PENGARUH PEMBIAYAAN PRODUKTIF PADA PEGADAIAN SYARIAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN NASABAH ( Studi Pada Pegadaian Syariah Cabang Pondok Aren )
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) Oleh : DANIA DEWI 203046101684 Dibawah Bimbingan Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Husni Thoyyar, M Ag
Fahmi M. Ahmadi, S Ag M. Si
NIP. 150 050 919
NIP. 150 326 914
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAH (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/ 2008 M
i
ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ KATA PENGANTAR Segala puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan kita nikmat iman dan nikmat islam dan dengan segala rahmat-NYA dan PertolonganNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul : “ Pengaruh Pembiayaan Produktif Pada Pegadaian Syariah Terhadap Peningkatan Pendapatan Nasabah “. Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki sangat terbatas, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik serta tanggapan dari semua pihak demi penyempurnaan skripsi ini. Skripsi yang telah penulis selesaikan ini merupakan salah satu dari banyaknya nikmat yang telah diberikan. Terselesainnya skripsi ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak dan diatas segalanya adalah ALLAH SWT. Oleh karena itu ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada orang-orang yang semoga selalu dikasihi oleh ALLAH SWT. 1. Kedua orang tua tercinta dan tersayang, Ayahanda Syaibun Babe dan Ibunda Rubiah yang telah memberikan dukungan dan do’a yang tidak pernah sedikitpun terlupakan dan sangat besar dan berarti bagi penulis, baik dukungan moril maupun materil sehigga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
ii
2. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. Amin Suma, SH, MA, MM, beserta pembantu dekan, baik sebagai parat birokrasi maupun sebagai pribadi, terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan yang diberikan. 3. Ibu Eis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Muamalah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Bapak Azharuddin Lathif, yang telah banyak membantu penulis dalam menentukan judul dan dalam penyelesaian hal-hal administratif dan nasehat nasehat yang sangat berharga. 4. Bapak Drs. Husni Thoyyar, M.ag, dan Bapak Fahmi M. Ahmadi, S.ag, M.Si, selaku pembimbing yang telah sabar membimbing, memberikan arahan dan meluangkan waktunya kepada penulis sehingga skripsi ini selesai. 5. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Jurusan Muamalah UIN Syarif Hisayatullah Jakarta yang tidak dapat penulis menyebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan peranan dalam memberikan pembelajaran. 6. Pimpinan dan seluruh staf karyawan Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan fasilitas untuk studi kepustakaan. 7. Pimpinan serta seluruh pegawai pada pegadaian syariah cab. Pondok Aren yang telah sangat membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 8. Untuk adik-adik ku tersayang Nurul Akmal,Wikha Mutya Dewi, Dina Fatma Dinanti dan seluruh keluarga besar ku yang telah banyak membantu dan
iii
ikut2an pusing serta doa yang cukup besar bagi penulis dalam pembuatan skripsi ini. 9. Teman-teman ku seperjuangan Alumni DH angkatan ke VII, Syukron ,Wahyu , Hafiz, Arizan, Intan dan Jokep yang selalu memberikan motivasi dan dorongan sehingga terselesaikan skripsi ini, dan tak pernah akan terlupakan atas kebaikan mereka semua. 10. Sahabat-sahabatku PS B, Lia, Pieta, Uni Ami, Ely Eboy, Rani, Via, Rahma, Fitri, Yuni, Herni, Acho, Tompul, Atuy, Che-che, Jakwan, Julai, Musa, Kirul, Sofyan, Husni, Andi, Mamat, Arie, Andra, Fairuz, Iden, b’Nasrul terima kasih atas kebersamaannya selama ini kita kuliah dan menjalin persahabatan bahkan persaudaraan dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini. 11. Teman-teman ku SEMARI (Ncung, rudi, Agus, Hanif,Oki dll) seperjuangan dalam menuntut ilmu di jalan Illahi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 12. Sahabat-sahabat IKAPDH tercinta
dan anak2 DH yang ganteng2 (Ulum
Rese’,Rijal, Fi’i, Feni, Alsa, Sadar, Sabo, Samsul, Mas Ar, Okta, Bali bawel, Bayu, dll) dan yang Cute (Lu2k, Ta2, Ely, Bedah, Jefi, Kasih, Re2,Ti2n, Umy, Ida, li2s,Tilah, Iil, Li2k, Arin, mineh , Duta dan lainnya yang tidak bisa saya sebut satu persatu, yang pasti ucapan terimakasih banyak atas doa dan motivasinya yang membuata penulis bersemangat dalam penulisan skripsi ini.
iv
13. Abang ku “Erdiansyah” tersayang, terimakasih atas segala perhatian, motivasi, waktu dan kasih sayangnya selama ini yang selalu setia mendampingi penulis dan siap membantu dalam mencari data dari awal sampai akhir penulisan skripsi ini. 14. Teman-teman kosan ku yang kocak Mileh (Mila Jamileh), Irma dan Cika yang selalu membantu meminjamkan buku-buku dan dukungannya kepada penulis sampai skripsi ini terselesaikan, mudah-mudahan kita wisudanya bareng yach 15. Abang-abangku yang baik hati dan tidak sombong b’ Syarif, b’ Ilham Saputra, b’ Daniel dan b’ Ncek, b’ Supri, meskipun mereka jauh dari penulis tetapi selalu memberikan bantuan, perhatian dan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, terima kasih yang sebesar-besarnya. Mudah-mudahan atas segala bantuan serta budi baik yang penulis terima selama menjalani pendidikan mendapatkan ridho dari ALLAh SWT. Akhir kata semoga skripsi ini sidikit dapat memberikan sumbangan fikiran dan saran untuk perkembangan dalam pendidikan. Penulis sangat menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu penulis sangat mengaharapkan saran dan kritik yang konstruktif agar lebih baik lagi. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak amin……………… Jakarta 21 April 2008-04-21
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................i KATA PENGANTAR………………………………………………………..…….ii DAFTAR ISI…………………………………………………………………..…....vi DAFTAR TABEL……………………………………………………………..…....ix DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………..…....x
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………………………….…..…….……1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah…………….……..…….…9 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………….…...……10 D. Kajian Pustaka…………………………………………...……..11 E. Metode Penelitian………………………………..………….….12 F. Sistematika Penulisan…………………………………...……...21
BAB II
LANDASAN TEORI A. Pembiayaan Produktif…………………………………..………22 B. Pegadaian Syariah………………………………………………24 1. Pengertian Pegadaian Syariah………………………………..24 2. Landasan Hukum…………………………………………….26
vi
3. Rukun Gadai Syariah………………………………………...28 4. Syarat Gadai………...…………………………………….....29 5. Mekanisme Operasional Gadai Syariah……………………..31 6. Ketentuan Pelaksanaan Gadai Dalam Islam …..…….......…..33
BAB III
GAMBARAN UMUM PEGADAIAN SYARIAH PONDOK AREN A. Sejarah Singkat Berdirinya…………………………………......40 B. Visi dan Misi ……………………..……………………………42 C. Struktur Organisasi………………….……………………....….43 D. Operasional Pegadaian Syariah Cabang Pondok Aren Tangerang ..…………………………………………………………….…..44 E. Resiko Usaha……………………………….………..……..…..49
BAB IV
ANALISA PEMBIAYAAN PRODUKTIF PADA PEGADAIAN SYARIAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN NASABAH. A. Gambaran Umum Responden………………………………….51 1. Deskriptif Karakteristik Responden…………………….….51 2. Analisis Statistik Deskriptif………………………………..57 3. Pengujian Hipotesis………………………………………..71 B. Interpretasi Data………………………………………....……..78
vii
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………..…………..79 B. Saran-saran………………………………………………..…...81
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...83
viii
DAFTAR TABEL No 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5
Keterangan Output Hasil SPSS Korelasi Output Hasil SPSS Model Summary Output Hasil SPSS Coeffisients Output Hasil SPSS Wilcoxon Signed Rank Test Output Hasil SPSS Wilcoxon Test Statistik
ix
Halaman 71 72 73 76 77
DAFTAR GAMBAR No 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 4.13 4.14 4.15 4.16 4.17 4.18 4.19 4.20 4.21
Keterangan
Halaman
Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 51 Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 52 Identitas Responden Berdasarkan Jenis pekerjaan 53 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Usaha Perdagangan dan Pertanian 54 Identitas Responden Berdasarkan Pendapatan Nasabah Perbulan 55 Identitas Responden Berdasarkan Barang Yang Digadaikan 56 Persepsi Nasabah Terhadap Barang Yang Digadaikan Untuk Mendapatkan Pembiayaan 57 Persepsi Nasabah Terhadap Jangka Waktu Yang Diberikan Pegadaian 58 Persepsi Nasabah Terhadap Pengaruh Pembiayaan Pada Tingkat Produktifitas Usaha 59 Persepsi Nasabah Terhadap Pengaruh Pembiayaan Pada Tingkat Efektifitas waktu 60 Persepsi Nasabah Terhadap Pengaruh Pembiayaan Pada Pegadaian Syariah 61 Persepsi Nasabah Terhadap Pengaruh Pembiayaan Produktif Terhadap Usaha 62 Persepsi Nasabah Terhadap Sistem Pelayanan Pada Pegadaian Syariah 63 Persepsi Nasabah Terhadap Sistem Keamanan Pada Pegadaian Syariah 64 Persepsi Nasabah Terhadap Jaminan yang Diberikan Terhadap Pinjaman 65 Persepsi Nasabah Pembiayaan Produktif Terhadap Produksi 66 Persepsi Nasabah Pembiayaan Produktif Terhadap Perencanaan 67 Persepsi Nasabah Pembiayaan Produktif Terhadap Distribusi 68 Persepsi Nasabah Sebelum Melakukan Pembiayaan Produktif 69 Persepsi Nasabah Setelah Melakukan Pembiayaan Produktif 70 Normal P-Plot Of Regression Standardize Residual 75
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Krisis moneter dan keuangan yang dialami Indonesia dalam beberapa tahun ini telah mendorong banyak pihak, termasuk para pelaku ekonomi untuk menengok keuangan syariah sebagai alternatif lembaga keuangan yang berdasarkan sistem ekonomi Islam semakin marak di Indonesia, semakin antusias masyarakat terhadap lembaga keuangan syariah. Hal ini merupakan fenomena menarik, karena pada saat ini sudah saatnya umat Islam yang telah menyadari akan pentingnya kehidupan yang sesuai dengan syariah yaitu kehidupan yang terhindar dari maysir, gharar,riba. Perkembangan tersebut cukup menggembirakan apalagi ditandai dengan keberadaan UU. No.7/1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan undang-undang No.10/1998;1 dimana ditegaskan
bahwa sistem perbankan
syariah ditempatkan sebagai bagian dari sistem perbankan nasional, yang mana saat itu perbankan syariah sudah berkembang dan bank konvensional boleh membuka cabang syariah, dan semua ketentuan pelaksanaan baik berupa peraturan pemerintah, keputusan Menteri Keuangan maupun surat Bank Indonesia. Salah satu lembaga keuangan yang pertama kali didirikan yang sesuai 1
Bank Indonesia, Booklet Perbankan Indonesia 2006, (Jakarta,2006)
xi
dengan prinsip syariah adalah BMI (Bank Muamalat Indonesia), ini menjadi cikal bakal terhadap pendirian lembaga keuangan syariah lainnya. Lembaga keuangan syariah di Indonesia mencapai puncaknya dan tergolong cepat dalam proses perkembangannya, alasannya karena adanya keyakinan kuat di kalangan masyarakat muslim bahwa perbankan konvensional itu mengandung unsur riba yang dilarang oleh agama Islam.2 Imam Fahruddin al-Razi (1220 M) bisa dibilang sebagai seorang ekonom awal yang menjelaskan pelarangan riba dari aspek ekonomi. Imam Razi menjelaskan alasan pelarangan riba. Pertama karena riba berarti mengambil harta peminjam secara tidak adil. Kedua, dengan riba, seseorang akan malas bekerja dan berbisnis karena dapat duduk tenang sambil menungu uangnya berbunga. Ketiga, riba akan merendahkan martabat manusia karena untuk memenuhi hasrat dunianya seseorang tidak segan-segan meminjam dengan bunga tinggi walau akhirnya dikejar-kejar penagih hutang. Keempat, riba akan membuat yang kaya bertambah kaya dan miskin bertambah miskin. Kelima, riba jelas-jelas dilarang oleh Alquran dan Sunnah.3 Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT yang berbunyi:
2
Zainul Arifin. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta, Al vabet, 2002) h. 7 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer. (Jakarta,Gema Insani, 2001) h. 71 3
xii
Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Baqarah: 278) Ternyata dari sekian banyak sistem ekonomi yang ada hanya sistem ekonomi Islam yang mampu memberikan jalan yang lurus dan adil, karena ekonomi Islam meletakkan pondasinya atas dasar tauhid, untuk segala sesuatunya dikembalikan kepada Allah SWT yang mengharap ridha-Nya. Untuk membangun sebagai dasar dan ideologi, Islam menekankan pada masalah moralitas dan keadilan dengan pendidikan moral, setiap individu dilatih untuk patuh terhadap sistem yang telah ditentukan. Oleh karena itulah, prinsip moral dan undangundang (al-Quran dan Hadits) merupakan pondasi/pilar dalam ekonomi Islam. Ditengah berkembangnya lembaga-lembaga keuangan syariah tersebut hendaknya kita tidak mengabaikan lembaga keuangan lainnya yaitu pegadaian. Perum pegadaian sebagai salah satu lembaga non bank yang menangani usaha jasa gadai merupakan sarana masyarakat terutama di kota-kota kecil di Indonesia. Disamping pencairan dana yang mudah terbilang cepat, pegadaian juga tidak meminta persyaratan yang menyulitkan dalam meminta dana, cukup dengan membawa barang jaminan yang bernilai ekonomis, masyarakat sudah bisa mendapatkan dana untuk memenuhi kebutuhannya baik produktif maupun konsumtif. Pemberian gadai pada dasarnya adalah suatu jaminan dalam hal
xiii
pelaksanaan suatu prestasi yang akan diberikan oleh nasabah untuk masa yang akan datang.4 Masyarakat Indonesia yang mayoritas adalah muslim, yang menghendaki diterapkannya prinsip-prinsip syariah Islam dalam berbagai transaksi muamalah sebagai untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya.5Adapun landasan hukum Pegadaian syariah atau sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-quran surat Al-Baqarah ayat 283 yang berbunyi :
⌧ ⌦
⌧ ⌧ ☺ ☺ ☺ ⌦ ☺
☺
Artinya : “ Jika kamu dalam perjalanan (dan kamu melaksanakan muamalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dapat dijadikan sebagai pegangan (oleh yang menghutangkan), maka hendaklah yang dipercaya itu menunaikan amanat (utangnya) dan hendaknya ia bertakwa kepada Allah SWT” (QS. Al-Baqarah (2) : 283).
