PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
STUDI FENOMENOLOGI MENGENAI PENGALAMAN NARAPIDANA KATEGORI RESIDIVIS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun Oleh : Olga Sancaya Dyah Permatasari 119114132
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN MOTTO
Karena itu, saudara-saudaraku yang terkasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan. Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan tuhan jerih payahmu tidak sia-sia Korintus 15:58
Eagle Always Flies High – Olga
Semesta mencintai orang-orang yang tangguh dan setia dalam setiap perjuangan – Dr. Y. B. Cahya Widiyanto, M. Si.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini menjadi bagian dari tugas yang diberikan oleh Allah Bapa di surga Yang Maha Pengasih dan Maha Baik dan sebagai bentuk dedikasiku kepada ilmu psikologi serta kepedulianku terhadap dunia kriminal Keluarga ku tersayang Papa dan Mama yang tidak pernah bosan untuk mengingatkanku Mbak Dita Dosen Pembimbingku yang luarbiasa Dr. Y. B Cahya Widiyanto, M. Si. Kawan-kawanku yang tak pernah lekang oleh waktu dan setia mendorongku untuk berjuang Willa, Tammy, Linda, Mas Indra, Mas Aconk, Mas Andi, dan kawankawan lain yang tidak dapat kusebutkan satu persatu Seorang yang terkasih yang telah berjasa membantuku menyelesaikan tugas ini (K)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
STUDI FENOMENOLOGI MENGENAI PENGALAMAN NARAPIDANA KATEGORI RESIDIVIS
Olga Sancaya Dyah Permatasari ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memahami dinamika pengalaman dan pola pengalaman serupa. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan metode analisis fenomenologi interpretatif. Informan pada penelitian ini adalah narapidana laki-laki dengan kategori residivis berjumlah 4 orang yang menjalani masa hukumannya di dalam Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Cebongan. Pengumpulan data menggunakan model wawancara semi-terstruktur. Hasil yang didapatkan adalah pengalaman yang kurang menyenangkan, pendidikan rendah, pergaulan yang salah, kehidupan hedonis, lingkungan yang kurang sehat, kebutuhan hidup, labelling dan stereotip menjadi sebab yang melatarbelakangi keseluruh informan terus melakukan kejahatan repetitif serta dtemukan pola-pola serupa dan faktor lain yang bersifat laten. Kata kunci: residivis, pengalaman, kejahatan repetitif
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PHENOMENOLOGICAL STUDY ABOUT EXPERIENCE REPEATED OFFENDER Olga Sancaya Dyah Permatasari ABSTRACT The purpose of this study was to determined the reason that caused prisoners repeated offender category continuosly repeating their crimes through the analysis of their experiences in living. The main question that asked was how an experience could reveal the causes that became the prisoner’s reason to continuosly repeating their crimes ? The type of this research was qualitative interpretative phenomenology analysis (IPA) method. The informant of this study were male prisoners that have been arrested and served their sentences in Correctional Institution Class II B Cebongan. The data was collected by informal interview method which the interview depends on the interviewer and on the spontanity in interviewing the informants to have the natural data. The results showed that unpleasant experiences, low education, bad association, hedonist life, bad society, needs, labelling, and stereotype, became the caused of the reason for informant to did their repetitive crimes repeated. Keywords: repeated offender, experiences, repetitive crime
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kebaikan, pertolongan dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Fenomenologi Mengenai Pengalaman Narapidana Kategori Residivis” dengan baik. Sebuah karya tidak akan lengkap tanpa adanya kontribusi dari orangorang di sekitar penulis, bahwa sebuah keberhasilan penelitian ini juga didukung oleh banyak hal. Banyak pihak yang mendukung dan juga memberikan bantuan dalam berbagai bentuk. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1.
Bapak Dr. T.Priyo Widianto, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma.
2.
Bapak Paulus Eddy Suhartanto M.Si. selaku Kepala Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma.
3.
Bapak Dr.Yohannes Babtista Cahya Widiyanto S.Psi., M.Si selaku dosen pembimbing yang selalu mendukung, memberikan banyak pengetahuan, dan nilai-nilai dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
4.
Ibu Dr. Tjipto Susana, M. Si selaku Dosen yang memberikan banyak saran dalam penelitian dan merekomendasikan penulis kepada seseorang yang luarbiasa untuk membimbing penelitian.
5.
Seluruh Dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan banyak sekali ilmu kepada penulis.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6.
Seluruh karyawan/staff Fakultas Psikologi: Mas Muji, Bu Nanik, Mas Gandung, Pak Gi dan student staff lainnya atas bantuan dan fasilitas yang disediakan.
7.
Kedua orangtua penulis yang selalu memberikan kesadaran dan semangat dan terkadang ketegangan karena selalu diburu-buru untuk segera menyelesaikan skripsi. Aku sayang kalian.
8.
Ibu Widya selaku Kepala bagian di Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan Ham atas bantuan dan dukungannya selama proses penyelesaian skripsi.
9.
Kakakku yang cuek, terima kasih kiriman oleh-oleh botol stainless steel yang berjasa menemamiku penulis berperang melawan rasa haus ketika menyelesaikan skripsi dan juga dukungan moralnya.
10. Tanpa adanya informan maka skripsi ini tidak akan pernah selesai. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada 4 informanku, kisah pengalaman kalian sungguh berkesan dan atas pengalaman teman-teman informan, ilmu pengetahuan di dunia kriminal semakin bertambah. 11. Sahabat-Sahabat penulis yang selalu menyertai dengan memberikn banyak motivasi, nasihat, dan candaan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai pada waktunya. Aku sayang kalian: Tammy, Linda, Wila, Mas Aconk, Mas Andi, Mas Indra, dan Kang Ageng. 12. Teman-temanku yang luarbiasa terima kasih untuk seluruh dinamika yang sudah kita lakukan bersama sehingga penulis semakin memiliki banyak ide, semangat, dan juga kebahagiaan : Anton, Boncel, Ghea, Adhigor, Netty, Hargie, Mbak Ari, Dara, dan Ocha.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13. Teman-teman psikologi 2011 yang sulit didefiniskan, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya karena ini saya bersemangat untuk segera menyelesaikan skripsi dan memberikan banyak cerita dan kenangan yang tidak akan pernah peneliti lupakan. 14. Teman, sahabat, kerabat, dan orang-orang yang mungkin tidak bisa saya sebutkan satu persatu, saya ucapkan banyak terimakasih.
Yogyakarta, 22 Juni 2016 Olga Sancaya Dyah Permtasari
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................... i Halaman Persetujuan Dosen Pembimbing.......................................................... ii Halaman Pengesahan.......................................................................................... iii Halaman Motto .................................................................................................. iv Halaman Persembahan ....................................................................................... v Halaman Pernyataan Keaslian Karya ................................................................. vi Abstrak................................................................................................................ vii Abstract .............................................................................................................. viii Lembar Persetujuan Publikasi ............................................................................ ix Kata Pengantar ................................................................................................... x Daftar Isi ............................................................................................................ xii Daftar Gambar ................................................................................................... xvii Daftar Lampiran ................................................................................................ xviii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 A. Latar Belakang .........................................................................................1 B. Pertanyaan Peneitian ................................................................................ 9 C. Tujuan Penelitian .....................................................................................10 D. Manfaat Hasil Penelitian ......................................................................... 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 12 A. Pengalaman .............................................................................................. 12 B. Pemaknaan ............................................................................................... 14 C. Narapidana ............................................................................................... 18
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Residivis .................................................................................................. 18 E. Kejahatan ................................................................................................. 21 1. Pengertian Kejahatan ................................................................... 21 a. Pengertian secara praktis ................................................. 21 b. Pengertian secara yuridis ................................................. 22 2. Kejahatan dilihat dari segi sosiologis .......................................... 22 3. Kejahatan dilihat dari segi psikologis .......................................... 23 4. Penjelasan kejahatan dilakukan oleh laki-laki ............................. 24 5. Penjelasan psikologis atas kejahatan ........................................... 26 6. Faktor-faktor yang meyebabkan timbulnya kejahatan ................ 27 F. Pengalaman Kejahatan ............................................................................ 30 G. Lemabaga Pemasyarakatan ..................................................................... 31 1. Fungsi .......................................................................................... 29 BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 34 A. Paradigma dan Pendekatan Penelitian ..................................................... 34 B. Fokus Penelitian ...................................................................................... 35 C. Informan Penelitian ................................................................................. 35 D. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 36 E. Pedoman Wawancara .............................................................................. 38 F. Metode Analisis Data .............................................................................. 39 G. Prosedur Analisis Data ............................................................................ 39 H. Kualitas Penelitian ................................................................................... 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 43
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A. Pelaksanaan Penelitian Secara Keseluruhan ............................................ 43 B. Profil Informan Penelitian ........................................................................ 45 C. Hasil Analisis ........................................................................................... 46 1. Informan I (Inisial V, 22) ............................................................. 46 2. Informan II (Inisial S, 39) ............................................................ 51 3. Informan III (Inisial B, 37) .......................................................... 59 4. Informan IV (Inisial R, 24) .......................................................... 74 D. Dinamika Pengalaman ............................................................................. 84 1. Informan I (22) ............................................................................. 84 2. Informan II (39) ........................................................................... 85 3. Informan III (37) .......................................................................... 88 4. Informan IV (24) .......................................................................... 92 E. Pola Pengalaman ...................................................................................... 96 A. Pengalaman serupa yang membentuk pola ........................................ 96 1. Pengalaman kurang menyenangkan ............................................. 96 a. Perceraian kedua orang tua .............................................. 96 b. Tidak diasuh oleh orang tua ............................................. 97 c. Yatim Piatu ...................................................................... 98 d. Perlakuan tidak adil ........................................................ 100 2. Pendidikan rendah ...................................................................... 100 3. Pergaulan yang salah .................................................................. 101 4. Ketergantungan memenuhi kebutuhan hidup dengan melakukan aksi kejahatan ............................................................................. 102
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Mendapakan labelling bernilai positif ........................................ 103 B. Pengalaman sebagai penguat untuk melakukan kejahatan berulang............................................................................................. 104 1. Kehidupan hedonis menimbulkan adiksi dan keputusan reaktif.......................................................................................... 104 2. Lingkungan yang tidak sehat ...................................................... 105 3. Labelling bernilai negatif berupa stereotip....................................................................................... 106 F. Kesimpulan dinamika dan pola pengalaman............................................................................................. 111 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 120 A. Kesimpulan ............................................................................................ 120 B. Kelemahan penelitian ............................................................................. 122 C. Saran ....................................................................................................... 123 1. Bagi pemerintah .....................................................................................................123 2. Bagi kelaurga dan lembaga pendidikan ......................................123 3. Bagi masyarakat .........................................................................124 4. Bagi jajaran Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI ........................................... 124 5. Bagi peneliti yang selanjutnya ................................................... 124 6. Bagi informan ............................................................................ 125 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 126
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Panduan Pertanyaan Wawancara ........................................................... 38 Tabel 2. Identitas Informan .................................................................................. 45 Tabel 3. Pelaksanaan Wawancara ........................................................................ 46
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema informan I ............................................................................. 107 Gambar 2. Skema informan II ............................................................................ 108 Gambar 3. Skema informan III .......................................................................... 109 Gambar 4. Skema informan IV .......................................................................... 110
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Contoh Verbatim ........................................................................... 130 Lampiran 2. Contoh Master Table .................................................................... 223 Lampiran 3. Informed Consent ......................................................................... 250
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kasus kejahatan bukan lagi sesuatu yang asing di telinga seringkali kita banyak mendengar dari media bahwa dari hari ke hari kasus kejahatan semakin meningkat, selain itu banyak orang-orang yang sudah keluar kemudian masuk kembali ke dalam lembaga pemasyarakatan. Mereka kembali melakukan aksi kejahatan beberapa saat setelah dibebaskan dari hukuman pidana penjara. Tindak kejahatan tersebut tidak hanya dilakukan oleh orang-orang baru saja, seringkali mantan narapidana juga banyak yang melakukan tindak kejahatan berulang. Narapidana dengan kategori residivis merupakan, seseorang yang melakukan tindakan kejahatan ulang dalam periode waktu tertentu. Seperti yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan bahwa seseorang dapat dikatakan sebagai residivis, jika ia melakukan kejahatan dalam masa tenggang dari keberhasilan pembinaan yang telah ditentukan, jangka waktu yang ditentukan yaitu 2 tahun (Muhammad, 2013). Pada kejahatan berulang, sifat dari kejahatan berulang tidak harus selalu sama seperti yang sebelumnya pernah dilakukan oleh mantan narapidana, jenis kejahatan dapat berbentuk
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
kejahatan baru yang belum pernah dilakukan oleh bekas narapidana yang bersangkutan Teguh, 2010). Sebagai ilustrasi telah terjadi aksi kejahatan di daerah Pangkalan Bun, seorang residivis kasus pencabulan yang baru saja keluar dari penjara dan masih dalam proses bebas bersyarat, kembali melakukan tindakan kejahatan. Pelaku membunuh korban bernama Enor (21) yang merupakan kekasihnya. Pelaku membunuh korban dengan kaki palsu yang dipakainya hingga tulang iga korban patah. Sebelum membunuh pelaku sempat menyetubuhi korban. Motif dari pembunuhan ini adalah desakan ekonomi, sejak awal pelaku sudah berniat untuk mencuri motor yang dimiliki korban. (Radar Jogja, 28 Maret 2015). Contoh ilustrasi aksi kejahatan yang lain terdapat kasus pencurian motor, uang, dompet, dan handphone di Samiran Parangtritis, Kretek, Bantul. Pelaku merupakan seorang residivis kasus perampasan (Kedaulatan Rakyat Online, 30 Mei 2015). Hingga bulan Juni, masih terus tersiar berita kejahatan yang dilakukan oleh seorang residivis. Kejahatan dilakukan oleh seorang residivis kasus pembunuhan di wilayah Mlati tahun 2007 silam. Pelaku bernama Ar alias Armek (30) warga Sukoharjo, Ngaglik, Sleman. Diduga kembali melakukan aksinya, pelaku diduga melakukan pencurian di wilayah Sekip Sinduadi, Mlati, Sleman. (Kedaulatan Rakyat Online, 1 Juni 2015). Beberapa berita tersebut memberikan sebuah gambaran bahwa kejahatan repetitif masih terus terjadi dari bulan ke bulan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
Mengambil sepotong kisah pengalaman dari salah satu informan dalam penelitian ini mengisahkan pengalaman kejahatan informan kedua dalam penelitian ini, yang mengantarkannya pada pilihan untuk melakukan kejahatan adalah adanya himpitan ekonomi pada saat itu. Ia pun tidak memiliki keterampilan lain selain menjadi seorang sopir hingga akhirnya memilih untuk bergabung dengan teman-temannya untuk merampok. Hingga pada titik puncaknya ia berusaha keras ingin keluar dari lingkungan kejahatan tersebut namun hingga saat ini usaha yang ia lakukan belum mampu membebaskannya dari dunia kejahatan. Informan tersebut masih berstatus sebagai narapidana dengan kategori residivis pada Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Sleman. Paparan beberapa informasi di atas menjadi bukti konkret bahwa kejahatan berulang tidak hanya sekedar kejahatan yang bisa dipahami sebagai kejahatan yang biasa. Pengalaman dan latar belakang seseorang dapat menmbentuk sebuah keterkaitan yang penting yang merujuk pada keputusan para narapidana kategori residivis melakukan kejahatan dan terus berulang. Penelitian yang dilakukan oleh Ali Amran (2003) dalam tesisnya yang berjudul
“Faktor
Sosio
Demografis
Yang
Mendorong
Terjadinya
Residivisme” mendapati bahwa terdapat empat faktor yang mendorong terjadinya residivisme di dalam empat lingkungan yang dilaluinya, empat lingkungan tersebut meliputi : tempat tinggal responden, lingkungan peradilan pidana terdapat proses kriminilisasi berbentuk kekerasan yang dilakukan oleh polisi saat melakukan penangkapan, penahanan, dan persidangan, kemudian di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
dalam lembaga pemasyarakatan terdapat budaya kriminal yang membuat seseorang menjadi semakin jahat dan semakin kuat karena bergaul dengan penjahat tangguh, dan adanya cap yang diberikan masyarakat setelah responden keluar dari lembaga pemasyarakatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Indra Widya Nugraha dan Zainal Abidin (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Motivasi Kejahatan Repetitif Residivis di Lembaga Pemasyarakatan Pati” menemukan bahwa residivis melakukan kejahatan didorong oleh faktor internal yang meliputi : kontrol diri lemah, ketagihan, habbit/ kebiasaan, niat, keahlian / skill, serta gaya hidup. Faktor lain yang mendorong residivis melakukan kejahatan adalah faktor eksternal yang meliputi : kondisi lingkungan, pengaruh dari orang lain, dan adanya faktor ekonomi, serta mendapat stigma dari masyarakat sebagai mantan narapidana. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologi. Paparan beberapa berita dan penelitian di atas menunjukkan bahwa kejahatan berulang menjadi sebuah fenomena yang masih terus berlanjut. Lembaga pemasyarakatan diciptakan sebagai sarana atau tempat untuk merehabilitasi dan memberikan efek jera kepada narapidana, realita yang terjadi adalah masih banyak narapidana yang kebal dengan hukum dan sistem pembinaan di dalam lembaga pemasyarakatan. Apakah masih ada hal lain yang masih belum terungkap, sebab yang kemudian menjadi latar belakang seseorang terus mengulangi perbuatan kejahatan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
Suatu kejahatan tidak semata-mata muncul secara acak, ada sebab yang mengikuti atau melatarbelakangi, pengalaman dan latar belakang seseorang menjadi hal yang penting untuk diperhatikan. Paul Brantingham and Patricia Brantingham (2008) mengungkapkan jauh sebelum individu memutuskan untuk melakukan tindakan kriminal, individu tersebut memiliki aktifitas nonkriminal yang kemudian dapat ikut membantu seseorang menciptakan sebuah keputusan yang berhubungan dengan aktifitas kriminal. Dalam suatu aktifitas yang dilakukan seseorang akan dihadapkan pada sebuah keputusan, keputusan dalam beraktifitas tersebut membentuk suatu pola rutinitas yang kemudian berubah menjadi kegiatan regular. Aktifitas regular kemudian membentuk suatu pola abstrak. Pada konteks keputusan berkomitmen pada kegiatan kriminal hal ini disebut sebagai crime template. Brantingham dan Brantingham, Cornish dan Clarke, Cromwell (dalam Wortley, 2008) mengatakan bahwa pengembangan sebuah keputusan rutin, baik kriminal maupun kriminal melibatkan serangkaian identifikasi keputusan-keputusan yang bekerja. Cusson (dalam Wortley, 2008) menjelaskan bahwa hal yang mempengaruhi keputusan tidak selalu sesuai dengan standar optimal yang objektif, yang utama adalah cukup sesuatu yang diinginkan dapat terpenuhi. Selain itu, sebuah kejahatan dapat dipicu oleh kemarahan, dendam, atau kebutuhan merasakan sensasi yang sifatnya berbahaya, sama halnya seperti kebutuhan akan ekonomi atau emosional. Teori tersebut menggambarkan secara general bagaimana seseorang mulai masuk ke dalam suatu tindak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
kejahatan yang di awali dari beberapa faktor yang salah satunya sudah disebutkan di atas. Dalam konteks ilmu psikologi yang mempelajari manusia sebagai individu yang unik beserta juga dengan pengalamannya, kita tidak dapat meninggalkan ciri khas tersebut dan hanya berpacu pada satu hasil penelitian. Jika dikembalikan lagi kepada diri individu seperti yang diungkapkan oleh Kierkegaard (dalam Zainal, 2007) mengenai analisis eksistensial, bahwa dalam setiap kajian tentang manusia, yang pertama kali harus dilakukan adalah bagaimana menempatkan subjkektivitas atau pengalaman subjektif manusia sebagai faktor penting yang harus diberi tempat. Tidak semua hal dari dalam diri manusia dapat dikuantifikasikan ke dalam angka-angka (statistik) dan pengukuran fisik-mekanistik (biologi) saja, sebab pada setiap diri manusia terkandung makna atau nilai personal yang tidak bisa dikuantifikasikan dan tidak bisa dijelaskan secara biologis (Zainal, 2007). Setiap manusia adalah unik beserta dengan pengalamannya akan mengikuti. Kierkergard (dalam Zainal, 2000) percaya bahwa pada prinsipnya manusia bukan makhluk yang selalu rasional, bukanlah robot yang tidak memiliki kehendak dan perasaan tetapisebagai makhluk yang mampu “merasa” dan “menghendaki” secara bebas. Perilaku dan peristiwa di dalam hidupnya tidak selalu didasari oleh rasio, tetapi juga pada pilihan bebas dan emosi spontannya. Peneliti melakukan penelitian ini dilakukan bertujuan untuk melihat fenomena kejahatan repetitif dengan memegang sudut pandang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
manusia adalah makhluk yang unik, setiap peristiwa di dalam pengalamannya berbeda-beda meskipun secara kontekstual (hukum) dinyatakan perbuatan kejahatannya sama dengan motif yang kita ketahui sama antara satu dengan yang lainnya. Penelitian ini menjadi penting untuk diteliti karena selama ini banyak peneliti tidak membahas dari sisi dinamika psikologis atas pengalaman yang dilalui oleh para narapidana kategori residivis sebagai manusia yang unik bahwa pengalaman-pengalaman signifikan tersebut juga mengandung dinamika psikologis yang ikut andil dalam mempengaruhi perilaku, keputusan dan kehidupan seseorang. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengambarkan pola-pola pengalaman serupa dan disertai dengan pola dinamika psikologis yang
sama,
muncul
sebagai
akibat
dari
interaksi
pelaku
dengan
lingkungannya. Apa yang kemudian membuat para narapidana kategori residivis tidak hanya melakukan kejahatan tetapi tergerak untuk memutuskan melakukan kejahatan dan melakukan kejahatan berulang, sehingga mudah untuk peneliti yang selanjutnya dan untuk bidang psikologi maupun jajaran Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI
merancang sebuah solusi yang tepat guna dalam perbaikan
narapidana ke arah yang lebih baik. Pendekatan kualitatif fenomenologis dipilih peneliti untuk mencapai tujuan penelitain di atas, fenomenologi sendiri merupakan salah satu cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
untuk mencari makna-makna psikologis yang membentuk gejala melalui investigasi dan analisis contoh-contoh gejala yang dialami dalam konteks kehidupan para informan (Smith, 2006). Dengan menggunakan metode kualitatif fenomenologi interpretatif peneliti mencoba memahami pengalaman informan, pengalaman yang kemudian mencakup persepsi-persepsi, perasaan, ingatan, gambaran, gagasan, dan berbagai hal lainnya yang hadir dalam kesadaran (Henryk, 1973). Husserl (dalam Brouwer, 1988) mengungkapkan seseorang dengan pengalamannya belum tentu bahwa orang tersebut tahu mengenai “Saya apa sebetulnya (siapa) atau saya bagaimana”. Kurt Danziger, 1990 (dalam Sugiman, Gergen, Wagner, dan Yamada, 2008) menggaris bawahi “traditional forms of inquiry” dalam psikologi berdasar pada konsepsi individual sebagai manusia. Pada manusia kapasitas kemampuan kita untuk mengalami dan merespon pengalaman-pengalaman jauh lebih besar daripada kapasitas kita untuk mengetahui sescara persis apa yang kita lakukan atau mengapa kita melakukannya. Bisa menjadi mungkin bahwa para residivis tidak memahami perbuatan kejahatannya, bisa menjadi mungkin bahwa para residivis belum merefleksikan pengalaman kejahatannya sehingga ia terus menerus mengulangi perbuatannya. Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitan yang mengkaji tentang pengalaman-pengalaman signifikan serta pola-pola dan dinamika psikologis yang memberikan dampak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
pada pemilihan keputusan untuk melakukan aksi kejahatan maka peneliti juga menggunakan sudut pandang eksistensial. Mungkin saja, faktor penyebab kejahatan di Indonesia dapat terusmenerus berulang pada sebagian narapidana kategori residivis salah satunya mungkin saja sistem pembinaan yang diberikan kurang tepat karena kurang mempertimbangkan pengalaman dan latar belakang seorang narapidana sebagai hal yang perlu diperhatikan. Ada banyak hal yang dapat digali melalui pengalaman para narapidana, bagaimana ia memandang dan juga mungkin memaknai pengalamannya. Sebab setiap perisitiwa, perilaku, dan keputusan ada sebab yang menjadi latar belakang mereka kemudian memilih berkomitmen dengan dunia kejahatan dan terus menerus mengulangi hal tersebut. Ketika seseorang memilih melakukan suatu perilaku yang bertentangan dengan moral yang dianut masyarakat umum, akan ada berbagai macam alasan yang berbeda antara orang satu dengan orang lainnya. Kisah pengalaman pribadi yang diceritakan setiap residivis akan dieksplorasi untuk melihat tindakan-tindakan maupun isi kesadaran dengan objek-objek dan makna-makna di dalam dunia para informan.
B. Pertanyaan Penelitian Bagaimana dinamika dan pola pengalaman narapidana yang melakukan kejahatan yang berulang ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
C. Tujuan Penelitian Melalui rumusan masalah yang sudah dirancang, tujuan dari penelitian ini adalah mencoba memahami lebih mendalam dinamika pengalaman yang juga berhubungan dengan dinamika psikologis dan pengalaman signifikan para narapidana kategori residivis sebagai individu yang unik untuk menangkap dan menggambarkan latarbelakang para narapidana terus kembali melakukan kejahatan dan melihat apakah ada pola-pola serupa yang menjadi faktor para narapidana kategori residivis memutuskan masuk ke dalam dunia kejahatan. Sehingga didapatkan data mengenai penyebab kembalinya kejahatan berulang pada narapidana yang sama melalui analisis fenomenologi interpretatif.
D. Manfaat Hasil Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi di bidang Psikologi Sosial khususnya pada area lingkungan sosial kriminal yang berkaitan dengan kejahatan berulang yang dilakukan oleh narapidana kategori residivis, sehingga ditemukan data baru mengenai penyebab terjadinya pengulangan kejahatan dengan mengkaji pengalaman narapidana kategori residivis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
2. Manfaat Praktis Diharapkan melalui penelitian ini mampu menambah kazanah pengetahuan baru yang ditujukan kepada jajaran Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI mengenai penyebab apa saja yang membuat narapidana kategori residivis melakukan kejahatan berulang sehingga muncul sistem pembinaan yang tepat guna bagi narapidana yang berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Melalui penelitian ini diharapkan akan membantu pemerintah dan lembaga pemasyarakatan dalam memandang dan menyikapi fenomena kejahatan berulang dengan lebih jeli, dengan begitu treatment dan pembinaan di dalam Lembaga Pemasyarakatan menjadi lebih efektif dan membantu mengurangi kejahatan berulang di masa depan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengalaman Van Kaam (dalam Hall, 1993) menggambarkan pengalaman merupakan: “... pengalaman-pengalaman, seperti tanggung jawab, kengerian, kecemasan, keputusasaan, kebebasan, cinta, kekaguman, atau keputusan tidak dapat diukur atau dieksperimentasikan, ... Pengalaman-pengalaman tersebut ada begitu saja dan hanya dapat dijelaskan dalam keterberiannya.” Manusia terlahir kemudian menjalani serangkaian peristiwa yang di alaminya di dunia. Sekolah, berteman, menggapai cita-cita, pertikaian, merasakan perasaan sedih, bahagia, kecewa, dan peristiwa yang lainnya merupakan bentuk dari apa yang dinamakan pengalaman. Sebagai manusia yang
mengalami
pengalaman
tersebut
kita
menyadarinya
sehingga
pengalaman yang dirasakan dan dialami dapat disebut sebagai pengalaman. Brand (dalam Brouwer 1988) menegaskan di dalam sebuah pengalaman terdapat alam. Alam ialah pengalaman dan pengalaman primer berarti saya mengalami alam. Jika dunia dilihat secara fenomenologis corak pertama yang muncul bukan dunia atau mengalami dunia, melainkan bentuk dari pengalaman yaitu mengenai diri saya dari dunia, yang berarti kenyataan yang terdapat di dunia selalu muncul sebagai dunia yang saya alami. Segala hal yang kita alami dialami dalam satu perbuatan yaitu perbuatan dari saya. Setiap individu adalah unik dan berbeda satu sama lainnya, keunikan tersebut
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
membuat individu – individu memiliki makna atau nilai personal (Zainal, 2007). Pengalaman merupakan sesuatu yang kita alami dialami dalam suatu perbuatan,
untuk
menjadi
pengalaman
seseorang
harus
menyadari
perbuatannya di dalam alam yang ia alami, kesadaran merupakan satu kesatuan yang membentuk sebuah pengalaman dan keberadaan diri (eksistensi). Bagi Kierkegaard (dalam Zainal, 2000) manusia merupakan makhluk yang memiliki kehendak bebas dan mampu merasa. Manusia pada dasarnya identik dengan kebebasan, setiap manusia menciptakan diri dan dunianya dengan kebebasannya. Sebuah peristiwa dan perilaku manusia tidak selalu ditentukan oleh rasio. Peristiwa dan perilaku yang dipilih manusia seringkali diputuskan menggunakan kebebasan dan emosi spontannya, tetapi kierkegaard juga tidak menyetujui bahwa kebebasan selalu benar sebab kebebasan tidak lepas dengan tanggung jawab, semua keputusan dan kebebasan dalam memilih menjadi bagian dari tanggung jawab manusia untuk menerima seluruh konsekuensinya secara pribadi. Maka dapat disimpulkan bahwa pengalaman merupakan sebuah proses dimana individu merasakan alam, mengalami alam primer yang menunjuk pada diri saya dari dunia yang selalu muncul sebagai dunia yang “kualami” di dalam kehidupan individu. Pengalaman melibatkan proses afektif, kognitif dan psikomotor yang disadari oleh individu. Sebuah peristiwa dapat dikatakan sebagai pengalaman ketika manusia menyadari perbuatannya di alam yang ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
alami, kesadaran merupakan satu kesatuan yang membentuk sebuah pengalaman dan keberadaan diri (eksistensi). Manusia merupakan makhluk yang identik dengan kebebasan sehingga manusia dapat menentukan peristiwa dan perilakunya tidak selalu dengan menggunakan rasio namun manusia dapat menciptakan
dunianya
dengan
menggunakan
kebebasan
dan
emosi
spontannya. Manusia di dalam kebebasannya untuk memilih dan menciptakan dunianya tidak terlepas dari tanggung jawab yang berarti seluruh konsekuensi atas pilihannya menjadi bagian dari tanggung jawab pribadi yang harus diterimanya.
B. Pemaknaan 1. Pengertian Pemaknaan merupakan salah satu bagian penting di dalam pengalaman yang dialami oleh manusia. Tanpa adanya pemaknaan yang dilakukan manusia atas peristiwa yang dialami, hidup seseorang tidak akan memiliki arti sehingga manusia akan meragukan keberadaan dirinya apakah ia benar-benar mengalami alam di dalam pengalamannya. Husserl (dalam Brouwer, 1988) mengungkapkan melalui proses refleksi manusia dapat menemukan makna di dalam dirinya, refleksi menjadi sebuah proses yang memiliki kekuatan untuk benar-benar merasakan secara nyata alam di dalam pengalamannya. Bukan hal yang mudah bagi sebagian manusia untuk dapat menangkap makna dari peristiwa yang di alaminya, Merleau-Ponty (dalam Brouwer, 1988)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
mengungkapkan sebuah teori pengamatan bahwa manusia memalui proses pengamatan terhadap dunianya berarti ia menjadi bagian dari unsur dunia dan bukan unsur di luar dunia, pengamatan merupakan pemaknaan yang membuka pintu menuju ke luar, menytiuasikan diri dan menciptakan makna. Manusia tidak pernah menangkap benda seluruhnya karena benda selalu dilihat dari satu segi saja. Badan dalam teori pengamatan jika dilihat secara fenomenologis merupakan suatu misteri, sebab badan menjadi sebuah medium yang membantu manusia menangkap benda-benda dari hasil pengamatan. Merleau-Ponty berpendapat ketika manusia melihat dan mendengar ia tidak memikirkan apa yang dilihat atau didengarnya, manusia bergaul dengan benda dan hilang dalam badan, badanlah yang tahu lebih banyak dari dunia daripada kesadaran manusia sendiri. Badan menjadi fungsi dari satu eksistensi jasmaniah dalam tingkat prasadar manusia namun juga membantu memberikan makna pada dunia. Manusia tinggal di dalam sebuah lingkungan, berinteraksi kemudian hidup bermasyarakat, proses hidup bermasyarakat menghasilkan beragam pengalaman dan pemaknaan. Manusia di dalam proses refleksi sebuah pengalaman dapat dimaknai berbeda-beda antara satu individu dengan individu lainnya. Manusia merespon pengalaman di dalam hidupnya dengan cara yang berbeda-beda (Lyder, 2004). Berbeda dengan binatang rutinitias kegiatan manusia tidak hanya sekedar memiliki tujuan tetapi terdapat makna, tanpa makna kehidupan manusia tidak akan bersejarah (Koeswanto, 1987).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
Untuk bisa mencapai pemaknaan dalam pengalamannya setiap individu sebelumnya
harus
benar-benar
menyadari
siapa
dirinya
dan
apa
pengalamannya. “Ultimately, man should not ask what the meaning of his life is, but rather he must recognize that it is he who is asked. In a word, each man is questioned by life, and he can only answer to life by answering for his own life; to life he can only respond by being responsible.” (Frankl, 2006) Manusia tidak hanya semata-mata didorong atau terdorong melainkan mengarahkan dirinya sendiri kepada apa yang akan dicapainya, yaitu makna. Manusia memiliki kemampuan alami untuk mempelajari sebuah mekanisme di dunia yang ia tinggali, di dunia yang penuh dengan makna di mana kita memegang berbagai macam hal yang nyata, rasional, berharga atau secara moral benar, dan yang lain tidak. Dunia yang ditinggali manusia merupakan dunia dimana kita menemukan cinta dan kebencian, berjuang untuk mendapatkan keadilan, kekuasaan, dan uang, serta berbagai macam hal lainnya (Sugiman, Gergen, Wagner, & Yamada, 2008). Menurut Frankl (dalam Koesworo, 1987) makna pada pengalaman seseorang memiliki nilai subjektif atau bersifat personal dan unik, karena seatiap individu memiliki pilihan dan caranya sendiri dalam menciptakan makna di dalam hidupnya, serta hidup atau keberadaan setiap individu adalah unik. Makna hidup bersifat personal, tunggal, dan unik, hanya individu seoranglah yang bisa merasakan atau mengalami, apakah kehidupannya bermakna atau tidak, apa makna hidup tersebut bagi dirinya. Frankl (dalam Koesworo, 1987) menyimpulkan hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
dapatbermakna melalui tiga jalan, yaitu : pertama, melalui apa yang kita berikan kepada hidup (disebut kerja kreatif). Kedua, melalui apa yang kita ambil dari hidup (menemui keindahan, kebenaran, cinta). Ketiga, melalui sikap yang kita berikan terhadap ketentuan atau nasib yang tidak bisa kita rubah. Dapat disimpulkan oleh peneliti, bahwa makna merupakan salah satu bagian penting di dalam sebuah pengalaman manusia. Sebagaimana tanpa adanya pemaknaan oleh manusia mengenai peristiwa di dalam alam yang ia alami, hidup manusia menjadi tidak berarti. Melalui proses refleksi manusia dapat menemukan makna mengenai peristiwa-peristiwa di dalam hidupnya, refleksi memiliki kekuatan untuk benar-benar merasakan secara nyata alam pengalamannya. Pengalaman manusia bersifat personal karena di dalamnya mengandung subjektifitas dan keunikan yang disebabkan oleh cara tiap manusia dalam menciptakan makna dalam pengalamannya bermacam-macam, pengalaman manusia sendiri dapat menjadi sejarah karena adanya makna atas pengalaman tersebut. Sebelum manusia mampu mencapai pemaknaan atas pengalamannya ia harus memiliki kesadaran akan peristiwa di dalam alam yang ia alami dan badan dapat menjadi media pengamatan peristiwa-peristiwa di luar dunia serta membantu manusia menangkap makna di dalam hidupnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
C. Narapidana 1. Pengertian Bab I tentang Ketentuan Umum Pasal 1 (dalam Djisman, 2012) narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di lembaga pemasyarakatan.
D. Residivis 1. Pengertian Proporsi dari kelompok tertentu (misal narapidana yang dibebaskan) yang berada dalam kategori negatif (misal ditahan ulang ; dihukum ulang) dalam periode waktu tertentu (misal 3 tahun semenjak waktu pembebasan). Hoffman dan Stome – Meierhoefer 1980(dalam Adami, 2012). Teguh (2010) menyebutkan pengulangan kejahatan yang dimaksudkan dilakukan oleh narapidana kategori reisidivis yaitu : a. Seseorang yang pernah melakukan kejahatan b. Suatu kejahatan sudah dijatuhi hukuman dan sudah dijalani c. Kemudian ia mengulangi kembali perbuatan kejahatan (bisa dengan jenis kejahatan yang berbeda). d. Maka pengulangan ini dapat dipergunakan sebagai dasar pemberatan hukuman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
Jenis kejahatan berulang yang dilakukan narapidana kategori residivis yang dapat digunakan sebagai dasar pengulangan diatur dalam Pasal 486, Pasal 487, dan Pasal 488 KUHP sebagai berikut (Teguh, 2012) : a. Pasal 486 : kejahatan yang dilakukan dengan perbuatanperbuatan: 1) Dengan maksud untuk mencari keuntungan yang tidak layak. 2) Yang menggunakan tipu muslihat. b. Pasal 487 : kejahatan yang dilakukan dengan perbuatanperbuatan: 1) Terhadap badan dan jiwa seseorang. 2) Kekerasan terhadap seseorang. c. Pasal 488 : kejahatan yang dilakukan dengan perbuatan-perbuatan yang bersifat penghinaan.
Teguh (2012) menyimpulkan seorang narapidana dapat dikategorikan residivis jika : a. Kejahatan yang pertama dilakukan harus sudah dijatuhi hukuman oleh pengadilan. b. Putusan yang mengandung hukuman tersebut harus mempunyai kekuatan akhir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
c. Hukuman tersebut harus sudah dijalankan baik seluruhnya maupun sebagian, atau sejak hukuman tersebut dihapuskan. d. Jangka waktu antara saat kejahatan yang dilakukan dan saat hukuman yang dijatuhkan terhadap kejahatan pertama yang telah selesai dijalani, belum lampau lima tahun. e. Jenis hukuman harus merupakan hukuman penjara menurut ketentuan Pasal 486 dan 487 sedangkan Pasal 488 tidak menentukan jenis hukuman tertentu.
Pihak Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (dalam Muhammad, 2013), menetapkan masa tenggang waktu patokan keberhasilan pembinaan, adalah 2 tahun. Jika seorang narapidana melakukan kejahatan dan dihukum ulang dalam waktu masa tenggang tersebut maka ia dikategorikan sebagai residivis. Sebaliknya bila kembalinya bekas narapidana terpenjara ke dalam proses penghukuman setelah masa tenggang maka ia dikategorikan sebagai nonresidivis. Seseorang tidak dapat dengan mudah disebut sebagai residivis, harus ada beberapa kriteria seperti jenis kejahatan yang dilakukan diatur dan ditetapkan KUHP dalamPasal 486, Pasal 487, dan Pasal 488 KUHP. Seorang yang melakukan tindakan kejahatan ulang dalam periode waktu tertentu yang sudah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, bahwa seseorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
dapat dikategorikan sebagai residivis jika seorang narapidana melakukan kejahatan dan dihukum ulang dalam waktu masa tenggang 2 tahun. E. Kejahatan 1. Pengertian Kejahatan merupakan suatu nama yang diberikan kepada orang-orang tertentu atas perbuatan jahat yang mereka lakukan. Pengertian kejahatan sendiri bersifat relatif, bagi orang satu dengan orang lainnya bisa berbeda. Bagi beberapa orang sebuah pengertian kejahatan menjadi relatif, karena setiap orang membawa nilai-nilai dan sudut pandang yang berbeda. Kejahatan memiliki 3 pengertian dengan persepktif yang berbeda, yaitu a. Pengertian secara praktis; b. Pengertian secara religius; dan c. Pengertian secara yuridis. a. Pengertian secara praktis Di dalam masyarakat terdapat beberapa jenis norma, yaitu norma agama, kebiasaan, kesusilaan, dan norma yang berasal dari adat istiadat. Jika ada pelanggaran atas norma tersebut masyarakat atau orang perorangan akan memunculkan suatu reaksi, reaksi yang dimunculkan bisa berupa hukuman, cemoohan atau pengucilan. Cara tersebut sering digunakan oleh masyarakat untuk membedakan antara perbuatan tersebut terpuji atau perbuatan tersebut tidak terpuji. Perbuatan-perbuatan wajar atau sesuai dengan norma dan moral masyarakat disebut sebagai “kebaikan”, sedangkan perbuatan tidak wajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
disebut “kejahatan”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian secara praktis adalah suatu pengertian yang merupakan campur bauran arti kejahatan dari bermacam-macam norma sebagaimana telah peneliti sebutkan tadi. Sebagai contoh kasus seperti seorang guru yang kejam menurut ukuran murid, dapat dicap oleh murid-muridnya sebagai seorang guru yang jahat. Hal ini menunjukkan bahwa setiap orang dapat mengartikan satu buah perbuatan dengan sudut pandang yang berbeda-beda. b. Pengertian secara yuridis Menurut kata-kata Utrecht (dalam Bawengan, 1977), bahwa: “Kejahatan adalah perbuatan karena sifatnya bertentangan dengan nilai moral, nilai agama, dan rasa keadilan masyarakat, sedangkan pelanggaran adalah perbuatan yang bertentangan dengan ketertiban hukum.” Pengertian kejahatan menurut Soejono (dalam Bawengan, 1977) adalah nama atau sebutan yang diberikan kepada salah satu jenis perbuatan melanggar hukum dan merugikan orang lain yang dilakukan oleh seseorang dan perbuatan tersebut memiliki ciri-ciri yang bersifat nampak atau dapat dirasakan. Kejahatan sebagai perbuatan manusia dapat diartikan dengan beberapa segi perpsektif, yang meliputi : 1. Kejahatan dilihat dari segi sosiologis Sosiologis sendiri merupakan definisi darisebuah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala dalam pergaulan hidup sebagaimana adanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
Jika kejahatan dilihat melalui segi sosiologis maka kejahatan merupakan salah satu jenis gejala sosial yang berkenaan dengan individu atau masyarakat dan memiliki ciri yaitu dapat dirasakan oleh masyarakat. Sedangkan menurut W.A. Bonger (dalam Soejono, 1977) kejahatan merupakan perbuatan yang imoril dan a sosial, yang tidak dikehendaki oleh kelompok pergaulan yang bersangkutan dan secara sadar ditentang oleh pemerintah. Rumusan arti kejahatan menurut Paul Mudigio Moeliono (dalam Soejono,1977) kejahatan adalah perbuatan manusia yang merupakan pelanggaran norma yang dirasakan merugikan, menjengkelkan sehingga tidak boleh dibiarkan. 2. Kejahatan dilihat dari segi psikologis Secara
psikologis
kejahatan
adalah
perilaku
manusia
yang
dicerminkannya dalam masyarakat dan berhubungan dengan kegiatan kejiwaan individu atau beberapa individu yang bersangkutan, yang mana perilaku tersebut tidak selaras dengan kehendak pergaulan hidupnya yang telah dituangkan dalam norma-norma pergaulan yang bersangkutan. Dapat dikatakan kejahatan merupakan suatu perbuatan yang tidak selaras dengan norma. Kejahatan yang dilakukan individu tersebut dapat disebabkan oleh beberpa faktor kemungkinan, meliputi : 1. Oleh faktor-faktor psikopathologis, yaitu a) Menderita gangguan kejiwaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
b) Yang belum sampai mengalami gangguan kejiwaan, tetapi tedapat kelainan-kelainan kejiwaan karena kondisi I.Q-nya dan sebagainya. 2. Adanya dorongan dan secara sadar menyetujui perbuatan melanggar undang-undang, yaitu yang dilakukan oleh orangorang yang melakukan perbuatan-perbuatan pelanggaran hukum secara professional. 3. Adanya faktor-faktor sosial yang langsung mempengaruhi individu atau kelompok sehingga yang bersangkutan mengalami kesulitan kejiwaan, yaitu yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi sosial yang hadapinya. Dapat ditarik kesimpulan melalui beberapa pengertian dari berbagai perspektif mengenai kejahatan yang disebutkan di atas, bahwa kejahatan merupakan suatu perbuatan yang melanggar nilai-nilai umum masyarakat dan sifatnya merugikan orang lain, suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai sebuah kejahatan, telah dirumuskan di dalam kitab perundang-undangan di Indonesia yang disebut KUHP. 3. Penjelasan Kejahatan Dilakukan oleh Laki-laki Connell (dalam Heidensohn, 2006) mengungkapkan pada konsep patriarki, dominasi, penindasan, dan eksploitasi, laki-laki dianggap lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
memiliki kuasa daripada perempuan.
Pada konstruksi sosial patriarki,
maskulinitas merupakan hal yang penting namun tidak semua laki-laki berhasil dalam menunjukkan sisi maskulin melalui kegiatan yang positif seperti kegiatan olahraga dan pekerjaan profesional. Menurut Messerchmidt dalam kutipannya : “Young men situationally accomplish public forms of masculinity in response to their socially structured circumstances … varieties of youth crime serve as a suitable resource for doing masculinity when other resources are unavailable.” (Messerschmidt dalam David 2007)
Kejahatan (contoh: kekerasan yang bersifat agresi) menjadi salah satu alat pengganti untuk dapat memunculkan dan memenuhi sisi maskulin. Connell (dalam Heidensohn, 2006) menjelaskan maskulinitas tidak semudah itu dapat dilabelkan hanya pada kaum laki-laki atau sebaliknya pada kaum wanita. Laki-laki dan wanita sama-sama dapat memiliki sisi maskulin. Maskulinitas sendiri tidak statis dan dapat berubah-ubah seiring berjalannya waktu. Masyarakat menempatkan laki-laki dalam konstruksi sosial di masyarakat sebagai sosok yang memiliki kuasa lebih. Maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki sisi maskulin. Maskulinitias bagi laki-laki menjadi sangat penting dan seringkali berusaha untuk ditonjolkankarena laki-laki berada pada konstruksi budaya yang oleh masyakarakat sudah dibangun sejak lama, yaitu budaya patriarki, dimana laki-laki lebih memiliki dominasi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
kuasa lebih daripada perempuan. Maskulinitas tersebut dimunculkan dalam bentuk domninasi dan kuasa. Sehingga pada laki-laki sisi maskulin merupakan hal yang penting untuk menunjukkan jati diri dan dominasinya. 4. Penjelasan psikologis atas kejahatan Yochelson (seorang psikiater) dan Samenow (seorang psikolog) (dalam Santoso, 2004) di dalam bukunya The Criminal Personality menolak klaim para psikoanalisis bahwa kejahatan muncul karena disebabkan oleh konflik internal, keduanya menemukan bahwa kejahatan juga dapat dipengaruhi dan disebabkan oleh pola pikir abnormal yang membuat para pelaku kejahatan memutuskan untuk
melakukan kejahatan.
Yochelson
dan Samenow
mengidentifikasikan sebanyak 52 pola berpikir yang umumnya ada pada penjahat yang telah mereka teliti, keduanya berpendapat para penjahat tersebut adalah orang yang “marah”, merasa diri superior, mempunyai harga diri yang sangat melambung, dll. Ketika seseorang dengan harga diri yang tinggi diserang harga dirinya, ia akan bisa memberikan reaksi yang sangat kuat dan sering berupa kekerasan. Meskipun tidak semuanya, namun berkisar antara 20 hingga 60 persen warga binaan lembaga pemasyarakatan mengalami satu tipe mental disorder (kekacauan mental). Mental disorder yang biasanya dimiliki oleh para warga binaan yaitu kepribadian
psychopathy atau antisocial personality.
Kepribadian psikopati dan antisosial saling berhubungan, namun sama sekali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
tidak identik. McCor dan McCord (dalam Kring, 2012) menyimpulkan, berdasarkan kajian literatur, penyebab utama seseorang memiliki perilaku psikopati adalah kurangnya afeksi dan penolakan berat oleh orang tua. Myers, Stewart, & Brown (dalam Kring, 2012) mengungkapkan Lebih dari 60% anak-anak yang mengalami gangguan tingkah laku di kemudian hari menjadi gangguan kepribadian antisosial. Orang dewasa yang mengalami gangguan kepribadian antisosial menunjukkan perilaku tidak bertanggung jawab dan antisosial dengan bekerja secara tidak konsisten, melanggar hukum, mudah tersinggung dan agresif secara fisik, tidak mau membayar utang, dan sembrono, serta ceroboh. Dari paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kejahatan tidak hanya semata-mata karena faktor internal namun karena memiliki pola pikir yang abnormal seperti merasa diri superior dan memiliki harga diri yang tinggi. Selain itu yang menjadi penyebab seseorang melakukan kejahatan adalah karena adanya gangguan mental. 5. Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kejahatan Beberapa aspek sosial yang oleh Kongres PBB ke-8 Tahun 1990 di Havans, Cuba, diidentifikasikan sebagai faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan khususnya dalam “Urban Crime”, antara lain disebutkan di dalam dokumen A/CONF.144/L.3 sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
a. Kemiskinan,
pengangguran,
ketiadaan/kekurangan
perumahan
kebutahurufan yang
layak
(kebdohan), dan
sistem
pendidikan serta latihan yang tidak cocok/serasi. b. Meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai prospek (harapan) karena proses integrasi sosial, juga karena memburuknya ketimpangan-ketimpangan sosial. c. Mengendurnya ikatan sosial dan budaya. d. Keadaan-keadaan/kondisi yang menyulitkan bagi orang-orang yang beremigrasi ke kota-kota atau ke negara-negara lain. e. Rusaknya atau hancurnya identittas budaya asli, yang bersamaan dengan
adanya
rasisme
kerugian/kelemahan
di
dan
bidang
diskriminasi sosial,
menyebabkan
kesejahteraan,
dan
lingkungan pekerjaan. f. Menurun atau mundurnya (kualitas) lingkungan perkotaan yang mendiringa peningkatan kejahatan dan berkurangnya (tidak cukupnya)
pelayanan
bagi
tempat-tempat
fasilitas
lingkungan/bertetangga. g. Kesulitan-kesulitan bagi orang-orang dalam masyarakat modern berintegrasi
sebagaimana
masyarakatnya,
di
mestinya
lingkungan
di
dalam
lingkungan
keluarga/familinya,
pekerjaannya atau di lingkungan sekolahnya.
tempat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
h. Penyalahgunaan
alkohol,
obat
bius,
dan
lain-lain
yang
pemakainnya juga diperlua karena faktor-faktor yang disebut diatas. i. Meluasnya akttifitas kejahatan yang terorganisasi, khususnya perdagangan obat bius dan penadahan barang-barang curian. j. Dorongan-dorongan (khususnya oleh mass media) mengenai ideide dan sikap-sikap yang mengarah pada tindakan kekerasan, ketidaksamaan (hak), atau sikap-sikap tidak toleran (intolerasnsi).
