1
STRUKTUR BIAYA USAHA PEMBENIHAN IKAN HIAS AIR TAWAR (Studi Kasus: Tiga Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar di Kab. Bogor)
LINA NURLINA
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA1 Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Strutur Biaya Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar (Studi Kasus: Tiga Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar di Kab. Bogor) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015
Lina Nurlina NIM H34124048
1
Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerjasama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerjasama yang terkait
3
ABSTRAK LINA NURLINA. Struktur Biaya Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar (Studi Kasus: Tiga Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar di Kab. Bogor). Dibimbing oleh YANTI NURAENI MUFLIKH. Usaha ikan hias di Kabupaten Bogor bervariasi, dilihat dari subsistem budidaya ikan hias, ukuran usaha, dan jenis ikan yang dibudidayakan. Permintaan ikan hias yang semakin tinggi menjadikan peluang bisnis ikan hias pun semakin meningkat. Ukuran usaha ikan hias dapat dilihat dari jumlah kepemilikan akuarium, karena mampu mencerminkan alokasi biaya dan produktifitas. Penelitian ini bertujuan mencari ukuran usaha yang paling efisien pada segmen pembenihan ikan hias air tawar yaitu dengan cara membandingkan struktur biaya, pendapatan dan efisiensi usaha ikan hias pada tiga usaha budidaya ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor. Hasil penelitian menunjukan, semakin besar ukuran usaha maka akan menghasilkan struktur biaya yang lebih efisien. Selain itu berdasarkan nilai R/C usaha yang paling menguntungkan adalah usaha pembenihan ikan hias air tawar skala besar dengan memiliki R/C sebesar 2.2 dan usaha yang memiliki nilai R/C terkecil yaitu skala kecil dengan memiliki nilai R/C sebesar 1.2. Kata Kunci : struktur biaya, pembenihan ikan hias, pendapatan, efisiensi
ABSTRACT LINA NURLINA. Cost Structure of business in seeding ornamental fish freshwater (Case Study: Three business seeding ornamental fish freshwater in Kab. Bogor). Guided by YANTI NURAENI MUFLIKH. An ornamental fish is varied in Kab. Bogor, seen from the cultivation of ornamental fish,the size of business, and the type of fish which are cultivated. Ornamental fish the higher demand make business opportunities ornamental fish is much higher. Size of business ornamental fish can be seen from the number of aquarium ownership, because it is able to reflect the allocation of costs and productivity. This study aims to find the most efficient business size by comparing the cost structure of the three freshwater ornamental fish culture cases. The result of research shows that the bigger business size will result in a more efficient cost structure . In addition, according to the R/C the most profitable seeding ornamental fish is a freshwater large scale to have R/C by 2.2 and business that have value R/C smallest are small scale with having value by 1.2. Keywords: Cost Structure, Freshwater Ornamental Fish Seed, revenue, efficiency
STRUKTUR BIAYA USAHA PEMBENIHAN IKAN HIAS AIR TAWAR (Studi Kasus: Tiga Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar di Kab. Bogor)
LINA NURLINA
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
5
PRAKATA Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas segala rahmat dan karunia-Nya sehigga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2014 adalah Struktur Biaya, dengan judul Struktur Biaya Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar (Studi Kasus : Tiga Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar di Kab. Bogor). Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih secara tertulis sebagai bentuk penghargaan kepada Ibu Yanti Nuraeni Muflikh, SP MAgribus sebagai dosen pembimbing, Bapak Dr Ir Nunung Kusnadi MS selaku dosen evaluator kolokium dan sebagai dosen penguji utama sidang, Ibu Dr Ir Netti Tinaprilla, MM sebagai dosen penguji akademik yang telah banyak memberi saran serta kepada Ibu Ir Narni Farmayanti, MSc sebagai pembimbing akademik yang telah banyak memberi bimbingan dan arahan selama masa perkuliahan. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada pemilik usaha ikan hias Rafa Farm, Blackghost Farm, dan Yono Farm yang telah bersedia menjadi responden untuk penulisan karya ilmiah ini dan membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orangtua, adik dan kakak, atas segala doa dan kasih sayangnya. Penulis juga menyampaikan terimakasih untuk seluruh sahabat dan teman-teman seperjuangan dari Alih Jenis Agribisnis Angkatan 3.
Bogor, Maret 2015
Lina Nurlina
vii
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Ikan Hias Hubungan Struktur Biaya dan Skala Usaha KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Struktur Biaya dan Skala Usaha Analisis Titik Impas (Break Even Point) Analisis Efisiensi Usahatani Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Pengumpulan Data Jenis dan Sumber Data Metode Penentuan Responden Metode Analisis Data Analisis Struktur Biaya Analisis Penerimaan Analisis pendapatan Analisis Efisiensi Analisis Titik Impas GAMBARAN UMUM PENELITIAN DAN USAHA PEMBENIHAN IKAN HIAS AIR TAWAR Keadaan Umum Wilayah Kabupaten Bogor Gambaran Perikanan di Kabupaten Bogor Deskripsi Umum Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar di Lokasi Penelitian Lokasi Usaha Budidaya Ikan Hias Air Tawar Latar Belakang Usaha Budidaya Ikan Hias Air Tawar di Lokasi Penelitian Penyedia Sarana Produksi Teknik Pembenihan Ikan Hias Air Tawar Kapasitas Produksi dan Penjualan Produk Pada Tiap Usaha HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Biaya Analisis Penerimaan Analisis Pendapatan Analisis Titik Impas (Break Even Poin)
viii viii viii 1 1 5 6 6 6 7 7 8 11 11 11 15 15 16 17 17 18 18 18 19 20 20 20 21 22 22 23 23 24 24 25 26 31 31 31 38 39 41
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
42 42 43 43 46 53
DAFTAR TABEL 1 Nilai perdagangan produk perikanan nonkonsumsi 2011-2013 2 Perkembangan nilai dan volume ekspor ikan hias air tawar 2009-2013 3 Perkembangan jumlah produksi perikanan di Kabupaten Bogor 2010-2013 4 Perbedaan karakteristik usaha ikan hias di Kabupaten Bogor 5 Struktur biaya usaha ikan hias pada skala usaha berbeda 6 Komponen biaya tetap ikan hias air tawar di tiga usaha 7 Komponen biaya variabel ikan hias air tawar di tiga usaha 8 Struktur biaya ikan hias air tawar di tiga usaha 9 Penerimaan usaha pembenihan ikan hias air tawar pada tiga usaha 10 Penggunaan akuarium dan penerimaan per komoditi pada tiga usaha 11 Analisis pendapatan pembenihan ikan hias air tawar per akuarium dalam satu tahun 12 Perhitungan nilai titik impas pada tiga usaha
1 2 2 5 19 33 35 37 38 39 40 41
DAFTAR GAMBAR 1 Perkembangan RTP di Kabupaten Bogor 2009-2013 2 Perkembangan luas areal perikanan Kabupaten Bogor 2009 – 2013 3 Hubugan Kurva AC, AVC, dan MC 4 Beberapa kemungkinan kapasitas produksi usaha 5 Kurva biaya total rata - rata jangka panjang 6 Titik Impas (Break Even Point) 7 Kerangka pemikiran operasional 8 Induk black ghost 9 Pakan cacing darah 10 Pakan cacing sutera 11 Induk maanvis black and white 12 Kurva struktur biaya di tiga usaha
3 3 12 13 14 15 17 26 27 29 30 37
DAFTAR LAMPIRAN Perkembangan produksi ikan hias air tawar per komoditas di Kabupaten Bogor 2011 - 2013 (1000 Ekor) Komponen biaya penyusutan Rafa Farm Komponen biaya penyusutan Blackghost Farm
46 47 48
ix
Komponen biaya penyusutan Yono Farm Penerimaan penjualan ikan hias di Rafa Farm dalam satu tahun Penerimaan penjualan ikan hias di Blackghost Farm dalam satu tahun Penerimaan penjualan ikan hias di Yono Farm dalam satu tahun
49 50 51 52
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor kelautan dan perikanan memiliki beragam potensi, baik perikanan maupun sumberdaya alam lainnya. Apabila kekayaan laut Indonesia dapat digali secara optimal, maka perekonomian lokal dan nasional akan lebih berkembang. Pembangunan perikanan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Peranan sektor perikanan dalam pembangunan nasional bisa dilihat dari fungsinya sebagai penyedia bahan baku pendorong agroindustri, peningkatan devisa melalui penyedia ekspor hasil perikanan, penyedia kesempatan kerja, peningkatan pendapatan nelayan dan pembangunan daerah, serta peningkatan kelestarian sumberdaya perikanan dalam lingkungan hidup (Direktorat Jendral Perikanan Budidaya, 2014). Perkembangan bisnis produk perikanan nonkonsumsi di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat dan memiliki prospek yang menjanjikan secara ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya nilai perdagangan produk perikanan nonkonsumsi seperti yang terdapat pada Tabel 1. Tabel 1 Nilai perdagangan produk perikanan nonkonsumsi 2011-2013 Nilai (Rupiah) Pencapaian Tahun Target (%) Target Pencapaian 2011 350 milyar 565 milyar 161.43 2012 1 triliyun 1.4 triliyun 140.00 2013 1.5 triliyun 1.7 triliyun 113.33 Sumber : Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2014
Data pada Tabel 1 menunjukkan peningkatan perdagangan produk perikanan nonkonsumsi dalam tiga tahun terakhir ini cukup tinggi melebihi target yang diinginkan. Peningkatan nilai perdagangan ini dikarenakan suplai yang cukup tinggi. Salah satu komoditas perikanan yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan adalah ikan hias. Sektor usaha di komoditas ini tidak begitu terpengaruh oleh krisis moneter dan dapat dikembangkan sepanjang tahun. Hal ini cukup memungkinkan, karena teknologi dan wilayah yang ada mampu mengatasi kendala musim dan biologis (Wisnantara 2006). Perkembangan ekspor ikan hias Indonesia cenderung terus meningkat. Nilai ekspor dan volume ikan hias air tawar dari tahun 2009 hingga tahun 2013 terus mengalami peningkatan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2. Peningkatan ini menunjukan adanya potensi kebutuhan pasar dunia terhadap ikan hias yang semakin meningkat. Devisa dari ekspor komoditas ikan hias mencapai US$ 10-15 juta per tahun (Kementrian Kelautan dan Perikanan 2013)2. Ketersediaan ikan hias sebagai komoditas ekspor pada tingkat eksportir selalu lebih kecil dari pada permintaan dari luar negeri.
2
Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2014. Mendongkrak Devisa Negara Melalui Ekspor Ikan Hias. www.kkp.go.id [diakses 30 Maret 2014]
2 Tabel 2 Perkembangan nilai dan volume ekspor ikan hias air tawar 2009-2013 Pertumbuhan Pertumbuhan Nilai Ekspor Volume Ekspor Tahun Nilai Ekspor Volume (US$) (kg) (%) Ekspor (%) 2009 11.660.994 1.349.642 2010 19.766.172 2.371.089 69,50 75,68 2011 19.895.702 1.940.497 0,65 -18,16 2012 21.015.310 1.895.697 0,05 -2,30 2013 24.197.497 5.453.297 15,14 187,66 Rata - rata 19.307.135 2.602.044 17,06 48,57 Sumber : United Nation Commodity Trade Statistics Data Base, 2014
Perkembangan perdagangan ikan hias Indonesia di dunia mengalami peningkatan pada awal tahun 2014. Peningkatan tersebut menyebabkan Indonesia merupakan 5 negara pengekspor ikan hias terbesar di dunia, dengan negara utama tujuan ekspor ikan hias Indonesia yaitu Singapura, Jepang, Amerika Serikat, Hongkong, China, Malaysia dan beberapa negara di Eropa (Kementrian Kelautan dan Perikanan 2014)3. Wilayah produksi ikan hias Indonesia tersebar di 18 Provinsi di seluruh Indonesia. Sentra budidaya ikan hias terbesar terdapat di Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten dan D.I Yogyakarta. Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah di Indonesia yang merupakan pengekspor ikan hias air tawar di wilayah Jawa Barat. Trend Penjualan ikan hias setiap tahunnya mengalami peningkatan (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor 2013). Tabel 3 Perkembangan jumlah produksi perikanan di Kabupaten Bogor 20102013 No I
Cabang Usaha
Satuan
Ikan Konsumsi A. Budidaya Perikanan Air Tawar Kolam Air Tenang Kolam Air Deras Perikanan Sawah Jaring Apung Keramba B. Perikanan Tangkap Air Tawar Perairan Umum
II
Ikan Hias
III
Pembenihan Ikan Konsumsi
2010
2011
2012
2013
Ton
36 062.44
56 576.67
75 022.13
88 721.93
Ton Ton Ton Ton Ton
31 167.15 4 207.87 261.61 336.93 34.17
50 277.36 5 561.75 201.65 408.30 37.75
68 366.78 5 800.74 185.02 541.63 39.79
86 337.24 1 534.16 184.08 568.66 97.79
Ton Ribu Ekor Ribu EKor
54.71 112 085.82
89.87 156 618.83
88.13 188 936.64
509.06 224 056.00
920 352.39
1 378 014.50
2 053 080.95
2 750 463.60
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2014
Produksi ikan hias di Kabupaten Bogor setiap tahun mengalami peningkatan (Tabel 3). Dari tujuh jenis usaha perikanan di Kabupaten Bogor, produksi Ikan Hias menempati urutan kedua produksi perikanan terbesar di Kabupaten Bogor. Perkembangan produksi budidaya ikan hias air tawar yang terus meningkat setiap tahunnya dikarenakan adanya peningkatan dan jumlah
3
Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2014. Seminar Pengembangan Ikan Hias dengan Tema Sinergitas Stakeholder Mewujudkan Industrialisasi. www.kkp.go.id [di akses 12 Maret 2014]
3 pembudidaya ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor. Besarnya perkembangan produksi ikan hias per komoditas dapat dilihat pada Lampiran 1. Pembudidaya ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor tersebar di beberapa wilayah seperti Ciampea, Ciseeng, dan Cibinong. Sebagian besar pembudidaya ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor adalah usaha yang dijalankan oleh Rumah Tangga Perikanan (RTP). RTP yang tersebar di Kabupaten Bogor meningkat seiring dengan bertambahnya permintaan ikan hias air tawar terutama di Kabupaten Bogor. Data RTP di Kabupaten Bogor dapat di lihat pada Gambar 1. Rumah Tangga Perikanan (Orang) 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0
Ikan Konsumsi
9585 7032
8176 8022 8022 Ikan Hias
1980 2365 2365 1105 1569 492 424 468 580 587
Pembenihan Ikan Konsumsi
2009 2010 2011 2012 2013
Gambar 1 Perkembangan RTP di Kabupaten Bogor 2009-2013 Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2014
Salah satu faktor pendukung besarnya jumlah dan nilai produksi ikan hias di kabupaten bogor adalah adanya peningkatan jumlah RTP dan luas lahan yang dijadikan lokasi pembudidayaan ikan. Jumlah RTP dari data Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor pada tahun 2013 sebanyak 587 orang dan tersebar di beberapa Kecamatan. Jumlah RTP yang memproduksi ikan hias masih cukup kecil jika dibandingkan dengan jumlah RTP yang memproduksi ikan konsumsi yaitu sebesar 8.022 orang yang juga tersebar di beberapa Kecamatan. RTP ikan hias memiliki potensi yang berbeda, yang disesuaikan dengan jumlah areal lahan yang digunakan. Areal lahan yang digunakan ini sangat bergantung kepada kualitas ikan hias air tawar yang diproduksi, karena pengaruh potensi lahan tersebut terutama kualitas air yang dimiliki. Jumlah areal lahan yang digunakan untuk produksi ikan hias sebesar 35.12 Ha (Gambar 2). Luas Areal Perikanan (Ha) 2500
2341
2000 1500 1000 500 0
1506 1131 693
1923
Ikan Konsumsi
1413 1123 1123
Ikan Hias
830
226 56 35 35 33 31 2009 2010 2011 2012 2013
Pembenihan Ikan Konsumsi
Gambar 2 Perkembangan luas areal perikanan Kabupaten Bogor 2009 – 2013 Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2014
4 Industri ikan hias yang berada di Kabupaten Bogor di dukung oleh Pemerintah Kabupaten. Pemerintah Kabupaten Bogor terus mengembangkan sektor perikanan. Dukugan Pemerintah Kabupaten Bogor dalam sektor perikanan yaitu dalam bentuk pemberian bantuan alat-alat perikanan terhadap usaha yang baru berjalan, mendirikan pusat pemasaran ikan hias Raiser di wilayah Cibinong, bentuk dukungan lain yaitu dengan memberikan penghargaan kepada kelompok tani yang aktif dalam menghadiri acara penyuluhan. Pembudidaya ikan hias bukan hanya di budidayakan oleh suatu perusahaan, namun ikan hias ini dibudidayakan oleh kelompok tani. Kabupaten Bogor memiliki 458 kelompok tani yang bergerak di bidang perikanan, namun yang khusus bergerak di bidang ikan hias air tawar hanya berjumlah 20 kelompok tani sedangkan sisanya adalah bergerak di bidang ikan konsumsi (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor 2014). Daerah yang membudidayakan ikan hias air tawar terdapat di Kecamatan Tajur Halang, Kemang, Cibinong, Parung, Ciseeng, Gunung Sindur, Tenjolaya, Ciampea dan Jonggol. Jenis ikan hias yang dibudidayakan di Kabupaten Bogor antara lain ikan hias maanvis (pterophyllum scalarae) atau yang biasa disebut angelfish dan juga ikan hias black ghost (Apterontus albifrons). Ikan hias maanvis dan black ghost berasal dari Amerika Selatan namun dapat dibudidayakan di Indonesia. Ikan hias maanvis dapat menarik minat masyarakat karena bentuk dan warnanya yang menarik, serta gerakan yang tenang, sedangkan ikan hias blackghost dapat menarik minat masyarakat karena bentuknya yang menarik menyerupai bentuk pisau melebar dari bagian kepala dan badan kemudian melancip dibagian perut. Usaha ikan hias sangat bervariasi, karena semakin banyaknya permintaan ikan hias sehingga menjadikan peluang bisnis ikan hias pun semakin meningkat dan Pemerintah Kabupaten Bogor terus melakukan pengembangan usaha dalam bisnis ikan hias. Di Kabupaten Bogor, usaha ikan hias dilakukan dalam dua subsistem usaha yaitu usaha pembenihan ikan hias dan juga usaha pendederan. Budidaya ikan hias air tawar pada subsistem pembenihan merupakan hal yang penting di dalam membudidayakan ikan hias air tawar. Kabupaten Bogor memiliki potensi pembenihan ikan hias air tawar yang baik karena keadaan air di wilayah Kabupaten Bogor sesuai dengan yang dibutuhkan dalam memelihara ikan hias air tawar. Selain itu usaha ikan hias air tawar dilakukan dengan skala usaha yang berbeda-beda. Namun, belum ada batasan yang baku mengenai kriteria besar-kecilnya suatu usaha. Oleh karena itu, dalam merencanakan dan mengembangkan usaha ikan hias air tawar keputusan mengenai ukuran usaha menjadi sangat penting. Efisiensi skala produksi sangat penting bagi pelaku usaha agar penggunaan sumber daya yang dimiliki dapat diatur seefisien mungkin sehingga memperoleh keuntungan yang maksimal (Mubyarto 1989). Perbedaan skala usaha tersebut akan menyebabkan perbedaan dalam pengalokasian jumlah penggunaan inputnya. Semakin besar suatu skala usaha maka semakin besar pula jumlah penggunaan inputnya, sehingga mengakibatkan biaya total yang dikeluarkan semakin besar. Untuk mengukur tingkat efisiensi biaya dapat dilihat berdsarkan struktur biaya dari masing-masing skala usaha sehingga nantinya akan berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima.
