STRATEGI PENGUATAN EKONOMI PROVINSI DIY BERBASIS SEKTOR UNGGULAN STRATEGY OF ECONOMIC STRENGTHENING DIY PROVINCE BASED LEADING SECTOR Darmadji Program Studi Agribisnsi Fakultas Pertanian Universitas Widyagama Malang
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sektor-sektor ekonomi unggulan ditinjau dari: (1) total output, (2) nilai tambah bruto, , (3) nilai ekspornya, (4) nilai dampak pengganda output, dan (5) nilai indek daya penyebaran dan derajat kepekaan. Penelitian ini menggunaka nanalisis Input Output yang dikembangkan oleh Wassily Leontief. Metode penggalian data dilakukan dengan metode non surve, yaitu memanfaatkan data IO yang diterbitkan oleh BPS Provinsi DIY tahun 2010. Berdasarkan hasil analisis dapat ditunjukkan. (A) sektor ekonomi potensial berdasarkan outputnya adalah: (1) sektor konstruksi gedung & bangunan sipil, (2) jasa pendidikan, (3) penyedia makan minum, (4) administrasi pemerintah, pertahanan & jaminan sosial wajib, (5) informasi dan komunikasi, (6) perdagangan eceran besar dan eceran selain mobil/motor, (7) real estate, (8) konstruksi khusus, (9) industri makanan dan minuman lainnya, (10) jasa kesehatan dan kegiatan sosail. (b) sektor ekonomi potensial berdasarkan NTB adalah: (1) sektor jasa pendidikan, (2) perdagangan besar dan eceran (3) informasi dan komunikasi, (4) penyedia makanan dan minuman, (5) konstruksi gedung dan bangunan. (c) sektor ekonomi potensial berdasarkan ekspor adalah: (1) kebudayaan hiburan dan rekreasi, (2) industri furnitur, (3) industri pakaian jadi, (4) real estat, (5) jagung, (6) industri makanan dan minuman lainnya, (7) industri tekstil selain tenun dan batik, dan (8) angkutan rel (d) sektor ekonomi potensial berdasarkan penyerapan tenaga kerja adalah: (1) grosir dan eceran di samping mobil / motor, (2) padi, (3) pelayanan pendidikan, (4) administrasi pemerintahan, pertahanan dan wajib jaminan sosial, (5) penyediaan makanan dan minuman, (6) konstruksi bangunan dan bangunan sipil, (7) unggas dan hasil, (8) singkong, (9) industri makanan dan minuman lainnya, dan (10) buah . (e) sektor-sektor ekonomi potensial berdasarkan dampak pengganda output adalah: (1) industri beras, (2) asuransi dan dana pensiun, (3) industri tepung terigu dan tepung lainnya, (4) jasa kesehatan dan kegiatan sosial, (5) industri barang kimia kecuali pupuk dan pestisida, (6) konstruksi khusus, (7) industri barang dan barang lainnya dari karet, (8) industri biji-bijian kupas, coklat dan kembang gula (9) jasa keuangan lainnya, (10) angkutan jalan raya. (f) sektor potensial berdasarkan nilai indek daya penyebaran adalah: (1) industri beras nilainya sebesar, (2) asuransi dan dana pensiun, (3) industri tepung terigu dan tepung lainnya kode 26 sebesar 1,2794, (4) jasa kesehatan dan kegiatan sosial, (5) industri barang kimia kecuali pupuk dan pestisida, (6) konstruksi khusus, (7) industri barang dan barang lainnya dari karet, (8) industri biji-bijian kupas, coklat dan kembang gula, (9) jasa keuangan lainnya, dan (10) angkutan jalan raya. (g) sektor potensial berdasarkan nilai indek derajat kepekaan adalah: (1) sektor perdagangan besar dan eceran selain mobil/motor (2) sektor informasi dan komunikasi 7, (3) sektor penyedia makan dan minum, (4) angkutan jalan raya, (5) listrik, (6) padi, (7) jasa
keuangan lainnya, (8) jasa lainnya, (9) administrasi pemerintahan, pertahanan & jaminan sosial wajib, (10) real estat. Kata kunci : analisis IO, pengganda output, tenaga kerja, indek daya penyebaran dan derajat kepekaan ABSTRACS This study aims to determine the leading economic sectors in terms of: (1) the total output, (2) gross value added, (3) the value of exports, (4) the value of the output multiplier effects, and (5) the value of the spread and the power index degree of sensitivity. This study uses Input Output analysis developed by Wassily Leontief. Methods of data collection was conducted by non surve, which utilize IO data published by BPS DIY Province in 2010. Based on the results of analysis can be shown. (A) potential economic sectors based on the output are: (1) construction of buildings and civil structures, (2) educational services, (3) providers of eating and drinking, (4) government administration, defense and compulsory social security, (5) information and communication, (6) retail trade and retail in addition to the car / motorcycle, (7) real estate, (8) a special construction, (9) other food and beverage industry, (10) health services and activities sosail. (b) potential economic sectors based NTB are: (1) the education services sector, (2) wholesale and retail trade (3) information and communication, (4) a provider of food and beverage, (5) the construction of buildings and constructions. (c) the potential economic sectors based export are: (1) the culture of entertainment and recreation, (2) the furniture industry, (3) apparel industry, (4) real estate, (5) corn, (6) other food and beverage industry , (7) the textile industry in addition to weaving and batik, and (8) freight rail (d) the potential economic sectors based on the absorption of labor are: (1) wholesale and retail trade in addition to the car/motorcycle, (2) rice, (3) educational services, (4) government administration, defense and compulsory social security, (5) the provision of food and drink, (6) the construction of buildings and building civil, (7) poultry and outcome, (8) cassava, (9) other food and beverage industry, and (10) fruits. (e) the potential economic sectors based on the output multiplier effects are: (1) the rice industry, (2) insurance and pension funds, (3) industrial flour and other, (4) health services and social activities, (5) industrial chemical goods except fertilizers and pesticides, (6) specialized construction, (7) industrial goods and other articles of rubber, (8) industry peeled grains, chocolate and confectionery (9) other financial services, (10) road transport highway. (f) the potential sector based index value power deployment are: (1) the value of the rice industry, (2) insurance and pension funds, (3) industrial flour and other flour code 26 at 1.2794, (4) health services and social activities, (5) industrial chemical goods except fertilizers and pesticides, (6) specialized construction, (7) industrial goods and other articles of rubber, (8) industry peeled grains, chocolate and confectionery, (9) financial services other, and (10) of highway transportation. (g) potential sector based index of the degree of sensitivity values are: (1) wholesale and retail trade sectors in addition to the car / motorcycle (2) the information and communication sector 7, (3) food and drink sector providers, (4) road transport, (5) electricity, (6) rice, (7) other financial services, (8) other services, (9) administration, defense and compulsory social security, (10) real estate. Key words: IO analysis, the multiplier output, labor, power index spread and degree of sensitivity 149
kontek perekonomian Provinsi Daerah
PENDAHULUAN Penelitian ekonomi baik yang
Istemewa
Yogyakarta
(DIY),
dalam
berpresfektif makro maupun mikro tetap
presfektif kurun waktu yag sama juga
penting untuk dilakukan, antara lain
diharapkan
didasarkan pada realita bahwa sejak
kinerja ekonomi yang kuat.
