STRATEGI PEMASARAN DAGING SAPI KE RUMAH MAKAN DI KOTA BOGOR
Oleh: FIMA FIRDAUS FIRMAN F34104042
2009 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
STRATEGI PEMASARAN DAGING SAPI KE RUMAH MAKAN DI KOTA BOGOR
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh FIMA FIRDAUS FIRMAN F34104042
2009 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
STRATEGI PEMASARAN DAGING SAPI KE RUMAH MAKAN DI KOTA BOGOR
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Oleh FIMA FIRDAUS FIRMAN F34104042
Dilahirkan pada tanggal 7 Agustus 1986 di Bogor, Jawa Barat
Tanggal Lulus: 2 Februari 2009
Menyetujui, Bogor, 2 Februari 2009
Ir. Faqih Udin, MSc Pembimbing I
Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc Pembimbing II
FIMA FIRDAUS FIRMAN. F34104042. Strategi Pemasaran Daging Sapi ke Rumah Makan di Kota Bogor. Di bawah bimbingan Faqih Udin dan Jono M. Munandar. 2009 RINGKASAN
Bahan pangan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Indonesia yang memiliki jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia setelah Cina,India, dan AS tentunya memiliki kebutuhan pangan yang sangat besar. Salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam mencukupi kebutuhan gizi masyarakat Indonesia dan termasuk komoditas ekonomi yang mempunyai nilai sangat strategis adalah daging sapi. Rumah makan sebagai konsumen bisnis yang menggunakan bahan baku daging sapi, memiliki tingkat kebutuhan daging sapi yang lebih besar dan kontinu dibanding konsumen rumah tangga biasa sehingga sangat potensial untuk dijadikan target pemasaran daging sapi. Kota Bogor merupakan salah satu wilayah penunjang Ibukota Negara (Jakarta) yang memiliki letak strategis untuk menunjang perkembangan kegiatan ekonomi khususnya dalam bidang jasa. Penduduk Kota Bogor memiliki tingkat konsumsi pangan yang cukup tinggi dan merupakan tingkat konsumsi terbesar ke3 di Provinsi Jawa Barat dengan tingkat konsumsi daging sapi yang cukup tinggi pula. Trend dan gaya hidup masyarakat perkotaan khususnya di Kota Bogor menuntut waktu dan tenaga yang lebih besar terutama untuk melakukan pekerjaan. Hal ini menjadikan masyarakat cenderung memiliki kebiasaan untuk makan di luar rumah, seperti rumah makan. Jumlah rumah makan di Kota Bogor sendiri mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Sementara itu, di Kota Bogor, terdapat banyak pasar tradisional dan hanya satu pasar pejagalan (Rumah Pemotongan Hewan/RPH) sebagai tempat utama suplai daging bagi rumah makan. Dalam beberapa tahun terakhir bermunculan pasar-pasar modern yang turut menambah persaingan dalam bisnis daging sapi. Namun, munculnya isu-isu mengenai daging sapi tradisional seperti isu daging sapi busuk dan daging sapi gelonggongan yang dijual di pasaran dapat mempengaruhi persepsi konsumen (rumah makan) terhadap kualitas daging sapi yang dijual di ketiga tempat penjualan tesebut dan membuat konsumen lebih berhati-hati dalam melakukan pembelian daging sapi. Pengetahuan mengenai apa yang dipikirkan konsumen mengenai kualitas suatu produk merupakan hal yang sangat penting. Persepsi konsumen terhadap suatu produk akan turut menentukan apakah konsumen akan membeli produk atau tidak. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis karakteristik rumah makan dan proses pengambilan keputusan dan pembelian daging sapi oleh rumah makan; menganalisis persepsi rumah makan terhadap daging sapi yang dijual di pasar pejagalan, pasar tradisional, dan pasar modern; menyusun strategi produk, harga, promosi dan distribusi pemasaran daging sapi ke rumah makan di Kota Bogor. Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor dengan responden rumah makan. Pemilihan lokasi dilakukan secara terencana dengan mempertimbangkan potensi Kota Bogor yang besar sebagai tempat pemasaran daging sapi, serta rumah makan sebagai konsumen daging sapi yang memiliki pola konsumsi yang besar dan berlangsung kontinu. Penelitian dilakukan pada bulan April 2008 hingga Juli 2008. Penarikan sampel dilakukan dengan teknik Convenience Sampling yaitu
sampel dipilih karena berada pada tempat dan waktu yang tepat, serta berdasarkan kesediaannya menjadi responden. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 60 rumah makan. Data dalam penelitian ini berupa data pimer yaitu kuisioner serta hasil wawancara dan data sekunder yang diperoleh dari buku, majalah, internet, penelitian terdahulu, instansi terkait dan sumber-sumber lain. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif untuk mendeskripsikan karakteristik dan perilaku pengambilan keputusan pembelian responden; uji koefisien korelasi Rank Spearman untuk uji validitas kuesioner; uji Cronbach alfa untuk uji reliabilitas kuesioner; serta Multidimension Scaling (MDS) untuk menentukan persepsi responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumah makan di Kota Bogor memiliki beberapa karakteristik umum yaitu termasuk ke dalam jenis Rumah Makan Padang, telah berusaha selama lebih dari tujuh tahun, memiliki pendapatan rata-rata per bulan di atas Rp10.000.000, dan membuat olahan daging sapi berupa rendang. Dalam proses pengambilan keputusan, sebagian besar rumah makan melakukan pembelian daging sapi karena dipicu oleh rangsangan internal yaitu karena kehabisan persediaan daging sapi (bahan baku). Atribut daging sapi yang paling dipertimbangkan rumah makan dalam melakukan pembelian daging sapi adalah atribut kelengkapan bagian daging, tingkat kesegaran, dan harga. Daging sapi yang biasa digunakan sebagian besar rumah makan merupakan jenis daging segar dan bagian daging has. Sebagian besar rumah makan mendapatkan sumber informasi berdasarkan pengalaman pribadi dan langsung dari penjual. Hampir semua rumah makan membeli daging sapi di pasar tradisional, terutama di Pasar Bogor dan Pasar Anyar dengan alasan karena sudah lama berlangganan. Sebagian besar rumah makan melakukan pembelian setiap hari dengan jumlah pembelian sebanyak satu sampai lima kilogram setiap kali membeli. Hampir semua rumah makan melakukan pembelian dengan cara langsung datang ke penjual dan melakukan pembayaran secara tunai. Berdasarkan analisis persepsi rumah makan, daging sapi yang dijual di pasar pejagalan memiliki tingkat kesegaran yang baik, ketersediaan daging yang lengkap, semuanya merupakan daging sapi segar dan berasal dari dalam negeri (lokal). Daging sapi yang dijual di pasar tradisional dinilai memiliki tingkat kesegaran yang baik, tingkat kekenyalan yang baik, ketersediaan daging yang lengkap, serta harga yang murah. Sedangkan daging sapi yang dijual di pasar modern dianggap tidak memiliki keunggulan apapun dibandingkan kedua jenis pasar lainnya. Namun, daging sapi yang dijual di pasar modern masih dapat mencapai tingkat lemak, tingkat serat, dan kejelasan sertifikasi yang cukup baik. Daging sapi yang dijual di pasar pejagalan dan pasar tradisional saling bersaing satu sama lain. Persaingan terutama terjadi dalam hal harga, tingkat kesegaran, tingkat kekenyalan, tingkat lemak, tingkat serat, dan kejelasan sertifikasi. Bagi para pendatang baru yang akan merintis bisnis daging sapi ke rumah makan, pesaing utamanya adalah pasar tradisional. Untuk menembus pemasaran daging sapi ke rumah makan diperlukan strategi bauran pemasaran yang terdiri atas strategi produk, harga, distribusi atau saluran pemasaran, dan promosi atau komunikasi pemasaran. Strategi produk yang dilakukan adalah dengan memberikan nama Aruna Beef sebagai merek utama daging sapi, menjual tiga macam daging sapi yang berbeda (reguler,
sekunder, dan khusus, menerapkan pengemasan vakum dalam ukuran kecil, melakukan pelabelan, serta sistem pembayaran berjangka dan delivery order. Pada strategi harga dilakukan stratifikasi harga terhadap masing-masing daging sapi yang dijual. Dalam strategi distribusi, digunakan saluran pemasaran nol-tingkat serta motor dan cooler box sebagai alat transportasi. Strategi promosi adalah dengan menyebarkan dan menempelkan brosur dan leaflet di Pasar Anyar dan Pasar Bogor, memasang iklan di Koran Radar Bogor dan Jurnal Bogor, memberlakukan sampel gratis, diskon, bonus, dan garansi, serta menjual produk melalui personal selling.
FIMA FIRDAUS FIRMAN. F34104042. Marketing Strategy of Beef to Restaurants in Bogor City. Supervised by Faqih Udin and Jono M. Munandar. 2009
SUMMARY Food is a fundamental need for human being. Indonesia as the 4th biggest of density population in the world after China, India, and USA surely has highly level of food consumptions. One of them that is mostly important is a beef. A restaurant as business community has higher beef consumption and continuity than household consumption, so that is potential to be a purpose of beef marketing. Bogor city is a region that has economically strategic location near to Jakarta as the capital city, especially in service aspect. Bogor has highly level of food consumption and become the 3rd biggest of its consumption level in West Java with the beef consumption as high as. The trend and life style of its society especially in the cities have a big portion to do work more in their time and energy. So they have a habit to buy food outside home, like restaurant. The number of restaurants in Bogor city has been increasing year after year. In Bogor city, there are many traditional market and has mainly one butchery marketplace (Butchery House) for restaurants beef supply. At the latest year, modern market has been emerging in Bogor. But, the issues of putrescent beef and nubbling beef in traditional market can affect perception of consumers to the beef quality. The information make consumers more aware to the product. The knowledge of consumer perception of the quality is important. It also determine whether buy the product or not. The purpose of this research are to analyze restaurants and the decision making process in buying beef by the restaurants in Bogor city; to analyze perception of restaurants in Bogor city to the beef sold at butchery house, traditional market, and modern market; to arrange product, price, promotion, and distribution of beef to the restaurants in Bogor city. This research held in Bogor city with the respondent are restaurants. The place determination is deliberately determined by the author, considering to potential beef market in Bogor and also its consumption are continuous and high. This research was carried out on April 2008 till July 2008. Sample was put by Convenience Sampling technique that is at represented location and time, and also its availability of respondents. The sample used are 60 samples. Data of this research are primary data (questioner and interview) and secondary data (literatures, magazines, internet, latest research journal, and else). The tools of its analysis are descriptive analysis to describe respondents behavioral and characteristic in buying beef; Spearman Rank test to examine questioners validity; Cronbach Alfa test to examine reliability of the questioner; and Multidimensional Scaling (MDS) to determine respondents perception. This research result that restaurants in Bogor city have some common characteristics, they are Padang Restaurant that have been going on 7 years, had mean of income per month over Rp 10.000.000,- and processed them in rendang. In taking decision process, most of restaurants bought beef in reason by internal stimulus; there are the part of beef, the freshness, and the price. The art of beef that is usually used are fresh beef and the part has of beef. Mostly restaurants got some beef market information based on personal experience and directly come from the seller. Almost restaurants bought the beef at traditional market, mainly at
Pasar Bogor and Pasar Anyar in reason by they had intently bought them there. Almost restaurants bought beef as much 1 to 5 kilograms in every bought. Almost restaurants directly bought beef to the seller and in cash paid. Respondent percept that beef sold at Butchery House had the best freshness, completely part of beef, and also they all fresh and came from domestic farm. The beef sold at traditional market percept by respondent were having good freshness, completely part of beef, good toughness, and also the low price. Meanwhile the beef sold at modern market percept by respondent were not having any special quality than other market. But they still can reach some achievement in fat, smooth fiber, halal label and clearly admission from Health Department. The beef sold at Butchery House market generally more superior than traditional market and modern market. But the beef sold at traditional market can still compete that superiority, particularly in price, freshness, toughness, fat level, fibre level, and clear sertification. Mix marketing strategy that recommended consist of product, price, promotion and distribution. Strategy for product are giving brand name; selling three different brand (regular, secondary, and special); applying vacum package in small size; labelling, applying long term payment, and delivery order system. Price strategy are doing price stratification for each brand. Distribution strategy are making zero level distribution channel; and using motorcycle and cooler box as mean of transportation. And strategy for promotion are distributing and attaching brochures and leaflet at Anyar Tradisional Market, Bogor Tradisional Market and restaurants; advertise product at Jurnal Bogor and Radar Bogor newspaper, giving free sample; put in discount, bonus, and warranty; and doing personal selling.
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul: STRATEGI PEMASARAN DAGING SAPI KE RUMAH MAKAN DI KOTA BOGOR adalah hasil karya saya sendiri, dengan arahan dosen pembimbing. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, 10 Februari 2009
Fima Firdaus Firman F34104042
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Fima Firdaus Firman, dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 7 Agustus 1986 sebagai anak kedua dari empat bersaudara keluarga Bapak Firman Dolly dan Ibu Nenti Rizawati Romli. Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SDN Gunung Batu 2 Bogor (1992-1994) dan SDN Pengadilan 3 Bogor (1994-1998). Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 4 Bogor (1998-2001). Pada tahun 2001, penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 5 Bogor dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur PMDK (Penelusuran Minat dan Kemampuan). Selama di IPB, penulis menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri Pertanian (HIMALOGIN), asisten praktikum Mata Kuliah Penerapan Komputer (2006), dan mendapatkan beasiswa Student Equity (BATCH) (20042008). Kegiatan Praktek Lapang dilakukan penulis pada tahun 2007 di PT. Saung Mirwan, Bogor, Jawa Barat untuk mempelajari aspek QFD (Quality Functional Deployment) dalam penanganan bunga pot dan sayuran segar. Pengalaman kerja, penulis peroleh sebagai staf pengajar pada Bimbingan Belajar SMART dan translator dalam proyek konversi modul E-Learning dari Balai Pustaka. Selain itu, penulis juga aktif di kegiatan luar kampus dengan melakukan wirausaha penjualan baju (2005 - 2007), penjualan daging sapi (2008 sekarang), kredit telepon seluler (2008-sekarang).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas segala rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, para keluarganya, sahabatnya, hingga pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Penulisan skripsi yang berjudul Strategi Pemasaran Daging Sapi ke Rumah Makan di Kota Bogor ini merupakan pemenuhan salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Teknologi Pertanian dari Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berisi informasi mengenai perilaku dan persepsi rumah makan di Kota Bogor terhadap daging sapi khususnya yang dijual di pasar pejagalan, pasar tradisional, dan pasar modern, serta rekomendasi bauran pemasaran yang dapat dilakukan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari kerjasama dan bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu, ada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Ir. Faqih Udin, MSc dan Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc sebagai dosen pembimbing skripsi yang selalu meluangkan waktu di sela-sela kesibukan beliau dan selalu sabar dalam memberi bimbingan, masukan dan dorongan yang berharga bagi penulis.
2.
Dr. Ir. Yandra Arkeman, MEng sebagai dosen penguji yang telah memberikan kontribusi pemikiran dan masukan untuk perbaikan skripsi penulis menjadi lebih baik.
3.
Papa, Mama, Mang Ujang, dan Mang Iwan yang telah bersedia membagi wawasannya mengenai kualitas, penjualan, dan pengolahan daging sapi.
4.
Rizki Amelia, SP yang telah membantu penulis secara aktif mulai dari awal hingga akhir penelitian.
5.
Semua pihak lain yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini namun tidak dapat penulis tuliskan satu per satu di sini.
i
“Tak ada gading yang tak retak” sehingga penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan sehingga diperlukan saran untuk perbaikan agar menjadi lebih baik. Semoga hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat memberikan dukungan kontribusi pemikiran bagi semua pihak-pihak yang membutuhkannya.
Bogor, 10 Februari 2009
Penulis
ii
DAFTAR ISI halaman KATA PENGANTAR .......................................................................................... i DAFTAR ISI ......................................................................................................iii DAFTAR TABEL ............................................................................................... v DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... vii I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ......................................................................................... 1 B. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5 C. Kegunaan Penelitian ................................................................................. 5 D. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian ..................................................... 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Daging Sapi 1. Definisi dan Jenis Daging.................................................................... 7 2. Kualitas Daging .................................................................................. 7 3. Penanganan Pasca Pemotongan Sapi ................................................... 9 B. Pasar 1. Pasar Pejagalan ................................................................................. 12 2. Pasar Tradisional............................................................................... 12 3. Pasar Modern .................................................................................... 13 C. Rumah Makan ........................................................................................ 14 D. Konsumen Bisnis 1. Ciri-ciri Konsumen Bisnis ................................................................. 14 2. Proses Keputusan Pembelian Konsumen Bisnis................................. 16 E. Persepsi .................................................................................................. 17 F. Multidimensional Scaling (MDS) ........................................................... 17 G. Bauran Pemasaran 1. Produk .............................................................................................. 18 2. Harga ................................................................................................ 19 3. Tempat/Distribusi ............................................................................. 20 4. Promosi............................................................................................. 20
iii
H. Penelitian Terdahulu 1. Penelitian Mengenai Daging Sapi...................................................... 21 2. Penelitian Mengenai Perilaku Konsumen Serta Bauran Pemasaran .................................................................... 22 III. METODE PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 26 B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 27 C. Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 27 D. Metoda Pengambilan Sampel ................................................................. 27 E. Analisis Pengolahan Data 1. Analisis Deskriptif ............................................................................ 28 2. Uji Koefisien Korelasi Rank Spearman ............................................. 29 3. Uji Cronbach Alfa ............................................................................. 29 4. Multidimension Scaling (MDS) ......................................................... 30 F. Tahapan Penelitian ................................................................................. 32 IV. GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR ...................................................... 34 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Umum Rumah Makan ....................................................... 37 B. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Daging Sapi Oleh Rumah Makan .................................................................................................... 39 C. Analisis Persepsi Rumah Makan Terhadap Daging Sapi ......................... 47 D. Bauran Pemasaran 1. Produk .............................................................................................. 50 2. Harga ................................................................................................ 55 3. Disribusi ........................................................................................... 56 4. Promosi............................................................................................. 57 VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................................ 62 B. Saran ...................................................................................................... 64 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 65 LAMPIRAN ...................................................................................................... 69
iv
DAFTAR TABEL halaman Tabel 1. Rata-rata Konsumsi Energi Per Kapita Sehari Menurut Kelompok Pangan Tahun 1999, 2002-2006 (kkal)................................................................ 1 Tabel 2. Pengeluaran Rata-Rata Per Kapita Sebulan Untuk Kelompok Barang Pangan Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2007 .................. 3 Tabel 3. Data Perkembangan Rumah Makan di Kota Bogor 2002-2008 ............... 3 Tabel 4. Perkembangan Jumlah Pasar di Kota Bogor Tahun 2001-2004 ............... 4 Tabel 5. Tipe-tipe Pembelian Oleh Konsumen Bisnis ......................................... 16 Tabel 6. Bobot Evaluasi Nilai Stress .................................................................. 33 Tabel 7. Jumlah Penduduk Kota Bogor Per Kecamatan Tahun 2007 .................. 38 Tabel 8. Jenis Rumah Makan ............................................................................ 37 Tabel 9. Rentang Waktu Usaha Rumah Makan ................................................. 38 Tabel 10. Pendapatan per Bulan Rumah Makan ................................................ 38 Tabel 11. Olahan Daging yang Biasa Dibuat Rumah Makan ............................. 39 Tabel 12. Alasan Pembelian yang Dilakukan Responden .................................. 39 Tabel 13. Fokus Atribut Daging Sapi yang Dipertimbangkan Oleh Responden Ketika Melakukan Pembelian ............................................................. 40 Tabel 14. Jenis Daging Sapi yang Biasa Dikonsumsi Responden ....................... 41 Tabel 15. Bagian Daging yang Biasa Dikonsumsi Responden ........................... 42 Tabel 16. Sumber Informasi Responden dalam Membeli Daging Sapi ............... 43 Tabel 17. Tempat Responden Membeli Daging Sapi .......................................... 43 Tabel 18. Alasan Responden Membeli Daging Sapi di Pasar Tradisional ........... 44 Tabel 19. Pasar Tradisional Tempat Responden Membeli Daging Sapi .............. 44 Tabel 20. Rutinitas Pembelian Daging Sapi Oleh Responden ............................. 45 Tabel 21. Jumlah Pembelian Daging Sapi Oleh Responden ............................... 45 Tabel 22. Cara Pembelian yang Dilakukan Responden ...................................... 46 Tabel 23. Cara Pembayaran yang Dilakukan Responden .................................... 46 Tabel 24. Stratifikasi Harga dalam Bauran Pemasaran ....................................... 56 Tabel 25. Bonus dalam Bauran Promosi ............................................................. 60
