eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (3): 605-614 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org © Copyright 2013
STRATEGI KOREA SELATAN DALAM EKSPOR PRODUK KOREAN WAVES KE JEPANG MARETA CHAIRANI KAUROW1 NIM. 06.54016.08291.02
Abstract: This research aim to know about South Korea strategy to export their Korean Waves products to Japan. This research is descriptive research wherein give the common pictures and explain about the economic relation between South Korea and Japan with the existence of Korean Waves and about South Korea strategy in dramas and movies export. Presented data is secondary data which are collected from various books, magazines, articles, journals, summary lectures, websites and newspapers related to problems. Data analyse’s technique used is content analysis. Result of this research is with the existence of Korean Waves in Japan have made the relationship between South Korea and Japan been opened to accept about each other culture. South Korea’s culture diplomacy that have been done to Japan give an economic benefit for both countries. The benefit consistent with culture diplomacy purpose, which is to make positive image of their countries in international world, to attract tourists and investors. South Korea strategy in dramas and movies export is focused on international market system, which are determining stabilized price, plot that periority depends on the stars or style called Asian values-Hollywood style and the government policies such as guarantee of the extensive of domestic broadcast market and infrastructure’s support policy. Keywords : South Korea, Export-Import Strategy, Japan
A. Pendahuluan Korea Selatan merupakan salah satu negara yang terletak di kawasan Asia Timur Laut. Dalam berabad-abad sejarahnya, merupakan negara yang sangat penting di kawasan tersebut sebagai negara yang menghubungkan Asia Timur Laut dengan dunia internasional, terutama dengan kepulauan Jepang yang letaknya dekat sekali 1
Mahasiswi Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email:
[email protected]
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1 , Nomor 3 , 2013 : 605-614
dengan Semenanjung Korea. Korea terletak di tengah-tengah tiga negara besar, yaitu Jepang, China, dan Russia. Bahkan, pada akhir masa abad ke-19 Amerika juga mencoba memberikan pengaruhnya ke tanah Korea. Korea Selatan mampu bangkit dari salah satu negara yang paling miskin pada dekade 1950-an di dunia, menjadi salah satu dari sedikit negara yang berkembang dan terkaya pada dekade 1990-an dan berhasil memasuki jenjang elite negara industri dunia. (Michael P.Todaro & Stephen C.Smith, 2004: 108) Dengan pendapatan per kapita per tahun lebih dari USD20 ribu dan memiliki cadangan devisa senilai USD525,4 milyar, Korea Selatan telah menempatkan posisi sebagai ekonomi ke-11 terbesar dunia. ( www.indonesiaseoul.org ) Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Korea Selatan adalah ekspor budaya. Pada akhir tahun 1990-an, program Televisi (TV) Korea Selatan, film, dan musik pop telah diekspor ke negara-negara di Asia yang kemudian menjadi sangat populer. Fenomena ini dikenal dengan istilah Korean Waves (Gelombang Korea), atau dapat disebut juga dengan istilah Hallyu. Istilah Hallyu pertama kalinya diciptakan oleh seorang jurnalis yang berasal dari Beijing pada pertengahan tahun 1999. Korean Waves atau Gelombang Korea didefinisikan sebagai sebuah kemunculan pergerakan budaya regional dalam bidang budaya populer Asia, dan disaat yang sama, hal ini adalah contoh besar