STRATEGI PEMASARAN PRODUK GADAI SYARIAH DALAM UPAYA MENARIK MINAT NASABAH PADA PEGADAIAN SYARIAH CABANG DEWI SARTIKA
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh : Faridatun Sa’adah NIM : 104046101611
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 03 November 2008
Faridatun Sa’adah
STRATEGI PEMASARAN PRODUK GADAI SYARIAH DALAM UPAYA MENARIK MINAT NASABAH PADA PEGADAIAN SYARIAH CABANG DEWI SARTIKA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) Oleh :
Faridatun Sa’adah NIM : 104046101611 Di Bawah Bimbingan Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Abdurrahman Dahlan, MA NIP: 150 234 496
Drs. H. Burhanuddin Yusuf, MM NIP: 150 203 012
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul STRATEGI PEMASARAN PRODUK GADAI SYARIAH DALAM UPAYA MENARIK MINAT NASABAH PADA PEGADAIAN SYARIAH CABANG DEWI SARTIKA telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 2 Desember 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam). Jakarta, 9 Desember 2008 Mengesahkan, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 150 210 422 PANITIA UJIAN 1. Ketua
: Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM (………………..) NIP. 150 210 422
2. Sekretaris
: Dr. H. Muh. Taufiki, M. Ag NIP. 150 290 159
(………………..)
3. Pembimbing I
: Dr. Abdurrahman Dahlan, MA NIP. 150 234 496
(………………..)
4. Pembimbing II
: Drs. H. Burhanuddin Yusuf, MM NIP. 150 203 012
(………………..)
5. Penguji I
: Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag, MA NIP. 150 326 896
(………………..)
6. Penguji II
: Gusniarti, MA NIP.
(………………..)
ABSTRAKSI
Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian merupakan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam bidang jasa keuangan non perbankan dengan kegiatan usaha utama menyalurkan kredit kepada masyarakat berdasarkan hukum gadai. Pegadaian merupakan salah satu alternatif pendanaan yang sangat efektif karena tidak memerlukan persyaratan rumit yang dapat menyulitkan nasabah dalam pemberian dana. Cukup dengan membawa barang jaminan yang bernilai ekonomis, masyarakat sudah bisa mendapatkan dana untuk kebutuhannya baik produktif maupun konsumtif. Seperti kita ketahui, pengetahuan masyarakat tentang keberadaan pegadaian syariah masih minim karena pegadaian syariah terbilang masih baru dan kantor cabang syariahnya pun masih terbilang sedikit, tetapi pertumbuhan pegadaian syariah menunjukkan peningkatan yang pesat, sehingga penulis ingin mengetahui strategi pemasaran apa yang digunakan oleh pegadaian syariah atas produk gadai syariah sehingga tumbuh menjadi pesat dan dapat menarik minat nasabah dalam menggunakan jasa tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi pemasaran yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika dalam memasarkan produk gadai syariah, dan apakah implementasi strategi pemasaran tersebut mampu mempengaruhi perkembangan jumlah nasabah pada Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika.
Data penelitian ini menggunakan data primer dari hasil wawancara dengan Manajer Cabang Dewi Sartika serta menggunakan data sekunder dari literaturliteratur kepustakaan, buku-buku, dan sumber lainnya yang relevan dengan skripsi ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak. Ahmad Zainuddin selaku Manajer Cabang Dewi Sartika, dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi pemasaran yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika adalah sebagai berikut: 1. Strategi Produk 2. Strategi Harga 3. Strategi Distribusi 4. Strategi Promosi Implementasi strategi pemasaran yang dilakukan Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika ternyata mampu mempengaruhi perkembangan jumlah nasabah ini terbukti dengan pencapaian target dan peningkatan omset dari usaha syariah serta pertumbuhan jumlah nasabah dari tahun ke tahun yang semakin meningkat.
Kata Pengantar
ا ا ن ا
Alhamdulillahirabbil ‘Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, anugerah, dan cahaya ilmu-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “STRATEGI PEMASARAN PRODUK GADAI SYARIAH DALAM UPAYA MENARIK MINAT NASABAH PADA PEGADAIAN SYARIAH CABANG DEWI SARTIKA” ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW sebagai Rasul pembawa cahaya. Penulis menyadari selesainya penulisan skripsi ini tak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, sudah sepantasnya penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam proses penyelesaian skripsi ini, terutama kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag selaku Ketua Program Studi Muamalat dan Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH selaku Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Dr. Abdurrahman Dahlan, MA dan Bapak Drs. H. Burhanuddin Yusuf, MM selaku dosen pembimbing yang banyak meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan yang berguna bagi penulis.
4. Bapak Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag, MA dan Ibu Gusniarti, MA selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan, arahan, kritik dan saran yang berguna bagi penulis. 5. Seluruh Dosen dan Staf pengajar yang telah banyak memberikan ilmunya yang bermanfaat bagi penulis selama perkuliahan berlangsung. 6. Bapak Drs. Irianto selaku Manajer Komunikasi Perusahaan Perum Pegadaian. Bapak Supriyono dan Ibu Neneng pada Perum Pegadaian Pusat yang telah memberikan bantuan dan informasi yang berguna bagi penulis. 7. Manajer, Karyawan, dan Staf Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika yang telah memberikan data dan informasi yang sangat berguna bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini. 8. Pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum beserta Staf yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi perpustakaan. 9. Kedua orang tua tercinta Bapak R. Kuswari dan Ibu Kusbangatun, S.Pd yang telah memberikan cinta, kasih, dan dorongan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 10. Kakakku Briptu Farid Ma’ruf, SH dan adikku tercinta Fuad Ma’ruf Nur terima kasih atas bantuan dan dukungannya. 11. Serda Joko Priyono tercinta, terima kasih atas cinta, kasih sayang, perhatian, dukungan, dan pengertiannya. 12. Ramadhan dan Aprilia yang telah mengisi hari-hari penulis.
13. Adik-adik, teman-teman, dan semua warga Desa Cikoneng, Kecamatan Cilawu, Garut, Jawa Barat yang telah membantu penulis dalam melaksanakan kegiatan KKN. 14. Rekan-rekan Perbankan Syariah B angkatan 2004, sahabat-sahabat, dan saudara-saudaraku yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu terima kasih atas bantuan, motivasi dan dorongan yang bermanfaat bagi penulis.
Semoga bantuan dari semua pihak bernilai amal sholeh di sisi Allah SWT. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi pengembangan ilmu ekonomi Islam.
Jakarta, 9 Desember 2008
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI……………………………………………………………….
i
KATA PENGANTAR……………………………………………………..
iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………….
vi
DAFTAR TABEL………………………………………………………….
ix
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………
x
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…………………………………..
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……………………..
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………
9
D. Tinjauan Pustaka…………………………………………..
10
E. Kerangka Teori…………………………………………….
15
F. Kerangka Konsep………………………………………….
18
G. Metode Penelitian………………………………………….
19
H. Teknik Penulisan…………………………………………..
21
KONSEP
UMUM
STRATEGI
PEMASARAN
DAN
GADAI
SYARIAH A. Strategi Pemasaran 1. Pengertian Strategi Pemasaran…………………………..
24
2. Segmenting, Targeting, Positioning……………………….
29
3. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)………………………
37
B. Gadai Syariah 1. Pengertian Gadai Syariah (Rahn)…………………………..
45
2. Landasan Hukum Gadai Syariah…………………………...
46
3. Rukun Gadai Syariah……………………………………….
48
4. Syarat Gadai Syariah……………………………………….
49
5. Persamaan dan Perbedaan antara Gadai Syariah dan Gadai Konvensional……………………
BAB III
50
GAMBARAN UMUM PEGADAIAN SYARIAH CABANG DEWI SARTIKA
BAB IV
A. Sejarah Singkat dan Perkembangan……………………………
54
B. Visi dan Misi…………………………………………………...
57
C. Budaya Perusahaan…………………………………………….
59
D. Struktur Organisasi…………………………………………….
60
E. Produk-produk yang Dihasilkan……………………………….
61
STRATEGI PEMASARAN PRODUK GADAI SYARIAH DALAM UPAYA MENARIK MINAT NASABAH A. Strategi Pemasaran Produk Gadai Syariah ……………………
64
B. Implementasi Strategi Pemasaran Produk Gadai Syariah dalam Upaya Menarik Minat Nasabah…………. 76 C. Pertumbuhan Jumlah Nasabah…………………………………. 81
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan……………………………………………………… 90 B. Saran…………………………………………………………….. 91
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1
Perbedaan Teknis antara Gadai Syariah dan Gadai Konvensional…………………………………………..
2. Tabel 2
51
Perbandingan Pembebanan Biaya di Pegadaian Syariah dan Pegadaian Konvensional…………………………
52
3. Tabel 3
Tarif Ijarah dan Perhitungannya……………………………….
68
4. Tabel 4
Penggolongan Marhun-bih dan Biaya Administrasi……………
69
5. Tabel 5
STL Emas Perhiasan……………………………………………
70
6. Tabel 6
Perkembangan Uang Pinjaman/Omzet Usaha Syariah………….
77
7. Tabel 7
Pertumbuhan Jumlah Barang Jaminan…………………………..
79
8. Tabel 8
Pertumbuhan Jumlah Nasabah…………………………………...
82
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1
Grafik Perkembangan Uang Pinjaman/Omzet………………
77
2. Gambar 2
Grafik Pertumbuhan Jumlah Barang Jaminan……………….
81
3. Gambar 3
Grafik Pertumbuhan Jumlah Nasabah……………………….
84
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup, tidak akan bisa terlepas dari kegiatankegiatan yang berorientasi pada aspek pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari (ekonomi). Ilmu ekonomi lahir bertujuan untuk membantu manusia dalam pemenuhan kebutuhannya. Dalam ilmu ekonomi dipelajari pemanfaatan suatu benda secara efektif dan efisien, dipelajari pula bagaimana mengelola keuangan dengan baik. Islam merupakan suatu sistem dan jalan hidup yang utuh dan terpadu, Islam memberikan panduan yang dinamis terhadap semua aspek kehidupan termasuk sektor bisnis dan transaksi keuangan. Hal ini terlihat dengan menggunakan prinsip syariah, karena diharapkan dengan menggunakan prinsip syariah Islam dapat memberikan mashlahat bagi umat manusia dan salah satu kelebihan dari lembaga keuangan syariah adalah tidak boleh meminta kelebihan dari pokok pinjaman, karena hal yang demikian itu termasuk riba. Sebagaimana kita ketahui bahwa riba didalam Islam itu sangatlah diharamkan. Perkembangan lembaga-lembaga keuangan Islam di Indonesia dapat dikategorikan cepat dan yang menjadi salah satu faktor tersebut adalah adanya
keyakinan pada masyarakat muslim bahwa perbankan konvensional itu mengandung unsur riba yang dilarang oleh agama Islam. 1 Namun hendaknya kita tidak mengabaikan salah satu lembaga lainnya di tengah perkembangan lembaga keuangan ini. Lembaga keuangan itu adalah pegadaian. Perum Pegadaian merupakan salah satu badan usaha di Indonesia yang secara resmi mempunyai ijin untuk melaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana ke masyarakat atas dasar hukum gadai.2 Pegadaian merupakan tempat bagi konsumen untuk meminjam uang dengan barang-barang pribadi konsumen sebagai jaminannya. Mengusung slogan “ Mengatasi Masalah Tanpa Masalah “, Perum Pegadaian bahkan dinilai sebagai ekonomi kerakyatan.3 Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa masyarakat kelas bawah pun bisa memanfaatkan jasa gadai dari perum pegadaian ini. Pegadaian merupakan salah satu alternatif pendanaan yang sangat efektif karena tidak memerlukan persyaratan rumit yang dapat menyulitkan nasabah dalam pemberian dana.4 Cukup dengan membawa barang jaminan yang bernilai ekonomis, masyarakat sudah bisa mendapatkan dana untuk kebutuhannya, baik 1
2
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Alvabet, 2002), h. 8. Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah , (Yogyakarta: Ekonisia,
2003), h. 153. 3
“ Gadai Emas bank Syariah: Barang Aman, Uang di Tangan “, http: //www.prospektif.com/ terkini/ artikel. Html?id=969, 1 November 2002. 4
Muhammad Firdaus NH, dkk, Mengatasi Masalah Dengan Pegadaian Syariah, (Jakarta: Renaisan, 2005), h. 13.
produktif maupun konsumtif.
Di samping itu proses pencairan dana yang
terbilang cepat dan mudah. Pada masa krisis Perum Pegadaian mendapat peluang untuk semakin berperan dalam pembiayaan, khususnya untuk usaha kecil, dan ternyata selama kurun waktu krisis ekonomi nasional tersebut, Perum Pegadaian dapat menunjukkan kinerja yang memuaskan dan menjadi salah satu perusahaan yang tidak begitu berpengaruh oleh krisis.5 Akan tetapi konsep operasional pegadaian pun juga menggunakan sistem bunga yang memang sangat dilarang dalam syariah Islam. Praktek ini dapat dilihat ketika nasabah yang meminjam uang yang menggadaikan barangnya dibebankan untuk mengembalikan pokok pinjaman plus sewa modal (bunga). Bunga di pegadaian dihitung per 15 hari, dan apabila ada keterlambatan maka nasabah dibebankan untuk membayar bunga dua kali lipat, dan begitu seterusnya per 15 hari. Namun hal itu tidak perlu dikhawatirkan lagi, karena sekarang ini selain terdapat pegadaian konvensional, beroperasi pula pegadaian syariah yang memang didirikan oleh Perum Pegadaian. Pengembangan konsep syariah ini merupakan upaya pegadaian untuk menghindari rente atau riba. Keberadaan pegadaian syariah pada awalnya didorong oleh perkembangan dan keberhasilan lembaga-lembaga keuangan syariah. Di samping itu juga dilandasi oleh kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap hadirnya sebuah pegadaian yang menerapkan prinsip-prinsip syariah. 5
Frianto Pandia, dkk, Lembaga Keuangan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 69.
Implementasi operasional pegadaian syariah hampir mirip dengan pegadaian konvensional. Seperti halnya pegadaian konvensional, pegadaian syariah juga menyalurkan uang pinjaman dengan jaminan barang bergerak. Nasabah dapat memperoleh dana yang diperlukan dalam waktu yang relatif cepat, proses administrasi dan penaksiran hanya lebih kurang 15 menit, dan dana pinjaman dapat diterima nasabah kurang dari 1 jam. Meski baru seumur jagung, pertumbuhan pegadaian syariah ternyata bisa mengimbangi industri perbankan Islam di Indonesia. Karena selain pegadaian syariah, pemain dalam usaha ini adalah perbankan syariah yang menyediakan layanan berupa gadai syariah atau yang biasa disebut rahn. Namun dalam perjalanannya, pegadaian syariah tidak terlalu berpengaruh oleh beroperasinya sistem gadai syariah dari perbankan syariah. Ini terbukti dengan pertumbuhan yang signifikan dari segi omzet. Kenaikan tersebut adalah sebesar 123,84 % dari Rp.19 miliar pada Desember 2003 menjadi Rp. 179,68 miliar pada Desember 2004.6 Minat masyarakat yang memanfaatkan jasa pegadaian syariah cukup besar. Pegadaian syariah tidak menekankan pada pemberian bunga dari barang yang digadaikan. Meski tanpa bunga, pegadaian syariah tetap memperoleh keuntungan seperti yang sudah diatur oleh Dewan Syariah Nasional, yang memberlakukan biaya pemeliharaan dari barang yang digadaikan. Biaya itu dihitung dari nilai barang, bukan dari jumlah pinjaman.
6
“Pertumbuhan Pegadaian Syariah Memuaskan”, http://www.republika.co.id/koran detail.asp?id=183268 & kat id 2=, 8 Januari 2005.
Suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang apapun baik yang berorientasi terhadap perolehan laba jangka panjang maupun perusahaan nirlaba membutuhkan apa yang disebut dengan pemasaran. Pemasaran adalah suatu proses sosial dan melalui proses itu individu dan kelompok akan memperoleh apa yang
mereka
butuhkan
dan
inginkan
dengan
cara
menciptakan
dan
mempertukarkan produk dan nilai dengan individu dan kelompok lain. Pada umumnya masyarakat tidak memahami pemasaran, mereka melihat pemasaran sebagai sebuah penjualan. Padahal pemasaran ini mempunyai arti lebih luas karena pemasaran adalah suatu proses yang teratur dan jelas untuk memikirkan dan merencanakan pasar. Proses pemasaran dapat diterapkan tidak sekedar pada barang dan jasa, tetapi juga pada segala sesuatu yang dapat dipasarkan seperti ide, kejadian, organisasi, tempat dan kepribadian. Namun penting untuk ditekankan bentuk pemasaran tidak dimulai dengan suatu produk atau penawaran, tetapi dengan pencarian peluang pasar.7 Menurut M. Syakir Sula ada 4 karakteristik syariah marketing yang dapat menjadi panduan bagi pemasar, yakni teistis (rabbaniyyah), etis (akhlaqiyyah), realistis (al-waqi’iyyah), dan humanistis (insaniyyah). Inilah yang membedakan sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi konvensional. Yang menarik pemasaran syariah meyakini bahwa perbuatan yang dilakukan seseorang akan dimintai
7
pertanggungjawabannya
kelak.