untuk
bisa
mewujudkan
negeri ini berdaulat hingga pemerintah
Beberapa kriteria yang umumnya
orde baru (orba), bidang konomi tetap
sering dipakai sebagai indikator kuat
ditempatkan sebagai persoalan bangsa
lemahnya kinerja ekonomi, diantaranya
yang diutamakan penanganannya. Pada
adalah: (1) laju pertumbuhan ekonomi,
masa
(2)
orde
pemerintah
lama
(oral),
untuk
penangangan
komitmen
mengedepankan
persoalan
di
bidang
jumlah
penduduk
miskin
dan
pengangguran, (3) pendapatan perkapita penduduk,
(4)
tingkat
(5)
penduduk,
(6)
ekonomi ditandai dengan dibentuknya
distribusi
Panitia Pemikir Siasat Ekonomi melalui
kinerja ekspor, dan (7) pendapatan pajak.
Penpres No. 3 tanggal 12 April 1947.
Penguatan ekonomi DIY sangat penting
Kerja keras Panitia tersebut melahirkan
untuk terus dijaga bahkan ditingkatkan
dokumen
karena
perencanaan
yang
disebut
pendapatan
inflasi,
dua
alasan
utama.
Pertama
Dasar Pokok Plan Mengatur Ekonomi
penguatan ekonomi DIY dengan berbagai
Indonesia. Dokumen tersebut merupakan
indicator
awal dari serangkaian perencanaan dalam
bermuara pada upaya untuk menuju
sejarah
kemakmuran rakyat. Kedua, keberhasilan
pembangunan
di
Indonesia
(Kunarjo,1996). Pada
tersebut
akhirnya
pembangunan dibidang ekonomi pada
masa
Orba,
komitmen
akhirnya juga akan berdampak terhadap
pemerintah untuk tetap menempatkan
keberhasilan
bidang ekonomi sebagai persoalan utama
yang lain.
bangsa, secara eksplisit tertuang dalam GBHN.
pada
Melalui
serangkaian
pembangunan
dibidang
Dalan penelitian ini penguatan ekonomi DIY hanya difokuskan pada
pembangunan berjangka yang popluer
kegiatan
dengan PJP I dan PJP II, kinerja ekonomi
memberikan
nasional yang kuat telah ditetapkan untuk
pertumbuhan ekonomi, kinerja ekspor,
bisa dicapai dalam 50 tahun kedepan
pendapatan pajak, pendapatan per kapita,
sejak Pelita I tahun 1969. Yang berarti
dan
dalam
cita-cita
potensial. Penguatan ekonomi Provinsi
mewujudkan kinerja ekonomi yang kuat
DIY menarik untuk ditelaah antara lain
harus bisa dicapai. Demikian pula dalam
didasarkan pada beberapa alasan berikut: 150
6
tahun
kedepan
ekonomi dampak
penyerapan
(sektor) besar
tenaga
yang terhadap
kerja
yang
(1) aspek kesatuan ekonomi, dan (2)
Alasan
kespesifikan perekonomian DIY diantara
pertanian terhadap perekonomian.
propinsi-proponsi
lain,
(3)
sebagai
kespesifikan
didasarkan
pada
daerah
kontribusi
sektor
pertumbuhan
ekonomi
namun yang
laju masih
sektor
Fakta kespesifikan kedua adalah
provinsi yang paling kecil cakupan adminstratifnya,
peran
masih
besarnya
pertanian
terhadap
perekonomian DIY. Berdasarkan data
rendah baik apaila dibandingkan dengan
PDRB
rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional
disajikan pada Tabel 1 dapat ditunjukkan
maupun apabila dibandingkan dengan
bahwa selama periode tersebut kontribusi
dua provinsi lain di pulau Jawa.
sektor pertanian masih lebih tinggi apabila
ekonomi,
aspek
tahun
2002-2006
dibandingkan
dengan
yang
sektor
industri pengolahan. Fakta ini spesifik
Alasan aspek kesatuan ekonomi. Pertimbangan
dari
kesatuan
karena sejak awal PJP II yaitu pada tahun
bahwa
1994 dalam pembangunan nasional sudah
dimaksudkan
perekonomian DIY merupakan bagian
terjadi
proses
transformasi
struktur
integral dari perekonomi nasional secara
ekonomi yang ditandai dengan semakin
keseluruhan. Dengan demikian, adanya
menurunnya kontribusi sektor pertanian.
berbagai upaya penguatan perekonoian di
Sebaliknya kontribusi sektor industri
DIY juga akan berdampak luas yaitu
menunjukkan kontribusi yang lebih tinggi
tidak hanya terhadap perekonomian di
dari sektor pertanian.
wilayah provinsi lain tetapi juga terhadap perekonomian nasional.
Tabel 1. Distribusi Struktur Ekonomi Secara Agregat dan Parsial 2002-2006 STRUKTUR EKONOMI AGREGAT (%) Pertanian Industri Pengolahan Jasa-Jasa Perdagangan, hotel & restoran Sumber: BPS DIY (2007; 2007a)
2002 18,57 15,47 19,96 19,17
2003 17,02 15,65 19,01 19,21
TAHUN 2004 16,5 15,8 19,80 18,9
2005 15,7 14,11 19,74 19,14
2006 15,5 13,86 20,06 19,03
Dengan kata lain transformasi
spesifik karena proses transformasi yang
struktur ekonomi yang ditandai dengan
umumnya dialami oleh provinsi-provinsi
semakin
lain sudah terjadi sejak awal PJP II.
besarnya
kontribusi
sektor
industri pengolahan terhadap PDRB tidak terjadi di DIY. Fakta ini dianggap
Kontribusi sektor pertanian yang masih
cukup
dominan
terhadap 151
perekonomian
juga
masih
berlanjut
sebesar 5,93 %, Provinsi DKI Jakarta
hingga tahun 2012. Berdasarkan struktur
sebesar 6,04 % (BPS Pusat, 2012). Masih
PDRB menurut lapangan usaha pada
rendahnya laju pertumbuhan ekonomi
tahun 2012 dan tahun 2013 kontribusi
DIY tersebut besar kemungkinan masih
sektor pertanian masing-masing adalah
cukup
14,65 dan 13,91. Sebaliknya kontribusi
pertanian.
sektor industry pengolahan pada dua
besarnya
Alasan
kontribusi
kespesifikan
periode tahun yang sama adalah 13,34
berkaitan dengan Visi
dan 13,77 (BPS DIY, 2014).
