STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS DAN KANDUNGAN KARBON TUMBUHAN BAWAH PADA TEGAKAN TUSAM (Pinus meskusii Jungh. et De Vriese) DAN JATI (Tectona grandis L.f) DI KPH MALANG, PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR
DIAJENG AYU SEKARINI
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS DAN KANDUNGAN KARBON TUMBUHAN BAWAH PADA TEGAKAN TUSAM (Pinus meskusii Jungh. et De Vriese) DAN JATI (Tectona grandis L.f) DI KPH MALANG, PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR
Oleh: DIAJENG AYU SEKARINI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
SUMMARY DIAJENG AYU SEKARINI (E44062143). Study of Species Diversity and Above Ground Vegetation Carbon Stock on Pine (Pinus meskusii Jungh. et De Vriese) and Teak (Tectona grandis L.f) in KPH Malang Perum Perhutani Unit II East Java. Under Supervises by IWAN HILWAN. Biological resources in Indonesia, particularly the vegetation of plants are very diverse. It is important to know the diversity of vegetation in order to serve the conservation. Above ground vegetation is one of important part of forest ecosystems. Above ground vegetation not only has function to prevent rainwater which falls to the surface directly, but also to resist the surface run-off and water infiltration. Currently, the most significant change of life is the increase of UV radiation intensity on the surface of the Earth, and a concrete impact to the natural changes is climate change. In addition, many various researches already conduct in terms of carbon sink in stand or stem otherwise the measurement of carbon sink in aboveground vegetation is very rare. This research was conducted in April until May 2010, which located in plantation area owned by Perum Perhutani Unit II East Java. As a baseline, these research parameters divided as two vegetation species, the first species is pine plantation with two age’s differences (1984 and 1993) and the second species is teak plantation (1993 and 2006). he To compare this vegetation, there are plots observations which divided as three units of 50 mx 50 m and placed on two types of stands, with two different age for each stand. Therefore the numbers of observation plots are 12 plots. In each plot observations, it was created 30 sub-plots with 2 m x 2 m square and placed with systematic plot method. Observations were made on the overall species diversity of sub-plots (30 sub-plots). The observations to measure the carbon sink were focusing on 5 sub-plots located in four corners and center of the plot. Based on the results, lower plant species diversity in pine stands higher than the 1984 crop plant pine 1993. 1984 crop pine has pine Index diversity 2.48 and 1993 crops have diversity index 1.48. Plants under the stands of teak precisely the opposite, in 1993 has teak plant diversity index 0.54 and the identity of the plant in 2006 has a value of 1.28. Composition of plant species under the pine in 1984 found 54 species of plants and to plant pine in 1993 found 38 species. For stands of teak in 1993 found 13 species of plants and also in teak 2006 9 types of plants are found below. Total carbon content of plant litter and under the old pine plantation (crop 1984) higher compared with the total carbon content of young pine (crop 1993), the carbon content to an old pine of 7.822 tons / ha while the young pine is only 4.410 tonnes / ha . Similarly, pine stands, in stands of teak was the total carbon content of litter and under the highest plant owned by an old teak stands (crop 1993) which is equal to 3.5289 tons / ha while the young teak (crop 2006) only the carbon content of 3.1629 tonnes / ha. This can be caused by the high density of vegetation under the pine stands, which means that higher biomass carbon content was higher than in stands of teak. Keywords: Crop Down, Teak Stand, Pine Stand, Carbon
RINGKASAN DIAJENG AYU SEKARINI (E44062143). Studi Keanekaragaman Jenis dan Kandungan Karbon Tumbuhan Bawah pada Tegakan Tusam (Pinus meskusii Jungh. et De Vriese) dan Jati (Tectona grandis L.f) di KPH Malang, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Di bawah bimbingan IWAN HILWAN. Sumberdaya hayati di Indonesia terutama tumbuhan sangatlah beranekaragam. Penting mengetahui keragaman tumbuhan agar dapat menjaga kelestariannya. Tumbuhan bawah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ekosistem hutan. Selain berfungsi sebagai penahan pukulan air hujan, juga berfungsi sebagai penahan aliran permukaan sekaligus meningkatkan infiltrasi air. Saat ini perubahan kehidupan yang paling signifikan adalah meningkatnya intensitas sinar ultraviolet ke permukaan bumi, dampak nyata terhadap perubahan alam tersebut adalah terjadinya perubahan iklim. Selama ini, telah banyak dilakukan penelitian mengenai kandungan karbon pada tegakan berbagai macam jenis. Sedangkan untuk penelitian mengenai kandungan karbon pada tumbuhan bawah jarang dilakukan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Mei tahun 2010, pada areal hutan tanaman milik Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Penelitian ini dilakukan pada tegakan pinus tanaman 1984 dan tanaman 1993, serta tegakan jati tanaman 1993 dan tanaman 2006. Plot pengamatan sebanyak tiga unit seluas 50 m x 50 m yang diletakkan pada dua jenis tegakan yang berlainan serta dengan dua umur yang berbeda untuk masing-masing tegakan. Sehingga total plot pengamatan sebanyak 12 plot. Pada setiap plot pengamatan, dibuat sub plot berukuran 2 m x 2 m sebanyak 30 sub plot yang diletakkan secara systematic. Pengamatan untuk keanekaragaman jenis dilakukan pada keseluruhan sub plot (30 sub plot). Sedangkan untuk pengamatan kandungan karbon hanya pada 5 buah sub plot yang berada pada pusat dan keempat sudut plot. Berdasarkan hasil pengamatan, keanekaragaman jenis tumbuhan bawah pada tegakan pinus tanaman 1984 lebih tinggi dibandingkan pinus tanaman 1993. Pinus tanaman 1984 memiliki Indeks keragaman 2,48 dan pinus tanaman 1993 memiliki Indeks keragaman 1,48. Tumbuhan bawah pada tegakan jati justru berkebalikan, pada jati tanaman 1993 memiliki Indeks keragaman 0,54 dan jati tanaman 2006 memiliki nilai 1,28. Komposisi jenis tumbuhan bawah pada pinus tanaman 1984 ditemukan 54 jenis dan untuk pinus tanaman 1993 ditemukan 38 jenis. Untuk tegakan jati 1993 ditemukan 13 jenis tumbuhan serta pada jati 2006 ditemukan 9 jenis tumbuhan bawah. Kandungan karbon total dari serasah dan tumbuhan bawah pada tegakan pinus tua (tanaman 1984) lebih besar jika dibandingkan dengan total kandungan karbon pinus muda (tanaman 1993), kandungan karbon untuk pinus tua sebesar 7,822 ton/ha sedangkan pinus muda hanya sebesar 4,410 ton/ha. Sama halnya dengan tegakan pinus, pada tegakan jati pun total kandungan karbon serasah dan tumbuhan bawah tertinggi dimiliki oleh tegakan jati tua (tanaman 1993) yakni sebesar 3,5289 ton/ha sedangkan jati muda (tanaman 2006) kandungan karbonnya hanya sebesar 3,1629 ton/ha. Hal ini dapat disebabkan oleh tingginya kerapatan tumbuhan bawah pada tegakan pinus, yang berarti biomassanya lebih tinggi sehingga kandungan karbonnya pun lebih tinggi dibanding pada tegakan jati. Kata Kunci : Tumbuhan Bawah, Tegakan Jati, Tegakan Pinus, Karbon
Judul Skripsi
Nama Mahasiswa Nomor Pokok Departemen
:Studi Keanekaragaman Jenis dan Kandungan Karbon Tumbuhan Bawah pada Tegakan Tusam (Pinus meskusii Jungh. et De Vriese) dan Jati (Tectona grandis L.f) di KPH Malang, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur : Diajeng Ayu Sekarini : E44062143 : Silvikultur
Menyetujui, Pembimbing Skripsi
Ir. Iwan Hilwan, MS 19600204 198601 1 002
Mengetahui, Ketua Departemen Silvikultur
Prof. Dr. Ir. Bambang Hero Saharjo, M.Agr NIP 19641110 199002 1 001 Tanggal Lulus:
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Studi Keanekaragaman Jenis dan Kandungan Karbon Tumbuhan Bawah pada Tegakan Tusam (Pinus meskusii Jungh. et De Vriese) dan Jati (Tectona grandis L.f) di KPH Malang, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur adalah benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Oktober 2010
Diajeng Ayu Sekarini NIM. E44062143
KATA PENGANTAR Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya karena penulis masih diberi kesempatan untuk melakukan penelitian yang berjudul “Studi Keanekaragaman Jenis dan Kandungan Karbon Tumbuhan Bawah pada Tegakan Tusam (Pinus meskusii Jungh. et De Vriese) dan Jati (Tectona grandis L.f) di KPH Malang, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur”. Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk menyusun skripsi guna memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan tambahan data mengenai tingkat keanekaragaman jenis tumbuhan bawah yang berada di bawah tegakan Pinus merkusii dan Tectona grandis serta jumlah karbon yang tersimpan di atas permukaan tanah khususnya pada biomassa tumbuhan bawah. Penulis menyadari bahwa penelitian ini kurang sempurna, maka dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan pengembangan lebih lanjut. Akhir kata, penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
Bogor, Oktober 2010
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 4 September 1988 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Eddy Yusuf Zakaria dan Maya Subiantari, BA. Pada tahun 2006 penulis lulus dari SMAN 2 Bogor dan pada tahun yang sama masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Pada semester tiga masuk mayor Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan dan selanjutnya menekuni bidang Ekologi Hutan. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah kepanitiaan dan organisasi kemahasiswaan yakni sebagai anggota divisi Science Improvement Himpro TGC (Himpunan Profesi Tree Grower Community Departemen Silvikultur) tahun 2008-2009, Seksi Humas dari acara ‘I Love My World Campaign’, Panitia Pelatihan Jamur Tiram serta Panitia dalam acara ‘TGC in Action’ pada tahun 2009. Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Ekologi Hutan tahun ajaran 2009/2010. Penulis juga pernah menjadi Ketua kelompok dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKM-K) yang didanai pada tahun 2010. Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) jalur Cilacap-Baturaden, melakukan kegiatan magang di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) serta melaksanakan Praktek Kerja Profesi (PKP) di Perum Perhutani Unit II Jawa Timur KPH Malang. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, Penulis menyusun skripsi dengan judul Studi Keragaman Jenis dan Kandungan Karbon Tumbuhan Bawah pada Tegakan Tusam (Pinus meskusii Jungh. et De Vriese) dan Jati (Tectona grandis L.f) di KPH Malang, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur di bawah bimbingan Ir. Iwan Hilwan, MS.
Bogor, Oktober 2010
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
1. Penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah YME, sehingga karya tulis yang berjudul “Studi Keragaman Jenis dan Kandungan Karbon Tumbuhan Bawah pada Tegakan Tusam (Pinus meskusii Jungh. et De Vriese) dan Jati (Tectona grandis L.f) di KPH Malang, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur” dapat terwujud. 2. Bapak Eddy Y. Zakaria dan Ibu Maya Subiantari (Orang tua), Mas Agung dan Qim yang telah memberikan kasih sayang, dukungan, semangat, do’a dan perhatian selama ini. 3. Bapak Ir. Iwan Hilwan, MS selaku Pembimbing Skripsi yang selalu mendukung, memotivasi dan membimbing dalam penyelesaian karya tulis ini. 4. Mas Ahmad Rochmim yang selalu setia membantu dan menemani baik dalam suka dan duka, yang dengan sabar selalu mendukung dalam berbagai hal selama ini, termasuk dalam penyusunan karya tulis ini. 5. Bapak Dr. Ir. Sri wilarso Budi R, MS selaku dosen Pembimbing Akademik 6. Bapak Kasiyan yang sangat membantu pelaksanaan penelitian di KPH Malang, Pak Agung, Pak Edi, Pak Supekih, Ibu Nur dan seluruh staf di Junggo yang telah membantu penelitian ini secara langsung. 7. Teman-teman Silvikultur ’43 khususnya Puti, Ega, Sandra, dwita, Reytha, Thea dan lainnya atas kebersamaan serta dukungan semangat pantang menyerah selama 3 tahun terakhir, dan juga teman-teman Fahutan 43 yang tidak dapat disebutkan satu persatu. 8. Keluarga besar Laboraturium Ekologi Hutan; Enike, Esti, Ibu Yani, Bi Era, Pak Yopi dan lain-lain yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. 9. Kakak-kakak kelas yang membantu dan membimbing dalam menulis karya tulis ini khususnya Ka Devi, Ka Doddy, dan Ka Yohana. 10. Staf laboran Departemen Silvikultur (Bu Atikah, Bu Ely, Bu Tutin, dan Pa Wardana). 11. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu disini.
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ....................................................................................
i
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................
ii
UCAPAN TERIMA KASIH .........................................................................
iii
DAFTAR ISI...................................................................................................
iv
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
vii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang .......................................................................................
1
B. Tujuan Penelitian ....................................................................................
2
C. Hipotesis .................................................................................................
2
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tumbuhan Bawah...................................................................................
3
B. Keanekaragaman jenis ............................................................................
4
C. Biomassa dan Karbon .............................................................................
5
C.1.Biomassa ..........................................................................................
5
C.2.Karbon .............................................................................................
6
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................
8
B. Alat dan Bahan .......................................................................................
9
C. Metode Pengambilan Data......................................................................
9
C.1.Pembuatan Plot Penelitian ...............................................................
9
C.2.Pengumpulan Data ...........................................................................
10
C.3.Pemanenan Biomassa dan Pendungaan Kandungan Karbon ...........
11
D. Analisi Data ............................................................................................
11
E. Analisi Data Secara Statistik...................................................................
14
IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis dan Batas Wilayah .......................................................
16
B. Bagian Hutan Sengguruh ........................................................................
17
C. Bagian Hutan Kepanjen-Tumpang ........................................................
18
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil........................................................................................................
21
A.1. Komposisi Jenis..........................................................................
21
A.2. Kekayaan, Kemerataan dan Keragaman Jenis ...........................
24
A.3. Kandungan Karbon dan Tumbuhan Bawah ................................
25
A.4. Uji Statistik Kandungan Karbon Tumbuhan Bawah ...................
28
B. Pembahasan ............................................................................................
28
VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .............................................................................................
36
B. Saran .......................................................................................................
36
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
37
LAMPIRAN....................................................................................................
39
DAFTAR TABEL No
Teks
Halaman
1.
Kondisi umum petak contoh pengamatan..........................................
9
2.
Hasil analisis vegetasi tumbuhan bawah di bawah tegakan Pinus merkusii tahun tanam 1984.................................................................
21
Hasil analisis vegetasi tumbuhan bawah di bawah tegakan Pinus merkusii tahun tanam 1993.................................................................
23
3.
4.
Hasil analisis vegetasi tumbuhan bawah di bawah tegakan Tectona grandis tahun tanam 1993...............................................................
5.
6.
7.
Hasil analisis vegetasi tumbuhan bawah di bawah tegakan Tectona grandis tahun tanam 2006...............................................................
26
Hasil Perhitungan Keanekaragaman Pada Tegakan Pinus (Pinus merkusii).............................................................................................
26
Hasil Perhitungan Keanekaragaman Pada Tegakan Jati (Tectona grandis)...............................................................................................
8.
27
Kandungan karbon tumbuhan bawah serta serasah di bawah tegakan pinus dan tegakan jati............................................................
9.
25
Hasil
uji-t
kandungan
karbon
tumbuhan
bawah
29
dan
serasah................................................................................................
30
DAFTAR GAMBAR No
Teks
Halaman
1.
Penempatan Petak Pengamatan................................................................
9
2.
Peta wilayah KPH Malang.......................................................................
15
3.
Lokasi penelitian (A) Pinus tahun tanam 1984 dan (B) pinus tahun tanam 1993.............................................................................................
20
4.
Karbon serasah dan tumbuhan bawah pada tegakan Pinus (Pinus merkusii) ................................................................................................
29
5.
Kandungan Karbon serasah dan tumbuhan bawah pada tegakan jati
6.
(Tectona grandis).....................................................................................
30
Teh-tehan(Eupatorium riparium).........................................................
31
DAFTAR LAMPIRAN No.
Teks
Halaman
1. Hasil analisis vegetasi tumbuhan bawah di bawah tegakan Pinus merkusii tahun tanam 1984 ..............................................................
41
2. Hasil analisis vegetasi tumbuhan bawah di bawah tegakan Pinus merkusii tahun tanam 1993 ..............................................................
42
3. Hasil analisis vegetasi tumbuhan bawah di bawah tegakan Tectona grandis tahun tanam 1993................................................................
44
4. Hasil analisis vegetasi tumbuhan bawah di bawah tegakan Tectona grandis tahun tanam 2006................................................................
45
5. Kandungan karbon tumbuhan bawah dan serasah di bawah tegakan Pinus merkusii tahun tanam 1984 ....................................................
