STRATEGI PEMBERDAYAAN AGRIBISNIS PERDESAAN (Kasus : Desa Tangkil dan Hambalang, Kecamatan Citereup, Kabupaten Bogor)
SKRIPSI
JATNIKA ARIFIN H34096049
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
STRATEGI PEMBERDAYAAN AGRIBISNIS PERDESAAN (Kasus : Desa Tangkil dan Hambalang, Kecamatan Citereup, Kabupaten Bogor)
SKRIPSI
JATNIKA ARIFIN H34096049
PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
RINGKASAN
JATNIKA ARIFIN. Strategi Pemberdayaan Agribisnis Perdesaan (Kasus : Desa Tangkil dan Hambalang Di Kecamatan Citereup, Kabupaten Bogor), Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi Dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan MUHAMMAD FIRDAUS)
Pembangunan Perdesaan sangat diperlukan untuk Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia melakukan pertanian sebagai mata pencaharian, dan mereka tinggal di Perdesaan. Dalam usaha mempercepat laju pertumbuhan sektor agribisnis Perdesaan, petani dihadapkan dengan kondisi yang serba lemah (modal, skill, pengetahuan dan penguasaan lahan) dapat ditempuh melalui penerapan sistem pengembangan (system of development) agribisnis. Pengembangan agribisnis di Perdesaan merupakan pilihan tepat dan strategis untuk dapat menggerakan roda perekonomian dan pemberdayaan ekonomi masyarakat Perdesaan. Pengembangan agribisnis di Desa Tangkil dan Hambalang masih berhadapan dengan banyak kendala. Diantaranya, pertama sebagian besar kepemilikan lahan pertanian yang selama ini digunakan untuk bercocok tanam oleh masyarakat desa berstatus lahan Hak Guna Usaha (HGU) milik pemerintah. Lahan pertanian sebagian besar sudah beralih fungsi menjadi bangunan markas Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian Tentara Nasional Indonesia (PMPP TNI) dan tanah-tanah yang ada dikuasai perusahaan-perusahaan dan pengembang. Kedua belum tampak secara riil usaha pemerintah untuk mengembangkan industri pertanian secara sungguh-sungguh di kedua desa. Sehingga iklim usaha kurang dapat merangsang investor untuk mengembangkan bidang agribisnis di kedua desa. Ketiga, kurangnya sarana pendidikan di Perdesaan menyebabkan rendahnya kualitas SDM di Desa Tangkil dan Hambalang. Selain itu kesadaran masyarakat atas pentingnya pendidikan masih dirasa kurang. Oleh karena itu kedua desa harus dapat mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan Perdesaan baik kekuatan, kelemahan, peluang maupun ancaman yang dirumuskan dalam strategi pengembangan agribisnis Perdesaan. Metode pengolahan dan analisis data terdiri dari analisis deskriptif dan analisis formulasi strategi. Adapun pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan kerangka mata pencaharian berkelanjutan yang diterjemahkan dari bahasa Inggris Sustainable Livelihoods (SL) dengan alat bantu analisis yang digunakan adalah matriks IFE dan matriks EFE untuk analisis lingkungan Perdesaan, matriks SWOT untuk merumuskan strategi dan matriks QSP untuk memilih alternatif strategi berdasarkan prioritas. Faktor-faktor lingkungan internal Perdesaan terdiri atas kekuatan dan kelemahan. Kekuatan yang dimiliki oleh Desa Tangkil dan Hambalang antara lain: (1) Mata pencaharian utama sebagai petani, (2) Minat dan semangat berwirausaha, (3) Situasi desa yang relatif aman dan kondusif, (4) Kemudahan memperoleh air bersih dan (5) Adanya kelompok tani yang dapat mempersatukan petani. Kelemahan yang dimiliki oleh Desa Tangkil dan Hambalang antara lain: (1) Kepemilikan lahan pertanian bukan milik sendiri, (2) Kurangnya pendidikan, pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat desa, (3) Kurangnya modal untuk memulai dan mengembangkan usaha, (4) Kurangnya sarana transportasi umum dan kondisi jalan yang rusak, (5) Belum adanya kelembagaan seperti koperasi yang dapat mendukung kegiatan agribisnis dan (6) Skala usaha yang relatif kecil. Faktor-faktor lingkungan eksternal yang dihadapi Perdesaan terdiri dari peluang dan ancaman. Peluang yang dihadapi oleh Desa Tangkil dan Hambalang adalah: (1) Adanya program dari PNPM untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat desa, (2) Adanya investor yang bersedia menanamkan modalnya, (3) Adanya industri pengolahan hasil pertanian, (4) Adanya bantuan bibit dari pemerintah dan (5) Adanya perhatian dari pemerintah daerah terkait penanggulangan kemiskinan. Ancaman yang dihadapi oleh Desa Tangkil dan Hambalang adalah: (1) Pengambilalihan lahan pertanian sewaktu-sewaktu oleh pemilik lahan, (2) Adanya aktivitas pembangunan markas komando Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian Tentara Nasional Indonesia (PMPP TNI) yang dapat menghambat aktivitas masyarakat, (3) Kurang intensifnya perhatian pemerintah terhadap kegiatan agribisnis di kedua desa, (4) Isu kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Tarif Dasar Listrik (TDL) dan (5) Belum tersedianya sarana pelaku ekonomi/pedagang berupa pasar yang representatif. Matriks SWOT Strategi Pemberdayaan Agribisnis Perdesaan menghasilkan enam alternatif strategi yang kemudian dianalisis menggunakan matriks QSP, lalu diperoleh prioritas strategi yaitu Penanaman Sayuran Dalam Pot (Tambulapot) dengan nilai TAS sebesar 5,296. Dari hasil analisis tersebut strategi pengembangan agribisnis pedesaan dan pemberdayaan ekonomi perdesaan diharapakan dapat memberdayakan masyarakat miskin dan masyarakat ekonomi lemah agar dapat meningkatkan kesejahteraannya dan memajukan perekonomian desa.
STRATEGI PEMBERDAYAAN AGRIBISNIS PERDESAAN (Kasus : Desa Tangkil dan Hambalang, Kecamatan Citereup, Kabupaten Bogor)
JATNIKA ARIFIN H34096049
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Judul Skripsi : Strategi Pemberdayaan Agribisnis Perdesaan (Kasus : Desa Tangkil dan Hambalang, Kecamatan Citereup, Kabupaten Bogor) Nama
: Jatnika Arifin
NRP
: H34096049
Disetujui, Pembimbing
Muhammad Firdaus, Ph.D NIP. 19730105 199702 1 001
Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002 Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Strategi Pemberdayaan Agribisnis Perdesaan (Kasus : Desa Tangkil dan Hambalang, Kecamatan Citereup, Kabupaten Bogor)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang ditertibkan maupun tidak ditertibkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Oktober 2011
Jatnika Arifin H34096049
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 29 Januari 1989. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Tatang Arifin dan Ibunda Ike Raudah. Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri Pelita pada tahun 2000 dan pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri 34 Bandung pada tahun 2003, pada tahun 2006 penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Bandung. Sejak tahun 2006-2009 penulis mengikuti pendidikan di D-III Agribisnis, program studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Kemudian penulis melanjutkan studi di Program Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan
skripsi
yang
berjudul
“Strategi
Pemberdayaan Agribisnis Perdesaan (Kasus : Desa Tangkil dan Hambalang, Kecamatan Citereup, Kabupaten Bogor)”. Shalawat dan salam senantiasa tercurah dan limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai uswatun hasanah dan pemimpin terbaik bagi umat manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi internal dan eksternal Desa Tangkil dan Hambalang, menganalisis peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan yang dimiliki kedua desa serta merumuskan strategi pengembangan agribisnis dan pemberdayaan ekonomi perdesaan yang tepat, agar Desa Tangkil dan Hambalang dapat tumbuh, berkembang dan mandiri. Skripsi ini diharapkan dapat berguna dan memberikan manfaat kepada semua pihak, baik peneliti, pengelola dan pembaca. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penelitian ini dan penyusunan skripsi ini. Namun demikian, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang terkait.
Bogor, Oktober 2011
Jatnika Arifin
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang atas rahmat dan hidayah-Nya yang senantiasa mengiringi perjalanan hidup penulis, terutama dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyelasaian skripsi tidak terlepas dari bantuan, motivasi, doa dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua tercinta dan keluarga yang telah memberikan dukungan moral dan mendidik penulis agar selalu menjadi manusia yang lebih baik dan bermanfaat. 2. Bapak Muhammad Firdaus, Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi atas segala bimbingan, masukan, koreksi dan bantuan selama pelaksaan penulisan skripsi ini di sela-sela kesibukan beliau. 3. Ibu Ir. Juniar Atmakusuma, MS. dan Ibu Etriya, SP, MM. selaku dosen penguji sidang dan dosen komisi pendidikan sidang yang telah memberikan masukan dan saran dalam hal penulisan skripsi yang baik dan benar. 4. Ibu Tintin Sarianti, SP, MM. selaku dosen evaluator kolokium proposal penulis yang telah memberikan masukan yang sangat bermanfaat untuk penyusunan skripsi ini. 5. Seluruh masyarakat di Desa Tangkil dan Hambalang, khususnya Kepala Desa Tangkil yaitu Bpk. H. Suparman, Sekdes Tangkil Bpk. Aman Rusmana, perangkat Desa Tangkil Bpk. Endang dan Bpk. Baehaki, serta Bpk. H. Obing selaku tokoh ekonomi masyarakat Desa Tangkil. Selain itu juga ucapan terimakasih untuk Kepala Desa Hambalang yaitu Bpk. H. Encep Dani, Sekdes Hambalang Bpk. H. Didi Suhendi, serta Bpk. H. Misbahudin selaku tokoh ekonomi masyarakat Desa Hambalang yang telah banyak membantu untuk memperoleh iniformasi dalam pengerjaan skripsi ini. 6. Kepala BP3K Gunung Putri Bpk. Sunarto, Petugas Pertanian Kecamatan Citereup Ibu Isbiyanti, dan Kang Erik selaku pendamping dari PNPM Mandiri yang telah
banyak membantu penulis dalam memperoleh informasi untuk mendukung penulisan skripsi ini. 7. Teman seperjuangan penelitian Reza (Inyong) dan Eneng yang banyak membantu penulis selama proses penelitian dan bimbingan. Rekan-rekan penulis di Bogor dan Bandung yaitu Rian (Benclung), Rizal (Tukijal), Ridwan (Prof) yang juga banyak membantu dan memberikan motivasi kepada penulis. 8. Seluruh teman-teman di IPB terutama mahasiswa Program Alih Jenis Departemen Agribisnis FEM IPB angkatan 7. 9. Teman-teman seperjuangan dari D-III Agribisnis Unpad angkatan 2006 & 2007 10. Seluruh Dosen dan staf Departemen Agribisnis yang telah banyak membantu penulis selama ini. 11. Semua pihak yang telah bersedia membantu semasa penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Bogor, Oktober 2011
Jatnika Arifin
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ....................................................................................... i DAFTAR TABEL ................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................
vi
I.
PENDAHULUAN ..................................................................... 1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1.2. Perumusan Masalah ............................................................. 1.3. Tujuan .................................................................................. 1.4. Manfaat ................................................................................ 1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian .......................
1 1 4 6 6 7
II.
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 2.1. Agribisnis ............................................................................. 2.2. Desa dan Perdesaan ............................................................. 2.2.1. Pembangunan Perdesaan ........................................... 2.2.2. Pemberdayaan Ekonomi Perdesaan ........................... 2.3. Persoalan Kemiskinan ......................................................... 2.4. Penelitian Terdahulu ............................................................
8 8 8 10 11 12 14
III. KERANGKA PEMIKIRAN ...................................................... 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................ 3.1.1. Pengertian Strategi ...................................................... 3.1.2. Lingkungan Organisasi ................................................ 3.1.3. Analisis Lingkungan Perdesaan ................................... 3.1.3.1. Kerangka Penghidupan Berkelanjutan (Sustainable Livelihoods Framework) .......... 3.1.3.2. Analisis Lingkungan Internal ........................ 3.1.3.3. Analisis Lingkungan Eksternal ..................... 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional .........................................
17 17 17 17 17
IV. METODE PENELITIAN ........................................................... 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 4.2. Jenis dan Sumber Data ........................................................ 4.3. Metode Pengumpulan Data ................................................. 4.4. Teknik Pengumpulan Data Primer ...................................... 4.5. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data ....................... 4.5.1. Proses Perumusan Alternatif Strategi ....................... 4.5.2. Kerangka Penghidupan Berkelanjutan (Sustainable Livelihoods Framework) ............................................ 4.5.3. Matriks IFE dan EFE ................................................ 4.5.4. Penentuan Bobot Setiap Variabel ..............................
27 27 28 28 29 30 30
18 18 22 24
32 32 34
4.5.5. Matriks SWOT .......................................................... 4.5.6. Matriks QSPM ..........................................................
34 36
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ......................... 5.1. Keadaan Umum di Kedua Desa ............................................ 5.1.1. Desa Tangkil ............................................................... 5.1.2. Desa Hambalang ......................................................... 5.2. Kaitan Visi dan Misi Kabupaten Bogor, Kecamatan Citereup dan Visi Misi Desa Tangkil dan Hambalang Terhadap Pemberdayaan Agribisnis Perdesaan .................................... 5.3. Kegiatan Agribisnis di Kedua Desa ...................................... 5.3.1. Desa Tangkil ............................................................... 5.3.2. Desa Hambalang ......................................................... 5.4. Identifikasi Potensi Agribisnis di Kedua Desa ..................... 5.4.1. Desa Tangkil ............................................................... 5.4.2. Desa Hambalang ......................................................... 5.5. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Desa Tangkil dan Hambalang ............................................................................ 5.6. Unsur-unsur Pendukung Lainnya .......................................... 5.6.1. Perusahaan .................................................................. 5.6.2. PNPM Mandiri ...........................................................
38 38 38 39
VI. ANALISIS LINGKUNGAN PERDESAAN ............................. 6.1. Analisis Lingkungan Internal ................................................ 6.1.1. Sumber Daya Manusia (Human Asset) ....................... 6.1.2. Keuangan (Financial Asset) ....................................... 6.1.3. Infrastruktur Perdesaan (Phisycal Asset) .................... 6.1.4. Sumber Daya Alam (Natural Asset) ........................... 6.1.5. Modal Sosial (Social Asset) ......................................... 6.2. Analisis Faktor Eksternal ...................................................... 6.2.1. Ekonomi ...................................................................... 6.2.2. Politik dan Kebijakan Pemerintah .............................. 6.2.3. Teknologi .................................................................... 6.2.4. Demografi ................................................................... 6.2.5. Sosial, Budaya dan Lingkungan .................................
53 53 53 55 56 58 59 60 60 61 61 62 62
VII. FORMULASI STRATEGI PEMBERDAYAAN AGRIBISNIS DI DESA TANGKIL DAN HAMBALANG .............................. 7.1. Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan ....................... 7.1.1. Kekuatan (Strengths) .................................................. 7.1.2. Kelemahan (Weakness) ............................................... 7.2. Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman ............................ 7.2.1. Peluang (Opportunity) ................................................ 7.2.2. Ancaman (Threat) ....................................................... 7.3. Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE) Analisis S – W ........ 7.4. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) Analisis O - T .....
65 65 65 67 69 69 72 74 76
V.
41 42 42 43 45 45 47 49 50 50 51
7.5. Analisis Kekuatan – Kelemahan – Peluang - Ancaman Strategi Pemberdayaan Agribisnis Perdesaan ...................... 7.5.1. Strategi S-O ................................................................ 7.5.2. Strategi W-O ............................................................... 7.5.3. Strategi S-T ................................................................. 7.5.4. Strategi W-T ............................................................... 7.6. Matriks Quantitative Strategic Planning (QSPM) ................
77 78 79 84 86 91
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 8.1. Kesimpulan .......................................................................... 8.2. Saran .....................................................................................
93 93 94
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................
95
LAMPIRAN ..........................................................................................
97
DAFTAR TABEL Nomor 1.
Halaman
3.
Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2006 – 2010 (jiwa) di Indonesia Tahun 2005-2009 ................................................................................. Jumlah dan Presentase Kepala Keluarga Penerima BLT di Desa Tangkil dan Desa Hambalang Tahun 2009 ............................... Bentuk Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) ....................
4.
Bentuk Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) ................
33
5.
Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Organisasi ...............
34
6.
Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Organisasi .............
34
7.
Matriks SWOT ..........................................................................
35
8.
Matriks QSPM ...........................................................................
37
9.
Data Administrasi Kewilayahan Kecamatan Citereup ..............
39
2.
2 3 33
10. Populasi dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Citereup Per : Desember 2010 ................................................................. 11. Jenis Ternak dan Perkiraan Jumlah Populasinya di Desa Tangkil.
40 43
12. Jenis Ternak dan Perkiraan Jumlah Populasinya di Desa Hambalang ................................................................................ 13. Tingkat Kualitas Angkatan Kerja Desa Hambalang Tahun 2011.
45 54
14. Data Sarana dan Kondisi Jalan Kabupaten di Wilayah Kecamatan Citereup .................................................................. 15. Infrastruktur Pendidikan Di Desa Tangkil dan Hambalang ......
57 58
16. Luasan Lahan Berdasarkan Peruntukannya di Desa Hambalang
58
17. Potensi Sumber Daya Air ..........................................................
59
18. Realisasi Indikator Makro Ekonomi Menurut PDRB Berdasarkan Harga Berlaku ...................................................... 60 19. Jumlah Penduduk di Kabupaten Bogor Berdasarkan Jenis Kelamin 63 20. Matriks IFE Perdesaan ..............................................................
75
21. Matriks EFE Perdesaan .............................................................
76
22. Jenis Tanaman Sayuran Dalam Pot (Tambulapot) ....................
84
23. Analisis SWOT Strategi Pemberdayaan Agribisnis Perdesaan .
90
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Kerangka Penghidupan Berkelanjutan ......................................
19
2.
Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian ..................................
26
3.
Peta Desa Tangkil dan Hambalang ................................................
27
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Struktur Organisasi Desa Tangkil .............................................
97
2.
Struktur Organisasi Desa Hambalang .......................................
98
3.
Kuisioner Terbuka .....................................................................
99
4.
Kuisioner Strategi ......................................................................
105
5.
Tabel Bobot dan Rating Matriks IFE ........................................
117
6.
Tabel Bobot dan Rating Matriks EFE .......................................
118
7.
Analisis Usaha Tani Sayuran di Pekarangan .............................
119
8.
Tabel Matriks QSP Strategi Pemberdayaan Agribisnis Perdesaan
122
9.
Foto-Foto Keadaan di Desa Tangkil dan Hambalang ...............
123
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Pembangunan perdesaan sangat diperlukan untuk Indonesia karena sebagian
besar penduduk Indonesia melakukan pertanian sebagai mata pencaharian, dan mereka tinggal di perdesaan1. Dalam usaha mempercepat laju pertumbuhan sektor agribisnis perdesaan, petani dihadapkan dengan kondisi yang serba lemah (modal, skill, pengetahuan dan penguasaan lahan) dapat ditempuh melalui penerapan sistem pengembangan (system of development) agribisnis. Di Indonesia sejak dilaksanakan pembangunan pertanian, telah diterapkan beberapa sistem pengembangan pertanian berskala usaha baik untuk komoditi pangan maupun non pangan. Jika dikaji lebih jauh tujuan dan sasaran sistem pengembangan yang pernah diterapkan di sektor pertanian, pada hakekatnya adalah pengembangan sektor pertanian secara menyeluruh dan terpadu, yakni tidak hanya peningkatan produksi, tetapi juga pengadaan sarana produksi, pengolahan produk, pengadaan modal usaha dan pemasaran produk secara bersama atau bekerjasama dengan pengusaha. Sistem pengembangan sektor pertanian semacam ini, jika menggunakan istilah sekarang, tidak lain adalah pengembangan pertanian berdasarkan agribisnis, atau dengan kata lain pengembangan agribisnis. Strategi Pemberdayaan Agribisnis Perdesaan muncul dari permasalahan adanya ketimpangan pembangunan wilayah antar kota sebagai pusat kegiatan dan pertumbuhan ekonomi dengan wilayah produsen sebagai pusat kegiatan pertanian yang kurang berkembang. Pembangunan sektor pertanian sekarang adalah sangat penting, karena apabila pembangunan sektor ini di wilayah tersebut menjadi tidak berhasil
dikembangkan,
dapat
memberi
dampak-dampak
negatif
terhadap
pembangunan nasional secara keseluruhannya, yaitu terjadinya kesenjangan yang semakin melebar antar wilayah dan antar kelompok antara lain mengenai tingkat pendapatan.
1
Sistem Pengembangan Agribisnis. http://agribisnis.blogspot.com/2009/11/html [28 Maret 2011]
Pengembangan agribisnis di perdesaan merupakan pilihan tepat dan strategis untuk dapat menggerakan roda perekonomian dan pemberdayaan ekonomi masyarakat perdesaan. Hal ini memungkinkan karena adanya kemampuan yang tinggi dari agribisnis dalam penyerapan tenaga kerja, mengingat sifat industri pertanian yang padat karya dan bersifat massal dengan berbasis pada masyarakat dalam upaya meningkatkan perekonomian di perdesaan. Tingkat penyerapan tenaga kerja di sektor agribisnis dapat dilihat berdasarkan data statistik BPS yaitu data penduduk yang bekerja di 15 tahun ke atas dari tahun 2007 – 2010 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2007 – 2010 (jiwa) Lapangan Pekerjaan No 2007 2008 2009 2010 Utama 1 Agribisnis 41.206.474 41.331.706 41.611.840 41.494.941 Pertambangan dan 2 994.614 1.070.540 1.155.233 1.254.501 Penggalian 3 Industri Pengolahan 12.368.729 12.549.376 12.839.800 13.824.251 4 Listrik, Gas, dan Air 174.884 201.114 223.054 234.070 5 Bangunan 5.252.581 5.438.965 5.486.817 5.592.897 Perdagangan Besar, 6 Eceran, Rumah 20.554.650 21.221.744 21.947.823 22.492.176 Makan, dan Hotel Angkutan, 7 Pergudangan dan 5.958.811 6.179.503 6.117.985 5.619.022 Komunikasi Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan 8 1.399.940 1.459.985 1.486.596 1,739,486 Bangunan, Tanah, dan Jasa Perusahaan Jasa Kemasyarakatan, 9 12.019.984 13.099.817 14.001.515 15.956.423 Sosial dan Perorangan Total 99.930.217 102.552.750 104.870.663 108.207.767 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2011
Dari Tabel 1, dapat dilihat bahwa penyerapan tenaga kerja di Indonesia didominasi oleh sektor agribisnis, tetapi hal ini tidak berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan para pelaku agribisnis terutama buruh tani yang kesejahteraannya rendah. Keadaan ini menciptakan ketimpangan yang rentan terhadap setiap goncangan yang menimbulkan gejolak ekonomi sosial yang dapat terjadi secara
berulang-ulang. Hal ini juga diperparah dengan kondisi wilayah desa dengan kegiatan utama sektor primer, khususnya pertanian yang mengalami produktivitas yang relatif rendah akibat beberapa permasalahan. Di sisi lain wilayah perkotaan sebagai tujuan pasar dan pusat pertumbuhan menerima bahan berlebih, sehingga untuk mengatasi kesenjangan ini perlu adanya strategi pengembangan agribisnis di perdesaan. Desa Tangkil dan Hambalang merupakan desa miskin yang kesadaran pendidikan masyarakatnya masih rendah dengan mata pencaharian utama sebagai buruh tani, sehingga penghasilan yang diperoleh menjadi rendah dengan jumlah nominal yang tidak menentu. Kemiskinan merupakan salah satu problem sosial yang sangat serius dan perlu penanggulangan yang tepat. Kemiskinan di Desa Tangkil dan Hambalang ditandai dengan perbandingan jumlah kepala keluarga di kedua desa dengan banyaknya jumlah kepala keluarga miskin penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang terdapat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah dan Presentase Kepala Keluarga Penerima BLT di Desa Tangkil dan Hambalang Tahun 2009 Presentase Jumlah Kepala Jumlah Kepala Keluarga No. Desa Penerima BLT Keluarga Penerima BLT (%) 1 Tangkil 235 95 40,425 2 Hambalang 2.757 1.013 36,743 Sumber : Daftar Pengawasan Pembayaran Bantuan Langsung Tunai di Desa Tangkil dan Desa Hambalang (diolah)
Berdasarkan Tabel 2, hampir setengah dari kepala keluarga yang ada di kedua desa merupakan masyarakat yang tergolong miskin dan memerlukan bantuan. Bahkan 700 kepala keluarga (KK) kondisi rumahnya dalam keadaan tidak layak huni dan sebagian besar rumah beralaskan tanah dan terbuat dari bilik bambu2. Di desa Hambalang juga masih terdapat satu kampung yang belum dialiri listrik. Kondisi ini tentu saja sangat memprihatinkan di mana lokasi Kecamatan Citeureup tidak jauh dari ibukota Kabupaten Bogor yaitu Cibinong. Akibat kemiskinan dan kurangnya lapangan pekerjaan maka masyarakat desa secara nasional mulai melakukan migrasi ke wilayah perkotaan. Meskipun tidak ada jaminan bahwa mereka akan mendapatkan pekerjaan, tetapi kehidupan di kota lebih
memberikan harapan untuk menambah penghasilan. Keadaan ini selanjutnya menimbulkan persoalan-persoalan yang dapat berakibat buruk bagi masyarakat kawasan kota yang sudah terlalu padat, sehingga dapat menimbulkan pencemaran, pemukiman kumuh, sanitasi buruk, menurunnya kesehatan yang pada gilirannya akan menurunkan produktivitas masyarakat kawasan perkotaan. Maka dengan ini pengembangan sektor agribisnis dan pemberdayaan ekonomi perdesaan di Desa Tangkil dan Hambalang perlu dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dan mencegah ketimpangan kesejahteraan antara wilayah perdesaan dengan perkotaan.
1.2.
Perumusan Masalah Semakin hari sektor agribisnis sudah dianggap kurang prospektif lagi bagi
masyarakat perdesaan karena berbagai permasalahan yang dihadapi oleh para pelaku agribisnis di perdesaan. Hal ini juga diakibatkan kurang berkembangnya industri pengolahan yang terkait dengan produksi usahatani sehingga mempengaruhi daya serap pasar akan produksi usahatani serta kurangnya informasi pasar kepada para pelaku agribisnis di perdesaan3. Dengan kurang berkembangnya agribisnis di perdesaan tentu akan berdampak buruk bagi kesejahteraan masyarakatnya karena sektor agribisnis merupakan tonggak perekonomian bagi masyarakat perdesaan. Pengembangan agribisnis di Desa Tangkil dan Hambalang masih berhadapan dengan banyak kendala. Diantaranya pertama, sebagian besar kepemilikan lahan pertanian yang selama ini digunakan untuk bercocok tanam oleh masyarakat desa berstatus lahan Hak Guna Usaha (HGU) milik pemerintah. Lahan pertanian sebagian besar sudah beralih fungsi menjadi bangunan markas Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian Tentara Nasional Indonesia (PMPP TNI) dan tanah-tanah yang ada dikuasai perusahaan-perusahaan dan pengembang. Hal ini dikarenakan lahan pertanian bukan hak milik masyarakat, melainkan milik pihak ketiga. Kedua
belum
tampak
secara
riil usaha
pemerintah
daerah
untuk
mengembangkan kegiatan agribisnis secara sungguh-sungguh di kedua desa. Sehingga iklim usaha kurang dapat merangsang investor untuk mengembangkan 2
RTLH Desa Hambalang Capai 700 KK. http://www.radar-bogor.co.id [3 April 2011] Sutrisno, 2009. Pengembangan Agribisnis sebagai Terobosan Ekonomi Perdesaan. http://litbang.patikab.go.id [3 April 2011]
3
bidang agribisnis di kedua desa, seperti masih terbatasnya sarana pemasaran seperti transportasi jalan, listrik, pasar yang representatif dan fasilitas pascapanen. Demikian pula keterbatasan prasarana permodalan dan perkreditan dan tenaga ahli yang mampu melayani kegiatan-kegiatan sektor ini setelah pascapanen beserta pengolahannya. Ketiga, kurangnya sarana pendidikan di perdesaan menyebabkan rendahnya kualitas SDM di Desa Tangkil dan Hambalang. Selain itu kesadaran masyarakat atas pentingnya pendidikan masih dirasa kurang. Dengan kurangnya pendidikan, pengetahuan dan keterampilan masyarakat desa dapat menghambat pembangunan perekonomian perdesaan, maka diperlukan perhatian seluruh lapisan masyarakat akan pentingnya pendidikan yang berkualitas. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu memihak pemberdayaan ekonomi rakyat. Maka program pemberdayaan masyarakat miskin yang berbasis pengembangan agribisnis di Desa Tangkil dan Hambalang harus dirancang berdasarkan analisa tentang kemiskinan dan faktor sosial ekonomi lainnya. Permasalahan utama di kedua desa tersebut adalah rendahnya tingkat kesejahteraan, masyarakat menjadi miskin bukan karena malas, melainkan karena produktifitasnya rendah. Produktivitas yang rendah itu diakibatkan oleh kurangnya akses dalam bidang ekonomi (modal), kesehatan dan pendidikan. Tertutupnya akses masyarakat miskin dalam berbagai bidang terutama ekonomi, kesehatan dan pendidikan menyebabkan mereka sulit berkembang dan beranjak dari kemiskinan. Selain permasalahan internal juga ada beberapa permasalahan eksternal yang mempengaruhi pemberdayaan ekonomi perdesaan di Desa Tangkil dan Hambalang. Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor tersebut serta besar pengaruhnya terhadap kegiatan agribisnis di kedua desa. Setelah itu dapat dicarikan strategi apa yang paling tepat yang dapat diaplikasikan dan dikembangkan oleh masyarakat di Desa Tangkil dan Hambalang. Untuk mengetahui strategi mana yang paling tepat bagi Desa Tangkil dan Hambalang, maka langkah awalnya adalah mengetahui dengan jelas faktor-faktor internal maupun eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman
usahanya tersebut, sehingga dapat diajukan beberapa alternatif strategi yang tepat untuk diterapkan sebagai solusi masalah yang ada. Berdasarkan uraian tersebut maka permasalahan yang akan diangkat adalah : 1.
