ANALISIS PENGARUH LOKASI DAN PELAYANAN PEGADAIAN SYARIAH TERHADAPMINAT NASABAH (Studi Kasus Pegadaian Syariah Cab. Depok)
Disusun Oleh : NANDANG SUNANDAR SAID 204046102955
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2010 M
LEMBAR PENGESAHAN ANALISIS PENGARUH LOKASI DAN PELAYANAN PEGADAIAN SYARIAH TERHADAP MINAT NASABAH Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh :
NANDANG SUNANDAR SAID NIM: 204046102955
Di Bawah Bimbingan Pembimbing I
Pembimbing II
Dr.H.M Nurul Irfan M.Ag NIP: 197308082003121001
Drs.Sirril Wafa, M.Ag NIP: 196003181991031001
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur panjatkan kehadirat Allah SWT atas ridha dan rahmat-Nya skripsi ini dapat diselesaikan dalam rangka memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Ekonomi Islam pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Salawat serta salam tak lupa sampaikan kepada junjungan umat Islam Nabi Muhammad SAW, beserta segenap keluarga, sahabat, dan juga umatnya. Yang Insya Allah kita termasuk di dalamnya. Selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis sangat menyadari bahwa dalam proses tersebut tidaklah terlepas dari segala bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag Pembantu Dekan Bidang Akademik, Drs Noryamin Aini, MA Pembantu Dekan Bidang Keuangan dan Administrasi dan Dr. H. Yayan Sofyan M.Ag Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan. 3. Dr. Euis Amaliya, M.Ag. dan H. Ah. Azharudin Latif, M.Ag., MH. masing-masing sebagai Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Dr. H. Nurul Irfan, MA. sebagai Dosen Pembimbing yang selalu membimbing dan membantu dalam menyelesaikan skripsi dengan sebaik-baiknya yang telah meluangkan waktunya, tenaga dan pikirannya untuk membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Drs. Sirril Wafa,MA. sebagai Dosen Pembimbing yang selalu membimbing dan membantu dalam menyelesaikan skripsi dengan sebaik-baiknya yang telah meluangkan waktunya, tenaga dan pikirannya untuk membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah SWT, mencatat sebagian amal baik disisi-Nya. 6. Kamarusdiana S.Ag., MH. sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang selalu mengarahkan, dan memberikan wejangan serta nasehat, selama masih dalam perkuliahan. 7. Drs. Djawahir Hejazziey, SH., MA. dan Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag yang keduanya adalah Koordinator Teknis Non Reguler Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 8. Drs.Irianto (Manajer Humas Pegadaian Pusat Cabang) yang telah mengijinkan untuk melakukan penelitian dan Ibu Purwanti ( Bag Perpustakaan) Pegadaian Pusat yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan banyak bantuan, masukan serta data-data yang diperlukan. 9. Agus SE, (Kepala Cabang Pegadaian Depok) dan staff yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan banyak bantuan, masukan serta data-data yang diperlukan. 10. Kedua orang tua tercinta yang terhormat Ayanda Sujono dan Ibunda
Napsiah yang telah
mendidik, membesarkan, memberikan kasih sayang yang tidak ternilai harganya, semangat serta doanya. 11. Ade-adeku tercinta Dian, Dina, dan Dita yang selalu mendoakan dan memberikan dorongan semangat ketika mulai mengalami kejenuhan dalam penyelesaian skripsi ini 12. Keluarga Besar dari Ayanda dan Ibunda yang selalu mendoakan dan memberikan dorongan semangat dan motivasi ketika mulai mengalami kejenuhan dalam penyelesaian skripsi ini.
13. Kepada seluruh staff pengajar Fakultas Syariah dan Hukum, yang telah banyak memberikan banyak ilmu, wawasan, serta kesabarannya dalam mendidik selama dibangku perkulihan. Semoga akan menjadi manfaat dan berkah untuk penulis. 14. Teman-teman UIN Banking Syari’a 04,Syafii, Puri, Rendra, Sahrul, Maya, Lesi , Kutmaja, Mustopa ,Fahmi, Ina , semua teman-teman Banking Syari’a 2004 khususnya PS-B dan umumnya PS-A, PS-D, PS-C, yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan teman-teman yang datang pergi silih berganti. 15. Serta rekan-rekan lain ka Tata , Didi ’Viit’dan kawan -kawan mungkin tidak dapat disebutkan
dan semua pihak yang
satu-persatu dalam skripsi ini.
Besar harapan skripsi ini dapat memberikan konstribusi yang positif bagi pihak-pihak yang memberikan bantuan kepada penulis terutama bagi rekan-rekan mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Konsentrasi Perbankan Syariah. Penulis sangat sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, karena manusia bukanlah makhluk yang sempurna. Demikian sedikit pengantar dan ucapan terima kasih. Atas semua perhatian yang diberikan, Penulis sampaikan ucapan terima kasih.
Jakarta,
Juni 2010 M Jumadil akir 1431 H
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASAH LEMBAR PERNYATAAN KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
7
D. Kajian Kepustakaan (Studi Review Terdahulu)
8
E. Sistematika Penulisan
10
LANDASAN TEORI A. Lokasi
12
B. Pelayanan
15
C. Minat
19
D. Gadai Syariah
21
BAB III
BAB IV
BAB V
PROFIL PEGADAIAN SYARIAH CABANG DEPOK A. Awal Mula Pegadaian Syariah
30
B. Sejarah Singkat
31
C. Produk dan Jasa
34
D. Seputar Permasalahan Pegadaian Syariah
37
E. Mekanisme Operasional
43
F. Metodelogi Penelitian
50
ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Profil Responden
66
B. Hasil Kuisioner dan Analisis
69
1. Lokasi
69
2. Pelayanan
73
3. Minat
83
4. Analisis Regresi Berganda
86
C. Analisis Lokasi
90
D. Analisis Pelayanan
91
E. Analisis Minat
91
F. Analisis Strategi Pegadaian Syariah
92
PENUTUP A. Kesimpulan
94
B. Saran
95
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
96
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
Tabel 3.1
Skala likert
54
Tabel 3.2
Hasil Pengujian Validitas dan Reabilitas
57
Tabel 3.3
Hasil uji multikolinearitas
59
Tabel 3.4
Hasil uji Durbin – Watson
63
Tabel 4.1
Jenis kelamin
66
Tabel 4.2
Responden berdasarkan pendidikan
67
Tabel 4.3
Responden Berdasarkan Status Perkawinan
67
Tabel 4.4
Responden Berdasarkan pekerjaan
68
Tabel 4.5
Responden Berdasarkan penghasilan
69
Tabel 4.6
Lokasi Pegadaian Syariah Depok dari tempat tinggal nasabah
69
Tabel 4.7
Lokasi Pegadaian dari jalan raya
70
Tabel 4.8
Lokasi pegadaian dari jalur transportasi
71
Tabel 4.9
Lokasi pegadaian dari jangkauan angkutan umum
71
Tabel 4.10
Jarak pemberhentian angkutan umum dengan pegadaian syariah
72
Tabel 4.11
Penggunaan angkutan umum
73
Tabel 4.12
Interior dan penataan ruang
73
Tabel 4.13
Kebersihan
74
Tabel 4.14
Susana tempat
75
Tabel 4.15
Lokasi parkir
75
Tabel 4.16
Memberikan informasi dan pelayanan yang dibutuhkan
76
Tabel 4.17
Pegawai mengetahui produk yang ditawarkan
77
Tabel 4.18
Penyediaan layanan yang tepat waktu
77
Tabel 4.19
Kecepatan melayani
78
Tabel 4.20
Responsif terhadap keinginan nasabah
78
Tabel 4.21
Penyampaian informasi layanan
79
Tabel 4.22
kemampuan pegawai atas produk
79
Tabel 4.23
Kerapihan dan kesopanan dalam melayani
80
Tabel 4.24
Keamanan saat bertransaksi
81
Tabel 4.25
Kepercayaan nasabah
81
Tabel 4.26
Penanganan keluhan
82
Tabel 4.27
Menyambut kedatangan nasabah
82
Tabel 4.28
Penaksiran harga
83
Tabel 4.29
Keamanan barang
83
Tabel 4.30
Biaya penyimpanan
84
Tabel 4.31
Pencairan dana
85
Tabel 4.32
Menyarankan orang lain
85
Tabel 4.33
kepuasan atas pelayanan
86
Tabel 4.34
Hasil analisis regresi berganda
86
Tabel 4.35
Hasil Uji f
87
Tabel 4.36
Hasil uji t
88
Tabel 4.37
Persamaan regresi
90
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
Gambar 3.1
Seatterplot Uji Heteroskedastisitas
60
Gambar 3.2
Normal P-P Plot of Regresi Standarized Residual
62
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Lampiran 1
Surat Pengesahan Dosen Pembimbing Akademik
Lampiran 2
Surat Pembimbing Skripsi
Lampiran 3
Mohon Data/Wawancara Pegadaian Syariah
Lampiran 4
Surat Keterangan Pegadaian Syariah Pusat
Lampiran 6
Kuesioner
Lampiran 7
Pembantu Perhitungan Analisis
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Islam datang dengan membawa pemahaman tentang kehidupan yang membentuk pandangan hidup tertentu dan dalam bentuk garis hukum yang global. Karenanya , guna menjawab setiap permasalahan yang timbul, maka peran hukum Islam dalam konteks kekinian sangat diperlukan. Kompoleksitas permasalahan umat seiring dengan berkembangnya zaman , membuat hukum Islam harus menampakan sifat elastisitas dan fleksibilitas guna memberikan hasil dan manfaat sesuatu yang terbaik, serta dapat memberikan kemaslahatan (kepentingan) kepada umat Islam khususnya dan manusia pada umumnya tanpa harus meninggalkan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh syariat Islam. Mendasarkan kepada kemaslahatan tersebut , maka Islam mengajarkan kepada umatnya untuk hidup saling membantu , yang kaya harus membantu yang mniskin. Bentuk saling membantu ini , dapat berupa pemberian tanpa ada pengembalian dari yang diberi (berfungsi sosial), seperti zakat infaq, dan shadaqah (ZIS) ataupun berupa pinjaman , yang harus dikembalikan kepada yang memberi pinjaman minimal mengembalikan pokok pinjamannya. Berbicara mengenai pinjam-meminjam ini, Islam membolehkan baik melalui individu maupun lembaga keuangan. Salah satu lembaga keuangan itu, berupa lembaga keuangan syariah (LKS). Salah satu produk LKS adalah ‘pembiayaan’ ,
1
2
yang dalam hukum Islam kepentingan kreditur itu sangat diperhatikan dan dijaga sekali, jangan sampai ia dirugikan. Oleh sebab itu , ia dibolehkan meminta ‘barang’ dari debitur sebagai jaminan utangnya. Dalam dunia finansial, barang jaminan ini biasa dikenal dengan objek jaminan (collateral) atau barang gadai (marhun) dalam gadai syariah. Bisnis gadai melembaga pertama kali di Indonesia sejak Gubernur Jenderal VOC Van Imhoff mendirikan Bank Van Leening. Meskipun demikian, diyakini bahwa praktik gadai telah mengakar dalam keseharian masyarakat Indonesia. Pemerintah sendiri baru mendirikan lembaga gadai pertama kali di Sukabumi Jawa Barat, dengan nama Pegadaian, pada tanggal 1 April 1901 dengan Wolf von Westerode sebagai Kepala Pegadaian Negeri Pertama, dengan misi membantu masyarakat dari jeratan para lintah darat melalui pemberian uang pinjaman dengan hukum gadai. Seiring dengan perkembangan zaman, pegadaian telah beberapa kali berubah status mulai sebagai Perusahaan Jawatan (1901), perusahaan dibawah IBW (1928), Perusahaan Negara (1960), dan kembali ke Perjan di tahun 1969. Baru di tahun 1990 dengan lahirnya Peraturan pemerintah10/1990 tanggal 10 April 1990,1 sampai dengan terbitnya Peraturan pemerintah 103 tahun 2000, Pegadaian berstatus sebagai Perusahaan Umum (PERUM) dan merupakan salah satu BUMN dalam lingkungan Departemen Keuangan RI hingga sekarang.
1
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yoyakara;Adipura,2003), Cet Ke1, hal 157.
3
Terbitnya Peraturan pemerintah/10 tanggal 10April 1990 dapat dikatakan menjadi tonggak awal kebangkitan Pegadaian, satu hal yang perlu dicermati bahwa Peraturan pemerintah 10 menegaskan misi yang harus diemban oleh Pegadaian untuk mencegah praktik riba, misi ini tidak berubah hingga terbitnya Peraturan pemerintah103/2000
yang dijadikan sebagai landasan kegiatan usaha Perum
Pegadaian sampai sekarang. Banyak pihak berpendapat bahwa operasionalisasi Pegadaian pra Fatwa MUI tanggal 16 Desember 2003 tentang Bunga Bank, telah sesuai dengan konsep syariah meskipun harus diakui belakangan bahwa terdapat beberapa aspek yang menepis anggapan itu. Berkat Rahmat Allah SWT dan setelah melalui kajian panjang, akhirnya disusunlah suatu konsep pendirian unit Layanan Gadai Syariah sebagai langkah awal pembentukan divisi khusus yang menangani kegiatan usaha syariah.. Konsep operasi Pegadaian syariah mengacu pada sistem administrasi modern yaitu azas rasionalitas, efisiensi dan efektifitas yang diselaraskan dengan nilai Islam. Fungsi operasi Pegadaian Syariah itu sendiri dijalankan oleh kantor-kantor Cabang Pegadaian Syariah/ Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) sebagai satu unit organisasi di bawah binaan Divisi Usaha Lain Perum Pegadaian. ULGS ini merupakan unit bisnis mandiri yang secara struktural terpisah pengelolaannya dari usaha gadai konvensional. Pegadaian Syariah pertama kali berdiri di Jakarta dengan nama Unit Layanan Gadai Syariah ( ULGS) Cabang Dewi Sartika di bulan Januari tahun 2003. Menyusul kemudian pendirian ULGS di Surabaya, Makasar, Semarang, Surakarta, dan Yogyakarta di tahun yang sama hingga September 2003. Masih di tahun yang
4
sama pula, 4 Kantor Cabang Pegadaian di Aceh dikonversi menjadi Pegadaian Syariah. Disamping pencairan dana yang mudah erbilang cepat, pegadaian juga tidak meminta pesyaratan yang menyulitjkan dalam meminta dana, cukup dengan mmbawa barang jaminan yan bernilai ekonomis, masyarakat sudah bisa mendapatkan dana untuk memenuhi kebutuhannyabaik produktif maupun konsumtif. Pemberian gadai pda dasarnya adalah suatu jaminan dalam hal pelaksanaan suatu prestasi yang akan diberiakan nasabah untuk masa yang akan dating.2 Sebagaimana halnya instritusi yang berlabel syariah, maka landasan konsep pegadaian Syariah juga mengacu kepada syariah Islam yang bersumber dari Al Quran dan Hadist Nabi SAW. Adapun landasan yang dipakai adalah : Quran Surat Al Baqarah : 283
) اﻟﺒﻘﺮة ( 283/2 Artinya: Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah 2
Bank Muamalat institute, Perbankan Syariah Perspektif Praktisi.(Jakarta;1999)hal.126.
5
ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. AlBaqqoroh :2 : 283)
Pegadaian syariah tidak menekankan pada pemberian bunga dari barang yang digadaikan. Meski tanpa bunga pegadaian syaria’ah tetap mendapatkan keuntungan seperti yang sudah diatur oleh Dewan Syariah Nasional, yaitu memberlakukan biaya pemeliharaan dari barang yang di gadaikan. Barang dihitung dari nilai barang yang bukan dari jumlah pinjaman. sedangkan pada pegadaian konvensional, biaya yang harus dibayar adalah sejumlah dari yang dipinjamkan.3 Aspek syariah tidak hanya menyentuh bagian operasionalnya saja, pembiayaan kegiatan dan pendanaan bagi nasabah, harus diperoleh dari sumber yang benar-benar terbebas dari unsur riba. Dalam hal ini, seluruh kegiatan Pegadaian syariah termasuk dana yang kemudian disalurkan kepada nasabah, murni berasal dari modal sendiri ditambah dana pihak ketiga dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Pegadaian telah melakukan kerja sama dengan Bank Muamalat sebagai fundernya, ke depan Pegadaian juga akan melakukan kerjasama dengan lembaga keuangan syariah lain untuk memback up modal kerja.
