STUDI KASUS PENANGANAN PASCAPANEN KOMODITAS TOMAT DI KOPERASI MITRA TANI PARAHYANGAN CIANJUR
MOHAMAD NORMAN ERWINDI HASIBUAN
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Kasus Penanganan Pascapanen Komoditas Tomat di Koperasi Mitra Tani Parahyangan Cianjur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2016 Mohamad Norman EH NIM F24100116
ABSTRAK MOHAMAD NORMAN ERWINDI HASIBUAN. Studi Kasus Penanganan Pascapanen Komoditas Tomat di Koperasi Mitra Tani Parahyangan Cianjur. Dibimbing oleh Slamet Budijanto. Koperasi Mitra Tani Parahyangan merupakan koperasi yang bergerak dibidang hortikultura. Komoditas unggulan koperasi ini adalah tomat merah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui saluran pemasaran tomat serta menganalisis penanganan pascapanen tomat di koperasi Mitra Tani Parahyangan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus dengan data kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa koperasi Mitra Tani Parahyangan memasarkan tomat ke beberapa supermarket di wilayah jabodetabek, pasar tradisional, serta restaurant di wilayah cianjur. Penanganan pascapanen di koperasi Mitra Tani Parahyangan khususnya komoditi tomat adalah pemanenan, pencucian, sorting dan grading, pengemasan, dan distribusi. Kualitas komoditi di koperasi masih dapat ditingkatkan dengan meminimalisir sentuhan terhadap komoditas dan menerapkan penyimpanan dingin. Kata kunci: Koperasi Mitra Tani Parahyangan, pascapanen, penyimpanan dingin, tomat.
ABSTRACT MOHAMAD NORMAN ERWINDI HASIBUAN. Case Study of Post-Harvest Handling Process for Tomatoes at Mitra Tani Parahyangan Cooperation. Supervised by Slamet Budijanto. Mitra Tani Parahyangan Cooperation is cooperation that concern in horticulture. The main product of this cooperation is a red tomato. The purpose of this study was to determine the market chain of tomatoes, and also analyse postharvest handling process of tomatoes in Mitra Tani Parahyangan cooperation. The method used in this study was case study method with qualitative data. Data collection techniques was using purposive sampling. The result showed that Mitra Tani Parahyangan cooperation distribute tomatoes to several supermarkets in the area Jabodetabek, traditional markets, as well as restaurant in Cianjur area. Postharvest handling process in Mitra Tani Parahyangan cooperation for tomatoes are harvesting, washing, sorting and grading, packaging, and distribution. Product quality in this cooperation can be improved by minimilizing physical touch and applying cold storage. Key word: Cold storage, Mitra Tani Parahyangan cooperation, post-harvest, tomatoes.
STUDI KASUS PENANGANAN PASCAPANEN KOMODITAS TOMAT DI KOPERASI MITRA TANI PARAHYANGAN CIANJUR
MOHAMAD NORMAN ERWINDI HASIBUAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah sistem penanganan pascapanen, dengan judul Studi Kasus Penanganan Pascapanen Komoditas Tomat di Koperasi Mitra Tani Parahyangan Cianjur. Terima kasih penulis ucapkan kepada, 1. Bapak, Ibu, dan keluarga penulis yang sudah memberikan doa serta dukungan moriil 2. Bapak Prof. Dr. Ir. Slamet Budijanto, MAgr selaku dosen pembimbing skripsi yang telah dengan sabar membimbing penulis, serta Bapak Dr. Nugraha Edi Suyatma, STP, DEA dan Bapak Ir. Sutrisno Koswara, MSi atas kesediaannya menjadi dosen penguji 3. Bapak Arun Kulkarni dari perusahaan DSM yang telah mendanai penelitian penulis 4. Staff dan Karyawan UPT dan Dept ITP yang telah melayani penulis selama masa perkuliahan 5. Tanoto Foundation yang sudah memberikan saya beasiswa selama masa perkuliahan saya 6. Maulid Doni Rahman, Qori Emilia, Izzatun Nissa Syahidah, dan Ghita Dwi Kartika serta teman – teman AIMS lainnya atas saran, dukungan, dan kesediaannya berbagi cerita selama masa pertukaran pelajar AIMS 7. Qabul Dinanta Utama dan Rifqi Tirta, yang sudah menjadi teman sekaligus keluarga di kontrakan 8. Teman – teman WarQobs dan teman – teman ITP 47 atas kebersamaan dan kekeluargaan yang luar biasa
Bogor, Desember 2016 Mohamad Norman EH
Daftar Isi DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. iii DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... iii PENDAHULUAN ................................................................................................... 1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1 Perumusan Masalah ............................................................................................. 2 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 2 Manfaat Penelitian ............................................................................................... 2 METODE................................................................................................................. 3 Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................................. 3 Pendekatan Penelitian .......................................................................................... 3 Metode Penarikan Sampel ................................................................................... 3 Metode Pengumpulan Data .................................................................................. 3 Analisis Data ........................................................................................................ 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN...................................................... 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 6 Deskripsi Produk.................................................................................................. 7 Struktur Rantai Pasok .......................................................................................... 7 Proses Penanganan Pascapanen Tomat ................................................................ 9 Analisis Penanganan Pascapanen Koperasi Mitra Tani Parahyangan ............... 13 SIMPULAN DAN SARAN................................................................................... 15 Simpulan ............................................................................................................ 15 Saran .................................................................................................................. 15 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 16 LAMPIRAN .......................................................................................................... 17
DAFTAR GAMBAR 1. Struktur kepengurusan koperasi Mitra Tani Parahyangan 2. Rantai pasok tomat di koperasi Mitra Tani Parahyangan 3. Diagram proses penanganan pascapanen tomat di koperasi Mitra Tani Parahyangan
16
4. 5. 6. 7. 8. 9.
