STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUHAN PADA PEMBINAAN MU’ALAF DI YAYASAN AN-NABA’ CENTER SAWAH BARU CIPUTAT Skripsi Di ajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh: TRY PRASETYO APRIANTO NIM: 108052000004
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang di ajukan untuk memenuhi salah satu persaratan memperoleh gelar Strata I di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 31 Juli 2015 Materai 6000
Try Prasetyo Aprianto
ABSTRAK Try Prasetyo Aprianto Strategi Komunikasi Penyuluhan Pada Pembinaan Muallaf Di Yayasan AnNaba’ Center Sawah Baru Ciputat Muallaf merupakan sebutan bagi seorang manusia yang awalnya memeluk agama selain Islam, kemudian ia masuk kedalam Islam dengan keterbukaan hatinya, bisa di sebabkan dari keinginan hatinya akan nilai-nilai kebenaran ataupun pengaruh dari lingkungan sekitarnya. Pilihan seseorang untuk menjadi muallaf merupakan pilihan yang banyak mengandung resiko, hal itu di sebabkan oleh keadaan muallaf yang sudah pasti mendapatkan perilaku tidak menyenangkan dari lingkungan sekitar yang mempunyai keyakinan berbeda dengannya, butuh satu perjalanan panjang yang perlu di lakukan oleh muallaf untuk memperdalam nilai-nilai Islamdalam rangka mengokohkan pondasi keyakinannya terhadap Islam. Untuk itu perlu adanya pembinaan terhadap para muallaf sehingga para muallaf mampu berdiri sendiri dari segi keyakinannya dan kehidupannya, dalam hal ini Pondok Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-naba’ Center merupakan salah satu lembaga yang menaungi para muallaf untuk dapat dilakukan pembinaan hingga para muallaf tersebut mampu memperdalam keyakinannya terhadap nilai-nilai Islam. Berdasarkan paparan di atas, penelitian ini di perlukan untuk mengetahui strategi Komunikasi penyuluhan dan proses Komunikasi yang di lakukan oleh pembina dalam rangka melakukan pembinaan terhadap para muallaf, baik ketika masa perekrutan muallaf ataupun ketika para muallaf sudah berada dalam yayasan, dengan menggunakan strategi kendali komunikasi, jenis pendekatan yang di gunakan adalah pendekatan kualitatif, dengan subjek yang di teliti adalah pembina yang melakukan pembinaan muallaf dan para muallaf yang mendapatkan pembinaan, tentunya dengan menggunakan proses wawancara mendalam dan observasi langsung. Melalui analisis, hasil dari penelitian yang memfokuskan pada strategi Komunikasi Penyuluhan pada Pembinaan Muallaf di Yayasan An-naba’center, strategi Komunikasi Penyuluhan yang terjadi di Yayasan An-naba’ Center adalah secara garis besar lembaga memiliki rencana strategis sendiri yang sesuai dengan perencanaan strategis pada umumnya, namun secara lebih khusus ketika proses pembinaan, pembina menggunakan strategi kendali komunikasi, yakni strategi wortel teruntai, strategi pedang tergantung, strategi katalisator, strategi kembar siam, namun untuk strategi dunia khayal tidak terdapat, sedangkan proses komunikasi terdapat secara khusus terapan ilmu komunikasi yang di miliki oleh pembina dalam melakukan proses komunikasi kepada para muallaf yakni terapan Komunikasi Antarpribadi, Komunikasi Kelompok, dan Komunikasi Massa. Kata kunci : Strategi, Komunikasi Penyuluhan, Pembinaan
i
DAFTAR ISI ABSTRAK ...................................................................................................... i KATA PENGANTAR .................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................... v BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..................................................... B. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................. C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... D. Tinjauan Kepustakaan ........................................................ E. Sistematika Penulisan ........................................................
1 5 6 7 9
LANDASAN TEORITIS A. Ruang Lingkup Komunikasi Penyuluhan .......................... 1. Pengertian Komunikasi ................................................ 2. Pengertian Penyuluhan ................................................. 3. Komunikasi Penyuluhan .............................................. B. Strategi Komunikasi ........................................................... 1. Pengertian Strategi ....................................................... 2. Tahapan-tahapan dalam Strategi .................................. 3. Strategi Komunikasi Penyuluhan ................................. 4. Strategi Kendali Komunikasi ....................................... C. Pembinaan Muallaf ............................................................ 1. Pengertian Pembinaan .................................................. 2. Pengertian Muallaf ....................................................... 3. Kedudukan Muallaf dalam Islam ................................. 4. Gambaran Pembinaan Muallaf .....................................
11 11 12 14 18 18 21 22 25 33 33 35 36 38
METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian......................................... B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................ C. Subjek dan Objek Penelitian .............................................. D. Teknik Pengumpulan Data ................................................. E. Sumber Data ....................................................................... F. Asumsi-asumsi Peneliti ...................................................... G. Teknik Analisis Data .......................................................... H. Fokus Amatan Penelitian ................................................... I. Teknik Penulisan ................................................................
40 41 42 42 44 44 45 46 47
v
vi
BAB IV
BAB V
BAB VI
GAMBARAN UMUM PESANTREN PEMBINAAN MUALLAF YAYASAN AN-NABA’ CENTER A. Sejarah Berdirinya An-Naba’ Center ................................. B. Visi dan Misi An-Naba’ Center ......................................... C. Tujuan ................................................................................ D. Program Pembinaan muallaf .............................................. E. Rencana Strategis ............................................................... F. Struktur Organisasi Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba’ Center ................................................. G. Sarana dan Prasarana.......................................................... TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Temuan Lapangan .............................................................. 1. Strategi Komunikasi Penyuluhan yang Dilakukan Pembina Pada Proses Islamisasi .................................. 2. Strategi Kendali Komunikasi Pada Saat Proses Pembinaan di Dalam Yayasan An-Naba’ Center ......... 3. Proses Komunikasi Penyuluhan pada Saat Melakukan Pembinaan di Yayasan An-Naba’ Center dari Pembina kepada Muallaf .............................................. 4. Proses Komunikasi para Muallaf ketika Menjalankan Proses Pembinaan dalam Yayasan An-Naba’ Center Sawah Baru Ciputat...................................................... B. Analisa Hasil Temuan ........................................................ 1. Analisa Strategi Komunikasi Penyuluhan yang Dilakukan oleh Pembina di Yayasan An-Naba’ Center ........................................................................... 2. Analisa Strategi Kendali Komunikasi Pada Saat Proses Pembinaan di Yayasan An-Naba’ Center ......... 3. Analisa Proses Komunikasi Penyuluhan Pada Saat Melakukan Pembinaan di Yayasan An-Naba’ Center . 4. Analisa Proses Komunikasi Para Muallaf Ketika Menjalankan Proses Pembinaan dalam Yayasan AnNaba’ Center ................................................................
48 50 51 54 55 56 57
58 59 61
63
65 67
68 70 74
74
PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................... 75 B. Saran .................................................................................. 78
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 79 LAMPIRAN
KATA PENGANTAR
الر حيم ّ الر حمن ّ بسم اهلل Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah memberikan segala bentuk kenikmatan kepada seluruh umat manusia, bentuk nikmat yang terasa langsung oleh peneliti, sehingga tercurahkan segala bentuk kekuatan fisik, Psikis beserta kesehatan sehingga peneliti mampu menyelesaikan penelitian dan penyusunan hasil karya intelektual peneliti. Shalawat beserta salam tak pernah terhenti peneliti lantunkan kepada baginda Nabi Besar dan Rasul-Nya Nabi Muhammad SAW, yang telah menjadi sauri tauladan bagi umat manusia dalam bermasyarakat sehingga terwujudnya nilai-nilai kemanusiaan, kelembutan yang di contohkannya dalam membumikan nilai-nilai Islam selama masa kenabiannya merupakan hal dimana Islam adalah agama yang dapat memberi rahmat terhadap seluruh umat manusia, semoga hal itu tetap di anut oleh setiap umat muslim dalam membumikan Islam di tanah air Indonesia. “Strategi Komunikasi Penyuluhan pada Pembinaan Muallaf di Yayasan An-Naba’ Center Sawah Baru Ciputat”, yang menjadi judul skripsi ini berawal ketika peneliti melihat banyak sebagian dari para muallaf terlantarkan di lorong-lorong masjid istiqlal yang kurang dapat perhatian dari kaum muslim itu sendiri, persentuhan kejadian ini menjadi awal proses encoding peneliti terhadap
ii
formulasi Strategi Komunikasi Penyuluhan dalam pelaksanaan pembinaan muallaf. Hasil karya intelektual ini penulis persembahkan secara khusus kepada: 1. Orang tua penulis Ayahanda Sugiarto dan Ibunda Munjiah dengan ijin ,ridha dan do’a Ayahanda dan ibunda penulis mampu menyelesaikan jenjang pendidikan ini, kasih dan sayang yang telah tercurahkan kepada penulis sampai penulis menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sampai menyelesaikan pendidikan ini. 2. Terima kasih yang tak terhingga kepada keluarga besar Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan Khazanah keilmuan dalam pendidikan yang Islami, Keorganisasian, dan wawasan kemahasiswaan penulis selama ini, yaitu: Dr. Arif Subhan, MA (Dekan FIDKOM), Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D (Wadek I), Dr.Hj.Roudhonah, MA (Wadek II), Dr.Suhaimi, M.Si (Wadek III), 3. Terima Kasih pula kami haturkan kepada, Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si (Ketua jurusan BPI), Noor Bekti Negoro, SE, M.Si (Sekretaris jurusan BPI), Dr. Suhaimi, M.Si (dosen penasihat akademik dan dosen pembimbing skripsi penulis), dan para dosen seperti, Ade Irma Sholehah, M.Psi, 4. Penghargaan dan ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Keluarga Besar Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-naba’ Center Sawah Baru Ciputat.
iii
5. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh staf Tata Usaha FIDKOM, Petugas Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Petugas Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah. 6. Terima kasih pula kami haturkan kepada rekan-rekan, BPI 08, BPI 09, BPI 10, BPI 11, BPI 12, BPI 13, dan secara khusus kepada, Nila Mahmudah, Abdul Rasyid, Enan Nurzaman, Oki Rakhmat.P., M.Boy Kusoon Capah, Dan Rekan-Rekan IKAREMA, M.Ikhlas Firmansyah, Ichwan Al-Aziz, Zaqi Abdul Aziz, Erick Ramdhani. 7. Selain itu penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (HMI KOMFAKDA) dan HMI Cabang Ciputat. Dan pada akirnya penulis adalah personal yang paling bertanggung jawab penuh dalam penulisan skripsi ini, atas seluruh kesalahan, kekhilafan dan keditaksempurnaan dalam melakukan penelitian dan penulisan tugas akhir ini. Selanjutnya penulis menyerahkan semua urusan setelah menjalani waktu untuk berproses kepada sang Khalik. Ciputat, Juli 2015
Try Prasetyo Aprianto
iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muallaf merupakan sebutan bagi seorang manusia yang awalnya memeluk agama selain Islam kemudian ia masuk kedalam Islam, ini merupakan hal penting yang harus mendapatkan perhatian lebih oleh umat Islam itu sendiri seperti halnya yang telah di perintahkan oleh Allah SWT di dalam kitab suci AlQu’ran mengenai golongan orang yang berhak menerima zakat. sebagaimana firman Allah dalam Surat At-Taubah ayat 60: Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”.(AtTaubah: 60).1 Di dalam ayat tersebut penulis menekankan pada Muallaf yakni orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah, dalam hal ini kewajiban umat muslim bukan hanya untuk semata-mata memberikan zakat saja, tapi di harapkan dapat memberikan bantuan baik dari segi materi, kasih sayang, dan materi-materi ke-Islaman sehingga mualaf tersebut mampu berdiri sendiri, karana ketika seoarang manusia memutuskan untuk menjadi seorang muslim biasanya di kucilkan oleh keluarga ataupun orangorang di sekelilingnya, maka dari itu seorang muslim harus mampu membimbing 1
Departemen Agama RI, Al-„Aliyy: Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2005), Cet ke-10.h. 156.
1
2
dan mendampingi sampai seorang muallaf tersebut sampai dalam keadaan tetap Iman, Islamnya, begitu pula dari segi materi mampu menghidupi kehidupannya dan keluarganya. Seperti halnya yang di ungkapkan oleh Ustadz Syamsul Arifin Nababan “upaya yang di lakukan oleh umat Islam sendiri di nilai masih relatif kurang bahkan hampir tidak ada dalam hal pembinaan khusus terhadap muallaf” 2,untuk data terkait lembaga pembina mualaf di Indonesia belum lengkap, seperti yang di ungkapkan langsung oleh Gene Netto sekretaris Persatuan Pembina Mualaf Indonesia (PPMI), “Pasalnya hingga kini tidak ada pusat pencatatan data, termasuk data yang berasal dari kementerian Agama, bahkan data yang ada justru banyak diperoleh dari internet atau milis yang beredar, Itupun belum bisa dipastikan akurasi data yang dimaksud.”3 Dalam melakukan prosesi pembinaan muallaf menurut Muhammad Syafii Antonio, Penasihat Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), “sekarang ini pembinaan mualaf masih menyamaratakan latar belakang mereka. Padahal, mereka memiliki latar belakang pemahaman yang berbeda terhadap Islam. Oleh karena itu, sebaiknya mereka tak diberikan buku pedoman tentang ke-Islaman yang sama. Untuk mengatasi masalah tersebut, mekanisme tes awal perlu dilakukan terhadap para muallaf, Melalui tes itu selanjutnya bisa diketahui sejauh
2
Syamsul arifin, nababan, Berita Dunia Islam Khazanah Muallaf Butuh Kepedulian Muslim, www.republika.co.id. (di akses pada tanggal 07/02/2013) 3 Gene Netto, Berita dunia islam, islam nusantara mualaf capai ribuan tapi indonesia tak punya pusat data lembaga Pembina Muallaf, www.republika.co.id. (di akses pada tanggal 07/02/2013)
3
mana seorang muallaf memiliki pemahaman tentang Islam. Dan, pembinaan dilakukan berdasarkan tingkat pemahaman yang mereka miliki.”4 Dalam memahami ajaran Islam sangatlah penting proses komunikasi, Komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia, dengan berkomunikasi manusia melakukan suatu hubungan, karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri-sendiri melainkan satu sama lain saling membutuhkan. Hubungan antara individu yang satu dengan yang lainnya dapat di lakukan dengan berkomunikasi. Dengan komunikasi, manusia mencoba mengekspresikan keiniginannya dan dengan berkomunikasi itu pula manusia melaksanakan kewajibannya. Itulah sebabnya wilbur schramm memberikan predikat manusia sebagai the comunication animal, artinya tanpa berkomunikasi manusia akan jatuh derajatnya pada tingkat yang rendah. 5 Sebagai makhluk individu dan sosial, manusia selalu membutuhkan orang lain, merasa senang apabila dapat membantu orang lain, dan merasa aman apabila berada dalam kelompoknya. Sebagian besar kebutuhan-kebutuhan dasar, kebutuhan pribadi dan sosial manusia dipenuhi melalui proses kelompok. Demikian juga kebutuhan untuk mengetahui atau mempelajari sesuatu dan untuk mengembangkan diri juga dipenuhi dalam kelompok. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kelompok sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan individu, cara individu belajar, cara-cara bagaimana individu mengembangkan
4
Muhamad Syafi’i, Antonio, Forum World Indonesia,www.topix.com. (di akses pada tanggal 07/02/2013) 5 Toto Tamara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama,1997), Cet Ke-2, h.6.
4
pola-pola prilaku, cara menghadapi masalah, cara menentukan nilai-nilai hidup, dan caranya menyesuiakan diri.6 Pada hakikatnya mereka para muallaf haruslah mendapatkan perhatian khusus dari umat muslim yang ada di berbagai lapisan masyarakat, karena memang untuk mencapai ataupun memperoleh pengetahuan yang mendalam mengenai agama islam haruslah mendapatklan perhatian yang khusus yakni dengan proses penyuluhan terhadap seorang muallaf. Hakekat bimbingan dan penyuluhan Islam adalah suatu usaha memberikan bantuan, bimbingan, dan arahan kepada orang lain yang membutuhkan. Dimana nilai-nilai jiwa keagamaan yang terdapat dalam dirinya tidak berfungsi secara wajar dan optimal, yang membuatnya mengalami kendala dan
kesulitan
dalam
menjalani
masalah-masalah
hidupnya,
karena
ketidakmampuannya dalam memahami, menerima, mengarahkan dirinya sendiri, untuk mewujudkan dirinya sendiri sesuai dengan potensi iman dan taqwa yang ada pada dirinya.7 Seiring berkembangannya kegiatan penyuluhan mulai dilakukan dalam bidang ilmu lainnya seperti kesehatan, hukum, lingkungan hidup, dan sebagainya. Pada dasarnya proses penyuluhan sama dibidang ilmu manapun, hanya saja perbedaannya terdapat pada materi yang disampaikan. Keberhasilan sebuah penyuluhan tidak hanya tergantung kepada materi yang disajikan, tapi bagaimana cara penyampaian materi tersebut bisa memunculkan pemahaman dan perubahan yang diinginkan oleh khalayak.
6
Tatiek Romlah, Teori dan Praktek bimbingan kelompok, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2006 ). Cet Ke-1, hal. 20. 7 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar bimbingan dan konseling, (Jakarta: Rineka Cipta,1991), hal. 3.
5
Sebuah komunikasi efektif merupakan salah satu indikator penting dalam kegiatan penyuluhan. Seorang penyuluh harus mampu mengkomunikasikan dengan baik dan benar materi penyuluhan sehingga mampu mencapai tujuan dari penyuluhan itu sendiri. Oleh karena itu, beberapa hal yang di ungkapkan oleh penulis bermaksud membuat sebuah penelitian dengan judul “Strategi Komunikasi Penyuluhan Pada Pembinaan Muallaf di Yayasan An-Naba’ Center Sawah Baru Ciputat”. B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Untuk mempermudah penulis agar lebih fokus dalam melakukan
penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas tentang bagaimana seorang pembina Agama dalam menerapkan Strategi Komunikasi Penyuluhan pada proses pembinaan muallaf dengan pendekatan komunikasi Antarpribadi, 2. Perumusan Masalah Adapun perumusan masalah penelitian ini sebagai berikut: a.
Bagaimana proses Komunikasi Penyuluhan yang dilakukan oleh pembina pada pembinaan muallaf di Yayasan An-Naba’ Center Sawah Baru Ciputat?
b.
Bagaimana strategi Komunikasi Penyuluhan yang dilakukan oleh pembina pada pembinaan muallaf di Yayasan An-Naba’ Center Sawah Baru Ciputat?
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan Penelitian a.
Untuk menganalisis proses strategi komunikasi penyuluhan yang dilakukan oleh pembina pada pembinaan muallaf.
b.
Untuk mengetahui strategi komunikasi penyuluhan yang diterapkan oleh pembina pada pembinaan muallaf.
2.
Manfaat Penelitian a.
Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan dalam ranah penyuluhan agama meliputi Ilmu Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Ilmu Dakwah, Ilmu komunikasi, dan tempat penelitian ini dapat dijadikan sebagai rekomendasi untuk praktikum mahasiswa BPI dikemudian hari sehingga dapat terwujud kerja sama antara Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam dengan Yayasan An-Naba’ Center Sawah baru Ciputat . b.
Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan keilmuan dan pengetahuan yang meliputi ilmu Agama, ilmu sosial, ilmu komunikasi Penyuluhan, dan lain-lain. khususnya yang berkaitan dengan Penyuluhan Agama dalam melakukan Pembinaan Muallaf di Yayasan An-Naba’ Center Sawah baru Ciputat.