4
Bank Muamalat Institute, Perbankan Syariah Perspektif Praktisi. (Jakarta: 1999) h.126. Umar Chapra, Islam dan Pembangunan Ekonomi, (Jakarta: Gema Insani Press dan Tazkia Institute), Cet. Ke-1, h. 8. 5
xiv
Selanjutnya pegadaian milik pemerintah tetap diberi fasilitas monopoli atas kegiatan pegadaian di Indonesia. Dinas pegadaian mengalami beberapa kali bentuk badan hukum sehingga akhirnya pada tahun 1990 menjadi perusahaan umum. Pada tahun 1960 Dinas Pegadaian berubah menjadi Perusahaan Negara (PN) Pegadaian. Pada tahun 1969 Perusahaan Negara Pegadaian diubah menjadi Perusahaan Negara Jawatan (Perjan) Pegadaian, dan pada tahun 1990 menjadi Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian melalui Peraturan pemerintah No. 10 tahun 1990 tanggal 10 April 1990.6 Berdirinya pegadaian syariah berawal pada tahun 1998 ketika beberapa general manager melakukan studi banding ke Malaysia. Setelah melakukan studi banding, mulai melakukan penggodokan rencana pendirian pegadaian syariah, tetapi ketika itu ada sedikit masalah internal sehingga hasil studi itu pun hanya ditumpuk. Pada tahun 2002 mulai diterapkannya sistem pegadaian syariah dan pada tahun 2003 pegadaian syariah resmi dioperasikan dan pegadaian cabang Dewi Sartika menjadi kantor cabang pegadaian pertama yang menerapkan sistem pegadaian syariah. Kemudian disusul dengan pembukaan cabang-cabang pegadaian syariah yang lain. Kehadiran
pegadaian
syariah
memberi
warna
tersendiri
bagi
perekonomian nasional. Sejak kehadirannya tiga tahun yang lalu, pegadaian
6
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Adipura, 2003), Cet. Ke-1, h. 157.
xv
syariah kini telah menjadi alternatif baru masyarakat untuk memperoleh dana cepat.7 Di kawasan Cinere, Pegadaian Syariah yang berlokasi di JL. Karang Tengah Raya, Lebak Bulus, pertumbuhan Pegadaian Syariah terbilang melesat cukup pesat sejak cabang tersebut dibuka tahun tahun 2004 lalu. Dari target omzet Rp5 miliar pada tahun lalu, ternyata omzet yang tercapai Rp10,5 miliar. Sementara di Depok, Jawa Barat, Cabang pegadaian di kota tersebut juga mengalami peningkatan yang sangat membanggakan. Setiap bulan omzet kantor meningkat 20 hingga 30%. Respon masyarakat juga sangat baik, bahkan setiap hari ada penambahan 10 nasabah baru, yang sebelumnya belum pernah atau mengenal pegadaian.” Perum Pegadaian kini terus mengembangkan sayap bisnis syariahnya. Setelah sukses mengembangkan dengan membuka kantor khusus Pegadaian Syariah dibeberapa tempat, kini dalam waktu dekat akan segera diluncurkan produk pembiayaan baru berbasis syariah (Ar-Rum) khusus untuk Usaha Mikro dan Kecil (UMK). Untuk tahap awal, pegadaian menargetkan pembiayaan yang bisa disalurkan melalui produk Ar Rum ini sekitar Rp 100 miliar, dengan plafon antara Rp. 1 juta hingga Rp 50 juta. Pegadaian syariah harus merespon kebutuhan masyarakat yang menginginkan adanya transaksi secara syariah tersebut dengan
7
Majalah Wirausaha dan Keuangan, (Jakarta: 2006) Cet. Ke-38, h. 41.
xvi
produk-produk yang tepat. Berdasarkan kinerja di lapangan, seluruh cabang Pegadaian Syariah di semua daerah mengalami pertumbuhan yang signifikan. Sebagai gambaran, tahun 2005 konstribusi laba Pegadaian Syariah terhadap perusahaan telah mencapai Rp 30 miliar, dan tahun 2006 di prediksi laba sebesar Rp 40 juta miliar dapat tercapai. Untuk memberikan rasa aman bagi nasabah pegadaian syariah, bahwa dana pembiayaan yang digunakan juga sumber dari lembaga syariah.8 Pegadaian syariah tidak menekankan pada pemberian bunga dari barang yang digadaikan. Meski tanpa bunga pegadaian syariah tetap mendapatkan keuntungan seperti yang sudah diatur oleh Dewan Syariah Nasional, yaitu memberlakukan biaya pemeliharaan dari barang yang digadaikan, barang dihitung dari nilai barang yang bukan dari jumlah pinjaman. Sedangkan pada pegadaian konvensional, biaya yang harus dibayar sejumlah dari yang dipinjamkan. Dalam Islam, gadai merupakan salah satu kategori dari perjanjian hutang piutang yang aman untuk suatu kepercayaan dari orang berpiutang, maka orang yang berhutang menggadaikan barangnya sebagai jaminan terhadap hutangnya itu. Barang jaminan tetap menjadi milik orang yang menggadaikan tetapi dikuasai oleh penerima gadai. Gadai mempunyai nilai sosial yang sangat tinggi dan dilakukan secara suka rela atas dasar tolong menolong. Bagi perum pegadaian, yang paling penting ditingkatkan adalah pelayanan kepada masyarakat agar selalu mendahulukan kepentingan para nasabah yang 8
Wasis Djuhar, Majalah Wirausaha dan Keuangan, (Jakarta: 2006), Cet. Ke-38, h. 42.
xvii
memerlukan pertolongan, dengan begitu nasabah akan merasa puas dan senang untuk datang guna mendapatkan jasa dari pegadaian tersebut. Sehingga visi dan misi dari perum pegadaian dapat tercapai. Pada hakikatnya sistem gadai pada saat ini merupakan suatu jenis muamalah yang pernah dipraktekkan oleh Rasulullah, yang disebut dengan istilah Ar-rahn (gadai), ketika itu Nabi melakukan transaksi gadai pada saat beliau berada di Madinah dan tidak mempunyai uang tunai untuk membeli gandum, maka praktek
yang dilakukannya adalah dengan cara
mengadaikan baju besi beliau kepada orang yahudi untuk dijadikan jaminan akan hutangnya.9 Salah satu cara yang dapat digunakan
untuk mengetahui pegadaian
syariah dapat mensejahterakan nasabah adalah melalui pembiayaan produktif dan kinerja karyawan bagi usaha menengah ke bawah. Dengan hal ini kita dapat mengetahui apakah nasabah yang menggunakan pegadaian syariah ini, usaha mereka semakin meningkat dan dapat membantu usahanya semakin maju dengan produk yang telah diberikan atau ditawarkan oleh perum pegadaian. Suatu perusahaaan yang bergerak dibidang apapun akan dikatakan berhasil
adalah
apabila perusahaan tersebut dapat memberikan sesuatu kegiatan pembelian dan atau penggunaan jasa yang sesuai dengan keinginan kebutuhan nasabah sehingga mereka merasa puas dengan pelayanan dari perusahaan tersebut, sehingga akan mengakibatkan peningkatan terhadap pendapatan.
9
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), Cet. Ke-1, h. 253.
xviii
Oleh karena itu, agar dapat menilai keberhasilan dari kegiatan pegadaian syariah dalam hal mensejahterakan nasabah melalui pembiayaan produktif, maka diperlukan adanya suatu perbandingan dengan cabang pegadaian konvensional yang memiliki usia yang sama. Sehingga diharapkan dapat memperoleh suatu kesimpulan yang memberikan gambaran terhadap kemajuan dan perkembangan pegadaian syariah dalam rangka peningkatan kesejahteraan melalui pembiayaan produktif.
B. Rumusan dan Pembatasan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka perlu kiranya penulis membatasi objek yang dikaji dalam skripsi ini agar tidak terjadi ditorsi pemahaman. Adapun pembatasan masalah dalam skripsi ini dengan rumusan masalahnya adalah sebagai berikut : 1. Rumusan Masalah a. Bagaimana gambaran tingkat pembiayaan produktif para nasabah yang telah menggunakan pegadaian syariah? b. Apa tolak ukur pegadaian syariah terhadap tingkat pembiayaan produktif para nasabah? c. Bagaimana pengaruh pembiayaan produktif pada pegadaian syariah terhadap peningkatan pendapatan nasabah?
xix
2. Pembatasan Masalah a. Pada penelitian ini dibahas tentang pembiayaan produktifitas pada penggadaian syariah terhadap peningkatan pendapatan nasabah. b. Responden pada penelitian ini adalah nasabah penggadaian di lembaga Perum Pegadaian Syariah Pondok Aren. c. Objek yang di teliti pada penelitian ini lembaga Perum Pegadaian Syariah Pondok Aren.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui bagaimana gambaran tingkat pembiayaan produktif nasabah yang telah menggunakan pegadaian syariah.. b. Untuk mengetahui tolak ukur pegadaian syariah terhadap tingkat pembiayaan produktif para nasabah. c. Untuk mengetahui pengaruh pembiayaan produktif pada pegadaian syriah terhadap pendapatan nasabah. 2. Manfaat Penelitian a. Bagi pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada pemerintah, khususnya DEPAG dan sosial dalam menentukan kebijakan. b. Bagi lembaga pengadaian syariah
xx
Agar lembaga ini lebih melihat nasabah dan menjadikan nasabah sebagai mitra kerja yang saling menguntungkan dan sesuai dengan syariat islam. c. Bagi Masyarakat Memberikan acuan yang jelas bagi masyarakat mengenai usaha jasa gadai syariah sebagai alternatif untuk menghindari masyarakat dari sistem riba. d. Bagi mahasiswa Diharapkan dapat memberikan pemahaman lebih terhadap pentingnya penerapan pembiayaan produktif pada pegadaian syariah.