Pegadaian syariah Depok berdiri pada tanggal 3 september 2004 Keberadaan pegadaian syariah Depok merupakan tempat pegadaian yang strategis, mudah dijangkau karena alat trasnpormasi mudah ditemui, dan letaknya yang berada di jalan margonda raya yang merupakan pusat keramaian kota dan sebagai penghubung jalan ke jakarta, Pegadaian syariah depok sangat dikenal masyarakat luas.Pegadaian 3
http::// www.EraMuslim.com di akses pada tanggal 20 Desember 2009
6
memiliki ahli taksir yang dengan cepat menaksir, beberapa nilai riil barang jaminan tersebut. Biasanya nilai taksiran lebih rendah dari nilai pasar hal ini dimaksudkan apabila terjadi kemacetan terhadap pembayaran pinjaman, maka dengan mudah pihak Pegadaian melelang jaminan yang diberikan nasabah dibawah harga pasar.4 Di samping itu, pegadaian juga memiliki timbangan , serta alat ukur tertentu, misalnya untuk mengukur karat emas atau gram emas. Tujuan akhir dari taksiran itu adalah untuk menentukan besarnya jumlah pinjaman yang dapat diberikan. Besarnya pinjaman yang di peroleh dari 80%-90% dari nilai taksiran. Semakin besart nilai taksiran maka semakin besar pula pinjaman yang diperoleh.5
Selain lokasi dan
pelayanannya juga sangat dominan dalam menentukan minat nasabah dalam menggadaikan barangnya
, dari sini penulis ingin mengangkat tentang pengaruh
lokasi dan pelayanan pegadaian syariah maka skripsi ini diberi judul “Analisis Pengaruh Lokasi Dan Pelayanan Pegadaian Syariah Terhadap Minat Nasabah” (Studi Kasus Pegadaian Syariah Cab. Depok )
4
. Sasli Rais, Pegadaian Syariah: Konsep dan Sistem Operasional Cet pertama, UI-Press, Jakarta 2005 hal 135 5 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi 6, Cet 6. Pt RajaGrafindo Persada, Jakarta: 2002, hal.246.
7
B. Rumusan dan Pembatasan Masalah Melihat latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perlu kiranya penulis membatasi objek yang di kaji dalam skripsi ini. Adapun pembatasan masalah dan dalam skripsi ini dengan rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Rumusan Masalah a. Bagaimana pengaruh lokasi terhadap minat nasabah? b. Bagaimana pengaruh pelayanan pegadaian syariah terhadap minat nasabah? c. Bagaimana cara pegadaian syariah dalam memperkenalkan produknya kepada nasabah? 2. Pembatasan Masalah a. Pada penelitian ini dibahas tentang pengaruh lokasi dan pelayanan pegadaian syaraih terhadap minat nasabah. b. Responden pada penelitian ini adalah nasabah pegadaian di
Perum
Lembaga Pegadaian Syariah Depok. c. Objek yang di teliti pada penelitian ini Lembaga PerumPegadaian Syariah Depok.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui respon masyarakat terhadap pegadaian syariah yang telah menjadi nasabah.
8
b. Untuk mengetahui dari mana nasabah mendapatkan informasi tentang pegadaian syariah. c. Untuk mengetahui pengaruh pelayanan lokasi dan pelayanan pegadaian syariah terhadap minat nasabah. 2. Manfaat Penelitian a. Bagi lembaga pegadaian syariah Untuk meningkatkan pelayaan kepada nasabah pegadaian syariah yang lebih baik. b. Bagi masyarakat Memberikan acuan yang lebih baik dan jelas kepada masyarakat mengenai usaha gadai syariah sebagai alternatif dari pegadaian konvensional c. Bagi mahasiswa Diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat yang lebih baik terhadap peran dan tugas pegadaian syariah
D. Kajian Pustaka Berdasarkan
telaah
yang
sudah
dilakukan
terhadap
beberapa
sumberkepustakaan. Penulis berpendapat bahwa apa yang merupakan masalah pokok penelitian ini sangat penting, karena penelitian tentang urgensitas pegadaian syariah di mata masyarakat Depok sangatlah penting agar dapat memberikan masukan terhadap pegadaian serta masyarakat yang akan menjadi nasabah
9
Adapun kajian kepustakaan yang digunakan dari penulis ini adalah: 1. Pada tahun 2008 telah ditulis skripsi atas nama Syarifah dengan judul Motivasi nasabah dalam menggunakan jasa pegadaian syariah, dalam hal ini penulis hanya menjelaskan motivasi nasabah dalam menggunakan jasa pegadaian syariah akan tetapi tidak membahas pengaruh lokasi, dan pelayanan terhadap minat nasabah. 2. Pada tahun 2005 telah ditulis skripsi atas nama Rany Rahmaniah dengan judul Respon masyarakat Cawang terhadap pegadaian syariah cabang Dewi Sartika, dalam hal ini penulis hanya menjelaskan respon masyarakat terhadap pegadaian syariah tetapi tidak membahas pengaruh lokasi dan pelayanan terhadap pegadaian syariah. 3. Pada tahun 2009 telah di tulis skripsi atas nama kunthi ayu pratiwi dengan judul analisis pengaruh pelayanan terhadap kepuasan nasabah pegadaian syariah cabang Cinere. Pada skripsi ini penulis hanya menjelaskan tentang pengaruh pelayanan terhadap kepuasan nasabah dan tidak membahas tentang lokasi. Namun dalam penelitian ini berbeda dengan kedua penelitian di atas yaitu pada penelitian ini akan membahas tentang pentingnya peran lokasi dan pelayanan pegadaian syariah terhadap minat nasabah di mata masyarakat Depok.
10
E. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN . Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, Tujuan dan manfaat penelitian, kajian terdahulu dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN TEORI. Bab ini menjelaskan tentang pengertian lokasi, pengertian pelayanan serta pegadaian syariah, dalil-dalil tentang pegadaian syariah, mekanisme operasional dalam pegadaian syariah dan ketentuan pelaksanaan gadai dalam Islam.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian, Data Penelitian, Teknik dan Instrumen Pengumpulan data, Subjek-Objek Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian, Variabel dan Operasional Variabel, Hipotesa, Metode Analisis Data.
BAB IV, HASIL PENELITIAN meliputi Analisa hasil Penelitian; Uji Validitas dan Realibilitas, Gambaran Umum Responden, Hasil Kuesioner, Uji Rank Spearman, Uji F.
11
Bab V , PENUTUP merupakan akhir dari seluruh rangkaian pembahasan dalam skripsi ini. Bab ini berisi: Kesimpulan dan Saran-saran dari penulis mengenai hal-hal yang dibahas dalam skripsi ini.
BAB II KAJIAN TEORI A. Lokasi 1. Pengertian Lokasi Pemilihan lokasi mempunyai fungsi yang strategis karena dapat ikut menentukan tercapainya tujuan badan usaha. Lokasi dapat didefinisikan sebagai "tempat, kedudukan secara fisik yang mempunyai fungsi strategis karena dapat ikut menentukan tercapainya tujuan badan usaha".1 Lokasi atau tempat atau letak adalah "tempat di mana perusahaan itu didirikan"2. Jadi, lokasi di sini adalah tempat di mana suatu jenis usaha atau bidang usaha akan dilaksanakan. Dalam penelitian ini yang dimaksud lokasi adalah letak Pegadaian Syariah Depok.
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi usaha menurut Manullang, antara lain : a. Lingkungan masyarakat b. Kedekatan dengan pasar atau konsumen c. Tenaga kerja
1 2
Sriyadi, Bisnis Manajemen Perusahaan Modern Ikip Press , Semarang 1991 hal: 60 Manulang, Manajemen Personalia ,Ghalia Indonesia Medan 1991 hal: 41
12
13
Langkah-langkah Dalam Pemilihan Lokasi : 1) Memilih wilayah atau daerah secara umum. Ada 5 faktor yang menjadi dasar antara lain: a) Dekat dengan pasar b) Dekat dengan bahan baku c) Tersedianya fasilitas pengangkutan d) Terjaminnya pelayanan umum e) Kondisi iklim dan lingkungan yang menyenangkan 2) Memilih masyarakat tertentu di wilayah yang dipilih pada tingkat pemilihan pertama. Pilihan didasarkan atas 5 faktor yaitu: a) Tersedianya tenaga kerja yang cukup dalam jumlah dan skill yang diperlukan b) Tingkat upah yang lebih murah c) Adanya
perusahaan
yang
bersifat
suplementer
atau
komplementer d) Adanya kerjasama yang baik antar sesama usaha yang ada e) Peraturan daerah yang menunjang 3) Memilih lokasi tertentu. Lokasi berarti berhubungan dengan di mana perusahaan harus bermarkas dan melakukan operasi. Dalam hal ini ada tiga jenis interaksi yang mempengaruhi lokasi, yaitu :
14
a) Konsumen mendatangi pemberi jasa (perusahaan): apabila keadaannya seperti ini maka lokasi menjadi sangat penting. Perusahaan sebaiknya memilih tempat dekat dengan konsumen sehingga mudah dijangkau, dengan kata lain strategis. b) Pemberi jasa (perusahaan) mendatangi perusahaan : dalam hal ini lokasi tidak terlalu penting, tetapi yang harus diperhatikan adalah penyampaian jasa harus tetap berkualitas. c) Pemberi jasa dan konsumen tidak bertemu langsung : berarti service provider dan konsumen berinteraksi melalui sarana tertentu seperti telepon, komputer atau surat. Dalam hal ini lokasi menjadi sangat tidak penting selama komunikasi antara kedua pihak dapat terlaksana3. 3. Pertimbangan-pertimbangan dalam penentuan lokasi. Dalam
mendirikan
perusahaan,
pemilihan
lokasi
sangat
dipertimbangkan. Karena pemilihan lokasi merupakan faktor bersaing yang penting dalam usaha menarik konsumen atau pelanggan. Pertimbangan-pertimbangan yang cermat dalam menentukan lokasi meliputi faktor-faktor : a. Akses, misalnya lokasi yang dilalui atau mudah dijangkau sarana transportasi umum. b. Visibilitas, misalnya lokasi dapat dilihat dengan jelas dari tepi jalan.
3
. Rambat lupoiadi, Manajemen Pemasaran Jasa Teori Dan Praktek , Salemba Empat, Jakarta 2001 hal: 61-62
15
c. Lalu lintas (traffic) di mana ada 2 hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu: 1) Banyaknya orang yang lalu lalang bisa memberi peluang terjadinya impulse buying. 2) Kepadatan dan kemacetan lalu lintas bisa pula menjadi hambatan, misalnya terhadap pelayanan kepolisian, pemadam kebakaran, atau ambulan. d. Tempat parkir yang luas dan aman. e. Ekspansi, yaitu tersedia tempat yang luas untuk perluasan usaha di kemudian hari. f. Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung jasa yang ditawarkan. Misalnya warung makan yang berdekatan dengan daerah kost, asrama mahasiswa, atau perkantoran. g. Persaingan yaitu lokasi pesaing. Misalnya dalam menentukan lokasi wartel perlu dipertimbangkan apakah di jalan atau daerah yang sama, banyak pula terdapat wartel lain atau tidak. h. Peraturan pemerintah, misalnya ketentuan yang melarang tempat reparasi (bengkel) kendaraan bermotor berdekatan dengan pemukiman penduduk.4 B. Pelayanan 1. Pengertian pelayanan Untuk
memberikan
pelayanan
yang
baik
dibutuhkan
kesungguhan yang mengandung unsur kecepatan, keramahan, kenyamanan 4
. Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran Andi Ofsert Yogyakarta 2000 hal: 41- 43
16
yang terintegrasi sehingga manfaat yang besar akan diperoleh, terutama kepuasan dan loyalitas pelanggan yang besar. Keberhasilan pemasaran produk sangat ditentukan pula oleh baik tidaknya pelayanan yang diberikan oleh suatu perusahaan dalam memasarkan produknya. Pelayanan yang diberikan dalam pemasaran suatu produk mencakup pelayanan sewaktu penawaran produk, pembelian produk dan pelayanan purna jual yang mencakup atas jaminan semua kerusakan produk dalam jangka waktu tertentu. Pelayanan adalah sarana untuk mengidentifikasi dan memenuhi superior need. Dengan kata lain layanan konsumen dapat menjadi pusat keuntungan perusahaan. Pendapat lain menyatakan pelayanan adalah proses pemberian bantuan yang diberikan kepada seseorang agar orang tersebut memperoleh sesuatu yang diinginkannya. Menurut Tim Pusat Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Pelayanan adalah "kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau jasa". Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan adalah proses pemberian bantuan yang diberikan seseorang kepada orang lain dalam jual beli barang atau jasa. 2. Kualitas Pelayanan Secara garis besar peranan pelayanan terdiri dari:
17
a. Menciptakan perhatian calon pembeli b. Menggugah minat calon pembeli c. Menanamkan keyakinan calon pembeli d. Memperlakukan calon pembeli
sebagai raja yang harus dihormati,
dilayani dan dipuaskan. Kualitas layanan yang baik sering dikatakan sebagai salah satu faktor yang sangat penting dalam keberhasilan suatu bisnis maka tentu saja kualitas layanan dapat memberikan beberapa manfaat di antaranya yaitu menciptakan loyalitas konsumen dan kepuasan konsumen. Menurut Parasuraman dan kawan-kawan (1988) di dalam salah studi mengenai SERQUAL atau Dimensi Kualitas Pelayanan mengidentifikasikan lima faktor utama yang dipergunakan konsumen dalam menilai atau menentukan kualitas layanan. Kelima faktor tersebut adalah sebagai berikut : a. Keandalan (reliability) Yakni kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan. b. Berwujud (tangible) Yakni bukti fisik dari layanan, bisa berupa fasilitas fisik, perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan dan sarana komunikasi. c. Daya Tanggap (responsibility)
18
Yakni keinginan untuk membantu para konsumen dan memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan informasi yang jelas. d. Jaminan (assurance) Mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya, bebas dari resiko bahaya dan keragu-raguan. e. Empati (empathy) Meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memenuhi kebutuhan para konsumen.5 Menurut Stanton6 sebelum melakukan transaksi konsumen memiliki superior need sebagai berikut : a. Kebutuhan informasi produk b. Kebutuhan informasi tehnik c. Kebutuhan status dan citra d. Kebutuhan kepercayaan e. Kebutuhan kecocokan f. Kebutuhan untuk menanyakan hal khusus g. Kebutuhan informasi situasional
5 6
. Ibid hal 148 - 149 . Shanto, J.William , Prinsip – Prinsip Pemasaran Erlangga, Jakarta 1996 hal: 165
19
C.Minat Nasabah Minat nasabah adalah keinginan nasabah dalam menggunakan jasa pegadaian syariah , minat nasabah dalam menggadaikan atau dalam menggunakan jasa pegadaian syariah dapat di kelompokkan dalam beberapa hal: 1.Mudah Di mana prosedur yang diterapkan pegadaian syariah dalam pelaksanaanya sangat mudah yaitu dengan hanya membawa harta (emas, berlian) yang mau di gadaiakan dan tidak memerlukan banyak persyaratan dalam menggunakan jasa pegadaian syariah. 2.Cepat Hanya butuh waktu kurang lebih 15 menit dalam menggadaikan barang(emas, berlian) dan nasabah akan langsung mendapatkan uang yang mana nasabah tersebut telah menggadaiakan hartanya di pegadaian syariah. 3.Dekat Lokasi yang dekat dan mudah dijangkau sangat mempengaruhi nasabah dalam menentukan pegadaian syariah yang akan di datangi, semakin mudah dijangkau dan dekat maka nasabah akan memilih pegadaian tersebut. 4.Pelayanan Pelayanan yang ramah serta prima dalam melayani nasabah akan memberikan nilai plus dalam pandangan nasabah, serta nasabah akan merasa nyaman dan akan kembali untuk menggunakan jasa pegadaian syariah.
