UPAYA DIPLOMATIK KOREA SELATAN-JEPANG TERHADAP PENYELESAIAN SENGKETA KEPULAUAN DOKDO
SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian siding sarjana Program Strata Satu (S1) pada Jurusan Hubungan Internasional
Diajukan Oleh; EGIE SAGITA 042030058
JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG 2010
LEMBAR PENGESAHAN UPAYA DIPLOMATIK KOREASELATAN-JEPANG DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KEPULAUAN DOKDO Oleh: Egie Sagita NIM 042030058 Telah diujikan tanggal .....................................
Menyetujui: Pembimbing,
Drs. Iwan Gunawan, M.Si. NIP 151 101 37
Mengetahui:
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Drs. Aswan Haryadi, M.Si. NIP 131 687 153
Ketua Jurusan Ilmu Hubungan Internasional,
Drs. Iwan Gunawan, M.Si. NIP 151 101 37
Pernyataan dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah benar-benar hasil pekerjaan penelitian saya sendiri. Adapun semua referensi/kutipan (baik kutipan langsung ataupun kutipan tidak langsung) dari hail karya ilmiah orang lain tiap-tiap satunya telah saya sebutkan sumbernya sesuai dengan etika ilmiah. Apabila di kemudian hari skripsi ini terbukti hasil meniru/plagiat dan terbukti mencantumkan kutipan karya orang lain tanpa menyebutkan sumbernya, saya bersedia menerima sanksi penangguhan gelar kesarjanaan dan menerima sanksi dari lembaga yang berwenang.
Bandung, 24 Agustus 2010
Egie Sagita NIM 042030058
DEDIKASI Dan Guru Ku… Adalah Semua Orang Pernah Bertemu Dengan Ku… Berbicara Dengan Ku… Karena Aku Adalah Murid Abadi Kehidupan (Yafigrata S. Graputin)
Ku Persembahkan Buat: Almarhum Bapak Oman Heryaman, S.IP, M.Si di Surga Orang yang Mengajarkan Bagaimana Menghargai Pengetahuan
ABSTRAK Masalah perebutan/klaim suatu kepulauan oleh beberapa negara memang menjadi masalah yang rumit. Klaim suatu negara terhadap suatu wilayah negara lain sering kali menimbulkan konflik yang berujung pada memburuknya hubungan antara negara yang samasama memiliki klaim atas wilayah yang sama. Status Pulau Dokdo/Takeshima diantara Korea Selatan dan Jepang yang dipersengketakan kedua negara adalah status kedaulatannya, dimana kedua negara mengklaim berdasarkan konektivitas secara geografis dan historis atas kepemilikan pulau tersebut. Dokdo adalah pulau yang terletak kira-kira di pertengahan antara Semenanjung Korea dan Kepulaun Jepang (pada 37º 14 26,8” N dan 131º 52 10,4” E). Sebenarnya, Dokdo bukan merupakan suatu pulau tapi gugusan pulau. Dokdo terdiri dari dua pulau utama, yaitu Dongdo (Pulau Timur) dan Seodo (Pulau Barat). Kawasan Dongdo adalah 73297 m², dan Seodo memiliki luas 88639m jadi total luas kawasan Dokdo 187.453 m². Wilayah Dokdo merupakan wilayah yang dipersengkatakan oleh Korea Selatan karena kepemilikannya. Berdasarkan pada perjanjian San Fransisco, kepulauan Dokdo tidak termasuk kedalam wilayah yang harus dikembalikan oleh Jepang Pada pasal 2 perjanjian San Fransisco hanya dibicarakan pengembalian wilayah Pulau Kuril dan Senkaku pada Rusia. Hal ini dapat diartikan sebagai legalitas Jepang untuk memiliki pulau itu. Dalih lain yang diberikan Jepang untuk menantang klaim Korea Selatan atas Kepemilikan pulau Dokdo berupa bukti akan perjanjian pendudukan Jepang atas Korea. Pada saat penandatanganan perjanjian pendudukan Jepang atas Korea, secara otomatis wilayah Korea merupakan bagian dari wilayah jajahan Jepang. Namun, ada satu poin yang dianggap Jepang penting unuk mengklaim pulau Dokdo tidak termasuk dalam wilayah Korea dan dapat dianggap sebagai daerah tidak bertuan (Terra Nulius). Adapun tujuan penelitian yang hendak /ingin di capai penulis adalah: Untuk mengetahui bagaimana tentang pasang-surut hubungan diplomatik Korea SelatanJepang.Untuk mengetahui apa latar belakang sejarah konflik atas klaim Pulau Dokdo antara Korea Selatan dan Jepang. Untuk mengetahui bagaimana upaya diplomatik Korea SelatanJepang dalam menyelesaikan sengketa Pulau Dokdo. Metode yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah deskripsi yang bertujuan untuk menggambarkan suatu fenomena upaya diplomatik Jepang dan Korea Selatan dalam menyelesaikan sengketa dua Negara atas klaim Pulau Dokdo. Berdasarkan Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data dengan mencari data-data dari kepustakaan buku, informasi-informasi berdasarkan penelaah literatur atau referensi baik yang bersumber dari artikel-artikel, majalah, surat kabar, jurnal, buletin-buletin, internet maupun catatan-catatan penting mengenai hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang di teliti oleh penulis. Kesimpulan: upaya diplomatik Korea Selatan –Jepang dalam penyelesaian sengketa Pulau Dokdo yang ditandai dengan adanya negosiasi dan pertemuan pimpinan kedua negara terkait masalah status. kedaulatan Pulau Dokdo dianggap sebagai suatu upaya yang serius yang berimplikasi pada hubungan baik dan kerjasama kedua negara yang saling ketergantungan satu sama lain mengingat hingga saat ini konflik tersebut belum dapat diselesaikan.
Kata kunci: sengketa pulau dokdo, status kedaulatan pulau dokdo, hubungan diplomatic Korea Selatan dan Jepang
ABSTRACK Seizure Problems / claim an island by some countries is a complex issue. Claims of a country against other countries in the region that often cause conflicts that cause the deterioration of relations between the countries that have the same claims to the same region. Status of the island of Dokdo / Takeshima between South Korea and Japan are two countries dispute sovereignty status, in which both countries claim based on the geographical and historical connectivity over ownership of the island. Dokdo is an island located roughly halfway between the Korean Peninsula and Japan Islands (at 37 º 14 26.8 "N and 131 º 52 10.4" E). Actually, Dokdo is not an island but a group of islands. Dokdo consists of two main islands, namely Dongdo (East Island) and Seodo (West Island). Dongdo area is 73,297 m², and has an area of 88639m Seodo so that the total area of 187,453 m² in area Dokdo. Dokdo is a disputed territory of South Korean territory because of its ownership. Based in San Francisco treaty, the island of Dokdo was not included into the territory of which must be returned by Japan In article 2 of the San Francisco treaty just discussed again Kuril Islands and Senkaku in Russia. This can be interpreted as the legality of Japan to have the island. Japan gives another reason to challenge the claim of South Korea over Dokdo island in the form of proof of ownership will contract the Japanese occupation of Korea. At the time of signing the agreement the Japanese occupation of Korea, the Korean territory is automatically a part of a Japanese colony. However, there is one thing that is considered important unuk Japan claims Dokdo islands not included in the Korean territory and can be considered as an area of no man's land (Terra Nulius). As for research purposes who want / I want to achieve is: To know how to plug-South Korean diplomatic relations Jepang.Untuk know what the background history of the conflict over claims Dokdo Island between South Korea and Japan. To find out how South Korea's diplomatic efforts in resolving disputes-Japanese island of Dokdo. The method used in conducting this research is the description that aims to describe the phenomenon of the diplomatic efforts of Japan and South Korea are two countries in resolving the dispute over Dokdo Island claims. Based on data collection techniques used is literature study, namely data collection techniques to find the data from the literature book, information based on either literature reviews or references sourced from articles, magazines, newspapers, journals, newsletters, the Internet is also important notes on matters relating with the issues being examined by the author. Conclusion: South Korea's diplomatic efforts to resolve the dispute over Dokdo Island-Japan negotiations and meetings marked with leaders of both countries on the issue of status. the sovereignty of Dokdo Island is considered as a serious effort that has implications for good relations and cooperation between the two countries depend on each other given that the current conflict can not be resolved.
Keywords: dispute over Dokdo island, the island's sovereign status of Dokdo, diplomatic relations between South Korea and Japan
ABSTRAK Pangakuan salah sahiji pulau (pulo) ku sababaraha Nagara ngajadieun bangbaluh nu kacida reugreugna. Pangakuan hii Nagara ka hij wilayah Nagara sejen loba pisan nimbulkeun adu reugeng nu ngalibatkeun jadi leuwih goreng hubungan jeung Nagara sejen nu mibanda pangakuan lantaran pacogregan nu sarua hayang mibanda. Kaayaan Pulo dokdo/Takeshima antara Korea bagean wilayah Kidul jeung Jepang nu di adurenyomkeun tea Nagara nyaeta kaayaan Kadaulatan eta dua Nagara Ngaku dumasar kacindeukan Geografis jeung Sejarah, kasangtukang mibanda pulo eta. Pulo Dokdo nyaeta Pulo nu ayana kira-kira pateungahan antara sapananjung Korea jeung Pulo Jepang (di 370 14 268” N jeung 1310 52 10,4” E).Sabeuneurna Dokdo lain mangrupakeun hiji pulo tapi gugus pulo. Dokdo gumantung ti 2 pulo utama nyaeta Dongdo(Pulo Wetan ) jeung Saedo (Pulo Kulon). Kawasan Dongdo nyeta 73297 m2 jeung Saedo ngabogaan luas 88639 m2 jadi jumlah luas eta kawasanteh 187.453 m2. Dokdo mangrupakeun wilayah nu jadi sangketa ku Korea kidul sabab hak milikna dumasar dina parjanjian San Fransisco pulo Dokdo teu ka asup kana wilayah nu kudu diserenkeun ku Jepangtina Pasal 2 janji San Fransisco ngan saukur carita nyerenkeun Pulo Kurit jeung Senkaku ka Rusia. Ieu the bisa dihartikeun kakuatan Jepang keur ngapimilik pulo eta, alesan lain nu dibikeun ku Jepang keur panguat tantangan pangakuan Korea Kidul nu jadi hak milikna Pokdo Dokdo mangrupa bukti janji Penduduk Jepang ti Korea. Dina waktu panandatanganan pajanjian panduduk Jepang aya hiji poin nu dianggap Jepang penting jang ngapimilik Pulo Dokdo henteu asup kana Wilayah Korea jeunh bisa dianggap mangrupakeun daerah nu teu ngapimilik (Terra Nulius). Aya oge tujuan panalungtikan ieu nu hoyong dicapai panlis nyaeta: Jang mikanyaho kumaha-kumahana hubungan diplomatic antara Korea Kidul jeung Jepang. Oge jang mikanyaho naon anu ngadasarkeun sajarak konflik anu haying ngapibanda Pul Dokdo anatara Korea Kidul jeung Jepang. Jang mikanyaho naon wae upaya diplmatik Korea kidul jeng Jepang dina ngarengsekeun sangketa Pulo Dokdo. Metode anu digunakeun dina panalungtikan ieu nyaeta deskripsi anu tujuanna jang ngagambarkeun Fenomena nu ngupayakeun diplomatic. Jepang jeung Korea Kidul dina ngarengsekeun sangketa dua Nagara anu mibanda PuloDokdo. Ngadasarkeun kana Teknik pangumpulan data anu digunakeun nyaeta studi kapustakaan, nyaeta teknik pangumpulan data jeung neangan data-data ti kapustakaan buku, informasi-informasi, nu didasarkeun penelaah literature atawa referensi alus anu bersumber artikel-ertikel, majalah, surat kabar, jurnal, buletin-buletin, internet ataupun catatan-catatan penting ngenaan hal-hal anu ngenaan jeung parkara nu keur ditaliti ku panalungtik. Hasil tina Panalungtikan nyaeta: Upaya diplomatic Korea Kidul jeung Jepang dina ngarensekeun sangketa Pulo Dokdo anu dicirian jeung ayana negosiasi jeung paamprokna pamimpin kadua Nagara ngaitan masalah status. Kedaulatan Pulo Dokdo dianggap salaku upaya anu sarius nu ngimplikasi kana hubungan alus jeung rereogan kadua Nagara nu saling katagantungan nu hiji jeung nu sejenna nu tepi ka ayena aya pasualan nu can bisa direngsekeun. Kecap konci: Sangketa Pulo Dokdo, Status Kadaulatan Pulo Dokdo, Hubungan Diplomatik Kore Kidul Jeung Jepang.
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, skripsi saya ini yang berjudul UPAYA DIPLOMATIK KOREA SELATAN-JEPANG
TERHADAP
PENYELESAIAN
SENGKETA
KEPULAUAN
DOKDO dapat selesai tepat waktu. Skripsi ini mengulas tentang masalah territorial antara Korea Selatan dan Jepang serta penyelesaian yang telah di tempuh selama konflik terjadi, Penulis mengharapkan skripsi ini dapat berguna bagi semua kalangan, dapat berguna bagi para praktisi hubungan internasional, bagi mahasiswa Hubungan Internasional di seluruh Indonesia serta di khususkan bagi para mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Pasundan Bandung Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Semoga skripsi ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan. Penulis menyadari skripsi ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu para pembaca apabila menemukan kekurangan dalam skripsi saya ini maka penulis harapkan dapat memperbaharuinya. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. ALLAH SWT..puji yukur kehadirat-Mu ya ALLAH..karena selama ini Engkau selalu ada buat saya…Makasih ALLAH SWT... 2. Nabi Muhammad SAW, yang selalu menjadi panutanku dalam kehidupan ini. 3. Bapak Prof. DR. HM Didi Turmudzi, M.Si, selaku Rektor Universitas Pasundan Bandung. 4. Bapak Drs. Aswan Haryadi, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan Bandung.
5. Bapak M Budianan, S.IP, M.Si, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan Bandung. 6. Bapak Drs. Deden Ramdan, M.Si, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan Bandung. 7. Bapak Drs. Iwan Gunawan, M.Si, selaku Ketua Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan Bandung dan selaku pembimbing skripsi. 8. Bapak Drs. Ade Priangani, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan Bandung dan selaku dosen penguji. 9. Bapak Drs. Alif Oktavian selaku dosen penguji. 10. Bapak Drs. Iwan. B Irawan, ibu dra. Ottih Rostoyati M.Si, ibu dra. Hj. Rini Afriantari M.Si, Bapak Drs. Agus Herlambang M.Si, ibu dra. Dewi Astuti Mudji, alm Bapak Oman Heryaman, S.IP, M.Si, Bapak DR. Anton Minardi S.IP, M.Ag, Bapak Drs. Ade Rosidin, Bapak Drs. Fahremi Imri, M.Si, Bapak Drs. T May Rudi, SH, MIR, M.Si, Bapak Jajang Rohidin S. Pd, ibu Sri, Bapak Deden beserta seluruh staff dosen Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan Bandung. 11. MY DADDY…thanks banget buat semuanya ya pah..buat semua doa dan support yang dikasih ke Egie dalam hal apapun itu…maafin salah Egie selama ini yang sering buat papah repot…moga Egie bias jadi anak yang selalu papah banggain.
12. MY
MOM…makasih
buat
semuanya…dukungan
dan
kasih
sayang
mamah…Egie bangga punya ibu kaya mamah…maafin yaa klo selama ini Egie banyak nyusahain mamah..YOU’RE BEAUTIFUL and THE BEST MOM.. 13. Bobby…adiku yang paling ganteng, makasih udah jadi adik yang baik bwt aku, yang nurut sama papah mamah yaa..kuliah yang bener, moga tahun depan bias lulus… 14. Rifka…adiku yang paling kecil…mulailah berfikir dewasa, sekarang kan dah bukan di bangku Sma lagi…udah gedejangan bandel yhaa… 15. Buat Mang Coco, Mang Iing…makasih atas bantuan dan dukungannya.. 16. Buat kelwrga besar di Cilamaya dan Kuningan…makasih banyak atas doanya. 17. Keluarga Depok…Aldy, Iam, Alm Ibu…makasih dah mau selalu direpotin sama Egie selama berkunjung disana. 18. Buat Mba Mala…makasih dah mau bantuin berpikir dalam skripsi ini 19. Temen-temen seangkatan…Ardy, Tri, Anggra, Irwan, Arief, Arie, Nando, dan masih banyak lagi yang ga bias disebutin satu-satu…makasih atas support dan dukungannya..kenangan bersama kalian gaakan dilupain. 20. Buat anak-anak kosan CO3 dan Gelatik…makasih dah support dan ngedoaian hingga akhirna lulus…Lope FUULLL 21. Keluarga Besar Mortir…terutama Mas Ibnu…makasih dah selalu support 22. Semua pihak yang saya kenal serta telah membantu saya namun tidak bias sebutkan satu-persatu. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih atas segala perhatiannya
DAFTAR RIWAYAT HIDUP 1. DATA DIRI : Nama
: Egie Sagita
Nama Panggilan
: Egie
Tempat/Tanggal Lahir
: Kuningan, 27 November 1985
Jenis Kelamin
: laki-laki
Status Anak
: Anak ke 1 dari 3 bersaudara
Agama
: Islam
Tinggi/Berat Badan
: 185cm/60kg
Alamat
: Jl. Tenis no 103 BTN Lama Karang Anyar Indramayu
Hobby
: Basketball, Touring
Telepon
: 08132290260
2. DATA ORANG TUA : Nama Ayah
: Eddie Hermayadi
Pekerjaan
: Wiraswasta
Nama Ibu
: Titin Sutini
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Alamat
: Jl. Tenis no 103 BTN Lama Karang Anyar Indramayu
3. PENDIDIKAN FORMAl : 1. Th 1990-Th 1992 TK Pertiwi Indramayu 2. Th 1992-Th 1998 SD Negeri Paoman IV Indramayu 3. Th 1998-Th 2001 SMP Negeri 2 Sindang Indramayu 4. Th 2001-Th 2004 SMU Negeri 1 Sindang Indramayu 5. Th 2004-s/d sekarang Universitas Pasundan Fakultas FISIP Jur. Hubungan Internasional Bandung- Jawa Barat
DAFTAR ISI
Hal LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………
ii
PERNYATAAN……………………………………………………..
iii
MOTTO DAN DEDIKASI………………………………………….
iv
ABSTRAK BAHASA INDONESIA……………………………….
v
ABSTRACT (Terjemahan Bhs Inggris)…………………………..
vi
ABSTRAK (Terjemahan Bhs Sunda)…………………………….
vii
KATA PENGANTAR……………………………………………..
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP…………………………………….
xi
DAFTAR ISI……………………………………………………….
xiii
BAB I: PENDAHULUAN........................................................................................................1 A. Latar Belakang Penelitian..............................................................................................1 B. Identifikasi Masalah.......................................................................................................7 1. Pembatasan Masalah................................................................................................7 2. Perumusan Masalah..................................................................................................7 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian....................................................................................9 1. Tujuan Penelitian......................................................................................................9 2. Kegunaan Penelitian.................................................................................................9 D. Kerangka Teoritis dan Hipotesis..................................................................................10 1. Kerangka Teoritis...................................................................................................10 2. Hipotesis.................................................................................................................20 3. Operasional Variabel..............................................................................................21 4. Skema Kerangka Teoritis.......................................................................................23
E. Tingkat Analisis, Metode, dan Teknik Pengumpulan Data..........................................24 1. Tingkat Analisis.....................................................................................................24 2. Metode Penelitian...................................................................................................24 3. Teknik Pengumpulan Data.....................................................................................25 F. Lokasi dan Lamanya Penelitian...................................................................................26 1. Lokasi Penelitian....................................................................................................26 2. Lamanya Penelitian................................................................................................26 3. Sistematika Penulisan.............................................................................................28 BAB II: Pasang Surut Hubungan Diplomatik Korea Selatan-Jepang..............................29 A. Sejarah Singkat.............................................................................................................29 1. Kekebalan Diplomasi.............................................................................................29 2. Sejarah Hubungan Diplomatik Antar Negara........................................................30 B. Permasalahan Hubungan Diplomatik Korea Selatan-Jepang.......................................33 1. Kerikil Tajam dalam Diplomasi Jepang.................................................................33 2. Sengketa Pulau, Hubungan Korea Selatan-Jepang Kembali Memanas.................37 3. Duta Besar Korea Selatan Di Jepang Ditarik.........................................................38 C. Hubungan Diplomatik Korea Selatan-Jepang..............................................................39 1. Jepang dan Korea Selatan Satukan Sikap Hadapi Korea Utara.............................39 2. Roh Moo-Hyun Berkunjung ke Jepang untuk Membahas Masalah Korea Utara.......................................................................................................................41 3. Pertemuan Puncak Korea Selatan dan Jepang........................................................43 BAB III: Latar Belakang Persengketaan Kepulauan Dokdo.............................................45 A. Gambaran Umum Kepulauan Dokdo...........................................................................45
1. Geografis................................................................................................................45 2. Iklim dan Ekologi...................................................................................................46 3. Demografi...............................................................................................................48 B. Klaim............................................................................................................................48 1. Periode Sebelum PD II...........................................................................................48 2. Periode Setelah PD II.............................................................................................53 3. Keputusan Tertinggi Pasukan Sekutu....................................................................56 C. Penegasan Mahkamah Internasional Atas Pulau Dokdo Sebagai Bagian dari Wilayah Korea Selatan...............................................................................................................56 D. Kepentingan Korea Selatan..........................................................................................57 1. Sejarah....................................................................................................................57 2. Kepentingan Ekonomi Korea Selatan terhadap Kepulauan Dokdo.......................61 E. Kepentingan Nasional Jepang......................................................................................65 1. Sejarah....................................................................................................................65 a. Prasejarah.........................................................................................................65 b. Zaman klasik....................................................................................................66 c. Zaman Pertengahan..........................................................................................67 d. Zaman Modern.................................................................................................69 2. Ekonomi Jepang.....................................................................................................71 3. Hubungan Luar Negeri dan Militer........................................................................75 4. Di Ambang Kebangkitan Militerisme Jepang........................................................77 BAB IV: Upaya Diplomatik Korea Selatan-Jepang dalam Menyelesaikan Sengketa Pulau Dokdo............................................................................................................................82 A. Implementasi Upaya-Upaya Diplomatik Korea Selatan-Jepang dalam Penyelesaian Sengketa Kepulauan Dokdo.........................................................................................82
1. Korea Selatan-Jepang Kembali Pererat Hubungan................................................82 2. Bela Negara Korea Selatan Lewat Misi Kebudayaan............................................84 B. Kendala-Kendala
yang
Dihadapi
dalam
Penyelesaian
Sengketa
Kepulauan
Dokdo...........................................................................................................................85 1. Ketidakjelasan Batas-Batas Negara dan Status Suatu Wilayah.............................85 2. Peningkatan Kontroversi Mengenai Status Kepulauan Dokdo..............................88 C. Langkah-Langkah yang Dilakukan Untuk Menghadapi Kendala yang Ada...............92 1. Negoisasi................................................................................................................92 2. Pertemuan Jepang dan Korea Selatan....................................................................94 3. Korea Selatan Larang Jepang Lakukan Riset di Pulau Sengketa...........................96 4. Mengenai Perjanjian Damai San Fransisco............................................................97 5. Keikutsertaan Komite Nama-Nama Geografis Amerika Serikat...........................99 D. Efektivitas Penyelesaian Sengketa Kepulauan Dokdo Secara Diplomatik................102 1. Dokdo Di Tahun 1965 dan Dasar Perjanjian Hubungan Korea SelatanJepang...................................................................................................................102 2. Recent Konflik.....................................................................................................103 3. Penyelesaian Pulau Dokdo...................................................................................106 4. Hukum Adat “Warfare”........................................................................................107 5. Disposisi “Acquired Territory”............................................................................108 BAB V: KESIMPULAN......................................................................................................110 Daftar Pustaka
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Penelitian Masalah perebutan/klaim suatu kepulauan oleh beberapa negara memang menjadi masalah yang rumit. Klaim suatu negara terhadap suatu wilayah negara lain sering kali menimbulkan konflik yang berujung pada memburuknya hubungan antara negara yang samasama memiliki klaim atas wilayah yang sama. Definisi kuno tentang negara, yakni kesatuan antara wilayah, penduduk, dan pemerintahan, tetap menjadi pedoman yg di anut semua negara. Seperti yang dialami oleh Jepang dan Korea Selatan atas klaim Kepulauan Dokdo atau Takeshima1. Status Pulau Dokdo/Takeshima diantara Korea Selatan dan Jepang yang dipersengketakan kedua negara adalah status kedaulatannya, dimana kedua negara mengklaim berdasarkan konektivitas secara geografis dan historis atas kepemilikan pulau tersebut. Dokdo adalah pulau yang terletak kira-kira di pertengahan antara Semenanjung Korea dan Kepulaun Jepang (pada 37º 14 26,8” N dan 131º 52 10,4” E). Sebenarnya, Dokdo bukan merupakan suatu pulau tapi gugusan pulau. Dokdo terdiri dari dua pulau utama, yaitu Dongdo (Pulau Timur) dan Seodo (Pulau Barat). Kawasan Dongdo adalah 73297 m², dan Seodo memiliki luas 88639m jadi total luas kawasan Dokdo 187.453 m². Pulau ini merupakan suatu kawah yang berasal dari ledakan vulkanis yang berbentuk karang yang dijadikan sebagai tempat perlindungan burung laut petrel, burung camar dan terdapat beberapa tumbuhan endemik. Pulau ini juga terkenal akan kekayaan biota laut dan sumber 1
Surabaya post Rabu 18/07/2008 sengketa pulau dokdo diakses tanggal 12 oktober 2008
daya gas alam yang terdapat disekitarnya. Dokdo memiliki ekosistem yang unik. Memproduksi sejumlah kecil air tawar, permukaan gunung berapi, menjadi habitat dari 70-80 jenis tanaman, 22 jenis burung, dan 37 jenis serangga. Disekitar Pulau, arus dingin dan hangat memenuhi arus laut, yang juga merupakan tempat bagi berbagai macam komunitas dan organisme laut, termasuk anjing laut dan terdapat 100 lebih jenis ikan. Penampilan fisik atas Pulau ini sangat mengesankan kedua Negara dan dianggap mencerminkan kepribadian kedua Negara secara simbolik. Sehingga muncullah perdebatan kepemilikan atas pulau Dokdo yang mencakup batas-batas kewilayahan secara maritim termasuk penggunaan dan pemanfaatan sumber daya laut yang ada di dalamnya. Sebagaimana hasil dari perang antara Jepang dan Rusia, Jepang memiliki hak untuk mengambil alih wilayah yang dulunya menjadi bagian dari wilayah jajahan Rusia. Hal ini berarti bahwa wilayah semenanjung Korea termasuk dalam wilayah yang menjadi bagian dari hasil perang tersebut. Hal tersebut dikarenakan wilayah semenanjung Korea merupakan bagian dari wilayah jajahan Jepang. Bahkan sebelum perang berkobar antara Jepang dan Rusia, wilayah semenanjung Korea telah dianeksasi oleh Jepang. Jepang menganeksasi semenanjung Korea dikarenakan kebutuhan Jepang akan sumber daya alam Korea dan keinginannya untuk membangun imperium Jepang yang lebih luas. Pada awalnya hubungan Korea dan Jepang hanya berdasarkan pada hubungan dagang/ekonomi. Pemerintah Korea yang pada saat itu dipegang oleh kerajaan Choson membangun pemukiman untuk warga Jepang di tiga pelabuhan di Korea Selatan. Hal ini dimaksudkan agar pertumbuhan perdagangan Korea bisa lebih meningkat. Namun hal itu menjadi bumerang bagi Korea, dengan memanfaatkan kondisi kacau di dalam negeri Korea karena perebutan kekuasaan, Jepang pun melakukan serangan. Korea salah perhitungan akan serangan Jepang tersebut, Korea menganggap serangan Jepang tidak akan mempengaruhi wilayah Korea karena kondisi dalam negeri Jepang yang sedang
kacau karena perebutan kekuasaan juga., sehingga Korea tidak mempersiapkan diri untuk melawan serangan Jepang tersebut. Hal ini sudah dapat ditebak Jepang dan Jepang dapat dengan mudah mengakhiri 518 tahun pemerintahan Choson dan sejak saat itu Jepang menguasai Korea. Korea menandatangani perjanjian pendudukan dengan Jepang pada 22 Agustus 1910. Berdasarkan hal tersebut, secara otomatis Korea berada dalam kendali Jepang2. Sebelumnya pada tahun 1904, Korea menandatangani sebuah perjanjian dengan Jepang. Pada perjanjian itu, Korea mutlak dalam kendali Jepang. Segala urusan diplomatik dan pemerintahan berada dibawah kekuasaan Jepang dan Korea menjamin untuk memberikan wilayahnya kepada Jepang jika dibutuhkan untuk kebutuhan perang Jepang3. Jepang menggunakan wilayah Ulengdo dan Dokdo sebagai pusat komunikasi. Pusat komunikasi tersebut sangat dibutuhkan Jepang untuk mencegah serangan dari Rusia. Jepang membangun menara komunikasi di pulau Dokdo untuk memenuhi kebutuhan armada perang. Wilayah semenanjung Korea meliputi wilayah yang berada dalam teritorial Korea Utara maupun Selatan. Wilayah Korea Selatan memiliki pulau terluar yaitu Ulengdo dan Dokdo. Pulau Dokdo merupakan kumpulan batu karang yang didalamnya terdapat dua karang besar yaitu Dongdo (Timur) dan Seodo (Barat) ditambah dengan beberapa karang kecil yang berjumlah kurang lebih 30 buah. Setelah Jepang menyerah kepada sekutu, secara otomatis wilayah yang dulu menjadi wilayah jajahan Jepang dikembalikan kepada negara/wilayah yang berkuasa sebelumnya. Hal ini tertuang dalam perjanjian damai Jepang atau yang lebih dikenal dengan perjajian San Fransisco tanggal 8 september 1951, yang didalamnya memuat pasal-pasal yang menunjukan
2 3
Yang Seung Yoon & Nur Aini Setiawati, Sejarah Korea Sejak awal abad hingga masa kotemporer. Hal 137 Ibid hal 138.