D. Kajian Pustaka Berdasarkan telaah yang sudah dilakukan terhadap beberapa sumber, kepustakaan, penulis meliput bahwa apa yang merupakan masalah pokok penelitian ini tampaknya sangat penting dan prospektif, karena penelitian tentang Pengaruh Pembiayaan Produktif Pada Pegadaian Syariah Terhadap Peningkatan Pendapatan Nasabah sangatlah penting agar dalam memberikan pembiayaan produktif kepada nasabah tidak mengalami masalah. Adapun kajian pustaka yang digunakan dari penulis ini adalah : 1.
Pada tahun 2005 telah ditulis skripsi atas nama Maimunah dengan judul pengaruh biaya promosi terhadap peningkatan pendapatan Pegadaian Syariah. Dalam penulisan tersebut membahas pelaksanaan promosi dan konsep biaya promosi pada pegadaian syariah dan pegadaian konvensional
xxi
akan tetapi tidak membahas tentang pengaruh pembiayaan produktif terhadap peningkatan pendapatan nasabah. 2.
Pada tahun 2005 juga telah ditulis skripsi atas nama Tuti Alawiyah dengan judul preferensi dan prilaku nasabah dan pelayanan serta sistem operasional pegadaian syariah. Dalam penulisan tersebut membahas tentang preferensi dan prilaku nasabah dan pelayanan serta sistem operasional pegadaian syariah. Tetapi tidak membahas tentang pelaksanaan atau aplikasi pembiayaan produktif pada pegadaian syariah. Namun, dalam penelitian ini berbeda dengan kedua penelitian yang ada di
atas yaitu pada penelitian ini akan membahas tentang pengaruh pembiayaan produktif pada pegadaian syariah terhadap peningkatan pendapatan nasabah kendala-kendalanya maupun aplikasinya pada pegadaian syariah. Sedangkan pegadaian syariah salah satu cara untuk mempercepat pinjammeminjam dengan memberikan suatu jaminan. Dengan adanya jaminan tersebut si pemberi pinjaman tidak takut atau khawatir karena keinginan si peminjam. Apabila si peminjam ingkar maka jaminan tersebut menjadi alat pelunasan hutang.
E. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian. Jenis penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah jenis penelitian kuantitatif, yaitu penulis menggambarkan permasalahan yang didasari
xxii
pada data yang ada berupa angka-angka, kemudian dianalisa lebih lanjut untuk kemudian diambil kesimpulan. 2. Sumber Data. Sumber data yang dibutuhkan dalam penulis dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan dua jenis sumber data adalah: a. Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden. Responden ini adalah nasabah Pegadaian Syariah Pondok Aren. Penulis mendapatkan informasi yang diinginkan dengan cara mengajukan kuesioner atau daftar pertanyaan berupa angket yang mana setiap pertanyaan sudah disediakan jawaban untuk dipilih (disediakan tempat untuk mengisi jawabannya). b. Data Sekunder Penulis menggunakan data sekunder yang diperoleh dari: 1) Buku-buku metode penelitian, statistik dengan dan SPSS. 2) Buku-buku Perbankan Syariah dan Ekonomi Islam, khususnya yang mengenai tentang gadai. 3) Buku-buku mengenai Pembiayaan Produktif. 4) Brosur-brosur, majalah, koran yang memuat artikel-artikel yang mengenai pegadaian syariah. 5) Sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan materi skripsi ini. 3. Populasi dan Teknik Pengembalian Sampel.
xxiii
a. Populasi dalam penelitian ini adalah mencakup nasabah pegadaian syariah Pondok Aren, dengan jumlah nasabahnya sebanyak 537 orang. Akan tetapi didalam
penelitian
ini
penulis
hanya
mengambil
nasabah
yang
menggunakan jasa pegadaian syariah pada pembiayaan produktif yaitu perdagangan dan pertanian dengan jumlah 78 orang. Adapun cara untuk menghitung jumlah sampel yang harus diambil dengan rumus slovin :10
n=
N 1 + N (e ) 2
Dimana : n = Sampel
N = Populasi e = Nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran
ketidaktelitian karena kesalahan penarikan sampel). b. Teknik Pengambilan Sampel. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik probabilty sampling (random sampling) teknik pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
10
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h. 137.
xxiv
4.
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pegadaian Syariah Cab. Pondok Aren Jl. Ceger Raya 11A Jurangmangu Timur – Tangerang. Yang dilaksanakan pada bulan Agustus 2007-Januari 2008, dan penulis melakukan penelitian dengan cara menyebarkan angket kepada para nasabah yang telah menggunakan pegadaian syariah.
5.
Penentuan Variabel Variabel adalah segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan.dalam penelitian, variabel merupakan suatu konsep yang memiliki variasi nilai. Dalam penelitian ini digunakan 2 variabel yang memungkinkan akan membentuk dalam menyelesaikan masalah. Adapun variabel-variabel tersebut adalah: a. Pembiayaan produktif (X) yang didalamnya terdiri dari modal kerja dan pembiayaan investasi, merupakan sebagai variabel yang mempengaruhi variabel yang lain b. Pendapatan (Y), sebagai variabel yang tidak bebas atau dipengaruhi oleh variabel lain. X
Y
Pembiayaan Produktif
Pendapatan
xxv
6.
Hipotesa Hipotesa tidak lain adalah jawaban sementara yang digunakan penulis dalam penelitian yang sebenarnya masih harus diuji kembali. Hipotesa bisa saja benar dan bisa saja salah, hipotesa ini akan diuji oleh penulis sendiri sehingga dapat suatu kesimpulan apakah hipotesa tersebut dapat diterima atau ditolak. Dugaan penulis terhadap penelitian ini adalah ada hubungan antara X dan Y, yaitu hubungan positif artinya apabila pembiayaan produktif besar, maka tingkat pendapatan meningkat. Untuk menguji ada tidaknya korelasi antara X dan Y, penulis mengunakan teori regresi sederhana. Jika berdasarkan pada rumusan masalah tersebut, maka hipotesa dalam penelitian ini sebagai berikut: 1.
Ha : Ada pengaruh antara pembiayaan produktif (X) terhadap pendapatan (Y).
2.
Ho: Tidak ada pengaruh antara pembiayaan produktif (X) terhadap pendapatan (Y).
7. Pendekatan Penelitian Pada penelitian ini memakai kuantitatif dan statistik inferensial parametrik. Maksud dari pada pendekatan kuantitatif adalah bahwa penelitian ini banyak menggunakan data yang berupa angka-angka yang dapat menggambarkan objek penelitian. Sedangkan yang dimaksud dengan memakai alat statistik inferensial parametrik adalah karena penelitan ini
xxvi
menggunakan sampel yang representatif untuk mewakili populasi dengan memakai skala interval. 8. Teknik Pengumpulan Data. Teknik yang digunakan untuk memperoleh data yang lengkap dalam penelitian ini adalah teknik angket (kuesioner). Teknik angket (kuesioner) merupakan suatu pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan/pertanyaan kepada responden dengan harapan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut/daftar pertanyaan/pertanyaan dapat bersifat terbuka jika jawaban tidak ditentukan sebelumnya sedangkan bersifat tertutup jika alternatif-alternatif jawaban yang telah disediakan.11 Jenis informasi yang diharapkan dapat diperoleh dari kuesioner terstruktur ini adalah mengenai pembiayaan produktif terhadap peningkatan pendapatan nasabah. Tipe pertanyaan yang akan diberikan kepada responden untuk memilih salah satu jawaban atau lebih dari sekian banyak jawaban (alternatif) yang sudah disediakan.12 9. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah deskriptif yang menampilkan data dengan tabel, frekuensi dan modus. Kemudian teknik analisa data dari penelitian ini menggunakan analisa regresi (pengaruh), menganalisa apakah antara variabel X 11
dan Y saling
Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. Ke-6, h. 49-50. 12 Sutrisno Hadi, Metode Research. (Yogyakarta: Andi, 2004), Cet. Ke-2, h. 181.
xxvii
mempengaruhi atau tidak. Metode analisa dalam penelitian ini adalah sebagai berikut metode kuantitatif, adalah metode untuk menganalisa angka-angka yang ditujukkan oleh data serta menganalisa korelasi antara hubungan variabel dan alat ukur yang ada. Dalam mengukur korelasi maka penulis menggunakan korelasi ditulis dengan rumus:13
rxy =
n∑ xy−(∑ x)(∑ y) [n∑ x2 −(∑ x)2 ][n∑ y2 −(∑ y)2 ]
Keterangan : Nilai r = -1 atau mendekati -1, maka korelasi antara variabel x dan variabel y tersebut sempurna (kuat sekali) dan negatif. Nilai r = 0 maka korelasi antara variabel x dan variabel y tersebut adalah lemah (tidak ada hubungan). Nilai r = +1 atau mendekati +1, maka korelasi antara variabel x dan variabel y tersebut adalah sempurna (kuat sekali) dan positif. Dimana : r = Besarnya korelasi/hubungan antara x (pembiayaan produktif) dengan y (pendapatan). n = Jumlah sampel x = Pembiayaan produktif y = Pendapatan 13
Bilson Simamora, Panduan Riset Prilaku Konsumen, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, Anggota IKAPI, 2002), h. 65.
xxviii
hasil koefisien korelasi juga dihitung dengan menggunakan SPSS Untuk mengetahui arah hubungan antara dua variabel ditunjukkan oleh tanda (+) dan negatif (-) yang terdapat pada koefisien korelasi, apabila korelasi (r) bertanda minus (-) menunjukkan hubungan yang negatif dan sebaliknya apabila korelasi (r) bertanda positif (+) maka hubungan yang ditunjukkan adalah positif (+). Nilai r bertujuan untuk menentukan keeratan hubungan atau korelasi antar variabel tersebut, besaran nilai r mengandung arti sebagai berikut :14 < 0,20 artinya korelasi lemah sekali 0,21 sampai 0,40 artinya korelasi lemah 0,41 sampai 0,70 artinya korelasi cukup kuat 0,71 sampai 0,90 artinya korelasi kuat 0,91 sampai 1,00 artinya korelasi sangat kuat sekali. Kemudian penulis mengunakan metode analisis regresi linier sederhana. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:15 Y = a + bx Keterangan: Y = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan. a = Harga Y bila X = 0 (harga konstan)
14
Jonathan Sarwono, Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS, (Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2006), Cet. Ke-1, h. 166. 15 Riduwan dan Sunarto, Pengantar Statistika untuk Penelitian pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi, dan Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 2007), Cet. Ke-1, h. 97.
xxix
b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen. Bila b (+) maka naik, dan bila (-) maka terjadi penurunan. x = Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu. Untuk menguji apakah hal tersebut nyata atau tidak, dapat menggunakan uji t untuk mengetahui hubungan masing-masing independen terhadap variabel dependen secara individu dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,005.16 Hipotesis : Ho : b1 = 0, tidak ada pengaruh antara pembiayaan produktif (x) terhadap pendapatan (y). Ha : b1 ≠ 0, terdapat pengaruh antara pembiayan produktif (x) terhadap pendapatan (y). Dengan mengambil keputusan : a. Membandingkan statistik t-hitung dengan statistik t-tabel. Statistik t-hitung < statistik t-tabel, maka Ho diterima. Statistik t-hitung > statistik t-tabel, maka Ho ditolak. b. Berdasarkan probabilitas : Jika probabilitas > 0,005 maka Ho diterima Jika probabilitas < 0,005 maka Ho ditolak
16
Imam Ghazali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2002), h. 45.
xxx
10. Pedoman Penulisan Skripsi Dalam teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulisan disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah pada buku pedoman skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan UIN Jakarta Press, 2007.
