THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
STRATEGI PELIBATAN DALAM KONSER TARLING CERBONAN Muhammad Kamaluddin Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Cirebon
[email protected]
Abstrak Konser musik di berbagai daerah Indonesia kerap diberitakan oleh beberapa media massa cetak dan elektronik berujung pada kericuhan massa. Menjadi menarik bahwa sebagian besar diantaranya terjadi dalam konser musik bergenre dangdut yang mendatangkan banyak penonton. Makalah ini menyajikan studi tentang konser musik bergenre dangdut bernama Tarling di daerah Cirebon. Jenis alunan musik dan lagu ini merupakan ciri khas bagi masyarakat Cirebon yang bermukim di wilayah Pantai Utara bagian Timur Provinsi Jawa Barat. Melalui pendekatan penelitian berparadigma kualitatif deskriptif, data diperoleh dari sumber berupa tayangan video di media sosial youtube. Dari sanalah kemudian peneliti mengulas strategi pelibatan antara penyanyi dan penonton dari perspektif komunikasi interpersonal. Sedemikian sehingga diketahui bahwa para penyanyi Tarling melibatkan penonton dengan berbagai sebutan dalam lirik-lirik lagu yang mereka nyanyikan. Penyebutan nama penonton oleh penyanyi tersebut misalkan saja dengan nama panggilan seperti Mamae Fatir, nama alias seperti Bos Handoko ataupun sebutan lainnya seperti Wong Jatireja. Hal tersebut ternyata mereka lakukan untuk menarik minat para penonton agar turut memberi saweran sekaligus dalam rangka meredam emosi para penonton agar tidak menimbulkan kericuhan selama berlangsungnya acara konser. Kata-kata kunci: pelibatan, komunikasi, Tarling, Cirebon, saweran. PENDAHULUAN Tarling merupakan satu genre musik sekaligus lagu berbahasa daerah. Dalam hal ini, Tarling adalah khasanah budaya pertunjukkan seni musik yang eksis di tengah-tengah masyarakat sepanjang wilayah Pantai Utara Provinsi Jawa Barat bagian timur atau yang menjadi daerah administratif Kabupaten Indramayu serta Kota dan Kabupaten Cirebon. Di ketiga area inilah musik sekaligus lagu Tarling memperoleh pangsa pasar pendengarnya. Pangsa pasar yang dikenal luas sebagai panggung hiburan rakyat dalam berbagai agenda seperti perhelatan pernikahan, khitanan, peresmian, maupun acara lainnya yang menjadikan musik ini sebagai satu menu dalam pergelarannya yang menghibur. Seiring jalannya waktu dan berubahnya jaman, Tarling hingga kini tumbuh dan eksis menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat Cirebon. Animo masyarakat untuk mendengarkan lagu tersebut pun dapat dibilang cukup menggembirakan. Dari berbagai kalangan
usia dan pekerjaan, jenis musik ini hampir mendapatkan penggemar dari tiap golongan usia dan pekerjaan. Sifat kedaerahannya yang melokal bisa jadi sebagai sebab bersatunya beraneka ragam kepentingan menjadi sebuah wadah penikmat musik dan lagu Tarling. Penelitian yang mengangkat tema Tarling sebagai objek kajiannya pun sudah pernah ada beberapa yang dilakukan orang. Dalam hal ini, penulis menemukan tiga judul artikel berikut dengan penulisnya yang telah mengangkat Tarling sebagai bahan tinjauannya. Adapun mereka yakni Supriatin (2012), Maryani, dkk. (2015) dan Salim (2015). Ketiganya bersama yang lain menjadikan Tarling sebagai bahan kajian menurut latar belakang studinya masingmasing. Yang pertama yaitu Supriatin (2012) dengan kajian Tarling melalui pendekatan sastra liminalitas. Dalam penelitiannya ini dia menguraikan teks Tarling kaitannya dengan representasi masyarakat penghasil/penggunanya. Tarling menurutnya adalah hasil dari
THE 5TH URECOL PROCEEDING
551
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