tanggung jawab Jepang sebagai negara yang harus menanggung beban biaya yang ditimbulkan selama masa penjajahan. Dalam perjanjian San Fransisco juga tertuang pasal tentang wilayah yang harus dikembalikan kepada negara asal. Wilayah Dokdo merupakan wilayah yang dipersengkatakan oleh Korea Selatan karena kepemilikannya. Berdasarkan pada perjanjian San Fransisco, kepulauan Dokdo tidak termasuk kedalam wilayah yang harus dikembalikan oleh Jepang Pada pasal 2 perjanjian San Fransisco hanya dibicarakan pengembalian wilayah Pulau Kuril dan Senkaku pada Rusia. Hal ini dapat diartikan sebagai legalitas Jepang untuk memiliki pulau itu.4 Dengan dasar hukum berupa perjanjian San Fransico, Jepang memasukan wilayah Dokdo kedalam kedaulatannya melalui prefektur shimane pada tanggal 22 februari 1905 dalam putusan dewan prefektur shimane no 40. Kebijakan Jepang ini diambil setelah adanya sekelompok nelayan di prefektur Oki pada tanggal 17 mei 1905 yang menginginkan legalitas pulau Dokdo dalam wilyah Jepang. Hal ini dilakukan karena nelayan tersebut mulai melakukan aktivitas perburuan singa laut di pulau Dokdo5. Dalih lain yang diberikan Jepang untuk menantang klaim Korea Selatan atas Kepemilikan pulau Dokdo berupa bukti akan perjanjian pendudukan Jepang atas Korea. Pada saat penandatanganan perjanjian pendudukan Jepang atas Korea, secara otomatis wilayah Korea merupakan bagian dari wilayah jajahan Jepang. Namun, ada satu poin yang dianggap Jepang penting unuk mengklaim pulau Dokdo tidak termasuk dalam wilayah Korea dan dapat dianggap sebagai daerah tidak bertuan (Terra Nulius). Pada setiap tanggal 2 Februari dirayakan hari Takeshima oleh Jepang, Takeshima merupakan sebutan Jepang untuk pulau Dokdo. Secara historis, kepulauan Takeshima
4 5
World Radio kkomite nama-nama Geografis Amerika Serikat 2008-07-29 diakses tangga januari 24 2009 http://Wiki.com/liancourtrocks/dok/190708.htm. diakses tanggal 27 januari 2009
merupakan wilayah kedaulatan Jepang, hal ini dibuktikan dengan masuknya Takeshima dalam kedaulatan Jepang sejak masa Edo sekitar tahun 1603-1868. Pada tahun 1618 warga Jepang sudah memulai perburuan singa laut dan pemanfaatan kayu serta bambu di wilayah Ulengdo dan Dokdo. Bahkan pada tahun 1661, pemerintah Jepang telah memberikan ijin kepada warganya untuk melakukan perjalanan ke Takeshima. Pada tahun 2008, Jepang kembali mempertegas klaimnya dengan cara memasukan kepulauan Dokdo kedalam buku kurikulum pendidikan sekolah menengah Jepang, hal ini bertujuan untuk pengenalan kepada anak-anak sekolah menengah. Selain bertujuan untuk pengenalan anak sekolah menengah, memasukan wilayah Takeshima kedalam buku pelajaran sekolah menengah Jepang juga memiliki makna bahwa Jepang adalah pemilik Legalitas atas kepulauan Takeshima, bukan Korea Selatan atau negara manapun. Dalam kepemilikan pulau Takeshima, Jepang mendapat saingan atas kedaulatan di pulau Takeshima atau Dokdo. Klaim atas kepemilikan Pulau Takeshima atau Dokdo juga di tunjukan oleh Korea Selatan. Korea selatan menganggap Pulau tersebut merupakan bagian dari wilayahnya. Korea Selatan mengklaim bahwa Pulau Dokdo berada di bawah kedaulatannya berdasar pada acuan historis yang dikutip dalam beberapa dokumentasi pemerintah Korea Selatan, yang menyatakan bahwa Dokdo pada awalnya merupakan suatu independent island yang dinamakan Ussankuk dan telah bersatu dengan Korea Selatan pada masa Dinasti Shilla pada tahun 512 SM. Berdasarkan Dokumentasi tersebut Dokdo ditemukan setelah adanya ekspedisi yang dilakukan oleh negara Perancis di bawah komando F.G. Jean yang menyatakan bahwa Dokdo berada di wilayah Semenanjung Korea di bawah teritorial Korea Selatan. Untuk itu Korea Selatan mengklaim bahwa pengakuan kedaulatan Dokdo dilakukan lebih awal dibandingkan dengan pengakuan Jepang atas Takeshima. Sebagai penegasan atas
klaim Korea Selatan terhadap Dokdo, maka telah dilakukan berbagai aktivitas yang dapat menunjang proses pengakuannya dengan melaksanakan survei daratan dan dikonsepkan dalam sebuah hasil pemetaan (topografi) yang dilakukan berdasarkan pada posisi ilmu bumi secara akurat, bahkan sebagian dari dokumentasi yang telah terkumpul diterbitkan oleh Jepang seperti yang di terbitkan oleh Dabuchi Tomohiko yang mengutip bahwa Dokdo sebagai bagian dari wilayah Korea dalam “Kankoku Shinchishi” atau “Geografi Negara Korea Baru”.6 Berdasarkan klaim kedua Negara tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji, mencermati, dan mempelajari fenomena tersebut sebagai bahan penelitian dengan mendeskripsikannya melalui judul: “UPAYA DIPLOMATIK KOREA SELATANJEPANG DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PULAU DOKDO”
6
http://www.tokdo-sel.com/News/2005/03/18/index.html
B. Identifikasi Masalah Permasalahan klaim atas Kepulauan Dokdo oleh Jepang dan Korea Selatan memang tergolong kompleks, dimana kedua Negara tersebut sama-sama mengklaim bahwa kepulauan Dokdo adalah milik mereka. Berbagai upaya pun dilakukan kedua belah pihak untuk memperoleh hak kepemilikan atas Kepulauan Dokdo. Berdasarkan uraian yang dijelaskan diatas, maka penulis mengidentifikasikan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana pasang-surut hubungan diplomatik Korea Selatan-Jepang? 2. Bagaimana latar belakang sejarah konflik atas klaim Pulau Dokdo antara Korea Selatan dan Jepang? 3. Bagaimana upaya diplomatik Korea Selatan-Jepang dalam menyelesaikan sengketa Pulau Dokdo? 1. Pembatasan Masalah Karena luasnya permasalahan, penulis memandang perlu untuk membatasi ruang lingkup penelitian. Pembatasan masalah yang akan dibahas penulis mengacu pada pasangsurut hubungan dipolomatik Korea Selatan-Jepang , membahas mengenai latar belakang sejarah konflik Jepang-Korea Selatan atas klaim Pulau Dokdo serta upaya diplomatik yang ditempuh Jepang-Korea dalam menyelesaikan sengketa Pulau Dokdo. 2. Perumusan Masalah Perumusan
masalah
diajukan
untuk
memudahkan
penganalisaan
mengenai
permasalahan yang didasarkan pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah.
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, untuk memudahkan penulis dalam melakukan pembahasan, penulis merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana upaya diplomatik Jepang dan Korea Selatan dalam menyelesaikan sengketa dua Negara atas klaim Pulau Dokdo?”
C.
TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari usulan penelitian adalah: a. Untuk mengetahui bagaimana tentang pasang-surut hubungan diplomatik Korea Selatan-Jepang b. Untuk mengetahui apa latar belakang sejarah konflik atas klaim Pulau Dokdo antara Korea Selatan dan Jepang c. Untuk mengetahui bagaimana upaya diplomatik Korea Selatan-Jepang dalam menyelesaikan sengketa Pulau Dokdo 2. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Dengan penelitian ini di harapkan, akan memperoleh dan menambah pengetahuan penulis mengenai teori-teori yang berhubungan dengan masalah internasional serta melatih kemampuan berpikir dan menganalisis suatu permasalahan. b. Sebagai dedikasi penulis dalam memberikan sumbangsih pemikiran bagi masyarakat dunia juga bagi bangsa dan Negara tercinta sehingga dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan rujukan bagi mereka yang membutuhkan. c. Untuk memenuhi salah satu syarat akademik dalam menempuh ujian strata-1 (S1) pada Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
D. KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS 1. Kerangka Teoritis Dalam kerangka pemikiran ini, penulis mencoba untuk mengemukakan batasan ilmiah berupa kutipan teori-teori dan konsep dari para ahli yang ada hubungannya dengan objek yang diteliti, yang dapat dijadikan sebagai landasan untuk menganalisa permasalahan dengan menyimpulkan hipotesis untuk memahami fenomena Hubungan Internasional termasuk kedalamnya adalah Sistem Internasional, Politik Intrnasional dan Ekonomi Internasional yang memiliki peran penting untuk memperoleh hasil penelitian dalam mendukung hipotesis. Di dalam pergaulan Internasional, tiap-tiap Negara tidak bisa melepaskan diri dari hubungan dengan Negara lain yang bersifat Internasional antara Negara yang satu dengan Negara yang lainnya. Hubungan antar Negara yang melintasi batas Negara tersebut sangat komplek dan memerlukan koordinasi yang baik serta tidak mudah karena bangsa-bangsa di dunia memiliki kedaulatan. Untuk itu sangat diperlukan suatu hubungan yang komprehensif, dimana antara satu Negara dengan Negara yang lainnya harus memiliki tingkat kesepahaman yang tinggi. Konflik bisa timbul ketika suatu Negara melakukan hubungan dengan Negara lain, karena setiap Negara memiliki kepentingan Nasional masing-masing. Hubungan Internasional mencakup berbagai aspek kehidupan manusia, yang pada hakekatnya akan membentuk tiga pola hubungan, yaitu : Kerjasama (Cooperation), Persaingan (Competition), dan Konflik (Conflict) antara yang satu dengan Negara yang lain. Pola hubungan ini terbentuk karena adanya persamaan dan perbedaan kepentingan Nasional pada masing-masing Negara di dunia. Hubungan Internasional merupakan landasan bagi Negara-negara di dunia untuk meningkatkan kohesifitas antara satu sama lain.
Definisi Hubungan Internasional seperti yang dikemukakan oleh K.J Holsti dalam bukunya Politik Internasional Suatu Kerangka Analisis yang di terjemahkan oleh Wawan Djuanda sebagai berikut: Istilah Hubungan Internasioanl dapat mengacu kepada semua bentuk interaksi antar anggota masyarakat yang berlainan, baik yang disponsori oleh pemerintah maupun tidak. Hubungan Internasional akan meliputi analisa kebijakan luar negeri atau proses-proses politik antar bangsa, tetapi dengan lebih memperhatikan seluruh segi hubungan itu.7 Hubungan Internasional adalah segala bentuk interaksi diantara masyarakat Negara-negara, baik yang dilakukan oleh pemerintah atau Negara, termasuk didalamnya pengkajian terhadap politik luar negeri dan politik internasional dan meliputi segala segi hubungan diantara berbagai Negara didunia meliputi kajian terhadap lembaga perdagangan internasional, transportasi, pariwisata, komunikasi, dan perkembangan nilai-nilai etika internasional.8
Dalam pembahasan yang memiliki hubungan dengan masalah internasional diperlukan suatu konsep dan teori untuk dijadikan sebagai landasan berpikir. Untuk itu masalah internasional tidak dapat dilepaskan begitu saja dari system internasional. K.J Holsti dalam bukunya Poltik Internasional Suatu Kerangka Analisis mengemukakan tentang sistem internasional yang diterjemahkan oleh Wawan Djuanda: Sistem internasional dapat didefinisikan sebagai kumpulan kesatuan politik uang independen seperti suku, negara, kota, bangsa, dan kerajaan, yang berinteraksi dalam frekuensi tinggi dengan proses teratur, para penguji mempunyai pengertian untuk menjelaskan keistimewaan atau karakteristik perilaku unit politik tersebut satu sama lain dengan menerangkan berbagai perubahan besar dalam interaksinya.9
Disini dijelaskan bahwa Sistem Internasional merupakan satu kesatuan politik yang komplek yang berhubungan secara teratur dengan masalah-masalah internasional.Sistem Internasional disini sangat berhubungan dengan Politik Internasional yang dapat mempengaruhi perilaku unit politik itu sendiri dalam menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam hubungannya satu sama lain. Untuk mempertajam tentang pemaknaan dari politik internasional, J.C Johari dalam bukunya International Relation and Politics menyatakan sebagai berikut: 7
. K.J Holsti, Politik Internasional; Suatu Kerangka Analisis, Bina Cipta, Bandung, 1987 hal 26-27. Ibid 9 .Ibid, hal 35. 8
Politik internasional merupakan salah satu kajian yang penting dalam studi hubungan internasional dan negara sebagai pelaku, berinteraksi dalam suatu sistem internasional, politik internasional peduli akan perdamaian power atau dengan kata lain politik internasional lebih menitik beratkan pada sisi konflik dari suatu negara sebagai aktor yang berdaulat.10
Politik Internasional merupakan suatu hal yang sangat penting dalam Hubungan Internasional. Politik Internasional dan Politik luar negeri suatu negara tidak bisa dilepaskan begitu saja dari kepentingan dan tujuan nasional bangsa tersebut, karena kepentingan nasional merupakan salah satu faktor terbentuknya suatu kebijakan politik luar negeri. Perkembangan keadaan internasional akan mempengaruhi kebijakan politik luar negeri suatu negara baik itu kebijakan politik, ekonomi, sosial budaya maupun pertahanan dan keamanan. Dari uraian diatas, jelas bahwa politik luar negeri suatu negara merupakan dasar bagi posisi dan sikap masing-masing negara atau kelompok-kelompok negara didalam hubungan internasional mereka. Sedangkan menurut Paul Scaburi dalam bukunya Power, Freedom, and Diplomacy yang di kutip oleh K.J Holsti dalam bukunya Politik Internasional Suatu Kerangka Analisis, Bahwa yang dimaksud tujuan nasional: istilah tujuan nasional berkaitan dengan beberapa kumpulan cita-cita atau tujuan suatu bangsa..... yang berusaha dicapainya melalui hubungan dengan negara lain. Dengan kata lain, bahwa pengertian ini merupakan konsep umum tujuan nasional dan bersifat normatif. Pengertian lain yang bersifat deskritif tujuan nasional dianggap sebagai tujuan yang harus di capai suatu bangsa secara bertahap melalui kepemimpinan pemerintah.11 Dalam konteks hubungan internasional adanya sistem internasional jelas sangat diperlukan untuk mengatur segala aspek kehidupan dalam tatanan internasional, dalam sistem internasional jelas akan adanya politik-politik dari sebuah negara menjadi politik internasional, J.C Johari mengatakan bahwa:
10 11
.J.C Johari, International Relation and Politics, 1985 hal 9. . K.J Holsti, Politik Internasional Suatu Kerangka Analisis, Binacipta, Bandung, 1987, hal 86
Politik internasional merupakan salah satu kajian yang penting dalam studi hubungan internasioanl dan negara sebagai pelaku, berinteraksi dalam suatu sistem internasional, politik internasional peduli akan perdamaian power atau dengan kata lain politik internasional akan lebih menitikberatkan pada sisi konflik dari suatu negara sebagai aktor yang berdaulat.12 Kebijakan luar negeri sutau negara menurut Raymond F. Hopkins dan Richard W. Mansbach didefinisikan sebagai ... the point at which influences arising in the international system cross into the domestic politics arena which domestics politics is transformed into international behavior . 13 Kebijakan luar negeri dapat dipandang sebagai tindakan terencana pemerintah suatu negara terhadap pemerintah negara lain yang timbul karena kebutuhan akan pemenuhan kepentingan nasional dan merupakan respon terhadap lingkungan internasioal.14 Presiden Korea Selatan Roh Moo Hyun mengatakan, bahwa klaim Jepang terhadap gugusan pulau kecil di laut Jepang di bawah pengawasan Korea Selatan tidak dapat di terima. Roh mengecam Jepang atas klaimnya terhadap kepulauan Dokdo, yang dikenal Jepang dengan nama Takeshima. Ia mengatakan pengakuan Jepang itu sama dengan membenarkan kejahatan sejarahnya pada agresi perang dunia.” Bagi rakyat kami, Dokdo adalah simbol sepenuhnya kedaulatan,” kata Roh. Pernyataan tersebut dibuat setelah Korea Selatan dan Jepang berupaya menghindari konfrontasi. Para demonstran Korea Selatan membakar bendera Jepang dan boneka Perdana Menteri Junichiro Koizumi. Demonstrasi Jepang terus marak di seluruh Korea. Menteri Luar Negeri Korea Selatan Ban Ki-Moon mencela Jepang karena terus mengklaim pulau-pulau karang kecil (Dokdo). Protes terus memarak di Korea Selatan. Dua aktivis telah memotong jari kelingkingnya untuk mendramatisir perlawanan mereka.
12
. J.C. Johari, international relations and Politics, 1985. Hal 9. . Raymond F. Hopkins and Richard W. Mansbach, Structure and Process in International Politics, Harper and Row Publisher, New York, 1973. Hal 133 14 .Jack C. Plano dan Roy Olton, International Relations Dictionary, RineHart&Winston, USA. Hal 7 13
Meski demikian, prefektur Shimane di Jepang tetap memberlakukan peraturan yang menetapkan 22 februari sebagai “Hari Takeshima”. Sikap pemerintahan sebuah prefektur Jepang itu (semacam Provinsi) memicu protes dari Korea Selatan. Menteri Luar Negeri Ban Ki-Moon mengecam langkah prefektur itu sebagai “tindakan tercela”. Departemen Luar Negeri Korea Selatan mengatakan Pemerintah Tokyo harus bertanggung jawab penuh atas hal itu. Korea selatan siap mengambil resiko mengorbankan hubungan baik dengan Jepang dalam persengketan teritorial atas gugusan Pulau Dokdo yang terletak di perairan laut antara Korea Selatan dan Jepang. Ban Ki-Moon menyatakan, Korea Selatan akan bersikap keras mempertahankan kedaulatan wilayah di gugusan pulau karang itu, yang juga diklaim Jepang sebagai wilayahnya. Perseteruan soal gugusan pulau itu terjadi justru di saat Tokyo dan Seoul tengah memperingati ulang tahun ke 40 hubungan diplomatik antara kedua negara. Hubungan makin tegang akhir-akhir ini setelah seorang anggota parlemen tingkat provinsi di Jepang mengusulkan penetapan sebuah hari peringatan untuk mendukung klaim Tokyo atas Kepulauan Takeshima alias Dokdo. “Sengketa wilayah merupakan masalah yang terkait dengan wilayah dan kedaulatan kami” ungkapnya. Dengan demikian, isu ini dianggap lebih penting dibanding hubungan Korsel-Jepang dan masalah-masalah lainnya.” Kata menlu Ban Ki-Moon. Pernyataan Ban yang bernada keras ini di lansir setelah Pemerintah Korea Selatan sebelumnya di hujani kecaman didalam negeri karena dianggap tidak mengambil langkah yang cukup keras terhadap Jepang dalam persengketaan ini. Pemerintah Korea Selatan menyadari adanya berbagai tuduhan bahwa mereka bersikap terlalu lunak dalam menanggapi masalah ini.”Kami kini akan menangani masalah itu dengan cara yang dapat di terima rakyat Korea Selatan.” Ban mengatakan dalam pidato singkatnya pada sidang pejabat tinggi
kementriannya, “ Saya ingin mengingatkan Pemimpin Poltik Jepang memiliki kebenaran pengertian akan sejarah dan kehendak mewujudkannya dalam kenyataan”. Klaim Jepang dan Korea Selatan atas kepulauan yang masih menjadi sengketa bagi keduanya dikhawatirkan dapat mempengaruhi hubungan diplomatik dua negara Asia Timur tersebut. . Ketegangan makin terlihat setelah Menteri Pertahanan Korea Selatan Lee Sang Hee mengatakan di hadapan parlemen Korea Selatan bahwa ia akan mempertimbangkan opsi penempatan personil militernya di kepulauan Dokdo. Menanggapi reaksi tersebut, Menteri Sekertaris Kabinet Jepang Nobutaka Machimura, menyerukan sikap saling menjaga ketenangan dan mengatakan bahwa aksi militer dapat merusak hubungan bilateral yang terjalin selama ini. Jepang juga mengkritik rencana Korea Selatan yang akan menggelar latihan militer di dekat gugusan pulau yang sedang diseketakan tersebut. Tokyo bahkan memperingatkan Seoul bahwa tindakan seperti itu dapat meningkatkan ketegangan dan mencederai hubungan kedua negara. Menteri Sekertaris Kabinet yang juga Juru Bicara Pemerintahan Jepang, Nobutaka Machimura mengatakan ”Menambah tensi milter tidak akan bertujuan baik untuk memperkuat hubungan bilateral.”hubungan Korea Selatan dan Jepang sebenarnya terus membaik sampai isu itu muncul Kembali. Jepang dan Korea Selatan memulai pertemuan di Tokyo yang bertujuan untuk membahas dan mencari penyelesaian masalah batas-batas wilayah perairan yang menyangkut masalah kepulauan yang di akui masing-masing pihak sebagai bagian dari zona ekonomi eklusif, ZEE, dua negara. Pertemuan ini merupakan pertemuan lanjutan setalah 6 tahun terhenti. Diperkirakan masih bnyak hal yang harus diluruskan namun Korea Selatan telah menyampaikan harapannya untuk lebih mendorong ke arah pembentukan ZEE yang diharapkan dapat merealisasikan harapan penyelesaian secara damai.
Selain itu juga diharapkan hal itu dapat membawa hasil melebihi apa yang selama ini mereka upayakan setelah terjadinya hubungan yang menegang yang disebabkan oleh belum adanya ketentuan atas kesepakatan batas-batas teritori laut yang melibatkan sejumlah pulau kecil yang dikuasai oleh Korea Selatan yang terletak di wilayah laut Jepang. Zona tersebut diakui ada 9 oleh kedua negara sebagai zona tumpang tindih yang melingkupi kepulauan Dokdo. Jepang berencana untuk tetap pada pendiriannya yang menarik garis pemisah antara Takeshima dan Pulau Ullung (Korea Selatan) dengan Kepulauan Oki di Shimane prefektur. So Choo Suk mengatakan, “ dalam situasi seperti ini kami tak memiliki pilihan lain selain menjadikan kepulauan Dokdo sebagai titik awal garis Pemisah.” Kedua negara akhirnya setuju untuk menghindari konfrontasi karena batas wilayah perairan di dalam pertemuan tingkat tinggi wakil menteri di Seoul setelah Jepang menyatakan kesediannya untuk menarik mundur pasukan yang semula akan survei disana. Dalam menyusun rangkaian tindakan atau kebijakan, pemerintah negara tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor rasionalitas, persepsi, interprestasi, dan definisi, serta situasi saat pertumbuhan keputusan.15pemerintah sebagai decision makers dituntut untuk memilih alternatif terbaik antara alternatif yang ada agar mencapai hasil yang optimal. Hal inilah yang disebut sebagai rasionalitas. Persepsi berkaitan dengan kesadaran para aktor, dalam hal ini negara, terhadap adanya events (kejadian-kejadian) dan demands (tuntutan-tuntutan) yang mucul dalam lingkungan internasional yang perlu mendapatkan tanggapan. Jadi kebijakan luar negeri suatu negara bergantung pada persepsi negara tersebut terhadap berbagai kejadian di luar negeri. Interprestasi dan definisi adalah upaya para aktor dalam menafsirkan apakah kejadian-kejadian dalam lingkungan eksternalnya dapat berkembang menjadi ancaman atau hambatan atau justru menghadirkan kesempatan dalam rangka pencapaian tujuan nasionalnya. Waktu pembuatan keputusan merujuk saat dimana para aktor dituntut untuk 15
.Ibid, hal 89
secepat dan setepat mungkin dalam mengambil keputusan. Dengan kata lain, kebijakan luar negeri suatu negara harus sesuai dengan kejadian atau perubahan yang belum terjadi perubahan lebih lanjut. Dengan demikian, sutau negara akan membuat keputusan luar negerinya setepat mungkin berdasarkan kesempatan dan kemampuan yang di milkinya. Ada dua kondisi utama yang harus diperhatikan oleh suatu negara dalam menjalankan poltik luar negerinya, yaitu tantangan atau hambatan (constrains), dan kesempatan (opportunities).16 Constrains berkaitan dengan persepsi ancaman yang dimiliki suatu negara. Sedangkan opportunities merupakan kondisi yang mendukung tercapainya tujuan nasional negara, dalam hal ini dapat dikaitkan dengan kondisi ekonomi. Menurut Jack Plano dan Roy Olton Kepentingan Nasional merupakan: “Tujuan mendasar serta faktor yang sangat menentukan yang memandu para pembuat keputusan dalam merumuskan politik luar negeri, itu adalah kepentingan nasional. Kepentingan nasional merupakan konsepsi yang sangant umum tetapi meupakan unsur yang menjadi kebutuhan yang sangat vital bagi negara, kemerdekaan, keutuhan wilayah, keamanan militer, dan kesejahteraan nasional.”17
Keutuhan wilayah sebuah negara merupakan faktor yang sangat penting. Tidak terkecuali bagi Korea Selatan. Wilayahnya merupakan sebuah identitas kedaulatan negara. Sebuah negara wajib untuk melakukan tindakan terhadap ancaman apapun dan darimanapun untuk melindungi keutuhan wilayahnya. Keutuhan wilayah Korea Selatan telah terusik dengan adanya klaim sepihak oleh Jepang atas kepemilikan Kepulauan Dokdo. Dapat diketahui bahwa Kepulauan dokdo sudah merupakan bagian dari wilayah Korea Selatan sejak jaman tiga kerajaan Silla. Kepemilikan Pulau Dokdo oleh Korea Selatan didukung oleh beberapa fakta atau bukti penting baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari Jepang sendiri. Kepentingan Korea Selatan untuk menjaga kedaulatan Pulau Dokdo merupakan sebuah upaya untuk mendapatkan legalitas 16
.Ibid, hal 108 . Jack Plano dan Roy Olton, Kamus Hubungan Internasional (terjemahan). Putra A. Bardin, Jakarta, 1999, hal 6-7. 17
sejarah.” Kepulauan Dokdo berdasarkan sejarah, geografi, maupun Hukum Internasional, merupakan bagian wilayah kekuasaan Korea Selatan, dan mengatakan, Jepang seharusnya tidak menderita kerugian besar karena ingin mendapatkan sesuatu yang kecil.”18 Kata Ban Ki Moon. Upaya Korea Selatan untuk melindungi keutuhan wilayahnya, dalam hal ini mempertahankan Kepulauan Dokdo, menimbulkan konflik dengan Jepang. Korea Selatan menganggap konflik teritori dengan Jepang merupakan hal yang terpenting, Korea Selatan tak akan tinggal diam untuk merelakan Jepang mencaplok Kepulauan Dokdo dari kedaulatan wilayah Korea Selatan. Bahkan untuk mewujudkan kepentingan nasionalnya atas Kepulauan Dokdo, Korea Selatan siap memutus hubungan bilateralnya dengan Jepang. “Sengketa Dokdo merupakan masalah yang terkait dengan wilayah dan kedaulatan kami. Dengan demikian, isu ini dapat dianggap lebih penting dibanding hubungan Korea Selatan-Jepang dan masalahmasalah lainnya,19” kata Menlu Ban Ki-Moon dalam acara konferensi pers. Adapun pengertian ekonomi internasional menurut Boediana dalam bukunya Ekonomi Internasional adalah sebagai berikut: “Masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan internasional antara satu negara dengan negara lain. Hubungan ekonomi bisa berupa pertukaran hasil atau aliran sarana produksi, hubungan ekonomi bisa berbentuk hubungan kreditnya.20 Pendapat lain tentang Ekonomi Internasional dikemukakan oleh Dominic Salvatore dalam bukunya International Economic mengatakan bahwa definisi dari tujuan ekonomi seperti dibawah ini: “ Untuk mencapai tingakat kemakmuran yang lebih tinggi bagi umat manusia. Pelaksanaan ekonomi internasional adalah kerjasama bantu membantu antar bangsa 18
. Kompas korsel Tak Akan Pernah Mundur Untuk Memprotes Jepang Soal Dokdo Kamis, 17 Maret 2005. Di akses tanggal 13-12-2008 19 . Kompas Demi Gugusan Pulau Dokdo, Korsel siap Putus Hubungan Dengan Jepang kamis, 10 Maret 2005. Diakses tanggal 13-12-2008 20 . Boediana, Ekonomi Internasional (Jakarta:LP3S, 1981), hal 3.
dan negara. Dengan adanya kerjasama ini maka kebutuhan yang tidak terpenuhi oleh persediaan di dalam negeri dapat terpenuhi melalui bantuan kerjasama dengan negara lain.21 Setiap negara berusaha meningkatkan dan mencapai kesejahteraan rakyatnya. Maka makna kepentingan ekonomi merupakan faktor penting dalam tujuannya tersebut. Seperti Korea Selatan sendiri , posisi geo politik, dan geo ekonominya pun merupakan sumber atau raws materials. Jika salah satu negara tidak mempunyai, maka negara itu akan mengalami kesulitan untuk membangun negaranya. Korea Selatan merupakan salah satu negara yang minim akan sumber daya alam, walaupun wilayah Korea Selatan tergolong cukup luas namun negara tersebut tidak memiliki sumber daya alam yang dapat diandalkan. Kebutuhan industri Korea Selatan tergantung pada pasokan sumber daya alam dari negara lain. Perkembangan industri Korea Selatan yang dimulai pasca krisis menimpa negara tersebut pada tahun 1997 dinilai sangat pesat. Korea Selatan membuka lebar-lebar pasar domestiknya dan melaksanakan kebijakan ekspor besar-besaran. Sehingga laju perekonomian Korea Selatan tergantung pada sektor industri. Mengingat tingginya pertumbuhan industri di Korea Selatan maka kebutuhan akan sumber daya alam itu sendiri meningkat. Sumber daya alam yang dibutuhkan Korea Selatan berupa material seperti minyak dan gas. Korea Selatan merupakan negara kedua konsumen gas terbesar di dunia, setelah China. Ketergantungan Korea Selatan akan impor gas akan sedikit terkurangi jika Pulau Dokdo berhasil dipertahankan Korea Selatan. Pulau Dokdo disinyalir mengandung sumber gas hydrat. Potensi gas yang ada di pulau Dokdo diketahui sama dengan jumlah impor gas Korea Selatan selama 30 tahun. Selain potensi gas, Pulau Dokdo juga menyimpan kekayaan alam berupa hasil laut yang melimpah. Kekayaan biota laut tersebut dapat dimanfaatkan Korea Selatan untuk
21
. Dominic, Salvatore, International Economic (Cambridge:Cambridge University, 1984) hal 1.
memenuhi kebutuhan masyarakat Korea Selatan yang begitu tinggi. Disamping untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya,
hasil laut dapat juga dimanfaatkan untuk
mensejahterakan rakyatnya. Karena masyarakat khususnya nelayan dapat memanfaatkannya sebagai mata pencaharian. 2. Hipotesis Berdasarkan kerangka teoritis dan permasalahan di atas, maka penulis mencoba membuat dan merumuskan hipotesis sebagai berikut: “Dengan adanya upaya Negosiasi dan pertemuan kedua Negara yang di sikapi secara akomodatif pada pola hubungan diplomatik antara Korea Selatan dan Jepang maka konflik sengketa atas status kedaulatan Kepulauan Dokdo akan dapat terselesaikan.”