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan skripsi yang merupakan laporan hasil penelitian, terdiri dari : BAB I :
Pendahuluan, yang didalamnya membahas latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, Metode penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II : Landasan teori, yang meliputi pengertian pembiayaan produktif, dan pengertian pegadaian syariah meliputi landasan hukum, rukun gadai syariah, syarat gadai, mekanisme operasional dan pelaksanaan gadai dalam islam BAB III : Gambaran Umum Perum Pegadaian Syariah, yang diawali dengan sejarah perkembangannya, visi, misi dan slogan usaha syariah, susunan direksi, dewan pengawas dan jeneral manajer, struktur organisasi dan resiko usaha
xxxi
BAB IV : Analisa Pelaksanaan Pembiayaan Produktif Pada Pegadaian Syariah terhadap peningkatan pendapatan nasabah, meliputi gambaran umum responden,
deskriptif karakteristik responden, analisis statistik
deskriptif yang didalamnya tentang persepsi nasabah terhadap pengaruh pembiayaan produktif dan pendapatan, pengujian hipotesis dan interpretasi data. BAB V : Penutup, meliputi kesimpulan dan saran-saran.
xxxii
BAB II LANDASAN TEORI
16. Pembiayaan Produktif
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, biaya disebutkan sebagai uang yang dikeluarkan untuk mengadakan (mendirikan, melakukan, dsb) sesuatu; ongkos; belanja; pengeluaran; misal: … sekolahnya ditanggung oleh kakaknya; … hidup di Jakarta sangat tinggi.17 Dalam kamus perbankan, yang dimaksud dengan biaya adalah pengeluaran atau pengorbanan yang tak terhindarkan untuk mendapatkan barang atau jasa dengan tujuan memperoleh maslahat; pengeluaran untuk kegiatan, tujuan atau waktu tertentu, seperti ongkos pengiriman, pengepakan dan penjualan dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan; dalam laporan laba rugi perusahaan, komponen biaya merupakan pengurangan dari pendapatan, pengertian biaya berbeda dengan beban. Semuanya biaya adalah beban, tetapi tidak semua beban adalah biaya ( cost; expense).18 Pengertian pembiayaan menurut undang-undang perbankan nomor 10 tahun 1998 pasal 1 ayat (12) adalah “penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil”.19 Pada bank konvensional kegiatan pembiayaan dikenal dengan istilah kredit. Pengertian kredit menurut undang-undang perbankan nomor 10 tahun 17
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 146. Bank Indonesia, Kamus Perbankan, (1999), Cet. Ke-1. 19 Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 (Jakarta: Sinar Grafika, 2001), Cet. Ke-1 h. 10. 18
xxxiii
1998 pasal 1 ayat (11) adalah “penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.20 Pembiayaan atau financing, yaitu pembiayaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga.21 Pembiayaan produktif yaitu pembiayaan modal kerja dimana pembiyaan ini digunakan untuk keperluan (a) meningkatkan produksi baik secara kualitatif maupun kuantitatif dalam menjalankan operasionalnya. Contohnya pembiayaan modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku dan biaya-biaya lainnya yang terkait dengan proses produksi dan (b) pembiayaan modal kerja untuk perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang.22 Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan secara langsung dari masyarakat. Sedangkan perusahaan pembiayaan (finance company) adalah badan usaha yang didirikan khusus untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan.23 Melihat lingkup bidang usaha perusahaan pembiayaan yang jenisnya beragam tersebut maka perusahaan pembiayaan yang melakukan lebih dari satu 20
21
Ibid.
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta, UPP AMP YKPN, 2002), h. 17 22
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank dari Teori dan Praktek, (Jakarta, Gema Insani Press, 2001), Cet. Ke-1, h. 160. 23 Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, (Jakarta: Penerbit FEUI, 2001), Cet. Ke-2, h. 282.
xxxiv
kegiatan sering pula disebut multi finance company. Selanjutnya dengan keputusan Menteri Keuangan No. 1256/KMK.00/1989 tanggal 18 November 1089 bidang usaha perdagangan surat berharga dikeluarkan dari lingkup usaha lembaga pembiayaan karena kegiatan terebut sangat terkait dengan kegiatan di bidang pasar modal sehigga pengaturan dan pembinaan kegiatan perusahaan perdangan surat berharga atau perusahaan efek tersebut dialihkan kepada Bapepam sebagai otoritas pasar modal.24
A. Pegadaian Syariah 1.
Pengertian Gadai
Gadai adalah jaminan barang yang dapat dijual sebagai jaminan hutang, dan kelak (nantinya) dapat dijual membayar hutang, jika yang hutang tidak mampu membayar hutangnya karena kesulitan. Karena itu tidak boleh menggadaikan barang wakaf.25 Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHP) pasal 1150 disebutkan: “Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang yang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang yang berhutang atau oleh orang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari pada orang-orang yang berpiutang lainnya, dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan.”26
24 25
26
Ibid. Moh Rifai, Konsep Perbankan Syariah (Semarang: CV. Wicaksana, 2002), h. 89.
Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2004), Cet. Ke-34, h. 297.
xxxv
Perusahaan Umum Pegadaian adalah satu-satunya badan usaha di Indonesia yang secara resmi mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana ke masyarakat atas dasar hukum gadai seperti dimaksud dalam kitab UndangUndang perdata pasal 1150 diatas. Tugas pokoknya adalah memberikan pinjaman kepada masyarakat atas dasar hukum gadai agar masyarakat tidak dirugikan oleh kegiatan lembaga keuangan informal yang cenderung memanfaatkan kebutuhan dana mendesak dari masyarakat.27 Menurut Bahasa, gadai (al-Rahn), berarti al-tsubut dan al-habs yaitu penetapan dan penahanan. Ada pula yang menjelaskan bahwa rahn adalah terkurung atau terjerat.28 Sedangkan menurut syara’ artinya Akad yang objeknya menahan harga terhadap sesuatu hak yang mungkin diperoleh bayaran dengan sempurna darinya.29 Dalam definisinya rahn adalah barang yang digadaikan, rahin adalah orang menggadaikan, sedangkan murtahin adalah orang yang memberikan pinjaman. Adapun pengertian rahn menurut Imam Ibnu Qudhamah dalam kitab AlMughni adalah sesuatu benda yang yang dijadikan kepercayaan dari suatu utang untuk dipenuhi dari harganya, apabila yang berutang tidak sanggup membayarnya dari orang yang yang berpiutang. Sedangkan Imam Abu Zakaria Al-Anshary,
156
27
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia), Cet ke-2, h.
28
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2002), Cet. Ke-1, h. 105 Ibid.
29
xxxvi
dalam kitabnya Fathul Wahab, mendefinisikan rahn adalah menjadikan benda yang bersifat harta benda sebagai kepercayaan dari suatu yang dapat dibayarkan dari harta benda itu bila utang tidak dibayar.30 Secara umum pengertian usaha gadai adalah kegiatan menjaminkan barang-barang berharga kepada pihak tertentu, guna memperoleh sejumlah uang dan barang yang dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah dan lembaga gadai.31
2. Landasan Hukum
a. Al-Quran
ﻦ َ ن َأ ِﻣ ْ ن ﻣَ ْﻘﺒُﻮﺿَ ٌﺔ َﻓِﺈ ٌ ﺠﺪُوا آَﺎ ِﺗﺒًﺎ ﻓَﺮِهَﺎ ِ ﺳ َﻔ ٍﺮ َوَﻟ ْﻢ َﺗ َ ﻋﻠَﻰ َ ن ُآ ْﻨ ُﺘ ْﻢ ْ َوِإ ﻖ اﻟﱠﻠ َﻪ َرﺑﱠ ُﻪ وَﻟَﺎ َﺗ ْﻜ ُﺘﻤُﻮا ِ ﻦ َأﻣَﺎ َﻧ َﺘ ُﻪ َو ْﻟ َﻴ ﱠﺘ َ ﻀ ُﻜ ْﻢ ﺑَ ْﻌﻀًﺎ َﻓ ْﻠ ُﻴ َﺆ ﱢد اﱠﻟﺬِي ا ْؤ ُﺗ ِﻤ ُ َﺑ ْﻌ ن ﻋَﻠِﻴ ٌﻢ َ ﻦ ﻳَ ْﻜ ُﺘ ْﻤﻬَﺎ َﻓِﺈ ﱠﻧ ُﻪ ءَاﺛِ ٌﻢ َﻗ ْﻠ ُﺒ ُﻪ وَاﻟﱠﻠ ُﻪ ِﺑﻤَﺎ َﺗ ْﻌ َﻤﻠُﻮ ْ ﺸﻬَﺎ َد َة َو َﻣ اﻟ ﱠ Artinya: Jika kamu dalam perjalanan (dan kamu melaksanakan muamalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dapat dijadikan sebagai pegangan (oleh yang mengutangkan), tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian lain, maka hendaklah yang dipercaya itu menunaikan amanat (utangnya) dan hendaknya ia bertaqwa kepada Allah SWT. (QS. AlBaqarah (2): 283). Ayat di atas menjelaskan bolehnya memberi barang tanggungan sebagai jaminan pinjaman, atau dengan kata lain menggadai, walau dalam ayat ini dikaitkan dengan perjalanan, tetapi itu bukan berarti bahwa
30 31
Muhammad Sholikul Hadi, Pegadaian Syariah, (Jakarta: Salemba Diniyah, 2003), h. 51. Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta, Raja Grafido Persada), h.246
xxxvii
menggadaikan hanya dibenarkan dalam perjalanan. Nabi SAW, pernah menggadaikan perisai beliau kepada seorang Yahudi, padahal ketika itu beliau sedang berada di Madinah. Dengan demikian penyebutan kata dalam perjalanan, hanya karena seringnya tidak ditemukan penulis dalam perjalanan. Dari sini pula dapat ditarik kesimpulan, bahwa sejak masa turunnya ayat ini al-Quran telah menggaris bawahi bahwa ketidak mampuan menulis hanya dapat ditoleransi–untuk sementara bagi yang tidak bertempat tinggal atau nomad.32 Bahkan penyimpan barang jaminan atau menggadainyapun tidak harus dilakukan, karena itu jika sebagian kamu mempercayai sebagian lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya, hutang atau apapun yang dia terima. Disini jaminan bukan berbentuk tulisan atau saksi, tetapi kepercayaan dan amanah timbal balik hutang diterima oleh pengutang, dan barang jaminan diserahkan kepada pemberi hutang.33 i.
Al-Hadits.
ﺷ َﺘﺮَى ْ ﺳﱠﻠ َﻢ ا َ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو َ ﻰ اﷲ َ ﻲ ﺻَﻠ ن اﻟ ﱠﻨ ِﺒ ﱠ ﻋ ْﻨﻬَﺎَأ ﱠ َ ﺸ َﺔ رَﺿﻲ اﷲ َ ﻦ ﻋَﺎ ِﺋ ْﻋ َ ﺣ ِﺪ ْﻳ ٍﺪ َ ﻦ ْ ﻞ َو َر َه َﻨ ُﻪ ِد ْرﻋًﺎ ِﻣ ٍﺟ َ ﻦ ﻳﻬﻮدي اﻟﻰ َأ ْ ﻃﻌَﺎﻣًﺎ ِﻣ َ Artinya: Aisyah r.a berkata, bahwa Rasulullah pernah memberi makanan dari orang Yahudi dan beliau menggadaikan kepadanya baju besi beliau” (HR. Bukhari dan Muslim).
32
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Cet. Ke-XI, h. 610. 33 Ibid.
xxxviii
ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َ ﺻﻠﱠﻰ اﷲ َ ﻲ ﻦ اﻟ ﱠﻨ ِﺒ ﱡ َ َوَﻟ َﻘ ْﺪ َر َه:ل َ ﻋﻨْﻪ ﻗَﺎ َ ﺲ رَﺿِﻲ اﷲ ٍ ﻦ َا َﻧ ْﻋ َ ﻷ ْهِﻠ ِﻪ َ ﺷ ِﻌ ْﻴﺮًا َ ﺧ َﺬ ِﻣ ْﻨ ُﻪ َ ي َوَأ ﻋ ْﻨ َﺪ َﻳ ُﻬ ْﻮ ِد ﱟ ِ ﺳﱠﻠ َﻢ ِد ْر ﻋًﺎَﻟ ُﻪ ِﺑﺎْﻟ َﻤ ِﺪ ْﻳ َﻨ ِﺔ َ َو Artinya: Dari Anas ra berkata, Rasulullah saw menggadaikan baju besinya kepada seorang Yahudi di Madinah dan menggambil darinya gandum untuk sekeluarga beliau(HR. Bukhari, Ahmad, Nasa’i dan Ibnu Majah) ii.