dari perluasan budaya. Fenomena ini berhubungan erat dengan formulasi, promosi, dan pengaruhnya. Produk Korean Waves berupa drama dan film merupakan produk budaya Korea pertama yang dapat masuk ke pasar Jepang. Jepang merupakan negara yang paling sulit untuk terkena pengaruh Korean Waves. Negara tersebut terkenal dengan sifat sangat mencintai produk budaya dalam negeri bahkan sebelumnya menjadi nomor satu dalam hal pengaruh budaya di Asia khususnya Asia Timur. Meskipun budaya Korea Selatan telah berkembang secara alami di negara-negara tetangga khususnya Asia Timur, kenangan akan invasi dan penjajahan Jepang pada awal abad ke-20 selama 35 tahun terhadap Korea menyebabkan pertukaran budaya di antara kedua negara tersebut terhambat. Selama hampir 50 tahun sejak Korea Selatan terlepas dari penjajahan Jepang, negara tersebut telah menutup diri akan masuknya budaya Jepang ke negaranya. Jepang pun berusaha menutupi perihal sejarah dan perilaku pada masa penjajahannya. Berada di bawah kondisi yang kurang baik selama beberapa tahun yang disebabkan oleh konflik historis kedua negara, pada akhirnya tahun 1998 Korea Selatan secara bertahap mulai mencabut larangan impor kebudayaan Jepang. Setelah itu situasi budaya Korea Selatan mulai terpengaruh oleh Jepang. Tidak sedikit masyarakat Korea yang mulai menikmati budaya Jepang. Terlepas dari itu semua, mulai masuknya budaya Jepang juga telah mewarnai perubahan budaya Korea Selatan, dalam hal ini musik dan film. Berawal dari kepopuleran dan kesuksesan drama Winter Sonata yang telah diputar di Jepang, hal tersebut telah memberikan dampak kesuksesan bagi Korea Selatan 606
Strategi Korea Selatan dalam ekspor produk Korean Waves ke Jepang (Mareta. C)
dalam meningkatkan ekspor drama dan filmnya ke Jepang. Drama Winter Sonata yang disiarkan pada tahun 2003 di Jepang telah mengambil 20% dari rating penonton dan dibudidayakan senilai $ 20,000,000 dari pasar distribusi. Sejak saat itu nilai drama Korea terus meningkat dan telah terjual sebesar $ 2,000,000. (www.wcec-secretariat.org) Dan sejak saat itu pula, ekspor film ke Jepang meningkat drastis selama 3 tahun berturut-turut (tahun 2003 sampai 2005), menjadikan Jepang sebagai importir terbesar drama atau film Korea di dunia. Beberapa drama Korea yang populer di Jepang setelah Winter Sonata adalah Beautiful Days, Autumn in My Heart, Stairway to Heaven, All in, Jewel in The Palace, dan lain-lain. Selain itu beberapa film Korea yang berhasil mencapai box office di Jepang pada tahun 2005 adalah Windstruck, April Snow, dan A Moment to Remember. Adapun beberapa bukti adanya perkembangan Korean Waves di Jepang, misalnya di stasiun Tokyo, menunjukkan adanya dampak dari ditayangkannya drama Winter Sonata yang ditandai dengan tersedianya box makan siang, yang digambarkan sebagai makan siang Korean Waves meliputi bulgoggi, pangsit gyoza yang diisi dengan kimchi, dan Korean Okonomiyaki. Di kota Shinjuku, terdapat Korea Town (semacam tempat khusus yang di dalamnya terdapat berbagai macam hal yang berkaitan dengan kebudayaan Korea Selatan), telah dipromosikan dalam majalah turis domestik Jepang sebagai tempat tujuan yang menyenangkan.