46
6. Kandungan karbon tumbuhan bawah dan serasah di bawah tegakan Pinus merkusii tahun tanam 1993 ....................................................
47
7. Kandungan karbon tumbuhan bawah dan serasah di bawah tegakan Tectona grandis tahun tanam 1993 ..................................................
48
8. Kandungan karbon tumbuhan bawah dan serasah di bawah tegakan Tectona grandis tahun tanam 2006 ..................................................
49
9. Hasil Uji T kandungan karbon tumbuhan bawah dan serasah ..........
50
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Hutan menurut Soerianegara dan Indrawan (2005) merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai oleh pohon-pohon dan mempunyai keadaan yang berbeda dengan keadaan lingkungan di luar hutan. Indonesia terletak di kawasan tropis, dengan cahaya matahari dan curah hujan tinggi merata sepanjang tahun sehingga menjadi salah satu faktor penyebab tingginya keanekaragaman hayati terutama yang berada dikawasan hutan. Bahkan sebagian dari hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Berdasarkan luasannya, hutan tropis Indonesia menempati urutan ketiga setelah Brazil dan Republik Demokrasi Kongo (dulunya Zaire) dan hutan-hutan ini memiliki kekayaan hayati yang unik dan beragam (Forest Watch Indonesia, 2003). Sumberdaya
hayati
di
Indonesia
terutama
tumbuhan
sangatlah
beranekaragam. Bila dibandingkan dengan daerah-daerah tropik lainnya yang terletak terutama di benua Amerika dan Afrika, keanekaragaman jenis tumbuhan yang terdapat di Indonesia jauh lebih tinggi. Indonesia termasuk salah satu pusat keanekaragaman genetik dari 8 pusat keanekaragaman tanaman di dunia. Diantaranya famili Zingiberaceae, Piperaceae, Sapindaceae, dan lain sebagainya (Rifar, 1981 dalam Pokjanas TOI, 1992) Tumbuhan bawah merupakan vegetasi dasar yang secara alami tumbuh di bawah tegakan pohon atau lantai hutan yaitu meliputi semak, herba, rumput, paku-pakuan dan lainnya. Tumbuhan bawah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ekosistem hutan alam. Di dalam stratifikasi hutan hujan tropika, tumbuhan bawah menempati dua strata yaitu strata keempat (semak belukar) dan strata kelima (penutup tanah). Dengan demikian selain berfungsi sebagai penahan pukulan air hujan, juga berfungsi sebagai penahan aliran permukaan sekaligus meningkatkan infiltrasi air. Saat ini perubahan kehidupan yang paling signifikan adalah meningkatnya intensitas sinar ultraviolet ke permukaan bumi. Dampak nyata terhadap perubahan alam tersebut adalah terjadinya perubahan iklim akibat dari terakumulasinya gasgas rumah kaca di atmosfer. Fakta lain tentang adanya perubahan iklim adalah
2
kontribusi gas karbondioksida (CO2) yang paling dominan yaitu sekitar 50 persen, diikuti chloroflourocarbon (CFC) 25 persen, gas methan 10 persen, dan sisanya adalah gas lainnya (Sughandy, 2007). Selama ini, telah banyak dilakukan
penelitian mengenai kandungan
karbon pada tegakan berbagai macam jenis. Disebutkan bahwa biomas pohon dan vegetasi di hutan berisi cadangan karbon yang sangat besar sehingga dapat memberikan keseimbangan siklus karbon bagi keperluan seluruh mahluk hidup di muka bumi. Sedangkan untuk penelitian mengenai kandungan karbon pada tumbuhan bawah jarang dilakukan.
B. Tujuan Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui komposisi jenis dan tingkat keanekaragaman jenis tumbuhan bawah pada tegakan Pinus merkusii dan Tectona grandis 2. Mengetahui kandungan karbon yang terdapat pada tumbuhan bawah pada tegakan Pinus merkusii dan Tectona grandis C. Hipotesis 1. Jenis tegakan dan tahun tanam akan mempengaruhi komposisi jenis dan tingkat keanekaragaman jenis tumbuhan bawah pada tegakan tusam dan jati. 2. Jenis tegakan dan tahun tanam akan mempengaruhi kandungan karbon tumbuhan bawah pada tegakan tusam dan jati
3
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tumbuhan Bawah Hardjosentono (1976) diacu dalam Hartono (2002) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan tumbuhan bawah adalah tumbuhan yang mempunyai keliling batang kurang dari 6,3 cm dalam hal ini termasuk semai, kecambah, paku-pakuan, rumput, tumbuhan mamanjat dan lumut. Menurut Soerianegara dan Indrawan (2005), dalam Ekologi Hutan jenisjenis pohon kecil (perdu), semak-semak dan tumbuhan bawah, serta liana perlu dipelajari juga karena tumbuhan ini antara lain : a. Mungkin merupakan indikator tempat tumbuh b. Merupakan pengganggu bagi pertumbuhan permudaan pohon-pohon penting c. Penting sebagai penutup tanah d. Penting bagi pencampur serasah dan pembentukan bunga tanah Seringkali
dijumpai
adanya
jenis-jenis
tumbuhan
bawah
yang
menunjukkan kualitas tanah. Tumbuhan demikian dipakai sebagai indikator tempat tumbuh. Beberapa perbedaan dari kualitas tanah, persediaan hara, kelembaban, aerasi dan pH tanah seringkali dapat dicirikan oleh tumbuhan bawah (Smith 1957, diacu dalam Setiadi 1986). Haeruman (1971) menyatakan, pengukuran kualitas tempat tumbuh berdasarkan pada tanaman indikator telah digunakan di negara-negara Skandinavia dan Kanada dengan hasil yang memuaskan. Dengan metode ini vegetasi tumbuhan bawah dipakai sebagai indikator kualitas tempat tumbuh hutan dimana mereka tumbuh. Tumbuhan indikator ini biasanya dijumpai berupa tanaman herba kecil. Dalam beberapa tempat khusus, tanaman indikator mungkin petunjuk yang terbaik dari produktivitas tempat tumbuh daripada beberapa metode yang telah dikenal. Penggunaan tanaman indikator sangat terbatas pada beberapa areal khusus dan beberapa tanaman khusus pula. Manan (1976) mengemukakan bahwa fungsi pelindung dari berbagai bentuk vegetasi bergantung terutama pada luasnya tanah yang ditutupi vegetasi semak dan serasah, oleh karena itu vegetasi rendah dapat melindungi tanah-tanah mineral yang gundul secara mapan terhadap energi pukulan butir-butir hujan.
4
Kramer dan Konzlowski (1960) diacu dalam Soerianegara dan Indrawan (1988), mengemukakan beberapa faktor lingkungan yang terpenting bagi pertumbuhan individu dan masyarakat tumbuhan yaitu: Faktor-faktor iklim
: Cahaya, suhu, curah hujan, kelembaban, angin dan gas
Faktor-faktor geografi : Letak geografis, topografi, geologi, dan vulkanisme Faktor-faktor edafis
: Jenis tanah (sifat fisik, kimia, dan biotis tanah) dan erosi
Faktor biotik
: Manusia, hewan dan tumbuhan lain
B. Keanekaragaman Jenis Menurut Konvensi Keanekaragaman Hayati Tumbuhan (1992) yang tercantum dalam Undang-undang No. 5 Tahun 1994, pengertian keanekaragaman hayati (biodiversity) adalah keanekaragaman diantara makhluk hidup dari segala sumber termasuk diantaranya daratan, lautan dan ekosistem aquatik lainnya serta kompleks-kompleks ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragaman; mencakup keanekaragaman di dalam jenis, antara jenis dan ekosistem. Menurut McNeely (1988) diacu dalam Haryanto (1995) keanekaragaman hayati atau yang dikenal dengan istilah Biological Diversity (biodiversity) adalah istilah payung untuk derajat keanekaragaman sumberdaya alam hayati, meliputi jumlah maupun frekuensi dari ekosistem, jenis maupun genetik dalam suatu tempat tertentu. Istilah keanekaragaman hayati mencakup tiga tingkatan pengertian yang berbeda yaitu keanekaragaman genetik, jenis dan ekosistem. Konsep keanekaragaman jenis tidak hanya merupakan fungsi dari jumlah jenis tetapi juga fungsi dari kemerataan distribusi kelimpahan jenis itu dalam komunitasnya (Magurran 1988, diacu dalam Hartono 2002). Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan : 1. Mempelajari tegakan hutan, yaitu tingkat pohon dan permudaan 2. Mempelajari tegakan tumbuhan bawah, yang dimaksud tumbuhan bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, padang rumput/alang-alang dan vegetasi semak belukar (Soerianegara dan Indrawan, 1988).
5
Keanekaragaman merupakan milik yang khas bagi suatu komunitas yang berhubungan dengan banyaknya jenis dan jumlah individu tiap jenis sebagai komponen penyusun komunitas. Oleh karena itu keanekaragaman jenis menyangkut dua hal yaitu kekayaan dan sebaran keseragaman. Kekayaan jenis adalah jumlah jenis yang ada sedangkan keseragaman menunjukkan kelimpahan relatif dari masing-masing jenisnya (Krincher 1972; Pielou 1975, diacu dalam Farimansyah 1981).
C. Biomassa dan Karbon C.1. Biomassa Biomassa didefinisikan sebagai jumlah bahan total bahan organik hidup di atas tanah pada pohon termasuk daun, ranting, cabang, batang utama dan kulit yang dinyatakan dalam berat kering oven ton per unit area (Brown 1997, diacu dalam Rused 2009). Menurut Kusmana (1993), biomassa dapat dibedakan ke dalam dua kategori yaitu, biomassa tumbuhan di atas permukaan tanah (above ground biomass) dan biomassa di bawah permukaan tanah (below ground biomass). Lebih jauh dikatakan biomassa di atas permukaan tanah adalah berat bahan unsur organik per unit luas pada waktu tertentu yang dihubungkan ke suatu fungsi sistem produksi, umur tegakan hutan dan distribusi organik. Biomassa
tumbuhan
bertambah
karena
tumbuhan
menyerap
karbondioksida (CO2) di atmosfir dan mengubah senyawa tersebut menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis. Biomassa merupakan ukuran yang berguna dan mudah diperoleh, karena bila bobot kering suatu komunitas dapat ditentukan pada waktu tertentu dan laju perubahan bobot kering dapat diukur, data itu dapat diubah menjadi energi dalam suatu ekosistem. Dengan menggunakan informasi ini ekosistem yang berbeda dapat dibandingkan dan perubahan penyinaran matahari menjadi bahan organik dapat dihitung (Whitten, Anwar dan Hisyam 1984). Biomassa hutan menyediakan penaksiran gudang karbon dalam tumbuhan hutan karena sekitar 50% nya adalah karbon. Karena itu, biomassa menunjukkan jumlah potensial karbon yang dapat dilepas ke atmosfer sebagai karbondioksida
6
(CO2) ketika hutan ditebang atau dibakar. Sebaliknya, melalui penaksiran biomassa dapat dilakukan perhitungan jumlah karbondioksida yang dapat dipindahkan dari atmosfer dengan cara melakukan reboisasi atau dengan penanaman (Brown 1997, diacu dalam Rused 2009). C.2. Karbon Karbon adalah bahan penyusun dasar semua senyawa organik. Pergerakannya dalam suatu ekosistem bersamaan dengan pergerakan energi melalui zat kimia lain; karbohidrat dihasilkan selama fotosintesis dan CO2 dibebaskan bersama selama respirasi. Dalam siklus karbon, proses timbal balik fotosintesis dan respirasi seluler menyediakan suatu hubungan antara lingkungan atmosfer dan lingkungan terestrial. Tumbuhan mendapatkan karbon dalam bentuk CO2, dari atmosfer melalui stomata daunnya dan menggabungkannya ke dalam bahan organik biomassanya sendiri melalui proses fotosintesis. Sejumlah bahan organik tersebut kemudian menjadi sumber karbon bagi konsumen. Respirasi oleh semua organisme mengembalikan CO2 ke atmosfer. Meskipun CO2 terdapat di atmosfer dengan konsentrasi yang relatif rendah (sekitar 0,03%), karbon bersiklus ulang dengan laju yang relatif cepat, karena tumbuhan mempunyai kebutuhan yang tinggi akan gas ini. Setiap tahun, tumbuhan mengeluarkan sekitar sepertujuh dari keseluruhan CO2 yang terdapat di atmosfer; jumlah ini kira-kira (akan tetapi tidak tepat betul) diseimbangkan melalui respirasi. Sejumlah karbon bisa dipindahkan dari siklus tersebut dalam waktu yang lebih lama. Hal ini terjadi misalnya, ketika karbon terakumulasi di dalam kayu dan bahan organik yang tahan lama lainnya. Perombakan metabolik oleh detritivora akhirnya mendaur ulang karbon ke atmosfer sebagai CO2 meskipun api dapat mengoksidasi bahan organik seperti itu menjadi CO2 jauh lebih cepat (Campbell et al. 2004, diacu dalam Rahma 2008). Semenjak level karbondioksida meningkat secara global di atmosfer dan diketahui sebagai masalah lingkungan, banyak ekolog tertarik untuk menghitung jumlah karbon yang tersimpan di hutan. Hutan tropika mengandung biomassa dalam jumlah yang besar, dan oleh karena itu hutan tropika dapat menyediakan simpanan penting karbon. Selain itu karbon tersimpan dalam material yang sudah
7
mati dalam serasah, batang pohon yang jatuh ke permukaan tanah dan sebagai material sukar lapuk dalam tanah (Whitmore, 1985). Karbondioksida (CO2) dan beberapa gas lainnya mempunyai efek rumah kaca dengan cara mengurangi jumlah radiasi gelombang yang datang dari bumi, yang menyebabkan suhu bumi naik. Mekanisme perubahan CO2 di atmosfer memicu perubahan suhu global (pemanasan global atau pendinginan global). Suhu tersebut berdampak pada proses biologi dalam pengambilan karbon oleh tanaman dan penggunaan karbon dalam aktivitas dekomposer (BIOTROP-GCTE/IC-SEA, 1999). Laporan ASB-Indonesian (1994) mencatat bahwa konsentrasi gas-gas rumah kaca (CO2, CH4, CFCS, dan N2O) di atmosfer terus meningkat karena aktivitas manusia. Konsentrasi gas-gas tersebut berturut-turut 55%, 24%, 15%, dan 6% untuk komponen CO2, CFCS, CH4, dan N2O. Pada ekosistem daratan, C tersimpan dalam tiga komponen pokok (Hairiah dan Rahayu 2007), yaitu : •
Biomassa yaitu massa dari bagian vegetasi yang masih hidup yaitu tajuk pohon, tumbuhan bawah, gulma dan tanaman semusim
•
Nekromassa yaitu massa dari bagian pohon yang telah mati, baik yang masih tegak di lahan, atau telah tumbang / tergeletak di permukaan tanah, tonggak atau ranting dan daun-daun gugur (serasah) yang belum terlapuk
•
Bahan organik tanah yaitu sisa makhluk hidup (tanaman, hewan dan manusia) yang telah mengalami pelapukan baik sebagian maupun seluruhnya dan telah menjadi bagian dari tanah. Ukuran partikel biasanya lebih kecil dari 2 mm.
8
III. METODE M PENELIT P TIAN
A. Waktu u dan Temp pat Penelitiian Keegiatan peneelitian ini dilaksanakan d n pada bulaan April sam mpai dengan n Mei tahun 2010, pada areal hutan tannaman milik k Perum Perhutani Uniit II Jawa Timur. T nggo, Terdapat dua lokasi yang diguunakan dalam penelitian yaitu ddi RPH Jun BKPH Singosari untuk u tumbbuhan bawah pada tegakan t pinnus serta RPH gakan Sumbermaanjing Kuloon, BKPH Sengguruh untuk tumbbuhan bawah pada teg jati, keduua lokasi teersebut berrada dalam suatu Kessatuan Pem mangkuan Hutan H (KPH) Malang, Peruum Perhutanni Unit II Jawa J Timurr. Secara leebih jelas, lokasi l p Gambaar 1. penelitian disajikan pada
Gam mbar 1. Petaa lokasi peneelitian di KP PH Malang ggo, terdapaat dua petakk Perhutani yang Paada lokasi peertama yaituu RPH Jung digunakann sebagai lookasi penelitian. Petak k Perhutani pertama yaakni petak 68 C untuk tegaakan Pinus merkusii yang y ditanaam pada tahhun 1984 seerta petak kedua k yakni petaak Perhutanni 68 B meerupakan jen nis Pinus merkusii m yanng ditanam pada tahun 1993 yang manna keduanyaa ditanam dengan jarakk tanam awaal 3m x 2m.
