STUDI KERAGAMAN MORFOLOGI POPULASI BIBIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) ASAL EMPAT SENTRA PRODUKSI DI KABUPATEN TASIKMALAYA
Oleh Fitriani Hartuti A34404065
PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
STUDI KERAGAMAN MORFOLOGI POPULASI BIBIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) ASAL EMPAT SENTRA PRODUKSI DI KABUPATEN TASIKMALAYA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh Fitriani Hartuti A34404065
PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN FITRIANI HARTUTI. Studi Keragaman Morfologi Polulasi Bibit Manggis (Garcinia mangostana L.) Asal Empat Sentra Produksi di Kabupaten Tasikmalaya. Dibimbing oleh SOBIR. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pola keragaman morfologi bibit manggis (Garcinia mangostana L.) dari empat sentra produksi di kabupaten Tasikmalaya (Salawu, Puspahiang, Sukaraja dan Tanjungjaya) yang ditumbuhkan pada lingkungan homogen. Penelitian dilaksanakan di Rumah Kasa, Kebun Percobaan Pusat Kajian Buah-Buahan (PKBT) IPB Tajur, Bogor Selatan pada bulan Nopember 2007-April 2008. Percobaan terdiri dari empat perlakuan asal lokasi pengambilan benih. Masing-masing perlakuan terdiri atas unit-unit ulangan yang berbeda. Asal lokasi Salawu, Puspahiang dan Sukaraja dengan 10 ulangan, sedangkan asal lokasi Tanjungjaya hanya 9 ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 3-25 bibit. Dengan demikian Rancangan percobaan
yang digunakan adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) faktor tunggal. Hasil uji kehomogenan ragam antar populasi dari tiap lokasi menunjukkan bahwa ragam yang homogen terdapat pada bibit asal lokasi Tanjungjaya, sedangkan berdasarkan uji kehomogenan ragam antar asal lokasi menunjukkan bahwa ragam yang homogen terdapat pada peubah tinggi tanaman dan lebar daun. Pada karakter kualitatif, keragaman yang tampak adalah pada ukuran daun. Hasil analisis perbandingan ragam dengan standar deviasinya diketahui bahwa peubah tinggi tanaman, panjang daun dan lebar daun mempunyai ragam yang sempit, sedangkan peubah yang lainnya yaitu jumlah daun dan rasio P/L mempunyai ragam yang luas. Berdasarkan pola pertumbuhan tanaman, populasi bibit asal lokasi Salawu menunjukkan pertumbuhan yang paling baik dibanding populasi bibit dari ketiga lokasi lainnya.
LEMBAR PENGESAHAN Judul
: STUDI KERAGAMAN MORFOLOGI POPULASI BIBIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) ASAL EMPAT SENTRA PRODUKSI DI KABUPATEN TASIKMALAYA
Nama
: Fitriani Hartuti
NRP
: A34404065
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Sobir, MSi. NIP. 131 891 759
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian,
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr. NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Purwakarta, Propinsi Jawa Barat pada tanggal 15 Juni 1986. Penulis merupakan anak dari Bapak Hoerudin dan Ibu Aam Maryamah. Tahun 1998 penulis lulus dari SDN II Wanayasa, kemudian pada tahun 2001 penulis menyelesaikan studi di MTs Al-Muhajirin, Purwakarta. Penulis lulus dari SMAN I Purwakarta pada tahun 2004. Tahun 2004 penulis diterima di IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih dengan program kekhususan yaitu Pemuliaan Tanaman, pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Tahun 2004 penulis menjadi anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Lingkung Seni Sunda (LISES) Gentra Kaheman IPB dan Klub Fotografi Lensa, Fakultas Pertanian. Tahun 2005-2006 penulis menjabat sebagai Girang Serat (Sekretaris) pada UKM LISES Gentra Kaheman dan pada tahun yang sama, penulis menjadi peserta Pelatihan Gerakan Masyarakat Jawa Barat se Jawa Barat-Banten. Tahun 2004-2008 penulis aktif menjadi anggota Perhimpunan Mahasiswa Purwakarta (PERMATA), yang pada tahun 2007 dirubah menjadi Pusat Studi dan Komunikasi Mahasiswa Purwakarta (PUSKOM).
KATA PENGANTAR Hamdan Syakuron penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi kesabaran dan kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Skripsi yang berjudul ”Studi Keragaman Morfologi Populasi Bibit Manggis (Garcinia mangostana L.) Asal Empat Sentra Produksi di Kabupaten Tasikmalaya” ini disusun dalam rangka melengkapi tugas akademik dan merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Sobir, M.Si, sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan serta saran kepada penulis selama penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini. 2. Dr. Ir. M.R. Suhartanto, MSi dan Dr. Ir. Yudiwanti W. E. K. MS, sebagai dosen penguji yang telah memberi saran dan masukannya. 3. Ir. Abdul Qadir, MSt, sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan akademik kepada penulis. 4. Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika (PKBT) IPB. 5. Bapa dan Ibu, atas segala doa, kesabaran, pengorbanan, dukungan dan kasih sayang serta dorongannya ”You are My Inspiration”, Sardul ’My big bro’, serta seluruh keluarga besar, MbahQ, Ma dan Apa wiwi, Bi Nana, Uwa’2Q, atas doa dan dukungannya, semua sepupu (Wi2w, Agun, Kang Ndi, Urip, Midut, Iya, Dedo, dll) dan keponakan (Chino, Opan, Avin, Voni, Ama dll). 6. Temen-temen PMTTB’41 especially Anak-anak Q family : Imenk, Rika, Papih, Mamih, Tante Bon, Rahma, Yuni, N’chuse, Abank, Tulank, atas persaudaraan, kebersamaan, keceriaan, dan kesedihan yang kita bagi bersama, Wencoy (My Soundtrack Life), Taufik (tengkyu somath ya pik), Na2, Merka, Megol, Bunda, Omah, Yonce, Feti, Efi, Sinta, Ipik, Giyo, Chipunk, Evoy, Dithonk, Cheeprut, Le2, Matul serta semuanya yang ga bisa diabsen atu atu, atas persahabatan dan kebersamaan dalam waktu singkat ini, ”Kampus hijau inilah yang telah mempertemukan kita”.
v
7. Ibu Sriani, Pa Syukur, Pa Willy, Ibu Yudi, Pa Endang, serta semua keluarga besar PMTTB, dan Staff TU Departemen Agronomi dan Hortikultura, Pa Kohar, Mas Zikri atas bimbingan dan bantuannya. 8. Tajur Crew : Pa Ib, Bu Yu2n, Mas Khaidir, Mas Agus, Mas Rizal, Mas Dayat, Pa Aji, atas segala bantuan dan semangatnya, ”kapan kita ujan-ujanan lagi”. 9. Sanca’ers (KKP Crew) : Judie ”Pa Kordes”, Uthe, Dedah, Lenjoy, Bibib serta temen-temen seperjuangan UPI Bandung, Ajat, Ceu Nur, Bu Susi, Teh Ai, Heri, P-Man, Eza, Iwa, Ira, Mamih Uwi, atas kekompakan, persaudaraan dan keceriaannya. Pa Idhim, Pa Mumuh, Pa Nana, Pa Dadang serta semua penduduk Sanca, atas bantuannya. 10. Malear’s, Ukhwah mania (Restong, Oeland, Ika, Mba Ul, Mba Alin), Sakura Crew (Uni Fatma, Mba Arum, Mba Yul, Mba As, Ode, Ibu Sakura), atas bimbingan, kebersamaan, kekonyolan dan keributannya “Kalian membuat hidupku menjadi lebih berwarna”. 11. Barudak Gentra Kaheman, Akang Teteh Dewan Kehormatan, Kang Dadang, Kang Ibnu, Kang Gilar, Kang Haikal, Mas Edh, Mas Dod, Teh Ela, Teh Eve, Teh Anis, Opik, Casnan, Bedul,Teh Her2, Teh Hay2, Kang Ucay, Kang Ano, Kang Irwan, “Gentra Kaheman... Abdi Pisaaan”. 12. OPI dan GENUS’05 : A Nirwan, Ka Martin, Ka Handi, A Novi, Dhito, Ka Shofwan, Ka Dodi, Mba Desi, Mba Sania, Mas Dhoni, Ka Irmon, Ka Arya, serta temen-teman BEM-KM’04 atas kebersamaannya. 13. The last but not least, for ‘kaka’ yang telah membuat hatiku menjadi lebih berwarna. 14. Semua pihak yang telah membantu penulis selama proses perkuliahan sampai penyusunan karya ilmiah ini dilaksanakan. Semoga hasil penelitian ini berguna bagi yang memerlukan. Bogor, September 2008 Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
ix
PENDAHULUAN ........................................................................................... Latar Belakang ............................................................................................. Tujuan ..........................................................................................................
1 1 2
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. Manggis (Garcinia mangostana L.)............................................................. Karakter Populasi Tanaman Manggis di Tasikmalaya................................. Apomiksis .................................................................................................... Keragaman ................................................................................................... Uji Kehomogenan Ragam ............................................................................
