 hadis).
Pasal : Hukum wudu‘, Sunnat wudu‘, makruh dalam wudu‘. 4. Bab
: Mandi (12 hadis).
Pasal : Perkara yang mewajibkan mandi besar. 5. Bab
: Keutamaan salat wajib (22 hadis).
Pasal : Haram mengakhirkan salat dari waktu yang ditentukan (6 hadis), Hukum-hukum salat, wajibnya salat, sunat-sunat dalam salat (14 hadis), hal yang dimakruhkan dalam salat (2 hadis), yang membatalkan salat (6 hadis), bacaan dzikir ba‘da salat (19 hadis). 6. Bab
: Salat Sunat (52 hadis).
7. Bab
: Salat Jama‘ah (29 hadis).
Pasal : Syarat-syarat menjadi ma‘mum. 8. Bab
: Salat Jum‘at (36 hadis).
Pasal : Syarat sahnya salat Jum‘at. 9. Bab
: Pakaian dan perhiasan yang diharamkan bagi kaum lelaki dan menyerupai dengan orang perempuan (14 hadis).
10. Bab
: Menjenguk orang sakit (15 hadis).
11. Bab
: Merintih karena kematian dan mendengarkannya (12 hadis)
20
Pasal : Bacaan untuk keselamatan dari siksa (12 hadis), Tentang sabar terhadap musibah (9 hadis), menghibur orang yang berduka cita/ta‘ziyah (3 hadis), ziyarah kubur (11 hadis). 12. Bab
: Zakat (12 hadis).
Pasal : Zakat emas, sedekah sunat (29 hadis), jamuan tamu (4 hadis), zuhud (9 hadis), keutamaan fakir (11 hadis), mengungkit sedekah (19 hadis). 13. Bab
: Puasa (18 hadis)
Pasal : Hukum puasa (10 hadis), kelebihan sepuluh hari terakhir dan lailât al-Qadr, ‘itikaf dan bangun malam pada malam hari rayat ‘îd al-Fitri dan ‘îd al-Adhâ (13 hadis) Puasa sunat (23 hadis), penutup keutamaan hari Asyura` (4 hadis). 14. Bab
: Haji (6 hadis).
Pasal : Hukum-hukum haji, Fadilah kota Mekkah (11 hadis), Ziarah ke kuburan Nabi Saw. dan fadilah ziarah ke Kota Madinah (7 hadis). 15. Bab
: Keutamaan membaca al-Qur`ân (11 hadis).
Pasal : Keutamaan sebagian surat dan ayat-ayat al-Qur`ân yang didasari dengan hadis-hadis (34 hadis). 16. Bab
: Bacaan dzikir diwaktu pagi dan petang (23 hadis).
17. Bab
: Bacaan ketika akan tidur dan bangun daripadanya (13 hadis).
18. Bab
: Bacaan untuk sebagian keadaan (7 hadis)
19. Bab
: Dzikir yang tidak terbatas pada waktu (18 hadis).
20. Bab
: Keutamaan membaca Salawat pada Nabi Saw. (15 hadis).
21. Bab
: Syirik yang kecil yaitu riya (14 hadis).
21
22. Bab
: Sombong dan ‘ujub/membanggakan diri atas suatu perbuatan yang dilakukan (7 hadis). Penutup: Keutamaan tawâdu‘ (10 hadis)
23. Bab
: Dengki dan iri hati (7 hadis).
24. Bab
: Marah (7 hadis).
25. Bab
: Gîbah (9 hadis).
26. Bab
: Namîmah/ Mengadu domba (7 hadis).
27. Bab
: Dusta (10 hadis).
28. Bab
: ‘Amar ma‘rûf nahyi al-Munkar (7 hadis).
29. Bab
: Kasb/ kerja (14 hadis).
Pasal : Rukun jual beli, tentang riba (7 hadis), menimbun barang dan memisahkan antara anak dan ibu (7 hadis), tipuan dalam jual beli (4 hadis), menjual barang dengan sumpah palsu (4 hadis), mengurangi sukatan timbangan dan ukuran (2 hadis), lapang dada dalam jual beli dan memaafkan orang yang menyesal (4 hadis), hutang piutang dan mekanismenya (11 hadis), penutup memberi waktu pada orang yang tidak punya (5 hadis). 30. Bab
: Mencela bea cukai yang melakukan pungli (9 hadis).
31. Bab
: Dâlim/Penganiayaan (18 hadis)
Pasal : Makan harta anak yatim (3 hadis), penutup memelihara anak yatim dan janda (9 hadis), khiyanat (8 hadis). 32. Bab
: Wasiat (4 hadis).
33. Bab
: Nikah ( 15 hadis).
22
Pasal : Rukun nikah (2 hadis), hal yang terjadi antara suami dan istri (3 hadis), suami atau istri menolak hal yang lain (10 hadis), nusyûz (15 hadis), pembagian bermalam (4 hadis). 34. Bab
: Memutuskan hubungan antara sesama muslim/boikot (5 hadis)
35. Bab
: Durhaka terhadap kedua orangtua (9 hadis)
Penutup : Berbakti kepada kedua orangtua (7 hadis). 36. Bab
: Memutuskan hubungan kekerabatan (6 hadis), Penutup (9 hadis).
Pasal : Hak budak sahaya (12 hadis), hak-hak tetangga (16 hadis). 37. Bab
: Pembunuhan (14 hadis).
38. Bab
: Jihad (28 hadis)
Pasal : berjalan di jalan Allah (8 hadis), Lari dari medan perang (6 hadis), gulûl/khianat/korupsi (9 hadis). 39. Bab
: Perdukunan, mengadu nasib, tebak menebak, tenung (sihir), ilmu
nujum dan mencari nasib dengan burung (9 hadis). 40. Bab
: Zina (14 hadis), Penutup: tentang zina mata, tangan dan meneyendiri dengan wanita bukan mahram/ajnabiyah (16 hadis).
Pasal : Liwat atau pelacur laki-laki dengan laki-laki (9 hadis), penutup al-Sihâq atau pelacur wanita dengan wanita (2 hadis), Menuduh berzina orang yang sopan dengan zina atau liwât (3 hadis). 41. Bab
: Minum khamr (20 hadis), penutup tentang makan ganja (2 hadis)
42. Bab
: Sumpah Palsu (5 hadis).
43. Bab
: Saksi Palsu (4 hadis).
44. Bab
: Taubat (10 hadis).
Penutup
: Khauf atau Takut kepada Allah (11 hadis), dan Raja‘ (8 hadis).
23
BAB III ANALISA HADIS-HADIS BAB GÎBAH
A. Hadis Pertama (Pengampunan yang menggîbah)
ََﰊ َﺳﻌِْﻴ ٍﺪ ﻗَﺎﻻ ْ َِﰊ اﻟ ُﺪ ﻧْـﻴَﺎ َﻋ ْﻦ ﺟَﺎﺑِ ٍﺮ َوأ ْ َِﻖ واﻟﻄَْﺒـﺮَِﱏ َوأَ ﺑـ ُْﻮ اﻟ َﺸﻴْﺦ َوإِﺑْ ُﻦ أ ِ َوأَ ْﺧَﺮ َج اﻟﺒَـْﻴـﻬ ﻒ َ ﺻﻠَﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ إِﻳَﺎ ُﻛ ْﻢ َواﻟﻐِْﻴﺒَﺔَ ﻓَِﺈ َن اﻟﻐِْﻴﺒَﺔَ أَ َﺷ ُﺪ ِﻣ َﻦ اﻟ ِﺰﻧَﺎ ﻗِْﻴ َﻞ ﻟَﻪُ َﻛْﻴ َ ﺎل َر ُﺳ ْﻮ ُل اﷲ َ َﻗ ﺐ اﻟﻐِْﻴﺒَ ِﺔ ﻻَ ﻳـَ ْﻐ ِﻔ ُﺮ ﻟَﻪُ َﺣ َﱴ َ ﺻﺎْ ِﺣ َ ب اﷲَ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َوإِ َن ُ ب ﻓَـﻴَﺘُـ ْﻮ ُ ﱐ َوﻳـَﺘُـ ْﻮ ْ ِﱠ◌ ُﺟ َﻞ ﻗَ ْﺪ ﻳـَ ْﺰ َ ﱠ◌ اﻟﺮ َ ﺎل إِن َ َﻗ 1
.ُﺻﺎ ِﺣﺒُﻪ َ ُﻳـَ ْﻐ ِﻔَﺮ ﻟَﻪ
Artinya: “Diriwayatkan oleh Baihaqî, al-Tabranî, Abû al-Syaikh, Ibn Abî Dunyâ, dari Jâbir dan Abî Sa’îd. Berhati-hatilah kamu, jangan sampai menyebut kejelekan orang lain. Sebab sesungguhnya menyebut kejelekan orang lain lebih sulit diampuni dosanya daripada zina. Ada orang bertanya kepada beliau: “sesungguhnya seorang lelaki terkadang berzina, lantas (dia bertaubat) dan Allah menerima taubatnya. Dan sesungguhnya orang yang menyebut kejelekan orang lain tidak akan diampuni dosanya sehingga orang yang disebut kejelekannya mengampuni pada orang yang menebarkan kejelekan itu”. Pelacakan hadis dilakukan melalui kata-kata isim dan fi‘il yang ada dalam matan hadis, melalui Kitab Mu‘jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-Nabawî, tidak ditemukan hadis tersebut. Selanjutnya pelacakan dilakukan melalui awal matan. Melalui kitab al-Jâmi‘ al-Sagîr hadis tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Abî al-Dunyâ dalam dzam al-gîbah dan Abû al-Syaikh dalam al-Taubîkh, keduanya dari Jâbir dan Abî Sa‘îd.2Melalui Kitab Mausû’ah Atrâf al-Hadîts al-Nabawî alSyarîf, ditemukan data sebagai berikut:
1
Zain al-Dîn ibn ‘Abd al-‘Azîz bin Zain al-Dîn al-Malîbârî, Irsyâd al-`Ibâd ilâ Sabîl alRasyâd, bâb al-gîbah, (Surabaya: Dâr Ihyâ` al-Kitab al-‘Arabiyah, t.t.), h. 72. 2 Jalâl al-Dîn ‘Abd al-Rahmân bin Abî Bakr al-Suyûtî, al-Jâmi‘ al-Sagîr fî Ahâdîts alBasyîr wa al-Nadzîr, Juz 1, hadis no. 2919, (Beirût: Dâr al-Fikr tt), h. 450.
23
24
إﻳﺎﻛﻢ واﻟﻐﻴﺒﺔ ﻓﺈن اﻟﻐﻴﺒﺔ أﺷﺪ ﻣﻦ اﻟﺰﻧﺎ
3
إﲢﺎف
) ٥۳۳/۷إﲢﺎف اﻟﺴﺎدة اﳌﺘﻘﲔ ﻟﻠﺰﺑﻴﺪى(
ﻋﺮ
)۱۳٨/۳اﳌﻐﲎ ﻋﻦ ﲪﻞ اﻷﺻﻔﺎر ﻟﻠﻌﺮاﻗﻰ(
ﺟﻮاﻣﻊ
) ٩۱۳٦ﲨﻊ اﳉﻮاﻣﻊ اﻟﺴﻴﻮﻃﻰ(
ﻋﻠﻞ
۱٨٥۳ﻋﻠﻞ اﳊﺪ ﻳﺚ ﻻﺑﻦ اﰊ ﺣﺎﰎ اﻟﺮازى 1. Teks hadis 24
Riwayat al-Tabrânî
َﺣ َﺪﺛـَﻨَﺎﳏَُ َﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ َﺟ ْﻌ َﻔﺮﺑﻦ أَ ْﻋ َﲔ ،ﺛـَﻨَﺎ َْﳛ َﲕ ﺑ ْﻦ أَﻳـُ ْﻮب اﳌََﻘﺎﺑِ ِﺮ ْي ،ﺛـَﻨَﺎ أَ ْﺳﺒَﺎط ﺑِ ْﻦ ﳏَُ َﻤﺪَ ،ﻋ ْﻦ ﻀَﺮةَ .ﻋ ْﻦ َﺟﺎﺑِ ِﺮﺑْ ِﻦ َﻋْﺒ ِﺪاﷲ أَِ ْﰊ َر َﺟﺄْ اﳋَُﺮا َﺳ ِﲏَ ،ﻋ ْﻦ ِﻋﺒَﺎ ُدﺑْ ُﻦ َﻛﺜِ ْﲑَ ،ﻋ ْﻦ َﺳﻌِْﻴ ٍﺪ اﳉَُﺮﻳْ ِﺮىَ ،ﻋ ْﻦ أَِ ْﰊ ﻧَ ْ ﺻﻠﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ) :اﻟﻐِْﻴﺒَﺔُ أَ َﺷ ﱡﺪِ ﻣ َﻦ اﻟ ِﺰﻧَﺎ(، ﺎل َر ُﺳ ْﻮ ُل اﷲ َ َوأَِﰊ َﺳﻌِْﻴ ٍﺪ اﳋُ ْﺪ ِر ْي ،ﻗَﺎﻻَ :ﻗَ َ ﺐ اﻟﻐِْﻴﺒ ِﺔ ﻻَ ﻳـَ ْﻐ ِﻔ ُﺮ)اﷲ( ﺎﺣ َ ﺻِ ﱠ◌ َ ب اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َوإِن َ ب ،ﻓَـﻴَﺘُـ ْﻮ ُ ﱐ ﰒَُ ﻳـَﺘُـ ْﻮ ُ ﺎل :اﻟﱠﺮ ُﺟﻞُ ﻳـَ ْﺰِ ْ ﻒ ؟ ﻗَ َ ﻗِْﻴ َﻞ َوَﻛْﻴ َ ﺻﺎ ِﺣﺒُﻪُ. ﻟَﻪَُ ،ﺣ ﱠﱴ ﻳـَ ْﻐ ِﻔَﺮ ﻟَﻪُ َ
4
Riwayat Ibnu Abî al-Dunyâ
ﺎﱐَ ،ﻋ ْﻦ ِﻋﺒَﺎ ُدﺑْ ُﻦ َﻛﺜِ ْﲑ، بَ ،ﺣ َﺪﺛـَﻨَﺎ أَ ْﺳﺒَﺎ ْطَ ،ﻋ ْﻦ أَِ ْﰊ َر َﺟﺎء اﳋَُﺮا َﺳ ِ ْ َﺣ َﺪﺛـَﻨَﺎ َْﳛ َﻲ ﺑﻦ أَﻳـُ ْﻮ ْ ﻮل اﷲ ﺎل َر ُﺳ ُ ﻀَﺮةَ ،ﻋ ْﻦ َﺟﺎﺑِ ٍﺮَ ،وأَِ ْﰊ َﺳﻌِْﻴ ٍﺪَ ،ر ِﺿ َﻲ اﷲ َﻋْﻨـ ُﻬ َﻤﺎ ﻗَﺎﻻَ .ﻗَ َ َﻋﻦ اﳉَُﺮﻳْ ِﺮ ْيَ ،ﻋ ْﻦ أَِ ْﰊ ﻧَ ْ ب اﷲ ﱐ ﻓَـﻴَﺘُـ ْﻮ ُ ﺻﻠ ﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ) :إِﻳﱠﺎ ُﻛ ْﻢ َواﻟﻐِْﻴﺒَﺔَ ،ﻓٍَﺈ َن اﻟﻐِْﻴﺒَﺔَ أَ َﺷ ﱡﺪ ِﻣ َﻦ اﻟﱢﺰﻧَﺎ ،إِ َن اﻟﱠﺮ ُﺟ َﻞ ﻗَ ْﺪ ﻳـَ ْﺰِ ْ َ ﺻﺎ ِﺣﺒُﻪُ(. ﺐ اﻟﻐِْﻴﺒَ ِﺔ ،ﻻَ ﻳـَ ْﻐ ِﻔَﺮ ﻟَﻪَُ ،ﺣ َْﱴ ﻳـَ ْﻐ ِﻔ ُﺮ ﻟَﻪُ َ ﺎﺣ َ ﺻِ َﻋﻠَْﻴ ِﻪَ ،وإِ َن َ
5
Riwayat Abû Syaikh al-Asbihânî
أَ ْﺧﺒَـَﺮﻧَﺎ اﺑﻦ أَِ ْﰊ َﻋﺎ ِﺻ ْﻢ اﻟﻨَﺒِْﻴ ْﻞ ،ﺛـَﻨَﺎ اﳊُ َﺴ ْﲔ ﺑﻦ َ (1)...و َﺣ َﺪﺛـَﻨَﺎ َﻋْﺒ ُﺪ اﻟﱠﺮ ْﲪﻦ ﺑﻦ اﳊَ َﺴ ْﻦ ﺼﺒﱠﺎ ْح َو َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ أَﺑـُ ْﻮ َْﳛ َْﲕ اﻟﱠﺮا ِز ْى ،ﺛـَﻨَﺎ َﻫﻨَﺎ ْد ﻗَﺎﻟُْﻮا :ﺛـَﻨَﺎ أَ ْﺳﺒَﺎ ْط ﺑﻦ ﳏَُ َﻤ ْﺪ ،ﻧَﺎ ﺎل :ﻧَﺎ اﳊَ َﺴ ْﻦ ﺑِ ْﻦ اﻟ َ ﻗَ َ ﻀَﺮةَ ،ﻋ ْﻦ َﺟﺎﺑِ ِﺮﺑْ ِﻦ َﻋْﺒ ِﺪاﷲ َوأَِ ْﰊ ﺎﱐَ ،ﻋ ْﻦ ِﻋﺒَﺎ ْد ﺑﻦ َﻛﺜِ ْﲑَ ،ﻋ ِﻦ اﳉَُﺮﻳْ ِﺮيَ ،ﻋ ْﻦ أَِ ْﰊ ﻧَ ْ أَﺑـُ ْﻮ َر َﺟﺎ ْء اﳋَُﺮا َﺳ ِ ْ ﺻﻠ ﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ) :إِﻳﱠﺎ ُﻛ ْﻢ َواﻟﻐِْﻴﺒَﺔَ ،ﻓَِﺈ ﱠن اﻟﻐِْﻴﺒَﺔَ أَ َﺷ ﱡﺪ ِﻣ َﻦ اﻟﱢﺰﻧﺎَ؟ ﺎل َر ُﺳ ْﻮ ُل اﷲ َ َﺳﻌِْﻴ ٍﺪ ﻗَﺎﻻَ :ﻗَ َ 3
Abu Hajir Muhamad al-Sa‘îd bin Basyunî Zaglûl, Mausû‘ah Atrâf al-Hadîts al-Nabawî alSyarîf, Juz 4(Beirut: Dâr al-Fikr. 1989), h. 144. 4 Abî al-Qâsim Sulaimân bin Ahmad al-Tabrânî, al-Mu‘jam al-Ausât, jilid 6, hadis no 6590, (Kairo: Dâr al-Hadîts, 1996), h. 430. 5 Abî Bakr ‘Abdullah bin Muhamad bin ‘Ubaid Ibnu Abî al-Dunyâ, al-Samt wa Adâb alLisân, bâb dzam al-gîbah wa dzamihâ, hadis no. 164, (T.tp.: Dâr al-Kutub al-‘Arabî, 1997), h. 118-119.
25
ﺐ اﻟﻐِْﻴﺒَ ِﺔ ﻻَ ﻳـَ ْﻐ ِﻔ ُﺮ ﻟَﻪَُ ،ﺣ ﱠﱴ ﻳـَ ْﻐ ِﻔَﺮ ﺎﺣ َ ﺻِ ب اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪَ ،وإِ ﱠن َ ب ﻓَـﻴَﺘُـ ْﻮ ُ ﱐ ﰒُﱠ ﻳـَﺘُـ ْﻮ ُ ﺎل :إِ ﱠن اﻟﱠﺮ ُﺟ َﻞ ﻳـَ ْﺰِ ْ ﻗَ َ 6 ﻟَﻪُ(. Riwayat al-Baihaqî
ﱐ ﻧﺎَ أَﺑـُ ْﻮ ﺼْﻴ َﺪ ﻻَ ِ ْ أَ ْﺧﺒَـَﺮﻧﺎَ أَﺑـُ ْﻮ َﻋْﺒ ِﺪ اﷲ اﳊَﺎﻓِ ْﻆ أَﻧﺎَ أَﲪَْﺪ ﺑﻦ إِ ْﺳ َﺤﺎق ﺑﻦ إِﺑْـَﺮا ِﻫْﻴﻢ اﻟ َ ﺼﻨَﺎ َِﲝ ْﻲ أَﻧﺎَ أَﺑـُ ْﻮ ﳏَُ َﻤ ْﺪ َﻋْﺒ ِﺪ اﷲ ﺑﻦ اﳌُﺒﺎََرْك ﻧﺎَ إِﺑْـَﺮا ِﻫْﻴﻢ ﺑﻦ ب إِﲰَْﺎ ِﻋْﻴﻞ ﺑﻦ َﻋْﺒ ِﺪ اﷲ اﻟ َ ﻳـَ ْﻌ ُﻘ ْﻮ ْ ﺎلَ :وﻧَﺎ ﺼﺎ ِر ْي اﻟﻐﺴﻴﻞ اﻟﺒَـ ْﻐ َﺪا ِد ْي ﻧﺎَ اﳊَ َﺴ ْﻦ ﺑِ ْﻦ ﻗَـ ْﺰ َﻋﺔ اﻟﺒَﺎ ِﻫﻠِ ْﻲ ﻧﺎَ أَ ْﺳﺒَﺎ ْط ﺑﻦ ﳏَُ َﻤ ْﺪ ﻗَ َ ﺎق اِﻷَﻧْ َ إِ ْﺳ َﺤ ْ ﺎﱐ َﻋ ْﻦ ِﻋﺒَﺎ ُدﺑْ ُﻦ َﻛﺜِ ْﲑ َﻋ ْﻦ َﺳﻌِْﻴ ٍﺪ َﻋﻦ اﳉَُﺮﻳْ ِﺮ ْي )ح( أَﺑـُ ْﻮ َر َﺟﺎ ْء اﳋَُﺮا َﺳ ِ ْ َو أَ ْﺧﺒَـَﺮﻧﺎَ أَﺑـُ ْﻮ َﻋْﺒ ِﺪ اﷲ اﳊَﺎﻓِ ْﻆ أَﻧﺎَ أَﺑـُ ْﻮ ﺑَ ْﻜﺮ ﳏَُ َﻤ ْﺪ ﺑﻦ اﻟ َﻘﺎْ ِﺳ ْﻢ ﺑﻦ أَِ ْﰊ َﺣﻴَﺔ ]اﻟﺒَﻄَﺎﺋِ ْﻲ[ ﻧﺎَ ﺎﱐ َﻋ ْﻦ ِﻋﺒَﺎ اش ﻧﺎَ أَ ْﺳﺒَﺎ ْط ﺑﻦ ﳏَُ َﻤ ْﺪ ﻧﺎَ أَﺑـُ ْﻮ َر َﺟﺎ ْء اﳋَُﺮا َﺳ ِ ْ أَﲪَْ ْﺪ ﺑِ ْﻦ َﻋ ْﻤ ُﺮ وﺑْ ُﻦ َﻣ ْﻌ َﻘ ْﻞ ﻧﺎَ ﳏَُ َﻤ ْﺪﺑِ ْﻦ َﺧ َﺪ ْ ﻀَﺮة َﻋ ْﻦ أَِ ْﰊ َﺳﻌِْﻴ ٍﺪ َو َﺟﺎﺑِ ِﺮ ﺑْ ِﻦ َﻋْﺒ ِﺪ اﷲ ﻗﺎَﻻَ ﻗﺎَ َل ُدﺑْ ُﻦ َﻛﺜِ ْﲑ َﻋ ْﻦ َﺳﻌِْﻴ ٍﺪ َﻋﻦ اﳉَُﺮﻳْ ِﺮ ْي َﻋﻦ أَِ ْﰊ ﻧَ ْ ﺻﻠ ﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ: َر ُﺳ ْﻮ ُل اﷲ َ )اﻟﻐِْﻴﺒَﺔُ أَ َﺷ ﱡﺪ ِﻣ َﻦ اﻟﺰﱠﻧﺎَ(. ْﻒ اﻟﻐِْﻴﺒَﺔُ أَ َﺷ ﱡﺪ ِﻣ َﻦ اﻟﺰﱢﻧﺎَ؟ ْل اﷲ َوَﻛﻴ َ ﻗﺎَﻟُﻮْا :ﻳَﺎ َرﺳُﻮ َ ْب ﻓَـﻴَـ ْﻐ ِﻔ ُﺮ ﻟَﻪُ َوإِ ﱠن َﰲ رِوَاﻳٍَﺔ ﲪَْﺰَة ﻓَـﻴَﺘـُﻮ ُ ْب اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ .وِ ْ ْب ﻓَـﻴَﺘـُﻮ ُ ْﱐ ﻓَـﻴَﺘـُﻮ ُ ﻗﺎ ََل :إِ ﱠن اﻟﱠﺮ ُﺟ َﻞ ﻟِﻴـَﺰِ ْ ْﺲ ِ ْﰲ رِوَاﻳٍَﺔ إِ ْﺳﺤَﺎق ذَ َﻛَﺮ ﺟَﺎﺑِﺮ ﺑﻦ َﻋْﺒ ِﺪ َﺎﺣﺒُﻪُ ﻟَﻴ َ ﱴ ﻳـَ ْﻐ ِﻔ ُﺮﻫَﺎ ﻟَﻪُ ﺻ ِ ﺐ اﻟﻐِْﻴﺒَ ِﺔ ﻻَ ﻳَـ ْﻐ ِﻔ ُﺮ ﻟَﻪُ َﺣ ﱠ َﺎﺣ َ ﺻِ 7
َﰊ َﺳﻌِْﻴ ٍﺪ َو ْﺣ َﺪﻩُ. اﷲ ذَ َﻛَﺮﻩُ َﻋ ْﻦ أِ ْ َﺎس ﺑِ ْﻦ ْﺲ ﺑِ ْﻦ ﳏَُ َﻤ ْﺪ ﻧﺎَ اﻟ َﻌﺒ ْ أَ ْﺧﺒَـﺮَﻧﺎَ أَﺑـ ُْﻮ َﻋْﺒ ِﺪ اﷲ اﳊَﺎﻓِ ْﻆ أَﻧﺎَ أَﺑـ ُْﻮ ...اﻟﻨَـْﻴﺴَﺎﺑـ ُْﻮِر ْي ﻧﺎَ ِﻋﻴ َ ﲨﻴْﻞ أَﺑـ ُْﻮ ﺣَﺎ ِْﰎ َﻋ ْﻦ َﺳﻠَﻤَﺔ ﻋَﻦ اﺑ ُﻦ اﳌُﺒﺎَرَْك َﻋ ْﻦ َﻋْﺒ ُﺪ اﷲ ﺼﻌَﺐ ﻧﺎَ أَﲪَْﺪ ﺑﻦ ﳏَُﻤَﺪ ﺑﻦ َِ ُﻣ ْ َﺎل) :اﻟﻐِْﻴﺒَﺔُ أَ َﺷ ﱡﺪ ِﻣ َﻦ ﺻ ﱠﻞ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗ َ ﱠﱯ َ ِﻚ َﻋ ِﻦ اﻟﻨِ ْ َﺲ ﺑِ ْﻦ ﻣَﺎﻟ ْ ُﻞ َﻋ ْﻦ أَﻧ ْ اﻟ َﺴ ْﺠ ِﺰ ْي َﻋ ْﻦ َرﺟ ٍ 8 ْﺲ ﻟَﻪُ ﺗـ َْﻮﺑـَﺘُﻪُ(. ﺐ اﻟﻐِْﻴﺒَ ِﺔ ﻟَﻴ َ َﺎﺣ َ ْب َوﺻ ِ ﺐ اﻟﺰﱢﻧﺎَ ﻳـَﺘـُﻮ ُ اﻟﺰﱢﻧﺎَ ﻓَِﺈ ﱠن ﺻَﺎ ِﺣ َ أﺑﻮ ...اﻟﻨﯿﺴﺎﺑﻮري Sedangkan dalam kitab al-Jâmi‘ Lisyu‘ab al-Îmân bukan , yang pertama dianggap salah.9أﺑﻮ اﻟﻌﺒﺎس اﻟﺴﯿﺎرى akan tetapi
6
Abû Muhamad, ‘Abdullah bin Muhamad bin Ja‘far bin Hayyân ِ◌Abû al-Syaikh alAsbahâni, al-Taubîkh wa al-Tanbîkh, cet. Pertama, bâb al-nahyu ‘an al-gîbah wa mâ jâ`a fîhi, hadis no. 168, (Beirût: Ihyâ al-Turâts al-Islâmî, 1987), h. 203. 7 Abî Bakr Ahmad bin al-Husain al-Baihaqî, Su‘abu al-Îmân, juz 5, bab Fî Tahrîm A‘râd al-Nâs, hadis no. 6741, (Beirut: Dâr al-Kitâb al-‘Ilmiyah, t.t.), h. 306. 8 Al-Baihaqî, Su‘abu al-Îmân, juz 5, bab fî tahrîm a‘râd al-nâs, hadis no. 6742, h. 306. 9 Al-Baihaqî, Al-Jâmi‘ Lisyu‘b al-Îmân, juz 9, (Riyad: Maktabah al-Rasyîd, 2003). h. 100.
26
2. Al-I‘tibâr al-Sanad Al-I‘tibâr yaitu menyertakan sanad-sanad yang lain, untuk dapat mengetahui apakah ada periwayat lain ataukah tidak ada untuk bagian sanad dari sanad hadis dimaksud.10 Dengan dilakukannya al-I‘tibâr, maka akan terlihat dengan jelas seluruh jalur sanad hadis yang diteliti, demikian juga nama, dan metode periwayatnya. Jadi, kegunaan al-I‘tibâr adalah untuk mengetahui keadaan hadis seluruhnya dilihat dari ada tidaknya pendukung (corroboration) berupa periwayat yang berstatus mutabi‘
11
atau syahid.12Supaya lebih jelas
untuk melihat ada tidaknya periwayat yang berstatus mutabi‘ atau syahid, maka perlu dibuatkan skema/ bagan hadis sebagai berikut:
10
M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 50, mengutif dari Ibnu al-Salâh dan al-Sakhâwî. 11 Periwayat yang berstatus pendukung pada periwayat bukan sahabat. 12 Periwayat yang berstatus pendukung yang berkedudukan sebagai dan untuk sahabat Nabi Saw. M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, h. 50.
27
28
3. Penelitian Sanad a. Sanad Ibnu Abî al-Dunyâ Hadis kesatu, hadis yang diteliti yaitu, hadis yang mukharrijnya Ibnu Abî al-Dunyâ. Penelitian para periwayat hadis dimulai dari periwayat terakhir atau mukharrij hadis. Ibnu Abî al-Dunyâ (208-281 H.) Nama lengkapnya: ‘Abdullah bin Muhamad bin ‘Ubaid bin Sufyân bin Qais al-Qursyî al-Umawî, Abû Bakar Ibnu Abî al-Dunyâ, alBagdâd al-Hâfiz.13 Gurunya: Ahmad bin Jamîl al-Marwazî, Zuhair bin Harb, Abî Dâwud Sulaimân al-Asy‘ats, Muhamad bin Ismâ‘îl al-Bukhârî, Hannâd al-Syarî, Yahyâ Ibn Ayûb al-Maqâbirî, Yahyâ Ibnu Yûsuf al-Zâmî. Muridnya: Ibnu Mâjah al-Tafsîr, ‘Abd al-Rahmân bin Abî Hâtim al-Râzî, Abû al-Husain ‘Utsmân bin Muhamad bin ‘Allân al-Dzahabî. Pendapat ulama hadis: 1. ‘Abd al-Rahmân bin Abî Hâtim:14 Saya menulis hadis darinya beserta ayahku, kemudian bertanya tentangnya: ﺻﺪوق 2. Al-Khâtib: beliau seorang pendidik yang baik para putra khalîfah. 3. Ahmad bin Kâmil: Ibnu Abî al-Dunyâ seorang pendidik yang handal.
13
Syihâb al-Dîn Ahmad bin ‘Alî bin Hajar al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 4, (Beirût: Dar al-Fikr, 1995), h. 473. Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ`i al-Rijâl, jilid 16, (Beirût: Mu`asasah al-Risâlah, 1989), h. 72. 14 ‘Abd al-Rahman bin Abî Hâtim Muhamad Idrîs bin al-Mundzir al-Tamîmî al-Hanzalî alRâzi, al-Jarh wa al-Tadîl Jilid 2, (Beirût: Dâr al-Kitab al-‘Ilmiyah,1953), h. 163.
29
4. Berkata yang lainnya: Apabila datang seseorang pada Ibnu Abî alDunyâ, dia bisa menghibur dan sedih/ menyentuh, dalam satu waktu, untuk meluaskan ilmu dan penjelasan/ berita.15 5. Ismâ‘îl bin Ishâq al-Qâdî: Semoga Allah merahmati Abâ Bakr, meninggal besertanya ‘ilmu yang banyak. 6. Dia lahir tahun 208 H. Ibnu al-Munâdî, dan yang lainnya: Beliau meninggal tahun 281 H, bulan Jumadil Awal. Terdapat pertemuan antara guru dan murid, pendapat para ulama menilai positif (al-ta‘dîl). Beliau menerima hadis dengan cara ()ﺣﺪﺛﻨﺎ. Yahyâ bin Ayûb al-Maqâbirî (157-233/243 H.) Nama lengkapnya: Al-Imâm al-‘Âlim al-Qudwah al-Hâfiz, Yahyâ bin Ayûb al-Maqâbirî, Abû Zakariyâ al-Bagdâdî al-‘Âbidi.16 Gurunya: Khalaf bin Khalîfah, Ismâ‘îl bin ‘Ûlayyah, ‘Abdullah Ibn al-Mubârak, ‘Alî Ibn al-Ja‘ad, Wakî‘ bin al-Jarâh. Muridnya: Muslim, Abû Dâwud, Ahmad bin Hanbal Abû Bakar ‘Abdullah bin Muhamad bin Abî al-Dunyâ, Abû Hâtim al-Râzî. Pendapat ulama hadis: 1. Abû al-Hasan al-Maimûnî, dari Ahmad bin Hanbal: Lelaki Saleh orang yang mempunyai ketenangan. 2. ‘Alî Ibn al-Madînî, Abû Hâtim:17 ﺻﺪوق 3. Abû Syu‘aib al-Harrânî: Yahyâ bin Ayûb al-Maqâbirî orang terpilih yang rajin beribadah kepada Allah.
15
Al-Dzahabî, Siyaru ‘Alâm al-Nubalâ`, jilid 13, h. 400. Al-Dzahabî, Siyaru A‘lâm al-Nubalâ, jilid 11, (Beirût: Mu`asasah al-Risâlah, 1996), h. 386. Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ` al-Rijâl, jilid 31, h. 338. 17 ‘Abd al-Rahmân bin Abî Hâtim, al-Jarh wa al-Ta‘dîl, jilid 9, h. 543. 16
30
4. Mûsâ bin Hârun bin ‘Abdillah: Suraij bin Yûnus, dan Yahyâ bin Ayûb keduanya Saleh. 5. Beliau lahir tahun 157 H. meninggal pada bulan Rabi‘ul Awwal, malam Ahad, tahun 233 H/ 243 H. di Bagdad. Terdapat pertemuan dengan muridnya, pendapat para ulama menilai positif (al-ta‘dîl), menerima hadis dengan cara tahdîts ()ﺣﺪﺛﻨﺎ. Asbât bin Muhamad (W. 200H.) Nama lengkapnya: Asbât bin Muhamad bin ‘Abd al-Rahmân bin Khâlid bin Maisarah, al-Qurasyî, Abû Muhamad bin Abî ‘Amr al-Kûfî.18 Gurunya: Sa‘îd bin Abî ‘Arûbah, Sufyân al-Tsaurî, Abî Sinân Sa‘îd bin Sinân al-Syaibânî, Sulaimân al-Taimî. Muridnya : Ahmad bin Hanbal, Ahmad bin Muhamad bin Yahyâ bin Sa‘îd al-Qattân, Hannâd al-Sarî. Pendapat ulama hadis:19 1. ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal: bertanya pada ayahnya tentang siapa yang lebih dicintai, dari Asbât, Sa‘îd atau al-Khaffâf? Asbât lebih dicintai, beliau mendengarnya waktu di Kufah. 2. Abû Bakr bin Abî Khaitsamah, dari Yahya Ibnu Ma‘în : ﺛﻘﺔ 3. Abû Hâtim: ﺻﺎﻟﺢ 4. Al-Nasâ`î: ﻟﯿﺲ ﺑﮫ ﺑﺄس 5. Ya‘qûb bin Syaibah: orang Kufah yang ﺻﺪوق ﺛﻘﺔ, dari golongan Quraisy, meninggal di Kufah bulan Muharam tahun 200 H.
18
Al-Dzahabî, Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`, jilid 9, h. 355. Al-Dzahabî, Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`, jilid 9, h. 355-356. Al-Mizi, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, jilid 2, h. 356-357. 19
31
Para ulama menilainya positif (al-Ta‘dîl), menerima hadis dengan cara ‘an‘anah ()ﻋﻦ. Abû Raja` al-Khurasânî Nama lengkapnya: ‘Abdullah bin Wâqid al-Hârits bin ‘Abdullah bin Arqam bin Ziyâd bin Mutarraf bin al-Nu‘mân bin Salamah bin Tsa‘labah bin al-Du`ali bin Hanîfah al-Hanafî, Abû Raja` al-Khurasânî.20 Gurunya: ‘Ibbâd bin Katsîr al-Tsaqafî al-Basrî, ‘Abdullah bin ‘Utsmân bin Khutsaim, Muhamad bin Mâlik al-Jûzânî. Muridnya: Asbât bin Muhamad al-Qurasyî, Ishâq bin Mansûr al-Salûlî, Ismâ‘îl bin Abân al-Warrâq, Bisyr bin al-Walîd al-Kindî. Pendapat ulama hadis:21 1. Ahmad bin Hanbal dan Yahyâ Ibnu Ma‘în: ﺛﻘﺔ 2. Abû Zur‘ah: ﻟﻢ ﯾﻜﻦ ﺑﮫ ﺑﺄس. Diakhir mengatakan: ﺛﻘﺔ 3. Al-Nasâ`î: ﻻ ﺑﺄس ﺑﮫ Terdapat pertemuan dengan guru dan muridnya, para ulama menilainya positif (al-ta‘dîl), menerima hadis dengan cara ‘an‘anah ()ﻋﻦ. ‘Ibbâd bin Katsîr al-Tsaqafî al-Basrî (W. 150 H.) Nama lengkapnya: ‘Ibbâd bin Katsîr al-Tsaqafî al-Basrî22 Gurunya: Idrîs bin Sinân, Tsâbit al-Bunânî, Sa‘îd al-Jurairî, Sufyân alTsaurî, Mâlik bin Dînar, Hisyam bin‘Urwah. Muridnya: Isma‘îl bin ‘Ayyâsy, Sa‘îd bin Râsyid, Abû Raja` ‘Abdullah bin Wâqid al-Harawî, Muhamad bin Yûsuf al-Firyâbî. 20
Al-Mizi, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ`i al-Rijâl, jilid 16, h. 254. Al-Mizi, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ`i al-Rijâl, jilid 16, h. 255-256. 22 Al-Mizi, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ`i al-Rijâl, jilid 14, h. 145. 21
32
Pendapat ulama hadis:23 1. ‘Abbâs al-Daurî: ﺿﻌﯿﻒ اﻟﺤﺪﯾﺚ،ﻟﯿﺲ ﺑﺸﯿﺊ 2. Ahmad bin Sa‘ad , dari Yahyâ Ibnu Ma‘în: ﻻ ﯾﻜﺘﺐ ﺣﺪﯾﺜﮫ 3. Al-Dârimî, dari Yahyâ: ﻟﯿﺲ ﺑﺸﯿﺊ ﻓﻲ اﻟﺤﺪﯾﺚdia lelaki saleh. 4. Al-Bukhârî: ﺗﺮﻛﻮه. tinggal di Mekah. 5. Al-Nasâ`î:24 ﻣﺘﺮوك اﻟﺤﺪﯾﺚ 6. Al-Dâruqutnî: ﺿﻌﯿﻒ. 7. Meninggal di Makkah tahun 150 H. Terdapat pertemuan dengan guru dan muridnya, namun penilaian para ulama menilainya negatif (al-jarh), menerima hadis dengan ‘an‘anah ()ﻋﻦ. Maka periwayatannya tidak dapat diterima. Sa‘îd al-Jurairî (W. 144 H.) Nama lengkapnya: al-Imâm, al-Muhaddits, al-Tsiqah, Sa‘îd bin Iyâs al-Jurairî, Abû Mas‘ûd al-Basrî. 25 Gurunya: Tsumâmah bin Hazn al-Qusyairî, Jabr bin Habîb, alHasan Basrî, Abî Nadrah al-Mundzir bin Mâlik bin Qut‘ah al-‘Abdî. Muridnya Hammâd bin Zaid, Hammâd bin Salamah, Sufyân alTsaurî, ‘Abdullah Ibn al-Mubârak, Muhamad bin Dînâr. Pendapat ulama hadis :26 1. Abû Tâlib: Ahli Hadis dari Basrah. 2. Abbâs al-Dûrî: dari Yahyâ Ibnu Ma‘în : ﺛﻘﺔ 23
Al-Mizi, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ`i al-Rijâl, jilid 14, h. 147-148. ‘Abd al-Rahmân bin Abî Hâtim, al-Jarh wa al-Tadîl, jilid 6, h. 84-85. Syams al-Dîn bin Ahmad al-Dzahabî. Mîzân alI‘tidâl, jilid 4, (Beirût: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1995), h. 35. 24 Abî ‘Abd al-Rahmân Ahmad bin Syu‘aib Al-Nasâ`î, Al-Du‘afâ wa al-Matrûkîn ( Beirût: Dâr al-Fikr, 1987), h. 172. 25 Al-Dzahabî, Siyaru ‘Alâm al-Nubalâ`, jilid 16, h. 153. Al-Mizî. Tahdzîb al-Kamâl, jilid 10 h. 338. 26 Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl, jilid 10 h. 340-341.