Selain
itu,
pemasaran
syariah
Hendra, dkk, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol, (Jakarta: PT Prenhallindo, 1997), Jilid I, h. 18.
mengutamakan nilai-nilai akhlak dan etika moral di dalam pelaksanaannya. Karena itu pemasaran syariah menjadi penting bagi para tenaga pemasaran untuk melakukan penetrasi pasar.8 Strategi pemasaran antara konvensional dengan yang Islami tentulah berbeda dalam prosesnya, akan tetapi mempunyai tujuan yang sama yaitu bagaimana meningkatkan jumlah nasabah. Maju atau mundurnya perusahaan dapat dilihat dari strategi pemasaran mereka yang berdampak pada meningkatnya minat nasabah sehingga dapat meningkatkan jumlah nasabah dalam menggunakan produk jasa yang dikeluarkan oleh perusahaan, atau dengan kata lain, dapat meningkatkan volume penjualan, sehingga pemasaran yang baik akan berdampak signifikan terhadap pendapatan perusahaan. Sehubungan dengan berkembangnya dunia pemasaran yang menimbulkan makin tingginya tingkat persaingan antara perusahaan-perusahaan di Indonesia, maka perusahaan-perusahaan tersebut semakin berusaha untuk memperkuat strategi pemasarannya. Untuk dapat bertahan dalam dunia bisnis yang kondisi persaingannya terus meningkat maka suatu perusahaan harus dituntut dapat menguasai pasar dengan menggunakan produk yang telah dihasilkan. Dewi Sartika adalah daerah yang terletak di Jakarta timur yang merupakan daerah yang Islami karena dikelilingi oleh beberapa mesjid besar dan sekolahsekolah Islam. Oleh karena itu keberadaan Pegadaian Syariah sangat membantu
8
2006), h. 28.
Hermawan Kartajaya dan M. Syakir Sula, Syariah Marketing, (Bandung: Mizan,
para masyarakat yang mayoritas muslim untuk dapat melakukan transaksi gadai tanpa adanya unsur riba di dalamnya. Seperti kita ketahui, pengetahuan masyarakat tentang keberadaan pegadaian syariah masih minim karena pegadaian syariah terbilang masih baru dan kantor cabang syariahnya pun masih terbilang sedikit, tetapi pertumbuhan pegadaian syariah menunjukkan peningkatan yang pesat, sehingga penulis ingin mengetahui strategi pemasaran apa yang digunakan oleh pegadaian syariah atas produk gadai syariah sehingga tumbuh menjadi pesat dan dapat menarik minat nasabah dalam menggunakan jasa tersebut. Dalam menarik minat nasabah memang tidak hanya dipengaruhi oleh strategi pemasaran yang digunakan oleh pegadaian syariah. Ada beberapa faktor lain yang mempengaruhinya seperti kebutuhan nasabah yang mendesak yang memerlukan proses pencairan dana yang cepat, nasabah yang menginginkan transaksi gadai tanpa adanya unsur ribawi (bunga) di dalamnya, dan lain sebagainya. Berdasarkan uraian di atas, maka pembahasan ini layak untuk diangkat dan
dikaji
melalui
menuangkannya
ke
penelitian dalam
dengan
bentuk
topik
skripsi
strategi
dengan
pemasaran,
judul
dan
“STRATEGI
PEMASARAN PRODUK GADAI SYARIAH DALAM UPAYA MENARIK MINAT NASABAH PADA PEGADAIAN SYARIAH CABANG DEWI SARTIKA”.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Untuk lebih fokus dalam pembahasan skripsi ini, maka pembahasan hanya dibatasi pada strategi pemasaran yang diterapkan Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika terhadap produk gadai syariah yang dimilikinya serta pengaruhnya terhadap meningkatnya minat nasabah dalam menggunakan jasa pegadaian syariah. 2. Rumusan Masalah Yang menjadi pokok permasalahan di sini adalah karena pengetahuan masyarakat tentang Pegadaian Syariah masih minim dan kantor cabang nya pun masih sedikit, tetapi pertumbuhan pegadaian syariah menunjukkan perkembangan yang pesat. Maka penulis ingin mengetahui strategi pemasaran apa yang digunakan oleh Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika dan bagaimana implementasinya sehingga dapat menarik minat nasabah, dengan mengajukan beberapa pertanyaan penelitian ( Research Question ) yaitu: a.
Bagaimana strategi pemasaran yang diterapkan oleh Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika dalam menarik minat nasabah?
b.
Apakah dengan implementasi strategi pemasaran produk gadai syariah dapat meningkatkan jumlah nasabah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: C. Untuk mengetahui strategi apa yang digunakan oleh Pegadaian Syariah cabang Dewi Sartika dalam melakukan pemasaran produk gadai syariah yang dimilikinya. D. Untuk mengetahui dan menjelaskan penerapan dari strategi pemasaran produk gadai syariah yang diterapkan mampu mempengaruhi perkembangan jumlah nasabah pada Pegadaian Syariah. I. Manfaat Penelitian Secara lebih spesifik manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: J. Bagi penulis, dapat menambah kontribusi keilmuan tentang pegadaian syariah. K. Bagi Pegadaian Syariah, dapat mengetahui strategi pemasaran yang baik dan tepat guna serta tidak bertentangan dengan nilai syariah berdasarkan teori-teori yang ada juga dapat menjadi bahan evaluasi serta masukan untuk lebih memajukan lagi industri gadai syariah tersebut.. L. Bagi akademisi, dapat menambah pengetahuan tentang Pegadaian Syariah dan strategi pemasarannya. M. Bagi masyarakat, dapat menambah pengetahuan tentang produk gadai syariah dan mengetahui strategi pemasaran yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika.
D. Tinjauan Pustaka (Review Kajian Terdahulu) Tema strategi pemasaran telah banyak dikaji dalam penelitian. Penelitian tersebut antara lain: E. Strategi Pemasaran Produk Pembiayaan dalam Meningkatkan Pendapatan Bank (Studi Kasus di BPRS Attaqwa Garuda Utama). Ditulis oleh : Siti Muawiyah - Perbankan Syariah 2004 Pembahasan : Dalam memasarkan produk pembiayaan, strategi yang digunakan BPRS AGU tergabung dalam bauran pemasaran, yaitu: product, price, place, dan promotion. Dengan strategi pemasaran produk pembiayaan yang digunakan di BPRS AGU mengalami peningkatan pada pendapatan yang diperoleh bank. Peningkatan juga dapat dilihat dari dana yang diberikan untuk pembiayaan yang menyebabkan pertumbuhan jumlah nasabah semakin meningkat. F. Analisis Strategi Pemasaran dalam Meningkatkan Volume Pembiayaan pada PT. Federal International Finance (FIF) Syariah. Ditulis oleh : Dedy Akhmadi – Perbankan Syariah 2006 Pembahasan : Strategi pemasaran pada FIF Syariah, agar dapat meningkatkan volume pembiayaan adalah dengan cara membuat program pemasaran ke dealer, and customer dan peningkatan manpower sebagai mesin penggerak jalannya pemasaran. Dengan program pemasaran yang menyeluruh seperti ini,
saat ini FIF masih sebagai pionir dalam pembiayaan syariah khususnya pembiayaan sepeda motor roda dua. Dengan adanya program strategi pemasaran yang baru dari FIF Syariah haruslah didukung dan diikuti oleh peningkatan SDM/ manpower yang mengerti dan paham betul mengenai syariah itu sendiri, karena jangan sampai strategi yang baik namun orang-orangnya tidak paham betul mengenai syariah itu sendiri. G. Konsep Rahn dan Aplikasinya dalam Lembaga Pegadaian Syariah. Ditulis oleh : Tuti Alawiyah – Perbankan Syariah 2005 Pembahasan : Rahn dalam Islam dilakukan dengan sukarela atas dasar tolong menolong dan tidak untuk mencari keuntungan. Dalam Islam tidak dikenal istilah “bunga uang”, dengan demikian transaksi rahn (gadai syariah) pemberi gadai tidak dikenakan tambahan pembayaran atas pinjaman yang diterimanya, akan tetapi masih dimungkinkan bagi penerima gadai untuk memperoleh imbalan berupa sewa tempat / jasa simpan marhun (barang jaminan). Secara teknik praktek rahn yang dilakukan oleh pegadaian syariah cabang Cinere merupakan suatu hal yang mempermudah nasabah dalam mengatasi masalah keuangan yang mendesak, karena jasa ini memiliki waktu proses yang relatif cepat dan mudah, tidak perlu membuka rekening dan caracara lain yang memberatkan. Dengan hanya membawa barang-barang berharga yang dimiliki, maka pada saat itu juga nasabah akan mendapatkan
pinjaman yang dibutuhkan, jangka waktu pinjaman atau sewa selama 120 hari. Jika masa jatuh tempo tiba dan nasabah belum melunasi pinjaman, maka pinjaman dapat diperpanjang atau diangsur dengan biaya yang murah. Pihak pegadaian tidak boleh memanfaatkan barang gadai walaupun seizin pemiliknya. Biaya penitipan ditetapkan berdasarkan objek gadai, yaitu nilai taksiran barang gadai, tidak berdasarkan jumlah pinjaman. 4. Analisa Pelaksanaan Gadai Syariah Dalam Hukum Islam. Ditulis oleh : Agus Sholehuddin – Perbankan Syariah 2006 Pembahasan : Pelaksanaan gadai pada Perum Pegadaian Syariah cabang Dewi Sartika meliputi proses pemberian pinjaman, pelunasan, perpanjangan, sampai pada proses pelelangan barang jaminan apabila nasabah tidak sanggup atau tidak bisa mengembalikan pinjaman tersebut pada waktu yang telah ditentukan. Mengenai pelaksanaan pemberian pinjaman ketentuan bagi calon nasabah persyaratannya hanya membawa barang gadaian (marhun) berupa emas kemudian membawa identitas diri yang difoto copy. Mengenai besarnya dana pinjaman yang diberikan kepada nasabah yaitu sebesar 90% dari jumlah taksiran barang jaminan tersebut. Pada proses pelunasan nasabah bila jatuh tempo, cara pelunasannya bisa dicicil atau dibayar sekaligus pada jumlah yang telah ditetapkan. Pada proses perpanjangan waktu pinjaman dilakukan bila nasabah pada waktu yang telah ditentukan (120 hari) tidak sanggup atau tidak bisa melunasi
pinjaman tersebut, maka ia bisa memperpanjang waktu
pinjaman dengan ketentuan ia membayar jasa ijarah terlebih dahulu, lalu membuat akad baru untuk jangka waktu berikutnya. Mengenai dana pinjaman nasabah bisa tetap atau menambah dana pinjamannya apabila taksiran pada waktu akad kedua naik. Proses pelelangan dilakukan apabila nasabah pada waktu yang ditetapkan tidak bisa melunasi pinjaman dan ia tidak mau memperpanjang waktu pelunasan. 5. Pelaksanaan Akad Rahn dan Akad Ijarah di Pegadaian Syariah. Ditulis oleh: Bagus Prasetyo T.W Pembahasan: Pelaksanaan akad rahn dilakukan dengan cara pihak pegadaian syariah menahan barang bergerak yang bersifat ekonomis yang dapat dijaminkan sebagai jaminan atas utang rahin. Rahin yang memanfaatkan pinjaman sampai jangka waktu 120 hari. Jika masa jangka waktu habis dan Rahin belum dapat melunasi pinjamannya, maka pinjaman dapat diperpanjang atau diangsur dengan biaya murah. Apabila Rahin tidak dapat mengembalikan uang pinjaman dan tidak memperpanjang akad gadai, maka pegadaian syariah akan melakukan kegiatan pelelangan untuk menjual marhun tersebut dan mengambil pelunasan uang pinjaman dari hasil penjualan marhun itu. Sebelum dilakukan penjualan marhun, terlebih dahulu pihak pegadaian syariah melakukan pemberitahuan kepada Rahin. Untuk jasa simpan (Ijarah) dipungut biaya sewa tempat, pengamanan, dan pemeliharaan marhun milik Rahin selama digadaikan. Besarnya jasa
simpan yang dipungut tergantung dari nilai taksiran marhun dan lamanya barang disimpan atau lamanya pinjaman. Keempat skripsi dan satu karya tulis ini membahas tentang strategi pemasaran dan rahn. Skripsi pertama membahas strategi pemasaran produk pembiayaan dalam meningkatkan pendapatan bank. Skripsi kedua membahas strategi pemasaran dalam meningkatkan volume pembiayaan pada PT. federal International Finance (FIF) Syariah. Skripsi ketiga membahas tentang konsep rahn dan aplikasinya dalam lembaga pegadaian syariah. Skripsi keempat membahas tentang analisa pelaksanaan gadai syariah dalam hukum Islam. Satu karya tulis yang membahas tentang pelaksanaan akad rahn dan akad ijarah di pegadaian syariah. Dalam penelitian ini penulis akan membahas strategi pemasaran produk gadai syariah dalam upaya menarik minat nasabah karena strategi pemasaran produk gadai syariah ini belum pernah dilakukan penelitian. Seperti kita ketahui pengetahuan masyarakat tentang keberadaan pegadaian syariah masih minim karena pegadaian syariah terbilang masih baru, tetapi pertumbuhan pegadaian syariah menunjukkan peningkatan yang pesat sehingga penulis ingin mengetahui strategi pemasaran yang digunakan sehingga pertumbuhannya meningkat pesat atas produk gadai syariah dan dapat menarik minat nasabah untuk menggunakan jasa tersebut.
H. Kerangka Teori Strategi dalam kamus Bahasa Indonesia adalah ilmu siasat perang: siasat atau akal untuk mencapai sesuatu maksud dan tujuan yang telah direncanakan. 9 Pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.10 Sedangkan yang dimaksud dengan strategi pemasaran adalah serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturan yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran perusahaan dari waktu ke waktu Dalam strategi pemasaran terdapat strategi Acuan / Bauran pemasaran (marketing mix) yang menetapkan komposisi terbaik dari keempat komponen / variabel pemasaran. Untuk dapat mencapai sasaran pasar yang dituju maka keempat unsur / variabel tersebut adalah:11 F. Strategi Produk, adalah menetapkan cara dan penyediaan produk yang tepat bagi pasar yang dituju, sehingga dapat memuaskan para konsumennya dan sekaligus dapat meningkatkan keuntungan perusahaan dalam jangka panjang, melalui peningkatan penjualan dan peningkatan share pasar.12
9
Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, (Jakarta: Pustaka Amani,1996), h. 462. 10
Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran: Dasar, Konsep, dan Strategi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 2. 11
Ibid., h.197-198.
12
Ibid., h.199.
G. Strategi Harga. Peranan harga sangat penting terutama untuk menjaga dan meningkatkan posisi perusahaan di pasar, yang tercermin dalam share pasar perusahaan, di samping untuk meningkatkan penjualan dan keuntungan
perusahaan.
Dengan
kata
lain,
penetapan
harga
mempengaruhi kemampuan bersaing perusahaan dan kemampuan perusahaan mempengaruhi konsumen. 13 H. Strategi Distribusi. Dalam usaha untuk mencapai tujuan dan sasaran perusahaan di bidang pemasaran, setiap perusahaan melakukan kegiatan penyaluran. Penyaluran merupakan kegiatan menyampaikan produk sampai ke tangan si pemakai atau konsumen pada waktu yang tepat.14 I. Strategi Promosi. Suatu produk betapapun bermanfaat akan tetapi jika tidak dikenal oleh konsumen, maka produk tersebut tidak akan diketahui manfaatnya dan mungkin tidak dibeli oleh konsumen. Oleh karena itu, perusahaan harus berusaha mempengaruhi para konsumen, untuk menciptakan permintaan atas produk itu, kemudian dipelihara dan dikembangkan. Usaha tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan promosi.15
13
Ibid., h.223.
14
Ibid., h.233.
15
Ibid., h. 264.
Gadai dalam bahasa Arab disebut Rahn. Rahn menurut bahasa adalah: jaminan hutang, gadaian16, seperti juga dinamai Al-Habsu, artinya: penahanan. 17 Sebagaimana kita ketahui dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1150 yang berbunyi: Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari pada orang-orang untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan.18 Berdasarkan hukum Islam, pegadaian merupakan suatu tanggungan atas utang yang dilakukan apabila pengutang gagal menunaikan kewajibannya dan semua barang yang pantas sebagai barang dagangan dapat dijadikan sebagai jaminan.19 Sistem gadai syariah adalah sistem penyaluran pinjaman secara gadai yang didasarkan pada penerapan prinsip syariah Islam dalam transaksi ekonomi,
16
A. W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), Ed. II,
17
Ibid,. h. 231.
h. 542.
18
Kitab Undang-undang hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), Penerjemah R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1976), Cet VIII, Ps.1150. 19
Muhammad Muslehuddin, Sistem Perbankan Dalam Islam, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), Cet. III h. 88.
yaitu menghindari transaksi pinjam meminjam uang yang mengandung unsur riba.20 Jadi, kesimpulannya bahwa rahn adalah menahan barang jaminan milik si peminjam (rahin), baik yang bersifat materi atau manfaat tertentu, sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang diterima tersebut memiliki nilai ekonomis, sehingga pihak yang menahan (murtahin) memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian hutangnya dari barang gadai tersebut apabila pihak yang menggadaikan tidak dapat membayar hutang tepat pada waktunya.
I. Kerangka Konsep Strategi pemasaran menurut Philip Kotler adalah terdiri dari strategi spesifik untuk pasar sasaran, penentuan posisi produk, bauran pemasaran, dan tingkat pengeluaran pemasaran. Dalam strategi spesifik untuk elemen bauran pemasaran terdiri dari produk, harga, distribusi, dan promosi.21 Strategi pemasaran syariah menurut Hermawan Kartajaya adalah: Pertama, segmenting adalah seni mengidentifikasi serta memanfaatkan peluangpeluang yang muncul di pasar. Kedua, targeting adalah strategi mengalokasikan sumber daya perusahaan secara efektif, karena sumber daya yang dimiliki terbatas. 20
Perum Pegadaian, Keputusan Direksi Perum Pegadaian tentang Pemberlakuan Manual Operasi Unit Layanan Gadai Syariah, Kep. Dir Perum Pegadaian Nomor 06.A/UL.3.00.22.3/2003, Pasal 1 ayat (1) 21 Philip Kotler dan Gary Amrstrong, Dasar-dasar Pemasaran, (Jakarta: Prenhallindo, 1997), Jilid I, h. 54.
Ketiga, positioning adalah strategi yang menyangkut bagaimana membangun kepercayaan, keyakinan, dan kompetisi bagi pelanggan.22 Jadi, pada dasarnya sama antara pemasaran syariah dan pemasaran konvensional yaitu dengan menentukan segmen pasar (segmenting), menentukan sasaran pasar (targeting), dan menentukan posisi pasar (positioning). Dan dalam strategi pemasaran tersebut terdapat bauran pemasaran yang terdiri dari 4P yaitu Product (Produk), Place (Distribusi), Price (Harga), dan Promotion (Promosi).
G. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode library research dan field research. Penelitian melalui penelitian pustaka (library research) adalah penelitian yang dilakukan dengan menelaah berbagai macam literatur dan referensi-referensi serta buku-buku yang berhubungan dengan pembahasan ini. Sedangkan penelitian lapangan (field research) adalah penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan untuk melihat serta mengambil data-data secara langsung. Kajian pada skripsi ini dilakukan dengan pendekatan penelitian kualitatif. Kualitatif yaitu sebagai prosedur penelitian yang mengahasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati.23 Dengan menggunakan metode sebagai berikut: J. Sumber Data 22
23
2002), h. 3.
Hermawan dan M. Syakir, Syariah Marketing, h. 165-172. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
Dalam penyusunan ini penulis menggunakan dua jenis sumber data yaitu: K. Data primer, merupakan informasi yang dikumpulkan peneliti langsung dari sumbernya.24 Data primer penelitian adalah data yang diperoleh langsung dari Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika Jakarta yaitu berupa data tentang jumlah omzet/uang pinjaman, data jumlah nasabah dan data jumlah barang jaminan. L. Data sekunder, adalah data yang diperoleh dari literatur-literatur kepustakaan, buku-buku, antara lain Dasar-dasar Pemasaran, Prinsip-prinsip Pemasaran, Marketing Syariah, Mengatasi Masalah dengan Pegadaian Syariah, Dasar dan Strategi Pemasaran Syariah, Metode Penelitian Kualitatif, dan sumber lainnya yang relevan dengan skripsi ini. Atau dengan kata lain data sekunder adalah informasi yang telah dikumpulkan pihak lain, jadi peneliti bertindak sebagai pemakai data.25 M. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini dilakukan dengan dua macam metode, yaitu:
24
Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 69. 25
Ibid.
N. Studi dokumentasi, adalah teknik pengumpulan data yang ditunjukkan kepada subyek penelitian.26 Studi ini dilakukan dengan cara melihat dokumen serta arsip yang dijadikan objek penelitian. O. Wawancara, adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.27 Dalam penelitian ini penulis mengadakan wawancara dengan Manajer Cabang Dewi Sartika. P. Analisa Data Berdasarkan metode penelitian di atas, penulisan skripsi ini bersifat deskriptif analistis. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya, sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta.28 Penelitian ini dilakukan dengan memaparkan strategi pemasaran yang terdapat pada Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika Jakarta apa adanya. Kemudian menganalisis dengan mempergunakan metode di mana implementasi strategi pemasaran pada Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika Jakarta dari perspektif teori yang ada.
H. Teknik Penulisan
26
Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian (Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula), (Yogyakarta: UGM Press, 2004), h. 100. 27 Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 135. 28
Hermawan, Pengantar Metodologi Penelitian, h. 10.
Penulisan skripsi ini mengacu pada “Buku Pedoman Penulisan Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.
I. Sistematika Penulisan Untuk lebih terarah dan memudahkan penulisan serta memperoleh gambaran yang utuh, sehingga tidak melebar dan rancu. Penulis membuat sistematika sesuai dengan masing-masing bab, maka penulis akan membagi pokok-pokok permasalahan ke dalam lima bab, sebagai berikut: BAB I Pendahuluan, pada bab ini dikemukakan mengenai latar belakang permasalahan, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, kerangka konsep, metode penelitian, teknik penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Teoritis, bab ini berisi penjelasan mengenai teoriteori yang digunakan sebagai landasan untuk pembahasan dan pemecahan masalah antara lain akan diterangkan mengenai: pengertian strategi pemasaran, segmenting, targeting, dan positioning, bauran pemasaran, pengertian rahn, landasan hukum rahn, rukun rahn, syarat rahn, persamaan dan perbedaan rahn. BAB III Gambaran Umum Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika, bab ini berisi penjelasan mengenai gambaran umum perusahaan dari sejarah singkat, visi dan misi, struktur organisasi, dan produk-produk yang dihasilkan.
BAB IV Analisis Data dan Pembahasan, dalam bab ini penulis akan menguraikan , mendeskripsikan, dan menganalisis data dari strategi pemasaran yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika, implementasi dari strategi pemasaran yang diterapkan dalam upaya menarik minat nasabah, dan analisis terhadap pertumbuhan jumlah nasabah. BAB
V
Penutup,
merupakan
bab
dimana
penulis
akan
mengemukakan kesimpulan-kesimpulan dan berdasarkan kesimpulan tersebut penulis mencoba memberikan saran-saran yang mungkin bermanfaat bagi perusahaan di masa yang akan datang.
BAB II KONSEP UMUM STRATEGI PEMASARAN DAN GADAI SYARIAH
A.
STRATEGI PEMASARAN 1. Pengertian Strategi Pemasaran Strategi dalam kamus Bahasa Indonesia adalah ilmu siasat perang: siasat atau akal untuk mencapai sesuatu maksud dan tujuan yang telah direncanakan.29 Istilah strategi berasal dari kata Yunani, strategeta (stratos = militer, dan ag = memimpin), artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jenderal. Konsep ini relevan dengan situasi pada zaman dahulu yang sering diwarnai perang, di mana jenderal dibutuhkan untuk memimpin suatu angkatan perang agar dapat selalu memenangkan perang. Strategi juga bisa diartikan sebagai suatu rencana untuk pembagi dan pengguna kekuatan militer dan material pada daerah – daerah tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.30 Strategi adalah komprehensif atau orientasi tindakan jangka pengalokasian sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan. Strategi ini
29
Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, (Jakarta: Pustaka Amani,1996), h. 462. . 30 Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, (Yogyakarta: Andi Press, 2001), cet. Ke 5 h. 3.
menunjukkan
arah
tujuan
jangka
panjang
organisasi
dan
cara
pencapaiannya serta cara pengalokasian sumber daya. Atau lebih singkatnya strategi adalah rencana jangka panjang suatu perusahaan untuk mencapai tujuan. Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial di mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk serta nilai dengan pihak lain. 31 William J. Stanton mendefinisikan pemasaran dalam dua pengertian dasar yaitu:32 1.
Dalam arti kemasyarakatan, pemasaran adalah setiap kegiatan tukar menukar yang bertujuan untuk memuaskan keinginan manusia.
2.
Dalam arti bisnis, pemasaran adalah sebuah sistem dari kegiatan bisnis yang
dirancang
untuk
merencanakan,
memberi
harga,
mempromosikan, dan mendistribusikan jasa serta barang-barang pemuas keinginan pasar. Konsep pemasaran berdasarkan definisi dari Philip Kotler adalah suatu proses sosial dan manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk-produk yang bernilai dengan pihak lain. Di dalamnya terdapat konsep yang ditawarkan seperti kebutuhan, 31
Kotler dan Armstrong, Dasar-dasar Pemasaran, (Jakarta: PT. INDEKS, 2003), Edisi kesembilan Jilid I, h. 6. 32
William J. Stanton, Prinsip-prinsip Pemasaran, (Jakarta: Erlangga, 1994), h. 34.
keinginan dan permintaan, produk-produk (barang-barang, layanan, dan ide), value atau nilai, biaya dan kepuasan, pertukaran dan transaksi, hubungan dan jaringan pasar dan para pemasar, serta prospek.33 Konsep tersebut memperlihatkan bahwa pemasaran merupakan gabungan dari beragam aspek yang saling berkaitan satu sama lain untuk menciptakan suatu aktivitas yang bermanfaat bagi peningkatan nilai penjualan suatu produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan. Menurut Kotler, dasar pemikiran pemasaran bermula dari kebutuhan dan keinginan manusia. Kebutuhan manusia adalah ketidakadaan beberapa kepuasan dasar. Keinginan adalah hasrat akan pemuas kebutuhan yang spesifik. Permintaan adalah keinginan akan produk spesifik yang didukung oleh kemampuan dan kesediaan untuk membelinya. 34 Orang memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka dengan produk yaitu segala sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memuaskan suatu kebutuhan dan keinginan. Produk atau penawaran dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu barang fisik, jasa, dan gagasan. Konsep pemasaran merupakan kunci untuk mencapai tujuan organisasi terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran
33
34
Kotler, Dasar-dasar Pemasaran, h. 7. Ibid., h. 7-8.
serta memberikan kepuasan yang diharapkan secara lebih efektif dan efisien dibandingkan pesaing.35 Jadi, pemasaran adalah suatu kegiatan ekonomi antara suatu pihak dengan pihak lain yang di dalamnya terjadi proses penciptaan, penawaran, dan pertukaran suatu produk demi memenuhi kebutuhan dan keinginannya. M. Syakir Sula mendefinisikan pemasaran syari’ah sebagai sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran, dan perubahan value dari satu inisiator kepada stakeholders-nya, yang dalam keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah (bisnis) dalam Islam. 36 Syakir mengungkapkan definisi itu dengan merujuk pada definisi yang disepakati pakar marketing dunia. Kemudian mendasarkan pada kaidah fiqh dalam Islam, yaitu:37
ًْنَ "َ!َ ُُوِِْْ إِِ ًَْ ﺡَّمَ ﺡَ أوْأﺡََّ ﺡََاﻡ#ُ ِ!ُْ ْا Artinya: “Kaum muslimin terikat dengan kesepakatan-kesepakatan bisnis (syarat-syarat) yang mereka buat, kecuali kesepakatan (syarat) yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram”.
35
Philip Kotler, Marketing, (Jakarta: Erlangga, 1994) Jilid I h. 2
36
Hermawan dan M. Syakir, Syariah Marketing, h. 26-27.
37
A. Dzajuli dan Nurol Aen, Ushul Fiqh Metodologi Hukum Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), h. 53.
َِ َِْْی% َ!َ" ٌْ َِْ اِ اَنْ یَ*ُل( د+ََِ ﺡ,َ ﻡََتِ ا.ُ ِْ ا/ ُْ01ْا Artinya: “Pada dasarnya semua bentuk muamalah (bisnis) boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya”. Sehingga menurut Syakir, kata kunci dalam definisi pemasaran syariah adalah bahwa dalam seluruh proses, baik proses penciptaan, proses penawaran maupun proses perubahan nilai (value), tidak boleh ada hal-hal yang bertentangan dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah dalam Islam. Sepanjang hal tersebut dapat dijamin, dan penyimpangan prinsip-prinsip muamalah tidak akan terjadi, maka bentuk transaksi apa pun dalam bisnis dibolehkan dalam syariat Islam. Karena itu Allah mengingatkan agar senantiasa menghindari perbuatan yang zalim dalam bisnis termasuk dalam proses penciptaan, penawaran, dan proses perubahan nilai dalam pemasaran.38 Jadi
strategi
pemasaran
adalah
logika
pemasaran
yang
dilaksanakan dengan harapan bahwa unit bisnis akan mencapai sasaran pemasaran. Strategi pemasaran terdiri dari strategi spesifik untuk pasar sasaran, penentuan posisi produk, bauran pemasaran, dan tingkat pengeluaran pemasaran. 39 Atau dengan kata lain strategi pemasaran adalah serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturan yang memberi arah
38
Hermawan dan M. Syakir, Syariah Marketing, h. 27.
39
Kotler dan Armstrong, Dasar-dasar Pemasaran, h. 54.
kepada usaha-usaha pemasaran perusahaan dari waktu ke waktu untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia melalui proses penciptaan, penawaran, perubahan nilai, dan pertukaran produk antara suatu pihak dengan pihak yang lainnya.
2. Segmenting, Targeting, dan Positioning a. Segmentasi Pasar (Segmenting) Segmentasi pasar adalah membagi pasar menjadi kelompok pembeli yang terbedakan dengan kebutuhan, karakteristik, atau tingkah laku berbeda yang mungkin membutuhkan produk atau bauran pemasaran terpisah.40 Dalam praktiknya segmentasi pasar terdiri dari segmentasi pasar konsumen dan segmentasi pasar industrial. Setiap segmen memiliki variabel tertentu, namun pada dasarnya variabel yang digunakan tidak jauh berbeda. Variabel utama yang mungkin dipergunakan dalam segmentasi pasar konsumen adalah:41Segmentasi Geografik, yaitu membagi pasar menjadi beberapa unit secara geografik atau membagi pasar berdasarkan wilayah tertentu, seperti Negara, regional, kota, kabupaten, kecamatan, atau lainnya. Segmentasi Demografik, yaitu membagi pasar berdasarkan 40
41
Ibid., h. 235. Kasmir, Pemasaran Bank, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 115-116.
kependudukan secara umum seperti, umur, jenis kelamin, ukuran keluarga, pendapatan, pekerjaan, agama, ras, dan kebangsaan. Segmentasi Psikografik, yaitu membagi pasar menjadi kelompok berbeda berdasarkan pada karakteristik kelas sosial, gaya hidup, atau kepribadian. Segmentasi Tingkah Laku, yaitu mengelompokkan pembeli berdasarkan pada pengetahuan, sikap, penggunaan, atau reaksi mereka terhadap suatu produk. Segmentasi Manfaat, yaitu membagi pasar menjadi kelompok menurut beraneka manfaat berbeda yang dicari konsumen dari produk. Sedangkan variabel untuk melakukan segmentasi pasar industrial adalah:42Segmentasi berdasarkan demografik yaitu: jenis industri, ukuran perusahaan, lokasi perusahaan, dan lainnya. Karakteristik pengoperasian, yaitu: teknologi yang difokuskan, gaya hidup, status pengguna, kepribadian, atau lainnya. Pendekatan pembeli, yaitu: sifat hubungan yang ada, kriteria pembeli, atau lainnya. Karakteristik Personil Industri, yaitu: kesamaan pembeli, kesetiaan, sikap terhadap resiko, atau lainnya. Faktor situsional, seperti: urgensi, besarnya pesanan, atau lainnya. Segmentasi pasar perlu dilakukan oleh suatu perusahaan karena di dalam suatu pasar terdapat banyak pembeli yang berbeda kebutuhan dan keinginannya. Jadi, segmentasi pasar pada perusahaan dibuat bertujuan untuk dapat mengungkap peluang segmen pasar sebuah 42
Ibid., h. 116-117.
perusahaan. Sehingga perusahaan dapat mengetahui segmen pasar mana yang paling efektif. b. Menentukan Sasaran Pasar (Targeting) Setelah perusahaan selesai melakukan segmentasi pasar, maka langkah selanjutnya adalah menentukan sasaran pasar. Menentukan sasaran pasar, artinya mengevaluasi keaktifan setiap segmen, kemudian memilih salah satu dari segmen pasar atau lebih untuk dilayani. Menetapkan pasar sasaran dengan cara mengembangkan ukuran-ukuran dan daya tarik segmen kemudian memilih segmen sasaran yang diinginkan.43 Kegiatan menetapkan pasar sasaran adalah:44Pertama, Evaluasi Segmen Pasar, meliputi: ukuran dan pertumbuhan segmen seperti data tentang usia nasabah, pendapatan, jenis kelamin, atau gaya hidup dari setiap segmen. Struktural segmen yang menarik dilihat dari segi profitabilitas. Kurang menarik jika terdapat pesaing yang kuat dan agresif. Perhatikan juga ancaman dari produk pengganti (substitusi) misalnya dari lembaga keuangan lainnya, untuk pinjaman seperti bank, kantor pos dan giro, leasing atau money
changer.
Sasaran
dan
sumber
daya
perusahaan
dengan
memperhatikan energi yang dimiliki perusahaan yaitu ketersediaan sumber daya manusia termasuk keterampilan yang dimilikinya.
43 44
Ibid., h. 118-119. Ibid., h. 119.
Kedua, Memilih Segmen. Memilih segmen adalah menentukan satu atau lebih segmen yang memiliki nilai tinggi bagi perusahaan. Kemudian menentukan segmen mana dan berapa banyak yang dapat dilayani. Pemilihan segmen dapat dilakukan dengan cara membagi pemasaran menjadi:45 Pemasaran tanpa pembedaan, melayani semua pasar dan tawaran pasar dalam arti tidak ada perbedaan. Mencari apa yang sama dalam kebutuhan konsumen. Biasanya untuk produk massal seperti tabungan untuk semua orang, baik usia, pendapatan, maupun wilayah. Keuntungan pemasaran tanpa pembedaan adalah hemat biaya Pemasaran dengan pembedaan, strategi peliputan pasar dimana sebuah perusahaan memutuskan untuk memilih beberapa segmen pasar dan merancang barang yang berbeda untuk masing-masing segmen. Contohnya Procter dan Gamble memperoleh pangsa pasar total yang lebih tinggi dengan sebelas merk deterjen pencuci pakaian dibandingkan dengan hanya satu merk deterjen saja. Strategi ini jelas memerlukan biaya yang lebih tinggi.46 Pemasaran terkonsentrasi, strategi peliputan pasar dimana sebuah perusahaan memutuskan untuk mencari pangsa pasar besar dalam satu atau beberapa sub pasar. Pemasaran terkonsentrasi, khusus untuk sumber daya manusia yang terbatas.
45
Kasmir, Pemasaran Bank.h. 119.
46
Kotler dan Armstrong, Dasar-dasar Pemasaran, h. 252.