v
DAFTAR GAMBAR halaman Gambar 1. Diagram Alir Proses Penanganan Pasca Pemotongan Sapi .................. 9 Gambar 2. Tujuh Komponen dalam Bauran Pemasaran ...................................... 18 Gambar 3. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 28 Gambar 4. Diagram Alir Penelitian .................................................................... 33 Gambar 5. Perceptual Map Responden .............................................................. 47 Gambar 6. Diagram Ular Semantic Differential .................................................. 48
vi
DAFTAR LAMPIRAN halaman Lampiran 1. Bagian Daging Sapi........................................................................ 69 Lampiran 2. Kuisioner Penelitian ....................................................................... 70 Lampiran 3. Validitas Kuesioner ........................................................................ 74 Lampiran 4. Reliabilitas Kuesioner .................................................................... 75 Lampiran 5. Koordinat Sumbu X MDS per Responden ...................................... 76 Lampiran 6. Koordinat Sumbu Y MDS per Responden ...................................... 78 Lampiran 7. Rata-rata Koordinat Sumbu X dan Y, Nilai Stress, serta RSQ MDS ............................................................................. 80 Lampiran 8. Perumusan Skala dan Skor Semantic Differential ........................... 81 Lampiran 9. Peta Kota Bogor ............................................................................. 82
vii
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap manusia. Berbagai macam bahan pangan yang berasal dari hewan maupun tumbuhan telah dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan gizi dan energi agar dapat bertahan hidup. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia. Dengan jumlah penduduk lebih dari 220 juta orang, kebutuhan pangan penduduk Indonesia tentu saja sangat besar. Berdarkan data Badan Pusat Statistik, tingkat konsumsi penduduk Indonesia menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat dari tahun ke tahun, seperti yang terlihat dalam Tabel 1 berikut. Tabel 1. Rata-rata Konsumsi Energi Per Kapita Sehari Menurut Kelompok Pangan Tahun 1999, 2002-2006 (kkal)1 No
Komoditas
1 2 3
Padi-padian Umbi-umbian Ikan
4 5 6 7 8 9 10 11 12
Daging Susu dan telur Sayuran Kacang-kacangan Buah-buahan Minyak dan Lemak Bahan minuman Bumbu-bumbuan Pangan dan minuman lain Pangan dan minuman jadi Minuman beralkohol Tembakau dan Sirih
13 14 15
TOTAL
1999 (kkal) 1 066,50 60,73 36,04
Tahun 2002 2003 2004 (kkal) (kkal) (kkal) 1 039,91 1 035,07 1 024,08 55,43 55,62 66,91 42,53 46,91 45,05
2005 (kkal) 1 009.13 56,01 47,59
2006 (kkal) 992,93 51,08 44,56
20,07 24,39 32,28 52,4 32,71 205,9 103,35 15,42 28,76
35,01 39,63 37,44 71,66 40,75 246,66 120 18,28 41,66
41,71 37,83 40,95 63,93 42,75 241,7 115,54 15,89 39,6
39,73 40,47 38,8 62,24 41,61 236,67 114,75 16,41 40,16
41,45 47,17 38,72 69,97 39,85 241,87 110,73 19,25 52,84
31,27 43,35 40,2 64,42 36,95 234,5 103,69 18,81 48,14
170,78
198,09
212,31
219,09
233.08 *)
216.83 *)
0,09 0,09 1 987,13 1 989,89
0,09 1 986,06
2 007.65
1 926.74
0,04 1 849,36
Ketetrangan: *) Termasuk minuman beralkohol 1
http://www.bps.go.id/sectorconsumpexptable5.shtml\Consumption & Expenditure Statistics.mht Situs resmi Badan Pusat Statistik (diakses tanggal 6 Maret 2008)
1
Salah satu bahan pangan yang dikonsumsi masyarakat adalah daging sapi. Daging sapi merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, serta merupakan komoditas ekonomi yang mempunyai nilai sangat strategis. Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian2, meskipun saat ini rata-rata konsumsi daging sapi masyarakat Indonesia masih relatif rendah (sekitar 1,75 kg/kapita/tahun), namun konsumsi daging sapi (<2 kg/kapita/tahun) masih belum dapat dipenuhi dari pasokan dalam negeri. Hal ini disebabkan laju peningkatan permintaan tidak dapat diimbangi oleh pertambahan populasi ternak sapi. Dengan jumlah penduduk tahun 2005 mencapai sekitar 220 juta jiwa, total kebutuhan daging sapi domestik berarti mencapai 384,81 ribu ton. Sementara itu, total produksi daging sapi dalam negeri hanya mencapai 271,84 ribu ton, sehingga masih ada kekurangan sekitar 112,97 ribu ton atau 29,36 persen dari total kebutuhan dalam negeri. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah memasukkan komoditas daging sapi sebagai salah satu produk yang dikembangkan dalam Rencana Aksi Ketahanan Pangan 2005-2010. Hal ini mendorong pemerintah untuk membuat kebijakan yang mendukung agribisnis daging sapi, mulai dari subsistem hulu hingga sub sistem hilir. Salah satu kegiatan operasionalnya adalah meningkatkan efisiensi, higienitas, dan daya saing dalam pegolahan daging sapi dan jerohan berdasarkan preferensi permintaan dan keinginan konsumen. Salah satu wujud kegiatannya adalah dengan mengembangkan pemasaran daging sapi berdasarkan keinginan dan preferensi konsumen baik konsumen akhir ataupun konsumen bisnis. Kota Bogor merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat terutama masyarakatnya. Sebagai salah satu kota penopang DKI Jakarta yang merupakan ibu kota Negara, Bogor terus mengalami perkembangan terutama dalam hal trend dan gaya hidup masyarakat yang tentu saja menyebabkan perubahan tingkat dan pola konsumsi penduduk Kota Bogor. Dalam hal tingkat konsumsi, penduduk Kota Bogor memiliki tingkat konsumsi yang cukup tinggi dibandingkan kota atau kabupaten lain di sekitarnya. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 2, bahwa Kota Bogor memiliki tingkat konsumsi pangan terbesar ke tiga di provinsi Jawa Barat setelah Kota Sukabumi dan Kota Depok. 2
BPPT. 2005. Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan 2005-2010. www.deptan.go.id. Situs resmi Departemen Pertanian Republik Indonesia (diakses tanggal 6 Maret 2008)
2
Tabel 2. Pengeluaran Rata-Rata Per Kapita Sebulan Untuk Kelompok Barang Pangan Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2007 (Rupiah) Kabupaten/Kota Kota Sukabumi Kota Depok Kota Bogor Kota Cimahi Kabupaten Bekasi
Pangan 255558 250414 249624 245556 235745
Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, 2008
Trend dan gaya hidup masyarakat khususnya di perkotaan menuntut waktu dan tenaga yang lebih besar terutama untuk melakukan pekerjaan. Hal ini menjadikan masyarakat cenderung memiliki kebiasaan untuk makan di luar rumah, seperti rumah makan. Rumah makan merupakan salah satu industri jasa penyedia makanan yang menggunakan daging sapi sebagai salah satu bahan baku untuk membuat masakan. Perkembangan jumlah rumah di Kota Bogor mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Data Perkembangan Rumah Makan di Kota Bogor 2002-2008 Tahun 2002* 2003* 2004* 2005* 2007** 20083 Sumber:
Jumlah Unit Rumah Makan 161 178 124 136 175 264
* BPS Kota Bogor, 2006 ** Dinas Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor Tahun 2007
Rumah makan memiliki tingkat konsumsi bahan pangan daging sapi yang lebih besar dan kontinu dibanding konsumen rumah tangga. Rumah makan juga merupakan suatu konsumen bisnis yang tentunya memiliki perilaku yang berbeda dari konsumen rumah tangga. Pola konsumsi, pengambilan keputusan, dan kebutuhan rumah makan juga berbeda dengan konsumen rumah tangga. Di Kota Bogor, terdapat tiga tempat pembelian daging sapi yang umumnya dikenal masyarakat, yaitu pasar pejagalan (Rumah Pemotongan Hewan/RPH), pasar tradisional, dan pasar modern. Dalam beberapa tahun 3
www.kotabogor.com, merupakan situs resmi Pemerintah Kota Bogor (diakses tanggal 6 Maret 2008)
3
terakhir, jumlah pasar modern terus bertambah banyak, seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 4. Tabel 4. Perkembangan Jumlah Pasar di Kota Bogor Tahun 2001-20044 Jenis Pasar Pasar Tradisional Pasar Modern
Tahun 2001 11 8
2002 12 11
2003 13 8
2004 11 24
Saat ini, mulai bermunculan pula isu-isu mengenai daging sapi yang dijual di pasar pejagalan dan pasar tradisional seperti isu daging sapi busuk dan daging sapi gelonggongan. Semua hal tersebut akan mempengaruhi persepsi para pengelola rumah makan terhadap daging sapi yang dijual di kedua tempat penjualan tersebut. Pengetahuan mengenai apa yang dipikirkan konsumen mengenai suatu produk merupakan hal yang sangat penting. Persepsi konsumen terhadap suatu produk akan turut menentukan apakah konsumen akan membeli produk atau tidak. Oleh karena itu, analisis persepsi rumah makan terhadap daging sapi sangat penting dilakukan untuk menentukan suatu strategi pemasaran daging sapi yang sesuai kepada rumah makan. Berdasarkan berbagai permasalahan tersebut, dalam penelitian ini dirumuskan beberapa masalah, yaitu: 1. Bagaimana karakteristik rumah makan dan proses pengambilan keputusan pembelian daging sapi oleh rumah makan di Kota Bogor? 2. Bagaimana persepsi rumah makan di Kota Bogor terhadap daging sapi yang dijual di pasar pejagalan, pasar tradisional, dan pasar modern? 3. Berdasarkan perilaku pengambilan keputusan dan persepsi rumah makan terhadap daging sapi, bauran pemasaran daging sapi apa yang sesuai untuk memasarkan daging sapi kepada rumah makan di Kota Bogor?
4
http://disperindag-jabar.go.id. Situs resmi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat (diakses tanggal 6 Maret 2008)
4
B. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah seperti yang telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Menganalisis karakteristik rumah makan dan proses pengambilan keputusan dan pembelian daging sapi oleh rumah makan di Kota Bogor. 2. Menganalisis persepsi rumah makan di Kota Bogor terhadap daging sapi yang dijual di pasar pejagalan, pasar tradisional, dan pasar modern. 3. Menyusun strategi produk, harga, promosi dan distribusi pemasaran daging sapi ke rumah makan di Kota Bogor berdasarkan analisis perilaku pengambilan keputusan pembelian dan persepsi rumah makan terhadap daging sapi.
C. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi para pedagang daging sapi sebagai sumber informasi dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk menyusun suatu strategi pemasaran daging sapi kepada rumah makan di Kota Bogor. 2. Bagi peneliti, sebagai sarana pengembangan wawasan dan wadah latihan dalam memahami serta menerapkan teori-teori ilmu yang telah diperoleh selama di bangku kuliah, khususnya tentang pemasaran. Bagi peneliti lain, sebagai referensi dan studi perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
D. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Pemilihan lokasi Kota Bogor dilakukan karena potensinya yang besar sebagai tempat pemasaran daging sapi, serta rumah makan sebagai konsumen daging sapi yang memiliki pola konsumsi yang besar dan berlangsung kontinu. Selain itu, rumah makan yang diteliti setidaknya pernah menggunakan daging sapi yang dijual di pasar tradisional, pasar modern, dan pasar pejagalan. Hal ini dimaksudkan agar para responden dapat mempersepsikan masing-masing daging sapi yang dijual di ketiga tempat penjualan tersebut dengan baik. Rumah makan yang diteliti juga dibatasi hanya yang menjual setidaknya lebih dari satu jenis
5
olahan daging sapi seperti Rumah Makan Padang, Rumah Makan Sunda dan Warung Tegal agar diperoleh keragaman data olahan dan jenis daging sapi.
6
II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Daging sapi Daging sapi merupakan bahan pangan asal hewan yang diperoleh dari pemotongan hewan sapi. Sapi adalah hewan ternak dari familia Bovidae dan subfamilia Bovinae5. Berdasarkan jenis produk utama yang dihasilkannya, sapi digolongkan menjadi dua, yaitu sapi perah dan sapi potong. Sapi perah merupakan sapi yang diternakkan untuk menghasilkan susu. Sedangkan sapi potong merupakan sapi yang diternakkan untuk dimanfaatkan dagingnya. 1.
Definisi dan Jenis Daging Menurut Lawrie (2003), daging adalah sekumpulan otot yang melekat
pada kerangka. Daging seringkali disalahartikan dengan karkas, padahal keduanya memiliki definisi yang berbeda. Daging adalah bagian yang sudah tidak mengandung tulang, sedangkan karkas merupakan daging yang belum dipisahkan dari tulang atau kerangkanya. Daging yang dimaksud di sini adalah daging hewan yang dapat dimakan, seperti daging sapi, domba, kelinci, kerbau, dan lain-lain. Daging sapi (Bahasa Inggris: beef) adalah jaringan otot yang diperoleh dari sapi yang umum digunakan untuk keperluan konsumsi pangan. Astawan (2006) menjelaskan bahwa berdasarkan keadaan fisik, daging dapat dikelompokkan menjadi: (1) daging segar yang dilayukan atau tanpa pelayuan, (2) daging segar yang dilayukan kemudian didinginkan (daging dingin), (3) daging segar yang dilayukan, didinginkan, kemudian dibekukan (daging beku), (4) daging masak, (5) daging asap, dan (6) daging olahan. Seekor sapi, terdiri dari berbagai macam jenis bagian daging berdasarkan potongannya. Bagian-bagian daging dan letaknya pada sapi dapat dilihat dalam Lampiran 1. 2.
Kualitas Daging Daging merupakan bahan pangan yang sering dikonsumsi. Oleh karena
itu, kualitas daging sapi merupakan faktor utama yang diperhatikan dalam proses pengembangbiakan ternak sapi hingga proses pengolahan daging sapi. Menurut 5
http://www.id.wikipedia.org/sapi.htm. (diakses tanggal 30 Desember 2007)
7
Astawan (2006), kualitas daging dipengaruhi oleh faktor sebelum (antemortem) dan setelah (postmortem) pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas daging adalah genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur, pakan dan bahan aditif (hormon, antibiotik, dan mineral), serta keadaan stres. Faktor setelah pemotongan yang mempengaruhi kualitas daging adalah metode pelayuan, metode pemasakan, tingkat keasaman (pH) daging, bahan tambahan (termasuk enzim pengempuk daging), lemak intramuskular (marbling), metode penyimpanan dan pengawetan, macam otot daging, serta lokasi otot. Kualitas daging juga dapat dinilai dari penampakannya yang mengkilap dan tidak pucat (tingkat kesegaran), tidak berbau asam atau busuk, daging elastis atau sedikit kaku (tidak lembek). Jika dipegang, masih terasa basah, tetapi tidak lengket di tangan. Salah satu indikator kualitas daging sapi lainnya adalah warna. Menurut Lawrie dalam Nurwahid (1996), banyak faktor yang mempengaruhi warna daging termasuk pakan, spesies, jenis hewan, umur, jenis kelamin, stres (tingkat aktifitas dan tipe otot), pH, dan oksigen. Faktor-faktor ini dapat menjadi penentu utama warna daging yaitu konsentrasi pigmen daging mioglobin. Mioglobin merupakan pigmen berwarna merah keunguan yang menentukan warna daging segar. Mioglobin dapat mengalami perubahan bentuk akibat berbagai reaksi kimia. Bila terkena udara, pigmen mioglobin akan teroksidasi menjadi oksimioglobin yang menghasilkan warna merah terang. Oksidasi lebih lanjut dari oksimioglobin akan menghasilkan pigmen metmioglobin yang berwarna cokelat. Astawan (2006) menambahkan bahwa warna daging sapi yang baru diiris biasanya merah ungu gelap. Warna tersebut berubah menjadi terang (merah ceri) bila daging dibiarkan terkena oksigen. Perubahan warna merah ungu menjadi terang tersebut bersifat reversible (dapat balik). Namun, bila daging tersebut terlalu lama terkena oksigen, warna merah terang akan berubah menjadi cokelat dan bersifat irreversible. Kualitas daging sapi juga dapat dilihat dari tingkat kekerasan atau kekenyalan daging. Daging sapi yang berkualitas baik merupakan daging yang elastis atau sedikit kaku (tidak lembek). Soeparno dalam Nurwahid (1996) menambahkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kekenyalan daging adalah proses pelayuan. Dalam proses pelayuan, apabila proses rigor
8
mortis (otot daging yang panjang dan kaku yang terjadi saat glikolisis pascamati) belum selesai dan daging terlanjur dibekukan, maka akan terjadi penurunan kualitas daging. Penurunan kualitas tersebut adalah daging mengalami proses cold-shortening (pengkerutan dingin) ataupun thaw rigor (kekakuan akibat pencairan daging) pada saat thawing. Hal ini akan menyebabkan daging menjadi tidak empuk (alot). 3.
Penanganan Pasca Pemotongan Sapi Setelah sapi dipotong, dilakukan berbagai aktivitas penanganan daging
sapi untuk mempertahankan kualitasnya. Penanganan pasca pemotongan yang umum dilakukan adalah pemotongan karkas, pelayuan (aging), pengawetan, pengemasan dan penyimpanan, serta pengolahan daging sapi. Berikut ini merupakan diagram alir penanganan pasca pemotongan sapi.
Gambar 1. Diagram Alir Proses Penanganan Pasca Pemotongan Sapi Pemotongan Karkas. Menurut Buckle, et. al (1985), pada saat pemotongan, karkas dibelah menjadi dua bagian yaitu karkas tubuh bagian kiri dan bagian kanan. Karkas dipotong menjadi subbagian leher, paha depan, paha belakang, rusuk dan punggung. Potongan tersebut dipisahkan menjadi komponen daging, lemak, tulang dan tendon. Daging dari karkas mempunyai beberapa golongan kualitas kelas sesuai dengan lokasinya pada rangka tubuh. Persentase
9
bagian-bagian dari karkas tersebut dihitung dari berat karkas (100%). Persentase recahan karkas dihitung sebagai berikut:
% recahan karkas =
jumlah berat recahan × 100% berat karkas
Istilah untuk sisa karkas yang dapat dimakan adalah edible offal, sedangkan yang tidak dapat dimakan disebut inedible offal (misalnya: tanduk, bulu, saluran kemih, dan bagian lain yang tidak dapat dimakan). Pelayuan (Aging). Menurut Astawan (2006), pelayuan adalah penanganan daging segar setelah pemotongan dengan cara menggantung atau menyimpan daging selama waktu tertentu pada temperatur di atas titik beku daging (-1,50C). Buckle, et. al (1985) menambahkan bahwa pelayuan biasanya dilakukan pada temperatur 32o-38oF (0-3oC). Astawan (2006) menjelaskan bahwa tujuan dari pelayuan daging adalah: (1) agar proses pembentukan asam laktat dari glikogen otot berlangsung sempurna sehingga pertumbuhan bakteri akan terhambat, (2) pengeluaran darah menjadi lebih sempurna, (3) lapisan luar daging menjadi kering, sehingga kontaminasi mikroba pembusuk dari luar dapat ditahan, (4) agar tingkat keempukan daging optimum dan memiliki cita rasa khas. Pengawetan. Buckle, et al (1985) menyatakan bahwa daging dapat menjadi lebih awet dengan cara didinginkan pada suhu rendah dalam kisaran 1oC sampai 3,5oC atau dibekukan pada suhu dibawah –15oC. Daging yang dibekukan mengalami kerusakan yang lambat selama penyimpanan beku. Selain didinginkan dan dibekukan daging juga dapat diawetkan dengan cara diasinkan. Produkproduk yang diperoleh dengan cara diasinkan antara lain frankrut, saveloys, bologna, sosis kering, roti daging, luncheon meat, dan pasta daging. Selain itu, pengawetan juga biasanya dilakukan dalam bentuk bahan olahan setengah jadi seperti abon, dendeng, sosis, corned beef, lidah asin, ham dan bakso. Pengemasan. Menurut Lawrie (2003) beberapa metode pengemasan daging yang dapat dipakai antara lain: • Pengemasan vakum. Pengemasan ini digunakan agar tidak ada O2 yang terserap oleh daging sehingga menghentikan pertumbuhan mikroba aerob. Oksigen yg terserap daging dapat menghambat terbentuknya metmioglobin
10
yang menyebabkan daging rusak dan berwarna coklat. Namun pengemasan ini akan mendorong laju pertumbuhan mikroba anaerob. • Modified Atmosphere Packaging (MAP) O2 tinggi (80% O2, 20 % CO2). Dengan pengemasan ini, atmosfer kemasan dikendalikan dengan menaikkan kadar O2 sehingga oksimioglobin (hemoglobin yang berikatan dengan oksigen) meningkat serta menurunkan kadar CO2. Hal ini akan menekan pertumbuhan mikroba anaerob namun mendorong pertumbuhan mikroba aerob. • MAP oksigen rendah. Pengemasan ini mengendalikan kadar O2 agar tetap rendah sehingga menghambat tumbuhnya bakteri pembusuk (terutama mikroba aerob). Namun jenis pengemasan ini tidak menjaga warna daging dan dapat menyebabkan pertumbuhan Clostridium botulinum dalam produk terkemas. Penyimpanan. Metode penyimpanan daging yang biasa diterapkan adalah dengan cara didinginkan pada suhu rendah dalam kisaran 1o sampai 3,5oC atau dibekukan pada suhu dibawah –15oC. Pembekuan harus cepat agar tekstur daging tidak rusak. Daging yang dibekukan akan mengalami kerusakan yang lambat selama penyimpanan beku (Lawrie, 2003). Dikatakan pula bahwa pendinginan pada temperatur 0 derajat celsius diberlakukan pada karkas sejak dari Rumah Pemotongan Hewan (RPH) dan potongan daging dalam kemasan kantong plastik Dengan metode ini, kualitas daging dapat dipertahankan hingga kurang lebih 4 minggu. Pembekuan umumnya disimpan sebagai daging beku seperti karkas, potongan daging dan daging giling6. Pengolahan Daging Sapi. Selain dalam bentuk segar (empal, semur, sate, rawon, rendang, bistik), daging juga dapat dikonsumsi dalam berbagai produk olahan. Misalnya, daging kornet (corned beef), daging asap (smoked ham), dendeng (dried meat), sosis (sausage), bakso (meat ball), dan lain-lain. Untuk itu, biasanya dilakukan berbagai pengolahan daging melakukan berbagai teknik dan cara memasak ataupun pengolahan daging kalengan.
6
Geong, Maria. 2003. Produk pangan asal hewan: sejauh mana layak untuk dikonsumsi?. http://www.kupangpos.com/Produk pangan asal hewan.htm . (diakses tanggal 6 Maret 2008)
11
B. Pasar Dalam arti sempit, pasar adalah tempat dimana permintaan dan penawaran (barang dan jasa) bertemu, dalam hal ini lebih condong ke arah pasar tradisional. Sedangkan dalam arti luas, pasar adalah proses transaksi antara permintaan dan penawaran (barang dan jasa), dalam hal ini lebih condong ke arah pasar modern7. 1.
Pasar Pejagalan Pasar pejagalan merupakan pasar yang didirikan di dekat pejagalan atau
Rumah Potong Hewan sebagai tempat penjualan daging sapi langsung dari pejagalan. Menurut SNI 01-6159-1999, Rumah Potong Hewan adalah kompleks bangunan dan konstruksi khusus yang memenuhi syarat teknis dan higienis tertentu serta digunakan sebagai tempat memotong hewan potong selain unggas bagi konsumsi masyarakat8. Rumah pemotongan hewan merupakan titik awal industri daging yang mengambil persediaan bahan baku dari peternakan yang kemudian masuk ke rantai pangan. Standarisasi dan peraturan yang mengatur mengenai Rumah Pemotongan Hewan bervariasi di seluruh dunia, begitu juga dengan proses pemotongan hewannya. Namun satu hal yang pasti, syarat-syarat dan higienitas mulai dari penyediaan bahan baku hewan potong hingga proses penanganan pasca pemotongan dilakukan dengan ketat dan hati-hati karena berhubungan dengan kesehatan dan kemanan pangan masyarakat9. 2.
