STUDI KADAR MANGAN (Mn) PADA AIR SUMUR GALI DI DESA KARANGNUNGGAL KECAMATAN KARANGNUNGGAL KABUPATEN TASIKMALAYA Andik Setiyono1 ABSTRAK Pertambangan mangan di wilayah Karangnunggal Tasikmalaya dilakukan dengan menggali bukit yang ada. Hasil galian tersebut dicuci untuk memisahkan antara mangan, pasir dan tanah. Mangan setelah dipisahkan dan disiram dengan air dikumpulkan, sedangkan tanah yang tidak dimanfaatkan terbawa air bekas cucian. Air sumur gali di daerah pertambangan Mn memiliki risiko tercemar Mn yang berasal dari air limbah pencucian Mn ataupun berasal dari tanah yang mengandung Mn di sekitar sumur gali tersebut. Metode penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian observasional yang dilakukan dengan melakukan survei di lokasi penelitian dan data disajikan secara deskriptif. Sejumlah 42 sumur gali yang ada di daerah tambang didapatkan 29 sumur gali dengan kadar Mn melebihi ketentuan Permenkes 416/1990 sedangkan sisanya 13 sumur gali memiliki kadar Mn dibawah ambang batas. Ke-29 sumur gali yang memiliki kadar Mn diatas ambang batas terdapat 4 sumur gali yang masih dimanfaatkan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari. Adanya kecenderungan jumlah sumur gali yang dimanfaatkan masyarakat semakin berkurang jumlahnya karena masyarakat mengeluhkan kualitas fisik sumur gali seperti bau, keruh dan berbuih. Pemerintah Kabupaten berkepentingan memberikaan sumber air bersih alternatif, melakukan promosi kesehatan melalui puskesmas setempat tentang risiko kesehatan masyarakat akibat mengkonsumsi air sumur gali yang mengandung Mn melebihi ambang batas. Perguruan tinggi berkepentingan menerapkan teknologi tepat guna untuk mengurangi kadar Mn pada air sumur gali agar masyarakat bisa memaanfaatkan lagi sumur gali sebagai sumber air bersih. Kata kunci : Sumur gali, kadar Mn, Karangnunggal ABSTRACT Manganese mining in the region Tasikmalaya Karangnunggal done by digging the existing hill . The results of the excavation washed to separate the manganese , sand and soil . Manganese after flushing with water is separated and collected , while the land remains unused water carried laundry former . Dug well water in mining areas polluted Mn Mn at risk from leaching of waste water originating from Mn or Mn -containing soil around the dug wells Quantitative research methods with the type of observational study conducted by surveying the research sites and the data are presented descriptively . A total of 42 wells dug in the mine area obtained 29 dug wells with Mn content exceeds the Permenkes 416/1990 while the remaining 13 dug wells have Mn levels below the threshold . All 29 have dug well above threshold levels of Mn 4 dug wells which are still used by people for everyday purposes . The tendency for the number of dug wells were utilized community dwindling in number because people complained about the 1
Dosen Kesehatan Lingkungan Fakultas Ilmu Kesehatan UNSIL
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 10. No. 1 Maret 2014
physical quality of dug well as odor , turbid and bubbly . District Government have been of interest in alternative sources of clean water , health promotion through a local clinic on public health risk from drinking water dug wells containing Mn exceeds the threshold . College concerned applying appropriate technology to reduce the levels of Mn in the water dug so that people can memaanfaatkan again dug wells as a source of clean water . Keywords : Dug , the levels of Mn , Karangnunggal