Dengan ini disimpulkan bahwa penyebab munculnya tindakan kejahatan adalah karena adanya faktor internal, faktor yang berasal dari dalam diri yaitu adanya gangguan kejiwaan bawaan seperti psychopathy atau antisocial personality, adanya beberapa pola pikir yang terdistorsi, dll. Selain itu tindakan kejahatan muncul karena adanya faktor eskternal yang ikut mempengaruhi seseorang, antara lain : minuman beralkohol dan penggunaan obat-obatan narkotika, lingkungan tempat tinggal yang kurang maju, kurangnya ikatan sosial, dorongan-dorongan megenai ide-ide dan sikap-sikap kekerasan, dan sulitnya seseorang untuk berintergrasi dengan lingkungannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
F. Pengalaman kejahatan 1. Pengertian Pengalaman kejahatan merupakan sebuah proses dimana individu merasakan alam primer yang merujuk pada kesayaan dari dunia yang muncul sebagai dunia yang “kualami”. Alam yang dialami adalah perbuatan – perbuatan yang melanggar nilai-nilai umum masyarakat yang sifatnya merugikan orang lain. Seseorang memutuskan untuk berkomitmen dengan dunia kejahatan bukan merupakan sebuah kebetulan, ada alasan yang melatarbelakangi seseorang
kemudian
memilih
melakukan
tindakan
kejahatan.
Paul
Brantingham and Patricia Brantingham (2008) mengungkapkan terdapat proses pendahulu sebelum individu memutuskan untuk melakukan tindakan kriminal, individu tersebut memiliki aktifitas non-kriminal yang kemudian dapat ikut membantu seseorang menciptakan sebuah keputusan yang berhubungan dengan aktifitas kriminal. Dalam suatu aktifitas yang dilakukan seseorang akan dihadapkan pada sebuah keputusan, keputusan dalam beraktifitas tersebut membentuk suatu pola rutinitas yang kemudian berubah menjadi kegiatan regular. Aktifitas regular kemudian membentuk suatu pola abstrak. Pada konteks keputusan berkomitmen pada kegiatan kriminal hal ini disebut sebagai crime template. Brantingham & Brantingham, Cornish &Clarke,
Cromwell
(dalam
Wortley,
2008)
mengatakan
bahwa
pengembangan sebuah keputusan rutin, baik kriminal maupun kriminal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
melibatkan serangkaian identifikasi keputusan-keputusan yang bekerja. Hal yang mempengaruhi keputusan tidak selalu sesuai dengan standar optimal yang objektif, yang utama adalah cukup sesuatu yang diinginkan dapat terpenuhi. Selain itu, Cusson (dalam Wortley, 2008) mengatakan bahwa sebuah kejahatan dapat dipicu oleh kemarahan, dendam, atau kebutuhan merasakan sensasi yang sifatnya berbahaya, sama halnya seperti kebutuhan akan ekonomi atau emosional. Dapat disimpulkan bahwa seseorang memilih untuk melakuan tindakan kejahatan selalu didasari oleh adanya serangkaian keputusan-keputusan yang mendukung pengambilan keputusan tersebut. Bukan semata-mata tanpa disengaja, namun keputusan melakukan kejahatan merupakan keputusan yang cukup disadari oleh individu yang bersangkutan.
G. Lembaga Pemasyarakatan 1. Fungsi Bertujuan
untuk
melakukan
pembinaan
bagi
warga
binaan
pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan dan cara pembinaan sebagai bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam sistem peradilan pidana. Di dalam Lembaga Pemasyarakatan telah dipersiapkan berbagai program pembinaan bagi narapidana yang disesuaikan dengan tingkat pendidikan, jenis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
kelamin, agama dan jenis tindak pidana yang dilakukan narapidana tersebut. Kemudian program pembinaan bagi para narapidana disesuaikan juga dengan lama hukuman yang akan dijalani para narapidana dan anak didik, agar mencapai sasaran yang telah ditetapkan, yaitu agar mereka menjadi warga negara yang baik di kemudian hari dan nantinya diharapkan dapat ikut membangun bangsa. Selain itu, Lembaga Pemasyarakatan sebagai instansi terakhir dalam pembinaan narapidana, membantu memulihkan kondisi warga binaan pada konisi sebelum melakukan tindak pidana dan melakukan pembinaan di bidang kerohanian dan keterampilan seperti pertukangan, menjahit,
dan
lain
sebagainya.
Lembaga
pemasyarakatan
harus
mempertingkan hak dan kepentingan narapidana (warga binaan yang bersangkutan). Berdasarkan
undang-undang
Nomor
12
Tahun
1995
tentang
Pemasyarakatan harus dilaksanakan berdasarkan asas : a. Pengayoman b. Persamaan perlakuan dan pelayanan c. Pendidikan d. Pembimbingan e. Penghormatan harkat dan martabat manusia f. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
g. Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang-orang tertentu
Secara umum fungsi dari lembaga pemasyarakatan adalah untuk membina warga binaan dan memperbaiki kualitas perilaku serta moral yang sebelumnya telah salah, sehingga ketika keluar ia bisa berguna bagi nusa bangsanya. Lama dari suatu pembinaan diberikan sesuai dengan lama hukuman pidana penjara yang dijatuhkan oleh hakim kepada seorang narapidana sesuai dengan bobot kejahatannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Paradigma dan Pendekatan Penelitian Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Penelitian Kualitatif dengan pendekatan Analisis Fenomenologi Interpretatif, dengan mengolah data berupa transkrip wawancara. Data yang diambil berbentuk transkrip wawancara dan rekaman suara. Van Kaam (dalam Hall, 1993) merumuskan paradigma fenomenologi “Sebagai
paradigma
dalam
ilmu
psikologi
yang
berusaha
untuk
menyingkapkan dan menjelaskan gejala-gejala tingkah laku sebagaimana gejala-gejala tingkah laku tersebut mengungkapkan dirinya secara langsung dalam pengalamannya. Moustakes, 1994 (dalam Creswell, 2013) mengatakan bahwa melalui pemahaman dari pengalaman-pengalaman hidup manusia menjadikan filsafat fenomenologi sebagai suatu metode penelitian yang prosedur-prosedurnya mengharuskan peneliti untuk dapat mengkaji sejumlah informan dengan terlibat secara langsung dan relatif membutuhkan waktu yang lebih panjang di dalamnya untuk mengembangkan pola-pola dan relasirelasi makna. Pendekatakan analisis fenomenologi interpretatif merupakan sebuah metode yang bertujuan untuk mempelajari bagaimana individu memaknai pengalaman hidup utama mereka (Smith, 2009). Metode analisis fenomenologi interpretatif secara khusus melihat bagaimana sebuah
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
pengalaman bisa menjadi sangat penting atau signifikan pada diri individu, sehingga tidak untuk mencari kebenaran mutlak tetapi pada hakekatnya untuk mencari pemahaman dari hasil observasi dan analisis secara mendetail mengungkap pemaknaan dari pengalaman hidup pada beberapa informan yang masih
berstatus
sebagai
narapidana
kategori
residivis
di
lembaga
pemasyarakatan. Bagaimana individu tersebut kemudian membuat sebuah keputusan di dalam hidupnya untuk berkomitmen dengan dunia kejahatan.
B. Fokus Penelitian Fokus pada penilitan ini adalah analisis mengenai pengalaman hidup signifikan dan berusaha menangkap pola-pola pengalaman yang serupa pada narapidana kategori residivis. Peneliti mencoba menggali lebih dalam mengenai alam pengalaman dari masing-masing residivis. Masing-masing residivis berasal dari berbagai macam latar belakang kehidupan yang berbedabeda, seperti budaya, tempat tinggal, lingkungan sosial, pendidikan, dll, sebagaimana mungkin dapat menjadi salah satu faktor yang berpengaruh pada perilaku, pola pikir, dan pandangan para residivis.
C. Informan Penelitian Mengacu pada tujuan yang sudah dipaparkan, Informan pada penelitian ini adalah seorang narapidana aktif dengan kategori residivis yang berjumlah empat orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
D. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Wawancara semi-terstruktur Model
wawancara
semi-terstruktur
merupakan
jenis
wawancara dengan membangun suasana yang nyaman antara pewawancara dengan yang diwawancarai untuk membantu mengumpulkan informasi yang mendalam. Jenis pertanyaannya bersifat terbuka sehingga yang informan yang diwawancarai tidak merasa dibatasi (Smith, 2009). Pertanyaan dan jawabannya berjalan seperti pembicaraan biasa dalam kehidupan sehari-hari. Pada penelitian ini peneliti berusaha senatural mungkin mengikuti keadaan informan pada saat sesi wawancara, wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui komunikasi langsung antara informan dan peneliti untuk mengetahui hal-hal awal mengenai masalah maupun hal-hal yang lebih mendalam. Peneliti juga menggunakan panduan wawancara untuk membatasi pertanyaan agar tetap sesuai dengan tujuan penelitian. Panduan wawancara ini juga berfungsi untuk memudahkan peneliti melihat kembali aspek apa saja yang harus dibahas, sekaligus menjadi daftar pengecek (checklist) apakah aspek-aspek relevan yang dibahas telah lengkap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
Pengumpulan data dilakukan dengan instrumen penelitian berupa tape recorder dan buku catatan. Alat ini digunakan untuk membantu merekam seluruh isi wawancara secara lengkap dan menyeluruh. Sebelumnya peneliti akan meminta ijin kepada informan untuk kesediaannya berpartisipasi dalam penelitian kemudian diwawancarai dan direkam dengan menggunakan instrumen tape recorder serta dalam informed consent, peneliti menjamin kerahasiaan wawancara dan akan memberikan salin pembicaraan ini untuk diperbaiki, diubah atau ditambah sesuai persetujuan yang diberikan oleh informan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
Tabel 1 Panduan Pertanyaan Wawancara 1. Biodata informan. 2. Bagaimana anda menceritakan pengalaman hidup anda? 3. Bagaimana anda memaknai pengalaman hidup anda? *Jika muncul cerita berkaitan dengan perilaku kejahatan maka pertanyaan selanjutnya : 1. Bagaimana lingkungan tempat tinggal anda? 2. Mengapa anda melakukan perbuatan tersebut? 3. Adakah perasaan tertentu ketika melakukan perbuatan tersebut? 4. Ini sudah bukan yang pertama untuk anda, bagaimana ceritanya anda bias kembali melakukan kejahatan? 4. Bagaimana perasaan anda?
E. Pedoman wawancara Penyusunan pedoman wawancara berdasarkan dari tujuan penelitian yang sudah dipaparkan, yaitu pengalaman yang dimulai saat para narapidana masih kecil hingga saat mereka diwawancarai. Peneliti mencoba melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
pendekatan/ probbing untuk membangun rasa percaya antara peneliti dengan informan kemudian secara natural masuk dan menggali ke dalam pengalaman kejahatan para informan.
F. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis fenomenologi interpretatif.
G. Prosedur Analisis Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis fenomenologi interpretatif (Smith, 2009), dilakukan prosedur analisis data dengan beberapa modifikasi yang dilakukan oleh peneliti untuk mencapai kesimpulan dengan melakukan langah-langkah berikut : Step 1 : Reading and re-reading Mempelajari
transkrip
dengan
membaca
berulang-ulang
untuk
memahami dunia pengalaman informan dan menangkap hal-hal yang penting. Step 2 : Initial noting Mempelajari
semantic content dan bahasa di dalam transkrip,
Mempelajari dan memahami dunia informan, mendeskripsikan hal-hal yang penting bagi mereka (relasi, proses, tempat, peristiwa, nilai, dan prinsip) dan makna dari hal-hal tersebut bagi mereka. Memberikan komentar terkait
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
dengan transkrip yang berisi hal-hal yang penting di dalam exploratory comments. Step 3 : Developing emergent themes Menjaga kompleksitas dalam hal pemetaan yang saling berkaitan, terkoneksi, dan memiliki pola antara catatan dengan exploratory comments. Step 4 : Searching for Connections across emergent themes 1. Transcription Mem-verbatim-kan (kata perkata) hasil rekaman wawancara menjadi sebuah transkrip 2. Abstraction Melakukan abstraksi dari hasil verbatim yang berbentuk transkrip asli untuk mengidentifikasi tema-tema yang muncul, kemudian berkembang menjadi „super-ordinate theme’ / tema-tema besar setelah melakukan clustering. 3. Contextualitation Melakukan kontekstualiasi guna melihat hubungan antara tematema yang muncul dengan saat-saat naratif tertentu milik informan. 4. Numeration Menghitung frekuensi banyaknya tema sejenis yang muncul dan menyatukan tema-tema yang sejenis dari hasil analisis transkrip 5. Clusteration
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
Setelah menemukan tema-tema pada transkrip kemudian peneliti melakukan clustering / klasifikasi pada tema-tema yang sejenis. Tema-tema yang sejenis diklasifikasikan dan berkembang menjadi „super-ordinate theme’ atau tema-tema besar, „super-ordinate theme’ kembali ditinjau ulang untuk diklasifikasikan dengan melihat pola-pola psikologis yang sejenis dengan lebih mendetail sehingga membentuk sebuah tema besar utama atau master theme.
H. Kualitas Penelitian Penelitian ini menggunakan kerangka garis besar yang disusun oleh Yardley (dalam Smith, 2008), untuk membantu mendemonstrasikan kualitas dari penelitian ini, langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut : 1. Sensitivity to context
Menggunakan teori-teori yang relevan dan empiris
Setting sesuai dengan keadaan sosial
Menggunakan sudut pandang informan
2. Commitment and rigour
Pengumpulan data yang menyeluruh
Analisis yang mendalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
Kemampuan secara metodologi
Keterlibatan mendalam dengan topik
3. Coherence and transparency
Kejernihan dan kekuatan argumentasi (keselarasan dengan teori, pertanyaan penelitian, metode yang digunakan, dan interpretasi data)
Sesuai dengan teori dan metode yang digunakan
Penyajian data dan penggunaan metode yang transparan
Refleksi (untuk menghindari adanya pengaruh dari peneliti terhadap kualitas penelitian)
4. Impact and importance
Berguna secara praktis
Berdampak pada fenomena sosial budaya
Menguatkan dan menambahkan beberapa teori terkait
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian Secara Keseluruhan Pelaksanaan penelitian dimulai dari pengurusan administrasi perijinan ke Kantor Kebangsaan dan Kantor Dinas Sosial untuk mendapatkan surat ijin penelitian yang nantinya diberikan ke kantor Wilayah Kementrian Hukum dan Ham untuk mendapatkan surat rekomendasi serta ijin untuk bisa melakukan penelitian ke Lapas Kelas II B Cebongan, Sleman. Pencarian informan langsung dilakukan pada hari Rabu, 18 Maret 2015, yang berlokasi di Lapas Kelas II B Cebongan, Sleman. Informan penelitian memiliki status sebagai narapidana dengan kategori residivis. Metode yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data adalah dengan menggunakan model wawancara semi-terstruktur yang merupakan jenis wawancara dengan membangun suasana yang nyaman antara pewawancara dengan yang diwawancarai untuk membantu mengumpulkan informasi yang mendalam. Jenis pertanyaan yang digunakan bersifat terbuka sehingga memberikan kenyamanan dan kebebasan bercerita kepada informan yang diwawancarai (Smith, 2009). Panduan wawancara digunakan peneliti sebagai upaya untuk menjaga arah wawancara agar tidak melebar dan tetap
43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
sesuai degan tujuan penelitian. Panduan wawancara ini juga berfungsi untuk memudahkan peneliti melihat kembali aspek apa saja yang harus dibahas, sekaligus menjadi daftar pengecek (checklist) apakah aspek-aspek relevan yang dibahas telah lengkap. Kemudian instrumen yang digunakan penliti untuk mengumpulkan data adalah tape recorder dan buku catatan. Sebelum dimulai sesi wawancara, peneliti memberikan informed consent sebagai bukti kesediaan dan persetujuaan informan dalam penelitian ini. Pada hari Rabu, 18 Maret 2015 dilaksanakan 2 sesi wawancara sekaligus terhadap dua informan. Wawancara dilaksanakan di halaman dalam lapas Sleman. Wawancara yang pertama ini sebelumnya terdapat 3 calon informan, namun pada salah satu narapidana menolak untuk menjadi informan setelah diberikan informed consent. Wawancara yang ke dua dilakukan pada hari Selasa, 12 Mei 2015, dilakukan 2 sesi sekaligus terhadap dua informan, wawancara yang kedua dilaksanakan di dalam kantor lapas Sleman karena terdapat evaluasi oleh peneliti terhadap wawancara yang pertama. Sesi wawancara dimulai dengan perkenalan peneliti terhadap informan, peneliti juga menyampaikan tujuan penelitian yang dilakukan, kemudian peneliti meminta kesediaan informan dengan menyerahkan informed consent. Informed consent berisi mengenai tujuan penelitian, pernyataan dari peneliti atas kerahasiaan informasi yang diberikan informan dan pernyataan kesetujuan informan berkontribusi dalam penelitian. Setelah informan menandatangani informed consent, peneliti memulai dengan rapport untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
membangun rasa percaya dan perasaan nyaman antara informan dan peneliti. Peneliti melakukan pembicaraan ringan dengan seputar biodata dan perbincangan umum. Selain itu, peneliti menyiapkan panduan wawancara agar isi wawancara tetap sesuai dengan aspek yang diteliti. Setiap informan diminta untuk menceritakan pengalaman tentang kehidupannya baik sebelum melakukan kejahatan sampai ketika setiap informan memilih melakukan tindakan kejahatan.
B. Profil Informan Penelitian Tabel 1 Identitas Informan Informan 1
Informan 2
Informan 3
Informan 4
Inisial
V
S
B
R
Jenis Kelamin Asal Kota
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Yogyakarta
Pekalongan
Yogyakarta
Yogyakarta
Tempat Tanggal lahir Umur
Badran, 26 November 1993
Kricak, 1 Juni 1979
Purwokerto, 9 April 1991
22 tahun
Batang, 19 November 1975 39 tahun
37 tahun
24 tahun
Status
Duda
Kawin
Kawin
Lajang
Pekerjaan
Montir bengkel motor
Sopir
Sopir
Montir bengkel motor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
Tabel 2 Pelaksanaan Wawancara KETERANGAN
Informan I
Informan II
Informan III
Informan IV
TEMPAT
HARI, TANGGAL
WAKTU
Lapas II B Cebongan, Sleman Lapas II B Cebongan, Sleman
Rabu, 18 Maret 2015
10.30 – 11.00 WIB
Rabu, 18 Maret 2015
11.00 – 12.30 WIB
Lapas II B Cebongan, Sleman Lapas II B Cebongan, Sleman
Selasa, 12 Mei 2015
10.25 – 11.15 WIB
Selasa, 12 Mei 2015
11.25 – 12.00 WIB
C. Hasil Analisis 1. Informan I ( inisial V, 22 ) Melihat paparan informan I (22), tindakan-tindakan kejahatan yang dilakukannya dapat disimak dari ketiga hal yang meliputi motif, lingkungan dan jenis tindakannya. Dinamika ketiga hal tersebut tidak dapat dipisahkan atau dilihat sebagai bagian-bagian yang terpisah. Secara keseluruhan komponen di dalam pengalaman informan I (22) terdiri atas pengalaman psikologis (emosi, pikiran, dll) yang saling berkaitan. Peneliti akan mengkonstruksikan kembali agar mudah dipahami mengenai apa yang sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
diceritakan oleh informan I (22) seputar pengalaman kejahatannya dari awal melakukan aksi kejahatan hingga saat informan I di wawancarai. Informan I (22) di umurnya yang masih sangat muda mengalami sebuah peristiwa yang tidak menyenangkan, peristiwa yang membuatnya stress dan marah. Informan I (22) mulai menyalahkan perceraian kedua orang tuanya sebagai awal permasalahan ia mulai masuk ke dalam dunia kejahatan, mulai bergaul dengan orang-orang yang memberikan pengaruh negatif sehingga kehidupannya menjadi semakin liar seiring bertambah dekatnya ia dengan teman-temannya. Perceraian kedua orang tuanya memberikan dampak yang besar kepada perubahan hidupnya, pengalaman yang tidak menyenangkan tersebut direpresi informan I (22) dengan cara dilupakan dan tidak dihiraukan secara ia tidak sadari. Seperti kehilangan arah dan tidak memiliki prinsip, informan I (22) terus menerus mencari kesenangan-kesenangan untuk membuatnya keluar dari perasaan penat. Hal ini diungkapkan informan I (22) dalam kutipannya sebagai berikut : “Saya mulai bekerja kaya gini tu, dari orang tua, karena orang tua saya pisah. Sejak umur berapa ya? Lupa mbak.. Liburan.. refreshing.” (Informan 1, 96-97, 111, 179) Kutipan “Saya mulai bekerja kaya gini tu, dari orang tua, karena orang tua saya pisah.” Adanya penekanan nada di akhir kalimat. Menunjukkan nuansa kemarahan dalam diri informan I (22) atas keadaan yang kurang nyaman, kemudian menyalahkan keadaan “dari orang tua, karena orang tua saya pisah.” yang membuatnya menjadi seperti sekarang. Kemudian kutipan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
”Sejak umur berapa ya? Lupa mbak..” diucapkan informan I (22) dengan gaya tak acuh seolah seperti dilupakan secara tidak sengaja. Melalui kutipan tersebut peneliti menangkap informan I (22) berusaha merepresi pengalaman perceraian kedua orang tuanya. Pengalaman yang kurang menyenangkan tersebut mendorong informan I (22) untuk terus mencari kesenangan, adanya unsur kepenatan dalam diri informan I (22), melalui kutipan ini disampaikan : “Liburan.. refreshing.”. Berdasarkan dari data yang telah diolah, peneliti mendapatkan sebuah makna mendasar dari sebuah pengalaman kejahatan pada informan I (22) sebagai narapidana kategori residivis. Sebab musabab mengapa ia memilih masuk ke dalam dunia kejahatan adalah mendapatkan sebuah pengalaman kurang menyenangkan, yaitu perceraian kedua orang tuanya. Pengalaman tersebut memberikan perubahan besar pada diri informan I (22). Pengalaman kurang menyenangkan dimaknai sebagai pengalaman signifikan yang mengantarkan informan I (22)
masuk ke dalam dunia
kejahatan. Pengalaman tersebut kemudian membentuk sebuah kronologi dari awal perjalanannya masuk ke dalam pengalaman kejahatan. Berikut akan dijelaskan bagaimana pengalaman kejahatan informan I (22) dijabarkan sehingga membentuk sebuah kronologi. Informan I (22) merupakan seorang laki-laki berumur 22 tahun yang tinggal di daerah Badran, Yogyakarta. Informan I (22) merupakan duda beranak satu. Informan I memiliki hobi bermain motor dan sempat bekerja di salah satu bengkel milik temannya. Sejak umur 11 tahun kedua orang tuanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
telah bercerai. Kemudian, informan I (22) mulai bergaul dengan teman-teman yang menjerumuskannya pada dunia kejahatan, selain itu informan I (22) tidak menyelesaikan pendidikan SMU setelah orang tuanya bercerai. Berikut kutipan yang diungkapkan oleh informan I (22) : “Baru SMU kelas 2 nggak lulus saya sudah keluar, akhirnya ikut-ikut temen, tapi salah..salah pergaulan.”(Informan I, 111-112)
Masuk ke dalam pergaulan yang salah disadari oleh informan I (22). Pengaruh negatif yang diterimanya di dalam kelompok membuatnya menjadi anak nakal. Kehidupan hedonis yang berasal dari lingkungan pergaulannya semakin mempengaruhinya untuk menjadi seseorang yang memiliki perilaku yang negatif. Informan I (22) mulai mengkonsumsi narkoba bersama dengan teman-temannya. Di samping ia dan teman-temannya mengkonsumsi narkoba, mereka mulai merencanakan aksi kejahatan. Informan I (22) kemudian menerima ajakan teman-temannya untuk melakukan aksi pencurian, dengan sadar dan niat dari dalam diri informan I (22) menerima tawaran untuk mengambil barang yang bukan miliknya. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan informan I (22) : “Akhirnya saya jadi orang yang nakalah itungannya... Ya karena udah kemasukan pil. Pil koplo... Diajak temen... Ya ada niat untuk mengambil barang yang bukan barang tempet... Ya uda terus saya berniat untuk mengambil hape.” (Informan I, 58, 131-132, 141, 145-146, 157-158) Narkoba menjadi suatu kebutuhan bagi informan I (22) dan temantemannya, dosis yang dibutuhkan semakin meningkat. Keputusan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
melakukan aksi kejahatan menjadi semakin intensif demi mendapatkan uang untuk membeli narkoba. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan informan I (22) : “Tapi terus-terusan.. terus tiap dapet uang kaya gitu untuk beli obat.” (Informan I, 161-163) Kebutuhan untuk hidup hedon (bersenang-senang, karaoke, beli motor, dll.) tersebut tidak didukung dengan uang yang cukup. Informan I (22) memutuskan untuk terus melakukan aksi kejahatan demi memperoleh uang sebanyak-banyaknya,
pergaulan
di
lingkungan
yang
salah
semakin
menguatkan dirinya untuk mengambil keputusan melakukan perilaku kejahatan. Setiap kali mendapat ajakan teman-temannya untuk melakukan aksi kejahatan informan I (22) selalu menerima demi mendapatkan uang. Hasil kejahatan demi kejahatan digunakan untuk bersenang-senang bersama dengan teman-teman dan juga untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan informan I (22) : “Hah? (terlihat masih bingung) yaa spontan mbak.. karena terpaksa, nggak punya uang... Duitnya buat beli motor... Iya suka balapan... Buat ya.. yaa yang.. ya buat beli obat. Foya foya, karaokenan.. terus nyewa mobil, untuk main.. untuk bergaya... Kalau naik mobil ya jauh-jauhnya sampe Purwokerto.. Bandung... Liburan.. refresing.” (Informan I, 35-37, 67-69, 172-174, 176-177, 179) Saat melakukan kejahatan demi kejahatan informan I (22) tidak merasakan perasaan bersalah atau malu. Hal ini ditunjukkan melalui kutipan informan I (22) : “Biasa saja.” (Informan I, 82)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
2. Informan II (inisial S, 39) Melihat paparan informan II (39), tindakan-tindakan kejahatan yang dilakukannya dapat disimak dari ketiga hal yang meliputi motif, lingkungan dan jenis tindakannya. Dinamika ketiga hal tersebut tidak dapat dipisahkan atau dilihat sebagai bagian-bagian yang terpisah. Secara keseluruhan komponen di dalam pengalaman informan II (39) terdiri atas pengalaman psikologis (emosi, pikiran, dll) yang saling berkaitan. Peneliti akan mengkonstruksikan kembali agar mudah dipahami mengenai apa yang sudah diceritakan oleh informan II (39) seputar pengalaman kejahatannya dari awal melakukan aksi kejahatan hingga saat informan II (39) di wawancarai. Informan II (39) adalah seorang laki-laki berumur 39 tahun yang berasal dari daerah Batang, Alas Roban. Ia sempat bermata pencaharian sebagai seorang supir mobil carteran, telah berkeluarga namun sudah bercerai sebanyak dua kali dan memiliki tiga orang anak. Ketika membangun keluarga dengan istri yang kedua, informan II (39) mengalami banyak konflik. Informan II (39) sudah beberapa kali melakukan aksi kejahatan hingga saat ia diwawancarai oleh peneliti. Kejahatan yang pernah dilakukannya meliputi perampokan dan pencurian secara berkelompok. Informan II (39) sebelumnya pernah nelakukan aksi kejahatan pencurian sebuah toko kelontong dan perampokan sebuah rumah secara berkelompok. Di mulai dari keadaan hubungan interpersonal yang kurang harmonis antara
informan II (39) dengan keluarga menjadi satu dari antara faktor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
penyebab lainnya. Ia merasakan bahwa hubungan interpersonal dengan orang tuanya sejak kecil hingga sekarang kurang dekat, ia merasakan bahwa untuk berbicara pun hanya seperlunya saja. Informan II (39) juga merasa tidak dekat dengan ayahnya, adanya jarak diantara informan II (39) dengan ayahnya, hanya sesekali informan II (39) berkomunikasi dengan ibunya. Sejak kecil informan II (39) tidak tinggal dengan kedua orang tuanya namun ia tinggal dengan kakek dan neneknya. Hal yang sangat dirasakan oleh informan II (39) adalah ia merasa kurang mendapatkan arahan dan bimbingan dari kedua orang tuanya. Hal ini diungkapkan oleh informan II (39) sebagai berikut : “Saya sama nenek sama kakek dulu. Di situ hidup saya nggak pernah ngejelekin orang tua saya enggak. Memang bapak saya jarang bisa dikatakan nggak pernah ngobrol bareng. Dari bujang dulu saya bujang sampe nikah nggak pernah memgarahkan. Kamu harus kesini. Kamu jalannya kesana.. bisa dikatakan nggak pernah. Saya nggak menjelekkan orang tua.. karena memang jauh saya sama orang tua. Sama bapak saya. Jadi jauh untuk komunikasi.. ngobrol pun palling seperlunya. ya klo komunikasi ya sama ibu.. Masih.. Iya masih baik. Kalau misalnya ada apa-apa.. “Nanti kamu jangan ini jangan itu”. Enggak beda rumah.. beda rumah..beda kecamatan. Beda kecamatan cuma ditempuh dengan jalan kaki bisa. Nggak jauh. Cuma beda kecamatan.” (Informan II, 717-727, 728-732, 748-750, 735, 737-740, 744) Kurangnya arahan dan bimbingan di dalam situasi lingkungan yang kurang positif membuat informan II (39) akhirnya masuk ke dalam dunia kejahatan. Batang, Alas Roban tempat tinggal asal informan II (39), kebetulan merupakan sebuah daerah yang banyak di antara masyarakatnya hidup dengan melakukan aksi kejahatan. Bagi masyarakat yang tinggal di daerah tersebut, aksi kejahatan perampokan, pencurian dan sebagainya bukan disebut sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
aksi kejahatan namun oleh masyarakatnya diberi sebuah sebutan sendiri dengan istilah “bekerja” maka pelakunya disebut atau dianggap sebagai “pemain” “Oke.. awalnya sebenarnya bukan profesi saya untuk pekerjaan yang kriminal. Jd awalnya itu.. ya memang daerah saya banyak orang yang pemain kaya gitu. Bisa dikatakan pemainlah mbak, bahasa kita kan pemain, kalau isitilahnya perampok atau apa itu pemain. Motif apa ya.. motif sebenarnya nggak ada. Mungkin dari unsur turun temurun, mungkin dari daerah saya ini, orang netral semua. Orang dijalan kaya saya kerjaan kaya saya ini. Sudah pernah masuk semua.” (Informan II, 74-79, 81-84, 685-689, 678-680)
Selain relasi dengan kedua orang tuanya yang kurang baik, kurangnya mendapat arahan dan bimbingan, serta keadaan lingkungan tempat tinggal yang kurang mendukung, informan II (39) memilih untuk tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Setelah lulus SD, informan II (39) justru lebih memilih untuk mencari uang daripada harus melanjutkan sekolah. Ia lebih memilih unutk mendengarkan suara hati dan keingiannya untuk mencari uang daripada mendengarkan dan mengindahkan nasihat kakeknya untuk melanjutkan sekolah.Informan II (39) tetap kuat pada pendiriannya untuk tidak melanjutkan sekolah dengan alasan ingin bantu-bantu (secara ekonomi). Ada kesenangan tersendiri yang dirasakan informan II (39) ketika dapat menghasilkan uang dengan usaha sendiri di umur belia. Hal ini diungkapkan oleh informan II (39), dalam kutipan sebagai berikut : “Karena saya itu dari dulu nggak pernah berantem nggak pernah apa. Tapi saya disuruh sekolah SD, nggak pernah mau. Saya disuruh sekolah saya nggak mau. Sama kakek saya. Mungkin kalau dari nem saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
goblok. Terus pendidikannya sampe pendidikan cuma sampe SD. Iya lulus, nem lulus saya cuma 26, berapa.... Saya dibilang bodoh..Sebenarnya nem dibawah saya ada yang lebih jelek, cuma saya nggak nglanjut. Kalau sekolah saya nggak mau. Dari kecil saya sudah megang duit. Orang-orang masih pada sekolah saya sudah megang duit. Pingin bantu dulu itu.” (Informan II, 750-756, 770-773, 775-779, 756760, 781) Memiiki beberapa kebutuhan namun tidak dapat ia penuhi sendiri mulai dirasakan oleh informan II (39), untuk pertama kalinya ia menerima tawaran dari saudaranya untuk melakukan aksi kejahatan karena berkeinginan memiliki sebuah motor. Hal ini diungkapkan oleh informan II (39), dalam kutipan sebagai berikut : “Paman saya yang punya kerja terus “Saya tak ikut kerjo pingin punya motor”. Itu jaman tahun 90an.” (Informan II, 398-402) Saat membangun keluarga dengan istri yang kedua, informan II (39) memiliki konflik dengan istri keduanya. Akibat dari konflik-konflik tersebut, informan II (39) merasa kesal dan jengah, Keputusan reaktif diputuskan langsung oleh informan II (39), ia berusaha mencari uang yang banyak untuk melampiaskan emosi dengan cara menerima tawaran teman-temannya untuk ikut melakukan aksi kejahatan. Dihasut pun ia merasa,namun hal yang lebih mendorongnya untuk menerima tawaran adalah kebutuhannya untuk melampiaskan emosi. Hal ini diungkapkan oleh informan II (39), dalam kutipan sebagai berikut : “Ada unsur tersendiri mbak.. mungkin karena saya lagi ada masalah sama istri saya. Ada masalah sama istri. Saya pun jarang pulang. Terus dihasut sama kawan.. ya bukan dihasut.. diajaklah wong saya juga mau kok. Iya mau. Saya dapet duit tak pake buat seneng-seneng. Jadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
motifnya buat seneng -seneng sama pelampiasan. Bisa karena waktu itu saya memang ya.. waktu itu pas kejadian itu saya dikhianati oleh istri, jadi pemikiran saya kacau. Ada konflik dr istri yang kedua. Terus akhirnya nyuri di toko itu. bagaimana ya kalau ada masalah, diselingkuhin sama pasangan kita, ah gimana caranya saya punya duit saya mau senang-senang, jadi balas dendam.” (Informan II, 265-272, 274-277, 284-287, 415-417, 418-422) Informan II (39) merasa sangat kurang mendapatkan arahan dan bimbingan dari kedua orang tua dirinya terjerumus ke dalam dunia kejahatan. Satu sisi informan II (39) menyadari bahwa bukan semata-mata karena kurangnya arahan dan bimbingan dari kedua orang tuanya yang membuat ia kemudian masuk ke dalam dunia kejahatan tetapi memang dari dalam dirinya sendiri secara sadar memutuskan masuk ke dunia kejahatan. Keinginan untuk untuk bisa hidup bebas sesuai dengan pilihannya Hal ini diungkapkan oleh informan II (39) dalam kutipan sebagai berikut : “Emang dari pendirian saya sendiri. Saya kadang ..gimana yaa.. jadi karena jarang pengarahan dari orang tua.. atau gimana.. ya saya nggak nyalahin orang tua.. karena juga kemauan saya.. saya mencari yang lebih bebas.. bisa ngrokok.” (Informan II, 806-807, 807-813) Melancarkan aksi kejahatannya, informan II (39) bekerjasama dengan teman-temannya dari satu daerah asal, namun kota yang menjadi sasaran atau lahan menurut mereka bukan di dalam daerah sendiri namun kota lain. Hal ini diungkapkan oleh informan II (39) dalam kutipannya sebagai berikut : “Enggak.. kita berangkatpun dari rumah dari kampung saya sendiri. Karena itu yang tau dapet pertama itu dulu kan personel itu orang daerah saya sendiri. Mungkin untuk lahan... mungkin untuk lahan begitu.. mungkin di Jogja... paling...” (Informan II, 663-670)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
Suatu ketika informan II (39) mendapat ajakan dari temannya untuk ikut melakukan aksi kejahatan, ia sudah berusaha menolak ajakan tersebut, namun didesak
terus
menerus
oleh
teman-temannya,
tidak
lagi
mampu
menolakakhirnya informan II (39) menerima ajakan tersebut. Sistem orang kepercayaan digunakan oleh mereka mencari teman untuk melakukan tindakan kriminal tersebut bukan asal pilih sembarang orang, teman-teman informan II (39) paham keahlian dan track record yang ia miliki selama menjalani kehidupan di dunia kejahatan. Hanya orang-orang yang dipercaya dan memegang kepercayaan saja yang akan diajak melakukan tindakan kriminal. Ketika melaksanakan aksi kejahatan informan II (39) berperan sebagai sopir atau dalam bahasa mereka adalah “pilot”. Hal ini diungkapkan oleh informan II (39) dalam kutipannya sebagai berikut : “Pas malam kebetulan itu saya ditawarin sama kawan saya. Ya di situ rombongan ada 4 orang jadi 1 rombongan pemain ada 4 orang. Jadi salah satu personel ada yang istirahat. Mau ada hajatan keluarganya.. nah salah satu orang di antara mereka bertiga nawari saya. Ayo tak ajak mangkat kerjo.. udah tak tolak.. udah tak tolak.. dia masih ngejar lagi besoknya. Terus kita berangkat. Ya dia nawari nggak sembarang orang, dia nawarin orang kerja kaya gitu kan.. dulu pernah saya kena masalah di Jakarta. Tapi tahun dulu tahun 97. Ya mungkin dia kan terus tau kalau pak slamet kan pernah kerja kaya gini kaya gini, tak ajak mau. Akhirnya saya mau diajak kerja. Ini ya bekerja bahasa kita.. kalau bahasa kita bukan merampok. memegang keeprcayaan ya.. biasanya 4 orang. Bukan bisa ganti ganti. Misal kalau saya capek saya ganti. Waktu itu status saya sebagai sopir, pilot. Dipercaya temen-temen untuk jadi pilot. Milotin mobil itu. Saya nggak turun.. Intinya saya statusnya di mobil.” (Informan II, 85-108, 131-135, 172-176, 179-180 )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
Seringnya keluar masuk lembaga pemasyarakatan membuat informan II (39) harus mengeluarkan biaya yang jumlahnya tidak sedikit. Informan II bahkan harus menjual salah satunya warisan yang berupa ladang dan sawah untuk membayar semua keperluan saat ia masuk ke lembaga pemasyarakatan dan membayar rumah sakit saat kakinya ditembak dan patah. Hal ini membuat informan II (39) merasa harus dan bertanggung jawab untuk mengembalikan lagi semua yang sudah ia ambil, karena seharusnya warisan tersebut dapat dinikmati oleh anak-anaknya. Keinginan untuk bisa mengembalikan semua yang sudah ia ambil membuat dirinya mau menerima sebuah gambaran untuk merampok sebuah rumah yang ia dapatkan dari temannya sesama narapidana. Hal ini diungkapkan oleh informan II (39) dengan kutipan sebagai berikut : “Terus saya bebas, waktu saya bebas kemarin itu saya mikir gini mbak, banyak yang dikeluarkan untuk ke kepolisian, pengadilan. Masuk lapas ini kan lumayan. Saya berpikir bagaiamana cara untuk mengembalikan barang yang hilang kemarin. Terus saya dikasih gambaran sama kawan, ya uda dah kerja. Siapa tau dapet rejeki, buat nambal yg kemarin sudah hilang itu. Ee besoknya dapat rejeki malah masuk sini. Apa ya? Sawah rata-rata jadinya punya orng lama. Peninggalan orang lama, peninggalan mbah-mbah tu kan ada. Kaya sawah terus ladang. Tapi akhirnya habis juga mba. Nggak sampai anak saya. Dihabisin saya.” (Informan II, 548560, 603-609) Hal lain yang kemudian mendorong informan II (39) untuk memilih masuk ke dunia kejahatan adalah karena ia membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan istri dan anak-anaknya. Hal ini diungkapkan oleh informan II (39) dalam kutipannya sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
“Eehm yang pertama itu untuk kebutuhan.. jujur ya untuk kebutuhan. Kepingin bangun bisnis, pingin bikinn rumah anak. Yang pertama dulu untuk diri sendiri, unsurnya dendam sama istri saya”. (Informan II, 835838, 842-844) Mendapatkan sebuah gambaran dari seorang teman saat sama-sama sedang menjalani hukuman pidana penjara, kemudian diberi gambaran sebuah rumah dan kondisinya untuk nantinya dilaksanakan aksi merampok. Tawaranpun diterima oleh informan II (39) dengan kondisi pada saat itu, ia sedang banyak masalah. Setelah aksi perampokan tersebut dilaksanakan dan informan II (39) tertangkap, ia mendapat kabar bahwa ternyata ia hanya dimanfaatkan oleh teman yang memberi gambaran tersebut. Informan II (39) merasa dirinya telah dihasut, sebab temannya memberikan gambaran adalah karena adanya motif balas dendam dari temannya kepada orang yang menjadi sasaran perampokan. Hal ini diungkapkan oleh informan II (39) dalam kutipannya sebagai berikut : “Lumayannya beda kasus. Oo beda kasus. Jadi dulu saya kanal kawan disini.. udah lama disini. Waktu pas sek itar tahun 2012. Awal-awal saya masuk ada orang bareng 1 kamar sama saya. Cerita ini itu.. intinya menceritakan dia ngasih gambaran saya punya tetangga, tetangga saya orang kaya.. silakan kalau mau dirampok. Bener…habis saya bebas saya punya kawan disini.. bukan kawan saya yang dulu yang tak ajak kerja.. nggak.. bahkan malah orang sini.. daerah sini. Tak ajak berangkat kerja ini itu.. sekarang kasusnya masukya 65 perampokan.. korbannya tak iket. Saya pun jarang pulang. Terus dihasut sama kawan.. ya bukan dihasut.. diajaklah wong saya juga mau kok.” (Informan II, 225-243, 269-272) Adanya harapan-harapan dari informan II (39) setelah nantinya ia keluar dari lembaga pemasyarakatan. Informan II (39) memiliki keinginan untuk bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
menyenangkan anak dan cucunya dengan cara yang lebih baik, karena selama ini informan II (39) sadar bahwa ia mencari rejeki dengan cara yang salah. Dengan satu-satunya keahlian yang ia miliki, informan II (39) akan melanjutkan bekerja menjadi sopir setelah nanti keluar dari lembaga pemasyarakatan. Selain itu informan berharap bahwa perbuatan kejahatan kali ini, menjadi yang terakhir. Hal ini diungkapkann oleh informan II (39) dalam kutipannya sebagai berikut : “Mudah-mudahan ini yang terakhir. Pingin nyenengin anak cucu. Ya pinginnya yang namanya orang tua buat anak sama cucu.. pingin buatin rumah buat anak. Saya punya tujuan itu. Cuma cara saya nyari rejekinya yang salah. Saya ada kepikiran habis bebas ini saya tetep mungkin melakukan pekerjaan sebagai sopir, yang pernah dijalani dulu, taun-taun ini, saya mau nyopir kayanya, Mungkin cuma itu salah satu kepanjangan saya. Saya nggak punya kepanjangan lain.” (Informan II, 335-336, 343, 348-352, 635-642)
3. Informan III ( inisial B, 37 ) Melihat paparan informan III (37), tindakan-tindakan kejahatan yang dilakukannya dapat disimak dari ketiga hal yang meliputi motif, lingkungan dan jenis tindakannya. Dinamika ketiga hal tersebut tidak dapat dipisahkan atau dilihat sebagai bagian-bagian yang terpisah. Secara keseluruhan komponen di dalam pengalaman informan III (37) terdiri atas pengalaman psikologis (emosi, pikiran, dll) yang saling berkaitan. Peneliti akan mengkonstruksikan kembali agar mudah dipahami mengenai apa yang sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
diceritakan oleh informan III (37) seputar pengalaman kejahatannya dari awal melakukan aksi kejahatan hingga saat informan III (37) di wawancarai. Informan III (37) adalah seorang laki-laki berusia 37 tahun, berstatus kawin dan sudah dikaruniai 2 buah hati. Istri informan III (37) adalah seorang ibu rumah tangga dan membuka sebuah usaha warung kecil di rumahnya. Informan III (37) merupakan warga asli kota Yogya, lahir di Kricak Kidul, Bluwahrejo. Informan III (37) sudah menjadi seorang yatim piatu sejak ia berumur 16 tahun setelah ditinggal wafat kedua orang tuanya, informan III (37) diasuh oleh paman dan bibinya namun keduanya tinggal di rumah masing-masing. Pada saat itu informan III (37) tinggal di rumah peninggalan kedua orang tuanya sedangkan paman bibinya tinggal dirumah pribadinya. Sejak ditinggal wafat kedua orang tuanya, informan III (37) tidak menamatkan pendidikan SMP-nya sama sekali. Sempat disekolahkan oleh seorang bapak kepala sekolah di suatu SMU, namun informan III (37) tidak menamatkan pendidikannya, ia merasa sungkan karena terus menerus menjadi tanggungan bagi orang lain, semasa sekolah informan III (37) juga mengisi waktunya dengan bekerja. Ia memilih sekolah sambil bekerja agar tidak terus menerus merepotkan orang lain. Semakin hari informan III (37) merasa semakin tidak enak dan sungkan karena merepotkan orang lain, hingga akhirnya informan III (37) memilih untuk memisahkan dirinya dan mencari pekerjaan hingga ia menikah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
Setelah keluar dari lembaga pemasyarakatn ia sempat bekerja menjadi seorang supir di suatu perusahaan di tahun yang sama, yaitu tahun 2014 hingga akhirnya kembali lagi melakukan aksi kejahatan. Kembali masuk ke dalam lembaga pemasyarakatan karena kasus pencurian handphone yang tidak secara langsung melibatkan informan III (37). Selama hidup di dunia kejahatan ia pernah terlibat aksi kejahatan dan keluar masuk lembaga pemasyarakatan sebanyak lebih dari 5 kali dan dengan berbagai macam jenis kasus kejahatan, yang di antaranya perampokan, pencurian, dan penganiayaan selama 21 tahun sejak tahun 1994. Dalam melaksanakan aksi kejahatannya informan III (37) bekerjasama dengan 3 sampai 4 orang temannya, dalam sekali pelaksanaan aksi pencurian setiap orangnya akan dapat mengantongi uang sekitar 5 sampai 10 juta rupiah. Beberapa waktu sebelumnya informan III (37) bersama 3 orang temannya berhasil merampok sebuah toko kelontong (distributor) di daerah jalan paris dan mengantongi sekitar 1 miliar 80 puluh ribu rupiah. Di balik seluruh alasan ada satu atau dua pengalaman yang sering tidak disadari oleh pemilik pengalaman yang kemudian menjadi latar belakang ia mengambil sebuah keputusan. Setelah berhasil melakukan analisis, peneliti mendapatkan hasil sebagai berikut, sebuah peristiwa menjadi awal permulaan informan III (37) masuk ke dalam dunia kejahatan, pengalaman kurang menyenangkan yang ia dapatkan semasa SMU menjadi akar yang melatar belakangi informan III (37) masuk ke dalam dunia kejahatan dengan lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
jauh. Pengalaman mendapatkan perlakuan yang tidak adil memberikan ketidaknyaman tersendiri bagi informan III (37), perasaan tertindas membuat informan III (37) kehilangan kesabarannya. Memunculkan sisi agresif yang selama ini berusaha dikelola oleh informan III (37) dengan cukup baik. Peristiwa ini akhirnya yang membuat informan III (37) masuk ke dalam lembaga pemasyarakatan dan berujung pada perkenalannya dengan temanteman narapidana serta berlanjutnya petualangannya di dunia kejahatan. Penganiayaan menjadi pengalaman pertama kejahatan bagi informan III (37), kejahatan yang dilakukannya adalah memukul salah satu guru di sekolahnya ketika SMU yang berawal dari ketidakterimaan dan kejenuhan informan III (37) karena sering di panggil ke ruang BP. Merasa tidak pernah membuat ulah namun terus menerus dimarahi, informan III (37) melakukan pemberontakan dengan cara memukul salah satu gurunya, ia pun mendapatkan sanksi hukuman pidana penjara selama 3 bulan. Hal ini diungkapkan informan III (37) dalam kutipannya sebagai berikut : “Penganiayaan. Iya. Masih SMP karena saya sering di BePa-BP BePaBP, terus jengkel to terus mukulin guru. Hehehe... Ya karena khan saya merasa... mungkin saya dari nurani juga berontak ya, saya merasa nggak pernah bikin ulah kok saya terus yang di... yang di... apa... marahin terus gitu lho.” (Informan III, 78, 83-85, 102-107) Pada peristiwa penganiayaan tersebut informan III (37) benar-benar mengungkapkan bahwa ia sangat kesal, tidak terima dan jenuh dengan semua perlakuan tidak adil yang diterimanya. Informan III (37) mencoba untuk sabar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
dan mengalah ketika mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan tersebut, perlahan informan III (37) kehilangan kesabaran, ia memberontak dan terjadilah peristiwa penganiayaan guru oleh informan III (37). Hal ini ditunjukkan oleh informan III (37), dalam kutipannya sebagai berikut : “Tapi khan mungkin nggak tahu terus saya yang kena, kemudian diemin sekali, dua kali, tiga kali. Lha terus terjadilah kaya gitu.” (Informan III, 114-117, 115-117) Setelah kejadian penganiayaan informan III (37) semakin sering keluar masuk lembaga pemasyarakatan, selama menjadi narapidana di dalam lembaga pemasyarakatan ia berkenalan dengan banyak teman sesama narapidana, relasi
terbangun hingga hingga ia keluar dari lembaga
pemasyarakatan. Setelah keluar dari lembaga pemasyarakatan beberapa saat kemudian beberapa teman datang ke rumah informan III (37) dan mulai menawarkan untuk ikut melakukan aksi kejahatan. Hal ini ditunjukkan oleh informan III (37), dalam kutipannya sebagai berikut : “Ceritanya dari teman, khan saya juga... khan saya sliweran masuk, pas kemarin keluar saya ditawarin sama temen kerja, saya kerja. Setelah itu khan ada temen pada dateng semua dari mantan-mantan sini khan, terus... Ya khan saya keluar terus pernah dia datang aja.” (Informan III, 22-27, 158-165) Informan III (37) menyadari semenjak ia memiliki banyak kenalan sesama narapidana, ia menjadi sering keluar masuk ke dalam lembaga pemasyarakatan. Kutipan di bawah ini menunjukkan bagaimana informan III (37) menyadari secara utuh :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
“Setelah penganiayaan itu khan saya sering keluar masuk karena di dalam juga kenal banyak temen-temen.” (Informan III, 144-146) Teman-teman informan III (37) menjadi semakin sering datang ke rumah dan menawarkan untuk ikut melakukan aksi kejahatan, informan III (37) pun secara sadar menerima ajakan dari teman-temannya. Pada saat itu ia memang belum menyiapkan rancangan kehidupan di masa yang akan mendatang, baginya cukup menjalani kehidupan saat ini dengan sebaik-baiknya, hal tersebut yang menjadi salah satu penyebab informan III (37) memilih untuk menerima ajakan temannya. Hal ini diceritakan oleh informan III (37), dalam kutipannya sebagai berikut : “Habis itu karena sering, sering itu cuma ada teman datang terus diajak ya sama ngikut aja. Soalnya khan...” (Informan III, 162-165) Pada saat itu, secara kebetulan informan III (37) juga sedang tidak memiliki pekerjaan apapun, sedangkan informan III (37) memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi dan keadaan perekonomian informan III (37) saat itu tidak mampu memenuhi kebutuhannya. Kedua permasalahan tersebut yang mendorong dan menguatkan dirinya untuk menerima ajakan untuk melakukan aksi kejahatan Hal ini diungkapkan oleh infor man III (37), dalam kutipannya sebagai berikut : “Itu ceritanya itu... dikenalin sama temen orang Wonosobo, namanya Danang. Nah itu... Waktu itu khan kebetulan saya juga nganggur, nggak kerja. “Kamu ikut saya kerja ya. Ikut aja.” dah gitu aja. Seet... tapi disitu nggak sebagai eksekutor, sopir aja.” (Informan III, 186-192)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
Lemahnya ekonomi dan banyak kebutuhan yang harus dipenuhi tidak hanya berdiri sendiri sebagai faktor utama yang membuat informan III (37) terus menerus menerima ajakan teman-temannya untuk ikut bergabung ke dalam aksi kejahatan. Tercatat sebagai mantan narapidana membuat informan III (37) dan teman-temannya sulit untuk mendapatkan suatu pekerjaan. Informan III (37) merasakan orang-orang memberikan persepsi negatif dan judegment kepada dirinya karena statusnya yang disandangnya. Hal ini diungkapkan informan III (37), dalam kutipannya seagai berikut : “Kemudian dari sana, wah kae bekas kono, kae bekas kene. Lha dikira nanti kok gek-gek... jadi prasangka buruk, makanya paling banter kerjaanya tukang bangunan. Bisa itu khan kalo di proyek khan bisa. Nggak mungkin ada prasangka buruk.” (Informan III, 761-764, 766-770) Persepsi negatif dan judgement yang diberikan orang-orang membuat informan III (37) lama kelamaan merasa putus asa. Timbul learned helpesness dalam diri