Pasar Tradisional Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007,
“pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan
7
www.id.wikipedia.org/pasar.htm (diakses tanggal 30 desember 2007) http://agribisnis.deptan.go.id/layanan_info/view.php?file=STANDARD-MUTU/StandardNasional-Indonesia/SNI_Ternak/Alat+Panen/16.pdf&folder=MUTU-STANDARDISASI (diakses tanggal 30 Desember 2007) 9 www.wikipedia.org/slaughterhouse.htm (diakses tanggal 27 Desember 2008) 8
12
dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar”10. Definisi lain pasar tradisional adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli yang ditandai proses transaksi penjual pembeli secara langsung yang disertai proses tawar-menawar Bangunan tempat penjualan biasanya terdiri dari kios, gerai, los atau dasaran terbuka yang dibuka oleh pedagang maupun pengelola pasar. Kebanyakan pedagang menjual kebutuhan sehari-hari seperti ikan, buah, sayursayuran, telur, daging, kain, pakaian, barang elektronik, jasa dan lain-lain. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar11. 3.
Pasar Modern Berdasarkan keputusan Menteri Perdagangan Nomor 07/MPP/Kep/2/1998,
“pasar modern adalah pasar yang dibangun oleh Pemerintah, Swasta atau Koperasi yang dalam bentuknya berupa Mal, Supermaket, Departement Store, dan Shopping Centre dimana pengelolaannya dilaksanakan secara modern dan mengutamakan pelayanan kenyamanan berbelanja dengan menajemen berada di satu tangan, bermodal relatif kuat, dan dilengkapi label harga yang pasti, sebagaimana
dimaksud
dalam
Keputusan
Menteri
Perindustrian
dan
12
Perdagangan Nomor 420/MPP/Kep/10/1997” . Definisi lain menjelaskan bahwa pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, kecuali tidak terjadi transaksi langsung antara penjual dan pembeli karena pembeli langsung membeli barang berlabel harga pasti (barcode) yang tercantum dalam barang tersebut, Bentuk dan pelayanan jual beli dalam pasar modern dilakukan secara mandiri (modern) atau dilayani oleh pramuniaga. Sebagian besar barang yang dijual di pasar modern merupakan bahan pangan (buah, sayuran, daging, dan lain-lain) serta barang-barang lain yang dapat bertahan lama.13
10
www.scribd.com/doc/4430611/Perpres-112-of-2007-Indonesia-Traditional-and-ModernMarkets (diakses tanggal 30 Desember 2007) 11 www.id.wikipedia.org/Pasar.htm (diakses tanggal 30 Desember 2007) 12 http://ilmea.depperin.go.id/sk/skmpp10798.pdf. (diakses tanggal 30 Desember 2007) 13 www.id.wikipedia.org/Pasar.htm (diakses tanggal 30 Desember 2007)
13
C. Rumah Makan Rumah makan adalah istilah umum untuk menyebut usaha gastronomi yang menjual hidangan kepada masyarakat beserta penyediaan tempat untuk menyantap hidangannnya. Rumah makan biasanya memiliki spesialisasi dalam jenis pangan yang dijual, misalnya Rumah Makan Padang, rumah makan cepat saji (fast food restaurant) dan sebagainya14. Menurut Dinas Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor (2007), “rumah makan adalah setiap usaha komersial yang lingkup kegiatannya menyediakan hidangan dan minuman untuk umum di tempat usahanya, termasuk cafeteria, kantin, warteg, dan lain sebagainya”. Badan Pusat Statistik Indonesia (2003) menyatakan bahwa restoran/rumah makan/warung makan adalah jenis usaha jasa pangan yang bertempat di sebagian atau seluruh bangunan tetap (tidak berpindah-pindah), yang menyajikan dan menjual pangan dan minuman di tempat usahanya baik dilengkapi maupun tidak dengan perlengkapan dan peralatan untuk proses pembuatan maupun penyimpanan dan belum mendapatkan ijin dan surat keputusan dari instansi yang membinanya .
D. Konsumen Bisnis Pasar konsumen antara atau pasar bisnis sering disebut pasar produsen, pasar industrial, atau pasar organisasional. Konsumen bisnis adalah pasar yang membeli barang dan jasa bukan untuk dikonsumsi sendiri. Mereka membeli barang untuk dijual atau diproses menjadi barang lain dan dijual kembali. Menurut Kotler (2005), pasar bisnis terdiri dari semua organisasi yang memperoleh barang dan jasa untuk digunakan kembali guna memproduksi barang dan jasa lain yang dijual, disewakan, atau dipasok kepada pihak lain. 1.
Ciri-ciri Konsumen Bisnis Pasar bisnis memiliki beberapa ciri yang berbeda dengan pasar konsumen.
Ciri-ciri konsumen bisnis antara lain (Budiyanto, 1993): a) Pembelinya lebih sedikit. Pemasar bisnis biasanya menangani lebih sedikit pembeli dibandingkan dengan yang dilakukan oleh pasar konsumen.
14
http://www.id.wikipedia.org/rumah makan.htm. (diakses tanggal 30 Desember 2007)
14
b) Hubungan pemasok-pelanggan erat. Para pemasok sering diharapkan dapat menyesuaikan
tawaran
pelanggan
dengan
masing-masing
kebutuhan
pelanggan bisnis karena jumlah pelanggannya sedikit dan tingkat kepentingan serta kekuatan pelanggannya lebih besar. c) Permintaan turunan. Permintaan atas barang-barang bisnis benar-benar berasal dari permintaan atas barang konsumsi sehingga para pemasar bisnis harus secara dekat memantau pola pembelian konsumen akhir. d) Permintaanya tidak elastis. Permintaan terhadap barang bisnis tidak terlalu dipengaruhi oleh perubahan harga. Permintaan bersifat sangat tidak elastis dalam jangka pendek karena para produsen tidak dapat secara cepat mengubah metode produksi mereka. e) Permintaan berfluktuasi. Permintaan atas barang dan jasa bisnis cenderung lebih mudah berubah-ubah dibandingkan permintaan atas barang dan jasa konsumsi. Persentase peningkatan permintaan konsumen dapat menyebabkan permintaan yang jauh lebih besar atas pabrik dan peralatan yang diperlukan untuk memproduksi output tambahan. f) Pembelian profesional. Pembelian dilakukan berdasarkan kontrak atau perjanjian yang mengikat untuk pembelian tunai, berhutang, ataupun lesing. g) Beberapa pengaruh pembelian. Umumnya pemberi pengaruh terhadap pembelian bisnis lebih banyak. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian pasar industrial (Kotler, 2005) adalah: •
Lingkungan: tingkat permintaan, situasi ekonomi, tingkat perubahan teknologi, politik dan peraturan pemerintah, kondisi persaingan, perhatian pada tanggung jawab sosial.
•
Organisasi: tujuan, kebijakan, prosedur, struktur organisasi, dan sistem.
•
Antar Pribadi: minat, wewenang, status, empati, daya bujuk, dan. hubungan antara pembelian dengan pemasok potensial: relasi antara pemasok, investor, masyarakat, dan perusahan
•
Pribadi: umur, pendapatan, pendidikan, jabatan, kepribadian, sikap terhadap risiko,dan budaya.
h) Pembelian langsung. Para pembeli bisnis sering melakukan pembelian langsung dari produsen dan bukan melalui perantara.
15
i) Pembelian barang lebih periodik dan kontinu. Pembelian oleh pelaku bisnis memiliki tipe seperti yang diperlihatkan pada Tabel 5 berikut ini. Tabel 5. Tipe-tipe Pembelian Oleh Konsumen Bisnis New task Banyak Banyak Banyak Banyak
Waktu yang diperlukan Pengaruh yang kompleks Kajian kembali pemasok Kebutuhan informasi
Modified Rebuy Sedang Beberapa Beberapa Beberapa
Straight Rebuy Sedikit Sedikit Tidak ada Sedikit
Sumber: Budiyanto (1993)
2.
Proses Keputusan Pembelian Konsumen Bisnis Proses keputusan pembelian konsumen bisnis juga berbeda dari konsumen
rumah tangga. Proses keputusan pembelian konsumen bisnis adalah sebagai berikut (Kotler, 2005): a)
Pengenalan Masalah. Proses pembelian dimulai saat pembeli menyadari adanya masalah atau kebutuhan yang dapat dipenuhi dengan memperoleh barang atau jasa. Pengenalan masalah dapat dipicu oleh rangsangan internal atau eksternal. Contoh rangsangan internal adalah habisnya persediaan bahan baku yang menyebabkan pembeli harus melakukan pembelian. Contoh rangsangan eksternal adalah pembeli mungkin menemukan ide baru di pameran dagang, melihat produk yang lebih baik atau harga yang lebih murah.
b) Perumusan Kebutuhan dan Spesifikasi Produk Umum. Pembeli akan menetapkan karakteristik umum dan kuantitas barang yang dibutuhkan. Misalnya untuk produk daging pembeli akan menentukan atribut daging yang dibutuhkan seperti tingkat kesegaran, tingkat lemak, harga, dan lain-lain. c)
Pencarian Pemasok. Pada tahap ini, pembeli akan berusaha mengidentifikasi pemasok yang paling sesuai. Pembeli dapat meneliti daftar perusahaan, melakukan pencarian langsung, bertanya kepada pihak lain untuk minta rekomendasi, dan lain-lain.
d) Pemilihan
Pemasok.
Sebelum
memilih
pemasok,
pembeli
akan
menspesifikasikan atribut produk yang diinginkan dan menetapkan tingkat kepentingan relatif atribut tersebut. Pembeli kemudian akan menilai pemasok berdasarkan atribut-atribut itu dan mengidentifikasi pemasok yang paling
16
menarik. Selain itu, dalam tahap ini juga diputuskan jumlah pemasok yang akan digunakan. Banyak perusahaan yang menganggap bahwa dengan pemasok yang lebih banyak akan menjamin pasokan selalu tersedia. e)
Spesifikasi Rutinitas Pesanan. Setelah memilih pemasok, pembeli memutuskan jumlah yang dibutuhkan, cara pembelian, cara pembayaran, waktu penyerahan barang, kebijakan pengembalian, dan lain-lain.
f)
Evaluasi Kinerja Pemasok. Kemudian pembeli akan mengkaji ulang kinerja pemasok yang dipilih. Evaluasi ini dapat menyebabkan pembeli meneruskan, memodifikasi, atau menghentikan hubungannya dengan pemasok tersebut.
E. Persepsi Persepsi adalah suatu proses, dimana seseorang menerima, menyeleksi, dan menginterpretasi stimuli untuk membentuk gambaran yang menyeluruh dan berarti tentang dunia (Simamora, 2005). Proses persepsi berlangsung dalam benak konsumen sehingga sifatnya abstrak. Sekali pun individu yang memberikan persepsi dapat memberikan deskripsi, tetapi persepsi yang dibayangkan tidaklah objektif, melainkan subjektif.
F. Multidimensional Scaling (MDS) MDS digunakan untuk memperoleh gambaran persepsi seseorang tentang suatu objek secara relatif dibanding objek-objek lainnya. MDS adalah salah satu prosedur yang digunakan untuk memetakan persepsi dan preferensi para responden secara visual dalam peta geometri (spatial map) (Simamora, 2005). Peta geometri tersebut, yang disebut spatial map atau perceptual map, merupakan penjabaran berbagai dimensi yang berhubungan. Peta geometri berupa diagram kartesius yang terdiri dari dua dimensi. Satu pada sumbu horisontal (sumbu X), satunya lagi pada sumbu vertikal (sumbu Y). Salah satu penggunaan MDS dalam pemasaran adalah untuk mengidentifikasi posisi merek-merek terhadap atributatribut tertentu (Malhotra, 2006). Dengan menggunakan MDS, peneliti dapat melihat posisi merek-merek yang dibandingkan satu sama lain berdasarkan atribut-atribut tertentu.
17
G. Bauran Pemasaran Menurut Kotler (2000), perencanaan dan pelaksanaan strategi pemasaran tergantung pada empat komponen, yaitu produk, harga, promosi, dan distribusi. Dari keempat komponen tersebut, dapat disusun suatu bauran pemasaran (gabungan strategi produk, penetapan harga, promosi, dan distribusi) yang digunakan untuk memasarkan produk-produk. Bauran pemasaran (marketing mix) adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terusmenerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. McCarthy15 mengklasifikasikan alat-alat pemasaran menjadi 4 kelompok yang luas yang disebut empat-P (4-P) dalam pemasaran, yaitu produk (product), harga (price), promosi (promotion), dan saluran distribusi/tempat (place).
Produk Proses
Harga
Promosi
Bauran Pemasaran
Tempat
Personel
Bukti Fisik
Gambar 2. Tujuh Komponen dalam Bauran Pemasaran Sumber: Kotler (2000)
1.
Produk Dalam Kotler (2000) dijelaskan bahwa produk adalah segala sesuatu yang
dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan konsumen. Produk yang dipasarkan dapat berupa barang fisik, jasa, pengalaman, peristiwa, orang, tempat, properti, organisasi, dan ide/gagasan. Produk menurut Swastha (1995) adalah suatu sifat kompleks yang dapat diraba maupun tidak dapat diraba, mencakup bungkus, warna, harga, prestise perusahaan dan pengecer, pelayanan perusahaan dan pengecer, yang diterima oleh pembeli untuk 15
McCarthy, J. 1996. Marketing for Small Business: an Overview. Marketing Series. U.S.Small Business Administration. http://www.sba.gov/library/pubs/mt-2.pdf [diakses tanggal 10 April 2008]
18
memuaskan keinginan atau kebutuhan. Menurut Kotler (2007), sebelum menawarkan produk, pemasar harus memahami lima tingkatan produk, yaitu: a) manfaat inti (core benefit) adalah manfaat mendasar yang sesungguhnya dibeli pelanggan. b) produk dasar (core basic) yaitu pengembangan manfaat menjadi produk standar. c) produk yang diharapkan (expected product) merupakan beberapa atribut dan kondisi yang biasanya diharapkan pembeli ketika membeli produk. d) produk yang ditingkatkan (augmented product) yaitu produk yang melampaui harapan. Pada tingkatan ini terjadi peningkatan biaya dan perubahan menjadi produk yang diharapkan. e) calon produk (potential product) adalah segala kemungkinan peningkatan dan penambahan yang mungkin akan dialami produk di masa depan.
2.
Harga Menurut Corey dalam Kartajaya (2004) harga memiliki cakupan yang luas,
yaitu meliputi ekspresi nilai, dimana nilai menyangkut kegunaan dan kualitas produk, citra yang terbentuk melalui iklan dan promosi, ketersediaan produk melalui jaringan distribusi dan layanan yang menyertainya. Menurut Griffin et. al (2003), diperlukan harga yang sesuai sebagai tindakan penyeimbang guna memperlancar strategi pemasaran. Namun demikian, harga jual juga harus mendukung biaya lainnya seperti biaya operasi, administrasi, riset organisasi, dan biaya pemasaran. Penetapan harga yang berhasil berarti mencari harga yang menguntungkan di antara kedua kebutuhan tersebut. Kotler (2007) menambahkan bahwa sebelum menentukan harga, harus ditentukan tujuan penetapan harga terlebih dahulu. Terdapat lima tujuan utama dalam menentukan harga pasar, yaitu: kelangsungan hidup, laba maksimum sekarang, pangsa pasar maksimum, menguasai pasar secara maksimum, atau kepemimpinan mutu produk. Sedangkan metode penetapan harga ada tujuh, yaitu penetapan harga mark-up (mark-up pricing), penetapan harga sasaran pengembalian (target return pricing), penetapan harga persepsi nilai (perceived value pricing), penetapan harga nilai (value
19
pricing), penetapan harga umum (going rate pricing), dan penetapan harga tipe lelang (auction type pricing).
3.
Tempat/Distribusi Saluran distribusi adalah seperangkat lembaga yang melaksanakan semua
kegiatan atau fungsi yang digunakan untuk memungkinkan produk atau jasa yang dikonsumsi. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam memilih saluran pemasaran adalah jenis dan sifat produk, sifat konsumen potensial, sifat persaingan dan sifat saluran pemasaran yang ada (Kotler, 2005). Saluran pemasaran yang digunakan akan menentukan jumlah tingkat perantara. Saluran pemasaran bisa berupa 0-tingkat, 1-tingkat, 2-tingkat, 3-tingkat, dan seterusnya (Kotler, 2007).
4.
Promosi Menurut Kotler (2007), terdapat enam bauran promosi atau komunikasi
pemasaran yaitu: a) Iklan, yaitu setiap bentuk presentasi yang bukan dilakukan orang dan berupa promosi gagasan, barang, atau jasa oleh sponsor yang telah ditentukan. b) Promosi penjualan, yaitu berbagai jenis insentif jangka pendek untuk mendorong orang mencoba atau membeli produk atau jasa. c) Acara khusus, yaitu perusahaan mensponsori kegiatan dan program-program yang dirancang untuk menciptakan produk atau interaksi yang berkaitan dengan merek. d) Hubungan masyarakat. e) Pemasaran langsung (direct marketing), yaitu penggunaan surat, telepon, faksimili, e-mail, atau internet untuk berkomunikasi langsung atau meminta tanggapan atau berdialog dengan pelanggan tertentu dan calon pelanggan. f) Hubungan personal (personal selling), yaitu interaksi tatap muka dengan satu atau beberapa calon pembeli dengan maksud untuk melakukan presentasi, menjawab pertanyaan, dan memperoleh pemesanan.
20
Dari keenam komponen itu dapat dipilih salah satu atau digabungkan keenamnya untuk menentukan strategi promosi yang tepat. Promosi yang optimal akan lebih melancarkan arus informasi dari perusahaan kepada pengunjung.
H. Penelitian Terdahulu Berikut ini merupakan penelitian-penelitian terdahulu mengenai daging sapi, persepsi dan perilaku konsumen, serta bauran pemasaran. 1.
Penelitian Mengenai Daging Sapi Dano (2004) melakukan penelitian mengenai analisis keputusan lokasi
pembelian dan preferensi terhadap atribut daging sapi segar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi konsumen terhadap kualitas fisik daging sapi yang dijual di pasar modern dan pasar tradisional serta sejauh mana kedua lokasi penjualan tersebut telah menyediakan daging sapi yang dinginkan. Responden merupakan konsumen rumah tangga yang berbelanja daging sapi segar di pasar modern Hero Pajajaran dan pasar tradisional Citeureup Bogor. Jumlah responden sebanyak 60 (30 orang responden di pasar modern Hero Pajajaran dan 30 orang di pasar tradisional Citeureup). Untuk mengetahui pola konsumsi, pola penyediaan, dan tingkat pengetahuan konsumen, digunakan alat analisis deskriptif. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan lokasi pembelian, digunakan analisis model logistik. Sedangkan analisis model sikap fishbein dilakukan untuk mengetahui preferensi konsumen terhadap atribut daging sapi yang ada di pasar modern dan di pasar tradisional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola konsumsi rumah tangga di pasar modern lebih sering daripada di pasar tradisional karena ditunjang dengan pekerjaan dan pendapatan yang lebih baik. Untuk responden di pasar modern, frekuensi pembelian rata-rata satu kali seminggu, dengan jumlah rata-rata 1-2 kg daging sapi yang berjenis daging rendang untuk diolah menjadi rendang sebagai santapan makan siang dan malam. Sedangkan responden di pasar tradisional memiliki frekuensi pembelian rata-rata satu kali sebulan dengan jumlah rata-rata kurang dari satu kilogram daging sapi yang berjenis gandik untuk diolah menjadi rendang sebagai santapan siang dan malam. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi konsumen rumah tangga dalam membeli daging
21
sapi di pasar modern atau di pasar tradisional adalah pendidikan, usia, dan frekuensi pembelian. Purba (2006) menganalisis tingkat kepuasan konsumen rumah tangga dalam pembelian daging sapi segar. Responden merupakan konsumen rumah tangga yang membeli daging sapi segar di Marketplace, Ekalokasari Plaza, Bogor. Penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan konsumen rumah tangga dalam pembelian daging sapi segar; mengidentifikasi prioritas perbaikan manajemen berdasarkan tingkat kepeningan dan kepuasan konsumen; serta mengetahui hubungan antara kinerja dengan karakteristik konsumen dan frekuensi pembelian. Tingkat kepuasan konsumen dan tingkat kinerja Marketplace dianalisis menggunakan Importance-Performance Analysis. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kualitas produk dan pelayanan Market Place dinilai belum memenuhi harapan konsumennya, namun secara keseluruhan tingkat kinerja perusahaan dinilai cukup baik. Variabel yang dinilai sangat penting oleh konsumen rumah tangga yang membeli daging sapi segar adalah etos kerja, sertifikat daging, kemampuan karyawan dalam menjelaskan spesifikasi daging, tanggung jawab pemotongan daging yang salah, dan dekorasi serta tata letak di ruang pelayanan. Selain itu, dalam hasil penelitian juga diketahui bahwa kepuasan konsumen tidak ada hubungannya dengan frekuensi pembelian daging sapi dan karakteristik konsumen daging sapi di Market Place. 2.