(www.academia.edu.documents.s3.amazonaws.com) Penerimaan serta respon dari masyarakat Jepang terhadap drama dan film Korea dapat dikatakan cukup mengejutkan. Kita telah menyaksikan Jepang sebagai negara dengan kebudayaan yang khas, kemudian sebagian besar masyarakatnya juga adalah pekerja. Namun angka atau jumlah ekspor film Korea ke Jepang dapat menembus jumlah yang sangat tinggi. Terutama pada tahun-tahun 2003 sampai 2005. Beberapa hal yang telah diasumsikan oleh para penonton dari Jepang yang menonton drama Korea, yaitu mereka menonton drama Korea dikarenakan yang pertama karena adanya unsur kedekatan budaya dan faktor sejarah. Kemudian ada ketertarikan karena dipengaruhi oleh alur cerita yang cukup berbeda dengan drama Jepang, dimana gaya hidup dan nilai-nilai budaya sangat melekat di drama Korea. Faktor kesukaan mereka terhadap aktor atau aktris yang berperan di dalamnya. Hal ini tidak memandang bagus atau tidaknya jalan cerita, akan tetapi mereka hanya fokus terhadap aktor yang mereka sukai. Kemudian karena keinginan mempelajari bahasa Korea, maka penonton tersebut dengan rutin menonton drama Korea. Setelah sukses berkembang di Jepang dan negara-negara lain di Asia khususnya Asia Timur, perkembangan industri budaya Korea Selatan berkembang pesat. Pertumbuhan industri film di Korea Selatan tersebut tak lepas dari peran pemerintah. (www.wcec-secretariat.org) Bagi pemerintah Korea Selatan, mereka sangat menyadari bahwa film dapat menjadi media untuk peningkatan pemahaman budaya antar negara dan alat diplomasi. Strategi inovatif yang dilakukan oleh pemerintah dengan industri budaya Korea Selatan merupakan hal 607
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1 , Nomor 3 , 2013 : 605-614
yang menarik untuk dikaji mengingat keberhasilan ekspor budaya Korea Selatan tersebut tidak hanya sukses di Jepang tetapi juga negara-negara lain. Eksistensi dan keberhasilan Korea Selatan dalam meningkatkan sebuah industri kreatif berbasis kebudayaan itulah yang kemudian menjadikan relasi atau hubungan antara negara Korea Selatan dan Jepang menjadi lebih erat atau meningkat. Penelitian akan difokuskan pada hubungan Korea Selatan-Jepang dan strategi ekspor drama dan film Korea Selatan ke Jepang. Bagaimana kemudian strategi ekspor drama dan film Korea ke Jepang? Tujuannya adalah untuk mengetahui apa saja strategi ekspor drama dan film Korea ke Jepang pada tahun 2003-2005. B. Kerangka Dasar Konsep 1. Konsep Diplomasi Diplomasi merupakan usaha suatu negara bangsa untuk memperjuangkan kepentingan nasional di kalangan masyarakat internasional. Dalam hal ini diplomasi diartikan tidak sekedar sebagai perundingan, melainkan semua upaya hubungan luar negeri. (Tulus Warsito & Wahyuni Kartikasari, 2007: 2) Tujuan diplomasi yang diharapkan suatu bangsa adalah terciptanya landasan persahabatan yang membimbing bangsa-bangsa menuju kerjasama dan perdamaian. Diplomasi telah menjadi bagian integral setiap negara dalam menjalankan hubungan internasional. Kekuatan diplomatik akan sangat bermanfaat bagi suatu negara untuk menjaga pertahanan nasional serta mencari kesempatan baru dalam menjalin hubungan persahabatan dengan negara lain. (Yang Seung-Yoon, 2004: 1) Dua tipe diplomasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe diplomasi kebudayaan dan tipe diplomasi bisnis. Diplomasi kebudayaan berkaitan dengan keberadaan Korean Waves (produk drama dan film) di Jepang, selain memberikan pencitraan positif bagi negara Korea akan tetapi juga memberikan keuntungan secara ekonomi bagi kedua negara. Bentuk dan tujuan diplomasi kebudayaan sangat dipengaruhi (dan juga sangat mempengaruhi) situasi dan kondisi hubungan antar negara yang sedang menjalin suatu hubungan atau kerjasama. Terlebih dahulunya negara Korea dan Jepang memiliki konflik historis. Diplomasi budaya dapat menjadikan hubungan kedua negara menjadi lebih baik. Sementara itu diplomasi bisnis berkaitan dengan para pelaku bisnis yaitu industri kreatif film yang berada di bawah lembaga Korean Film Council tentang bagaimana mereka dapat mengemas dan menghasilkan suatu produksi film yang berkualitas sehingga dapat meningkatkan jumlah ekspor film terutama ke Jepang. 