perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN AKTIF METODE LISTENING TEAM DAN METODE GUIDED NOTE-TAKING DENGAN MEMPERHATIKAN ORIENTASI KEPRIBADIAN SISWA DALAM BEKERJASAMA PADA MATERI POKOK ZAT ADITIF KELAS VIII SMPN 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh: MEI DWI UTAMI K3308044
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Oktober 2012
commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Mei Dwi Utami
NIM
: K3308044
Jurusan/Program Studi
: PMIPA/Pendidikan Kimia
menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul
STUDI KOMPARASI
PEMBELAJARAN AKTIF METODE LISTENING TEAM DAN METODE GUIDED NOTE-TAKING DENGAN MEMPERHATIKAN ORIENTASI KEPRIBADIAN SISWA DALAM BEKERJASAMA PADA MATERI POKOK ZAT ADITIF KELAS VIII SMPN 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012
ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri.
Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Oktober 2012
Yang membuat pernyataan
Mei Dwi Utami
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN AKTIF METODE LISTENING TEAM DAN METODE GUIDED NOTE-TAKING DENGAN MEMPERHATIKAN ORIENTASI KEPRIBADIAN SISWA DALAM BEKERJASAMA PADA MATERI POKOK ZAT ADITIF KELAS VIII SMPN 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh : MEI DWI UTAMI K3308044
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Oktober 2012
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta,
Oktober 2012
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr.rer.nat. Sri Mulyani,M.Si.
Prof. Dr. H. Ashadi
NIP. 19650916 199103 2 003
NIP. 19510102 197501 1 001
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan P MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari
:
Tanggal
:
Tim Penguji Skripsi Nama Terang
Ketua
Tanda Tangan
: Drs. JS. Sukardjo,M.Si.
Sekretaris : Drs. Haryono,M.Pd. Anggota I : Dr.rer.nat. Sri Mulyani,M.Si. Anggota II : Prof. Dr. Ashadi
Disahkan Oleh Fakultas
Keguruan
dan
Ilmu
Pendidikan
Universitas Sebelas Maret a.n. Dekan Pembantu Dekan I
Prof. Dr.rer.nat. Sajidan,M.Si NIP. 19660415 199103 1 002
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Mei Dwi Utami. STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN AKTIF METODE LISTENING TEAM DAN METODE GUIDED NOTE-TAKING DENGAN MEMPERHATIKAN ORIENTASI KEPRIBADIAN SISWA DALAM BEKERJASAMA PADA MATERI POKOK ZAT ADITIF KELAS VIII SMPN 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi. Surakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. Oktober 2012. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Pengaruh pembelajaran kimia menggunakan metode Listening Team dan metode Guided Note-taking terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok zat aditif. (2) Pengaruh orientasi kepribadian dalam bekerjasama terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok zat aditif. (3) Interaksi antara pembelajaran kimia menggunakan metode dengan orientasi kepribadian dalam bekerjasama pada materi pokok zat aditif. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan penelitian desain faktorial 3x2. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 4 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012. Sampel diambil sebanyak 2 kelas secara cluster random sampling. Sampel penelitian yaitu kelas VIII D dan VIII I. Teknik pengumpulan data prestasi belajar kognitif digunakan metode tes objektif, sedangkan prestasi belajar afektif dan orientasi kepribadian dalam bekerjasama digunakan metode angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama, dilanjutkan uji lanjut pasca anava metode Scheffe. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : (1) Tidak terdapat pengaruh pembelajaran kimia dengan menggunakan metode Listening Team dan metode Guided Note-taking terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok zat aditif kelas VIII SMPN 4 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012 (prestasi belajar kognitif dan afektif siswa dengan metode Listening Team masing-masing 84,28 dan 88,00 sedangkan dengan metode Guided Note-taking masing-masing 80,11 dan 86,50). (2) Terdapat pengaruh orientasi kepribadian dalam bekerjasama terhadap prestasi belajar ranah kognitif dan afektif siswa pada materi pokok zat aditif (prestasi belajar kognitif siswa dengan orientasi kepribadian kompetitif (85,00) > individualistik (84,17) > kooperatif (80,00), prestasi belajar afektif siswa dengan orientasi kepribadian individualistik (89,10) > kooperatif (88,00) > kompetitif (83,00)). (3) Terdapat interaksi antara pembelajaran kimia menggunakan metode Listening Team dan orientasi kepribadian dalam bekerjasama terhadap prestasi belajar ranah kognitif dan afektif siswa pada materi pokok zat aditif (siswa dengan orientasi kepribadian kooperatif dan kompetitif memiliki prestasi belajar yang lebih baik setelah mengikuti pembelajaran dengan metode Listening Team, sedangkan siswa dengan orientasi kepribadian individualistik memiliki prestasi belajar yang lebih baik setelah mengikuti pembelajaran dengan metode Guided Note-taking. Kata kunci : Pembelajaran Aktif, Listening Team, Guided Note-taking, Orientasi kepribadian, Zat aditif
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Mei Dwi Utami. COMPARATIVE STUDY OF ACTIVE LEARNING BETWEEN LISTENING TEAM METHOD AND GUIDED NOTE-TAKING METHOD BASED ON COOPERATION PERSONALITY TRAITS IN FOOD ADDITIVE FOR VIII GRADE SMPN 4 SURAKARTA 2011/2012. Minor Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University, October 2012. The purposes of this research are to find out: (1) The effect of chemistry learning using Listening Team and Guided Note-taking method toward student learning achievement in food additive. (2) The effect of personality orientation toward student learning achievement in food additive. (3) Interaction between Listening Team and Guided Note-taking method with cooperation personality traits in food additive. This research is an experimental research using factorial 3x2 design. The populations were students in VIII grade SMPN 4 Surakarta 2011/2012. Two classes took as samples using cluster random sampling technique. The sample class are VIII D and VIII I. Cognitive student achievement measured by objective test method, while the affective students achievement and personality orientation measured by questioner method. The analysis technique used ANAVA two ways and Scheffe trial. Based on the result, it can be concluded that: (1) There is no effect of chemistry learning using Listening Team and Guided Note-taking method toward student learning achievement in food additive for VIII grade SMPN 4 Surakarta 2011/2012, cognitive and affective achievement of students taught using Listening Team method (84,28 and 88,00) are not significantly different with Guided Notetaking method (80,11 and 86,50). (2) There is an effect of cooperation personality traits toward cognitive and affective achievements in food additive. For cognitive, competitive students (85,00) > individualistic (84,17) > cooperative (80,00), for affective, individualistic students (89,10) > cooperative (88,00) > competitive (83,00). (3) There is an interaction between Listening Team and Guided Notetaking method with cooperation personality traits toward student learning achievement in food additive for VIII grade SMPN 4 Surakarta 2011/2012. Cooperative and competitive students better taught using Listening Team method while individualistic students better taught using Guided Note-taking method. Keyword: Active Learning, Listening Team, Guided Note-taking, Personality Orientation, Additive
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Dengan berjuta cinta dalam tiap tetes tinta, karya kecil ini kupersembahkan kepada: Kakakku, untuk ketulusannya Adikku, untuk keceriaannya Ayahku, untuk perjuangannya Dan ibuku, untuk cinta yang tanpa batas
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirr
puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada : 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan FKIP UNS yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi ini. 2. Sukarmin, M.Si., Ph.D., selaku Ketua Jurusan P. MIPA UNS yang telah memberikan izin atas penyusunan skripsi ini. 3. Dra. Bakti Mulyani, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia yang telah memberikan ijin atas penyusunan skripsi ini. 4. Drs.
Sugiharto,Apt.,M.S.,
selaku
pembimbing
akademik
yang
telah
membimbing penulis dalam menyelesaikan studi. 5. Dr.rer.nat. Sri Mulyani,M.Si., selaku pembimbing pertama yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat, dan inspirasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Prof. Dr. Ashadi, selaku pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, saran, dan masukan yang berguna bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Hariadi Giarso,S.Pd., selaku Kepala SMPN 4 Surakarta yang telah memberi ijin untuk melaksanakan penelitian. 8. Paryanto,S.Pd.,M.M., dan Pontjowati, S.Pd., selaku Guru IPA SMPN 4 Surakarta atas bimbingan, petunjuk, dan
bantuannya dalam pelaksanakan
penelitian. 9. Ibu, Ayah, Mas Win dan Dhek Riyan, hartaku yang paling berharga di dunia. 10. Association of Boncel and Rantina Boarding House, keluargaku di rantau; Nina, Noby, Susi, Mb Ning, Anggri Bird, Oma, Rani, Aby. Anak-anak kost Merpati; Yeni, Mbak Ia, Tiwi, Mega, Upil, Intan, Siska, Ncis, Ilham. Anak-
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
anak kost samping Pak Bambang Satpol PP; Bobo, Mahdi, Bintang, Tiara, Rico, Husein, Budi, Surya, Mas Aryo, Ayu, Pak Bambang. 11. Teman-teman P.Kimia angkatan 2008 atas kebersamaan menjadi mahasiswa. 12. Siswa Kelas VIII D dan VIII I SMPN 4 Surakarta, atas kerjasama yang telah diberikan saat pengambilan data. 13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaikan penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan keikhlasan yang telah diberikan dengan balasan yang lebih baik. Amin. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan dikarenakan keterbatasan dari penulis. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun, sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan bagi para pembaca.
Surakarta, Oktober 2012 Penulis
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL..............................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN...............................................................
ii
HALAMAN PENGAJUAN...............................................................
iii iv v
ABSTRAK.............................................................................................
vi
ABSTRACT...........................................................................................
vii
MOTTO.................................................................................................
viii
PERSEMBAHAN.................................................................................
ix
KATA PENGANTAR...........................................................................
x
DAFTAR ISI..........................................................................................
xii
DAFTAR TABEL..................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................
xvii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN...........................................................
1
A. Latar Belakang Masalah...........................................
1
B. Identifikasi Masalah
......................................
4
C. Pembatasan Masalah................................................
4
D. Perumusan Masalah.................................................
5
E. Tujuan Penelitian.....................................................
5
F. Manfaat Penelitian...................................................
6
LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS...........................................................
7
A. Tinjauan Pustaka....................................................
7
1. Studi Komparasi................................................
7
2. Metode Pembelajaran........................................
8
3. Pembelajaran Aktif............................................
8
4. Metode Listening Team....................................
10
5. Metode Guided Note-taking.............................
12
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Kepribadian dan Orientasi Kepribadian dalam
BAB III
BAB IV
BAB V
Bekerjasama.......................................................
15
7. Materi Zat Aditif................................................
27
B. Penelitian yang Relevan...........................................
35
C. Kerangka Pemikiran.................................................
36
D. Hipotesis...................................................................
38
METODOLOGI PENELITIAN......................................
39
A. Tempat dan Waktu Penelitian..................................
39
B. Metode Penelitian....................................................
40
C. Variabel Penelitian...................................................
41
D. Populasi dan Sampel................................................
42
E. Teknik Pengumpulan Data.......................................
42
F. Instrumen Penelitian................................................
43
G. Teknik Analisis Data................................................
48
HASIL PENELITIAN....................................................
57
A. Deskripsi Data........................................................
57
B. Pengujian Persyaratan Analisis...............................
60
C. Pengujian Hipotesis................................................
62
D. Pembahasan............................................................
70
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN...............
83
A. Kesimpulan...............................................................
83
B. Implikasi...................................................................
84
C. Saran.........................................................................
85
DAFTAR PUSTAKA............................................................................
87
LAMPIRAN...........................................................................................
89
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
halaman Tabel 2.1
:
Tugas masing-masing Tim pada Metode Listening Team
Tabel 2.2
:
11
Ciri Khas dari Masing-Masing Orientasi Kepribadian dalam Bekerjasama ....................................................
Tabel 2.3
:
Bahan
Pewarna
Alami
yang
Diizinkan
di
.................................... Tabel 2.4
:
Bahan
Pewarna
Sintetik
yang
22
Diizinkan
29
di
.........
31
Tabel 3.1
:
Rincian Pelaksanaan Penelitian...................................
39
Tabel 3.2
:
Rancangan Eksperimental Desain Faktorial 3 X 2......
40
Tabel 3.3
:
Skor Penilaian Afektif.................................................
47
Tabel 3.4
:
Tabulasi Perhitungan ANAVA Dua Jalan dengan Isi Sel Tak Sama...............................................................
52
Tabel 3.5
:
Tabulasi Rataan dan Jumlah Rataan..........................
53
Tabel 3.6
:
Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan...................
53
Tabel 4.1
:
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Ranah Kognitif Siswa Materi Pokok Zat Aditif...................................
Tabel 4.2
:
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Ranah Afektif Siswa Materi Pokok Zat Aditif
Tabel 4.3
:
59
Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Normalitas Nilai Kognitif
Tabel 4.4
:
58
61
Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Normalitas Nilai 61
Tabel 4.5
:
Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Homogenitas Nilai 62
Tabel 4.6
:
Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Homogenitas Nilai 62
Tabel 4.7
:
Rangkuman
Hasil Uji Anava Terhadap
commit to user xiv
Nilai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kognitif Siswa Materi Pokok Zat Aditif Tabel 4.8
:
Rangkuman Hasil Uji Anava Terhadap Nilai Afektif Siswa Materi Pokok Zat
Tabel 4.9
:
63
64
Rangkuman Hasil Uji Lanjut Pasca Anava Prestasi 65
Tabel 4.10 :
Rangkuman Hasil Uji Lanjut Pasca Anava Prestasi 68
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
halaman Gambar 4.1
:
Histogram Nilai Kognitif Materi Pokok Zat Aditif ....................................................................
Gambar 4.2
:
58
Histogram Nilai Afektif Materi Pokok Zat 60
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
halaman Lampiran 1
:
Silabus.....................................................................
Lampiran 2
:
Rencana Program Pembelajaran Guided Note..
89
91
Lampiran 3
:
Rencana Program Pembelajaran Listening Team
100
Lampiran 4
:
Kisi-kisi
102
Lampiran 5
:
Lembar Soal Try Out
107
Lampiran 6
:
Lampiran 7
:
Kisi-kisi Penyusunan Angket Aspek Afektif
124
Lampiran 8
:
Angket Try Out Penilaian
126
Lampiran 9
:
Angket Penilaian Aspek Afektif.....
130
Lampiran 10 :
116
Kisi-kisi Tes Orientasi Kepribadian dalam 140
Lampiran 11 :
Lembar Soal Tes Orientasi Kepribadian dalam Bekerjasama
141
Lampiran 12 : Lampiran 13 :
137 Analisis Validitas, Reliabilitas, Daya Beda, dan Tingkat Kesukaran Soal Try Out Kognitif...............
Lampiran 14 :
146
Analisis Validitas, Reliabilitas, Daya Beda, dan Tingkat Kesukaran Soal Try Out Afektif................
150
Lampiran 15 :
Uji Normalitas Data Nilai Ujian IPA Kelas VIII D
154
Lampiran 16 :
Uji Homogenitas Kelas VIII D dan Kelas VIII I.....
156
Lampiran 17 :
Uji Normalitas Nilai Kognitif..................................
157
Lampiran 18 :
165
Lampiran 19 :
Uji Homogenitas Nilai Kognitif...............................
174
Lampiran 20 :
Uji Homogenitas Nilai
178
Lampiran 21 :
Uji Hipotesis Nilai Kognitif dengan ANAVA 3x2..
182
Lampiran 22 :
Uji Hipotesis Nilai Afektif dengan ANAVA 3x2...
188
Lampiran 23 :
Uji Scheffe Nilai Kognitif.......................................
194
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 24 :
Uji Scheffe Nilai Afektif.........................................
206
Lampiran 25 :
Dokumentasi Penelitian...........................................
218
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut UUSPN (Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional) No. 20 Tahun 2003 Pasal 1, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Jadi, kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik. Proses interaksi ini sangat penting sekali dalam kelangsungan proses belajar mengajar, karena dalam proses belajar mengajar pendidik menyampaikan suatu pesan berupa pengetahuan, keterampilan, sikap dan etika kepada para peserta didik melalui proses interaksi. Menurut Sudjana (2008: 28), belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai suatu proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain pada individu. Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dimaksudkan untuk memunculkan semua kompetensi yang dimiliki oleh siswa seperti aspek kognitif, psikomotor dan afektif. Dengan sistem ini, siswa dituntut untuk aktif dalam proses belajar mengajar. Ilmu kimia mempelajari bangun (struktur) materi dan perubahanperubahan yang dialami materi ini dalam proses-proses ilmiah maupun dalam eksperimen yang direncanakan. Lewat kimia kita mengenal komposisi zat dan penggunaan bahan-bahan tak bersenyawa, baik alamiah maupun buatan dan mengenal proses-proses penting dalam benda hidup, termasuk tubuh kita sendiri. Perspektif kimiawi dapat dikembangkan lewat pengamatan eksperimen kita sendiri.
commit1 to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
Kimia merupakan materi yang sulit bagi sebagian besar siswa karena dapat bersifat abstrak. Penelitian telah menunjukkan bahwa siswa menemukan kesulitan dalam memahami konsep-konsep dalam topik kimia (Carr, 1984: 97). Seperti halnya pada materi zat aditif makanan. Pada konsep ini siswa dituntut untuk menguasai berbagai konsep, di antaranya konsep tentang bahan pewarna, bahan pemanis, bahan pengawet, bahan penyedap, antioksidan, penambah nutrisi, seringkali siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep-konsep tersebut dikarenakan konsep-konsepnya memiliki cakupan yang luas dalam kehidupan. Dengan pemilihan metode pembelajaran yang tepat, diharapkan guru dapat menyampaikan
pembelajaran
dengan
lebih
interaktif,
menarik,
dan
menyenangkan. Kondisi belajar yang menarik dan menyenangkan akan meningkatkan kemampuan siswa dalam pemahaman materi sehingga prestasi belajar akan menjadi lebih baik. Peningkatan pemahaman materi
diharapkan
dapat memperbaiki prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran. SMPN 4 Surakarta adalah salah satu sekolah menengah pertama di Surakarta yang merupakan rintisan sekolah bertaraf internasional. Berdasarkan pengamatan secara umum keadaan sekolah SMPN 4 Surakarta dan wawancara dengan guru IPA kelas VIII di sekolah tersebut, keadaan yang dapat dikemukakan adalah guru dalam menyampaikan materi pelajaran IPA khususnya pada materi zat aditif masih jarang menggunakan metode-metode pembelajaran yang bervariasi untuk menyampaikan materi pelajaran, sehingga kemampuan siswa dalam menyerap materi pelajaran kimia relatif rendah. Berdasarkan data nilai ulangan harian materi zat aditif siswa kelas VIII SMPN 4 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011dimana 40% siswa belum mencapai ketuntasan atau mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75. Oleh karena itu, guru perlu mengatasi permasalahan yang ada, salah satu caranya dengan menerapkan variasi metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi dan dapat memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
Di dalam pembelajaran siswa harus berperan secara aktif. Salah satu cara yang tepat untuk mengajak siswa agar lebih aktif adalah dengan mengembangkan model-model pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran dalam bentuk interaksi antar siswa maupun siswa dengan pengajar dalam proses pembelajaran tersebut. Metode pembelajaran aktif yang dimungkinkan dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut dan sesuai untuk digunakan pada pembelajaran IPA pada materi zat aditif adalah metode Listening Team. Listening Team adalah suatu metode yang dapat membantu peserta didik agar tetap fokus dan siap siaga selama pelajaran yang diberikan. Listening Team menciptakan kelompok-kelompok kecil yang bertanggung jawab untuk menjelaskan materi pelajaran. Metode lain yang dapat digunakan adalah metode Guided Note-taking. Guided Note-taking adalah metode pembelajaran yang menuntut siswa untuk dapat memahami masalah dan memecahkan masalah, sehingga dibutuhkan pemahaman konsep siswa yang tinggi. Siswa diharapkan mampu untuk menyimpulkan, mendefinisikan, merumuskan dan berfikir general. Dari segi psikologi disadari bahwa setiap orang memiliki orientasi kepribadian yang khas (personality traits ). Tidak terkecuali juga dalam hal bekerja sama. Setiap orang akan memberikan respon yang berbeda dalam situasi kerja sama ini. Pendekatan aktif yang telah banyak dilakukan belum menunjukkan adanya penerapan untuk perbedaan orientasi kepribadian ini. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik meneliti tentang studi komparasi pembelajaran aktif metode Listening Team dan metode Guided Note-taking dengan memperhatikan orientasi kepribadian siswa dalam bekerja sama pada materi pokok zat aditif kelas VIII SMPN 4 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Apakah pembelajaran dengan metode Listening Team efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok zat aditif di SMP Negeri 4 Surakarta ? 2. Apakah pembelajaran dengan metode Guided Note-taking efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok zat aditif di SMP Negeri 4 Surakarta ? 3. Apakah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diajar dengan metode pembelajaran Listening Team dan metode pembelajaran Guided Note-taking ? 4. Apakah orientasi kepribadian siswa dalam bekerjasama berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok zat aditif ? 5. Adakah pengaruh perbedaan orientasi kepribadian dalam bekerjasama antara siswa yang diajar dengan metode pembelajaran Listening Team dan metode pembelajaran Guided Note-taking ? 6. Adakah interaksi antara strategi pembelajaran Listening Team dan metode pembelajaran Guided Note-taking dengan orientasi kepribadian dalam bekerjasama terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok zat aditif ?