11 11 11 12 12 13
Kebun tomat koperasi MTP Truk pick up kecil pengangkut tomat Perendaman tomat Kemasan plastic dengan lubang-lubang kecil Plastik wrap Truk medium pengangkut tomat
5 7
DAFTAR LAMPIRAN 1. Daftar pertanyaan untuk petani 2. Daftar pertanyaan untuk pengepul/distributor
17 17
PENDAHULUAN
Latar Belakang Komoditas hortikultur khususnya sayur-sayuran memiliki peluang pasar sangat terbuka di Indonesia. Permintaan terhadap sayur-sayuran diprediksikan akan meningkat setiap tahunnya. Salah satu penyebab peningkatan ini adalah pertambahan jumlah penduduk dengan laju berkisar 1,8% pertahun dengan tingkat konsumsi sayuran berkisar 39,45 kg/kapita/tahun pada tahun 2008 (PKHT 2014). Jenis sayuran yang paling banyak diproduksi di Indonesia berdasarkan data dari BPS (2014) adalah cabai, kol, kentang, bawang merah, dan tomat. Jawa Barat merupakan salah satu daerah penghasil sayur-sayuran terbanyak di Indonesia. Khususnya untuk tomat, Jawa Barat merupakan produsen terbesar dibandingkan dengan provinsi lainnya. Potensi luas panen tomat di Jawa Barat lebih terkonsentrasi pada beberapa daerah seperti Bandung, Garut, Tasikmalaya, Cianjur, Sukabumi, Bogor, maupun Sumedang. Koperasi Mitra Tani Parahyangan merupakan salah satu koperasi yang memproduksi dan memasarkan sayuran di daerah Cianjur dan sekitarnya. Koperasi ini memasarkan beberapa jenis komoditi hortikultura seperti tomat, cabai, sawi putih, jagung muda, mentimun, buncis, terong ungu, brokoli, labu siam, dan sayuran lainnya. Komoditi tersebut dikirim ke berbagai outlet pasar modern, pasar tradisional maupun restoran di daerah jabodetabek dan sekitar Cianjur. Sayur-sayuran memiliki sifat mudah rusak (perishable). Hal ini diakibatkan beberapa jenis sayur seperti tomat masih melakukan aktivitas respirasi dan produksi gas etilen setelah dipanen sehingga dapat mengalami perubahan fisiologis, fisik maupun kimiawi. Bila proses respirasi berlanjut terus, sayur-sayuran akan mengalami kelayuan dan akhirnya terjadi pembusukan (Winarno 2002). Tiap komoditi memiliki aktivitas respirasi serta laju produksi etilen yang berbeda-beda yang berkorelasi dengan umur simpannya. Contoh beberapa hortikultura yang memiliki jumlah produksi tinggi serta umur simpan yang lumayan rendah adalah cabai, tomat, jamur, pisang, mangga, durian, strawberry, nanas, dan jeruk. Mutu sayur-sayuran selain dipengaruhi oleh perlakuan selama pra panen, dipengaruhi juga oleh faktor penanganan pascapanen mulai dari pemanenan sampai dipasarkan kepada konsumen. Penanganan pascapanen sayur-sayuran di Indonesia masih merupakan salah satu masalah yang belum terselesaikan. Penyebab sulitnya menerapkan sistem penanganan pascapanen yang baik antara lain adalah kurangnya fasilitas, pengetahuan petani yang terbatas, kurangnya sosialisasi, serta kesadaran dari para petani itu sendiri. Rendahnya kualitas penanganan ini menyebabkan penurunan mutu berupa kerusakan mekanik maupun kerusakan akibat mikroorganisme. Hal ini menyebabkan tingkat kehilangan hasil selama penanganan pascapanen masih cukup tinggi, yang berakibat pada tingginya harga sayur-sayuran di tingkat konsumen. Kader (1992) menyatakan bahwa besarnya kehilangan pascapanen komoditi hortikultura segar berkisar 5-25% di negara maju dan 20-50% di negara berkembang. Proses distribusi sayur-sayuran di Indonesia melewati suatu rantai pasok yang cukup panjang, dimulai dari petani, pengumpul, pedagang, hingga konsumen akhir.
2 Potensi terjadinya resiko penurunan kualitas sayur-sayuran ada di setiap tingkatan rantai pasok. Resiko awal dapat terjadi ketika masih berada di tingkatan petani atau pengepul. Jika pada tingkatan awal sudah terdapat resiko penurunan mutu, maka pada tingkatan selanjutnya akan terjadi penurunan mutu yang lebih besar. Dengan mengetahui deskripsi penanganan pascapanen komoditas tomat di Koperasi Mitra Tani Parahyangan, kita dapat mengetahui bagian penanganan mana yang perlu dioptimalkan agar tidak terjadi kehilangan pascapanen yang terlalu besar.
Perumusan Masalah Penanganan pascapanen yang masih kurang baik merupakan salah satu faktor tingginya angka kehilangan pascapanen komoditi hortikultura di Indonesia. Semakin tinggi kehilangan tersebut dapat menyebabkan semakin mahalnya harga yang dibebankan pada konsumen. Selain itu penerapan penanganan pascapanen yang baik diharapkan dapat membantu para pelaku usaha untuk menstabilkan harga komoditi hortikultura di pasar. Pada saat terjadi peningkatan volume produksi di suatu daerah, biasanya harga komoditi tersebut akan jatuh. Namun di sisi lain sering terjadi kelangkaan komoditi hortikultura di beberapa wilayah yang mengakibatkan harga melonjak tinggi. Koperasi Mitra Tani Parahyangan merupakan salah satu pelaku usaha di bidang hortikultura. Koperasi ini setiap harinya mengirimkan berbagai komoditi hortikultura ke beberapa pasar modern, tradisional, dan restoran. Kehilangan hasil panen yang cukup tinggi masih merupakan salah satu masalah khususnya untuk tomat yang merupakan unggulan koperasi ini. Berdasarkan uraian tersebut di atas rumusan masalah dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Bagaimana saluran pemasaran tomat di koperasi Mitra Tani Parahyangan? 2. Bagaimana penanganan pascapanen tomat pada tiap saluran pemasaran koperasi Mitra Tani Parahyangan?
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui saluran pemasaran tomat di Koperasi Mitra Tani Parahyangan. 2. Menganalisis proses penanganan pascapanen tomat pada tiap saluran pemasaran koperasi Mitra Tani Parahyangan.