33
3. Abû Hâtim: Hafalannya berubah sebelum meninggal, maka tulis darinya yang lama, dia ﺻﺎﻟﺢ, dan ﺣﺴﻦ اﻟﺤﺪﯾﺚ.27 4. Yahyâ bin Sa‘îd al-Qattân, dari Kahmas: Kami mengingkari alJurairî pada masa tuanya (sekitar tahun 132 H.). 5. Yahyâ bin Ma‘în, dari Muhammad bin Abî ‘Addî: Kami tidak berbohong kepada Allah, saya mendengar al-Jurairî, ia mukhtalit 28
(kacau/ rusak hafalannya).
6. Al-Nasâ`î: ﺛﻘﺔ, tetapi diingkarinya pada masa tuanya. 7. Muhamad bin Sa‘ad: beliau meninggal tahun 144 H. Terdapat pertemuan dengan gurunya, penilaian ulama positif (alta‘dîl), tetapi diakhir umurnya/ pada masa tuanya dia ikhtilat (kacau hafalannya), menerima hadis dengan ‘an‘anah ()ﻋﻦ. Abî Nadrah (W. 197/198 H.) Nama lengkapnya: al-Mundzir bin Mâlik bin Qit‘ah, al-Imâm alMuhaddits al-Tsiqah, Abû Nadrah al-‘Abdî al-‘Awaqî al-Basrî.29 Gurunya: Anas bin Mâlik, Jâbir bin ‘Abdullah, ‘Abdullah bin ‘Abbâs, ‘Alî bin Abî Tâlib, Abî Sa,îd al-Khudrî, Abî Hurairah. Muridnya: Humaid al-Tawîl, Sa‘îd bin Iyâs al-Jurairî, Sulaimân al-Taimî, Qatâdah bin Di‘âmah, Kahmas bin al-Hasan. Pendapat ulama hadis:30 1. Yahya Ibn Ma‘în, Abû Zur‘ah, dan al-Nasâ` î: ﺛﻘﺔ 2. Muhamad bin Sa‘ad: ﺛﻘﺔ ﻛﺜﯿﺮ اﻟﺤﺪﯾﺚ 27
‘Abd al-Rahman bin Abî Hâtim, al-Jarh wa al-Ta‘dîl, jilid 4, h. 1. Salâh al-Dîn Abû Sa‘îd al-‘Alâ`, al-Mukhtalitîn (Kairo: al-Khânajî, t.t.), h. 37. 29 Al-Dzahabî, Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`, jilid 4 h. 529-530. 30 Al-Dzahabî, Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`, jilid 4 h. 530-531. Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl, jilid 28, h. 510-511. 28
34
3. Ibnu Hibbân memasukkannya dalam Kitab al-Tsiqât. Ia dituduh sesat, ia orang yang fasih di antara manusia, lumpuh di akhir hidupnya. 4. Meninggal tahun 197/198 H. Terdapat pertemuan dengan guru dan muridnya. Para ulama berbeda pendapat dalam menilainya. Menerima hadis dengan cara ‘an‘anah ()ﻋﻦ. Abû Sa‘îd al-Khudrî (Sahabat W63/74 H.) Jâbir bin ‘Abdillah (Sahabat W. 74H.) Untuk tingkatan sahabat tidak diteliti rijal hadisnya. Karena penulis mengikuti pendapat para ulama hadis bahwa para sahabat adil dalam meriwayatkan hadis.
Analisa Sanad Setelah diteliti satu persatu periwayat hadis, hadis kesatu melalui Jâbir dan Abî Sa‘îd sanadnya bersambung. Akan tetapi terdapat periwayat yang dinilai da‘îf, bahkan matrûk pada ‘Ibbâd bin Katsîr al-Tsaqafî. Sehingga dihukumi da‘îf. Dengan demikian hadis pertama yang melalui Jâbir bin ‘Abdillah dan Abî Sa‘îd da‘îf.
35
b. Sanad Al-Baihaqî Dikarenakan hadis yang melalui Jâbir bin ‘Abdillah dan Abî Sa‘îd da‘îf, maka penulis mencoba meneliti yang melalui jalur Anas bin Mâlik. Al-Baihaqî (384-458 H.) Nama lengkapnya: al-Imâm al-Hâfiz al-‘Allâmah al-Jalîl, alUsûlî al-Zâhid al-Wara‘, Syaikh‘ Khurasân, Sâhib al-Tasânif: Abû Bakar Ahmad bin al- Husain bin ‘Alî bin ‘Abdillah bin Mûsâ al-Baihaqî alNaisâbûrî.31 Lahir 384 H. pada bulan Sya‘ban, dan meninggal pada hari ke sepuluh bulan Jumâdi al-Awal tahun 458 H.32 Gurunya: al-Hâkim Abî ‘Abdullah al-Hâfiz, ‘Abdillah bin Yûsuf al-Asbihânî, Ishâq bin Muhamad bin Yûsuf al-Sûsî. Pendapat ulama hadis:33 1. Al-Hâfiz ‘Abd al-Gâfir bin ‘Ismâ‘îl dalam târîkhnya: al-Baihaqî adalah seorang tokoh ulama ternama, beliau juga terkenal sebagai orang yang zuhud dan wara‘. 2. Al-Qudat Abû ‘Ali Isma‘il bin al-Baihaqî: Dia adalah seorang teman kita yang saleh dan paling banyak bacaannya. 3. Al-Sam‘ânî:34 Dia imam yang paham, hâfiz, yang mengumpulkan ilmu hadis dan fiqih.
31
Abî Bakr Ahmad bin al-Husain bin ‘Alî al-Baihaqî, al-Sunan al-Sagîr, jilid 1, (Beirut: Dâr al-Kitab al-‘Ilmiyah,1992), h. 3.lihat Abû ‘Abdillah Syams al-Dîn Muhamad al-Dzahabî. Tadzkirat al-Huffâz, jilid 3, (Beirût: Dar al-Kitab al-‘Ilmiyah, t.t.), h. 1132., lihat al-Dzahabî. Siyaru ‘Alâm al-Nubalâ`i, jilid 18, h. 163-164. 32 Syams al-Dîn Ahmad bin Muhamad bin Abî Bakr bin Khalkân, Wafiyât al-A‘yân, jilid 1, (Beirût: Dâr Sâdr, t.t.), h. 76. 33 Al-Dzahabî, Siyaru A‘lâm al-Nubalâ` jilid 18, h. 167. 34 Abî Sa‘ad ‘Abd al-Karîm bin Muhamad bin Mansûr al-Tamîmî al-Sam‘ânî, al-Ansâb, jilid 2, (Kairo: Maktabah Ibnu Taimiyah, 1980), h. 381.
36
Terdapat pertemuan dengan gurunya, para ulama menilainya positif (al-ta‘dîl), menerima hadis dengan cara takhbir ()أﺧﺒﺮﻧﺎ Abû ‘Abdillah al-Hâfiz (L. 321 H.) Nama lengkapnya: Muhamad bin ‘Abdullah bin Muhamad bin Hamdûwiyah bin Nu’aim bin al-Hâkim, al-Imâm al-Hâfiz, al-Nâqidu al‘Alâmah, Syaikh al-Muhadditsîn, Abû Abdillah bin al-Bayyi‘ al-Dabbî al-Tahmânî al-Naisâbûrî, al-Syâfi‘î, yang mempunyai tulisan. 35 Beliau dilahirkan pada hari senin ketiga, pada bulan Rabî‘ al-Awal, pada tahun 321 H. di Naisaburi. Gurunya: ‘Abd Bâqi bin Qâni‘, Muhamad bin Mu`ammal alMâsarjisî, Muhamad bin Ya‘qûb al-Asam, Abî ‘Alî al-Husain bin ‘Alî al-Naisâbûrî al-Hafiz. Muridnya: Muhamad bin Ahmad bin Ya‘qûb, Abû Dzar alHarawî, Abû Ya‘lâ al-Khalîlî, Abû Bakr al-Baihaqî, Abû Sâlih alMu`adzin. Pendapat ulama hadis: 1. Ibn Tâhir: saya bertanya kepada Sa‘ad bin ‘Alî al-Hâfiz, tentang empat orang ahli hadis yang unggul, kalian tahu? Beliau berkata: Siapa? Saya menjawab: al-Daruqutnî, ‘Abd al-Ganî, Ibn Mandah, alHâkim. Beliau kemudian menjawab: al-Dâruqutnî adalah orang yang paling mengerti dalam ‘ilal, ‘Abd al-Ganî orang yang paling mengerti tentang nasab, Ibn Mandah orang yang paling mengerti dan
35
Al-Dzahabî, Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`i, jilid 17, h. 162-163.
37
banyak hadisnya, sedangkan al-Hâkim orang yang paling baik karyanya. 2. Al-Sam‘ânî: dia yang unggul dalam ilmu dan ma‘rifat, hafal, dan faham. Padanya ilmu-ilmu hadis, dan yang lainnya, bagus karangannya. 36 3. Al-Bagdâdî: ﺛﻘﺔ37 Terdapat pertemuan dengan guru dan muridnya, para ulama menilainya positif (al-ta‘dîl), menerima hadis dengan cara takhbir ()أﻧﺎ. Al-Sayyârî (262-344 H.) Nama lengkapnya: al-Imâm al-Zâhid Syaikh, Abû al-‘Abbâs alQâsim bin Abî al-Qâsim bin ‘Abdullah bin Mahdî bin Mu‘âwiyah alSayyârî al-Marwazî.38 Gurunya: Abî al-Muwajjah al-Marwazî, Ahmad bin ‘Ibbâd, Sahiba Muhamad bin Mûsâ al-Fargânî. Muhamad bin Jâbir. Muridnya: ‘Abd al-Wâhid bin ‘Alî, Abû ‘Abdillah al-Hâkim/ Abû ‘Abdillah al-Bayyi‘ al-Hâfizâni, Abû ‘Abdullah bin Mandah. Dia menampakkan madzhab Jabariyah, dan mengajaknya. Lahir tahun 262 H., meninggal tahun 344 H. Terdapat pertemuan dengan muridnya, tidak ditemukan penilaian terhadapnya, menerima hadis dengan cara takhbir ()ﻧﺎ.
36
Al-Sam‘ânî, al-Ansâb, jilid 2, h. 370. Abî Bakr Ahmad bin ‘Alî bin Tsâbit al-Khâtîb al-Bagdâdî. Târikh Madînah al-Salâm, Jilid 3, (Beirût: Dâr al-Garab al-Islâmî, 2001), h. 510. 38 Al-Dzahabî, Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`, jilid 15, h. 500-501. Al-Sam‘ânî, al-Ansâb, jilid 7, h. 212-213. 37
38
‘Îsâ bin Muhamad Nama lengkapnya: Al-‘Allâmah, Imâm al-Lugah, Abû al-‘Abbâs, ‘Îsâ bin Muhamad al-Tahmânî al-Marwazî, al-Kâtib.39 Gurunya: Ishâq Râhawaih, ‘Alî bin Hujr, Jamâ‘ah. Muridnya: Ahmad bin al-Khadir, Yahyâ bin Muhamad al-‘Anbarî, ‘Umr bin ‘Allak. Beliau seorang pemimpin dari al-Marwijah. Pendapat ulama: Menurut al-Bagdâdî 40ﺛﻘﺔ Al-‘Abbâs bin Mus‘ab ‘Abbâs bin Mus‘ab al-Marwazî. Meriwayatkan dari dua orang Iraq dan penduduk asli, dia salah seorang pelajar yang mengambil dari orang yang menguasai ilmu sejarah dan keturunan. Dia meninggal dalam usia muda, belum sempat menulis/mengarang sesuatu. Muridnya anak saudaranya Ahmad bin Muhamad bin Mus‘ab bin Bisyr di Marwa, Muhamad bin Syujâ‘ dan Abî Hamzah.41 Tidak ada data pertemuan antara murid dan guru. juga tidak diketahui tahun lahir dan wafatnya (masa hidupnya). Menerima hadis dengan cara takhbir ()ﻧﺎ. Ahmad bin Muhamad bin Jamîl Abû Hâtim Tidak ditemukan dalam berbagai kitab rijâl dan târîkh, (majhûl).
39
Al-Dzahabî, Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`, jilid 13, h. 571. Al-Bagdâdî. Târikh Madînah alSalâm, Jilid 11 h. 171. (Kairo: Dâr al-Fikr, t.t.), h. 171. 40 Al-Bagdâdî. Târikh Madînah al-Salâm, Jilid 11 h. 171. 41 Abî Hâtim Muhamad bin Hibân bin Ahmad al-Tamîmî al-Bustî, al-Tsiqât, jilid 8 (Beirût: Dâr al-Kitab al-‘Ilmiyah,1953), h. 514.
39
Salamah (W. 196 H.) Nama lengkapnya: Salamah bin Sulaiman al-Marwazî, Abû Sulaimân, dikatakan pula Abû Ayûb al-Mu`adâb. al-Hâfiz.42 Gurunya: ‘Abdullah Ibn al-Mubârak, Abî Hamzah al-Sukarî. Muridnya: Ahmad Abî Rajâ` al-Harawî, Ahmad Bin Sa’îd Al-Ribatî, Abû Muhamad Ahmad Bin ’Isâ al-Khaffâf. Pendapat ulama hadis: 1. Abû Hâtim: Orang tangan kanan/kesayangan Ibnu al-Mubâraq.43 2. Ahmad
bin
Mansûr
al-Marwazî:
Salamah
bin
Sulaimân
meriwayatkan sekitar 10.000 hadis. 3. Al-Nasâ`î: ﺛﻘﺔ, ِ◌ ِ◌Al-Dzahabî:44 ﺛﻘﺔ ﺣﺎﻓﻆ 4. Muhamad bin al-Laits: Wafat tahun 196 H. Terdapat pertemuan dengan gurunya, para ulama menilainya positif (al-ta‘dîl), menerima hadis dengan cara ‘an‘anah ()ﻋﻦ. Ibn al-Mubârak (118-181 H.) Namanya: ‘Abdullah bin Mubârak bin Wâdih al-Hanzalî alTamîmî, Abû ‘Abd al-Rahmân al-Marwazî.45 Gurunya: Ismâ‘îl bin ‘Ayyâsy, Hammâd bin Salamah, Sufyân alTsaurî, Sulaiman al-A‘masyi, Ma’mar bin Rasyid. Muridnya: Baqiyyah bin Walîd, al-Hakam bin Mûsâ al-Qantârî, Salamah bin Sulaiman al-Marwazî, ‘Abd al-Razzâq bin Hammâm.
42
Al-Dzahabî, Siyaru ‘Alâm al-Nubalâ`, jilid 9, h. 433. ‘Abd al-Rahmân bin Abî Hâtim, al-Jarh wa al-Ta‘dîl, jilid 4, h. 163. 44 Syams al-Dîn Abî ‘Abdullah Muhamad Ahmad al-Dzahabî al-Dimasyqî, al-Kâsyif fî Ma‘rifati man lahu Riwâyat fî al-Kutub al-Sittah, jilid 1, (Jedah: Mu`asasah ‘Ulûm al-Qur`ân, t.t.), h. 453. 45 Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 4, h. 457. 43
40
Pendapat ulama:46 1. Ibnu Mahdî: Para Imam ada 4, yaitu: Sufyân al-Tasurî, Mâlik bin Ânas, Hâmâd bin Zaid, Ibnu al-Mubârak. 2. ‘Abbâs bin Mus‘ab: Pengumpul hadis, ahli fikih, ahli bahasa ‘Arab, pemberani, ahli perdagangan, dermawan. 3. Mûsâ bin Ismâ`îl dari Sallâm bin Abî Mutî‘: Tidak ada bandingannya di Masyriq seperti Ibnu al-Mubârak. 4. Ibnu al-Jandbud dari Ibnu Ma‘în: Dia cerdik, teguh, siqah, berilmu, sahih hadisnya, dan dalam kitabnya terdapat 20.000/ 21.000 hadis. 5. Lahir tahun 118 H. Meninggal tahun 181 H., pada usia 63 tahun. Terdapat pertemuan dengan muridnya, pendapat para ulama menilainya positif (al-ta‘dîl), menerima hadis dengan cara ﻋﻦ. ‘Abdullah al-Sajzî Nama lengkapnya: Ubaidillah bin ‘Abdullah al-Sajzî, Abû alHaitsam. Gurunya: Abî Ishâq al-Sab‘î. Muridnya: al-Fadl bin Mûsâ alSainânî, Abû al-Rabî‘ al-Zahrânî, Hisyâm bin ‘Abdullah al-Râzî.47 Tidak ditemukan data persambungan guru dan murid, juga masa hidupnya. Menerima hadis dengan cara ‘an‘anah ()ﻋﻦ. Rajul Mubham, artinya: sulit untuk melacaknya karena identitasnya tidak jelas. Anas bin Mâlik (Sahabat W. 93 H.)
46
Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 4, h. 458-460. Ibnu Hibbân, al-Tsiqât, jilid 7., h. 147. ‘Abd al-Rahman bin Abî Hâtim, al-Jarh wa alTa‘dîl, jilid 5, h. 322. 47
41
Analisa Sanad Setelah diteliti satu persatu periwayat hadis, hadis kesatu melalui Anas bin Mâlik da‘îf. Karena ada seorang periwayat yang mubham, yaitu: rajulun, dan majhûl yaitu: Ahmad bin Muhamad bin Jamîl Abû Hâtim. Dan juga ‘Abbâs bin Mus‘ab dan Abdullah al-Sajzî, tidak ada data pertemuan dengan guru dan muridnya, begitu juga dengan tahun lahir wafatnya, tidak diketahui.
42
B. Hadis kedua (Menggîbah disamakan dengan riba/zina)
ﺎل ﻓَِﺈ َن أَْرَْﰉ اﻟ ِﺮ ﺑَﺎ َ َاﻟﺮَﰉ ِﻋْﻨ َﺪاﷲِ ﻗَﺎﻟُﻮا اﷲ َوَر ُﺳ ْﻮﻟُﻪُ أَ ْﻋﻠَ ُﻢ ﻗ ِ َوأَﺑـُ ْﻮ ﻳـَ ْﻌﻠَﻰ أَﺗَ ْﺪ ُرْو َن أَْرَْﰉ ﺻﻠَﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠَ َﻢ َواﻟَ ِﺬ ﻳْ َﻦ َ ﷲ ِ ﺮض ا ْﻣ ِﺮ ٍئ ُﻣ ْﺴﻠِ ٍﻢ ﰒَُ ﻗَـَﺮأَ َر ُﺳ ْﻮ َل ا ِ ﷲ إِ ْﺳﺘَ ْﺤﻼَ ُل ِﻋ ِ ِ◌ ا َ ِﻋْﻨﺪ 48 .ت ﺑِﻐَ ِْﲑ َﻣﺎ إﻛﺘَ َﺴﺒُـ ْﻮا ﻓَـ َﻘ ِﺪ إﺣﺘَ َﻤﻠُﻮا ﺑـُ ْﻬﺘَﺎْ ﻧًﺎ َوإِﲦًﺎ ُﻣﺒِْﻴـﻨًﺎ ِ ﲔ َواﳌُْﺆِﻣﻨَﺎ َ ْ ِﻳـُ ْﺆذُ ْو َن اﳌُْﺆ ِﻣﻨ Artinya: “Diriwayatkan Abû Ya’lâ Tahukah kamu riba yang paling berat di sisi Allah?” Para sahabat berkata: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui”. Rasul bersabda: “sesungguhnya riba yang paling berat di sisi Allah adalah menginjak-injak kehormatan seorang muslim. Kemudian beliau membaca: “dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu`min perempuan dengan hal yang tidak pernah mereka lakukan, maka sungguh mereka telah berbuat dusta dan dosa yang nyata”. Syaikh Zain al-Dîn menyebutkan hadis tersebut di Abû Ya‘lâ. Pelacakan hadis dilakukan melalui kata-kata isim dan fi‘il yang ada dalam matan hadis, melalui Kitab Mu‘jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-Nabawî, tidak ditemukan hadis tersebut. Selanjutnya pelacakan dilakukan melalui awal matan. Melalui kitab al-Jâmi‘ al-Sagîr ini diriwayatkan oleh Ahmad dalam musnadnya dan Abî Dâwud, keduanya dari Sa’îd bin Zaid.49 Sedangkan melalui melalui kitab Mausû’ah Atrâf al-Hadîts al-Nabawî al-Syarîf, ditemukan data sebagai berikut:50 ان ﻣﻦ ارﺑﻰ اﻟﺮﺑﺎ اﻻﺳﺘﻄﺎﻟﺔ ﻓﻰ ﻋﺮض اﻟﻤﺴﻠﻢ ﺑﻐﻴﺮ ﺣﻖ ﺳﻨﻦ أﰉ داود٤۸۷٦ ﻣﺸﻜﺎة اﳌﺼﺎﺑﻴﺢ ﻟﻠﺘﱪﻳﺰي٥۰٤٥ اﻟﱰﻏﻴﺐ واﻟﱰﻫﻴﺐ ﻟﻠﻤﻨﺬرى۲٤۰:۳ ﻓﺘﺢ اﻟﺒﺎرى ﻻﺑﻦ ﺣﺠﺮ٤۷۰:۱۰ اﲢﺎف اﻟﺴﺎدة اﳌﺘﻘﲔ ﻟﻠﺰﺑﻴﺪى٥۳۷:٨ اﻟﺘﻮ ﺳﻞ ﻟﻸ ﻟﺒﺎﱐ ۷۸
د ﻣﺸﻜﺎة ﺗﺮﻏﻴﺐ ﻓﺘﺢ اﲢﺎف ﺗﻮﺳﻞ
ان ﻣﻦ ارﺑﻰ اﻟﺮﺑﺎ ﺗﻔﻀﻴﻞ اﻟﻤﺮء ﻋﻠﻰ أﺧﻴﻪ
ﲨﻊ اﳉﻮاﻣﻊ اﻟﺴﻴﻮﻃﻰ
۷۱٦۹ ﺟﻮاﻣﻊ
ان ﻣﻦ ارﺑﻰ اﻟﺮﺑﺎ ﺧﺮق اﻟﻤﺮء ﻋﺮض أﺧﻴﻪ
48
Al-Malîbârî. Irsyâd al-`Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd,bâb al-Gîbah, h. 72. Al-Suyûtî, al-Jâmi‘ al-Sagîr fî Ahâdîts al-Basyîr wa al-Nadzîr, Juz 1, h. 378. 50 Zaglûl, Mausû‘ah Atrâf al-Hadîts al-Nabawî al-Syarîf, jilid 6, Hal 629. 49
43
ﻣﻮﺿﻮﻋﺎت ۲٤٦ :۲اﳌﻮﺿﻮﻋﺎت ﻻﺑﻦ اﳉﻮزى 1. Teks hadis Riwayat Abû Dâwud
ْﺐ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َﻋْﺒ ُﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺑْ ُﻦ أَِﰉ ْف َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ أَﺑُﻮ اﻟْﻴَﻤَﺎ ِن َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ُﺷ َﻌﻴ ٌ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ﳏَُ ﱠﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ ﻋَﻮ ٍ َﺎل إِ ﱠن ﺻﻠَﻰ اﷲ َﻋ ْﻠﻴ ِﻪ َو َﺳﻠَ َﻢ ﻗ َ ﱠﱮ َ َﺎﺣ ٍﻖ َﻋ ْﻦ َﺳﻌِﻴ ِﺪ ﺑْ ِﻦ َزﻳْ ٍﺪ َﻋ ِﻦ اﻟﻨِ ﱢ َﲔ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ﻧـ َْﻮﻓَﻞُ ﺑْ ُﻦ ُﻣﺴ ِ ُﺣﺴ ْ ٍ َﲑ َﺣ ﱟﻖ. ْض اﻟْ ُﻤ ْﺴﻠِ ِﻢ ﺑِﻐ ِْ ِﻣ ْﻦ أَرَْﰉ اﻟﱢﺮﺑَﺎ ا ِﻻ ْﺳﺘِﻄَﺎﻟَﺔُ ِﰱ ﻋِﺮ ِ
51
Riwayat Ahmad bin Hanbal.
ﺎل َﺣ َﺪﺛـَﻨَﺎ أَﺑـُ ْﻮ اﻟﻴَ َﻤ ْﻦ أَﻧْـﺒَﺄَ ﻧَﺎ ُﺷ َﻌْﻴﺐ َﻋ ْﻦ َﻋْﺒ ُﺪاﷲ ﺑِ ْﻦ َﻋْﺒ ِﺪ اﻟَﺮﲪَْ ْﻦ ﺑِ ْﻦ أَِ ْﰊ ُﺣ َﺴ ْﲔ ﺣﺪ ﻗَ َ ﻮل ﻳَﺎ ﺑَِﲏ ﻻَ ﺗَـ ْﻌﻠَ ُﻢ اﻟﻌِْﻠ َﻢ ﻟِﺘَﺒَﺎ ِﻫﻰ ﺑِِﻪ اﻟﻌُﻠَ َﻤﺎء اَْو ﲤَﺎرى ﺑِِﻪ اﻟ ُﺴ َﻔ َﻬﺎء َوﺗَـَﺮاﺋِﻰ ﺑـَﻠَﻐَِﲏ أَ َن ﻟُْﻘ َﻤﺎ َن َﻛﺎ َن ﻳـَ ُﻘ ُ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ ﱠﱯ َ َﺎﺣ ٍﻖ َﻋ ْﻦ َﺳﻌِﻴ ِﺪ ﺑْ ِﻦ َزﻳْ ٍﺪ َﻋ ْﻦ اﻟﻨِ ﱢ َﺎل َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ﻧـ َْﻮﻓَﻞُ ﺑْ ُﻦ ُﻣﺴ ِ ﺲ ﻓَ َﺬ َﻛَﺮﻩُ َوﻗ َ ﺑِِﻪ ِ ْﰲ اﳌَ َﺠﺎﻟِ ِ ﱠﺣ َﻢ ِﺷ ْﺠﻨَﺔٌ َﲑ َﺣ ﱟﻖَ .وإِ ﱠن َﻫ ِﺬ ِﻩ اﻟﺮِ ْض ُﻣ ْﺴﻠِ ٍﻢ ﺑِﻐ ِْ َﺎل ِﻣ ْﻦ أَرَْﰉ اﻟﱢﺮﺑَﺎ ِاﻻ ْﺳﺘِﻄَﺎﻟَﺔُ ِﰲ ﻋِﺮ ِ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ أَﻧﱠﻪُ ﻗ َ 52 ِﻣ ْﻦ اﻟﺮﱠﲪَْ ِﻦ ﻓَ َﻤ ْﻦ ﻗَﻄَ َﻌﻬَﺎ َﺣﱠﺮَم اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ اﳉَْﻨﱠﺔَ Riwayat Abî Ya‘lâ al-Mausilî
ﺲ اﳌَ ِﻜـ ْﻲَ ,ﻋـ ْﻦ اِﺑْـ ُﻦ أَِ ْﰊ َﺎمَ ،ﻋ ْﻦ ِﻋﻤْـﺮَا َن ﺑْـ ِﻦ أَﻧـَ ْ ْﺐَ ،ﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ُﻣﻌَﺎ ِوﻳَﺔُ ﺑْ ُﻦ ِﻫﺸ ٍ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ أَﺑُﻮ ُﻛَﺮﻳ ٍ َ◌ى ﺻـﻠﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَﻴـﻪ وﺳَـﻠﱠﻢ ﻷَﺻْـﺤَﺎﺑِِﻪَ :ﺗَـ ْﺪرُو َن َﻣـﺎ أَْزن َ ـﻮل اﷲِ َ ـﺎل َر ُﺳ ُ َﺖ :ﻗَ َ ُﻣﻠَْﻴ َﻜ ْﺔَ ،ﻋ ْﻦ ﻋَﺎﺋِ َﺸﺔَ ﻗَﺎﻟ ْ
ـﺎل :إِ ﱠن أَرَْﰉ اﻟﱢﺮﺑَــﺎ ِﻋْﻨـ ـ َﺪ اﷲِ َﻋـ ـﱠﺰ َو َﺟـ ـ ﱠﻞ اﻟﺰﻧـَ ـﺎ ِﻋْﻨـ ـ َﺪ اﷲِ َﻋـ ـﱠﺰ َو َﺟـ ـ ﱠﻞ ؟ ﻗَــﺎﻟُﻮا :اﻟﻠﱠـ ـﻪُ َوَر ُﺳـ ـﻮﻟُﻪُ أَ ْﻋﻠَـ ـﻢُ ،ﻗَـ َ ـﺎت ﺑِﻐَـ ِْـﲑ ﻣَﺎا ْﻛﺘَ َﺴـﺒُﻮا ﲔ وَاﻟْﻤ ُْﺆِﻣﻨَـ ِ ْض ا ْﻣـ ِﺮ ٍئ ُﻣ ْﺴـﻠِ ٍﻢ ،53ﰒُﱠ ﻗَ ـَﺮأَ :وَاﻟﱠـﺬِﻳ َﻦ ﻳُـ ْـﺆذُو َن اﻟْ ُﻤـ ْـﺆِﻣﻨِ َ ا ْﺳـﺘِ ْﺤﻼ َُل ِﻋــﺮ ِ ﻓَـ َﻘ ِﺪ ا ْﺣﺘَ َﻤﻠُ ْﻮ ﺑـُ ْﻬﺘَﺎ ﻧًﺎ َوإِﲦًْﺎ ُﻣﺒِْﻴـﻨًﺎ).اﻷﺣﺰاب.(۵٨ : Riwayat al-Baihaqî
ﺿ ْﺦ ﻧَﺎ ُﻣ ْﻮ َﺳﻰ ﺑِ ْﻦ ﻒ أَﻧَﺎ أَﺑـُ ْﻮ ﺑَ َﻜ ْﺮ أَﲪَْ ْﺪ ﺑِ ْﻦ َﺳﻌِْﻴ ْﺪ ﺑِ ْﻦ ﻓَـ ْﺮ َ أَ ْﺧﺒَـَﺮﻧَﺎ أَﺑـُ ْﻮ ﳏَُ َﻤ ْﺪ ﺑِ ْﻦ ﻳـُ ْﻮ ُﺳ ْ ﺲ َﻋ ْﻦ َﻋْﺒ ِﺪ اﷲِ اﳊَ َﺴ ْﻦ ﻧَﺎ َﺳﻌِْﻴ ْﺪ ﺑِ ْﻦ ﳏَُ َﻤ ْﺪ اﳉَْﺮِﻣ ْﻰ ﻧَﺎ أَﺑـُ ْﻮ َﺳﻠَ َﻤ ْﺔ َْﳛ َﻲ ﺑِ ْﻦ َوا ِﺿ ْﺢ ﻧَﺎ َﻋ َﻤ ْﺎر ﺑِ ْﻦ أَﻧَ ْ ﺻ َﺤﺎ ِ◌ ْ ﺻﻠَﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠَﻢ ﻷ َ ﷲ َ ﺎل َر ُﺳ ْﻮ ُل ا ِ ﺖ ﻗَ َ ﷲ ﺑِ ْﻦ أَِ ْﰊ ُﻣﻠَْﻴ َﻜ ْﺔ َﻋ ْﻦ َﻋﺎ ﺋِ َﺸﺔَ ﻗَﺎﻟَ ْ ﺑِ ْﻦ ﻋُﺒَـْﻴ ِﺪ ا ِ ﺑِِﻪ: 51
Sulaimân bin al-Asy‘ats al-Sijstânî Abî Dâwud, Sunan Abî Dâwud, kitab al-adab bâb fî al-gîbah, Jilid 4, hadis no. 4876, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1994), h. 291. 52 Ahmad bin Hanbal, Musnad, jilid 1 h. 190. 53 Ahmad bin ‘Alî bin al-Matsnâ al-Tamîmî al-Mausilî, Musnad Abî Yâ‘lâ al-Mausîlî, cet pertama, jilid 8, hadis no. 333-4689, (Damasqus: Dâr al-Tsaqafah al-‘Arabiyah, 1986), h. 145.
44
. اﷲ َوَر ُﺳ ْﻮ ﻟُﻪُ أَ ْﻋﻠَ ُﻢ:)أَ ْﺧﺒَـ ُﺮْوِﱐ َﻣﺎ أَْرَﰉ اﻟ ِﺮﺑَﺎ؟( ﻗَﺎﻟُﻮا :َ ﰒَُ ﻗَـَﺮأ54 ﻓَِﺈ َن أَْرَْﰉ اﻟ ِﺮﺑَﺎ ِﻋْﻨ َﺪ اﷲِ َﻋَﺰ َو َﺟ َﻞ اِ ْﺳﺘِ ْﺤﻼَ ُل ﻋِﺮْض اﳌُ ْﺴﻠِ ِﻢ:ﺎل َ َﻗ :)اﻷﺣﺰاب.َﲑ ﻣَﺎا ْﻛﺘَ َﺴﺒُﻮا ﻓَـ َﻘ ِﺪ ا ْﺣﺘَ َﻤﻠُ ْﻮ ﺑـُ ْﻬﺘَﺎ ﻧًﺎ َوإِﲦًْﺎ ُﻣﺒِْﻴـﻨًﺎ ِْ َﺎت ﺑِﻐ ِ ﲔ وَاﻟْﻤ ُْﺆِﻣﻨ َ ِوَاﻟﱠﺬِﻳ َﻦ ﻳـ ُْﺆذُو َن اﻟْﻤ ُْﺆِﻣﻨ .(۵٨ Perlu diketahui terdapat perbedaan nama yang diriwayatkan alBaihaqî ( ْﻋﻤَﺎرْ ﺑِﻦْ أَﻧَﺲ َ ) dan Abî Ya‘lâ al-Mausilî ( ْ) ِﻋﻤْﺮَ انَ ﺑْﻦِ أَﻧَﺲْ اﻟ َﻤﻜِﻲ, dan setelah dicek di kitab rijal,yang betul yaitu ْﻋﻤْﺮَ انَ ﺑْﻦِ أَﻧَﺲْ اﻟ َﻤﻜِﻲ ِ . Sedangkan dalam nama ْﺳﻠَ َﻤ ْﺔ ﯾَﺤْ ﻲَ ﺑِﻦْ وَ ا ﺿِﺢ َ ْأَﺑُﻮ, dalam sanad al-Baihaqî, setelah dicek ke dalam kitab rijal hadis adalah أﺑﻮ ﺗﻤﯿﻠﺔ ﯾﺤﯿﻰ ﺑﻦ وا ﺿﺢ Supaya lebih mudah melakukan penelitian, perlu dibuatkan skema/ bagan sanad hadis sebagai berikut:
54
Al-Baihaqî, Su‘abu al-Îmân, juz 5, bâb fî tahrîm a‘râd al-Nâs, hadis no. 6711, h. 298.
45
46
1.a. Penelitian Sanad Abû Ya‘lâ (210-307 H.) Nama lengkapnya: al-Imâm al-Hâfiz, Syaikh al-Islâm, Abû Ya‘lâ, Ahmad bin ‘Alî bin al-Matsnâ Ibn Yahya bin ‘Îsâ bin Hilâl alTamîmî al-Mausilî, Muhaddits al-Mausil. Lahir Syawwal ketiga tahun 210 H.55 Gurunya: Ahmad bin Hâtim al-Tawîl, Ahmad bin ‘Îsâ al-Tustarî, Yahyâ bin Ma‘în, Abî Kuraib Muhamad bin al-‘Ilâ. Pendapat ulama:56 1. Al-Sulamî: Saya bertanya pada al-Dâraqutnî tentangnya: ﺛﻘﺔ ﻣﺄﻣﻮن 2. Al-Hâfiz ‘Abd al-Gânî al-Azdî: Abû Yâ‘lâ salah seorang yang siqah, paling teguh, menurut pendapat Abî Hanifah. 3. Abû ‘Abdillah al-Hâkim: Beliau ﺛﻘﺔ ﻣﺄﻣﻮن 4. Ibnu Mandah: dia salah seorang yang siqah meninggal tahun 307 H. 5. Al-Hâfiz ‘Abd al-Ganî al-Azdî: Dia salah seorang yang ﺛﻘﺔ أﺛﺒﺎت, menurut pendapat Abû Hanîfah. Penilaian para ulama positif (al-ta‘dîl), menerima hadis dengan takhbir ()أﺧﺒﺮﻧﺎ. Abu Kuraib (W. 248 H.) Nama lengkapnya: Muhamad Ibn al-‘Ilâ bin Kuraib al-Hamdânî, Abû Kuraib al-Kûfî.57 Gurunya: Ishâq bin Sulaimân al-Râzî, Ishâq bin Mansûr al-Salûlî, Mu’âwiyah bin Hisyâm al-Qassâr, ‘Abdullah Ibnu al-Mubârak. 55
Al-Dzahabî, Siyaru A‘lâm al-Nubala`, jilid 14, h. 174. Al-Dzahabî, Siyaru A‘lâm al-Nubala`, jilid 14, h. 177-179. 57 Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, jilid 26, h. 243. 56
47
Muridnya: Abû Ya‘lâ al-Mausilî, ‘Abdullah Ahmad bin Hanbal, ‘Abdullah Ibn Muhamad Ibn Abî al-Dunyâ. Pendapat ulama:58 1. ‘Abd al-Rahmân bin Abî Hâtim dari ayahnya: ﺻﺪوق59 2. Abû ‘Alî al-Naisâbûrî: Saya mendengar Abâ al-‘Abbâs bin ‘Uqdah: beliau mengedepankan dalam hafalan dan Ma‘rifah pada gurugurunya, lalu berkata: Abû Kuraib di Kufah mempunyai hafalan 300.000 hadis. 3. Mûsâ bin Ishâq al-Ansârî: saya mendengar darinya 100.000 hadis. 4. Al-Nasâ`î: ﻻ ﺑﺄس ﺑﮫkemudian berkata lagi: ﺛﻘﺔ 5. Al-Bukhârî: beliau meninggal bulan Jumadil Akhir tahun 248 H. Tedapat pertemuan dengan guru dan muridnya, penilaian para ulama terhadapnya positif (al-ta‘dîl), menerima hadis dengan cara tahdîts ()ﺣﺪﺛﻨﺎ. Mu‘âwiyah bin Hisyâm (W. 204-205 H.) Nama lengkapnya: Mu‘âwiyah bin Hisyâm al-Qassâr, Abû alHasan al-Kûfî.60 Gurunya: Khâlid bin Ilyâs, Sufyân al-Tsaurî, ‘Imrân bin Anas alMakkî, Mâlik bin Anas, ‘Ammâr bin Zuraiq. Muridnya: Ahmad bin Hanbal, Abû Kuraib Muhamad bin al‘Ilâ`, Abû Bakr ‘Abdullah bin Muhamad bin Abî Syaibah. Pendapat ulama:61 58
Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, jilid 26, h. 246-248. Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 7, h. 362-363. Al-Dzahabî, Tadzkirat al-Huffâz, jilid 2, h. 497-498. 59 ‘Abd al-Rahman bin Abî Hâtim, al-Jarh wa al-Ta‘dîl, jilid 8 h. 52. 60 Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ`î al-Rijâl, jilid 28, h. 218-219. Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 2, h. 253.