3 3 4 6 7 7
BAHAN DAN METODE ................................................................................ Waktu dan Tempat ....................................................................................... Bahan dan Alat ............................................................................................. Metode Penelitian ........................................................................................ Pelaksanaan Penelitian ................................................................................. Analisis Data ................................................................................................
8 8 8 8 9 10
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ Kondisi Umum ............................................................................................. Hasil ............................................................................................................. Pembahasan ..................................................................................................
13 13 14 24
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ Kesimpulan .................................................................................................. Saran.............................................................................................................
28 28 28
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
29
LAMPIRAN .....................................................................................................
31
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman Teks
1. Karakter Manggis Puspahiang Menurut PKBT (2007)................................
5
2. Kriteria Variabilitas Fenotipe Berdasarkan Uji Bartlett dan Perbandingan Ragam dengan Standar Deviasinya...............................................................
12
3. Perbandingan Kehomogenan Ragam Bibit Manggis Antar Populasi dari Tiap Lokasi di Tasikmalaya pada 18 MST........................................................... 14 4. Nilai Khi-kuadrat (χ2) Uji Kehomogenan Ragam dan Variabilitas Fenotipe Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya pada 18 MST ................
15
5. Rekapitulasi Hasil Uji F Beberapa Peubah Kuantitatif Pada Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya................................................................
16
6. Perbandingan Nilai Tengah Peubah Tinggi Tanaman Pada Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya..............................................................
17
7. Perbandingan Nilai Tengah Peubah Lebar Daun Pada Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya.......................................................................
18
8. Karakter Kualitatif Populasi Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya..............................................................................................
24
Lampiran 1. Sidik Ragam Peubah Tinggi Tanaman Pada Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya ................................................................................
32
2. Sidik Ragam Peubah Panjang Daun Pada Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya ............................................................................................ 32 3. Sidik Ragam Peubah Lebar Daun Pada Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya ............................................................................................
33
4. Sidik Ragam Peubah Rasio P/L Pada Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya ............................................................................................
33
5. Sidik Ragam Peubah Jumlah Daun Pada Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya ............................................................................................
34
viii
6. Perbandingan Nilai Tengah Peubah Panjang Daun Pada Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya ...................................................................... 35 7. Perbandingan Nilai Tengah Peubah Jumlah Daun Pada Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya .....................................................................
35
8. Perbandingan Nilai Tengah Peubah Rasio P/L Pada Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya ....................................................................
35
9. Kondisi Umum Asal Lokasi .........................................................................
35
10. Perbandingan Nilai Khi-kuadrat (χ2) Uji Kehomogenan Ragam Antar Populasi Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya pada 18 MST ..............................................................................................
36
11. Variabilitas Morfologi Manggis Berdasarkan Uji Bartlett dan Perbandingan Nilai Ragam (σ2) dengan Standar Deviasi (StDev) dari Empat Lokasi di Tasikmalaya ........................................................................................... 36
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman Teks
1. Deskripsi Morfologi Manggis Menurut IPGRI...........................................
10
2. Histogram Perbandingan Jumlah Bibit dari Empat Lokasi di Tasikmalaya Antara 2 dan 18 MST .........................................................
13
3. Grafik Tinggi Tanaman Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya Pada 2-18 MST ............................................................................................
17
4. Grafik Lebar Daun Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya Pada 2-18 MST ............................................................................................
19
5. Grafik Panjang Daun Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya Pada 2-18 MST ............................................................................................
20
6. Grafik Jumlah Daun Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya Pada 2-18 MST ............................................................................................
20
7. Grafik Rasio P/L Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya Pada 2-18 MST ............................................................................................
21
8. Bentuk Daun Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya ...............
22
9. Ujung, Pangkal dan Tepi Daun Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya .............................................................................................
23
10. Warna Daun Tua Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya ........
23
11. Warna Batang Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya..............
24
PENDAHULUAN Latar Belakang Buah manggis merupakan salah satu komoditas buah andalan Indonesia. Permintaan pasar ekspor buah manggis terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data statistik, volume ekspor buah manggis tahun 2000, 6.512,528 ton dengan nilai 6.956.915 dolar AS, mengalami peningkatan menjadi 9.304,511 ton dengan nilai 9.306.042 dolar AS tahun 2003 atau meningkat 42,8%. Manggis yang diekspor, berasal dari daerah penghasil utama di sentra produksi manggis, salah satunya yaitu Tasikmalaya1. Pada umumnya tanaman manggis yang produktif berupa tanaman tua yang berumur puluhan tahun dan berasal dari biji. Tanaman manggis bersifat apomiksis atau biasa disebut agamospermae yaitu dicirikan oleh terbentuknya biji tanpa terjadinya fertilisasi karena organ jantannya bersifat rudimenter, (Den Nijs dan Van Dijk, 1993). Para peneliti menemukan beberapa keragaman selama di lapang. Verheij (1999) menyatakan bahwa variasi rasa dan ukuran buah terdapat pada manggis di Asia. Menurut penelitian Mansyah et al. (1999), terdapat variabilitas fenotipe pada karakter populasi manggis Sumatera Barat, dan dari hasil analisis isozimnya, populasi manggis tersebut memiliki keragaman genetik meskipun sempit. Hasil penelitian Wulan (2002) dan Prabowo (2002) serta Anggraeni
(2003),
menyatakan bahwa keragaman yang ada pada sentra-sentra produksi di Jawa diduga merupakan keragaman yang disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan. Iradiasi sinar gamma pada biji manggis dapat menyebabkan perubahan pada karakter morfologi dan anatomi serta perubahan molekulernya (Chasanah, 2005). Allard (1960) menyatakan bahwa keragaman fenotipe dari suatu tanaman dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan serta adanya interaksi antara keduanya (VP = VG + VE +
VG*VE). Oleh karena itu, diperlukan pengujian untuk
mengetahui apakah keragaman yang ada disebabkan oleh pengaruh genotipe atau 1
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/012007/22/0604.htm. 22 November 2007
2 lingkungan. Dalam studi ini bibit ditanam pada lingkungan yang dibuat seragam sehingga ragam lingkungan menjadi nol, dan ragam fenotipe sama dengan ragam genetik. Keragaman yang dapat teramati diduga menunjukkan keragaman genetik.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pola keragaman morfologi bibit manggis (Garcinia mangostana L.) dari empat sentra produksi di kabupaten Tasikmalaya (Puspahiang, Salawu, Sukaraja dan Tanjungjaya) yang ditumbuhkan pada lingkungan yang sama.
TINJAUAN PUSTAKA Manggis (Garcinia mangostana L.) Penamaan binomial Garcinia mangostana, pertama kali ditetapkan oleh Carolus Linnaeus. Menurut Linnaeus kata Garcinia diambil dari percobaan Laurentius Garcin, seorang peneliti dan wartawan yang bekerja sebagai dokter di Netherland Indies (Indonesia), dan kata Mangostana berasal dari percobaan Mollucas atau nama lokalnya dikenal dengan Mangostan (Whitmore, 1973 dalam Sobir et al. 2007). Menurut Verheij (1999), tanaman manggis termasuk dalam genus Garcinia dari famili Guttifera. Dalam genus Garcinia terdapat 400 species. Tanaman manggis, atau dikenal juga dengan nama manggustan (Filipina) dan mangkhut (Laos, Kamboja dan Thailand) serta cay mang cut (Vietnam), berasal dari Semenanjung Malaysia. Jenisnya yang pertama berasal dari Kepulauan Nikobar. Pada awalnya, tanaman ini hanya tersebar di Asia Tenggara, tetapi hanya dalam 2 abad, tanaman manggis dapat tersebar ke negara-negara tropik lainnya, termasuk Sri Lanka, India Selatan, Amerika Tengah, Brazil dan Queensland. Berdasarkan studi morfologi dan sitologi Yaacob dan Tindal (1995), manggis merupakan tanaman allotetraploid yang secara morfologi merupakan keturunan dari G. hombroniana Pierre (2n=48) dan G. malaccensis T. Anderson (2n=42). Tanaman manggis termasuk dalam divisi Spermathophyta, sub divisi Angiospermae, kelas Dicotyledoneae, bangsa Parietales, famili Guttiferae, serta genus Garcinia2. Manggis termasuk buah yang lambat perkembangannya diantara buahbuah tropika lainnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu pertumbuhan yang lambat, salah satunya dikarenakan oleh sistem perakaran yang kurang baik, serta masa juvenil yang panjang (10-15 tahun). Benih manggis mempunyai masa hidup yang pendek (Purseglove, 1968 dalam Sobir et al. 2007). Kurangnya metode yang terpercaya untuk melakukan perbanyakan serta kebutuhan tenaga kerja yang intensif dalam pemanenan merupakan salah satu faktor pembatas 2
http://home/manggis/public_html/web_mangosteen/content/db.inc. 22 November 2007
4 dalam komersialisasi manggis. Upaya pengembangan tanaman manggis mengalami hambatan karena masih kurangnya informasi dan penelitian yang dilakukan, termasuk penelitian di bidang pemuliaan tanaman. Beberapa peneliti menemukan keragaman pada manggis selama di lapang, diantaranya Verheij (1999), menyatakan adanya variasi rasa dan ukuran buah manggis di Asia. Mansyah et al. (1999), berdasarkan hasil analisis isozim, menunjukkan variabilitas genetik pada manggis Sumatera Barat masih sempit, tetapi variabilitas fenotipnya luas. Hasil penelitian Mansyah (2002), Wulan (2002), Prabowo (2002) dan Purwanti (2002) serta Anggraeni (2003) dan Suhaeri (2003), menyatakan bahwa keragaman morfologi (karakter vegetatif, karakter buah dan pembibitan) yang ada pada sentra-sentra produksi di Jawa diduga merupakan keragaman yang disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan, sedangkan menurut Chasanah (2005), iradiasi sinar gamma pada biji manggis dapat menyebabkan perubahan pada karakter morfologi dan anatomi serta perubahan molekulernya. Berdasarkan hasil analisis variabilitas genetik tanaman manggis dan kerabat dekatnya, Sinaga et al. (2006) menyatakan bahwa tingkat kesesuaian isoenzim lebih kongruen dengan kombinasi penanda isoenzim dan RAPD. Keragaman genetik manggis dan kerabat dekatnya berdasarkan penanda isoenzim (81%) dan RAPD (60%), termasuk tinggi untuk tanaman apomiksis obligat. Berdasarkan penanda isoenzim, aksesi G. celebica dan G. hombroniana yang diduga sebagai tetua manggis berada pada kemiripan genetik 34.5%, sedangkan G. malaccensis berada dalam kelompok manggis (57.2%), sehingga hipotesis yang menyatakn G. mangostana merupakan hibrid dari G. malaccensis dengan G. hombroniana dapat diterima.