9
Lokasi kedua yaitu RPH Sumbermanjing Kulon, dimana petak Perhutani yang digunakan sebagai lokasi penelitian adalah petak 98 E untuk tegakan Tectona grandis tahun tanam 1993 dengan jenis jati biasa serta petak 98 D untuk tegakan Tectona grandis dengan jenis Jati Plus Perhutani (JPP) tahun tanam 2006.
B. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tumbuhan bawah pada tegakan pinus dan tumbuhan bawah pada tegakan jati yang terdapat dalam petak ukur. Alat-alat yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah timbangan, parang/golok, kantung plastik, tally sheet dan alat tulis, kamera, tali plastik, pita ukur, buku atau kunci pengenalan jenis, dan haga.
C. Metode Pengambilan Data C.1. Pembuatan Plot Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tegakan pinus dan jati. Plot pengamatan sebanyak tiga unit seluas 50 m x 50 m dibuat pada masing-masing tegakan dengan dua umur berbeda sehingga total plot pengamatan sebanyak 12 buah. Keterangan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kondisi umum petak contoh pengamatan Tegakan BKPH Tahun tanam Petak Perhutani Luas Petak Jarak Tanam Pengelolaan
Pinus Singosari 1984 68 C 25,4 ha 3mx2m Dibiarkan alami
1993 68 B 12,8 ha 3mx2m Dibiarkan alami
Jati Sengguruh 1993 2006 98 E 98 D 12 ha 15 ha
3mx2m
3mx3m
Dibiarkan alami
Dibiarkan alami
Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini merupakan lokasi yang di bawah tegakannya tidak dilakukan pengolahan lahan (dibiarkan secara alami). Ketinggian tempat lokasi penelitian untuk tegakan pinus adalah ±1200 m dpl dan untuk tegakan jati ±500 m dpl. Pada setiap plot pengamatan, dibuat sub plot berukuran 2 m x 2 m sebanyak 30 buah sub plot yang diletakkan secara systematic. Pengamatan untuk
10
keanekaragaman jenis dilakukan pada keseluruhan sub plot (30 sub plot). Sedangkan untuk pengamatan kandungan karbon hanya pada 5 buah sub plot yang dibuat pada keempat sudut dan pusat petak ukur. Lay out sub plot pada setiap plot pengamatan dapat dilihat pada Gambar 1. 50 m
subplot pengukuran keanekaragaman jenis (2 m x 2 m)
50 m
Gambar 2. Penempatan Petak Pengamatan
subplot pengukuran biomassa tumbuhan bawah (2 m x 2 m)
C.2. Pengumpulan Data C.2.1. Data dan Informasi yang Diperlukan Dalam plot pengamatan berukuran 50 m x 50 m data yang dikumpulkan adalah: 1. Jenis pohon (jati atau pinus) 2. Umur (tahun) 3. Jarak tanam (m) 4. Ketinggian tempat (m dpl) 5. Kelerengan tempat (%) 6. Penjarangan
11
C.2.2. Data yang Dikumpulkan untuk Keanekaragaman Jenis Untuk pengukuran keanekaragaman jenis data yang diperlukan adalah nama jenis atau spesies beserta nama daerahnya dan jumlah individu pada setiap jenis dalam sub plot berukuran 2 x 2 m2.
C.2.3. Data yag Dikumpulkan untuk Pendugaan Kandungan Karbon Pengukuran pendugaan kandungan karbon dilakukan dengan metode derstruktif
yaitu seluruh tumbuhan bawah yang berada di dalam sub plot
berukuran 2 x 2 m2 dipanen biomassanya.
C.3. Pemanenan Biomassa dan Pendugaan Kandungan Karbon Biomass yang dipanen dari plot berukuran 2 x 2 m2 dipisahkan ke dalam beberapa bagian yaitu batang, daun, bunga, dan yang terakhir serasah. Setalah itu ditimbang keseluruhan biomass dari tiap-tiap bagian. Selanjutnya untuk menduga berat kering dan kandungan karbon diambil 100 gram dari masing-masing bagian, sedangkan apabila berat basahnya sedikit, kurang dari 100 gram maka berat contoh yang dikeringkan sebanyak berat basah contoh. Sampel serasah dan tumbuhan bawah selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu 80 0C selama 2x24 jam. Setelah dioven, sampel tersebut ditimbang kembali untuk mengetahui berat keringnya (Hairiah dan Rahayu, 2007).
D. Analisis Data D.1. Analisis Vegetasi D.1.1. Indeks Nilai Penting (INP) Indeks Nilai Penting (INP) ini digunakan untuk menetapkan dominansi suatu jenis terhadap jenis lainnya. Indeks Nilai Penting merupakan penjumlahan dari Kerapatan Relatif (KR), Dominansi Relatif (DR), dan Frekuensi Relatif (FR) (Soerianegara dan Indrawan 1988). Untuk rumus yang digunakan dalam pengolahan data adalah sebagai berikut : Kerapatan = Jumlah individu suatu jenis Luas areal sampel
12
KR
= Kerapatan suatu jenis x 100% Kerapatan seluruh jenis
Dominansi = Jumlah LBDS suatu jenis Luas areal sampel DR
= Dominansi suatu jenis x 100% Dominansi seluruh jenis
Frekuensi = Jumlah plot ditemukan suatu jenis Jumlah seluruh plot FR
= Frekuensi suatu jenis x 100% Frekuensi seluruh jenis
INP = KR + FR
D.1.2. Keanekaragaman Jenis Keanekaragaman jenis adalah parameter yang sangat berguna untuk membandingkan dua komunitas, terutama untuk mempelajari pengaruh gangguan biotik serta untuk mengetahui tingkatan suksesi atau kestabilan. Keanekaragaman jenis ditentukan dengan menggunakan rumus Shannon Index of General Diversty (Mc Glade 1988 diacu dalam Irwan 2009): n
H’ = -∑ [ i =1
ni
ln
N
Dimana : H’ ni N
ni
]
N
= Indeks Keanekaragaman = Indeks Nilai Penting jenis ke-i = Total Indeks Nilai Penting
D.1.3. Indeks Kekayaan Jenis dari Margallef (R1) Untuk mengetahui Indeks Kekayaan Jenis digunakan rumus Margallef (Magurran 1988 diacu dalam Irwan 2009). R1 = S – 1 ln(N) Dimana : R1 = Indeks Kekayaan Jenis S = Jumlah Jenis N = Jumlah Total Individu
13
D.1.4. Indeks Kemerataan Jenis Rumus Indeks Kemerataan Jenis yang secara umum paling banyak digunakan oleh para ekologis adalah (Ludwig dan Reynold 1988 diacu dalam Irwan 2009): E = H’ ln(S)
Dimana : E = Indeks Kemerataan Jenis H’ = Indeks Keanekaragaman Jenis S = Jumlah Jenis D.1.5. Indeks Dominansi Indeks Dominansi digunakan untuk menentukan dominansi jenis di dalam komunitas, untuk menentukan dimana dominansi dipusatkan. Rumus Indeks Dominansi adalah sebagai berikut: C=∑
ni N
2
Dimana: C = Indeks Dominansi ni = Indeks Nilai Penting jenis ke-i N = Total Indeks Nilai Penting seluruh jenis D.1.6. Koefisien Kesamaan Komunitas Indeks Kesamaan Komunitas digunakan untuk mengetahui kesamaan relatif komposisi jenis dari dua tegakan yang dibandingkan pada masing-masing tingkat pertumbuhan. Untuk mengetahui Koefisien Kesamaan Komunitas dapat digunakan rumus sebagai berikut (Ludwig and Reynold, 1988) : IS =
2w
x 100%
a+b Dimana: IS = Indeks kesamaan komunitas W= Jumlah nilai penting (INP) yang sama atau nilai yang terendah dari jenis-jenis yang terdapat dalam dua petak contoh yang dibandingkan a = Jumlah INP pada komunitas a b = Jumlah INP pada komunitas b
14
D.2 Pendu ugaan Biom massa dan Karbon D.2.1. Pen ngukuran Biomassa B T Tumbuhan Daata primer tuumbuhan bawah yang diperoleh dihitung d berrat basahny ya dan contoh yang y diambbil dikeringgtanurkan untuk menngetahui bberat kerin ngnya. Menurut Haygreen H d Bowyeer (1989) diacu dan d dalam m Irawan (22009), kadaar air dihitung dengan d menggunakan rumus: r % KA A = BBc – BKc B BBc
x 10 00%
Dimana: %KA = Persen kadarr air BBc = Berat B basah contoh c BKc = Berat B kering contoh
D.2.2. Meenghitung Berat B Kerin ng Beerat kering serasah diketahui d setelah penngovenan. S Selain itu juga, menurut Haygreen H daan Bowyer (1982) diaacu dalam Irrawan (20009), apabila berat basah dikeetahui dan kandungan k a telah dip air peroleh darii contoh uji kecil maka berat kering darri masing-m masing samppel dapat dih hitung denggan rumus :
Keeterangan : BKT BB % KA
= Beraat kering tannur = Beraat basah = Perssen kadar aiir
Beerat kering yang y dihasilkan setelah h pengovenan dinyatakkan dalam satuan s gram yangg kemudiann dikonverssi ke ton per hektar untuk u menggetahui biom massa tumbuhann bawah yanng terdapat pada p areal tersebut.
D.2.3. Pottensi Karboon •
Penduugaan Biom massa Tegakkan Penduugaan biom massa tegaakan dilaku ukan denggan mengggunakan metode m
pendekataan volume seperti yanng diusulkaan Brown (1997) nam mun dengan n ada
15
beberapa modifikasi mengenai pendugaan dan pengukuran biomassa. Perhitungan volume pohon rata-rata dengan melalui tahapan berikut : 1. Mengukur diameter tegakan Jati 1,3 m dari atas tanah yang kemudian digunakan pendekatan secara volumetrik dengan Tarif Volume Lokal Jati (TVL) KPH Malang. 2. Untuk mencari biomassa tegakan per hektar dicari dari volume ratarata per hektar dan kerapatan kayunya. Yn = volume rata-rata per ha x Berat Jenis (BJ) Yn adalah biomassa per hektar •
Pendugaan Karbon Tegakan dan Tumbuhan Bawah Karbon tumbuhan bawah dan serasah diduga melalui biomassa yaitu dengan mengkonversi setengah dari jumlah biomassa, karena hampir 50% dari biomassa pada vegetasi hutan tersusun atas unsur karbon (Brown, 1997 diacu dalam Irawan 2009) yaitu dengan menggunakan rumus: C = Yn x 0,5 Keterangan : C = Karbon (ton/ha) Yn = Biomassa tegakan (ton/ha) 0,5 = Faktor konversi
D. Analisis Data Secara Statistik Terdapat perbedaan kandungan karbon pada salah satu variabel pengamatan (serasah, tumbuhan bawah bagian batang dan bagian daun ) dari tegakan yang berbeda, baik tegakan jati maupun tegakan pinus. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut. H0
: µjati/pinus muda = µjati/pinus tua (karbon serasah/tumbuhan bawah pada jati/pinus muda dan jati/pinus tua tidak berbeda nyata/tidak signifikan)
H1
: µjati/pinus muda ≠ µjati/pinus tua
(karbon serasah/tumbuhan bawah
pada jati/pinus muda dan jati/pinus tua berbeda nyata/signifikan)
16
IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Letak Geografis dan Batas Wilayah Wilayah KPH Malang secara geografis terletak pada 50 30’- 600 08’ BT dan 70 44’ 30’’ - 80 27’ 30’’ LS. Total luas KPH Malang adalah 88.848,1 Ha. Secara administratif masuk dalam wilayah Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Malang, seluas 82.630,3 hektar dan pemerintahan Kota Batu seluas 6.217,8 hektar (Perhutani KPH Malang, 2002). Adapun batas wilayah pengelolaan hutan KPH Malang, antara lain: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan KPH Pasuruan 2. Sebelah Timur berbatasan dengan KPH Probolinggo 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia 4. Sebelah Barat berbatasan dengan KPH Blitar dan KPH Kediri
KP H.PA S UR U A N
148 8
KP H.PA S UR U A N
K PH.J OM BA N G
P ETA K LAS P ER USAH AAN K P H M A LANG ska la 1 :25 0.0 0 0
KA B.PA SU RU AN
G.A RJ UNO
KA B.M OJOK ERT O
K AB.JOM B AN G
49 70 dar
i Ka
ndang
142
an
G.G e nt o ng Go w ak
1
141 2
46
3 48
Won oa gu ng
Su ko sar i
55
158 9
47
112
59
Ka se mb on
135 9 4
100 4 6
44
56
TAM AN HU TA N R A YA R . SOE R JO 5
42
113
59
54
73
60
26
24
35
56
51
38
123
103
Pu jon lor
9
132
90 102
139 4
130
101
138
94
83
82
Pu nt en
141
146 92 99
Bu m iaji
Be nd os ari
147 7
83 32
28
98
Don owa rih
Nga ntr u
KA RA NGP L O SO
Girim u lyo Mo jor ejo
Nge ne p
Pe nd em Ngijo
Gun un gja ti
Jun re jo
220 213
Dad ap rejo 217
219
215
209
204 203
233 3212
Sa pt or eng go
201
Ka ra ng wido r
Ke m an tre n
Ma ng liawa n
11
K PH.P R OBO L ING GO
18
Gad ing kem b ar
KA B.PR OB OL IN G GO
Am p eld ent o
Pa nd an lan du ng
766
K OTA M AL AN G
192
Pa nd an sar ilor
Su ko pu ro
Su m be rpa sir
190
188
19
Su ko re jo
Su m be rke ra de nan
Ko re jo Daliso do Jed on g
179
183
Wrin gin so ngo Cem or ok and an g
Ar jos ar i
180
175
42 45
43
33 28
44
27
Be njo r
Bo ko r
34 35
31
Pa nd an re jo
173
Ka m bin gan
Pa ra ng re jo
164 170
25
Pe tu ng sew u
174 167
40
41
23
26
Pa nd an ag un g
Sid or ah ayu
Gon do wan gi
181
39
22
Nga dir ejo
Ma lan gsu ko
Sla m et
171
162
TUM P ANG
36
30
47
29
48
Sit ire jo
888
172
Pu lun gd owo
W AG IR
Su m be rsu ko
161 169
Kid al
Gub uk klak ah
Duwe t
Ngin git 182
Ar jow inan gu n
W rin gin
50 52
Be lun g
Ba ba da n
114 1
213 4
Pa jaja ra n
Tlo go war u
Su m be rsu ko
51
Gun un gsa ri W at esb elu ng
Ke nd alp aya k
Wad un g
Ran du agu ng
Gen en ga n
Won or ejo
Nge br uk
194 0
Gun un gr on gg o
Su m be rte mp ur
53
Won om uly o
54
Ta mb ak sar i 156
Ta ng kilsa ri
Pe rm a nu
Ke sa mb en
PO NC O KUS UM O
Pu rw ose kar
Ka ra ng du re n
PA K ISA J I 555
Jam be sa ri
Jatis ar i
Ma gu an 157
Su to jaya n
Ka ra ng pa nd an
Pa nd an mu lyo
Won ok er to
K PH.P R OBO L ING GO KA B.L UM AJ A NG
57
Pa nd an sar i kid ul Ka ra ng an yar Lo r
58 60
Kr an gg an
188 9
56
Nga dir ejo
Nga won gg o
Wan da np ur o
Ke bo ba ng
160 6
Ka ra ng no ng ko
TA JINA N