C.
Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini mempunyai arah dan ruang lingkup yang jelas, maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikut : 1.
Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas VIII semester II SMP Negeri 4 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012.
2.
Materi pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah zat aditif.
3.
Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Listening Team dan metode Guided Note-taking.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
4.
Prestasi belajar yang dianalis dalam penelitian ini adalah prestasi belajar ranah kognitif dan afektif.
5.
Data orientasi kepribadian yang digunakan adalah data berdasarkan hasil angket yang dibedakan menjadi 3 kategori, yakni kooperatif, kompetitif, dan individualistik.
D. Perumusan masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1.
Apakah pembelajaran kimia menggunakan metode Listening Team dan metode Guided Note-taking berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok zat aditif ?
2.
Apakah orientasi kepribadian dalam bekerjasama berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok zat aditif ?
3.
Adakah interaksi antara pembelajaran kimia menggunakan metode Listening Team dan metode Guided Note-taking dengan orientasi kepribadian dalam bekerjasama terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok zat aditif ?
E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1.
Pengaruh pembelajaran kimia menggunakan metode Listening Team dan metode Guided Note-taking terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok zat aditif.
2.
Pengaruh orientasi kepribadian dalam bekerjasama terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok zat aditif.
3.
Interaksi antara pembelajaran kimia menggunakan metode dengan orientasi kepribadian dalam bekerjasama dilihat dari prestasi belajar siswa pada materi pokok zat aditif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
D. Manfaat Penelitian Produk penelitian pendidikan yang akan dihasilkan lewat penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik yang bersifat teoritis maupun praktis. 1. Manfaat Teoritis: a. Memberikan
tambahan
wawasan
pengetahuan
tentang
metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan pencapaian hasil belajar siswa. b. Memberikan
sumbangan
pemikiran
mengenai
pentingnya
memperhatikan orientasi kepribadian dalam bekerjasama siswa dalam proses pembelajaran. c. Sebagai dasar teori bagi pengembangan lebih lanjut dan relevan. 2. Manfaat Praktis Memberikan gambaran kepada tenaga pengajar IPA SMP mengenai metode pembelajaran yang lebih tepat diterapkan untuk mengoptimalkan pencapaian hasil belajar siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Studi Komparasi a. Studi Studi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya kajian atau mempelajari (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990:860). Dalam skripsi ini studi berarti mempelajari. b. Komparasi Komparasi berasal dari bahasa Inggris yaitu Comparation yang berarti perbandingan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990:450). Pengertian membandingkan yang dimaksud yaitu membandingkan paling tidak harus ada dua masalah dan ada faktor pembedanya. Menurut komparasi yaitu ingin membandingkan dua atau tiga kejadian dengan melihat
-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, prosedur kerja, ide-ide, kritik
Arikunto,1998:247). Dari beberapa pengertian diatas, maka studi komparasi adalah suatu kegiatan yang mempelajari perbandingan antara benda-benda, prosedur kerja, ide-ide, kritik terhadap orang, kelompok, terhadap suatu ide atau prosedur kerja dengan menemukan perbedaan-perbedaan maupun persamaan-persamaannya. Dalam skripsi ini, studi komparasi berarti suatu kegiatan yang mempelajari perbandingan antara suatu metode pembelajaran dengan metode pembelajaran yang lain dengan menemukan perbedaannya dilihat dari prestasi belajar siswa.
commit 7 to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
2. Metode Pembelajaran Ada beberapa pendapat mengenai pengertian metode pembelajaran . Menurut Mulyani Sumantri (2001: 114) metode pembelajaran merupakan caracara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benarbenar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar mengajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan. Menurut Mulyati Arifin (1990: 107) metode mengajar menyangkut permasalahan fisik apa yang harus diberikan kepada siswa, menyebabkan kemampuan intelektualnya dapat berkembang, sehingga belajar dapat berjalan secara efisien dan bermakna bagi siswa. Metode pembelajaran menurut Slameto (1995: 65) adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam pembelajaran. Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara-cara yang ditempuh oleh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan membuat kemampuan intelektual siswa berkembang, sehingga belajar dapat berjalan secara efisien dan bermakna bagi siswa. Baik dan tidaknya suatu kualitas metode pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa
faktor.
Faktor faktor
yang
mempengaruhi
kualitas
metode
pembelajaran adalah tujuan yang ingin dicapai, siswa, situasi dan guru. Untuk mencapai kesuksesan dalam pembelajaran, maka guru harus dapat memilih dan mengembangkan metode pembelajaran yang tepat, efisien dan efektif sesuai dengan materi yang diajarkan. Dengan pemilihan metode yang tepat, maka akan mempengaruhi belajar siswa dengan baik sehingga siswa benar-benar memahami materi yang diberikan (Slameto, 1995:66).
3. Pembelajaran Aktif Pembelajaran aktif menurut Hisyam Zaini, Bermawy Munthe & Sekar Ayu Aryani (2007:xvi) adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Silberman (2006:35-41)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
menyatakan lingkungan fisik dalam kelas dapat mendukung atau menghambat kegiatan belajar aktif. Sehingga dari pernyataan tersebut perlengkapan kelas perlu disusun ulang untuk menciptakan formasi tertentu yang sesuai dengan kondisi belajar siswa. Namun begitu tidak ada satu susunan atau tata letak yang mutlak ideal, namun ada banyak pilihan yang tersedia. Sepuluh kemungkinan susunan tata letak meja dan kursi yang disarankan sebagai berikut: bentuk U, gaya tim, meja konferensi, lingkaran, kelompok pada kelompok, ruang kerja, pengelompokan berpencar, formasi tanda pangkat, ruang kelas tradisional, auditorium. Sejalan dengan pendapat tersebut, Syamsu Mappa dan Anisa Basleman (1994:46) menyatakan penggunaan meja, kursi dan papan tulis berroda lebih memungkinkan berlangsungnya proses interaksi belajar dan membelajarkan yang bergairah. Aktifitas siswa belajar di kelas terwujud bila terjadi interaksi antar warga
ada aktifitas yang bersifat resiprokal (timbal balik) dan berdasarkan atas kebutuhan bersama, ada aktifitas daripada pengungkapan perasaan, dan ada hubungan untuk tukar-menukar pengetahuan yang didasarkan take and give, yang semuanya dinyatakan dalam bentuk tingkah laku dan perbuatan. Lebih lanjut, Syamsu Mappa dan Anisa Basleman (1994:46) menyatakan hubungan timbal balik antar warga kelas yang harmonis dapat merangsang terwujudnya masyarakat kelas yang gemar belajar. Dengan demikian, upaya mengaktifkan siswa belajar dapat dilakukan dengan mengupayakan timbulnya interaksi yang harmonis antar warga di dalam kelas. Interaksi ini akan terjadi bila setiap warga kelas melihat dan merasakan bahwa kegiatan belajar tersebut sebagai sarana memenuhi kebutuhannya. Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, berdasarkan teori kebutuhan Maslow, Silberman (2006:30) menyatakan kebutuhan akan rasa aman harus dipenuhi sebelum bisa dipenuhinya kebutuhan untuk mencapai sesuatu, mengambil resiko, dan menggali hal-hal baru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
4. Metode Listening Team a. Pengertian metode Listening Team Metode pembelajaran Listening Team merupakan salah satu metode pembelajaran pengaktifan siswa dalam proses belajar mengajar sehingga siswa mampu memaksimalkan kemampuan yang ada dalam dirinya, serta mampu bersaing berperan aktif, efektif dan cerdas dalam meningkatkan kemampuan yang ada pada dirinya (Mubarok, 2009: v). Pembelajaran dengan metode Listening Team diawali dengan pemaparan materi pembelajaran oleh guru. Selanjutnya guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok. Setiap kelompok mempunyai peran masing-masing. Misal, 40 orang dalam suatu kelas dibagi menjadi 4 kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok penanya, kelompok kedua dan kelompopk ketiga merupakan kelompok penjawab. Kelompok kedua merupakan kumpulan orang yang menjawab berdasarkan perspektif tertentu, sementara kelompok ketiga adalah kumpulan orang yang menjawab dengan perspektif yang berbeda dengan kelompok kedua. Perbedaan ini diharapkan memunculkan diskusi yang aktif yang ditandai oleh adanya proses dialektika berpikir, sehingga mereka dapat menemukan pengetahuan struktural. Kelompok keempat adalah kelompok yang bertugas mereview dan membuat kesimpulan dari hasil diskusi. Pembelajaran diakhiri dengan penyampaian berbagai kata kunci atau konsep yang telah dikembangkan oleh peserta didik dalam diskusi. b. Langkah-langkah metode pembelajaran Listening Team Menurut Silberman (2006: 106), langkah-langkah pada metode Listening Team adalah : 1. Membagi peserta didik menjadi empat tim, dan memberikan tugastugas untuk masing-masing tim, sesuai dengan Tabel 2.1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
Tabel 2.1.Tugas masing-masing Tim pada Metode Listening Team TIM 1
Peran
Tugas
Penanya
Setelah
pelajaran
yang
didasarkan
ceramah selesai, paling tidak menanyakan dua pertanyaan mengenai materi yang disampaikan. 2
Orang yang setuju
Setelah pelajaran yang didasarkan pada ceramah selesai, menyatakan poin-poin mana
yang
mereka
sepakati
(atau
membantu) dan menjelaskan mengapa demikian. 3
Orang yang tidak
Setelah pelajaran yang didasarkan pada
setuju
ceramah selesai, mengomentari tentang poin mana yang tidak mereka setujui (atau tidak membantu) dan menjelaskan mengapa demikian.
4
Pemberi contoh
Setelah pelajaran yang didasarkan pada ceramah selesai, member contoh-contoh khusus atau aplikasi materi.
2. Menyampaikan pelajaran yang didasarkan pada sesi tatap muka. Setelah selesai, memberikan waktu selama beberapa saat untuk mengomentari tugas-tugas mereka 3. Menyuruh tiap-tiap tim untuk bertanya, sepakat, tidak setuju dan menarik kesimpulan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Listening Team Kelebihan dari metode Listening Team adalah sebagai berikut: 1. Tidak memerlukan skill komunikatif yang rumit, dalam banyak hal siswa dapat berbuat dengan pengarahan yang sederhana. 2. Interaksi antara siswa memungkinkan timbulnya keakraban. 3. Metode ini menimbulkan respon yang positif bagi siswa yang lamban, kurang cakap dan kurang motivasinya. 4. Listening Team melatih siswa agar mampu berpikir kritis.
Kekurangan metode Listening Team antara lain sebagai berikut: 1. Efektivitasnya dalam memajukan proses belajar mengajar belum banyak dibuktikan oleh riset. 2. Waktu yang dihabiskan cukup panjang. 3. Dalam pelaksanaannya sering tidak melibatkan elemen-elemen penting.
5. Metode Guided Note-taking a. Pengertian metode Guided Note-taking Metode Guided Note-taking adalah metode pembelajaran yang menuntut siswa untuk dapat memahami masalah dan memecahkan masalah, sehingga dibutuhkan pemahaman konsep siswa yang tinggi. Siswa diharapkan mampu untuk menyimpulkan, mendefinisikan, merumuskan dan berfikir general. Siswa mencatat untuk menangkap informasi yang disampaikan selama pembelajaran dan untuk digunakan selama belajar dalam mempersiapkan ujian. Mencatat selama mengikuti pelajaran membantu pembelajaran dan pemahaman siswa. Aktivitas mencatat membantu siswa memproses informasi, menentukan hubungan dan menelaah topik pelajaran, mengerjakan hal-hal yang tidak bisa dilakukan dengan hanya mendengarkan tanpa mencatat atau melihat rangkuman. Beberapa penelitian pendidikan menunjukkan bahwa mencatat selama proses pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam tes dan berkaitan dengan tujuan pada kelas yang lebih tinggi. Piolat (2005) menyatakan bahwa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
mencatat dapat meningkatkan perhatian siswa di kelas dan prestasi belajar mereka pada tes, bagaimanapun, ini dapat digabungkan dengan usaha siswa untuk memahami materi pembelajaran. Pada penelitian yang berbeda, Kiewra (2002) melaporkan bahwa siswa pada umumnya hanya mencatat antara 1-3 poin penting pada pembelajaran. b. Langkah-langkah metode pembelajaran Guided Note-taking Menurut Silberman (2006: 108) langkah-langkah pada metode Guided Notetaking adalah : 1. Menyiapkan sebuah hand-out yang menyimpulkan poin-poin penting dari sebuah pelajaran yang disampaikan dengan ceramah oleh guru. 2. Sebagai ganti memberikan teks yang lengkap, bagian-bagian dari teks itu dibiarkan kosong. 3. Beberapa cara melakukan hal ini meliputi: Menyediakan sejumlah istilah dan definisi; membiarkan istilah itu atau definisinya kosong. _______: sebuah gambar bersegi lima Octagon: _______ Meninggalkan satu atau lebih dari sejumlah poin itu kosong. Saat ini, para manager sering menghadapi berbagai persoalan seperti hukum _____, ______ tinggi, dan ______kualitas pelayanan. Berbagai solusi managemen tradisional, sering cenderung, seperti _____ _____, untuk membangkitkan ______ persoalan-persoalan baru bagi setiap masalah yang diatasi. 4. Membagikan hand-out kepada peserta didik. Menjelaskan bahwa guru telah membuat blangko-blangko itu untuk membantu siswa mendengarkan secara aktif pelajaran yang disampaikan dengan ceramah.
c. Kelebihan dan kekurangan metode Guided Note-taking Kelebihan metode Guided Note-taking antara lain sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
1. Metode ini cocok untuk kelas besar dan kecil. 2. Metode ini dapat digunakan sebelum, selama berlangsung atau seusai kegiatan pembelajaran. 3. Metode ini cukup berguna untuk materi pengantar. 4. Metode ini sangat cocok untuk materi-materi yang mengandung fakta-fakta, sila-sila, rukun-rukun atau prinsip-prinsip dan definisi-definisi. 5. Metode ini mudah digunakan ketika peserta didik harus mempelajari materi yang bersifat menguji pengetahuan kognitif. 6. Metode ini cocok untuk memulai pembelajaran sehingga peserta didik akan terfokus perhatiannya pada istilah dan konsep yang akan dikembangkan dan yang berhubungan dengan mata pelajaran untuk kemudian dikembangkan menjadi konsep atau bagan pemikiran yang lebih ringkas. 7. Metode ini dapat digunakan beberapa kali untuk merangkum bab-bab yang berbeda. 8. Metode ini cocok untuk menggantikan ringkasan yang bersifat naratif atau tulisan naratif yang panjang. 9. Metode ini dapat dimanfaatkan untuk menilai kecenderungan seseorang terhadap suatu informasi tertentu. 10. Metode ini memungkinkan siswa belajar lebih aktif, karena memberikan kesempatan mengembangkan diri, fokus pada hand-out dan materi ceramah serta diharapkan mampu memecahkan masalah sendiri dengan menemukan (discovery) dan bekerja sendiri.
Kekurangan metode Guided Note-taking antara lain sebagai berikut: 1. Jika Guided note-taking digunakan sebagai metode pembelajaran pada setiap materi pelajaran, maka guru akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa. 2. Terkadang dalam implementasinya, perlu waktu yang lama sehingga guru sulit menyesuaikan dengan waktu yang ditentukan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
3. Terkadang sulit dalam pelaksanaan karena guru harus mempersiapkan handout atau perencanaan terlebih dahulu, dengan memilah bagian atau materi mana yang harus dikosongkan dan pertimbangan kesesuaian materi dengan kesiapan siswa untuk belajar dengan model metode tersebut. 4. Guru-guru yang sudah terlanjur menggunakan metode-metode lama sulit beradaptasi pada metode baru. 5. Menuntut para guru untuk lebih menguasai materi lebih luas lagi dari standar yang telah ditetapkan. 6. Biaya untuk penggandaan hand-out bagi sebagian guru masih dirasakan mahal dan kurang ekonomis. 6. Kepribadian dan Orientasi Kepribadian dalam Bekerja sama a. Pengertian Kepribadian Kepribadian menurut pengertian sehari-hari menunjuk pada bagaimana individu tampil dan menimbulkan kesan bagi individu-individu lainnya. Pengertian ini hanya menunjuk pada ciri-ciri yang dapat diamati saja dan mengabaikan kemungkinan bahwa ciri-ciri ini bisa berubah tergantung pada situasi lingkungannya. Meskipun mudah dipahami dan digunakan, pengertian semacam ini lemah karena bersifat menilai. Para ahli psikologi selalu berusaha menghindari penilaian atas kepribadian karena kepribadian pada dasarnya tidak bisa dinilai baik buruknya. Para ahli psikologi mendefinisikan kepribadian dalam perumusan yang berbeda. Koswara (1991:12) menyimpulkan garis besar definisi kepribadian meliputi batasan-batasan antara lain: 1) Kepribadian merupakan struktur atau organisasi hipotesis. Tingkah laku dilihat sebagai sesuatu yang diorganisasikan dan diintegrasikan oleh kepribadian. Kepribadian merupakan penentu atau pengarah tingkah laku, 2) Kepribadian merupakan sesuatu yang unik dan khas pada diri setiap orang, 3) kepribadian merepresentasikan proses keterlibatan subjek attau individu atas pengaruh-pengaruh internal dan pengalamanpengalaman social dan perubahan lingkungan. Corak dan keunikan kepribadian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
individu itu ditentukan atau dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan dan lingkungan.
