PENGARUH PENJUALAN PRODUK LOGAM MULIA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PADA PEGADAIAN SYARIAH CABANG CINERE
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E,Sy)
Oleh: ARMA SAFITRI NIM. 207046100193
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M
PENGARUH PENJUALAN PRODUK LOGAM MULIA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PEGADAIAN SYARIAH (PEGADAIAN SYARIAH CABANG CINERE) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) Oleh:
Arma Safitri NIM: 207046100193
Di Bawah Bimbingan Pembimbing
Dr.Djawahir Hejazziey, SH.,MA
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS HUKUM DAN SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/ 2011 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi
berjudul
PENGARUH
PENJUALAN
PRODUK
LOGAM
MULIA
TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PADA PEGADAIAN SYARIAH CABANG CINERE telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 05 Agustus 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Ekonomi Syariah (S.E,Sy) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 05 Agustus 2011 Mengesahkan, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 195505051982031012
PANITIA SIDANG MUNAQASAH 1. Ketua
: Drs. H. Ahmad Yani, MA NIP. 196404121994031004
2. Sekretaris
: Moh. Syafii, SEI
3. Pembimbing : Dr. Djawahir Hejazziey,. SH., MA NIP. 195510151979031002 4. Penguji I
: Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 195505051982031012
5. Penguji II
: Drs. Heldi, M.Pd 196304141993031002
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 4 Juli 2011
Arma Safitri
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. Shalawat dan salam tak luput tercurah untuk Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya hingga akhir zaman. Sebagai insan yang tak lepas dari ketidaksempurnaan, penulis menyadari skripsi yang berjudul PENGARUH PENJUALAN PRODUK LOGAM MULIA TERHADAP
PENINGKATAN
PENDAPATAN
PADA
PEGADAIAN
SYARIAH CABANG CINERE ini masih banyak kekurangan, dikarenakan keterbatasan ilmu serta pengalaman yang penulis miliki. Dengan penuh kesadaran penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan tidak akan selesai tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara mori maupun materil. Seperti juga perjalanan studi yang penulis lalui dalam kesendirian. Dibalik keberhasilan selelu ada lingkaran lain yang memberikan semangat, motivasi bimbingan serta do’a. untuk itu penulis sangat berterimakasih atas bantuan dan jasa yang diberikan oleh beberapa pihak dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis inigin mengucapkan banyak terimakasih kepada:
i
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag., Ketua Program Studi Muamalat, Bapak Mu’min Rauf, M.A., selaku Sekretaris Program Studi Muamalat, dan Bapak Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag., Koordinator Teknis Program Non Reguler. 3. Bapak Dr. Djawahir Hejazziey, SH., MA., pembimbing yang telah sabar membimbing, memberikan arahan, dan meluangkan waktunya kepada penulis sehingga skripsi ini selesai. 4. Pimpinan dan seluruh staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, terima kasih atas penyediaan fasilitas kepustakaan sehingga membantu penulis untuk melakukan studi kepustakaan. 5. Ibu Tri Windawati, manager operasional Pegadaian Syariah Cabang Cinere, Kak Irfan, Bapak Agus, dan Bapak Sandy beserta karyawan dan Staf yang telah membantu dalam memberikan data dan informasi yang sangat berguna bagi penulis. 6. Teristimewa Orang tua penulis (Ayah H. Mahmun dan Ibu Hj. Syamsiyah) yang selalu mendoakan secara tulus, memberikan semangat kasih sayang dan dukungannya baik moril maupun materil, semoga Ayah dan Ibu selalu diberikan kesehatan, kebahagiaan dan umur yang panjang sehingga anan diberi kesempatan untuk menunjukkan besarnya cinta ananda pada kalian. 7. Kepada Adikku, Siti Fatimah yang sedang menimba Ilmu, yang sebentar lagi sudah mau selesai dalam meyelesaikan D3 kebidanannya, Hidayatul Sholihin, ii
Adiyatul Adha, Lidya Aprianti, terimakasih atas motivasi dan dukungan semuanya. 8. Teman-teman penulis Anita, Uci, Nisa, Rani, Bili, Ian, Aul, Ical, Kodrat, Dwi, Nahla, dan teman-teman jurusan Perbankan Syariah angkatan 2007 Non Reguler khususnya kelas A yang selalu memberikan saran, mensuport, dan membantu penulis hingga penulisan ini rampung. dan teman-teman kosan Al-Markaz ita, kak nit, teh neni, kak rahmi, darti, kak toton dan yang lainnya terimakasih atas motivasi dan dukungan semuanya dan kita saling mengenal dan menjalin persahabatan bahkan persaudaraan. 9. Kak Fida dan kak fi’I yang telah banyak membantu dalam memberi informasi dan motivasi dalam penulisan ini. 10. Buat temen-temen KKN WDS 2010 ita, anita, nisa, uci, makenun, kadut, bili, aul dan yang lainnya semoga kita diberi ilmu yang bermanfaat dan selalu menjalin tali silaturahmi. 11. Seorang yang selama ini selalu menjadi curahan hati penuis, sahabat yang selalu mengerti keadaan penulis, teman yang telah menghibur hati penulis dikala gundah Kallon L Nerazzuri Kurnia Safitri. Termakasih atas semua curahan kasih sayang yang telah kamu berikan untuk ku selama ini. 12. Rekan-rekan yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, namun telah memberikan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat lulus menjalani perkuliahan di UIN hingga akhir.
iii
Mengakhiri kata pengantar ini, atas semua bantuan yang telah diberikan, penulis hanya dapat memanjatkan doa kepada Allah semoga kebaikan yang telah diberikan dapat bernilai ibadah dan dibalas oleh Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna di kemudian hari dan memberikan manfaat bagi semua pihak serta rekan-rekan yang membacanya, semoga yang telah penulis lakukan mendapat Ridha Allah SWT. Amin.
Jakarta, 03 Juli 2011
Arma Safitri
iv
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
v
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
5
D. Kerangka Teori
6
E. Review Studi terdahulu
7
F. Variabel Penelitian
9
G. Hipotesa
10
H. Metode Penelitian
10
I. Sistematika Penulisan
17
LANDASAN TEORI A. Logam Mulia
19
B. Murabahah
23
C. Pendapatan
26
D. Gadai
31
v
BAB III
BAB IV
BAB V
PROFIL PEGADAIAN SYARIAH CABANG CINERE A. Sejarah Singkat
45
B. Tujuan Berdirinya
48
C. Visi dan Misi
49
D. Produk-Produk
49
E. Mekanisme dan Operasional
52
F. Struktur Organisasi
54
ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perkembangan Penjualan Produk Logam Mulia
57
B. Perkembangan Pendapatan Pegadaian Syriah
58
C. Pengaruh Penjualan Logam Mulia Terhadap Pendapatan Pegadaian Syariah
59
D. Perbandingan Pendapatan Pegadaian Syariah Sebelum dan Sesudah Menjualkan Produk Logam Mulia
72
E. Analisis Kendala-Kendala yang Mempengaruhi Penjualan Produk Logam Mulia Terhadap Peningkatan Pendapatan Pegadaian Syariah Cabang Cinere
74
PENUTUP A. Kesimpulan
75
B. Saran
77
DAFTAR PUSTAKA
79
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Halaman Tabel Perbedaan dan Persamaan Pegadaian Syariah dan Pegadaian Konvensional
35
4.2
Data Perkembangan Penjualan Logam Mulia Tahun 2008 s/d 2010
57
4.3
Data Perkembangan Pendapatan Pegadaian Syariah Cabang Cinere Tahun 2008 s/d 2010
58
Data Total Pendapatan Pegadaian Syariah Cabang Cinere Tahun 2008 s/d 2010
59
4.5
Variabel Entered / Removed
61
4.6
Model Summary
62
4.7
Anova
63
4.8
Uji T Statistik
64
4.9
Uji F Statistik
65
4.10
Coefficients
67
4.11
Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi
70
4.12
Manual Perhitungan Durbin-Watson
71
4.13
Data Perbandingan Pendapatan Pegadaian Syariah Cabang Cinere
4.4
Sebelum dan Sesudah Menjualkan Produk Logam Mulia
vii
72
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1.1
Variabel Penelitian
9
3.2
Skema Pegadaian Syariah
53
4.3
Asumsi Normalitas
68
4.4
Uji Heterokedastisitas
69
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan sistem yang mencakup seluruh aspek kehidupan termasuk masalah pembangunan ekonomi, Islam merumuskan suatu sistem ekonomi yang sama sekali berbeda dengan sistem – sistem ekonomi lainnya. Hal ini karena ekonomi Islam memiliki dasar dari syariah yang menjadi sumber dan panduan bagi setiap muslim dalam melaksanakan aktivitasnya. Salah satu upaya merealisasikan nilai-nilai ekonomi Islam dalam aktivitas nyata masyarakat dengan mendirikan lembaga-lembaga keuangan yang beroperasi berdasarkan Islam.1 Perkembangan ekonomi Islam saat ini di Indonesia mengalami pertumbuhan yang signifikan. Berdasarkan data statistik perbankan syariah Bank Indonesia bulan September 2010, secara kuantitas, pencapaian perbankan syariah terus mengalami peningkatan dalam jumlah bank. Semenjak berdirinya Bank Muamalat Indonesia tahun 1992 sampai 2005 hanya ada tiga Bank Umum Syariah (BUS), 19 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 92 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dengan total jumlah kantor baru mencapai 550 unit, dalam rentang lima tahun (2005- 2010), pertumbuhan perbankan syariah lebih dari dua kali lipat
1
M. syafi’I Antoniou, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, (Jakarta, BI Bekerjasama dengan Tazkia Institute, 1999), Cet, Ke- 1. H. 37
1
2
jumlah BUS saat ini telah mencapai 10 unit dengan 23 UUS dan jumlah BPRS telah mencapai 146 unit dan total jumlah kantor syariah sebanyak 1,640 unit.2 Sistem ekonomi Islam mulai disepakati oleh pemerintah ditandai dengan berdirinya usaha-usaha yang berbasis syariah seperti bank syariah, pasar modal syariah, serta aktivitas ekonomi syariah lainnya yang berkembang akhir ini. Diantaranya adalah pegadaian syariah.3 Keberadaan Pegadaian Syariah sangat dibutuhkan oleh masyarakat kelompok ekonomi lemah, yang sangat rasional untuk memanfaatkan jasa Pegadaian Syariah apabila memberikan kemudahan dalam barang jaminan, cepat, dan mudah sehingga mereka merasa tertolong sehingga keberadaan Pegadaian Syariah sebagai rahmatan lil ’alamin akan terasakan. Perkembangan dunia usaha pada saat ini menunjukkan adanya gejala persaingan yang semakin meningkatkan kearah penguasaan pasar secara luas. Perusahaan besar maupun kecil, saling berpacu untuk merebut tempat pemasaran dengan bermacam cara usaha supaya perusahan dapat menjual produk sebanyakbanyaknya pada konsumen yang membutuhkan.4 Pesatnya perkembangan lembaga keuangan syariah memberi angin segar bagi maraknya kegiatan ilmiah berbasis ekonomi Islam yang dilakukan, terutama 2
Ali Rama, “Ekonomi Syariah dan Outlook 2011”, artikel diakses pada 13 Mei 2011 dari http://ekonomiislami.wordpress.com/ ekonomi-syariah-dan-outlook-2011/ 3
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta, Ekonisia, 2003), h.158 4
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Alvabet,2002),h.3
3
dikalangan akademisi perguruan tinggi umum maupun Islam. Hal ini menunjukkan semakin meningkatnya apresiasi umat Islam terhadap upaya penegakan dalam bidang ekonomi dan atau upaya artikulasi nila-nilai islam dalam ruangan. Bahkan saat ini, beberapa perguruan tinggi telah menjadikan ekonomi islam sebagai objek kajian baik dalam bentuk program studi maupun konsentrasi.5 Kepala Devisi Syariah Perum Pegadaian, Wasis Djuhar mengatakan pertumbuhan Pegadaian Syariah Desember 2002 berjumlah 9 kantor cabang, Maret 2003 berjumlah 11 kantor cabang, September 2004 berjumlah 17 cabang, maka sampai Desember 2005 saja LKS Pegadaian Syariah telah berjumlah 23 cabang dan bisa mencapai 46 persen per tahun.6 Sedangkan menurut Irianto Manajer Operasional Pegadaian Syariah, hingga akhir Oktober 2010 Pegadaian Syarian mempunyai 500 outlet dan jumlah tersebut akan terus bertambah di setiap tahunnya, mengingat kontribusi pertumbuhan omzet yang dihasilkan Pegadaian Syariah mencapai 63 persen. Kontribusi pendapatan omset Pegadaian Syariah hingga Oktober 2010 menembus angka Rp3,5 triliun, atau meningkat sebesar 63% persen dibandingkan tahun sebelumnya pada periode yang sama sebesar Rp2,1 triliun, peningkatan omset tersebut dikarenakan semakin meningkatnya jumlah nasabah serta bertambahnya outlet-outlet Pegadaian. Omset Pegadaian Syariah kini mencapai Rp3,5 tiriliun, hingga akhir tahun 2010 ditargetkan mencapai Rp4,7 Selain itu, jumlah nasabah Pegadaian Syarian juga mengalami peningkatan yang signifikan, sampai dengan 5
6
Riawan Amin, Menata Perbankan Syariah Di Indonesia, (Jakarta: UIN Press, 2009).h.20
Sasli Rais http://sasli-rais.blogspot.com/ diakses 13 juni 2011
4
Oktober 2010, tercatat sebanyak 1.036.258 nasabah, atau meningkat sebesar 60 persen dibandingkan tahun sebelumnya pada periode yang sama sebanyak 649.554 nasabah. Produk-produk pegadaian syariah bermacam-macam disediakan untuk masyarakat misalnya Ar Rahn, Mulia, Pembiayaan Ar Rum, Krista dan lain sebagainya. Produk-produk berbasis syariah memiliki karakteristik seperti, tidak memungut bunga dalam berbagai bentuk karena riba, menetapkan uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas yang diperdagangkan. Dengan begitu banyak produk yang ditawarkan pegadaian syariah maka produktivitas perlu ditingkatkan karena merupakan faktor terpenting dalam suatu usaha yang dijalankan agar tetap dapat tumbuh dan berkembang, serta menentukan daya saing diera pasar bebas yang akan datang. Potensi untuk berkembang lebih maju di masa mendatang masih sangat besar. Namun masih ada banyak kendala dan tantangan dalam operasional pegadaian syariah di Indonesia. Dengan begitu banyak produk pegadaian syariah yang ditawarkan kepada masyarakat, maka salah satunya yaitu penjualan logam mulia. Produk ini merupakan penjualan logam mulia dengan cara pembayaran tunai dan kredit. Tentu produk ini akan sangat membantu nasabah yang tidak memiliki dana yang cukup tapi ingin berinvestasi emas. Namun seiring dengan perkembangnya produk penjualan logam mulia ini ditawarkan diberbagai lembaga-lembaga keuangan lainnya, seperti pegadaian syariah. Hal ini tentu saja menjadi tantangan dan masalah bagi pegadaian syariah, terutama dalam hal peningkatan pendapatan.
