Vol X Nomor 4 Oktober 2015 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
STUDI FENOMENOLOGI : PENGALAMAN PERAWAT DI LINGKUNGAN TEMPAT KEJADIAN TRAUMA AKUT DI PREHOSPITAL KOTA MALANG Eko Prasetya W1 Indah Winarni2Ali haedar3 1
Mahasiswa Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya 2 Staff Pengajar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya 3 Staff Pengajar Ilmu Kedokteran Emergensi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya ABSTRAK Latar Belakang :Perawat yang bertugas di prehospital dituntut menguasai kompetensi dalam perawatan pasien dengan kondisi gawat darurat, termasuk didalamnya adalah kasus trauma akut. Terdapat beberapa tahap dalam prosedur penatalaksanaan di pre-hospital.Salah satunya adalah merespon panggilan untuk segera menuju tempat kejadian. Tetapi dalam pelaksanaannya banyak sekali tantangan dan hambatan di tempat kejadian trauma akut. Pengalaman perawat yang berkaitan dengan hal tersebut masih belum banyak dieksplorasi. Tujuan : Untuk mengeksplorasi pengalaman perawat di lingkungan tempat kejadian trauma akut di pre-hospital kota malang. Metode : Wawancara mendalam dengan menggunakan pertanyaan semiterstruktur yang melibatkan 6 perawat ambulans IGD RSU Dr.Saiful Anwar. Data dikumpulkan dan dianalisis dengan menggunakan analisa tematik berdasarkan pendekatan Braun & Clarke. Hasil Penelitian : Peneliti menghasilkan 5 tema besar yaitu pengaruh budaya masyarakat, belum terjaminnya keamanan lingkungan, kesulitan mengambil pasien, membutuhkan kolaborasi interprofesional dan harapan mempercepat layanan ambulans. Kesimpulan :Terdapat banyak tantangan yang harus dihadapi oleh perawat terkait munculnya hambatan. Hambatan ini muncul dari ditemukannya adanya pengaruh budaya masyarakat, belum terjaminnya keamanan lingkungan, perawat merasa kesulitan mengambil pasien, perawat membutuhkan kolaborasi interprofesional dan harapan perawat untuk mempercepat layanan ambulans pada kasus trauma akut. Kata Kunci : prehospital,trauma akut, pengalaman perawat ABSTRACT Background : Prehospital nurse must have competence to care of patient with emergency conditions, including the treatment in acut trauma. There are several stages in procedure to pre-hospital management.One is to respond immediately for call emergency on the scene. But in practice many challenges and obstacles on the scene of acute trauma.But in fact the nurse experience in those regard were still not much explored. The research objective is to explore the experiences of nurses in prehospital trauma care. Methods : in-depth interviews were done using semi-structured questions involving 6 ambulance nurse. Data were collected and analyzed using thematic analysis based on Braun & Clarke approach. Results : This study resulted in 5 major themes, influence people's culture, not yet ensuring environmental safety, difficulty taking patients, requiring collaboration interprofesional and hope of speeding ambulance services. Conclusion : There are many challenges to perform prehospital trauma care. The challenges including how to managed from the discovery of the influence of culture, not yet ensuring environmental safety, nurses find it difficult to take the patient, the nurse requires collaboration interprofesional and nurses hope to accelerate the ambulance service in cases of acute trauma. Keyword : prehospital, trauma acut, nursing experience
ambulans tersebut masih sangat kecil dibandingkan
PENDAHULUAN Sistem pelayanan kesehatan pre-hospital
dengan jumlah pasien pada tahun 2011 yang datang
yang dikembangkan di IGD RSSA adalah ambulans
ke IGD dengan menggunakan aneka ragam
119. Dalam tahun 2011, rata-rata setiap bulannya
kendaraan (Laporan Tahunan IGD RSSA Malang). Batasan
ambulans IGD melayani sebanyak 72 sampai 73 panggilan
emergensi.