7
c.
Praktis
Dengan diadakan penelitian ini, hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam melakukan program pembinaan muallaf dengan menggunakan pendekatan strategi Komunikasi Penyuluhan. D. Tinjauan Kepustakaan Dalam melakukan penentuan judul skripsi ini, penulis sudah melakukan tinjauan pustaka dan menurut pengamatan penulis dari hasil observasi yang di lakukan, skripsi yang membahas seputar strategi dan muallaf adalah sebagai berikut: 1.
Berdasarkan yang di tulis oleh Yulianah, Fakultas Tarbiyyah jurusan PAI, NIM : 9911015629 Dengan judul Kontribusi Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Muallaf (Studi Kasus di Majelis Ta’lim Nurul Huda Jakarta, skripsi ini berisi tentang kontribusi pendidikan agama Islam bagi mualaf.
2.
Berdasarkan yang di tulis oleh Eka Septiani Rahmawati dengan NIM 102052025637 Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam dengan Judul Upaya Bimbingan dan Penyuluhan Islam Bagi Muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa, Skripsi ini membahas tentang Upaya pembimbing dalam melaksanakan Bimbingan dan Penyuluhan Islam terhadap Muallaf yang baru memasuki Islam
3.
Bentuk Komunikasi Pembinaan Muallaf Daarut Tauhid Jakarta oleh Wahilatur Rahmi Dengan NIM 103051028520 Jurusan KPI Fakultas Dakwah dan Komunikasi, skripsi ini membahas bentuk-bentuk
8
komunikasi yang di gunakan oleh pembina dalam melaksanakan pembinaan terhadap muallaf 4.
Strategi Komunikasi Keagamaan Republika Dalam Meningkatkan Motivasi kerja Karyawan, oleh Siti Aisyah Pratiwi NIM: 108051000033 Jurusan KPI Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, skripsi ini membahas Strategi Komunikasi Keagaman yang di lakukan oleh Republika untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan yaitu dengan menggunakan strategi penguatan moral dan spiritual karyawan.
5.
Strategi Komunikasi Kelompok Dalam Pembinaan Akhlak Anak Di Panti Asuhan Yatim Piatu Yakin Jati Padang Jakarta Selatan, oleh Nasurullah. Y NIM: 204051002849 Jurusan KPI, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Skripsi ini membahastentang Strategi komunikasi yang di terapkan guru terhadap anak asuh dalam melakukan pembinaan Akhlak.
6.
Peranan Lembaga Keagamaan Dalam Membina Keberagaman Muallaf (Studi Kasus Di Yayasan Sosial Pendidikan Al-Karimiyah Pondok Cabe Ilir Poncol) oleh Abdullah Warid WH Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Jurusan Sosiologi Agama dengan NIM 230322048, Skripsi ini berisi tentanng peranan yayasan sosial pendidikan Al-Karimiyah dalam membina keberagaman muallaf.
7.
Upaya Pelayanan Konsultasi Agama Bagi Calon Muallaf Di Masjid Raya Pondok Indah Jakarta Selatan, oleh Kasmawati NIM: 105052001752 Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi, skrpsi ini membahas tentang upaya pelayanan yang di lakukan oleh konsultan masjid raya pondok indah dalam memberikan konsultasi
9
keluarga dan pelayanan konsultasi pra muallaf berupa materi tentang keIslaman. Berbeda dengan tujuh peneliti sebelumnya, penulis lebih memfokuskan pada penggunaan strategi Komunikasi Penyuluhan yang di lakukan oleh pembina dalam pembinaan muallaf, sehingga penelitian yang akan penulis teliti berjudul “Strategi Komunikasi Penyuluhan dalam Pembinaan Muallaf di Yayasan An-Naba’ Center Sawah Baru Ciputat” E. Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari lima bab yang masing-masing bab terdiri atas beberapa sub bab yang saling berkaitan, sehingga menjadi satu kesatuan utuh. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I
Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kepustakaan, serta sistematika penulisan.
BAB II
Landasan
Teori
yang
berisi
tentang
ruang
lingkup
komunikasi penyuluhan, konseptualisasi strategi komunikasi, teori Interaksi Simbolik, Pembinaan Muallaf. BAB III Metodologi Penelitian dalam bab ini menjelaskan tentang metodologi penelitian yang mencakup, pendekatan dan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek dan objek penelitian, teknik pengumpulan data, sumber data, konsep operasional menurut responden, asumsi-asumsi peneliti, teknik analisis data, teknik pemeriksa data, teknik penulisan. BAB IV Gambaran Lembaga yang berisi tentang
sejarah singkat
10
berdirinya An-Naba Center, visi misi An-Naba’ Center, tujuan, program pembinaan, prosesi pengislaman, rencana strategis, struktur pengurus An-Naba’ Center, serta sarana dan prasarana. BAB V
Temuan dan Analisis Data yang terdiri dari data-data hasil penelitian lapangan yang meliputi hasil proses strategi Komunikasi Penyuluhan serta menganalisis hasil strategi yang dilakukan oleh pembina pada pembinaan muallaf.
BAB VI Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Ruang lingkup Komunikasi Penyuluhan 1.
Pengertian Komunikasi Pengertian komunikasi secara etimologi berrasal dari bahasa latin
communicatio, yang bersumber dari kata Communis yang berarti ”sama” maksudnya ialah “sama” makna.1 Sedangkan jika dilihat dari segi terminologis Onong Uchjana mendefinisikan dalam bukunya bahwa komunikasi merupakan sarana sebagai proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan atau merubah sikap, pendapat, atau prilaku, baik langsung, secara lisan maupun secara tidak langsung dengan media sebagai sarananya.2 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami dengan baik.3 Menurut Bitter, seperti yang di kutip oleh Wiryanto bahwa komunikasi adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerima pesan orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya, dan berbagai peluang untuk memberikan umpan balik segera.4 Secara sederhana dapat di katakan proses komunikasi akan terjadi apabila ada pengirim menyampaikan informasi berupa
1
Onong Uchjana Effendy, Komunikasi:Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), hal. 9. 2 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), Cet ke – II, hal. 6. 3 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga, ( Jakarta : Balai Pustaka, 2005 ) h.585. 4 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Grasindo, 2004), h. 32.
11
12
verbal maupun non verbal kepada penerima dengan menggunakan medium suara manusia, maupun dengan medium tulisan. Selain pengertian di atas, para ahli komunikasi juga mempunyai pendapat yang berbeda mengenai pengertian komunikasi, menurrut Breslon dan Steiner, mendefinisikan; “Komunikasi sebagai penyampai informasi, ide, gagasan, emosi, keterampilan dan seterusnya melalui penggunaan simbol kata, gambar, grafik, dan lain-lain. Kemudian Shannon dan Weaver mengartikan komunikasi sebagai mencakup prosedur melalu nama pikiran seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain”.5 Wilbram Scrahmm mengatakan bahwa komunikasi di dasarkan atas hubungan (intune) antara satu dengan yang lain, fokus pada informasi yang sama, sangkut paut tersebut berada dalam komunikasi tatap muka (face to face comunication).6 Dari beberapa pemaparan para ahli di atas, dapat di katakan komunikasi adalah sebuah proses, namun perspektif yang di sajikan pasti berbeda-beda, dan juga komunikasi dapat di simpulkan sebagai proses penyampaian pesan yang di berikan komunikator dan akan mendapatkan respon dari komunikan dengan atau tanpa menggunakan media sebagai alat bantunya. 2.
Pengertian Penyuluhan Secara harfiah, penyuluhan bersumber dari kata suluh yang berarti obor
ataupun alat untuk menerangi keadaan gelap. Dari asal perkataan tersebut dapat
5
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Press, 2005). Onong Uchjana Effendy, kepemimpinan dan komunikasi, (Bandung: CV Mandar Maju, 1998), hal.59 6
13
diartikan bahwa penyuluhan dimaksudkan untuk memberi penerangan ataupun penjelasan kepada yang mereka suluhi.7 Dalam buku Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, karya M. Arifn, M.Ed yang dimaksud istilah “penyuluhan” adalah mengandung arti “menerangi, menasehati, atau memberi kejelasan” kepada orang lain agar memahami atau mengerti tentang hal yang sedang dialaminya.8 Sedangkan menurut Claar et al.,(1984) membuat rumusan bahwa penyuluhan jenis khusus pendidikan pemecahan masalah (problem solving) yang beroriantasi pada tindakan yang mengajarkan sesuatu, mendemonstrasikan, dan memotivasi, tapi tidak melakukan pengaturan (regulating) dan juga tidak melaksanakan program yang non-edukatif.9 Penyuluhan memang di artikan bermacam-macam, dengan demikian dapat di katakan bahwa penyuluhan merupakan kegiatan penerangan ataupun penjelasan kepada orang yang di suluhi agar tidak lagi berada dalam posisi yang gelap terhadap suatu masalah tertentu, dan nantinya perubahan pengetahuan, pembentukan sikap, dan perubahan prilaku yang di perolehnya dari penyuluhan mampu di serap secara bertahap dan bukan secara instan. Dari semua penjabaran yang ada, penyuluhan menuntut membutuhkan suatu ketegaran, semangat stamina yang stabil, realistik ketika menilai pencapaian, memelihara kontinuitas, serta tidak tergoda oleh desakan tergesa-gesa ingin segera memetik hasil pada prosesi penyuluhan tersebut.
7
Zulkarimein Nasution, Prinsip-prinsip Komunikasi Penyuluhan, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1990) h. 7 8 M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT GOLDEN TERAYON PRESS, 1994), Cet Ke- 5, h. 1 9 Ibid
14
3.
Komunikasi Penyuluhan Komunikasi adalah suatu proses, sedangkan proses mmpunyai pengertian
sehari-hari berupa “sesuatu yang sedang berlangsung”, di artikan setiap gejala kontinyu tanpa titik awal dan tanpa titik akhir. Dengan demikian jika di terapkan untuk analisis komunikasi penyuluhan maka setiap langkah yang di mulai dari saat menciptakan pesan penyuluhan oleh komunikator/penyuluh sampai pesan itu di fahami oleh komunikan atau khalayak merupakan proses-proses di dalam rangka proses komunikasi yang umum.10 Dengan demikian pengertian Komunikasi Penyuluhan adalah suatu proses penyampaian pesan-pesan penyuluhan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat atau prilaku baik langsung secara lisan maupun tidak langsung melalui media.11 Melihat cakupan dan titik berat tugas yang di emban oleh seorang penyuluh dalam proses komunikasi penyuluhan maka penyuluh harus menguasai pengetahuan tentang : 1.
Komunikasi Antarpribadi, hal yang amat sangat di butuhkan ketika melakukan komunikasi penyuluhan sebab menurut pengalaman para penyuluh
yang
menyebarserapkan
inovasi,
agar
bisa
menjalin
komunikasi antarpribadi dengan masyarakat seperti yang semestinya12, seorang penyuluh di tuntut untuk memperhatikan hal sebagai berikut :
10
Ace Sriati Rachman, Arif Bintarti, Ida Royandiah, Komunikas Penyuluhan, (Universitas Terbuka, 1990). h.2-3 11 Ace Sriati Rachman, Arif Bintarti, Ida Royandiah, Komunikasi Penyuluhan, (Universitas Terbuka, 1990). h.2-3 12 Zulkarimein Nasution, Prinsip-prinsip Komunikasi Untuk Penyuluhan, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1990). h. 22.
15
a.
Kemampuan
empati,
yaitu
kemampuan
penyuluh
untuk
menempatkan dirinya pada posisi warga masyarakat yang di binanya. b.
Menciptakan suasana homophily dengan khalayak, yaitu membangun suasana dengan penuh keakraban sehingga khalayak merasa nyaman ketika mendapatkan penyuluhan.
c.
Menyesuaikan dengan program yang di jalankan dengan kebudayaan khalayak setempat.13
2.
Komunikasi Kelompok, Komunikasi Kelompok merupakan satu disiplin ilmu yang harus di kuasai oleh seorang penyuluh/komunikan, karena sekalipun kelompok dalam masyarakat terdiri dari pribadi-pribadi yang bersifat individual, kelompok ini bermacam-macam bentuk dan tujuannya, ada kelompok yang mempunyai latar belakang budaya, ideologi atau agama, dalam hal ini ada beberapa prinsip pokok yang perlu di fahami oleh seorang penyuluh yaitu : a.
Komunikasi kelompok merupakan suatu proses sistemik, proses yang terjadi dalam satu sistem, komponen-komponen yang di maksud adalah: konteks situasional, penyuluh, pesan, penerima dan perlu interaksi yang muncul ketika suatu kelompok berkomunikasi.
b.
Komunikasi kelompok bersifat kompleks, kompleks itu di sebabkan di mensi sistemik yang mempengaruhi komunikasi kelompok berfungsi secara simultan.14
13
Ace Sriati Rachman, Arif Bintarti, Ida Royandiah, Komunikasi Penyuluhan,(Universitas Terbuka, 1990). h.33. 14 Ace Sriati Rachman, Arif Bintarti, Ida Royandiah, Komunikasi Penyuluhan, (Universitas Terbuka, 1990). h.33.
16
c.
Komunikasi kelompok bersifat dinamik. Penting untuk di ingat bahwa komunikasi kelompok terjadi dalam satu jangka waktu tertentu. Kemampuan kita untuk saling tergantung di tentukan oleh pertukaran pesan yang berkesinambungan.15
3.
Komunikasi Massa, merupakan suatu proses, yang membedakan dari bentuk komunikasi lainnya adalah bahwa komunikasi massa merupakan proses penyampaian pesan dari satu sumber kepada khalayak yang berjumlah besar, dengan menggunakan saluran media massa terdapat 5 unsur komunikasi massa yang di ungkapkan oleh Blake dan haroldsen (1975) yang di ungkapkan oleh Zulkarimein Nasution di dalam bukunya, yang kiranya meski di pahami oleh seorang penyuluh adalah: a.
Komunikator,
dikarenakan
sifat
komunikasi
massa,
maka
komunikator di sini biasanya adalah pekerja prefesional dari suatu organisasi komunikasi (seperti penerbit, stasiun radio, televisi, ataupun perusahaan film) yang secara sosiologis memang merupakan suatu lemabaga sosial (social institution). Artinya organisasi itu sendiri tentulah mempunyai tujua, aturan-aturan, birokrasi dan sebagainya, yang merupakan batasan-batasan perilaku bagi para anggotanya dalam menjalankan tugas mereka. b.
Saluran, untuk berlangsungnya komunikasi massa diperlukan saluran yang memungkinkan disampaikannya pesan kepada khalayak yang dituju. Saluran tersebut adalah media massa, yaitu sarana teknis yang memungkinkan terlaksananya proses komunikasi massa tertentu.
15
Zulkarimein Nasution, Prinsip-prinsip Komunikasi Untuk Penyuluhan, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1990). h. 28.
17
Saluran media massa ini, melihat bentuknya dapat dikelompokkan atas: 1) Media cetakan (printed media), yang mencakup surat kabar, majalah, buku, pamflet, brosur, dan sebagainya. 2) Media elektronik, seperti radio, televisis, film, slide, vidio, dan lain-lain. c.
Pesan, berbeda dengan pesan-pesan yang disampaikan melalui bentuk komunikasi antar pribadi, dalam komunikasi massa ditujukan untuk semua orang yang terjangkau oleh peristiwa komunikasi tersebut. Siapa saja yang dapat menangkap pesan tersebut, dapat menafsirkan dan menggunakannya untuk kepentingan masingmasing. Secara umum, pesan-pesan tersebut dapat dikelompokkan menjadi pesan-pesan yang informatif, edukatif, dan persuasif.16
Khalayak, setiap komunikasi tentulah ditujukan kepada pihak tertentu sebagai penerima pesan yang disampaikan. Dalam komunikasi massa, penerima ini adalah mereka yang menjadi khalayak dari media massa yang bersangkutan. Khalayak komunikasi massa bersifat luas, heterogen, dan anonim.17 Dari pengertian tersebut dapat di simpulkan bahwa tujuan komunikasi penyuluhan adalah menyampaikan atau memberitahu kepada khalayak agar dapat mengubah sikap, pendapat, dan prilaku. Yang di laksanakan secara kontinyu atau berkelanjutan.
16
Zulkarimein Nasution, Prinsip-prinsip Komunikasi Untuk Penyuluhan, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1990). h. 28-29 17 Ibid, h.29
18
B. Strategi Komunikasi 1.
Pengertian Strategi Strategi berasal dari bahasa yunani kuno yang berarti “seni berperang”.
suatu strategi yang mempunyai dasar–dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang di tuju. jadi pada dasarnya strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan, kata strategi berasal dari bahasa yunani , yaitu stratogos yang berarti memimpin dalam konteks awalnya strategi di artikan sebagai generalship atau suatu yang di lakukan oleh para jendral dalam membuat rencana untuk menaklukan musuh dan memenangkan peperangan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa strategi adalah ilmu dan seni menggunakan sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijakan tertentu di perang dan damai, atau rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.18 Berikut ini adalah beberapa pendapat tentang pengertian tentang strategi sebagai berikut : a.
Menurut Sondang Siagian, strategi adalah cara terbaik menggunakan dana, daya dan tenaga yang tersedia sesuai dengan perubahan lingkungan.19
b.
Definisi lain juga di katakan Stainer dan Miner. “Strategi adalah penempatan misi perusahaan, penempatan sasaran organisasi dalam mengingat kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk mencapai sasaran
18
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga, ( Jakarta : Balai Pustaka, 2005 ) h.1092 19 Sondang Siagian, Analisis Serta Perumusan Kebijakan dan Strategi Organisasi, (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1986) Cet. ke-2, h.17
19
dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai”20 Sedangkan menurut pakar Ilmu Komunikasi Onong Uchana Effendi.MA, mengatakan bahwa : “Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan dan manajemen untuk mencapai tujuan, namun untuk mencapai tujuan tersebut strategi tidak berfungsi sebagai perjalanan yang hanya memberikan arah saja, melainkan harus mampu menunjukan bagaimana taktik oprasionalnya.”21 Jika di ambil inti sari dari statemen Onong Uchana maka ia memfokuskan pada hal perencanaan konsep yang terdapat pada strategi, namun hal tersebut belum bisa di jalankan sebagai alat untuk mencapai tujuan, dalam artian untuk mencapai rumusan perencanaan dan manajemen dalam strategi haruslah menggunakan taktik untuk mencapai tujuan tersebut. Hal yang harus di perhatikan untuk memfokuskan strategi adalah memusatkan pada masalah yang di temukan dari peristiwa-peristiwa yang di tafsirkan berdasarkan
konteks kekuatan,
kemudian mengadakan
analisa
kemungkinan serta memperhitungkan pilihan-pilihan dan langkah-langkah yang dapat di ambil dalam rangka bergerak menuju tujuan. Dari beberapa definisi yang telah di paparkan di atas yang masih termasuk ke dalam kategori yang bersifat umum, penulis juga menemukan definisi yang bersifat khusus yang di paparkan oleh dua pakar strategi yakni Hamel dan
20
George Stainer, Manajemen Strategik dan kebijaksanaan bisnis, ( Yogyakarta : BPFE,
1985 ), h.8 21
Onong Uchana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek ( Bandung: Remaja Rosda Karya, 1999 ) h. 32
20
Prahaid (1995) yang mengangkat kempetensi merupakan hal yang penting, mereka berdua mendefinisikan strategi yang terjemahannya sebagai berikut ini. “Strategi merupakan tindakan yang bersifat incramental (senantiasa meningkat) dan terus menerus, serta di lakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang di harapkan , oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian , strategi hampir selaludi mulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi ini, perusahaan perlu mencarikompetensi inti dalam hal bisnis yang di lakukan”.22 Pengertian dasar strategi dan taktik adalah metode untuk memenangkan suatu persaingan antara kelompok-kelompok yang berbeda pada orientasi hidupnya, jika di lihat dari sudut pandang militer strategi dapat berbentuk suatu pertempuran fisik untuk merebut wilayah kekuasan lawan dengan memakai senjata dan tenaga manusia. Dari berbagai pengertian yang telah di kemukakan tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa strategi merupakan suatu proses untuk melakukan perumusan dan penentuan rencana untuk mencapai suatu tujuan jangka panjang. Secara umum strategi juga di lakukan oleh suatu organisasi dalam merealisasikan visi misi dalam berbagai kegiatannya, akan tetapi strategi pun dapat di lakukan secara individu untuk mencapai tujuan yang di harapkannya dalam kehidupan sehari.