Ijma Berdasarkan ayat dan hadits diatas, para ulama fiqh sepakat bahwa gadai
diperbolehkan dan para ulama tidak pernah mempertentangkan kebolehannya, demikian juga dengan landasan hukumnya,34 di samping itu juga karena banyak kemaslahatan yang terkandung didalamnya dalam rangka hubungan antar sesama manusia.35 Majelis Ulama Indonesia melalui Dewan Syariah Nasional mengenai hukum gadai (rahn) tertuang dalam fatwa DSN No. 25/DSN/MUI/III/2002, bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk rahn dibolehkan dengan ketentuan yang ada.
34 35
Ibid. h, 156. Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), Cet. Ke- 1, h. 256.
xxxix
3.
Rukun Gadai Syariah
Dalam menjalankan pegadaian syariah, pegadaian harus memenuhi rukun gadai syariah. Rukun gadai tersebut antara lain:36 a. Ar-Rahin (yang menggadaikan) Orang yang telah dewasa, berakal, bisa dipercaya, dan memiliki barang yang digadaikan. b. Al-Murtahin (yang menerima gadai) Orang, bank, atau lembaga yang dipercaya oleh rahin untuk mendapatkan modal dengan jaminan barang(gadai). c. Al-Marhun/ rahn (barang yang digadaikan) Barang
yang
digunakan
rahin
untuk
dijadikan
jaminan
dalam
mendapatkan utang. d. Al-Marhun bih (utang) Sejumlah dana yang diberikan murtahin kepada rahin atas dasar besarnya tafsiran marhun. e. Siqhat, Ijab dan Qabul Kesepakatan antara rahin dan murtahin dalam melakukan transaksi gadai.
36
Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, h. 160.
xl
4. Syarat Gadai Syariah
Ulama fiqh sepakat bahwa syarat-syarat rahn sesuai dengan rukun rahn itu sendiri, seperti : pihak yang berakal harus cakap hukum yaitu baligh dan berakal. Isi akad tidak mengandung syarat fasid/bathil, seperti Murtahin (Pemilik Modal) mensyaratkan barang jaminan dapat dimanfaatkan tanpa batas. Syarat lain adalah Marhum bih (utang), yaitu jumlah utang tidak melebihi dari nilai jaminan/agunan. Apabila melebihi nilai jaminan dikhawatirkan akan terjadi sesuatu yang tidak benar. Syarat marhun (barang/harta yang dijaminkan) harus bisa dijual dan nilainya seimbang dengan hutang dan bermanfaat. Ukuran dan sifat marhun pun harus jelas. Marhun yang digunakan adalah milik sah dan penuh nasabah dan tidak terkait dengan hak orang lain.37 Asy Syafi’i mengatakan bahwa syarat sah gadai adalah harus ada jaminan dan yang berkriteria jelas dalam serah terima. Sedangkan Maliki mensyaratkan bahwa gadai wajib dengan akad dan setelah akad, orang yang menggadaikan wajib menyerahkan barang jaminan kepada yang menerima gadai.38 Secara umum barang gadai harus memenuhi beberapa syarat, antara lain:39 a. Bisa diperjualbelikan. b. Harus berupa harta yang bernilai. c. Marhun harus bisa dimanfaatkan secara syariah.
37
Muamalah institute, Perbankan Syariah Perspektif Praktisi (Jakarta: Muamalat Institute, 1999),
h. 129. 38 39
Muhammad Sholikul Hadi, Pegadaian Syariah (Jakarta: Salemba Diniyah, 2003), h. 53. Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, h. 161.
xli
d. Harus diketahui keadaan fisiknya, maka piutang tidak sah untuk digadaikan harus berupa barang yang diterima secara langsung. e. Harus dimiliki oleh rahin (peminjam atau pegadai) setidaknya harus seizin pemiliknya.
5. Mekanisme Operasional Gadai Syariah
Berjalannya perjanjian gadai sangat ditentukan oleh banyak hal. Antara lain adalah subyek dan obyek perjanjian gadai adalah rahin (yang mengadaikan barang) dan murtahin (yang menahan barang gadai). Obyeknya adalah Marhum (barang gadai) dan utang yang diterima rahin. Berdasarkan beberapa aspek tersebut diatas, menyajikan alternatif mekanisme aktivitas perjanjian gadai dengan menggunakan tiga akad perjanjian. Ketiga akad tersebut adalah: (1) Akad al-Qardul Hasan, (2) Akad Mudharabah dan (3) Akad al-Bai Muqayyadah.40 Akad al-Qardul Hasan dilakukan untuk nasabah yang menginginkan menggadaikan barangnya untuk keperluan konsumtif. Dengan demikian, rahin akan memberikan biaya upah atau fee kepada murtahin, karena murtahin telah menjaga atau merawat marhum. Akad
Mudharabah
diterapkan
untuk
nasabah
yang
menginginkan
menggadaikan jaminannya untuk menambah modal usaha (pembiayaan invetasi
40
Hadi, Pegadaian Syariah, h. 45.
xlii
atau modal kerja). Dengan demikian rahin akan memberi bagi hasil-berdasarkan keuntungan usaha yang diperoleh kepada murtahin sesuai dengan kesepakatan. Akad al-Bai Muqayyadah dapat dilakukan jika rahin yang menginginkan menggadaikan
barangnya
untuk
keperluan
produktif,
artinya
dalam
menggadaikan barangnya rahin tersebut menginginkan modal kerja berupa pembelian barang. Adapun untuk lebih jelasnya mengenai mekanisme akad tersebut, dapat dilihat pada gambar 2.1. Gambar 2.1 Skema Akad Rahn dalam Pegadaian
Marhun Bih
Murtahin
3. Pencairan (uang)
1. Akad rahn
Rahin
2. Utang dan jasa
Marhun Akad Lain
4. Pemanfaatan Marhun
Keterangan Gambar: .
: Berhubungan : Saling Berhubungan
xliii
Keterangan skema akad rahn :41 a) Rahin mendatangi Murtahin untuk minta fasilitas pembiayaan dengan membawa marhum (barang jaminan yang dapat dimanfaatkan/ dikelola) yang akan diserahkan kepada murtahin. b) Murtahin melakukan pemeriksaan dan termasuk juga menaksir harga barang jaminan yang diberikan oleh rahin sebagai jaminan utangnya c) Setelah semua persyaratan terpenuhi, maka murtahin dan rahin akan melakukan akad rahn. d) Selanjutnya, setelah akad dilakukan, maka murtahin akan memberikan sejumlah pinjaman uang yang jumlahnya di bawah nilai taksir kepada rahin. e) Setelah rahin menerima sejumlah uang pinjaman dari murtahin, maka selanjutnya akan melakukan negosiasi (kasepakatan) kembali mengenai barang yang digadaikan tersebut, yaitu apakah barang tersebut akan dikelola/dimanfaatkan atau tidak.
6. Ketentuan Pelaksanaan Gadai Dalam Islam
1. Kedudukan Barang Gadai Selama ada di tangan pemegang gadai, kedudukan barang gadai hanya merupakan suatu amanat yang dipercayakan kepadanya oleh pihak penggadai. Lebih lanjut Basyir (1993) menambahkan bahwa sebagai 41
Ibid, h. 87-88.
xliv
pemegang amanat, murtahin (penerima gadai) berkewajiban memelihara keselamatan barang gadai yang diterimanya, sesuai dengan keadaan barang. 2. Pemanfaatan Barang Gadai Dalam pengambilan pemafaatan barang-barang yang digadaikan, para ulama berbeda pendapat, diantaranya jumhur fuqaha dan Ahmad. Jumhur fuqaha berpendapat bahwa murtahin tidak boeh menggambil manfaat barang-barang gadaian tersebut sekalipun rahin mengizinkannya, karena hal ini termasuk pada utang yang dapat menarik manfaat, sehingga bila dimanfaatkan termasuk riba.42 Hak pemegang barang jaminan terhadap barang itu hanyalah sebagai jaminan piutang yang ia berikan , dan apabila orang yang berutang tidak mampu melunasi utangnya, barulah ia boleh menjual atau menghargai barang itu untuk melunasi piutangnya.43 Akan tetapi, apabila pemilik barang mengizinkan pemegang barang jaminan memanfaatkan barang itu selama ditangannya, maka sebagian ulama Hanafiyah membolehkannya, karena adanya izin, maka tidak ada halangan bagi pemegang barang jaminan untuk memanfaatkan barang itu. Menurut Imam Ahmad , Ishak , al-Laits, dan al-Hasan, jika bahwa barang gadaian berupa kendaraan yang dapat dipergunakan atau binatang ternak yang dapat diambil susunya, maka penerima gadai dapat menggambil
108.
42
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2002), Cet. Ke-1, h.
43
Haroen, Fiqh Muamalah, h. 256.
xlv
manfaat dari kedua benda gadai tersebut disesuaikan dengan biaya pemeliharaan yang dikeluarkannya selama kendaraan atau binatang ternak itu ada padanya. Dalam hal ini tidak ada halangan bagi si murtahin untuk mengambil manfaatnya, umpamanya dengan memerah susunya atau mempekerjakan sekedar untuk mengembalikan pengeluran biaya pada barang gadaian tersebut.44 Dalam hadits Rasulullah saw, disebutkan :
ﺳّﻠ َﻢ َ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو َ ُ ﻰ اﷲ ﻲ ﺻَﻠ ﱠ ﻦ اﻟ ﱠﻨ ِﺒ ﱢ ِﻋ َ ﻋ ْﻨ ُﻪ َ ُ ﻲ اﷲ َﺿ ِ ﻲ ُه َﺮ ْﻳ َﺮ َة َر ْ ﻦ َا ِﺑ ْﻋ َ ن َ ﺐ ِا َذ اآَﺎ ُ ن َﻣ ْﺮ ُهﻮْﻧًﺎ وَاﻟﻈﱠ ْﻬ ُﺮ ُﻳ ْﺮ َآ َ ب ِإ َذ اآَﺎ ُ ﺸ َﺮ ْ ﻦ اَﻟ ﱠﺪ ﱢر َﻳ ُ َﻟ َﺒ: ل َ ﻗَﺎ ﺐ َﻧ َﻔ َﻘ ُﺘ ُﻪ )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎري ُ ب َو َﻳ ْﺮ َآ ُ ﺸ َﺮ ْ ي َﻳ ْ ﻰ اﻟ ﱢﺬ َ َﻣ ْﺮ ُهﻮْﻧًﺎ َوﻋَﻠ (واﺑﻮد اود 45
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah saw bersabda : susu binatangbinatang ternak itu boleh diminum, apabila digadaikan dan binatang tunggangan boleh ditunggangi bila ia digadaikan, dan orang yang meminum dan menunggang itu wajib atas nafkah (belanja) binatangbinatang yang digadaikan itu.(HR Bukhari dan Abu Daud). Pengambilan manfaat pada benda-benda gadai di atas ditekankan kepada biaya atau tenaga untuk pemeliharaan, pemegang barang gadai berkewajiban memberikan makanan, bila barang gadaian itu adalah hewan. Harus memberikan bensin bila pemegang barang gadaian berupa kendaraan.46
44
Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin, Fiqih Mazhab Syafi’i, (Bandung, PT. Penerbit Pustaka Setia, 2000), Cet. Ke-2, h. 74. 45 Abi Dawud Sulaiman bin Asy’ats al-Sajistani, Sunan Abi Dawud (Beirut: Darul al-Fikri, 1994), Juz. 3, h. 46 Suhendi, Fiqh Muamalah, h.109.