Se m pla kwad ak
159
KL A S P E R U S A H A A N JA TI
49
163 3
Ar go su ko
Ma nd alan Ba les ar i
168
Su m be rde m
46
32
Tu lusr ejo
Ke bo na gu ng
160
HU T A N K ON S E R V AS I
KL A S P E R U S A H A A N D A M A R
38
Nga da s
37
24
Jer u
Ba nja re jo
Su ko da di
176
21
Su ko an yar
Mu lyor ejo
184
178
Ke no ng o
Pu ca ng son o
Su m be rsa ri
177
HU T A N LIN D UN G
BH .T UMP A N G
20
864
187
185
165
14 12
PA K IS Se ka rp ur o
194 194
191 189
186 106 3
166
Sid om u lyo
Pa kisk em ba r
Ka ra ng be suk i
Ka los on go
Ku cu r
195 177 8
193
KE TER A N G AN :
Su ko lilo
155 200
196
193
163
16
17
Bu nu twe tan 199
244 9
197
13 10
As rika to n
206
202
198 268 8
15
Ar go pu ro
Pe tu ng sewu
205
118
K AB .PAS U RU A N
JA B UNG Tlo go ma s Me rjo sar i
119
120
KP H.PA S UR U A N 9
Tir tom o yo
Tu ng gul W u lun g
Lan du ng sar i
Se lor ejo
207
BH .K E PA NJ E N
121
4 Kilom eters
7
Sla m pa rejo 8
Gad ing kulo n 210
117 208
5
Ke m iri
154
Ta sikm ad u
Mu lyoa gu ng
DAU
211
6
Ba nja ra ru m
Te ga lgon do
Su m be rse kar
216
214
233 9
0
Den gko l
Ke pu ha rjo
Am p eld ent o 218
Tle kun g
221
211 9
Gun un g K a wi 116
Pa ge rs ar i
4
4
Won or ejo
W at ug ede
225 222 223
100
152 0 113
3
SING OS A RI
Lan gla ng
226 224
210 9
216 0
102
112
115
Ta ma nh ar jo
Ta nju ngt irto
Oro o ro om bo 109
111
Sid od ad i 114 122
153
Pu rw osa ri
229
227
101
108
110
123
S
2
151 152
Be ji
230
228
124
Los ar iweta n
232
231
Gun un g K e lud
1
Kla m po k
Bo ce k
Pa ng en tan 86
87
90
150
Ba tu re tno
Te ma s
233
85
91
92
107
KA B.KE D IRI
Sid olu hu r 149
Pe sa ng gra ha n
84
93
31
106
E
148
30
29
105
Ba nja re jo
147
Sr iga din g
Ar dim u lyo 145
Nga glik
89
97
99
103 104
Pu rw or ejo
Ba nt ur ejo
Sid od ad i
To yom er to Ta wan ga rg o
So ng go ker to
1 88
Ran du agu ng
Gun un gr ejo Girip ur wo
BA TU
82 94
W
Be da li
Su m bu l
Su m be rejo
95
Pa nd an sar i
125
K PH.K E DIR I
Ka lire jo
144
5
Pa nd an re jo
96 34
N
LA W A NG
101 2
102 8 142 134 143
4
7
126 6
37
Su m be rge m po h
135
3 2
Su ko mu lyo 36 38
39
Mu lyor ejo
Ke tin da n
136
100
Bu luk er to
Sid om u lyo
8
Pu jon kid ul
40
41 18
Mu lyor ejo
Su m be rpo ro ng
140
137 133 98
97
6
Pa nd es ari 33
35
43 42
Wa duk Sel orejo
139
131 96
91
80
Gun un gsa ri
PUJ ON 45
44 16
20 19
ya
Tu rir ejo 129
95
84 81
Su m be rgo nd o
15
Su m be rag un g 21 127 126
r aba
W on or ejo 128
125 124
105
89
85
79
93
46 47
109
104
122
77
78
Tu lun gr ejo
126
121
127 106
76 75
68 24
22
112 6
17
120
67
25 23
15
14
Su
ke 118 119
108
107 86
74
66
38 26
21
13 12
10
Ka um r ejo
88
65 64
34
27
16 11 81
Ngr oto 48
Tu lun gr ejo
117
114 110 87 73
20
28 17
80
W iyu re jo
49
14
115
111
72
63
54 39
33
29
18
79
78
Nga ba b 13
NGA NTA N G 22
116
62
69
57 19
116 0
Ma nd irdo
50
W at ur ejo
23
58
36
30
77
69
11
Ta wan gsa ri
103 1
53 55
67 65
62 51
Jom bo k 12
130
37
32
74
71 72
64
10
EN C L AV E
132
129
50
52
68 61
58
128
41 31
63
57
52 53 25
BH .N G A NTA N G P UJ O N
75
70
66 9
136
135
133
40
76
8
139 137
131
71
905
Pa it 27
140
138
Po nd ok A gu ng
60 61
Ba ye m
134
45 43
7
59
Nge mb al
55
Glan gg an g
BUL UL A W A NG
158
Jam bu wer
Lum b ang sa ri Kr eb et
Mo josa ri Jatir ejo
Pla nd i
62
74
W AJ A K
Gad ing
Cub un gre jo
Nga dila ngk un g
Pa laa n
Su m be rejo
Ku wo lu Pr ing gu
NGA JU M Pa niw en
61
Kid an gb an g
Kr eb et sen gg ro ng
Nga sem
KL A S P E R U S A H A A N P IN U S
159 8
Dawu ha n
Ba nja rs ar i
Pla os an
240 1
64
Su ko lilo
Ka sr i
Ba ka lan
Su ko no lo
Klu wu t
65 247 6
Dlayu 84
Su ko ha rjo
66
63
ta s
26
K.B
ra n
Dilem
Pa to kpic is
Su dim o ro
Bu re ng
241 3
148 0 72
68
108
73
Ta lan gag un g
67
Ar dir ejo
Pu tu kre jo
69 71 70
Kr om e nga n dar
i Bli
Jatik er to
Slo ro k
Gan jar an
76
Ba m ba ng 198 7
Cod o
Bu lup itu
Br ing in
81
Ta lan gso ko
Ke ta wan g
Cem po kom u lyo
75
Dad ap an
Tu mp an gr en ten g
Pa na ru kan
KE P AN JE N tar
Ure k-u re k Pa ng gu ng re jo
Wd.L ahor
83
80
Su ko re jo 78
Ke do k
200 0
Ta ma n Sa tr ian
Sa na nr ejo
Pa ng gu ng re jo
Nge br uk
82
79
Se du ng
27
98
85
Sa na m ker to
107
77
Pu ta tlor Ma ng unr ejo 3
2
Se ng en gg re ng
SUM B E RPU CU NG
W er u
Su ko sar i
Te ga lsar i
Se ng gu ru h
Sa m big ede
Ka lire jo
Won oa yu
Pa ge da ng an
30
99
101 0
87
96
Gon da ng leg i W e tan
W on oa gu ng
103
94
34
102
Ta lok 95
Pa ge lar an
Pr em b un
89
93
Und aa n
659
91
Ma jan g T en ga h
Ba lea rjo
KA LIP ARE
Ta ma nk unc ar an
570
Pa m ota n 106
Ka de m ang an
10
8
6
9
Ar bo yow on o
104
Ged ok weta n
531
Sim o jaya n
Am p elg adin g
Sw ar u
5
4
Mu lyosa ri
92
Ged ok kulo n
7
Su m be rpe tu ng
Sa wa han
Ta wan g a gu ng
DAM P IT
105
11
Su ko re jo
Am a da nom
PA GA K 21
Rejo so
12
33
101
88
Se da yu
Br on gk al
Su m be rr ejo
Ar jos ar i
31
Ta ma ns ari
90
Po jok Ba nja re jo
Ka nig or o
29
97
86
Pa ng gu ng Pu ta tkid ul
Wd .Sengg uru h
Gam p inga n Ar jow ilang un
Tlo go re jo
32
178 1
Jam ba ng an
TUR E N
Se pa nja ng
GO NDA NGL E GI
Ka ra ng suk o
Ke m iri Jen gg olo 1
Wd.Kr .Kates
Su ko wilan gu n
28
100
22
Ke m ula n
Sid or en gg o Gad un gsa ri
13
Ta wan gr eje ni
Clum pr it
W on ok er to
23
Tir tom o yo
Tu mp ak rejo Ka ra ng sar i Pu tu kre jo
Tir tom a rto
TIR TO YU DO Su m be rejo
14
AM P E L G A D ING
Su m be rsu ko
15 24
Se m po l
K PH. B L IT AR
Pu rw oha rjo
Bu m ire jo
Se ng ar an 16
25
K AB . M ALA NG
Tlo go sar i
Tir toy udo
Rejo sar i
W iro ta ma n Ta ma ns ari
18
SUM B E RM ANJ IN G W E TA N
17
Kle pu
35
19
37
Ba tu re tno
Har joku nc ara n
20
617 376
Se ka rb any u
Pr ing gu an
Jog om ulya n 36
Tlo go sar i
552
Ring inke mb ar
Su m be rr oto
Su m be rke rto
38
Pu rw or ejo
432
Sr im ulyo
Ring insa ri
39
87 488
Ke pa tih an
GE DA NGA N
DONO MUL YO
Ar go tir to
Su m be rta ng kil 40
45
Su m be rm an jing K ulo n
515
Ged an ga n
41 544
Ba nd un gr ejo
Te mp ur sar i
Leb ak Har jo
44
Pa nd an re jo Su ko do no
437
BA NTU R
75
43 75
Ke du ng sala m
580
W on or ejo
62 582
47
42
62
Tu mp ak rejo Tu lun gr ejo
415
61
50
Su m be rbe nin g
251 511
Te ga lre jo
237
Sin du re jo
226
154
117
380
Gaja hr ejo
617 49
Sr igo nc o
60
415
Sid om u lyo
74
188
46
71 71
115 116
109
Tl.M o don ga n
Su m be rag un g
266
361
440 542
364
Ba nu re jo 207
74
65
203
463
EN C L AV E 123
Ke du ng B an te ng
98
65
99
112
51
65
168
55
98
102
103
330
106
100
59
72
73
Sit iar jo
91
Pu jiha rjo
66 72
76
230
72
90
140
52
77
96 98
Tl.L en gg oso no
92
133
70
91
Ngliye p
321 437
93 130
104
107 111
Ta mb ak sar i
72
79
110
103
118
Tl.N gliye p
585
48
57
64 65
98
91 102
54
Pu rw oda di
65
203 114 113
63
74
108
143 118
190
Sid od ad i
94
225
67
56
204 58
78
471
93 93
39 105
79
80
101 97
Te luk
240
60
192
84
Te luk
53
Sip elo t
78
Ta mb ak an
BH .S EN GG U RU H
Ta mb ak rejo
68 69
Ba lek am ba ng
83
89
220
202 80
95 202
57 85 32 45
Se nd an gb iru
81
88
120
SA M U D E R A H I ND I A
86
82
Pu lau S em p u
Gambar 2. Peta wilayah KPH Malang Kesatuan Pemangkuan Hutan Malang terdiri dari tiga bagian hutan yaitu Bagian Hutan Sengguruh dengan luas 42887,0 Ha, Bagian Hutan KepanjenTumpang dengan luas 49415,5 Ha dan Bagian Hutan Ngantang-Pujon dengan luas
17
24814,1 Ha (Perhutani KPH Malang, 2002). Lokasi penelitian terletak pada Bagian Hutan Sengguruh yang merupakan kelas perusahaan jati dan Bagian Hutan Kepanjen-Tumpang yang merupakan kelas perusahaan pinus.
B. Bagian Hutan Sengguruh B.1. Kondisi Topografi Pada umumnya Bagian Hutan Sengguruh merupakan hamparan dataran rendah yang miring ke selatan yang diselingi bukit-bukit kapur dengan ketinggian di bawah 600 m dpl. Bukit-bukit kapur tersebut merupakan rangkaian perbukitan yang memanjang dari Kabupaten Gunung Kidul Propinsi DIY kemudian memanjang ke arah Pegunungan Seribu di selatan Surakarta terus ke arah PacitanTrenggalek-Tulungagung-Blitar dan berakhir di sebelah Selatan Gunung Semeru. Keadaan tanah di daerah Bagian Hutan Sengguruh kurang subur dan kering dengan sumber air yang terdapat jauh di dalam tanah.
B.2. Tanah dan Geologi Berdasarkan hasil pengambilan sample tanah dan analisis tanah diperoleh hasil untuk tekstur tanah (pasir 15%, debu 35%, liat 50%), kandungan bahan organik C 1,8%, bahan organik N 0,13%, dan rasio C/N 14%, sedangkan pH berkisar antara 4-6 (Perhutani KPH Malang, 2002).
B.3. Iklim Wilayah Bagian Hutan Sengguruh KPH Malang terletak pada suatu daerah dengan musim hujan dan kemarau yang jelas. Berdasarkan perbandingan bulan basah dan kering maka Bagian Hutan Sengguruh termasuk tipe iklim D. Dalam hal ini tipe iklim tersebut sesuai untuk pertumbuhan Jati (Perhutani KPH Malang, 2002).
B.4. Sosial Ekonomi Berdasarkan Perhutani KPH Malang (2002) jumlah penduduk yang bermukim di wilayah Bagian Hutan Sengguruh KPH Malang seluruhnya berjumlah 414.060 orang, yang terdiri dari laki-laki 205.095 orang dan perempuan
18
sebanyak 208.965 orang. Sedangkan jumlah kepala keluarga yang terdapat di wilayah Bagian Hutan Sengguruh KPH Malang adalah sebanyak 97.698 Kepala Keluarga (KK).
C. Bagian Hutan Kepanjen-Tumpang C.1. Kondisi Topografi Keadaan lapangan di BH Kepanjen-Tumpang secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut (Perhutani KPH Malang, 2002): a. Wilayah BKPH Kepanjen dan RPH Oro-oro Ombo (BKPH Pujon), terletak di lereng sebelah selatan dan timur Gunung Kawi dengan lapangan landai miring sampai dengan curam. b. Sementara itu untuk wilayah BKPH Singosari dan RPH Punten (BKPH Pujon) terletak di lereng Gunung Arjuno bagian selatan dan timur. Kondisi topografinya pada umumnya landai miring sampai dengan curam dengan jurang yang dalam. Untuk RPH Jatiarjo yang terletak di wilayah Pegunungan Tengger, kondisi lapangannya bergelombang miring sampai dengan landai. c. Wilayah BKPH Tumpang dan BKPH Dampit terletak di lereng Pegunungan Tengger dan Semeru dengan keadaan lapangan pada umumnya landai, miring sampai sangat curam dengan jurang dan ngarai yang dalam, merupakan anak sungai Kali Brantas hulu.
C.2.Tanah dan Geologi Keadaan tanah wilayah Bagian Hutan Kepanjen–Tumpang menurut Peta tinjau yang diterbitkan oleh Lembaga Penelitian Tanah Bogor tahun 1966, dapat digolongkan menjadi (Perhutani KPH Malang, 2002): a. Asosiasi latosol coklat dan regosol. Terdapat di wilayah BKPH Kepanjen dan RPH Oro-oro Ombo (BKPH Pujon) b. Kompleks litosol cokelat. Terdapat di daerah lereng Gunung Kawi. c. Regosol coklat. Terdapat di sekitar RPH Oro-oro Ombo, lermbah Songgoriti dan Sebaluh. d. Asosiasi Andosol coklat dan gley humus. Terdapat di lereng utara dan selatan lembah Songgoriti.
19
e. Tanah Andosol coklat terdapat di RPH Punten. f. Tanah Asosiasi Andosol coklat kekuningan dan regosol coklat kekuningan terdapat di RPH Junggo, Karangan dan Sumberawan. g. Tanah Latosol coklat terdapat di RPH Karangan bagian Selatan dan sebelah timur RPH Sumberawan. h. Brown forest soil terdapat di wilayah RPH Jatiarjo. i. Tanah Latosol coklat kemerahan terdapat di lereng Pegunungan Tengger mulai dari RPH Slamparejo, Sukopuro sampai dengan Tumpang. j. Tanah Asosiasi Andosol coklat dan Regosol Coklat terdapat di RPH Tumpang bagian Timur sampai dengan Ngantang terus ke Selatan pada lereng pegunungan Tengger-Semeru. k. Tanah Latosol coklat kemerahan terdapat di sebelah selatan RPH Poncokusumo, RPH Bambang Utara, RPH Bambang Selatan dan RPH Dampit.
C.3. Iklim Berdasarkan Perhutani KPH Malang (2002) wilayah hutan BH KepanjenTumpang KPH Malang terletak pada suatu daerah dengan musim hujan dan kemarau yang jelas. Pada beberapa tempat di sekitar wilayah hutan terdapat beberapa stasiun pengamat curah hujan untuk mengetahui adanya bulan basah, kering maupun lembab. Wilayah Kepanjen-Tumpang memiliki tipe iklim D dengan nilai Q = 64,49% .
C.4. Sosial Ekonomi Keadaan sosial ekonomi masyarakat di wilayah hutan BH KepanjenTumpang dapat diketahui dari luas wilayah, jumlah penduduk, pola penggunaan lahan, mata pencaharian penduduk, kepemilikan lahan dan lain sebagainya. Mata pencaharian penduduk dalam wilayah BH Kepanjen-Tumpang KPH Malang sebagian besar adalah petani dan buruh tani. Jumlah penduduk seluruhnya berjumlah 992.516 orang yang terdiri dari laki-laki 500.205 orang dan perempuan sebanyak 492.311 orang (Perhutani KPH Malang, 2002).