Provinsi
DIY.
sektor
ketiga
pembangunan
Kespesfikikan
ketiga
Dalam presfektif makro, proses
ditinjau dari Visi Pembangunan DIY
transformasi struktur ekonomi ini sangat
adalah keinginan untuk bisa unggul
penting karena Raul Prebisch dalam
dibidang
Widodo
(1997),
kebudayaan terutama difokuskan pada
merupakan
jalan
industrialisasi
pendidikan
dan
bagi
pembangunan di sektor jasa pendidikan,
dapat
jasa perdagangan selain mobil/motor,
mencapai laju pertumbuhan ekonomi
penyediaan makanan dan minuman, dan
yang tinggi. Demikian pula menurut
administrasi pemerintahan. Pembangunan
Ridel
industrialisasi
keempat sektor tersebut diharapkan dapat
merupakan salah satu jalur yang harus
memberikan multiplier effect terhadp
dilalui oleh hampir semua negara guna
sektor-sektor yang lain, seperti informasi
mencapai pendapatan perkapita yang
dan komunikasi, konstruksi, serta real
tinggi.
estat.
Negara
satu-satunya
pariwisata,
berkembang
(1992)
untuk
bahwa
Pendapat Widodo (1997) tersebut menarik
untuk
dikaitkan
Visi pembangunan DIY tersebut
dengan
menarik untuk dijadikan salah satu alasan
pertumbuhan ekonomi provinsi DIY.
penelitian ini karena menempatkan sektor
Berdasarkan
jasa
data
perkembangan
(tersier)
sebagai
dominasi
pertumbuhan ekonomi DIY dari 2003-
pembangunan. Apabila dikaitkan dengan
2012 rata-rata mencapai 4,7 %. Apbila
teori
dibandingkan
rata-rat
(1960) yang secara bertahap merumuskan
pertumbuhan ekonomi provisi lain di
5 tahap pembangunan, yaitu bergerak
pulau Jawa, pertumbuhan DIY yang
dari
paling rendah. Pertumbuhan provinsi
preconditions to take-off, the take-off, the
Jawa Timur rata-rata pertahun dalam
drive to maturaty, and the age of high
periode tahun tersebut mencapai 5,97 %,
mass-consumption,
Jawa Tengah sebesar 5,54 %, Jawa Barat
DIY merupakan kespesifikan tersendiri. 152
dengan
pertumbuhan
the
ekonomi
traditional
visi
Rostow
society,
pembangunan
Visi pembangunan DIY tersebut spesifik
yang disebut industry (kadang-kadang
apabila dibandingkan dengan provinsi
‘kegiatan’), yang masing-masing terdiri
Jawa Timur, yang potensi sumberdaya
dari satu atau lebih perusahaan yang
alamnya sama-sama berbasis pertanian,
menghasilkan produk yang hampir sama
namun visi pembangunan hingga tahun
ayau tidak perlu saama. Tiap industry
2025 nanti menjadikan sektor agribisnis
memerlukan
sebagai leading sector (Sekretaris Daerah
sektor-sektor lainnya untuk memproduksi
Provinsi Jawa Timur, 2009).
keluarannya
Berkaitan dengan upaya untuk merumuskan ekonomi, (2010)
strategi
Daryanto
keberhasilan
sendiri.
tertentu
Demikian
dari
pula
masing-masing industry juga menjual
pembangunan
sebagian dari keluarannya yang masih
Hafizrianda
kasar ke industry-industri lainnya untuk
dan
menyatakan
masukan
bahwa
pembangunan
kunci ekonomi
memenuhi permintaan antara. Menurut Chenery
dan Clark
adalah adanya integrasi ekonomi yang
(1959), setidaknya ada tiga asumsi yang
kuat, menyeluruh dan berkelanjutan.
harus dipenuhi dalam analisis IO. (1)
Dengan kata lain berkembangnya suatu
homogenitas,
sektor ekonomi sangat terkait dengan
komoditas
sektor ekonomi lain. Menurut Miller dan
tunggal oleh suatu sektor dengan susunan
Blair (1985), salah satu model yang bisa
tuunggal dan tidak ada substitusi antar
memaparkan dengan jelas bagaimana
berbagai sektor, (2) linieritas, ialah
interaksi antar pelaku ekonomi itu terjadi
prinsip dimana fungsi produksi bersifat
adalah model Input Outpu (IO) yang
linier dan homogeny, dan (3) aditivitas
dikembangkan oleh Wassily Leontief
ialah suatu prinsip dimana efek total dari
pada tahun 1930-an yang kemudian
pelaksanaan produksi dipelbagai sektor
mendapata hadiah Nobel pada tahun
dihasilkan oleh masing-masing sektor
1973.
secara terpisah.
yang hanya
berarti
suatu
dihasilkan
secara
Menurut Leontief (1966), analisis
Berdasarkan Tabel IO Provinsi
IO merupakan suatu metode yang secara
DIY tahun 2010, sektor-sektor yang
matematis mengukur hubungan timbal
dikategorikan
terkait
balik diantara beberapa sektor dalam
pembangunan
DIY
perekonomian yang komplek. Menurut
penunjang
Todaro (1986), gagasan dasar analisis IO
terimbas, diantaranya adalah: (1) sektor
didasarkan
bahwa
pertanian,
perekonomian suatu negara dapat dibagi
kebutuhan
kedalam sejumlah sektor yang berbeda,
secara parsial terdiri dari 20 sektor, (2) 153
atas
keaykinan
dan
dengan beserta
sektor
sebagai
sektor
ikutan
sektor
visi
yang
pemasok
makanan dan minuman,
sektor pertambangan, garam kasar dan
pengganda output, dan (5) nilai indek
penggalian lain, (3) sektor industry
daya penyebaran dan derajat kepekaan.
pengolahan, terdiri dari: 13 agroindustri pengolahan makanan dan minuman,
Penentuan
sektor
unggulan
8
menurut output dan NTB didasarkan
agroindustri non makanan dan minuman,
pada BPS (1995). Menurut potensi total
14 sektor iendustri pengolahan berbasis
outpunya,
non pertanian, (4) sektor industry gas dan
kategori
sektor
pemimpin
air bersih, yang terdiri dari 3 sektor, (5)
sector)
untuk
sektor-sektor
sektor konstruksi, terdiri dari 3 sektor
memiliki total output dalam 10 besar
pendukung, (6) sektor perdagangan, hotel
diantara
dan restoran, terdiri dari 3 sektor
suatu wilayah. Sedangkan sektor-sektor
pendukung, (7) sektor pengangkutan dan
ekonomi yang masuk dalam 10 besar
komunikasi,
sektor
baik dalam hal total output dan NTB
pendukung, (8) sektorkeuangan, real
yang dihasilkan dikateorikan sebagai
estat, dan jasa perusahaan yang terdiri
sektor kunci (key sector).
terdiri
dari
5
dari 9 sektor pendukung, (9) sektor jasa,
BPS
(1995)
sektor-sektor
memberikan (leading yang
perekonomian
Di sisi lain, BPS (1995) juga
terdiri dari 5 sektor jasa pendukung (BPS
memberikan
kategori
sektor
kunci
DIY, 2010).
berdasarkan nilai indek daya penyebaran
Berdasarkan Tabel IO DIY 2010,
dan nilai derajat kepekaan. Sektor-sektor
secara parsial terdapat 83 sektor ekonomi
ekonomi yang memiliki kedua nilai indek
yang menjadi penguat perekonomian
tersebut
Provinsi DIY. Dalam analisis IO, ke 83
dikategorikan pula sebagai sektor kunci.
sektor tersebut masing-masing memiliki
Demikian
beberapa potensi ditinjau dari: (1) output,
(1989), Wibowo (1991), Daryanto dan
(2) nilai tambah bruto (NTB), (3) ekspor,
Hafizrianda
(4) penyerapan tenaga kerja, (5) dampak
menggunakan kedua indicator sektor
pengganda output, dan (6)
ineks daya
kunci, yaitu baik berdasarkan nilai NTB
penyebaran dan indeks derajat kepekaan.
dan output dan kedua nilai indek suatu
Berdasarkan
sektor.
pada
berbagai
potensi
tersebut, maka penelitian ini ditujukan
lebih
pula
besar
menurut
(2010).