22
Husein umar, Srategic Management In Action, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2001) h.31
21
2.
Tahapan-Tahapan dalam Strategi Dalam proses penerapan strategi menggunakan beberapa tahapan di
antaranya : a.
Perumusan Strategi
Langkah awal yang perlu di lakukan dalam menyusun strategi yaitu dengan cara merumuskan strategi, atau menyusun langkah awal. Sudah termasuk di dalamnya untuk pengembangan tujuan, mengenai peluang dan ancaman external, menetapkan suatu objektifitas. Menghasilkan strategi alternatif dan memilih strategi untuk di laksanakan. Dalam perumusan strategi juga di tentukan suatu sikap untuk memutuskan, memperluas, menghindari, atau melakukan suatu keputusan dalam proses kegiatan. 23 b.
Implementasi Strategi
Setelah merumuskan dan memilih strategi yang telah di tetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang telah di tetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang telah di tetapkan tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang telah di pilih sangat membutuhkan komitmen dan kerja sama dari unit, tingkat dan anggota organisasi.24 c.
Evaluasi Strategi
Tahap akhir dari menyusun strategi adalah evaluasi strategi, evaluasi strategi ini di perlukan karena keberhasilan yaang telah di capai, dapat di ukur kembali untuk menetapkan tujuan berikutnya. Evaluasi menjadi tolok ukur untuk
h.5-6
23
Fred Dand, Manajemen Strategi Konsep Pemasaran, (Jakarta; PT.Prehallindo, 1998),
24
Ibid.
22
strategi yang akan di laksanakan kembali oleh suatu organisasi dan evaluasi sangatlah penting untuk memastikan sasaran yang di nyatakan telah di capai.25 3.
Strategi Komunikasi Penyuluhan26 Suatu komunikasi penyuluhan di lakukan untuk memperoleh efek yang
positif, efek dalam komunikasi penyuluhan adalah perubahan yang terjadi pada diri komunikan sebagai akibat pesan yang di terimanya. Dengan strategi komunikasi penyuluhan kita memperhitungkan kondisi dan situasi yang di hadapi dan yang mungkin akan di hadapi, sebab berbicara mengenai strategi komunikasi penyuluhan, berarti berbicara tentang bagaimana sebuah perubahan di ciptakan bagaimana pada komunikan dengan mudah dan cepat.27 Strategi komunikasi merupakan panduan perencanaan komunikasi (comunication
planning)
dengan
manajemen
komunikasi
(comunication
management) untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Strategi komunikasi ini harus mampu menunjukan bagaimana operasionalnya secara praktis harus di laksanakan, dalam arti kata bahwa pendekatan bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung pada situasi dan kondisi.28 Pendekatan strategi memiliki beberapa ciri yaitu : a.
Memusatkan perhatian pada kekuatan, kekuatan adalah bagaikan fokus pokok pendekatan strategi.
b.
Memusatkan kepada analisis dinamika, analisis gerak, analisis aksi.
25
Fred Dand, Manajemen Strategi Konsep Pemasaran, (Jakarta; PT.Prehallindo, 1998),
h.5-6. 26
Ace Sriati Rachman, Arif Bintarti, Ida Royandiah, Komunikasi Penyuluhan, (Universitas Terbuka, 1990). h.97 27 Ibid. h-97 28 Onong Uchana Effendi, Ilmu komunikasi Teori dan Praktek, h.5
23
c.
Strategi memusatkan pada perhatian kepada tujuan yang ingin dicapai serta gerak untuk mencapai tujuan tersebut.
d.
Strategi memperhatikan faktor-faktor waktu (sejarah: masa lampau, masa kini, dan trauma masa depan) dan faktor lingkungan.
e.
Strategi berusaha menemukan masalah-masalah yang terjadi dari peristiwa yang di tafsirkan berdasarkan konteks kekuatan, kemudian mengadakan
analisis
kemungkinan-kemungkinan
serta
memperhitungkan pilihan-pilihan dan langkah-langkah yang dapat di ambil dalam rangka menuju kepada tujuan.29 Dalam strategi komunikasi, peran komunikan sangatlah penting. Strategi komunikasi haruslah bersifat dinamis, sehingga komunikator sebagai pelaksana dapat
segera
mengadakan
perubahan
apabila
ada
suatu
faktor
yang
mempengaruhi. Suatu faktor yang menghambat komunikasi dapat datang sewaktu-waktu, terlebih ketika komunikasi di jalankan secara langsung melalui media massa. Menurut R. Wayne Peace, Brent D. Petterson dan M Dallas Burnet dalam bukunya Techniques For Effective Communication, seperti yang di kutip oleh Onong Uchana Effendy, Tujuan sentral strategi komunikasi terdiri atas tiga tujuan utama yaitu :30 a.
To secure understanding: memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang di terima, andaikan ia sudah dapat mengerti dan menerima, maka penerimaannya itu harus di bina.
29
Ali martopolo, strategi kebudayaan, (Jakarta: Eister For Strategic End International Study, 1978), h.8. 30 Onong uchjana effendi, Ilmu Komunikasi dan Praktek, h.33
24
b.
To establish acceptance: setelah komunikan mengerti dan menerima pesan maka pesan ini harus di lakukan pembinaan.
c.
To motivate action : setelah penerima itu di bina maka kegiatan ini harus di motivasikan.
Oleh sebab itu pesan dalam komunikasi yang di rencanakan untuk mengubah pendapat, sikap dan perilaku diri komunikan, harus mampu mengungguli semua kekuatan
baik yang berasal dari diri komunikan, harus
mengungguli semua kekuatan baik yang berasal dari komunikan maupun pesan yang di sampaikan komunikator lainnya. Dalam proses komunikasi penyuluhan, pengertian bersama lebih sulit tercapai karena penyuluhan menuntut lebih banyak dari komunikannya. Tidak sekedar
komunikan
mengerti
dan
memahami
pengetahuan
yang
di
sampaiakannya, akan tetapi penyuluh dan komunikan harus bersama-sama melalui proses dimana komunikan mengetahui, memahami, meminati dan kemudian menerapkan pesan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu dalam proses komunikasi penyuluhan, strategi komunikasi sangat di perlukan. Strategi komunikasi penyuluhan adalah perencanaan untuk mencapai suatu tujuan komunikasi penyuluhan. Dalam mencapai tujuan tersebut, strategi komunikasi penyuluhan tidak berfungsi sebagai petunjuk saja, melainkan harus mampu menunjukan teknik operasionalnya.31
31
Ace Sriati Rachman, Arif Bintarti, Ida Royandiah, Komunikasi Penyuluhan, (Universitas Terbuka, 1990). h.100
25
Tujuan utama strategi komunikasi penyuluhan menurut R. Wayne Pall, Brent D. Peterson dan M. Dallas Burntt dalam bukunya, Techniques For Effective Communication Terdiri atas tiga tujuan yaitu32 : a.
Memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang di terimanya
b.
Mengarahkan komunikan
c.
Memotivasi kegiatan
Dalam hal ini penulis menyimpulkan bahwa strategi merupakan perencanaan yang di lakukan secara sistematis untuk melakukan suatu pembinaan ataupun penyuluhan yang tentunya di jalankan secara berkesinambungan untuk mencapai tujuan, dan pada pelaksanaanya bergantung pada situasi dan kondisi. 4.
Strategi Kendali Komunikasi Strategi merupakan bagian dari pola kendali komunikasi, satu hal dari
aspek-aspek yang mengenai kendali bahwa cara manusia menggunakan kendali itu berbeda-beda. ada yang secara terang-terangan atau gambling dalam menggunakan kendali, Tetapi ada juga yang dengan cara halus dan mungkin dengan senyuman.33 Menurut Miller dan Steinberg (1975) setiap kategori menyajikan pendekatan yang sifatnya umum mengenai kendali komunikasi dan masingmasing berisikan macam-macam strategi, dalam hal ini penulis memilih menggunakan salah satu kendali dalam strategi yaitu :
32
Ace Sriati Rachman, Arif Bintarti, Ida Royandiah, Komunikasi Penyuluhan, (Universitas Terbuka, 1990). h.100 33 Muhammad Budyatna & Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta: Kencana 2011), cet ke-1 h.75
26
a.
Strategi Wortel Teruntai
Strategi wortel teruntai atau dagling carrot strategies berisikan atau berupa pemberian imbalan yang oleh komunikator di berikan kepada pihak lain. Imbalan tersebut dapat berupa objek yang nyata seperti perhiasan, uang, DVD, piala, makanan, dan sebagainya. Tetapi banyak sekali bentuk strategi ini dalam bentuk kiasan berupa pesan-pesan simbolik seperti: “Hebat Kau”, “Anda orang orang yang paling bahagia di dunia”, atau “Wah, mobilnya luar biasa bagus dan mahal”.34 Apapun bentuk strategi ini, bahwa semua strategi wortel teruntai ini berasumsikan bahwa komunikator dapat meningkatkan probabilitas untuk memperoleh respons yang di inginkan apabila komunikator memberikan kepada seseorang imbalan. Orang cenderung untuk berbuat sesuatu yang komunikator inginkan apabila orang itu dapat menikmatinya, memperoleh untung, dan terhibur dalam pemberian itu. Secara garis besar strategi ini memiliki tujuan utama adapun tujuan utama tersebut itu ialah mengubah tingkat dan arah prilaku seseorang. Tingkat atau bisa juga di sebut jumlah merupakan frekuensi dengan mana seseorang menampilkan prilaku tertentu dan bisa berkisar dari nol (tidak ada prilaku yang di tampilkan) sampai jumlah kurang dari 100% karena tidak ada seorang pun bisa melakukannya sepanjang waktu. Dua tujuan lainnya dari strategi ini ialah menghasilkan perubahan yang sebenarnya di dalam prilaku dan menguatkan atau reinforce tingkat prilaku yang ada, arah, dan substansi atau substances. Substansi dari prilaku manusia ialah apa 34
Muhammad Budyatna & Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta: Kencana 2011), cet ke-1 hal.76
27
yang ia lakukan atau bagaimana ia melakukannya dari pada mengenai seberapa sering ia melakukannya atau dengan siapa.35 Prosedur Penggunaan Strategi Wortel Teruntai tugas pokok dari strategi ini ialah menjadikan seseorang mengasosiasikannya dengan imbalan dan kepuasan. Untuk menuntaskan objektif ini pengendali atau komunikator bisa menggunakan satu atau dua prosedur dasar. Prosedur dasar pertama terdiri dari membuat rangkaian stimulus-response-reward dalam transaksinya dengan pihak lain. Komunikator atau strategist mencoba untuk “ mengajarkan” mitranya bahwa apabila pengendali menyajikan stimulus x jika mitranya memberikan respon y, maka mitra ini akan menerima imbalan z. Bila komunikator beruntung, ia dapat memasukan ke dalam rangkaian stimulus-response-reward di mana mitranya telah belajar. Prosedur ini berlaku pada tiga tingkatan pembuatan prediksi. Pada tingkat cultural. Kebanyakan anak-anak muda secara otomatis merespons permintaan orang dewasa meminta tolong dalam keadaan yang layak atau wajar. Jika orang dewasa minta tolong pada seorang anak dan anak itu akan merespons karena ia berharap akan mendapat dalam bentuk materi, bisa saja dalam bentuk pesan-pesan simbolik berupa pujian atau terima kasih. Pada tingkat sosiologis, para anggota dari kelompok mahasiswa dapat diharapkan akan merespons dengan baik permintaan tolong profesornya mengenai hal-hal kecil seperti ambil spidol atau daftar absen. Karena si mahasiswa berharap
35
Muhammad Budyatna & Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta: Kencana 2011), cet ke-1 hal.77
28
akan mendapatkan imbalan akademis yaitu supaya si profesor jangan pelit memberi nilai.36 Pada tingkat psikologis, tentu pengenalan terhadap rangsangan atau stimuli yang memicu memerlukan kepekaan terhadap pengalaman-pengalaman sebelumnya dari individu-individu tertentu. Misalnya, anda ingin meningkatkan kecondongan seseorang untuk bertransaksi dengan Anda. Anda pasti tahu bahwa seorang penggemar biliar akan merespons dengan gembira bila mengatakan “saya suka main biliar”. Ia berharap akan mendapatkan imbalan berupa bermain biliar bersama atau paling tidak berbicara soal biliar dengan anda. Tetapi bila anda mengatakan kepada orang yang tidak senang biliar, maka ia akan meresponsnya secara negatif. Prosedur dasar kedua, bagi implementasi strategiwortel memusatkan pada perilaku responden dan bukan pada rangsangan atau stimulus yang disajikan oleh pengendali. Tugas pengendali ialah memberikan imbalan bagi perilaku tertentu yang di tampilkan orang lain dengan harapan supaya berperilaku sama di masa mendatang. Efektifitas tertantu jika ia berpenampilan dalam cara tertentu. Dengan kata lain, daripada hanya merespons sebuah rangsangan yang anda sajikan, ia mengerahkan perilakunya sendiri terhadap sebuah tujuan mendapatkan respons yang diinginkan dari anda. Esensi dari prosedur ini terletak dalam pengembangan respons strategi wortel pada orang lain. Anda menginginkan orang lain itu berkata “Anda memiliki imbalan untuk di berikankepada saya, dan saya harus memikirkan apa yang dapat saya lakukan untuk mendapatkannya” 36
Muhammad Budyatna & Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta: Kencana 2011), cet ke-1 hal.78
29
Dua taktik utama untuk menggunakan prosedur ini adalah : 1) Ciptakan bagi responden anda sebuah mata rantai perilakunya dan imbalan dari anda. 2) Pastikan bahwa ia memiliki gagasan yang baik mengenai strategi yang dapat ia gunakan untuk mendapatkan imbalan tersebut.37 Secara garis besar bila di simpulkan bahwa sasaran atau tujuan dari strategi wortel teruntai adalah mengubah tingkat, arah, dan substansi mengenai prilaku dan memperkuat perubahannya, sedangkan dalam implementasi strategi tersebut dengan kedua prosedur dasar yang di terapkan ialah mampu menciptakan rangkaian stimulus-response-reword dan menghasilkan pengembangan strategi wortel pada orang lain. b.
Strategi Pedang Tergantung
Strategi ini di namakan pedang tergantung atau hanging sword strategies, strategi ini di dasarkan pada asumsi bahwa komunikator akan mengulang perilaku yang menyebabkan di berinya imbalan. Komunikator yang hendak mengurangi probabilitas respons yang tidak di inginkan akan berlindung pada strategi pedang tergantung, strategi ini merupakan hukuman, seorang komunikator bisa menghukum pihak lainnya supaya orang itu mengurangi atau membatasi prilakuprilaku yang tidak di sukai oleh yang member hukuman.38 Dalam strategi pedang tergantung terdapat berbagai tipe yakni tipe-tipe tersebut adalah :
37
Muhammad Budyatna, & Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta: Kencana 2011), cet ke-1 hal.78 38 Muhammad Budyatna & Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta: Kencana 2011), cet ke-1 hal.79
30
1) Tipe
pertama
dengan
memberikan
komunikator
berupa
rangsangan yang di benci atau tidak di sukai. Rancangan yang tidak di sukai atau aversive stimuli menurut definisinya adalah sesuatu di mana komunikator membencinya dan berusaha menghindar. 2) Tipe kedua, strategi ini ialah berupa pembatalan imbalan atau withdrawal
of
reward.
Sementara
komunikator
tidak
menganggap prilaku ini sebagai hukuman, mereka menyusun pesan-pesan yang berkisar dari plus satu untuk imbalan dan minus satu untuk hukuman dengan angka nol sebagai angka netral di tengahnya,39 3) Tipe ketiga, strategi pedang tergantung yang di namakan profit loss yang dalam bahasa Indonesia
kurang lebih artinya
kehilangan keuntungan, kehilangan keuntungan dapat di definisikan menurut Homans (1961) sebagai perbedaan antara imbalan yang di peroleh dari suatu perbuatan dan biaya yang di keluarkan dalam melakukan perbuatan tersebut. Salah satu macam biaya di cerminkan di dalam jumlah waktu, energy, materi, dan emosi yang harus di korbankan untuk mendapatkan imbalan.40 c.
Strategi Katalisator
Strategi katalisator ini
merupakan kegiatan komunikator memancing
respon yang di inginkan tetapi sebaliknya bukan memberikan imbalan atau 39
Muhammad Budyatna & Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta: Kencana 2011), cet ke-1 hal.80 40 Ibid h-81
31
ancaman hukuman , tetapi komunikator hanya sekedar mengingatkan kepada yang bersangkutan akan suatu tindakan atau perbuatan yang agaknya bisa di terima dan di inginkan oleh yang bersangkutan. Metode ini bergantung pada keefektivan menjadi individu berprilaku dengan cara berinisiatif diri tanpa memberikan imbalan atau hukuman baginya. Komunikator atau pengendali 41 harus membekali dengan pesan yang membangkitkan semangat untuk memicu proses ini. Adapun dalam strategi katalisator terdapat beberapa macam, yakni sebagai berikut42 : 1) Komunikator bisa mengajak atau mendorong pendengarnya menyatakan pendengarnya secara tidak langsung bahwa komunikator mengetahui pendengarnya sudah siap bertindak dengan cara tertentu dan memberikan kesan bahwa saat ini merupakan waktu yang tepat. 2) Strategi katalisator lainnya meliputi memberikan pendengarnya dengan informasi baru yang menimbulkan respon yang anda inginkan agaknya lebih menguntungkan bagi pendengarannya. d.
Strategi Kembar Siam
Strategi ini dinamakan strategi kembar siam (Siamese twin strategies), dan hanya dapat diimplementasikan setelah hubungan terbentuk. Dalam hal ini, kembar siam adalah orang-orang yang menempatkan sangat pentingnya pada pemeliharaan hubungan timbale balik mereka. Mereka rupanya yakin bahwa kebahagiaan mereka yang paling utama kalau mereka selalu bersama-sama.43
41
Ibid. h- 91 Muhammad Budyatna & Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta: Kencana 2011), cet ke-1 hal.91-92 43 Ibid. h.94-95 42
32
Dua syarat hubungan yang menyebabkan berkembangnya strategi kembar siam: pertama, adanya tingkat ketergantungan yang tinggi antara para komunikator. Meskipun adanya banyak macam ketergantungan, kondisi umum diumpamakan oleh cerita mengenai pasangan yang terdampar di gurun pasir atau dua orang yang tersisa yang masih hidup akibat serangan bom nuklir. Kedua orang ini harus menciptakan hubungan yang paling baik karena mereka hanya tinggal berdua. Persyaratan kedua, tidak seorang pun dari keduannya lebih berkuasa terhadap yang lain. Bahkan apabila kedua orang itu adanya saling ketergantungan, salah satu masih bisa mendominasi hubungan dengan menggunakan strategi wortel atau pedang. Strategi kembar siam muncul apabila kedua komunikator memiliki jumlah kendali kurang lebih sama.44 e.