20
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil A.1. Komposisi Jenis A.1.1. Hasil Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah pada Tegakan Pinus (Pinus merkusii) Komposisi jenis tumbuhan bawah yang terdapat pada petak contoh di bawah tegakan pinus tanaman 1984, ditemukan 54 jenis tumbuhan bawah sedangkan pada petak contoh di bawah tegakan pinus tanaman 1993 hanya ditemukan 38 jenis tumbuhan bawah. Pada petak tanaman 1984, tumbuhan bawah yang paling dominan adalah teh-tehan (Eupatorium riparium Reg.) dengan nilai K 112.111 ind./ha serta F 0,90 dengan INP 45,22 %. Jenis yang mendominasi setelah jenis teh-tehan (Eupatorium riparium Reg.) adalah resap (Manisuris granularis L.f) dengan K 81.444 ind./ha serta memiliki nilai F 0,63. Keberadaan jenis resap ini cukup menyebar karena dapat ditemui di 57 subpetak dari keseluruhan 90 subpetak yang dibuat. Secara rinci hasil analisis vegetasi tumbuhan bawah pada tegakan pinus tanaman 1984 dapat dilihat pada Lampiran 1. Keterangan mengenai lima jenis tumbuhan bawah dominan pada tegakan pinus tanaman 1984 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Lima jenis tumbuhan bawah dominan pada tegakan pinus tanaman 1984/Pinus tua No 1 2 3 4
Nama Lokal Teh-tehan Resap Pakis Wedusan
Nama Latin Eupatorium riparium Reg. Manisuris granularis L.f. Athyrium macrocarpum BI. Ageratum conyzoides L.
5
Jeboran
Commelina nudiflora L.
K (Ind/ha) 112111 81444 8583 21667
KR (%) 30,47 22,13 2,33 5,89
18444
5,01
F 0,90 0,63 0,59 0,29
FR (%) 14,75 10,38 9,65 4,74
INP (%) 45,22 32,52 11,99 10,62
0,20
3,28
8,29
21
A
B
Gambar 6. Teh-tehan (Eupatorium riparium) jenis dominan (A) dan Resap (Manisuris granularis) jenis kodominan (B) di bawah tegakan pinus Komposisi jenis tumbuhan bawah pada tegakan pinus tanaman 1993 tidak jauh berbeda dengan komposisi jenis tumbuhan bawah pada tegakan pinus tanaman 1984. Keduanya sama-sama didominasi oleh jenis teh-tehan (Eupatorium riparium Reg.), hanya saja, pada tegakan pinus 1993 ditemui jauh lebih banyak individu jenis teh-tehan (Eupatorium riparium Reg.) ini, yaitu mencapai 10.921 individu dengan nilai K 303.361 ind/ha, F sebesar 0,94 serta INP 73,46 %. Di bawah tegakan pinus tanaman 1993 ditemukan 38 jenis tumbuhan bawah. Jenis kodominan pada tegakan pinus tanaman 1993 adalah resap (Manisuris granularis L.f.), dengan nilai F 0,578 serta INP 22,624%. Secara rinci hasil analisis vegetasi tumbuhan bawah pada tegakan pinus tanaman 1993 dapat dilihat pada Lampiran 2. Keterangan mengenai lima jenis dominan pada tegakan pinus 1993 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Lima jenis tumbuhan bawah dominan pada tegakan pinus tanaman 1993/Pinus muda No
2
Nama Lokal Tehtehan Resap
3 4
Pakis Sente
5
Kanyon
1
Nama Latin
K (Ind/ha)
Eupatorium riparium Reg.
303361
KR (%) 57,050
F 0,944
FR (%) 16,409
INP (%) 73,459
Manisuris granularis Linn.f. Athyrium macrocarpum BI. Alocasia macrorrhiza Schott. Tinomiscium javanicum Miers.
125417
23,586
0,578
10,039
33,624
21750 11556
4,090 2,173
0,744 0,756
12,934 13,127
17,025 15,301
18306
3,443
0,511
8,880
12,323
22
A.1.2. Hasil Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah pada Tegakan Jati (Tectona grandis) Keadaan tanah di lokasi kedua, yakni BKPH Sengguruh petak 98 E dan 98 D di bawah tegakan jati, banyak mengandung kapur serta cukup kering sehingga komposisi jenis tumbuhan bawah yang ditemui di lokasi kedua ini tidak sebanyak seperti pada lokasi pertama (pada tegakan pinus), yaitu hanya ditemui 13 jenis tumbuhan bawah. Jenis yang paling dominan adalah kuningan (Sophora temontosa Linn.) yang memiliki nilai K 93.333 ind/ha serta nilai F 0,92, dengan INP tertinggi yaitu 130,58%. Data lima jenis dominan dapat dilihat pada Tabel 4. Gebang (Corypha utan Lamk.) menjadi jenis yang kodominan di bawah tegakan jati tanaman 1993 dengan nilai F 0,31 serta INP 15,45% (Tabel 4). Secara rinci hasil analisis vegetasi tumbuhan bawah pada tegakan jati tanaman 1993 dapat ditemukan pada Lampiran 3. Tabel 4. Lima jenis tumbuhan bawah dominan pada tegakan jati tanaman 1993/Jati muda No 1 2 3
Nama Lokal kuningan gebang putihan
4 5
kucingan kacangan
Nama Latin Sophora tomentosa Linn. Corypha utan Lamk. Andropogon pertusus Willd. Helicteres viscida Bl. Arachis hypogaea Linn.
K (Ind/ha) 93333 1722 2056
KR (%) 89,696 1,655 1,975
2361 2167
2,269 2,082
F 0,92 0,31 0,27
FR (%) 40,89 13,79 11,82
INP (%) 130,58 15,45 13,80
0,14 0,14
6,40 6,40
8,67 8,49
Berbeda dengan tumbuhan bawah pada tegakan pinus, tumbuhan bawah pada tegakan jati jumlahnya hanya sedikit, dalam suatu luasan 3 x 0,25 ha hanya ditemui 3.746 individu sedangkan di bawah tegakan pinus dengan luasan yang sama jumlah individu yang ditemui mencapai 367.944 individu. Komposisi jenis tumbuhan bawah pada tegakan jati tanaman 2006 didominasi oleh jenis rondomopol (Ottochloa nodosa) dengan nilai K 98.528 ind/ha, nilai F 0,54 serta dengan nilai INP 61,85% (Tabel 5). Berbeda dengan jati tanaman 1993, jenis yang mendominasi yaitu jenis kuningan, memiliki penyebaran jenis yang tinggi (dapat ditemui pada 83 subpetak) sedangkan jenis rondomopol ini tidak menyebar pada setiap subpetak hanya dapat ditemui pada 49 subpetak dari 90 subpetak yang dibuat. Untuk lebih jelasnya, data mengenai jenis-
23
jenis tumbuhan bawah yang ditemui pada tegakan jati tanaman 2006 dapat dilihat pada Lampiran 4. Tabel 5. Lima jenis tumbuhan bawah dominan pada tegakan jati tanaman 2006/Jati muda No
Nama Lokal
1
Rondomopol
2 3
Putihan Alang-alang
4
Beriang
5
Ciplukan
Nama Latin Ottochloa nodosa (Kunth) Dandy Andropogon pertusus Willd. Imperata cylindrica (L.) Beauv. Plaoiarium alternifolium Melchior Physalis angulata Linn.
K (Ind/ha) 98528
KR (%) 40,82
57528 71667
F 0,54
FR (%) 21,03
INP (%) 61,85
23,83 29,69
0,82 0,31
31,76 12,02
55,59 41,71
7500
3,11
0,43
16,74
19,85
5667
2,35
0,36
13,73
16,08
A.2.1. Kekayaan, Kemerataan dan Keanekaragaman Jenis Kekayaan jenis akan berbanding lurus dengan nilai keragaman jenis. Sedangkan kemerataan jenis menunjukkan bagaimana kelimpahan jenis terdistribusi secara merata pada banyaknya jumlah individu yang ada. Tabel 6 menunjukkan bahwa pada tegakan pinus tanaman 1984 memiliki nilai keragaman 2,48 yang berarti lebih tinggi jika dibandingkan dengan tegakan pinus tanaman 1993, dengan nilai 1,48. Sama halnya dengan Indeks Keanekaragaman Jenis (H’), Indeks Kekayaan Jenis (R) serta Indeks Kemerataan Jenis (E) tumbuhan bawah pada tegakan pinus tanaman 1984 lebih tinggi dibandingkan dengan tegakan pinus tanaman 1993. Akan tetapi, untuk Indeks Dominansi (C) nilai yang lebih tinggi justru dimiliki oleh tumbuhan bawah pada tegakan pinus tanaman 1993 yakni 0,18 sedangkan tumbuhan bawah pada tegakan pinus tanaman 1984 hanya memiliki Indeks Dominansi sebesar 0,09. Tabel 6. Hasil Perhitungan nilai keragaman, kekayaan, dan kemerataan jenis pada tegakan pinus dan tegakan jati Tegakan
Tanaman
H'
R
E
C
Pinus
1984 1993
Jati
1993 2006
2,48 1,48 0,54 1,28
5,58 3,75 1,46 0,88
1,40 1,03 0,21 0,58
0,09 0,18 0,44 0,23
24
Berbeda dengan tumbuhan bawah pada tegakan pinus, H’ tumbuhan bawah tegakan jati tanaman 1993 lebih kecil jika dibandingkan dengan H’ pada jati tanaman 2006, yang mana jati dengan tahun tanam lebih tua memiliki H’ 0,54 sedangkan jati muda memiliki nilai 1,28. Akan tetapi jati tanaman 1993 memiliki nilai R yang jauh lebih tinggi (1,46) jika dibandingkan dengan nilai R jati tanaman 2006 (0,88). Tumbuhan bawah jati tanaman 1993 memiliki nilai E sebesar 0,21 lebih kecil nilainya daripada jati tanaman 2006 yang memiliki nilai E sebesar 0,58. Akan tetapi untuk nilai C terbesar dimiliki oleh jati tanaman 1993 dengan nilai 0,44. A.2.2. Kesamaan Komunitas Besarnya indeks kesamaan antar dua komunitas berkisar antara 0% (komposisi jenis yang tidak sama) sampai 100% (komposisi jenis yang sama). Menurut Kusmana dan Istomo (2005), IS dikatakan berbeda sama sekali apabila nilainya adalah 0% dan umumnya dua komunitas dianggap sama apabila mempunyai IS ≥ 75%. Tabel 7. Hasil perhitungan Indeks Kesamaan Komunitas tumbuhan bawah Nilai IS Pinus 1984 Pinus 1993 Jati 1993 Jati 2006
Pinus 1984 -67,63% 0,22% 0,12%
Pinus 1993 67,63% -0,36% 0%
Jati 1993 0,22% 0% -10,49%
Jati 2006 0,12% 0% 10,49% --
A.3. Kandungan Karbon Tumbuhan Bawah A.3.1. Kandungan Karbon Tumbuhan Bawah pada Tegakan Pinus Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan karbon pada serasah pinus tanaman 1993 lebih besar (0,428 ton/ha) jika dibandingkan dengan serasah pinus tanaman 1984 yang hanya 0,163 ton/ha. Kandungan karbon untuk tumbuhan bawah dipisahkan ke dalam dua bagian yaitu daun dan batang, untuk bagian daun pada pinus tua (tanaman 1984) memiliki kandungan karbon yang jauh lebih tinggi jika dibandingkan pinus muda (tanaman 1993) yaitu 4,070 ton/ha untuk pinus tua dan 1,814 ton/ha untuk pinus muda. Sama halnya dengan bagian daun, bagian batang pun pada pinus tua memiliki
25
kandunngan karbonn yang lebihh tinggi (3,,589 ton/ha)) jika dibanndingkan deengan pinus muda m (2,1668 ton/ha). Data meng genai kanduungan karboon pada serrasah, bagian batang daan daun tum mbuhan baw wah dapat dilihat selengkapnya pada Gambaar 4.
Karbon di b bawah TTegakan n Pinus 4.500 4.000 3.500 ton/ha /
3.000 2.500 2.000 1.500 1.000 0.500 0.000 piinus 1984
serasah 0.163
daun 4.070 4
batangg 3.589 9
piinus 1993
0.428
1 1.814
2.168 8
Gambar 4. Kandungaan karbon seerasah dan tumbuhan t b bawah pada tegakan pin nus A.3.2. Kandunga K n Karbon Tumbuhan n Bawah paada Tegakaan Jati Kaandungan karbon k serassah pada teegakan jati tanaman 1993 lebih tinggi t (1,3157 ton/ha) t dibbandingkann dengan jati tanam man 2006 yang mem miliki kandungann karbon 0,8026 0 ton//ha. Kandu ungan karboon bagian daun di bawah b tegakan jaati tua mem miliki nilai 0,9112 0 ton//ha, lebih keecil dari kaandungan kaarbon bagian daaun di baw wah tegakan jati tan naman 20006 sebesar 1,1139 to on/ha. Sedangkann untuk tum mbuhan bawah bagian n batang kaandungan kkarbonnya relatif r sama antaara tegakann jati tanaaman 1993 dengan jati tanamaan 2006 deengan kandungann karbon masing-masi m ing sebesar 1,1884 tonn/ha dan 1,22464 ton/haa. Hal ini ditunjuukkan selenggkapnya paada Gambar 5.
26
Kaarbon d di bawah h Tegakan Jati 1 1.400 1 1.200
ton/ha
1 1.000 0 0.800 0 0.600 0 0.400 0 0.200 0 0.000 jatti 1993
serasah 1.316
d daun 0.911 0
batan ng 1.18 88
Jatti 2006
0.803
1.114 1
1.24 46
Gambar 5. Kandungaan karbon seerasah dan tumbuhan t b bawah pada tegakan jatti Daata kandunggan karbon dari masing g-masing baagian tumbbuhan bawah h dan serasah dii bawah teggakan pinus tanaman 1984 mauppun tanamaan 1993, serrta di bawah teggakan jati taanaman 19993 dan tanaaman 2006 dapat dilihhat selengkaapnya pada Tabeel 7. Tabel 7. Kandungann karbon tuumbuhan baawah serta serasah dii bawah teg gakan pinus dan tegakan t jati No 1 2 3
Bagian Teggakan Serrasah Tum mbuhan Baw wah: a. Daun D b. Batang B c. Bunga B Total
Pinus 1984 1993 (ton/ha) (toon/ha) 140,48 107,74 0,16 0,43
Jaati 1993 2006 (ton/ha) (ton/ha) 74,21 7,91 1 1,32 0,80 0
4,07 3,59 0,00 7,66
1,81 2,17 0,00 3,98
0,91 1,19 0,11 2,21
1,11 1 1,25 5 0,00 0 2,36 6
148,30
112,15
77,74
11,07 7
27
Karbon pada Jati dan Pinus Karbon di bawah tegakan 3.16 7.91
1993
3.53
1993
4.41
pinus
Jati
2006
1984
Karbon tegakan
74.21 107.74
7.82
140.48
Gambar 6. Kandungan karbon total pada tegakan jati dan pinus A.4. Analisis Data Statistik Kandungan Karbon Tumbuhan Bawah dan Serasah Hasil pengolahan data secara statistik kandungan karbon di bawah tegakan pinus dan tegakan jati yang dibagi ke dalam tiga bagian (serasah, daun dan batang) dengan menggunakan uji-t dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil uji-t kandungan karbon tumbuhan bawah dan serasah Bagian Serasah Daun Batang
1984
Pinus 1993 P-value
1993
0,16 4,07 3,59
0,43 1,81 2,17
1,32 0,91 1,19
0,000** 0,006* 0,029*
Jati 2006 0,80 1,11 1,25
P-value 0,000** 0.373 0.876
Keterangan : * = signifikan pada taraf nyata 5% ** = sangat signifikan pada taraf nyata 5%
B. Pembahasan B.1. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah pada Tegakan Pinus dan Jati Komposisi jenis tumbuhan bawah pada tegakan pinus tanaman 1984 lebih tinggi yaitu sebanyak 54 jenis, 27 famili dibandingkan dengan pinus tanaman 1993 yang hanya ditemukan 38 jenis, 15 famili tumbuhan bawah. Hal ini dapat disebabkan semakin lama maka semakin banyak jenis lain yang bermigrasi dari areal lain disamping jenis yang memang sudah ada di tempat tersebut tetap tumbuh serta berkembangbiak.