Penentuan
dari
satu
Budiharso
Penelitian
ini
sekotor unggulan
untuk memberikan deskripsi strategi
ditinjau dari ekspor didasarkan pada BPS
penguatan ekonomi DIY berbasis sektor
DIY
unggulan
nilai
memberikan stressing pada sektor-sektor
outputnya, (2) nilai tambah bruto, (3)
ekonomi yang memiliki total ekspor yang
nilai
kontribusinya lebih atau sebesar 40 154
ditinjau
ekspornya,
(4)
dari:
nilai
(1)
dampak
(2010).
BPS
DIY
(2010)
persen. Dengan demikian, sektor-sektor
Untuk mencapai tujuan berbagai tujuan
ekonomi yang memiliki kontribusi 40
yang
persen
menggunakan Metode Analisis Input
keatas
dikategorikan
sebagai
sektor unggulan. Penentuan
telah
Output sektor
unggulan
diidentifikasi,
Leontief.
penelitian
ini
IO
dikumpulkan
maupun penyerapan tenaga didasarkan
menggunakan data IO yang dberasal dari
pada potensinya diantara 83 sektor
Tabel IO Provinsi DIY tahun 2010 dalam
ekonomi
klasifikasi 83 sektor. Adapun tahapan
Dalam
yaitu
melalui
metode
dianalisis.
surve,
dalam
ditinjau dari dampak pengganda output
yang
non
Data
penelitian
hanya
penelitian ini, sektor-sektor ekonomi
analisis IO dalam penelitian ini melputi:
unggulan ditinjau dari kdedua indictor
(1) Pemilihan jenis tabel transaksi dan
tersbut apabila potensianya masuk dalam
harga dasar yang digunakan.
10 besar. Kriteria ini bukan merupakan
Ada 3 jenis tabel IO yang diterbitkan
acuan yang baku karena tidak ada dasar
BPS Yogyakarta (2010), yaitu: (i) tabel
yang
transaksi
kuat
untuk
membuat
total,
(ii)
tabel
transaksi
mengkategorikan suatu sektor unggulan
domestik, dan (3) tabel berdasarkan
ditinjau dari kedua indicator ekonomi
marging
tersebut.
menggunakan tabel transaksi domestik.
Berdasarkan
berbagai
perdagangan.
Penelitian
ini
uraian
Di sisi lain, yaitu berdasarkan harga yang
mengenai pentingnya penguatan ekonomi
digunakan dalam transaskinya, ada dua
DIY, maka penelitian ini bertujuan untuk
jenis harga yang digunakan yaitu atas
mengetahui
ekonomi
dasar harga pembeli dan atas dasar harga
unggulan ditinaju dari beberapa kriteria,
produsen. Penelitian ini menggunakan
yaitu berdasarkan: (1) total output, (2)
tabel transaksi domestik atas dasar harga
nilai tambah bruto, (3) potensi ekspor, (4)
produsen. Berdasarkan atbel IO terpilih
penyerapan tenaga kerja, (5) dampak
selanjutnya bisa dilakukan analisis secara
pengganda output, dan (6) nilai indek
deskripsi yang berkaitan dengan tujuan
daya penyebaran dan indek derajat
penelitian
kepekaan. Hasil analisis ini diharapkan
unggulan ditinjau dari nilai output, nilai
menjadi
tambah bruto dan nilai ekspor.
sektor-ektor
masukan
bagi
penguatan
ekonomi DIY di masa mendatang.
untuk
mengetahui
sektor
(2) Running tabel IO klasifikasi 83 sektor atas dasar harga produsen. Running data pada tabel IO ini
METODE PENELITIAN Lingkup kajian dari penelitian ini adalah
perekonomian
Provinsi
DIY.
dimaksukan
untuk
mencapai
tujuan
penelitian ketiga dan keempat yaitu untuk 155
mengetahui sektor unggulan ditinjau dari
HASIL DAN PEMBAHASAN
dampak pengganda output dan nilai indek
1. Identifikasi
daya penyebaran dan derajat kepekaan.
sektor
unggulan
menurut total output
Adapun tahapan running analisis IO
Menurut BPS (1995) dan BPS
adalah : (1) penghitungan nilai koefisien
Provinsi DIY (2010), output adalah nilai
input
produksi atas barang
masing-masing
sektor,
(2)
dan jasa yang
menghitung matrik kebalikan leontief, (3)
dihasilkan oleh faktor produksi di suatu
menghitung nilai dampak pengganda
wilayah. Pentingnya melakukan kajian
output dan nilai indek daya penyebaran
terhadap besarnya output yang diciptakan
dan derajat kepekaan. Menurut BPS
oleh masing-masing sektor, maka akan
(1995), Budiharso (1989), dan Daryanto
diketahui pula sektor-sektor apa saja yang
dan Hafizrianda (2010), nilai dapak
mampu memberikan sumbangan yang
pengganda output dihitung dengan rumus
besar dalam membentuk output secara
(1),
keseluruhan di Negara/daerah tersebut.
nilai
indkes
daya
penyebaran
dihitung dengan rumus (2), dan nilai
Secara agregat, total output DIY
indek derajat kepekaan masing-masing
adalah sebesar 114, 126 triliun rupiah.
sektor
Berdasarkan hasil analisis terhadap 83
dihitung
dengan
rumus
(3).
MXTj Cij...................................(1) ,
n 1
sektor ekonomi DIY, selanjutnya dapat
i 1
diidentifikasi sektor-sektor ekonomi yang
MXTj adalah Pengganda output sektor j
potensi outputya masuk dalam 10 besar.