xlvi
3. Resiko atas Kerusakan Barang Gadai Apabila murtahin sebagai pemegang amanat telah memelihara barang gadai dengan sebaik-baiknya sesuai dengan keadaan barang, kemudian tiba-tiba barang tersebut mengalami kerusakan atau hilang tanpa disengaja, maka para ulama dalam hal ini berbeda pendapat mengenai siapa yang harus menaggung resikonya.Ulama-ulama mazhab Syafi’i dan Hambali
berpendapat
bahwa
murtahin
(penerima
gadai)
tidak
menanggung resiko apapun. Namun, ulama-ulama mazhab Hanafi berpendapat bahwa murtahin menanggung resiko sebesar harga barang yang minimum. Perhitungan dimulai pada saat diserahkannya barang gadai kepada murtahin sampai hari rusak atau hilang. Berbeda halnya jika barang rusak atau hilang disebabkan kelengahan murtahin. Dalam hal ini semua ulama sepakat bahwa murtahin menanggung resiko, memperbaiki kerusakan atau mengganti yang hilang. 4. Pemeliharaan Barang Gadai Dalam hal ini ulama berbeda pendapat, ulama Syafi’iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa biaya pemeliharaan barang gadai menjadi tanggungan penggadai dengan alasan bahwa barang tersebut berasal dari penggadai dan tetap merupakan miliknya. Sedangkan ulama Hanafiah berpendapat lain; biaya yang diperlukan untuk menyimpan dan memelihara keselamatan barang gadai menjadi tanggungan penerima gadai dalam kedudukannya sebagai orang yang menerima amanat.
xlvii
5. Katagori Barang Gadai Jenis barang yang dapat digadaikan sebagai jaminan adalah semua jenis barang yang bergerak dan tak bergerak yang memenuhi syarat sebagai berikut: a. Benda bernilai menurut hukum syara’. b. Benda berwujud pada waktu pejanjian terjadi. c. Benda diserahkan seketika kepada murtahin. 6. Akad Gadai Ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa pengadaian dianggap sah apabila telah memenuhi tiga syarat. Pertama, berupa barang karena utang tidak bisa digadaikan. Kedua, penetapan kepemilikan penggadaian atas barang yang digadaikan tidak terhalang, seperti mushaf. Ketiga, barang yang digadaikan bisa dijual manakala sudah tiba masa pelunasan utang gadai. Imam malik berpendapat bahwa menggadaikan apa yang tidak boleh dijual pada waktu pengadaian dibolehkan, seperti buah-buahan yang belum nampak kebaikannya. 7. Hak Penerima Gadai atas Harta Peninggalan Hak para kreditur atas harta peninggalan seseorang ada yang berasal dari utang lepas, yaitu utang tanpa gadai; dan ada yang berasal utang terkait, yaitu utang gadai. Hak para kreditur atas utang yang berkait dipandang lebih kuat dari pada hak para kreditur atas utang lepas, sebab murtahin berhak menahan barang gadai yang merupakan sebagaian dari
xlviii
atau bahkan harta peninggalan. Oleh karena itu ulama sepakat bahwa hak murtahin untuk menerima pembayaran utang, lebih didahulukan dari pada hak kreditur atas utang lepas. 8. Pembayaran/Pelunasan Utang Gadai Apabila pada waktu yang telah ditentukan, rahin belum juga membayar kembali utangnya, maka rahin dapat dipaksa oleh marhum untuk menjual barang gadaiannya dan kemudian digunakan untuk melunasi hutangnya. Selanjutnya, apabila telah diperintahkan hakim, rahin tidak mau membayar utangnya dan tidak pula mau menjual barang gadaiannya, maka hakim dapat memutuskan untuk menjual barang tersebut guna melunasi utang-utangnya. 9. Prosedur Pelelangan Barang Gadai Jumhur fuqaha berpendapat bahwa orang yang menggadaikan tidak boleh menjual atau menghibahkan barang gadai. Sedangkan bagi penerima gadai dibolehkan untuk menjual barang tersebut dengan syarat pada saat jatuh tempo pihak penggadai tidak dapat melunasi kewajibannya. Jika terdapat persyaratan; menjual barang gadai pada saat jatuh tempo, hal ini dibolehkan dengan ketentuan: a. Murtahin harus terlebih dahulu mencari tahu keadaan rahin (mencari tahu penyebab belum melunasi utang) b. Dapat memperpanjang tenggang waktu pembayaran
xlix
c. Kalau murtahin benar-benar butuh uang dan rahin belum melunasi hutangnya, maka murtahin boleh memindahkan barang gadai kepada murtahin lain dengan seizin rahin. d. Apabila ketentuan diatas tidak terpenuhi, maka murtahin boleh menjual barang gadai dan kelebihan uangnya dikembalikan kepada rahin.
l
BAB IV ANALISA PEMBIAYAAN PRODUKTIF PADA PEGADAIAN SYARIAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN NASABAH
A. Gambaran Umum Responden
Sampel penelitian
pengaruh pembiayaan produktif pada pegadaian
syariah terhadap peningkatan pendapatan nasabah adalah sebanyak 78 orang nasabah yang mempunyai karakteristik yang berbeda. Berikut ini adalah penjelasan tentang identitas para responden, yaitu: 1. Deskriptif Karakteristik Responden
1).karakteristik berdasarkan jenis kelamin. Gambar 4.1
li
Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Perempuan 38.46% Laki-laki 61.54%
Sumber: data diolah dari angket Dari gambar 4.1 menunjukkan bahwa responden sebagian besar di dominasi oleh laki-laki yaitu 61,54%, dan responden perempuan sebanyak 38,46%. Maka dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar nasabah yang
menggunakan pembiayaan produktif pada pegadaian syariah Pondok Aren adalah laki-laki. Ternyata tidak hanya perempuan saja yang lebih dominan menggunakan pegadaian syariah, dan laki-laki lebih banyak jumlahnya yang menggunakan jasa pegadaian syariah untuk pembiayaan produktif atau usaha 2). Karakteristik bedasarkan tingkat pendidikan Gambar 4.2
lii
Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 35.00% 30.00% 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00%
30.76%
32.05%
21.79% 8.97%
6.41% SD
SLTP
SLTA
S1
S2
0% S3
Sumber: data diolah dari angket Dari gambar No.4.2 dapat diketahui tingkat pendidikan para responden yang sebagian besar responden 32,05% tingkat pendidikannya sampai dengan S1, sedangkan yang tingkat SLTA sebanyak 30,76 %, SLTP sebanyak 21,79%, S2 sebanyak 8,97%, dan 6,41% yaitu pendidikannya SD. Dapat disimpulkan bahwa nasabah pada pegadaian syariah yang lebih banyak tingkat pendidikannya dibandingkan yang lain adalah S1. 3). Karakteristik berdasarkan pekerjaan Gambar 4.3
liii
Identitas Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Petani 1.28%
Pedagang 98.71%
Sumber: data diolah dari angket Dari hasil pengamatan pada gambar No. 4.3 dapat dilihat pekerjaan responden lebih besar
nasabah pada pegadaian syariah Pondok Aren adalah
pedagang 98,71% dan petani 1,28%. Maka dapat disimpulkan sebagian besar nasabah pegadaian syariah mempunyai pekerjaan adalah sebagai pedagang dibandingkan sebagai petani..
4). Karakteristik jenis usaha perdagangan dan pertanian Gambar 4.4
liv
Identitas Responden Berdasarkan Jenis Usaha Perdagangan dan Pertanian
40,00%
37,17%
30,00%28,20% 23,27% 20,00% 10,25%
10,00% 0,00%
0% Perdagangan Jasa
Perdagangan Material
Perdagangan Sembako
Pertanian Palawij a
1,28% Perkebunan
Lain-lain
Sumber: data diolah dari angket Dari hasil gambar No 4.4 dapat dilihat jenis usaha perdagangan para responden yang paling besar adalah 37.17% perdagangan sembako,kemudian 28,20% perdagangan jasa, perdagangan lainnya adalah 23,07% dan 10,25% pada pergagangan
material,
sedangkan
1,28%
pada
jenis
usaha
pertanian
perkebunan/sawah. Maka dapat disimpulkan bahwa yang paling besar adalah perdagangan sembako. Dalam hal ini nasabah lebih banyak menggunakan usaha mereka dengan menjual kebutuhan bahan pokok yang lebih dibutuhkan oleh masyarakat pada umumnya.
5). Karakteristik pendapatan nasabah perbulan
lv
Gambar 4.5 Identitas Responden Berdasarkan Pendapatan Nasabah Perbulan
30.00% 25.68%
25.00% 20.00%
17.94%
15.00%12.82% 10.00%
12.82%
15.38% 14.10%
5.00% 0.00% 1.500.000
1.28% 2.500.000
4.000.000
8.000.000
Sumber: data diolah dari angket. Dari gambar No. 4.5 dapat dilihat bahwa pendapatan nasabah perbulan yang besar adalah 25,68% yang pendapatannya Rp. 2.500.000-, 17,94% yang pendapatannya Rp. 2.000.000- , 15,38% yang pendapatanya Rp. 4.000.000, 14,10%
yang
pendapatannya
Rp.
5.000.000,
kemudian12,82%
yang
pendapatannya Rp. 1.500.000- dan Rp. 3.000.000-, dan 1,28% pada pendapatannya Rp. 8.000.000-. Maka dapat disimpulkan pendapatan nasabah perbulannya yang paling besar yaitu Rp. 2.500.000.
6). Karakteristik barang yang digadaikan.
lvi
Gambar 4.6 Identitas Responden Berdasarkan Barang Yang Digadaikan
70.00% 64.10% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 2.56% 0.00% Emas
33.33%
0% Elektronik
0% Berlian
Sumber: data diolah dari angket Dari hasil pengamatan pada gambar No. 4.6 berdasarkan pada barang yang digadaikan paling besar adalah 64,10% emas,kemudian 33,33% elektronik dan 2,56% adalah surat berharga. Maka dapat disimpulkan bahwa barang yang digadaikan yang paling banyak pada pegadaian syariah adalah emas. Karena emas merupakan barang yang banyak digunakan oleh nasabah dan nilai dari emas itu sendiri sangat tinggi apabila dibandingkan dengan barang-barang berharga lainnya.
2. Analisis Statistik Deskriptif
lvii
1). Persepsi Nasabah terhadap Pengaruh Pembiayaan Produktif
Pada bagian ini penulis akan mendeskripsikan persentase jawaban nasabah selaku responden (persepsi nasabah), terhadap kinerja pembiayaan produktif yang telah dilaksanakan oleh Perum Pegadaian Syariah Pondok Aren selama ini. Berikut ini adalah penjelasannya sebagai berikut: Gambar 4.7 Persepsi Nasabah Terhadap Barang Yang Digadaikan Untuk Mendapatkan Pembiayaan
70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10%
1
2
3
4
5
Sumber: data diolah dari angket Berdasarkan data yang di atas pada gambar No. 4.7 sebanyak 64,10% menyatakan bahwa barang yang digadaikan untuk mendapatkan pembiayaan pada pegadaian syariah adalah sesuai. Sebanyak 19,23% mengatakan kadang-kadang dan sebanyak 16,66% mengatakan sangat sesuai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembiayaan produktif pada pegadaian syariah nasabah rata-rata menyatakan sesuai.
lviii
Gambar 4.8 Persepsi Nasabah Terhadap Jangka Waktu Yang Diberikan Pegadaian
50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% -5% 0
2
4
6
Sumber: data diolah dari angket Berdasarkan data yang di atas pada gambar No. 4.8 sebanyak 43,58% menyatakan bahwa jangka waktu yang diberikan oleh pegadaian adalah sesuai. Sebanyak 34,61% mengatakan kadang-kadang dan sebanyak 21,79% mengatakan sangat sesuai. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata nasabah menyatakan jangka waktu pada pegadaian syariah sesuai, dapat dilihat pada gambar di atas nilai persen yang paling tinggi adalah 4.
Gambar 4.9
lix
Persepsi Nasabah Terhadap Pengaruh Pembiayaan Pada Tingkat Produktifitas Usaha
90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% 0
2
4
6
Sumber: data diolah dari angket Berdasarkan data yang di atas pada gambar No. 4.9 sebanyak 76,92% menyatakan pengaruh pembiayaan pada tingkat produktifitas usaha adalah berpengaruh. Sebanyak 14,10% menyatakan kadang-kadang, sebanyak 8,97% menyatakan sangat berpengaruh, dan pada gambar diatas terlihat jelas bahwa nilai persen yang paling tinggi adalah pada angka 4.9.