Jadi,
kepribadian
adalah
suatu
organisasi
hipotesis
yang
menentukan atau mengarahkan tingkah laku seseorang. Kepribadian bersifat unik dan khas untuk setiap orang dan dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan. b. Lima Besar Kepribadian (The Big Five of Personality) Secara umum kepribadian seseorang dibagi menjadi lima jenis. Kelima jenis ini sering disebut sebagai lima besar sifat manusia. Kelima sifat itu dijelaskan oleh Ames (1984:189), sebagai berikut: 1. Keterbukaan (Extroversion): Sifat ini menunjukkan seseorang yang cenderung mudah bersosialisasi banyak bicara. Ekstrovet memiliki kebutuhan untuk selalu berada bersama dengan orang lain, butuh untuk bersosialisasi. Mereka menggunakan energy mereka untuk bersosialisasi dengan berbicara, berhubungan dan bekerja dengan orang lain. Seseorang yang memiliki skor ekstrovet rendah disebut introvert. Seseorang yang introvert cenderung memilih menyimpan energi baik secara fisik maupun mental. Mereka lebih memilih terlibat pada kegiatan yang solitaire (sendiri) seperti jalan tenang, membaca, meditasi atau menghabiskan waktu dengan hanya beberapa orang tertentu. 2. Keramahan (Agreeableness): Keramahan (Agreeableness) yaitu seseorang yang cenderung bersifat baik, kooperatif dan perhatian. Orang yang ramah memiliki keingintahuan untuk merengkuh dan menolong orang lain, mengasihi dan murah hati. Orang denga tingkat keramahan yang rendah memiliki keinginan rendah untuk berhubungan dengan orang lain. Beberapa diantaranya lebih terfokus pada kebutuhan mereka daripada kebutuhan orang lain. 3. Ketelitian (Thoroughness): Seseorang yang teliti cenderung cerdas, mudah diatur, tepat waktu dan berorientasi pada kemampuan. Orang yang teliti adalah orang yang tanggap dan jujur dan mereka mewujudkan kualitas ini menjadi pekerja yang baik. Orang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
dengan ketelitian rendah berjiwa bebas yang tidak merasa terbebani oleh tanggung jawab dan kepercayaan. 4. Keterbukaan pada pengalaman (Openness to experience): Seseorang yang cenderung untuk kreatif tertarik dan terbuka pada pengalaman baru. Individu yang terbuka memiliki ketertarikan yang besar, imajinatif dan menikmati keindahan yang ada di sekitarnya. Orang ini merasa nyaman akan metode dan topic tradisional dan sudah kokoh. 5. Emosionalisme (Emotionalism): Sifat ini ditunjukkan oleh seseorang yang cenderung keras, gelisah dan mengalami ketegangan. Emosional merujuk pada kestabilan respon perasaan seseorang. Orang yang sangat sensitive disusahkan oleh ketegangan hidup yang terkecil, sedangkan orang yang rendah tingkat emosionalnya mampu tetap tenang meskipun dalam situasi yang sangat menegangkan. Seseorang memiliki sifat-sifat di atas dalam tingkat yang berbeda. Sifat ini akan berpengaruh pada kegiatan sosialnya. Dalam hubungannya dengan kemampuan seseorang untuk bekerja sama dengan orang lain dalam situasi yang melibatkan campuran berbagai jenis motivasi yang diakibatkan oleh dilema sosial, ada tiga faktor yang utama, yaitu kemampuan timbal balik (reciprocity), orientasi pribadi dalam bekerja sama (personal orientation) dan komunikasi (Baron & Byrne, 2000: 496). Berdasarkan penelitian DeDreu dan McCusker pada tahun 1997, orientasi kepribadian seseorang dalam kaitannya dengan dilema sosial yang dihadapi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: kooperatif, individualis dan kompetitif. Kepribadian yang berorientasi kooperatif cenderung memilih memaksimalkan hasil yang dterima secara bersama yang melibatkan orang banyak orang. Kepribadian berorientasi individualis akan memfokuskan terutama untuk memaksimalkan hasilnya sendiri. Kepribadian berorientasi kompetitif memfokuskan diri terutama pada mengalahkan orang lain untuk memperoleh hasil yang lebih baik daripada apa yang dilakukan orang lain (Baron & Byrne, 2000: 497).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
Dalam hal belajar Ames menjelaskan bahwa adanya perbedaan suasana dalam kecenderungan bekerja sama. Suasana kompetitif akan menyebabkan terbentuknya sifat egois atau berorientasi pada perbandingan sosial. Kooperatif memberikan kecenderungan untuk meningkatkan orientasi moral. Individualis meningkatkan kecenderungan hanya mementingkan untuk mencapai prestasi (achievement-mastery) (Ames, 1984: 189).
c. Ciri Khas Setiap Orientasi Kepribadian dalam Bekerja sama Berbagai ciri dari setiap kondisi orientasi kepribadian dapat dijabarkan dari penjelasan Johnson & Johnson (2000) tentang nilai yang muncul dari setiap kondisi tipe ketergantungan sosial sebagai berikut: 1. Kompetitif b. Komitmen untuk mendapatkan yang lebih daripada orang lain. Perhatian ditujukan bahwa seseorang harus lebih cerdas, cepat, kuat, mampu dan sukses daripada orang lain sehingga akan menjadi pemenang dan yang lain kalah c. Sukses tergantung pada bertarung, mengalahkan dan mendapatkan lebih banyak daripada orang lain. Apa yang dinilai adalah kesuksesan di atas
diusahakan dengan baiknya kualitas bahkan mungkin bertolak belakang. d. Mengadakan perlawanan, mengalahkan dan menyabotase kesuksesan orang lain adalah hakekat hidup. Kemenangan tergantung pada penyerangan yang bagus (mengerjakan lebih baik daripada orang lain) dan pertahanan yang bagus (tidak membiarkan orang lain melakukan hal yang lebih baik). Kompetitor yang cerdas akan selalu menemukan cara untuk melawan, mengalahkan dan menyabotase kerja orang lain untuk menang. e. Kesenangan dari kemenangan diasosiasikan dengan kekecewaan yang lain dengan kekalahan. Pemenang merasa hebat dengan kemenangannya dan mereka secara otomatis merasa hebat karena kekalahan orang lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
Ketika seseorang kalah, itu merupakan sumber kesenangan dan kebahagiaan karena itu berarti seseorang mempunyai sebuah kesempatan untuk menang. f. Orang lain adalah sebuah ancaman untuk kesuksesan seseorang, kompetitor tidak dipercaya dan dilihat secara dekat karena usaha mereka untuk menang dan usaha mereka untuk menyabotase pekerjaan seseorang dalam ancaman. Kompetisi mencetak teman sekolah sebagai musuh dan ancaman untuk mensukseskan seseorang. g. Penghargaan pada orang lain tergantung pada kemenangan mereka. Ketika seseorang menang dia mempunyai nilai. Ketika seseorang kalah, dia tidak mempunyai nilai. Harga diri seseorang tidak pernah tetap. Itu semua bergantung pada kemenangan terakhir. Ketika seseorang berhenti menang, dia tidak lagi mempunyai nilai sebagai seorang individu. Kompetisi menempatkan nilai-nilai pada sejumlah batas kualitas yang memfasilitasi kemenangan. Jadi, karena hanya sedikit orang yang bisa menang, kebanyakan orang tidak mempunyai nilai. h. Harga diri tergantung kondisi dan pada kemenangan seseorang. Kompetisi mengajarkan bahwa harga diri tergantung pada kemenangan. Ketika seseorang berhenti menang, dia berhenti memiliki nilai sebagai seseorang. i. Nilai-nilai motivasi ekstrinsik kompetitor berdasarkan pada usaha untuk menang dan bukan usaha untuk belajar. Tujuan utamanya adalah kemenangan, bukan pembelajaran, latihan, atau perkembangan. j. Orang yang berbeda dari orang lain akan ditakuti atau direndahkan. Orang lain dirasa sebagai penghalang yang potensial untuk kesuksesan seseorang. Jika mereka berbeda pada cara memberi mereka sebuah keuntungan, perbedaan itu ditakuti. Jika mereka berbeda pada cara yang memberi seseorang keuntungan di atas mereka, mereka diabaikan. Siswa dengan pencapaian yang bagus sering ditakuti karena mereka dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
menjadi pemenang dan siswa dengan pencapaian yang rendah sering dianggap sebagai yang kalah dan bukan apa-apa pada kompetisi. 2. Individualis a. Komitmen untuk ketertarikan pada diri sendiri. Kesuksesan diri sendiri dipandang penting. Kesuksesan orang lain dipikir tidak relevan. b. Sukses bergantung pada usaha sendiri. Apa yang dihargai mencapai beberapa standar untuk sukses. Pekerjaan individualistik mengajarkan nilai usaha mandiri untuk sukses. c. Kesuksesan atau kegagalan orang adalah tidak penting dan tidak ada konsekuensinya. d. Kesenangan dari sukses adalah pribadi dan terisolasi. e. Orang lain tidak penting untuk kesuksesan seseorang. Karena kesuksesan atau kegagalan mereka tidak mempunyai pengaruh pada diri sendiri, orang lain dihindari dan dilihat sebagai tidak ada hubungannya pada kesuksesan seseorang. f. Nilai orang lain dipandang tidak penting dan tidak berharga untuk usaha seseorang untuk berhasil. Ketika orang lain dievaluasi, ada sebuah fokus non-dimensional
pada
kualitas
yang
mempengaruhi
kebanyakan
kesuksesan sebuah pekerjaan. g. Harga seseorang didasarkan pada sebuah pandangan non-dimensional dari seseorang. Hanya karakteristiknya yang membantu kesuksesan orang dihargai. h. Pengalaman individu berakibat pada menghargai motivasi ekstrinsik berdasarkan pada mencapai kriteria dan mencapai penghargaan daripada berusaha untuk belajar. Mencapai di atas kriteria adalah tujuan, bukan pembelajaran, latihan, atau perkembangan. Penghargaan yang diterima karena kesuksesan adalah yang mendasari motivator belajar. i. Orang yang dirasa berbeda tidak disukai sementara orang yang dirasa sama disukai. Orang lain dianggap tidak penting dan tidak relevan untuk kesuksesan seseorang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
3. Kooperatif a. Komitmen pada kebaikan bersama. Dalam situasi kooperatif, pekerjaan individual memberi kontribusi tidak hanya untuk kebaikan mereka sendiri, tapi juga untuk kebaikan semua kolaborator yang lain. Kesuksesan orang lain memberi kontribusi untuk kebaikan seseorang. b. Sukses bergantung pada usaha bersama dari setiap orang untuk mencapai tujuan bersama. Apa yang dihargai adalah kerja tim dan tanggung jawab bersama. Menjadi sukses bergantung pada semua orang melakukan bagiannya. Kerjasama mengajarkan nilai dari bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama. c. Memfasilitasi, mempromosikan, dan mendorong keberhasilan orang lain adalah cara hidup yang alami. Ada dua cara untuk sukses, yaitu berkontribusi semua, seseorang dapat menyatukan usaha dan mendorong para kooperator yang lain untuk member kontribusi. Seorang kooperator yang pandai akan selalu menemukan cara untuk mempromosikan, memfasilitasi, dan mendorong usaha yang lain. d. Kesenangan dan kesuksesan diasosiasikan dengan kebahagiaan orang lain dalam kesuksesan mereka. Para kooperator merasa hebat tentang kesuksesan orang lain. Ketika seseorang sukses, itu adalah sebuah sumber dari kesenangan dan kebahagiaan, karena itu berarti bantuan dan pendampingan seseorang telah terbayar. e. Orang lain adalah kontributor potensial untuk kesuksesan seseorang. Karena para kooperator yang pandai akan mempromosikan dan memfasilitasi pekerjaan yang lain, kooperator dipercaya karena usaha mereka untuk sukses akan mempromosikan kesuksesan orang itu sendiri. Kerjasama di lingkup teman sekolah sebagai sekutu, rekan, dan teman yang akan memberi kontribusi pada kesuksesan seseorang. f. Penghargaan pada orang lain adalah non-kondisional. Nilai yang penting ditetapkan dengan bekerja untuk kesuksesan semua. Kerjasama
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
menempatkan nilai pada sebuah lingkup dari kualitas yang berbeda yang memfasilitasi kesuksesan bersama. Jadi, setiap orang mempunyai nilai. g. Harga diri seseorang adalah non kondisional. Kerjasama mengajarkan bahwa harga diri dihasilkan dari memberi kontribusi sumber apapun yang dipunyai untuk usaha kesatuan dan kebaikan umum. Seseorang tidak pernah kehilangan nilai. Pengalaman kerjasama berakibat pada individu percaya pada diri mereka sendiri dan nilai mereka. h. Motivasi intrinsik nilai kooperator berdasarkan pada berusaha keras untuk belajar, bertumbuh, berkembang, dan sukses. Pembelajaran adalah tujuannya, bukan kemenangan. Dorongan dari mencoba untuk memberi kontribusi untuk kebaikan umum. i. Orang-orang yang berbeda dari diri sendiri adalah untuk dihargai. Orang lain dianggap sebagai sumber potensial dan kontributor untuk kesuksesan seseorang. Kontribusi yang berbeda dari anggota-anggota akan memberi sumber yang berbeda dan itu dihargai untuk kebaikan bersama. Semua orang nilainya sama meskipun di luar gender, keanggotaan etnik, kebudayaan, kelas sosial, atau kemauan mereka. Untuk lebih jelasnya, beberapa perbedaan ciri dari masing-masing orientasi kepribadian dapat dilihat pada tabel 2.2. Tabel 2.1 Ciri Khas dari Masing-Masing Orientasi Kepribadian dalam Bekerjasama No.
1.
Faktor Pembanding
Komitmen
Orientasi Kepribadian dalam Bekerjasama Kompetitif
Individualis
Kooperatif
Menang atau kalah, hasil terbaik
Ketertarikan pada diri sendiri. Sukses diri-sendiri adalah hal terpenting
Kebaikan bersama, tidak hanya sukses diri sendiri, tetapi kesuksesan orang lain berpengaruh juga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
2.
Pandangan kesuksesan
3.
tentang
Dapat mengalahkan lainnya
Tergantung usaha dirisendiri
Tergantung pada usaha bersama
Pandangan tentang hakekat hidup
Hidup adalah pertarungan mengalahkan
Kesuksesan dan kegagalan orang lain tidak terkait dengan kesuksesan mereka
Memfasilitasi, mempromosikan, dan mendukung kesuksesan orang lain
4.
Kepuasan tentang kemenangan
Bila dapat mengecewakan orang lain
Sangat pribadi dan terisolasi
Diasosiakan dengan kebahagian orang lain
5.
Pandangan orang lain
Sebagai rival
Tidak terkait dengan kesuksesan diri
Penyokong kesuksesan
6.
Penghargaan orang lain
Tergantung pada kemenangan mereka
Tidak ada, sebab orang lain tidak berkait dengannya
Tidak tergantung kondisi dan didukung oleh kemampuan kerjanya
7.
Tujuan
Kemenangan
Penghargaan
Belajar
8.
Harga diri
Tergantung pada kondisi kemenangan. Menang punya harga diri
Hanya sifatsifat yang membantu seseorang mencapai sukses yang dinilai
Tidak tergantung pada kondisi dan diperoleh dari sumbangannya pada usaha dan kebaikan bersama
9.
Pandangan tentang bantuan dari orang lain
Tidak diperlukan. Orang lain dianggap saingan/rival
Optimalisasi mandiri dalam mencapai kesuksesan. Orang lain tidak perlu
Diharapkan setiap orang ikut memberikan sumbangan, kerjasama untuk mencapai apa yang diinginkan
10.
Pandangan tentang bantuan kepada orang lain
Dihindari karena dapat menambah saingan
Tidak merasa perlu, lebih menekankan pada usaha
Sangat berarti karena dapat memperbesar
tentang
pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
11.
Pandangan perbedaan
tentang
12.
Prinsip di dalam proses (belajar)
sendiri
rasa sukses
Ditakuti bila berpeluang menang
Orang yang beda tidak disukai, yang sama disukai
Orang yang berbeda dihargai karena hal itu berarti banyak memberikan kesuksesan
Selalu ada persaingan
Pencapaian diri secara maksimal
Antar siswa saling mendukung
(Suharno, 2009:43). 7. Prestasi Belajar Dalam proses belajar mengajar, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai dari suatu usaha dalam mengikuti pendidikan atau latihan tertentu yang hasilnya dapat ditentukan dengan memberikan tes pada akhir pendidikan. Kedudukan siswa dalam kelas dapat diketahui melalui prestasi belajar yaitu siswa tersebut termasuk pandai, sedang atau kurang. Dengan demikian prestasi belajar mempunyai fungsi yang penting disamping sebagai indikator keberhasilan belajar dalam mata pelajaran tertentu, juga dapat berguna sebagai evaluasi dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat parenial dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang rentang kehidupannya manusia sering mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Untuk itu, kehadiran prestasi belajar dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu dapat memberikan kepuasan tertentu pula pada manusia, khususnya manusia yang berada dibangku sekolah. Prestasi belajar semakin terasa penting untuk dipermasalahkan, karena mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain: 1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik. 2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feed back) dalam meningkatkan mutu pendidikan. 4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. 5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik. Apabila dilihat dari beberapa fungsi prestasi belajar diatas, maka betapa pentingnya kita mengetahui prestasi belajar anak didik, baik secara perseorangan maupun secara kelompok., karena fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas institusi pendidikan. Selain itu, prestasi belajar juga berguna sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses belajar-mengajar sehingga dapat menentukan apakah perliu mengadakan diagnosis, bimbingan, atau penempatan anak didik. (Zainal Arifin, 1991 : 3-4). Secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, yaitu faktor intern dan faktor ekstern (Dimyati dan Mudijono dalam Wahyudi 2009 : 17-18). 1. Faktor intern Faktor intern adalah segala faktor yang bersumber dari dalam diri individu, yang termasuk faktor intern adalah faktor fisiologis dan faktor psikologis. a. Faktor fisiologis Faktor fisiologis adalah yang disebabkan oleh keadaan jasmani atau fisik individu termasuk dalam faktor ini adalah: 1) Kondisi panca indera seperti penglihatan dan pendengaran 2) Kondisi fisiologis, yaitu kesegaran jasmani, keletihan, kekurangan gizi, kurang tidur atau kesakitan yang diderita. b. Faktor psikologis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
Faktor psikologis adalah pengaruh yang timbul oleh keadaan jiwa seseorang dalam pembelajaran biasanya berkaitasn erat dengan motif-motif siswa melakukan aktivitas belajar. 2. Faktor ekstern Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar individu yang meliputi faktor lingkungan dan faktor instrumental. a. Faktor lingkungan Faktor lingkungan berperan penting dalam membentuk individu baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada faktor lingkungan tersebut ditemukan adanya kedudukan dan peranan tertentu. Apabila kedudukan dan peranan diakui oleh sesama siswa, maka seorang siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan segera dapat belajar. Sebaliknya jika seorang siswa ditolak, maka seorang siswa tersebut akan merasa tertekan. b. Faktor instrumental Faktor instrumental sangat berpengaruh dalam proses belajar mengjar. Proses belajar mengajar akan menjadi lebih baik apabila didukung oleh instrumen atau alat yang berupa program pembelajaran, meliputi: 1). Kurikulum, kurikulum sekolah berisi tujuan pendidikan, isi pendidikan, kegiatan belajar mengajar dan evaluasi. 2). Program pembelajaran, dibuat dan disiapkan sedini mungkin oleh guru dalam rangka untuk kegiatan belajar mengajar, sehingga setelah kegiatan belajar mengajar berakhir diharapkan mendapat hasil yang memuaskan. 3). Sarana dan prasarana, merupakan pendukung dalam proses kegiatan belajar mengajar. Karena dengan adanya sarana prasarana di sekolah diharapkan kegiatan belajar mengajar semakin mudah dan diharapkan mendapatkan hasil yang sesuai dengan keinginan. 4). Tenaga pengajar, merupakan pendukung dalam proses belajar mengajar. Guru adalah pengajar yang mendidik. Guru memusatkan perhatian kepada kepribadian siswa, khususnya berkenaan dengan kebangkitan belajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
Sebagai guru yang mengajar, guru bertugas mengelola kegiatan belajar siswa di sekolah. Dalam skripsi ini, prestasi belajar yang digunakan adalah hasil tes siswa secara tertulis. 8. Materi Zat Aditif Materi zat aditif diambil dari Arinto Nugroho (2010: 235-253) sebagaimana dijelaskan sebagai berikut: Seiring dengan penambahan jumlah penduduk, jumlah industri makanan olahan makin bertambah. Industri makanan olahan bertujuan untuk menambah ragam masakan dan memenuhi keperluan khusus. Contoh industri yang bertujuan menambah ragam masakan adalah pengolahan susu menjadi keju, susu bubuk, susu kental manis, yogurt dan mentega. Adapun contoh pengolahan makanan yang bertujuan untuk memenuhi keperluan khusus adalah pengolahan makanan yang memiliki warna lebih menarik, lebih awet, dan lebih manis. Untuk mendapatkan makanan yang dapat memenuhi keperluan khusus, pengolahan makanan perlu ditambahkan zat yang dapat memenuhi keperluan yang diinginkan. Zat yang ditambahkan itu disebut aditif makanan. Penggunaan bahan aditif pada zaman sekarang memiliki fungsi yang sangat luas. Misalnya aditif makanan berfungsi sebagai pewarna, pemanis, pengawet, penyedap rasa dan antioksidan. 1.