5 Perumusan Masalah Ikan Hias merupakan salah satu komoditas unggul yang dimiliki oleh Kabupaten Bogor. Setiap tahun komoditi ikan hias semakin di gemari dan tingkat permintaan semakin meningkat. Oleh karena itulah menyebabkan banyak pesaingpesaing baru yang berminat di dalam usaha bisnis ikan hias. Budidaya ikan hias air tawar memiliki beberapa subsistem usaha berdasarkan sistem budidayanya yaitu subsistem pembenihan, subsistem pendederan dan subsistem pembesaran. Setiap subsistem budidaya tersebut memiliki perbedaan pada input maupun output yang dihasilkan dari kegiatan produksinya. Dalam usaha ikan hias faktor yang terpenting adalah pada subsistem pembenihan. Karena subsistem tersebut adalah penentu berhasil atau tidaknya dalam memproduksi ikan hias. Pemilihan induk merupakan hal yang paling penting dalam melakukan usaha pembenihan agar dapat menghasilkan benih-benih ikan yang berkualitas. Terdapat banyak perbedaan dalam membudidayakan ikan hias di Kabupaten Bogor yaitu perbedaan dalam ukuran usaha, subsistem budidaya, komoditas yang dibudidayakan dan harga yang ditawarkan. Adapun perbedaan dalam membudidayakan ikan hias air tawar dapat di lihat pada Tabel 4. Tabel 4 Perbedaan karakteristik usaha ikan hias di Kabupaten Bogor Nama Usaha Farm Bakir Farm Mayarno Farm Ali Blackghost Farm
Subsistem Usaha Pendederan Pendederan Pendederan Pembenihan
Yono Farm Pembenihan Rafa Farm Pembenihan Sumber : Hasil Wawancara
Jumlah akuarium 116 300 200 155 320 54
Komoditas Cardinal Tetra, Neon Tetra, Red Nouse Cardinal Tetra, Neon Tetra Cardial Tetra Maanvis, Blackghost, Palmas Albino, Ctenopoma Synodontis, Blackghost, Maanvis Blackghost, Maanvis, Cardinal Tetra
Pada Tabel 4 usaha yang melakukan subsistem budidaya pembenihan adalah Blackghost Farm, Yono Farm dan Rafa Farm. Jumlah kepemilikan akuarium atau kolam merupakan salah satu faktor produksi dalam usaha ikan hias air tawar. Faktor tersebut dapat menjadi indikasi bahwa usaha ikan hias dilakukan dengan ukuran usaha yang berbeda-beda. Beragamnya faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usaha ikan hias air tawar membuat para pelaku usaha harus mengalokasikan faktor-faktor produksinya tersebut secara efisien. Belum dapat di pastikan bahwa skala usaha besar merupakan usaha yang paling efisien dan menguntungkan. Pertumbuhan jumlah pelaku usaha ikan hias di Kabupaten Bogor tentu akan mempengaruhi tingkat pendapatan masing–masing pelaku usaha. Selain itu, pelaku ikan hias juga dihadapkan oleh tingginya biaya produksi yaitu biaya pembelian benih ikan hias atau ikan hias indukan, biaya pembuatan kolam atau akuarium, harga pakan ikan hias yang cenderung tidak stabil, biaya transportasi akibat kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM), biaya pemeliharaan ikan hias, dan biaya tenaga kerja yang berdampak pada meningkatnya harga jual. Harga jual yang tinggi menyebabkan daya beli konsumen semakin berkurang. Beragamnya ukuran usaha serta pemilihan subsistem budidaya akan mengakibatkan struktur biaya yang berbeda-beda pada masing-masing ukuran
6 usaha, khusus untuk ikan hias ditambah lagi dengan berbagai macam jenis ikan hias yang dapat dibudidayakan. Secara teoritis, dengan meningkatnya skala usaha akan mengakibatkan biaya rata-rata per ekor yang semakin rendah. Maka dari itu dalam menentukan ukuran usaha harus mempertimbangkan struktur biaya yang akan terjadi apabila suatu skala usaha dilakukan. Oleh karena itu dalam merencanakan dan mengembangkan usaha ikan hias, perlu diketahui informasi mengenai skala usaha efisien yang sebaiknya dipilih oleh petani. Informasi mengenai jumlah produksi ikan hias minimal yang harus dibudidayakan/dijual juga penting untuk dipelajari. Hal itu diketahui dengan melakukan analisis titik impas (break even point) Dari uraian diatas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana struktur biaya usaha pembenihan ikan hias di lokasi penelitian? 2. Bagaimana pendapatan usaha pembenihan ikan hias di lokasi penelitian? 3. Skala usaha ikan hias manakah yang paling efisien berdasarkan hasil analisis R/C Ratio?
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Menganalisis struktur biaya usaha pembenihan ikan hias air tawar di lokasi penelitian. 2. Menganalisis tingkat pendapatan usaha pembenihan ikan hias air tawar di lokasi penelitian. 3. Menganalisis efisiensi usaha pembenihan ikan hias air tawar di lokasi penelitian.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Pembudidaya ikan hias air tawar, dapat memberikan informasi apakah usaha ini mampu memberikan keuntungan bagi pembudidaya ikan hias terkait skala usaha yang dijalankan, serta dapat menjadi rujukan untuk dilakukannya pengembangan usaha ikan hias. 2. Pembaca, penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai struktur biaya dan skala usaha ikan hias paling efisien, bagi individu maupun kelompok yang berniat menjadi pelaku usaha maupun investor untuk menanamkan modal di sektor perikanan ikan hias air tawar.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini hanya membahas tentang komoditas ikan hias air tawar dengan subsistem budidaya pembenihan ikan hias air tawar. Komoditas ikan hias air tawar dalam penelitian ini adalah ikan hias black ghost dan ikan hias maanvis
7 black and white. Penelitian ini menganalisis struktur biaya, pendapatan dan efisiensi usaha pembenihan ikan hias air tawar di lihat dari tiga ukuran usaha yang berbeda-beda dalam satu tahun. Dalam usaha budidaya ikan hias air tawar ukuran suatu usaha dapat dinilai dari jumlah kepemilikan akuarium serta komoditas yang dipilih. Ukuran usaha dalam penelitian ini adalah 54 akuarium, 155 akuarium, dan 320 akuarium.
TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Ikan Hias Ikan adalah seluruh jenis makhluk hidup yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan (Undang – Undang Perikanan No 31 Tahun 2004). Ikan hias atau ornamental fish adalah ikan dengan hiasan atau ornament yang melekat pada bentuk fisik atau tubuhnya yang mengandung nilai keindahan. Ikan hias dipelihara sebagai komoditas hidup di dalam akuarium karena memiliki variasi warna, bentuk, dan jenis yang beragam sehingga mampu menciptakan suasana akuarium yang mendukung tata ruang serta mampu menciptakan suasana tentram dan nyaman. Ikan hias menjadi komoditi perdagangan karena aspek keindahan bukan karena kandungan nutrisinya. Gerakan ikan hias umumnya lembut, khas dengan perpaduan tanaman dan pendukung lainnya akan selalu menarik minat konsumen, khususnya yang memiliki pendapatan relatif tinggi. Sehingga inilah yang menyebabkan agribisnis ikan hias banyak diminati. Hal ini sesuai dengan penelitian yang ditunjukkan oleh Lesmana (2002), Mahmood (2009) yang dipertegas pula oleh Badan Pengembangan Ekspor Nasional dalam Victor (2013). Secara garis besar ikan hias dibagi menjadi empat jenis, yaitu : 1. Ikan hias yang berasal dari air tawar, dikenal dengan istilah perdagangan marine freshwater ornamental fish . 2. Ikan hias yang berasal dari air laut, dikenal dengan istilah perdagangan marine ornamental fish 3. Tanaman hias air tawar, dikenal dengan freshwater ornamental plant atau aquatic plant. 4. Kerang – kerangan atau biota laut dikenal sebagai invertabrat. Agribisnis Ikan hias adalah usaha perikanan yang mampu memberikan kontribusi besar bagi setiap pelaku usaha dibidangnya. Sedikit lahan yang dibutuhkan tapi manfaat yang dihasilkan besar. Ikan hias di Indonesia bukan hanya sebagai hobi tetapi sudah menjadi usaha besar (Big business) karena para penyuka ikan hias terbanyak ada di mancanegara, peluang ini dimanfaatkan oleh para pelaku usaha ikan hias. Selain keunggulan aneka hayati, Indonesia juga merupakan Negara yang mempunyai musim teratur yaitu musim panas dan musim hujan, bila dibandingkan dengan negara-negara Asia maupun Eropa mengalami beberapa musim, salah satunya musim dingin sehingga produksi ikan hias terganggu (Victor 2013). Selain itu kegiatan budidaya ikan hias air tawar membutuhkan input modal dan sarana lain yang tidak sedikit nilainya, sehingga
8 persiapan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh agar usahanya terhindar dari resiko kegagalan (Umaidi 2013). Sumber daya alam yang melimpah menyebabkan potensi ikan hias Indonesia sangat besar, baik itu ikan hias yang berasal dari alam maupun ikan hias yang sudah dibudidayakan. Besarnya potensi tidak dapat menjadikan Indonesia sebagai penguasa pangsa pasar ikan hias di dunia, hal tersebut dibuktikan melalui fakta bahwa selama ini Singapura selalu menjadi penguasa pasar.4 Beberapa faktor yang menyebabkan Indonesia kalah dalam hal penguasaan pasar dibanding Singapura, Jepang, Spanyol, maupun Malaysia antara lain : 1. Rendahnya penguasaan teknologi budidaya dan penanganan ikan hias yang baik; 2. Pembudidaya banyak yang skala kecil dan menengah dengan metoda tradisional serta tidak bergerak secara kelompok; 3. Channeling antara Supply dengan Demand belum tertata dengan baik; 4. “Branding” ikan hias Indonesia masih lemah; 5. Kebijakan pemerintah yang masih sering overlapping satu sama lain dan belum mendukung pengembangan industri ikan hias; 6. Koordinasi antar stakeholder ikan hias yang masih rendah. Berbisnis ikan hias tidak pernah sepi bahkan dalam tiga tahun terakhir ini nilai dan volume ekspor semakin meningkat. Permintaan ikan hias dunia juga meningkat. Bagi masyarakat Indonesia khususnya yang ikut dalam usaha budidaya, ikan hias memberikan kontribusi yang sangat besar karena dapat meningkatkan pendapatan, menciptakan lapangan kerja, menghasilkan produk olahan, dan bahkan menghasilkan devisa. Namun jumlah permintaan dari pasar ikan hias dunia terkadang tidak terpenuhi karena jumlah ikan hias yang dihasilkan masih kurang.
Hubungan Struktur Biaya dan Skala Usaha Penelitian tentang struktur biaya di hubungkan dengan skala usaha sudah banyak di lakukan. Skala usaha sangat erat kaitannya dengan efisiensi suatu usaha. Efisiensi suatu usaha terdiri dari efisiensi ekonomis, teknis, dan alokatif. Semakin efisien suatu usaha dapat diketahui berdasarkan biaya minimum atau pendapatan maksimum. Menurut Mubyarto (1989), semakin besar skala usaha belum tentu menunjukkan usaha tersebut efisien. Hal tersebut sangat tergantung dari jenis komoditas yang diusahakan dan hasil panen yang diperoleh. Penentuan skala usaha bertujuan agar pengusaha mampu mengetahui sejauh mana usaha tersebut harus berproduksi sesuai keadaan skala usaha yang dimilikinya. Produksi dilakukan dengan kepemilikan sejumlah sumberdaya yang diolah sedemikian rupa agar mampu menciptakan keuntungan dalam sebuah usaha.
4
http://www.omtim.com/348/perkembangan-dan-pengembangan-ikan-hias-di-indonesia/ (diakses 12 Maret 2014)
9 Berdasarkan penelitian Stani (2009) membahas mengenai struktur biaya yaitu struktur biaya pada usaha ternak kambing perah. Analisis struktur biaya dalam penelitian ini dibedakan dua macam biaya. Pertama, struktur biaya berdasarkan perilaku biaya yakni biaya tetap dan variabel. Kedua, struktur biaya berdasarkan sifatnya yaitu biaya tunai dan non tunai. Sedangkan skala usaha ditentukan berdasarkan jumlah pemilikan kambing perah yang dinyatakan dalam satuan ST (Satuan Ternak), yang dibagi dalam tiga strata yaitu skala usaha I (skala kecil) berjumlah 5 ekor kambing atau 0.53 ST, skala usaha II (skala menengah) berjumlah 61 ekor kambing atau 5.95 ST, dan skala usaha III (skala besar) berjumlah 161 ekor kambing atau 17.36 ST. Struktur biaya usaha ternak kambing perah dilihat menurut biaya yang dikeluarkan per satuan ternak (ST) per bulan dan biaya per liter susu per bulan. Perhitungan biaya dalam penelitian ini adalah biaya rata-rata per bulan selama penelitian. Selain perhitungan biaya tetap dan biaya variabel, penting juga untuk diketahui bagaimana komponen biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan (biaya non tunai) terhadap biaya produksi. Biaya tunai merupakan pengeluaran tunai usaha ternak yang dikeluarkan oleh peternak itu sendiri. Sedangkan biaya non tunai ialah biaya yang tidak dibayar dengan uang, tapi diperlukan untuk memperhitungkan berapa besar nilai sumberdaya yang telah dikeluarkan dalam usaha ternak kambing perah. Hasil analisis biaya tetap, jika biaya penyusutan dimasukkan ke dalam biaya tetap, maka terlihat adanya kecenderungan dengan meningkatnya skala usaha akan meningkatkan biaya tetap per satuan ternak dan biaya tetap per liter susu. Sementara itu, jika biaya variabel non tunai diperhitungkan ke dalam biaya variabel menunjukkan bahwa semakin besar skala usaha akan menurunkan biaya variabel per satuan ternak dan biaya tetap per liter susu. Damayanti (2011) menganalisis struktur biaya budidaya anggrek. Peelitian tersebut menganalisis struktur biaya berdasarkan masing – masing komoditas anggrek, yaitu anggrek Dendrobium, anggrek Vanda, Phalaenopsis, dan juga Cattleya. Keragaan usaha anggrek di TAR dapat dikelompokan menjadi empat segmen yaitu usaha pembibitan, budidaya dari seedling, budidaya dari remaja dan pemasaran. Nunky Orchis (usaha I) dan Syams Orchid (usaha III) melakukan budidaya semua jenis anggrek dalam satu tempat yang sama sedangkan I-yon Orchid (usaha II) melakukan sistem pemeliharaan anggrek yang terpisah antara anggrek Phalaenopsis dengan anggrek yang lainnya. Skala usaha pada penelitian tersebit di tentukan berdasarkan luas lahan, yaitu untuk skala kecil sebesar 800 m2 dan 300 m2, skala menengah sebesar 1000 m2, dan skala besar yaitu 2,7 ha. Perhitungan tentang struktur biaya teridiri dari biaya tetap dan juga biaya variabel. Perhitungan mengenai biaya tetap dan biaya variabel tetap perlu diketahui karena dapat memberikan gambaran terhadap alokasi biaya dan dapat membantu kontrol biaya yang akan dikeluarkan. Apabila diketahui terjadi pemborosan pada penggunaan salah satu atau beberapa komponen biaya variabel, maka perlu dilakukan pengurangan penggunaan komponen tersebut atau bahkan komponen tersebut tidak dipergunakan lagi. Begitu juga halnya pada biaya tetap, apabila komponen tersebut bisa dihilangkan atau dikurangi. Berdasarkan analisis struktur biaya, maka dapat ditentukan biaya produksi per pot untuk setiap jenis anggrek di masing-masing skala. Biaya produksi anggrek Dendrobium usaha I sebesar Rp 10.466/pot, usaha II sebesar Rp 9.440/pot dan usaha III sebesar Rp 7.128/pot. Biaya produksi anggrek
10 Phalaenopsis usaha I sebesar Rp 13.716/pot, usaha II sebesar Rp 10.891/pot dan usaha III sebesar Rp 24.458/pot. Biaya produksi anggrek Phalaenopsis yang efisien terdapat pada usaha II. Biaya produksi anggrek Vanda usaha I sebesar Rp 27.074/pot, usaha II sebesar Rp 32.355/pot dan usaha III sebesar Rp 29.255/pot. Biaya produksi anggrek Catleya usaha I sebesar Rp 22.074/pot, usaha II sebesar Rp 27.355/pot dan usaha III sebesar Rp 29.255/pot. Biaya produksi anggrek Vanda dan Cattleya yang efisien terjadi pada usaha I. Perbedaan biaya produksi yang dihasilkan masing-masing usaha pada setiap jenis anggrek disebabkan perbedaan biaya perolehan bibit yang besar. Semakin kecil biaya bibit yang dikeluarkan usaha maka biaya produksi per pot akan semakin efisien karena lebih dari 50 persen dari total biaya per pot berasal dari biaya bibit. Hadi (2014) yang juga melakukan penelitian tentang Struktur Biaya Budidaya Ikan Hias Air Tawar, pada penelitian tersebut biaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keuntungan dari suatu usaha. Analisis struktur biaya dalam penelitian ini dilihat berdasarkan perilaku biaya tetap dan variabel yang terdapat pada masing-masing usaha. Penentuan skala usaha yaitu untuk skala kecil memiliki jumlah akuarium sebanyak 81 akuarium, skala menengah sebesar 158 akuarium, dan skala besar memiliki jumlah akuarium sebanyak 306 unit.Dengan mengalisis struktur biaya, dapat diketahui struktur dan besaran biaya produksi, serta nilai titik impas. Semakin meningkatnya skala usaha yang diiringi dengan meningkatnya jumlah produksi dari komoditas yang diusahakan maka nilai total biaya tetap ratarata per komoditas yang di usahakan akan semakin menurun. Kemudian Nilai besaran biaya dan nilai titik impas dapat menjadi acuan mengenai tingkat skala usaha yang paling efisien berdasarkan tingkat biaya dan harga yang berlaku Hal ini di tunjukkan oleh penelitian Stani (2009), Damayanti (2011) dan Hadi (2014). Penelitian terdahulu yang terkait dengan struktur biaya dan skala usaha telah banyak dilakukan, penelitian tentang struktur biaya dengan skala usaha pada budidaya ikan hias juga telah dilakukan. Namun belum ada yang membahas mengenai struktur biaya usaha budidaya ikan hias pada subsistem pembenihan di Kabupaten Bogor. Penelitian-penelitian tersebut dapat menjadi referensi dalam penelitian ini. Persamaan penelitian terdahulu sebagai literature review bertujuan untuk mencari skala usaha yang paling efisien berdasarkan analisis struktur biaya. Di dalam menganalisis struktur biaya perlu diketahui terlebih dahulu komponen biaya yang dikeluarkan, meliputi biaya tetap dan biaya variabel kemudian dilakukan analisis pendapatan usaha. Pengelompokkan skala usaha memiliki metode yang berbeda-beda, metode yang dipakai antara lain pengelompokan skala usaha berdasarkan luas lahan, rata-rata pemotongan ayam perhari dan nilai simpangan baku dari data yang ada, serta jumlah ternak yang dimiliki. Pengelompokkan skala usaha pada penelitian struktur biaya usaha pembenihan ikan hias air tawar studi kasus pada tiga usaha pembenihan ikan hias di Kabupaten Bogor berdasarkan jumlah kepemilikan akuarium pada tiap usaha. Jumlah akuarium dipandang dapat mencerminkan alokasi biaya-biaya serta produktivitas pada tiap usaha. Setelah itu dilakukan analisis efisiensi untuk mencari skala usaha yang paling efisien, ada beberapa analisis yang digunakan untuk mencari efisiensi diantaranya analisis efisiensi melalui pendekatan kriteria biaya minimum dengan mengamati indikator biaya per unit terendah dan juga analisis R/C ratio. Analisis BEP terbagi dua yaitu BEP (unit) dan BEP (Rp),
11 analisis tersebut dilakukan guna mengetahui jumlah yang harus diproduksi atau dicapai agar usaha tersebut berada di titik impas.