3. Operasional Operasionalisasi Variabel dan Indikator (Konsep teoritik, empiric dan analisis) 3.1.Tabel Operasionalisasi Variable :
Variabel
Indikator
Verifikasi
(Teoritik)
(Empirik)
(Analisis)
Variabel bebas: “ Dengan adanya Negosiasi dan pertemuan kedua Negara dalam mengimplementasikan Perjanjian San Fransisco,
1. Adanya keinginan kedua belah pihak untuk memperbaiki kembali hubungan diplomatic kedua Negara
1. Data (fakta dan angka) kedua Negara melakukan pertemuan dan kunjungan bilateral secara rutin khususnya untuk meningkatkan kerjasama dua Negara dalam berbagai bidang terutama di bidang ekonomi 2.Data (fakta dan angka) kedua belah pihak sepakat untuk memperbaiki hubungan diplomatik demi menopang diplomasi ulang alik kedua negara yang sempat terhambat akibat kecaman Seoul terhadap perdana menteri Jepang
2. Adanya pertemuan kedua negara dalam pola hubungan diplomatik antara Korea Selatan dan Jepang
Variabel terikat: Maka konflik yang berlangsung di Kepulauan Dokdo akan terselesaikan dan hubungan baik antara Korea Selatan dan Jepang akan tercipta
3. Adanya pemecahan masalah terhadap konflik klaim atas Pulau Dokdo yang belum terselesaikan
3. Data (fakta dan angka) mengenai adanya upaya diplomatic dari kedua Negara dalam menyelesaikan konflik sengketa Pulau Dokdo
4. Adanya pengimplementasian upaya – upaya diplomatic kedua Negara dalam menyelesaikan konflik sengketa atas Pulau Dokdo
4. Data (fakta dan angka) mengenai langkah- langkah penyelesaian, kendala-kendala dan efektivitas penyelesaian sengketa pulau Dokdo secara diplomatic
4.Skema Kerangka Teoritis 4.1. Gambar Skema Kerangka Teoritis
E. Tingkat Analisis, Metode Penelitian, dan Teknik Pengumpulan Data 1. Tingkat Analisis a. Analisis Reduksionis, yang unit eksplanasinya pada tingkat yang lebih rendah 2. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskritif analitis dan metode historis analitis. a. Metode deskritif analitis, yaitu metode yang digunakan untuk mendefinisikan fenomena yang ada dan membahas realita yang ada serta berkembang dewasa ini kendati yang setuju pada pencarian alternatif untuk membahas permasalahan yang dihadapi. Metode ini pada akhirnya akan dapat dikomparasikan dengan prediksi realita masa yang akan datang. Metode deskritif analitis menggambarkan, mengklarifikasi, menelaah, serta menganalisis fenomena yang ada didasarkan atas pengamatan dari beberapa kejadian dalam masalah yang bersifat aktual di tengah realita yang ada untuk menggambarkan secara rinci fenomena sosial tertentu, serta berusaha memecahkan masalah dalam prakteknya tidak sebatas pengumpulan dan penyusunan data, melainkan meliputi juga analisis dari interprestasi data-data tersebut. b. Metode historis analitis, yaitu metode penelitian yang menghasilkan metode pemecahannya yang ilmiah dan perspektif historis suatu masalah, yakni cara pemecahan suatu masalah dengan cara pengumpulan data dan fakta-fakta khusus mengenai kejadian masa lampau dalam hubungannya dengan masa kinisebagai rangkaian yang tidak terputus dan saling berhubungan satu sama lain. Metode penelitian ini digunakan untuk mengungkapkan perisriwa masa lalu, metode ini
ditarik kesimpulannya untuk kemudian dikomparasikan dan dicocokan dengan kondisi yang tengan terjadi pada saat ini serta juga dapat dijadikan dasar untuk melakukan prediksi-prediksi masa yang akan datang. 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data dengan mencari data-data dari kepustakaan buku, informasi-informasi berdasarkan penelaah literatur atau referensi baik yang bersumber dari artikel-artikel, majalah, surat kabar, jurnal, buletin-buletin, internet maupun catatan-catatan penting mengenai hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang di teliti oleh penulis
F. Lokasi dan Lamanya Penelitian 1. Lokasi Penelitian a. Departemen Luar Negeri Indonesia Jl. Sisingamanganraja No. 73-75 Jakarta. b. Kedutaan Besar Jepang Jl. M. H. Thamrin Kav. 24 Jakarta Pusat c. Kedutaan Besar Korea Selatan Jl. Jendra Gatot Subroto Kav. 57 Jakarta d. Pusat Dokumentasi dan Perpustakaan Departemen Luar Negeri RI Jl. Taman Pejambon No. 4 (ex-BP7) Jakarta Pusat e. Pusat Informasi Kompas Jl. Palmerah Selatan No. 23-28 Jakarta f. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Lipi) Jl. Gatot Subroto no. 10 Jakarta 2. Lamanya Penelitian Penulis melakukan penelitian diperkirakan sejak . adapun tahapannya yang lebih rinci dapat dilihat dalam tabel pada halaman berikutnya
G. Sistematika Penulisan BAB II: Bab ini membahas tentang Pasang-Surut Hubungan Diplomatik Korea SelatanJepang BAB III: Bab ini membahas tentang Latar Belakang Timbulnya Sengketa Kepulauan Dokdo BAB IV: Bab ini berisi tentang Upaya Diplomatik Korea Selatan-Jepang dalam Menyelesaikan Sengketa Pulau Dokdo BAB V: Adalah bab penutup yang berisi tentang kesimpulan penelitian penelitian yang menunjukan hubungan antara perumusan masalah dengan hipotesa serta kerangka dasar teori sebagai salah satu landasannya dan kata penutup serta saran
BAB II Pasang Surut Hubungan Diplomatik Korea Selatan-Jepang
Diplomasi adalah seni dan praktek bernegosiasi oleh seseorang (disebut Diplomat) yang biasanya mewakili sebuah negara atau organisasi. Kata diplomasi sendiri biasanya langsung terkait dengan diplomasi internasionalyang biasanya mengurus berbagai hal seperti budaya, ekonomi, dan perdagangan. Biasanya, orang menganggap diplomasi sebagai cara mendapatkan keuntungan dengan kata-kata yang halus. A. Sejarah Singkat Diplomasi yang paling sederhana dan tertua adalah diplomasi bilateral antara dua pihak dan biasanya merupakan misi dari kedutaan besar dan kunjungan kenegaraan. Contohnya adalah Persetujuan Perdagangan Bebas Amerika-Kanada. Jenis lainnya adalah diplomasi multilateral yang melibatkan banyak pihak dan bisa ditelusuri dari Kongres Wina. PBB adalah salah satu institusi diplomasi miltilateral. Beberapa diplomasi multilateral berlangsung antara negara-negara yang berdekatan atau satu region dan diplomasi ini dikenal sebagai diplomasi regional. 1. Kekebalan Diplomasi Diplomat memiliki kekebalan hukum dan menurut Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik pada 1961, diplomat tidak dapat dituntut. Seorang diplomat yang melakukan kejahatan besar akan dikembalikan ke negara asalnya dan di adili di sana.
2. Sejarah Hubungan Diplomatik Antar Negara Sampai dengan tahun 1815 ketentuan-ketentuan yang bertalian dengan hubungan diplomatik berasal dari hukum kebiasaan. Pada Kongres Wina 1815 raja-raja yang ikut dalam konferensi sepakat unutk memodifikasi hukum kebiasaan tersebut menjadi hukum tertulis. Namun, tidak banyak yang telah dicapai dan mereka hanya menghasilkan satu naskah saja yaitu hirarki diplomat yang kemudian dilengkapi dengan protokol Aix-La-Chapelle pada tanggal 21 november 1818. Sebenarnya, Kongres Wina dari segi subtansi praktis tidak menambah apa-apa terhadap praktik yang sudah ada sebelumnya selain menjadikannya sebgai hukum tertulis. Kemudian pada tahun 1927 dalam kerangka liga bangsa-bangsa diupayakanlah modifikasi yang sesungguhnya. Namun, hasil-hasil yang dicapaikomisi ahli ditolak oleh dewan liga bangsa-bangsa tersebut. Alasannya yaitu belum waktunya untuk merumuskan kesepakatan global mengenai hak-hak istimewa dan kekebalan diplomatik yang cukup kompleks. Karena itu, memutuskan untuk tidak memasukan masalah tersebut dalam agenda konferensi Deen Haag yang diselenggarakan pada tahun 1930 unutk modifikasi hukum internasional. Disamping itu, di Havana pada tahun 1928 konferensi ke-6 oprganisasi negara-negara Amerika (OAS) menerima konvensi dengan nama Convention of Diplomatic Officers. Konvensi ini diratifikasi oleh 12 negara Amerika, kecuali Amerika Serikat yang menandatangani saja dan tidak meratifikasikarena menolak ketentuan-ketentuan yang menyetujui pemberian suaka politik. Mengingat sifatnya yang regional implementasi konvensi ini tidak menyeluruh.
Pada tahun 1947, komisi hukum internasional yang dibentuk oleh majelis umum PBB menetapkan 14 topikpembahasan yang didalamnya juga termasuk topik hubngan diplomatik dan kekebalan-kekebalan. Namun pembahasan mengenai hubungan diplomatik tidak mendapat prioritas. Selanjutnya, karena sering terjadi insinden diplomatik sebagai akibat perang dingin dan dilanggarnya ketentuan-ketentuan tentang hubungan diplomatik, atas usul delegasi Yugoslavia, majelis umum PBB pada tahun 1952 menerima resolusi yang meminta komisi hukum internasional memberikan prioritas untuk melakukan modifikasi mengenai hubungan dan kekebalan diplomatik. Pada tahun 1954, komisi mulai membahas masalah-masalah hubungan dan kekebalan diplomatik dan sebelum akhir 1959 majelis umum melalui resolusi 1450 memutuskan untuk menyelenggarakan suatu konferensi internasional untuk membahas masalah-masalah dan kekebalan-kekebalan diplomatik. Konferensi tersebut dengan nama United Nations Conferences on Diplomatic Intercourse and Immunites mengadakan sidangnya di Wina dari tanggal 2 maret sampai 14 april 1961. Wina dipilih dengan pertimbangan historis karena konvensi pertama mengenai hubungan diplomatik diselenggarakan di kota tersebut tahun 1815. Konferensi menghasilkan instrumen-instrumen: Vienna Convention on Diplomatic Relation, Optional Protocol Concerning Acquisition of Nasionality, and Optional Protocol Concerning the Compulsory Settlement of Disputes. Diantara ketiga instrumen tersebut Konvensi Wina tentang hubungan diplomatik (Convention on Diplomatic Relations), 18 april 1961 merupkan yang terpenting. Konvensi itu diterima oleh 72 negara, tidak ada yang menolak dan satu negara abstain. Pada tahun 1961 wakilk dari 75 negara menandatangani konvensi tersebut, yang terdiri dari mukamah, 53 pasal dan 2 protokol. Tiga tahun kemudian tanggal 24 april 1964 konvensi tersebut mulai berlaku.
Sekarang hampir seluruh negara di dunia telah meratifikasi konvensi tersebuttermasuk Indonesia yang telah meratifikasinyadengan undang-undang no.1 tahun 1982 pada tanggal 25 januari 1982. Pentingnya prinsip-prinsip yang tercantum dalam Konvensi Wina tersebut digaris bawahi oleh Mahkamah Internasional dalam kasus melalui ordinasinya tangggal 15 desember 1979dan pendapat hukumnya (Advisory Opinion) tanggal 24 mei 1980. Koferensi Wina ini sungguh merupakan kode diplomatik yang sebenarnya walaupun hukum kebiasaan dalam konvensi ini tetap berlaku seperti disebut dalam pendahuluannya tetapi peranannya hanya sebagai tambahan. That the Rules of Costumary International Law Should Continue to Govern Question not Expressly Regulated by the Provisions of the Present Convention. Selanjutnya Konvensi Wina tersebut dilengkapi dengan konvensi mengenai misi-misi khusus (Convention on Special Missions) yang diterima oleh majelis umum PBB pada tanggal 8 Desember 1969. Dapat dikatakan bahwa himpunan ketentuan-ketentuan mengenai hak-hak istimewa dan kekebalan diplomatik ini merupakan hukum hubungan diplomatik sebagai bagian dari hukum internasional yang paling mapan dan sudah lama berkembang dalam kehidupan masyrakat antar bangsa. Konvensi Wina tentang hubungan diplomatik sekarang ini telah menjadi konvensi universal karena hampir seluruh negara di duniatelah menjadi pihak pada instrumen yuridik tersebut. Banyak kasus dimana peradilan nasional mendasarkan hampir seluruh keputusankeputusannya atas ketentuan-ketentuan konvensi walaupun salah satu negara yang bertiklai belum menjadi pihak. Barangkali yang merupakan kekuatan utama konvensi adalah diterimanya prinsip resiprositas yang telah merupakan sanksi efektif dan tetap atas ketaatan terhadap ketentuan-ketentuan konvensi.
Tiap negara sekaligus merupakan negara pengirim dan penerima. Bila suatu negara lalai dalam memberikan hak istimewa, kekebalan atau perlindungan terhadap wakil-wakil negara asing, maka negara asing tersebut diperkirakan akan mengambil sikap yang sama. Oleh karena itu, merupakan kepentingan suatu negara untuk memberikan perlakuan yang baik terhadap perweakilan-perwakilan asing dan anggota-anggotanyaagar wakil-wakilnya di negara lain juga mendapat perlakuan yang sama pula. Walaupun konvensi ini sudah berumur hampir 40 tahundan hubungan diplomatik telah menjadi sangat padat dan kompleks, ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam konvensi tersebut masih tetap merupakan pedoman dan landasan bagi penyelenggaraan hubungan dan kegiatan luar negeri antar negara. B. Permasalahan hubungan Diplomatik Korea Selatan-Jepang 1. Kerikil Tajam dalam Diplomasi Jepang Untuk kelima kalinya , Perdana Menteri Junichiro Koizumi berkunjung ke Kuil Yasukuni. Seperti yang sudah-sudah, kunjungan itu menuai kemarahan China dan Korea Selatan. Hubungan diplomatik Jepang dan kedua negara itu berada di ujung tanduk. Kuil Yakusuni yang berarti “negeri yang damai” itu memang menyimpan luka lama. Di kuil yang dibangun tahun 1869 itu dimakamkan sekitar 2,5 juta orang Jepang yang tewas selama perang. Meraka terdiri atas perawat, prajurit, dan pelajar yang maju ke medan perang. Bagi sebagian besar orang Jepang, mereka dikuburkan di kuil itu adalah pahlawan sehingga patut didoakan dan dihormati. Namun, bagi rakyat China dan Korea Selatan, Kuil Yasukuni dipandang tak lebih sebagai simbol kekejaman Jepang. Pasalnya, di kuil itu dimakamkan juga penjahat kelas A, seperti Perdana Menteri Jendral Hideki Tojo yang bertanggung jawab atas kekejaman Jepang selama perang dunia II. Karena itu, kunjungan para pejabat Jepang, termasuk Koizumi seakan membangkitkan luka lama dan kenangan pahit Bangsa China dan Korea Selatan. Rakyat
China, misalnya, segera teringat kembali peristiwa pembantaian ribuan orangdi Nanjing antara Desember 1937 dan Maret 1938 yang diperkirakan memakan korban 250.00 hingga 300.000 jiwa. Sebagian diantara korban adalah anak-anak dan perempuan. Seorang koresponden surat kabar Jepang melihat barisan orang-orang China yang akan dieksekusi di tepi sungai Yangzte. Selanjutnya, dia menyaksikan tumpukan mayat-mayat yang dibakar. Peristiwa ini dicatat sebagai salah satu pembataian paling mengerikan di abad modern. Tidak hanya itu, penjarahan dan pemerkosaan pun dilakukan secara massal. Sekitar 20.00 orang menjadi korban. Inilah salah satu masa paling gelap yang dampaknya dirasakan hingga kini di China. Rakyat Korea (dulu belum terpecah menjadi dua) juga merasakan kekejaman Jepang selama masa pendudukan daro tahun 1910-1945. Ratusan ribu perempuan Korea dinistakan sebagai budak seks tentara Jepang sejak tahun 1932. Sebagian dari mereka dibunuh. Hal yang sama juga terjadi di Indonesia dan beberapa negara lain di Asia Tenggara. Luka lama itulah yang menyebabkan setiap kunjungan Koizumi di Kuil Yasukuni ditanggapi secara sangat keras oleh Korea dan China. Meraka menganggap kunjungan tersebut sebagai simbol tidak adanya penyesalan Pemerintah Jepang atas kekejaman militernya di masa lalu. Agak mengherankan kenapa Koizumi “nekad” mengunjungi Yasukuni meski dengan taruhan hancurnya hubungan diplomatik Jepang dengan negara tetangganya. Bethan Jinkinson dalam analisisnya yang di muat di BBC NEWS Agustus 2005 mengatakan, banyak orang Jepan masih terobsesi dengan sentimen nasionalisme yang diwariskan kelompok garis keras nasionalis Jepang. Hal ini mungkin dapat menjelaskan mengapa sejumlah politisi Jepang , termasuk Koizumi, merasa perlu memberikan penghormatan di Kuil Yasukuni.
Sentimen itu pula yang diduga membuat Jepang tidak serius mengadakan rekonsiliasi dengan China dan Korea Selatan. Jepang memang sudah menyatakan maaf dan penyesalan di Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika 2005 di Jakarta. Namaun, permintaan maaf itu dianggap tidakj ikhlas. Hal ini terlihat dari masih adanya upaya mengaburkan kekejaman militer Jepang dalam buku-buku pelajaran sejarah yang diajarkan sekolah-sekolah Jepang. Bisa ditebak upaya rekonsiliasi setengah hati ini tidak berhasil. Di China dan Korea Selatan, unjuk rasa anti Jepang bahkan muncul lebih dashyat, April lalu, ketika mereka mengetahui praktek pengaburan sejarah kembali dilakukan Jepang. Apa yang dilakukan Jepang memang berbeda dengan Jerman yang mengakui kekejaman Adolf Hitler dan memaparkan tragedi Holocaust secara detail disekolah-sekolah agar peristiwa serupa tidak terjadi lagi. Pemerintah Jerman juga meminta maaf sehingga proses rekonsiliasi dengan bekas musuhnya berjalan mulus. Saat ini Jerman sudah bisa bersekutu dengan musuh-musuh lamanya. Pemerintah Jepang dianggap tidak memiliki pendekatan politik yang nyata untuk rekonsiliasi. Pemerintah dan kalangan bisnis hanya melakukan pendekatan dengan menginvestasikan uang dalam jumlah besar di negara-negara Asia Timur. Dngan cara itu, negara-negara Asia Timur akan bergantung dan tidak mengungkit masa lalu. Konflik akibat sejarah masa lalu yang berlarut-larut seperti ini tentu saja membahayakan hubungan diplomatik Jepang dengan negara tetangganya. Menyusul kunjungan Koizumi ke Kuil Yasukuni, Pemerintah China dan Korea Selatan langsung mengajukan protes keras. China membalas tindakan Koizumi dengan membatalkan kunjungan Menlu Jepang Nobutaka Machimura ke Beijing. China juga menegaskan kunjungan Koizumi ke Kuil Yasukuni merupakan provokasi terhadap rakyat China.
Sikap pemerintah Korea Selatan tak kalah kerasnya. Pemerintah Korea Selatan membatalkan kunjungan Menlu Ban Ki-moon ke Jepang dan mungkin akan membatalkan kunjungan Presiden Roh Moo-hyun ke Jepang Desember nanti. Belakangan, Pemerintah Korea Utara turut mengkritik keras kunjungan Koizumi dan menganggapnya sebagai tindakan yang tidak bijaksana. Kunjungan Koizumi ke Yakusuni tampaknyta memang membuat situasi politik di Asia Timur yang sudah panas menjadi bertambah panas. Sejumlah pengamat politik internasional mengatakan, gesekan antara Jepang-China dan Jepang-Korea Selatan akan mempertajam persaingan sengit di Asia Timur. Sudah menjadi rahasia umum bahwa ketiga negara itu memang bersaing untuk mendapatkan pengaruh yang besar di Asia Timur. Persaingan paling sengit tentu saja antara Jepang dengan China. Masahiro Wakabayashi, profesor politik internasional dan hubungan Asia timur di Tokyo University, mengatakan, “Kedua negara tidak akan mundur datu inci pun ketika mereka berlomba untuk memimpin Asia.” Di bidang ekonomi, misalnya, pertumbuhan ekonomi yang luar biasa di satu sisi menguntungakan Jepang. Namun, di sisi lain juga mengkhawatirkan Jepang. Sebagai negara nomor dua dan tiga di dunia yang paling rakus terhadap sumber energi, China dan Jepang terus mengamankan akses energi dan sumber-sumber lainnya. Karena itu, kedua negara bentrok pada tahun 2004 berkaitan dengan rute jalur pipa dari ladang minyak terbesar di timur Siberia. Jepang meminta jalur pipa mengarah ke sebelah timur Pelabuhan Nakhodna agar kapal-kapal Jepang mudah mengangkut minyak tersebut. China menuntut agar jalur pipa berakhir di kota Daqing, China. Perseteruan itu dimenangkan Jepang. Kedua negara kembali bertikai mengenai jalur perbatasan maritim di Laut China Timur di mana terdapat cadangan minyak dan gas terbesar. Di bidang politik, China dan Jepang berkompetisi dalam menaruh pengaruh di Asia Timur. Kedua negara kini terlibat persaingan dalam mendominasi kekuatan di Asia Timur. Persaingan itu diikuti dengan perlombaan dalam memperluas kekuatan militer
masing-masing
negara.
Unutk
masalah
Taiwan,
Jepang
mendukung
AS
untuk
mempertahankan Taiwan jika ada serangan dari China. Dengan Korea Selatan, Jepang bertikai dalam memperebutkan gugusan Pulau Dokdoyang kaya akan ikan. Pemerintah Korea Selatan menegaskan, mereka akan bersikap keras untuk mempertahankan pulau karang tak berpenghuni itu. Mereka juga siap memutuskan hubungan diplomatik dengan Jepang demi menjaga kedaulatan negaranya. Dengan peta persaingan yang demikian sengit antara Jepang-Korea Selatan dan JepangChina, kunjungan Koizumi ke Kuil Yasukuni memang seperti memercikan bensin ke atas api. Semuanya mudah tebakar. 2. Sengketa Pulau, Hubungan Korea Selatan-Jepang Kembali Memanas Klaim Jepang dan Korea Selatan atas Pulau yang masih menjadi sengketa bagi keduanya dikhawatirkan dapat mempengaruhi hubungan diplomatik kedua negaraAsia Timur tersebut. Para pejabat Jepang mengakui hal tersebut sehingga kemungkinan dapat mengganggu rencana kunjungan masing-masing kepala pemerintahan yang sudah dijadwalkan. Ketegangan kedua negara semakin terlihat setelah Menteri Pertahanan Korea Selatan Lee Sang Hee mengatakan di hadapan parlemen Korea Selatan mempertimbangkan opsi penempatan personil militernya di kepulauan yang disebut Dokdo, yang oleh Jepang diklaim sebagai Takeshima. Menanggapi reaksi tersebut, Menteri Sekertaris Kabinet Jepang Nobutaka Machimura, menyerukan sikap daling menjaga ketenangan dan mengatakan bahwa aksi militer dapat merusak hubungan bilateral selama ini. Jepang juga mengkritik rencana Korea Selatan yang akan menggelar latihan militer di dekat gugusan pulau sedang disengketakan kedua negara. Tokyo bahkan memperingatkan Seoul bahwa tindakan seperti itu dapat meningkatkan ketegangan dan mencederai hubungan keduanya. Sengketa gugusan pulau
yang disebut Dokdo di Korea Selatan dan Takeshima di Jepang memanas lagi setelah Jepang menegaskan kembali klaimnya terhadap pulau yang dikontrol Korea Selatan itu. Hubungan Korea Selatan dan Jepang sebenarnya terus membaik sampai isu itu muncul kembali. Jepang mencaplok Kepulauan Dokdo pada Perang Rusia-Jepang 1904 serta pada penaklukan Semenanjung Korea 1910-1945 dan berlanjut di era modern. Menurut Korea Selatan,Jepang jangan memaksakan klaim Takeshima yang diklaim pertama kalinya oleh Jepang pada 22 Februari 1905, sebagai bagian Prefektur Shimane. Dalam sejarah Korea, dua gugusankarang seluas 186 ribu meter persegi itu bagian dari Provinsi Gyeongsyang Utara dan berkaitan dengan Pulau Daemodo yang ditaklukan Jendral Korea Selatan Yi Jong-mu pada 29 Juni 1914. Bahkan taun 512, Dokdo bagian teritori Dinasti Silla. Dengan warisan sejarah dan legitimasi tersebut, Seoul menetapkan kembali Dokdo sejak tahun 1953 dengan menempatkan pasukan kepolisian. Bahkan Korea Selatan berencana membangun sebuah hotel untuk mempertegas kembali kepemilikannya yang sama atas kepulauan tersebut. Gugudsn kepulauan yang diklaim kedua negara selain mnyangkut persoalan legitimasi hukum, tetapi juga diduga memiliki kekayaan minyak dan gas. 3. Duta Besar Korea Selatan Di Jepang Ditarik Departemen Luar Negeri Korea Selatan mengatakan Jepang telah menyatakan kembali kedaulatan atas pulau-pulau tersebut, dimana pulau-pulau tersebut saat ini berada dbawah kekuasaan Korea Selatan dan posisinya berada di wilayah kedua negara. Pernyataan baru mengenai kepemilikan pulau Takashima oleh Jepang yang disebut Dokdo oleh Korea Selatan dilaporkan muncul dalam sebuah buku petunjuk bagi para guru . Kepulauan itu kaya akan ikan dan juga cadangan gas.
Duta Besar Kwon Chul-hyun akan kembali ke Seoul sementara setelah melakukan protes keras terhadap Departemen Luar Negeri Jepang, demikian pernyataan Departemen Luar Negeri Korea Selatan. Kementerian itu mengatakan Duta Besar Jepang untuk Korea Selatan Toshinori Shigeie juga akan dipanggil. Presiden Korea Selatan Lee Myung-bak menyampaikan “kekecewaan yang mendalam dan penyesalan,” atas pernyataan kedaulatan Tokyo, dimana Korea Selatan mengatakan hal itu muncul dalam buku petunjuk untuk guru bagi murid sekolah menengah. Presiden Lee sebelumnya berusaha menciptakan hubungan yang lebih baik dengan Tokyo. Pada bulan April, dia mengatakan KTT bersama antara kedua negara, yang pertama kali dalam tiga tahun terakhir. Sementara itu di Tokyo, juru bicara Pemerintah Nobutaka Machimura mengatakan pemerintahnya berhati-hati mengenai pernyataan dalam buku itu dan menyerukan semua pihak untuk tenang. C. Hubungan Diplomatik Korea Selatan-Jepang 1. Jepang dan Korea Selatan Satukan Sikap Hadapi Korea Utara Korea selatan dan Jepang “tidak akan pernah mentoleransi” Korea Utara yang bersenjata nuklir, demikin dikemukakan Presiden Korea Selatan Lee Myung-Bak setelah perundingan dengan Perdana Menteri Jepang Taro Aso. Lee dan Aso sepakat menekan Korea Utara agar meninggalkan program nuklirnya di tengah unjuk kekuatan militer Pyongyang yang terus berlangsung. Dan mendesak China berperanan sebagai mediator untuk terus membujuk sekutunya untuk segera melucuti senjatanya. Dengan pelaksanaan resolusi 1874 PBB, kami harus menunjukan kepada Korea Utara bahwa mereka tidak akan memperoleh apapun dengan memiliki senjata nuklir, imbuh Lee,menunjuk pada sanksi-sanksi PBB terhadap Pyongyang karena pengujian rudalnya akhir-akhir ini.
Aso juga mengatakan ” kami setuju memperkuat kerjasama antara Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat, dan sepakat mengenai pentingnya memperdalam kerjasama dengan China”. China, sekutu utama Korea Utara, selalu bersikap berhati-hati terhadap Pyongyang, karena khawatir mengenai langkah-langkah yang bisa mendorong rezim terkucil itu runtuh dan membuat jutaan pengungsi masuk ke wilayah perbatasannya. Pertemuan puncak Korea Selatan dan Jepang itu dilakukan ketika Pyongyang meningkatkan retorika konfrontasinya di tengah kecurigaan dunia bahwa pemerintah Kim Jong-Il bersiap-siap menembakan rudal lain dan melakukan latihan militer di lepas pantai Korea Utara. Ketegangan regional meningkat setelah Korea Utara pada 25 Mei melakukan pengujian nuklir kedua, yang diikuti dengan peluncuran rudal. Korea Utara juga meninggalkan perundingan enam pihak mengenai perlucutan nuklirnya, yang mencakup kedua Negara Korea, AS, China, Rusia, dan Jepang. Lee dan Aso juga membahas gagasan mengadakan perundingan lima pihak yang tidak melibatkan Pyongyang, dengan tujuan membuat kemajuan dalam perundingan enam pihak. Tokyo dan Seoul mempelopori upaya di Asia Timur untuk menentang sikap pembangkangan Korea Utara, termasuk peringatan berulang kali Pyongyang mengenai konfrontasi militer. Korea Utara telah berjanji membuat lebih banyak bom nuklir dan memulai program senjata baru yang berlandaskan pengayaan uranium sebagai reaksi atas sanksi-sanksi PBB. Korea Utara mengulangi ancamannya untuk meningkatkan pertahanan nuklir untuk membela diri dari Amerika Serikat, sekutu dekat Korea Selatan dan Jepang. Korea Utara akan memperkuat pangkalan nuklir bagi pertahanan negara menghadapi ancaman dan upaya perang nuklir. Lawatan Lee ke Tokyo itu merupakan bagian dari diplomasi pertemuan puncak bolak-balik yang tetap, sebuah sistem dimana pemimpin itu saling mengunjungi negara masing-masing dua kali setahun unutk perundingan yang mencakup masalah-masalah diplomatik dan ekonomi.