Manfaat Penelitian 1. 2.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: Koperasi, sebagai bahan evaluasi terhadap proses penanganan pascapanen sehingga akan dapat lebih baik lagi di masa mendatang. Penelitian ini juga dapat memberikan pengaruh positif bagi para pelaku usaha komoditi hortikultura yang berada pada saluran pemasaran Koperasi Mitra Tani Parahyangan untuk dijadikan sebagai bahan evaluasi.
3
METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian mengenai “Studi Kasus Penanganan Pascapanen Komoditas Tomat di Koperasi Mitra Tani Parahyangan Cianjur” dilakukan di Koperasi Mitra Tani Parahyangan. Koperasi ini terletak di Desa Tegalega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Penelitian ini berlangsung dari bulan April 2014 sampai Mei 2014. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan suatu paradigma penelitian untuk mendeskripsikan peristiwa, perilaku orang, atau keadaan pada tempat tertentu secara rinci dan mendalam dalam bentuk narasi. Metode Penarikan Sampel Metode penarikan sampel menggunakan metode purposive dan snowball sampling. Pemilihan koperasi Mitra Tani Parahyangan sebagai lokasi studi kasus dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa koperasi Mitra Tani Parahyangan adalah salah satu pemasok terbesar komoditi hortikultura khususnya tomat di daerah Jawa Barat. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari observasi langsung, wawancara mendalam (indepth interview), dan dokumentasi yang dianggap perlu terhadap para responden. Data sekunder merupakan data penunjang bagi data primer. Data sekunder diperoleh dari arsip yang ada di sentra produksi, BPS, departemen pertanian, dan sumber-sumber lainnya yang dapat dipercaya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data mengenai deskripsi umum koperasi Mitra Tani Parahyangan mulai dari gambaran usaha, lokasi, sejarah, serta struktur kepengurusan. 2. Data mengenai penanganan pascapanen Tomat di koperasi Mitra Tani Parahyangan mulai dari panen sampai dengan proses distribusi berupa data primer yang diperoleh dari hasil survey langsung ke lapangan serta hasil wawancara langsung secara mendalam (in-depth interview) terhadap beberapa responden.
4 Analisis Data Menurut Sugiyono (2013), analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, serta membuat kesimpulan. Dalam penelitian ini dilakukan analisis data kualitatif. Proses analisis data dalam penelitian ini dilakukan sebelum dan selama di lapangan. 1.
Analisis sebelum di lapangan Analisis dilakukan terhadap data sekunder yang diperoleh mengenai masalah penanganan pascapanen secara umum di Indonesia khususnya di koperasi Mitra Tani Parahyangan, Cianjur. Data sekunder yang dianalisis diantaranya adalah data produksi sayur, lokasi produsen sayur, serta data lainnya yang mendukung. 2.
Analisis selama di lapangan Data primer maupun sekunder hasil penelitian yang diperoleh kemudian dianalisis selama berada di lapangan. Aktifitas dalam analisis data kualitatif antara lain data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. a. Data reduction Memilih serta merangkum data hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi yang dapat digunakan sehingga dapat memfokuskan pada hal-hal yang penting. b. Data display Data ditampilkan dalam bentuk uraian singkat, bagan, serta flowchart yang memudahkan untuk memahami apa yang terjadi. c. Conclusion drawing/verification Mengambil kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh mengenai permasalahan yang sudah dirumuskan sebelumnya.
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Mitra Tani Parahyangan adalah koperasi yang berlokasi di desa Tegalega, kecamatan Warungkondang, kabupaten Cianjur. Koperasi ini bergerak dibidang agribisnis sebagai produsen maupun distributor berbagai macam komoditi hortikultura sejak tahun 1998. Pendiri koperasi ini adalah bapak Ujang Majudin yang sekarang menjabat sebagai ketua dari koperasi Mitra Tani Parahyangan, Tujuan utama dari didirikannya koperasi ini adalah untuk mensejahterakan para anggota koperasi yang kebanyakan merupakan para petani. Peran koperasi Mitra Tani Parahyangan dalam mensejahterakan para anggotanya dilakukan dengan beberapa cara antara lain:
5 1. Berperan sebagai penampung hasil panen dari para petani anggota sehingga para petani tidak perlu menyetorkan hasil panennya kepada para tengkulak 2. Melakukan pelatihan dan diskusi dengan para anggota mengenai permasalahan-permasalahan yang ada. 3. Berperan sebagai distributor hasil panen ke pasar tradisional, pasar modern (supermarket), pengecer, serta rumah makan. Saat ini koperasi Mitra Tani Parahyangan dapat memasarkan komoditi hortikultura sampai ke daerah Jakarta, Bogor, Sukabumi, Tangerang, serta daerah Jabodetabek lainnya. Koperasi Mitra Tani Parahyangan memiliki kurang lebih 138 jenis komoditi hortikultura. Komoditas andalan di koperasi ini adalah antara lain tomat, sawi putih, kol, wortel, dan cabai merah. Struktur kepengurusan koperasi Mitra Tani Parahyangan adalah sebagai berikut: KETUA
Wakil Pimpinan
Manajer Operasional
Kepala Gudang
Manajer Produksi
Bagian Pengiriman
Bendahara
Manajer Administrasi
Bagian Pemesanan
Manajer Pengadaan
Bagian Penerimaan
Gambar 1 Struktur kepengurusan koperasi Mitra Tani Parahyangan Walaupun sudah memiliki struktur kepengurusan yang jelas, namun sistem kepengurusan koperas Mitra Tani Parahyangan masih terbilang sistem tradisional. Hal ini terlihat dari masih terlibatnya ketua koperasi dalam kegiatan-kegiatan operasional seperti proses pemasaran, produksi, maupun proses pengadaan barang. Ketua koperasi saat ini dijabat oleh bapak Ujang Majudin. Wakil ketua koperasi bertugas membantu tugas-tugas ketua koperasi, sedangkan bendahara bertugas untuk mencatat serta mengatur aliran keuangan koperasi mulai dari upah dan gaji karyawan, biaya produksi, sampai dengan hasil penjualan komoditi tersebut. Pembagian struktur kepengurusan menjadi empat divisi didasarkan pada kebutuhan koperasi maupun skala bisnis koperasi saat ini. Tugas dari seorang manajer operasional adalah mengatur kegiatan-kegiatan operasional koperasi meliputi