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Struktur Biaya dan Skala Usaha Sukirno (2005), biaya produksi merupakan semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan membeli bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksi oleh perusahaan tersebut. Dalam melakukan produksi suatu usaha terdapat dua komponen biaya, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang jumlahnya relatif tetap dan akan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang dihasilkan. Beberapa contoh yang termasuk kedalam komponen biaya tetap adalah gaji tenaga kerja, sewa lahan, listrik, telepon dan penyusutan peralatan. Beberapa contoh yang termasuk kedalam komponen biaya variabel adalah pupuk, benih, pakan, obatobatan. Secara matematis, perhitungan total biaya (total cost) merupakan penjumlahan dari biaya tetap (TFC) dan biaya variabel (TVC) yang dapat dirumuskan sebagai berikut : TC = TFC+TVC Keterangan : TC = Total Cost TFC = Total Fixed Cost TVC = Total Variabel Cost Dalam ilmu ekonomi yang membahas biaya produksi, dapat dipelajari terdapat hubungan antara kurva Average Cost (AC), Average Variable Cost (AVC), dan Marginal Cost (MC). Ketika menggambarkan kurva-kurva biaya ratarata perlulah disadari dan diingat bahwa kurva AVC dan AC dipotong oleh kurva MC pada titik terendah dari masing-masing kurva tersebut. Untuk penjelasan mengenai hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.
12
Gambar 3 Hubugan Kurva AC, AVC, dan MC Sumber : Sukirno (2005)
Keterangan: Apabila MC < AVC, maka nilai AVC menurun (berarti kalau kurva MC di bawah kurva AVC maka kurva AVC sedang menurun). Apabila MC > AVC, maka nilai AVC akan semakin besar (berarti kalau kurva MC di atas AVC maka kurva AVC sedang menaik). Sebagai akibat keadaan yang dinyatakan dalam (1) dan (2) maka kurva AVC dipotong oleh kurva MC di titik terendah dari kurva AVC. Dengan cara yang sama dapat dibuktikan bahwa kurva AC dipotong oleh kurva MC pada titik terendah kurva AC. Sedangkan, untuk menghitung total biaya rata-rata (Average Total Cost) adalah penjumlahan biaya tetap rata-rata (AFC) dengan biaya variabel rata-rata (AFC). Rumus yang digunakan yaitu : AC = AFC + AVC. Penentuan skala usaha yang paling efisien dapat diketahui dengan melihat total biaya ratarata produksi paling rendah. Biaya penyusutan sarana dan prasarana berupa alatalat dalam suatu usaha dihitung dengan harapan ketika kebutuhan tersebut tidak mampu berfungsi optimal dalam melaksanakan tugasnya, maka usaha tersebut telah memiliki dana cadangan jika hendak dilakukan reinvestasi pada usahanya. Hubungan antara biaya dan penerimaan usahatani ada beberapa kemungkinan, yaitu sebagai berikut: Biaya (cost) lebih besar daripada penerimaan (revenue) maka usaha disebut rugi. Biaya (cost) sama dengan penerimaan (revenue) maka usaha disebut tidak untung dan tidak rugi atau keadaan titik impas (Break Even Point). Biaya (cost) lebih kecil daripada penerimaan (revenue) maka usaha disebut untung. Dalam jangka panjang perusahaan dapat menambah semua faktor produksi atau input yang akan digunakan. Oleh karena itu, biaya produksi tidak perlu lagi dibedakan antara biaya tetap dan biaya variabel. Di dalam jangka panjang tidak ada biaya tetap, semua jenis biaya yang dikeluarkan merupakan biaya variabel. Ini berarti bahwa perusahaan-perusahaan bukan saja dapat menambah tenaga kerja tetapi juga dapat menambah jumlah mesin dan peralatan produksi lainnya, luas tanah yang digunakan (terutama dalam kegiatan pertanian) dan luasnya bangunan/pabrik yang digunakan. Sebagai akibatnya, dalam jangka panjang terdapat banyak kurva jangka pendek yang dapat dilukiskan. Karena dalam jangka panjang perusahaan dapat memperluas kapasitas produksinya, ia harus menentukan besarnya kapasitas usaha (business size) atau skala usaha yang akan meminimumkan biaya produksinya. Dalam analisis ekonomi kapasitas usaha
13 digambarkan oleh kurva biaya total rata-rata (AC). Dengan demikian analisis mengenai bagaimana pengusaha mampu menghitung kegiatan produksi dalam usahanya meminimumkan biaya dapat dilakukan dengan memperhatikan kurva AC untuk kapasitas produksi yang berbeda-beda. Untuk menentukan skala usaha yang paling efisien, harus dicari nilai biaya rata-rata jangka pendek (SRAC) operasi paling minimum dari tiap skala usaha. Beberapa kemungkinan kapasitas produksi usaha dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Beberapa kemungkinan kapasitas produksi usaha Sumber : Sukirno (2005)
Pada Gambar 4 menjelaskan sebuah ilustrasi usaha yang mempunyai tiga pilihan dalam menggunakan alat-alat produksi yaitu: Kapasitas 1, Kapasitas 2 dan Kapasitas 3, dimana kapasitas produksi tersebut didapat dari penggunaan biaya produksi rata-rata yang akan dikeluarkan oleh usaha tersebut untuk kegiatan produksi, besaran biaya produksi rata-rata ditunjukan oleh AC1, AC2, AC3. Faktor yang akan menentukan kapasitas produksi yang digunakan adalah tingkat produksi yang ingin dicapai. Apabila perusahaan tersebut ingin mencapai produksi sebanyak 100 unit, adalah lebih baik untuk menggunakan Kapasitas 1 (lihat titik A). Kalau yang digunakan adalah Kapasitas 2, seperti dapat dilihat dalam Gambar 3, biaya prduksi adalah lebih tinggi (lihat titik B). Kapasitas 1 adalah kapasitas yang paling efisien dan akan meminimumkan biaya produksi, untuk produksi di bawah 130 unit. Untuk produksi di antara 130 dan 240 unit, Kapasitas 2 adalah yang paling efisien, karena biaya produksi adalah paling minimum dengan menggunakan kapasitas tersebut. Ini dapat dilihat misalnya untuk produksi sebanyak 160 unit. Seperti dapat dilihat dalam Gambar 1.02, AC1 berada di atas AC2, yang berarti dengan menggunakan Kapasitas 1 biaya akan lebih tinggi daripada menggunakan Kapasitas 2. Untuk produksi melebihi 240 unit, misalnya 275 unit, Kapasitas 3 adalah yang harus digunakan pengusaha. Penggunaan ini akan meminimumkan biaya. Dari contoh ini dapat disimpulkan bahwa peminimuman biaya jangka panjang tergantung kepada dua faktor yaitu: Tingkat produksi yang ingin dicapai, dan Sifat dari pilihan kapasitas pabrik yang tersedia. Uraian yang baru saja dilakukan mengenai caranya seorang pengusaha menentukan kapasitas produksi yang akan digunakan dapat memberikan petunjuk tentang bentuk kurva biaya total rata-rata jangka panjang atau kurva Long Run Average Cost (LRAC). Kurva LRAC dapat didefiniskan sebagai kurva yang menunjukan biaya rata-rata yang paling minimum untuk berbagai tingkat produksi apabila perusahaan dapat mengubah kapasitas produksinya. Dalam Gambar 3
14 kurva LRAC meliputi kurva AC1 sampai di titik a, kurva AC2 dari titik a ke titik b, dan bagian dari AC3 dimulai dari titik b. Penjelasan mengenai kurva LRAC dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Kurva biaya total rata - rata jangka panjang Sumber : Sukirno (2005)
Kurva LRAC bukanlah dibentuk berdasarkan kepada 3 kurva AC saja seperti yang ditunjukan oleh Gambar 4, tetapi berdasarkan kepada kurva AC yang tidak terhingga banyaknya. Kurva LRAC dapat dilihat pada gambar 5 merupakan garis lengkung yang berbentuk huruf U, dimana lengkungan besarnya mengamplopi sekian banyak kemungkinan kurva AC. Kurva LRAC tersebut merupakan kurva yang menyinggung beberapa kurva AC jangka pendek. Titiktitik persinggungan tersebut merupakan biaya produksi yang paling optimum/minimum untuk berbagai tingkat produksi yang akan dicapai pengusaha di dalam jangka panjang. Kurva LRAC tidak menyinggung kurva-kurva AC pada bagian (di titik) yang terendah dari kurva AC. Dalam Gambar 4 hanya kurva ACx yang disinggung oleh kurva LRAC pada bagian kurva ACx yang paling rendah, yaitu titik B. Kurva AC yang terketak di sebelah kiri dari ACx disinggung oleh kurva LRAC di bagian yang lebih tinggi dan di sebelah kiri dari titik terendah. Dapat diperhatikan misalnya kurva AC2, jelas terlihat bahwa titik A bukanlah titik terendah pada kurva AC2. Titik tersebut terletak di sebelah kiri dari titik terendah AC2. Kurva AC yang terletak di sebelah kanan dari kurva ACx disinggung oleh kurva LRAC juga di bagian yang terletak lebih tinggi dari minimum pada AC yang bersangkutan, dan titik singgung tersebut terletak di sebelah kanan dari titik yang terendah. Titik C pada kurva AC3 jelas menggambarkan keadaan tersebut. Di dalam jangka panjang titik terendah dari suatu AC tidak menggambarkan biaya yang paling minimum untuk memproduksi suatu tingkat produksi. Terdapat kapasitas produksi lain (AC lain) yang dapat meminimumkan biaya. Sebagai buktinya dapat dilihat AC1 dan AC2, titik A1 adalah titik terendah pada AC1. Dengan demikian dalam jangka pendek, produksi sebesar QA dapat diproduksikan dengan biaya yan lebih rendah dari titik mana pun pada AC1. Tetapi dalam jangka panjang biaya itu belum merupakan biaya yang paling minimum, karena apabila kapasitas produksi yang berikut digunakan (AC2), produksi sebesar QA akan mengeluarkan biaya sebanyak seperti ditunjukan oleh titik A pada AC2. Dari contoh ini dapat disimpulkan bahwa kurva LRAC, walaupun tidak menghubungkan setiap titik terendah dari AC, menggambarkan biaya minimum perusahaan dalam jangka panjang. Analisis biaya jangka panjang sangat penting untuk mengetahui apakah suatu usaha berada pada skala usaha yang ekonomis (economies of scale) atau tidak ekonomis (diseconomis of scale). Suatu usaha dikatakan mencapai skala ekonomis apabila penambahan produksi menyebabkan biaya produksi rata-rata
15 menjadi lebih rendah. Sedangkan usaha mencapai skala tidak ekonomis apabila pertambahan produksi menyebabkan biaya produksi rata-rata menjadi semakin tinggi. Analisis Titik Impas (Break Even Point) Analisis titik impas atau analisis break even point diperlukan untuk mengetahui hubungan antara volume produksi, volume penjualan, harga jual, biaya produksi, biaya lainnya baik yang bersifat tetap maupun variabel, dan laba atau rugi.Pada jangka pendek, hubungan struktur biaya dengan skala usaha dapat dianalisis menggunakan analisis titik impas (Break Even Point). Skala usaha yang berbeda akan menyebabkan titik BEP yang berbeda, karena struktur biaya yang dihasilkan juga berbeda – beda (Jumingan 2005). Suatu perusahaan dikatakan dalam keadaan impas (break even), yaitu apabila telah disusun laoran perhitungan laba rugi untuk periode tertentu perusahaan tersebut tidak mendapatkan keuntungan dan sebaliknya tidak menderita kerugian. Dengan kata lain labanya sama dengan nol atau ruginya sama dengan nol. Adapun gambar titik impas (Break Even Point) usahatani dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Titik Impas (Break Even Point) Sumber : Soekartawi (1986)
Tujuan menganalisis BEP adalah : 1. Untuk mengetahui berapa jumlah minimal yang harus diproduksi agar bisnis tidak rugi 2. Berapa harga terendah yang harus ditetapkan agar bisnis tidak rugi. Analisis Efisiensi Usahatani Efisiensi merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam suatu usaha. Menurut Mubyarto (1989), efisiensi dalam produksi yaitu banyaknya hasil produksi fisik yang dapat diperoleh dari satu kesatuan faktor produksi (input). Dengan kata lain efisiensi produksi merupakan perbandingan output dan input, yaitu berkaitan dengan tercapainya output maksimum dengan sejumlah input tertentu atau tercapainya output tertentu dengan input yang minimum. Pencapaian efisiensi dapat diukur dengan kriteria biaya yang minimum (cost minimization) dan kriteria penerimaan maksimum (output maksimization). Ukuran efisiensi usahatani merupakan salah satu ukuran keberhasilan usahatani. Suatu usahatani dikatakan memperoleh keuntungan yang tinggi apabila petani tersebut mampu memanfaatkan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien. Efektif apabila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya dengan sebaik mungkin dan efisien apabila pemanfaatan sumberdaya tersebut
16 menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) (Soekartawi, 2002). Dengan keterbatasan modal yang dimiliki oleh petani, tujuan keuntungan maksimum dalam usahatani agar efisien dapat didekati dengan menekan biaya produksi sekecil-kecilnya. Nilai R/C tidak memiliki satuan, jika nilai R/C sama dengan satu maka menunjukan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar satu rupiah. Jika R/C lebih besar dari satu, maka menunjukan bahwa setiap rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan lebih besar dari satu rupiah, begitu sebaliknya. Semakin besar nilai R/C, maka semakin besar pendapatan yang diterima dan kedudukan ekonomi usahatani tersebut semakin baik.
Kerangka Pemikiran Operasional Sektor perikanan menjadi salah satu tumpuan perekonomian dalam mengembangkan wilayah Kabupaten Bogor, salah satunya adalah sub sektor perikanan budidaya. Kabupaten Bogor juga merupakan kawasan Minapolitan. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor membuat target produksi budidaya perikanan yang cukup tinggi dan jumlahnya semakin meningkat setiap tahun. Target produksi yang tinggi tersebut didukung oleh produksi benih ikan di Kabupaten Bogor yang cenderung meningkat setiap tahun baik produksi ikan hias maupun ikan konsumsi. Adanya peluang bisnis dari meningkatnya permintaan ikan hias air tawar di dalam negeri dan diluar negeri menyebabkan banyak orang tertarik untuk membudidayakan ikan hias. Di dalam membudidayakan ikan hias terbagi atas dua subsistem budidaya yaitu subsistem pembenihan ikan hias dan juga subsistem pendederan ikan hias. Subsistem pembenihan ikan hias air tawar merupakan subsistem yang paling penting di dalam usaha ikan hias, karena subsistem tersebut merupakan penentu dalam menghasilkan benih ikan hias yang berkualitas. Di dalam melakukan usaha pembenihan ikan hias, terdapat banyak perbedaan dalam membudidayakan ikan hias yaitu perbedaan dalam skala usaha, komoditas yang dibudidayakan dan harga yang ditawarkan serta perbedaan jumlah tenaga kerja. Keragaman ukuran usaha yang terdapat di dalam usaha ikan hias masing – masing menunjukkan nilai efisiensi yang berbeda – beda juga. Oleh karena itu menarik untuk dilakukan suatu analisis mengenai ukuran usaha yang efisien. Apalagi bagi pengembangan usaha budidaya ikan hias air tawar lebih lanjut perlu memperhatikan kondisi ukuran usaha yang sebaiknya dikelola. Untuk mengetahui nilai efisiensi tiap skala tersebut maka perlu dilihat nilai struktur biayanya. Analisis struktur biaya dilakukan dengan membandingkan beberapa ukuran usaha. Dalam penelitian ini ukuran usaha ditentukan berdasarkan jumlah akuarium dan jumlah produksi ikan hias yang diproduksi setiap periodenya, yang dibagi dalam tiga ukuran usaha yaitu usaha kecil, menengah dan usaha besar. Selain menganalisis struktur biaya pada masing – masing ukuran usaha, dianalisis pula nilai titik impas. Dengan metode titik impas, dapat diketahui pada saat kapan pelaku usaha ikan hias air tawar mengalami kondisi titik impas, sehingga dapat diketahui tingkat produksi yang optimal untuk mencapai keuntungan maksimal.
17
Permintaan ikan hias yang meningkat setiap tahun
Potensi usaha ikan hias di Kabupaten Bogor
Perbedaan skala usaha ikan hias di Kabupaten Bogor
Kriteria pengelompokan berdasarkan jumlah akuarium dan komoditas (Studi Kasus : tiga usaha pembenihan ikan hias air tawar)
Usaha Kecil (Rafa Farm)
Usaha Menengah (Blackghost Farm)
Usaha Besar (Yono Farm)
Analisis Struktur Biaya Analisis R/C ratio Analisis titik impas
Perbandingan ukuran usaha Gambar 7 Kerangka pemikiran operasional
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Pengumpulan Data Penelitian ini menganalisis mengenai skala usaha, struktur biaya dan pendapatan pada usaha pembenihan ikan hias air tawar. Lokasi penelitian ini terletak di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Bogor merupakan salah satu sentra produksi ikan hias di Jawa Barat. Penelitian lapang dilakukan bulan Agustus 2014-Oktober 2014. Waktu tersebut digunakan untuk memperoleh data dari para pengusaha ikan hias sebagai responden dan semua pihak terkait.