2. Roh Moo-hyun Berkunjung ke Jepang untuk Membahas Masalah Korea Utara Presiden Korea Selatan Roh Moo-hyun meninggalkan Seoul unutk mengadakan kunjungan kenegaraan Di Jepang. Kunjungan kali ini merupakan sebagian dari rencana kunjungannya, dengan tujuan mengkoordinasi lebih lanjut pendirian dengan pemerintah Jepang mengenai penyelesaian masalah nuklir Korea Utara. Ini menunjukan betapa pentingnya posisi Jepang dalam strategi diplomatik Korea Selatan. Roh Moo-hyun dan Perdana Menteri Jepang Junichiro Koizumi berkoordinasi dan melakukan pembicaraan lebih lanjut pendirian kedua Negara. Menurut Pejabat dari Kepresidenan Korea Selatan , kedua belah pihak akan mengeluarkan pernyataan bersama tentang pendiriannya untuk terus menyelesaikan masalah nuklir Korea Utara secara damai. Mereka juga sepakat untuk menuntut Korea Utara melepaskan program nuklir, tidak mengambil tindakan apa saja yang mungkin memperburuk lebih lanjut situasi ini. Selain itu, Roh Moo-hyun dan Koizumi masih akan mengadakan konsultasi mengenai masalah hubungan bilateral, yang antara lain adalah penandatanganan Kesepakatan Zona bebas Perdagangan. Korea Selatan dan Jepang adalah dua negara tetangga yang berhadapanhadapan dan terpisah oleh laut. Perkembangan hubungan kedua negara dalam perkembangan sejarahnya tidaklah lancar. Jepang pernah menjajah Semenanjung Korea selama 35 tahun. Sampai tahun 1965 kedua negara baru menjalin hubungan diplomatik secara total. Selama beberapa tahun ini, perkembangan hubungan kedua negara berturut-turut mengalami dampak negatif akibat masalah buku pelajaran Jepang dan berziarahnya Koizumi ke Kuil Yasukuni.
Acara kunjungan Roh Moo-hyun kali ini juga sangat kontroversial di dalam negeri Korea Selatan. Menurut rencana, setelah tiba di Tokyo, Roh Moo-hyun akan menghadiri jamuan yang diadakan oleh Kaisar Akihito dan Permaisuri Michiko Shoda untuk kehormatannya, sedangkan kunjungan Roh Moo-hyun bertepatan dengan Hari Belasungkawa
Korea Selatan untuk memperingati pahlawan-pahlawan nasional yang gugur untuk tanah air. Sebagian tokoh Korea Selatan berpendapat, pertemuan Roh Moo-hyun dengan Kaisar Jepang pada Hari Belasungkawa adalah tidak cocok. Selain itu, Majelis Rendah Jepang tak lama berselang telah meluluskan tiga Rancangan Undang-undang Apabila Terjadi Peristiwa yang akan dibahas dan diterima baik oleh Majelis Tinggi Jepang selama kunjungan Roh Moohyun. Juru bicara Kepresidenan Korea Selatan kemarin mengungkapkan, pada saat yang cocok, Roh Moo-hyun akan menyampaikan pendiriannya secara lisan, yakni isi tersebut tidak dicantumkan dalam pernyataan bersama yang akan dikeluarkan seusai pembicaraan KTT Korea Selatan-Jepang, namun dalam pidatonya di depan Majelis Jepang pada hari Senin mendatang, ia akan menyatakan bahwa Korea Selatan mengharapkan Jepang memberikan sumbangan demi perdamaian dan kestabilan regional di atas dasar Undang-Undang Dasar Perdamaian, pertahanan dan tiga prinsip bebas nuklir.
Media Korea Selatan menaruh harapan besar pada kunjungan Roh Moo-hyun kali ini. Surat kabar Korea Time Korea Selatan dalam editorialnya mengatakan, “Jepang adalah negara tetangga penting Korea Selatan, dewasa ini, memperbaiki dan meningkatkan hubungan kedua negara mempunyai arti penting bagi pemerintah baru Roh Moo-hyun untuk memelihara kepentingan negara Korea Selatan melalui upaya diplomatik”. Meskipun kunjungan kali ini akan terpengaruh oleh beberapa masalah peninggalan sejarah, namun pihak Korea Selatan tetap mengharapkan kunjungan kali ini dapat mendorong momentum perkembangan hubungan bersahabat dan tetangga baik oleh kedua negara. Editorial tersebut menunjukkan pula, pembinaan hubungan saling percaya antara Korea Selatan dan Jepang adalah tugas yang paling penting, akan tetapi apabila sejumlah negarawan Jepang tidak dapat mengenal sejarah dengan tepat, pembinaan hubungan saling percaya tersebut akan sangat sulit.
3. Pertemuan Puncak Korea Selatan dan Jepang Pertemuan antara Korea Selatan dan Jepang yang berlangsung di Seoul, Korea, berakhir dengan kesepakatan atas berbagai persoalan yang sangat luas. Terutama dalam hal ekonomi, untuk menghadapi badai sektor keuangan dunia yang mengancam kemapanan ekonomi dua negara industri terkuat Asia itu. Menurut Taro Aso, kedua pemimpin sepakat, bahwa Asia patut menjadi pusat pertumbuhan ekonomi Internasional, dan mengambil peran utama dalam pemulihan ekonomi dunia. Di luar masalah kemelut ekonomi dunia, Korea Selatan dan Jepang juga menyepakati kerjasama program pembangunan kembali Afghanistan. Negeri yang menurut Perdana Menteri Jepang Taro Aso, sangat menentukan dalam peta keamanan dunia. Plus dalam berbagai topik seperti sengketa nuklir Korea Utara dan hubungan dengan Amerika di masa kekuasaan Obama. Singkatnya , disebutkan Taro Aso, kedua negara sepakat untuk membangun hubungan baru yang memungkinkan Jepang dan Korea Selatan memberikan sumbangannya untuk berbagai permasalahan dunia secara bersama. Diungkapkan pula oleh Perdana Menteri Taro Aso, bahwa "Belum pernah terjadi sebelumnya, para pemimpin Korea Selatan dan Jepang melakukan pertemuan sesering ini, dan bersetuju atas berbagai persoalan yang begitu luas cakupannya seperti ini".Yang cukup khusus adalah kesepakatan untuk berkoordinasi secara erat dalam melakukan pembaharuan sistem keuangan kedua negara, merumuskan ulang kebijakan-kebijakan makro-ekonomi, dan strategi dalam berurusan dengan berbagai blok perdagangan. Korea Selatan dan Jepang juga menjajaki kemungkinan diberlakukannya pakta perdagangan bebas kedua negara. Hal ini tidak langsung dilaksanakan, namun akan dibahas lebih jauh oleh tim teknis yang akan bertemu secara berkala. Kesepakatan-kesepakatan yang begitu luas ini seakan merupakan salah satu puncak dari babak baru hubungan yang diwarnai pasang surut ketegangan terkait sejarah kedua negara. Tahun 2005, Korea Selatan membekukan berbagai pertemuan tingkat
tinggi kedua negara sebagai protes atas langkah Perdana Menteri jepang waktu itu, Yunichiro Koizumi yang berulang kali secara demonstratif berziarah ke kuil penghormatan prajurit Jepang yang tewas dalam Perang Dunia. Bagi Korea, ini merupakan pelecehan terhadap penderitaan rakyat Korea dan banyak negara Asia lain yang menjadi korban kebrutalan militer Jepang sejak 1910 hingga berakhirnya Perang Dunia II pada tahun 1945.
Hubungan kedua negara baru pulih lagi setelah terpilihnya Lee Myung Bak sebagai Presiden Korea Selatan . Lee Myung Bak memilih untuk mengambil jalan kooperatif. Berbagai
kerjasama
dijajaki,
bahkan
kedua
negara
melangsungkan
pertemuan
rutin."Hubungan bilateral Jepang dan Korea Selatan yang sering sekali menegang. Namun kali ini kami mendekatkan hubungan, jauh lebih erat dari sebelumnya," ungkap Presiden Korea Selatan Lee Myung Bak. Namun tak sedikit pengamat yang meragukan kelanggengan hubungan erat ini. Masa lalu sebagai negara penjajah dan yang dijajah, dan masih tingginya kecenderungan di kalangan banyak politikus dan masyarakat Jepang untuk melakukan pembenaran terhadap kebrutalan militer Jepang di masa lalu, diyakini akan selalu memercikan api ketegangan. Suksesnya Pertemuan di Seoul kali ini, yang seakan menjadi puncak eratnya hubungan Korea Selatan-Jepang, dinilai lebih didorong oleh kesamaan kepentingan menghadapi krisis ekonomi global. Kalau ekonomi dunia pulih, hubungan Korea Selatan dan Jepang akan sangat gampang untuk meledak lagi dalam ketegangan.
BAB III Latar Belakang Persengketaan Kepulauan Dokdo
A. Gambaran Umum Kepulauan Dokdo Dokdo memiliki nama yang berbeda tergantung pada siapa yang merujuknya dalam rentang waktu sejarah yang berbeda. Pada masa lalu, Korea memiliki beberapa nama untuk Kepulauan Dokdo yaitu Unsando, Sambongdo, Seokdo, dan Gajido (“-do” berarti pulau). Alasan tidak kelanjutan dari nama-nama itu adalah tidak adanya penduduk yang mendiami pulau itu.22 Yang pertama menyebutnya sebagai Unsando adalah Kerajaan Unsanguk pada tahun 512 dan telah tergabung dalam Dinasti Silla. Dalam beberapa teks menjelaskan sejarah Dokdo yang memiliki tiga puncak bila dilihat dari sudut yang berbeda, maka nama Sambongdo yang berarti pulau tiga puncak diberikan kepada Dokdo. Sedangkan Seokdo dan Dokdo merupakan dua nama Cina yang memiliki arti yang sama yaitu pulau karang dan Gajido merupakan bahasa lama Korea. 1. Geografis Dokdo berada di laut Jepang sebagai bagian dari gunung berapi yang telah berulang kali meletus sekitar 4,6-2,5 juta tahun yang lalu. Karena proses pengendapan yang berlangsung ribuan tahun, Dokdo terbentuk dua pulau karang yang bernama Seodo dan Dongdo yang secara harfiah dapat diartikan sebagai pulau barat dan timur yang dipisahkan satu sama lain sekitar 2 juta tahun yang lalu dan berjarak sekitar 151 meter satu sama lain. Bagian barat atau Seodo merupakan bagian tertinggi dan lebih besar dibandingkan dengan
22
. http://www.koreaaward.com/profi korea/dokdo.htm. diakses tanggal 1 april 2009
Dongdo atau pulau timur. Dokdo juga terdiri dari 87 pulau kecil yang mengelilingi dua pulau gugusan besar dan 30 diantaranya telah diberi nama oleh Kementrian Korea Selatan.
2. Iklim dan Ekologi Kepulauan Dokdo memiliki iklim yang hangat yang dipengaruhi oleh arus laut yang berkumpul di dekat pulau. Suhu rata-rata sepanjang tahun di Pulau ini mencapai 12° C dan suhu paling ekstrem terjadi pada bulan Januari yang mencapai 1° C serta pada bulan Agustus 23°C. Rata-rata curah hujan tahunan adalah 1240 mm dan di musim dingin Dokdo akan berselimut salju. Hujan dan salju rata-rata turun 150 hari dalam setahun dan hanya 160 hari lebih yang berawan atau berkabut. Dokdo adalah pulau yang terletak kira-kira di pertengahan antara Korea dan Kepulauan Jepang (pada 37° 14 26,8” N dan 131° 52 10,4” E). Sebenarnya Dokdo bukan satu pulau tapi merupakan gugusan pulau-pulau. Ia terdiri dari dua pulau utama, Dongdo (Pulau Timur) dan Seodo (Pulau Barat), yang sekitar 89 batu-batu yang lebih kecil scattered tersebar. Kawasan Dongdo adalah 73297m², dan Seodo memiliki luas 88639m². Total luas kawasan Dokdo adalah 187.453m². Dari beragam ekosistem yang ada di Kepulauan Dokdo sangat dipengaruhi oleh iklim dan geofrafis. Posisi Kepulauan Dokdo yang berada di Laut Jepang menjadikannya tempat yang strategis bagi kehidupan biota laut dan tempat persinggahan berbagai jenis burung. Di antara berbagai jenis burung yang ditemukan di Dokdo yaitu Camar ekor hitam yang hadir
antara bulan Mei dan Agustus dan merupakan populasi terbesar di pulau itu. Kepulaun Dokdo yang juga memiliki beragam kehidupan laut kaya akan limpahan berupa plankton. Air sekitar Kepulauan Dokdo yang hangat disebabkan oleh adanya pertemuan air dari Perairan Korea Utara dan dari Tsusima di sekitar pulau yang menguntungkan bagi kehidupan biota laut berupa ikan, rumput laut, udang dan kerang. Kekayaan ekositem lautnya telah dibuktikan oleh sebuah penemuan karang di dekat Dokdo pada tahun 2007.23 Meskipun terdapat banyak koloni burung dan ikan yang berpopulasi di Kepulauan Dokdo, tetapi Dokdo tidak cocok bagi tumbuh-tumbuhan. Angin laut yang kuat dengan kecepatan rata-rata 4 m/s dan air laut yang asin, tanah yang gundul serta kekurangan air tawar menyebabkan Dokdo tidak sesuai bagi kehidupan tumbuh-tumbuhan. Selain itu, Dokdo juga dapat mengalami kekeringan yang parah karena Dokdo mempunyai struktur tanah yang tipis dan tidak dapat menyimpan debit air yang banyak, air yang dihasilkan oleh lumut juga tidak dapat diandalkan karena jumlahnya sangat sedikit. Walaupun ekosistem Dokdo sehat dan beragam, tpi hal itu pulalah yang membuat rentan dan rumit daerah tersebut. Sebuah studi pada tahun 2006 menemukan bahwa dua jenis mamalia yagn sebelumnya dilaporkan berpopulasi dan ada di Dokdo, yaitu singa laut dan anjing laut telah punah. Dalam studi itu juga ditemukan bahwa 8 species terancam punah, termasuk burung falcon, angsa, burung hantu, burung Siberian dan Murrelet Jepang. Untuk melindungi ekosistem yang sehat namun rapuh ini, Pemerintah Korea Selatan telah menerapkan beberapa kebijakan lingkungan megenai Dokdo. Pada tahun 1982, peraturan pemerintah no 336 menjadikan Dokdo sebagai Monumen Alam, Dokdo dilarang bagi pengunjung dan Wisatawan. Namun pada bulan Maret 2005, pemerintah Korea Selatan mengeluarkan keputusan yang mengijinkan Dokdo dikunjungi oleh wisatawan dan dibatasi
23
Ibid
hanya 70 orang setiap harinya dan hanya dibuka Pulau yang berada dibagian timur yaitu Dongdo. Pada bulan yang sama Pemerintah Korea Selatan meningkatkan kuota wisatawan menjadi 140 orang setiap harinya, namun pemerintah Korea Selatan tetap memberlakukan aturan yang ketat mengenai kunjungan wistawan. Wisatawan diharapkan tidak melanggar aturan mngenai polusi kebisingan dan mengambil benda-benda yang ada di pulau tersebut untuk dijadikan souvenir. 3. Demografi Pada bulan Mei 1968, seorang nelayan Korea Selatan bernama Chwe (atau Choi) Jongdeok pindah ke Dokdo dan menjadi orang pertama yang ada di pulau tersebut. Sejak itu, Dokdo telah dihuni oleh warga Korea Selatan . selain nelayan itu, Pemerintah Korea Selatan juga menempatkan sejumlah pasukan patrol penjaga pantai sejak tahun 1954. Pada tahun 2006, pemerintah Korea Selatan mengumumkan wacana untuk menambah kuota penduduk di pulau tersebut menjadi sekitar 20 orang. B. Klaim 1. Periode sebelum PD II Dokdo mulai bergabung ke dalam wilayah Korea Selatan saat wilayah Usan’guk digabungkan kedalam kerajaan Silla pada tahun 512 (tahun ke 13 pemerintahan raja Jireng). Fakta bahwa Usan’guk terdiri dari Ulengdo dan Dokdo (Unsando) tercatat dalam beberapa dokumen dan peta-peta kuno, terlebih lagi Dokdo juga disebut Unsando hingga akhir abad ke 19, yang jelas-jelas membuktikan bahwa Dokdo (Usando) merupakan bagian dari Usan’guk. Selama masa pendudukan Jepang pada tahun 1592-1598, tentara Jepang menginvasi Ulengdo dan Dokdo, membunuh penduduk sipil dan mencuri harta benda mereka. Untuk
menetralisir jatuhnya nyawa yang lebih banyak, pengadilan kerajaan Joseon membuta kebijakan pengosongan pulau untuk mengakses rakyatnya meninggalkan pulau demi keselamatan. Pada saat yang sama, Shogun era Tokugawa di Jepang memberi ijin dua keluarga nelayan Jepang untuk melewati laut menuju Matsushima ke Dokdo tahun 1656 yang berarti mengijinkan mereka untuk pergi ke luar negeri. Tak lama berselang tahun 1693, muncul konflik antara mereka dan juga nelayan Korea bernama Ahn Yong-Bok.24 Tuan tanah asal Jepang, Tsushima merupakan tokoh sentral dalam konflik ini dan dia juga yang menghasut sedemikian rupa sehingga persengketaan diplomatik Dokdo menjadi bagian dari teritorial Jepang beberapa tahun. Pemerintah Korea terus bersikap konsisten dan memiliki prinsip teguh atas kepemilikan mereka terhadap pulau-pulaunya dan Jepang akhirnya menyerah. Pada bulan Januari 1696, administator pemerintah Tokugawa menegaskan bahwa Ulendo dan Dokdo termasuk dalam wilayah Korea. Setelah itu, Jepang melarang nelayannya untuk mencari ikan di sekitar pulau-pulau tersebut dan mencabut ijijn Lintas Takeshima juga Lintas Matsushima. Ahn Yong-Bok, nelayan Korea dari Dong nae ikut berperan dalam pengamanan Ulengdo dan Dokdo dari Jepang pada masa tersebut. Demikian pula dengan buku Kunjusicheonghapgi yang diterbitkan oleh pemerintah Jepang pada tahun 19667, dimana merekan menyatakan sebagai dokumen pertama yang memuat Dokdo, yang mencatat bahwa Ulengdo (dalam bahasa Jepang dinamakan Matsushima) dan Dokdo (dalam bahasa Jepang dinamakan Takeshima) termasuk wilayah Goreo dan batas barat laut Jepang adalah Okishima. Seorang sarjana ilmu pasti terapan Jepang, Hayushi Shihei menerbitkan peta “tiga negara yang diserangkaikan” tahun 1785, yang menunjukan tiap negara dengan warna yang berbeda, Korea berwarna kuning, Jepang berwarna hijau. Dalam peta itu, Ulengdo dan Dokdo (Usando) yang berada di tengah laut
24
http://www.dokdo-takeshima .com/dokdo-anyongbok.html diakses tanggal 27 februari 2009
Timur tidak hanya diwarnai kuning, tapi dimasukan sebagai bagian dari wilayah teritorial Korea.25 Selain itu, terdapat pula fakta bahwa Dokdo (Usando) merupakan bagian dari Korea dan Ulengdo tidak hanya diketahui oleh Jepang, tetapi juga oleh negara-negara barat. Pada tahun 1737, ahli geografi Prancis. Peta dari Korea menandai Dokdo (Usando) merupakan bagian dari wilayah Korea. Ulengdo dan Dokdo digariskan sangat dekat laut Timur Korea Selatan. Dalam peta SinjeungDonggukyeojiseungram, Dokdo (Usando) digambarkan dekat ke peninsula daripada Ulengdo, menitikberatkan pada fakta bahwa Dokdo merupakan bagian dari Joseon (Korea).26 Era Tokugawa runtuh pada Januari 1868, dan masa Restorasi Meiji mulai terbentuk, perdana menteri pemerintahan yang baru mengirimkan pejabat-pejabat tinggi dari kantor urusan luar negeri ke Joseon untuk menyelisiki rahasia atas 14 masalah pada bulan Desember 1869. Saat itu terdapat perintah investigasi (suatu keadaan dimana Ulengdo dan Dokdo termasuk wilayah Joseon) diantara mereka. Menteri luar negeri dan perdana menteri, organisasi teritnggi pemerintahan Jepang pada waktu itu, mengetahui bahwa Ulengdo dan Dokdo termasuk daerah Joseon. Laporan dari penyelidikan rahasia adalah berjudul Laporan Penyelidikan Rahasia pada asosiasi nasional Joseon tahun 1876 juga termuat dalam catatan diplomatik Jepang catatan ke 3 yang diterbitkan sekitar tahun 1930 oleh kantor urusan Luar Negeri Jepang. 27 Ini merupakan bukti nyata bahwa Jepang secara resmi telah menyatakan bahwa Ulengdo dan Dokdo sebagai bagian dari wilayah teritorial Korea Selatan. Pada tahun 1876, Departemen Dalam negeri Jepang memerintahkan setiap provinsi untuk membuat dan mengirimkan peta wilayahnya masing-masing dan peta pendaftaran
25
http://www.dokdo-takeshima.com/dokdo-hayashi-shihei.html diakses tanggal 1 april 2009 http://www.clickkorea.org/dokdo/03.html diakses tanggal 28 Maret 2009 27 http://www.dokdo-takeshima.com/dokdo-ulleungdo.html diakses tanggal 28 Maret 2009 26
tanah untuk membuat sebuah peta modern dan peta pendaftaran Jepang. Pada waktu itu, Shimane mengirimkan penyelidikan ke Departemen Dalam Negeri, menanyakan apakah Ulengdo dan Dokdo dimasukkan ke Laut Timur. Departemen Dalam Negeri Jepang menyarankan penyelidikan selama 5 bulan dan menegaskan bahwa Ulengdo dan Dokdo termasuk dalam wilayah Joseon dan sudah tidak ada hubungannya dengan Jepang. Meski demikian untuk menekankan betapa pentingnya masalah itu, Departemen Dalam Negeri memutuskan untuk menyerahkan keputusan akhir masalah tersebut pada pusat pemerintah tertinggi negara yaitu Perdana Menteri.28 Badan pemerintahan tertinggi Jepang, Perdana Menteri, meninjau ulang Departemen Dalam Negeri bagian konsultasi dan pada 20 Maret 1977 menyatakan kembali bahwa Ulengdo dan Dokdo merupakan bagian dari Joseon dan mengirim surat perintah resmi ke Shimane dan diantaranya untuk menghapus 2 pulau itu di peta karena Ulengdo dan Dokdo tidak lagi masuk dalam wilayah Jepan, namun masuk dalam wilayah Korea Selatan. Data ini kemudian menjadi bukti bahwa Dokdo termasuk kedalam wilayah Korea Selatan. Sebagai tanggapan atas tindakan memasuki Ulengdo secara ilegal oleh Jepang untuk penebangan pohon dan menetap, Dinasti Joseon menghapus peraturan pengosongan pulau tersebut pada 1882 dan mulai untuk memperbolehkan orang-orang tersebut untuk pindah lagi ke pulau itu. Sebagai tambahan, peta modern dibuat setelah reformasi Gaco 1894 dengan jelas menunjukan Dokdo sebagai sebuah wilayah dari Joseon bersama dengan Ulengdo. Dehanjyenjido pada 1969 dan Daehanjeodo pada 1899 dari departemen di kerajaan Dehan (Korea Selatan) menyatakan dengan jelas bahwa Dokdo (Usando) merupakan wilayah Korea Selatan. Pada bulan Oktober 1900, kerajaan Dehan (Korea Selatan) membentuk ulang sistem administrasi lokalnya sebagai bagian dari usaha pencegahan untuk menghentikan imigran ilegal yang terus datang ke Ulengdo dari Jepang, mereka mengeluarkan surat peraturan 28
http://www.dokdo-takeshima.com/dokdo-mapping -errors.html diakses tanggal 23 Februari 2009
setempat kerajaan No 41 dan menaikan skala tingkat pemerintahan Ulengdo dari Ujin-gun menjadi Uldo-Gun dan mengangkat gubernur pemerintahan Uldo.29 Uldo-Gun mengelola Ulengdo, Jukauedo (juko) dan Dokdo (Seokdo). Penataan kembali bentuk pemerintahan ini di publikasikan dalam lembaran resmi negara milik pemerintahan pusat untuk mengumumkan dengan resmi kepada kalangan luar negeri. Melalui surat peraturan setempat kerajaan NO 41 tahun 1900, posisi Dokdo sebagai bagian wilayah Korea Selatan secara tegas dibentuk kembali saat kebijakan “pulau kosong” diganti oleh kebijakan “gerakan masuk”, banyak nelayan dari timur laut Joseon pindah dan bertempat tinggal di pulau tersebut. Nelayan ini menggunakan nama Dokseom yang artinya “yang terdiri dari batu” (doseom dalam dialek Honam) lebih sering daripada “Usando”, nama resmi Dokdo. Maka dari itu “Dokdo” ditulis dengan huruf China menurut arti sesungguhnya yakni “pulau batu”. Orang Barat menyebut pulau itu “batu Liancourt”, diambil dari nama kapal yang pertma kali menggambar Dokdo dalam peta perjalanannya. Setelah munculnya perang Rusia-Jepang pada bulan Februari 1904, Jepang membangun pangkalan Angkatan Laut di Laut Timur Dokdo. Sebelumnya, pengusaha perikanan Jepang Nakai mengajukan kepada raja Daehan (Korea Selatan) untuk mendapat menangkar anjing laut secara eksklusif. Pemerintah Jepang sesungguhnya menyadari bahwa pulau tersebut milik Korea Selatan tapi mengklaim Dokdo sebagai pulau tak bertuan, dan tetap saja menyatukan Dokdo ke dalam wilayahnya pada tanggal 18 Januari 1905. Jepang pun menamai Dokdo sebagai “Takeshima” serta memutuskannya untuk menaruh dibawah prefektur Shimane, selain itu Jepang juga tidak mendokumentasikan/menyebarluaskan putusan ini dengan menerbitkan surat pemberitaan resmi. Namun demikian, sejak 512 masehi, Dokdo telah menjadi bagian dari wilayah Korea Selatan. Maka Jepang mengklaim Bahwa Korea mengambil Dokdo sebab Dokdo sejatinya 29
http://www.dokdo-takeshima .com/dokdo-ordinance-41.html diakses tanggal 23 Februari 2009
tak bertuan, tidak pula memiliki bukti sejarah yang nyata. Saat Gubernur Uldo mengetahui penyimpangan kepemilikan yang dilakukan Jepang pada tanggal 28 Maret 1906, ia melaporkan pada Gubernur Pusat melalui Gubernur Provinsi Gangwon dan Gubernur Kerajaan Daehan (Korea Selatan) segera mencela dan mengancam tindakan ilegal Jepang. Namun, Kerajaan Daehan (Korea Selatan) direbut dari Jepang 4 tahun kemudian pada tanggal 29 Agustus 1910 dan Dokdo dikembalikan ke Korea Selatan saat Negar tersebut meraih kemerdekaan. 2. Periode Setalah PD II Saat Jepang menyerah pada sekutu tanggal 15 Agustus 1945, sekutu membuat pemerintahan tinggi di Tokyo dan mulai mengembalikan wilayahnya kolonial yang dimiliki Jepang kepada pemilik asalnya. Pada tanggal 29 Januari 1946, pemerintahan tinggi mengeluarkan edaran militer No. 677 SCAPIN dan mengembalikan Jejudo, Ulengdo dan Dokdo (Liancourt Rocks) kepada Korea Selatan.30 Tak lama berselang, pada tanggal 22 Juni 1946, pemerintah tertinggi sekutu mengeluarkan SCAPIN No. 133 dan melarang nelayan Jepang datang ke Dokdo sebagai penegasan ulang bahwa Dokdo merupakan milik Korea. Perintah militer tersebut masih memiliki kekuatan hukum internasional. Korea membentuk pemerintah pada tanggal 15 Agustus 1945 dan mengambil alih Peninsula Korea, Dokdo dari semua pulau lepas pantai sebagai wilayahnya dari sekutu, begitu pula dengan Korea diakui juga daerah teritorialnya denah kekuasaannya oleh PBB secara resmi pada tanggal 12 Desember 1948. Begitu pula dengan sekutu berjanji bahwa daerah yang telah direbut Jepang akan dimerdekakan kembali tahun 1952 dan mencoba menyusun perjanjian perdamaian dengan Jepang. Dalam persiapan perjanjian tersebut, sekutu membuat persetujuan untuk
30
http://www.dokdo-takeshima.com/SCAPIN.htm diakses tanggal 23 Januari 2009
pengembalian wilayah yang tadinya diserobot Jepang pada tahun 1950. Artikel ke-3 dari persetujuan tersebut dengan jelas menyatakan bahwa daerah Peninsula Korea dan semua pulau-pulau lepas pantai Korea Selatan akan dikembalikan. Diantara pulau-pulau yang disebutkan diatas antara lain Jejudo, Geomundo, Ulengdo, dan Dokdo (liancourt Rocks) yang jelas-jelas mengindikasikan bahwa pulau-pulau tersebut merupakan bagian dari wilayah Korea selatan. Ini merupakan data tidak ternilai yang jelas membuktikan bahwa sekutu mengatur Dokdo sebagai bagian dari wilaya Korea Selatan. Saat Amerika membuat rancangan perjanjian perdamaian San Fransisco untuk sekutu, mereka memasukan undang-undang bahwa Dokdo merupakan Wilayah Korea Selatan sejak rancangan pertama hingga rancangan ke-5. Saat menyadari bahwa hal tersebut, Jepang melobi Konsulat Amerika Serikat untuk menjadikan Dokdo sebagai pusat radar dan meterologi untuk Angkatan Udara Amerika Serikat. Atas desakan tersebut,Amerika serikat menandai Dokdo bukan sebagai wilayah Korea Selatan tapi wilayah Jepang pada rancangan yang ke-6. Namun, sekutu-sekutu lain seperti Inggris, New Zealand, dan Australia tidak setuju pada rancangan ke-6 dari AS. Maka Dokdo tidak disbut lagi pada rancangan ke-7 hingga rancangan ke-9. Artikel ke-2 dari perjanjian San Fransisco yang disahkan di San Fransico pada bulan September 1952, yang mengatakan bahwa Jepang mengakui kemerdekaan Korea selatan dan mendutakan semua hak kedaulatan Jejudo, Geomundo, Ulengdo pada Korea Selatan , dan Pulau Dokdo tidak disebutkan. Jadi, Jepang berhasil mempertahankan pengakuan sekutu bahwa Dokdo adalah termasuk dalam wilayah Jepang. Klaim Jepang tersebut secara fakta tidak akurat, karena Dokdo digabungkan dengan Ulengdo,yang ketika dalam perjanjian disebutkan tentang Ulengdo yang berarti secara otomatis menyadari bahwa Dokdo secara otomatis juga wilayah Korea Selatan. Kasus sama, Jejudo misalnya, punya pulau yang digabungkan denga pulau Udo, dan hanya mencantumkan Jejudo saja berarti pulau Udo secara otomatis juga menjadi wilayah Korea Selatan . maka,
fakta ribuan pulau di Korea Selatan yang tidak disebutkan secara spesifik dalam perjanjian perdamaian tidak berarti bahwa mereka menjadi milik Jepang karena suatu Kesalahan. Terlebih lagi, sejak “perjanjian sekutu tentang pengembalian daerah teritorial” tahun 1950 dirancangkan dalam persiapan untuk perjanjian San Fransisco, menyatakan Dokdo sebagai wilayah Korea Selatan dalam undang-undangnya, walaupun Dokdo tidak disebutkan dalam perjanjian perdamaian San Fransisco, maka dapat disimpulkan bahwa Dokdo telah diakui sebagai bagian dari wilayah Korea Selatan. Dengan demikian, Dokdo jelas dimiliki Korea Selatan di bawah hukum internasional dan dunia internasional, kecuali Jepang menyetujui (berpendapat sama) Pada tanggal 30 Juni 1948, pasukan Angkatan Udara Amerika Berlatih pengeboman dekat area Dokdo dan setelah itu mulailah rumor tentang Dokdo yang telah ditunjuk sebagai pusat manuver Angkatan Udara Amerika oleh Komte Gabungan Jepang-Amerika Serikat selama masa perang Korea. Maka pemerintah Jepang mengklaim, hal ini menunjukan jelas bahwa pasukan PBB menganggap Dokdo sebagai teritorial Jepang. Namun demikian, fakta-fakta kontradiktif terhadap klaim Jepang tersebut, pemerintah Korea Selatan mengumumkan oposisinya pada tindakan Jepang dan Komandan Angkatan Udara Amerika Serikat merespon dengan mengirimkan surat pada pemerintah Korea pada tanggal 27 Februari 1953 yang menyatakan bahwa Dokdo tidak akan digunakan untuk tujuan yang telah beredar dalam rumor tersebut. Terlebih lagi, saat perang Korea meletus pada bulan Juni 1956, pasukan PBB dan Komandan Angkatan Udara Amerika Serikat membuat Zona Pertahanan Serangan Udara Korea (KADIZ) untuk melindungi daerah teritori Korea Selatan dari serangan udara dan terus berlanjut hingga saat ini, dan mereka memasukan Dokdo dalam KADIZ dan telah melindunginya sebagai bagian dari teritori Korea Selatan, termasuk
melindunginya dari serangan udara KADIZ. Ini juga merupakan fakta pendukung bahwa pasukan udara PBB membela Dokdo sebagai bagian dari teritori Korea Selatan. 3. Keputusan Tertinggi Pasukan Sekutu Setalah Jepang menyerah pada tanggal 15 Agustus 1945 dan menandatangani pernyataan menyerah pada tanggal 2 September 1945, tentara sekutu mengeluarkan memorandum No. 677 pada tanggal 29 Januari 1946, yang isinyamenyatakan mengenai wilayah Jepang dan garis-garis luar dari wilayah teritorial Jepang.31 Dalam memorandum tersebut disebutkan bahwa kepulauan Dokdo ( Takeshima atau Liancourt Rocks) terpisah dari wilayah kekuasaan Jepang dan Pemerintah Korea Selatan tidak menunggu lama setelah pulau Dokdo dikembalikan menjadi wilayah Korea selatan oleh tentar sekutu, maka pada tanggal 15 Agustus 1948 Negara Republik Korea Selatan Secara Resmi lepas dari Pendudukan Jepang. C. Penegasan Mahkamah Internasional Atas Pulau Dokdo Sebagai Bagian Dari Wilayah Korea Selatan Dokdo telah tercatat dalam sejarah sebagai daerah teritori Korea Selatan, sah secara Hukum Internasional dan esensi pendudukan. Korea Selatan mempunyai fakta kepemilikan terhadap pulau Dokdo. Jika berbicara tentang skala, hak Korea Selatan terhadap pulau tersebut akan bernilai 100 sedangkan Jepang 0. Tidak ada persengketaan yang cukup berarti menyangkut hak kependudukan atas Dokdo antara Korea Selatan dan Jepang, karena itu merupakan klaim tidak lazim dari Jepang. Sejak tahun 1954, Jepang telah membuat strategi untuk membawa masalah Dokdo ke Mahkamah Internasional sebagai bagian dari rencana Jepang untuk mengambil hak Korea Selatan atas Pulau Dokdo. Tahun 1946, Jenderal Kepala Komando Pusat Pasukan Sekutu 31
Ibid
memutuskan bahwa Dokdo merupakan daerah teritori Korea Selatan dan mengembalikannya pada militer Amerika di Korea Selatan. Saat Republik Korea Selatan dibentuk tanggal 15 agustus 1948, Dokdo telah diatur oleh Korea Selatan sebagai bagian dari wilayahnya. Pada 12 Desember 1948 Korea Selatan secara formal mengumumkan sebagai negara yang diakui kedaulatannya oleh PBB dan meraih hak-hak untuk mengatur teritorialnya secara legal, termasuk Dokdo. Sebagai tambahan, perjanjian pengambalian daerah teritori bekas jajahan Jepang (1950) dirancangkan dalam persiapan untuk perjanjian San Fransisco (1951) yang menyatakan Dokdo sebagai “ Daerah Teritori Korea Selatan” dengan undang-undang nyata. Maka dari itu, meskipun Dokdo tidak disebutkan dalam perjanjian perdamaian San Fransisco, Dokdo telah diakui sebagai bagian dari daerah teritori Korea Selatan dalam Persetujuan Pengambalian Daerah Teritori Bekas Jajahan Jepang (SCAPIN No. 667), Jepang melakukan manuver untuk mendapatkan pulau Dokdo dengan cara melakukan lobi terhadap senat AS dengan dalih Dokdo akan dijadikan pangkalan Angkatan Udara AS, sehingga AS tidak mencantumkan Dokdo kedalam wilayah yang wajib dikembalikan Jepang. D. Kepentingan Korea Selatan 1. Sejarah Kepantingan yang melandasi Korea Selatan untuk mengklaim pulau Dokdo adalah kepentingan Korea Selatan atas Legalitas Sejarah. Fakta sejarah yang membuktikan bahwa wilayah pulau Dokdo merupakan bagian dari wilayah Korea Selatan sejak jaman tiga kerajaan Silla merupakan fakta yang kuat untuk mendukung mereka. Pemberian klaim oleh jepang atas pulau Dokdo dianggap sebagai legalitas kejahatan Jepang selama pendudukan. Karena Jepang mendapatkan pulau tersebut pada masa
pendudukan dalam sebuah perjanjian pendudukan yang ditandatangani pihak Korea Selatan. Namun, dalam perjanjian tersebut memiliki catatan khusus bahwa Korea menandatangani perjanjian tersebut dibawah tekanan militer Jepang sehingga peristiwa tersebut tidak bisa disebut sebagai perjanjian karena salah satu pihak menyetujuinya dalam tekanan pihak kedua. Bukti-bukti yang dimiliki Korea Selatan merupakan kenyataan sejarah yang tidak bisa disangkal lagi oleh Jepang. Jepang memberikan bukti berupa sebuah perjanjian damai yaitu perjanjian damai Jepang atau lebih dikenal dengan perjanjian San Fransisco. Namun, pihak Korea Selatan meragukan keabsahan perjanjian tersebut terutama pada pasal 2 tentang kewajiban pengembalian wilayah oleh Jepang. Senada dengan pihak Korea Selatan, masyarakat Internasional pun menganggap perjanjian tersebut tidak sah. Pembuatan perjanjian Internasional, khususnya menyoroti pada pasal 2 perjanjian tersebut dirasa berbau akan kepentingan pihak selain Jepang. Dalam penyusunannya AS memilki peran sentral dalam pelaksanaannya. Tidak dimasukannya pulau Ullengdo dan Dokdo kedalam hak Korea dalam perjanjian tersebut mempunyai arti penting. AS menginginkan pulau Dokdo sebagai pangkalan militer mereka di Asia Timur selain Okinawa. Berdasarkan pada keinginan AS tersebut, As sengaja tidak memasukan kedua wilayah tersebut kedalam perjanjian San Fransisco. Jepang merupakan negara sekutu AS dan sejak kekalahan pada perang dunia II, Jepang berada dalam payung militer AS jadi segala sesuatu yang dibutuhkan AS untuk kepentingan militer dalam payung melindungi kedaulatan Jepang harus dipenuhi. Padahal,sebelum pembuatan perjanjian San Fransiscotersebut kepulauan Dokdo telah masuk dalam draft rancangan perjanjian San Fransisco. Bahkan, Dokdo masuk dalam draft rancangan 1 (satu) sampai 5 (lima). Pada draft rancangan perjanjian ke 6 (enam) Dokdo tidak dimasukan Oleh Amerika Serikat.