5
Untuk itu penulis menilai bahwa penting untuk mengadakan penelitian dan membahas masalah tersebut dengan judul: “PENGARUH PENJUALAN PRODUK LOGAM MULIA TERHADAP PENINGKATAN
PENDAPATAN
PEGADAIAN
SYARIAH
CABANG
CINERE”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Berdasarkan pemaparan diatas dan agar pembahasan ini lebih terarah dan tidak melebar, penulis membatasinya hanya pada analisis pengaruh produk logam mulia yang diterapkan oleh Pegadaian Syariah Cabang Cinere. Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana pengaruh penjualan produk logam mulia dalam meningkatkan pendapatan Pegadaian Syariah Cabang Cinere?
2. Kendala apa saja yang mempengaruhi penjualan produk logam mulia terhadap pendapatan Pegadaian Syariah Cabang Cinere?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang diharapkan dalam penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui pengaruh produk logam mulia dalam meningkatkan pendapatan pada Pegadaian Syariah.
6
b. Untuk mengetahui keuntungan dan manfaat produk logam mulia pada Pegadaian Syariah. 2. Manfaat Penelitian Sedangkan manfaat yang diharapkan penelitian adalah sebagai berikut: a. Bagi penulis mendapat pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas mengenai produk logam mulia di Pegadaian Syariah Cabang Cinere b.
Bagi akademisi untuk menambah literatur pada penjualan produk logam mulia supaya lebih dikembangkan sebaik mungkin.
c. Bagi Pegadaian Syariah Cabang Cinere yang bersangkutan dapat mengetahui pengaruh penjualan produk logam mulia terhadap peningkatan pendapatan pegadaian.
D. Kerangka Teori Pendapatan merupakan unsur penting bagi kesinambungan perusahaan yang bermotivasi untuk mengharapkan laba dalam operasi kegiatannya, karena besar kecilnya laba pendapatan beban yang terjadi dalam perusahaan. Pendapatan harus diakui pada saat yang tepat agar posisi keuangan mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Dalam pengertian umum pendapatan adalah hasil pencaharian usaha. Budiono (1992 : 180) mengemukkan bahwa pendapatan adalah hasil dari penjualan faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi. Sedangkan menurut Winardi (1992 : 171) pendapatan adalah hasil berupa uang
7
atau materi lainnya yang dapat dicapai dari pada penggunaan faktor-faktor produksi. Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan merupakan nilai dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu badan usaha dalam suatu periode tertentu. Dalam akuntansi pendapatan dan beban dijelaskan bahwa pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal bank selama satu periode yang mengakibatkan kenaikan ekuitas dan tidak secara langsung berasal dari kontribusi penanaman modal7. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (1999:233) dalam buku Standart Akuntansi Keuangan menyebutkan bahwa pendapatan adalah: “Arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode, bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal”.
E. Review Studi Terdahulu Berdasarkan yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber kepustakaan, penulis perlu melengkapi atau menyempurnakan penelitian ini degan melakukan studi review karena disana ada sumber yang dapat dijadikan tambahan untuk penyelesian penelitian penulis ini. Beberapa refrensi yang telah ada dan berkaitan dengan judul skripsi yang diangkat adalah: 7
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2061554-pengertian-pendapatan diakses pada tanggal 24 februari 2011
8
1. Pengaruh Produk Gadai Emas Syariah Pada Bank BNI Syraiah Pusat Terhadap Peningkatan Pendapatan Bank, ditulis oleh Herfina, jurusan perbankan syariah, tahun 2010. hasil penelitiannya dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa kontribusi yang diberikan oleh produk gadai emas syariah (variable X) terhadap peningkatan pendapatan bank BNI syariah (variable Y) adalah sebesar 0,023%. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan bank BNI syariah dipengaruhi oleh ar rahn sebesar 0,023% sedangkan sisanya 99,97% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini. Produk gadai emas syariah ini masih relative kecil kontribusinya terhadap total pendapatan bank. 2. Pengaruh Pembiayaan Murabahah Terhadap Peningkatan Pendapatan Nasabah BMT Berkah Madani, ditulis oleh Andi Abdullah As’ad, Jurusan Perbankan Syariah tahun 2009. Hasil penelitian yang dilakukan didapat hasil t sebesar 6,88 terletak didaerah H0 ditolak. Maka keputusan ditolak Ho mengandung arti bahwa ada pengaruh positif antara pengaruh
sebelum
diberikan pembiayaan murabahah dan setelah diberikan pembiayaan, tak jauh berbeda dengan hasil uji dua sample berpasangan wilxocon, dari hasil uji tersebut di dapat Z sebesar -3.353 dengan tariff nyata 5 % maka nilai z tersebut terletak didaerah Ho ditolak berarti terdapat pengaruh antara pembiayaan sesudah diberikan ≠ sebelum diberikan pinjaman murabahah. Berarti pembiayaan yang diberikan kepada nasabah sudah efektif kerena membawa dampak yang positif bagi perkembangan usaha.
9
3. Pengaruh Pendapatan Mudharabah Terhadap Total Pendapatan Operasional Bank ditulis oleh Dedi pujihadi, jurusan perbankan syariah tahun 2010, hasil penelitiannya hasil perhitungan analisis regrsi pendapatan mudharabah terhadap pendapatan bank BNI syariah diperoleh nilai R Aquare= 0,657% atau menunjukkan angka 65,7% artinya kontribusi pendapatan mudharabah terhadap pendapatan bank BNI syariah adalah 65,7% sedangkan sisanya 34,3% dipengaruhi oleh factor lain diluar model. Berdasarkan pengujian hipotesis koefisien regresi didapat nilai t hitung = 4,288 lebih besar dari t table 4,203 maka Ho ditolak. Kerana Ho ditolak, berarti perubahan X mempengaruhi perubahan Y artinya kalau pendapatan muharabah bertambah maka pendapatan UUS bank BNI ikut bertambah. Dengan demikian persamaan Ŷ= a + bX boleh untuk meramalkan Y sebab perubahan X mempengaruhi Y.
F. Variabel Penelitian Gambar 1.1 Variabel Penelitian X PENJUALAN PRODUK LOGAM MULIA
Y PENDAPATAN PEGADAIAN
Untuk lebih jelasnya dan focus variable penelitian ini maka variable penelitian sebagai berikut:
10
X= Penjualan Produk Logam Mulia Y= Pendapatan Pegadaian
G. Hipotesa Hipotesa dipenelitian ini adalah sebagai berikut: X(Penjualan Produk Logam Mulia
Y (Terhadap Pendapatan
Pegadaian) Ho: r=0, tidak terdapat hubungan positif dan kuat antara produk logam mulia dengan pegadaian syariah. H1: r # 0, Terdapat hubungan positif dan kuat antara veriabel penjualan produk logam mulia dengan pendapatan pegadaian syariah
H. Metode Penelitian 1. Jenis dan Sifat Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah: a. Penelitian Pustaka (Library research), dalam hal ini penulis menelaah data tertulis yang berhubungan dengan topic permasalahan penelitian baik dalam bentuk buku, artikel makalah, majalah dan lain- lain untuk menemukan kajian teoritis. b. Penelitian lapangan (Field research), untuk mendapatkan data-data secara langsung.
11
2. Pendekatan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, jenis penelitan yang digunakan dalam penelitian ini penulis akan menggunakan jenis penelitian kuantitatif yaitu data dinyatakan dalam bentuk angka karena dalam penelitian ini akan menganalisis laporan keuangan tahun 2008-2010 yang menjadi sample penelitian ini dan peneliti menggunakan data kuantitatif yang bersifat diskrit yakni data yang berbentuk angka yang diperoleh dari hasil menghitung. Data-data yang telah diperoleh akan diinterprestasikan dalam bentuk pemaparan dan analisa sehingga dapat memberikan kesimpulan pada penelitian ini 3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pegadaian Syariah Cabang Cinere yang beralokasi di JL. Karang Tengah No.25 D Lebak Bulus Jakarta Selatan. 4. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan untuk memperoleh data sesuai dengan tujuan penelitian adalah: a. Observasi yaitu penulis langsung mendatangi kantor Pegadaian Syariah cabang Cinere untuk memperoleh data tentang hal-hal yang menjadi onjek penelitian. b. Data primer (wawancara) yaitu diperoleh melalui pengamatan kegiatan operasional pada objek yang diteliti dan mengadakan wawancara secara
12
langsung tentang data internal perusahaan dengan pimpinan Pegadaian Syariah Cabang Cinere dan staf lainnya. c. Data sekunder (dokumentasi) penulis ambil dari dokumnetasi perusahaan khususnya pada pegadaian, buku-buku, majalah, internet. 5. Teknis Analisis Data Analisis kuantitatif statistik yaitu metode analisis regresi dengan menggunakan data-data yang sudah ada. Alasan
menggunakan
regresi
linear
sederhana
adalah
untuk
mendapatkan tingkat akurasi dan dapat mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen (penjualan produk logam mulia) terhadap variabel dependen (pendapatan pegadaian syariah). a. Regresi Linear Sederhana Metode regresi linear sederhana adalah suatu metode analisisis yang dipergunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Dengan persamaan umum Regresi Linear Sederhana sebagai berikut : Y = a + bX Keterangan : X = Variabel independen yaitu penjualan produk logam mulia Y = Variabel dependen yaitu pendapatan pegadaian syariah a = Konstanta yaitu nilai Y bila X = 0 b = Koefisien regresi yaitu perubahan pada Y jika X berubah satu satuan
13
b. Koefisien Determinasi Analisis untuk mengetahui seberapa besar sumbangan atau kontribusi variabel independen (penjualan produk logam mulia) terhadap variabel dependen (pendapatan pegadaian syariah). Besar koefisien determinasi (R2) didapat dari menguadratkan koefisien korelasi (r). Koefisien Determinasi dapat dilambangkan dengan (R2). Dengan rumus : R2 = r2 x 100% Keterangan : R2 = Koefisien Determinasi r = Koefisien Korelasi Sedangkan koefisien korelasi dapat dihitung dengan rumus :8
n . ∑X.Y - ∑X.∑Y r=
√(n.∑X2 – (∑X)2 . (n. ∑Y2 – (∑Y)2)
c. Uji Hipotesis 1) Uji t Pengujian t statistik adalah pengujian terhadap masing-masing variabel independen. Uji t (coefficient) akan dapat menunjukkan pengaruh masing-masing variabel independen (secara parsial) terhadap variabel dependen. 8
J.Supranto, Statistik: Teori dan Aplikasi, Jilid II, Ed.4 (Jakarta: Erlangga, 2001), h. 201.
14
Hipotesisnya yang digunakan : a) Bila Ho : bi ≤ 0 = Variabel Independen berpengaruh negatif terhadap variabel dependen. b) Bila Ho : bi > 0
= Variabel Independen berpengaruh positif
terhadap variabel dependen. Jika t tabel > t hitung maka Ho diterima, berarti variabel independen secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Jika t tabel < t hitung, maka Ho ditolak, berarti variabel independent secara individual berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Dalam pengolahan uji t statistik bertujuan melihat seberapa besar pengaruh masing-masing variabel independen (penjualan produk logam mulia) terhadap variabel dependen (pendapatan pegadaian syariah). 2) Uji F Pengujian F statistik adalah uji secara bersama-sama seluruh variabel independennya terhadap variabel dependennya. Perhitungan statistik F dari ANOVA dilakukan dengan membandingkan dengan nilai kritis yang diperoleh dari tabel distribusi F pada tingkat signifikan tertentu.
15
Hipotesis yang digunakan adalah : a) Ho : b1 = b2 = 0, berarti variabel independen secara keseluruhan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. b) Ha : b1 ≠ b2 ≠ 0, berarti variabel independen secara keseluruhan berpengaruh terhadap variabel dependen. Jika F-tabel > F-hitung berarti Ho diterima atau variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Jika F-tabel < F-hitung berarti Ho ditolak atau variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel independen. Bila nilai signifikansi annova < 0.05 maka model ini layak atau fit. Apabila hipotesis nol ditolak berarti secara bersama-sama variabel independen (penjualan produk logam mulia) mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen (pendapatan pegadaian syariah). d. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel terikat dan bebas keduanya terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.
16
Untuk mengetahui apakah data normal atau tidak maka dapat dideteksi dengan melihat normality probability plot. Jika data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Tetapi jika data (titik) menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.9 2) Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, hal tersebut dinamakan heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk mengetahui ada tidaknya heterokedastisitas pada suatu model regresi, maka dapat dilihat pada scatterplot model tersebut. Dengan ketentuan sebagai berikut: a) Titik-titik (data) menyebar di atas dan di sekitar angka 0 b) Titik-titik (data) tidak mengumpul hanya dibawah saja c) Penyebaran titik-titik (data) tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali
9
Singgih Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Parametik (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2000), h.214.