Bahan pewarna
Pewarna yang ditambahkan ke dalam makanan bertujuan untuk meningkatkan daya tarik konsumen. Pemilihan warna makanan tentu sudah dipertimbangkan oleh produsen. Hal itu disebabkan warna makanan merupakan suatu yang paling awal tampak sebelum cita rasa, nilai gizi dan tekstur makanan. Dengan demikian, warna makanan sangat menentukan selera konsumen dalam menentukan pilihannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
Warna makanan pada umumnya disesuaikan dengan warna alami dari bahan makanan. Misalnya, warna oranye pada makanan dihubungkan dengan warna jeruk dan warna ungu dihubungkan dengan warna anggur. Dengan cara seperti itu diharapkan konsumen menangkap kesan tertentu terhadap rasa dari bahan makanan. Berdasarkan asalnya, pewarna makanan dibedakan menjadi tiga, yaitu pewarna alami, pewarna yang identik dengan pewarna alami dan pewarna sintetik. a. Pewarna alami Pewarna alami adalah pewarna yang diperoleh dari bahan-bahan alami. Contoh pewarna alami adalah daun suji untuk membuat warna hijau, kunyit untuk warna kuning, daun jati dan cabai untuk warna merah, gula merah untuk warna cokelat, serta warna alami dari buah-buahan. Penggunaan zat warna alami lebih aman jika dibandingkan dengan zat warna sintetik. Namun, penggunaan zat warna alami memiliki beberapa keterbatasan antara lain: Zat warna alami sering memberikan rasa yang tidak diinginkan, misalnya kunyit; Konsentrasi pigmen rendah sehingga memerlukan bahan baku yang banyak; Pigmen kurang stabil, pada umumnya hanya stabil pada pH tertentu; Keseragaman warna kurang baik. Beberapa contoh pewarna alami yang sering digunakan adalah sebagai berikut. 1.
Antosianin
Antosianin memberikan warna oranye, merah dan biru. Secara alami, warna itu terdapat pada buah anggur, stroberi, apel dan bunga. Antosianin mudah larut dalam air dan stabil dalam suasana asam. Pemakaian antosianin terbatas pada bahan yang bersifat asam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
2.
Karotenoid
Karotenoid memberikan warna kuning, merah dan oranye. Secara alami, warna itu terdapat pada wortel, tomat, minyak sawit, jagung dan ikan salmon. Karotenoid banyak jenisnya antara lain beta-karoten (warna oranye kekuningan) dan santoxantin (warna merah). Karotenoid mudah bereaksi dengan oksigen, tidak larut dalam air, dan larut dalam minyak. Contoh bahan makanan yang sering menggunakan pewarna karotenoid adalah margarin, keju, sup, puding, es krim dan mi. selain beta-karoten, batas ambang karotenoid antara 1-10 ppm (part per million; bagian per juta). Adapun penggunaan beta-karoten adalah tidak terbatas. 3.
Klorofil
Klorofil memberikan warna hijau yang peka terhadap asam dan cahaya. Secara alami, klorofil diperoleh dari daun yang berwarna hijau, misalnya daun suji dan daun pandan. Klorofil sudah digunakan manusia sejak zaman dahulu. 4.
Kurkumin
Kurkumin merupakan pewarna alami dari kunyit (Zingiberaceae). Pewarna ini digunakan untuk makanan atau minuman yang tidak beralkohol, misalnya nasi kuning, tahu dan sari buah. Beberapa pewarna alami yang diizinkan penggunaannya di Indonesia disajikan dalam tabel 2.3 Tabel 2.3. Bahan Pewarna Alami yang Diizinkan di Indonesia Warna Merah Merah Kuning Kuning Kuning Kuning Hijau Biru Cokelat Hitam Hitam Putih
Nama Alkanet Chochineal red Annatto Karoten Kurkumin Saffron Klorofil Ultramarine Caramel Carbon black Besi oksida Titanium oksida
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
b. Pewarna identik alami Pewarna identik alami adalah pigmen yang dibuat secara sintetik, tetapi struktur kimianya sama dengan pewarna alami, misalnya beta-karoten dan santoxantin. Selain beta-karoten, penggunaan pewarna identik harus dibatasi. c. Pewarna sintetik Penggunaan pewarna sintetik untuk makanan harus melalui pengujian yang ketat. Hal itu dilakukan untuk menjamin keselamatan konsumen. Pewarna yang telah melalui pengujian dan telah diizinkan penggunaannya disebut permitted colouring atau certified colouring. Penggunaan
pewarna
sintetik
sudah
sangat
luas
di masyarakat.
Diperkirakan hamper 90% pewarna yang beredar di pasaran merupakan pewarna sintetik. Hal itu disebabkan pewarna sintetik memiliki keunggulan dibandingkan dengan pewarna alami. Beberapa keunggulan itu antara lain warnanya seragam, tajam, dan diperlukan dalam jumlah sedikit. Contoh bahan pewarna sintetik adalah sebagai berikut. Biru brilian (biru), misalnya ditambahkan ke dalam es krim, kapri kalengan, selai dan jeli. Cokelat HT (cokelat), misalnya ditambahkan ke dalam minuman ringan dan makanan cair. Eritrosin (merah), misalnya ditambahkan ke dalam es krim, buah pir kalengan, selai, jeli, saus dan udang kalengan. Hijau CFC (hijau), misalnya ditambahkan ke dalam es krim, buah pir kalengan dan acar mentimun dalam botol. Kuning CFC (kuning), misalnya ditambahkan ke dalam es krim, yogurt, selai dan jeli. Seiring dengan makin meluasnya penggunaan pewarna sintetik, sering terjadi penyalahgunaan penggunaan bahan pewarna. Misalnya, digunakannya pewarna tekstil untuk makanan sehingga membahayakan konsumen. Pewarna tekstil biasanya mengandung logam berat (As, Pb, dan Hg) yang bersifat racun.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
Beberapa bahan pewarna sintetik yang telah diizinkan di Indonesia disajikan dalam tabel 2.4. Tabel 2.4. Bahan Pewarna Sintetik yang Diizinkan di Indonesia Warna Merah Merah Oranye Kuning Kuning Hijau Biru Biru Ungu 2.
Nama Carmonisine Amaranth Sunset yellow FCF Tartrazine Quineline yellow Fast green FCF Brilliant blue FCF Indigicarmine Violet GB
Bahan pemanis
Bahan pemanis ditambahkan ke dalam makanan supaya rasanya manis. Bahan pemanis alami yang biasa digunakan adalah gula pasir (sukrosa). Namun, sekarang telah banyak digunakan bahan pemanis buatan. Bahan pemanis buatan terutama digunakan oleh penderita kencing manis (diabetes mellitus). Hal itu disebabkan bahan pemanis buatan memberikan rasa manis seperti gula, tetapi rendah kalori. Contoh pemanis buatan adalah aspartame, siklamat dan sakarin. a. Aspartam Pada tahun 1965 aspartam tanpa sengaja ditemukan oleh James M. Schlatter. Aspartame memiliki tingkat kemanisan 200 kali kemanisan gula pasir (1 gram aspartame dapat menggantikan 200 gram gula). Selain itu, nilai kalori aspartame hanya sepersepuluh kandungan kalori gula. Oleh karena itu, aspartame banyak digunakan untuk pemanis pada minuman ringan (soft drink), khususnya untuk program diet. Aspartame aman bagi penerita kencing manis. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemakaian aspartame berdampak negatif bagi pemakainya. Pada tahun 1974 Dr. John Olney dari Universitas Washington menyatakan bahwa aspartame dapat menyebabkan lesu otak. Komite Pediatrik akademi Amerika tentang Zat-Zat Lingkungan dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
Genetika Berbahaya (The American Academy of Pediatrics Committee on Genetic and Environmental Hazard) juga mempublikasikan adanya dampak buruk akibat pemakaian aspartame. Walaupun demikian, badan FDA (Food and Drugs Administration) di Amerika Serikat tetap mengizinkan penggunaan aspartame sebagai pemanis minuman. Menurut FDA, penelitian yang menyatakan dampak buruk akibat pemakaian aspartame tidak didukung dengan bukti-bukti yang cukup. Penggunaan aspartame di Indonesia secara resmi mulai berlaku pada tahun 1988
yang
diatur
dalam
peraturan
menteri
kesehatan
RI
No.
722/Menkes/Per/XI/88. Namun, dalam peraturan tersebut belum dijelaskan dosis dan produk apa yang boleh menggunakan aspartame. Berdasarkan keterangan di atas, kita harus berhati-hati jika menggunakan aspartame. b. Siklamat Natrium atau kalium siklamat banyak digunakan sebagai pemanis. Namun, pemakaian siklamat sebagai aditif makanan dilarang sejak tahun 1969. Larangan itu disebabkan adanya dugaan bahwa siklamat bersifat karsinogenik (penyebab kanker). c. Sakarin Sakarin yang dikenal sebagai pemanis buatan adalah garam natrium atau kalium sakarin. Penambahan sakarin pada makanan bergantung pada kemanisan yang dikehendaki. Hal itu disebabkan penambahan sakarin yang berlebihan menyebabkan timbulnya rasa pahit. Untuk menghindari rasa pahit, biasanya sakarin digunakan bersama-sama dengan siklamat. Sakarin memiliki kemanisan 400 kali lebih besar daripada larutan gula 10%. 3.
Bahan pengawet
Bahan pengawet ditambahkan ke dalam makanan supaya tidak cepat rusak. Adanya bahan pengawet menyebabkan makanan tahan lama. Contoh bahan pengawet adalah gula dan garam. Kedua bahan pengawet itu sudah digunakan orang sejak dahulu. Gula banyak digunakan untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
mengawetkan makanan olahan dari buah-buahan, misalnya dodol, selai, sirop, sari buah, dan manisan. Adapun garam banyak digunakan untuk mengawetkan ikan, telur dan daging, misalnya telur asin dan ikan asin. Gula dan garam merupakan bahan pengawet alami. Adapun contoh bahan pengawet buatan adalah asam cuka (asetat), asam sorbet, dan asam benzoate. Asam asetat digunakan untuk membuat acar buah dan sayuran. Asam sorbet atau natrium sorbet digunakan sebagai pengawet pada keju. Asam benzoate, natrium benzoate atau kalium benzoate banyak digunakan untuk membuat minuman ringan, kecap dan saus. Akhir-akhir ini banyak terjadi penyalahgunaan bahan pengawet, misalnya boraks dan formalin. Boraks dapat berfungsi sebagai pengawet dan pengenyal. Boraks banyak digunakan untuk mengolah bakso dan mi basah. Boraks dapat menyebabkan keracunan. Gejala-gejala keracunan boraks antara lain muntahmuntah dan diare. Jika cukup banyak, boraks dapat menyebabkan kematian. Adapun formalin adalah larutan formaldehida dalam air dengan kadar 40%. Formalin biasa digunakan untuk mengawetkan specimen biologi atau pengawetan mayat. Formalin tidak boleh digunakan untuk pengawetan bahan makanan. Formalin yang dicampur dengan bahan makanan sangat berbahaya bagi kesehatan. Jika dimakan, formalin akan bereaksi cepat dengan lapisan lender di saluran pernapasan dan saluran pencernaan. Pada dosis rendah, formalin dapat menyebabkan sakit perut parah disertai muntah-muntah, menimbulkan depresi susunan saraf, dan kegagalan peredaran darah. Dalam dosis tinggi, formalin dapat menyebabkan kejang-kejang, kencing darah, tidak bisa kencing, dan muntah darah hingga kematian. 4.
Bahan penyedap dan pemberi aroma
Bahan penyedap adalah zat yang dapat meningkatkan cita rasa makanan atau minuman. Bahan penyedap dapat menambah rasa nikmat dan menekan rasa yang tidak diinginkan dalam makanan. Bahan penyedap yang alami antara lain
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
bawang putih dan bumbu dapur lainnya. Bahan penyedap sintetik yang terkenal adalah vetsin atau MSG (monosodium glutamate) yang dikenal secara luas di rumah tangga. Namun penggunaan MSG menurut Dr. Ho Man Kwok disebut dapat merugikan. Ia mengungkapkan kasus Chinese Restaurant Syndrome (CRS). Dalam kasus tersebut dinyatakan bahwa orang yang mengonsumsi makanan di restoran Cina mengalami gejala-gejala merasa kesemutan pada punggung, leher, dan rahang bawah. Leher bagian bawah terasa panas, wajah berkeringat, sesak dada bagian bawah, dan kepala pusing. Berdasarkan penyelidikan saat itu, gejala-gejala itu disebabkan oleh penggunaan monosodium glutamate (MSG) yang terdapat dalam sup. Setelah muncul kasus CRS, banyak dilakukan penyelidikan mengenai MSG sebagai bahan penyedap. John Olney (1969) menemukan bahwa dalam dosis tinggi (0,5 g/kg berat badan/hari) MSG menyebabkan kerusakan sel saraf otak pada tikus putih. Jika disuntikkan pada anak tikus, MSG menyebabkan kerusakan sel saraf otak, anak tikus tumbuh pendek-pendek dan gemuk, serta mengalami kerusakan retina mata. Oleh karena itu, pada mulanya penggunaan MSG dibatasi tidak boleh lebih dari 120 mg/kg berat badan/hari. Akan tetapi, dosis penggunaan MSG dalam kehidupan sehari-hari tidak tinggi. Oleh karena itu, pada tahun 1987 WHO menghapus batasan penggunaan MSG. Dengan kata lain, WHO menyatakan bahwa MSG aman dikonsumsi. Bahan pemberi aroma memberikan aroma tertentu pada makanan atau minuman sehingga dapat membangkitkan selera konsumen. Pemberian zat pemberi aroma memiliki daya tarik yang dapat dinikmati. Contoh bahan pemberi aroma adalah iso amil asetat, amil kaproat, etil butirat, etil vanillin, dan metal antranilat yang masing-masing memberikan aroma pisang, apel, nanas, vanili dan anggur. 5.
Bahan antioksidan
Ketengikan merupakan contoh peristiwa oksidasi (bereaksi dengan oksigen). Bahan yang dapat mencegah oksidasi disebut antioksidan. Aditif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
makanan yang tergolong antioksidan digunakan untuk melindungi zat makanan yang mengandung minyak atau lemak. Oksidasi minyak atau lemak menyebabkan ketengikan (rancidity), perubahan warna, kerusakan vitamin dan penurunan nilai gizi. Antioksidan yang dipakai sebagai aditif makanan harus tidak berbahaya, tidak menyebabkan perubahan cita rasa (flavor), bau (odor), warna yang tidak diinginkan, tahan terhadap pengolahan, mudah diperoleh dan ekonomis. Contoh antioksidan alami adalah riboflavin, tokoferol (vitamin E), asam askorbat (vitamin C), beta-karoten, dan fosdatida. Adapun contoh antioksidan sintetik
adalah
BHA
(butylated
hydroxyanisole),
BHT
(butylated
hydroxytoluene), PG (propylgallat) dan NDGA (nordihydroguaiaretic acid). Berdasarkan hasil penyelidikan, penggunaan BHA dan BHT sebagai antioksidan bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker). Oleh karena itu, beberapa negara melarang penggunaan BHA dan BHT sebagai antioksidan. B. Hasil Penelitian Yang Relevan Austin (2009) melakukan penelitian menggunakan teknik pembelajaran aktif yaitu Guided Note-taking. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik pembelajaran aktif tersebut dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan kemampuan dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru. Penelitian yang dilakukan oleh Mubarok (2009) dalam skripsi yang Pengaruh Strategi Pembelajaran Listening Team Terhadap Minat Belajar Siswa Pada Materi PAI di SD Darul Ulum Bungurasih Sidoarjo. menyimpulkan bahwa prestasi belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran aktif metode Listening Team lebih efektif dari pada pembelajaran konvensional. Penelitian yang dilakukan oleh Titania (2011) dalam skripsi yang berjudul Pembelajaran
Kimia
Menggunakan
Strategi
Team
Teaching
dengan
Memperhatikan Orientasi Kepribadian dalam Bekerja sama pada Materi Pokok Asam, Basa, dan Garam Kelas VII SMP Negeri 2 Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011
orientasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
kepribadian kooperatif lebih tinggi dari pada orientasi kepribadian kompetitif dan individualistik. C. Kerangka Berpikir Prestasi belajar siswa merupakan tingkat keberhasilan siswa dalam usaha memperoleh perubahan pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang dapat dinyatakan dalam ukuran tertentu. Prestasi belajar yang dicapai siswa merupakan salah satu indikator keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. 1.
Pengaruh Pembelajaran dengan Metode Listening Team dan Metode Guided Note-taking Terhadap Prestasi Belajar Siswa Metode pembelajaran Listening Team dapat dijadikan alternatif dalam
pelaksanaan proses pembelajaran materi pelajaran kimia di SMP, khususnya pada materi zat aditif. Materi zat aditif merupakan materi yang bersifat kongkrit dan dapat dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
Materi zat aditif
membutuhkan pemaparan dari guru dan juga diskusi untuk memperkuat pemahaman siswa terhadap materi. Metode pembelajaran Listening Team sangat sesuai dengan materi zat aditif karena metode ini mencakup adanya pemaparan materi oleh guru dan diskusi oleh para siswa. Metode pembelajaran aktif lain yang dapat digunakan adalah metode pembelajaran Guided Note-taking. Dalam metode Guided Note-taking, siswa diharapkan mampu untuk menyimpulkan, mendefinisikan, merumuskan dan berfikir general. Untuk bisa memahami konsep-konsep dalam materi zat aditif, siswa perlu melakukan diskusi mengenai materi yang sudah dipahami oleh beberapa siswa agar dapat dipahami oleh siswa-siswa lain yang merasa kesulitan. Kekurangan dari metode ini adalah siswa bekerja secara individu sehingga persebaran pemahaman tidak merata antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Dengan uraian di atas, maka dimungkinkan pencapaian prestasi belajar siswa pada kelas yang diajar dengan metode Listening Team akan lebih optimal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
dibandingkan dengan siswa pada kelas yang diajar dengan metode Guided Notetaking. 2.