2. Konsep Strategi Strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai tujuan. (B.N Marbun, 2003: 509) Dalam bidang ekonomi strategi dapat diartikan sebagai usaha negara dalam merebut pangsa pasar, sehingga perekonomian negara tersebut dapat meningkat. Strategi industri dan perdagangan merupakan instrumen inti dalam pembangunan ekonomi, yang sangat menentukan keberhasilan pemerintahan dan menjadi penentu dalam mendorong kemajuan ekonomi masyarakatnya. Strategi promosi ekspor atau outward looking strategy merupakan 608
Strategi Korea Selatan dalam ekspor produk Korean Waves ke Jepang (Mareta. C)
suatu strategi yang dijalankan dengan instrument-instrument yang dipusatkan pada kebijakan, program, dan kegiatan untuk memacu ekspor barang-barang yang diproduksi dalam negeri. Strategi ini muncul sebagai akselerasi pertumbuhan negara industri dengan penetrasi pasar internasional melalui kegiatan ekspor. (Didik J. Rachbini, 2004: 39) Strategi promosi ekspor drama dan film Korea yang diberlakukan ke Jepang merupakan satu kesatuan antara kerjasama pemerintah dan industri kreatif film dalam hal pembuatan kebijakan promosi dan distribusi, pemasaran serta kebijakan infrastruktur. Hal tersebut merupakan suatu usaha bagi Korea Selatan agar tetap dapat bersaing dalam pasar internasional dan mempertahankan kestabilan nilai jual drama dan film. Terutama di Jepang yang merupakan importir terbesar drama Korea. C. Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan tipe deskriptif analitik, yaitu tipe penelitian yang mendeskripsikan satu atau lebih fenomena dengan beberapa pertimbangan, yang mana penulis memberikan gambaran dan menjelaskan mengenai strategi Korea Selatan dalam ekspor produk Korean Waves ke Jepang. Data yang disajikan merupakan data sekunder yang diperoleh melalui telaah pustaka, yakni dengan mengumpulkan data-data yang relevan dengan permasalahan yang dibahas dari literatur seperti buku, surat kabar, atau majalah dan situs-situs dari internet. Teknik analisa data yang digunakan adalah data kualitatif. D. Hasil Penelitian Korea Selatan adalah salah satu dari sepuluh teratas dunia eksportir budaya, yang dimulai dengan ekspor drama yang melintasi Asia Timur dan Tenggara. Popularitas drama Korea meningkatkan minat ke hal-hal yang lebih luas lagi seperti musik, film, makanan, fashion dan hal-hal yang berkaitan dengan kebudayaan lain yang terinspirasi dari produk-produk yang ditunjukkan oleh program TV tersebut. Istilah ini kemudian menjadi akronim yang telah merujuk pada pertumbuhan kekuatan ekonomi Korea Selatan dan bangkitnya perusahaan multinasional global seperti Samsung, LG dan Kia-Hyundai. Fenomena ini sekaligus menandakan aliran baru dari budaya populer didasarkan pada bangsa tertentu sebagai suatu alat untuk menyebarkan identitas nasional. Budaya Korea telah menjadi salah satu produk ekspor yang menyebar ke negaranegara di seluruh Asia. Yang berarti, budaya menghasilkan pendapatan negara. Pada tahun 2005, Korea Selatan memperoleh pendapatan dari ekspor “barangbarang budaya” dengan total lebih dari US$ 1 miliar atau dua kali lipat dibanding tahun 2002 yang hanya US$ 500 juta. Keberhasilan Korean Waves berdampak signifikan pada berbagai sektor di negaranya seperti peningkatan di bidang pariwisata dan makanan, citra negara dalam persepsi negara-negara lain. (www.swa.co.id) Hal ini sesuai dengan tujuan konsep diplomasi kebudayaan yaitu