17
d) Penyebaran titik-titik (data) sebaiknya tidak berpola. 3) Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apaka dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Dengan ketentuan sebagai berikut: a) Angka D-W diantara -2 sampai +2, maka tidak ada autokorelasi b) Angka D-W di bawah -2 maka terjadi autokorelasi positif c) Angka D-W di atas +2 maka terjadi autokorelasi negatif
I. Sistematika Penulis Adapun sistematika penulisan ini oleh penulis akan dibaagi menjadi lima bab pembahasan, yaitu: BAB I
PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumpusan Masalah, Tujuan dan Manfaaat Penelitian, Kerangka Teori Review Studi Terdahulu, Variabel Penelitian, Hipotesa, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II
LANDASAN TEORI Dalam bab ini membahas mengenai tinjauan teoritis yang terdiri dari Pengertian Logam Mulia, Pengertian MULIA, Akad Produk MULIA,
18
Kelebihan
dan
Keuntungan
MULIA,
Murabahah,
Pengertian
Pendapatan, Sumber-Sumber Pendapatan dan pencatatan, Gadai (Rahn). BAB III
PROFIL PEGADAIAN SYARIAH CABANG CINERE Dalam bab ini meliputu yaitu: Sejarah Berdirinya, Visi Misi, Tujuan, Produk-produk, Struktur Organisasi.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini meliputi yaitu: Analisis Perkembangan Penjualan Produk
Logam
Mulia,
Analisis
Perkembangan
Pendapatan
Operasional Pegadaian Syariah Cabang Cinere, Pengaruh Penjualan Produk Logam Mulia Terhadap Pendapatan Pegadaian Syariah, Perbandingan Pendapatan Pegadaian Syariah Sebelum dan Sesudah Menjualkan/ Memasarkan Produk Logam Mulia. BAB V
PENUTUP Dalam bab ini meliputi Kesimpulan dan Saran-saran
BAB II LANDASAN TEORI
A. Logam Mulia 1. Pengertian Logam Mulia Menurut Mulyo, Logam adalah unsur yang mempunyai sifat fisik umum seperti berwujud padat, bertitik leleh tinggi, lentur (tidak mudah patah), mudah dibentuk (dapat di tempa dan ditarik), penghantar panas dan listrik yang baik, dan dapat di buat paduan antar sesama logam1. Sedangkan menurut Budiono Logam adalah jenis barang tambang yang keras seperti emas, perak, tembaga dan sebagainya.2 Mulia adalah bermutu tinggi atau berharga, misal emas, perak dan sebagainya3. Dalam ilmu kimia, logam mulia adalah logam yang tahan terhadap korosi maupun oksidasi4. William Tanuwidjaja mendefinisikan logam mulia aneka tambang adalah unit usaha PT. Aneka Tambang Tbk yang bergerak di bidang jual-beli emas5.
1
Mulyo, Kamus Kimia, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), h.257
2
Budiono, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Karya Agung, 2005),h. 320
3
Departemen Pendidikan Nasional, “Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Edisi III, h.761” 4
“Logam Mulia” artikel http://id.wikipedia.org/wiki/Logam_mulia. 5
diakses
pada
tanggal
10
maret
2011
dari
William Tanuwidjaja, Cerdas Investasi Emas, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2005),h 81
19
20
2. Mulia (Murabahah Logam Mulia Untuk Investasi Abadi) a. Pengertian MULIA Mulia
(Murabahah
Logam
Mulia
untuk
investasi
abadi)
memfasilitasi penjualan Logam Mulia oleh Pegadaian kepada masyarakat secara tunai dan atau secara angsuran dengan proses cepat dalam jangka waktu yang fleksibel.6 Produk MULIA adalah hasil kerja sama Perum Pegadaian Syariah dengan PT ANTAM Tbk dan PT. Aneka Tambang Tbk. Produk MULIA di Pegadaian Syariah adalah investasi pada emas yang transaksi pembayarannya bisa secara tunai dan angsuran. Investasi emas batangan ini memberi kemudahan kepada masyarakat yang tertarik untuk berinvestasi emas batangan untuk memperoleh portofolio asset masyarakat tetapi memiliki dana terbatas. b. Akad Produk MULIA Akad MULIA menggunakan Akad Murabahah dan Rahn7. Akad Murabahah Logam Mulia untuk Investasi Abadi adalah persetujuan atau kesepakatan yang dibuat bersama antara Pegadaian dengan nasabah atas sejumlah pembelian Logam Mulia diseertai keuntungan dan biaya-niaya yang disepakati8.
6
Perum Pegadaian, Pedoman Operasional Gadai Syariah , h. 25
7
Brosur MULIA (Murabahah Logam Mulia untuk Investasi Abadi)
8
Perum Pegadaian, Pedoman Operasional Gadai Syariah , h. 26
21
Melalui
akad
Murabahah,
pegadaian
syariah
menetapkan
keuntungan dan menarik uang muka berdasarkan kesepakatan bersama kedua belah pihak. Sedangkan melalui rahn, objek jual beli (logam mulia) dijadikan jaminan (marhun) sampai nasabah (pemesan) melunasi semua pembayarannya, apabila pembelian dilakukan secara angsuran/ dicicil. c. Kelebihan dan Keuntungan Investasi Logam Mulia Keuntungan berinvestasi melalui Logam Mulia adalah sebagai berikut9: 1) Mewujudkan niat mulia guna: a) Menabung logam mulia untuk menunaikan Ibadah Haji b) Mempersiapkan biaya pendidikan anak di masa mendatang. c) Memiliki tempat tinggal (rumah) dan kendaraan. 2) Alternatif investasi yang aman untuk menjaga portofolio aset 3) Merupakan asset yang sangat likuid dalam memenuhi kebutuhan dana yang
mendesak,
memenuhi
kebutuhan
modal
kerja
untuk
pengembangan usaha, atau menyehatkan cashflow keuangan bisnis 4) Tersedianya pilihan logam mulia dengan berat 5 gram, 10 gram, 25 gram, 50 gram, 100 gram, 250 gram dan 1 kilogram.
9
Ibid
22
Keuntungan berinvestasi emas untuk konteks Indonesia diuraikan oleh Wiiliam Tanuwidjaj adalah sebagai berikut10: 1) Investasi yang stabil dan terus meningkatnya nilainya 2) Mengamankan nilai kekayaan dari gerogotan inflasi 3) Perlindungan nilai asset dari gejolak nilai tukar rupiah 4) Sarana praktis dan efektif untuk menabung dengan tujuan tertentu, misalnya naik haji dan biaya pendidikan anak 5) Sebagai cadangan untuk keperluan darurat 6) Emas gampang dijual dan mudah digadaikan 7) Bisa dimiliki dengan jumlah danat terbatas 8) Memberikan prestise bagi pemiliknya. Didunia ini tidak ada sesuatu yang tanpa cacat. Dibalik segala kelebihan, pasti ada kekeurangan. Berikut ini kerugian dari menyimpan emas, dibandingkan dengan jenis-jenis investasi yang lain yaitu sebagai berikut: 1) Tidak memberikan devuden atau penghasilan rutin 2) Ketika perekonomian stabil, kenaikan harga emas cenderung lambat 3) Tidak fleksibel dan tidak praktis 4) Sebagai perhiasan, terbebani ongkos pembuatan dan biaya susut 5) Memerlukan “Handling” biaya penyimpanan dan perawatan khusus
10
William Tanuwidjaja, Cerdas Investasi Emal, h. 28
23
B. Murabahah 1. Pengertian Ascarya mendefinisikan murabahah istilah dalam Fikih Islam yang berarti suatu bentuk jual beli tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut, dan tingkat keuntungan (margin) yang diinginkan11. Menurut Heri Sudarsono, Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak bank dan nasabah12. Muhammad Syafi’I Antonio mendefinisikan bahwa Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati13. Jadi dari pengertian-pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa murabahah adalah salah satu bentuk jual beli ketika penjual secara eksplisit menyatakan biaya perolehan barang yang akan dijual dan menjual kepada orang lain dengan menambahkan keuntungan yang diinginkan dan keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
11
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2007), h.81
12
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta: EKONISIA, 2004), Cet II. h. 57 13
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori dan Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 101.
24
2. Landasan Hukum a. Al- Qur’an14
275 2 Artinya: ” Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syariah lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba). Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum dating larangan): dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba). Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal didalamnya.” (QS. Al-Baqarah/2: 275)
b. Hadis Hadis riwayat Aisyah r.a: “Bahwasanya ketika Rasulullah ingin hijrah, Abu Bakar ra membeli dua ekor unta, kemudian Rasulullah SAW berkata “ serahkan salah satunya untukmu tanpa sesuatu apapun”kemudian rasulullah mengatakan, kalau
14
Ah. Azharudi LAthif, Fiqh Muamalat, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet. 1, h. 118.
25
tanpa harga jual (tsaman), maka tidak jadi saya beli ” (HR. Bukhari dan Ahmad).15 Dari hadis diatas dapat penulis simpulkan bahwasanya sejak zaman Rasulullah telah ada praktek jual beli Murabahah.
3. Rukun dan Syarat Murabahah a. Rukun Murabahah yaitu sebagai berikut:16 1) Pelaku akad, yaitu ba’I (penjual) adalah pihak yang memiliki barang untuk dijual, dan musytari (pembeli) adalah pihak yang memerlukan dan akan membeli barang. 2) Objek akad, yaitu mabi’ (barang dagangan) dan tsaman (harga) 3) Sighah, yaitu: Ijab dan Qabul b. Beberapa Syarat Murabahah antara lain sebagai berikut:17 1) Penjual member tahu biaya modal kepada nasabah. 2) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. 3) Kontrak harus bebas dari riba. 4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang yang dijual. 5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang. 15
Ah. Azharudin Lathif, Fiqh Muamalat, h. 119
16
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, h. 82
17
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah, h. 102
26
Secara prinsip, jika syarat dalam (a), (d) atau (e) tidak dipenuhi, pembeli memiliki pilihan yaitu: a. Melanjutkan pembelian seperti apa adanya. b. Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang. yang dijual. c. Membatalkan kontrak.
C. Pendapatan 1. Pengertian Pendapatan Menurut Christopher Pass dan Bryan Lowes pendapatan adalah uang yang diterima seseorang dan perusahaan dalam bentuk gaji, upah, sewa, bunga, laba dan sebagainya, bersama – sama dengan uang tunjangan penggangguran, uang pension dan lain sebagainnya.18 Pendapatan menurut ilmu ekonomi merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula. Pengertian tersebut menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi selama satu periode. Dengan kata lain, pendapatan adalah jumlah harta
18
Christopher Pass & Bryan Lowes, Kamus Lengakap Ekonomi, Cet II Erlangga.1999), h. 287.
(Jakarta:
27
kekayaan awal periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya yang dikonsumsi.19 Standar Akuntansi Keuangan NO.23 mendefinisikan Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. 20 Menurut IAI dalam standar akuntansi keuangan (1999:23) Pendapatan adalah: ”Arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode. Bila arus masuk itu mengakibatkan kenaokan ekuitas, yang berasal dari kontribusi penanaman modal”
BM Marbun mendefinisikan pendapatan adalah uang yang diterima oleh perorangan, perusahaan dan organisasi lain dalam bentuk upah, gaji, sewa, bunga, komisi, ongkos dan laba.21
2. Sumber-Sumber Pendapatan dan sistem pencatatan Pada umumnya pendapatan yang timbul dari kegiatan utama perusahaan yang terjadi secara berulang-ulang dalam periode akuntansi. Secara garis besar bahwa sumber pendapatan suatu perusahaan berasal dari: 19
Rustam, Pendapatan Menurut Standar Akuntansi Keuangan No.23, Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Sumatra Utara. h.5. http://www.pendapatan.com diakses pada tanggal 8 Februari 2011 20
Ibid
21
BN. Marbun, Kamus manajemen, (Jakarta: pustaka sinar, 2003), cet. Ke-3
28
a. Pendapatan Operasional (Operasional Revenue) Pendapatan yang berasal dari kegiatan normal atau kegiatan utama perusahaan. b. Pendapatan dari Luar Operasional (Non Operasional Revenue) Pendapatan yang berasal dari transaksi diluar kegiatan utama perusahaan. c. Pendapata Luar Biasa (Extadinary Revenue) Pendapatan yang memenuhi kedua criteria yang bersifat tidak normal dan tidak sering terjadi (transaksi yang bersangkutan tidak diharapkan akan terulang lagi dimasa yang akan datang). Salah satu ciri suatu bank dikatakan baik adalah ketika bank tersebut mampu mengelola dana dari nasabahnya dengan baik, dengan cara menyalurkan dana tersebut (dalam bentuk kredit) kepada pihak tertentu dalam waktu tertentu. Untuk itu pihak bank berusaha biaya operasional bank tersebut biaya tenaga kerja dan biaya operasional lainnya. Penyaluran dana yang diberikan oleh pihak bank kepada para nasabahnya adalah kegiatan usaha yang mendominasi pengalokasian dana bank. Oleh karena itu sumber utama bank berasal dari kegiatan penyaluran kredit (pembiayaan mudharabah) dalam bentuk bagi hasil, karena sumber pendapatan utama bank berasal dari kegiatan usaha itu. Prinsip bagi hasil merupakan cara yang sesuai dengan syariah, karena dalam sistem ini tidak ada unsur bunga didalamnya. Walaupun demikian,
29
bank masih tetap bisa mendapatkan keuntungan dari pembiayaan yang diberikan kepada nasabahnya tersebut. Sedangkan Sumber pendapatan Bank Syariah terdiri dari: a. Pembiayaan investasi (mudharabah dan musyarakah) berupa bagi hasil usaha. b. Keuntungan atas kontrak jual beli dalam pengadaaan barang (murabahah, ba’I bitsman ajil dan ijarah) berupa mark up dan sewa c. Pemberian pembiayaan berupa administrasi dan penggunaan fasilitas berupa fee atau upah yang disediakan. Pendapatan- pendapatan tersebut setelah dikurangi biaya-biaya operasional, harus dibagi bank dengan penyandang dana yaitu nasabah investasi, para penabung, dan para pemegang saham sesuai dengan nisbah bagi hasil yang diperjanjikan. Berdasarkan kesepakatan mengenai nisbah bagi hasil antara bank dengan para nasabah, bank akan mengalokasikan penghasilannya dengan tahap-tahap sebagai berikut:22 a. Tahap pertama, bank menetapkan jumlah relatif masing-masing dana simpanan yang berhak atas bagi hasil usaha bank menurut tipenya, dengan cara membagi setiap tipe dana- dana dengan seluruh jumlah dana-dana yang ada pada bank dikalikan 100%.