Strategi Dunia khayal
Strategi kendali dunia khayal atau fairyland strategies mengandalkan pada ilusi atau khayalan pada perasaan-perasaan yang ditimbulkan sendiri mengenai kendali. Khayalan – khayalan ini dapat memberikan semacam ketenangan dari perasaan cemas, tetapi memiliki dasar realitas yang tidak seberapa dan tidak cukup untuk menggantikan kendali yang sebenarnya. Beberapa strategi khayalan tampaknya tidak mampu untuk menerima batas-batas kemampuannya sendiri untuk memperoleh respon yang di inginkan. Taktik – taktik yang di gunakan oleh pengguna strategi dunia khayal yaitu mengabaikan respon-respon yang tidak di inginkan.45
44
Muhammad Budyatna & Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta: Kencana 2011), cet ke-1 hal.94-95 45 Ibid h.100-101
33
C. Pembinaan Muallaf 1.
Pengertian Pembinaan Kata pembinaan berasal dari kata “bina” yang mempunyai awalan “pem”
dan akhiran “an”. Kata “bina” itu sendiri mempunyai arti membangun, mendirikan, mengusahakan supaya lebih baik. Setelah ditambah awalan “pem” dan akhiran “an” kata pembinaan mempunyai arti 1. Proses dan cara 2. Penyempurnaan, pembaharuan, usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik dari sebelumnya.46 Arti pembinaan menurut terminologis yaitu: a.
Pembinaan ialah membangun dan mengisi akal dengan ilmu yang berguna, mengarahkan hati lewat berbagai zikir serta memompa dan menguatkan lewat instropeksi diri.47
b.
Pembinaan ialah segala upaya pengelolaan berupa merintis, meletakkan dasar, melatih, membiasakan, memelihara, mencegah, mengawasi, menyantuni, mengarahkan serta mengembangkan kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan, mewujudkan manusia sejahtera dengan mengadakan dan menggunakan segala dana dan daya yang dimiliki.48
Pembinaan bila di lihat dari terjemahan menurut bahasa Inggris yaitu training, yang berarti latihan, pendidikan, pembinaan. Secara istilah, pembinaan adalah “suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal baru yang belum dimiliki, 46
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), edisi ke-3, h. 152. 47 Majdi Al-Hilali, 38 Sifat Generasi Unggulan, (Jakarta: Gemz Insani Press, 1999), h. 138. 48 BP4, Pembinaan Keluarga Bahagia Sejahtera, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 1994), h. 3.
34
dengan tujuan membantu orang yang menjalaninya, untuk membetulkan dan mengembangkan pengetahuan dan kecakapan yang sudah ada serta mendapatkan pengetahuan dan kecakapan baru untuk mencapai tujuan hidup yang sedang dijalani secara lebih efektif.49 Pembinaan merupakan program dimana para peserta berkumpul untuk memberi, menerima, dan mengolah informasi, pengetahuan dan kecakapan entah dengan memperkembangkan yang sudah ada dengan menambah yang baru. Pembinaan diikuti oleh sejumlah peserta yang diperhitungkan dari tujuan dan efektivitasnya. Adapun fungsi pokok pembinaan mencakup tiga hal :50 a.
Penyampaian informasi dan pengetahuan
b.
Perubahan dan pengembangan sikap
c.
Latihan dan pengembangan sikap.51
Dalam pembinaan ketiga hal tersebut dapat diberi tekanan yang sama, atau diberi tekanan berbeda dengan mengutamakan salah satu poin. hal Ini tergantung dari macam dan tujuan pembinaan. Maka dapat disimpulkan bahwa pembinaan adalah suatu upaya, usaha, kegiatan
yang
terus
menerus
untuk
memperbaiki,
meningkatkan,
menyempurnakan dan mempengaruhi seseorang atau kelompok masyarakat untuk merubah kehidupan pribadinya atau kehidupan sosial ke arah yang lebih baik dari sebelumnya.
49
Mangunhardjana, Pembinaan Arti dan Metodenya,(Yogyakarta: Kanisius, 1986) h.
50
Mangunhardjana, Pembinaan Arti dan Metodenya,(Yogyakarta: Kanisius, 1986) h.
51
Mangunhardjana, Pembinaan Arti dan Metodenya,(Yogyakarta: Kanisius, 1986) h.
11 – 12. 11 11
35
2.
Pengertian Muallaf Ada beberapa pendapat mengenai muallaf, yang di ambil dari berbagai
sumber adalah sebagai berikut : Dalam Ensikopedi Dasar Islam, muallaf adalah seseorang yang semula kafir dan baru memeluk Islam.52 Dalam Ensiklopedi Hukum Islam, muallaf adalah orang yang hatinya di teguhkan/dijinakkan agar cenderung kepada Islam.53 Dalam Ensiklopedi Islam Indonesia dipaparkan bahwa muallaf yaitu orang-orang yang sedang dijinakkan atau dibujuk hati mereka.54 Dalam fikih sunnah juga disebutkan bahwa muallaf adalah orang yang diusahakan dirangkul dan ditarik serta diteguhkan hatinya dalam keislaman disebabkan belum mantapnya keimanan mereka.55 Dari pengertian tersebut di atas dapat dikatakan bahwa muallaf adalah orang yang hatinya dibujuk dan dijinakkan hatinya agar cenderung kepada islam. Mereka adalah orang-orang yang baru mengetahui dan belum memahami tentang islam. Oleh karena itu mereka berada pada posisi yang membutuhkan pembinaan, dan bimbingan ajaran-ajaran agama Islam. Kata muallaf berasal dari bahasa arab yaitu “alifa-ya’lafu-alfan” yang artinya menjinakkan, menjadi jinak, dan mengasihi. Sehingga kata muallaf dapat diartikan sebagai orang yang dijinakkan atau dikasihi. Seperti tertera dalam firman Allah Swt dalam surat At-Taubah ayat 60 :
َّ ۞إِنَّ َما ٱل َب َوٱل َغ ِر ِمين ِ ص َدقَت لِلفقَ َرا ِء َوٱل َم َس ِكي ِن َوٱل َع ِملِينَ َعلَيهَا َوٱلمؤَ لَّفَ ِة قلىبهم َوفِي ٱلرقَا يضة منَ ٱ َّ ه ٠٦ ّللِ َوٱ َّّلل َعلِيم َح ِكيم َ يل فَ ِر ِ ِيل ٱ َّّللِ َوٱب ِن ٱل َّسب ِ َِوفِي َسب 52
Achmad Roestandi, Ensiklopedia Dasar Islam, (Jakarta: PT. Pradaya Paramita, 1993)
53
Abdul Aziz Dahlan, Ensikopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT. Pradaya Paramita, 1993)
h. 173. h. 173. 54
Harun Nasution dkk, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1992) h. 130. Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah,alih bahasa oleh Mahyuddin Syarif, (Bandung: AlMa`arif, 1996), h. 96. 55
36
Artinya : “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf, yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketepatan yang diwajibkan Allah Swt, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. Dalam ayat di atas terdapat kata “muallafati qulubuhum” yang artinya orang–orang yang sedang digunakan atau dibujuk hatinya. Mereka dibujuk adakalanya karena merasa baru memeluk agama Islam dan Imannya belum teguh. Karena belum teguhnya Iman seorang muallaf, maka mereka termasuk golongan yang berhak menerima zakat. Hal ini dimaksudkan agar lebih meneguhkan iman para muallaf terhadap agama Islam. 3.
Kedudukan Muallaf dalam Islam Berdasarkan pengertian muallaf yang telah dijelaskan di atas bahwa
muallaf adalah orang yang hatinya dibujuk, diteguhkan dan dijinakkan hatinya agar cenderung kepada Islam. Mereka adalah orang yang baru mengetahui dan belum memahami ajaran Islam. Oleh karena itu mereka berada pada posisi yang membutuhkan pembinaan, bimbingan seputar agama Islam. Menurut Buya Hamka muallaf adalah orang yang dijinakkan hatinya dan diteguhkan hatinya agar mantap dalam keislamannya dan kedudukannya disamakan tingginya dengan orang islam lainnya.56 Pada masa Nabi Saw para muallaf tersebut diposisikan sebagai penerima zakat untuk menjamin kelestarian mereka kepada Islam dengan terus memberikan pembinaan dan pengajaran tentang agama Islam. Salah satu alasan nabi Saw 56
Yunus Yahya, Muslim Thionghoa Kumpulan Karangan,(Jakarta : Yayasan Abu Karim Oei Tjeng Hien, 1985) h. 75.
37
memberikan zakat kepada mereka adalah menyatukan hati mereka pada islam. Oleh karena itu mereka dinamakan “Al–Muallafah Qulubuhum.”57 Pada masa pemerintahan Abu Bakar para Muallaf tersebut masih menerima zakat seperti yang dicontohkan Nabi Saw. Namun tidak demikian pada masa khalifah Umar bin Khatab, beliau memperlakukan ketetapan penghapusan bagian untuk para muallaf karena umat Islam telah kokoh dan kuat. Para muallaf tersebut juga telah menyalahgunakan pemberian zakat dengan enggan melakukan syari’at dan menggantungkan kebutuhan hidup dengan zakat sehingga mereka enggan berusaha.58 Pada masa pemerintahan Umar bin Khatab, ada dua orang muallaf dengan menemui Umar yaitu Uyainah bin Hisa dan Aqra’ bin Haris meminta hak mereka dengan menunjukkan surat yang telah direkomendasikan oleh Khalifah Abu Bakar pada masa pemerintahannya. Tetapi Umar menolak surat itu dengan mengatakan : “Allah sudah memperkuat Islam dan tidak memerlukan kalian. Kalian tetap dalam Islam atau hanya pedang yang ada”. Ini adalah suatu Ijtihad Umar dalam menerapkan suatu Nas al–Quran yaitu surat At–Taubah ayat 60 yang menunjukkan pembagian zakat kepada muallaf. Umar melihat pada berlakunya tergantung pada keadaan, kepada siapa harus diberlakukan. Jika keperluan itu sudah tidak ada lagi, ketentuan itupun tidak berlaku, inilah jiwa Nas tadi”.59 Dari penjelasan di atas penulis menarik kesimpulan bahwa muallaf itu orang yang baru memeluk Islam dan membutuhkan rangkulan serta peneguhan
57
Syarif Hade Masyah, Hikmah di Balik Hukum Islam,(Jakarta : Mustaqim, 2002) h.
306 – 307. 58
Haidar Barong, Umar bin Khatab dalam Perbincangan, (Jakarta: Yayasan Cipta Persada Indonesia, 2000) h., 294. 59 Haidar Barong, Umar bin Khatab dalam Perbincangan, (Jakarta: Yayasan Cipta Persada Indonesia, 2000) h. 295
38
hati mereka dalam memahami dan meyakini nilai-nilai ke-Islaman. Karena mereka itu baru memeluk agam Islam dan baru mengetahui agama Islam, maka berada pada posisi pihak yang membutuhkan pembinaan dan bimbingan untuk lebih memahami nilai-nilai agama Islam. Baik secara nilai-nilai tauhid maupun syariat-syariat Islam sehingga mereka mampu mandiri dalam mengamalkan ataupun merealisasikan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. 4.
Gambaran Pembinaan Muallaf Pada prosesi pembinaan muallaf ini peneliti lebih memberikan pengertian
bahwa pembinaan muallaf merupakan pendampingan untuk memberikan khazanah keilmuan kepada muallaf, yang secara garis besar merupakan seorang yang
masih awam dari segi keilmuaan untuk memahami nilai-nilai yang
terkandung dalam ajaran Islam. Seperti halnya yang di katakan oleh ustadz Nababan yang di kutip dari muallaf news, bahwa beliau mengatakan dari pengalaman dirinya sebagai seorang muallaf di pastikan mengalami penolakan dari keluarganya, setelah keluarga menganggapnya bukan lagi bagian dari keluarga besarnya, si muallaf biasanya akan di cabut haknya dari tempat bekerja, dan hal yang paling parah umumnya sang muallaf harus meninggalkan rumah. “bagi muallaf yang memiliki kemampuan ekonomi hal seperti ini tidak menjadi masalah, tapi ketika si muallaf tidak memiliki kelapangan rezeki biasanya akan sangat menderita”.60 Konsepsi pembinaan muallaf yang di terapkan dalam yayasan an-naba’ center cenderung dilakukan dalam keadaan non foermal layaknya pengajian
60
hal.3
Muallaf news, Geliat dakwah di papua, (Tangerang, yayasan an-naba’ center 2012)
39
seperti pada umumnya, yang di lakukan oleh lembaga-lembaga muallaf, dan berkelompok seperti layaknya pengajian. Dari penyataan ustadz nababan tersebut penulis menyimpulkan bahwa muallaf, haruslah mendapati pendampingan yang relatif intens untuk dapat membangkitkan semangat mereka dalam memeluk agama Islam, dan mampu memahami nilai-nilai Islam secara keseluruhan dan terus berkelanjutan, kekurangan pengetahuan tersebut merupakan salah satu hal yang menginisisasi sebuah pembinaan terhadap para muallaf, karena memang hal itu yang mat sangat di butuhkan oleh para muallaf, pembinaan tersebut biasa di lakukan secara berkelompok maupun antar individu, dari seorang pembina kepada yang di bina untuk memberikan informasi sampai mereka dapat benar-benar memahami hal yang di berikan oleh para pembina.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam hal ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif, kualitatif yang dimaksud adalah penelitian ilmu sosial yang berupaya menghimpun data, mengolah data, dan menganalisa secara kualitatif. Penelitian metode ini lebih mendalam dalam mengungkapkan masalah sebagai sumber yang komprehensif secara penjelasan dekriptif. Sehingga dari hasil penelitian ini memiliki kelebihan tersendiri dibanding dengan penelitian metode lain.1 Untuk mendapat hasil yang objektif dan representatif dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan metode deskriptif analisis melalui pendekatan kualitatif. Penelitian komunikasi kualitatif tidak di maksudkan untuk memberikan penjelasan-penjelasan (explanations), mengontrol gejala-gejala komunikasi, mengemukakan prediksi-prediksi, atau menguji teori apapun, tetapi lebih di maksudkan
untuk
mengemukakan
gambaran-gambaran
atau
pemahaman
(understanding) mengenai bagaimana dan mengapa suatu gejala realitas komunikasi terjadi.2 Dalam hal ini pendekatan kualitatif akan mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat, serta hubungan antara fenomena yang di teliti dan data yang akan di hasilkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka.3
1
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Rosda Karya, 2005),
2
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Cet.Ke-1, (Yogyakarta:LKIS, 2007),h.35. Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Rosda Karya, 2005), h.9-
h.13. 3
10.
40
41
Dengan menggunakan metode tersebut, maka dapat diasumsikan bahwa dalam penelitian ini akan menghasilkan gambaran-gambaran secara tertulis bagaimana strategi komunikasi penyuluhan pada pembinaan muallaf di yayasan an-naba center, selain memberi gambaran strategi komunikasi penyuluhan yang terjadi pada proses pembinaan muallaf tersebut, penelitian ini juga akan menggambarkan secara rinci hambatan dan upaya dalam mengatasinya. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan sejak 20 Februari 2013 hingga 28 November 2013 di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba’ Center. Bertempat di Jl. Cendrawasih IV RT/RW 002/03 No. 1. Kelurahan Sawah Baru, Kecamatan Ciputat, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten 15413. Adapun yang dijadikan alasan dan pertimbangan pemilihan lokasi penelitian ini adalah : a. Peneliti belum menemukan hasil penelitian yang menelliti tentang Strategi Komunikasi Penyuluhan Pada Pembinaan Muallaf di Yayasan An-Naba’ Center Sawah Baru Ciputat. b. Pihak lembaga bersedia untuk diadakan penelitian dan memberikan data dan informasi sesuai dengan permasalahan-permasalahan yang ada. c. Lokasi tersebut memenuhi kriteria dan persyaratan untuk menjadi lokasi penelitian yang sesuai dengan program studi peneliti. d. Lembaga tersebut dipimpin oleh Ust.Syamsul Arifin Nababan yaitu merupakan seorang muallaf, mantan pendeta dan penginjil, yang
42
sekarang melakukan proses Islamisasi melalui pendakatan yang khas berdasarkan ilmu kristologi yang dimilikinya. C. Subjek dan Objek Penelitian a. Subjek penelitian Subjek penelitian yaitu pembina, yang melakukan pembinaan muallaf di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba’ Center Sawah Baru Ciputat, dan para mualaf yang mendapatkan pembinaan. Adapun teknik pengambilan subjek dengan menggunakan teknik bola salju. “Dalam teknik ini, pengumpulan data dimulai dari beberapa orang yang memenuhi kriteria untuk dijadikan anggota sampel. Mereka kemudian menjadi sumber informasi tentang orang-orang lain yang juga dapat dijadikan anggota sampel. Orang-orang yang ditunjukkan ini kemudian dijadikan anggota sampel dan selanjutnya diminta menunjukkan orang lain lagi yang memenuhi kriteria menjadi anggota sampel. Demikian prosedur ini dilanjutkan sampai jumlah anggota sampel yang diinginkan terpenuhi.”4 b. Objek penelitian Objek dari penelitian ini adalah tempat untuk memperoleh keterangan tentang, Strategi Komunikasi Penyuluhan pada pembinaan muallaf
yakni di
Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba’ Center Sawah Baru Ciputat. D. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi langsung Sebagai metode ilmiah, observasi adalah suatu cara penulisan untuk memperoleh data dalam bentuk pengamatan dan pencatatan dengan sistematis 4
Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), cet keenam, h. 63.