28
Pada tegakan pinus tanaman 1984 maupun pada tegakan pinus tanaman 1993 keduanya didominasi oleh tumbuhan bawah jenis teh-tehan (Eupatorium riparium Reg.) dengan INP tertinggi yaitu 45,22% dan 73,459% (Tabel 2 dan Tabel 3). Jenis tersebut ditemukan dalam jumlah yang banyak (kerapatannya tinggi) dan tersebar merata hampir di seluruh areal. Jenis ini merupakan jenis pionir serta memiliki biji kecil dengan bulu-bulu halus di ujungnya, sehingga mudah menyebar oleh angin dan air yang mengalir. Jenis dominan menunjukkan bahwa jenis tersebut merupakan jenis yang lebih adaptif terhadap kondisi lingkungan, dengan kata lain jenis ini lebih mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat hidupnya. Di dalam masyarakat hutan, sebagai akibat adanya persaingan, jenis-jenis tertentu lebih berkuasa (dominan) daripada jenis lainnya. Secara umum, tumbuhan dengan INP yang tinggi mempunyai daya adaptasi, daya kompetisi dan kemampuan reproduksi yang lebih baik dibandingkan dengan tumbuhan lain dalam suatu areal tertentu (Soerianegara dan Indrawan, 1988). Berdasarkan Koefisien Kesamaan Komunitas (IS) antara tumbuhan bawah pada tegakan pinus 1984 dan pinus 1993 hampir sama dengan nilai IS 67,63%, sedangkan untuk tumbuhan bawah pada tegakan jati 1993 dan jati 2006 hanya memiliki IS sebesar 10,49% yang berarti memiliki komunitas yang berlainan satu sama lain. Koefisien Kesamaan Komunitas antara tumbuhan bawah tegakan jati dan tegakan pinus, baik pada tegakan muda maupun pada tegakan tua menunjukkan perbedaan komunitas karena nilai IS hampir mendekati nol. Keanekaragaman jenis tumbuhan bawah untuk tegakan pinus tua tergolong tinggi dengan nilai H’ > 2. Samingan (1976) menyebutkan bahwa makin tinggi Indeks Keanekaragaman makin banyak pula jenis yang ditemukan. Sebaliknya, untuk tegakan pinus muda keanekaragaman jenis tumbuhan bawahnya tergolong sedang dengan nilai H’ 1,48 (Tabel 6). Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan kerapatan tegakan pinus, pada pinus tanaman 1984 tegakannya memiliki kerapatan 219 ind./ha sedangkan pinus tanaman 1993 memiliki kerapatan 277 ind./ha. Rapatnya tegakan pinus ini mempengaruhi masuknya sinar matahari ke lantai hutan. Rahma (2008) menjelaskan bahwa pada hutan dengan kerapatan cukup tinggi, dimana tajuk pohon tumbuh dan berkembang sehingga membentuk
29
kanopi. Kanopi yang terbentuk ini, menghalangi cahaya matahari sampai ke lantai hutan sehingga tumbuhan bawah menjadi tertekan. Berdasarkan Magurran (1988) nilai R < 3.5 menunjukkan kekayaan jenis yang tergolong rendah. R antara 3.5 – 5.0 menunjukkan kekayaan jenis tergolong sedang, dan R > 5.0 menunjukkan kekayaan jenis yang tergolong tinggi. Maka, kekayaan jenis tumbuhan bawah pada tegakan pinus tua tergolong tinggi dengan Indeks Kekayaan jenis 5,58 (Tabel 5), sedangkan untuk tumbuhan bawah pada tegakan pinus muda kekayaan jenisnya tergolong sedang. Pada tegakan pinus tua maupun pinus muda keduanya tidak ada nilai Indeks Dominansi yang sama dengan atau mendekati satu, dengan demikian dapat dikatakan bahwa Indeks Dominansi vegetasi di lokasi penelitian tergolong rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa tumbuhan bawah pada kedua tegakan pinus menyebar pada banyak jenis. Komposisi jenis di bawah tegakan jati sangat berbeda dengan di bawah tegakan pinus yang jumlah jenisnya mencapai 54 jenis. Pada tegakan jati tanaman 1993 ditemukan 13 jenis tumbuhan bawah sedangkan pada tegakan jati tanaman 2006 hanya ditemukan 9 jenis tumbuhan bawah. Hal ini disebabkan oleh bahan induk pada areal tegakan jati (Bagian Hutan Sengguruh) berupa campuran batu kapur sehingga sulit untuk tumbuhan bawah beradaptasi, hanya jenis-jenis tertentu yang mampu hidup. Pernyataan ini diperjelas dalam Buku Perhutani KPH Malang (2002) yang menerangkan keadaan tanah di daerah Bagian Hutan Sengguruh kurang subur dan kering dengan sumber air yang terdapat jauh di dalam tanah. Daerah tersebut merupakan tanah kering berkapur dengan lapisan atas yang sangat dangkal dan lapisan bawah yang tidak permeabel karena tersusun atas batubatuan, berada di lereng dan bagian atas bukit dengan kemiringan lahan 5-60% dan merupakan tanah yang tidak produktif (Utomo, 1989). Jenis tumbuhan bawah yang dominan pada tegakan jati tua adalah kuningan (Sophora temontosa Linn.). Jenis ini ditemukan hampir pada setiap subplot penelitian, sedangkan pada tegakan jati muda jenis yang mendominasi adalah jenis rondomopol (Ottochloa nodosa). Indeks Keanekaragaman jenis tumbuhan bawah pada tegakan jati tua tergolong rendah dengan nilai indeks keanekaragamannya
kurang
dari
satu.
Berkebalikan
dengan
Indeks
30
keanekaragaman pada jati muda yang memiliki nilai 1,46 (Tabel 6). Hal ini sangat berhubungan erat dengan jumlah jenis yang ditemukan pada masing-masing tingkat pertumbuhan, semakin tinggi jumlah jenis maka semakin tinggi Indeks Keanekaragaman suatu jenis. Keanekaragaman jenis yang tinggi merupakan indikator dari kemantapan atau kestabilan dari suatu lingkungan. Indeks keanekaragaman jenis ditentukan oleh dua hal, yaitu kekayaan jenis (kelimpahan jenis) dan kemerataan jenisnya maka nilainya pun berbanding lurus dengan nilai Indeks keragaman jenis. Semakin besar nilai keragaman jenisnya maka semakin besar pula kelimpahan dan kemerataan jenisnya (Akhiarni, 2008) Indeks Kekayaan jenis tumbuhan bawah pada kedua tegakan, baik tegakan jati tua maupun tegakan jati muda tergolong ke dalam kekayaan jenis yang rendah dengan memiliki Indeks Kekayaan jenis di bawah 3,5. Tumbuhan bawah pada tegakan jati tua maupun tegakan jati muda memiliki Indeks Dominansi yang tergolong rendah karena tidak ada nilai Indeks Dominansi yang sama dengan atau mendekati satu. Akan tetapi jenis kuningan (Sophora temontosa Linn.) memiliki Indeks dominansi sekitar 0,426 yang berarti jenis ini dapat dikatakan berperan. Menurut Sutisna (1981), suatu jenis dapat dikatakan berperan jika nilai INP pada tingkat semai dan pancang lebih dari 10%.
B.2. Kandungan Karbon Tumbuhan Bawah dan Serasah Pengukuran kandungan karbon untuk tumbuhan bawah dibagi ke dalam dua bagian yaitu batang dan daun. Kandungan karbon tumbuhan bawah untuk bagian daun maupun batang pada tegakan pinus tua jauh lebih besar jika dibandingkan dengan kandungan karbon tumbuhan bawah pada tegakan pinus muda. Khusus pada tegakan jati, tumbuhan bawahnya dibagi ke dalam tiga bagian, bagian daun, batang dan bunga akan tetapi pada tegakan jati muda (tahun tanam 2006) tumbuhan bawahnya hampir secara keseluruhan tidak berbunga sehingga tidak dapat dibandingkan satu sama lain. Pendugaan potensi simpanan karbon dalam suatu tegakan dapat dilihat dari besarnya potensi biomassa yang ada. Biomassa hutan dapat memberikan dugaan sumber karbon pada vegetasi hutan, oleh karena 50% dari biomassa adalah karbon (Brown dan Gaton 1996, diacu dalam Salim 2005).
31
Kandungan karbon total tumbuhan bawah dan serasah pada tegakan jati berbeda dengan tegakan pinus, baik tegakan pinus tua maupun tegakan pinus muda keduanya memiliki kandungan karbon cukup tinggi yaitu 7,82 ton/ha untuk pinus tua dan 4,41 ton/ha untuk pinus muda sedangkan pada tegakan jati hanya memiliki kandungan karbon 3,53 ton/ha untuk jati tua serta 3,16 ton/ha untuk jati muda. Hal ini dapat disebabkan oleh tingginya kerapatan tumbuhan bawah pada tegakan pinus, yang berarti biomassanya lebih tinggi sehingga kandungan karbonnya pun lebih tinggi dibanding pada tegakan jati. Menurut Hairiah dan Rahayu (2007), jumlah C tersimpan antar lahan berbeda-beda, tergantung pada keragaman dan kerapatan tumbuhan yang ada, jenis tanah serta cara pengelolaannya. Tegakan pinus 1984 memiliki kandungan karbon sebesar 140,48 ton/ha yang jauh lebih tinggi daripada tegakan pinus 1993 yang memiliki kandungan karbon 107,74 ton/ha. Diduga, selama selang waktu 9 tahun terjadi pengurangan simpanan karbon sekitar 32,74 ton/ha akibat penjarangan sebanyak lima kali dan selama selang tahun yang sama, tumbuhan bawah pada tegakan pinus menyumbang simpanan karbon sebesar 3,41 ton/ha. Begitu pula pada jati, tegakan jati 1993 memiliki kandungan karbon sebesar 74,21 ton/ha dan tegakan jati 2006 memiliki kandungan karbon sebesar 7,91 ton/ha. Pada selang waktu 13 tahun, diduga tegakan jati kehilangan karbon sebanyak 66,30 ton/ha akibat dari penjarangan tegakan sebanyak lima kali, namun tumbuhan bawah mampu menyumbang simpanan karbon sebesar 0,37 ton/ha. Sebagian karbon yang hilang atau terlepas ke atmosfer akibat dari penjarangan tegakan pinus maupun tegakan jati dikompensasi oleh simpanan karbon dari tumbuhan bawahnya. Berdasarkan hasil analisis data statistik, tampak bahwa kandungan karbon serasah baik pada tegakan pinus maupun pada tegakan jati sangat dipengaruhi oleh umur tegakan. Hal ini dapat disebabkan oleh kerapatan tegakan yang berlainan antara tegakan pinus muda dengan pinus tua serta antara tegakan jati tua dan jati muda. Pinus tua memiliki kerapatan 219 ind./ha sedangkan pinus muda memiliki kerapatan 277 ind./ha. Tegakan jati tua memiliki kerapatan 487 ind./ha dan jati muda memiliki kerapatan 776 ind./ha. Kedua tegakan ini memiliki perbedaan kerapatan yang cukup jauh.
32
Begitu pula pada tumbuhan bawah pada tegakan pinus, baik untuk bagian batang maupun bagian daun keduanya signifikan pada taraf nyata 5%, yang berarti bahwa tumbuhan bawah pinus dipengaruhi oleh umur tegakan. Hasil analisis data statistik tumbuhan bawah pada tegakan jati menunjukkan bahwa tumbuhan bawah pada tegakan jati tidak dipengaruhi oleh umur tegakan. Hal ini dapat berarti bahwa tumbuhan bawah baik pada tegakan jati muda maupun jati tua keduanya tidak dipengaruhi oleh perbedaan kerapatan tegakan, hal ini dibuktikan dengan lebih besarnya nilai kandungan karbon pada tegakan jati tanaman 2006 yang justru lebih rapat tegakannya.
33
VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan, jenis tumbuhan bawah yang paling mendominasi di bawah tegakan Pinus merkusii baik tahun tanam 1984 maupun tahun tanam 1993 adalah jenis teh-tehan (Eupatorium riparium Reg.), jenis ini memiliki INP sebesar 45,22% untuk tahun tanam 1984 serta 73,46% untuk tahun tanam 1993. Pada tegakan Tectona grandis, jenis tumbuhan yang paling mendominasi untuk tahun tanam 1993 adalah jenis kuningan (Sophora tomentosa L.) sedangkan untuk tegakan jati tahun tanam 2006 tumbuhan bawah yang dominan adalah rondomopol (Ottochloa nodosa). Kandungan karbon total dari serasah dan tumbuhan bawah pada tegakan pinus tua (tanaman 1984) lebih besar jika dibandingkan dengan total kandungan karbon pinus muda (tanaman 1993), kandungan karbon tumbuhan bawah untuk pinus tua sebesar 7,822 ton/ha sedangkan kandungan karbon tumbuhan bawah untuk pinus muda hanya sebesar 4,410 ton/ha. Sama halnya dengan tegakan pinus, pada tegakan jati pun total kandungan karbon serasah dan tumbuhan bawah tertinggi dimiliki oleh tegakan jati tua (tanaman 1993) yakni sebesar 3,5289 ton/ha sedangkan jati muda (tanaman 2006) kandungan karbon tumbuhan bawahnya hanya sebesar 3,1629 ton/ha. Berdasarkan hasil analisis data statistik, dengan taraf nyata 5% diketahui bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan untuk bagian serasah, baik di bawah tegakan pinus maupun tegakan jati, begitu pula pada bagian daun dan batang, di bawah tegakan pinus menunjukkan perbedaan yang signifikan. Akan tetapi, pada tegakan jati tumbuhan bawahnya tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan tahun tanam yang berbeda.
B. Saran Mengingat pentingnya mengetahui keanekaragaman jenis tumbuhan, terutama keanekaragaman jenis tumbuhan bawah, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang terkait dengan inventarisasi flora untuk mengetahui keanekaragaman jenisnya secara lengkap dan mendalam.
34
DAFTAR PUSTAKA Agnita TC. 2010. Pendugaan potensi kandungan karbon pada tegakan jati (Tectona grandis Linn.f) di areal KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. [skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan IPB. Akhiarni Y. 2008. Komposisi dan Struktur Vegetasi Hutan LOA Bekas Kebakaran 1997/1998 serta Pertumbuhan Anakan Meranti (Shorea spp.) pada Areal PMUMHM di IUPHHK PT. ITCI Kartika Utama Kalimantan Timur. [skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan IPB. Anwar J, S.J Damanik N, Hisyam, AJ Whitten. 1984. Ekologi Ekosistem Sumatra. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Farimansyah. 1981. Keanekaragaman Jenis Burung pada Berbagai Lingkungan di Bogor dan Sekitarnya. [skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan IPB. Haeruman JS. 1971. Kualifikasi Tempat Tumbuh Tegakan Jati (Tectona grandis L.f) di Jawa. [skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan IPB. Hairiah K, Rahayu S. 2007. Pengukuran Karbon Tersimpan di Berbagai Macam Penggunaan Lahan. Bogor: World Agroforetry Center- ICRAF, SEA Regional Office, University of Brawijaya, Unibraw, Indonesia. Hardjosentono P. 1976. Pedoman Inventarisasi Flora dan Fauna. Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam. Bogor. Hartono EE. 2002. Tingkat keanekaragaman tumbuhan bawah pada tegakan Pinus merkusii Jungh. et De Vriese di berbagai ketinggian tempat (studi kasus di BKPH Gombong Utara, KPH Kedu Selatan, PT. Perhutani unit I Jawa Tengah) [skripsi]. Bogor: Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Haryanto. 1995. Konservasi Keanekaragaman Hayati di Hutan Tropika. Bahan Pelatihan Teknik dan Monitoring Biodiversity di Hutan Tropika Indonesia. Jurusan konservasi sumber Daya Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid I-IV. Badan Litbang Kehutanan Jakarta, penerjemah ; Jakarta : Yayasan Saran Wana Jaya. Irawan DJ. 2009. Pendugaan Kandungan Karbon Pada Tegakan Jati (Tectona grandis) Tidak Terbakar dan Pasca Kebakaran Permukaan di KPH Malang, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. [skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan IPB.
35
Kusmana C. 1993. A Study of mangrove forest management base and ecological data in east Sumatera, Indonesia. [disertasion]. Japan : Kyoto University Faculty of Agricultural. Magurran AE. 1988. Ecological Diversity and It’s Measurment Cambridge Up. Cambridge. Manan S. 1976. Pengaruh Hutan dan Manajemen Daerah Aliran Sungai. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Mudiyarso D., Kurniatun Hairiah and M. Van Noerdwijk.1994. Modelling and Measuring Soil Organic Matter Dynamics and Green House Gas Emissions After Forest Conservation. ASB Indonesia Report of workshop/ Training Course on 8-15 August. Bogor/ Muara Bungo, Indonesia. Perhutani KPH Malang. 2002. Buku Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) BH Kelas Perusahaan Jati. Malang: KPH Malang. Rahma A. 2008. Estimasi potensi simpanan karbon pada tegakan puspa (Schima wallichii Korth.) di hutan sekunder yang terganggu akibat dua kali pembakaran di Jasinga, Bogor [skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan IPB. Rused ES. 2009. Nilai ekonomi kegiatan rehabilitasi dalam menghasilkan air dan menyerap karbon di Blok S Cipendawa Megamendung, Bogor [skripsi]. Bogor: Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Salim. 2005. Profil Kandungan Karbon pada Tegakan Puspa (Schima wallichii Korth.). [tesis]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Samingan T. 1976. Pemantaran Metode Pendugaan Hasil Potensi Hutan Dalam Rangka Kelestarian Pemungutan Hasil Hutan. Buletin PERSAKI XIII (I) :3-9. Setiadi D. 1986. Hubungan Antara Peninggi Hutan Jati (Tectona grandis L.f) Dengan sifat – sifat Tanah dan Vegetasi Lantai Hutan Dalam Penentuan Kualitas Tempat Tumbuh [tesis]. Bogor : Magister Sains Jurusan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Program Pascasarjana, IPB. Soerianegara I dan Andry Indrawan. 1988. Ekosistem Hutan Indonesia. Bogor : Laboratorium Ekologi Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Soerianegara I dan Andry Indrawan. 2005. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor : Laboratorium Ekologi Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Sutisna. 1981. Komposisi Flora Hutan Bekas Tebangan di Kelompok Hutan Stayan Pulau Laut Kalimantan Selatan. Bogor. Deskripsi Lembaga Penelitian Hutan. Jakarta: Direktoral Jendral Pendidikan Tinggi.