Adanya lobi yang dilakukan oleh pihak Jepang terhadap Senat Amerika Serikat yang pada waktu itu merancang perjanjian damai Jepang membuat Dokdo lepas dari kewajiban Jepang untuk mengembalikannya pada Korea Selatan. Lobi yang dilakukan Jepang dengan cara berusaha untuk mengakomodir kepantingan Amerika akan kebutuhan pangkalan militernya. Dokdo, menurut Jepang dapat dijadikan sebagai area pengeboman. Pihak AS pun menyetujui keinginan Jepang untuk tidak memasukan Dokdo ke dalam perjanjian San Frsnsisco, namun hal tersebut ditentang oleh sekutu AS yang lain yaitu Inggris dan Austria yang tetap menginginkan Dokdo balik ke negara asalnya, yaitu Korea Selatan. Terjadi perdebatan yang cukup alot di antara pihak sekutu. Pada akhirnya Dokdo tidak dimasukan ke dalam wilayah yang wajib di kembalikan oleh Jepang. Fakta lain yang menyebutkan bahwa Korea Selatan merupakan negara pemilik kedaulatan pulau Dokdo adalah bukti dari pernyataan Nakai Yozaburo. Nakai Yozaburo merupakan seorang nelayan yang menginginkan hak ekslusif untuk mengelola perairan Dokdo., khususnya hak ekslusif perburuan singa laut. Nakai Yozaburo memberikan proposal kepada Jepang atas pengelolaan pulau Dokdo, pada saat itu Jepang menganggap bahwa pulau Dokdo merupkan sebuah pulau tak bertuan (terra nullius) sehingga Jepang memasukannya kedalam wilayah prefectur Shimane pada tahun 1905. Hal ini menjadi awal klaim Jepang. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa kepentingan Jepang merupakan sebuah kepentingan ekonomi saja tanpa dibarengi dengan fakta sejarah. Kepentingan Jepang tersebut hanya unutk mengakomodir kepentingan nelayan untuk perburuan singa laut. Selain dari pihak Korea Selatan, fakta lain yang menunjukan pulau Dokdo sebagai bagian dari kedaulatan Korea Selatan berasal dari dalam negeri Jepang sendiri. Pada saat pembuatan peta modern, prefektur Shimane menanyakan kepada pihak pemerinta pusat Jepang, apakah pulau Dokdo dimasukkan kedalam wilayah Jepang. Namun, pemerintah Jepang menganggap pulau tersebut tidak berada dlam wilayah Jepang sehingga tidak perlu
memasukkannya kedalam wilayah Jepang, sehingga prefektur Shimane tidak mencantumkan Ulengdo dan Dokdo kedalam wilayahnya dan mendaftarkannya kepada pemerintah pusat. Seorang ahli sejarah dari Jepang pun memasukkan wilayah tersebut kedalam wilayah Korea Selatan. Menurut peta berdampingan tiga negara. Korea Selatan diwarnai dengan warna kjuning sedangkan Jepang berwarna hijau, dalam peta tersebut wilayah Ullengdo dan Dokdo berwarna kuning, ini membuktikan bahwa sudah sejak jaman dulu Ullengdo dan Dokdo merupakan bagian dari Korea Selatan. Bagi pihak Korea Selatan kepemilikan Dokdo merupakan sebuah pengakuan dari dunia internasional maupun Jepang atas kedaulatan wilayahnya. Jika pihak Jepang bersikukuh untuk mendapatkan Kepulauan Dokdo berarti Jepang tidak mengakui kenyataan sejarah yang dimiliki Korea Selatan atas Kepulauan Dokdo dan ini dapat diartikan Korea Selatan belum sepenuhnya merdeka dari Jepang. Dokdo merupakan warisan sejarah dari pendahulu bangsa Korea, sehingga Korea Selatan merasa memiliki hak dan kewajiban untuk melindungi dari keinginan bangsa manapun yang akan memilikinya. Korea selatan menganggap Jepang telah melakukan legalitas sejarah yang kelam berupa penindasan dan kekejaman pada masa pendudukan. Masa pendudukan Jepang merupakan sejarah paling buruk yang diterima bangsa Korea. Kepentingan ekonomi merupakan bagian dari kepentingan nasional suatu negara bangsa telah menjadi isu internasional yang telah lama dipelajari untuk melihat sejauh manakepentingan nasional suatu bangsa dapat berpengaruh pada tatanan kepentingan internasional (Balance Of Power). Dewasa ini dengan runtuhnya sistem bipolar (Amerika Serikat dan Uni Soviet) sebagai akibat dari berakhirnya perang dingin mengakibatkan banyak negara-negara yang berusaha mendapatkan Power melalui kekuatan ekonomi mereka untuk mempertahankan
eksistensi negara mereka, hal ini secara spontanitas mengubah kepentingan ekonomi (middlerange objectives). Kemampuan ekonomi bagi aktor-aktor internasional (negara, pemerintah, bangsa, organisasi internasional, non goverment organization, individu) merupakan faktor utama untuk menentukan seberapa besar pengaruh yang mereka miliki dalam menentukan kebijakan internasional. Beberapa aktor internasional memiliki kebutuhan yang besar untuk ikut berperan dalam menentukan kebijakan ekonomi internasional, beberapa negara bengsa membutuhkan sumber daya alam, yang lainnya membutuhkan pemasaran, dan beberapa lainnya masih harus berusaha untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tidak dihasilkan oleh negara atau biaya produksi dalam negeri yang terlalu mahal. 2. Kepentingan Ekonomi Korea Selatan terhadap Kepulauan Dokdo Peranaan Kepulauan Dokdo yang hanya meiliki luas keseluruhan 186.121 km² dan hanya memiliki 2 pulau utama dengan jarak kurang lebih 89 km dari daerah pantai Ullengdo, tidak hanaya sebagai objek wisata semata-mata seperti yang terlihat sedang digalang oleh pemerintah Korea Selatan. Berdasarkan data kementrian pariwisata Korea Selatan menunjukan setiap tahun arus wisata ke pulau tersebut selalu meningkat. Pada tahun 2003 terdapat 1.503 orang dan pada tahun 2004 telah naik menjadi 1.597 orang wisatawan, yang datang ke pulau tersebut dengan mengggunakan kapal dari pulau Ullengdo.32 Kepulauan tersebut terbuka untuk wisatawan domestik maupun wisatawan asing, sebagai simbol kedaulatan Korea Selatan terhadap Kepulauan Dokdo.33 Tidak pernah sebelumnya 2 pulau kecil yang berada di laut selatan menyita banyak perhatian public, di 32
Dwi Arjanto Berebut Si Sunyi, Koran Tempo, 21 April 2006, hal A22 Korea Tidak Akan Pernah Mundur Untuk Memprotes Jepang Soal Dokdo, dalam http://www.kompas.com/kompas-cetak/0503/17/In/1626690.htm, diakses tanggal 2 oktober 2008 33
mana pulau Dokdo menjadi titik penting sikap patriotisme penduduk Korea Selatan ketika distrik Shimane di Jepang mengumumkan hari Takeshima (Takeshima Day) pada tanggal 16 maret. Menteri kebudayaan Korea Selatan telah menyatakan Kepulauan Dokdo sebagai daerah alam yang cocok untuk keperluan wisata penduduknya, bahkan kementrian kebudayaan telah mencabut larangan untuk memasuki wilayah Dongdo (pulau yang ada di selatan Kepulauan Dokdo) dan sejak 30 April 2005 para wisatawan sudah mengunjungi wilayah Seado (pulau yang berada di sebelah barat). Dalam usaha untuk menjaga kelestarian alam pulau Dongdo, para pengunjung yang hendak memasuki pulau tersebut dibatasi 140 orang setiap harinya yang diangkut oleh 2 kapal dan juga para pengunjung tidak diperkenankan untuk bermain di tempat tersebut. Meskipun kepulauan tersebut tidak memiliki tanaman khas, tetapi para pengunjung akan selalu dipandu oleh para pemandu wisata, karena kunjungan mereka dibatasi hanya untuk daerah-daerah yang telah terdapat jalan-jalan setapak. Selain menjaga kelestarian pulau tersebut, menteri kebudayaan menyatakan tidak membangun bangunan baru di pulau tersebut, tetapi hanya akan memperbaharui bangunan yang sudah ada, bahkan pemerintah telah menunjuk seorang arsitek pemugaran bangunan untuk melakukan perbaikan terhadap bangunan pulau tersebut. Sedangkan akses bagi warga Korea Selatan untuk memasuki wilayah Kepulauan Dokdo hanyalah dengan mengikuti pelayaran yang berangkat seminggu sekali dari dermaga kepulauan Ullengdo, yang hanya berjarak 90 km. Pulau Ullengdo memiliki menara pengamat yang bisa digunakan oleh pengunjung untuk melihat pemandangan pulau Dokdo, selain itu pulau Ullengdo juga memiliki museum Dokdo yang telah ada sejak tahun 1997, dimana di dalamnya kaya akan material-material dari pulau Dokdo.
Selain di bidang pariwisata daerah, kepulauan tersebut juga memiliki fungsi yang lebih besar lagi, yaitu di bidang pangan. Walaupun teidak terdapat habitat khas di daratan Kepulauan Dokdo, tetapi juga terdapat kekayaan ikan-ikan laut yang melimpa di wilayah itu untuk dijadikan sebagai bahan makanan pokok penduduk Korea Selatan, bahkan hasil tangkapan di perairan dokdo tercatat sekitar 20.000 ton ikan yang di tangkap secara rutin.34 Kekayaan laut ini dapat dijadikan sebagai cadangan penghasilan negara lain dari sektor indutri, yang belakangan ini semakin pesat berkembang di Korea Selatan. Akan tetapi, bagi Korea Selatan Pulau Dokdo tidak hanya dapat menyumbang pemasukan negara di bidang pariwisata dan perikanan saja. Kepulauan tersebut juga masih memilki potensi lainnya, yaitu sebagai penghasil energi alternative bagi Korea Selatan. Dengan meningkatnya harga minyak dewasa ini, terlebih sejak terjadi invasi AS ke Irak hingga berlanjut pada masalah nuklir di Iran yang mempengaruhi harga minyak dunia hingga diatas 70 US dollar per barel, memaksa banyak negara-negara pengimpor minyak berlomba untuk mencari sumber tenaga alternative untuk mengurangi jumlah impor minyak mereka. Demikian pula halnya denhan Korea Selatan sebagai negara pemakai minyak terbesar keempat di dunia harus mencari sumber tenaga alternative baru dan mengamnkan persediaan energi mereka untuk mengatasi kenaikan hargaminyak tersebut. Selama ini Korea Selatan sangat bergantung pada impor minyak bumi dan gas alam untuk memenuhi kebutuhan sumber energi mereka. Tindakan lebih lanjut dari pemerintah Korea Selatan adalah mengumumkan suatu kebijakan baru dengan meningkatkan pengembangan sumber energi baru, yaitu dengan tenaga matahari, tenaga angin, dan tenaga uap.hal ini perlu dilakukan untuk menutupi
34
Kim Hoo-ran Dokdo Open To Visitor, Korea Now, 16 April 2005
kebutuhan minyak bumiyang sangat besar, karena pada tahun 2004 Korea Selatan memiliki kebutuhan minyak sebesar 45,6% dari total kebutuhan energi.35 Perusahaan minyak nasional Korea Selatan dan perusahaan Woodside Pretroleum Ltd yang berada di Australia dan merupakan perusahaan minyak dan gas terbesar kedua di Australia telah menandatangani perjanjian kerjasama unutk meneliti potensi dari perairan Uleng Rasin (dalam hal ini Pulau Dokdo termasuk di dalam perairan tersebut). Woodside yang sahamnya dikuasai oleh Royal Dutch (anak cabang dari perusahaan Shell sebesar 34% telah menginvestasikan 500.000 US Dollar untuk melakukan penelitian dan mengumpulkan data geologi terhadap are seluas 31.000 m² yang berada disebelah utara penambangan gas Donghae 1).36 Perusahaan gas Korea Selatan telah mengeluarkan pernyataan pers, bahwa telah ada proyek eksplorasi dan penyidikan terhadap perairan di sekitar pulau Dokdo untuk kemungkinan terdapatnya kandungan gas alam di dalamnya. Bahkan perusahaan tersebut manyatakan bahwa gas yang tersimpan cukup untuk melepas Korea Selatan dari kebutuhan mengimpor gas alam cair selama 30 tahun kedepan (selama ini Korea Selatan telah menjadi negara pengimpor gas alam cair terbesar kedua di dunia).37 Akan tetapi okupasi Jepang terhadap Kepulauan Dokdo akan menyebabkan Korea Selatan kehilangan beberapa bagian dari Zona Ekslusif Ekonomi Korea, termasuk di dalamnhya area yang saat ini sedang di bawah penelitian.
35
http://tonto.eia.doe.gov/country /country_energy_data.cfm?fips=KS ibid 37 INDENI Indonesia Energi Institute Meneropong Konsumsi Energi Dunia 14/01/2009 36
E. Kepentingan Nasional Jepang 1. Sejarah a. Prasejarah Penelitian arkeologi menunjukan bahwa Jepang telah dihuni manusia purba setidaknya 600.000 tahun yang lalu, pada masa Paleolitik bawah. Setelah beberapa zaman es yang terjadi pada masa jutaan tahun yang lalu, Jepang beberapa kali terhubung dengan daratan Asia melalui jembatab darat (dengan Sakhalin di utara, dan kemungkinan Kyushu di selatan), sehingga memungkinkan perpindahan manusia, hewan, dan tanaman ke kepulauan Jepang dari wilayah yang kini merupakan Republik Rakyat Cina Dan Korea. Zaman paleolitik Jepang menghasilkan peralatan bebatuan yang di poles yang pertama di dunia, sekitar tahun 30.000 SM. Dengan berakhirnya zaman es terakhir dan datangnya periode yang lebih hangat, kebudayaan Jomon muncul pada sekitar 11.000SM, yang bercirikan gaya hidup pemburupengumpulsemi-sedenter Mesolitik hingga Neolitik dan pembuatan kerajinan tembikar terawal di dunia. Diperkirakan bahwa penduduk jomon meruupakan nenek moyang suku Proto-Jepang dan suku Ainu masa kini. Dimulanya periode Yayoi pada sekitar 300 SM menandai kehadira teknologiteknologi baru
seperti bercocok tanam padi di sawah yang berpengairan dan teknik
pembuatan perkakas dari besi dan perunggu yang dibawa serta migran-migran dari Cina atau Korea. Dalam sejarah Cina, orang Jepang pertama kali disebut dalam naska sejarah klasik, Buku Han yang di tulis tahun 111. Setelah periode Yayoi disebut periode Kofun pada sekitar tahun 250, yang bercirikan berdirinya negeri-negeri militer yang kuat. Menurut catatan
Sejarah Tiga Negara, negara paling berjaya di kepulauan Jepang waktu itu adalah Yamataikoku. b. Zaman Klasik Bagian sejarah Jepang meninggalkan dokumen tertulis dimulai pada abad ke-5 dan ke-6 Masehi, saat sistem tulisan Cina, agama Buddha, dan kebudayaan Cina lainnya masuk ke Jepang dari Kerajaan Baekje di Semenanjung Korea.perkembangan selanjutnya Buddhisme di Jepang dan seni ukir rupang sebagian besar di pengaruhi oleh Buddhisme Cina. 38 Walaupun awalnya kedatangan agama Buddha ditentang penguasa penganut Shinto, kalangan yang berkuasa akhirnya ikut memajukan agama Buddha di Jepang, dan menjadi agama yang populer Di Jepang sejak Zaman Asuka.39 Melalui perintah Reformasi Taika pada tahun 645, Jepang menyusun ulang sistem pemerintahannya denga mencontoh dari Cina. Hal ini membuka jalan bagi filsafat Konfusianisme Cina untuk menjadi dominan di Jpeang hingga abad ke-19. Periode Nara pada abad ke-8 menandai sebuah negeri Jepang denga kekuasaan yang tersentralisasi. Ibu Kota dan istana kekaisaran berada di Heijo-Kyo (kini Nara). Pada zaman Nara, Jepang secara terus menerus mengadopsi praktik administrasi pemerintahan dari Cina. Salah satu pencapaian terbesar sastra Jepang pada zman Nara adalah selesainya buku sejarah Jepang yang di sebut Kojiki (712) dan Nihon Shoki (720).40 Pada tahun 784, kaisar Kammu memindahkan ibu Kota ke Nagaoka-Kyo, dan berada di sana hanya selama 10 tahun. Setelah itu, ibu kota dipindahkan kembali ke Heian-Kyo (kini Kyoto). Kepindahan ibu kota ke Heian-
38
Delmer M. Brown (ed.), ed (1993). The Cambridge History of Japan. Cambridge University Press. pp. 140 149. 39 William Gerald Beasley (1999). The Japanese Experience: A Short History of Japan. University of California Press. pp. 42. http://books.google.com/books?visbn=0520225600&id=9AivK7yMICgC&pg=PA42&lpg=PA42&dq=Soga+Buddh ism+intitle:History+intitle:of+intitle:Japan&sig=V65JQ4OzTFCopEoFVb8DWh5BD4Q#PPA42,M1. Retrieved 2007-03-27 40 Conrad Totman (2002). A History of Japan. Blackwell. pp. 64 79.