Karakter Populasi Tanaman Manggis di Tasikmalaya Menurut Badan Pusat Statistik (2008), distribusi manggis hampir menyeluruh di setiap penjuru Indonesia, tetapi sentra produksi manggis hanya terdapat di Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali3. Di Jawa Barat, sentra produksi manggis berada di Purwakarta, Subang, Tasikmalaya, 3
http://www.bps.go.id/agriculture/horticulture statictics.htm. 05 Juni 2008
5 Ciamis, Majalengka, Bogor, Sukabumi, serta Cianjur. Sentra-sentra produksi manggis di Tasikmalaya antara lain Puspahiyang, Salawu, Sukaraja dan Tanjungjaya. Manggis Puspahiang dipanen sekitar bulan Desember-April dengan produksi tebesar pada bulan Maret dan menghasilkan empat tingkat kualitas manggis, antara lain kualitas super, kualitas falcon, kualitas super BS, dan kualitas BS4. Menurut hasil penelitian Sidik (2004), manggis asal Tasikmalaya mengandung pH dan Total Asam Tertitrasi (TAT) paling tinggi dibanding manggis Purwakarta, Bogor dan Trenggalek. Rasa buahnya paling disukai dan kandungan getah pada daging buahnya sedikit. Menurut Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika (2007), berdasarkan hasil simulasi uji BUSS, diketahui bahwasanya manggis Puspahiang mempunyai karakter seperti terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakter Manggis Puspahiang Menurut PKBT (2007) No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
4
Karakter yang Diamati Kanopi Percabangan Pola Percabangan Warna Daun Tua Bentuk Daun Tepi Daun Pola Tandan Bunga Warna Kelopak Bunga Kelimpahan Bunga Intensitas Berbuah Pola Tandan Buah Burik Ketebalan Cupat Bercak di Sekitar Cupat Tekstur Aril Kualitas Aril Aroma Aril Getah Kuning Bentuk Biji Kadar Asam
Tipe Karakter Spherical Sedang Tidak Beraturan Hijau Tua Lanceolate Bergelombang Satu, Dua atau Lebih Hijau Kekuningan Sedang Sedang Satu, Dua atau Lebih Ada Tebal Bercak Kecil Sedang Sedang Kuat Ada Oblong Tinggi
http://home/manggis/public_html/web_mangosteen/content/db.inc. 22 November 2007
6 Keistimewaan buah manggis asal daerah Puspahinag, ukurannya besar 120-200 gram perbuah dengan kulit yang mulus, licin dan rasanya manis. Manggis asal Sukaraja, buahnya relatif lebih kecil dan agak berburik tetapi rasanya lebih manis (Sinaga, 2008).
Apomiksis Manggis merupakan tanaman yang bersifat apomiksis obligat . Tanaman manggis tidak memiliki biji sejati, dalam arti bahwa biji itu terbentuk dari sel-sel bagian dalam dinding daun buah, kadang-kadang mengarah ke poliembrioni (Verheij, 1999). Menurut Asker dan Jerling (1992), apomiksis merupakan proses reproduksi dimana pembentukan biji terjadi tanpa adanya reduksi sejumlah kromosom dan fertilisasi sel telur. Embrio apomiktik berasal dari sel-sel jaringan maternal ovul tanpa fusi gamet jantan dan betina. Berdasarkan sumber selnya, mekanisme apomiksis dibedakan menjadi tiga, yaitu, diplospory, apospory dan sporophytic Apomixis/adventious/nucellar embriony. Diplospory adalah embrio apomiktik berasal dari sel induk megaspora dan sel telur berkembang secara partenogenetik menjadi embrio di dalam kantung embrio yang tidak tereduksi dari sel megaspora. Apospory adalah mekanisme apomiksis dimana embrio apomoktik berasal dari sel-sel nuselus (sel somatik yang
berada
di
sekeliling
sel
induk
megaspora).
Sporophytic
Apomixis/adventious/nucellar embriony adalah perkembangan embrio secara langsung dari jaringan sprofitik (sel somatik dalam ovul) dan integument (kulit lapisan kantung embrio) yang hampir sama dengan reproduksi aseksual murni (Asker dan Jerling, 1992). Karakter/tipe apomiksis, terdiri dari apomiksis obligat dan apomiksis fakultatif. Apomiksis obligat terjadi apabila keturunannya betul-betul seragam dan identik dengan induknya, sedangkan apomiksis fakultatif merupakan kombinasi antar apomiktik dan reproduksi seksual. Pada tipe ini, apomiksis yang mengontrol seksualitas, sehingga dapat menyebabkan penyimpangan pada keturunannya (Asker dan Jerling, 1992).
7 Kegunaan
apomiksis
diantaranya,
mudah
dan
murah
dalam
memproduksinya, petani dapat memproduksi sendiri benihnya, untuk produksi benih isolasi tempat antar kultivar dapat dikurangi, mengatasi sifat mandul jantan, mengatasi masalah inkompatibilias, serta dapat menstabilkan tanaman.
Keragaman Keragaman merupakan modal dasar dalam pemuliaan tanaman. Menurut Allard (1960), keragaman yang tampak (fenotipe) dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan, serta interaksi antar keduanya dengan hubungan VP = VG + VE + VG*VE. Kontibusi ragam genetik dan ragam lingkungan ini terhadap ragam fenotipe adalah bebas atau tidak saling mempengaruhi. Ragam genetik dan ragam lingkungan yang menyusun ragam fenotipe dapat dipisahkan dengan beberapa metode diantaranya adalah metode lingkungan yang seragam. Dalam metode ini lingkungan dibuat seragam sehingga ragam lingkungan menjadi nol dan ragam genetik sama dengan ragam lingkungan.
Uji Kehomogenan Ragam Menurut Gomez dan Gomez (1995), uji kehomogenan ragam digunakan untuk menguji kesamaan (kehomogenan) beberapa ragam (Uji Bartlett). Dalam penelitian pertanian, uji ini biasa digunakan untuk menyatakan kehomogenan ragam untuk keperluan sidik ragam yang sah, menyatakan kehomogenan ragam galat dalam data gabungan dari serangkaian percobaan, menyatakan kehomogenan ragam dalam penelitian genetika dimana materi yang diujikan terdiri atas berbagai genotipe yang berasal dari generasi turun temurun, serta menyatakan kehomogenan ragam penarikan contoh diantara contoh yang diambil dari dua populasi atau lebih. Uji ini dilakukan untuk melihat apakah ragam dari populasi yang diamati mempunyai nilai yang berbeda atau tidak. Dengan membandingkan antara nilai χ2 hitung dengan χ2 tabel dapat diketahui apakah suatu hipotesis kehomogenan ragam diterima atau ditolak (Gomez dan Gomez, 1995).
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2007 sampai dengan April 2008 di Rumah Kasa Kebun Percobaan PKBT IPB Tajur, Bogor Selatan yang terletak pada ketinggian 240 m di atas permukaan laut (dpl).
Bahan dan Alat Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalan bibit manggis yang berasal dari empat sentra produksi di Kabupaten Tasikmalaya yaitu Puspahiang, Salawu, Sukaraja dan Tanjungjaya. Bahan lain yang digunakan yaitu media tanam berupa tanah, pupuk kandang, dan pasir dengan perbandingan 1:1:1. Alat yang digunakan antara lain penggaris, jangka sorong, label, polybag 30 cm x 30 cm, alat pencatat data dan alat pertanian pada umumnya.