22
Zainal Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006), Cet. 4, h.57.
30
b. Tahap kedua, bank menempatkan jumlah pendapatan bagi hasil untuk masing-masing tipe dengan cara mengalikan persentase (jumlah relatif) dari masing-masing dana simpanan dengan jumlah pendapatan bank c. Tahap ketiga, bank menempatkan porsi bagi hasil untuk masing-masing tipe dana simpanan sesuai dengan nisbah yang diperjanjikan. d. Tahap keempat, bank harus menghitung jumlah relatif biaya operasional terhadap volume dana, kemudian mendistribusikan beban tersebut sesuai dengan porsi dana dari masing-masing tipe simpanan. e. Tahap kelima, bank mendistribusikan bagi hasil untuk setiap pemegang rekening menurut tipe simpanannya, sebanding dengan simpanannya. Terkonsentrasinya usaha bank dalam penyaluran kredit (pembiayaan mudharabah) tersebut disebabkan oleh beberapa alasan. Pertama, sifat usaha bank yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi antara unit surplus dengan unti
defisit.
Kedua,
melihat
posisinya
dalam
bidang
pelaksanaan
kebijaksanaan moneter, perbankan merupakan sektor usaha yang kegiatannya diatur oleh pemerintah sehinga bank-bank di beberapa negara kegiatannya dibatasi.
Ketiga, sumber dana utama bank berasal dari dana masyarakat
sehingga secara moral mereka harus menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit (pembiayaan). Sistem Pencatatan dan Pelaporan (Akuntansi Keuangan) Sistem pencatatan dan pelaporan (akuntansi) keuangan, ada dua sistem yaitu:
31
a. Accural basis adalah sistem penentuan biaya dan pendapatan yang mengakui seluruh pendapatan dan biaya pada tahun buku tertentu meskipun relasinya baru terjadi dalam buku selanjutnya b. Cash basis adalah pencatatan pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan saat penerimaan atau pengeluaran tunai tanpa memperhatikan tanggal transaksinya.23
D. Gadai (Ar-Rahn) 1. Pengertian Menurut Heri Sudarsono dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1150 gadai adalah suatu hak yang diperoleh seseorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau orang lain atas namanya dan yang memberikan kekuasaan kepada yang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana yang harus didahulukan.24 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gadai adalah: Meminjam uang dalam batas waktu tertentu dengan menyerahkan barang sebagai tanggungan, jika telah sampai pada waktunya tidak ditebus, barang itu
23
Priyonggo Suseno dan heri Sudarsono, Istilah-Istilah Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Lainnya, (Yogyakarta: UII Press, 2004), h. 13. 24
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, h.164
32
menjadi hak yang memberi pinjaman. 2. Barang yang diserahkan sebagai tanggungan utang. 3. Kredit jangka pendek dengan jaminan yang berlaku 3 bulan dan setiap kali dapat diperpanjang apabila tidak dihentikan oleh salah satu pihak yang bersangkutan.25 Menurut Muhammad Syafi’i Antonio Gadai dalam fiqh disebut ArRahn, yaitu menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimannya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan utang atau gadai.26 Ualama Malikiyah mendefinisikan rahn (gadai) dengan harta yang dijadikan pemiliknya sebagai jaminan utang yang bersifat mengikat. Ulama hanafiyah mendefinisikan rahn yaitu menjadikan suatu (barang) sebagai jaminan terhadap hak (piutang) itu, baik seluruhnya maupun sebagian. Sedangkan menurut ulama Syafi’iyah dan Hanabilah mendefinisikan Ar-rahn dengan menjadikan materi (barang) sebagai jaminan utang, yang dapat dijadikan pembayar utang apabila orang yang berutang tidak bisa membayar utangnya itu.
25
Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1919), Cet. Ke 1,
26
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, h.128
h.325
33
Definisi ini mengandung pengertian bahwa barang yang boleh dijadikan jaminan (agunan) utang itu hanya yang bersifat materi, tidak termasuk manfaat sebagaimana yang dikemukakan oleh Malikiyah. Barang jaminan itu boleh dijual apabila dalam waktu yang disepakati kedua belah pihak, utang tidak dilunasi. Oleh sebab itu, hak pemberi piutang hanya terkait denga barang jaminan, apabila orang yang berutang tidak mampu membayar utangnya.27 Jadi, kesimpulannya rahn adalah menahan barang jaminan milik si peminjam (rahin), baik yang bersifat materi atau manfaat tertentu, sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang diterima tersebut memilikimnilai ekonomis, sehingga pihak yang menahan (murtahin) memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau senagian hutangnya dari barang gadai tersebut apabila pihak yang menggadaikan tidak dapat membayar hutang tepat waktunya.
2. Landasan Hukum Rahn Pada dasarnya, gadai adalah salah satu yang diperbolehkan dalam Islam. Adapun dalil-dalil yang menjadi landasan diperbolehkannya gadai adalah:28
27
AH. Azharudin Latif, Fiqh Muamalat (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 154.
28
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, h.129
34
a. Al-Qur’an
283 2
......
Artinya: ” Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang)…..” (Qs. Al-Baqarah/2 :283) Berdasarkan ayat diatas, gadai disyariatkan apabila seseorang itu berada dalam keadaan musafir dan perlu berhutang, tapi harus ada barang jaminan untuk dipegang oleh pemberi utang. Jika pemberi hhutang dipercaya kepada penerima hutang, dengan tidak ada barang jaminan, saksi dan juru tulis, maka penerima hutang harus amanah untuk melunasi hutang tersebut. b. Al-Hadits
Artinya: Anas r.a berkata,” Rasulullah mengadaikan baju besinya kepada seseorang Yahudi di Madinah dan mengambil darinya gandum untuk keluarga beliau”.(HR. Bukhari, Ibnu Majah, dan An Nasa’i) Dari Abu Hurairah r.a Bersabda “Apabila ada ternak digadaikan, punggungnya boleh dinaiki (oleh orang yang menerima gadai) karena ia telah mengeluarkan biaya (menjaganya) apabila ternak itu digadaikan,
35
air susunya yang deras boleh diminum (oleh orang yang menerima gadai) karena ia telah mengeluarkan biaya(menjaganya). Kepada orang yang naik dan minum , ia harus mengeluarakan biaya (perawatannya).” (HR. Jamaah, kecuali Muslim dan An-Nasai, Bukhari no 2329, kiab ArRahn).29 c. Ijma Uama Jumhur Ulama menyepakati kebolehan status hukum gadai. Hal dimaksud, berdasarkan kisah Nabi Muhammad saw, yang mengadaikan baju besinya untuk mendapatkan makanan dari seorang Yahudi. Para Ulama juga mengambil indikasi dari contoh Nabi Muhammad saw tersebut, ketika beliau beralih dari yang biasanya bertransaksi kepada para sahabat yang kaya kepada seorang Yahudi, bahwa hal ini tidak lebih sebagai sikap Nabi Muhammad saw, yang tidak mau memberatkan para sahabat yang biasanya enggan mengambil ganti ataupun harga yang diberikan oleh Nabi Muhammad saw kepada mereka30. Berkaitan dengan pembolehan perjanjian gadai, jumhur ulama berpendapat boleh dan mereka tidak pernah berselisih berpendapat mengenai hal ini31.semuanya sependapat, bahwa perjanjian gadai hukumnya mubah (boleh). Namun ada yang berpegang kepada zahir ayat, 29
Amad Rodoni, Investasi Syariah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h.186
30
Zainuddin Ali. Hukum Gadai Syariah. (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h.8
31
.Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2007), h159
36
yaitu gadai hanya diperbolehkan dalam keadaan berpergian saja, seperti paham yang dianut oleh Mazhab Zahiri, Mujtahid dan Al-Dhahak. Sedangkan jumhur (kebanyakan ulama) membolehkan gadai, baik dalam keadaan berpergian maupun tidak, seperti yang pernah dilakukan oelh Rasulullah SAW di Madinah, seperti telah disebutkan dalam hadits diatas.32 Jadi secara umum rahn boleh dilakukan, karena kepergian tersebut pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW.
3. Rukun dan Syarat Gadai Syariah33 Setiap akad harus memenuhi syarat sah dan rukun yang telah ditetapkan oleh para ulama fiqh. Walaupun terdapat perbedaan mengenai hal ini, namun secara umum dalam menjalankan pegadaian syariah, pegadaian harus memenuhi rukun gadai syariah sebagai berikut: a. Rukun Gadai 1) Ar-Rahin (yang Mengadaikan) Orang yang telah dewasa, berakal, bisa dipercaya, dab memiliki barang yang akan digadaikan. 2) Al-Murtahin (yang Menerima Gadai) Orang, Bank, atau lembaga yang dipercaya oleh rahin untuk mendapatkan modal dengan jaminan barang (gadai). 32
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat), Ed 1, cet ke -2, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h.255. 33
Heri sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, h.168 .
37
3) Al-Marhun/rahn (barang yang digadaikan) Barang yang digunakan rahin untuk dijadikan jaminan dalam mendapatkan utang. 4) Al-Marhun Bih (Utang) Sejumlah dana yang diberikan murtahin kepada rahin atas dasar besarnya tafsiran marhun. 5) Sighat, Ijab dan Qabul Kesepakatan antara rahin dan murtahin dalam melakukantransaksi gadai. b. Syarat gadai syariah sebagai berikut: 1) Rahin dan Murtahin Pihak-pihak yang melakukan perjanjian rahn yakni rahin murtahin harus mengikuti syarat-syarat berikut kemampuan, yaitu berakal sehat. Kemampuan juga berarti kelayakan seseorang untuk melakukan transaksi pemilikan. 2) Sighat a) Sighat tidak boleh terikat dengan syarat tertentu dan juga dengan suatu waktu dimasa depan. b) Rahn mempunyai sisi pelepasan barang dan pemberian utang seperti halnya akad jual beli. Maka tidak boleh diikat dengan syarat tertentu atau dengan suatu waktu di masa depan.
38
3) Marhunbih (utang) a) Harus merupakan hak yang wajib diberikan/ diserahkan kepada pemiliknya. b) Memungkinkan pemanfaatan. Bila suatu menjadi utang tidak harus dimanfaatkan, maka tidak sah. c) Harus kuantifikasi atau dapat dihitung jumlahnya. Bila tidak dapat diukur atau tidak dikualifikasi rahn itu tidak sah. 4) Marhun (Barang) Secara umum barang gadai harus memenuhi beberapa syarat, antara lain: a) Harus diperjualbelikan. b) Harus berupa harta yang bernilai. c) Marhun harus bisa dimanfaatkan secara syariah. d) Harus diketahui keadaan fisiknya, maka piutang yang diterima secara langsung. e) Harus dimiliki oleh rahin (peminjaman atau pegadaian) setidaknya harus seizin pemiliknya.
4. Akad Perjanjian Transaksi Gadai34 Transaksi gadai terdapat 4 akad untuk mempermudah mekanisme perjanjiannya yaitu sebagai berikut: 34
Muhammad Nadratudzzaman dkk, Lembaga Bisnis Syariah (Jakarta: Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES Publishing), 2008), Cet VI, h.28
39
1. Qard Al-Hasan Akad ini digunakan nasabah untuk tujuan konsumtif. Oleh karena itu nasabah (rahin) akan dikenakan biaya perawatan dan penjagaan barang gadaian (marhun) kepada pegadaian (murtahin) Ketentuannya: 1) Barang gadai hanya dapat dimanfaatkan dengan jalan menjual, seperti emas, elektronik, dan lain-lain. 2) Karena bersifat social, maka tidak ada pembagian hasil. Pegadaian hanya diperkenakan untuk mengenakan biaya administrasi rahin. 2. Mudharabah Akad ini diberikan kepada nasabah yang ingin memperbesar modal usahanya atau untuk pembiayaan lain yang bersifat produktif. Ketentuannya: 1) Barang gadai dapat berupa barang bergerak maupun barang tidak bergerak seperti: emas, elektronik, kendaraan bermotor, rumah, tanah, bangunan dan lain sebagainya. 2) Keuntungan dibagi setelah dikurangi dengan biaya pengelolaan marhun. 3. Ba’I Muqayyadah Akad ini diberikan kepada nasabah untuk keperluan yang bersifat produktif. Seperti pembelian alat motor, modal kerja. Dalam hal ini murtahin juga dapat menggunakan akad jual beli untuk barang atau modal
40
kerja yang diinginkan oleh rahin. Barang gadai adalah barang yang dapat dimanfaatkan oleh rahin maupun murtahin. 4. Ijarah Objek dari akad adalah pertukaran manfaat tertentu. Bentuknya adalah murtahin menyewakan tempat penyimpanan barang. 5. Persamaan dan Perbedaan Gadai Syariah35 Perbedaan antara gadai syariah dengan gadai konvensional dapat dibuat dalam sebuah tabel berikut: Tabel 2.1 Perbedaan dan Persamaan Gadai Syri’ah dan Konvensional Persamaan a. Hak gadai atas peminjaman uang
Perbedaan a. Rahn dalam hukum Islam dilakukan secara suka rela atas dasar tolong menolong tanpa
b. Adanya agunan sebagai jaminan utang
mencari menurut
keuntungan hukum
sedangkan perdata
gadai
disamping
c. Tidak boleh mengambil
berperinsip tolong menolong juga menarik
manfaat barang yang
keuntungan dengan cara menarik bunga
digadaikan
atau sewa modal
d. Biaya barang yang digadaikan
b. Dalam hukum perdata hak gadai hanya
ditanggung oleh para pemberi
berlaku
gadai
sedangkan dalam hukum Islam, rahn
35
pada
benda
Heri sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, h.174.
yang
bergerak
41
e. Apabila batas waktu
berlaku pada seluruh benda, baik harus
peminjaman uang habis
yang bergerak maupun yang tidak bergerak
barang yang digadaikan boleh
c. Dalam rahn tidak ada istilah bunga
dijual atau dilelang
d. Gadai
menurut
hukum
perdata
dilaksanakan melalui suatu lembaga yang di Indonesia disebut Perum Pegadaian, rahn
menurut
hukum
Islam
dapat
dilaksanakan tanpa melalui suatu lembaga.