18 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari metode pengumpulan data dengan responden pengusaha ikan hias dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data primer pada penelitian mencakup keragaan usaha ikan hias seperti teknik budidaya, jumlah produksi, penerimaan serta informasi lainnya yang berguna untuk menunjang penelitian. Data sekunder merupakan data pelengkap dari data primer yang bersumber dari literatur – literatur yang relevan. Data sekunder diperoleh dari catatan dan dokumentasi pihak atau instansi terkait, seperti Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Selain itu, dilakukan juga penelusuran melalui internet, buku – buku yang relevan yang menunjang teori serta penelitian – penelitian terdahulu sebagai rujukan yang berhubungan dengan skala usaha. Data sekunder mencakup data nilai perdagangan produk perikanan nonkonsumsi, data ekspor ikan hias, data perkembangan jumlah produksi perikanan di Kabupaten Bogor, data perkembangan rumah tangga perikanan di Kabupaten Bogor, dan data perkembangan luas areal perikanan Kabupaten Bogor.
Metode Penentuan Responden Informasi mengenai pembudidaya ikan hias di Kabupaten Bogor belum lengkap, data yang terdapat di Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor hanya ada mengenai jumlah dari Kelompok Tani ikan hias air tawar serta alamat dari ketua kelompok tani. Sehingga informasi pembudidaya yang dijadikan sebagai responden dalam penelitian ini diperoleh dengan mendatangani salah satu tempat pemasaran ikan hias. Setelah itu pemilihan responden dalam penelitian ini di lakukan secara purposive karena ada beberapa kriteria dalam menentukan responden dalam penelitian ini yaitu ukuran usaha dilihat dari jumlah kepemilikan akuarium serta komoditas yang di pilih. Untuk penentuan ukuran usaha yaitu untuk usaha kecil adalah 54 akuarium, usaha menengah yaitu 155 akuarium dan usaha besar yaitu 320 akuarium. Responden berjumlah satu orang dari masing – masing skala usaha, sehingga total responden dalam penelitian ini adalah tiga orang. Penentuan ukuran usaha mengacu pada penelitian Hadi (2014).
Metode Analisis Data Pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif yang dilakukan meliputi analisis terhadap biaya – biaya yang dikeluarkan, peneriman yang diperoleh, pendapatan usahatani dengan menggunakan rasio penerimaan atas biaya (R/C rasio) dan perhitungan titik impas (break even point) dengan menggunakan program aplikasi komputer seperti Microsoft Excel sedangkan metode kualitatif digunakan untuk mengidentifikasi usaha petani ikan hias serta menjelaskan hasil perhitungan yang akan diuraikan secara deskriptif.
19 Analisis Struktur Biaya Biaya dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang jumlahnya relatif tetap dan akan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang dihasilkan. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan (Soekartawi 1995) Biaya penyusutan peralatan pertanian dihitung berdasarkan metode penyusutan garis lurus, yaitu nilai pembelian dikurangi nilai tafsiran nilai sisa dibagi dengan umur ekonomis. Nilai akhir dianggap nol jika barang tersebut tidak laku lagi dijual. Rumus yang digunakan adalah
Metode perhitungan strutur biaya usahatani ikan hias pada skala usaha berbeda dapat dilihat pada Tabel 5 Secara sistematis, perhitungan total biaya (total cost) merupakan penjumlahan dari biaya tetap (TFC) dan biaya variabel (TVC) yang dapat dirumuskan sebagai berikut : TC= TFC + TVC Untuk menghitung total biaya rata – rata (average total cost) adalah penjumlahan biaya tetap rata – rata (AFC) dengan biaya variabel rata – rata (AVC). Rumus yang digunakan yaitu : AC = AFC + AVC. Penentuan skala usaha yang paling efisien dapat diketahui dengan melihat total biaya rata – rata produksi paling rendah. Tabel 5 Struktur biaya usaha ikan hias pada skala usaha berbeda Skala Skala Kecil Skala Besar Menengah Uraian R1 R2 R3 Biaya tetap Listrik Penyusutan Peralatan Pajak Tenaga Kerja Dll Total biaya tetap Biaya Variabel Pakan Pengemasan Obat – obatan Dll Total biaya variabel Total biaya
20 Analisis Penerimaan Penerimaan total adalah nilai produk total dalam jangka waktu tertentu. Komponen penerimaan masing – masing usaha budidaya ikan hias air tawar berbeda – beda tergantung aktivitas usaha yang dilakukan. Pendapatan usaha adalah selisih antara penerimaan usaha dengan biaya usaha per siklus atau per tahun. Secara matematis ditulis sebagai berikut : TR = P x Q Keterangan : TR = Penerimaan total (Total Revenue), dalam Rp P = Harga jual produk, dalam Rp Q = Jumlah output produksi Analisis pendapatan Analisis pendapatan usaha pembenihan ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor pada penelitian ini dilakukan terhadap tiga usaha yang memiliki jumlah akuarium yang berbeda – beda. Analisis ini dilakukan untuk membandingkan ukuran usaha mana yang memperoleh pendapatan lebih tinggi per akuarium. Ukuran usaha di tentukan berdasarkan jumlah akuarium yang dimiliki suatu usaha. Besarnya pendapatan dipengaruhi oleh komponen biaya dan besarnya penerimaan yang diperoleh tiap pembudidaya. Biaya adalah semua nilai input produksi yang digunakan dalam kegiatan usahatani untuk menghasilkan output pada periode waktu tertentu. Penerimaan usaha merupakan nilai produk dari usaha, yaitu hasil perkalian antara total produksi dengan harga produk pada suatu periode tertentu. Penerimaan usaha pembenihan ikan hias hanya terdiri dari harga penjualan benih ikan hias. Perhitungan penerimaan dibedakan berdasarkan jenis komoditas yang dibudidayakan oleh pembudidaya ikan hias air tawar dan juga harga dari komoditas tersebut Selanjutnya adalah pendapatan bersih suatu usaha. Pendapatan bersih diperoleh dari selisih antara seluruh penerimaan usahatani dan pengeluaran usaha (biaya) dalam satu tahun. Pendapatan dalam penelitian ini akan dihitung dengan mengurangkan total penerimaa dengan biaya total. Pendapatan
= Penerimaan – Biaya Total = (P x Q) - (TFC+TVC)
Keterangan : P = Harga output (Rp/ekor) Q = jumlah output (ekor) TFC = Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost) (Rp) TVC = Total Biaya Variabel (Total Variable Cost) (Rp) Analisis Efisiensi Efisiensi suatu usaha sangat tergantung dari pengunaan input yang optimal dan memilih skala usaha yang optimal. Semakin besar suatu skala usaha maka semakin besar pula jumlah penggunaan inputnya. Hal ini mengakibatkan biaya total yang dikeluarkan semakin besar. Untuk mengukur tingkat efisiensi biaya dapat dilihat berdasarkan struktur biaya dari masing – masing skala. Salah satu
21 cara mengukur efisiensi usaha adalah dengan membandingkan penerimaan untuk setiap biaya yang dikeluarkan atau Revenue and Cost Ratio (R/C rasio). Analisis R/C ratio ini digunakan untuk melihat keuntungan relatif suatu cabang usaha dengan cabang usaha lainnya berdasarkan keuntungan finansial. Analisis efisiensi digunakan untuk mengetahui berapa besar penerimaan yang dicapai dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan. R/C ratio dalam penelitian ini yaitu R/C ratio atas biaya total. Secara matematis, perhitungan ratio R/C dapat dirumuskan sebagai berikut : R/C Ratio atas Biaya Total = Keterangan : R C P Q TFC TVC
= Penerimaan (Rp) = Biaya (Rp) = Harga output (Rp) = Output (ekor) = Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost) (Rp) = Total Biaya Variabel (Total Variable Cost) (Rp)
Hasil dari perhitungan R/C Ratio dapat diinterpretasikan sebagai berikut : 1. R/C rasio > 1, menunjukan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha akan menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari satu. Dengan kata lain usaha tersebut lebih efisien. 2. R/C rasio < 1, menunjukan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha akan menghasilkan penerimaan yang lebih kecil dari satu. Dengan kata lain usaha tersebut tidak efisien. 3. R/C rasio = 1, menunjukan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha akan menghasilkan penerimaan sama dengan satu. Dengan kata lain penerimaan yang diperoleh sama dengan biaya yang dikeluarkan. Analisis Titik Impas Analisis titik impas dilakukan untuk mengetahui berapa jumlah minimum ikan hias yang harus terjual agar hasil penjualan sama dengan jumlah biaya sehingga pada kondisi tersebut perusahaan tidak memperoleh keuntungan atau kerugian. Dalam perhitungan titik impas (BEP) biaya harus dipisahkan secara jelas dan benar antara biaya tetap dan biaya variabel, sehingga apabila ada komponen biaya yang semi variabel harus dipisahkan terlebih dahulu. Pendekatan untuk perhitungan titik impas dalam penelitian ini adalah BEP dalam jumlah rupiah dan juga BEP dalam jumlah ekor yang dapat dilakukan dengan menggunakan rumus dibawah ini : (
) (
)
22 Dikarenakan
disebut dengan marginal income
ratio atau rasio marjin kontribusi, maka rumus BEP (Rupiah) menjadi : (
)
Marjin kontribusi (Contribution Margin/CM) merupakan selisih antara penjualan dengan biaya variabel pada tingkat kegiatan tertentu. Marjin kontribusi merupakan ukuran yang baik untuk digunakan pada setiap perubahan aktivitas, laba atau rugi perusahaan akan berubah naik atau turun sebesar CM. Marjin kontribusi dapat dihitung atas dasar per unit atau dalam persentase yang disebut CM Ratio atau marjin kontribusi (Warindrani 2006). Tingkat Kelangsungan Hidup Pada saat penebaran, jumlah ikan dihitung. Penghitungan diulang saat panen. Berdasarkan data jumlah ikan tersebut, selanjutnya dihitung tingkat kelangsungan hidup dengan rumus:
Keterangan : SR = Survival Rate (kelangsungan hidup) Nt = jumlah ikan pada hari ke-t (ekor) N0= jumlah ikan pada hari ke-0 (ekor)
GAMBARAN UMUM PENELITIAN DAN USAHA PEMBENIHAN IKAN HIAS AIR TAWAR Keadaan Umum Wilayah Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang memiliki potensi sumberdaya perikanan yang cukup besar dan dapat dimanfaatkan secara optimal untuk usaha perikanan. Kabupaten Bogor mempunyai peluang ekonomi yang besar karna posisi geografis dan asset pemerintah daerah sangat mendukung. Luas wilayah Kabupaten Bogor adalah 2 301.95 Km2, terdiri dari 40 Kecamatan dan 412 Desa dan 16 Kelurahan. Dilihat dari sudut geografisnya, daerah Kabupaten Bogor berada pada posisi yang cukup menguntungkan karena keadaan iklim dan letaknya yang memungkinkan terciptanya kedudukan, peranan dan hubungan yang baik dan strategis dengan daerah – daerah lain. Secara geografis Kabupaten Bogor terletak antara 6o 19’ – 6o 47’ Lintang Selatan dan 106o 1’ – 107o 103’ Bujur Timur. Secara administratif, Kabupaten Bogor berbatasan dengan Kabupaten Tangerang, Kabupaten/Kota Bekasi dan Kota Depok di sebelah Utara, kemudian dengan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Karawang di sebelah Timur, sedangkan di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi dan Cianjur, sementara di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak – Banten serta di tengah – tengah terletak Kota Bogor.
23 Gambaran Perikanan di Kabupaten Bogor Pemerintah Kabupaten Bogor menetapkan Revitalisasi Pertanian dan Pembangunan Pedesaan (RP3) dengan cara menerapkan pendekatan pengembangan pertanian berdasarkan zonasi. Prinsip Zonasi Pengembangan RP3 ditujukan agar di Kabupaten Bogor dapat mempercepat pembangunan pertanian dalam arti luas melalui pengembangan komoditas unggulan di masing – masing zona. Berdasarkan Kebijakan RP3 tersebut serta telah disinkronkan dengan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Kabupaten Bogor tahun 2005 – 2025, wilayah Kabupaten Bogor dibagi menjadi delapan zona pengembangan pertanian dan perdesaan. Dari delapan Zona Pengembangan Pertanian dan Perdesaan Kabupaten Bogor tersebut, terdapat zona yang merupakan kawasan pengembangan minapolitan, yaitu Kecamatan Gunung Sindur, Parung, Ciseeng, Kemang, Tajurhalang, dan Kecamatan Rancabungur. Program minapolitan merupakan upaya untuk menjadikan sektor perikanan sebagai sektor unggulan dalam pembangunan daerah yang kawasannya memiliki potensi perikanan. Minapolitan ditujukan untuk membangunkawasan ekonomi tersebut dan menjadikan kawasan minapolitan menjadi embrio kawasan industrialisasi perikanan budidaya dari hulu sampai hilir yang meliputi produksi, pengolahan dan pemasaran. Keberhasilan pengembangan kawasan minapolitan menjadi suatu kawasan Industrialisasi tidak terlepas dari peran serta Pemerintah Daerah untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dengan bekerjasama dan dan berkoordinasi secara lintas sektoral. Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten yang ditetapkan sebagai Kawasan Percontohan Minapolitan Perikanan Budidaya sejak tahun 2010 melalui SK Bupati No. 53.31/27/Kpts/Huk/2010. Kawasan minapolitan di Kabupaten Bogor cukup strategis karena didukung dengan sumber daya lahan dan air yang memadai, akses jalan yang cepat dan jangkauan pasar yang cukup luas.
Deskripsi Umum Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar di Lokasi Penelitian Usaha budidaya ikan hias air tawar yang menjadi studi kasus pada penelitian ini adalah usaha yang berada di Kabupaten Bogor. Ada tiga usaha yang telah diamati, yaitu tiga buah usaha budidaya ikan hias air tawar yang bergerak pada segmen pembenihan. Masing-masing usaha tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Untuk mengetahui hal tersebut maka pada bagian ini akan dijelaskan perbedaan dari ketiga usaha berdasarkan gambaran umum usaha budidaya ikan hias air tawar. Para pelaku usaha budidaya ikan hias air tawar Rafa Farm yang dalam penelitian ini tergolong ke dalam skala kecil, BlackGhost Farm untuk skala menengah, dan Yono Farm untuk skala besar. Ketiga usaha ini bergerak dalam bidang usaha yang sama yaitu budidaya ikan hias air tawar, disamping itu mereka juga bergerak pada segmen usaha yang sama yaitu pembenihan dengan memiliki komoditas yang dibudidayakan juga sama yaitu ikan hias black ghost dan juga maanvis black and white
24 Pada penelitian ini struktur biaya di bedakan menjadi strktur biaya per komoditas, selanjutnya dibedakan pula struktur biaya untuk induk ikan hias dan juga struktur biaya untuk benih ikan hias yang dihasilkan serta disetarakan ke dalam biaya rata – rata yang dikeluarkan per akuarium (Rp/Ak), dimana biaya usaha keseluruhan dapat dilihat dan dibandingkan berdasarkan biaya rata-rata yang dikeluarkan pada tiap akuarium. Gambaran umum ketiga usaha ini dapat diketahui melalui alamat usaha, sejarah usaha, tipe usaha, kapasitas produksi, dan kepemilikan aset usaha. Berikut akan dijelaskan secara khusus gambaran umum masing-masing usaha pada penelitian ini. Lokasi Usaha Budidaya Ikan Hias Air Tawar Usaha budidaya ikan hias air tawar yang menjadi objek penelitian ini adalah usaha yang berada di tiga tempat berbeda yaitu untuk usaha skala kecil berada di Cinangneng, dan untuk usaha skala menengah dan skala besar terdapat di Gunung Putri. Usaha ikan hias Rafa Farm terletak di daerah Cinangneng dengan memiliki alamat lengkap di Jalan Abdul Fattah Desa Cinangneng Kampung Babakan Girang no 77 RT.05 RW 04 Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Usaha ikan hias BlackGhost Farm beralamat di Desa Lulut, Kecamatan Gunung Putri. Usaha ini berada jauh dari kota dan letaknya di belakang Perusahaan PT. Indocement. Untuk mencapai lokasi usaha ini diperlukan menggunakan kendaraan pribadi karena letaknya sangat jauh dan sangat jarang angkutan umum. Untuk skala usaha besar yaitu Yono Farm yang berada di Kecamatan Gunung Putri. Latar Belakang Usaha Budidaya Ikan Hias Air Tawar di Lokasi Penelitian 1.
Usaha Ikan Hias Skala Kecil Petani responden untuk skala kecil dalam penelitian ini adalah usaha budidaya Rafa Farm. Alasan mengambil pembudidaya ikan hias Rafa Farm sebagai responden adalah karena usaha Rafa Farm melakukan usaha budidaya ikan hias pada subsistem pembenihan ikan hias. Pada awalnya usaha ini berasal dari sebuah hobi dari pemilik Rafa Farm, Pemilik Rafa Farm awalnya bergabung pada kelompok tani Lipi 1. Kemudian usaha ini sempat terhenti, karena pemilik awal usaha ini sudah tua. Namun pada tahun 2013 usaha budidaya ikan hias ini kembali diusahakan oleh anaknya yang bernama Bapak Buyung dan usaha budidaya ini dinamakan Rafa Farm. Usaha ikan hias yang dibudidayakan cukup banyak. Antara lain neon tetra, cardinal tetra, maanvis, black ghost, sumatera, dll. Awal mula usaha Rafa Farm memiliki akuarium sebanyak 10 buah yang berukuran 100 cm x 50 cm x 35 cm. Hingga saat ini Rafa Farm memiliki akuarium sebanyak 54 buah. 2.
Usaha Ikan Hias Skala Menegah Petani Responden dalam skala menengah ini yaitu petani yang memiliki akuarium sekitar 155 akuarium. Dalam skala usaha menengah ini yang menjadi responden adalah usaha ikan hias milik Ibu Maya yaitu BlackGhost Farm. Usaha ikan hias Ibu Maya beralamat di desa lulut, gunung putri. Awal mula Ibu Maya melakukan usaha budidaya ikan hias yaitu karena beliau merupakan penyuka ikan hias. Lalu melihat dari potensi ikan hias yang cukup baik yaitu permintaan yang semakin meningkat, dan juga untuk medapatkan penghasilan tambahan. Karena
25 Ibu Maya selain melakukan usaha ikan hias, juga sebagai guru honorer di Sekolah Menengah Pertama di kawasan Gunung Putri. Awal Ibu Maya melakukan usaha budidaya ikan hias yaitu tahun 2010 dengan memiliki akuaarium sebanyak 18 akuarium dengan modal awal usaha sebesar Rp 5 000 000. Kemudian Ibu Maya bergabung juga dengan Kelompok Tani Cahaya Mandiri dan kini juga merupakan anggota kelompok tani ikan hias black ghost yang merupakan kelompok tani binaan PT. Indocement. Tidak jarang juga Ibu Maya di minta oleh pihak PT. Indocement sebagai Mentor untuk memberikan motivasi ide bisnis untuk calon pensiunan PT. Indocement. Ikan Hias yang dibudidayakan oleh Ibu Maya yaitu Black ghost, Corydoras Albino, Sumatra Albino, Palmas Albino, Starbai, Ctenopoma, Silver dolar, dan juga Manvis. 3.