43
fenomena yang diselidiki.5 Penulis melihat langsung dan mengikuti proses kegiatan pembinaan muallaf yang dilaksakan dan memperhatikan strategi yang diterapkan pembina. b. Wawancara mendalam Wawancara mendalam adalah percakapan yang dilakukan secara mendalam yang diarahkan pada masalah tertentu, dengan tujuan tertentu dan dengan bertanya secara langsung kepada sejumlah responden.6 Wawancara dapat menggunakan beberapa alat bantu atau perlengkapan wawancara seperti tape recorder, bolpoin, pensil, block note, penghapus, stopmap plastik, daftar pertanyaan, harboard, surat tugas, surat izin dan daftar responden. Perlengkapan-perlengkapan tersebut ada dan secara langsung bermanfaat dalam wawancara seperti bolpoin dan pensil, tetapi ada yang hanya berguna apabila di butuhkan.7 c. Dokumentasi Dokumentasi, yaitu salah satu teknik pengumpul data dengan cara mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, literature, prasasti, notulen rapat, agenda, dan website yang telah dianalisis yang relevensinya dapat dijadikan sebagai bahan penelitian.8 d. Catatan lapangan Catatan yang digunakan berisi tentang hal-hal yang diamati, yang oleh peneliti dianggap penting. Catatan lapangan harus dibuat secara lengkap dan
5
Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), h. 92. Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Rosda Karya, 2005),h. 38. 7 M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Pernada Media Group, 2009), Cet ke-4, h. 127. 8 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke-12, h. 206. 6
44
deskriptif dengan keterangan tanggal dan waktu, dan menyertakan informasiinformasi dasar seperti dimana observasi dilakukan, siapa saja yang hadir, bagaimana fisik lingkungan, interaksi sosial, aktifitas apa saja yang berlangsung dan lain sebagainya. E. Sumber data Dalam penelitian ini, yang dijadikan sumber data adalah sebagai berikut: 1. Data Primer Data yang diperoleh melalui observasi atau pengamatan langsung, berperan serta sebagai pengamat dan wawancara langsung lagi mendalam kepada responden, yaitu dari penyuluh/pembina agama dan para muallaf di Yayasan AnNaba’ Center Sawah Baru Ciputat. 2. Data Sekunder: Data yang diperoleh dari catatan-catatan atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian baik dari instansi pemerintah-swasta atau berbagai referensi buku, majalah, surat kabar yang bersangkutan dalam penelitian ini. F. Asumsi Peneliti Peneliti dalam penelitian ini mengasumsikan bahwa seorang penyuluh merupakan seorang yang mempunyai tugas dan tanggung jawab yang amat berat dalam memberikan informasi, oleh sebab itu membutuhkan suatu strategi komunikasi penyuluhan untuk melakukan prosesi pembinaan muallaf di Yayasan An-Naba’ Center. Tugas dan tanggung jawab yang di emban oleh penyuluh itu di landaskan ketika peneliti datang dalam melakukan observasi di yayasan An-naba’ Center, ketika itu peneliti meihat prosesi pembinaan terhadap para muallaf yang di
45
lakukan oleh para penyuluh/pembina yang bertugas di lembaga tersebut, prosesi pembinaan muallaf cenderung dalam keadaan non formal, yakni seperti layaknya pengajian yang di lakukan di majelis-majelis taklim. Pembinaan yang di lakukan secara non formal merupakan pembinaan yang efektif karena dalam proses pembinaan dilakukan pendekatan yang lebih oleh penyuluh/pembina kepada muallaf, yakni pendekatan secara persuasif dan pemberian stimulus-response-reward kepada para muallaf yang mampu menjalankan tugas-tugas hafalan ayat Al-Qur’an maupun hadist, begitu juga penyampaian tentang nilai-nilai Islam yang dimaksudkan untuk mempertebal keyakinan para muallaf terhadap agama Islam yang mereka anut, disampaikan dengan menggunakan pendekatan kristologi. Hal ini yang membangkitkan semangat peneliti untuk melakukan penelitian di Yayasan An-Naba’ Center. G. Teknik Analisis Data Analisis data adalah salah satu proses pengorganisasian data berdasarkan pola, kategori, dan satuan uraian dasar yang kemudian dapat dianalisis agar mendapatkan hasil berdasarkan data-data yang telah ada.9 Setelah melakukan penghimpunan data yang sesuai dengan permasalahan penelitian, untuk itu selanjutnya penulis mengolah dan menganalisis data tersebut dengan cara : a. Data–data dan informasi yang diperoleh melalui teknik observasi dan pengamatan langsung, oleh penulis dijadikan sebagai bahan untuk mengetahui bagaimana proses dan strategi Komunikasi Penyuluhan yang dilakukan oleh pembina pada pembinaan muallaf di Yayasan AnNaba’ Center Sawah Baru Ciputat. 9
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2003), cet. Ke- 9.
46
b. Data–data dan informasi yang diperoleh melalui teknik wawancara, oleh penulis disimpulkan dan dianalisis yang kemudian diuraikan dan dimasukan ke dalam bahan skripsi. c. Data dan dokumentasi digunakan penulis sebagai bahan karangan analisis dalam menimbang dan menguraikan hasil penelitian ke dalam skripsi. H. Fokus Pengamatan Penelitian Untuk mempermudah penulisan agar lebih fokus dalam melakukan penelitian, maka peneliti memfokuskan masalah yang akan diteliti, sebagai berikut: 1. Strategi komunikasi dalam proses Islamisasi kepada masyarakat non muslim 2. Strategi kendali komunikasi pada saat proses pembinaan di dalam yayasan an-naba’ center sawah baru ciputat, seperti pada saat pembinaan formal dalam artian melakukan pendalaman tentang keilmuan islam maupun pembinaan secara non formal dalam artian pendamping ketika menjalani tugas-tugas dukungan sosial. 3. Proses komunikasi penyuluhan pada saat melakukan pembinaan terhadap para muallaf yang telah berada dalam yayasan an-naba’ center sawah baru ciputat dari pembina kepada muallaf 4. Proses komunikasi para muallaf ketika menjalankan proses pembinaan dalam yayasan an-naba’ center sawah baru ciputat.
47
I. Teknik Penulisan Adapun yang dijadikan pedoman penulis dalam metode penulisan skripsi ini, penulis mengunakan buku pedoman penulisan skripsi, tesis, dan disertasi UIN Syarif Hidyatullah Jakarta 2010.
BAB IV GAMBARAN UMUM PESANTREN PEMBINAAN MUALLAF YAYASAN AN NABA` CENTER A. Sejarah Singkat Berdirinya Pesantren Pembinaan Muallaf Pesantren Pembinaan Muallaf berdiri pada tahun 2007, berawal dari keperihatinan mendalam Ustadz Syamsul Arifin Nababan yang menyaksikan para muallaf banyak yang terlantar dan tidur di kolong-kolong Masjid Istiqlal Jakarta. Kondisi mereka sangat memperihatinkan karena setelah masuk Islam, mereka umumnya terusir dari rumah, hidup tanpa perlindungan orang tua atau keluarga. Jalan terjal ini mereka pilih semata-mata karena mereka yakin iman Islam dan kebenaran ajaran Islam akan menyelamatkannya dalam mengarungi kehidupan di dunia hingga akhirat kelak. Pilihan mereka untuk hijrah ke dalam naungan Islam tidaklah mudah. Pilihan ini mengakibatkan mereka terlantar dari pelukan keluarga yang selama ini mengasihi. Mereka dianggap bukan bagian dari keluarga, bahkan mengalami berbagai ancaman dan teror. Karena realitasnya demikian berat ditambah kurangnya pembinaan terhadap mereka oleh lembaga-lembaga terkait, akibatnya sebagian dari mereka ada yang kembali murtad. Kondisi seperti ini, dari sudut pandang ajaran Islam sangat disayangkan. Mengapa mereka yang masuk Islam akhirnya terlantar, Mengapa mereka akhirnya murtad kembali, Mengapa kita membiarkan mereka menderita sendirian1 Memang, selama ini sebagian umat Islam tak mengetahui ada lembaga yang melakukan pembinaan terhadap muallaf secara terpadu. secara umum, umat Islam hanya mengenal Masjid Istiqlal dan Masjid Agung Sunda Kelapa yang memiliki program pembinaan muallaf. Tapi ketika ditanya, adakah lembaga atau pesantren yang khusus membina para muallaf, dipastikan jawabannya tidak tahu, inilah faktanya. Fakta inilah, Pesantren Pembinaan Muallaf An Naba` Center di dirikan pada tahun 2007 dengan luas tanah 1200 M dari wakaf seorang donatur. Ustadz 1
Wawancara dengan Ustadz Syamsul Arifin Nababan. Ciputat 09 September 2013.
48
49
Nababan mengaku terenyuh tiap kali melihat pembinaan muallaf di tanah air. Beliau berkata saya tidak pernah membayangkan bahwa dakwah yang selama ini saya lakukan ternyata tidak ditopang dengan sistem pembinaan terpadu yang akan membimbing para muallaf menuju pengenalan dan pendalaman tentang islam secara kaffah. Hingga saat ini, terdapat delapan santri yang tengah mondok menuntut ilmu di pesantren ini. Tapi jika dihitung sejak awal berdiri sudah mencapai 50 orang lebih. Bahkan, pesantren ini juga telah mengislamkan lebih dari 11 muallaf. Dua diantaranya warga asing dari AS dan Polandia. Sedangkan santri yang mondok, semuanya juga merupakan muallaf yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia, mulai dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua. keragaman ini sengaja dipupuk dan dibina untuk menghindari kesan ekslusivitas terhadap suku, ras, atau etnis tertentu. Mereka yang memutuskan masuk Islam berasal dari berbagai kalangan dan tingkat ekonomi. Mereka mengenal Islam umumnya dari bacaan, pernikahan dan pergaulan. Sebelum memutuskan masuk Islam, mereka bolak balik datang ke pesantren untuk berdiskusi tentang Islam. Mereka memutuskan masuk Islam di pondok ini karena mendapat informasi dari mulut ke mulut. Demikian juga dengan muallaf yang dari AS dan Polandia. Apalagi, pesantren ini membuka pintu lebar-lebar bagi siapa saja yang ingin mengenal dan belajar Islam. Karenanya, pesantren asuhannya tidak hanya memberikan pengetahuan kepada santri yang pondok akan tetapi juga menyediakan ruang bagi masyarakat umum untuk belajar Islam dan bahasa Arab. Meski pondoknya tidak dikenal luas, tapi berkat informasi dari mulut ke mulut, akhirnya banyak juga
50
warga yang berkunjung. Sebagian diantaranya adalah calon muallaf yang mengajak berdiskusi sebelum akhirnya mengucapkan dua kalimat syahadat. Serupa dengan lembaga pembinaan muallaf yang sudah ada, An Naba` Center juga banyak menghadapi tantangan. Sayangnya, selama ini tantangan ini seolah-olah hanya menjadi beban lembaga dan sang pengelola saja. Padahal, seharusnya, umat Islamlah yang menanggungnya secara bersama-sama. B. Visi dan Misi Visi dan misi adalah suatu aspek penting dalam menjalankan suatu organisasi, setiap langkah yang diterapkan mengacu pada visi dan misi, hal ini karena perlunya pembinaan yang terarah tidak hanya belajar dan belajar asal jadi. Dalam rangka pencapaian tujuan tersebut, pesantren pembinaan muallaf memiliki visi dan misi yang jelas sebagai penuntun langkah ke depan. 1. Visi “Membentuk kader-kader Muslim yang kaffah dan mampu menjadi avantguard (penjaga gawang) bagi penguatan akidah Islamiyah”.2 2. Misi Sebagai sebuah institusi pendidikan non formal yang akan melahirkan pribadi pribadi Muslim yang kaffah, berkarakter dan berjiwa kemandirian. Maka, misi Yayasan An Naba` Center dituangkan dalam beberapa misi berikut : Menggugurkan seluruh sisa-sisa keyakinan sebelumnya dan menggantikan dengan iman Islam yang lurus. a. Menanamkan fondasi keislaman yang kokoh berdasarkan al-Qur`an dan Sunnah Rasul Saw. 2
2012),h.4.
Muallaf
News, Geliat Dakwah di Papua, (Ciputat: Yayasan An Naba` Center,
51
b. Mencetak juru dakwah (da`i) yang militan dan berwawasan perbandingan agama. c. Membentuk pribadi Muslim yang berakhlakul karimah, mandiri dan terampil. d. Menggalang kesatuan dan persatuan di antara kaum Muslimin Indonesia dalam memberikan daya dukung terhadap kekuatan iman dan takwa yang mantap bagi saudara kita, kaum muallaf.3 Sebagai ikhtiar kelembagaan dalam rangka mengajak masyarakat untuk peduli melihat keterbelakangan pendidikan dan pembinaan muallaf di Indonesia, padahal mereka juga merupakan salah satu potensi dan asset umat yang dapat diandalkan keberadaannya bagi bangunan bangsa yang beriman dan bertaqwa. C. Tujuan Tujuan didirikannya Pesantren ini adalah untuk membantu pemerintah dalam usaha pemerataan pelayanan, pembinaan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pendidikan yang berguna. Dilihat dari sudut ini, tampak jelas peran dan fungsi Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba` Center yang semula hanya bergerak dibidang dakwah secara kecil-kecilan, kemudian merambah pada wilayah-wilayah lain yang lebih luas, bahkan sampai ke luar negeri. Wilayah operasional dakwah Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba` Center yang semakin luas tersebut sesuai dengan tuntutan zaman yang menghendaki implementasi syi`ar Islam bukan hanya pada tataran konvensional, melainkan juga pada tataran teknis kehidupan.4
3
Muallaf News, Geliat Dakwah di Papua, (Ciputat: Yayasan An Naba` Center, 2012),h.4. Wawancara dengan Ozi Setiadi, Ciputat 23 Oktober 2013.
4
52
D. Program Pembinaan Muallaf An Naba` Center 1. Program Di Pesantren Pembinaan Muallaf An Naba` Center kegiatan pembinaan di lakukan setiap hari. Pada kegiatan pembinaan ini diikuti oleh seluruh muallaf yang tinggal di Pesantren Pembinaan Muallaf An Naba Center tersebut.Untuk lebih jelasnya penulis akan memampang program yang dilakukan muallaf di Pesantren Pembinaan Muallaf An Naba` Center. Adapun program kegiatan di Pesantren Pembinaan Muallaf An Naba` Center sebagai berikut : No
1
2
3
4
Hari
Waktu
Kegiatan
03:30-04:30
Shalat Tahajjud dan Dzikir
04:30-05.00
Shalat Subuh dan Dzikir
05:00-07.00
Kajian Kitab Bulugul Marom
18:00-19:00
Shalat Mahgrib dan Sirah Nabawi
03:30-04:30
Shalat Tahajjud dan Dzikir
04:30-05:00
Shalat Subuh dan Dzikir
05:00-07:00
Kajian Kitab Tafsir Jalalain
18:00-19:00
Shalat Mahgrib dan Halaqoh Kajian Tauhid
03:30-04:30
Shalat Tahajjud dan Dzikir
04:30-05:00
Shalat Subuh dan Dzikir
05:00-07:00
Kajian Kitab Bulugul Marom
18:00-19:00
Shalat mahgrib dan Sirah Nabawi
03:30-04:30
Shalat Tahajjud dan Dzikir
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
53
5
6
04:30-05:00
Shalat Subuh dan Dzikir
05:00-07:00
Bahasa Arab
18:00-19:00
Shalat Mahgrib dan Yasinan
19:00-21:00
Tahsinul Qira`ah
03:30-04:30
Shalat Tahajjud dan Dzikir
04:30-05:00
Shalat Subuh dan Dzikir
05:00-07:00
Kajian Kitab Jurumiyah
18:00-19:00
Shalat Mahgrib dan Kajian al-Qur`an
03:30-04:30
Shalat Tahajjud dan Dzikir
04:30-05:00
Shalat Subuh dan Dzikir
05:00-07:00
Kajian Fiqh
Jum`at
Sabtu
Shalat Mahgrib dan Halaqoh latihan Khutbah 18:00-20:00 dan Ceramah
7
Minggu
03:30-04:30
Shalat Tahajjud dan Dzikir
04:30-05:00
Shalat Subuh dan Dzikir
05:00-07:00
Kajian Fiqh
18:00-19:30 Shalat Mahgrib dan Halaqoh Kajian Tauhid
Kegiatan Ini dilaksanakan setiap hari, dan bagi muallaf yang sekolah atau kuliah mereka di beri kebebasan waktu oleh pembimbing. a. Program Pembinaan 1) Memberikan dasar-dasar akidah islamiyah melalui kajian rutin. 2) Memberikan dasar-dasar ilmu perbandingan agama.
54
3) Memberikan pelatihan khutbah dan atau ceramah-ceramah yang efektif. b. Program Pendidikan 1) Menyelenggarakan pendidikan formal dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. 2) Menyelenggarakan pendidikan pesantren dengan pola terpadu (Islamic boarding school system). c. Program Pengembangan 1) Menghafal Al Qur`an dan tafsirnya. 2) Menghafal Hadis dan sarahnya. 3) Penguasaan Bahasa Arab 4) Penguasaan Bahasa Inggris d. Program Vokasional 1) Pendidikan Ketrampilan 2) Menyelenggarakan Baitul Mal wa Tamwil. 3) An Naba` Smart (Swalayan) 4) Pusat pelayanan ibadah haji dan umrah. 5) Pusat konsultasi perbandingan agama dan hukum islam. 6) Pusat konsultasi keluarga sakinah. 7) Koperasi pesantren.5
5
Muallaf News, Geliat Dakwah di Papua, (Ciputat: Yayasan An Naba` Center, 2012), h. 5.
55
2. Prosesi Pengislaman di Pesantren Pembinaan Muallaf An Naba` Center Ada beberapa proses pengislaman muallaf yang dilakuakn di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba` Center terhadap para calon muallaf antara lain; pertama, dilakuakan wawancara antara pihak Pengurus dan pihak calon muallaf. Kedua, dialog dan diajarkan mengucapkan 2 (dua) kalimat syahadat yang dipimpin langsung oleh pengasuh dibaca bersama-sama yang disaksikan oleh para hadirin. Setelah mengucapkan dua kalimat syahadat maka calon muallaf tersebut sudah menjadi seorang muslim, kewajiban-kewajiban serta larangan-larangan dalam Islam berlaku atas dirinya. Hal ini merupakan upacara pengislaman yang dilakuakan di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba Center. Kemudian penjelasan singkat dari pengasuh tentang dasar-dasar Islam. Setelah penjelasan selesai, para muallaf diharapakan memahami apa yang telah disampaikan oleh pengasuh tersebut terutama yang paling penting adalah menghafal 2 (dua) kalimah syahadat beserta terjemahan-nya.6 E. Rencana Strategis An-Naba’ Center Yayasan ini memiliki rencana Strategis sebagai berikut7 : 1. Menginventarisir para muallaf yang berada di kota maupun di desa agar mendapat fasilitas pandidikan dan pengajaran tentang keislaman sebagai ikhtiar pemantapan akidah Islamiyah dan akhlak al-karimah.
6 7
2012),h.5.
Wawancara dengan Ozi Setiadi. Ciputat, 27 September 2013 Muallaf News, Geliat Dakwah di Papua, (Ciputat: Yayasan An Naba` Center,
56
2. Menginventarisir para muallaf untuk di tingkatkan potensi dan sumber daya yang mereka miliki agar memperoleh kesempatan yang sama sehingga mencapai kehidupan yang layak. 3. Membangun silaturahim dan komunikasi antar para muallaf dari umat Islam secara keseluruhan untuk menciptakan sinergi hubungan yang saling membantu. 4. Menghimpun potensi umat islam di desa dan kota agar bersedia menjadi donatur melalui pembayaran zakat yang aktif. 5. Membangun berbagai bentuk usaha untuk merintis terciptanya sumber daya ekonomi bagi kemandirian para muallaf yang kurang mampu. 6. Dalam fungsi sebagai amilin, Yayasan An-naba’ Center akan menyalurkan dan menyampaikan amanat zakat, infaq, shadaqah umat islam sesuai ketentuan syariat umat Islam.8 F. Struktur Organisasi Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba` Center Struktur organisasi merupakan fungsi yang paling penting untuk mencapai tujuan bersama. Di mana struktur itu adalah sebuah mekanismedalam suatu organisasi yang disusun atau dibangun secara teratur, sedangkan organisasi adalah sarana atau alat untuk mencapai tujuan, karena oranisasi merupakan sekumpulan orang-orang di dalamnya mempunyai tujuan yang sama dan saling bekerja sama serta terikat secara format dalam kelembagaan. Adapun struktur pengelola Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba` Center adalah: 8
2012),h.5.