20
5.Bebas Bunga Dalam pegadaian syariah untuk mengambil keuntungan tidak mengenakan bunga melainkan dengan biaya simpanan, dengan bebas dari bunga maka nasabah akan merasa lebih percaya dengan pegadaian syariah.
D. Gadai Syariah a.
Pengertian Dalam Istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat juga dinamai al-habsu, menurut A.A Basyir, rahn adalah perjanjian menahan sesuatu barang sebagai tanggungan utang, atau menjadikan suatu benda bernilai menurut pandangan syara’ sebagai tanggungan marhun bih, sehingga dengan adanya tanggungan utang itu seluruh atau sebagian utang dapat diterimanya. Adapun pengertian rahn menurut Imam Ibnu Qudamah dalam kitab alMughni adalah sesuatu benda yang dijadikan kepercayaan dari suatu hutang untuk dipenuhi dari harganya, apabila yang berhutang tidak sanggup membayarnya dari orang yang berpiutang. Sedangkan Imam Abu Zakaria alAnshary dalam kitabnya Fathul Wahab mendefinisikan rahn adalah menjadikan benda yang bersifat harta benda sebagai kepercayaan dari suatu yang dapat dibayarkan dari harta benda itu bila utang tidak dibayar. Dari beberapa pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa pengertian rahn adalah menahan harta salah satu milik si peminjam sebagai jaminan atas
21
pinjaman yang diterimanya. Secara sederhana dapat di jelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan utang atau gadai. Pengertian gadai yang ada dalam syariah agak berbeda dengan pengertian gadai yang ada dalam hukum positif. Pengertian gadai dalam hukum positif seperti yang tercantum dalam Burgerlijk Wetbook (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) adalah suatu hal yang diperoleh seseorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seseorang yang berhutang atau oleh orang lain atas namanya dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari pada orang-orang yang berpiutang lainnya, dengan pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya-biaya mana yang harus didahulukan (Pasal 1150 KUH Perdata).
7
Jadi perbedaan pegadaian syariah dengan hukum positif adalah
dimana hukum positif ialah mendahulukan orang yang menggadaikan barangnya dibandingkan dengan orang yang berpiutang lainnya.
7
Abdul Ghafur Anshori, Gadai Syariah Di Indonesia Konsep, Implementasi Dan Institusionalisasi, Edisi Pertama, Cet Pertama Gadjah Mada University Press , Yogyakarta 2006 hal: 89
22
b.
Landasan Hukum Pada dasarnya gadai menurut Islam, hukumnya adalah boleh (jaiz). Seperti yang tercantum, baik dalam Al-Qur’an, As-Sunnah maupun ijma’. i. Al- Qur’an Pertama, dalil kebolehan gadai, seperti yang tercantum dalam Surat Al-Qur’an Surah Al-Baqqoroh, ayat 283 yang berbunyi sebagai berikut:
) اﻟﺒﻘﺮة ( 283/2 Artinya: “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang percaya itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikanpersaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqqoroh :2 : 283) ii.
As-Sunnah Landasan hukum lainnya adalah hadits Rasul Saw yang diriwayatkan oleh Muslim dari Aisyah ra.
23
ﺎﺎﻣ ﻃﹶﻌﻱﻮﺩﻬ ﻳﻦ ﻣﱠﻠﻢﺳ ﻭﻪﻠﹶﻴ ﻋﻠﱠﻰ ﺍﻟﻠﱠﻪ ﺻﻮﻝﹸ ﺍﻟﻠﱠﻪﺳﻯ ﺭﺮﺘ ﺍﺷﺔﹶ ﻗﹶﺎﻟﹶﺖﺸﺎﺋ ﻋﻦﻋ ( )ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ.ﻳﺪﺪ ﺣﻦﺎ ﻣﻋﺭ ﺩﻪﻨﻫﺭﻭ “Dari Aisyah berkata: Rasulullah Saw membeli makanan dari seorang Yahudi dan menggadaikannya dengan besi”. (HR.Muslim)8
Dan hadits dari Anas ra.
ﺔ ﺨ ﻨﹺ ﺳﺎﻟﹶﺔﺇﹺﻫﲑﹴ ﻭﻌﺰﹺ ﺷﺒ ﺑﹺﺨﻠﱠﻢﺳ ﻭﻪﻠﹶﻴ ﻋﻠﱠﻰ ﺍﻟﻠﱠﻪ ﺻﺒﹺﻲﻰ ﺇﹺﻟﹶﻰ ﺍﻟﻨﺸ ﻣﻪﺄﹶﻧﻬﻨ ﻋ ﺍﻟﻠﱠﻪﻲﺿﺲﹴ ﺭ ﺃﹶﻧﻦﻋ ﻪﻠﺄﹶﻫﺍ ﻟﲑﻌ ﺷﻪﻨﺬﹶ ﻣﺃﹶﺧ ﻭﻱﻮﺩﻬ ﻳﺪﻨ ﻋﺔﻳﻨﺪ ﺑﹺﺎﻟﹾﻤﺎ ﻟﹶﻪﻋﺭ ﺩﻠﱠﻢﺳ ﻭﻪﻠﹶﻴ ﻋﻠﱠﻰ ﺍﻟﻠﱠﻪ ﺻﺒﹺﻲ ﺍﻟﻨﻦﻫ ﺭﻟﹶﻘﹶﺪﻭ ( )ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ “Dari Anas ra bahwasanya ia berjalan menuju Nabi Saw dengan roti dari gandum dan sungguh Rasulullah Saw telah menaguhkan baju besi kepada seorang Yahudi di Madinah ketika beliau mengutangkan gandum dari seorang Yahudi”. (HR.Muslim)9
iii. Ijma Berkaitan dengan pembolehan perjanjian gadai ini, jumhur ulama juga berpendapat boleh dan mereka tidak pernah berselisih pendapat mengenai hal ini. Jumhur ulama berpendapat bahwa diisyaratkan pada waktu tidak bepergian maupun pada waktu bepergian, beragumentasi kepada perbuatan Rasulullah SAW terhadap riwayat hadits tentang orang yahudi tersebut Di Madinah. Adapun keadaan dalam perjalanan seperti
8 9
. Hadits riwayat Muslim, lihat: Shahih Muslim, Juz 8 Bab Jaminan , hal :306. . Hadits riwayat Muslim, lihat: Shahih Bukhari, Juz 7 Bab Nabi Saw Berjual Beli, hal: 231.
24
ditentukan dalam QS. Al-Baqarah: 283, karena melihat kebiasaan di mana pada umumnya rahn dilakukan pada waktu bepergian.
iv
IV. Fatwa DSN
1) Fatwa DSN No. 25/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn Landasan gadai syariah (rahn) kemudian diperkuat dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) no. 25/DSN-MUI/III/2002 tanggal 26 Juni 2002 tentang Rahn, yang menyatakan bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk rahn diperbolehkan dengan ketentuan sebagai berikut : a) Ketentuan Umum : 1. Murtahin (penerima barang) mempunya hak untuk menahan Marhun (barang) sampai semua utang rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi. 2. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik rahin. Pada prinsipnya marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin rahin, dengan tidak mengurangi nilai marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya pemeliharaan perawatannya. 3. Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban rahin, namun dapat dilakukan juga oleh murtahin, sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban rahin. 4. Besar biaya administrasi dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.
25
5. Penjualan marhun a. Apabila jatuh tempo, murtahin harus memperingatkan rahin untuk segera melunasi utangnya. b. Apabila rahin tetap tidak melunasi utangnya, maka marhun dijual paksa/dieksekusi. c. Hasil penjualan marhun digunakan untuk melunasi utang, biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan. d. Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan kekurangannya menjadi kewajiban rahin. b) Ketentuan Penutup 1. Jika salah satu pihak tidak dapat menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan diantara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbritase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. 2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari terdapat kekeliruan akan diubah dan disempurnakan sebagai mana mestinya. 2) Fatwa DSN No. 26/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn Emas Fatwa Dewan Syariah No. 26/DSN-MUI/III/2002, yang ditetapkan tanggal 26 Juni oleh Ketua dan Sekertaris DSN tentang Rahn Emas, yaitu:
26
a) Rahn Emas diperbolehkan berdasarkan prinsip Rahn (Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) no. 25/DSN-MUI/III/2002 tanggal 26 Juni 2002). b) Ongkos dan biaya penyimpanan barang gadai (marhun) ditanggung oleh penggadai (rahin). c) Ongkos didasarkan pada pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan d) Biaya penyimpanan barang gadai dilakukan berdasarkan akad ijarah.
c.
Hakikat dan fungsi gadai syariah Dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 283 dijelaskan bahwa gadai pada hakikatnya merupakan salah satu bentuk dari konsep muamalah, di mana sikap menolong dan sikap amanah sangat ditonjolkan. Begitu juga dalam hadits Rasulullah SAW. Dari Ummul Mu’minin ‘ Aisyah ra. Yang diriwayatkan Abu Hurairah, di sana nampak sikap tolong menolong antara Rasulullah SAW dengan orang Yahudi saat Rasulullah SAW menggadaikan baju besinya kepada orang Yahudi tersebut. Maka pada dasarnya, hakikat dan fungsi Pegadaian dalam Islam adalah semata-mata untuk memberikan pertolongan kepada orang yang membutuhkan dengan bentuk marhun sebagai jaminan, dan bukan untuk kepentingan komersial dengan mengambil keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa menghiraukan kemampuan orang lain.
d.
Syarat sah dan rukun gadai syariah Rukun dan syarat sahnya perjanjian gadai adalah sebagai berikut:
27
i. Ijab qabul (shigat) Hal ini dapat dilakukan baik dalam bentuk tertulis maupun lisan, asalkan saja di dalamnya terkandung maksud adanya perjanjian gadai di antara para pihak. ii. Orang yang bertransaksi (Aqid) Syarat syarat yang harus dipenuhi bagi orang yang bertransaksi gadai yaitu rahin (pemberi gadai) dan murtahin (penerima gadai) adalah: 1. Telah dewasa 2. Berakal 3. Atas keinginan sendiri iii. Adanya barang yang digadaikan (Marhun) Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk barang yang akan digadaikan oleh rahin (pemberi gadai) adalah: 1. Dapat diserahterimakan 2. Bermanfaat 3. Milik rahin (orang yang menggadaikan) 4. Jelas 5. Tidak bersatu dengan harta lain 6. Dikuasai oleh rahin 7. Harta yang tetap atau dapat dipindahkan iv. Marhun bih (utang)
28
Menurut ulama Hanafiyah dan Syafiiyah syarat utang yang dapat dijadikan alas utang adalah: 1. Berupa utang tetap dan dapat dimanfaatkan 2. Utang harus lazim pada waktu akad 3. Utang harus jelas dan diketahui oleh rahin dan murtahin10
e.
Hak dan kewajiban para pihak gadai syariah Aspek lainnya yang perlu mendapat perhatian dalam kaitan dengan perjanjian gadai adalah yang menyangkut masalah hak dan kewajiban masingmasing pihak dalam situasi dan kondisi yang normal maupun yang tidak normal. Situasi dan kondisi yang tidak normal bisa terjadi karena adanya peristiwa force mayor seperti perampokan, bencana alam, dan sebagainya. Dalam keadaan normal hak dari rahin setelah melaksanakan kewajibannya adalah menerima uang pinjaman dalam jumlah yang sesuai dengan yang disepakati dalam batas nilai jaminannya, sedang kewajiban rahin adalah menyerahkan barang jaminan yang nilainya cukup untuk jumlah hutang yang dikehendaki. Sebaliknya hak dari murtahin adalah menerima barang jaminan dengan nilai yang aman untuk uang yang akan dipinjamkannya., sedang kewajibannya adalah menyerahkan uang pinjaman sesuai dengan yang disepakati bersama. Setelah jatuh tempo, rahin berhak menerima barang yang menjadi 10
Abdul Ghofur Anshori op. cip, hal: 92
29
tanggungan hutangnya dan berkewajiban membayar kembali hutangnya dengan sejumlah uang yang diterima pada awal perjanjian hutang. Sebaliknya murtahin berhak menerima pembayaran hutang sejumlah uang yang diberikan pada awal perjanjian hutang, sedang kewajibannya adalah menyerahkan barang yang menjadi tanggungan hutang rahin secara utuh tanpa cacat. Di atas hak dan kewajiban tersebut di atas, kewajiban murtahin adalah memelihara barang jaminan yang dipercayakan kepadanya sebagai barang amanah, sedang haknya adalah menerima biaya pemeliharaan dari rahin. Sebaliknya rahin berkewajiban membayar
biaya pemeliharaan yang
dikeluarkan murtahin, sedang haknya adalah menerima barang yang menjadi tanggungan hutang dalam keadaan utuh.
BAB III PROFIL PEGADAIAN SYARIAH CABANG DEPOK
A. Sejarah singkat Pada tahun 2002 merupakan titik awal mula pegadaian syariah, dimana muklai diterapkan sistem pegadaian yang dijabarkan dalam fatwa dewan syariah nasional no. 25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn dan fatwa DSN
no
26/DSN/MUI/III/2002 tentang rahn emas yang menentukan bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai barang jaminan dalam bentuk rahn di perbolehkan. Pegadaian syariah pertama kali didirikan pada tahun 2003 dan yang pertama di Indonesia adalah pegadaian syariah di Dewi Sartika Jakarta, dan hingga kini pegadaian syariah telah memiliki banyak kantor wilayah di seluruh Indonesia yang membawahi beberapa kantor cabang syariah, di wilayah jabotabek khususnya seperti cabang Dewi Sartika , Cabang Margonda Depok, Cabang Cinere dan Cabang Pondok Aren. Pegadaian syariah cabang Depok berdiri pada tanggal 3 september 2004, dalam perkembangannya pegadaian syariah cabang margonda depok pada tahun 2008 memiliki total asset 72 milyar dan hingga kini memiliki tiga anak cabang yaitu: Anak cabang Srengseng Sawah, Anak cabang Depok Timur dan Anak cabang Parung Bingung.
30
31
1. Visi dan Misi Visi : Pada tahun 2013 pegadaian menjadi “Champion” dalam pembiayaan mikro dan kecil berbasis gadai dan fidusia bagi masyarakat menengah kebawah. Misi : a. Membantu program pemerintah meningkatkan kesejahteraan rakyat khususnya kelas menengah kebawah dengan memberikan solusi keuangan yang terbaik melalui melalui pinjaman secara mikro, kecil dan menengahatas dasar hukum gadai dan fiducia. b. Memberikan
manfaat
kepada
pemangku
kepentingan
dalam
melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik dan konsisten. c. Melaksanakan usaha lain dalam rangka optimalisasi sumber daya.
2. Slogan Pegadaian Syariah Budaya kerja di Pegadaian di gali dan dirumuskan dari praktik-praktik kerja di perusahaan yang selama ini telah ada dan telah menjadi kebiasaan dan perilaku para karyawan dalam berorganisasi baik untuk kepentingan internal maupun untuk kepentingan eksternal. Budaya kerja tersebut diaktualisasikan dengan jargon si INTAN yang mengandung makna: pertama, I adalah singkatan dari inovatif yang mempunyai arti penuh gagasan, kreatif, aktif dan mempunyai tantangan; kedua, N adalah singkatan dari nilai moral tinggi yang mempunyai arti takwa, jujur, berbudi luhur, dan loyal; ketiga, T singkatan dari
32
terampil yang mempunyai arti menguasai bidang pekerjaan dan tanggap; keempat, A singkatan dari adi layanan yang mempunyai arti sopan, ramah dan berkepribadian menarik; kelima, N singkatan dari nuansa citra yang mempunyai arti berorientasi usaha, mengutamakan kepuasan pelanggan dan selalu berusaha mengembangkan diri.1 B. Produk dan Jasa Bentuk perolehan pendapatan Pegadaian Syariah dapat berupa transaksi yang berasal dari biaya administrasi (qardhul hasal), jasa penyimpan (ijarah), jasa taksiran, galeri dan bagi hasil Produk dan jasa yang dapat ditawarkan oleh Pegadaian Syariah kepada masyarakat, yaitu antara lain, pemberian pinjaman/pembiayaan atas dasar hukum gadai syariah yang mensyaratkan pemberian pinjaman atas dasar penyerahan barang bergerak oleh rahin. Jumlah pinjaman yang diberikan kepada masing peminjam sangat dipengaruhi oleh nilai barang bergerak dan tidak bergerak yang akan digadaikan. Ada beberapa jenis pembiayaan yang ditawarkan oleh Pegadaian Syariah dalam bentuk gadai, yaitu: a. Rahn (Gadai Syariah) Rahn adalah skim pinjaman untuk memenuhi kebutuhan dana bagi masyarakat bagi masyarakat dengan system gadai yang sesuai syariah Islam dengan agunan berupa emas, berlian, elektronik dan kendaraan bremotor.