36
Undang – undang RI No.5 tahun 1994. Tentang Pengesahan “United Nation Convention on Biological Diversity”. (Konvensi PBB mengenai Keanekaragaman Jenis). Utomo, W. H. 1989. Konservasi Tanah di Indonesia. Rajawali Press. Jakarta. Hal. 6-99. Whitten AJ, Anwar DJ, Hisyam N. 1984. The Ecological of Sumatra. Gajah Mada University Press.
37
LAMPIRAN
38
Lampiran 1. Hasil analisis vegetasi tumbuhan bawah di bawah tegakan Pinus merkusii tanaman 1984 No
Nama Lokal
Nama Latin
KR (%) 30.47
F
FR (%)
Eupatorium riparium Reg.
K (Ind/ha) 112111
0.90
14.75
INP (%) 45.22
1
teh-tehan
2
resap
Manisuris granularis Linn.f.
81444
22.13
0.63
10.38
32.52
3
pakis
Athyrium macrocarpum BI.
8583
2.33
0.59
9.65
11.99
4
wedusan
Ageratum conyzoides L.
21667
5.89
0.29
4.74
10.62
5
jeboran
Commelina nudiflora L.
18444
5.01
0.20
3.28
8.29
6
sente
Alocasia macrorrhiza Schott.
4139
1.12
0.40
6.56
7.68
7
banyon
Molineria sp.
19972
5.43
0.09
1.46
6.89
8
paitan
Paspalum conjugatum
6028
1.64
0.31
5.10
6.74
9
jambe'an
Panicum barbatum Lamk.
2389
0.65
0.29
4.74
5.39
10
kolomenja
Panicum muticum Forsk.
11583
3.15
0.11
1.82
4.97
11
kembang kuning
Cassia surattensis Burm,F
13278
3.61
0.08
1.28
4.88
12
bedesan
Hoplismenus compositus Beauv.
15944
4.33
0.01
0.18
4.52
13
waru
Hibiscus venustus Bl.
3000
0.82
0.20
3.28
4.09
14
kanyon
Tinomiscium javanicum Miers.
2694
0.73
0.20
3.28
4.01
15
lateng
4444
1.21
0.14
2.37
3.58
16
kacang-kacangan
Urtica grandidentata Miq.Non Moris Cajanus cajan Millspauch.
2528
0.69
0.16
2.55
3.24
17
rapek
Brassica napus L.
5139
1.40
0.08
1.28
2.67
18
genjoran
2806
0.76
0.11
1.82
2.58
19
kembang wungu
Digitaria argyrostachya (Steud.) Fern. Pharbitis nil L.choisy
8167
2.22
0.02
0.36
2.58
20
rumput balungan
Panicum repens L.
1889
0.51
0.11
1.82
2.33
21
bruas
Garcinia hombroniana Pierre
1111
0.30
0.11
1.82
2.12
22
rumput gajahan
3583
0.97
0.07
1.09
2.07
23
lamtorogung
778
0.21
0.11
1.82
2.03
24
kremah
1944
0.53
0.06
0.91
1.44
25
alang-alang
Pennisetum purpureum Schumacher Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit Alternanthera sessilis (L.) R. Br. ex D Imperata cylindrica (L.) Beauv.
972
0.26
0.07
1.09
1.36
26
tapak liman
Elephantopus scaber L.
1250
0.34
0.06
0.91
1.25
27
cemplok
Heliotropium indicum L.
2583
0.70
0.03
0.55
1.25
28
rumput embun
Bothriochloa pertusa L.
1000
0.27
0.06
0.91
1.18
29
rumput grenting
Cynodon dactylon (L.) Pers.
528
0.14
0.06
0.91
1.05
30
kirinyu
1556
0.42
0.03
0.55
0.97
31
cery hutan
Chromolaena odorata (L.) King & H.E. Robins Rubus rosaefolius Smith
333
0.09
0.04
0.73
0.82
32
talas
Colocasia esculenta Schott
167
0.05
0.04
0.73
0.77
33
pulasan
694
0.19
0.03
0.55
0.74
34
senting
Nephelium ramboutan-ake (Labill.) Cassia laevigata Willd
667
0.18
0.03
0.55
0.73
35
rumput teki
Cyperus rotundus L.
472
0.13
0.03
0.55
0.67
39
36
tebu sawur
Polygonum sp.
1139
0.31
0.02
0.36
0.67
37
ladingan
Andropogon aciculatus
333
0.09
0.03
0.55
0.64
38
otot-ototan
Plantago lanceolata L.
222
0.06
0.03
0.55
0.61
39
pokak
Solanum torvum swartz
83
0.02
0.03
0.55
0.57
40
jarong
Achyranthes aspera L.
556
0.15
0.02
0.36
0.52
41
Galing
Vitis pentagona Diels & Gilg
361
0.10
0.02
0.36
0.46
42
paksor
Plumbago zeylanica L.
111
0.03
0.02
0.36
0.39
43
dadap serep
Erythrina lithosperma miq.
56
0.02
0.02
0.36
0.38
44
kembang torong
56
0.02
0.02
0.36
0.38
45
rendet banyu
Hippeastrum puniceum (Lam.) Kuntze Cyathula prostrata (L.) Bl.
361
0.10
0.01
0.18
0.28
46
ciplukan
Physalis angulata L.
194
0.05
0.01
0.18
0.23
47
kucingan
Acalypha indica L.
139
0.04
0.01
0.18
0.22
48
Cabe puyang
Polygonum hydropiper L.
111
0.03
0.01
0.18
0.21
49
kacang tanah
Arachis hypogaea L.
111
0.03
0.01
0.18
0.21
50
sentro
Centrosema pubescens Bth.
56
0.02
0.01
0.18
0.20
51
melaran/antingan
fuchsia speciosa Hort
56
0.02
0.01
0.18
0.20
52
kendal/dicotoma
Cordia dichotoma Forst.F
56
0.02
0.01
0.18
0.20
53
wewean
28
0.01
0.01
0.18
0.19
54
katuk hutan
Monochoria vaginalis (Burm.F.) Presi Desmodium sp.
28
0.01
0.01
0.18
0.19
TOTAL
367944
100.00
6.10
100.00
200.00
Lampiran 2. Analisis vegetasi tumbuhan bawah di bawah tegakan Pinus merkusii tahun tanam 1993 No
Nama Lokal
Nama Latin
KR (%) 57.050
F
FR (%)
Eupatorium riparium Reg.
K (Ind/ha) 303361
0.944
16.409
INP (%) 73.459
1
teh-tehan
2
resap
Manisuris granularis Linn.f.
125417
23.586
0.578
10.039
33.624
3
pakis
Athyrium macrocarpum BI.
21750
4.090
0.744
12.934
17.025
4
sente
Alocasia macrorrhiza Schott.
11556
2.173
0.756
13.127
15.301
5
kanyon
Tinomiscium javanicum Miers.
18306
3.443
0.511
8.880
12.323
6
waru
Hibiscus venustus Bl.
7944
1.494
0.411
7.143
8.637
7
jambe'an
Panicum barbatum Lamk.
3056
0.575
0.322
5.598
6.173
8
wedusan
Ageratum conyzoides Linn.
6000
1.128
0.167
2.896
4.024
9
kolomenja
Panicum muticum Forsk.
5556
1.045
0.144
2.510
3.554
10
Cajanus cajan Millspauch.
4639
0.872
0.133
2.317
3.189
11
kacangkacangan paitan
Paspalum conjugatum
2306
0.434
0.156
2.703
3.136
12
pulasan
Nephelium ramboutan-ake Labill.
1750
0.329
0.111
1.931
2.260
13
geworan
Commelina obliqua Ham
500
0.094
0.122
2.124
2.218
14
simbu'an
Paederia scandes
833
0.157
0.100
1.737
1.894
15
rumput embun
Bothriochloa pertusa Linn.
5833
1.097
0.033
0.579
1.676
16
bruas
Garcinia hombroniana Pierre
1056
0.199
0.067
1.158
1.357
40
17
lateng
2722
0.512
0.033
0.579
1.091
1667
0.313
0.044
0.772
1.086
19
rumput gajahan jeboran
Urtica grandidentata Miq.Non Moris Pennisetum purpureum Schumacher Commelina nudiflora Linn.
18
889
0.167
0.044
0.772
0.939
20
ladingan
Andropogon aciculatus
1361
0.256
0.033
0.579
0.835
21
kirinyu
1833
0.345
0.022
0.386
0.731
22
ganyong
Chromolaena odorata (L.) King & H.E. Robins Canna edulis Ker.
361
0.068
0.033
0.579
0.647
23
rumput teki
Cyperus rotundus Linn.
944
0.178
0.022
0.386
0.564
24
melaran
Fuchsia speciosa Hort.
417
0.078
0.022
0.386
0.464
25
tebu sawur
Polygonum sp.
333
0.063
0.022
0.386
0.449
26
talas
Colocasia esculenta Schott.
194
0.037
0.022
0.386
0.423
27
terompet
Mandevilla sanderi Lindl.
111
0.021
0.022
0.386
0.407
28
cerry hutan
Rubus rosaefolius Smith.
56
0.010
0.022
0.386
0.397
29
rapek
Brassica napus Linn.
361
0.068
0.011
0.193
0.261
30
Digitaria adscendens (H.B.K) Henr. Auricularia auricula-judae
222
0.042
0.011
0.193
0.235
31
rumput ceker ayam jamur
139
0.026
0.011
0.193
0.219
32
bayasan
56
0.010
0.011
0.193
0.203
33
paku lepah
Oncosperma horridum (Griff.) Scheff. Vittaria ensiformis Sw.
56
0.010
0.011
0.193
0.203
34
bote
56
0.010
0.011
0.193
0.203
35
katuk hutan
Xanthosoma sagittifolium (L.) H.W. Schott & Endl. Desmodium sp.
28
0.005
0.011
0.193
0.198
36
meniran
Phyllanthus niruri Linn.
28
0.005
0.011
0.193
0.198
37
kremi
Portulaca quadrifida Linn.
28
0.005
0.011
0.193
0.198
38
lamtorogung
Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit TOTAL
28
0.005
0.011
0.193
0.198
531750
100.00
5.756
100.00
200.00
Lampiran 3. Analisis vegetasi tumbuhan bawah di bawah tegakan Tectona grandis tahun tanam 1993 No
Nama Lokal
Nama Latin Sophora tomentosa Linn.
K (Ind/ha) 93333
KR (%) 89.696
1
kuningan
2
gebang
Corypha utan Lamk.
1722
1.655
3
putihan
Andropogon pertusus Willd.
2056
4
kucingan
Helicteres viscida Bl.
5
kacangan
6
daun kutu
7
manon
8 9
tungkul ciplukan
10
bawang brojol
Physalis angulata Linn. Crinum asiaticum Linn.
11
bakungan
12
awar-awar
F 0.92
FR (%) 40.89
INP (%) 130.58
0.31
13.79
15.45
1.975
0.27
11.82
13.80
2361
2.269
0.14
6.40
8.67
Arachis hypogaea Linn.
2167
2.082
0.14
6.40
8.49
Bridelia stipularis Bl. Helminthostachys zeylanica Hook.
1000
0.961
0.17
7.39
8.35
250
0.240
0.08
3.45
3.69
Derris elliptica Benth.
222 222
0.214 0.214
0.06 0.06
2.46 2.46
2.68 2.68
361
0.347
0.04
1.97
2.32
Crinum sp.
278
0.267
0.03
1.48
1.74
Ficus septica Burm.
56
0.053
0.02
0.99
1.04
41
13
abul-abul
Clinacanthus nutans Lindau TOTAL
28
0.027
0.01
0.49
0.52
104056
100.00
2.26
100.00
200.00
Lampiran 4. Analisis vegetasi tumbuhan bawah di bawah tegakan Tectona grandis tahun tanam 2006 No
Nama Lokal
Nama Latin
1
Rondomopol
Ottochloa nodosa (Kunth) Dandy
2
Putihan
3
Alang-alang
Andropogon pertusus Willd. Imperata cylindrica (L.) Beauv.
4
Beriang
5
Ciplukan
6
Kuningan
7
Daun kutu
8
Gebang
9
Kratok
0.54
FR (%) 21.03
INP (%) 61.85
23.83
0.82
31.76
55.59
71667
29.69
0.31
12.02
41.71
Plaoiarium alternifolium Melchior
7500
3.11
0.43
16.74
19.85
Physalis angulata Linn. Sophora tomentosa Linn.
5667
2.35
0.36
13.73
16.08
278
0.12
0.06
2.15
2.26
Bridelia stipularis Bl. Corypha utan Lamk.