Penelitian Mengenai Persepsi dan Perilaku Konsumen serta Bauran Pemasaran Christvelldy (2007) melakukan penelitian mengenai perilaku konsumen
dan implikasinya terhadap bauran pemasaran. Penelitian bertempat di Warung Kebun Cempaka Tantri Bogor dengan tujuan sebagai berikut: 1) menganalisis karakteristik umum konsumen Warung Kebun Cempaka Tantri; 2) menganalisis tahapan proses dan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen Warung Kebun Cempaka Tantri; 3) menganalisis tanggapan konsumen terhadap atribut-atribut Warung Kebun Cempaka Tantri; serta 4) menyusun rekomendasi alternatif kebijakan pemasaran berdasarkan perilaku konsumen. Karakteristik konsumen dan perilaku keputusan pembelian konsumen dianalisis menggunakan analisis deskriptif serta diuji menggunakan varian rangking dua
22
arah Friedman. Sedangkan tanggapan konsumen terhadap kinerja dan atributatribut Warung Kebun Cempaka Tantri dianalisis menggunakan ImportancePerformance Analysis dan Customer Satisfaction Index (CSI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik konsumen di Warung Kebun Cempaka Tantri umumnya berusia 31-45 tahun, berjenis kelamin perempuan, sudah menikah, pendidikan terakhir sarjana, asal Bogor, pekerjaan karyawan swasta dengan tingkat penghasilan Rp 1.000.000,00 – Rp 3.000.000,00. Umumnya, konsumen memilih Warung Kebun Cempaka Tantri karena suasananya yang nyaman, dengan tujuan mencari hiburan, dan direncanakan pada hari libur. Berdasarkan CSI, konsumen dinilai berada pada kriteria puas terhadap Warung Kebun Cempaka Tantri. Dimensi bauran pemasaran yang memiliki tingkat kepentingan tertinggi adalah tingkat kebersihan sedangkan yang terendah adalah kemudahan menghubungi lewat telepon. Sedangkan dimensi bauran pemasaran yang memiliki tingkat kinerja tertinggi adalah variasi menu dan terendah adalah kecepatan melayani konsumen. Hermawan (2008) menganalisis preferensi pengunjung dan positioning pusat perbelanjaan modern di Kota Bogor (studi Kasus: Botani Square, Ekalokasari Plaza, Bogor Trade Mall,dan Pangrango Plaza). Tujuan penelitiannya adalah menganalisis tahapan pengambilan keputusan pengunjung PPM di Kota Bogor, mengetahui preferensi pengunjung terhadap atribut PPM di Kota Bogor, dan mengetahui positioning PPM di Kota Bogor untuk studi kasus Botani Square, Ekalokasari Plaza, Bogor Trade Mall, dan Pangrango Plaza. Alat analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, IPA, dan MDS berbasis atribut. Hasil IPA untuk preferensi pengunjung menunjukkan bahwa ketersediaan sarana ibadah dinilai paling penting, sedangkan yang dinilai paling tidak penting adalah ukuran (luas) bangunan. Kinerja atribut Botani Square yang dinilai paling baik adalah lokasi strategis, sedangkan kinerja yang paling tidak baik adalah ketersediaan sarana ibadah. Kinerja atribut Ekalokasari Plaza yang dinilai paling baik adalah kenyamanan, sedangkan kinerja yang paling tidak baik adalah ketersediaan sarana ibadah. Kinerja atribut Bogor Trade Mall yang dinilai paling baik adalah kemudahan akses angkutan umum, sedangkan kinerja yang paling tidak baik adalah desain interior. Kinerja atribut Pangrango Plaza yang dinilai paling baik
23
adalah kemudahan akses angkutan umum, sedangkan kinerja yang paling tidak baik adalah ketersediaan sarana hiburan. Berdasarkan hasil MDS, terlihat bahwa masing-masing PPM memiliki posisi yang cukup berjauhan. Namun jika dicermati, terdapat tiga PPM yang masing-masing memiliki posisi berdekatan yaitu Botani Square, Ekalokasari Plaza, dan Pangrango Plaza. Kedekatan posisi tersebut mengartikan bahwa Botani Square adalah pesaing langsung Ekalokasari Plaza dan Pangrango Plaza. Percepetual map juga menunjukkan bahwa Ekalokasari Palza memiliki positioning yang paling baik, karena memiliki kedekatan yang paling dominan dengan dua dimensi, yatu dimensi fasilitas pendukung dan kelengkapan variasi. Rahman (2007) menganalisis Citra Merek atau brand image dalam pengambilan keputusan pembelian Fruit Tea di Kota Sukabumi. Tujuan penelitiannya adalah menganalisis kekuatan citra merek atau brand image Fruit Tea yang relatif terhadap merek lain atau pesaing, menganalisis variabel-variabel yang menjadi dasar konsumen dalam melakukan pembelian Fruit Tea dan menganalisis hubungan antara citra produk atau brand image dengan keputusan konsumen dalam melakukan pembelian Fruit Tea. Alat analisis yang digunakan adalah MDS, uji cochran, dan buying decision process. Atribut yang digunakan adalah harga murah, rasa nikmat, warna pekat, aroma yang wangi, tanpa bahan pengawet, minuman menyehatkan, isi yang banyak, merek yang terkenal, kemudahan mendapatkan, produk dingin, campuran teh yang bervariasi, dan disain kemasan yang menarik. Hasil yang didapatkan dari perhitungan citra merek adalah merek fresh tea merupakan pesaing utama merek Fruit Tea. Pesaing terdekat berikutnya adalah NuGree Tea, Green-T, Zestea, dan teh kotak. Citra terkuat yang dimiliki Fruit Tea adalah campuran teh yang bervariasi. Sedangkan citra terlemahnya adalah warna teh yang pekat. Hasil yang didapat dari perhitungan proses keputusan pembelian Fruit Tea dari konsumen adalah merek Fruit Tea memiliki keunggulan pada atribut rasa teh yang nikmat, kemudahan mendapatkan, variasi campuran teh, dan disain kemasan yang menarik. Secara keseluruhan, dapat diambil bahwa citra merek yang dimiliki Fruit Tea mampu mempengaruhi keputusan produk Fruit Tea.
24
Untuk penelitian terdahulu mengenai daging sapi terdapat perbedaan bahasan utama yang dilakukan. Penelitian-penelitian terdahulu membahas mengenai penentuan lokasi pembelian, preferensi, dan tingkat kepuasan pelanggan terhadap pembelian daging sapi. Sedangkan pada penelitian ini, dilakukan penelitian mengenai persepsi rumah makan terhadap daging sapi. Namun dalam prosesnya, penelitian terdahulu memiliki kesamaan dengan penelitian saat ini, yaitu ditelitinya pola konsumsi dan perilaku pengambilan keputusan pembelian daging sapi. Untuk penelitian terdahulu mengenai bauran pemasaran berdasarkan perilaku konsumen, banyak terdapat kesamaan dengan penelitian saat ini. Perbedaan terdapat pada produk yang diteliti. Produk daging sapi yang diteliti dalam penelitian saat ini membandingkan merek-merek daging sapi berdasarkan tempat penjualannya (pasar pejagalan, pasar tradisional, pasar modern). Selain itu, responden atau target penelitian yang dilakukan oleh penelitian sebelumnya merupakan konsumen individual sedangkan pada penelitian kali ini, responden yang dijadikan target penelitian adalah konsumen bisnis, yaitu rumah makan.
25
III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini.
• • •
• Fenomena Tingginya tingkat konsumsi makanan jadi di Indonesia khususnya di Kota Bogor Dukungan pemerintah terhadap pengembangan agribisnis daging sapi Semakin berkembangnya usaha rumah makan khususnya di Kota Bogor
• •
Masalah Utama Makin banyaknya pasar modern yang berdiri di Kota Bogor Bermunculannya isu-isu daging busuk dan daging gelonggongan
Perilaku Pengambilan Keputusan Pembelian
Karakteritik Konsumen
Atribut-atribut yang mempengaruhi pengambilan keputusan pembelian Uji Rank Spearman (Validasi Data Atribut)
Analisis Deskriptif
Multidimensional Scaling (MDS)
Strategi Pemasaran
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
26
B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor dengan target responden rumah makan. Pemilihan lokasi dilakukan secara terrencana dengan mempertimbangkan potensi Kota Bogor yang besar sebagai tempat pemasaran daging sapi. Rumah makan sebagai konsumen bisnis tentunya memiliki pola konsumsi yang besar dan berlangsung kontinu. Penelitian dilakukan pada bulan April 2008 hingga Juli 2008.
C. Jenis dan Sumber Data Data dalam penelitian ini berupa data pimer yaitu kuisioner serta hasil wawancara dan data sekunder yang diperoleh dari buku, majalah, internet, studi penelitian terdahulu, instansi terkait dan sumber-sumber lain. Data primer berupa hasil penyebaran kuisioner dan wawancara yang dilakukan terhadap 60 rumah makan yang membeli dan menggunakan daging sapi dalam proses produksinya. Selain itu, rumah makan yang diteliti setidaknya pernah mengkonsumsi daging sapi yang dijual di pasar tradisional, pasar modern, dan pasar pejagalan. Hal ini dimaksudkan agar para responden dapat mempersepsikan masing-masing daging sapi yang dijual di ketiga tempat tersebut dengan baik. Data sekunder diperoleh dari studi literatur yang berhubungan dengan topik penelitian seperti studi penelitian terdahulu, koran, internet, dan buku, serta instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik Jakarta, Badan Pusat Statistik Bogor, dan Departemen Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor.
D. Metoda Pengambilan Sampel Metode penarikan sampel dilakukan dengan teknik Convenience Sampling, yaitu cara pengambilan sampel berdasarkan ketersediaan elemen. Teknik Convenience Sampling ini termasuk ke dalam penarikan sampel non probabilitas. Sampel dipilih karena berada pada tempat dan waktu yang tepat, serta berdasarkan kesediaannya menjadi responden (Nasution, 1980). Responden yang diambil merupakan rumah makan yang membeli dan menggunakan daging sapi dalam proses produksinya. Selain itu, responden juga setidaknya pernah mengkonsumsi daging sapi yang dijual di pasar pejagalan, pasar tradisional, dan
27
pasar modern. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor, terdapat 264 unit rumah makan di Kota Bogor. Namun rumah makan yang membeli dan menggunakan daging sapi dalam proses produksinya hanya sebanyak 150 unit rumah makan. Dengan memasukkan jumlah 150 sebagai banyaknya populasi dan persen error 10% maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 60 rumah makan. Jumlah responden diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin, dengan persen error sebesar 10 %: n=
150 N = = 60 2 1 + 0,12 1 + Ne
Dimana : n = ukuran sampel (orang) N = ukuran populasi (orang) e = persen error (%) E. Analisis Pengolahan Data Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif untuk mendeskripsikan karakteristik dan perilaku pengambilan keputusan pembelian responden; uji koefisien korelasi Rank Spearman untuk uji validitas; uji Cronbach Alfa untuk uji reliabilitas; serta Multidimension Scaling (MDS) untuk menentukan persepsi responden. 1.
Analisis Deskriptif Analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status
kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan analisis ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serat hubungan antar fenomena yang diselidiki. Analisis ini digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik responden, dan proses pengambilan keputusan pembelian responden. Data karakteristik responden (jenis rumah makan, lama berjualan, pendapatan per bulan, dan jenis olahan daging sapi) serta proses pengambilan keputusan pembelian (pengenalan masalah, pengenalan kebutuhan dan spesifikasi produk khusus, pencarian pemasok, pemilihan pemasok, dan spesifikasi rutinitas
28
pesanan) yang dikumpulkan melalui kuesioner, hasilnya akan dikelompokan dan ditabulasikan kemudian dianalisis berdasarkan faktor-faktor yang dominan dari variabel-varibel yang diamati. 2.
Uji Koefisien Korelasi Rank Spearman Uji koefisien korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengukur tingkat
validitas instrumen yang digunakan. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Hasil penelitian dikatakan valid jika terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti (Simamora, 2004). Pengujian korelasi rank spearman dilakukan dengan menguji pernyataan pada kuesioner apakah terdapat konsistensi internal dalam pernyataan tersebut dan layak digunakan. Kuesioner tersebut layak digunakan jika rhitung > rtabel pada tingkat signifikansi ( = 0,005). Rumus yang digunakan yaitu : n
n = 1-
∑b
(
i =0 2
2
)
n n −1 Keterangan : = Koefisien Rank Spearman σ n = Jumlah responden b2 = Selisih antara ranking satu dengan ranking yang lain
3.
Uji Cronbach Alfa Menurut Simamora (2004), reliabilitas adalah tingkat keandalan kuesioner
pengujian. Kuesioner yang reliabel adalah kuesioner yang apabila dicobakan secara berulang-ulang kepada kelompok yang sama akan menghasilkan data yang sama dengan asumsi tidak terdapat perubahan psikologis pada responden. Ada dua jenis pengujian reliabilitas, yaitu secara internal atau eksternal. Reliabilitas internal dilakukan dengan menganalisis data yang berasal dari satu kali pengujian kuesioner sedangkan reliabilitas eksternal dilakukan dengan menganalisis dua kelompok data. Reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabilitas internal dengan Rumus Cronbach Alfa. Rumus Alpha ini digunakan untuk menguji kuesioner yang memiliki jawaban tidak hanya 0 dan 1, tetapi
29
memiliki rentang sepert 1 sampai 7 atau -3 sampai 3 (Simamora, 2004). Jika nilai dari Alpha lebih besar nilai rtabel, maka dapat dinyatakan kuesioner tersebut reliabel. Nilai Alpha Cronbach dihitung dengan menggunakan program SPSS dan hasilnya ditampilkan dalam lampiran 4. Adapun rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach adalah sebagai berikut : 2 k ∑ b − r= 1 2 k − 1 t
Keterangan : r = Reliabilitas instrumen k = Banyaknya butir pernyataan 2 = Keragaman total b 2 t
4.
= Jumlah Keragaman butir pernyataan
Multidimension Scaling (MDS) Teknik MDS ini memiliki dua metode yang bisa dilakukan, yakni metode
MDS kesan umum (general impression method) dan metode MDS berbasis atribut (atribut based MDS) (Simamora, 2005). Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode MDS berbasis atribut (atribut based MDS) dengan penentuan atribut melalui wawancara langsung terhadap konsumen. Merek yang dipetakan merupakan daging sapi yang dijual di pasar pejagalan, pasar tradisional, dan pasar modern. Sedangkan atribut yang digunakan adalah harga, tingkat kesegaran, tingkat kekenyalan, tingkat lemak, tingkat serat, kejelasan sertifikasi, asal daging, macam daging, dan kelengkapan bagian daging. Perceptual
map
yang
dihasilkan
memberi
gambaran
mengenai
penempatan posisi setiap merek yang diteliti yaitu daging yang dijual di pasar pejagalan, pasar tradisional, dan pasar modern. Merek-merek yang memiliki kesamaan tinggi akan menempati posisi yang berdekatan. Merek-merek yang berbeda akan menempati posisi yang berjauhan. Jadi, dari perceptual map dapat dilihat merek-merek yang bersaing dekat dan merek-merek yang bersaing jauh. (Simamora, 2005). Data yang akan diolah menggunakan MDS adalah data yang diberikan oleh responden berupa peringkat penilaian terhadap sejumlah atribut pada masingmasing merek (daging yang dijual di pasar pejagalan, pasar tradisional, dan pasar modern) dengan menggunakan skala likert satu (sangat buruk) sampai lima
30
(sangat baik). Langkah-langkah yang dilakukan dalam MDS ini dengan menggunakan SPSS sebagai berikut: 1. Masukan data ke dalam lembar kerja SPSS, yaitu atribut pada baris dan merek pada kolom. 2. Dari menu utama pilih Analyze, lalu Scale, kemudian klik Multidimensional Scaling. 3. Pada dialog box yang uncul, masukkan semua variabel ke dalam ruang Variables. Pilih Data are distance dan Shape Rectangular. Kemudian klik box Model. 4. Pada dialog box yang muncul, pilih Level of Measurement sesuai jenis data ordinal, interval, atau rasio. Lalu pada Conditional pilih Row artinya perbandingan hanya dapat dilakukan antar kolom (merek). Klik continue untuk kembali ke dialog box sebelumnya (utama) 5. Pada dialog box utama, klik options, Groups plots agar program memberikan perceptual map. Klik continue. Lalu OK. Untuk melihat keandalan dan validitas solusi MDS maka dilakukan pengkajian sebagai berikut: 1. Indeks kesesuaian atau R square sama dengan 0,6 atau lebih dianggap dapat diterima. R square merupakan indeks korelasi kuadrat yang mengindikasikan proporsi varians dari skala optimasi yang dapat dipengaruhi prosedur MDS. Indeks ini mengindikasikan seberapa baik model MDS sesuai dengan data masukan (Goodness of Fit). 2. Stress adalah proporsi varians dari skala optimasi yang tidak dihitung oleh model MDS (Badness of Fit). Semakin tinggi nilai stress maka mengindikasikan kecocokan yang semakin buruk. Nilai Stress dapat dievaluasi berdasarkan kriteria yang dapat dilihat dalam Tabel 6. Tabel 6. Bobot Evaluasi Nilai Stress Stress (%) 20 10 5 2,5 0
Kesesuaian Jelek Cukup Bagus Istimewa Sempurna
Sumber: Kruskal dalam Malhotra (2006)
31
F. Tahapan Penelitian Penelitian ini diawali dengan melakukan identifikasi permasalahan dan topik penelitian yang dilakukan berdasarkan pengalaman dan kebutuhan peneliti serta melakukan studi pustaka (koran, internet, penelitian terdahulu, dan sebagainya). Setelah menentukan permasalahan dan topik penelitian, maka dilakukan penentuan metode yang akan digunakan guna menjawab permasalahan yang ada. Langkah selanjutnya adalah pembuatan kuesioner, penentuan jumlah rumah makan sebagai sampel dan penarikan sampel. Kuesioner diuji terlebih dahulu kepada 30 sampel rumah makan. Pengujian validitas dan reliabilitas kuesioner dilakukan dengan uji koefisien korelasi Rank Spearman untuk validitas dan uji Cronbach Alfa untuk reliabilitas. Dalam pengujian validitas yang dilakukan, dari 10 atribut yang diujikan, terdapat 1 atribut yang tidak valid yaitu atribut kemasan. Pengujian validitas dilakukan menggunakan software SPSS 15. Hasil pengujian validitas ditampilkan dalam Lampiran 3. Sedangkan hasil pengujian reliabilitas menunjukkan bahwa kuesioner dinyatakan reliabel. Hasil pengujian reliabilitas ditampilkan dalam Lampiran 4. Setelah kuesioner dinyatakan valid dan reliabel maka penyebaran kuesioner dilanjutkan sampai memenuhi jumlah sampel yang telah ditentukan. Data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan analisis deskriptif untuk data karakteristik konsumen (jenis rumah makan, lama berjualan, pendapatan per bulan, dan jenis olahan daging sapi) dan proses pengambilan keputusan pembelian (pengenalan masalah, pengenalan kebutuhan dan spesifikasi produk khusus, pencarian pemasok, pemilihan pemasok, dan spesifikasi rutinitas pesanan) yaitu dengan mengkelompokkan dan mentabulasikan data tersebut kemudian dianalisis berdasarkan faktor-faktor yang dominan dari variabel-varibel yang diamati. Data mengenai persepsi daging sapi dianalisis dengan menggunakan MDS sehingga diperoleh koordinat-koordinat merek dan atribut yang digambarkan dalam perceptual map. Data yang digunakan dalam MDS merupakan data individu yang kemudian dirata-ratakan untuk mendapatkan koordinat agregat sebagai panduan pembuatan perceptual map. Data koordinat x dan y masing-
32
masing responden ditampilkan dalam Lampiran 5 dan 6. Sedangkan data koodinat x dan y agregat serta nilai stress dan RSQ ditampilkan dalam lampiran 7. Setelah didapat hasil karakteristik, proses pengambilan keputusan, dan persepsi dari responden maka dilakukan perumusan strategi bauran pemasaran yang dapat digunakan oleh para pendatang baru dalam bisnis daging sapi untuk memasarkan produknya kepada rumah makan di Kota Bogor. Berikut ini merupakan flowchart tahapan penelitian.
Tidak Valid dan reliabel Valid dan reliabel
Gambar 4. Diagram Alir Penelitian
33
IV
GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR
Kota Bogor adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat yang terletak 54 km di sebelah selatan Ibukota Negara Indonesia (Jakarta). Kota Bogor berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor, dikelilingi oleh Gunung Salak, Gunung Pangrango dan Gunung Gede serta dialiri beberapa sungai (Sungai Ciliwung, Cisadane, Cipakancilan, Cidepit, Ciparigi, dan Cibalok) yang permukaan airnya jauh di bawah permukaan kota sehingga aman dari bahaya banjir16. Luas wilayah Kota Bogor adalah 11.850 Ha atau 0,27% dari luas propinsi Jawa Barat. Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu Kecamatan Bogor Selatan, Bogor Utara, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Tengah dan Tanah Sareal, yang meliputi 68 Kelurahan (31 kelurahan dan 37 desa, lima diantaranya termasuk desa tertinggal yaitu desa Pamoyanan, Genteng, Balungbangjaya, Mekarwangi dan Sindangrasa), 210 dusun, 623 RW, serta 2.712 RT. Batas-batas wilayah Kota Bogor adalah sebagai berikut17 : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kemang, Bojong Gede, dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Darmaga dan Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. 4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Secara astronomis, Kota Bogor terletak pada 106’ 48’ BT dan 6’ 26’ LS. Kota Bogor dikenal dengan sebutan Kota Hujan karena memiliki curah hujan yang tinggi yaitu berkisar 3.500 – 4.000 milimeter pertahun, dengan curah hujan terbesar pada bulan Desember dan Januari. Suhu rata-rata Kota Bogor setiap bulan sebesar 260 C (suhu terendah 21,80 C dan suhu tertinggi 30,40 C). Kota Bogor memiliki kelembaban udara sebesar 70 % serta ketinggian minimum 190 m
16 17
htttp://www.kotabogor.go.id situs remi pemerintah Kota Bogor (diakses tanggal 6 Maret 2008) http://www.bogor.net (diakses tanggal 6 Maret 2008)
34
dan maksimum 330 m dari permukaan laut18. Peta wilayah Kota Bogor dapat dilihat dalam Lampiran 9. Secara umum, Kota Bogor ditutupi oleh batuan vulkanik yang berasal dari
endapan
(batuan
sedimen)
dua
gunung
berapi,
yaitu
gunung
Pangrango (berupa satuan breksi tupaan/kpbb) dan Gunung Salak (berupa aluvium/kal dan kipas aluvium/kpal). Lapisan batuan ini berada agak dalam dari permukaan tanah dan jauh dari daerah aliran sungai. Endapan permukaan umumnya berupa aluvial yang tersusun oleh tanah, pasir dan kerikil hasil dari pelapukan endapan yang baik untuk vegetasi. Dari struktur geologi tersebut, maka Kota Bogor memiliki daya dukung tanah yang berada antara 1,5 kg/cm2 (BPS Kota Bogor, 2008). Persebaran penggunaan lahan di Kota Bogor adalah sebagai berikut: •
Pemukiman
: 69,88%
•
Pertanian
: 10,05%
•
Jalan
: 5,31%
•
Jasa dan perdagangan
: 3,52%
•
Sungai dan danau
: 2,89%
Sedangkan perkembangan fisik Kota Bogor adalah sebagai berikut: 1. Bagian Selatan
: potensial sebagai pemukiman dan area bebas industri
2. Bagian Utara
: potensial sebagai wilayah industri non polutan serta
mendukung pemukiman dan perdagangan 3. Bagian Barat
: potensial sebagai wilayah pemukiman dan didukung oleh
objek wisata 4. Bagian Timur
: potensial sebagai pemukiman
5. Bagian Tengah
: potensial sebagai pusat perdagangan yang didukung oleh
perkantoran dan tur ilmiah Kota Bogor merupakan salah satu penunjang Ibukota, berada di jalur tujuan Puncak/Cianjur, serta memiliki objek wisata yang besar dan menarik seperti Kebun Raya Bogor, Istana Bogor, dan Prasasti Batu Tulis. Semua itu menjadikan Kota Bogor sebagai kota yang strategis dalam perkembangan dan pertumbuhan kegiatan ekonom. Berdasarkan data BPS Kota Bogor (2008), pada 18
htttp://www.kotabogor.go.id situs remi pemerintah Kota Bogor (diakses tanggal 6 Maret 2008)
35
akhir tahun 2007, jumlah penduduk Kota Bogor mengalami kenaikan sebesar 2,96% dari tahun sebelumnya. Adapun persebaran jumlah penduduk Kota Bogor adalah sebagai berikut: Tabel 7. Jumlah Penduduk Kota Bogor Per Kecamatan Tahun 2007 Kecamatan Bogor Selatan Bogor Timur Bogor Utara Bogor Barat Bogor Tengah Tanah Sareal Jumlah
Jumlah penduduk (jiwa) Luas wilayah (km2) 176.094 29,26 916.09 10,15 161.562 17,69 109.039 8,11 198.296 31,33 168.532 20,31 905.132 117
Kepadatan (jiwa/ km+) 6.018,25 9.025,52 9.132,96 13.445,01 6.329,27 8.297,98 7.746,1018
Sumber: BPS Kota Bogor, 2008
36
V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Umum Rumah Makan Karakteristik umum responden berdasarkan jenis rumah makan, rentang waktu usaha rumah makan, pendapatan per bulan, dan olahan daging sapi yang dibuat. a) Jenis Rumah Makan Sebagian besar responden merupakan Rumah Makan Padang (58,3 persen). Responden yang merupakan rumah makan sunda hanya sebesar 6,7 persen dan 35 persen responden termasuk ke dalam jenis lainnya seperti warung tegal (warteg), kantin, dan sebagainya. Jenis rumah makan yang berbeda akan mempengaruhi keputusan pembelian daging sapi sebagai bahan baku, terutama jenis olahan daging sapi yang dibuat. Hal ini disebabkan setiap jenis rumah makan mempunyai ciri khas olahan masakan. Persebaran responden berdasarkan jenis rumah makan dapat dilihat dalam Tabel 8. Tabel 8. Jenis Rumah Makan Jenis Rumah Makan Rumah Makan Padang Rumah Makan Sunda Lainnya Total
Frekuensi
Persentase
35 4 21 60
58,3 6,7 35,0 100,0
b) Rentang Waktu Usaha Rumah Makan Sebagian besar responden (55 persen) merupakan rumah makan yang telah berdiri selama lebih dari tujuh tahun. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah mapan dan berpengalaman dalam industri pengolahan dan penyajian masakan. Karena itu, responden juga sudah sangat berpengalaman dalam melakukan pembelian daging sapi sebagai bahan baku produksinya. Persebaran rentang waktu usaha rumah makan dapat dilihat dalam Tabel 9 berikut ini.