informan
III
(37)
yang disebabkan oleh
pengalaman-
pengalamannya mendapatkan ketidakpercayaan dari orang lain yang berupa persepsi negatif dan judgment yang diberikan orang-orang. Keputusasaan tersebut membuat informan III (37) kemudian berpikiran dan menetapkan pilihannya untuk terus hidup dengan melakukan aksi kejahatan. Hal ini diungkapkan informan III (37), dalam kutipannya sebagai berikut : “Ya kita mau cari kerja kadang ditolak. Gimana donk ya? Terus kadang khan kita timbul putus asa to? Ya udah gini lagi aja lah.” (Informan III, 758-768)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
Selain itu informan III (37) juga menyadari yang membuat temantemannya sering datang ke rumahnya, adalah karena teman-temannya percaya bahwa ia memiliki kemampuan dan pengalaman yang bagus di dunia kejahatan. Selain itu ia sadar jika dirinya selalu bermain sportif ketika melakukan aksi kejahatan hal ini kemudia dimanfaatkan teman-temannya. Hal ini diungkapkan informan III (37), dalam kutipan sebagai berikut : “Bisa, bisa, bisa semuanya. Diajak ya bisa. Istilahe bahasa kami itu Njongkini. Pinter... Nah itu pinter, kalau bahasa kami itu kayak gitu. Nah makane, wah itu aja kalo masuk nggak pernah nggigit orang lain. Makanya saya kemarin pindah, dari rumah itu pindah. Mending ngontrak supaya nggak tahu. Lha tapi kok ada temen yang tahu-tahu dateng. Gitu, jadi seperti ini lagi.” (Informan III, 687-689, 690-692) “Karena mungkin dari kebanyakan pengalaman, mereka tahu saya track recordnya bagus. Jadinya...” (Informan III, 722-724) Dalam keadaannya tersebut, informan III (37) memiliki keinginan dan harapan untuk bisa berubah menjadi seseorang yang lebih baik, secara jujur informan III (37) mengungkapkan keinginannya untuk memiliki pekerjaan yang lebih baik sama seperti orang lain bukan sebagai seorang pelaku kejahatan. Secara langsung dalam kutipannya diungkapkan oleh informan III (37), sebagai berikut : “Sebetulnya nggak ingin, nggak ingin, nggak ingin banget. Ya nggak ingin banget.” (Informan III, 343-344, 347) “He eh, pengennya kerja normal seperti orang biasa.” (Informan III, 349350) “Kesannya nggak ada, cuma kalau yang ditanya yang disini, disemua penghuni, pertanyaannya mungkin sama, tahu jawabannya mungkin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
sama. Nggak mau ada yang seperti ini, nggak mau... Cuma karena pergaulan pertama, keduanya jangan, sudah.” (Informan III, 483-490) Kejenuhan menjadi faktor selanjutnya yang mendorong informan III (37) berusaha untuk keluar dari dunia kejahatan. Istri informan III (37) mulai merasa sangat tidak nyaman dengan keadaan seperti itu sehingga istrinya meminta informan III (37) untuk berhenti melakukan aksi kejahatan. Hal ini diungkapkan informan III (37), dalam kutipannya sebagai berikut : “Ya mungkin dari dateng di rumah khan pada banyak temen pada dateng semua to... terus kan istri saya meresa jengah, terus saya ngontrak“ (Informan III, 33-36) “Ya disuruh berhenti, nggak usah kayak gitu lagi. Memang sudah berhenti. Kemarin khan udah kerja.” (Informan III, 280-282) Keinginan informan III (37) untuk berubah terlihat dengan sungguhsungguh diuangkapkannya, ia pun berusaha keras untuk terus merubah dirinya menjadi lebih baik. Selain itu, informan III (37) sangat menginginkan kehidupan yang tentram bersama dengan keluarganya. Hal ini diungkapkan oleh informan III (37) dalam kutipannya sebagai berikut : “Nah itu pasti ada, tapi khan saya berusaha, berusaha untuk menyembuhkan itu. Menyembuhkan supaya nggak diulangi lagi.” (Informan III, 630-634) “Saya cuman pengen hidup tentrem sama anak istri.” (Informan III, 676-677) Sekian puluh tahun melakukan kejahatan, informan III (37) mulai merasakan perasaan-perasaan jenuh, lelah, dan bosan. Bosan mengalami pengalaman tiap pengalaman yang penuh dengan kekerasan dan tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
bermoral. Perasaan jenuh, lelah, dan bosan dengan dunia kejahatan Secara lebih eksplisit diungkapkan oleh informan III (37) dalam kutipannya sebagai berikut : “Dua puluh tahun saya sudah sudah mau minggir, udah capek. Hidup gini udah capek. Sudah capek saya hidup ini. Ditembak pernah, dipukul sering.” (Informan III, 1362-1364, 1366-1367) Perasaan malu pun dirasakan oleh informan III, ia merasa malu dengan anak-anaknya, bagaimana sebenarnya pekerjaannya. Hal ini diungkapkan informan III (37) dalam kutipannya sebagai berikut : “Apalagi kalau pandangan dari massa, omongan saya nggak ada cuma kadang yang ditanya khan anak. Bapaknya kemana? Kerja tempate pak polisi. Khan malunya disitu.” (Informan III, 435-437, 439-440, 442) Selain itu yang membuat informan III (37) merasa mulai tidak nyaman ketika terus menerus melakukan aksi kejahatan adalah ketakutan dan kekhawatiran jika nanti anaknya berprofesi sama sepertinya kelak. Hal ini diungkapkan informan III (37), sebagai berikut : “Ya itu pasti keta... apa... ada bayangan.” (Informan III, 1350-1351) Informan III (37) menyadari bahwa jika ia ingin berubah hal yang harus dilakukannya adalah keluar dari lingkungan pertemanannya tersebut. Lingkungan pergaulan dengan teman-teman mantan narapidana dan pelaku kriminal menjadi salah satu faktor yang membuat dirinya terus berada di dalam lingkaran dunia kriminal. Perasaan jenuh mendorongnya untuk segera
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
mengakhiri situasi ini, langkah yang ia pilih adalah tinggal di daerah yang jauh dari lingkungan pertemanannyatersebut. Keputusan besar ini diambil informan III (37) untuk memisahkan diri dari teman-teman lama dan mencari teman-teman baru yang bukan seorang residivis. Hal ini diungkapkan informan III (37), dalam kutipan sebagai berikut : “Cuma karena pergaulan pertama, keduanya jangan, sudah.” (Informan III, 488-490) “Nah itu, saya yang berusaha dari situ. Makanya saya memutus temanteman yang lama. Pindah rumah. Iya. Saya punya rumah, tapi saya pindah, supaya temen-temen itu nggak tahu rumah saya. Yang tahu itu, saak... mungkin bilang ke yang orang tua mertua bilang aja saya pergi ke Lampung atau kemana. Saya cuman pengen hidup tentrem sama anak istri.” (Informan III, 659-661, 668, 670-677) “Nah dari tahun 2013 kemarin sudah saya berusaha untuk memisah temen-temen yang lama, cari temen-temen yang lebih baik. Yang nggak, istilahnya bukan residivis. Yang baru-barulah. Yang lingkungan, lingkungan nggak ada kriminalitasnya. Itu aja.” (Informan III, 927-934) Usaha Informan III (37) untuk berubah sering kali harus gagal karena tersudutkan oleh keadaan ekonominya yang lemah dan banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi. Membuat informan III (37) akhirnya tergoda dan menerima ajakan temannya. Hal ini diungkapkan informan III (37), dalam kutipannya sebagai berikut : “Ya yang jelas khan kemarin diajak temen-temen dateng itu khan ekonomi otomatis khan tercukupi to, dirumah. Sekali, dua kali, tiga kali, akhirnya tergoda juga.” (Informan III, 219-222, 288-289) Keadaan ekonomi yang menghimpit, lingkungan yang juga kurang mendukung, membuat informan III (37) menjadi membenarkan perbuatannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
ketika mau menerima ajakan untuk ikut dalam aksi kejahatan. Dengan pengalamannya kesulitan mendapatkan pinjaman uang, membuat informan III (37) merasionalisasikan perbuatannya benar meskipun jelas kenyataannya adalah salah, ia merasa melakukan aksi kejahatan menjadi masuk akal dan sah untuk dilakukan. Hal ini diungkapkan informan III (37), dalam kutipannya sebagai berikut : “Rusak, sekarang gini... contoh dulu saya pernah ada anak kecil dirumah sakit, saya minta bantuan kesana-kemari untuk mbayar rumah sakit nggak ada, minta utangpun nggak ada. Sampai saya nggadai'in motorpun karena terpaksa. Saya gitu lagi untuk mbayar rumah sakit, udah. Cuma untuk mbela'in anak aja.” (Informan III, 493-501) Keadaan yang tidak mengenakkan tersebut membuat informan III (37) merasa cukup tertekan, tidak tahu lagi harus mengambil langkah apalagi. Perasaan tertekan tersebut muncul dalam kutipan informan III (37), sebagai berikut : “Nggak cukup, terus saya hutang mana-mana nggak mau, ya udah terus tak putuske. Tak putuske kembali ke jalan yang dulu-dulu. Akhirnya tak bayar. Istri juga nanya "uang dari mana?". "Pinjam Teman".” (Informan III, 1302-1307) Keputusasaan pun terlihat di dalam kalimat berikut : “Saya minta bantuan kesana-kemari untuk mbayar rumah sakit nggak ada, minta utangpun nggak ada. Sampai saya nggadai'in motorpun karena terpaksa.” (Informan III, 495-499) Mementingkan kebutuhan keluarga menjadi alasan informan III (37) merasionalisasikan perbuatannya. Hal ini diungkapkan informan III (37), dalam kutipannya sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
“Nggak ada tapinya, emang karena mungkin kebutuhan.” (Informan III, 352-353) “Ya memang murni untuk kebutuhan keluarga. Khan ada juga pekerjaan seperti ini dapet uang untuk foya-foya, untuk senang-senang banyak. Ada banyak juga. Ya tapi khan kalau saya memang untuk keluarga.” (Informan III, 593-599) “Iya, itu ada yang nyandu. Kalo saya bukan nagih, karena cuma memang murni. Untuk anak aja. Kemarin sudah kerja, makanya khan diluar lama, biasanya diluar tiga bulan, empat bulan masuk. Di luar kemarin satu tahun dua bulan. Ya karena saya udah kerja. Ha karena ada temen dateng itu aja.” (Informan III, 645-647, 649-654) Informan III (37) merasakan kesulitan untuk bisa mendapatkan pekerjaan yang baik dan berubah dari kebiasaan melakukan kejahatan, ia merasa bahwa jalannya untuk bisa keluar dari dunia kejahatan belum terlihat. Ketika ingin mencoba membuat sebuah usaha, seringkali akhirnya tidak dapa direalisasikan karena kurang memiliki keterampilan yang mendukung usaha tersebut. Pada akhirnya informan III (37) merasakan perasaan ragu untuk mencoba membuat usaha. Ungkapan perasaan sulit dan ragu diungkapkan informan III (37) dalam kutipan sebagai berikut : “Cuma jalannya kadang nggak ketemu kalau mau keluar.” (Informan III, 755-756) “Misalnya kita mau jualan atau buka laundry, kita mau melangkahi ragu... udah ragu duluan itu khan kadang jalannya kaya susah. Kita udah berusaha padahal, tapi sepertinya jalannya susah.” (Informan III, 805-810) Merasa kesulitan dan ragu untuk melangkah serta berpikiran bahwa jalan hidupnya sulit semakin memunculkan perasaan learned helpesness dalam diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
informan III (37). Perasaan Learned helpesness tersebut yang mengantarkaan informan III (37) kembali ke pemikiran semula, lebih baik kembali melakukan aksi kejahatan. Hal ini terlihat dalam ungkapan informan III (37), sebagai berikut : “Karena terus... mungkin ada keputusasaan, udah berdoa, udah semuanya, usaha sudah, terus nggak ada jalan bener, kembali kesitu lagi.” (Informan III, 815-818) Ketika sedang berproses menjadi lebih baik, informan III (37) juga seringkali merasakan perasaan kesal dan tidak terima. Perasaan learned helpesness pun kembali muncul, ia merasa usahanya untuk menjadi lebih baik terasa sia-sia. Informan III (37) merasa menjadi orang baik sulit sekali. Informan III (37) pun kembali lagi berpikiran untuk menjadi orang jahat jika usahanya tidak pernah membuahkan hasil positif. Hal ini diungkapkan informan III (37), dalam kutipan sebagai berikut : “Ora, sesuk tak mbaleni seperti yang dulu aja. Sudah berusaha insyaf tapi masih tetep ditangkep?” (Informan III, 850-852) “Hmm... jadi istilahnya saya yang sudah mapan-mapan kerja, tapi kok masuk penjara lagi. Yawes sesuk kumat neh wae. Wong saiki kumat ra kumat podo wae. Saya menjadi orang benar itu emang susah mbak, uangel tenan. Jadi ini ya, ada pandangan kaya saya.. saya saja jadi orang baik tetep disalahin og. Nah itu sering.” (Informan III, 1046-1054) Pada suatu ketika saat informan III (37) sedang menjauhkan diri dari lingkungan yang menjerumuskannya dan sudah mendapatkan sebuah pekerjaan yang baik, datang seorang teman yang membuat dirinya sekarang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
kembali masuk ke dalam lembaga pemasyarakatan. Ia merasa sangat kecewa terhadap dirinya sendiri, ia kecewa karena perasaan sungkannya yang berlebihan membuat ia mengambil keputusan yang salah. Perasaan kecewa dan kesal terhadap diri sendiri tersebut diungkapkan informan III (37) secara jelas, sebagai berikut : “Datang sekali, dua kali, tiga kali sudah nolak. Dia malah pergi sendiri. Mencuri-mencuri, saya mbeli. Itulah, kesalahan saya disitu. Cuma satu itu, nggak ada salah lain.” (Informan III, 948-952) Perasaaan sungkan membuat informan III (37) akhirnya mengambil keputusan yang salah. Kata-kata tolong menjadi sesuatu yang sensitif bagi informan III (37), hal tersebut menguatkan perasaan sungkan dalam diri informan III (37). Secara sadar informan III (37) menyatakan bahwa dirinya paling tidak bisa menolak untuk membantu seseorang ketika ada yang meminta tolong kepadanya. Hal ini diungkapkan informan III (37), dalam kutipan sebagai berikut : “Terus karena mungkin ada pertimbangan kemanusiaan, dulu pernah ditolong teman juga.” (Informan III, 298-300) “Iya, makanya saya nggak enak itu. Akhirnya saya beli. Tolong, bilangnya tolonglah. Ya saya kira kalau sudah bilang tolong ya sudah.” (Informan III, 958, 960-962) “Sebelumnya membeli itu karena buat nolong dia mau pulang ke Jakarta.” (Informan III, 327-328) Informan III (37) berusaha memaknai pengalaman kejahatan yang sudah ia alami. Informan III (37) menangkap sebuah nilai dari hasil ia merefleksikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
seluruh pengalaman pribadinya terkait pengalaman kejahatan dan juga pengalaman temannya. Informan III (37) sadar bahwa semuanya kembali lagi ke diri sendiri dalam menyikapi sebuah keadaan. Bagaimana hati nurani masing-masing individu ikut berperan menentukan sebuah keputusan. Hal ini diucapkan informan III (37), dalam kutipan sebagai berikut : “Ya kadang seperti saya ni, seperti saya karena sering keluar-masuk pernjara karena pengaruhnya ada, khan di manfaatin sama orang luar juga. Pas saya keluar, "mas itu mas dibunuh, tak bayar sekian milyar". Itu khan ada. Itu khan pemanfaatan namanya. Kalau kita mau ya kita otomatis harus kesini lagi to? Kalau gak mau ya gak to? Iya. Semuanya ya tergantung diri kita sendiri. Kayak si Slamet juga kalau dia nggak mau ya mungkin nggak masuk sini. Ya tergantung diri kita sendiri. Kembali ke hati nurani kita sendiri.” (Informan III, 1280-1294) Penyesalan karena tidak mendengarkan orang lain untuk berhenti melakukan aksi kejahatan menjadi salah satu nilai yang didapatkan informan III (37) dari hasil ia merefleksikan pengalaman kejahatannya ketika sekarang mendekam di dalam lembaga pemasyarakatan : “Sedangkan aku disini. Padahal aku disini nggak ngapa-ngapain, kok diluar kadang tak sia-siakan, nah itu. Contohnya, saya dibilangin "udah nggak usah bergaul sama orang lain, nggak usah! Temen-temen kamu ditinggal". Tapi saya tetep masih bergaul.” (Informan III, 1169-1176) 4. Informan IV ( inisial R , 24) Melihat paparan informan IV (24) tindakan-tindakan kejahatan yang dilakukannya dapat disimak dari ketiga hal yang meliputi motif, lingkungan dan jenis tindakannya. Dinamika ketiga hal tersebut tidak dapat dipisahkan atau dilihat seagai bagian-bagian yang terpisah. Secara keseluruhan komponen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
di dalam pengalaman informan IV (24) terdiri atas pengalaman psikologis (emosi, pikiran, dll) yang saling berkaitan. Peneliti akan mengkonstruksikan kembali agar mudah dipahami mengenai apa yang sudah diceritakan oleh informan IV (24) seputar pengalaman kejahatannya dari awal melakukan aksi kejahatan hingga saat informan IV (24) di wawancarai. Informan IV (24) merupakan seorang laki-laki berumur 24 tahun yang berasal dari Jawa Tengah, Purwokerto. Sebelum masuk ke dalam dunia kejahatan, di tempat asalnya ia bekerja di sebuah bengkel selama lima bulan. Kemudian memilih untuk pergi ke kota Yogyakarta untuk mencari saudaranya, informan IV (24) merupakan korban perceraian kedua orang tuanya, setelah beberapa selang waktu kejadian perceraian kedua orang tuanyaIa mulai merantau dari tempat asalnya sejak tahun 2008 hingga sekarang 2015. Di Yogya, informan IV (24) tinggal bersama dengan saudaranya di daerah jalan Kaliurang, kemudian informan IV (24) tergabung dalam sebuah sanggar di daerah Timoho yang beranggotakan sekelompok pemuda yang berjumlah sekitar 23 orang dengan mata pencaharian sebagai pengamen jalanan. Pernah terlibat kasus kejahatan sebanyak dua kali. Yang pertama kasus pencurian dan yang kedua adalah kasus perampokan 2 buah minimarket,bersama dengan teman-temannya mampu mengantongi sekitar 35 juta dan beberapa benda berharga lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
Ketika di tempat asalnya ia tidak memiliki saudara, timbulah perasaan kesepian dalam diri informan. Hal ini diungkapkan oleh informan IV (24) dalam kutipannya sebagai berikut : “Sebelumnya saya disini khan dari rumah saya ke sini kan niatnya kan... nggak ada saudara kan mbak, nyari saudara saya.” (Informan IV, 45-48)
Perasaan kesepian yang dirasakan oleh informan IV (24) menjadi awal ia merantau ke Yogyakarta, tanpa memiliki bekal pengalaman yang cukup menjadi awal dimana dirinya masuk ke dalam dunia kejahatan. Tidak pernah terpikirkan sebelumnya di benak informan IV (24) untuk kemudian masuk ke dalam dunia kejahatan, perasaan kesepian dan kebutuhan untuk berada di dalam suatu kelompok sosial membuat informan IV (24) akhirnya bertemu dengan teman-teman baru yang juga memiliki perasaan sama atau senasib, kedua belah pihak saling berbagi cerita dan “nongkrong” bersama secara intensif, terbangunlah sebuah empati dan kedekatan serta rasa percaya di antara satu dengan yang lainnya. Perasaan tersebut semakin menguat, berawal dari pengalaman yang sama membuat informan IV (24) bersama teman-temannya seperti memiliki dukungan satu sama lain atas pengalaman-pengalaman yang senasib. Baik informan IV (24) dan temantemannya sama-sama jauh dari kedua orang tuanya dan mau tidak mau harus mampu menghidupi diri sendiri. Hal ini diungkapkan informan IV (24) dalam kutipannya sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
“Keluar, habis itu keluar khan ketemu sama anak-anak yang istilahnya eks-eksnya disini khan mbak, yang pernah masuk disini. Ya akhirnya kumpul-kumpul diluar lagi, malah...” (Informan IV, 157-161) “Iya, namanya orang sabar kan mesti kan banyak saling cerita tementemen yang kenal disitu, akhirnya ya udah.” (Informan IV, 105-108) “Ya, satu... karena kita khan udah jauh dari orang tua semua khan mbak. Disini khan kita juga istilahnya kaya hidup sendiri tu lho, tanpa tanggungan kedua orang tua atau saudara gitu.” (Informan IV, 231-236) Pengalaman senasib yang dimiliki keduanya adalah sama-sama jauh dari kedua orang tua dan mau tidak mau harus menghidupi diri sendiri. Informan IV (24) di umurnya yang masih sangat belia mendapati pengalaman yang tidak seharusnya dialami oleh bocah seusianya, kedua orang tuanya memilih untuk bercerai, ayah dan ibunya kemudian tinggal secara terpisah dan menjalani kehidupannya masing-masing, setelah peristiwa perceraian kedua orang tuanya telah sama-sama memiliki pasangan baru. Setelah pengalaman informan IV tersebut, ia tidak melanjutkan studinya di SMU. Informan IV (24) merasa sepi dan sendirian, dengan keadaannya informan IV (24) membutuhkan perlindungan dan dukungan sehingga ia memilih untuk merantau ke kota Yogyakarta untuk mencari keluarganya. Saat sudah berpindah informan IV (24) menjadi pengamen jalanan dan tidak lama setelahnya ia terlibat dalam kasus pencurian yang sama sekali tidak ia sadari. Pada saat itu informan IV (24) tidak paham jika temannya akan melakukan aksi kejahatan. Ketidaktahuan informan IV (24) dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi diungkapkannya dalam kutipan sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
“Aaa... nek itu cuma satu kok mbak. Itu aja yang nyuri khan temen, saya jadi dimotor. Teman saya lari, saya di pegang dimotor itu.” (Informan IV, 140-143) Informan IV (24) merasa bahwa ia tidak tahu apa-apa dan juga tidak merasa melakukan suatu perbuatan yang buruk. Kasus perampokan tersebut menjadi pengalaman pertama dan pintu masuk ia terjun ke dalam dunia kejahatan. Setelah bebas dari hukuman pidana penjara, informan IV (24) berteman dengan teman-teman baru yang dulunya adalah bekas narapidana, dengan intensitas pertemuan dan perasaan senasib membuat keduanya akhirnya memiliki gagasan untuk melakukan aksi kejahatan. Keadaan sama-sama jauh dari kedua orang tua dan harus menghidupi diri sendiri diyakini dan dijadikan oleh informan IV (24) sebagai pembenaran atas perbuatan kejahatan yang ia lakukan bersama dengan temantemannya. Hal ini diungkapkan informan IV (24) dalam kutipannya sebagai berikut : “Ya, satu... karena kita khan udah jauh dari orang tua semua khan mbak. Disini khan kita juga istilahnya kaya hidup sendiri tu lho, tanpa tanggungan kedua orang tua atau saudara gitu. Makan sendiri, nyari uang sendiri. Ya udah itu karena kebutuhan ekonomi.” (Informan IV, 231-238) Dengan menganalisa data dari sisi psikologis informan IV (24), maka dapat ditarik sebuah benang merah, bagaimana informan IV (24) berusaha memaknai penglaman kejahatannya. Didapatkan suatu makna yang melatar belakangi informan IV (24) masuk ke dalam dunia kejahatan, yaitu berawal dari sebuah pengalaman kurang menyenangkan yang ia dapatkan ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
umurnya masih belia. Kedua orang tuanya memutuskan untuk bercerai. Hal ini menjadi titik awal dimana kehidupan informan IV (24) berubah drastis. Informan IV (24) memilih untuk tidak hidup bersama bapak atau ibunya, ia lebih memilih solitare dan hidup bebas sesuai keinginanya. Pada satu titik ia mulai merasa kesepian dan membutuhkan dukungan dari orang lain selain itu informan IV (24) memiliki kebutuhan untuk tetap berada di dalam suatu kelompok masyarakat. Menghidupi diri sendiri menjadi hal yang berat untuk informan IV (24), ia belum siap untuk menghidupi dirinya sendiri dan mandiri, ketidaksiapan tersebut mengantarkannya dalam pembenaranpembenaran perilaku kejahatan dan bertemunya ia dengan teman-teman baru yang membawanya masuk ke dalam dunia kejahatan. Hal ini yang menjadi dasar dari sebuah pengalaman kejahatan dan juga kronologi penglaman kejahatan yang dialami oleh informan IV (24). Berikut di bawah adalah analisis dari keseluruhan data mengenai pengalaman kejahatan informan IV (24) yang saling berkaitan, dilihat dari berbagai macam hal yang kemudian membentuk suatu kronologis pengalaman kejahatan berulang informan IV (24). Informan IV (24) mulai masuk ke dalam dunia kejahatan dimulai dari pertemuannya dengan teman-teman baru diluar sanggar. Pengalaman pertama melakukan aksi kejahatan tidak disadari oleh informan IV (24), hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
disebabkan karena ketidaktahuan Informan IV (24) atas apa yang dilakukan oleh rekannya. Berikut kutipan yang diungkapkan oleh informan IV (24) : “He eh. Jadi temen saya masuk ke rumah, nyuri dirumah itu, saya juga nggak tahu kalau diajak mencuri, orang pas 2013 itu khan saya belum pernah kaya gitu mbak. Masih aktif di kegiatan ngamen itu. Saya disuruh nunggu dimotor, nggak tahu temen saya masuk kerumah, keluar kok diteriakin maling.” (Informan IV, 330-339) Informan menyadari bahwa dirinya mulai mengenal dan masuk ke dalam dunia kejahatan setelah bertemu dengan teman-teman di luar sanggar, temanteman yang ia sendiri beri istilah sebagai orang yang benar-benar hidup di jalan. Selain itu, informan IV (24) menyadari bahwa lingkungan pergaulannya merupakan sebab akibat dirinya masuk ke dunia kejahatan. Informan IV (24) bersama dengan teman-temannya sering “nongkrong” bersama, kehidupan hedonis di dalam pergaulan tersebut mulai muncul dengan adanya peningkatan intensitas pengkonsumsian minuman beralkohol. Bagi Informan IV (24) dan teman-temannya minuman alkohol digunakan sebagai alat untuk menambah
keberanian
mereka
secara
psikologis
dalam
nantinya
melaksanakan aksi kejahatan. Hal ini diungkapkan oleh informan IV (24) : “Ya karena pergaulan itu, pergaulan di... kenal sama orang-orang yang istilahnya dijalan gitu, yang bener-bener dijalan tu lho. Lain dari luar anak sanggar itu, khan seneng kerja yang kaya gitu-kaya gitu. Akhirnya saya juga ikut. Saya ikutlah dari anak minuman itu, dari alkohol, terpengaruhi. Ya dari temen ke temen. Iya, namanya orang sabar kan mesti kan banyak saling cerita temen-temen yang kenal disitu, akhirnya ya udah. Awalnya cuma nongkrong aja. Nongkrong, nongkrong terus ya udah minum-minum gitu, terus ya kaya gitu. Dan terpengaruhnya juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
dari minuman-minuman.” (Informan IV, 92-100, 103, 105-108, 121, 123125, 175-177) Informan IV (24) menggambarkan dirinya tidak memiliki perasaan takut dan semakin merasa memiliki perasaan tertantang ketika melakukan aksi kejahatan. Kurangnya perasaan takut tersebut dipengaruhi oleh minuman alkohol yang ia dan teman-temannya konsumsi. Selain itu yang membuat ia dan teman-temannya tidak takut karena mereka belum memiliki gambaran atau pikiran kedepannya akan bagaimana jika nantinya tertangkap. Hal ini diungkapkan informan IV (24) sebagai berikut : “Ya kalau takutnya itu enggak'e mbak. Nggak takut.Ya awalnya dari pertama kita nongkrong-nongkrong gitu, lihat toko-toko yang malem masih buka itu khan. Namanya kalau orang udah punya... orang udah kena alkohol, terpengaruh alkohol, obat-obatan tu kan nggak punya itu... nggak punya rasa takut khan mbak. Yang penting kita bisa nguasain barangnya gitu. Akhirnya sudah, habis itu kita beli... beli minuman di Indomaret itu. Lebih seneng diajak itu, maksudnya kan posisinya juga kita kan ya memang udah nggak tau mbak, namanya udah nggak punya pikiran gimana kalau ketangkep itu. Kaya udah nggak punya pikiran gitu. Yang penting kita untuk hari besok senang dan senang, gitu aja.” (Informan IV, 213-223, 298, 300, 302-309)
Ditambah setelah berhasil melakukan aksi kejahatan tidak ada perasaan malu terhadap lingkungan sosial. Karena merasa dengan menggunakan atribut untuk menyamar, ia merasa aman dan tidak merasa malu. Hal ini diungkapkan oleh informan IV (24) sebagai berikut : “Nggak mbak. Nggak ada. Iya. Biasa aja. Soalnya juga kita melakukan kayak gitu kan tidak dengan... apa... transparan itu lho mbak. Dengan masker, dengan tertutup gitu mbak.” (Informan IV, 399, 401, 412-416)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
Hal yang kemudian dirasakan dan disadari oleh informan IV (24) kenapa memlilih masuk ke dalam dunia kejahatan adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kebutuhan untuk memiliki uang yang banyak. Hal lain yang mendukung kebutuhan-kebutuhan informan IV (24) adalah karena di antara mereka sendiri sudah jauh dari orang tua. Secara mental informan IV (24) sama sekali belum siap untuk hidup mandiri. Sehingga ia melakukan pembenaran (rasionaliasi) keputusan melakukan kejahatan dengan alasan pemenuhan kebutuhan. Lingkungan pergaulannya pun menjadi penguat untuk dirinya semakin yakin memutuskan melakukan kejahatan. Hal ini ditunjukkan dalam ungkapan oleh informan IV (24) sebagai berikut : “Ya ngajak... sebenernya namanya kita diluar juga khan pengen punya uang gede khan mbak. Pengen punya uang banyak khan ya. Ya, satu... karena kita khan udah jauh dari orang tua semua khan mbak. Disini khan kita juga istilahnya kaya hidup sendiri tu lho, tanpa tanggungan kedua orang tua atau saudara gitu. Makan sendiri, nyari uang sendiri. Ya udah itu karena kebutuhan ekonomi. He em.” (Informan IV, 171-174, 231-238, 317) Hal lain yang mendorong informan IV (24) memilih untuk melakukann aksi kejahatan adalah sikap hedon dari ingkungan tempat ia bergaul, yang lebih menginginkan kesenangan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan kesenangan.Hal ini diungkapkan oleh informan IV (24) sebagai berikut : “Lebih seneng diajak itu, maksudnya kan posisinya juga kita kan ya memang udah nggak tau mbak, namanya udah nggak punya pikiran gimana kalau ketangkep itu. Kaya udah nggak punya pikiran gitu. Yang penting kita untuk hari besok senang dan senang, gitu aja. Iya. Ya buat seneng-seneng, buat beli keperluan sehari-hari. Seneng-senengnya cuma... ya main ke cafe, udah itu. Ho oh beli minum paling, karaoke,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
dugem, udah itu.” (Informan IV, 302-309, 295, 582-583, 586-587, 593594) Keadaan lain yang membuat informan IV (24), memilih untuk masuk ke dalam dunia kejahatan adalah karena dirinya merupakan korban perceraian kedua orang tuanya, sehingga ia harus hidup dengan membiayai dirinya sendiri. Informan IV (24) belum siap dengan keadaan yang berubah begitu cepat. Hal ini diungkapkan oleh informan IV (24) sebagai berikut : “Ya, satu... karena kita khan udah jauh dari orang tua semua khan mbak. Disini khan kita juga istilahnya kaya hidup sendiri tu lho, tanpa tanggungan kedua orang tua atau saudara gitu. Kalau... khan orang tua saya pisahan mbak. Bapak-ibu khan udah cerai. Hmm... kalau yang tau cuma bapak, keluarga dari bapak. Kalau keluarga dari ibu nggak ada yang tahu. Sejak 2008, kelas dua SMA. Saya SMA disana, putus, lalu saya ke Jogja, kesini. Ya itu, nyari keluarga, nyari bapak saya to. Iya. Udah sendiri. Bapak juga udah sama istrinya sendiri to, udah sama istri barunya.” (Informan IV, 231-236, 264-268, 276-279, 269, 288-289) Adanya kesenangan tersendiri yang diperoleh ketika melakukan aksi kejahatan ketika berhasil atau sukses dalam menjalankan aksi kejahatan. Hal ini diungkapkan oleh informan IV (24) sebagai berikut : “Yang saya rasain ya... ya itu mbak... apa... seneng gitu.Yang... ya itu mbak yang didapet kebanggaan itu, senang.” (Informan IV, 350-251, 359361) Kesenangan yang dimaksud oleh informan IV (24) adalah kebanggaan karena ia berhasil mendapatkan sesuatu yang sebelumnya belum pernah ia dan teman-temannya miliki. Hal ini diuangkapkan oleh informan IV (24) sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
“Iya. He eh. Ya kebanggaan seperti... ya namanya khan kita kayanya nggak pernah punya kaya gitu khan mbak, jadi pas punya kaya gitu rasanya seneng itu.” (Informan IV, 351, 368, 351-354) Setelah informan IV (24) tertangkap dan masuk ke lembaga pemasyarakatan, mulailah informan IV (24) merasa malu. Secara sadar informan IV (24) merasa bahwa dirinya kurang memiliki prinsip dan belum bisa memperbaiki hidupnya. Hal ini diungkapkan oleh informan IV (24) sebagai berikut : “Ya kalau sesudah ketangkepnya gini juga malu, kalau sebelumnya ya... Ya sangat inilah mbak... ya gimana ya... saya belum bisa ini'e. Soalnya saya juga belum bisa berubah to? Belum bisa menyikapi prinsip saya. Atau saya menyikapinya sih paling ya kejahatan kan dimata orang pasti kan ya... cenderung negatif lah. Kalau saya belum bisa menyikapi.” (Informan IV, 409-410, 356-363)
D. Dinamika Pengalaman 1.
Informan I (22) Perceraian kedua orang tua menjadi pengalaman yang membuat informan
I (22) merasakan stress dan marah, Ia pun tidak melanjutkan pendidikannya hingga selesai. Sullivan menyebutkan terdapat dua jenis ketegangan, yaitu kebutuhan dan kecemasan. Ketegangan yang dirasakan oleh informan I (22) mungkin adalah kecemasan. Ketegangan sendiri adalah potensi tindakan yang mungkin atau tidak mungkin dialami dalam kesadaran (Sullivan dalam Feist & Feist, 2010). Ia menyalahkan perceraian kedua orang tuanya sebagai penyebab ia mulai masuk ke dalam dunia kejahatan, bergaul dengan orang-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
orang yang salah dan menjadi tidak terarah. Manusia secara naluriah akan berusaha untuk terus mengurangi ketegangan-ketegangan yang ada di dalam dirinya. Pengalaman yang tidak menyenangkan tersebut direpresi informan I (22) dengan cara dilupakan dan tidak dihiraukannya secara tidak sadar. Seperti kehilangan arah dan tidak memiliki prinsip, informan I (22) terus menerus mencari kesenangan-kesenangan untuk membuatnya keluar dari perasaan penat. Bergaul dengan banyak orang dan terpengaruh oleh konformitas kelompok, mungkin merupakan salah satu cara informan I (22) menemukan identitas diri dan prinsip di dalam situasinya yang tidak terarah dan ambigu. Lingkungan menjadi salah satu pengaruh informan I (22) semakin jauh masuk ke dalam dunia kejahatan. Pengaruh negatif yang diterima dari lingkungan pergaulannya membawanya masuk ke dalam kehidupan hedonis, mengkonsumsi narkoba, bersenang-senang dan membeli sepeda motor untuk balap semakin memperburuk keadaannya. Keadaan ekonomi informan I (22) tidak mampu untuk terus menerus memenuhi semua kebutuhannya tersebut. Bersama dengan teman-temannya memutuskan untuk terus melakukan aksi kejahatan demi mendapatkan uang yang banyak dan semua kebutuhan pun dapat terpenuhi.
2.
Informan II (39) Analisis pengalaman kejahatan pada informan II (39), ditemukan sebab-
sebab yang membuat informan II (39) akhirnya memutuskan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
berkomitmen pada dunia kejahatan dan melakukan kejahatan berulang. Hal lain yang membuat informan II (39) masuk ke dalam dunia kejahatan adalah sejak kecil ia sudah tidak tinggal dengan kedua orang tuanya, hubungan interpersonal dengan kedua orang tuanya kurang harmonis, kurangnya arahan dan perhatian dari kedua orang tuanya kemudian timbulah perasaan marah dan kecewa. Secara tidak langsung informan II (39) menyalahkan kedua orang tuanya karena dianggap tidak bertanggung jawab atas dirinya. Kurangnya arahan dan bimbingan dari orang tua pada situasi lingkungan yang kurang positif membuat informan II (39) akhirnya masuk ke dalam dunia kejahatan. Tempat tinggal asal informan II (39) sejak awal memiliki kebiasaan tersendiri yang secara turun temurun yang menerus berlanjut di Alas Roban. Masyarakat di Alas Roban banyak yang melakukan perbuatan kejahatan seperti pencurian, perampokan, dll. Melakukan perbuatan tersebut bukan merupakan aksi kejahatan namun oleh masyarakatnya diberi nama dengan istilah “bekerja”, sedangkan masyarakat yang melakukan aksi kejahatan tersebut diberi istilah sebagai “pemain”. Sudah menjadi turun temurun bagi masyarakat Batang, Alas Roban untuk hidup mencari uang dengan cara melakukan tindakan kejahatan dan sebagian dari mereka yang menjadi “pemain” tercatat sudah pernah masuk ke lembaga pemasyarakatan. Secara otomatis kebiasaan tersebut membuat informan II (39) terbiasa dngan keadaan yang tidak seharusnya bagi masyarakat umum, tinggal di dalam lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
dengan tingkat kriminalitas yang tinggi memberikan peluang yang besar kepada informan II (39) masuk ke dalam dunia kejahatan. Selain relasi dengan kedua orang tuanya yang kurang baik, kurangnya mendapat arahan dan bimbingan, serta keadaan lingkungan tempat tinggal yang kurang mendukung, informan II memilih untuk tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Ia lebih memilih suara hati dan keinginannya untuk bisa menghasilkan uang, adanya kesenangan yang ia dapatkan ketika mampu menghasilkan uang sendiri di umur yang masih belia. Memiliki beberapa kebutuhan mulai dirasakan oleh informan II namun tidak dapat ia penuhi sendiri. Sejak awal sikap dan mental informan II sudah terbentuk oleh pengalaman-pengalaman kurang baik yang diterimanya, untuk pertama kalinya ia pun dengan mudah menerima tawaran dari saudaranya untuk melakukan aksi kejahatan karena menginginkan sebuah sepeda motor. Keadaan emosi yang tidak stabil menjadi alasan informan II menerima tawaran melakukan kejahatan, konflik dengan istrinya memberikan tekanan psikis sendiri pada dirinya, perasaan kesal dan jengah membuat informan II mencari tempat pelampiasan yang salah. Informan II (39) menjadi terbiasa mencari uang dan mengatasi ketegangan-ketegangan dengan melakukan kejahatan, Informan II (39) merasa bahwa kurangnya arahan dan bimbingan dari kedua orang tuanya membuat dirinya terjun ke dalam dunia kejahatan, namun di sisi lain ia juga menyadari bahwa keputusan untuk terjun ke dalam dunia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
kejahatan dipilih atas kesadarannya sendiri. Kebebasanlah yang diinginkannya pada saat itu. Setiap akan melakukan aksi kejahatan, sistem orang kepercayaan digunakan informan II (39) dan teman-temannya dalam mengumpulkan anggota. Informan II (39) dianggap sudah memiliki track reccord yang baik oleh teman-temannya. Suatu ketika ia sudah menolak tawaran untuk melakukan aksi kejahatan, namun rayuan teman-teman dan track reccord yang baik di dunia kejahatan kembali menyeretnya ke dalam dunia kejahatan. Hanya orang-orang yang dipercaya dan memegang kepercayaan saja yang akan diajak melakukan tindakan kriminal. Selain itu, karena kondisi ekonomi yang kurang mendukung Melakukan kejahatan untuk memenuhi kebutuhn keluarga karena secara ekonomi kurang mendukung.
3.
Informan III (37) Pengalaman kurang menyenangkan semasa remaja menjadi akar yang
melatarbelakangi informan III (37) mulai melakukan kejahatan. Pengalaman mendapatkan perlakuan yang tidak adil memberikan ketidaknyamanan tersendiri bagi informan III (37), perasaan tertindas membuat informan III (37) kehilangan kesabarannya. Terus menerus dituduh membuat informan III (37) merasa kesal, tidak terima, dan jenuh, serta hilang kesabaran, atau singkat kata ia merasa frustasi akibat perlakuan tidak adil yang diterimanya, sehingga mendorong informan III (37) memunculkan sisi agresif yang selama ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
berusaha dikontrolnya. Sebuah frustasi mampu mempengaruhi tindak kekerasan di sekolah dan kampus, sejumlah siswa yang melakukan kejahatan dahulunya merupakan seseorang yang pernah menjadi objek ejekan dan bullying atau menganggap dirinya diperlakukan tidak adil (Sears, Peplau, Taylor, 2009). Terjadilah penganiayaan yang menjadi pengalaman pertama informan III (37) melakukan tindakan kejahatan dan menjadi narapidana. Menjadi narapidana di dalam lembaga pemasyarakatan membuatnya mengenal berbagai macam orang dengan latar belakang kejahatan yang berbeda-beda, secara tidak disadari informan III (37) mulai tertarik masuk ke dalam dunia kejahatan. Setelah keluar dari lembaga pemasyarakatan, informan III (37) masih bergaul dengan teman-teman sesama narapidana, pergaulan menjadi salah satu sebab informan III (37) mulai intens melakukan aksi kejahatan. Tawaran untuk melakukan aksi kejahatan datang dari teman-temannya silih berganti, belum ada rancangan yang akan ia lakukan untuk kehidupan di masa depan karena bagi informan III (37) menjalani kehidupan saat ini dengan sebaikbaiknya adalah satu hal yang dipikirkannya saat itu, sehingga ia memilih untuk menerima ajakan temannya. Selain itu informan III (37) memiliki perasaan sungkan untuk dapat menolak tawaran dari temannya, ia akan semakin sungkan untuk menolak tawaran dari temannya ketika kata-kata “tolong” terucap dari mulut temannya. Terdapat kemungkinan lain informan III (37) merupakan seseorang yang tidak suka jika ditolak dan sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
seseorang yang menyandang predikat pelaku kriminal dengan kemampuan yang baik serta selalu diandalkan membuat informan III (37) merasa memiliki harga diri yang tinggi dan merasa diri sebagai tokoh heroik sehingga sulit baginya untuk menolak. Kemampuan ekonomi informan III (37) kurang mendukung untuk bisa memenuhi kebutuhan keluarga, pengalaman kesulitan mendapatkan bantuan uang dan situasi-situasi mendesak lainnya memberikan tekanan kepada informan III (37). Mulai setelah informan III (37) melakukan kejahatan dan mudah mendapatkan uang, secara tidak benar-benar disadari ia menjadi seperti merasa ketagihan untuk menghasilkan uang dengan melakukan kejahatan, perasaan ketagihan menghasilkan uang dengan melakukan kejahatan semakin diperkuat dengan perasaan putus asa dan stress, ia idak ada pilihan lain selain menerima tawaran melakukan aksi kejahatan dari temantemannya, sebab Informan III (37) mendapatkan stereotip sebagai mantan narapidana dari masyarakat yang membuatnya
kesulitan dalam mencari
pekerjaan, beberapa kali ia mendapatkan judgment negatif karena stereotipnya sebagai seorang mantan narapidana. Keputusasaan pun mulai dirasakan oleh informan III (37), keputusasaan dalam dirinya semakin bertambah menguat ketika aparat masih terus menjadikan informan III (37) sebagai target operasi meskipun ia sudah tidak lagi melakukan tindakan kejahatan. Kesal, tidak terima diperlakukan tidak adil, dan jenuh dirasakan olehnya berujung pada pendapat pribadi bahwa menjadi orang baik sangat sulit, kesimpulan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
didapatkan dari pengalaman yang tidak menyenangkan tersebut membuat informan III (37) berpikir lebih baik terus menjadi orang jahat daripada sudah berusaha menjadi baik namun tetap mendapatkan label dan stereotip. Tidak memiliki keberanian untuk melangkah (membangun suatu usaha) juga memperkuat informan III (37) mencari uang dengan melakukan kejahatan, terdapat kemungkinan informan III (37) malas untuk berusaha. Seperti yang pernah dipaparkan di atas hal lain yang membuat informan III (37) menjadi sulit untuk keluar dari dunia kejahatan dan terus menerus terlibat dalam aksi kejahatan adalah karena ia dianggap memiliki keahlian dan track reccord yang bagus di dunia kejahatan, sistem orang kepercayaan yang dianut oleh para pelaku kejahatan membuat informan III (37) terus menerus dikejar oleh teman-temannya. Keadaan
ekonomi
yang
menghimpit,
lingkungan
yang
kurang
mendukung, serta pengalaman ketika kesulitan mendapatkan pinjaman uang membuat informan III (37) membenarkan perbuatannya. Ia sadar dan paham bahwa perbuatannya salah namun tetap ia ambil. Bandura mengatakan meskipun seseorang memiliki prinsip moral yang kuat, ada bebeapa mekanisme yang dapat dipakai untuk memisahkan tindakan tercela dengan pencelaan diri. Mekanisme ini memungkinkan seseorang melanggar prinsip moral yang dimilikinya tanpa perlu ia merasa perlu mencela diri atau tanpa merasa bersalah (dalam Hergenhahn dan Olson, 2010). Mementingkan kebutuhan keluarga menjadi prioritas baginya untuk kemudian mengambil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
jalan apapun ia pun melakukan justifikasi moral. Informan III (37) menjadikan tindakan yang tercela tersebut menjadi cara untuk mencapai tujuan yang lebih luhur sehingga perbuatannya dibenarkan olehnya. Di dalam hati ia berharap memiliki pekerjaan yang baik karena khawatir kepada anakya anaknya mengikuti jejak menjadi seorang pelaku kejahatan dan ia pun juga merasa malu telah memilih keputusan sebagai pelaku kejahatan. Sudah sejak lama informan III (37) ingin mengakhiri hidupnya di dunia kejahatan namun sulit baginya untuk keluar dari lingkungan tersebut, sebab bukan kenyamanan yang ia rasakan. Informan III (37) sudah merasa jenuh, lelah, dan bosan, serta pengalaman kekerasan dan ketidakadilan yang ia terima. Beberapa usaha sudah ditempuh namun masih terus belum membuahkan hasil. Usaha untuk menjauh dari duna kejahatan pun gagal, ia merasa kecewa dan marah pada dirinya sendiri. Perlahan informan III (37) mulai merefleksikan seluruh pengalaman pribadinya terkait pengalaman kejahatan dan juga pengalaman di sekelilingnya dan ia sadar bahwa semua keputusan kembali lagi ke diri sendiri dalam menyikapi sebuah keadaan, bagaimana hati nurani manusia memiliki peran dalam menentukan sebuah keputusan. 4.
Informan IV (24) Pada informan IV (24) ditemukan hal mendasar yang membuat informan
IV (24) kemudian memutuskan berkomitmen ke dalam dunia kejahatan adalah karena pengalaman kurang menyenangkan semasa remaja, dimana orang tua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
informan IV (24) bercerai. Pada umurnya yang masih belia hal ini menjadi sebuah goncangan yang kemudian membuat informan IV (24) memilih untuk hidup solitare dan memilih hidup bebas sesuai dengan keinginannya bahkan memilih untuk tidak menyelesaikan pendidikannya sebagai salah satu bentuk pemberontakan atas pengalaman tersebut. Perlman dan Peplau (dalam Sears, Peplau, Taylor, 2009) mengungkapkan ketika hubungan sosial seseorang kekurangan beberapa aspek penting, orang tersebut akan merasakan sebah penderitaan personal dari situasi loneliness (kesepian). Hal tersebut yang perlahan dirasakan oleh informan IV (24) dan kurang mampu untuk hidup solitare muncul di dalam diri informan IV (24), secara psikis dan mental ia belum siap untuk hidup solitare dan mandiri, bagaimana ia harus menghidupi dirinya sendiri secara mandiri. Ketidaksiapan mental untuk hidup mandiri dan merasakan perasaan kesepian mengantarkan informan IV (24) pada keputusan untuk merantau ke Yogyakarta dengan harapan mencari perlindungan dan dukungan hidup dari saudaranya. Datang ke Yogyakarta tanpa membawa bekal pengalaman yang cukup dan kurang memiliki kepekaan terhadap lingkungan sekitarnya menjerumuskan informan IV (24) ke dalam dunia kejahatan. Ketidaktahuan dan ketidakpekaannya membuat dirinya terlibat dalam kasus pencurian yang sebenarnya tidak melibatkannya secara langsung. Kebutuhan untuk menjalin hubungan sosial adalah bagian dari warisan evolusi manusia (Berscheid & Regan, dalam Sears, Peplau, Taylor, 2009). Di sepanjang hidup, seseorang terus mencari pertemanan, sahabat, dan ingin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
menjalin ikatan erat dengan orang yang peduli dan menerima kita. Kebutuhan diterima merupakan sebuah elemen universal dalam diri manusia sama seperti kebutuhan untuk makan dan minum (Baumeister & Leary dalam Sears, Peplau, Taylor, 2009). Adanya kebutuhan untuk terus berada di dalam suatu kelompok sosial dirasakan informan IV (24) setelah keluar dari lembaga pemasyarakatan, kemudian ia mulai bergaul dengan teman-teman di dalam lingkungan yang selama ini terbiasa hidup di dunia jalanan yang mengarah pada kehidupan kriminal. Sering berkumpul bersama, mendapatkan pengaruh konformitas berupa gaya hidup hedonis, setiap hari mengkonsumsi minuman alkohol dan mencari kesenangan-kesenangan lainnya. Minuman alkohol pun dijadikan sebuah alat untuk menambah keberanian mereka secara mental ketika melaksanakan aksi kejahatan. Ketika seseorang yang tenang diprovokasi untuk melakukan sebuah agresi, ia akan mampu menahan dirinya dan memikirkan kemungkinan niat sang provokator dan kemungkinan balas dendam, sedangkan seseorang yang mabuk lebih tidak memperhatikan konsekuensi dari tindakannya (Zeichner dan Phil, 1979 dalam Sears, Peplau, Taylor, 2009). Secara khusus alkohol cenderung menaikkan respon agresif terhadap provokasi, seperti ancaman, frustasi, dan niat jahat (Sears, Peplau, Taylor, 2009). Tidak ada perasaan takut membuat informan IV (24) malah semakin merasa tertantang di bawah pengaruh alkohol tanpa memikirkan dan memperhatikan konsekuensi dari tindakannya. Ketidaksiapan informan IV (24) untuk hidup mandiri (pemenuhan kebutuhan hidup dan hidup sendiri)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
menjadi pembenaran (rasionalisasi) bagi dirinya melakukan aksi kejahatan. Terbawa oleh suasana dan perasaan senasib serta konformitas di dalam kelompok membuat dirinya semakin yakin atas alasan pembenaran tersebut. Kebutuhan untuk hidup hedon, mencari kesenangan pun menjadi alasan informan IV (24) berkomitmen di dalam dunia kejahatan. Lingkungan pergaulan memberikan pengaruh yang besar dalam pemilihan keputusan informan untuk berkomitmen dengan dunia kejahatan. Berhasil melaksanakan aksi kejahatan menjadi sebuah kesenangan tersendiri bagi informan IV (24) dan teman-temannya, kesenangan yang didapat adalah rasa bangga karena mampu memiliki barang-barang yang sebelumnya belum pernah ia miliki. Perasaan malu dengan lingkungan sosial pun tidak dirasakannya, ia merasa aman karena sudah menggunakan atribut penyamaran, ketiadaan perasaan malu tersebut semakin menguat karena informan IV (24) sama sekali belum memikirkan dan mempertimbangkan konsekuensi ke depan bagaimana jika nantinya tertangkap. Setelah tertangkap untuk yang kedua kalinya informan IV (24) mulai merasa malu bahkan ia pun mulai menyadari bahwa ia belum memiliki prinsip hidup dan masih merasa belum bisa memperbaiki hidupnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
E. Pola Pengalaman Hasil yang didapat setelah melakukan proses analisis dari keempat informan adalah terdapat beberapa pola pengalaman yang sama dan juga ditemukan pola pengalaman yang berbeda. Pengalaman tiap informan memberikan temuan yang bersifat personal dan unik. Setiap kejadian memiliki penyebab yang memberikan pengaruh dan akibat kepada hal-hal lainnya sehingga antara peristiwa saat ini dan penyebab di masa sebelumnya menjadi suatu hubungan relasional yang tidak dapat dilihat secara terpisah antara halhal yang ada di dalam diri dan hal-hal yang ada diluar diri individu (lingkungan,keluarga, dll) (Gergen, 2009). Pengalaman-pengalaman unik dan signifikan dari keempat
informan menjadi
dasar
mengapa mereka
memutuskan untuk masuk ke dalam dunia kejahatan dan terus berulang melakukan kejahatan. A. Pengalaman serupa yang membentuk pola Ditemukan pola pengalaman serupa yang menjadi dasar keempat informan memutuskan untuk terjun ke dalam dunia kejahatan, pola pengalaman serupa meliputi sebagai berikut: 1. Pengalaman kurang menyenangkan a.