Usaha Ikan Hias Skala Besar Petani yang dijadikan responden dalam usaha budidaya ikan hias skala besar dalam penelitian ini adalah usaha milik Bapak Yono. Dimana usaha Bapak Yono terletak di daerah gunung putri, bogor. Awal mula Bapak Yono memulai usaha ikan hias ini adalah karena Bapak Yono memang berniat untuk mendirikan sebuah usaha, kemudian beliau menyewa lahan seluas 200 m2 pada tahun 2009. Lahan yang digunakan pada awal mula usaha yaitu dengan menggunakan lahan sewa yang disewanya sebesar Rp 1 000 000.00 per tahun. Kemudian Bapak Yono tertarik kepada usaha budidaya ikan hias ketika beliau datang ke acara pameran ikan hias di wilayah Bogor yang menyajikan berbagai macam jenis ikan hias. Selain itu Bapak Yono melihat peluang ikan hias yang memang cenderung meningkat permintaan untuk ekspor setiap tahunnya. Bapak Yono yang memiliki latar belakang pendidikan Sarjana Ekonomi yang memang tidak tahu bagaimana cara membudidayakan ikan hias lalu berniat untuk belajar secara otodidak dan juga meminta bimbingan kepada petani ikan hias yang sudah memiliki pengalaman dalam membudidayakan ikan hias. Didalam bangunan semi permanen, Bapak Yono memulai bisnisnya dan usaha budidaya ikan hias Bapak Yono semakin meningkat permintaan ikan hiasnya sehingga sekarang lahan yang digunakan untuk usaha budidaya ikan hias menjadi milik sendiri dan menambah luas lahan di samping miliknya seluas 300 m2. Sehingga lahan yang digunakan oleh Bapak Yono menjadi 500 m2. Untuk ikan hias yang dibudidayakan oleh Bapak Yono adalah ikan hias black ghost dan synodontis dan juga maanvis Penyedia Sarana Produksi Pada tiap usaha budidaya ikan hias air tawar membutuhkan beberapa komponen input yang perlu dibeli agar kegiatan produksi tersebut dapat berjalan, komponen sarana produksi yang dibutuhkan dalam usaha budidaya pembenihan ikan hias air tawar adalah ; indukan ikan hias air tawar, pakan, alat-alat untuk pengemasan atau pengepakan, bbm, dan obat ikan. Pakan yang dibutuhkan selama kegiatan produksi adalah Cacing sutera, Cacing beku, Artemia, Kutu Air, dan Jentik Nyamuk. Alat-alat yang termasuk kedalam kebutuhan untuk packing adalah plastik PE ukuran 60x40cm, karet gelang, oksigen dan saringan nasi yang digunakan ketika dilakukannya proses penghitungan benih ikan yang dipersiapkan
26 untuk dikirim. Obat ikan yang digunakan oleh pembudidaya ikan hias air tawar adalah Methylene blue, Akriplafin, dan garam ikan. Teknik Pembenihan Ikan Hias Air Tawar A. Ikan Hias Black ghost 1. Pemeliharaan Induk 1) Persiapan Wadah Pemeliharaan Pemeliharaan induk dapat dilakukan pada bak berukuran 150 x 150 x 50 cm dan dilengkapi dengan aerasi serta diberi dua buah genteng sebagai tempat persembunyian bagi induk pada siang hari. Bak diisi air sampai ketinggian 35 cm. Selain bak, induk ikan black ghost juga dapat dipelihara di dalam akuarium berukuran 100 x 50 x 30 cm, dan diisi air dengan ketinggian 25 cm. Suhu air yang digunakan untuk budidaya ikan black ghost sekitar 22 – 27oC dengan keasaman pH air sebesar 6,5-7,5 serta keadaan air jernih dan tidak tercemar. Jenis air yang dipakai yaitu menggunakan air sumur, air dari sumur harus diendapkan terlebih dahulu pada tandon selama 24 jam agar air bersih dari kotoran-kotoran. 2) Penyediaan dan Seleksi Induk Induk yang akan dipijahkan adalah yang berbadan sehat dan tidak cacat serta tidak terdapat organisme penyakit pada tubuhnya. lnduk black ghost dapat matang telur setelah berumur satu tahun dengan panjang sekitar 15 cm. Perbedaan antara ikan jantan dan betina yang sudah matang gonad dapat dibedakan terutama dari panjang dagunya (jarak antara ujung mulut dengan tutup insang). Pada ikan jantan dagunya relatif lebih panjang dibandingkan dengan ikan betina. Ikan jantan relatif lebih Iangsing dibandingkan ikan betina yang mempunyai bentuk perut yang gendut. Induk jantan dapat mencapai panjang 30 cm dan induk betina berkisar antara 15-23 cm. Induk ikan hias black ghost dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 Induk black ghost 2. Pemberian Pakan Pakan yang dapat diberikan untuk induk black ghost yaitu cacing darah (bloodworm) atau cuk merah (larva Chironomus), dan jentik nyamuk. Pakan cacing darah dapat dilihat pada Gambar 9
27
Gambar 9 Pakan cacing darah Cacing darah diberikan setiap pagi hari setelah penyiponan kotoran, yaitu pada pukul 09.00 WIB, dan sore hari pukul 16.00 WIB. Cuk merah dan jentik nyamuk juga dapat diberikan pada sore hari. Pemberian pakan dilakukan dengan cara menyebarkan pakan langsung pada dasar bak pemeliharaan secara merata. Jumlah pakan yang dipelihara disesuaikan dengan jumlah induk yang dipelihara.
3. Pengelolaan Air Pergantian air dilakukan sebanyak 20-30% setiap harinya, serta pemberian aerasi sebagai suplai oksigen. 4. Pencegahan dan Penanganan Penyakit Penyakit yang umum ditemui dalam pemeliharaan black ghost ialah white spot yang disebabkan oleh protozoa Ichtyopthirius multfihiis. Untuk pencegahan, setiap seminggu sekali diberimethylen blue dengan dosis 0,2 ppm dan 50 gram garam. Sedangkan untuk pengobatan, diberi methylen blue dan garam dengan dosis dua kali lipat yaitu 0,4 ppm methylen blue dan 100 gram garam, serta ketinggian air diturunkan hingga setengah dan ketinggian bak/akuarium. 5. Pemijahan Induk Wadah pemijahan induk black ghost yaitu berupa bak/akuarium yang sekaligus juga digunakan sebagai wadah pemeliharaan induk. Perlengkapan yang dibutuhkan ialah substrat atau tempat menempelnya telur yaitu akar pakis yang diapit oleh keramik, sehingga susunannya (dari bawah ke atas) satu keramik, tepat sejajar diatasnya diletakkan akar pakis dan satu keramik diatas pakis. Peletakkan substrat tersebut biasanya dilakukan pada sore hari. Pemijahan induk black ghost dilakukan dengan perbandingan 2 ekor betina dan 3 ekor jantan dimana dalam satu bak pemijahan terdapat 10 ekor induk. Proses pemijahan biasanya berlangsung pada malam hari ditandai dengan kejar-mengejar antara induk jantan dan betina, setelah itu lama-kelamaan mendekati substrat yang berupa akar pakis dan terjadi pemijahan. Pada pagi hari dilakukan pengecekan telur. Jika pada malam hari terjadi pemijahan, substrat akan dipenuhi dengan butiran-butiran telur black ghost yang menempel pada akar pakis. Telur-teIur yang tidak
28 menempel pada substrat disedot dengan selang berdiameter 0,5 cm, kemudian ditampung dalam baskom dan segera dipindahkan ke dalam akuarium penetasan. 6. Penetasan Telur 1) Persiapan Wadah Wadah penetasan telur berupa akuarium berukuran 80 x 45 x 25 cm dengan tinggi air 20 cm, dilengkapi dengan aerasi. Air yang digunakan untuk penetasan sebaiknya air yang sudah diendapkan sehari semalam, setelah itu diberi methylen blue dengan dosis 0,3 ppm dan tetrasiklin 0,2 ppm. 2) Inkubasi dan Penetasan Telur Telur-telur yang terbuahi akan terlihat berwarna kuning bening, sedangkan telur yang tidak terbuahi akan berwarna putih. Penebaran telur dilakukan dengan cara meletakkan akar pakis dan keramik pada akuarium penetasan dengan syarat akar pakis dan keramik terendam air seluruhnya. Telur ikan black ghost akan menetas setelah 3 - 4 hari. Telur yang tidak menetas dan berwarna putih dibuang dengan cara disedot dengan selang berdiameter 0,5 cm dan harus dilakukan dengan hati-hati agar larva black ghost yang telah menetas tidak ikut terbawa. 3) Pemanenan Telur Telur-telur yang telah menetas dan menjadi larva tidak langsung dipindahkan ke akuarium lain tetapi dibiarkan terlebih dahulu selama satu minggu sampai larva black ghost agak berwarna hitam dan cukup kuat untuk dipindahkan. Sebelum larva dipindahkan, akar pakis dan keramik dikeluarkan dari akuarium penetasan, dan diusahakan tidak ada yang bersembunyi di dalam pakis. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan selang sipon agak besar kemudian larva disedot dan ditampung ke dalam baskom, setelah itu baru dipindahkan ke akuarium lain. 7. Pemeliharaan Larva 1) Persiapan Wadah Pemeliharaan larva black ghost dilakukan di bak semen atau akuarium. Pemeliharaan di bak semen, dilakukan pada bak yang berukuran 150 x 150 x 40 cm, dengan ketinggian air 35 cm. Sedangkan untuk pemeliharaan di akuarium, dilakukan pada akuarium yang berukuran 100x 50 x 40 cm. Sebelum digunakan, bak/akuarium dibersihkan terlebih dulu dan dilengkapi dengan aerasi dan diberi pelindung berupa paralon atau roster bata. Air yang digunakan ialah air yang telah didiamkan sehari semalam. 2) Penebaran Larva Larva yang ditebar ialah larva yang berumur 7 hari setelah menetas. Setiap bak ditebar 100 ekor larva, sedangkan untuk akuarium ditebar sebanyak 500 ekor. Kriteria larva yang telah siap untuk dipindahkan yaitu larva yang sudah benar-benar kuat dan berwarna agak hitam larva yang masih transparan tidak boleh dipindahkan. 3) Pemberian Pakan Larva yang baru menetas belum diberi pakan karena masih mengandung kuning telur. Setelah kuning telur habis yaitu 3 - 4 hari,
29 maka pada hari ke-5 larva diberi pakan Artemia hingga berumur 15 hari yang diberikan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Untuk mendapatkan artemia dapat dengan cara menetaskan kiste artemia dari produk kalengan. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian kutu air sampai larva berumur 20 hari yang diberikan dua kali sehari pada pagi dan sore hari, agar ketersediaannya kontinyu maka dapat dengan budidaya kutu air pada wadah yang terpisah. kemudian mulai dikombinasikan dengan cacing sutera sampai umur satu bulan. Pada umur satu bulan tersebut, rata-rata larva sudah mencapai panjang 3/4 inci. Kemudian didederkan lagi sampai mencapai panjang 1 - 2 inci selama 1 - 2 bulan. Dalam tahap pendederan pakan yang diberikan adalah cacing sutera. Pakan cacing sutera dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10 Pakan cacing sutera 4) Pengelolaan Air Penyiponan kotoran pada bak/akuarium pemeliharaan larva dilakukan setiap 3 hari sekali untuk membuang sisa-sisa pakan yang tidak termakan oleh larva. Bersamaan dengan penyiponan kotoran dilakukan juga penggantian air sebanyak 10-20%. 5) Pencegahan dan Penanganan Penyakit Penyakit yang biasanya menyerang larva black ghost ialah white spot (bintik putih) dan bakteri. Pencegahan dan pengobatan larva yang terserang white spot sama dengan yang dilakukan untuk induk seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada pemeliharaan induk. Sedangkan untuk serangan bakteri dapat diobati dengan tetracycline 5 - 7 ppm. 8. Pemanenan dan Pengepakan Pemanenan dilakukan setelah benih ikan memenuhi standar ukuran layak jual yaitu panjang 1 - 2 inci. Panen dilakukan dengan cara menyerok ikan dengan serok yang halus agar tidak merusak sisik ikan. Kemudian dimasukkan dalam baskom yang sudah berisi air untuk kemudian disortir atau dikelompokkan berdasarkan ukurannya. Wadah yang digunakan untuk pengepakan adalah plastik dengan volume 15 liter. Plastik dibuat rangkap dua agar tidak mudah pecah/bocor. Plastik tersebut diisi air yang telah didiamkan sehari semalam sebanyak 5 liter dan sisanya diisi oksigen murni, perbandingan antara air dan udara adalah 1:2. Dalam setiap wadah pengepakan dimasukkan sebanyak 250 ekor ikan yang berukuran 2 inci,
30 sedangkan untuk ikan yang berukuran 3 inci dimasukkan sebanyak 200 ekor. B. Ikan Hias Manvis 1. Pemijahan Ikan Hias Manvis 1) Pemilihan Induk Induk yang baik untuk dipijahkan adalah yang telah berumur lebih dari 6 bulan, dengan panjang induk jantan + 7,5 cm dan induk betina + 5 cm. Untuk penentuan pasangan secara cermat, yaitu dengan cara menyiapkan induk-induk yang telah matang telur dalam satu bak (2 x 2) meter persegi dengan ketinggian air + 30 cm. Umumnya ikan maanvis akan memilih pasangannya masing-masing. Hal ini dapat terlihat pada malam hari, ikan yang telah berpasangan akan memisahkan diri dari kelompoknya. Ikan yang telah berpasangan ini segera diangkat untuk dipijahkan. Induk ikan hias Manvis dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11 Induk maanvis black and white 2) Cara Pemijahan Tempat pemijahan dapat berupa aquarium, bak atau paso dari tanah, diisi air yang telah diendapkan setinggi 30 – 60 cm. Air yang cocok untuk pemijahan maanvis adalah air yang memenuhi kriteria suhu air sekitar 25-27oC dengan keasaman pH air sebesar 6,8-7. Jenis air yang dipakai yaitu menggunakan air sumur, air dari sumur harus diendapkan terlebih dahulu pada tandon selama 24 jam agar air bersih dari kotorankotoran. Siapkan substrat dapat berupa daun pisang, seng plastik, kaca, keramik atau genteng dengan lebar + 10 cm dan panjang + 20 cm. Substrat diletakkan secara miring atau terlentang. Sebelum terjadi pemijahan, induk jantan akan membersihkan substrat dengan mulutnya. Setelah terjadi pemijahan, telur akan menempel pada substrat. 2. Pemeliharaan Benih Ikan Manvis Setelah induk memijah, penetasan telur dapat segera dilakukan. Penetasan telur ada beberapa cara substrat yang telah ditempeli telur diangkat, untuk dipindahkan kedalam aquarium penetasan. Pada waktu mengangkat substrat diusahakan agar telur senantiasa terendam air, untuk itu dapat digunakan baskom atau wadah lain yang dimasukkan ke tempat pemijahan. Cara kedua yaitu telur ditetaskan dalam tempat pemijahan. Setelah menetas (2 ~ 3 hari) benih yang masih menempel pada substrat dapat dipindahkan ke aquarium. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan benih yaitu aquarium tempat menetaskan telur maupun pemeliharaan benih sebelumnya
31 harus di persiapkan dahulu, yaitu dengan mengisi air yang telah diendapkan + 10 cm, kemudian bubuhkan methyline blue beberapa tetes, untuk mencegah kematian telur karena serangan jamur. Selanjutnya beri tambahan oksigen dengan menggunakan pompa udara. Telur dan benih yang masih menempel pada substrat tidak perlu diberi makan Setelah lepas dari substrat (3 ~ 4 hari) dapat diberikan makanan berupa rotifera atau kutu air yang disaring, selama 5 ~ 7 hari. Selanjutnya benih diberi kutu air tanpa di saring. Setelah seminggu diberi kutu air, benih muali dicoba diberi cacing rambut. 3. Pembesaran Ikan Manvis Setelah benih memakan cacing rambut, perlu dilakukan penjarangan di aquarium yang lebih besar2) Pada 1,5 bulan dapat ditebar sebanyak + 1.000 ekor benih pada bak tembok berukuran (1,5 x 2) meter persegi dengan tinggi air 15 s.d. 20 cm. Selanjutnya penjarangan dilakukan 2 minggu sekali dengan membagi dua, sehingga tiap kolam diisi 100 ekor. Pada keadaan terbatas kepadatan lebih dari 100 ekor, asal ketinggian air ditambah serta diberi pompa udara. Pembersihan kotoran dilakukan setiap hari dengan menyiphon dan air sebagaimana semula. Kapasitas Produksi dan Penjualan Produk Pada Tiap Usaha Kapasitas produksi yang merupakan salah satu karakteristik yang membedakan antara satu usaha budidaya ikan hias air tawar dengan usaha serupa lainnya (Hadi, 2014). Kapasitas produksi erat kaitannya dengan sumberdaya yang dimiliki, komponen yang termasuk didalamnya yaitu jumlah hatchery beserta akuarium, blower, pkan, serta benih ikan hias air tawar yang dibudidayakan dan juga beberapa faktor terkait lainnya. Rata – rata kapasitas produksi untuk skala kecil yang dimiliki Rafa Farm adalah sekitar ±10 000 ekor benih ikan hias air tawar per siklus. Untuk skala menengah memiliki kapasitas produksi sebesar ± 50 000 ekor benih per siklus dan untuk skala besar memiliki kapasitas produksi sebesar ± 85 000 ekor per siklus Kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh Rafa Farm yaitu dengan menjual ikan hias kepada sesama supplier maupun eksportir. Selain itu Rafa Farm juga memasarkan melalui internet dengan memiliki alamat website www.ikanhiasbogor.com . Adapun pihak eksportir maupun supplier yang membeli ikan hias di tempat budidaya ikan hias Rafa Farm antara lain CV. Maju Aquarium, PT. Sunny Indopramita, dan juga PT. Qianhu Joe dan beberapa ada yang di jual ke luar Pulau Jawa. Kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh BlackGhost Farm yaitu dengan menjual ikan hias kepada sesama petani yang melakukan usaha pendederan ikan hias dan juga kepada supplier ikan hias.
HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Biaya Analisis struktur biaya terhadap usaha ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor, dilakukan untuk mengetahui skala usaha yang efisien di tiga usaha yang memiliki ukuran usaha yang berbeda-beda. Berdasarkan struktur biaya, informasi
32 ukuran usaha yang paling efisien dapat dilihat dari biaya per unit yang paling rendah. Sesuai dengan yang telah dijelaskan sebelumnya, ukuran usaha yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan jumlah akuarium usaha budidaya ikan hias air tawar. Berdasarkan analisis struktur biaya pada usaha budidaya ikan hias air tawar tersebut, dapat diketahui struktur dan besaran produksi, serta nilai titik impas. Nilai besaran biaya dan nilai titik impas dapat menjadi acuan mengenai tingkat skala usaha budidaya ikan hias air tawar yang paling efisien berdasarkan tingkat biaya dan harga yang berlaku. Biaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keuntungan dari suatu usaha. Analisis struktur biaya dalam penelitian ini berdasarkan perilaku biaya yakni biaya tetap dan variabel. Komponen-komponen biaya tersebut selanjutnya diuraikan secara terpisah. Struktur biaya usaha budidaya pembenihan ikan hias air tawar dilihat menurut biaya yang dikeluarkan rata-rata per ekor. Perhitungan biaya dalam penelitian ini adalah biaya produksi rata-rata per ekor dari setiap komoditas dalam satu tahun mulai dari pemijahan hingga siap dijual dalam benih ukuran M (1,5 cm-2 cm) untuk manvis dan benih ukuran 1” untuk black ghost (2 cm-2,5 cm). Periode produksi untuk ikan hias black ghost dan maanvis black and white selama ± 1,5 bulan. Ukuran usaha kecil yaitu Rafa Farm memiliki luas lahan sebesar 50 m2 dengan jumlah akuarium sebanyak 54 buah yang terdiri dari 44 persen digunakan untuk budidaya ikan hias black ghost dan 56 persen digunakan untuk budidaya ikan hias maanvis black and white. Selanjutnya Maya Farm memiliki lahan sebesar 180 m2 dengan jumlah akuarium sebanyak 155 buah dengan persentasi penggunaan akuarium untuk ikan hias black ghost sebesar 48 persen dan ikan hias maanvis black and white sebesar 52 persen. Dan usaha Yono Farm memiliki luas lahan sebesar 500 m2 dengan total akuarium sebanyak 320 buah dengan total penggunaan akuarium untuk ikan hias black ghost sebesar 47 persen dan ikan hias manfis black and white sebesar 53 persen. Struktur biaya pada penelitian ini terdiri dari perhitungan mengenai biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap dan biaya variabel perlu diketahui karena dapat memberikan gambaran terhadap alokasi biaya dan dapat membantu kontrol biaya yang akan dikeluarkan. Apabila diketahui terjadi pemborosan pada penggunaan salah satu atau beberapa komponen biaya variabel, maka perlu dilakukan pengurangan penggunaan komponen tersebut atau bahkan komponen tersebut tidak dipergunakan lagi. Begitu juga halnya pada biaya tetap, apabila komponen tersebut bisa dihilangkan atau dikurangi. Biaya tetap yang dikeluarkan terdiri dari biaya tenaga kerja, listrik, perawatan mesin, pajak kendaraan, pajak bumi dan bangunan dan juga biaya pembelian pulsa. Jumlah biaya tetap yang dikeluarkan tidak tergantung pada besar kecilnya volume produksi ikan hias yang dihasilkan. Berapapun jumlah benih ikan hias yang dihasilkan, pelaku usaha harus tetap membayar biaya tersebut. Namun, tidak semua biaya tetap dibayarkan secara tunai, tetapi diperhitungkan seperti perhitungan biaya penyusutan. Perhitungan penyusutan dilakukan dengan metode garis lurus (straight line method). Komponen penyusutan terdiri dari bangunan, akuarium, indukan ikan hias, peralatan yang digunakan dalam budidaya ikan hias, serta kendaraan yang digunakan untuk mengirim ikan hias. Komponen dan biaya penyusutan dapat dilihat pada Lampiran 2,3 dan 4 sedangkan komponen biaya tetap dapat dilihat
33 pada Tabel 6. Nominal Rupiah/Tahun pada tiap usaha dinyatkan dalam satuan ribu (-000). Tabel 6 Komponen biaya tetap ikan hias air tawar di tiga usaha Rafa Farm Uraian Tenaga Kerja Listrik Perawatan Mesin Pajak Kendaraan PBB Penyusutan Pulsa Total Biaya Tetap Total Biaya Tetap Blackghost Total Biaya Tetap Maanvis Total Biaya Tetap per Ekor Blackghost Total Biaya Tetap per Ekor Maanvis
Rp/ Th 12 000 3 600
Blackghost Farm Rp Rp/Ak % /Th 43 080 277 935 59.88 6 000 38 710 8.34
Rp/ Th 49 080 9 000
Yono Farm Rp/ Ak 153 375 28 125
50.40 9.24
3 750
1.23
Rp/Ak
%
222 222 66 667
42.67 12.80
2 400
44 444
8.53
2 400
15 484
3.34
350
6 481
1.24
350
2 258
0.49
350
1 094
0.36
300 5 873 3 600
5 556 108 767 66 667
1.07 20.88 12.80
350 17 363 2 400
2 258 112 020 15 484
0.49 24.13 3.34
400 34 947 2 400
1 250 109 211 7 500
0.41 35.89 2.46
28 123
520 804
100
71 943
464 149
100
97 377
304 304
100
12 374
229 154
34 532
222 791
45 767
143 023
15 749
291 650
37 410
241 357
51 610
161 281
Keterangan : Rafa Farm BlackGhost Farm Yono Farm
1 200
458
446
286
583
483
323
%
: 54 Akuarium : 155 Akuarium : 320 Akuarium
Penggunaan biaya tetap tertinggi terhadap total biaya tetap pada masingmasing usaha yaitu pada tenaga kerja (Tabel 6). Rafa Farm memiliki persentase penggunaan pada tenaga kerja terhadap total biaya tetap yaitu memiliki nilai sebesar 42.67 persen, Blackghost farm memiliki nilai persentase sebesar 59.88 persen dan Yono Farm memiliki nilai sebesar 50.40 persen. Biaya tenaga kerja terdiri dari biaya yang di keluarkan untuk tenaga kerja luar keluarga dan juga tenaga kerja pemilik usaha. Meskipun pemilik usaha juga melakukan tetap diperhitungkan biaya tenaga kerja untuk pemilik usaha. Besaran biaya yang diperhitungkan yaitu sebesar UMK Kabupaten Bogor yaitu sebesar Rp2 590 000. Blackghost Farm dan Yono Farm mengeluarkan biaya untuk tenaga kerja masingmasing sebesar Rp1 000 000/bulan untuk Blackghost Farm dan Rp1 500 000/bulan untuk Yono Farm. Komponen biaya terbesar kedua setelah tenaga kerja yaitu biaya penyusutan. Persentase biaya penyusutan terhadap total biaya tetap di tiga usaha yaitu 20.88 persen untuk Rafa Farm, 24.13 persen untuk Blackghost Farm, dan 35.89 persen untuk Yono Farm. Semakin besar ukuran suatu usaha persentase biaya penyusutan semakin besar. Hal ini karena semakin banyak peralatan yang digunakan dalam menjalankan usaha ikan hias air tawar. Komponen biaya tetap lainnya yaitu biaya listrik, perawatan mesin, pajak kendaraan, pajak PBB dan juga pembelian pulsa. Untuk biaya listrik jika dilihat dari biaya rupiah per akuarium (Rp/Ak) untuk Rafa Farm sebesar Rp66 667, Blackghost Farm sebesar Rp38 710 dan skala besar yaitu sebesar Rp28 125. Biaya listrik terbesar terdapat pada skala kecil dan biaya paling rendah terdapat pada
34 skala besar. Hal ini menunjukkan semakin besar skala usaha biaya yang dikeluarkan per akuarium akan semakin kecil. Untuk biaya perawatan mesin, di lihat dari biaya rupiah per akuarium (Rp/Ak) Rafa Farm memiliki nilai biaya sebesar Rp44 444, Blackghost Farm memiliki nilai biaya Rp15 484 dan Yono Farm memiliki nilai biaya sebesar Rp3 750. Dan persentasi untuk biaya perawatan mesin pada skala kecil yaitu 8.53 persen, Blackghost Farm sebesar 3.34 persen dan Yono Farm sebesar 1.23 persen. Dilihat dari nilai Rupiah/Akuarium (Rp/Ak) dan juga persentasi penggunaan biaya perawatan mesin terhadap biaya total, yang memiliki nilai terbesar yaitu Rafa Farm. Hal ini karena alat-alat yang digunakan merupakan alat-alat yang sudah lama, sehingga memerlukan biaya untuk perawatan mesin yang lebih tinggi di bandingkan dengan biaya pada usaha Blackghost Farm dan juga Yono Farm. Biaya yang paling efisien dari tiga usaha untuk biaya perawatan mesin yaitu Yono Farm. Meskipun Yono Farm lebih dahulu mendirikan usaha ikan hias air tawar yaitu pada tahun 2009 dari pada usaha Blackghost Farm yang berdiri pada tahun 2010, namun Yono Farm dalam menggunakan mesin atau peralatan untuk ikan hias lebih baik. Selain itu merek dari mesin atau peralatan yang digunakan juga mempengaruhi kualitas dari peralatan yang digunakan. Peralatan yang digunakan pada Yono Farm lebih bagus dari peralatan yang digunakan oleh Blackghost Farm sehingga memerlukan biaya perawatan mesin yng lebih sedikit jika di bandingkan dengan dua usaha lainnya. Biaya pajak kendaraan dilihat dari biaya Rupiah per Akuarium (Rp/AK) Rafa Farm memiliki nilai Rp6 481, Blackghost Farm Rp2 258 dan Yono Farn Rp1 094 serta memiliki nilai persentase biaya pajak kendaraan terhadap biaya tetap total untuk Rafa Farm sebesar 1.24 persen, Blackghost Farm sebesar 0.49 persen dan Yono Farm sebesar 0.36 persen. Dari nilai tersebut dapat diperoleh bahwa Yono Farm merupakan usaha yang paling efisien karena memiliki nilai yang lebih rendah dari kedua skala usaha lainnya. Untuk pajak PBB Rafa Farm memiliki nilai Rupiah/Akurium (Rp/Ak) sebesar Rp5 556, Blackghost Farm sebesar Rp2 258 dan Yono Farm Rp1 250 serta persentasi penggunaan biaya pajak PBB terhadap total biaya tetap untuk Rafa Farm sebesar 1.07 persen, Blackghost Farm sebesar 0.49 persen dan Yono Farm sebesar 0.41 persen. Dari kedua nilai tersebut skala besar memiliki nilai terendah diantara kedua skala usaha lainnya. Hal ini karena pembudidaya tersebut memiliki hatchery yang terpisah dengan rumah pribadi miliknya sehingga pembudidaya tersebut bisa mengoptimumkan biaya. Berbeda dengan kedua pembudidaya lainnya dimana hatchery terletak di samping rumahnya yang menyatu dengan rumah pribadi, sehingga untuk pembayaran PBB pun dijadikan satu. Kemudian penggunaan biaya dalam biaya tetap adalah biaya pembelian pulsa. Rafa Farm memiliki nilai persentasi sebesar 12.80 persen, Blackghost Farm sebesar 3.34 persen dan Yono Farm sebesar 2.46 persen. Dan untuk nilai Rupiah/Akuarium (Rp/Ak) untuk Rafa Farm yaitu Rp66 667, Blackghost Farm Rp15 484, dan Yono Farm sebesar Rp7 500. Dilihat dari nilai tersebut skala kecil memiliki nilai terbesar. Hal ini karena biaya pembelian pulsa digunakan untuk pulsa telepon dan juga pulsa internet. Karena usaha Rafa Farm dalam memasarkan ikan hias juga menggunakan media internet sehingga biaya pembelian pulsa lebih besar dari kedua pembudidaya lainnya.
35 Untuk mengetahui efisiensi dari biaya tetap dapat dilihat dari total biaya tetap rata – rata per ekor. Nilai dari biaya rata – rata per ekor untuk ikan hias black ghost yaitu Rp458 untuk Rafa Farm, Blackghost Farm sebesar Rp446, dan Yono Farm sebesar Rp286. Sedangkan untuk biaya tetap rata – rata per ekor untuk ikan maanvis yaitu Rp583 untuk Rafa Farm, Blackghost Farm sebesar Rp483 dan Yono Farm sebesar Rp323. Dari hasil tersebut menunjukkan semakin besar ukuran suatu usaha maka biaya rata-rata per ekor yang dikeluarkan semakin rendah. Biaya variabel yang dikeluarkan terdiri dari biaya pakan, pengemasan, bbm, dan juga obat-obatan. Jumlah biaya variabel yang dikeluarkan sangat tergantung besar kecilnya jumlah ikan hias air tawar yang di produksi. Komponen biaya variabel pada masing-masing ukuran usaha tidak jauh berbeda, yang membedakan hanyalah jumlah yang digunakan pada tiap usaha. Semakin banyak ikan hias air tawar yang diproduksi maka persentase biaya variabel terhadap biaya total semakin meningkat. Komponen biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 7. Nominal Rupih/Tahun pada tiap usaha dinyatkan dalam satuan ribu (-000). Berdasarkan Tabel 7 persentase komponen biaya variabel tertinggi pada Rafa Farm, Blackghost Farm dan Yono Farm berbeda-beda. Pada Rafa Farm dan Blackghost Farm penggunaan biaya variabel tertinggi terhadap total biaya variabel terdapat pada biaya pengemasan, sedangkan untuk Yono Farm penggunaan biaya tertinggi terhadap biaya total variabel terdapat pada terdapat pada biaya pakan. Tabel 7 Komponen biaya variabel ikan hias air tawar di tiga usaha Uraian Pakan Pengemasan BBM Obat - Obatan Total Biaya Variabel Total Biaya Variabel Blackghost Total Biaya Variabel Maanvis Biaya Variabel Rata – Rata per Ekor Blackghost Biaya Rata – Rata per Ekor Maanvis
Keterangan : Rafa Farm Maya Farm Yono Farm
Rp/ Th 7 680 8 952 8 406 900
Rafa Farm Rp/ Ak 142 222 165 778 155 667 16 667
25 938
480 333
29.61 34.51 32.41 3.47
Rp/ Th 9 660 12 720 11 412 1 980
Maya Farm Rp/ Ak 62 323 82 065 73 626 12 774
100
35 772
230 787
%
% 27.00 35.56 31.90 5.54 100
Rp/ Th 22 320 21 360 7 812 3 348
Yono Farm Rp/ Ak 69 750 66 750 24 413 10 463
54 840
171 375
% 40.70 38.95 14.25 6.11 100
25 774 11 412
211 347
17 170
110 778
14 525
268 987
18 601
120 009
80 546 29 065
90 829
423
222
161
538
240
182
: 54 Akuarium : 155 Akuarium : 320 Akuarium
Biaya Pakan jika di lihat dari Rupiah/Akuarium (Rp/Ak) untuk Rafa Farm sebesar Rp142 222, Blackghost Farm sebesar Rp62 323, dan Yono Farm sebesar Rp69 750. Sedangkan persentase penggunaan biaya pakan terhadap biaya total untuk Rafa Farm sebesar 29.61 persen, Blackghost Farm sebesar 27.00 persen, dan Yono Farm sebesar 40.70 persen. Jika di lihat dari persentase biaya pakan terhadap total biaya variabel di tiga usaha, Persentase terkecil terdapat pada usaha Blackghost Farm. Meskipun pakan yang digunakan Blackghost Farm dengan Rafa Farm adalah sama namun harga beli dari Rafa Farm dan Blackghost Farm
36 berbeda. Rafa Farm membeli pakan cacing sutera dengan harga Rp11 000 per kaleng dan cacing darah sebesar Rp22 000 per pack, sedangkan untuk usaha Blackghost Farm membeli pakan cacing sutera dengan harga Rp10 000 per kaleng dan cacing beku dengan harga Rp22 000 per pack, dan untuk kutu air dengan mencari sendiri. Yono Farm membeli pakan cacing sutera dengan harga Rp10 000 per kaleng, cacing darah dengan harga Rp20 000 per pack dan artemia di beli dengan harga Rp80 000 per kaleng. Biaya pembelian pakan di tiga usaha berbedabeda. Rafa Farm dan Blackghost Farm memberi pakan untuk ikan hias air tawar dengan menggunakan pakan cacing beku, cacing sutera, dan juga kutu air. Sedangkan untuk Yono Farm memberi pakan untuk ikan hias air tawar dengan menggunakan cacing beku, cacing sutera, kutu air, jentik nyamuk dan terkadang artemia. Komponen biaya variabel lainnya adalah biaya pengemasan. Biaya pengemasan Rupiah/Akuarium (Rp/Ak) pada tiga usaha yaitu Rp165 778 untuk Rafa Farm, Rp82 065 untuk Blackghost Farm, dan Rp66 750 untuk Yono Farm. Sedangkan persentase penggunaan biaya pengemasan terhadap total biaya variabel pad tiga usaha yaitu 34.51 persen, 35.56 persen, dan 38.95 persen. Jika di lihat dari persentase penggunaan biaya pengemasan, Rafa Farm memiliki persentasi terkecil hal ini karena produksi ikan hias yang di hasilkan lebih sedikit jika di bandingkan dengan Blackghost Farm dan juga Yono Farm. Ukuran usaha yang berbeda-beda di tiga usaha menyebabkan produksi yang berbeda-beda. Semakin besar ukuran suatu usaha pada ikan hias maka produksi yang dihasilkan pun semakin besar dan berpengaruh terhadap biaya pengemasan yang juga semakin meningkat. Biaya variabel lainnya adalah biaya pembelian bahan bakar minyak (bbm). Biaya pembelian bbm terdiri dari biaya pembelian bensin dan juga solar. Bensin digunakan untuk bahan bakar sepeda motor yang digunakan untuk mengirim ikan hias ke daerah yang dekat atau masih di dalam Kabupaten Bogor. Sedangkan biaya pembelian solar digunankan sebagai bahan bakar genset yang berfungsi sebagai listrik untuk menggerakkan peralatan yang dibutuhkan pada usaha ikan hias air tawar seperti blower dan pompa air apabila listrik mati. Jika di lihat dari biaya Rupiah/Akuarium (Rp/Ak), Rafa Farm memiliki biaya Rp155 667, Blackghost Farm mengeluarkan biaya sebesar Rp73 626, dan Yono Farm mengeluarkan biaya sebesar Rp24 413. Jika di lihat dari persentase penggunaan biaya bbm terhadap total biaya variabel, Rafa Farm memiliki persentase sebesar 32.41 persen, Blackghost Farm memiliki persentase sebesar 31.90 persen, dan Yono Farm sebesar 14.25 persen. Di lihat dari kedua nilai yaitu biaya Rupiah/Akuarium (Rp/Ak) dan juga persentase terhadap total biaya variabel Yono Farm memiliki nilai terkecil di bandingkan dengan kedua usaha lainnya. Hal ini di karenakan di daerah usaha Yono Farm jarang sekali mati listrik sehingga biaya untuk membeli solar bisa di tekan dan usaha ikan hias Yono Farm juga akses dapat di jangkau berbeda dengan kedua pembudidaya lainnya yaitu Rafa Farm dan juga Blackghost Farm yang di daerahnya sering mengalami mati listrik sehingga membutuhkan genset untuk menghidupi listrik dan juga lokasi usaha dari Blackghost Farm dan juga Rafa Farm yang sulit di jangkau sehingga membutuhkan penggunaan bensin yang tidak sedikit. Biaya obat-obatan yang merupakan komponen biaya variabel jika di lihat dari biaya Rupiah/Akuarium (Rp/Ak) pada tiga usaha berbeda. Rafa Farm
37 mengeluarkan biaya Rupiah/Akuarium (Rp/Ak) sebesar Rp16 667, Blackghost Farm sebesar Rp12 774, dan Yono Farm sebesar Rp10 463. Dan jika dilihat dari persentase penggunaan biaya obat-obatan terhadap total biaya variabel untuk Rafa Farm sebesar 3.47 persen, Blackghost Farm sebesar 5.54 persen, dan Yono Farm sebesar 6.11 persen. Dilihat dari kedua nilai tersebut biaya yang di keluarkan oleh Yono Farm lebih efisien dan jika di lihat dari persentase biaya Yono Farm memiliki nilai persentase tertinggi di bandingkan kedua usaha lainnya. Hal ini berarti Yono Farm menggunakan obat-obatan lebih banyak untuk mengurangi penyakit ikan hias yang akan berdampak pada hatching rate dan survival rate dari produksi ikan hias. Sedangkan nilai persentase terendah yaitu Rafa Farm hal ini berdampak pada hatching rate dan survival rate pada Rafa Farm lebih kecil yaitu sebesar 80 persen, berbeda dengan Blackghost Farm yaitu sebesar 85 persen dan Yono Farm sebesar 85 persen. Komponen biaya usaha budidaya ikan hias air tawar dapat dilihat pada Tabel 8, nominal Rupiah/Tahun pada tiap usaha dinyatakan dalam satuan ribu (-000). Tabel 8 Struktur biaya ikan hias air tawar di tiga usaha Skala Kecil (Rafa Farm) Rp/Ak 520 804
% 52.02
25 938
480 333
47.98
35 772
230 787
33.21
54 840
171 375
36.03
54 061
1 001 137
100
107 715
694 936
100
152 217
475 679
100
Uraian Rp/Th 28 123
Biaya Tetap Biaya Variabel Total Biaya Total Biaya (ekor)
Skala Menengah (BlackGhost Farm) Rp/Th Rp/Ak % 71 943 464 149 66.79
2 002
Keterangan : Rafa Farm Maya Farm Yono Farm
Skala Besar (Yono’s Farm) Rp/Th Rp/Ak 97 377 304 304
1 390
% 63.97
951
: 54 Akuarium : 155 Akuarium : 320 Akuarium
Berdasarkan uraian tersebut menunjukan dengan meningkatnya ukuran suatu usaha (Jumlah Akuarium) yang diimbangi dengan pengunaan akuarium yang optimal maka biaya per ekor yang dikeluarkan semakin menurun. Jika mengacu pada kurva amplop skala usaha (kurva LAC) maka bentuk kurva yang semakin menurun. Artinya semakin besar skala usaha pembenihan ikan hias air tawari maka semakin efisien. Bentuk kurva amplop skala usaha kasus di tempat penelitian dapat dilihat pada Gambar 12.