Metode Penelitian Percobaan terdiri dari empat perlakuan asal lokasi pengambilan benih. Masing-masing perlakuan terdiri atas unit-unit ulangan yang berbeda. Bibit asal lokasi Puspahiang, Salawu dan Sukaraja dengan 10 ulangan, sedangkan bibit asal lokasi Tanjungjaya hanya 9 ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 3-25 bibit. Dengan demikian Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal. Model matemátika yang digunakan : Yij = μ + αi + εij Keterangan : Yij
= Respon pengamatan lokasi ke-i ulangan ke-j
μ
= Nilai tengah umum
αi
= Pengaruh lokasi ke-i
εij
= Pengaruh galat percobaan lokasi ke-i, ulangan ke-j
9
Pelaksanaan Penelitian Pembuatan Media Media terdiri atas Tanah, pupuk kandang dan pasir dengan perbandingan 1:1:1. Polybag yang digunakan berukuran 30 cm x 30 cm. Persiapan Bibit Benih manggis disemai pada boks plastik dengan menggunakan media berupa pasir. Setiap boks terdiri dari satu ulangan, kemudian setelah berumur ± 9 bulan, bibit dipindahkan ke media yang baru. Pengamatan Peubah yang diamati terdiri dari 2 kelompok : a. Karakter Kuantitatif, yaitu karakter yang bisa diukur tetapi tidak dapat dibedakan secara tegas. Karakter ini dinyatakan dalam besaran kuantitatif masing-masing individu tanaman. 1. Tinggi tanaman, diukur dari atas permukaan tanah sampai batas pucuk 2. Jumlah daun yang sudah mekar sempurna 3. Panjang daun (P), diukur pada daun terbesar. 4. Lebar daun (L), diukur pada daun terbesar. 5. Rasio P/L b. Karakter Kualitatif, yaitu karakter/sifat yang secara kualitatif berbeda sehingga mudah dikelompokkan dan biasanya dinyatakan dalam kategori. Karakter ini digunakan untuk menduga ragam genetik 1. Bentuk daun :
Ovate
Obovate
.Elliptic
Oblong
Lanceolate
10 2. Tepi daun :
Rata
Bergelombang
3. Ujung daun :
Acute
Acuminate
Retuse
Obtuse
4. Pangkal daun :
Oblique
Rounded
Shortly Attenuate
Cuneate
Truncate
Gambar 1. Deskripsi Morfologi Manggis Menurut IPGRI 5. Warna daun tua : (a)Hijau Muda; (b)Hijau; (c)Hijau Tua 6. Warna batang : (a)Hijau Muda; (b)Hijau; (c)Hijau Tua
Analisis Data Masing-masing peubah yang diamati dilihat kehomogenan ragamnya menggunakan Uji Bartlett derajat bebas tidak sama, dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Gomez dan Gomez, 1995) :
11
2
χ =
(2,3026) (k
log s p
2
−
∑ log s
2 i
)
1 + ((k + 1) / 3kf )
Keterangan : si2
= nilai ragam
f
= derajat bebas untuk setiap si
sp2
= ragam gabungan
k
= jumlah ragam yang diamati
Nilai χ2 hitung dibandingkan dengan nilai χ2 tabel dengan derajat bebas (k-1) sehingga akan diperoleh nilai yang berarti : 1. Tolak hipotesis ragam homogen apabila nilai χ2 hitung lebih besar daripada χ2 tabelnya pada taraf nyata 5 % dan 1 %. Uji ini menunjukkan perbedaan yang nyata antara ragam penarikan contoh yang digunakan. 2. Terima hipotesis ragam homogen apabila nilai χ2 hitung lebih kecil daripada χ2 tabelnya pada taraf nyata 5 %. Uji ini menunjukkan perbedaan yang tidak nyata antara ragam penarikan contoh yang digunakan. Dari perhitungan diatas, jika : 1. Hipotesis ragam homogen ditolak maka berarti ada keragaman dalam data yang diamati sehingga menunjukkan adanya keragaman dalam tanaman manggis. Dari hasil ini akan dapat diketahui langkah pemuliaan selanjutnya untuk pengembangan tanaman ini. 2. Hipotesis ragam homogen diterima maka berarti tidak ada keragaman dalam data yang diamati sehingga menunjukkan bahwa populasi tanaman manggis yang ada adalah seragam. Pada uji kehomogenan antar lokasi, nilai ragam yang dihasilkan dibandingkan dengan standar deviasinya sebagai kriteria untuk menentukan luas tidaknya keragaman karakter yang diuji (Tabel 2). Suatu karakter tergolong mempunyai keragaman yang luas jika ragamnya lebih besar dari dua kali standar deviasi , ragam tergolong sempit jika ragam lebih kecil atau sama dengan dua kali standar deviasi (Drajat, 1987 dalam Sinaga, 2008). Apabila ragam yang diuji homogen, maka dilanjutkan dengan Uji Fisher’s (LSD = Least Significant Difference) untuk melihat perbandingan rataan ragam tiap peubah yang diamati.
12 Tabel 2. Kriteria Variabilitas Fenotipe Berdasarkan Uji Bartlett dan Perbandingan Ragam dengan Standar Deviasinya Perbandingan Ragam dengan Varibitas Uji Bartlett Standar Deviasi Fenotipe Nyata Beragam Nyata Beragam Sangat nyata beragam Sangat nyata beragam Tidak beragam Tidak beragam
Luas Sempit Luas Sempit Luas Sempit
Luas Sempit Luas Luas Sempit Sempit
Uji Bartlett dilakukan menggunakan aplikasi komputer program Minitab 13 Under Window. Sidik ragam dan Uji LSD menggunakan program SAS 6.12 Under Window.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan PKBT IPB Tajur, Bogor Selatan yang terletak pada ketinggian 240 m dpl. Menurut kantor BMG, selama penelitian berlangsung yaitu pada bulan Nopember 2007 sampai dengan April 2008 memiliki kisaran suhu antara 22.1 -26.8oC, curah hujan antara 251673mm/bulan dan kelembaban antara 80.9-90%. Kondisi ini sesuai untuk pertumbuhan manggis. Menurut Sunaryono (1981), Ashari (1995), dan Verheij (1999), pertumbuhan tanaman manggis lebih baik di dataran rendah sampai 600 m dpl. Pertumbuhannya lambat pada suhu dibawah 20 oC dengan batas temperatur tertinggi 38-40 oC. Curah hujan yang dibutuhkan antara 1500-2500 mm/tahun dan merata sepanjang tahun. Pada 2 Minggu Setelah Tanam (MST), terdapat bibit manggis yang mati (26.60%). Hal ini diduga karena daya adaptasi bibit yang rendah terhadap perubahan media tanam dan lingkungan, selain itu juga diduga karena adanya serangan hama penggerek batang. Hama pengorok daun yang menyerang daun muda mulai terlihat pada 14 MST. Serangan hama-hama ini tidak terlalu mengganggu dan hanya menyerang pada sebagian kecil bibit manggis, sehingga pengendaliannya dilakukan dengan memisahkan bibit yang terserang agar tidak menular. Berdasarkan histogram pada Gambar 2 menunjukkan bahwa jumlah bibit mati yang terbanyak terdapat pada populasi bibit asal lokasi Tanjungjaya yaitu 41 bibit.
2 MST
200
18 MST
Jumlah Bibit
150
100
50
0 Salaw u
Puspahiang
Sukaraja
Tanjungjaya
Lokasi
Gambar 2. Histogram Perbandingan Jumlah Bibit dari Empat Lokasi diTasikmalaya Antara 2 dan 18 MST
14
Hasil Uji Kehomogenan Ragam Kehomogenan Ragam Antar Populasi dari Tiap Lokasi Pengujian kehomogenan ragam ini dilakukan untuk melihat keragaman antar populasi dari
tiap lokasi. Hasil perhitungan dengan menggunakan uji
kehomogenan ragam (Uji Bartlett) menunjukkan bahwa ragam yang homogen antar populasi terdapat pada bibit asal lokasi Tanjungjaya. Hal ini berarti bahwa keragaman antar populasi terdapat pada bibit dari tiga lokasi lainnya, yaitu Salawu, Puspahiang dan Sukaraja. Keragaman antar populasi berturut-turut terjdapat pada bibit asal lokasi Sukaraja (pada peubah rasio P/L), Puspahiang (pada peubah rasio P/L) dan keragaman terbesar terdapat pada bibit asal lokasi Salawu (pada peubah rasio P/L, dan lebar daun). Hasil perbandingan kehomogenan ragam antar populasi dari tiap lokasi dapat dilihat pada Tabel 3 dan hasil selengkapnya pada Tabel Lampiran 10.