Perceraian kedua orang tua Pada informan I (22) dan IV (24) kedua orang tua mereka
memutuskan bercerai saat umur mereka masih sangat belia, keadaan tersebut menyebabkan tekanan psikologis seperti stress, terguncang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
dan perasaan marah ke dalam diri kedua informan. Ketidaksiapan diri untuk kemudian hidup mandiri dan solitare pun dirasakan oleh kedua informan, akibat peristiwa perceraian tersebut juga membuat kedua informan tidak mendapatkan arahan dan bimbingan yang seharusnya. Dalam situasi yang tidak nyaman membuat kedua informan berusaha mencari perasaan aman dan nyaman serta muncul pemberontakan atas perasaan-perasaan menyakitkan tersebut dengan cara bergaul dengan sekelompok orang yang kebetulan salah dan mencari kesenangankesenangan lainnya seperti mengkonsumsi minuman keras, narkotika, dll. Pergaulan di tempat yang salah tersebut memberikan peluang kepada kedua informan tersebut mulai memasuki dunia kejahatan. Penglaman ini menjadi pemicu informan I (22) dan IV (24) untuk tidak melanjukan pendidikannya. b.
Tidak diasuh oleh orang tua Informan II (39) memiliki pengalaman tidak menyenangkan yang
disebabkan oleh orang tuanya, sejak kecil informan II (39) tidak tinggal bersama dengan orang tuanya. Pengalaman tidak diasuh oleh orang tua memunculkan perasaan marah dan kecewa, Ia juga merasa kurang mendapatkan arahan dan bimbingan, hubungan interpersonal antara informan II (39) dengan kedua orang tuanya pun kurang begtu harmonis. Informan II (39) menyalahkan kedua orang tuanya sebagai penyebab dirinya masuk ke dalam dunia kejahatan, pengalaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
tersebut juga menimbulkan perasaan marah yang cukup mendalam bagi informan II (39), selain itu pengalaman ini memicu informan II (39) memilih untuk tidak melanjutkan pendidikannya. c.
Yatim piatu Sejak kecil sudah menjadi seorang yatim piatu karena kedua orang
tuanya meninggal dunia menyebabkan informan III (37) harus berjuang untuk hidup mandiri tanpa adanya arahan dan bimbingan dari kedua orang tuanya, meskipun pada saat setelah peristiwa tersebut ia sempat diasuh oleh paman dan bibi serta seorang guru SMU. Pengalaman yang kurang menyenangkan terkait dengan orang tua didapatkan keempat informan di umur yang masih belia. Pengalaman yang kurang menyenangkan tersebut sama-sama memberikan efek yang tidak menyenangkan bagi keempat informan terkhususnya bagi informan I (22), II (39) dan IV (24)) karena pengalaman tidak menyenangkan terkait dengan orang tua memunculkan perasaan marah, kecewa, dan perasaan stress, perasaan-perasaan
tersebut
kemudian
memunculkan
beberapa
bentuk
pemberontakan seperti bergaul dengan orang-orang yang memiliki dampak negatif, mengkonsumsi alkohol, narkotika, dan bersenang-senang dengan wujud lainnya, pengalaman di tempat yang salah kemudian mungkin dapat memberikan peluang yang lebih besar bagi mereka untuk masuk ke dalam dunia kejahatan. Bagian ini perlu diberi perhatian khusus karena terdapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
sebuah pola atas pengalaman signifikan yang sama dialami dan dirasakan oleh ketiga informan (informan I (22), II (39), IV (24)), yaitu atas peristiwa perceraian orang tua memunculkan perasaan marah, kecewa, dan stress, kemudian sebagai akibat dari perasaan-perasaan menyakitkan tersebut muncul sebuah pemberontakan. Dampak lain yang mereka dapatkan dari pengalaman yang kurang menyenangkan terkait dengan orang tua adalah kurang mendapatkan arahan dan bimbingan dari kedua orang tua. Pada masa remaja sebagai anak muda mereka berjuang untuk mencari tahu siapa dirinya dan bukan dirinya. (Feist & Feist, 2011). Keempat informan menjadi sulit untuk mencari identitas diri, dalam keadaan tidak terarah tersebut membuat ketiga informan kurang memiliki prinsip di dalam hidupnya. Idealnya keluarga menjadi tempat utama dalam masa perkembangan seorang anak, dalam tahap perkembangan kepribadian anak keluarga memiliki fungsi sebagai role model. Menurut Parke, dkk (dalam Santrock, 2012) keluarga dianggap sebagai sebuah konstelasi berisi berbagai subsistem yang memiliki satu kesatuan kompleks yang tersusun atas bagian-bagian yang saling berkaitan dan saling berinteraksi, yang didefinisikan menurut generasi, gender dan peran. Setiap anggota di dalam keluarga akan berpartisipasi dalam beberapa subsistem. Subsistem-subsitem tersebut memiliki pengaruh timbal balik satu sama lain. Relasi perkawinan, pengasuhan, serta perilaku dan perkembangan bayi dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
memiliki dampak langsung atau pun tidak langsung terhadap satu sama lain (Jay Belsky dalam Santrock, 2012). Konflik perkawinan (perceraian) seperti yang dialami oleh orang tua informan I (22) dan IV (24) secara tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku anak di masa depan, krisis identitas ini menjadi semakin buruk saat keempat informan bertemu dengan teman-teman yang salah. d.
Perlakuan tidak adil Terkhusus bagi informan III (37) ia memiliki pengalaman kurang
menyenangkan
yang
berkaitan
dengan
perlakuan
tidak
adil
memberikan dampak signifikan terhadap perilakunya. Perlakuan tidak adil yang diberikan oleh gurunya membuatnya kesal dan tidak terima sehingga perlahan ia mulai kehilangan kesabaran, agresi yang selama ini berusaha dikelola informan III (37) kemudian muncul ke permukaan. Akibat peristiwa penganiayaan yang dilakukan informan III (37) terhadap gurunya ia dipenjara selama 3 bulan atas perbuatannya. Pengalaman dipenjara kemudian menjadi awal ia mulai mengenal dunia kejahatan dan berteman dengan orang-orang yang hidup di dunia kriminal. 2. Pendidikan rendah Pengalaman sebelumnya turut andil membuat seluruh informan memiliki riwayat pendidikan yang rendah dan tiga diantaranya tidak menyelesaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
pendidikan. Pada informan I (22) dan IV (24) sama-sama tidak menyelesaikan pendidikan SMU-nya, sedangkan pada informan II (39) ia hanya menyelesaikan pendidikan SD. Informan III (37) berhenti dan tidak menyelesaikan pendidikannya di SMP. Tingkat pendidikan yang rendah tersebut menyulitkan keseluruh informan dalam mendapatkan pekerjaan yang layak, dua di antara empat infroman yaitu informan II (39) dan III (37) sempat bekerja menjadi seorang sopir sebab hanya keahlian menjadi seorang sopir yang mereka miliki, sedangkan pada informan I (22) dan IV (24) sempat bekerja menjadi seorang montir di sebuah bengkel dan menjadi pengamen jalanan. Pendidikan yang rendah mempengaruhi tingkat pengetahuan dan wawasan, hal ini juga sedikit banyak mempengaruhi cara berpikir dan pengambilan keputusan keseluruh informan.
3. Pergaulan yang salah Pola yang selanjutnya dapat dilihat dari hubungan relasi keempat informan yang sama-sama masuk ke dalam pergaulan yang salah, pergaulan ini memberikan dampak negatif ke dalam hidup mereka. Namun terdapat perbedaan awal kisah yang membuat mereka bergaul di tempat yang salah, informan I (22), II (39), dan IV (24) mulai bergaul dengan teman-teman yang memberikan dampak negatif ketika pengalaman kurang menyenangkan dengan orang tua (bercerai dan tidak diasuh) muncul sebagai bentuk pemberontakan secara tidak langsung menjadi suatu kesengajaan dari ketiga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
informan tersebut sedangkan pada informan III (37) keadaan dan situasi di dalam lembaga pemasyarakatan yang membuatnya mulai bergaul dengan teman yang memberikan dampak negatif dan bukanlah kesengajaan yang dikehendaki informan III (37). 4. Ketergantungan memenuhi kebutuhan hidup dengan melakukan aksi kejahatan Keempat informan sama-sama memiliki kesulitan ekonomi, sulit bagi mereka untuk dapat memenuhi kebutuhan pribadi dan juga kebutuhan keluarga. Keempat informan pun kurang memiliki keterampilan yang cukup untuk dapat mendapatkan pekerjaan yang baik. Alasan yang telah dipaparkan sebelumnya merupakan faktor penguat keseluruh informan kembali melakukan kejahatan. Faktor utama yang menjadi akar adalah kurang memiliki
usaha
yang
keras
atas
hidupnya
sehingga
menimbulkan
ketergantungan bagi seluruh informan untuk memenuhi kebutuhan dengan cara melakukan kejahatan, uang dianggap lebih mudah didapatkan melalui aksi kejahatan, namun temuan ini tidak dimaksudkan untuk memberikan judgment dan menutup faktor-faktor penting lainnya sesuai dengan pengalaman tiap informan yang unik. Seperti pada contoh kisah pengalaman pada informan III (37) bahwa bukan keinginannya memenuhi kebutuhan hidup dengan cara melakukan aksi kejahatan, seperti yang sudah dipaparkan di atas situasi dan kondisi awal yang tidak disengaja membuatnya mulai tertarik ke dalam dunia kejahatan selain itu ia juga pernah mendapatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
pengalaman sulit mendapatkan pinjaman dan bantuan uang, sampai harus mengorbankan barang-barang pribadi untuk membiayai biaya pengobatan anaknya membuat informan III (37) akhirnya memilih menerima tawaran melakukan aksi kejahatan. 5. Mendapatkan labelling bernilai positif Dua diantara empat informan mendapatkan labelling positif sebagai seorang yang memiliki keahlian di dunia kejahatan. Mendapatkan label positif di dalam lingkungan kejahatan sebagai seorang yang ahli di dunia kejahatan membuat keduanya menjadi sulit untuk lepas dari tawaran dan rayuan untuk ikut terlibat aksi kejahatan. Di dalam dunia kejahatan para pelaku memegang unsur “orang kepercayaan”, membuat orang-orang yang sudah terlibat lama di dunia kejahatan akan sulit keluar dari lingkungan tersebut. Kedua informan sama-sama ingin berhenti dan sudah berusaha untuk berhenti dari dunia kejahatan namun sulit bagi mereka untuk keluar dari sana, terutama bagi informan III (37) menolak tawaran dari teman-temannya menjadi lebih sulit karena perasaan sungkan dan ia menjadi ketagihan mencari uang dengan cara melakukan kejahatan, adiksi ini semakin diperkuat oleh sebab ia kurang mau berusaha keras dengan berusaha sendiri serta terdapat kemungkinan karena sering diandalkan oleh teman-temannya ia jadi memiliki perasaan heroik dan harga diri yang tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104
B. Pengalaman sebagai penguat untuk melakukan kejahatan Penelitian ini juga menemukan pengalaman signifikan serupa yang mendorong para informan setelah masuk ke dalam dunia kejahatan kemudian mengulangi perbuatan kejahatannya, pengalaman signifikan tersebut meliputi sebagai berikut :
1. Kehidupan hedonis menimbulkan adiksi dan keputusan reaktif Terkhusus pada informan I (22) dan IV (24) kehidupan hedonis menjadi pendorong kuat keduanya memutuskan masuk ke dalam dunia kejahatan, kehidupan hedonis ini berubah menjadi suatu adiksi bagi kedua informan dan harus selalu terpenuhi ketika mereka membutuhkan, kemudian perilaku ini semakin diperkuat karena lingkungan pertemanan menerapkan kehidupan yang sama. Kehidupan hedonis tersebut meliputi kebutuhan untuk bersenangsenang seperti membeli barang-barang, melakukan aktifitas yang sifatnya bersenang-senang, mengkonsumsi alkohol (informan I (22) dan IV (24)) dan mengkonsumsi narkoba (Informan IV (24)). Kebutuhan hedonis berubah menjadi suatu adiksi membuat kedua informan fokus pada adiksi namun kebutuhan-kebutuhan hedonis tersebut terhambat oleh keadaan ekonomi dari kedua informan yang tidak mencukupi. Keputusan untuk melakukan aksi kejahatan secara reaktif diambil demi mendapatkan uang sebanyak-banyaknya sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hedon mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
Diputuskan secara reaktif hidup hedon digunakan oleh informan II (39) untuk melepaskan stress dan meredakan amarahnya setelah mengalami konflik dengan istrinya, menjadi adiksi ketika setiap kali ada konflik dengan istrinya informan II (39) akan beralih kembali ke kehidupan hedonis
2.
lingkungan yang tidak sehat Lingkungan pergaulan menjadi salah satu pengaruh berdampak besar
terhadap keempat informan dalam keputusannya untuk masuk ke dalam dunia kejahatan. Tawaran dan rayuan untuk melakukan aksi kejahatan datang dari teman-teman sekelompok. Selain itu
perasaan-perasaan senasib di dalam
kelompok menghadirkan kenyaman tersendiri terutama bagi informan I (22) dan IV (24). Seseorang yang berhadapan dengan kelompok mayoritas yang kompak akan cenderung untuk ikut menyesuaikan diri dengan kelompok mayoritas tersebut, kedua informan sama-sama telah berkomitmen di dalam kelompok pergaulan yang mereka pilih. Komitmen sendiri merupakan semua kekuatan, positif atau negatif, yang membuat individu tetap berhubungan atau tetap setia dalam kelompok (Sears, Peplau, Taylor, 2009). Keputusan untuk berkomitmen dengan kelompok juga dipengaruhi oleh umur mereka yang tergolong masih sangat muda yang pada saat itu keduanya masih belum siap untuk hidup secara mandiri dan solitare, serta pada masa perkembangannya prinsip dari kedua informan masih kurang matang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106
Sama-sama masuk dan hidup di dalam lingkungan yang salah, tempat tinggal asal informan II (39) memiliki kebiasaan tersendiri, dimana sebagian masyarakatnya hidup dan bekerja sebagai seorang pelaku kejahatan. Secara otomatis kebiasaan tersebut diturunkan oleh masyarakat yang sudah lebih senior, mental dan cara memandang yang dimiliki masyarakat di daerah tersebut (Alas Roban) dan juga informan II (39) sudah terbentuk polanya bahwa melakukan kejahatan adalah hal yang biasa. Keputusan-keputusan
untuk
memilih
hidup
bebas
daripada
mendengarkan orang yang lebih tua membuat mereka semakin terjerumus ke dalam pergaulan yang salah dialami oleh keseluruh informan.
3. Labelling bernilai negatif berupa stereotip Labelling negatif dalam bentuk stereotip sebagai mantan narapidana. Prasangka negatif yang diberikan masyarakat kepada III (37) menghasilkan label dari masyarakat dalam bentuk stereotip bernilai negatif sebagai seorang mantan narapidana. Informan III (37) menjadi kesulitan mendapatkan pekerjaan yang layak, mendapatkan ketidakpercayaan dari masyarakat. Prasangka dan stereotip yang diberikan masyarakat juga memberikan dampak penurunan semangat menjadi orang yang lebih baik, karena informan III (37) mengalami learned helpesness atas usaha yang tidak pernah dinilai positif oleh masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107
Gambar 1. Skema informan I
Latar belakang
1. perceraian orang tua
Memenuhi kebutuhan hidup
2. Pendidikan rendah
Dampak :
Dampak :
Perasaan marah, kesal dan kecewa, minim arahan dan bimbingan, kehilangan arah, masa pencarian identitas diri dan prinsip
Minim wawasan, pola berpikir, pengambilan keputusan, keterbatasan lapangan pekerjaan
Pergaulan yang salah
Sebagai tempat mencari identitas diri dan prinsip, tempat melepas kepenatan dan stress
Konformitas : Hidup Hedonis (mencari kesenangan, narkoba, alkohol
Dampak : Adiksi dan keputusan reaktif
Kejahatan Berulang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108
Gambar 2. Skema informan II Latar belakang
Tidak diasuh oleh orang tua,
pendidikan rendah
Dampak : Minim wawasan, pola berpikir, pengambilan keputusan, keterbatasan lapangan pekerjaan
Dampak : Perasaan marah, minim arahan dan bimbingan, kehilangan arah, masa pencarian identitas diri dan prinsip
Lingkungan Yang Tidak Sehat
Konflik dengan significant others (isteri)
Budaya di tempat asal, konformitas
Mencari kesenangan dengan hidup hedonis
Pelepasan stress
Kejahatan
Adiksi Dianggap memiliki keahlian
Labelling bernilai positif
Kejahatan Berulang
Memenuhi kebutuhanh hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109
Gambar 3. Skema informan III Dampak : Minim wawasan, pola berpikir, pengambilan keputusan, keterbatasan lapangan pekerjaan
Pendidikan rendah
Dipenjara
Memenuhi kebutuhan hidup
Ditinggal meninggal oleh orang tua
Latar belakang
Perlakuan tidak adil
Pergaulan yang salah
Kejahatan
Dampak : Minim arahan dan bimbingan, kehilangan arah, masa pencarian identitas diri dan prinsip
Keputusasaan dan ketakutan untuk melangkah
Dampak : Agresi, perasaan marah, kesal, kecewa, dan frustasi
Konformitas
Adiksi
Dianggap memiliki keahlian
Labelling bernilai positif dan negatif (stereotip)
Learned helpesness
Kejahatan Berulang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110
Gambar 4 : Skema Informan IV Latar belakang
1. perceraian orang tua 2. Pendidikan rendah
Memenuhi kebutuhan hidup
Dampak :
Dampak :
Perasaan marah, kesal, kecewa, dan kesepian, minim arahan dan bimbingan, kehilangan arah, masa pencarian identitas diri dan prinsip
Minim wawasan, pola berpikir, pengambilan keputusan, keterbatasan lapangan pekerjaan
Pergaulan yang salah
Sebagai tempat mencari identitas diri dan prinsip, kebutuhan rasa aman dan nyaman, perasaan senasib
Konformitas : Hidup Hedonis (mencari kesenangan, alkoho, bangga
Dampak : Adiksi dan keputusan reaktif
Kejahatan Berulang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111
F. KESIMPULAN DINAMIKA DAN POLA PENGALAMAN Hasil analisis pada penilitan ini tidak dapat dilihat sebagai satuan temuan yang terpisah, satu temuan analisis saling terkait dengan temuan lainnya yang kemudian memberikan kontribusi besar kepada keempat informan memutuskan masuk ke dalam dunia kejahatan. Sebuah perilaku diputuskan individu tidak dapat dilihat melalui satu fakor namun harus dilihat sebagai satu kesatuan atas pengaruh faktor yang berasal dari dalam dan juga faktor yang berasal dari luar. Seluruh peristiwa di dalam hidup manusia saling berkaitan, pengalaman dengan peristiwa-peristiwa yang saling berkaitan di dalamnya membentuk sebuah dunia mini. Seperti kata-kata Issac Newton “The Universe is “One Great Machine”. Komponen dalam diri manusia merupakan suatu turunan dari suatu proses relasional. Keluarga, lingkungan, budaya
memiliki
tendensi
sebagai
bagian
dari
faktor-faktor
yang
mempengaruhi perilaku, tindakan, dan keputusan individu. Ada sebab maka ada akibat yang mengikuti di belakangnya, dalam hubungan relasional konstruk yang sudah pasti, adalah jika ada X maka ada Y, bukan jika ada X maka Y tidak ada. Setiap kejadian, perilaku, tindakan, dan keputusan memiliki penyebab atau kita sebut sebagai latar belakang, ada satu atau dua penyebab utama yang kemudian memberikan efek kepada hal yang lainnya. (Gergen, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112
Ditemukan sebuah pola melalui hasil analisis pengalaman signifikan seluruh informan, dimana pola tersebut menjadi alasan mendasar keseluruh informan memutuskan masuk ke dalam dunia kejahatan. Pengalaman signifikan tersebut bagi informan I (22), II (39), IV (24) merupakan suatu pengalaman yang memberikan dampak yang menyakitkan, akibat perceraian dan tidak diasuh oleh orang tua memunculkan perasaan kecewa, marah dan stress, perasaan-perasaan tersebut memunculkan pemberontakan dalam bentuk pergaulan bebas (bergaul di tempat yang salah, konsumsi alkohol, narkotika, bersenang-senang, dll). Pengalaman kurang menyenangkan dengan orang tua ini berkorelasi dengan pengalaman lain yaitu ketiga informan menjadi malas untuk melanjutkan pendidikan sehingga dampak berkepanjangannya adalah mereka hanya memiliki wawasan yang minim dan pola berpikir yang kurang optimal. Anak yang memiliki orang tua yang bercerai biasanya akan lebih cenderung mengalami kesepian saat ia dewasa daripada anak dari keluarga yang harmonis, keadaan ini dialami oleh keseluruh informan dalam penelitian. Landsford mengatakan bahwa pengaruh dari perceraian terhadap anak-anak bisa sangatlah kompleks, bergantung pada faktor di belakangnya, seperti usia anak, kelebihan dan kekurangan anak pada saat perceraian, jenis pengawasan, status sosial ekonomi, dan fungsi keluarga pascaperceraian (Santrock, 2009). Mendapatkan perlakuan tidak adil oleh tokoh otoriter membuat informan III (37) memunculkan sisi agresif dengan melakukan penyerangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113
(memukul) kepada gurunya hingga ia harus dipenjara selama beberapa bulan. Informan III (37) merasa terus menerus dituduh dan dipojokkan atas perbuatan yang tidak ia lakukan. Menurut teori insting kematian Freud (1930 dalam Sears, Peplau, Taylor, 2009), manusia memiliki naluri untuk bertindak agresif, baik ditujukan orang lain maupun untuk diri sendiri. Agresi dapat dikontrol namun agresi juga tidak dapat dieliminasi, karena agresi merupakan sifat alamiah manusia. Selama ini informan III (37) sudah berusaha bersabar dan memaklumi keadaan namun keadaan tidak kunjung berubah, ia terus menerus disalahkan membuat kesabarannya mencapai batas merasa frustasi dan agresi pun menjadi tidak terkontrol. Serangan dari gurunya melalui tuduhan-tuduhan yang tidak sesuai dengan fakta memunculkan perilaku agresif dan perasaan agresif (amarah). Serangan sendiri mampu memicu balasan dan bertambahnya kekerasan (Sears, Peplau, Taylor, 2009). Pengalaman ini menjadi salah satu awal informan III (37) melakukan dan masuk ke dalam dunia kejahatan ditambah ia tidak mendapatkan asuhan dan bimbingan dari orang tuanya karena keduanya telah meninggal. Kurangnya asuhan dan bimbingan dari orang tua yang dialami keempat informan mampu mempengaruhi perkembangan pembentukan identitas diri dan prinsip. Orang tua adalah tokoh yang berpengaruh dalam proses pencarian identitas pada remaja (Santrock, 2007). Menurut Erickson (dalam Feist and Feist, 2011) identitas timbul dari dua sumber : (1) penegasan atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114
penyangkalan remaja akan identifikasi masa kanak-kanak, dan (2) konteks sosial dalam sejarah (pengalaman) mereka yang mendukung konformitas pada standar tertentu. Anak muda seringkali menyangkal standar orang yang lebih tua dan lebih memilih nilai-nilai teman kelompok. Karena masyarakat memainkan peran penting dalam membentuk identitas mereka sebagai orang muda. Seluruh informan berusaha mencari identitas diri dan prinsip di dalam situasi yang tidak terarah dan ambigu. Masuk ke dalam pergaulan yang salah menjadi salah satu upaya seluruh informan dalam menemukan identitas diri dan prinsip mereka. Dalam kelompok sering terdapat konformitas yang dapat mempengaruhi penilaian dan juga perilaku individu. Coleman, Blake, & Mouton (dalam Sears, dkk, 2009) mengatakan konformitas sendiri cenderung muncul pada situasi ambigu atau ketika tugas semakin sulit, maka semakin cenderung orang menyesuaikan diri dengan penilaian kelompok. Tendensi untuk menyesuaikan diri dengan pengaruh informasi bergantung pada dua aspek situasi, yaitu seberapa besar keyakinan seseorang pada kelompok dan seberapa yakinkah seseorang pada penilaian diri sendiri (Sears, Peplau, Taylor, 2009) Seperti yang dialami oleh keempat informan, bahwa mereka lebih memilih dan mempercayai nilai-nilai yang berasal dari teman sekelompok dan bagaimana mereka menyesuaikan diri, karena mungkin mereka kurang yakin dengan penilainnya sendiri atas nilai-nilai hidup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115
Konformitas di dalam kelompok semakin menguat karena adanya perasaan senasib, nilai-nilai dan kepercayaan di dalam kelompok yang sesuai dengan keadaannya, diterima informan secara penuh. Lingkungan sendiri mempunyai kemampuan untuk menimbulkan rasa sakit dan meningkatkan tegangan maupun memberikan kepuasan dan mereduksikan tegangan. Lingkungan juga dapat mengganggu maupun memberikan rasa nyaman (Hall & Lindzey, 1993). Informan I (22), II (39), dan IV (24) merasakan ketegangan-ketegangan yang didapatkan dari pengalaman perceraian orang tua dan konflik dengan significant others (pasangan), membuat mereka memutuskan meredakan ketegangan tersebut dengan cara yang diputuskan secara reaktif sehingga hasilnya kurang tepat dan semakin merugikan mereka, cara-cara yang diambil untuk meredakan ketegangan-ketegangan melalui kehidupan hedonis dan perilaku kejahatan, kehidupan hedonis tersebut berubah menjadi adiksi bagi ketiga informan sehingga setiap kali ketagangan-ketegangan akan diselesaikan dengan kehidupan hedon tersebut, kemudian konformitas di dalam kelompok pertemanan seluruh informan begitu kuat, menjadikan mereka terus menerus hidup hedon dan terdorong untuk melakukan kejahatan sehingga sulit bagi mereka untuk keluar dari lingkungan kejahatan. Lingkungan sosial pun ikut berperan membuat dua dari keempat informan merasa sulit untuk dapat keluar dari dunia kejahatan karena adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116
komitmen yang sudah terjalin di antara para informan dengan kelompok pertemanannya. Informan II (39) tinggal di lingkungan yang mayoritas merupakan pelaku kejahatan keadaan dan situasi ini semakin memberikan peluang besar menariknya masuk ke dalam dunia kejahatan, sebab pola pikir dan budaya di lingkungan tersebut sudah mempengaruhinya sejak ia masih kecil. Sering melakukan tindakan kejahatan menjadikan mereka memiliki keahlian yang baik dunia kejahatan dan diakui oleh teman-teman sesama pelaku kejahatan. Mendapatkan label dari teman sekelompok sebagai seorang yang memiliki keahlian di dunia kejahatan, membuat informan II (39) dan III (37) terus menerus dicari oleh teman-temannya untuk ikut terlibat dalam aksi kejahatan. Kelompok pertemanan tersebut menjadi bersifat mengikat satu sama lain. Labelling bernilai positif jika berada di dalam lingkungan kejahatan yang diberikan oleh teman-temannya membuat mereka terus menerus dicari dimana pun mereka berada karena keahliannya. Informan II (39) dan III (37) ada kemungkinan memiliki harga diri yang tinggi dan merasa diri sebagai pahlawan karena selalu diandalkan oleh teman-temannya ketika melakukan aksi kejahatan, ketika menolak tawaran tersebut maka harga diri yang tinggi tersebut terlukai. Informan III (37) menjadi semakin sulit menolak tawaran karena ia memiliki perasaan sungkan yang cukup besar. Prasangka dan labelling bernilai negatif berupa stereotip yang diberikan masyarakat kepada satu diantara 4 informan membuat informan III (37)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117
merasa putus asa. Stereotip sebagai mantan narapidana membuat informan III (37) sulit mendapatkan pekerjaan dan melemahkan semangat informan untuk berubah menjadi lebih baik. Stereotipe memiliki kekuatan yang besar dan dapat mempengaruhi seseorang dalam memproses sebuah informasi sosial (Yzerbet, Rochr & Scardron dalam Sears, David O, Peplau, Letitia Anne, Taylor, Shelley E., 2006). Akibat dari stereotipe dan prasangkan yang diberikan oleh masyarakat, informan III (37) mengalami learned helpesness, keadaan dimana seseorang merasa depresi dan usaha yang dilakukannya selalu gagal sehingga mereka menjadi putus asa dan akhirnya menyerah (Seligman dalam Hergenhahn & Olson, 2010). Tingkat pendidikan yang rendah mempengaruhi cara berpikir keseluruh informan, salah satu contoh yang didapatkan dalam hasil analisis adalah pengambulan keputusan yang bersifat reaktif tanpa ada pemikiran yang matang. Pendidikan yang baik dapat mempengaruhi seseorang untuk mengambil
sebuah
keputusan
yang
didasari
dengan
pertimbangan-
pertimbangan matang, selain itu pendidikan juga akan mempengaruhi keterampilan dan wawasan seseorang. Tingkat pendidikan yang rendah seperti yang dialami keseluruh informan menjadikan mereka sulit untuk memiliki pekerjaan yang lebih layak, baik secara moral dan juga pendapatan, yang kemudian berdampak pada kesulitan ekonomi dan pemenuhan kebutuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118
hidup, serta secara keseluruhan informan dalam berpikir dan mengambil keputusan Secara umum kita memiliki pola-pola pengalaman dan dinamika di dalam pegalaman tersebut bahwa seseorang mulai berkomitmen untuk melakukan kejahatan disebabkan oleh pengalaman kurang menyenangkan semasa kecil dengan orang tua, perlakuan tidak adil, pengalaman-pengalaman tersebut berlanjut sampai kepada pengalaman-pengalaman yang lain seperti pendidikan yang rendah. Penelitian ini juga menemukan pola yang membuat para informan kembali melakukan kejahatan di antara lainnya adalah karena adanya adiksi terhadap suatu hal, meredakan ketegangan-ketegangan dengan cara hidup hedon, malas berusaha, dan stereotip sebagai mantan narapidana serta label sebagai penjahat yang ahli. Hal lain yang ditemukan adalah keseluruh informan melakukan kejahatan karena adanya keperluan untuk memenuhi kebutuhan hidup, menunjang kemampuan ekonomi yang lemah, pengaruh lingkungan, dll. Di balik seseorang kemudian memutuskan untuk berkomitmen dengan dunia kejahatan dan membawa alasan-alasan tersebut, tidak semata-mata dapat digeneralisir begitu saja sebab pengalaman tiap individu adalah unik dan latar belakang yang berbeda-beda tersebut menjadi awal kisah mengapa ia kemudian berkomitmen dengan dunia kejahatan. Penelitian ini berusaha mengupas secara lebih mendalam setiap latar belakang pengalaman kejahatan agar didapatkan gambaran dari sudut pandang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119
dinamika psikologis para informan atas pengalaman-pengalaman signifikan tersebut. Sehingga peneltian ini dapat berguna untuk lebih memanusiakan narapidana, memahami dunianya, dan merehabilitasi dengan cara yang tepat. Sehingga
diharapkan
Yogyakarta.
semakin
berkurang
residivis-residivis
di
kota
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Hasil analisis pada penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa : “If we want more promising futures, it is argued, we must discover the conditions that influenced him to engage in such behavior.” (Skinner B. F dalam Gergen, 2009) Setiap peristiwa yang dialami manusia tidak terlepas dari hubungan relasional, yaitu hubungan sebab dan akibat. Satu atau dua peristiwa yang terjadi memberikan dampak kepada peristiwa-peristiwa yang selanjutnya, di dalam peristiwa-peristiwa yang dialami para informan juga terkandung dinamika psikologis. Pada penelitian ini ditemukan beberapa pola pengalaman serupa yang menjadi akar para informan melakukan aksi kejahatan, ditemukan bahwa pengalaman kurang menyenangkan terkait dengan orang tua memunculkan perasaan marah, kecewa dan stress, untuk meredakan perasaanperasaan tersebut tiga informan melakukan pemberontakan dengan cara bergaul dengan orang-orang yang kebetulan memberikan dampak negatif, pengalaman ini juga membuat ketiga informan malas untuk melanjutkan pendidikan sehingga memberikan dampak bagi ketiganya yaitu memiliki pola berpikir yang kurang maksimal dan minim wawasan. Sedangkan pada salah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121
satu informan perlakuan tidak adil dari tokoh otoritas mengantarkannya pada situasi dan kondisi yang mengenalkannya pada dunia kejahatan. Pola pengalaman serupa selanjutnya ditemukan adanya ketergantungan terhadap cara memperoleh uang untuk memenuhi kebutuhan dengan cara melakukan kejahatan karena dianggap lebih mudah, adanya kemungkinan seluruh informan kurang memiliki usaha lebih untuk mencari uang dengan lebih mandiri. Adapun pola pengalaman serupa dalam rupa labelling bernilai positif jika di dalam lingkungan kejahatan karena kedua informan dianggap memiliki keahlian yang baik di dunia kejahatan. Dampak yang dihasilkan dari labelling tersebut membuat kedua informan selalu dicari dan diandalkan oleh teman-temannya dalam setiap aksi kejahatan. Kesulitan menolak tawaran ada kemungkinan karena kedua informan memiliki harga diri yang tinggi dan merasa diri sebagai pahlawan, ketika mereka menolak tawaran tersebut maka bisa jadi harga diri mereka terlukai. Semakin sulit menolak tawaran juga disebabkan oleh perasaan sungkan yang dimiliki oleh salah satu informan. Penelitian ini juga menemukan beberapa faktor penguat para informan kembali melakukan kejahatan yaitu lingkungan dengan efek konformitasnya mengantarkan ketiga informan mengenal hidup hedonis dan membuat ketiga informan menjadi adiksi, karena setiap terjadi ketegangan ketiga informan akan kembali meredakan ketegangan dengan salah satunya hidup hedon. Lingkungan dengan budaya kriminal membuat para informan berpeluang besar masuk ke dalam dunia kejahatan karena sedikit banyak budaya dan pola
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122
berpikir masyarakat yang tinggal di lingkungan tersebut mempengaruhi pola berpikir para informan sejak masih kecil. Alasan-alasan yang dikemukakan seluruh informan terkait dengan pemenuhan kebutuhan, tingkat ekonomi yang rendah, label sebagai mantan narapidana menjadi penguat bagi mereka untuk membenarkan cara berpikir mereka melakukan tindakan kejahatan.
B. Kelemahan penelitian Disadari oleh peneliti bahwa penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan, informasi yang lebih mendalam lagi masih dapat digali dengan wawancara yang lebih intensif dari segi kedalaman pertanyaan, karena kurangnya pengalaman dalam menggunakan metode wawancara semiterstruktur, informasi yang digali di tiap informan memiliki hasil kedalaman yang berbeda-beda, serta dalam proses wawancara dibutuhkan kesiapan mental yang cukup agar percaya diri melakukan wawancara dengan narapidana. Selain itu, saat analisis dan pembahasan, dalam merangkai kalimat dan mendinamikakan pengalaman psikologis masih terlihat kurang rapi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123
C. Saran Saran yang dapat diberikan melalui hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi pemerintah Perlunya ditinjau kembali pentingnya sosialisasi dan penyadaran tentang fungsi sebuah keluarga dan pola asuh bagi perkembangan anak. Sebab pertama kali anak akan lebih banyak bersinggungan dan belajar banyak hal dari keluarga. Pendidikan menjadi bekal yang sangat penting bagi kehidupan seseorang, karena dengan memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, seseorang lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan dampak lainnya adalah, seseorang yang berpendidikan setidaknya memiliki cara berpikir yang cerdas.
2. Bagi keluarga dan lembaga pendidikan Melalui keluarga dan juga dapat melalui sekolah, kembali dikuatkan pemahaman akan moralitas dalam hidup bermasyarakat, dengan maksud dan tujuannya adalah agar seseorang mampu memahami dan mengambil keputusan yang tepat dalam menentukan hal yang baik dan tidak baik, hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124
3. Bagi masyarakat Memberikan kesadaran kepada masyarakat luas untuk mendukung dan memberikan dukungan positif (mengurangi prasangka dan mengurangi stereotip, serta memberikan kesempatan) dalam proses rehabilitasi dan sesudah proses rehabilitasi para narapidana. 4. Bagi jajaran Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Bagi jajaran Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI untuk menyiapkan pendampingan psikologis di dalam lembaga pemasyarakatan, untuk membantu para narapidana memahami akar permasalahan yang dialami dan mendorong para narapidana untuk menemukan solusi yang tepat bagi permasalahannya. Pembenahan sistem pembinaan di dalam lembaga pemasyarakatan agar tepat guna dalam merehabilitasi para narapidana. 5. Bagi peneliti yang selanjutnya Bagi peneliti yang selanjutnya, disarankan untuk memperkaya data seperti datang langsung ke tempat tinggal asal informan untuk melakukan observasi, melakukan wawancara langsung dengan significant others, teman, atau tetangga, sehingga dihasilkan informasi yang lebih mendetail. Selain itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125
peneliti yang selanjutnya dapat mencoba melihat pola laten yang berasal dari pengalaman para informan. 6. Bagi Informan Hasil dari penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada setiap informan atas perilaku kejahatan yang telah mereka lakukan, baik hal-hal yang mungkin belum disadari, maupun yang sudah mereka sadari. Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu keseluruh informan untuk kembali merefleksikan pengalamannya tersebut demi perbaikan kualitas hidup di masa depan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal. (2000). Filsafat Manusia : Memahami Manusia Melalui Filsafat. Bandung, PT. Remaja Rosdakarya. Abidin, Zainal. (2007). Analisis Eksistensial. Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada. Amran, Ali. (2003). Tesis : “Faktor Sosio Demografis Yang Mendorong Terjadinya Residivisme”. Jakarta, Universitas Indonesia. Anima Media Psikologi Indonesia. (1998). Surabaya : Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Arief,
Nawawi Barda.(2011). Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana; (Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru). Jakarta : Kencana.
Bawengan. (1977). Pengantar Psychologi Kriminil Cetakan ke-3. Jakarta Pusat : Pradnya Paramita. Brouwer, M.A.W. (1988). Alam Manusia Dalam Fenomenologi. Jakarta, PT. Gramedia. Chazawi, Drs. Adami, S. H. (2012). Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1. Depok : Raja Grafindo Persada. Creswll, John W. (2013). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed Edisi Ketiga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Feist & Feist. (2010). Teori Kepribadian, Edisi 7 Buku 1. Jakarta Selatan, Penerbit Salemba Humanika. Frankl. Viktor E (2006). Man’s Search For Meaning. Boston, Massachusetts : Beacon Press. Gadd, David., & Jefferson, Tony (2007). Psychosocial Criminology. London, SAGE Publications Ltd. Gergen, Kenneth. J. (2009). Relational Being: Beyond Self and Community. New York, Oxford University Press, Inc.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127
Hall, Calvin S., & Lindzey, Gardner. (1993). Teori-Teori Holistik (OrganismikFenomenologis). Yogyakarta, Penerbit Kanisius. Hall, Calvin S., & Lindzey, Gardner. (1993). Teori-Teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta, Penerbit Kanisius. Heidensohn, Frances. (2006). Gender and Justice New concepts and approaches. New York, Routledge Taylor and Francis Group. Hergenhahn, B.R., & Olson, Matthew H. (2010). Theories of Learning, Edisi ketujuh. Jakarta, Kencana Prenada Media Group. Koesworo, E. (1987). Psikologi Eksistensial : Suatu Pengantar. Bandung, Rosda Offset. Lyder, Derek. (2004). Social and Personal Identity : Understanding Yourself. London, Sage Publication, Ltd. Misiak, Henryk., & Sexton, Virginia Staudt. (1988). Psikologi Fenomenologi Eksistensial dan Humanistik, Suatu Survey Historis. Bandung, PT. Eresco. Mustofa, Muhammad. (2013). Metodologi Penelitan Kriminologi Edisi Ketiga. Jakarta : Kencana Media Group. Prasetyo, Prof. Dr. Teguh. S.H.,M.Si. (2013). Hukum Pidana Edisi Revisi. Depok : Raja Grafindo Persada. Samosir,
Djisman, S.H.,M.H. (2012). Sekelumit Tentang Pemasyarakatan. Bandung : Penerbit Nuansa Aulia.
Penologi
&
Santoso, Topo & Achjani, Eva. (2004). Kriminologi. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. Santrock, John W. (2007). Remaja edisi kesebelah. Jakarta, Penerbit Erlangga. Santrock, John W. (2009). Psikologi Pendidikan, Edisi 3, Buku 1. Jakarta, Penerbit Salemba Humanika. Santrock, John W. (2012). Perkembangan Masa Hidup Edisi Ketigabelas, Jilid 1. Penerbit Erlangga, PT.Gelora Aksara Pratama. Sears, David O., Peplau, Letitia Anne., & Taylor, Shelley E. (2009). Psikologi Sosial Edisi Kedua Belas. Jakarta, Penerbit Kencana Prenada Media Group.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128
Sears, David O., Peplau, Letitia Anne., & Taylor, Shelley E. (2006). Social Psychology Eleventh Edition. USA, Perason Education Inc. Semium, Yustinus, OFM. (2006). Teori Kepribadian & Terapi Psikoanalitik Freud. Yogyakarta : Percetakan Kanisius. Smith, Jonathan A. (2008). Qualitative Psychology : A Practical Guide to Research Methods. Great Britain, Sage Publication. Smith, Jonathan A. (2013). Dasar-dasar Psikologi Kualitatif Pedoman Praktis Metode Penelitian. Bandung : Penerbit Nusa Media. Smith, Jonathan A., Flowers, Paul., & Larkin, Michael. (2009). Interpretative Phenomenological Analysis : Theory, Method and Research. Great Britain. Sage Publication. Soejono D. (1977). Ilmu Jiwa Kejahatan. Bandung : P.T Karya Nusantara. Sugiman, Toshio., Gergen, Kenneth J., Wagner, Wolfgang., & Yamada, Yoko. (2008). Meaning in Action : Construction, Narratives, and Representation. Japan, Springer. Nugraha, Indra Widya & Abidin, Zainal (2013). Skripsi : “Motivasi Kejahatan Repetitif Residivis di Lembaga Pemasyarakatan Pati”. Semarang : Jurnal Empati Vol 2 No 3 Universitas Diponegoro Fakultas Psikologi Wortley, Richard., & Mazerolle, Lorraine. (2008). Environmental Criminology and Crime Analysis. Devon, UK : William Publishing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 130
Informan
: Inisial V
Tanggal
: Rabu, 8 Maret 2015
Usia
: 22 tahun
Tempat
: Lapas IIB Sleman
Jenis kelamin : laki-laki
TEMA
Pengalaman pertama kejahatan
NO
PERTANYAAN/PERNYATAAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Mas sebelumnya tinggal dimana? Di badran mbak, belakang kampus Janabadra. Oo belakang kampus janabara. Terus asal kotanya? Yogyakarta. Tempat tinggalnya di badran ya? Iya. Tanggal lahir saya boleh tahu? 26 November 1993. Lajang? Hah hah? (bingung). Lajang atau kawin? Duda mbak. Oo malah sudah duda. Pekerjaan sebelumnya apa mas? Bengkel.. bengkel motor, motor khusus balap. Oo yang biasanya tracking ya? Iya tracking. Saya ini nanti cuma menanyakan pertanyaan seputar pengalaman jadi nggak ada pertanyaan yang khusus jadi santai aja mas.. iya.. mas pasti ini sudah pengalaman yang pertama ya? Iya. Yang pertama dulu apa mas? Nyuri hape. Gimana ? Nyuri hape, Terus kenapa mas kok akhirnya nyuri hape?
EXPLORATORY COMMENT
Pekerjaan sebelum melakukan kejahatan
Pengalaman pertama melakukan kejahatan adalah nyuri hape
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131
Permasalaha n ekonomi
Menerima ajakan teman melakukan kejahatan Permasalaha n ekonomi
Memenuhi kebutuhan
35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76
Hah? (terlihat masih bingung) yaa spontan mbak.. karena terpaksa, nggak punya uang. Itu posisinya udah menikah atau masih lajang? Oo masih lajang.. itu tahun berapa mas? 2011. Terus dapet vonis berapa lama itu? 3 bulan 15 hari. Terus habis itu, ini sudah berapa kali berarti? Ini yang ketiga kali ini. Waktu kedua, mas melakukan apa? Mencuri PS. Ah mencuri ps.. itu cuma satu-satu aja gitu atau borongan? Psnya 14 unit. Berarti itu bareng sama temen atau gimana? Sama temen lain. Itu kasusnya Karena mas butuh duit atau karena apa? Diajak temen.
Melakukan kejahatan karena tidak memiliki uang
Sempat melakukan kejahatan karena menerima ajakan teman
Oo diajak temen..gimana itu ceritanya Menerima ajakan teman melakukan kok bisa ikutan? Itu juga karena juga butuh duit. kejahatan karena tidak memiliki uang Buat apa itu? Duitnya buat beli motor. Oo beli motor.. suka balapan ya mas? Iya suka balapan. Terus dapet vonis berapa? Yang kemarin 1 tahun 5 bulan. Terus yang terakhir ini? Curanmor. Berarti ini berkelompok atau sendiri aja? Berdua.
Informan menerima ajakan temannya melakukan aksi kejahatan untuk membeli motor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 132
Kurang memiliki perasaan bersalah atau malu
Melakukan kejahatan sejak orang tua bercerai Stress kemarahan represi atas pengalaman yang menyakitkan Korban perceraian orang tua
Tidak menamatkan pendidikan Salah pergaulan Kurang memiliki
77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118
Kalau ini dapet vonis berapa tahun? 1 tahun 5 bulan. Mas waktu melakukan ini perasaannya gimana? Atau ada perasaan khusus, biasa aja, atau nggak apa atau gimana? Informan tidak Biasa saja. memiliki perasaan khusus ketika melakukan kajahatan Mas bisa menceritakan pengalaman hidup anda? Misalnya dari kecil kemudian sampai sekarang bercerita aja seperti biasa. Yaa.. cerita apa ya mbak? Sebelumnya sekolah dimana, atau keluarganya gimana lingkungannya gimana. Atau dimulai dari temen bermain. Dari dulu ya temen saya baiklah. Baik.. Saya mulai bekerja kaya gini tu, dari orang tua, karena orang tua saya pisah. (ada penekanan nada)
Informan melakukan kejahatan sejak orang tuanya bercerai Infrorman menunjukkan kemarahan kepada Sudah lama ya? Sejak umur berapa itu orang tuanya yang bercerai secara tersirat waktu berpisah mas? Sejak umur berapa ya? Lupa mbak.. dengan pernyataan (kemudian berpikir) 11 tahun. “Saya mulai bekerja kaya gini tu, dari Ooo sebelas tahun. Terus kemudian orang tua, karena orang tua saya pisah.” gimana kejadian ceritanya? Itu sampai saya sekolah, baru SMU kelas 2 nggak lulus saya sudah keluar, akhirnya ikut-ikut temen, tapi salah..salah Orang tua informan pergaulan. bercerai sejak dirinya berumur 11 tahun
Lanjutkan ceritanya mas, sepertinya menarik sekali. Jadi setelah ikut tementemen itu akhirnya gimana? Akhirnya saya jadi orang yang nakalah
Informan tidak menyelesaikan sekolahnya dan masuk pada pergaulan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 133
kontrol diri
Salah pergaulan Kurang memiliki kontrol diri
Salah pergaulan
Kurang memiliki kontrol diri Menggunaka n obatobatan terlarang
Berniat dan sadar akan mencuri
Kecanduan narkoba
119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160
itungannya. Tapi saya keluar dari yang salah sekolah langsung itu bengkel. Awal jadi joki motor, terus saya jadi montirnya. Itu bengkel milik siapa? Temen-temen. Terus cerita bisa akhirnya nyuri hape kemudian mencuri ps itu dari temen Informan menjadi anak yang nakal gitu atau gimaa? Yaa Dari temen-temen. semenjak ia putus sekolah dan salah bergaul Awalnya gimana itu ceritanya? Ya karena udah kemasukan pil. Pil koplo.. jenis pil apa mas? Kampleng mbak. Melakukan kejahatan karena menerima ajakan teman Informan membiarkan dirinya Sama temen2 itu terus punya ide? Iya ide itu.. mengkonsumsi narkoba terus gimana ceritanya? Ya ada niat untuk mengambil barang Informan yang bukan barang tempet. mengkonsumsi narkoba Kemudian? Ya uda terus saya berniat untuk mengambil hape. Tapi terus-terusan.. terus tiap dapet uang kaya gitu untuk beli obat. Informan sebelumnya Sampai sekarang masih pakai sampai sudah berniat untuk mengambil barang curnamor? Oo..udah nggak. orang lain Berentinya pas tahun berapa? Yaa bebas 2013 kemarin. Jadi motifnya mas melakukan pencurian selain untuk beli obat apa Uang hasil mencuri digunakan untuk lagi kok bisa bolak balik dua tiga kali? Buat ya.. yaa yang.. ya buat beli obat. membeli narkoba Foya foya, karaokenan.. terus nyewa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 134
Kurang memiliki kontrol diri Berorientasi pada kesenangan
Berniat untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik
Perasaan kecewa
Berniat untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik
161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202
mobil, untuk main.. untuk bergaya.. Kemana mainnya? Kalau naik mobil ya jauh-jaunynya sampe Purwokerto.. Bandung.. Main itu maksudnya main apa mas? Liburan.. refresing. Jadi mas bolak balik masuk sini.. mas belum ada perasaan pingin.. wah saya habis keluar dari sini ada pikiran apa? Yaa pingin memperbaiki hidup aja.. Mas punya cita-cita apa? jadi pembalap. Sampai skrg ada perasaan apa mas yang mas rasakan? Perasaan marah, sedih atau perasaan kecewa dengan perbuatan? Kecewa mbak.. Kenapa kok bisa merasa kecewa? Ini hukumannya lama e mbak.. Selain kecewa apa yang dirasakan? Kecewa ingin merubah.
