Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-3-8 Purwokerto, 20 Desember2014
Studi Kelayakan Usulan Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas (Studi Kasus di Rafi Furniture) Isana Arum Primsari Teknik Industri FTI Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Email:
[email protected] ABSTRAK RAFI Furnitur adalah perusahaan mebel pertama di Yogyakarta yang sebagian besar produksinya merupakan pesanan dari manca negara. Pada proses produksinya didapati aliran perpindahan material yang tidak teratur dikarenakan letak departemen yang tidak sesuai. Seringkali terjadi aliran balik (backtracking) dari maupun ke arah gudang bahan baku yang melewati beberapa departemen sehingga mengganggu lalu-lintas perpindahan material. Untuk mengatur kembali tata letak fasilitas di perusahaan RAFI Furniture, perlu dilakukan analisa tata letak dengan metode ARC (Activity Relationship Chart), dan dengan bantuan software CRAFT (Computerized Relative Allocation of Facilities Techniques) untuk menghitung ongkos material handling. Dari penerapan metode tersebut maka diperoleh hasil berupa jarak dan waktu perpindahan material yang minimal. Berdasarkan analisa dari pengolahan data dihasilkan jarak material handling 28.663 m, peningkatan output sebesar 30% dan minimasi total ongkos material handling sebesar Rp 4.853.333,33. Dengan demikian usulan perancangna tata letak dapat dinyatakan layak karena dapat meminimasi jarak, ongkos dan peningkatan output perusahaan. Kata kunci : backtracking, perpindahan bahan, efisiensi
PENDAHULUAN Tata letak yang baik akan memperlancar aliran pemindahan bahan dari satu departemen ke departemen lainnya. Aliran material dan pemindahan bahan yang lancar dapat mengurangi biaya produksi dan menciptakan lingkungan kerja yang nyaman bagi karyawan sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan (Wignjosoebroto, 1992). Tata letak fasilitas yang baik dalam suatu perusahaan merupakan pertimbangan utama dan mendasar dalam menciptakan operasi kerja yang lebih efektif dan efisien (Apple, 1990). Tujuan utama dalam desain tata letak fasilitas pada dasarnya adalah untuk meminimalkan total biaya, seperti biaya kontruksi dan instalasi, biaya pemindahan bahan, biaya maintenance, dan lain-lain. Selain itu dengan memberikan tata letak fasilitas yang baik akan memberikan lingkungan kerja yang nyaman dan aman bagi karyawan. RAFI Furniture merupakan perusahaan mebel yang memproduksi multi produk dengan sistem produksi make to order. Produk dibuat berdasarkan pesanan dari mitra perusahaan yang berasal dari konsumen luar negri sebanyak 95% dan konsumen domestik sebanyak 5%. Konsumen RAFI Furniture merupakan end user yang melakukan pembelian dalam skala besar, seperti : Hotel Ambarukmo, Hotel Jiwo, dan Hotel Hyatt untuk pasar domestik. Tata letak departemen produksi di perusahaan PT. RAFI Furniture mengalami masalah dalam hal jarak pemindahan bahan baku (material handling) yang kurang efisien. Terjadi back tracking pada aliran perpindahan bahan baku dari gudang bahan baku ke mesin oven. Bahan baku yang telah dipotong dengan gergaji mesin dikirim ke mesin oven kemudian disimpan ke Gudang papan setelah itu untuk proses pemotongannya harus kembali ke gudang bahan baku sehingga menyebabkan terjadi backtracking yang mengakibatkan penambahan jarak dan biaya. Pada proses yang lain, terjadi pemindahan material yang cukup jauh pada proses finising karena peletakan departemen yang tidak efisien menyebabkan harus memutar melewati proses sanding untuk menuju ke proses selanjutnya yaitu packaging. Hal ini menyebabkan terjadinya perpotongan aliran perpindahan bahan baku (cross movement) sehingga menyebabkan proses produksi terganggu. Beberapa permasalahan tersebut menunjukkan bahwa perlu untuk dilakukan perancangan ulang tata letak pabrik dan aliran bahan untuk meminimasi waktu pemindahan bahan dan mengurangi jarak antar setasiun kerja, sehingga dapat mengurangi biaya material handling dan meningkatkan output perusahaan.