1
Budi W. Soetjipto, Sahala Harahap, dll, HR Excelllence 2007 Kisah Sukses para Kampiun SDM, (Jakarta: Salemba Empat, 2008), hal.168.
33
nasabah hanya akan dibebani biaya administrasi dan biaya jasa simpan dan pemeliharaan barang jaminan (ijarah).2 Pegadaian Syariah mengeluarkan produk rahn untuk memenuhi kebutuhan transaksi gadai yang sesuai Syariah, dengan prosedur pendanaan yang cepat, praktis, dan menentramkan Cepat yaitu dengan menunggu 15 menit kebutuhan dana nasabah akan terpenuhi. Praktis, tidak perlu membuka rekening ataupun prosedur lain yang memberatkan nasabah, cukup membawa barang-barang berharga, maka saat itu juga nasabah akan mendapatkan dana yang dibutuhkan dengan jangka waktu hingga 120 hari dan dapat dilunasi sewaktu-waktu. Jika masa jatuh tempo tiba dan nasabah masih memerlukan dana pinjaman tersebut, maka pinjaman nasabah dapat diperpanjang hanya dengan membayar sewa simpan dan pemeliharaan
serta
biaya administrasi.
Menentramkan, yaitu sumber dana Pegadaian Syariah berasal dari sumber yang sesuai dengan Syariah, proses gadai berlandaskan prinsip Syariah, serta didukung oleh petugas-petugas dan outlet dengan nuansa Islami sehingga lebih syar’i dan menentramkan. b. Arrum (Ar Rahn untuk Usaha Mikro Kecil) Arrum adalah jenis pembiayaan yang diperuntukkan bagi para pengusaha mikro kecil, yang ingin mengembangkan usaha dengan berprinsip syariah. Dengan berbagai macam keunggulan yang ditawarkan yaitu:
2
Brosur Gadai Syariah
34
1) Persyaratan yang mudah, proses yang cepat (± 3 hari), serta biaya-biaya yang kompetitif dan relatif murah. 2) Jangka waktu pembiayaan yang fleksibel, mulai dari 12 bulan, 18 bulan, 24 bulan, hingga 36 bulan 3) Jaminan berupa BPKB kendaraan bermotor (mobil ataupun motor) sehingga fisik kendaraan tetap berada di tangan nasabah untuk kebutuhan operasional usaha. 4) Nilai pembiayaan dapat mencapai hingga 70% dari nilai taksiran agunan. 5) Pelunasan dilakukan secara angsuran tiap bulan dengan jumlah tetap. 6) Pelunasan sekaligus dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan pemberian diskon ijaroh. 7) Didukung oleh staf yang berpengalaman serta ramah dan santun dalam memberikan pelayanan. c. Mulia Mulia (Murabahah Logam Mulia Untuk Investasi Abadi) adalah suatu produk yang memfasilitasi kepemilikan emas batangan melalui penjualan Logam Mulia oleh Pegadaian kepada masyarakat secara tunai dan atau/ dengan pola angsuran dengan proses cepat dalam jangka waktu tertentu dan fleksibel. Keuntungan berinvestasi melalui Logam Mulia : 1) Jembatan mewujudkan Niat Mulia Anda untuk : a) Menabung Logam Mulia untuk menunaikan ibadah haji
35
b) Mempersiapkan Biaya Pendidikan Anak di masa mendatang c) Memiliki Tempat Tinggal dan Kendaraan 2) Alternatif investasi yang aman untuk menjaga portfolio asset nasabah 3) Merupakan asset yang sangat likuid dalam memenuhi kebutuhan dana yang mendesak, memenuhi kebutuhan modal kerja untuk pengembangan usaha, atau menyehatkan cashflow keuangan bisnis Anda, dll 4) Tersedia pilihan logam Mulia dengan berat 5gr, 10gr, 25gr, 50gr, 100gr, 1000gr.3
C. Seputar Permasalahan Pegadaian Syariah Gadai syariah(rahn) adalah menahan salah satu harta milik nasabah atau rahin sebagai barang jaminan atau marhun atas hutang/pinjaman atau marhunbih yang telah diterimanya. Marhun tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan atau penerima gadai atau murtahin memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya4. Menurut Imam Abu Zakaria Al-anshari, rahn adalah menjadikan benda yang bersifat harta untuk kepercayaan dari suatu marhun bih yang dapat dibayarkan dari (harga) benda marhun itu apabila marhun bih tidak dibayar. Sedangkan menurut Imam Taqiyuddin Abu Bakar Al Husaini mendefinisikan rahn sebagai akad/perjanjian utang-piutang dengan menjadikan marhun sebagai 3
. Brosur Pegadaian Syariah . Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Cet 1, Kerjasama Gema Insani Press dengan Tazkia Institute, GIP, Jakarta: 2001. hal. 128.
4
36
kepercayaan/penguat marhun bih dan murtahin berhak menjual/melelang barang yang digadaikan itu pada saat ia menuntut haknya. Barang yang dapat dijadikan jaminan uang adalah barang yang dapat diperjual-belikan, artinya semua barang yang dapat dijual itu dapat digadaikan.5 Pinjaman dengan menggadaikan marhun sebagai jaminan marhun bih dalam bentuk rahn itu diperbolehkan, dengan ketentuannya bahwa murtahin, dalam hal ini pegadaian syariah, mempunyai hak menahan marhun sampai semua marhun bih dilunasi. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik rahin, yang pada prinsipnya tidak boleh dimanfaatkan murtahin, kecuali dengan seizin rahin, tanpa mengurangi nilainya, serta sekedar pengganti biaya pemeliharaan dan perawatan. Biaya pemeliharaan dan perawatan marhun adalah kewajiban rahin, yang tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah marhun bih. Apabila marhun bih telah jatuh tempo, maka murtahin dijual paksa melalui lelang sesuai syariah dan hasilnya digunakan untuk melunasi marhun bih, biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhun yang belum dibayar, serta biaya pelelangan. Kelebihan hasil pelelangan menjadi milik rahin dan kekurangannya pun menjadi kewajiban rahin.6 Dalam masyarakat Indonesia, sering terjadi adanya transaksi dengan menggunakan hukum adat, seperti gadai tanah yang tidak ditemukan
5
Chuziamah T. Yanggo dan Hafiz Anshari, Problematika Hukum Islam Kontemporer, Edisi 3, LSIK, Jakarta: 1997. hal. 60 6 Sasli Rais, Pegadaian Syariah: Konsep dan Sistem Operasional, Cet pertama, UI-Press, Jakarta 2005 hal 39
37
pembahasannya secara khusus dalam fiqh. Di mana satu sisi, gadai tanah mirip dengan jual beli atau jual gadai, sedangkan di sisi lain mirip dengan rahn. Kemiripannya dengan jual beli karena berpindahnya hak menguasai harta yang digadaikan itu sepenuhnya kepada pemegang gadai, termasuk memanfaatkan dan mengambil keuntungan dari benda tersebut, meskipun dalam waktu yang ditentukan .Sedangkan kemiripannya dengan rahn, disebabkan adanya hak menebus atau mengambil kembali bagi penggadai atas harta yang digadaikan itu. Gadai pada prinsipnya merupakan kegiatan utang piutang yang murni bersifat sosial. Namun, hal itu berlaku pada masa Rasulullah Saw, masih hidup. Rahn pada saat itu belum berupa sebuah lembaga keuangan formal seperti sekarang ini, sehingga aktivitas gadai hanya berlaku bagi perorangan. Jadi pada saat itu masih mungkin jika aktivitas tersebut hanya berfungsi sosial dan rahin tidak berkewajiban memberi tambahan apapun dalam pelunasan utangnya. Kondisi saat ini, gadai sudah menjadi lembaga keuangan formal yang telah diakui oleh pemerintah. Mengenai fungsi dari pegadaian tersebut sudah bersifat komersil. 1. Perbedaan antara Pegadaian Konvensional dengan Syariah Pegadaian syariah tidak menekankan pada pemberian bunga dari barang yang digadaikan. Meski tanpa bunga, pegadaian syariah tetap memperoleh keuntungan seperti yang sudah diatur oleh Dewan Syariah Nasional, yaitu memberlakukan biaya pemeliharaan dari barang yang digadaikan. Biaya itu dihitung dari nilai barang, bukan dari jumlah pinjaman. Sedangkan pada
38
pegadaian konvensional, biaya yang harus dibayar sejumlah dari yang dipinjamkan. Sedangkan Akad Sewa Tempat (ijarah) merupakan kesepakatan antara penggadai dengan penerima gadai Perkembangan produk-produk berbasis syariah kian marak di Indonesia, tidak terkecuali pegadaian. Perum pegadaian mengeluarkan produk berbasis syariah yang disebut dengan pegadai syariah. Pada dasarnya, produk-produk berbasis syariah memiliki karakteristik seperti, tidak memungut bunga dalam berbagai bentuk karena riba, menetapkan uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditi yang diperdagangkan, dan melakukan bisnis untuk
memperoleh
imbalan
atas
jasa
dan
atau
bagi
hasil.
Pegadaian Syariah atau dikenal dengan istilah rahn, dalam pengoperasiannya menggunakan metode Fee Based Income (FBI) atau Mudharabah (bagi hasil). Karena nasabah dalam mempergunakan marhum bih (UP/uang pertanggungan) mempunyai tujuan yang berbeda-beda misalnya untuk konsumsi, membayar uang sekolah atau tambahan modal kerja, penggunaan metode Mudharobah belum tepat pemakaiannya. Sebagai penerima gadai atau disebut Mutahin. seseorang akan mendapatkan Surat Bukti Rahn (gadai) berikut dengan akad pinjam meminjam yang disebut Akad Gadai Syariah dan Akad Sewa Tempat (Ijarah). Dalam akad gadai syariah disebutkan bila jangka waktu akad tidak diperpanjang maka penggadai menyetujui agunan (marhun) miliknya dijual oleh murtahin guna
39
melunasi pinjaman. Untuk menyewa tempat untuk penyimpanan dan penerima gadai akan mengenakan jasa simpan.7 Variabel biaya dalam pegadaian konvensional meliputi: 1. Biaya administrasi yang ditetapkan sebesar 1% dari uang pinjaman. 2. Biaya sewa modal yang dihitung sebagai berikut: a. Pinjaman kurang dari Rp. 20.000.000,- dengan masa pinjam setiap 15 hari sebesar 1,25% b. Pinjaman lebih dari Rp. 20.000.00,- dengan masa pinjam setiap 30 hari (1 bulan) sebesar 1% Variabel biaya dalam pegadaian syariah meliputi: 1. Biaya adminisrtasi yang ditetapkan sebagai berikut: Rp.20.000,- - Rp.150.000,-
= Rp. 1000,-
Rp.155.000,- - Rp.500.000,-
= Rp. 3000,-
Rp.505.000,- - Rp.1.000.000,-
= Rp. 5000,-
Rp.1.050.000,- - Rp.10.000.000,-
= Rp. 15.000,-
Rp.10.500.000,- dan seterusnya
= Rp. 25.000,-
2. Biaya jasa penyimpanan yang dihitung sebagai berikut: Biaya Jasa Simpan dihitung per 10 hari, dirumuskan dengan:
7
.Http:://www.Sinar Harapan.co.id . Di akses pada tanggal 15 Desember 2009
40
Tarif yang dikenakan adalah: Emas = Rp. 90,Barang Elektronik = Rp. 95.Motor = Rp. 100,Jika di bandingkan pembebanan variabel biaya-biaya tersebut, maka kita dapatkan perbedaan yang cukup signifikan. Contoh : barang jaminan berupa emas 22 karat seberat 60 gram dengan nilai taksiran Rp. 5,6 juta.
Besar Pinjaman Biaya Administrasi Biaya
Total Biaya
Pegadaian syariah
Pegadaian konvensional
90% x Rp. 5,6 juta = Rp. 5,04 juta Rp. 15.000,-
89% x Rp. 5,6 juta = Rp.4,98 juta 1% x Rp.4,98 juta = Rp. 49.800,-
Per 10 hari: Rp. 5,6 juta x 90 Rp. 50.400,Rp. 10.000,-
Per 15 hari 1,25% x Rp. 4,98 juta = Rp. 62.250,-
=
Biaya selama 4 bulan Rp. 50.400 x 12 = Rp.604.800,-
Biaya selama 4 bulan 1,25% x 8 x Rp. 4,98 juta= Rp. 498.000,-
Rp. 619.800,-
Rp. 547.800,-
Berikut di sajikan table perbedaan teknis antara pegadaian syariah dan pegadaian konvensional.8
NO PEGADAIAN SYARIAH
PEGADAIAN KONVENSIONAL
1
Biaya administrasi menurut prosentase berdasarkan golongan barang
8
Biaya administrasi menurut ketetapan berdasarkan golongan barang
Ibid , hal 120
41
2 3
4
5 6 7
8
Jasa simpanan berdasarkan taksiran Bila lama pengembalian melebihi perjanjian, barang dijual kepada masyarakat Uang pinjaman 90% dari taksiran
Sewa modal berdasarkan pinjaman
Jasa simpanan dihitung dengan konstanta X taksiran Maksimal jangka waktu 4 bulan
Bila lama melebihi perjanjian, maka barang dilelang kepad masyarakat Uang pinjaman golA: 90% dari taksiran, golongan B,C, dan D : 86-88% dari taksiran Sewa modal dihitung berdsasarkan prosentase X uang pinjaan `maksimal jangka waktu 3 bulan
Uang kelebihan = hasil penjualan – (uang pinjaman + jasa penitipan + biaya penjualan) Bila uang kelebihan dalam satu tahun tidak diambil, diserahkan kepada lembaga ZIS
Uang kelebihan = hasil lalang – ( uang pinjaman + sewa modal + biaya lelang) Bila uang kelebihan dalam satu tahun tidak diambil maka menjadi milik pegadaian
D. Mekanisme operasional pegadaian syariah
Mekanisme operasional gadai syariah sangat penting untuk diperhatikan, karena jangan sampai operasional gadai syariah tidak efektif dan efesien. Mekanisme opersional gadai syariah haruslah tidak menyulitkan calon nasabah yang akan meminjam uang atau akan melakukan akad utang piutang. Akad yang dijalankan, termasuk jasa dan produk yang dijual juga harus selalu berlandaskan syariah (Al-Qur’an, Al-Hadist, dan Ijma Ulama), dengan tidak melakukan kegiatan usaha yang mengandung unsur riba’, maisir dan gharar. Oleh karena itu , pengawasannya harus melekat , baik internal terutama keberadaan Dewan Pengawas Syariah (DPS) sebagai penanggung jawab yang
42
berhubungan dengan aturan syariahnya dan internal maupun eksternal Pegadaian syariah, yaitu masyarakat muslim utamanya, serta yang tidak kalah pentingnya adalah perasaan selalu mendapatkan pengawasan dari yang membuat syariah itu sendiri, yaitu Allah Swt. Implementasi operasional pegadaian syariah hampir bermiripan dengan pegadaian konvensional. Seperti halnya Pegadaian Konvensional, Pegadaian Syariah juga menyalurkan uang pinjaman dengan jaminan barang bergerak. Prosedur untuk memperoleh kredit gadai syariah sangat sederhana, masyarakat hanya menunjukan bukti identitas diri dan barang bergerak sebagai jaminan, uang pinjaman dapat diperoleh dalam waktu yang tidak relatif lama (kurang lebih 15 menit saja). Begitupun untuk melunasi pinjaman, nasabah cukup dengan menyerahkan sejumlah uang dan surat bukti rahn saja dengan waktu proses yang juga singkat. Namun di samping beberapa kemiripan dari beberapa segi, jika ditinjau dari aspek teknik transaksi, dan pendanaan, Pegadaian Syariah memiliki ciri tersendiri yang implementasinya sangat berbeda dengan Pegadaian Konvensional. Pegadaian syariah atau dikenal dengan istilah rahn, dalam operasionalnya menggunakan metode Fee Based Income (FBI) atau Mudharabah (bagi hasil). Karena nasabah dalam menggunakan marhun bih (UP/uang pertanggungan) mempunyai tujuan yang berbeda-beda misalnya untuk konsumsi, membayar uang sekolah atau tambahan modal kerja..