Menruut mas bagaimana sistem pembinaan disini? Sangat baik. Apakah mas mendapatkan manfaatnya? Ada.. Apa yang mas dapatkan? Ya disini tu pasti ada kegiatan ikror tentang agama. Terus apalagi yang mas dapatkan? Membuat paper bag. Apalagi mas? Dah mbak. Udah? Udah itu aja. Bagaimana mas memaknai pengalaman hidup anda yang seperti ini? bagaimana anda memaknai hidup? Kacau atau
Selain untuk membeli narkoba, uang hasil curian digunakan untuk berfoya-foya
Setelah keluar dari LP, informan berniat untuk memperbaiki diri
Merasa kecewa karena hukuman kali ini lebih lama Ingin merubah diri menjadi lebih baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 135
203 204 205 206 207 208 209 Hidup kacau 210 211 212 213 214 215 Merasakan kerugian atas 216 217 akibat dari perbuatannya 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244
bahagia atau gimana? Kacau mbak.. kenapa bisa mengatakam kacau? yaa karena nggak enak mbak hidup di penjara. Bisa diceritakan? Yaa nggak bisa ketemu keluarga, nggak bebas. Yaa waktunya terhambatlah kan masih muda. Informan merasa kehidupannya menjadi kacau Terus yang mas inginkan apa mas setelah ini? Buka usaha clothingan. Sudah lama punya ide ini? Baru.. kan temen ada disni punya distro. Mau bikin sendiri atau gimana? Mau bikin clothingan dulu terus ya dari kecil dulu. Mulai dari nol. Kalau misalnya diringkas dalam satu kalimat..kalimat apa yang paling tepat menggambarkan? Gimana mbak? Nggak dong ee.. Mungkin mas bisa mengatakan hidup saya istimewa.. hidup saya penuh dengan kejutan. Disini apa?? Di hidup anda.. yaa hidupnya.. menyenangkanlah..eeh (ragu-ragu)..ya menyenangkan.. Kok bs menyenangkan mas? Karena disini bisa dapet pengetahuan yang lebih panjang.. Maksudnya? Lebih luas pengetahuannya dari tementemen. Tadi sebelumnya mas juga mengungkapkan kalau setelah melakukan perbuatan ini nggak merasa bersalah?
Informan merasakan hidup di penjara tidak enak karena tidak bisa bertemu dengan keluarga, merasa tidak bebas dan masa mudanya terbuang sia-sia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 136
245 246 247 248 249 250 251 252 253 Merasakan kerugian atas 254 256 akibat dari perbuatannya 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274
Yaa merasa bersalah.. Merasa kecewa ya yang pasti? Iya.. Karena waktuya jadi terbatas nggak bisa ngapa-ngapain.
Berarti mas kedepannya mau clothing line? Iya. Disini temennya baik-baik? Baik-baik. Sudah punya anak? Sudah.. Anaknya umur berapa? Dua tahun setengah. Sering jenguk kesini? Yaa kadang mbak. Kangen mas? Yaa kangen. Kalau di Badran mas tinggal sendirian atau dengan orang tua? Dengan orang tua.. Dengan bapak atau ibu? ibu. Sementara itu dulu aja terima kasih mugkin kalau kedepannya saya kesini lagi saya boleh wawancara mas lag ya? Boleh.
Informan merasa kecewa karena waktu yang dimilikinya jadi terbatas dan tidak bisa bebas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 137
Informan
: Inisial S
Tanggal
: Rabu, 18 Maret 2015
Usia
: tahun
Tempat
: Lapas IIB Sleman
Jenis kelamin : laki-laki TEMA
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
PERNYATAAN / PERTANYAAN Saya akan menanyakan beberapa hal.. ini sebenarnya santai aja. Iya.. Cuma grogi aja.. Kenapa mas kok grogi? Gimana ya? Jarang. Iya jarang banget. Hhmm mungkin itu.. kedua disini pun jujur nggak ada perempuan. Nggak ada perempuannya? Nggak ada. Udah dipindah ke wiro. Saya mau nanya profil dulu ya, namanya mas inisialnya S, asal kotanya? Batang, Pekalongan. (sambil berdehem dan sentrap sentrup) Mungkin tempat tinggalnya disini? Nggak ada.. Jadi asli Pekalongan? Iya asli Pekalongan. Mas di sebelah mana? kan pekalongan luas ya.. Maksudnya? Mas di sebelah mana .. kotanya atau dimana? Kalau kabupatennya Batang, daerah Alas Roban jalan Panturaya. Tempat tgl lahirnya?
EXPLORATORY COMMENT
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 138
Daerah asal berisikan orangorang yang melakukan tindakan kejahatan
36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77
19 November 1975. Umurnya sekarang berapa tahun kalau saya boleh tahu? Kira-kira berapa ya? 39 apa 40 ya.. 39 kayanya. Statusnya? Kawin. Pekerjaan sebelumnya ini apa mas? Swasta mbak, biasa dikatakan sopir. Ada yang mau ditanyakan dulu sebelumnya? Mau Tanya apa ya? Banyak sebenarnya pertanyaan.. Cuma bingung apa yang mau dtanyakan. Ya apa kira-kira? Gimana yaa.. nanya pribadi boleh ya? Tidak pribadi.. aslinya mana mbak? Saya asli jogja. Jogja. Oo asli Jogja. Biar nggak penasaran orang mana tadi ya yang wawancara... Kaya orang mana saya memangnya? Janganjangan bukan kaya orang jogja ya? Hu,uh kaya dari luar kota jogja. Boleh saya mulai? Boleh Ini pasti bukan yang pertama kali ya pasti? Iya bener. Sudah berapa kali? 2x ini aja. Kalau begitu bisa
Karena daerah asal informan isinya pelaku kejahatan, ia pun juga menjadi pelaku kejahatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 139
Membahasakan pelaku kejahatan dengan kata “Pemain”
Mendapat ajakan dari temantemannya untuk melakukan kejahatan
78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 112 113 114 115 116 117 118 119 120
ceritakan pengalaman yang pertama? Yang Kasus yang dulu? Boleh diceritain? Boleh. (lalu?) Belum dikasih.. (buat kenangkenangan temen jogja.) oke.. awalnya sebenarnya bukan profesi saya untuk pekerjaan yang kriminal. Jd awalnya itu.. ya memang daerah saya banyak orang yang pemain kaya gitu. Pemain? Bisa dikatakan pemainlah mbak, bahasa kita kan pemain, kalau isitilahnya perampok atau apa itu pemain. Pas hari nggak taulah. hari apa, lupa saya. Pas malam kebetulan itu saya ditawarin sama kawan saya. Ya di situ rombongan ada 4 orang jadi 1 rombongan pemain ada 4 orang. Jadi salah satu personel ada yang istirahat. Mau ada hajatan keluarganya.. nah salah satu orang di antara mereka bertiga nawari saya. Ayo tak ajak mangkat kerjo.. udah tak tolak.. udah tak tolak.. dia masih ngejar lagi besoknya. Terus kita berangkat. Ya dia nawari nggak sembarang orang, dia nawarin orang kerja kaya gitu kan.. dulu pernah saya kena masalah di Jakarta. Tapi tahun dulu
Informan diajak dan menerima ajakan temantemannya untuk melakukan kejahatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 140
Berperan sebagai sopir dalam aksi kejahatan
121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162
tahun 97. Ya mungkin dia kan terus tau kalau pak S kan pernah kerja kaya gini kaya gini, tak ajak mau. Akhirnya saya mau diajak kerja. Ini ya bekerja bahasa kita.. kalau bahasa kita bukan merampok. Kerja ya? Jadi pekerjaannya adalah merampok? Iya. Merampoknya apa kalau Informan dalam aksi kejahatannya saya boleh tau? Dulu statusnya bukan menjadi sopir perampok masih pencuri. Yang dicuri? Kita mbobol toko. Emas atau toko kelontong? Bisa toko kelontong, eletronik. Sudah berapa waktu itu? Sudah kejadian berapa kali? Kayanya sudah ahli. Bisa dibilang ahli bukan… karena mungkin pernah menjalani itu, jadi tahu caranya kaya gini. Sudah berapa kali itu? Waa ya lupa ya kalau itu..udah lumayan. Udah lumayan? Kemudian gimana ceritanya? Waktu itu status saya sebagai sopir, pilot. Dipercaya temen-temen untuk jadi pilot. Milotin mobil itu. Saya nggak turun.. Intinya saya statusnya di mobil. Saya nggak buka pintu gudang,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 141
Rekan aksi kejahatan terdiri dari orang-orang yang sama
163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204
nggak buka apa-apa, nggak ngapa-ngapain. Jadi waktu itu pas parkir. Parkir itu nggak tau kalau di atas ada kamera sisi tv. Jadi saya parkir sat set sat set. Itu bukan di tempat sepi, kaya kerja di tempat rame depan jalan raya. Itu pagi atau malam hari? Itu subuh.. menjelang subuh banyak orang ke masjid. Habis itu kita parkir udah pintu kebuka kena. Barang tak masukin semua.. saya pergi. Selang setengah bulan baru ketangkep.. Ketawannya gimana itu? Penyidikan polisi gimana ya.. mungkin kalau dilihat dari segi kamera sisi tv mungkin banyak warna mobil yang sama,plat nomer kita udah tak ganti, tapi nggak tau kenapa bisa ketangkep. Setelah setengah bulan ya, itu yang ketangkep cuma mas aja atau sama rekan-rekan lain? Jadi yang ketangkep dulu malah saya dulu. Oo jd mas dulu. Ee… bukan saya.. tapi kawan saya dulu ketangkep selang dua hari..ee 3 hari. Habis kawan saya ditangkep, trs kawan saya lagi ditangkep, saya baru ditangkep. Saya yang terakhir.
Rekan aksi kejahatan selalu satu tim dengan orang-orang yang sama, namun bisa berganti ketika salah satu anggota inti ada yang tidak bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 142
Mendapat gambaran dari teman sesama narapidana untuk melakukan aksi kejahatan yang selanjutnya
205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246
Dulu berberapa? Dulu bertiga. Selalu bertiga ya? Bisa 4 orang bisa 3 orang. Tapi personel yang biasanya. Untuk jalan kaya gitu, orang memegang keeprcayaan ya.. biasanya 4 orang. Apa orangnya ajeg itu terus itu terus? Atau bisa ganti-ganti? Bukan bisa ganti ganti. Misal kalau saya capek saya ganti. Tapi mas dapet bagian? Meskipun bukan bukan mas yang. Kalau saya nggak berangkat ya bagian nggak, kalau cuma misal dapet, misalnya paling ora kan ya kawan yang saya suruh nyerepin saya, ya ada ini ada..lah buat beli rokok, ini untuk minum. Kalau ada hasil ya. Ini vonisnya tahun berapa lama? itu dulu kasus tahun yang dulu? Itu saya. Ini yang saya ceritakan yang pertama ya dulu 1 tahun 3 bulan. Itu tahun? Tahun 2012. Berarti Belum cukup lama ya? Belum cukup lama. 2012 saya masuk, 2013 saya bebas masih di tahun yang sama saya masuk lagi. Dengan kasus yang kedua?
Informan mendapat gambaran dari teman satu sel nya di LP, untuk nantinya melakukan aksi kejahatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 143
Memiliki permasalahan dengan istri Perasaan kesal dan malas Menerima ajakan untuk melakukan aksi kejahatan Secara sadar menerima ajakan melakukan aksi kejahatan
Motif dari melakukan aksi kejahatan untuk pelampiasan dan hasilnya untuk bersenang-senang Kebutuhan untuk melampiaskan semua emosi
247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288
Kasus yang kedua bisa dikatakan lumayan. (ada org ngmong) sodara.. (informan berbicara dengan orang lain) Itu temennya? Hu.uh.. eee.. iya Tamping sini.. Akrab disini? Akrab semua.. baik-baik. Nggak pernah ada perkelahian kan ya disini? Nggak ada.. kalo perkelahian bisa dibilang nggak ada. Sini takutlah karena kita kan semua orang kan pingin cepet bebas. Untuk pengurusan PB, CB, cuti bersyarat, pembebasan bersyarat, atau asimilisi atau apa, kalau kita melanggar itu pasti pengajuan kita untuk pengajuan CB, Pb jelas bisa dicabut. Terus kalau melanjutkan yang kedua.. mas bilang kan agak lumayan ya.. lumayannya gimana? Lumayannya beda kasus. Oo beda kasus. Jadi dulu saya kanal kawan disini.. udah lama disini. Waktu pas sekitar tahun 2012. Awal-awal saya masuk ada orang bareng 1 kamar sama saya. Cerita ini itu.. intinya menceritakan dia ngasih gambaran saya punya tetangga, tetangga saya orng kaya.. silakan kalau mau dirampok.
Konflik dengan istri, membuat informan merasa kesal dan juga malas, memutuskan keputusan raktif memilih untuk menjauh dari istrinya
Menerima ajakan untuk melakukan aksi kejahatan dilakukan informan sebagai bentuk pelampiasan dan bersenang-senang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 144
Melakukan pelampiasan kekesalan dengan melakukan aksi kejahatan Merasakan perasaan kecewa
289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 329 330
Bener…habis saya bebas saya punya kawan disini.. bukan kawan saya yang dulu yang tak ajak kerja.. nggak.. bahkan malah orang sini.. daerah sini. Tak ajak berangkat kerja ini itu.. sekarang kasusnya masukya 65 perampokan.. korbannya tak iket. Perampokan rumah atau? Perampokan rumah. Itu di jogja juga? Yang sebelumnya juga di jogja ya? sebelumnya di wilayah Sleman ini. ni.. yg kedua ini masih di wilayah sleman. Korbannya tak iket masuknya 365. Klo dulu kan pasalnya 363. perampokan. Perampokan berencana? Perampokan murni perampokan.. Berberapa itu? Haa? Berberapa kira-kira mas melakukan ini berapa orang? Yang kedua ini saya masih 3 orang. Dengan personil yang berbeda? Dengan peronel yang berbeda. kampong ya. Ekonomi nggak begitu inilah….karena pengeluaran di kampong lebih irit daripada di kota. Ada unsur tersendiri mbak.. mungkin karena saya lagi ada masalah sama
dengan hasil yang diperoleh Informan membutuhkan tempat pelampiasan emosi setelah permasalahannya dengan istrinya
Informan dikhianati oleh istrinya, informan merasa kecewa dan pikirannya menjadi kacau sehingga ia melampiaskan dengan melakukan aksi kejahatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 145
Memiliki harapan kali ini menjadi yang terakhir
Memiliki harapan untuk menyenangkan anak dan cucu
Menyadar secara penuh cara memperoleh rejeki salah
331 332 333 334 335 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 355 356 357 358 359 360 361 362 362 363 364 365 366 367 368 369 370 371
istri saya. Ada masalah sama istri. Saya pun jarang pulang. Terus dihasut sama kawan.. ya bukan dihasut.. diajaklah wong saya juga mau kok.
Secara sadar mau ya? Iya mau. Saya dapet duit tak pake buat senengseneng. Jadi motifnya buat seneng -seneng sama pelampiasan.
Informan berharap, kejahatan yang kali ini menjadi yang Apa bisa dikatakan terakhir untuknya, meskipun dalam pelampiasan emosi? Bisa karena waktu itu saya hati kurang yakin memang ya.. waktu itu pas kejadian itu saya dikhianati oleh istri, jadi pemikiran Informan saya kacau. berkeinginan untuk bisa menyenangkan anak dan cucunya Informan berkeinginan Istri di Pekalongan ya? memnyenangkan Iya di Pekalongan. anak dan cucu, namun caranya Anak-anak? Gimana ya… Jadi saya untuk memperoleh nikah dua kali. Anak dari rejeki disadarinya istri yang pertama itu ikut tidak baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 146
Mendapat ajakan dari saudara untuk melakukan kejahatan Meneriman ajakan untuk melakukan aksi kejahatan karena faktor untuk memenuhi kebutuhan
372 373 374 375 376 377 378 379 380 381 382 383 384 385 386 387 388 389 390 391 392 393 394 395 396 397 398 399 400 401 402 403 404 405 406 407 408 409 410 411 412 413
saya. Saya kan uda cerai sama istri saya yang pertama. Ikut saya semua. Terus saya nikah lagi sama perempuan yang nyelingkuhin saya itu. Anaknya dari yang pertama atau punya dari yang pertama atau kedua? Dua -duamya dapet yang pertama. Istri yang pertama dua orang. Uda punya cucu saya. Kalau istri yang kedua? Satu orang. Yang ikut sama mas yang dua-duanya? Tigatiganyanya atau hanya yang anak pertama dari istri yang pertama? Sebenarnya tadinya duaduanya ikut saya semua, terus saya berhubungnya masuk tahun ini akhirnya anak saya yang kedua ikut ibunya, itu dari istri yang pertama. Kalau istri yang kedua? Ikut ibunya. Sementara yang ikut saya satu. Semuanya di pekalongan ya berati? Iya. Udah punya cucu ya? Iya udah punya cucu. Berapa banyak cucunya? Dua. Seneng ya pastinya? Iya seneng. Jadinya kepinginnya pingin cepetcepet pulang. Berarti ini baru kedua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 147
Konflik dengan istri Motif dari melakukan aksi kejahatan untuk pelampiasan dan hasilnya untuk bersenang-senang
Konflik dengan istri
414 415 416 417 418 419 420 421 422 423 424 425 426 427 428 429 430 431 432 434 435 436 437 438 439 440 441 442 443 444 445 446 447 448 449 450 451 452 453 454 456 457
kali. Dan ini kasus perampokan murni ya? Mudah-mudahan ini yang terakhir.
Informan diajak oleh saudaranya untuk melakukan kejahatan
Informan menerima ajakan melakukan aksi Mas punya harapan apa kejahatan karena ingin memiliki dalam hidup mas? Pingin nyenengin anak sebuah motor cucu.
Nyenenginnya spesifiknya bagaimana? Ya pinginnya yang namanya orang tua buat anak sama cucu.. pingin buatin rumah buat anak. Saya punya tujuan itu. Konflik dengan Cuma cara saya nyari istri, menjadi rejekinya yang salah. pemicu informan melakukan kejahatan untuk Pertama kan mas melampiaskan pencurian kan ya di toko- emosi dan balas toko. Pertama kali dendam dimasukin ada perasaan apa? Pertama kali masuk penjara? Pertama kali juga .. itukan istilahnya tindakan melanggar hukum. Mas ada perasaan apa gitu ketika melakukan itu dan setelah masuk.. wah perasaan gimana ya.. kacau mbak namanya juga kita waktu itu kan masih punya masalah konflik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 148
Konflik dengan istri
458 459 460 461 462 463 464 465 466 467 468 469 470 471 472 473 474 475 476 477 478 479 480 481 482 483 484 485 486 487 488 489 490 491 492 493 494 495 496 497 498 499
sama istrinya ya. Yang dipikiran kan menjurusnya yang nggak-nggak. Janganjangan istri saya dirumah… pasti punya pemikiran gitu.
Berarti ini dimulai dari istri yang pertama ini sudah ada konflik ya? Istri kedua iya.. istri yang pertama sudah cerai. Jadi mas itu melakukan tindakan pencurian yang pertama setelah cerai ya? Setelah cerai dari istri yang pertama. Ooo saya kira mas sama istri yang pertama juga nglakuin. Dulu pas sama istri saya yang pertama ada kasus di jakarta. Kalau saya boleh tau mas melakukan apa? Sama. Pencurian juga. Berkelompok. Yang punya ide siapa mas? Kalau tahun dulu saya pun diajak. Jadi ya dulu itu om paman saya punya kerjaan itu. Saya pingin punya motor. Paman saya yang punya kerja terus “Saya tak ikut kerjo pingin punya motor”. Itu jaman tahun 90an.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 149
Konflik dengan istri
500 501 502 503 504 505 506 507 508 509 510 511 512 513 514 515 516 517 518 519 520 521 522 523 524 525 526 527 528 529 530 531 532 533 534 535 536 537 538 539 540 541
Menarik ya ceritanya bapak itu. Berarti perasaanya waktu pertama kali karena punya motivasi ingin punya motor yang di jakarta terus habis cerai. Sebenarnya sama istri yang pertama nggak ada masalah. Cerai baik-baik. Ada konflik dr istri yang kedua. Terus akhirnya nyuri di toko itu. Iya..terus? bagaimana ya kalau ada masalah, diselingkuhin sama pasangan kita, ah gimana caranya saya punya duit saya mau senang-senang, jadi balas dendam. Kalut ya istilahnya? Iya. Saya masuk, tambah kacau lagi ini. Terus menjelang saya bebas, aneh istri saya. Datang kesini, menggugat cerai, ya… “saya terserah kamu, kalau kamu mau minta cerai. Bagaimana yang terbaik buat km. Karena saya nggak bisa berbuat apa-apa disini. Kalau menurut saya nanti dulu, kita masih punya anak satu.” Menggugat cerai. Tak iyain, malah saya pulang bebas kemarin, belum cerai. Tapi istri saya udah kemana-mana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 150
542 543 544 545 546 547 548 549 550 551 552 553 554 555 556 557 558 559 560 Merasa bertanggung jawab 561 562 untuk 563 mengembalikan sesuatu yang sudah 564 diambil terdorong 565 566 untuk menerima ajakan melakukan 567 568 aksi kejahatan 569 570 571 572 573 574 575 576 577 578 579 580 581 582 583
Gimana ya yang namanya udah jauh dari suami… ya gitulah. Apapun bisa terjadi ya? Iya. Apalagi waktu saya pulang bebas kemarin. Sampai penjemputan kemarin saya ngebel nomer istri saya, nggak diangkat. Akhirnya saya ngebel anak saya, saya bebas sekarang tapi harus dijemput, karena pengurusan surat ijin saya, dijemput keluarga untuk tanda tangan di sini menjamin. Saya pulang sampe rumah terus ketemu ngobrol-ngobrol sama anak. Saya nggak boleh pergi sama anak. “Sudah pak, istri sampean nggak setia. Sekarang udah ini itu, tinggalin aja.” Itu dari anak saya dari istri saya yang pertama. Bener malem itu saya keluar, nemenin kawan-kawan jalan-jalan. Saya datang kerumah istri, nyampe rumah, saya mau bikin kejutan, bener nggak dirumah isri saya, dirumah saya dodok-dodok, yang bukain orang tua istri, orang tua istri bingung. Terus saya baru menanyakan.. Namanya istri saya Kustiani. “Si kus nang ndi? “Wah mbuh met, saiki bojomu edan.” Itu kata orang tua dia sendiri. Bener tak telpon,
Karena keinginannya untuk bisa mengembalikan barang yang sudah ia gunakan, informan menerima ajakan untuk melakukan aksi kejahatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 151
584 585 586 587 588 589 590 591 592 593 594 595 596 597 598 599 600 601 602 603 604 605 606 607 608 609 610 611 612 613 614 615 616 617 618 619 620 621 622 623 624 625
jam setengah 2 malem tak telpon. Diangkat, dia “Ngomong besok mas, aku lagi arep persiapan arep masak. Aku sesuk arep nyusul sampean.“ Dia rencana besok tu ma keisni, kan besok hari sabtu. “Ga usah sekarang aku sudah dirumah.” Terus saya disuruh jemput mbak. “Saya mau pulang sekarang mas. Tolong jemput saya.” Kosnya dimana? Wah mbak sudah nggak ini mbak, udah di jalur liar jalur pantura… pantura. Di warung- warung, cuma kita kan orang jalanan tau, itu warung apa, sebenarnya memang warung yang memang warung makan. Cuma kan kita orang jalanan yang udah biasa, kita tau warung mana yang bisa digunakan mana yang nggak. Menjajakan diri berarti? Bisa dikatakan begitu. Perasaan mas bagaimana ketika mendengarkan itu? dan tau istri saya tu biarpun udah salah, nggak mau ngaku salah. Jadi maunya menang. Jadi dia disitu udah ngobrolngobrol besoknya ngobrol lagi minta cerai. “Mas minta cerai. Tapi permintaan saya kalau kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 152
Rencana setelah keluar dari lembaga pemasyarakatan
626 627 628 629 630 631 632 633 634 635 636 637 638 639 640 641 642 643 644 645 646 647 648 649 650 651 652 653 654 655 656 657 658 659 660 661 662 663 664 665 666 667
udah cerai sampeyan jangan nikah lagi sama orang, sampeyan harus tinggal disni, udah tidur disini.” Kan nggak masuk akal, dia minta cerai, tapi saya disuruh tinggal disitu. Ditahan ya istilahnya? Ditahan disitu jangan sampai saya nikah sama orang lain lagi. Tidak mau kehilangan. Bisa dibilang begitu. “Udah mas misalnya sampeyan untuk saat ini mau peluk cium sama orang lain di depan saya, saya nggak akan marah. Terserah kamu.” Nggak lama kemudian adik saya ngebel ke no saya. No saya kan dipake istri. Adek saya tu mau menanyakan saya, salah mengucapkan nama perempuan. Halo ini sopo ya saya punya kenalan namnya cintya, yang disebut adek saya cintya bukan kostiyah.. cintya. Ya itu bisa dibilang pacar saya. Ya jadi marah. Akhirnya jadi tau. Orang itu dilabrak. Padahal kan udah nggak berhubungan ya? Iya udah nggak berhubungan sama sekali. Dah lama setelah itu saya jujur,kenapa saya masuk sana masuk sini bukannya kita mau mengkambinghitamkan
Informan aan menjadi sopir kembali setelah bebas dari lembaga pemasyarakatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 153
melakukan aksi kejahatan dimulai dengan teman satu daerah asal
Kejahatan sebagai pekerjaan
Melakukan kejahatan menjadi budaya yang turun temurun
668 669 670 671 672 673 674 675 676 677 678 679 680 681 682 683 684 685 686 687 688 689 690 691 692 693 694 695 696 697 698 699 700 701 702 703 704 705 706 707 708 709
orang lain memang ujungnya begitu. Karena saking masalahnya kompleks ya? Pikirannya udah nggak tertata. Terus saya masuk. Namanya orang masukkan sedikit banyak memikirkan macem-macem. Terus saya bebas, waktu saya bebas kemarin itu saya mikir gini mbak, banyak yang dikeluarkan untuk ke kepolisian, pengadilan. Masuk lapas ini kan lumayan. Saya berpikir bagaiamana cara untuk mengembalikan barang yang hilang kemarin. Terus saya dikasih gambaran sama kawan, ya uda dah kerja. Siapa tau dapet rejeki, buat nambal yg kemarin sudah hilang itu. Ee besoknya dapat rejeki malah masuk sini. Barang-barang yang hilang tu dijual ya? Iya dijual. Kalau boleh tau mas jual apa? Saya menjual sawah. Berapa punya sawah? ada 3. Sekarang tigatiganya dijual. Anak saya yang jual. Kemarin kan luka saya lumayan. Kaki saya patah. Kok bs patah? Dipatahkan? Ditembak.
Informan melakukan kejahatan dimulai dari ajakan teman satu daerah
Teman-teman informan semuanya pernah masuk penjara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 154
Tidak mendapat bimbingan dan pengasuhan dari orang tua sejak kecil
Kurangnya interaksi komunikasi dengan orang tua
Tidak tinggal bersama dengan orang tua
710 711 712 713 714 715 716 717 718 719 720 721 722 723 724 725 726 727 728 729 730 731 732 733 734 735 736 737 738 739 740 741 742 743 744 745 746 747 748 749 750 751
Ditembak tu sampe patah? Kakinya nya sampai patah mbak. Ya itu saya ditangkep dirumah, polisinya ditanyain, polisi dari mana pak. Polisi nggak jawab. Jawabnya cuma dari Indonesia. Kan saya bingung saya ditangkep. Polisi dari mana nggak tau, kan nggak bawa surat penangkapan. Surat penangkapan baru diposkan sekitar seminggu. Kurang satu minggu, mungkin sekitar 3 sampe 4 hari. Anak saya lari ke kepala desa. Bahwa “bapak saya” ditangkap polisi. Akhirnya kepala desa tanya sana sini sana sini ke kepolisian setempat. Kantor Pekalongan diubungin nggak ada penangkapan baru lima enam hari kemudian surat baru nyampe. Terus saya dianter ke sini, liat kaki saya parah, nangis anak saya di situ. “Udah pak nggak usah bingung, dewe isih duwe sawah. Tak dolke sik wae.” Untuk berobat ini itu mondar- mandir besok. Selain sawah yang akhirnya dijual apa? Apa ya? Sawah rata-rata jadinya punya orng lama. Peninggalan orang lama, peninggalan mbah-mbah tu kan ada. Kaya sawah terus
Melakukan aksi kejahtan bukan didasari motf tertentu tetapi diturunkan
Informan tinggal dengan kakeknya dan kurang mendapatkan pengasuhan dan bimbingan dari orang tua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 155
Masih berkomunikasi baik dengan ibu
Pendidikan informan yang rendah Lebih memilih bekerja daripada sekolah
Pendidikan informan yang rendah
752 753 754 755 756 757 758 759 760 761 762 763 764 765 766 767 768 769 770 771 772 773 774 775 776 777 778 779 780 781 782 783 784 785 786 787 788 789 790 791 792 793
ladang. Tapi akhirnya habis juga mba. Nggak sampai anak saya. Dihabisin saya. Untuk ngurus ini ya? Sekarang mas merasakan perasaan takut atau bersalah ketika melakukan perilaku ulang ini apa nggak? Merasakan takut dan bersalah, saya merasakan itu. Kuat apa tidak? Perasaan itu kentara di hati atau hanya sekilas-seklias? Nggak sekilas. Untuk mengerjakan itu, saya hampir nggak. tadinya udah mau masuk kerumah itu. Tapi kaya orang nggak tega. Saya itu kalau bisa dibilang orang nggak tega ya nggak tegaan orangnya. Cuman karena kedorong masalah, permaslahanpermasalahan yang ada. Lagian dikasih gambaran yang katanya uang dirumah ini banyak sekian, selain ya tu terdorognya kaya gitu. Kan mas pasti keluar ya, mas mau bekerja atau mas mau apa kira-kira? Saya ada kepikiran habis bebas ini saya tetep mungkin melakukan pekerjaan sebagai sopir, yang pernah dijalani dulu, taun-taun ini, saya mau nyopir kayanya, Mungkin
Komunikasi antara informan dan kedua orang tuanya kurang baik
Tinggal beda rumah dengan kedua orang tuanya
Informan masih berkomunikasi dengan ibu, dan ibuna masih sering memberikan perhatian Informan tidak suka sekolah, tamat SD dan langsung memilih untuk bekerja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 156
Pendirian diri yang lemah
Kurang mendapat arahan dari orang tua
794 795 796 797 798 799 800 801 802 803 804 805 806 807 808 809 810 811 812 813 814 815 816 817 818 819 820 821 822 823 824 825 826 827 828 829 830 831 832 833 834 835
cuma itu salah satu kepanjangan saya. Saya nggak punya kepanjangan lain. Nyopir truk apa nyopir apa? Dulu pernah nyopir apa mas? Angkutan sampe truk. Sopir pribadi pernah? Belum mba. Sopir carteran jarak jauh Rentalan? malah sering. Itu di Jogja atau di kota lain. Di wilayah saya di Pekalongan. Oo di Pekalongan. Tapi malah mas tu banyak istilahnya melakukan pelanggaran hukum malah di jogja ya? Hu.um. Malah bukan di Pekalongan. Kalau yang ngajak temen-temennya dari sini? Aslinya orang dari daerah saya. Cuma yaa.. Merantau? Enggak.. kita berangkatpun dari rumah dari kampung saya sendiri. Karena itu yang tau dapet pertama itu dulu kan personel itu orang daerah saya sendiri. Mungkin untuk lahan... mungkin untuk lahan begitu.. mungkin di Jogja... paling... Memungkinkan? Iya memungkinkan. Kalau di tempat mas itu... Informan kurang emang ada banyakkah memiliki pendirian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 157
Hasil pencurian digunakan untuk pemenuhan kebutuhan
Hasil pencurian digunakan untuk pemenuhan kebutuhan
836 837 838 839 840 841 842 843 844 845 846 847 848 849 850 851 852 853 854 855 856 857 858 859 860 861 862 863 864 865 866 967 968 969 870 871 872 873 874 875 876 877
temen-temen yang sudah sering melakukan pelanggaran hukum? Sudah menjadi biasa gitu?? Orang dijalan kaya saya kerjaan kaya saya ini. Sudah pernah masuk semua.
Jadi di tempat mas itu hal yang umum ya? Ada motif apa? Motif apa ya.. motif sebenarnya nggak ada. Mungkin dari unsur turun temurun, mungkin dari daerah saya ini, orang netral semua. Daerah Batang itu ya? Alas roban. Iya. Saya dapat kabar dari anak saya. Kawan saya dulu yang satu sekolah sama saya satu sd satu kampung sama saya. Ketangkep di darrah Jatim. Dia meninggal. Di massa disitu. Empat org, yang meninggal kawan saya. Mobil yang dipakai, mobilnya dibakar. Sekitar 3 bulan yang lalu. 3 bulan yang lalu. Belum lama. Rata-rata aksinya pencurian ya, perampokan? Rata-rata pencurian. Kalau dari keluarganya mas sendiri. Keluarga besar ada yang juga
yang kuat Informan terlihat kurang memegang nilai moral baik dan buruk
Hasil pencurian digunakan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga
Pertama kali melakukan aksi kejahatan, hasil yang diperoleh untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri serta untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 158
878 879 880 881 882 883 884 885 886 887 888 889 890 891 892 893 894 895 896 897 898 899 900 901 902 903 904 905 906 907 908 909 910 911 912 913 914 915 916 917 918 919
melakukan katarsis sama? Nggak ada. Cuma saya saja. Keluarga saya keluarga baik. Cuma istilahnya karena keadaan ya? Iya. Gimana ya mbak... Saya dari kecil nggak pernah ikut orang tua. Nggak pernah ngikut ibu nggak ikut bapak. Sendiri? Saya sama nenek sama kakek dulu. Di situ hidup saya nggak pernah ngejelekin orang tua saya enggak. Memang bapak saya jarang bisa dikatakan nggak pernah ngobrol bareng. Dari bujang dulu saya bujang sampe nikah nggak pernah memgarahkan. Kamu harus kesini. Kamu jalannya kesana.. bisa dikatakan nggak pernah. Saya nggak menjelekkan orang tua.. karena memang jauh saya sama orang tua. Sama bapak saya. Jadi jauh untuk komunikasi.. ngobrol pun palling seperlunya. Padahal tinggal serumah ya waktu itu ya? Enggak beda rumah.. oo beda rumah ya.. beda rumah..beda kecamatan. Beda kecamatan cuma ditempuh dengan jalan kaki bisa. Nggak jauh. Cuma beda kecamatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 159
920 921 922 923 924 925 926 927 928 929 930 931 932 933 934 935 936 937 938 939 940 941 942 943 944 945 946 947 948 949 950 951 952 953 954 955 956 957 958 959 960 961
Kalau sama ibu? Sama ibu bapak jauh. Oo kalau secara komunikasi.. ya klo komunikasi ya sama ibu.. kalau sekarang masih ya? Masih.. masih baik? Iya masih baik. Kalau misalnya ada apa-apa.. “Nanti kamu jangan ini jangan itu”. Karena saya itu dari dulu nggak pernah berantem nggak pernah apa. Tapi saya disuruh sekolah SD, nggak pernah mau. Saya disuruh sekolah saya nggak mau. Sama kakek saya. Kalau sekolah saya nggak mau. Dari kecil saya sudah megang duit. Orang-orang masih pada sekolah saya sudah megang duit. Waktu itu ngerjain apa? ya kerja. Kerja apa.. Kerja apa aja? hu.uh kerja di proyek.. dari pagi di proyek.. Motivasinya apa kok yang lainnya kan ada sekolah semuanya,tapi mas kok malah cari uang? Mungkin kalau dari nem saya goblok. Terus pendidikannya sampe pendidikan cuma sampe SD. Lulus atau? Iya lulus, nem lulus saya cuma 26, berapa.... Saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 160
962 963 964 965 966 967 968 969 970 971 972 973 974 975 976 977 978 979 980 981 982 983 984 985 986 987 988 989 990 991 992 993 994 995 996 997 998 999 1000 1001 1002 1003
dibilang bodoh..Sebenarnya nem dibawah saya ada yang lebih jelek, cuma saya nggak nglanjut. Kenapa nggak lanjut mas? Pingin bantu dulu itu.. Oo pgn bantu. Berpa bersudara mas itu? Saya 3 bersaudara, saya lulusan sd saya baru punya adik pertama. Terus saya sudah punya anak. Saya punya anak yang kedua. Saya punya adik kedua. Berarti mas anak sulung? Saya anak pertama. Jadi awalnya motinya karena ingin bantu kakek. Awalnya.. terus..udah mulai gimana yaa.. bisa dikatakan... gimana ya.. Karena ini pergaulan juga kah? Bisa dikatakan pergaulan. Dulu masuk yang golongan pembalap atau sama...? Enggak. Saya itu gaulnya dari daerah saya itu dari orang, jadi saya tidak membedakan orang. Jadi saya gaul sama siapa aja. Cuma yang akhirnya malah menjerumuskan mas itu? Emang dari pendirian saya sendiri. Oo.. Saya kadang ..gimana yaa.. jadi karena jarang pengarahan dari orang tua.. atau gimana.. ya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 161
1004 1005 1006 1007 1008 1009 1010 1011 1012 1013 1014 1015 1016 1017 1018 1019 1020 1021 1022 1023 1024 1025 1026 1027 1028 1029 1030 1031 1032 1033 1034 1035 1036 1037 1038 1039 1040 1041 1042 1043 1044 1045
saya nggak nyalahin orang tua.. karena juga kemauan saya.. saya mencari yang lebih bebas.. bisa ngrokok. Sempet ngepil juga? Kalau urusan narkoba nggak kenal. Berarti hanya merokok sama miras berarti ya? Iya. Nggak tau saya, nggak kenal saya kalau ngepil.. apapun saya nggak tau.. buta saya.. bener. Kecuali.. Nggak ada ketertarikan ya waktu itu.. padahal tementemen juga... Temen-temen hampir nggak ada yang untuk ngepil. Oo hampir ngga ada. Cuma paling miras..itu tertarik. Terus kalau mas itu motifnya uang eknomi dan permasalahan, uangnya sebenarnya mau mas pakai buat apa? Dari uang hasil pencurian perampokan. Eehm yang pertama itu untuk kebutuhan.. jujur ya untuk kebutuhan. Kepingin bangun bisnis, pingin bikinn rumah anak. Lebih ke keluarga berarti ya. Pernah nggak untuk kepikiran untuk diri sendiri? Yang pertama dulu untuk diri sendiri, unsurnya dendam sama istri saya. Memang hidup itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 162
1046 1047 1048 1049 1050 1051 1052 1053 1054 1055 1056 1057 1058 1059 1060 1061
ternyata tidak seindah yang berada di dongengdongeng ya. Iya. Kalau cerita kita bisa bayangain.. tapi kenyataan kalau kita ngejalanin susah. Satu juga tergantung dari yang jalanin juga kalau untuk kita bilang dibikin santai seneng.. mau dibilang mau spaneng ya spaneng.. Kalau mau dibikin spaneng ya spaneng.. kalau mau dibikin santai ya santai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 163
Informan
: Inisial B
Tanggal
: Selasa, 12 Mei 2015
Usia
: 37 tahun
Tempat
: Lapas IIB Sleman
Jenis kelamin : laki-laki
TEMA
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Ajakan untuk 22 melakukan aksi 23 24 kejahatan Relasi dengan 25 26 sesama 27 narapidana 28 29 30 31 32 33 34 35
PERTANYAAN/PERNYATAAN Yang pertama, aku cuma mau tanya... ini... biodata... biasa ya. Asal kotanya dari mana mas? Dari Jogja. Dari Jogja? Tinggalnya dimana? Di Kricak... Kricak kidul. Kricak? Ooo... asli situ yah? Aslinya Bluwahrejo. Ooo... Tanggal lahirnya saya boleh tahu? Sleman 1 Juni 1979. Sleman 1 Juni? 1979. Statusnya lajang atau sudah? Nggak... Sudah punya istri. Jenis kelaminnyaaa... pekerjaan sebelumnya apa? Sopir. Sopir? Sopir apa ini? bus atau? PT. PT. Gimana ceritanya mas bisa masuk kesini? Ceritanya dari teman, khan saya juga... khan saya sliweran masuk, pas kemarin keluar saya ditawarin sama temen kerja, saya kerja. Setelah itu khan ada temen pada dateng semua dari mantan-mantan sini khan, terus...
Informan menjelaskan ia sering keluar masuk LP dan mendapatkan tawaran “kerja” dari teman mantan narapidana LP. “kerja” yang dimaksud adalah perbuatan kejahatan.
mungkin agak keras sedikit... hahaha... malu mas? Nggak. Nggak usah malu sama saya. Ya mungkin dari dateng di rumah Adanya pola yang khan pada banyak temen pada dateng dihindari oleh semua to... terus kan istri saya meresa informan beserta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 164
Ada pola 36 kejahatan yang 37 sedang dihindari 38 39 40 41 Menjadi korban 42 aksi kejahatan 43 karena ketidak 44 45 tahuan 46 47 48 49 50 51 52 53 Menjadi korban 54 aksi kejahatan 55 karena ketidak 56 57 tahuan 58 59 60 61 Merasa tidak 62 63 dipercaya 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 Pengalaman
jengah, terus saya ngontrak. Ngontrak sendiri, nah tau-tau ada temen yang dateng nawarin barang, tapi intinya ya mau jual barang. He em. He em, jual barang terus saya beli. Beli terus dia ketangkep, saya terbawa-bawa. Tadi khan masuknya harusnya 480, tapi tetep dikenai pasal 363, pencurian. Itu barangnya... barang? Hand Phone. Hand Phone. Owh Hand Phone. Sama laptop. Sama laptop? Iya. Terus? Nah, Sesudah itu saya itu dirumah, tahu-tahu di gerebek sama Poltabes, aaa... sama poltabes. Tapi khan di TKP kota saya nggak ada, tapi khan saya mengantongi HP yang saya beli. He em. Nah itu khan ada emailnya. Emailnya khan ditanya, ya saya beli dari punyanya Revan. Namanya Revan, masuk juga. Namanya Revan, saya beli. Dia nggak percaya. Terus khan saya di... anu... di preassure terus, akhirnya ya Revan ditangkap. Ternyata ya memang saya yang beli tapi khan mereka nggak percaya. Saya nggak mungkin karena sering berulang kali masuk penjara, mereka nggak percaya karena saya itu cuma nadah tok. Gitu lho. Terus akhirnya ya di BAP, saya ngikutin BAP dari pernyataannya yang si Revan itu tadi. Owh... terus katanya tadi khan sudah bolak-balik yah? Iya. Yang sekian paling pertama itu apa ya?
istrinya dengan menjauh dari sumber masalah.
Informan terlibat kembali dalam kasus kejahatan dalam bentuk pencurian
Penangkapan informan oleh aparat dan ditemukannya barang bukti
Informan dipaksa untuk mengakui perbuatan jahatnya, sebab barang bukti berada di tangan informan.
Penjelasan informan tidak dipercayai aparat sebab akibat dari pengalaman kejahatan yang sebelum-sebelumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 165
pertama kejahatan
Merasa kesal dan jenuh atas perlakuan yang kurang menyenangkan
Perasaan tidak terima diperlakukan tidak adil Merasa dituduh
Mencoba sabar dan mengalah Kesabaran habis
78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119
Penganiayaan. Penganiayaan? Itu kronologis ceritanya? Itu dulu masih sekolah, masih SMP. Owh masih SMP? Iya. Masih SMP karena saya sering Adanya perasaan di BePa-BP BePa-BP, terus jengkel jengkel dari informan to terus mukulin guru. Hehehe... karena berkali-kali dipanggil masuk ke ruang BP, karena kesal informan memukul guru tersebut owhoho... dulu ini waktu SMP itu kegiatannya ng apain? Kegiatan dulu itu gak ada kegiatan, cuma ya belajar sama belajar, tahun 94 itu. Tahun 94? Di situ sering nongkrong-nongkrong sama tementemen atau gimana? Jarang malahan. Malah jarang? Tapi kok suka... kok bisa berani mukul? Ya karena khan saya merasa... Informan merasakan mungkin saya dari nurani juga diperlakukan tidak berontak ya, saya merasa nggak adil karena sering pernah bikin ulah kok saya terus yang dituduh berbuat salah di... yang di... apa... marahin terus dan dimarahi, gitu lho. sehingga informan memberontak Emang sebabnya apa kok mas dimarahin terus itu? Ya mungkin samping saya sering bercanda. Ho oh. Tapi khan mungkin nggak tahu terus Informan mecoba saya yang kena, kemudian diemin untuk sabar dan sekali, dua kali, tiga kali. Lha terus mengalah tiap kali terjadilah kaya gitu. dimarahi oleh guru, namun lama kelamaan informan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 166
Relasi dengan sesama narapidana
Ajakan untuk melakukan aksi kejahatan Secara sadar menerima ajakan untuk melakukan
120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161
merasa hilang kesabaran dan terjadilah peristiwa pemukulan guru oleh informan Itu masuk berapa lama itu? Tiga bulan. Tiga bulan? He eh. Terus yang kedua? Yang kedua lupa e tahun berapa... hehehe... owhohoho... udah berapa kali mas total? Saya... berapa kali yah bu? Lupa juga, saking seringnya jadi lupa dia. Hehehe. Lebihkan opo tidak? Lima bu, lima. Ah luwih ah nek ping lima. Ya sekitar itulah pokokmen. Apa aja itu selain penganiayaan terus pencurian? Pencurian. Apa lagi? Setelah penganiayaan itu khan saya Setelah kejadian sering keluar masuk karena di dalam penganiayaan guru, juga kenal banyak temen-temen. informan masuk lapas, berkenalan dengan teman-tman baru dan informan menjadi sering keluar masuk lapas Mendapat pengaruh kurang baik dari lingkungan Diajakin gitu? Gimana? Diajak teman-teman Diajakin gitu atau gimana? Ya khan saya keluar terus pernah dia sesama narapidana datang aja. untuk “kerja” Owh... yang setelah penganiayaan, (melakukan terus ada yang sempet lupa gitu kejahatan), informan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 167
aksi kejahatan belum memiliki tujuan kedepan selain menjalani yang hari ini
Ajakan untuk melakukan aksi kejahatan
Ketakutan Memikirkan dan melakukan pertimbangan demi kebaikan orang lain
162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203
terus habis itu ngapain lagi? Habis itu karena sering, sering itu cuma ada teman datang terus diajak ya sama ngikut aja. Soalnya khan...
pencurian gitu apa? Pencurian ada perampokan ada. Yang perampokan gimana ceritanya itu kalau perampokan? Perampokan itu waktu masih keluar dari sini. He em. Tahun piro toh kui bu? Hehehe. Pokoknya saya bu, dari bujangan, sampe sekarang. Sampek anaknya dua, tapi belum mau mati lho bu, ini ketemu lagi. Gimana itu? Itu ceritanya itu... dikenalin sama temen orang Wonosobo, namanya Danang. Nah itu... Waktu itu khan kebetulan saya juga nganggur, nggak kerja. “Kamu ikut saya kerja ya. Ikut aja.” dah gitu aja. Seet... tapi disitu nggak sebagai eksekutor, sopir aja. Pernah yang jadi eksekutor nggak? Nggak pernah, ini juga. Kenapa kok nggak jadi eksekutor? Nggak mau. Kenapa? Nggak mau. Karena ada pertimbanganpertimbangan lain gitu misalnya? Ya... pertama apa... takut kalo masuk penjara, kedua itu karena mungkin mentalnya nggak nyampai ya. Terus
menjadi sering keluar masuk LP informan tidak memiliki rencana jauh, informan hidup dan menjalani hari ini saja, mendapatkan ajakan melakukan kejahatan informan ikut-ikutan.
Tidak memiliki pekerjaan, informan menerima tawaran
Informan memiliki perasaan takut, cukup menyadari jika mentalnya kurang cukup berani untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 168
Perasaan malu Kebutuhan akan sesuatu Permasalahan ekonomi Membenarkan perbuatan yang salah
Tertangkap setelah beberapa kali meakukan kejahatan
204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245
ketiganya ya mikir orang dirumah aja kalo saya masuk penjara gimana nanti orang dirumah? Karena masih punya anak kecil juga.
Kalo bolak-balik masuk itu, apa sih yang mas rasain? Bolak-balik masuk lapas, ada perasaan malu nggak? Kalo malu jelas, cuma malu itu tertutup dengan kebutuhan. Kebutuhan secara apa ini mas? Ya masalah ekonomi. Owh... ya yang jelas khan kemarin diajak temen-temen dateng itu khan ekonomi otomatis khan tercukupi to, dirumah. Dapet berapa mas kalo misalnya sekali? Ya nggak mesti kadang ada yang lima juta, sepuluh juta. Itu sekali dua kali atau? Ya sekali dua kali. Sekali? Sekali nggak langsung ketangkep kalo itu? Nggak. Sekali dua kali terus baru ketangkep? Kebanyakan lebih dari tujuh kali kena. Owh... udah tujuh kali baru kena? Iya. Udah tujuh kali kena? Iya, kebanyakan. Itu lumayan yah dapetnya waktu itu? Dibagi berapa orang? Dua. Owh... cuma berdua? Iya. Perampokan empat. Perampokan yang paling besar apa? Itu, satu milyar delapan puluh
menjadi eksekutor. Selain itu informan masih memikirkan keluarganya sehingga memilih untuk tidak menjadi eksekutor
Informan mengenyampingkan rasa malunya karena berkali-kali masuk LP karena apa yang dilakukannya demi pemenuhan kebutuhannya Secara tidak sadar informan melakukan pembenaran atas perbuatannya yang kurang tepat
Informan menceritakan biasanya mereka akan tertangkap aparat setelah lebih dari dua kali melakukan kejahatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 169
Diminta untuk berhenti melakukan aksi kejahatan oleh istri
Ajakan untuk melakukan kejahatan Tidak mampu
246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288
kemarin. Gitu yah? Itu apa itu? ngrampok apa itu? Distributor. Distributor barang? Kelontong. Di Jogja? Jalan Paris. Owh di jalan Paris. Rata-rata itu yang jadi sasaran itu apa mas? Kalo saya itu cuma tergantung yang ngajak. Tergantung yang ngajak. Kadang elektronik, kadang uang, kadang... nggak tentu. Pembagiannya rata itu mas? Rata, tapi kadang ada yang rata, kadang ya nggak. Tergantung job desc nya? Kerjanya apa gitu? Iya. Terus mas itu dirumah tinggalnya sama siapa aslinya? Sama istri. Sama istri? He em. Udah punya putra? Sudah. Berapa putranya? Dua. Putranya dua, sekolah? Masih sekolah? Masih TK. Owh masih TK. Kalau dari istri sendiri gimana? Ya disuruh berhenti, nggak usah kayak gitu lagi. Memang sudah berhenti. Kemarin khan udah kerja.