173
Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-3-8 Purwokerto, 20 Desember2014 TUJUAN PENELITIAN 1. 2. 3.
Minimasi jarak perpindahan material (Distance Material Handling). Minimasi waktu perpindahan material (Total Cost Material Handling). Meningkatkan jumlah produksi. METODE PENELITIAN
Tahapan dalam melaksanakan penelitian ini adalah : 1. Observasi awal. 2. Identifikasi masalah. 3. Kajian pustaka. 4. Studi lapangan 5. Pengumpulan data. Data yang diperlukan dalam perancangan tata letak pabrik dengan metode activity relationship Chart, dan CRAFT antara lain: a. Layout awal perusahaan. b. Luasan masing-masing departemen c. Jarak antar stasiun kerja. d. Peta proses operasi. e. Peta aliran Proses. f. Waktu proses produksi g. Frekuensi material handling h. Activity Relationship 6. Pengolahan data. Data yang sudah terkumpul kemudian diolah, langkah pertama dalam perancangan tata letak pabrik adalah : analisis layout awal, menganalisa data dengan metode : Activity Relationship Chart dan CRAFT dan analisis Data serta kesimpulan dan saran. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Layout Awal Rafi Furniture Pada Gambar 1 berikut dapat dlihat layout awal Rafi Furniture : :
Gambar 1. Layout PT Rapi Furniture
B. Diagram Alir Berikut adalah diagram alir yang menunjukkan lokasi dari suatu aktivitas yang terjadi dalam peta aliran proses, :
Gambar 1. Layout 174 Awal Rafi Furniture :
Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-3-8 Purwokerto, 20 Desember2014
Gambar 2. Diagram Alir PT Rafi Furniture
Luas area departemen produksi Pihak PT. RaFi Furniture memiliki area perusahaan yang cukup besar dengan luas area produksi ± 6276 m2 terbagi atas beberapa departemen dengan rincian adalah sebagai berikut:
175
Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-3-8 Purwokerto, 20 Desember2014 Tabel 1. Luas Area Produksi PT. Rapi Furniture NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kode A B C D E F G H I J K L
Nama Departemen Kerja Gudang bahan baku Ruang pengovenan Gudang Papan Pembahanan Pembentukan komponern Assembling Sanding Finising Packaging Metal Furniture Kantor RuangMakan
Panjang (m) 60 13 54 20 43 50 20 35 60 60 19 18
Lebar (m) 20 6 13 12 20 13 6 6 12 20 8 8
Luas (m2) 1200 78 702 240 860 650 120 210 720 1200 152 144
Urutan proses produksi PT Rapi Furniture adalah sebagai berikut : Dalam melakukan kegiatan produksinya PT Rapi Furniture melalui beberapa tahap atau departemen produksi diataranya adalah sebagai berikut :
1. Gudang Bahan Baku Gudang bahan baku adalah tempat penyimpanan kayu – kayu gelondongan yang belum dipotong. Terdapat beberapa jenis kayu yang biasa digunakan perusahaan Rapi Furniture diantaranya kayu jati,mahoni,sengon dan beberapa jenis kayu lainya. Pada gudang bahan baku terdapat mesin gergaji potong dimana kayu yang akan digunakan terlebih dahulu dipotong berbentuk balok – balok untuk kemudian diproses kedepartemen selanjutnya.
2. Proses Pengovenan Kayu yang sebelumnya sudah dipotong berbentuk balok – balok kemudian dibawa kebagian pengovenan. Pada proses pengovenan balok – balok kayu dimasukkan pada mesin oven kemudian dioven dengan suhu tertentu sesuai dengan jenis balok kayu bertujuan untuk mendapatkan tingkat kekeringan kayu yang baik.
3. Gudang Papan Setelah balok – balok kayu selaesai dioven kemudian ditaruh pada gudang papan dimana pada gudang papan balok – balok kayu tersebut menunggu untuk proses selanjutnya. Proses selanjutnya adalah balok – balok kayu dibawa kembali ke bagian gudang bahan baku untuk dipotong hingga menjadi balok – balok kecil.
4. Pambahanan Adalah proses dimana balok – balok kecil tadi dipotong dengan mesin gergaji agar bentuk balok kayu sesuai bahan yang akan digunakan untuk pembuatan produk. Tujuanya mendapatkan betuk kayu yang sesuai dengan pembuatan produk.