Menentukan sasaran pasar dilakukan dengan cara mengevaluasi segmen pasar, setelah dievaluasi kemuadian langkah selanjutnya yaitu memilih segmen pasar berdasarkan apakah pemasaran perusahaan tersebut cocok dengan pemasaran tanpa pembeda, pemasaran dengan pembeda, atau pemasaran terkonsentrasi. c. Menentukan Posisi Pasar (Positioning) Menentukan posisi pasar yaitu menentukan posisi yang kompetitif untuk produk atau suatu pasar. Produk atau jasa diposisikan pada posisi yang diinginkan oleh nasabah, sehingga dapat menarik minat nasabah untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan. Kegiatan ini dilakukan setelah menentukan segmen mana yang akan dimasuki dengan cara menentukan di mana posisi mana yang ingin ditempati dalam segmen tersebut.47 Memilih dan melaksanakan strategi penentuan posisi pasar perlu dilakukan dengan berbagai tahap agar hasil yang diharapkan optimal. Tahapan dalam memilih dan melaksanakan strategi penentuan posisi pasar sebagai berikut: Pertama, Identifikasi Keunggulan Kompetitif. Di dalam suatu produk terdapat berbagai keunggulan jika dibandingkan dengan produk pesaing. Tujuan manajemen mengidentifikasikan keunggulan tersebut sebanyak dan selengkap mungkin. Identifikasi keunggulan kompetitif yang
47
Kasmir, Pemasaran Bank, h. 121.
mungkin memberikan nilai yang terbesar dengan cara mengadakan perbedaan, yaitu: - Diferensiasi produk Sebuah perusahaan dapat mendiferensiasikan produk secara fisik. Contohnya, beberapa perusahaan menawarkan produk dengan standar tinggi yang hanya memungkinkan sedikit variasi. 48 - Diferensiasi jasa Beberapa perusahaan
memperoleh keunggulan
bersaing
lewat
penyerahan yang cepat, nyaman, atau cermat. Contohnya, Bank One telah membuka cabang di toserba dengan pelayanan lengkap untuk menyediakan lokasi yang mudah dijangkau di hari Sabtu, Minggu, dan di sore hari pada hari kerja.49 - Diferensiasi personil Perusahaan dapat meraih keunggulan yang sangat bersaing lewat mempekerjakan dan melatih orang yang lebih baik ketimbang yang bekerja di perusahaan pesaing. Contohnya, Singapore Airlines menikmati reputasi luar biasa karena keramahan pramugari dan pramugara.50
48
Kotler dan Armstrong, Dasar-dasar Pemasaran, h. 256.
49
Ibid.
50
Ibid., h. 257.
- Diferensiasi citra Ketika pesaing menawarkan bentuk yang serupa, pembeli mungkin menganggap berbeda berdasarkan pada citra perusahaan atau merek. Contohnya, lengkung emas Mc. Donals. 51 Kedua,
Memilih Keunggulan Kompetitif yang Tepat. Setelah
diidentifikasikan keunggulan-keunggulan yang kompetitif, lalu langkah selanjutnya adalah dipilih yang paling memberikan keunggulan yang paling banyak. Pertimbangan pemilihan keunggulan kompetitif adalah berapa banyak perbedaan yang dipromosikan. Banyak pemasar berpendapat bahwa perusahaan harus secara agresif mempromosikan hanya satu manfaat kepada pasar sasaran. Tokoh periklanan Rosser Reeves, misalnya, mengatakan sebuah perusahaan harus mengembangkan Unique Selling Proposition (USP, proposisi penjualan yang unik) untuk setiap merek dan tetap berpegang pada proposisi itu. Setiap merek harus mengambil satu atribut dan menyatakan dirinya sebagai “nomor satu” pada atribut tersebut. 52 Kemudian Perbedaan mana yang dipromosikan. Tidak semua pembedaan merk itu berarti atau cukup bernilai. Tidak setiap perbedaan dapat menjadi pembeda yang baik. Setiap perbedaan mempunyai potensi untuk menimbulkan biaya bagi perusahaan dan manfaat bagi pelanggan. Suatu perbedaan itu bernilai jika memenuhi kriteria berikut ini: 51
Ibid., h. 257-258.
52
Ibid., h. 258.
- Penting
: Perbedaan memberikan suatu manfaat yang sangat bernilai bagi pembeli sasaran.
- Khas
: Perusahaan dapat menawarkan dengan cara yang khas
- Terjangkau harganya
: Pembeli dapat membayar perbedaan itu
- Dapat dikomunikasikan
: Perbedaan itu dapat dikomunikasikan dan dapat dilihat oleh pembeli. 53
Ketiga, Mewujudkan dan Mengkomunikasikan Posisi yang Dipilih. Posisi pasar yang telah di pilih sebaiknya diwujudkan, kemudian dikomunikasikan ke berbagai pihak yang membutuhkan termasuk pihak intern perusahaan.54 Dalam menentukan posisi pasar, produk atau jasa suatu perusahaan ditempatkan pada posisi yang banyak diinginkan oleh nasabah. Dalam menentukan posisi pasar mengidentifikasi keunggulan produk yang dimiliki merupakan
langkah
awal
dalam
menentukan
posisi
pasar
dengan
menggunakan diferensiasi produk, jasa, personil, atau citra. Langkah selanjutnya adalah memilih keunggulan kompetitif yang tepat dengan pertimbangan berapa banyak perbedaan yang dipromosikan atau perbedaan mana yang dipromosikan. Dan langkah terakhir dalam penentuan posisi pasar adalah mewujudkan dan mengkomunikasikan posisi yang di pilih. 53
Ibid., h. 259.
54
Kasmir, Pemasaran Bank, h. 123.
3. Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Dalam dunia pemasaran selalu terkait dengan yang dinamakan marketing mix (bauran pemasaran). Marketing mix adalah deskripsi dari suatu kumpulan alat-alat yang dapat digunakan oleh manajemen untuk mempengaruhi penjualan.55 Kotler dan Armstrong mendefinisikan bauran pemasaran sebagai perangkat alat pemasaran taktis yang dapat dikendalikan, yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan respons yang diinginkan dalam pasar sasaran. Bauran pemasaran terdiri dari segala sesuatu yang dapat dilakukan perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya. Kemungkinan yang banyak itu dapat digolongkan menjadi empat kelompok variabel yang dikenal sebagai “empat P”: Product, Price, Place, dan Promotion (produk, harga, distribusi, promosi).56 Empat P dalam marketing mix yaitu: a. Product (produk) Menurut Philip Kotler “Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian untuk dibeli, untuk digunakan, atau untuk dikonsumsi yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan.”57
55
Firdaus NH dkk, Dasar & Strategi Pemasaran Syariah, (Jakarta: Renaisan, 2005), h. 22.
56
Kotler dan Armstrong, Dasar-dasar Pemasaran, h. 48.
57
Ke-8 h. 346.
Kotler dan Armstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, (Jakarta: Erlangga, 2001), Jilid I ed.
Dalam definisi secara luas produk meliputi objek secara fisik, jasa, orang, tempat, organisasi, ide, atau bauran dari semua bentuk-bentuk tadi. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa produk adalah sesuatu yang memberikan manfaat baik dalam hal memenuhi kebutuhan sehari-hari atau sesuatu yang ingin dimiliki oleh konsumen. Produk biasanya digunakan untuk dikonsumsi baik untuk kebutuhan rohani maupun jasmani. Untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan akan produk, maka konsumen harus mengorbankan sesuatu sebagai balas jasanya Dalam perspektif syariah produksi merupakan sesuatu yang penting. Al-Qur’an menggunakan konsep produksi barang dalam arti yang sangat luas. Tekanan Al-Qur’an diarahkan pada manfaat dari barang yang diproduksi. Memproduksi suatu barang harus mempunyai hubungan dengan kebutuhan hidup manusia. Berarti barang itu harus diproduksi untuk kebutuhan manusia, bukan untuk memproduksi barang-barang mewah secara berlebihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan manusia.58 Islam juga mengajarkan untuk memperhatikan kualitas dan keberadaan produk tersebut. Islam melarang jual beli suatu produk yang belum jelas (gharar) bagi pembeli. Pasalnya di sini berpotensi terjadinya penipuan dan ketidakadilan terhadap salah satu pihak.
58
Firdaus, Dasar & Strategi Pemasaran Syariah, h. 23.
Selain keberadaan suatu produk, Islam juga memerintahkan untuk memperhatikan kualitas produk. Barang yang dijual harus terang dan jelas kualitasnya, sehingga pembeli dapat dengan mudah memberi penilaian.59 Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa produk dalam perspektif syariah (fiqh muamalah) harus memenuhi standarisasi mutu dan keberadaan barang. Fiqh muamalah tegas mengharamkan praktik jual beli yang menipu dengan ketidakjelasan mutu dan keberadaan barang. Setiap produk yang diluncurkan ke pasar tidak selalu mendapat respon yang positif. Bahkan cenderung mengalami kegagalan jauh lebih besar dibandingkan keberhasilannya. Untuk mengantisipasi agar produk yang diluncurkan berhasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka peluncuran produk diperlukan strategi-strategi tertentu. Khusus dengan yang berkaitan dengan produk , strategi ini kita kenal dengan nama strategi produk.60 Dalam
strategi
produk
yang
harus
dilakukan
untuk
mengembangkan suatu produk adalah: - Penentuan logo dan moto. Logo merupakan ciri khas suatu perusahaan sedangkan moto merupakan serangkaian kata-kata yang berisi visi dan misi.
59
Ibid.
60
Kasmir, Pemasaran Bank, h. 141.
- Menciptakan merk. Karena jasa memiliki beraneka ragam, maka setiap jasa harus memiliki nama. Tujuannya agar mudah dikenal dan diingat. - Menciptakan kemasan. Kemasan merupakan pembungkus suatu produk. Dalam hal ini kemasan lebih diartikan kepada pemberian pelayanan atau jasa kepada para nasabah.61 Dalam strategi produk, perusahaan harus dapat melihat produk apa yang lebih dibutuhkan dan diinginkan oleh pembeli sehingga perusahaan dapat memperoleh banyak nasabah. Selain itu kualitas dan keberadaan produk juga harus diperhatikan sehingga tidak berpotensi terjadi penipuan. b. Price (harga) Harga adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh pelanggan untuk memperoleh suatu produk.62 Dalam konsep Islam, penentuan harga ditentukan oleh mekanisme pasar, yakni bergantung pada kekuatankekuatan permintaan dan penawaran. Dan pertemuan antara permintaan dan penawaran itu harus berlangsung secara sukarela. Ini bermakna tidak ada yang menganiaya dan dizalimi.
61
Ibid., h. 141-143.
62
Kotler dan Armstrong, Prinsip-prinsip Pemasaran, h. 48.
Dalam praktik fiqh muamalah, harga mengambil posisi tengah, tidak berlebih-lebihan, tidak pula merendah-rendahkan. Ini berarti bahwa dalam praktik fiqh muamalah harga mestinya harus proporsional. 63 Tujuan penentuan harga secara umum adalah: Pertama, Untuk Bertahan Hidup. Artinya, dalam kondisi tertentu, terutama dalam kondisi persaingan yang tinggi. Dalam hal ini perusahaan menentukan harga semurah mungkin dengan maksud produk atau jasa yang dipasarkan laku dipasaran. Kedua, Untuk Memaksimalkan Laba. Tujuan harga ini dengan mengharapkan penjualan yang meningkat sehingga laba dapat ditingkatkan. Penentuan harga biasanya dapat dilakukan dengan harga murah atau tinggi. Ketiga, Untuk Memperbesar Market Share. Penentuan harga ini dengan harga yang murah, sehingga diharapkan jumlah nasabah meningkat dan diharapkan pula nasabah pesaing beralih ke produk yang ditawarkan. Keempat, Mutu Produk. Tujuan dalam hal mutu produk adalah untuk memberikan kesan bahwa produk atau jasa yang ditawarkan memiliki kualitas yang tinggi dan biasanya harga ditentukan setinggi mungkin. Kelima, Karena Pesaing. Dalam hal ini, penentuan harga dengan melihat harga pesaing. Tujuannya adalah agar harga yang ditawarkan jangan melebihi harga pesaing.64 63
Firdaus, Dasar & Strategi Pemasaran Syariah, h. 24-25.
Strategi harga yang dilakukan perusahaan adalah strategi kedua pada bauran pemasaran. Dimana perusahaan sebisa mungkin menawarkan harga yang terendah sehingga lebih banyak menarik minat nasabah. Tetapi dalam Islam harga haruslah proporsional tidak boleh terlalu tinggi tidak boleh juga terlalu rendah. c. Place (distribusi) Dalam sektor jasa, distribusi didefinisikan sebagai setiap sarana yang meningkatkan keberadaan atau kenikmatan suatu jasa yang menambah penggunaannya atau pendapatan dari penggunaannya, baik dengan mempertahankan pemakai yang ada, meningkatkan nilai kegunaannya diantara pemakai yang ada ataupun menarik pemakai baru.65 Sarana-sarana tersebut dapat berupa kantor pusat, kantor cabang, , dan lain-lain yang dapat memudahkan nasabah untuk memperoleh manfaat dari jasa perusahaan tersebut. Distribusi termasuk aktivitas perusahaan untuk membuat produk tersedia bagi konsumen sasaran. Setiap perusahaan haruslah memiliki pandangan saluran distribusi keseluruhan terhadap masalah distribusi dari produknya ke pemakai akhir. Dalam usaha untuk mencapai tujuan dan sasaran perusahaan di bidang pemasaran, setiap perusahaan melakukan
64
Kasmir, Pemasaran Bank, h. 153-154.
65
Murti Sumarni, Marketing Perbankan, (Yogyakarta: Liberty, 1997), h. 269.
kegiatan penyaluran. Penyaluran merupakan kegiatan penyampaian produk sampai ke tangan si pemakai atau konsumen pada waktu yang tepat. Dalam kegiatan distribusinya perusahaan dapat memperhatikan, pertama, kantor pusat pemasaran, yaitu departemen ekspornya atau divisi yang membuat keputusan mengenai saluran distribusi dan elemen-elemen bauran pemasaran lainnya. Kedua, mengenai jenis-jenis perantaranya, yaitu agen, perusahaan perdagangan dalam hal ini adalah kantor cabang. Letak kantor-kantor cabang yang mudah dijangkau oleh masyarakat dapat mempermudah pendistribusian produk yang ditawarkan kepada nasabah.66 Dalam strategi distribusi tempat yang mudah dijangkau oleh nasabah merupakan hal yang penting. Karena dapat menghemat waktu dan biaya dalam menjangkau kantor atau perusahaan yang menawarkan suatu produk yang dibutuhkan oleh nasabah. d. Promotion (promosi) Promosi merupakan kegiatan bauran pemasaran yang terakhir. Promosi berarti aktivitas yang menkomunikasikan keunggulan produk dan membujuk pelanggan sasaran untuk membelinya.
67
Kegiatan ini setiap
perusahaan berusaha untuk mempromosikan seluruh produk dan jasa yang dimilikinya baik langsung maupun tidak langsung.
66
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran (Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian), (Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 1993), Vol. II ed. Ke-7, h. 181. 67
Kotler, Dasar-dasar Pemasaran, h. 49.
Dalam Islam mempromosikan suatu barang diperbolehkan. Hanya saja dalam berpromosi tersebut mengedepankan faktor kejujuran dan menjauhi penipuan. Disamping itu, metode yang dipakai dalam promosi tidak bertentangan dengan syariah Islam. 68 Secara garis besar ada tiga macam sarana promosi
yang dapat
digunakan oleh perusahaan, yaitu:69 Pertama, Periklanan (Advertising). Merupakan promosi yang dilakukan dalam bentuk tayangan atau gambar atau kata-kata yang tertuang dalam spanduk, brosur, koran, majalah, televisi, atau radio. Kedua, Publisitas (publicity). Merupakan promosi yang dilakukan untuk meningkatkan citra perusahaan di depan para calon nasabah atau nasabahnya melalui kegiatan sponsorship terhadap suatu kegiatan amal atau sosial. Ketiga, Penjualan Pribadi. Merupakan promosi yang dilakukan melalui pribadi-pribadi karyawan setempat dalam melayani serta ikut mempengaruhi nasabah. Strategi promosi adalah sesuatu yang dapat memperkenalkan atau mensosialisasikan produk yang ditawarkan suatu perusahaan melalui berbagai macam media dan cara. Tetapi dalam mempromosikan suatu produk harus mengedepankan kejujuran dan menjauhi unsur penipuan. 68
Firdaus, Dasar & Strategi Pemasaran Syariah, h. 27.
69
Kasmir, Pemasaran Bank, h. 176-177.
B.
GADAI SYARIAH 1. Pengertian Gadai Syariah (Rahn) Gadai dalam bahasa Arab disebut Rahn. Rahn menurut bahasa adalah: jaminan hutang, gadaian70, seperti juga dinamai Al-Habsu, artinya: penahanan.71 Ar-rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan utang atau gadai.72 Sebagaimana kita ketahui dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1150 yang menyatakan bahwa: Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari pada orang-orang untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan.73 70
A. W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), Ed. II, h.
71
Ibid,. h. 231
72
Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah , (Beirut: Darul-Kitab al-Arabi, 1987), cetakan ke-8, vol III h.
542.
169. 73
Kitab Undang-undang hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), Penerjemah R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Ps.1150.
Gadai adalah menjadikan suatu benda bernilai menurut pandangan syara’ sebagai tanggungan utang, dengan adanya benda yang menjadi tanggungan itu seluruh atau sebagian utang dapat diterima. 74 Sedang menurut Hasbi Ash Shiddieqy rahn adalah akad yang objeknya menahan harga terhadap sesuatu hak yang mungkin diperoleh bayaran dengan sempurna darinya. 75 Jadi, kesimpulannya bahwa rahn adalah menahan barang jaminan milik si peminjam (rahin), baik yang bersifat materi atau manfaat tertentu, sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang diterima tersebut memiliki nilai ekonomis, sehingga pihak yang menahan (murtahin) memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian hutangnya dari barang gadai tersebut apabila pihak yang menggadaikan tidak dapat membayar hutang tepat pada waktunya. 2. Landasan Hukum Rahn a. Al-Qur’an
َ%ِ$ََ'ِنْ ا
&
ُ"ا/ُْ9ََ ﺕ:َو
&
ٌ َ!ْ"ُْ#$ ٌ%وَإِنْ آُُْ ْ َ َ ٍََ وﻝَ ْ ﺕَُِوْا آَﺕًِ َِه ُ(َ رَﺏ+ِ ا,َ-َْﻥََ(ُ وَﻝ$ََ ا%ِ/ُِي اؤْﺕ2َدِّ اﻝ5ُـ-ْ َ ً7ْ8َُ ْ ﺏ9ُ7ْ8َﺏ
74
Ahmad Azhar Basyir, Riba, Utang-Piutang, dan Gadai, (Bandung: Al-Ma’arif, 1983), h.
