PENANGANAN PASCAPANEN PADI Sulardjo*
Abstrak: Penerapan teknologi prapanen saja ternyata belum cukup untuk mendukung upaya pencapaian sasaran kecukupan pangan, peningkatan pendapatan petani, dan pemerataan kesempatan kerja. Upaya tersebut harus didukung oleh pengamanan produksi melalui penerapan pascapanen. Usaha penyelamatkan hasil padi untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional dapat dilakukan antara lain dengan meningkatnya kemampuan petani untuk memanen, merawat, mengeringkan, menyimpan, dan memberaskan, serta meningkatnya mutu hasil panen maupun hasil olahan. Teknologi pascapanen dapat mengamankan hasil panen dan mengolah hasil menjadi komoditas bermutu, siap dikomsumsi, selain dapat pula meningkatkan daya guna hasil maupun limbah hasil olahan. Petani melaksanakan proses pengamanan produksi pada tahap paling rawan, yakni panen (pengumpulan, perontokan, pembersihan, dan pengangkutan), pengeringan (penjemuran, pembalikan dan pembersihan) dan pengolahan (penggilingan, pengemasan, penyimpanan, pengangkutan). Upaya ini lebih banyak ditujukan untuk menyelamatkan kehilangan hasil daripada mengurangi susut maupun meningkatkan mutu karena terbatasnya kemampuan petani, baik dalam penguasaan teknologi, penyediaan sarana, maupun permodalan. Proses pascapanen merupakan rangkaian masalah yang luas dan kompleks, yang tidak hanya ditentukan oleh masalah teknis tetapi juga melibatkan sosial dan ekonomi. Teknologi pascapanen tepat guna mutlak diperlukan karena berkaitan dengan jumlah dan mutu komoditas. Masalah pendayagunaan hasil dan limbah hasil panen serta hasil olahan juga perlu mendapatkan perhatian untuk dapat menunjang peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.
PENDAHULUAN Sebelum menginjak pada uraian penanganan pasca panen, perlu diketahui dahulu yang dimaksudkan dengan pascapanen. Masalah pangan telah lama menjadi perhatian kita, karena pangan merupakan kebutuhan hidup pokok yang pemenuhannya tidak dapat ditunda. Pascapanen atau lepas panen atau purna panen adalah bahan hasil pertanian baik nabati maupun hewani yang merupakan hasil suatu pemetikan, penangkapan atau bentuk pengambilan lainnya. Pada
uraian ini yang dibahas adalah hasil pertanian nabati yang berasal dari tanaman pangan khususnya padi di tingkat petani. Selanjutnya yang dimaksud dengan penanganan pascapanen atau pengelolaan pasca panen adalah kegiatan yang dilakukan terhadap hasil pertanian, segera setelah bahan atau hasil tersebut dipanen. Dalam kegiatan pengelolaan pascapanen ini termasuk juga pengelolaan yang sifatnya tidak mengubah struktur asli bahan tersebut. Misalnya gabah menjadi beras, daging menjadi dendeng, ubi kayu menjadi gaplek, termasuk didalamnya adalah
adalah dosen Fakultas THP, UNWIDHA Klaten
44
Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014 ISSN 0215-9511
Penanganan Pascapanen Padi
cara memanennya Sedang pascapanen yang mengubah struktur bahan, lebih cenderung dimasukkan kedalam kegiatan industri atau manupacturing. Misalnya susu menjadi keju, bunga matahari menjadi margarine, kedele menjadi kecap dan lain-lainnya. Teknologi Pascapanen yang telah ada belum dapat mengimbangi teknologi Pra-Panen, khususnya di tingkat Petani, sehingga banyak terjadi susut maupun penurunan mutu yang tidak diinginkan. Pengalaman masa lalu membuktikan bahwa banyak
PENANGANAN PASCA PANEN Pascapanen menurut bahasanya berarti setelah panen, lepas panen, atau ada juga yang menyebutnya purna panen. Penanganan pasca panen terhadap komoditi pangan dewasa ini sangat penting, karena : -
komoditi penting dalam kehidupan dan kegiatan sebagian besar masyarakat kita. -
Komoditi pangan tidak hanya padi saja, tetapi juga mencakup produk-produk yang sangat beragam seperti palawija, hasil-hasil perikanan, hasil-hasil peternakan dan bahkan juga hasil-hasil perkebunan seperti gula kopi, dll. Disamping itu, juga hasil-hasil non-konvensional seperti aren, sagu dan lain-lain.
-
Beberapa teknologi penangan pascapanen komoditi pangan telah banyak dilakukan oleh masyarakat kita.
-
Swasembada pangan akan sulit dicapai dan dimantapkan tanpa usaha penanganan pasca panen yang baik.
-
Penanganan pasca panen mempunyai nilai ekonomi dan dampak sosial yang sangat luas.
produksi pangan, seperti palawija dan hortikultura, hasil ternak dan komoditi perikanan, yang hilang muspra (sia-sia) sebagai akibat kurangnya perhatian terhadap proses pasca panen. Perlu diketahui bahwa kehilangan produksi setelah panen adalah sebagai berikut : - Untuk beras, mencapai
: 11% - 13%
- Untuk buah-buahan dan sayuran
: 20% - 40%
- Untuk hasil-hasil peternakan
: 15% - 20%
- Untuk hasil perikanan lebih kurang : 20% Mengingat banyaknya kerugian yang ditimbulkan oleh masalah pasca panen ini, sudah saatnya kita mulai memperhatikan masalahnya secara bersungguh-sungguh dengan menerapkan berbagai teknologi yang sudah diketahui. Masalah yang dihadapi dalam hal ini yaitu kurangnya pengetahuan petani. Menurut hasil penelitian, materi pascapanen yang disampaikan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) pada setiap kegiatan penyuluhan kira-kira 4% saja, sedangkan materi tentang pra-panen mencapai lebih dari 72%, baru kemudian masalah permodalan
Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014 ISSN 0215-9511
Komoditi pangan saat ini masih merupakan
Proses penanganan pascapanen ini melibatkan banyak pihak, mulai dari produsen (petani, nelayan dan peternak), lembaga-lembaga pemerintah, pemasaran (pengecer, tengkulak, toko dan lain-lain), industri pengolahan (penggilingan beras, pabrik abon, pemindangan) dan konsumen.