Apa saja potensi agribisnis yang dapat dikembangkan untuk pemberdayaan agribisnis di Desa Tangkil dan Hambalang?
2.
Apa saja faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi penentuan strategi pemberdayaan agribisnis di Desa Tangkil dan Hambalang?
3.
Bagaimana alternatif strategi yang dapat diterapkan untuk pemberdayaan agribisnis di Desa Tangkil dan Hambalang?
1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah penelitian yang telah diuraikan di atas, maka
penelitian ini bertujuan untuk : 1.
Mengidentifikasi gambaran umum potensi agribisnis di Desa Tangkil dan Hambalang.
2.
Mengidentifikasi dan menganalisa faktor internal dan faktor eksternal pemberdayaan agribisnis di Desa Tangkil dan Hambalang.
3.
Merumuskan alternatif strategi terbaik yang dapat diterapkan untuk pemberdayaan agribisnis di Desa Tangkil dan Hambalang.
1.4.
Manfaat Penelitian Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah :
1.
Sebagai objek penelitian untuk mengidentifikasi potensi agribisnis di Desa Tangkil dan Hambalang.
2.
Sebagai bahan pertimbangan dalam pengembilan keputusan strategi pemberdayaan agribisnis di Desa Tangkil dan Hambalang.
3.
Bagi penulis, sebagai sarana penerapan ilmu yang telah diperoleh selama kuliah sedangkan bagi kalangan umum, dapat memberikan manfaat bagi yang membutuhkan serta sebagai bahan pustaka bagi penelitian selanjutnya.
1.5.
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Ruang lingkup penelitian dan pembahasan skripsi ini meliputi gambaran
umum potensi agribisnis di Desa Tangkil dan Hambalang, analisis faktor-faktor internal dan eksternal perdesaan, perumusan strategi dan penentuan prioritas strategi yang dapat diterapkan pada pemberdayaan ekonomi masyarakat di kedua desa tersebut. Fokus kajian penelitian hanya meliputi kegiatan agribisnis secara umum yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Tangkil dan Hambalang untuk mengetahui potensi dan permasalahan yang dihadapi pelaku agribisnis di kedua desa tersebut. Keterbatasan penelitian ini yaitu tidak mengkaji lebih dalam seluruh sub-sektor agribisnis di Desa Tangkil dan Hambalang.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Agribisnis Agribisnis adalah bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang
mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di hilir. Penyebutan "hulu" dan "hilir" mengacu pada pandangan pokok bahwa agribisnis bekerja pada rantai sektor pangan (food supply chain)4. Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah cara pandang ekonomi bagi usaha penyediaan pangan. Sebagai subjek akademik, agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran. Istilah "agribisnis" diserap dari bahasa Inggris: agribusiness, yang berasal dari agriculture (pertanian) dan business (bisnis). Objek agribisnis dapat berupa tumbuhan, hewan, ataupun organisme lainnya. Kegiatan budidaya merupakan inti (core) agribisnis, meskipun suatu perusahaan agribisnis tidak harus melakukan sendiri kegiatan ini. Apabila produk budidaya (hasil panen) dimanfaatkan oleh pengelola sendiri, kegiatan ini disebut pertanian subsisten, dan merupakan kegiatan agribisnis paling primitif. Pemanfaatan sendiri dapat berarti juga menjual atau menukar untuk memenuhi keperluan sehari-hari.
2.2.
Desa dan Perdesaan Definisi desa menurut Sutardjo Kartohadikusuma mengemukakan bahwa desa
adalah suatu kesatuan hukum di mana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan sendiri. Menurut Bintarto desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik dan kultural yang terdapat di situ (suatu daerah) dalam hubungannya dan pengaruhnya secara timbal-balik dengan daerah lain. Sedangkan menurut Paul H. Landis bahwa Desa adalah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan ciri-cirinya sebagai berikut5: a)
Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa.
b)
Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan.
4
Agribisnis, 2011. http://id.wikipedia.org [4 April 2011]
c)
Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam seperti : iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan. Masyarakat perdesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang
kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga/anggota masyarakat yang hakikatnya bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat di mana dia hidup. Masyarakat perdesaan juga mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban setiap waktu demi masyarakatnya atau anggota-anggota masyarakat, karena beranggapan sama yaitu sebagai anggota masyarakat yang saling mencintai saling menghormati dan mempunyai hak tanggung jawab yang sama terhadap keselamatan dan kebahagian bersama di dalam masyarakat. Adapun yang menjadi ciri-ciri masyarakat perdesaan antara lain sebagai berikut : a)
Di dalam masyarakat perdesaan di antara warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat perdesaan lainnya di luar batas-batas wilayahnya.
b)
Sistem
kehidupan
umumnya
berkelompok
dengan
dasar
kekeluargaan
(Gemeinschaft atau paguyuban). c)
Sebagian besar warga masyarakat perdesaan hidup dari pertanian. Pekerjaanpekerjaan yang bukan pertanian merupakan pekerjaan sambilan yang biasanya sebagai pengisi waktu luang.
d)
Masyarakat tersebut homogen, seperti dalam hal mata pencarian, agama, adatistiadat dan sebagainya. Oleh karena anggota masyarakat mempunyai kepentingan pokok yang hampir
sama, maka mereka selalu bekerja sama untuk mencapai kepentingan-kepentingan mereka. Seperti pada waktu mendirikan rumah, upacara pesta perkawinan, memperbaiki jalan desa, membuat saluran air dan sebagainya, dalam hal-hal tersebut mereka akan selalu bekerjasama. Bentuk-bentuk kerjasama dalam masyarakat sering diistilahkan dengan gotong royong dan tolong-menolong.
5
Sosiologi Pedesaan, http://blog.unila.ac.id/rone/mata-kuliah/sosiologi-pedesaan/ [12 Juli 2011]
2.2.1. Pembangunan Perdesaan Maksud pembangunan perdesaan adalah menghilangkan atau mengurangi berbagai hambatan dalam kehidupan sosial–ekonomi, seperti kurang pengetahuan dan keterampilan, kurang kesempatan kerja, dan sebagainya (Jayardinata dan Pramandika, 2006). Akibat berbagai hambatan tersebut, penduduk wilayah perdesaan umumnya miskin. Sasaran dari program pembangunan perdesaan adalah meningkatkan kehidupan sosial dan kehidupan ekonomi keluarga miskin sehingga mereka mendapat kesejahteraan, yang berarti mereka memperoleh tingkat kepuasan dalam pemenuhan kebutuhan material (makanan-minuman, pakaian, perumahan, alat-alat, dsb) dan kebutuhan spiritualnya (pendidikan, agama, ilmu, keamanan, kepercayaan kepada diri, dsb) dengan layak. Pengembangan agribisnis perdesaan bertujuan menjadikan petani handal atau modern yang bisa mengelola komoditas pertaniannya dari pratanam hingga pasca panen atau pemasaran6. Hampir di seluruh desa di Indonesia, para petani hanya menguasai sub-sistem produksi, sedangkan sub-sistem agribisnis lainnya seperti pengadaan sarana dan modal, pengolahan hasil, dan pemasaran masih berada diluar kendali mereka. Di dalam sub-sistem produksi pun, praktek pertanian mereka masih perlu ditingkatkan dengan penerapan teknologi pertanian yang lebih maju dan lebih produktif. Pengembangan agribisnis dengan demikian dapat dikaitkan dalam kerangka pembangunan perdesaan untuk masa yang akan datang. Di mana melalui program pemerintah di sektor agribisnis haruslah memperkuat posisi petani sebagai yang terlibat langsung dalam kegiatan agribisnis dan kewirausahaan. Sejalan dengan upaya pengembangan agribisnis, yang sejak awal mesti diprogramkan oleh pemerintah daerah, maka salah satu langkah ke arah itu ialah memberi kemudahan kepada petani dalam memperoleh segala bentuk sumber daya agraria. Akan tetapi kalau sumber daya agraria ini sulit, atau karena hambatan birokrasi, maka dapat diperkirakan bahwa petani kita tidak akan pernah bangkit dari nestapa keterpurukan mereka sebagai petani yang tetap tidak berdaya, lebih-lebih petani penggarap7.
6
Abdurachman Adimihardja, 2006. Prima Tani Membangun Agroindustri Pedesaan dengan Inovasi Teknologi dan Kelembagaan Agribisnis. http://www.litbang.deptan.go.id [4 April 2011] 7 Aminuddin Siregar, 2008. Pengembangan Agribisnis dan Pembangunan Desa http://klubhausbuku.multiply.com/journal [4 April 2011]
Sebaliknya, bila para petani meperoleh kemudahan menjangkau sumber daya agraria ini, maka langkah berikutnya kembali perlu dipikirkan ialah upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Ini berkait pula dengan kebijakan pembangunan dan pengembangan agribisnis yang dibuat oleh pemerintah baik pusat maupun daerah. Kualitas sumber daya manusia amat sangat terkait dengan pembangunan masyarakat perdesaan, terutama yang menyangkut penataan ulang terhadap mekanisme pemberdayaan ekonomi rakyat khususnya dalam bidang perencanaan pembangunan desa. Pengembangan agribisnis kembali perlu mendapat perhatian serius. Terutama dari pihak pemerintah pusat, khususnya pemerintah daerah yang memiliki kewenangan dan yang secara otonomi pemerintah daerah berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Bagi kabupaten yang memiliki sumber daya alam yang potensial, pengembangan agribisnis merupakan peluang untuk dapat melakukan pembangunan desa. Pengembangan agribisnis ini, hanya dapat dikatakan berhasil apabila perlakuan terhadap sistem pendistribusian produk pertanian berlaku sama dengan pendistribusian barang ekonomi lainnya. Dengan kata lain pengembangan agribisnis tidak hanya membutuhkan komitmen tetapi juga memerlukan aturan yang jelas. Prospek kedepan dari pengembangan agribisnis didukung oleh pemerintah dan lembaga terkait, sebab pengembangan usaha pertanian melalui agribisnis ini akan berkait langsung dengan perekonomian rakyat, yang juga menjadi bagian dengan mengantisipasi terpuruknya ekonomi rakyat khususnya di perdesaan. Kemudian yang diperlukan selanjutnya adalah niat yang ikhlas untuk membantu petani, ikhtiar secara profesional, dan tawakal kepada Tuhan yang Maha Kuasa.
2.2.2. Pemberdayaan Agribisnis Perdesaan Dalam pengembangan agribisnis perdesaan, selain pendekatan agribisnis dapat juga menggunakan pendekatan wilayah dan kesejahteraan masyrakat. Hal ini berarti bahwa pembangunan tidak terbatas pada sektor pertanian saja, tetapi menyentuh
seluruh
aspek
kemasyarakatan
secara
komperhensif,
dengan
memperhatikan kekhususan kondisi wilayah. Masyarakat tani berupaya menggali potensi sumberdaya alam dan sosial-budaya untuk meningkatan kesejahteraan, yang dilaksanakan secara partisipatif dengan para peneliti, penyuluh, aparat Dinas Pemda, swasta, dan sebagainya Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan semua sektor pembangunan harus dibangun secara integratif di bawah koordinasi pemerintah bersangkutan, maka dapat diharapkan prasarana dan sarana pertanian serta berbagai fasilitas umum perdesaan pun dapat tertata dengan lebih baik. Perlunya pengembangan agribisnis ini dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat perdesaan disebabkan potensi ekonomi lokal sebagian besar masyarakat perdesaan di Indonesia adalah masyarakat agraris, yakni bidang pertanian. Kegiatan pembangunan perlu diarahkan untuk dapat memberdayakan ekonomi masyarakat perdesaan untuk merubah kehidupan masyarakat desa menjadi lebih baik. Perencanaan dan implementasi pembangunan seharusnya berisi usaha untuk memberdayakan mereka sehingga mereka mempunyai akses pada sumbersumber ekonomi. Usaha memberdayakan masyarakat desa serta perang melawan kemiskinan dan kesenjangan di daerah perdesaan masih harus menjadi agenda penting dalam kegiatan pembangunan dan pembangunan perdesaan masih relevan untuk ditempatkan pada prioritas kebijaksanaan. Pembangunan perdesaan dalam perkembangnya tidak semata-mata terbatas pada peningkatan produksi pertanian. Pembangunan perdesaan juga tidak hanya mencakup implementasi program peningkatan kesejahteraan sosial melalui distribusi uang dan jasa untuk mencukupi kebutuhan dasar. Lebih dari itu adalah sebuah upaya kegiatan yang menyentuh pemenuhan berbagai macam kebutuhan sehingga segenap anggota masyarakat dapat mandiri, percaya diri, tidak bergantung dan dapat terlepas dari belenggu kemiskinan.
2.3.
Persoalan Kemiskinan Kemiskinan merupakan salah satu problem sosial yang amat serius. Paling
tidak ada tiga macam konsep kemiskinan, yaitu kemiskinan absolut, kemiskinan
relatif dan kemiskinan subjektif (Usman, 2010). Konsep kemiskinan absolut dirumuskan dengan membuat ukuran tertentu yang konkret. Ukuran itu lazimnya berorientasi pada kebutuhan hidup dasar minimum anggota masyarakat (sandang, pangan dan papan). Masing-masing negara mempunyai batasan kemiskinan absolute yang berbeda-beda sebab kebutuhan dasar hidup masyarakat yang dipergunakan sebagai acuan memang berlainan. Konsep kemiskinan relatif dirumuskan berdasarkan the idea of relative standard, yaitu dengan memperhatikan dimensi tempat dan waktu. Dasar asumsinya adalah kemiskinan di suatu daerah berbeda dengan daerah lainnya, dan kemiskinan pada waktu tertentu berbeda dengan waktu yang lain. Konsep kemiskinan semacam ini lazimnya diukur berdasarkan pertimbangan anggota masyarakat tertentu, dengan berorientasi pada derajat kelayakan hidup. Sedangkan konsep kemiskinan subjektif dirumuskan berdasarkan perasaan kelompok miskin itu sendiri. Kelompok yang menurut ukuran kita berada di bawah garis kemiskinan, mungkin tidak menganggap dirinya sendiri miskin dan demikian juga sebaliknya. Oleh karena itu, konsep kemiskinan semacam ini dianggap lebih tepat apabila dipergunakan untuk memahami kemiskinan dan merumuskan cara atau strategi yang efektif untuk penanggulangannya. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan8. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup: 1.
Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
8
Kemiskinan, 2011. http://id.wikipedia.org/wiki [14 Juli 2011]
2.
Gambaran
tentang
kebutuhan
sosial,
termasuk
keterkucilan
sosial,
ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi. 3.
Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
2.4.
Penelitian Terdahulu Pada kajian penelitian terdahulu, peneliti mengambil beberapa penelitian yang
terkait dengan topik penelitian yaitu penelitian dengan topik strategi pengembangan dan topik pengembangan agribisnis. Selain topik, peneliti juga mengkaji penelitian terdahulu dengan melihat alat analisis yang digunakan yaitu EFE dan IFE, matriks analisis SWOT dan matriks QSP. Hal tersebut bertujuan untuk melihat perbandingan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini sehingga dapat menunjukkan adanya persamaan, keunggulan dan kelemahan pada penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Reza (2009) mengenai Analisis Strategi Pengembangan Pantai Lombang di Kabupaten Sumenep. Berdasarkan hasil penelitian yang didasarkan pada EFE dan IFE, penulis dapat melihat dimana total skor bobot hasil dari matriks EFE sebesar 2,742 dan matriks IFE sebesar 2,364 sehingga menempatkan LPS pada matriks V. Berarti Strategi yang tepat adalah dengan melakukan penetrasi pasar dan pengembangan produk. Penulis juga melihat hasil dari matriks analisis SWOT diperoleh alternatif SO yaitu pemberdayaan potensi budaya dan pengembangan kegiatan ekonomi potensi wilayah. Strategi ST yaitu penetapan harga bersaing. Strategi WO yaitu perbaikan aksesbilitas dan perbaikan kualitas SDM. Strategi WT yaitu peberdayaan masyarakat lokal dan pengembangan strategi promosi. Setelah merusukan alternative strateig dalam matriks swot penulis juga melihat hasil matriks QSP diperoleh bahwa strategi
pengembangan kegiatan ekonomi berbasis potensi wilayah merupakan strategi dengan nilai TAS terbesar yaitu 5.63. Dari tesis yang disusun oleh Budi Pamilih Kahana (2008) yang menganalisis mengenai strategi pengembangan agribisnis cabai merah di kawasan agropolitan Kabupaten Magelang. Penulis dapat melihat hasil analisis faktor-faktor strategis baik internal maupun eksternal yang terdiri dari faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Hasil analisis pada matrik SWOT diperoleh koordinat (0,2 ; 0,52) yang mana koordinat ini pada kuadran I yaitu Strategi Agresif. Maka strategi ini menunjukkan situasi yang sangat menguntungkan. Usahatani cabai merah memiliki peluang dan kekuatan, sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada, strategi yang harus diterapkan adalah mendukung kebijakan pertumbuhan agresif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Agnes Aulia Dwi Puspa (2009) mengenai Analisis Daya Saing dan Strategi Pengembangan Agribisnis Gandum Lokal di Indonesia. Penulis dapat melihat berbagai alternatif strategi hasil dari matriks analisis SWOT diperoleh alternatif SO yaitu optimalisasi lahan gandum lokal, membangun industri berbasis gandum lokal di perdesaan, penguatan kelembagaan dan melakukan bimbingan serta pembinaan bagi petani. Strategi ST yaitu meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi gandum lokal serta pembatasan volume impor. Strategi WO yaitu menjalin kerjasama dengan industri makanan, membentuk kerjasama dengan lembaga permodalan serta memberdayakan kelompok tani, mengatur ketersediaan benih, menciptakan varietas gandum baru dan melakukan sosialisasi serta promosi tentang agribisnis gandum kepada petani dan masyarakat. Strategi WT yaitu menciptakan produk olahan gandum lokal yang berkualitas untuk segmen pasar tertentu. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Daud Taufik Ridho (2007) mengenai Industrialisasi Pedesaan dan Transformasi Tenaga Kerja Muda Dari Sektor Pertanian ke Non Pertanian (Suatu Kasus di Desa Mekar Jaya Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut). Dari penelitian ini penulis dapat melihat metode penelitian yang digunakan yaitu Cluster Random Sampling, dimana populasi yang dianalisis dibagi ke dalam kelompok-kelompok yang relatif homogen. Dari hasil
penelitian menunjukan bahwa faktor-faktor internal dari sektor pertanian yang menyebabkan transformasi tenaga kerja muda tersebut adalah keadaan lahan pertanian yang semakin sempit, tingkat upah yang rendah, pekerjaan yang tidak kontinyu, risiko usaha yang tinggi, terjadinya mekanisasi pertanian dan perubahan pandangan terhadap pekerjaan pertanian. Sedangkan dari faktor eksternalnya adalah adanya lapangan kerja sektor non pertanian dengan persyaratan pekerjaan yang mudah, tingkat upah dan kontinuitas pendapatan yang tinggi, dan fasilitas yang menunjang. Industrialisasi dan transformasi tenaga kerja yang terjadi tersebut telah menyebabkan tekanan penduduk yang tinggi terhadap lahan pertanian di desa tersebut dan juga telah mengakibatkan penurunan tingkat kesempatan kerja sektor pertanian. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk penulis dengan melihat sektor pembangunan di perdesaan. Tesis dari Fauzi Saleh (2010) yang berjudul Strategi Pengembangan Industrialisasi Perdesaan Berbasis Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Di Kabupaten Kampar – Provinsi Riau. Dari hasil tesis ini penulis dapat melihat analisis SWOT yang dilakukan oleh peneliti dengan faktor-faktor strategis internal berupa kekuatan (strengths), kelemahan (weakness), peluang (opportunity) dan ancaman (threat). Dalam rangka menumbuhkembangkan industrialisasi perdesaan berbasis tanaman pangan dan hortikulturan di Kabuapten Kampar, kebijakan dan strategi prioritas yang perlu ditempuh dalam upaya meningkatkan produksi, pendapatan dan kesejahteraan petani tanaman pangan adalah strategi W-O yaitu strategi yang ditempuh untuk mengatasi kelemahan-kelemahan (weaknesses) yang ada selama ini agar mampu memanfaatkan peluang-peluang (opportunities) yang masih terbuka untuk pengembangan industri perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan. Manfaat dari tesis ini penulis dapat melihat analisis SWOT tentang pengembangan suatu wialyah terutama wilayah perdesaan.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1.
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Pengertian Strategi Kata strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata ”strategos” yang berarti kepemimpinan militer. Strategi adalah usaha untuk mencapai tujuan dengan melihat dan memadukan lingkungan internal serta eksternal sehingga menghasilkan rencana, keputusan dan tindakan yang tepat (Yogi et all. 2007). Definisi lain dari strategi adalah sarana bersama dengan tujuan jangka panjang yang hendak dicapai (David, 2009). Dengan demikian srategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies) maka perdesaan perlu mencari kompetensi inti yang di dalam bisnis yang dilakukan.
3.1.2. Lingkungan Organisasi Lingkungan tempat organisasi dalam hal ini perdesaan, secara garis besar dibagi dalam dua kelompok yaitu lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal sifatnya berada dalam organisasi. Sedangkan lingkungan eksternal sifatnya berada diluar organisasi. Dengan mengetahui lingkungan internal dan lingkungan eksternal maka dapat dirumuskan bagaimana Strategi Pemberdayaan Agribisnisi Perdesaan untuk dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di perdesaan.
3.1.3. Analisis Lingkungan Perdesaan Analisis lingkungan dalam hal ini lingkungan perdesaan bertujuan untuk memantau lingkungan perdesaan dan juga dapat berfungsi sebagai dasar untuk mlakukan pembenahan perdesaan secara gradual bahkan perubahan total dimasa
mendatang. Lingkungan perdesaan mencakup semua faktor yang terdiri dari lingkungan internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi kelangsungan dalam pencapaian tujuan perdesaan.
3.1.3.1. Kerangka
Penghidupan
Berkelanjutan
(Sustainable
Livelihoods
(sustainable
livelihoods)
merupakan
Framework) Penghidupan
berkelanjutan
penggabungan dua kata yang menonjol dalam diskursus maupun wacana pembangunan masyarakat masa kini. Penggabungan ke dua kata di atas menjadi sebuah frase yang kemudian dihembuskan makna yang lebih dalam, harus juga dilihat sebagai ‘praktek pembangunan’ dalam konteks semantik. Sustainable Livelihoods bermakna gugatan terhadap praktek status quo dalam analisis pembangunan desa dan kemiskinan. Secara etimologis, makna kata ’livelihood’ itu meliputi aset atau modal (alam, manusia, finansial, sosial dan fisik), aktifitas di mana akses atas aset dimaksud dimediasi oleh kelembagaan dan relasi sosial) yang secara bersama mendikte hasil yang diperoleh oleh individu maupun keluarga. Kerangka kerja sustainable livelihoods menjelaskan faktor-faktor utama yang mempengaruhi penghidupan masyarakat serta hubungan khusus diantara faktor-faktor tersebut. Kerangka kerja ini bisa digunakan baik untuk merencanakan kegiatan pembangunan baru maupun untuk menilai sumbangan kegiatan-kegiatan yang sudah dilaksanakan bagi keberlanjutan penghidupan.
3.1.3.2. Analisis Lingkungan Internal Lingkungan internal adalah lingkungan yang dapat dikendalikan oleh perdesaan itu sendiri (Yogi et all. 2007) Lingkungan internal juga merupakan lingkungan organisasi yang berada dalam organisasi tersebut dan secara normal memiliki implikasi yang langsung dan khusus pada perdesaan. Semua organisasi mempunyai kekuatan dan kelemahan yang semua itu harus dianalisis. Keadaan
internal perdesaaan juga banyak aspeknya yang tidak mungkin dianalisis semuanya, sehingga yang perlu dianalisis adalah aspek kunci saja. Analisis lingkungan internal perdesaan di Desa Tangkil dan Hambalang menggunakan pendekatan Kerangka Penghidupan Berkelanjutan yang diterjemahkan dari bahasa Inggris Sustainable Livelihoods (SL). Kerangka SL mengungkap lima jenis modal yang harus dimiliki sehingga seseorang atau suatu wilayah bisa terhindar dari kemiskinan. Keluaran (Output) yang diharapakan dari kerangka SL ini adalah (1) pendapatan masyarakat menjadi lebih baik, (2) kesejahteraan meningkat, (3) kerentanan berkurang, (4) ketahanan pangan meningkat, dan (5) pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan. Kelima aset modal dalam kerangka SL tersebut mencakup hal-hal berikut yang terdapat pada Gambar 1.
MODAL MATA PENCAHARIAN Permintaan Efektif Pasar / Non-Pasar Fisik, Sosial, SDA, SDM, Keuangan
Strategi Mata Pencaharian
Aktivitas
Keluaran Mata Pencaharian
Keluaran
Lembaga dan Kebijakan KONTEKS KERENTANAN KEJUTAN, TREN MUSIMAN
Pasar Hak Akses Daya Pelayanan
Gambar 1. Kerangka Penghidupan Berkelanjutan Sumber: www.dfid.gov.uk
1. Sumber Daya Manusia (Human Asset) Sumber Daya manusia atau (human asset) mencakup keterampilan, pengetahuan, kemampuan untuk bekerja keras, serta kesehatan jasmani yang seluruhnya memungkinkan untuk menerapkan berbagai macam strategi mata pencaharian untuk mencapai sasaran kehidupannya. Modal manusia merupakan jenis modal yang paling terpengaruh oleh kebijakandan program pemerintah. investasi sumber daya manusia melalui pendidikan, pelatihan, dan pelayanan kesehatan. Jika investasi tidak pernahdilakukan atau investasi tidak tepat, akan menimbulkan masalah serius. Pendidikan selain berfungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, juga berfungsi untuk menyiapkan masyarakat desa dalam menghadapi perubahan yang akan terjadi sebagai konsekuensi dari adanya pembangunan di desa tersebut. Hal ini sangatlah penting, mengingat adanya pembangunan akan berpotensi atau dapat menyebabkan terjadinya perombakan sosial-kultural dalam masyarakat. Jika masyarakat tidak siap, pembangunan justru dapat menyebabkan terjadinya proses yang tidak terkendali, misalnya semakin merebaknya budaya konsumtif di masyarakat. Peningkatan SDM petani dan pertanian sangat erat kaitannya dengan upaya pemberdayaan masyarakat perdesaan (community empowerment).
2. Keuangan (Financial Asset) Kondisi keuangan merupakan suatu ukuran yang sering kali dipertimbangkan dalam menentukan posisi persaingan sebuah usaha dan sebagai daya tarik investor secara keseluruhan. Penetapan kekuatan dan kelemahan finansial sebuah organisasi penting sekali untuk memformulasikan strategi secara efektif. Keuangan perdesaan berfungsi sebagai penyediaan sejumlah layanan keuangan seperti tabungan, kredit pinjaman, pembayaran-pembayaran dan asuransi- kepada perorangan, rumah tangga dan badan usaha, baik pertanian maupun non-pertanian, di daerah perdesaan, dan secara berkelanjutan. Keuangan perdesaan tidak hanya diperuntukkan bagi kaum miskin. Layanan ini lebih ditawarkan kepada semua orang di semua tingkat pendapatan.
Berbagai organisasi telah bekerja di daerah perdesaan untuk mengurangi kemiskinan dan menyediakan akses atas berbagai bentuk layanan keuangan. Banyak tantangan yang dihadapi oleh lembaga-lembaga keuangan perdesaan yang muncul dari kegiatan pinjaman untuk kegiatan berbasis pertanian. Tantangan-tantangan yang spesifik pada sektor ini mencakup: biaya transaksi yang tinggi baik untuk peminjam maupun pemberi pinjaman, berbagai musim yang berpotensi mempengaruhi nasabah maupun lembaga, kurangnya informasi yang terpercaya tentang para peminjam. 3. Infrastruktur Perdesaan (Phisycal Asset) Modal fisik, meliputi infrastruktur dasar seperti jalan raya dan transportasi, pasar/tempat berjualan, bangunan irigasi, perumahan, dan sebagainya. Untuk daerah pertanian, prasarana irigasi menjadi hal yang sangat penting karena mampu meningkatkan hasil pertanian mereka. Masyarakat miskin menjadi sangat rentan bila kondisi prasarana fisik mereka menurun karena mereka tidak memiliki pilihan untuk beralih ketempat lain atau membeli kebutuhan dasar dari sumber-sumber alternatif
4. Sumber Daya Alam (Natural Asset) Modal alam yakni sumber daya alam yang ada di sekitar masyarakat dan berguna bagi kehidupan, seperti lahan pertanian, hutan, kualitas air tanah, hasil tambang, pantai dan sungai, dan sumber daya lainnya yang disediakan oleh alam. Tidak bisa dimungkiri bahwa sumber daya alam rentan terhadap perusakan. Tanah pertanian yang diusahakan secara intensif dan terus-menerus selama berpuluh-puluh tahun akan mengalamipenurunan kesuburan. Masyarakat di perdesaan juga menyadari bahwa penurunan kualitas dan jumlah sumber daya alam, seperti hutan dan laut terjadi karena eksploitasi alam yang terus-menerus.
5. Modal Sosial (Social Asset) Modal sosial seperti; peraturan yang ada di masyarakat setempat, kelembagaan sosial, kepercayaan diri, potensi konflik dan lain sebagainya.
Rendahnya modal sosial menyebabkan rentannya kaum miskin melakukan urbanisasi ke daerah perkotaan.
3.1.3.3. Analisis Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal adalah suatu proses yang digunakan para perencana strategi untuk memantau faktor lingkungan eksternal dalam menentukan peluang dan ancaman terhadap perdesaan. Dengan demikian perdesaan dapat memanfaatkan peluang dengan cara yang paling efektif dan dapat menangani ancaman dari luar. Tujuan analisis lingkungan eksternal adalah untuk mengembangkan daftar peluang yang dapat dimanfaatkan dan daftar ancaman yang harus dihindari perdesaan. Faktor eksternal perdesaan merupakan faktor – faktor lingkungan di luar perdesaan yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi semua tindakan masyarakat perdesaan atau semua pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan. Lingkungan eksternal perdesaan terdiri atas faktor ekonomi, sosial budaya, demografi dan lingkungan, politik dan kebijakan pemerintah, serta teknologi.