37
Tabel 9. Rentang Waktu Usaha Rumah Makan Rentang Waktu Usaha Rumah Makan (tahun) > 7,00 7 < 14 14 < 21 > 21 Total
Frekuensi
Persentase
27 16 14 3 60
45 26,7 23,3 5,0 100,0
c) Pendapatan per Bulan Rumah Makan Dalam Tabel 10 terlihat bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 63,4 persen merupakan rumah makan yang memiliki pendapatan di atas Rp 10.000.000. Jumlah pendapatan yang besar ini ditunjang oleh lamanya rumah makan dalam berjualan. Rumah makan yang telah lama berjualan biasanya telah mendapatkan cukup banyak pelanggan dan kepercayaan dari konsumen akhir sehingga pendapatan yang diperoleh pun tinggi. Tabel 10. Pendapatan per Bulan Rumah Makan Pendapatan per bulan (Rupiah) 500.000 < 10.000.000 10.000.00 < 20.000.000 20.000.00 < 30.000.000 > 30.000.000 Total
Frekuensi
Persentase
23 18 10 10 60
38,3 30,0 16,7 16,7 100,0
d) Olahan daging Responden sebagian besar membuat olahan daging sapi berupa rendang yaitu sebanyak 76,7 persen responden (Tabel 11). Diikuti oleh rawon dan empal sebanyak masing-masing 26,7 persen dan 21,7 persen. Alasan responden membuat rendang karena rendang merupakan jenis olahan daging sapi yang banyak diminta oleh konsumen akhir. Responden selaku konsumen bisnis yang menyediakan produk untuk konsumen akhir tentunya harus selalu memperhatikan permintaan konsumen akhir. Hal ini juga terkait dengan jenis rumah makan responden yang sebagian besar merupakan Rumah Makan Padang yang memiliki menu utama berupa rendang. Selain itu, rendang juga merupakan masakan yang
38
sudah dikenal umum oleh konsumen sehingga biasa disediakan oleh jenis rumah makan lainnya. Tabel 11. Olahan Daging yang Biasa Dibuat Rumah Makan Olahan Daging* Bakso Empal Rawon Rendang Semur Sop Total
Frekuensi 14 13 16 46 2 12 103
Persentase 23,3 21,7 26,7 76,7 3,3 20,0 171,7
Keterangan : * jawaban boleh lebih dari satu
B. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Daging Sapi oleh Rumah Makan Proses pengambilan keputusan pembelian daging sapi oleh rumah makan di Kota Bogor terdiri dari pengenalan masalah, perumusan kebutuhan dan spesifikasi daging sapi, pencarian pemasok, pemilihan pemasok, dan spesifikasi rutinitas pesanan. a) Pengenalan Masalah Pengenalan masalah responden dipicu oleh rangsangan internal. Sebagian besar responden (60 persen) melakukan pembelian daging sapi karena kehabisan persediaan daging sapi (bahan baku). Sedangkan sisa responden (40 persen) melakukan pembelian daging sapi dikarenakan kehabisan olahan daging sapi atau masakannya (produk). Perbedaan masalah yang dialami oleh responden akan mempengaruhi proses keputusan pembelian selanjutnya, terutama dalam hal rutinitas pembelian. Persebaran alasan pembelian yang dilakukan responden dapat dilihat dalam Tabel 12. Tabel 12. Alasan Pembelian yang Dilakukan Responden Alasan melakukan pembelian daging sapi kehabisan olahan daging sapi (produk) kehabisan persediaan daging sapi (bahan baku) Total
Frekuensi
Persentase
24 36 60
40 60 100
39
b) Perumusan Kebutuhan dan Spesifikasi Produk Umum Kebutuhan dan spesifikasi umum daging sapi oleh responden meliputi fokus atribut yang dicari, jenis daging sapi yang biasa dikonsumsi, dan bagian daging sapi yang digunakan. Atribut yang paling diperhatikan responden pada saat membeli daging sapi adalah bagian daging (iga, has, dll) yaitu sebanyak 41,7 persen responden (Tabel 13). Bagian daging sapi yang digunakan biasanya didasarkan pada jenis masakan yang akan dibuat oleh rumah makan. Sebagai pelaku industri, rumah makan tentunya akan memperhatikan keinginan konsumen akhir sehingga akan memilih jenis daging yang sesuai pula. Atribut kedua yang diperhatikan responden adalah tingkat kesegaran yaitu sebesar 38,3 persen. Sebagai konsumen industri pengolahan pangan, responden sangat memperhatikan kualitas bahan pangan (bahan baku) agar masakan yang dibuat pun memiliki kualitas yang baik. Sedangkan atribut ketiga terbanyak yang dipilih oleh responden adalah atribut harga. Sebagai konsumen bisnis, responden akan memilih membeli daging dengan kualitas yang baik tetapi dengan harga yang lebih murah untuk menekan biaya produksi. Oleh karena itulah, harga pun menjadi salah satu pertimbangan utama untuk membeli bahan baku daging sapi. Tabel 13. Fokus Atribut Daging Sapi yang Dipertimbangkan Oleh Responden Ketika Melakukan Pembelian Fokus atribut daging sapi*
Frekuensi
Persentase
Harga Tingkat kesegaran Tingkat kekenyalan Tingkat serat Sertifikasi (adanya label hala dan depkes) Asal daging (impor/lokal) Macam daging (segar/beku) Bagian daging (iga, has, dll) Tingkat lemak
15 23 2 7 1 3 1 25 5
25,0 38,3 3,3 11,7 1,7 5,0 1,7 41,7 8,3
Total
82
136,7
Keterangan : * jawaban boleh lebih dari satu
Dalam Tabel 14 terlihat bahwa sebanyak 95 persen responden memilih jenis daging segar. Mereka menganggap bahwa daging sapi yang segar merupakan daging yang paling baik digunakan untuk membuat olahan daging sapi. Jenis
40
daging sapi dingin hanya dipakai oleh 1,7 persen responden. Responden yang menggunakan daging sapi dingin dalam pengolahannya beralasan bahwa daging sapi dingin lebih murah daripada daging sapi segar sehingga bisa menekan biaya produksi. Sedangkan responden lain yaitu sebesar 3,3 persen, menggunakan kedua jenis daging sapi karena beranggapan bahwa kedua jenis daging tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap kualitas masakan olahan. Tabel 14. Jenis Daging Sapi yang Biasa Dikonsumsi Responden Jenis daging yang biasa dikonsumsi Segar Dingin Segar dan Dingin Total
Frekuensi
Persentase
57 1 2 60
95,0 1,7 3,3 100,0
Sebagian besar responden (46,7 persen) menggunakan bagian sapi berupa daging has sebagai bahan baku masakan. Hal ini berhubungan dengan karakteristik responden yang sebagian besar merupakan Rumah Makan Padang. Masakan yang menjadi menu utama Rumah Makan Padang adalah masakan rendang dan daging has merupakan bagian daging yang sangat cocok untuk digunakan sebagai bahan baku masakan rendang. Selain itu, daging has juga cocok untuk diolah menjadi empal yang juga merupakan jenis olahan masakan yang sering dibuat rumah makan (Tabel 11). Bagian daging yang paling banyak digunakan selanjutnya adalah bagian daging kepala dan daging iga. Daging kepala cocok digunakan sebagai bahan baku bakso sedangkan daging iga cocok diolah menjadi sop dan rawon.
41
Tabel 15. Bagian Daging yang Biasa Dikonsumsi Responden Bagian Daging*
Frekuensi
Persentase
Daging iga Gandik Has Kaki Kepala Lamusir Paha Pendasar Penutup Sandang lamur Sengkel
15 1 28 1 16 4 8 5 9 3 6
25,0 1,7 46,7 1,7 26,7 6,7 13,3 8,3 15,0 5,0 10,0
Total
96
160,0
Keterangan : * jawaban boleh lebih dari satu
c) Pencarian Pemasok Untuk dapat membuat masakan dari daging sapi, responden memerlukan pemasok yang dapat memenuhi kebutuhan daging sapi sebagai bahan baku produksi. Dalam mencari pemasok, responden melakukan pencarian informasi secara internal dan eksternal. Dalam Tabel 16 terlihat bahwa sebagian besar responden (68,3 persen) melakukan pencarian informasi secara internal yaitu mengandalkan ingatan mereka karena pengalaman pribadi yang dialami. Hal ini menunjukkan bahwa responden telah percaya sekali dengan pemasok yang sudah ada atau dengan kata lain, sudah memiliki pemasok tetap. Banyak keuntungan yang diperoleh dengan membeli kepada pemasok tetap antara lain dapat menjamin ketersediaan bahan baku, memperoleh daging berkualitas baik dengan harga yang sedikit lebih murah, serta dapat melakukan pengembalian jika daging yang diterima memiliki kualitas yang kurang baik. Selain memiliki pemasok tetap, responden juga mencari informasi lain secara eksternal yaitu dengan mendatangi langsung penjual daging (50 persen). Hal ini dilakukan untuk melakukan perbandingan kualitas dan harga serta untuk mencari pemasok tambahan jika ketersedian daging tidak dapat terpenuhi oleh pemasok tetap.
42
Tabel 16. Sumber Informasi Responden dalam Membeli Daging Sapi Sumber-sumber informasi* Pengalaman pribadi Langsung dari penjual Rekomendasi orang lain Total
Frekuensi 41 30 12 83
Persentase 68,3 50,0 20,0 138,3
Keterangan : * jawaban boleh lebih dari satu
d) Pemilihan Pemasok Setelah melakukan pencarian pemasok, maka dilakukan pemilihan pemasok. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam mencari pemasok, rumah makan mengandalkan pengalaman pribadinya. Dengan kata lain responden akan memilih pemasok yang sudah menjadi langganannya. Hampir semua (96,7 persen) responden lebih memilih untuk membeli daging sapi di pasar tradisional (Tabel 17). Sedangkan hanya masing-masing 1,7 persen responden yang memilih pasar pejagalan dan pasar modern sebagai tempat pembelian. Tabel 17. Tempat Responden Membeli Daging Sapi Tempat membeli daging sapi Pasar Tradisional Pasar Pejagalan Pasar Modern dan Pasar Tradisional Total
Frekuensi 58 1 1 60
Persentase 96,7 1,7 1,7 100,0
Pemilihan lokasi pembelian daging sapi pasar tradisional terutama didasari oleh dua hal. Alasan pertama adalah karena responden sudah menjadi langganan (68,3 persen) di pasar tradisional dan dekat dengan rumah (tempat produksi) responden (26,7 persen). Berdasarkan penjelasan sebelumnya, sebagian besar responden telah berjualan dalam waktu yang lama dan telah memiliki pemasok tetap (berlangganan). Pasar tradisional di Kota Bogor telah lama berdiri dibanding pasar modern, sehingga sebagian besar responden sudah terlebih dahulu berlangganan di pasar tradisional. Sedangkan pasar pejagalan sesungguhnya juga telah lama berdiri sama seperti pasar tradisional, hanya saja pembelian di pasar pejagalan harus dalam jumlah yang banyak (partai besar) sehingga para responden
43
kurang berminat untuk membeli daging sapi di pasar pejagalan. Persebaran alasan membeli di pasar tradisional tersebut dapat dilihat dalam Tabel 18. Tabel 18. Alasan Responden Membeli Daging Sapi di Pasar Tradisional Alasan membeli di pasar tradisional* Dagingnya segar Dekat rumah Sudah langganan Harga lebih murah Lebih banyak pilihan Praktis Total
Frekuensi 1 16 41 1 5 3 67
Persentase 1,7 26,7 68,3 1,7 8,3 5,0 11,7
Keterangan : * jawaban boleh lebih dari satu
Di Kota Bogor sendiri banyak terdapat pasar tradisional. Pasar tradisional yang sebagian besar dipilih responden adalah pasar Bogor (44,1 persen) dan Pasar Anyar (39 persen). Pasar Anyar dan Pasar Bogor merupakan pasar tradisional yang terbesar dan tertua di Kota Bogor, sehingga sebagian besar responden (yang juga telah berjualan dalam waktu yang lama) lebih memilih kedua tempat tersebut sebagai tempat pembelian daging sapi. Persebaran tempat pembelian daging sapi di pasar tradisonal dapat dilihat dalam Tabel 19. Tabel 19. Pasar Tradisional Tempat Responden Membeli Daging Sapi Pasar Tradisional Pasar Bogor Pasar Gunung Batu Pasar Anyar Pasar Ciawi Pasar Sukasari Pasar Cibinong Pasar Ciluar Total
Frekuensi 26 5 23 2 1 1 1 59
Persentase 44,1 8,5 39,0 3,4 1,7 1,7 1,7 100,0
e) Spesifikasi Rutinitas Pesanan Dalam Tabel 20 terlihat bahwa sebagian besar responden (68,3 persen) melakukan pembelian daging sapi setiap hari. Daging sapi yang dibeli kemudian diolah tersebut biasanya habis dalam hari yang sama, sehingga responden tidak menyiapkan persediaan daging sapi. Sebanyak 25 persen responden membeli daging sapi dua sampai empat hari sekali. Namun ini tidak berarti mereka menyimpan daging sapi mereka dengan didinginkan karena sebagian besar
44
responden menyukai daging sapi yang segar. Oleh sebab itu, mereka lebih menyukai untuk membuat persediaan dalam bentuk olahan daging karena (olahan daging sapi yang paling banyak dibuat responden) bisa awet selama beberapa hari. Tabel 20. Rutinitas Pembelian Daging Sapi Oleh Responden Waktu Pembelian Daging Sapi Setiap hari 2-4 hari sekali 5-7 hari sekali Tidak tentu Lainnya Total
Frekuensi
Persentase
41 15 2 1 1 60
68,3 25,0 3,3 1,7 1,7 100,0
Dalam setiap kali pembelian, sebagian besar responden (128,3 persen) membeli sebanyak satu sampai lima kilogram daging sapi (Tabel 21). Jumlah pembelian yang relatif sedikit ini juga yang menyebabkan responden lebih memilih membeli di pasar tradisional dibandingkan di pasar pejagalan. Hal ini dikarenakan pembelian di pasar tradisional bisa dalam jumlah sedikit, sedangkan pembelian di pasar pejagalan harus dalam jumlah yang banyak. Tabel 21. Jumlah Pembelian Daging Sapi Oleh Responden Jumlah Pembelian dalam Setiap Pembelian (kg)* 1–5 5,1 – 10 >10 Total
Frekuensi
Persentase
77 11 9 90
128,3 18,3 15,0 150,0
Keterangan : * jawaban boleh lebih dari satu
Dalam Tabel 22 terlihat bahwa pembelian oleh sebagian besar responden (90 persen) dilakukan dengan mengambil secara langsung ke penjual dengan alasan dapat mengendalikan kualitas daging sapi yang mereka pesan sebelumnya dan sekalian berbelanja produk lainnya seperti sayuran dan bumbu dapur. Hanya 10 persen responden yang membeli daging sapi dengan cara diantar dengan alasan lokasi pembelian yang jauh dan agar tidak repot.
45
Tabel 22. Cara Pembelian yang Dilakukan Responden Cara Pembelian yang Dilakukan
Frekuensi
Persentase
54 6 60
90,0 10,0 100,0
Langsung Diantar Total
Pembayaran yang dilakukan sebagian besar responden dilakukan secara tunai (90 persen). Hal ini dilakukan responden dengan alasan agar tidak memiliki beban hutang dalam usahanya. Sebanyak 10 persen responden melakukan pembayarannya dengan cara berhutang yaitu membayar seluruhnya pada waktu yang ditentukan. Tetapi berdasarkan penjelasan responden, hutang tersebut dibayar satu sampai dua hari setelah dilakukan pembelian. Responden yang membayar dengan cara berhutang beralasan bahwa dengan berhutang akan meringankan mereka dalam melakukan pembayaran. Persebaran cara pembayaran yang dilakukan responden dapat dilihat dalam Tabel 23. Tabel 23. Cara Pembayaran yang Dilakukan Responden Cara Pembayaran yang Dilakukan Tunai Berhutang Total
Frekuensi 54 6 60
Persentase 90,0 10,0 100,0
46
C. Persepsi Rumah Makan Terhadap Daging Sapi Dari hasil analisis persepsi diperoleh perceptual map sebagai berikut. PG TD MD
1 2 3 4 5 6 7 8 9
: Pasar pejagalan : Pasar tradisional : Pasar modern
: Harga : Tingkat kesegaran : Tingkat kekenyalan : Tingkat lemak : Tingkat serat : Kejelasan sertifikasi : Asal daging : Macam daging : Kelengkapan daging
3 2
8
4 5
9 1
7 PG
MD
6
TD
Gambar 5. Perceptual Map Responden Perceptual map dari responden di atas memiliki nilai stress sebesar 0,0249 dan nilai RSQ sebesar 0,998. Nilai stress yang bernilai 2,49 persen menunjukkan bahwa model memiliki goodness of fit sedikit di bawah excellent. Sedangkan nilai RSQ yang lebih dari 0,6 menunjukkan bahwa model ini dapat diterima. Interpretasi perceptual map yang telah diperoleh tersebut dikombinasikan dengan skala semantic differential melalui profil visual berupa diagram ular (snake diagram) yang ditunjukkan dalam Gambar 6. Bagian kiri diagram merupakan pernyataan atribut berupa kutub positif sedangkan bagian kanan diagram merupakan pernyataan atribut kutub negatif. Dalam hal ini, pasar yang memiliki posisi paling kiri dipersepsikan memiliki atribut yang paling baik sedangkan pasar yang memiliki posisi paling kanan dipersepsikan memiliki atribut paling tidak baik. Perumusan skala dan skor semantic differential dilampirkan dalam Lampiran 8.