48
1. Al-Dârimî dari Yahyâ Ibnu Ma‘în:62 وﻟﯿﺲ ﺑﺬاك،ﺻﺎﻟﺢ. 2. ‘Abd al-Rahmân bin Abî Hâtim:63 ﺻﺪوق 3. Abû ‘Ubaid al-Ajurî, dari Abî Dâwud: ﺛﻘﺔ 4. Ibnu
Hibbân
menceritakannya
dalam
kitab
al-Tsiqât,
dan
mengatakan ia meninggal tahun 204/205 H., terkadang dia salah. 5. Ibnu Syâhîn dalam al-Tsiqât: berkata ‘Utsmân bin Abî Syaibah : Mu‘âwiyah bin Hisyâm وﻟﯿﺲ ﺑﺤﺠﺔ،رﺟﻞ ﺻﺪوق. 6. Al-‘Asqalânî64 dan Al-Sâjî: ﺻﺪوقakan tetapi ragu. 7.
Ahmad bin Hanbal: Banyak salah. Terdapat pertemuan dengan guru dan muridnya, Para ulama
berbeda pendapat dalam menilainya. dalam menilai Mu‘âwiyah bin Hisyâm, kaidah yang digunakan al-jarh muqaddam ‘alâ ta‘dîl, sehingga riwayatnya lemah (da‘îf). Menerima hadis dengan cara ‘an‘anah ()ﻋﻦ. ‘Imrân bin Anas al-Makkî Nama lengkapnya: ‘Imrân bin Anas, Abû Anas al-Makkî65 Gurunya: ‘Abdullah bin Abî Mulaikah, ‘Atâ bin Abî Rabâh. Muridnya: Mus’ab bin al-Miqdâm, Mu’âwiyah bin Hisyâm, Abû Tumailah Yahya Ibn Wâdih. Pendapat ulama:66
61
Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ`î al-Rijâl, jilid 28, h. 220. Al-‘Asqalânî, Tahdzîb alTahdzîb, jilid 2, h. 253. 62 Abî Hafs ‘Amr bin Ahmad bin ‘Utsmân al-Ma‘rûf Ibnu Syâhîn, Târikh Asmâ` al-Tsiqât (Beirût: Dâr Kutub al-‘Ilmiyah, 1986), h. 303. 63 ‘Abd al-Rahman bin Abî Hâtim al-Jarh wa al-Ta‘dîl, jilid 8, h. 385. 64 Syihâb al-Dîn Ahmad bin ‘Alî bin Hajar al-‘Asqalânî, Taqrîb al-Tahdzîb, jilid 1, (Beirût: Dâr al-Fikr, 1995). H. 593. 65 Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ`î al-Rijâl, jilid 22, h. 307. Al-‘Asqalânî, Tahdzîb alTahdzîb, jilid 6, h. 231. 66 Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ`î al-Rijâl, jilid 22, h. 308. Al-‘Asqalânî, Tahdzîb alTahdzîb, jilid 6, h. 231. Al-Dzahabî, Mîzân al-I‘tidâl, jilid 5, h. 283.
49
1. Al-Bukhârî: ﻣﻨﻜﺮ اﻟﺤﺪﯾﺚ 2. Al-‘Uqailî: ﻻ ﯾﺘﺎ ﺑﻊ ﻋﻠﻰ ﺣﺪﯾﺜﮫ 3.
Ibnu Hibbân: ‘Imrân bin Abî Anas ﯾﺨﻄﺊ67 Terdapat pertemuan dengan guru dan muridnya, penilaian ulama
negatif (al-jarh), menerima hadis dengan cara ‘an‘anah ()ﻋﻦ. Ibnu Abî Mulaikah (W. 117 H.) Nama lengkapnya: ‘Abdullah bin ‘Ubaidillah Ibn Abî Mulaikah, Zuhair bin ‘Abdullah
bin Zud‘ân bin ‘Amr bin Kâ‘b bin Sa‘d bin
Tamîm bin Murrah bin Ka‘ab bin Lu`ay. Al-Imâm al-Hujjah al-Hâfiz Abû Bakr Abû Muhamad
al-Qursyî al-Taimî al-Makkî. Lahir pada
masa Khilafah ‘Ali atau sebelumnya. 68 Gurunya: ‘Â`isyah Ummul Mu`minîn, ‘Ubaid bin ‘Umair alLaitsî, ‘Utsman bin ‘Abd al-Rahmân al-Taimî, Ibn ‘Abbâs. Kakkenya Abî Mulaikah. Muridnya: Ayûb al-Sakhtiyânî, ‘Utsmân bin ‘Abd al-Rahmân alTaimî, ‘Imrân bin Anas al-Makî, ‘Amru bin Dînâr. Pendapat ulama:69 1. Al- ‘Ijlî, Abû Zur‘ah, dan Abû Hâtim: Orang Mekah yang ﺛﻘﺔ70 2. Al-‘Asqalânî berkata: dalam kitab al-Bukhârî, Ibn Abî Mulaikah berkata: “Saya melihat 30 orang sahabat”. 3. Al-Bukhârî dan yang lainnya: Meninggal tahun 117 H.
67
Ibnu Hibbân, al-Tsiqât, jilid 7, h. 240. Al-Dzahabî, Siyaru A‘lâm al-Nubalâ` jilid 5, h. 88. Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ`î al-Rijâl, jilid 15, h. 256. 69 Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 4, h. 386. 70 ‘Abd al-Rahman bin Abî Hâtim, al-Jarh wa al-Ta‘dîl, jilid 5, h. 100. 68
50
Terdapat pertemuan dengan guru dan muridnya, para ulama menilainya positif (al-ta‘dîl), menerima hadis dengan cara ‘an‘anah ()ﻋﻦ. ‘Âisyah (Sahabat/Isteri Nabi Saw. W. 57 H.)
b. Analisa Sanad Setelah diteliti satu persatu sanad hadis kedua melalui ‘Âisyah da‘îf, karena ada perawi yang dinilai negatif (al-jarh), yaitu Mu‘âwiyah bin Hisyâm dan‘Imrân bin Anas al-Makkî.
2.a. Penelitian sanad Abû Dâwud (W. 275 H.) Nama lengkapnya: Sulaimân bin al-Asy‘ats bin Syaddâd bin ‘Amr bin ‘Âmir, terkadang disebut ‘Imrân, Abû Dâwud al-Sijistânî, alHâfiz.71 Gurunya: Ahmad bin Hanbal, ‘Utsmân bin Muhamad bin Abî Syaibah, ‘Alî Ibnu al-Madînî, Musaddad bin Musarhad Muridnya: Abû ‘Îsâ al-Tirmidzî, Abû ‘Abd al-Rahmân al-Nasâ`î, Zakariya al-Sâjî, Abû Bakr ‘Abdullah bin Muhamad bin Abî Dunyâ. Pendapat ulama:72 1. Abû Bakr al-Khalâl: Dia adalah imam terkemuka dijamannya. 2. Ahmad bin Muhamad Yâsîn al-Harawî: Dia salah seorang hafiz dalam hadis. 71
Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 3, h. 457. Al-Dzahabî, Tadzkirat al-Huffâz, jilid 2,
h. 591. 72
Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 3, h. 458-459.
51
3. Al-Hâkim: Dia Imam ahli hadis dijamannya, yang tidak kontroversi. 4. Abû ‘Abdillah bin Mandah: Orang-orang yang pandai mentakhrij dan mampu membedakan sahih dari yang cacat ada empat, yaitu: alBukhârî, Muslim, Abû Dâwud, dan al-Nasâ`î. 5. Abû ‘Ubaid al-Ajrî: Meninggal pada bulan Syawal tahun 275 H. Para ulama menilainya positif (al-ta‘dîl), menerima hadis dengan cara tahdîts ()ﺣﺪﺛﻨﺎ. Ahmad bin Hanbal (164-241 H.) Nama lengkapnya: Ahmad bin Muhamad Hanbal bin Hilal bin Asad al-Syaibanî, Abû ‘Abdillah al-Marwazî al-Bagdâdî.73 dilahirkan di Bagdad pada tanggal 1 Rabiul Awal tahun 164 H. Gurunya: ‘Abdurrahmân bin Mahdi, Yahya ibn Sa‘îd alQattân. ‘Abd al-Samad bin ‘Abd al-Wârits, Sufyân bin ‘Uyainah, Abî al-Mugîrah ‘Abdul Qudûs bin al-Hijâj al-Khaulânî al-Himsî. Muridnya: al-Bukhari, Muslim, Abû Dawud, ‘Abdullah Ahmad bin Hanbal, ‘Alî ibn al-Madînî, Abû Bakr Ibnu Abî al-Dunyâ. Pendapat ulama:74 1. Al-‘Ijli: ﺛﻘﺔ ﺛﺒﺖ 2. Al-‘Abâs al-‘Anbarî: ﺣﺠﺔ 3. Al-Dzahabî: Cukuplah
(kita menunjuk) Imam Ahmad sebagai
pemuka ahli fikih, hadis, orang-orang yang ikhlas dan wara‘. 4.
73 74
Imam Ahmad wafat di Baghdad tahun 241 H., dalam usia 77 tahun.
Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 1, h. 97. Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 1, h. 98-100.
52
Para ulama menilainya positif (al-ta‘dîl), menerima hadis dengan cara tahdîts ()ﺣﺪﺛﺎن Muhamad bin ‘Auf bin Ja‘far (W. 272 H.) Nama
lengkapnya:
Al-Imâm,
al-Hâfiz,
al-Mujawwad,
Muhaddits Hims, Muhamad bin ‘Auf bin Sufyân bin al-Tâ`î , Abû Ja‘far, Abû ‘Abdillah.75 Gurunya: Âdam bin Abî ‘Ayyâs, Abû al-Yamân al-Hakam bin Nâfi‘, Sa‘îd bin Abî Maryam, ‘Abd al-Qudûs bin al-Hijâj al-Khaulânî. Muridnya: Abû Dâwud, al-Nasâ`î, Salam bin Mu‘âdz alTamîmî, Abû Hâtim al-Râjî, Yahya bin Muhamad bin Sâ‘id. Pendapat ulama:76 1. Abû Hâtim: ﺻﺪوق77 2. Ibnu ‘Adî: dia yang mengetahui hadis di Syam yang sahih dan da‘îf. 3. Al-Nasâ`î: ﺛﻘﺔ 4. Ahmad bin Hanbal: di Syam selama 40 tahun, tidak ada yang sepertinya. 5. Ibnu al-Munâdî: Ibnu ‘Auf meninggal pada pertengahan 272 H. Terdapat pertemuan dengan guru dan muridnya, para ulama menilainya positif (al-ta‘dîl), menerima hadis dengan cara tahdîts ()ﺣﺪ ﺛﻨﺎ Abû al-Yamân Al-Hakam bin Nâfi‘ al-Bahrânî (137-211/212 H.) Nama lengkapnya: Al-Hakam bin Nâfi‘ al-Bahrânî, Abû alYamân al-Himsî.78
75
Al-Dzahabî, Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`i, jilid 12, h. 613. Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, jilid 22, h.239-240. Al-Dzahabî, Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`, jilid 12, h. 615. 77 ‘Abd al-Rahman bin Abî Hâtim, al-Jarh wa al-Ta‘dîl, jilid 8, h. 52. 76
53
Beliau lahir pada waktu perang hudud tahun 137, mencari ilmu 50 tahun. Gurunya: Artah bin al-Mundzir, Ismâ‘îl bin ‘Ayyâs, Syu‘aib bin Abî Hamzah, Safwân bin ‘Amr, ‘Ufair bin Ma‘dân. Muridnya: al-Bukhârî, Ahmad bin Muhamad bin Hanbal, ‘Alî Ibn al-Madînî, Muhammad bin ‘Auf al-Tâ`î al-Himsî. Pendapat ulama:79 1. Saya bertanya tentang Abî al-Yamân, ayahku berkata: beliau dinamai Kâtib (sekretaris) Ismâ‘îl bin ‘Âyyâsy seperti Abû Sâlih Kâtib alLaits, beliau ﻧﺒﯿﻞ ﺛﻘﺔ ﺻﺪوق. 80 2. Ahmad ‘Abdullah al-‘Ijlî: ﻻﺑﺄس ﺑﮫ 3. Muhamad bin ‘Abdullah bin ‘Ammâr al-Mausilî: ﺛﻘﺔ 4. Beliau meninggal bulan Dzulhijjah di Hims tahun 211/212 H. Terdapat pertemuan dengan guru dan muridnya, para ulama menilainya positif (al-ta‘dîl), menerima hadis dengan cara tahdîts ﺣﺪﺛﻨﺎ dan أﻧﺒﺄﻧﺎ Syu‘aib bin Abî Hamzah (W. 162/163 H.) Nama lengkapnya: Al-Imâm, al-Tsiqah, al-Mutqin, al-Hâfiz, Syu‘aib bin Abî Hamzah, namanya Dînâr, al-Qurasyî al-Umawî, Abû Basyr al-Himsî.81 Gurunya: Zaid bin Aslam, ‘Abdullah bin ‘Abd al-Rahmân bin Abî Husain, Ishâq bin ‘Abdullah bin Abî Farwah.
78
Al-Dzahabî, Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`, jilid 10, h. 319. Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, jilid 7, h. 153-154. 80 ‘Abd al-Rahman bin Abî Hâtim, al-Jarh wa al-Ta‘dîl, jilid 3, h. 129. 81 Al-Dzahabî, Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`, jilid 7 h. 187. 79
54
Muridnya: anaknya Bisyr Syu‘aib bin Abî Hamzah, Baqiyyah bin al-Walîd, Abû al-Yamân al-Hakam bin Nâfi‘ al-Bahrânî. Pendapat ulama:82 1. Muhamad bin ‘Alî al-Jûzjânî, dari Ahmad bin Hanbal: ﺛﺒﺖ ﺻﺎﻟﺢ اﻟﺤﺪﯾﺚ 2. ‘Yahya ibn Ma‘in, Ahmad bin ‘Abdullah al-‘Ijlî, Ya‘qûb bin Syaibah, Abû Hâtim, dan al-Nasâ`î: ﺛﻘﺔ 3. ‘Abbâs dari Yahyâ bin Ma‘în: Orang-orang yang teguh menurut alZuhrî: Mâlik, Ma‘mar, ‘Uqail, Yûnus, Syuaib bin Abî Hamzah, dan Ibnu ‘Uyainah. 4.
Meninggal tahun 162/163 H. Terdapat pertemuan dengan guru dan muridnya, para ulama
menilainya positif (al-ta‘dîl), menerima hadis dengan cara tahdîts ()ﺣﺪﺛﻨﺎ dan ‘an‘anah ()ﻋﻦ. ‘Abdullah bin ‘Abd al-Rahmân bin Abî Husain al-Makî Nama lengkapnya: ‘Abdullah bin ‘Abd al-Rahmân bin Abî Husain bin al-Hârits ‘Âmir bin Naufal bin ‘Abd Munâf al-Qurasyî alNaufalî al-Makî.83 Gurunya: al-Hârits bin Jamîlah, al-Hasan al-Basrî, Mujâhid, Naufal bin Musâhiq, Nâfi bin Jubair bin Mut‘im, Makhûl al-Syâmî. Muridnya: Ismâ‘îl bin ‘Ayyâsy, Sufyân bin ‘Uyainah, Syu‘aib bin Abî Hamzah, Zaid bin Abî Unaisah, Ja‘fâr bin Sulaimân al-Dab‘î. Pendapat ulama:84
82
Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ`î al-Rijâl, jilid 12, h. 517-520. Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ`î al-Rijâl, jilid 15, h. 205-206. 84 Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ`î al-Rijâl, jilid 15, h. 207. 83
55
1. ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal dari ayahnya, dan Abû Zur‘ah dan al-Nasâ`î: ﺛﻘﺔ 2. Abû Hâtim:85 ﺻﺎﻟﺢ 3. Muhamad bin Sa‘ad: ﻗﻠﯿﻞ اﻟﺤﺪﯾﺚ،ﻛﺎن ﺛﻘﺔ Terdapat pertemuan dengan guru dan muridnya, para ulama menilainya positif (al-Ta‘dîl), menerima hadis dengan cara tahdîts ()ﺣﺪﺛﻨﺎ. Naufal bin Musâhiq (W. 74 H.) Nama lengkapnya: Naufal bin Musâhiq bin ‘Abdullah al-Akbar bin Makhramah ibn ‘Abd al-‘Uzzî bin Abî Qais bin ‘Abdûl bin Nasr bin Mâlik bin Hisl Ibn ‘Âmr bin Lu`ay al-Qurasyî al-‘Âmirî, terkadang disebut Abû Sa‘îd, terkadang disebut Abû Musâhiq.86 Gurunya: Sa‘îd bin Zaid bin ‘Amr bin Nufail, ‘Utsmân ibn Hunaif, ‘Umar ibn al-Khattâb, Ummi Salamah istri Nabi S.a.w. Muridnya: Sâlim Abû al-Nadr, Sâlih bin Kaisân, ‘Abdullah bin ‘Abd al-Rahmân bin Abî Husain al-Makî, Umar bin Abd al-‘Azîz. Pendapat ulama:87 1. Muhamad bin Sa‘ad
menceritakannya orang Madinah pada
tingkatan kedua, seorang hakim di Madinah. 2. Al-Nasâ`î: ﺛﻘﺔ 3. Ibn Hibbân memasukkannya dalam kitab al-Tsiqât, meninggal pada masa ‘Abd al-Mâlik bin Marwan tahun 74 H.
85
‘Abd al-Rahman bin Abî Hâtim, al-Jarh wa al-Ta‘dîl, jilid 5 h. 97. Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, jilid 30, h. 67-68. 87 Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, jilid 30, h. 68-69 86
56
Terdapat pertemuan dengan guru dan muridnya, para ulama menilainya positif (al-ta‘dîl), menerima hadis dengan cara ‘an‘anah ()ﻋﻦ.
b. Analisa Sanad Setelah diteliti satu persatu periwayat hadis, hadis kedua melalui Sa‘îd bin Zaid bersambung sanadnya, dan para periwayatnya tsiqah. sehingga hadis kedua melalui Sa‘îd bin Zaid, dihukumi sahîh lidzâtihi. dikarenakan hadis kedua melalui Sa‘îd bin Zaid sahîh, maka hadis yang melalui ‘Âisyah derajatnya naik dari da‘îf menjadi hasan ligairihi.
57
C. Hadis ketiga (Pengertian Gîbah)
ﺎك ﲟَِﺎ َ ﺎل ِذ ْﻛ ُﺮَك أَ َﺧ َ ََوُﻣ ْﺴﻠِ ْﻢ َواَﺑـُ ْﻮ َدا ُو ْد أَﺗَ ْﺪ ُرْو َن َﻣﺎ اﻟﻐِْﻴﺒَﺔُ ﻗَﺎﻟُْﻮااَﷲُ َوَر ُﺳ ْﻮﻟُﻪُ اَ ْﻋﻠَ ُﻢ ﻗ ◌َْ ﺎل اِ ْن َﻛﺎ َن ﻓِْﻴ ِﻪ َﻣﺎ ﺗَـ ُﻘ ْﻮ ُل ﻓَـ َﻘ ْﺪ اِ ْﻏﺘَْﺒﺘَﻪُ َواِ ْن ﱂ َ َﺖ إِ ْن َﻛﺎ َن ِ ْﰲ أَ ِﺧ ْﻲ َﻣﺎ أَﻗـُ ْﻮ ُل ﻗ َ ْﻳَ ْﻜَﺮﻩُ ﻗِْﻴ َﻞ أَﻓَـَﺮأَ ﻳ 88
.ُﻳَ ُﻜ ْﻦ ﻓِْﻴ ِﻪ ﻓَـ َﻘ ْﺪ ﺑـَ َﻬﺘﱠﻪ
Artinya: “Diriwayatkan Muslim dan Abû Dâwud “Apakah kamu mengetahui apakah arti megumpat itu? “para sahabat berkata: Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. Rasul bersabda: mengumpat adalah kamu menyebut sesuatu yang tidak disenangi oleh saudaramu. Ada orang bertanya: bila betul apa yang saya katakan itu terdapat pada saudaraku? Rasul bersabda: bila betul apa yang kamu katakan itu terdapat padanya maka kamu mengumpatnya. Bila apa yang kamu katakan itu tidak terdapat padanya maka kamu berbuat kebohongan padanya”. Pelacakan hadis melaui Mu‘jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-Nabawi lewat kata kerja (fi‘il), melalui kata ﻏﯿﺐ: :ٳﻏﺘﺎ ب 89
٤٥٨،٣٨٦،٣٨٤ ،٢٣٠ . ٢ﺣﻢ
٦ رﻗﺎ ق.دى
ﻓﺈ ن ﻛﺎ ن ﻓﯿﮫ ) ﻣﺎ ﺗﻘﻮل( ﻓﻘﺪ اﻏﺘﺒﺘﮫ ٢٣ ﺑﺮ.ت
،٧٠ ﺑﺮ.م
Melalui kata ﺑﮭﺖ 90
ﺑﮭﺖ,ﺑﮭﺖ
وان ﻟﻢ ﯾﻜﻦ ﻓﯿﮫ ﻣﺎ ﺗﻘﻮل ﻓﻘﺪ ﻓﯿﮫ ﻓﻘﺪ ﺑﮭﺘﮫ
٦ دى رﻗﺎق٢٣ ﺑﺮ: ت٣٥ أد ب: د۷٠ ﺑﺮ: م٤٥٨،٣٨٦،٣٨٤ ،٢٣٠ .٢ :ﺣﻢ Melalui kata ﻏﯿﺒﺔ 91
ﻏﯿﺒﺔ
ﻗﺎل اﺗﺪ رون م اﻟﻐﯿﺒﺔ ﻗﯿﻞ ﻟﮫ م اﻟﻐﯿﺒﮫ ﯾﺎ رﺳﻮل ﷲ أ ن رﺟﻼ ﺳﺄ ل رﺳﻮل ﷲ )ص( ﻣﺎاﻟﻐﯿﺒﮫ: ﻗﯿﻞ ﯾﺎ رﺳﻮل ﷲ م اﻟﻐﯿﺒﺔ
٣٨٦،٣٨٤ .٢ 88
:ﺣﻢ
١٠ ﻛﻼ م: ط٦ رﻗﺎ ق:دى
٢٣ ﺑﺮ:ت
،۷٠ ﺑﺮ:م
Al-Malîbârî. Irsyâd al-`Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd,bab al-Gîbah, h. 72. Wensinck dan Mensing, Mu‘jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-Nabawî, Jilid 5, h. 29. 90 Wensinck dan Mensing, Mu‘jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-Nabawî, Jilid 1, h. 26. 91 Wensinck dan Mensing, Mu‘jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-Nabawî, Jilid 5, h. 30. 89
58
Sedangkan pelacakan melalui awal matan, lewat Kitab al-Jâmi‘ al-Sâgîr tidak ditemukan. Melalui Kitab Mausû’ah Atrâf al-Hadîts al-Nabawî al-Syarîf, ditemukan data sebagai berikut: أﺗﺪرون ﻣﺎ اﻟﻐﻴﺒﺔ؟ ذﻛﺮك أﺧﺎك ﺑﻤﺎ ﻳﻜﺮﻩ
92
ﻫﻖ ) ٢٤٧-١٠اﻟﺴﻨﻦ اﻟﻜﱪى ﻟﻠﺒﻴﻬﻘﻰ( ﺑﻐﻮى ٢٢٩ -٦ ﺧﺪ ) ٤٢٥اﻷداب اﳌﻔﺮد ﻟﻠﺒﺨﺎرى( ﺳﻨﺔ ) ١٣٨-١٣ﺷﺮح اﻟﺴﻨﺔ ﻟﻠﺒﻐﻮى( ﻓﺘﺢ ) ٤٦٩-١٠ﻓﺘﺢ اﻟﺒﺎرى ﻻﺑﻦ ﺣﺠﺮ( ﻣﺸﻜﺎة ) ٤٨٣٨ﻣﺸﻜﺎة اﳌﺼﺎﺑﻴﺢ ﻟﻠﺘﱪﻳﺰى(
1. Teks hadis Riwayat Muslim
ﱡﻮب َوﻗـُﺘَـْﻴﺒَﺔُ وَاﺑْ ُﻦ ُﺣ ْﺠ ٍﺮ ﻗَﺎﻟُﻮاَ :ﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ إِﲰَْﺎﻋِﻴﻞَُ ،ﻋ ِﻦ اﻟْ َﻌﻼَءَِ ،ﻋ ْﻦ أَﺑِﻴﻪِ، َْﲕ ﺑْ ُﻦ أَﻳ َ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ﳛ َ َﺎل)) :أَﺗَ ْﺪرُو َن ﻣَﺎ اﻟْﻐِﻴﺒَﺔُ؟(( ﻗَﺎﻟُﻮا :اﻟﻠﱠﻪُ ﺻﻠ َﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗ َ َﻋ ْﻦ أَِﰉ ُﻫَﺮﻳْـَﺮةَ؛ أَ ﱠن َرﺳُﻮ َل اﻟﻠﱠ ِﻪ َ َﺎل: ُﻮل؟ ﻗ َ َﺧﻰ ﻣَﺎ أَﻗ ُ ْﺖ إِ ْن ﻛَﺎ َن ِﰱ أ ِ َﺎك ﲟَِﺎ ﻳَ ْﻜَﺮﻩُ(( ﻗِﻴ َﻞ :أَﻓَـَﺮأَﻳ َ َﺎلِ )) :ذ ْﻛﺮَُك أَﺧ َ َوَر ُﺳﻮﻟُﻪُ أَ ْﻋﻠَﻢُ ،ﻗ َ 93 ُﻮل ،ﻓَـ َﻘ ِﺪ ا ْﻏﺘَْﺒﺘَﻪَُ ،وإِ ْن َﱂْ ﻳَ ُﻜ ْﻦ ﻓِﻴﻪِ ،ﻓَـ َﻘ ْﺪ ﺑَـ َﻬﺘﱠﻪُ((. ))إِ ْن ﻛَﺎ َن ﻓِﻴ ِﻪ ﻣَﺎ ﺗَـﻘ ُ Teks hadis Ahmad bin Hanbal
ﺖ اﻟ َﻌﻼَء ﳛﺪ ث ﺎل َِﲰ ْﻌ ُ َﺣ ﱠﺪ ﺛـَﻨَﺎ َﻋْﺒ ُﺪاﷲِ َﺣ َﺪ ﺛَِﲏ اَِﰉ ﺛـَﻨَﺎ ﳏَُ ﱠﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ َﺟ ْﻌ َﻔﺮ ﺛـَﻨَﺎ ُﺷ ْﻌﺒَﺔ ﻗَ َ ﺎل ﻗَﺎﻟُْﻮا اﷲ ﺎل َﻫ ْﻞ ﺗَ ْﺪ ُرْو َن َﻣﺎ اﻟﻐِْﻴﺒَﺔُ ﻗَ َ ﺻﻠﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗَ َ َﻋ ْﻦ اَﺑِْﻴ ِﻪ َﻋ ْﻦ اَِﰉ ُﻫَﺮ ﻳـََﺮَة َﻋ ِﻦ اﻟﻨَِﱮ َ
92
Zaglûl, Mausû‘ah Atrâf al-Hadîts al-Nabawî al-Syarîf, jilid 1, Hal 71. Abî al-Husain bin al-Hajjâj bin Muslim al-Qusyairî al-Naisâbûrî, Sahîh Muslim, cetakan pertama, kitâb al-Adab bâb Tahrîm al-Gîbah, hadis no. 6593-70-2589, (Riyad: Dâru alSalâm, 1998), h. 1132. 93
59
ﺖ اِ ْن َﻛﺎ َن ِﰱ اَ ِﺧﻰ َﻣﺎ اَﻗـُ ْﻮ ُل ﻟَﻪُ ﻳﻌﲎ ﺎل أََرأَﻳْ َ ﺲ ﻓِْﻴ ِﻪ ﻗَ َ ﺎك ﲟَِﺎ ﻟَْﻴ َ ﺎل ِذ ْﻛ ُﺮَك اَ َﺧ َ َوَر ُﺳ ْﻮﻟُﻪُ اَ ْﻋﻠَ ُﻢ ﻗَ َ 94 ﺎل اِ ْن َﻛﺎ َن ﻓِْﻴ ِﻪ َﻣﺎ ﺗَـ ُﻘ ْﻮ ُل ﻓَـ َﻘ ْﺪ ا ْﻏﺘَْﺒﺘَﻪُ َواِ ْن َﱂْ ﻳَ ُﻜ ْﻦ ﻓِْﻴ ِﻪ َﻣﺎ ﺗَـ ُﻘ ْﻮ ُل ﻓَـ َﻘ ْﺪ ﺑـَ َﻬﺘﱠﻪُ. ﻗَ َ َﺣ ﱠﺪ ﺛـَﻨَﺎ َﻋْﺒ ُﺪاﷲِ َﺣ ﱠﺪ ﺛَِﲏ اَِﰉ َﺣ ﱠﺪ ﺛـَﻨَﺎ َﻋ َﻔﺎن ﺛـَﻨَﺎ َﻋْﺒ ُﺪ اﻟﱠﺮ َﲪﻦ ﺑﻦ اِﺑْـَﺮا ِﻫْﻴﻢ َﺣ ﱠﺪ ﺛـَﻨَﺎ اﻟ َﻌﻼَء ﺻﻠﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ اَﻧﻪ ﻗِْﻴ َﻞ ﻟَﻪُ َﻣﺎ اﻟﻐِْﻴﺒَﺔُ ﻳَﺎ َر ُﺳ ْﻮل اﷲ َﻋ ْﻦ اَﺑِْﻴ ِﻪ َﻋ ْﻦ اَِ ْﰉ ُﻫَﺮ ﻳْـَﺮَة َﻋ ْﻦ َر ُﺳ ْﻮ َل اﷲ َ ﺎل اِ ْن َﻛﺎ َن ﺖ اِ ْن َﻛﺎ َن ِﰱ اَ ِﺧﻰ َﻣﺎ اَﻗـُ ْﻮ ُل اَى َر ُﺳ ْﻮل اﷲ ﻗَ َ ﺎل أَﻓَـَﺮأَﻳْ َ ﺎك ﲟَِﺎ ﻳَ ْﻜَﺮﻩُ ﻗَ َ ﺎل ِذ ْﻛ ُﺮَك اَ َﺧ َ ﻗَ َ 95 ﻚ َﻣﺎ ﺗَـ ُﻘ ْﻮ ُل ﻓَـ َﻘ ْﺪ ا ْﻏﺘَْﺒﺘَﻪُ َواِ ْن َﱂْ ﻳَ ُﻜ ْﻦ ﻓَـْﻴ ِﻪ َﻣﺎ ﺗَـ ُﻘ ْﻮ ُل ﻓَـ ُﻘ ْﺪ ﺑـَ َﻬﺘﱠﻪُ. ِﰱ اَ ِﺧْﻴ َ ﺎل ﺛـَﻨَﺎ اﻟ َﻌﻼَء َﺣ ﱠﺪ ﺛـَﻨَﺎ َﻋْﺒ ُﺪاﷲ َﺣ ﱠﺪ ﺛَِﲏ اَِﰉ َﺣ ﱠﺪ ﺛـَﻨَﺎ َﻋ َﻔﺎن ﺛـَﻨَﺎ َﻋْﺒ ُﺪ اﻟﱠﺮ ْﲪﻦ ﺑﻦ اِﺑْـَﺮا ِﻫْﻴﻢ ﻗَ َ ﺻﻠﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ اَﻧﻪ ﻗﺎَ َل َﻣﺎ ﺑﻦ َﻋْﺒﺪ اﻟﱠﺮﲪﻦ َﻋ ْﻦ اَﺑِْﻴ ِﻪ َﻋ ْﻦ أَِﰊ ُﻫَﺮ ﻳْـَﺮةَ َﻋ ْﻦ َر ُﺳ ْﻮل اﷲ َ ﺿ َﻊ ا َﺣ ٌﺪ اﷲُ اﻻ َرﻓَـ َﻌﻪُ اﷲُ َﻋَﺰ ﺻ َﺪ ﻗَﺔٌ ِﻣ ْﻦ َﻣ ٍﺎل َوَﻣﺎ َذا َر اﷲُ َر ُﺟﻼً ﻳـَ ْﻌﻄُْﻮ اﻻﻋﺰ َاوَﻣﺎ ﺗَـ َﻮا َ ﺖ َ ﺼْ ﻧـَ َﻘ َ ﺻﻠﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ اَﻧﱠﻪُ ﻗِْﻴ َﻞ ﻟَﻪُ َﻣﺎ اﻟْﻐِْﻴﺒَﺔُ ﻳَﺎ َر ُﺳﻮل ْﻦ َر ُﺳﻮل اﷲ َ َو َﺟ ﱠﻞ ﺎل اِ ْن ﺖ اِ ْن َﻛﺎ َن ِﰱ اَ ِﺧﻰ َﻣﺎ اَﻗـُ ْﻮ ُل اَ ْى َرﺳﻮل اﷲ ﻗَ َ ﺎل أَﻓَـَﺮأَﻳْ َ ﺎك ﲟَِﺎ ﻳَ ْﻜَﺮﻩُ ﻗَ َ ﺎل ِذ ْﻛ ُﺮَك اَ َﺧ َ اﷲ ﻗَ َ ﺖ اِ ْن َﻛﺎ َن ِْﰱ ﻚ َﻣﺎ ﺗَـ ُﻘ ْﻮ ُل ﻓَـ َﻘﺪ ا ْﻏﺘَْﺒﺘَﻪُ َواِ ْن َﱂْ ﻳَ ُﻜ ْﻦ ﻓِْﻴ ِﻪ َﻣﺎ ﺗَـ ُﻘ ْﻮ ُل ﻓَـ َﻘ ْﺪ ﺑـَ َﻬﺘﱠﻪُ أَﻓَـَﺮأَﻳْ َ َﻛﺎ َن ِﰱ اَ ِﺧْﻴ َ ﻚ َﻣﺎ ﺗَـ ُﻘ ْﻮ ُل ﻓَـ َﻘﺪ ا ْﻏﺘَْﺒﺘَﻪُ َواِ ْن َﱂْ ﻳَ ُﻜ ْﻦ ﻓِْﻴ ِﻪ َﻣﺎ ﺎل اِ ْن َﻛﺎ َن ِﰱ اَ ِﺧْﻴ َ اَ ِﺧﻰ َﻣﺎ اَﻗـُ ْﻮ ُل اَ ْى َر ُﺳ ْﻮل اﷲ ﻗَ َ ﺗَـ ُﻘ ْﻮ ُل ﻓَـ َﻘ ْﺪ ﺑـَ َﻬﺘﱠﻪُ.
96
ﺖ اﻟ َﻌﻼَء ﺎل َِﲰ ْﻌ ُ ﺎل ﺛـَﻨَﺎ ُﺷ ْﻌﺒَﺔ ﻗَ َ َﺣ ﱠﺪ ﺛـَﻨَﺎ َﻋْﺒ ُﺪاﷲِ َﺣ ﱠﺪ ﺛَِﲏ اَِﰉ َﺣ ﱠﺪ ﺛـَﻨَﺎ ﳏَُ ﱠﻤﺪ ﺑﻦ َﺟ ْﻌ َﻔﺮ ﻗَ َ ﺎل َﻫ ْﻞ ﺗَ ْﺪ ُرْو َن ﺻﻠﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗَ َ ﺎل َر ُﺳ ْﻮل اﷲ َ ﺎل ﻗَ َ ﳛﺪ ث َﻋ ْﻦ اَﺑِْﻴ ِﻪ َﻋ ْﻦ اَِﰉ ُﻫَﺮ ﻳْـَﺮةَ أَﻧﱠﻪُ ﻗَ َ ﺖ اِ ْن َﻛﺎ َن ِﰱ اَ ِﺧﻰ ﺎل أََرأَﻳْ َ ﺲ ﻓِْﻴ ِﻪ ﻗَ َ ﺎك ﲟَِﺎ ﻟَْﻴ َ ﺎل ِذ ْﻛ ُﺮَك اَ َﺧ َ ﺎل ﻗَﺎﻟُﻮا اﷲ َوَر ُﺳ ْﻮﻟُﻪُ اَ ْﻋﻠَ ُﻢ ﻗَ َ َﻣﺎ اﻟْﻐِْﻴﺒَﺔُ ﻗَ َ 97 ﺎل اِ ْن َﻛﺎ َن ﻓِْﻴ ِﻪ َﻣﺎ ﺗَـ ُﻘ ْﻮ ُل ا ْﻏﺘَْﺒﺘَﻪُ َواِ ْن َﱂْ ﻳَ ُﻜ ْﻦ ﻓِْﻴ ِﻪ َﻣﺎ ﺗَـ ُﻘ ْﻮ ُل ﻓَـ َﻘ ْﺪ ﺑـَ َﻬﺘﱠﻪُ. َﻣﺎ اَﻗـُ ْﻮ ُل ﻟَﻪُ ﻗَ َ
Riwayat al-Dârimî
94
Ahmad bin Hanbal, Musnad, jilid 2, cetakan kelima, (Beirût: al-Maktab al-Islâmî, 1985), h.230. 95 Ahmad bin Hanbal, Musnad, jilid 2, h.384. 96 Ahmad bin Hanbal, Musnad, jilid 2, h.386. 97 Ahmad bin Hanbal, Musnad, jilid 2, h.458.