Jumlah
kewenangan
pelayanan
dan
fasilitias yang dimiliki oleh ambulans IGD RSSA
pemanfaatan
21
Vol X Nomor 4 Oktober 2015 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
membuat pemberian penatalaksanaan awal pada
memperkuat komitmen untuk memberikan layanan
trauma akut perlu dilakukan perbaikan dalam upaya
pre-hospital
memberikan pelayanan kesehatan yang lebih
pertimbangan etis dan kesempatan unik untuk
komprehensif.Pelayanan emergensi pre-hospital
memberikan pengobatan yang sangat dini untuk
membutuhkan kecepatan dan ketepatan untuk
pasien sejak dari tempat kejadian (Elliot, 2013).
meminimalisir resiko pasien. Sehingga durasi
berdasarkan
Penelitian
ini
kualitas,
penting
bukti,
dilakukan
response time menjadi indikator penting dalam
berdasarkan hasil dari penelitian baik kualitatif
pelayanan emergensi pre-hospital (Martin, 2010.
maupun kuantitatif yang telah menyimpulkan
Tazarourte, 2013).
mengingat begitu kompleksnya permasalahan yang
Permasalahan perawat ambulans dalam
terjadi
dalam
setiap
tahapan
dari
proses
melakukan tahap penatalaksanaan trauma akut
penatalaksanaan trauma pada fase pre-hospital. Hal
terdapat pada keraguan perawat saat melakukan
tersebut yang menjadi dasar bagi peneliti untuk
penilaian lingkungan dan hasil penilaian status
menggali pengalaman perawat sehingga eksplorasi
klinis pasien. Permasalahan ini dapat berupa saat
lebih dalam terhadap pengalaman dan makna
ambulans tiba di tempat kejadian perawat memiliki
pengalaman perawat di fase pre-hospital care pada
keraguan terhadap keadaan korban. Karena banyak
kasus trauma akut ini penting untuk dilakukan.
masyarakat yang berkumpul dan perawat menjadi ragu terhadap kondisi korban yang telah diberikan pertolongan
oleh
masyarakat
METODE
sehingga
Penelitian
ini
menggunakan
desain
mempengaruhi penilaian status klinis kepada
qualitative
korban. Keraguan perawat dalam melakukan
interpretative, proses pengambilan data dilakukan
penilaian kegawatan ini dapat memperlama waktu
dengan
pemberian penatalaksanaan. Karena penundaan
dengan panduan wawancara semi terstruktur selama
waktu akan dapat menyebabkan bertambahnya
45-60 menit yang direkam dengan menggunakan
cedera sekunder, personil di pre-hospital secara
alat perekam serta bantuan field note untuk mencatat
integral memiliki kompetensi untuk menentukan
hal yang tidak dapat direkam dengan alat perekam.
outcame dari pasien trauma (Santana, 2012).
Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini
pendekatan
menggunakan
phenomenology
wawancara
mendalam
Perawat yang bekerja di layanan ambulans
sebanyak 6 perawat. Penentuan jumlah partisipan
sering dihadapkan pada situasi di mana mereka
dalam penelitian kualitatif rata-rata sebanyak kurang
harus mengambil tanggung jawab untuk pasien yang
dari 10 dengan prinsip saturasi data (Pollit & Beck,
sakit atau terluka, sehingga memerlukan fasilitas
2012). Data yang telah didapat akan ditranskrip
yang komprehensif (Svensonn, 2008).
kemudian dilakukan analisa dengan metode Braun
Perilaku
ini
& Clarke.Peneliti telah mendapatkan kelaikan etik
merupakan wujud dari keterlibatan psikis yang
dari Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
dapat menjadikan munculnya masalah terhadap
Malang dan Rumah Sakit Umum Dr.Saiful Anwar
kepuasan dari layanan baik kepada pasien atau saat
Malang.
melakukan penelitian
perawat
kolaborasi. terkait
ambulans
IGD
Berdasarkan
pengalaman
tenaga
sebuah medis
HASIL PENELITIAN
berdasarkan dari peran mereka dalam kaitannya dengan
pre-hospital.