43
Sesuai dengan landasan konsep rahn , pada dasarnya Pegadaian Syariah berjalan di atas dua akad transaksi Syariah yaitu: 1. Akad Rahn. Rahn yang dimaksud adalah menahan harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Dengan akad ini Pegadaian menahan barang bergerak sebagai jaminan atas utang nasabah. 2. Akad Ijarah, yaitu akad pemindahan atas hak guna atas barang dan atau jasa melalui pembayaran uang sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barangnya sendiri. Melalui akad ini dimungkinkan bagi Pegadaian untuk menarik sewa atas penyimpanan barang bergerak milik nasabah yang telah melakukan akad. Adapun teknis pelayanan dalam Pegadaian Syariah adalah sebagai berikut: a. Nasabah menjaminkan barang kepada pegadaian syariah untuk mendapatkan pembiayaan. Kemudian pegadaian menaksir barang jaminan untuk dijadikan dasar dalam memberikan pembiayaan b. Pegadaian syariah dan nasabah menyepakati akad gadai. Akad ini meliputi jumlah pinjaman, pembebanan biaya Jasa Simpan dan Biaya Administrasi, dan jatuh tempo pengembalian pinjaman, yaitu 120 hari (4 bulan) c. Pegadaian syariah menerima biaya Administrasi dan biaya Jasa Simpan oleh nasabah.
44
d. Nasabah menebus barang yang digadaiakan setelah jatuh tempo. Apabila saat jatuh tempo nasabah belum dapat mengembalikan uang pinjaman, dapat diperpanjang 1 (satu) kali masa jatu tempo, demikian seterusnya. e. Apabila nasabah tidak dapat mengembalikan uang pinjaman dan tidak memperpanjang akad gadai , selanjutnya pegadaian melakukan kegiatan pelelangan untuk menjual barang tersebut dan mengambil pelunasan uang pinjaman oleh nasabah dari hasil penjualan barang gadai Teknis
operasional
dalam
lembaga
pegadaian
syariah
diilustrasikan dalam gambar sebagai berikut:
Pegadaian Memberikan marhun bih
NASABAH
Marhun (jaminan)
Akad
Marhun bih (pembiayaan
PEGADAIAN
Nabah menyerahkan marhun
dapat
45
Operasional Pegadaian Syariah menggambarkan hubungan di antara nasabah dan pegadaian, implementasi dari prinsip syariah yang dilakukan oleh operasional lembaga pegadaian syariah , dapat kita simpulkan sebagai berikut: a. Pegadaian syariah hanya melakukan dua jenis akad, yaitu Rahn (menahan barang jaminan) dan ijarah (jasa simpan barang) dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Pegadaian syariah memperoleh pendapatan dari jasa atas penyimpanan marhun. 2) Tarif dihitung berdasarkan volume dan nilai marhun 3) Tarif tidak dikaitkan dengan besarnya uang pinjaman. 4) Dipungut di belakang saat rahin melunasi hutangnya. b. Barang yang dapat digadaikan di pegadaian syariah hanya berupa: 1) Barang-barang perhiasan (emas) dan berlian. 2) Kendaraan bermotor, seperti mobil dan sepeda motor. 3) Barang Elektronik, seperti televisi, radio tape, mesin cuci, kulkas dan lain-lain. c. Pelunasan pinjaman dilakukan dengan cara: 1) Rahin membayar pokok pinjaman dan membayar jasa simpan sesuai dengan tarif yang telah ditetapkan. 2) Menjual marhun apabila rahin tidak memenuhi kewajibannya pada tanggal jatuh tempo. d. Penjualan marhun
46
1) Penjualan marhun dalam upaya pengembalian marhun bih (uang pinjaman) beserta jasa simpan yang tidak dilunasi sampai batas waktu yang ditentukan. 2) Pemberitahuan , dilakukan paling lambat 5 hari sebelum tanggal penjualan melalui mekanisme: surat pemberitahuan ke alamat nasabah, telepon, dan/atau diumumkan di papan pengumuman kantor cabang, informasi di kantor kelurahan/kecamatan. Dari landasan Syariah tersebut maka mekanisme operasional Pegadaian Syariah dapat digambarkan sebagai berikut: Melalui akad rahn, nasabah menyerahkan barang bergerak dan kemudian pegadaian menyimpan dan merawatnya di tempat yang telah disediakan oleh pegadaian. Akibat yang timbul dari proses penyimpanan adalah timbulnya biaya-biaya yang meliputi nilai investasi tempat penyimpanan, biaya perawatan dan keseluruhan proses kegiatannya. Atas dasar ini dibenarkan bagi Pegadaian mengenakan biaya sewa kepada nasabah sesuai jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak. Pegadaian Syariah akan memperoleh keuntungan hanya dari bea sewa tempat yang dipungut bukan tambahan berupa bunga atau sewa modal yang diperhitungkan dari uang pinjaman. Sehingga disini dapat dikatakan proses pinjam meminjam hanya sebagai ‘lipstick’ yang akan menarik minat konsumen untuk menyimpan barangnya di Pegadaian Adapun ketentuan atau persyaratan yang menyertai akad tersebut meliputi:
47
a. Akad. Akad tidak mengandung syarat fasik/batil seperti murtahin mensyaratkan barang jaminan dapat dimanfaatkan tanpa batas. b. Marhun bih (Pinjaman). Pinjaman merupakan hak yang wajib dikembalikan kepada murtahin dan bisa dilunasi dengan barang yang dirahnkan tersebut. Serta pinjaman itu jelas dan tertentu. c. Marhun (barang yang dirahnkan). Marhun bisa dijual dan nilainya seimbang dengan pinjaman, memiliki nilai, jelas ukurannya, milik syah penuh dari rahin, tidak terkait dengan hak orang lain, dan bisa diserahkan baik materi maupun manfaatnya. d. Jumlah maksimum dana rahn dan nilai likuiditas barang yang dirahnkan serta jangka waktu rahn ditetapkan dalam prosedur. e. Rahin dibebani jasa manajemen atas barang berupa: biaya asuransi, biaya penyimpanan, biaya keamanan, dan biaya pengelolaan serta administrasi. Untuk dapat memperoleh layanan dari Pegadaian Syariah masyarakat hanya cukup menyerahkan harta bergeraknya (emas, berlian, kendaraan, dan lain-lain) untuk dititipkan disertai dengan copy tanda pengenal. Kemudian staf penaksir akan menentukan nilai taksiran barang bergerak tersebut yang akan dijadikan sebagai patokan perhitungan pengenaan sewa simpanan (jasa simpan) dan flapon uang pinjaman yang dapat diberikan. Taksiran barang ditentukan berdasarkan nilai intrinsic dan harga pasar yang telah ditetapkan oleh Perum Pegadaian. Maksimum uang pinjaman yang dapat diberikan adalah sebesar 90% dari nilai taksiran barang.
48
Setelah melalui tahapan ini, Pegadaian Syariah dan nasabah melakukan akad dengan kesepakatan: a. jangka waktu penyimpanan barang dan pinjaman ditetapkan selama maksimum empat bulan b. nasabah bersedia membayar jasa simpan sebesar Rp. 90,- (sembilan puluh rupiah) dari kelipatan taksiran Rp. 10.000,- per 10 hari yang dibayar bersamaan pada saat melunasi pinjaman. c. Membayar biaya administrasi yang besarnya ditetapkan oleh Pegadaian pada saat pencairan uang pinjaman. Nasabah dalam hal ini diberikan kelonggaran untuk: a. Melakukan penebusan barang/pelunasan pinjaman kapan pun sebelum jangka waktu empat bulan b. Mengangsur uang pinjaman dengan membayar terlebih dahulu jasa simpan yang sudah berjalan ditambah bea administrasi c. Atau hanya membayar jasa simpanannya saja terlebih dahulu jika pada saat jatuh tempo nasabah belum mampu melunasi pinjaman uangnya. Jika nasabah sudah tidak mampu lagi melunasi hutang atau hanya membayar jasa simpan, maka Pegadaian Syariah melakukan eksekusi barang jaminan dengan cara dijual, selisih antara nilai penjualan dengan pokok pinjaman, jasa simpan dan pajak merupakan uang kelebihan yang menjadi hak nasabah. Nasabah diberi kesempatan selama satu tahun untuk mengambil uang kelebihan, dan jika dalam waktu satu tahun ternyata nasabah tidak
49
mengambil uang tersebut, maka Pegadaian Syariah akan menyerahkan uang kelebihan kepada Badan Amil Zakat sebagai ZIS.
E. Metodologi Penelitian 1.
Ruang Lingkup Penelitian Dari permasalahan yang dikemukakan dalam bab II di atas maka ruang lingkup ini, menitikberatkan kepada pengaruh lokasi dan pelayanan pegadaian syariah Depok terhadap minat nasabah.
2. Metode Pengumpulan Data a.
Jenis Sumber Data 1) Data Primer Data primer diperoleh secara langsung dari responden yaitu nasabah Pegadaian Syariah. Melalui kuisioner di samping itu juga melakukan wawancara dengan nasabah dan pihak Pegadaian Syariah. 2) Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari: a) Data internal pada Perum Pegadaian Syariah b) Penelitian-penelitian terkait c) Buku-buku yang berkaitan dengan pegadaian syariah dan perilaku konsumen. d) Majalah, koran, brosur dan jurnal yang memuat artikel-artikel
50
mengenai Pegadaian Syariah; e) Sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
b. Jenis Data Data Kuantitatif, pada dasarnya penelitian ini menggunakan data kuantitatif, data yang diperoleh dari data primer yang terdiri dari uraian jawaban hasil kuesioner kemudian dilakukan pengolahan dari data numerik melalui satuan-satuan angka.
3. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan melalui metode survey dengan hitungan regresi, karena ingin memperoleh informasi mengenai pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan nasabah pada pegadaian syariah, maka metode survey digunakan dalam mengumpulkan data, data yang
dikumpulkan
merupakan data kuantitatif. Survei yang digunakan adalah dengan menemui responden secara langsung/bertatap muka, ini disebut survey individu, yang menggunakan alat; a.
Kuesioner, yaitu menyebarkan sejumlah pertanyaan tertulis yang bersifat tertutup kepada nasabah untuk memperoleh informasi mengenai pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan nasabah pada Perum Pegadaian Syariah Cabang Depok.
b.
Wawancara (interview), yaitu dengan datang langsung mewawancarai
51
pihak yang terkait dengan informasi yang penting yang berkaitan dengan pembahasan yaitu pihak Perum Pegadaian Syariah Cabang Depok. c.
Studi Pustaka, digunakan untuk melengkapi kekurangan yang terjadi dalam pengumpulan data yang berhubungan dengan penelitian.
4. Subjek-Objek Penelitian a. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi kuantitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.9 Populasi dari penelitian ini adalah Nasabah Perum Pegadaian Syariah Cabang Depok. Yang berjumlah 2054 orang.10 b. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi yaitu 100 responden.11 c. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan Non Probability Sampling, yaitu mengambil sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi 9
Prof.Dr. Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, (Bandung, Alfabeta, 2007), hal.61. Data didapatkan dari wawancara dengan kepala cabang Pegadaian Syariah Cabang Depok, yaitu Bapak Agus SE, Jakarta, Februari, 2010. 11 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta, Rineka Cipta, 1998), hal.117. 10
52
untuk dipilih menjadi sampel. Metode Non Probability Sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling dengan memilih responden dengan pertimbangan tertentu yaitu: 1) Jumlah kedatangan nasabah minimal 2 kali datang, dengan harapan nasabah yang telah datang lebih dari satu kali dapat lebih mengetahui standar pelayanan yang ada di Pegadaian Syariah Cabang Cinere. 2) Usia nasabah di atas 17 tahun, karena dianggap sudah dapat melakukan transaksi. 1. Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini berlokasi di Perum Pegadaian Syariah Depok yang berada di jalan margonda raya no: 351 b Depok Jawa Barat. No telp (021) 7868561. Penelitian ini dilakukan selama satu bulan terhitung mulai tanggal 08 Januari 2010 sampai dengan 08 Februari 2010..
5.Metode Analisis Data 1.Metode Analisis Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif menginterpretasikan hasil-hasil dari kuesioner, interview dan observasi. Penelitian ini menggunakan skala Likert yaitu menghadapkan responden pada pertanyaan menyangkut tanggapan konsumen mengenai Kualitas Pelayanan, Fasilitas dan nilai pelanggan yang dapat dilihat pengaruhnya terhadap Kepuasan nasabah. Instrumen pertanyaan ini akan
53
menghasilkan total skor bagi tiap- tiap anggota sampel yang diwakili oleh setiap nilai skor seperti yang tercantum pada tabel skala likert di bawah ini :
Tabel 3.1 Skala Likert KATEGORI
BOBOT NILAI
Sangat Setuju
5
Setuju
4
Kurang setuju
3
Tidak Setuju
2
Sangat Tidak Setuju
1
Sebelum mengolah data dengan menggunakan rumus regresi, maka ada beberapa langkah yang harus dilakukan: a. Uji Validitas Uji validitas bertujuan untuk melihat ketepatan instrumen pengukur dalam penelitian. Pengujian ini untuk mengetahui ketepatan instrumen penelitian agar dapat memberikan informasi yang akurat tentang hal yang diukur. Uji validitas dilakukan dengan cara melihat korelasi skor butir pertanyaan dengan total skor variabel. Untuk membantu pengujian validitas, maka prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut:
54
a) Merumuskan hipotesis operasional, yaitu Ho dan Ha Ho : Instrumen penelitian tidak valid Ha : Instrumen penelitian valid b) Syarat minimum untuk dianggap suatu butir instrumen valid adalah indeks validitasnya > 0,3. Dengan demikian, jika korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir instrumen tersebut tidak valid. Semakin tinggi korelasi itu mendekati angka satu (1,00) maka semakin baik pula konsistensinya atau validitasnya c) Menentukan pendekatan (alat) statistik yang digunakan dengan kriteria pengujian:
Jika r hitung > r tabel maka Ho ditolak
Jika r hitung < r tabel maka Ha ditolak
d) Melakukan perhitungan sesuai dengan pendekatan (alat) statistika menggunakan program komputer SPSS e) Mengambil kesimpulan b. Uji Realibilitas Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui koefisien alat ukur jika dilakukan dengan pengukur ulang. Suatu kuesioner reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten / stabil dari waktu ke waktu. Program SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik cronbach alpha (α).
55
Untuk membantu pengujian reliabilitas, maka prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut: a) Merumuskan hipotesis operasional, yaitu Ho dan Ha Ho : Instrumen penelitian tidak reliabel Ha : Instrumen penelitian reliabel b) Metode alpha cronbach, batasan reliabilitas sebenarnya sudah ditentukan (Sekaran yang dikutip oleh Dwi Priyatno, 172). Batasan tersebut adalah:
Koefisien alpha berada di atas angka 0,8 baik
Koefisien alpha berada di 0,7 dapat diterima
Koefisien alpha berada di bawah 0,6 kurang baik/tidak reliable12
c) Menentukan pendekatan (alat) statistik yang digunakan dengan kriteria pengujian:
Jika r Alpha > r tabel maka Ho ditolak
Jika r Alpha < r tabel maka Ho diterima
d) Melakukan perhitungan sesuai dengan pendekatan (alat) statistika menggunakan program komputer SPSS e) Mengambil kesimpulan Table 3.2 No
P1 12
Cronbach's Corrected Item-
Alpha if Item
Total Correlation
Deleted
.314
.916
Keterangan
Valid
Dwi Priyatno, 5 Jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17, (Yogyakarta: ANDI, 2008), hal.172.