Tabel 3. Perbandingan Kehomogenan Ragam Bibit Manggis Antar Populasi dari Tiap Lokasi di Tasikmalaya pada 18 MST Lokasi Peubah Salawu Puspahiang Sukaraja Tanjungjaya Tinggi Tanaman tn tn tn tn Panjang Daun (P) tn tn tn tn Lebar Daun (L) ** tn tn tn Jumlah Daun tn tn tn tn Rasio P/L ** ** ** tn Ket : (*) nyata beragam pada taraf uji 5%; (**) sangat nyata beragam pada taraf uji 1%; ( tn) tidak nyata beragam (homogen) pada taraf uji 5%
Kehomogenan Ragam Antar Asal Lokasi Pengujian kehomogenan ragam ini dilakukan untuk melihat keragaman dari peubah yang diamati pada populasi bibit manggis antar asal lokasi
di
Kabupaten Tasikmalaya. Hasil perhitungan terhadap keragaman bibit manggis dari empat sentra produksi yaitu Puspahiang, Salawu, Sukaraja dan Tanjungjaya, dengan menggunakan uji kehomogenan ragam (Uji Bartlett) menunjukkan bahwa ragam yang homogen terdapat pada peubah tinggi tanaman dan lebar daun,
15 sedangkan pada peubah panjang daun, jumlah daun serta rasio P/L ragam tidak homogen, atau dengan kata lain pada peubah-peubah tersebut terdapat keragaman. Berdasarkan hasil analisis perbandingan ragam dengan standar deviasinya (Tabel Lampiran 11) peubah tinggi tanaman, panjang daun dan lebar daun mempunyai ragam yang sempit, sedangkan peubah rasio P/L dan jumlah daun mempunyai ragam yang luas. Hasil pengujian kehomogenan ragam (uji Bartlett) pada bibt manggis dari empat lokasi pada 18 MST dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Nilai Khi-kuadrat (χ2) Uji Kehomogenan Ragam dan Variabilitas Fenotipe Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya pada 18 MST Peubah Tinggi Tanaman (cm) Panjang Daun (cm) Lebar Daun (cm) Rasio P/L (cm) Jumlah Daun (helai)
χ2 hitung 4.900tn 9.187* 6.181tn 14.851** 19.750**
Kriteria Sempit Sempit Sempit Sempit Sempit
Variabilitas Fenotipe sempit sempit sempit Luas Luas
Ket : (*) nyata beragam pada taraf uji 5%; (**) sangat nyata beragam pada taraf uji 1%; (tn) tidak nyata beragam (homogen) pada taraf uji 5%
Analisis Ragam Analisis ragam dilakukan untuk mendapatkan nilai F untuk menguji beda nyata setiap peubah pengamatan dari tiap lokasi
yang kemudian dilanjutkan
dengan uji LSD untuk melihat perbandingan nilai tengahnya. Hasil rekapitulasi uji F beberapa peubah dari empat lokasi dapat dilihat pada Tabel 5.
16 Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Uji F Beberapa Peubah Kuantitatif Pada Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya Waktu F Hitung Pengamatan TT PD LD JD Rasio P/L 2MST 4MST 6MST 8MST 10MST 12MST 14MST 16MST 18MST
25.44** 25.53** 28.50** 13.31** 24.31** 21.62** 15.44** 12.54** 14.00**
6.50** 4.86** 12.88** 15.73** 5.13** 8.53** 8.83** 8.04** 10.78**
10.85** 7.37** 7.41** 6.34** 0.32tn 0.86 tn 2.20 tn 0.39 tn 3.68*
5.04** 5.28** 5.60** 7.84** 9.83** 10.85** 10.91** 10.17** 11.46**
2.26tn 0.50tn 3.10* 1.23tn 3.60** 6.11** 10.78** 10.81** 14.23**
Ket : (*) berbeda nyata pada taraf uji 5%; (**) berbeda sangat nyata pada taraf uji 1%; (tn) tidak berbeda nyata; (TT) Tinggi Tanaman; (JD) Jumlah Daun; (PD) Panjang Daun; (LD) Lebar Daun
Berdasarkan rekapitulasi hasil uji F pada Tabel 5, pada umumnya perlakuan asal lokasi pengambilan benih menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap semua peubah yang diamati. Pengaruh tidak signifikan pada peubah lebar daun terdapat pada 10-16 MST dan peubah rasio P/L pada pengamatan 2, 4, dan 8 MST. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1-5. Hasil uji Bartlett menunjukkan bahwa hanya peubah tinggi tanaman dan lebar daun yang ragamnya homogen, sehingga uji LSD dilakukan pada peubahpeubah tersebut.
Tinggi Tanaman Berdasarkan data pada Tabel 6, hasil uji LSD menunjukkan bahwa pada peubah tinggi tanaman, bibit asal lokasi Salawu memiliki nilai tengah tertinggi dan nyata lebih tinggi dibandingkan dengan bibit asal lokasi Puspahiang, Sukaraja maupun Tanjungjaya pada tiap kali pengamatan.
17 Tabel 6. Perbandingan Nilai Tengah Peubah Tinggi Tanaman Pada Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya Lokasi MST Salawu Puspahiang Sukaraja Tanjungjaya 2 9.531a 7.339b 6.640b 7.113b 4 9.573a 7.801b 6.836c 7.774b 6 9.961a 7.964b 7.056c 7.933b 8 10.084a 9.348b 7.274c 8.007c 10 10.332a 8.606b 7.558c 8.213c 12 10.489a 8.817b 7.857c 8.279c 14 10.509a 9.026b 8.251c 8.450c 16 10.442a 9.299b 8.447c 8.348c 18 10.625a 9.566b 8.665c 8.395c Ket : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji LSD pada taraf 5% dan 1%. Data diatas bukan hasil transformasi tetapi uji ini dilakukan pada data hasil transformasi √x.
Pertumbuhan
tanaman
berdasarkan
peubah
tinggi
tanaman,
pertambahannya sangat lambat dan terkadang mengalami penurunan
Grafik
selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.
Salaw u
Puspahiang
Sukaraja
Tanjungjaya
Tinggi Tanaman (cm)
11,0 10,0 9,0 8,0 7,0 6,0 2
4
6
8
10
12
14
Waktu Pengam atan (MST)
Gambar 3. Grafik Tinggi Tanaman Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya pada 2-18 MST
Lebar Daun Hasil uji LSD menunjukkan bahwa pada peubah lebar daun, bibit asal lokasi Salawu memiliki nilai tengah tertinggi pada 2-8 MST, tetapi nilai
18 tengahnya tidak ada yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan nilai tengah bibit asal lokasi lainnya sedangkan pada 9-16 MST, lokasi pengambilan benih tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peubah ini. Pada pengamatan terakhir (18 MST) nilai tengah tertinggi terdapat pada bibit asal lokasi Sukaraja tetapi nilainya pun tidak nyata lebih tinggi dibandingkan dengan nilai tengah bibit asal lokasi lainnya. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Perbandingan Nilai Tengah Peubah Lebar Daun Pada Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya Lokasi MST Salawu Puspahiang Sukaraja Tanjungjaya 2 3.641a 3.521a 3.236b 3.181b 4 3.562a 3.483a 3.127b 3.161b 6 3.580a 3.494a 3.240b 3.185b 8 3.833a 3.510a 3.167b 3.196b 10 2.668a 2.725a 2.598a 2.605a 12 2.741a 2.914a 2.798a 2.575a 14 2.639a 2.581a 2.886a 2.675a 16 3.201a 2.691a 2.930a 2.760a 18 2.573b 2.706ab 2.994a 2.624b Ket : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji LSD pada taraf 5% dan 1%. Data diatas bukan hasil transformasi tetapi uji ini dilakukan pada data hasil transformasi √x.
Pertumbuhan tanaman berdasarkan peubah lebar daun mulai mengalami penurunan yang signifikan pada 8 MST di semua perlakuan. Grafik pengaruh lokasi pengambilan benih terhadap peubah ini dapat dilihat pada Gambar 3.
19
Salaw u
Puspahiang
Sukaraja
Tanjungjaya
Lebar Daun (cm)
4,0 3,5 3,0 2,5 2,0 2
4
6
8
10
12
14
Waktu Pengam atan (MST)
Gambar 4. Grafik Lebar Daun Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya pada 2-18 MST Uji LSD tetap dilakukan pada peubah-peubah yang ragamnya tidak homogen (panjang dan jumlah daun serta rasio P/L). Hal ini dilakukan untuk mengetahui pola pertumbuhan bibit dari empat lokasi.
Panjang Daun Hasil uji LSD menunjukkan bahwa pada peubah panjang daun, bibit asal lokasi Puspahiang memiliki nilai tengah tertinggi pada 2, 4, 12, 14, 16, dan 18 MST, tetapi tidak terdapat nilai tengah yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan nilai tengah dari ketiga asal lokasi lainnya. Pada 6-10 MST nilai tengah tertinggi terdapat pada bibit asal lokasi Salawu. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel Lampiran 6. Pertumbuhan tanaman berdasarkan peubah panjang daun pertambahannya sangat lambat. Grafik pengaruh lokasi pengambilan benih terhadap peubah ini dapat dilihat pada Gambar 4.