1. Ekonomi Keadaan ekonomi suatu daerah akan mempengaruhi kemampuan ekonomi masyarakat perdesaan. Faktor ekonomi mengacu pada sifat, cara dan arah dari perekonomian dimana suatu perdesaan akan atau sedang berkompetisi.
2. Politik dan Kebijakan Pemerintah Arah dan stabilitas dari faktor politik merupakan pertimbangan utama dalam memformulasikan strategi pengembangan perdesaan. Kendala-kendala politik diberlakukan terhadap perdesaan melalui kebijakan pemerintah, program-program pemerintah baik secara nasoanal maupun kedaerahan, keputusan perdagangan yang wajar, program perpajakan, perundangan gaji minimum, kebijakan polusi dan penetapan harga, batasan administratif serta banyak tindakan lain yang bertujuan
untuk melindungi karyawan, konsumen, masyarakat umum dan lingkungan. Kebijakan pemerintah dalam hubungannya dengan perdesaan dapat berubah sewaktuwaktu sehingga tindakan pemerintah dapat mempengaruhi pilihan strategi usaha.
3. Teknologi Untuk meningkatkan inovasi maka harus disadari akan perubahan teknologi yang dapat mempengaruhi kegiatan perekonomian di perdesaan. Perkembangan teknologi mendorong pada perkembangan teknik produksi suatu produk, terutama produk pertanian. Teknik budidaya merupakan bagian dari kegiatan agribisnis yang harus berorientasi pada pasar. Artinya teknik budidaya dilakukan berdasarkan pada kualitas yang diinginkan oleh pihak konsumen sehingga produk tersebut dapat dipasarkan dengan baik. Sehingga teknik budidaya harus mempunyai daya saing dan teknologi yang unggul.
4. Demografi Kependudukan atau demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan manusia. Meliputi di dalamnya ukuran, struktur, dan distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis kependudukan dapat merujuk masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan kriteria seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama, atau etnisitas tertentu.
5. Sosial, Budaya, dan Lingkungan Faktor-faktor sosial yang mempengaruhi suatu perdesaan mencakup keyakinan, nilai, sikap, opini yang berkembang dan gaya hidup dari orang-orang di lingkungan sekitar perdesaan. Faktor-faktor ini biasanya dikembangkan dari kondisi kultural, ekologis, pendidikan dan kondisi etnis. Seandainya faktor sosial berubah maka permintaan untuk berbagai produk dan aktivitas juga turut mengalami perubahan. Para pelaku ekonomi perdesaan juga harus dapat memperhatikan tentang hal-hal yang menyangkut faktor demografi diantaranya adalah ukuran populasi,
distribusi geografi, pencampuran etnis serta distribusi pendapatan. Melihat dinamisnya perubahan yang global mengikuti trend, bukan hanya secara domestik.
3.2.
Kerangka Pemikiran Operasional Proses penentuan Strategi Pemberdayaan Agribisnisi Perdesaan diawali
dengan melihat program serta visi misi dari tingkat kabupaten, kecamatan, hingga visi misi di kedua desa. Lalu penelitian ini dilakukan dengan melihat gambaran umum perekonomian, permasalahannya
karakteristik di
Desa
masyarakat Tangkil
dan
serta
kegiatan
Hambalang,
agribisnis
Kemudian
dan
peneliti
mengidentifikasi potensi di kedua desa. Setelah itu mengidentifikasikan faktor-faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi perkembangan agribisnis di Desa Tangkil dan Hambalang. Pada tahap ini dilakukan analisis faktor internal dan eksternal agar dapat menggali potensi sektor pertanian, untuk meningkatkan kinerja dan daya saingnya. Analisis lingkungan internal di kedua desa berguna untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dalam sektor agribisnis. Sedangkan analisis eksternalnya berguna untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi oleh kedua desa. Pengidentifikasian ini menggunakana pendekatan Kerangka Penghidupan Berkelanjutan (Sustainable Livelihoods (SL) Framework) dilanjutkan dengan memilih faktor strategis bagi Desa Tangkil dan Hambalang didalam bentuk matriks IFE (Internal Factor Evaluation) yang sebelumnya dilakukan analisis S-W (StrengthWeakness) dan EFE (External Factor Evaluation) yang sebelumnya dilakukan analisis O-T (Opportunity-Threat). Pengidentifikasian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kekuatan yang dimiliki lebih besar dari kelemahan atau sebaliknya dan apakah potensi perdesaan terutama sektor agribisnis yang dimiliki oleh kedua desa mampu memanfaatkan peluang untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat desa. Lalu dari hasil matriks IFE dan EFE dilakukan penentuan alternatif
strategi dengan
analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat). Penentuan alternatif strategi ini terdiri dari empat alternatif strategi yaitu strategi penyesuaian kekuatan dan peluang, strategi penyesuaian kelemahan dan peluang, strategi penyesuaian
kekuatan dan ancaman, serta strategi penyesuaian kelemahan dan ancaman. Keempat alternatif strategi yang dihasilkan dari matriks akan dipilih strategi yang terbaik untuk dapat diterapkan dalam pemberdayaan ekonomi perdesaan dengan analisis yang lebih objektif dengan intuisi yang baik dalam matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) dengan alat analisis ini nantinya dapat diketahui prioritas strategi yang akan diterapkan di kedua desa tersebut dilihat dari nilai/skor totalnya (Weighted Actractiveness Score/WAS). Hasil matriks QSPM di Desa Tangkil dan Hambalang akan diperlihatkan dari perolehan skor. Skor yang tertinggi menunjukkan bahwa altermatif strategi tersebut penting sebagai prioritas utama untuk diterapkan dan perolehan skor terendah menunjukkan bahwa alternatif strategi tersebut merupakan prioritas terakhir yang dipilih untuk dilaksanakan oleh sektor pemberdayaan ekonomi di kedua desa. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.
Program serta visi misi dari tingkat kabupaten, kecamatan dan visi misi di kedua desa
Pengumpulan data mengenai kegiatan perekonomian dan permasalahannya di Desa Tangkil dan Hambalang
Identifikasi potensi dan model pemberdayaan agribisnis di kedua desa
Analisis Lingkungan Perdesaan
Faktor Internal dengan Matriks IFE/ Analisis S-W
Pendekatan Sustainable Livelihoods (SL) Framework
Faktor Eksternal dengan Matriks EFE/ Analisis O-T Formulasi Strategi
Matriks SWOT
Pemilihan Strategi Terbaik Untuk Pemberdayaan Agribisnis Perdesaan
Matriks QSPM
Rekomendasi Strategi Pemberdayaan Agribisnis Perdesaan
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian
IV. METODE PENELITIAN
4.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua desa yaitu di Desa Tangkil dan Hambalang
di Kecamatan Citereup, Kabupaten Bogor. Penelitian di kedua desa ini adalah studi kasus dan sengaja dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa kedua desa ini merupakan desa yang tergolong miskin dan kurang berkembang di sektor agribisnisnya. Pengambilan data ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2011. Berikut ini adalah peta lokasi Desa Tangkil dan Hambalang yang dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Peta Desa Tangkil dan Hambalang Sumber : Google Map, 2011
4.2.
Jenis dan Sumber Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data primer dengan
didukung beberapa data sekunder yang diperlukan dalam penyusunan laporan hasil penelitian yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer yang diperoleh melalui survei lapang untuk mengetahui gambaran kegiatan agribisnis, karakteristik desa dan potensi agribisnis di Desa Tangkil dan Hambalang. Data primer akan ditangkap melalui dua tahapan, yaitu dengan menggunakan kuesioner serta wawancara secara mendalam (in depth interview) untuk melakukan pendalaman lebih jauh. Wawancara secara langsung dilakukan dengan Pemerintah Kabupaten Bogor khusunya Kepala dan petugas dari Badan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Gunung Putri yang membawahi Kecamatan Citereup, Petugas Pertanian Kecamatan (PPK) Citereup, Kepala Desa Tangkil dan Hambalang, perangkat desa terkait, tokoh masyarakat serta para pelaku agribisnis di kedua desa yang memahami kondisi kegiatan agribisnis di Desa Tangkil dan Hambalang. Data penunjang lainnya atau data sekunder diperoleh dari literatur yang terkait seperti penelitian terdahulu, Badan Pusat Statistik (BPS), LSI IPB, berbagai situs internet, artikel majalah, surat kabar, dan bahan pustaka lain yang relevan. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan kalkulator dan program komputer Microsoft Excel yang disajikan dalam bentuk tabulasi guna memudahkan pemahaman.
4.3.
Metode Pengumpulan Data Responden dipilih secara sengaja (purposive) yang memiliki kontribusi besar
dalam perumusan dan
pelaksanaan strategi
pengembangan
agribisnis dan
pemberdayaan ekonomi di Desa Tangkil dan Hambalang. Pemilihan responden tersebut dilakukan atas dasar keterwakilan dari pemerintah dan masyarakat di kedua desa. Responden yang diambil berjumlah delapan orang yang terdiri dari Kepala BP3K Gunung Putri, Petugas Pertanian Kecamatan Citereup, Kepala Desa Tangkil dan Hambalang, tokoh ekonomi masyarakat di kedua desa serta perangkat desa terkait.
4.4.
Teknik Pengumpulan Data Primer Dalam hal ini teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan cara :
a. Interview/Wawancara Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face). Dalam penelitian ini kegiatan wawancara dilakukan secara tidak terstruktur dalam wujud tatap muka. b. Kuesioner Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan kepada responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan teknik yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur. Dalam penelitian ini penyebaran kuisioner dilakukan oleh peneliti sehingga dapat mendampingi responden dalam pengisian jawaban. Kuisioner disajikan dalam bentuk pertanyaan campuran terbuka dan tertutup dengan tujuan untuk lebih mendalami jawaban responden terhadap variabel-variabel pertanyaan. c. Observasi dan Survey Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Dua proses terpenting dari observasi ini adalah pengamatan dan ingatan. Dalam penelitian ini observasi secara terstruktur dilakukan untuk memperoleh gambaran detail mengenai permasalahan dan potensi agribisnis di Desa Tangkil dan Hambalang. d. FGD Focus Group Discussion yang lebih terkenal dengan singkatannya FGD merupakan salah satu metode riset kualitatif yang paling terkenal selain teknik wawancara. FGD adalah diskusi terfokus dari suatu group untuk membahas suatu masalah tertentu, dalam suasana informal dan santai. Jumlah pesertanya bervariasi antara 8-12 orang, dilaksanakan dengan panduan seorang moderator. Berbeda dengan riset kuantitatif yang metodologinya memiliki sifat pasti (exact), metode FGD yang
bersifat kualitatif memiliki sifat tidak pasti, berupa eksploratori atau pendalaman terhadap suatu masalah dan tidak dapat digeneralisasi.
4.5.
Metode Pengolahan Data dan Analisis Data Perumusan alternatif strategi bagi pengembangan agribisnis di Desa Tangkil
dan Desa Hambalang dilakukan dengan menggunakan matriks. Proses perumusan alternatif strategi melalui tiga tahap yaitu : 1) Tahap pengumpulan data (Input Stage); 2) Tahap analisis (Matching Stage); dan 3) Tahap pengambilan keputusan (Decision Stage). 4.5.1. Proses Perumusan Alternatif Strategi 1. Tahap Pengumpulan Data Tahap ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analsis. Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan data internal. Penjelasan mengenai data eksternal dan internal telah disebutkan pada bab kerangka pemikiran. Dimana hal pertama yang dilakukan dalam tahap ini adalah melihat kegiatan agribisnis dan mengidentifikasi potensi agribisnis di kedua desa, selanjutnya dilakukan identifikasi data internal dan eksternal di perdesaan. Data eksternal dan internal organisasi yang teridentifikasi akan dirangkum dalam suatu matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) dimana data-data tersebut merupakan faktor strategis. Matriks IFE digunakan untuk mengetahui kekuatan paling besar dan terkecil yang dimiliki maupun kelemahan terbesar dan terkecil yang dimiliki perdesaan, sedangkan Matriks EFE digunakan untuk mengetahui peluang terbesar dan terkecil yang dimiliki perdesaan dan ancaman terbesar maupun ancaman yang tidak mempengaruhi perdesaan. Setelah diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada pada kedua desa maka kita dapat mengetahui bagaimana efektivitas strategi yang dilakukan oleh pemerintah desa selama ini juga dapat menentukan strategi yang dapat memanfaatkan faktor internal dan eksternal yang ada sehingga dapat lebih meningkatkan sektor agribisnisnya.
2. Tahap Analisis Analisis lingkungan internal perdesaan di Desa Tangkil dan Hambalang menggunakan pendekatan Kerangka Penghidupan Berkelanjutan yang diterjemahkan dari bahasa Inggris Sustainable Livelihoods (SL). Kerangka SL mengungkap lima jenis modal yang harus dimiliki sehingga seseorang atau suatu wilayah bisa terhindar dari kemiskinan. Keluaran (Output) yang diharapakan dari kerangka SL ini adalah (1) pendapatan masyarakat menjadi lebih baik, (2) kesejahteraan meningkat, (3) kerentanan berkurang, (4) ketahanan pangan meningkat, dan (5) pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan. Setelah
mengumpulkan
semua
informasi
yang
berpengaruh
terhadap
kelangsungan agribisnis perdesaan, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model-model kuantitatif untuk menganalsis perumusan strategi. Model-model yang dapat digunakan sebagai alat analisis adalah matriks SWOT (Strength, Weakness, Opprtunities, Threats) (David, 2009). Matriks SWOT merupakan alat analisis penting yang dapat membantu pemerintah desa dalam mengembangkan empat macam strategi, yaitu strategi kekuatan-peluang (S-O strategies), strategi kelemahan-peluang (W-O strategies), strategi kelemahanancaman (W-T strategies) dan strategi kekuatan-ancaman (S-T strategies). Masingmasing strategi dijabarkan sebagai berikut : a.
Strategi S-O, startegi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran pemerintah desa yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang.
b.
Strategi S-T, menggunakan kekuatan perdesaan untuk mengatasi ancaman.
c.
Strategi W-O, strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan meminimalkan kelemahan yang ada.
d.
Strategi W-T, strategi ini berdasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
3. Tahap Pengambilan Keputusan Tahap terakhir adalah tahap pengambilan keputusan. Setelah berhasil mengembangkan sejumlah alternatif strategi, perangkat desa harus mampu
mengevaluasi dan kemudian memilih strategi terbaik, yang paling cocok dengan kondisi internal perdesaan serta lingkungan eksternal. Untuk itu alat analisis yang dapat digunakan adalah Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM).
4.5.2. Kerangka
Penghidupan
Berkelanjutan
(Sustainable
Livelihoods
Framework) Sebagai kerangka kerja, sustainable livelihood berusaha memberikan gambaran kenyataan atau potret yang lebih utuh dengan realitas penghidupan unit komunitas tertentu yang diamati. Beranjak dari konteks tersebut, strategi penghidupan perdesaan terdiri dari berbagai aktifitas yang dibagi dalam dua kategorisasi yakni aktifitas penghidupan berbasis sumber daya alam (seperti pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan berbagai komoditas lainnya) dan aktifitas non-SDA seperti perdagangan, jasa, industri dan manufaktur. Dampak pada capaian keamanan penghidupan perdesaan seperti tingkat pendapatan yang stabil, risiko yang berkurang dan capaian keberlanjutan ekologis yakni kualitas tanah, hutan, air serta keragaman hayati yang terpelihara memberikan ilustrasi bahwa suatu unit perdesaan tertentu melangsungkan hidup dan penghidupannya dengan bertumpu pada berbagai asset yang dimilikinya. Aset tersebut meliputi modal sosial, modal manusia (SDM), modal finansial ekonomi, modal sumber daya alam dan lingkungan serta modal fisik infrastruktur.
4.5.3. Matriks IFE dan EFE Menurut David (2009) tahapan dalam membuat matriks IFE/EFE adalah sebagai berikut : 1) Menuliskan daftar semua kelemahan, kekuatan, peluang dan ancaman suatu perdesaan dengan dibuat secara rinci pada kolom pertama. 2) Memberikan bobot terhadap daftar yang telah dibuat untuk menunjukkan relatif tingkat kepentingan faktor dalam menuju kesuksesan organisasi. Pembobotan berkisar antara 0.00 (tidak penting) sampai 1.00 (sangat penting) yang diletakkan pada kolom kedua. Total bobot yang diberikan harus sama dengan satu.
3) Menentukan rating tiap faktor yang menunjukkan keefektifan strategi suatu organisasi dalam merespon faktor-faktor tersebut pada kolom ketiga. Untuk matriks IFE, 1 = kelemahan utama, 2 = kelemahan minor, 3 = kekuatan minor dan 4 = kekuatan utama sedangkan untuk matriks EFE, 4 = respon tinggi, 3 = respon diatas rata-rata, 2 = respon rata-rata dan 1 = respon kurang. Setiap rating digandakan dengan masing-masing bobot untuk memperoleh skor pembobotan. 4) Menjumlahkan skor tersebut sehingga diperoleh total skor pembobotan. Total skor pembobotan antara 1 sampai dengan 4 dengan nilai 1 pada matriks IFE menunjukkan kondisi internal perdesaan yang sangat buruk, sedangkan nilai 4 mengindikasikan bahwa situasi internal perdesaan sangat baik. Nilai 2.5 pada matriks IFE menunjukkan bahwa situasi perdesaan berada pada tingkat rata-rata sedangkan nilai 2.5 menggambarkan perdesaan mampu merespon situasi eksternal secara rata-rata untuk matriks EFE. Nilai 1 pada matriks EFE menunjukkan bahwa perdesaan tidak mampu memanfaatkan peluang untuk menghindari ancaman. Nilai 4 mengindikasikan bahwa perdesaan saat ini telah dengan sangat baik memanfaatkan peluang untuk menghadapi ancaman. Contoh Matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 3 dan Matriks EFE pada Tabel 4.
Tabel 3. Bentuk Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Faktor-faktor Internal Kekuatan 1. 2. dst… Kelemahan 1. 2. dst… Total
Sumber : David, 2009
Bobot
Rating
Skor Pembobotan
Tabel 4. Bentuk Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) Faktor-faktor Eksternal Peluang 1. 2. dst… Ancaman 1. 2. dst… Total
Bobot
Rating
Skor Pembobotan
Sumber : David, 2009 4.5.4. Penentuan Bobot Setiap Variabel Penentuan bobot setiap variabel dilakukan dengan cara penilaian bobot faktor strategis eksternal dan internal organisasi kepada informan yang telah dipilih, yang mengetahui betul kondisi dan permasalahan pada suatu organisasi. Penentuan bobot untuk matriks IFE dan matriks EFE dilakukan dengan menggunakan metode Paired Comparison Scales (David, 2009). Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian setiap faktor penentu eksternal dan internal. Untuk menentukkan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2 dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah : 1 = jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = jika indikator horisontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal Bentuk penilaian pembobotan faktor strategis internal organisasi dapat dilihat pada Tabel 5 dan bentuk penilaian pembobotan faktor strategis eksternal dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 5. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Organisasi Faktor Strategis Internal
A
B
C
D
……
Total
Bobot
A B C D …….. Total
Sumber : David, 2009 Tabel 6. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Organisasi Faktor Strategis Eksternal
A
B
C
D
……
Total
Bobot
A B C D …….. Total
Sumber : David, 2009 4.5.5. Matriks SWOT Setelah menganalisis dengan matriks IFE dan EFE maka dilakukan berbagai kombinasi dengan menggunakan matriks SWOT. Matriks SWOT memiliki kelebihan dan kelemahan diantaranya : 1) strategi dapat diperiksa secara berurutan atau bersamaan; 2) tidak ada batas jumlah strategi yang dapat diperiksa atau dievaluasi; dan 3) membutuhkan ketelitian dalam memadukan faktor-faktor eksternal dan internal yang terkait dalam proses keputusan. Analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths)
dan
peluang
(Opportunities),
namun
secara
bersamaan
dapat
meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perdesaan. Dengan demikian perencana strategis (Strategic Planning) harus menganalisis faktor-faktor strategis perdesaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang saat ini. Hal tersebut disebut dengan analisis situasi.
Analisis SWOT dituangkan ke dalam matriks SWOT yang menghasilkan 4 kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi SO, strategi WO, strategi ST dan strategi WT (Tabel 7). Tabel 7. Matriks SWOT Analisis Internal
Kekuatan (S) Daftar 5-10 kekuatan
Kelemahan (W) faktor-faktor Daftar 5-10 faktor-faktor kelemahan
Analisis Eksternal Peluang (O) Daftar 5-10 faktor-faktor peluang
S – O Strategi Gunakan kekuatan untuk Memanfaatkan peluang
W – O Strategi Atasi kelemahan dengan Memanfaatkan peluang
Ancaman (T) Daftar 5-10 faktor-faktor ancaman
S – T Strategi Gunakan kekuatan untuk menghindari ancaman
W – T Strategi Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Sumber : David, 2009 Terdapat delapan tahapan dalam membentuk matriks SWOT, yaitu : 1. Menuliskan peluang eksternal perdesaan yang menentukkan 2. Menuliskan ancaman eksternal perdesaan yang menentukan 3. Menuliskan kekuatan internal perdesaan yang menentukan 4. Menuliskan kelemahan internal perdesaan yang menentukan 5. Menyesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk strategi SO 6. Menyesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk strategi WO 7. Menyesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk strategi ST 8. Menyesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk strategi WT
4.5.6. Matriks QSPM Setelah berhasil mengembangkan sejumlah alternatif strategi, perdesaan harus mampu mengevaluasi dan kemudian memilih strategi terbaik yang paling cocok dengan kondisi internal perdesaan serta situasi lingkungan eksternal. Untuk itu dapat digunakan matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). Ada 6 langkah yang harus diikuti untuk membuat matriks QSPM, yaitu :
1. Menuliskan peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan 2. Memberikan bobot untuk masing-masing peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan. Bobot ini harus identik dengan bobot yang diberikan pada matriks IFE dan EFE 3. Menuliskan alternatif strategi yang dievaluasi 4. Bila faktor yang bersangkutan ada pengaruhnya terhadap alternatif strategi yang sedang dipertimbangkan berikan nilai AS (Atractiveness Score) yang berkisar antara 1 sampai dengan 4, nilai 1 = tidak dapat diterima, nilai 2 = mungkin dapat diterima, nilai 3 = kemungkinan besar dapat diterima dan nilai 4 = dapat diterima. Bila
tidak
ada
pengaruhnya
terhadap
alternatif
strategi
yang
sedang
dipertimbangkan dangan berikan nilai AS. 5. Mengkalikan bobot dengan nilai AS 6. Menghitung nilai totalnya (Weighted Atractiveness Score/WAS) Alternatif strategi yang memiliki nilai total terbesar merupakan strategi yang paling baik. Matriks QSPM dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Matriks QSPM Fakator Kunci Peluang Ancaman Kekuatan Kelemahan Total
Sumber : David, 2009
Bobot
Alternatif Strategi Strategi I Strategi II AS WAS AS WAS
Strategi III AS WAS
V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1.
Keadaan Umum di Kedua Desa
5.1.1. Desa Tangkil Desa Tangkil merupakan desa yang terletak di Kecamatan Citereup, Kabupaten Bogor. Desa Tangkil secara geografis memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah utara
: Desa Sukahati
Sebelah selatan
: Desa Babakan Madang
Sebelah timur
: Desa Hambalang
Sebelah barat
: Desa Leuwinutug
Berdasarkan keadaan geografisnya, Desa Tangkil memiliki luas lahan total 607 ha/m2 dengan lahan pemukiman seluas 5,6 ha/m2 yang merupakan tanah kas desa. Sedangkan berdasarkan jumlah penduduknya, Desa Tangkil mempunyai jumlah penduduk sebanyak 781 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 447 orang dan perempuan sebanyak 334 orang. Struktur organisasi Desa Tangkil terdapat pada Lampiran 1. Desa Tangkil merupakan desa dengan jumlah penduduk paling sedikit di Kecamatan Citereup dengan kepadatan 1 jiwa/km, sedangkan Desa Tangkil luas wilayahnya ke-tiga terluas yaitu seluas 607 Ha di Kecamatan Citereup. Terhambatnya kegiatan agribisnis di Desa Tangkil dikarenakan lahan yang ada bukan milik warga desa dan sebagian besar adalah lahan pemerintah yang berstatus Hak Guna Usaha (HGU) yang kini sebagian digunakan untuk PMPP TNI dan sebagian lagi adalah milik perdesaan, pengembang dan pihak ke tiga (tuan tanah/orang di luar desa). Hanya sedikit masyarakat di Desa Tangkil yang mempunyai lahan pertanian milik sendiri, dan kalaupun ada luas lahannya mayoritas di bawah 1 hektar. Berikut ini data administrasi kewilayahan di Kecamatan Citereup pada Tabel 9.
Tabel 9. Data Administrasi Kewilayahan Kecamatan Citereup Tahun 2010 Nama Desa/ Luas Wilayah Dusun/ Rukun Rukun No. Kelurahan (Ha) Kampung Warga Tetangga 1 Puspasari 155 5 14 48 2 Citereup 311 4 8 38 3 Tarikolot 254 4 8 34 4 Gunungsari 276 3 6 34 Karang Asem 5 115 4 8 32 Timur 6 Sanja 223 3 6 32 7 Leuwinutug 282 3 7 29 8 Sukahati 556 6 7 28 9 Pasir Mukti 194 3 6 26 10 Tajur 929 4 8 32 11 Tangkil 607 1 2 6 12 Hambalang 2.401 2 8 28 13 Puspanegara 115 5 11 38 Karang Asem 14 239 5 11 70 Barat Sumber : Laporan Bulanan Kependudukan Kecamatan Citereup, 2010 Jarak dari Desa Tangkil ke ibu kota kecamatan yaitu Kecamatan Citereup sekitar 4 km dengan waktu tempuh menggunakan kendaraan bermotor sekitar 20 menit. Waktu tempuh dapat menjadi lebih lama karena kondisi jalan yang rusak, bergelombang, becek dan berlumpur apabila setelah hujan. Akses ke Desa Tangkil dapat dikatakan cukup sulit karena tidak adanya kendaraan umum yang melintas selain ojek.
5.1.2. Desa Hambalang Desa Hambalang merupakan desa yang terletak di Kecamatan Citereup, Kabupaten Bogor. Desa Hambalang secara geografis memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah utara
: Desa Karang Tengah
Sebelah selatan
: Desa Sumur Batu
Sebelah timur
: Desa Tajur
Sebelah barat
: Desa Tangkil
Berbeda dengan Desa Tangkil, Desa Hambalang memililki luas lahan total 2.401 ha/m2 dengan lahan pemukiman yaitu 495 ha/m2, dan dengan jumlah penduduk yang juga lebih banyak yaitu 11.371 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 5.793 orang dan perempuan sebanyak 5.578. Struktur organisasi Desa Tangkil terdapat pada Lampiran 2. Dari seluruh jumlah penduduk di Desa Hambalang terdapat 2.758 kepala keluarga dengan kepadatan penduduk rata-rata 3,9 orang/km. Berikut ini data populasi dan kepadatan penduduk di kecamatan Citereup pada Tabel 10. Tabel 10. Populasi dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Citereup Tahun 2010 Jenis Kelamin Keluarga/ Kepadatan No Desa Jumlah % Rumah (Jiwa/Ha) Pria Wanita Tangga 1 Puspasari 6.661 6.678 13.339 7,59 4.212 86 2 Citereup 8.910 8.349 17.259 9,81 4.423 56 3 Tarikolot 8.285 8.164 16.449 9,35 4.545 65 4 Gunungsari 6.179 5.992 12.171 6,92 2.918 44 Karang Asem 5 5.749 5.410 11.159 6,35 3.185 97 Timur 6 Sanja 5.779 5.826 11.605 6,60 3.785 52 7 Leuwinutug 7.891 7.401 15.292 8,70 4.052 54 8 Sukahati 5.033 4.680 9.713 5,52 2.293 17 9 Pasir Mukti 4.349 4.269 8.618 4,90 2.368 44 10 Tajur 5.557 5.244 10.801 6,14 2.888 11 11 Tangkil 342 318 660 0,38 235 1 12 Hambalang 5.570 5.238 10.808 6,15 2.757 5 13 Puspanegara 9.468 9.153 18.621 10,59 4.991 162 Karang Asem 14 9.804 9.556 19.360 11,01 4.939 81 Barat Total 89.557 86.278 175.855 100 47.591 775 Sumber : Laporan Bulanan Kependudukan Kecamatan Citereup, 2010 Jarak dari Desa Hambalang ke ibu kota kecamatan yaitu Kecamatan Citereup sekitar 12 km dengan waktu tempuh menggunakan kendaraan bermotor sekitar 30 menit. Akses ke Desa Hambalang ada dua, yaitu dapat melalui Jalan Raya Leuwinutug melewati Desa Tangkil dan melalui Jalan Raya Tajur atau Jalan Raya Babakanmadang. Transportasi ke Desa Hambalang dapat dikatakan cukup sulit karena tidak adanya kendaraan umum yang melintas selain ojek.
Sebagian besar warna tanah di Desa Hambalang berwarna merah dengan tekstur tanah lempung, dengan tekstur tanah seperti ini maka tanah lebih sulit menyerap air. Desa Hambalang memiliki topografi yang berbukit-bukit karena terletak di dataran tinggi/pegunungan dengan tingkat kemiringan tanah mencapai 65 derajat. Iklim di Desa Hambalang memiliki curah hujan 188,8 Mm dengan jumlah bulan hujan sebanyak 3 bulan dan suhu rata-rata 250C dengan ketinggian 450 dpl.
5.2.
Kaitan Visi dan Misi Kabupaten Bogor, Kecamatan Citereup dan Visi Misi Desa Tangkil dan Hambalang Terhadap Pemberdayaan Agribisnis Perdesaan Pengembangan kegiatan agribisnis dan pemberdayaan ekonomi masyarakat
perdesaan berkaitan erat dengan visi dan misi dari Kabupaten Bogor, Kecamatan Citereup dan visi misi dari kedua desa tersebut. Dari visi dan misi yang ada di tingkat kabupaten, kecamatan sampai tingkat desa diharapkan dapat turut menunjang pengembangan agribisnis dan memberdayakan perekonomian masyarakat di Desa Tangkil dan Hambalang. Berikut ini merupakan visi dari Kabupaten Bogor yaitu : Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Bogor yang Bertaqwa, Berdaya dan Berbudaya Menuju Sejahtera. Dan misi Kabupaten Bogor yaitu : 1.