budaya hibrid berupa sastra lisan yang mengandung sifat-sifat dan karakter masyarakat Cirebon semisal sikap toleran, menghargai perbedaan, serta merasa memiliki seni tradisi tanpa memperhitungkan asal-usulnya. Selanjutnya yaitu apa yang dilakukan oleh Maryani, dkk. (2015) kaitannya dengan studi kesehatan yang menjadikan Tarling sebagai bahasannya. Dikatakan oleh mereka bahwa Tarling bermanfaat sebagai media pembelajaran berbasis budaya lokal. Dalam hal ini, ibuibu yang sedang dalam kondisi hamil diberikan beberapa penyuluhan terkait dengan kehamilan yang sedang dialaminya. Dari tiga instrumen pelatihan berupa lembar balik, kuisioner dan lirik lagu Tarling Cerbonan. Berdasarkan hasil penelitian yang mereka lakukan, media berupa lirik lagu Tarling lebih efektif digunakan sebagai instrumen dalam menyampaikan materi-materi pelatihan dibandingkan dengan kedua instrumen lainnya. Terakhir yakni penelitian yang telah dilakukan oleh Salim (2015) kaitannya dengan Tarling berdasarkan eksistensi kesejarahannya. Menurutnya, Tarling mengalami perubahan bentuk dari masa ke masa. Bentuk seni musik dan pertunjukkan khas daerah Cirebon ini mengalami beberapa perubahan dalam hitungan periodisasi. Disebutkannya bahwa genre musik ini melalui periode musik, periode lagu dan lawak, serta periode teater. Meskipun demikian, harus diakui memang eksistensi musik ini mengalami kematangan dari masa ke masa hingga bentuknya saat ini melalui proses akulturasi. Adapun penelitian ini merupakan kajian mengenai Tarling kaitannya dengan interaksi penyanyi kepada penontonnya saat berlangsungnya konser. Kajian ini mencari jawaban atas pertanyaan penelitian mengapa biduan Tarling kerap melibatkan audiensnya dalam bentuk penyebutan/sapaan di sela-sela/bersamaan lirik-lirik lagu yang mereka nyanyikan saat tampil di atas panggung konser. Sedemikian sehingga kelak akhirnya ditemukan jawaban dari pertanyaan
tersebut sebagai tujuan dari dilakukannya penelitian mengenai Tarling ini.
THE 5TH URECOL PROCEEDING
552
KAJIAN LITERATUR Menurut Brunvand (dalam Danandjaja, 2002:141), “nyanyian rakyat adalah salah satu genre atau bentuk folklor yang terdiri dari kata-kata dan lagu, yang beredar secara lisan di antara anggota kolektif tertentu, berbentuk tradisional, serta banyak mempunyai varian”. Senada dengan pernyataan tersebut bahwa dapat diyakini jika Tarling dilihat dari bentuknya masuk ke dalam kategori nyanyian rakyat sebagaimana yang diungkapkan tadi. Tarling merupakan satu genre musik berirama dangdut dengan lirik lagu berbahasa daerah Cirebon. Sekaitan dengan itu, yang menjadi perhatian dalam kajian ini adalah apa yang disebut dengan saweran. Dikatakan oleh Wallach (2008:197), “the most common interaction between performers and audience was known as saweran, the public offering of monetary gifts. To nyawer meant to hand one or more rupiah bills to the singer while he or she was singing onstage”. Dengan kata lain, kaitannya dengan komunikasi interpersonal, konser Tarling akan sangat gamblang menunjukkan bahwa antara penyanyi dan penonton tidaklah berjarak. Mereka saling berinteraksi datu dengan lainnya. Tidak ada aturan ala protokoler saat penyanyi membawakan lagunya di panggung dan penonton ikut serta berjoget dambil memberikan saweran. Kaitannya dengan folklor, sebagaimana diungkapkan oleh Halliday (dalam Sobur, 2009:301-302) bahwa satu dari tujuh fungsi bahasa yakni fungsi interaksi. Dijelaskannya bahwa fungsi ini “bertugas untuk menjamin serta memantapkan ketahanan dan kelangsungan komunikasi/interaksi sosial. Keberhasilan komunikasi interaksional ini menuntut pengetahuan secukupnya mengenai logat (slang), logat khusus (jargon), lelucon, cerita rakyat (folklore), adat istiadat dan budaya setempat, tata krama pergaulan dan sebagainya.”