609
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1 , Nomor 3 , 2013 : 605-614
untuk mencerminkan citra positif sebuah negara di mata dunia internasional, menarik wisatawan asing dan investor. Drama memiliki dua aspek, budaya dan ekonomi. Kebudayaan dan ekonomi merupakan aspek yang saling berkaitan. Promosi drama Korea telah ditujukan terutama untuk mempromosikan pertukaran budaya dengan dukungan sektor publik dan juga sebagai usaha berbasis bisnis untuk membangun industri ekspor. Drama Korea adalah komoditi ekspansi budaya Korea yang dampaknya sangat signifikan bagi peningkatan pariwisata di Korea. Gelombang budaya pop Korea (Hallyu) membuat para penggemar Korea di luar negeri mulai menjadikan Korea sebagai destinasi/tujuan liburan mereka setelah mereka menjadi bagian dari ekspansi budaya ini. Menurut data dari Korea International Trade Association (KITA) pada tahun 2004, pendapatan negara Korea $ 1.87 juta atau 2.14 triliun won pada ranah pariwisata Korea. (www.jamco.or.jp). Diplomasi budaya dalam hal ini melalui drama merupakan salah satu cara dalam meningkatkan peluang mencapai kepentingan nasional. Secara ekonomi keuntungan yang didapat adalah peningkatan devisa melalui kunjungan wisatawan asing. Perdagangan produk budaya Korea Selatan telah menarik perhatian luas karena dua alasan. Pertama, Hallyu telah meningkat dengan cepat dan sekarang merupakan sumber meningkatnya komoditi ekspor di Korea Selatan. Potensi ekonomi industri budaya dan ekspor barang-barang budaya telah terlihat sejak tahun 1990-an. Laba bersih yang disumbangkan oleh Shiri, film pertama Korea Selatan yang booming di akhir tahun 1990-an, diperkirakan setara dengan penjualan 11.667 Hyundai, mobil perwakilan Hyundai Motors. Beberapa tahun sebelum kesuksesan Shiri, potensi ekonomi industri budaya mulai menerima banyak perhatian di Korea. Kedua, pengusaha Korea dan pembuat kebijakan mulai menyadari bahwa Hallyu positif mempengaruhi ekspor produk Korea lainnya, terutama di industri manufaktur seperti elektronik dan mobil. Sementara ekspor barang budaya sendiri dapat memberikan keuntungan, memiliki manfaat tambahan untuk meningkatkan konsumsi terhadap barang buatan Korea Selatan lainnya di luar negeri. Oleh karena Hallyu dianggap sebagai sesuatu yang strategis, hal tersebut menjadi penting bagi kebijakan perdagangan internasional Korea. Keberhasilan Korea Selatan dalam memperluas budaya melalui Korean Waves, hal tersebut dapat mengubah pandangan Jepang, yang kemudian menjadikan negara tersebut juga termasuk ke dalam negara yang dipengaruhi oleh Korean Waves melalui drama. Jepang dengan kebudayaannya sendiri, akan tetapi masih terbuka menerima kebudayaan lain masuk di negaranya. Melalui drama atau film Korea keadaan diskriminatif terhadap kedua warga Korea-Jepang (campuran) dan Korea (murni) di Jepang bergeser ke batas tertentu. Drama Korea tersebut memberikan kontribusi terhadap persepsi Korea sebagai bangsa yang ramah dan menarik. Adanya drama atau film Korea mempengaruhi banyaknya wisatawan asing yang berasal dari Jepang datang ke Korea. Induksi arus wisatawan Jepang telah 610
Strategi Korea Selatan dalam ekspor produk Korean Waves ke Jepang (Mareta. C)