PENDAHULUAN Air sumur merupakan sumber air bersih terbesar yang digunakan. Kendala yang paling sering ditemui dalam menggunakan air tanah adalah masalah kandungan zat besi (Fe) dan mangan (Mn) yang terdapat dalam air baku. Besi maupun mangan, dalam air biasanya terlarut dalam bentuk senyawa atau garam bikarbonat, garam sulfat, hidroksida dan juga dalam bentuk koloid atau dalam keadaan bergabung dengan senyawa organik. Cara pengolahannya pun harus disesuaikan dengan bentuk senyawa besi dan mangan dalam air yang akan diolah. Ada beberapa cara untuk menghilangkan zat besi dan mangan dalam air salah satu diantarannya yakni dengan cara oksidasi, dengan cara koagulasi, cara elektrolitik, cara pertukaran ion, cara filtrasi kontak, proses soda lime, pengolahan dengan bakteri besi dan cara lainnya1. Air tanah sering mengandung zat besi (Fe) dan Mangan (Mn) cukup besar. Adanya kandungan Fe dan Mn dalam air menyebabkan warna air tersebut berubah menjadi kuning-coklat setelah beberapa saat kontak dengan udara. Disamping dapat mengganggu kesehatan juga menimbulkan bau yang tidak enak serta menimbulkan warna kuning pada dinding bak serta bercak-bercak kuning pada pakaian. Menurut Permenkes No.416 tahun 1990 tersebut, kadar Fe dalam air bersih maksimum yang dibolehkan adalah 0,5 mg/lt2. Mangan adalah logam berwarna abu-abu putih. Mangan adalah unsur reaktif yang mudah menggabungkan dengan ion dalam air dan udara. Di bumi, mangan ditemukan dalam sejumlah mineral kimia yang berbeda dengan sifat fisiknya, tetapi tidak pernah ditemukan sebagai logam bebas di alam. Mineral yang paling penting adalah pyrolusite, karena merupakan mineral bijih utama untuk mangan. Kehadiran mangan dalam air tanah bersamaan dengan besi yang berasal dari tanah dan bebatuan. Mangan dalam air berbentuk mangan bikarbonat (Mn(HCO3)2), mangan klorida (MnCl2) dan mangan sulfat (MnSO4)3. Sumur gali adalah pengusahaan air tanah untuk kebutuhan air minum maupun keperluan hidup sehari-hari dengan sistem penggalian tanah sampai
974
Studi Kadar Mangan (Mn) Pada Air Sumur Gali di Desa Karangnunggal Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya Andik Setiyono
pada tingkat kedalaman tertentu secara terbuka. Sumur pompa adalah pengusahaan air tanah sebagai sumber air untuk keperluan sehari-hari dengan bantuan pompa. Keberadaan sumur gali (SGL) baik dari segi konstruksinya maupun
jarak
peletakan
terhadap
sumber
pencemaran
masih
sangat
memprihatinkan disebabkan karena adanya konstruksi SGL yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan letaknya kurang diperhatikan, sehingga mempunyai risiko tinggi terjadinya pencemaran kualitas air baik yang berasal dari jamban, sampah dan dari air buangan lainnya4. Di Indonesia, mangan ditemukan sejak 1854. Mangan di Karangnunggal, Tasikmalaya, Jawa Barat, tetapi baru dieksploitasi pada 1930. Daerah-daerah lain di Indonesia juga memiliki potensi mangan, mulai dari Aceh di kepulauan Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara hingga Papua5. Pertambangan mangan di wilayah Karangnunggal Tasikmalaya dilakukan dengan menggali bukit yang ada. Hasil galian tersebut dicuci untuk memisahkan antara mangan, pasir dan tanah. Mangan setelah dipisahkan dan disiram dengan air dikumpulkan, sedangkan tanah yang tidak dimanfaatkan terbawa air bekas cucian6. Air cucian ini dibuang di sekitar sumur gali masyarakat, padahal air sumur gali tersebut dimanfaatkan masyarakat untuk keperluan minum, masak dan aktivitas lainnya. METODE PENELITIAN Metode penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian observasional yang dilakukan dengan melakukan survei di lokasi penelitian dan data disajikan secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Desa Karangnunggal merupakan salah satu desa di Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya, yang secara geografis terletak pada posisi 1800 06,00 – 1800 08’,00’ Bujur timur dan antara 070 36,00’- 070 08,00’ lintang selatan, lokasi tersebut termasuk daerah Kabupaten Tasikmalaya Propinsi Jawa Barat. Lokasi dapat ditempuh dengan kendaraan roda 4 melalui jalan beraspal dari Kota Tasikmalaya ke arah Sukaraja, Cibalong lalu ke Karangnunggal. Di daerah ini memiliki potensi sumberdaya alam salah satunya adalah pertambangan mangan7. Di Desa Karangnunggal pun terdapat pusat pengolahan dan penyaluran bahan tambang mangan di Desa Karangnunggal yaitu Perusahaan Daerah
975
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 10. No. 1 Maret 2014