6 pengiriman komoditi ke pasar, penyediaan stok komoditi, serta pengiriman hasil panen ke tempat pengemasan (packing house). Manajer produksi bertugas mengatur kegiatan-kegiatan di dalam packing house, mulai dari bagian sorting, grading, pencucian, sampai pengemasan komoditi. Manajer Administrasi bertugas untuk mengatur seluruh administrasi koperasi seperti dokumen-dokumen kontrak dengan supermarket, data komoditi yang telah dipasarkan/rusak, serta data para pegawai. Tugas dari seorang manajer pengadaan adalah mencari komoditi hortikultur yang akan dipasarkan atau petani yang dapat diajak bekerja sama untuk memasok hasil panennya. Selain itu manajer pengadaan juga bertugas mencari pasar yang akan dituju. Sumberdaya yang dimiliki oleh koperasi Mitra Tani Parahyangan terbagi dalam tiga jenis yaitu sumberdaya fisik, sumberdaya manusia, dan sumberdaya modal. 1. Sumberdaya fisik meliputi lahan panen, tempat pengemasan (packing house), kantor, gudang pemasaran, gudang pembuatan pupuk kompos, serta mess karyawan. Luas lahan panen koperasi Mitra Tani Parahyangan kurang lebih 60.000 m2. Sumberdaya fisik lainnya yang dimiliki adalah peralatan operasional proses panen, pascapanen, serta pemasaran seperti cangkul, keranjang panen, plastic wrapper, timbangan, komputer, mobil pick up, truk medium dan sarana penunjang lainnya. 2. Sumberdaya manusia yang digunakan oleh koperasi Mitra Tani Parahyangan terbagi dari tenaga kerja inti dan tenaga kerja harian. Tenaga kerja inti adalah tenaga kerja yang dibayar tiap bulannya. Total tenaga kerja inti di koperasi ini adalah sebanyak 32 orang. Tenaga kerja harian adalah tenaga kerja yang dibayar sesuai dengan banyaknya komoditi yang dihasilkan, contohnya juru petik maupun juru kupas. Jumlah tenaga kerja harian dapat bervariasi jumlahnya tiap bulan. 3. Sumberdaya modal koperasi Mitra Tani Parahyangan berasal dari beberapa sumber. Modal awal pada saat baru didirikan didapat dari dana pribadi pemilik. Seiring dengan perkembangan usaha, pemilik melakukan pengajuan pengadaan pemodalan kepada pemerintah setempat maupun Dinas Pertanian dan Hortikultura. Selain itu koperasi Mitra Tani Parahyangan juga mendapatkan hibah dana dari salah satu Bank swasta.
HASIL DAN PEMBAHASAN Penanganan pascapanen merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan dari selesai dipanen sampai dengan komoditi siap dikonsumsi bertujuan untuk menjaga kualitas, kepentingan pemasaran, dan sebagainya. Penentuan proses pascapanen suatu komoditi dapat ditentukan dengan mempertimbangkan faktor internal maupun eksternal. Faktor internal yang berpengaruh contohnya adalah jenis komoditi, laju respirasi, laju produksi etilen. Faktor eksternal seperti tujuan
7 penggunaan komoditi, saluran pemasaran (rantai pasok), iklim, dan sebagainya. Berdasarkan hubungan di atas, dalam menganalisis proses pascapanen untuk komoditi tomat di koperasi Mitra Tani Parahyangan diperlukan analisis terhadap struktur rantai pasok terlebih dahulu. Deskripsi Produk Komoditi yang dipilih dalam penelitian ini adalah tomat merah (Solanum lycopersicum). Struktur Rantai Pasok Tomat merupakan komoditas unggulan yang diproduksi oleh koperasi Mitra Tani Parahyangan. Struktur rantai pasok tomat di koperasi Mitra Tani Parahyangan adalah sebagai berikut: Alur pergerakan tomat diawali dari para petani mitra maupun kelompok tani yang mengumpulkan hasil panennya ke koperasi Mitra Tani Parahyangan. Koperasi lalu melakukan serangkaian penanganan pascapanen yang diakhiri dengan pendistribusian tomat menuju tiga tujuan yaitu pasar tradisional, pasar modern (supermarket), serta restoran.
4
1
2
3
5
6 Gambar 2 Rantai pasok tomat Koperasi Mitra Tani Parahyangan Keterangan: 1. Petani 2. Kelompok tani 3. Koperasi Mitra Tani Parahyangan 4. Retailer (Pasar Tradisional) 5. Pasar modern (distribution center) 6. Restoran 7. Konsumen
7
8
1. Petani dan Kelompok Tani Dalam struktur rantai pasok di atas, petani merupakan awal dari rantai pasokan tomat pada koperasi Mitra Tani Parahyangan. Para petani maupun kelompok tani yang memasok hasil taninya langsung ke koperasi disebut petani mitra. Petani mitra bertugas melakukan pembudidayaan sayuran dari mulai pembibitan sampai dengan panen. Lokasi panen para petani mitra tidak terpusat pada satu tempat. Petani yang langsung menyerahkan hasil panennya ke koperasi Mitra Tani Parahyangan kebanyakan adalah petani yang berada di sekitar lingkungan koperasi. Pada kondisi normal, pemanenan tomat dilakukan tiap hari. Jadwal panen di tiap lokasi diatur agar permintaan pasar dapat dipenuhi secara berkelanjutan. Kelompok tani digunakan untuk mempermudah aliran informasi, barang, dan dana. Selain itu dengan adanya kelompok tani, koperasi lebih mudah dalam mengontrol kualitas hasil panen khususnya untuk lahan yang letaknya berada jauh dari koperasi. Pada awal terbentuknya koperasi, pemilihan petani mitra hanya didasarkan pada kebersediaan petani untuk bekerja sama dengan memasok/menjual komoditi pertaniannya ke koperasi, namun seiring berkembangnya usaha koperasi, pemilihan para petani mitra di koperasi Mitra Tani Parahyangan didasarkan pada beberapa aspek. Aspek yang sangat diperhitungkan adalah kemampuan petani dalam memenuhi pesanan secara tepat waktu, kemampuan dalam menghasilkan sayuran dengan kualitas yang baik, serta dapat dipercaya. Selain itu terdapat beberapa hal yang juga ikut dijadikan pertimbangan dalam pemilihan petani mitra, yaitu kemampuan produksi, jarak lahan dengan koperasi, serta status kepemilikan lahan, 2. Mitra Tani