75
Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h. 86-
50.
87.
ٌ ْ-ِ َ ََ ُ"ْن/ْ8ََ ﺕ/ِ ﺏ+ ُ وَا
&
ُ(ُْ َ& ٌ ِ>ْ<َ َِﻥ(ُ ا/ُْ9ْ ی%َ$َو
&
َاﻝ=<َدَة
(٢٨٣: ٢:ة#)اﻝ Artinya: Jika kamu dalam perjalanan (dan kamu melaksanakan muamalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dapat dijadikan sebagai pegangan (oleh yang mengutangkan), tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercaya itu menunaikan amanat (utangnya) dan hendaknya ia bertakwa kepada Allah SWT, Tuhannya. Dan janganlah kamu menyembunyikan kesaksian, karena barang siapa menyembunyikannya, sungguh, hatinya kotor (berdosa). Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Baqarah (2): 283) Ayat tersebut secara eksplisit menyebutkan “barang tanggungan yang dapat dijadikan sebagai pegangan (oleh yang mengutangkan)”. Dalam dunia finansial, barang tanggungan bisa dikenal sebagai jaminan (collateral) atau objek pegadaian. b. Al-Hadits
ْ(ِ وََ َ اِﺵََْى-َ َ ُ+َ اC َDُِ َْ<َ أَن اﻝ+ِ=َ َ رَ!ِ َ اFَ ْ%َ (رىJ اﻝKٍ وَرَهََ(ُ دِرَْ(ُ )رواHًَ اِﻝَ أَﺝ$َ8َG ٍّ یَ<ُ"ْدِي% ْ ِ$ Artinya: “Aisyah r.a berkata bahwa Rasulullah SAW membeli makanan dari seorang Yahudi dan menjaminkan kepadanya baju besi”.(HR. Bukhari)76
76
Al-Bukhari, Shahih Bukhari, (Beirut: Maktabah Ashriyah, 1997), Jilid I, h. 753.
Dari hadits di atas dapat dipahami bahwa bermuamalah dibenarkan juga dengan non muslim dan harus ada jaminan sebagai pegangan, sehingga tidak ada kekhawatiran bagi yang memberi piutang.
c. Ijtihad Ulama Para ulama semuanya sependapat, bahwa perjanjian gadai hukumnya mubah (boleh). Namun ada yang berpegang kepada zahir ayat, yaitu gadai hanya diperbolehkan dalam keadaan bepergian saja, seperti paham yang dianut oleh Mazhab Zahiri, Mujahid dan al-Dhahak. Sedangkan jumhur (kebanyakan ulama) membolehkan gadai, baik dalam keadaan bepergian maupun tidak, seperti yang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW di Madinah, seperti telah disebutkan dalam hadits di atas.77Jadi secara umum rahn boleh dilakukan, karena kegiatan tersebut pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW. 3. Rukun Rahn Dalam menjalankan pegadaian syariah, pegadaian harus memenuhi rukun gadai syariah. Rukun rahn tersebut antara lain:78 Aqid, adalah pihak-pihak yang melakukan perjanjian (shigat). Aqid terdiri dari dua pihak yaitu: pertama, rahin (yang menggadaikan), yaitu orang
77
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), Edisi 1 cet ke-2 h. 255. 78
Al-Alamah Abi Bakri Al-Mashur Bissayyiri Al-Bakri, Kitab Ia’Natut Tholibin, (Beirut: Daarul Fikr , 2004), Juz 3 h. 66.
yang telah dewasa, berakal, bisa dipercaya, dan memiliki barang yang akan digadaikan. Kedua, murtahin (yang menerima gadai), yaitu orang, bank, atau lembaga yang dipercaya oleh rahin untuk mendapatkan modal dengan jaminan barang (gadai). Marhun (barang yang digadaikan), yaitu barang yang digunakan rahin untuk dijadikan jaminan dalam mendapatkan uang. Marhun bih (utang), yaitu sejumlah dana yang diberikan murtahin kepada rahin atas dasar besarnya tafsiran marhun. Sighat (Ijab dan Qabul), yaitu kesepakatan antara rahin dan murtahin dalam melakukan transaksi gadai. 4. Syarat Rahn Dalam menjalankan transaksi rahn harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:79 Syarat Aqid, baik rahin dan murtahin adalah harus ahli tabarru’ yaitu orang yang berakal, tidak boleh anak kecil, gila, bodoh, dan orang yang terpaksa. Serta tidak boleh seorang wali. Marhun bih (utang) syaratnya adalah jumlah atas marhun bih tersebut harus berdasarkan kesepakatan aqid. Marhun (Barang) syaratnya adalah harus mendatangkan manfaat bagi murtahin dan bukan barang pinjaman.
79
Ibid., h. 67.
Shigat (Ijab dan Qabul) syaratnya adalah shigat tidak boleh diselingi dengan ucapan yang lain selain ijab dan qabul dan diam terlalu lama pada waktu transaksi. Serta tidak boleh terikat oleh waktu.
5. Persamaan
dan
Perbedaan
antara
Gadai
Syariah
dan
Gadai
Konvensional Persamaan antara gadai syariah dan gadai konvensional adalah jangka waktu jatuh tempo yaitu sama-sama 120 hari. Jika setelah 120 hari si peminjam tidak dapat membayar hutangnya, maka barang jaminan akan dijual atau dilelang. Tetapi nasabah diberi waktu tambahan selama 2 hari karena sebelum dilelang dibuat dahulu panitia lelang. Pada saat hari pelelangan, nasabah masih diberi kesempatan dan tambahan waktu selama 2 jam jika ingin menebus barang jaminannya. Jika tidak ditebus maka barang jaminan tersebut dilelang. Uang pelelangan tersebut digunakan untuk membayar hutang rahin. Jika hasil lelang tersebut mengalami kelebihan akan dikembalikan oleh nasabah, tetapi apabila uang kelebihan tersebut tidak diambil dalam waktu satu tahun, maka uang kelebihan tersebut akan dimasukkan ke dalam dana ZIS (Zakat, Infak, dan Sadaqah) pegadaian syariah, sedangkan pada pegadaian konvensional uang kelebihan yang tidak diambil akan menjadi milik pegadaian. Dan apabila dari hasil lelang tersebut ternyata kurang untuk membayar hutang, maka nasabah diharuskan
membayar sisa hutangnya.80 Sedangkan perbedaan mendasar antara gadai syariah dan gadai konvensional adalah dalam pengenaan biayanya. Gadai konvensional memungut biaya dalam bentuk bunga yang bersifat akumulatif dan berlipat ganda. Sedangkan pada gadai syariah tidak berbentuk bunga, tetapi berupa biaya penitipan, pemeliharaan, penjagaan, dan penaksiran. Singkatnya, biaya gadai syariah lebih kecil dan hanya sekali dikenakan. 81 Untuk lebih jelasnya perbedaan teknis antara gadai syariah dan gadai konvensional akan disajikan pada tabel di bawah ini. 82 Tabel 1 No 1
Gadai Syariah
Gadai Konvensional
Biaya administrasi berdasarkan Biaya golongan barang
administrasi
berupa
prosentase yang didasarkan pada golongan barang
2
1 hari dihitung 10 hari
3
Uang pinjaman (marhun bih) Uang pinjaman (UP) untuk Gol A
4
80
1 hari dihitung 15 hari
90% dari nilai taksiran
92 %, dan Gol BCD 88-86 %
Jasa simpanan dihitung dengan :
Sewa modal dihitung dengan :
Konstanta x taksiran
Prosentase x Uang pinjaman
Wawancara dengan Supriyono selaku staf Perum Pegadaian, Jakarta, 29 Agustus 2008.
81
“Perbedaan Gadai dengan Rahn” diakses pada tanggal 28 Agustus 2008 dari www.pnm.co.id/content.asp?id=524&mid=54-2382
Firdaus, Mengatasi Masalah dengan Pegadaian Syariah, h. 51.
5
Kelebihan
uang
hasil
dari Kelebihan
uang
hasil
lelang
penjualan barang yang tidak barang yang tidak diambil oleh diambil oleh nasabah, diserahkan nasabah menjadi milik Pegadaian kepada Lembaga ZIS Berikut disajikan tabel perbandingan pembebanan biaya-biaya di pegadaian syariah dan pegadaian konvensional. Misal: barang jaminan berupa emas 22 karat seberat 60 gram dengan taksiran Rp. 10.000.000,00 Tabel 2 Pegadaian Syariah Besar Pinjaman
Pegadaian Konvensional
90 % x Rp.10.000.000 = 85 % x Rp.10.000.000 =
Biaya Administrasi
Rp.9.000.000
Rp.8.500.000
Rp. 25.000
0,75 % x Rp. 8.500.000 = Rp. 63.750
Biaya Selama 4 bulan
Rp.10.000.000 x Rp.80 x 12 10.000
1,25% x 8 x Rp.8.500.000 = Rp. 850.000
= Rp. 960.000 Total
Biaya
Harus Dibayar
yang Rp. 9.000.000 + Rp. 960.000 = Rp. 9.960.000
Rp.8.500.000+Rp.850.000 = Rp. 9.350.000
Dari perhitungan di atas, maka perhitungan di Pegadaian Syariah sudah sesuai dengan Fatwa DSN No. 25 tentang Rahn yaitu besar biaya pemeliharaan
dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.83 Untuk total biaya yang harus dibayar di Pegadaian Syariah memang lebih besar dibandingkan Pegadaian Konvensional, karena tidak semua yang halal itu lebih murah. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa rahn lebih adil karena hanya sekali membayar biaya sebagai jasa simpan barang yang digadaikan, sedangkan gadai konvensional jika pokok pinjaman dan bunga (sewa modal) belum dilunasi, maka bunga akan terus berjalan dan berkembang dan ini adalah termasuk riba yang sudah jelas diharamkan.
83
Ahmad Kamil dan M. Fauzan, Kitab Undang-Undang Hukum Perbankan dan Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 545.
BAB III GAMBARAN UMUM PEGADAIAN SYARIAH CABANG DEWI SARTIKA
A. Sejarah Singkat Pegadaian Syariah Pegadaian merupakan lembaga perkreditan dengan sistem gadai untuk pertama kalinya. Hadir di Indonesia pada abad ke-17 yang dibawa dan dikembangkan oleh maskapai perdagangan dari negeri Belanda yaitu V.O.C (Vereenigde Oost Indische Compagnie). Dalam rangka memperlancar kegiatan perekonomiannya, pada tanggal 20 Agustus 1746 V.O.C melalui surat keputusan Gubernur Jenderal Van Imhoff didirikanlah pegadaian yang bernama Bank van Leening. Lembaga tersebut merupakan lembaga kredit yang memberikan pinjaman uang kepada masyarakat dengan jaminan gadai. Sejak itu, bentuk usaha pegadaian telah mengalami beberapa kali perubahan sejalan dengan perubahan peraturan-peraturan yang mengaturnya.84 Pada masa selanjutnya, pegadaian mengalami beberapa kali perubahan bentuk badan hukum, yaitu pada tahun 1969 Perusahaan Negara Pegadaian diubah menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan) Pegadaian, dan pada tahun 1990 Perusahaan
84
Pirgong Matua, Sejarah Singkat Perum Pegadaian, (Jakarta: Perum Pegadaian, 2003), h.1.
Jawatan Pegadaian diubah menjadi Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian melalui Peraturan Pemerintah (PP) nomor 10 tahun 1990 tanggal 10 April 1990.85 Seiring dengan dikeluarkannya fatwa DSN-MUI tentang haramnya riba maka Perum Pegadaian meresponnya dengan mendirikan Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) sebagai diversifikasi produk gadai. Hal tersebut bukan sematamata respon terhadap fatwa DSN-MUI, melainkan dalam rangka membentengi pegadaian sendiri terhadap persaingan dari perbankan syariah. Perbankan syariah pun telah gencar meluncurkan produk serupa berkat pertolongan dari Undangundang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan syariah, yang isinya menyatakan perbankan syariah boleh mendirikan usaha rahn (gadai).86 Bank Muamalat Indonesia dalam mengembangkan usahanya mencoba untuk membuat produk gadai syariah, namun karena tidak mempunyai sumber daya manusia dan peralatan yang cukup memadai, kemuadian Bank Muamalat Indonesia mengajak Perum Pegadaian untuk bekerja sama mendirikan Pegadaian Syariah. Tawaran tersebut mendapat tanggapan yang positif dari Perum Pegadaian yang juga sedang mempelajari pembentukan pegadaian syariah. Pada tahun 2002 nota kesepakatan kerja sama dibuat antara Perum Pegadaian dengan Bank Muamalat Indonesia. Pada tanggal 20 Desember 2002 penandatanganan kerja sama dilakukan dengan Nomor 446/Sp 300.233/2002 dan 85
Ibid., h.3.
86
Perum Pegadaian, Manual Operasional Gadai Syariah, (Jakarta: Perum Pegadaian, 2003)
015/BMI/PKS/XII/2002. Bank Muamalat Indonesia menandatangani kerja sama dengan Perum Pegadaian untuk tambahan modal, dengan bentuk pembiayaan musyarakah sejumlah Rp. 40.000.000.000,-. Kemudian pada tanggal 14 Januari 2003 secara resmi dibentuk pegadaian syariah dengan nama Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) dan operasionalnya Dewan Direksi Perum Pegadaian Nomor : 06.A/UL.3.00.22.3/2003 tentang pemberlakuan Manual Operasional Unit Layanan Gadai Syariah.87 Pada tahun 2008 kontrak kerja sama dengan Bank Muamalat Indonesia dihentikan. Uang modal yang dipinjam dalam bentuk pembiayaan musyarakah telah dikembalikan. Kini Perum Pegadaian bekerja sama dengan Bank Syariah Mandiri dengan tambahan modal yang diberikan sebesar kurang lebih Rp. 50.000.000.000. Bank Syariah Mandiri menawarkan harga yang lebih miring sehingga pemotongan tarif ijarah dapat dilakukan.88 Pembentukan pegadaian syariah ini juga berdasarkan pada fatwa DSN No.25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn dan fatwa DSN No.26/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn emas. Konsep operasi pegadaian syariah mengacu pada sistem administrasi modern, yaitu azas rasionalitas, efisiensi, dan efektifitas yang diselaraskan dengan nilai Islam. Fungsi operasi pegadaian syariah itu sendiri dijalankan oleh Kantor-kantor Cabang Pegadaian Syariah / ULGS sebagai unit organisasi dibawah binaan Divisi Usaha Lain Perum Pegadaian. Namun, baru 87
88
Pegadaian Syariah, Manual Operasional ULGS, Jakarta.
Wawancara dengan Ahmad Zainuddin selaku Manajer Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika, Jakarta, 12 September 2008.
pada awal tahun 2004 Perum Pegadaian memisahkan Pegadaian Syariah kedalam divisi tersendiri yaitu Divisi Usaha Syariah serta menjadikan setiap cabangnya sebagai binaan Kantor Wilayah (Kanwil) Perum Pegadaian. Selain itu, Perum Pegadaian juga telah memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) sendiri yang berguna untuk memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap kehalalan produk yang diluncurkan.89 Pegadaian syariah pertama kali berdiri di Jakarta pada tanggal 14 Januari 2003 dengan nama Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) Cabang Dewi Sartika, yang terletak di Jalan. Dewi Sartika No.129A Jakarta Timur. Bulan Januari 2003 menyusul kemudian pendirian ULGS di Surabaya, Makasar, Semarang, dan Yogyakarta, di tahun yang sama hingga September 2003 4 kantor cabang pegadaian di Aceh dikonversi menjadi pegadaian syariah. Istilah ULGS kemudian berubah menjadi Cabang Pegadaian Syariah (CPS).90 Saat ini sudah ada 10 CPS dibawah binaan kanwilut (Kantor Wilayah Utama) Jakarta, yaitu CPS Dewi Sartika, CPS Cinere, CPS Pondok Aren, CPS Margonda, CPS Bogor Baru, CPS Kramat Raya, CPS Cipinang Elok, CPS Islamic Centre, CPS Kepandean, dan CPS Kebon Jati. B. Visi dan Misi Visi Pegadaian: “Pegadaian pada tahun 2010 menjadi perusahaan modern, dinamis, inovatif dengan usaha utama gadai”. 89
Ibid.
90
Ibid.
Dari visi pegadaian di atas dapat dijelaskan artinya sebagai berikut: Modern, dilihat dari kondisi, sarana dan prasarana sistem kerja. Sebagaimana halnya sebuah perkantoran yang modern. Modern juga diartikan mampu menghasilkan produk atau jasa yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern atau mampu memberi solusi bagi masalah ekonomi masyarakat yang hidup di zaman modern seperti sekarang ini. Dinamis, dicerminkan dari sikap dan perilaku seluruh pegawai dalam hal kecepatan pelayanan dan kemampuan menyesuaikan diri dengan perusahaan yang tertumpu pada peningkatan keterampilan, sikap yang lebih komunikatif, efisien, dan integritas yang tinggi. Dinamis juga berarti harus semakin mampu merespon dengan cepat kebutuhan konsumen baik internal maupun eksternal. Inovatif, tercermin dari kemampuan perusahaan dalam menyempurnakan produk yang sudah ada dana menciptakan berbagai macam produk-produk baru yang menguntungkan. Selain itu, sistem dan prosedur harus selalu diperbaiki dan disempurnakan. Oleh karenanya, dimasa depan pegadaian diharapkan dapat tumbuh dan berkembang menjadi perusahaan yang solid. Misi Pegadaian: “Ikut membantu program pemerintah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat golongan menengah kebawah, melalui kegiatan utama berupa penyaluran kredit gadai dan melakukan usaha lain yang menguntungkan”.91
91
Perum Pegadaian, Pedoman Operasional Gadai Syariah, h. I.E.1
C. Budaya Perusahaan Pegadaian syariah di dalam tindakan operasionalnya sehari-hari mempunyai budaya perusahaan yang diaktualisasikan ke dalam bentuk simbol atau maskot si INTAN yang bermakna: Inovatif
: Penuh gagasan (kreatif), aktif, dan menyukai tantangan.