Meningkatkan kesolehan sosial masyarakat dalam kehidupan kemasyarakatan.
2.
Meningkatkan perekonomian daerah yang berdaya saing dengan titik berat pada revitalisasi pertanian dan pembangunan yang berbasis perdesaan.
3.
Meningkatkan infrastruktur dan aksesibilitas daerah yang berkualitas dan terintegrasi secara berkelanjutan.
4.
Meningkatkan pemerataan dan kualitas penyelenggaraan pendidikan.
5.
Meningkatkan pelayanan kesehatan berkualitas.
6.
Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik dan kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah.
7.
Meningkatkan kerjasama pembangunan daerah
Berikut ini merupakan visi dari Kecamatan Citereup yaitu : Terwujudnya Kecamatan Citereup Sebagai Daerah Industri dan Perdagangan yang Bertaqwa, Berdaya dan Berbudaya Menuju Sejahtera. Dan misi Kecamatan Citereup yaitu : 1.
Meningkatkan kesolehan sosial masyarakat dalam kehidupan kemasyarakatan.
2.
Meningkatkan industri dan perdagangan lokal yang berdaya saing di tingkat regional maupun nasional.
3.
Meningkatkan ketersediaan infrastruktur wilayah secara berkelanjutan.
4.
Meningkatkan pemerataan pelayanan pendidikan dan kesehatan. Berikut ini merupakan visi dari Desa Hambalang yaitu : Menuju Hambalang
Yang Lebih Baik dengan misi : Mewujudkan Masyarakat Desa Hambalang bertaqwa, Berbudaya dan Sejahtera juga motto Desaku Rumahku. Berdasarkan visi misi yang telah dipaparkan di atas terdapat point-point yang dapat mendukung pengembangan sektor agribisnis dan memberdayakan ekonomi masyarakat perdesaan. Dari visi dan misi yang ada diharapkan pemerintah benarbenar dapat merancang dan melaksanakan program-program yang tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat agar dapat mengurangi kemiskinan di perdesaan.
5.3.
Kegiatan Agribisnis di Kedua Desa
5.3.1. Desa Tangkil Mayoritas masyarakat di Desa Tangkil yaitu sekitar 80% bermatapencaharian sebagai petani yang sebagian besar tidak memiliki lahan pertanian. Komoditas yang dihasilkan di Desa Tangkil sangat kecil, yaitu singkong dengan lahan seluas 0,5 ha dengan produktivitas 2 ton/ha, tanaman pisang dengan lahan seluas 2 ha dengan produktivitas 1 ton/ha dan juga terdapat tanaman-tanaman lain seperti caba yang hanya di tanam di sekitar pekarangan. Desa Tangkil memiliki banyak kendala dalam kegiatan agribisnisnya karena sulit untuk menggunakan lahan sebagai media bercocok tanam karena status lahan Hak Guna Usaha (HGU) milik pemerintah dibangun markas komando Pusat Misi
Pemeliharaan Perdamaian Tentara Nasional Indonesia (PMPP TNI). Akibatnya masyarakat kehilangan mata pencaharian dan harus beralih ke sektor usaha lain. Pada sektor peternakan, mayoritas masyarakat Desa Tangkil beternak ayam kampung dan kambing. Adapun bantuan dari pemerintah yaitu pemberian sapi yang dikelola oleh satu kelompok tani yang diketuai oleh H. Obing. Sapi pemberian dari pemerintah dikelola secara bergantian oleh anggota kelompok tani tersebut kemudian hasilnya dibagi sesuai dengan proporsinya. Berikut ini data jenis ternak dan populasinya yang terdapat pada Tabel 11. Tabel 11. Jenis Ternak dan Perkiraan Jumlah Populasinya di Desa Tangkil Tahun 2009 Perkiraan Jumlah Jenis Ternak Jumlah Pemilik Populasi Sapi 1 kelompok tani 5 ekor Ayam Kampung 75 orang 225 ekor Kambing 22 orang 66 ekor Sumber : Profil dan Potensi Desa Tangkil Kegiatan perikanan di Desa Tangkil sangat sedikit dan sulit untuk berkembang karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan untuk budidaya di bidang perikanan. Lahan yang berbukit-bukit menyebabkan cukup sulit untuk usaha di bidang perikanan dengan skala besar. Bidang perkebunan dan kehutanan juga sangat sulit untuk berkembang di Desa Tangkil karena sulitnya lahan. Perhatian dari pemerintah terhadap sektor perkebunan dan kehutanan yaitu pemberian bibit tanaman diantaranya : •
Mahoni
: 875 bibit
•
Sengon
: 875 bibit
•
Melinjo
: 50 bibit
•
Durian
: 75 bibit
•
Rambutan
: 150 bibit
5.3.2. Desa Hambalang Mayoritas masyarakat di Desa Hambalang bermatapencaharian sebagai petani, tetapi jumlah keluarga yang tidak memiliki lahan pertanian sangat besar yaitu
berjumlah 1.965 keluarga, sedangkan yang memiliki lahan pertanian berjumlah 771 keluarga dengan 764 keluarga hanya memiliki lahan kurang dari 1 ha. Ini menandakan bahwa mayoritas penduduk berprofesi sebagai buruh tani dengan skala usaha yang relatif kecil, dan hanya sebagian kecil masyarakat Desa Hambalang yang memliliki lahan di lebih dari 1 ha. Komoditas utama tanaman pangan di Desa Hambalang yaitu singkong dan jagung serta sudah terdapat industri pengolahan singkong yaitu penggilingan dari singkong menjadi aci atau bahan setengah jadi untuk kemudian diproses kembali menjadi tepung tapioka. Harga komoditas singkong kupas sekitar Rp.700 per kg dan jagung berkisar antara Rp.1.000 – Rp. 1.500 per kg. Pemasaran dari hasil tanaman pangan dan tanaman buah-buahan sebagian besar dijual melalui tengkulak atau pengecer, namun ada juga yang dijual langsung ke pasar maupun ke konsumen. Ketiadaan lembaga perekonomian agribisnis seperti KUD membuat harga jual komoditas sebagian besar ditentukan oleh tengkulak. Keberadaan tengkulak bagi petani mempunyai hubungan simbiosis mutualisme atau saling membutuhkan, petani mendapatkan bantuan modal atau saprotan dari tengkulak sehinnga petani di Desa Hamblang terikat dengan tengkulak. Di Desa Hambalang terdapat perkebunan milik swasta dengan komoditas utama cengkeh, kelapa dan coklat sedangkan perkebunan milik rakyat didominasi tanaman cengkeh, kelapa dan pala. Tumbuhnya komoditas perkebunan milik rakyat merupakan peran serta dari pemerintah melalui penyuluh pertanian di kecamatan dengan memberikan bantuan bibit tanaman cengkeh hampir 20.000 bibit tanaman. Selain itu pemerintah juga memberikan bantuan tanaman keras lainnya dengan tujuan penghijauan seperti mahoni, sengon, jati, durian, nangka dan rambutan. Di sektor peternakan, masyarakat di Desa Hambalang mayoritas berternak kambing dengan rata-rata kepemilikan 2-3 ekor per orang. Berikut ini data jenis ternak dan populasinya yang terdapat pada Tabel 12.
Tabel 12. Jenis Ternak dan Perkiraan Jumlah Populasinya di Desa Hambalang Tahun 2011 Jumlah Pemilik Perkiraan Jumlah Populasi Jenis Ternak (orang) (ekor) Sapi 524 1.247 Kerbau 239 481 Ayam kampung 1.811 11.740 Ayam broiler 127 619 Bebek 14 70 Kambing 1.519 3.049 Domba 78 150 Angsa 37 79 Sumber : Profil dan Potensi Desa Hambalang Kegiatan perikanan di Desa Hambalang tidak terlalu besar, di dalam data hanya terdapat luas empang/kolam sebesar 4 ha/m2. Terhambatnya kegiatan perikanan mungkin disebabkan karena topografi Desa Hamblang yang berbukit-bukit dan terletak di pegunungan. Selain itu juga kurangnya pengetahuan masyarakat tentang budidaya ikan yang mempunya nilai ekonomi tinggi.
5.4.
Identifikasi Potensi Agribisnis di Kedua Desa
5.4.1. Desa Tangkil a) Pertanian Potensi di bidang pertanian dapat ditingkatkan melalui pemberian pelatihan dan modal usaha budidaya jamur. Hal ini dikarenakan petani di Desa Tangkil sudah kehilangan lahan untuk bercocok tanam sehingga sulit untuk mengembangkan komoditas yang membutuhkan lahan yang luas. Budidaya jamur diharapakan dapat memanfaatkan lahan pekarangan yang tidak terpakai dengan optimal. Pemberian bibit cabai unggul juga dapat diterapkan di Desa Tangkil untuk memanfaatkan lahan yang ada.
b) Peternakan Sektor peternakan cukup potensial untuk dikembangkan dengan cara investasi hewan ternak untuk dikelola oleh masyarakat desa. Investasi dapat dilakukan dengan sistem bagi hasil, dengan ini perekonomian masyarakat dapat cukup terbantu.
Ketersediaan lahan gembalaan dan hijauan makanan ternak dapat mendukung untuk mengembangkan sektor peternakan. Komoditas yang potensial yaitu peternakan sapi potong, sapi perah dan kambing, untuk memajukan bidang peternakan dapat dilakukan melalui pelatihan kepada masyarakat karena pengetahuan dan keterampilan masyarakat di bidang peternakan masih terbatas.
c) Perikanan Potensi di bidang perikanan di Desa Tangkil yaitu kemudahan mendapatkan air karena terdapat mata air dengan kondisi yang baik. Dengan tersedianya air dan kemudahan mendapatkannya, usaha di bidang perikanan dapat dikatakan cukup potensial untuk dikembangkan di Desa Tangkil. Pengembangan usaha perikanan dapat melalui pemberian pelatihan dan bantuan modal usaha untuk pemberdayaan ekonomi masyarakatnya, ini dikarenakan potensi Desa Tangkil yang sangat terbatas.
d) Perkebunan dan Kehutanan Potensi di bidang perkebunan dan kehutanan cukup sulit dikembangkan karena status kepemilikan lahan yang bukan milik sendiri. Status lahan yang merupakan Hak Guna Usaha (HGU) dan milik pengembang atau perdesaan kurang memungkinkan untuk ditanami tanaman perkebunan dan kehutanan. Selama ini tanaman perkebuanan dan kehutanan diperoleh dari bantuan bibit tanaman dari pemerintah dalam rangka penghijauan dan hanya ditanam di lahan yang tidak produktif.
e) Agrowisata Sektor agrowisata di Desa Tangkil kurang potensial untuk dikembangkan, karena sangat sedikit potensi wisata yang bisa diberdayakan. Hal yang dapat menjadi daya tarik wisatawan yaitu city view dari ketinggian dan juga berdasarkan data terdapat 16 ha lahan untuk agrowisata. Akan tetapi kendala yang dihadapi sangat banyak, kendala-kendala tersebut seperti perlunya modal yang besar, akses masuk yang sulit karena jalan yang rusak, sarana dan prasarana di desa yang kurang memadai.
5.4.2. Desa Hambalang a) Pertanian Potensi di bidang pertanian di desa hambalang yaitu adanya komoditas unggulan komoditi singkong dan jagung, bahkan masyarakat di Desa Hambalang pernah berkata bahwa Desa Hambalang merupakan desa singkong. Dengan adanya komoditas unggulan maka berpotensi untuk mendirikan usaha/industri pengolahan singkong. Industri pegolahan saat ini hanya sebatas usaha penggilingan dari singkong menjadi aci atau bahan setengah jadi untuk menjadi tepung tapioka. Hambatan di bidang pertanian yaitu masyarakat sulit berpindah ke komoditas lain yang lebih bernilai ekonomi tinggi. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan dan keterampilan untuk menanam komoditas lain dan adanya rasa ragu-ragu atau takut gagal.
b) Peternakan Potensi di bidang peternakan dapat dlihat dari ketersediaan lahan pemeliharaan ternak/padang penggembalan yang masih luas yaitu 500 ha milik masyarakat umum dan 200 ha milik perorangan. Lahan yang masih luas dan hijau memudahkan peternak untuk mencari rumput bagi ternaknya. Selain itu suhu rata-rata seitar 250C dan ketinggian 450 dpl cukup baik untuk binatang ternak. Hambatan dalam usaha di bidang peternakan yaitu belum tersedianya industri pengolahan hasil ternak di Desa Hambalang. Jenis binatang ternaknya pun hanya sebatas ternak pedaging, belum ada usaha peternakan susu sapi atau susu kambing. Tidak tersedianya KUD juga cukup menghambat untuk usaha di bidang peternakan.
c) Perikanan Potensi di bidang perikanan di Desa Hambalang yaitu kemudahan mendapatkan air karena terdapat 18 mata air dengan kondisi baik selain itu juga terdapat 713 sumur gali dan 520 sumur pompa. Dengan tersedianya air dan kemudahan mendapatkannya, usaha di bidang perikanan dapat dikatakan cukup potensial untuk dikembangkan di Desa Hambalang.
Saat ini empang/kolam yang ada di Desa Hambalang baru seluas 4 ha dengan produktifitas 10 ton/tahun maka peluang untuk budidaya ikan air tawar cukup baik. Selain itu usaha di bidang perikanan tidak membutuhkan lahan yang luas, ini adalah upaya untuk mengatasi permasalahn kepemilikan lahan yang bukan milik sendiri. Usaha di bidang perikanan dapat dilakukan di pekarangan rumah yang cukup luas atau dataran yang rata. Namun kendalanya karena topografi desa hambalang yang berbukit-bukit cukup sulit untuk mengembangkan usaha perikanan dengan skala yang besar.
d) Perkebunan Bidang perkebunan di Desa Hambalang sudah dikuasai oleh perdesaan swasta yaitu PT. Buana Estate dengan status lahan menggunakan lahan HGU, dengan komoditas utama cengkeh selain itu juga terdapat komoditas coklat dan kelapa. Perkebunan rakyat masih terbilang sangat kecil karena hanya 2 keluarga yang memiliki lahan 100-500 ha dan 3 keluarga yang memiliki 10-50 ha sedangkan sisanya 1.247 keluarga memiliki lahan di bawah 5 ha. Dalam usaha perkebunan dengan luas lahan yang tidak luas maka akan sulit berkembang dan kurang efisien. Maka dari sektor perkebunan potensi untuk dikembangkan dapat dikatakan cukup sulit.
e) Kehutanan Potensi di bidang kehutanan cukup sulit dikembangkan karena status kepemilikan lahan yang bukan milik sendiri. Status lahan yang merupakan Hak Guna Usaha (HGU) dan milik pengembang atau perdesaan kurang memungkinkan untuk ditanami tanaman kehutanan. Selama ini tanaman kehutanan diperoleh dari bantuan bibit tanaman dari pemerintah dalam rangka penghijauan.
f) Agrowisata Potensi di sektor agrowisata di Desa Hambalang cukup potensial dengan terdapatnya wisata hutan seluas 2 ha, lahan agrowisata seluas 1000 ha, dan wisata
ziarah seluas 1 ha. Di Desa Hambalang terdapat sungai dan danau dengan debit air yang kecil. Lokasi desa juga tidak terlalu jauh dari pemukiman modern yaitu hanya sekitar 15 menit dari sentul. Pemandangan di Desa Hambalang dapat menjadi daya tarik wisatawan karena dapat melihat city view dari ketinggian, pemandangan yang bisa dilihat dari Desa Hambalang yaitu sebagian sirkuit Sentul, Gunung Salak, Gunung Gede, dan Gunung Pancar dapat terlihat dengan jelas. Hambatan untuk mengembangkan agrowisata yaitu membutuhkan modal yang besar dan akses masuk yang cukup sulit dengan kondisi jalan masuk desa yang rusak.
5.5.
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Desa Tangkil dan Hambalang Upaya
meningkatkan
kesejahteraan
rakyat
harus
dimulai
dengan
memberdayakan ekonomi petani dan potensi ekonomi perdesaan. Sebab, sebagian besar angkatan kerja berpendidikan rendah adalah petani, peternak, pembudidaya, perajin usaha mikro dan kecil yang hidup di desa. Hingga kini pemerintah belum mengoptimalkan pemberdayaan potensi sektor pertanian. Ini tercermin dari derajat kesejahteraan petani yang masih pada kategori miskin. Pemerintah juga tidak bisa mendorong berkembangnya potensi ekonomi desa melalui kebijakan nasional yang komprehensif, yang terlihat dengan tingginya urbanisasi. Kondisi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di Desa Tangkil dan Hambalang dapat dikatakan lebih tertinggal dibanding desa lainnya. Hal ini ditandai dengan banyaknya jumlah penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Beras Miskin (Raskin) bagi masyarakat desa setempat. Maka pemberdayaan ekonomi sangat dibutuhkan oleh masyarakat di kedua desa agar lebih mandiri. Bentuk pemberdayaan ekonomi masyarakat desa dilakukan dengan memanfaatkan potensi yang ada serta kemampuan untuk melaksanakan usaha secara kontinyu sehingga ekonomi masyarakat dapat benar-benar terbantu. Model pemberdayaan ekonomi masyarakat yang telah ada yaitu usaha produksi keset, usaha ini terbentuk atas bantuan program PNPM dari bank dunia. Namun saat ini usaha produksi keset terbentur oleh naiknya harga bahan baku, sehingga masyarakat harus mencari bahan baku dengan jarak yang lebih jauh agar
mendapatkan bahan baku dengan harga yang lebih mudah. Kualitas keset yang diproduksi juga masih rendah, karena masyarakat baru mendapat pengetahuan dan keterampilan memproduksi kesed. Maka dari itu pemasarannya pun masih terbatas hanya ke pasar dan toko-toko kelontong di sekitar Citereup. Harapan dari masyarakat dan perangkat desa setempat yaitu memberikan pelatihan dan keterampilan bagi masyarakat desa setempat untuk diperkenalkan dengan usaha yang mudah diterapkan, dijalankan dan kemudian dapat dikembangkan. Setelah masyarakat dirasakan mampu untuk mengelola usaha tersebut, lalu dibutuhkan pinjaman/pemberian bantuan modal untuk memulai dan mengembangkan usaha untuk memberdayakan ekonomi masyarakat desa dan untuk meningkatkan kesejahteraannya.
5.6.
Unsur-unsur Pendukung Lainnya
5.6.1. Perdesaan Adanya peran perdesaan yang ikut andil untuk memajukan kegiatan agribisnis dan perekonomian masyarakat desa ditujukan dengan adanya program desa binaan dari PT Indocement Tunggal Prakarsa yang dilatih budidaya jamur tiram. Pelatihan tersebut merupakan salah satu realisasi Corporate Social Responbility (CSR) Indocement yang diselenggarakan gratis pada tanggal 14-23 April 2009 di Kampung Tapos RT 25/08 Desa Hambalang Kecamatan Citeureup. Pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat itu diadakan bekerja sama dengan Lembaga Pendidikan Keterampilan (LPK) Gedhe. Selain diajari proses budidaya jamur dari tahap awal sampai akhir, peserta juga diajari bagaimana berbisnis jarum tiram. Kegiatan pelatihan meliputi tentang proses budidaya jamur. Dari mulai pencampuran bahan-bahan, pengukusan, pembibitan sampai cara berbisnis jamur tiram. Pengembangan budidaya jamur memiliki prospek yang baik dibanding budidaya yang lainnya dalam meningkatkan ekonomi masyarakat. Jika bisa dikelola dan dipelihara dengan baik, pengembangan budidaya jamur punya prospek yang baik. Selain itu, kebutuhan jamur tiram juga sangat tinggi.
Untuk di Desa Tangkil bantuan dari PT. Indocement berupa pengobatan gratis 1 tahun sekali dan penyuluhan kesehatan 1 tahun sekali. Masyarakat cukup terbantu dengan adanya pengobatan gratis ini karena jarak untuk berobat ke puskesmas cukup jauh dari desa. Selain itu di Desa Hambalang masyarakat mendapatkan bantuan pinjaman modal usaha dari PT. Indocemet yang kemudian bekerjasama dengan bank mandiri, akan tetapi adanya fasilitas ini kurang diminati oleh masyarakat desa karena mereka takut tidak mampu untuk mengembalikan pinjamannya.
5.6.2. PNPM Mandiri Adanya lembaga PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) mandiri didasarkan pada proses perencanaan dan pengambilan keputusan dalam program pembangunan seringkali dilakukan dari atas ke bawah (top down). Masyarakat seringkali diikutkan tanpa diberi pilihan dan kesempatan untuk memberikan masukan atau peranan, hal ini disebabkan adanya anggapan bahwa masyarakat tidak mempunyai kemampuan untuk menganalisa kondisi dan merumuskan persoalan serta kebutuhan-kebutuhannya. Dalam hal ini masyarakat ditempatkan pada posisi objek pembangunan, program yang dilakukan dengan pendekatan dari atas ke bawah seringkali tidak berhasil dan kurang memberi manfaat, karena masyarakat kurang terlibat, sehingga mereka merasa kurang bertanggung jawab terhadap program dan keberhasilannya. Persoalan yang seringkali dihadapi terutama di perdesaan, pembangunan yang dilaksanakan hanya dilakukan dan bermanfaat bagi golongan tertentu saja sehingga meminggirkan golongan-golongan yang lain seperti warga miskin, perempuan, penyandang cacat dan sebagainya. Untuk mengupayakan agar warga miskin baik laki-laki maupun perempuan mendapatkan manfaat dari pembangunan desa / kelurahan maka perlu disusun program yang fokus bagi penanggulangan kemiskinan. Maka peran dari PNPM yaitu mengembangkan konsep penanggulangan kemiskinan di Perdesaan secara komprehensif dan utuh dengan mendorong perubahan perilaku masyarakat melalui tranformasi sosial dari kondisi masyarakat miskin menjadi
masyarakat berdaya, selanjutnya menuju masyarakat mandiri dan akhirnya terbangun masyarakat madani. Sejalan dengan pelaksanaan PNPM, maka tujuan pelaksanaan PNPM adalah sebagai berikut : a.
Terwujudnya masyarakat Berdaya dan Mandiri, yang mampu mengatasi berbagai persoalan kemiskinan di wilayahnya, sejalan dengan kebijakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM).
b.
Pemerintah Daerah semakin memahami dan menerapkan model pembangunan partisipatif yang berbasis kelembagaan masyarakat serta pendekatan kemitraan masyarakat dengan pemerintah dan kelompok peduli setempat.
c.
Capaian manfaat program kepada kelompok sasaran (masyarakat miskin) semakin efektif Indeks Peningkatan Manusia – Management Development Goals (IPM-MDGs).
d.
Mewujudkan harmonisasi dan sinergi berbagai program pemberdayaan masyarakat dalam rangka penanggulangan kemiskinan (sesuai kebijakan PNPM). Hasil/keluaran pada akhir pelaksanaan Program PNPM-MP ini diharapkan
tercapai kondisi sebagai berikut : a.
Terbangunnya Badan Kelembagaan Masyarakat (BKM) yang aspiratif, representatif dan akuntabel untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya partisipasi dan kemandirian masyarakat.
b.
Tersedianya program jangka menengah berbasis peningkatan kinerja IPMMDGs yang disusun masyarakat sebagai wadah sinergi berbagai program penanggulangan kemiskinan yang sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat setempat.
c.
Meningkatnya akses dan pelayanan kebuthan dasar bagi warga miskin perkotaan menuju capaian sasaran peningkatan IPM-MDGs.
VI. ANALISIS LINGKUNGAN PERDESAAN
Analisis lingkungan bertujuan untuk memantau lingkungan organisasi dalam hal ini organisasi perdesaan. Lingkungan perdesaan mencakup semua faktor yang dapat memenuhi kelangsungan pencapaian tujuan yang diinginkan dalam kegiatan agribisnis. Secara garis besar analisis lingkungan dapat dibagi menjadi lingkungan internal dan lingkungan eksternal perdesaan.
6.1.
Analisis Lingkungan Internal Lingkungan internal adalah lingkungan yang berada dalam perdesaan tersebut
dan secara normal memiliki implikasi langsung pada perdesaan. Analisis faktor internal merupakan proses identifikasi terhadap faktor kelemahan dan kekuatan perdesaan. Analisis lingkungan internal perdesaan di Desa Tangkil dan Hambalang menggunakan pendekatan kerangka Penghidupan Berkelanjutan yang diterjemahkan dari bahasa Inggris Sustainable Livelihoods (SL). Kelima aset modal dalam kerangka SL tersebut antara lain sebagai berikut.
6.1.1. Sumber Daya Manusia (Human Asset) Sumber Daya Manusia (SDM) adalah potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan. Saat ini hal yang perlu diperhatikan adalah mengenai pengembangan SDM di perdesaan dimana perdesaan merupakan penopang ekonomi perkotaan. Jika SDM di perdesaan dibangun dan diorganisasi serta diberi pendidikan dan pelatihan yang baik, bukan tidak mungkin akan berkembang seperti SDM yang berada di perkotaan dimana mereka dapat menguasai teknologi. Sehingga diharapkan
jika SDM baik di perkotaan maupun perdesaan dapat berkembang dengan pesat dan baik, maka Negara Indonesia yang termasuk dalam lima besar negara berpenduduk terbesar di dunia akan maju dan menjadi negara yang makmur dan sejahtera. Saat ini tingkat SDM di kedua desa yaitu Desa Tangkil dan Hambalang dapat dikatakan rendah karena disebabkan tingkat pendidikan dan keterampilan yang rendah. Ketermapilan yang dimiliki oleh masyarakat di kedua desa mayoritas di bidang agribisnis yaitu di bidang pertanian dan peternakan. Rendahnya kualitas SDM di Desa Hambalang dapat dilihat dari masih banyaknya masyarakat desa yang tuna aksara dan masyarakat yang pendidikannya hanya tamat SD. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pendidikan menjadi faktor utama rendahnya SDM di Desa Hambalang, terutama bagi kaum wanita yang tingkat pendidikannya lebih rendah dari pria. Rendahnya kualitas angkatan kerja di Desa Hambalang dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Tingkat Kualitas Angkatan Kerja Desa Hambalang Tahun 2011 PRIA WANITA ANGKATAN KERJA (orang) (orang) Penduduk usia 18-56 tahun yang buta aksara dan 88 135 huruf / angka latin Penduduk usia 18 – 56 tahun yang tidak tamat SD 399 614 Penduduk usia 18 – 56 tahun yang tamat SD 1.714 1.728 Penduduk usia 18 – 56 tahun yang tamat SLTP 895 604 Penduduk usia 18 – 56 tahun yang tamat SLTA 298 217 Penduduk usia 18 – 56 tahun yang tamat Perguruan 104 31 Tinggi Jumlah 3.540 3.329 Sumber : Profil dan Potensi Desa Hambalang, 2011 Untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan masyarakat desa berbagai upaya dilakukan oleh berbagai pihak, upaya-upaya tersebut antara lain adanya pelatihan membuat tas dari daur ulang plastik, pelatihan budidaya jamur, pelatihan menjahit helem, pelatihan dan pendampingan usaha produksi keset, dan berbagai pelatihan lainnya. Merurut pihak perangkat desa kandala dari adanya berbagai pelatihan yaitu peserta yang tidak bisa hadir secara konsisten untuk mengikuti
pelatihan dikarenakan harus mencari nafkah untuk kebutuhan konsumsi keluarganya segari-hari. Dalam hal bidang pendidikan di Desa Tangkil, sekolah tidak ada sama sekali bahkan untuk ukuran Sekolah Dasar (SD) sekalipun tidak ada dan untuk bidang kesehatan, tidak ada puskesmas di desa ini yang ada hanya Posyandu. Banyak anak di desa ini yang putus sekolah dan tidak melanjutkan kembali ke SMP atau SMA dan hanya sampai SD saja. Hal ini karena memang mereka tidak lulus atau karena ongkos yang mahal karena jarak sekolah yang jauh. Saat ini di Desa Tangkil sudah memiliki 1 PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) dan 1 MI (Madrasah Iftidaiyah) dan keduanya tidak membebankan biaya pada muridnya. Namun hal ini menyebabkan tidak ada dana untuk menggaji guru yang bekerja disana. Selain itu, untuk pengadaan buku pelajaran maka dilakukan dengan cara swadaya.
6.1.2. Keuangan (Financial Asset) Keuangan merupakan aspek penting yang harus diperhatikan dalam setiap usaha, begitu juga bagi para pelaku usaha agribisnis di Desa Tangkil dan Hambalang. Modal awal bagi para pelaku usaha agribisnis di kedua desa sebagian besar berasal dari modal sendiri, program ekonomi bergulir dari PNPM, tengkulak dan ada juga yang berasal dari rentenir. Modal awal yang digunakan oleh pada pelaku usaha agribisnis cukup bervariatif, namun dari hasil wawancara modal awal yang digunakan rata-rata berkisar di antara Rp. 500.000 sampai Rp. 5.000.000. Dengan modal awal tersebut para pelaku usaha dapat membeli kebutuhan awal untuk memulai melakukan usaha. Dalam perkembangannya, modal yang digunakan untuk usaha di kedua desa dapat cukup berkembang dan semakin maju dengan semangat berusaha yang baik. Kondisi tersebut mendorong para pengusaha untuk menambah modal usahanya. Untuk itu, para pelaku membutuhkan bantuan modal untuk mengembangkan usahanya. Modal tambahan tersebut dibelikan kelengkapan sarana dan prasarana
produksi. Pada sistem keuangannya, para pelaku usaha di kedua desa rata-rata masih menggunakan sistem keuangan yang sederhana. Hambatan dalam hal keuangan dan permodalan yaitu pengembalian dana dari pinjaman yang agak susah karena banyak yang digunakan untuk hal lain seperti duganakan untuk konsumsi sehari-hari atau biaya pendidikan anak. Selain itu, mereka juga tidak mempunyai pekerjaan dan usaha yang tetap. Hal ini mayoritas terjadi pada masyarakat yang baru ingin memulai usaha atau para pelaku usaha dengan skala yang sangat kecil dan tergolong sebagai masyarakat miskin. Tidak adanya lembaga keuangan seperti koperasi juga cukup menghambat perkembangan usaha para pelaku agribisnis di kedua desa.