139
0.06
0.03
1.29
1.35
56
0.02
0.02
0.86
0.88
28
0.01
0.01
0.43
0.44
2.59
100.00
200.00
Phaseolus lunatus Linn. TOTAL
K (Ind/ha) 98528
KR (%)
F
40.82
57528
241389
100.00
42
Lampiran 5. Kandungan karbon tumbuhan bawah dan serasah di bawah tegakan Pinus merkusii tahun tanam 1984 No Petak Sub Serasah Tmb Bwh Tmb Bwh Serasah Tmb Bwh Tmb Bwh Petak (ton/ha) Daun Batang Tiap Petak Daun Tiap Batang Tia (ton/Ha) (ton/Ha) (ton/ha) Petak petak (ton/Ha) (ton/Ha) 1 I 1 0,006048 0,591508 0,447731 2 2 0,009889 0,203099 0,16531 3 3 0,007813 0,091402 0,085825 4 4 0,00817 0,358295 0,333682 5 5 0,011867 0,377639 0,288401 0,043787 1,621943 1,320949 6 II 1 0,006421 0,220365 0,194335 7 2 0,013672 0,38741 0,406927 8 3 0,013758 0,656329 0,568929 9 4 0,016447 0,272428 0,224014 10 5 0,011867 0,294888 0,212294 0,062165 1,83142 1,606499 11 III 1 0,008389 0,196653 0,207226 12 2 0,010348 0,18146 0,129342 13 3 0,014681 0,095405 0,132124 14 4 0,015723 0,060549 0,093459 15 5 0,007911 0,082347 0,09983 0,057053 0,616415 0,661981 TOTAL 0,163 4,070 3,58 TOTAL KARBON DALAM SATU TEGAKAN 7,822 (ton/ha)
43
Lampiran 6. Kandungan karbon tumbuhan bawah dan serasah di bawah tegakan Pinus merkusii tahun tanam 1993 No Petak Sub Serasah Tmb Bwh Tmb Bwh serasah Tmb Bwh Petak (ton/ha) Daun Batang Tiap Petak Daun Tiap (ton/Ha) (ton/Ha) (ton/ha) Petak (ton/Ha) 16 IV 1 0,033412 0,083741 0,113549 17 2 0,029762 0,123486 0,17276 18 3 0,033333 0,221236 0,252615 0,14286 0,774408 19 4 0,022467 0,104112 0,113479 20 5 0,023885 0,241833 0,296634 21 V 1 0,026904 0,125923 0,110006 22 2 0,029362 0,126008 0,152505 23 3 0,027866 0,101093 0,122024 0,140723 0,538052 24 4 0,032552 0,094112 0,1327 25 5 0,024038 0,090915 0,144058 26 VI 1 0,023734 0,067995 0,086828 27 2 0,022467 0,105591 0,084418 28 3 0,035461 0,100001 0,126482 0,144179 0,501598 29 4 0,038007 0,124443 0,137106 30 5 0,02451 0,103568 0,123031 TOTAL 0,428 1,814 TOTAL KARBON DALAM SATU TEGAKAN 4,410 (ton/ha)
Tmb Bwh Batang Tiap petak (ton/Ha)
0,949037
0,661293
0,557866
2,168
44
Lampiran 7. Kandungan karbon tumbuhan bawah dan serasah di bawah tegakan Tectona grandis tahun tanam 1993 No
Petak
Sub Petak
Serasah (ton/ha)
Daun (ton/Ha)
1
I
1
0,1011
0,0233
0,0482
0,0017
2
2
0,0802
0,0556
0,0662
0,0020
3
3
0,0761
0,0877
0,1139
0,0035
4
4
0,0988
0,1544
0,1519
0,0051
5
5
0,0811
0,0846
0,1015
0,0067
1
0,1013
0,0391
0,0659
0,0136
7
2
0,0906
0,0251
0,0290
0,0084
8
3
0,1029
0,0157
0,0175
0,0085
9
4
0,0782
0,1117
0,0862
0,0051
10
5
0,0787
0,0199
0,0321
0,0101
1
0,0818
0,0790
0,0711
0,0101
12
2
0,0828
0,0534
0,0879
0,0085
13
3
0,0816
0,0357
0,0366
0,0051
14
4
0,1021
0,0758
0,1552
0,0118
15
5
0,0785 0,0500 TOTAL
0,1253
0,0135
6
11
II
III
Batang (ton/Ha)
Bunga (ton/Ha)
TOTAL KARBON DALAM SATU TEGAKAN (ton/ha)
serasah Tiap Petak (ton/ha)
Daun Tiap Petak (ton/Ha)
Batang Tiap petak (ton/Ha)
Bunga Tiap Petak (ton/Ha)
0,4372
0,4057
0,4817
0,0189
0,4517
0,2115
0,2307
0,0457
0,4268
0,2940
0,4760
0,0490
1,3157
0,9112 3,5289
1,1884
0,1136
45
Lampiran 8. Kandungan karbon tumbuhan bawah dan serasah di bawah tegakan Tectona grandis tahun tanam 2006 No Peta Sub serasah Tmb Tmb serasah Tmb Bwh Tmb Bwh Tiap Petak Daun Tiap Batang Tiap k Peta (ton/ha) Bwh Bwh k Daun Batang (ton/ha) Petak petak (ton/Ha) (ton/Ha) (ton/Ha) (ton/Ha) 16 IV 1 0,0697 0,0682 0,0096 0,2813 0,2470 0,0602 17 2 0,0515 0,0403 0,0064 18 3 0,0497 0,0608 0,0113 19 4 0,0567 0,0488 0,0000 20 5 0,0537 0,0290 0,0329 21 V 1 0,0528 0,0213 0,0318 0,2790 0,2381 0,2786 22 2 0,0628 0,0347 0,0451 23 3 0,0608 0,0361 0,0516 24 4 0,0560 0,0534 0,0729 25 5 0,0467 0,0925 0,0771 26 VI 1 0,0494 0,1476 0,1248 0,2423 0,6288 0,9076 27 2 0,0519 0,1412 0,1439 28 3 0,0362 0,1346 0,2637 29 4 0,0456 0,1010 0,2547 30 5 0,0592 0,1044 0,1205 TOTAL 0,8026 1,1139 1,2464 TOTAL KARBON DALAM SATU TEGAKAN 3,1629 (ton/ha)
46
Lampiran 9. Hasil Uji T kandungan karbon tumbuhan bawah dan serasah Karbon Serasah Tiap Petak (ton/ha) Hipotesis H0 H1
: µpinus tua = µpinus muda (karbon serasah pada pinus tua dan pinus muda tidak berbeda nyata/tidak signifikan) : µpinus tua ≠ µpinus muda (karbon serasah pada pinus tua dan pinus muda berbeda nyata/signifikan)
Two-Sample T-Test and CI: pinus tua; pinus muda Two-sample T for pinus tua vs pinus muda
pinus tua pinus muda
N 15 15
Mean 0,00869 0,02281
StDev 0,00273 0,00406
SE Mean 0,00071 0,0010
Difference = mu (pinus tua) - mu (pinus muda) Estimate for difference: -0,01412 95% CI for difference: (-0,01673; -0,01151) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -11,18 DF = 24
P-Value = 0,000
p-value=0.00, p-value<α=5%, maka tolak H0, artinya karbon serasah pada pinus tua dan pinus muda berbeda nyata/signifikan Boxplot of pinus tua; pinus muda 0,030
0,025
Data
0,020
0,015
0,010
0,005 pinus tua
pinus muda
47
Karbon TB daun tiap petak (ton/ha) Hipotesis H0 H1
: µpinus tua = µpinus muda (karbon TB daun pada pinus tua dan pinus muda tidak berbeda nyata/tidak signifikan) : µpinus tua = µpinus muda (karbon TB daun pada pinus tua dan pinus muda berbeda nyata/signifikan)
Two-Sample T-Test and CI: pinus tua; pinus muda Two-sample T for pinus tua vs pinus muda
pinus tua pinus muda
N 15 15
Mean 0,217 0,0967
StDev 0,143 0,0384
SE Mean 0,037 0,0099
Difference = mu (pinus tua) - mu (pinus muda) Estimate for difference: 0,1203 95% CI for difference: (0,0392; 0,2014) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 3,14 = 16
P-Value = 0,006
p-value=0.006, p-value<α=5%, maka tolak H0, artinya karbon TB daun pada pinus tua dan pinus muda berbeda nyata/signifikan Boxplot of pinus tua; pinus muda 0,5
Data
0,4
0,3
0,2
0,1
0,0 pinus tua
pinus muda
DF
48
Karbon TB batang tiap petak (ton/ha) Hipotesis H0 H1
: µpinus tua = µpinus muda (karbon TB batang pada pinus tua dan pinus muda tidak berbeda nyata/tidak signifikan) : µpinus tua = µpinus muda (karbon TB batang pada pinus tua dan pinus muda berbeda nyata/signifikan)
Two-Sample T-Test and CI: pinus tua; pinus muda Two-sample T for pinus tua vs pinus muda
pinus tua pinus muda
N 15 15
Mean 0,191 0,1156
StDev 0,115 0,0465
SE Mean 0,030 0,012
Difference = mu (pinus tua) - mu (pinus muda) Estimate for difference: 0,0758 95% CI for difference: (0,0086; 0,1430) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 2,37 = 18
P-Value = 0,029
DF
p-value=0.029, p-value<α=5%, maka tolak H0, artinya karbon TB batang pada pinus tua dan pinus muda berbeda nyata/signifikan Boxplot of pinus tua; pinus muda 0,5
Data
0,4
0,3
0,2
0,1
pinus tua
pinus muda
49
Karbon Serasah Tiap Petak (ton/ha) Hipotesis H0 H1
: µjati muda = µjati tua (karbon serasah pada jati tua dan jati muda tidak berbeda nyata/tidak signifikan) : µjati muda ≠ µjati tua (karbon serasah pada jati tua dan jati muda berbeda nyata/signifikan)
Two-Sample T-Test and CI: jati tua; jati muda Two-sample T for jati tua vs jati muda
jati tua jati muda
N 15 15
Mean 0,07017 0,04281
StDev 0,00834 0,00641
SE Mean 0,0022 0,0017
Difference = mu (jati tua) - mu (jati muda) Estimate for difference: 0,02736 95% CI for difference: (0,02178; 0,03295) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 10,07 = 26
P-Value = 0,000
DF
p-value=0.00, p-value<α=5%, maka tolak H0, artinya karbon serasah pada jati tua dan jati muda berbeda nyata/signifikan Boxplot of jati tua; jati muda 0,08
0,07
Data
0,06
0,05
0,04
0,03 jati tua
jati muda
50
Karbon TB daun tiap petak (ton/ha) Hipotesis H0
: µjati muda = µjati tua (karbon TB daun pada jati tua dan jati muda tidak berbeda nyata/tidak signifikan) : µjati muda ≠ µjati tua (karbon TB daun pada jati tua dan jati muda H1 berbeda nyata/signifikan) Two-Sample T-Test and CI: jati tua; jati muda Two-sample T for jati tua vs jati muda
jati tua jati muda
N 15 15
Mean 0,0486 0,0594
StDev 0,0309 0,0343
SE Mean 0,0080 0,0089
Difference = mu (jati tua) - mu (jati muda) Estimate for difference: -0,0108 95% CI for difference: (-0,0353; 0,0137) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -0,91 = 27
P-Value = 0,373
DF
p-value=0.373, p-value>α=5%, maka terima H0, artinya karbon TB daun pada jati tua dan jati muda tidak berbeda nyata/tidak signifikan Boxplot of jati tua; jati muda 0,12 0,10
Data
0,08 0,06 0,04 0,02 0,00 jati tua
jati muda
51
Karbon TB batang tiap petak (ton/ha) Hipotesis H0 H1
: µjati tua = µjati muda (karbon TB batang pada jati tua dan jati muda tidak berbeda nyata/tidak signifikan) : µjati tua ≠ µjati muda (karbon TB batang pada jati tua dan jati muda berbeda nyata/signifikan)
Two-Sample T-Test and CI: jati tua; jati muda Two-sample T for jati tua vs jati muda
jati tua jati muda
N 15 15
Mean 0,0634 0,0665
StDev 0,0350 0,0676
SE Mean 0,0090 0,017
Difference = mu (jati tua) - mu (jati muda) Estimate for difference: -0,0031 95% CI for difference: (-0,0441; 0,0379) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -0,16 = 20
P-Value = 0,876
DF
p-value=0.876, p-value>α=5%, maka terima H0, artinya karbon TB batang pada jati tua dan jati muda tidak berbeda nyata/tidak signifikan Boxplot of jati tua; jati muda 0,20
Data
0,15
0,10
0,05
0,00 jati tua
jati muda
52
Karbon Serasah Tiap Petak (ton/ha) Hipotesis H0 H1
: µpinus tua = µjati tua (karbon serasah pada pinus tua dan jati tua tidak berbeda nyata/tidak signifikan) : µpinus tua ≠ µjati tua (karbon serasah pada pinus tua dan jati tua berbeda nyata/signifikan)
Two-Sample T-Test and CI: pinus tua; jati tua Two-sample T for pinus tua vs jati tua
pinus tua jati tua
N 15 15
Mean 0,00869 0,07017
StDev 0,00273 0,00834
SE Mean 0,00071 0,0022
Difference = mu (pinus tua) - mu (jati tua) Estimate for difference: -0,06148 95% CI for difference: (-0,06628; -0,05667) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -27,13 DF = 16
P-Value = 0,000
Boxplot of pinus tua; jati tua 0,09 0,08 0,07
Data
0,06 0,05 0,04 0,03 0,02 0,01 0,00 pinus tua
jati tua
53
Karbon Serasah Tiap Petak (ton/ha) Hipotesis H0 H1
: µpinus muda = µjati muda (karbon serasah pada pinus muda dan jati muda tidak berbeda nyata/tidak signifikan) : µpinus muda ≠ µjati muda (karbon serasah pada pinus muda dan jati muda berbeda nyata/signifikan)
Two-Sample T-Test and CI: pinus muda; jati muda Two-sample T for pinus muda vs jati muda
pinus muda jati muda
N 15 15
Mean 0,02281 0,04281
StDev 0,00406 0,00641
SE Mean 0,0010 0,0017
Difference = mu (pinus muda) - mu (jati muda) Estimate for difference: -0,01999 95% CI for difference: (-0,02405; -0,01594) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -10,20 DF = 23
P-Value = 0,000
Boxplot of pinus muda; jati muda 0,06
Data
0,05
0,04
0,03
0,02 pinus muda
jati muda
54
Lampiran 10. Nama latin serta famili tumbuhan bawah pada tegakan pinus No Nama Lokal Nama Latin Famili 1 teh-tehan Eupatorium riparium Reg. Asteraceae 2 resap Manisuris granularis Linn.f. Gramineae 3 pakis Athyrium macrocarpum BI. Polypodiaceae 4 wedusan Ageratum conyzoides L. Asteraceae 5 jeboran Commelina nudiflora L. Commelinaceae 6 sente Alocasia macrorrhiza Schott. Araceae 7 banyon Molineria sp. Liliaceae 8 paitan Paspalum conjugatum Gramineae 9 jambe'an Panicum barbatum Lamk. Gramineae 10 kolomenja Panicum muticum Forsk. Gramineae 11 kembang kuning Cassia surattensis Burm,F Fabaceae 12 bedesan Hoplismenus compositus Beauv. Gramineae 13 waru Hibiscus venustus Bl. Malvaceae 14 kanyon Tinomiscium javanicum Miers. Menispermaceae 15 lateng Urtica grandidentata Miq.Non Moris Urticaceae 16 kacang-kacangan Cajanus cajan Millspauch. Fabaceae 17 rapek Brassica napus L. Brassicaceae 18 genjoran Digitaria argyrostachya (Steud.) Fern. Poaceae 19 kembang wungu Pharbitis nil L.choisy Convolvulaceae 20 rumput balungan Panicum repens L. Gramineae 21 bruas Garcinia hombroniana Pierre Guttiferae 22 rumput gajahan Pennisetum purpureum Schumacher Poaceae 23 lamtorogung Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit Fabaceae 24 kremah Alternanthera sessilis (L.) R. Br. ex D Amaranthaceae 25 alang-alang Imperata cylindrica (L.) Beauv. Poaceae 26 tapak liman Elephantopus scaber L. Asteraceae 27 cemplok Heliotropium indicum L. Boraginaceae 28 rumput blembem Panicum distachyum L. Gramineae 29 rumput grenting Cynodon dactylon (L.) Pers. Poaceae 30 kirinyu Chromolaena odorata (L.) King & H.E. Robins Asteraceae 31 cery hutan Rubus rosaefolius Smith Rosaceae 32 talas Colocasia esculenta Schott Araceae 33 pulasan Nephelium ramboutan-ake (Labill.) Sapindaceae 34 senting Cassia laevigata Willd Fabaceae 35 rumput teki Cyperus rotundus L. Cyperaceae 36 tebu sawur Polygonum sp. Polygonaceae 37 ladingan Andropogon aciculatus Poaceae 38 otot-ototan Plantago lanceolata L. Plantaginaceae 39 pokak Solanum torvum swartz Solanaceae 40 jarong Achyranthes aspera L. Amaranthaceae 41 Jelun Derris elliptica Benth. Fabaceae
55
42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59
paksor dadap serep kembang torong rendet banyu ciplukan kucingan Cabean kacang tanah sentro melaran/antingan kendal/dicotoma wewean katuk hutan terompet jamur bayasan paku lepah bote
60 61
meniran kremi
Plumbago zeylanica L. Erythrina lithosperma miq. Hippeastrum puniceum (Lam.) Kuntze Cyathula prostrata (L.) Bl. Physalis angulata L. Helicteres viscida Bl. Piper sarmentosum Roxb. Arachis hypogaea L. Centrosema pubescens Bth. Kyllinga monocephala Rottb. Cordia dichotoma Forst.F Monochoria vaginalis (Burm.F.) Presi Desmodium sp. Mandevilla sanderi Lindl. Auricularia auricula-judae Oncosperma horridum (Griff.) Scheff. Vittaria ensiformis Sw. Xanthosoma sagittifolium (L.) H.W. Schott & Endl. Phyllanthus niruri Linn. Portulaca quadrifida Linn.
Plumbaginaceae Fabaceae Liliaceae Amaranthaceae Solanaceae Sterculiaceae Piperaceae Fabaceae Fabaceae Cyperaceae Boraginaceae Pontederiaceae Fabaceae Apocynaceae Auriculariaceae Arecaceae Vittariaceae Araceae Euphorbiaceae Portulacaceae
56
Lampiran 11. Nama latin serta famili tumbuhan bawah pada tegakan jati No Nama Lokal Nama Latin Famili 1 kuningan Sophora tomentosa Linn. Fabaceae 2 gebang Corypha utan Lamk. Arecaceae 3 putihan Andropogon pertusus Willd. Poaceae 4 kucingan Helicteres viscida Bl. Sterculiaceae 5 kacangan Arachis hypogaea Linn. Fabaceae 6 daun kutu Bridelia stipularis Bl. Euphorbiaceae 7 manon Helminthostachys zeylanica Hook. Ranunculaceae 8 tungkul Derris elliptica Benth. Papilionaceae 9 ciplukan Physalis angulata Linn. Solanaceae 10 bawang brojol Crynum asiaticum Linn. Amaryllidaceae 11 bakungan Amaryllidaceae Crinum sp. 12 awar-awar Ficus septica Burm. Moraceae 13 abul-abul Clinacanthus nutans Lindau Acanthaceae 14 Rondomopol Ottochloa nodosa (Kunth) Dandy Poaceae 15 Alang-alang Imperata cylindrica (L.) Beauv. Poaceae 16 Beriang Plaoiarium alternifolium Melchior Bonnetiaceae 17 Kratok Phaseolus lunatus Linn. Fabaceae
57
Lampiran 12. Foto-foto penelitian
A
C
E
B
D
F
Keterangan: Gambar (A) Tegakan jati tanaman 2006; Gambar (B) Tegakan jati 1993; Gambar (C) Tegakan Pinus 1984; Gambar (D) Tegakan Pinus 1993; Gambar (E) Tumbuhan bawah (gebang); Gambar (F) Tumbuhan bawah (manon).