Kyo mengawali periode Heian yang merupakan masa kekemasan kebudayaan klasik asli Jepang, terutama di bidang seni, puisi, dan sastra Jepang. Hikayat Genji karya Murasaki Shikibu dan lirik ladu kebangsaan Jepang Kimi Ga yo berasal dari periode Heian.41 c. Zaman Pertengahan Abad pertengahan di Jepang merupakan zama feodalisme yang ditandai oleh perebutan kekuasaan antar kelompok penguasa yang terdiri dari kesatria yang disebut samurai. Pada tahun1185, setelah menghancurkan klan Taira yang merupakan kla saingan klan Minamoto, Minamoto no Yoritomo diangkat sebagai shogun, dan menjadikannya pemimpin milet yang berbagi kekuasan denga Kaisar. Pemerintahan militer yang didirikan Minamoto no Yoritomo disebut Keshogunan Kamakura karena pusat pemerintahan berada di Kamakura (di sebelah selatan Yokohama masa kini). Setelah wafatnya Yoritomo, klan Hojo membantu keshogunan sebagai shikken, yakni semacam adipati bagi para shogun. Keshogunan Kamakura berhasil menahan serangan Mongol dari wilayah Cina kekuasaan Mongol pada tahun 1274 dan 1281. Meskipun secara poltik terbilang stabil, keshogunan Kamakura akhirnya digulingkan oleh Kaisar Go-Daigo yang memulihkan kekuasaan di tangan kaisar. Kaisar Go-Daigo akhirnya digulingkan Ashikaga Takauiji pada 1336.42 Keshogunan Ashikaga gagal membendung kekuatan penguasa militer dan tuan tanah feodal (daimyo) dan pecah perang saudara pada tahun 1467 (perang Onin) yang mengawali satu abad yang diwarnai peperangan antarfaksi yang disebut masa negeri-negeri saling berperang atau periode Sengoku.43 Pada abad ke-16, para pedagang dan misionaris Serikat Yesuit dari Portugal tiba untuk pertama kalinya di Jepang, dan mengawali pertukaran perniagaan dan kebudayaan
41
Ibid,. Hal 122-123 George Sansom (1961). A History of Japan: 1334 1615. Stanford. pp. 42. 43 Ibid. Hal 217 42
yang aktif antara Jepang dan Dunia Barat (perdagangan dengan Nanban). Orang Jepang menyebut orang asing dari Dunia Barat sebagaisebagai namban yang berarti orang barbar dari selatan. Oda Nobunaga menaklukan daimyo-daimyo pesaingnya dengan memakai teknologi Eropa dam senjata api. Nobunaga hampir berhasil menyatukan Jepang sebelum tewas terbunuh dalam Peristiwa Honnoji 1582. Toyotomi Hodeyoshi, menggantikan Nobunaga, dan mencatatkan dirinya sebagai pemersatu Jepang pada tahun 1590. Hideyoshi berusaha menguasai Korea, dan dua kali melakukan invasi ke Korea, namun gagal setelah kalah dalam pertempuran melawan pasukan Korea yang dibantu yang dibantu kekuatan Dinasti Ming. Setelah Hideyoshi wafat, pasukan Hideyoshi ditarik dari Semenanjung Korea pada tahun 1598.44 Sepeninggalnya Hideyoshi, putra Hideyoshi yang bernama Toyotomi Hideyori mewarisi kekuasaan sang ayah. Tokugawa Leyasu memanfaatkan posisinya sebagai adipati bagi Hideyori untuk mengumpulkan dukungan politik dan militer dari daimyo-daimyo lain. Setelah mengalahkan klan-klan pendukung Hideyori dalam pertempuran Sekighara tahun 1600, Leyasu diangkat sebagai shogun pada tahun 1603. Pemerintahan militer yang didirikan Leyosu di Edo (kini Tokyo) disebut keshogunan Tokugawa. Keshogunan Tokugawa curiga terhada kegiatan misionaris Katolik, dan melarang segala hubungan dengan orang-orang Eropa. Hubungan perdagangan dibatasi hanya dengan pedagang Belanda di Pulau Dejima , Nagasaki. Pemerintah Tokugawa juga menjalankan berbagai kebujakan seperti undangundang buke shohatto untuk mengendalikan daimyo di daerah. Pada tahun 1639, Keshogunan Tokugawa mulai menjalankan kebijakan sakosu (“negara tertutup”) yang berlangsung selama dua stengah abad yang disebut periode Edo. Walaupun menjalani periode isolasi, orang Jepang terus mempelajari ilmu-ilmu dunia Barat. Di Jepang, ilmu-ilmu dari buku-buku Barat disebut rangaku (ilmu Belanda) karena berasal dari kontrak orang Jepang dengan enklave 44
Stephen Turnbull (2002). Samurai Invasion: Japan's Korean War. Cassel. pp. 227.
orang Belanda di Dejima, Nagsaki. Pada periode Edo, orang Jepang juga mulai studi tentang Jepang, dan menamakan “studi nasional” tentang Jepang sebagai kokugaku.45 d. Zaman Modern Pada 31 Maret 1854, kedatangan Komodotor Matthew Perry dan “kapal Hitam” Angkatan Laut Amerika Serikat memaksa Jepang untuk membuka diri terhadap dunia barat melalui persetujuan Kanagawa. Persetujuan-persetujuan selanjutnya dengan negara-negara barat pada masa Bakumatsu membawa Jepang ke dalam krisis ekonomi dan politik. Kalangan samurai
menganggap
Keshogunan
Tokugawa
sudah
melemah,
dan
mengadakan
pemberontakanhingga pecah Perang Boshin tahun 1867-1868. Setelah Keshogunan Tokugawa ditumbangkan kekuasaan dikembalikan ke tangan kaisar (Restorasi Meiji) dan sistem domain dihapus. Semasa Restoarasi Meiji, Jpeang mengadopsi sistem politik, hukum, dan militer dari dunia Barat. Kabinet Jepang mengatur Dewan Penasihat kaisar, menyusun Konstitusi Meiji, dan membentuk Parlemen Kekaisaran. Restorasi Meiji mengubah Kekaisaran Jepang menjadi negar industri modern dan sekaligus kekuatan milter dunia yang menimbulkan konflik militer ketika berusaha memperluas pengaruh teritorial di Asia. Setelah mengalahkan Cina dalam Perang Sino-Jepang dan Rusia dalam Perang Rusia-Jepang, Jepang menguasai Taiwan dari Sakhalin, dan Korea.46 Pada abad ke-20, Jepang mengalami “demikrasi Taisho” yang dibayang-bayangi bangkitnya ekspansionisme dan militerime Jepang. Semasa Perang Dunia I, Jepang berada dipihak Sekutu yang menang, hingga Jepang dapat memperluas pengaruh dan wilayah kekuasaan. Jepang terus menjalankan politik ekspansionisme denga menduduki Manchuria pada tahun 1931. Dua tahun kemudian, Jepang keluar dari Liga Bangsa-Bangsa setelah
45
^ Hooker, Richard Japan Glossary; Kokugaku. Washington State University. Diakses pada 28 Desember 2006 ^ Jesse Arnold. Japan: The Making of a World Superpower (Imperial Japan). vt.edu/users/jearnol2. Diakses pada 27 Maret 2007 46
mendapat kecaman internasional atas pendudukan Manchuria. Pada tahun 1936, Jepang menandatangani Pakta Anti-Komitmen dengan Jerman Nazi, dan bergabung bersama Jerman dan Italia membentuk Blok Poros pada tahun 1941.47 Pada tahun 1937, invasi Jepang ke Manchuria memicu terjadinya
Perang Sino-Jepang Kedua (1937-1945) yang membuat
Jepang dikeanakn embaro minyak oleh Amerika Serikat.48 Pada 7 Desember 1941, Jepang menyerang Pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Habor, dan menyatakan perang terhadap Amerika Serikat, Inggris, dan Belanda. Serangan pearl Harbor menyeret AS ke dalam Perang Dunia ii. Setelah kampanye militer yang panjang di Samudra Pasifik, Jepang kehilangan wilayah-wilayah yang dimilkinya pada awal perang. Amerika Serikat melakukan pengeboman strategis terhadap Tokyo, Osaka dan kota-kota besar lainnya. Setelah AS menjatuhkan bom Atom di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945 (Hari Kemenangan Atas Jepang).49 Perang membawa penderitaan bagi rakyat Jepang dan rakyat di wilayah jajahan Jepang. Berjuta-juta orang tewas di negara-negara Asia yang diduduki Jepang di bawah slogan Kemakmuran Bersama Asia.hampir semua industri dan infrastruktur di Jepang hancur akibat perang. Pihak Sekutu repatriasi besar-besaran etnik Jepang dari negara-negara Asia yang pernah diduduki Jepang. 50 Pengadilan Militer Internasional untuk Timur Jauh yang diselenggarakan pihak Sekutu mulai 3 Mei 1946 berakhir dengan dijatuhkannya hukuman bagi sejumlah pemimpin Jepang yang terbukti bersalah melakukan kejahatan perang. Pada tahun1974, Jepang memberlakukan Konstitusi Jepang yang baru. Berdasrkan Konstitusi baru, Jepang di tetapkan
47
^ Kelley L. Ross. The Pearl Harbor Strike Force. friesian.com. Diakses pada 27 Maret 2007 ^ Roland H. Worth, Jr. (1995). No Choice But War: the United States Embargo Against Japan and the Eruption of War in the Pacific. McFarland. 49 ^ Japanese Instrument of Surrender. educationworld.net. Diakses pada 28 Desember 2006 50 ^ When Empire Comes Home : Repatriation and Reintegration in Postwar Japan by Lori Watt, Harvard University Press 48
sebagai negara yang menganut paham pasifisme dan mengutamakan praktik demokrasi liberal. Pendudukan AS terhadap Jepang secara resmi berakhir pada tahun 1952 denga ditandatanganinya Perjanjian San Fransisco.51 Walaupun demikian, pasukan As tetap mempertahankan pangkalan-pangkalan penting di Jepang, khususnya di Okinawa. Perserikatan Bangsa-Bangsa secara resmi menerima Jepang sebagai anggota pada tahun 1956.seusai pperang dunia ke II, Jpeang mengalami pertumbuhan ekoniomi yang sangat pesat, den menempatkan Jepang sebagai kekuatan ekonomi terbesar nomor dua di dunia, dengan rata-rata pertumbuhan produk domesti bruto 10% per tahun selama empat dekade. Pesatnya pertumbuhan ekonomi Jepang berakhir pada awal tahun 1990-an setelah jatuhnya ekonomi gelembung.52 2. Ekonomi Jepang Sejak periode Meiji (1868-1912), Jepang mulai menganut ekonomi pasar bebas dan mengadopsi kapitalisme model Inggris dan Amerika Serikat. Sistem pendidikan Barat diterapkan di jepang, dan ribuan orang Jepang dikirim ke Amerika Serikat dan Eropa untuk belajar. Lebih dari 3.000 orang Eropa dan Amerika didatangkan sebagai tenaga pengajar di Jepang.53 Pada awal periode Meiji, pemerintah membangun jalan kereta apai, jalan raya, dan mulai mereformasi kepemilikan tanah. Pemerintah membangun pabrik dan galangan kapal untuk dijual kepada swata dengan harga murah. Sebagian dari perusahaan yang didirikan pada periode Meiji berkembang menjadi zaibatsu, dan beberapa diantaranya masih beroperasi hingga kini.54
51
^ Joseph Coleman. '52 coup plot bid to rearm Japan: CIA. The Japan Times. Diakses pada 3 April 2007 ^ a b c d Kobayashi, Kayo (2005). : Japanese Economy, The. IBC Publishing. 53 ^ a b c (1994). Japan: Patterns of Development. country-data.com. Diakses pada 28 Desember 2006 54 ibid 52
Pertumbuhan ekonomi riil dari tahun 1960-an sering disebut “keajaiban ekonomi Jepang”, yakni rata-rata 10% pada tahun 1960-an, 5% pada tahun 1970-an, dan 4% pada tahun 1980-an.55 Dekade 1980-an merupakan masa keemasan ekspor otomotif dan barang elektronik ke Eropa dan Amerika Serikat sehingga terjadi surplus neraca perdagangan yang mengakibatkan konflik perdagangan. Setelah ditandatanganinya perjanjian Plaza 1985, dolar As mengalami depresiasi terhadap yen. Pada Februari 1987, tingkat dikonto resmi diturunkan hingga 2,5% agar produk manufaktur Jepang bisa kembali kompetitif setelah terjadi kemerosotan volume ekspor akibat menguatnya yen. Akibatnya, terjadi surplus likuiditas dan penciptaan uang dalam jumlah besar. Spekulasi menyebabkan harga saham dan realestet terus meningkat, dan berakibat pada penggelembungan harga aset. Harga tanah terutama menjadi sangat tinggi akibat adanya “mitos tanah” bahwa harga tanah tidak akan jatuh.56 Ekonomi gelembung Jepang jatuh pada awal tahun 1990-an akibat kebijakan uang ketat yang dikeluarkan Bank of Japan pada 1989, dan kenaikan tingkat diskonto resmi menjadi 6%.57 Pada 1990, pemerintah mengeluarkan sistam baru pajak penguasaan tanah dan bank diminta untuk membatasi pendanaan aset properti. Indeks ratarata Nikkei dan harga tanah jatuh pada Desember 1989 dan musim gugur 1990.58 Pertumbuhan ekonomi mengalami stagnasi pada 1990-an, denga angka rata-rata pertumbuhan ekonomi riil hanya 1,7% sebagai akibat penanaman modal yang tidak efisien dan penggelembungan harga aset pada 1980-an. Institusi keuangan menanggung kredit bermasalah karena telah mengeluarkan penjaman uang dengan jaminan tanah atau saham.
55
ibid ^ a b c d Kobayashi, Kayo (2005). 57 ibid 58 ibid 56
: Japanese Economy, The. IBC Publishing.
usaha pemerintah mengembalikan pertumbuhan ekonomi hanya sedikit yang berhasil dan selanjutnya terhambat oleh kelesuan ekonomi global pada tahun 2000.59 Jepang adalah perekonomian terbesar nomor dua di dunia setelah Amerika Serikat,60 denga PDB nominal sekitar AS $4,5 triliun,61 dan perekonomian terbesar ke-3 di dunia setelah AS dan Republik Rakyat Cina dalam keseimbangan kemampuan belanja.62 Industri utama Jepang adalah sektor perbankan, asuransi, realestat, bisnis eceran, transportasi, telekomunikasi, dan konstruksi.63 Jepang memiliki industri berteknologi tinggi di bidang otomotif, elektronik, mesin perkakas, baja dan logam besi, perkapalan, industri kimia, tekstil, dan pengolahan makanan.64 Sebesar tiga perempat dari produk domestik bruto Jepang berasal dari sektor jasa. Hingga tahun 2001, jumlah angkatan kerja Jepang mencapai 67 juta orang.65 Tingkat pengangguran sekitar 4%. Pada tahun2007, Jepang menempati urutan ke-19 dalam produktivitas tenaga kerja.66 Menurut indeks Big Mac, tenaga kerja di Jepang mendapat upah per jam terbesar di dunia. Toyota Motor, Mitsubishi UFJ Financial, Nintendo, NTT DoCoMo, Nippon Telegraph & Telephone, Matsushita Elektric Industrial, Honda, Mitsubishi Corporation, dan Sumitomo Mitsui Financial adalah 10 besar perusahaan Jepang pada tahun 2008.67 Sejumlah 326 perusahaan Jepang masuk dalam daftar Forbes Global 200 atau 16,3% dari 2000 perusahaan publik terbesar di dunia (data tahun 2006).68 Bursa Saham Tokyo
59
a b c d World Factbook; Japan Economy. CIA. Diakses pada 28 Desember 2006 a b World Economic Outlook Database; country comparisons. IMF. Diakses pada 14 Maret 2007 61 ibid 62 NationMaster; Economy Statistics. NationMaster. Diakses pada 26 Maret 2007 63 er 6 Manufacturing and Construction, Statistical Handbook of Japan, Ministry of Internal Affairs and Communications 64 a b c d World Factbook; Japan Economy. CIA. Diakses pada 28 Desember 2006 65 http://www.prcdc.org/summaries/japan/japan.html 66 Groningen Growth and Development Centre (GGDC) 67 Japan 500 2008, Financial Times Diakses pada 8 Maret 2009] 68 http://www.forbes.com/lists/2006/18/06f2000_The-Forbes-2000_Rank.html The Forbes 2000 60
memiliki total kapitalisasi pasar terbesar nomor dua di dunia. Indeks dari 225 saham perusahaan besar yang diperdagangkan di Bursa Saham Tokyo disebut Nikkei 225.69 Dalam Indeks Kemudahan Berbisnis, Jepang menempati peringkat ke-12, dan termasuk salah satu negara maju dengan birokrasi paling sederhana. Kapitalisme model Jepang memiliki sejumlah ciri khas. Keiretsu adalah grup usaha yang beranggotakan perusahaan yang saling memiliki kerja sama bisnis dan kepemilikan saham. negosiasi upah (shunto) berikut perbaikan kondisi kerja antara manajemen dan serikat buruh dilakukan setiap awal musim semi. Budaya bisnis Jepang mengenal konsep-konsep lokal, seperti Sistem Nenko, Nemawashi, Slaryman, dan Office Lady. Perusahaan di Jepang mengenal kenaikan pangkat berdasarkan senioritas dan jaminan pekerjaan seumur hidup.70 kejatuhan ekonomi gelembung yang diikuti kabngkrutan besar-besaran dan pemutusan hubunga kerja menyababkan jaminan pekerjaan seumur hidup.71 perusahaan Jepang di kenal dengan metide manajemen seperti The Toyota Way. Aktivisme pemegang saham sangat jarang. 72 Dalam Indeks Kebebasan Ekonomi, Jepang menempati urutan ke-5 negara paling laissez-faire di antara 41 negara Asia Pasifik lain.73 Total ekspor Jepang pada tahun 2005 adalah 4.210 As per kapita. Pasar ekspor terbesar Jepang tahun 2006 adalah Amerika Serikat 22,8%, Uni Eropa 14,5%, Cina14,3%, Korea Selatan 7,8%, Taiwan 6,8%, dan Hongkong 5,6%. Produk ekspor Jepang adalah alat transportasi, kendaraan bermotor, mesin-mesin listrik, dan bahan kimia.74 Negara sumber impor terbesar bagi Jepang pada tahun 2006 adalah Cina 20,5%, AS 12,0%, Uni Eropa 10,3%, Arab Saudi 6,4%, Uni Emirat Arab 5,5%, Australia 4,8%, Korea Selatan 4,7%, dam
69
Market data. New York Stock Exchange (2006-01-31). Diakses pada 2007-08-11. Japan's Economy: Free at last. The Economist. Diakses pada 29 Maret 2007 71 Life-time Employment ( ). exBuzzWords. Diakses pada 28 Maret 2007 72 Activist shareholders swarm in Japan, The Economist 73 Japan, Index of Economic Freedom 74 a b c d World Factbook; Japan Economy. CIA. Diakses pada 28 Desember 2006 70
Indonesia 4,2%. Impor uatma Jepang adalah mesin-mesin dan perkakas, minyak bumi, bahan makanan, tekstil, dan bahan mentah untuk industri.75 Jepang adalah pengimpor hasil laut terbesar di dunia (senilai AS$ 14 miliar).76 Jepang berada di peringkat ke-6 setelah RRC, Peru, Amerika Serikat, Indonesia, dan Chili denga tota; tangkapan ikan yang terus menurun sejak 1996.77 pertanian adalah sektor industri andalan hingga beberapa tahun seusai Perang Dunia II. Menurut sensus tahun 1950, sekitar 50% angkatan kerja berada di bidang pertanian. Sepanjang “masa keajaiban ekonomi Jepang” angkatan kerja di bidang pertanian terus menyusut hingga sekitar 4,1% pada tahun 2008.78 Pada Februari 2007 terdapat 1.813.000 keluarga petani komersial, namun diantaranya hanya kurang dari 21,2% atau 387.000 keluarga petani pengusaha.79 Sebagian besar angkatan kerja pertanian sudah berusia lanjut, sementara angkatan kerja usia muda hanya sedikit yang bekerja di bidang pertanian.80 3. Hubungan Luar Negeri dan Militer Jepang memiliki hubungan ekonomi dan militer yang erat denga Amerika Serikat, dan menjalankan kebijakan luar negeri berdasarkan pakta keamanan Jepang-AS. 81 Sejak diterima menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1956, Jepang telah sepuluh kali menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB termasuk tahun 2009-2010.82 Jepang
75
ibid The State of World Fisheries and Aquaculture 2006. FAO Fisheries and Aquaculture Department FAO. Diakses pada 2 Maret 2009 77 (2006). Yearbooks of Fishery Statistics: World fisheries production, by capture and aquaculture, by country (2006) Fisheries and Aquaculture Department FAO. Diakses pada 8 Maret 2009 78 Employed person by occupation and sex ( ) Statistics Bureau, Director General for Policy Planning (Statistical Standards) . Diakses pada 9 Maret 2009 79 Zaidan H jin Yano Tsuneta Kinenkai, (2008). p.134 Tabel 13-6 dan catatan kaki. "Definisi keluarga petani komersial (hambai n ka) adalah keluarga dengan luas tanah lebih dari 3.000 m² atau pendapatan kotor lebih dari \500.000 per tahun; definisi keluarga petani pengusaha (shugy n ka) adalah keluarga yang berpenghasilan utama dari pertanian, dan memiliki kepala keluarga berumur di bawah 65 tahun yang bekerja di lahan pertanian lebih dari 60 hari per tahun." 80 Zaidan H jin Yano Tsuneta Kinenkai (2008) p.136 Tabel 13-8. Report of Survey on Movement of Agriculture Structure. 81 Michael Green. Japan Is Back: Why Tokyo's New Assertiveness Is Good for Washington. Real Clear Politics. Diakses pada 8 Maret 2009 82 Japan: non-permanent member of the Security Council. United Nations. Diakses pada 10 Maret 2009 76
adalah salah satu negara G4 yang sedang mengusulkan perluasan anggota tetap Dewan Keamanan PBB.83 Sebagai negara anggota G8, APEC, ASEAN Plus 3, dan peserta Konferensi Tingkat Tinggi Asia Timurm Jepang aktif dalam hubungan internasional dan mempererat persahabatan Jepang dengan negara-mgera lain di seluruh dunia. Pakta pertahanan dengan Australia ditandatangani pada Maret 2007,84 dengan India pada Oktober 2008.85 Pada tahun 2007, Jepang adalah negara donor Bantuan Pembangunan Resmi (ODA) terbesar ke lima di dunia.86 Negara penerima bantuan ODA terbesar dari Jepang adalah Indonesia, dengan total bantuan lebih dari AS$29,5 miliar dari tahun 1960 hingga 2006.87 Jepang bersengketa dengan Rusia mengenai Kepulauan Kuril,88 dan dengan Korea Selatan mengenai Batu Liancourt.89 Kepulauan Senkaku yang di bawah pemerintahan Jepang dipermasalahkan oleh Republik Rakyat Cina dan Taiwan.90 Pasal 9 konstitusi Jepang berisi penolakan terhadap perang dan penggunaan kekuatan bersenjata untuk menyelesaikan persengketaan internasional. Pasal 9 ayat 2 berisi pelarangan kepemilikan angkatan bersenjata dan penolakan atas hak keterlibatan dalam perang.91 jepang memiliki Pasukan Bela Diri yang berada di bawah Kementrian Pertahanan, dan terdiri dari Angkatan Darat Bela Diri Jepang (JGSDF), Angkatan Laut Bela Dri Jepang (JMSDF), dan Angkatan Udara Bela Diri Jepang (JASDF). Pada tahun 1991, kapal penyapu ranjau Angkatan Laut Bela Diri Jepang ikut membersihkan ranjau laut di Teluk Persia (lepas pantai Kuwait) bersama kapal penyapu
83
Nile Gardiner, Ph.D. and Brett D. Schaefer. U.N. Security Council Expansion Is Not in the U.S. Interest. Heritage Foundation. Diakses pada 10 Maret 2009 84 Japan-Australia Joint Declaration on Security Cooperation 85 Joint Declaration on Security Cooperation between Japan and India 86 Debt Relief is down: Other ODA rises slightly. Organisation for Economic Co-Operation and Development. Diakses pada 10 Maret 2009 87 Sejarah Bantuan ODA Jepang di Indonesia. Situs Bantuan ODA Jepang di Indonesia. Diakses pada 10 Maret 2009 88 Japan's island row with Russia. BBC News. Diakses pada 10 Maret 2009 89 Seoul and Tokyo hold island talks. BBC News. Diakses pada 10 Maret 2009 90 The Basic View on the Sovereignty over the Senkaku Islands. Kementerian Luar Negeri Jepang. Diakses pada 10 Maret 2009 91 The Constitution of Japan. Diakses pada 12 Maret 2009
ranjau dari delapan negara. 92 Atas permintaan Pemerintahan Transisi PP di Kamboja (19921993), Jepang mengirimkan pengamat gencatan senjata, pemantau pemilihan umum, polisi, sipil, dan dukungan logistik seperti perbaikan jalan dan jembatan. 93 Di Irak, pasukan non tempur Jepang membantu misi kemanusiaan dan kegiatan rekonstruksi infrastruktur mulai Desember 2003 hingga februari 2009.94 4. Di Ambang Kebangkitan Militrerisme Jepang Pada pertengahan abad 19, ekonomi Jepang melesat setelah dilakukan reformasi. Tentu saja perkembangan ekonomi disusul oleh perkembangan teknologi dan militer. Basis militerisme yang memang sudah ternanam dalam budaya Jepang melalui Samurai tumbuh dengan pesatnya. Jepang yang miskin sumber daya alam, mulai mengarahkan pandangannya ke luar negeri mencari sumber tersebut. Yang terdekat jelas Korea, yang waktu itu negara dalam lindungan Tiongkok (masih dinasti Qing) dan Tiongkok sendiri. Kebalikan dengan Jepang, Tiongkok berada dalam situasi yang sangat buruk. Pemerintah yang tidak becus, korupsi dan intervensi negara Barat yang masuk ke Tiongkok dan memaksa Tiongkok membuka membuka pelabuhannya bagi mereka, memaksa Tiongkok membuka diri untuk perdagangan candu, dan memberi konsesi tanah dan pelabuhan bagi kepentingan mereka. Pemberontakan Taiping yang meletup menunjukan ketidakpuasaan terhadap pemerintah dinasti Qing, maupun keadaan negara dari intervensi asing. Pada zaman inilah Inggris memaksa Tiongkok menyerahkan Hongkong dan jazirah Kowloon, Portugal merebut macao. Negara-negara lain meminta konsesi di kota-kota pantai. Tahun 1985 Jepang
92
Section 3. Japan's Response to the Post-Gulf Crisis Problems. Diplomatic Bluebook 1991: Japan's Diplomatic Activities. Kementerian Luar Negeri Jepang. Diakses pada 10 Maret 2009 93 Japan's Participation in UN Peacekeeping Operations: International Peace Cooperation Assignment in Cambodia. Secretariat of the International Peace Cooperation Headquarters, Cabinet Office. Diakses pada 10 Maret 2009 94 Prime Minister Encourages Japan Air Self-Defense Force (JASDF) to be Dispatched to Iraq. Kantor Perdana Menteri Jepang. Diakses pada 10 Maret 2009
memaksa Tiongkok menyerahkan Taiwan dan menduduki Korea. Mulai saat inilah rakyat Tiongkok danTaiwan mengalami penindasan Jepang yang luar biasa. Kemenangan revolusi Xinghai tahun 1911 yang menggulingkan dinasti qing dan mendirikan Republik Tiongkok, tidak memperbaiki keadaan. Kekuasaan jatuh kepada rajaraja perang dari utara (panglima militer yang berkuasa penuh seperti raja). Politik tidak stabil, rakyat menderita. Sampai akhirnya Dr. Sun Yat Sen membentuk pasukan dan pemerintahan baru di Guangzhou dan menyerang ke utara untuk mempersatukan Tiongkok. Dr Sun meninggal sebelum tugasnya selesai, Chiang Kai-shek tampil sebagai pimpinan. Tahun 1928 Chiang Kai-shek mengadakan pembersihan terhadap tentararevolusi yang memang terdiri dari orang-orang Koumintang dan orang Komunis,. Puluhan ribu orang Komunis dibantai, tapi akhirnya Chiang Kai-shek berhasil menyatukan Tiongkok. Setelah bersatu ekonomi Tiongkok melesat lebih dari Jepang. Antara tahun 1928 sampai 1937, tahun Jepang menyerang Tiongkok, ekonomi tumbuh rata-rata 13%. Shanghai menjadi pusat keuangan terbesar Asia. Produk Tiongkok mulai menyaingi produk Jepang di pasar. Karena tidak dapat menerima kenyataan ini, tahun 1937 Jepang menyerbu Tiongkok Timur Laut, dan memisahkan daerah itu dari Tiongkok dengan mendirikan negara Manchu-kuo (orang barat menyebutnya Manchuria) dan kaisar Puyi, kaisar terakhir dinasti Qing, diangkat sebagai kaisarnya. Kejadian ini sudah jelas menunjukan ambisi Jepang untuk menguasi Asia. Korea,Taiwan, Manchuria sudah direbut tanpa mendapat reaksi dari negara barat, yang turut masuk membagi-bagi Tiongkok. Rusia yang menentang Jepang dikalahkan Jepang pada tahun 1905. Kita lihat keadaan sekarang. Situasi sudah tidak banyak berbeda.
Ekonomi Jepang sedemikina maju sudah merupakan superpower ekonomi dunia. Akan tetapi bangkitnya Tiongkok menyebabkan Jepang tersaingi. Hal ini membangkitkan kembali ambisi militer Jepang untuk mengulangi agresinya seperti sebelum perang dunia II. Pemerintah Jepang mulai dengan beberapa tes. 1. Merubah buku sejarah dan mangclaim bahwa perang Asia Timur Raya adalah perang pembebasan. Pembantaian Nanjing yang memakan korban puluhan ribu mungkin ratusan ribu rakyat Tiongkok sipil dianggap tidak ada. Tiongkok kehilangan sekitar 30 juta rakyatnya dalam agresi Jepang ini. 2. Jepang mulai mencaplok pulau Tiaoyu wilayah Tiongkok dan dengan secara resmi mengambil alih menara pengawas yang dibangun golongan kanan Jepang. 3. Jepang menyatakan bahwa pulau Dokdo atau Takeshima adalah wilayah Jepang yang menimbulkan kemarahan besar rakyat Korea. 4. Jepang memprotes Tiongkok yang melakukan servei minyak pada dasar laut dekat perbatasannya, dengan alasan minyak di wilayah Jepang dapat tersedot, tapi ia sendiri memberi kontrak pada sebuah perusahaan Jepang untuk mensurvei minyak daerah yang masih disengketakan. 5. Perdana menteri Koizumi tidak hentinya berziarah ke makam penjahat perang Jepang sebagai manifestasi bahwa Jepang mendukung agresi Jepang ke Asia, saat perang dunia II. 6. Ketua Partai Aliansi Taiwan yang pro Jepang berziarah untuk memberi penghormatan kepada para penjahat Jepang baur-baru ini, untuk menunjukan bahwa Taiwan adalah wilayah Jepang.
Bagaimana reaksi dunia? Kecuali Tiongkok dan Korea terparah agresi Jepang yang sangat marah, yang lain tenang saja. Hal ini mirip sebelum perang dunia kedua. Ketika Jepang mulai merebut Korea, Taiwan, Manchuria dll, negara barat tidak peduli, mereka menghindar bentrokan dengan Jepang. Ketika Jepang menyerang Tiongkok pada tahun 1973, merekapun diam saja. Sampai Jepang menyerang Asia Tenggara. Perancis dan Inggris baru turut berperang malawan Jepang, sedang Amerika Serikat baru turut berperang setelah Pearl Harbour dibom Jepang. Amerika yang terkucil dalam masalah penyerangan terhadap Irak, dan harus melawan terorisme, terpaksa mencari teman dalam melaksanakan opersainya. Akhirnya hanya Jepang yang cocok, karena tidak ada negara lain yang mau jadi kacungnya. Mengapa? Jepang selalu tunduk kepada Amerika, ia siap jadi pion Amerika. Bagi presiden Bush saat ini, itu sudah cukup, daripada ia harus sendirian. Korban pemuda Amerika yang terus berjatuhan di Irak, akhirnya dapat menyebabkan rakyat Amerika akan menjadi penentang utama perang Irak. Untuk persiapan ini, tentara Jepang bisa menjadi pengganti. Di pihak Jepang ini hal kebetulan. Dengan menjadi pion Amerika Serikat, Jepang bisa mengubah Konstitusi Damainya, yang melarang Jepang membentuk pasukan bersenjata kecuali untuk bela diri, menjadi konstitusi yang membolehkan membentuk kekuatan militer yang agresif, bahkan yang harus melakukan pre-emptive action. Amerika memang tidak larut, karena ia merasa lebih unggul. Jika suatu ketika Jepang mengulangi peristiwa Pearl Harbour, Amerika sudah siap. Tidak demikian dengan negara lainnya, terutama Tiongkok dan Korea, yang memang menjadi sasaran utama Jepang untuk membalas dendam. Negara lain akan diam, asal tidak menjadi sasaran Jepang dan masih dapat keuntungan dari Jepang, seperti penanaman modal, bantuan keuangan dll. Maklum dengan “uang” semua bisa diatur.
Zaobao.com Singapore pernah memuat sebuah karangan kiriman pembaca yang diterjemahkan dari sebuah majalah Jepang. Meskipun karangan ini bukan pendapat resmi pemerintah Jepang, tapi jelas adalah opini yang sedang dibentuk di Jepang. karangan itu mengatakan bahwa dunia tidak adil, Jepang dengan manusia yang rajin dan pintar, hanya menguasai wilayah yang kecil dan tak ada kekayaan alamnya. Sedang negara lain, terutama Tiongkok yang manusianya bodoh dan malas, menguasai negara yang besar dan kaya sumber daya alamnya. Oleh karena itu, memang sudah takdir Jepang harus ekspansi, harus menguasai dunia. Ia memberi jadwal, tahun 2015 Jepang harus sudah menundukan Tiongkok, dan tahun 2050 Jepang harus sudah menundukan seluruh dunia. Amerika Serikat, katanya, adalah penduduk utama Jepang untuk target Tiongkok dan Asia Tenggara, akan tetapi akan menjadi lawan kalau target Jepang sudah ingin menundukan dunia. Meskipun demikian, Jepang sudah mempunyai perhitungan dan persiapan yang cukup untuk ini, katanya.