Nilai moral tinggi
: Taqwa, jujur, berbudi luhur, dan royal.
Terampil
: Menguasai pekerjaan, tanggap, cepat, dan akurat.
Adi layanan
: Sopan, ramah, berkepribadian dan simpatik.
Nuansa citra
: Berorientasi bisnis, mengutamakan kepuasan pelanggan untuk selalu berusaha mengembangkan diri.
Makna yang terkandung dalam maskot si INTAN adalah: Kepala yang berbentuk berlian memberi makna bahwa pegadaian mengenal batu intan sudah puluhan tahun. Intan tidak lebih dari sebuah bongkahan batu yang diciptakan alam dari sebuah proses yang memakan waktu ratusan tahun lamanya. Kekerasannya menjadikan ia tidak dapat tergores dari benda lain. Tetapi ia juga dapat dibentuk menjadi batu yang sangat cemerlang (brilliant). Dengan kecemerlangan itulah, kemudian ia disebut berlian. Karakteristik batu intan itudiharapkan terdapat juga di dalam setiap insan pegadaian. Sikap tubuh dengan tangan terbuka dan wajah tersenyummemberi makna sikap seorang pelayan yang selalu siap memberikan pelayanan prima kepada siapa saja. Sedangkan rompi warna hijau memberikan makna keteduhan sebagai insan pegadaian.
C. Struktur Organisasi Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika yang terletak di Jalan. Dewi Sartika No.129A Jakarta Timur merupakan tingkatan kantor cabang kelas III yang masih dibina oleh Kantor Wilayah Perum Pegadaian sesuai dengan tempat kedudukan kantor cabang tersebut. Struktur organisasi Kantor Cabang Pegadaian Syariah adalah sesuai dengan Surat Keputusan Direksi Perum Pegadaian No. 1095/SDM.200322/2004, tanggal 28 April 2004, antara lain:92 Manajer Cabang, bertugas mengelola operasional cabang yaitu menyalurkan uang pinjaman (Qardh) secara hukum gadai yang didasarkan pada penerapan prinsip syariat Islam. Disamping itu, Pimpinan Cabang juga melaksanakan usaha-usaha lain yang telah ditentukan oleh manajemen serta mewakili kepentingan perusahaan dalam hubungan dengan pihak lain. Penaksir,
bertugas
menaksir
marhun
(barang
jaminan)
untuk
menentukan mutu dan nilai barang sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam rangka mewujudkan petetapan taksiran dan uang pinjaman yang wajar serta citra baik perusahaan. Kasir, bertugas melakukan penerimaan, penyimpanan, dan pembayaran serta pembukuan sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk kelancaran pelaksanaan operasional Kantor Cabang. Pemegang Gudang, bertugas melakukan pemeriksaan, penyimpanan, pemeliharaan dan pengeluaran serta pembukuan marhun selain barang kantong 92
Ibid.
sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam rangka ketertiban dan keamanan serta keutuhan marhun. Penyimpan Marhun, bertugas mengelola gudang marhun emas dengan menerima, menyimpan, merawat, mengeluarkan, dan mengadministrasikannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam rangka mengamankan serta menjaga keutuhan barang milik rahin (Penggadai) Keamanan, bertugas mengamankan harta perusahaan dan rahin dalam lingkungan kantor dan sekitarnya. Staf, bertugas memelihara kebersihan, keindahan, kenyamanan gedung ruang kerja, mengirim dan mengambil surat/dokumen untuk menunjang kelancaran tugas administrasi dan tugas operasional Kantor Cabang. D. Produk-produk yang Dihasilkan 1. Ar-Rahn (Gadai Syariah) Usaha pokok dari kegiatan Pegadaian Syariah adalah menyalurkan Marhun bih dalam jumlah skala kecil dengan jaminan harta bergerak maupun tidak bergerak atas dasar hukum gadai Islam. Hal ini sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn, tanggal 26 Juni 2002,93 dan No. 26/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn Emas, tanggal 28 Maret 2002.94 Dimana Rahin menyerahkan harta bergerak/tidak bergerak sebagai jaminan sekaligus memberi kuasa kepada pegadaian syariah untuk 93
Ahmad Kamil dan M. Fauzan, Kitab Undang-Undang Hukum Perbankan dan Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 545. 94
Ibid., h. 559.
menjual/melelang (secara syariah) jika setelah jatuh tempo rahin tidak mampu/bersedia melunasinya. Hasil lelang digunakan untuk melunasi pinjaman pokok ditambah jasa simpan dan biaya lelang. Kelebihannya diserahkan kepada rahin, sedangkan kalau kurang menjadi resiko pegadaian. Gadai Syariah merupakan produk dengan menggunakan sistem penyaluran pinjaman secara gadai yang didasarkan pada penerapan sistem syariah Islam. Nasabah tidak dikenai bunga pinjaman ataupun sewa modal atas pinjaman yang diberikan. Nasabah dikenakan biaya administrasi dan jasa simpan yang dipungut dengan alasan agunan yang diserahkan nasabah wajib disimpan, dirawat, dan diasuransikan.Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika sementara hanya menerima barang jaminan berupa emas/perhiasan. Hutang dapat diangsur sesuai kemampuan dan masa simpan dapat diperpanjang dengan membayar jasa simpan dan bea administrasi. 95 2. ARRUM (Ar-Rahn Untuk Usaha Mikro Kecil) Pegadaian Syariah merupakan suatu institusi yang mengelola usaha gadai, tetapi lebih luas dari itu menjadi institusi yang mengelola usaha pembiayaan mikro kecil berbasis sistem syariah. Sebagai langkah awal untuk mengimplementasikan gagasan ini, maka skim pembiayaan dengan sistem ArRahn, kini mulai dicoba untuk dikembangkan dengan konsep pelunasan pinjaman secara angsuran baik dengan cara gadai (menahan agunan) maupun fidusia (hanya dokumen kepemilikan barang yang ditahan). 95
Perum Pegadaian, Manual Operasional Gadai Syariah, Jakarta.
Ar-Rahn untuk usaha mikro kecil, selanjutnya disebut skim ARRUM adalah skim pemberian pembiayaan berprinsip syariah bagi para pengusaha mikro dan kecil untuk keperluan usaha yang didasarkan atas kelayakan usaha. Surat Edaran (SE) No. 14/US.200/2008 tentang Penyaluran Pembiayan ARRUM. Tujuan diluncurkannya pembiayaan Arum disamping sebagai sebuah upaya diversifikasi produk di Pegadaian Syariah juga dengan maksud meningkatkan pemberdayaan para pengusaha mikro dan kecil yang membutuhkan pembiayaan modal kerja atau investasi secara syariah. Pembiayaan diberikan dalam jangka waktu tertentu dengan pengembalian pinjaman dilakukan secara angsuran dengan menggunakan konstruksi penjaminan secara gadai maupun fidusia. Skim ARRUM ini merupakan pinjaman kepada individual pengusaha mikro kecil.96
96
Perum Pegadaian, Manual Operasional Arum, Jakarta
BAB IV STRATEGI PEMASARAN PRODUK GADAI SYARIAH DALAM UPAYA MENARIK MINAT NASABAH
A.
Strategi Pemasaran Produk Gadai Syariah Perum Pegadaian merupakan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam bidang jasa keuangan non perbankan dengan kegiatan usaha utama menyalurkan kredit kepada masyarakat berdasarkan hukum gadai. Pegadaian merupakan salah satu alternatif pendanaan yang sangat efektif karena tidak memerlukan persyaratan rumit yang dapat menyulitkan nasabah dalam pemberian dana. Cukup dengan membawa barang jaminan yang bernilai ekonomis, masyarakat sudah bisa mendapatkan dana untuk kebutuhannya baik produktif maupun konsumtif. Ar-Rahn (gadai syariah) merupakan salah satu produk unggulan dari pegadaian syariah. Ar-Rahn adalah skim pinjaman untuk memenuhi kebutuhan dana bagi masyarakat dengan sistem gadai yang sesuai syariah Islam dengan agunan berupa emas, berlian, elektronik, dan kendaraan bermotor. Namun demikian, setiap usaha yang dilakukan oleh pegadaian syariah untuk memasarkan produknya dengan apa yang direncanakan merupakan bagian dari strategi pemasaran. Salah satu hal yang paling mendasar dan sangat diperlukan dalam strategi pemasaran adalah bagaimana cara dan upaya untuk menarik
minat nasabah sekaligus mempertahankan nasabah tersebut agar tetap setia dan loyal. Oleh karena itu didalam menyusun rencana pemasaran produk gadai syariah, pegadaian syariah menempatkan pengenalan produk terhadap calon nasabah pada urutan pertama guna memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada nasabah tersebut. Hal ini dilakukan untuk menentukan terlebih dahulu segmen pasar yang akan dituju. Setelah menentukan segmen pasar yang dituju, maka tahap selanjutnya pegadaian syariah memilih pasar sasaran yang ingin dipenuhi kebutuhannya. Pemilihan pasar sasaran produk gadai syariah adalah kepada nasabah potensial, diantaranya adalah nasabah yang memerlukan dana cepat untuk kebutuhan perdagangan, pendidikan, pertanian, perumahan, kesehatan, dan konsumsi. Untuk mencapai pasar sasaran tersebut strategi pemasaran produk gadai syariah yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika meliputi empat variabel dalam bauran pemasaran, yaitu: 1. Strategi dalam Bidang Produk Strategi produk yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika dalam upaya menarik minat nasabah adalah dengan cara sebagai berikut: a. Pengembangan produk menjadi ARRUM (Ar-Rahn untuk Usaha Mikro Kecil). ARRUM adalah skim pembiayaan berprinsip syariah Islam bagi para pengusaha mikro dan kecil untuk keperluan
pengembangan usaha dengan sistem pengembalian secara angsuran dan agunan BPKB motor/mobil. Dengan batas minimum Rp. 5 juta dengan kelipatan 100 ribu. Dan batas maksimal Rp. 50 juta dengan kelipatan 100 ribu. Pembayaran ijaroh dibayar dengan cara diangsur bersamaan dengan pembayaran angsuran pokok pembiayaan yang jumlahnya tetap setiap bulannya. Tujuan ARRUM di samping sebuah diversifikasi produk dari Pegadaian Syariah juga dengan maksud meningkatkan pemberdayaan para pengusaha mikro dan kecil yang membutuhkan pembiayaan modal kerja atau investasi secara syariah. 97
b. Pengoptimalan taksiran, ini dilakukan dengan cara mengoptimalkan segi taksiran emas disesuaikan dengan HPS (Harga Pasar Setempat), keakuratan timbangan secara teratur dicek, alat uji berlian dan alat taksiran dicek secara teratur pula.98 Dengan strategi produk yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika diharapkan dapat menarik minat nasabah. Karena nasabah saat ini dapat memilih produk yang lebih dibutuhkan oleh nasabah karena saat ini Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika telah memiliki lebih dari satu produk. Salah satunya adalah produk ARRUM sebagai pengembangan dari produk Gadai Syariah (ARRAHN) yang merupakan 97
Wawancara dengan Ahmad Zainuddin selaku Manajer Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika, Jakarta, 12 September 2008. 98
Ibid.
produk unggulan dari Pegadaian Syariah. Tetapi strategi produk yang mengembangkan produk ARRAHN menjadi ARRUM kurang berhasil karena beberapa kendala diantaranya adalah biaya kredit angsuran fidusia lebih tinggi, sumber daya manusia terbatas, dan ada survei kepada nasabah yang memerlukan waktu yang cukup lama sehingga produk ini kurang berhasil di pasaran. Untuk pengoptimalan taksiran nasabah tidak perlu khawatir dengan taksiran barang yang dimiliki. Karena untuk sementara di Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika barang yang dapat digunakan sebagai jaminan hanya berupa emas/perhiasan dan handphone maka nilai taksiran disesuaikan dengan HPS (Harga Pasar Setempat) dan alat uji dan alat taksiran secara berkala dicek keakuratannya sehingga nasabah tidak perlu khawatir terhadap nilai taksiran yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah. Pengoptimalan taksiran yang dilakukan Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika berhasil ini terbukti dengan meningkatnya omzet tiap tahunnya.99
2. Strategi dalam Bidang Harga Penetapan strategi harga produk gadai syariah pada Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika dengan cara memotong tarif ijarah dari Rp.85 (Delapan Puluh Lima Rupiah) menjadi Rp.80 (Delapan Puluh Rupiah) per sepuluh hari masa penyimpanan untuk setiap kelipatan taksiran barang 99
Ibid.
jaminan sebesar Rp.10.000 (Sepuluh Ribu Rupiah). Untuk biaya administrasi sesuai dengan penggolongan marhun bih, dan pinjaman ditaksir hingga 90% dari nilai taksiran.100 Biaya Ijarah meliputi biaya pemakaian ruang dan pemeliharaan marhun, menurut SE No.18/US.1.00/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Surat Keputusan Direksi No.08/US.1.00/2008 tentang Penetapan Kembali Tarif Ijarah dan Diskon Ijarah. Tabel 3 Tarif Ijarah dan Perhitungannya: No
Jenis Marhun
Tarif Ijarah
Perhitungan Tarif
1
Emas, berlian
Rp.80
Taksiran/Rp.10.000 x Rp.80 x JW/10
2
Elektronik
Rp.85
Taksiran/Rp.10.000 x Rp.85 x JW/10
3
Kendaraan
Rp.90
Taksiran/Rp.10.000 x Rp.90 x JW/10
Bermotor Keterangan: -
Tarif Ijarah dihitung dari nilai taksiran barang jaminan/marhun.
-
Tarif Ijarah dihitung dengan kelipatan 10 hari, 1 hari dihitung 10 hari.
-
Jangka waktu 120 hari.
-
Tarif Ijarah dan biaya administrasi sewaktu-waktu dapat berubah.
100
Wawancara dengan Ahmad Zainuddin
Menurut SE. No. 19/US.100/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan SK 07/US.1.00/2008 Perihal Penggolongan Marhun Bih dan Tarif Biaya Administrasi pada Kantor Cabang Pegadaian Syariah. Tabel 4 Penggolongan Marhun-bih (Uang Pinjaman) dan Biaya Administrasi Gol
Plafon Marhun-bih (Rp)
Biaya Adm
A
20.000
-
150.000
1.000
B
151.000
-
500.000
5.000
C
501.000
-
1.000.000
8.000
D
1.005.000 -
5.000.000
16.000
E
5.010.000 -
10.000.000
25.000
F
10.050.000 -
20.000.000
40.000
G
20.100.000 -
50.000.000
50.000
H
50.100.000 - 200.000.000
60.000
Sumber : Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika, 2008
Menurut SE No. 04/UI.100211/2008 tanggal 16 Januari 2008 tentang standar taksiran emas. Berikut ini disajikan tabel STL Emas Perhiasan.
Tabel 5
Tabel STL Emas Perhiasan HPP Rp. 224.000 Jumlah Karat
Harga Emas Per gram
24
Rp. 219.520
23
Rp. 210.373
22
Rp. 201.227
21
Rp. 192.080
20
Rp. 182.933
19
Rp. 173.787
18
Rp. 164.640
17
Rp. 155.493
16
Rp. 146.347
15
Rp. 137.200
14
Rp. 128.053
12
Rp. 109.760
10
Rp. 91.467
8
Rp. 73.173
6
Rp. 54.880
Sumber : Perum Pegadaian, 2008 Tabel di atas merupakan taksiran harga emas yang ditetapkan oleh Perum Pegadaian dari rapat Direksi dari harga rata-rata tiga bulan yang
disesuaikan dari Harga Pasar Pusat. Dari emas 6 karat sampai 24 karat. Harga ini juga berlaku pada Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika. 101 Dalam menentukan besarnya pinjaman yang dapat diperoleh rahin maka dapat dihitung dari nilai marhun yang ditaksir dan pinjaman sebesar 90 % dari nilai taksiran dan harga disesuaikan dengan HPS (Harga Pasar Setempat), kemudian dilihat marhun tersebut termasuk dalam golongan marhun-bih yang mana sehingga dapat ditentukan berapa besar biaya administrasi yang harus dibayar oleh rahin. Terakhir dihitung tarif Ijarah yang harus dibayar oleh rahin sesuai dengan jenis marhun yang dimiliki. Jika marhun berupa emas, berlian maka tarif ijarah yang dikenakan sebesar Rp.80 (Delapan Puluh Rupiah), untuk marhun yang berupa elektronik maka tarif ijarah yang dikenakan sebesar Rp.85 (Delapan Puluh Lima Rupiah), sedangkan untuk marhun yang berupa kendaraan bermotor tarif ijarah yang dikenakan sebesar Rp.90 (Sembilan Puluh Rupiah). Strategi harga yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika adalah memotong tarif ijarah untuk emas, berlian dari Rp.85 menjadi Rp.80, untuk barang-barang elektronik pemotongan tarif ijarah dari Rp.90 menjadi Rp.85, sedangkan untuk kendaraan bermotor pemotongan tarif ijarah dari Rp.95 menjadi Rp.90. Dengan pemotongan tarif ijarah diharapkan dapat menarik minat nasabah dalam menggunakan produk Gadai Syariah pada Pegadaian Syariah. 101
Ibid.
Berikut disajikan contoh perhitungannya: Missal: Barang jaminan berupa emas 22 karat seberat 50 gram dengan taksiran Rp. 10.000.000. Marhun bih
: 90 % x Rp. 10.000.000 = Rp. 9.000.000
Biaya Administrasi
: Marhun bih termasuk dalam Golongan E maka biaya administrasinya sebesar Rp. 25.000
Biaya selama 4 bulan : taksiran / Rp.10.000 x Rp.80 x JW/10 10.000.000 / 10.000 x 80 x 120 / 10 = Rp. 960.000 Total biaya yang harus dibayar =Rp.9.000.000 + Rp.960.000 =Rp.9.960.000 Dari perhitungan di atas, maka perhitungan di Pegadaian Syariah sudah sesuai dengan fatwa DSN No. 25 tentang Rahn yang berbunyi besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman102. Adapun pengenaan tarif ijarah 1 hari dihitung 10 hari dikarenakan apabila digunakan tarif perhitungan 1 hari dihitung 1 hari juga, maka hal ini mempengaruhi operasional pegadaian syariah yang akan mengakibatkan kerugian. Memang hal ini dirasakan merugikan para pengguna jasa layanan pegadaian syariah tapi sebelum para pihak melakukan akad, rahin diawal kesepakatan sudah diberitahukan hal tersebut.