Muallaf News, Geliat Dakwah di Papua, (Ciputat: Yayasan An Naba` Center,
57
Ketua
: Ustadz Syamsul Arifin Nababan
Sekretaris
: Ozi Setiadi
Bendahara
: Laily Yuheni Hasibuan
Pembina I
: Ustadz Ahmad Nizar
Pembina II
: Ustadz Ali Akbar.9
G. Sarana dan Prasarana Pesantren Pembinaan muallaf Yayasan An Naba` Center juga memberikan semua fasilitas yang ada pada muallaf, untuk bisa di gunakan sebagai penunjang kegiatan muallaf. Sarana dan prasarana yang ada di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba` Center adalah: 1. Aula dan asrama 2. Ruang belajar dan perpustakaan 3. Lab. Komputer 4. Tunjangan-tunjangan lainnya, seperti: a. Pendidikan sekolah sampai perguruan tinggi di bantu oleh pihak pesantren. b. Mendapat uang saku setiap hari. c. Mendapatkan peralatan mandi seperti sabun dsb (gratis). d. Mendapatkan alat transportasi (motor) bagi yang jauh sekolahnya.10
9
Muallaf News, Geliat Dakwah di Papua, (Ciputat: Yayasan An Naba` Center,
2012),h.7. 10
Wawancara Pribadi dengan Ozi Setiadi. Ciputat, 27 September 2013.
BAB V TEMUAN DAN ANALISA A. Temuan Lapangan Strategi merupakan suatu proses untuk melakukan perumusan dan penentuan rencana unuk mencapai suatu tujuan jangka panjang, demikian halnya ketika seorang individu atau kelompok ingin melakukan suatu pembinaan, tentunya merencanakan sesuatu untuk mencapai tujuan pembinaan tersebut. Tidak dipungkiri lagi bahwa dalam melakukan suatu pembinaan yang dilakukan oleh Yayasan An-naba’ Center membutuhkan rencana strategis, sebagaimana yang diungkapkan oleh Ustadz Syamsul Arifin Nababan, “kegiatan pembinaan ini amat panjang proses, mungkin secara garis besar kami selaku Pembina atau pengasuh yayasan, memiliki rencana strategis yaitu: 1. Menginventarisir para muallaf yang berada di kota maupun di desa agar mendapat fasilitas pendidikan dan pengajaran tentang keislaman sebagai ikhtiar pemantapan aqidah islamiyah dan akhlak al-karimah. 2. Menginventarisir para muallaf untuk ditingkatkan potensi dan sumber daya yang mereka miliki agar memperoleh kesempatan yang sama sehingga mencapai kehidupan yang layak. 3. Membangun silaturahmi dan komunikasi antar para muallaf dan umat islam secara keseluruhan untuk menciptakan sinergi hubungan yang saling membantu. 4. Menghimpun potensi umat islam di desa dan kota agar bersedia menjadi donatur melalui pembayaran zakat yang aktif. 5. Membangun berbagai bentuk usaha untuk menrintis terciptanya sumber daya ekonomi bagi kemandirian para muallaf yang kurang mampu. 6. Dalam fungsi sebagai amilin, yayasan An-naba‟ Center akan menyalurkan dan menyampaikan amanat zakat, infaq shadaqah umat islam sesuai dengan ketentuan syariat islam. Mungkin secara garis besar itu merupakan rencana strategis kami dalam melakukan pembinaan terhadap para muallaf.”1 Berdasarkan hasil wawancara di atas, rencana strategis yang telah diterapkan oleh pihak Yayasan An-naba’ Center masih relative umum yakni memaparkan semua rencana strategis yang ingin diterapkan oleh lembaga demi
1
Wawancara pribadi dengan ketua yayasan An-naba Center Ustadz. Syamsul Arifin Nababan, Ciputat, Sabtu, 2013. Pukul 16.00 WIB
58
59
terwujudnya pembinaan terhadap para muallaf secara baik, terkonsep dan tertata rapih. Selanjutnya peneliti akan memaparkan hasil temuan lapangan berdasarkan rumusan masalah yang telah peneliti rumuskan pada bab I yaitu bagaimana strategi dan proses komunikasi penyuluhan yang dilakukan oleh pembina pada pembinaan muallaf di yayasan An-naba’ Center Sawah Baru Ciputat. 1. Strategi Komunikasi Penyuluhan yang dilakukan oleh Pembina pada Proses Islamisasi Telah dibahas pada landasan teori bahwa secara garis besar strategi komunikasi penyuluhan pada hakikatnya sama seperti halnya strategi komunikasi pada umumnya, yakni To secure understanding yaitu memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterima, To Establish Acceptance yaitu melakukan pembinaan setelah mengerti pesan yang disampaikan, dan To Motivation Action yaitu pemberian motivasi terhadap peserta ataupun khalayak. Pada proses ini tugas-tugas tersebut telah dilakukan oleh para pembina di yayasan An-naba’ Center, proses ini terlihat ketika peneliti melakukan observasi di yayasan An-naba’ Center, dan mewawancarai salah satu pembina yaitu : “Kalau strategi kami dalam mengorganisir Para muallaf secara garis besar mungkin telah di paparkan oleh ustadz Nababan, namun secara lebih khusus, yang kami lakukan dalam membina para muallaf yakni memberikan pemahaman kepada para muallaf agar lebih yakin terhadap agama islam yang baru mereka peluk, yakni dengan cara menyampaikan pesan keagamaan dengan memberikan pemahaman agama islam dengan melakukan pendekatan perbandingan agama atau dengan kata lain yang sering diungkapkan oleh ustadz Nababan yaitu dengan pendekatan Kristologi, setelah itu yyyaaa..., kami lakukan pembinaan agar lebih paham mengenai ajaran islam dengan program-program seperti pengajaran mengenai syariat-syariat islam, serta menghafal ayat-ayat alquran dan hadits-hadits rasulullah.2
2
Wawancara dengan ustadz Ozi Setiadi, Selasa 15 Oktober 2013.
60
Strategi komunikasi yang terjadi dan diterapkan oleh pihak lembaga memang sudah dipaparkan oleh ustadz Nababan secara garis besar, namun lebih khusus, telah dipaparkan oleh ustadz Ozi, yakni sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh salah satu ilmuan yakni R. Wayne Peace, Brent D. Paterson dan M. Dallas Burnet. Namun hal tersebut dilakukan ketika proses penerimaan para muallaf yang dilakukan oleh pihak yayasan, penerimaan tersebut dilakukan baik ketika para muallaf yang dengan sukarela datang ke lembaga untuk menambatkan dirinya masuk ke dalam agama islam, namun lain halnya ketika pihak yayasan melakukan proses Islamisasi kepada para mua’allaf, yang langsung dilakukan oleh ustadz Nababan ke daerah-daerah, seperti yang diungkapkan oleh ustadz Nababan. ”ini merupakan sesuatu yang saya anggap strategi jitu pada saat saya pribadi meupun ditemani oleh kawan-kawan Pembina. Ketika melakukan syi‟ar ke daerah-daerah tersebut, tapi kadangkala juga ada yang mendatangi kami untuk berdiskusi seputar agama islam, ketika setelah melakukan ceramah di daerah-daerah tersebut.”3 Proses ini merupakan kegiatan yang dilakukan oleh para pembina terutama ustadz Syamsul Arifin Nababan ketika melakukan syiar ke daerah-daerah yang penduduknya bukan mayoritas muslim, tetapi menurut beliau ini adalah strategi yang sangat jitu untuk menjaring masyarakat non muslim yang ingin masuk Islam tetapi masih berada dalam keragu-raguan sehingga mereka mendapatkan pencerahan secara lebih dalam mengenal dan memahami islam, sehingga hati mereka terketuk untuk lebih mendalami Agama Islam.
3
Wawancara peribadi dengan ketua yayasan An-naba’ Center Ustadz Syamsul Arifin Nababan, Ciputat, Sabtu, 12 Oktober 2013. Pukul 16.00 WIB
61
Cara tersebut merupakan awal mula langkah yang dilakukan dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah sehingga para masyarakat mau meng-imani ajaran Islam secara keterbukaan hati dan fikiran. Dari semua kegiatan yang merupakan strategi komunikasi secara garis besar yang telah dipaparkan di atas, selain itu juga banyak kegiatan yang merupakan strategi yang lebih khusus dalam melakukan prosesi pembinaan yang telah diterapkan oleh para pembina yang merupakan bagian dari pembinaan di yayasan An-naba’ Center. 2. Strategi Kendali Komunikasi Pada Saat Proses Pembinaan di Dalam Yayasan An-Naba’ Center Tugas fungsional seorang Pembina di Yayasan An-Naba’ Center meliputi membina para muallaf agar dapat memahami ajaran islam secara menyeluruh, dan membina para muallaf agar dapat mandiri dari segi keyakinan ataupun dari segi kemampuan ekonomi. Seperti halnya komunikasi yang diterapkan ataupun digunakan pembina pada proses memberikan pemahaman nilai-nilai Islam pada para muallaf disetiap jadwal program yang telah dibuat oleh pihak lembaga seperti, “strategi kami pada saat melakukan pembinaan, yang jelas kami memberikan dasar-dasar aqidah islamiyah melalui kajian rutin, tentunya dengan pendekatan perbandingan agama ataupun pendekatan kristologi yang biasa digunakan oleh ustadz Nababan, dalam hal ini para muallaf diharapkan mendapatkan pemahaman lebih terhadap Islam sehingga nilai-nilai yang dibawa dari agama sebelumnya menjadi hilang berganti menjadi nilai-nilai Islam sehingga nilai-nilai yang dibawa dari agama sebelumnya menjadi hilang berganti menjadi nilai-nilai Islam sehingga menjadi paham terhadap nilai-nilai Islam.”4
4
Wawancara dengan ustadz Idham Cholid, Rabu 16 Oktober 2013
62
Selain pemberian pemahaman terhadap nilai-nilai Islam, dalam hal ini pun Pembina memberikan stimulus agar mereka menjadi lebih paham terhadap materi yang telah disampaikan dilakukan juga pemberian stimulus-respons-reward. “di sela-sela pemberian materi kami biasa memberikan stimulus kepada mereka agar mereka menjadi termotivasi untuk menjadi lebih tau, pokoknya mereka menjadi lebih semangat dah, misalnya ada pujian ketika mereka mampu menjawab, “wah kamu hebat”, “ini baru santri An-naba‟ kalau tertib”, “good”, “luar biasa”, itu biasanya kami lakukan, adapun dengan memberikan imingiming, seperti yang bisa paham duluan kita berikan hadiah uang, ataupun hadiah umroh di akhir masa pembinaan ketika mereka mampu menjalankan semua kegiatan pembinaan dengan baik. Yah dengan seperti itu saya lihat mereka semakin bersemangat dalam menjalankan prosesi pembinaan”5 Selain itu pihak yayasan pun memberikan fasilitas kepada para muallaf, untuk menunjang kegiatan mereka selama di dalam maupun di luar yayasan seperti, “untuk pemberian stimulus terhadap mereka saya rasa sudah relatif memadai seperti halnya, setiap santri/muallaf disini semua kebutuhan makan kami tanggung, belum lagi kebutuhan kendaraan bermotor untuk para santri/muallaf untuk mereka menjalani sekolah ataupun kuliah di tempat pendidikannya masing-masing, dan juga uang saku mereka, saya rasa itu sudah merupakan stimulus bagi mereka, dan selama ini mereka merasa nyaman dengan fasilitas yang kami berikan”.6 Sedangkan pemberian ganjaran ataupun hukuman yang terjadi pada proses pembinaan itu dilakukan ketika para muallaf sedikit malas, seperti. “kadang para santri/muallaf juga ada ynag sedikit malas atau januh ya namanya juga manusia kadang semangat mereka membara, kadang juga semangat mereka menjadi redup, belum lagi ada dari sebagian mereka yang berada di kamar pada saat pembinaan, namun tentuya hukuman tersebut yang mengajarkan ke arah positif, semisalnya membersihkan ruang kelas pembinaan, menghafal al-quran dan hadits yang ditentukan oleh pembina, ataupun menulis lafadz bismillah sebanyak sepuluh lembar kertas tapi yang jelas itu adalah konsekuensi yang harus mereka jalani dengan ikhlas ketika mereka berbuat sesuatu yang anggap akan mempengaruhi proses keefektifan dari program pembinaan..7 5
Wawancara pribadi dengan ustadz Idham Cholid, Rabu 16 Oktober 2013 Wawancara pribadi dengan ketua Yayasan An-naba’ Center Ustadz. Syamsul Arifin Nababan, Ciputat, Sabtu, 12 Oktober 2013. Pukul 16.00 WIB 7 Wawancara pribadi dengan ustadz Ali Akbar, Kamis, 17 Oktober 2013 6
63
Adapun pemancingan respon tapi tidak memberikan imbalan ataupun hukuman hal tersebut biasa dilakukan oleh para Pembina seperti halnya diungkapkan. “waktu pemberian materi baik materi seputar nilai-nilai islam ataupun hafalan terhadap surat-surat al-quran kami biasa melakukan seputar diskusi atau tanya jawab tapi hal tersebut kadang kami tidak memberikan imbalan ataupun hukuman, tapi semua itu tidak mengurangi semangat mereka dalam menjalankan prosesi pembinaan, dan ini kami anggap sebagai wadah kemandirian mereka untuk memperdalam nilai-nilai islam melalui proses pembinaan tanpa adanya pengharapan terhadap sesuatu apapun sehingga mereka menjalani semua hal tersebut dibarengi dengan rasa ikhlas.”8 Sedangkan dalam hal pemeliharaan hubungan yang dilakukan oleh para pembina kepada para muallaf yang dilakukan ketika situasi di luar pembinaan. “mungkin untuk mewujudkan ikatan emosional yang lebih tinggi kami selaku pembina, sering mendampingi mereka di luar kegiatan pembinaan, seperti halnya bermain futsal bersama, lapangan sekitar yayasan, atau sekedar menemani ngobrol-ngobrol di sela-sela waktu senggang, ataupun mendampingi mereka menonton televisi bersama para santri/muallaf”.9 3. Proses Komunikasi Penyuluhan Pada Saat Melakukan Pembinaan di Yayasan An-naba’ Center dari Pembina kepada Para Muallaf Proses komunikasi biasa terjadi dan dapat dilakukan dengan siapa saja, demikian halnya dapat dilakukan dengan para muallaf yang sangat membutuhkan pemahaman dan pendampingan terhadap nilai-nilai Islam yang baru mereka pahami, pada dasarnya komunikasi merupakan hal penting yang dibutuhkan setiap individu dalam menjalani setiap aktifitasnya, dimulai dengan menciptakan suatu pesan dan menyampaikan pesan itu sampai dengan adanya pemahaman kepada kahlayak yang dituju. Begitupun proses komunikasi bisa terjadi dan selalu terjadi dalam rangka menimbulkan 8 9
hubungan
keakraban
dan
kekeluargaan
sehingga
Wawancara pribadi dengan ustadz. Idham Cholid, Rabu 16 Oktober 2013 Wawancara pribadi dengan ustadz. Idham Cholid, Rabu 16 Oktober 2013
dapat
64
memudahkan pembina untuk lebih terbuka terhadap para muallaf, begitupun para muallaf terhadapa pembina, sehingga penyampaian informasi dapat di terima dengan mudah. Sebagaimana di ungkap oleh ustadz.nababan.10 “Untuk komunikasi, ya namanya juga manusia tidak terlepas dari yang namanya komunikasi, kalo dalam rangka pembinaan ini sih kami jelas berkomunikasi terlebih ketika mereka kurang pahamdan bertanya, itukan merupakan bagian dari komunikasi, tapi lebih mendalamnya kami melakukan komunikasi yang sangat intensatau sering, misalnya kalau saya sih sering menyapa mereka ketika di sela-sela kegiatan pembinaan yang kosong, menyapa mereka dengan kelembutan, atau melayani mereka yang ingin curhat, “kalo kata anak sekarang” seputar kehidupan pribadi mereka, tapi kalau lebih sering yang mendampingi mereka dalam berkomunikasi ya para pembina yang terlibat langsung dalam pembinaan tersebut, mungkin lebih enaknya saya menyebut ini dengan berkomunikasi secara kekeluargaan”.11 Di dalam proses pembinaan pun terjadi proses komunikasi penyuluhan dalam rangka menyampaikan pesan kepada para muallaf agar mereka menjadi lebih paham terhadap materi yang di sampaikan. “pada saat pembinaan kami lebih mengedepankan komunikasi secara akrab dalam menyampaikan materi-materi pembinaan, dan selalu kami buka dialog dalam rangka ,memberikan pemahaman yang lebih mendalam, semisalnya di dalam forum kami selalu mengadakan sesi tanya jawab untuk para muallaf yang mungkin belum paham.”12 Pada proses pembinaan pun terdapat perilaku komunikasi kelompok, yang di terapkan oleh para pembina ketika melakukan pembinaan seputar pengetahuan dan pemahaman terhadap ayat-ayat Al-Qur’an. “dalam hal pembinaan Al-Qur‟an kami sering melakukan menghafal AlQur‟an secara bersama-sama, yakni saling mengkoreksi satu sama lain mengenai ayat yang mereka hafal, pada sesi tersebut kami selaku pembina hanya mengawasi mereka, dan kami rasa ini merupakan hal yang efektif karena dalam proses itu para muallaf saling berinteraksi satu sama lain, saling mengingatkan,
10
Hasil observasi/temuan lapanganpada sat penelitian dari bulan februari 2013 s/d november 2013 11 Wawancara pribadi dengan ketua yayasan An-naba’ Center Ustd.Syamsul Arifin Nababan,Ciputat, Sabtu, 12 Oktober 2013.Pukul 16.00 WIB 12 Wawancara pribadi dengan Ustadz.Idham Cholid, Rabu 16 Oktober 2013
65
dan di situlah terjalin hubungan mereka secara berkelompok yang penuh keakraban.”13 Dalam hal ini yayasan An-naba Center pun tidak melupakan kemajuan teknelogi, seperti dalam melakukan syiar dakwah yang dapat mengajak masyarakat untuk dapat memeluk Islam, para pembina juga menggunakan yang di namakan komunikasi massa. “dalam berkomunikasi kami juga menerapkan komunikasi yang melibatkan kemajuan teknelogi, atau seering di bilang komunikasi massa‟ dalam hal ini kami membuat kisah-kisah paara muallaf dan kami masukan dalam facebook dan website, menurut kami itu juga meripakan sarana syiarmelalui media massa, dan merupakan suatu hal yang efektif di tengsh-tengsh kemsnjusn teknelogi ini, kami juga telah mengeluarkan „muallaf news „ yang kami sebar setiap bulan .14 Sedangkan dalam melayani para muallaf dalam berkomunikasi di luar kegiatan yang telah di jalankan secara rutinitas, para pembina pun menyempatkan waktunya ketika senggang untuk menemani mereka. “kami sering menemani para santri/muallaf yang meminta waktu hanya untuk sekedar curhat ataupun bertanya seputar nilai-nilai Islam yang mereka caggung menanyakan di dalam forum pembinaan, hal itu pati kami layani dengan baik, sehingga kami dapat begitu akrab dengan para santri ataupun muallaf, pokoknya kami berikan semuanya agar mereka merasa nyaman, sehingga mereka terbuka dalam segala hal sehingga memudahkan kami dalam melakukan pembinaan terhadap para muallaf.”15
4. Proses
komunikasi para
muallaf
ketika
menjalankan
proses
pembinaan dalam yayasan An-Naba’ Center Sawah baru Ciputat Para muallaf merupakan orang yang bersentuhan langsung dengan para pembina, dan menjalankan semua program pembinaan yang telah ditetapkan di dalm yayasan tersebut, dalam hal ini mereka merupakan orang yang merasakan
13
Wawancara pribadi dengan Ustadz.Idham Cholid, Rabu 16 Oktober 2013 Wawancara pribadi dengan Ustadz.Idham Cholid, Rabu 16 Oktober 2013 15 Wawancara pribadi dengan Ustadz.Idham Cholid, Rabu 16 Oktober 2013 14
66