20
Salaw u
Puspahiang
Sukaraja
Tanjungjaya
Panjang Daun (cm )
8,0 7,0 6,0 5,0 4,0 2
4
6
8
10
12
14
Waktu Pengam atan (MST)
Gambar 5. Grafik Panjang Daun Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya pada 2-18 MST
Jumlah Daun Berdasarkan data pada Tabel Lampiran 7, pada peubah jumlah daun, nilai tengah tertinggi sebagian besar terdapat pada bibit asal lokasi Puspahiang (8-18 MST), tetapi hanya pada 12 dan 16 MST nilainya nyata lebih tinggi dibandingkan dengan bibit yang berasal dari ketiga lokasi lainnya, .sedangkan pada awal pengamatan (2-6 MST) nilai tengah tertinggi terdapat pada bibit asal lokasi Salawu. Pertumbuhan tanaman berdasarkan peubah jumlah daun terjadi peningkatan walupun sangat lambat. Grafik pengaruh lokasi pengambilan benih terhadap peubah ini dapat dilihat pada Gambar 5.
Salaw u
Puspahiang
Sukaraja
Tanjungjaya
Jumlah Daun (helai)
7,0 6,0 5,0 4,0 3,0 2
4
6
8
10
12
14
Waktu Pengamatan (MST)
Gambar 6. Grafik Jumlah Daun Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya pada 2-18 MST
21 Rasio P/L Pada 2, 4 dan 8 MST, lokasi pengambilan benih tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peubah rasio P/L, sedangkan pada 6, 10,12, 14, 16 dan 18 MST lokasi pengambilan benih memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peubah rasio P/L. Nilai tengah tertinggi terdapat pada bibit asal lokasi Puspahiang, tetapi hanya pada 16 MST nilai tengahnya nyata lebih tinggi dibandingkan dengan bibit dari ketiga lokasi lainnya. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel Lampiran 8. Grafik pengaruh lokasi pengambilan benih terhadap peubah rasio P/L dapat dilihat pada Gambar 6.
Salaw u
Puspahiang
Sukaraja
Tanjungjaya
Rasio P/L (cm)
3,0
2,5
2,0
1,5
1,0 2
4
6
8
10
12
14
Waktu Pengam atan (MST)
Gambar 7. Grafik Rasio P/L Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya pada 2-18 MST
Karakter Kualitatif Bentuk daun Pada peubah bentuk daun dari empat sentra produksi terlihat cukup seragam, tetapi daun bibit manggis yang berasal dari Sukaraja mempunyai ukuran yang lebih besar dan tulang daun yang terlihat lebih jelas dibandingkan dengan daun bibt manggis dari ketiga lokasi lainnya. Daun manggis dari empat sentra produksi ini, dikategorikan bentuk daun lanceolate (Gambar 7).
22 Tepi Daun Berdasarkan pengamatan visual pada peubah tepi daun cukup seragam. Tepi daun pada bibit dari empat lokasi yang teramati dikategorikan daun bertepi rata (Gambar 8).
Gambar 8. Bentuk Daun Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya Ujung dan Pangkal Daun Deskripsi morfologi lain yang teramati yaitu ujung dan pangkal daun pada bibit dari keempat lokasi terlihat seragam. Ujung daun dikategorikan acuminate, sedanakan pangkalnya termasuk kategori cuneate (Gambar 8).
23
Ujung daun accuminate Tepi daun rata
Pangkal daun cunaeta Gambar 9. Ujung, Pangkal dan Tepi Daun Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya
Warna daun Warna daun tua pada bibit manggis dari keempat lokasi seragam yaitu hijau tua (Gambar 9).
Sukaraja
Puspahiang
Tanjungjaya
Salawu
Gambar 10. Warna Daun Tua Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmlaya
Warna Batang Warna batang bibit manggis dari empat sentra produksi cukup seragam yaitu hijau tua, seperti terlihat pada Gambar 10.
24
Puspahiang
Sukaraja
Tanjungjaya
Salawu
Gambar 11. Warna Batang Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya
Secara umum, karakter kualitatif pada populasi bibit manggis dari empat lokasi di Tasikmalaya dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Karakter Kualitatif Populasi Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya Lokasi Karakter Kualitatif Sukaraja Puspahiang Tanjungjaya Salawu Bentuk Daun
Lanceolate
Lanceolate
Lanceolate
Lanceolate
Tepi Daun
Rata
Rata
Rata
Rata
Ujung Daun
Accuminate
Accuminate
Accuminate
Accuminate
Pangkal Daun
Cunaeta
Cunaeta
Cunaeta
Cunaeta
Tulang Daun
Jelas
Kurang jelas
Kurang jelas
Kurang jelas
Warna Daun Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Warna Batang
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Hijau Tua
Pembahasan Hasil pengamatan terhadap bibit manggis dari empat sentra produksi di Kabupaten Tasikmalaya yaitu Salawu, Puspahiang, Sukaraja dan Tanjungjaya menunjukkan adanya keragaman pada semua karakter yang diamati. Karakter yang diamati meliputi karakter kualitatif dan karakter kuantitatif.
25 Pada karakter kualitatif, keragaman yang tampak adalah pada peubah ukuran daun. Bibit asal lokasi Sukaraja mempunyai ukuran daun yang lebih besar dibandingkan dengan bibit asal lokasi lainnya. Menurut Prabowo (2002), terdapat variasi bentuk daun dan bentuk kanopi pada tanaman manggis dari empat sentra produksi di Jawa (Leuwiliang, Purwakarta, Purworejo, dan Trenggalek). Hal ini menjadi petunjuk kemungkinan adanya jenis manggis yang berbeda di empat lokasi tersebut. Pada peubah bentuk, tepi, ujung, pangkal dan warna daun serta warna batang tidak menunjukkan adanya keragaman (seragam). Daun manggis dari keempat lokasi berbentuk lanceolate, bertepi rata, berujung loncos (accuminate) sedangkan pangkalnya rata dan tangkai daun agak bengkok (cuneate), warna daun hijau tua serta batang berwarna hijau tua juga. Menurut Verheij (1999), lembaran daun manggis berbentuk lonjong atau jorong, menjangat dan tebal, pinggirannya rata dan bagian ujungnya loncos (cuspidate). Pada karakter kuantitatif, hasil perhitungan dengan menggunakan uji kehomogenan ragam (Uji Bartlett) antar populasi dari tiap lokasi menunjukkan bahwa kehomogenan ragam antar populasi hanya terjadi pada bibit asal lokasi Tanjungjaya. Hal ini berarti bahwa keragaman antar populasi terjadi pada bibit yang berasal dari tiga lokasi lainnya, yaitu Salawu, Puspahiang dan Sukaraja, sedangkan berdasarkan uji kehomogenan ragam antar asal lokasi menunjukkan bahwa keragaman terdapat pada sebagian besar karakter kuantitatif yang diamati, yaitu panjang daun, jumlah daun, serta rasio P/L. Peubah-peubah tersebut merupakan karakter vegetatif yang cenderung lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Verheij (1999) mengemukakan bahwa terdapat variasi bentuk tanaman dan ukuran daun manggis yang disebabkan oleh faktor lingkungan tumbuh di sekitar tanaman. Pada karakter kuantitatif lain, yaitu tinggi tanaman dan lebar daun, tidak menunjukkan adanya keragaman (homogen). Menurut Mawar (2002) dan Anggraeni (2003), populasi tanaman manggis di pembibitan pada sentra-sentra produksi di Jawa (Purwakarta, Bogor, Watulimo, Trenggalek, dan Purworejo) menunjukkan kehomogenan ragam pada semua karakter kuantitatif yang diamati meliputi tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun, rasio P/L, dan jumlah daun.