Biaya produksi
2500 2000
Rata - Rata Biaya Tetap per ekor (Rp)
2002
1500
1390
1000 500 0
951 458
446
423
222
286
161 Rafa Farm Blackghost Yono Farm Farm
Rata - Rata Biaya Variabel per ekor (Rp) Total Biaya Rata Rata per ekor (Rp)
Gambar 12 Kurva struktur biaya di tiga usaha
38 Analisis Penerimaan Analisis penerimaan dilakukan untuk mengetahui gambaran finansial usaha budidaya ikan hias air tawar, penerimaan para pembudidaya sangat ditentukan oleh harga dan jumlah produk yang dihasilkan. Penerimaan pada usaha di tempat penelitian diperoleh pembudidaya dari penjualan ikan hias air tawar, dengan perhitungan jumlah ikan hias air tawar yang dijual oleh pembudidaya ke supplier, eksportir atau dijual langsung ke konsumen akhir. Harga jual produk adalah harga yang berlaku (ditetapkan) pada saat penelitian, Untuk tiap pembudidaya menerapkan harga jual yang berbeda – beda. Skala kecil memberikan harga jual per ekor untuk benih ikan hias maanvis ukuran M sebesar Rp1000 dan untuk benih black ghost ukuran 1” dengan Harga Rp1100. Skala Menengah memberikan harga untuk benih black ghost dengan harga Rp800 ukuran 1” dan benih maanvis untuk ukuran M dengan harga Rp600. Sedangkan skala besar menerapkan harga jual untuk kmoditas blackghst ukuran 1” dengan harga Rp800 sedangkan benih maanvis ukuran M dengan harga Rp700. Perbadaan harga pada skala kecil yang lebih tinggi dari harga yang di tawarkan oleh skala menengah dan skala besar karena konsumen yang membeli ikan hias pada Rafa Farm mayoritas berasal dari luar daerah sehingga biaya yang di tawarkan sudah termasuk biaya untuk pengiriman. Komponen penerimaan usaha budidaya ikan hias air tawar dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Penerimaan usaha pembenihan ikan hias air tawar pada tiga usaha Usaha
Jumlah Akuarium (Unit)
Produksi /siklus (ekor)
Jumlah panen/siklus (ekor)
Penerimaan / Akuarium (Rupiah)
Total Penerimaan/tahun (Rupiah)
Rafa Farm Blackghost Farm
54 155
12 300 38 000
7 872 30 780
1 211 733 1 103 690
65 433 600 171 072 000
Yono Farm
320
61 000
55 053
1 044 644
334 286 000
Keterangan : Penerimaan / tahun : Hasil jumlah panen dikalikan dengan siklus produksi dalam
satu tahun
Berdasarkan data diatas dapat dilihat produktivitas dari tiga usaha ikan hias air tawar yang berada di lokasi penelitian, tiap usaha memiliki hasil jumlah output yang berbeda pada masing-masing usahanya. Hasil tersebut didapat dari jumlah telur yang dihasilkan dari indukan betina ikan hias dikurangi dengan persentasi Hatching Rate (HR) kemudian hasilnya dikalikan kembali dengan persentasi Survival rate (SR) selama masa budidaya. Persentasi HR adalah jumlah telur ikan hias yang dapat hidup menjadi larva, sedangkan persentasi SR adalah jumlah larva yang tetap hidup hingga menjadi benih ikan hias atau hingga mencapai proses panen. Total penerimaan pertahun diperoleh dari perhitungan jumlah siklus produksi dalam satu tahun dikali dengan jumlah output untuk tiap komoditi yang didapat selama proses produksi, dan kemudian dikali dengan harga jual pada tiap komoditinya. Sedangkan penerimaan akuarium per tahun diperoleh dari total penerimaan per tahun di bagi dengan jumlah akuarium yang dimiliki oleh usaha tersebut. Siklus produksi / tahun pada tiga usaha sama yaitu memiliki siklus sebanyak 8 kali dalam satu tahun baik untuk ikan hias black ghost dan juga ikan hias maanvis. Untuk lebih jelas tentang penerimaan usaha budidaya ikan hias air tawar dapat di lihat pada lampiran 5,6 dan 7. Dari Tabel 9 dapat di jelaskan
39 bahwa semakin besar ukuran usaha penerimaan per tahun per akuarium semakin kecil meskipun total penerimaan per tahun meningkat jika ukuran usahanya meningkat. Rafa Farm memiliki penerimaan per akuarium per tahun sebesar Rp1 211 733, Blackghost Farm memilii penerimaan per akuarium per tahun sebesar Rp1 103 690, dan Yono Farm sebesar Rp1 044 644. Dapat disimpulkan dari analisis penerimaan adalah usaha Rafa Farm lebih menguntungkan. Pada setiap pembudidaya dalam membudidayakan ikan hias black ghost dan juga maanvis black and white memiliki persentasi penggunaan jumlah akuarium yang berbeda – beda dalam setiap komoditas. Adapun penjelasan besaran persentasi penggunaan akuarium dari tiap komoditi yang dibudidayakan dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Penggunaan akuarium dan penerimaan per komoditi pada tiga usaha Usaha
Jumlah Akuarium (Unit)
Rafa Farm
54
Blackghost Farm
155
Yono Farm
320
Komoditi Black ghost Maanvis BW Black ghost Maanvis BW Black ghost Maanvis BW
penggunaan Akuarium 24 30 75 80 150 170
Penerimaan per Komoditi per Akuarium per tahun (Rp) 1 126 400 1 280 000 1 244 160 972 000 1 386 240 743 235
Total Penerimaan per Komoditi per Tahun (Rp) 27 033 600 38 400 000 93 31 2000 77 760 000 207 936 000 126 350 000
Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat penggunaan akuarium untuk komoditas black ghost dan maanvis berbeda-beda. Rafa Farm menggunakan akuarium sebanyak 24 unit untuk ikan hias black ghost dan 30 akuarium untuk ikan hias maanvis. Sehinnga penerimaan yang diperoleh Rafa Farm untuk ikan hias hias black ghost per akuarium selama saatu tahun sebesar Rp1 126 400 dan untuk ikan hias maanvis sebesar Rp1 280 000. Dari hasil tersebut maka komoditas yang menguntungkan untuk Rafa Farm adalah ikan hias maanvis. Blackghost Farm menggunakan akuarium untuk ikan hias black ghost sebesar 75 unit dan ikan hias maanvis sebesar 80 unit. Sehingga penerimaan yang diperoleh usaha Blackghost Farm per akuarium per tahun untuk komoditas black ghost adalah sebesar Rp1 244 160 dan untuk ikan hias maanvis sebesar Rp972 000. Meskipun dilihat dari penggunaan akuarium terbanyak digunaakan untuk ikan hias maanvis namun penerimaan yang paling besar per akuarium terdapat pada komoditas black ghost. Selanjutnya adalah usaha Yono Farm. Yono Farm menggunakan akuarium untuk komoditas black ghost sebesar 150 unit dan untuk ikan hias maanvis sebanyak 170 unit. Sehingga penerimaan yang diperoleh Yono Farm per akuarium per tahun untuk komoditas black ghost sebesar Rp1 386 240 dan untuk ikan hias maanvis sebesar Rp743 235. Penerimaan terbesar pada usaha Yono Farm di peroleh dari ikan hias black ghost.
Analisis Pendapatan Analisis pendapatan dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan yang dilakukan saat ini berhasil atau tidak. Pendapatan merupakan balas jasa terhadap faktor produksi yang digunakan dalam menjalankan suatu usaha. Pendapatan merupakan selisih dari total penerimaan usaha dengan total pengeluaran usaha.
40 Komponen penerimaan berasal dari penerimaan tunai yaitu hasil penjualan ikan hias air tawar selama satu tahun. Komponen biaya dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Komponen yang termasuk biaya tetap adalah biaya tenaga kerja, biaya listrik, biaya perawatan mesin, biaya pajak kendaraan, biaya PBB, dan juga biaya pembelian pulsa. Sedangkan biaya variabel terdiri dari biaya pakan, biaya pengemasan, biaya pembelian bbm, dan juga biaya pembelian obat-obatan. Analisis pendapatan usaha pembenihan ikan hias air tawar dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Analisis pendapatan pembenihan ikan hias air tawar per akuarium dalam satu tahun Uraian Penerimaan (Rupiah)
Rafa Farm
Blackghost Farm
Yono Farm
1 211 733
1 103 690
1 044 644
Total Biaya Tetap (Rupiah)
520 804
464 149
304 304
Total Biaya Variabel (Rupiah)
480 333
230 787
171 375
Total Biaya (Rupiah)
1 001 137
694 936
475 679
Net Income (Rupiah)
210 596
408 754
568 964
R/C atas biaya Total
1.2
1.6
2.2
Dari Tabel 11 dapat di jelaskan bahwa penerimaan yang di peroleh oleh Rafa Farm per akuarium selama satu tahun sebesar Rp1 211 733, Blackghost Farm sebesar Rp1 103 690, dan Yono Farm sebesar Rp1 044 644. Total biaya tetap per akuarium per tahun untuk Rafa Farm sebesar Rp520 804, Blackghost Farm sebesar Rp464 149 dan Yono Farm sebesar Rp304 304. Total biaya variabel untuk Rafa Farm per akuarium per tahun sebesar Rp480 333, Blackghost Farm sebesar Rp230 787 dan Yono Farm sebesar Rp171 375. Sehingga Total Biaya untuk tiga usaha per akuarium selama satu tahun yaitu Rp1 001 137 untuk Rafa Farm, Rp694 936 untuk Blackghost Farm dan Rp475 679 untuk Yono Farm. Total biaya diperoleh dari penjumlahan biaya tetap dengan biaya variabel. Pendapatan bersih (Net Income) diperoleh dari pengurangan Penerimaan suatu usaha terhadap total biaya. Pendapatan bersih suatu usaha (net farm income) digunakan untuk mengukur imbalan yang diperoleh dari faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan, dan modal yang digunakan. Oleh sebab itu, pendapatan bersih merupakan ukuran keuntungan suatu usaha. Dari Tabel 10 menunjukkan pendapatan bersih per akuarium untuk Rafa Farm sebesar Rp210 596, Blackghost Farm sebesar Rp408 754 dan Yono Farm sebesar Rp568 964. Selanjutnya adalah analisis imbangan penerimaan dengan biaya usaha. R/C ratio menunjukan bahwa setaip rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar nilai R/C rationya. Nilai R/C atas biaya total pada tiap usaha yaitu untuk Rafa Farm memiliki nilai R/C sebesar 1.2 yang memiliki arti setiap Rp1 000 000 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp1 200 000. Blackghost Farm memiliki nilai R/C sebesar 1.6 yang memiliki arti setiap Rp1 000 000 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp1 600 000, dan untuk usaha Yono Far memiliki R/C sebesar 2.2 yang artinya setiap Rp1 000 000 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp2 200 000. Dari nilai R/C dapat
41 disimpulkan bahwa Yono Farm adalah usaha yang paling menguntungkan karena memiliki nilai R/C tertinggi dari kedua usaha pembenihan ikan hias air tawar lainnya.
Analisis Titik Impas (Break Even Poin) Impas atau break even merupakan keadaan suatu usaha dimana jumlah penerimaan sama dengan biaya (laba sama dengan nol). Perhitungan titik impas digunakan untuk mengetahui pada volume produksi berapa usaha ikan hias air tawar tidak memperoleh untung ataupun tidak mengalami kerugian. Untuk mengetahui nilai impas diperoleh dari hasil perhitungan dengan mencari BEP Rupiah. Dari perhitungan BEP menunjukkan bahwa ketiga usaha memiliki nilai BEP Rupiah yang positif, dan juga nilai produksi per tahun sudah melebihi dari nilai BEP Ekor di tiga usaha pembenihan ikan hias air tawar. Nilai pendapatan per tahun yang harus dicapai oleh masing-masing usaha agar berada pada posisi impas yaitu Rafa Farm untuk ikan hias black ghost sebesar Rp21 415 053 atau 18 270 ekor benih dan untuk maanvis sebesar Rp25 330 808 atau 34 087 ekor benih, Blackghost Farm untuk ikan hias black ghost sebesar Rp42 320 101 atau 59 699 ekor benih dan maanvis sebesar Rp49 173 492 atau 103 923 ekor benih, dan Yono Farm untuk ikan hias black ghost sebesar Rp52 243 204 atau 71 634 ekor benih dan ikan hias maanvis sebesar Rp67 029 236 atau 99 567 ekor benih (Tabel 12). Tabel 12 Perhitungan nilai titik impas pada tiga usaha Uraian Rafa Farm (54 AKuarium) Total Biaya Tetap (Rp) Biaya Variabel per ekor Harga Jual per ekor Penerimaan per Tahun (Rp) Produksi per Tahun (Ekor) BEP (Ekor) BEP (Rp) Blackghost Farm (155 Akuarium) Total Biaya Tetap (Rp) Biaya Variabel per unit Harga jual per ekor Penerimaan per Tahun (Rp) Produksi per Tahun (Ekor) BEP (Ekor) BEP (Rp) Yono Farm (320 Akuarium) Total Biaya Tetap (Rp) Biaya Variabel per ekor Harga jual per ekor Penerimaan per Tahun (Rp) Produksi per Tahun (Ekor) BEP (Ekor) BEP (Rp)
Black ghost
Maanvis Black and White
12 374 303 423 1100 27 033 600 24 576 18 270 21 415 053
15 749 680 538 1000 38 400 000 38 400 34 087 25 308 808
34 532 680 222 800 93 312 000 116 640 59 699 42 320 101
37 410 403 240 600 77 600 000 129 600 103 923 49 173 492
45 767 375 161 800 207 936 000 259 920 71 634 52 243 204
51 610 018 182 700 126 350 000 180 500 99 567 67 029 236
42 Ketiga usaha pembenihan ikan hias air tawar tersebut telah untung dalam menjalankan usaha budidaya ikan hias air tawar. Dapat dilihat semakin besar ukuran usaha memiliki total biaya tetap yang semakin besar seiring dengan semakin besarnya skala usaha, hal tersebut dikarenakan sarana dan prasarana produksi budidaya perikanan termasuk dalam komponen yang dihitung dalam biaya penyusutan, akan tetapi pada tiap usaha terlihat semakin besar skala usaha akan semakin mampu untuk menutupi total biaya dalam usahanya, hal tersebut tercermin dari total penerimaan per tahun yang mampu dicapai oleh tiap usaha, dapat terlihat dari jumlah penerimaan aktual yang semakin jauh dari nilai BEP Rupiah, sehingga tiap pembudidaya mampu terhindar dari kerugian dalam menjalankan usahanya.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisis struktur biaya usaha pembenihan ikan hias air tawar studi kasus pada tiga pembudidaya di kabupaten Bogor adalah sebagai berikut: 1. Keberagaman sumberdaya pada usaha budidaya ikan hias air tawar di Kabupaten Bogor sangat tinggi, mulai dari terdapatnya dua subsistem usaha dalam membudidayakan ikan hias yaitu subsistem pembenihan dan juga pendederan. Selain itu pada tiap usaha memiliki perbedaan pada jenis ikan yang dibudidayakan, pakan yang digunakan, dan juga kepemilikan modal usaha untuk membeli akuarium, lahan, dan hatchery serta alat-alat perikanan budidaya. Pembagian ukuran usaha dapat dilihat dari jumlah kepemilikan akuarium, karena dapat memberikan proyeksi biaya-biaya yang dikeluarkan dan juga mampu memberikan informasi mengenai kemampuan pembudidaya untuk melakukan usaha tersebut dengan sejumlah besaran output yang dapat dihasilkan untuk mencari keuntungan. Di lokasi penelitian usaha Rafa Farm merupakan skala kecil dengan kepemilikan 54 unit akuarium, usaha BlackGhost Farm merupakan skala menengah dengan kepemilikan 155 unit akuarium, dan usaha Yono Farm merupakan skala besar dengan kepemilikan 320 akuarium. 2. Berdasarkan analisis struktur biaya rata-rata usaha ikan hias air tawar, dapat disimpulkan, bahwa semakin besar ukuran usaha maka akan menghasilkan struktur biaya yang lebih efisien. Hal tersebut terjadi pada skala usaha besar (Yono Farm), dikarenakan dari penambahan input produksi akan mengakibatkan biaya produksi rata-rata per akuarium menjadi lebih rendah (economies of scale). 3. Berdasarkan analisis efisiensi menggunakan R/C ratio penerimaan total atas biaya total, masing-masing usaha memiliki nilai R/C yang meningkat. Rasio antara penerimaan rata-rata pertahun dan total biaya rata-rata pertahun pada tiap usaha memiliki nilai yang cenderung meningkat, sehingga menghasilkan Nilai R/C atas biaya total pada usaha Rafa Farm sebesar 1.2, 1.6 untuk usaha BlackGhost Farm dan 2.2 untuk usaha Yono Farm. Kondisi tiap usaha telah
43
4.
berada pada keadaan perusahaan yang memperoleh laba, karena penerimaan yang diperoleh lebih besar dari biaya produksi yang dikeluarkan, selain itu dapat disimpulkan semakin besar skala usaha akan menjadi lebih efisien, hal tersebut ditandai dengan nilai R/C yang semakin besar pada peningkatan ukuran usaha. Berdasarkan analisis titik impas, semakin besar ukuran usaha penerimaan pertahun per akuarium yang diperoleh semakin kecil. Namun pada tiap usaha terlihat semakin besar skala usaha akan semakin mampu untuk menutupi total biaya dalam usahanya, hal tersebut tercermin dari total penerimaan per tahun yang mampu dicapai oleh tiap usaha, dapat terlihat dari jumlah penerimaan aktual yang semakin jauh dari nilai BEP Rupiah, sehingga tiap pembudidaya mampu terhindar dari kerugian dalam menjalankan usahanya.