6. Mekanisme Pegadaian Syariah Operasi pegadaian syariah menggambarkan hubungan di antara nasabah dan pegadaian. Adapun teknis pegadaian syariah adalah sebagai berikut: a. Nasabah
menjaminkan
barang
kepada
pegadaian
syariah
untuk
mendapatkan pembiayaan. Kemudian pegadaian menaksirkan barang jaminan untuk dijadikan dasar dalam memberikan pembiayaan. b. Pegadaian syariah dan nasabah menyetujui akad gadai; akad ini mengenai berbagai hal, seperti kesepakatan biaya administrasi, tarif jasa simpanan, pelunasan dan sebagainya. c. Pegadaian syariah menerima biaya-biaya administrasi dibayar diawal transaksi, sedangkan menurut jasa simpan disaat pelunasan utang. d. Nasabah melunasi barang yang digadaikan menurut akad; pelunasan penuh, uang gadai, angsuran, atau tebus sebagian.
42
7. Mekanisme Perjanjian Gadai Mekanisme perjanjian gadai sangat ditentukan oleh banyak hal. Diantaranya adalah subjek dan objek perjanjian gadai. Subjek perjanjian gadai adalah rahin, sedangkan objeknya adalah marhun, serta murtahin adalah yang menahan barang gadai tersebut. Mekanisme paerjanjian gadai ini dapat dirumuskan apabila telah diketahui beberapa hal, diantaranya: a. Syarat rahin dan murtahin b. Syarat marhun dan utang c. Kedudukan marhun d. Risiko atau kerusakan marhun pemindahan milik marhun e. Perlakukan bunga dan riba dalam perjanjian gadai f. Pungutan hasil marhun g. Biaya pemeliharaan marhun h. Pembayaran utang dari marhun i. Hak murtahin atas harga peninggalan 8. Hak dan Kewajiban Penerima dan Pemberi Gadai36 a. Hak dan Kewajiban Penerima Gadai 1) Penerima gadai berhak menjual marhun apabila rahin tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Hasil penjualan harta benda gadai (marhun) dapat dihgunakan untuk melunasi pinjaman (marhun bih) dan sisanya dikembalikan kepada rahin. 36
Zainudin Ali, Hukum Gadai Syariah, h.40.
43
2) Penerima gadai berhak mendapatkan penggantia biaya yang telah dikeluarkan untuk menjaga keselamatan harta benda gadai (marhun) 3) Selama pinjaman belum dilunasi maka pihak pemegang gadai berhak menahan harta benda gadai yang diserahkan oleh pemberi gadai (nasabah/rahin). Berdasarkan hak penerima gadai diatas, muncul kewajiban yang harus dilaksanakannya, yaitu sebagai berikut: 1) Penerima gadai bertanggung jawab atas hilang atau merosotnya harta benda gadai bila hal itu disebabkan oleh kelalaiannya. 2) Penerima gadai tidak boleh menggunakan barang gadai untuk kepentingan pribadinya. 3) Penerima gadai berkewajiban memberitahukan kepada pemberi gadai sebelum diadakan pelelangan harta benda gadai. b. Hak dan Kewajiban Pemberi Gadai (Rahin) Hak pemberi gadai (rahin) sebagai berikut: 1) Pemberi gadai (rahin) berhak mendapatkan pengembalian harta benda yang digadaikan sesudah ia melunasi pinjaman hutangnya. 2) Pemberi gadai berhak menuntut ganti rugi atau kerusakan dan / atau hilangnya harta benda yang digadaikan, bila hal itu disebabkan kelalaian penerima gadai. 3) Pemberi gadai berhak menerima sisa hasil penjualan harta benda gadai sesudah dikurangi biaya pinjaman dan biaya-biaya lainnya.
44
4) Pemberi gadai berhak meminta kembali harta benda gadai bila penerima gadai diketahui menyalahgunakan harta benda gadainya. Berdasarkan hak-hak pemberi gadai diatas maka kewajiban yang harus dipenuhinya, yaitu: 1) Pemberi
gadai
berkewajiban
melunasi
pinjaman
yang
telah
diterimanya dalam tenggang waktu yang telah ditentukan, termasuk biaya-biaya yang ditentukan oleh penerima gadai. 2) Pemberi gadai berkeajiban merelakan penjualan harta benda gadainya, bila dalam jangka waktu yang telah ditentukan pemberi gadai tidak dapat melunasi uang pinjamannya.
BAB III PROFIL PEGADAIAN SYARIAH CABANG CINERE
A. Sejarah Beririnya Pegadaian Syariah Cabang Cinere Terbentuknya gadai syariah pada perum (perusahaan umum) pegadaian merupakan proses panjang selama kurang lebih lima tahun, dari tahun 1998 sampai akhirnya terbentuk pada awal tahun 2003. Awalnya pada tahun 1998 dengan perkembangan bank syariah yang cukup baik dan kemunculan lembaga perekonomiaan lainnya yang berdasarkan syariah. Bagian penelitian dan pengembangan perum pegadaian mengadakan penelitian tentang gadai syariah dan kemungkinan dibukannya pegadaian syariah dengan melakukan studi banding ke Malaysia dengan menjajaki sistem pegadaian yang sudah berkembangan di Malaysia1, yang selanjutnya diadakan penggodokan rencana pendirian pegadaian syariah. Hanya saja dalam proses selanjutnya, hasil studi banding yang didapatkan hanya ditumpuk dan dibiarkan, karena terhambat oleh permasalahan internal perusahaan.2 Usaha lembaga keuangaan syariah dimaksud, dimulai oleh PT Bank Muamalat Indonesia (BMI), yang merupakan salah satu lembaga perbankan syariah pertama di Indonesia, beraliansi dengan Perum Pegadaian. Bentuk kerja
1
Pegadaian Syariah, Company Profile, http://www.pegadaianonline.com diakses pada tanggal 25 April 2011. 2
Zainuddin Ali , Hukum Gadai Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 16
45
46
sama kedua pihak, yaitu Perum Pegadaian bertindak sebagai kontributor sistem gadai dan BMI sebagai pihak kontributor muatan sistem syariah dan dananya.Selain aliansi kedua pihak yang dimaksud, melahirkan Unit Layanan Gadai Syariah (kini, cabang Pegadaian Syariah). Selain aliansi kedua lembaga dimaksud, gadai syariah juga dilakukan oleh bank-bank umum lainnya yang membuka unit usaha syariah (UUS).3 Bank Muamalat Indonesia (BMI), dalam mengembangkan usahanya mencoba membuat produk gadai syariah, namun tidak memiliki sumber daya manusia (SDM) dan peralatan yang cukup memadai, kemudian Bank Muamalat Indonesia (BMI) mendapat sambutan positif dari pihak perum pegadaian yang sedang mempelajari pembentukan pegadaian syariah.4 Tidak lama dari adanya tawaran kerjasama tersebut, maka pada tahun 2002 mendapat kesempatan yang dibuat antara Perum Pegadaian dengan BMI pada tanggal 20 Desenber 2002 pendatangan kerjasama dilakukan. Perjanjian kerjasama antara Pegadaian dan BMI tentang Gadai Syariah tersebut adalah No. 446/SP 300.223/2002 dan 015/BMI/PKS/XII/2001. Kemudian pada tanggal 14 januari 2003 secara resmi dibentuk pegadaian syariah dengan nama unit layanan gadai syariah untuk operasionalnya Dewan Direksi Perum Pegadaian Unit Layanan Gadai Syariah.5
3
Zainudin Ali, Hukum Gadai Syariah, h. 16
4
Pegadaian Syariah, Company Profile, http:// www.pegadaianonline. Com diakses pada tanggal 25 April 2011 5
Pegadaian Syariah Company Profile
47
Mengingat adanya peluang dalam mengimplementasikan Rahn/gadai syariah, maka Perum Pegadaian bekerja sama dengan Lembaga Keuangan Syariah melaksanakan Rahn yang bagi Pegadaian dapat dipandang sebagai pengembangan produk, sedang bagi Lembaga Keuangan Syariah dapat berfungsi sebagai kepanjangan tangan dalam pengelolaan produk Rahn. Untuk mengelola kegiatan tersebut, Pegadaian telah membentuk Divisi Usaha Syariah yang semula dibawah binaan Divisi Usaha Lain. Pembentukan gadai ini berdasarkan Fatwa DSN No. 25 dan 26 tentang gadai (Rahn) dan Rahn emas. DSN MUI/II/2002, ketentuannya seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Juga berdasarkan pada peraturan pemerintah No.103/2000 tentang perum pergadaian, bagian keempat kegiatan dan pengembangan usaha penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai serta usaha-usaha lainnya yang dapat menunjang tercapainya maksud dan tujuan perusahaan, dalam hal usaha pengembangan tersebut adalah Perbankan Syariah. Hingga saat ini, perum pegadaian syariah telah memiliki banyak kantor wilayah seluruh Indonesia yang membawahi beberapa kantor cabang syariah. Di Jakarta khususnya, pegadaian syariah yang ada di Jakarta telah memiliki empat kantor cabang yang tersebar diseluruh wilayah jabotabek, seperti Cabang Dewi Sartika, Cabang Margonda Depok, Cabang Cinere, Cabang Pondok Aren.6 Setelah itu guna memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap layanan gadai syariah, maka pada tahun 2004, kantor wilayah perum pegadaian telah membuka kantor cabang baru yang beralokasi diwilayah Jakarta Selatan, yaitu kantor 6
“Brosur Pegadaian Syariah”, tahun 2008
48
cabang Cinere yang beralokasi di Jl. Karang Tengah No 25 D Lebak Bulus, kantor cabang ini didirikan tepatnya pada tanggal 10 November 2004. Dalam mendirikan kantor cabang Pegadaian Syariah Cabang Cinere Jakarta Selatan ini, maka Pegadaian Syariah bekerja sama dengan BMI pada awalnya. Yang dananya berasal dari BMI tersebut, maka berdirilah Pegadaian Syariah Cabang Cinere yang beralokasi di Jl. Karang Tengah No 25 D Lebak Bulus Jakarta Selatan. Namun pada tahun 2007 kerjasama tersebut beralih kepada Bank Syariah Mandiri (BSM).7
B. Tujuan Berdirinya Pegadaian Syariah Sesuai dengan PP 103 Tahun 2000 Pasal 8, Perum Pegadaian melakukan kegiatan usaha utamanya dengan menyalurkan uang pinjaman atas dasar hukum gadai serta menjalankan usaha lain seperti penyaluran uang pinjaman berdasarkan layanan jasa titipan, sertifikasi logam mulia, dan lainnya. Sejalan dengan kegiatannya, Pegadaian mengemban misi untuk : 1. Turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama golongan menengah ke bawah. 2. Menghindarkan masyarakat dari gadai gelap, praktik riba, dan pinjaman tidak wajar lainnya.8
7
Wawancara Pribadi dengan Agus Asropi, Spd. Penaksir Muda Pegadaian Syariah Cabang Cinere, Jakarta, 18 April 2011. 8
http://wordpress.com sekilas-tentang-pegadaian-syariah/ diakses pada tangal 26 maret 2011
49
3. Untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat
secara
cepat,
praktis
dan
menentramkan.9
C. Visi dan Misi Visi pegadaian syariah tahun 2013 menjadi ”champion” dalam pembiayaan mikro dan kecil berbasis gadai dan fiducia bagi masyarakat menegah kebawah. Sedangkan misi dari pegadaian syariah: 1. Membantu program pemerinta meningkatkan kesejahteraan rakyat khususnya golongan menegah ke bawah dengan memberikan solusi keuangan yang terbaik melalui penyaluran pinjaman skala mikro, kecil dan menegah atas dasar hukum gadai dan fidusia. 2. Memberikan manfaat kepada pemangku kepentingan dan melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik secara konsisten. 3. Melaksanakan usaha lain dalam rangka optimalisasi sumber daya.
D. Produk-Produk Pegadaian Syariah Cabang Cinere 1. Gadai Syariah (Ar-Rahn) Produk gadai syariah adalah skim pinjaman yang mudah dan praktis untuk memenuhi kebutuhan dana dengan sistem gadai sesuai syariah dengan
9
Wawancara Pribadi dengan Agus Asropi, Spd. Penaksir Muda Pegadaian Syariah Cabang Cinere, Jakarta, 18 April 2011.
50
barang jaminan berupa emas, perhiasan, berlian, elektronik dan kendaraan bermotor.10 2. Mulia (Murabahah Logam Mulia Untuk Investasi Abadi) Logam mulia atau emas mempunyai berbagai aspek yang menyentuh kebutuhan manusia disamping memiliki nilai estetis yang tinggi juga merupakan jenis investasi yang nilainya stabil, likuid, dan aman secara riil. Mulia (Murabahah Logam Mulia untuk Investasi Abadi) adalah penjualan logam Mulia oleh Pegadaian kepada masyarakat secara tunai, dan agunan dengan jangka waktu fleksibel11. Akad Murabahah Logam Mulia untuk Investasi Abadi adalah persetujuan atau zkesepakatan yang dibuat bersama antara Pegadaian dan Nasabah atas sejumlah pembelian Logam Mulia disertai keuntungan dan biaya-biaya yang disepakati.12 3. Pembiayaan Ar-Rum Ar-Rum adalah skim pinjaman berprinsip syariah bagi para pengusaha Mikro dan Kecil untuk keperluan pengembangan usaha dengan sisitem pengembalian secara angsuran dan menggunakan jaminan BPKB motor/ mobil13.