45
Penanganan Pascapanen Padi
BERBAGAI MASALAH PADA PASCAPANEN A. Masalah Umum Pascapanen Pertambahan penduduk, selalu diikuti dengan kebutuhan pangan yang makin meningkat. Hal ini yang mendorong diadakannya berbagai usaha untuk peningkatan produksi pangan. Berkat usaha pemerintah dalam menyediakan kemudahan-kemudahan bagi petani seperti perkreditan, pupuk, pestisida, vaksin pencegah penyakit ternak serta benih unggul dan kegiatan penyuluhan yang sekamin intensif, maka dapat dikatakan produksi komoditi berbagai sektor pertanian meningkat. Akan tetapi pengalaman masa lalu membuktikan bahwa banyak produksi pangan, seperti palawija dan hortikultura, hasil ternak dan hasil perikanan yang hilang sia-sia sebagai akibat kurangnya perhatian terhadap “penanganan” pascapanen. Yang dimaksud penanganan disini, ialah usaha-usaha yang dilakukan agar susut bobot dan penurunan mutu komoditi pangan dapat diperkecil, sehingga dapat mengurangi kerugian yang timbul. Seperti usaha-usaha untuk mengurangi banyaknya kandungan butir hijau dan butir kapur pada gabah IR-36; usaha-usaha untuk memperkecil kerusakan buah-buahan selama dalam pengangkutan; usaha-usaha untuk meningkatkan nilai ekonomis suatu komoditi sayuran atau buah-buahan.
B. Masalah Prapanen Tanaman Pangan Sebetulnya tidak hanya penanganan pascapanen saja yang dapat mempengaruhi pascapanen saja yang dapat mempengaruhi susut bobot dan penurunan kualitas hasil panen, tetapi
46
juga faktor-faktor lain sebelum panen tersebut dilakukan. Seperti misalnya sifat genetika dari varietas yang ditanam, mudah rebah atau tidak, mudah rontok atau tidak dan sebagainya; perlakuan agronomik sebelum tanam, seperti umur bibit di pesemaian; kondisi lingkungan dan lain sebagainya. Sebagai contoh : varietas padi IR – 36, disamping umurnya genjah, mempunyai sifat tidak serentak dalam proses pematangan gabah, sehingga pada waktu panen, kadar butir hijau dan butir mengapur masih tinggi. Sehingga untuk mengatasinya tidak saja segi pasca panen yang diperbaiki seperti cara panen, perontokan, pengeringan dan penyimpanan tetapi juga bidang agronominya seperti umur bibitnya dituakan dari 21 hari menjadi 30 hari, jumlah bibit per rumpunnya di tambah, yaitu dari 2-3 batang menjadi 4-6 batang per rumpun serta jarak tanamnya diperpendek menjadi 20 x 20 cm dan lain sebagainya.
C. Penanganan Lepas Panen Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Tidak perlu dijelaskan lagi tentang pentingnya hasil tanaman ini sebagai bahan pangan pokok sebagian besar penduduk dunia. Jenis tanaman padi yang banyak dikembangkan para petani kita yaitu jenis indica (padi cere) dan beberapa varietas yang termasuk jenis japonica (padi bulu). a.
Jenis indica: Jenis ini dikenal dikalangan para petani kita sebagai jenis cere, sekam gabahnya tidak berbulu ataupun kalau ada yang berbulu maka bulunya itu sangat pendek dan hampir tidak tampak, butir-butir gabah jenis cere ini
Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014 ISSN 0215-9511
Penanganan Pascapanen Padi
biasanya mudah lepas/terpisah dari tangkainya, hasilnya lebih banyak jika
(6) C.4, berumur antara 125 – 130, gabahnya panjang ramping, bulirnya
dibandingkan dengan hasil jenis bulu (japonica).
pendek lebat, hasil per hektar sekitar 34 kuintal, rasa nasinya enak.
b. Jenis japonica:
Dari jenis japonica (bulu) :
Jenis ini lebih dikenal dengan jenis bulu karena memang pada sekam gabahnya terdapat banyak buku, panjang-panjang,
Genjah raci, tanaman berumur antara 145 –
butir gabah agak sulit terlepas/terpisah dari tangkainya, hasilnya lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil jenis cere.
kuintal, rasa nasinya enak.
Dari kedua jenis tanaman padi unggul yang telah banyak dikembangkan oleh para petani, di antaranya: a.
b.
Dari jenis indica (cere) : (1) Bengawan, berumur antara 155 – 160 hari, gabahnya besar-gemuk, bulirnya panjang lebat, hasil per hektar sekitar 38 kuintal, rasa nasinya enak.
150 hari, gabahnya panjang berbulu, bulirnya panjang, hasil per hektar sekitar 55
Sekarang lebih banyak lagi varietas unggul yang lebih baik dan lebih meningkat produksinya yang telah dikembangkan para petani di berbagai daerah, tetapi yang penting bagi kita sekarang yaitu mengetahui cara-cara penanganan lepas panen hasil tanaman padi yang baik, yang dapat mengurangi kehilangan atau penyusutan kuantitatif dan penyusutan kualitatif.
(3) Remaja, berumur antara 155 – 160 hari, gabahnya besar gemuk, bulirnya
Penyusutan kuantitatif atau penyusutan volume terjadi karena gabah banyak terbuang pada saat panen, hilang pada saat penangkutan, tercecer pada saat perontokan atau hilang pada saat penjemuran. Sedang kualitatif dapat disebabkan karena adanya kerusakan kimiawi dan atau fisis, seperti gabah banyak yang berkecambah, banyak yang retak, biji menguning, dan lain sebagainya.
panjang, hasil per hektar sekitar 42 kuintal, rasa nasinya sedang.