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
Di samping itu Kasim (2012:41) menyatakan bahwa, “suku bangsa sanese teng Indonesia kadose ngenal basa Cerbon saking tembang-tembang. Utamine saking tembang Tarling. Teng zaman seniki, muncule teknologi organ tunggal utawi trio organ taun 1990-an, nambih katah wontene tembang-tembang basa Cerbon. Kaset utawi CD ingkang gampil didamel dados alat sumebare tembang basa Cerbon sampe pelosok Nusantara”. Setali dengan yang disebutkan di atas tadi, bahasa dalam konteks komunikasi juga termasuk di dalamnya dikenal dengan apa yang selama ini disebut sebagai retorika. Liliweri (2011-131) menyebutkan bahwa retorika merupakan kajian tentang teknik yang mempelajari bagaimana bahasa dapat mempengaruhi tingkah laku. Dari yang disebutkan tadi dapat diyakinkan kiranya ada kalanya komunikator dalam berkomunikasi menggunakan strategi berbahasa untuk mempengaruhi komunikannya. Adapun komunikasi sendiri dikatakan efektif apabila - seperti yang disebutkan oleh Syam (2011:41) - dapat menimbulkan lima hal yakni: a. Pengertian b. Kesenangan c. Mempengaruhi sikap d. Hubungan sosial yang baik e. Tindakan Dengan kata lain, jika komunikasi interpersonal dengan menggunakan bahasa verbal satu dari kelima hal di atas tidak tercapai, maka dapat dikatakan komunikasi yang dilakukan belum/tidaklah efektif. Padahal pihak-pihak yang terlibat dalam suatu komunikasi tentu saja satu sama lain menghendaki apa yang dibahasnya mengenai sesuatu hal misalkan saja berjalan secara efektif. Dalam hal ini, Sibarani (2004:210) menegaskan bahwa “interaksi manusia hanya akan dapat terwujud apabila terjadi komunikasi”.
Metode penelitian ini menggunakan paradigma penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa lirik-lirik lagu Tarling yang bersumber dari rekaman video konser Tarling yang berlangsung di tengah-tengah masyarakat Cirebon. Video rekaman tersebut diakses dari laman media sosial daring youtube.com di internet. Adapun video yang digunakan adalah beberapa rekaman dari konser seorang biduanita terkenal Tarling Cerbonan bernama Diana Sastra. Video yang diambil sebagai sampel kemudian diteliti dan ditranskripkan seluruh lirik-liriknya. Data yang diperoleh kemudian dipajankan dengan teori yang digunakan. Adapun teori yang dimaksud yakni komunikasi interpersonal yang dibangun berkaitan antara komunikasi dan bahasa. Utamanya dari sisi konseptual berkomunikasi dan berbahasa dilihat dari penggunaan praktisnya di masyarakat. Sehingga diharapkan antara metode, data dan teori yang digunakan dapat menghadirkan jawaban atas pertanyaan yang muncul dalam penelitian ini.
METODE PENELITIAN
Transkrip lagu video #1: Juragan Empang Urip sun lagi ketiban wulan
THE 5TH URECOL PROCEEDING
553
HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam pembahasan berikut diterangkan mengenai video rekaman konser Tarling dengan biduanita terkenal Diana Sastra yang kemudian ditranskripkan lirik-lirik lagunya. Adapun dari sekian video rekaman yang dapat diunduh dari laman media sosisal daring youtube.com, peneliti hanya mengunduh tiga buah video sebagai sampel data penelitian kali ini. Adapun video rekaman yang diunduh yaitu yang menampilkan biduanita Diana Sastra menyanyikan lagu berjudul Juragan Empang, Tetep Demen dan Lanang Sejati. Ketiga lagu tersebut dibawakan dalam konser yang berbedabeda. Berikut adalah transkrip lirik-lirik lagu yang dinyanyikan saat konser tersebut. Berikut adalah lirik lagu dari video #1,
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