10
Pegadaian Syariah, Brosur Gadai Syariah, Jakarta:2009
11
Pegadaian Syariah, Brosur MULIA Murabahah Logam Mulia untuk Investasi Abadi, Jakarta:2009 12
13
Pegadaian Syariah, Manual Operasional Gadai Syariah, Jakarta
Pegadaian Syariah, Brosur Pembiayaan ARRUM, Jakarta:2009
51
4. Jasa Taksiran Jasa taksiran adalah suatu layanan kepada masyarakat yang peduli akan harga atau nilai harta benda miliknya. Dengan biaya yang relative ringan, masyarakat dapat mengetahui dengan pasti tentang nilai atau kualitas suatu barang miliknya setelah lebih dahulu diperiksa dan taksiran oleh juru taksiran berpengalaman. Kepastian nilai atau kualitas suatu barang. Misalnya kualitas emas atau batu permata, data memberikan rasa aman lebih pasti bahwa barang tersebut benar-benar mempunyai nilai investasi yang tinggi. Kebimbangan anda tidak akan berlarut-larut dan kepentingan anda akan terlindungi. 5. Jasa Titipan Dalam dunia perbankan, layanan ini dikenal sebagai safe deposit box. Harta dan surat di jaga keamanannya agar tidak sampai hilang, rusak atau di salagunakan orang lain. Tetapi ternyata tidak selamanya barang dan surat berharga itu aman di tangan sendiri. Jika anda mendapatkan kesulitan “mengamankan” nya di rumah sendiri, karena akan dinas ke luar kota/luar negeri, menunakan ibadah haji, berlibur, sekolah di luar negeri, dll. Percayakan saja penyimpannya kepada kami. Jangka waktu penitipan dua minggu sampai dengan satu tahun dan dapat di perpanjang. Kami akan menjaga dan melindunginya dngan penuh perhatian.
52
6. Krista Salah satu bentuk fasilitas pinjaman yang dapat diperoleh para Usaha Rumah Tangga adalah Krista. Membantu
mengembangkan
Usaha
Rumah
Tangga,
serta
menyejahterakan masyarakat suatu misi yang diemban Pegadaian sebagai BUMN. Pegadaian selalu berusaha membantu perkembangan usaha produktif, Usaha Rumah Tangga melalui pemberian berbagai fasilitas kredit yang cepat, mudah dan murah. 7. Kucica Kucica adalah suatu produk pengiriman uang dalam dan luar negeri yang berkerjasama dengan Westren Union.
E. Mekanisme dan Operasional Operasi Pegadaian Syariah menggambarkan hubungan diantara nasabah dan pegadaian. Adapun teknis pegadaian syariah adalah:14 1. Nasabah datang langsung ke loket pegadaian dengan membawa barang jaminan untuk ditaksir oleh penaksir pegadaian syariah. 2. Barang jaminan diteliti kualitasnya untuk ditaksir dan ditetapkan hargannya, berdasarkan
taksiran
yang
dibuat,
pinjaman/pembiayaan yang dapat diterima.
14
“Brosur Pegadaian Syariah”, thn 2008
ditetapkan
berapa
uang
53
3. Apabila akad telah disepakati oleh mengenai berbagai hal seperti kesepakatan besarnya pinjaman/pembiayaan dan lainnya maka akad rahn dan akad sewa (ijarah) dan tanda tangani oleh kedua belah pihak. 4. Nasabah menyerahkan atau membayar pinjaman/pembiayaan uang sebagai berikut lainnya yang telah disepakati kepada murtahin. 5. Marhun dikembalikan lagi kepada nasabah oleh murtahin
Gambar 3.2 Skema Pegadaian Syariah 3. Pegadaian membayar nasabah
Marhun bih/utang
2. Akad
Nasabah Pegadaian
4. Penebusan Jaminan
1. Nasabah menyerahkan jaminan
Marhun/jaminan
54
Jika pada saat jatuh tempo telah tiba dan rahin tidak datang ke pegadaian untuk melunasi pinjaman, maka sesuai kesepakatan akad yang telah diperjanjikan sebelumnya barang gadai akan dilelang ileh murtahin. Namun sebelumnya murtahin harus terlebih dahulu mencari tahu keadaaan rahin penyebab ia belum melunasi hutangnya melalui telephon.15 Jika murtahin telah memberikan rahin dan rahin tersebut minta tenggang waktu untuk memperpanjang masa pinjaman maka murtahin harus memberikan waktu tersebut dengan membuaat perjanjian baru yang disepakati oleh kedua belah pihak. Namun jika rahin tetap tidak memperpanjang waktu pembayaran dan tidak melunasi pinjaman hingga jatuh tempo maka murtahin akan melelang marhun. Pelelangan seminggu sebelum pelaksanaan. Harga lelang ditetapkan diatas harga pasar. Hal ini dilakukan untuk menjaga dari kerugian dari pegadaian. Bila harga lelang laku di bawah hutang nasabah, maka pihak pegadaian akan meminta kembali kekurangan kepada nasabah. Namun bila harga lelang diatas kelebihan maka uang itu akan dikembalikan kepada nasabah.
F. Struktur Organisasi Pegadaian Syariah Cabang Cinere yang terletak di JL. Karang tengah No.25D Lebak Bulus Jakarta Selatan, kantor cabang ini didirikan tepatnya pada tanggal 10 November 2004. Adapun struktur organisasi kantor Pegadaian Syariah Cabang Cinere sebagai berikut: 15
Perum Pegadaian, Pedoman Operasional Gadai Syariah
55
1. Manager Cabang,
bertugas
mengelola
operasional
cabang
yaitu
menyalurkan uang pinjaman (Qard) secara hukum gadai yang didasarkan pada penerapan Prinsip-Prinsip Syariah Islam. Disamping itu, pimpinan cabang juga melaksanakan usaha-usaha lain yang telah ditentukan oleh manajemen serta mewakili kepentingan perusahaan dalam hubungan dengan pihak lain. 2. Penaksir, bertugas menaksir Marhun (Barang Jaminan) untuk menentukan mutu dan nilai barang sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam rangka mewujudkan penetapan penaksiran dan uang pinjaman yang wajar serta citra baik perusahaan. 3. Kasir, bertugas melakukan penerimaan, penyimpanan dan pembayaran serta pembuktian sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk kelancaran pelaksanaan operasional kantor cabang. 4. Pemegeng
Gudang,
betugas
melakukan
pemeriksaan,
penyimpanan,
pemeliharaan dan pengeluaran serta pembukuan marhun. 5. Penyimpan Marhun, bertugas mengelola gudang marhun emas dengan menerima,
menjaga,
menyimpan,
merawat,
mengeluarkan
dan
mengadministrasikan. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam rangka mengamankan serta menjaga keutuhan barang milik rahini (pegadai). 6. Keamanan, bertugas mengamankan harta perusahaan dan rahin dalam lingkungan kantor dan sekitarnya.
56
7. Staf, bertugas memelihara kebersihan, keindahan, kenyamanan gedung kerja, mengirim dan mengambil surat/dokumen untuk menjaga kelancaran tugas administrasi dan tugas operasional kantor cabang.16
16
Perum Pegadaian, Pedoman Operasional Gadai Syariah,h.1.E.1
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Perkembangan Penjualan Produk Logam Mulia Dilihat dari perkembangan penjualan logam mulia ternyata dari awal adanya produk mulia sampai sekarang itu sangat pesat sekali perkembangannya, apa lagi sekarang dilihat dari segi keuntungan Mulia setiap bulan ada kenaikan harga, maka dipegadaian ini banyak sekali nasabah atau peminat yang membeli logam Mulia baik itu dengan cara tunai/ pelunasan maupun secara angsuran. Tabel 4.2 Data Perkembangan Penjualan Logam Mulia Tahun 2008 s/d 2010 Tahun
Persentase (%)
Total Pendapatan
Perubahan
Penjualan Logam
Penjualan
Mulia
Logam Mulia
2008
101.031.500
-
2009
384.996.000
283.964.500
20 %
2010
878.597.500
493.601.500
36 %
Jumlah
1.364.625.000
777.566.000
56 %
Sumber: Laporan Keuangan Pegadaian Syariah Cabang Cinere
Pada tahun 2008 pendapatan penjualan logam mulia sebesar Rp 101.031.500,-. Kemudian tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar Rp
57
58
283.964.500,- dengan persentase 20%, sehinga total pendapatan penjualan logam mulia menjadi sebesar Rp 384.996.000,-. Kemudian pada tahun 2010 kenaikan terlihat mengalami kenaikan yang cukup signifikan kurang lebih dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Total pendapatn menjadi Rp 878.597.500,- dengan persentase sebesar 36%. Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa kenaikan pendapatan penjualan logam mulia di pegadaian syariah cabang cinere selama periode 2008 sampai dengan 2010 adalah sebesar Rp 1.364.625.000,- Apabila dipresentasikan kenaikan pendapatan penjualan logam mulia selama tiga tahun yaitu sebesar 56%.
B. Perkembangan Pendapatan Pegadaian Syariah Cabang Cinere Tabel 4.3 Data Perkembangan Pendapatan Pegadaian Syariah Cabang Cinere Tahun 2008 s/d 2010 Tahun
Total Pendapatan
Perubahan
Pegadaian Syariah
Pendapatan
Persentase (%)
Pegadaian Syariah 2008
50.072.645.000
-
2009
68.163.664.000
18.091.019.000
9%
2010
74.524.248.000
63.360.584.000
32 %
Jumlah
192.760.557.000
81.451.603.000
44%
Sumber: Laporan Keuangan Pegadaian Syariah Cabang Cinere
59
Pada tahun 2008 pendapatan pegadaian syariah cabang cinere sebesar Rp 50.072.645.000-. Kemudian tahun 2009 mengalami kenaikan aebesar Rp 18.091.019.000,- dengan persentase 9%, sehinga total pendapatan pegadaian syariah cabang cinere menjadi sebesar Rp 68.163.664.000,-. Kemudian pada tahun 2010 kenaikan terlihat mengalami kenaikan yang cukup signifikan kurang lebih dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Total pendapatn menjadi Rp 74.524.248.000,- dengan persentase sebesar 32%. Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa kenaikan pendapatan pegadaian syariah cabang cinere selama periode 2008 sampai dengan 2010 adalah sebesar Rp 192.760.557.000,- Apabila dipresentasikan kenaikan pendapatan pegadaian syariah selama tiga tahun yaitu sebesar 41%.
C. Pengaruh Penjualan Logam Mulia Terhadap Pendapatan Pegadaian Syariah Berdasarkan data diatas, total pendapatan penjualan logam mulia dan total pendapatan pegadaian syariah tahun 2008 s/d 2010 adalah sebagai berikut: Tabel 4.4 Data Total Pendapatan Pegadaian Syariah Cabang Cinere Tahun 2008 s/d 2010 Tahun
Total Pendapatan
Total Pendapatan
Penjualan Logam Mulia (X)
Pegadaian Syariah (Y)
2008
101.031.500
50.072.645.000
2009
384.996.000
68.163.664.000
60
2010
878.597.500
74.524.248.000
Jumlah
1.364.625.000
192.760.557.000
Sumber: Laporan Keuangan Pegadaian Syariah Cabang Cinere
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel X (Pendapatan Penjualan Logam Mulia) dengan variabel Y (Pendapatan Pegadaian) maka dapat dilihat dari r pada hasil analisis regresi pada Model Summary. Pada dasarnya r terletak antara -1 sampai dengan 1. Maka kriteria untuk analisis korelasi adalah: 1. Jika r mendekati -1 atau sama dengan 1, maka hubungannya antara variabel X dan Y negatif dan kuat. 2. Jika r mendekati 1 atau sama dengan 1, maka hubungannya antara variabel X dan Y positif dan kuat. 3. Jika r mendekati 0 atau sama dengan 0, maka hubungannya antara variabel X dan Y sangat lemah atau tidak ada hubungan sama sekali. Apabila ternyata nilai r mendekati 1, maka hubungan X dan Y dinyatakan kuat sekali dan analisis dilanjutkan dengan analisis regresi linier. Untuk memperkirakan besarnya pengaruh X terhadap Y kemudian meramalkan Y dengan menggunakan regresi sebagai berikut: Ŷ= a + bX, maka dapat dilihat dari hasil analisis regresi pada tabel Coefficients. Kemudian untuk mengetahui seberapa besar sumbangan atau pengaruh variabel X terhadap Y dapat dihitung dengan menggunakan rumus koefisien Determinasinya (r2 dimana r = koefisien Determinasinya r2), yaitu: kp= r2 , dimana r = koefisien korelasi atau dapat dilihat dari hasil analisis regresi pada tabel Model Summary.
61
Berikut hasil analisis regresi pendapatan penjualan logam mulia terhadap pendapatan pegadaian syariah cabang cinere tahun 2008 s.d 2010, dengan menggunakan SPSS 16.0 for widows. 1. Variabel Enterd/ Removed Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh antara penjualan produk logam mulia terhadap pendapatan pegadaian syariah, dapat dilakukan dengan analisa variabel yang dimasukan dan variabel yang dikeluarkan.
Tabel 4.5 Variables Entered/Removed
Model 1
Variables Entered
Variables Removed
Penjualan Logam Mulia
b
a
Method
. Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Pendapatan Pegadaian Syariah
Pada variabel entered atau removed di atas tampak bahwa variabel yang dimasukan atau yang digunakan adalah variabel penjualan logam mulia (X) sebagai variabel independent untuk dilihat pengaruhnya terhadap variabel dependentnya yaitu pendapatan Pegadaian Syariah .
62
2. Analisa Regresi Liniear Sederhana (Simple Regression Analysis) atau Koefisien Determinasi (KD) Tabel 4.6 b
Model Summary
Model
R
1
.535
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Durbin-
Square
Estimate
Watson
.286
.265
9.228E8
1.503
a. Predictors: (Constant), Logam Mulia b. Dependent Variable: Pendapatan Pegadaian
Dari hasil table 4.6 model summary pada bagian ini memberikan data untuk menentukan besarnya pengaruh pendapatan penjualan logam mulia terhadap pendapatan pegadaian syariah cabang cinere, Maka berdasarkan hasil print out SPSS pada model summary diperoleh: a. Nilai Adjusted R Square (R2 ) adalah 0,286 atau 28,6. Hal ini berarti bahwa 28,6% variable pendapatan pegadaian syariah (Y) dapat dijelaskan oleh variable pendapatan penjualan logam mulia (X) artinya pendapatan pegadaian syariah (Y) dapat dijelaskan oleh penjualan logam mulia (X) sebesar 28,6%. Sedangkan sisanya 28% (100%-28,6%= 71,4%) dijelaskan oleh factor-faktor lain. b. Nilai R hitung = 0, 535 nilai R yang mendekati 1, artinya ada hubungan yang positif dan sangat kuat sekali antara variable X (pendapatan penjualan logam mulia) terhadap variable Y (pendapatan pegadaian syariah).