Dari
hasil
Studi
Dari hasil penelitian studi fenomenologi
ini
pengalaman
22
perawat
ambulans
dalam
Vol X Nomor 4 Oktober 2015 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
penatalaksanaan trauma akut didapatkan 5 tema
misalnya berada di jalan raya dengan kendaraan
yang muncul dari hasil wawancara partisipan yaitu
yang masih ramai.
pengaruh budaya masyarakat, belum terjaminnya
"..cedera kepala sedang tapi pasienya terjepit mobil
keamanan perawat, kesulitan mengambil pasien,
jadi susah keluarnya ya takut juga misalnya
membutuhkan
meledak.."(P4)
kolaborasi
interprofesional
dan
harapan untuk mempercepat layanan ambulans.
"..saat ambulans datang iku masih banyak anak
Tema pengaruh budaya
trek-trekan,
Partisipan mengungkapkan bahwa mereka melakukan
penilaian
kegawatan
masih
banyak
motor-motor
lah,
korbane diputeri anak-anak naik motor.."(P5)
lingkungan
Makna dari kutipan diatas adalah perawat
kejadian setelah merespon panggilan kegawatan
merasa saat berada di tempat kejadian belum
trauma dari masyarakat kota malang dengan melihat
memiliki jaminan keamanan untuk perawat sebagai
bagaimana masalah di lingkungan kejadian terjadi.
penolong dan pasien. Hal ini yang menjadikan
Masalah dalam hal ini adalah sesuatu hasil dari
perawat merasa kawatir saat harus melakukan
penilaian yang harus diselesaikan guna mencari
tindakan pertolongan saat ditempat kejadian.
solusi yang tepat sehingga dapat mengurai masalah
Tema kesulitan mengambil pasien
yang muncul.
Tema ketiga adalah kesulitan mengambil
Masalah di Lingkungan kejadian ini
pasien. Kesulitan mengambil pasien di tempat
memiliki tema pengaruh budaya masyarakat.
kejadian kadang dapat menjadi kesulitan tersendiri
Masalah di lingkungan kejadian dalam pengaruh
dengan posisi pasien yang sulit atau letak geografis
budaya disini berupa masyarakat datang untuk
yang menyulitkan penolong.
menonton dan hanya mengerumuni pasien.
"..kasus kecelakaan mobil, korbannya terjepit jadi
"..waktunya sore pas jam pulang kerja jadi banyak
ya kita bongkar.."(P1)
yang nonton aja di jalan.." (P4)
"..rumah pasien di dalam masuk gang-gang terus
"..saat ambulans datang iku masih banyak anak
turun tangga, lah jatuhnya di lantai 2, itu lokasinya
trek-trekan,
berkesan.."(P2)
masih
banyak
motor-motor
lah,
korbane diputeri anak-anak naik motor tapi ya
Makna dari kutipan diatas adalah perawat
emang masyarakat kita gitu ya cuman dikerumuni
merasa menemukan kesulitan saat mendapatkan
aja itu.."(P5)
pasien yang masih berada pada tempat kejadian dan
Makna dari kutipan diatas adalah perawat
terdapat kendala dari kondisi, posisi, ataupun letak
merasa respon dari masyarakat saat terjadi kejadian
geografisnya.
trauma secara budaya akan datang untuk melihat
Tema membutuhkan kolaborasi
sedang terjadi apa kemudian menonton dan
Tema
keempat
adalah
membutuhkan
mengerumuni. Hal ini yang diyakini perawat
kolaborasi interprofesional dapat diartikan sebagai
menjadi masalah karena perawat harus mengurai
dukungan pihak lain yang mampu merespon
kerumunan agar dapat mencapai pasien.
panggilan kejadian trauma. Dukungan ini dapat
Tema belum terjaminnya keamanan
berupa memberikan keamanan pada lingkungan
Tema kedua adalah belum terjaminnya
tempat kejadian agar perawat yang datang dapat
keamanan tempat kejadian. Perawat yang datang
segera menolong pasien tanpa harus kawatir
ketempat kejadian pasti akan masih menemukan
terhadap lingkungan tempat kejadian.
keadaan lingkungan yang belum aman seperti
23
Vol X Nomor 4 Oktober 2015 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
"..saat ambulans tiba sudah ada polisi yang
Makna dari kutipan diatas adalah perawat
mengamankan jadi ya enak kalau terus seperti
merasa untuk menjadi perawat ambulans harus
itu.."(P6)
menguasai keterampilan khusus perawat ambulans.