Cij
Ke 10 sektor ekonomi tersebut adalah:
adalah Unsur matrik kebalikan
Leontief tertbuka
(1) sektor konstruksi gedung & bangunan
n
j
i
sipil dengan kode sektor 59, nilainya
bij j 1
(1 / n). bij
..........................(2)
sebesar 12,043 trilun rupiah (10,55%), (2) jasa pendidikan dengan kode 80,
n
nilainya sebesar 10,078 triliun rupiah
i 1
(8,83%), (3) penyedia makan minum
bji ........................(3) (1 / n) bij i
j
koede sektor 68, nilainya 9,028 triliun
αj: Indek Daya Penyebaran, βi: Indeks
rupiah
Derajat Kepekaan, n adalah jumlah sector
pemerintah, pertahanan & jaminan sosial
bij:
unsur
matrik
kebalikan
(7,91%),
(4)
administrasi
wajib kode sektor 79, nilainya 7,83 triliun
Leontief terbuka pada baris ke-i dan
rupiah
kolom ke-j
komunikasi kode 69, nilainya 7,492
(6,86%),
(5)
informasi
dan
triliun rupiah (6,56%), (6) perdagangan eceran
besar
dan
eceran
selain 156
mobil/motor koed 61, nilainya 6,786
tersebut penting untuk mendapat prioritas
trilun rupiah (5,95%), (7) real estate kode
pengembangan
74, nilainya 6,094 trilun rupiah (5,34 %),
berbagai target pembangunan DIY di
(8) konstruksi khusus kode 60, nilainya
masa mendatang. Hal tersebut dapat
4,14 trilun rupiah (3,63%), (9) industri
dilakukan karena output menjadi faktor
makanan dan minuman lainnya kode 33,
penentu baik pertumbuhan ekonomi,
nilaninya 3,948 trilun rupiah (3,46%),
kemajuan
(10) jasa kesehatan dan kegiatan sosail
maupun pendapatan per kapita penduduk.
kode 81, nilainya3,426 triliun rupiah
Kesemua
(3%).
akhirnya akan bermuara pada upaya Apabila memperhatikan sektor-
guna
mewujudkan
pembangunan
indikator
ekonomi
tersebut
pada
untuk meujudkan kesejahteraan rakyat.
sektor yang memiliki potensi output
Menurut
Sukirno
(1960)
kedalam 10 besar tersebut dicocokkan
pembangunan ekonomi diartikan sebagai
dengan visi penunjang pembangunan
proses yang menyebabkan peningkatan
DIY, maka keempat sektor jasa yang
pendapatan per kapita penduduk suatu
menjadi
dapat
masyarakat
terealisir. Hal tersebut ditunjukkan dari
Sedangkan
pertumbuhan
potensi keempat jasa penunjang visi
didefinisikan
sebagai
pembangunan DIY yaitu, jas pendidikan,
Produk Domestik Bruto/PDB (Gross
perdagangan
motor/mobil,
Domestic Bruto/GDB) tanpa memandang
penyedia makanan dan minuman, dan
apakah kenaikan itu besar atau kecil dari
administrasi pemerintahan, semuanya ada
pada tingkat pertumbuhan penduduk.
dalam 10 besar penciptaan output. Hasil
Menuru BPS (1995), PDB atau total nilai
analisis ini menunjukkan bahwa keempat
tambah bruto (NTB) sama dengan total
jasa
pengeluaran dikurangi total impor.
fokus
pembangunan
selain
penunjang
tersebut
terbukti
memberikan kontribusi yang besar dalam perekonomian DIY.
dalam
jangka
ekonomi
kenaikan
dari
Lebih jauh Sukirno menegaskan bahwa perekonomian dapat dinyatakan
Menurut kriteria BPS (1995),
dalam
keadaan
pendapatan
lima
kecenderungan jangka
sebagai
sektor
per
berkembang
kelima sektor pada urutan satu sampai diketegorikan
panjang.
kapita
apabila
menunjukkan panjang yang
pemimpin (leading sector). Berdasarkan
menaik. Kesemua ukuran kemajuan baik
kriteria BPS tersebut, maka 10 sektor
menyangkut
besar
pertumbuhan
dalam
penciptaan
ooutput
dikategorikan sebagai sektor unggulan.
pembangunan ekonomi
ekonomi, maupun
pendapatan per kapita adalah output.
Oleh karena itu, 10 sektor unggulan 157
Menurut statistik pendapatan, output
kode 59, nilainya 4,525 triliun rupiah
biasa disebut sebagai PDB (BPS, 1995).
(7,4%).
(1) Identifikasi
sektor
unggulan
sektor-sektor yang termasuk kedalam
menurut nilai tambah bruto Menurut BPS (1995) dan BPS Prov DIY (2010)
Berdasarkan kriteria BPS (1995),
lima besar dalam penciptaan output dan
nilai tambah bruto
sekaligus NTB dikategorikan sebagai
(NTB) merupakan balas jasa terhadap
sektor kunci (key sector). Berdasarkan
faktor produksi yang tercipta karena
hasil identifikasi, lima besar sektor dalam
adanya kegiatan produksi. NTB terdiri
penciptaan
dari empat komponen yaitu upah dan
termasuk dalam lima besar dalam hal
gaji, surplus usaha, penyusutan barang
penciptaan
dan modal, dan pajak tak langsung serta
kelima sektor tersebut
subsidi. Dalam analisis IO, NTB disebut
sebagai sektor kunci. Dalam penelitian
juga dengan istilah input primer. Total
ini, kelima sektor yang dikategorikan
input primer ditambah total input antara
sebagai sektor kunci juga dimaknai pula
adalah total input atau disebut dengan
sebagai sektor unggulan.
PDRB.
output
NTB.
Berdasarkan
sekaligus
Dengan
juga
demikian
dikategorikan
hasil
identifikasi
Berdasarkan hasil analisis, total
menurut NTB, maka sektor-sektor yang
NTB provinsi DIY pada tahun 2010
teridentifikasi sebagai sektor kunci akan
adalah sebesar 61,136 trilun rupiah. Dari
menjadi
83 sektor yang dianalisis, sektor jasa
mendorong pertumbuhan perekonomian
pendidikan
80
DIY. Dengan demikian, pengembangan
memberikan NTB tertinggi yaitu sebesar
kelima sektor unggulan tersebut penting
6,272
untuk diprioritaskan pengembangannya.
dengan
triliun
kode
rupiah
sektor
(10,26
%).
Selanjutnya sebagai kontributor kedua adalah perdagangan besar dan eceran
potensi
(2) Identifikasi
penting
sektor
dalam
unggulan
menurut potensi ekspor
selain mobil/motor kode 61 sebesar 5,867
Indonesia sebagai negara yang
triliun rupiah (9,6%). Adapun kontributor
menganut sistem ekonomi pasar terbuka
ketiga sampai kelima, masing-masing
sangat berkepentingan dengan ekspor.
secara
(i)
Dalam kontek pembangunan nasional,
informasi dan komunikasi kode 69,
ekspor dijadikan sektor penghela dalam
nilainya 4,946 trilun rupiah (8,09%), (ii)
pembangunan ekonomi nasional. Oleh
penyedia makanan danminuman kode 68,
karena itu, semakin tinggi volume ekspor
nilainya 4,609 triliun rupiah (7,54%), (iii)
yang dicapai Provinsi DIY menjadi faktor
berturut-turut
adalah:
konstruksi gedung dan bangunan sispil 158
penting
dalam
turut
mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional.