6.1.3. Infrastruktur Perdesaan (Phisycal Asset) Infrastruktur di Desa Tangkil dan Hambalang kondisinya kurang memadai, terutama kondisi infrastruktur jalan utama yang merupakan akses masuk menuju kedua desa dalam keadaan rusak. Di sepanjang perjalanan menuju Desa Tangkil dan Hambalang terdapat
aktivitas pembangunan
markas komando
Pusat
Misi
Pemeliharaan Perdamaian Tentara Nasional Indonesia (PMPP TNI). Pembangunan pada lahan seluas 259 hektare di Desa Tangkil dan Desa Sukahati inilah yang menyebabkan rusaknya jalan karena sering dilalui kendaraan proyek. Rusaknya jalan cukup menghambat masyarakat untuk melakukan aktivitas terutama aktivitas perekonomian. Berikut ini data sarana dan kondisi jalan kabupaten di wilayah Kecamatan Citereup pada Tabel 14.
Tabel 14. Data Sarana dan Kondisi Jalan Kabupaten di Wilayah Kecamatan Citereup Tahun 2010 No. 1 2 3 4 5 6 7
8 9 10 11
Nama Ruas Jalan Jl. Lingkar Pusapanegara Jl. Lingkar Citereup Citereup Citaringgul Citereup – Tajur Tajur – Leuwibilik Tajur – Hambalang LeuwinutugTangkil – Hambalang Krg. Asem Barat – Sentul Tarikolot – Gunungsari Jl. Lingkar Pasar Citereup Tarikolot Sukahati Total
Panjang Jalan (meter)
Baik PJ
Rusak Ringan PJ %
Sedang %
PJ
%
Rusak Berat PJ
%
1.000
-
-
1.000
100
-
-
-
-
800
-
-
-
-
800
100
-
-
9.400
-
-
7.000 74,47
-
- 2.400 25,53
4.600 2.600 56,52
2.000 43,48
-
-
-
-
4.475
-
-
3.475 77,65 1.000 22,35
-
-
3.000
-
-
1.000 33,33
8.400 5.500 65,48
-
-
-
2.100
-
-
-
-
400 66,67
-
-
1.650
-
-
- 2.000 66,67
- 1.000 11,90 1,900 22,62
6.750
600
-
4.250 62,96 2.500 37,04
600 36,36
-
-
-
- 2.100
100
200 33,33 -
-
-
- 1.050 63,64
42.775 6.500 17,16 19.325 38,93 5.500 18,80 9.450 25,31
Sumber: Data Sarana Jalan UPTD Teknik Jalan dan Jembatan Wilayah Cileungsi Dari data di atas dapat dilihat bahwa jalan raya Tajur-Hambalang dan Leuwinutug-Tangkil-Hambalang hampir 70% nya dalam keadaan rusak berat sehingga para pelaksana proyek pembangunan di kedua Desa sebaiknya segera memperbaiki kondisi jalan agar dapat dalalui oleh masyarakat di kedua desa dengan nyaman. Di sektor pendidikan infrastruktur yang masih kurang memadai yaitu sekolah setara Sekolah Menengah Atas (SMA), yang telah ada saat ini hanya Madrasah Aliyah (MA) di Desa Hambalang dan masih dirasa kurang memadai. Berikut ini data infrastruktur pendidikan di Desa Tangkil dan Hambalang yang terdapat pada Tabel 15.
Tabel 15. Infrastruktur Pendidikan Di Desa Tangkil dan Hambalang Tahun 2011 Jumlah Tenaga Jumlah Nama Jumlah Status Pengajar Siswa PAUD 3 Terdaftar 10 100 SD/MI /MD 12 Terakreditasi 60 1.415 SMP/TSANAWIYAH 2 Terakreditasi 28 378 SMA/ALIYAH 1 Terdaftar 6 87 PTN Sumber : Profil dan Potensi Desa Tangkil dan Hambalang, 2011 (diolah)
6.1.4. Sumber Daya Alam (Natural Asset) Pada umumnya, Sumber Daya Alam berdasarkan sifatnya dapat digolongkan menjadi SDA yang dapat diperbaharui dan SDA tak dapat diperbaharui. SDA yang dapat diperbaharui adalah kekayaan alam yang dapat terus ada selama penggunaannya tidak diekspliotasi berlebihan. Tumbuhan, hewan, mikroorganisme, sinar matahari, angin, dan air adalah beberapa contoh SDA terbaharukan. Walaupun jumlahnya sangat berlimpah di alam, penggunannya harus tetap dibatasi dan dijaga untuk dapat terus berkelanjutan. Sebagian besar kondisi tanah di Desa Tangkil dan Desa Hambalang berwarna merah dengan tekstur tanah lempung. Tingkat kemiringan tanah mencapai 65° dengan lahan kritis dan terlantar sekitar 400 ha. Tingkat erosi tanah di kedua desa sekitar 80 ha untuk erosi ringan dan 20 ha untuk erosi berat dan luas tanah yang tidak ada ancaman erosi sekitar 2.140 ha. Berikut ini terdapat data luasan lahan di Desa Hambalang berdasarkan peruntukannya yang terdapat pada Tabel 16. Tabel 16. Luas Lahan Berdasarkan Peruntukannya di Desa Hambalang Tahun 2011 Lahan Peruntukan Luas Lahan Pemukiman 495 ha/m2 Persawahan 399,5 ha/m2 Perkebunan 1.315 ha/m2 Kuburan 10 ha/m2 Pekarangan 120 ha/m2 Taman 105 ha/m2 Perkantoran 0,5 ha/m2 Prasarana Umum Lainnya 40 ha/m2 Total luas 2.474,42 ha/m2 Sumber : Profil dan Potensi Desa Hambalang, 2011
Sumber daya air adalah sumber daya berupa air yang berguna atau potensial bagi manusia. Kegunaan air di Desa Tangkil dan Hambalang meliputi penggunaan di bidang pertanian, industri, rumah tangga, rekreasi, dan aktivitas lingkungan lainnya. Pengelolaan sumber daya air di kedua desa semakin hari semakin dihadapkan ke berbagai permasalahan. Permasalahan umum dalam pengelolaan sumber daya air di kedua desa yaitu saluran air bersih ke rumah warga yang belum tertata dengan baik, pengelolaan air ke rumah tangga sebagian besar masih menggunakan selang yang rentan kebocoran. Berikut ini data potensi sumber daya air di Desa Tangkil dan Hambalang yang terdapat pada Tabel 17. Tabel 17. Potensi Sumber Daya Air Jumlah Pemanfaat Kondisi (Unit) (KK) Baik/Rusak Mata air 18 1.500 Baik Sumur gali 713 900 Baik Sumur pompa 520 600 Baik Sumber : Profil dan Potensi Desa Tangkil dan Desa Hambalang, 2011 Jenis
6.1.5. Modal Sosial (Social Asset) Modal sosial adalah bagian-bagian dari organisasi sosial seperti kepercayaan, norma dan jaringan yang dapat meningkatkan efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan-tindakan yang terkoordinasi. Modal sosial juga didefinisikan sebagai kapabilitas yang muncul dari kepercayaan umum di dalam sebuah masyarakat atau bagian-bagian tertentu dari masyarakat tersebut. Selain itu, konsep ini juga diartikan sebagai serangkaian nilai atau norma informal yang dimiliki bersama di antara para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerjasama. Modal sosial yang terdapat di Desa Tangkil dan Hambalang yaitu modal dasar dari adanya ikatan sosial yang kuat dengan adanya kerjasama di antara anggota masyarakat dalam suatu kelompok atau organisasi. Dalam hal ini komunitas perdesaan dengan ikatan sosial akan terbanguan dengan kerjasama di antara semua warga masyarakat. Nilai-nilai modal sosial yang terdapat di kedua desa yaitu nilainilai seperti gotong-royong antar masyarakat, toleransi antar umat beragama dan kepercayaan dan dukungan terhadap pemerintah desa.
6.2.
Analisis Faktor Eksternal Lingkungan eksternal merupakan lingkungan yang berada diluar lingkungan
perdesaan yang secara langsung ataupun tidak, dapat mempengaruhi kegiatan agribisnis dan perekonomian di Desa Tangkil dan Hambalang. Adapun yang termasuk lingkungan eksternal diantaranya faktor ekonomi, politik dan kebijakan pemerintah, teknologi, demografi, serta sosial, budaya, dan lingkungan.
6.2.1. Ekonomi Keadaan ekonomi suatu daerah akan dapat mempengaruhi perekonomian di perdesaan. Perekonomian yang stabil dan berkembang akan diikuti dengan meningkatnya kesejahteraan rakyat. Peran serta masyarakat terutama dunia usaha telah mampu mendorong berkembangnya pembangunan ekonomi Kabupaten Bogor. Dengan keberhasilan Pembangunan di bidang ekonomi sangat memberikan dukungan dan dorongan terhadap pembangunan di berbagai sektor lainnya. Hal ini juga menjadi peluang bagi perluasan kesempatan kerja yang turut medukung peningkatan laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah. Hal ini dapat dilihat dari realisasi indikator makro ekonomi menurut PDRB yang terdapat pada Tabel 18. Tabel 18. Realisasi Indikator Makro Ekonomi Menurut PDRB Berdasarkan Harga Berlaku Tahun 2007-2009 Sektor 2007 2008 2009 Primer 3.023.730 3.326.210 3.638.330 Sekunder 35.652.250 40.350.940 44.856.010 Tersier 12.604.230 14.712.260 16.718.360 Sumber: Diskominfo Kabupaten Bogor, 2011 Daerah perdesaan seperti Desa Tangkil dan Hambalang mempunyai sumberdaya pertanian yang sangat besar, namun produk pertanian umumnya mudah busuk, tidak efisien dalam tempat, dan musiman. Sehingga konsumen saat ini dan yang akan datang akan cenderung mengkonsumsi produk agribisnis yang sehat, dengan kualitas yang baik maka peranan agroindustri akan dominan. Kondisi perekonomian Kabuapten Bogor yang labil secara tidak langsung mempengaruhi perekonomian dalam di kedua desa.
6.2.2. Politik dan Kebijakan Pemerintah Kondisi politik di Kabupaten Bogor belakangan ini terjadi euforia Otonomi Daerah (Otda). Banyak masyarakat yang ingin mengembangkan wilayahnya menjadi berdiri sendiri, seperti mendirikan kecamatan baru atau kelurahan baru. Hal ini terkadang menimbulkan konflik baik horizontal maupun vertikal. Menurut sumber yaitu Kodim Kabupaten Bogor konflik yang terjadi di Kabupaten Bogor mengandung muatan politik. Demikian juga bila dilakukan Pilkada, selalu menimbulkan pro dan kontra, serta berakhir dengan keributan atau konflik. Kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh yang berwenang untuk dijadikan pedoman/ pegangan/ petunjuk dalam pengembangan ataupun pelaksanaan program/kegiatan guna tercapainya kelancaran dan keterpaduan dalam perwujudan sasaran, tujuan, serta visi dan misi instansi pemerintah. Menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah Pusat/Daerah untuk mencapai tujuan. Berikut ini Kebijakan di Kabupaten Bogor dalam rangka mengarahkan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Misi Pertama yaitu: Meningkatkan fasilitasi penataan infrastruktur wilayah. Misi Kedua yaitu: Meningkatkan fasilitasi dan aksesibilitas perekonomian serta iklim usaha yang kondusif, serta meningkatkan revitalisasi pertanian. Misi Ketiga yaitu: Meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan publik serta meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan Kecamatan dan Desa.
6.2.3. Teknologi Perkembangan teknologi mendorong pada perkembangan teknik produksi suatu produk, terutama produk pertanian. Teknik budidaya merupakan bagian dari kegiatan agribisnis yang harus berorientasi pada pasar. Artinya teknik budidaya dilakukan berdasarkan pada kualitas yang diinginkan oleh pihak konsumen sehingga produk tersebut dapat dipasarkan dengan baik. Sehingga teknik budidaya harus mempunyai daya saing dan teknologi yang unggul.
Saat ini mayoritas teknik budidaya usaha agribisnis di Kabupaten Bogor khususnya di Desa Tangkil dan Hambalang masih tergolong sederhana, ini dikarenakan kurangnya pengetahuan, dan kemampuan mengaplikasikan teknologi yang efektif dan efesien. Disamping itu kurangnya akses informasi menyebabkan masyarakat di kedua desa kurang berminat untuk mengaplikasikan teknik baru dalam mengolah lahannya. Kurangnya penerapan teknologi yang tepat menyebabkan kegiatan agribisnis di kedua desa sulit berkembang. Contohnya pada industri penggilingan singkong menjadi aci, mesin yang digunakan masih tergolong sederhana sehingga kegiatan produksi menjadi kurang maksimal. Sesungguhnya alternatif teknologi untuk usaha agribisnis di perdesaan untuk pengolahan hasil-hasil pertanian cukup bervariasi, mulai dari teknologi tradisional yang digunakan oleh industri kecil (cottage industry) sampai kepada teknologi canggih yang biasanya digunakan oleh industri besar. Dengan demikian alternatif teknologi tersebut bervariasi dari teknologi yang padat karya sampai ke teknologi yang padat modal. Teknologi maju yang efektif dan efisien dapat mengurangi biaya peubah (variable cost) seperti biaya tenaga kerja per unit output serta dapat memperkuat kedudukan suatu usaha agribisnis, karena kualitas outputnya yang tinggi, standar kualitasnya yang konsisten, dan volume produksinya yang besar sehingga dapat menarik pembeli dengan jumlah pembelian besar. Tingkat produksi dan teknologi yang tinggi menuntut pengembangan prasarana, pengelolaan, dan tenaga kerja terampil. Disamping itu, karena biaya tetap (fixed cost) yang tinggi maka perdesaan agribisnis di Desa Tangkil dan Hambalang harus memiliki kepastian penyediaan bahan baku serta kepastian pasar untuk produk yang dihasilkan dan beroperasi mendekati kapasitas efektifnya agar perdesaan tersebut berjalan sehat (viable).
6.2.4. Demografi Demografi atau kependudukan adalah ilmu yang mempelajari kependudukan manusia, yang didalamnya meliputi ukuran, strukur, distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian,
migrasi serta penuaan. Pada tahun 2009 Kabupaten Bogor merupakan daerah dengan populasi penduduk tertinggi dari 17 Kabupaten dan sembilan kota di Jawa Barat dengan jumlah 4.347.296 jiwa, angka penduduk tersebut yang terbagi atas 2.228.981 jiwa laki-laki dan 2.111.284 jiwa perempuan. Kabupaten Bogor mengungguli Kabupaten Bandung diposisi kedua dengan jumlah penduduk 3.033.038 jiwa. Berikut ini data jumlah penduduk di Kabupaten Bogor yang terdapat pada Tabel 19. Tabel 19. Jumlah Penduduk di Kabupaten Bogor Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2004-2009 Tahun Laki-laki Perempuan 2004 1.728.631 1.680.179 2005 2.023.400 2.077.534 2006 2.163.929 2.051.656 2007 2.178.831 2.059.131 2008 2.230.314 2.110.206 2009 2.228.981 2.118.315 Sumber: Diskominfo Kabupaten Bogor, 2011 Dengan semakin bertumbuhnya peningkatan penduduk maka permintaan akan bahan pangan semakin meningkat juga, maka dari itu pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dapat menjadi peluang untuk usaha di bidang agribisnis. Pengembangan agribisnis di perdesaan seperti di Desa Tangkil dan Hambalang menjadi sangat diperlukan untuk dapat mengatasi ancaman ketahanan pangan. Pemerintah sebagai pelaksana pembangunan harus dapat merancang program yang tepat dalam usaha budidaya komoditas tanaman pangan agar dapat memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat Indonesia akan kebutuhan pangan.
6.2.5. Sosial, Budaya dan Lingkungan Usaha di bidang pertanian atau agribisnis merupakan usaha yang sangat rentan terhadap pengaruh iklim dan cuaca. Komoditas agribisnis memiliki sifat yang mudah rusak. Proses produksi di sektor agribisnis dari mulai tanam hingga panen tidak dijamin akan berhasil dengan baik. hal ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti tingkat kesuburan tanah, curah hujan dan ketersediaan air.
Beras masih merupakan pangan pokok yang dikonsumsi oleh masyarakat umumnya termasuk masyarakat Desa Tangkil dan Hambalang. Diversifikasi pangan yang diprogramkan pemerintah tidak berpengaruh sama sekali terhadap besarnya konsumsi masyarakat terhadap beras. Diversifikasi yang dilakukan pemerintah tidak dapat disosialisasikan dengan baik karena sebenarnya setiap daerah memiliki budaya yang berbeda dengan komoditas pangan yang akan mereka konsumsi. Hal ini diakibatkan karena budaya masyarakat yang menjadikan beras sebagai pangan utama. Aktifitas masyarakat di wilayah Kabuapten Bogor seperti di Desa Tangkil dan Hambalang tidak terlepas dari pengaruh aktivitas kota lainnya dalam Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi (Jabodetabek) sebagai wilayah metropolitan. Tingkat mobilitas penduduk Kabupaten Bogor dan wilayah Jabodetabek mengalami pertumbuhan yang relatif tinggi sejalan dengan peningkatan pendapatan. Dengan kemajuan jaman dan kemajuan teknologi, daerah seperti Desa Tangkil dan Hambalang cukup terpengaruh pada gaya hidup masyarakat di perkotaan. Berkurangnya kehidupan sosial dan budaya masyarakat perdesaan dapat dilihat dari kehidupan remaja di perdesaan yang sudah meninggalkan identitas mereka sebagai masyarakat desa.
VII. FORMULASI STRATEGI PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DI DESA TANGKIL DAN HAMBALANG
7.1.
Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan
7.1.1. Kekuatan (Strengths) a)
Mata pencaharian utama sebagai petani Menurut data yang terdapat di kantor kedua desa mayoritas masyarakat di Desa
Tangkil dan Hambalang 80% bermata pencaharian sebagai petani ataupun bergerak di bidang agribisnis. Maka untuk dapat mensejahterakan masyarakat di kedua desa upaya yang dilakukan yaitu mengembangkan sektor pertaniannya. Dengan berkembangnya sektor pertanian maka penyerapan tenaga kerja khususnya SDM di bidang pertanian akan lebih tinggi untuk mengurangi pengangguran. Dengan pengalaman yang dimiliki oleh masyarakat di bidang pertanian maka diharapakan dapat mengembangkan pertanian di Desa Tangkil dan Hambalang.
b)
Minat dan semangat berwirausaha Masyarakat di kedua desa memiliki minat dan semangat berwirausaha yang baik
karena didorong dengan kebutuhan dan biaya hidup yang semakin tinggi. Minat dan semangat berwirausaha ditunjukan dengan partisipasi masyarakat dalam programprogram yang dijalankan oleh aparat desa dan program dari PNPM. Dengan adanya keinginan untuk memulai dan berusaha diharapakan masyarakat mampu untuk mandiri dan membangun perekonomian perdesaan menjadi lebih baik. Keinginan untuk berwirasuha pun harus didukung dengan kerja keras dan sikap pantang menyerah, hal ini yang dapat dilihat dari masyarakat di kedua desa, namun hal yang masih menghambat mereka yaitu masalah pendanaan yang dirasakan masih sulit dan kurang berpihak pada masyarakat desa.
c)
Situasi desa yang relatif aman dan kondusif Persoalan keamanan di Desa Tangkil dan Hambalang saat ini dapat dirasakan
cukup aman, ini dikarenakan persoalan keamanam menjadi persoalan masyarakat banyak. Sehingga kemudian keamanan di lingkungan kedua desa ditempatkan sebagai tanggung jawab masyarakat bersama. Misalnya pencurian yang terjadi di desa bukan lagi dianggap sebagai tanggungjawab yang melekat dari tugas polisi melainkan disebutkan sebagai akibat dari tidak berjalannya siskamling dalam masyarakat. Berfungsinya peran hansip dan linmas serta keberadaan satpam swakarsa dari PT. Indocement juga dapat membantu menjaga kondisi kemanan di kedua desa, selain itu juga dengan adanya kerjasama desa/kelurahan dengan TNI–POLRI dalam Bidang TRANTIBLINMAS (Keamanan Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat). Kondisi desa yang kondusif dan cukup aman dapat mendukung kegiatan usaha di sektor agribisnis dikarenakan para pelaku usaha tidak perlu mengeluarkan biaya ekstra untuk persoalan keamanan.
d)
Kemudahan memperoleh air bersih Air dapat dikatakan sebagai sumber kehidupan, dengan terdapatnya mata air
dan kemudahan mendapatkannya sangat mendukung kegiatan agribisnis di kedua desa. Dengan adanya air dapat mencegah kegiatan pertanian menjadi gagal penen karena kekeringan. Kemudahan memperoleh air juga sangat menunjang kegiatan perikanan dan peternakan.
e)
Adanya kelompok tani yang dapat mempersatukan petani Adanya kelompok tani di Desa Tangkil yang diketuai oleh H.Obing dan di Desa
Hambalang yaitu Saluyu 1 yang diketuai oleh H. Misbah, Saluyu 2 yang diketuai oleh Badrudin dan kelompok tani Mekar. Organisasi kelompok tani diharapakan dapat menunjang kegiatan pertanian dan dapat mempersatukan petani. Dengan bersatunya petani maka permasalahan di bidang pertanian dapat dipecahkan secara bersamasama dan dapat saling menunjang kegiatan pertanian masing-masing petani.
7.1.2. Kelemahan (Weakness) a)
Kepemilikan lahan pertanian bukan milik sendiri Lahan pertanian yang selama ini digunakan untuk bercocok tanam oleh
masyarakat desa sebagian sudah beralih fungsi menjadi bangunan markas Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian Tentara Nasional Indonesia (PMPP TNI) dan tanah-tanah yang dikuasai perdesaan-perdesaan dan juga pengembang. Hal ini dikarenakan lahan pertanian bukan hak milik masyarakat, melainkan milik pihak ketiga.
b)
Kurangnya pendidikan, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat desa Kurangnya sarana pendidikan di perdesaan menyebabkan rendahnya kualitas
SDM di Desa Tangkil dan Hambalang. Selain itu kesadaran masyarakat atas pentingnya pendidikan masih dirasa kurang. Dengan kurangnya pendidikan, pengetahuan dan keterampilan masyarakat desa dapat menghambat pembangunan perekonomian perdesaan, maka diperlukan perhatian seluruh lapisan masyarakat akan pentingnya pendidikan yang berkualitas. Untuk bidang pendidikan di Desa Tangkil sekolah tidak ada sama sekali bahkan untuk Sekolah Dasar (SD). Sedangkan di bidang kesehatan, tidak ada puskesmas dan hanya ada Posyandu, akan tetapi, masyarakat Desa Tangkil sedikit terbantu dengan mendapat bantuan dari Indocement untuk pengobatan gratis 1 tahun sekali dan penyuluhan kesehatan 1 tahun sekali. Selama ini yang menjadi kendala untuk mendirikan sarana pendidikan adalah ketidak tersediaannya lahan. Saat ini Desa Tangkil sudah memiliki 1 PAUD dan 1 MI. PAUD ini biayanya gratis, sehingga tidak ada uang untuk menggaji guru yang bekerja disana. Selain itu untuk pengadaan buku pelajaran maka dilakukan dengan cara swadaya. Banyak anak yang putus sekolah dan tidak melanjutkan kembali ke SMP atau SMA dan hanya sampai SD saja. Hal ini karena memang mereka tidak lulus atau karena ongkos yang mahal karena jarak sekolah yang jauh. Bidang pendidikan di Desa Hambalang lebih baik dari Desa Tangkil karena sudah terdapat SD Negeri dan SMP Swasta, namun saat ini Desa Hambalang belum
memiliki sekolah setingkat SMA. Menurut perangkat desa saat ini sudah ada rencana untuk mendirikan SMA di Desa Hambalang, namun masih menunggu adanya bantuan dari pemerintah atau donatur.
c)
Kurangnya modal untuk memulai dan mengembangkan usaha Modal usaha bagi bidang pertanian dan kelompok usaha kecil merupakan
permasalahan yang cukup pelik. Sebagian besar pelaku usaha di Desa Tangkil dan Hambalang memiliki modal awal yang kecil yaitu di bawah Rp. 1juta. Kecilnya modal ini tidak hanya menghambat kelangsungan bisnis tetapi bisa mejadi penyebab gagalnya usaha yang tengah dirintis. Hal yang menjadi faktor utama yang menghambat pengembangan agribisnis di Desa Tangkil dan Hambalang yaitu kesulitan pendanaan, hal ini dikarenakan akses yang dan juga masyarakat yang enggan dan kurang tertarik menggukanan jasa pendanaan dari bank.
d)
Kurangnya sarana transportasi umum dan kondisi jalan yang rusak Ketiadaan sarana transportasi umum seperti angkutan desa yang menjangkau
kedua desa cukup meyulitkan masyarakat yang ingin bepergian. Selama ini masyarakat menggunakan ojeg untuk dapat mencapai lokasi yang mereka tuju, sedangkan ongkos ojeg relatif mahal yaitu sekitar Rp. 7.000 sekali jalan. Kondisi jalan yang rusak juga dapat menghambat arus barang dan jasa dari dan menuju kedua desa.
e)
Belum adanya kelembagaan seperti koperasi yang dapat mendukung kegiatan agribisnis Tidak terdapatnya lembaga ekonomi pertanian seperti KUD di kedua desa
menyebabkan ketergantungan masyarakat dengan tengkulak atau pedagang pengumpul. Hal ini tentunya kurang menguntungkan bagi petani karena harga jual hasil pertanian sebagian besar ditentukan oleh tengulak, meski tidak semua tengkulak yang menetapkan harga di bawah harga pasar. Ketiadaan koperasi juga menyulitkan masyarakat tani yang membutuhkan berbagai macam keperluan atau pendanaan untuk
kegiatan perekonomiannya. Maka kedepannya diharapkan untuk mendirikan koperasi agar dapat menunjang kegiatan agribisnis di kedua desa.
f)
Skala usaha yang relatif kecil Dari hasil pengamatan secara langsung dan survey ke Desa Tangkil dan
Hambalang dapat dilihat bahwa skala usaha masyarakat desa relatif kecil, hal ini juga didukung oleh data dari pemerintah desa bahwa sebagian besar kepemilikan lahan pertanian di bawah 1 ha/m2. Dengan skala usaha yang kecil cukup menyulitkan untuk mengembangkan kegiatan agribisnis karena banyak sumber daya yang dibutuhkan untuk pengembangannya.
7.2.
Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman
7.2.1. Peluang (Opportunity) a)
Adanya program dari PNPM untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat desa Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di perdesaan kini sedang
direalisasikan ke berapa wilayah, termasuk ke Desa Tangkil dan Hambalang. Program ini meliputi perbaikan sarana, prasarana dan infrastruktur perdesaan seperti pembangunan jalan, jembatan, MCK, dll dan juga berbagai program perekonomian diantaranya seperti pelatihan dan pedampingan usaha-usaha kecil dan juga simpan pinjam bergulir. Agar program ini dapat bejalan dengan baik maka dibutuhkan kekompakan dengan warga untuk bisa bekerja sama. Program dari PNPM ini membutuhkan dorongan dari masyarakat di kedua desa untuk tumbuh dan berkembang. Selain itu, diharapkan juga swadya atau parsitipasi masyarakat, baik tenaga maupun materi. Menurut warga desa selama ini program pembangunan desa bisa dilihat dan dirasakan langsung oleh masyarakat. Sebelumnya Desa Tangkil dan Hambalang tergolong sebagai desa tertinggal dengan kurangnya fasilitas umum dan kondisi jalan yang rusak. Namun adanya program PNPM, potensi kemajuan desa sudah bisa dirasakan oleh masyarakat dan program ini berjalan dangan baik.
b)
Adanya investor yang bersedia menanamkan modalnya Di Desa Tangkil dan Hambalang seringkali dijumpai masyarakat yang
mempunyai peternakan kambing de sekitar rumahnya. Setelah ditelusuri kambingkambing tersebut ada yang merupakan titipan atau investasi dari orang-orang di luar desa. Mereka menitipkan kambing dengan sistem bagi hasil, yang tentunya dapat menguntungkan kedua belah pihak dan perekonomian masyarakat desa cukup terbantu. Dengan adanya investor tersebut merupakan peluang dari masyarakat perdesaan untuk dapat mengembangkan pertanian dan memberdayakan perekonomian masyarakat desa. Para investor juga diharapkan dapat membawa dampak positif untuk pembangunan di perdesaan ke arah yang lebih baik. c)
Adanya industri pengolahan hasil pertanian Adanya industri pengolahan hasil pertanian (agroindustri) dapat mendukung
kegiatan agribisnis di perdesaan, caranya dilakukan dengan efisiensi usaha, baik di tingkat produksi pengolahan maupun pemasaran, yang berpijak pada orientasi pasar domestik dan ekspor, berbasis sumber daya lokal, dan pengurangan ketergantungan komponen impor. Peran subsektor industri pengolahan hasil pertanian (agroindustri) dalam pertumbuhan ekonomi di perdesaan yakni penyerapan hasil pertanian dan penyerapan tenaga kerja. Subsektor industri pengolahan hasil pertanian adalah subsektor yang mampu memberi nilai tambah bagi produk hasil pertanian. Hal ini dikarenakan memiliki keterkaitan langsung dengan pertanian primer, di mana industri pengolahan inilah yang mengolah produk primer pertanian menjadi barang setengah jadi (intermediate goods) maupun barang konsumsi (final goods). Oleh karena itu dengan adanya industri pengolahan hasil pertanian merupakan suatu peluang untuk mengembangkan kegiatan agribisnis di perdesaan dan juga memberdayakan ekonomi masyarakatnya.
d)
Adanya bantuan bibit dari pemerintah Bantuan bibit tanaman dari pemerintah muncul karena masih banyak wilayah di
Kecamatan Citeureup yang masih dalam keadaan gersang. Kecamatan Citeureup mencanangkan kegiatan tanam dan pelihara 17.000 pohon. Bantuan bibit pohon ini merupakan tindak lanjut dari program One Billion Indonesia Three (OBlT) yang dicanangkan oleh pemerintah. Penanaman 17.000 pohon akan dilakukan secara bertahap di 12 desa dan 2 kelurahan di Kecamatan Citeureup. Jadi setiap wilayah akan ditanami rata-rata 1.000 pohon. Bibit tanaman ini diperoleh dari Kemenpora, beberapa perdesaan besar yang ada di Citeureup, UPT Kurikulum Kecamatan, UPT Puskesmas dan PGRI Kecamatan Citeureup. Dengan adanya bantuan bibit tanaman dari pemerintah diharapakan agar pemerintah lebih memperhatikan sektor agribisnis di perdesaan. Kedepannya pemerintah juga diharapkan tidak hanya memberikan bantuan bibit dalam rangka penghijauan tapi juga untuk mengembangkan sektor agribisnisnya. Bantuan bibit unggul akan sangat membantu bagi masyarakat perdesaan untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan masyarakat tani. e)
Adanya perhatian dari pemerintah daerah terkait penanggulangan kemiskinan Perhatian pemerintah daerah terkait penganggulangan kemiskinan diantaranya
yaitu program pembangunan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) milik warga desa. Pembangunan RTLH tersebut merupakan bantuan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor tahun 2010. Rata-rata nominal bantuan dalam pembangunan RTLH yang dikucurkan sebesar Rp. 5 Juta per-unit. Pembangunan tersebut disebar secara merata ke setiap wilayahnya. Mudah-mudahan dengan adanya bantuan ini kehidupan warga di perdesaan akan menjadi lebih baik lagi kedepannya terutama dalam perekonomiannya. Sebelumnya kondisi pemukiman warganya cukup mengkhawatirkan, mereka hidup dalam serba keterbasan karena jeratan ekonomi dan penghasilan yang kurang memadai. Kedepannya diharapakan program-program pemerintah lainnya untuk
mengatasi kemiskinan di perdesaan, khususnya pemberdayaan ekonomi agar masyarakat perdesaan lebih mandiri.