"...enaknya itu kalau pas kita datang sudah ada
Fasilitas pelayanan call center merupakan
polisi yang atur lalu lintas, jadi gak takut
layanan awal dalam sistem pre-hospital yang
keserempet mobil aq.."(P3)
diharapkan oleh partisipan dapat kembali tersedia
Makna dari kutipan diatas adalah perawat
demi kecepatan dalam memberikan layanan dipre-
merasa membutuhkan perlindungan keamanan saat
hospital.
berada ditempat kejadian sehingga apapun tindakan
"..harapan saya ada call center yang bisa
yang akan dilakukan oleh perawat dapat terlaksana
mengkomunikasikan antar RS dan kepolisian juga
dengan baik.
pemadam kebakaran.."(P1)
Tema Harapan Untuk Mempercepat Layanan di
"...lah harapan saya kalau ada call center bisa
Ambulans
koordinasi sama polisi untuk keamanan TKP,
Mempercepat layanan disini diartikan
damkar juga..."(P4)
sebagai menjalankan layanan ambulans emergensi
"...dulu itu sudah ada call centernya tapi sekarang
lebih cepat untuk merespon panggilan kejadian
vakum
trauma untuk segera memberi penatalaksanaan dan
lagi.."(P6)
mempermudah layanan pembayaran ambulans.
perawat
khusus
ambulans
harapan
saya
bisa
dimunculkan
Makna dari kutipan diatas adalah perawat
Harapan dari perawat adalah segera dibentuknya
ya
mengharapkan kembali aktifnya fasilitas koordinasi
yang
untuk merespon panggilan kejadian trauma.
memenuhi kriteria perawat ambulans.
Untuk meningkatkan kecepatan layanan di
"..harusnya ada khusus pelatihan perawat ambulans
pre-hospital
perlu
ketersediaan
fasilitas
dan
atau paramedis.."(P1)
kemudahan sistem manajemen.
"...kita ini kan bukan perawat khusus ambulans
"..fasilitas yang sekarang sudah bagus harapan ku
hanya dipekerjakan, harapan saya sih kita ada
sih mobil ambulans aja kalau bisa yang khusus
keterampilan khusus.."(P4)
spesifikasinya yang untuk emergensi..."(P5)
"..harapan ku ya agar perawat ambulans
"...Ambulans khusus emergensi kalau bisa pakai
dibekali dengan keterampilan khusus sing
helikopter bisa lebih cepet..."(P4)
kayak di luar negeri itu ..."(P5) "..harapan
saya
terkait
Makna dari kutipan diatas adalah perawat
kemampuan
mengharapkan peningkatan fasilitas harus dimiliki
harusnya ada yang khusus ambulans
untuk meningkatkan response time.
gitu..."(P6) "..kalau bisa harapan saya yang jadi
PEMBAHASAN
perawat ambulans itu yang laki-laki, kuat,
Setibanya di tempat kejadian perawat harus
badannya besar jadi tidak kesulitan ambil
mampu menilai situasi, jenis dan metode cedera, dan
pasien.."(P2)
respon pasien. Aktual dan potensi masalah dapat
"..harapan saya terkait perawat ambulans
diidentifikasi dan tujuan dapat ditetapkan mulai dari
harus yang kuat biar bisa angkat pasien,
fase pre-hospital. Setelah memakai alat pelindung
harusnya sih kayak di luar negeri ada tes
diri
fitnessnya.."(P3)
lingkungan dengan menggunakan indera terlebih
24
seharusnya
perawat
melakukan
penilain
Vol X Nomor 4 Oktober 2015 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
dahulu seperti melihat, mendengar dan membau
apakah pasien tidak sadar. (ITLS. Martin &
sesuatu yang dinilai dapat memberikan bahaya
Meredith, 2012).