60
)أﺧﱪﻧﺎ ﻧـُ َﻌْﻴ ُﻢ ﺑﻦ ﲪَﱠﺎ ٍد َﻋ ْﻦ َﻋْﺒ ِﺪ اﻟ َﻌ ِﺰﻳْ ِﺰ ﺑِ ْﻦ ﳏَُ ﱠﻤ ٍﺪ َﻋ ِﻦ اﻟ َﻌﻼَِء َﻋ ْﻦ أَﺑِْﻴ ِﻪ َﻋ ْﻦ أَِ ْﰊ ُﻫَﺮ ﻳْـَﺮَة ﺎك ﲟَِﺎ ﻳَ ْﻜَﺮﻩُ .ﻗِْﻴ َﻞ َوإِ ْن َﻛﺎ َن ﺻﻠ ﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ أَﻧﱠﻪَ ﻗِْﻴ َﻞ ﻟَﻪُ َﻣﺎاﻟﻐِْﻴﺒَﺔُ ﻗﺎَ َل ِذ ْﻛ ُﺮَك أَ َﺧ َ َﻋ ِﻦ اﻟﻨﱠِ ْﱮ َ 98 ﺎل ﻓَِﺈ ْن َﻛﺎ َن ﻓِْﻴ ِﻪ ﻓَـ َﻘ ْﺪ ا ْﻏﺘَْﺒﺘَﻪُ َوإِ ْن َﱂْ ﻳَ ُﻜ ْﻦ ﻓِْﻴ ِﻪ ﻓَـ َﻘ ْﺪ ﺑـَ َﻬﺘﱠﻪُ. ﻓِْﻴ ِﻪ ِ ْﰲ أَ ِﺧ ْﻲ َﻣﺎ أَﻗـُ ْﻮ ُل .ﻗَ َ Riwayat Abî Daud
ﻳﺰ ،ﻳـَﻌ ِْﲎ اﺑْ َﻦ ﳏَُ ﱠﻤﺪٍَ ،ﻋ ِﻦ اﻟْ َﻌﻼَِء َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َﻋْﺒ ُﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺑْ ُﻦ َﻣ ْﺴﻠَ َﻤﺔَ اﻟْ َﻘ ْﻌﻨَِﱮَُّ ،ﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َﻋْﺒ ُﺪ اﻟْ َﻌ ِﺰ ِ َﺎك ﲟَِﺎ ﻳَ ْﻜَﺮﻩُ( ،ﻗِﻴ َﻞ: َﺎل ) ِذ ْﻛﺮَُك أَﺧ َ ُﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ ﻣَﺎ اﻟْﻐِﻴﺒَﺔُ؟ ﻗ َ َﻋ ْﻦ أَﺑِﻴ ِﻪَ ،ﻋ ْﻦ أَِﰉ ُﻫَﺮﻳْـَﺮَة أَﻧﱠﻪُ ﻗِﻴ َﻞ) :ﻳَﺎ َرﺳ َ ُﻮل ﻓَـ َﻘ ِﺪ ا ْﻏﺘَْﺒﺘَﻪَُ ،وإِ ْن َﱂْ ﻳَ ُﻜ ْﻦ َﺎل:ﻓَِﺈ ْن )إِ ْن( ﻛَﺎ َن ﻓِﻴ ِﻪ ﻣَﺎ ﺗَـﻘ ُ ُﻮل؟ ﻗ َ َﺧﻰ ﻣَﺎ أَﻗ ُ ْﺖ إِ ْن ﻛَﺎ َن ِﰱ أ ِ أَﻓَـَﺮأَﻳ َ 99 ُﻮل ﻓَـ َﻘ ْﺪ ﺑـَ َﻬﺘﱠﻪُ. ﻓِﻴ ِﻪ ﻣَﺎ ﺗَـﻘ ُ Riwayat al-Tirmidzi
ﱠﲪ ْﻦ َﻋـ ْﻦ أَﺑِْﻴـ ِﻪ َﻋـ ْﻦ َﺣـ ﱠﺪ ﺛـَﻨَـﺎ ﻗـُﺘَـْﻴﺒَـﺔَُ ،ﺣـ ﱠﺪﺛَﻨﺎَ َﻋْﺒـ ُﺪ اﻟ َﻌ ِﺰﻳْـ ْﺰ ﺑــﻦ ﳏَُ َﻤـ ْﺪ َﻋـﻦ اﻟ َﻌـﻼَ ْء ﺑِـ ْﻦ َﻋْﺒـ ِﺪ اﻟـﺮ ْ ﺖ إِ ْن ﻛَـﺎ َن ﺎل :أََرأَﻳْـ َ ﺎك ِﲟـَﺎ ﻳَﻜْـَﺮﻩُ .ﻗَـ َ َﰊ ُﻫَﺮﻳْـَﺮةَ ﻗﺎ ََل :ﻗِْﻴـ َﻞ ﻳـﺎَ َر ُﺳـ ْﻮ َل اﷲ َﻣـﺎ اﻟﻐِْﻴﺒَـﺔُ؟ ﻗـﺎَ َلِ :ذﻛْـ ُﺮَك أَﺧَـ َ أِ ْ ﻓِْﻴ ِﻪ َﻣﺎ أَﻗـُ ْﻮ ُل؟ ﻗﺎَ َل :إِ ْن َﻛﺎ َن ﻓِْﻴ ِﻪ ﻣﺎَ ﺗَـ ُﻘ ْﻮ ُل ﻓَـ َﻘ ْﺪ ا ْﻏﺘَْﺒﺘَﻪَُ ،وإِ ْن َﱂْ ﻳَ ُﻜ ْﻦ ﻓِْﻴ ِﻪ َﻣﺎ ﺗَـ ُﻘ ْﻮ ْل ﻓَـ َﻘ ْﺪ ﺑـَ َﻬﺘﱠﻪُ.
100
2. Analisa Sanad Untuk hadis ketiga, rijâl hadisnya tidak diteliti. Karena hadis ketiga diriwayatkan oleh al-Bukhârî dan Muslim. Sebagaimana telah disepakati para ulama, bahwa riwayat al-Bukhârî dan Muslim dalam kitab sahihnya, adalah sahih.
98
‘Abdullah bin ‘Abd al-Rahmân bin al-Fadl bin Bahrâm Ibnu ‘Abd al-Samad al-Tamîmî al-Samarqandî al-Dârimî, Sunan al-Dârimî, bâb mâ Jâ`a fî al-gîbah, jilid 2 (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), h. 299. 99 Abî Dâwud, Sunan Abî Dâwud, kitab al-adab bâb fî al-gîbah, Jilid 4, hadis no. 4874, h. 290. 100 Muhamad bin ‘Îsâ bin Sûrah bin Mûsâ bin al-Dahhâk Abû ‘Îsâ al-Tirmidzî, Sunan alTirmidzî, jilid 4, Kitâb al-Bir wa al-Salah, bâb mâ Jâ`a fî al-gîbah, hadis no. 1941, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), h. 375.
61
D. Hadis keempat (Perumpamaan menggîbah)
62
ﺻ ﱠﻞ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َ ﱯ ّ َِﺖ ﻟِﻠﻨ ُ ﻗـُ ْﻠ:ﺖ ْ َﺖ ﻗَﺎﻟ ْ َﺶ َ◌ َة َر ِﺿ َﻲ اﷲُ َﻋْﻨـ ُﻬ َﻤﺎ ﻗَﺎﻟ َ َِوأَﺑـُ ْﻮ َداُْو ْد َﻋ ْﻦ َﻋﺎﺋ ﺖ ﲟَِﺎ ِء ْ ﺖ َﻛﻠِ َﻤﺔً ﻟَ ْﻮ ُﻣ ِﺰ َﺟ ِ ﻟََﻘ ْﺪ ﻗـُ ْﻠ:ﺎل َ َ ﻗ،ﺼَﺮَﻫﺎ ْ َﺻ ِﻔﻴﱠﺔَ َﻛ َﺬا َوَﻛ َﺬا ﺗَـ ْﻌ ِﲎ ﻗ َ ﻚ ِﻣ ْﻦ َ ُ َﺣ ْﺴﺒ:َو َﺳﻠَ َﻢ 101 .ُاﻟﺒَ ْﺤ ِﺮ ﻟَ َﻤَﺰ َﺟْﺘﻪ Artinya: “Diriwayatkan Abû Dâwud dari ‘Aisyah R.a. pernah berkata kepada Nabi saw, “Cukup bagimu untuk tertarik kepada Safiyah lantaran itunya (pendeknya), lantas Nabi bersabda: Sungguh kamu telah berkata suatu kalimat, bila kamu campur dengan air laut niscaya dapat membusukkan baunya”. Selain merujuk pada kitab yang disebutkan penulis kitab, yaitu Abû Dâwud, pelacakan hadis dilakukan lewat kata kerja (fi‘il), yaitu ج
,
melalui
Mu‘jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-Nabawi, ditemukan data sebagai berikut : 102
ﻟﻤﺰج, ﻣﺰﺟﺖ, ﻣﺰج ﺑﮭﺎ ﺑﻤﺎء )ﻣﺎء( اﻟﺒﺤﺮ ﻟﻤﺰﺟﺘﮫ, ﺑﻜﻠﻤﺔ ﻟﻮ ﻣﺰﺟﺖ, ﻣﺰﺟﺖ ﻛﻠﻤﺔ,ﻟﻘﺪ ﻗﻠﺖ ،٥١ ﻗﯿﺎﻣﺔ:ت
١٨٩ .٦ :ﺣﻢ
،٣٥ اد ب:د
Sedangkan pelacakan awal matan, melalui kitab Jamî‘ al-Sagîr tidak ditemukan. Melalui Kitab Mausû’ah Atrâf al-Hadîts al-Nabawî al-Syarîf, ditemukan data sebagai berikut: 103
ﻟﻘﺪ ﻗﻠﺖ ﻛﻠﻤﺔ ﻟﻮ ﻣﺰﺟﺖ ﺑﻤﺎء اﻟﺒﺤﺮ ( )ﺳﻨﻦ أﺑﻰ داود٤٨٧٦ :د
( )اﻟﺘﺮﻏﯿﺐ واﻟﺘﺮھﯿﺐ ﻟﻠﻤﻨﺬرى٥٠٥:٣ ﺗﺮﻏﯿﺐ ( )اﻷذﻛﺎر اﻟﻨﻮوﯾﺔ٣٠٠ أذﻛﺎر
1. Teks Hadis
101 102
Al-Malîbârî. Irsyâd al-`Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd,âb al-Gîbah, h. 72. Wensinck dan Mensing, Mu‘jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-Nabawî, Jilid 6, h.
206. 103
Zaglûl, Mausû‘ah Atrâf al-Hadîts al-Nabawî al-Syarîf, Juz 6, h. 629.
63
Riwayat Abû Daud
ﺣَـ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ُﻣﺴَـ ﱠﺪ ٌد ،ﺣَـ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َْﳛ َـﲕَ ،ﻋـ ْﻦ ُﺳـ ْﻔﻴَﺎ َن ،ﺣَـ ﱠﺪﺛ َِﲎ َﻋﻠِـ ﱡﻰ ﺑْـ ُﻦ اﻷَﻗْﻤَـ ِﺮَ ،ﻋـ ْﻦ أَِﰉ ُﺣ َﺬﻳْـ َﻔـﺔَ، ـﺎل َﻏﻴـْـ ُﺮ ﺻـ ِﻔﻴﱠﺔَ ﻛَـﺬَا َوﻛَـﺬَا ،ﻗَ َ ُﻚ ﻣِـ ْﻦ َ ﱠﱮ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳـﻠﻢَ :ﺣﺴْـﺒ َ ْﺖ ﻟِﻠﻨِ ﱢ َﺖ) :ﻗـُﻠ ُ َﻋ ْﻦ ﻋَﺎﺋِ َﺸﺔَ ﻗَﺎﻟ ْ َـﺖ ِﲟَـﺎ ِء اﻟْﺒَﺤْـ ِﺮ( ﻟَ َﻤَﺰ َﺟْﺘـﻪُ(، )ﻟَ ْـﻮ ُﻣ ِﺰﺟ ْ ْﺖ َﻛﻠِ َﻤﺔً ﻟَ ْـﻮ ُﻣـ ِﺰ َج َﺎل :ﻟََﻘ ْﺪ ﻗـُﻠ ِ ﺼ َﲑةً ،ﻓَـﻘ َ ُﻣ َﺴ ﱠﺪ ٍد ﺗَـﻌ ِْﲎ ﻗَ ِ ْﺖ إِﻧْﺴَﺎﻧًﺎ َوأَ ﱠن ِﱃ َﻛﺬَا َوَﻛﺬَا(. َﱏ َﺣ َﻜﻴ ُ ﺐ أﱢ َﺎل :ﻣَﺎ أ ُِﺣ ﱡ ْﺖ ﻟَﻪُ إِﻧْﺴَﺎﻧًﺎ ،ﻓَـﻘ َ َﺖ( َو َﺣ َﻜﻴ ُ ﻗﺎل) :ﻗَﺎﻟ ْ
104
Riwayat Ahmad bin Hanbal
ﱢث ﻗَــﺎ َل ـﺖ ُﺳ ـ ْﻔﻴَﺎ َن ُﳛَ ـﺪ ُ ـﺎل َِﲰ ْﻌـ ُ َﺣ ـ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َﻋْﺒ ـ ُﺪ اﷲ َﺣ ـ ﱠﺪﺛ َِﲏ أَِﰉ ﺛـَﻨَــﺎ َﺣ ـ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َﻋْﺒ ـ ُﺪ اﻟ ـﺮﱠﲪَْ ِﻦ ﻗَـ َ ﱢث َﻋْﻨـﻪُ َﺎب َﻋْﺒـ ِﺪ اﻟﻠﱠـ ِﻪ َوﻛَـﺎ َن ﻃَْﻠﺤَـﺔُ ُﳛَـﺪ ُ ث َ◌ﻧَﺎ َﻋﻠِ ﱡﻲ ﺑْ ُﻦ اﻷَ ﻗْ َﻤ ِﺮ َﻋ ْﻦ أَِﰊ ُﺣ َﺬﻳْـ َﻔـﺔَ َوﻛَـﺎ َن ﻣِـ ْﻦ أَﺻْـﺤ ِ َ ـﺖ َر ُﺟـﻼً ـﺎل َﻣـﺎ ﻳَﺴَـﺮَِﱐ اِ ﱢﱐ َﺣ َﻜْﻴ ُ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َوﺳَـﻠﱠ َﻢ َر ُﺟـﻼً ﻓَـ َﻘ َ ﱠﱯ َ ْﺖ ﻟِﻠﻨِ ﱢ َﺖ َﺣ َﻜﻴ ُ َﻋ ْﻦ ﻋَﺎﺋِ َﺸﺔَ ﻗَﺎﻟ ْ ـﺎل ـﺎل ﺑِﻴَـ ِﺪ ِﻩ َﻛﺄَﻧـﱠﻪُ ﻳـَ ْﻌ ِـﲏ ﻗَﺼِـ َﲑًة ﻓَـ َﻘ َ ﺻـ ِﻔﻴﱠﺔَ اﻣْـَﺮأَةٌ َوﻗَ َ ـﻮل اﻟﻠﱠـ ِﻪ إِ ﱠن َ ْﺖ ﻳَﺎ َر ُﺳ َ َﺖ ﻓَـ ُﻘﻠ ُ َوأِ ﱠن ِﱄ َﻛﺬَا َوَﻛﺬَا ﻗَﺎﻟ ْ 105 . Riwayat al-Tirmidzî
ﲕ ﺑْ ُﻦ َﺳﻌِْﻴ ٍﺪ َو َﻋْﺒ ُﺪ اﻟﱠﺮ ْﲪ ِﻦ ﺑِ ْﻦ َﻣ ْﻬ ِﺪ ْي ﻗَﺎﻻََ :ﺣ ّﺪ ﺛـَﻨَﺎ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ﳏََ َﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ ﺑَ ﱠﺸ ْﺎرَ ،ﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َْﳛ َ ﷲ ﺑْ ِﻦ َﻣ ْﺴﻌُ ْﻮٍدَ ،ﻋ ْﻦ ﺎب َﻋْﺒ ِﺪ ا ِ ﺻ َﺤ ِ ُﺳ ْﻔﻴَﺎ ُن َﻋ ْﻦ َﻋﻠِ ﱢﻲ ﺑْ ِﻦ اﻷَ ﻗْ َﻤ ِﺮ َﻋ ْﻦ أَِ ْﰊ ُﺣ َﺬ ﻳْـ َﻔﺔََ ،وَﻛﺎ َن ِﻣ ْﻦ أَ ْ ﱐ َﺣ َﻜْﻴﺔُ َر ُﺟﻼً ﱐ أَ ﱢْ ﺎلَ ) :ﻣﺎ ﻳَ ُﺴﱡﺮِ ْ ﺻﻠﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َر ُﺟﻼً ﻓَـ َﻘ َ ﱯ َ ﺖ ﻟِﻠﻨَِ ﱢ ﺖَ ) :ﺣ َﻜْﻴ ُ َﻋﺎﺋِ َﺸﺔَ ﻗَﺎﻟَ ْ ﺖ ﺑِﻴَ ِﺪ َﻫﺎ َﻫ َﻜ َﺬا َﻛﺄَﻧـَ َﻬﺎ ﺻ ِﻔﻴﱠﺔَ ا ْﻣَﺮأَةُ َوﻗَﺎﻟَ ْ ﺖ :ﻳَﺎ َر ُﺳ ْﻮ َل اﷲ ،إِ ﱠن َ ﺖ .ﻓَـ ُﻘ ْﻠ ُ َوأَ ﱠن ِ ْﱄ َﻛ َﺬا َوَﻛ َﺬا( .ﻗَﺎﻟَ ْ 106 ْﺖ ﺎ َﻣﺎءَ اﻟﺒَ ْﺤ ِﺮ ﻟَ ُﻤ ِﺰ َج(. ْﺖ ﺑِ َﻜﻠِ َﻤ ٍﺔ ﻟ َْﻮ َﻣَﺰﺟ ِ ﺎل) :ﻟََﻘ ْﺪ َﻣَﺰﺟ ِ ﺼْﻴـَﺮةً ،ﻓَـ َﻘ َ ﺗَـ ْﻌ ِْﲏ ﻗَ ِ Riwayat Abû Syaikh al-Asbihâni
ِﻲ ﺑْ ِﻦ أَ ْﺧﺒَـَﺮﻧَﺎ اﺑْ ُﻦ أَِ ْﰊ َﻋﺎ ِﺻ ْﻢ ،ﺛـَﻨَﺎ اﳌَُﻘ ﱠﺪ ِﻣ ْﻲ ،ﻧَﺎ َْﳛ َﻲ ﺑْ ُﻦ َﺳﻌِْﻴ ٍﺪ َﻋ ْﻦ ُﺳ ْﻔﻴَﺎ ْنَ ،ﻋ ْﻦ َﻋﻠ ْ ﺎل: ﺻ ِﻔﻴﱠﺔ َﻛ َﺬا َوَﻛ َﺬا .ﻓَـ َﻘ َ ﻚ ِﻣ ْﻦ َ ﺖ ﻳَﺎ َر ُﺳ ْﻮل اﷲَ ،ﺣ ْﺴﺒُ َ ﺖ :ﻗَﺎﻟَ ْ ﺸﺔَ ﻗَﺎﻟَ ْ اﻷَﻗْ َﻤﺮَِ ،ﻋ ْﻦ ﻋَﺎﺋِ َ ﱐ َﺎلَ :ﻣﺎ َﺳﱠﺮِ ْ ْﺖ إِﻧْﺴَﺎﻧًﺎ .ﻓَـﻘ َ َﺖَ :و َﺣ َﻜﻴ ُ ﺖ ﺑِ َﻜﻠِ َﻤ ٍﺔ ﻟَ ْﻮ ُﻣ ِﺰ َج ﺎ َﻣﺎءُ اﻟﺒَ ْﺤ ِﺮ ُﻣ ِﺰجَ ،ﻗَﺎﻟ ْ ﻚ ﺗَ َﻜﻠﱠ ْﻤ ِ )إِﻧﱠ ِ 107 أَﱐﱢْ َﺣ َﻜْﻴﺔُ أَ َﺣ ًﺪا َوأَ ﱠن ِ ْﱄ َﻛ َﺬا َوَﻛ َﺬا(. Riwayat al-Baihaqî
Abî Dâwud, Sunan Abî Dâwud, kitab al-Adab bâb Fî al-Gîbah, Jilid 4, hadis no. 4875, h.
104
291. 105
Ahmad bin Hanbal, Musnad, jilid 6, h.189. Abû ‘Îsâ al-Tirmidzî, Sunan al-Tirmidzî, jilid 4, kitâb sifat al-qiyâmah wa al-raqâiq wa al-wara‘ ,hadis no. 2510, h. 225-226. 107 ِ◌Abû al-Syaikh al-Asbahâni, al-Taubîkh wa al-Tanbîkh, bâb sifat al-gîbah, hadis no. 184, h. 214. 106
64
أَ ْﺧﺒَـَﺮﻧَﺎ أَﺑـُ ْﻮ اﳊَ َﺴ ْﻦ َﻋﻠِ ْﻲ ﺑﻦ ﳏَُﻤﺪ ﺑﻦ َﻋﻠِ ْﻲ اﳌَْﻘﺮىء أَﻧَﺎ اﳊَ َﺴ ْﻦ ﺑِ ْﻦ ﳏَُ َﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ اِ ْﺳ َﺤﺎق ﻧَﺎ ب اﻟ َﻘﺎ ِﺿ ْﻲ ﻧَﺎ ﳏَُ َﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ أَِ ْﰊ ﺑَ َﻜ ْﺮ ﻧَﺎ َﻋْﺒ ُﺪ اﻟﱠﺮ ْﲪﻦ ﺑِ ْﻦ َﻣ ْﻬ ِﺪ ْي َﻋ ْﻦ ُﺳ ْﻔﻴَﺎن َﻋ ْﻦ ﻒ ﺑِ ْﻦ ﻳـَ ْﻌ ُﻘ ْﻮ ْ ﻳـُ ْﻮ ُﺳ ْ ﺻﻠ ﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ ﺖ ﻟَِﺮ ُﺳ ْﻮ ِل اﷲِ َ ﺖ َﺣ َﻜْﻴ ُ َﻋﻠِ ْﻲ ﺑْ ِﻦ اﻷَ ﻗْ َﻤ ِﺮ َﻋ ْﻦ أَِ ْﰊ ُﺣ َﺬ ﻳْـ َﻔﺔَ َﻋ ْﻦ َﻋﺎ ﺋِ َﺸﺔَ ﻗَﺎﻟَ ْ ﺻ ِﻔﻴﱠﺔَ إِ ْﻣَﺮأَةً ﺖ :إِ ﱠن َ ﺖ َر ُﺟﻼً َوإِ ﱠن ِ ْﱄ َﻛ َﺬا َوَﻛ َﺬا .ﻗـُ ْﻠ ُ ﱐ أَﱐﱢْ َﺣ َﻜْﻴ ُ َﺎلَ :ﻣﺎ ﻳَ ﱠﺴَﺮِ ْ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َر ُﺟﻼً ﻓَـﻘ َ ﺼْﻴـﺮَة. ْﲏ ﻗَ ِ وَأﺷﺎرت إﱃ أَ ﳕِْﻠَﻪُ ﻳَـﻌ ِْ 108 . َﺎل: ﻓَـﻘ َ Untuk mempermudah melakukan penelitian, sebaiknya dibuatkan skema/ bagan sanad hadis sebagai berikut:
Al-Baihaqî, Su‘abu al-Îmân, juz 5, bâb fî tahrîm a‘râd al-Nâs, hadis no. 6721, h. 301.
108
65
66
2. Penelitian Sanad Hadis yang akan diteliti yaitu riwayat Abî Dâwud, dengan alasan Syaikh Zain al-Dîn mengutip dari Abî Dâwud dalam kitabnya. Dimulai dari mukharrijnya atau periwayat terakhir. Abû Dâwud109 Musaddad bin Musarhad (W. 228 H.) Nama lengkapnya: Musaddad bin Musarhad bin Musarbal al-Bisrî al-Asadî, Abû al-Hasan. al-Hâfiz al-Imâm al-Hujjah.110 Gurunya: Mahdi bin Maimûn, Hammâd bin Zaid, Fudail bin ‘Iyâd, Wakî‘, Yahyâ al-Qattân, Juwairiyah bin Asmâ‘. Muridnya: al-Bukhârî, Abû Dâwud, Abû Hâtim, Abû Zur‘ah, Abû Ishâq al-Jaujânî, al-Tirmidzî, al-Nasâ`î, Yûsuf Ya‘qûb al-Qâdî. Pendapat ulama:111 1. Abû Zur‘ah: Ahmad bin Hanbal berkata kepada saya: Musaddad ﺻﺪوق maka tulislah darinya jangan melebihi. 2. Ja‘far bi Abî ‘Utsmân: Ibn Ma‘in berkata: tentang siapa yang menulis hadis di Basrah? Tuliskan dari Musaddad, dia itu: ﺛﻘﺔ ﺛﻘﺔ 3. Muhamad bin Hârûn al-Falâs dari Ibn Ma‘în: ﺻﺪوق 4. Al-‘Ijlî, Al-Nasâ`î, Ibn Abî Hâtim:112 ﺛﻘﺔ, Al-‘Asqalânî: ﺛﻘﺔ ﺣﺎﻓﻆ113 5. Al-Bukhârî: Musaddad bin Musarhad meninggal tahun 228 H.
109
Sudah dibahas di halaman 51. Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 8, h. 130. al-Dzahabî. Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`, jilid 10, h. 591. 111 Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 8, h. 131. al-Dzahabî. Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`, jilid 10, h. 592-593. al-Mizi. Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl. Jilid 27, h.446-447. 112 ‘Abd al-Rahman bin Abî Hâtim, al-Jarh wa al-Ta‘dîl, jilid 8, h. 438. 113 Al-‘Asqalânî, Taqrîb al-Tahdzîb, jilid 2, h. 579. 110
67
Terdapat pertemuan dengan guru dan muridnya, para ulama menilainya positif (al-ta‘dîl), menerima hadis dengan cara tahdîts ()ﺣﺪﺛﻨﺎ. Yahyâ bin Sa‘îd al-Qattân (120-198 H.) Nama lengkapnya: Yahyâ bin Sa‘îd bin Furûkh al-Qattân al-Tamîmî, Abû Sa‘îd al-Basrî al-Ahwal al-Hâfiz. Al-Imâm al-Kabîr. 114 Lahir tahun 120 H., meninggal tahun 198 H. pada bulan Safar. Gurunya: Sulaimân al-Taimî, Humaid al-Tawîl, Yahyâ bin Sa‘îd alAnsârî, Hisyâm bin ‘Urwah, Sufyân al-Tsaurî, ‘Imrân al-Qasîr. Muridnya: Ahmad bin Hanbâl, Musaddad bin Musarhad, Muhamad bin Abî Bakr al-Muqaddamî, Muhamad bin Basysyâr Bundâr. Pendapat ulama:115 1. Muhamad bin Sa‘ad: رﻓﯿﻌﺎ ﺣﺠﺔ،ﺛﻘﺔ ﻣﺄﻣﻮﻧﺎ 2. Abû Zur‘ah, Abû Hâtim: اﻟﺜﻘﺔ اﻟﺤﻔﺎظ 3. Al-Nasâ`î: ﺛﻘﺔ ﺛﺒﺔ ﻣﺮﺿﻲ Terdapat pertemuan dengan guru dan muridnya, para ulama menilainya positif (al-ta‘dîl), menerima hadis dengan cara ‘an‘anah ()ﻋﻦ. Sufyân (W. 161 H.) Nama lengkapnya: Sufyân bin Sa‘îd Masrûq al-Tsaurî, Abû Abdullah al-Kûfî.116 Gurunya: Hisyâm bin ‘urwah, Muhamad bin al-Munkadir, Ismâ‘îl bin Umayyah, Aslam al-Minqarî, ‘Alî Ibn al-Aqmari.
114
Al-Dzahabî, Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`, jilid 9, h. 175. Al-Mizi, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl. Jilid 31, h. 338-341. Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 4, h. 235-237. 116 Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 3, h. 397-398. 115
68
Muridnya: ‘Abd al-Rahmân bin Mahdî, ‘Alî Ibn al-Ja‘ad, ‘Abd alRazzâq bin Hammâm, Yahya bin Sa‘îd al-Qattân. Pendapat ulama:117 1. ‘Abdullah ibn al-Mubârak: Saya telah menulis hadis dari seratus, bahkan seribu syaikh, saya menulisnya, tetapi yang lebih utama dari Sufyân. 2. Sufyân bin ‘Uyainah: Ashâb al-Hadîs (yang mempunyai hadis) ada 3: Ibn ‘Abbâs, al-Sya‘bî, dan al-Tsaurî dijamannya. 3. Al-Hâfiz Abû Bakr al-Khatîb: Sufyân adalah pemimpin kaum muslimin yang mengetahui ilmu-ilmu agama dan menebarkan keharuman ilmu hadis, kekuatan hafalan, keluasan tentang ma‘rifat, wara‘, dan zuhud. 4. Menurut Muhamad bin Sa‘ad: Ulama sepakat bahwa Sufyân wafat di Basrah pada tahun 161 H. Terdapat pertemuan dengan guru dan muridnya, para ulama menilainya positif (al-ta‘dîl), menerima hadis dengan cara tahdîts ()ﺣﺪﺛﻨﻰ. ‘Alî Ibn al-Aqmari Nama lengkapnya: ‘Alî Ibnu al-Aqmari bin ‘Amr bin al-Hârits bin Mu‘âwiyah ‘Amr bin al-Hârits bin Rabî‘ah bin ‘Abdillah bin Wadâ‘ah alHamdânî al-Wâdi‘î, Abû al-Wâzi‘î, al-Kûfî, Kultsûm bin al- Aqmari.118 Gurunya: Usâmah bin Syarîk, Mu‘âwiyah bin Abî Suyân, Yazîd bin Abî Kabsyah, Abî Hudzaifah Salamah bin Suhaibah. Muridnya: al-Hasan bin Sâlih bin Hay, Raqabah bin Musqalah, Sufyân al-Tsaurî, Sulaimân al-A‘masyi.
117
Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 3, h. 399-400. Al-Mizi, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl. Jilid 20, h. 323. Al-‘Asqalânî, Tahdzîb alTahdzîb, jilid 5, h. 649. 118
69
Pendapat ulama:119 1. Al-‘Ijlî, Ya‘qûb bin Sufyân, al-Nasâ`î, Ibn Khirâsy, al-Daraqutnî: ﺛﻘﺔ 2. Ibn Abî Maryam dari Yahyâ Ibn Ma‘în: ﺣﺠﺔ،ﺛﻘﺔ. Abû Hâtim: ﺻﺪوق،ﺛﻘﺔ Terdapat pertemuan dengan guru dan muridnya, para ulama menilainya positif (al-ta‘dîl), menerima hadis dengan cara ‘an‘anah ()ﻋﻦ. Abî Hudzaifah Salamah bin Suhaib Nama lengkapnya: Salamah bin Suhaib, terkadang disebut Ibn Suhaibah, terkadang Ibn Suhbah, terkadang Ibn Subhan, terkadang Ibn Usaihib al-Hamdânî al-Arhabî, Abû Hudzaifah al-Kûfî. Gurunya : Hudzaifah bin al-Yamân, ‘Abdullah bin Mas‘ûd, ‘Alî bin Abî Tâlib, ‘Â`isyah Ummul Mu`minîn. Muridnya: Khaitsamah bin ‘Abd al-Rahmân, ‘Alî ibn al-Aqmari, Abû Ishâq al-Sab‘î.120 Pendapat ulama:121 1. Ibnu Hibbân memasukkannya dalam kitab al-Tsiqât. 2. Ya‘qûb bin Sufyân: ﺛﻘﺔ Terdapat pertemuan dengan guru dan muridnya, para ulama menilainya positif (al-ta‘dîl), menerima hadis dengan cara ‘an‘anah ()ﻋﻦ.
‘Âisyah R.a (Sahabat/ Istri Nabi Saw.)
119
Al-Mizi, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl. Jilid 20, h. 324. Al-‘Asqalânî, Tahdzîb alTahdzîb, jilid 5, h. 650. 120 Al-Mizi, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl. Jilid 11, h. 291. 121 Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 3, h. 434.
70
3. Analisa Sanad Setelah diteliti satu persatu periwayat hadis, sanadnya bersambung, juga para perawinya siqah, sehingga hadis ini dihukumi sahih. Akan tetapi melihat riwayat Syaikh Asbihâni menyalahi riwayat yang lain, maka dihukumi (syadz). Sedangkan yang lainnya mahfudz. Mungkin juga kesalahan penulisan atau percetakan.
71
G. Hadis ke 5 (Larangan Mengejek seseorang)
ﺻﻠَﻰ اﷲُ َﻋﻠَﻴْ ِﻪ َو َﺳﻠَ َﻢ إِ َن َ ِْﺖ ِﻻ ْﻣَﺮأَةٍ َﻣَﺮةً َوأَﻧَﺎ ِﻋْﻨ َﺪ َرﺳُﻮ ِل اﷲ ُ َﺖ ﻗُـﻠ ْ َﰊ اﻟ ُﺪ ﻧْـﻴَﺎ َﻋ ْﻦ ﲰَُﻴﱠ ْﺔ ﻗَﺎﻟ ْ ِوَاﺑْ ُﻦ أ 122 .ﻀﻐَﺔً أَ ْى ﻗَﻄْ َﻌﺔً ِﻣ ْﻦ َﳊْ ِﻢ ْ ْﺖ ُﻣ ُ ْﻚ ﻓَـﻠَ َﻔﻈ َ َﺎﰲ ﻓِﻴ ْ ِ ِﻰ أَ ْى ا ِْرِﻣ ْﻰ ﻣ ْ ِﻰ اِﻟْ َﻔﻈ ْ َﺎل اِﻟْ َﻔﻈ َ َﻫ ِﺬﻩِ اﻟﻄَ ِﻮﻳْـﻠَﺔُ اﻟ َﺬ ﻳ ِْﻞ ﻓَـﻘ Artinya: “Diriwayatkan Ibn Abî al-Dunyâ dari Sumayyah bekata: Aku pernah berkata sekali kepada seorang perempuan, sesungguhnya perempuan ini panjang pancung pakaiannya, pada saat itu disisi Rasul, lantas Rasul bersabda: Muntahkan, muntahkan apa yang dimulutmu, lantas aku memuntahkan sepotong daging.”
Selain merujuk pada kitab yang diriwayatkan penulis kitab, pelacakan hadis dilakukan lewat kata kerja (fi‘il), melalui kitab Mausû’ah Atrâf al-Hadîts alNabawî al-Syarîf, ditemukan data sebagai berikut: 123
(اﻟﻔﻈﻲ )ﻓﻠﻔﻈﺖ
اﻟﻤﻐﻨﻰ ﻋﻦ ﺣﻤﻞ اﻷﺻﻔﺎر ﻟﻠﻌﺮاﻗﻰ:١٤١:٣ ﻋﺮ، ٳﺗﺤﺎف اﻟﺴﺎدة اﻟﻤﺘﻘﯿﻦ: ٥٤١:٧إﺗﺤﺎف اﻟﺪور اﻟﻤﻨﺜﻮرﻟﻠﺴﯿﻮطﻰ:١٤١:٣ﻣﻨﺜﻮر Sedangkan pelacakan melalui awal matan (Kitab al-Jâmi‘ al-Sagîr) tidak ditemukan. Dan Juga melalui kata-kata kata-kata isim dan fi‘il yang ada dalam matan hadis, melalui Kitab Mu‘jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-Nabawi, tidak ditemukan hadis tersebut. 1. Teks hadis Riwayat Ibnu Abî al-Dunyâ
ْﺖ ُ َِﲰﻌ:َﺎل َ َﺎﺳ ْﻢ ﻗ ِ َﺣ َﺪ ﺛـَﻨَﺎ اﳍُﻨَـْﻴ ُﺪ اﺑْ ُﻦ اﻟﻘ، َﺣ َﺪ ﺛـَﻨَﺎ ﻣ ُْﻮﺳَﻰ ﺑِ ْﻦ إِﲰَْﺎ ِﻋﻴْﻞ،َْﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ﻋُﺒَـْﻴ ِﺪ اﷲ اﻟ َﻌﺘَ ِﻜﻲ ْﺖ ِﻻ ُ ﻓَﺈِِﱐ ﻗُـﻠ،َﺎب ِﻣْﻨ ُﻜ ﱠﻦ أَ َﺣ ًﺪ أَ َﺣﺪًا ُ ﻻَ ﻳـَ ْﻐﺘ:ْل ُ ْﺖ ﻋَﺎﺋِ َﺸﺔَ َر ِﺿ َﻲ اﷲُ َﻋْﻨـﻬَﺎ ﺗَـﻘُﻮ ُ َِﲰﻌ:َﺖ ْ ْﺖ ﺧَﺎﻟِ ْﺪ ﻗَﺎﻟ ِ ِﻏْﺒﻄَ ْﺔ ﺑِﻨ (ِﻲ ْ اِﻟْ َﻔﻈ.... ِﻲ ْ )اِﻟْ َﻔﻈ:َﺎل َ إِ ﱠن ﻫ ِﺬﻩِ ﻟَﻄَ ِﻮﻳْـﻠَﺔُ اﻟ َﺬﻳ ِْﻞ ﻓَـﻘ:ﺻﻠَﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠَ َﻢ َ ، َواَﻧَﺎ ﻋِْﻨ َﺪ اﻟﻨَِﱯ،◌َ ً َﻣَﺮة،ًْﻣَﺮأَة 124 .ﻀ َﻌﺔً ِﻣ ْﻦ َﳊْ ِﻢ ْ ُْﺖ ﺑ ُ ﻓَـﻠَ َﻔﻀ Riwayat al-Kharâitî 122
Al-Malîbârî. Irsyâd al-`Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd,bâb al-gîbah, h. 72. Zaglûl, Mausû’ah Atrâf al-Hadîts, jilid 2, h.139. 124 Ibnu Abî al-Dunyâ, al-Samt wa Adâb al-Lisân, bab tafsîr al-gîbah, hadis no. 215, h. 137123
138.
72
ـﺖ ُ َِﲰ ْﻌـ:ـﺖ ْ َﲏ رَاﺑِﻄَــﺔ اﺑْـﻨَـﺔُ ﺧَﺎﻟِـ ْﺪ ﻗَﺎﻟَـ ِْ َﺎﺳـ ْﻢ َﺣـ ﱠﺪﺛ ِ ِﻰ ﺛَﻨــﺎ اﳍُﻨَـْﻴـ ُﺪ ﺑْـ ُﻦ اﻟﻘ ْ َﺣـ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎأَﺑـ ُْﻮ ﺑَﻜَﺮْاﻟـ َﻮَز ْن ﺛـَﻨَــﺎ اﻟﺘَﺒُـ ْـﻮذَﻛ ت ْ ﺻﻠﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َوﺳَـﻠﱠ َﻢ ﻓَﻤَـﱠﺮ َ َﱯ ْ ِْﺖ ِﻋْﻨ َﺪ اﻟﻨ ُ ِﱐ ُﻛﻨ ْ ِ ﻓَـﺈ،ﻀ ُﻜ ْﻢ ﺑـَ ْﻌﻀًﺎ ُ َﺐ ﺑـَ ْﻌ ْ ﻻَ ﻳـَ ْﻐﺘ:ْل ُ ﻋَﺎ ِﻋ َﺸﺔَ رﲪﺔ اﷲ َﻋﻠَْﻴـﻬَﺎ ﺗَـﻘُﻮ 125 .ﻀ َﻌﺔً ِﻣ ْﻦ َﳊْ ِﻢ ْ ِْﺖ ﺑ ُ ِﻲ" ﻓَـﻠَ َﻔﻈ ْ "إِﻟْ َﻔﻈ:َﱯ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َ َِﺎل ﻧ َ ﻓَـﻘ، إِﻧـﱠﻬَﺎ ﻟَﻄَ ِﻮﻳْـﻠَﺔُ اﻟ َﺬﻳ ِْﻞ:ْﺖ ُ إِ ْﻣَﺮأَةٌ ﻓَـ ُﻘﻠ Untuk mempermudah melakukan penelitian, sebaiknya dibuatkan skema/ bagan sanad hadis sebagai berikut:
125
Abû Bakr, Muhamad bin Ja‘far bin Muhamad bin Sahl bin Syâkir, al-Sâmirî alKharâ`itî. Masâwi`u al-Akhlâq wa Madzmûmahâ, cetakan pertama, bâb Mâ Jâ`a Fî al-Gîbah min al-Karâhah, hadis no. 201, (Jedah: Maktabah al-Sawâdî Liltauzî‘, 1992), h. 100-101.