47
harga sangat murah
:
:
:
:
:
:
harga sangat mahal
kesegaran sangat baik
:
:
:
:
:
:
kesegaran sangat tidak baik
sangat kenyal
:
:
:
:
:
:
sangat empuk atau sangat alot
lemak sangat sedikit
:
:
:
:
:
:
lemak sangat banyak
serat sangat halus
:
:
:
:
:
:
serat sangat kasar
sertifikasi sangat jelas
:
:
:
:
:
:
sertifikasi sangat tidak jelas
semuanya daging lokal
:
:
:
:
:
:
semuanya daging impor
semuanya daging segar
:
:
:
:
:
:
semuanya daging beku
bagian daging sangat lengkap
:
:
:
:
:
:
bagian daging sangat tidak lengkap
Pasar Pejagalan Pasar Tradisional Pasar Modern
Gambar 6. Diagram Ular Semantic Differential Dalam gambar diperoleh bahwa untuk posisi pasar pejagalan lebih dekat dengan atribut tingkat kesegaran, kelengkapan daging, dan asal daging. Ini berarti, responden menilai bahwa daging sapi yang dijual di pasar pejagalan terutama memiliki tingkat kesegaran yang baik, ketersediaan daging yang lengkap, semuanya merupakan daging sapi segar dan berasal dari dalam negeri (lokal). Dalam diagram ular juga terlihat bahwa posisi pasar pejagalan dalam keempat atribut tersebut berada paling kiri dibandingkan kedua tempat penjualan lainnya. Bahkan secara kesuluruhan, posisi pasar pejagalan untuk semua atribut berada di sebelah kiri atau sama dengan posisi pasar tradisional dan modern. Ini menunjukkan bahwa daging sapi yang dijual di pasar pejagalan relatif lebih unggul dibandingkan kedua tempat lainnya. Daging sapi yang dijual di pasar
48
pejagalan berasal dari sapi yang baru dipotong sehingga memiliki tingkat kesegaran yang sangat baik. Di pasar pejagalan juga, ketersediaan bagian-bagian daging sapi sangat lengkap karena pasokannya langsung berasal dari RPH yang memproduksi daging sapi secara utuh dari seekor sapi. Pengelolaan Rumah Pemotongan Hewan sebagai pemasok pasar pejagalan, diatur dengan ketat oleh pemerintah mencakup kehalalan, kesehatan, dan kehigienisan hewan ternak yang akan dipotong, mulai dari pra pemotongan hingga pasca pemotongan. Sehingga untuk lebih memudahkan pengendalian kualitas terutama mengenai bahan baku atau sapi hidup, pasar pejagalan menggunakan sapi lokal sebagai bahan bakunya. Untuk pasar tradisional posisinya lebih dekat dengan atribut harga, kelengkapan daging, tingkat kesegaran, dan tingkat kekenyalan. Hal ini menunjukkan bahwa responden menilai bahwa daging sapi yang dijual di pasar tradisional memiliki tingkat kesegaran yang baik, tingkat keknyalan yang baik, ketersediaan daging yang lengkap, serta harga yang murah. Dalam diagram ular juga terlihat bahwa meskipun daging sapi yang dijual di pasar pejagalan relatif lebih unggul, namun masih dapat disaingi oleh pasar tradisional, terutama atribut harga, kelengkapan daging, tingkat kesegaran, dan tingkat kekenyalan. Posisi pasar pejagalan pada diagram ular untuk keempat atribut tersebut pun sama dengan pasar pejagalan. Para pedagang sapi di pasar tradisonal membeli daging sapi dari pasar pejagalan atau tempat lainnya dan langsung berjualan dalam selang waktu beberapa jam setelah pembelian. Hal ini menyebabkan tingkat kesegaran dan tingkat kekenyalan daging sapi masih tergolong baik. Pedagang sapi di pasar tradisional biasanya merupakan penjual tangan kedua dari penjual grosir daging sapi seperti pasar pejagalan dan biasanya mencari lokasi pembelian yang tidak terlalu jauh sehingga harga daging sapi di pasar tradisional tergolong murah. Dalam kenyataannya, daging sapi yang dijual di pasar pejagalan memiliki harga per kilogram yang lebih murah daripada daging sapi yang dijual di pasar tradisional. Namun, pembelian di pasar pejagalan harus dalam jumlah yang banyak (partai besar) sehingga pembeli harus membayar dalam jumlah yang besar pula. Selain itu, para pedagang daging sapi di pasar tradisional berhubungan langsung dengan konsumen sehingga mengetahui kebutuhan bagian-bagian daging bagi konsumen Hal ini yang menyebabkan pasar tradisional dapat
49
menyediakan bagian-bagian daging tertentu yang diinginkan konsumen dengan lengkap. Sedangkan posisi pasar modern pada perceptual map relatif jauh dari semua atribut dibandingkan pasar pejagalan dan pasar tradisional. Ini berarti, daging sapi yang dijual di pasar modern dianggap tidak memiliki keunggulan apapun dibandingkan kedua jenis pasar lainnya. Namun, diagram ular menunjukkan bahwa pasar modern masih dapat mencapai tingkat lemak, tingkat serat, dan kejelasan sertifikasi. Hal ini ditunjukkan oleh posisi pasar modern yang sama dengan pasar pejagalan dan pasar tradisional pada diagram ular untuk keempat atribut tersebut. Selain itu, posisi ketiga atribut tersebut dalam perceptual map lebih dekat dengan pasar modern dibandingkan atribut lainnya. Secara garis besar, perbandingan ketiga tempat penjualan dalam gambar menunjukkan bahwa pasar pejagalan dan pasar tradisional memiliki kemiripan karena posisinya yang berdekatan. Hal ini menunjukkan bahwa daging sapi yang dijual di pasar pejagalan dan pasar tradisional bersaing satu sama lain. Persaingan terutama terjadi dalam hal harga, tingkat kesegaran, tingkat kekenyalan, tingkat lemak, tingkat serat, dan kejelasan sertifikasi. Kesamaan ini terutama disebabkan para pedagang sapi di pasar tradisional biasa membeli daging sapi di pasar pejagalan dan langsung menjualnya kembali dalam selang waktu beberapa jam setelah pembelian. Sedangkan pasar modern memiliki tempat tersendiri di pertengahan kuadran sebelah kanan sehingga daging sapi yang dijual di pasar modern terkesan tidak bersaing dengan daging sapi yang dijual di kedua tempat penjualan lainnya.
D. Bauran Pemasaran Berdasarkan perilaku pengambilan keputusan pembelian serta persepsi rumah makan terhadap daging sapi, maka disusun suatu bauran pemasaran yang meliputi strategi produk, harga, promosi dan distribusi dalam pemasaran daging sapi kepada rumah makan di Kota Bogor. 1. Produk Produk daging sapi yang dijual pesaing utama (pasar tradisional) berada pada tingkat produk yang diharapkan (expected product). Karena berdasarkan
50
analisis persepsi konsumen (rumah makan), atribut dan kondisi daging sapi yang dijual di pasar tradisional telah memenuhi harapan pembeli ketika akan membeli produk. Oleh karena itu, untuk mengatasi persaingan yang ketat, produk yang ditawarkan merupakan produk yang sudah ditingkatkan (augmented product) dan diposisikan sebagai merek yang memiliki kualitas tinggi. Strategi produk yang direkomendasaikan untuk mencapai tingkat augmented product adalah dengan melakukan pemberian nama merek utama, diferensiasi, pengemasan vakum dalam ukuran kecil, pelabelan, sistem pembayaran berjangka, dan sistem delivery order. Uraian masing-masing strategi produk tersebut adalah sebagai berikut: a) Pemberian nama merek utama Produk daging sapi yang dijual pada pesaing utama (pasar tradisional) merupakan daging sapi tanpa merek. Merek berperan dalam memudahkan identifikasi konsumen terhadap suatu produk. Merek juga akan memudahkan konsumen untuk mengingat suatu produk dibandingkan produk lain yang tidak bermerek. Merek utama yang diberikan pada produk daging sapi adalah “Aruna Beef“. Kata Aruna berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti “bersinar kemerahmerahan“ dan melambangkan cahaya fajar yang senantiasa siap sedia menyongsong hari baru. Sedangkan kata “beef“ mengidentifikasikan bahwa produk yang dijual merupakan daging sapi. b) Diferensiasi produk Diferensiasi yang dilakukan adalah dengan membuat tiga produk dari satu lini produk (daging sapi), yaitu produk daging sapi reguler, sekunder, dan khusus. Diferensiasi didasarkan pada perbedaan jenis daging sapi dan nilai tambah yang diberikan pada daging sapi. Adapun ketiga produk tersebut adalah: •
Produk reguler yaitu Aruna Has , Aruna Kepala , dan Aruna Iga Daging has, kepala, dan iga merupakan bagian daging yang paling sering dikonsumsi oleh rumah makan. Bagian daging ini berkaitan dengan jenis olahan daging sapi atau masakan yang paling sering dibuat oleh rumah makan, yaitu rendang, bakso, rawon, dan sop. Bagian daging has cocok untuk digunakan sebagai rendang, daging kepala cocok diolah menjadi bakso, dan daging iga sesuai digunakan sebagai bahan baku masakan sop dan rawon. Merek daging ini dijual dalam keadaan segar atau dingin karena permintaan
51
untuk merek daging ini diperkirakan akan lebih banyak dan kontinu. Namun, jika terjadi penumpukan persediaan dapat juga disimpan dalam keadaan beku. •
Produk sekunder, yaitu
Aruna Rendang ,
Aruna Bakso ,
Aruna
Rawonf , dan Aruna Sop Daging has, kepala, dan iga paling sering dikonsumsi oleh rumah makan karena berkaitan dengan jenis olahan daging sapi atau masakan yang paling sering dibuat oleh rumah makan, yaitu rendang, bakso, rawon, dan sop. Namun, harus dipersiapkan pula alternatif bagian daging lain yang cocok untuk digunakan sebagai bahan baku rendang dan rawon jika bagian daging utama (has, kepala, dan daging iga) habis. Alternatif bagian daging inilah yang dijual dengan merek “Aruna Rendang”, “Aruna Bakso”, “Aruna Rawon”, dan “Aruna Sop”. Nama yang digunakan untuk merek daging ini melambangkan jenis masakan yang dibuat (rendang, bakso, rawon, dan sop). Hal ini dikarenakan alternatif bagian daging sapi yang bisa digunakan sebagai produk subtitusi sangat beragam. Selain itu, hal ini juga untuk memberikan perbedaan antara daging utama (“Aruna Has”, “Aruna Kepala”, dan “Aruna Iga”) dan daging sekunder (“Aruna Rendang”, “Aruna Bakso”, “Aruna Rawon”, dan “Aruna Sop”).
Alternatif bagian daging sapi yang bisa
digunakan adalah daging penutup dan lamusir (rendang dan bakso) serta sandang lamur dan samcan (rawon dan sop). Semua merek daging ini (kecuali “Aruna Bakso”) akan dijual dalam keadaan dingin atau beku karena permintaannya yang diperkirakan akan lebih sedikit dan tidak terlalu sering. Sedangkan merek “Aruna Bakso” akan dijual dalam keadaan segar atau dingin karena daging sapi yang digunakan untuk bakso tidak bisa menggunakan daging beku. •
Produk khusus (---- Special) Produk daging sapi merek khusus ini merupakan merek daging sapi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, namun telah dipotong-potong kecil atau dihancurkan agar bisa langsung dimasak tanpa perlu memotong lagi. Hal ini akan memberikan kemudahan rumah makan dalam melakukan proses pengolahan masakannya. Produk daging sapi ini memiliki merek yang sama dengan merek daging sapi yang biasa dengan tambahan Special di
52
belakangnya. Produk regular khusus diberi nama merek “Aruna Has Special”, “Aruna Kepala Special”, dan “Aruna Iga Special”. Sedangkan produk sekunder khusus diberi nama merek (“Aruna Rendang Special”, “Aruna Bakso Special”, “Aruna Rawon Special”, dan “Aruna Sop Special”. Untuk merek “Aruna Has Special” dan “Aruna Rendang Special” yang digunakan dalam pembuatan rendang, daging telah dipotong kecil dengan perbandingan 20 potongan untuk 1 kilogram daging. Untuk merek “Aruna Has Special” dan “Aruna Bakso Special” yang digunakan dalam pembuatan bakso, daging sapi telah digiling halus. Sedangkan untuk merek daging sapi “Aruna Iga Special”, “Aruna Rawon Special”, dan “Aruna Sop Special”, telah dipotong dalam ukuran kecil dengan perbandingan 40 potongan untuk 1 kg daging. c) Pengemasan vakum dalam ukuran kecil Merek daging sapi yang dijelaskan di atas dikemas dengan menggunakan kemasan vakum. Hal yang diperhatikan rumah makan dalam melakukan pembelian adalah tingkat kesegaran. Selain itu, sebagian besar rumah makan membeli daging sapi yang segar. Sehingga diperlukan kemasan yang dapat menjaga tingkat kesegaran daging sapi dengan baik. Kemasan vakum dapat mencegah rusaknya warna daging akibat oksigen serta menghambat pertumbuhan mikroba aerob. Selain itu, fungsi kemasan juga dapat diperluas untuk menimbulkan daya tarik rumah makan, meningkatkan citra produk, dan sarana promosi. Daging sapi yang dikemas secara vakum bisa menimbulkan daya tarik tersendiri dibandingkan daging sapi yang dikemas dengan kantung plastik biasa. Hal ini juga akan meningkatkan citra daging sapi dalam hal kualitas yang lebih baik. Sebagian besar rumah makan membeli daging sapi dalam ukuran kecil (15 kilogram). Sehingga daging sapi yang dijual pun dikemas dalam ukuran kecil. Ukuran kemasan daging sapi terutama sebesar 2 kilogram untuk menyesuaikan kebutuhan konsumen sekaligus mendukung penjualan. Jika ukuran ditetapkan lebih kecil akan meningkatkan biaya pengemasan sebaliknya jika dikemas dalam ukuran terlalu besar akan menyulitkan konsumen. Dengan pengemasan 2 kilogram, ukuran pembelian maksimal yang sering dibeli (5 kilogram) dapat
53
tercapai dengan membeli 3 kemasan daging sapi. Meskipun melebihi kebutuhan maksimal, namun tidak terlalu signifikan. Hal ini pun dapat mendorong jumlah pembelian daging sapi yang lebih banyak. Selain itu, ada daging sapi yang juga dikemas dalam ukuran 1 kilogram, yaitu untuk pemberian bonus bagi konsumen. d) Pelabelan (nama merek, contact person, label halal dan izin depkes) Daging sapi yang dijual di pasar tradisional tidak memiliki label pada kemasannya. Label memberikan berbagai keuntungan bagi penjual dalam berbagai cara. Nama merek yang dicantumkan dalam label bertujuan agar kosumen mudah mengidentifikasi produk daging sapi yang dijual. Pencantuman contact person pada kemasan memudahkan rumah makan dalam menghubungi penjual. Sertifikasi (label halal dan depkes) merupakan atribut yang dinilai cukup penting oleh rumah makan dalam membeli daging sapi sehingga dapat membangun kepercayaan konsumen (rumah makan) untuk membeli produk daging sapi. e) Sistem pembayaran berjangka. Sebagian besar rumah makan melakukan pembayaran secara tunai, namun ada beberapa pula yang melakukan pembelian secara berhutang. Untuk menarik minat rumah makan bisa dilakukan sistem pembayaran berjangka (termin) yang dapat meringankan rumah makan dalam melakukan pembayaran. Apalagi rumah makan merupakan konsumen bisnis yang melakukan pembelian dalam jumlah besar yang juga membutuhkan biaya yang cukup besar. Karena rentang pembelian daging sapi yang dilakukan rumah makan relatif singkat (1-4 hari), waktu termin yang digunakan adalah setiap satu minggu. Sehingga pembayaran dilakukan setelah satu minggu masa pembelian oleh rumah makan. f) Sistem delivery order Penjualan daging sapi dilakukan berdasarkan pesanan dan diantarkan kepada konsumen (delivery order). Sebagian besar rumah makan melakukan pembelian secara langsung ke tempat penjualan, namun ada juga beberapa yang memesan kepada penjual. Sistem delivery order dapat memberikan kemudahan dan kepraktisan pembeli dalam melakukan pembelian.
54
2. Harga Seperti yang telah dijelaskan dalam strategi produk, produk daging sapi “Aruna Beef“ ditempatkan pada tingkat augmented product dan diposisikan sebagai produk berkualitas tinggi. Oleh karena itu, penetapan harga ditujukan untuk kepemimpinan mutu produk. Dari hasil analisis persepsi konsumen juga ditunjukkan bahwa harga bukan merupakan hal paling penting bagi rumah makan ketika membeli daging sapi. Ini mengindikasikan bahwa rumah makan kurang peka tehadap harga sehingga harga yang lebih tinggi atau lebih rendah tidak menjamin dapat mengubah permintaan secara signifikan. Selain itu, produk yang ditawarkan pesaing tidak lebih baik dibandingkan produk yang direkomendasikan dalam strategi produk. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka strategi harga yang direkomendasikan adalah stratifikasi harga. Stratifikasi harga dilakukan berdasarkan diferensiasi produk yang direkomendasikan pada strategi produk. Harga yang ditetapkan untuk setiap lini produk berbeda-beda. Merek khusus akan lebih mahal daripada harga merek reguler, dan harga merek reguler akan lebih mahal dari harga merek sekunder. Sebagai acuan, penetapan harga pertama kali dilakukan terhadap produk reguler dan sekunder. Stratifikasi harga yang dilakukan adalah sebagai berikut: •
Harga produk reguler (Aruna Has, Aruna Kepala, dan Aruna Iga) serta produk sekunder (Aruna Rendang, Aruna Bakso, Aruna Rawon, dan Aruna Sop) merupakan harga premium Seperti yang telah dijelaskan di atas, produk yang direkomendasikan bertujuan untuk kepemimpinan mutu produk, para konsumen tidak terlalu peka terhadap pasar, dan produk yang direkomendasikan pun lebih baik dari pesaing. Hal ini membuat penetapan harga tidak terlalu bergantung pada pesaing dan konsumen. Maka dari itu, metode penetapan harga yang dilakukan adalah berdasarkan biaya produksi dan margin yang ditambahkan (mark-up pricing). Misalkan, harga dasar produk dianggap sama dengan harga produk pesaing. Maka harga produk yang direkomendasikan akan lebih tinggi daripada harga pesaing karena harga produk yang direkomendasikan membutuhkan biaya tambahan, minimal untuk pengemasan vakum dan pelabelan.
55
•
Harga produk khusus (---- Special) lebih mahal dari reguler dan sekunder Penetapan harga untuk produk khusus sesungguhnya sama tahapannya
dengan penetapan harga lini produk reguler dan sekunder. Hal ini disebabkan jenis daging yang digunakan sama saja. Perbedaan antara produk reguler dan sekunder dengan produk khusus terdapat pada nilai tambah yang diberikan. Produk reguler dan sekunder hanya dikemas vakum saja, sedangkan produk khusus dipotong-potong kecil atau dihaluskan terlebih dahulu sebelum dikemas. Hal ini menyebabkan harga produk khusus akan lebih mahal dibandingkan produk reguler dan sekunder sebagai akibat dari tambahan biaya untuk nilai tambah yang diberikan. Berikut ini merupakan tabel yang memberikan ilustrasi penetapan harga untuk semua produk. Tabel 24. Stratifikasi Harga dalam Bauran Harga Merek Daging Sapi Merek Aruna Has/Special Aruna Kepala/Special Aruna Iga/Special Merek Aruna Rendang/Special Aruna Bakso/Special Aruna Rawon/Special Aruna Sop/Special
Harga pesaing (Rp per kg) 50000 40000 35000 45000 45000 35000 35000
Harga (Rp per kg) Reguler 55000 45000 40000 Sekunder 50000 50000 38000 38000
Harga (Rp per kg) Special 57000 47000 42000 Special 52000 52000 40000 40000
3. Distribusi Rumah makan sebagai target pasar merupakan konsumen yang sudah lama berlangganan kepada pemasok tertentu. Hal ini menyebabkan rumah makan telah memiliki loyalitas merek yang tinggi dan sangat memahami perbedaan kualitas atau atribut daging sapi yang akan dibeli. Untuk itu, strategi yang sesuai untuk diterapkan adalah strategi tarik (pull strategy) yang mengintensifkan iklan dan promosi serta tenaga penjualan langsung untuk membangkitkan minat konsumen agar memesan produk yang ditawarkan. Hal lain yang mempengaruhi strategi distribusi atau saluran pemasaran adalah kondisi geografis dan lalu lintas di
56
wilayah Kota Bogor. Maka dari itu, strategi distribusi yang direkomendasikan adalah: a) Saluran pemasaran nol-tingkat Tingkat saluran yang digunakan adalah saluran nol-tingkat atau saluran pemasaran langsung dimana penjualan dilakukan langsung terhadap konsumen tanpa melalui perantara. Dalam hal ini, penjualan dilakukan langsung oleh tenaga penjualan internal. Wilayah Kota Bogor sebagai area pemasaran tidak terlalu luas sehingga kebutuhan tenaga penjualan sedikit. Selain itu, saluran pemasaran yang pendek dapat menekan harga jual kepada konsumen. b) Alat transportasi motor Pendistribusian
dilakukan
menggunakan
motor.