56
P2
.430
.915
P3
.464
.914
P4
.464
.914
P5
.385
.915
P6
.473
.914
P7
.534
.913
P8
.578
.912
P9
.640
.911
P10
.729
.910
P11
.586
.912
P12
.602
.912
P13
.624
.912
P14
.523
.913
P15
.372
.915
P16
.547
.913
P17
.568
.913
P18
.333
.917
P19
.505
.914
P20
.569
.912
P21
.674
.911
P22
.524
.913
P23
.504
.914
P24
.584
.912
P25
.478
.914
P26
.396
.915
P27
.379
.916
P28
.395
.915
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
57
c. Uji asumsi klasik regresi linier berganda 1. Uji Multikolonearitas Uji multikoleniaritas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikoleniaritas, yaitu adanya hubungan linear antara variable independent dalam model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikoleniaritas. Ada beberapa metode pengujian yang bisa digunakan, diantaranya 1) dengan melihat nilai inflation factor (VIF) pada model regresi, 2) dengan membandingkan nilai koefesien determinasi individual (r) dengan nilai determinasi secara serentak (R), dan 3) dengan melihat nilai eigenvalue dan condition index. Pada pembahasan ini akan dilakukan uji multikolinearitas dengan melihat nilai inflation factor (VIF) pada model regresi. Menurut Santoso (2001), pada umumnya jika VIF lebih besar dari 5, maka variable tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variable bebas lainnya. Tabel 3.3 Hasil Uji Multikolinearitas Model
Collinearity Statistics Tolerance
1
(Constant) Lokasi Pelayanan
.633 .633
VIF 1.580 1.580
a Dependent Variable: Minat nasabah
Dari hasil di atas dapat diketahui nilai variance inflation factor (VIF) kedua variabel, yaitu pelatihan dan pengembangan adalah 1.580 lebih kecil
58
dari 5.
Disimpulkan bahwa antarvariabel independen
tidak
terjadi
multikolinearitas.
2. Heterokodastisitas Heterokedastisitas menunjukan bahwa variasi variabel tidak sama untuk semua pengamatan. Pada heterokedastisitas kesalahan yang terjadi tidak random, tetapi menunjukkan hubungan yang sistematis sesuai dengan besarnya satu atau lebih variabel. Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual atau pengamatan ke pengamatan lainnya, jika varian residual dan satu pengamatan kepengamatan lainnya tetap maka disebut homokedstisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regrresi yang baik yang homokedastisitas dan tidak terjadi heterokedastisitas. Gambar 3.1
59
Hasil output SPSS pada gambar
diatas menunjukan bahwa titik-titik data
menyebar di atas dan dibawah atau di sekitar angka nol serta titik-titik data tidak mengumpul hanya diatas atau di bawah saja, penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali dan penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi linier berganda bebas dari asumsi klasik heterokedastisitas dan layak digunakan dalam penelitian. 3. Uji Normalitas Data Selain uji asumsi klasik multikoleniaritas dan heterokedastisitas uji asumsi klasik yang lain adalah uji normalitas. Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Uji ini merupakan pengujian yang paling banyak dilakukan untuk analisis statistic parametric. Penggunaan uji normalitas karena pada analisis statistic parametric, asumsi yang harus
60
dimiliki oleh data adalah bahwa data tersebut terdistribusi secara normal. Maksud data terdistribusi secara normal adalah bahwa data akan mengikuti bentuk distribusi normal. Bahwa data memusat pada nilai rata-rata median. Untuk mengetahui bentuk distribusi data kita bisa menggunakan grafik distribusi.
Gambar 3.2
61
4. Autokorelasi Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah autokorelasi. Jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak baik atau tidak layak dipakai prediksi. Masalah autokorelasi baru timbul jika ada korelasi secara linear antara kesalahan pengganggu periode t (berada) dan kesalahan pengganggu periode t-1 (sebelumnya). Salah
satu
ukuran
dalam
menentukan
ada
tidaknya
masalah
autokorelasidengan uji Durbin-Watson (DW), dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Terjadi autokorelasi positif jika nilai DW di bawah -2 (DW <-2)
62
2) Tidak terjadi autokorelasi jika nilai DW berada di antara -2 dan +2 atau -2 < DW<+2. 3) Terjadi autokorelasi negative jika nilai DW di atas +2 atau DW > +2. Tabel 3.4 Hasil Uji Durbin-Watson Model Summary(b) Model Durbin-Watson 1 1.050 a Predictors: (Constant), pelayanan pegadaian, lokasi b Dependent Variable: minat nasabah
Dari hasil output di atas didapat nilai DW yang dihasilkan dari model regresi adalah 1.050 dan -2 < 1.050 < +2. Maka, disimpulkan bahwa data di atas tidak terjadi autokorelasi.
d. Analisis Regresi Linear Berganda Analisis regresi linear berganda adalah hubungan secara linear atau antara dua atau lebih variabel indevenden (X1,X2.......Xn) dengan variabel devenden (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel indevenden apakah variabel devenden apakah masing-masing variabel indevenden berhubungan positif atau negatife dan untuk memprediksi nilai dari variabel devenden apabila nilai variabel indevenden mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang biasa digunakan biasanya berskala interval atau rasio. Penulis menggunakan bantuan SPSS 15.00 For Window.
63
Dengan menggunakan rumus sebagai berikut Y = a+ b1X1 + b2X2 + e Keterangan : Dimana : Y
= Minat
a
= Bilangan konstanta (intercept Regresi)
b 1x1
= Koefesien regresi X1 (Lokasi)
b 2x2
= Koefesien regresi X2 (Pelayanan)
e
= Standar error
1) Uji t (Uji Parsial) Uji t dilaksanakan untuk melihat signifikansi dari pengaruh independent secara individu/parsial terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lain bersifat konstan atau digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signitas atas variabel X dan variabel Y . Untuk menguji koefesien hipotesis. Ho = 0. Untuk itu langkah-langkah yang akan digunakan untuk menguji hipotesa tersebut dengan adalah sebagai berikut. Menguji pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Kriteria pengambilan keputusan : (a) Dengan membandingkan nilai t hitung dengan t table . Jika t table < t hitung , maka Ho diterima. Jika t table > t hitung , maka Ho ditolak Dengan tingkat signifikansi 5% (= 5%) dan nilai df (degree of freedom) n-k (50 - 5) = 45, maka dapat diketahui nilai t table sebesar
64
(b) Dengan menggunakan angka signifikansi Jika angka signifikansi > 0,05 , maka Ho diterima Jika angka signifikansi < 0,05 , maka Ho ditolak. 2. Uji F (Uji Simultan) Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel-variabel independent secara keseluruhan terhadap variabel dependent. Untuk menguji pengaruh secara keseluruhan variabel bebas terhadap variabel terikat, maka digunakan criteria sebagai berikut: (a) Pengujian Fhitung dengan F table. Ho : B = 0 Variabel-variabel bebas tidak berpengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya. Ha : B = 0 Variabel-variabel bebas punya pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya. (b) Dengan menggunaka angka signifikansi. Jika angka probabilitas > 0,05 , maka Ho diterima. Jika angka probabilitas < 0,05 , maka Ho ditolak atau Ha diterima.
BAB IV PENGARUH LOKASI DAN PELAYANAN TERHADAP MINAT
A. Profil Responden Bagian ini menyajikan informasi mengenai karakteristik dari 100 responden (nasabah) berdasarkan jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir status menikah, dan pendapatan per bulan. Berikut ini adalah penjelasan masing-masing karakteristik responden, yaitu: 1. Jenis Kelamin Berdasarkan jenis kelamin terdiri dari 2 kelompok yaitu
laki-laki dan
perempuan. Data karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin disajikan pada gambar 4.2 sebagai berikut: Table 4.1 jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Frekuensi 38 62
Presentase % 38.0 62.0
Berdasarkan gambar 4.2. diketahui bahwa dari 100 orang responden Pegadaian Syariah Cabang Cinere, terdapat 37 orang (37%) yang berjenis kelamin laki-laki dan 63 orang (63%) adalah perempuan.
65
66
2. Pendidikan Berdasarkan pendidikan responden terdiri dari 5 kelompok yaitu, SD, SMP, SMA, Diploma 1-3, S1, S2 dan S3. Data karakteristik responden berdasarkan pendidikan disajikan pada gambar 4.5 sebagai berikut. Table 4.2 Pernyataan SD SMP SMA D1-D3 S1-S3
Frekuensi 0 15 42 25 18
Presentase % 0.0 15.0 42.0 25.0 18.0
Dari data pada gambar 4.5 diatas diketahui bahwa dari 100 responden, responden yang berlatar belakang SMP 15 orang (15%), SMA 42 orang (42%), Diploma 25 orang (25%), S1-S3 sebanyak 18 orang (18%).
3. Status Nikah Berdasarkan status nikah, terdiri dari dua kelompok yaitu belum menikah dan sudah menikah. Data karakteristik responden berdasarkan status disajikan pada gambar 4.6 sebagai berikut: Table 4.3 Pernyataan Belum Menikah Sudah Menikah
Frekuensi 34 66
Presentase % 34.0 66.0
67
Dari data pada gambar 4.6 diatas, diketahui bahwa dari 100 responden terdapat 34 orang (34%) yang berstatus belum menikah dan 66 orang (34%) yang berstatus sudah menikah.
4. Pekerjaan Berdasarkan pekerjaan data responden terdiri dari 4 kelompok yaitu Pegawai Negri, Pegawai Swasta, Wiraswasta, dll. Data karakteristik responden berdasarkan pekerjaan disajikan pada gambar 4.4 sebagai berikut: Table 4.4 Pernyataan GURU WIRASWASTA PELAJAR PNS IRT
Frekuensi 12 17 8 32 31
Presentase % 12.0 17.0 8.0 32.0 31.0
Berdasar data pada gambar 4.4 diketahui bahwa dari 100 responden Pegadaian Syariah Cabang Depok, terdapat 12 orang (12%) berstatus sebagai guru, 17 orang (17%) berstatus sebagai wiraswasta, 8 orang (8%) berstatus sebagai pelajar , dan 32 orang (32%) berstatus sebagai pns dan 31 orang(31%) lainnya berstatus ibu rumah tangga.
68
5. Penghasilan Table 4.5
Pernyataan 250 ribu 250 - 500 rb 500 - 1 juta 1 juta - 2,5 juta 2,5 - 5juta
Frekuensi 0 5 52 31 12
Presentase % 0.0 5.0 52.0 31.0 12.0
Berdasarkan data pada gambar 4.7 diketahui bahwa dari 100 responden, terdapat 5 orang (5%) yang berpendapatan Rp. 250.000,- - Rp. 500.000,-, 52 orang (52%) yang berpendapatan Rp. 500.000,- - Rp. 1000.000,-, 31 orang (31%) yang berpendapatan Rp. 1.000.000,- - Rp. 2,500.000,-, dan 12 orang (12%) yang berpendapatan Rp.2,500.000,- - Rp. 5000.000.
B. Hasil Kuesioner 1. Lokasi 1. Lokasi Pegadaian Syariah Depok dari tempat tinggal nasabah Table 4.6 Lokasi pegadaian syariah dari jangkauan nasabah Sangat sulit Sulit Cukup mudah Mudah Sangat mudah
Frekuensi
Presentase %
0 1 26 57 16
0.0 1.0 26.0 57.0 16.0
Memperhatikan pada tabel 4.5 tampak bahwa nasabah pegadaian syariah
69
menganggap lokasi pegadaian syariah Depok sulit sebesar 1 responden (1%), sedangkan 26 responden (26%) menganggap lokasi pegadadaian syariah depok cukup
mudah,
57
responden
(57%)
mengatakan
mudah
dan
16
responden(16%) lainnya mengatakan sangat mudah.
2. Lokasi Pegadaian dari jalan raya Lokasi yang mudah dijangkau dari jalan raya erat kaitannya dengan lokasi pegadaian syariah. Mengenai lokasi yang mudah dijangkau dari jalan raya dapat dilihat pada tabel berikut. Table 4.7 Lokasi pegadaian syariah dijangkau dari jalan raya Sangat sulit Sulit Cukup mudah Mudah Sangat mudah
Frekuensi
Presentase %
0 6 25 52 17
0.0 6.0 25.0 52.0 17.0
Memperhatikan pada tabel 4.6 tampak bahwa nasabah pegadaian syariah depok mengatakan bahwa lokasi pegadaian syariah depok sulit dijangkau dari jalan raya sebesar 6 responden (6%), sedangkan 25 responden (25%) menganggap lokasi pegadaian syariah cukup mudah, 52 responden (52%) mengatakan mudah dan 17 responden (17%)mengatakan sangat mudah dijangkau dari jalan raya.
70
3. Lokasi pegadaian dari jalur transportasi Lokasi pegadaian syariah Depok yang strategis dilihat dari jalur transportasi dapat dilihat pada tabel berikut: Table 4.8 Lokasi pegadaian syariah dilihat dari jalur transportasi Sangat sulit Sulit Cukup mudah Mudah Sangat mudah
Frekuensi
Presentase %
0 2 20 55 23
0.0 2.0 20.0 55.0 23.0
Memperhatikan tabel 4.7 tampak bahwa nasabah pegadaian syariah menganggap bahwa lokasi pegadaian syariah sulit dilihat jalur transportasi sebesar 2 responden (2%), sedangkan 20 responden (20%) menganggap cukup mudah, 55 responden (55%) mengatakan mudah dan 23 responden(23%) lain mengatakan sangat mudah dan strategis dilihat dari jalur transportasi.
4. Lokasi pegadaian dari jangkauan angkutan umum Lokasi pegadaian syariah mudah dijangkau angkutan umum. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut. Table 4.9 Lokasi pegadaian syariah di jangkau angkutan umum Sangat sulit Sulit Cukup mudah Mudah Sangat mudah
Frekuensi
Presentase %
0 4 18 62 16
0.0 4.0 18.0 62.0 16.0
71
Berdasarkan pada tabel 4.8 tampak bahwa responden pegadaian syariah menganggap lokasi pegadaian syariah sulit dijangkau dengan angkutan umum sebesar 4 responden (4%), sedangkan 18 responden (18%) menyatakan cukup mudah, 62 responden (62%) menyatakan mudah dan 16 responden (16%) menganggap bahwa lokasi pegadaian syariah sangat mudah dijangkau angkutan umum.
5. Jarak pemberhentian angkutan umum dengan pegadaian syariah Table 4.10 Jarak pemberhentian angkutan umum Frekuensi Presentase % dengan pegadaian syariah Sangat sulit 0.0 0 Sulit 3.0 3 Cukup mudah 28.0 28 Mudah 51.0 51 Sangat mudah 18.0 18 Berdasarkan tabel 4.9 tampak responden pegadaian syariah yang mengatakan jarak pemberhentian angkutan umum dengan pegadaian syariah sulit sebesar 3 responden (3%), sedangkan 28 responden (28%) mengatakan jarak pemberhentian angkutan umum pegadaian syariah cukup mudah, 51 responden (51%) menyatakan mudah dan 18 responden menyatakan sangat mudah.
72
6. Penggunaan angkutan umum Table 4.11 Penggunaan angkutan umum
Frekuensi
Presentase %
Sangat sulit Sulit Cukup mudah Mudah Sangat mudah
0 7 21 55 17
0.0 7.0 21.0 55.0 17.0
Memperhatikan pada tabel 4.10 tampak bahwa tanggapan responden tentang penggunaan angkutan umum 7 responden (7) menyatakan sulit, 21 responden (21%) menyatakan cukup mudah, 55 responden (55) menyatakan mudah dan 17 responden (17) menyatakan sangat mudah.