102
Ahmad Kamil dan M. Fauzan, Kitab Undang-Undang Hukum Perbankan dan Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 545.
3. Strategi dalam Bidang Distribusi Mengenai saluran distribusi Pegadaian Syariah sedang membuka UPC (Unit Pelayanan Cabang) kecil agar mudah dijangkau oleh nasabah yang membutuhkan dana cepat untuk kebutuhan produktif maupun konsumtif. Strategi distribusi yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika adalah dengan membuka UPC kecil dan diharapkan nasabah yang bertempat tinggal jauh dari kota besar yang membutuhkan dana cepat dan berdasarkan syariah dapat menikmati layanan dari produk gadai syariah ini. Selain itu dengan dibukanya UPC-UPC kecil dapat menghemat waktu dan biaya para nasabah. Pada Pegadaian Syariah dana pinjaman tersebut digunakan dalam berbagai kebutuhan seperti, perdagangan, pendidikan, pertanian, perumahan, kesehatan, dan konsumsi. Sehingga saat nasabah memerlukan dana yang mendesak dan cepat Pegadaian Syariah dapat menjadi solusi utama dan terbaik dibandingkan dengan meminjam kepada rentenir yang hanya dapat membuat hidup semakin sulit. Dalam strategi distribusi tidak ada kerja sama yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah dengan Bank Syariah Mandiri. Kerja sama yang dilakukan dengan Bank Syariah Mandiri hanya sebagai penambah modal. 4. Strategi dalam Bidang Promosi
Promosi yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika dalam memasarkan produk gadai syariah adalah dengan cara:103 Pertama, melalui Periklanan (Advertising), yaitu promosi yang dilakukan dalam bentuk tayangan atau gambar atau kata-kata yang tertuang dalam iklan majalah, spanduk, brosur, leaflet, souvenir seperti, payung, celengan, kalender, kalkulator, dan lain-lain. Kedua, melalui Publisitas (Publicity), yaitu promosi dengan yang dilakukan untuk meningkatkan citra perusahaan di depan para calon nasabah atau nasabahnya melalui kegiatan amal yaitu pada ulang tahun Perum Pegadaian mengadakan sunatan masal yang dananya diambil dari uang kelebihan yang tidak diambil dalam jangka waktu satu tahun. Ketiga, melalui Penjualan Pribadi (Personal Selling), yaitu promosi ini dilakukan oleh karyawan pegadaian syariah setempat dalam melayani serta ikut mempengaruhi nasabah, mensosialisasikan produk gadai syariah kepada ibu-ibu pengajian dengan mendatangi majelis pengajian ibuibu. Strategi promosi yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika melalui periklanan baik majalah, brosur, leaflet atau media lainnya yang banyak dilihat oleh masyarakat diharapkan dapat menarik minat nasabah untuk menggunakan poduk gadai syariah yang ditawarkan pegadaian syariah dengan memberitahukan manfaat atau keuntungan yang 103
Wawancara dengan Ahmad Zainuddin
dapat diperoleh dari produk yang dikeluarkan oleh pegadaian syariah. Kerja sama yang dilakukan Perum Pegadaian dengan PT. KAI juga merupakan media dalam memasarkan dan mensosialisasikan produk gadai syariah ini dengan para penumpang kereta api.104 Promosi yang dilakukan dengan publisitas melalui kegiatan amal yang dilakukan, masyarakat diharapkan dapat melihat bahwa pegadaian syariah peduli akan masyarakat yang kurang mampu, sehingga dapat mengurangi beban masyarakat yang sangat membutuhkan bantuan melalui kegiatan amal tersebut. Dalam mengadakan sunatan massal Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika bekerja sama dengan Perum Pegadaian Pusat karena letaknya yang tidak terlalu jauh, sehingga uang kelebihan penjualan yang tidak diambil oleh nasabah Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika dapat digunakan untuk kegiatan amal tersebut. Sedangkan untuk penjualan pribadi pegadaian syariah melakukannya melalui pribadi karyawan dan staf pegadaian syariah tersebut dalam mensosialisasikan produk gadai syariah yang ditawarkan dengan mendatangi majelis pengajian ibu-ibu salah satunya. Ini sangat bagus karena mengingat kebanyakan nasabah dari pegadaian syariah adalah kaum ibu yang menjadi manajer keuangan keluarga. Saat membutuhkan dana cepat untuk keperluan produktif maupun konsumtif maka para ibu dapat menggadaikan barang yang bernilai ekonomis untuk memperoleh dana cepat, mudah, dan sesuai syariah. 104
Ibid.
Dengan strategi promosi yang dilakukan diharapkan dapat menarik minat nasabah untuk menggunakan produk gadai syariah yang ditawarkan. 105 Jadi kesimpulannya, strategi pemasaran yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika ada empat yaitu strategi dalam bidang produk, harga, distribusi, dan promosi. Keempat strategi pemasaran ini diatur dalam Pedoman Operasional Gadai Syariah yang berlaku umum tetapi tergantung kondisi cabang yang berbeda-beda. Yang terkait dalam strategi pemasaran ini adalah dewan direksi perum pegadaian yang membuat strategi pemasaran secara umum dan seluruh pegawai pegadaian syariah bertanggung jawab dalam melakukan pemasaran atas produk gadai syariah tersebut. Untuk mengevaluasi strategi pemasaran yang diterapkan di Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika maka diadakan evaluasi setiap bulannya. Dan dilihat jika salah satu strategi ada yang tidak mengenai sasaran dan target maka strategi tersebut dirubah dan dicari strategi baru.
B.
Implementasi Strategi Pemasaran dalam Upaya Menarik Minat Nasabah Strategi pemasaran yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika dengan strategi produk, strategi harga, strategi distribusi, dan strategi promosi ternyata dapat menarik minat nasabah ini dibuktikan dengan pencapaian target omzet dan peningkatan omzet usaha syariah serta meningkatnya barang jaminan yang dimiliki Pegadaian Syariah Cabang Dewi 105
Ibid
Sartika. Berikut ini disajikan tabel dan grafik perkembangan uang pinjaman atau omzet Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika. Tabel 6 Perkembangan uang pinjaman/omzet usaha syariah Tahun 2007 dan 2008 (Dalam Jutaan Rupiah) Uraian
Jan-Jun2007
Jul-Des 2007
Jan-Jun 2008
UP Syariah
19.751
23.949
33.100
Sumber : Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika, 2008 35000 30000 25000 20000 15000 10000
omze t usaha syariah
5000 0 Jan- Jul-Des JanJun 2007 Jun 2007 2008
Gambar 1 Dari tabel dan grafik di atas, maka dengan implementasi strategi pemasaran yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika dengan 4P yaitu Strategi produk, strategi harga, strategi distribusi, dan strategi promosi ternyata mampu menarik minat nasabah, ini terbukti dengan
peningkatan jumlah uang pinjaman/omzet sebesar 21,25 % pada periode Januari-Juni
2007
ke
periode
Juli-Desember
2007
yakni
dari
Rp.
19.751.000.000 menjadi Rp. 23.949.000.000 dan peningkatan sebesar 38,2% pada periode Juli-Desember 2007 ke periode Januari-Juni 2008 yakni dari Rp. 23.949.000.000 menjadi Rp. 33.100.000.000. Serta peningkatan omzet sebesar 67,5 % pada periode Januari-Juni 2008 yakni Rp. 33.100.000.000 dibandingkan periode sama tahun 2007, yakni sebesar Rp. 19.751.000.000. Peningkatan omzet pada Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika selain karena faktor strategi pemasaran yang digunakan dapat pula terjadi karena musim pendaftaran ulang siswa sekolah sebagai salah satu pemicu utama meningkatnya omzet rahn, karena para ibu banyak yang membutuhkan uang secara cepat untuk dapat mendaftar ulang bagi mereka yang memiliki anak yang masih bersekolah dan mereka memilih untuk menggadaikan barang-barang yang mereka miliki. Peningkatan omzet juga terjadi pada musim lebaran. Pada saat menjelang lebaran masyarakat yang pulang kampung lebih memilih menggadaikan barang-barang berharga mereka sebagai langkah untuk memperoleh keamanan terhadap barang-barang yang ditinggalkan saat mereka pulang kampung.106 Berikut disajikan tabel dan grafik pertumbuhan jumlah barang jaminan Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika Per catur wulan Tahun 2005-2008.
106
Ahmad Zainuddin, “Omzet Pegadaian Syariah Cawang” artikel diakses pada 28 Agustus 2008 dari Republika Online, http://www.republika.co.id.
Tabel 7 Pertumbuhan Jumlah Barang Jaminan Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika Per catur wulan Tahun 2005-2008 Pertumbuhan Tahun
Jumlah Unit (+/-)
(%)
Jan 2005
871
-
-
Jun 2005
1.115
244
28 %
Des 2005
1.375
260
23,3 %
Jan 2006
1.260
(115)
(8,4 %)
Jun 2006
1.624
364
28,9 %
Des 2006
1.720
96
5,9 %
Jan 2007
1.747
27
1,6 %
Jun 2007
1.810
63
3,6 %
Des 2007
1.842
32
1,8 %
Jan 2008
2.291
449
24,4 %
Jun 2008
2.333
42
1,8 %
Sumber : Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika, 2008
Cara perhitungan: 1. Peningkatan dari Januari 2005 ke Juni 2005
1.115 – 871 871
x 100%
= 28 %
2. Peningkatan dari Juni 2005 ke Desember 2005 1.375 – 1.115 1.115
x 100%
= 23,3 %
3. Penurunan dari Desember 2005 ke Januari 2006 1.260 – 1.375 x 100% = -8,4 % 1.375 4. Peningkatan dari Januari 2006 ke Juni 2006 1.624 – 1.260 x 100% = 28,9 % 1.260 5. Peningkatan dari Juni 2006 ke Desember 2006 1.720 – 1.624 x 100% = 5,9 % 1.624 6. Peningkatan dari Desember 2006 ke Januari 2007 1.747 – 1.720 x 100% = 1,6 % 1.720 7. Peningkatan dari Januari 2007 ke Juni 2007 1.810 – 1.747 x 100% = 3,6 % 1.747 8. Peningkatan dari Juni 2007 ke Desember 2007 1.842 – 1.810 x 100% = 1,8 % 1.810 9. Peningkatan dari Desember 2007 ke Januari 2008 2.291 – 1.842 x 100% = 24,4 % 1.842 10. Peningkatan dari Januari 2008 ke Juni 2008 2.333 – 2.291 x 100% = 1,8 % 2.291
2500 2000 1500 Jumlah Barang Jaminan
1000 500 0 Jan 2005
Des 2005
Jun 2006
Jan 2007
Des 2007
Jun 2008
Gambar 2 Berdasarkan tabel dan grafik di atas maka dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan jumlah barang jaminan yang dimiliki Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 terus meningkat. Peningkatan terjadi mulai dari 1,6 % pada periode Desember 2006 sampai dengan yang terbesar peningkatannya mencapai 28,9 % yaitu pada periode Juni 2006, sedangkan penurunan jumlah barang jaminan terjadi pada bulan Januari 2006 yaitu sebesar 8,4 %.
C.
Analisa Pertumbuhan Jumlah Nasabah Untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan jumlah nasabah produk gadai syariah pada Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika dapat dilihat dari tabel dan grafik berikut ini.
Tabel 8
Pertumbuhan Jumlah Nasabah Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika Per catur wulan Tahun 2005-2008 Pertumbuhan Tahun
Jumlah Nasabah
(+/-)
(%)
Jan 2005
618
-
-
Jun 2005
778
160
25,8 %
Des 2005
948
170
21,8 %
Jan 2006
900
(48)
(5,06 %)
Jun 2006
1.131
231
25,7 %
Des 2006
1.177
46
4,06 %
Jan 2007
1.216
39
3,3 %
Jun 2007
1.246
30
2,5 %
Des 2007
1.261
15
1,2 %
Jan 2008
1.505
244
19,3 %
Jun 2008
1.491
(14)
(9,3 %)
Sumber : Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika, 2008
Cara perhitungan:
1. Peningkatan dari Januari 2005 ke Juni 2005 778 – 618 618
x 100%
= 25,8 %
2. Peningkatan dari Juni 2005 ke Desember 2005 948 – 778 778
x 100%
= 21,8 %
3. Penurunan dari Desember 2005 ke Januari 2006 900 – 948 x 100% = -5,06 % 948 4. Peningkatan dari Januari 2006 ke Juni 2006 1.131 – 900 x 100% = 25,7 % 900 5. Peningkatan dari Juni 2006 ke Desember 2006 1.177 – 1.131 x 100% = 4,06 % 1.131 6. Peningkatan dari Desember 2006 ke Januari 2007 1.216 – 1.177 x 100% = 3,3 % 1.177 7. Peningkatan dari Januari 2007 ke Juni 2007 1.246 – 1.216 x 100% = 2,5 % 1.216 8. Peningkatan dari Juni 2007 ke Desember 2007 1.261 – 1.246 x 100% = 1,2 % 1.246 9. Peningkatan dari Desember 2007 ke Januari 2008 1.505 – 1.261 x 100% = 19,3 % 1.261 10. Penurunan dari Januari 2008 ke Juni 2008 1.491 – 1.505 x 100% = -9,3 % 1.505
1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0
Jumlah nasabah
Jan 2005
Des 2005
Jun 2006
Jan 2007
Des 2007
Jun 2008
Gambar 3 Berdasarkan tabel dan grafik di atas, maka pertumbuhan jumlah nasabah produk gadai syariah terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, walaupun ada sedikit penurunan pada bulan Januari 2006 dan Juni 2008. Peningkatan yang terjadi pada bulan Januari 2005 sampai dengan Juni 2005 dan Desember 2005 cukup pesat, tetapi pada bulan Januari 2006 jumlah nasabah mengalami penurunan sebesar 5,06 %. Kemudian pada Juni 2006 sampai dengan Januari 2008 terus mengalami peningkatan. Namun, pada Juni 2008 mengalami penurunan sebesar 9,3 %. Peningkatan jumlah nasabah ini disebabkan karena kesadaran masyarakat atas pegadaian yang berbasis syariah semakin meningkat karena dirasa lebih adil, transparan, jujur, dan biaya lebih miring dari pegadaian konvensional. Penurunan yang terjadi pada bulan Januari 2006 dan Juni 2008 menandakan bahwa masih terdapat kendala dalam mensosialisasikan produk gadai syariah tersebut. Kendala yang dihadapi disebabkan oleh kurangnya sumber dana untuk mensosialisasikan produk tersebut, sehingga promosi yang dilakukan oleh Pegadaian
Syariah Cabang Dewi Sartika dirasa masih kurang. Sebab lain karena kurangnya pemahaman sebagian masyarakat mengenai produk gadai syariah yang non ribawi. Sebagai lembaga keuangan non bank pegadaian syariah harus terus berupaya untuk menyediakan produk dan jasa yang lengkap dengan mengembangkan produkproduk yang ada. Untuk mencapai sasaran tersebut Pegadaian Syariah bertekad untuk menyediakan layanan dengan sebaik-baiknya dan sesuai dengan peraturan pemerintah serta tuntunan syariah. Hal ini dilaksanakan dengan mengidentifikasi kebutuhan nasabah dan menawarkan produk serta layanan yang beragam dengan lebih menekankan pada pembiayaan bagi para pengusaha mikro kecil. Selanjutnya dalam memasarkan produk Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika lebih mengutamakan pada pemeliharaan hubungan baik dengan para nasabah agar tetap setia dan loyal.
D.