Hal yang
harus
diperhatikan dalam pendistribusian adalah waktu dan pengemasan. Wilayah Kota Bogor tidak terlalu luas sehingga motor sudah cukup untuk digunakan sebagai sarana transportasi. Selain itu, motor memudahkan pengantar dalam menghindari kemacetan yang biasa terjadi di Kota Bogor sehingga dapat mengantar pesanan dengan cepat. c) Mengunakan cooler box ber-logger Pesanan daging sapi yang diantarkan disimpan dalam cooler box (kotak pendingin) untuk mempertahankan kesegaran daging sapi sepanjang perjalanan. Hal ini sangat penting karena tingkat kesegaran adalah salah satu yang paling diperhatikan rumah makan dalam melakukan pembelian daging sapi. Selain itu, untuk mengawasi dan mengevaluasi perubahan suhu produk ketika diantar, digunakan pula logger. Logger ini berfungsi untuk mencatat waktu dan perubahan suhu yang berlangsung dalam kotak pendingin. 4. Promosi Komunikasi pemasaran utama yang dilakukan dalam bauran promosi adalah melalui iklan, promosi, dan personal selling. Berikut ini merupakan strategi pemasaran dari ketiga komunikasi pemasaran tersebut: a) Iklan Iklan merupakan salah satu komunikasi pemasaran yang menawarkan konsumen alasan untuk membeli produk. Rekomendasi strategi untuk iklan adalah iklan yang bertujuan informatif dan persuasif serta menggunakan media koran,
57
brosur, dan leaflet. Koran, brosur, dan leaflet cocok digunakan karena dianggap efektif dan efisien. Wilayah Kota Bogor yang tidak terlalu luas masih dapat dijangkau oleh ketiga media tersebut dan biaya yang dikeluarkan pun tidak besar. Uraian ketiga rekomendasi iklan tersebut adalah: •
Iklan bertujuan informatif dan persuasif Iklan yang dibuat memiliki tujuan informatif dan persuasif. Tujuan
informatif ditujukan untuk membangun kesadaran dan pengetahuan terhadap produk daging sapi merek “Aruna Beef“ dan ciri-ciri utamanya yaitu dikemas vakum, memiliki sertifikasi yang jelas, dan memiliki berbagai variasi daging yang dibutuhkan konsumen. Tujuan persuasif ditujukan untuk membangun kepercayaan dan minat konsumen untuk membeli daging sapi merek “Aruna Beef“ dengan menginformasikan keunggulannya bila dibandingkan dengan pasar tradisional sebagai pesaing utama. Keunggulan ditekankan pada kualitas daging yang lebih baik, sistem pembelian delivery order, sistem pembayaran berjangka, serta penerapan garansi, diskon, dan bonus. •
Pemasangan iklan di koran Radar Bogor dan Jurnal Bogor Strategi iklan yang lain adalah dengan memasang iklan di koran. Koran
yang digunakan untuk pemasangan iklan adalah Radar Bogor dan Jurnal Bogor yang merupakan koran lokal yang khususnya terbit di Kota Bogor dan sekitarnya. Hal ini akan lebih memfokuskan iklan kepada target pasar yaitu rumah makan yang berada di wilayah Kota Bogor. •
Penyebaran serta penempelan brosur dan leaflet di Pasar Anyar, Pasar Bogor, dan rumah makan Sumber informasi yang paling banyak menjadi acuan rumah makan dalam
membeli daging sapi adalah pengalaman pribadi dan langsung dari penjual. Hal ini mengindikasikan bahwa rumah makan mencari informasi langsung ke tempat penjualan, khususnya di sekitar tempat pemasok langganan. Dalam hal ini, pencarian informasi terutama dilakukan di Pasar Bogor dan Pasar Anyar sebagai tempat pembelian daging sapi utama. Brosur dan leaflet merupakan media iklan yang cocok digunakan karena mudah dibawa dan dilihat oleh konsumen, baik ketika sedang berjalan ataupun statis. Penyebaran serta penempelan brosur dan
58
leaflet dilakukan di Pasar Bogor dan Pasar Anyar. Selain itu, penyebaran brosur dan leaflet juga dilakukan ke rumah makan secara langsung. b) Promosi Penjualan Promosi penjualan yang dilakukan adalah promosi konsumen. Karena saluran pemasaran yang diterapkan merupakan saluran nol tingkat (tanpa perantara) maka promosi dilakukan langsung kepada konsumen. Alat promosi konsumen yang digunakan adalah sampel gratis, diskon, bonus, dan garansi. •
Sampel gratis Sebagai promosi awal kepada konsumen baru, diberikan sampel daging
sapi gratis. Jenis daging sapi yang diberikan kepada konsumen disesuaikan dengan keinginan konsumen. Besarnya sampel disesuaiakan dengan besarnya rumah makan. Sebelum sampel diberikan kepada konsumen dilakukan penelitian terlebih dahulu mengenai potensi konsumen dalam melakukan pembelian (kebutuhan dan kemungkinan konsumen akan membeli) agar pemberian sampel gratis tidak percuma. •
Diskon Dalam penjualan dapat diberlakukan sistem diskon. Untuk setiap target
pencapaian pembelian tertentu, diberikan diskon. Diskon berlaku untuk total pembelian tertentu dan kelipatannya. Dengan asumsi pembelian maksimal setiap harinya adalah 5 kilogram maka dalam 1 kali termin (7 hari) akan tercapai total pembelian 35 kilogram. Batas pencapaian bonus ditetapkan di atas jumlah tersebut, misalkan 40 kg. Besarnya diskon dibatasi oleh besarnya margin (keuntungan yang ingin diperoleh). Jika margin yang diperoleh dari setiap kilogram daging adalah 20% maka jumlah diskonnya harus lebih kecil dari itu, misalkan 10%. Sehingga sebagai ilustrasi, untuk total pembelian 40 kg daging sapi merek apa saja akan mendapatkan diskon 10%. •
Bonus untuk merek reguler dan khusus Dalam penjualan juga diberikan bonus untuk setiap target pencapaian
pembelian tertentu. Pada penjualan daging sapi merek reguler khusus (“Aruna Has Special”, “Aruna Kepala Special”, dan “Aruna Iga Special”) akan mendapatkan bonus daging sapi merek reguler (“Aruna Has”, “Aruna Kepala”, dan “Aruna Iga”). Sedangkan untuk daging sapi merek reguler akan mendapatkan bonus
59
daging sapi merek sekunder (“Aruna Rendang”, “Aruna Bakso”, “Aruna Rawon”, dan “Aruna Sop”). Untuk penjualan merek daging sapi sekunder dan sekunder khusus, pelanggan akan mendapatkan bonus daging sapi sekunder. Dengan asumsi pembelian maksimal setiap harinya adalah 5 kilogram maka dalam 2 kali termin (14 hari) akan tercapai total pembelian 70 kilogram. Batas pencapaian bonus ditetapkan di atas jumlah tersebut, misalkan 75 kg. Sehingga untuk setiap pembelian yang mencapai 75 kilogram dalam dua kali waktu termin akan mendapatkan bonus 1 kilogram daging sapi. Waktu pemberian bonus ditetapkan lebih lama daripada diskon karena biaya yang dikorbankan untuk pemberian bonus lebih besar daripada diskon. Khusus untuk pembelian daging sapi merek sekunder atau sekunder khusus dapat diberikan bonus yang lebih banyak misalkan 2 kilogram daging sapi untuk memicu permintaan merek daging sapi sekunder atau sekunder khusus yang lebih banyak. Berikut ini ilustrasi pemberian bonus dalam tabel berikut. Tabel 24. Bonus dalam Bauran Promosi Merek Daging Sapi
Jenis Bonus
Jumlah bonus (kg)
Merek Reguler Khusus Aruna Has/Special Aruna Kepala/Special Aruna Iga/Special Merek Reguler
Aruna Has Aruna Kepala Aruna Iga
1 1 1
Aruna Rendang atau Aruna Bakso Aruna Kepala/Special Aruna Rawon atau Aruna Sop Aruna Iga/Special Aruna Rawon atau Aruna Sop Merek Sekunder dan Sekunder Khusus Aruna Aruna Rendang Rendang/Special Aruna Bakso/Special Aruna Bakso Aruna Rawon/Special Aruna Rawon Aruna Sop/Special Aruna Sop Aruna Has/Special
1 1 1 2 2 2 2
60
•
Garansi Dalam penjualan diberlakukan juga garansi produk. Garansi yang
ditawarkan adalah penggantian produk atau pengembalian uang jika kemasan produk rusak, tingkat kesegaran daging sapi tidak baik, serta pengiriman tidak tepat waktu. c) Personal selling Personal selling dilakukan dengan menggunakan tenaga penjualan (wiraniaga) yang datang langsung ke rumah makan untuk mempromosikan produk daging sapi “Aruna Beef“. Presentasi pemasaran dilakukan dengan menggunakan brosur dan sampel produk. Informasi yang disampaikan dalam presentasi terutama adalah: •
keunggulan kemasan,
•
variasi produk,
•
sistem pembelian delivery order,
•
sistem pembayaran berjangka,
•
penerapan garansi, diskon, dan bonus, serta
•
informasi mengenai daging beku dan dingin. Selain melakukan presentasi, wiraniaga juga mengarahkan konsumen
untuk membandingkan produk dengan produk dari pemasok langganannya sebagai evaluasi lanjutan. Pendekatan personal yang telah dilakukan sebanyak tiga kali tanpa menghasilkan pelanggan baru dihentikan dan dilanjutkan dengan mencari calon pelanggan berikutnya.
61
VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu: 1. Rumah makan di Kota Bogor memiliki beberapa karakteristik umum yaitu termasuk ke dalam jenis rumah makan padang, telah berjualan selama lebih dari tujuh tahun, memiliki pendapatan rata-rata per bulan di atas Rp10.000.000, dan membuat olahan daging sapi berupa rendang. 2. Dalam proses pengambilan keputusan, sebagian besar rumah makan melakukan pembelian daging sapi karena dipicu oleh rangsangan internal yaitu karena kehabisan persediaan daging sapi (bahan baku). Atribut daging sapi yang paling dipertimbangkan rumah makan dalam melakukan pembelian daging sapi adalah atribut kelengkapan bagian daging, tingkat kesegaran, dan harga. Daging sapi yang biasa digunakan sebagian besar rumah makan merupakan jenis daging segar dan bagian daging has. Sebagian besar rumah makan mendapatkan sumber informasi berdasarkan pengalaman pribadi dan langsung dari penjual. Hampir semua rumah makan membeli daging sapi di pasar tradisional, terutama di Pasar Bogor dan Pasar Anyar dengan alasan karena sudah lama berlangganan. Sebagian besar rumah makan melakukan pembelian setiap hari dengan jumlah pembelian sebanyak satu sampai lima kilogram setiap kali membeli. Hampir semua rumah makan melakukan pembelian dengan cara langsung datang ke penjual dan melakukan pembayaran secara tunai. 3. Berdasarkan analisis persepsi rumah makan, daging sapi yang dijual di pasar pejagalan terutama memiliki tingkat kesegaran yang baik, ketersediaan daging yang lengkap, semuanya merupakan daging sapi segar dan berasal dari dalam negeri (lokal). Daging sapi yang dijual di pasar tradisional dinilai memiliki tingkat kesegaran yang baik, tingkat keknyalan yang baik, ketersediaan daging yang lengkap, serta harga yang murah. Sedangkan daging sapi yang dijual di pasar modern dianggap tidak memiliki keunggulan apapun dibandingkan kedua jenis pasar lainnya. Namun, pasar modern masih dapat mencapai tingkat lemak, tingkat serat, dan kejelasan sertifikasi yang cukup
62
baik. Daging sapi yang dijual di pasar pejagalan dan pasar tradisional saling bersaing satu sama lain. Persaingan terutama terjadi dalam hal harga, tingkat kesegaran, tingkat kekenyalan, tingkat lemak, tingkat serat, dan kejelasan sertifikasi. Pesaing utama bagi para penjual daging sapi ke rumah makan terutama adalah pasar tradisional. 4. Strategi bauran pemasaran yang direkomendasikan adalah sebagai berikut. 1) Produk a. Pemberian nama merek utama b. Diferensiasi produk • Produk reguler yaitu “Aruna Has”, “Aruna Kepala”, dan “Aruna Iga” • Produk sekunder, yaitu “Aruna Rendang”, “Aruna Bakso”, “Aruna Rawon”, dan “Aruna Sop” • Produk regular khusus yaitu “Aruna Has Special”, “Aruna Kepala Special”, dan “Aruna Iga Special” • Produk sekunder khusus, yaitu “Aruna Rendang Special”, “Aruna Bakso Special”, “Aruna Rawon Special”, dan “Aruna Sop Special” c. Pengemasan vakum dalam ukuran kecil d. Pelabelan (nama merek, contact person, label halal dan izin depkes) e. Sistem pembayaran berjangka f. Sistem delivery order 2) Harga Stratifikasi harga • Harga produk reguler (Aruna Has, Aruna Kepala, dan Aruna Iga) serta produk sekunder (Aruna Rendang, Aruna Bakso, Aruna Rawon, dan Aruna Sop) merupakan harga premium • Harga produk khusus (---- Special) lebih mahal dari reguler dan sekunder 3) Distribusi a. Saluran pemasaran tingkat-nol b. Alat transportasi motor c. Mengunakan cooler box ber-logger
63
4) Promosi a. Iklan • Iklan bertujuan informatif dan persuasif • Pemasangan iklan di koran Radar Bogor dan Jurnal Bogor • Penyebaran serta penempelan brosur dan leaflet di Pasar Anyar, Pasar Bogor, dan rumah makan b. Promosi Penjualan • Sampel gratis • Diskon • Bonus untuk merek reguler dan khusus • Garansi c. Personal selling
B. Saran Dari hasil penelitian, disarankan untuk melakukan penelitian dengan pengujian laboratorium mengenai kualitas daging sapi yang dijual di pasar pejagalan, pasar tradisional, dan pasar modern untuk melihat perbedaan kualitas guna dibandingkan dengan pandangan rumah makan terhadap citra daging sapi yang telah diteliti.
64
DAFTAR PUSTAKA Astawan,
Made.
2006.
Mengapa
Kita
Perlu
Makan
DAGING?.
http://www.depkes.go.id. (diakses 4 November 2006). Badan Pusat Statistik Indonesia. 2003. Survei Usaha Terintegrasi 2003: Profil Usaha Kecil dan Menengah Tidak Berbadan Hukum di Indonesia Tahun 2003. Jakarta: Badan Pusat Statistik Jakarta Indonesia. BPS Kota Bogor 2007. Data Survey Sosial Ekonomi Daerah (Suseda) Kota Bogor Tahun 2006. Bogor: BPS Kota Bogor dan Badan Perencanaan Daerah Kota Bogor. BPS Kota Bogor 2007. Kota Bogor Dalam Angka 2006 (Bogor Municipality in Figures 2006). Bogor: BPS Kota Bogor. BPS Provinsi Jawa Barat. 2008. Jawa Barat dalam Angka 2007 (Jawa Barat in Figures 2007). Bandung: BPS Provinsi Jawa Barat. Buckle, et al. 1985. Ilmu Pangan. UI Press. Jakarta. Budiyanto, Teguh. 1993. Dasar-dasar Pemasaran. Jakarta: Penerbit Gunadarma Christvelldy, 2007. Analisis Perilaku Konsumen dan Implikasinya Terhadap Bauran Pemasaran pada Warung Kebun Cempaka Tantri Bogor. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Dano, 2004. Analisis Keputusan Lokasi Pembelian Daging Sapi Segar. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Dinas Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor. 2007. Buku Data Pariwisata Kota Bogor Tahun 2007. Bogor: Dinas Informasi Kepariwisataan Kota Bogor. Griffin, et, al. 2003. Bisnis Edisi Keenam. Jakarta: PT Prenhallindo. Hermawan, Yanda Eka Putra. 2008. Analisis Preferensi Pengunjung dan Positioning Pusat Perbelanjaan Modern di Kota Bogor (Studi Kasus: Botani Square, Ekalokasari Plaza, Bogor Trade Mall, dan Pangrango Plaza). Skripsi. Program Studi Manajemen, Departermen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
65
Rahman, Ingga. 2007. Analisis Citra Merek atau Brand Image dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Fruit Tea di Kota Sukabumi. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kartajaya, H. 2004. Hermawan Kartajaya on Marketing. PT. Gramedia : Jakarta. Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran
edisi Millenium. Jakarta:
Prenhallindo. Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran Jilid I. Benyamin Molan, penerjemah. Jakarta: Indeks. Kotler, Philip dan Kevin L. Keller. 2007. Manajemen Pemasaran Edisi 12 Jilid 2. Jakarta: Indeks. Lawrie, R.A. 2003. Ilmu Daging. Penerjemah: Aminuddin Parakkasi. Jakarta: UIPress. Malhotra, Naresh K. 2006. Riset Pemasaran: Pendekatan Terapan 2 Edisi 4. Jakarta: PT. Indeks Puri Kembangan. Nasution, Andi Hakim dan Barizi. 1980. Metode Statistika Cetakan IV. Jakarta: PT. Gramedia Nurwahid, Mochamad. 1996. Pengaruh Blansir dan Waktu Penyimpanan Terhadap Mutu Fisik dan Mikrobiologi Daging Sapi yang Dikemas Vakum. Skripsi. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Purba, 2006. Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen Rumah Tangga dalam Pembelian Daging Sapi Segar (Studi Kasus di Marketplace, Ekalokasari Plaza,
Bogor).
Skripsi.
Program
Studi
Manajemen
Agribisnis,
Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Simamora, Bilson. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum. Simamora, Bilson. 2005. Analisis Multivariat Pemasaran. 2005. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama . Soedjana, Tjeppy. 2007. Masalah Dan Kebijakan Peningkatan Produk Peternakan Untuk Pemenuhan Gizi Masyarakat (disampaikan pada
66
Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia, Bogor, 21 Nopember 2007). Jakarta: Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Peternakan. Swastha, B. 1995. Pengantar Perusahaan Ekonomi Modern.
Edisi Ketiga.
Yogyakarta: Liberty.
67
LAMPIRAN
68
Lampiran 1. Bagian Daging Sapi
69
Lampiran 2. Kuisioner Penelitian
KUISIONER ANALISIS CITRA DAGING SAPI OLEH RUMAH MAKAN DI KOTA BOGOR Nama saya FIMA FIRDAUS FIRMAN mahasiswa Institut Pertanian Bogor yang sedang melakukan penelitian untuk penyusunan skripsi. Untuk tujuan itu, saya memohon kesediaan Bapak/Ibu agar bersedia mengisi kuisioner yang telah saya susun. Atas kerja sama Bapak/Ibu, saya sampaikan terima kasih. IDENTITAS RESPONDEN Bulan dan tahun Berdiri :....................................................................................... Wilayah Kecamatan : Utara/Timur/Barat/Selatan/Tengah/Tanah Sareal Pendapatan per Bulan : ...................................................................................... Masakan apa yang biasa anda buat? o Rendang o Sop o Baso o Semur o Steak o Abon o Empal o Sate o Daging giling o Rawon o Bistik o Kornet PENGENALAN KEBUTUHAN 1. Apa alasan anda melakukan pembelian daging sapi?.............................. 2. Daging sapi jenis apa yang biasa anda konsumsi? SEGAR/DINGIN/BEKU o Pendasar o Kelapa o Punuk o Gandik o Has o Lamusir o Penutup o Daging iga o Sandang Lamur o Sengkel o Paha o Samcan PENCARIAN INFORMASI 3. Dari mana biasanya anda memperoleh informasi tentang daging sapi? o Langsung dari penjual o Pengalaman pribadi o Koran/Majalah o Selebaran (brosur, dsb) o Rekomendasi orang lain o TV/Radio 4. Apa fokus atribut daging sapi yang anda cari dalam mencari informasi? o Sertifikasi (label halal dan o Harga o Jenis daging depkes) o Tingkat kesegaran o Kemasan o Asal daging (impor/lokal) o Kekenyalan o Tingkat serat o Macam daging (segar/beku) o Tingkat lemak PEMBELIAN 5. Kapan saja anda membeli daging sapi? a. Setiap hari d. Sebulan sekali b. 2-4 hari sekali e. Tidak tentu c. 5 -7 hari sekali f. Lainnya,…………………………… ……