Kehilangan akan lebih besar lagi untuk jenis padi yang rontok, seperti varietas padi
(4) PB 5, berumur antara 130 – 145 hari, gabahnya besar, bulirnya pendek lebat,
unggul. Kita perhatikan tentang data-data
(2) Si Gadis, berumur antara 140 – 145 hari, gabahnya agak gemuk, bulirnya panjang lebat, hasil per hektar sekitar 38 kuintal, rasa nasinya kurang enak.
hasil per hektar sekitar 60 kuintal, rasa nasinya kurang enak.
penyusutan berdasarkan beberapa sumber penelitian, antara lain : a.
BULOG, Biro Harga Dasar, yang mengemukakan Tabel Konsumsi Berat tersedia per Kapita di Indonesia (1980);
b.
FAO, Analysis of an FAO Survey of Post –
(5) PB 8, berumur antara 120 – 130 hari, gabahnya besar, bulirnya pendek lebat, hasil per hektar sekitar 61 kuintal, rasa nasinya kurang enak.
Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014 ISSN 0215-9511
harvest Crop Losses in Developing Countries (1977
47
Penanganan Pascapanen Padi
Tabel 1.
PERKIRAAN PENYUSUTAN HASIL PADI SEHUBUNGAN DENGAN KEGIATANKEGIATAN LEPAS PANEN Kegiatan lepas panen
Hasil Penelitian di Indonesia BULOG (dalam %)
FAO (dalam %)
a. Panen
2
-
b. Perontokan
2
2–6
c. Pengeringan
1,5
2
d. Pengemasan
3
-
e. Penyimpanan gabah
1
2–5
Penyimpanan beras f. Pengolahan g. Pengangkutan dari sawah
1,5 1,5
2 – 4,5
1
1 – 5,5
h. Pengankutan/ penjualan
1,5
Total penyusutan
15
Dari data-data di atas maka jelas betapa besarnya kehilangan hasil tanaman padi, kehilangankehilangan demikian harus dicegah atau diturunkan sampai seminimal mungkin, dan untuk itu diperlukan penanganan hasil tanaman padi lepas panen dengan cara-cara yang baik.
9 – 21 (2) pemanenan yang terlalu akhir/lambat akan banyak menderita kehilangan yang terutama disebabkan karena kerontokan gabah akibat terlalu masak. Perhatikan beberapa data pada Tabel 2, di bawah ini yang berhubungan dengan uraian di atas.
PENANGANAN HASIL TANANAN PADI
Tabel 2. Besarnya kehilangan hasil pada setiap panen.
Penanganan Tahap Pertama
Saat-saat panen
a.
Pemanenan Padi Penentuan waktu panen sebaiknya jangan terlalu awal atau terlalu akhir, sebab : (1) pemanenan yang terlalu awal dapat berakibat penurunan kualitas karena gabah terlalu banyak mengandung butir hijau dan kapur, gabah terlalu banyak mengandung kapur redemennya rendah dan menghasilkan lebih
% Besarnya kehilangan
a. 1 minggu sebelum masak
0,77
b. saat masak yang tepat
3,35
c. 1 minggu setelah masak
5,63
d. 2 minggu setelah masak
8,64
e. 3 minggu setelah masak
40,70
f. 4 minggu setelah masak
60,45
banyak dedak.
48
Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014 ISSN 0215-9511
Penanganan Pascapanen Padi
Setelah diperoleh ketentuan waktu panen yang tepat, 1 – 1,5 minggu sebelum pemanenan dilaksanakan sawah agar dikeringkan, perlakuan demikian dimaksudkan agar kematangan padi dapat merata, kadar airnya dapat diturunkan dan pekerjaan pemanenan dapat lancar karena tanah sawah kering. Panen supaya dilakukan pada hari dengan cuaca cerah dan waktu pengerjaannya tertentu (misal sejak pukul 09.00 – 17.00) ketentuan ini berkaitan dengan pertimbanganpertimbangan sebagai berikut : (1) apabila pemanenan berlangsung pada hari hujan atau sehabis hujan di mana keadaan masih banyak berembun, kadar air gabah tentunya masih tinggi dan kondisi demikian tentunya akan memperberat pekerjaan pengangkutan, pengeringan dan perontokan (banyak gabah yang tidak dapat dipisahkan dari tangkainya) dan kalau pemanenan dilakukan dengan mesin (Combine Harvester) maka mesin pun akan berat jalannya dan akan sering mengalami kemacetan atau tergelincir. (2) pekerjaan pemanenan dimulai sejak pukul 09.00 – 17.00 (termasuk waktu istirahat jam 11.00 – 13.00) yaitu dengan pertimbangan bahwa sekitar pukul 09.00 embun telah kering yang kemungkinan pula kadar air gabah sudah menurun sehingga kegiatankegiatan berlangsung lancar, pemberian waktu istirahat di siang hari selain memberi waktu untuk bersembahyang, juga agar kecermatan kerja pada pemanen dapat pulih kembali sehingga tidak banyak butir gabah yang tidak terpetik/tertinggal di sawah.
Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014 ISSN 0215-9511
Pemanenan dapat dilakukan secara manual dan secara mekanis, yang secara manual biasanya dengan menggunakan ani-ani, sabit dan sabit bergerigi dan yang secara mekanis telah banyak yang menggunakan mesin (Brinder atau Combine Harvesting). Kehilangan waktu panen dengan cara menggunakan ani-ani tidak begitu besar dengan menggunakan ani-ani dilakukan pemotongan tangkai bulir padi satu per satu sepanjang 20 – 30 cm untuk padi jenis bulu (japonica) dan bagi padi cere (indica) pemotongan tersebut hanya sekitar 2 – 5 cm. Dengan menggunakan ani-ani dapat dilakukan pemilihan mulai yang masak dan yang belum masak, jadi bagi padi benih memang sangat baik, akan tetapi bagi konsumsi dapat dikatakan kurang ekonomis, karena lebih banyak menggunakan tenaga kerja dengan rata-rata 240 jam kerja per hektar, jadi biayanya terlalu besar. Pemanenan dengan menggunakan sabit selain banyak butir gabah yang rontok (terutama dari jenis cere dan unggul) juga butir gabah masak (tua) dan yang belum masak (muda) akan terpanen secara sekaligus. Untuk mengurangi kerontokan digunakan sekarang sabit bergerigi. Karena butir gabah muda sekaligus terpanen, sering diperoleh dalam panenan persentase gabah muda lebih tinggi dibandingkan dengan Varietas lokal yang dipanen dengan menggunakan ani-ani. Tetapi panenan dengan menggunakan sabit ini lebih ekonomis, karena dapat menghemat penggunaan tenaga kerja dan jam kerja sehingga biaya dapat menghemat penggunaan tenaga kerja dan jam kerja sehingga biaya dapat lebih ditekan. Pemotongan batang padi dengan sabit yaitu 20 – 30 cm di atas tanah, hasil potongan di tempatkan di atas pengalas untuk mencegah hilangnya
49
Penanganan Pascapanen Padi
gabah-gabah yang rontok, setelah hasil potongan telah banyak selanjutnya pengalas digulung dan dengan perlakuan demikian hasil panen diangkut ke tempat penimbunan untuk selanjutnya dirontokan. Pemanenan dengan menggunakan mesin Combine Harvester 72 PK/TK banyak yang telah mencoba dan ternyata penurunan produksi hanya berlangsung sekitar 1,7%. Mesin pemanen jenis ini merupakan alat pemotong dan pengumpul yang dikombinasikan dengan alat perontok, pemisah gabah dari tangkai dan kotoran lainnya, sehingga dengan menggunakan alat pemanen ini akan diperoleh gabah bersih. Dapat ditambahkan di sini, sekedar untuk pegangan atau ancer-ancer, tentang umur tiap varietas pada yang baik saatnya untuk dipanen. Tabel. 3 Umur Saat Panen Tiap-tiap Varietas padi
b.
(1)
PB.26/IR.26
,
Pada umur tanamannya
123 hari;
(2)
PB.28/IR.28
,
pada umur tanamannya
109 hari;
(3)
PB.30/IR.30
,
pada umur tanamannya
112 hari;
(4)
PB.32/IR.32
,
pada umur tanamannya
140 –145 hari;
(5)
PB.34/IR.34
,
pada umur tanamannya
130 – 140 hari;
(6)
PB.36/IR.36
,
pada umur tanamannya
110 – 120 hari;
(7)
PB.38/IR.38
,
pada umur tanamannya
115 – 120 hari;
(8)
Citarum
,
pada umur tanamannya
125 – 130 hari;
(9)
Brantas
,
pada umur tanamannya
125 – 130 hari;
(10)
Asahan
,
pada umur tanamannya
115 – 125 hari;
(11)
Serayu
,
pada umur tanamannya
120– 130 hari;
Perontokan gabah Pada pekerjaan perontokan jumlah kehilangan gabah diperkirakan antara 2% - 6% (tergantung pada jenis padi dan cara-cara perontokannya). Cara-cara perontokan yang telah umum dikerjakan, yaitu dengan cara diinjak-injak (diiles), dibanting, dipukul/ditumbuk, dengan cara menggunakan pedal thresher atau alat perontok yang digerakkan dengan kaki, dan dengan menggunakan alat perontok mekanis (thresher). Cara perontokan dengan diinjak-injak/diiles. Untuk pekerjaan ini sediakan terlebih dahulu alas (tikar atau lembar anyaman bambu), tempatkan potongan-potongan tangkai gabah di atasnya, selanjutnya diinjak-injak (diiles) sehingga gabah-gabah terlepas dari tangkainya, tangkai kemudian dipisahkan dari gabahnya. Dapat pula dibuat meja pengiles, ukuran panjang 2 m, lebar 1 m, bagian atasnya diberi berlubanglubang dan sisi-sisinya agak ditinggikan untuk menahan gabah berjatuhan ke bagian samping. Di bawah meja disiapkan tikar atau lembar anyaman bambu sebagai penampung gabah-gabah yang berjatuhan melalui
50
Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014 ISSN 0215-9511
Penanganan Pascapanen Padi
(4) blower, yaitu untuk menerbangkan/
lubang-lubang tadi. Potongan-potongan cabang padi ditempatkan di atas meja, lalu diinjak-injak/
menghembus keluar segala limbah yang ringan;
diiles sehingga gabah berlepasan dan jatuh ke bawah melalui lubang-lubang tadi. Potonganpotongan cabang padi ditempatkan di atas meja, lalu diinjak-injak/diiles sehingga gabah
(5) elevator, yang berfungsi mengangkut gabah yang telah terontokan ke luar dan disampaikan ke tempat penampungan yang
berlepasan dan jatuh ke bawah melalui lubanglubang meja, dengan cara demikian sekaligus dapat dipisahkan antara gabah-gabah dengan
telah tersedia, untuk selanjutnya diangkut tenaga manusia ke tempat pengeringan. Drum thresher banyak pula digunakan oleh Kelompok-kelompok tani, hanya jika menggunakan alat mekanis ini mesin harus distel
jerami (cabang-cabang tanamannya tadi). Cara perontokan dengan dipukulkan dan dibanting. Untuk pekerjaan demikian selain diberi pengalas tikar atau lembar anyaman bambu, sekeliling alas itu dikelilingi lembaran plastik atau anyaman bambu atau tikar, dengan demikian pada waktu pembantingan atau dipukul-pukulkan, dengan cara demikian jarang sekali butir-butir gabah yang akan terlempar ke luar pembatas, sehingga kehilangan gabah dapat ditekan/dicegah. Cara perontokan dengan menggunakan mesin thresher. Cara ini adalah cara mekanis. Thresher dapat berupa pedal thresher (digerakkan dengan tenaga manusia) dan drum threser (digerakkan dengan tenaga listrik) atau Combine Harvester. Pedal thresher telah banyak digunakan para petani, selain dapat dibuat sendiri biayanyapun cukup murah. Alat perontok gabah jenis drum thresher telah dilengkapi dengan : (1) silinder perontok yang bergigi perontok; (2) gigi-gigi perontok terbuat dari kawat baja dengan fungsi utama yaitu merontokkan butir gabah dari malainya; (3) saringan, yaitu agar gabah dapat terpisah dari kotoran/limbah (tangkai, jerami, daun dan
pada RPM yang sesuai denan gigi perontoknya harus tetap terpelihara dengan baik atau keadaannya baik. Pada kadar air gabah yang cukup rendah _____ 18 % - 22% _____hasil perontokan biasanya baik, yaitu kadar gabah pecah sangat kecil, kehilangan kecil dan kotoran/ limbahnya sedikit, tetapi di atas kadar air gabah tersebut hasilnya mengecewakan (kehilangan cukup banyak karena banyak butir gabah tidak lepas dari tangkainya dan butir yang pecah/retak banyak pula).