keefektifan program pembinaan maupun kefektifan cara berkomunikasi pembina kepad para muallaf, seperti. “Syukur alhamdulillah kami merasa telah hijrah menuju jalan yang peuh nikmat, dalam hal ini saya sangat merasa bahagia dan baru sadr ternyata selam ini saya menutup diri dengan tidak mengenal Islam tapi setelah saya menjadi seorang muallaf terlebih lagi saya di islamkan oleh seorang penginjil, saya sangat terbuka sekali mengenal cara hidup yang bermanfaat yang telah di atur dalam islam, dan ketika saya menjalankan pembinaan di dalam yayasan ini saya merasa serba berkecukupan, baik dari segi ilmu yang di miliki para pembina, ataupun dari segi fasilitas yang telah di berikan secara sukarela dan tanpa pamrih, yah pokoknya saya sangat bersyukur kepada allah, atas anugerah dan hidayah yang di berikan kepada saya.”16 Ketika para muallaf merasakan kesulitan merekapun tak sungkan meminta bantuan dan mencurahkan kepada para pembina. “saya biasa menganggap ustad.nababan layaknya orang tua saya sendiri, begitupun dengan ustdaz-ustadz yang lain, kami menganggap mereka selayaknya keluarga, begitupun yang sering di sampaikan kepada kami, bahwa kita semua ini muslim dan layaknya sesama muslim saling membantu atas kesulitan saudaranya, saya pun sering curhat dengan para ustad, terutama ustad idham khalid ketika saya sedang dapat tekanan dengan orang-orang lingkungan saya sebelum menjadi seorang muallaf.”17 Penjelasan di atas merupakan proses komunikasi yang di lakukan oleh salah seorang muallaf kepada salah seorang pembina, begitupun tanggapan mereka mengenai fasilitas yang telah di berikan oleh pembina. “saya merasa terbantu dengan semua yang telah di berikan oleh pihak lembaga terhadap saya, dari semua fasilitas untuk menunjang pendidikan saya di luar, ataupun fasilitas yang ada di sini seperti tempat tidur, makanan, dan ruang belajar yang sangat membantu sekali dalam rangka saya mengenal islam, yang jelas ya mas, saya sangat bersyukur kepada allah, dan sangat berterima kasih kepada ustad yang telah ikhlas membimbing saya dan telah memfasilitasi saya.”18
16
Wawancara pribadi dengan Taslim lase, kamis 17 Oktober 2013 Wawancara pribadi dengan Muhammad Orlando, kamis 17 Oktober 2013 18 Wawancara pribadi dengan Hendrik tyas waluyo, kamis 17 Oktober 2013 17
67
Ketika mereka menjalani proses pembinaan sangatlah beragam seperti yang di rasakan oleh para muallaf. “pembinaan yang kami jalankan secara rutin di setiap harinya, mungkin itu semua kegiatan yang harus kami jalani, sejauh ini kami merasa paham dan merasa nyaman sehingga kami betah di sini, namun di luar itu juga kami pernah terbersit perasaan jenuh, malas, bosan, yah namanya juga manusia ya mas, pastilah merasa bosan, tapi ketika perasaan itu datang para ustadz tidak hentihentinya mengingatkan kami, dan di situ kami sangat merasa terayomi oleh para guru-guru kami.”19 Pendampingan secara lebih pun di rasakan oleh para muallaf ketika muallaf berada di waktu senggang, sedang tidak ada proses pembinaan. “hubungan yang kami rasakan ketika waktu sela-sela kosong setelah pembinaan, banyak sekali yang bisa kami lalui, seperti halnya saling curhat, ataupun menanyakan sesuatu yang tidak kami pahami di dalam forum, ataupun bertanya seputar pengetahuan nilai-nilai Islam yang belum kami pahami, dan juga secara akrab kami bercanda, bermain bola bersama, yang jelas kami merasa para ustad sudah merupakan bagian dari keluarga kami.”20 B. Analisa Hasil Temuan Analisa hasil temuan dalam penelitian kualaitatif akan mengungkapkan masalah dari berbagai sumber yang komprehensif secara penjelasan deskriptif, dimana pendekatan kualitatif ini akan mendeskripsikan atau menggambarkan secara sitematis, faktual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat, serta hubungan antara fenomena yang di teliti dan data yang akan di hasilkan berupa kata-kata, gambar, dan buka angka-angka. Selanjutnya hasil dari penelitian ini akan menjelaskan secara deskriptis analisis terkait hasil temuan di lapangan. Fokus analisanya terletak pada strategi komunikasi penyuluhan dan proses komunikasi penyuluhan yang pembina jalankan ketika melakukan pembinaan kepada para muallaf di yayasan An-naba’ Center sawah baru ciputat. 19 20
Wawancara pribadi dengan Hamzah Dasilva, Kamis 17 Oktober 2013 Wawancara pribadi dengan Lukman Hakim, Rabu 16 Oktober 2013
68
Analisa hasil temuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Analisa Strategi Komunikasi Penyuluhan Yang di lakukan oleh Pembina pada saat prosesi Islamisasi Muallaf, merupakan sebutan bagi orang yang baru memeluk agama islam sehingga membutuhkan bimbingan dan penyuluhan untuk memahami nilai-nilai ajaran islam tersebut secara menyeluruh, dalam hal ini merupakan kegiatan yang sangat membutuhkan proses yang sangat panjang, sehingga para muallaf mampu berdiri sendiri dari segi keyakinan, maupun dari segi keadaan ekonomi. Dalam hal ini lembaga ataupun yayasan an-naba center melakukan perencanaan strategis ssecara umum, yakni: Yayasan ini memiliki rencana strategis sebagai berikut: 1. Menginventarisir para muallaf yang berada di kota maupun di desa agar mendapat fasilitas pendidikan dan pengajaran tentang keislaman sebagai ikhtiar pemantapan akidah islamiyah dan akhlak al-karimah. 2. Menginventarisir para muallaf untuk di tingkatkan potensi dan sumber daya yang mereka miliki agar memperoleh kesempatan yang sama sehingga mencapai kehidupan yang layak. 3. Membangun silaturahmi dan komunikasi antar para muallaf dan umat islam secara keseluruhan untuk menciptakan sinergi hubungan yang saling membantu. 4. Menghimpun potensi umat islam di desa dan kota agar bersedia menjadi donatur melalui pembayaran zakat yang aktif. 5. Membangun berbagai bentuk usaha untuk merintis terciptanya sumber ekonomi bagi kemandirian para muallaf yang kurang mampu
69
6. Dalam fungsi sebagai amilin, yayasan an-naba center akan menyalurkan dan menyampaikan zakat, infaq, shadaqah umat islam sesuai dengan ketentuan syariat islam. Rencana strategis yang telah di buat oleh yayasan an-naba’ center yang di dapat oleh peniliti dari hasil wawancara dengan pimpinan Yayasan yaitu Ustadaz. Syamsul arifin Nababan, merupakan rencana yang sesuai dengan teori yang telah di cantumkan oleh peneliti. Menurut Onong Uchana Effendi Strategi komunikasi merupakan panduan perencanaan komunikasi yang di barengi dengan menejemen komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan, hal yang tersebut telah di tetapkan secara langsung dalam perencanaan yang di buat oleh pihak yayasan An-naba’ Center. Semua rencana strategis tersebut merupakan suatu proses perumusan yang telah di terapkan oleh pihak yayasan untuk mencapai suatu tujuan dalam waktu jangka panjang. Tentunya di lakukan secara berkala ataupun keberlanjutan. Pemaparan tersebut sejalan dengan yang telah peneliti paparkan dalam bab II yakni tinjauan teoritis, dimana menurut R. Wayne Peace, Brent D.Petterson dan M Dallas Burnet dalam bukunya Techniques For Effective Communication, seperti yang di kutip oleh Onong uchana Effendi Tujuan Sentral Strategi Komunikasi terdiri atas tiga tujuan utama yaitu :21 a. To secure understanding: memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang di terima, andaikan ia sudah dapat mengerti dan menerima, maka penerimanya itu harus di bina.
21
Onong Uchana Effendi, Ilmu komunikasi dan Praktek, h.33
70
b. To establish acceptance: setelah komunikan mengerti dan menerima pesan maka pesan maka pesan ini harus di lakukan pembinaan. c. To motivation action: setelah penerima itu di bina maka kegiatan ini harus di motivasikan. Dari data yang di peroleh di atas dan di sesuaikan teori dan di sesuaikan dengan teori dan hasil observasi di lapangan, dapat di simpulkan bahwa yayasan An-Naba’ Center telah merumuskan rencana strategis dengan penyesuaian terhadap hal yang di butuhkan oleh para muallaf demi terwujudnya pembinaan terhadap para muallaf sehingga para muallaf mampu berdiri sendiri, dan menitih kehidupan yang baru untuk dapat menjadi seorang muslim yang kaffah. 2. Analisa Strategi Kendali Komunikasi Pada Saat Proses Pembinaan di dalam Yayasan An-naba’ Center a. Strategi Wortel Teruntai Dalam proses pembinaan yang di lakukan oleh pembina kepada para muallaf merupakan proses muallaf merupakan proses yang tidak bisa di jalankan secara singkat, belum lagi dalam proses komunikasi penyuluhan, pengertian bersaa sulit tercapai, karena peyuluh atau pembina menuntut lebih banyak di bandingkan dari komunikan/khalayak. Oleh sebab itu dalam prosesi pembinaan sangatlah di butuhkan strategi komunikasi penyuluhan, dimana dalam proses pembinan pasti ada tujuan, yakni jika di dalam yayasan An-naba’ Center, tujuan bersama tersebut yakni memberikan pembinaan terhadap para muallaf agar menjadi muslim yang kaffah. Tentunya hal tersebut menggunakan suatu strategi komunikasi penyuluhan.
71
Seperti telah di bahas dalam temuan yang telah di cantumkan oleh peneliti, bahwa para pembina berusaha memberikan pembinaan dengan semaksimal mungkin yakni dengan cara: “tentunya dengan pendekatan perbandingan agama ataupun pendekatan kristologi yang telah biasa saya gunakan dalam melakukan pembinaan”22 Pendekatan tersebut merupakan ciri khas yang telah di terapkan untuk melakukan pembinaan terhadap para muallaf yang telah berada di dalam yayasan tersebut, tentunya untuk menambah keyakinan para muallaf terhadap Agama Islam. Dengan kata lain hal tersebut sesuai dengan apa yang telah penulis cantumkan dalam tinjauan teoritis, bahwa dalam melakukan strategi komunikasi penyuluhan di terapkan terapan teori strategi komunikasi antarpribadi, yakni hal ini merupakan bagian dari strategi kendali komunikasi yaitu penggunaan strategi wortel teruntai. Secar garis besar sasaran atau tujuan dari strategi wortel teruntai adalah mengubah tingkat, arah, dan substansi mengenai perilaku dan memperkuat perubahannya, sedangkan dalam implementasi strategi tersebut dengan kedua prosedur dasar yang di terapkan ialah mampu menciptakan rangkaian stimulusresponse-reword dan menghasilkan pengembangan strategi wortel teruntai pada orang lain, dan dalam hal strategi yang di teapkan oleh ustadz Nababan yakni pendekatan kristologi ataupun perbandingan agama, sejalan dengan teori tersebut. b. Strategi Pedang Tergantung Pada prosesi pembinaan adakalanya para muallaf merasakan malas, ataupun bosan yang menyelimuti diri para muallaf, hal ini yang dianggap oleh 22
Wawancara pribadi dengan ketua yayasan an-naba center ustadz.Syamsyul arifin nababan, ciputat, sabtu 12 oktober 2013.pukul 16.00 WIB
72
Pembina sebagai sisuatu yang harus dibangun menjadi sesuatu yang dapat memicu semangat para muallaf lagi. Pemberian hukuman terhadap para muallaf memang diakui telah diterapkan oleh pihak lembaga ataupun Pembin, hal tersebut dipaparkan langsung pada temuan lapangan yang telah dicantumkan oleh peneliti. Hal tersebut sejalan dengan apa yang dicantumkan dalam strategi pedang tergantung, yakni strategi ini merupakan hukuman, seorang komunikator bias menghukum pihak lainnya supaya orang itu mengurangi atau membatasi prilakuprilaku yang tidak disukai oleh yang memberi hukuman.23 Menurut peneliti hukuman sah saja diberikan kepada para muallaf, yang terpenting sejauh hal tersebut dapat memberikan nilai positif dan mampu memicu semangat para muallaf menjadi lebih baik dilakukan. c. Strategi Katalisator Dalam penerapan strategi kendali komunikasi ini para Pembina agaknya menerapkan tapi belum terealisasi secara optimal, hal tersebut terlihat ketika Pembina yang melakukan hal yang menyerupai strategi katalisator banyak para muallaf yang kurang menangkap apa yang diinginkan oleh para Pembina. Benar memang kutipan wawancara yang telah dicantumkan pada temuan lapangan, tapi hal tersebut masih membutuhkan bimbingan. Sebab salah satu asumsi pokok, dari strategi katalisator adalah keefektifan menjadi individu berprilaku dengan cara berinisiatif diri tanpa memberikan imbalan atau hukuman baginya.24 Bila berpedoman pada asumsi pokok tersebut
23
Muhammad Budyatna & Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta:Kencana 2011), cet ke-1 hal.79 24 Muhammad Budyatna & Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta: Kencana 2011), cet ke-1 hal.91
73
ketika para muallaf masih dalam proses untuk mengarah kemandirian tersebut, jadi dapat dikatakan bahwa belum sepenuhnya para muallaf tersebut mampu menjalankan prosesi pembinaan dengan mandiri. d. Strategi Kembar Siam Prosesi saling memahami atara Pembina terhadap para muallaf, hal itu sangat terlihat sekali ketika di sela-sela waktu kosong pembinaan, peneliti menyaksikan keakraban antara mereka sangatlah terwujud karena memang Ustadz. Syamsul Arifin Nababan menuturkan, “para muallaf sudah kami anggap sebagai keluarga sendiri, kami penuhi kebutuhan mereka semua, selain keilmuan tentang islam, apabila mereka sakit kami obati atau fasilitasi untuk pergi ke dokter, apabila mereka jenuh kami sambangi, hanya untuk sekedar menemani mereka curhat, yah pokoknya kami menganggap mereka sebagai keluarga, karena anggapan itu akan melahirkan ikatan yang erat sehingga tidak timbul sekat terlalu jauh antara kami dengan para muallaf yang nantinya akan menyulitkan kami”.25 Hal yang diungkapkan di atas memang sangat menandakan bahwa hubungan yang dibangun oleh pihak lembaga sangatlah erat sesuai dengan apa yang tertera dalam landasan teori yakni strategi kembar siam dimana fokus yang ada dalam strategi tersebut menitik beratkan pada kembar siam adalah orangorang yang menempatkan sangat pentingnya pada pemeliharaan hubungan timbal balik mereka. Mereka rupanya yakin bahwa kehagiaan mereka yang paling utama kalau mereka selalu bersama-sama.26
25
Wawancara pribadi dengan ketua yayasan An-naba’ Center Ustadz. Syamsul Arifin Nababan, Ciputat, Sabtu, 12 Oktober 2013. Pukul 16.00 WIB 26 Muahammad Budyatna & Leila Mona Ganiem, Teori Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta: Kencana 2011), cet ke-1 hal.94
74
3. Analisa Proses Komunikasi Penyuluhan pada saat Melakukan Pembinaan di Yayasan An-naba’ Center dari Pembina kepada Para Muallaf Komunikasi merupakan suatu proses dimana mengandung makna sesuatu yang sedang berlangsung, dalam hal melakukan suatu pembinaan yang sudah barang tentu di dalamnya terdapat suatu aktivitas dalam rangka memberikan suatu ilmu pengetahuan yang berguna, maka hal itu merupakan suatu kegiatan yang penting dan sangat membutuhkan terapan ilmu komunikasi. Dalam hal tersebut melihat cakupan dan titik berat seorang penyuluh merupakan hal penting menguasai pengetahuan tentang komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi massa, seperti yang dijelaskan oleh Zulkarimien Nasution pada bukunya yang berjudul “Prinsip-prinsip Komunikasi Untuk Penyuluhan”, semua yang telah dipaparkan di dalam landasan teori telah terdapat di dalam proses komunikasi yang diterapkan oleh pembina yang melakukan pembinaan di Yayasan An-naba’ Center, hal tersebut telah jelas peneliti paparkan di atas bagian temuan lapangan yakni hasil-hasil wawancara dengan para Pembina yang melakukan pembinaan. 4. Analisa Proses Komunikasi Para Muallaf Ketika Menjalankan Proses Pembinaan dalam Yayasan An-naba’ Center Sawah Baru Ciputat. Secara garis besar proses pembinaan merupakan hal dimana para peserta berkumpul untuk memberi, menerima, dan mengolah informasi. Dalam hal ini muallaf merupakan bagian yang sangat penting dalam prosesi pembinaan, hal itu dikarenakan proses pembinaan tidak akan berjalan dengan baik apabila yang
75
dibina tidak mengalami keterbukaan dalam berkomunikasi dan menerima informasi. Hasil wawancara yang telah dicantumkan pada bagian temuan lapangan, di situ terlihat jelas bahwa para muallaf merasakan prosesi pembinaan yang sangat efektif di lihat dengan keantusiasan mereka dalam menjalankan proses pembinaan yakni para muallaf merasakan keistimewaan tersendiri ketika mereka mulai mengenal Islam, pada saat masuk Islam dan menjalankan pembinaan di Yayasan An-naba’ Center. Ketika peneliti terjun langsung ke dalam lapangan untuk melakukan observasi, peneliti mendapati para muallaf begitu antusias dalam menjalankan semua program pembinaan yang dicanangkan oleh pihak Yayasan An-naba’ Center Sawah Baru Ciputat, dan sejauh peneliti mengamati program tersebut dimaknai dan di jalankan oleh para muallaf dengan antusias dan dengan penuh hikmat.27
27
Hasil Observasi/temuan lapangan pada saat penelitian dari bulan Februari 2013 s/d November 2013.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Strategi komunikasi penyuluhan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat di pisahkan dalam melakukan suatu pembinaan, terdapat pembedaan yakni dalam strategi pembina harus merencanakan sebuah rencana pembinaan untuk untuk dapat memastikan sampai batas mana pembinaan itu di lakukan dan melakukan pendampingan dalam proses penerapannya sampai muallaf yang memperoleh pembinaan mampu memahami semua materi yang di berikan di dalam proses pembinaan. Sedangkan proses komunikasi penyuluhan merupakan pendampingan yang dilakukan oleh pembina dalam melakukan pembinaan kepada para muallaf, pendampingan yang dimaksud di sini adalah cara pembina menyampaikan pesan dengan tujuan untuk memastikan para muallaf paham dengan informasi yang di berikan oleh pembina dengan menggunakan terapan komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi massa. Sebagaimana telah diuraikan dalam pembahasan pada bab sebelumnya, maka peneliti mencoba menyimpulkan strategi komunikasi penyuluhan yang terjadi selama proses pembinaan muallaf di Yayasan An-naba’ Center Sawah Baru Ciputat, ditinjau dari perencanaan serta penggunaan strategi kendali komunikasi dan proses komunikasi yang berlangsung pada proses pembinaan muallaf.