Pengaruh Orientasi Kepribadian dalam Bekerjasama Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Materi zat aditif berisi konsep-konsep yang membutuhkan pemaparan karena konsep-konsepnya memiliki cakupan yang luas dalam kehidupan seharihari. Untuk lebih mudah memahami konsep-konsep materi zat aditif, salah satu cara yang dapat dilakukan siswa adalah dengan kegiatan diskusi. Siswa yang memiliki orientasi kepribadian kooperatif akan sangat senang terlibat dalam diskusi sedangkan siswa yang kompetitif dan individualistik lebih senang menimbun pengetahuan untuk dirinya sendiri. Akibatnya, pengalaman belajar dan pengetahuan dari siswa kompetitif dan individualistik akan lebih sedikit dari siswa kooperatif. Dengan demikian, diduga siswa dengan orientasi kepribadian kooperatif akan memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan siswa dengan orientasi kepribadian kompetitif maupun individualistik pada materi zat aditif. 3.
Interaksi Antara Pembelajaran Kimia dengan Metode Listening
Team dan Metode Guided Note-taking dengan Orientasi Kepribadian dalam Bekerjasama Terhadap Prestasi Belajar Siswa Metode pembelajaran Listening Team kemungkinan paling sesuai untuk siswa yang memiliki orientasi kepribadian kooperatif. Siswa yang memiliki orientasi kepribadian kooperatif akan dengan mudah bekerja dalam satu kelompok dan berbagi pengetahuan dengan teman-teman yang lain. Sehingga siswa dengan orientasi kepribadian kooperatif dapat mencapai prestasi belajar yang optimal. Dalam metode pembelajaran Guided Note-taking, siswa dapat bekerja secara individu. Diduga siswa yang memiliki orientasi kepribadian individualis dan kompetitif akan memiliki prestasi belajar yang lebih optimal jika dibandingkan dengan siswa yang memiliki orientasi kepribadian kooperatif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
Dengan demikian, diduga ada interaksi antara pembelajaran kimia dengan metode Listening Team dan metode Guided Note-taking dengan orientasi kepribadian dalam bekerjasama terhadap prestasi belajar siswa.
D. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan identifikasi masalah, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1.
Terdapat pengaruh penerapan pembelajaran kimia dengan strategi Listening Team dan metode Guided Note-taking terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok zat aditif.
2.
Terdapat pengaruh orientasi kepribadian dalam bekerjasama terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok zat aditif.
3.
Terdapat interaksi antara pembelajaran kimia menggunakan metode Listening Team dan metode Guided Note-taking dengan orientasi kepribadian siswa dalam bekerjasama terhadap prestasi belajar pada materi zat aditif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Surakarta pada siswa kelas VIII semester genap tahun ajaran 2011/2012.
2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Mei 2012, dengan rincian sebagai berikut: Tabel 3.1 Rincian Pelaksanaan Penelitian Tahun Ajaran 2011/2012 Jenis Kegiatan
Bulan Februari
Maret
1. Persiapan penelitian a. Pengajuan judul b. Penyusunan proposal c. Ijin penelitian 2. Pelaksanaan penelitian a. Pengumpulan data b. Analisa data c. Penarikan kesimpulan 3. Penyusunan laporan
commit to user 39
April
Mei
Juni
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
B. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metode eksperimen dengan rancangan penelitian desain faktorial 3 X 2 dengan sel tak sama. Adapun bagan desain penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.2. Tabel 3.2 Rancangan Eksperimental Desain Faktorial 3 X 2 Faktor B
Faktor A (Eksperimen)
(Orientasi Kepribadian
Listening Team
Guided Note-taking
dalam Bekerjasama)
(A1)
(A2)
B1 (Kooperatif)
A1B1
A2B1
B2 (Kompetitif)
A1B2
A2B2
B3 (Individualis)
A1B3
A2B3
Keterangan Desain: 1.
A adalah dua macam metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian, yakni Listening Team dan Guided Note-taking. Sedangkan B adalah
tiga macam
penggolongan orientasi
kepribadian dalam
bekerjasama, yakni kooperatif, kompetitif, dan individualistik. 2.
Kelompok
A 1B1
adalah
kelompok
siswa
yang
mendapatkan
pembelajaran dengan metode Listening Team yang memiliki orientasi kepribadian kooperatif. Kelompok A1B2 adalah kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan metode Listening Team yang memiliki orientasi kepribadian koompetitif. Kelompok A 1B3 adalah kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan metode Listening Team yang memiliki orientasi kepribadian individualistik. Kelompok
A 2B1
adalah
kelompok
siswa
yang
mendapatkan
pembelajaran dengan metode Guided Note-taking yang memiliki orientasi kepribadian kooperatif. Kelompok A 2B2 adalah kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan metode Guided Notetaking yang memiliki orientasi kepribadian kompetitif. Kelompok A 2B3 adalah kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
metode Guided Note-taking yang memiliki orientasi kepribadian individualistik. 3.
Setelah kegiatan pembelajaran berjalan dalam jangka waktu yang telah ditentukan sebelumnya, masing-masing kelompok diukur dengan menggunakan instrument test yang sama (posttest). Selanjutnya, dilakukan perhitungan terhadap rata-rata (mean) hasil posttest untuk masing-masing kelompok.
4.
Menghitung mean untuk masing-masing kelompok yang dikenai perlakuan yang sama, yaitu mean untuk kelompok yang mendapatkan pembelajaran dengan metode Listening Team, mean untuk kelompok yang mendapatkan pembelajaran dengan metode Guided Note-taking, mean untuk kelompok yang memiliki orientasi kepribadiaan kooperatif, mean untuk kelompok yang memiliki orientasi kepribadian kompetitif, dan mean untuk kelompok yang memiliki orientasi kepribadian individualistik.
C. Variabel Penelitian Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini antara lain: 1. Variabel Bebas a.
Metode Pembelajaran Listening Team 1)
Definisi operasional
:
salah
satu
metode
pembelajaran
pengaktifan siswa dalam proses belajar mengajar sehingga siswa mampu memaksimalkan kemampuan yang ada dalam dirinya, serta mampu
bersaing
berperan
aktif,
efektif
dan
cerdas
dalam
meningkatkan kemampuan yang ada pada dirinya
b.
2)
Skala pengukuran
: Skala nominal
3)
Simbol
: A1
Metode Pembelajaran Guided Note-taking 1)
Definisi operasional
: metode pembelajaran yang menuntut
siswa untuk dapat memahami masalah dan memecahkan masalah, sehingga dibutuhkan pemahaman konsep siswa yang tinggi. Siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
diharapkan
mampu
untuk
menyimpulkan,
mendefinisikan,
merumuskan dan berfikir general.
c.
2)
Skala pengukuran
: Skala nominal
3)
Simbol
: A2
Orientasi Kepribadian dalam Bekerjasama 1)
Definisi operasional
: Salah satu faktor yang menentukan
kemampuan seseorang dalam bekerjasama dengan orang lain. 2)
Skala pengukuran
: Skala nominal
3)
Simbol
:B
2. Variabel Terikat a.
Prestasi Belajar Siswa 1)
Definisi operasional
: Tingkat keberhasilan siswa dalam usaha
memperoleh perubahan pengetahuan, keterampilan, dan sikap, khususnya pemahaman materi zat aditif yang diukur dengan post test. 2)
Skala pengukuran
: Skala interval
3)
Simbol
: AB
D. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Surakarta. Sampel diambil sebanyak 2 kelas secara cluster random sampling.
E. Teknik Pengambilan Data
Metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah metode tes dan metode angket. Metode tes digunakan untuk mengukur aspek kognitif dan metode angket untuk mengukur aspek afektif dan orientasi kepribadian dalam bekerjasama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
F. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini terdiri atas tiga instrumen, yaitu instrumen penilaian kognitif,
afektif
dan orientasi kepribadian
dalam
bekerjasama. 1. Instrumen Penilaian Kognitif Untuk penilaian kognitif digunakan tes bentuk obyektif. Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas soal. Uji coba instrumen yang dimaksud, terdiri dari: a. Uji Validitas Validitas dari instrumen kognitif dalam penelitian ini adalah validitas isi dan validitas item. Validitas isi adalah validitas yang ditilik dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar, yaitu sejauh mana tes hasil belajar sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik, isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diteskan (diujikan). Rumus yang dipakai untuk mengetahui validitas isi secara keseluruhan adalah formula Gregory (2007: 121-123). Pada formula ini, diperlukan dua panelis untuk memeriksa kecocokan antara indikator dengan butir-butir instrumen, dalam bentuk menilai relevan atau kurang relevan masing-masing indikator butir bila dicocokkan dengan butir-butirnya. Formula Gregory adalah sebagai berikut: Content Validity (CV) = Keterangan: A : Jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis B : Jumlah item yang kurang relevan menurut panelis I dan relevan menurut panelis II C
: Jumlah item yang relevan menurut panelis I dan kurang relevan menurut panelis II
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
D
: Jumlah item yang relevan menurut kedua panelis Kriteria yang digunakan adalah jika CV > 0,700 maka analisis dapat
dilanjutkan. Selain validitas isi, validitas lain yang diukur adalah validitas item. Validitas item pada penelitian ini ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
rpbi
Mp Mt SD
p q
Keterangan: rpbi : Koefisien validitas item. Mp : Skor rata-rata penjawab benar untuk item tersebut. Mt : Skor rata-rata total. SD : Deviasi standar dari skor total. p
: Proporsi peserta yang menjawab benar
q
: Proporsi peserta yang menjawab salah. Kriteria item dikatakan valid jika rxy > rtabel. Sedangkan klasifikasi item
dikatakan tidak valid apabila rxy < rtabel. Anas Sudijono (2008: 185) b. Uji Reliabilitas Dilakukan untuk menguji akurasi instrumen kognitif dalam mengukur apa yang diukur, kecermatan hasil ukur, dan seberapa akurat seandainya dilakukan pengukuran ulang. Realibilitas test pada penelitian ini diukur dengan rumus Kurder Richardson (KR-20), yakni: r11 =
n n 1
S2
pq S
2
Keterangan: r11
= reliabilitas tes secara keseluruhan
p
= proporsi subyek yang menjawab item dengan benar
q
= proporsi subyek yang menjawab item dengan salah
q
= 1-p pq
= jumlah hasil perkalian antara p dan q
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
n
= banyaknya item
S2
= varians dari tes Instrumen dikatakan reliabel jika memiliki harga reliabilitas yang
tinggi, sebaliknya instrumen dikatakan tidak reliabel jika memiliki harga reliabilitas yang rendah. (Suharsimi Arikunto, 2008: 75). c. Indeks Kesukaran Item Indeks kesukaran item merupakan proporsi antara responden yang menjawab benar dengan seluruh responden yang diperlukan dalam proses analisis. Formula yang digunakan untuk menghitung indeks kesukaran item adalah sebagai berikut:
P
R T
Keterangan : P
: Indeks kesukaran item.
R
: Jumlah responden yang menjawab benar dari seluruh responden yang digunakan untuk analisis.
T
: Jumlah seluruh responden yang digunakan untuk analisis.
Klasifikasi indeks kesukaran adalah sebagai berikut : 0,70
1,00
: Soal mudah
0,31
70
: Soal sedang
0,00
0,30
: Soal sukar
d. Daya Pembeda Daya pembeda dari suatu item test prestasi belajar mengacu pada sejauh mana item tersebut dapat membedakan siswa berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah. Untuk menentukan daya pembeda item dapat digunakan formula sebagai berikut: D=
(RU - RL) 0.5T
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Keterangan : D
: Daya pembeda.
RU
: Jumlah responden berkemampuan tinggi (kelompok atas) yang menjawab benar.
RL
: Jumlah responden berkemampuan rendah (kelompok bawah) yang menjawab benar.
T
: Jumlah seluruh responden yang digunakan untuk analisis.
Kualifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut : 0,71
1,00
: Baik sekali
0,41
0,70
: Baik
0,21
0,40
: Cukup
0,0
0,20
: Jelek (Robert L.Lin dan Norman E. Gronlund, 2000: 365).
2. Instrumen Penilaian Afektif Instrumen penelitian afektif yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket. Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung dan sekaligus menyediakan alternatif jawaban yang mencerminkan isi kajian teori. Konsep indikator ini disesuaikan dengan tujuan penilaian yang hendak dicapai, selanjutnya indikator ini digunakan sebagai pedoman dalam menyusun itemitem angket. Penyusunan item-item angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam menjawab pertanyaan responden atau siswa hanya dibenarkan dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
Tabel 3.3 Skor Penilaian Afektif Skor untuk Aspek yang
Skor
Dinilai
+
-
SS (Sangat Setuju)
4
1
S (Setuju)
3
2
TS (Tidak Setuju)
2
3
STS (Sangat Tidak Setuju)
1
4
Sebelum
digunakan
untuk
mengambil
data,
angket
tersebut
diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas item angket. a.
Uji Validitas Validitas dari instrumen angket afektif dalam penelitian ini adalah
validitas item. Untuk menghitung validitas butir angket digunakan rumus sebagai berikut:
N
rxy
XY
X2
N
X X
2
N
Y Y2
Y
2
Keterangan: rxy : Koefisien korelasi suatu butir soal (koefisien validitas). X : Skor butir item nomer tertentu. Y : Skor total. N : Jumlah subyek. Kriteria item dikatakan valid jika rxy > rtabel. Sedangkan klasifikasi item dikatakan tidak valid apabila rxy < rtabel. b.
Uji Reliabilitas Realibilitas instrumen angket pada penelitian ini diukur dengan rumus
Alpha dari Cronbrach, yakni: r11 =
n n 1
1
Si 2 St 2
Keterangan: r11
= Koefisien realibilitas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
n
= Jumlah item
Si 2
= Variansi butir
St 2
= Variansi total Instrumen dikatakan reliabel jika memiliki harga reliabilitas yang
tinggi, sebaliknya instrumen dikatakan tidak reliabel jika memiliki harga reliabilitas yang rendah. (Suharsimi Arikunto, 2008: 75).
3. Instrumen Orientasi Kepribadian dalam Bekerjasama Orientasi kepribadian dalam bekerjasama untuk masing-masing siswa yang diambil sebagai sampel penelitian, ditentukan berdasarkan instrumen tes yang telah disusun. Penyusunan tes ini merujuk pada angket yang disusun oleh David W. Johson dan Frank P. Johson (1997: 72-73) dengan modifikasi. Penyusunan item-item angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam menjawab pertanyaan, responden atau siswa hanya dibenarkan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Analisis
instrumen
orientasi
kepribadian
dalam
bekerjasama
menggunakan analisis kualitatif. Analisis kualitatif ini dilakukan oleh teman sejawat dalam rumpun keahlian yang sama dan dosen pembimbing skripsi. Tujuannya adalah untuk menilai materi, konstruksi, dan apakah bahasa yang digunakan sudah memenuhi pedoman dan bisa dipahami oleh penilai.
G. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis Data yang diperoleh lewat hasil penelitian dianalisis
dengan
menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama. Untuk itu, perlu dilakukan uji prasyarat analisis yang berupa uji normalitas dan uji homogenitas. a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk membuktikan bahwa sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Pada penelitian ini uji
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
normalitas dilakukan dengan metode Liliefors. Adapun, langkah-langkah uji normalitas dengan metode Liliefors adalah sebagai berikut: 1)
Menentukan hipotesis H0
: Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1
: Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
2) 3)
Statistik Uji yang digunakan L = Maks [F(zi)
Xi
Zi
; dan S(zi) =
X s
S adalah standar deviasi 4)
Daerah Kritik DK = {L| L> L
} , dengan n adalah ukuran sampel (Budiyono, 2009: 169).
b. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk menguji apakah varian kelompokkelompok yang ada homogen atau tidak. Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan dengan Metode Barlett. Rumus yang digunakan: 2
2 .203 f log RKG c
f j log S 2j
dengan, 2
2
(k-1)
k
= banyaknya populasi dalam sampel
f
= derajat kebebasan untuk RKG = N - k
fj
= derajat kebebasan untuk S j2 = nj
1
j N
= banyaknya seluruh nilai (ukuran)
nj
= banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j
c 1
1 3(k 1)
1 fj
commit to user 1
f
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
SS J
RKG
fj X
X 2j
SS j
2 j
nj
1) S 2j
(n j
Kriteria uji: 2
H0
2
tabel, yang berarti sampel homogen. (Budiyono, 2009: 174-176).
2. Uji Hipotesis Setelah dilakukan uji prasyarat analisis, baru dapat dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan teknik ANAVA dua jalan dengan isi sel tak sama. a. Model Model untuk data amatan pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama ialah: Xijk
i+ j
ij
ijk
Keterangan: Xijk
: Data amatan ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j
µ
: Rerata dari seluruh data amatan (rerata besar, grand mean)
i
: Efek baris ke-i pada variabel terikat
j
: Efek kolom ke-j pada variabel terikat ij
ijik
: Kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat : Deviasi
data amatan terhadap rataan populasinya (µij) yang
berdistribusi normal dengan rataan 0 i
: 1, 2,3,....,p; p = banyaknya baris
j
: 1, 2,3,....,q; q = banyaknya kolom
k
: 1, 2, 3,...,nij; nij= banyaknya data amatan pada sel ij
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
b. Hipotesis
1)
H01
i
= 0, untuk semua harga i; tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa
untuk materi pokok zat aditif antara siswa yang memiliki orientasi kepribadian kooperatif, kompetitif, dan individualistik. 2)
H11
satu harga i, terdapat perbedaan prestasi belajar
i
siswa untuk materi pokok zat aditif antara siswa yang memiliki orientasi kepribadian kooperatif, kompetitif, dan individualistik. 3)
H02
j
= 0, untuk semua harga j; tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa
untuk materi pokok zat aditif antara siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan metode Listening Team dan siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan metode Guided Note-taking. 4)
H12
j
a j, terdapat perbedaan prestasi belajar
siswa untuk materi pokok zat aditif antara siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan metode Listening Team dan siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan metode Guided Note-taking. 5)
H03:
i j
= 0, untuk semua harga (ij), tidak ada interaksi antara siswa yang
mengikuti proses pembelajaran dengan metode Listening Team dan siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan metode Guided Note-taking dengan orientasi kepribadian kooperatif, kompetitif, dan individualistik. 6)
H13:
i j
mengikuti proses pembelajaran dengan metode Listening Team dan siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan metode Guided Note-taking dengan orientasi kepribadian kooperatif, kompetitif, dan individualistik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
c. Komputasi Tabel 3.4 Tabulasi Perhitungan ANAVA Dua Jalan dengan Isi Sel Tak Sama Orientasi Kepribadian dalam
Metode Pembelajaran
Bekerjasama
Listening Team
Guided Notetaking
Kooperatif
N
X 2
C SS Kompetitif
N
X 2
C SS Individualistik
N
X 2
C SS )2
2
C
Untuk memudahkan perhitungan, didefinisikan besaran-besaran sebagai berikut: (a )
G2 pq
(b )
SS ij i, j
(c ) i
(d )
B12 q A 2j
commit to p user j
AB ij2
( e) i, j
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
Tabel 3.5 Tabulasi Rataan dan Jumlah Rataan Orientasi Kepribadian
Metode Pembelajaran
dalam Bekerjasama
Listening Team
Guided Note-taking
Total
Kooperatif
Xsel
Xsel
B1
Kompetitif
Xsel
Xsel
B2
Individualis
Xsel
Xsel
B3
Total
A1
A2
G
Tabel 3.6 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sumber
JK
Dk
RK
JKA
dkA
RKA
JKB
dkB
RKB
Interaksi (AB)
JKAB
dkAB
RKAB
Galat
JKG
dkG
RKG
Total
JKT
Fobs
Orientasi Kepribadian dalam Bekerjasama (A) Metode Pembelajaran (B)
Persamaan-persamaan: 1)
Jumlah Kuadrat a)
JKA
= nh {(c)
(a)}
dimana, nh merupakan rataan harmonik frekuensi seluruh sel nh
b)
JKB
pq 1 n ij = nh {(d) - (a)}
commit to user
P
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
c)
JKAB = nh {(a) + (e)
d)
JKG
= (b)
e)
JKT
= JKA + JKB + JKAB + JKG
2)
(c)
(d)}
Derajat Kebebasan a)
dkA
= p
1
b)
dkB
= q
1
c)
dkAB = (p
1) (q
d)
dkG
=N
pq
e)
dkT
=N
1
1)
Dimana, p = Jumlah baris q = Jumlah kolom N = Jumlah seluruh data amatan 3)
Rataan Kuadrat a)
b)
c)
d) 4)
RKA
JKA dkA
RKB
JKB dkB
RKAB
RKG
JKAB dkAB JKG dkG
Fobs a.
b.
c.