sektor yang lain adalah: (1) kebudayaan hiburan dan rekreasi kode 82, kontribusi
Berdasarkan Tabel IO Provinsi
ekspornya mencapai 61,02 %, (2) industri
DIY tahun 2010, ada dua lingkup ekspor
furnitur kode 53, kontribusinya sebesar
yaitu ekspor barang antar negara dan
48,76 %, (3) industri pakian jadi kode 38,
ekspor barang antara provinsi. Di sisi
kontribusi ekspornya sebesar 44,64 %,
lain,
eskpornya,
(4) real estate kode 74, kontribusi
terdapat dua jenis ekspor yaitu ekspor
ekspornya 43,87 %, (5) jagung kode 2,
barang dan ekspor jasa.
kontribusi ekspornya sebesar 43,17 %,
ditinjau
dari
Ditinjau
jenis
dari
jenisnya,
total
(6) industri makanan dan minuman
ekspor barang mencapai 14,739 triliun
lainnya kode 33, kontribusi ekspornya
rupiah sedangkan ekspor jasa totalnya
42,72 %, (7) industri tekstil selain tenun
mencapai 12,678 triliun rupiah. Ditinjau
dan batik kode 35, kontribusinya 42,34
dari lingkup ekspornya, total ekspor
%, dan (8) angkutan rel kode 63,
barang antara provinsi mencapai 12,575
kontribusinya 40,62 %.
triliun rupiah, sedangkan total ekspor
Ketujuh sektor diatas merupakan
barang antar negara mencapai 2,163
sektor-sektor yang memiliki kontribusi
triliun rupiah.
ekspor diatas 40 persen. Berdasarkan
Ditinjau dari nilainya, total ekspor masih
jauhb
dari
impornya.
ekspor provinsi DIY, maka ketujuh
Berdasakan pada hasil analisis total
sektor tersebut dikategorikan sebagai
impor mencapai 31,698 triliun rupiah.
sektor unggulan ditinjau dari potensi
Angka impor ini jauh diatas nilai ekspor.
ekspornya.
Dengan
dari
pengembangan ketujuh sektor tersebut
DIY
patut
demikian
perbandingannya,
total
potensinya yang cukup besar terhadap
ditinjau provinsi
Dengan
diperhatikan
bahkan
semakin
mengalami defiti yang totalnya mencapai
ditingkatkan
19,536 triliun rupiah. Mencermati angka
mendorong pertumbuhan ekonomi DIY.
defisit yang begitu besar, maka sangat
Potensi ekspor yang tinggi memang
penting untuk meningkatkan ekspor dari
sangat besar perananya dalam kemajuan
masing-masing
ekonomi wilayah, namun Basri (2010)
komoditi
yang
potensinya
demikian,
menunjukkan kinerja ekspor yang selama
dalam
ini menunjukkan volume yang besar.
mengingatkan terlalu tergantung pada
Berdasarkan
hasil
Prasetyantoko
dalam
(2010)
analisis,
potensi ekspor juga tidak baik, khususnya
beberapa sektor yang memiliki potensi
apabila terjadi krisis ekonomi. Basri
ekspor di atas rata-rata kemampuan
mencontohkan akibat krisis ekonomi 159
2008, Indonesia lebih survie darpada
adalah jasa reparasi msin kode 56 yaitu
Kore dan Singapura karena porsi ekspor
sebesar 20 orang.
Indonesia terhadap PDG lebih rendah dari kedua negara tersebut. Dari
ketujuh
Adapun
sepulih
besar
sektor
ekonomi yang memiliki daya serap sektor
yang
potensial terhadap tenaga kerja adalaah:
menunjukkan kontribusi ekspor di atas 40
(1)
persen,
selainmobil/motor kode 61 sebanyak
ternyata
sektor
kebudayaa
perdagangan
hiburan dan rekreasi merupakan yang
285.050
paling
menyerap
besar
kontribusinya
terhadap
orang,
besar
(2)
sebanyak
dan
padi
eceran
kode
139.699
01
orang,
ekspor DIY. Hal ini sesuai dengan visi
(3) jasa pendidikan kode 80 sebanyak
pembangunan DIY yang memberikan
108.719
tekanan
pemerintahan, pertahanan dan jaminan
pada
bidang
pariwisata,
pendidikan dan kebudayaan. (3) Identifikasi
orang,
(4)
adminsitrasi
sosial wajib kode 79 sebanyak 106.405
sektor
unggulan
menurut penyerapan tenaga kerja
orang, (5) penyediaan makanan dan minum kode 68 menyerap 97.467 orang,
Tenaga kerja merupakan salah
(6) konstruksi gedung dan bangunan
satu faktor produksi yang memiliki
sispil kode 59 menyerap 81.789orang, (7)
peranan penting dalam proses produksi.
unggas dan hasilnya kode 15 menyerapa
Dalam analisis IO, tenaga kerja termasuk
58.673 orang, (8) ketela pohon kode 3
dalam komponen input primer, yang nilai
meneyrap 57.786 orang, (9)
pengeluaran untuk tenaga kerja oleh
makanan dan minuman lainnya kode 33
produsen dihitung dalambentuk upah,
menyerap 50.337 orang, (10) buah-
gaji, bomus, tunjangan termasuk hasil
buahan kode 7 menyerap 47.207 orang.
usaha berupa sewa, bungan, keuntungan baikberupa barang maupun uang. Berdasarkan
Prov
memiliki
peranan
sektor penting
tersebut dalam
DIY
penyediaan lapangan kerja di provinsi
(2010), total tenaga kerja yang terserap
DIY. Oleh karena itu sektor-sektor
kedalam 83 kegiatan ekonomi (sektor)
tersebut dikategorikan sektor unggulan.
totalnya
Dengan demikian pengembangan pada 10
mencapai
BPS
Kesepuluh
industri
1.775.148
orang.
Adapun sektor ekonomi yang paling
sektor di atas akan
menyerapa
tenaga kerja.
tenaga
kerja
adalah
menyerap banyak
perdagangan besar dan ecceran selain
Menurut Keynes (1936), tenaga
mobil/motor kode 61 sebanyak 285.050
kerja menjadi salah satu faktor yang
pekerja. Sebaliknya sektor ekonomi yang
memiliki peranan sangat penting dalam
paling kecil penyerapan tenaga kerjanya
pembangunan ekonomi suatu negara. 160
Dalam
berbagai
kajian
kedaan
full
Berdasarkan hasil analisis dari 83
employement selalu menjadi prasarat
sektor
dalam
Fakta
ekonomi yang nilai DPO dalam 10 besar
tersebut menunjukkan bahwa keadaan
adalah: (1) industri beras kode 24 sebesar
dimana
pengangguran
1,885, (2) asuransi dan dana pensiun
(idelanya) menjadi penentu kemjuan
kode 72 sebesar 1,781, (3) industri
ekonomi suatu negara.
tepung terigu dan tepung lainnya kode 26
pembahasan
tidak
ada
(4) Identifikasi menurut
ekonomi.