Jadi sopir itu ya? He em. Terus, ternyata ya masih ada Rayuan teman-teman temen yang dateng, terus saya nolak. informan yang tidak Sekali, dua kali, tiga kali, akhirnya berhasil ditolak oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 170
menahan godaan
289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 Perasaan sungkan 299 Beli barang 300 karena ingin 301 302 menolong 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 Ingin menolong 329 330
tergoda juga. Ini ya, apakah ketika... khan sudah dapet kerja ya. Sebenernya udah dapet kerja, tapi terima tawaran dari temen, mau, itu sebenernya apa sih yang... bukan mau, sudah nolak. Owh sudah nolak. Terus karena mungkin ada pertimbangan kemanusiaan, dulu pernah ditolong teman juga. Ini khan orang luar, orang NTT itu karena dia orangnya jauh disuruh tempat tinggal saya. Dia khan bertempat tinggal ditempat saya juga. Terus lama-lama khan, sebulan, dua bulan mungkin bisa, tapi khan lama-lama... khan saya punya istri, punya anak, kalau di tinggal kerja khan nggak etis di... dirumah. Di lihat orang. Istri tetangga juga, ini mas B kerja kok ada temennya disini. Gek istri saya sendiri sama anak-anak khan pertimbangannya miring to nanti. Nah itu, terus dia tak kos'in. Sudah kos khan dia mau makan di tempat saya, apa namanya... kalau minta terus khan sungkan, lha terus dia kerja. Ya kerja, saya nggak mau. Terus dia kerja sendiri. Terus saya beli barangnya, terus masuk sini, ikut kasus ini. Itu barang BM yah? Black Market? Bukan, barang curian. Owh barang curian? Iya. Kalau mas sendiri itu... sebelumnya membeli itu karena buat nolong dia mau pulang ke Jakarta. Aslinya NTT khan yah?
informan
Informan sudah berusaha menolak ajakan dari temannya
Karena perasaan sungkan, Informan merasa tidak enak untuk tidak membantu.
Beli barang karena menolong
teman ingin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 171
331 332 333 334 335 336 337 338 339 340 341 342 Perasaan sebenarnya tidak 343 ingin melakukan 344 345 kejahatan 346 347 348 349 350 Memiliki keinginan untuk 351 bekerja yang 352 353 layak 354 Desakan kebutuhan dan 355 356 permasalahan 357 ekonomi 358 359 360 361 362 363 364 365 366 367 368 369 370 371 372
NTT, tapi aslinya NTT asalnya tapi khan tinggalnya di Jakarta. Itu cuma berdua gitu? Berdua. Mas sendiri itu kalau misalnya memandang pekerjaan... pekerjaan ya ini khan sebutannya, dalam pekerjaan ini tu seperti apa? Maksudnya? Memandang perampokan apakah hal biasa atau ada kesan-kesan tertentu? Sebetulnya nggak ingin, nggak ingin, nggak ingin banget. Nggak ingin banget itu gimana mas? Ya nggak ingin banget. Nggak ingin banget? He eh, pengennya kerja normal seperti orang biasa. Tapi? Nggak ada tapinya, emang karena mungkin kebutuhan. Kebutuhan? Iya, ekonomi aja.
Padahal khan sebenarnya kalau kita ngeliat karena kebutuhan itu kalau udah kerja itu khan sebenernya udah lumayan ya? Tapi kok masih? Saya sudah kerja, bukan terus saya terjun langsung khan enggak, karena diajak, terus dia jual, saya beli gitu aja. Diajakpun saya sudah nolak, makanya kema... dia khan... main sendiri... apa... nyuri sendiri terus saya yang beli, tapi akhirnya tetep jadi pasal pencurian juga karena saya nurut BAP-nya yang pertama.
Desakan ekonomi untuk pemenuhan kebutuhan membuat informan melakukan kejahatan, meskipun dalam diri ada keinginan untuk tidak melakukan kejahatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 172
373 374 375 376 Pendidikan informan rendah 377 378 379 380 381 Informan seorang 382 383 anak yatim 384 385 386 387 388 389 390 391 392 393 394 395 396 397 398 399 400 401 402 403 404 405 406 407 408 409 410 411 412 413 414
Owh... mas pendidikannya sampe kuliah atau? Saya SMP nggak tamat. SMP nggak tamat. Semenjak yang ini? He em, udah nggak sekolah sama sekali. Orang tua juga di... sudah meninggal semua. Owh... umur berapa itu? Dan umur berapa... 16 kalo nggak. Umur 16? Itu berarti sekitar SMP ya? Iya. SMP, terus ditinggal orang tua gitu tinggalnya sama siapa? Saya? He eh. Sama paman. Sama paman? Sama bibi juga atau? Paman, bibi, ya khan punya istri dia juga punya anak juga. Tapi nggak ngelanjutin? Tapi beda rumah, tapi kadang punya... masih rumah tinggalan orang tua khan, ya disitu tapi khan pamanbibi sering nengok situ, udah. Terus kalau nggak ini khan nggak SMA, SMP aja khan nggak tamat ya? Iya. Mas kerja atau mas ada kegiatan apa itu? Saya itu dulu kerja sambil sekolah. Kerja sambil sekolah? Iya. Waktu itu kerja apa? Saya ikut orang, namanya pak Naryo, dia kepala sekolah SMA. Saya ikut kerja dia, terus saya disekolahin tapi nggak tamat.
Informan tidak menyelesaikan pendidikan SMPnya
Informan sejak umur 16 tahun sudah ditinggal meninggal kedua orang tuanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 173
415 416 417 Perasaan sungkan 418 419 Memiliki perasaan yang 420 421 sensitif 422 Kemandirian 423 424 425 426 427 428 429 430 431 432 433 434 435 436 437 438 439 Perasaan malu 440 441 dengan anak 442 443 444 445 446 447 448 449 450 451 452 453 454 455 456
Karena apa nggak tamat? Ya karena mungkin saya juga orangnya khan rasanya peka, jadi nggak enak aja ikut terus. Saya minta pembayaran SPP, dulu khan ada SPP. Minta SPP, mau minta sungkan jadi saya cari sendiri, cari sendiri, terus seperti itu. Jadi terus saya mending... saya nggak enak saya udah dikasih makan, dikasih itu, dikasih numpang, ya mbiayain lain-lainnya. Merasa nggak enak, terus saya misah. Terus saya cari kerja sendiri. Itu sampe sekarang ya berarti? Sampe sekarang. Sampe punya istri? Sampe punya istri. Pandangan dari masyarakat, tetangga itu mas sempet denger gak sih? Apa gitu? Apalagi kalau pandangan dari massa, omongan saya nggak ada cuma kadang yang ditanya khan anak. Hmm... gimana itu? Bapaknya kemana? Kerja tempate pak polisi. Owh gitu. Khan malunya disitu. Kalau tetangga sih semuanya malah bangga karena... kenapa bisa bangga? Nggak tahu. Rasa bangga kenapa? Karena mungkin katanya saya itu nggak pernah ngrepotin orang kampung ataupun netep. Jadi tahutahunya saya taunya ketangkep, sudah. Tapi kok kemarin seperti itu, tapi khan kenyataannya nggak, bukan seperti itu. Saya sudah kerja, kesini dibawa karena membeli barang tadi. Mas itu kerja jadi sopir di PT. Itu sudah berapa lama?
Perasaan sungkan yang besar pada informan mendorong dirinya untuk mandiri
Malu kepada anaknya karena melakukan kejahatan dan di penjara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 174
Belum memiliki rencana setelah keluar dari lapas
Perasaan yang sebenarnya tidak ingin melakukan kejahatan Menyadari pengaruh pergaulan menyebabkan seseorang masuk ke dalam dunia kejahatan Kebutuhan ekonomi yang mendesak Merasakan kebingungan dan
457 458 459 460 461 462 463 464 465 466 467 468 469 470 471 472 473 474 475 476 477 478 479 480 481 482 483 484 485 486 487 488 489 490 491 492 493 494 495 496 497 498
Setahun, semenjak keluar dari tahun... 2014 kemarin saya keluar langsung kerja. Langsung kerja? Terus ini vonisnya berapa tahun berarti? Satu tahun enam bulan. Satu tahun enam bulan? Setelah keluar dari sini mas mau kerja... ngelanjutin kerja atau yang lain? Hmm... kalau itu belum ada planning lagi. Belum ada planning lagi? Iya belum... nanti pas keluar mau ngapain belum ada planning. Yang penting cuma jalani aja dulu.
Ini khan sebenarnya jalan yang nggak... nggak diambil oleh banyak orang sebenarnya? Iya. Kenapa mas tetep berada disini? Maksudnya tetep mau ngerampok, mau mungkin mencuri, meskipun itu karena kepepet ya? Sebenernya kesan apa sih yang mas... kesannya nggak ada, cuma kalau yang ditanya yang disini, disemua penghuni, pertanyaannya mungkin sama, tahu jawabannya mungkin sama. Nggak mau ada yang seperti ini, nggak mau... Cuma karena pergaulan pertama, keduanya jangan, sudah. Berarti faktor ekonomi sangat mendorong mas untuk akhirnya... Rusak, sekarang gini... contoh dulu saya pernah ada anak kecil dirumah sakit, saya minta bantuan kesanakemari untuk mbayar rumah sakit nggak ada, minta utangpun nggak ada. Sampai saya nggadai'in
Informan belum memiliki rencana apapun setelah bebas dari hukuman pidana penjara, bagi informan yang penting menjalani dulu saja
Informan sebenarnya tidak ingin melakukan kejahatan Informan merasakan bahwa pergaulan menjadi salah satu penyebab ia melakukan kejahatan.
Informan merasa kesulitan untuk mendapatkan bantuan ekonomi, informan merasakan sulitnya mendapatkan bantuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 175
keputusasaan
499 500 501 502 503 504 Hilangnya perasaan takut 505 demi kepentingan 506 507 keluarga 508 509 510 Alasan 511 melakukan kejahatan karena 512 513 keadaan 514 mendesak 515 516 517 518 519 520 521 522 523 524 525 526 527 528 529 530 531 532 533 534 535 536 537 538 539 540
motorpun karena terpaksa. Saya gitu ekonomi ketika lagi untuk mbayar rumah sakit, udah. sedang terdesak Cuma untuk mbela'in anak aja. Waktu ngelakuin itu nggak takut Karena kepentingan keluarga informan ya? Saya nggak takut. mengurangi perasaan takutnya ketika Sama sekali nggak takut? Cuma inget ke keluarga aja. melakukan perilaku kejahatan Ingetnya yang penting saya bisa memenuhi kebutuhan keluarga? Bukan memenuhi kebutuhan Informan memiih keluarga, cuman supaya anak biar akhirnya melakukan cepet keluar dari rumah sakit. Kalau kejahatan karena semakin tinggal semakin tambah desakan ekonomi dan biayanya. supaya biaya pengobatan anaknya tidak semakin membengkak Owh gitu. Karena khan ini nggak... nggak biasa ya? Iya. Nggak banyak orang juga ambil resiko. Karena resikonya terlalu, misal kita melakukan kejahatan apapun itu khan masik sini ya? Iya. Masuk sini sendiri khan pasti... prosesnya panjang. Prosesnya panjang, masih di siksa. Hehehe... hahaha... yang mas rasain ketika berada di sini itu apa? Kalau disini itu malah dibawa enjoy, tapi kalo dikantor polisi ya. Hehehe. Ndelok komputer wae. Hehehe. (ditujukan ke petugas LP) Gimana kalau disini? Kalau disini itu saya cuma biasa aja, kalau di kantor polisi yang prosesnya yang agak semuanya mungkin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 176
541 542 543 544 545 546 546 548 549 550 551 552 553 554 555 556 557 558 559 560 561 562 563 564 565 566 567 568 569 570 571 572 573 574 575 576 577 578 579 580 581 582
pertanya... jawabannya sama. Kalau di kantor polisi nggak enak, kalau disini... lebih nyaman? Ya bukan lebih nyaman, lebih baik dari sana. Lebih baik? Dari kantor polisi. Kalau disini ini sering ada cek cok gitu apa nggak di dalam? Kalau permasalahan kecil seperti itu biasa. Biasa ya sesama? Soalnya khan satu.. sel... sel itu bukan dihuni satu dua orang, ada 15 orang. Ada yang... kalau mas yang berapa? C 2 ada lima belas orang, ya itu khan biasa seperti itu tapi khan cuma harus kita bisa, bisa untuk merangkul semua untuk hidup aja. Mas dapat apa ketika berada disini? Khan pasti khan ada konflik itu, terus gimana itu? Kita tinggal di satu tempat kecil dengan berbagai macam orang. He em. Yang mas dapetin apa? Kebersamaan. Bisa dijelasin? Jadi bila misalnya kita mau makan sama-sama, misalnya kita lima belas orang ada yang punya makanan dibagi untuk bareng-bareng. Mie satu untuk bersama-sama. Udah. Ada gap gak sih walaupun di dalam sel? Di sel itu di... kalau di tempat saya nggak ada gap-gap'an semua harus sama. Sama-sama semua harus ngerasain sama. Tapi kalau yang... blok lain ya saya nggak tahu. Khan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 177
583 584 585 586 587 588 589 590 Melakukan kejahatan karena 591 592 Mementingkan 593 pemenuhan 594 kebutuhan 595 keluarga 596 Membenarkan perbuatan yang 597 598 salah 599 600 601 602 603 604 605 606 607 608 609 610 611 612 613 614 615 616 617 618 619 620 621 622 623 624
ada blok A, B, C, D, E. Owh... kalau istri sendiri khan udah tahu ya bolak-balik masuk gitu? Iya. Marah apa nggak? Atau misalnya malah ya udahlah gimana lagi keadaannya memang gitu? Kalau marah nggak, karena dia tahu saya disini untuk siapa, bukan untuk foya-foya, untuk minum-minum, untuk senang-senang, nggak. Ya memang murni untuk kebutuhan keluarga. Khan ada juga pekerjaan seperti ini dapet uang untuk foyafoya, untuk senang-senang banyak. Ada banyak juga. Ya tapi khan kalau saya memang untuk keluarga. Sama sekali nggak pernah foya-foya dengan uang itu? Misal minimal buat minum-minum sama temen gitu? Thek-thekan gitu? Kalau minum malah saya tak kasih, kalau minum saya nggak minum, ngerokokpun saya nggak. Jadi mas itu nggak minum juga nggak ngerokok? Nggak ngerokok. Make? Nggak pernah. Nggak pernah juga? Cuma untuk itu aja, minum teh aja nggak pernah? Owh belum pernah to? Nggak doyan. Owh nggak doyan teh gitu ya? Teh, kopi, apapun nggak doyan. Air putih aja. Air putih aja? He em. Ada nggak sih mas perasaan tertentu, nanti ketika anak-anaknya besar terus tahu?
Informan memprioritaskan keluarga, meskipun cara yang dilakukannya salah.
Kecemasan
dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 178
Penyesalan
Keinginan untuk berubah
Melakukan kejahatan repetitif karena untuk memenuhi kebutuhan keluarga
Ada pola kejahatan yang sedang dihindari
625 626 627 628 629 630 631 633 634 635 636 637 638 639 640 641 642 643 644 645 646 647 648 649 650 651 652 653 654 655 656 657 658 659 660 661 662 663 664 665 666 667
Ada banyak itu aaa... kaya gitu pasti ada penyesalan, terus nanti kalau anak-anak nanti udah besar "woh bapakku kie maling". He eh. Nah itu pasti ada, tapi khan saya berusaha, berusaha untuk menyembuhkan itu. Menyembuhkan supaya nggak diulangi lagi. Anu ya... rasanya seperti nagih yah? Karena lebih cepet dapet duit banyak? Bukan nagih. Apa sebutannya? Kalau saya... kalau saya bukan nagih. Khan ada yang itu... nyandu kaya klepto itu? He eh. Ada yang nyandu yah? Iya, itu ada yang nyandu. Kalo saya bukan nagih, karena cuma memang murni. Murni? Untuk anak aja. Kemarin sudah kerja, makanya khan diluar lama, biasanya diluar tiga bulan, empat bulan masuk. Di luar kemarin satu tahun dua bulan. Ya karena saya udah kerja. Ha karena ada temen dateng itu aja. Kayak gitu tu biasanya selalu terus jadi kayak lingkaran setan gitu nggak sih mas? Temennya ngajak terus. Nah itu, saya yang berusaha dari situ. Makanya saya memutus teman-teman yang lama.
Caranya mas memutus itu?
penyesalan kepada anak-anaknya atas akibat perbuatan jahatnya Informan berusaha untuk memperbaiki dirinya
Informan membenarkan perbuatannya yang tidak baik dengan alasan untuk kepentingan dan kebutuhan keluarga. Informan sangat memprirotaskan keluarganya
Informan sadar, bahwa lingkungan pertemanan sebelumnya harus ia hindari jika ingin berhenti melakukan kejahatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 179
Ada pola kejahatan yang sedang dihindari Keinginan untuk hidup tentram dengan keluarga
Dianggap memiliki pengalaman dan kemampuan oleh orang lain
Dipercaya karena tidak pernah merugikan temannya
668 669 670 671 672 673 674 675 676 677 678 679 680 681 682 683 684 685 686 687 688 689 690 691 692 693 694 695 696 697 698 699 700 701 702 703 704 705 706 707 708 709
Pindah rumah. Owh pindah rumah? Iya. Saya punya rumah, tapi saya pindah, supaya temen-temen itu nggak tahu rumah saya. Yang tahu itu, saak... mungkin bilang ke yang orang tua mertua bilang aja saya pergi ke Lampung atau kemana. Saya cuman pengen hidup tentrem sama anak istri.
Karena memang jad... dari temen sendiri khan jaringan itu khan memang... bukan jaringan, karena mungkin mereka menganggap saya bisa. Bisa? Bisa diajak? Bisa, bisa, bisa semuanya. Diajak ya bisa. Istilahe bahasa kami itu Njongkini. Pinter... Apa itu Njongkini? Nyopirnya. Owh. Nah itu pinter, kalau bahasa kami itu kayak gitu. Nah makane, wah itu aja kalo masuk nggak pernah nggigit orang lain. Makanya saya kemarin pindah, dari rumah itu pindah. Mending ngontrak supaya nggak tahu. Lha tapi kok ada temen yang tahu-tahu dateng. Gitu, jadi seperti ini lagi. Tahu dari mana itu? Dari... katanya? Itu katanya dari kantor malahan. Ada yang pernah nyari, satpam bilang
Ketika sudah masuk ke dalam dunia kejahatan, ada pola yang sama dan terus berulang Agar informan bisa keluar dari pola yang lama, informan memilih untuk menjauh dari lingkungan yang membawanya pada kebiasaan untuk berbuat jahat
Teman-teman informan melihat dirinya adalah seseorang yang bisa diajak kerjasama dengan baik dan tidak merugikan Informan sudah berusaha menghindari teman-temannya yang membawanya terus masuk ke dalam dunia kejahatan, namun tetap saja keberadaannya diketahui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 180
710 711 712 713 714 715 716 717 718 719 720 721 722 Dianggap 723 memiliki pengalaman oleh 724 725 orang lain 726 727 728 729 730 731 732 733 734 735 736 737 738 739 740 741 742 743 744 745 746 747 748 749 750 Keinginan untuk 751
"mas ada yang nyari" "siapa namanya?" "Revan". Wah ini sudah. "Biarin aja". Nah mungkin naik, tanya alamat yang sekarang. Mereka itu, ya temen-temennya mas aja toh? Itu kalo nyari orang benerbener selektif ya? Kayak... ya... milih-milih. Milih-milih banget'e. He eh. Sesuai dengan kriteria... ini ya... apa yang mau dirampok. Karena mungkin dari kebanyakan pengalaman, mereka tahu saya track recordnya bagus. Jadinya... track recordnya bagus? track record untuk disitu gitu lho. Owh. Sampe punya track record bagus ya mas ya? Itu mungkin yang istilahnya seperti itulah. Itu totalnya berapa sih? Udah lebih dari empat kali berarti yah? Saya? He eh. Ya sekitar kayak bu Susi bilang, lima kali kalau nggak salah. Lima kali yah? Banyak yah itu? Kalau dihitung sih lebih. Hehehe... hahaha... itu selama saya jadi pegawai lho bu lima belas tahun. Itu tahun berapa jadi pegawai? Ini tahun 2001. Saya tahun 2001/2000, yang sebelumnya khan nggak tahu. Masa sih. Sebenernya saya itu masih pengen tahu, pendapatnya mas tentang kejahatan sendiri buat mas sendiri lho ya. He em. Jadi tanpa dipengaruhi oleh yang lain-lain. Apa sih kejahatan itu? Ya kejahatan itu khan seharusnya
Informan menyadari sebab ia terus menerus dicari oleh teman-temannya.
Informan menyadari bahwa dirinya seharusnya berhenti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 181
berubah namun 752 merasa belum 753 menemukan jalan 754 755 756 757 758 759 Learn 760 helpessness 761 Menjadi 762 berprasangka 763 macem-macem 764 765 766 767 Mendapatkan 768 judgement dan 769 prasangka dari 770 orang lain 771 Merasa terbatasi 772 773 774 775 776 777 778 779 780 781 782 783 784 785 786 787 788 789 790 791 792 793
kalau saya, seperti saya tu punya anak istri seharusnya bisa dihilangkan. Jangan seperti lainnya. Cuma jalannya kadang nggak ketemu kalau mau keluar. Kenapa bisa nggak ketemu gitu lho? Ya kita mau cari kerja kadang ditolak. Gimana donk ya? Terus kadang khan kita timbul putus asa to? Ya udah gini lagi aja lah. Kemudian dari sana, wah kae bekas kono, kae bekas kene. Lha dikira nanti kok gekgek... jadi di prasangkai sama... jadi prasangka buruk, makanya paling banter kerjaanya tukang bangunan. Bisa itu khan kalo di proyek khan bisa. Nggak mungkin ada prasangka buruk. Di proyek itu malah nggak pernah ada prasangka buruk? Nggak ada.
Walaupun ini mantan apa? mantan apa? Nggak ada, tetep masuk semua. Tapi makanya khan kemarin di luar juga dikatakan bisa bekerja sendiri itu bagaimana, tapi khan belum ketemu.
melakukan kejahatan Informan merasa belum bisa menemukan cara yang efektif untuk bisa keluar dari keadaan ini.
Merasa putus asa karena anggapan negatif dari orang lain atas perilaku kejahatan yang informan lakukan mempengaruhi ia untuk mendapatkan pekerjaan yang layak
Ruang kerja informan menjadi terbatas karena judgemet dari orang lain akan capnya sebagai mantan narapidana Tetap bisa bekerja meskipun seorang mantan narapidana, namun ruang lingkupnya menjadi sangat terbatas Informan belum menemukan pekerjaan yang tepat untuk dirinya
Masih belum Karena susah juga yah? Bukan susah, bukan, karena belum menemukan langkah ada jalannya. Susah sih nggak untuk berwirausaha aslinya, cuma belum ada jalannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 182
Merasa ragu
Learn helpessness
Defense mechanism : Rasionalisasi Perasaan putus asa
Merasa tidak dipercaya oleh aparat Tidak terima
794 795 796 797 798 799 800 801 802 803 804 805 806 807 808 809 810 811 812 813 814 815 816 817 818 819 820 821 822 823 824 825 826 827 828 829 830 831 832 833 834 835
Misalnya, kita mau wiraswasta sendiri jualan atau apa, belum ketemu jalannya. Modal sudah ada tapi jalannya belum ketemu. Itu jadinya... yang dimaksud dengan jalan itu apa mas? Jalannya kita misalnya, kita sudah punya modal, untuk keahlian seperti itu khan nggak ada. He em. Misalnya kita mau jualan atau buka laundry, kita mau melangkahi ragu... udah ragu duluan itu khan kadang jalannya kaya susah. Kita udah berusaha padahal, tapi sepertinya jalannya susah. Ujung-ujungnya ya kita sembahyang, supaya dipercepat jalan. Supaya ada jalan yang bagus. Kemudian apa lagi? Karena terus... mungkin ada keputusasaan, udah berdoa, udah semuanya, usaha sudah, terus nggak ada jalan bener, kembali kesitu lagi. Nggak takut sama yang diatas? Ya itu, karena sudah putus asa. Karena udah putus asa, jadi ya gimana lagi. Ya uwis. Ya uwislah aku tak nampani iki wae. Tapi khan saya nggak nyuri... nggak nyuri cuma ada yang nyuri saya yang beli. Penadah istilahnya. Penadah doank ya? He em. Tapi khan polisi nggak percaya, saya padahal nggak ada kasus. Mau nangkap saya aja. "selamat siang!" "siang" "ayo ikut saya!" "ada apa pak?" "udah ikut aja! Kamu nyolong!" "nyolong mana?"
Informan merasa dirinya belum memiliki kemampuan yang menunjang untuk menjalankan usaha Ada sedikit perasaan putus asa Informan mengeluh dengan menyalahkan keadaan. (“jalannya susah”)
Menyadari bahwa dirinya merasa putus asa sehingga lebih memilih untuk mengulangi perbuatan jahat
Melakukan pembenaran atas perbuatan yang jelas salah
Informan merasa dituduh atas sesuatu yang tidak ia lakukan Merasa tidak terima atas perlakuan kasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 183
diperlakukan tidak adil
Learn helpessness Mendapatkan judgement dari aparat
Perasaan kesal Perasaan tidak
836 837 838 839 840 841 842 843 844 845 846 847 848 849 850 851 852 853 854 855 856 857 858 859 860 861 862 863 864 865 866 867 868 869 870 871 872 873 874 875 876 877
saya tanya nyolong mana? nggak ada yang bisa njawab. Digebukin terus. "lha saya nyolong yang mana? Buktinya aja pak?" "situ mukul saya, nangkep saya itu khan harusnya ada prosedur". Cuma karena istri sudah ketakutan duluan penangkapan nggak ada, penyurian nggak ada, penyitaan nggak ada. Barang yang dibeli istri sayapun ikut disita. Padahal itu bukan dari uang saya, uang istri saya sendiri. Hmm... lha itu khan udah bikin malu semua. Besok nek metu tak balese, wes arep insyaf. Gitu juga ada. Ora, sesuk tak mbaleni seperti yang dulu aja. Sudah berusaha insyaf tapi masih tetep ditangkep? Pernah lho itu. Saya nggak... Pernah? pernah kejadiannya. Saya udah berhenti nggak pernah ngapangapain. Saya udah kerja apa adanya. Dari nyuci motor sampe bangunan saya sudah apa adanya. Saya dirumah tetep ditangkep, digebukin, tiga hari dipulangin lagi. Nggak ada... nggak ada pemberian apapun? Lha itu kasusnya gimana itu? Itu sering, karena kenapa? Saya sering keluar masuk. Saya jadi... jadi... jadi ini yah? TO. Ho oh. Jadi incarannya. Incarannya. Jadi walau nggak ada masalah tetep ditangkep. Diincar terus. Ditangkep duluan, nah udah itu khan di preassure, di preassure udah babak belur baru dikembalikan. Itu, kenyataannya seperti itu. Ada perasaan kesel sendiri nggak atau dendam? Nah kesel, kesel, saya sudah berusaha nggak seperti yang dulu lagi, tapi kok masih seperti ini di... di
yang tidak berdasar yang dilakukan oleh aparat kepada informan
Perasaan kecewa, putus asa dan juga kesal yang dirasakan oleh informan Secara tidak langsung informan diberi cap oleh aparat sebagai “target operasi” Informan sudah berusaha mencari pekerjaan yang layak Informan menerima kekerasan fisik dan tekanan terlebih dahulu oleh aparat supaya mau mengakui kesalahan Meskipun sudah bukan menjadi narapidana, informan masih menjadi target operasi (TO)
Informan merasa bahwa usahanya untuk menjadi lebih baik tidak menghasilkan sesuatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 184
terima diperlakukan tidak adil
878 879 880 881 882 883 884 885 886 887 888 889 890 891 892 893 894 895 896 897 898 899 900 901 902 903 904 905 906 907 908 909 910 911 912 913 914 915 916 917 918 919
masyarakat? Bukan masyarakat, yang positif karena masyarakat itu malah mendukung masih terus menerus "ini lho mas B itu wis iso tenan..." menjadi target operasi oleh aparat
bukan kenapa-kenapa gitu? Nggak ada apa-apa? Bukan, masyarakat itu malah mendukung saya. "iki lho mas B ki wes insyaf tenan, kok isih dicekeli ngopo?". Akhire dibalekke, dibalekke terus "ono opo mas?". Besok lagi ditangkap lagi, padahal saya nggak berbuat apa-apa. Seperti ini. Saya itu diluar setahun empat bulan... eh... setahun dua bulan. Nggak ngapangapain. Saya pagi kerja setengah delapan udah masuk, pulang jam empat, kadang jam sembilan malem. Kapan saya melakukan peker... apa... pencurian? Ya salah saya cuma membeli itu aja. Karena memang saya sudah tahu itu barang curian. Itu salahku disitu. Kalau mas nggak tahu malah ini ya... malah saya nggak tahu, nggak mungkin wong itu kenal. Owh. Hehehe. Karena yang orang NTT itu og ya? Ha iya. Owh jadi gitu? Kalau dihitung-hitung dari tahun 94 sampe sekarang ada lebih dari sepuluh. Sudah lebih dari sepuluh?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 185
920 921 922 923 924 925 926 927 928 Berupaya untuk beruabah menjadi 929 930 lebih baik 931 932 933 934 935 936 937 938 939 940 941 942 943 944 945 946 Kekesalan dan kecewa terhadap 947 948 diri sendiri 949 950 951 952 953 954 955 956 957 958 Perasaan sungkan 959 960 Perasaan sungkan 961
Ho oh, dari tahun 94. Jadi sebenere ini ya karena keadaan, terus temen... he em. Pergaulan... pergaulan, nah kalau pergaulannya sendiri gimana mas? Nah dari tahun 2013 kemarin sudah saya berusaha untuk memisah tementemen yang lama, cari temen-temen yang lebih baik. Yang nggak, istilahnya bukan residivis. Yang baru-barulah. Yang lingkungan, lingkungan nggak ada kriminalitasnya. Itu aja.
Udah berhasil sampai... sampai sebelum... saya sebenernya sudah. Sebelum sampe yang ini? Saya sebenernya sudah. Haa... sudah, sudah, karena dateng temen lagi. Saya sudah nolak. Saya sudah menolak. Datang sekali, dua kali, tiga kali sudah nolak. Dia malah pergi sendiri. Mencuri-mencuri, saya mbeli. Itulah, kesalahan saya disitu. Cuma satu itu, nggak ada salah lain. Ada perasaan, ada penolakan atau tidak? Eh, Khan ada penolakan ya? Terus ada perasaan nggak enak gitu nggak sih sama temen yang nawarin? Iya, makanya saya nggak enak itu. Terus akhirnya? Akhirnya saya beli. Tolong, bilangnya tolonglah. Ya saya kira kalau sudah bilang tolong ya sudah.
Informan berusaha menghindari temanteman yang menjerumuskan Berusaha memperbaiki diri dengan membangun relasi baru dengan orang baru Menyadari lingkungan mana yang menjerumuskannya
Ada perasaan kecewa terhadap diri sendiri yang terlukis dari kalimat yang diucapkan
Ada perasaan sungkan dengan teman sendiri
Adanya
peasaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 186
Sensitif dengan 962 963 kata “tolong” 964 965 966 967 968 969 970 971 972 973 974 975 976 977 978 979 980 981 Merasa aman 982 Jenuh dan kesal 983 984 985 986 987 988 989 990 Merasa aman, 991 992 tentram 993 994 995 996 997 998 999 1000 1001 1002 1003
sungkan Informan cukup sensitif dengan kata “tolong”, sehingga sulit bagi informan Berarti mas agak nggak gitu enakan untuk tidak menolong juga yah sama temen? Iya, bukan sama temen sama keluarga juga. Sama keluarga juga nggak enakan? Jadi akhirnya ya... ya udah dibantuin ya udah ikut? He eh. Sekaligus plusnya ya karena ada kebutuhan ekonomi? Iya, ekonomi. Lebih merasa tenang Pernah nggak mikir, besok kalau ketika di dalam LP diluar, dihukum sama Tuhan gimana gitu? daripada Lha justru malah itu, lha justru malah karena tidak ada yang saya disini itu malah lebih tenang. mengusik Karena saya diluar sudah bekerja, Ada perasaan kesal sudah lurus-lurus masih diuber-uber kepada aparat karena sama polisi. selalu jadi “target operasi” meskipun informan sudah tidak melakukan aksi kejahatan Lha disini tenangnya gimana? Saya bisa ibadah dua puluh empat Menjadikan situasi di jam saya ibadah bisa. Malah lebih dalam LP sebagai tenang. Karena saya mendoakan yang tempat untuk banyak diluar. Supaya diluar itu saya tinggal, mendekatkan diri anak dan istri supaya hidupnya lebih kepada Tuhan baik. Justru malah kalau saya, tapi kalau yang lain mungkin disini agak guncang ya, karena biasa sama keluarga... sama keluarga terus terpisah. Kalau saya malah, justru malah disini tempat bertobat. Tempat bertobat malah disini? Karena lebih tenang, lebih kondusif gitu ya? Iya, malah tenang jadi sembahyang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 187
1004 1005 1006 1007 1008 1009 Trauma Merasa tidak 1011 tenang dan 1012 1013 seperti diteror 1014 Kecemasan 1015 1016 1017 1018 1019 1020 1021 1022 1023 1024 1025 1026 1027 1028 1029 Tidak terima 1030 diperlakukan 1031 tidak adil 1032 Perasaaan kesal 1033 1034 1035 1036 1037 1038 1039 1040 1041 1042 1043 1044 1045 1046 Tidak berpikiran tentang ketakutanketakutan
nggak... istilahnya... malah bisa fokus. Tiap hari sembahyang, nggak bisa kemana-mana. Terus kalau diluar khan saya sembahyang kadang kalau kelewat malam, apa nanti grebek gak yah? Padahal saya nggak ngapa-ngapain. Ada ketakutanketakutan itu, padahal saya nggak ngapa-ngapain. Saya pernah baru tahajut tahun 2012, digrebek. Padahal sudah nggak ngapa-ngapain.
Ketika di dalam lapas informan merasa lebih tenang daripada ketika ia berada di luar. Bagi informan ketika ia diluar, hidupnya penuh dengan kecemasan dan juga ketakutan kalau-kalau menjadi target operasi lagi Pengalaman digrebek saat sudah tidak melakukan kejahatan membuat informan menjadi trauma
Perasaannya mas gimana itu? Ya kok seperti cemas, tahajut mau pertama tu udah feeling. Udah feeling nggak enak? Ini kok ada apa sih? Kok saya ini tu sudah punya salah. Tapi kesalahan yang tahun yang lama diungkap kembali. Itu aja. Jadi misalnya ni polisi sekarang... tahun ini misalnya saya nggak ada masalah, itu yang tahun yang tahun kemarin yang punya salah yang itu di ulang itu yang... istilahnya yang nggak diungkapin sama dia, diungkapin lagi. Karena mereka khan menangkap khan harusnya punya dasar. Ada bukti gitu? Ada bukti. Ha ternyata yang kasus baru nggak ada. Nggak ada barang, otomatis kalau dilepas khan katanya bisa nuntut balik khan? Ya itu udah, kasus yang lama diungkap kembali. Hmm... jadi istilahnya saya yang sudah mapan-mapan kerja, tapi kok
Informan merasa polanya selalu sama, perbuatan kejahatan masa lalu digunakan lagi sebagai alasan untuk menangkap dirinya
Putus asa dengan keadaan yang tidak membuahkan hasil baik Informan menjadi beranggapan lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 188
Learn helpessness
Pasrah Ingin sekali bercerita namun tidak ada tempat untuk berbagi
1047 1048 1049 1050 1051 1052 1053 1054 1055 1056 1057 1058 1059 1060 1061 1062 1063 1064 1065 1066 1067 1068 1069 1070 1071 1072 1073 1074 1075 1076 1077 1078 1079 1080 1081 1082 1083 1084 1085 1086 1087 1088
masuk penjara lagi. Yawes sesuk kumat neh wae. Wong saiki kumat ra kumat podo wae. Saya menjadi orang benar itu emang susah mbak, uangel tenan. Jadi ini ya, ada pandangan kaya saya.. saya saja jadi orang baik tetep disalahin og. Nah itu sering. Istri saya juga bilang gitu. Bukan istri saya, tetangga-tetangga saya juga bilang gitu. Mas B'i wes apik kok isih di ngonokke terus to? Itu bukan dari warga, dari tetangga juga bilang seperti itu. Dari mas sendiri gimana itu? Ya khan... saya paham juga sih ketika udah jadi orang baik tapi kok yaa... tetep disalahkan. Itu gimana kesannya mas? Ya saya cuma pasrah. Pasrah? Paling larinya ke yang maha kuasa, sholat. Larinya kesitu aja. Meskipun ada perasaan nggak enak gitu? Kaya skeptis gitu khan? Iya. Cuma tak pasrahkan, berdoa, sudah. Sudah gitu aja, nggak ada yang lain. Mau sambat sama siapa? Sambat sama istri juga... sama aja. Sama aja? He em, tapi istri kalau saya seperti itu dia kok "wah, dia pasti punya masalah". Nah nanti dia juga ikut mendoakan. Kalau istri nggak kerja yah? Sekarang jadi ibu rumah tangga. Dirumah khan jualan nasi, warung gitu. Lumayan berarti ya sebenernya? Ya untuk hid... Untuk makan yah? Ya untuk hidup, makan bisa. Untuk sekolah sekarang biayanya
baik jadi orang jahat, karena usahanya untuk berubah menjadi lebih baik tetap tidak membuahkan hasil baik. Merasa sia-sia
Perasaaan putus asa yang kuat Informan merasa tidak ada tempat untuk berkeluh kesah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 189
1089 1090 1091 1092 1093 1094 1095 1096 1097 1098 1099 1098 1099 1100 1101 1102 1103 1104 1105 1106 1107 1108 1109 1110 1111 1112 1113 1114 1114 1115 1116 1117 1118 1119 1120 1121 1122 1123 1124 1125 1126 1127
dari mana? Untuk sekolah belum tahu. Belum tahu? Karena ada program dari pemerintah kemarin, namanya PKA itu dapat tapi yang lain nggak tahu. Mungkin itu agak ada menolong. Terus ini ada program apa lagi, katanya kemarin rapat yang dari kelurahan dari bantuan dari pemerintah. Lha itulah. Berarti ngikut-ngikut kaya gitu yah? Iya kalau dari pemerintah kita terus dipantau. Istilahnya dipantau dari... RT, RW, Kelurahan. Dipantau terus, pasti. Ya memang keluarga mungkin kurang mampu yah. Terus di pertama pasti itu. Hehehe. Owh gitu. Kenal sama Slamet? Slamet siapa? Slamet siapa yah sebutannya, Orangnya kecil, orang dari Alas Roban. Yang dari Alas Roban. Owh, Batang? He eh. Kenal? Ada dibelakang. Deketkah? Ya nggak deket sekali, cuma pernah bareng kesini. Orangnya gimana? Baik? Kalau orangnya sih pendiam. Owh pendiam toh? He em. Emangnya sering bergerombol gitu? Nggak. Dibelakang juga menyendiri kok. Kalo masalah ibadah tertib, cuma kebutuhan ekonomi aja, kalo penilaian saya lho. Ekonomi, karena dia khan hidup selayaknya rata-rata. Pengen hidup selayaknya kebanyakan. Itu kemarin saya juga sempet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 190
1128 1129 1130 1131 1132 1133 1134 1135 1136 1137 1138 1139 1140 1141 1142 1143 1144 1145 1146 1147 1148 1149 1150 1151 1152 1153 1154 1155 1156 1157 1158 1159 1160 1161 1162 1163 1164 Perasaan sedih 1165 1166 1167 1168 Penyesalan Perasaan sungkan 1169
wawancara... he em. Pak Slamet, tapi khan saya juga harus tahu dari temen-temennya gimana, keadaannya gimana. He em, ya mungkin dari problem keluarga juga. Problem ini ya... karena dia... sudah cerai sama istrinya. Kasian itu sebenernya. Owwh... gitu toh ceritanya. He em. Goncangan buat dia juga khan? Kalau masalah keluarga itu khan disini mungkin masalah pokok malahan. Seharusnya, kalau keluarga itu khan pas kita kena masalah memberi support. Keluarga inti yah? Ya istilahnya dari istri, bukan dari keluarga bapak'e, ibu'e. Nah kalo yang punya istri kadang malah istri... kita disini istri malah pada lari. Tapi kalau istri saya itu dari dulu saya keluar masuk malah memberi support. Yang sabar. Saya juga malah "kamu juga yang sabar". Jangan bilang ke saya, kamu yang sabar yang diluar. Kalau disini saya, kamu nggak kesinipun saya dikasih makan pemerintah. Lha kamu diluar ngasih makan anak dua. Sedih nggak? Ya sedih banget. Sedih banget ya? Iya, pas sedihnya pas kalo kita berdoa. Ngerasain istri... kok isa ya, bojoku ngelakoni urip dewe isih nguripi anak loro. Sedangkan aku disini. Padahal aku disini nggak ngapa-ngapain, kok
Ada perasaan menyesal karena selama diluar LP telah menyia-nyiakan waktu dan keadaan yang lebih baik Istri sudah mencoba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 191
1170 1171 1172 1173 1174 1175 1176 1177 1178 1179 1180 1181 1182 1183 1184 1185 1186 1187 1188 1189 1190 1191 1192 1193 1194 1195 1196 1197 1198 1199 1200 1201 1202 1203 1204 1205 1206 1207 1208 1209 1210 1211
diluar kadang tak sia-siakan, nah itu. Contohnya, saya dibilangin "udah nggak usah bergaul sama orang lain, nggak usah! Temen-temen kamu ditinggal". Tapi saya tetep masih bergaul. Nah itu lah, karena saya kalau di datengin orang, diusirin nggak enak. Ya otomatis kalau di datengin orang ya tak manggake to. Monggo masuk, ngobrol. Lha istri saya khan nggak suka. Karena itu temen, udah tahu temen lama pasti ngajak yang nggak... nggak bener? Nggak... apa yah... ngajak yang nekoneko. He em. Nah itu, wes nggak seneng. Kadang disitu aku marah. Khan orang tamu kesini, ya dimanggakan. Nek misale kita di ajak atau enggak khan tergantung diri kita sebetulnya. Mau atau enggak. Lha nek kepepet ya mau, nek nggak ya... hehehe... hahaha... nek nggak ya nggak ya? Lha iya. Kalau posisi pas kaya kemarin udah kerja ya, diajak kemanapun saya nggak mau. Karena saya pasti khan lebih memberatkan ke keluarga, nggak memberatkan ke teman. Karena pas posisi kita susah, seperti pas yang saya alami disini itu yang ngurusin siapa? Temen-temen? Nggak khan? Tetep keluarga toh? He em. Nah iya, nah itulah makanya yang saya bilang teman-teman dari dulu seperti itu. Keluarga tetap nomor satu. Iya. Untung mas dapet istri yang mau
menasihati informan untuk tidak lagi bergaul dengan teman-temannya yang menjerumuskan dirinya Karena sifat sungkannya informan menjadi tidak bisa menolak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 192
1212 1213 1214 1215 1216 1217 1218 1219 1220 1221 1222 1223 1224 1225 1226 1227 1228 1229 1230 1231 1232 1233 1234 1235 1236 1237 1238 1239 1240 1241 1242 1243 1244 1245 1246 1247 1248 1249 1250 1251 1252 1253
selalu ngedampingin yah? Itu keberuntungan. Karena khan banyak yang... lari? Hehehe. Yang Slamet ditinggal selingkuh itu khan? Ah iya. Itu khan itu malah sudah cerai itu. Sudah cerai? He em. Prosesnya khan pas dia masuk juga khan itu? Iya. Orangnya pendiem, penyendiri yah? Malah diem orangnya, penyendiri. Itu yang dia masuk yang terakhir itu karena dia ini ya... diajakin temennya itu tadi? Iya namanya Aji sama Taufiq, Taufiq apa siapa ya? Lupa. Diajakin terus, itu sebenernya ini ya motif balas dendamnya temennya itu yah? Iya. Si... pak siapa... ra apal saya, iya he eh. Terus? saya kejadian itu tahu bener malahan. Pas waktu itu saya yang menerima. Gimana itu ceritanya? Jadi pak siapa lupa aku, itu punya gambaran, maksud'e di dalam istilah kan gambaran ada harta misalnya. He eh. Itu khan istilah kita gambaran. Nah itu diajak'i, "kamu ikut saya ada gambaran". Padahal itu pernah punya perkara sama pak itu. Pak sinten namanya. Ha itu punya perkara sama pak itu. Ha itu motifnya motifnya balas dendam, akhirnya masuk semua. Masuk semua itu akhirnya ya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 193
Memaknai pengalaman kejahatannya
1254 1255 1256 1257 1258 1259 1260 1261 1262 1263 1264 1265 1266 1267 1268 1269 1270 1271 1272 1273 1274 1275 1276 1277 1278 1279 1280 1281 1282 1283 1284 1285 1286 1287 1288 1289 1290 1291 1292 1293 1294 1295
Iya yang ngasih gambar. Cuma Slametnya aja yang... udah empat orang itu yang masuk. He eh, empat orang katanya ini ya... Slametnya sempet ngiket bapaknya itu ya? He em, untuk ngambil itunya, untuk ngambil barang-barangnya. Tapi katanya dia nggak dapet ini khan? Salah sepeser gak ada. Uang untuk hartanya sepeser nggak ada. Karena blas ketahuan. Owh... jadi khan belum sempat istilahnya menikmati hasil dari kejahatan, belum sempat. Istilahnya baru percobaan tapi khan sudah menganiaya. Di tembak to? Tembak kakinya patah, tapi sekarang udah pulih. Mas Slametnya? Iya. Owh... ya itu dia juga cerita kalau dia itu sebenernya dimanfaatkan sama... temennya untuk balas dendam. Ya kadang seperti saya ni, seperti saya karena sering keluar-masuk pernjara karena pengaruhnya ada, khan di manfaatin sama orang luar juga. Pas saya keluar, "mas itu mas dibunuh, tak bayar sekian milyar". Itu khan ada. Itu khan pemanfaatan namanya. Kalau kita mau ya kita otomatis harus kesini lagi to? Kalau gak mau ya gak to? Iya. Semuanya ya tergantung diri kita sendiri. Kayak si Slamet juga kalau dia nggak mau ya mungkin nggak masuk sini. Ya tergantung diri kita sendiri. Kembali ke hati nurani kita sendiri. Kecuali seperti saya, karena saya kebutuhan keluarga mendesak kaya tak
Informan menyadari bahwa terkadang iya melakukan kejahatan karena pengaruh orang lain dan terkadang juga dimanfaatkan oleh orang lain karena posisinya sedang kesulitan ekonomi Informan memiliki pendapat bahwa semua pilihan itu kembali lagi ke diri sendiri Karena informan
terdesak,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 194
Defense mechanism : Rasionalisasi
Tertekan oleh situasi yang menharuskan informan kembali pada perbuatan jahat Terpaksa berbohong
1296 1297 1298 1299 1300 1301 1302 1303 1304 1305 1306 1307 1308 1309 1310 1311 1312 1313 1314 1315 1316 1317 1318 1319 1320 1321 1322 1323 1324 1325 1326 1327 1328 1329 1330 1331 1332 1333 1334 1335 1336 1337
contohkan tadi, anak saya dirumah membenarkan sakit. Saya sudah nggadaikan motor, perilaku jahat yang ia sudah nggadaikan surat rumah... lakukan Tapi tetep nggak cukup? Nggak cukup, terus saya hutang mana-mana nggak mau, ya udah terus tak putuske. Tak putuske kembali ke jalan yang dulu-dulu. Akhirnya tak bayar. Istri juga nanya "uang dari mana?". "Pinjam Teman". Bohong ya berarti awalnya? Bohong. "Pinjam temen bener? Nggak nganu lagi?". "Nggak". Ya udah. Lha sudah keluar semua, "Lha terus le mbalekke pye duite mas le nyilih temen?". "Yo sesuk tak balekke". Supaya istri ini nggak... nggak... opo... nggak terlalu berpikir. Nggak banyak pikiran. "Udah wes rasah diurus, ngko tak urusane". Saya cuma bilang gitu. Sering bertengkar nggak kalau sama istri? Istri? He em. Kalau pertengkaran itu pasti ada, tapi khan hal yang... ya kaya hal sepele tadi. Kaya ada temen dateng, njuk istriku malah marah-marah, nggak mau mbuatin minum. Itu aja kalau bertengkar sih mungkin. Istriku lebih muda dari saya, saya tiga puluh enam istriku baru dua puluh tiga. Ya itu khan yang ngemong khan kebanyakan saya. Hmm... ya kalau bertengkar ya kita selesaikan secara baik-baik aja. Saya nggak mau nanti dari efek pertengkaran ini anak-anak yang jadi korban, cuma itu. Jadi misalnya saya nguantemi bojoku to, lha itu khan nanti anak-anak jadi
Tertekan oleh situasi, membuat informan terpaksa memilih mencari uang dari aksi kejahatan
Informan terpaksa berbohog kepada istrinya, karena informan tidak ingin membebani pikiran istrinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 195
Perasaan takut dan cemas akan masa depan anaknya
Bosan dan ingin berakhir
1338 1339 1340 1341 1342 1343 1344 1345 1346 1347 1348 1349 1350 1351 1352 1353 1354 1355 1356 1357 1358 1359 1360 1361 1362 1363 1364 1365 1366 1367 1368 1369 1370 1371 1372 1373 1374 1375 1376 1377 1378 1379
korban. Nek bojoku loro anakanakku ra iso adus, makani. Saya tu nggak bisa, mau ndulang anak nggak bisa. Lha itu khan otomatis anak yang jadi korban to? He em. Lha itu makanya saya sebisa mungkin saya tekan supaya nggak ada pertengkaran. Takut nggak mas kalo anakanaknya besok ngikutin jejaknya mas? Ya itu pasti keta... apa... ada bayangan. Ada bayangan? Makanya khan dari kemarin-kemarin saya sudah... udah pingin minggir dari dunia hitam ini. Udah dari tahun sembilan empat mbak. Dari tahun sembilan empat sampai sekarang ini berapa tahun? Udah... enam belas tahun ya? Eh... lebih ya? Dua puluh tahun yah? Dua puluh tahunan ada mas. Dua puluh tahun saya sudah sudah mau minggir, udah capek. Hidup gini udah capek. Hidup keras ya ini hitungannya? Sudah capek saya hidup ini. Ditembak pernah, dipukul sering. Ditembak dimana? Di kaki. Di kaki juga? Empat biji. Sakit mas? Ya sebentar sakitnya. Ahaha... hehehe. Di tembak itu sakit nggak sih? Nggak? Apa... yaa... sebetulnya ki pertama itu sakit, tapi lama-lama ya kesakitan karena khan bengkaknya njelurug. Khan ada
Informan takut jika nantinya anaknya mengikuti jejaknya sebagai pelaku kejahatan Informan terus menerus berusaha untuk keluar dari dunia kejahatan yang ia geluti selama 21 tahun
Informan sudah lelah hidup di dunia kejahatan dan ingin berubah menjadi lebih baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 196
1380 1381 1382 1383 1384 1385 1386 1387 1388 1389 1390 1391 1392 1393 1394 1395 1396 1397 1398 1399 Menceritakan 1400 kebenaran fakta 1401 Pengalaman 1402 kejahatan 1402 1403 1404 1405 1406 1407 Tekanan yang 1408 berasal dari luar Perasaan tidak 1409 1410 terima 1411 1412 1413 1414 1415 Menceritakan 1416 kebenaran fakta 1417 1418 1419 1420 Menceritakan
yang patah juga, kebetulan saya nggak. Alhamdulillah masih dilindungin. Empat biji pas tulang semua nggak ada yang... istilahnya cuma tembus aja. Nggak ada yang cacat. Memang sengaja tadinya mau dipatahin, tapi nggak patah-patah. Beruntung ya mas ya? Sampe dipukulin, sampe di encotencot gitu nggak patah. Sampe mau di tlindesin mobil itu, nggak patah. Itu sama polisi atau sama... polisi. Sama polisi? Kostrad. Karena mau melarikan diri itu ya mas? Itu khan alasan kamuflase aja. Nggak ada yang namanya... disini mungkin pertanyaannya sama, kamu ditembak karena melarikan diri? Nggak. Kalau mau ditembak itu pasti dilakban matanya, diborgol tangannya, dijorokin, langsung ditembak. Nggak ada sejarahnya yang dari saya tahun sembilan empat sampai dua ribu lima belas sekarang melarikan diri ditembak, itu nggak ada. Cuma kamuflase. Koran-koran itu bohong semua. Owh gitu ya? Coba ditanya yang pernah ditembakin. Sebenernya ditembak itu buat apa toh mas? Untuk bisa ngaku gitu? Bukan bisa ngaku, karena supaya di... apa... karena malah dia nggak ngaku, itu lho. Dia nggak ngaku ditembak biar ada lebih banyak kasus. Kalau malah ngaku malah nggak ditembak. Kalau ngaku nggak ditembak? Malah nggak ditembak.