Agribisnis dan Pertambangan yang dalam operasionalnya perusahaan daerah ini salah satunya bergerak dalam bidang usaha pertambangan yang aktivitas usahanya
pada
unit
pertambangan
dan
pengolahan
logam
mangan
7
Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya . Proses penambangan Mangan di Desa Karangnunggal yaitu dengan menggunakan alat sederhana diantaranya adalah cangkul dan ada juga dengan menggunakan alat berat atau modern yaitu beku. Kegiatan penambangan di Dusun Karangsari terdiri dari 2 proses yaitu penggalian dan pencucian Mangan (Mn). Proses penggalian dibantu dengan menggunakan air untuk memudahkan proses penggalian. Batuan Mangan (Mn) yang didapat lalu dicuci agar terpisah dari tanah dan batuan lain yang masih menempel dengan menggunakan air melalui selang ataupun menggunakan mesin steam untuk batuan yang tercampur tanah dalam jumlah banyak. Proses penambangan tersebut menghasilkan limbah baik limbah padat maupun limbah cair, limbah cair yang dihasilkan dari proses penggalian dan pencucian Mangan (Mn) dibuang langsung ke tanah melalui saluran air limbah mangan yang tidak memenuhi syarat. Tabel 3.1 : Distribusi Frekuensi Jumlah Sarana Air Bersih (SAB) di Desa Karangnunggal Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya No
Air Bersih Yang Digunakan
Jumlah
1
Sumur bor dengan mesin listrik
11
2
Sumur gali keluarga
28
3
Sumur gali umum
3
Total
42
Sumur sejumlah 42 buah kondisi saat survey, sumur yang masih dipakai untuk keperluan sehari-hari hanya 17 sumur. Sumur gali yang lainnya sejumlah 25 buah awalnya dipakai oleh penduduk. Kondisi air sumur gali yang keruh, bau menyebabkan ke-25 sumur gali tersebut sudah ditinggalkan oleh penduduk. Temuan masalah ini semakin memperkuat bahwa limbah pertambangan Mn di lokasi tambang telah mencemari sumur gali masyarakat. Hal ini diperkuat dari hasil wawancara dengan penduduk bahwa sejak di lokasi tersebut dilakukan pertambangan dan pencucian Mn kualitas sumur gali terutama kekeruhan dan bau menjadi masalah pada sebagian besar sumur yang mereka miliki. Selanjutnya penelitian mengambil ke-17 sumur yang masih
976
Studi Kadar Mangan (Mn) Pada Air Sumur Gali di Desa Karangnunggal Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya Andik Setiyono
dipakai oleh masyarakat dengan alasan untuk mengetahui kualitas sumur terkait kondisi fisik sumur dan kandungan Mn. Tabel 3.2 : Distribusi Frekuensi Syarat Fisik Sumur Gali di Desa Karangnunggal Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya f No.
Total
1.
Sumber pencemar sekitar sumur
2.
Ada genangan air pada jarak 2 (dua) meter sekitar sumur
3.
4.
5.
6.
7.
Kategori
Syarat Fisik Sumur Gali lain
Saluran pembuangan limbah rusak/ tidak ada
di
air
Lantai yang mengitari sumur mempunyai radius kurang dari 1 (satu) meter Ada genangan air di atas lantai semen sekeliling sumur Ember dan tali timba tidak diletakkan sempurna sehingga memungkinkan pencemaran Dinding semen sedalam 3 (tiga) meter dari atas permukaan tidak diplester cukup rapat/ cukup sempurna
%
Ya
Tidak
f
34
8
42
%
80.9
19.1
100
f
23
19
42
%
54.7
45.3
100
f
29
13
42
%
69
31
100
f
29
13
42
%
69
31
100
f
18
24
42
%
42.8
57.2
100
f
4
38
17
%
9.6
90.4
100
f
37
5
17
%
88
12
100
Berdasarkan tabel 3.2 menunjukkan bahwa 42 sampel sumur gali rata-rata syarat fisik sumur gali tidak terpenuhi sehingga potensi terjadinya pencemaran air sumur gali. Kualitas fisik sumur dari hasil temuan menunjukkan adanya potensi pencemaran air sumur seperti adanya sumber pencemar lain misalnya saluran pembuangan dari pencucian Mn. Ketiadaan saluran pembuangan di sekitar sumur memberi kontribusi pencemaran pada air sumur. Dinding sumur yang tidak diplester sedalam 3 meter memberi peluang air bekas cucian Mn merembes dan menambah kandungan Mn pada air sumur. Pencemaran limbah Mangan terhadap air sumur gali masyarakat bisa dipengaruhi oleh konstruksi SPAL tempat pengolahan Mangan itu sendiri. Saluran limbah adalah contoh dari sumber kontaminan yang mempunyai potensi untuk mencemari tanah dan air tanah8.