Analisis SWOT Pegadaian Syariah 1. Kekuatan (Strengths) - Pegadaian sebagai market leader Ini berati pegadaian diuntungkan dengan keadaan tersebut. Hal tersebut dikarenakan pegadaian menguasai tingkat dominasi terhadap pasar dan pesaingnya. Pegadaian sebagai pemain pertama di Indonesia, dapat juga dikatakan sebagai penguasa pasar untuk saat ini karena lebih dulu dikenal oleh masyarakat luas sebagai lembaga keuangan non bank dengan sistem
utamanya gadai. Ini merupakan salah satu kekuatan yang dimiliki pegadaian ditengah persaingan lembaga keuangan saat ini. - Persyaratan administrasi yang mudah Salah satu kelebihan dari pegadaian adalah dalam aplikasi rahn, nasabah cukup membawa kartu identitas KTP/SIM/Paspor dan menyerahkan barang jaminan yang bernilai ekonomis maka nasabah sudah dapat meminjam uang di Pegadaian. Sedangkan di bank-bank syariah yang membuka layanan gadai nasabah diharuskan membuka rekening di bank tersebut, sehingga waktu terbuang untuk membuka rekening. - Jenis barang jaminan yang lebih unggul Walaupun emas merupakan mayoritas barang jaminan di pegadaian syariah untuk saat ini (80-90 %dari total barang jaminan) namun bukan berarti nasabah yang memiliki agunan seperti berlian, elektronik, dan kendaraan bermotor tidak bias mendapatkan pinjaman. Ini merupakan salah satu keunggulan pegadaian syariah karena bank syariah hanya ingin menerima emas dengan minimal 16 karat saja walaupun emas tersebut disertai berlian, ini dikarenakan bank syariah belum mempunyai tenaga kerja yang handal dalam menaksir berlian. - Persentase uang pinjaman terhadap taksiran lebih besar Setelah dilakukan taksiran terhadap agunan maka langkah selanjutnya adalah menentukan jumlah pinjaman yang bias diterima. Pegadaian syariah mematok angka 90 % dari nilai taksiran sedangkan competitor lainnya hanya
berani pada level 80 % pada jumlah karat dan berat agunan yang sama. Ini berarti pegadaian syariah dapat mamberikan uang pinjaman yang lebih tinggi dari bank syariah. - Jaringan outlet yang luas Pegadaian syariah sedang membuka UPC kecil sehingga mempunyai jangkauan terluas hingga kecamatan. Pada Desember 2006 pegadaian syariah telah membuka 40 kantor cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. 2. Kelemahan (Weaknesses) - Tempat penyimpanan tidak terlalu besar Pegadaian syariah mempunyai ketidakmerataan dalam hal luasnya tempat penyimpanan, penyimpanan pada kantor cabang tidak semua memiliki kapasitas besar. Itu artinya tidak semua kantor cabang dapat menerima barang jaminan yang berukuran besar seperti kendaraan. Jadi nasabah yang ingin menggadaikan kendaraannya harus mencari kantor cabang yang mempunyai kapasitas besar dalam hal tempat penyimpanan barang jaminan. - SDM (Sumber Daya Manusia) yang masih minim tentang pegadaian syariah Maju atau mundurnya suatu perusahaan tersebut berasal dari bagaimana kualitas SDM nya. Jikalau SDM nya memiliki kualitas yang baik, maka sudah dapat dipastikan perusahaan tersebut akan mengalami kondisi yang baik pula. Sebagai perusahaan baru yang membuka layanan jasa gadai syariah, pegadaian syariah masih berada pada tahap pertumbuhan. Wajar jika SDM
mengambil dari pegadaian konvensional yang diberikan pelatihan kilat untuk menjadi karyawan pegadaian syariah. Namun jikalau hal tersebut tidak dimanajemen dengan sangat baik, nantinya dapat menjadi boomerang bagi pegadaian syariah itu sendiri. 3. Peluang (Opportunities) - Masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim Ini merupakan sebuah peluang yang baik bagi pegadaian syariah. Karena masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim yang menginginkan transaksi gadai dengan tanpa riba. Karena seperti kita ketahui menurut Fatwa MUI yang mengharamkan bunga dan bunga sama dengan riba. Sehingga masyarakat muslim Indonesia akan mencari transaksi yang halal dan tanpa riba. - Belum ada pesaing yang mengimbangi Sampai saat ini belum ada pesaing yang mengimbangi pegadaian syariah baik dalam hal pelayanan, mutu dan kualitas jasa taksiran. Karena pihak pegadaian syariah menyediakan penaksir-penaksir handal yang dikhususkan untuk memberikan pelayanan yang terbaik. - Semakin banyak masyarakat yang menginginkan transaksi cepat dan praktis Pegadaian syariah memberikan pelayanan terbaik hanya dengan menyerahkan foto copy identitas dan membawa barang jaminan yang bernilai ekonomis, maka dalam waktu kurang lebih 15 menit barang jaminan tersebut ditaksir. Dan kurang dari satu jam uang pinjaman sudah dapat dicairkan.
Transaksi cepat dan praktis inilah yang menjadikan peluang bagi pegadaian syariah yang diinginkan oleh masyarakat. 4. Tantangan (Threats) - Banyak bank syariah yang membuka layanan jasa gadai syariah Tidak dapat dipungkiri lagi, bisnis layanan jasa gadai syariah merupakan bisnis yang tergolong low risk dan dapat memberikan keuntungan yang cukup menjanjikan. Hal tersebut sudah dibaca dengan cepat ole bank syariah di Indonesia. Terbukti BNI Syariah, Bank Jabar Syariah, dan Bank Riau Syariahsudah mengeluarkan produk gadai syariah. Tentu ini merupakan tantangan bagi pegadaian syariah untuk terus bersaing dengan mereka. - Sebagian masyarakat masih menganggap bahwa keberadaan pegadaian syariah hanya diperuntukkan bagi umat Islam Pemikiran tersebut sebenarnya salah, karena di pegadaian syariah non muslim juga boleh dan dapat menikmati layanan gadai syariah ini.
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan di dalam bab-bab sebelumnya mengenai Strategi Pemasaran yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika terhadap produk Gadai Syariah, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: •
Strategi pemasaran produk gadai syariah yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika meliputi empat variabel dalam bauran pemasaran,
yaitu:
Pertama
dengan strategi produk,
dengan cara
pengembangan produk menjadi ARRUM (Ar-Rahn Untuk Usaha Mikro Kecil) dan pengoptimalan taksiran. Kedua, dengan strategi harga, yaitu dengan memotong tarif ijarah dari Rp.85 menjadi Rp.80 setiap Rp.10.000 nilai taksiran. Ketiga, dengan strategi distribusi, yaitu dilakukan dengan cara membuka UPC (Unit Pelayanan Cabang) kecil agar mudah dijangkau oleh nasabah. Keempat, dengan strategi promosi, yaitu dilakukan dengan cara periklanan, berupa leaflet, brosur, spanduk, souvenir. Publisitas, dengan mengadakan kegiatan amal berupa sunatan masal pada ulang tahun pegadaian. Dan melalui penjualan pribadi dengan cara sosialisasi dengan
•
ibu-ibu pengajian dan melalui pribadi karyawan untuk mempromosikan produk tersebut.
•
Implementasi strategi pemasaran yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika ternyata mampu menarik minat nasabah, ini terbukti dengan peningkatan jumlah uang pinjaman/omset dan jumlah barang jaminan yang
dimiliki Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika.
Peningkatan omzet Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika adalah sebesar 21,25 % pada periode Januari-Juni 2007 ke periode Juli-Desember 2007 yakni dari Rp. 19.751.000.000 menjadi Rp. 23.949.000.000 dan peningkatan sebesar 38,2% pada periode Juli-Desember 2007 ke periode Januari-Juni 2008 yakni dari Rp. 23.949.000.000 menjadi Rp. 33.100.000.000. Serta peningkatan omzet sebesar 67,5 % pada periode Januari-Juni 2008 yakni Rp. 33.100.000.000 dibandingkan periode sama tahun 2007, yakni sebesar Rp. 19.751.000000.
B.
Saran Dari kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, penulis mencoba untuk memberikan saran bahwa hendaknya Pegadaian Syariah semakin aktif untuk meningkatkan inovasi dalam kegiatan pemasaran, baik promosi dan sosialisasi, karena kegiatan pemasaran terbukti mampu meningkatkan jumlah nasabah. Namun jika dilihat dari persentase peningkatan jumlah nasabah dari tahun ke tahun dirasakan masih belum berhasil secara maksimal. Oleh karena itu perlu
diadakan evaluasi terhadap pelaksanaan aktivitas promosi dan sosialisasi secara terus menerus untuk mengetahui seberapa efektif keberhasilan strategi pemasaran yang dilakukan, mengatasi berbagai kendala yang timbul dan sebagai bahan acuan perencanaan kegiatan promosi dan sosialisasi di masa mendatang. Kemampuan Sumber Daya Manusia perlu lebih ditingkatkan lagi baik melalui pendidikan dan pelatihan yang diberikan serta penyeleksian calon karyawan baru dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan profesionalitas kerja pegadaian syariah. Evaluasi juga perlu dilakukan dengan mendengarkan masukan yang diberikan oleh para nasabah sebagai upaya untuk membangun hubungan kekerabatan silaturahmi antara pegadaian syariah dengan para nasabahnya. Hal ini akan menciptakan kesan positif sekaligus bagian dari sosialisasi pemahaman, pengetahuan, dan pengenalan produk.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim Ali, Muhammad. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern. Jakarta: Pustaka Amani. 1996. Arifin, Zainul. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Alvabet, 2002. Assauri, Sofjan. Manajemen Pemasaran: Dasar, Konsep, dan Strategi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004. Basyir, Ahmad Azhar. Riba, Utang-Piutang, dan Gadai. Bandung: Al-Ma’arif, 1983. Al-Bukhari. Shahih Bukhari. Beirut: Maktabah Ashriyah, 1997. Dzajuli, A dan Aen, Nurol, Ushul Fiqh Metodologi Hukum Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000. Firdaus NH, Muhammad. Mengatasi Masalah dengan Pegadaian Syariah. Jakarta: Renaisan, 2005. -------. Cara Mudah Memahami Akad-akad Syariah. Jakarta: Renaisan, 2005. -------. Dasar dan Strategi Pemasaran Syariah, Jakarta: Renaisan, 2005. Furchan, Ali. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional, 1992. “
Gadai Emas Bank Syariah: Barang Aman, Uang di Tangan”, http://www.prospektif.com/terkini/artikel.Html?id=969, 1 November 2002.
Hasan, M. Ali. Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, (Fiqh Muamalat). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004. Hendra, Teguh dan Ronny. A Rusli. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol. Jakarta: PT. Prenhallindo, 1997. Kamil, Ahmad dan Fauzan, M. Kitab Undang-undang Hukum Perbankan dan Ekonomi Syariah. Jakarta: Kencana, 2007.
Kartajaya, Hermawan dan Sula, M. Syakir. Syariah Marketing. Bandung: Mizan, 2006. Kasmir. Pemasaran Bank. Jakarta: Kencana, 2004. Kotler, Philip. Marketing. Jakarta: Erlangga, 2004. ---------. Manajemen Pemasaran (Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian). Jakarta: FEUI, 1993. Kotler dan Amstrong. Dasar-dasar Pemasaran. Jakarta: Indeks, 2003. ---------. Prinsip-prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga, 2001. Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek). Penerjemah R. Subekti dan R. Tjitrosudibio. Jakarta: Pradnya Paramita, Cet. VIII, Pasal 1150, 1976. Al-Mashur Bissayyiri Al-Bakri, Al-Alamah Abi Bakri. Kitab Ia’Natut Tholibin, Beirut: Daarul Fikr, 2004. Juz 3. Matua, Pirgong. Sejarah Singkat Perum Pegadaian. Jakarta: Perum Pegadaian, 2003. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2002. Munawwir, A. W. Kamus Al-Munawwir. Surabaya: Pustaka Progressif, 1997. Muslehuddin, Muhammad. Sistem Perbankan dalam Islam. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004. Pandia, Frianto, dkk. Lembaga Keuangan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Pegadaian Syariah. Manual Operasional ULGS. Jakarta. “Perbedaan Gadai dengan Rahn” diakses pada 28 www.pnm.co.id/content.asp?id=524&mid=54-23-
Agustus 2008 dari
“Pertumbuhan Pegadaian Syariah Memuaskan”, http://www.republika.co.id/koran detail.asp?id=183268&kat id2=, 8 Januari 2005. Perum Pegadaian. Keputusan Direksi Perum Pegadaian tentang Pemberlakuan Manual Operasi Unit Layanan Gadai Syariah, Kep. Dir Perum Pegadaian Nomor. 06.A/UL.3.00.22.3/2003 Ps 1 ayat (1).
--------. Manual Operasional Gadai Syariah. Jakarta: Perum Pegadaian, 2003. --------. Manual Operasional Arrum. --------. Pedoman Operasional Gadai Syariah. Sabiq, Sayid. Fiqh Sunnah. Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1996. Ash-Shiddieqy, Hasbi. Pengantar Fiqh Muamalah. Jakarta: Bulan Bintang, 1984. Stanton, William J. Prinsip-prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga, 2004. Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian (Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula). Yogyakarta: UGM Press, 2004. Syafi’i Antonio, Muhammad. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani. 2001. Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Ekonisia, 2003. Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007. Sumarni, Murti. Marketing Perbankan. Yogyakarta: Liberty, 1997. Tjiptono, Fandy. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi Press, 2001. Wasito, Hermawan. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1993. Wawancara dengan Ahmad Zainuddin. Jakarta. 12 September 2008. Wawancara dengan Supriyono, Jakarta. 29 Agustus 2008. Zainuddin, Ahmad.. “Omzet Pegadaian Syariah Cawang” artikel diakses pada 28 Agustus 2008 dari Republika Online, http://www.republika.co.id.
Hasil Wawancara pada Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika
Responden
: Bapak. Ahmad Zainuddin
Jabatan
: Manajer Cabang
Tanggal
: 02 Agustus 2008
1. Penulis
:
Kapan Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika berdiri dan bagaimana perkembangannya?
Responden :
Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika berdiri pada tanggal 14 Januari 2003. Perkembangannya Alhamdulillah semakin meningkat ini bisa dilihat dari peningkatan omset dari tahun ke tahun, laporan pinjaman yang diberikan, jumlah bank jaminan, dan data jumlah nasabah yang semakin meningkat karena kesadaran masyarakat atas pegadaian yang berbasis syariah semakin meningkat karena dirasa lebih adil, transparan, jujur, dan biaya lebih miring dari pegadaian konvensional.
2. Penulis
:
Produk apa saja yang terdapat pada Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika?
Responden :
Produk yang utama adalah Gadai Syariah (Rahn) dan ARRUM (Ar-Rahn Untuk Usaha Mikro Kecil) yang baru saja diluncurkan pada bulan April 2008.
3. Penulis
:
Apa itu produk Gadai Syariah (Rahn)?
Responden :
Gadai Syariah (Rahn) adalah skim pinjaman untuk memenuhi kebutuhan dana bagi masyarakat dengan sistem gadai yang sesuai syariah Islam dengan agunan berupa emas, berlian, elektronik, dan kendaraan bermotor.
3. Penulis
:
Pada Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika apakah semua jenis agunan tersebut dapat digunakan sebagai jaminan?
Responden :
Untuk sementara pada Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika hanya menerima agunan berupa emas dan handphone saja.
4. Penulis
:
Akad apakah yang digunakan dalam pelaksanaannya pada produk gadai syariah?
Responden :
Ada dua akad yang digunakan dalam pelaksanaan gadai syariah ini, yaitu akad rahn dan akad ijarah. Akad rahn itu sendiri adalah akad antara rahin dan murtahin atas perjanjian gadai tersebut dimana rahin menggadaikan barangnya kepada murtahin untuk mendapatkan pinjaman. Sedangkan akad ijarah digunakan untuk menyewa tempat barang milik rahin yang digadaikan tersebut.
5. Penulis
:
Responden :
Bagaimana cara perhitungan pada produk gadai syariah? Tarif ijarah barang jaminan dikenakan biaya hanya sebesar Rp.80 (Delapan Puluh Rupiah) per sepuluh hari masa penyimpanan untuk setiap kelipatan taksiran barang jaminan sebesar Rp.10.000 (Sepuluh Ribu Rupiah). Untuk biaya
administrasi sesuai dengan penggolongan marhun bih, dan pinjaman ditaksir hingga 90% dari nilai taksiran. 6. Penulis
:
Siapa saja yang dapat menjadi nasabah dan keuntungan apa yang diperoleh?
Responden :
Siapa saja boleh menjadi nasabah termasuk non muslim yang penting mempunyai identitas diri seperti KTP/SIM. Keuntungan yang dapat diperoleh: 1. Meningkatkan daya guna barang bergerak anda 2. Prosedur dan syarat mudah serta proses cepat 3. Tarif kompetitif 4. Jangka waktu fleksibel 5. Dijamin asuransi 6. 100% sumber pendanaan dari Bank Syariah Mandiri dan operasional
dibawah
pengawasan
Dewan
Pengawas
Syariah (DPS). 7. Penulis
:
Bagaimana
strategi
pemasaran
yang
dilakukan
oleh
Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika dalam memasarkan produk gadai syariah? Responden :
Pertama dengan strategi produk, dengan cara pengembangan produk menjadi ARRUM (Ar-Rahn Untuk Usaha Mikro Kecil) dan pengoptimalan taksiran. Kedua, dengan strategi harga, yaitu dengan memotong tarif ijarah dari Rp.85 menjadi Rp.80
setiap Rp.10.000 nilai taksiran. Ketiga, dengan strategi distribusi, yaitu dilakukan dengan cara membuka UPC (Unit Pelayanan Cabang) kecil agar mudah dijangkau oleh nasabah. Keempat, dengan strategi promosi, yaitu dilakukan dengan cara periklanan, berupa iklan, brosur, spanduk, souvenir. Publisitas, dengan mengadakan kegiatan amal berupa sunatan masal pada ulang tahun pegadaian. Dan melalui penjualan pribadi dengan cara sosialisasi dengan ibu-ibu pengajian dan melalui pribadi karyawan untuk mempromosikan produk tersebut. 8. Penulis
:
Apakah ada tim khusus dalam memasarkan produk gadai syariah ini?
Responden :
Tidak ada tim khusus dalam memasarkannya. Pemasaran dilakukan dibawah
naungan Divisi Syariah
dan OPP
(Operasional Pemasaran Pusat) Kanwil. 9. Penulis
:
Alat atau media apa yang digunakan dalam memasarkan produk gadai syariah ini?
Responden :
Radio dengan mengadakan talkshow pada radio Dakta Fm. Mengikuti pameran-pameran dan melalui media iklan di televisi. Kemudian bekerja sama dengan PT. KAI dengan memasang neon box di stasiun dan iklan pada televisi dalam kereta api eksekutif.
10. Penulis
:
Dengan strategi yang digunakan, apakah ada pengaruh atau dampak yang timbul bagi peningkatan dan penurunan jumlah nasabah?
Responden :
Ada, terbukti dengan peningkatan uang pinjaman/omzet dan peningkatan jumlah barang jaminan yang dimiliki Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika.
11. Penulis
:
Responden :
Bagaimana jumlah nasabah sekarang? Jumlah nasabah saat ini meningkat dari 1.261 orang pada Desember 2007 menjadi 1.505 orang pada Januari 2008. tetapi terjadi penurunan pada Juni 2008 menjadi 1.491 orang.
12. Penulis
:
Bagaimana
perkembangan
strategi
pemasaran
yang
digunakan? Apakah terdapat kendala? Responden :
Kendalanya hanya pada sumber dana dalam memasarkan produk Pegadaian Syariah.
13. Penulis
:
Apakah strategi yang digunakan tersebut masih relevan digunakan untuk masa sekarang ini?
Responden :
Masih, namun harus ada penyempurnaan lagi.
Jakarta, 02 Agustus 2008
Ahmad Zainuddin Manajer Cabang Dewi Sartika