(Campbel, 2011). Partisipan melakukan penilaian
Pasien dengan kasus trauma pasti akan
kegawatan lingkungan kejadian dengan melihat
mengalami penurunan kesadaran dan perdarahan
bagaimana masalah di lingkungan kejadian terjadi.
mulai dari tempat kejadian. Hal ini yang menjadi
Kesulitan akses ke lingkungan tempat
salah satu penilaian kegawatan yang dilakukan
kejadian kadang dapat menjadi kesulitan tersendiri
dengan memperkirakan jumlah perdarahan yang
dengan posisi pasien yang sulit atau letak secara
berasal dari tempat dimana terjadi perdarahan.
geografis yang menyulitkan penolong. Pemberi
Ungkapan
layananpre-
diartikan sebagai pasien mengeluarkan darah dalam
hospitalharusmulaidenganmengevaluasi
perdarahan
besar
bagi
partisipan
ditempat
jumlah yang banyak. GCS memiliki peranan penting
kejadian pertamauntukmemastikankeselamatan diri
dalam memprediksi resiko kematian di awal trauma
dan
(Irawan,et al, 2010).
pasiennya.
Penilaian
haruscepatdankomplit
lingkungankejadian
sebelum
menuju
pasien
Berdasarkan penelitian segera setelah
(Martin & Meredith, 2012).
terjadi trauma, fase pre-hospital seharusnya segera
Partisipan saat datang ketempat kejadian
diaktifkan untuk segera memindahkan pasien dari
pasti akan masih menemukan keadaan lingkungan
lokasi trauma menuju tempat yang kompeten untuk
yang belum aman seperti misalnya berada di jalan
dilakukan penatalaksanaan (Elliot, 2013). Karena
raya dengan kendaraan yang masih ramai. Di negara
penundaan
maju Emergency respon system melibatkan tiga
bertambahnya cedera sekunder, personil di pre-
layanan yaitu polisi, pemadam kebakaran, dan
hospital secara integral memiliki kompetensi untuk
ambulan. Layanan ambulance tidak hanya sebagai
menentukan outcame dari pasien trauma (Santana,
layanan transportasi akan tetapi juga sebagai unit
2012).
waktu
akan
dapat
menyebabkan
emergency response yang bisa menjangkau ke
Pemberian tindakan yang dilakukan di fase
lokasi kejadian dalam waktu yang sangat cepat
prehospital memerlukan beberapa tehnik modifikasi
(kurang dari 15 menit) (Pitt & Pusponegoro, 2005.
mulai dari penggunaan alat sampai alat yang
Tazarourte, 2013).
digunakan. Penentuan peralatan yang harus dibawa
Ketidakjelasan riwayat kejadian trauma
perawat dalam mentransport pasien akan bergantung
merupakan sumber masalah yang teridentifikasi
pada kondisi pasien dan ketersediaan pada jenis
dalam
transportasi yang digunakan. Peralatan yang dibawa
proses
pengkajian.
Menurut
konsep
penilaianawalterdiridaripendekatansistematisuntuk
sebaiknya ringan namun tahan lama dan kuat
mengidentifikasikondisi yang mengancamjiwa yang
(Kozier, et al., 2011).
memerlukanintervensimendesak.
Melakukan
Secara konsep keberhasilan penatalaksanaan
penilaian pada pasien dengan menilai secara cepat
trauma akut di pre-hospital bergantung pada
mulai dari ujung kaki sampai ujung kepala.
kecepatan
Penilaian tingkat kesadaran pasien dengan AVPU
transportasi. Pasien dengan cedera berat harus
(Alert-Verbal-Pain-Unrespone), mulai berbicara
segeradikirim ke rumah sakit yang tepat untuk
dengan pasien dengan hasil apakah pasien sadar,
perawatan definitive prinsip ini menggunakan
merespon bicara, merespon terhadap nyeri dan
"Load dan Go", dengan semua penatalaksanaan
membuat
keputusan
tria
sedan
yang diberikan selama dalam perjalanan. Keputusan
25
Vol X Nomor 4 Oktober 2015 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
ini harus dibuat baik di awal penatalaksanaan dan
Kelengkapan standar pada ambulans sebagai alat
kemudian diimplementasikan dalam bentuk sesuai
transportasi darat menurut american college of
dengan
surgeon committe on trauma (2009), meliputi,
protocol
dikembangkan
dan
selama
persetujuan system
yang
perencanaan
perlengkapan
penatalaksanaan trauma ( Pitt & Pusponegoro, 2005.
basic
emergensi
(BLS)
dan
kelengkapan untuk bantuan hidup lanjut (ALS)
WHO, 2005. Martin & Meredith, 2012).