977
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 10. No. 1 Maret 2014
Tabel 3.3 : Distribusi Frekuensi Jarak Sumur Gali dengan Tempat Pencucian Mn di Desa Karangnunggal Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya Jarak Sumur Gali dengan Tempat Pencucian Mn ≤ 45 meter >45 meter Jumlah
Frekuensi 8 34 42
% 19.1 80.9 100
Sumur gali kemungkinan mengalami pencemaran langsung dari air limbah pencucian Mn pada jarak maksimal 45 meter sebanyak 8 sumur gali, sisanya sebanyak 34 sumur gali secara tidak langsung mengalami pencemaran dari air limbah pencucian Mn sebanyak 34 sumur gali. Wilayah tersebut merupakan daerah tambang Mn sehingga berpotensi tanah di sekitar sumur gali sudah mengandung Mn melebihi dari wilayah yang bukan merupakan daerah tambang Mn. Sumur gali berpotensi tercemar Mn yang berasal dari tanah yang ada di sekitar sumur gali, dan diperparah oleh air limbah dari tempat pencucian Mn di sekitar sumur gali dengan jarak maksimum 45 meter yang merupakan jarak pergerakan dari logam berat di tanah9.
Tabel 3.4 : Distribusi Frekuensi Jarak Sumur Gali dengan Sungai Di Desa Karangnunggal Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya Jarak Sumur Gali dengan Frekuensi % Sungai ≤ 45 meter 4 9.6 >45 meter 38 90.4 Jumlah 42 100 Ditinjau dari jarak sumur gali terhadap sungai terlihat bahwa ada 4 sumur gali yang memiliki jarak potensi tercemar Mn dari air sungai lebih sedikit dibanding sumur gali yang memiliki jarak lebih 45 meter yaitu jarak yang tidak memiliki potensi sungai mencemari air sumur gali. Logam berat memiliki potensi mencemari daerah sekitar pada jarak maksimum 45 meter, lebih panjang daripada pencemar bakteri yang hanya sanpai 11 meter9.
978
Studi Kadar Mangan (Mn) Pada Air Sumur Gali di Desa Karangnunggal Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya Andik Setiyono
Tabel
3.5 : Distribusi Frekuensi Kandungan Mangan (Mn) Dalam Air Sungai di Desa Karangnunggal Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya Kandungan Mangan (Mn) Dalam Air Sungai (mg/L) 1.9 2.2 2.3 2.4 2.5 2.7 4.4 Total
Frekuensi
%
1 1 4 2 1 1 1 11
9.1 9.1 36.4 18.2 9.1 9.1 9.1 100
Tabel 3.5 menunjukkan kadar Mn yang diambil di 11 titik sampel pada air sungai di wilayah penelitian. Hasilnya menunjukkan bahwa kadar Mn pada air sungai dibawah 5 mg/l dengan kadar tertinggi 4.4 mg/l. Sifat tanah yang mampu memfiltrasi bahan pencemar termasuk Mn mempunyai peran terhadap kandungan Mn pada air sumur gali di sekitar sungai tersebut8. Tabel 3.6 : Distribusi Frekuensi Penggunaan Air Sumur Gali di Desa Karangnunggal Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya f Penggunaan Air Sumur Gali Minum Masak Mandi Pakaian Mencuci
Peralatan Rumah Tangga Bahan-bahan Masakan
Kategori %
Total
f % f % f % f % f
Ya 17 40.5 17 40.5 17 40.5 17 40.5 17
Tidak 25 59.5 25 59.5 25 59.5 25 59.5 25
42 100 42 100 42 100 42 100 42
%
40.5
59.5
100
f %
17 40.5
25 59.5
42 100
Pemanfaatan air sumur gali oleh masyarakat menunjukkan bahwa sebagian besar (59.5%) sumur gali sudah tidak dimanfaatkan lagi oleh masyarakat. Sejumlah 17 sumur gali dari 42 sumur gali yang masih digunakan untuk keperluan sehari, dari untuk air minum sampai mencuci. Menurut masyarakat sumur gali yang tidak dipakai karena telah berubah fisik air sumurnya dari
979
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 10. No. 1 Maret 2014
berbau, keruh dan berbuih. Hasil observasi pun menguatkan pendapat masyarakat bahwa air sumur gali yang sudah dipakai masyarakat berbau, keruh dan berbuih. Tabel 3.7 : Distribusi Frekuensi Kadar Mangan (Mn) Air Sumur Gali di Desa Karangnunggal Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya
Kadar Mangan (Mn) Air Sumur Gali
Frekuensi
%
≤ 0,5 mg/l > 0,5 mg/l Total
13 29 42
31 69 100
Hasil pemeriksaan air sumur gali menunjukkan bahwa kadar Mn melebihi standar yang ditentukan menurut Permenkes 416/1990 sebanyak 29 sumur gali (69%) sedang sisanya 13 sumur gali masih dibawah ketentuan. Bahkan terdapat 4 sumur gali yang masih digunakan masyarakat padahal kadar Mn pada airnya melebihi ketentuan yang ditetapkan. Hal ini terjadi dikarenakan masyarakat dalam kondisi tidak mengetahui dan ketidakmampuan mencari sumber air bersih alternatif. Dampak kesehatan masyarakat bisa diprognosis jika masyarakat kelompok tersebut terus mengkonsumsi air bersih dengan kadar Mn melebihi kadar yang ditentukan. Kadar Mangan (Mn) di lingkungan meningkat sejalan dengan meningkatnya aktivitas manusia dan industri, Mangan yang bersumber dari aktivitas manusia dapat masuk ke lingkungan air, tanah, udara dan lingkungan3. SIMPULAN 1. Jumlah sumur gali di Desa Karangnunggal Kecamatan Karangnunggal yang merupakan daerah tambang Mn, yang masih dimanfaatkan masyarakat ada 17 sumur gali dari 42 sumur gali yang ada. 2. Kadar Mn dari 42 sumur gali terdapat 29 sumur gali dengan kadar Mn melebihi Permenkes 416/1990, sedang sumur gali yang masih dimanfaatkan masyarakat terdapat 4 sumur gali yang kadar Mn nya melebihi Permenkes 416/1990 3. Kandungan Mn pada tanah di daerah tambang Mn member kontribusi meningkatnya kadar Mn pada air sumur gali selain jarak pembuangan limbah pencucian Mn yang berdekatan dengan sumur gali.
980
Studi Kadar Mangan (Mn) Pada Air Sumur Gali di Desa Karangnunggal Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya Andik Setiyono
SARAN 1. Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya hendaknya memperhatikan sumber air bersih alternatif agar masyarakat dapat memperoleh air yang memenuhi syarat kesehatan. 2. Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya hendaknya melakukan upaya promosi kesehatan melalui puskesmas setempat kepada masyarakat terkait risiko kesehatan masyarakat apabila masyarakat mengkonsumsi air sumur gali dengan kadar Mn melebihi ambang batas yang ditentukan 3. Pihak perguruan tinggi hendaknya melakukan penerapan teknologi tepat guna untuk mengurangi kadar Mn pada air sumur gali pada batas aman agar masyarakat terhindar dari risiko kesehatan masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Anonim, Mangan dalam Air Sumur [online] tersedia:http://cara.aimyaya.com, diakses tanggal 25 Juli 2012 Permenkes no 416/MenKes/Per/IX/1990 tentang Pengawasan Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Widowati, Efek Toksik Logam, Penerbit Andi,Yogyakarta,2008 Sumadi, Laurentius, Kualitas Air Limbah Bengkel Produksi ATMI Surakarta, Hubungan dengan Kualitas Air Tanah Dangkal di Lingkungan Sekitarnya,[online] tersedia:http://www.digilib.uns.ac.id. diakses 10 Agustus 2011 Saba, Alamsyah Pua, Komoditi Mn Menunggu Peletakan Batu Kedua, [online] tersedia:http://majalahtambang.com diakses tanggal 17 Juli 2012 Anonim,
Tambang Mn di Karangnunggal [online] rakyat.com, diakses tanggal 27 Juli 2012.
tersedia:http://pikiran-
Anonim, Deskripsi Pertambangan Mn di Desa Karangnunggal [online] tersedia: http://kaskus.co.id, diakses tanggal 27 Juli 2012 Notodarmojo, Suprihanto, Pencemaran Tanah Tanah,Penerbit ITB, Bandung, 2005.
dan
Pencemaran
Air
Kusnoputranto,Haryoto, Kesehatan Lingkungan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,FKM UI, Jakarta,1986
981