Fa
RKA RKG
Fb
RKB RKG
Fab
RKAB RKG
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
5)
Daerah Kritis 1) Untuk Fa : DK = {F | F > F
-1; N pq}
2) Untuk Fb: DK = {F | F > F
q-1; N pq}
3) Untuk Fab: DK = {F | F > F
(p-1)(q-1); N pq}
d. Keputusan Uji H01, H02, dan H03 ditolak apabila harga statistik uji yang bersesuaian melebihi harga kritik masing-masing. (Budiyono, 2009:224).
3. Uji Lanjut Pasca Anava Setelah uji Anava di atas, dilakukan uji lanjut pasca Anava dengan metode Scheffe. Uji lanjut pasca Anava ini dimaksudkan untuk mengetahui variabel bebas mana yang secara signifikan memberikan pengaruh terhadap variabel terikat. a.
Komparasi Rataan Antar Baris X j )2
(X i
Fi
j
1 ni
RKG
1 nj
Keterangan: Fi-j
: Nilai F 0bs pada pembanding baris ke-I dan kolom ke-j
Xi
: Rataan pada baris ke-i
Xj
: Rataan pada kolom ke-j
RKG
: Rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan anava
ni
: Ukuran sampel baris ke-i
nj
: Ukuran sampel kolom ke-j
Daerah kritik uji : DK = { F | F > (p-1) F b.
-1; N pq}
Komparasi Rataan Antar Kolom Fi
(Xi j
RKG
X j )2 1 ni
1 nj
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
Daerah kritik uji : DK = { F | F > (q-1) F c.
-1; N pq}
Komparasi Rataan Antar Sel pada Kolom yang Sama
Fij
( X ij kj
RKG
X kj ) 2 1 n ij
1 n kj
Keterangan: Fij-kj
: Nilai F 0bs pada pembanding rataan sel ij dan rataan sel kj
Xi
: Rataan pada sel ij
Xj
: Rataan pada sel kj
RKG
: Rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan anava
nij
: Ukuran sel ij
nkj
: Ukuran sel kj
Daerah kritik uji : DK = { F | F > (pq-1) F d.
q-1; N
pq}
Komparasi Rataan Antar Sel Pada Baris yang Sama Fij
( X ij kj
RKG
X kj ) 2 1 n ij
1 n kj
Daerah kritik uji : DK = { F | F > (pq-1) F
q-1; N
pq}
(Budiyono, 2009: 209-210).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini diperoleh data berupa jenis orientasi kepribadian dalam bekerjasama dan nilai prestasi belajar siswa yang meliputi nilai kognitif dan afektif. Data diperoleh dari kelas VIII D sebagai kelas yang diajar dengan metode Guided Note-taking dan kelas VIII I sebagai kelas yang diajar dengan metode Listening Team. A. Deskripsi Data 1. Data
Data Orientasi Kepribadian dalam Bekerjasama
orientasi
kepribadian
dalam
bekerjasama
diperoleh
dengan
memberikan tes yang disusun berdasarkan indikator yang isinya mencakup aspekaspek yang menunjukkan ciri khas suatu orientasi kepribadian dalam bekerjasama. Dari data yang diperoleh, untuk kelas yang diajar dengan metode Guided Notetaking, terdapat 11 siswa yang memiliki orientasi kepribadian kooperatif, 5 siswa yang memiliki orientasi kepribadian kompetitif, dan 6 siswa yang memiliki orientasi kepribadian individualistik. Sedangkan untuk kelas yang diajar dengan metode Listening Team, terdapat 12 siswa yang memiliki orientasi kepribadian kooperatif, 6 siswa yang memiliki orientasi kepribadian kompetitif, dan 4 siswa yang memiliki orientasi kepribadian individualistik. 2.
Data Prestasi Belajar Ranah Kognitif Siswa pada Materi Pokok Zat Aditif Data prestasi belajar ranah kognitif siswa pada materi pokok zat aditif dalam
penelitian ini diperoleh dari nilai posttest. Dari hasil penelitian diketahui bahwa, perlakuan yang berbeda terhadap dua kelas yang digunakan untuk eksperimen memberikan
rata-rata nilai kognitif yang berbeda pula. Pada kelas yang diajar
dengan metode Guided Note-taking, nilai rata-rata prestasi belajar ranah kognitif
commit57to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
siswa yang diperoleh adalah sebesar 80,11. Sedangkan nilai rata-rata prestasi belajar ranah kognitif siswa yang diajar dengan metode Listening Team adalah sebesar 84,28. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Ranah Kognitif Siswa Materi Pokok Zat Aditif Interval
F(A1)
F(A2)
46-56 57-67
0 2
0 3
68-78 79-89
3 10
5 9
90-100 Jumlah
7 22
5 22
Keterangan : F(A1)
: Frekuensi nilai prestasi belajar ranah kognitif siswa pada kelas yang diajar dengan metode Listening Team
F(A2)
: Frekuensi nilai prestasi belajar ranah kognitif siswa pada kelas yang diajar dengan metode Guided Note-taking Perbandingan distribusi frekuensi data nilai prestasi belajar ranah kognitif
kedua kelas di atas dapat dilihat pada histogram berikut ini.
Gambar 4.1 Histogram Nilai Kognitif Materi Pokok Zat Aditif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
3.
Data Prestasi Belajar Ranah Afektif Siswa pada Materi Pokok Zat Aditif Data prestasi belajar ranah afektif siswa pada materi pokok Zat Aditif dalam
penelitian ini diperoleh dari hasil pengisian angket tes afektif. Dari hasil penelitian diketahui bahwa, perlakuan yang berbeda terhadap dua kelas yang digunakan untuk eksperimen memberikan rata-rata nilai afektif yang berbeda pula. Pada kelas yang diajar dengan metode Guided Note-taking, nilai rata-rata prestasi belajar ranah afektif siswa yang diperoleh adalah sebesar 86,5. Sedangkan nilai rata-rata prestasi belajar ranah afektif siswa yang diajar dengan metode Listening Team adalah sebesar 88. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Ranah Afektif Siswa Materi Pokok Zat Aditif Interval F(A1) F(A2) 51-61
0
0
62-72
1
1
73-83
3
8
84-94
15
8
95-100
3
5
Jumlah
22
22
Keterangan : F(A1)
: Frekuensi nilai prestasi belajar ranah afektif siswa pada kelas yang diajar dengan metode Listening Team
F(A2)
: Frekuensi nilai prestasi belajar ranah afektif siswa pada kelas yang diajar dengan metode Guided Note-taking
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
Perbandingan distribusi frekuensi data nilai prestasi belajar ranah afektif kedua kelas di atas dapat dilihat pada histogram di bawah ini.
Gambar 4.2 Histogram Nilai Afektif Materi Pokok Zat Aditif
B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis 1. Uji Normalitas Penelitian ini menggunakan uji hipotesis berupa analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama. Salah satu syarat pengujian hipotesis dengan analisis variansi adalah populasi sampel harus berdistribusi normal. Untuk mengetahui apakah syarat tersebut telah terpenuhi, maka dilakukan uji normalitas. Dalam penelitian ini digunakan uji normalitas Lilliefors. Hasil uji normalitas nilai kognitif dan afektif untuk materi pokok zat aditif selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 17 dan 18.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
Tabel 4.3 Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Normalitas Nilai Kognitif No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Kelompok A1 A2 B1 B2 B3 A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3
Lmaks Ltabel 0,1435 0,1730 0,1323 0,1730 0,1285 0,1730 0,1524 0,2490 0,1699 0,2580 0,0995 0,2130 0,2833 0,3190 0,2589 0,3810 0,1959 0,2000 0,1966 0,3810 0,2071 0,3190
Kesimpulan H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima
Tabel 4.4 Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Normalitas Nilai Afektif No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kelompok A1 A2 B1 B2 B3 A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3
Lmaks 0,0718 0,1391 0,1124 0,1524 0,1490 0,1287 0,1925 0,2043 0,2012 0,1346 0,1934
Ltabel 0,1730 0,1730 0,1730 0,2490 0,2580 0,2420 0,3190 0,3810 0,2490 0,3370 0,3190
Kesimpulan H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima
Pada tabel 4.3 dan 4.4 diatas tampak bahwa harga statistik uji L0 maks < harga kritik L0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, sampel dalam penelitian ini merupakan sampel yang berdistribusi normal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
2. Uji Homogenitas Dalam
pengujian
hipotesis
menggunakan
analisis
variansi,
selain
mensyaratkan populasi berdistribusi normal, varian kelompok-kelompok yang ada juga harus homogen. Untuk mengetahui apakah varian kelompok-kelompok dalam penelitian ini sudah homogen atau belum, dilakukan uji homogenitas dengan metode Barlett. Hasil uji homogenitas secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 19 dan 20. Hasil uji homogenitas terangkum dalam Tabel 4.5 dan 4.6. Tabel 4.5 Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Homogenitas Nilai Kognitif Kelompok A1 & A2 B1, B2, B3 A1B1 & A2B1 A1B2 & A2B2 A1B3 & A2B3 A1B1, A1B2, A1B3 A2B1, A2B2, A2B3
obs
tabel
0.395880 3.177464 0.932289 0.269696 2.660927 3.507689 1.595441
3.8410 5.9910 3.8410 3.8410 3.8410 5.9910 5.9910
Kesimpulan H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima
Tabel 4.6 Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Homogenitas Nilai Afektif Kelompok A1 & A2 B1, B2, B3 A1B1 & A2B1 A1B2 & A2B2 A1B3 & A2B3 A1B1, A1B2, A1B3 A2B1, A2B2, A2B3
obs
tabel
0.747156 0.099454 1.986747 0.539592 0.857665 0.047567 0.180688
3.8410 5.9910 3.8410 3.8410 3.8410 5.9910 5.9910
Kesimpulan H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima
C. Pengujian Hipotesis
1. Uji Analisis Variansi Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis variansi 3 x 2 dengan sel tak sama. Hasil uji anava 3 x 2 terhadap prestasi belajar siswa pada materi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
pokok Zat Aditif dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan 4.8. Hasil uji anava selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 21 dan 22. Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Uji Anava Terhadap Nilai Kognitif Siswa Materi Pokok Zat Aditif Sumber
JK
dk
RK
Fobs
p
Keputusan
Metode 29,49
2
14,75
1,14
3,23
< 0,05
Ho diterima
OKB (B)
111,12
1
111,12
8,57
4,08
< 0,05
Ho ditolak
Interaksi (AB)
1381,00
2
690,50
53,22
3,23
< 0,05
Ho ditolak
Galat
493,02
38
12,97
Total
2014,64
43
Pembelajaran (A)
Dari Tabel 4.7 di atas tampak bahwa: a.
Nilai FA hitung = 1,14 dan F
tabel
= 3,23. Karena FA hitung < F
tabel
maka Ho diterima
dan H1 ditolak. Hal ini berarti, tidak terdapat perbedaan efektivitas terhadap prestasi belajar ranah kognitif siswa untuk materi pokok Zat Aditif antara siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan metode Listening Team dan siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan metode Guided Note-taking. b.
Nilai FB hitung = 8,57 dan F
tabel
= 4,08. Karena FB hitung > F
tabel
maka Ho ditolak
dan H1 diterima. Hal ini berarti, terdapat perbedaan efektivitas terhadap prestasi belajar ranah kognitif siswa untuk materi pokok Zat Aditif antara siswa yang memiliki orientasi kepribadian kooperatif, kompetitif, dan individualistik. c.
Nilai FAB
hitung
= 53,22 dan F
tabel
= 3,23. Karena FAB
hitung
> F
tabel
maka Ho
ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti, terdapat interaksi antara siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan metode Listening Team dan siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan metode Guided Note-taking dengan orientasi kepribadian kooperatif, kompetitif, dan individualistik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
Tabel 4.8 Rangkuman Hasil Uji Anava Terhadap Nilai Afektif Siswa Materi Pokok Zat Aditif Sumber
JK
dk
RK
Fobs
p
Keputusan
Metode 2,524
2
1,262
0,067
3,23
< 0,05
Ho diterima
OKB (B)
87,505
1
87,505
4,640
4,08
< 0,05
Ho ditolak
Interaksi (AB)
230,190
2
115,095
6,112
3,23
< 0,05
Ho ditolak
Galat
716,565
38
18,857
Total
1036,784
43
Pembelajaran (A)
Dari Tabel 4.8 di atas tampak bahwa: a.
Nilai FA
hitung
= 0,067 dan F
tabel
= 3,23. Karena FA
hitung
< F
tabel
maka Ho
diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti, tidak terdapat perbedaan efektivitas terhadap prestasi belajar ranah afektif siswa untuk materi pokok Zat Aditif antara siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan metode Listening Team dan siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan metode Guided Note-taking. b.
Nilai FB hitung = 4,64 dan F
tabel
= 4,08. Karena FB hitung > F
tabel
maka Ho ditolak
dan H1 diterima. Hal ini berarti, terdapat perbedaan efektivitas terhadap prestasi belajar ranah afektif siswa untuk materi pokok Zat Aditif antara siswa yang memiliki orientasi kepribadian kooperatif, kompetitif, dan individualistik. c.
Nilai FAB
hitung
= 6,112 dan F
tabel
= 3,23. Karena FAB
hitung
> F
tabel
maka Ho
diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti, terdapat interaksi antara siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan metode Listening Team dan siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan metode yang Guided Note-taking dengan orientasi kepribadian kooperatif, kompetitif, dan individualistik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
2. Uji Lanjut Pasca Anava Setelah dilakukan uji anava, perlu dilakukan uji lanjut untuk mengetahui variabel yang mana, yang secara signifikan berbeda dengan variabel yang lain. Uji lanjut pasca anava yang digunakan dalam penelitian ini berupa uji Schefee. Uji ini hanya perlu dilakukan untuk hipotesis yang Ho nya ditolak. Rangkuman hasil uji lanjut pasca anava dapat dilihat pada Tabel 4.9 dan 4.10. Hasil uji lanjut pasca anava selengkapnya dapat dlihat pada lampiran 23 dan 24. Tabel 4.9 Rangkuman Hasil Uji Lanjut Pasca Anava Prestasi Kognitif Komparasi A1 A2 B1 B2 B2 B3 B1 B3 A1B1 A1B2 A1B2 A1B3 A1B1 A1B3 A2B1 A2B2 A2B2 A2B3 A2B1 A2B3 A1B1 A2B1 A1B2 A2B2 A1B3 A2B3
Fobs 0,6564 8,9941 0,2152 5,6046 16,4298 41,2012 13,475 0,09859 38,10616 59,24887 20,3745 38,10616 41,2012
Ftabel 8,16 6,46 6,46 6,46 12,25 12,25 12,25 12,25 12,25 12,25 12,25 12,25 12,25
Keputusan H0 diterima H0 ditolak H0 diterima H0 diterima H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak H0 diterima H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa: a.
Nilai F
A1
A2
= 0,6564 dan F
tabel
= 8,16. Maka, dapat dikatakan bahwa rerata
prestasi belajar ranah kognitif siswa pada kelas yang diajar dengan metode Listening Team dan kelas yang diajar dengan metode Guided Note-taking tidak berbeda secara signifikan. b.
Nilai F
B1
B2
= 8,9941 dan F
tabel
= 8,16. Maka, dapat dikatakan bahwa rerata
prestasi belajar ranah kognitif siswa dengan orientasi kepribadian kooperatif berbeda secara signifikan dengan rerata prestasi belajar ranah kognitif siswa dengan orientasi kepribadian kompetitif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
c.
Nilai F
B2
B3
= 0,2152 dan F
tabel
= 8,16. Maka, dapat dikatakan bahwa rerata
prestasi belajar ranah kognitif siswa dengan orientasi kepribadian kompetitif tidak berbeda secara signifikan dengan rerata prestasi belajar ranah kognitif siswa dengan orientasi kepribadian individualistik. d.
Nilai F
B1
B3
= 5,6046 dan F
tabel
= 8,16. Maka, dapat dikatakan bahwa rerata
prestasi belajar ranah kognitif siswa dengan orientasi kepribadian kooperatif tidak berbeda secara signifikan dengan rerata prestasi belajar ranah kognitif siswa dengan orientasi kepribadian individualistik. e.
Nilai F
A1B1 - A1B2
= 16,4298 dan Ftabel = 12,25. Maka, dapat dikatakan bahwa
rerata prestasi belajar ranah kognitif siswa dengan orientasi kepribadian kooperatif pada kelas yang diajar dengan metode Listening Team berbeda secara signifikan dengan rerata prestasi belajar ranah kognitif siswa dengan orientasi kepribadian kompetitif pada kelas yang diajar dengan metode Listening Team. f.
Nilai F
A1B2 - A1B3
= 41,2012 dan Ftabel = 12,25. Maka, dapat dikatakan bahwa
rerata prestasi belajar ranah kognitif siswa dengan orientasi kepribadian kompetitif pada kelas yang diajar dengan metode Listening Team berbeda secara signifikan dengan rerata prestasi belajar ranah kognitif siswa dengan orientasi kepribadian individualistik pada kelas yang diajar dengan metode Listening Team. g.
Nilai F A1B1 - A1B3 = 13,475 dan Ftabel = 12,25. Maka, dapat dikatakan bahwa rerata prestasi belajar ranah kognitif siswa dengan orientasi kepribadian kooperatif pada kelas yang diajar dengan metode Listening Team berbeda secara signifikan dengan rerata prestasi belajar ranah kognitif siswa dengan orientasi kepribadian individualistik pada kelas yang diajar dengan metode Listening Team.
h.
Nilai F
A2B1
A2B2
= 0,09859 dan Ftabel = 12,25. Maka, dapat dikatakan bahwa
rerata prestasi belajar ranah kognitif siswa dengan orientasi kepribadian kooperatif pada kelas yang diajar dengan metode Guided Note-taking tidak berbeda secara signifikan dengan rerata prestasi belajar ranah kognitif siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
dengan orientasi kepribadian kompetitif pada kelas yang diajar dengan metode Guided Note-taking. i.