meningkat pesat, yang menunjukkan jumlah pengunjung ke Korea pada tahun 2005 dibandingkan dengan tahun 2003 dan 2004 melaporkan kenaikan sekitar 35,5% dan 35,4%, masing-masing tahun. Meningkatnya jumlah wisatawan Jepang yang berkunjung ke Korea, aliran ini menutup jarak kognitif antara kedua negara, yang dikenal sebagai “close in distance but far in mind”. (www.jpkc.fudan.edu.cn) Aktivitas ekspor merupakan salah satu faktor utama dalam hal pembangunan ekonomi suatu negara, yang diangkat sebagai suatu strategi kebijakan utama. Korea Selatan merupakan negara yang telah berhasil menjadi negara industri dengan basis dan strategi ekspor, yaitu strategi dalam kebijakan ekonomi untuk memasuki pasar internasional dengan memperkuat daya saing antar negara. Strategi Korea Selatan untuk mempromosikan daya saing internasional industri budaya sejak pertengahan tahun 1990-an telah terbukti menjadi salah satu yang efektif. Daya saing industri budaya merupakan sumber potensi ekspor dalam hal dampaknya terhadap ekspor keseluruhan produk. Korean Waves merupakan produk kebudayaan Korea Selatan yang dikemas secara modern dan dipasarkan ke luar negeri dan menjadi salah satu andalan ekspor budaya Korea. Perkembangan Korean Waves di luar negara Korea Selatan terjadi disaat pertumbuhan ekonomi, industri, teknologi informasi dan komunikasi Korea Selatan berkembang secara signifikan. Pada awal tahun 2000 setelah krisis ekonomi di Asia, Korea Selatan menargetkan untuk mengekspor budaya Korea. Pada tahun 1997, banyak negara Asia yang terkena dampak krisis Asia termasuk negara Jepang. Produk film dan drama Jepang dianggap mahal oleh stasiunstasiun TV di negara tersebut. Selain itu produk film dan drama Jepang sulit untuk mencapai rating lebih dari 15 persen. Hal tersebut kemudian mendorong stasiunstasiun TV tersebut untuk membeli produk impor yang lebih murah. Konten produk film dan drama Korea yang berkualitas dan mengandung nilai-nilai masyarakat Asia seperti nilai-nilai keluarga dan budaya yang unik menjadi daya tarik tersendiri. Harga produk serial drama TV dan film Korea Selatan yang seperempat kali lebih murah dari produk lokal kemudian menjadi sasaran para stasiun TV di Jepang. Film dan serial drama TV Korea Selatan mendapat respon yang positif dari masyarakat Jepang. Pada tahun 2004, serial drama Winter Sonata dan Dae Jang Geum menjadi fenomenal di Jepang. Hal ini kemudian mengangkat popularitas aktor Bae Yong Joon. Keberhasilan drama tersebut membuat banyak serial drama TV Korea yang kemudian ditayangkan di Jepang. Jepang dan Korea juga melakukan beberapa kerjasama produksi film, drama dan musik. Strategi kebijakan pemerintah Korea Selatan dalam hal ekspor budaya adalah peraturan pengaruh asing dan pelaksanaan kebijakan pendukung bagi industri dalam negeri yang efektif untuk menjamin perluasan pasar penyiaran dalam negeri: - Mewajibkan waktu penyiaran untuk program outsourcing production, sebagian berkontribusi terhadap peningkatan jumlah perusahaan produksi independen dan
611
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1 , Nomor 3 , 2013 : 605-614
lingkungan yang kompetitif dalam industri penyiaran, meskipun terdapat beberapa masalah, termasuk yang berkaitan dengan hak cipta. - Kebijakan pendukung untuk infrastruktur, yang memungkinkan sewa fasilitas produksi untuk perusahaan produksi kecil independen, yang memungkinkan mereka untuk menghasilkan banyak drama atau film Korea. - Pembatasan program siaran TV Jepang akan memberi lebih banyak waktu bagi pemerintah Korea untuk mengembangkan industri dalam negeri. Sementara itu perusahaan industri berbasis kebudayaan kreatif dikelola oleh lembaga Korean Film Council. Para pelaku bisnis disini berperan dalam hal pembuatan film dan sistem pemasaran. Dalam hal ini, drama dan film Korea Selatan dikemas sedemikian rupa agar dapat menarik bagi