Informan menceritakan bahwa selama ini, para pelaku kejahatan di tembak bukan karena mereka berusaha melarikan diri tetapi merupakan sebuah kamuflase dari aparat dan media
Aparat menembak para pelaku kejahatan agar mereka yang tidak mau mengakui kejahatannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 197
kebenaran fakta Tekanan yang berasal dari luar
1421 1422 1423 1424 1425 1426 1427 1428 1429 1430 1431 1432 1433 1434 1435 1436 1437 1438 1439 1440 1441 1442 1443 1444 1445 1446 1447 1448 1449 1450 1451 1452 1453 1454 1455 1456 1457 1458 1459 1460 1461 1462
Tapi kalau ngaku? Tapi kalau memang nggak me... nggak berbuat? Kalo disuruh ngaku ya nggak mau to? Kaya misalnya saya, " kamu merampok di bank ini", misalnya. Lha kalau saya nggak bener-bener nggak nganu... saya nggak melakukan? Ya otomatis nggak ngaku to? Itu ada yang ditembak juga? Banyak. Banyak? Sekarang kasus aja, bawa pedang ditembak empat ada. Cuma untuk supaya punya kasus lain, pencurian yang lain. Padahal cuma bawa pedang. Jadi untuk istilahe golek-golek ya? Cari-cari? Ya semua polisi seperti itu. Saya ngomong... dari seratus persen, sembilan puluh persen sama. Banyak korbannya disini? Ya dianu aja di... apa... ditanyain aja gitu? Nggak... apa... studi bandinglah. Hehehe. Semuanya sama. Jawabannya mungkin sama. Gitu? Jadi sebenarnya bukan karena melarikan diri ya? Nggak ada yang melarikan diri sejarahnya. Rata-rata tu ditangkepnya dirumah atau pas kejadian sih mas? Kalau dirumah itu pasti ada yang ngomong. Maksudnya ngespek'ke, istilahnya di SP, di spionasikan. Tapi kalau yang ketangkep langsung biasanya massa. Oh ada yang "itu mas ada perampokkan"
berbicara dan supaya aparat mendapatkan lebih banyak kasus lainnya
Buat apa mengaku jika memang tidak melakukan kejahatan
Faktanya penembakan yang dilakukan aparat untuk mendapatkan kasus lain diluar kasus yang saat itu dilakukan
Informan mengakui para pelaku kejahatan sering mendapatkan tekanan melalui kekerasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 198
1463 1464 1465 1466 1467 1468 1469 Motif kejahatan 1470 1471 1472 1473 1474 1475 1476 1477 Eksistensi diri 1478 1479 1480 1481 Eksistensi diri 1482 Penyesalan 1483 1484 1485 1486 Motif kejahatan 1487 Kebutuhan ekonomi yang 1488 1489 mendesak 1489 1490 1491 1492 1493 Motif kejahatan 1494 1495 1496 Reputasi diri 1497 1498 1499 1500 1501 Perasaan bangga 1502 pada diri sendiri 1503
aaa... itu khan biasanya di tangkep orang banyak baru diserahin ke kepolisian. Lha itu khan massa namanya. Kalau mas sendiri itu kemarin ketangkepnya dirumah gitu? Dirumah. Dirumah terus ya? Dirumah, pas itu nggak ada apa-apa, saya nggak ngapa-ngapain. Yang sebelumnya juga dirumah? Dirumah juga. Banyak yang dirumah ya? He em. Banyak cerita yang diluar bayangan saya. Hmm... ya itu kenapa saya melakukan penelitian ini. Khan juga pengen tahu sebenernya kenapa kok banyak yang keluarmasuk. Hmm... Kemarin Mahkamah Agung juga kesini sebenernya. Tanya-tanya, konseling seperti ini juga. Oh iya? He em. Kenapa kok seperti itu, kemarin lusa. Kadang-kadang bukan karena orang yang mau khan, atau... bukan. Kadang-kadang bukan karena ekonomi, ada juga yang karena memang lingkungan di... Hobby. Hobby juga ada. Ada, terus pengaruh lingkungan juga ada. Kalau saya hobby, lingkungan mungkin saya bisa nepis semua. Cuma karena mungkin nggak enak, jadi istilahe nek cara kasare buat gaul aja. Buat gaul aja? He em. Hehehe.
Kesaksian informan mengapa banyak narapidana yang sering kembali melakukan kejahatan karena motif hobi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 199
Berani menerima resiko sendirian
Mementingkan keluarga
Kesadaran diri
Perasaan malu
Berkomitmen pada diri sendiri
1504 1505 1506 1507 1508 1509 1510 1511 1512 1513 1514 1515 1516 1517 1518 1519 1520 1521 1522 1523 1524 1525 1526 1527 1528 1529 1530 1531 1532 1533 1534 1535 1536 1537 1538 1539 1540 1541 1542 1543 1544 1545
Kalau udah ngelakuin ini terus apa yang mas dapet? Selain uang lho itu di... yang dapet saya cuma mungkin kepercayaan aja. Bahkan saya ini tu ngomong, nggak ngomong doank. Seperti inilah, itu aja. Harga diri ya sebagai seorang lakilaki? He eh. Misalnya tu ya saya tu nggak pernah nyokot orang kalau seperti ini. Itu aja. Padahal ya... ya penyesalan diri sendiri.
lingkungan pergaulan, serta tren pergaulan
Dengan melakukan kejahatan, informan merasa mendapatkan kepercayaan dan pembuktian diri
Melakukan kejahatan merupakan bentuk Iya, sebenernya ya? Tapi ya gimana lagi, juga karena dari pembuktian faktor ekonomi juga. harga diri informan Menambah harga diri di akhir Ada ter... dar... tekanan dari temen- namun temen nggak kalau misalnya udah merasakan diajakin, nggak ikut, terus "wah penyesalan perbuatan kamu ini laki-laki apa bukan'e?". Faktor ekonomi Diancam? He eh, diancam. Itu mungkin ada, membuat informan tapi kalo saya nggak ada. memilih melakukan kejahatan Kalau mas nggak ada ya? Nggak ada. Ya cuma karena mereka ngajak saya, ya itu tadi karena saya tu punya nama yang bagus untuk dunia seperti itu. Nama yang bagus? Untuk anu ya... Kesaksian informan, karena keahliannya mas ya? He em. Jadi punya nama bagus. Itu terkadang yang lho, iku wong'e koyo ngono, ora tau membuat seseorang nggeret wong. akhirnya melakukan kejahatan karena Dewe yo mesti? Ya pokoknya nggak pernah bawa diancam temanorang lah. Belum ada sejarahnya. temannya Nek kebanyakan... saya nyuri sama Informan memiliki mbak'e misale, nah saya ketangkep, reoutasi yang baik di otomatis saya nyokot mbak'e. Kalau dunia kejahatan saya nggak, tetep tak akui sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 200
1546 1547 1548 Berusaha memperbaiki diri 1549 1550 menjadi lebih 1551 baik 1552 Kontrol diri 1553 rendah 1554 1555 1556 1557 1558 1559 1560 1561 1562 1563 1564 1565 1566 Tekanan dan 1567 ajakan untuk 1568 melakukan 1569 kejahatan 1570 1571 1572 Tekanan dan 1573 ajakan untuk 1574 melakukan 1575 kejahatan 1576 1577 1578 Perasaan sungkan 1579 Sensitif dengan 1580 1581 kata “tolong” 1582 1583 1584 1585 1586 Unsur budaya : 1587 Jawa
Misalnya saya berdua, temen saya lari. Ya saya sendiri, tetep tak akuin sendiri. Temenmu tadi? Namanya Yudhi. Alamatnya mana? Makasar. Makasarnya mana? Nggak tahu. Ilang to? Ya saya akuin sendiri. Contohnya seperti itu. Itu yang bikin temen-temen yang lain tu pengen ngajak mas, karena ya aman ya yang ngajak mas itu itungannya? He eh. Lha kalau temennya bisa kabur, mas yang ketangkep kan mas nggak bakal... sendiri. Lha itulah. Jadi salah satu faktor seperti itu ya? Untuk dikorbankan itu saya siap. Hehehe. Kok seneng'e mas dikorbanke? Nggak, istilahnya tu itu. Dulu-dulu tapi kalau sekarang saya berkorban cuma untuk keluarga aja, bukan untuk yang lain. Ya besok-besok jangan lagi mas, kasihan... saya sudah nggak mau. Saya itu sudah... capek to? Sudah umur tiga enam mau empat puluh. Besok saya keluar, kalau setahun setengah dah umur tiga tujuh. Habis disini nanti khan nggak bisa keluar. Udah tiga tujuh khan istilahe nanti khan kalau anak saya sudah besar, nanti punya istri, punya cucu... malu juga khan? Iya. Nah saya sudah mikirin seperti itu. Makanya kemarin khan waktu saya pulang berjanji pada diri sendiri, nggak berjanji sama orang-orang kalau nggak mau
Ada perasaan bangga dalam diri informan karena memiliki reputasi di dunia kejahatan Ketika melakukan kejahatan dan tertangkap, informan tidak pernah mengadukan temannya untuk ikut ditangkap juga
Informan memilih untuk berkorban demi keluarga
Informan merasa dirinya sudah berumur dan sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 201
Mendapatkan dukungan moral dari lingkungan sosial
Kebutuhan untuk mengeluarkan beban pikiran
1588 1589 1590 1591 1592 1593 1594 1595 1596 1597 1598 1599 1600 1601 1602 1603 1604 1605 1606 1607 1608 1609 1610 1611 1612 1613 1614 1615 1616 1617 1618 1619 1620 1621 1622 1623 1624 1625 1626 1627 1628 1629
ngulangun yang udah-udah. Makanya bertahan toh? Setahun dua bulan. Tanya yang... pegawai disini tahu saya semua. Saya tu paling tiga bulan empat bulan udah masuk. Kalau masih seperti itu. Emang kemarin lama, setahun dua bulan saya. Karena saya sudah kerja, cuma ada temen yang dateng, karena saya... kemarin dari temen-temen yang lama sudah tak pisahke semua. Saya udah nggak mau bergaul sama mereka. Sekarang cuman... say hello aja nggak papa, tapi untuk ngumpul-ngumpul saya nggak mau. Diajak kemana saya udah nggak mau. Pokoknya saya intinya alesannya momong anakku. Saya mau... apa... istilahnya mau diajak bagaimana, wah aku ora iso aku ngeterke bojoku. Terus alesan, keluarga yang tak buat alesan. Temen-temen akhirnya juga mengerti yah beberapa? Iya. Ada yang "We..." terus ada yang malah nggak mau ngerti. Biasa ya kalo itu khan? Gimana? Ada yang nggak mau ngerti juga. Ada yang nggak mau ngerti, jelas. Kalau mereka memang udah pekerjaan ya nggak mau ngerti lagi. Iya. Ayo to mbok sekali aja. Biasanya rayuannya gimana sih rayuan gombalnya? Hahaha. Ya sekali aja to ayo ikut, sekali aja. Sekali aja? Pisan wae. Wes bar pisan wes ora wis. Gitu aja, udah gur pisan. Tak turuti, nggak ketangkep to, nah besok lagi. Gah to yo, aku gek butuh duit. Kadang keluarga yang dibawabawa. Ayo to bojoku bar ngelahirke, saya butuh uang. Mesakke. Lha ya itu
seharusnya berhent dari dunia kejahatan
Ada perasaan malu informan kepada anaknya jika ia terus melakukan kejahatan Informan berjanji kepada diri sendiri untuk berubah menjadi lebih baik
Informan berusaha menjauhkan dirinya dari lingkungan pergaulan temantemannya yang menjerumuskannya
Ada
teman-teman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 202
Kebutuhan untuk mengeluarkan beban pikiran Kebutuhan untuk didengarkan
Self regulation
1630 1631 1632 1633 1634 1635 1636 1637 1638 1639 1640 1641 1642 1643 1644 1645 1646 1647 1648 1649 1650 1651 1652 1653 1654 1655 1656 1657 1658 1659 1660 1661 1662 1663 1664 1665 1666 1667 1668 1669 1670 1671
jadi mereka mengibanya di situ, karena kaya apa... anak saya di rumah sakit, itu khan saya paling nggak bisa. Terus istri saya baru melahirkan, istri saya baru sakit, wes saya paling nggak bisa nolak disitu. Ada faktor ini... budaya Jawa juga ya? Nggak enak'an? Iya, ya seperti itulah. Coba tanya yang cewek-cewek pasti banyak di sini, tapi masih beda kasus lho, ada. Itu memang B Sunadi, gimana orangnya? Nanti khan bisa disimpulkan. Tapi kadang mereka nutupi. Hehehe. Nutupi karena nggak enak ya? Karena saya sering mbela mereka. Owh... oh nggak kok orangnya seperti ini, orangnya seperti ini. Orangnya itu dirumah nggak apa, nggak apa, nggak apa. Kadang nutupi seperti itu. Orangnya nggak pernah neko-neko dirumah, cuma momong anak, kadang seperti itu. Jadi kalo ada yang jelek sama saya pada nggak mau. Hehehe... hehehe... nutupinnya seperti itu. Temen-temen disini banyak? Hurung entuk kok. Kula telfon wau teng ajeng durung entuk. Kok ora oleh kenopo? Tok telfon iso koe? Emboh. Kui mau tak telfon teng Wayah. Ra oleh'e. Kok ora oleh pye? Katanya belum vo... memang sudah vonis, eksekusinya belum turun. Owh yo wis. Sesuk rebo. Sip nek ora rebo, kemis. Hehehe. Mungkin ini dulu aja mas, besok kemungkinan kalau misalnya ada yang kurang boleh saya...? boleh, kapanpun bisa. Soalnya ini untuk melengkapi
informan yang belum bisa memahami keadaan informan dan terus menerus merayu untuk ikut bergabung melakukan kejahatan Teman-teman informan berusaha merayu agar ia mau ikut bergabung melakukan kejahatan meskipun informan sudah beralasan
Alasan yang digunakan temantemannya untuk merayu adaah kebutuhan mendesak keluarga, sehingga informan tidak tega untuk menolak
Perasaan sungkan atau “tidak enakan” informan, diakuinya dipengaruhi oleh kebudayaan jawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 203
1672 1673 1674 1675 1676 1677 1678 1679 1680 1681 1682 1683 1684 1685 1686 1687 1688 1689 1690 1691 1692 1693 1694 1695 1696 1697 1698 1699 1700 1701 1702 1703 1704 1705 1706 1707 1708 1709 1710 1711 1712 1713
data... skripsi? Ho oh. Owh... jadi? Saya memang agak beda dari yang lain. Hmm... yang lainnya pada ke perusahaan, saya ke sini. S1? S1. Jurusan? Jurusannya Psikologi. Saya besok juga maunya ke bagian kriminologi gitu juga. Ya itu, saya kalau Psikologi mungkin saya... apa... pengen konseling ke psikolog juga sering ingin. Pengen? Lho disini sama mbak Icha? Sapa? Mbak Icha? Belum pernah. Owh, belum pernah? Padahal kan bisa cerita-cerita. Belum pernah sama sekali. Tapi kalau mau konseling itu bagus lho emang. Iya, supaya untuk... mengeluarkan apa yang... sebab'e dirumah itu nggak pernah ngeluarin uneg-uneg, cuma menjaga anak, istri, keluarga supaya mereka nggak sengsara, udah. Hehehe. Emang harus dikeluarin lho mas, kalau nggak nanti stres sendiri nanti. Iya, kalau stres sih enggak, mungkin saya... berat di... saya punya... punya apa ya... punya langkah kalau agak stres. Itu khan kadang cuma duduk aja. Lebih ke berdoa ya? He eh, lebih ke sembahyang, berdoa, banyak-banyak doa nanti ilang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 204
1714 1715 1716 1717 1718 1719 1720 1721 1722 1723
sendiri stresnya. Nggak ke terus saya stres minum.. apa? Biasanya khan minum... mukulin orang. Mukulin orang? He eh. Nggak, saya nggak dari dulu nggak. Makasih ya mas ya. Udah gitu aja? He em. Mari. Thank you.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 205
Informan
: Inisial R
Tanggal
: Selasa, 12 Mei 2015
Usia
: 24 tahun
Tempat
: Lapas IIB Sleman
Jenis kelamin : laki-laki TEMA
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
PERTANYAAN/PERNYATAA N Boleh saya rekam? Ya. Nanti volume suaranya agak sedikit keras ya, supaya bisa ketangkep sama rekamannya. Saya tanya biodata dulu aja. Yang pertama asal kotanya, mas tinggal di? Asal kelahiran apa tinggal sini mbak? Tinggal di sininya? Di Jogja. Owh di Jogja, kalau kelahirannya? Kelahiran Jawa Tengah, Purwokerto. Tanggal? 9 April 91. Sembilan satu. Kalau di Jogjanya tinggal sama siapa mas? Sama saudara mbak. Sama saudara? Iya. Di daerah mana? Di jalan Kaliurang. Jakal km berapa itu ya? Km... km tujuh, eh km enam. Oh km enam, terus untuk statusnya lajang atau? Lajang, lajang. Pekerjaan sebelum disini? Bengkel'e mbak. Bengkel? Bengkel apa ini mas? Motor?
EXPLORATOR Y COMMENT
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 206
Awal mula kehidupan informan Kesepian
Tergabung dalam sebuah komunitas
36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77
Bengkel motor. Disini itu saya cuma mau ngobrol aja kok. Iya. Nggak... santai aja. Mas itu dulu disini sebelum... sebelumnya kerjaannya ngapain? Kan kalau katanya bengkel motor, udah berapa Informan lama? Udah sekitar... nek bengkel itu merasakan baru lima bulanan'e bu. sendirian sehingga ia keluar dari kota Lima bulanan? Sebelumnya? Sebelumnya saya disini khan dari asalnya untuk rumah saya ke sini kan niatnya mencari kan... nggak ada saudara kan saudaranya mbak, nyari saudara saya. Lha disini saya yaaa... dari awal dari jalanan itu. Dari jalan ke... sampe ini... mulai ikut terjun ke dunia jalanan itu lho mbak. Ya dari ngamen, dari... ya kerja di jalan itu. Kalau ngamen itu ada bossnya gitu atau sendiri? Nggak, sendri. Owh ya? sendiri? He eh. Berkelompok sama temennya nggak masnya? Iya, sanggar... ikut sanggar. Owh ikut sanggar? He eh. Itu sanggarnya dimana? Sanggarnya di daerah Timoho itu. Owh, daerah Timoho... ber berapa mas? Ber... banyak'e mbak situ. Owh, berbanyak? Sekitar dua puluh tigaan orang'e. Terus nyebarnya kemana?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 207
Lingkungan pergaulan
Awal masuk dunia kejahatan Adanya masalah yang belum menemui solusi Muncul perasaan serupa terbangun empati
78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119
Nyebarnya paling ke tempattempat kaya cafe, lesehan, kopi jos, poci gitu. Jalan kaki dari tempat ke tempat gitu? atau... nggak, pake sepeda motor. Owh pake sepeda motor? He eh. Biasanya dapet berapa mas semalem gitu? Tiap hari khan ya? Kalau setiap malem nggak mbak, khan modelnya... saya khan kaya di ini lho mbak, kaya di kopi klothok, diskomason. Paling nek malem-malem tertentu, kaya malem sabtu, malem senin gitu. Mas pegang apa itu? Gitar? Nyanyi. Owh nyanyi, yang nyanyi. Terus akhirnya bisa sampe sini itu gimana ceritanya? Ya karena pergaulan itu, pergaulan di... kenal sama orangorang yang istilahnya dijalan gitu, yang bener-bener dijalan tu lho. Lain dari luar anak sanggar itu, khan seneng kerja yang kaya gitukaya gitu. Akhirnya saya juga ikut. Saya ikutlah dari anak minuman itu, dari alkohol, terpengaruhi. Gimana itu ceritanya itu bisa kenal dijalan terus bisa kenal itu? Ya dari temen ke temen. Dari temen ke temen, di kenalin? Iya, namanya orang sabar kan mesti kan banyak saling cerita temen-temen yang kenal disitu, akhirnya ya udah.
Lingkungan pergaulan yang hedonis memberikan pengaruh bagi informan untuk mengikutinya. Mulai dari mengkonsumsi minuman alkohol dan terpengaruh
Berawal dar dikenalkan teman satu persatu Informan terlihat memiliki masalah, adanya kesamaan perasaan yang kemudian membangun empati diantara informan dengan teman-temannya, hubungan keduanya menjadi semakin dekat dan muncul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 208
Mendapatkan pengaruh dari lingkungan pertemanan
Kejahatan Repetitif
Pengalaman pertama melakukan tindakan kejahatan
Menunjukkan perasaan biasa saja
120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160
kepercayaan satu sama lain Sering kumpul bersama di suatu tempat dan minum minuman alkohol
Awalnya gimana kok terus minum atau gimana? Awalnya cuma nongkrong aja. Nongkrong? Nongkrong, nongkrong terus ya udah minum-minum gitu, terus ya kaya gitu. Udah berapa kali mas? Udah dua kali. Dua kali? He em. Yang pertaman itu tahun berapa? 2013. 2013? He em. Itu kasusnya? Kasusnya yang dulu ini... apa... HP itu mbak. Pencurian? He eh. Berapa unit? Aaa... nek itu cuma satu kok mbak. Itu aja yang nyuri khan temen, saya jadi dimotor. Teman saya lari, saya di pegang dimotor itu.
Jadi mas kaya sopir aja gitu? He eh, jadi saya suruh nunggu dimotor, temen saya masuk ke
Informan melakukan kejahatan sebanyak dua kali
Kejahatan yang pertama dilakukan adalah pencurian handphone Informan terlihat tidak merasa terbebani dengan tindakan kejahatan yang ia lakukan melalui kalimat yang diucapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 209
Berelasi dengan teman mantan narapidana Kebutuhan untuk berada di dalam kelompok sosial
Mendapat ajakan
Kebutuhan ekonomi
Terpengaruh alkohol Kontrol diri lemah
Gaya pergaulan
161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202
rumah, ketahuan sama orang, temen saya lari, khan itu kan orang-orang situ tahu nek saya temennya yang nyuri itu. Saya yang di pegang. Yang ke... itu vonisnya berapa lama mas? Tujuh bulan. Tujuh bulan, terus keluar ngapain mas? Keluar, habis itu keluar khan ketemu sama anak-anak yang istilahnya eks-eksnya disini khan mbak, yang pernah masuk disini. Ya akhirnya kumpul-kumpul diluar lagi, malah...
Itu ngajaknya gimana mas? Ya ngajaknya khan kenalannya khan disini khan mbak? Ho oh kenalannya disini, terus? Ya ngajak... sebenernya namanya kita diluar juga khan pengen punya uang gede khan mbak. Pengen punya uang banyak khan ya. Ya gitulah, gimana caranya gitu. Dan terpengaruhnya juga dari minuman-minuman.
Adanya kebutuhan untuk terus berada di dalam suatu kelompok sosial Setelah terbebas dari hukuman penjara, informan berkumpul dengan temanteman sesama mantan narapidana
Keinginan untuk memiliki uang yang berlimpah Mudah terpengaruh lingkungan
Yang diminum apa mas? AM apa ciu apa vodka? Wah ya ini mbak.. apa... apa aja. Cara bergaul informan dengan Apa aja? Yang ada gitu. teman-temannya Tiap malem ya itu? Atau... iya, tiap malem. Tiap malem minum. Yang kedua itu mas ngelakuin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 210
Adrenalin meningkat akibat pengaruh alkohol dan obat-obatan
Perilaku agresif
Pembenaran diri
203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244
apa kok bisa sampe sini? Yang kedua... ini... apa... Indomaret. Apa Indomaret? Gimana? Perampokan. Perampokan? Berapa orang? Empat. Berempat? He em. Dapet apa ke Indomaret? Dapet rokok, uang, motor, sama tablet, HP. Itu tahun berapa mas? 2014 kemarin mbak. 2014? Iya. Itu yang sempat masuk koran itu kah? Iya. Yang ngelawan satu karyawan doank itu? Iya. Owh... yang itu. Itu gimana itu ceritanya? Kronologis ceritanya awal sampe direncanakan akhirnya kok berani ke Indomaret? Ya awalnya dari pertama kita nongkrong-nongkrong gitu, lihat toko-toko yang malem masih buka itu khan. Namanya kalau orang udah punya... orang udah kena alkohol, terpengaruh alkohol, obat-obatan tu kan nggak punya itu... nggak punya rasa takut khan mbak. Yang penting kita bisa nguasain barangnya gitu. Akhirnya sudah, habis itu kita beli... beli minuman di Indomaret itu. Lihat kalau disitu sepi. Ya udah akhirnya kita masuk pakai masker, bawa golok, dan
Informan menjadi berani melakukan kejahatan karena dalam pengaruh alkohol dan obatobatan
Melakukan intimidasi terhadap orang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 211
Perasaan senasib sehingga menimbulkan empati
Jauh dari orang tua
Kebutuhan ekonomi
245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286
ditodongkan ke karyawannya. Ya udah akhirnya kami ambil barang-barangnya. Kok pengen ngelakuin itu kenapa mas sama temen-temen? Ya, satu... karena kita khan udah jauh dari orang tua semua khan mbak. Disini khan kita juga istilahnya kaya hidup sendiri tu lho, tanpa tanggungan kedua orang tua atau saudara gitu. Makan sendiri, nyari uang sendiri. Ya udah itu karena kebutuhan ekonomi.
Jauh dari orang tua dan hidup sendiri menjadi alasan pembenaran informan melakukan tindakan kejahatan Memiliki kebutuhan ekonomi Keadaan senasib dengan temanteman menimbulkan empati yang Lha orang tua nggak ini... berwujud nggak... ngirimin uang tindakan kejahatan bulanan? Atau... kalau orang tua saya, saya malu mbak mau ngabarin orang tua. Informan merasa malu kepada Kenapa? Ya malulah, saya yang ngelakuin orang tuanya saya sendiri gini, ngapain harus minta bantuan orang tua? Informan harus menanggung Tapi orang tua tahu mas? Nggak tahu. konsekuensi atas Owh berarti sama sekali nggak pilihannya tahu mas masuk sini? Iya. Lha sehingga ia merasa malu jika yang ngurus-ngurus sini? Yang ngurusin temen-temen. harus meminta Hmm... temen-temen dari luar. bantuan kepada orang tuanya Sanggar atau? Ya kadang ya orang sanggar, kadang yo temen, kadang saudara Orang tua dari bapak. informan tidak Owh jadi tu orang tua sama mengetahui bahwa korban sekali belum tahu gitu ya? Kalau... khan orang tua saya keluar masuk LP pisahan mbak. Bapak-ibu khan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 212
Korban perceraian orang tua
Tidak memiliki rasa takut
Tidak memiliki rasa takut
Memperoleh Kesenangan
Tidak memiliki rasa takut
287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328
udah cerai. Hmm... kalau yang tau cuma bapak, keluarga dari bapak. Kalau keluarga dari ibu nggak ada yang tahu.
Itu udah sejak kapan mas? Ke Jogja terus udah pisah lama? Sejak 2008, kelas dua SMA. Saya SMA disana, putus, lalu saya ke Jogja, kesini. Ya itu, nyari keluarga, nyari bapak saya to. Owh, nyari bapak? Iya. Terus akhirnya ketemu? Ketemu. Tapi udah nggak tinggal sama bapak berarti ya disni? Iya. Udah sendiri. Udah sendiri? Bapak juga udah sama istrinya sendiri to, udah sama istri barunya. Punya adek atau kakak atau saudara? Nggak punya. Owh... nggak punya, anak tunggal berarti? Iya. Terus mas takut nggak sih waktu nerima ajakan? Atau... ya kalau takutnya itu enggak'e mbak. Takutnya nggak berarti? Nggak takut. Lebih ke apa? Lebih seneng diajak itu, maksudnya kan posisinya juga kita kan ya memang udah nggak
Orang tua informan sudah bercerai Dari kelurga bapak informan mengetahui jika informan masuk ke lapas sedangkan keluarga ibu informan tidak mengetahui
Orang tua informan bercerai ketika ia smu, kemudin informan mencari ayahnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 213
Memperoleh kesenangan memenuhi kebutuhan
Ketidaktahuan
Sadar belum
329 330 331 332 334 335 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 356 357 358 359 360 361 362 363 364 365 365 366 367 368 369 340 341
tau mbak, namanya udah nggak punya pikiran gimana kalau ketangkep itu. Kaya udah nggak punya pikiran gitu. Yang penting kita untuk hari besok senang dan senang, gitu aja. Berarti sama sekali nggak ada ketakutan ya? Cuma ya yang penting bisa dapet uang? Iya. Yang penting bisa makan, bisa seneng-seneng? He em. Lha kalau mas sendiri itu... ini nggak... setelah masuk sini itu, kira-kira gimana gitu? Kan bukannya masuk penjara nggak enak? Iya, nggak enak bangetlah. Ee... tapi udah dua kali ya? Kalau yang pertama khan itu khan gara-garanya yang nyuri bukan saya, temen saya. Tapi mas yang ditangkep? He eh. Jadi temen saya masuk ke rumah, nyuri dirumah itu, saya juga nggak tahu kalau diajak mencuri, orang pas 2013 itu khan saya belum pernah kaya gitu mbak. Masih aktif di kegiatan ngamen itu. Saya disuruh nunggu dimotor, nggak tahu temen saya masuk kerumah, keluar kok diteriakin maling. Hmm... saya... warga situ khan tahu nek itu khan temen-temen saya, saya dipegang, saya ditanyain, "siapanya dia?", saya nggak tahu, saya dimasukin ke polsek, udah itu.
Informan tidak merasa takut ketika menerima ajakan melakukan kejahatan
Informan tidak memikirkan akibat dari melakukan kejahatan, Yang dipikirkan informan dan teman-temannya hanyalah kesenangan Yang menjadi fokus informan adalah bagaimana bisa dapat uang Demi bisa makan dan senangsenang apa saja dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 214
memiliki prinsip dan belum bisa merubah perilaku yang buruk menjadi lebih baik
Kebanggan Kesenangan ketika melakukan aksi kejahatan
Perasaan bangga dan senang mendapatkan sesuatu hal yang sebelumnya belum pernah dimilikinya
Perasaan bangga berhasil melakukan aksi kejahatan
342 343 344 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 355 356 357 358 359 360 361 362 363 364 365 367 368 369 370 371 372 373 374 375 376 377 378 379 380 381 382 383 384
Tidak tahu jika ternyata teman informan mengajak mencuri HP. Saat itu informan Mas sendiri memandang belum pernah kejahatan gimana? Perilaku sama sekali melakukan aksi jahat itu? Ya sangat inilah mbak... ya kejahatan gimana ya... saya belum bisa ini'e. Soalnya saya juga belum Ketika ketawan bisa berubah to? Belum bisa melakukan menyikapi prinsip saya. Atau pencurian HP, saya menyikapinya sih paling ya yang ditangkap kejahatan kan dimata orang pasti hanyalah kan ya... cenderung negatif lah. informan , karena Kalau saya belum bisa temannya menyikapi. melarikan diri. Terus kalau yang... sebenernya ini ya... apa namanya... karena ajakan temen-temen sama keadaan ekonomi berarti? Iya.
Tadi itu saya mau tanya ini sih... ee... kan tadi bilang nggak takut ya? He eh. Ketika sudah melakukan tu apa yang mas dapet? Selain materi lho ya. Iya. Apa yang mas dapet? Ada kebanggan sendiri? Yang... ya itu mbak yang didapet kebanggaan itu, senang.
Kebanggaan seperti apa mas yang mas rasain? Ya kebanggaan seperti... ya namanya khan kita kayanya nggak pernah punya kaya gitu khan mbak, jadi pas punya kaya
Informan belum bisa banyak berkomentar tentang kejahatan karena Informan menyadari dirinya masih belum memiliki prinip dan belum bisa merubah perilakunya menjadi lebih baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 215
Perasaan senang
Perasaan senang Mendapat pengaruh dari media : Film Mendapatkan pengaruh dari lingkungan pertemanan
Perasaan tertantang
Tidak memiliki perasaan malu dengan lingkungan
385 386 387 388 389 390 391 392 393 394 395 396 397 398 399 400 401 402 403 404 405 406 407 408 409 410 411 412 413 414 415 416 417 418 419 420 421 422 423 424 425 426
gitu rasanya seneng itu.
Jadi lebih ke kepemilikan barang? He eh. Selain karena kebanggaan punya kepemilikan barang? Bisa melakukan perampokan? Iya. Dengan melakukan kejahatan informan mendapatkan Iya itu apa yang mas rasain? Yang saya rasain ya... ya itu kebanggaan dan mbak... apa... seneng gitu. kesenangan Senengnya itu gimana? Seneng'e yo bisa... ya dari... yo mungkin dari pergaulan temen, dari lihat.. lihat-lihat film gitu, ya gitu.
Bangga yang dimaksud oleh informan adalah ketika ia dapat memiliki sesuatu yang sebelumnya belum ia miliki
Selain karena bisa memiliki barang yang Tertantang gitu nggak mas? He eh. sebelumnya tidak ia miliki dengan Terus kalau misale udah melakukan perampokan berhasil gitu? Kalau udah berhasil ya udah. informan merasa Kadang kalau lebihnya khan tak bangga kasih ke temen-temen, tak kasih ke sanggar. Jadi nggak... nggak dimiliki, nggak dimakan sendiri Melakukan gitu. perampokan informan merasa senang Dibagi ke temen-temen deket? Dibagi-bagi, kayak kemarin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 216
sosial setelah melakukan kejahatan
Perasaan malu setelah tertangkap
Tidak memiliki perasaan malu
427 428 429 430 431 432 433 434 435 436 437 438 439 440 441 442 443 444 445 446 447 448 449 450 451 452 453 454 455 456 457 458 459 460 461 462 463 464 465 466 467 468
kayak waktu insiden ini khan kayak rokok itu khan banyak, sampe dua karung itu. Dikasih ke semua. Ada perasaan malu nggak mas sama temen-temen? Nggak mbak. Nggak ada Jadi biasa aja gitu ya? Iya.
Merasa senang karena berhasil melakukan perampokan Informan mempelajari cara merampok dengan menoton film, observasi, dan dari temanKenapa kok mas nggak... temannya belum... kenapa kok nggak ngerasain malu? Padahal khan Informan merasa kalau umumnya khan, wah tertantang malu saya sama istri, apa sama dengan merampok siapa. Ya kalau sesudah ketangkepnya gini juga malu, kalau sebelumnya ya... biasa aja? Biasa aja. Soalnya juga kita melakukan kayak gitu kan tidak dengan... apa... transparan itu lho mbak. Dengan masker, dengan tertutup gitu mbak.
Kalau temen-temen sanggar atau temen-temen deket yang lain itu tahu nggak kalau mas... nggak tahu. Nggak tahu, lho tadi katanya yang ngurus ada dari sanggar juga? Iya, tapi waktu kejadian itu khan pada nggak tahu nek saya kayak gitu. Owwh... karena yang dari sanggar itu khan cuma saya tok yang kaya gini mbak. Yang lainnya biasa?
Informan tidak memiliki perasaan malu dengan teman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 217
Perasaan takut dengan orang tua
Keras pada pendiriannya
Kebutuhan untuk berada
469 470 471 472 473 474 475 476 477 478 479 480 481 482 483 484 485 486 487 488 489 490 491 492 493 494 495 496 497 498 499 500 501 502 503 504 505 506 507 508 509 510
Biasa. Yang lain ngamen aja? Iya. Tapi saya kan kenal-kenal dari temen-temen disini kemarin yang wak... yang pertama masuk saya ke sini kemarin itu, nah itu. Kalau anak-anak sanggar khan ya... Kira-kira mas kedepannya setelah keluar dari sini ada planning kerjaan apa? Kalau planning ya... belum ada ya? Ya udah banyak sih mbak kalo tujuannya. Apa? Ya paling saya paling keluar dari sini saya pulang. Pulang nggak... ya nggak disini lagilah ke tempat orang tua saya. Mau ngaku nggak mas? Gimana? Ngaku gitu ke orang tua? Owh... nggak ya? Sebisa mungkin nggak mbak. Saya jangan kayak kaca... apa... sendiri dengan... terus selain mau balik ke tempat orang tua mau... berkegiatan apa? Ya paling... paling saya ikut orang tua di luar, jauh'e mbak. Khan ibu saya nggak di sini posisinya. Ibu di Malaysia, udah nikah sama orang sana. Di Malaysia? Kerja jadi apa? Ini... apa... pertama disana pembantu orang jompo itu lho. Perawat orang jompo. Perawat orang jompo-jompo di yayasan. Owh... habis itu, sekarang usaha
Pada kejahatan yang kedua ini informan memiliki perasaan malu Informan mau mengatakan bahwa pada perampokan kali ini ia harus menggunakan masker untuk menutupi identitas diri
Setelah bebas dari LP,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 218
di dalam kelompok sosial
Memaknai pengalaman kejahatann
Mendapat beberapa pengetahuan selama menjadi narapidana
511 512 513 514 515 516 517 518 519 520 521 522 523 524 525 526 527 528 529 530 531 532 533 534 535 536 537 538 539 540 541 542 543 544 545 546 547 548 549 550 551 552
disana. Udah sukses? Berkecukupan? Saya nggak tau mbak. Owh, nggak tahu. Dari tahun 2008 sampe sekarang. Ya kemarin sempat ada kabarnya. Saya disuruh kesana, tapi khan saya nggak mau. Saya tetep pengen disini, di Jogja sini. Kenapa nggak mau ikut sama ibu? Karena faktor temen-temen disini. Faktor temen, faktor... faktor temen di Jogja sini. Lebih nyaman gitu ya? Lebih nyaman rasanya. Sampe sekarang temen-temen yang sering ngajakin masih sering komunikasi gitu? Masih. Masih sering komunikasi ya? Iya. Ada yang masuk atau masih pada berkeliaran diluar? Udah pada masuk semua mbak. Owh udah pada masuk? Kirakira mas kalau kedepannya gitu milih buat mengerjakan apa? Paling ini mbak... usaha paling? Usaha? He em. Usaha apa mas? Usaha ikut orang tua itu. Usaha ikut orang tua paling, udah itu. Karena ya gimana ya, udah jatahnya kaya gini ini mbak. Mungkin ini jadi jalan... jalan sukses saya sendiri. Karena saya di sini juga dapat pengalaman yang sangat banyak'e. Apa pengalamannya apa? Pengalaman yang orang-orang
informan berniat untuk pulang tempat orang tuanya
Informan ragu untuk bercerita jujur ke orang tuanya
Setelah keluar LP, informan berniat menyusul ibunya ke Malaysia
Informan menolak ajakan ibunya untuk ikut tinggal bersama
Informan merasa lebih senang bersama dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 219
553 554 555 556 557 558 559 560 561 562 563 564 565 566 567 568 569 570 571 572 573 574 575 576 577 578 579 580 581 582 583 584 585 586 587 588 589 590 591 592 593 594
disini nggak tahu jadi tahu di sini mbak. Maksudnya hanya orangorang yang pernah masuk aja yang tahu gimana-gimana caranya. Selama mas di sini dapet apa? Saya dapet pengalaman banyak, banyak mbak. Seperti apa mas? Ya seperti perbisnisan, urusan usaha, ya banyaklah. Hmm... saran-sarannya. Takut nggak sama temen-temen yang di sini? Nggak. Nggak? Nggak. Ini vonis yang kedua berapa lama? Empat tahun setengah'e mbak. Empat tahun setengah? He em. Tapi belum sampe mbunuh ya itu? Belum. Baru merampok berapa... uangnya dapet berapa itu? Tiga puluh lima. Juta? Juta. Langsung dari kantornya situ? Iya. Tokonya itu? Iya. Itu dapat dari mana duitya? Mbobol mananya? Kasirnya mbak. Kasirnya ada sampe segitu to? Nggak, tiga puluh lima itu udah kerugian semuanya. Owh... udah kerugian semuanya.
teman-temannya karena informan merasakan kenyamanan
Informan masih menjalin komunikasi dengan temanteman yang mengajaknya melakukan kejahatan
Dengan bertemu teman-teman dan melakukan kejaatan, informan mendapatkan keahlian melakukan kejahatan Menjadi salah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 220
Memperoleh kesenangan
Memperoleh kesenangan
Memperoleh kesenangan
595 596 597 598 599 600 601 602 603 604 605 606 607 608 609 610 611 612 613 614 615 616 617 618 619 620 621 622 623 624 625 626 623 624 625 626 627 628 629 630 631 632
Dari motor, rokok... owh... uang di kasir, sama... tadi berempat ya? Iya. Terus temen-temennya ketangkep semua itu? Ketangkep semua. Sama-sama empat tahun juga? Beda-beda'e. Owh, beda-beda? Ada yang empat setengah, ada yang empat tahun, ada yang dua tahun setengah. Kalau mas yang bagian apa? Sopir atau bagian eksekutornya? Bagian sopir jongki mbak. Jongkinya? He eh. Tapi kok bisa empat tahun? Karena saya khan dua TKP mbak. Dua TKP? Yang pertama Indomaret, yang kedua? Alfamart. Owh langsung dalam sehari itu? Owh... lha itu dengan temanteman rekan yang sama atau? Yang sama. Yang sama? Iya. Sempet dinikmati nggak itu hasilnya? Iya, itu udah dinikmati mbak. Owh malah udah dinikmati? Buat apa? Ya buat seneng-seneng, buat beli keperluan sehari-hari. Kalau seneng-senengnya itu ngapain aja mas? Seneng-senengnya cuma... ya main ke cafe, udah itu. Main, karaoke, beli barang gitu atau nggak? Atau...
satu narpidana, informan mendapat pengetahuan bisnis, dll
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 221
633 634 635 636 637 638 639 640 641 642 643 644 645 646 647 648 649 650 651 652 653 654 655 656 657 658 659 660 661 662 663 664 665 666 667 668 669 670 671 672 673 674
nggak. Misalnya beli minum gitu? Beli minum? Ho oh beli minum paling, karaoke, dugem, udah itu. Cuma buat berempat itu atau... ya enggak yo... buat orang banyak. Jadi khan setiap hari khan nggak ini... nggak bareng itu lho... hmmm... Berarti baru ya disini ya? Iya. Kalau lingkungan tempat tinggal, ya itu ya... dijalan ya? Iya. Temen-temen'e... banyak tementemen yang ngelakuin ini? Yo nggak semuanya sih mbak. Orang... yo... nggak semuanyalah mbak. Nggak semuanya? Nggak semuanya. Cuma tertentu-tertentu aja? He eh. Kalau temen-temennya sendiri udah lama berkecimpung di situ atau...? he eh. Udah lama? Udah lama baget kerja di dunia seperti itu? Iya. Owh... Berarti besok kalau misalnya saya mau wawancara lagi boleh? Boleh. Karena mungkin ada beberapa data yang harus saya ambil. Ya udah. Gak papa? Kalau mas kenal sama Vitalis nggak? Vitalis? Kenal. Kenal? Satu sel atau?
Hasil merampok digunakan informan untuk bersenangsenang
Menggunakan hasil merampok untuk bersenangsenang dengan main ke cafe dan pesta minuman beralkohol bersama temanteman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 222
675 676 677 678 679 680 681 682 683 684 685 686 687 688 689 690 691 692
Owh enggak. Orangnya gimana itu? Nggak tau'e saya mbak. Saya nggak... apa namanya... nggak ini'e... nggak bisa menilai orang'e. Ya namanya orang di penjara kan ya. Ya kaya gitu lah mbak. Pendiem atau sering nggerombol sama tementemennya? Ya sering nggerombol. Sering nggerombol. Ya mungkin itu dulu aja mas. Iya mbak. Makasih. Iya. Besok kita bisa ketemu lagi. Iya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 223
Master Tabel Informan I
Fokus pada motif kejahatan Berorientasi pada kesenangan Line : 155-165 Jadi motifnya mas melakukan pencurian selain untuk beli obat apa lagi kok bisa bolak balik dua tiga kali? (155-157) Buat ya.. yaa yang.. ya buat beli obat. Foya foya, karaokenan.. terus nyewa mobil, untuk main.. untuk bergaya.. (172-174) Kemana mainnya? (161) Kalau naik mobil ya jauh-jauhnya sampe Purwokerto.. Bandung.. (176-177) Main itu maksudnya main apa mas? (164) Liburan.. refresing. (179) Permasalahan ekonomi Line : 33-37 Terus kenapa mas kok akhirnya nyuri hape? (33-34) Hah? (terlihat masih bingung) yaa spontan mbak.. karena terpaksa, nggak punya uang (35-37) Memenuhi kebutuhan Line : 66-69 Buat apa itu? (66) Duitnya buat beli motor. (67) Oo beli motor.. suka balapan ya mas? (68) Iya suka balapan. (69)
Fokus pada Relasi Dinamika relasi dengan teman
Menerima ajakan teman melakukan kejahatan Itu kasusnya Karena mas butuh duit atau karena apa? Diajak temen.
Salah pergaulan Line : 108-110 , 114-118, 127 2 nggak lulus saya sudah keluar, akhirnya ikut-ikut temen, tapi salah..salah pergaulan. (108-110)
Line : 56-58 (56-57) (58)
Lanjutkan ceritanya mas, sepertinya menarik sekali. Jadi setelah ikut temen-temen itu akhirnya gimana? (114-116) Akhirnya saya jadi orang yang nakalah itungannya. (117-118) Kecanduan narkoba Line : 147-149 Tapi terus-terusan.. terus tiap dapet uang kaya gitu untuk beli obat. (147-149) Menggunakan obat-obatan terlarang Line : 131-134 Ya karena udah kemasukan pil. Pil koplo. (131-132) Jenis pil apa mas? (133)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 224
Kampleng mbak. (134) Dinamika relasi dengan keluarga Korban perceraian orang tua Line : 96-97, 100-103 Saya mulai bekerja kaya gini tu, dari orang tua, karena orang tua saya pisah. (96-97) Sudah lama ya? Sejak umur berapa itu waktu berpisah mas? Sejak umur berapa ya? Lupa mbak.. (kemudian berpikir) 11 tahun. (100-103) Melakukan kejahatan sejak orang tua bercerai Line : 95-97 Dari dulu ya temen saya baiklah. Baik.. Saya mulai bekerja kaya gini tu, dari orang tua, karena orang tua saya pisah. (95-97)
Fokus pada diri
Pengalaman pertama kejahatan Line : 29-30 Yang pertama dulu apa mas? (29) Nyuri hape. (30) Kurang memiliki perasaan bersalah atau malu Line : 79-82 Mas waktu melakukan ini perasaannya gimana? Atau ada perasaan khusus, biasa aja, atau nggak apa atau gimana? (79-91) Biasa saja. (82) Tidak menamatkan pendidikan Line : 107-110 Itu sampai saya sekolah, baru SMU kelas 2 nggak lulus saya sudah keluar, akhirnya ikut-ikut temen, tapi salah..salah pergaulan. (107-110) Berniat dan sadar akan mencuri Line : 143-147 Ya ada niat untuk mengambil barang yang bukan barang tempet. (143-144) Kemudian? (145) Ya uda terus saya berniat untuk mengambil hape. (146-147) Kurang memiliki kontrol diri Line : 108-110, 115-118,130-132, 155-160 akhirnya ikut-ikut temen, tapi salah..salah pergaulan (108-110) Jadi setelah ikut temen-temen itu akhirnya gimana? (115-116) Akhirnya saya jadi orang yang nakalah itungannya. (117-118)
Psikologis Kemarahan Line : 96-97 Saya mulai bekerja kaya gini tu, dari orang tua, karena orang tua saya pisah. (96-97) Stress Line : 96-97 Saya mulai bekerja kaya gini tu, dari orang tua, karena orang tua saya pisah. (96-97) represi atas pengalaman yang menyakitkan Line : 111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 225
Sejak umur berapa ya? Lupa mbak.. Perasaan penat Liburan.. refresing.