Parahyangan Pelaku rantai pasokan setelah petani mitra adalah koperasi Mitra Tani Parahyangan. Peran utama dari koperasi Mitra Tani Parahyangan adalah sebagai pembeli hasil panen dari para petani mitra lalu memasarkannya. Proses jual beli antara petani mitra dan koperasi dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi pasar, sehingga menghasilkan keuntungan kepada kedua belah pihak. Selain melakukan proses jual-beli komoditi, koperasi Mitra Tani Parahyangan juga mengadakan pelatihan dan diskusi untuk para anggota koperasi serta para petani mitra mengenai permasalahan-permasalahan yang ada. Pelatihan dan diskusi tersebut bertujuan untuk menciptakan kualitas komoditi yang sesuai permintaan pasar serta menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi oleh para anggota maupun petani mitra baik dalam hal proses pembudidayaan ataupun dalam hal pemodalan. Sebelum didistribusikan, hasil panen yang sudah terkumpul dipisahkan sesuai tujuan pemasarannya lalu dilakukan serangkaian proses pascapanen oleh pihak koperasi. Koperasi Mitra Tani Parahyangan memasarkan tomat ke pasar tradisional, pasar modern (supermarket), dan juga restoran. Setiap jalur distribusi membutuhkan penanganan pascapanen yang berbeda. Contohnya pada tomat yang akan didistribusikan ke supermarket diperlukan tomat grade A dan dikemas oleh plastik wrap dengan beralaskan styrofoam atau plastik berlubang (khusus produk OVOP), sedangkan untuk tomat yang didistribusikan ke pasar tradisional hanya dibutuhkan tomat grade B dan hanya disimpan di keranjang plastik. Secara umum tujuan pemasaran komoditi pertanian dari koperasi Mitra Tani Parahyangan adalah pasar
9 tradisional dan pasar modern (supermarket). Pasar tradisional yang dituju adalah pasar-pasar di daerah cianjur, sedangkan supermarket yang dituju adalah Giant, Superindo, maupun Carrefour di daerah Jabodetabek dan sekitarnya. 3. Pasar Tradisional Pada awal berdirinya, koperasi Mitra Tani Parahyangan hanya mendistribusikan komoditi pertaniannya ke pasar tradisional yang membuat peran pasar tradisonal menjadi tujuan utama dari seluruh komoditi yang dihasilkan koperasi. Namun saat ini untuk komoditas tomat merah, pasar tradisional hanya menjadi tujuan alternatif dikarenakan koperasi Mitra Tani Parahyangan lebih fokus memenuhi permintaan dari pasar modern. Komoditi yang sudah tidak memenuhi standar kualitas untuk pasar modern akan dipasarkan kembali di pasar tradisional. Sistem penjualan di pasar tradisional dilakukan dengan sistem tunai, yaitu para retailer di pasar tradisional akan langsung membeli dari koperasi Mitra Tani Parahyangan. Hubungan koperasi dengan pasar tradisional hanyalah sebatas mitra jual beli. Pasar tradisional yang menjadi tujuan koperasi Mitra Tani Parahyangan adalah pasarpasar di daerah Cianjur. 4. Pasar Modern (Supermarket) Pasar modern yang dituju koperasi Mitra Tani Parahyangan adalah supermarket Giant, Superindo, dan Carrefour di daerah Jabodetabek dan sekitarnya. Supermarket berperan melakukan proses pengecekan kualitas komoditi serta penjualan komoditi ke konsumen akhir. Kegiatan penyortiran dilakukan untuk menjaga kualitas komoditi-komoditi yang dipasarkan melalui supermarket. Sistem kerjasama antara pihak koperasi Mitra Tani Parahyangan dan pihak supermarket di lakukan dengan sistem konsinyasi. Sistem ini juga biasa disebut dengan sistem titip jual. Koperasi menitipkan komoditi pertaniannya kepada pihak supermarket untuk selanjutnya dijual kepada konsumen. Pembayaran dilakukan sesuai jumlah yang terjual, sedangkan komoditi yang tidak terjual dalam batas waktu tertentu akan ditarik kembali oleh pihak koperasi. Komoditi yang tidak habis terjual di supermarket, serta komoditi yang gagal lolos tahap pengecekan kualitas oleh supermarket dipasarkan kembali ke pasar tradisional. Kegiatan ini dilakukan untuk mengurangi kerugian yang diderita koperasi Mitra Tani Parahyangan. Pihak supermarket bersama dengan koperasi Mitra Tani Parahyangan berperan membuat beberapa inovasi, contohnya adalah pembuatan brand OVOP (one village one product) yang diterapkan di Carefour. Pihak supermarket juga dapat berperan sebagai pihak pertama yang mendapatkan masukan serta keluhan dari konsumen terkait komoditi yang dipasarkan, Berbagai masukan serta keluhan tersebut selanjutnya akan diteruskan kepada pihak koperasi Mitra Tani Parahyangan. Proses Penanganan Pascapanen Tomat Salah satu peran koperasi Mitra Tani Parahyangan adalah melakukan sebagian proses pascapanen komoditi pertanian yang dihasilkan. Proses penanganan pascapanen untuk tomat yang dilakukan oleh koperasi Mitra Tani Parahyangan adalah sebagai berikut:
10 Pemanenan
Transportasi (Kebun > Koperasi)
Pencucian
Sorting dan Grading
Pengemasan
Distribusi
Gambar 3 Diagram proses penanganan pascapanen tomat di koperasi Mitra Tani Parahyangan 1. Pemanenan Pemanenan tomat dilakukan oleh para petani, baik itu petani tetap karyawan koperasi maupun petani mitra. Pemanenan dilakukan dengan cara memetik langsung buah tomat dari pohonnya menggunakan tangan, lalu dimasukan ke dalam keranjang bambu. Setelah itu tomat yang berada di keranjang bambu tersebut dipindahkan ke dalam keranjang plastik untuk selanjutnya disusun di atas truk pick up yang akan mengangkutnya ke koperasi. Waktu yang dibutuhkan tomat dari proses pembibitan sampai proses pemanenan adalah kurang lebih 90 hari (3 bulan). Proses pemanenan tomat dilakukan saat warna tomat masih berwarna hijau dan teksturnya pun masih keras (immature). Hal ini dilakukan karena karakteristik tomat yang masih dapat mengalami proses pematangan walaupun setelah dipanen. Kegiatan panen biasanya dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07.00. Pemilihan waktu ini didasarkan pada kondisi cuaca pagi hari yang masih sejuk sehingga tidak merusak komoditi pada saat transportasi.