2. Pelayanan Untuk melihat kualitas pelayanan Pegadaian Syariah Cabang Depok maka ditampilkan hasil kuesioner kualitas pelayanan untuk melihat jawaban dari 100 responden terhadap sembilan belas pertanyaan kualitas pelayanan. Jawaban permasing-masing pernyataan sebagai berikut: 1) Interior dan penataan ruang Table 4.12 Interior dan penataan ruang yang menarik Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Kurang Setuju Setuju Sangat Setuju
Frekuensi
Presentase %
0 1 11 66 22
0.0 1.0 11.0 66.0 22.0
73
Dapat diketahui pada gambar 4.8 bahwa sebanyak 1 responden (1%) menyatakan tidak setuju, 11 responden (11%) menyatakan kurang setuju, responden menyatakan bahwa hal ini disebabkan karena kurangnya kerapihan. Sedangkan 66 responden (66%) menyatakan setuju, dan 22 responden (22%) menyatakan sangat setuju dengan pernyataan ini.
2) Kebersihan Table 4.13 Kebersihan Ruangan
Frekuensi
Presentase %
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Kurang Setuju Setuju Sangat Setuju
0
0.0 4.0 38.0 49.0 9.0
4 38 49 9
Dapat diketahui pada gambar 4.10 bahwa sebanyak 4 responden (2%) menyatakan tidak setuju, 38 responden (38%) menyatakan kurang setuju, menurut responden hal ini dilihat karena tidak adanya petugas khusus yang bertugas menjaga kebersihan. Sedangkan 49 responden (49%) menyatakan setuju dan 9 responden (9%) menyatakan sangat setuju dengan pernyataan ini.
74
3) Suasana tempat Table 4.14 Kenyamanan suasana tempat Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Kurang Setuju Setuju Sangat Setuju
Frekuensi
Presentase %
0 9 30 55 6
0.0 9.0 30.0 55.0 6.0
Dapat diketahui pada gambar 4.9 bahwa sebanyak 9 responden (9%) menyatakan tidak setuju, 30 responden (30%) kurang setuju menurut responden hal ini disebabkan karena kenyamanan di ruangan terganggu manakala jumlah nasabah yang datang cukup banyak sedangkan pendingin ruangan kurang dingin. Sedangkan 55 responden (55%) menyatakan setuju dan 6 responden (6%) menyatakan sangat setuju dengan pernyataan ini.
4) Lokasi parkir Table 4.15 Lokasi parkir yang aman Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Kurang Setuju Setuju Sangat Setuju
Frekuensi
Presentase %
0 6 31 51 12
0.0 6.0 31.0 51.0 12.0
75
Dapat diketahui pada gambar 4.11 bahwa sebanyak 6 responden (6%) menyatakan tidak setuju, 31 responden (31%)menyatakan kurang setuju menurut nasabah hal ini dikarenakan tidak adanya petugas khusus yang menjaga dan memberikan karcis sebagai jaminan keamanan. Sedangkan 51 responden (51%) menyatakan setuju dan 12 responden (12%) menyatakan sangat setuju dengan pernyataan ini.
5) Memberikan informasi dan pelayanan yang dibutuhkan Table 4.16 Pegawai memberikan informasi dan pelayanan yang dibutuhkan nasabah Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Kurang Setuju Setuju Sangat Setuju
Frekuensi
Presentase %
0
0.0 1.0 22.0 66.0 11.0
1 22 66 11
Dapat diketahui pada gambar 4.12 bahwa sebanyak 1 responden (1%) menyatakan tidak setuju, 22 responden (22%) menyatakan kurang setuju, 66 responden (66%) menyatakan setuju dan 11 responden (11%) menyatakan sangat setuju dengan pernyataan ini.
76
6) Pegawai mengetahui produk yang ditawarkan Table 4.17 Pegawai mengetahui produk unggulan di pegadaian syariah Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Kurang Setuju Setuju Sangat Setuju
Frekuensi
Presentase %
0 1 23 51 25
0.0 1.0 23.0 51.0 25.0
Dapat diketahui pada gambar 4.12 bahwa sebanyak 1 responden (1%) menyatakan tidak setuju, 23 responden (23%) menyatakan kurang setuju, 51 responden (51%) menyatakan setuju dan 25 responden (25%) menyatakan sangat setuju dengan pernyataan ini.
7) Penyediaan layanan yang tepat waktu Table 4.18 Penyediaan pelayanan yang tepat waktu Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Kurang Setuju Setuju Sangat Setuju
Frekuensi
Presentase %
0 3 30 59 8
0.0 3.0 30.0 59.0 8.0
Dapat diketahui pada gambar 4.15 bahwa sebanyak 3 responden (3%) menyatakan sangat tidak setuju, 30 responden (30%) menyatakan kurang setuju, menurut responden hal ini disebabkan manakala jumlah nasabah yang datang cukup banyak, sedangkan jumlah pegawai yang melayani terbatas.
77
Sedangkan 59 responden (59%) menyatakan setuju dan 5 responden (5%) menyatakan sangat setuju dengan pernyataan ini.
8) Kecepatan melayani Table 4.19 Pegawai melayani Frekuensi Presentase % nasabah dengan cepat Sangat Tidak Setuju 0.0 0 Tidak Setuju 3.0 3 Kurang Setuju 44.0 44 Setuju 40.0 40 Sangat Setuju 13.0 13 Dapat diketahui pada gmbar 4.16 bahwa sebanyak 3 responden (3%) menyatakan tidak setuju, 44 responden (44%) menyatakan kurang setuju, 40 responden (40%) menyatakan setuju dan 13 responden (13%) menyatakan sangat setuju dengan pernyataan ini.
9) Responsif terhadap keinginan nasabah Table 4.20 Pegawai responsive terhadap keinginan nasabah Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Kurang Setuju Setuju Sangat Setuju
Frekuensi
Presentase %
0 5 32 52 11
0.0 5.0 32.0 52.0 11.0
Dapat diketahui pada gmbar 4.16 bahwa sebanyak 5 responden (5%) menyatakan tidak setuju, 32 responden(32) menyatakan kurang setuju, 52
78
responden (52%) menyatakan setuju dan 11 responden (11%) menyatakan sangat setuju dengan pernyataan ini.
10) Penyampaian informasi layanan Table 4.21 Pegawai menyampaikan informasi pelayanan dengan baik Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Kurang Setuju Setuju Sangat Setuju
Frekuensi
Presentase %
0 3 32 47 18
0.0 3.0 32.0 47.0 18.0
Dapat diketahui pada gambar 4.17 bahwa sebanyak 3 responden (3%) menyatakan tidak setuju, 32 responden (32%) menyatakan kurang setuju, 47 responden (47%) menyatakan setuju dan 18 responden (18%) menyatakan sangat setuju dengan pernyataan ini.
11) kemampuan pegawai atas produk Table 4.22 Kemampuan pegawai atas pengetahuan produk sangat tepat Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Kurang Setuju Setuju Sangat Setuju
Frekuensi
Presentase %
0 2 27 57 14
0.0 2.0 27.0 57.0 14.0
79
Dapat diketahui pada gambar 4.18 bahwa sebanyak 2 responden (2%) menyatakan tidak setuju, 27 responden (27%) menyatakan kurang setuju, 57 responden (57%) menyatakan setuju, dan 14 responden (14%) menyatakan sangat setuju dengan pernyataan ini.
12) Kerapihan dan kesopanan dalam melayani Table 4.23 Adanya kerapihan dan kesopaan pegawai dalam memberikan pelayanan
Frekuensi
Presentase %
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Kurang Setuju Setuju Sangat Setuju
0
0.0 7.0 27.0 56.0 10.0
7 27 56 10
Dapat diketahui pada gambar 4.19 bahwa sebanyak 7 responden (7%) menyatakan tidak setuju, 27 responde (27%) menyatakan kurang setuju, 56 responden (56%) menyatakan setuju dan 10 responden (10%) menyatakan sangat setuju dengan pernyataan ini.
80
13) Keamanan saat bertransaksi Table 4.24 Kemampuan pegawai memberikan keimanan saat bertransaksi Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Kurang Setuju Setuju Sangat Setuju
Frekuensi
Presentase %
0 4 23 58 15
0.0 4.0 23.0 58.0 15.0
Dapat diketahui pada gmbar 4.20 bahwa sebanyak 4 responden (4%) menyatakan tidak setuju, 23 responden (23%) menyatakan kurang setuju 58 responden (58%) menyatakan setuju dan 15 responden (15%) menyatakan sangat setuju dengan pernyataan ini.
14) Kepercayaan nasabah Table 4.25 Adanya kepercayaan nasabah terhadap pegadaian syariah Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Kurang Setuju Setuju Sangat Setuju
Frekuensi
Presentase %
0 3 23 58 16
0.0 3.0 23.0 58.0 16.0
Dapat diketahui pada gambar 4.21 bahwa sebanyak 3 responden (3%) menyatakan tidak setuju, 23 responden (23%) menyatakan kurang setuju, 58
81
responden (58%) menyatakan setuju dan 16 responden (16%) menyatakan sangat setuju dengan pernyataan ini.
15) Penanganan keluhan Table 4.26 Pegawai mengatasi keluhan nasabah denga baik
Frekuensi
Presentase %
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Kurang Setuju Setuju Sangat Setuju
0
0.0 0.0 9.0 80.0 11.0
0 9 80 11
Dapat diketahui pada gambar 4.22 bahwa sebanyak 9 responden (9%) menyatakan kurang setuju, 80 responden (80%) menyatakan setuju dan 11 responden (11%) menyatakan sangat setuju dengan pernyataan ini.
16) Menyambut kedatangan nasabah Table 4.27 Pegawai menyambut kedatangan nasabah dengan baik Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Kurang Setuju Setuju Sangat Setuju
Frekuensi
Presentase %
0 3 26 60 11
0.0 3.0 26.0 60.0 11.0
82
Dapat diketahui pada gambar 4.23 bahwa sebanyak 3 responden (3%) menyatakan tidak setuju, 26 responden (26%) menyatakan kurang setuju, 60 responden (60%) menyatakan setuju, 11 responden (11%) menyatakan sangat setuju dengan pernyataan ini.
3. Minat 1) Penaksiran harga Tabel 4.28 Apakah penaksiran harga di pegadaian syariah tinggi Sangat tidak setuju Tidak setuju Kurang setuju Setuju Sangat setuju
Frekuensi
Presentase %
0 2 23 49 26
0.0 2.0 23.0 49.0 26.0
Dapat diketahui pada tabel 4.4 bahwa sebanyak 2 responden (2%) menyatakan tidak setuju
68 responden (68%) menyatakan
setuju, 32
responden (32%) menyatakan sangat setuju dengan pernyataan ini. 2) Keamanan barang Tabel 4.29 Apakah barang yang di simpan di pegadaian syariah aman Sangat tidak setuju Tidak setuju Kurang setuju Setuju Sangat setuju
Frekuensi
Presentase %
0 9 15 48 28
0.0 9.0 15.0 48.0 28.0
83
Dapat diketahui pada tabel 4.5 bahwa 9 responden (9%) menyatakan tidak setuju sebanyak 15 responden (15%) menyatakan kurang setuju, 48 responden (48%) menyatakan setuju dan 28 responden (28%) menyatakan sangat setuju.
3) Biaya penyimpanan Tabel 4.30 Apakah biaya penyimpanan di pegadaian syariah cukup terjangkau
Frekuensi
Presentase %
Sangat tidak setuju
0
0.0
Tidak setuju
3
3.0
Kurang setuju
36
36.0
Setuju
51
51.0
Sangat setuju
10
10.0
Dapat diketahui pada tabel 4.6 bahwa 3 responden (3%) menyatakan tidak setuju, 36 responden (36%) menyatakan kurang setuju, menurut responden hal ini karena mereka melakukan gadai hanya karena bukan untuk menjadi kebiasaan tetapi hanya saat-saat terdesk keuangan saja. Sedangkan 51 responden (51%) menyatakan setuju dan 10 responden (10%) menyatakan sangat setuju dengan pernyataan ini.
84
4) Pencairan dana Tabel 4.31 Apakah proses pencairan dana Frekuensi Presentase % di pegadaian syariah cepat Sangat tidak setuju 0.0 0 Tidak setuju 3.0 3 Kurang setuju 27.0 27 Setuju 59.0 59 Sangat setuju 11.0 11 Dapat diketahui pada tabel 4.7 bahwa sebanyak 3 responden (3%) menyatakan tidak setuju, 27 responden (27%) menyatakan kurang setuju, 59 responden (59%) menyatakan setuju, dan 11 responden (11%) menyatakan sangat setuju dengan pernyataan ini.
5) Menyarankan orang lain Tabel 4.32 Apakah anda menyarankan orang lain untuk menggunakan jasa pegadaian syariah Sangat tidak setuju Tidak setuju Kurang setuju Setuju Sangat setuju
Frekuensi
Presentase %
0 4 36 49 11
0.0 4.0 36.0 49.0 11.0
Dapat diketahui pada tabel 4.8 bahwa sebanyak 4 responden (4%) menyatakan tidak setuju, 36 responden (36%) menyatakan kurang setuju, 49 responden (49%) menyatakan setuju, dan 11 responden (11%) menyatakan sangat setuju dengan pernyataan ini.
85
6. Kepuasan atas pelayanan Table 4.33 Apakah anda puas atas pelayanan dan keberadaan pegadaian syariah Sangat tidak setuju Tidak setuju Kurang setuju Setuju Sangat setuju
Frekuensi
Presentase %
0 3 26 57 14
0.0 3.0 26.0 57.0 14.0
Dapat diketahui pada tabel 4.8 bahwa sebanyak 3 responden (3%) menyatakan tidak setuju, 26 responden (26%) menyatakan kurang setuju, 57responden (57%) menyatakan setuju, dan 14 responden (14%) menyatakan sangat setuju dengan pernyataan ini.
C. Analisis Regresi Linier Berganda Table 4. 34 Hasil Analisis Regresi Berganda Adjusted R Std. Error of the Model R R Square Square Estimate 1 .616(a) .379 .367 2.40181 a Predictors: (Constant), Pelayanan Pegadaian, Lokasi b Dependent Variable: Minat Nasabah
Berdasarkan tabel di atas korelasi lokasi dan pelayanan dengan minat nasabah diperoleh angka R sebesar 0.616. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi pengaruh yang kuat dan searah. Sedangkan R Square (R2) menunjukkan koefisien determinasi pengaruh lokasi dan pelayanan terhadap minat nasabah diperoleh sebesar 0.379,
86
artinya persentase sumbangan sebesar 37,9%, sedangkan sisanya sebesar 62,1% dipengaruhi oleh variabel lain. Tabel 4.35 Hasil Uji F ANOVA(b) Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
Mean Square
df
342.226
2
171.113
559.564
97
5.769
F 29.662
Sig. .000(a)
99
901.790 a Predictors: (Constant), lokasi, pelayanan pegadaian b Dependent Variable: Minat nasabah
Untuk mengetahui apakah lokasi dan pelayanan mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak secara bersama-sama terhadap minat nasabah pegadaian syariah adalah sebagai berikut: 1. Menentukan hipotesis: Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara lokasi dan pelayanan secara bersama-sama terhadap minat nasabah. H1 : Ada pengaruh yang signifikan antara lokasi dan pelayanan secara bersama-sama terhadap minat nasabah.
2. Kriteria pengujian: Jika F hitung ≤ F tabel, maka Ho diterima. Jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak.
87
Dari hasil analisis pada tabel di atas diketahui bahwa nilai F hitung sebesar 29.662 dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%, α = 5 %,
df 1 (jumlah
variabel - 1) = 2 dan df 2 (n – k – 1) atau 100 – 2 – 1 = 97 maka dapat diketahui F tabel = 2.992. Karena F hitung > F tabel (29.662 > 2.992) dan signifikansi < 0.05 (0.000 < 0.05), maka H0 ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan lokasi dan pelayanan secara bersama-sama terhadap minat nasabah. Tabel 4.36 Hasil Uji t Coefficients(a) Model 1
(Constant) Lokasi Pelayanan
Unstandardized Coefficients B Std. Error 6.213 2.262 .384 .097 .128 .045
Standardized Coefficients Beta .399 .286
t 2.747 3.973 2.842
Sig. .007 .000 .005
a Dependent Variable: Minat nasabah
Untuk mengetahui apakah secara parsial lokasi dan pelayanan mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap minat nasabah adalah sebagai berikut: 1. Menentukan hipotesis: H0 : Secara parsial tidak ada pengaruh yang signifikan antara lokasi terhadap minat nasabah. H1 : Secara parsial ada pengaruh
yang signifikan lokasi terhadap
minat nasabah. H0 : Secara parsial tidak ada pengaruh yang signifikan pelayanan terhadap minat nasabah.