Saran Dari kesimpulan yang diperoleh pada penelitian ini maka disarankan: 1. Teknik budidaya yang baik dalam usaha pembenihan ikan hias air tawar sangat penting. Karena akan mempengaruhi jumlah telur yang akan di hasilkan oleh induk ikan hias dan juga berpengaruh terhadap hatching rate dan juga survival rate dari benih ikan hias. Semakin baik dalam melakukan budidaya ikan hias akan mempengaruhi jumlah produksi ikan hias yang nanti akan mempengaruhi kepada penerimaan penjualan. 2. Penelitian ini menggunakan metode kasus sehingga kesimpulan yang dihasilkan belum mampu mewakili usaha pembenihan ikan hias air tawar secara keseluruhan di kabupaten bogor, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisis efisiensi usaha pembenihan ikan hias air tawar dengan menggunakan metode lain seperti analisis regresi menggunakan cobdouglas.
DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Perkembangan Ikan Hias Indonesia. Jakarta : Badan Pusat Statistik. [KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2014. Nilai Perdagangan Produk Perikanan Nonkonsumsi. Jakarta : Kementrian Kelautan dan Perikanan. Bantani AT. 2004. Analisis Struktur Biaya dan Pendapatan Usaha Pemotongan Ayam Tradisional di Kelurahan Kebon Pedes Bogor Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Ilmu – Ilmu Sosial Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor Damayanti D. 2011. Analisis Struktur Biaya Usaha Budidaya Anggrek di Taman Anggrek Ragunan [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2014. Perkembangan Produksi Ikan Hias. Bogor : Dinas Peternakan dan Perikanan
44 Hadi PA. 2014. Struktur Biaya Budidaya Ikan Hias Air Tawar Studi Kasus Pada Tiga Usaha Di Kab. Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor Hermanto F. 1989. Ilmu Usahatani. Jakarta : Penebar Swadaya Jumingan. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Surakarta: Bumi Aksara Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. 2013. Warta Ekspor. Ditjen PEN/MJL/004/5/2013. Jakarta Komar YD. 2014. Ikan Hias Sebagai Komoditas Unggulan [Internet]. Kementrian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. [diunduh 2014 Mar 12] Tersedia pada: http://www.kkp.go.id/ikanhias/index.php/news/c/98/Ikan-Hias-SebagaiKomoditas-Unggulan-Baru/?category_id=1 Komar YD. 2014. Keindahan dan Keunikan Ikan Hias. Kementrian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. [diunduh 2014 Mar 12] Tersedia pada: http://www.kkp.go.id/ikanhias/index.php/news/c/35/Keindahan-danKeunikan-Ikan-Hias/?category_id=1 Komar YD. 2014. Mendongkrak Devisa Negara Melalui Ikan Hias [Internet]. Kementrian dan Kelautan. Jakarta. [diunduh 2014 Mar 12] Tersedia pada: http://www.kkp.go.id/ikanhias/index.php/news/c/47/MendongkrakDevisa-Negara-Melalui-Ekspor-Ikan-Hias/?category_id=1 Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi. Institut Pertanian Bogor Nazir M. 2005. Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia. Bogor Nicholson. 1991. Teori Mikroekonomi. Binarupa Aksara. Jakarta Rahayu W. 2011. Analisis Pendapatan Usaha Pembesaran Ikan Nila Merah (Oreochromis sp) Pada Kolam Air Deras di Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten. Jurnal Ilmu – Ilmu Pertanian. 7(1):1-13 Rahim A. 2000. Ekonomi Pertanian Pengantar Teori dan Kasus. Penebar Swadaya. Jakarta Sari IP. 2010. Pengaruh Struktur Biaya Terhadap Penangkapan Ikan dengan Cantrang di PPI Blanakan Kabupaten Subang Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Jurusan Sosila Ekonomi Ilmu Peternakan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor Soekartawi et al. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta : UI Press Stani, 2009. Analisis Struktur Biaya Usaha Ternak Kambing Perah (Kasus : Tiga Skala Pengusahaan di Kabupaten Bogor) [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor Sukirno S. 2005. Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada Umaidi. 2013. Analisis Kelayakan Ikan Maanvis (Pterophyllum scalarae) di Vizan Farm Kecamatan Bojongsari Kota Depok [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor Victor B. 2013. Analisis Kelayakan Usaha Ikan Hias Cardinal Tetra (Paracheirodon axelrodii) di Kirana Fish Farm Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Departemen AGribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor Warindrani AK.2006. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta : Graha Ilmu
45 Wisnantara et al. 2006. Analisis Kelayakan Bisnis Usaha Pembudidayaan Ikan Koki Pada Lahan Terbatas di Jakarta. JMPI. 1(2):13-22. Zelvina O. 2009. Analisis Pendapatan Usaha Pembenihan dan Pemasaran Benih Ikan Patin di Desa Tegal Waru Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor
46
LAMPIRAN Lampiran 1 Perkembangan produksi ikan hias air tawar per komoditas di Kabupaten Bogor 2011 - 2013 (1000 Ekor) Komoditas Corydoras Cupang Koi
2011
2012
Pertumbuhan (%)
2013
Pertumbuhan (%)
Rata - Rata
9 750
11 649
19.48
11 649
0
11 016
12 506
14 941
19.48
14 941
0
14 129
500
1 869
273.78
4 569
144.43
2 313
10 585
1 863
-82.40
4 463
139.57
5 637
Barbus
1 565
6 441
311.64
7 441
15.53
5 149
Rochet
994
7 850
689.82
8 650
10.19
5 831
Tetra
9 561
4 314
-54.88
7 503
73.93
7 126
Plati Coral
1 559
8 313
433.13
8 313
0
6 061
Kar Tetra
7 099
1 187
-83.27
3 087
160.01
3 791
Neon Tetra
8 650
6 028
-30.31
9 028
49.76
7 902
Plati Pedang
8 095
10 335
27.67
10 335
0
9 588
Rainbow
6 816
9 672
41.91
9 672
0
8 720
Boster
5 390
8 144
51.08
8 744
7.37
7 426
Blue Eye
5 856
8 842
50.98
8 842
0
7 846
Black Ghost
5 046
6 997
38.67
6 997
0
6 346
Red Nouse
7 400
6 499
-12.18
6 499
0
6 799
Silver Dollar
6 570
1 303
-80.17
3 303
153.50
3 725
Oscar
12 617
8 481
-32.78
9 481
11.79
10 193
Discus
10 451
5 974
-42.84
8 947
49.76
8 457
2 095
384
-81.68
3 614
841.36
2 031
321
12 486
3786.24
14 586
16.82
9 131
Platis
1 091
15 074
1282.29
15 074
0
10 413
Manvis
6 957
11 423
64.19
11 423
0
9 935
Gupi
1 440
12 648
778.58
13 648
7.91
9 245
Lain - Lain
5 205
6 219
19.48
10 219
64.32
7 214
148 118
188 937
Mas Koki
Kongo Neon Ctenopoma
Total
221 029
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2014
186 028
47 Lampiran 2 Komponen biaya penyusutan Rafa Farm Alat Investasi Bangunan Tanah Akuarium benih Indukan Manfish Black and White Indukan Black Ghost Rak Besi Akuarium Blower penampungan air Tabung oksigen Sumber Air (Sumur) Instalasi listrik Pompa Air (Sumur) Pompa Air (Tandon) Accessories Aerasi Serokan Ember Baskom Centong Senter Sepeda Motor Genset Pipa (blower) Pipa (pompa) Pipa penyambung L Selang Air Pipa T Sterofoam Handphone Total
Satuan unit m2 unit ekor ekor lubang unit unit unit titik unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit meter unit unit unit
Jumlah 1 50 54 30 30 30 1 1 2 1 1 1 2 54 3 2 3 4 1 1 1 4 4 6 20 4 54 1
Harga Satuan 20 000 000 500 000 130 000 20 000 40 000 500 000 800 000 300 000 1 200 000 3 000 000 2 000 000 350 000 350 000 10 000 20 000 10 000 7 000 3 000 50 000 7 000 000 4 000 000 12 500 15 000 2 500 10 000 3 000 4 000 1 600 000
Total 20 000 000 25 000 000 7 020 000 600 000 1 200 000 15 000 000 800 000 300 000 2 400 000 3 000 000 2 000 000 350 000 700 000 540 000 60 000 20 000 21 000 12 000 50 000 7 000 000 4 000 000 50 000 60 000 15 000 200 000 12 000 216 000 1 600 000 92 226 000
Umur Ekonomis 25 0 8 3 3 5 8 0 8 0 0 5 5 5 2 2 2 3 3 10 8 3 3 5 3 3 1 3
Nilai Sisa
Penyusutan
7 500 000
500 000
0 40 000 200 000 5 000 000 500 000 0 150 000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 000 000 1 000 000 0 0 0 0 0 0 500 000
877 500 186 667 333 333 2 000 000 37 500 281 250
70 000 140 000 108 000 30 000 10 000 10 500 4 000 16 667 200 000 375 000 16 667 20 000 3 000 66 667 4 000 216 000 366 667 5 873 417
Keterangan sesuai harga berlaku tahun 2014 1 x 0,5 x 0,35 m (ketebalan 5 mm) Indukan Jantan 5 dan indukan betina 5 Indukan Jantan 25 ekor indukan betina 15 ekor Resun, 180 Watt 4mx2mx2m tabung oksigen 6 m3
Shimizu, 125 Watt Sanyo, 125 Watt dan Panasonic, 125 Watt Pemberat aerasi, Busa filter, selang aerasi Ukuran besar Kawat dan jaring Ember kecil Kecil
Honda Tahun 2010 1/2 inch 3/4 inch Ukuran 1/2 inch 100 cm x 50 cm ketebalan 2 cm samsung galaxy fame
48 Lampiran 3 Komponen biaya penyusutan Blackghost Farm Alat Investasi Bangunan Tanah Akuarium benih Indukan Black Ghost Indukan Angel Fish Black and White Rak Kayu Rak Besi Blower penampungan air Tabung oksigen Sumber Air (Sumur) Instalasi listrik Pompa Air (Sumur) Pompa Air (Tandon) Accessories Aerasi Serokan Ember Baskom Centong Senter Sepeda Motor Genset Pipa (blower) Pipa (pompa) Pipa penyambung L Selang Air Pipa T Sterofoam Handphone Total
Satuan
Jumlah
Harga Satuan
unit m2 unit ekor ekor lubang lubang unit unit unit titik unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit meter unit unit unit
1 180 155 100 80 75 80 2 2 2 1 1 1 1 155 3 2 4 2 1 1 1 8 5 5 20 5 155 1
30 000 000 500 000 130 000 35 000 30 000 90 000 500 000 800 000 30 000 1 000 000 3 000 000 2 000 000 400 000 350 000 15 000 20 000 10 000 7 000 3 000 50 000 7 000 000 1 400 000 12 500 15 000 2 500 10 000 3 000 4 000 1 375 000
Total 30 000 000 90 000 000 20 150 000 3 500 000 2 400 000 6 750 000 40 000 000 1 600 000 60 000 2 000 000 3 000 000 2 000 000 400 000 350 000 2 325 000 60 000 20 000 28 000 6 000 50 000 7 000 000 1 400 000 100 000 75 000 12 500 200 000 15 000 620 000 1 375 000 215 496 500
Umur Ekonomis 25 0 8 3 2 4 5 8 3 8 0 0 5 5 5 2 2 2 3 3 10 8 3 3 5 3 3 1 3
Nilai Sisa
Penyusutan
15 000 000
600 000
0 500 000 40 000 0 0 500 000 0 100 000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 000 000 1 000 000 0 0 0 0 0 0 500 000
2 518 750 1 000 000 1 180 000 1 687 500 8 000 000 137 500 20 000 237 500
80 000 70 000 465 000 30 000 10 000 14 000 2 000 16 667 200 000 50 000 33 333 25 000 2 500 66 667 5 000 620 000 291 667 17 363 083
Keterangan sesuai harga berlaku tahun 2014 1 x 0,5 x 0,35 m (ketebalan 5 mm) Indukan jantan 50 ekor dan indukan betina 50 ekor Indukan jantan 5 ekor indukan betina 5 ekor Akuarium telur ikan (larva) dan Akuarium Benih Akuarium Indukan dan Akuarium Benih Resun, 180 Watt Tabung Oksigen
Sanyo, 125 Watt Sanyo, 125 Watt Pemberat aerasi, Busa filter, selang aerasi
Honda Tahun 2010 Sumura 1/2 inch 3/4 inch Ukuran 1/2 inch 100 cm x 50 cm ketebalan 2 cm Nokia Lumia 530
49 Lampiran 4 Komponen biaya penyusutan Yono Farm Alat Investasi
Satuan
Bangunan
unit
Tanah Akuarium benih Indukan Black Ghost Induk Manfish Black and White Rak Besi
m2 unit ekor ekor lubang
Blower
unit
penampungan air
unit
Tabung oksigen Sumber Air (Sumur) Instalasi listrik Pompa Air (Sumur) Pompa Air (Tandon) Accessories Aerasi Serokan Ember Baskom Besar Centong Senter Sepeda Motor Genset Pipa (blower) Pipa (pompa) Pipa penyambung L Selang Air Pipa T Handphone Total
unit titik unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit meter unit unit
Total
Umur Ekonomis
Jumlah
Harga Satuan
1
50 000 000
50 000 000
25
500 320 200 100 320 1 1 1 1 2 1 1 1 2 3 320 2 2 2 2 1 1 1 10 10 4 20 2 1
500 000 130 000 35 000 30 000 500 000 4 000 000 600 000 600 000 300 000 300 000 1 000 000 3 000 000 2 000 000 400 000 350 000 15 000 20 000 10 000 15 000 5 000 50 000 13 000 000 1 400 000 12 500 15 000 2 500 10 000 3 000 4 500 000
250 000 000 41 600 000 7 000 000 3 000 000 160 000 000 4 000 000 600 000 600 000 300 000 600 000 1 000 000 3 000 000 2 000 000 800 000 1 050 000 4 800 000 40 000 20 000 30 000 10 000 50 000 13 000 000 1 400 000 125 000 150 000 10 000 200 000 6 000 4 500 000 549 891 000
0 10 3 3 7 10 10 10
8 0 0 5 5 5 2 2 2 3 3 10 8 3 3 5 3 3 3
Nilai Sisa 25 000 000
250 000 200 000 0 1 000 000 100 000 100 000 0 150 000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 000 000 1 000 000 0 0 0 0 0 2 000 000
Penyusutan
Keterangan
1 000 000 4 160 000 2 250 000 933 333 22 857 143 300 000 50 000 50 000
106 250
160 000 210 000 960 000 20 000 10 000 15 000 3 333 16 667 800 000 50 000 41 667 50 000 2 000 66 667 2 000 833 333 34 947 393
sesuai harga berlaku tahun 2014 1 m x 0,5 m x 0,35 m (ketebalan 5 mm) Indukan Jantan 15 ekor dan indukan betina 15 ekor Indukan Jantan 80 ekor dan indukan betina 70 ekor Hitachi, 200 watt Hair blue Resun, 120 watt Hair blue Sonic, 40 watt 2 m x 1,5 m x 1,5 m 2,5 m x 2,5 m x 3 m Tabung Oksigen Besar
jetpump dan sanwi, 250 watt Panasonic, 125 watt Pemberat aerasi, Busa filter, selang aerasi
Yamaha tahun 2012 Asahi, 300 watt 1/2 inch 3/4 inch Ukuran 1/2 inch Blackberry Q10
50 Lampiran 5 Penerimaan penjualan ikan hias di Rafa Farm dalam satu tahun No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jenis Ikan Hias Jumlah Telur per pasangan (ekor) Hatching Rate (%) Benih Menetas per pasangan (ekor) Survival Rate (%) Benih Panen per pasangan (ekor) Jumlah pasangan Indukan (pasang) Siklus Per tahun (kali) Total Produksi per Tahun (ekor) Harga Jual per ekor (Rp) Penerimaan (Rp) Total Penerimaan
Black Ghost
Manfish Black and White 300 80 240 80 192 16 8 24576 1100 27 033 600
500 80 400 80 320 15 8 38400 1000 38 400 000 65 433 600
51 Lampiran 6 Penerimaan penjualan ikan hias di Blackghost Farm dalam satu tahun No 1 2 3 4 5 6 9 10 11 12
Jenis Ikan Hias Jumlah Telur per pasangan (ekor) Hatching Rate (%) Benih Menetas per pasangan (ekor) Survival Rate (%) Benih Menetas per pasangan (ekor) Jumlah pasangan Indukan (pasang) Siklus Per tahun (kali) Total Produksi per Tahun (ekor) Harga Jual per ekor (Rp) Penerimaan (Rp) Total Penerimaan
Black Ghost 300 85 255 85 217 60 8 104040 800 83 232 000
Manfish Black and White 500 85 425 85 361 40 8 115600 600 69 360 000 152 592 000
52 Lampiran 7 Penerimaan penjualan ikan hias di Yono Farm dalam satu tahun No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jenis Ikan Hias Jumlah Telur per pasangan (ekor) Hatching Rate (%) Benih Menetas per pasangan (ekor) Survival Rate (%) Benih Menetas per pasangan (ekor) Jumlah pasangan Indukan (pasang) Siklus Per tahun (kali) Total Produksi per Tahun (ekor) Harga Jual per ekor (Rp) Penerimaan (Rp) Total Penerimaan
Black Ghost 300 95 285 95 271 120 8 25 9920 800 207 936 000
Manfish Black and White 500 95 475 95 451 50 8 180 500 700 126 350 000 334 286 000
53
RIWAYAT HIDUP
Lina Nurlina dilahirkan di Serang pada tanggal 3 Mei 1989, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Kusnawan (Alm) dan Ibu Suhartini. Penulis melaksanakan pendidikan sekolah dasar di SD Wukir Retawu pada tahun 1995 dan lulus pada tahun 2001. Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 3 Cilegon pada tahu 2001 dan lulus pada tahun 2004. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Kramatwatu – Serang dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis diterima menjadi mahasiswa pada Program Keahlian Teknologi Industri Benih Program Diploma, Institut Pertanian Bogor dan lulus pada tahun 2010. Kemudian penulis diterima bekerja di PT. Bank Syariah Mandiri pada tahun 2011 dan pada tahun 2012 penulis melanjutkan studi ke jenjang strata satu dan diterima sebagai mahasiswa angkatan III Alih Jenis Agribisnis IPB.