11
Gambar 4 Kebun tomat koperasi MTP
2. Transportasi Tomat hasil panen disimpan di dalam keranjang plastik yang disusun di atas truk lalu diangkut dari kebun langsung menuju koperasi Mitra Tani Parahyangan menggunakan truk pick up ukuran kecil. Lama waktu pengangkutan tergantung dari jarak kebun menuju koperasi. Selama pengangkutan, besar kemungkinan terjadi kerusakan-kerusakan secara fisik dikarenakan benturan antar tomat ataupun antara tomat dan keranjang pengangkut. Transportasi dari kebun menuju koperasi biasanya dilakukan dari pukul 09.00 pagi. Jika dilakukan lebih siang lagi dikhawatirkan tomat akan mengalami kerusakan akibat panas matahari.
Gambar 5 Truk pick up kecil pengangkut tomat 3. Pencucian Setelah sampai di koperasi, tomat langsung di pindahkan dari keranjang plastik menuju baskom pencucian. Proses pencucian dilakukan hanya dengan menggunakan air bersih. Tomat direndam dalam air selama 5 menit lalu dibersihkan dari kotoran-kotoran hasil panen seperti sisa tanah, debu, dan lainnya menggunakan kain lap. Setelah dibersihkan, tomat lalu ditiriskan dengan memasukannya kembali ke dalam keranjang plastik.
Gambar 6 Perendaman tomat 4. Sorting dan Grading Proses sorting dilakukan dengan memilih tomat yang baik. Ciri-cirinya adalah terlihat segar, tidak terdapat cacat, berwarna masih hijau kemerah-merahan, agak
12 keras. Proses ini dilakukan bertujuan untuk menjaga kualitas komoditi yang dipasarkan oleh koperasi Mitra Tani Parahyangan. Proses sorting dilakukan bersamaan dengan proses grading, yaitu proses memilih tomat untuk dipisahkan sesuai grade/kelas nya. Tomat di koperasi Mitra Tani Parahyangan dipisahkan menjadi dua grade. Pertama adalah tomat untuk kelas pasar modern dan yang kedua untuk pasar tradisional. Tomat yang didistribusikan ke kelas pasar modern memiliki kualitas yang paling baik dan memiliki beberapa kriteria tertentu yaitu, masih fresh, tidak memiliki cacat, masih berwarna hijau, agak keras, minimal berat tiap tomat adalah 100 gr. Kualitas tomat yang dipasarkan ke pasar tradisional lebih fleksibel, biasanya tomat yang tidak masuk grade pertama akan langsung dialihkan untuk dipasarkan di pasar tradisional. Selain didistribusikan ke pasar modern dan tradisional, tomat di koperasi Mitra Tani Parahyangan juga didistribusikan ke restoran maupun rumah makan. Tomat yang akan didistribusikan ke restaurant dan rumah makan biasanya didapat dari sisa penjualan yang dipasarkan ke pasar tradisional atau modern. Hal ini dikarenakan restaurant dan rumah makan akan langsung mengolahnya lagi, sehingga tidak diperlukan kualitas yang tinggi. 5. Pengemasan Setelah proses sorting dan grading selesai, proses selanjutnya adalah proses pengepakan dan pemberian label. Tomat ditempatkan didalam keranjang plastik sesuai dengan kelasnya masing-masing. Khusus untuk komoditi yang akan dipasarkan ke supermarket, terdapat tiga jenis kemasan yang digunakan. Pertama adalah kemasan menggunakan plastik wrap dengan beralaskan styrofoam. Kedua adalah pengemasan menggunakan plastik yang diberi lubang - lubang pada bagian pinggirnya. Plastik yang digunakan sudah dicetak terlebih dahulu dengan brand OVOP (one village one product). Khusus untuk jenis pertama dan kedua, setelah dilakukan pengemasan komoditi tidak ditempatkan di dalam keranjang plastik, namun diletakan di dalam kardus untuk selanjutnya didistribusikan. Ketiga adalah tanpa menggunakan kemasan/ langsung dimasukan kedalam keranjang plastik untuk distribusi. Jenis ketiga ini nantinya akan dipasarkan oleh pihak supermarket sebagai tomat curah (kiloan).
Gambar 7 Kemasan plastic dengan lubang-lubang kecil
Gambar 8 Plastik wrap
13 6. Distribusi Distribusi tomat dilakukan menggunakan truk medium tanpa pendingin. Pertama tomat akan dibawa dari lokasi koperasi yaitu desa Tegalega, kecamatan Warungkondang, kabupaten Cianjur menuju ke gudang yang berlokasi di kota Cianjur. Di sana jumlah tomat dan tujuan tomat akan dicatat dan diperiksa ulang. Setelah proses pengecekan dan administrasi selesai, tomat langsung didistribusikan sesuai dengan tujuannya masing-masing.