masyarakat tidak hanya di dalam negeri, namun juga di luar negeri. Film dijadikan whole package dengan mengakomodasikan unsur-unsur budaya lain. Format audio visual menjadikan film efektif dalam komunikasi massa. Para perusahaan industri penyiaran dan film menekankan pada sistem pemasaran internasional drama atau film Korea dengan mengedepankan penjualan nama seorang bintang atau menjual style yang disebut dengan istilah Asian Values-Hollywood Style. Film dan drama Korea Selatan dikemas dalam bentuk modern akan tetapi masih mengandung nilai-nilai budaya atau tradisional yang sangat sesuai dengan masyarakat Asia, dan cenderung menunjukkan ciri khas negaranya, seperti makanan, tempat wisata, barang-barang elektronik atau gadget produk dalam negeri, dan lain-lain. Selain itu, film produksi Korea Selatan dikenal karena alur ceritanya yang kuat dan genre yang bervariasi sehingga menarik banyak penonton. Memfokuskan pada karakter yang kuat terhadap para tokoh atau pemeran sehingga para penonton bisa ikut merasakan apa yang dialami tokoh tersebut dalam cerita. Para aktor dan aktris yang berperan didalamnya pun juga harus melalui proses training atau academy untuk bisa menjadi aktor yang profesional dan handal. Dengan film dan drama yang berkualitas, penetapan harga yang relatif murah dibandingkan produksi negara lain juga menjadi salah satu strategi dalam merebut pangsa pasar komoditi ekspor. Di samping itu, pemerintah dan para industri perfilman dalam rangka promosi internasional khusus di Jepang, mengadakan program-program di negara tersebut yaitu Support Program for Commercial Korean Film in Japan, Support program for Independent Korean Film Distribution in Japan, Support Program for Korean Filmmakers Participating in International Film Festivals. Memanfaatkan keberhasilan dari drama Winter Sonata yang pertama kali ditayangkan di Jepang yang pada akhirnya memicu kenaikan secara drastis jumlah atau nilai ekspor drama dan film Korea ke Jepang, pemerintah dan industri kreatif Korea Selatan saling bekerja sama dalam memfokuskan kinerja yang lebih baik lagi dalam menghasilkan produk drama dan film yang berkualitas. Hal tersebut bertujuan agar dari tahun awal keberhasilan ekspor produk tersebut dapat memberikan peningkatan dalam permintaan ekspor film dari negara Jepang serta lebih meningkatkan minat masyarakat Jepang untuk berkunjung ke Korea Selatan.
612
Strategi Korea Selatan dalam ekspor produk Korean Waves ke Jepang (Mareta. C)
E. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Diplomasi Kebudayaan Korea Selatan membuktikan bahwa dengan masuknya budaya Korea di Jepang dapat meningkatkan hubungan perekonomian dari kedua negara. Dimana hal tersebut dapat menghasilkan keuntungan bagi kedua negara. Sistem komunikasi global budaya memungkinkan individu atau kelompok atau negara untuk mengatasi batas-batas geografis yang pernah menghalangi hubungan, dan mereka menciptakan akses ke dalam pengalaman sosial dan budaya yang luas dimana individu atau kelompok atau negara tidak pernah bisa mempunyai kesempatan untuk melawan (ekspansi budaya tersebut). Melalui adanya Korean Waves di Jepang, hal tersebut berhasil menghapus batas-batas hubungan yang sebelumnya bersitegang dikarenakan 35 tahun masa penjajahan Jepang di Korea. Kesuksesan ekspor drama dan film Korea di Jepang menjadikan Jepang sebagai importir terbesar produk tersebut. Adanya kedekatan geografis dan kemiripan budaya diantara keduanya memberikan kemudahan bagi budaya Korea untuk dapat masuk ke Jepang. Strategi Korea Selatan dalam meningkatkan