7.2.2. Ancaman (Threat) a)
Pengambilalihan lahan pertanian sewaktu-sewaktu oleh pemilik lahan Status lahan pertanian di kedua desa sebagian besar merupakan tanah Hak Guna
Usaha (HGU) milik pemerintah yang kemudian dibebaskan lahannya oleh perdesaanperdesaan, pengembang kawasan perumahan dan investor untuk digunakan berbagai macam kepentingan. Selama ini masyarakat tani menggunakan lahan yang masih belum digunakan oleh pemiliknya, namun hal ini dapat berakibat buruk apabila sewaktu-waktu pemilik lahan akan menggunakan lahannya. Maka para petani dapat kehilangan mata pencahariannya dan kegiatan agribisnis di perdesaan menjadi terhambat.
b)
Adanya aktivitas pembangunan markas komando Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian Tentara Nasional Indonesia (PMPP TNI) yang dapat menghambat aktivitas masyarakat Mulai akhir tahun 2010 ini, Kementrian Pertahanan (Kemenhan) RI
membangun kompleks terpadu yang akan dijadikan sebagai Pusat Milisi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di Kecamatan Citeureup. Kompleks PMPP yang dibangun Kemenhan rencananya akan berdiri di atas areal cukup luas yaitu mencapai 260 hektare. Areal kompleks PMPP terletak di empat desa yaitu Desa Sukahati, Desa Tangkil, Desa Leuwinutug dan Desa Hambalang. Adanya aktivitas pembangunan tersebut dapat mengganggu perekonomian masyarakat sekitar, khususnya masyarakat Desa Tangkil dan Hambalang karena rusaknya jalan yang menghubungkan kedua desa akibat seringnya dilalui kendaraan proyek. Rusaknya jalan tersebut dapat menghambat arus barang dan jasa dari dan menuju kedua desa. Dengan adanya pembangunan ini masyarakat pun kehilangan mata pencaharian sebagai petani karena ladang mereka tergusur sehingga sebagian
besar warganya ikut terlibat dalam proyek tersebut walau hanya untuk sementara dengan upah rata-rata hanya Rp. 20.000,- sehari. c)
Kurang intensifnya perhatian pemerintah terhadap kegiatan agribisnis di kedua desa Perhatian pemeritah terhadap kegiatan agribisnis di Desa Tangkil dan
Hambalang dirasakan masih kurang intensif. Dengan terbatasnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat akan teknik budidaya dan penggunaan teknologi yang tepat guna dapat menghambat kegiatan agribisnis di perdesaan. Selain itu masyarakat tani di kedua desa masih kurang mampu dalam mengakses informasi akan harga suatu komoditas. Maka disini peran yang intensif dan kontinyu dari pemerintah sangat dibutuhkan untuk mendampingi petani mengembangkan sektor agribisnis di perdesaan. Dengan pendampingan pada petani diharapakan pemerintah dapat cepat tanggap pada permasalahan-permasalahan yang sering muncul dan dihadapi oleh petani. d)
Isu kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Tarif Dasar Listrik (TDL) Adanya isu kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Tarif Dasar Listrik
(TDL) dapat berdampak negatif terhadap kegiatan agribisnis di perdesaan. Kenaikan harga BBM dan TDL dapat menyebabkan naiknya biaya operasi dari pelaku agribisnis yang mengakibatkan berfluktuasinya harga suatu komoditas di pasaran. Seperti kita ketahui bahwa harga di pasaran bukan saja ditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran akan suatu komoditas. Dengan adanya isu tersebut dapat mempengaruhi sensitivitas harga dari suatu komoditas pertanian yang terkadang dapat merugikan petani. Maka isu-isu kenaikan BBM dan TDL merupakan ancaman bagi pengembangan agribisnis di perdesaan.
e)
Belum tersedianya sarana pelaku ekonomi/pedagang berupa pasar yang representatif Salah satu aspek yang dapat mendukung berjalannya kegiatan perekonomian,
khususnya kegiatan agribisnis yaitu adanya pasar yang representatif. Masyarakat di Desa Tangkil dan Hambalang menjual hasil pertanian dan berbelanja kebutuhan sehari-hari di pasar Citereup karena jaraknya yang paling dekat. Namun saat ini pasar Citeureup yang di bangun sekitar tahun 1980 itu, kondisinya memprihatinkan dan sangat kumuh. Apabila kondisi pasar tidak ada perbaikan dikhawatirkan pembeli akan semakin malas berbelanja ke Pasar Citeureup. Terlebih bila di musim hujan pasar semakin terlihat kumuh, karena becek dan menumpuknya sampah yang dihasilkan pedagang terutama PKL yang menimbulkan aroma tidak sedap. Sudah selayaknya pasar yang menjadi icon wilayah Citeureup itu diperbaiki, karena keberadaan pasar tersebut merupakan sentra perekonomian warga termasuk masyarakat Desa Tangkil dan Hambalang. Harapannya ada peremajaan kondisi pasar dari pasar tradisional menjadi semi modern sehingga dapat menunjang kegiatan perekonomian di wilayah Citereup.
7.3.
Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)/Analisis S - W Analisis lingkungan internal ini dilakukan melalui identifikasi faktor internal
perdesaan untuk mengetahu kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness) di Desa Tangkil dan Hambalang. Selain di identifikasi, maka dilanjutkan dengan memberikan pembobotan dan rating. Pembobotan dilakukan dengan menggunakan metode paired comparison pada faktor-faktor kunci internal sehingga diperoleh bobot dari masingmasing factor. Pemberian rating untuk menunjukkan apakah faktor-faktor tersebut merupakan kekuatan yang besar atau yang kecil bagi perdesaan. Hasil pemberian bobot dan rating dari faktor-faktor internal perdesaan dapat dilihat pada Tabel 20 dan hasil perhitungannya pada Lampiran 5.
Tabel 20. Matriks IFE Perdesaan Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor Kekuatan Mata pencaharian utama sebagai petani 0,088 3,875 0,341 Minat dan semangat berwirausaha 0,095 2,750 0,262 Situasi desa yang relatif aman dan kondusif 0,075 1,750 0,131 Kemudahan memperoleh air bersih 0,085 2,625 0,224 Adanya kelompok tani yang dapat mempersatukan petani 0,092 2,750 0,252 Kelemahan Kepemilikan lahan pertanian bukan milik sendiri 0,109 4,000 0,435 Kurangnya pendidikan, pengetahuan dan keterampilan yang 0,098 3,250 0,319 dimiliki oleh masyarakat desa Kurangnya modal untuk memulai dan mengembangkan 0,102 3,625 0,369 usaha Kurangnya sarana transportasi umum dan kondisi jalan 0,075 3,375 0,251 yang rusak Belum adanya kelembagaan seperti koperasi yang dapat 0,098 3,375 0,332 mendukung kegiatan agribisnis Skala usaha yang relatif kecil 0,084 3,125 0,261 Total 1,000 3,177 Berdasarkan Tabel, dapat dilihat bahwa mata pencaharian utama sebagai petani merupakan kekuatan utama yang dimiliki oleh kedua desa dengan jumlah skor 0,341. Dengan pengalaman yang dimiliki oleh masyarakat di bidang pertanian maka diharapakan dapat mengembangkan pertanian di Desa Tangkil dan Hambalang. Faktor kelemahan terbesar di kedua desa adalah kepemilikan lahan pertanian bukan milik sendiri sehingga sangat sulit untuk mengembangkan usaha di bidang agribisnis dengan nilai skor sebesar 0,435. Saat ini kesulitan utama untuk mengembangkan sektor agribisnis di kedua desa adalah ketersediaan lahan yang semakin sulit, lahan yang dulu digunakan oleh masyarakat untuk bercocok tanam adalah lahan Hak Guna Usaha (HGU) milik pemerintah yang kini fungsinya beralih mendjadi markas Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian Tentara Nasional Indonesia (PMPP TNI) dan tanahtanah yang dikuasai perdesaan-perdesaan dan juga pengembang serta pihak ke tiga atau sering disebut juga tuan tanah. Dari penilaian responden terhadap faktor kunci internal perdesaan, didapatkan total skor rata-rata IFE adalah sebesar 3,117. Hal ini berarti bahwa posisi strategis
usaha agribisnis di Desa Tangkil dan Hambalang berada pada posisi tinggi dalam memanfaatkan kekuatan yang dimilikinya untuk menghadapi kelemahan internal perdesaan.
7.4.
Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)/Analisis O - T Analisis matriks EFE merupakan hasil identifikasi faktor-faktor eksternal
berupa peluang (oportunities) dan ancaman (threat) yang berpengaruh pada lingkungan perdesaan. Pembobotan didasarkan pada tingkat kepentingan dari faktorfaktor eksternal tersebut terhadap perdesaan dengan menggunakan metode ”Paired Comparison”. Pemberian rating untuk menunjukkan apakah faktor-faktor tersebut merupakan kekuatan yang besar atau kecil bagi perdesaan. Hasil pemberian bobot dapat dan rating dari faktor-faktor eksternal Desa Tangkil dan Hambalang dapat dilihat pada Tabel 21 dan hasil perhitungannya pada Lampiran 6. Tabel 21. Matriks EFE Perdesaan Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor Peluang Adanya program dari PNPM untuk pemberdayaan ekonomi 0,117 3,875 0,454 masyarakat desa Adanya investor yang bersedia menanamkan modalnya 0,086 1,750 0,151 Adanya industri pengolahan hasil pertanian 0,088 1,500 0,132 Adanya bantuan bibit dari pemerintah 0,099 2,250 0,223 Adanya perhatian dari pemerintah daerah terkait 0,108 3,000 0,323 penanggulangan kemiskinan Ancaman Pengambilalihan lahan pertanian sewaktu-sewaktu oleh 0,124 4,000 0,494 pemilik lahan Adanya aktivitas pembangunan markas komando Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian Tentara Nasional Indonesia 0,109 3,750 0,411 (PMPP TNI) yang dapat menghambat aktivitas masyarakat Kurang intensifnya perhatian pemerintah terhadap kegiatan 0,097 3,125 0,304 agribisnis di kedua desa Isu kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Tarif Dasar 0,077 2,125 0,163 Listrik (TDL) Belum tersedianya sarana pelaku ekonomi/pedagang 0,095 3,125 0,297 berupa pasar yang representatif Total 1,000 2,951
Berdasarkan pada Tabel peluang yang terbesar yang dimiliki oleh kedua desa adalah adanya program dari PNPM untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat desa dengan skor sebesar 0,454. Selama ini program pembangunan desa oleh PNPM di Desa Tangkil dan Hambalang bisa dilihat dan dirasakan langsung oleh masyarakat. Sebelumnya kedua desa merupakan desa tertinggal dengan kurangnya fasilitas umum dan kondisi jalan yang rusak. Namun adanya program PNPM, potensi kemajuan desa sudah bisa dirasakan oleh masyarakat dan program ini berjalan dangan baik. Program-progam PNPM selanjutnya yaitu program perekonomian diantaranya seperti pelatihan dan pedampingan usaha-usaha kecil dan juga simpan pinjam bergulir. Selain dari peluang-peluang yang dihadapi oleh perdesaan terdapat juga ancaman. Ancaman terbesar yang dihadapi kedua desa adalah pengambilalihan lahan pertanian sewaktu-sewaktu oleh pemilik lahan dengan skor sebesar 0,494. hal ini disebakan status lahan yang digunakan oleh masyarakat untuk bercocok tanam adalah lahan Hak Guna Usaha (HGU) milik pemerintah yang kini fungsinya beralih mendjadi markas Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian Tentara Nasional Indonesia (PMPP TNI) dan tanah-tanah yang dikuasai perdesaan-perdesaan dan juga pengembang serta pihak ke tiga atau sering disebut juga tuan tanah. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan matrik EFE, diperoleh jumlah skor rata-rata untuk faktor kunci eksternal adalah sebesar 2,951 hal ini menunjukkan bahwa kedua desa mampu merespon faktor eksternal dengan memanfaatkan peluang yang ada untuk mengatasi ancaman.
7.5.
Analisis Kekuatan – Kelemahan – Peluang - Ancaman Strategi Pemberdayaan Agribisnisi Perdesaan Merupakan tahapan kedua dalam proses perumusan strategi dan berfungsi
untuk mencocokkan antara kekuatan dan kelemahan dari faktor internal dengan peluang dan ancaman dari faktor eksternal. Alat analisis yang digunakan adalah matriks SWOT.
7.5.1. Strategi S-O Strategi S-O atau strategi kekuatan–peluang merupakan strategi yang menggunakan kekuatan internal objek kajian untuk memanfaatkan peluang eksternal. Alternatif strategi yang direkomendasikan sebagai strategi kekuatan–peluang yakni : memunculkan dan mengembangkan usaha produk olahan hasil pertanian, seperti keripik atau kue. Strategi ini bertujuan untuk membangun mayarakat di Desa Tangkil dan Hambalang agar dapat menjadi pengusaha kecil dan menengah, yaitu usaha mengolah hasil pertanian singkong (ubi kayu). Produk olahan dari singkong ada 8 macam yaitu ; tapioka, kripik renyah, kerupuk, peuyeum, tapai ubi kayu, tepung singkong, tepung gaplek dan roti manis. Pada tahap awal sepertinya yang lebih cocok untuk dikembangkan yaitu keripik srenyah ubi kayu. Sebelum melaksanakan strategi tersebut, perlu dibentuk kelembagaan berupa koperasi atau kelompok usaha kecil dan menengah yang akan menjadi ujung tombak penggerak masyarakat untuk menjadi usahawan yang siap bekerja keras sehingga mampu keluar dari kesulitan yang selama ini telah berlangsung cukup lama. Pelaksanaan strategi tersebut dapat meliputi beberapa tahap, diantaranya yaitu: a. Membentuk kelompok UKM (Usaha Kecil & Menengah) di Desa Tangkil dan Hambalang. b. Memberikan pelatihan kelompok UKM tsb, yaitu pelatihan motivasi untuk menguatkan semangat kerjanya. c. Pelatihan produk olahan singkong d. Pelatihan teknik pemasaran e. Pelatihan pengembangan usaha f. Memberikan bantuan peralatan kepada kelompok UKM yaitu, traktor tangan, mesin pengiris kripik singkong, kompor gas dan wajan besar, timbangan dan alat pengemas sederhan. Speda motor dilengkapi bak truk mini utnuk memasarkan produk.
g. Menyediakan tempat usaha dan kantor (kontrak rumah) sebagi rumah produksi kripik singkong. h. Memberikan bantuan biaya hidup, sampai mereka mampu memasarkan produk.
7.5.2. Strategi W-O Strategi W-O atau strategi kelemahan-peluang merupakan strategi yang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal objek kajian dengan memanfaatkan peluang eksternal. Adapun strategi yang direkomendasikan sebagai bagian dari strategi kelemahan-peluang adalah : 1)
Pemberian pelatihan dan pendampingan usaha budidaya jamur tiram Alasan budidaya jamur tiram layak di jadikan usaha di Desa Tangkil dan
Hambalang dibandingkan usaha di bidang lain yaitu: a. Budidaya pertanian di Desa Tangkil dan Hambalang sulit dikembangkan karena harus menggunakan lahan yang luas. Selain itu semakin luas tanah maka semakin banyak penggunaan air dan membutuhkan tenaga kerja yang banyak dan juga biaya yang tinggi. b. Budidaya perikanan mutlak memerlukan air, irigasi dan lahan serta tenaga ahli di bidangnya. Bidang perikanan juga membutuhkan biaya dan modal yang besar meliputi biaya pakan dan obat-obatan. c. Budidaya peternakan memerlukan penggunaan lahan yang luas dan kandang yang perlu ditunjang dengan biaya modal yang besar, sedangkan pengetahuan masyarakat tentang spesifikasi hewan ternak masih kurang. Budidaya peternakan membutuhkan tenaga ahli dan penggunaan obat-obatan serta pakan yang mahal dan juga penyakit yang selalu berubah-ubah. Dengan segala kekurangan yang ada di Desa Tangkil dan Hambalang, budidaya jamur tiram dapat menjadi alternatif untuk memberdayakan masyarakat desa, keunggulan budidaya jamur tiram antara lain sebagai berikut: a. Budidaya jamur tiram dapat memanfaatkan limbah organik yang banyak melimpah ditengah masyarakat dengan harga relatif murah dan mudah didapat.
b. Budidaya jamur tiram membutuhkan modal yang relatif kecil dan terjangkau oleh segala lapisan masyarakat. c. Budidaya jamur tiram tidak memerlukan lahan yang sangat luas dengan hanya 100 m2 bisa menampung kurang lebih 7500 baglog. d. Permintaan jamur tiram yang baik, karena jamur tiram sudah terposisi sebagai jenis sayuran yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Jamur tiram yang mempunyai cita rasa yang lezat juga bergizi tinggi dan bisa juga digunakan sebagai makanan alternatif untuk pengobatan. e. Pemberian pelatihan teknologi tepat guna yang murah dan sederhana dapat dilaksanakan di Desa Tangkil dan Hambalang sehingga seluruh lapisan masyarakat perdesaan bisa melakukan budidaya jamur tiram ini. f. Budidaya jamur tiram cukup fleksibel sehingga bisa dijalankan siapa saja, dimana saja, kapan saja dan tidak mengenal musim. Budidaya jamur tiram juga bisa dijalankan dalam skala rumah tangga, menengah, bahkan dengan teknologi yang sudah moderen. g. Dibanding usaha budidaya yang lain, jamur tiram mempunyai waktu panen yang singkat yaitu sekitar 1,5 bulan sudah panen, dan tidak membutuhkan biaya pakan, obat-obatan, dan pupuk. Tenaga kerja yang dibutuhkan juga tidak banyak sehingga hasil bisa maksimal.
2)
Usaha kerajinan dari flora kering dan pengembangan produksi keset Aksi pemberdayaan ekonomi lokal berupa penciptaan peluang usaha dan
berusaha baru yang berbasis sumberdaya alam lokal, maupun pengembangan kemitraan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang sudah ada perlu dilakukan di Desa Tangkil dan Hambalang. UMKM khususnya yang bergerak di bidang kerajinan rakyat, disamping dapat dipandang sebagai alternatif satu-satunya usaha bagi keluarga pengrajin, maupun sebagai kombinasi dari ragam sumber nafkah ganda keluarga petani. Oleh karena itu, UMKM khususnya bidang kerajinan rakyat masih sangat potensial dikembangkan karena peluang pasarnya yang masih cukup besar.
Kurangnya kemampuan dalam membangun jaringan kemitraan dalam produksi, dan membangun akses terhadap pemasaran hasil produksi, juga dirasakan oleh kelompok usaha produksi keset dan usaha kerajinan lain di Desa Tangkil dan Hambalang. Tujuan yang hendak dicapai dalam program aksi pemberdayaan ini adalah menjadikan kedua desa yang memiliki kekayaan flora sebagai salah satu lingkungan usaha kerajinan rakyat berbasis sumberdaya alam lokal melalui: a. Penciptaan peluang usaha serta pengembangan produksi keset dan usaha kerajinan berbahan dasar flora, b. Mengorganisasikan pemasaran bersama produk dari ragam usaha produksi keset dan kerajinan berbahan dasar flora (misalnya batang bambu, pelepah kirai, tumbuhan liar lokal yang dikeringkan, dll) c. Menjadikan ragam unit usaha yang ada sebagai wahana belajar (magang) bagi pengembangan ekonomi lokal di tingkat desa, dimana pengetahuan orang lokal terhadap lingkungannya dan budaya kerjasama saling bertemu dan bersinergi, sehingga dihasilkan inovasi-inovasi baru untuk pengembangan rancangan bentuk kerajinan rakyat, maupun inovasi-inovasi baru dalam pengorganisasian usaha mikro. d. Membentuk tim kader pengrajin secara partisipatif yang akan melaksanakan pengenalan dan pemetaan sumber daya lingkungan. e. Menemukan kelompok sasaran pelatihan seperti pelaku usaha produksi keset atau pengrajin produk lokal yang telah ada yang memiliki jiwa wirausaha. f. Memfasilitasi terselenggaranya pelatihan pengeringan flora dan pelatihan peningkatan kualitas produk lokal dengan cara memodifikasi rancangan produk lama dengan flora kering g. Menemukan kelompok sasaran pelatihan (agen pemasaran tingkat desa yang memiliki jiwa wirausaha) dan memfasilitasi terselenggaranya
pelatihan
perencanaan pemasaran. h. Melakukan kaji bersama tentang perencanaan pemasaran, beserta kader agen pemasaran dan pengrajin serta melakukan penjajagan bersama, rintisan kemitraan
usaha bagi pelaku usaha produksi keset dan kelompok pengrajin berbahan dasar flora. Dari aksi pemberdayaan ini, keluaran yang diharapkan adalah: a. Terbentuk sekelompok kader pelaku usaha dan pengrajin khusus dari Desa Tangkil dan Hambalang yang memiliki kapasitas mengenali sumber daya alam (memetakan flora lokal), serta memiliki kapasitas mengenali potensi sumberdaya manusia (keahlian, ketrampilan, dll) yang ada di lingkungan sekitar. b. Terbentuk sekelompok pelaku usaha keset dan pengrajin flora kering dari Desa Tangkil dan Hambalang yang memiliki keahlian inovasi produk. c. Terbentuk sekelompok kader pelaku usaha keset dan pengrajin khusus dari desa Hambalang yang mampu meningkatkan kualitas produk lokal dan inovasinya. d. Terbentuk kader agen pemasaran yang mampu mengkaji pasar, membuat rencana tindakan dan anggaran pemasaran produk keset dan kerajinan flora kering atau produk variasi lainnya. e. Adanya dukungan dari pemerintah tingkat desa sampai kabupaten dalam membangun jejaring ragam usaha dari hulu (bahan baku) sampai hilir (distribusi produk) di tingkat desa.
3)
Penanaman sayuran di pekarangan atau di dalam pot (Tambulapot) Bertanam sayur di pekarangan sering dilakukan masyarakat perdesaan karena
umumnya mereka memiliki pekarangan yang luas. Di Desa Tangkil dan Hambalang yang memiliki keterbatasan lahan untuk pertanian, bukanlah halangan untuk bertanam sayuran, bahkan rumah tanpa pekarangan pun masih bisa bertanam sayuran dalam pot di teras rumah atau dengan pot gantung. Beberapa keuntungan yang diperoleh dari bertanam sayuran di pot antara lain dapat dikerjakan pada pekarangan yang sempit, sebagai alternatif untuk tanah pekarangan yang tidak subur, lebih mudah untuk dipindahtempatkan, lebih mudah untuk menyesuaikan dengan faktor agroklimat (kondisi tanah dan iklim) yang diperlukan tanaman, dan juga berfungsi sebagai tanaman hias.
Seperti tanaman lain pada umumnya sayuran memerlukan kondsi tanah dan iklim tertentu untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, antara lain jenis tanah, derajat keasaman (pH) tanah, curah hujan, banyaknya sinar matahari, suhu udara, kelembaban udara dan ketinggian tempat dari permukaan laut. Maka untuk pemberdayaan masyarakat Desa Tangkil dan Hambalang dapat diberikan pelatihan usaha tambulapot. Masyarakat desa dapat memilih sayuran yang dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian tempat yang sesuai dengan Desa Tangkil dan Hambalang, sedangkan syarat agroklimat lainnya dapat diatur kemudian. Untuk penanaman dengan skala besar, sebaiknya menggunakan benih/biji sedangkan untuk skala kecil dapat digunakan stek atau anakan. Pada Tabel 22 dapat dilihat beberap jenis sayuran dengan kondisi tanah yang diperlukannya. Dengan ketinggian di kedua desa yaitu sekitar 450 m dpl dan kondisi tanah yang cukup memadai maka dipilih untuk menanam tiga jenis sayuran, yaitu sayuran buncis, tomat dan bayam. Lahan pekarangan di kedua desa cukup potensial untuk dijadikan lahan usaha tani sayuran sebagai “warung hidup”. Disebut warung hidup karena hasil sayuran dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sayuran seharihari tanpa harus membeli di pasar. Fungsi dari tanaman sayuran di pekarangan yaitu sebagi
sumber
vitamin,
sumber
mineral,
sarana
kesehatan
dan
sumber
penganekaragaman makanan. Adapun analisis usaha tani dari ketiga komoditas sayuran tersebut terdapat pada Lampiran 7.
Tabel 22. Jenis Tanaman Sayuran Dalam Pot (Tambulapot) Sayuran Tempat Tanah Perbanyakan Kubis 1000-3000 m dpl umum biji, anakan Kubis bunga > 1500 m dpl umum biji Wortel 400-1200 m dpl umum biji Kentang 500-3000 m dpl umum umbi Bawang Merah 0-800 m dpl berpasir umbi Bawang Putih > 600 m dpl berpasir umbi Bayam 0-2000 m dpl umum biji Kacang Panjang rendah-tinggi gembur biji Tomat rendah-tinggi berpasir biji Cabai rendah-tinggi berpasir biji Kecipir 0-800 m dpl umum biji Buncis 200-300 m dpl umum biji Caisim 1000-2000 m dpl umum biji Jagung 0-3000 m dpl umum biji Kailan > 1000 m dpl umum biji Kapri 500-800 m dpl umum biji Labu Siam 0-1000 m dpl umum biji Timun 0-1000 m dpl umum biji Seledri rendah-tinggi moss biji, anakan Terong rendah-tinggi umum biji Sawi rendah-tinggi umum biji
Panen 3-4 bln 3-4 bln 2,5-4 bln 3-4 bln 60-80 hr 85-125 hr 21-25 hr 2 bln 2,5-3 bln 3 bln 2-2,5 bln 2,5 bln 2 bln 3-4 bln 2,5 bln 3-4 bln 4 bln 1,5 bln 3 bln 3 bln 1 bln
Diharapkan dengan adanya program tambulapot ini maka masyarakat di Desa Tangkil dan Hambalang akan dapat memenuhi kebutuhan gizinya secara mandiri, tidak harus membeli di pasar bahkan diharapkan dapat memasarkannya dengan harga yang cukup baik.
7.5.3. Strategi S-T Strategi S-T atau strategi kekuatan-ancaman merupakan strategi yang menggunakan kekuatan internal perdesaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Alternatif strategi yang direkomendasikan sebagai strategi kekuatan-ancaman adalah pemberian pelatihan dan pendampingan usaha ternak puyuh. Tanpa bantuan pihak luar, masyarakat ekonomi lemah tidak pernah berdaya untuk memperbaiki keadaan ekonominya. Bantuan yang dapat diberikan oleh
pihak luar dapat berupa modal usaha ataupun pelatihan ketrampilan. Dan yang tidak kalah penting adalah upaya meningkatkan etos kerja mereka. Usaha budidaya ternak puyuh adalah salah satu alternatif bantuan yang dapat diberikan pihak luar kepada masyarakat desa. Usaha ini tidak memerlukan modal yang besar dan lahan usaha yang luas. Kelebihan lain usaha ini juga dapat memberikan pendapatan harian yang sangat dibutuhkan masyarakat miskin. Selain itu, sebagian hasil usaha ini berupa telur dapat dikonsumsi anggota keluarga mereka untuk perbaikan status gizi yang pada umumnya rendah pada keluarga miskin. Strategi yang akan dilakukan adalah memberdayakan ekonomi masyarakat miskin dengan usaha memelihara burung puyuh penghasil telur. Sasarannya yaitu masyarakat ekonomi lemah di kedua desa. Manfaat yang diharapkan berupa pendapatan dan perbaikan gizi pada masyarakat ekonomi lemah. Metode pelatihan dan pendampingan usaha ternak puyuh adalah sebagai berikut : 1. Peserta terlebih dahulu diberi pelatihan cara dan teknik bertani yang baik (Good Farming Practice), kemudian dimagangkan pada peternakan puyuh selama beberapa hari. 2. Modal usaha diberikan kepada kelompok, dengan kata lain perlu dibentuk kelompok usaha. Anggota kelompok diambil dari anggota masyarakat paling miskin tapi punya tekad untuk berusaha. Pemberian modal usaha kepada individu sering tidak dapat berjalan baik, seringkali modal usaha dipakai untuk keperluan konsumtif. Dengan dibentuk kelompok diharapkan setiap anggota menjadi pengawas bagi anggota lainnya. 3. Besar modal usaha yang diberikan harus dapat memberikan pendapatan yang memadai, misalnya: Rp20.000/hari/KK 4. Dilakukan pendampingan usaha. 5. Replikasi pada kelompok yang baru 6. Diberikan pelatihan untuk meningkatkan etos kerja dan peningkatan keimanan.