c.
Pembersihan Gabah Untuk membersihkan gabah dari kotoran/ limbah dapat dilakukan dengan cara penghembusan oleh angin, ditampi, diayak, dengan menggunakan alat blower manual (blower yang dijalankan dengan tangan) atau dengan cleaner (mesin pembersih). Pembersihan gabah sangat perlu agar : (1) gabahnya lebih tahan disimpan, (2) mengurangi kerusakan alat prosessing, (3) mempertinggi efisiensi prosessing, dan (4) mempertinggi harga jual per satuan berat.
sebagainya).
Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014 ISSN 0215-9511
51
Penanganan Pascapanen Padi
Sebaiknya gabah dibersihkan sampai benar-benar bersih dari berbagai potongan jerami, gabah yang hampa, maskudnya agar terhindar dari serangan hama sewaktu dalam penyimpanan dan menghemat tempat penyimpanan.
d.
PENANGANAN TAHAP KEDUA. a.
Pengeringan Gabah-gabah yang telah diangkut ke tempat penyimpanan sementara (belum dimasukkan gudang atau lumbung) perlu mendapat penanganan lebih lanjut, seperti
Pengangkutan Gabah
pengeringan, pembersihan akhir, pengepakan dan penggudangan.
Yang dimaksud dengan pengangkutan gabah di sini ialah pengangkutan gabah dari sawah ke tempat processing atau ke rumah, dalam
Tujuan pengeringan yaitu untuk mendapatkan gabah kering yang tahan untuk disimpan dan memenuhi persyaratan kualitas
pengangkutan ini sering pula terjadi kehilangan. Pengangkutan dapat dilakukan dengan secara dipikul oleh tenaga manusia, dengan gerobak, truk atau trailer. Biasanya sebelum diangkut, gabah-gabah dimasukkan ke dalam karung, cara demikian selain untuk mencegah tercecernya gabah di perjalanan, juga untuk menekan biaya pengangkutan.
gabah yang akan dipasarkan, yaitu dengan cara mengurangi air pada bahan (gabah) sampai kadar air yang dikehandaki. Kadar air maksimum pada gabah yang dikehandaki BULOG dalam pembeliannya (BULOG, Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Pangan Dalam Negeri 1978/1979) adalah 14%. Bagi gabah yang akan disimpan kadar air sebaiknya sekitar 12%.
Kalau perontokan, pembersihan menggunakan Combine Harvester, pengangkutan gabah yang keluar dari alat tersebut dapat menggunakan trailer atau alat angkutan lain, yaitu dengan secara langsung gabah diisikan ke bak kendaraan-kendaraan tersebut tanpa perlu dimasukkan ke dalam karung terlebih dahulu,
Di dalam gabah terdapat air bebas dan air terikat. Air bebas terdapat di bagian permukaan gabah, di antara sel-sel dan dalam pori-pori, air ini mudah teruapkan pada pengeringan. Air terikat yaitu yang berikatan dengan protein, sellulosa, zat tepung, pektin dan sebagai pelarut zat-zat yang terkandung dalam gabah, air terikat
asal pemuatannya tidak terlalu penuh/melimpah untuk menghindari ketumpahan di perjalanan atau tumpah karena tiupan angin. Setiap
memang sulit untuk dihilangkannya, memerlukan beberapa perlakuan dan ketekunan seperti halnya terhadap faktor-faktor yang berpengaruh dalam
pengangkutan dengan kendaraan harus
pengeringan, antara lain temperatur, kelembaban,
diperhatikan penutupan dengan kain terpal atau lembaran plastik agar terlindung dari hujan, cara ini sangat membantu memperkecil kerja unit
dengan ketekunan yaitu kegiatan membalik-balik bahan (gabah-gabah) selama dalam pengeringan.
berikutnya.
52
Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014 ISSN 0215-9511
Penanganan Pascapanen Padi
Dengan demikian maka pengeringan merupakan daya upaya untuk mengurangi atau
jamur untuk tumbuh pada gabah dan serangga dapat berkembang.