73
2. Penelitian Sanad
74
Ibn Abî al-Dunyâ126 ‘Ubaidillah al-‘Atakî Nama lengkapnya: ‘Ubaidillah bin ‘Abdullah, Abû al-‘Atakî alMarwazî al-Sanjî.127 Gurunya: al-Hasan Basrî, Sa‘îd bin Jubair, ‘Utsmân bin ‘Abdullah bin Surâqah, ‘Atâ bin Abî Rabâh, ‘Umar bin ‘Abdul ‘Azîz. Muridnya: Ishâq bin Najîkh al-Malatî, Zaid bin al-Hubâb, ‘Abdullah bin Abî Ja‘far al-Râzî, al-Fadl bin Mûsâ, Abû Tumailah Yahya bin Wâdih. Pendapat ulama:128 1. Ibnu al-Dauraqî, dari Yahyâ Ibnu Ma‘în: ﺛﻘﺔ 2. Al-Bukhârî: ﻋﻨﺪه ﻣﻨﺎﻛﺮ. 3. Ibnu Abî Hâtim dari ayahnya: ﺻﺎﻟﺢ. Dia dimunkarkan oleh al-Bukhârî, dan dimasukkan dalam Kitâb al-Du‘afâ, dia masih bia diambil/terangkat dari golongan da‘îf.129 4. Abû Ja‘far al-‘Uqailî: ﻻ ﯾﺘﺎﺑﻊ ﻋﻼ ﺣﺪﯾﺜﮫ. 5. Ibnu ‘Adî: ﻋﻨﺪى ﻻ ﺑﺄس ﺑﮫ 6. Al-Nasâ`î: ﺛﻘﺔdan diakhir mengatakan 130 ﺿﻌﯿﻒ 7. Al-Ajrî dari Abî Dâwud: ﻟﯿﺲ ﺑﮫ ﺑﺄس 8. Al-Hâkim Abû Ahmad: ﻟﯿﺲ ﺑﺎﻟﻘﻮي ﻋﻨﺪھﻢ 9. Al-Hâkim Abû ‘Abdullah: ﯾﺠﻤﻊ ﺣﺪﯾﺜﮫ،ﺛﻘﺔ 10. Al-Baihaqî: ﻻ ﯾﺤﺘﺞ ﺑﮫ 126
Sudah dibahas di halaman 28. Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ` al-Rijâl, jilid 5, h. 80. 128 Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ` al-Rijâl, jilid 15, h. 81-82. Al-‘Asqalanî, Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 5, h. 389. 129 ‘Abd al-Rahman bin Abî Hâtim al-Râzî, al-Jarh wa al-Ta‘dîl, jilid 5, h. 322. 130 Al-Nasâ`î, al-Du‘afâ wa al-Matrûkîn, h. 155. 127
75
Tidak diketahui persambungan guru dan muridnya, begitu juga tahun lahir dan wafatnya, menerima hadis dengan cara tahdîts ()ﺣﺪﺛﻨﺎ. Para ulama berbeda pendapat dalam menilainya. dalam menilai ‘Ubaidillah al-‘Atakî, kaidah yang digunakan al-jarh muqaddam ‘alâ ta‘dîl, sehingga riwayatnya lemah (da‘îf).
Mûsâ bin Ismâ‘îl (W. 213 H.) Nama lengkapnya: Mûsâ bin Ismâ‘îl al-Minqârî, Abû Salamah alTabûdzakî al-Basrî.131 Gurunya: Abân bin Yazîd al-‘Attâr, Hammâd bin Salamah, Hamzah bin Najîh, Hibbân bin Yasâr, ‘Abdul Wârits bin Sa‘îd, Hunaid al-Qâsim. Muridnya: al-Bukhârî, Abû Dâwud, Ahmad bin Mansûr al-Ramâdî, Abû Hâtim bin Idrîs al-Râzî, Yahya Ibnu Ma‘în, Ya‘qûb bin Sufyân. Pendapat ulama:132 1. Al-Husain bin al-Hasan al-Râzî: dari Yahyâ Ibn Ma‘în: ﺛﻘﺔ ﻣﺄﻣﻮن 2. Abû Hâtim dari Abâ al-Walîd al-Tayalisî: ﺛﻘﺔ ﺻﺪوق 3. Muhamad bin Sa‘ad: beliau ﺛﻘﺔbanyak meriwayatkan hadis. 4. ‘Abbâs al-Dûrî dari Ibnu Ma‘în: Saya tidak duduk dengan syaikh, kecuali menceritakan lelaki (al-Tabûdzakî) ini,
berkata Ibnu Ma‘în:
Saya mengitung hadis yang ditulisnya sebanyak 35.000. 5. Al-Bukhârî: beliau meninggal tahun 213 H. Terdapat pertemuan dengan gurunya, para ulama menilainya positif (alta‘dîl), menerima hadis dengan cara tahdîts ()ﺣﺪﺛﻨﺎ. 131
Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ`i al-Rijâl, jilid 29, h. 21-22. Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ`i al-Rijâl, jilid 29, h. 24-26. ‘Abd al-Rahman bin Abî Hâtim, al-Jarh wa al-Ta‘dîl, jilid 8, h. 136. 132
76
Hunaid al-Qasîm Nama lengkapnya: Hunaid al-Qasîm bin ‘Abd al-Rahmân bin Mâ‘iz al-Bakâ`î.133 Gurunya: al-‘Adâ` bin Khâlid bin Hûdah, al-Ja‘îd bin ‘Abd alRahman,‘Âmir bin ‘Abdullah bin al-Zubair, al-Qâsim bin Ibnu ‘Abdullah. Muridnya: Mûsâ bin Ismâ‘îl. Terdapat pertemuan dengan muridnya, tidak ditemukan penilaian para ulama. dikarenakan tidak ada komentar al-jarh dan al-ta‘dîl, maka dalam menilai Hunaid al-Qasîm, kembali kepada sifat asal manusia yaitu: baik. maka ia dinilai al-ta‘dîl. Menerima hadis dengan cara ﺣﺪﺛﻨﻰdan ﺳﻤﻌﺖ
Gibtah binti Khālid/ Râbitah Setelah ditelusuri dalam kitab rijâl hadis, ternyata nama tersebut tidak ditemukan (majhul), dilihat dari murid-murid yang pernah berguru kepada ‘Āisah, tidak ada nama Gibtah binti Khālid/ Râbitah, begitu juga tidak ditemukan sebagai guru Hunaid al-Qasîm.
‘Â`isyah R.a. (Sahabat/Isri Nabi Saw. W. 57 H.)
C. Analisa Sanad
133
‘Abd al-Rahman bin Abî Hâtim al-Râzî, al-Jarh wa al-Ta‘dîl, jilid 9, h. 121. Abî Hâtim Muhamad bin Hibbân bin Ahmad al-Tamîmî al-Bustî, al-Tsiqât, jilid 5, h. 515. Abî ‘Abdullah Ismâ‘îl bin Ibrâhîm al-Ja‘fî al-Bukhârî, al-Târikh al-Kabîr, jilid 4/2 (Beirût: Dâr al-Fikr, t.t.), h. 249.
77
Setelah diteliti satu persatu periwayat hadis, dapat disimpulkan bahwa hadis kelima riwayat Ibnu Abî al-Dunyâ da‘îf, karena terdapat periwayat yang lemah, yaitu pada ‘Ubaidillah al-‘Atakî, dan terdapat periwayat yang tidak diketahui identitasnya (majhûl), yaitu: Gibtah binti Khālid/ Râbitah. Begitu juga dengan riwayat al-Khârâ`itî da‘îf, karena bersambung pada Gibtah binti Khālid/ Râbitah.
F. Hadis ke 6 (Siksaan bagi yang suka menggîbah)
78
ُﺎل ﻟَﻪُ ُﻛﻠُﻪ ُ ب إِﻟَْﻴ ِﻪ ﻳـَ ْﻮَم اﻟ ِﻘﻴَﺎ َﻣ ِﺔ ﻓَـﻴُـ َﻘ َ َو ◌َ أَﺑـُ ْﻮ اﻟ َﺸْﻴ ْﺦ َﻣ ْﻦ أَ َﻛ َﻞ َﳊْ َﻢ أَ ِﺧْﻴ ِﻪ ِﰱ اﻟ ُﺪ ﻧْـﻴَﺎ ﻗُ ِﺮ 134 .ﻀ ﱡﺞ ِ ََﻣْﻴﺘًﺎ َﻛ َﻤﺎ أَ َﻛ ْﻠﺘَﻪُ َﺣ ﺎ ﻓَـﻴَﺄ ُﻛﻠُﻪُ َوﻳَ ْﻜﻠَﻪُ َوﻳ Artinya: “Diriwayatkan Abû al-Syaikh. Barangsiapa yang memakan daging saudaranya didunia (mengumpatnya) maka pada hari kiamat dihidangkan kepadanya dan dikatakan kepadanya: “makanlah bangkai saudaramu sebagaimana kamu dahulu memakannya dalam keadaan hidup, lalu dia memakannya. Wajahnya muram dan menjerit”. Syaik Zain al-Dîn mengutip dari Abû Syaikh. Pelacakan hadis dilakukan melalui kata-kata isim dan fi‘il yang ada dalam matan hadis, melalui Kitab Mu‘jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-Nabawi, tidak ditemukan hadis tersebut. Selanjutnya pelacakan dilakukan melalui awal matan. Melalui kitab al-Jâmi‘ alSagîr, juga tidak ditemukan. Sedangkan melalui kitab Mausû‘ah Atrâf al-Hadîts alNabawî al-Syarîf ditemukan
petunjuk sebagai berikut: 135 ﻣﻦ أﻛﻞ ﻟﺤﻢ أﺧﯿﮫ ﻓﻰ اﻟﺪ ﻧﯿﺎ ﻗﺮب إ ﻟﯿﮫ ﻟﺤﻤﮫ ﻓﻲ اﻻﺧﺮة ٳﺗﺤﺎف اﻟﺴﺎدة اﻟﻤﺘﻘﯿﻦ: ٥٣٦/٧
ٳﺗﺤﺎف
ﻣﻦ أﻛﻞ ﻟﺤﻢ أ ﺧﯿﮫ ﻓﻰ اﻟﺪ ﻧﯿﺎ ﻗﺮب ٳ ﻟﯿﮫ ﯾﻮم اﻟﻘﯿﺎ ﻣﺔ ﻣﺠﻤﻊ اﻟﺠﻮاﺋﺪ:٩٢:٨ ﻣﺠﻤﻊ، اﻟﺘﺮﻏﯿﺐ واﻟﺘﺮھﯿﺐ: ٥٠٨:٣ ﺗﺮﻏﯿﺐ ﻣﻦ أﻛﻞ ﻟﺤﻢ أ ﺧﯿﮫ ﻓﻰ اﻟﺪ ﻧﯿﺎ ﻗﺮب ﻟﮫ ﻟﺤﻤﮫ ﻓﻲ اﻻﺧﺮة اﻟﺪور اﻟﻤﻨﺜﻮر ﻟﻠﺴﯿﻮطﻰ
٩٥:٦
ﻣﻨﺜﻮر
ﻣﻦ أﻛﻞ ﻟﺤﻢ ٲ ﺧﯿﮫ ﻓﻰ اﻟﺪ ﻧﯿﺎ ﻗﺮب ٳ ﻟﯿﮫ ﯾﻮم اﻟﻘﯿﺎ ﻣﺔ ﻓﯿﻘﺎ ل ﻟﮫ ﻛﻠﮫ ﻣﯿﺘﺎ ، ﻓﺘﺢ اﻟﺒﺎرﻷ ﺑﻦ ﺣﺠﺮ:٤٧٠ :١٠ ﻓﺘﺢ، ﻣﺠﻤﻊ اﻟﺠﻮاﺋﺪ: ٩٢ :٨ ﻣﺠﻤﻊ اﻟﻤﻐﻨﻰ ﻋﻦ ﺣﻤﻠﻰ اﻻ ﺳﻔﺎر ﻟﻠﻌﺮاﻗﻰ: ١٤٠ :٣ ﻋﺮ، ﺗﻔﺴﯿﺮ ٳﺑﻦ ﻛﺜﯿﺮ: ٣٦٤ :٧ ﻛﺜﯿﺮ
1. Teks hadis 134 135
Al-Malîbârî. Irsyâd al-`Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd,bab al-Gîbah, h. 72. Zaglûl, Mausû‘ah Atrâf al-Hadîts al-Nabawî al-Syarîf, jilid 8, Hal 38-39.
79
Riwayat Abû Syaikh al-Asbihâni
ﺎس اﻟ ُﺪ ْوِري ،ﻧَﺎ ﳏَُ َﻤﺪ ﺑﻦ ﻳَِﺰﻳْﺪ اﻟﱠﺮِز ْي ،ﻧَﺎ َﺣ ﱠﺪ ﺛـَﻨَﺎ إِ ْﺳ َﺤﺎق ﺑﻦ ﳏَُ َﻤﺪ ﺑﻦ َﻋﻠِﻲ ،ﻧَﺎ اﻟ َﻌﺒَ ْ ﺎلَ :ﺣ ﱠﺪ ﺛَِْﲏ ﳏَُ َﻤﺪ ﺑﻦ إِ ْﺳ َﺤﺎقَ ،ﻋ ْﻦ ُﻣ ْﻮ َﺳﻰ ﺑِ ْﻦ ﻳَ َﺴﺎرَ ،ﻋ ْﻦ أَِ ْﰊ ُﻫَﺮﻳْـَﺮَة أَ ﱠن اﻟﻨَِﱯ ﺲ ﺑِ ْﻦ ﺑُ َﻜ ْﲑ ﻗَ َ ﻳـُ ْﻮﻧُ ْ ﺎب اﻟﱠﺮ ُﺟ َﻞ ِ ْﰲ اﻟ ﱡﺪ ﻧْـﻴَﺎ :ﻗِْﻴ َﻞ ﻟَﻪُ ﻳـَ ْﻮَم اﻟ ِﻘﻴَﺎ َﻣ ِﺔ: ﺎل) :إِذَا َﻛﺎ َن اﻟﱠﺮ ُﺟﻞُ ﻳـَ ْﻐﺘَ ُ ﺻﻠ ﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻗَ َ َ ﺼْﻴ ُﺢ َوﻳَ ْﻜﻠَﻪُ(. ﺖ َﳊْ َﻤﻪُ َﺣ ﺎ :ﻓَ ُﻜ ْﻠﻪُ َﻣْﻴﺘًﺎ .ﻓَِﺈﻧﱠﻪُ ﻟَﻴَﺄْ ُﻛ َﻞ َوﻳَ ِ َﻛ َﻤﺎ أَ َﻛ ْﻠ َ
136
Riwayat Ibnu Abî al-Dunyâ.
ﻒ اﻟﱠﺰﱢﻣ ْﻲَ ،ﺣ ﱠﺪ ﺛـَﻨَﺎ ﳏَُ َﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ َﺳﻠَ َﻤﺔ اﳊَﱠﺮِاﱐَ ،ﻋ ْﻦ ﳏَُ َﻤﺪ ﺑﻦ َﺣ ﱠﺪ ﺛـَﻨَﺎ َْﳛ َﻲ ﺑْ ُﻦ ﻳـُ ْﻮ ُﺳ ْ ﺎلَ :ﻣ ْﻦ أَ َﻛ َﻞ َﳊْ َﻢ إِ ْﺳ َﺤﺎقَ ،ﻋ ْﻦ ُﻣ َﺤﻤَﺪ ﺑﻦ ﻣ ُْﻮﺳَﻰ ﺑِ ْﻦ ﻳَﺴَﺎرَْ ،ﻋ ْﻦ أَِ ْﰊ ُﻫَﺮﻳْـَﺮةََ ،ر ِﺿ َﻰ اﷲ َﻋْﻨﻪُ ،ﻗَ َ ب إِﻟَْﻴ ِﻪ َﳊْ ُﻤﻪُ ِ ْﰲ اﻵ ِﺧَﺮةِ ،ﻓَِﻘْﻴ َﻞ ﻟَﻪُُ :ﻛ ْﻠﻪُ َﻣْﻴﺘًﺎَ ،ﻛ َﻤﺎ أَ َﻛ ْﻠﺘَﻪُ َﺣ ﺎ ﻓَـﻴَﺄْ ُﻛﻠُﻪُ أَ ِﺧْﻴ ِﻪ ِ ْﰲ اﻟ ﱡﺪ ﻧْـﻴَﺎ ،ﻗـُﱢﺮ َ 137 ﻀ ﱡﺞ َوﻳَ ْﻜﻠَﻪُ. َوﻳَ ِ Riwayat al-Tabrânî
ﺎل: ﺼ َﻤ ْﺪ ﺑﻦ ﳏَُ َﻤﺪ ﺑﻦ َﻣ ْﻌ َﺪان اﻟ َﺴﻠَ ْﻤ ِﺴْﻴ ِْﲏ ،ﻗَ َ ﺎلَ :ﺣ ّﺪ ﺛـَﻨَﺎ َﻋْﺒ ُﺪ اﻟ َ َﺣ ﱠﺪ ﺛـَﻨَﺎ أَﲪَْﺪ ،ﻗَ َ ﺎل ﺎل :ﻗَ َ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ﳏَُ َﻤﺪﺑﻦ َﺳﻠَ َﻤﺔََ ،ﻋ ْﻦ ﳏَُ َﻤﺪ ﺑﻦ إِ ْﺳ َﺤﺎق َ ،ﻋ ْﻦ ُﻣ ْﻮ َﺳ ْﻰ ﺑِ ْﻦ ﻳَ َﺴ ْﺎرَ .ﻋ ْﻦ أَِ ْﰊ ُﻫَﺮﻳْـَﺮةَ ﻗَ َ ب إِﻟَْﻴ ِﻪ ﻳـَ ْﻮَم اﻟ ِﻘﻴَﺎ َﻣ ِﺔ، ﺻﻠ ﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢَ ) :ﻣ ْﻦ أَ َﻛ َﻞ َﳊْ َﻢ أَ ِﺧْﻴ ِﻪ َْﰲ اﻟ ُﺪ ﻧْـﻴَﺎ ﻗـُﱢﺮ َ َر ُﺳ ْﻮ ُل اﷲ َ 138 ﺼْﻴ ُﺢ(. ﺎل ﻟَﻪُ ُﻛﻠُﻪُ َﺣﻴﱠﺎ َﻛ َﻤﺎ أَ َﻛ ْﻠﺘَﻪُ َﻣْﻴﺘًﺎ ،ﻓَـﻴَﺄْ ُﻛﻠُﻪُ َوﻳَ ْﻜﻠَﻪُ َوﻳَ ِ ﻓَـﻴُـ َﻘ ُ
136
ِ◌Abû al-Syaikh al-Asbahâni, al-Taubîkh wa al-Tanbîkh, bab dzikru mâ A‘addâ Allâh li Ahli al-Gîbah, hadis no. 205, h. 226-227. 137 Ibnu Abî al-Dunyâ, al-Samt wa Adâb al-Lisân, bab Dzam al-Gîbah wa Dzamihâ, hadis no. 178, h. 125 138 Al-Tabrânî, al-Mu‘jam al-Ausât, jilid 2, hadis no 1677, h. 208.
80
2. Penelitian Sanad
81
Abû Syaikh al-Asbihâni (274-369 H.) Nama lengkapnya: Al-Imâm al-Hâfiz al-Sâdiq, Muhaddits Asbihân, Abû Muhamad, ‘Abdullah bin Muhamad bin Ja‘far bin Hayyân, dikenal dengan Abî Syaikh.139Lahir tahun 274 H. Gurunya: Abî Khalîfah al-Jumahî, ‘Abdân, Abî Ya‘lâ al-Mausilî, Abî al-Qâsim al-Bagâwî, Abî Bakr bin Abî ‘Âsim. Muridnya: Ibnu Mandah, Ibnu Mardawiyah, Abû Sa‘ad al-Mâlînî, Abû Sa‘îd al-Naqqâs, Abû Nu‘aim al-Hâfiz. Pendapat ulama :140 1. Abû al-Qâsim al-Sûdzarjânî dan Ibnu Mardawiyah:
, pengarang
tafsir dan banyak kitab pada bidang hukum dan yang lainnya. 2. Abû Bakar al-Khâtîb: Abû Syaikh ﻣﺘﻘﻨﺎ، ﺛﺒﺘﺎ،ﺣﺎﻓﻈﺎ 3. Abû Nu‘aim: Salah seorang yang tinggi ilmunya, pengarang pada bidang hukum dan tafsir, dan mengambil faidah dari guru-gurunya, dan beliau mengarang selama tujuh tahun, dan ia ﺛﻘﺔ 4. Abû Nu‘aim: Beliau meningal akhir bulan Muharam pada tahun 369 H. Para ulama menilainya positif (al-ta‘dîl), menerima hadis dengan cara tahdîts ()ﺣﺪﺛﻨﺎ. Ishâq bin Muhamad bin ‘Alî (W. 311 H.) Ishâq bin Muhamad bin ‘Alî bin Sa‘îd al-Madînî dari Mâwâlî alAnsâr Abû Ya‘qûb, meninggal Akhir bulan Ramadan tahun 311 H. meriwayatkan dari Humaid bin Mas‘adah, ‘Amrû bin ‘Alî, mendengar kitab ‘ilal dari Yahyâ bin Ma‘în dari ‘Abbâs al-Dûrî. 139 140
Al-Dzahabî, Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`, jilid 16, h. 276. Al-Dzahabî, Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`, jilid 16, h. 278-279.
82
Terdapat pertemuan dengan gurunya, menerima hadis dengan cara ﻧﺎ Al-‘Abbâs al-Dûrî (185-271 H.) Nama lengkapnya: al-Imâm al-Hâfiz al-Tsiqat al-Nâqd, Abû al-Fadl, ‘Abbâs bin Muhamad bin Hâtim bin Wâqid al-Dûrî, al-Bagdâdî.141 Gurunya: Ahmad bin Hanbal, Sulaimân bin Dâwud al-Tayâlisî ‘Ubaidillah bin Mûsâ, ‘Affân bin Muslim, Yahyâ Ibnu Ma‘în. Muridnya: al-Arba‘ah, Ja‘far al-Firyâbî, Ibnu Abî al-Dunyâ, ‘Abdullah bin Muhamad al-Bagawî, ‘Abd al-Rahmân bin Abî Hâtim. Pendapat ulama:142 1. ‘Abd al-Rahmân bin Abî Hâtim al-Râzî:143 ﺻﺪوق 2. Al-Nasâ`î dan Maslamah: ﺛﻘﺔ 3. Al-Asam: saya tidak melihat syaikh-syaikh yang lebih baik dalam hadis daripadanya. 4. Yahyâ Ibnu Ma‘în: ﺻﺪ ﯾﻘﻨﺎ و ﺻﺎﺣﺒﻨﺎ. 5. Beliau memulainya ketika umur 17 tahun, kemudian dia menguasai hadis, dan menjadi huffaz di jamannya. 6. Lahir tahun 185 H. Meninggal hari Selasa bulan Safar tahun 271 H. Para ulama menilainya positif (al-ta‘dîl), menerima hadis dengan cara ﻧﺎ
Muhamad bin Yazîd al-Râzî
141
Al-Dzahabî, Siyaru A`lâm al-Nubalâ`, jilid 12, h. 522. Al-Dzahabî, Siyaru A`lâm al-Nubalâ`, jilid 12, h. 523-524. Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ` al-Rijâl, jilid 14, h.247-248. Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 4, h. 218-219. 143 ‘Abd al-Rahman bin Abî Hâtim, al-Jarh wa al-Ta‘dîl, jilid 6, h. 216. 142
83
Setelah ditelusuri dalam kitab rijâl hadis dan târikh, ternyata nama tersebut tidak ditemukan (majhûl). dilihat dari guru-guru ‘Abbâs al-Dûrî, dan juga murid-murid Yûnus bin Bukair, tidak ada nama Muhamad bin Yazîd al-Râzî. Yûnus bin Bukair (W. 199 H.) Nama lengkapnya: Al-Imâm, al-Hâfiz, al-Sadûq, Yûnus bin Bukair bin Wâsil al-Syaibânî, Abû Bakr, Abû Bukair, al-Jammâl al-Kûfî. 144 Gurunya: Abî Ishâq Ibrâhîm bin Yazîd al-Kûfî, Asbât Ibnu Nasr alHamdânî, Muhamad bin Ishâq bin Yasâr, Yûnus bin Abî Ishâq al-Sab‘î. Muridnya: Ahmad bin Muhamad Ibnu Yahyâ bin Sa‘îd al-Qattân, Ishâq bin Mûsâ al-Ansârî, Abû Khaitsamah, Yahyâ Ibnu Ma‘în. Pendapat ulama:145 1. Yahyâ Ibnu Ma‘în: ﺻﺪوﻗﺎ 2. Mudr bin Muhamad al-Asadî dan ‘Utsmân bin Sa‘îd al-Dârimî, dari Yahyâ Ibnu Ma‘în, Muhamad bin ‘Abdullah bin Numair, dan ‘Ubaid bin Ya‘îsy: ﺛﻘﺔ 3. Utsmân bin Sa‘îd: ﻟﯿﺲ ﺑﮫ ﺑﺄس 4. Abû Hâtim146: ﻣﺤﻠﺔ اﻟﺼﺪق 5. Al-Nasâ`î:
diakhir mengatakan
Ibnu Hibbân dan yang
lainnya memperkuat pernyataan al-Nasâ`î.
144
Al-Dzahabî, Siyaru A`lâm al-Nubalâ`, jilid 9, h. 245. Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 9, h. 456. Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ`i al-Rijâl, jilid 32, h. 495-497. Al-Dzahabî, Siyaru A`lâm al-Nubalâ`, jilid 9, h. 246-248. 146 ‘Abd al-Rahman bin Abî Hâtim, al-Jarh wa al-Ta‘dîl, jilid 9, h. 236. 145
84
6. Al-Ajrî dari Abî Dâwud: Bagiku dia tidak bisa dijadikan hujjah, dia mengambil dari Ibnu Ishâq, maka Ibnu Ishâq mengantarkannya pada berbagai hadis. Dia mendengar dari Ibnu Ishâq dengan pemikiran. 7. Ahmad bin ‘Abdullah al-‘Ijlî: Yûnus bin Bukair
, ayahnya
dibawah lindungan Ja‘far, dan sebagian orang melemahkannya. 8. ‘Abd al-Rahmân bin Abî Hâtim:147 ditanyakan pada Abû Zur‘ah apa yang kau ingkari/ tidak kau sukai darinya? Berkata Abû Zur‘ah: adapun dalam masalah hadis saya tidak mengetahuinya. 9. Abû Ishâq al-Jûzajânî: perlu ditegaskan kembali dalam urusannya. 10. ‘Alî Ibnu al-Madînî: Saya menulis darinya, tetapi saya tidak meriwayatkan darinya. Muhamad bin ‘Utsmân bin Abî Syaibah: Saya berkata pada Yahyâ al-Himmânî: saya tidak menghalalkan riwayat dari Yûnus. 11. Beliau meninggal tahun 199 H. Terdapat pertemuan dengan gurunya, para ulama berbeda pendapat dalam menilainya, menerima hadis dengan cara tahdîts (
). dalam
menilai Yûnus, penulis menggunakan kaidah: al-ta‘dîl muqaddam ‘alâ aljarh. sehinga periwayatan Yûnus bisa diterima. Muhamad bin Ishâq (W.150/151/152/153 H.) Nama lengkapnya: Muhamad bin Ishâq bin Yasâr bin Khiyâr, terkadang disebut Ibnu Kûtsân, al-Madanî, Abû Bakr, terkadang disebut Abû ‘Abdillah al-Qurasyî al-Muttalibî, al-‘Allâmah al-Hâfiz.148
147 148
‘Abd al-Rahman bin Abî Hâtim, al-Jarh wa al-Ta‘dîl, jilid 9, h. 236. Al-Dzahabî, Siyaru A`lâm al-Nubalâ`, jilid 7, h. 33.
85
Gurunya:
Abân bin Sâlih, Abân bin ‘Utsmân bin ‘Affân, Hafs
‘Ubaidillah bin Anas , Humaid al-Tawîl, pamannya Mûsâ bin Yasâr. Muridnya: Sufyân bin ‘Uyainah, Muhamad bin Salamah alHarrânî, Sufyân al-Tsaurî, Yûnus bin Bukair al-Syaibânî. Pendapat ulama: 1. Muhamad bin Ishâq banyak tadlis dan para Imam mengetahuinya.149 2. Ya‘qûb bin Syaibah: Saya mendengar Ibnu Numair dan menceritakan Ibnu Ishâq, Jika meriwayatkan dari seseorang yang mendengar darinya orang-orang yang dikenal, maka hadisnya hasan sadûq, dan jika datang darinya hadis dari orang-orang yang tidak diketahui (majhûl) maka hadisnya batal. 3. Al-Bukhârî: Saya melihat ‘Alî bin ‘Abdillah berhujjah dengan hadis Ibnu Ishâq. 4. Muhamad bin ‘Utsmân bin Abî Syaibah: saya bertanya pada ‘Alî tentang Muhamad bin Ishâq, berkata ‘Alî: ﺻﺎﻟﺢ وﺳﻂ 5. Syu‘bah: Muhamad bin Ishâq pemimpin ahli hadis dalam hafalan. 6. ‘Abbâs al-Dûrî dari Ibnu Ma‘în: ﺛﻘﺔ وﻟﯿﺲ ﺑﺤﺠﺔ 7. Al-‘Ijlî: orang madinah yang ﺛﻘﺔAl-Nasâ`î: ﻟﯿﺲ ﺑﺎﻟﻘﻮى 8. Ibnu Abî Khaitsamah: saya mendengar Ibnu Ma‘în berkata: Muhamad bin Ishâq
ditanya sekali lagi: berkata
ditanya sekali
lagi: ﻟﯿﺲ ﺑﺎﻟﻘﻮى. Al-Maimûnî dari Ibnu Ma‘în ﺿﻌﯿﻒ
149
Jalâl al-Dîn al-Suyûtî, Asmâ` al-Mudallisîn (Beirût: Dâr al-Jîl, 1992), h. 81.
86
9. Mâlik:
tetapi menurut ‘Alî Ibnu al-Madînî bahwa
Muhamad bin Ishâq Sâlih dan Imâm Mâlik tidak pernah bergaul dengannya, dan tidak mengenalnya.150 10. Muhamad bin Ishâq terkenal tadlîs dari orang-orang yang lemah dan majhûl. Ibnu Hajar, membagi tingkatan tadlîs pada 5 tingkatan, dan Muhamad bin Ishâq termasuk pada kelompok yang keempat.151 11. Al-‘Asqalânî:
dan disangka Syi‘ah dan Qadariyah.152 Al-
‘Asqalânî membagi tadlis pada lima tingkat, Muhamad bin Ishâq dimasukkan pada tingkat keempat. Terdapat pertemuan dengan guru dan muridnya, terdapat perbedaan para ulama dalam menilainya, menerima hadis dengan cara ‘an‘anah (
).
Dalam hal ini penulis menyimpulkan riwayat dari Muhamad bin Ishâq tidak dapat diterima. Mûsâ bin Yasâr Nama lengkapnya: Mûsâ bin Yasâr al-Qurasyî al-Muttalibî alMadanî. Pamannya Muhamad bin Ishâq bin Yasâr.153 Gurunya: Abî Hurairah. Muridnya: Dâwud bin Qais al-Farrâ`, ‘Ubaidillah bin ‘Umr, Muhamad bin Ishâq bin Yasâr, Abû Ma‘syar Najîh bin ‘Abd al-Rahmân al-Madanî. Pendapat ulama: 1. ‘Abbâs al-Dûrî, dari Yahyâ Ibnu Ma‘în: ﺛﻘﺔ 150
Mahmud Ali Fayyad, Metodologi Penetapan Kesahihan Hadis. Penerjemah A. Zarkasyi Chumaidy (Bandung: Pustaka Setia, 1998), h. 137. 151 Ibn Hajar al-‘Asqalânî, Tabaqât al-Mudallisîn: Ta‘rîf Ahl al-Taqdîs Bimarâtib alMausûfîn Bi al-Tadlîs, ( T.tp.: Maktabah al-Minâ`, t.t.), h. 51. 152 Al-‘Asqalânî, Taqrîb al-Taqrîb, jilid 2, h. 502. 153 Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ`i al-Rijâl, jilid 29, h. 168. Al-‘Asqalânî. Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 8, h. 432. Al-Dzahabî, Siyaru A`lâm al-Nubalâ`, jilid 5, h. 106. ‘Abd al-Rahman bin Abî Hâtim, al-Jarh wa al-Ta‘dîl, jilid 8, h. 168.
87
2. Ibnu Hibbân memasukkannya dalam Kitab al-Tsiqât. Terdapat pertemuan dengan guru dan muridnya. Penilaian ulama terhadapnya positif (al-ta‘dîl), menerima hadis dengan cara ‘an‘anah ()ﻋﻦ.
3. Analisa Sanad Setelah diteliti satu persatu rawi hadis, hadis keenam riwayat Abû al-Syaikh al-Asbihânî da‘îf, karena dalam sanadnya ada periwayat yang majhûl, yaitu Muhamad bin Yazîd al-Râzi. dan salah satu perawinya ada yang mudallis, yaitu: Muhamad bin Ishâq, sehingga tidak riwayatnya tidak dapat diterima. Dikarenakan riwayat Ibnu Abî alDunyâ dan al-Thabrâni juga bersambung pada Muhamad bin Ishâq, maka riwayat Ibnu Abî al-Dunyâ dan al-Thabrânî juga da‘îf.
88
G. Hadis ke 7 (Siksaan bagi yang tidak menolong terhadap orang yang diumpat)
َﺼَﺮﻩُ أَذ ْ َﺼ ْﺮﻩُ َوُﻫ َﻮ ﻳَ ْﺴﺘَ ِﻄْﻴ ُﻊ ﻧ ُ ﺐ ِﻋْﻨ َﺪﻩُ أَ ُﺧ ْﻮﻩُ اﳌُ ْﺴﻠِ ُﻢ ﻓَـﻠَ ْﻢ ﻳـَْﻨ َ َوإﺑْ ُﻦ أَِﰊ اﻟ ُﺪ ﻧْـﻴَﺎ َﻣ ِﻦ إ ْﻏﺘِْﻴ 154 .ِﻟﱠﻪُ اﷲ ِﰱ اﻟ ُﺪ ﻧْـﻴَﺎ َواﻵ ِﺧَﺮة Artinya: “Diriwayatkan Ibn Abî al-Dunyâ Barangsiapa yang saudaranya yang muslim disebut kejelekannya, lantas tidak menolongnya, padahal dia mampu untuk melakukannya, maka Allah merendahkannya didunia maupun di akhirat”. Selain merujuk pada kitab yang disebutkan penulis kitab, pelacakan hadis dilakukan melalui kata-kata isim dan fi‘il yang ada dalam matan hadis, melalui Kitab Mu‘jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-Nabawi, tidak ditemukan hadis tersebut. Selanjutnya pelacakan dilakukan melalui awal matan. Melalui kitab alJâmi‘ al-Sagîr hadis ini diriwayatkan oleh Ibn Abî al-Dunyâ dalam Dzam alGîbah dari Anas.155Sedangkan melalui Kitab Mausû’ah Atrâf al-Hadîts alNabawî al-Syarîf, ditemukan data sebagai berikut:156 ﻣﻦ ٳﻏﺘﯿﺐ ﻋﻨﺪه أﺧﻮه اﻟﻤﺴﻠﻢ اﻟﻤﻄﻠﺐ اﻟﻌﺎﻟﯿﺔ ﻻﺑﻦ ﺣﺠﺮ٢٧٠٦ ﻣﻄﺎﻟﺐ، ﻣﺸﻜﺎة اﻟﻤﺼﺎﺑﯿﺢ٤٩٨٠
ﻣﺸﻜﺎة
ﻣﻦ ٳﻏﺘﯿﺐ ﻋﻨﺪه أﺧﻮه اﻟﻤﺴﻠﻢ ﻓﻠﻢ ﯾﻨﺼﺮه اﺗﺤﺎف اﻟﺴﺎدة اﻟﻤﺘﻘﯿﻦ ﻟﻠﺰﺑﯿﺪى٥٤٥:٧ إﺗﺤﺎف، اﻟﺘﺮﻏﯿﺐ واﻟﺘﺮھﯿﺐ ﻟﻠﻤﻨﺬرى٥١٨:٣ ﺗﺮﻏﯿﺐ اﻟﻜﺎﻣﻞ اﻟﻀﻌﻔﺎء ﻻﺑﻦ ﻋﺪى٣٧٧:١ ﻋﺪى، اﻷﺳﺮاراﻟﻤﺮﻓﻮﻋﺔ ﻟﻌﻠﻰ اﻟﻘﺎرى٣٢٢
ٲﺳﺮار
ﻣﻦ ٳﻏﺘﯿﺐ ﻋﻨﺪه أﺧﻮه اﻟﻤﺴﻠﻢ وھﻮ ﯾﻘﺪر ﻋﻠﻰ ﺷﺮح اﻟﺴﻨﺔ ﻟﻠﺒﻐﻮى١٧:١٣
ﺳﻨﺔ
A. Teks hadis Riwayat al-Jurjânî
اق َﻋ ْﻦ َﻣ ْﻌ َﻤﺮ َواﻟﺜَـ ْﻮِرى ْ َﺣ ﱠﺪ ﺛـَﻨَﺎ أَﲪَْﺪ ﺑﻦ ﳏَُ َﻤﺪ ﺑﻦ إِﺑْـَﺮا ِﻫْﻴﻢ َﺣ ّﺪﺛـَﻨَﺎ إِﺑْ ُﻦ ﲪََﺎد أَ ْﺧﺒَـَﺮﻧَﺎ َﻋْﺒ ُﺪ اﻟﱠﺮَز ،ﺐ ِﻋْﻨ َﺪﻩُ أَ ُﺧ ْﻮﻩُ اﳌُ ْﺴﻠِ ُﻢ َ ) َﻣ ِﻦ إ ْﻏﺘِْﻴ:ْل اﷲ ﺻَﻠ ﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠّ َﻢ ُ ﺎل َرﺳُﻮ َ َﺲ ﻗ ْ ََﻋ ْﻦ أَﺑَﺎ ْن َﻋ ْﻦ أَﻧ
154 155
Al-Malîbârî. Irsyâd al-`Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd ,b◌âb ِ al-gîbah, h. 72. Al-Suyûtî, al-Jâmi‘ al-Sagîr fî Ahâdîts al-Basyîr wa al-Nadzîr, Juz 2, hadis no. 8489,
h. 577. 156 Zaglûl, Mausû‘ah Atrâf al-Hadîts al-Nabawî al-Syarîf, jilid 8, Hal 121.