88
H1 : Secara parsial ada pengaruh yang signifikan pelayanan terhadap minat nasabah signifikan 2. Kriteria pengujian: Jika t hitung ≤ t tabel, maka H0 diterima. Jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak. 3. Berdasarkan signifikansi: Jika signifikansi > 0.05 maka H0 diterima. Jika signifikansi < 0.05 maka H0 ditolak. Pada koefisien pelatihan t hitung adalah 3.973 untuk mencari t tabel bisa dihitung pada tabel t-test, dengan α = 0.05, karena menggunakan hipotesis dua arah (uji 2 sisi), ketika mencari t tabel nilai α = 0.05 : 2 = 0.025, dengan derajat kebebasan (df) n – k – 1 atau 100 – 2 – 1 = 97 maka diperoleh untuk t tabel sebesar -1.987. Karena t hitung > t tabel (3.973 > - 1.987) dan signifikansi < 0.05 (0.012 < 0.05) maka H0 ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa secara parsial ada pengaruh yang signifikan lokasi terhadap minat nasabah. Sedangkan koefisien pengembangan t hitung adalah 7.990 untuk mencari t tabel bisa dihitung pada tabel t-test, dengan α = 0.05, karena mengggunakan hipotesis dua arah (uji 2 sisi), ketika mencari t tabel nilai α = 0.05 : 2 = 0.025, dengan derajat kebebasan (df) n – k – 1 atau 100 – 2 – 1 = 97 maka diperoleh untuk t tabel sebesar 1.987.
89
Karena t hitung > t tabel (2.842 > 1.987) dan signifikansi < 0.05 (0.000 < 0.05) maka H0 ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa secara parsial ada pengaruh yang signifikan pelayanan terhadap minat nasabah. D. analisis pengaruh lokasi terhadap minat nasabah Pengaruh lokasi terhadap minat nasabah dapat dilihat pada tabel 4.6 yaitu jarak pegadaian syariah dari jangkauan nasabah dari 100 responden 57 responden mengatakan bahwa lokasi pegadaian syariah mudah dijangkau dari tempat tinggal nasabah berarti ada pengaruh yang signifikan antara lokasi pegadaian syariah dengan minat nasabah dalam menggunakan jasa pegadaian syariah. Dan dalam tabel 4.7 dari 100 responden 52 responden mengataan lokasi pegadaian syaraih depok dijangkau dari jalan raya sangat mudah karena letaknya di jantung kota Depok. Ini menunjukkan bahwa lokasi berpengaruh secara signifikan terhadap minat nasabah dalam menggunakan jasa pegadaian sariah. E. analisis pengaruh pelayanan terhadap minat nasabah Pengaruh pelayanan pegadaian syariah terhadap minat nasabah dapat dilihat pada tabel 4.16 pegawai memberikan informasi dan pelayanan yang dibutuhkan nasabah dan dari 100 responden 66 responden mengatakan sangat setuju bahwa pegawai memberikan informasi dan pelayanan yang baik untuk nasabah, serta dapat dilihat pada tabel 4.18 yaitu penyediaan pelayanan oleh pegawai pegadaian syariah tepat waktu dapat di buktikan melalui jawaban respondeh, dari 100 responden 59 responden menyatakan sangat setuju bahwa pegawai dalam melayani nasabah tepat
90
waltu dan tidak memakan waktu yang lama dan terbukti dari pelayanan pegadaian syariah sangat mempengaruhi minat nasabah secara signifikan. Serta dalam menangani keluhan nasabah dapat di lihat pada tabel bahwa pegawai mengatasi keluhan nasabah dengan baik dari 100 responden 80 responden mengatakan sangat setuju bahwa penanganan keluhan yang ditangani oleh pegawai pegadaian syariah sangat baik.
F. Analisis minat nasabah Dapat dilihat pada tabel 4.28 sebanyak 68 responden dari 100 responden menyatakan bahwa penaksiran harga di pegadaia syariah cukup tinggi dan itu salah satu hal yang mempengaruhi minat nasabah dalam menggunakan jasa pegadaian syariah. Serta biaya penyimpanan yang terjangkau dapat dilihat pada tabel 4.30 dari 100 reponden 51 responden menyatakan setuju bahwa biaya penyimpanan di pegadaian syariah sangat terjangkau dan pelayanan yang di berikan oleh pegadaian syariah sangat baik kepada nasabah dan sangat mempengaruhi minat nasabah dalam menggunakan jasa pegadaian syariah.
G. Analisis Strategi Pelayanan Pegadaian Syariah Cabang Depok Dalam rangka menghadapi tuntutan pelanggan yang semakin kritis dan untuk menghadapi persaingan yang semakin meningkat, sebagai bentuk pelayanan di Perum Pegadaian Syariah Cabang Depok, maka pihak pegadaian syariah melakukan
91
beberapa hal untuk lebih mengenalkan produknya ke masyarakat serta meningkatkan pelayanan yang lebih baik dengan cara : 1) Membuka unit-unit pegadaian syariah dan memberdayakan seluruh unit kerja yang ada sesuai dengan struktur organisasi dan sesuai dengan pengembangan perusahaan. 2) Memberikan brosur ke tempat keramaian seperti pengajian ibu-ibu , tablig akbar serta acara yang mengundang banyak orang agar pegadaian syariah dapat dikenal oleh masyarakat. 3) Meningkatkan kualitas SDM dengan pendidikan dan pelatihan yang terpadu sesuai dengan kebutuhan pengembangan SDM, baik melalui program diklat internal maupun eksternal untuk mendukung organisasi berbasis kompetensi. 4) Mengefektifkan kinerja pegawai dengan melakukan reposisi pegawai berdasarkan beban kerja dan memenuhi jumlah tenaga kerja sesuai persyaratan jabatan, baik untuk mengembangkan organisasi maupun mengganti yang pensiun. 5) Menambah formasi pegawai, melakukan rekrutmen sesuai kebutuhan organisasi dan memanfaatkan kompetensi. Seperti menambah petugas khusus untuk menjaga kebersihan dan lokasi parkir.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan analisis dan pembahasan tentang pengaruh lokasi dan pelayanan pegadaian syariah terhadap minat nasabah pada Perum Pegadaian Syariah Cabang Depok dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Lokasi yang strategis dan mudah dijangkau sangat mempengaruhi minat nasabah dalam mengunakan jasa pegadaian syariah, serta lokasi pegadaian syariah dari jangkauan jalan raya mempermudah nasabah menemukan pegadaia syariah, meski ada diatara nasabah yang tinggal agak jauh dari pegadaian syariah cabang Depok, 2. Pelayanan pegadaian syariah sangat mempengaruhi minat nasabah di antaranya adalah pelayanan yang cepat serta ramah dan pegawai dapat memberikan informasi yang baik dan tepat kepada nasabah mengenai produk atau hal lainnya hal ini sangat mempengaruhi minat nasabah dalam menggunakan jasa pegadaian syariah. 3. Selain lokasi dan pelayanan pegadaian syariah yang mempengaruhi minat nasabah, adalah kecepatan dalam transaksi serta prosedur yang mudah dan bebas dari bunga yang mempengaruhi minat nasabah dalam menggunakan jasa pegadaian syariah. Dimana hal tersebut mempengaruhi minat nasabah dalam menggunakan jasa pegadian syariah.
92
93
4. Dalam mengenalkan produk serta jasa pegadain syariah, pegadaian syariah memiliki strategi dengan membuka unit-unit baru yang dekat dengan masyarakat serta memberikan brosur di tempat keramain seperti di pengajian, tablig akabar serta di acar keramaian lainnya agar pegadaian sayriah Depok dapt dikenal luas oleh masyarakat Depok khususnya dan masyarakat sekitar Depok pada umumnya.
B. SARAN Berdasarkan kesimpulan yang telah disebutkan diatas maka saran – saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut: 1. Pegadaian syariah Depok harus mempunyai tempat yang luas agar nasabah yang bertransaksi terasa nyaman. 2. Pegadaian syariah harus selalu mengevaluasi tingkat kinerja dan melakukan inovasi-inovasi pelayanan agar Pegadaian Syariah tetap menjadi Pegadaian Syariah yang mengutamakan pelayanan terbaik kepada nasabah. 3. Pegadaian syariah harus bisa menerima masukan dan saran dari nasabah agar lebih meningkatkan pelayanan kepada nasabah.
DAFTAR PUSTAKA
AL-Quran al-Karim.
Abdul Ghafur Anshori, Gadai Syariah Di Indonesia Konsep, Implementasi Dan Institusionalisasi, Edisi Pertama, Cetakan Pertama Gadjah Mada University Press , Yogyakarta 2006 hal 89 Bank Muamalat institute, Perbankan Syariah Perspektif Praktisi.(Jakarta;1999)hal.126. Budi W. Soetjipto, Sahala Harahap, dll, HR Excelllence 2007 Kisah Sukses para Kampiun SDM, (Jakarta: Salemba Empat, 2008), hal.168. Chuziamah T. Yanggo dan Hafiz Anshari, Problematika Hukum Islam Kontemporer, Edisi 3, LSIK, Jakarta: 1997. hal. 60 Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, edisi 2, cetakan 2, Lembaga Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta: 2001, hal. 501-502 Data didapatkan dari wawancara dengan kepala cabang Pegadaian Syariah Cabang Depok, yaitu Bapak Agus SE, Jakarta, Februari, 2010. Dwi Priyatno, 5 Jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17, (Yogyakarta: ANDI, 2008), hal.172. Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran Andi Ofsert Yogyakarta 2000 hal: 41- 43 Hadits riwayat Muslim, lihat: Shahih Bukhari, Juz 7 Bab Nabi Saw Berjual Beli, hal: 231. Hadits riwayat Muslim, lihat: Shahih Muslim, Juz 8 Bab Jaminan , hal :306. Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yoyakara;Adipura,2003), Cet Ke-1, hal 157. Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi 6, Cetakan 6. Pt RajaGrafindo Persada, Jakarta: 2002, hal.246. Manulang, Manajemen Personalia ,Ghalia Indonesia Medan 1991 hal: 41 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Cetakan 1, Kerjasama Gema Insani Press dengan Tazkia Institute, GIP, Jakarta: 2001. hal. 128. Prof.Dr. Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, (Bandung, Alfabeta, 2007), hal.61.
Rambat lupoiadi, Manajemen Pemasaran Jasa Teori Dan Praktek , Salemba Empat, Jakarta 2001 hal: 61-62 Sasli Rais, Pegadaian Syariah: Konsep dan Sistem Operasional cetakan pertama, UI-Press, Jakarta 2005 hal 135 Shanto, J.William , Prinsip – Prinsip Pemasaran Erlangga, Jakarta 1996 hal: 165 Sriyadi, Bisnis Manajemen Perusahaan Modern Ikip Press , Semarang 1991 hal: 60 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta, Rineka Cipta, 1998), hal.117. Website: Http://www.EraMuslim.com 20 Desember 2009 Http://www.Sinar Harapan.co.id . 15 Desember 2009
LEMBAR KUISIONER Terima kasih sebelumnya penulis ucapkan atas kesediaan Bpk./Ibu/Saudara/I untuk mengisi kuisioner ini. Kuisioner ini sangat berguna bagi penulis sebagai bahan penelitian dalam penulisan yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan skripsi. Penulis mengharapkan agar dalam pengisian kuisioner ini benar-benar sesuai dengan pendapat dan hati nurani anda. Terima kasih atas kerja samanya.
A. Petunjuk Berikan tanda silang () pada jawaban yang telah disediakan.
I. Data Pribadi Nasabah Nama
: ………………………………………………………………………..
Alamat
: ……………………………………………………………………….. .………………………………………………………………………..
Jenis Kelamin
:
Pria
Wanita
Pendidikan Terakhir
:
SD
Diploma (1 / 2)
SMP / Tsanawiyah
Diploma (3 / BA)
SMA / Aliyah
Sarjana (S1/S2/S3)
Belum Menikah
Duda / Janda Mati
Menikah
Duda / Janda Cerai
Dosen
PNS
Guru
Dokter
Pengusaha
Hakim
Pedagang
Pelajar / Mahasiswa
Karyawan Swasta
Ibu Rumah Tangga
Petani
Lain- lain
< Rp. 25 Ribu
Rp. 1 Juta-2,5 Juta
Rp. 250 Ribu-500 Ribu
Rp. 2,5 Juta-5 Juta
Rp. 500 Ribu-1 Juta
> Rp. 5 Juta
Status Nikah
Pekerjaan
Penghasilan / Bulan
:
:
:
II
Pertanyaan - pertanyaan Pelayanan Pegadaian Syariah Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang tersedia dalam menjawab pertanyaan berikut. Keterangan Pilihan Jawaban: Sangat Setuju SS S
Setuju
KS
Kurang Setuju
TS
Tidak Setuju
STS
Sangat Tidak Setuju PERTANYAAN
No. 1 2 3 4 No. 1 2 3 No. 1 2 3
No. 1 2 3 4 No. 1 2
PENILAIAN
A. TANGIBLES Interior dan penataan ruang yang menarik Pegawai selalu menjaga kerapihan dan kebersihan ruangan Suasana tempat yang nyaman dan menyenangkan Lokasi yang aman dan nyaman
SS
S
KS
TS
STS
B. RELIABILITY Pegawai memberikan informasi dan pelayanan yang dibutuhkan nasabah Pegawai mengetahui produk unggulan yang ditawarkan di Pegadaian Syariah Penyediaan pelayanan yang tepat waktu C. RESPONSIVENESS Pegawai melayani nasabah dengan sigap dan cepat Pegawai responsif terhadap keinginan dan kebutuhan nasabah Pegawai menyampaikan informasi pelayanan dengan baik
SS
S
KS
TS
STS
SS
S
KS
TS
STS
D. ASSURANCE Kemampuan pegawai atas pengetahuan terhadap produk sangat tepat Adanya kerapihan dan kesopanan pegawai dalam memberikan pelayanan Pegawai memiliki kemampuan memberikan keamanan dalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan Adanya kepercayaan nasabah terhadap pegadaian syariah khususnya pada jasa yang ditawarkan E. EMPATHY
SS
S
KS
TS
STS
SS
S
KS
TS
STS
Pegawai mengatasi keluhan nasabah dengan baik Pegawai menyambut kedatangan nasabah dengan baik
III.
Pertanyaan-pertanyaan tentang lokasi pegadaian syariah dari jangkauan nasabah Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang tersedia dalam menjawab pertanyaan berikut. Keterangan Pilihan Jawaban: Sangat Cukup Mudah Mudah SS SM CM M
Mudah
S
Sulit
PERTANYAAN No.
Lokasi Lokasi pegadaian syariah dari jangkauan nasabah
2
Lokasi pegadaian syariah dijangkau dari jalan raya
3
Lokasi pegadaian syariah dilihat dari jalur transportasi
4
Lokasi pegadaian syariah dijangkau angkutan umum
5
Jarak pemberhentian angkutan umum dengan pegadaian syariah Penggunaan angkutan umum
6
PENILAIAN SM
1
Sangat Sulit
M
CM
S
SS
TS
STS
IV Pertanyaan - pertanyaan Tentang Minat Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang tersedia dalam menjawab pertanyaan berikut. Keterangan Pilihan Jawaban: Sangat Setuju SS S
Setuju
KS
Kurang Setuju
TS
Tidak Setuju
STS
Sangat Tidak Setuju PERTANYAAN
No.
Minat
1
Apakah penaksiran harga di pegadaian syariah tinggi
2
Apakah barang yang di simpan di pegadaian syariah aman
3
Apakah biaya penyimpanan di pegadaian syariah cukup terjangkau
4
Apakah proses pencairan dana di pegadaian syariah cepat
5
Apakah anda menyarankan orang lain untuk menggunakan jasa
6
Apakah anda puas atas pelayanan dan keberadaan pegadaian syariah
PENILAIAN SS
S
KS