7.5.4. Strategi W-T Strategi W-T atau strategi kelemahan-ancaman merupakan strategi untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Alternatif strategi yang direkomendasikan adalah peningkatan kualitas SDM masyarakat perdesaan melalui peningkatan pendidikan dan kesehatan, serta ditunjang oleh perbaikan dan peningkatan sarana, prasarana dan infrastruktur perdesaan. Untuk pembangunan pendidikan, terutama dalam menuntaskan program wajardikdas sembilan tahun terutama di Desa Tangkil, perlu di bangun sekolah dasar dan sekolah lanjutan pertama dalam satu lokasi, ini dilakukan untuk mengefisiesikan biaya pembangunan dan pemeliharaan sekolah, juga untuk meringankan beban orang tua murid yang besar, yaitu komponen transport. Dalam strategi ini terdapat beberapa program yang dapat dilaksanakan yaitu:
1. Pembentukan Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Sejak dini anak harus diberikan berbagai ilmu dalam bentuk berbagai rangsangan. Pendidikan pada usia ini seperti pondasi bagi pendidikan anak selanjutnya. Keberhasilan pendidikan usia dini ini sangat berperan besar bagi keberhasilan anak di masa-masa selanjutnya. Kelak anak akan berkembang menjadi individu yang cerdas, penuh percaya diri dan mampu mengarungi kehidupan dengan segala tantangannya dengan baik. Seorang anak akan menjadi manusia yang berkualitas, berkepribadian kuat dan berguna bagi masyarakat. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (kordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Pembelajaran pada anak usia dini adalah proses pembelajaran yang dilakukan melalui bermain. Ada lima karakteristik bermain yang esensial dalam hubungan dengan Paud yaitu: meningkatkan motivasi,
pilihan bebas (sendiri tanpa paksaan), non linier, menyenangkan dan pelaku terlibat secara aktif. Tujuan pendidikan anak dini usia berbasis akidah Islam adalah membentuk anak yang berkepribadian islam, yaitu memiliki aqidah Islam sebagai landasan ketika berpikir dan bersikap didalam menjalani kehidupan. Anak yang memiliki kepribadian Islam adalah anak yang memiliki kelebihan dalam banyak hal, sehingga mereka bisa dikatakan sebagai Anak unggul. Anak unggul adalah anak yang sholeh/sholehah, cerdas,sehat dan pemimpin. Sasaran dirintisnya Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) adalah kaum ibu atau remaja puteri yang berminat dan berdedikasi tinggi untuk membentuk anak-anak usia dini yang berkepribadian Islami, dan kelak para ibu dan remaja puteri ini akan menjalani pelatihan sebagai guru Paud. Setelah para guru Paud selesai menjalani pelatihan, maka sasaran selanjutnya adalah para anak usia dini sekitar 3 sampai 6 tahun, sebelum memasuki usia pendidikan formal yaitu Sekolah Dasar (SD). Sarana fisik yang diperlukan adalah lokasi yang cukup strategis dicapai oleh banyak sasaran anak usia dini, cukup luas dan nyaman sebagai tempat belajar. Selain itu mengingat metode pembelajaran anak usia dini lebih dititikberatkan pada permainan, maka dibutuhkan banyak alat permainan edukatif untuk melatih kemampuan motorik kasar maupun halus, dan alat permainan luar ruang, seperti ayunan, papan luncur dan sebagainya.
2. Pembentukan Posyandu Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sangat ditentukan oleh kondisi pada saat manusia masih berupa janin dalam kandungan seorang ibu sampai dengan usia balita, anak dan remaja. Dengan demikian dalam konteks pembangunan sumber daya manusia dihadapkan pada agenda menyiapkan generasi masa depan yang mampu menjadi tumpuan umat dalam meneruskan pembangunan. Keterbatasan pengetahuan gizi ibu, sebagai penyedia utama makanan keluarga, akan berdampak negatif bagi kesehatan anak balita, yang apabila hal ini berlangsung dalam jangka waktu panjang, akan menyebabkan anak menderita kurang
gizi. Oleh karena itu kehadiran Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di setiap Rukun Warga (RW) sangat diperlukan. Posyandu merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan
oleh, dari
dan bersama
masyarakat,
untuk
memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak balita. Jadi posyandu adalah upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat, yang mempunyai lima kegiatan utama yaitu: Kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana, Imunisasi, Gizi serta Pencegahan dan Penanggulangan Diare. Posyandu merupakan salah satu wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan, khususnya kesehatan dengan menciptakan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Dalam posyandu ada satu komponen yang sangat penting peranannya yakni kader disamping komponen yaitu dokter dan paramedis. Kader yang diambil dari masyarakat setempat berperan sebagai agen pembaharu. Para agen pembaharu harus menyebarkan ide-ide baru tentang kesehatan modern kepada masyarakat. Kader posyandu adalah mata rantai yang menghubungkan posyandu dengan para ibu dari balita di kedua desa. Sasaran dirintisnya Posyandu adalah kaum ibu atau remaja puteri yang berminat dan berdedikasi tinggi untuk meningkatkan derajat kesehatan anak balita, ibu dan masyarakat, dan kelak para ibu dan remaja puteri ini akan menjalani pelatihan sebagai kader Posyandu. Setelah para kader Posyandu selesai menjalani pelatihan, maka sasaran selanjutnya adalah para ibu yang mempunyai bayi (umur 0-12 bulan) dan anak balita (berusia 1 sampai 5 tahun) Pasangan Usia Subur (PUS) dan masyarakat umum. Sarana fisik yang diperlukan adalah lokasi yang cukup strategis yang mudah dicapai oleh banyak sasaran, cukup luas dan nyaman sebagai tempat pelayanan kesehatan yang berlangsung sebulan sekali.
3. Pembentukan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) Taman Pendidikan Al-Qur'an adalah wadah untuk mengantar anak didik agar: mampu membaca al-Qur'an dengan baik dan benar, mampu memahami makna ayatayat dalam al-Qur'an, mampu mengamalkan nilai-nilai mulia yang terkandung dalam al-Qur'an dan menjadikan al-Qur'an sebagai pedoman hidup yang utama. Sasaran dirintisnya Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA) adalah warga masyarakat yang mempunyai pemahaman terhadap agama Islam, khususnya mampu membaca Al Qur’an dengan baik dan benar dan berminat serta berdedikasi tinggi untuk membentuk anak-anak berkepribadian Islami, dan kelak warga yang berminat ini akan menjalani pelatihan sebagai guru atau ustadz/ustadzah TPA. Setelah para ustadz/ustadzah TPA selesai menjalani pelatihan, maka sasaran selanjutnya adalah para anak usia dini sekitar 3-6 tahun dan usia sekolah (6-12 tahun) sebagai santri/santriwati TPA. Sarana fisik yang diperlukan adalah lokasi yang cukup strategis dicapai oleh banyak sasaran anak usia dini, cukup luas dan nyaman sebagai tempat belajar. Selain itu mengingat metode pembelajaran akan banyak praktek ibadah, maka diperlukan sarana ibadah yang memadai, misalnya tempat bersuci berupa sumber air, toilet dan tempat wudhu yang memadai serta peralatan sholat.
Tabel 23. Analisis SWOT Strategi Pemberdayaan Agribisnisi Perdesaan Analisis Internal
Kekuatan (Strengths) 1. Mata pencaharian utama sebagai petani 2. Minat dan semangat berwirausaha 3. Situasi desa yang relatif aman dan kondusif 4. Kemudahan memperoleh air bersih 5. Adanya kelompok tani yang dapat mempersatukan petani
Kelemahan (Weakness) 1. Kepemilikan lahan pertanian bukan milik sendiri 2. Kurangnya pendidikan, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat desa 3. Kurangnya modal untuk memulai dan mengembangkan usaha 4. Kurangnya sarana transportasi umum dan kondisi jalan yang rusak 5. Belum adanya kelembagaan seperti koperasi yang dapat mendukung kegiatan agribisnis 6. Skala usaha yang relatif kecil
Strategi S-O SO1. Memunculkan dan mengembangkan usaha produk olahan hasil pertanian, seperti keripik atau kue (S1, S2, S3, S4, S5, O2)
Strategi W-O WO1. Pemberian pelatihan dan pendampingan usaha budidaya jamur tiram (W1, W2, W3, O2, O3, O4) WO2. Usaha kerajinan dari flora kering dan pengembangan usaha produksi keset (W6, O1) WO3. Penanaman sayuran di pekarangan atau di dalam pot (Tambulapot) (W1, W4, W5, O5)
Strategi S-T ST1. Pemberian pelatihan dan pendampingan usaha ternak puyuh (S1, S2, S3, S4, S5, T1, T3, T4)
Strategi W-T WT1. Peningkatan kualitas SDM masyarakat perdesaan melalui peningkatan pendidikan dan kesehatan, serta ditunjang oleh perbaikan dan peningkatan sarana, prasarana dan infrastruktur perdesaan (W2, W4, W5, T2, T3, T5)
Analisis Eksternal Peluang (Opportunity) 1. Adanya program dari PNPM untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat desa 2. Adanya investor yang bersedia menanamkan modalnya 3. Adanya industri pengolahan hasil pertanian 4. Adanya bantuan bibit dari pemerintah 5. Adanya perhatian dari pemerintah daerah terkait penanggulangan kemiskinan Ancaman (Threat) 1. Pengambilalihan lahan pertanian sewaktu-sewaktu oleh pemilik lahan 2. Adanya aktivitas pembangunan markas komando Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian Tentara Nasional Indonesia (PMPP TNI) yang dapat menghambat aktivitas masyarakat 3. Kurang intensifnya perhatian pemerintah terhadap kegiatan agribisnis di kedua desa 4. Isu kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Tarif Dasar Listrik (TDL) 5. Belum tersedianya sarana pelaku ekonomi/pedagang berupa pasar yang representatif
7.6.
Matriks Quantitative Strategic Planning (QSPM) Tahap akhir dari perumusan strategi adalah pemilihan strategi terbaik dengan
menggunakan alat analisis matriks QSP yang berdasarkan pada hasil analisis SWOT. Penggunaan QSP bertujuan untuk memperoleh alternatif strategi yang terbaik yang dapat diimplementasikan para pengambil kebijakan bagi kedua desa berdasarkan arah kebijakan dan kondisi riil masyarakat di kedua desa tersebut. Matriks QSP dibuat berdasarkan faktor-faktor utama internal dan eksternal pada matriks IFE, EFE, serta matriks SWOT. Pada matriks QSP terdapat nilai AS dan TAS. Nilai AS menunjukkan daya tarik masing-masing strategi terhadap faktor kunci yang dimiliki. Nilai AS diperoleh melalui kuisioner yang ditujukan kepada responden yaitu Pak Surnarto selaku Kepala BP3K, Bu Isbyanti selaku Petugas Pertanian Kecamatan, Pak H. Suparman selaku Kepala Desa Tangkil dan Pak H. Encep Dani selaku Kepala Desa Hambalang. Keempat responden ini dianggap memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai perkembangan masyarakat di Desa Tangkil dan Hambalang. Keempat responden ini juga memiliki pengaruh yang cukup tinggi karena mereka merupakan pengambil dan pelaksana program serta kebijakan yang disusun untuk memajukan kegiatan perekonomian di kedua desa yang mayoritas di sektor agribisnis. Nilai TAS merupakan hasil perkalian antara bobot rata-rata dengan nilai AS dari setiap faktor kunci strategis. Alternatif strategi dari matriks SWOT yang dapat dihasilkan antara lain: Strategi 1
: Memunculkan dan mengembangkan usaha produk olahan hasil pertanian, seperti keripik atau kue
Strategi 2
: Pemberian pelatihan dan pendampingan usaha budidaya jamur tiram
Strategi 3
: Usaha kerajinan dari flora kering dan pengembangan usaha produksi keset
Strategi 4
: Penanaman sayuran di pekarangan atau di dalam pot (Tambulapot)
Strategi 5
: Pemberian pelatihan dan pendampingan usaha ternak puyuh
Strategi 6
: Peningkatan kualitas SDM masyarakat perdesaan melalui
peningkatan pendidikan dan kesehatan, serta ditunjang oleh perbaikan dan peningkatan sarana, prasarana dan infrastruktur perdesaan Berdasarkan hasil penilaian dari matriks QSP, maka diperoleh urutan strategi pemberdayaan ekonomi masyarakat perdesaan dari yang nilai TAS-nya paling tinggi hingga paling rendah. Dari urutan tersebut dapat dihasilkan strategi yang paling menarik untuk diimplementasikan di Desa Tangkil dan Hambalang sesuai dengan kewenangan para pengambil dan pelaksana kebijakan. Perumusan strategi ini hanya sampai tahap formulasi strategi. Adapun hasil perhitungan mastriks QSP terdapat pada Lampiran 7, urutan strategi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Memunculkan dan mengembangkan usaha produk olahan hasil pertanian, seperti keripik atau kue dengan nilai TAS sebesar 5,162 (strategi 2) 2. Pemberian pelatihan dan pendampingan usaha budidaya jamur tiram dengan nilai TAS sebesar 4,650 (strategi 5) 3. Usaha kerajinan dari flora kering dan pengembangan usaha produksi keset dengan nilai TAS sebesar 4,917 (strategi 3) 4. Penanaman sayuran di pekarangan atau di dalam pot (Tambulapot) dengan nilai TAS sebesar 5,296 (strategi 1) 5. Pemberian pelatihan dan pendampingan usaha ternak puyuh dengan nilai TAS sebesar 4,383 (strategi 6) 6. Peningkatan kualitas SDM masyarakat perdesaan melalui peningkatan pendidikan dan kesehatan, serta ditunjang oleh perbaikan dan peningkatan sarana, prasarana dan infrastruktur perdesaan dengan nilai TAS sebesar 4,851 (strategi 4).
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1.
Kesimpulan Desa Tangkil dan Hambalang mempunyai komoditas utama singkong dan
jagung. Dengan adanya komoditas unggulan tersebut maka berpotensi untuk mendirikan usaha/industri pengolahan singkong dan jagung. Kegiatan agribisnis di kedua desa memiliki berbagai hambatan, salah satunya yaitu masyarakat sulit berpindah ke komoditas lain yang lebih bernilai ekonomi tinggi. Dengan kendala keterbatasan lahan untuk pertanian, model pemberdayaan ekonomi masyarakat yang telah ada di Desa Tangkil dan Hambalang yaitu usaha produksi keset, usaha ini terbentuk atas bantuan program PNPM dari bank dunia. Dengan mengidentifikasi dan menganalisa faktor internal dan faktor eksternal kegiatan agribisnis di Desa Tangkil dan Hambalang dapat diketahui kekuatan utama yang dimiliki oleh kedua desa, yaitu mata pencaharian utama sebagai petani dengan jumlah skor 0,341 dan nilai rating sebesar 3,875. Sedangkan untuk kelemahan yang paling utama adalah kepemilikan lahan pertanian bukan milik sendiri dengan nilai skor sebesar 0,435 dan rating sebesar 4,000. Pada faktor eksternal peluang yang paling utama adanya program dari PNPM untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat desa dengan skor sebesar 0,454 dan nilai rating sebesar 3,875. Sedangkan untuk ancaman terbesar adalah pengambilalihan lahan pertanian sewaktu-sewaktu oleh pemilik lahan dengan skor sebesar 0,494 dan nilai rating sebesar 4,000. Dari analisis IFE dan EFE dihasilkan nilai rata-rata IFE sebesar 3,117 dan EFE sebesar 2,951. Strategi pengembangan sektor agribisnis dapat ditunjang dengan merumuskan alternatif strategi terbaik untuk memberdayakan ekonomi masyarakat di Desa Tangkil dan Hambalang. Berdasarkan hasil penilaian dari matriks QSP, maka diperoleh prioritas strategi dengan nilai TAS sebesar 5,296 yaitu Penanaman sayuran di pekarangan atau di dalam pot (Tambulapot) yang bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan gizinya secara mandiri, tidak harus membeli di pasar bahkan diharapkan dapat memasarkannya dengan harga yang cukup baik.
8.2.
Saran
1. Dengan adanya strategi pengembangan agribisnis pedesaan, pemerintah sebaiknya dapat melaksanakan berbagai program dan kebijakan yang tepat dan sesuai dengan analisis lingkungan di Desa Tangkil dan Hambalang, untuk mewujudkan pertanian modern yang berbasis di pedesaan. Pemilihan komoditi yang akan dikembangkan dan pasar yang akan dituju merupakan hal penting yang harus diprioritaskan sesuai dengan potensi yang ada di pedesaan. Strategi pengembangan agribisnis pedesaan juga sebaiknya dapat memberdayakan masyarakat miskin dan masyarakat ekonomi lemah agar dapat meningkatkan kesejahteraannya dan memajukan perekonomian desa. 2. Dari alternatif-alternatif strategi pengembangan agribisnis pedesaan dan strategi pemberdayaan ekonomi masyarakat di Desa Tangkil dan Hambalang, sebaiknya dilakukan secara bertahap dan dalam pelaksanaannya dilakukan pembimbingan dan pengawasan agar tujuan dari pelaksanaan strategi tersebut dapat tercapai dan tepat sasaran. 3. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya dalam menganalisis lingkungan perdesaan menggunakan
pendekatan
kerangka
Penghidupan
Berkelanjutan
yang
diterjemahkan dari bahasa Inggris Sustainable Livelihoods (SL) secara lebih mendalam.
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2007 – 2010. http://bps.go.id [28 Maret 2011]. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Penduduk Menurut Kelompok Umur & Jenis Kelamin Indonesia 2010. http://bps.go.id [28 Juni 2011]. David FR. 2009. Strategic Management. Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat. Johara JT. 2006. Pembangunan Desa Dalam Perencanaan. Bandung: ITB. Kahana BP. 2008. Strategi Pengembangan Agribisnis Cabai Merah di Kawasan Agropolitan Kabupaten Magelang. [Tesis]. Semarang: Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro. Nazir M. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Puspa A. 2009. Analisis Daya Saing dan Strategi Pengembangan Agribisnis Gandum Lokal di Indonesia. [Skripsi]. Bogor: Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Rasdiana N. 1997. Strategi Pengembangan Sistem Agribisnis Dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Rakyat Menuju Terwujudnya Pertanian Moderen. Di dalam Memantapkan Kemitraan Agribisnis Dalam Rangka Menghapus Kemiskinan Dengan Mewujudkan Pertanian Moderen. Prosiding pada Seminar Hari Krida Pertanian ke-25; Palembang, 14 Juli 1997. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian: Departemem Pertanian. hlm 12-19. Reza M. 2009. Analisis Strategi Pengembangan Pantai Lombang di Kabupaten Sumenep. [Skripsi]. Bogor: Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Ridho M.D. 2007. Industrialisasi Pedesaan dan Transformasi Tenaga Kerja Muda dari Sektor Pertanian Ke Non Pertanian. [Skripsi]. Jatinangor: Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Rukmana R. 2005. Bertanam Sayuran di Pekarangan. Yogyakarta: Kanisus Sa’id EG, Intan AH. 2001. Manajemen Agribisnis. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Saleh F. 2010. Strategi Pengembangan Industrialisasi Perdesaan Berbasis Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Di Kabupaten Kampar – Provinsi Riau. [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, , Institut Pertanian Bogor. Santoso P, Syukur M, Sudaryono T, Yuniarti, Arifin Z. 2006. Strategi Pengembangan Agroindustri Pedesaan di Wilayah Sentra Produksi Pertanian. Di dalam Seminar
Nasional
Dukungan
Inovasi
Teknologi
Dalam
Akselerasi
Pengembangan Industrial Pedesaan. Prosiding pada Seminar; Malang, 13 Desember 2005. Bogor: Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. hlm 1-11. Saragih B. 2002. Pembangunan Sistem Agribisnis Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional. Jakarta: Departemen Pertanian. Usman, S. 2010. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yogi, Widjana A, Ratnaningtyas S, Laruhun L. 2007. Manajemen Stratejik Terapan. Jakarta : Poliyama Widya Pustaka. http://www.balipost.com. Kerangka Penghidupan Berkelanjutan. http://www.dfid.gov.uk. Pro-Poor Livelihoods: Addresing the Market / Private Sector Gap. http://www.poverty-wellbeing.net. The Sustainable Livelihoods Approach - a reference frame for SDC. http://www.zef.de/module/.../2390_SL-Chapter1.pdf.
Kerangka
Berkelanjutan (Sustainable Livelihoods Framework)
Penghidupan
LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi Desa Tangkil
Kepala Desa H. Suparman
Bendahara Desa
Sekertaris Desa
Endang F.
Aman Rusmana
Kaur Pemerintahan
Kaur Pembangunan
Baehaki
Fikri
Pelaksana Teknis
Pelaksana Wilayah
Sarip Hidayat
Dusun I
Lampiran 2. Struktur Organisasi Desa Hambalang KEPALA DESA
HM. ENCEP DANI
BPD
SEKRETARIS DESA H.DIDI SUHENDI
PELAKSANA TAKNIS LAPANGAN
KAUR PEMERINTAHAN
UJANG HUMAEDI
KAUR PEMBANGUNAN H.DJAJANG DIRJA
UNSUR WILAYAH KADUS . I / II
KAUR KESERJAHTERAAN
KAUR PEREKONOMIAN
KAUR KEUANGAN
ABDUL HALIL
H. MISBAHUDIN SRI KARTINI
UJANG MUHLIS
BENDAHARA DESA HJ. DIANA DEWI
Lampiran 3. Kuisioner Terbuka KUISIONER PENELITIAN No. Responden Tanggal Pengisian
: :
Kuisioner ini digunakan dalam penelitian sebagai informasi dalam penyusunan skripsi yang berjudul “Strategi Pemberdayaan Agribisnis Pedesaan (Kasus : Desa Tangkil dan Hambalang, Kecamatan Citereup, Kabupaten Bogor)”. Oleh Jatnika Arifin (H34096049) Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi Dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. *Semua data dalam kuisioner ini dijamin kerahasiaannya dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian.
IDENTITAS RESPONDEN Petunjuk : Beri tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang menurut penilaian anda paling sesuai
1. 2. 3. 4.
Nama :………………………….. Alamat :………………………….. Jenis kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan Usia anda saat ini : a. 15-19 tahun c. 25-34 tahun e. 45-54 g. ≥ 65 b. 20-24 tahun d. 35-44 tahun f. 55-64 5. Status pernikahan : a. Tidak menikah b. Menikah 6. Jumlah anggota keluarga : ………. Orang 7. Pendidikan Terakhir : a. SD c. SMA/SMK e. Sarjana (S1/S2/S3) b. SMP/SLTP d. Akademi (D1/D2/D3) f. Lainnya, sebutkan…. 8. Pekerjaan : a. Pelajar/Mahasiswa c. Pegawai swasta e. Ibu Rumah Tangga b. Pegawai Negeri d. Wiraswasta f. Lainnya, sebutkan… 9. Rata-rata Pendapatan per-bulan (Rupiah): a. ≤ Rp. 500.000 d. Rp. 1.500.001 – Rp. 2.000.000 b. Rp. 500.001 – Rp. 1.000.000 e. Rp. 2.000.001 – Rp. 2.500.000 c. Rp. 1.000.001 – Rp. 1.500.000 f. > Rp. 2.500.000 10. Rata-rata Pengeluaran untuk konsumsi (makanan dan minuman) per bulan (Rupiah): a. ≤ Rp. 500.000 d. Rp. 1.500.001 – Rp. 2.000.000 b. Rp. 500.001 – Rp. 1.000.000 e. Rp. 2.000.001 – Rp. 2.500.000 c. Rp. 1.000.001 – Rp. 1.500.000 f. > Rp. 2.500.000
Lembar pilihan dan isian : Petunjuk : Beri tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang menurut penilaian anda paling sesuai
Gambaran Umum Kondisi Agribisnis Di Kedua Desa 1. Bagaimana kedaan dan perkembangan usaha di sektor agribisnis di Desa Tangkil dan Desa Hambalang? a. Sangat Baik c. Kurang Baik b. Baik d. Buruk 2. Apa saja yang menjadi komoditas unggulan yang mayoritas dibudidayakan dan diminati oleh masyarakat? Sebutkan! Sektor Pertanian : …………………………………………………….. Sektor Peternakan : …………………………………………………… Sektor Perikanan : ……………………………………………………. Sektor Perkebunan : …………………………………………………… Sektor Kehutanan : …………………………………………………… 3. Apa saja hambatan, kendala dan permasalahan yang umum dan sering dijumpai oleh para pelaku agribisnis di Desa Tangkil dan Desa Hambalang? Sebutkan! …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… 4. Menurut anda apakah usaha di sektor agribisnis di Desa Tangkil dan Desa Hambalang mempunyai prospek yang baik? a. Sangat Baik c. Kurang Baik b. Baik d. Buruk 5. Apakah ada perhatian serta peran dari pemerintah untuk memajukan kegiatan di agribisnis di Desa Tangkil dan Desa Hambalang? a. Ada b. Tidak ada Jika ada, menurut anda apakah perhatian serta peran dari pemerintah terlaksana dengan baik? a. Sangat Baik b. Baik c. Kurang Baik d. Buruk 6. Menurut anda apakah harapan dan keinginan masyarakat untuk memajukan sektor agribisnis di Desa Tangkil dan Desa Hambalang cukup tinggi? a. Tinggi b. Biasa Saja c. Kurang Analsis Lingkungan Internal Pedesaan Sumber Daya Manusia 7. Keterampilan apa yang dimiliki oleh mayoritas masyarakat di Desa Tangkil dan Desa Hambalang? Sebutkan! …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… 8. Bagaimana tingkat pendidikan masyarakat di Desa Tangkil dan Desa Hambalang? a. Sangat Tinggi b. Tinggi c. Rendah d. Sangat Rendah
9. Pelatihan-pelatihan apa saja yang pernah diikuti oleh masyarakat khususnya bagi para pelaku agribisnis di Desa Tangkil dan Desa Hambalang? Sebutkan beserta manfaatnya! …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… 10. Bagaimana minat masyarakat untuk melakukan usaha di sektor agribisnis? a. Sangat Berminat c. Kurang Berminat b. Cukup Berminat d. Sangat Tidak Berminat Keuangan 11. Dari mana saja sumber modal para pelaku agribisnis/usaha di Desa Tangkil dan Desa Hambalang? a. Modal Sendiri e. Tengkulak b. Bank f. Rentenir c. Koperasi g. Lembaga Simpan Pinjam d. Program PNPM h. Lainnya : …………………. 12. Berapa rata-rata jumlah modal awal anda sebagai pelaku usaha/agribisnis? a. ≤ Rp. 500.000 d. Rp. 3.000.001 – Rp. 5.000.000 b. Rp. 500.001 – Rp. 1.000.000 e. Rp. 5.000.001 – Rp. 10.000.000 c. Rp. 1.000.001 – Rp. 3.000.000 f. > Rp. 10.000.000 13. Bagaimana perkembangan modal anda sebagai pelaku usaha/agribisnis? a. Sangat Berkembang c. Kurang Berkembang b. Cukup Berkembang d. Sangat Tidak Berkembang 14. Bagaimana kondisi keuangan anda sebagai pelaku usaha/agribisnis? a. Sangat Baik c. Sulit b. Cukup Baik d. Sangat Sulit Jelaskan Mengapa! …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… 15. Berapa biaya rata-rata yang biasanya anda keluarkan sebagai pelaku usaha/agribisnis? a. ≤ Rp. 500.000 d. Rp. 3.000.001 – Rp. 5.000.000 b. Rp. 500.001 – Rp. 1.000.000 e. Rp. 5.000.001 – Rp. 10.000.000 c. Rp. 1.000.001 – Rp. 3.000.000 f. > Rp. 10.000.000 Produksi dan Operasi 16. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana produksi on-farm dan off-farmnya? a. Sangat Baik c. Sulit b. Cukup Baik d. Sangat Sulit 17. Bagaimana ketersediaan input pertanian (benih, bibit, pupuk, obat-obatan, pestisida, alat mesin pertanian, dll) serta bahan baku lainnya? a. Sangat Baik c. Sulit b. Cukup Baik d. Sangat Sulit
18. Bagaimana ketersediaan tenaga kerja untuk kegiatan produksi dan operasi di sektor agribisnis? a. Sangat Banyak c. Kurang b. Cukup Banyak d. Sangat Kurang 19. Bagaimana pengaruh perkembangan teknologi yang dimiliki dengan perkembangan usahanya? a. Sangat Berpangaruh c. Kurang Berpengaruh b. Cukup Berpengaruh d. Sangat Kurang Berpengaruh 20. Bagaimana kualitas dari komoditas yang dihasilkan dari kegiatan agribisnis/usaha di Desa Tangkil dan Desa Hambalang? a. Sangat Baik c. Buruk b. Cukup Baik d. Sangat Buruk Pemasaran 21. Bagaimana harga jual komoditas yang pasarkan? a. Sangat Baik c. Buruk b. Cukup Baik d. Sangat Buruk 22. Bagaimana perkembangan pemasaran komoditas agribisnis atau usaha yang anda lakukan? a. Sangat Berkembang c. Kurang Berkembang b. Cukup Berkembang d. Tidak Berkembang 23. Bagaimana cara para pelaku agribisnis/usaha memperoleh informasi pasar yang dibutuhkan? Sebutkan! …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… 24. Daerah mana saja yang dijadikan daerah pemasaran atas komoditas yang dijual dari sektor agribisnis/usaha yang ada lakukan? Sebutkan! …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… 25. Bagaimana cara anda sebagai pelaku agribisnis/usaha untuk mengembangkan produk/usaha anda? Sebutkan! …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… Penelitian dan Pengembangan 26. Apakah ada lembaga penelitian yang mendukung pengembangan dari komoditas agribisnis/usaha yang dihasilkan di Desa Tangkil dan Desa Hambalang? a. Ada b. Tidak ada Jika ada, Sebutkan lembaga apa dan manfaat yang dirasakan! …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………
27. Apakah ada inovasi atau aplikasi teknologi baru yang diterapkan di sektor agribisnisi di Desa Tangkil dan Desa Hambalang? a. Ada b. Tidak ada Jika ada, Sebutkan teknologi apa dan manfaat yang dirasakan! …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… Analsis Lingkungan Eksternal Pedesaan 1. Apa makanan pokok di Desa Tangkil dan Desa Hambalang? a. Roti d. Mie f. Jagung b. Nasi e. Kentang g. Umbi-umbian c. Lainnya : …………….. 2. Bagaimana bentuk perhatian dari pemerintah terhadap masyarakat di Desa Tangkil dan Desa Hambalang? Jika ada jelaskan! …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… 3. Bagaimana pola distribusi/pemasaran kegiatan agribisnis/usaha anda? a. Pedagang pengumpul d. Kontrak kerjasama b. Koperasi e. Langsung menuju pasar c. Pelanggan tetap f. Lainnya : ……………………………… 4. Adakah pesaing yang harus dihadapi oleh anda sebagai pelaku usaha/agribisnis? a. Ada b. Tidak ada apabila ada berapa kira-kira jumlahnya, sebutkan : ………………………. 5. Apakah ada upaya dan strategi untuk mengatasi pesaing dalam usaha anda? Jika ada jelaskan apa upaya dan strategi anda! …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… 6. Menurut anda potensi di bidang agribisnis apa saja yang bisa dikembangkan untuk memberdayakan masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Desa Tangkil/Desa Hambalang, Sebutkan! …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………
LEMBAR KELUHAN, SARAN SERTA HARAPAN MASYARAKAT TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DI DESA TANGKIL DAN DESA HAMBALANG Silahkan di isi : ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………
Lampiran 4. Kuisioner Strategi KUISIONER PENELITIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN AGRIBISNIS PERDESAAN (Kasus : Desa Tangkil dan Hambalang, Kecamatan Citereup, Kabupaten Bogor) PENENTUAN BOBOT DAN RATING TERHADAP FAKTOR STRATEGI INTERNAL DAN EKSTERNAL
IDENTITAS RESPONDEN Nama :…………………………………… Pekerjaan :…………………………………… Saya sangat mengharapkan bantuan Bapak/Ibu agar dapat mengisi kuisioner ini dengan benar dan objektif, karena kuisioner ini merupakan alat bantu penelitian yang bermanfaat guna memperoleh data yang akurat dan benar serta dapat menjadi masukan untuk penulisan tugas akhir (skripsi).