89
ﺼَﺮﻩُ، ﺼَﺮﺗِِﻪ ﻓَـﻨَ َ َﻵﺧَﺮِة ﻓَـﻠَ ْﻢ ﻳـَْﻨﺼ ُْﺮﻩُ ،أَ ْد َرَﻛﻪُ اﷲ ِ ْﰲ اﻟ ﱡﺪ ﻧْـﻴَﺎ ﻓَ ْﺴﺘَﻄَﺎعُ ﻧَ ْ ﺼَﺮﻩُ اﷲ َْﰲ اﻟ ﱡﺪ ﻧْـﻴَﺎ و ِ ﻧَ ْ 157 َﻵﺧَﺮةِ(. و ِ Riwayat al-Bagawî
ﺎﱐ ،ﻧَﺎ ﲪَُْﻴﺪ ﱐ ،ﻧَﺎ أَﺑـُ ْﻮ َﺟ ْﻌ َﻔ ْﺮ اﻟﱠﺮﻳَ ِ ْ ﺼ ْﻮر اﻟ َﺴ ْﻤ َﻌﺎ ِ ْ اﺣ ْﺪ اﳌَﻠِْﻴ ِﺤ ْﻲ ،أَﻧَﺎ أَﺑـُ ْﻮ َﻣْﻨ ُ أَ ْﺧﺒَـَﺮﻧَﺎ َﻋْﺒ ُﺪ اﻟ َﻮ ِ ﺲ ﺑِ ْﻦ ﺎشَ :ﻋ ْﻦ أَﻧَ ْ ش ْ◌َ ،ﻋ ْﻦ أَﺑَﺎ ْن ﺑِ ْﻦ أَِ ْﰊ َﻋﻴَ ْ ﺎس ،ﻧَﺎ إِﲰَْﻌِْﻴﻞ ﺑِ ْﻦ َﻋﻴَﺎ ْ ﺑﻦ َزﳒَْ ِﻮﻳَﺔَ ،ﻧَﺎ آ َد ْم ﺑِ ْﻦ أَِ ْﰊ إِﻳَ ْ ﺐ ِﻋْﻨ َﺪﻩُ أَ ُﺧ ْﻮﻩُ اﳌُ ْﺴﻠِ ُﻢَ ،وُﻫ َﻮ ﻳـَ ْﻘ ِﺪ ُر ﺻﻠ ﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻳـَ ُﻘ ْﻮ ُلَ ) :ﻣ ِﻦ إ ْﻏﺘِْﻴ َ ﺖ اﻟﻨَِ ْﱯ َ ﺎلَِ :ﲰ ْﻌ ُ ﻚ ﻗَ َ َﻣﺎﻟِ ْ 158 ﺼَﺮﻩُ اﷲ ِ ْﰲ اﻟ ﱡﺪﻧْـﻴَﺎ َوﻵ ِﺧَﺮةِ(. ﺼَﺮﻩُ ،ﻧَ َ ﺼ ِﺮﻩِ ،ﻓَـﻨَ َ َﻋﻠَﻰ ﻧَ ْ َ◌ﺑ ُﺪ ﺼ َﻔ ْﺎر ،ﻧَﺎ اﻟﱠﺮَﻣﺎ ِد ْي ،ﻧَﺎ ع ْ ﺼﺎ ﳊِِ ﱡﻲ ،أَﻧَﺎ اِﺑْ ُﻦ ﺑِ ْﺸَﺮا ْن ،أَ ْﺧﺒَـَﺮﻧَﺎ إِﲰَْﺎ ِﻋْﻴﻞ اﻟ ﱠ َوأَ ْﺧﺒَـَﺮﻧَﺎ اﻟ ﱠ اﻟﱠﺮَز ْق ،أَﻧَﺎ َﻣ ْﻌ َﻤ ْﺮ َواﻟﺜـﱠ ْﻮِر ْي َﻋ ْﻦ أَﺑَﺎ ْن ﺑِِﺈ ْﺳﻨَﺎ ِدﻩِ ِﻣﺜْﻠِ ِﻪ.
159
Riwayat Ibnu Abî al-Dunyâ
فَ ،ﻋ ْﻦ ﲪَﱠﺎ ْد ﺑِ ْﻦ َﺳﻠَ َﻤﺔَ ،ﻋ ْﻦ ﺎقَ ،ﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ﻓَـ َﻬ ْﺪ ﺑِ ْﻦ َﻋ ْﻮ ٍ َﺣ ﱠﺪﺛَِﲏ إِﺑْـَﺮا ِﻫْﻴﻢ ﺑِ ْﻦ َرا َﺷ ْﺪ أَﺑـُ ْﻮ إِ ْﺳ َﺤ ْ ﺲَ ،ﻋﻦ أَﻧَﺲ ﺑﻦ َﻣﺎﻟِﻚَ ،ر ِﺿ َﻲ اﷲ َﻋْﻨﻪَُ ،ﻋﻦ اﻟﻨَِﱯ ،ﺻَﻠ ﱠﻰ ﺼَﺮِة َﻋﻦ اﻟ َﻌﻼَء ﺑِ ْﻦ أَﻧَ ْ َﺷْﻴﺦ ِﻣ ْﻦ أَ ْﻫ ِﻞ اﻟﺒَ ْ ﺼَﺮﻩُ أَ ْد َرَﻛﻪُ ﺼ ْﺮﻩَُ ،وُﻫ َﻮ ﻳَ ْﺴﺘَ ِﻄْﻴ ُﻊ ﻧَ ْ ﺐ ِﻋْﻨ َﺪﻩُ أَ ُﺧ ْﻮﻩُ اﳌُ ْﺴﻠِ ُﻢ ،ﻓَـﻠَ ْﻢ ﻳـَْﻨ ُ َﺎلَ ) :ﻣ ِﻦ إ ْﻏﺘِْﻴ َ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠﻢَ ،ﻗ َ 160 اﷲ ِ ْﰲ اﻟ ﱡﺪ ﻧْـﻴَﺎ َوﻵ ِﺧَﺮةِ(. )Riwayat al-Bukhârî (al-Adâb al-Mufrad
ثَ ،ﻋ ْﻦ ﺻﺎﻟِ ْﺢَ ،ﻋ ْﻦ َﻛﺜِ ِْﲑ ﺑْ ِﻦ اﳊَﺎ ِر ْ ﺎلَ :ﺣ ﱠﺪﺛَِْﲏ ُﻣ َﻌﺎْ ِوﻳَﺔُ ﺑِ ْﻦ َ ﺻﺎﻟِ ْﺢ ﻗَ َ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َﻋْﺒ ُﺪ اﷲ ﺑِ ْﻦ َ ﺼَﺮﻩُ، ﺐ ِﻋْﻨ َﺪﻩُ ُﻣ ْﺆِﻣ ٌﻦ ،ﻓَـﻨَ َ ﺖ إْ َن أُﱢم َﻋْﺒ ٍﺪ ﻳـَ ُﻘ ْﻮ ُلَ )) :ﻣ ِﻦ إْﻏﺘِْﻴ َ ﺎﺳ ْﻢ ﺑْ ِﻦ َﻋْﺒ ِﺪ اﻟﱠﺮ ْﲪﻦ اﻟ َﺸﺎ ِﻣ ْﻲَِ ،ﲰ ْﻌ ُ اﻟ َﻘ ِ ﺎ ِ ْﰲ اﻟ ُﺪ ﺼ ْﺮﻩَُ ،ﺟَﺰاﻩُ ﺐ ِﻋْﻨ َﺪﻩُ ُﻣ ْﺆِﻣ ٍﻦ ،ﻓَـﻠَ ْﻢ ﻳـَْﻨ ُ ﺎ َﺧْﻴـًﺮا ِ ْﰲ اﻟ ُﺪ ﻧْـﻴَﺎ َوﻵ ِﺧَﺮةَِ .وَﻣ ِﻦ إ ْﻏﺘِْﻴ َ َﺟَﺰاﻩُ ﺎل ﻓِْﻴ ِﻪ َﻣﺎ ﻳـَ ْﻌﻠَ ُﻢ ،ﻓَـ َﻘ ِﺪ ا ْﻏﺘَﺎﺑَﻪُ. ﺎب ُﻣ ْﺆِﻣ ٍﻦ :إِ ْن ﻗَ َ ﻧْـﻴَﺎ َوﻵ ِﺧَﺮةِ َﺷ اَ .وَﻣﺎ اﻟْﺘَـ َﻘ َﻢ أَ َﺣ ًﺪ ﻟُْﻘ َﻤﺔً َﺷ ا ِﻣﻦ ا ْﻏﺘِﻴَ ِ ﺎل ﻓِْﻴ ِﻪ ﲟَِﺎ ﻻَ ﻳـَ ْﻌﻠَ ُﻢ ،ﻓَـ َﻘ ْﺪ ﺑـَ َﻬﺘﱠﻪُ((. َوإِ ْن ﻗَ َ
161
157
Abî Ahmad ‘Abdullah bin ‘Adî al-Jurjânî, al-Kâmil fî al-Du‘afâ` al-Rijâl, juz 1,cetakan ke 3, (Beirût: Dâr al-Fikr, 1988), h. 385-386. 158 Muhamad al-Husain bin Mas‘ûd al-Bagawî, Syarh al-Sunnah, juz 7 kitâb al-Bir wa alSalah, bâb al-dzâb ‘an al-Muslimîn, hadis no. 2424, (Beirut: Dâr al-Kitab al-‘Ilmiyah, t.t.), h. 495. 159 Al-Bagawî, Syarh al-Sunnah, juz 7 kitâb al-Bir wa al-Salah, bâb al-dzâb ‘an alMuslimîn, hadis no. 2425, h. 495. 160 Ibnu Abî al-Dunyâ, Al-Samt wa Adâb al-Lisân, Bâb Dzâb al-Muslim ‘an ‘Irdi Akhîhi, hadis no. 243, h. 149. 161 Muhamad bin Ismâ‘îl al-Bukhârî. Al-Adâb al-Mufrad, hadis no 734, (Beirût: Dâr alKitab al-‘Ilmiyah, t.t.), h. 219.
90
91
B. Penelitian Sanad Ibn Abî al-Dunyâ162 Ibrâhîm bin Râsad Abû Ishâq Ibrâhîm bin Râsyad al-Adamî al-Basrî, Syaikh Muhamad bin Makhlad. Al-Khatib mensiqahkannya. Dan Ibnu ‘Adî meragukannya.163 Gurunya: Muhamad bin Sâbiq, Muhamad bin Khâlid Ibnu ‘Atsmah, Abî ‘Âsim, Yahyâ bin Hamâd, Abî Zaid al-Nahwî, Muhamad bin Bilâl, Husain bin Hafs, Muhamad bin ‘Ar‘arah. Kami menuliskan darinya di Bagdad, dia 164ﺻﺪوق. Ibnu Hibbân dalam al-Tsiqât: Ibrâhîm bin Râsyad al-Adamî al-Basrî, menerima hadis di Bagdad, meriwayatkan dari: Abî ‘Âsim, al-Ansârî, dia sering ikut Majelis Yahyâ bin Ma‘în, kemudian meriwayatkan ke orang-orang ‘Iraq.165 Terdapat perbedaan para ulama dalam menilainya (al-jarh dan alta‘dîl), dalam hal ini kaidah yang digunakan: al-ta‘dîl muqaddam ‘alâ al-jarh. menerima hadis dengan cara tahdîts ()ﺣﺪﺛﻨﺎ. Fahad bin ‘Auf Nama lengkapnya: Zaid bin ‘Auf, dikatakan Fahad bin ‘Auf, laqab Basrî. Kunyahnya Abî Rabî‘ah.166 Gurunya: Hamâd bin Salamah, Syarîk. Muridnya Abû Hâtim, Muhamad Bin al-Junaid. 162
Sudah dibahas di halaman 28. Syams al-Dîn Muhamad bin Ahmad al-Dzahabî, Mîzân al-I‘tidâl fî Naqtadi al-Rijâl, jilid 1, ( Beirût: Dâr al-Kutudb al-‘Ilmiyah, 1995), h. 149. Ahmad bin ‘Alî bin Hajar al-‘Asqalânî, Lisân al-Mîzân, jilid 1, (Beirût : Makatabah al-Matbû‘ah al-Islâmiyyah, 2002), h. 277. 164 ‘Abd al-Rahman bin Abî Hâtim, al-Jarh wa al-Ta‘dîl, jilid 2, h. 99. 165 Ibnu Hibbân, al-Tsiqât, jilid 8, h. 84 166 Al-‘Asqalânî, Lisân al-Mîzân, jilid 6, h. 362. 163
92
Pendapat ulama:167 1. Ibnu al-Madîniî: ﻛﺬاب. Abû Zur‘ah: disangka maling hadis. Meninggal hari Senin ke 4 bulan Muharam tahun 219. 2. Muslim dan al-Fallâs meniggalkannya. Al-‘Ijlî: dia orang yang meriwayatkan dari Fudail. ﻻﺑﺄس ﺑﮫ 3. Meriwayatkan kepada kami Muhamad bin ‘Alî, meriwayatkan ‘Utsmân bin Sa‘îd berkata Saya berkata pada Yahyâ tentang Abû Rabî‘ah, berkata Yahya: Saya tidak mendapat ilmu darinya, saya tidak mengenalnya, maka saya tidak menulis darinya, yakni: Zaid bin ‘Auf al-Basrî. 4. ‘Amru bin ‘Alî: Abû Rabî‘ah teman Abî ‘Awânah, ﻣﺘﺮوك اﻟﺤﺪﯾﺚ 5. ‘Affân memberitakan pada kami, berkata: suatu hari Fahad berkata pada saya, saya menemukan kitab yang terdapat hadis dari ‘Abî ‘Awanah. 6. Dari al-Junaid, dari al-Bukhârî
berkata: Abû Rabî‘ah Zaid bin ‘Auf
dikatakan Fahad bin ‘Auf, ditinggalkan ‘Ali dan yang lainnya. 7. Ibnu ‘Adî:
Abû Rabî‘ah banyak riwayatnya dari Abû ‘Awânah, dia
terkenal di orang-orang Basrah dia sendiri menerima langsung dari Abî ‘Awanah dan yang lainnya. Terdapat pertemuan dengan gurunya. Para ulama berbeda pendapat dalam menilainya. dalam hal ini, kaidah yang digunakan al-jarh muqaddam ‘alâ al-ta‘dîl. Menerima hadis dengan cara ‘an‘anah ()ﻋﻦ. Hammâd bin Salamah (W. 167 H.) Nama lengkapnya: Hammâd bin Salamah bin Dînâr al-Basrî, Abû Salamah. Syaikh al-Islâm. 168 167
Al-‘Asqalânî, Lisân al-Mîzân, jilid 6, h. 362. Al-Dzahabî, Mîzân al-I‘tidâl, jilid 5, h. 444. Al-Jurjânî, al-Kâmil fî al-Du‘afâ` al-Rijâl, juz 3, h. 210-211
93
Gurunya: Ibnu Abî Mulaikah, Tsâbit al-Bunânî, ayahnya Salamah bin Dînâr, Muhamad Ishâq bin Yasâr, Qatâdah. Muridnya: Âdam bin Abî Iyâs, Ishâq bin Mansûr al-Salûlî, ‘Abdullah Ibnu al-Mubârak, ‘Affân bin Muslim, Yahyâ bin Sa‘îd al-Qattân. Pendapat ulama:169 1. Ahmad berkata: Hammâd bin Salamah adalah orang yang paling teguh lebih teguh daripada Ma‘mar. Dia juga berkata tentang dua Hamâd, tidak seorangpun dari keduanya, kecuali siqah. 2. Abû Talib: Hammâd adalah orang yang paling tahu dan sah tentang hadis Humaid. 3. Ishâq bin Mansûr dari Ibnu Main: ﺛﻘﺔAl-Dzahabî: ﺛﻘﺔ, salah duga.170 4. Ibnu al-Madînî: Tak ada orang yang teguh lebih teguh daripada Hammâd. 5. Hajjaj bin al-Minhal berkata: Kami meriwayatkan dari Hammâd bin Salamah, dia termasuk Imam/pemuka Agama. 6. Sulaimân bin Harb : Meninggal bulan Dzulhijjah tahun 167 H. Penilaian para ulama terhadapnya positif (al-ta‘dîl), menerima hadis dengan cara ‘an‘anah ()ﻋﻦ. Syaikh min Ahlil Basrah (mubham) Al-‘Alâ` bin Anas (Majhûl) Setelah melacak di berbagai kitab rijâl hadis, dan juga kitab tarikh, tidak ditemukan nama al-‘Alâ` bin Anas (majhûl). Menerima hadis dengan cara ‘an‘anah ()ﻋﻦ.
168
Al-Dzahabî, Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`, jilid 7, h. 444. Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 2, h. 424-425. 170 Al-Dzahabî, Mîzân al-I‘tidâl fî Naqtadi al-Rijâl, jilid 2, h. 360. 169
94
C. Analisa Sanad Setelah diteliti satu persatu periwayat hadis ketujuh melalui riwayat Ibnu Abî al-Dunyâ da‘îf. Dikarenakan dalam sanadnya terdapat periwayat yang dinilai negatif (al-jarh), yaitu: Zaid bin ‘Auf atau Fahad bin ‘Auf . Dan juga terdapat periwayat yang mubhâm, yaitu: Syaikh min Ahlil Basrah, dan periwayat yang majhûl (tidak diketahui identitasnya), yaitu: Al-‘Alâ` bin Anas.
B. Penelitian Sanad Al- Bagawî (W. 516 H.) Nama lengkapnya: Al-Syaikh al-Islâm, al-‘Allâmah al-Qudwah alHâfiz, Syaikh al-Islâm, Muhyi al-Sunah, Abû Muhamad al-Husain bin Mas‘ûd bin Muhamad al-Farâ` al-Bagawî al-Syâfi‘î al-Mufassir.171 Gurunya: Abî ‘Amr ‘Abd al-Wâhid bin Ahmad al-Malîhî, Ya‘qûb bin Ahmad al-Sairafî, Hassan al-Manî‘î, Ahmad bin Abî Nasr al-Kûfânî. Muridnya: Abû Mansûr Muhamad bin As‘ad al-‘Attârî, Abû al-Futûh Muhamad bin Muhamad al-Tâ`î. Pendapat ulama:172 1. Al-Bagawî laqab Muhyi al-Sunah, sayyid imam, yang berilmu, zuhd menganggap cukup yang ada, makan roti saja, kemudian dikritik dengan itu semua, maka dia menambahkan minyak zaitun, bapaknya dia pengembala keledai dan menjualnya, diberkati dalam mengarang, diberi rijki atas penerimaan yang sempurna (diterima tulisannnya), karena 171 172
Al-Dzahabî, Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`, jilid 19, h. 439. Al-Dzahabî, Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`, jilid 19, h. 441-442.
95
bermaksud baik, dan niat benar, berlomba-lomba para ulama dalam menghasilkannya,
tidak
mengajar
kecuali
dalam
keadaan
suci,
pakaiannnya pertengahan/ biasa-biasa saja, mengenakan baju tenun/ tekstil, sorban kecil sesuai dengan yang dilakukan salaf, dalam keadaan apapun beliau faham mendalam ilmu tafsir sejak lama, luas dalam fikih. Semoga Allah merahmatinya. 2. Meninggal di kota Marwa al-Rûdz bagian kota di Khurasan, pada bulan Syawal tahun 516 H, dan dikuburkan disamping gurunya al-Qâdî Husain, usianya 77 tahun, semoga Allah merahmatinya. Terdapat pertemuan dengan gurunya, penialian ulama terhadapnya positif (al-ta‘dîl), menerima hadis dengan cara takhbir ()أﺧﺒﺮﻧﺎ. ‘Abd al-Wâhid al-Malîhî (W. 463 H.) Nama lengkapnya: al-Syaikh al-Sadûq, Musnid Hirâh, Abû ‘Amr ‘Abd al-Wâhid bin Ahmad bin Abî al-Qâsim bin Muhamad bin Dâwud Abî Hâtim al- Malîhî al-Harawî.173 Gurunya: Abâ Muhamad al-Makhladî, Abâ al-Husain al-Khaffâf, ‘Abd al-Rahmân bin Abî Syuraih, Muhamad bin Muhamad bin Sam‘ân, Jamâ‘ah. Muridnya: Muhyi al-Sunnah Abû Muhamad al-Bagawî, Khalaf bin ‘Atâ al-Mâwardî, Ismâ‘îl bin Mansûr al-Maqrâ`î. Pendapat ulama: 1. Al-Mu`tamin al-Sâjî: ﺛﻘﺔ ﺻﺎ ﻟﺢ 2. Al-Husain bin Muhamad al-Kutbî: Meninggal pada bulan Jumâdi alÂkhir, tahun 463 H.
173
Al-Dzahabî, Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`, jilid 18, h. 255.
96
Terdapat pertemuan dengan muridnya, penilaian ulama terhadapnya positif (al-ta‘dîl), menerima hadis dengan cara takhbir ()أﻧﺎ. Abû Mansûr al-Sam‘anî (L. 426 H.) Nama lengkapnya: al-Imâm al-‘Allâmah, Muftî Khurâsan, Syaikh alSyafi‘iyah, Abû al-Muzaffar Mansûr Ibnu Muhamad bin ‘Abd al-Jabâr bin Ahmad al-Tamîmî, al-Sam‘anî, al-Marwazî, al-Hanafî, al-Syâfi‘î.174 Lahir tahun 426 H. Gurunya: Abâ Gânim Ahmad bin ‘Alî al-Kurâ‘î, Abâ Bakr bin ‘Abd al-Samad al-Turabî, Tâifah, ‘Abd al-Samad bin al-Ma`mûn, Tabaqtah. Muridnya: anak-anaknya, ‘Amru bin Muhamad al-Sarkhasî, Ismâ‘îl bin Muhamad al-Taimî, Abû Nasr al-Gâzî, Abû Sa‘ad bin al-Bagdâdî. Pendapat ulama:175 1. Dalam tulisan Abû Ja‘far: Saya mendengar Imam al-Haramain berkata: andaikan fikih itu baju yang terlipat, maka Abû al-Muzaffar al-Sam‘anî lukisannya. 2. Al-Imâm Abû ‘Alî bin al-Saffâr: Jika saling berpandangan dengan Abâ alMuzaffar, seperti saya melihat dari pemimpin tabi‘in, dari apa yang saya lihat dari bekas kesalehan. 3. Abû Sa,ad dari Abû al-Wafâ` ‘Abdullah bin Muhamad dari Abû Bakr berkata: Tidaklah aku menghafal sesuatu kemudian melupakannya. Para ulama menilainya positif (al-ta‘dîl), menerima hadis dengan cara tahdîts ()ﻧﺎ.
174 175
Al-Dzahabî, Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`, jilid 19, h. 114. Al-Dzahabî, Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`, jilid 19, h. 118-119.
97
Abû Ja‘far al-Rayânî (180-247/248/251 H.) Nama lengkapnya: al-Hâfiz al-Muhaddits, Abû Ja‘far Muhamad bin Ahmad bin Abî ‘Aun al-Nusawî al-Rayânî.176 Gurunya: ‘Alî bin Hujr, Ahmad bin Ibrâhîm al-Dauraqî, Ibrâhîm bin Sa‘îd al-Jauharî, Humaid bin Zanjawiyah. Muridnya: Yahyâ bin Mansûr al-Qâdî, Sulaimân al-Tabranî, Muhamad Ibnu Muhamad bin Sam‘ân, Abû Ahmad bin ‘Adî. Pendapat ulama: al-Khâtib mensiqahkannya. Humaid bin Zanjawiyah Nama lengkapnya: al-Imâm al-Hâfiz al-Kabîr, Humaid bin Makhlad bin Qutaibah bin ‘Abdullah al-Azdî, Abû Ahmad Zanjawiyah al-Nasâ`î.177 Gurunya: Sulaimân bin Harb, Abî ‘Âsim al-Dahhâk bin Makhlad, ‘Alî Ibnu al-Madînî, Abî Nu‘aim, Muhamad bin Yûsuf al-Firyabî. Muridnya: Abû Dâwud, al-Nasâ'î, ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, Abû Ja‘far Muhamad bin Ahmad bin ‘Abd al-Jabâr al-Rayânî. Pendapat ulama:178 1. Dia salah seorang imam yang mujawwad (orang baik). 2. Al-Nasâ`î: ﺛﻘﺔAbû Bakr al-Khatîb: ﺛﻘﺔ ﺛﺒﺘﺎﺣﺠﺔAbû Hâtim: ﺻﺪوق179 3. Lahir pada waktu perang Hudud tahun 180 H., meninggal tahun 247 H. 4. Abû al-Qâsim dalam Syuyûkh al-Nabal: meninggal tahun 251/248 H.
176
Al-Dzahabî, Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`, jilid 14, h. 433-434. Al-Dzahabî, Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`, jilid 12, h. 19. 178 Al-Mizi, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, jilid 7, h. 392-393. Al-Dzahabî, Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`, jilid 12, h.20-21. Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 2, h. 462. 179 ‘Abd al-Rahman bin Abî Hâtim, al-Jarh wa al-Ta‘dîl, jilid 3, h. 223. 177
98
5. Diakhir umurnya menyebarkan ilmunya sampai ke Mesir, kemudian keluar, kemudian meninggal, pada usia 51 tahun. Dia Sahih pada saat wafatnya. Terdapat pertemuan dengan muridnya, para ulama menilainya positif (al-ta‘dîl), menerima hadis dengan cara tahdîts ()ﻧﺎ. Âdam bin Abî Iyâs (W. 220/221 H.) Nama lengkapnya: ‘Abd al-Rahmân bin Muhamad, terkadang disebut Nâhiyah bin Syu‘aib al-Khurasânî al-Marrûdzî, Abû al-Hasan al-‘Asqalânî.180 Gurunya: Isra`îl bin Yûnus, Ismâ‘îl bin ‘Ayyâsy, Baqiyyah bin alWalîd, Hammâd binSalamah, ‘Abdullah Ibnu al-Mubârak. Muridnya: al-Bukhârî, al-Dârimî, anaknya Abû Zur‘ah ‘Abd alRahmân bin ‘Amru al-Dimasyqî, Abû Hâtim al-Râzî. Pendapat ulama: 181 1. Abû Dâwud: ﺛﻘﺔ 2. Ibnu Ma‘în: ﺛﻘﺔ, terkadang meriwayatkan dari orang-orang yang da‘îf. 3. Abû Hâtim: ﺛﻘﺔ ﻣﺄﻣﻮنahli ibadah, orang pilihan dari para hamba Allah. 4. Al-Nasâ`î: ﻻ ﺑﺄس ﺑﮫ. 5. Meninggal pada masa Khilafah Abî Ishâq bin Hârûn, pada bulan Jumadil Akhir tahun 220 H. Abû Zur‘ah al-Dimasyqî meninggal tahun 221 H. Para ulama menilainya positif (al-ta‘dîl), menerima hadis dengan cara tahdîts ()ﻧﺎ.
180
Al-Mizi, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, jilid 2, h. 301. al-‘Asqalânî. Tahdzîb alTahdzîb, jilid 1, h. 116. 181 Al-Mizi, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, jilid 2, h. 304-307. Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 1, h. 116-117.
99
Ismâ‘îl bin ‘Ayyâsy (L. 108 H.) Nama lengkapnya: al-Hâfiz al-Imâm Muhaddits al-Syâm, Ismâ‘îl bin ‘Ayyâsy bin Sulaim al-‘Ansî, Abû ‘Utbah al-Himsî.182 Lahir tahun 108. Gurunya: Zaid bin Aslam, al-Hajjâj bin Artah al-Kûfî, Sufyân alTsaurî, Sulaimân al-‘Amasyî, Sâlih bin Kaisân, Safwân bin ‘Umar al-Saksakî. Muridnya: Sufyân al-Tsaurî, ‘Abd al-Razzâq bin Hammâm, ‘Abdul Wahhâb bin Najdah al-Hautî, Hannâd al-Syarî, Yahyâ Ibnu Ma‘în. Pendapat ulama: 183 1. Ahmad bin Sa‘ad bin Abî Maryam dari ‘Alî Ibnu al-Madînî: dua orang yang memiliki hadis di negerinya yaitu: Ismâ‘îl
bin ‘Ayyâsy dan
‘Abdullah bin Lahî‘ah. 2. Al-Fadl bin Ziyâd dari Ahmad bin Hanbal: tidak seorang pun yang lebih layak meriwayatkan hadis orang-orang Syam daripada Ismâ‘îl
bin
‘Ayyâsy dan al-Walîd bin Muslim. 3. Sulaimân bin Ahmad al-Wâsitî: Saya mendengar Yazîd bin Hârûn berkata: Saya tidak melihat orang Syam juga Iraq yang lebih hafal daripada Ismâ‘il bin ‘Ayyâsy. 4. Utsmân bin Sa‘îd al-Dârimî dari Yahyâ bin Ma‘în: أرﺟﻮ أن ﻻ ﯾﻜﻮن ﺑﮫ ﺑﺄس 5. Al-Nasâ`î:184 ﺿﻌﯿﻒ 6. Ismâ‘îl bin ‘Ayyâsy ﺛﻘﺔdan diakhir ﻟﯿﺲ ﺑﮫ ﺑﺄس 7. Abû Dâwud: Saya bertanya pada Ahmad bin Hanbal tentang Ismâ‘îl bin ‘Ayyâsy berkata Ahmad: dia tidak meriwayatkan dari guru-gurunya. Abû 182
Al-Dzahabî, Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`, jilid 8, h. 312. Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 1, h. 332-335. 184 Al-Nasâ`î, al-Du‘afâ wa al-Matrûkîn, h. 49. 183
100
Dâwud berkata: apakah guru-gurunya orang Syam? Betul. Adapun yang diriwayatkan dari selain orang Syam maka munkar. 8. Ismâ‘îl bin ‘Ayyâsy dianggap mudallis oleh Ibnu Hibbân. Dikelompokkan pada mudallis kelompok ketiga oleh Ibnu Hajar.185 Para ulama berbeda pendapat dalam menilainya. Menerima hadis dengan cara ‘an‘anah ()ﻋﻦ. Abân bin Abî ‘Ayyâsy (W. 138 H.) Nama lengkapnya: Abân bin Abî ‘Ayyâsy. Fairûz, terkadang Dînâr, Maulâ ‘Abd al-Qais, al-‘Abdî, Abû Ismâ‘îl al-Basrî.186 Gurunya: Anas bin Mâlik, ‘Ata` bin Abî Rabâh, Muslim bin Yasâr, Sa‘îd bin Jubair, Abî Nadrah al-‘Abdî. Muridnya: Hammâd bin Salamah, Sufyân al-Tsaurî, Fudail bin ‘Iyâd, Ma‘mar bin Râsyid, Abû Hanîfah al-Nu‘mân bin Tsâbit, Yazid bin Hârûn. Pendapat ulama:187 1. ‘Amru bin ‘Alî: رﺟﻞ ﺻﺎﻟﺢ، ﻣﺘﺮوك اﻟﺤﺪﯾﺚdiakhir mengatakan jangan meriwayatkan darinya. 2. Ahmad bin Hanbal: Jangan menulis darinya, dia itu ﻣﻨﻜﺮ اﻟﺤﺪﯾﺚ 3. Mu‘âwiyah bin Sâlih dari Yahyâ bin Ma‘în: ﺿﻌﯿﻒ 4. Abû Bakr bin Abî Khaitsamah dari Yahyâ: ﻟﯿﺲ ﺣﺪﯾﺜﮫ ﺑﺸﯿﺊ 5. Abû Hâtim al-Râzî: رﺟﻼ ﺻﺎﻟﺤﺎ، ﻣﺘﺮوك اﻟﺤﺪﯾﺚakan tetapi dia mendapat cobaan rusak hafalannya.
185
Ibn Hajar al-‘Asqalânî, Tabaqât al-Mudallisîn: Ta‘rîf Ahl al-Taqdîs Bimarâtib alMausûfîn Bi al-Tadlîs, h. 51. 186 Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 1, h. 122. Al-Mizi, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, jilid 2, h. 19. 187 Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 1, h. 123-124. Al-Mizi, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, jilid 2, h. 20-22.
101
6. Al-Nasâ`î: 188 ﻣﺘﺮوك اﻟﺤﺪﯾﺚdi akhir mengatakan: وﻻ ﯾﻜﺘﺐ ﺣﺪﯾﺜﮫ،ﻟﯿﺲ ﺑﺜﻘﺔ 7. Mâlik bin Dînâr: Abân bin Abî ‘Ayyâsy bagus bacannya. 8. Ayûb: Kami tidak mengenalnya kecuali dengan kebaikan. 9. Abân bin Abî ‘Ayyâsy meninggal awal Rajab tahun 138 H. Terdapat pertemuan dengan gurunya. Para ulama berbeda pendapat dalam menilainya. Dalam hal ini kaidah yang digunakan adalah: al-jarh muqaddam al-ta‘dîl. Maka riwayat Abân bin Abî ‘Ayyâsy tidak dapat diterima. menerima hadis dengan cara ‘an‘anah ()ﻋﻦ. Anas bin Mâlik (Sahabat W. 93 H.)
C. Analisa Sanad Setelah diteliti satu persatu periwayat hadis, hadis ketujuh riwayat AlBagawî, melalui jalur ‘Abd al-Wâhid al-Malîhî da‘îf. Karena terdapat rawi yaitu Abân bin Abî ‘Ayyâsy yang dinilai matrûk dan munkar. Dikarenakan riwayat Al-Bagawî yang melalui al-Sâlihî, dan juga riwayat alJurjâni melalui Abân bin Abî ‘Ayyâsy, maka riwayat inipun da‘îf.
188
h. 24.
Al-Nasâ`î, al-Du‘afâ wa al-Matrûkîn, h. 45. Al-‘Asqalânî, Taqrîb al-Tahdzîb, jilid 1,
102
H. Hadis Kedelapan (Perumpamaan menggîbah)
ﺖ ِرﻳْ ٌﺢ ْ ﺻﻠَﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠَ َﻢ ﻓَ ْﺎر ﺗَـ َﻔ َﻌ َ ﺎل ُﻛﻨَﺎ َﻣ َﻊ اﻟﻨَِﱯ َ َﷲ ﻗ ِ َوأَﲪَْﺪ َﻋ ْﻦ َﺟﺎﺑِ ِﺮﺑْ ِﻦ َﻋْﺒ ِﺪا ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ أَﺗَـَﺮْو َن َﻣﺎ ﻫ ِﺬ ِﻩ اﻟ ِﺮﻳْ ْﺢ َﻫ ِﺬ ِﻩ ِرﻳْ ُﺢ اﻟَ ِﺬ ﻳْ َﻦ ﻳـَ ْﻐﺘَﺎﺑـُ ْﻮ َن اﳌُْﺆ َ ﺎل َ ُﻣْﻨﺘِﻨَﺔٌ ﻓَـ َﻘ 189 .ﲔ َ ْ ِِﻣﻨ Artinya: “Diriwayatkan Ahmad dari Jâbir bin Abdillah, Kami pernah bersama Nabi Saw., lantas ada bau busuk yang melambung ke angkasa. Nabi saw bersabda: “tahukah kamu bau busuk apakah ini? Ini adalah bau busuk orang-orang yang mengumpat orang-orang mu`min”. Pelacakan hadis dilakukan melalui kitab Mu‘jam al-Mufahras li Alfâz alHadîts al-Nabawî. Melalui kata رﯾﺢditemukan data sebagai berikut: 190
ھﺬه رﯾﺢ اﻟﺬ ﯾﻦ ﯾﻐﺘﺎ ﺑﻮن اﻟﻤﺆ ﻣﻦ ﯾﻦ ٣٥١ :٣
ﺣﻢ
Sedangkan pelacakan melalui awal matan sebagai berikut: 191
أ ﺗﺪرون ﻣﺎ ھﺬه؟ اﻟﺮﯾﺢ ھﺬه ر ﯾﺢ اﻟﺬﯾﻦ ﯾﻐﺘﺎ ﺑﻮن
٩٦ :٦ ﻣﻨﺜﻮر،٥٢٨ :٧ إﺗﺤﺎف،٩١ :٨ ﻣﺠﻤﻊ،٣٦٣ :٧ ﻛﺜﯿﺮ،٥١١ :٣ ﺗﺮﻏﯿﺐ،٣٥١ :٣ ﺣﻢ 1. Teks Hadis Riwayat Ahmad bin Hanbal
ﺼ َﻤﺪ َﺣ ﱠﺪﺛَِﲎ اَِﰉ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َوا ِﺻ ْﻞ َﻣ ْﻮَﱃ أَِﰊ َ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َﻋْﺒ ُﺪاﷲ َﺣ ﱠﺪﺛَِﲏ اَِﰉ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َﻋْﺒ ُﺪ اﻟ ُﻛﻨَﺎ َﻣ َﻊ:ﺎل َ َ ﻗ.ﻋُﻴَـْﻴـﻨَﺔَ َﺣ ﱠﺪﺛَِﲎ َﺧﺎ ﻟِ ْﺪ ﺑِ ْﻦ ﻋُ ْﺮ ﻓُﻄَﺔ َﻋ ْﻦ ﻃَْﻠ َﺤﺔَ ﺑِ ْﻦ ﻧَﺎﻓِ ْﻊ َﻋ ْﻦ َﺟﺎ ﺑِ ٍﺮ ﺑْ ِﻦ َﻋْﺒ ِﺪ اﷲ :ﺻﻠ ﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َ ﺎل َر ُﺳﻮل اﷲ َ ﻓَـ َﻘ.ٌﺖ ِر ﻳْ ٌﺢ ِﺟْﻴـ َﻔﺔٌ ُﻣْﻨﺘِﻨَﺔ ْ ﺻﻠ ﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻓَ ْﺎرﺗَـ َﻔ َﻌ َ اﻟﻨَِﱯ 192 . (ﲔ َ ْ ِ)أَ ﺗَ ْﺪ ُرْو َن َﻣﺎ ﻫ ِﺬ ِﻩ اﻟﱢﺮﻳْ ُﺢ اﻟ ِﺬﻳْ َﻦ ﻳـَ ْﻐﺘَﺎ ﺑـُ ْﻮ َن اﳌُْﺆ ِﻣﻨ
189 190
Al-Malîbârî. Irsyâd al-`Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd,bâb al-Gîbah, h. 73. Wensinck dan Mensing, Mu‘jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-Nabawî, Jilid 5, h.
29. 191 192
Zaglûl, Mausû’ah Atrâf al-Hadîts, jilid 1, h. 72. Ahmad bin Hanbal, Musnad, jilid 3, h.351.