5. Pembentukan Komponen Pada proses ini kayu yang sebelumnya berbentuk bahan dibuat menjadi komponen – komponen produk. Dimana proses pembentukan komponen terdapat beberapa tenaga kerja ahli yang berperan untuk membuat komponen – komponen kayu sesuai dengan desain produk yang dibuat.
6. Assembling Adalah proses dimana komponen – komponen kayu yang sudah dibuat dirakit dan disusun. Dimana perakitan beberapa komponen tersebut menggunakan bahan – bahan tertentu contohya lem dan paku hingga menjadi produk setengah jadi.
176
Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-3-8 Purwokerto, 20 Desember2014
7. Sanding Proses selanjutnya adalah sanding dimana komponen yang sudah dirakit hingga menjadi produk setengah jadi kemudian dihaluskan. Sanding adalah proses dimana produk setengah jadi dilakukan penutupan pori pori pada kayu tujuanya agar produk mempunyai tingkat kehalusan yang merata.
8. Finising Proses finising bertujuan untuk memendapatkan bentuk produk sesuai dengan desain dan kuwalitas yang diinginkan. Apabila terdapat ketidak sesuaian bentuk produk maka proses finising akan memperbaiki ataupun mengembalikan pada proses sebelumnya, namun hal tersebut jarang sekali terjadi. Pada proses finising dilakukan pembentukan warna dan penyemprotan vernis untuk mempercantik produk yang dihasilkan. Refinising dilakukan apabila terjadi warna yang tidak sesuai dengan yang diharapkan,sebelum produk dibawa kebagian selanjutnya yaitu packaging.
9. Packaging Adalah proses akhir dimana produk dikemas sesuai dengan bentuk produk tersebut ataupun dalam betuk komponen jadi yang kemudian perlu perakitan kembali atau sesuai dengan keinginan bayer. Agar produk tidak terkena gorasan pada saat pengiriman maka biasanya produk dibungkus dengan single fase, formkrif dan pembungkus lainya sesuai dengan bentuk produk yang akan dikemas. Pengolahan Data Penentuan besarnya biaya Material Hadling dipengaruhi oleh jenis peralatan yang digunakan, gaji tenaga kerja, jarak yang ditempuh dan jumlah hari kerja. Proses Material Handling pada PT. Rapi Furniture selain menggunakan tenaga manusia untuk melakukan aktivitas perpindahan bahan juga terdapat alat bantu berupa mesin forklift, mesin frorklift. Maka perhitungan mterial handling pada PT. Rapi Furniture adalah sebagai berikut : 1.
Biaya Tenaga Kerja
2.
Jumlah tenaga kerja untuk melakukan aktivitas material handling = 2 orang. Total biaya tenaga kerja : = 30.000,00 x 2 = Rp 60.000/hari Total biaya tenaga kerja per bulan : = Rp 60.000 x 26 = Rp 1.560.000,00/bulan Biaya peralatan Forklift Biaya perawatan Biaya B. Bakar
3.
= 2.000.000/bulan = 22500 x 26 = Rp.585.000,00/bulan Depresiasi = Rp 85.000.000 juta /(10 tahun) =Rp 8.500.000,00 = Rp 8.500.000,00/12bulan = Rp 708.333,33/bulan Ongkos peralatan = B Perawatan + Depresiasi + B. Bahan bakar : = 2.000.000 + 585.000 + 708.333,33 = Rp 3.293.333,33/bulan Maka total biaya material handling : = Rp 1.560.000,00 + Rp 3.293.333,33 = Rp 4.853.333,33 /bulan Penentuan jarak total
Berdasarkan data di atas maka jarak total antar stasiun kerja selama kegiatan produksi selama satu bulan dan besarnya aliran tersebut dapat ditentukkan sebagai berikut. Jarak total untuk masing-masing metode adalah sebagi berikut Jarak total layout awal yang didapat berdasarkan metode rectilinear dapat dilihat pada tabel berikut :
177
Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-3-8 Purwokerto, 20 Desember2014 Tabel 2. Jarak antara stasiun kerja dengan metode rectilinear awal Aliran Produk A-B B-C C-D D-E E-F F-G G-H H-I I-J
4.