63
Tabel 4.7 b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
1.162E19
1
1.162E19
Residual
2.895E19
34
8.515E17
Total
4.057E19
35
F 13.641
Sig. .001
a
a. Predictors: (Constant), pendapatan penjualan logam mulia b. Dependent Variable: pendapatan pegadaian syariah
3. Analisis Pengujian Hipotesa a. Uji T Statistik Uji t adalah menguji masing-masing variabel bebas terhadap variabel tidak bebasnya. Hipotesis: Ho : β1 = 0, pendapatan penjualan logam mulia terhadap pendapatan pegadaian syariah tidak berpengarug signifikan. H1 : β1 ≠ 0, pendapatan penjualan logam mulia terhadap pendapatan pegadaian syariah berpengaruh signifikan. Berdasarkan probabilitas: 1) Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak dan menerima H1. 2) Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan meolak H1
64
Tabel 4.8 Coefficientsa Standardi zed Unstandardized Coefficie Coefficients
Collinearity
nts
95% Confidence Interval for B
Std. Model 1
B
(Constant)
Error
4.553E 9
Penjualan logam mulia
18.413
Statistics Tolera
Beta
T
Sig.
Lower Bound
2.659E8
17.125
.000
4.013E9
4.985
.535 3.693
.001
8.282
Upper Bound
nce
5.094E9
28.545 1.000
a. Dependent Variable: Pendapatan pegadaian syariah
Dari coefficients diatas maka hasil perhitungan diketahui, bahwa 1) Uji terhadap constanta atau intercept Nilai sig pendapatan penjualan logam mulia sebesar 0,000. Hasil table 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak H1 diterima. Berarti data ini signifikan artinya variabel X yaitu penjualan logam mulia mempunyai pengaruh terhadap variabel Y yaitu pendapatan pegadaian syariah. 2) Uji terhadap koefisien regresi Signifikansi sebesar 0,000 dengan 0,05. Hasil tabel 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berarti data ini signifikan artinya variabel X yaitu penjualan logam mulia mempunyai pengaruh terhadap variabel Y yaitu pendapatan pegadaian syariah.
VIF
1.000
65
b. Uji F Statistik Uji F merupakan uji secara bersama-sama seluruh variable bebasnya terhadap variable tidak bebasnya. Pada bagian ini ditampilkan tabel analisis varians (ANOVA). Tabel 4.9
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
1.162E19
1
1.162E19
Residual
2.895E19
34
8.515E17
Total
4.057E19
35
F 13.641
Sig. .001
a. Predictors: (Constant), pendapatan logam mulia b. Dependent Variable: pendapatan pegadaian syariah
Berdasarkan hasil print out tabel anova di atas disebut juga sebagai uji F statistik. Untuk menguji hipotesis apakah pendapatan pegadaian dapat
dipengaruhi
oleh
penjualan
logam
mulia
dengan
cara
membandingkan angka signifikansi sebesar 0,000 dengan 0,05. Hasil tabel 0,001 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima berarti signifikan artinya secara
bersama-sama
variabel
bebasnya
penjualan
logam
mulia
mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebasnya yaitu pendapatan pegadaian.
a
66
4. Koefisien Regresi Dalam koefisien regresi bilangan konstanta (a) adalah bilangan yang menunjukan penjualan logam mulia sebelum adanya pengaruh dari pendapatan pegadaian syariah (X=0) Koefisien regresi atau parameter (b) positif, maka menunjukan adanya pengaruh terhadap penjualan logam mulia terhadap pendapatan pegadaian syariah. Bentuk umum persamaan regresi linier sederhana adalah Y = a + bX Keterangan : Y = Pendapatan Pegadaian Syariah X = Penjualan Logam Mulia a = Konstanta, yaitu nilai Y bila X=0 b = Koefisien regresi yaitu perubahan pada Y jika X berubah satu satuan
67
Tabel 4.10 Coefficientsa
Standardi zed Unstandardized Coefficie Coefficients
Collinearity
nts
95% Confidence Interval for B
Std. Model 1
B
(Constant)
Error
4.553E 9
Penjualan logam mulia
18.413
Statistics Tolera
Beta
t
Sig.
Lower Bound
2.659E8
17.125
.000
4.013E9
4.985
.535 3.693
.001
8.282
Upper Bound
nce
VIF
5.094E9
28.545 1.000
a. Dependent Variable: Pendapatan pegadaian syariah
Hasil dari table 4.10 pada hasil print out spss coefficients untuk menentukan koefisien regresi. Bahwa persamaan regresi untuk pendapatan penjualan logam mulia terhadap pendapatan pegadaian syariah yaitu: Y= 4,553 + (18,413 X) a = angka konstanta sebesar 4,553 menyatakan bahwa jika tidak ada pendapatan penjualan logam mulia (X), maka pendapatan pegadaian syariah (Y) sebesar 4,553 b = Koefisien regresi 18,413 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 kali pendapatan penjualan logam mulia maka akan menurunkan pendapatan pegadaian syariah sebesar 18,413. Dan begitu juga sebaliknya jika koefisien regresi menunjukkan 18,413 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 kali
1.000
68
pendapatan penjualan logam mulia maka akan meningkatkan pendapatan pegadaian syariah sebesar 18,413.
5. Analisis Pengujian Asumsi Klasik a. Asumsi Normalitas Apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Dimana data yang baik itu harus berdistribusi normal. Salah satu cara mendeteksinya adalah dengan cara melihat normal P plot hasil print out SPSS. Jika titiktitiknya mendekati garis diagonal maka dapat dikatakan data berdistribusi normal. Dan sebaliknya jika menjauhi garis diagonal data tersebut tidak berdistribusi normal. Gambar 4.3
69
Pada gambar P plot diatas maka dapat disimpulkan bahwa grafik di atas dapat terlihat bahwa titik-titiknya (data) menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas artinya data ini terdistribusi normal. b. Uji Heterokedastisitas Merupakan untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan dalam fungsi regresi. Data yang baik untuk yang tidak ada masalah. Heterokedastisitas ≠ homokedastisitas, salah satu cara mendeteksinya adalah dengan melihat scater plotnya.
Gambar 4.4
70
Dari hasil uji heteroskedastisitas yang diperoleh dari perhitungan menggunakan SPSS 16,0 pada
gambar di atas, sama halnya dengan
prinsip normalitas uji heterokedastisitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik). Maka berdasarkan pada gamabar di atas, pada scatterplotnya dapat dilihat titi-titiknya menyebar di derah positif dan negatif serta tidak membentuk pola, sehingga dapat disimpulkan data tersebut tidak ada masalah heterokedastisitas (Homokedastisitas)
c. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.11 Pengambil Keputusan ada Tidaknya Autokorelasi Hipotesis Nol Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi negatif Tidak autokorelasi positif, negatif
Keputusan Tolak
Jika 0 < d< dl
No Decision
0 < d < du
Tolak
4 – dl < d 4
No Decision
4- du < d < 4 - dl
Tidak Ditolak
Du < d < 4 - du
71
b
Model Summary
Model
R
1
.535
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square a
.286
.265
Durbin-Watson
9.228E8
1.503
a. Predictors: (Constant), pendapatan logam mulia b. Dependent Variable: pendapatan pegadaian
Nilai Durbin Watson yang didapat pada penelitian ini adalah 1.503, nilai ini akan dibandingkan dengan menggunakan nilai signifikan 5 % jumlah sampel 36 dan jumlah variabel independen (variabel bebas) 1 (k=1), Cara menghitung manual dengan asumsi tingkat kesalahan 5%, variabel bebas (K=1) dengan total df+1 = 35 + 1 = 36, nilai durbin lower (dl) sebesar 1,41 dan durbin upper (du) sebesar 1,52 (data dl dan du bisa dilihat pada tabel statistik d Durbin-Watson, dengan alfa 5%). Maka dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Maka tabel Durbin Watson akan didapatkan sebagai berikut: Tabel 4.12 Manual Perhitungan Durbin-Watson Korelasi (+)
0
Tidak ada Korelasi
Tidak tahu
Dl=1,41
Du=1,52
Tidak tahu
4-du=2,48
4-dl=2,59
Korelasi (-)
4
Berdasarkan print out pada model summary dapat dilihat nilai DurbinWatson sebesar 1,503 artinya ada korelasi satu sama lain karena terletak
72
didaerah positif (+) dan di antara 0 dan durbin lower (du). Maka data ini berpengaruh pada penjualan logam mulia terhadap pendapatan pegadaian syariah.
D. Perbandingan Pendapatan Pegadaian Syariah Cabang Cinere Sebelum dan Sesudah Menjualkan Produk Logam Mulia Tabel 4.13 Data Perbandingan Pendapatan Pegadaian Syariah Cabang Cinere Sebelum dan Sesudah Menjualkan/ Memasarkan Produk Logam Mulia Tahun
Pendapatan Pegadaian
Pendapatan Pegadaian
Syariah Sebelum
Syariah Sesudah
Menjualkan Produk Logam
Menjualkan Produk Logam
Mulia
Mulia
2005
11.417.762.000
2006
23.630.086.000
2007
32.434.529.000
2008
50.072.645.000
2009
68.163.664.000
2010
74.524.248.000
Sumber: Laporan Keuangan Pegadaian Syariah Cabang Cinere
Dilihat dari tabel 4.13 diatas pendapatan Pegadaian Syariah Cabang Cinere sebelum dan sesudah menjualkan / memasarkan produk logam mulia ada yang mengalami penurunan pendapatan dan ada juga yang mengalami peningkatan.
73
Pada tabel diatas pendapatan pegadaian syariah sebelum memasarkan produk logam mulia setiap tahunnya mengalami peningkatan yang begitu pesat. Dan pada awal pegadaian syariah memasarkan menjualkan produk logam mulia pada tahun 2008 pendapatan pegadaian syariah cabang cinere tercatat sebesar Rp 50.072.645.000,-. Sesudah memasarkan produk logam mulia pendapatan pegadaian syariah mengalami kenaikan yang sangat signifikan dari tahun ke tahun, terhitung sejak awalnya pegadaian syariah cabang cinere menjualkan / memasarkan produk logam mulia sejak tahun 2008 s/d 2010. Kenaikan pendapatan terkecil pegadaian syariah cabang cinere pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp 50.072.645.000,-. Sedangkan kenaikan pendapatan terbesar pegadaian syariah cabang cinere pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp 74.524.248.000,-. Hal ini memberikan dampak positif bagi pegadaian syariah cabang cinere dalam memperoleh keuntungan dari penjualan produk logam mulia. Dari tabel XIV perbandingan pendapatan pegadaian syariah cabang cinere sebelum dan sesudah memasarkan produk logam mulia dari laporan keuangan tahun 2005 s/d 2010 mengalami peningkatan secara drastis dan tidak ada mengalami penurunan pendapatan.
74
E. Analisis Kendala-kendala yang Mempengaruhi Penjualan Produk Logam Mulia Terhadap Peningkatan Pendapatan Pegadaian Syariah Cabang Cinere Kendala yang dihadapi pegadaian syariah cabang cinere dalam penjualan produk logam mulia: 1. Tidak ada stock langsung produk logam mulia di pegadaian syariah 2. Lamanya menuggu pesenan barang (logam mulia) dari PT ANTAM ke pegadaian pusat maka harus menuggu satu sampai tiga bulan untuk mendapatkan kiriman barang pesenan nasabah. 3. Pegadaian Syariah Cabang Cinere hendaknya memperbaruhi pelayanan dalam penjualan logam mulia, yaitu meningkat nasabah yang membeli logam mulia tidak hanya kalangan menegah dan atas, diharapkan dapat segera memfasilitasi pembelian logam mulia dengan pembayaran cicilan melalui kartu kredit. Hal ini akan memberikan kemudahan bagi nasabah mengingat jarak antara nasabah dan kantor Pegadaian Syariah yang memfasilitasi produk logam mulia tidak selalu dekat.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah menguraikan beberapa permasalahan maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengaruh penjualan logam mulia terhadap peningkatan pendapatan pegadaian syariah cabang cinere laporan keuangan (Periode tahun 2008 s/d 2010) berdasarkan hasil data print out SPSS yaitu sebagai berikut: a. Hasil dari tabel Summary, Nilai Adjusted R Square (R2 ) adalah 0,286 atau 28,6. Hal ini berarti bahwa 28,6% variable pendapatan pegadaian syariah (Y) dapat dijelaskan oleh variable pendapatan penjualan logam mulia (X) artinya pendapatan pegadaian syariah (Y) dapat dijelaskan oleh penjualan logam mulia (X) sebesar 28,6%. Sedangkan sisanya 28% (100%-28,6%= 71,4%) dijelaskan oleh factor-faktor lain. Yang tidak diungkapkan dalam penelitian ini. Produk logam mulia ini masih relative kecil kontribusinya terhadapa total pendapatan pegadaian syariah. b. Nilai R hitung = 0, 535 nilai R yang mendekati 1, artinya ada hubungan yang positif dan sangat kuat sekali antara variable X (pendapatan penjualan logam mulia) terhadap variable Y (pendapatan pegadaian syariah). Hal ini menjelaskan bahwa ternyata pendapatan dari penjualan
75
76
logam mulia sangat member dampak positif dan baik/ kuat terhadap pendapatan pegadaian syariah. c. Kemudian berdasarkan perhitungan dengan uji t dan uji f statistik, hasil angka kedua uji tersebut lebih kecil dibandingkan nilai signifikan yaitu 0,001 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menyatakan bahwa variabel bebas yaitu penjualan logam mulia yang di uji secara terpisah maupun bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap variabel bebasnya yaitu pendapatan pegadaian syariah. d. Sedangkan hasil keseluruhan pengujian asumsi klasik, data yang telah diolah yaitu data penjualan logam mulia dan pendapatan pegadaian syariah ini berdistribusi normal dan tidak mempunyai masalah pada heteroskedastisitas (homokedastisitas) karena scatterplotnya untuk titiktitiknya menyebar kedaerah positif dan negatif sehingga tidak membentuk pola, jadi tidak ada masalah heteroskedastisitas. Untuk autokorelasi ditebel durbin watsonnya ada korelasi satu sama lain karena terletak didaerah positif. 2. Kendala yang dihadapi pegadaian syariah cabang cinere dalam penjualan produk logam mulia: a. Tidak ada stock langsung produk logam mulia di pegadaian syariah b. Lamanya menuggu pesanan barang (logam mulia) dari PT ANTAM ke pegadaian pusat maka harus menuggu satu sampai tiga bulan untuk mendapatkan kiriman barang pesenan nasabah.