Gambar 9 Truk medium pengangkut tomat
Analisis Penanganan Pascapanen Koperasi Mitra Tani Parahyangan Berdasarkan pengamatan di lapangan, Koperasi Mitra Tani Parahyangan sudah melakukan beberapa proses penanganan pascapanen untuk menjaga kualitas komoditinya tetap baik saat sampai di tangan konsumen. Menurut Kitinoja dan Kader (2002), terdapat tiga tujuan utama untuk menerapkan teknologi pascapanen buah-buahan dan sayuran, yaitu: 1. Menjaga mutu (kenampakan, tekstur, cita rasa, dan nilai nutrisi) 2. Melindungi keamanan pangannya, 3. Mengurangi susut dari saat panen sampai komoditi tersebut dikonsumsi Namun dilihat dari beberapa literatur yang ada, masih terdapat beberapa tahapan yang mungkin dapat di aplikasikan oleh koperasi Mitra Tani Parahyangan khususnya untuk komoditi tomat agar dapat mencapai tujuan – tujuan dari penerapan teknologi pascapanen secara efektif dan efisien. 1. Meminimalisir sentuhan terhadap komoditas tomat Produk pascapanen hortikultura sangat mudah mengalami kerusakan-kerusakan fisik akibat berbagai penanganan yang dilakukan. Kerusakan fisik ini terjadi karena secara fisikmorfologis, produk hortikultura segar mengandung air tinggi (85-98%) sehingga bentura, gesekan, dan tekanan sekecil apapun dapat menyebabkan kerusakan yang dapat langsung dilihat secara kasat mata maupun yang tidak terlihat pada saat aktifitas fisik tersebut terjadi. Kerusakan fisik tersebut dapat menyebabkan bertumbuhnya mikroorganisme pembusuk. Cara untuk mencegah kerusakan fisik tersebut salah satunya adalah dengan meminimalisir sentuhan pada komoditas yang telah dipanen. Tahapan yang dapat dioptimalkan pada proses penanganan pascapanen di koperasi Mitra Tani Parahyangan adalah pada saat pemanenan. Tomat yang telah dipetik lebih baik langsung dimasukan ke dalam keranjang besar lalu disusun di atas truk pengangkut. Selain itu, dapat juga
14 menggunakan keranjang yang berukuran lebih kecil dan langsung disusun di atas truk pengangkut, sehingga proses pemanenan menjadi lebih mudah. Penggunaan keranjang kecil juga dapat mengurangi beban tomat yang berada di dasar keranjang. 2. Mengatur Suhu Penyimpanan Menurut Cahyono (1998), prinsip teknik penyimpanan untuk mempertahankan kesegaran buah tomat dalam waktu yang lama adalah menekan sekecil mungkin terjadinya respirasi dan transpirasi, sehingga menghambat proses enzimatis/biokimia yang terjadi dalam buah. Salah satu teknik penyimpanan buah yang sering dipakai adalah penyimpanan pada suhu dingin. Suhu lingkungan pada saat penyimpanan ataupun distribusi komoditi hortikultura sangat berpengaruh terhadap kualitas dari komoditi tersebut. Terdapat enam pengaruh suhu terhadap penurunan kualitas komoditi hortikultura yaitu: Suhu menentukan laju respirasi Suhu lingkungan mempengaruhi secara langsung laju kehilangan air dari komoditi pascapanen Suhu komoditi mempengaruhi seluruh aktivitas metabolisme dalam jaringan meliputi sintesa gas etilen, aktivitas gas etilen, serta sensitivitasnya bila diekspos dengan sumber etilen eksternal Mikroorganisme penyakit penyebab pembusukan dapat dikendalikan oleh suhu rendah Suhu rendah dapat menurunkan aktivitas insekta dan dalam jangka waktu yang lama dapat membunuh insek tersebut Suhu lingkungan dan suhu komoditi dapat menentukan besarnya pertumbuhan dan perkembangan komoditi pascapanen. Wills et al, (1998) mengemukakan bahwa tujuan dari penyimpanan suhu rendah adalah untuk memperpanjang masa kesegaran sayuran guna menjaga kesinambungan pasokan, menstabilkan stabilitas harga, dan mempertahankan mutu. Penyimpanan dingin berbeda dengan pendinginan. Pendinginan (cooling) dimaksudkan untuk menghilangkan panas pada sayuran ditempat asalnya untuk memperlambat respirasi, menurunkan kepekaan tehadap mikroba, mengurangi kehilangan kandungan air. Penyimpanan dingin mengandung tujuan yang lebih luas yakni mengurangi respirasi, memperlambat proses penuaan, memperlambat pelayuan, mengurangi tingkat kerusakan akibat aktivitas mikroba dan mengurangi kemungkinan pertumbuhan tunas atau akar (Samad 2008).Hasil penelitian Fauziah et al (2011) menyatakan penyimpanan tomat dengan suhu 5oC dan 10oC menggunakan plastik LDPE memberikan respon terbaik terhadap tomat selama penyimpanan dan dapat mempertahankan umur simpan tomat. Berdasarkan hasil – hasil penelitian tersebut, untuk meningkatkan kualitas komoditi (khususnya tomat) di koperasi Mitra Tani Parahyangan dapat dilakukan dengan cara melakukan pengaturan suhu penyimpanan komoditi. Komoditi tomat di koperasi Mitra Tani Parahyangan biasanya langsung didistribusikan setelah melalui proses pencucian, sorting, grading, dan pengemasan. Jarak distribusi tomat dari koperasi menuju pasar tradisional dan pasar modern terbilang cukup jauh, sehingga komoditi tersebut lama berada di dalam truk pengangkut. Oleh karena itu lebih efektif jika penyimpanan dingin diaplikasikan pada truk pengangkut komoditi sehingga kesegaran komoditi lebih terjaga.
15
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Koperasi Mitra Tani Parahyangan memasarkan tomatnya ke pasar modern (supermarket), pasar tradisional, dan restoran. Penanganan pascapanen tomat di koperasi Mitra Tani Parahyangan sudah terbilang baik. Secara umum tahapan penanganan pascapanennya adalah pemanenan, transportasi dari kebun menuju koperasi, pencucian, sorting dan grading, pengemasan, serta pendistribusian menuju pasar. Meskipun penanganan pascapanennya sudah terbilang baik, namun masih ada beberapa tahapan yang dapat ditambahkan untuk mencapai kualitas komoditi yang lebih baik lagi.
Saran Perlu dipelajari lebih lanjut karakteristik internal tomat yang dihasilkan koperasi Mitra Tani Parahyangan.