Jarak antar area 82,4 32,1 91,7 28,6 29,1 33,4 29 79,8 17,3 Total jarak keseluruhan (m)
Frekuensi 13 4 208 78 104 78 104 52 26
Jarak Tempuh 1071,2 128,4 19073,6 2230,8 3026,4 2605,2 3016 4149,6 449,8 28.663,1
Penentuan ongkos material handling
Dari hasil pengolahan data diatas maka selanjutnya mengetahui besarnya ongkos material handling/meter, dapat diketahui dengan cara seperti pada contoh berikut :
BiayaOperasionalMaterial JarakMaterialHandling Biaya Operasional Material OMH permeter = Jarak Material Handling Rp 4.853.333,33 = 28.663,1m Biaya / meter =
= Rp. 169,32/m 5.
Penentuan total ongkos material handling (OMH)
Berdasarkan jarak antara statsiun kerja fasilitas produksi yang awal, besarnya aliran material (frekuensi/periode) dan ongkos material handling per meter (OMH per meter), maka total ongkos material handling dapat diketahui dengan mengalikan jarak, dan ongkos material handling per meter. Tabel 3. Total ongkos material handling metode Rectalinier Layout awal Area
Jarak Tempuh (m)
Biaya Material Handling(Rp/m)
Total Biaya OMH
A-B B-C C-D D-E E-F F-G G-H H-I
1071,2 128,4 19073,6 2230,8 3026,4 2605,2 3016 4149,6
169,32 169,32 169,32 169,32 169,32 169,32 169,32 169,32
134053,33 21470,21 2282208,41 377726,62 463133,34 327539,17 510679,35 660361,23
I-J
449,8
169,32
76161,66
Total OMH keseluruhan (Rp)
6.
4.853.333,33
Perhitungan layout fasilitas ARC ( Activity Relationship Chart ) dan CRAFT
Peta hubungan aktivitas atau activity relationship chart adalah teknik sederhana dalam merencanakan tata letak fasilitas atau departemen berdasarkan derajat hubungan aktivitas yang sering dinyatakan dalam penilaian kualitas dan cenderung berdasarkan pertimbangan-pertimbangan bersifat subyektif dari masing-masing fasilitas atau departemen. Pada ARC (Activity Relationship Chart) terdapat perubahan atau variabel untuk menggantikan angka-angka yang bersifat kuantitatif. Variabel tersebut berupa suatu simbol-simbol yang melambangkan derajat keterdekatan (closeness) antara departemen satu dengan departemen lainnya. 178
Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-3-8 Purwokerto, 20 Desember2014 Lembar kerja (work sheet). Data-data dari activity relationship chart selanjutnya di masukan ke dalam bentuk suatu lembaran yang disebut work sheet dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Total Ongkos material handling metode euclidean Layout Awal No kode I II III IV V VI VII VIII IX X
Nama stasiun
A II I,III II,IV III,V IV -
Gudang bahan baku Ruang pengovenan Gudang Papan Pembahanan Pembentukan komponern Assembling Sanding Finising Packaging Metal Furniture
E III I VI V,VII VI,VIII, VII,IX VIII -
I IX III -
Derajat keterdekatan O U IV V,VI,VII,VIII,IX,X IV,V,VI,VII,VIII,IX,X V,VI,VII,VIII,X I II,VI,VII,VIII,IX,X I,II,III,VIII,IX,X X I,II,III,IV,VIII,IX X I,II,III,IV,IX X I,II,III,IV,V,VI I,II,IV,V,VI,VII,X VI,VII,VIII I,II,III,IV,V,IX
X VII V -
Templet kegiatan diagram keterkaitan (activity template block diagram). Dengan data yang telah disusun secara sistematik dalam Work Sheet tersebut maka akan mempermudah untuk menyusun activity template block diagram seperti pada gambar berikut :
A=II
I=-
E=III X=I (G. Bahan) O=IV
A=IV
E=VI
A=I,III
I=-
A=-