103
Riwayat Ibnu Abî al-Dunyâ
ثَ ،ﺣ ﱠﺪﺛَِْﲏ أَِﰊ ﻗَﺎ َلَ :و َﺣ ﱠﺪﺛَِﲏ َوا ِﺻ ْﻞ ﺼ َﻤﺪ ﺑﻦ َﻋْﺒ ُﺪ اﻟ َﻮا ِر ْ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َﺧْﻴﺜَ َﻤﺔَ ،ﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َﻋْﺒ ُﺪ اﻟ َ ﺎلَ :ﺣ ﱠﺪﺛَِْﲏ َﺧﺎ ﻟِ ْﺪ ﺑِ ْﻦ ﻋُ ْﺮﻓُﻄَﺔَ ،ﻋ ْﻦ ﻃَْﻠ َﺤﺔَ ﺑِ ْﻦ ﻧَﺎﻓِ ْﻊَ ،ﻋ ْﻦ َﺟﺎ ﺑِ ِﺮ ﺑْ ِﻦ َﻋْﺒ ِﺪ اﷲ، ﱃ أَِ ْﰊ ﻋُﻴَـْﻴـﻨَﺔَ ﻗَ َ َﻣ ْﻮ َ ﺖ ﻟَﻨَﺎ ِرﻳْ ٌﺢ ُﻣْﻨﺘِﻨَﺔٌ، ﺻﻠ ﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ،ﻓَ ْﺎرﺗَـ َﻔ َﻌ ْ ﺎلُ :ﻛﻨَﺎ َﻣ َﻊ َر ُﺳ ْﻮ ل اﷲ َ َر ِﺿ َﻲ اﷲ َﻋْﻨـ ُﻬ َﻤﺎ ﻗَ َ ﺻﻠ ﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ :أَﺗَ ْﺪ ُرْو َن َﻣﺎ ﻫ ِﺬﻩِ اﻟﱢﺮﻳْ ُﺢ؟ ﻫ ِﺬﻩِ ِرﻳْ ُﺢ اﻟ ِﺬﻳْ َﻦ ﻳـَ ْﻐﺘَﺎﺑـُ ْﻮ َن ﺎل َر ُﺳ ْﻮل اﷲ َ ﻓَـ َﻘ َ 193 ﲔ. اﳌُﻮء ِﻣﻨِ ْ َ Riwayat Abû Syaikh al-Asbihâni
ﻚ ﺑِ ْﻦ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ أَﲪَْﺪ ﺑﻦ َﻫﺎ ُرْون اﻟﺒَـ ْﺮِد ِْﳚﲕ ،ﻧَﺎ أَﲪَْﺪ ﺑﻦ ﻋُﺜْ َﻤﺎن ،ﻧَﺎ أَﺑـُ ْﻮ َﻏ ﱠﺴﺎن َﻣﺎﻟِ ْ ﺻﻠ ﱠﻰ اﷲ ﺎلُ :ﻛﻨﱠﺎ َﻣ َﻊ اﻟﻨَِﱯ َ ﺶَ ،ﻋﻦ أَِﰊ ُﺳ ْﻔﻴَﺎنَ ،ﻋﻦ َﺟﺎﺑِ ٍﺮ ﻗَ َ إِﲰَْﺎ ِﻋْﻴﻞ ،ﻧَﺎ إِ ْﺳَﺮاﺋِْﻴﻞَ ،ﻋﻦ اﻷَ ْﻋ َﻤ ِ ﺎل) :إِ ﱠن ﻗَـ ْﻮًﻣﺎ ﺖ ِرﻳْ ٌﺢ ُﻣْﻨﺘِﻨَﺔٌ ،ﻓَـ ُﻘ ْﻠﻨَﺎَ :ﻣﺎ ﻫ ِﺬﻩِ اﻟﱢﺮﻳْﺢ ﻳَﺎ َر ُﺳ ْﻮل اﷲ؟ ﻗَ َ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ِ ْﰲ َﺳ َﻔَﺮ ﻓَـ َﻬﺎ َﺟ ْ 194 ﲔ ﻓَﺎ ْﻏﺘَﺎﺑـُ ْﻮُﻫ ْﻢ(. ﲔ ذَ َﻛَﺮ ِﻋْﻨ َﺪ ُﻫ ْﻢ ﻗَـ ْﻮًﻣﺎ ِﻣ َﻦ اﳌُْﺆِﻣﻨِ ْ َ ِﻣ َﻦ اﳌُﻨَﺎﻓِ ِﻘ ْ َ ﺎلَ :ﺣ ﱠﺪﺛَِﲏ أَِﰊَ ،ﻋ ْﻦ َوا ِﺻﻞ ﺼ َﻤﺪ ﻗَ َ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ﻋُ َﻤ ْﺮ ﺑِ ْﻦ َﺳ َﻬ ْﻞ ،ﺛـَﻨَﺎ أَﺑـُ ْﻮ ﻗِﻼَ ﺑَﺔ ،ﺛـَﻨَﺎ َﻋْﺒ ُﺪ اﻟ ﱠ ﺎلُ :ﻛﻨﱠﺎ ﱃ أَِﰉ ﻋُﻴَـْﻴـﻨَﺔََ ،ﻋ ْﻦ َﺧﺎﻟِ ْﺪ ﺑِ ْﻦ ﻋُ ْﺮﻓُﻄَﺔ َﻋ ْﻦ ﻃَْﻠ َﺤﺔ ﺑِ ْﻦ ﻧَﺎﻓِ ْﻊ َﻋ ْﻦ َﺟﺎﺑِ ٍﺮ ﺑﻦ َﻋْﺒ ِﺪ اﷲ ﻗَ َ َﻣ ْﻮ َ 195 ﺖ ِرﻳْ ٌﺢ ُﻣْﻨﺘِﻨَﺔٌ ﻓَ َﺬ َﻛَﺮ َْﳓ َﻮﻩُ. ﺻﻠ ّﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻓَـ َﻬﺎ َﺟ ْ ﺎب ِر ُﺳ ْﻮل اﷲ َ َﻋﻠ َﻰ ﺑَ ِ ﻚ ﺑﻦ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ﳏَُ َﻤﺪ ﺑﻦ اﻟ َﻌﺒﱠﺎس ﺑﻦ أَﻳـُ ْﻮب ،ﺛـَﻨَﺎ ﳏَُ َﻤﺪ ﺑﻦ اﳊَ َﺴﻦ ﺑﻦ إِﺑْـَﺮا ِﻫْﻴﻢ ،ﺛـَﻨَﺎ َﻣﺎﻟِ ْ ﺎلُ :ﻛﻨَﺎ َﻣ َﻊ َر ُﺳﻮ ِل اﷲ ﺶَ ،ﻋﻦ أَِﰊ ُﺳ ْﻔﻴَﺎنَ ،ﻋ ْﻦ َﺟﺎﺑِ ٍﺮ ﻗَ َ إِﲰَْﺎ ِﻋْﻴﻞ ،ﻧَﺎ إِ ْﺳَﺮاﺋِْﻴﻞَ ،ﻋﻦ اﻷَ ْﻋ َﻤ ِ ﺖ ﻫ ِﺬ ِﻩ اﻟﱢﺮﻳْ ُﺢ ،إِ ﱠن ﻗَـ ْﻮًﻣﺎ ِﻣ َﻦ ﺎل) :إِﳕﱠَﺎ َﻫﺎ َﺟ ْ ﺖ ِرﻳْ ٌﺢ ُﻣْﻨﺘِﻨَﺔٌ .ﻓَـ َﻘ َ ﺻﻠ ﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻓَـ َﻬﺎ َﺟ ْ َ 196 ﲔ ﻓَﺎ ْﻏﺘَﺎﺑـُ ْﻮُﻫﻢ(. ﲔ ،ذَ َﻛ ُﺮْوا ﻗَـ ْﻮًﻣﺎ ِﻣ َﻦ اﳌُْﺆِﻣﻨِ ْ َ اﳌُﻨَﺎﻓِ ِﻘ ْ َ ﺼ َﻤﺪ ،ﻧَﺎ أَِﰊ، َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ﳏَُ َﻤﺪ ﺑﻦ اﻟ َﻌﺒَﺎس ،ﻧﺎَ ﳏَُ َﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ اﳊُ َﺴ ْﲔ ﺑﻦ أﺷﻜﻴﺐ ،ﺛـَﻨَﺎ َﻋْﺒ ُﺪ اﻟ ﱠ ﺎل: َﻋ ْﻦ َوا ِﺻ ْﻞ َﻣ ْﻮَﱃ أَِﰊ ﻋُﻴَـْﻴـﻨَﺔََ ،ﻋ ْﻦ َﺧﺎ ﻟِ ْﺪ ﺑِ ْﻦ ﻋُ ْﺮ ﻓُﻄَﺔ َﻋ ْﻦ ﻃَْﻠ َﺤﺔ ﺑِ ْﻦ ﻧَﺎﻓِ ْﻊَ ،ﻋ ْﻦ َﺟﺎ ﺑِ ٍﺮ ،ﻗَ َ ﺻﻠ ﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻓَ َﺬ َﻛَﺮ ِﻣﺜْـﻠُﻪُ(. ) ُﻛﻨَﺎ َﻣ َﻊ َر ُﺳ ْﻮل اﷲ َ
197
Ibnu Abî al-Dunyâ, al-Samt wa Adâb al-Lisân, bâb Tafsîr al-Gîbah, hadis no. 215, h.
193
138. 194
Abû al-Syaikh al-Asbihâni, al-Taubîkh wa al-Tanbîkh, bâb al-nahyu ‘an al-gîbah wa mâ jâ`a fîhi, hadis no. 175. h. 208. 195 Abû al-Syaikh al-Asbihâni, al-Taubîkh wa al-Tanbîkh, bâb al-nahyu ‘an al-gîbah wamâ jâ`a fîhi, hadis no. 176, h. 209. 196 Abû al-Syaikh al-Asbihâni, al-Taubîkh wa al-Tanbîkh, bâb dzikru mâ a‘addâ Allâh liahli al-gîbah, hadis no. 203. h. 226. 197 Abû al-Syaikh al-Asbîhâni, al-Taubîkh wa al-Tanbîkh, bâb dzikru mâ a‘addâ Allâh liahli al-îbah, hadis no. 204. h. 226.
104
)Riwayat al-Bukhârî (Kitab al-Adâb al-Mufrad
ﺎلَ :ﺣﺪﺛَِْﲏ ثَ ،ﻋ ْﻦ َوا ِﺻ َﻞ َﻣ ْﻮَﱃ أَِ ْﰊ ﻋُﻴَـْﻴـﻨَﺔَ ﻗَ َ ﺎلَ :ﺣ َﺪ ﺛـَﻨَﺎ َﻋْﺒ ُﺪ اﻟ َﻮا ِر ْ َﺣ ﱠﺪ ﺛـَﻨَﺎ أَﺑـُ ْﻮ َﻣ ْﻌ َﻤ ٍﺮ ﻗَ َ ﺻﻠﱠﻰ ﺎلُ :ﻛﻨَﺎ َﻣ َﻊ َر ُﺳ ْﻮِل اﷲ َ َﺧﺎﻟِ ْﺪ ﺑِ ْﻦ ﻋُ ْﺮﻓُﻄَ ْﺔَ ،ﻋ ْﻦ ﻃَْﻠ َﺤﺔَ ﺑِ ْﻦ ﻧَﺎﻓِ ْﻊَ ،ﻋ ْﻦ َﺟﺎﺑِ ِﺮ ﺑْ ِﻦ َﻋْﺒ ِﺪ اﷲ ﻗَ َ ﺎل )أَﺗَ ْﺪ ُرْو َن َﻣﺎﻫ ِﺬﻩِ؟ ﻫ ِﺬﻩِ ِرﻳْ ٌﺢ اﻟَ ِﺬ ﻳْ َﻦ ﻳـَ ْﻐﺘَﺎﺑـُ ْﻮ َن ﺖ ِرﻳْ ٌﺢ َﺧﺒِْﻴﺜَﺔٌ ُﻣْﻨﺘِﻨَﺔٌ ﻓَـ َﻘ َ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َو ْارﺗَـ َﻔ َﻌ ْ 198
ﲔ(. اﳌُْﺆِﻣﻨِ ْ َ ﻀْﻴﻞُ ﺑِ ْﻦ ِﻋﻴَﺎضَ ،ﻋ ْﻦ ُﺳﻠَْﻴ َﻤﺎنَ ،ﻋ ْﻦ أَِ ْﰊ ُﺳ ْﻔﻴَﺎن َﻋ ْﻦ ﺎلَ :ﺣ ﱠﺪ ﺛـَﻨَﺎ ﻓُ َ َﺣ ﱠﺪ ﺛـَﻨَﺎ ُﻣ َﺴ ﱠﺪ ٌد ﻗَ َ ﺎل َر ُﺳ ْﻮ ُل اﷲ ﺻﻠ ﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ،ﻓَـ َﻘ َ ﺖ ِرﻳْ ٌﺢ ُﻣْﻨﺘِﻨَﺔٌ َﻋﻠ َﻰ َﻋ ْﻬ ِﺪ َر ُﺳ ْﻮل اﷲ َ ﺎلَ :ﻫﺎ َﺟ ْ َﺟﺎﺑِﺮ ﻗَ َ ﺖ ﻫ ِﺬﻩِ اﻟﱢﺮﻳْ ُﺢ ﲔ .ﻓَـﺒُﻌِﺜَ ْ ﲔ ا ْﻏﺘَﺎﺑُﻮا أُﻧَﺎ ًﺳﺎ ِﻣ َﻦ اﳌُ ْﺴﻠِ ِﻤ ْ َ ﺻﻠ ﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ )إِ ﱠن ﻧَﺎ ًﺳﺎ ِﻣ َﻦ اﳌُﻨَﺎﻓِ ِﻘ ْ َ َ ﻚ( . ﻟﺬﻟِ َ
199
Riwayat al-Baihaqî
ﺐ ﺎس ﳏَُ َﻤﺪ ﺑَ ْﻦ ﻳـَ ْﻌ ُﻘ ْﻮب ﻧَﺎ َْﳛ َﲕ ﺑﻦ أَِﰊ ﻃَﺎ ﻟِ ْ أَ ْﺧﺒَـَﺮﻧَﺎ أَﺑـُ ْﻮ َﻋْﺒ ِﺪ اﷲ اﳊَﺎ ﻓِ ْﻆ ﻧَﺎ أَﺑـُ ْﻮ اﻟ َﻌﺒَ ْ ﺎلُ :ﻛﻨَﺎ َﻣ َﻊ اﻟﻨَِﱯ ﺶَ ،ﻋ ْﻦ أَِ ْﰊ ُﺳ ْﻔﻴَﺎن َﻋ ْﻦ َﺟﺎﺑِ ٍﺮ ﻗَ َ ﺼ ْﻮر َﻋﻦ إ ْﺳ ِﺮاﺋِْﻴﻞ َﻋﻦ اﻷَ ْﻋ َﻤ ِ أَﻧَﺎ اِ ْﺳ َﺤﺎق ﺑِ ْﻦ َﻣْﻨ ُ ﺎل :أَﺗَ ْﺪ ُرْو َن َﻣﺎ ﻫ َﺬا؟ ﻗَﺎﻟُْﻮا:ﻻَ. ﺖ ِرﻳْ ٌﺢ َﻣْﻨﺘِﻨَﺔٌ .ﻓَـ َﻘ َ ﺻﻠ ﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻓَـ َﻬﺎ َﺟ ْ َ 200 ﲔ. ﲔ ا ْﻏﺘَﺎﺑـُ ْﻮا أُﻧَﺎ ًﺳﺎ ِﻣ َﻦ اﳌُْﺆِﻣﻨِ ْ َ ﺎل :ﻗَـ ْﻮمٌ ِﻣ َﻦ اﳌُﻨَﺎﻓِ ِﻘ ْ َ ﻗَ َ Riwayat Abî Ya‘lâ al-Mausilî
َﰊ َﺶَ ،ﻋ ْﻦ أِ ْ َُﲑَ ،ﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎإِ ْﺳﺤَﺎق ﺑِ ْﻦ َﻣْﻨﺼُﻮْرَ ،ﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎإِ ْﺳﺮَاﺋِﻴْﻞ ،ﻋَﻦ اﻷَ ْﻋﻤ ِ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎإِﺑْ ُﻦ ﳕ ْ ﺖ ِرﻳْ ٌﺢ َﻣْﻨﺘِﻨَﺔٌ ﺻﻠ ﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢْ ِ ،ﰲ َﻏﺰَا ٍة ﻓَـ َﻬﺎ َﺟ ْ َﺎلُ :ﻛﻨﱠﺎ َﻣ َﻊ َر ُﺳ ْﻮِل اﷲ َ ُﺳ ْﻔﻴَﺎنَ ،ﻋ ْﻦ ﺟَﺎﺑِ ٍﺮ ﻗ َ 201 ِﲔ ذَ َﻛﺮُوْا أُﻧَﺎ ًﺳﺎ ﻓَﺎ ْﻏﺘَﺎﺑـُ ْﻮُﻫﻢ ((. ﺻﻠ ﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ) :ﻫﺆُﻵ ِء ﻗـ َْﻮمٌ ِﻣ َﻦ اﳌُﻨَﺎﻓِﻘ ْ َ َﱯ َ َﺎل اﻟﻨِ ْ ﻓَـﻘ َ
198
Muhamad bin Ismâ‘îl al-Bukhârî. l-Adâb al-Mufrad, hadis no 732, h. 219. Muhamad bin Ismâ‘îl al-Bukhârî. Al-Adâb al-Mufrad, hadis no 733, h. 219. 200 Al-Baihaqî, Su‘abu al-Îmân, jilid 5, h. 303. 201 Abî Yâ‘lâ al-Mausîlî, Musnad Abî Yâ‘lâ al-Mausîlî, hadis no. 546-2310, h. 202. 199
105
106
2. Penelitian Sanad Hadis kedelapan yang akan diteliti sanadnya, yaitu: hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad bin Hanbal. Ahmad bin Hanbal202 ‘Abd al-Samad bin ‘Abd al-Wârits (W.206/207 H.) Nama lengkapnya: ‘Abd al-Samad bin ‘Abd al-Wârits bin Sa‘îd bin Dzakwân al-Tamîmî al-‘Anbarî. Al-Imâm al-Hâfiz al-Tsiqah.203 Gurunya: Hammâd bin Salamah, Hayân, Sulaimân bin al-Mugîrah, Syu‘bah bin al-Hajjâj, ayahnya ‘Abd al-Wârits bin Sa‘îd. Muridnya: Ahmad bin Hanbal, al-Dârimî, Abû Khaitsamah Zuhair bin Harb, ‘Alî bin al-Husain bin Isykâb, Yahyâ bin Ma‘în. Pendapat ulama:204 1. Abû Ahmad: ﺻﺎﻟﺢ اﻟﺤﺪ ﯾﺚ,ﺻﺪوق 2. Ibnu Hibbân: Meninggal tahun 206 atau 207 H. 3. Anaknya Abd al-Wârits dan Muhamad bin Sa‘ad: ia wafat tahun 207 H. 4. Ibnu Sa‘ad: ﺛﻘﺔ ٳن ﺷﺎء ﷲ 5. Al-Hâkim: ﺛﻘﺔ ﻣﺄﻣﻮن 6. Ibnu Qânî‘: ﺛﻘﺔ ﯾﺨﻄﺊ 7. ‘Alî Ibnu al-Madînî: ‘Abd al-Samad ﺛﺒﺖmenurut Syu‘bah. Terdapat pertemuan dengan guru dan muridnya. Para ulama menilainya positif (al-ta‘dîl). Menerima hadis dengan cara tahdîts ()ﺣﺪﺛﻨﻰ dan ()ﻧﺎ.
202
Sudah dibahas di halaman 52. Al-Dzahabî, Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`, jilid 9, h. 516-517. 204 Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 5, h. 230. 203
107
‘Abd al-Wârits bin Sa‘îd (120-180 H.) Nama lengkapnya: ‘Abd al-Wârits bin Sa‘îd bin Dakwân al-Imâm, al-Tsabt, al-Hâfiz. Abû ‘Ubaidah al-‘Anbarî al-Basrî, al-Tanûrî. 205 Lahir tahun 120 H. Gurunya: Ayûb al-Sakhtiyânî, Sulaimân al-Taimî, Laits bin Sulaim, Wâsil Maulâ Abî ‘Uyainah, Yahyâ bin Abî Ishâq al-Hadramî. Muridnya: Abû Ma‘mar ‘Abdullah bin ‘Amru al-Maq‘adi, Sufyân al-Tsaurî, anaknya ‘Abd al-Samad bin ‘Abd al-Wârits. Pendapat ulama:206 1. Abû Zur‘ah: ﺛﻘﺔAbû Hâtim: ﺛﻘﺔ ﺻﺪوقAl-Nasâ`î: ﺛﻘﺔ ﺛﺒﺖ 2. Muhamad bin Sa‘ad: ﻛﺎن ﺛﻘﺔ ﺣﺠﺔ, meninggal di Basrah bulan Muharam tahun 180 H. 3. Ahmad: ‘Abd al-Wârits lebih sahih hadisnya daripada Husain alMu‘alim, beliau orang yang salih dalam hadis. 4. Mu‘âwiyah bin Sâlih: berkata pada Yahyâ bin Ma‘în: Siapa yang paling teguh di Basrah? ‘Abd al-Wârits dan jama‘ah yang disebutkannya. 5. Ibnu Ma‘în: ﺛﻘﺔsesungguhnya saya melihatnya sebagai qadariyah dan dia menampakkannya. Terdapat pertemuan dengan guru dan muridnya. Para ulama berbeda pendapat dalam menilainya. Menerima hadis dengan cara ﻋﻦ، ﺣﺪﺛﻦ،ﺣﺪﺛﻨﻰ Wâsil Nama lengkapnya: Wâsil Maulâ Abî ‘Uyainah bin Abî Safrah, alAzdî al-Basrî.207 205
Al-Dzahabî, Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`, jilid 8, h. 300. Al-Dzahabî, Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`, jilid 8, h. 301-304. Al-‘Asqalânî, Tahdzîb alTahdzîb, jilid 5, h. 343-344. Al-Mizi, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, jilid 18, h. 481-483. 206
108
Gurunya: al-Hasan al-Basrî, Hafs bin ‘Âmr, Khâlid bin ‘Urfutah, al-Dahâk Ibnu Muzâhim, Yahyâ bin ‘Uqail al-Khuzâ‘î, Abî al-Zubair. Muridnya: Ahmad bin Mûsa al-Khuzâ‘î, Hamâd bin Zaid, Khâlid bin ‘Abdullah al-Wâsitî, ‘Abd al-Wârits bin Sa‘îd, Ma’mar bin Râsyid. Pendapat ulama:208 1. Yahyâ bin Ma‘în dan al-‘Ijlî: ﺛﻘﺔ 2. Abû Hâtim209: ﺻﺎﻟﺢ اﻟﺤﺪ ﯾﺚ. 3. Al-Bazzâr: ﻟﯿﺲ ﺑﺎﻟﻘﻮيdan diambil hadisnya. 4. Ibnu Hibbân memasukkannya dalam Kitab al-Tsiqât. Terdapat pertemuan dengan guru dan muridnya. Para ulama menilainya positif (al-ta‘dîl). Menerima hadis dengan cara tahdîts ﺣﺪﺛﻨﻰdan ‘an‘anah ()ﻋﻦ. Khâlid bin ‘Urfutah Gurunya: al-Hasan al-Basrî, Abî Sufyân Talhah bin Nâfi‘, Habîb bin Sâlim. Muridnya: Abû Basyr, Qatâdah, Wâsil Maulâ Abî ‘Uyainah.210 Pendapat ulama: 1. Ibnu Hibbân memasukkannya dalam Kitab al-Tsiqât. 2. Abû Hâtim211 dan Abû Bakr al-Bazâr dalam musnadnya majhûl. 3. Abû Hâtim menambahkan: Saya tidak mengetahui seorang namapun Khâlid bin ‘Urfutah kecuali Sahabat.
207
Al-Mizi, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, jilid 30, h. 408-409. Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 9, h. 117-118. Al-Mizi, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, jilid 30, h. 408-410. 209 ‘Abd al-Rahman bin Abî Hâtim, al-Jarh wa al-Ta‘dîl, jilid 9, h. 30. 210 Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ al-Rijâl, jilid 8, h. 130. Al-‘Asqalânî, Tahdzîb alTahdzîb, jilid 2, h. 525. 211 ‘Abd al-Rahman bin Abî Hâtim al-Jarh wa al-Ta‘dîl, jilid 3, h. 340. 208
109
4. Al-Bukhârî meriwayatkan darinya hadis dalam kitab al-Adâb, dan Abû Dawud, dan al-Nasâ`î, dan nyata derajat paling tinggi padanya. 5. Dari Khâlid, Abû Dâwud dan al-Nasâ`î meriwayatkan suatu hadis tentang sesuatu yang terjadi pada tetangga istrinya. 6. Al-‘Asqalânî212 ﻣﻘﺒﻮل 7. Al-Dzahabî213: ﻻ ﯾﻌﺮف Terdapat pertemuan dengan guru dan muridnya. menerima hadis dengan cara ‘an‘anah ()ﻋﻦ. Riwayatnya bisa diterima. sedangkan penilaian majhûl menurut Abî Hâtim dan Abû Bakr al-Bazâr adalah majhûl hâl. Talhah bin Nâfi‘/Abî Sufyân Nama lengkapnya: Talhah bin Nâfi‘ al-Qurasyî, Abû Sufyân alWâsitî, al-Makkî al-Iskâf. Gurunya: Anas bin Mâlik, Jâbir bin ‘Abdillah, al-Hasan al-Basri, ‘Abdullah bin ‘Abbâs, ‘Abdullah bin Zubair, ‘Ubaid bin ‘Umair. Muridnya: Ja‘far bin Abî Wahsyiyyah, Khâlid bin ‘Urfutah, ‘Atâ al-Khurasânî, Sulaimân al-A‘masyi, Muhamad bin Ishâq. Pendapat ulama:214 1. ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal dari ayahnya: ﻟﯿﺲ ﺑﮫ ﺑﺄس 2. Abû Bakr bin Abî Khaitsamah dari Yahyâ bin Ma‘în: ﻻﺷﻲء 3. Al-Nasâ`î: ﻟﯿﺲ ﺑﮫ ﺑﺄس. 4. Ahmad bin ‘Adî: ﻻ ﺑﺄس ﺑﮫ, al-A‘masyî meriwayatkan darinya hadis mustaqîmah. 212
Al-‘Asqalânî, Taqrîb al-Taqrîb, jilid 1, h. 151. Al-Dzahabî, Mîzân al-I‘tidâl fî Naqtadi al-Rijâl, jilid 2, h. 419. 214 Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ al-Rijâl, jilid 13, h. 439-440. Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 4, h. 119-120. ‘Abd al-Rahman bin Abî Hâtim, al-Jarh wa al-Ta‘dîl, jilid 4 h. 475. Al-Dzahabî, Mîzân al-I‘tidâl, jilid 3, h. 369. 213
110
5. Al-Bukhârî: Musaddad dari Abî Mu‘âwiyah, dari al-‘Amasyi dari Abî Sufyân: Kami bertetangga dengan Jâbir di Makkah 6 bulan. 6. Ibnu al-Madînî: banyak yang men-da‘îf-kan dalam hadisnya. 7. Muslim menjadikannya hujjah, dan al-Bukhârî mengeluarkan hadisnya bersamaan dengan yang lain. 8. Al-Hâkim menceritakannya sebagai mudallis.215 9. Al-Dzahabî216, al-‘Asqalânî: ﺻﺪوق217 Terdapat pertemuan dengan guru dan muridnya. Para ulama berbeda pendapat dalam menilainya. Dalam hal ini kaidah yang digunakan al-ta‘dîl muqaddam ‘alâ al-jarh. sehingga periwayatnnya bisa diterima. Menerima hadis dengan cara ‘an‘anah ()ﻋﻦ. Jâbir bin ‘Abdillah (Sahabat W. 73 H.)
3. Analisa Sanad Setelah diteliti satu persatu periwayat hadis kedelapan riwayat Ahmad bin Hanbal sanadnya bersambung. Akan tetapi terdapat periwayat yang kurang sempurna ke-dabt-nya, yaitu: Talhah bin Nâfi‘ dan Khâlid bin ‘Urfutah. Sehingga hadis ini dihukumi hasan.
215
Al-Suyûtî, Asma` al-Mudallisîn, h. 63. Al-Dzahabî, Siyaru ‘Alâm al-Nubalâ, jilid 6, h. 226-227. 217 Al-‘Asqalânî, Taqrîb al-Taqrîb, jilid 1, h. 264. 216
111
I. Hadis ke 9 ( Keadaan/ Siksaan yang meggîbah)
ٌﷲ ﺻَﻠ ﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠَ َﻢ ﻧَﻈََﺮ ِﰱ اﻟﻨَﺎ ِر ﻓَِﺈذَا ﻗـ َْﻮم ِ َﱮ ا ى ﺑِﻨِ ﱢ َ َﺎل ﻟَْﻴـﻠَﺔَ أُ ْﺳ ِﺮ َ َﻋ ْﻦ اِﺑْ ُﻦ َﻋﺒَﺎس ﻗ 218 .َﺎس ِ ُُﻮ َم اﻟﻨ ْ َﺎل ٰﻫ ُﺆﻻَِء اﻟَ ِﺬ ﻳْ َﻦ ﻳَﺄْ ُﻛﻠ ُْﻮ َن ﳊ َ َﺎل َﻣ ْﻦ ٰﻫ ُﺆﻻَِء ﻳَﺎ ِﺟ ِْﱪﻳْﻞُ ﻗ َ َﻒ ﻗ َ ﻳَﺄْ ُﻛﻠ ُْﻮ َن اﳉِﻴ Artinya: “Dari Ibnu `Abbâs berkata: Pada malam Nabi Saw diisrakan, lalu melihat ke neraka, tahu-tahu ada kaum yang asik memakan bangkai. Nabi bertanya: Siapakah mereka wahai jibril? Jibril berkata: mereka itu adalah orang-orang yang memakan daging orang (mengumpat di dunia)”. Pelacakan hadis dilakukan melalui kata benda (isim), dan fi‘il melalui Mu‘jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-Nabawî, ditemukan data sebagai berikut: أﻛﻞ 219
ﻗﺎل ھﺆﻻء اﻟﺬ ﯾﻦ ﯾﺄ ﻛﻠﻮن ﻟﺤﻮم اﻟﻨﺎس ٣٥ د أدب ﺟﯿﻒ 220
ﻓﺈذا ﻗﻮم ﯾﺄﻛﻠﻮن اﻟﺠﯿﻒ ٢٥٧ .١ﺣﻢ و ﻟﺤﺎم,ج ﻟﺤﻮم,ﻟﺤﻢ
221
ھﺆﻻء اﻟﺬ ﯾﻦ ﯾﺄ ﻛﻠﻮن ﻟﺤﻮم اﻟﻨﺎس
٢٢٤ .٣ ٢٥٧ .١ﺣﻢ
٣٥ اد ب.د
Sedangkan melalui awal matan lewat Kitab al-Jâmi‘ al-Sagîr,dan Kitab Mausû’ah Atrâf al-Hadîts al-Nabawî al-Syarîf, tidak ditemukan hadis tersebut.
1. Teks Hadis 218
219
Al-Malîbârî. Irsyâd al-`Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd, bâb al-gîbah, h. 73. Wensinck dan Mensing, Mu‘jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-Nabawî, Jilid 1, h.
72. 220
Wensinck dan Mensing, Mu‘jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-Nabawî, Jilid 1, h.
405. 221
107.
Wensinck dan Mensing, Mu‘jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-Nabawî, Jilid 6, h.
112
Riwayat Ahmad bin Hanbal
ﺣﺪ ﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪاﷲ ﺣﺪ ﺛﲏ اﰉ ﺛﻨﺎ ﻋﺜﻤﺎن ﺑﻦ ﳏﻤﺪ وﲰﻌﺘﻪ أﻧﺎ ﻣﻨﻪ ﺛﻨﺎ ﺟﺮﻳﺮ ﻋﻦ ﻗﺎ ﺑﻮس ﱯ اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ َوَد َﺧ َﻞ اﳉَﻨﱠﺔَ ﻓَ َﺴ ِﻤ َﻊ ِﻣ ْﻦ ى ﺑِﻨَِ ﱢ ﻋﻦ اﺑﻴﻪ ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس ﻗﺎل ﻟَْﻴـﻠَﺔَ اُ ْﺳ ِﺮ َ ﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﱯاِ ﺎل ﻧَِ ُ ﺎل ﻫ َﺬا ﺑِﻼَ ُل اﳌَُﺆِذ ُن ﻓَـ َﻘ َ ﺎل ﻳَﺎ ِﺟ ِْﱪﻳْ ُﻞ َﻣﺎ َﻫ َﺬا ﻗَ َ َﺟﺎ ﻧِﺒِ َﻬﺎ َو ْﺟ ًﺴﺎ ﻗَ َ ﺻﻠﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﺎل ﻓَـﻠَ َﻘْﻴﻪُ ُﻣ ْﻮ َﺳﻰ َ ﺖ ﻟَﻪُ َﻛ َﺬا َوَﻛ َﺬا ﻗَ َ ﺎس ﻗَ ْﺪ أَ ﻓْـﻠَ َﺢ ﺑِﻼَ ُل َراَﻳْ ُ ﱃ اﻟﻨَ ِ ﲔ َﺟﺎءَ اِ َ ِﺣ ْ َ ﻂ َﺳ ْﻌ ُﺮﻩُ َﻣ َﻊ أُذُ ﻧـَْﻴ ِﻪ أ و ﺎل َوُﻫ َﻮ َر ُﺟﻞُ آ َد َم ﻃَ ِﻮﻳْﻞٌ َﺳﺒِ َ ﺎل ﻓَـ َﻘ َ ﺐ ﺑِﺎ اﻟﻨَِﱮ اﻷُﱢﻣ ِﻰ ﻗَ َ ﺎل َﻣ ْﺮ َﺣ ً ﺐ ﺑِِﻪ َوﻗَ َ ﻓَـَﺮِﺣ َ ﻀﻰ ﻓَـﻠَ َﻘْﻴﻪُ ﻋﻴﺴﻰ ﺎل ﻓَ َﻤ َ ﺎل ﻫ َﺬا ُﻣ ْﻮ َﺳ ْﻰ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ ا ﻟ ﱠﺴﻼَ م ﻗَ َ ﺎل َﻣ ْﻦ ﻫ َﺬا ﻳَﺎ ِﺟ ِْﱪﻳْ ُﻞ ﻗَ َ ﻓﻮ ﻗﻬﺪﻫﺎ ﻓَـ َﻘ َ ﺐ ﺑِِﻪ ﺐ ﻓَـَﺮِﺣ َ ﻀﻰ ﻓَـﻠَ َﻘْﻴﻪُ َﺷْﻴ ٌﺦ َﺟﻠِْﻴﻞٌ ُﻣ ِﻬْﻴ ٌ ﺎل ﻓَ َﻤ َ ﺎل ﻫ َﺬا ﻋﻴﺴﻰ ﻗَ َ ﺎل َﻣ ْﻦ ﻫ َﺬا ﻳَﺎ ِﺟ ِْﱪﻳْ ُﻞ ﻗَ َ ﻓَـَﺮ َﺟ َﻌﻪُ َوﻗَ َ ﺎل ﻓَـﻨَﻈََﺮ ِﰱ اﻟﻨَﺎ ِر ﺎل ﻫ َﺬا أَﺑـُ ْﻮ َك اِﺑْـَﺮا ِﻫْﻴﻢ ﻗَ َ ﺎل َﻣ ْﻦ ﻫ َﺬا ﻳَﺎ ِﺟ ِْﱪﻳْ ُﻞ ﻗَ َ ِو َﺳﻠﱠ َﻢ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َوُﻛﻠﱡ ُﻬ ْﻢ ﺑِ َﺴﻠَ ٍﻢ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ ﻗَ َ ﺎس َوَرأَى ﺎل ﻫ ُﺆﻻَِء اﻟَ ِﺬﻳْ َﻦ ﻳَﺄْ ُﻛﻠُ ْﻮ َن ﳊُُْﻮمُ اﻟﻨَ ِ ﺎل َﻣ ْﻦ ﻫﺆ ﻻَِء ﻳَﺎ ِﺟ ِْﱪﻳْﻞُ ﻗَ َ ﻒ ﻓَـ َﻘ َ ﻓَﺎِذَا ﻗَـ ْﻮمٌ ﻳَﺎ ُﻛﻠُ ْﻮ َن اﳉَﻴِ َ ﺎل ﻓَـﻠَ ﱠﻤﺎ ﺎل ﻫ َﺬا َﻋﺎ ﻗُِﺮ اﻟﻨَﺎﻗَِﺔ ﻗَ َ ﺎل َﻣ ْﻦ ﻫ َﺬا ﻳَﺎ ِﺟ ِْﱪﻳْﻞُ ﻗَ َ َر ُﺟﻼً أَﲪََْﺮ أَْزَر َق َﺟ ْﻌ ِﺪ ا ْﺷ َﻌ َﺸﺎاِذَا َرأَﻳْﺘﻪ ﻗَ َ ﺎل ﻓَﺎِذَا ﺼﻰ ﻗَﺎ َم ﻳﺼﻠﻰ ﻓﺎﻟﺘﻔﺖ ﰒ اﻟﺘﻔﺖ ﻓَﺎِذَا ﻗَ َ ﺻﻠ ﱠﻰ اﷲ َﻋﻠًْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ اﳌَ ْﺴ ِﺠ َﺪ اﻻَ ﻗْ َ ﱮ َ َد َﺧ َﻞ اﻟﻨَِ ﱡ اﻟﺸ َﻤ ِﺎل ِﰱ ﲔ َواﻻَ ِﺧ ُﺮ َﻋ ِﻦ ِ ﲔ أَ َﺣ ُﺪ ﳘَُﺎ َﻋ ِﻦ اﻟﻴَ ِﻤ ْ ِ ف َﺟﻰءَ ﺑَِﻘ َﺪ َﺣ ْ ِ ﺼَﺮ َ ﺼﻠﱡ ْﻮ َن َﻣ َﻌﻪُ اِﻧْ َ اﻟﻨَﺒِﻴﱡـ ْﻮ َن أَﲨَْﻌُ ْﻮ َن ﻳُ َ ﺖ ﺻْﺒ َ ﺎل اﻟَ ِﺬى َﻛﺎ َن َﻣ َﻌﻪُ اَﻟْ َﻘ َﺪ ُح أَ َ ب ِﻣْﻨﻪُ ﻓَـ َﻘ َ ﱭ ﻓَ َﺸ ِﺮ َ ﱭ َوِﰱ اﻻَ َﺧ ِﺮ َﻋ َﺴﻞٌ ﻓَﺎَ َﺧ َﺬ اَﻟﻠَ ََ أَ َﺣ ِﺪ ﳘَِﺎ ﻟٌََ 222 اَﻟْ ِﻔﻄَْﺮةَ. ﺻ ْﻔ َﻮان َﺣ ﱠﺪﺛَِﲎ َر ِاﺷﺪ ﺑِﻦ َﺳ ْﻌﺪ َو َﻋْﺒﺪ اﻟﱠﺮﲪَْﻦ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َﻋْﺒ ُﺪاﷲ َﺣ ﱠﺪﺛَِﲏ اَِﰉ ﺛـَﻨَﺎ اَﺑﻮاﳌُﻐِْﻴـَﺮة ﺛـَﻨَﺎ َ ﺻﻠ ﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻟَ َﻤﺎ َﻋَﺮ َج ِﰉ َرﱢﰉ َﻋﱠﺰ َو َﺟ ﱠﻞ ﺎل َر ُﺳﻮل اﷲ َ ﺎل ﻗَ َ ﺲ ﺑِ ْﻦ َﻣﺎﻟِﻚ ﻗَ َ ﺑِ ْﻦ ُﺟﺒَـ ْﲑ َﻋ ْﻦ اَﻧَ ْ ﺖ َﻣ ْﻦ ﻫ ُﺆﻻَِء ﻳَﺎ ِﺟ ِْﱪﻳْﻞُ ﺻ ُﺪو َرُﻫ ْﻢ ﻓَـ ُﻘ ْﻠ ُ ﺎس ﳜَْ ِﻤ ُﺸ ْﻮ َن ُو ُﺟ ْﻮ َﻫ ُﻬ ْﻢ َو َ ت ﺑَِﻘ ْﻮٍم ﳍَُ ْﻢ أَﻇْ َﻔﺎ ٌر ِﻣ َﻦ ﳓَُ ِ َﻣَﺮْر ُ 223 ﺎس َوﻳـَ َﻘﻌُ ْﻮ َن ِْﰱ اَ ْﻋَﺮا ِﺿ ِﻬ ْﻢ. ﺎل ﻫ ُﺆﻻَِء اﻟ ِﺬ ﻳْ َﻦ ﻳَﺄْ ُﻛﻠُ ْﻮ َن ﳊُُْﻮَم اﻟﻨَ ِ ﻗَ َ Riwayat Abî Daud
ﺎلَ :ﺣ ﱠﺪ ﺛَِْﲏ َر ِاﺷ ْﺪ ﺑِ ْﻦ ﺻ ْﻔ َﻮان ﻗَ َ ﺼ ﱠﻔﻰ أَ ْﺧﺒَـَﺮﻧَﺎ ﺑَِﻘﻴﱠﺔَ َوأَﺑـُ ْﻮ اﳌُﻐِْﻴـَﺮة ﻗَﺎﻻََ :ﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ اِﺑْ ُﻦ اﳌُ َ ﺻﻠ ﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ) :ﻟَ ﱠﻤﺎ ﺎل َر ُﺳ ْﻮ ُل اﷲ َ ﺎل :ﻗَ َ ﻚ ﻗَ َ ﺲ ﺑﻦ َﻣﺎﻟِ ْ َﺳ ْﻌﺪ َو َﻋْﺒ ُﺪ اﻟﱠﺮ ْﲪﻦ ﺑِ ْﻦ ُﺟﺒَـ ْﲑ َﻋ ْﻦ أَﻧَ ْ ﺻ ُﺪ ْو َرُﻫ ْﻢ، ﺎس ﳜَْ ِﻤ ُﺸ ْﻮ َن ُو ُﺟ ْﻮ َﻫ ُﻬ ْﻢ َو َ ت ﺑَِﻘ ْﻮٍم ﳍَُ ْﻢ أَﻇْ َﻔﺎ ٌر ِﻣ َﻦ ﳓَُ ِ َﰊ( َﻣَﺮْر ُ ﻋُ ِﺮ َج ِ ْﰊ ) َﻋَﺮ َج ِﰊ رﱢْ 224 ﺎس َوﻳـَ َﻘﻌُ ْﻮ َن ِ ْﰲ أَ ْﻋَﺮا ِﺿ ِﻬ ْﻢ(. ﺎل :ﻫ ُﺆﻻَِء اﻟﱠ ِﺬ ﻳْ َﻦ ﻳَﺄْ ُﻛﻠُ ْﻮ َن ﳊُُْﻮَم اﻟﻨﱠ ِ ﺎﺟ ِْﱪﻳْﻞُ؟ ﻗَ َ ﺖَ :ﻣ ْﻦ ﻫ ُﺆﻻَِء ﻳَ ِ ﻓَـ ُﻘ ْﻠ ُ
222
Ahmad bin Hanbal. Musnad, jilid 1, h. 257. Ahmad bin Hanbal. Musnad, jilid 3, h. 224. 224 Abî Dâwud, Sunan Abî Dâwud, kitab al-adab bâb fî al-gîbah, Jilid 4, hadis no. 4878, 223
h. 291.