16
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Balai Pusat Statistik. 2014. Data Produksi Buah dan Sayur Indonesia. https://aplikasi.pertanian.go.id/bdsp/newlok.asp. Diakses: 24 Maret 2015 [PKHT]. 2014. Data Konsumsi Buah dan Sayur. http://pkht.or.id/datastatistik/konsumsi-buah-dan-sayur. Diakses: 24 Maret 2015 Cahyono, B. 1998. Tomat Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta: Kanesius Jeong W, Kim BS, Kim QW, Nahmgung B, and Lee SH. 1996. Changes in quality of carrot during storage by hydro-cooling. Korean Journal of Science and Technology. 28:841-849 Kader AA. 1992. Postharvest Technology of Holticultura Crops. California: University of California USA Kitinoja L dan Kader AA. 2002. Praktik-praktik Penanganan Pascapanen Skala Kecil: Manual untuk Produk Hortikultura (Edisi ke 4). California: University of California USA Reina LD, Fleming HP, and Humphries EG. 1995. Microbial control of cucumber hydro-cooling water with Chlorine Dioxide. Journal of Food Protection. 58(5): 541-546 Samad Y M. 2008. Pengaruh penanganan pascapanen terhadap mutu komoditas hortikultura. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia. 8(1): 31-36 Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta Wills RBH, McGlasson B, Graham D, and Joyce D. 1998. Postharvest and Introduction to the Physiology Handling of Fruit, Vegetables, and Ornamentals. Sydney: University of New South Wales Press Ltd. Winarno FG. 2002. Fisiologi Lepas Panen Produk Hortikultura. Bogor: M-BRIO Press
17
LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar pertanyaan untuk petani 1. Identitas Responden / Usaha Nama : Jabatan responden : Alamat : No. Telepon : Jenis kelamin/Umur : Pendidikan : Jenis Komoditi yang ditanam : Sejak kapan usaha ini dimulai : Apakah disini ada perkumpulan usaha sejenis : 2. Teknis Luas lahan usaha : Status lahan : [ ] sewa [ ] milik sendiri [ ] garapan Pola panen: [ ] harian [ ] mingguan [ ] lainnya………........... Kegiatan panen dilakukan pada : [ ] pagi [ ] siang [ ] sore [ ] malam Teknik/cara panen yang dilakukan : …………………………………………… …….....……………………………………………………………………….… ………………………………………………………………………………….. Jumlah panen :…………… Kg per panen Penanganan pasca panen: [ ] ada [ ] tidak Jika ada, jelaskan ………………………………………………….…………… ……………………………………………………………………………..…… ……………………………………………………………………………..…… ...…...…………………………………………………………………………… …...…………...………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………….. Jenis dan teknik pengemasan : …………………………………………………. Kerusakan hasil panen (losses) : [ ] ada [ ] tidak Jika ada, jumlahnya ........................... penyebab kerusakan …………………… ……………………………………………………...………………………...… ………………………………………………………………………………..… Masa tunggu sebelum distribusi/pemasaran : [ ] ada [ ] tidak Jika ada, lamanya…………………… teknik penyimpanan ……………………………. Sistem distribusi/pemasaran : …………………… ……………………………….....…………………………………………….… ………………………………………………………………………………..… ……………………………………………………...…………………………... ………………………………………………………………………………….. Standarisasi mutu komoditi: [ ] ada [ ] tidak Jika ada, jelaskan …………………………………………………………….… ………………………………………………………………………………..… …………………………………………………………………………………..
18 Penentuan harga komoditi dengan cara : …………………………………… ………………………………………………………………………………….. Harga jual produk : Rp …………… Jalur distribusi/pemasaran
Jumlah (kg)
Harga jual (Rp)
Keterangan
………….., ………………….2014
Responden
(…………………………)
19
Lampiran 2 Daftar pertanyaan untuk pengepul/distributor 1. Identitas Responden / Usaha Nama : Jabatan responden : Alamat : No. Telepon : Jenis kelamin/Umur : Pendidikan : Wilayah kerja : Komoditi yang dijual : Sejak kapan usaha ini dimulai : Apakah disini ada perkumpulan usaha sejenis : 2. Teknis Lama hari dari diterimanya komoditi sampai selesai didistribusikan: …… hari Penanganan komoditi pradistribusi : [ ] ada [ ] tidak Jika ada, jelaskan …………………………………………………………… ……………………………………………………………………………….… …………………………………………………………………………………. Proses distribusi: ……………………………………………………………… …………………………………………………………………………….…… …………………………………………………………………………………. Kerusakan saat distribusi : [ ] ada [ ] tidak Jika ada, dikarenakan ………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………. Penambahan kemasan : [ ] ada (primer / sekunder) [ ] tidak Jika ada, jenis kemasan ………………………………………………………… …………………………………………………………………………………. Standarisasi mutu komoditi: [ ] ada [ ] tidak Jika ada, jelaskan……………………………………………………………… ………...………………………………………………………………………... Penentuan harga komoditi dengan cara: ……………………………………… ………………………………………………………………………………….
20 Asal pasokan : Sumber
Tujuan : Tempat yang dituju
Jumlah Pasokan (kg)
Harga Beli (Rp/kg)
Keterangan
Jumlah Pasokan (kg)
Harga Jual (Rp/kg)
Keterangan
………….., ………………….2014 Responden
(…………………………)
21
RIWAYAT HIDUP Penulis Dilahirkan di Bogor pada tanggal 3 Februari 1993 dari ayah Muhamad Erwin dan ibu Jueriah. Penulis adalah putra kedua dari tujuh bersaudara. Penulis memulai pendidikan di TK Pertiwi Ciawi (1997-1998). Dilanjutkan di SD Negeri Bangka 3 Bogor (1998-2004), SMP Negeri 3 Purbalingga (2004-2007), lalu SMA Negeri 2 Purbalingga (2007-2010). Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Purbalingga dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Bersama Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dan diterima di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama masa perkuliahan, penulis memperoleh beasiswa National Champion Scholarship Tanoto Foundation (2011-2014) serta beasiswa DIKTI untuk melakukan program pertukaran pelajar di Nong Lam University Vietnam selama satu semester (2013/2014). Selain itu penulis juga berpartisipasi dalam beberapa kompetisi diantaranya juara 1 kompetisi Kalkulus Gumatika IPB (2010), peserta PKM Pengabdian Masyarakat DIKTI (2012), serta kompetisi DSDC IFT (2013). Penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan organisasi dan juga lembaga kemahasiswaan diantaranya adalah anggota KAMMI (2010-2012), anggota BEMF departemen Mitra Desa (2012-2013), kepala divisi Perusahaan majalah Emulsi (2012-2013), dan tentor di lembaga bimbingan belajar Katalis corp (2011-2016).