26 Berdasarkan hasil analisis perbandingan ragam dengan standar deviasinya diketahui bahwa peubah tinggi tanaman, panjang daun dan lebar daun, mempunyai ragam yang sempit, sedangkan peubah yang lainnya yaitu jumlah daun dan rasio P/L mempunyai ragam yang luas. Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Sinaga (2008) terhadap pohon induk bibit tersebut, yang menyatakan bahwa peubah tinggi tanaman, panjang daun dan lebar daun mempunyai ragam yang luas. Hal ini menunjukkan peubah yang diamati di pembibitan tidak berhubungan dengan peubah pohon induk. Peubah yang mempunyai ragam sempit diduga dipengaruhi oleh faktor genetik dan bersifat kuantitatif. Karakter kuantitatif adalah karakter yang dikendalikan oleh banyak gen. Setiap gen dalam sifat kuantitatif mempunyai pengaruh kecil terhadap total ekspresi gen dan dipengaruhi oleh lingkungan. Sifat kuantitaif yang dikendalikan oleh banyak gen, dapat diartikan sebagai hasil akhir dari suatu proses pertumbuhan yang berkaitan dengan sifat morfologi dan fisiologi tanaman (Allard, 1960). Variabilitas suatu polulasi tanaman dapat disebabkan oleh faktor genetik, faktor lingkungan serta interaksi antara keduanya. Variabilitas yang luas dari suatu karakter akan memberikan peluang yang baik dalam proses pemuliaan tanaman, terutama dalam proses seleksi. Hasil analisis ragam (uji F), menunjukkan bahwa lokasi pengambilan benih memberikan pengaruh yang signifikan pada sebagian besar peubah yang diamati, kecuali pada peubah lebar daun (10-16 MST) dan rasio P/L (2, 4 dan 8 MST). Pada peubah tinggi tanaman dan lebar daun nilai tengah tertinggi terdapat pada bibit asal lokasi Salawu, sedangkan pada peubah yang lain nilai tengah tertinggi terdapat pada bibit asal lokasi Puspahiang. Berdasarkan pola pertumbuhan tanaman, populasi bibit asal lokasi Salawu menunjukkan pertumbuhan yang paling baik dibanding populasi bibit dari ketiga lokasi lainnya. Menurut hasil penelitian Sinaga (2008) berdasarkan analisis keragaman fenotip dan genetik dengan penanda morfologi pada pohon induk bibit dari keempat lokasi, diduga lokasi tumbuh dan sistem budidaya di Salawu lebih baik dibanding tiga lokasi lainnya. Peubah
vegetatif
tanaman
manggis
seperti
tinggi
tanaman,
pertambahannya sangat lambat dan terkadang mengalami penurunan. Hal ini
27 diduga terjadi karena serangan hama penggerek batang yang menyebabkan keringnya pucuk, sehingga proses pengukuran menjadi terganggu dan kurang akurat. Menurut Rukayah dan Zubaedah (1992), pada persemaian tanaman manggis menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman berdasarkan tinggi tanaman sangat lambat sampai tanaman berumur 12 bulan. Peubah jumlah daun, panjang daun dan rasio P/L juga memiliki pola yang sama seperti tinggi tanaman, yaitu pertambahan daun sangat lambat pada awal pertumbuhan. Hal ini dikarenakan adanya ketergantungan antara pertumbuhan tanaman dengan cadangan makanan yang terdapat dalam biji. Cadangan makanan yang ada sangat terbatas pada awal pertumbuhan, sedangkan perakaran manggis belum mampu mencukupi kebutuhan yang diperlukan tanaman, akan tetapi pertumbuhan tanaman berdasarkan peubah lebar daun terjadi penurunan mulai dari 8 MST sampai dengan akhir pengamatan. Hal ini diduga karena banyaknya bibit yang mati, sehingga sebaran data menjadi tidak normal.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil uji kehomogenan ragam antar populasi dari tiap lokasi menunjukkan ragam yang homogen terdapat pada bibit asal lokasi Tanjungjaya, sedangkan berdasarkan uji kehomogenan ragam antar asal lokasi menunjukkan bahwa ragam yang homogen terdapat pada peubah tinggi tanaman dan lebar daun. Pada karakter kualitatif, keragaman yang tampak adalah pada ukuran daun. Hasil analisis perbandingan ragam dengan standar deviasinya diketahui bahwa peubah tinggi tanaman, panjang daun dan lebar daun mempunyai ragam yang sempit, sedangkan peubah yang lainnya yaitu jumlah daun dan rasio P/L mempunyai ragam yang luas. Pertumbuhan populasi bibit yang paling baik ditunjukkan oleh populasi bibit asal lokasi Salawu.
Saran Perlu dilakukan penelitian dengan waktu yang lebih lama serta penelitian pada beberapa karakter morfologi yang lain.
DAFTAR PUSTAKA Allard, R. W. 1960. Principles of Plant Breeding. John Wiley & Sons, Inc. New York. 485p. Anggraeni, T. D. A. 2003. Studi Keragaman Morfologi Populasi Manggis (Garcinia mangostana L.) dari Empat Lokasi di Pulau Jawa. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 26 hal. Ashari, S. 1995. Hortikultura : Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta. 485 hal. Asker, S. E. and L. Jerling. 1992. Apomixis in Plant. CRC Press. London. 297p. Chasanah, N. D. 2005. Studi Keragaman Morfologi, Anatomi, dan Analisis RAPD Bibit Manggis (Garcinia mangostana L.) karena Iradiasi Sinar Gamma. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 51 hal. De Nijs, A. P. M. and D. E. Van Dijk. 1993. Apomixis, P: 229-242. In M. D. Hayward, N. O. Bosemark and I. Romagosa (Eds). Plant Breeding Principles. And Prospect. Chapman and Hall. London. Gomez, K. A. dan A. A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Edisi ke-2 (diterjemahkan oleh Justika Baharsjah dan Endang Sjamsudin). Universitas Indonesia Press. 698 hal. . Mansyah, E., M. J. Anwarudinsyah, L. Sadwiyanti, A. Susiloadi. 1999. Variabilitas genetik tanaman manggis melalui analisis isozim dan kaitannya dengan variabilitas fenotipik. Zuriat 10 (1):1-9. Mansyah, E. 2002. Genetics Variability Analysis of Mangosteen Population In Java and Sumatra Island Trough Their Phenotypic Performance and RAPD Technique. Thesis. Graduate School. Padjajaran University. 108 P. Nakasone, Y. Henry and R. E. Paull. 1998. Tropical Fruits. Cab International. Hawai. 445 p. Prabowo, L. P. 2002. Studi Keragaman Morfologi Antar Lokasi Pertanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) di Empat Sentra Produksi di Pulau Jawa. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian Bogor. IPB. Bogor. 25 hal. Pusat Kajian Buah Tropika. 2007. Simulasi Uji BUSS dan Identifikasi Varietas Contoh Manggis. Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat. Bogor.
30
Purwanti, A. 2002. Studi Keragaman Genetik Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan Analisis RAPD. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian Bogor. IPB. Bogor. 25 hal. Richards, A. J. 1997. Plant Breeding System. Second Edition.Chapman and Hall. London. 529 p. Rukayah, A. and M. Zubaedah. 1992. Studies on Early Growth of Mangosteen (Garcinia mangostana L.). J. Hort. Sci. 292:93-100. Sidik, P. 2004. Kualitas Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dari Lima Lokasi Sentra Produksi di Pulau Jawa. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 36 hal. Sinaga, S., Sobir, R. Poerwanto, H. Aswidinoor, D. Duryadi. 2006. Analisis variabilitas genetik tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) dan kerabat dekatnya dengan penanda isoenzim dan RAPD. Floribunda 3 (1):1-15. Sinaga, S. 2008. Analisis Keragaman Genetik dan Fenotip Manggis (Garcinia mangostana L.) dan Kerabat Dekatnya. Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 53-85. Sobir and R. Poerwanto. 2007. Mangosteen genetics and improvement. International Journal of Plant Breeding 1(2):105-111. Suhaeri, M. Studi Keragaman Morfologi Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) di Pulau Jawa. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 23 hal. Sunaryono, H. 1981. Pengenalan Jenis Tanaman Buah-Buahan dan Bercocok Tanam Buah-Buahan Penting di Indonesia. Sinar Baru. Bandung. 94 hal. Verheij, E. W. M. 1999. Garcinia mangostana L. In E. W. M. Verheij and R. E. Coronel. Buah-Buahan yang Dapat Dimakan. Plant Resources of South East Asia (PROSEA). Bogor. Whitmore T. C. 1973. Guttiferae. In: Whitmore TC (Ed) Tree Flora of Malaya. Forest Research Institute, Longman. London. p 162-236. Wulan, M. K. 2002. Studi Keragaman Morfologi Tanaman dan Semaian Populasi Manggis (Garcinia mangostana L.) dari Tiga Sentara Produksi di Pulau Jawa. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 28 hal. Yaacob, O. and H. D. Tindall. 1995. Mangosteen Cultivation. FAO Plant Protection Paper 129. Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. 100p.