ekspor budaya merupakan satu kesatuan dari adanya perencanaan pemerintah melalui kebijakan-kebijakan, peran industri budaya, perusahaan produksi dalam hal promosi, dan lain-lain. Secara umum dapat dikatakan bahwa strategi tersebut diberlakukan tidak hanya ditujukan untuk negara Jepang secara khusus, namun juga untuk negara-negara lain. Yang menjadikan perbedaan adalah beberapa program yang dibuat oleh pemerintah dan lembaga Korean Film Council dalam hal ekspor drama dan film ke Jepang. Strategi inovatif yang dijalankan oleh Korea Selatan dalam hal promosi ekspor budaya tidak semuanya dapat mencapai kesuksesan untuk bisa meraih pangsa pasar di negara-negara lain. Berhasil atau tidaknya tergantung dari bagaimana negara tersebut menerima masuknya budaya Korea. 2. Saran Korea Selatan harus lebih kreatif dalam memelihara kualitas dan kuantitas dari produk drama dan filmnya. Kejenuhan masyarakat dan juga ketidakstabilan nilai jual produk suatu budaya dapat menyebabkan terjadinya penurunan jumlah ekspor. Keberhasilan yang dicapai tidak selamanya akan menjamin kebudayaan Korea akan terus disukai oleh masyarakat dari negara lain. Dan hal tersebut tentunya akan berpengaruh juga terhadap tingkat pendapatan negara. Kebudayaan mencerminkan identitas suatu bangsa. Suksesnya ekspansi kebudayaan Korea Selatan di negara-negara lain tersebut diharapkan dapat menjadi contoh bagi negara kita sendiri, yaitu Indonesia.
613
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1 , Nomor 3 , 2013 : 605-614
Media informasi global saat ini telah menjadi inovasi yang tepat untuk dapat menyebarkan kebudayaan secara internasional. Indonesia diharapkan dapat menyampaikan pesan kebudayaan kepada dunia internasional dengan salah satu cara seperti melalui drama atau film. Jika pemerintah memberikan dukungan serta kebijakan dan dapat bekerja sama secara kooperatif dengan indutri film seperti halnya Korea Selatan, hal ini dapat memberikan peluang bagi Indonesia untuk dapat lebih dikenal negara lain. DAFTAR PUSTAKA Buku B.N Marbun. 2003. Kamus Politik. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Didik J. Rachbini. 2004. Ekonomi-Politik “Kebijakan dan Strategi Pembangunan”. Granit Michael P.Todaro & Stephen C.Smith. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jilid 2. Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga Tulus Warsito dan Wahyuni Kartikasari. 2007. Diplomasi Kebudayaan. Yogyakarta: Ombak Yang Seung Yoon. 1995. Seputar Kebudayaan Korea Selatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Internet Effects of Korean Drama Television terdapat di http://jpkc.fudan.edu.cn/picture/article/179/bc/0c/ca58cbde4e718fcb4f835a0 bf9b7/a3f90341-713c-4866-a6ed-f0f021875407.pdf diakses pada tanggal 5 Februari 2013 International Distribution Drama TV terdapat di http://www.jamco.or.jp/2010_symposium/en/008/index.html diakses pada tanggal 20 Juli 2012 Korean TV Dramas and the Japan-Style Korean Waves terdapat di http://academia.edu.documents.s3.amazonaws.com/98393/Korean_TV_Dra mas_and_the_Japan-Style_Korean_Wave.pdf diakses pada tanggal 27 Oktober 2010 Korean Wave connects Asian Culture terdapat di http://www.wcec-secretariat.org/english/inside/08/BYUN%20Doosup.pdf diakses pada tanggal 20 Juni 2010 Menggarap Potensi Kemitraan Strategik Indonesia dan Korea Selatan terdapat di http://www.indonesiaseoul.org/indonesia//rubrik/view.php?kat=7&id=98 diakses pada tanggal 6 Maret 2010 The New Korea terdapat di http://swa.co.id/business-strategy/menelisik-keajaibanekonomi-korea diakses pada tanggal 15 Mei 2013
614