Peneliti : Jatnika Arifin H34096049
PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
KUISIONER PENELITIAN No. Responden Tanggal Pengisian
: :
Kuisioner ini digunakan dalam penelitian sebagai informasi dalam penyusunan skripsi yang berjudul “Strategi pemberdayaan agribisnis perdesaan (Studi Kasus : Desa Tangkil dan Hambalang, Kecamatan Citereup, Kabupaten Bogor)”. Oleh Jatnika Arifin (H34096049) Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi Dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. *Semua data dalam kuisioner ini dijamin kerahasiaannya dan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian.
IDENTITAS RESPONDEN Petunjuk : Beri tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang menurut penilaian anda paling sesuai
11. Nama :………………………….. 12. Alamat :………………………….. 13. Jenis kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan 14. Usia anda saat ini : c. 15-19 tahun c. 25-34 tahun e. 45-54 g. ≥ 65 d. 20-24 tahun d. 35-44 tahun f. 55-64 15. Status pernikahan : a. Tidak menikah b. Menikah 16. Jumlah anggota keluarga : ………. Orang 17. Pendidikan Terakhir : c. SD c. SMA/SMK e. Sarjana (S1/S2/S3) d. SMP/SLTP d. Akademi (D1/D2/D3) f. Lainnya, sebutkan…. 18. Pekerjaan : c. Pelajar/Mahasiswa c. Pegawai swasta e. Ibu Rumah Tangga d. Pegawai Negeri d. Wiraswasta f. Lainnya, sebutkan… 19. Rata-rata Pendapatan per-bulan (Rupiah): d. ≤ Rp. 500.000 d. Rp. 1.500.001 – Rp. 2.000.000 e. Rp. 500.001 – Rp. 1.000.000 e. Rp. 2.000.001 – Rp. 2.500.000 f. Rp. 1.000.001 – Rp. 1.500.000 f. > Rp. 2.500.000 20. Rata-rata Pengeluaran untuk konsumsi (makanan dan minuman) per bulan (Rupiah): d. ≤ Rp. 500.000 d. Rp. 1.500.001 – Rp. 2.000.000 e. Rp. 500.001 – Rp. 1.000.000 e. Rp. 2.000.001 – Rp. 2.500.000 f. Rp. 1.000.001 – Rp. 1.500.000 f. > Rp. 2.500.000
A. Penilaian Bobot Terhadap Faktor Strategi Internal Dan Eksternal Perdesaan Tujuan : Mendapatkan penilaian dari para responden mengenai faktor-faktor strategis internal dan eksternal dengan cara pemberian bobot melalui seberapa besar nilai faktor strategis tersebut dalam mempengaruhi atau menentukan keberhasilan pengembangan agribisnis pedesaan. Petunjuk Umum : 1. Pengisian kuisioner dilakukan secara tertulis oleh para responden. 2. Jawaban merupakan pendapat pribadi dari masing-masing responden. 3. Dalam pengisian kuisioner, responden diharapkan untuk melakukannya secara sekaligus (tanpa penundaan), agar terhindar dari inkonsistensi jawaban. 4. Responden berhak menambahkan atau mengurangi hal-hal yang sudah tercantum dalam kuisioner ini jika memiliki alasan yang jelas dan akurat. 5. Responden dapat memiliki pandangan yang berbeda mengenai suatu faktor dalam kuisioner ini, baik dengan responden lainnya maupun dengan peneliti. Hal ini dibenarkan jika responden memiliki alasan yang kuat. Penilaian Bobot Faktor Strategi Internal dan Eksternal (Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman) Petunjuk pengisian 1. Nilai diberikan pada perbandingan berpasangan antara dua faktor (variabel horizontal - variabel vertikal) berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap pengembangan Agribisnis di Desa Tangkil dan Hambalang. Untuk menentukan bobot setiap faktor digunakan skala 1, 2 dan 3 dengan keterangan skala adalah sebagai berikut : Nilai 1 : Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal Nilai 2 : Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal Nilai 3 : Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal 2. Penentuan bobot merupakan pandangan masing-masing responden terhadap faktor-faktor strategis internal dan eksternal sektor agribisnis di Desa Tangkil dan Hambalang. 3. Cara membaca perbandingan dimulai variabel pada baris 1 terhadap kolom 1 dan harus konsisten.
1. Pembobotan Faktor Strategis Internal Faktor Strategis A B C D E Internal
F
G H
I
J
K
Total
Bobot
A B C D E F G H I J K Total Keterangan Kekuatan : A. Mata pencaharian utama sebagai petani B. Minat dan semangat berwirausaha C. Situasi desa yang relatif aman dan kondusif D. Kemudahan memperoleh air bersih E. Adanya kelompok tani yang dapat mempersatukan petani Kelemahan : F. Kepemilikan lahan pertanian bukan milik sendiri G. Kurangnya pendidikan, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat desa H. Kurangnya modal untuk memulai dan mengembangkan usaha I. Kurangnya sarana transportasi umum dan kondisi jalan yang rusak J. Belum adanya kelembagaan seperti koperasi yang dapat mendukung kegiatan agribisnis K. Skala usaha yang relatif kecil
2. Pembobotan Faktor Strategi Eksternal Faktor Strategis A B C D E Eksternal
F
G
H
I
J
Total
Bobot
A B C D E F G H I J Total Keterangan : Peluang : A. Adanya program dari PNPM untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat desa B. Adanya investor yang bersedia menanamkan modalnya C. Adanya industri pengolahan hasil pertanian D. Adanya bantuan bibit dari pemerintah E. Adanya perhatian dari pemerintah daerah terkait penanggulangan kemiskinan Ancaman : F. Pengambilalihan lahan pertanian sewaktu-sewaktu oleh pemilik lahan G. Adanya aktivitas pembangunan markas komando Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian Tentara Nasional Indonesia (PMPP TNI) yang dapat menghambat aktivitas masyarakat H. Kurang intensifnya perhatian pemerintah terhadap kegiatan agribisnis di kedua desa I. Isu kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Tarif Dasar Listrik (TDL) J. Belum tersedianya sarana pelaku ekonomi/pedagang berupa pasar yang representatif
B. Pemberian Rating Terhadap Faktor Strategi Internal dan Eksternal Perdesaan Tujuan : Mendapatkan penilaian dari para responden mengenai kemampuan yang ada di Desa Tangkil dan Hambalang dalam menghadapi faktor-faktor strategis internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi keberhasilan pengembangan agribisnisnya. Petunjuk Umum : 1. Pengisian kuisioner dilakukan secara tertulis oleh para responden. 2. Jawaban merupakan pendapat pribadi dari masing-masing responden. 3. Dalam pengisian kuisioner, responden diharapkan dapat melakukannya sekaligus (tanpa penundaan), agar terhindar dari inkonsistensi jawaban. 4. Responden berhak menambahkan atau mengurangi hal-hal yang sudah tercantum dalam kuisioner ini jika memiliki alasan yang jelas dan akurat. 5. Responden dapat memiliki pandangan yang berbeda mengenai suatu faktor dalam kuisioner ini, baik dengan responden lainnya ataupun dengan peneliti. Hal ini dibenarkan jika responden memiliki alasan yang kuat. C. Pemberian Nilai Rating Terhadap Faktor-Faktor Internal Di Desa Tangkil dan Hambalang (Kekuatan dan Kelemahan) I. Pemberian Nilai Rating Terhadap Kekuatan Petunjuk Pengisian 1. Tentukan nilai rating terhadap faktor-faktor kekuatan sektor agribisnis di Desa Tangkil dan Hambalang dengan memberikan tanda (√) pada pilihan Bapak/Ibu. 2. Pemberian nilai rating didasarkan pada keterangan berikut ini ; Skala 4 : Jika faktor tersebut sangat kuat Skala 3 : Jika faktor tersebut kuat Skala 2 : Jika faktor tersebut lemah Skala 1 : Jika faktor tersebut sangat lemah
No
Kekuatan
1. 2.
Mata pencaharian utama sebagai petani Minat dan semangat berwirausaha
3.
Situasi desa yang relatif aman dan kondusif
4.
Kemudahan memperoleh air bersih
5.
Adanya kelompok tani yang dapat mempersatukan petani
Rating 2 3
1
4
II. Pemberian nilai Rating Terhadap Kelemahan Petunjuk Pengisian 1. Tentukan nilai rating terhadap faktor-faktor kelemahan sektor agribisnis di Desa Tangkil dan Hambalang dengan memberikan tanda (√) pada pilihan Bapak/Ibu. 2. Pemberian nilai rating didasarkan pada keterangan berikut ini ; Skala 4 : Jika faktor tersebut sangat kuat Skala 3 : Jika faktor tersebut kuat Skala 2 : Jika faktor tersebut lemah Skala 1 : Jika faktor tersebut sangat lemah No
Kelemahan
1.
Kepemilikan lahan pertanian bukan milik sendiri Kurangnya pendidikan, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat desa Kurangnya modal untuk memulai dan mengembangkan usaha Kurangnya sarana transportasi umum dan kondisi jalan yang rusak Belum adanya kelembagaan seperti koperasi yang dapat mendukung kegiatan agribisnis Skala usaha yang relatif kecil
2. 3. 4. 5. 6.
1
Rating 2 3
4
D. Pemberian Nilai Rating Terhadap Faktor-Faktor Eksternal di Desa Tangkil dan Hambalang (Peluang Dan Ancaman) I. Pemberian Nilai Rating Terhadap Peluang Petunjuk Pengisian 1. Tentukan nilai rating didasarkan pada kemampuan sektor agribisnis di Desa Tangkil dan Hambalang dalam meraih peluang yang ada berikut ini dengan memberikan tanda (√) pada pilihan Bapak/Ibu. 2. Pemberian nilai rating didasarkan pada keterangan berikut ini : Skala 1 : Sangat rendah, respon pelaku agribisnis di kedua desa dalam meraih peluang tersebut kurang Skala 2 : Rendah, respon pelaku agribisnis di kedua desa dalam meraih peluang tersebut biasa saja Skala 3 : Tinggi, respon pelaku agribisnis di kedua desa dalam meraih peluang tersebut kuat Skala 4 : Sangat tinggi, respon pelaku agribisnis di kedua desa dalam meraih peluang tersebut sangat kuat No 1. 2. 3. 4. 5.
Peluang Adanya program dari PNPM untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat desa Adanya investor yang bersedia menanamkan modalnya Adanya industri pengolahan hasil pertanian Adanya bantuan bibit dari pemerintah Adanya perhatian dari pemerintah daerah terkait penanggulangan kemiskinan
1
Rating 2 3
4
II. Pemberian Nilai Rating Terhadap Ancaman Petunjuk Pengisian 1. Tentukan nilai rating didasarkan pada besarnya ancaman pada sektor agribisnis di Desa Tangkil dan Hambalang dimasa yang akan datang dengan memberikan tanda (√) pada pilihan Bapak/Ibu. 2. Pemberian nilai rating didasarkan pada keterangan berikut ini : Skala 1 : Sangat rendah, respon pelaku agribisnis di kedua desa dalam menghadapi ancaman tersebut kurang Skala 2 : Rendah, respon pelaku agribisnis di kedua desa dalam menghadapi ancaman tersebut biasa saja Skala 3 : Tinggi, respon pelaku agribisnis di kedua desa dalam menghadapi ancaman tersebut cukup kuat Skala 4 : Sangat tinggi, pelaku agribisnis di kedua desa dalam menghadapi ancaman tersebut sangat kuat No 1.
2.
3. 4. 5.
Ancaman Pengambilalihan lahan pertanian sewaktusewaktu oleh pemilik lahan Adanya aktivitas pembangunan markas komando Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian Tentara Nasional Indonesia (PMPP TNI) yang dapat menghambat aktivitas masyarakat Kurang intensifnya perhatian pemerintah terhadap kegiatan agribisnis di kedua desa Isu kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Tarif Dasar Listrik (TDL) Belum tersedianya sarana pelaku ekonomi/pedagang berupa pasar yang representatif
1
Rating 2 3
4
KUISIONER PENELITIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN AGRIBISNIS PERDESAAN (Kasus : Desa Tangkil dan Hambalang, Kecamatan Citereup, Kabupaten Bogor) PENENTUAN NILAI ALTERNATIF STRATEGI PEMBERDAYAAN AGRIBISNIS PERDESAAN DENGAN MATRIKS QSP
IDENTITAS RESPONDEN Nama :…………………………………… Pekerjaan :…………………………………… Saya sangat mengharapkan bantuan Bapak/Ibu agar dapat mengisi kuisioner ini dengan benar dan objektif, karena kuisioner ini merupakan alat bantu penelitian yang bermanfaat guna memperoleh data yang akurat dan benar serta dapat menjadi masukan untuk penulisan tugas akhir (skripsi).
Peneliti : Jatnika Arifin H34096049
PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Tujuan : QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan seberapa jauh faktor kunci keberhasilan internal dan eksternal dimanfaatkan atau diperbaiki. QSPM secara objektif akan mengindikasikan alternatif strategi mana yang terbaik untuk dilakukan. Petunjuk Pengisian : Berikan tanda (√) pada strategi-strategi berikut yang menarik manurut Bapak/Ibu. Alternatif Strategi : No. 1 2 3 4 5
6
Alternatif Strategi
Ketertarikan Tidak Menarik Menarik
Memunculkan dan mengembangkan usaha produk olahan hasil pertanian, seperti keripik atau kue Pemberian pelatihan dan pendampingan usaha budidaya jamur tiram Usaha kerajinan dari flora kering dan pengembangan usaha produksi keset Penanaman sayuran di pekarangan atau di dalam pot (Tambulapot) Pemberian pelatihan dan pendampingan usaha ternak puyuh Peningkatan kualitas SDM masyarakat pedesaan melalui peningkatan pendidikan dan kesehatan, serta ditunjang oleh perbaikan dan peningkatan sarana, prasarana dan infrastruktur pedesaan
Petunjuk Pengisian : Menentukan nilai Attractive Score (AS) atau daya tarik masing-masing alternatif strategi pengembangan dengan memberikan nilai pada pilihan Bapak/Ibu maka kolom AS diisi dengan nilai : 1 = Jika alternatif strategi tidak menarik dibandingkan terhadap alternatif strategi lain 2 = Jika alternatif strategi agak menarik dibandingkan terhadap alternatif strategi lain 3 = Jika alternatif strategi cukup menarik dibandingkan terhadap alternatif strategi lain 4 = Jika alternatif strategi sangat menarik dibandingkan terhadap alternatif strategi lain
No. 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5
1
2
3 4 5
Faktor-Faktor Strategis Kekuatan Mata pencaharian utama sebagai petani Minat dan semangat berwirausaha Situasi desa yang relatif aman dan kondusif Kemudahan memperoleh air bersih Adanya kelompok tani yang dapat mempersatukan petani Kelemahan Kepemilikan lahan pertanian bukan milik sendiri Kurangnya pendidikan, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat desa Kurangnya modal untuk memulai dan mengembangkan usaha Kurangnya sarana transportasi umum dan kondisi jalan yang rusak Belum adanya kelembagaan seperti koperasi yang dapat mendukung kegiatan agribisnis Skala usaha yang relatif kecil Peluang Adanya program dari PNPM untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat desa Adanya investor yang bersedia menanamkan modalnya Adanya industri pengolahan hasil pertanian Adanya bantuan bibit dari pemerintah Adanya perhatian dari pemerintah daerah terkait penanggulangan kemiskinan Ancaman Pengambilalihan lahan pertanian sewaktu-sewaktu oleh pemilik lahan Adanya aktivitas pembangunan markas komando Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian Tentara Nasional Indonesia (PMPP TNI) yang dapat menghambat aktivitas masyarakat Kurang intensifnya perhatian pemerintah terhadap kegiatan agribisnis di kedua desa Isu kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Tarif Dasar Listrik (TDL) Belum tersedianya sarana pelaku ekonomi/pedagang berupa pasar yang representatif
ST ST ST ST ST ST 1 2 3 4 5 6
Lampiran 5. Tabel Bobot dan Rating Matriks IFE Bobot
Faktor Internal
Res1
Res2
Res3
Res4
Res5
Res6
Res7
Res8
A
0,095
0,105
0,095
0,091
0,106
0,083
0,064
0,064
0,088
B
0,086
0,100
0,100
0,091
0,074
0,115
0,100
0,095
0,095
C
0,086
0,068
0,095
0,055
0,071
0,064
0,077
0,082
0,075
D
0,081
0,100
0,086
0,095
0,088
0,083
0,073
0,077
0,085
E
0,099
0,095
0,077
0,100
0,092
0,092
0,064
0,114
0,092
F
0,108
0,118
0,091
0,118
0,115
0,106
0,114
0,100
0,109
G
0,099
0,095
0,086
0,095
0,088
0,087
0,118
0,118
0,098
H
0,104
0,091
0,082
0,109
0,119
0,106
0,109
0,095
0,102
I
0,072
0,073
0,095
0,064
0,069
0,069
0,077
0,077
0,075
J
0,086
0,086
0,095
0,100
0,106
0,101
0,104
0,109
0,098
K
0,086
0,068
0,095
0,081
0,074
0,096
0,100
0,068
0,084
Total
Rata-rata
1,000
Rating
Faktor Internal
Res1
Res2
Res3
Res4
Res5
Res6
Res7
Res8
A
4
4
4
4
4
4
4
3
3,875
0,341
B
2
3
3
3
2
4
2
3
2,750
0,262
C
2
2
1
2
2
1
3
1
1,750
0,131
D
3
3
2
4
1
3
2
3
2,625
0,224
E
4
2
4
4
1
3
2
2
2,750
0,252
F
4
4
4
4
4
4
4
4
4,000
0,435
G
4
3
3
3
2
4
4
3
3,250
0,319
H
4
4
4
4
2
4
4
3
3,625
0,369
I
4
2
3
3
3
4
4
4
3,375
0,251
J
4
1
2
4
4
4
4
4
3,375
0,332
K
4
4
1
4
1
4
4
3
3,125
0,261
Total
Rata-rata
Skor Total Rata-rata
3,177
Lampiran 6. Tabel Bobot dan Rating Matriks EFE Bobot
Faktor Eksternal
Res1
Res2
Res3
Res4
Res5
Res6
Res7
Res8
Rata-rata
A
0,124
0,128
0,106
0,106
0,122
0,122
0,105
0,124
0,117
B
0,090
0,100
0,083
0,084
0,083
0,083
0,078
0,09
0,086
C
0,079
0,078
0,089
0,106
0,083
0,078
0,089
0,102
0,088
D
0,107
0,078
0,106
0,112
0,111
0,111
0,089
0,079
0,099
E
0,107
0,106
0,094
0,106
0,117
0,106
0,111
0,113
0,108
F
0,113
0,128
0,100
0,134
0,133
0,133
0,133
0,113
0,124
G
0,113
0,117
0,106
0,112
0,122
0,117
0,133
0,056
0,109
H
0,096
0,106
0,094
0,073
0,083
0,106
0,100
0,119
0,097
I
0,073
0,083
0,111
0,067
0,067
0,061
0,067
0,085
0,077
J
0,096
0,078
0,111
0,101
0,078
0,083
0,094
0,119
0,095
Total
1,000
Rating
Faktor Eksternal
Res1
Res2
Res3
Res4
Res5
Res6
Res7
Res8
A
4
4
4
4
4
4
4
3
3,875
0,454
B
1
2
2
2
2
1
2
2
1,750
0,151
C
1
1
2
3
1
1
2
1
1,500
0,132
D
2
1
2
4
2
2
3
2
2,250
0,223
E
4
3
3
4
3
1
4
2
3,000
0,323
F
4
4
4
4
4
4
4
4
4,000
0,494
G
4
3
3
4
4
4
4
4
3,750
0,411
H
4
2
2
4
4
4
2
3
3,125
0,304
I
2
1
2
2
3
3
2
2
2,125
0,163
J
4
1
3
3
4
2
4
4
3,125
0,297
Total
Rata-rata
Skor Total Rata-rata
2,951
Lampiran 7. Analisis Usaha Tani Sayuran di Pekarangan
Analisis usaha tani bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi kelebihan dan kekurangan usaha tani tersebut. Analisis usaha tani juga bermanfaat sebagai bahan pertimbangan pada saat pengambilan keputusan. Berikut ini disajikan analisis usaha tani beberapa komoditas sayuran yang dapat diusahaakan di Desa Tangkil dan Desa Hambalang yang dilaksanakan dengan skala kecil di pekarangan.
A. Buncis Perkiraan analisis usaha tani tanaman buncis di lahan pekarangan seluas 5 m2 selama empat bulan adalah sebagai berikut 1. Biaya Produksi No. 1 2.
Uraian Biaya tetap (peralatan) Biaya variabel a) Benih b) Pupuk Pupuk kandang Urea TSP KCL c) Pestisida d) Turus/ajir e) Tenaga kerja Pengolahan tanah Penanaman Pemeliharaan tanaman Panen dan pascapanen Total Biaya Produksi
Nilai Efektif
Total (Rp)
Biaya/Musim Tanam (Rp)
1 tahun
450,00
150,00
2,5 kg
70,00
175,00
5 kg 0,25 kg 0,20 kg 0,15 kg 2,50 g 10 buah
1,20 25,00 35,00 45,00 375,00 1,00
600,00 625,00 700,00 675,00 93,75 10,00 625,00 75,00 750,00 250,00 5.718,75
2. Perkiraan Produksi dan Laba Rugi a. Produksi 10 kg x Rp 1.500,00
Rp 15.000,00
b. Gagal 5%
Rp 750,00
c. Total Biaya
Rp 5.718,75
d. Keuntungan kotor (sebelum bunga modal)
Rp 8.501,25
B. Tomat Perkiraan analisis usaha tani tanaman tomat di lahan pekarangan seluas 2,5 m2 selama empat bulan adalah sebagai berikut 1. Biaya Produksi No. 1 2.
Uraian Biaya tetap (peralatan) Biaya variabel a) Benih b) Pupuk Pupuk kandang Urea TSP KCL c) Pestisida d) Turus/ajir e) Tenaga kerja Pengolahan tanah Penanaman Pemeliharaan tanaman Panen dan pascapanen Total Biaya Produksi
Nilai Efektif
Total (Rp)
Biaya/Musim Tanam (Rp)
1 tahun
450,00
150,00
10 biji
600,00
150,00
5 kg 100 g 200 g 100 g 2,50 g 10 buah
1,20 25,00 35,00 45,00 375,00 1,00
600,00 250,00 700,00 450,00 187,50 10,00 250,00 225,00 375,00 175,00 4.512,50
2. Perkiraan Produksi dan Laba Rugi a. Produksi 15 kg x Rp 1.200,00
Rp 18.000,00
b. Gagal 5%
Rp 900,00
c. Total Biaya
Rp 4.512,50
d. Keuntungan kotor (sebelum bunga modal)
Rp 12.587,50
C. Bayam Perkiraan analisis usaha tani tanaman bayam di lahan pekarangan seluas 5 m2 selama dua bulan adalah sebagai berikut 1. Biaya Produksi No. 1 2.
Uraian Biaya tetap (peralatan) Biaya variabel a) Benih b) Pupuk Pupuk kandang Urea c) Tenaga kerja Pengolahan tanah Penanaman Pemeliharaan tanaman Panen dan pascapanen Total Biaya Produksi
Nilai Efektif
Total (Rp)
Biaya/Musim Tanam (Rp)
1 tahun
90,00
150,00
1,0 g
2.500,00
25,00
10 kg 50 g
12,00 250,00
1.200,00 125,00 500,00 250,00 1.000,00 500,00 3.750,00
3. Perkiraan Produksi dan Laba Rugi a. Produksi 15 kg x Rp 1.200,00
Rp 7.500,00
b. Gagal 5%
Rp 375,00
c. Total Biaya
Rp 3.750,00
d. Keuntungan kotor (sebelum bunga modal)
Rp 3.375,00
Keterangan: 1. Tenaga kerja dapat diambil dari lingkungan keluarga 2. Peralatan dapat menggunakan milik rumah tangga 3. Harga sewaktu-waktu dapat berubah
Lampiran 8. Tabel Matriks QSP Strategi Pemberdayaan Agribisnis Perdesaan
Faktor Kunci
Bo bot
Kekuata n1 Kekuata n2 Kekuata n3 Kekuata n4 Kekuata n5 Kelema han 1 Kelema han 2 Kelema han 3 Kelema han 4 Kelema han 5 Kelema han 6 Peluang 1 Peluang 2 Peluang 3 Peluang 4 Peluang 5 Ancama n1 Ancama n2 Ancama n3
0,0 89 0,0 95 0,0 75 0,0 85 0,0 92 0,1 09 0,0 98 0,1 02 0,0 74 0,0 98 0,0 83 0,1 17 0,0 86 0,0 88 0,0 99 0,1 07 0,1 24 0,1 09 0,0 97
Alternatif Strategi Strategi Strategi Strategi Strategi 1 2 3 4 A A A A TAS TAS TAS TAS S S S S 3, 0,31 2, 0,24 0,26 0,35 3 4 5 15 75 475 7 6 2, 0,24 2, 0,24 3, 0,28 0,26 3 75 475 75 475 25 925 7 0,17 0,26 2, 0,24 2, 0,20 2 3 8 7 75 475 25 025 0,26 0,26 2, 0,22 1, 0,15 3 3 7 7 5 25 75 575 3, 0,31 2, 0,22 0,17 0,26 2 3 5 15 5 25 8 7 0,26 2, 0,24 3, 0,31 0,35 3 4 7 75 475 5 15 6 2, 0,20 0,17 2, 0,22 2, 0,24 2 25 025 8 5 25 75 475 0,26 2, 0,22 0,17 0,35 3 2 4 7 5 25 8 6 2, 0,22 2, 0,20 2, 0,22 2, 0,24 5 25 25 025 5 25 75 475 0,26 0,17 2, 0,20 2, 0,22 3 2 7 8 25 025 5 25 2, 0,22 1, 0,15 2, 0,24 2, 0,22 5 25 75 575 75 475 5 25 0,26 2, 0,24 3, 0,31 3, 0,31 3 7 75 475 5 15 5 15 3, 0,28 2, 0,22 2, 0,20 2, 0,20 25 925 5 25 25 025 25 025 0,26 2, 0,24 1, 0,11 2, 0,20 3 7 75 475 25 125 25 025 2, 0,22 3, 0,31 0,17 2, 0,22 2 5 25 5 15 8 5 25 2, 0,22 0,17 3, 0,31 3, 0,31 2 5 25 8 5 15 5 15 2, 0,24 2, 0,22 0,26 3, 0,31 3 75 475 5 25 7 5 15 0,26 2, 0,20 0,26 2, 0,22 3 3 7 25 025 7 5 25 2, 0,20 2, 0,22 2, 0,22 2, 0,24 25 025 5 25 5 25 75 475
Strategi 5 A TAS S 2, 0,22 5 25 0,26 3 7 1, 0,15 75 575 0,26 3 7 2, 0,22 5 25 0,17 2 8 0,17 2 8 1, 0,15 75 575 2, 0,22 5 25 0,17 2 8 2, 0,20 25 025 2, 0,22 5 25 2, 0,20 25 025 2, 0,20 25 025 0,17 2 8 2, 0,22 5 25 3, 0,28 25 925 2, 0,22 5 25 2, 0,22 5 25
Strategi 6 A TAS S 2, 0,22 5 25 0,26 3 7 0,17 2 8 2, 0,22 5 25 3, 0,28 25 925 2, 0,22 5 25 0,26 3 7 3, 0,28 25 925 2, 0,24 75 475 3, 0,28 25 925 2, 0,22 5 25 2, 0,24 75 475 3, 0,28 25 925 0,17 2 8 0,17 2 8 2, 0,22 5 25 2, 0,22 5 25 2, 0,20 25 025 2, 0,22 5 25
Ancama n4 Ancama n5
0,0 77 0,0 95
Total Prioritas Strategi
2, 5 2, 25
0,22 25 0,20 025 5,16 2 2
2, 25 2
0,20 025 0,17 8 4,65 0 5
2, 25 3
0,20 025 0,26 7 4,91 7 3
2, 25 2
0,20 025 0,17 8 5,29 6 1
2 2, 25
0,17 8 0,20 025 4,38 3 6
2 2, 25
0,17 8 0,20 025 4,85 1 4
Lampiran 9. Foto-Foto Keadaan di Desa Tangkil dan Hambalang