menurunkan kandungan kadar air pada bahan (gabah) sampai pada kadar air tertentu. Tujuan pengeringan gabah (seperti telah dikemukakan di atas) kalau dijabarkan lebih lanjut yaitu : untuk
(c) tetapi apabila kadar itu dapat diturunkan
memudahkan penggarapan/pengelolaan selanjutnya, mencegah kerusakan karena perkembangan hama dan jamur, mencegah kemunduran sifat-sifat fisik dan biologis gabah dan mempertahankan nilai gizi pada gabah. Mengapa gabah selepas panen harus segera dikeringkan? Hal ini perlu diperhatikan, sebab kadar air pada gabah selepas dipanen masih cukup tinggi sekitar 25% - 30%, bahkan kadangkadang lebih. Kalau gabah itu terus disimpan tanpa pengeringan terlebih dahulu maka gabah jelas akan mengalami kerusakan-kerusakan sebagai berikut : (1) kerusakan karena gabah terangsang daya pertumbuhannya yang dalam hal ini gabah akan berkecambah. (2) kerusakan karena mikroba akan terangsang perkembangannya, sehingga praktis gabah dalam penyimpanan akan mengalami serangan-serangannya, seperti terlihat pada penjelasan berikut : (a) kadar air gabah 16% - 30% menjadikan gabah itu busuk yang disebabkan oleh panas akibat respirasi yang berlangsung terus, pembusukan mana ternyata berkaitan dengan pertumbuhan jamur yang serba cepat. (b) kadar air gabah yang sedikit turun sampai sekitar 12% - 16% masih memberi kesempatan besar kepada
Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014 ISSN 0215-9511
sampai sekita 9% - 12% (karena pengeringan) jamur tidak dapat tumbuh pada gabah, dan kalau kadar air ini lebih diturunkan lagi sampai di bawah 9% maka hama serangga (kutu-kutuan) tidak akan dapat berkembang baik dalam gabah. (3) kerusakan karena kehilangan berat dan turunnya nilai gizi, yang dalam hal ini perlu diketahui bahwa kadar air gabah yang masih cukup tinggi (belum mendapat pengeringan) yaitu sekitar 25% ke atas dimasukkan ke dalam ruang penyimpanan (biasanya bertemperatur sekitar 28oC – 30oC) aktivitas pernafasannya akan terangsang sehingga cukup besar, akibat dari kejadian ini temperatur ruangan menjadi tinggi, uap air dan gas asam arang makin banyak dikeluarkan gabah dan dengan demikian kehilangan berat dan turunnya nilai gizi tidak dapat dihindarkan. Demikianlah, maka pengeringan itu harus diperhatikan, dan jangan sekali-kali menyimpan gabah langsung selepas panen tanpa mendapat perlakuan pengeringan terlebih dahulu. Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara alami dan secara mekanis. Pengeringan secara alami mengandalkan pada teriknya sinar matahari, sedang pengeringan secara mekanis dengan menggunakan alat bantu (Batch Dryer, dan lain-lain).
53
Penanganan Pascapanen Padi
(1) Pengeringan Secara Alami Pengeringan gabah secara alami hendaknya dilakukan di atas lantai yang terbuat dari semen, yang dalam hal ini lantai hendaknya bersih dan tidak ada genangangenangan air. Gabah dihamparkan di atasnya setebal 3 – 5 cm pada pagi hari (sekitar jam 08.00) kalau keadaan udara cerah. Sekiranya lapisan atas gabah telah kering lakukan pembalikan baik dengan menggunakan kaki atau sekop, pembalikan hendaknya dilakukan secara berulang-ulang. Sore hari sekitar jam 16.00 dilakukan pengumpulan gabah dengan bantuan alat penggaruk sehingga merupakan gunungan kecil, kemudian gunungan kecil ditutup dengan lembaran plastik yang lebar, sehingga tidak ada bagian yang terbebas, untuk melindunginya kalau-kalau turun hujan dan dari pengaruh embun. Tetapi sekiranya jumlah yang dikeringkan tidak terlalu banyak, angkutlah gabah ke tempat penyimpanan sementara. Lakukan pengeringan seperti di atas selama 2 sampai 3 hari, setelah itu lakukan pengujian dengan alat moisture tester apakah kadar air gabah telah turun sampai 12% atau belum, kalau belum lakukan penjemuran lagi sampai persentase kadar air tersebut tercapai. Kalau alat moisture tester tidak ada pengujian dilakukan dengan cara menggenggam dan melepaskan sekumpulan gabah atau menggosok-gosoknya dan apabila suaranya gemeresik tandanya gabah telah kering, pengujian selanjutnya dilakukan dengan cara
54
menggigit gabah atau memutarnya di atas lantai dengan tumit dan apabila gabah patah dengan kulit terkelupas, yakinlah gabah telah kering setingkat dengan yang dikendaki. Dalam pengeringan gabah secara alami ini hendaknya diperhatikan aktivitas pembalikan gabah, karena hamparan gabah yang menerima teriknya sinar matahari yang lama tidak dibalik-balikkan, maka lapisan bawah dekat alantai akan mengalami kerusakan yang biasa disebut kasus pengerasan (cara hardening) bahkan ada yang mengalami kegosongan. Penjemuran yang terlalu lama sedang cuaca sukar terkontrol, juga dapat menimbulkan kerusakan, yaitu dengan terjadinya kontaminasi oleh jamur atau penyakit lainnya. Pengawasan perlu pula diperhatikan untuk mencegah kehilangan, misalnya terhadap unggas (ayam dan burung) ataupun tenaga kerja yang bertangan panjang. Kehilangan pada waktu pengeringan cukup banyak, yaitu sekitar 1,5% - 2%. (2) Pengeringan secara mekanis Kalau pengeringan secara alami tidak bisa dilakukan karena adanya gangguan alami, seperti hari-hari hujan, cuaca mendung sepanjang hari, dan lain sebagainya, pada waktu sekarang tidak perlu lagi merisaukan para petani atau industriindustri pengolahan gabah karena para teknisi telah dapat menciptakan alat pengering gabah mekanis, seperti Batch Dryer dan Continue Dryer.
Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014 ISSN 0215-9511
Penanganan Pascapanen Padi
selanjutnya dimasukkan ke dalam karung
PERLU DIPERHATIKAN Blower harus dihidupkan terlebih dahulu sampai air permukaan gabah teruapkan, baru heater dihidupkan, maksudnya untuk mencegah terjadinya
(keadaannya kering) sedang gabah untuk benih dipak dalam kantong-kantong khusus yang telah tersedia, sebelum dilakukan penyimpanan.
kasus pengerasan (case hardening), sebab apabila
Tujuan penyimpanan yaitu untuk
blower dihidupkan dan heaterpun dihidupkan
mempertahankan kualitas dan sekaligus
kemungkinan penguapan akan berlangsung teralu
mencegah kerusakan dan kehilangan (termasuk
cepat, dengan demikian dapat mengakibatkan bagian
penyusutan) yang disebabkan karena faktor-
kulit luar yang paling luar menjadi sangat kering dan
faktor luar ataupun dalam.
mengeras
(1) Faktor dalam yaitu kandungan air dalam gabah, aktivitas respirasi, pemanasan
b.
sendiri, dan lain-lain.
Pengepakan dan Penyimpanan
(2) Faktor luar antara lain temperatur Untuk memperoleh gabah kering (baik untuk konsumsi maupun benih) yang siap dipak/ dikemas, sebaiknya gabah hasil pengeringan dibersihkan lagi, sebab banyak kemungkinan sewaktu pengeringan terjadi pengelupasan kulit atau limbah yang masih ada yang terbawa dalam pengeringan, yang kini telah mengering pula. Pembersihan lanjutan ini sebaiknya dilakukan secara di tampi (kalau jumlah gabah tidak terlalu banyak), atau kalau jumlahnya cukup banyak gunakanlah Winower (alat pembersih gabah yang dijalankan tenaga manusia). Di pabrik-pabrik yang besar pembersihan dilakukan dengan menggunakan alat pembersih gabah yang dijalankan dengan tenaga listrik selain kemampuannya besar, juga sekaligus dapat
penyimpanan,
kelembabab
udara,
konsentrasi oksigen udara, serangan mikrobia, hama dan iklim. Sehubungan dengan kerusakan dan kehilangan serta faktor-faktor penyebabnya itu, maka hasus diusahakan pencegahan yaitu dengan melengkapi tempat/ ruang penyimpanan dengan alat dan bahan yang dapat mengendalikan faktorfaktor penyebab, antara lain dengan : (1) melengkapi tempat/ ruang penyimpanan dengan alat pengatur temperatur ruangan, sistem ventilasi yang baik, perlengkapan yang dimaksud misalnya heater dan blower; (2) fasilitas
pencegahan
hama
dan
perkembangan mikroba;
dipisahkan antara gabah bersih, gabah pecah,
(3) mengusahakan agar dinding tempat/ ruang
kotoran berat (batu, kerikil) dan kotoran ringan
penyimpanan terbuat dari bahan-bahan yang
(pasir, debu), dan lain-lain. Ada baiknya kalau
tidak mudah terpengaruh oleh air hujan,
gabah untuk benih dibersihkan secara ditampi,
temperatur luar yang terlalu dingin dan
dengan cara ini selain terhindar dari kerusakan,
teriknya sinar matahari, serta letaknya harus
juga
terbebas dari pengaruh polusi (bau limbah,
memudahkan
untuk
grading
(pengelompokan mutu). Gabah-gabah bersih
Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014 ISSN 0215-9511
genangan air dan sebagainya);
55
Penanganan Pascapanen Padi
(4) mengusahakan agar tempat/ ruang
pengawetan gabah untuk jangka waktu lama, jadi
penyimpanan cukup leluasa menampung
bermanfaat sekali bagi BULOG sebagai penyedia dan
penyimpanan sejumlah besar gabah, serta
penstabil bahan pangan pokok. Alat (tempat
letaknya dekat dengan tempat pengeringan.
penyimpanan ini dilengkapi dengan sistem pengeringan dan aerasi, karena gabah yang harus
Sistem penyimpanan gabah kering dalam karung
selalu terjaga kadar airnya agar tetap rendah pada waktu-waktu tertentu harus mendapat pengeringan
Gabah kering yang telah dipak dalam karung
ulangan, dan alat perlakuan aerasi bermanfaat sekali
ditempatkan secara teratur dalam ruang penyimpanan,
untuk mencegah berlangsungnya migrasi air akibat
secara kelompok dmei kelompok disusun selang
pengaruh cuaca. Penyimpanan gabah dengan sistem
seling melintang dan membujur. Di bagian bawah tiap
silo memang ditinjau dari segi kemampuan dan
kelompok susunan karung diberi pengalas kayu yang
kepentingan para petani kita adalah kurang fleksibel
disusun horizontal (melebar) di atas balok-balok
dan modal pengadaannya terlalu besar, tetapi ditinjau
dengan ukuran 10 – 15 cm, dengan demikian tidak
dari segi kepentingan penyimpanan sejumlah besar
terjadi kontak antara karung dengan lantai. Kayu
gabah/ padi sangat bermanfaat karena mudah dilayani
untuk alas dan balok untuk pengganjal harus kering
secara mekanis, perlakuannya cepat, kemungkinan
sebab yang agak basah dapat merangsang
akan tercecernya gabah sangat kecil dan
pertumbuhan jamur. Dengan tidak terjadinya kontak
kemamuannya melindungi bahan dari serangan hama
antara karung dengan lantai dapat tercegah pengaruh
adalah demikian besar.
kelembaban lantai gudang. Tiap tumpukan karung sebaiknya ditutup dengan kain terpal yang maksudnya untuk mencegah perpindahan air dari lapisan gabah
Untuk menunjang keberhasilan pengendalian (yang juga meliputi pengawasan dan pemeriksaan) perlu dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
yang satu ke lapisan lainnya sehubungan dengan pengaruh temperatur luar, ada baiknya pula kalau
(1) Pengujian sampel (contoh) :
ruang penyimpanan dilengkapi dengan aerator,
Sehubungan dengan pengendalian dan
dengan demikian maka keseragaman kadar air gabah
pemeriksaan kualitas gabah, maka perlu diambil
dapat tetap dipertahankan.
sampel yang akan dianalisa. Sampel diambil dari karung sebanyak akar pangkat dua dari jumlah
Penyimpanan Gabah Kering dalam Silo
karung gabah (maksimum 30 karung gabah yang ada dalam penyimpanan yang perlu diketahui
Penyimpanan gabah dapat pula dilakukan
kadar airnya, kemulusan dan tingkat kualitasnya).
dengan sistem bulk (silo), bukan hanya gabah kering
Dari tiap karung diambil 500 gram untuk sampel
saja tetapi gabah yang masih cukup tinggi kadar airnya
tersebut, pengambilannya harus dari bagian atas,
ke dalam silonya, selain berfungsi untuk penyimpanan
tengah dan bawah, setelah diperoleh masukan
juga
dalam kantong plastik yang kedap udara.
dapat
melangsungkan
pengeringan.