Gemerlap cahya sinare terang Dasar nasib sun ora kaberan Didemeni ning juragan empang Rasa seneng sun ora kejagan Duwe Kang Kuwu Wong Jatireja Uwonge boral bli perhitungan Ngupai sewa Kang bandeng seempang Duh kakang kula demen sampeyan Demene kula sampe bleg-blegan Yen ora ketemu najan sedina Bayangan Bos Agus kaya ning mata Lamun Kang Kuwu sayang ning kula Lamar kula nggo pendamping sampeyan Ngomonga bae Wong Jatireja Lamaran sampeyan pasti diterima Urip sun lagi ketiban lintang Gemerlap cahaya sinare terang Dasar nasib sun ora kaberan Didemeni Kuwu Jatireja Duh kakang kula demen sampeyan Demene kula sampe bleg-blegan Yen ora ketemu najan sedina Bayangan Pak Mantri katon ning mata Lamun Bos Agus sayang ning kula Lamar kula nggo pendamping sampeyan Ngomonga bae mama lan mimi Lamaran Kang Kuwu pasti diterima Rasa seneng sun ora kejagan Duwe emane Kang Otoy sayang Uwonge boral Kang Otoy bli perhitungan Ngupai sewa Kang bandeng seempang Rasa seneng sun ora kejagan Duwe emane Kang Kuwu Jatireja eman lan sayang Uwonge boral bli perhitungan Ngupai sewa Kang bandeng seempang
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
saweran kepada penyanyi Tarling sebagai komunikator yang melantunkan lagu tersebut. Selanjutnya yakni lirik lagu dari video #2 sebagaimana di bawah ini,
Dari transkrip lagu video #1 di atas dapat diketahui bahwa lirik lagu Juragan Empang ini sudah bukan seperti lirik asli sebagaimana di kaset. Di sini dapat dilihat bahwa penyanyi Tarling yang beraksi di atas panggung konser melibatkan penonton yang turut berjoget dengan menyebutkan baik nama terang maupun panggilan lainnya. Dalam lirik-lirik lagu sebagaimana yang ada di video terdapat kata semisal Bos Handoko, Papae Apid, Bapae Agus, Bos Agus, Wong Jatireja, Kang Kuwu Jatireja, Kang Otoy, dan Pak Mantri. Mereka yang disebutkan tadi tentunya sebagai komunikan berjoget di atas panggung sambil memberikan
Transkrip lagu video #2: Tetep Demen Bli bisa diilangaken Tetep bae demen Perasan sun keganggu Yen sedina bli ketemu Kelingan Bos Cikarang Kebayang ning Bang Rai sayang Mengkenen temen rasane Wong Cikarang ana sing duwe Kelingan Bapae Yanti bae Kang kula ngarti Bang Rai wis duwe rabi Tapi kepriwen Kula ora bisa klalen Wong Cikarang sing percaya Kula ning Wong Cikarang cinta Sewulan sepisan Tulung kula tilikana Najan ora dikawin Wong Cikarang jangjine dingin Kula ngrasa prihatin Bapane Adam jangjine maning Kelingan ning Wong Cikarang dewek Kebayang ning gantenge Mengkenen temen rasane Wong Cikarang ana sing duwe Kelingan kenang Bapae Adam Kebayang ning Mimi Rumini dewek Mengkenen rasane Wong Cikarang ana sing duwe Kelingan Mimi Rumini bae Bapae Adam kula ngarti Bapae Adam wis duwe rabi Tapi kepriwen Kula ora bisa klalen Wong Cikarang sing percaya Kula ning sampeyan cinta Sewulan sepisan Tulung kula tilikana Najan ora dikawin Wong Cikarang jangjine dingin Kula ngrasa prihatin Wong Cikarang jangjine dingin Bli bisa diilangaken Tetep bae demen Prasaan sun keganggu Yen sedina bli ketemu Kelingan Pak Wandi dewek
THE 5TH URECOL PROCEEDING
554
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
Kelingan Wong Cikarang dewek Mengkenen temen rasane Wong Cikarang ana sing duwe Kelingan Bapak Adam bae Di atas adalah transkrip lirik lagu dari video #2. Dapat diperhatikan bahwa transkrip tersebut sudah bukan lirik lagu Tetep Demen sebagaimana asalnya. Dapat dilihat bahwa penyanyi Tarling sebagai komunikator kembali melibatkan penonton yang turut berjoget dalam penyebutan baik nama maupun panggilannya saja. Beragam sebutan semisal Bang Rai, Bapae Yanti, Mimi Rumini, Pak Wandi, Wong Cikarang dan Bapak Adam disisipkan dalam liriklirik lagu yang dinyanyikan. Mereka yang disebutkan tadi sebagai komunikan turut berjoget di atas panggung dengan memberikan saweran kepada biduan yang bergoyang sembari mendendangkan lagu. Adapun yang terakhir adalah transkrip dari video #3 sebagaimana berikut, Transkrip lagu video #3: Lanang Sejati Kebayang dudu kenang gantenge Kelingan Bos Handoko dudu kenang kasepe Nanging kasih sayang Papae Hafid Sing gawe sun mabok kepayang Kaya ora gampang nemoni Jaman kiyen lanang sejati Bapae Agus Saling percaya karo janji Jujur setia welas asih Ibarat dewa Bos Handoko dewa asmara Bagus ning rupa ora sok gawe lelara Ibarat dewa Bapa Nasir Mamae Yopi dewa asmara Bagus ning rupa Bapae Fitri ora sok gawe lelara Kabeh wong muji Mamae Fatir kabeh ngagumi Pantes sampeyan jadi rebutan Jaman kiyen ora gampang nemoni Mamae Palko sing bisa nyayangi Saling percaya karo jangji Bapae Revan Bapae Revan sing paling eman Ibarat dewa Bos Handoko dewa asmara Bagus ning rupa ora sok gawe lelara Bos Dori Ibarat dewa Pak Nasir dewa asmara Bagus ning rupa ora sok gawe lelara