Nilai F
A2B2
A2B3
= 38,10616 dan Ftabel = 12,25. Maka, dapat dikatakan bahwa
rerata prestasi belajar ranah kognitif siswa dengan orientasi kepribadian kompetitif pada kelas yang diajar dengan metode Guided Note-taking berbeda secara signifikan dengan rerata prestasi belajar ranah kognitif siswa dengan orientasi kepribadian individualistik pada kelas yang diajar dengan metode Guided Note-taking. j.
Nilai F
A2B1
A2B3
= 59,24887 dan Ftabel = 12,25. Maka, dapat dikatakan bahwa
rerata prestasi belajar ranah kognitif siswa dengan orientasi kepribadian kooperatif pada kelas yang diajar dengan metode Guided Note-taking berbeda secara signifikan dengan rerata prestasi belajar ranah kognitif siswa dengan orientasi kepribadian individualistik pada kelas yang diajar dengan metode Guided Note-taking. k.
Nilai F
A1B1
A2B1
= 20,3745 dan Ftabel = 12,25. Maka, dapat dikatakan bahwa
rerata prestasi belajar ranah kognitif siswa dengan orientasi kepribadian kooperatif, berbeda secara signifikan ketika mengikuti pembelajaran dengan metode Listening Team dan metode Guided Note-taking. l.
Nilai F
A1B2
A2B2
= 38,10616 dan Ftabel = 12,25. Maka, dapat dikatakan bahwa
rerata prestasi belajar ranah kognitif siswa dengan orientasi kepribadian kompetitif, berbeda secara signifikan ketika mengikuti pembelajaran dengan metode Listening Team dan metode Guided Note-taking. m. Nilai F
A1B3
A2B3
= 41,2012 dan Ftabel = 12,25. Maka, dapat dikatakan bahwa
rerata prestasi belajar ranah kognitif siswa dengan orientasi kepribadian individualistik, berbeda secara signifikan ketika mengikuti pembelajaran dengan metode Listening Team dan metode Guided Note-taking.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
Tabel 25. Rangkuman Hasil Uji Lanjut Pasca Anava Prestasi Afektif Komparasi A1 A2 B1 B2 B2 B3 B1 B3 A1B1 A1B2 A1B2 A1B3 A1B1 A1B3 A2B1 A2B2 A2B2 A2B3 A2B1 A2B3 A1B1 A2B1 A1B2 A2B2 A1B3 A2B3
Fobs 0,07986 6,82248 6,88280 0,24829 31,8317 29,8865 6,5638 2,8156 1,9040 11,7522 25,5311 15,2040 2,3843
Ftabel 8,16 6,46 6,46 6,46 12,25 12,25 12,25 12,25 12,25 12,25 12,25 12,25 12,25
Keputusan Ho diterima Ho ditolak Ho ditolak Ho diterima Ho ditolak Ho ditolak Ho diterima Ho diterima Ho diterima Ho diterima Ho ditolak Ho ditolak Ho diterima
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa: a.
Nilai F
A1
A2
= 0,07986 dan F
tabel
= 8,16. Maka, dapat dikatakan bahwa rerata
prestasi belajar ranah afektif siswa pada kelas yang diajar dengan metode Listening Team dan kelas yang diajar dengan metode Guided Note-taking tidak berbeda secara signifikan. b.
Nilai F
B1
B2
= 6,82248 dan F
tabel
= 6,46. Maka, dapat dikatakan bahwa rerata
prestasi belajar ranah afektif siswa dengan orientasi kepribadian kooperatif berbeda secara signifikan dengan rerata prestasi belajar ranah afektif siswa dengan orientasi kepribadian kompetitif. c.
Nilai F
B2
B3
= 6,82248 dan F
tabel
= 6,46. Maka, dapat dikatakan bahwa rerata
prestasi belajar ranah afektif siswa dengan orientasi kepribadian kompetitif berbeda secara signifikan dengan rerata prestasi belajar ranah afektif siswa dengan orientasi kepribadian individualistik. d.
Nilai F
B1
B3
= 0,24829 dan F
tabel
= 6,46. Maka, dapat dikatakan bahwa rerata
prestasi belajar ranah afektif siswa dengan orientasi kepribadian kooperatif tidak berbeda secara signifikan dengan rerata prestasi belajar ranah afektif siswa dengan orientasi kepribadian individualistik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69
e.
Nilai F
A1B1 - A1B2
= 31,8317 dan Ftabel = 12,25. Maka, dapat dikatakan bahwa
rerata prestasi belajar ranah afektif siswa dengan orientasi kepribadian kooperatif pada kelas yang diajar dengan metode Listening Team berbeda secara signifikan dengan rerata prestasi belajar ranah afektif siswa dengan orientasi kepribadian kompetitif pada kelas yang diajar dengan metode Listening Team. f.
Nilai F
A1B2 - A1B3
= 29,8865 dan Ftabel = 12,25. Maka, dapat dikatakan bahwa
rerata prestasi belajar ranah afektif siswa dengan orientasi kepribadian kompetitif pada kelas yang diajar dengan metode Listening Team berbeda secara signifikan dengan rerata prestasi belajar ranah afektif siswa dengan orientasi kepribadian individualistik pada kelas yang diajar dengan metode Listening Team. g.
Nilai F A1B2 - A1B3 = 6,5638 dan Ftabel = 12,25. Maka, dapat dikatakan bahwa rerata prestasi belajar ranah afektif siswa dengan orientasi kepribadian kompetitif pada kelas yang diajar dengan metode Listening Team tidak berbeda secara signifikan dengan rerata prestasi belajar ranah afektif siswa dengan orientasi kepribadian individualistik pada kelas yang diajar dengan metode Listening Team.
h.
Nilai F
A2B1
A2B2
= 2,8156 dan Ftabel = 12,25. Maka, dapat dikatakan bahwa
rerata prestasi belajar ranah afektif siswa dengan orientasi kepribadian kooperatif pada kelas yang diajar dengan metode Guided Note-taking tidak berbeda secara signifikan dengan rerata prestasi belajar ranah afektif siswa dengan orientasi kepribadian kompetitif pada kelas yang diajar dengan metode Guided Notetaking. i.
Nilai F
A2B2
A2B3
= 1,9040 dan Ftabel = 12,25. Maka, dapat dikatakan bahwa
rerata prestasi belajar ranah afektif siswa dengan orientasi kepribadian kompetitif pada kelas yang diajar dengan metode Guided Note-taking tidak berbeda secara signifikan dengan rerata prestasi belajar ranah afektif siswa dengan orientasi kepribadian individualistik pada kelas yang diajar dengan metode Guided Note-taking.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
j.
Nilai F
A2B1
A2B3
= 11,7522 dan Ftabel = 12,25. Maka, dapat dikatakan bahwa
rerata prestasi belajar ranah afektif siswa dengan orientasi kepribadian kooperatif pada kelas yang diajar dengan metode Guided Note-taking tidak berbeda secara signifikan dengan rerata prestasi belajar ranah afektif siswa dengan orientasi kepribadian individualistik pada kelas yang diajar dengan metode Guided Notetaking. k.
Nilai F
A1B1
A2B1
= 25,5311 dan Ftabel = 12,25. Maka, dapat dikatakan bahwa
rerata prestasi belajar ranah afektif siswa dengan orientasi kepribadian kooperatif, berbeda secara signifikan ketika mengikuti pembelajaran dengan metode Listening Team dan metode Guided Note-taking. l.
Nilai F
A1B2
A2B2
= 15,2040 dan Ftabel = 12,25. Maka, dapat dikatakan bahwa
rerata prestasi belajar ranah kognitif siswa dengan orientasi kepribadian kompetitif, berbeda secara signifikan ketika mengikuti pembelajaran dengan metode Listening Team dan metode Guided Note-taking. m. Nilai F
A1B3
A2B3
= 2,3843 dan Ftabel = 12,25. Maka, dapat dikatakan bahwa
rerata prestasi belajar ranah afektif siswa dengan orientasi kepribadian individualistik, tidak berbeda secara signifikan ketika mengikuti pembelajaran dengan metode Listening Team dan metode Guided Note-taking.
D. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode Listening Team dan metode Guided Note-taking terhadap prestasi belajar siswa, pengaruh orientasi kepribadian dalam bekerjasama terhadap prestasi belajar siswa, serta interaksi antara metode pembelajaran yang diterapkan dengan orientasi kepribadian dalam bekerjasama ditinjau dari prestasi belajar siswa. Dari hasil uji anava yang telah dilakukan, diketahui bahwa hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini diterima sedangkan hipotesis kedua dan ketiga ditolak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
1. Hipotesis Pertama Dari pengujian hipotesis pertama, disimpulkan bahwa pembelajaran kimia yang diterapkan dengan metode Listening Team dan metode Guided Note-taking memberikan pengaruh yang sama terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok zat aditif. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai kognitif dan afektif siswa yang diajar dengan metode Listening Team yang tidak berbeda secara signifikan dengan siswa yang diajar dengan metode Guided Note-taking karena nilai FA hitung = 0,556 < F tabel = 3,23. Rerata nilai kognitif dan afektif siswa yang diajar dengan metode Listening Team berturut-turut adalah 84,28 dan 89,64. Sedangkan rerata nilai kognitif dan afektif siswa yang diajar dengan metode Guided Note-taking berturut turut adalah 80,11 dan 86,36. Proses pembelajaran dengan metode Listening Team diawali dengan pembentukan kelas menjadi 4 kelompok yang memiliki 4 peran berbeda yaitu Tim Penanya, Tim Setuju, Tim Tidak Setuju dan Tim Pemberi Contoh. Setelah mendengarkan penjelasan dari guru, tiap kelompok kemudian menjalankan perannya masing-masing. Sebelum menjalankan perannya, tiap kelompok berdiskusi terlebih dahulu. Pada tahap ini terjadi kesulitan karena kelompok terdiri dari siswa yang heterogen dengan tingkat pemahaman yang berbeda-beda. Sehingga proses diskusi tidak berjalan lancar dan hanya beberapa siswa tertentu yang aktif dalam diskusi kelompok. Pada kelas yang diajar dengan metode Guided Note-taking, siswa hanya perlu mendengarkan penjelasan guru agar bisa mengisi hand-out yang menyimpulkan poin-poin penting materi. Siswa aktif bertanya dan tidak diperlukan adanya pembentukan kelompok. Perbedaan mendasar dari metode Listening Team dan metode Guided Notetaking adalah adanya pembentukan dan diskusi kelompok pada metode Listening Team. Sedangkan pada metode Guided Note-taking, tidak diperlukan pembentukan dan diskusi kelompok. Akan tetapi pada pelaksanaannya ternyata proses diskusi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
kelompok sulit dilakukan karena diskusi langsung dilakukan setelah mendapat pemaparan materi oleh guru. Ada siswa yang langsung dapat memahami materi sehingga aktif dalam proses diskusi. Namun, ada pula siswa yang masih mengalami kesulitan dalam memahami materi yang sudah disampaikan oleh guru. Tingkat pemahaman yang berbeda-beda inilah yang menjadikan proses diskusi menjadi kurang efektif dan pada akhirnya memberikan hasil belajar yang kurang optimal. Hal ini berdampak pada kurang dalamnya konsep ilmu yang tergali, dan kurang optimalnya pengetahuan serta pengalaman belajar yang bisa didapatkan oleh siswa.
2. Hipotesis Kedua Dari pengujian hipotesis kedua, disimpulkan bahwa orientasi kepribadian kooperatif, kompetitif, dan individualistik, memberikan pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar ranah kognitif dan afektif siswa, pada materi pokok Zat Aditif. Rerata nilai kognitif siswa dengan orientasi kepribadian kooperatif, kompetitif, dan individualistik berturut-turut adalah 80; 85; 84,17. Sedangkan rerata nilai afektif siswa dengan orientasi kepribadian kooperatif, kompetitif, dan individualistik berturut-turut adalah 88; 83; 89,10. Dari hasil uji lanjut pasca anava diperoleh kesimpulan bahwa, terdapat perbedaan prestasi belajar ranah kognitif yang signifikan antara siswa dengan orientasi kepribadian kooperatif dan kompetitif. Sedangkan antara siswa dengan orientasi kepribadian kompetitif dan individualistik serta kooperatif dan individualistik, tidak signifikan. Untuk prestasi belajar ranah afektif, perbedaan yang signifikan terlihat antara siswa yang memiliki orientasi kepribadian kooperatif dan kompetitif, serta kompetitif dan individualistik. Sedangkan perbedaan prestasi belajar ranah afektif antara siswa dengan orientasi kepribadian kooperatif dan individualistik, tidak signifikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73
Jika mengacu pada nilai rata-ratanya, dapat dituliskan urutan pencapaian prestasi belajar ranah kognitif siswa dengan masing-masing orientasi kepribadian dalam bekerjasamanya, sebagai berikut: kompetitif > individualistik > kooperatif Sedangkan urutan pencapaian prestasi belajar ranah afektif siswa dengan masing-masing orientasi kepribadian dalam bekerjasamanya, sebagai berikut: individualistik > kooperatif > kompetitif Siswa dengan orientasi kepribadian kompetitif memiliki rata-rata nilai kognitif yang lebih tinggi daripada siswa dengan orientasi kepribadian kompetitif maupun individualistik, sebab seperti yang telah diutarakan sebelumnya, bahwa pada penelitian ini digunakan metode Listening Team yang mengharuskan pembagian siswa ke dalam kelompok kelompok. Akan tetapi, proses diskusi kelompok ternyata tidak berjalan dengan lancar. Bagi siswa kompetitif, kesuksesan pribadi adalah yang terpenting. Karenanya, meskipun tanpa proses diskusi yang lancar mereka berusaha agar lebih baik dari yang lain. Ia akan menganggap teman lain sebagai pesaing, dan berusaha untuk mengalahkan mereka, agar bisa dinobatkan sebagai pemenang. Kecenderungan kepribadian semacam ini, menjadikan siswa kompetitif tidak membutuhkan kerjasama dalam kelompok. Ia tidak terlalu peduli dengan proses pembelajaran asalkan bisa mendapatkan prestasi terbaik. Hal inilah yang menjadikan siswa dengan orientasi kepribadian kompetitif memiliki prestasi belajar tertinggi untuk ranah kognitif. Sama halnya dengan siswa kompetitif, siswa individualistik akan merasa enggan untuk berbagi pengetahuan dengan teman lainnya. Sehingga, teman lain pun akan merasa enggan pula untuk berbagi pengetahuan dengannya. Akibatnya, perolehan konsep yang dicapainya hanya sebatas pada apa yang telah diraihnya secara individu. Namun, berbeda dengan siswa kompetitif, siswa individualistik tidak memandang kemenangan sebagai motivasi intrinsik utamanya dalam belajar. Motivasi intrinsik utama siswa individualistik dalam belajar adalah perolehan nilai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74
yang bagus, meskipun tidak selalu searah dengan pemahaman konsep yang baik. Apabila telah mendapatkan nilai yang baik, maka siswa individualistik sudah memandang dirinya sukses, meskipun masih ada teman lain yang mendapatkan nilai lebih baik darinya. Pandangan ini berbeda dengan siswa kompetitif yang baru akan merasa sukses ketika mendapatkan nilai yang terbaik. Dari deskripsi ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa kompetitif memiliki target kesuksesan yang lebih tinggi daripada siswa individualistik. Target kesuksesan yang lebih tinggi tersebut memacu siswa kompetitif untuk berusaha lebih keras daripada siswa individualistik, sehingga hasil yang diperoleh pun lebih baik pula. Untuk siswa dengan orientasi kepribadian kooperatif, ia akan senang berbagi pengetahuan
dengan
teman
kelompoknya.
Akan
tetapi,
apabila
tingkat
pemahamannya mengenai materi masih rendah, maka ia tidak bisa membagi pengetahuan kepada teman kelompok. Siswa dengan orientasi kepribadian kooperatif adalah yang terbaik dalam hal bekerjasama. Tingkat pemahaman yang rendah menjadikan ia tidak bisa berbagi pengetahuan sehingga diskusi kelompok tidak berjalan dengan baik. Hal inilah yang menjadikan siswa kooperatif memiliki prestasi belajar terendah dibandingkan kompetitif dan individualistik meskipun tidak signifikan untuk individualistik. Prestasi belajar ranah afektif berkenaan dengan pencapaian tujuan pendidikan yang meliputi minat, sikap, nilai, pengembangan penghargaan, dan penyesuaian diri. Dalam proses pencapaian pemahaman konsep secara utuh dan menyeluruh, siswa individualistik akan berusaha memperoleh prestasi yang baik tanpa membutuhkan kerjasama dengan teman-teman satu kelompoknya. Agar benarbenar dapat mencapai pemahaman konsep seperti yang diharapkan, siswa individualistik akan memiliki kesadaran untuk memberikan atensinya terhadap materi yang sedang dipelajari tanpa mempedulikan teman yang lain. Siswa tersebut akan menunjukkan sikap dan antusiasme yang baik selama mengikuti proses pembelajaran. Sehingga, prestasi belajar ranah afektifnya baik. Bagi siswa yang kooperatif,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75
keinginan kuat untuk bekerjasama mengharuskannya untuk memiliki sikap dan antusiasme yang baik pula dalam mengikuti proses pembelajaran. Sehingga, prestasi belajar ranah afektif siswa kooperatif juga akan baik. Inilah mengapa, perbedaan prestasi belajar ranah afektif antara siswa individualistik dan kooperatif tidak signifikan.
3. Hipotesis Ketiga Dari pengujian hipotesis ketiga, disimpulkan bahwa terdapat interaksi antara pembelajaran kimia menggunakan metode Listening Team dan pembelajaran kimia yang diterapkan secara Guided Note-taking dengan orientasi kepribadian siswa dalam bekerjasama pada materi pokok Zat Aditif. Rerata nilai kognitif siswa dengan orientasi kepribadian kooperatif, kompetitif, dan individualistik yang mengikuti pembelajaran dengan metode Listening Team berturut-turut adalah 83,67; 90,97; dan 76,04. Sedangkan rerata nilai afektif siswa dengan orientasi kepribadian kooperatif, kompetitif, dan individualistik yang mengikuti pembelajaran dengan metode Listening Team berturut-turut adalah 92,42; 80,17; dan 86,50. Untuk siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode Guided Note-taking rerata nilai kognitif siswa kooperatif, kompetitif, dan individualistik berturut-turut adalah 76,89; 77,50; dan 90,97. Sedangkan rerata nilai afektifnya berturut-turut adalah 83,27; 87,20; dan 90,83. Hasil uji lanjut pasca anava berkaitan dengan interaksi antara metode pembelajaran Listening Team dan Guided Note-taking, dengan orientasi kepribadian kooperatif, kompetitif, dan individualistik, adalah sebagai berikut: a.