Penyimpanan gabah dalam silo umumnya merupakan
56
Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014 ISSN 0215-9511
Penanganan Pascapanen Padi
wadah atau di atas selembar kertas yang telah
(2) Penentuan kadar air gabah :
disiapkan di atas meja kerja, pilih dan pisah-
Untuk ini diguakan teknik distilasi toluene
pisahkan jika terdapat butir gabah hampa, butir
dengan memanfaatkan alat labu Bedwell dan
kuning dan rusak, butir kapur dan hijau, butir
Sterly. Sampel dijadikan tepung, selanjutnya
merah.
ditimbang, ambil 40 gram, dengan perkiraan bahan ini mengandung air sebanyak 2 – 5 cc. Bahan tersebut dimasukkan ke dalam labu
SIMPULAN
destilasi, tambahkan ke dalamnya sebanyak 75 ml toluene, setelah itu kocoklah dengan perlahanlahan, kemudian alat destilasi dipasang dan melalui labu pendingin toluene dituangkan
Dari uraian yang telah dipaparkan dapat disimpulkan antara lain : 1.
tangan panjang pemerintah di sektor pertanian
sampai mulai meluap ke dalam labu penampung
diharapkan secara rutin melaksanakan
bahan. Selanjutnya labu dipanaskan diatur
penyuluhan di tingkat kelompok tani, terutama
sehingga kecepatan pengembunan sekitar 100
materi penanganan pascapanen.
tetes per menit dan setelah sebagian terbesar air tersuling, kecepatan destilasi perlu dtingkatkan
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), selaku
2.
Kehilangan pascapanen padi meliputi kehilangan
menjadi sekitar 200 tetes per menit, apabila tidak
kuantitatif misalnya terjadi baik sejak sebelum
ada air lagi yang terdestilasi selanjunya pekerjaan
dipotong, waktu dipotong, umur saat dipanen,
destilasi diakhiri, pemanas dimatikan. Biarkanlah
perontokkan, pengangkutan, pengeringan,
sekitar 15 menit sampai lapisan toluene jernih.
maupun pada saat pengolahan dan kehilangan
Dengan perlakuan demikian maka volume air
kualitatif misalnya berupa penurunan mutu
dapat langsung dibaca.
terlihat dari bertambahnya kadar air, kotoran, benda asing, dan kerusakan seperti rusak bentuk,
(3) Penentuan kadar butir gabah Kualitas gabah akan turun kalau dalam sejumlah gabah banyak terdapat butir gabah yang hampa, atau butir gabah kuning dan rusak, atau butir kapur dan hijau ataupun butir gabah merah. Kalau persentasenya banyak maka untuk
rusak warna, rusak baud an rasa. 3.
Besarnya kehilangan dalam proses penyimpanan tergantung pada jumlah bahan, mutu bahan, cara penyimpanan, dan kondisi lingkungan. Sedang tujuan penyimpanan baik gabah maupun beras adalah untuk mempertahankan kualitas dan
mempertahankan mutu perlu dilakukan
sekaligus mencegah kerusakan serta kehilangan
pembersihan kembali atau kalau tidak maka
(termasuk penyusutan) yang dapat disebabkan
tentunya harga gabah itu tidak akan memuaskan.
oleh faktor-faktor luar ataupun dalam
Untuk menentukan persentasenya, ambil sampel sebanyak 500 gram, kemudian tuangkan ke dalam
Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014 ISSN 0215-9511
57
Penanganan Pascapanen Padi
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1991. Padi buku 3. Badan Penelitian dan
Slamet Zubaidy, 1983. Penerapan Teknologi Pasca
Pengembangan Pertanian. Pusat Penelian dan
Panen dalam Seminar Industri Pertanian 15 – 16 September, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Haryono Danusastro, 1970. Hortikultura. Yayasan Pembina Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. __________, 1975. Fisiologi Lewat Panen. Yayasan Pembina Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada. Yogyakarta Hadiwiyoto, 1980. Penanganan Lepas Panen. Depdikbud, Jakarta. Rumiati dan Soemardi, 1982. Evaluasi Hasil Penelitian Peningkatan Mutu Padi dan Palawija, dalam Loka karya Pasca Panen Tanaman Pangan 5 – 6 April, Cibogo – Bogor.
Suharmadi dan Sudaryono, 1982. Evaluasi Hasil Penelitian Pengeringan/Pengolahan Padi dan Palawija dalam Lokakarya Pasca Panen Tanaman Pangan, 5 – 6 April, Cibogo - Bogor Sastrosoedirdjo, 1978. Bercocok Tanam Ketela Pohon. CV. Yasaguna. Jakarta Subandi, 1967. Cara-cara Pemuliaan Jagung yang dilakukan di Indonesia. Direktorat Pertanian Rakyat. Jakarta. Tohir, 1983. Usaha Tani Indonesia, Jilid II, Penerbit Bina Aksara. Jakarta.
Rismunandar, 1974. Sorghum Tanaman Serba Guna. CV, Masa Baru. Jakarta Satari, dkk. 1983. Penanganan Pasca Panen Pangan Sebagai Landasan Perkembangan Pertanian Menuju Industrialisasi, dalam Seminar Industrialisasi, dalam Seminar Industri Pertanian 15- 16 September, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
58
Magistra No. 88 Th. XXVI Juni 2014 ISSN 0215-9511