77
c. Pegadaian Syariah Cabang Cinere hendaknya memperbaharuhi pelayanan dalam penjualan logam mulia, yaitu meningkat nasabah yang membeli logam mulia tidak hanya kalangan menegah dan atas, diharapkan dapat segera memfasilitasi pembelian logam julia dengan pembayaran cicilan melalui kartu kredit. Hal ini akan memberikan kemudahan bagi nasabah mengingat jarak antara nasabah dan kantor Pegadaian Syariah yang memfasulitasi produk logam mulia tidak selalu dekat.
B. Saran 1. Pihak pegadaian syariah cabang cinere perlu melakukan upaya peningkatan sosialisasi kepada masyarakat luas tentang keberadaan produk logam mulia dengan melibatkan banyak pihak seperti praktisi, akademisi, dan ulama dibidang ekonomi syariah. 2. Pegadaian syariah cabang cinere harus bisa mempertahankan atau lebih baik lagi jika dapat meningkatkan kegiatan penjualan logam mulia yang sudah dilaksanakan dengan baik agar dapat meningkatkan pendapatan pegadaian syariah. 3. Dengan adanya produk logam mulia ini, diharapkan memberikan stimulus atau rangsangan bagi masyarakat umum dan nasabah untuk hidup lebih hemat, efektif dan efisien dengan menabung dalam bentuk logam mulia yang terbukti keuntungannya. 4. Pegadaian Syariah Cabang Cinere hendaknya memperbaruhi pelayanan dalam penjualan logam mulia, yaitu meningkat nasabah yang membeli logam mulia
78
tidak hanya kalangan menegah dan atas, diharapkan dapat segera memfasilitasi pembelian logam mulia dengan pembayaran cicilan melalui kartu kredit. Hal ini akan memberikan kemudahan bagi nasabah mengingat jarak antara nasabah dan kantor Pegadaian Syariah yang memfasulitasi produk logam mulia tidak selalu dekat. 5. Pegadaian syariah cabang cinere untuk mempunyai banyak stock langsung produk logam mulia supaya nasabah tidak menunggu lebih lama, apalagi menunggu sampai 3 bulan.
DAFTAR PUSTAKA
Al Quran Al-Karim. Ali, Zainudin. Hukum Gadai Syarih. Jakarta: Sinar Grafika, 2008. Alwi, Hasan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1919. Amin, Riawan. Menata Perbankan Syariah Di Indonesia. Jakarta: UIN Press, 2009. Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktek. Jakarta: Gema Insani, 2001, Cet. Ke-1. -------------, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum. Jakarta, BI Bekerjasama dengan Tazkia Institute, 1999. Anshori, Ghofur Abdul, Perbankan Syariah di Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2007. Arifin, Zainul. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Pustaka Alvabeta, 2005. Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT Raja Grafindo, 2007. Azharudin AH Latif, Fiqh Muamalat. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005. Budiono, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Agung, 2005. Departemen Pendidikan Nasional, “Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2007, Edisi III Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainny. Jakarta: Kencana, 2005. M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalat). Edisi 1, cet ke -2, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004. Marbun, BN. Kamus manajemen. (Jakarta: pustaka sinar, 2003), cet. Ke-3 Mulyo, Kamus Kimia. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005. Nazir, Moh. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2009. Pegadaian Syariah, Company Profile, http://www.pegadaianonline.com diakses pada tanggal 25 April 2011.
79
80
Pass, Christopher dan Lowes, Bryan, Kamus Lengakap Ekonomi. Jakarta: Erlangga.1999, Cet. Ke-2 Rama, Ali “Ekonomi Syariah dan Outlook 2011”, artikel diakses pada 13 Mei 2011 dari http://ekonomiislami.wordpress.com/ ekonomi-syariah-dan-outlook2011/ Rais, Sasli http://sasli-rais.blogspot.com/ diakses 13 juni 2011 Rifai, Veitzal. dkk. Bank and Financial Institution Managemen. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007. Rindjin, ketut. Pengantar Perbankan dan Lembaga Keuangan Bukan Bank. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000. Rochaety, Ety. Dkk. Metodologi Penelitian Bisnis Dengan Aplikasi SPSS Edisi Revisi. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2009. Rodoni, Ahad. Investasi Syariah. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009. Rustam, Pendapatan Menurut Standar Akuntansi Keuangan No.23, Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Sumatra Utara. h.5. http://www.pendapatan.com diakses pada tanggal 8 Februari 2011. Santoso, Singgih. Buku Latihan SPSS Statistik Parametik. Jakarta: Pt. Alex Media Komputindo, 2000. Sjahdeni, Sutan Remy , Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia. Jakarta, Pustaka Utama Grafiti, 1999. Suseno, Priyonggo dan Sudarsono, Heri. Istilah-Istilah Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Lainnya. Yogyakarta: UII Press, 2004. Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi. Yogyakarta: Ekonisia, 2005, Cet ke -3 Suma, Muhammad Amin. Menggali Akar dan Mengurai Serat Ekonomi Keuangan Islam. Tangerang: Kholam Publishing, 2008. Supranto, J. Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga, 2001. Jilid II. Ed. Ke-6. Tanuwidjaja, William. Cerdas Investasi Emas. Yogyakarta: Media Pressindo, 2005 Tim Penulis Fakultas Syariah & Hukum, Buku Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta: t.p., 2007.
81
Pegadaian Syariah, Pedoman Operasional Gadai Syariah. Jakarta 2008 “Brosur MULIA (Murabahah Logam Mulia untuk Investasi Abadi)” “Brosur Pembiayaan ARRUM, Jakarta:2009” “Logam
Mulia” artikel diakses pada tanggal http://id.wikipedia.org/wiki/Logam_mulia.
10
maret
2011
dari
Wawancara Pribadi dengan Agus Asropi, Spd. Penaksir Muda Pegadaian Syariah Cabang Cinere, Jakarta, 18 April 2011.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Hasil Wawancara Pada Pegadaian Syariah Cabang Cinere Nama
: Irfan Awaludin
Jabatan
: Administrasi dan Pembiayaan
Hari/ Tanggal: 28 April 2011
1. Penulis: Kapankah produk logam mulia diopersionalkan di pegadaian syariah cabang cinere? Responden: Produk logam mulia diopersionalkan di pegadaian syariah cabang cinere ini sejak November 2008. 2. Penulis: Bagaimana operasional pembelian logam mulia pada pegadaian syariah cabang cinere? Responden
:Teknik
operasional
dalam
pembelian
produk
logam
mulia
menggambarkan hubungan antara nasabah, pegadaian syariah, dan PT ANTAM Tbk dalam proses transaksi diawali dengan pemintaan atau permohonan pembiayaan logam mulia , serta implementasi dari akad dan prinsip syariah yang terkandung dalam produk logam mulia. Proses transaksi diawali dengan permintaan/ permohonan pembiayaan logam mulia oleh nasabah (pemesan). Tapi di pegadaian syariah ini harus menuggu lama barang yang di pesan, kaena harus menuggu dari pegadaian pusat dulu. 3. Penulis: Berapa jumlah nasabah produk logam mulia hingga saat ini? Responden: Jumlah nasabah logam mulia dari tahun 2009 s/d tahun 2011 sebanyak 276 nasabah. 4. Penulis: Bagaimana analisis dan perkembangan produk logam mulia ini dari awalnya keluar produk sampai sekarang? Responden:Dilihat dari perkembangan MULIA ternyata dari awal adanya produk MULIA sampai sekarang itu sangat pesat sekali perkembangannya,apa lagi sekarang dilihat dari segi keuntungan MULIA setiap bulan ada kenaikan harga, maka dipegadaian ini banyak sekali nasabah atau peminat yang membeli logam MULIA baik itu dengan cara tunai/ pelunasan maupun secara angsuran. Maka pada dasarnya
perkembangan produk logam MULIA ini sangat baik sekali kalau dilihat dari segi omset pendapatan Pegadaian syariah cabang cinere,,baik dari cabang maupun OPC2. 5. Penulis: Dengan adanya produk logam mulia ini, apakah perkembangan pendapatan operasional Pegadaian Syariah Cabang Cinere meningkat atau menurun? Responden: jelas, sangat meningkat dan membantu sekali untuk omset dan pendapatan pegadaian syariah cabang cinere ini. Karena ap? Larena dilihat dari segi kacamata pegadaian cabang cinere ini sangat begitu lumayan apalagi setiap bulannya, banyak sekali nasabah, dan ada nasabah yang membeli produk Logam MULIA ini sampai 1 Miliyar, jadi perkembangan pendapatan operasional pegadaian sangat begitu meningkat dengan ada bantuan produk Logam MULIA ini,menambah omset pendapatan pegadaian. 6. Penulis: Bagaimana pengaruh produk logam mulia dalam meningkatkan pendapatan pegadaian syariah cabang Cinere? Responden: Pengruh produk logam mulia ini sangat begitu membantu omset pendapatan setiap bulannya, karena banyak sekali nasabah atau masyarakat yang meginvestasikan ke emas atau disebut juga dengan logam Mulia, maka di pegadaian syariah cabang cinere ini banyak nasabah yang berminat untuk membeli logam mulia ini. Untuk membeli produk logam mulia ini melalui 2 sistem, ada system pelunasan ada system angsuran. Kalau system pelunasan disini ada margin ongkos kirim dan juga administrasi, untuk administrasi yang 5 grm,10,gram 50 ribu, klau ongkos kirim tergantung pada nilai emas nya. 7. Penulis: Bagaimana mekanisme pembelian logam mulia di pegadaian syariah cabang cinere? Responden: pegadaian syariah dalam melaksanakan mekanisme pembiayaan fasilitas produk logam mulia menggunakan dua akad, yaitu: akad murabahah dan rahn. Melalui akad murabahah pegadaian syarih menetapkan kuntungan dan menarik uang muka sesuai dengan konsep murabahah berdasarkan kesepakatan bersama antara kedua belah pihak. Sedangkan melalui akan rahn, objek jual beli (logam mulia) djadikan jaminan (marhun) apabila pembayaran dlakukan secara angsuran/cicilan.
8. Penulis: Kendala apa saja yang mempengaruhi produk logam mulia terhadap pendapatan pegadaian syariah cabang Cinere? Responden: untuk di pegadaian syariah kalau produk Logam MULIA ini kendala nya ada satu karena kita kerja sama dengan PT ANTAM, untuk pegadaian syariah ini kita punya stock barang, kendalanya apabila banyak nasabah datang ke pegadaian syariah untuk membeli logam mulia permintaan sangat banyak sekali, sedangkan untuk stock di pegadaian syariah ini kurang, maka disini nasabah inden/menuggu barang,,untuk menunggu barang pesenan itu kurang lebih satu bulan tiga bulan tergantung kiriman dari pusat pegadaian dan dari PT ANTAM nya juga. 9. Penulis: Apa keuntungan dan manfaat produk logam mulia pada pegadaian syariah dan nasabah itu sendiri? Responden: Untuk keuntungan ada 2 keuntungan, yang pertama keuntungan buat perusahaan yang kedua keuntungan buat nasabah. Untuk keuntungan buat nasabah jelas yang namanya logam mulia investasi abadi, dan sekarang harga emas hampir setiap hari, minggu, bulan selalu meningkat maka keuntungan nya dari situ,walaupun sekarang dolar lagi turun tapi emas tetap naik, 10. Penulis: Apa saja fasilitas yang disediakan dalam pembayaran angsuran pada produk Logam Mulia? Apa bisa transfer melalui atm, internet banking dan sebagainya? Responden: Pembayaran bisa secara lagsung,untuk debit,BNI,
Variables Entered/Removed
Model 1
Variables
Variables
Entered
Removed
b
Method
a
x
. Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: pendapatan pegadaian b
Model Summary
Model
R
1
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square .535
a
.286
.265
Durbin-Watson
9.228E8
1.503
a. Predictors: (Constant), pendapatan penjualan logam mulia b. Dependent Variable: pendapatan pegadaian syariah b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Regression
1.162E19
1
1.162E19
Residual
2.895E19
34
8.515E17
Total
4.057E19
35
Sig.
13.641
.001
a
a. Predictors: (Constant), pendapatan penjualan logam mulia b. Dependent Variable: pendapatan pegadaian syaria
Coefficients
Model 1
Unstandardized
Standardized
95% Confidence
Coefficients
Coefficients
Interval for B
B (Constant)
a
Std. Error
4.553E9
2.659E8
18.413
4.985
Beta
t
Sig.
17.125
.000
3.693
.001
Lower
Upper
Bound
Bound
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
4.013E9 5.094E9
Pendapatan penjulan logam mulia
.535
8.282
28.545 1.000
1.000
Coefficients
Model 1
Unstandardized
Standardized
95% Confidence
Coefficients
Coefficients
Interval for B
B (Constant)
a
Std. Error
4.553E9
2.659E8
18.413
4.985
Beta
t
Sig.
17.125
.000
3.693
.001
Lower
Upper
Bound
Bound
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
4.013E9 5.094E9
Pendapatan penjulan logam mulia
a. Dependent Variable: pendapatan pegadaian syariah
.535
8.282
28.545 1.000
1.000
Tabel Statistik d Durbin-Watson