Gambar 4.10
lx
Persepsi Nasabah Terhadap Pengaruh Pembiayaan Pada Tingkat Efektifitas Waktu
90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 0
2
4
6
Sumber: data diolah dari angket Berdasarkan data yang di atas pada gambar No. 4.10 sebanyak 78,20% menyatakan pengaruh pembiayaan pada tingkat efektifitas waktu adalah berpengaruh. Sebanyak 8,97% menyatakan tidak berpengaruh, dan sebanyak 6,41% menyatakan sangat berpengaruh dan menyatakan kadang-kadang. Jadi dapat disimpulkan bahwa nasabah pada pegadaian syariah menyatakan pada tingkat efektifitas waktu berpengaruh terhadap pembiayaan.
lxi
Gambar 4.11 Persepsi Nasabah Terhadap Pembiayaan Pada Pegadaian Syariah
60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 0
2
4
6
Sumber: data diolah dari angket Berdasarkan data yang di atas pada gambar No. 4.11 sebanyak 55,12% menyatakan pengaruh pembiayaan pada pegadaian syariah adalah praktis, Sebanyak 33,33% menyatakan sangat praktis, sebanyak 6,41% nasabah menyatakan tidak praktis dan sebanyak 5,12% kadang-kadang. Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan pembiayaan dengan pegadaian adalah praktis dapat dilihat dengan jelas pada gambar atau grafik di atas.
lxii
Gambar 4.12 Persepsi Nasabah Terhadap Pengaruh Pembiayaan Produktif Terhadap Usaha
80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% 0
2
4
6
Sumber: data diolah dari angket Berdasarkan data yang di atas pada gambar No. 4.12 sebanyak 74,35% menyatakan pengaruh pembiayaan produktif terhadap usaha adalah berpengaruh, dan Sebanyak 25,64% nasabah pegadaian syariah menyatakan sangat berpengaruh. Maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh pembiayaan produktif terhadap usaha dengan pegadaian adalah berpengaruh dapat dilihat dengan jelas pada gambar atau grafik di atas.
lxiii
Gambar 4.13 Persepsi Nasabah Terhadap Sistem Pelayanan Pada Pegadaian Syariah
80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% 0
2
4
6
Sumber: data diolah dari angket Berdasarkan data yang di atas pada gambar No. 4.13 sebanyak 70,51% menyatakan sistem pelayanan pada pegadaian syariah adalah baik dan sebanyak 11,53% menyatakan sangat baik, sebanyak 6,41% nasabah menyatakan tidak baik dan tidak baik sama sekali dan sebanyak 5,12% nasabah pegadaian menyatakan kadang-kadang. Maka dapat disimpulkan bahwa sistem pelayanan pada pegadaian syariah adalah baik dapat dilihat dengan jelas pada gambar atau grafik di atas.
lxiv
Gambar 4.14 Resepsi Nasabah Terhadap Sistem Keamanan Pada Pegadaian Syariah
80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% 0
2
4
6
Sumber: data diolah dari angket Berdasarkan data yang di atas pada gambar No. 4.14 sebanyak 71,79% menyatakan sistem keamanan pada pegadaian syariah adalah baik, dan sebanyak 28,20% nasabah pada pegadaian syariah menyatakan sangat baik. Maka dapat disimpulkan bahwa sistem pelayanan pada pegadaian syariah adalah baik dapat dilihat dengan jelas pada gambar atau grafik di atas.
lxv
Gambar 4.15 Persepsi Nasabah Terhadap Jaminan Yang Diberikan Terhadap Pinjaman 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% 0
1
2
3
4
5
6
Sumber: data diolah dari angket Berdasarkan data yang di atas pada gambar No. 4.15 sebanyak 71,79% menyatakan jaminan yang diberikan terhadap pinjaman adalah sesuai, sebanyak 24,35% menyatakan sangat sesuai dan 3,84%
nasabah menyatakan kadang-
kadang. Maka dapat disimpulkan bahwa jaminan yang diberikan terhadap pinjaman adalah sesuai dapat dilihat dengan jelas pada gambar atau grafik di atas.
lxvi
Gambar 4.16 Persepsi Nasabah Pembiayaan Produktif Terhadap Produksi
100% 80% 60% 40% 20% 0% -20% 0
2
4
6
Sumber: data diolah dari angket Berdasarkan gambar yang di atas pada No. 4.16 sebanyak 88,46% menyatakan pembiayaan produktif terhadap produksi adalah berpengaruh, sebanyak 6,41% nasabah menyatakan kadang-kadang dan 4,12% nasabah menyatakan sangat berpengaruh. Maka dapat disimpulkan bahwa pembiayaan produktif terhadap produksi adalah berpengaruh dapat dilihat dengan jelas pada gambar atau grafik di atas.
lxvii
Gambar 4.17 Persepsi Nasabah Pembiayaan Produktif Terhadap Perencanaan
90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% 0
2
4
6
Sumber: data diolah dari angket Berdasarkan data yang di atas pada gambar No. 4.17 sebanyak 79,48% menyatakan pembiayaan produktif terhadap perencanaan adalah berpengaruh, sebanyak 11,53% nasabah menyatakan sangat berpengaruh dan 8,97% menyatakan kadang-kadang. Maka dapat disimpulkan bahwa pembiayaan produktif terhadap perencanaan adalah berpengaruh dapat dilihat dengan jelas pada gambar atau grafik di atas.
lxviii
Gambar 4.18 Resepsi Nasabah Pembiayaan Produktif Terhadap Distribusi
70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% 0
2
4
6
Sumber: data diolah dari angket Berdasarkan data yang di atas pada gambar No. 4.18 sebanyak 64,10% menyatakan pembiayaan produktif terhadap distribusi adalah berpengaruh, sebanyak 26,92% menyatakan kadang-kadang dan 8,97% menyatakan sangat berpengaruh. Maka dapat disimpulkan bahwa pembiayaan produktif terhadap distribusi adalah berpengaruh dapat dilihat dengan jelas pada gambar atau grafik diatas.
lxix
2). Persepsi Nasabah terhadap pendapatan
Pada bagian ini penulis akan mendeskripsikan persentase jawaban nasabah selaku responden (persepsi nasabah), terhadap pendapatan nasabah yang sebelum dan sesudah melakukan pembiayaan produktif pada pegadaian syariah Pondok Aren selama ini. Berikut ini adalah penjelasannya sebagai berikut: Gambar 4.19 Persepsi Nasabah Sebelum Melakukan Pembiayaan Produktif 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% -5% 0
1
2
3
4
5
6
Sumber: data diolah dari angket Berdasarkan data yang di atas pada gambar No. 4.19 sebanyak 34,61% mengatakan pendapatan sebelum melakukan pembiayaan produktif dengan pegadaian syariah adalah sebesar Rp 2.000,000 – 2,500,000, sebanyak 33,33% menyatakan pendapatannya sebesar Rp < 1,000,000 – 1,500,000,sebanyak 30,76% mengatakan pendapatan sebesar Rp 3,000,000 – 4,000,000 dan sebanyak 1,28% pendapatannya sebesar Rp > 7,000,000.
lxx
Maka dapat disimpulkan bahwa pendapatan sebelum melakukan pembiayaan produktif dengan pegadaian syariah dalah sebesar Rp 2,000,000 – 2,500,000 dapat dilihat dengan jelas pada gambar atau grafik diatas. Gambar 4.20 Persepsi Nasabah Setelah Melakukan Pembiayaan produktif
45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 0
2
4
6
Sumber: data diolah dari angket Berdasarkan data yang di atas pada gambar No. 4.20 sebanyak 41,02% mengatakan pendapatan setelah melakukan pembiayaan produktif dengan pegadaian syariah adalah sebesar Rp 2.000,000 – 2,500,000, sebanyak 30,76% menyatakan pendapatannya sebesar Rp3.000,000 – 4.000,000,sebanyak 16,66% mengatakan pendapatan sebesar Rp 5.000,000 – 6.000,000, sebanyak 10,25% pendapatannya sebesar < Rp 1.000,000 – 1,500,000 dan sebanyak 1,28% pendapatannya sebesar > Rp 7.000,000. Maka dapat disimpulkan bahwa pendapatan setelah melakukan pembiayaan produktif dengan pegadaian syariah
lxxi
adalah sebesar Rp 2,000,000 – 2,500,000 dapat dilihat dengan jelas pada gambar atau grafik diatas.
3. Pengujian Hipotesis
Setelah pengujian analisis statistik deskriptif yang mendeskripsikan persentase persepsi nasabah, maka langkah selanjutnya melakukan pengujian signifikan dan interprestasi model korelasi, untuk melihat penggaruh variabel indenpenden terhadap variabel dependen secara individual. 1. Pengujian Koefisien Korelasi Tabel 4.1 Correlations Pembiayaan Produktif Pembiayaan Produktif
Pendapatan
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1 78 .017 .884 78
Pendapatan .017 .884 78 1 78
Hasil korelasi variabel X dan Y. Nilai yang diperoleh sebesar 0.017 berarti terdapat hubungan yang sangat kuat antara variabel pembiayaan produktif dan variabel pendapatan. Untuk membuktikan hipotesis “ terdapat hubungan antara variabel X dan Y” lihat saja signifikansinya.
lxxii
Uji signifikansi ditunjukkan oleh tabel korelasi. Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan secara statistik sebagai berikut : Ha : Pỵх ≠ 0 Ho : Pỵх = 0 Hipotesis bentuk kalimat : Ha : Pembiayaan produktif berpengaruh signifikan terhadap pendapatan Ho
: Pembiayaan Priduktif tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan.
Kaidah keputusan : 1. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0,05 < Sig] maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan. 2. Jika nilai Probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0,05 > Sig], maka Ho ditolak Ha diterima, artinya signifikan. Tabel Correlations diperoleh variabel pembiayaan produktif dan pendapatan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0.884, dibandingkan dengan probabilitas 0,05, ternyata nilai probabilitas 0,05 lebih kecil dari nilai probabilitas Sig. (2tailed) atau [0,05 < 0,884], maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak signifikan. Terbukti bahwa pembiayaan produktif mempunyai hubungan secara tidak signifikan terhadap pendapatan.