Komparasi Rataan antar Sel Pada Kolom yang Sama 1) Komparasi prestasi belajar ranah kognitif siswa dengan orientasi kepribadian kooperatif, kompetitif, dan individualistik pada kelas yang diajar dengan metode Listening Team
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76
Didapatkan hasil bahwa, perbedaan prestasi belajar ranah kognitif antara siswa dengan orientasi kepribadian kooperatif dan kompetitif, kompetitif dan individualistik, serta kooperatif dan individualistik bersifat signifikan. Dan jika dilihat dari rata-rata nilai kognitifnya, terlihat bahwa, siswa kompetitif memiliki rata-rata nilai kognitif yang lebih baik daripada siswa kooperatif, dan siswa kooperatif memiliki rata-rata nilai kognitif yang lebih baik daripada siswa individualistik (kompetitif > kooperatif > individualistik). Alasan yang menyebabkan urutan rata-rata nilai kognitif semacam itu, telah diuraikan pada pembahasan hipotesis kedua di atas. Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa pada kelas yang diajar dengan metode Listening Team, perbedaan prestasi belajar ranah kognitif antara siswa kooperatif dan kompetitif, kompetitif dan individualistik, serta kooperatif dan individualistik bersifat signifikan. Hal ini dikarenakan banyaknya siswa kompetitif yang meskipun memahami materi namun tidak senang membagi pengetahuan seperti halnya siswa kooperatif. Siswa kompetitif berada dalam kelompok tapi yang terpenting adalah menjadi yang terbaik sehingga diskusi kelompok tidak berjalan lancar. Siswa kooperatif aktif dan berbagi pengetahuan namun pemahaman yang diperoleh kurang optimal karena siswa kompetitif dan individualistik tidak terlibat dalam diskusi. Hal inilah yang menyebabkan prestasi belajar siswa kooperatif, kompetitif, dan individualistik berbeda secara signifikan. 2) Komparasi prestasi belajar ranah afektif siswa dengan orientasi kepribadian kooperatif, kompetitif, dan individualistik pada kelas yang diajar dengan metode Listening Team Didapatkan hasil bahwa, perbedaan prestasi belajar ranah afektif antara siswa kompetitif dan kooperatif bersifat tidak signifikan. Sedangkan, perbedaan prestasi belajar ranah afektif antara siswa kompetitif dan individualistik, serta kooperatif dan individualistik bersifat signifikan. Dan jika dilihat dari rata-rata nilai afektifnya, terlihat bahwa, siswa individualistik memiliki rata-rata nilai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77
afektif yang lebih baik daripada siswa kooperatif, dan siswa kooperatif memiliki rata-rata nilai afektif yang lebih baik daripada siswa kompetitif (individualistik > kooperatif > kompetitif). Rata-rata nilai afektif siswa kompetitif pada kelas yang diajar dengan metode Listening Team lebih tinggi daripada siswa kooperatif, meskipun perbedaannya tidak bersifat signifikan. Hal ini dikarenakan, siswa kompetitif tidak senang berbagi pengetahuan meskipun sudah lebih memahami materi. Pada proses pembelajaran di kelas, siswa kompetitif menganggap teman-teman yang lain sebagai saingan sehingga mereka menimbun pengetahuan untuk diri sendiri. Misalnya ketika ada siswa yang belum memahami materi bertanya pada guru, guru akan melempar pertanyaan kepada siswa yang sudah lebih memahami. Siswa kompetitif akan berlomba-lomba menjawab agar mendapatkan perhatian dan dianggap lebih unggul dari siswa yang lain. Akan tetapi ketika proses diskusi tidak ditunggui oleh guru, siswa kompetitif akan diam dan tidak aktif dalam proses diskusi. Namun begitu, peningkatan rata-rata nilai afektif siswa kompetitif yang signifikan belum mampu meningkatkan rata-rata nilai kognitifnya secara signifikan pula. Sehingga, rata-rata nilai kognitif siswa kompetitif masih lebih rendah daripada siswa kooperatif, meskipun perbedaannya tidak bersifat signifikan. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Zahara (2011) yang menyimpulkan bahwa siswa dengan orientasi kepribadian kompetitif memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan orientasi kepribadian kooperatif maupun individualistik. Telah diketahui bahwa prestasi belajar ranah afektif siswa kompetitif pada kelas yang diajar dengan metode Listening Team meningkat secara signifikan. Hal ini menjadikan perbedaan prestasi belajar ranah afektif antara siswa kompetitif dan individualistik bersifat signifikan (tidak seperti perbedaan prestasi belajar ranah kognitifnya yang tidak signifikan). Perbedaan prestasi belajar ranah afektif antara siswa kooperatif dan individualistik juga bersifat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78
signifikan, seperti perbedaan prestasi belajar ranah kognitifnya. Hal ini mengindikasikan peningkatan prestasi belajar ranah afektif siswa individualistik pada kelas yang diajar dengan metode Listening Team tidak begitu signifikan. 3) Komparasi prestasi belajar ranah kognitif siswa dengan orientasi kepribadian kooperatif, kompetitif, dan individualistik pada kelas yang diajar dengan metode Guided Note-taking Didapatkan hasil bahwa, perbedaan prestasi belajar ranah kognitif antara siswa kooperatif dan kompetitif bersifat tidak signifikan. Sedangkan, perbedaan prestasi belajar ranah kognitif antara siswa kompetitif dan individualistik, serta kooperatif dan individualistik bersifat signifikan. Dan jika dilihat dari rata-rata nilai kognitifnya, terlihat bahwa, siswa individualistik memiliki rata-rata nilai kognitif yang lebih baik daripada siswa kompetitif, dan siswa kompetitif memiliki rata-rata nilai kognitif yang lebih baik daripada siswa kooperatif (individualistik > kompetitif > kooperatif). Pada kelas yang diajar dengan metode Guided Note-taking, perbedaan prestasi belajar antara siswa kooperatif dan kompetitif tidak bersifat signifikan. Sebab, pada proses pembelajaran dengan metode Guided Note-taking, tidak diperlukan adanya diskusi kelompok sehingga siswa kooperatif tidak dapat mengoptimalkan
pengetahuannya
dengan
cara
berbagi
dengan
teman
kelompoknya. Sama halnya dengan siswa kompetitif yang berusaha untuk menjadi yang terbaik dengan hanya memperhatikan pemaparan materi dari guru. Hal ini menjadikan perbedaan prestasi belajar ranah kognitifnya dengan siswa kooperatif tidak bersifat signifikan. 4) Komparasi prestasi belajar ranah afektif siswa dengan orientasi kepribadian kooperatif, kompetitif, dan individualistik pada kelas yang diajar dengan metode Guided Note-taking Didapatkan hasil bahwa, perbedaan prestasi belajar ranah afektif antara siswa kompetitif dan kooperatif, kompetitif dan individualistik, serta kooperatif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79
dan individualistik tidak bersifat signifikan. Jika dilihat dari rata-rata nilai afektifnya, terlihat bahwa, siswa individualistik memiliki rata-rata nilai afektif yang lebih baik daripada siswa kompetitif, dan siswa kompetitif memiliki ratarata nilai afektif yang lebih baik daripada siswa kooperatif (individualistik > kompetitif > kooperatif). Prestasi belajar ranah afektif antara siswa kooperatif dan kompetitif, kompetitif dan individualistik, serta kooperatif dan individualistik pada kelas yang diajar dengan metode Guided Note-taking bersifat tidak signifikan, tidak seperti perbedaan prestasi kognitifnya yang bersifat signifikan. Hal ini dikarenakan, pada kelas yang diajar dengan metode Guided Note-taking, tidak diperlukan adanya kerjasama berupa diskusi kelompok. Sehingga setiap siswa mengandalkan pemahaman masing-masing dan berusaha secara individu. Apabila ada hal yang kurang jelas langsung ditanyakan kepada guru tanpa ada diskusi kelompok. Hal ini menyebabkan prestasi belajar ranah afektif siswa-siswa kooperatif,
kompetitif dan individualistik bersifat tidak signifikan meskipun
dilihat dari rata-rata tetap memiliki perbedaan. b.
Komparasi Rataan antar Sel pada Baris yang Sama 1)
Komparasi prestasi belajar ranah kognitif siswa dengan masing-masing orientasi kepribadian dalam bekerjasamanya pada kelas yang diajar dengan metode Listening Team dan Guided Note-taking Didapatkan hasil bahwa, perbedaan prestasi belajar ranah kognitif siswa
kooperatif yang mengikuti pembelajaran pada kelas Listening Team berbeda secara signifikan dengan siswa kooperatif yang mengikuti pembelajaran pada kelas Guided Note-taking. Perbedaan prestasi belajar ranah kognitif yang signifikan, juga terjadi antara siswa kompetitif yang mengikuti pembelajaran dengan metode Listening Team dan siswa kompetitif yang mengikuti pembelajaran
dengan
metode
Guided
Note-taking
commit to user
serta
antara
siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80
individualistik yang mengikuti pembelajaran dengan metode Listening Team dan siswa individualistik yang mengikuti pembelajaran dengan metode Guided Notetaking. Dilihat dari rata-rata nilai kognitifnya, siswa kooperatif dan kompetitif memiliki rata-rata nilai kognitif yang lebih baik apabila mengikuti pembelajaran pada kelas yang diajar dengan metode Listening Team, dibandingkan kelas yang diajar dengan metode Guided Note-taking. Sedangkan untuk siswa individualistik, memiliki rata-rata nilai kognitif yang lebih baik apabila mengikuti pembelajaran pada kelas yang diajar dengan metode Guided Note-taking, dibandingkan kelas yang diajar dengan metode Listening Team. Siswa kooperatif memiliki prestasi belajar ranah kognitif yang lebih baik apabila mengikuti pembelajaran pada kelas yang diajar dengan metode Listening Team, dibandingkan kelas yang diajar dengan metode Guided Note-taking. Hal ini dikarenakan, pada kelas yang diajar dengan metode Listening Team, terdapat pembentukan dan diskusi kelompok sehingga siswa kooperatif dapat berbagi pengetahuan dengan teman kelompok. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Johnson dan Johnson (1985: 20) disimpulkan bahwa kondisi belajar kooperatif setiap individu akan dengan sendirinya saling mendukung dalam belajar. Hal ini memungkinkan siswa dengan kepribadian kooperatif untuk bekerjasama dalam kelompok pada kelas yang diajar dengan metode Listening Team. Siswa kompetitif meskipun tidak suka berbagi pengetahuan namun turut memperoleh pengetahuan dari proses diskusi. Hal ini menyebabkan siswa kooperatif dan kompetitif memperoleh prestasi belajar yang optimal. Berbeda dengan siswa kooperatif dan kompetitif, individualistik memiliki prestasi belajar ranah kognitif yang lebih baik pada kelas yang diajar dengan metode Guided Note-taking, dibandingkan kelas yang diajar dengan metode Listening Team. Sebab, seperti yang telah diutarakan sebelumnya, pada metode Guided Note-taking tidak diperlukan adanya pembentukan dan diskusi kelompok. Sehingga siswa belajar secara individu. Hal ini menguntungkan ssiwa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81
dengan orientasi kepribadian individualistik dibandingkan siswa dengan orientasi kepribadian kooperatif dan kompetitif. 2) Komparasi prestasi belajar ranah afektif siswa dengan masing-masing orientasi kepribadian dalam bekerjasamanya pada kelas yang diajar dengan metode Listening Team dan Guided Note-taking Didapatkan hasil bahwa, perbedaan prestasi belajar ranah afektif siswa kooperatif yang mengikuti pembelajaran pada kelas Listening Team berbeda secara signifikan dengan siswa kooperatif yang mengikuti pembelajaran pada kelas Guided Note-taking. Perbedaan prestasi belajar ranah afektif yang signifikan, juga terjadi antara siswa kompetitif yang mengikuti pembelajaran dengan metode Listening Team dan siswa kompetitif yang mengikuti pembelajaran dengan metode Guided Note-taking. Perbedaan prestasi belajar ranah afektif yang tidak signifikan, hanya terjadi antara siswa individualistik yang mengikuti pembelajaran dengan metode Listening Team dan siswa individualistik yang mengikuti pembelajaran dengan metode Guided Note-taking. Dilihat dari rata-rata nilai afektifnya, siswa kooperatif memiliki rata-rata nilai afektif yang lebih baik apabila mengikuti pembelajaran pada kelas yang diajar dengan metode Listening Team, dibandingkan kelas yang diajar dengan metode Guided Note-taking. Sedangkan siswa kompetitif dan individualistik, memiliki rata-rata nilai afektif yang lebih baik apabila mengikuti pembelajaran pada kelas yang diajar dengan metode Guided Note-taking, dibandingkan kelas yang diajar dengan metode Listening Team. Seperti halnya yang terjadi pada prestasi belajar ranah kognitifnya, perbedaan prestasi belajar ranah afektif antara siswa kooperatif dan kompetitif yang mengikuti pembelajaran dengan metode Listening Team
dan siswa
kompetitif yang mengikuti pembelajaran dengan metode Guided Note-taking, bersifat signifikan. Hal ini dikarenakan, pada kelas yang diajar dengan metode Listening Team, terdapat pembentukan dan diskusi kelompok sehingga siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82
kooperatif dapat berbagi pengetahuan dengan teman kelompok. Siswa kompetitif meskipun tidak suka berbagi pengetahuan namun turut memperoleh pengetahuan dari proses diskusi. Hal ini menyebabkan siswa kooperatif dan kompetitif memperoleh prestasi belajar yang optimal. Tidak seperti yang terjadi pada prestasi belajar ranah kognitifnya, perbedaan prestasi belajar ranah afektif antara siswa individualistik yang mengikuti pembelajaran dengan metode Listening Team dan siswa individualistik yang mengikuti pembelajaran dengan metode Guided Note-taking, tidak bersifat signifikan. Hal ini dikarenakan, seperti yang telah diutarakan sebelumnya, pada metode Guided Note-taking tidak diperlukan adanya pembentukan dan diskusi kelompok. Sehingga siswa belajar secara individu. Hal ini menguntungkan siswa dengan orientasi kepribadian individualistik dibandingkan siswa dengan orientasi kepribadian kooperatif dan kompetitif meskipun perbedaannya tidak bersifat signifikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari analisis data penelitian pada pembahasan di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1.a. Tidak terdapat pengaruh penerapan pembelajaran kimia dengan metode Listening Team dan metode Guided Note-taking terhadap prestasi belajar ranah kognitif siswa pada materi pokok zat aditif. Hal ini ditunjukkan oleh hasil uji anava yang memberikan nilai FA hitung (1,14) < FA tabel (3,23). Rerata prestasi belajar ranah kognitif siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode Listening Team (84,28) tidak berbeda secara signifikan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode Guided Note-taking (80,11). b. Tidak terdapat pengaruh penerapan pembelajaran kimia dengan metode Listening Team terhadap prestasi belajar ranah afektif siswa pada materi pokok zat aditif. Hal ini ditunjukkan oleh hasil uji anava yang memberikan nilai FA
hitung
(0,067) < FA
tabel
(3,23). Rerata prestasi belajar ranah afektif
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode Listening Team (88,00) tidak berbeda secara signifikan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode Guided Note-taking (86,50). 2.a. Terdapat pengaruh orientasi kepribadian dalam bekerjasama terhadap prestasi belajar ranah kognitif siswa pada materi pokok zat aditif. Hal ini ditunjukkan oleh hasil uji anava yang memberikan nilai FB
hitung
(8,57) > FB
tabel
(4,08).
Rerata prestasi belajar ranah kognitif siswa dengan orientasi kepribadian kompetitif (85,00) > siswa individualistik (84,17) > siswa kooperatif (80,00). b. Terdapat pengaruh orientasi kepribadian dalam bekerjasama terhadap prestasi belajar ranah afektif siswa pada materi pokok zat aditif. Hal ini ditunjukkan oleh hasil uji anava yang memberikan nilai FB
hitung
(4,64) > FB
tabel
(4,08).
Rerata prestasi belajar ranah afektif siswa dengan orientasi kepribadian individualistik (89,10) > siswa kooperatif (88,00) > siswa kompetitif (83,00).
commit to user 83
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
3.a. Terdapat interaksi antara pembelajaran kimia menggunakan metode Listening Team dan orientasi kepribadian dalam bekerjasama terhadap prestasi belajar ranah kognitif siswa pada materi pokok zat aditif. Hal ini ditunjukkan oleh hasil uji anava yang memberikan nilai F AB hitung (53,22) > F B tabel (3,23). Siswa dengan orientasi kepribadian kooperatif dan kompetitif akan memiliki prestasi belajar ranah kognitif yang lebih baik apabila mengikuti pembelajaran dengan metode Listening Team. Sedangkan siswa dengan orientasi kepribadian individualistik akan memiliki prestasi belajar ranah kognitif yang lebih baik apabila mengikuti pembelajaran dengan metode Guided Note-taking. b. Terdapat interaksi antara pembelajaran kimia menggunakan metode Listening Team dan orientasi kepribadian dalam bekerjasama terhadap prestasi belajar ranah afektif siswa pada materi pokok zat aditif. Hal ini ditunjukkan oleh hasil uji anava yang memberikan nilai FAB hitung (6,10) > FAB tabel (3,23). Siswa dengan orientasi kepribadian kooperatif dan kompetitif akan memiliki prestasi belajar ranah afektif yang lebih baik apabila mengikuti pembelajaran dengan metode Listening Team. Sedangkan siswa dengan orientasi kepribadian individualistik akan memiliki prestasi belajar ranah afektif yang lebih baik apabila mengikuti pembelajaran dengan metode Guided Notetaking.
B. IMPLIKASI
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka implikasi yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut: 1. Implikasi Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam upaya bersama antara guru, siswa, serta penyelenggara sekolah agar dapat membantu siswa dalam meningkatkan kualitas hasil belajar secara maksimal. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar teori bagi pengembangan penelitian yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
lebih lanjut, serta menambah wawasan guru tentang metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di sekolah. 2. Implikasi Praktis Dari hasil penelitian dapat diperoleh informasi bahwa, penerapan metode pembelajaran Listening Team memiliki pengaruh yang positif terhadap prestasi belajar dan tidak berbeda secara signifikan dengan metode Guided Note-taking. Penelitian ini juga memberikan informasi bahwa masing
masing jenis orientasi
kepribadian siswa dalam bekerjasama memberikan pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar siswa, dimana siswa kompetitif memiliki prestasi belajar > siswa individualistik > siswa kooperatif. Berdasarkan hasil
hasil penelitian
tersebut, maka guru IPA SMP perlu menerapkan metode pembelajaran Listening Team dan metode Guided Note-taking dengan memperhatikan kekhasan orientasi masing masing
individu
siswa
dalam
bekerjasama,
sebagai
upaya
mengoptimalkan pencapaian hasil belajar siswa.
C. SARAN
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, maka peneliti menyampaikan saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi keberhasilan siswa dalam proses belajar- mengajar. 1. Pada penerapan metode Listening Team dalam proses pembelajaran di kelas, hendaknya guru menjelaskan secara terperinci mengenai materi pembelajaran agar siswa dapat memahami materi dengan baik agar proses diskusi dapat berjalan lancar demi tercapainya tujuan pembelajaran seperti yang telah dicanangkan sebelumnya. 2. Pada penerapan metode Guided Note-taking dalam proses pembelajaran di kelas, hendaknya guru memberikan pemaparan dengan cara yang menarik dan menyenangkan sehingga siswa tidak merasa jenuh dan bosan. 3. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, guru perlu melakukan proses identifikasi jenis orientasi kepribadian dalam bekerjasama yang dimiliki masing masing siswa, dan menyiapkan taktik pembelajaran yang tepat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
diterapkan terhadap masing masing siswa dengan orientasi kepribadian dalam bekerjasama yang dimilikinya, dalam upaya mengoptimalkan pencapaian prestasi belajar siswa. 4. Perlu dilakukan penelitian mengenai penerapan metode pembelajaran Listening Team dan metode Guided Note-taking pada materi pokok yang lain, dengan memperhatikan berbagai aspek dan faktor luar yang mempengaruhinya.
commit to user