BAB IV Upaya Diplomatik Korea Selatan-Jepang dalam Menyelesaikan Sengketa Pulau Dokdo
A. Implementasi
Upaya-upaya
Diplomatik
Korea
Selatan-Jepang
dalam
Penyelesaian Sengketa Kepulauan Dokdo 1. Korea Selatan-Jepang kembali Pererat Hubungan Seperti yang diketahui bahwa hubungan Diplomatik Korea Selatan-Jepang mengalami berbagai macam kendala terkait konflik berkepanjangan yang di alami kedua Negara mengenai hak kepemilikan atas kepulauan Dokdo. Namun dalam perkembangannya kedua belah pihak sama-sama berusaha untuk memperbaiki hubungan diplomatic mereka karena sadar akan betapa besarnya kerugian yang akan dialami masing-masing Negara jika harus terlibat konflik terus menerus. Meski masih dbayang-bayangi kolonisasi brutal Jepang pada tahun 1910-1945, namun Korea Selatan tetap menyambut baik kunjungan pemerintah Jepang ke Seoul dan berusaha kembali untuk mencairkan suasana hubungan kedua Negara yang selama ini bersitegang. Ini dilakukan sebagai salah satu cara untuk merajut kembali hubungan baik dan kerjasama dua Negara demi kepentingan kedua belah pihak karena tanpa disadari keduanya saling membutuhkan satu sama lain. Untuk mempererat kembali hubungan dua Negara tersebut, Perdana Menteri Jepang Taro Aso mengunjungi Seoul.Walaupun terjadi ketegangan namun Korea Selatan menyambut baik kedatangan Perdana Menteri Jepang tersebut. Dan dalam pertemuan itu, kedua Negara tampak berusaha menghangatkan hubungan diplomaticnya serta sepakat untuk mempererat
kembali hubungan ekonomi kedua Negara di tengah hantaman krisis keuangan global saat ini. Masao Okonogi, seorang ahli Korea dari Universitas Keio, Tokyo mengatakan “pertemuan ini mrupakan sebuah formalitas untuk menunjukkan bahwa mereka memiliki visi yang berorientasi masa depan dan akan melihat kedepan, bukan menengok kembali masa lalu”.95 Memang sejak awal tahun 2009, Jepang tampaknya memang terus berusaha menjalin kedekatan dengan Korea Selatan. Perdana Menteri Jepang dan Presiden Korea Selatan rutin mengadakan pertemuan setiap bulannya demi menggalang dan meningkatkan kerjasama. Korea Selatan memang tengah merasakan hantaman keras dari krisis financial global. Negara dengan ekonomi terbesar ke-13 di dunia dan keempat di Asia ini diprediksikan paling rentan terhadap kekacauan ekonomi. Dan banyak analis memprediksikan ekonomi Korea Selatan akan merosot sebanyak 3% untuk pertama kalinya dalam 11 tahun terakhir. Sementara Jepang adalah Negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia dan mulai mengalami resesi sejak Juli 2008. Banyak analis yang memprediksikan bahwa GDP Jepang akan menukik tajam ke titik terendah dalam 34 tahun terakhir. Jadi tak heran bila kedua Negara ini sama-sama berusaha untuk saling menguatkan agar tidak semakin terpuruk dalam hantaman krisis dengan saling mendukung dan meningkatkan kerjasama khususnya di bidang ekonomi. Dalam pertemuan rutinnya, kedua Negara ini juga membahas masalah multilateral menyangkut pelucutan program nuklir Korea Utara yang membuat resah akhir-akhir ini dan juga kemungkinan mewujudkan kesepakatan perdagangan antara Jepang dan Korea Selatan
95
http://astriihsan.blogspot.com/2009/01/jepang-korsel-pererat-hubungan.html diakses tgl 1agustus2010
yang sempat tersendat selama bertahun-tahun. Kedua Negara ini juga berniat untuk meningkatkan kerjasama dalam bidang antariksa dan program satelit. Hanya saja, hingga sekarang masing-masing pihak terus membantah kalau pertemuan kedua Negara tersebut juga membahas mengenai sengketa Kepulauan Dokdo. 2. Bela Negara Korea Selatan Lewat Misi Kebudayaan Korea Selatan merupakan salah satu Negara di Asia yang aktif mengirimkan Perwira Angkatan Bersenjata nya unutk mengikuti pendidikan Sesko Angkatan di Indonesia. Para calon siswa dari mancanegara tersebut harus terlebih dahulu mengikuti Kursus Bahasa Indonesia dan Kursus persiapan Sesko di Pusdiklat Bahasa Badiklat Departemen Pertahanan (Dephan). Dan setiap tahunnya akan digelar acara Malam Internasional, seperti halnya Negara lain Korea Selatan pun turut serta berpartisipasi pada acara tersebut. Seperti partisipan lainnya, pada kesempatan ini Korea Selatan akan memperkenalkan aneka makanan dan minuman khas Korea Selatan serta menampilkan sebuah atraksi budaya mereka. Pada kesempatan ini para siswa Korea Selatan ini membawa satu rombongan kesenian yang cukup besar dari Kedutaan Korea Selatan. Sekitar 12 orang seniman (pria dan wanita) tampil di panggung memainkan seni seperti “Rampak Gendang” khas Korea. Pertunjukan yang didomonasi oleh bunyi pukulan gendang itu sangat menarik, dinamis dan penuh semangat. Namun sebagian penonton segera menyadari bahwa tujuan pertunjukan tersebut ternyata bukan hanya sekedar atraksi kesenian, melainkan sebuah aksi nasionalisme yang tinggi yang membawa pesan politik Korea Selatan ke dunia internasional. Sebagai latar belakang pertunjukan seni perkusi itu mereka menggelar lima buah spanduk vertikal yang bertuliskan huruf Korea yang tidak kita mengerti artinya, namun spaduk yang berada paling tengah memuat satu kalimat pendek berbahasa Inggris yang berbunyi: “Dokdo is Korean Territory”. Tentu saja kalimat itu segera mengingatkan kita
kepada sengketa territorial antara Korea Selatan dengan negara tetangganya Jepang yang tidak kunjung selesai, memperebutkan gugusan pulau-pulau karang kecil (islet) yang terletak hampir tepat tengah-tengah di antara daratan utama kedua negara. Sangat jelas di sini bahwa siswa Korea Selatan dengan dukungan pihak kedutaan besar mereka telah memanfaatkan even malam internasional di Pusdiklat Bahasa untuk melakukan kegiatan kampanye bela negara.96 Ada pelajaran yang sangat berharga yang bisa kita lihat dari “kenakalan” siswa dan kedutaan Korea Selatan tersebut, yaitu bagaimana caranya pemerintah dan masyarakat Korea Selatan mengimplementasikan politik pertahanan Negara mereka secara kreatif dalam berbagai kesempatan. Memang di dalam kenyataannya ada mekanisme hokum atau Mahkamah Internasional yang secara formal akan bekerja untuk menyelesaikan dan mengambil keputusan atas setiap sengketa yang terjadi antar Negara, namun besarnya dukungan dari seluruh masyarakat dan rasa cinta tanah air yang tinggi pasti akan berpengaruh secara moral terhadap para hakim internasional dalam mengambil keputusan. B. Kendala-kendala Yang Dihadapi Dalam Penyelesaian Sengketa Kepulauan Dokdo 1. Ketidakjelasan Batas-batas Negara dan status suatu wilayah Masalah ketidakjelasan batas-batas Negara dan status suatu wilayah merupakan bagian dari permasalahan “sengketa” diantara Negara-negara yang memiliki letak geografis berdekatan dan berbatasan. Seperti halnya Negara-negara di kawasan Asia Timur yang
96
http://antonbiantoro.blogspot.com/2008/09/bela-negara-cara-korea-selatan.html diakses tgl 1agustus2010
mengalami konflik persengketaan mengenai ketentuan batas-batas teritorial dan status akan pulau-pulau yang berada di Semenanjung Korea khususnya. Bila kita cermati, banyak Negara-negara di Asia juga menghadapi masalah yang sama. Anggapan bahwa situasi perbatasan atau posisi pulau-pulau dari suatu Negara akan tetap aman dan damai mungkin ada benarnya, namun dibalik itu semua sebenarnya bertaburan benih-benih konflik yang dapat menyulut persengketaan secara terbuka. Ada beberapa faktor yang dapat menyulut persengketaan antar Negara-negara di dunia, antara lain: a. Ketidaksepahaman mengenai garis perbatasan antar Negara yang banyak yang belum terselesaikan melalui mekanisme perundingan (bilateral). b. Peningkatan persenjataan dan eskalasi kekuatan militer baik oleh Negara-negara yang ada di satu kawasan maupun yang diluar kawasan. c. Eskalasi aksi terorisme lintas Negara, dan gerakan separatis bersenjata yang mengundang kesalahpahaman antar Negara bertetangga.97 Potensi konflik antar Negara-negara di kawasan Asia Pasific (Asia Tengah, Asia Timur dan Asia Tenggara) sangat bervariasi, baik itu sifat, karakter maupun intensitasnya. Namun kalau diperhatikan dari beberapa konflik terbatas dan berintensitas rendah yang terjadi selama ini, terdapat beberapa hal yang dapat memicu terjadinya konflik terbuka yang dapat berkembang menjadi konflik regional bahkan internasional. Faktor potensial yang dapat menyulut persengketaan terbuka itu antara lain:
97
http://www.tnial.mil.id/Majalah/Cakrawala/ArtikelCakrawala/tabid/125/articleType/ArticleView/a rticleId/66/Default.aspx diakses tgl 7agustus2010
a. Implikasi dari internasionalisasi konflik internal di suatu Negara yang dapat menyeret Negara lain ikut terlibat dalam persengketaan. b. Pertarungan antar elite di suatu Negara yang karena berbagai faktor merambat ke luar negeri. c. Meningkatnya persaingan antar Negara-negara maju dalam membangun pengaruh di kawasannya. d. Eskalasi konflik laten atau konflik intensitas rendah (low intensity) antar Negara yang berkembang melampaui ambang batas toleransi keamanan regional sehingga menyeret pihak ketiga untuk ikut terlibat di dalamnya. Ini biasanya berawal dari “dispute territorial” antar Negara ama terutama mengenai garis batas perbatasan antar Negara.98 Begitu pula dengan sengketa Pulau Dokdo antara Jepang dan Korea Selatan yang belum terselesaikan hingga saat ini. Masing- masing Negara mengklaim bahwa Pulau Dokdo adalah wilayah kedaulatannya. Sebenaranya permasalahan ini berawal dari status kedaulatan Pulau Dokdo yang terletak di Semenanjung Korea, yang diakui kedaulatannya berada dibawah kekuasaan territorial Korea dibawah kepemimpinan Dinasti Shilla pada 512M. Namun sejak tahun 1905-1945 Jepang mulai melakukan imperialisasi atas wilayah Korea dan seluruh daerah Semenanjung Korea, yang berdampak pada diakkuinya Pulau Dokdo sebagai “pulau Takeshima” dan berada dibawah yuridiksi Dewan Prefektur Shimane sejak tahun 1905. Padahal di dalam sejarah Korea, dua gugusan karang seluas 186.000m2 itu merupakan wilayah bagian dari Provinsi Gyeongsang Utara dan berkaitan dengan Pulau Daemodo yang ditaklukkan Jenderal Korea Selatan Yi Jong-mu pada 29Juni 1419. Karena warisan sejarah dan legitimasi tersebut, Seoul menetapkan kembali Pulau Dokdo sebagai 98
ibid
daerah kedaulatan Korea Selatan sejak tahun 1953 dengan menempatkan pasukan kepolisian diwilayah tersebut. Hal ini dilakukan sebagai tanggapan hukum dan politik atas sikap Jepang yang setelah memenangkan perang dengan China pada 22 Agustus 1910 menganeksasi Semenanjung Korea. Sengketa batas laut atau maritim Jepang-Korea Selatan atas Pulau Dokdo berkonteks warisan historis yang logis sebagai tumpuan kedaulatan wilayah Korea Selatan.99 2. Peningkatan Kontroversi mengenai Status Kepulauan Dokdo Pada tahun 1952, masalah mengenai status kedaulatan pulau Dokdo semakin mencuat kepermukaan terlebih setelah tujuh tahun pemerintahan Korea Selatan lepas dari pendudukan Jepang mengeluarkan dekrit presiden tertanggal 18 Februari 1952 yang menetapkan mengenai garis batas wilayah teritorial Korea Selatan yang dikenal dengan nama “garis damai” di mana Kepulauan Dokdo termasuk dalam wilaya teritorial Korea Selatan sejak 512M. Sepuluh hari sejak dikeluarkannya dekrit presiden oleh Korea Selatan, pemerintah Jepang mengajukan protes terhadap pemerintah Korea Selatan yang isinya tidak mengakui Pulau Dokdo sebagai bagian dari wilayah Korea Selatan dan justru mengklaim Kepulauan Dokdo menjadi bagian dari teritorial Jepang. Menanggapi protes Jepang, pemerintah Korea Selatan mengirim balasan bahwamereka tidak menanggapi dan tidak akan menganggap Pulau Dokdo bagian Dari Jepang. Semenjak saat itu kontroversi mengenai kedaulatan terhadap Pulau Dokdo tidak pernah menemui titik temu karena kedua negara masing-masing tetap saling klaim Kepulauan Dokdo sebagai bagian dari teritorial mereka, bahkan pihak Jepang selalu mengajukan protes 99
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0606/03/opi01.html
kepada pemerintah Korea Selatan tiap tahunnya umtuk menjaga agara masalah ini terus berlanjut. Protes Jepang terhadap kedaulatan Pulau Dokdo perlahan menjadi keras sejak tahun 1996 dengan alasan-alasan: 1. Dokdo telah menjadi bagian teritorial Jepang sejak turun-temurun. 2. Dokdo adalah daerah tidak bertuan “terra Nullius” dan Jepang mendapatkannya melalui Okupasi. 3. Kekaisaran Korea tidak melakukan protes atas aneksasi Jepang terhadap Kepulauan Dokdo pada tahun 1905. 4. Daerah-daerah yang diakui dan dikembalikan kepada Korea Selatan adalah daerah kekaisaran Korea ketika perjanjian aneksasi ditandatangani pada tanggal 10 Agustus 1910 dan tidak termasuk Pulau Dokdo. Karena Pulau Dokdo dianeksasi oleh Jepang sebelum perjanjian tersebut dibuat (Pulau Dokdo dianeksasi Jepang pada tahun 1905). 5. Pemerintahan Meiji Jepang tidak pernah mengakui Pulau Dokdo sebagai bagian wilayah teritorial Korea. 6. SCAPIN No. 677 yang dibuat oleh tentara sekutu tidak mengatur wilayah teritorial Jepang, tetapi hanya ketentuan administratif. Dari perspektif sejarah yang dikumpulkan secara sistematik oleh Korea Selatan dengan menggunakan penemuan dokumen yang terbaru, menghasilkan enam point yang menyangkal klaim Jepang atas Kepulauan Dokdo, yaitu:
1. Dokdo telah menjadi bagian dari wilayah teritorial Korea sejak 512 M dan sejarah yang dibuat Jepang mengatakan bahwa mereka mengenal Pulau Dokdo di tahun 1667 menguatkan fakta bahwa Pulau Dokdo telah lebih dahulu dikenal oleh Korea. 2. Kekaisaran Jepang mengetahui bahwa Pulau Dokdo bukanlah daerah tak bertuan “terra nullius” ketika mereka pertama kali merebutnya secara paksa di tahun 1905 untuk tujuan militer yaitu membangun menara pengawas di pulau tersebut selama berlangsungnya perang Rusia-Jepang. 3. Pemerintah Jepang mengklaim bahwa pihak Korea Selatan tidak mengajukan protes terhadap aneksasi Pulau Dokdo yang menjadi teritorial Jepang, tetapi dalam dokumentasi Korea mernyatakan bahwa baik pemerintah maupun rakyat Korea tidak mengakui dan menolak aneksasi Jepang. 4. Pemerintah Jepang bersikukuh bahwa Pemerintah Meiji tidak mengetahui dan menyadari bahwa Pulau Dokdo adalah bagian dari wilayah teritorial Jepang. Hal ini berlawanan dengan pernyataan yang dikeluarkan dewan, yaitu yang dikeluarkan oleh menteri luar negeri, menteri dalam negeri dan angkatan bersenjata bahkan angkatan laut Pemerintahan Meiji, juga dalam peta yang dikeluarkannya. 5. Negara-negara anggota sekutu memutuskan bahwa Jepang harus mengembalikan semua daerah yang pernah direbutnya secara paksa, tidak hanya ketika Jepang melakukan aneksasi pada tahun 1910, tetapi juga sejak 1895 ketika Jepang memenangkan perang Sino-Jepang dan menduduki wilayah Liatong Penninsula, Taiwan, dan Pascadores, yang kemudian wilayah ini dikembalikan kepada Cina setelah peran dunia kedua berakhir. Ketentuan ini berlaku juga untuk Pulau Dokdo yang direbut Jepang dan Korea Selatan secara paksa pada tahun 1905.
6. SCAPIN No. 677 menyatakan mengenai wilayah teritorial Jepang dan untuk daerah yang terpisah dari Jepang harus dikembalikan kepada pemilik asalnya. Ketentuan ini juga berlaku untuk Kepulauan Dokdo seperti yang telah terlebih dahulu dibicarakan.\ Berdasarkan pendapat masing-masing pihak yang tetap bersikukuh bahwa pulau Dokdo adalah bagian dari wilayah teritorialnya, masalah ini terus berlanjut bahkan pihak Jepang telah bertindak agak keras mengenai masalah ini sejakJanuari 1996 ketika ketentuan yang dikeluarkan oleh perserikatan bangsa-bangsa mengenai hukum laut internasional diratifikasi oleh Jepang dan batas zona ekonomi eksklusif 200 mil yang diberlakukan Jepang mulai menarik perhatian dunia karena wilayah Pulau Dokdo masuk dalam ketentuan tersebut. Selanjutnya pemerintah Jepang mengumumkan bahwa Pulau Dokdo masuk dalam wilayah teritorial Jepang berdasarkan sejarah dan ketentuan hukum internasional dan pemerintah Korea Selatan umtuk menarik batas “garis damai” mereka secepatnya dari wilayah Pulau Dokdo serta memindahkan segala fasilitas mereka yang ada di pulau tersebut. Pada tahun 1997 dihasilkan sebuah perjanjian kerjasama mengenai “fishing trade area” di daerah Pulau Dokdo. Perjanjian ini dibuat mengingat bahwa daerah Kepulauan Dokdo yang kaya akan sumber daya alam berupa ikan telah dijadikan wilayah penangkapan ikan secara turun-temurun bagi nelayan di kedua negara, yang mana perjanjian ini dilakukan untuk melindungi para nelayan selama belum ada penyelesaian diantara kedua negara. Perjanjian ini merupakan bentuk dari “joinly controlled Korea-Japan Zone” yang dibuat pada tahun sebelumnya yaitu pada tahun 1996, dimana sebagai peredam sengketa antara kedua negara dibuatlah sutau komisi kerjasama untuk mengatur wilayah Pulau Dokdo.tetapi perjanjian tersebut tidak menghentikan sengketa antara kedua negara, karena pihak Korea Selatan tetap melakukan pembangunan di pulau tersebut sebagai salah satu objek pariwisata bagi negaranya. Hal ini oleh Jepang dianggap sebagai pelanggaran terhadap perjanjian yang
menyatakan bahwa pengaturan wilayah Pulau Dokdo dilakukan secar bersama-sama antara Korea Selatan dan Jepang. Bahkan pihak militer Korea Selatan menempatkan pasukannya di perairan Pulau Dokdo untuk mengusir para nelayan Jepang yang hendak menagkap ikan. Tentu saja pihak Jepang tidak tinggal diam, bahkan telah mengeluarkan peringatan keapada Korea Selatan. Tindakan kedua negara ini yang saling mengklaim tidak lepas dari kepentingan nasional terhadap Kepulauan Dokdo pada abad 21 ini amatlah mungkin untuk mengekploitasi sumberdaya alam yang ada di bawah laut maupun di dalam perut bumi di wilayah itu. Hal ini dapat dilakukan apabila telah ada kepastian mengenai status Kepulauan Dokdo untuk menentukan garis pangkal dari ketentuan zona ekonmi eksklusif 200 mil. Selain untuk mengekploitasi sumber daya alamnya di masa yang akan datang, Kepulauan Dokdo juga memiliki potensi untuk dijadikan objek wisata. C. Langkah-langkah Yang Dilakukan Untuk Menghadapi Kendala Yang Ada 1. Negosiasi Konflik antar Jepang dan Korea tidak hanya mengenai kepemilikan suatu pulau. Kedua negara mempertimbangkan kepemilikan Dokdo sebagai jangkar untuk kepentingan masing-masing di perairan sekitarnya. Yang dipertaruhkan adalah klaim menjadi sekitar 16.600 mil persegi laut dan dasar laut, termasuk daerah yang mungkin menahan sekitar 600 juta ton gas hidrat (gas alan terkondensasi ke dalam bentuk semisolid). Hidrat gas ini diyakini akan disimpan di sepanjang dasar laut yang luas terbentang dari Dokdo ke Guryongpo, Propinsi Kyongsang Utara. Gas hidrat adalah generasi sumber energi yang dapat dibuat menjadi gas alam cair jika teknologi yang memadai tersedia. Pulau ini di kelilingi oleh pemancingan subur, dan kedua belah pihak sering melakukan upaya untuk mendukung klaim mereka itu. Juga memacu persaingan yang memancing rasa takut terhadap sumber daya laut
menyusut. Pejabat perikanan Jepang mengatakan menipisnya persediaan ikan di bagian lain dunia berarti mereka harus mengandalkan lebih pada perairan dekat dengan rumah. Pasifik di barat laut secara umum memiliki lebih kurang dimanfaatkan stok ikan dari daerah lain, menurut PBB. Beberapa wilayah laut di Asia Timur tetap tidak di klaim tumpang tindih. Hukum global Konvensi Laut, yang mulai berlaku pada bulan November 1994 setelah lebih dari 20 tahun negosiasi, sebagian besar merupakan perwujudan negara hukum internasional dan praktik yang berhubungan dengan lautan. Di bawah perjanjian, setiap bangsa dengan pantai, berhak untuk melaksanakan yuridiksi atas sumber daya alam dan kegiatan tertentu di peraiaran memperluas sebanyak 200 mil laut dari garis dasar pantai Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Masalah-masalah di sini terletak pada detailnya, dan ini adalah tempat yang lebih baik daripada diilustrasikan dalam Undang-Undang Konvensi Laut, di mana besarnya dan derajat latihan yuridiksi suatau bangsa ditentukan oleh sejumlah faktor misterius, termasuk gambar baselines, jarak dari pantai, dan makna “continental shelf”, garis berjarak sama, dan sejenisnya. Menurut konvensi, sebuah bangsa dapat mengklaim hak-hak kedaulatan atas sumber daya dan semua kegiatan terkait, serta yuridiksi atas struktur buatan, riset ilmiah, dan perlindungan dan pelestarian lingkungan laut, di dalam 200 bahari mil Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE). Tapi karena pelau kecil yang hanya flyspecks pada peta dapat digunakan sebagai dasar untuk mengklaim sebuah Zona Ekonomi Eksklusif, banyak maritim berfokus pada sengketa kepemilikan pulau-pulau kecil, karang, dan fitur seperti Dokdo, yang d\Diaoyu pulau-pulau di Laut Cina Timur, dan Spratly/Xisha Kepulauan di Laut Cina Selatan. Sayangnya, konvensi kecil menawarkan bimbingan khusus untuk penyelesaian sengketa batas. Jadi bangsa mungkin masih merasa perlu untuk terlibat dalam sikap militer yang provoaktif, dan kemungkinan konflik militer tetap.
Pada tahun 1996 sengketa Dokdo lebih menekankan pada sudah rapuhnya hubungan antara Korea Selatan dan Jepang. Meskipun demikian, cara-cara telah ditemukan untuk mengatasi batas ketidakpastian. Di bawah bersama pendekatan pembangunan, negara-negara ini sepakat mengenai luasnya wilayah sengketa, disamping menetapkan pertanyaan batas yang sebenarnya, dan mencapai kesepakatan mengenai eksplorasi dan eksploitasi bersama hidrokarbon. Strategi ini di dukung oleh Hukum Laut Konvensi, yang menyatakan bahwa, sambil menunggu kesepakatan mengenai delineasi dari kontinen atau batas-batas Zona Ekonomi Ekslusif (EEZs), Negara harus berusaha untuk masuk kedalam pengaturan sementara. Mungkin alasan kuat bagi negara untuk melakukan usaha bersama adalah untuk melindungi kepentingan potensi cadangan minyak atau gas, dikombinasikan dengan keinginan untuk menjaga hubungan baik dengan negara lain. Pengembangan bersama adalah ide yang mungkin terlihat dan semakin menarik karena kebutuhan minyak yang terus meningkat. Jepang dan Korea Selatan telah mengambil pendekatan semacam itu dan telah membentuk 230 mil EEZs di bawah Konvensi PBB tentang Hukum Laut. Setelah bertahuntahun negosiasi, kedua negara menandatangani perjanjian pada bulan Juli 1996, menetapkan kuota dan peraturan di masing-masing zona. 2. Pertemuan Jepang dan Korea Selatan Jepang dan Korea Selatan (Korsel) memulai pertemuan dua hari di Tokyo, yang bertujuan untuk membahas dan mencari penyelesaian masalah batas-batas wilayah perairan yang menyangkut masalah kepulauan yang diakui masing-masing pihak sebagai bagian dari zona ekonomi eklusif, EEZ, dua negara. Pertemuan kali ini merupakan pertemuan lanjutan setelah enam tahun terhenti. Diperkirakan masih banyak hal yang harus diluruskan, namun Korsel telah menyampaikan harapannya untuk lebih mendorong ke arah pembentukan EEZ yang diharapkan dapat merealisasikan penyelesaian damai. Zona ini diakui oleh kedua negara
sebagai zona tumpang tindih yang melingkupi kepulauan yang disebut Takeshima oleh bangsa Jepang dan menurut bangsa Korsel bernama Kepulauan Dokdo. Selain itu juga diharapkan hal itu dapat membawa hasil melebihi apa yang selama ini mereka upayakan setelah terjadinya hubungan yang menegang yang disebabkan oleh belum ada kententuan kesepakatan batas-bataa teritori laut yang melibatkan sejumlah pulau kecil yang dikuasai oleh Korea Selatan yang terletak di wilayah laut Jepang. Jepang berencana tetap pada pendiriannya yang menarik garis pemisah antara Takeshima dan pulau Ullung yang masuk kedalam wilayah Korea Selatandan terletak disebelah barat kepulauan yang menjadi sengketa. Korea Selatandalam pembicaraan tahap sebelumnya mengajukan usul penarikan garis antara pulau Ullung (Korea Selatan) dengan Kepulauan Oki di Shimane prefektur. Korea Selatan mengindikasikan pihaknya akan bersikap tegas dalam pembahasan menetapkan batas wilayah kedua negara dengan mengajukan usul penarikan garis batas kedua negara ditarik dengan memasukan kepulauan yang dipermaslahkan, Dokdo kedalam wilayah yang sekaligus menjadi garis batas teritorinya. Kantor berita Yonhap mengutip Soh Choo Suk sebagai menteri pertahanan Korea Selatan mengatakan, “Dalam situasi seperti ini kami tidak emiliki pelihan lain selain menjadikan Kepulauan Dokdo sebagai titik awal garis pemisah”. Pertemuan pembicaraan EEZ yang merupakan pertemuan ke lima diadakan setelah Korea Selatan dan Jepang mengalami ketegangan saat polisi perairan Jepang menyatakan rencana mereka untuk melakukan survei kelautan dekat kepulauan yang masih diperdebatkan kepemilikannya dan menimbulkan protes keras dari pihak Korea Selatan. Kedua negara akhirnya setuju untuk menghindari konfrontasi karena batas wilayah perairan Jepang di
dalam pertemuan tingkat wakil menteri di Seoul setelah Jepang menyatakan kesediaannya untuk menarik mundur pasukannya yang semula akan melakukan survei disana. Dalam pembicaraan yang membahas batas wilayah perairan kedua negara Korea Selatan diwakili oleh sejumlah pejabat tinggi dari Departemen Luar Negeri dan Departemen Perikanan. Pembicaraan sebelumnya pada tahun 2000 berakhir tanpa kesepakatan. Jepang bersikeras Takeshima yang terdiri dari dua pulau kecil dan sejumlah gugus karang dengan luas 0,23 km persegi adalah masuk wilayah Jepang Barat sementara Korea Selatan tetap menyatakan kepulauan tersebut merupakan bagian teritorinya yang masuk provinsi Gyeonsang. Dalam pertemuan ini memang belum didapat kata sepakat berkaitan dengan ststus Pulau Dokdo hingga sekarang, Namun dalam perkembangannya kedua belah pihak terus berusaha keras untuk menyelesaikan sengketa yang tak berujung ini. Ini dikarenakan kedua Negara yang sama-sama memiliki kepentingan atas Pulau Dokdo yang dikabarkan banyak mengandung kekayaan alam yang belum tersentuh sama sekali. 3. Korea Selatan Larang Jepang Lakukan Riset di Pulau Sengketa Korea Selatan mendesak Jepang untuk tidak melakukan riset di dekat satu gugusan pulau yang menjadi sengketa wilayah yang sudah lama berlangsung antara kedua negara. Kementrian Luar Negeri di Seoul mengatakan pihaknya telah menyampaikan satu pesan guna meminta Jepang tidak melakukan proyek-proyek riset di sekitar pulau-pulau berbatu yang terletak di antara kedua negara, tetapi di kuasai oleh Seoul. Surat kabar Yomiuri Shimbun, Jepang, memberitakan Tokyo telah menyusun satu rencana 10 tahun untuk melaksanakan satu survei di dekat pulau itu dalam usaha mencari sumber energi.