Terdapat komponen umum dari sistem
Ambulans sebagai fasilitas utama pelayanan
trauma
yang
harus
dikoordinasikan
untuk
kegawatan memiliki fungsi utama di prehospital.
memaksimalkan efisiensi penatalaksanaan pasien
Pemberian tindakan kegawatan mayoritas akan
trauma ke lokasi perawatan yang paling pasien
dilakukan didalam ambulans. Pendampingan pasien
butuhkan. Hanya melalui dukungan pemerintah
oleh perawat yang berpengalaman dan memilki
yang
kompetensi yang sesuai sangat penting untuk
memberikan pendekatan sistematis untuk perawatan
diperhatikan. Perawat yang tidak berpengalaman
trauma agar menghilangkan kemungkinan pasien
mungkin tidak akan dapat mengenali atau mengatasi
tidak memiliki akses ke perawatan berkualitas tinggi
masalah yang mungkin terjadi di dalam ambulans
yang sesuai untuk keadaannya ( Roudsari, 2007.
(Jevon & Ewens, 2009).
Martin & Meredith, 2012).
Menurut
ENA
(Emergency
sedang
berlangsung
sehingga
dapat
Nursing
Pengiriman pasien ke RS harus dengan
Association) peran perawat dalam fase pre-hospital
sistem komunikasi yang telah terdapat jaringan
diawali dengan mengidentifikasi karakteristik diri
diantara ambulans, klinik dan komunitas masyarakat
terkait keilmuan dan kemampuan unik dari ilmu
atau RS didaerah terdekat. Sistem komunikasi baik
keperawatan dalam melakukan transportasi ke
lokal maupun nasional harus masuk dalam sistem
rumah sakit. Kemampuan profesional dari ilmu
pre-hospital hal ini bertujuan untuk memudahkan
keperawatan terlihat dari kemampuan berkolaborasi
dan meningkatkan aktivasi respon dari sistem pre-
dan berkomunikasi dengan provider pre-hospital
hospital (WHO, 2005).
untuk mencapai kualitas pelayanan keperawatan.
Setiap pre-hospital care system yang
Peran perawat dalam melakukan transportasi pasien
efektif harus mempunyai sistem element dan
terdiri dari melaksanakan asuhan keperawatan, yang
administrasi yang terprogram. Ketika dibutuhkan,
terdiri dari pengkajian pasien, perencanaan dan
EMS atausatupelayananpublik yang penting di
implementasi dari rencana tindakan, dan evaluasi
sebuah negara seharusnya digunakan dan diperkuat,
respon pasien dari penatalaksanaan yang telah
dengan masukan dari pemimpin dan anggota
dilakukan mulai dari saat pertama menemukan
masyarakat itu sendiri (Pitt & Pusponegoro, 2005.
hingga proses transportasi dan operan kepada
SPGDT, 2010).
perawat IGD (ENA, 2008).
IMPLIKASI PENELITIAN
Penolong yang kompeten dalam bantuan
Hasil penelitian ini yang berupa 5 tema
hidup trauma dasar harus memiliki kompetensi
dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk
formal dalam perawatan pre-hospital, manajemen
perencanaan
lingkungan, tehnik evakuasi, stabilisasi pasien dan
pelayanan kegawatan di unit ambulans IGD.
pengiriman pasien trauma (WHO, 2005). Fasilitas
Beberapa temuan tersebut menunjukkan adanya
sebagai bagian penting dalam pelayanan pre-
permasalahan yang komplek pada perawat yang
hospital
bertugas
seharusnya
tersedia
dengan
baik.