sektor dampak
unggulan pengganda
ekonomi,
maka
sebesar 1,740, (4)
sektor-sektor
jasa kesehatan dan
kegiatan sosial kode 81 sebesar 1,739, (5) industri barang kimia kecuali pupuk
output Analisis
Dampak
pengganda
dan pestisida kode 44 sebesar 1,687,
output pada prinsipnya menggambakan
(6) konstruksi khusus kode 60 sebesar
besarnya kenaikan output perekonomian
1,594, (7) industri barang dan barang
Provinsi DIY akibat adanya peningkatan
lainnya dari karet kode 45 sebesar 1,588,
permintaan satu satuan pada suau sektor
(8) industri biji-bijian kupas, coklat dan
tertentu. Analisis DPO ini mengukur
kembang gula kode 30 sebesar 1,571,
kotribusi masing-masing sektor terhadap
(9) jasa keuangan lainnya kode
penciptaan output perekonomian suatu
sebesar 1,564, (10) angkutan jalan raya
wilayah, dalam hal ini adalah wilayah
kode 64 sebesar 1,561. Berdasarkan pada
DIY untuk setiap satu satuan kenaikan
poteninya terhadap penciptaan output,
permintaan
maka
akhir
bersangkutan.
dari
Indikator
sektor
yang
pengukuran
output melalui DPO ini berbeda dengan indikator
pengukuran
melalui
total
kesepuluh
sektor
72
tersebut
dikategorikan sebagai sektor potensial ditinjau dari nilai DPO. Industri
beras
memiliki
DPO
output. Apabila pengukuran melalui total
sebesar 1,83 dapat
output hanya menggambarkan seberapa
setiapa ada kenaikan permintaan akhir
besar kontribusi suatu sektor tertentu
terhadap industri besar sebesar 1 satuan
terhadap output perekonomian provinsi
maka output perekonomian wilayah DIY
DIY. Namun pengukuran output melalui
akan meningkat sebesar 1,8 satuan
indikator
menunjukkan
dengan asumsi variabel lain konstan.
besarnya kenaikan output perekonomian
Nilai DPO beras yang paling tinggi
suatu akibat adanya kenaikan permintaan
dalam perekonomian DIY menunjukkan
akhir suatu sektor tertentu sebessar satu
bahwa pengembangan industri beras akan
satuan.
memiliki
DPO
dapat
dampak
diinterpretasikan,
besar
terhadap
penciptaan output diwilayah provinsi 161
DIY. Di sisi lain, dominasi sektor industri
nilainya sebesar 1,3858, (2) asuransi dan
beras sekaligus menunjukkan bahwa
dana pensiun kode 72 sebesar 1,3093,
potensi sektor pertanian juga masih
(3) industri tepung terigu dan tepung
sangat dominan di Provins DIY.
lainnya kode 26 sebesar 1,2794, (4)
jasa
kesehatan dan kegiatan sosial kode 81 unggulan
sebesar 1,27852, (5) industri barang
menurut indek daya penyebaran
kimia kecuali pupuk dan pestisida kode
dan indek derajat kepekaan
44 sebesar 1,2399, (6) konstruksi khusus
(5) Identifikasi
sektor
Indek daya penyebaran (IDP)
kode
60 sebesar 1,1719, (7) industri
secara matematis merupakan nilai dari
barang dan barang lainnya dari karet
daya penyebaran dinormalkan dengan
kode 45 sebesar 1,16751, (8) industri biji-
rata-rata nilai daya penyebaran seluruh
bijian kupas, coklat dan kembang gula
sektor. Nilai daya penyebaran diperoleh
kode
dengan menjumlahkan seluruh nilai unsur
keuangan lainnya kode
matrik kebalikan Leontief menurut baris.
1,1500, (10) angkutan jalan raya kode 64
Matrik kebalikan Leontief menurut baris
sebesar 1,1481.
juga
menunjukkan
keterkaitan
belakang
baik
keterkaitan
maupun
keterkaitan
Menurut
Daryanto
(2010)
nilai
tak dan
Daya
30
sebesar
1,1551,
(9)
jasa
72 sebesar
ke
Ditinjau dari peringkatnya, sektor
langsung
industri beras menunjukkan nilai IDP
langsung.
yang paling tinggi diantara 82 sektor
Hafizrianda
yang
lain,
yaitu
sebesar
Penyebaran
Berdasarkan nilai IDP
1,3858.
tersebut dapat
menunjukkan besarnya kenaikan output
diartikan bahwa setiap ada kenaikan
perekonomian suatu wilayah sebagai
permintaan akhir terhadap sektor industri
akibat adanya permintaan akhir suatu
beras sebesar satu satuan, maka besarnya
sektor tertentu. Oleh karena, nilai IDP
dampak kenaikan output perekonomian
pada dasarnya nilai daya penyebaran
DIY akan meningkat sebesar 1,3858
yang dinormalkan maka nilai IDP dapat
satuan. Hasil ini menunjukkan bahwa
diperbandingkan antar sektor.
besarnya
Berdasarkan
hasil
analisis
terhadap 83 sektor ekonomi dalam perekonomian wilayah DIY, selanjutnya bisa
diidenifikasi
sktor-sektor
kenaikan
output
yang
diciptakan oleh sektor industri beras lebih besar dari kenaikan permintaannya. Nilai
indek
derajat
kepekaan
yang
(IDK) secara matematis merupakan nilai
memiliki nilai IDP dalam kategori 10
langsung dan tak langsung ke depan yang
besar. Adapun
dinormalkan
sektor-sektor terseut
adalah: (1) industri beras kode 24
dengan
nilai
rata-rata
koefisien seluruh sektor. Nilai langsung 162
dan tak langsung ke depan disebut juga
nilai 1,48744, (10) real estat kode 74
dengan nilai derajat kepekaan suatu
dengan nilai 1,4405.
sektor. Derajat kepekaan menunjukkan
Berdasarkan
nilai
IDK
dapat
kepekaan atau sensitivitas suatu sektor
ditunjukkan bahwa sektor perdagangan
apabila ada perubahan permintaan akhir
besar dan eceran selain mobil/motor
masing-masing
suatu
mempunyai nilai yang paling tinggi.
wilayah. Adapun nilai derajat kepekaan
Hasil tersebut menunjukkan bahwa sektor
suatu
besarnya
tersebut merupakan sektor yang paling
kenaikan output dari suatu sektor tertentu
sensitif atau peka terhadap perubahan
sebagai
perubahan
permintaan akhir masing-masing sektor.
permintaan akhir masing-masing sektor
Nilai IDK sebesar 2,4909 menunjukkan
dalam perekonomian suatu wilayah. Oleh
besarnya kenaikan output yang tercipta
karena nilia IDK merupakan nilai derajat
pada sektor perdagangan besar dan
kepekaan
eceran selain motor/mobil apabila ada
sektor
sektor
dalam
menunjukkan
akibat
yang
adanya
telah
distandarkan
sehingga, maka nilainya IDK suatu sektor
perubahan
dapat dikomparasikan dengan nilai IDK
masing-masing
sektor lainya.
sebesar saru satuan. Sekin tinggi nilai
Berdasarkan hasil analisis, maka
permintaan
akhir
sektor
pada
perekonomian
IDK suatu sektor maka semakin sensitif
nilai IDK sektor-sektor yang termasuk
atau
semakin
tinggi
pula
dampak
dalam 10 besar adalah sebagai berikut:
kenaikan output suatu sektor tersebut.