113
ﺼ ﱠﻔﻰ. ﺎل اِﺑْ ُﻦ اﳌُ َ ﲏ )اﻟ ﱠﺴْﻴﻠِْﻴ ِﺤ ﱡﻲ( َﻋ ْﻦ أَِ ْﰊ اﳌُﻐِْﻴـَﺮةِ َﻛ َﻤﺎ ﻗَ َ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ِﻋْﻴ َﺴﻰ اﻟ ﱠﺴْﻴـﻠَ ِﺤْﻴ ِﱡ
225
Riwayat Abû Syaikh al-Asbahânî
ﺻ ْﻔ َﻮان ﺑﻦ أَﻧْـﺒَﺎَﻧَﺎ اِﺑْ ُﻦ أَِ ْﰊ َﻋﺎ ِﺻ ْﻢَ ،ﺣ ﱠﺪ ﺛـَﻨَﺎ اﳊَ ْﻮ ِﻃ ْﻲ ،ﺛـَﻨَﺎ َﻋْﺒ ُﺪ اﻟ ُﻘ ﱡﺪ ْوس ﺑﻦ اﳊَ ﱠﺠﺎ ْجَ ،ﻋ ْﻦ َ ﺻﻠ ﱠﻰ ﺎل َر ُﺳ ْﻮل اﷲ َ ﺎل :ﻗَ َ ﻚ ﻗَ َ ﺲ ﺑِ ْﻦ َﻣﺎﻟِ ْ ﻋُ ْﻤ ُﺮوَ ،ﻋ ْﻦ َر ِاﺷ ْﺪ ﺑِ ْﻦ َﺳ ْﻌﺪ َو َﻋْﺒ ُﺪ اﻟﱠﺮ ْﲪﻦ ﺑِ ْﻦ ُﺟﺒَـ ْﲑ َﻋ ْﻦ أَﻧَ ْ ﺻ ُﺪ ْو ﺎس ﳜَْ ِﻤ ُﺸ ْﻮ َن ُو ُﺟ ْﻮ ُﻫ ُﻬ ْﻢ َو َ ت ﺑِﺄَﻗْـ َﻮ ٍام :ﳍَُ ْﻢ أَﻇْ َﻔﺎ ٌر َﻣ ْﻦ ﳓَُ ٍ ي ِ ْﰊَ :ﻣَﺮْر ُ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ) :ﻟَْﻴـﻠَﺔَ أُ ْﺳ ِﺮ َ ﺎس َوﻳـَ َﻘﻌُ ْﻮ َن ِﰲ ﻫﺆﻻَِء اﻟَ ِﺬ ﻳْ ِﻦ ﻳَﺄْ ُﻛﻠُ ْﻮ َن ﳊُُْﻮَم اﻟﻨَ ِ ﺎلَ : ﺖَ :ﻣ ْﻦ ﻫ ُﺆﻻَِء ﻳَﺎ ِﺟ ِْﱪﻳْﻞُ؟ ﻗَ َ َرُﻫ ْﻢ .ﻓَـ ُﻘ ْﻠ ُ 226 أَ ْﻋَﺮا ِﺿ ِﻬ ْﻢ( Riwayat Ibnu Abî Dunyâ
ﺻ ْﻔ َﻮان ﺑﻦ ﺎبَ ،ﺣ ﱠﺪ ﺛـَﻨَﺎ َﻋْﺒ ُﺪ اﻟ ُﻘ ُﺪ ْوس أَﺑـُ ْﻮ اﳌُﻐِْﻴـَﺮةََ ،ﻋ ْﻦ َ َﺣ ﱠﺪﺛَِْﲏ أَﺑـُ ْﻮ ﺑَ َﻜ ْﺮ ﳏَُ َﻤﺪ ﺑﻦ أَِ ْﰊ ِﻋﺘﱠ ْ ﺎل َر ُﺳ ْﻮل ﺎل :ﻗَ َ ﻚَ ،ر ِﺿ َﻲ اﷲ َﻋْﻨﻪُ ﻗَ َ ﺲ ﺑِ ْﻦ َﻣﺎﻟِ ْ َﻋ ْﻤ ُﺮوَ ،ﻋ ْﻦ َﻋْﺒﺪ اﻟَﺮ ْﲪﻦ ﺑﻦ ُﺟﺒِ ْﲑ ﺑﻦ ﻧـُ َﻔ ْﲑَ ،ﻋ ْﻦ أَﻧَ ْ ي ِ ْﰉَ ،ﻋﻠَﻰ ﻗَـ ْﻮٍم ﳜَْ ِﻤ ُﺸ ْﻮ َن ُو ُﺟ ْﻮ َﻫ ُﻬ ْﻢ ﺑِﺄَﻇْﺎﻓِ ِْﲑِﻫ ْﻢ، ت ﻟَْﻴـﻠَﺔَ أُ ْﺳ ِﺮ َ ﺻﻠ ﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢَ ) :ﻣَﺮْر ُ اﷲ َ 227 ﺎسَ ،وﻳـَ َﻘﻌ ُْﻮ َن ِ ْﰲ أَ ْﻋَﺮا ِﺿ ِﻬ ْﻢ(. ﺎل :ﻫ ُﺆﻵ ِء اﻟَ ِﺬ ﻳْ َﻦ ﻳـَ ْﻐﺘَﺎ ﺑـُ ْﻮ َن اﻟﻨَ َ ﺖ ﻳَﺎ ِﺟ ِْﱪﻳْﻞَ :ﻣ ْﻦ ﻫ ُﺆﻵ ِء؟ ﻗَ َ ﻓَـ ُﻘ ْﻠ ُ ﺻ ْﻔ َﻮان ﺑِ ْﻦ َﻋ ْﻤ ُﺮو َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ُﺣ َﺴ ْﲔ ﺑِ ْﻦ َﻣ ْﻬ ِﺪيَ ،ﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َﻋْﺒﺪ اﻟ ُﻘ ُﺪ ْوس اَﺑْﻮاﳌُﻐِْﻴـَﺮةَ ،ﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َ ﻚَ ،ر ِﺿ َﻲ ﺲ ﺑﻦ َﻣﺎﻟِ ْ اﻟ َﺴ ْﻜ َﺴ ِﻜﻲَ ،ﺣ ﱠﺪﺛَِﲏ َرا َﺷ ْﺪ ﺑﻦ َﺳ ْﻌﺪ َو َﻋْﺒ ُﺪ اﻟﱠﺮ ْﲪﻦ ﺑﻦ ُﺟﺒَـ ْﲑ ﺑِ ْﻦ ﻧـُ َﻔ ْﲑَ ،ﻋ ْﻦ أَﻧَ ْ ت ﺑَِﻘ ْﻮٍم ﳍَُ ْﻢ أَﻇْ َﻔﺎ ٌر ِﻣ ْﻦ ﺻﻠ ﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ) :ﻟَ ﱠﻤﺎ ﻋُ ِﺮ َج ِ ْﰉ َﻣَﺮْر ُ ﺎل َر ُﺳ ْﻮل اﷲ َ اﷲ َﻋْﻨﻪُ ﻗﺎَ َل :ﻗَ َ ﺎل :ﻫ ُﺆﻻَِء اﻟ ِﺬﻳْ َﻦ ﻳَﺄْ ُﻛﻠُ ْﻮ َن ﺖَ :ﻣ ْﻦ ﻫ ُﺆﻻَِء ﻳَﺎ ِﺟ ِْﱪﻳْﻞُ؟ ﻗَ َ ﺻ ُﺪ ْوُرُﻫ ْﻢ ،ﻓَـ ُﻘ ْﻠ ُ ﺎس ،ﳜَْ ِﻤ ُﺸ ْﻮ َن ُو ُﺟ ْﻮَﻫ ُﻬ ْﻢ َو ُ ﳓَُ ٍ 228 ﺎسَ ،وﻳـَ َﻘﻌُ ْﻮ َن ِ ْﰲ أَ ْﻋَﺮا ِﺿ ِﻬ ْﻢ(. ﳊُُْﻮَم اﻟﻨَ ِ
Abî Dâwud, Sunan Abî Dâwud, kitab al-adab bâb fî al-gîbah, Jilid 4, hadis no. 4879,
225
h. 291. 226
Abî Syaikh al-Asbahânî. al-Taubîkh wa Tanbîh, bâb dzikrumâ a‘adda Allâh li ahli algîbah, hadis no. 201, h. 224. 227 Ibnu Abî al-Dunyâ. Al-Samt wa Adâ al-Lisân, bâb dzam al-gîbah wa dzamihâ, hadis no. 165, h. 119. 228 Ibnu Abî al-Dunyâ. Al-Samt wa Adâ al-Lisân, bâb dzam al-kadzab, hadis no. 572, h. 119.
114
1.a. Penelitian Sanad Ahmad bin Hanbal229
229
Sudah dibahas di halaman 52.
115
‘Utsmân bin Muhamad Nama lengkapnya: ‘Utsmân bin Muhamad bin Ibrâhîm, Abî Syaibah.230 Gurunya: Jarîr bid ‘Abdul Hamîd, Sufyân bin ‘Uyainah, ‘Abd alSalâm bin Harb, ‘Affân bin Muslim,‘Abdullah bin al-Mubârak. Muridnya: Bukharî, Muslim, Abû Dâwûd, Ibnu Mâjah, ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, Ibn Abî Dunyâ, Abû Ya‘lâ al-Mausilî. Pendapat ulama:231 1. Fadlika al-Râzî: Saya bertanya pada Ibnu Ma‘în tentang Muhamad bin Humaid al-Razî, berkata: Syaibah, berkata:
dan bertanya lagi tentang ‘Utsmân bin Abî
kemudian saya berkata: Siapa yang paling dicintai
Ibnu Humaid atau ‘Utsmân? Berkata Ibnu Ma‘în : ﺛﻘﺘﯿﻦ أﻣﯿﻨﯿﻦ ﻣﺄﻣﻮﻧﯿﻦ 2. Ibnu Abî Syaibah: ‘Utsmân dan ‘Abdullah
tidak ada
keraguan pada keduanya. ‘Abd al-Rahmân bin Abî Hâtim: ﺻﺪوق. Terdapat pertemuan dengan guru dan muridnya,
para ulama
menilainya positif (al-ta‘dîl), menerima hadis dengan cara tahdîts ()ﺛﻨﺎ. Jarîr (107-188 H.) Nama lengkapnya: Al-Imâm al-Hâfiz al-Qâdî. Jarîr bin ‘Abd alHamîd bin Qurt al-Dabbiyyu, Abû Abdullah al-Râzî al-Qâdî.232 Gurunya: Sulaiman al-‘Amasyî, Qâbûs bin Abî Zabyân, Yahyâ bin Sa'id al-Ansari.
230
Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, jilid 19, h. 478. Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 5, h. 510-511. 231 Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, jilid 19, h. 481-483. Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 5, h. 511-512. 232 Al-Dzahabî, Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`, jilid 9, h. 9.
116
Muridnya: Sulaiman bin Harb, Ibrâhîm bin Syammâs, ‘Utsmân bin Muhamad bin Abî Syaibah, ‘Ali Ibn al-Madînî, Sufyân al-Tsaurî Pendapat ulama:233 1. Ibnu ‘Amâr al-Mausilî: ﺣﺠﺔkitabnya sahih. 2. Al-Nasâ`î dan al-Ijlî: ﺛﻘﺔ 3. ‘Abd al-Rahmân bin Yûsup bin Khirâsy: ﺻﺪوق 4. Abû al-Qasim al-Lalkâî: ﻣﺠﻤﻊ ﻋﻠﻰ ﺛﻘﺘﮫ. (kesiqahannya telah disepakati). 5. Al-Baihaqî234 pada al-Sunan: diakhir umurnya Jarîr mengalami keruksakan pada hafalannya. 6. Hanbal bin Ishâq: Jarîr lahir tahun 107 H., dan meninggal tahun 188 H. Terdapat pertemuan dengan guru dan muridnya,
para ulama
menilainya positif (al-ta‘dîl), menerima hadis dengan cara ‘an‘anah ()ﻋﻦ. Qâbûs Nama lengkapnya: Qâbûs bin Abî Zabyân al-Janbî al-Kûfî.235 Gurunya: Bapaknya Abî Zabyân al-Janbî. Muridnya: Jarîr bin ‘Abdul Hamîd, Sufyân al-Tsaurî, Hajjâj bin Artah, Abû Hanîfah al-Nu‘mân bin Tsâbit, ‘Abîdah bin Humaid, Zuhair bin Mu‘âwiyah. Pendapat ulama:236 1. Abû Dâwud: Ahmad bin Hanbal berkata: Qabûs tidak memiliki ketelitian yang baik. 2. Yahyâ bin Ma‘în dan Ya‘qûb bin Sufyân: Qâbus ﺛﻘﺔ 233
Al-Dzahabî, Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`, jilid 9, h. 17. Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, jilid 4, h. 549-551. Al-‘Asqalânî. Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 2, h. 4143. 234 Al-‘Alâ`i, al-Mukhtalitîn, h. 17. 235 Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, jilid 23, h. 327. Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 6 , h. 434. 236 Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, jilid 23, h. 328-329. Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 6, h. 434-435.
117
3. ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal dari ayahnya:
dan orang-
orang meriwayatkan darinya. Dan dari Ibnu Ma‘în: ﺿﻌﯿﻒ اﻟﺤﺪﯾﺚ 4. Al-Bukhârî: Ahmad bin ‘Abdullah dari Jarîr bin ‘Abd al-Hamîd: Saya menemuinya setelah ruksak. 5. Ahmad bin Sa‘ad bin Abî Maryam, dari Yahyâ bin Maîn akan tetapi Ibnu Abî Lailâ menghukumnya. 6. Abû Hâtim237: وﻻ ﯾﺤﺘﺞ ﺑ ِﮫ، ﯾﻜﺘﺐ ﺣﺪﯾﺜﮫ، ﻟﯿﻦ،ﺿﻌﯿﻒ اﻟﺤﺪﯾﺚ 7. Al-Nasâ`î: ﺿﻌﯿﻒ،238ﻟﯿﺲ ﺑﺎﻟﻘﻮي 8. Abû Ahmad Ibn ‘Adî: أرﺟﻮ أﻧﮫ ﻻ ﺑﺄس ﺑﮫ 9. Ibnu Sa‘ad: ﻓﯿﮫ ﺿﻌﻒ وﻻ ﯾﺤﺘﺞ ﺑﮫ 10. Al-‘Ijlî: orang Kufah ﻻﺑﺄس ﺑﮫ 11. Al-Barqânî dari al-Dâruqutnî: وﻟﻜﻦ ﻻ ﯾﺘﺮك،ﺿﻌﯿﻒ 12. Wafat pada masa Khilafah Marwan bin Muhamad/ Khilafah Abî al‘Abâs. 13. Al-‘Asqalânî: ﻓﯿﮫ ﻟﯿﻦ239 Terdapat pertemuan dengan guru dan muridnya. Para ulama berbeda pendapat dalam menilainya. Menerima hadis dengan cara ‘an‘anah (
). Dalam menilai Qâbus penulis menggunakan kaidah: al-
ta‘dîl muqaddam ‘alâ al-jarh. sehingga periwayatan Qâbus masih bisa diterima. Abîhi (Husain bin Jundub al-Janbî) (W. 89 H.) Nama lengkapnya: Husain bin Jundab bin ‘Amru bin al-Hârits bin Wahsyî bin Mâlik bin Rabî‘ah bin Munabbih bin Yazîd/ Abû Zabyân.240 237
‘Abd al-Rahman bin Abî Hâtim, al-Jarh wa al-Ta‘dîl, jilid 7, h. 145. Al-Nasâ`î, al-Du‘afâ wa al-Matrûkîn, h. 201. 239 Al-‘Asqalânî, Taqrîb al-Taqrîb, jilid 2, h. 479. 238
118
Gurunya: ‘Abdullah Ibn ‘Abbâs, Salmân al-Fârisî, Usamah bin Zaid. Muridnya: Salamah bin Kuhail, Sulaimân al-A‘masyi, Habîb bin Hassân, Qâbûs bin Abî Zabyân, Simâk bin Harb. Pendapat ulama:241 1. Yahyâ Ibn Main, Ahmad bin ‘Abdullâh al-‘Ijlî, Abû Zur‘ah, al-Nasâ`î, al-Dâraqutnî: ﺛﻘﺔ 2. Abû Bakr bin Abî ‘Âsim: meninggal tahun 89 H. Abû ‘Ubaid alQâsim bin Sallâm, Muhamad bin Sa‘ad, ‘Amru bin ‘Alî: meninggal tahun 90 H. Terdapat pertemuan dengan guru dan muridnya. Para ulama menilainya positif (al-ta‘dîl), menerima hadis dengan cara ‘an‘nah ()ﻋﻦ. b. Analisa Sanad Setelah diteliti satu persatu periwayat hadis kesembilan, riwayat Ahmad bin Hânbal melalui Ibnu ‘Abbâs, sanadnya bersambung. Akan tetapi terdapat periwayat yang kurang sempurna dabt-nya yaitu: Jarîr bin ‘Abd al-Hamîd dan Qâbûs bin Abî Zabyân, sehingga hadis ini dihukumi hasan.
2.a. Kegiatan penelitian Sanad ‘Abd al-Qudûs (130-212 H.) Nama lengkapnya: al-Imâm al-Muhaddits al-Sâduq, Musnid Hims, ‘Abdul Qudûs bin al-Hijâj al-Khaulânî, Abû al-Mugîrah al-Syâmî alHimsî.242 240 241
Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, jilid 6, h. 514. Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 2, h. 346.
119
Lahir pada perang Hudud tahun 130 H. Gurunya: Safwân bin ‘Amr al-Saksakî, Artah bin al-Mundar, Harîz bin ‘Utsmân al-Rahabî, ‘Abd al-Rahmân bin Tsâbit bin Tsaubân. Muridnya: Ahmad bin Hanbal, ‘Abdul Wahhâb bin Najdah alHautî, Husain bin Mahdî, Muhamad bin Musaffâ al-Himsî. Pendapat ulama:243 1. Abû Hâtim244: ﺻﺪوﻗﺎ 2. Al-‘Ijlî, al-Dâruqutnî: ﺛﻘﺔ 3. Al-Nasâ`î: ﻟﯿﺲ ﺑﮫ ﺑﺄس 4. Al-Bukhârî: meninggal tahun 212 H. Terdapat pertemuan dengan guru dan muridnya. Para ulama menilainya positif (al-ta‘dîl), menerima hadis dengan cara tahdîts ()ﺛﻨﺎ. Safwân (W. 155/158 H.) Nama lengkapnya: al-Imâm al-Muhaddits al-Hâfiz Safwân bin ‘Amr bin Harm al-Saksakî. Muhaddits Hims beserta Harîz bin ‘Utsmân.245 Gurunya: Jubair bin Nufair al-Hadramî, Râsyid Ibn Sa‘ad, ‘Utsmân bin Jâbir, ‘Abd al-Rahmân bin Jubair bin Nufair al-Hadramî. Muridnya: Ismâ‘îl bin ‘Ayyâs, Baqiyyah bin Walîd, Abû alMugîrah ‘Abdul Qudûs bin al-Hajjâj, ‘Îsâ bin Yûnus. Pernyataan kritikus hadis:246 1. ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, dari ayahnya: ﻟﯿﺲ ﺑﮫ ﺑﺄس 242
Al-Dzahabî, Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`, jilid 10, h. 223. Al-Dzahabî, Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`, jilid 10, h. 224-225. Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, jilid 18, h. 239. Al-‘Asqalânî. Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 5, h. 272. 244 ‘Abd al-Rahman bin Abî Hâtim, al-Jarh wa al-Ta‘dîl, jilid 6, h. 56. 245 Al-Dzahabî, Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`, jilid 6, h. 380. 246 Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, jilid 13, h. 204-205. Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 4, h. 54. 243
120
2. ‘Amr bin ‘Alî: ﺛﺒﺖ ﻓﻲ اﻟﺤﺪ ﯾﺚ 3. ‘Ahmad ‘Abdullah al-‘Ijlî, Duhaim, al- Nasâ`î, Ibn al-Mubârak: ﺛﻘﺔ 4. Abû Hâtim247: ﻻﺑﺄ س ﺑﮫ،ﺛﻘﺔ 5. Muhamad bin Sa’ad: ﺛﻘﺔ ﻣﺄﻣﻮﻧﺎ 6. Abû Zur‘ah al-Dimasyqî: Saya bertanya pada pada ‘Abd al-Rahmân bin Ibrâhîm: Siapa orang yang tsabt (teguh) di Hims? Berkata ‘Abd alRahmân: Safwân, Buhair, Harîz, Tsaur, dan Artah. 7. Meninggal tahun 155/158 H. Terdapat pertemuan dengan guru dan muridnya. Para ulama menilainya positif (al-ta‘dîl), menerima hadis dengan cara tahdîts ()ﺣﺪﺛﻨﻰ. Râsyid (W. 108/113 H.) Nama lengkapnya: Râsyid Ibn Sa‘ad al-Maqrâî, terkadang disebut al-Hubrânî al-Himsî. Al-Faqîh Muhaddits.248 Gurunya: Anas bin Mâlik, Mu‘âwiyah bin Abî Sufyân, ‘Amru bin al-‘Âs, Ya‘lâ bin Murrah, Sa‘ad bin Abî Waqqâs. Muridnya: ‘Umar bin Ju‘tsûm, Habîb bin Sâlih, Safwân bin ‘Amr, ‘Alî bin Abî Talhah, Mu‘âwiyah bin Sâlih al-Hadramî, Harîz bin ‘Utsmân. Pendapat ulama:249 1. ‘Utsmân bin Saîd al-Dârimî dari Yahyâ Ibn Ma’în, Abû Hâtim, Ahmad bin ‘Abdullah al-‘Ijlî, Ya‘qûb bin Syaibah, dan al-Nasâ`î: ﺛﻘﺔ 2. Abû Bakr al-Atsram dari Ahmad bin Hanbâl, Al-Dâruqutnî: ﻻ ﺑﺄس ﺑﮫ 3. Al-Hâkim: Sesungguhnya al-Dâraqutnî menda‘îfkan Râsyid bin Sa‘ad.
247
‘Abd al-Rahman bin Abî Hâtim, al-Jarh wa al-Ta‘dîl, jilid 4, h. 422-423. Al-Dzahabî, Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`, jilid 4, h. 490. 249 Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 3, h. 51. Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, jilid 9, h. 10-11. Al-Dzahabî, Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`, jilid 4, h. 490. 248
121
4. Al-Mufaddal bin Gassân al-Gallâbî: Râsyid bin Sa‘ad al-Maqrâ`î dari Himyar, orang yang paling teguh dari Syam. 5. Muhamad bin Sa‘ad: dia orang Hims
meninggal pada tahun 108 H.
Menurut sebagian tahun 113 H. 6. Al-‘Asqalânî:250 ﺛﻘﺔ ﻛﺜﯿﺮ اﻷرﺳﺎل Terdapat pertemuan dengan guru dan muridnya. Para ulama berbeda pendapat dalam menilainya. Kebanyakan menilainya positif (alta‘dîl), menerima hadis dengan cara ‘an‘anah ()ﻋﻦ. ‘Abd al-Rahmân bin Jubair (W. 118 H.) Nama lengkapnya: ‘Abd al-Rahmân bin Jubair bin Nufair alHadramî, Abû Humaid. Disebut juga Abû Humair al-Himsî.251 Gurunya: Anas bin Mâlik, Tsaubân, ayahnya Jubair bin Nufair, Khâlid bin Ma‘dân. Muridnya: Ismâ‘îl bin ‘Ayyâsy, Tsaur bin Yazîd, Zuhair bin Sâlim al-‘Absî, Safwân bin ‘Amr, Mâlik al-Hadramî. Pendapat ulama:252 1. Abû Zur‘ah dan Nasâ`î, al-‘Asqalânî253: ﺛﻘﺔ 2. Abû Hâtim254: ﺻﺎ ﻟﺢ اﻟﺤﺪ ﯾﺚ 3. Muhamad bin Sa‘ad:
dan sebagian manusia mengingkari hadisnya,
dan meninggal pada tahun 118 H. pada masa khilâfah Hisyâm.
250
Al-‘Asqalânî. Taqrîb al-Taqrîb, jilid 1, h. 168. Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, jilid 17, h. 26-27. 252 Al-Mizî, Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl, jilid 17, h. 27-28. Al-Dzahabî, Mîzân alI‘tidâl fî Naqtadi al-Rijâl, jilid 4, h. 268. ِ◌ ِ◌Al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 5, h. 67. 253 ِ◌ ِ◌Al-‘Asqalânî, Taqrîb al-Taqrîb, jilid 2, h. 332. 254 ‘Abd al-Rahman bin Abî Hâtim, al-Jarh wa al-Ta‘dîl, jilid 5, h. 221. 251
122
Terdapat pertemuan dengan guru dan muridnya. Para ulama menilainya positif (al-ta‘dîl), menerima hadis dengan cara ‘an‘anah ()ﻋﻦ. Anas bin Mâlik (Sahabat W. 93 H.))
b. Analisa Sanad Setelah diteliti satu persatu sanad hadis kedelapan riwayat Ahmad bin Hanbal melalui Anas bin Mâlik sanadnya bersambung. begitu juga para periwayatnya siqah, sehingga dihukumi sahîh. dengan demikian riwayat Ahmad bin Hanbal melalui Ibnu ‘Abbâs naik derajatnya dari hasan menjadi sahîh ligairihi.
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Dari sembilan hadis yang penulis teliti, kualitas hadis bab gîbah dalam kitab Irsyâd al-`Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd adalah 4 sahih, 4 da‘îf, dan 1 hasan . Dengan rincian sebagai berikut: 1. Hadis kesatu riwayat Jâbir dan Abî Sa‘îd da‘îf. Begitu juga riwayat Anas bin Mâlik da‘îf. 2. Hadis kedua riwayat ‘Ā`isyah (Abû Ya‘lâ al-Mausilî dan Al-Baihaqî) da‘îf. Sedangkan riwayat Sa‘îd bin Zaid (Abû Dâwud dan Ahmad bin Hanbal) sahîh. maka hadis
melalui ‘Ā`isyah naik derajatnya menjadi
hasan ligairihi. 3. Hadis ketiga tidak diteliti sanadnya. Karena hadis ketiga terdapat dalam riwayat al-Bukhârî dan Muslim. Penulis mengikuti pendapat ijma‘ ulama yang menyatakan bahwa riwayat al-Bukhârî dan Muslim dalam kitab sahihnya adalah sahîh. 4. Hadis keempat riwayat Abû Dâwud sahîh. 5. Hadis kelima da‘îf (Ibn Abî al-Dunyâ dan al-Kharâitî). 6. Hadis keenam da‘îf. 7. Hadis ketujuh riwayat Ibnu Abî al-Dunyâ da‘îf. Begitu juga dengan riwayat al-Bagawî dan al-Jurjânî da‘îf. 8. Hadis kedelapan riwayat Ahmad bin Hanbal hasan. 9. Hadis kesembilan riwayat Ahmad bin Hanbal melalui Ibnu ‘Abbâs hasan. Sedangkan melalui riwayat Abas bin Mâlik sahîh. Dengan demikian
123
124
riwayat Ahmad bin Hanbal melalui Ibnu ‘Abbâs derajatnya menjadi sahîh ligairihi. Namun demikian, bukan berarti kesimpulan yang penulis hasilkan ini sebagai kesimpulan final. Walau bagaimanapun, kesimpulan yang penulis hasilkan merupakan kesimpulan yang bersifat subjektif. Dalam artian bahwa kesimpulan yang subjektif memungkinkan adanya ketidaksepakatan dari orang lain, yang melihat dari perspektif lain. Wa Allâh A‘lam.
B. Saran-saran 1. Dalam melakukan kegiatan penelitian hadis, hendaknya memperhatikan kaidah-kaidah yang telah ditetapkan ulama hadis, juga diperlukan kesabaran, ketekunan, dan ketelitian. 2. Hendaknya umat Islam lebih hati-hati dalam mengutip/mengungkapkan hadis yang belum jelas kualitasnya. 3. Dalam skripsi ini penulis hanya menilai kualitas hadis sanadnya saja, dan penulis berharap ada yang meneliti kembali matannya. 4. Perlunya pengembangan sistematika penelitian hadis di Jurusan TafsirHadis, supaya Mahasiswa dapat lebih mudah memahami hadis baik dari segi sanadnya, ataupun matannya. 5. Penulis berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya, dan umumnya bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
‘Alâ`, Salâh al-Dîn Abû Sa‘îd. Al-Mukhtalitîn. Kairo: al-Khânajî, t.t. Asbihâni, Abû Muhamad, ‘Abdullah bin Muhamad bin Ja‘far bin Hayyân ِ◌Abû al-Syaikh, al-Taubîkh wa al-Tanbîkh. Beirût: Ihyâ al-Turâts, 1987. ‘Asqalânî, Syihâb al-Dîn Ahmad bin ‘Alî bin Hajar. Tahdzîb al-Tahdzîb. Beirût: Dar al-Fikr, 1995. -----------, Lisân al-Mîzân. Beirût: Maktabah al-Matbû‘ah al-Islâmiyyah, 2002. -----------, Taqrîb al-Taqrîb. Beirût: Dar al-Fikr, 1995. Tabaqât al-Mudallisîn: Ta‘rîf Ahl al-Taqdîs Bimarâtib al-Mausûfîn Bi al-Tadlîs, T.tp.: Maktabah al-Minâ`, t.t.
-------------,
Asy‘ats, Imam al-Hâfiz Daud Sulaiman. Sunan Abi Dâwud. Beirut: Dâr al-Fikr. 1994. Al-Bagawî, Muhamad al-Husain bin Mas‘ûd. Syarh al-Sunnah. Beirut: Dâr alKitab al-‘Ilmiyah, t.t. Al-Bagdâdî, Abî Bakr Ahmad bin ‘Alî bin Tsâbit al-Khâtîb. Târikh Madînah alSalâm. Beirût: Dâr al-Garab al-Islâmî, 2001. Al-Bagdâdî, Syihâb al-Dîn Abî ‘Abdillah Yâqût bin ‘Abdillah al-Hamawî alRûmî. Mu‘jam al-Buldân. Beirût: Dâr al-Sâdr, 1977. Al-Baihaqî, Abî Bakr Ahmad bin al-Husain bin ‘Alî. al-Sunan al-Sagîr. Beirut: Dâr Al-Kitab al-‘Ilmiyah,1992. -------------, Su‘abu al-Îmân. Beirut: Dâr al-Kitâb al-‘Ilmiyah, t.t. -------------, Al-Jâmi‘ Lisyu‘b al-Îmân, Riyad: Maktabah al-Rasyîd, 2003. Bruinessen, Martin Van. Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam di Indonesia. Bandung: Mizan. 1995. Bukhârî, Abî ‘Abdullah Ismâ‘îl bin Ibrâhîm al-Ja‘fî. Al-Târikh al-Kabîr. Beirût: Dâr al-Fikr, t.t. ---------, Al-Adâb al-Mufrad. Beirût: Dâr al-Kitab al-‘Ilmiyah, t.t. Bustamin dan Salam, M. Isa H.A. Metodologi Kritik Hadis. Jakarta: Rajawali Pers 2004.
125
126
Bustî. Abî Hâtim Muhamad bin Hibân bin Ahmad al-Tamîmî. Al-Tsiqât, Haiderabâd al-Dakan: Majlis Dâirah al-Ma‘rifah, 1982.
Dârimî, ‘Abdullah bin ‘Abd al-Rahmân bin al-Fadl bin Bahrâm Ibnu ‘Abd alSamad al-Tamîmî al-Samarqandî Sunan al-Dârimî. Beirut: Dar al-Fikr, t.t. Departemen Agama (Depag) RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: CV Gema Risalah Press. tt. Dunyâ, Abî Bakr ‘Abdullah bin Muhamad bin ‘Ubaid Ibnu Abî. Al-Samt wa Adâb al-Lisân. (T.tp: Dâr al-Kutub al-‘Arabî, 1997. Al-Dzahabî, Syams al-Dîn Abî ‘Abdullah Muhamad Ahmad al-Dimasyqî. alKâsyif fî Ma‘rifati man lahu Riwâyat fî al-Kutub al-Sitah, Jedah: Mu`asasah ‘Ulûm al-Qur`ân, t.t. --------------, Tadzkirat al-Huffâz. Beirût: Dar al-Kitab al-‘Ilmiyah, t.t. --------------, Siyaru A‘lâm al-Nubalâ. Beirût: Mu`asasah al-Risâlah, 1996. --------------, Mîzân al-I‘tidâl fî Naqtadi al-Rijâl. Beirût: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1995. Fadhlah, Ahmad. ”Kajian Hadis-hadis Sumpah palsu Dalam Kitab Irsyâd al‘Ibâd Karya Syaikh Zain al-Dîn al-Malîbârî.” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Fayyad, Mahmud Ali. Metodologi Penetapan Kesahihan Hadis. Penerjemah A. Zarkasyi Chumaidy Bandung: Pustaka Setia, 1998. Hanbal, Imam Ahmad ibn. Musnad al-Imam Ahmad ibn Hanbal. Beirut: al-Islamî. 1985. Ismail, M. Syuhudi. Cara Praktis Mencari Hadis. Jakarta: Bulan Bintang, 1991. --------, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis: Telaah Kritis dan Tinjauan dengan Pendekatan Ilmu Sejarah. Jakarta: Bulan Bintang, 2005. --------, Metodologi Penelitian Hadis Nabi. Jakarta: Bulan Bintang, 1992. Jampes, Syaikh Ihsan. Irsyâd al-Ikhwân fî Bayân al-Hukm al-Qahwah al-Dukhân. Penerjemah Ali Murtadho dan Mahbub Dje Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2009. Jurjânî, Abî Ahmad ‘Abdullah bin ‘Adî. Al-Kâmil fî al-Du‘afâ` al-Rijâl. Beirût: Dâr al-Fikr, 1988.
127
Kahâlah, Umar Ridâ. Mu‘jam al-Mu`allifîn. Beirût: Mu`asasah al-Risâlah, 1993. Khalkân, Syamsuddîn Ahmad bin Muhamad bin Abî Bakr bin Wafiyât al-A‘yân, Beirût: Dâr Sâdr, t.t. Kharâ`itî, Abû Bakr, Muhamad bin Ja‘far bin Muhamad bin Sahl bin Syâkir, alSâmirî. Masâwi`u al-Akhlâq wa Madzmûmahâ. Jedah: Maktabah alSawâdî Liltauzî‘, 1992. Khathib, Muhammad `Ajaj, Ushul Al-Hadits Pokok-pokok Ilmu Hadits. Penerjemah H.M. Qodirun Nur dan Ahmad Musyafiq. Jakarta: Gaya Media Pratama, 1998. Al-Malîbârî, al-Syaikh Zain al-Dîn Ibn ‘Abd al-‘Azîz bin Zain al-Dîn. Irsyâd al`Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd. Surabaya: Dâr Ihyâ` al-Kitab al-‘Arabiyah. tt. --------------, Irsyâd al‘-Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd. Penerjemah H. Mahrus Ali. Surabaya: Mahkota.tt. --------------, Irsyâd al‘-Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd. Penerjemah H. Salim Bahreisy. Surabaya: Darussagaf-PP ALAWY,t.t. Mausilî. Ahmad bin ‘Alî bin al-Matsnâ al-Tamîmî, Musnad Abî Yâ‘lâ al-Mausîlî Damasqus: Dâr al-Tsaqafah al-‘Arabiyah, 1986. Mizî, Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf. Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ`i al-Rijâl. Beirût: Mu`asasah al-Risâlah, 1989. Muslim, Abî al-Husain bin al-Hajjâj al-Qusyairî al-Naisâbûrî, Sahîh Muslim, Riyad: Dâru al-Salâm, 1998. Nasâ`î, Abî ‘Abd al-Rahmân Ahmad bin Syu‘aib. Al-Du‘afâ wa al-Matrûkîn Beirût: Dâr al-Fikr, 1987. Al-Qur`ân al-Karîm. Rahman, Fathur. Ikhtisar Mushtalahul Hadits. Bandung: PT Alma‘arif , tt. Al-Râzi, Abî Muhamad ‘Abd al-Rahmân bin Abî Hâtim Muhamad Idrîs bin alMundzir al-Tamîmî al-Hanzalî. Al-Jarh wa al-Tadîl. India, Hyderabad alDakan: Majlis Dâirah al-Ma‘ârif al-‘Usmâniyah. 1953. ---------, Al-Jarh wa al-Tadîl. Beirût: Dâr al-Kitab al-‘Ilmiyah,1953. Al-Sâlih, Subhi. Ulûm al-Hadîts wa Mustalahuhu. Penerjemah Tim Pustaka Firdaus. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997.
128
Sam‘ânî, Abî Sa‘ad ‘Abd al-Karîm bin Muhamad bin Mansûr al-Tamîmî alAnsâb. Kairo: Maktabah Ibnu Taimiyah, 1980. Shihab, M. Quraish. Membumikan al-Qur`ân, Bandung: Mizan, 1994. Sijstânî, Sulaimân bin al-Asy‘ats Abî Dâwud, Sunan Abî Dâwud. Beirut: Dâru alFikr, 1994. al-Suyûtî, Jalâl al-Dîn ‘Abd al-Rahman bin Abi Bakr. al-Jâmi‘ al-Sagir fî Ahâdîts al-Basyîr wa al-Nadzîr. Beirut: Dâr al-Fikr tt. -----------, Asmâ` al-Mudallisîn. Beirût: Dâr al-Jîl, 1992. Sya’roni, Usman. Otentisitas Hadis Menurut Ahli Hadis dan Kaum Sufi, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002. Tabrânî, Abî al-Qâsim Sulaimân bin Ahmad. Al-Mu‘jam al-Ausât, Kairo: Dâr alHadîts, 1996. Tirmidzî, Muhamad bin ‘Îsâ bin Sûrah bin Mûsâ bin al-Dahhâk Abû ‘Îsâ Sunan al-Tirmidzî. Beirut: Dar al-Fikr, t.t. Wensinck, A.J. dan Mensing, J.P. Mu‘jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts alNabawi. Leiden: E.J Briil. 1936. Yaqub, Ali Mustafa. Kritik Hadis, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000. Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005. Zaglûl, Abu Hajir Muhamad al-Sa‘îd bin Basyunî. Mausû‘ah Atrâf al-Hadîts alNabawî al-Syarîf. Beirut: Dâr al-Fikr. 1989. Al-Ziraklî, Khairi al-Dîn. Al-A‘lâm Qamûs Tarâjum, Li Asyhûr al-Rijâl wa alNisâ` min al-‘Arabî wa al-Musta‘ribîn al-Mustasyriqîn. Beirût: Dâr al‘Ilmi li al-Malâyîn, 1989. Internet: http://www.alkisah.web.id/search?max-results=100 http://www.aswaja.net/aswaja-blogger/1010
LAMPIRAN