E=-
X=II (Mesi Oven) O=-
E=V,VII
X=VII V (P. Komponen) I=O=-
X=VI (Assembling) I=O=X
A=-
A=-
E=VIII
X=IX (Packaging) I=III
O=-
A=II,IV
E=I
A=III,V
E=-
X=III (G. Papan) I=IX O=-
X=IV (Pembahanan) I=O=I
A=-
A=-
I=-
E=VI,VIII X=V VII (Sanding) O=X
I=-
E=VII,IX X= VIII (Finising) O=X
E=9
X=X (Metal Furniture) I=- O=VI,VII,VIII
Gambar 3. Diagram Keterkaitan Kegiatan. Setelah activity template block diagram selesai dibuat, selanjutnya memotong dan mengatur template sesuai dengan urutan derajat aktivitas berdasarkan tingkat hubungan kedekatan masingmasing stasiun kerja. Adapun diagram keterkaitan kegiatan perbaikan (activity template diagram) dapat dilihat pada gambar berikut :
179
Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-3-8 Purwokerto, 20 Desember2014
E=III A=I,III
A=II
E=-
A=II,IV
E=I A=III,V
E=-
X=-
X=-
X=-
X=-
I (G. Bahan)
II (Mesi Oven)
III (G. Papan)
IV (Pembahanan)
O=IV I=-
I=A=-
E=VII,IX A=-
O=- I=IX E=VI,VIII A=-
O=- I=-
O=I
E=V,VII A=IV
E=VI
X=
X=V
X=-
X=VII
VIII (Finising)
VII (Sanding)
VI (Assembling)
V (P. Komponen)
I=-
O=X I=-
A=-
E=VIII A=-
O=X I=-
O=-
E=9
X=-
X=-
IX (Packaging)
X (Metal Furniture)
I=III
O=X I=-
O=- I=- O=VI,VII,VIII Gambar 4. Diagram Keterkaitan Kegiatan Perbaikan.
7.
Kelayakan Usulan Tata letak Fasilitas
Kelayakan usulan tata letak fasilitas terletak pada biaya yang dibutuhkan untuk melakukan perancangan ulang tata letak fasiitas ini. Adapun menurut pihak manajemen biaya yang diperlukan untuk melakukan perancangan ulang tata letak terdiri dari : a.
Biaya perubahan layout Biaya ini terdiri dari biaya pembongkaran, biaya pembuatan ruangan dan biaya pembelian material yang diperlukan untuk perubahan layout. Material yang dibutuhkan berupa triplek, batu-bata, semen, pasir dan sebagainya. Total biayanya adalah Rp 10.500.000,-
b.
Ongkos tenaga kerja Biaya ini terdiri dari biaya tenaga untuk memindahkan segala fasilitas dan biaya pembuatan ruangan baru. Total biayanya adalah Rp 2.800.000,-
Sehingga total biaya perubahan layout adalah Rp 10.500.000,- + Rp 2.800.000,- = Rp 13.300.000,- . Dengan dilakukannya perubahan layout maka diperoleh peningkatan output 30% sehingga biaya untuk melakukan perubahan layout dapat kembali dalam satu minggu saja.
180
Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-3-8 Purwokerto, 20 Desember2014
A
B
C
D
E H
I
6 . 6 5 9 .9 2
9 . 3 6
4 . 0 5
H
E
8 . 6 4
8 . 3 5
G
J 8 .2 4
8 .2 1
F
8 .1 7
18. 18. 33.
11. 33.
44.
55.2 50.
55. 64.
64.5
Gambar5. Layout hasil CRAFT
KESIMPULAN Dari hasil pengolahan dan pembahasan diperoleh bahwa dengan dilakukannya perbaikan layout dapat menghasilkan : 1.
Layout yang paling optimal adalah layout dengan metode CRAFT, karena diperoleh ongkos material handling yang rendah sebesar Rp 4.853.333,33
2.
Dapat diperoleh minimasi jarak menjadi 28.663 m
181
Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-3-8 Purwokerto, 20 Desember2014 3.
Diperoleh peningkatan output menjadi 30% sehingga perusahaan mengalami peningkatan produktivitas.
DAFTAR PUSTAKA Apple, James.1990. Tata Letak Pabrik Dan Pemindahan Bahan,Edisi Ketiga., Penerbit ITB. Bandung. Wignjosoebroto, S., 1992. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Edisi Kedua. Guna Widya, Jakarta.
182