(111) Line : 179 (179)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 226
Master Tabel Informan II
Fokus pada motif kejahatan permasalahan, pelampiasan)
(kebutuhan,
Keputusan pribadi informan untuk masuk ke dunia kejahatan Pendirian diri yang lemah Line : 806-807 Emang dari pendirian saya sendiri. (806-807) Kurang mendapat arahan dari orang tua Line : 807-813 Saya kadang ..gimana yaa.. jadi karena jarang pengarahan dari orang tua.. atau gimana.. ya saya nggak nyalahin orang tua.. karena juga kemauan saya.. saya mencari yang lebih bebas.. bisa ngrokok. (807-813) Memiliki permasalahan dengan istri Line : 265-272, 415-417 Ada unsur tersendiri mbak.. mungkin karena saya lagi ada masalah sama istri saya. Ada masalah sama istri. Saya pun jarang pulang. Terus dihasut sama kawan.. ya bukan dihasut.. diajaklah wong saya juga mau kok. (265-272) Ada konflik dr istri yang kedua. Terus akhirnya nyuri di toko itu. (415-417) Motif dari melakukan aksi kejahatan untuk pelampiasan dan hasilnya untuk bersenang-senang Line : 274-277, 418-422 Iya mau. Saya dapet duit tak pake buat seneng-seneng. Jadi motifnya buat seneng seneng sama pelampiasan. (274-277) bagaimana ya kalau ada masalah, diselingkuhin sama pasangan kita, ah gimana caranya saya punya duit saya mau senang-senang, jadi balas dendam. (418-422) Melakukan pelampiasan kekesalan dengan melakukan aksi kejahatan Line : 284-287 Bisa karena waktu itu saya memang ya.. waktu itu pas kejadian itu saya dikhianati oleh istri, jadi pemikiran saya kacau. (284-287) Meneriman ajakan untuk melakukan aksi kejahatan karena faktor untuk memenuhi kebutuhan Line : 398-402 Paman saya yang punya kerja terus “Saya tak ikut kerjo pingin punya motor”. Itu jaman tahun 90an. (398-402) Hasil pencurian digunakan untuk pemenuhan kebutuhan Line : 835-838, 842-844 Eehm yang pertama itu untuk kebutuhan.. jujur ya untuk kebutuhan. Kepingin bangun bisnis, pingin bikinn rumah anak. (835-838) Yang pertama dulu untuk diri sendiri, unsurnya dendam sama istri saya. (842-844) Merasa bertanggung jawab untuk mengembalikan sesuatu yang sudah diambil Line : 548-560, 603-609 Terus saya bebas, waktu saya bebas kemarin itu saya mikir gini mbak, banyak yang dikeluarkan untuk ke kepolisian, pengadilan. Masuk lapas ini kan lumayan. Saya berpikir bagaiamana cara untuk mengembalikan barang yang hilang kemarin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 227
Terus saya dikasih gambaran sama kawan, ya uda dah kerja. Siapa tau dapet rejeki, buat nambal yg kemarin sudah hilang itu. Ee besoknya dapat rejeki malah masuk sini. (548-560) Apa ya? Sawah rata-rata jadinya punya orng lama. Peninggalan orang lama, peninggalan mbah-mbah tu kan ada. Kaya sawah terus ladang. Tapi akhirnya habis juga mba. Nggak sampai anak saya. Dihabisin saya. (603-609)
Fokus pada lingkungan dan aksi kejahatan Daerah asal informan Daerah asal berisikan orang-orang yang melakukan tindakan kejahatan Line : 74-79 oke.. awalnya sebenarnya bukan profesi saya untuk pekerjaan yang kriminal. Jd awalnya itu.. ya memang daerah saya banyak orang yang pemain kaya gitu. (74-79) Membahasakan pelaku kejahatan dengan kata “Pemain” Line : 81-84 Bisa dikatakan pemainlah mbak, bahasa kita kan pemain, kalau isitilahnya perampok atau apa itu pemain. (81-84) melakukan aksi kejahatan dimulai dengan teman satu daerah asal Line : 663-670 Enggak.. kita berangkatpun dari rumah dari kampung saya sendiri. Karena itu yang tau dapet pertama itu dulu kan personel itu orang daerah saya sendiri. Mungkin untuk lahan... mungkin untuk lahan begitu.. mungkin di Jogja... paling... (663-670) Melakukan kejahatan menjadi budaya yang turun temurun Line : 685-689 Motif apa ya.. motif sebenarnya nggak ada. Mungkin dari unsur turun temurun, mungkin dari daerah saya ini, orang netral semua. (685-689) Kejahatan sebagai pekerjaan Line : 678-680 Orang dijalan kaya saya kerjaan kaya saya ini. Sudah pernah masuk semua. (678-680) Mendapat ajakan dari teman-temannya untuk melakukan kejahatan Line : 85-108 Pas malam kebetulan itu saya ditawarin sama kawan saya. Ya di situ rombongan ada 4 orang jadi 1 rombongan pemain ada 4 orang. Jadi salah satu personel ada yang istirahat. Mau ada hajatan keluarganya.. nah salah satu orang di antara mereka bertiga nawari saya. Ayo tak ajak mangkat kerjo.. udah tak tolak.. udah tak tolak.. dia masih ngejar lagi besoknya. Terus kita berangkat. Ya dia nawari nggak sembarang orang, dia nawarin orang kerja kaya gitu kan.. dulu pernah saya kena masalah di Jakarta. Tapi tahun dulu tahun 97. Ya mungkin dia kan terus tau kalau pak S kan pernah kerja kaya gini kaya gini, tak ajak mau. Akhirnya saya mau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 228
diajak kerja. Ini ya bekerja bahasa kita.. kalau bahasa kita bukan merampok. (85-108) Berperan sebagai sopir dalam aksi kejahatan Line : 131-135 Waktu itu status saya sebagai sopir, pilot. Dipercaya temen-temen untuk jadi pilot. Milotin mobil itu. Saya nggak turun.. Intinya saya statusnya di mobil. (131-135) Rekan aksi kejahatan terdiri dari orang-orang yang sama Line : 172-176, 179-180 Bisa 4 orang bisa 3 orang. Tapi personel yang biasanya. Untuk jalan kaya gitu, orang memegang keeprcayaan ya.. biasanya 4 orang. (172-176) Bukan bisa ganti ganti. Misal kalau saya capek saya ganti. (179-180) Mendapat gambaran dari teman sesama narapidana untuk melakukan aksi kejahatan yang selanjutnya Line : 225-243 Lumayannya beda kasus. Oo beda kasus. Jadi dulu saya kanal kawan disini.. udah lama disini. Waktu pas sek itar tahun 2012. Awal-awal saya masuk ada orang bareng 1 kamar sama saya. Cerita ini itu.. intinya menceritakan dia ngasih gambaran saya punya tetangga, tetangga saya orang kaya.. silakan kalau mau dirampok. Bener…habis saya bebas saya punya kawan disini.. bukan kawan saya yang dulu yang tak ajak kerja.. nggak.. bahkan malah orang sini.. daerah sini. Tak ajak berangkat kerja ini itu.. sekarang kasusnya masukya 65 perampokan.. korbannya tak iket. (225-243)
Secara sadar menerima ajakan untuk melakukan aksi kejahatan Line : 269-272 Saya pun jarang pulang. Terus dihasut sama kawan.. ya bukan dihasut.. diajaklah wong saya juga mau kok. (269-272) Mendapat ajakan dari saudara untuk melakukan kejahatan Line : 396-402 Kalau tahun dulu saya pun diajak. Jadi ya dulu itu om paman saya punya kerjaan itu. Saya pingin punya motor. Paman saya yang punya kerja terus “Saya tak ikut kerjo pingin punya motor”. Itu jaman tahun 90an. (396-402) Relasi dengan orang tua Tidak mendapat bimbingan dan pengasuhan dari orang tua sejak kecil Line : 717-727 Saya sama nenek sama kakek dulu. Di situ hidup saya nggak pernah ngejelekin orang tua saya enggak. Memang bapak saya jarang bisa dikatakan nggak pernah ngobrol bareng. Dari bujang dulu saya bujang sampe nikah nggak pernah memgarahkan. Kamu harus kesini. Kamu jalannya kesana.. bisa dikatakan nggak pernah. (717-727) Kurangnya interaksi komunikasi dengan orang tua Line : 728-732
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 229
Saya nggak menjelekkan orang tua.. karena memang jauh saya sama orang tua. Sama bapak saya. Jadi jauh untuk komunikasi.. ngobrol pun palling seperlunya. (728-732) Tidak tinggal bersama dengan orang tua Line : 735, 737-740 Enggak beda rumah.. (735) beda rumah..beda kecamatan. Beda kecamatan cuma ditempuh dengan jalan kaki bisa. Nggak jauh. Cuma beda kecamatan. (737-740) Masih berkomunikasi baik dengan ibu Line : 744, 746, 748-750 ya klo komunikasi ya sama ibu.. (744) Masih.. (746) Iya masih baik. Kalau misalnya ada apa-apa.. “Nanti kamu jangan ini jangan itu”. (748-750)
Fokus pada diri Pendidikan informan Pendidikan informan yang rendah Line : 750-756, 770-773, 775-779 Karena saya itu dari dulu nggak pernah berantem nggak pernah apa. Tapi saya disuruh sekolah SD, nggak pernah mau. Saya disuruh sekolah saya nggak mau. Sama kakek saya. (750-756) Mungkin kalau dari nem saya goblok. Terus pendidikannya sampe pendidikan cuma sampe SD. (770-773) Iya lulus, nem lulus saya cuma 26, berapa.... Saya dibilang bodoh..Sebenarnya nem dibawah saya ada yang lebih jelek, cuma saya nggak nglanjut. (775-779) Lebih memilih bekerja daripada sekolah Line : 756-760, 781 Kalau sekolah saya nggak mau. Dari kecil saya sudah megang duit. Orang-orang masih pada sekolah saya sudah megang duit. (756-760) Pingin bantu dulu itu.. (781)
Harapan setelah keluar dari lembaga pemasyarakatan Memiliki harapan kali ini menjadi yang terakhir Line : 335-336 Mudah-mudahan ini yang terakhir. (335-336) Memiliki harapan untuk menyenangkan anak dan cucu Line : 343 Pingin nyenengin anak cucu. (343) Menyadari secara penuh cara memperoleh rejeki salah Line : 348-352
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 230
Ya pinginnya yang namanya orang tua buat anak sama cucu.. pingin buatin rumah buat anak. Saya punya tujuan itu. Cuma cara saya nyari rejekinya yang salah. (348-352) Rencana setelah keluar dari lembaga pemasyarakatan Line : 635-642 Saya ada kepikiran habis bebas ini saya tetep mungkin melakukan pekerjaan sebagai sopir, yang pernah dijalani dulu, taun-taun ini, saya mau nyopir kayanya, Mungkin cuma itu salah satu kepanjangan saya. Saya nggak punya kepanjangan lain. (635-642)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 231
Master Tabel Informan III
Fokus pada motif kejahatan permasalahan, pelampiasan)
Pengalaman pertama kejahatan
(kebutuhan, Line : 78
Penganiayaan
(78)
Itu dulu masih sekolah, masih SMP.
(81)
Merasa kesal dan jenuh atas perlakuan yang kurang menyenangkan Line : 83-85
Iya. Masih SMP karena saya sering di BePa-BP BePa-BP, terus jengkel to terus mukulin guru. Hehehe... (83-85)
Perasaan tidak terima diperlakukan tidak adil
Line : 102-107
Ya karena khan saya merasa... mungkin saya dari nurani juga berontak ya, saya merasa nggak pernah bikin ulah kok saya terus yang di... yang di... apa... marahin terus gitu lho. (102-107)
Mencoba sabar dan mengalah
Line : 114-117
Tapi khan mungkin nggak tahu terus saya yang kena, kemudian diemin sekali, dua kali, tiga kali. Lha terus terjadilah kaya gitu. (114-117)
Kesabaran habis
Line : 115-117
kemudian diemin sekali, dua kali, tiga kali. Lha terus terjadilah kaya gitu. (115-117)
Ajakan untuk melakukan aksi kejahatan Line : 22-27, 158-159, 162-165, 186-192, 286-289
Ceritanya dari teman, khan saya juga... khan saya sliweran masuk, pas kemarin keluar saya ditawarin sama temen kerja, saya kerja. Setelah itu khan ada temen pada dateng semua dari mantan-mantan sini khan, terus... (22-27) Ya khan saya keluar terus pernah dia datang aja. (158-165) Habis itu karena sering, sering itu cuma ada teman datang terus diajak ya sama ngikut aja. Soalnya khan... (162-165)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 232
Itu ceritanya itu... dikenalin sama temen orang Wonosobo, namanya Danang. Nah itu... Waktu itu khan kebetulan saya juga nganggur, nggak kerja. “Kamu ikut saya kerja ya. Ikut aja.” dah gitu aja. Seet... tapi disitu nggak sebagai eksekutor, sopir aja. (186-192) He em. Terus, ternyata ya masih ada temen yang dateng, terus saya nolak. Sekali, dua kali, tiga kali, akhirnya tergoda juga. (286-289)
Menjadi korban aksi kejahatan karena ketidaktahuan Line : 41-45. 53-57
He em, jual barang terus saya beli. Beli terus dia ketangkep, saya terbawa-bawa. Tadi khan masuknya harusnya 480, tapi tetep dikenai pasal 363, pencurian. (41-45) Nah, Sesudah itu saya itu dirumah, tahu-tahu di gerebek sama Poltabes, aaa... sama poltabes. Tapi khan di TKP kota saya nggak ada, tapi khan saya mengantongi HP yang saya beli. (53-57) Desakan ekonomi dan pemenuhan kebutuhan
Kebutuhan akan sesuatu
cuma malu itu tertutup dengan kebutuhan
Permasalahan ekonomi
Ya masalah ekonomi
Line : 215 (215) Line : 217 (217)
Membenarkan perbuatan yang salah Line : 219-222, 595-599, 823-827, 1294-1299
ya yang jelas khan kemarin diajak temen-temen dateng itu khan ekonomi otomatis khan tercukupi to, dirumah. (219-222) Khan ada juga pekerjaan seperti ini dapet uang untuk foya-foya, untuk senang-senang banyak. Ada banyak juga. Ya tapi khan kalau saya memang untuk keluarga. (595-599) Ya uwis. Ya uwislah aku tak nampani iki wae. Tapi khan saya nggak nyuri... nggak nyuri cuma ada yang nyuri saya yang beli. Penadah istilahnya. (823-827) Kecuali seperti saya, karena saya kebutuhan keluarga mendesak kaya tak contohkan tadi, anak saya dirumah sakit. Saya sudah nggadaikan motor, sudah nggadaikan surat rumah... (1294-1299)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 233
Desakan kebutuhan dan permasalahan ekonomi 353
Line : 352-
Nggak ada tapinya, emang karena mungkin kebutuhan. (352-353)
Kebutuhan ekonomi yang mendesak 501
Line : 493-
Rusak, sekarang gini... contoh dulu saya pernah ada anak kecil dirumah sakit, saya minta bantuan kesana-kemari untuk mbayar rumah sakit nggak ada, minta utangpun nggak ada. Sampai saya nggadai'in motorpun karena terpaksa. Saya gitu lagi untuk mbayar rumah sakit, udah. Cuma untuk mbela'in anak aja. (493-501)
Merasakan kebingungan dan keputusasaan 499
Line : 495-
saya minta bantuan kesana-kemari untuk mbayar rumah sakit nggak ada, minta utangpun nggak ada. Sampai saya nggadai'in motorpun karena terpaksa. (495-499)
Melakukan kejahatan karena Mementingkan pemenuhan kebutuhan keluarga Line : 593-599
Ya memang murni untuk kebutuhan keluarga. Khan ada juga pekerjaan seperti ini dapet uang untuk foya-foya, untuk senang-senang banyak. Ada banyak juga. Ya tapi khan kalau saya memang untuk keluarga. (593-599)
Melakukan kejahatan repetitif karena untuk memenuhi kebutuhan keluarga Line : 645647, 649-654
Iya, itu ada yang nyandu. Kalo saya bukan nagih, karena cuma memang murni. (645-647)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 234
Untuk anak aja. Kemarin sudah kerja, makanya khan diluar lama, biasanya diluar tiga bulan, empat bulan masuk. Di luar kemarin satu tahun dua bulan. Ya karena saya udah kerja. Ha karena ada temen dateng itu aja. (649-654)
Tertekan oleh situasi yang menharuskan informan kembali pada perbuatan jahat Line : 1302-1307
Nggak cukup, terus saya hutang mana-mana nggak mau, ya udah terus tak putuske. Tak putuske kembali ke jalan yang dulu-dulu. Akhirnya tak bayar. Istri juga nanya "uang dari mana?". "Pinjam Teman". (1302-1307)
Terpaksa berbohong
Line : 1309-1318
Bohong. "Pinjam temen bener? Nggak nganu lagi?". "Nggak". Ya udah. Lha sudah keluar semua, "Lha terus le mbalekke pye duite mas le nyilih temen?". "Yo sesuk tak balekke". Supaya istri ini nggak... nggak... opo... nggak terlalu berpikir. Nggak banyak pikiran. "Udah wes rasah diurus, ngko tak urusane". Saya cuma bilang gitu. (1309-1318)
Dianggap memiliki pengalaman dan kemampuan oleh orang lain Line : 687-689, 690-692, 722-724
Bisa, bisa, bisa semuanya. Diajak ya bisa. Istilahe bahasa kami itu Njongkini. Pinter... (687-689) Nah itu pinter, kalau bahasa kami itu kayak gitu. Nah makane, wah itu aja kalo masuk nggak pernah nggigit orang lain. Makanya saya kemarin pindah, dari rumah itu pindah. Mending ngontrak supaya nggak tahu. Lha tapi kok ada temen yang tahu-tahu dateng. Gitu, jadi seperti ini lagi. (690-692) Karena mungkin dari kebanyakan pengalaman, mereka tahu saya track recordnya bagus. Jadinya... (722-724)
Dipercaya karena tidak pernah merugikan temannya
Line : 696-699
Nah itu pinter, kalau bahasa kami itu kayak gitu. Nah makane, wah itu aja kalo masuk nggak pernah nggigit orang lain. (696-699)
Learn helpessness
Line : 758-768, 815-818, 850-852, 1046-1054
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 235
Ya kita mau cari kerja kadang ditolak. Gimana donk ya? Terus kadang khan kita timbul putus asa to? Ya udah gini lagi aja lah. (758-768) Karena terus... mungkin ada keputusasaan, udah berdoa, udah semuanya, usaha sudah, terus nggak ada jalan bener, kembali kesitu lagi. (815-818) Ora, sesuk tak mbaleni seperti yang dulu aja. Sudah berusaha insyaf tapi masih tetep ditangkep? (850-852) Hmm... jadi istilahnya saya yang sudah mapan-mapan kerja, tapi kok masuk penjara lagi. Yawes sesuk kumat neh wae. Wong saiki kumat ra kumat podo wae. Saya menjadi orang benar itu emang susah mbak, uangel tenan. Jadi ini ya, ada pandangan kaya saya.. saya saja jadi orang baik tetep disalahin og. Nah itu sering. (1046-1054)
Menjadi berprasangka macem-macem 764
Line : 761-
Kemudian dari sana, wah kae bekas kono, kae bekas kene. Lha dikira nanti kok gekgek... (761-764)
Mendapatkan judgement dan prasangka dari orang lain 770
Line : 766-
jadi prasangka buruk, makanya paling banter kerjaanya tukang bangunan. Bisa itu khan kalo di proyek khan bisa. Nggak mungkin ada prasangka buruk. (766-770)
Fokus pada lingkungan dan aksi kejahatan Relasi dengan orang lain
Relasi dengan sesama narapidana 27, 144-146
Line : 25-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 236
Setelah itu khan ada temen pada dateng semua dari mantan-mantan sini khan (25-27) Setelah penganiayaan itu khan saya sering keluar masuk karena di dalam juga kenal banyak temen-temen. (144-146) Relasi dengan istri
Diminta untuk berhenti melakukan aksi kejahatan oleh istri Line : 280-282
Ya disuruh berhenti, nggak usah kayak gitu lagi. Memang sudah berhenti. Kemarin khan udah kerja. (280-282)
Fokus pada diri
Merasa tidak dipercaya
Line : 59-73
Nah itu khan ada emailnya. Emailnya khan ditanya, ya saya beli dari punyanya Revan. Namanya Revan, masuk juga. Namanya Revan, saya beli. Dia nggak percaya. Terus khan saya di... anu... di preassure terus, akhirnya ya Revan ditangkap. Ternyata ya memang saya yang beli tapi khan mereka nggak percaya. Saya nggak mungkin karena sering berulang kali masuk penjara, mereka nggak percaya karena saya itu cuma nadah tok. Gitu lho. Terus akhirnya ya di BAP, saya ngikutin BAP dari pernyataannya yang si Revan itu tadi. (59-73)
Secara sadar menerima ajakan untuk melakukan aksi kejahatan Line : 163-165
Habis itu karena sering, sering itu cuma ada teman datang terus diajak ya sama ngikut aja. Soalnya khan... (163-165)
belum memiliki tujuan kedepan selain menjalani yang hari ini Line : 164-165
ada teman datang terus diajak ya sama ngikut aja. Soalnya khan... (164-165)
Ketakutan
Line : 201-203
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 237
Ya... pertama apa... takut kalo masuk penjara, kedua itu karena mungkin mentalnya nggak nyampai ya. (201-203)
Memikirkan dan melakukan pertimbangan demi kebaikan orang lain Line : 203-207
Terus ketiganya ya mikir orang dirumah aja kalo saya masuk penjara gimana nanti orang dirumah? Karena masih punya anak kecil juga. (203-207) Perasaan ketika saat dan sudah melakukan aksi kejahatan
Perasaan malu
Line : 214-215
Kalo malu jelas, cuma malu itu tertutup dengan kebutuhan.
Tidak mampu menahan godaan
Sekali, dua kali, tiga kali, akhirnya tergoda juga.
(214-215) Line : 288-289 (288-289)
Perasaan sungkan Line : 298-300, 958, 960-962, 1176-1183
Terus karena mungkin ada pertimbangan kemanusiaan, dulu pernah ditolong teman juga. (298-300) Iya, makanya saya nggak enak itu. (958) Akhirnya saya beli. Tolong, bilangnya tolonglah. Ya saya kira kalau sudah bilang tolong ya sudah. (960-962) Nah itu lah, karena saya kalau di datengin orang, diusirin nggak enak. Ya otomatis kalau di datengin orang ya tak manggake to. Monggo masuk, ngobrol. Lha istri saya khan nggak suka. Karena itu temen, udah tahu temen lama pasti ngajak yang nggak... (1176-1183)
Beli barang karena ingin menolong
Line : 298-321
Terus karena mungkin ada pertimbangan kemanusiaan, dulu pernah ditolong teman juga. Ini khan orang luar, orang NTT itu karena dia orangnya jauh disuruh tempat tinggal saya. Dia khan bertempat tinggal ditempat saya juga. Terus lama-lama khan, sebulan, dua bulan mungkin bisa, tapi khan lama-lama... khan saya punya istri, punya anak, kalau di tinggal kerja khan nggak etis di... dirumah. Di lihat orang. Istri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 238
tetangga juga, ini mas B kerja kok ada temennya disini. Gek istri saya sendiri sama anak-anak khan pertimbangannya miring to nanti. Nah itu, terus dia tak kos'in. Sudah kos khan dia mau makan di tempat saya, apa namanya... kalau minta terus khan sungkan, lha terus dia kerja. Ya kerja, saya nggak mau. Terus dia kerja sendiri. Terus saya beli barangnya, terus masuk sini, ikut kasus ini. (298-321)
Ingin menolong 328
Line : 327-
sebelumnya membeli itu karena buat nolong dia mau pulang ke Jakarta. (327-328) Harapan dan keinginan
Perasaan sebenarnya tidak ingin melakukan kejahatan 347, 483-490
Line : 343-344,
Sebetulnya nggak ingin, nggak ingin, nggak ingin banget. (343-344) Ya nggak ingin banget. (347) kesannya nggak ada, cuma kalau yang ditanya yang disini, disemua penghuni, pertanyaannya mungkin sama, tahu jawabannya mungkin sama. Nggak mau ada yang seperti ini, nggak mau... Cuma karena pergaulan pertama, keduanya jangan, sudah. (483-490)
Memiliki keinginan untuk bekerja yang layak
Line : 349-350
He eh, pengennya kerja normal seperti orang biasa. (349-350)
Keinginan untuk berubah
Line : 630-634
Nah itu pasti ada, tapi khan saya berusaha, berusaha untuk menyembuhkan itu. Menyembuhkan supaya nggak diulangi lagi. (630-634)
Keinginan untuk hidup tentram dengan keluarga
Line : 676-677
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 239
Saya cuman pengen hidup tentrem sama anak istri.
(676-677)
Keinginan untuk berubah namun merasa belum menemukan jalan Line : 755-756
Cuma jalannya kadang nggak ketemu kalau mau keluar.
Ingin sekali bercerita namun tidak ada tempat untuk berbagi Line : 1074-1075
Mau sambat sama siapa? Sambat sama istri juga... sama aja.
(755-756)
Bosan dan ingin berakhir
(1074-1075)
Line : 1362-1364, 1366-1367
Dua puluh tahun saya sudah sudah mau minggir, udah capek. Hidup gini udah capek. (1362-1364) Sudah capek saya hidup ini. Ditembak pernah, dipukul sering.
(1366-1367)
Usaha berubah
Ada pola kejahatan yang sedang dihindari Line : 33-36, 659-661, 668, 670-677
Ya mungkin dari dateng di rumah khan pada banyak temen pada dateng semua to... terus kan istri saya meresa jengah, terus saya ngontrak (33-36) Nah itu, saya yang berusaha dari situ. Makanya saya memutus teman-teman yang lama. (659-661) Pindah rumah. (668) Iya. Saya punya rumah, tapi saya pindah, supaya temen-temen itu nggak tahu rumah saya. Yang tahu itu, saak... mungkin bilang ke yang orang tua mertua bilang aja saya pergi ke Lampung atau kemana. Saya cuman pengen hidup tentrem sama anak istri. (670-677)
Berupaya untuk beruabah menjadi lebih baik
Line : 927-934
Nah dari tahun 2013 kemarin sudah saya berusaha untuk memisah temen-temen yang lama, cari temen-temen yang lebih baik. Yang nggak, istilahnya bukan residivis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 240
Yang baru-barulah. Yang lingkungan, lingkungan nggak ada kriminalitasnya. Itu aja. (927-934) Keraguan untuk melangkah
Merasa ragu
Line : 805-810
Misalnya kita mau jualan atau buka laundry, kita mau melangkahi ragu... udah ragu duluan itu khan kadang jalannya kaya susah. Kita udah berusaha padahal, tapi sepertinya jalannya susah. (805-810) Pendidikan
Pendidikan informan rendah
Line : 375, 378-379
Saya SMP nggak tamat
(375)
He em, udah nggak sekolah sama sekali.
(378-379)
Informan seorang anak yatim
Line : 381
sudah meninggal semua.
(381)
perasaan malu dengan anak
Perasaan malu dengan anak
Line : 435-437, 439-440, 442
Apalagi kalau pandangan dari massa, omongan saya nggak ada cuma kadang yang ditanya khan anak. (435-437) Bapaknya kemana? Kerja tempate pak polisi.
(439-440)
Khan malunya disitu.
(442)
Rencana setelah keluar dari lapas
Belum memiliki rencana setelah keluar dari lapas
Hmm... kalau itu belum ada planning lagi.
Line : 466-467, 469-471 (466-467)
Iya belum... nanti pas keluar mau ngapain belum ada planning. Yang penting cuma jalani aja dulu. (469-471)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 241
Menyadari pengaruh pergaulan menyebabkan seseorang masuk ke dalam dunia kejahatan Line : 488-490
Cuma karena pergaulan pertama, keduanya jangan, sudah.
(488-490)
Perasaan takut
Hilangnya perasaan takut demi kepentingan keluarga
Line : 505, 507
Saya nggak takut
(505)
Cuma inget ke keluarga aja
(507)
Alasan melakukan kejahatan karena keadaan mendesak
Line : 511-515
Bukan memenuhi kebutuhan keluarga, cuman supaya anak biar cepet keluar dari rumah sakit. Kalau semakin tinggal semakin tambah biayanya. (511-515) Ketidakterimaan, tidak dipercaya oleh aparat
Merasa tidak dipercaya oleh aparat
Line : 830-847
He em. Tapi khan polisi nggak percaya, saya padahal nggak ada kasus. Mau nangkap saya aja. "selamat siang!" "siang" "ayo ikut saya!" "ada apa pak?" "udah ikut aja! Kamu nyolong!" "nyolong mana?" saya tanya nyolong mana? nggak ada yang bisa njawab. Digebukin terus. "lha saya nyolong yang mana? Buktinya aja pak?" "situ mukul saya, nangkep saya itu khan harusnya ada prosedur". Cuma karena istri sudah ketakutan duluan penangkapan nggak ada, penyurian nggak ada, penyitaan nggak ada. Barang yang dibeli istri sayapun ikut disita. Padahal itu bukan dari uang saya, uang istri saya sendiri. (830-847)
Tidak terima diperlakukan tidak adil Line : 833-841, 844-847, 875-877, 1028-1039
"ayo ikut saya!" "ada apa pak?" "udah ikut aja! Kamu nyolong!" "nyolong mana?" saya tanya nyolong mana? nggak ada yang bisa njawab. Digebukin terus. "lha saya nyolong yang mana? Buktinya aja pak?" "situ mukul saya, nangkep saya itu khan harusnya ada prosedur". (833-841) Barang yang dibeli istri sayapun ikut disita. Padahal itu bukan dari uang saya, uang istri saya sendiri. (844-847)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 242
saya sudah berusaha nggak seperti yang dulu lagi, tapi kok masih seperti ini (875-877) Ini kok ada apa sih? Kok saya ini tu sudah punya salah. Tapi kesalahan yang tahun yang lama diungkap kembali. Itu aja. Jadi misalnya ni polisi sekarang... tahun ini misalnya saya nggak ada masalah, itu yang tahun yang tahun kemarin yang punya salah yang itu di ulang itu yang... istilahnya yang nggak diungkapin sama dia, diungkapin lagi. Karena mereka khan menangkap khan harusnya punya dasar. (1028-1039)
Mendapatkan judgement dari aparat Line : 854-864, 866-872, 875-877
pernah kejadiannya. Saya udah berhenti nggak pernah ngapa-ngapain. Saya udah kerja apa adanya. Dari nyuci motor sampe bangunan saya sudah apa adanya. Saya dirumah tetep ditangkep, digebukin, tiga hari dipulangin lagi. Nggak ada... nggak ada pemberian apapun? Lha itu kasusnya gimana itu? Itu sering, karena kenapa? Saya sering keluar masuk. Saya jadi... (854-864) TO. Ho oh. Jadi incarannya. Jadi walau nggak ada masalah tetep ditangkep. Ditangkep duluan, nah udah itu khan di preassure, di preassure udah babak belur baru dikembalikan. Itu, kenyataannya seperti itu. (866-872)
Perasaan kesal
Line : 875-877, 1028-1031, 1038-1039
Nah kesel, kesel, saya sudah berusaha nggak seperti yang dulu lagi, tapi kok masih seperti ini (875-877) Ini kok ada apa sih? Kok saya ini tu sudah punya salah. Tapi kesalahan yang tahun yang lama diungkap kembali. Itu aja. (1028-1031) Karena mereka khan menangkap khan harusnya punya dasar.
Kekesalan dan kecewa terhadap diri sendiri
(1038-1039) Line : 948-952
Datang sekali, dua kali, tiga kali sudah nolak. Dia malah pergi sendiri. Mencurimencuri, saya mbeli. Itulah, kesalahan saya disitu. Cuma satu itu, nggak ada salah lain. (948-952)
jenuh dan kesal
Line : 982-984
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 243
Karena saya diluar sudah bekerja, sudah lurus-lurus masih diuber-uber sama polisi. (982-984) Perasaan aman
Merasa aman
Line : 980-984
Lha justru malah itu, lha justru malah saya disini itu malah lebih tenang. Karena saya diluar sudah bekerja, sudah lurus-lurus masih diuber-uber sama polisi. (980-984) Merasa aman, tentram Line : 990-1000 Saya bisa ibadah dua puluh empat jam saya ibadah bisa. Malah lebih tenang. Karena saya mendoakan yang diluar. Supaya diluar itu saya tinggal, anak dan istri supaya hidupnya lebih baik. Justru malah kalau saya, tapi kalau yang lain mungkin disini agak guncang ya, karena biasa sama keluarga... sama keluarga terus terpisah. Kalau saya malah, justru malah disini tempat bertobat. (990-1000)
Tidak berpikiran tentang ketakutan-ketakutan
Line : 1004-1007
Iya, malah tenang jadi sembahyang nggak... istilahnya... malah bisa fokus. Tiap hari sembahyang, nggak bisa kemana-mana. (1004-1007)
Merasa tidak tenang dan seperti diteror
Line : 1007-1016
Terus kalau diluar khan saya sembahyang kadang kalau kelewat malam, apa nanti grebek gak yah? Padahal saya nggak ngapa-ngapain. Ada ketakutan-ketakutan itu, padahal saya nggak ngapa-ngapain. Saya pernah baru tahajut tahun 2012, digrebek. Padahal sudah nggak ngapa-ngapain. (1007-1016) Trauma, kecemasan
Trauma
Line : 1007-1014
Terus kalau diluar khan saya sembahyang kadang kalau kelewat malam, apa nanti grebek gak yah? Padahal saya nggak ngapa-ngapain. Ada ketakutan-ketakutan itu, padahal saya nggak ngapa-ngapain. (1007-1014)
Kecemasan
Line : 1007-1014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 244
Terus kalau diluar khan saya sembahyang kadang kalau kelewat malam, apa nanti grebek gak yah? Padahal saya nggak ngapa-ngapain. Ada ketakutan-ketakutan itu, padahal saya nggak ngapa-ngapain. (1007-1014)
Perasaan takut dan cemas akan masa depan anaknya
Ya itu pasti keta... apa... ada bayangan.
Line : 1350-1351 (1350-1351)
Sensitif terhadap kata “tolong”
Sensitif dengan kata “tolong”
Line : 960-962
Tolong, bilangnya tolonglah. Ya saya kira kalau sudah bilang tolong ya sudah. (960-962) Pasrah
Pasrah
Line : 1072-1074
Iya. Cuma tak pasrahkan, berdoa, sudah. Sudah gitu aja, nggak ada yang lain. (1072-1074) Penyesalan
Perasaan sedih
Iya, pas sedihnya pas kalo kita berdoa.
Penyesalan
Line : 1164-1165 (1164-1165) Line : 1169-1176
Sedangkan aku disini. Padahal aku disini nggak ngapa-ngapain, kok diluar kadang tak sia-siakan, nah itu. Contohnya, saya dibilangin "udah nggak usah bergaul sama orang lain, nggak usah! Temen-temen kamu ditinggal". Tapi saya tetep masih bergaul. (1169-1176) Memaknai pengalaman kejahatan
Memaknai pengalaman kejahatannya
Line : 1280-1294
Ya kadang seperti saya ni, seperti saya karena sering keluar-masuk pernjara karena pengaruhnya ada, khan di manfaatin sama orang luar juga. Pas saya keluar, "mas itu mas dibunuh, tak bayar sekian milyar". Itu khan ada. Itu khan pemanfaatan namanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 245
Kalau kita mau ya kita otomatis harus kesini lagi to? Kalau gak mau ya gak to? Iya. Semuanya ya tergantung diri kita sendiri. Kayak si Slamet juga kalau dia nggak mau ya mungkin nggak masuk sini. Ya tergantung diri kita sendiri. Kembali ke hati nurani kita sendiri. (1280-1294)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 246
Master Tabel Informan IV
Fokus pada motif kejahatan Kebutuhan ekonomi Line : 171-174, 231-238 Ya ngajak... sebenernya namanya kita diluar juga khan pengen punya uang gede khan mbak. Pengen punya uang banyak khan ya (171-174) Ya, satu... karena kita khan udah jauh dari orang tua semua khan mbak. Disini khan kita juga istilahnya kaya hidup sendiri tu lho, tanpa tanggungan kedua orang tua atau saudara gitu. Makan sendiri, nyari uang sendiri. Ya udah itu karena kebutuhan ekonomi. (231-238) Memperoleh Kesenangan Line : 302-309, 295, 317, 582-583, 586-587, 593-594 Lebih seneng diajak itu, maksudnya kan posisinya juga kita kan ya memang udah nggak tau mbak, namanya udah nggak punya pikiran gimana kalau ketangkep itu. Kaya udah nggak punya pikiran gitu. Yang penting kita untuk hari besok senang dan senang, gitu aja. (302-309) Iya. (295) He em. (317) Ya buat seneng-seneng, buat beli keperluan sehari-hari. (582-583) Seneng-senengnya cuma... ya main ke cafe, udah itu. (586-587) Ho oh beli minum paling, karaoke, dugem, udah itu. (593-594) memenuhi kebutuhan Line : 317 He em. (317)
Fokus pada Relasi
Lingkungan pergaulan
Line : 92-100
Ya karena pergaulan itu, pergaulan di... kenal sama orang-orang yang istilahnya dijalan gitu, yang bener-bener dijalan tu lho. Lain dari luar anak sanggar itu, khan seneng kerja yang kaya gitu-kaya gitu. Akhirnya saya juga ikut. Saya ikutlah dari anak minuman itu, dari alkohol, terpengaruhi. (92-100) Awal masuk dunia kejahatan Line : 103, 105-108 Ya dari temen ke temen. (103) Iya, namanya orang sabar kan mesti kan banyak saling cerita temen-temen yang kenal disitu, akhirnya ya udah. (105-108)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 247
Mendapatkan pengaruh dari lingkungan pertemanan Line : 121, 123-125 Awalnya cuma nongkrong aja. (121) Nongkrong, nongkrong terus ya udah minum-minum gitu, terus ya kaya gitu. (123-125) Berelasi dengan teman mantan narapidana Line : 148-152 Keluar, habis itu keluar khan ketemu sama anak-anak yang istilahnya ekseksnya disini khan mbak, yang pernah masuk disini. Ya akhirnya kumpulkumpul diluar lagi, malah... (148-152) Mendapat ajakan Line : 154-155 Ya ngajaknya khan kenalannya khan disini khan mbak? (154-155) Terpengaruh alkohol Line : 175-177 Dan terpengaruhnya juga dari minuman-minuman. (175-177) Relasi dengan orang tua Korban perceraian orang tua Line : 264-268, 276-279, 286, 288-289, 231-236 Kalau... khan orang tua saya pisahan mbak. Bapak-ibu khan udah cerai. Hmm... kalau yang tau cuma bapak, keluarga dari bapak. Kalau keluarga dari ibu nggak ada yang tahu. (264-268) Sejak 2008, kelas dua SMA. Saya SMA disana, putus, lalu saya ke Jogja, kesini. Ya itu, nyari keluarga, nyari bapak saya to. (276-279) Iya. Udah sendiri. (286) Bapak juga udah sama istrinya sendiri to, udah sama istri barunya. (288-289) Jauh dari orang tua Line : 231-236 Ya, satu... karena kita khan udah jauh dari orang tua semua khan mbak. Disini khan kita juga istilahnya kaya hidup sendiri tu lho, tanpa tanggungan kedua orang tua atau saudara gitu. (231-236)
Fokus pada pengaruh
Adrenalin meningkat akibat pengaruh alkohol dan obat-obatan Line : 213-223 Ya awalnya dari pertama kita nongkrong-nongkrong gitu, lihat tokotoko yang malem masih buka itu khan. Namanya kalau orang udah punya... orang udah kena alkohol, terpengaruh alkohol, obat-obatan tu kan nggak punya itu... nggak punya rasa takut khan mbak. Yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 248
penting kita bisa nguasain barangnya gitu. Akhirnya sudah, habis itu kita beli... beli minuman di Indomaret itu. (213-223)
Fokus pada diri Tidak memiliki rasa takut Line : 298, 300, 302-309 ya kalau takutnya itu enggak'e mbak. (298) Nggak takut. (300) Lebih seneng diajak itu, maksudnya kan posisinya juga kita kan ya memang udah nggak tau mbak, namanya udah nggak punya pikiran gimana kalau ketangkep itu. Kaya udah nggak punya pikiran gitu. Yang penting kita untuk hari besok senang dan senang, gitu aja. (302-309) Ketidaktahuan Line : 313-321 He eh. Jadi temen saya masuk ke rumah, nyuri dirumah itu, saya juga nggak tahu kalau diajak mencuri, orang pas 2013 itu khan saya belum pernah kaya gitu mbak. Masih aktif di kegiatan ngamen itu. Saya disuruh nunggu dimotor, nggak tahu temen saya masuk kerumah, keluar kok diteriakin maling. (330-339) Perasaan bangga berhasil melakukan aksi kejahatan Line : 351 Iya. (351) Perasaan tertantang Line : 368 He eh. (368)
Perasaan bangga dan senang mendapatkan sesuatu hal yang sebelumnya belum pernah dimilikinya Line : 351-354 Ya kebanggaan seperti... ya namanya khan kita kayanya nggak pernah punya kaya gitu khan mbak, jadi pas punya kaya gitu rasanya seneng itu. (351-354) Kesenangan ketika melakukan aksi kejahatan Line : 359-361, 350-351 Yang saya rasain ya... ya itu mbak... apa... seneng gitu. (350-351) Yang... ya itu mbak yang didapet kebanggaan itu, senang. (359-361) Tidak memiliki perasaan malu dengan lingkungan sosial setelah melakukan kejahatan Line : 399, 401 Nggak mbak. Nggak ada (399) Iya. (401) Sadar belum memiliki prinsip dan belum bisa merubah perilaku yang buruk menjadi lebih baik Line : 356-363
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 249
Ya sangat inilah mbak... ya gimana ya... saya belum bisa ini'e. Soalnya saya juga belum bisa berubah to? Belum bisa menyikapi prinsip saya. Atau saya menyikapinya sih paling ya kejahatan kan dimata orang pasti kan ya... cenderung negatif lah. Kalau saya belum bisa menyikapi. (356-363) Tidak memiliki perasaan malu Line : 412-416 Biasa aja. Soalnya juga kita melakukan kayak gitu kan tidak dengan... apa... transparan itu lho mbak. Dengan masker, dengan tertutup gitu mbak. (412-416) Perasaan malu setelah tertangkap Line : 409-410 Ya kalau sesudah ketangkepnya gini juga malu, kalau sebelumnya ya... (409-410) Psikologis Adanya masalah yang belum menemui solusi Line : 105-107 Iya, namanya orang sabar kan mesti kan banyak saling cerita temen-temen yang kenal disitu (105-107) Muncul perasaan serupa terbangun empati Line : 105-108 Iya, namanya orang sabar kan mesti kan banyak saling cerita temen-temen yang kenal disitu, akhirnya ya udah. (105-108) Kesepian Line : 45-48 Sebelumnya saya disini khan dari rumah saya ke sini kan niatnya kan... nggak ada saudara kan mbak, nyari saudara saya. (45-48) Pembenaran diri Line : 231-238 Ya, satu... karena kita khan udah jauh dari orang tua semua khan mbak. Disini khan kita juga istilahnya kaya hidup sendiri tu lho, tanpa tanggungan kedua orang tua atau saudara gitu. Makan sendiri, nyari uang sendiri. Ya udah itu karena kebutuhan ekonomi. (231-238) Perasaan senasib sehingga menimbulkan empati Line : 231-236 Ya, satu... karena kita khan udah jauh dari orang tua semua khan mbak. Disini khan kita juga istilahnya kaya hidup sendiri tu lho, tanpa tanggungan kedua orang tua atau saudara gitu. (231-236) Kebutuhan untuk berada di dalam kelompok sosial Line : 157-161 Keluar, habis itu keluar khan ketemu sama anak-anak yang istilahnya eks-eksnya disini khan mbak, yang pernah masuk disini. Ya akhirnya kumpul-kumpul diluar lagi, malah... (157-161) Kebutuhan berlindung Line : 45-48, 157-161 Sebelumnya saya disini khan dari rumah saya ke sini kan niatnya kan... nggak ada saudara kan mbak, nyari saudara saya. (45-48) Keluar, habis itu keluar khan ketemu sama anak-anak yang istilahnya eks-eksnya disini khan mbak, yang pernah masuk disini. Ya akhirnya kumpul-kumpul diluar lagi (157-161)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FAKULTAS PSIKOLOGI TINIVERSITAS SANTA DHARMA Kampus III Universitas Sanata Dharma Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman
LEMBAR PERSETUJUAN (INFORMED COI\TSENT)
Pada kesempatan
ini. perkenalkan saya Olga Sancaya Dyah Permatasari
mahasisrvi Fakultas Psik rlogi Universitas Sanata Dharma yang sedang menempuh tugas akhir. Saya memohon bantuan dan kesediaan Bapak berpartisipasi dalarn penelitian ini. Adapun per-relitiar-r
ini
I
lbu
I
Satrdara untuk
bertr"rjuan untuk nrelihat
pemaknaan perbr:atan rnelang-u,ar hukun-i vang teriadi secara bertrl:rng.
Metocle pengumpulau data vang akan cli-gunakan peneliti aclalah nretocle
infbnlan untuk rnenjawab setiap pertanvaan terkait dengan pengalaman hidup infbrnran yang cliberikan oleh peneliti clan waw-ancara. Peneliti akan meminta
dikemukakanan Anda secara lisan. Pada penelitian ini akan digunakan alat perekarn /
digital recorder guna merekam hasil \\'awancara. Selama proses penelitian berlangsung, Anda berhak untuk mengundurkan diri dalam penelitian ini apabila dirasa anda kurang nyaman. Penelitian ini dilakukan saat anda merasa suclah siap. Proses wawancara akan berlangsung selama 30 sampai 60 menit. Namun peneliti akan
menyesuaikan ketersediaan dan kesediaan waktu Anda untuk berparlisipasi dalam penelitian ini. Kerahasiaan data akan dilindungi dan terjamin kerahasiaar^irya. Peneliti tidak
akan membagikan data kepada siapapun terkecuali kepada dosen pembimbing peneliti. Adapun nama Anda akan dirahasiakan dengan menggunakan inisial untuk menjaga kenyamanan Anda. Anda pr-rn diperkenankan untuk bertanya sepr-rtar hal-hal yang berhubungan dengan penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Manfaat yang akan Anda dapatkan adalah Anda akan melihat jauh ke dalam pemaknaan hidup anda. Partisipasi anda
juga akan sangat bermanfaat
untuk
menambah pengetahuan di bidang keilmuan Psikologi. Terkait dengan psikologis dan perilaku Narapidana / Residivis.
DenganinisayasebagairespondenBERSEDIA/ffidan sepakat untuk berpartisipasi sampai akhir penelitiar-r.
Informan Penelitian
,\ rL^
Peneliti
t1
ilt lll
_
^ -41f1-7 IY
t/
?arq+.
Olga Sanca),a D),ah Pennatasari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
FAKULTAS PSIKOLOGI
LNIVERSITAS SANTA DHARMA Depok, Sleman Kampus III Universitas Sanata Dharma Paingan, Maguwoharjo,
LEMBAR PERSETUJUAN (INFORMED CONSEI"IT)
Pada kesempatan
ini,
perkenalkan saya
olga Sancaya Dyah Permatasari
sedang metlempuh rl]ahasis\vi Fakultas psik0logi universitas Sanata Dharma .vang / Ibu / Saudara ut1tuk tugas akhir. Sa,va memohon bantnan dan kesecliaan Bapak
berpartisipasi clalam penelitian
ini. Aclapurl pcnelitiarl ini bertttiuan tltltuk tllclihat
httklttl r arlg lerjacli sccara bertllang' adalah tlletoclc Metocle pengu1lpulan dala y,ang akan cligunak-arl peneliti pertauvaiur wawancara. peneliti akan meminta ir-rtbilnan untuk rnenjarvab seliap
pemaknaan pelbuatan ueliit-t-ttgelt'
pencliti clau terkait clengan pcngalaman hidup infbflnalr ,vang cliberikan oieh digunakan alat pcrekarn / dikemukakanan Anda secara lisan. Pada penelitian ini akan penelitian cligital recorder guna merekam hasil wa\\'ancara. Selama proses penelitian ini apabila berlangsung, Anda berhak untuk mengunclurkan diri dalam dirasa a,da kurang nyaman. Pelelitial
ini clilakukan
saat anda tnerasa sr-rclah siap'
menit' Namun peneliti akan Proses wawancara akan berlangsung selama 30 sampai 60 berpartisipasi dalam menyesuaikan ketersediaan dan kesediaan waktu Anda untuk penelitian ini. Peneliti tidak Ke'ahasiaan clata akan dilindungi dan ter.jamin kerali*siaannva. data kepada siapapun terkecuali kepada dosen pembimbing
akan membagikan
inisial nntttk peneliti. Adapr.rn nama Anda akan dirahasiakan dengan menggunakan bertanya seputar hal-hal menjaga kenyarnanan Anda. Anda pun cliperkenankan untuk yang berhubungan dengan penelitian ini'
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SAKT}LTES FSTKCIdff{
U}{iYERSITAS SANTA DHARMA Deaok Sle:naa iiiiri:;7iisi,Fi Ur:iversiras Sana&a DhatmaPaingan'M*guwohafia
I .E}TBAR PE,RSETLIJUAN
{\NFORMED CONSENT)
Patlakesempatanini.perkenalkansayaolgaSanoayaDyahPermatasari sedang menempuh Psikologi Ljniversitas sanata Dharma yang
mahasiswi Fakultas
tugasakhir.sayamemohonbantuandankese
peneliti adalah metode Metode pengumpulan data yang akan digunakan untuk menjawab setiap pertanyaan *.av/ancara. peneliti akan meminta responden yang diberikan oleh peneliti dan terkait dengan pengalaman hidup responden digunakan alat perekam i Anda secara lisan. pada penelitian ini akan dikemukakanan
selama proses penelitian digital recorder guna merekam hasil wawancara' diri dalam penelitian ini apabila beriangsung, Anda berhak untuk mengundurkan dirasa anda kurang nyaman. Penelitian
ini dilakukan
saat anda merasa sudah siap'
Namun peneliti akan proses wawancara akan berlangsung selama 30 sampai 60 menit' waktu Anda untuk berpartisipasi dalam menyesuaikan ketersediaan dan kesediaan peneiitian ini. kerahasiaannya' Peneliti tidak Kerahasiaan data akan dilindungi dan terjamin
terkecuali kepada ciosen pembimbing akan membagikan data kepada siapapun peneliti.AdapunnamaAndaakandirahasiakandenganmenggunakaninisialuntuk untuk bertanya seputar hal-hal menjaga kenyamanan Anda. Anda pun diperkenankan yang berhubungan dengan penelitian ini'
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
\f ;u;iaat yang akan Anda dapatkan adalal-r Anda akan melihat jauh ke dalam
p:i;:iiknaan hidup anda. Partisipasi anda juga akan sangat bermanfaat untuk 'ferkait iiengan psikoiogis dan pengetahuan di bidang keiimuan Psikologi.
menambah
perilaku Narapidana I Residivis.
Dengan ini saya sebagai responden BERSEDIA
/ TIDAK BERSEDTA
sepakat untuk berpartisipasi sampai akhir penelitian.
Responden Pene
M 3R
Peneliti
dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SAKUET'&$ FS{K$E,SG{ LINIVERSITAS SANTA DHARIVIA Xarupus
III
Ltni versifas Sanafa Dha*na Pai* gan,
Magu*,ofia{o, Depok Strerren
LEi\{BAR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT") Pada kesempatan inr. perkenalkan saya OIga Sancaya Dyah Perrnatasari mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang sedang menempuh tugas akhir. Saya memohon bantuan dan kesediaan Bapak
I
lbu
I Saudara untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini. Adapun penelitian ini bertujuan untuk melihat pemaknaan perbuatan melanggar hukum yang terjadi secara berulang.
Metode pengumpulan data yang akan digunakan peneliti adalah metode wawancara. Peneliti akan meminta responden untuk menjawab setiap peftanyaan
terkait dengan pengalaman hidup responden yang diberikan oleh peneliti
dan
dikemukakanan Anda secara lisan. Pada penelitian ini akan digunakan alat perekanr /
digital recorder guna merekam hasil wawancara. Selama proses penelitian berlangsung, Anda berhak untuk mengundurkan diri dalam penelitian ini apabila dirasa anda kurang nyaman. Penelitian ini dilakukan saat anda merasa sudah siap. Proses wawancara akan berlangsung selama 30 sampai 60 menit. Namun peneliti akan
menyesuaikan ketersediaan dan kesediaan waktu Anda untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Kerahasiaan data akan dilindungi dan terjamin kerahasiaannya. Peneliti tidak
akan membagikan data kepada siapapun terkecuali kepada ciosen pembirnbing peneliti. Adapun nama Anda akan dirahasiakan dengan menggunakan inisial untuk menjaga kenyamanan Anda. Anda pun diperkenankan untuk bertanya seputar hal-hal yang berhubungan dengan penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Manlaat yang akan Anda dapatkan adalah Anda akan melihat jauh ke dalam pernaknaan hidup anda. Partisipasi anda
juga akan sangat bermanfaat untuk
menambah pengetahuan di bidang keiirnuan Psikologi. 'lerkait dengan psikologis dan
perilaku Narapidana
i
Residivis.
rlengan ini say'a sebagai responden BERSEDTA / TIDAK BBRSEDTA dan sepakat untuk berpartisipasi sampai akhir penelitian.
Responden Peneltian
.V a* r$ ti> ri> VLfA
INL
Olga Sancava Dyah Permatasari