LAMPIRAN
32 Tabel Lampiran 1. Sidik Ragam Peubah Tinggi Tanaman Pada Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya Sumber F MST Keragaman db KT hitung Pr>F KK 2 Lokasi 3 7.61843706 25.44** 0.0001 20.0139 Galat 570 0.29945737 4 Lokasi 3 6.17788853 25.53** 0.0001 17.5464 Galat 564 0.24196042 6 Lokasi 3 6.81974305 28.5** 0.0001 17.1797 Galat 538 0.23932575 8 Lokasi 3 6.02587841 13.31** 0.0001 23.1995 Galat 523 0.45271593 10 Lokasi 3 5.70983221 24.31** 0.0001 16.5245 Galat 502 0.23489414 12 Lokasi 3 5.15027654 21.62** 0.0001 16.4608 Galat 488 0.23822513 14 Lokasi 3 3.79875086 15.44** 0.0001 16.5595 Galat 461 0.24608838 16 Lokasi 3 3.09340956 12.54** 0.0001 16.4926 Galat 440 0.24664134 18 Lokasi 3 3.27587136 14.00** 0.0001 15.8894 Galat 426 0.23404104 Tabel Lampiran 2. Sidik Ragam Peubah Panjang Daun Pada Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya Sumber F MST Keragaman db KT hitung Pr>F KK 2 Lokasi 3 0.61257298 6.50** 0.0003 13.7102 Galat 570 0.09429799 4 Lokasi 3 0.63688418 4.86** 0.0024 16.4531 Galat 564 0.13106907 6 Lokasi 3 1.14225011 12.88** 0.0001 13.7888 Galat 538 0.08867822 8 Lokasi 3 1.32798424 15.73** 0.0001 13.3885 Galat 523 0.08440946 10 Lokasi 3 0.98939365 5.13** 0.0017 18.5618 Galat 502 0.19287676 12 Lokasi 3 1.78501049 8.53** 0.0001 18.9232 Galat 488 0.20921677 14 Lokasi 3 1.49265326 8.83** 0.0001 16.7723 Galat 461 0.16912933 16 Lokasi 3 1.55632937 8.04** 0.0001 17.7813 Galat 440 0.19357528 18 Lokasi 3 2.49338192 10.78** 0.0001 19.4181 Galat 426 0.23127488
33 Tabel Lampiran 3. Sidik Ragam Peubah Lebar Daun Pada Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya Sumber F MST Keragaman db KT hitung Pr>F KK 2 Lokasi 3 0.53172487 10.85** 0.0001 12.0598 Galat 570 0.04900073 4 Lokasi 3 0.46215905 7.37** 0.0001 13.7412 Galat 564 0.06268152 6 Lokasi 3 0.38977073 7.41** 0.0001 12.5422 Galat 538 0.05262333 8 Lokasi 3 0.63896201 6.34** 0.0003 17.3082 Galat 523 0.10083639 10 Lokasi 3 0.04492538 0.32tn 0.814 23.804 Galat 502 0.14227167 12 Lokasi 3 0.11372092 0.86tn 0.4639 22.4817 Galat 488 0.13285437 14 Lokasi 3 0.16493633 2.2tn 0.087 16.9799 Galat 461 0.07486882 16 Lokasi 3 0.07657406 0.39tn 0.7608 26.9107 Galat 440 0.19672341 18 Lokasi 3 0.33526876 3.68* 0.0122 18.7111 Galat 426 0.09108682 Tabel Lampiran 4. Sidik Ragam Peubah Rasio P/L Daun Pada Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya Sumber F MST Keragaman db KT hitung Pr>F KK 2 Lokasi 3 0.04159023 2.26tn 0.0799 11.0702 Galat 570 0.01836226 4 Lokasi 3 0.01985759 0.50tn 0.6792 16.3228 Galat 564 0.03934292 6 Lokasi 3 0.0506656 3.10* 0.0262 10.7861 Galat 538 0.01631843 8 Lokasi 3 0.16242748 1.23 tn 0.2993 25.2265 Galat 523 0.13240815 10 Lokasi 3 0.28360806 3.60** 0.0136 18.4399 Galat 502 0.07888582 12 Lokasi 3 0.42697322 6.11** 0.0004 17.4118 Galat 488 0.05035396 14 Lokasi 3 0.53377131 10.78** 0.0001 14.4683 Galat 461 0.04951098 16 Lokasi 3 0.54421949 10.81** 0.0001 14.6883 Galat 440 0.05035396 18 Lokasi 3 0.65158319 14.23** 0.0001 13.8129 Galat 426 0.04577549
34 Tabel Lampiran 5. Sidik Ragam Peubah Jumlah Daun Daun Pada Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya Sumber F MST Keragaman db KT hitung Pr>F KK 2 Lokasi 3 1.09147556 5.04** 0.0019 23.5202 Galat 570 0.2164791 4 Lokasi 3 1.19045379 5.28** 0.0013 24.133 Galat 564 0.22539042 6 Lokasi 3 1.38285328 5.60** 0.0009 24.2336 Galat 538 0.24688693 8 Lokasi 3 2.31258118 7.84** 0.0001 25.8201 Galat 523 0.29493527 10 Lokasi 3 3.0039852 9.83** 0.0001 26.3414 Galat 502 0.3057207 12 Lokasi 3 3.76633082 10.85** 0.0001 27.07 14 16 18
Galat Lokasi Galat Lokasi Galat Lokasi Galat
488 3 461 3 440 3 426
0.34721107 3.93869836 10.91** 0.0001 0.36096583 4.33701428 10.17** 0.0001 0.42629536 5.36310877 11.46** 0.0001 0.46790238
26.8867 29.0306 30.0165
Ket : (*) berbeda nyata pada taraf uji 5%; (**) berbeda sangat nyata pada taraf uji 1%; (tn) tidak berbeda nyata
Tabel Lampiran 6. Perbandingan Nilai Tengah Peubah Panjang Daun Pada Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya Lokasi MST Salawu Puspahiang Sukaraja Tanjungjaya 2 5.276a 5.349a 4.845b 4.836b 4 5.125a 5.155a 4.627b 4.790b 6 5.069a 4.999a 4.231b 4.519b 4.533b 8 5.109a 5.097a 4.210b 10 6.075a 5.996a 5.711b 5.167b 5.150c 12 6.240ab 6.705a 5.816bc 14 6.328a 6.620a 6.290a 5.248b 6.889a 6.480ab 5.380c 16 6.291b 18 6.261b 7.071a 6.741ab 5.187c Ket : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji LSD pada taraf 5% dan 1%. Data diatas bukan hasil transformasi tetapi uji ini dilakukan pada data hasil transformasi √x.
35 Tabel Lampiran 7. Perbandingan Nilai Tengah Peubah Jumlah Daun Pada Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya Lokasi MST Salawu Puspahiang Sukaraja Tanjungjaya 2 4.443a 4.083a 4.339a 3.566b 4 4.376a 4.077a 4.358a 3,483b 6 4.804a 4.537ab 4.457bc 3.836c 8 5.018a 5.151a 4.541b 3.927b 10 4.889a 5.326a 4.590b 3.798b 12 5.139b 5.839a 5.266b 3.932c 14 5.447ab 6.068a 5.621b 4.043c 16 5.308b 6.388a 5.916b 4.149c 18 5.430b 6.714a 6.215ab 4.108c Ket : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji LSD pada taraf 5% dan 1%. Data diatas bukan hasil transformasi tetapi uji ini dilakukan pada data hasil transformasi √x.
Tabel Lampiran 8. Perbandingan Nilai Tengah Peubah Rasio P/L Pada Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya Lokasi MST Salawu Puspahiang Sukaraja Tanjungjaya 2 1.468a 1.561a 1.510a 1.540a 4 1.461a 1.524a 1.538a 1.564a 6 1.428a 1.450a 1.350a 1.438a 8 1.460a 1.468a 1.346a 1.437a 10 2.401ab 2.535a 2.416b 2.206b 2.175b 12 2.465a 2.150a 2.195b 14 2.503a 2.595a 2.276b 2.161b 2.591a 2.286bc 2.102c 16 2.438b 18 2.545a 2.651a 2.281b 2.143b Ket : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji LSD pada taraf 5% dan 1%. Data diatas bukan hasil transformasi tetapi uji ini dilakukan pada data hasil transformasi √x.
Tabel Lampiran 7. Kondisi Umum Asal Lokasi Asal Lokasi Ketinggian Suhu Rata-Rata (m dpl) (oC) Salawu Puspahiang Sukaraja Tanjungjaya
600-700 415
Sumber : www.tasikmalayakab.go.id/content/view/103/78/
25-30
Curah Hujan (mm/Tahun) 21,5 2.850
36
Tabel Lampiran 8. Perbandingan Nilai Khi-kuadrat (χ2) Uji Kehomogenan Ragam Antar Populasi Bibit Manggis dari Empat Lokasi di Tasikmalaya pada 18 MST Lokasi Peubah
Salawu χ2 hitung p-value 7.225tn 0.164 15.853tn 0.070 24.873* 0.003 21.568** 0.010 9.423tn 0.399
Tinggi Tanaman (cm) Panjang Daun (cm) Lebar Daun (cm) Rasio P/L (cm) Jumlah Daun (helai)
Puspahiang χ2 hitung p-value 13.419tn 0.145 12.176tn 0.204 16.809tn 0.052 25.310** 0.003 8.608tn 0.474
Sukaraja χ2 hitung p-value 6.527tn 0.588 8.726tn 0.366 6.734tn 0.566 32.728** 0.000 10.374tn 0.24
Tanjungjaya χ2 hitung p-value 4.099tn 0.848 5.497tn 0.703 4.451tn 0.814 7.658tn 0.468 7.327tn 0.502
Tabel Lampiran 9. Variabilitas Morfologi Manggis Berdasarkan Uji Bartlett dan Perbandingan Nilai Ragam (σ2) dengan Standar Deviasi (StDev) dari Empat Lokasi di Tasikmalaya Peubah Tinggi Tanaman (cm) Panjang Daun (cm) Lebar Daun (cm) Rasio P/L (cm) Jumlah Daun (helai)
χ2 hitung 4.900tn 9.187* 6.181tn 14.851* 19.750*
p-value 0.179 0.027 0.103 0.002 0.000
StDev 0.505 0.497 0.305 0.224 0.709
σ2 0.255 0.247 0.093 0.050 0.502
2StDev 1.51586 1.49126 0.91387 0.67090 2.12585
Kriteria Sempit Sempit Sempit Sempit Sempit
Variabilitas Fenotip Sempit Sempit Sempit Luas Luas