70
6. Dimana biasanya anda membeli daging sapi? a. PASAR MODERN ..................................................................................... b. PASAR TRADISIONAL............................................................................ c. PEJAGALAN ............................................................................................. Alasan, ............................................................................................................. 7. Berapa harga daging sapi per kilogram yang biasa anda beli (rupiah) dan berapa banyak jumlah daging yang anda beli dalam sekali pembelian? Bagian daging Banyaknya (kg) Harga/kg (rupiah) Pendasar Gandik Penutup Sengkel Kelapa Has Daging Iga Paha Punuk Lamusir Sandang Lamur Samcan 8. Bagaimana cara pembelian daging sapi yang biasa anda lakukan? LANGSUNG/PESANAN 9. Bagaimana cara pembayaran yang biasa anda lakukan? TUNAI/BERHUTANG
71
PERSEPSI DAGING SAPI 10. Menurut anda bagaimana PASAR MODERN? Atribut sangat Harga mahal Tingkat sangat kesegaran tidak baik sangat Kekenyalan keras sangat Tingkat lemak banyak sangat Tingkat serat banyak sangat Sertifikasi tidak jelas semua Asal daging impor semua Macam daging beku selalu Kelengkapan tidak daging lengkap
kualitas atribut-atribut daging sapi yang dijual di Tingkat Kualitas mahal
sedang
murah
sangat murah
tidak baik
netral
baik
Sangat baik
keras
kenyal
empuk
banyak
sedang
sedikit
banyak
sedang
sedikit
tidak jelas
cukup jelas
jelas
mayoritas impor mayoritas beku sering tidak lengkap
seimbang seimbang netral
mayoritas lokal mayoritas segar sering lengkap
sangat empuk sangat sedikit sangat sedikit sangat jelas semua lokal semua segar selalu lengkap
11. Menurut anda bagaimana kualitas atribut-atribut daging sapi yang dijual di PASAR TRADISIONAL? Atribut Tingkat Kualitas sangat sangat Harga mahal sedang murah mahal murah Tingkat sangat tidak baik netral baik Sangat baik kesegaran tidak baik sangat sangat Kekenyalan keras kenyal empuk keras empuk sangat sangat Tingkat lemak banyak sedang sedikit banyak sedikit sangat sangat Tingkat serat banyak sedang sedikit banyak sedikit sangat cukup Sertifikasi tidak jelas jelas sangat jelas tidak jelas jelas semua mayoritas mayoritas Asal daging seimbang semua lokal impor impor lokal mayoritas semua mayoritas semua segar seimbang Macam daging segar beku beku selalu sering tidak sering selalu Kelengkapan netral tidak lengkap lengkap lengkap daging lengkap
72
12. Menurut anda bagaimana PEJAGALAN? Atribut sangat Harga mahal Tingkat sangat kesegaran tidak baik sangat Kekenyalan keras sangat Tingkat lemak banyak sangat Tingkat serat banyak sangat Sertifikasi tidak jelas semua Asal daging impor semua Macam daging beku selalu Kelengkapan tidak daging lengkap
kualitas atribut-atribut daging sapi yang dijual di Tingkat Kualitas mahal
sedang
murah
sangat murah
tidak baik
netral
baik
Sangat baik
keras
kenyal
empuk
banyak
sedang
sedikit
banyak
sedang
sedikit
tidak jelas
cukup jelas
jelas
mayoritas impor mayoritas beku sering tidak lengkap
seimbang seimbang netral
mayoritas lokal mayoritas segar sering lengkap
sangat empuk sangat sedikit sangat sedikit sangat jelas semua lokal semua segar selalu lengkap
73
Lampiran 3. Validitas Kuesioner Tingkat kesegar an
Keleng kapan daging
Tingkat kesegaran
Kelengkapan daging
74
Lampiran 4. Reliabilitas Kuesioner
Case Processing Summary N Cases
% 100,0
Valid 30 Exclude 0 ,0 d(a) Total 30 100,0 a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,680
N of Items 10
75
Lampiran 5. Koordinat Sumbu X MDS per Responden Dimensi 1 No MD
TD
PG
1
2
3
4
5
1
2,3259
-0,5294
-0,1046
-0,6824
-1,6032
-0,3026
-0,9066
-0,9066
2
2,0294
-0,8369
0,191
-0,3536
-1,3818
-0,3249
-0,5878
3
2,2241
-0,7207
0,004
-0,5006
-1,4207
-0,2955
-0,8127
4
2,3004
0,5051
-0,5866
-1,3938
-0,3117
-0,3117
5
1,8299
0,3027
-1,1276
-2,0407
-0,3179
6
-0,2265
0,9672
-0,4964
6
7
8
9
1,28
-0,8884
-0,8884
0,8802
-0,8265
1,6375
-0,7221
-1,3251
0,4715
-0,8127
1,5586
-0,8021
-1,4082
0,7624
-0,3117
-0,3117
0,3995
-1,5735
-1,5735
0,8686
-0,3179
1,4737
-0,6666
1,1322
-0,9435
-0,4826
-0,6715
-0,3974
0,2122
-0,3365
-0,4972
-1,3774
-1,3774
-1,3774
2,1764
0,554
7
2,4747
-0,5549
-0,7338
-1,4241
-1,4241
-0,0351
-0,0351
-0,0351
0,8992
-1,2562
-0,3124
-0,0378
8
1,7065
0,0382
-0,9916
0,7275
-1,3831
-0,7086
1,9206
0,4918
-0,2213
-1,2892
-1,3501
-0,6473
9
1,6392
-1,1366
-1,1366
0,9396
0,125
0,1251
1,8093
0,1249
0,1249
-1,4901
-2,888
0,1242
10
2,077
-0,8955
-0,9432
0,2242
-1,139
0,2234
1,5556
0,2223
0,2223
-1,9479
-1,8965
0,2204
11
2,1316
-0,6625
0,0439
-0,9155
-1,0828
-0,9468
1,6754
0,5726
-0,9376
-1,055
-0,9588
0,004
12
2,1316
-0,6625
0,0439
-0,9155
-1,0828
-0,9468
1,6754
0,5726
-0,9376
-1,055
-0,9588
0,004
13
1,697
-0,9693
-1,0341
-2,4133
0,4963
0,4963
0,4963
0,4963
1,3361
-0,6675
-0,664
-0,9671
14
2,4761
0,2816
-0,2241
-0,6138
-0,9581
-0,9581
-0,9581
-0,9581
0,9344
-0,9688
-0,9228
0,394
15
2,282
0,658
-0,5692
0,8001
-0,9513
-0,5148
-1,1008
-1,1008
0,775
-1,0904
-0,9738
-0,496
16
2,489
-0,7929
-0,81
0,8523
-0,7671
-0,1969
-0,6043
-0,7728
0,8329
-0,7877
-1,6916
-0,2399
17
2,2017
0,1709
0,0666
-0,7567
-1,1993
-1,1993
-1,1993
-0,3773
1,2098
-0,9207
-1,1462
0,9482
18
1,6882
-0,357
-0,3619
0,2875
-0,8936
0,2983
-0,8822
-0,8822
0,6852
-1,4882
-1,4882
1,7058
19
2,2556
-0,6745
-0,6745
0,8878
-0,7016
-0,7016
-0,7016
-0,7016
0,8878
-0,7016
-2,3178
0,8878
20
2,4399
-1,2038
-1,2038
0,695
-0,6528
-0,6528
-0,2045
-0,2045
0,2366
-0,6523
-1,7323
0,6954
21
1,9319
-0,7854
-0,7443
1,3161
-1,2262
0,119
0,119
0,119
0,7343
-1,3152
-2,3151
0,115
22
2,271
-0,708
-0,604
0,5854
-1,275
-0,5677
-0,8573
-0,8573
0,7448
-0,3415
-1,247
0,5855
23
2,2409
-1,0819
-1,3169
-1,0278
0,3399
0,3399
0,3399
0,3399
0,8254
-1,7207
-1,8637
0,3444
24
2,3426
0,2444
0,1437
-1,7745
-0,7074
-0,7074
0,4182
-0,7043
1,1612
-0,595
-1,7798
-0,3842
25
2,2241
-0,7207
0,004
-0,5006
-1,4207
-0,2955
-0,8127
-0,8127
1,5586
-0,8021
-1,4082
0,7624
26
2,282
0,658
-0,5692
0,8001
-0,9513
-0,5148
-1,1008
-1,1008
0,775
-1,0904
-0,9738
-0,496
27
1,4181
-0,8616
-1,8272
-0,1284
-0,2376
-0,1282
1,375
1,3972
0,1012
0,1012
-0,8828
-1,7453
28
1,5814
0,6902
-0,2678
-1,7289
0,1593
-1,4605
-0,1096
1,1693
-1,4306
-1,0672
0,6935
0,1895
29
2,1726
-0,375
-0,3455
0,3802
-1,3447
-1,2327
0,3768
0,3768
0,9917
-1,4755
-1,4755
-0,2218
30
2,1316
-0,6625
0,0439
-0,9155
-1,0828
-0,9468
1,6754
0,5726
-0,9376
-1,055
-0,9588
0,004
31
2,1356
-0,2006
-0,9599
0,8569
-1,455
-0,9169
-0,3646
-0,3646
0,4919
-0,396
-1,4402
0,478
32
1,8669
0,5602
0,3174
-0,5249
-0,5249
-0,9317
-0,529
-0,7951
1,2854
-1,028
-1,4491
-0,1141
33
1,5286
-0,8585
-0,9249
0,2036
-1,5187
-0,6838
2,2484
0,7088
0,3253
-1,4545
-1,3093
0,2056
34
2,0414
-0,9794
-1,0059
0,419
-0,7123
0,4184
1,0417
0,4168
0,6381
-1,7881
-1,8274
-0,7038
35
0,0119
-1,7291
1,1553
-1,9968
-0,3084
-0,3084
1,5037
1,5036
-1,0174
-0,2615
0,9427
0,4925
36
0,6554
-0,2392
-1,2441
-0,9869
1,2105
1,2105
1,2104
1,2104
-0,9593
-1,1792
-1,2537
-0,2901
76
Dimensi 1 No MD
TD
PG
1
2
3
4
37
1,9445
-0,2045
-0,9441
0,5506
-1,3509
1,1539
0,9872
38
1,9568
-0,177
-1,1176
-1,3526
-0,6013
-0,6013
39
1,5822
-0,7249
-0,8423
0,8285
0,4588
40
1,8507
-0,5029
-0,4949
0,073
-0,3977
41
1,7132
-0,9108
-0,9256
-0,6645
42
1,5814
0,6902
-0,2678
43
2,0686
-0,1414
44
1,9327
45
5
6
7
8
9
0,9872
-1,2202
-1,2202
-1,3487
-1,279
1,5543
1,5551
-0,4689
-0,8294
-1,3001
-0,5749
-0,7528
0,5154
0,5154
1,1322
-1,4316
-1,4316
-1,4316
-1,523
1,4002
1,4002
0,6229
-1,4264
-1,4264
-1,4264
0,2993
0,5173
0,8468
1,7805
-1,211
-0,5283
-1,2111
-1,4188
-1,7289
0,1593
-1,4605
-0,1096
1,1693
-1,4306
-1,0672
0,6935
0,1895
-1,0735
-1,3452
-1,2049
1,0766
1,0766
1,0766
0,5078
-1,3699
-1,3699
-1,3699
0,4462
-0,5296
-1,756
-0,6964
0,2742
0,2358
0,2358
0,8082
-0,5125
-0,5125
-1,8585
1,2248
-0,2358
-1,4178
-1,7683
-1,2872
-0,142
1,8198
1,8198
-0,0726
-0,5417
-0,5417
-0,0822
46
1,4181
-0,8616
-1,8272
-0,1284
-0,2376
-0,1282
1,375
1,3972
0,1012
0,1012
-0,8828
-1,7453
47
1,8432
0,4042
-1,3245
-0,7868
-1,0787
-0,9354
1,5365
0,8706
-1,0367
-0,2264
-1,3656
0,2565
48
2,3887
-0,6985
-0,6414
0,7852
-0,9095
-2,1174
-0,7139
-0,6356
-0,9124
0,1102
0,1102
0,8457
49
1,5381
0,0479
-1,3515
-0,6876
0,2367
-0,0111
1,1561
1,1561
-0,4
-0,4
-1,4113
-1,4113
50
1,6706
0,2351
-1,0669
-1,1949
-0,3706
-0,7296
1,699
1,699
0,126
-1,2486
-1,2409
-1,2486
51
2,1726
-0,375
-0,3455
0,3802
-1,3447
-1,2327
0,3768
0,3768
0,9917
-1,4755
-1,4755
-0,2218
52
1,7361
-0,8848
-0,8302
0,7742
-1,0244
-0,71
0,0736
0,0736
1,3654
-0,9998
-1,2098
-0,1002
53
1,324
-1,0145
-0,9587
2,3814
-0,4991
0,5806
0,5806
0,5806
-1,0747
-1,0747
-1,0747
-1,0747
54
1,9704
-0,7592
-0,8061
1,7618
-0,96
-0,96
0,3639
0,3639
0,7117
-1,152
-1,152
-1,3529
55
1,791
-1,0951
-0,685
0,6695
-0,5131
0,2153
0,2153
1,1169
0,2097
-1,5254
-1,5204
-0,6697
56
2,0737
-0,718
-0,7411
1,4273
-1,4369
-1,122
0,3625
0,3625
0,7906
-0,3287
-1,4208
-1,3228
57
1,8701
-0,6089
-0,5996
-0,9081
0,7214
-0,0421
-0,0421
-0,0421
0,1121
-0,0856
-2,1508
-0,0944
58
1,8761
-0,8222
-0,8953
1,95
-1,0925
-0,7616
0,441
0,441
0,5311
-0,7658
-1,3889
-1,3889
59
1,8096
-0,8939
-0,9772
1,195
-0,4904
-0,7918
0,6341
0,6341
0,3382
-0,44
-1,2413
-1,586
60
1,9332
-0,617
-0,617
1,4749
0,1919
-1,5789
0,191
0,191
0,7596
-0,4472
-1,7074
-1,7074
Keterangan: MD (Pasar Modern); TD (Pasar Tradisional); PG (Pasar Pejagalan); 1 (harga); 2 (tingkat kesegaran); 3 (tingkat kekenyalan); 4 (tingkat lemak); 5 (tingkat serat); 6 (sertifikasi); 7 (asal daging); 8 (macam daging); 9 (kelengkapan daging).
77
Lampiran 6. Koordinat Sumbu Y MDS per Responden Dimensi 2 No MD 1
-0,1864
TD
PG
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1,462
-0,7746
-1,0614
0,1002
0,3377
0,2296
0,2296
-1,2196
0,2309
0,2309
0,6073
2
0,395
1,1783
-1,2507
-1,0368
-0,4846
-0,037
1,4562
0,7624
-1,0249
-0,2041
-0,4592
0,3105
3
0,1467
1,3418
-0,6812
-0,9204
-0,0565
0,3291
0,1672
0,1672
-1,5247
0,1672
-0,055
0,7718
4
-0,112
2,2652
-0,4812
0,6378
-0,2337
-0,2337
-0,2337
-0,2337
-0,654
-0,1073
-0,1073
-0,3945
5
-0,1097
1,3073
-0,9003
1,2667
-0,865
-0,865
1,0796
-0,408
-0,7747
0,5526
0,2331
-0,4069
6
-0,3269
1,4193
-0,4862
0,1542
-0,3145
2,1099
-0,7849
-0,9886
-0,3038
-0,0505
-0,0505
-0,0505
7
-0,1115
-1,8605
-0,3624
-0,1266
-0,1266
0,7377
0,7377
0,7377
-0,3691
0,495
-0,3821
0,7421
8
0,9456
-1,3312
0,2056
-0,836
-0,0275
-0,8461
-0,9697
0,088
1,2016
-0,2963
-0,0096
0,9301
9
-0,3459
-0,718
-0,718
-0,8416
0,3532
0,3532
0,7289
0,3531
0,3531
0,2177
0,2575
0,3531
10
0,0447
-1,0013
-0,9798
0,5526
0,1423
0,5528
-0,8249
0,5559
0,5559
-0,3212
0,1213
0,5569
11
-0,1138
-0,7746
1,6837
-1,5361
-0,3378
0,6327
-0,1126
0,1873
0,6302
-0,3203
0,6447
-0,4695
12
-0,1138
-0,7746
1,6837
-1,5361
-0,3378
0,6327
-0,1126
0,1873
0,6302
-0,3203
0,6447
-0,4695
13
-0,5963
-1,3009
0,4302
1,1008
0,3497
0,3497
0,3497
0,3497
1,2491
-0,5129
0,126
-1,2985
14
-0,2763
1,2983
0,4538
1,7158
-0,178
-0,178
-0,178
-0,178
-0,848
-0,4898
-0,0502
-0,8151
15
-0,2097
0,7484
0,0847
-0,6232
-0,0587
1,5733
-0,4867
-0,4867
-1,0003
-0,497
-0,3359
1,5014
16
0,1492
0,0566
0,0978
-0,3425
0,6749
-1,5187
0,7589
0,6316
0,6575
0,0758
-0,2155
-1,1748
17
-0,3696
0,7658
0,7727
-1,6982
-0,4311
-0,4311
-0,4311
0,3162
0,2916
1,0909
0,6485
-0,1549
18
0,5408
0,9578
0,9656
-1,1811
0,4059
-0,7515
0,3589
0,3589
0,8574
-0,6003
-0,6003
-1,853
19
0,2078
-0,5406
-0,5406
-0,5694
0,6624
0,6624
0,6624
0,6624
-0,5694
0,6624
-0,9379
-0,5694
20
0,0693
-0,3569
-0,3569
-0,7498
-0,1697
-0,1697
1,4575
1,4575
-0,0291
-0,1749
-0,3012
-0,7453
21
0,069
-0,9278
-0,9336
-0,7824
0,632
0,822
0,822
0,822
-0,8478
-0,0724
-0,5015
0,8295
22
-0,4037
-0,8179
-0,8358
0,9272
-0,6237
1,022
1,0808
1,0808
-0,503
-0,8396
-0,6028
0,9195
23
-0,1766
-0,9251
-0,6776
0,1049
0,4727
0,4728
0,4728
0,4728
0,8494
-1,0073
-0,3113
0,4292
24
-0,0139
1,252
-0,4338
0,5543
-0,7524
-0,7524
-0,7801
-0,754
0,3693
0,4203
0,5268
0,3778
25
0,1467
1,3418
-0,6812
-0,9204
-0,0565
0,3291
0,1672
0,1672
-1,5247
0,1672
-0,055
0,7718
26
-0,2097
0,7484
0,0847
-0,6232
-0,0587
1,5733
-0,4867
-0,4867
-1,0003
-0,497
-0,3359
1,5014
27
1,0772
-1,0096
0,354
0,4526
0,6702
0,4521
-1,171
-1,1767
-0,6624
-0,6624
1,295
-0,6959
28
-0,1829
1,4898
-1,397
-0,0006
0,0671
-0,7477
0,157
-0,2786
0,5955
-0,5793
-0,896
1,9557
29
-0,0173
-0,902
-0,912
1,0289
0,77
0,2153
1,0292
1,0292
-0,7556
-0,2301
-0,2301
-1,0084
30
-0,1138
-0,7746
1,6837
-1,5361
-0,3378
0,6327
-0,1126
0,1873
0,6302
-0,3203
0,6447
-0,4695
31
0,0231
-1,811
0,5923
1,7884
0,2026
-0,7058
-0,5336
-0,5336
-0,2951
0,8364
0,6794
-0,266
32
-0,6318
1,7597
0,4488
-0,3656
-0,3656
0,8961
-0,3558
-1,0753
0,5522
1,3163
0,169
-1,7162
33
-0,6791
-0,8567
-0,8353
0,9076
-0,0854
1,3155
0,9069
-0,0262
-0,9339
-0,0943
0,2128
0,8467
34
-0,2176
-0,8235
-0,8114
0,0083
0,8122
0,0112
1,4584
0,0201
-1,0954
-0,1868
0,2551
0,787
35
0,9865
-0,6957
-0,5514
1,3439
-0,424
-0,424
0,9306
0,9306
0,2966
-1,3903
-0,7608
-1,2286
36
-1,5973
-1,3065
0,2381
-0,0836
0,8463
0,8463
0,8464
0,8464
-0,7122
-0,2978
0,5072
1,4639
78
Dimensi 2 No MD
TD
PG
1
2
37
0,2071
-1,1486
0,3895
0,8706
0,7939
38
0,3865
-1,4557
-0,0257
0,1978
3
4
5
6
7
8
9
0,512
-0,6712
-0,6712
-0,6797
-0,6797
0,7909
0,0792
1,1994
1,1994
-0,3542
-0,3535
-0,5321
0,4636
-0,4072
-0,7048
39
1
0,7351
0,7868
-1,5722
-0,7881
-1,6609
-0,4765
-0,4765
0,8689
0,1945
0,1945
0,1945
40
0,3658
-0,7846
-0,7671
0,9682
0,0492
1,6401
-0,245
-0,245
-0,092
-0,4185
-0,4185
-0,4185
41
-0,89
-0,3728
-0,3863
1,338
-1,1653
0,0187
1,514
0,7322
0,4328
-0,4996
0,4249
-0,2565
42
-0,1829
1,4898
-1,397
-0,0006
0,0671
-0,7477
0,157
-0,2786
0,5955
-0,5793
-0,896
1,9557
43
0,3088
-0,6605
0,391
0,9395
-0,7257
-0,4579
-0,4579
-0,4579
0,9069
-0,0317
-0,0317
-0,0317
44
0,3718
-2,1128
1,3263
-0,3016
0,2589
-0,311
-0,3095
-0,3095
1,1177
-0,528
-0,528
0,954
45
0,6239
-1,1202
0,6764
-0,8403
0,0011
-1,8179
-0,4588
-0,4588
0,9131
0,6084
0,6084
0,6408
46
1,0772
-1,0096
0,354
0,4526
0,6702
0,4521
-1,171
-1,1767
-0,6624
-0,6624
1,295
-0,6959
47
0,6491
-0,9697
0,8114
1,4841
-0,6559
-0,535
-0,5392
-1,3522
-0,629
0,1461
0,231
0,7102
48
0,0651
-0,0715
-0,0401
0,5684
0,9425
0,3729
-1,1676
-1,4766
0,1861
-0,0103
-0,0103
0,5764
49
0,0702
-0,8949
-0,583
0,236
-0,5272
-0,2091
-0,4125
-0,4126
2,1056
2,1056
-0,7742
-0,7742
50
0,72
-0,7057
-0,0791
-0,2484
1,2335
-1,2106
-0,7725
-0,7725
0,9407
0,0386
0,0974
0,0387
51
-0,0173
-0,902
-0,912
1,0289
0,77
0,2153
1,0292
1,0292
-0,7556
-0,2301
-0,2301
-1,0084
52
0,0976
-2,1502
0,9394
-1,4327
0,6649
0,2976
-0,6126
-0,6126
0,7811
0,6354
-0,1551
1,4497
53
-1,1552
0,8442
-0,3451
0,6531
1,9631
0,3472
0,3472
0,3472
-0,4616
-0,4616
-0,4616
-0,4616
54
-0,1339
-0,8548
-0,8559
0,4087
1,3198
1,3198
0,3832
0,3832
-0,9467
-0,113
-0,113
-0,6636
55
-0,1289
-0,8396
1,3783
-1,7687
-1,1126
0,0583
0,0583
1,5268
0,0708
-0,4863
0,3633
1,009
56
0,1087
-0,6597
-0,6616
-0,4567
-0,0613
1,6242
0,85
0,8503
-0,7143
-0,2898
-0,05
-0,6483
57
-0,2409
-1,0279
-1,0226
-0,0598
-0,91
1,5065
1,5065
1,5065
0,9135
-0,8809
-0,1716
-0,8785
58
-0,4822
-0,629
-0,6117
0,7122
0,6344
1,3232
0,7826
0,7826
-1,0365
-0,7535
-0,12
-0,12
59
-0,9866
-0,2549
-0,3012
1,956
-0,3507
1,6228
0,1655
0,1655
-1,0359
-0,2625
0,5312
-0,2627
60
-0,1263
-0,8707
-0,8707
0,017
1,0862
0,2032
1,0856
1,0856
-0,9174
-0,6381
0,0359
0,0359
Keterangan: MD (Pasar Modern); TD (Pasar Tradisional); PG (Pasar Pejagalan); 1 (harga); 2 (tingkat kesegaran); 3 (tingkat kekenyalan); 4 (tingkat lemak); 5 (tingkat serat); 6 (sertifikasi); 7 (asal daging); 8 (macam daging); 9 (kelengkapan daging).
79
Lampiran 7. Rata-rata Koordinat Sumbu x dan y, Nilai Stress, serta RSQ MDS Koordinat x Pasar Modern Pasar Tradisional Pasar Pejagalan Harga Tingkat kesegaran Tingkat Kekenyalan Tingkat Lemak Tingkat Serat Sertifikasi Asal Daging Macam Daging Kelengkapan Daging Nilai Stress Nilai RSQ
1,911376667 -0,415958333 -0,663408333 -0,145358333 -0,69383 -0,43428 0,42707 0,264876667 0,302126667 -0,933863333 -1,208086667 -0,322041667
Koordinat y -0,010106667 -0,275713333 -0,127126667 0,005383333 0,103225 0,249368333 0,141908333 0,088833333 -0,092645 -0,119548333 0,003396667 0,043143333 0,024866667 0,998033519
80
Lampiran 8. Perumusan Skala dan Skor Semantic Differential
Standar Kategori: 1 < x < 1,8 1,8 < x < 2,6 2,6 < x < 3,4 3,4 < x < 4,2 4,2 < x < 5
Skor 1 Skor 2 Skor 3 Skor 4 Skor 5 Nilai Total
Indeks Persepsi
Atribut MD Harga Warna Tingkat Kekenyalan Tingkat Lemak Tingkat Serat Kejelasan Sertifikasi Asal Daging Macam Daging Kelengkapan Daging
TD
196 210 214 175 180 140 221 234 187
PG
173 139 175 168 165 148 124 123 140
159 122 169 170 158 121 100 87 116
Skor
MD 3,27 3,50 3,57 2,92 3,00 2,33 3,68 3,90 3,12
TD
PG
2,88 2,32 2,92 2,80 2,75 2,47 2,07 2,05 2,33
2,65 2,03 2,82 2,83 2,63 2,02 1,67 1,45 1,93
Interpretasi
Atribut MD
TD
PG
Harga Warna Tingkat Kekenyalan Tingkat Lemak Tingkat Serat Kejelasan Sertifikasi
3 4
3 2
3 2
4
3
3
3 3
3 3
3 3
2
2
2
Asal Daging
4
2
1
Macam Daging
4
2
1
Kelengkapan Daging
3
2
1
MD
TD
PG
sedang tidak baik empuk
sedang baik kenyal
Sedang Baik Kenyal
sedang sedang kurang jelas mayoritas impor mayoritas beku netral
sedang sedang kurang jelas
Sedang Sedang kurang jelas
mayoritas lokal mayoritas segar sering lengkap
semua local semua segar selalu lengkap
Keterangan: MD : Pasar Modern TD : Pasar Tradisional PG : Pasar Pejagalan
81
Lampiran 9. Peta Kota Bogor19
19
http://www.indotravelers.com
82