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
Kabeh wong muji Dede Hafid kabeh ngagumi Pates sampeyan yen kanggo rebutan Kebayang dudu kenang gantenge Bos Handoko Kelingan Bapae Fitri dudu kenang sayange Nanging sayang Bos Handoko dewek Eman lan sayang karo Bapa Nasire dewek Pada transkrip video #3 di atas, dapat dilihat bahwa penyanyi Tarling sebagai komunikator kembali melibatkan penonton sebagai komunikan dengan penyebutan baik nama maupun panggilannya dalam sisipan lirik-lirik lagunya. Dalam lirik lagu Lanange Jagat di atas terdapat kata panggilan semisal Dede Hafid, Pak Nasir, Bapae Revan, Mamae Palko, Mamae Fatir, Bos Handoko, Bapae Fitri, Mamae Yopi dan Bapa Nasire. Mereka yang disebutkan tadi tentunya asyik berjoget di atas panggung hiburan sambil nyawer biduan yang menyanyikan lagu Tarling. Maka demikianlah dapat diketahui bagaimana dalam konser Tarling di Cirebon penonton yang berjoget sambil memberi saweran kepada biduan dilibatkan melalui sebutan nama dan atau panggilan dalam sisipan lirik lagu yang sedang dilantunkan. Pelibatan penonton sebagai komunikan oleh penyanyi sebagai komunikator ini dilakukan atas dasar interaksi di antara keduanya di panggung. Demikian pula bagi penonton yang meminta sebuah lagu untuk dinyanyikan, meskipun tidak berjoget langsung di atas panggung, namanya akan turut disebut dalam lirik lagu yang dinyanyikan. Bahkan bagi penonton yang hanya berjoget di depan panggung tanpa nyawer pun terkadang dilibatkan dengan berbagai sebutan demi terciptanya suasana konser yang kondusif tanpa ada gesekan yang dapat memicu kericuhan. SIMPULAN Demikianlah kajian mengenai pelibatan dalam konser Tarling Cerbonan ini diuraikan secara keseluruhan. Kiranya dari sana dapat diketahui bahwa pelibatan audiens sebagai komunikan dalam suatu
555
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
konser Tarling melalui lirik lagu yang dibawakan oleh penyanyi sebagai komunikator merupakan semacam retorika dalam pola komunikasi interpersonal. Dengan kata lain, saat biduan Tarling melibatkan nama, sapaan dan atau sebutan pendengarnya di panggung konser, saat itu pula dirinya berupaya memperoleh tambahan penghasilan melalui saweran uang. Khususnya saweran yang diperoleh biduan dari penikmat Tarling yang ikut berjoget di panggung serta pendengar yang meminta suatu lagu untuk dinyanyikan. Di samping itu, pelibatan penonton dengan sebutan Pak Kuwu, Bos Handoko, Mamae Fitri dan sebagainya juga merupakan cara untuk mengkondisikan penonton saat berjoget dalam jumlah banyak di sekitaran panggung konser agar tetap terkendali.
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
Syam, N. W. (2011). Psikologi sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Wallach, J. (2008). Modern Noise, Fluid Genres: Popular Music in Indonesia, 1997-2001. Winconsin: The University of Winconsin Press.
REFERENSI Danandjaja, J. (2002). Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lainlain. Jakarta: Grafiti. Kasim, Supali. (2012). Sumebare Basa saking Tembang. Dalam Kaweruh Basa (Penyunting Nurdin M. Noer). Cirebon: Lembaga Basa lan Sastra Cirebon. Liliweri, A. (2011). Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Maryani, dkk. (2015). Efektivitas Seni Budaya Tarling Cirebonan sebagai Media Peningkatan Pengetahuan Ibu Hamil di Kabupaten Cirebon Jawa Barat. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. 18 (4): 421429. Salim. (2015). Perkembangan dan Eksistensi Musik Tarling Cirebon. Catharsis. 4 (1): 65-70. Sibarani, R. (2004). Antropolinguistik: Antropologi Linguistik, Linguistik Antropologi. Medan: Poda. Sobur, A. (2009). Semiotika Komunikasi. Bandung: Rosda. Supriatin, Y. M. (2012). Teks Tarling: Representasi Sastra Liminalitas (Analisis Fungsi dan Nilai-Nilai). Metasastra. 5 (1): 92-101.
THE 5TH URECOL PROCEEDING
556
ISBN 978-979-3812-42-7