26
di
perbaikan
ambulans,
dan
mulai
penyempurnaan
dari
penilaian
Vol X Nomor 4 Oktober 2015 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887
lingkungan kejadian. Permasalahan ini tentunya
mencapai
tidak dapat dilihat dari konteks perawat ambulans
ambulans.
peningkatan
kecepatan
layanan
di
saja tetapi lebih luas kepada organisasi, regulasi yang digunakan dan kebijakan pemerintah.
KEPUSTAKAAN
Implikasi bagi institusi pendidikan yaitu
Alzghoul, N. M. (2014). The experience of nurse
hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk
working with trauma patients in critical
mendukung teori-teori keperawatan yang sedang
care and emergency settings : a qualitative
dikaji dan dibangun khususnya dalam keperawatan
study from scottish nurse perspective.
emergensi. Implikasi bagi penelitian yaitu dapat
International journal of orthopaedic and
dijadikan dasar untuk penelitian berikutnya secara
trauma nursing, 13-22.
kualitatif dan secara kuantitatif untuk mengkaji
ATLS. (2012). Advanced Trauma Life Support (9
lebih dalam tentang faktor yang paling dominan
ed.). USA: American College of surgeons.
menyebabkan
permasalahan
di
proses
Beck, C. T. (2013). International handbook of
penatalaksanaan trauma di fase pre-hospital oleh
Qualitative
perawat di ambulans.
Routledge.
Keterbatasan Penelitian
Nursing
Research.
USA:
Blackwell, T. H. (2012). Emergency Medical
Penelitian ini terbatas pada pengalaman
Services : overview and ground trasnport.
perawat dalam melakukan proses penatalaksanaan
In Surgical Clinical (pp. 2433-2441). USA:
pada kasus trauma, pengalaman pihak lain yang juga
Elsevier.
terlibat dalam proses penatalaksanaan seperti
Campbell, J. E. (2011). International Trauma Life
petugas supir ambulans dan petugas keamanan dari
Support for Pre-hospital Provider (7 ed.).
pihak
USA: Pearson.
kepolisian
penting
untuk
dieksplorasi,
sehingga permasalahan proses penatalaksanaan
Charlton, S., o reilly, G., & Jones, T. (2011).
trauma di pre-hospital dapat tergambar secara
Emergency care in developing nations :
menyeluruh.
The role of emergency nurses in galle, sri lanka. Australasian Emergency Nursing
KESIMPULAN Kesimpulan
Journal, 69-74. dari
hasil
penelitian
Cole, e. (2009). Trauma Care. USA: Wiley
pengalaman perawat di lingkungan tempat kejadian
Blackwell.
trauma akut di pre-hospital adalah terdapat banyak
Ebben, R. H., Vloet, L. C., Schalk, D. M., Mintjes,
tantangan yang harus dihadapi oleh partisipan
J. A., & Achterberg, T. V. (2014). An
terkait munculnya hambatan dan harapan dari
exploration
partisipan. Hambatan ini muncul dari ditemukannya
ambulance and emergency nurses protocol
masalah di lingkungan kejadian, berupa adanya
adherence in the netherlands . Journal of
pengaruh budaya masyarakat, belum terjaminnya
Emergency Nursing , 125-130.
of
factos
influencing
keamanan perawat, kesulitan mengambil pasien dan
Elliot, M., Crookes, P., worrall, L., & Page, K.
membutuhkan kolaborasi interprofesional. Harapan
(2011). Readmission to intensive care : a
yang muncul berupa partisipan menginginkan dapat
qualitative analysis of nurse perception and
memenuhi kebutuhan dalam penatalaksanaan untuk
sexperince. Journal of Heart and Lung, 299-309.
27
Vol X Nomor 4 Oktober 2015 - Jurnal Medika Respati ENA. (2008). Roleof the registered nurse in prehospital
emergency
medical
ISSN : 1907 - 3887 Pitt, E., & Pusponegoro, A. (2005). Prehospital care
service.
in Indonesia. Emergancy Medical Journal,
Emergency Nurse Association.
22, 144-147.
Freeman, L., Fothergill , F., & Rashotte, J. (2014).