Pulau-pulau itu telah puluhan tahunmenjadi titik api dalam hubungan kedua negara, dan kedua belah pihak mengklaim kedaulatan.landasan laut sekitar pulau itu kaya akan gas. Berita itu muncul ketika kedua negara sedang mengusahakan hubungan baru setelah bertahun-tahun tegang menyangkut klaim baru Jepang atas kepulauan itu. Perdana Menteri Jepang Taro Aso akan mengunjungi Korea Selatan, untuk melakukan perundingan dengan Presiden Korea Selatan Lee Myung Bak. Itu merupakan kunjungan pertama Aso ke Seoul sejak dia memangku jabatan. Jepang mengklaim pulau-pulau itu tahun 1905, setelah menang perang melawan Rusia. Tokyo kemudian mencaplok seluruh Semenanjung Korea dari tahun 1910 sampai negara itu kalah tahun 1945, pada akhir Perang Dunia II. Akan tetapi Korea Selatan mengatakan pihaknya memiliki pulau-pulau tersebut sejak berabad-abad lalu. 4. Mengenai Perjanjian Damai San Fransisco Sengketa antara Korea Selatan dan Jepang atas kepemilikan Dokdo pada akhirnnya dari Perjanjian Damai San Fransisco tahun 1951, yang merupakan kesepakatan formal pada akhir Perang Pasifik dan kembalinya kedaulatan nasional yang diduduki Jepang.100 Perjanjian pada umunya tidak menentukan negara Jepang yang meninggalkan bekas wilayah dan tepat membatasi teritori ini terpanjang,101 dalam kasus sengketa Takeshima/Dokdo , pertanyaan utama mengenai perjanjian damai adalah apakah pulau-pulau yang termasuk dalam Korea, Jepang menolak di Perjanjian San Fransisco.102 Bahkan dalam rancangan awal perjanjian yang ditulis antara akhir 1946 dan November 1949, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat disebutkan bahwa Jepang mengembalikan Dokdo ke daratan Korea. Namun, William J. Sebald, yang merupakan penasihat politik Jendral macArthur menyarankan dalam komentarnya kepada Departemen 100
Korea Selatan dan Jepang, Dokdo / Takeshima Sengketa escalates Menjelang Konfrontasi, Dr Michael A. Weinstein, The Power and Interest News Report, 2006/05/10, diakses tanggal :2008-07-08 101 Hara, 2001, hlm. 362 102 Ibid hlm 368
Luar Negeri yang didefinisikan Dokdo sebagai wilayah Jepang untuk alasan-alasan historis dan strategis. Pertama, Sebald berpikir bahwa kedaulatan Jepang atas Dokdo muncul sah dan bahwa sulit untuk menganggap...(Dokdo) sebagai pulau-pulau lepas pantai Korea. Kedua, Sebald menunjukan bahwa, jika Dokdo yang menjadi wilayah Korea Selatan, Amerika Serikat beresiko kehilangan kepulauan sebagai stasiun potensial untuk cuaca dan radar pengawasan karena ancaman komunis dari Utara. Oleh karena itu, rancangan Desember San Fransisco perjanjian telah diubah untuk menyatakan bahwa Takeshima (Liancourt Rocks) akan menjadi milik Jepang. (Bab II, Teritorial Clauses, pasal 3) pergeseran dalam posisi Amerika Serrikat mungkin juga telah dipengaruhi oleh kantor Luar Negeri Jepang, yang pada awal tahun pasca perang yang disediakan pemerintah Amerika Serrikat dengan beberapa pamlet tentang wilayah Jepang.103 Lalu tiba-tiba, setelah John foster Dulles ditugaskan dari perjanjian perdamaian dan menimbulkan Perang Korea, rancangan perjanjian dari bulan Agustus dan seterusnya berhenti untuk menyebutkan Takeshima (sebagai pulau yang dimaksud) sama sekali. Seluruh perjanjian menjadi lebih pendek dan sederhana, dan banyak dari spesifik pada koordinat, perbatasan dan pulau-pulau menghilang. Kemungkinan besar sengaja menulis ulang Dulles untuk membuka ruang bagi sengketa antara Jepang dan negara-negara lain, dan dengan demikian memberikan penyangga terhadap efek domino yang potensial dalam hal ekspansi komunis. Dulles diharapkan bahwa, jika Korea Selatan tidak jatuh di tangan komunis itu akan membawa sengketa dengan Jepang ke Mahkamah Internasionalseperti yang disarankan oleh perjanjian dalam Bab 6, pasal 22.104
103 104
Ibid hlm 369-371 Ibid hlm 371
5. Keikutsertaan Komite Nama-Nama Geografis Amerika Serikat
Komite Nama-Nama Geografis atau BGN (Board on Geographic Names) adalah badan federal di Amerika Serikat yang didirikan pada tahun 1890 dan bertujuan untuk menangani perselisihan terkait dengan penamaan geografis di AS. Badan itu berperan untuk mengembangkan berbagai prinsip, kebijakan dan prosedur penggunaan nama-nama geografis baik di dalam negeri maupun di luar negeri. 105
Keikutsertaan Komite Nama-nama Geoegrafis Amerika Serikat disini adalah karena selain mengklaim Pulau Dokdo sebagai wilayahnya, Jepang juga berusaha untuk mengubah nama dari Pulau ini. Memang pada intinya ini adalah masalah klaim hak territorial Jepang atas Pulau Dokdo yang terletak di ujung paling timur Semenanjung Korea ini. Jepang Kadangkala menuntut hak territorial atas kepemilikan Pulau Dokdo dengan niat untuk membuat wilayah tersebut menjadi wilayah sengketa Internasional. Bersamaan itu pula, Jepang mencurahkan segala daya dan upayanya di panggung Internasional untuk mengubah nama Pulau Dokdo dengan nama “Takeshima”. Pihak Jepang terus berusaha agar paling tidak nama wilayah yang disengketakan tersebut tidak identik dengan nama Korea Selatan di kalangan masyarakat Internasional.
Saat Korea dan Jepang terlibat konflik diplomatik mengenai pulau itu, sebagian besar negara barangkali sulit memihak pada salah satu negara. Dengan alasan demikian, mereka memilih untuk menyebut nama pulau itu sebagai ‘Liancourt Rock’ untuk memperlihatkan kenetralan. Namun, karena pulau itu secara tradisional disebut “Dokdo,” maka penggunaan
105
http://rki.kbs.co.kr/indonesian///news/news_zoom_detail.htm?No=4370&id=zoom diakses tgl 6agustus2010
nama Liancourt Rock, sebagai ganti Dokdo, pasti menjadi keuntungan besar bagi Jepang dan menjadi kerugian besar bagi Korea Selatan. 106
Pemerintah Korea Selatan pun tak mau tinggal diam, pada tanggal 28 Juli 2008 mengadakan pertemuan satuan tugas Dokdo dan menekankan akan adanya upaya dari instansi-instansi terkait yang menangani masalah ini agar membenahi dan memperbaiki kesalahan deskripsi mengenai Pulau Dokdo dan mempromosikan nama pulau yang benar kepada masyarakat internasional. Pemerintah Korea Selatan juga meminta adanya upaya diplomatic secara menyeluruh dan sistematis terhadap klaim Jepang atas Pulau Dokdo. Satuan Tugas Dokdo yang baru dibentuk ini berada dibawah Departemen Luar Negeri dan diharapkan dapat bertindak tepat serta efektif untuk memperbaiki kesalahan deskripsi mengenai nama Pulau Dokdo. Satuan Tugas Dokdo terdiri atas 6 kepala bagian di bawah Departemen Luar Negeri termasuk yang membidangi wilayah Asia Timur Laut dan amerika Utara serta 4 wilayah lain di dunia.
Untuk itu, komite Nama-nama Geografis Amerika Serikat atau BGN (Board on Geographic Names) mengubah deskripsi Pulau Dokdo dari semula sebagai wilayah Korea Selatan menjadi Pulau dengan “kedaulatan yang belum ditetapkan”. Menurut BGN, pemerintah Amerika Serikat telah lama mengubah nama pulau kecil milik Korea Selatan ini menjadi “Liancourt Rocks” sehingga sebenarnya pihak Amerika Serikat mengganti deskripsi nama wilayah dan status atas Dokdo.
Beberapa waktu kemudian. Komite Nama-nama Geografi Amerika Serikat (BGN) memperbaiki kembali status Pulau Dokdo sebagai “wilayah kedaulatan Korea Selatan” dari 106
http://rki.kbs.co.kr/indonesian///news/news_zoom_detail.htm?No=4370&id=zoom diakses tgl 6agustus2010
sebelumnya “wilayah yang belum ditetapkan kedaulatannya”. BGN menyatakan bahwa Pulau Dokdo atau yang sering disebut “Liancourt Rocks” sebagai milik Korea Selatan.
Ada beberapa alasan sehingga Washington membuat keputusan seperti ini, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah Korea Selatan tidak perlu membuang-buang waktu dengan sia-sia dalam meyakinkan pejabat Departemen Luar Negeri AS melalui jalur diplomasi tentang kegawatan masalah ini, dan presiden AS pada saat itu memberikan respon yang cepat agar dilakukan perubahan. 2. Washington telah membuat keputusan politik yang bijak dan strategis untuk menghindari pengaruh yang merugikan dalam hubungannya dengan Korea Selatan.107
Dengan kata lain, penetapan Pulau Dokdo sebagai suatu wilayah yang belum ditetapkan kedaulatannya dapat dipandang sebagai “standar ganda” terkait sengketa Pulau Kuril yang seharusnya masih dinyatakan sebagai wilayah kekuasaan Rusia. Sebenarnya dalam hal ini, ini sangat bertentangan dengan kebijakan Dewan Standarisasi Nama-nama Geografi PBB yang menyatakan bahwa “sebuah wilayah harus dinyatakan sebgai kedaulatan sebuah Negara yang sedang menguasainya secara aktif”. Jadi, dalam hal ini Washington telah membuat keputusan yang bijak dan tidak memihak. Karena dilihat dari segi sejarah dan kenyataan yang ada, Pulau Dokdo jelas merupakan wilayah kedaulatan Korea Selatan.
Keputusan Washington untuk memperbaiki kembali status kepemilikan Pulau Dokdo sebagai Wilayah kedaulatan Korea Selatan memang cukup wajar dan patut disambut baik oleh semua pihak. Namun keputusan tersebut juga tidak perlu dipandang sebagi keberpihakan 107
http://world.kbs.co.kr/indonesian/news/news_issue_detail.htm?No=13371 diakses tgl 3agustus2010
Washington terhadap Korea Selatan karena AS dalam hal ini belum pernah menyatakan posisinya terkait kedaulatan Pulau Dokdo. Dengan adanya ketetapan ini, maka tugas utama Seoul adalah mendapatkan kembali penggunaan kata “Dokdo” bukan “Liancourt Rocks” seperti sebelum tahun 1977.
Jadi dalam hal ini keikutsertaan Amerika Serikat untuk menyelesaikan sengketa ini sangatlah penting. Ini didasari juga oleh Perjanjian Perdamaian San Fransisco yang isinya bertujuan unruk mengakhiri Perang Dunia II dan menentukan status kekuasaan Jepang. Karena menurut Pasal 2 bab kedua dalam Perjanjian Perdamaian San Fransisco, “Jepang mengakui kemerdekaan Korea dan menyerahkan semua hak atas Pulau Jeju, Geomundo dan Uleungdo. Sedangkan Pulau Dokdo memang tidak dicantumkan dalam perjanjian tersebut. Maka pihak Jepang memanfaatkan poin tersebut sebagai dasar utama untuk mengajukan klaim territorial Jepang atas Pulau Dokdo.
Masalah Pulau Dokdo bukanlah masalah yang mudah untuk diselesaikan, kecuali Jepang mau melepaskan keinginannya untuk memiliki Pulau Dokdo. Namun sepertinya Jepang akan terus berusaha untuk mengangkat masalah ini ke dalam banyak aspek, tidak hanya nama, letak geografis, namun juga pendidikan sejarah dan hukum internasional. Oleh karena itulah, pemerintah dan seluruh masyarakat Korea Selatan harus terus berusaha dan mempertahankan fakta-fakta sejarah yang ada untuk meyakinkan masyarakat Internasional bahwa Pulau Dokdo adalah bagian dari wilayah kedaulatan Korea Selatan.
D. Efektivitas Penyelesaian Sengketa Kepulauan Dokdo Secara Diplomatik 1. Dokdo Di Tahun 1965 dan Dasar Perjanjian Hubungan Korea Selatan-Jepang Perselisihan Dokdo menghambat normalisasi hubungan diplomatik antara Jepang dan Republik Korea (ROK) dari akhir Perang Pasifik pada tahun 1945, sampai Juni 1965 ketika
Dasar Perjanjian ini ditandatangani antara Jepang dan Korea Selatan seperti tahun 1952 dalam Perjanjian Damai San Fransisco, kedalaulatan atas Pulau Dokdo ini sengaja tidak dimasukkan dalam teks akhir perjanjian tersebut atas permintaan dari pihak Korea Selatan. Namun demikian, Dokdo telah dibahas dalam pembicaraaan antara Menteri Luar Negeri Korea Selatan Lee Dwong-won dan Menteri Luar Negeri Jepang Etsusaburo Shiina. Pada normalisasi hubungan dengan Jepang tidak populer di kalangan masyarakat Korea, yang menuntut batas teritorial yang jelas antara Korea dan Jepang (yang dikenal sebagai jalur perdamaian atau Rhee line), reparasi perang dari Jepang, dan kepemilikan Dokdo pada Korea Selatan sisi garis perdamaian. Oleh karena itu, bahkan perjanjian tahun 1965 tidak menyelesaikan kepemilikan Dokdo antara kedua negara. Posisi Amerika tentang Dokdo (meskipun mungkin akan berbeda di masa lalu) pada dasarnya adalah salah satu dari “non-pengakuan” dari kedua Korea dan Jepang yang mengklaim kedaulatan atas pulau tersebut. Amerika Serikat telah mengambil sikap ini karena mempertahankan pakta pertahanan dengan kedua Republik Korea dan Jepang. Dalam kasus Jepang-US Reksa perjanjian Keamanan . dan dalam kaitannya dengan klaim Korea , memungkinkan Amerika Serikat untuk mengkaji lebih jauh perihal klaim Korea Selatan atas pulau Dokdo berdasarkan sejarah sengketa. Dengan demikian, Perjanjian Pertahanan Bersama antara As dan Korsel juga tampaknya tidak dapat diterapkan karena perjanjian mengharuskan As hanya mempertahankan wilayah yang di akui oleh As sebagai milik Seoul. 2. Recent Konflik Yang paling serius dari baris terakhir di atas adalah bahwa pulau Dokdo pada Februari 1996 ketika Menteri Luar Negeri Jepang Ikeda Yukihiko publik teritorial Jepang menegaskan kembali klaim atas pulau setelah Korea Selatan merencanakan untuk membangun sebuah dermaga di pulau tersebut. Terutama para pejabat kementrian Jepang
seperti Ikeda Miyaki dan lain-lain yang kadang-kadang membuat pernyataan yang memancing amarah rakyat Korea Selatan dengan menyatakan bahwa pulau Dokdo adalah milik Jepang. Dalam kasus ini, kementrian pertahanan Korea telah memutuskan untuk membatalkan musim semi tahun itu dan menghindari manuver militer di dekat Dokdo untuk menghindari gesekan politik, tetapi hal itu berubah karena pernyataan Ikeda. Beberapa waktu kemudian, Jepang membela diri dengan kekuatan militernya dan dilakukan latihan di laut yang sama yang dimaksudkan untuk melatih pendudukan kembali sebuah pulau. Jepang kemudian mengganti latihannya menjadi latihan pendaratan karena takut reaksi keras dari Korea Selatan . Walaupun sebenarnya Korea Selatan memang meragukan latihan militer yang dilakukan Jepang tersebut. Ada juga kontrovensi mengenai penolakan dari Jepang yang terus-menerus dilakukan untuk tidak mengakui sejarah penuh kedaulataan Dokdo. Selain itu pemerintah Jepang membuat konflik semakin memanas dengan menerbitkan buku teks sejarah untuk sekolahsekolah tinggi Jepang. Pada bulan April 2002, Kementrian Kebudayaan Jepang dan Sains menyetujui teks-teks dari perusahaan penerbitan buku, Meiseisha dan Jitkyosha, yang mempertanyakan klaim Pulau Dokdo oleh Korea Selatan bahkan tidak berusaha untuk menjelaskan argumen Korea mengenai hal ini. Seperti penolakan yang dilakukan oleh pejabat Jepang untuk bahkan mempertimbangkan adanya klaim Korea ke pulau sejarah yang ditulis di Jepang mencerminkan perlawanan Jepang untuk mencapai penutupan dengan tetangga Korea atas sengketa pulau Dokdo. Ia juga menunjukan betapa sikap Jepang belum matang menyelesaikan masalah ini. Dilihat dari berbagai sudut pandang, kasus sengketa klaim kepemilikan Pulau Dokdo bukanlah masalah yang mudah untuk diselesaikan. Karena ini menyangkut kepentingan
kedua Negara serta menyangkut harga diri dan memiliki nilai historis yang sangat tinggi bagi Korea Selatan. Karena sudah sejak dulu pemerintah Korea Selatan dan kerajaan-kerajaan sebelumnya menaklukkan wilayah Dokdo dan memasukkan Pulau Dokdo ke dalam peta Negara Korea. Namun bagi Jepang ini menyangkut harga diri dan terkait SDA yang luar biasa yang terdapat di Pulau Dokdo yang dapat mendukung sector industry dan ekonomi Jepang. Karena jika Jepang melepaskan Pulau Dokdo kepada Korea Selatan maka ini akan menjadi dilemma dan masalah baru bagi Jepang dan semua Negara yang bersengketa dengan Jepang terkait sengketa wilayah dan garis batas akan menekan Jepang untuk mengalah. Ini lah yang ditakutkan oleh Jepang. Dan hal ini pulalah yang membuat upaya-upaya yang dilakukan kedua Negara tidak efektif secara diplomatic. Memang kedua Negara yang bersengketa ini selalu berusaha untuk memperbaiki hubungan yang ada demi kepentingan bersama, hanya saja dalam perkembangannya salah satu dari pihak yang bertikai ini selalu saja memancing amarah dengan berbagai propaganda yang dibuatnya. Terutama Jepang yang selalu memancing amarah masyarakat Korea Selatan dengan berbagai upaya yang dilakukannya untuk mendapatkan Pulau Dokdo. Dan yang paling membuat masyarakat Korea Selatan bereaksi sat itu adalah ketika Jepang memasukkan Pulau Dokdo kedalam buku pelajaran SMP untuk diajarkan sebagai bagian wilayah dari Jepang. Padahal pemerintah Korea Selatan dan masyarakatnya sudah mulai menerima Jepang sebagi Negara tetangganya dan bukan sebagai Negara penjajah yang dulu menjajah Korea dan menindah rakyatnya. Namun selalu saja Jepang menyulut kembali amarah masyarakat dengan berbagai macam tingkah lakunya.
Untuk menyelesaikan sengketa yang telah bertahun-tahun tak kunjung selesai ini Korea Selatan dan Jepang melakukan berbagai upaya diantaranya Negosiasi, mengadakan pertemuan yang intens dan kembali melakukan kerjasama di berbagai bidang terutama di bidang ekonomi. Keikutsertaan Negara ketiga untuk menyelesaikan maslah ini sangat diperlukan serta tanggapan dunia internasional tentang masalah ini. Hanya saja upaya ini semua belum seefektif yang diharapkan. Ketidakefektifan ini terkait sikap keras kedua Negara dan adanya kepentingan tersembunyi untuk memiliki Pulau Dokdo. 3. Penyelesaian Pulau Dokdo Dalam menangani sengketa teritorial dalam wilayah geografis yang terdapat dalam perjanjian damai San Fransisco tahun 1952 perjanjian damai (SFPT), dua masalah timbul: bagaimana kita untuk menafsirkan kepemilikan (1) pulau-pulau yang diberikan oleh Jepang, tetapi dimana tidak ada “negara penerima” ditentukan? Atau (2) dari pulau-pulau yang bahkan tidak jelas disebutkan dalam perjanjian? Tatanama wilayah dimana tidak ada “negara penerima”
dapat di sebut “limbo
cessions”. Wilayah yang tidak jelas dan ditangani secara khusus dapat disebut “un-batas wilayah. SFPT ini ditulis dalam kerangka hukum perang yang sering disebut “hukum adat perang.” Dalam cakupan geografis sendiri, itu merupakan peringkat tertinggi dokumen hukum internasional dalam era pasca Perang Dunia II. Jelas, masih SFPT berlaku sampai sekarang, dan ada suatu metodologi untuk menentukan bagaimana “kedaulatan teritorial” sengketa dapat diselesaikan di bawah perjanjian seperti struktur.
4. Hukum Adat “Warfare” Dalam periodenya pra- Napoleon, penaklukan dan aneksasi yang sering dilihat sebagai metode yang diterima tretorial akusisi. Namun, setelah perang Napoleon, hukum internasional mengalammi transformasi, dan “aneksasi” tidak lagi diijinkan. Di era modern, penaklukanharus diikuti oleh pendudukan militer. Peraturan Den Haag (1907) menentukan bahwa “ wilayah dianggap sibuk ketika itu sebenarnya ditempatkan di bawah kekuasaan tentara yang bermusuhan.” Hubungan hukum tidak akan muncuk dari tentara pertimbangan yang menerima penyerahan pasukan yang lain, atau yang pasukan militer yang menang dalam pertempuran tertentu, atau ada komposisi sekutu berada di titik tertentu dalam waktu, atauapa niat yang tercantum dalam dokumen atau lainnya menyerah pra-menyerahkan pernyataan tentang masa depan wilayah disposisi, dan lain-lain hubungan hukum timbul dari pertimbangan “siapa penjajah?” dalam era pasca-Napoleon, ini kembali ke tekad dari “siapa penakluk?” Penting, terminologi dari kekuatan pendudukan digunakan dengan hanya beberapa variasi kecil dalam semua konvensi dan perjanjian yang relevan yang menndikte norma internasional mengenai disposisi orang dan properti di daerah-daerah di bawah pendudukan militer sebagai contoh, sementara Konvebsu Jenewa umumnya merujuk kepada kekuatan pendudukan, Konvensu Den Haag sering berbicara tentang negara pendudukan. Namun dalam menangani masalah-masalah pendudukan militer, dengan “badan hukum” adalah selalu tersedia. Ketika kewenangan administratif pendudukan militer daerah tertentu didelegasikan kepada pasukan lain, terminologi kekuatan pendudukan utama yang paling sering dilihat, dan kepala sekolah agen hubungan yang berlaku. Setelah Pearl Harbor, kongres As menyatakan perang terhadap Jepang pada 8 Desember 1941. Semua serangan militer terhadap empat pulau utama Jepang dilakukan oleh
pasukan militer Amerika Serikat, sehingga dapat diselenggarakan bahwa Amerika Serikat adalah penakluk dari Jepang dan wilayah di luar negeri. Denga kata lain, Amerika serikat telah diperoleh daearah di bawah prinsip penaklukan, dan disposisi daripadanya dilakukan sesuai dengan hukum perang. Umum Ordo Nomor 1 dikeluarkan pada 2 September 1945. Presiden Harry Truman menyetujui ordo ini sebelum diundangkan, amerika Serikat adalah penakluk dari Jepang dan wilayah di luar negeri, dan Jendral MacArthur adalah kepala pasukan militer Amerika Serikat. Oleh karena itu terkuat anggapan bahwa Amerika serikat adlah kekuatan pendudukan utama. Penting, pasal 23 dari SFPT sepenuhnya membenarkan hal ini. Pendudukan militer dilakukan di bawah pemerintah militer. Untuk teritorial cessions dan un-batas wilayah penting untuk menyadari bhwa pemerintah militer kekuatan utama pendudukan tidak berakhit dengan berlakunya perjanjian damai. Hal ini mudah dijelaskan dengan melakukan ikhtisar sejarah militer Filipina, Guam, dan Puerto Riko, dan Kuba setelah Perang Amerika Spanyol. Dokdo adalah wilayah yang termasuk dalam, dan atau tambahan untuk daerah diperoleh oleh Amerika Serikat dan dengan demikian di bawah yuridiksi penguasa militer Amerika Serikat. Seperti un-btas wilayah di bawah syarat-syarat perjanjian, pada saat ini Dokdo tunduk pada yuridiksi Pemerintah Milter Amerika Serikat (USMG). Dokdo meskipun tidak memilki penduduk asli. 5. Disposisi “Acquired Territory” Klausal teritorial dari Konstitusi Amerika Seerikat megatakan “ Kongres harus mempunyai Power untuk membuang dan membuat semua yang diperlukan peraturan dan Tat wilayah atau menghormati Properti lain milik Amerika Serikat....” Oleh karena itu, di bawah ketentuan SFPT untuk (1) limbo cessions (seperti Kuriles, Kepulauan Spratly, Taiwan, dll) atau untuk (2) un-batas wilayah, jelas bahwa gelar ke wilayah escheats untuk sang penakluk,
yang pada periode pasca Napoleon adalah kekuatan penduduk utama. Ini kepemilikan dalam arti memiliki hak hukum, atau memiliki judul, namun, ini lebih tepat digambarkan sebagai semacam “quasi-perwalian”. Oleh karena itu, para pejabat Korea harus mengajukan petisi Kongres Amerika Serikat untuk membuat disposisi akhir ini “properti” yang diselenggarakan di bawah USMG, dan tunduk pada yuridiksi Kongres Amerika Serikat di bawah klausal teritorial Konstitusi Amerika Serikat. Analisis yang agak serupa dapat dilakukan untuk cessions limbo di SFPT. Pejabat pemerintah Jepang harus mengajukan petisi kepada Kongres Amerika Serikat untuk membuat penentuan hak-hak sipil atau status politik dari pendudukan Kepulauan Kurile. Dengan cara ini, Dokdo dapat di berikan ke Korea, dan Pulau Kurile sengketa dapat diselesaikan dalam mendukung Jepang . tentu saja, tanggung jawab atas pelaksanaan keputusan tersebut akan beristirahat dengan Panglima Amerika Serikat
BAB V KESIMPULAN Bedasarkan pembahasan dari bab-bab sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan, yaitu: Pertama, Masalah perebutan/klaim suatu kepulauan oleh beberapa negara memang menjadi masalah yang rumit. Klaim suatu negara terhadap suatu wilayah negara lain sering kali menimbulkan konflik yang berujung pada memburuknya hubungan antara negara yang sama-sama memiliki klaim atas wilayah yang sama. Seperti yang dialami oleh Jepang dan Korea Selatan atas klaim Kepulauan Dokdo atau Takeshima. Status Pulau Dokdo/Takeshima diantara Korea Selatan dan Jepang yang dipersengketakan kedua negara adalah status kedaulatannya, dimana kedua negara mengklaim berdasarkan konektivitas secara geografis dan historis atas kepemilikan pulau tersebut. Sebagaimana hasil dari perang antara Jepang dan Rusia, Jepang memiliki hak untuk mengambil alih wilayah yang dulunya menjadi bagian dari wilayah jajahan Rusia. Bahkan sebelum perang berkobar antara Jepang dan Rusia, wilayah semenanjung Korea telah dianeksasi oleh Jepang. Kedua, pada awalnya hubungan diplomatik Jepang dan Korea Selatan hanya berdasarkan hubungan ekonomi dan dagang. Tetapi, seiring berkembangnya zaman hubungan diplomatik kedua negara juga semakin erat tidak hanya dalam hal dagang dan ekonomi saja. Seiring berjalannya waktu hubungan diplomatik kedua negara mengalami pasang-surut dalam menjalankannya. Seperti, kunjungan Perdana Menteri Jepang Junichiro Koizumi ke Kuil Yasukuni. Kunjungan itu menuai kemarahan China dan Korea Selatan. Hubungan diplomatik Jepang dan kedua negara itu berada di ujung tanduk. Kuil Yakusuni yang berarti “negeri yang damai” itu memang menyimpan luka lama. Namun, bagi rakyat China dan Korea Selatan, Kuil Yasukuni dipandang tak lebih sebagai simbol kekejaman Jepang.
Ketiga, Klaim Jepang dan Korea Selatan atas Pulau yang masih menjadi sengketa bagi keduanya dikhawatirkan dapat mempengaruhi hubungan diplomatik kedua negaraAsia Timur tersebut. Sengketa gugusan pulau yang disebut Dokdo di Korea Selatan dan Takeshima di Jepang memanas lagi setelah Jepang menegaskan kembali klaimnya terhadap pulau yang dikontrol Korea Selatan itu. Hubungan Korea Selatan dan Jepang sebenarnya terus membaik sampai isu itu muncul kembali. Jepang mencaplok Kepulauan Dokdo pada Perang Rusia-Jepang 1904 serta pada penaklukan Semenanjung Korea 1910-1945 dan berlanjut di era modern. Menurut Korea Selatan,Jepang jangan memaksakan klaim Takeshima yang diklaim pertama kalinya oleh Jepang pada 22 Februari 1905, sebagai bagian Prefektur Shimane. Saat Jepang menyerah pada sekutu tanggal 15 Agustus 1945, sekutu membuat pemerintahan tinggi di Tokyo dan mulai mengembalikan wilayahnya kolonial yang dimiliki Jepang kepada pemilik asalnya. Keempat, Seperti yang diketahui bahwa hubungan Diplomatik Korea Selatan-Jepang mengalami berbagai macam kendala terkait konflik berkepanjangan yang di alami kedua Negara mengenai hak kepemilikan atas kepulauan Dokdo. Namun dalam perkembangannya kedua belah pihak sama-sama berusaha untuk memperbaiki hubungan diplomatic mereka karena sadar akan betapa besarnya kerugian yang akan dialami masing-masing Negara jika harus terlibat konflik terus menerus. Demi memperbaiki hubungan diplomatik kedua negara ada beberapa langkah yang dilakukan untuk meredam sengketa kepulauan yang terjadi. Seperti, hukum adat “warfare”, recent conflict, dan disposisi “acquired territory” Akan tetapi semua langkah yang dilakukan belum mennemui kata sepakat untuk mengakhiri sengketa kepulauan ini. Sengketa ini akan mucul kembali apabila Jepang coba mengklaim Dokdo sebagai salah satu teritori dari negara tersebut.
DAFTAR PUSTAKA A. Buku-buku Budihardjo, Miriam.2000. Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Bunge, Frederica M.1991. Japan Country Study: Foreign Policy, The American University. Byung-Joon Aha.1996. Semenanjung Korea dan Keamanan Asia Timur, Seizaburo Sato (ed), Masalah Kemanan Asia, CSIS. Drifte, Reinhard.1998. Japan s Foreign Policy for the 21 Cemtury: From Economic Super Power to What Power, The Royal Institute of International Affairs, Council on Foreign Relation Press, New York. Holsty, K.J. 1987. Politik Internasional Suatu Kerangka Analisis, Bina Cipta, Bandung. Irsan, Abdul.2005. Jepang: Politik Domestik, Global & Regional, Makasar: Hasanudin University Press. Marbun B.N. 2003. Kamus Politik, CV Muliasari, Jakarta. May Rudy, Teuku.1994. Administrasi dan Organisasi Internasional, Eresco, Jakarta. Morgenthau, J. Hans. 1991. Poitik Antar Bangsa: Perjuangan Untuk Mencapai Kedamaian dan Kekuatan, Binacipta, Bandung. Plano Jack & Olton Roy. 1999. Kamus Hubungan Internasional, Putra Abardin. Suryokusumo, Sumaryo.2004. Praktik Diplomasi, Bpiblam, Jakarta
B. Website www.yahoo.com www.google.com www.wikipedia.com http://jaejungism.blogspot.com/2008/10/dokdo-vs-takeshima.html http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_Liancourt http:// dokdo/2008-07-29-voa2.cfm.htm http:// dokdo/95.htm http:// dokdo/2008_10_01_archive.html http://dokdo/korsel-tolak-berunding-dengan-jepang.htm