(1) sektor perdagangan besar dan eceran selain mobil/motor kode 61 dengan nilai 2,4909,
(2)
sektor
informasi
KESIMPULAN
dan
Berdasarkan hasil analisis dan
komunikasi dengan kode 69 nilianya
pembahasan maka dapat disimpulkan:
2,33747, (3) sektor penyedia makan dan
a. Sektor ekonomi unggulan ditinjau dari
minum kode 68 dengan nilai 2,15149, (4)
potensi
angkutan jalan raya kode 64 dengan
(1)
nilai1,87219, (5) listrik kode 57 dengan
bangunan,
nilai 1,8677, (6) padi kode 01 dengan
(3)
nilai 1,8510, (7) jasa keuangan lainnya
(4)
kode 72 nilainya 1,6392, (8) jasa lainnya
pertahanan & jaminan sosial wajib,
kode 83 dengan nilai
(5)
1,6069, (9)
total
sektor
outputnya
adalah:
konstruksi
gedung
(2)
pendidikan,
penyedia
jasa makan
administrasi
informasi
dan
&
minum, pemerintah,
komunikasi,
administrasi pemerintahan, pertahanan &
(6) perdagangan eceran besar dan
jaminan sosial wajib kode 79 dengan
eceran selain mobil/motor, (7) real estate,
(8)
konstruksi
khusus, 163
(9) industri makanan dan minuman
terigu dan tepung lainnya, (4)
lainnya, (10) jasa kesehatan dan
kesehatan
kegiatan sosail.
(5) industri barang kimia kecuali
dan
kegiatan
jasa sosial,
b. Sektor ekonomi unggulan ditinjau dari
pupuk dan pestisida, (6) konstruksi
potensi NTB adalah: (1) sektor jasa
khusus, (7) industri barang dan barang
pendidikan (2) perdagangan besar dan
lainnya dari karet, (8) industri biji-
eceran
bijian kupas, coklat dan kembang gula,
(3)
selain
informasi
mobil/motor, dan
komunikasi,
(4) penyedia makanan danminuman, (5) konstruksi gedung dan bangunan sispil.
jasa
keuangan
lainnya,
(10) angkutan jalan raya. f. Sektor ekonomi unggulan ditinjau dari nilai indek derajat kepekaan adalah:
c. Sektor ekonomi unggulan ditinjau dari potensi
(9)
total
ekspornya
adalah
(1) industri beras,
(2) asuransi dan
:
dana pensiun, (3) industri tepung
(1) kebudayaan hiburan dan rekreasi,
terigu dan tepung lainnya, (4) jasa
(2) industri furnitur, (3) industri
kesehatan
pakian jadi, (4) real estate, (5) jagung,
(5) industri barang kimia kecuali
(6) industri makanan dan minuman
pupuk dan pestisida, (6) konstruksi
lainnya, (7) industri tekstil selain
khusus, (7) industri barang dan barang
tenun dan batik, dan (8) angkutan rel.
lainnya dari karet, (8) industri biji-
d. Sektor ekonomi unggulan ditinjau dari
dan
kegiatan
bijian kupas, coklat dan kembang gula,
potensi total penyerapan tenaga kerja
(9)
adalah:
(10) angkutan jalan raya.
(1) perdagangan besar dan
sosial,
jasa
keuangan
lainnya,
eceran selain mobil/motor, (2) padi, (3) jasa pendidikan, (4) adminsitrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, (5) penyediaan makanan dan minum, (6) konstruksi gedung dan bangunan sispil, (7)
unggas dan
hasilnya, (8) ketela pohon, (9) industri makanan
dan
minuman
lainnya,
(10) buah-buahan. e. Sektor ekonomi unggulan ditinjau dari nilai indek daya penyebaran adalah : (1) industri beras, (2) asuransi dan
DAFTAR PUSTAKA BPS, 1995. Analisis Input Output: Teori dan Aplikasi. BPS Pusat Jakarta. BPS
DIY, 2007. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). BPS Provinsi DIY.
BPS DIY, 2010. Tabel Input Output daerah Istimewa Yogyakarta Buku I dan II. Kerjasama BPS dengan Bappeda DIY. BPS DIY, 2014. Berita Resmi Statistik DIY. BPS DIY.
dana pensiun, (3) industri tepung 164
BPS Pusat, 2012. Indonesia Dalam Angka. BPS Jakarta. Budiharsono, Sugeng, 1989. Perencanaan Pembangunan Wilayah: Teori, Model Perencanaan dan Penerapannya. Universitas Nusa Bangsa. Bogor. Chenery, Hollis B,, dan Clark, Paul G., 1959. Interindustry Economics. Associete Proffesor of Economics Williams College. Santa Monica, California. Daryanto dan Hafizrianda, 2010. Analisis Input Output & Social Accounting Matrix. IPB Press. Keynes, J.M., 1936. The General Theory of Employment, Interest, and Money. Dalam Indonesia Edition oleh Gadjah mada University Press. Kunarjo, 1996. Sejarah Perencanaan Pembangunan: Sebuah Tinjauan Singkat. Majalah Kajian Ekonomi dan Sosial Prisma, Nomor Khusus 25 Tahun (1971-1996), Tahun XXV 1996. Pustaka LP3ES Indonesia. Jakarta.
Rostow, 1968. The Stage Of Economic Growth. Cambaridge At the University Press. Setda Prov Jawa Timut, 2009. Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 Nomor 1 Tahun 2009 Seri E. JDIH Biro Hukum. Sukirno, Sadono, 1985. Ekonomi Pembangunan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Todaro, Michael P., 1986. Perencanaan Pembangunan Model dan Metode. Intermedia, Jakarta. Widodo, Hg. Suseno Triyono, 1997. Ekonomi Indonesia: Fakta dan Tantangan Dalam Era Liberalisasi. Kanisius, Yogyakarta. Wibowo, R., Sofyan R., dan Sugeng R., 1992. Analisis Keterkaitan Sektor Agroindustri di Indonesia. Makalah Disampaikan Pada Seminar Nasional Perheppi. Perheppi Jakarta.
Leontief, w., 1986. Input Output Economics. Secodn Edition. Oxford University Press. Oxford Miller, R.E dan P.H. Blair, 1985. Input Output Analysis: Foundations and Extensions. Prentice-Hall, Inc., Engliwood Cliffs, New Jersey. Presetyantoko, A., 2010. Ponzi ekonomi: Prospek Indonesia di Tengah Instabilitas Global. PT. Kompas Media Nusantara. Riedel, James, 1992. Pembangunan Ekonomi di Asia Timur. Keberhasilan Industrialisasi di Asia Timur. Gramedia, Jakarta.
165