Roudsari, B. S., Nathens, A. B., Cameron, P., Civil,
The experince of being a trauma nurse : A
I., Gruen, R. L., Koepsell, T. D., et al.
Phenomenological study. Intensive and
(2007).
Critical Care Nursing(30), 6-12.
prehospital trauma care systems. INJURY,
Haedar, A., & Dradjat, R. S. (2005). Quality of
International
comparison
of
993-1000.
Trauma Care in Emergency Department of
Santana, M. J., Straus, S., Gruen, R., & Stelfox, H.
Saiful Anwar General Hospital, Malang-
T. (2012). A qualitative study to identify
Indonesia.
oppurtunities for improving trauma quality
Harmsen, A., Giannakopoulos, G., Moerbeek, P.,
improvement. journal of critical care,
Jansma, E., Bonjer, H., & Bloemers, F.
738e1-738e7.
(2015). The Influence of Prehospital time
Sjolin, H., Lindstrom, V., Hult, H., Ringsted, C., &
on trauma patients outcome : a systematic
Kurland, L. (2014). What an ambulance
review. Injury.
nurse needs to know . International
Hudson, P. V., & Marshall, A. P. (2008). Extending
emergency nursing.
the nursing role in emergency department : challenges
for
australia.
Smith, G. (2008). Prehospital emergency care in
Australasian
south east asia : three cities . Journal of
Emergency Nursing Journal, 39-48.
Emergency Primary Health Care.
Jacob, A., Grady , M. S., & Heuer, G. G. (2010).
Spalte, D. W., Criss, E. A., Valenzuela, T. D., &
Initial resuscitation, prehospital care, and
Meislin,
Emergency Room Care in Traumatic Brain
Advanced Life support for major trauma .
Injury. In H. R. Wim, Neurogical Surgery
American
Vol 4 6th ed (pp. 3390-3396). USA:
Physisicians, 481-489.
Elsevier.
H.
W.
(1998).
College
of
Prehospital
Emergency
Svensson, A., & Fridlund, B. (2008). Experince of
Jones, G. J. (1988). Provision of Pre-Hospital Care.
and
actions
towards
worries
among
In B. Wright, Management and Practice in
ambulance nurses in their professional life
Emergency
: a critical incident study. International
Nursing
(p.
63).
USA:
Mayhew.
Emergncy Nursing, 35-42.
Kidher , E., Krasopoulos, G., Coats, T., Charitou,
Sylvalila, M. Haedar, Ali. Dradjat, R. S. (2014).
A., Magee, P., Uppal, R., et al. (2012). The
Faktor-faktor
effect of prehospital time related variables
pemilihan alat transportasi medis.
on mortality following severe thoracic
Tazarourte, K., Cesareo, E., Atchabahian, A., &
trauma. Injury, 1386-1392.
yang
mempengaruhi
Sapir, D. (2013). Update on prehospital
Norden, C., Hult, K., & Engstrom, A. (2014).
emergency care of severe trauma patients.
Ambulance nurse experience of nursing
Annales Francaise the anesthesia and
critically ill and injured children : a
reanimation, 477-482.
difficult aspect of ambulance nursing care.
Townsend, C. M., Beauchamp, D. R., Evers, M. B.,
International Emergency Nursing, 75-80.
& Mattox, K. L. (2012). Management of
28
Vol X Nomor 4 Oktober 2015 - Jurnal Medika Respati Acute Trauma. In R. S. Martin, & J. W. Meredith, Sabiston Textbook of surgery (pp. 430-470). USA: Elsevier. Watson, J. (2004). Theory of Human Caring. Caring. Who. (2005). Prehospital Trauma Care System. Geneva: WHO Press. Wilson, W. C., Grande, C. M., & Hoyt, D. B. (2007). Trauma. USA: Informa Health Care. Winaktu, H. Haedar, Ali. Dradjat, R. S. (2014). Hubungan lama kejadian, manajemen selama interhospital transfer dengan rapid acut psycology score penderita dengan fraktur multiple.
29
ISSN : 1907 - 3887
Vol X Nomor 4 Oktober 2015 - Jurnal Medika Respati
ISSN : 1907 - 3887