lxxiii
Tabel 4.2 Model Summaryb Model 1
Adjusted R Square -.013
R R Square .017a .000
Std. Error of the Estimate 1.77419
DurbinWatson 2.248
a. Predictors: (Constant), Pembiayaan Produktif b. Dependent Variable: Pendapatan
Hasil dari tabel model summary, pada bagian ini ditampilkan nilai R = 0,017 dan koefisien determinasi (R square) sebesar 0.000. (adalah pengkuadratan dari koefisen korelasi, atau 0,017 X 0,017 = 0,000) hal ini menunjukkan pengertian bahwa pembiayaan produktif (Y) tidak dipengaruhi oleh pendapatan (X). Hal tersebut juga menyebutkan kemampuan variabel independent dalam menjelaskan variabel dependent adalah lemah sekali (dianggap tidak ada). 3. Pengujian Koefisien Regresi. Tabel 4.3. a Coefficients
Model 1 (Constant) Pembiayaan Produkt
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 4.034 3.548 .010 .068 .017
t 1.137 .146
Sig. .259 .884
a. Dependent Variable: Pendapatan
Dari persamaan Y = 4.034 + 0.010 Dari persamaan regresi Y= 4.034 + 0.010X Hasil dari uji Coeffisiens, pada bagian ini dikemukakan nilai kostanta (a) = 4.034 dan beta = 0.010 serta harga t hitung dan tingkat signifikansi = 0.884. dari tabel diatas diperolah persamaan hitungnya adalah Y = 4.034 + 0.010X
lxxiv
Kostanta sebesar 4.034 menyatakan bahwa jika tidak ada pembiayaan produktif, maka pendapatan adalah 4.034. Koefisien regresi sebesar 0.010 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda +) Rp 1 biaya pembiayaan produktif akan menigkatkan pendapatan sebesar 0.010. sebaliknya jika pembiayaan produktif menurun sebesar Rp 1, maka pendapatan juga diprediksi mengalami penurunan sebesar 0.010. Jadi tanda (+) menyatakan arah hubungan yang searah, dimana kenaikan dan penurunan variabel independen (X) akan mengakibatkan kenaikan/penurunan variabel dependen (Y). Uji t untuk menguji signifikansi kostanta dan variabel dependen (pendapatan). Persamaan regresi (Y = 4.034 + 0.010X) yang didapat tersebut selanjutnya akan diuji apakah memang valid untuk memprediksi dari variabel dependen. Dengan kata lain, akan dilakukan pengujian apakah pembiayaan produktif benar-benar dapat memprediksi pendapatan dimasa mendatang. Disini diberi uji koefisien regresi dari variabel pembiayaan produktif. Hipotesis berdasrkan uji t dirumuskan secara statistik berikut: Ha : Pỵх ≠ 0 Ho : Pỵх = 0 Hipotesis bentuk kalimat : Ha : Pembiayaan produktif berpengaruh signifikan terhadap pendapatan Ho : Pembiayaan Priduktif tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan
lxxv
Kaidah keputusan: 1. Jika nilai t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan 2. Jika nilai t hitung < tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan. Ternyata nilai 0.146 < 1,671 atau t hitung lebih < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak signifikan. Jadi, pembiayaan produktif tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan. Gambar 4.21 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: pendapatan
Expected Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Hasil dari output SPSS normal P-Plot Pendapatan memperlihatkan bahwa distribusi dari titik-titik data pendapatan tidak menyebar disekitar garis diagonal,
lxxvi
akan tetapi dari titik-titik data pada gambar diatas hanya menggumpul disekitar titik-titik data saja, pada gambar ini menjelaskan penyebaran dari data-data yang ada pada variabel (menggambarkan garis regresi) karena titik-titik
tidak
mendekati atau disektar garis lurus. Jadi data pada variabel pendapatan tidak dapat dikatakan normal. 3. Pegujian Wilcoxon Signed Ranks Test Tabel 4.4 Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N Pendapatan setelah melakukan dengan pegadaian syariah Pendapatan sebelum melakukan dengan pegadaian syariah
Mean Rank
Sum of Ranks
0
a
.00
.00
44
b
22.50
990.00
Ties
34
c
Total
78
Negative Ranks Positive Ranks
a. Pendapatan setelah melakukan dengan pegadaian syariah < Pendapatan sebelum melakukan dengan pegadaian syariah b. Pendapatan setelah melakukan dengan pegadaian syariah > Pendapatan sebelum melakukan dengan pegadaian syariah c. Pendapatan setelah melakukan dengan pegadaian syariah = Pendapatan sebelum melakukan dengan pegadaian syariah
Hasil dari
tabel 4.24 dapat dijelaskan bahwa dari jumlah 78 sampel
menunjukkan 44 sampel yang menghasilkan nilai positif sedangkan yang negatif menghasilkan nilai 0, dari nilai yang positif menghasilkan rata-rata rangkingnya sebesar 22,50 dan nilai rangking yang negatif menghasilkan nilai rata-rata 0,00. jadi dapat disimpulkan bahwa pendapatan setelah melakukan dengan pegadaian syariah berpengaruh besar terhadap pendapatan sebelum melakukan dengan pegadaian syariah.
lxxvii
Tabel 4.5 Test Statisticsb
Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Pendapatan setelah melakukan dengan pegadaian syariah Pendapatan sebelum melakukan dengan pegadaian syariah -6.633a .000
a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Bagian ini pada membahas pengujian pendapatan sebelum dan sesudah melakukan pembiayaan produktif dengan pegadaian syariah dengan uji willcoxon sign test. Tingkat signifikansi (a) dapat dilihat melalui Asymp Sig sebesar 5% (0.05). Pengujian dilakukan hipotesis Ha. Kriteria ini digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Bila Asymp Sig < 0.05 maka Ha diterima (ada perubahan) Bila Asymp Sig > 0.05 maka Ho ditolak (tidak ada perubahan) Berdasarkan pada tabel 4.25 dapat dinyatakan mengalami perubahan secara signifikan. Kumpulan ini ditunjukkan berdasarkan dengan nilai Asym Sig (2-tailed) pada tabel diatas 0.000 yang lebih kecil dari pada taraf kesalahan 5% atau α = 0.05 (0.000 < 0.05), sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Dapat disimpulkan bahwa pendapatan setelah melakukan pembiayaan produktif dengan pegadaian syariah maka mengalami perubahan pendapatan secara signifikan, dan
lxxviii
berdampak positif. Hal ini dikarenakan terdapat penaikan setelah nasabah melakukan pembiayaan produktif pada pegadaian syariah. Maka dari itu semakin memperjelas bahwa tujuan ekonomis dari pegadaian syariah tercapai.
B. Interpretasi Data
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil pada penelitian ini tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pembiayaan produktif yang diberikan dengan pendapatan nasabah. Dengan tidak adanya pengaruh yang signifikan hasil penelitian tersebut, dikarenakan pada pegadaian syariah hanya memberikan biaya atau modal yang sangat kecil bagi para nasabahnya, sehingga para nasabah tidak bisa menggembangkan usahanya menjadi yang lebih besar, dan keberadaan pegadaian syariah hanyalah sebagai akad tambahan saja dalam pembiayaan produktif para nasabah dari biaya-biaya yang lain. Sehingga dapat dilihat bahwa besar dan kecilnya pendapatan tidak hanya diperoleh dari hasil pembiayaan produktif, dikarenakan pegadaian syariah hanya memberikan akad tambahan sebesar 0.85% dan itu tergantung dari besarnya nilai taksiran barang yang digadaikan oleh para nasabah.
lxxix
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari pembahasan dari hasil uji yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan pengaruh pembiayaan produktif pada pegadaian syariah terhadp pendapatran nasabah secara simultan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Gambaran
tingkat pembiayaan produktif para nasabah yang telah
menggunakan pegadaian syariah dapat dilihat berdasarkan perbandingan analisa sebelum dan sesudah melakukan pembiayaan produktif pada pegadaian syariah terdapat perubahan, dengan nilai signifikansi terendah yaitu 0.000 pada alpha atau tingkat kesalah 0.05 dengan z-hitung sebesar 6.633.sehingga dapat disimpulkan bahwa pendapatan nasabah yang menggunakan pembiayaan produktif mengalami peningkatan. 2. Dari hasil tabel korelesi diperoleh variabel pembiayaan produktif dan pendapatan dengan nilai sig. (2-tailed) sebesar 0.884, dibandingkan dengan probabilitas 0.05 ternyata nilai 0.05 lebih kecil dari nilai probabilitas sig. (2tailed) atai [0.05 < 0.884] terbukti bahwa pembiayaan produktif mempunyai hubungan secara tidak signifikan terhadap pendapatan, dan kemudian dari
lxxx
hasil uji t menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan antara pembiayaan produktif terhadap pendapatan nasabah pada pegadaian syariah, yaitu dengan melihat nilai 0.146 < 1,671 atau t hitung lebih < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak ada pengaruh yang signifikan. Jadi, pembiayaan produktif tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan. 3. Hasil dari uji Coeffisiens, pada bagian ini dikemukakan nilai kostanta (a) = 4.034 dan beta = 0.010 serta harga t hitung dan tingkat signifikansi = 0.884. dari tabel diatas diperolah persamaan hitungnya adalah Y = 4.034 + 0.010X Kostanta sebesar 4.034 menyatakan bahwa jika tidak ada pembiayaan produktif, maka pendapatan adalah 4.034. Ternyata nilai 0.146 < 1.671 atau t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak signifikan. Jadi, pembiayaan produktif tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan. 4. Dari hasil semua kesimpulan di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa peningkatan pendapatan nasabah pada pegadaian syariah Pondok Aren, ternyata tidak hanya berasal dari pembiayaan produktif yang telah diberikan oleh pegadaian syariah, tetapi juga banyak berbagai faktor lain yang lebih mempengaruhi peningkatan pendapatan di luar pembiayan produktif termasuk modal usaha. Dengan tidak adana pengaruh yang signifikan pada hasil penelitian ini, dikarenakan pada pegadaian syariah hanya memberikan biaya atau dana yang sangat kecil bagi para nasabahnya, sehingga para nasabah tidak bisa menggembangkan usahanya menjadi yang lebih besar, dan
lxxxi
keberadaan pegadaian syariah hanyalah sebagai akad tambahan saja dalam pembiayaan produktif para nasabah dari biaya-biaya yang lain. Sehingga dapat dilihat bahwa besar dan kecilnya pendapatan tidak hanya diperoleh dari hasil
pembiayaan
produktif,
dikarenakan
pegadaian
syariah
hanya
memberikan akad tambahan sebesar 0.85% dan itu tergantung dari besarnya nilai taksiran barang yang digadaikan oleh para nasabah.
B. Saran
Adapun saran-saran yang diberikan untuk pegadaian syariah adalah: 1. Dengan penelitian ini diharapkan pegadaian syariah akan lebih seksama atau lebih berhati-hati dalam menggambil keputusan agar tujuan utama tercapai. 2. Sebaiknya perusahaan memperhatikan aspek-aspek non ekonomis yang mungkin berpengaruh terhadap pendapatan nasabah agar dapat diperoleh gambaran yang lebih lengkap mengenai kinerja pegadaian seperti teknologi, sumber daya manusia, pelayanan, pajak, budaya perusahaan dan sebagainya. 3. Jika memungkinkan sebaliknya diuji untuk kelompok sampel yang lebih besar digunakan kelompok sampel pembanding dan membedakan sehingga hasilnya menjadi lebih baik. Peneliti sebaiknya memperluas pengujian efisiensi pegadaian dengan menggunakan rasio yang lebih komprehensip. 4. Dalam penelitian ini tidak memperhitungkan dampak krisis terhadap tingkat signifikansi peningkatan pendapatan nasabah pada pegadaian syariah sebelum dan sesudah melakukan pembiayaan produktif. Sehingga sebaiknya dalam
lxxxii
penelitian ini tentang pegadaian syariah dengan seluruh data yang dibuat sebelum masa krisis.
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafi’i, Bank dari Teori dan Praktek, Jakarta: Gema Insani Press, 2001, Cet. Ke-1
lxxxiii
Arifin, Zainul. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Al vabet, 2002. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002, Cet. Ke-12. Bank Indonesia, Booklet Perbankan Indonesia, Jakarta: 2002. Bank Indonesia, Kamus Perbankan, 1999, Cet. Ke-1 Bank Muamalat Institute, Perbankan Syariah Perspektif Praktisi, Jakarta: 1999. Chapra, Umar. Islam dan Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Gema Insani Press dan Tazkia Institute. Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ghazali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2002. Haroen, Nasrun. Fiqh Muamalah. Jakarta, Gaya Media Pratama, 2002, Cet. Ke-1 Hadi, Sutrisno. Metode Research. Yogyakarta: Andi, 2004. Hadi, Muhammad Sholikul. Pegadaian Syariah. Jakarta: Salemba Diniyah, 2003. Jonathan, Sarwono. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS I. Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2006. Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan lainnya. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001, Cet. Ke-1. Karim, Adiwarman. Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta: Gema Insani Press, 2001, Cet. Ke-1. ………….. Majalah Wirausaha dan Keuangan. Jakarta: 2006, Cet. Ke-38
lxxxiv
Muhammad. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah.Yogyakarta: UUP AMP YKPN, 2005. Mas’ud, Ibnu dan Abidin, Zainal. Fiqh Mazhab Syafi’i. Bandung: PT. Pustaka Setia, 2000, Cet. Ke-2. Nugroho, Bhuono Agung. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Penerbit Andi. Prasetyo, Bambang dan Jannah, Lina Miftahul. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006. Rifa’i, Moh. Konsep Perbankan Syariah. Semarang: CV. Wicaksana, 2002. Riduwan dan Sunarto. Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi, dan Bisnis. Bandung: Alfabeta, 2007, Cet. Ke-1. Shihab, Quraish. Tafsir Al-Misbah, Pesan dan Keserasian Al-Quran. Jakarta: Lentera Hati, 2002, Cet. Ke-XI Simamora, Bilson. Panduan Riset Prilaku Konsumen. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, Anggota IKAPI, 2002. Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan, Jakarta: Penerbit FUEI, 2001, Cet. Ke-2. Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Ekonisia, Cet. Ke-2. Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalah. Jakarta: Salemba Diniyah, 2003. Sugianto, Mikael dan Community, Smitdev. SPSS 15. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2007.
lxxxv
Subekti dan R. Tjitrosudibio. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta: Pradnya Paramita, 2004. Cet. Ke-34. Sulaiman, Abi Dawud. Sunan Abu Dawud. Beirut: Darul Al-Fikri, 1994, juz 3. Umar, Husein. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004. Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, (Jakarta: Sinar Grafika, 2001), Cet. Ke-1.
lxxxvi
lxxxvii