75
76
1. Strategi Komunikasi Penyuluhan Pada Pembinaan Muallaf Dibawah ini adalah strategi komunikasi yang dilakukan oleh Pembina kepada muallaf di Yayasan An-naba’ Center: a. Rencana strategis secara umum telah diterapkan oleh yayasan Annaba’ Center Sawah Baru Ciputat adapun Yayasan ini memiliki rencana strategis sebagai berikut: 1) Menginventarisir para muallaf yang berada di kota maupun di desa agar dapat fasilitas pendidikan dan pengajaran tentang keislaman sebagai ikhtiar pemantapan aqidah ilamiyah dan akhlak al-karimah. 2) Menginventarisir para muallaf untuk ditingkatkan potensi dan sumber daya yang mereka miliki agar memperoleh kesempatan yang sama sehingga mencapai kehidupan yang layak. 3) Membangun silaturahmi dan komunikasi antar para muallaf dan umat islam secara keseluruhan untuk menciptakan sinergi hubungan yang saling membantu. 4) Menghimpun potensi umat islam di desa dan kota agar bersedia menjadi donatur melalui pembayaran zakat yang aktif. 5) Membangun berbagi bentuk usaha untuk merintis terciptanya sumber daya ekonomi bagi kemandirian para muallaf yang kurang mampu. 6) Dalam fungsi sebagai amilin, yayasan An-naba’ Center akan menyalurkan dan menyampaikan zakat, infaq, shadakoh umat islam sesuai dengan ketentuan syariat islam.
77
b. Secara lebih khusus para pembina telah menyiapkan strategi untuk dapat memberikan pembinaan secara khusus dengan menyiapkan agenda kegiatan pembinaan untuk memberikan pemahaman terhadap nilai-nilai Islam, seperti kholaqoh kajian tauhid, kajian fikih, kajian bulugul maram, kajian tafsir jalalain, kajian bahasa arab dan kitab jurumiah, kajian fiqih, kajian perbandingan agama dan semua program pembinaan itu di lakukan oleh para muallaf setelah melalui proses pendekatan kristologi yang di berikan oleh pembina sebagai awal pemantapan para muallaf ketika memeluk Islam. c. Strategi kendali komunikasi, dalam hal ini pembina ataupun pihak lembaga menggunakan strategi kendali komunikasi di dalam keseharian dalam membina para muallaf, meskipun dalam pengunaan bahasa tidak sama seperti yang berada di dalam teori tetapi secara garis besar, sebagian besar strategi kendali komunikasi digunakan dalam mebina para muallaf, adapun strategi tersebut adalah: strategi wortel teruntai, strategi pedang tergantung, strategi katalisator, strategi kembar siam, tapi tidak terdapat strategi dunia khayal. 2. Proses Komunikasi Penyuluhan Pembina pada Pembinaan Muallaf Proses komunikasi pada pembinaan muallaf secara garis besar terbangun dengan baik antara Pembina kepada para muallaf ataupun antara muallaf kepada Pembina, hal tersebut terbangun karena Pembina memiliki terapan keilmuan komunikasi
seputar
komunikasi
Antarpribadi,
komunikasi
Kelompok,
Komunikasi Massa, sehingga menimbulkan hubungan keakraban antara
78
keduanya, dan itu semua terealisasi selama proses pembinaan di Yayasan Annaba’ Center dengan baik. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan kesimpulan di atas maka peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Perlu adanya tambahan kegiatan berupa terapi kelompok di sela-sela pembinaan yakni dalam satu minggu sekali, agar dapat lebih mempererat lagi ikatan emosional terhadap sesama muallaf. 2. Perlu adanya training motivasi kepada para santri muallaf, untuk lebih memantapkan keyakinannya dalam menganut ajaran Islam. 3. Perlu adanya pelatihan Enterpreneurship, untuk para muallaf agar mampu mandiri dari segi ekonomi, karena sejauh yang peneliti lihat hal ini baru tercantum dalam rencana strategis tapi belum terealisasi.
DAFTAR PUSTAKA Al-Hilali, Majdi.38 Sifat Generasi Unggulan, Jakarta: Gemz Insani Press, 1999. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2002,Cet. Ke-12. Arifin, Tatang M, Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta: Rajawali Pres, 1989. Arifin, Muhammad, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta: PT.Golden Terayon Pres, 1994. Aziz Dahlan, Abdul, Ensiklopedia Hukum Islam, Jakarta: PT.Pradaya Paramita, 1993 Barong, Haidar, Umar Bin Khatab dalam Perbincangan, Jakarta: Yayasan Cipta Persada Indonesia, 2000. BP4, Pembinaan Keluarga Bahagia Sejahtera, Jakarta Prestasi Pustaka, 1994. Bungin, M Burhan, Metodologi penelitian kualitatif, Jakarta: Pernada Media Group, Cet Ke-4, 2009. Budyatna, Muhammad, dan, Mona Ganiem, Antarpribadi, Jakarta: Kencana 2011.
Leila.
Teori
Komunikasi
Cagara, Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta Rajawali Pres, 2005. Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005 Departemen Agama RI, Al-‘Aliyy: Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV Penerbit Dipenogoro, Cet Ke-10, 2005. Dand, Fred. Manajemen Strategi Konsep Pemasaran, Jakarta: PT. Prehalindo, 1998. Effendi, Onong Uchjana, Dinamika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992. ___________________, Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997 ___________________, Kepemimpinan dan Komunikasi, Bandung: CV Mandar Maju,1998
79
80
Effendi, Onong Uchjana, Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999. Erman Amti, dan Prayitno, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta, 1991. Hade Masyah, Syarif, Hikmah di balik hukum Islam, Jakarta: Mustaqim, 2002. Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1989. Mangunhardja, Pembinaan arti dan metodenya, Yogyakarta: Kanisius, 1986. Moleong, J Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT.Rosda karya, 2005. Martopolo, Ali. Strategi Kebudayaan, Jakarta: Eister For Strategic End International Study, 1978. Nasution, Harun, dkk, Ensiklopedia Islam indonesia, Jakarta: Djambatan, 1992. Nasution, Zulkarimein, Prinsip-Prinsip Komunikasi Penyuluhan, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1990. Pawito, Penelitian komunikasi kualitatif, Yogyakarta: LKIS, 2007. Romlah, Tatiek, Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok, Malang: Universitas Negeri Malang, Cet ke-1, 2006. Roestandi, Achmad, Ensiklopedia Dasar Islam, Jakarta: PT.Pradaya Paramita, 1993. Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah, alih bahasa oleh Syarif, Mahyudin, Bandung: AlMa’arif, 1996. Sriati Rachman, Ace, & Bintari, Arif, & Royandiah, Ida, Komunikasi Penyuluhan Universitas Terbuka, 1990. Siagian, Sondang Analisa Serta Perumusan kebijakan dan Strategi Organisasi, Jakarta: PT.Gunung Agung, 1986. Stainer, George, Manajemen Strategik dan Kebijakan Bisnis, Yogyakarta: BPFE, 1985. Soehartono, Irwan, Metode Penelitian Sosial, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2004. Tamara, Toto, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media Pratama, Cet,ke-2, 1997.
81
Umar, Husein, Strategic Managemen In Action, Jakarta: PT.Gramedia Pustaka utama,2001. Wirawan, Sarwono, Sarlito, Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: PT.Bulan Bintang, Cet.Ke-9, 2003. Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT.Grasindo, 2004. Yahya, Yunus, Muslim Thionghoa Kumpulan Karangan, Jakarta: Yayasan abu kariem oei tjeng hien, 1985. Buletin: Muallaf News, Geliat Dakwah Di Papua, Tangerang: Yayasan An-Naba’ center, 2012.
NAMA
: Drs. Syamsul Arifin Nababan, MA
JABATAN
: Pimpinan Pesantren Muallaf An Naba` Center
HARI/TANGGAL
: Rabu, 12 Oktober 2013
TEMPAT
: Sekretariat Pesantren Muallaf An Naba` Center
T. Bagaimana latar belakang berdirinya Pesantren Pembinaan Muallaf An Naba` Center? J. Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba` Center berdiri mulai bangun tahun 2006 dan selesai pada tahun 2007, keberadaan Yayasan ini adalah berawal dari keprihatian mendalam saya banyak melihat para muallaf terlantar di kolongkolong Masjid Istiqlal Jakarta. Mereka sangat memperhatinkan karena setelah masuk Islam, mereka umumnya terusir dari rumah hidup tanpa perlindungan orang tua atau keluarga. Berangkat dari fakta inilah, pesantren pembinaan muallaf An Naba Center berdiri tahun 2007 lalu. Hingga saat ini, terdapat 25 santri yang tengah mondok menuntut ilmu di pesantren pembinaan muallaf An Naba` Center ini. Tapi jika dihitung sejak awal berdiri sudah mencapai 50 orang lebih, bahkan pesantren ini juga telah mengislamkan lebih dari sebelas muallaf.
T. Apa alasan bapak menaungi para muallaf? J. Jalan terjal ini mereka pilih semata-mata karena mereka yakin iman Islam dan kebenaran ajaran Islam akan menyelamatkannya dalam mengarungi kehidupan di dunia hingga akhirat kelak. Pilihan mereka untuk hijrah ke dalam naungan Islam tidaklah mudah. Pilihan ini mengakibatkan mereka terlantar dari pelukan keluarga yang selama ini mengasihi. Mereka dianggap bukan bagian dari keluarga, bahkan mengalami berbagai ancaman dan teror. Karena realitasnya demikian berat ditambah kurangnya pembinaan terhadap mereka oleh lembaga-lembaga terkait, akibatnya sebagian dari mereka ada yang kembali murtad. Kondisi seperti ini, dari sudut pandang ajaran Islam sangat disayangkan. Mengapa mereka yang masuk Islam akhirnya terlantar, Mengapa mereka akhirnya murtad kembali, Mengapa kita membiarkan
T. Bagaimana cara bapak melakukan pembinaan terhadap para muallaf? J. “kegiatan pembinaan ini amat panjang proses, mungkin secara garis besar kami selaku Pembina atau pengasuh yayasan, memiliki rencana strategis yaitu: 1. Menginventarisir para muallaf yang berada di kota maupun di desa agar mendapat fasilitas pendidikan dan pengajaran tentang keislaman sebagai ikhtiar pemantapan aqidah islamiyah dan akhlak al-karimah. 2. Menginventarisir para muallaf untuk ditingkatkan potensi dan sumber daya yang mereka miliki agar memperoleh kesempatan yang sama sehingga mencapai kehidupan yang layak. 3. Membangun silaturahmi dan komunikasi antar para muallaf dan umat islam secara keseluruhan untuk menciptakan sinergi hubungan yang saling membantu. 4. Menghimpun potensi umat islam di desa dan kota agar bersedia menjadi donatur melalui pembayaran zakat yang aktif. 5. Membangun berbagai bentuk usaha untuk menrintis terciptanya sumber daya ekonomi bagi kemandirian para muallaf yang kurang mampu. 6. Dalam fungsi sebagai amilin, yayasan An-naba‟ Center akan menyalurkan dan menyampaikan amanat zakat, infaq shadaqah umat islam sesuai dengan ketentuan syariat islam. Mungkin secara garis besar itu merupakan rencana strategis kami dalam melakukan pembinaan terhadap para muallaf.”
T. untuk mengajak para muallaf apakah ada strategi khusus sebelumnya ? J. ini merupakan sesuatu yang saya anggap strategi jitu pada saat saya pribadi meupun ditemani oleh kawan-kawan Pembina. Ketika melakukan syi‟ar ke daerah-daerah tersebut, tapi kadangkala juga ada yang mendatangi kami untuk berdiskusi seputar agama islam, ketika setelah melakukan ceramah di daerahdaerah tersebut.
T. Dalam melakukan pembinaan apakah bapak pernah memberikan stimulus? J. untuk pemberian stimulus terhadap mereka saya rasa sudah relatif memadai seperti halnya, setiap santri/muallaf disini semua kebutuhan makan kami tanggung, belum lagi kebutuhan kendaraan bermotor untuk para santri/muallaf untuk mereka menjalani sekolah ataupun kuliah di tempat pendidikannya masingmasing, dan juga uang saku mereka, saya rasa itu sudah merupakan stimulus bagi
mereka, dan selama ini mereka merasa nyaman dengan fasilitas yang kami berikan.
T. Bagaimana cara bapak membangun komunikasi terhadap para muallaf ? J. untuk komunikasi, ya namanya juga manusia tidak terlepas dari yang namanya komunikasi, kalo dalam rangka pembinaan ini sih kami jelas berkomunikasi terlebih ketika mereka kurang pahamdan bertanya, itukan merupakan bagian dari komunikasi, tapi lebih mendalamnya kami melakukan komunikasi yang sangat intensatau sering, misalnya kalau saya sih sering menyapa mereka ketika di selasela kegiatan pembinaan yang kosong, menyapa mereka dengan kelembutan, atau melayani mereka yang ingin curhat, “kalo kata anak sekarang” seputar kehidupan pribadi mereka, tapi kalau lebih sering yang mendampingi mereka dalam berkomunikasi ya para pembina yang terlibat langsung dalam pembinaan tersebut, mungkin lebih enaknya saya menyebut ini dengan berkomunikasi secara kekeluargaan
T. Apakah ada cara khusus untuk membangun hubungan baik dengan mereka? J. para muallaf sudah kami anggap sebagai keluarga sendiri, kami penuhi kebutuhan mereka semua, selain keilmuan tentang islam, apabila mereka sakit kami obati atau fasilitasi untuk pergi ke dokter, apabila mereka jenuh kami sambangi, hanya untuk sekedar menemani mereka curhat, yah pokoknya kami menganggap mereka sebagai keluarga, karena anggapan itu akan melahirkan ikatan yang erat sehingga tidak timbul sekat terlalu jauh antara kami dengan para muallaf yang nantinya akan menyulitkan kami.
T. Pendekatan apa yang paling dominan ketika bapak melakukan pembinaan? J. tentunya dengan pendekatan perbandingan agama ataupun pendekatan kristologi yang telah biasa saya gunakan dalam melakukan pembinaan
Ciputat, 12 Oktober 2013 Pimpinan Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba` Center
Drs. Syamsul Arifin Nababan, MA
NAMA
: Ustadz.Ozi Setiadi
JABATAN
: Pembina Muallaf
HARI/TANGGAL
: Rabu, 26 Oktober 2013
TEMPAT
: Sekretariat Pesantren Muallaf An Naba` Center
T. Apa tujuan dari pesantren ini ? J. Tujuan didirikannya Pesantren ini adalah untuk membantu pemerintah dalam usaha pemerataan pelayanan, pembinaan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pendidikan yang berguna. T. apa peran penting pesantren ini yang langsung di jalankan di masyarakat ? J. Dilihat dari sudut ini, tampak jelas peran dan fungsi Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba` Center yang semula hanya bergerak dibidang dakwah secara kecil-kecilan, kemudian merambah pada wilayah-wilayah lain yang lebih luas, bahkan sampai ke luar negeri. Wilayah operasional dakwah Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba` Center yang semakin luas tersebut sesuai dengan tuntutan zaman yang menghendaki implementasi syi`ar Islam bukan hanya pada tataran konvensional, melainkan juga pada tataran teknis kehidupan T. Bagaimana proses awal para santri memeluk Islam? J. Hal ini merupakan upacara pengislaman yang dilakuakan di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba Center. Kemudian penjelasan singkat dari pengasuh tentang dasar-dasar Islam. Setelah penjelasan selesai, para muallaf diharapakan memahami apa yang telah disampaikan oleh pengasuh tersebut terutama yang paling penting adalah menghafal 2 (dua) kalimah syahadat beserta terjemahan-nya
T. Apa Strategi khusus dalam mengorganisir para muallaf? J. Kalau strategi kami dalam mengorganisir Para muallaf secara garis besar mungkin telah di paparkan oleh ustadz Nababan, namun secara lebih khusus, yang kami lakukan dalam membina para muallaf yakni memberikan pemahaman kepada para muallaf agar lebih yakin terhadap agama islam yang baru mereka peluk, yakni dengan cara menyampaikan pesan keagamaan dengan memberikan pemahaman agama islam dengan melakukan pendekatan perbandingan agama
atau dengan kata lain yang sering diungkapkan oleh ustadz Nababan yaitu dengan pendekatan Kristologi, setelah itu yyyaaa..., kami lakukan pembinaan agar lebih paham mengenai ajaran islam dengan program-program seperti pengajaran mengenai syariat-syariat islam, serta menghafal ayat-ayat al-quran dan haditshadits rasulullah. T. Bagaiman cara bapak membangun Proses Komunikasi demgan para santri? J. ya kami berkomunikasi layaknya bersama keluarga sendiri.
Ciputat, 26 Oktober 2013 Pembina muallaf Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba` Center
Ustadz.Ozi Setiadi
NAMA
: Ustadz. Ali Akbar
JABATAN
: Pembina Muallaf
HARI/TANGGAL
: Rabu, 17 Oktober 2013
TEMPAT
: Sekretariat Pesantren Muallaf An Naba` Center
T. Apa tujuan dari pesantren ini ? J. untuk masalah itu saya kira untuk mengajak orang menuju jalan kebenaran
T. apa peran penting pesantren ini yang langsung di jalankan di masyarakat ? J. dengan mengajak orang untuk memeluk Islam saya rasa itu syiar yang langsung di rasakan di masyarakat.
T. Bagaimana proses awal para santri memeluk Islam? J. kalu itu mungkin ustadz Nababan, yang lebih memahami, karena beliau yang turun langsung ke lapangan dalam mngajak para muallaf masuk Islam
T. Apa Strategi khusus dalam mengorganisir para muallaf? J. Setahu saya dengan pendekatan Kristologi
T. Bagaiman cara bapak membangun Proses Komunikasi demgan para santri? J. kadang para santri/muallaf juga ada ynag sedikit malas atau januh ya namanya juga manusia kadang semangat mereka membara, kadang juga semangat mereka menjadi redup, belum lagi ada dari sebagian mereka yang berada di kamar pada saat pembinaan, namun tentuya hukuman tersebut yang mengajarkan ke arah positif, semisalnya membersihkan ruang kelas pembinaan, menghafal al-quran dan hadits yang ditentukan oleh pembina, ataupun menulis lafadz bismillah sebanyak sepuluh lembar kertas tapi yang jelas itu adalah konsekuensi yang harus mereka jalani dengan ikhlas ketika mereka berbuat sesuatu yang anggap akan mempengaruhi proses keefektifan dari program pembinaan Ciputat, 17 Oktober 2013 Pembina muallaf Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba` Center
Ustadz. Ali Akbar
NAMA
: Ustadz. Idham Cholid
JABATAN
: Pembina Muallaf
HARI/TANGGAL
: Rabu, 16 Oktober 2013
TEMPAT
: Sekretariat Pesantren Muallaf An Naba` Center
T. Apa tujuan dari pesantren ini ? J. yang jelas untuk membantu para Muallaf
T. apa peran penting pesantren ini yang langsung di jalankan di masyarakat ? J. membantu umat untuk lebih mengenal islam
T. Bagaimana proses awal para santri memeluk Islam? J. ya dengan mengucapkan dua kalimat Syahadat.
T. Apa Strategi khusus dalam mengorganisir para muallaf? Jawab. 1. strategi kami pada saat melakukan pembinaan, yang jelas kami memberikan dasar-dasar aqidah islamiyah melalui kajian rutin, tentunya dengan pendekatan perbandingan agama ataupun pendekatan kristologi yang biasa digunakan oleh ustadz Nababan, dalam hal ini para muallaf diharapkan mendapatkan pemahaman lebih terhadap Islam sehingga nilainilai yang dibawa dari agama sebelumnya menjadi hilang berganti menjadi nilai-nilai Islam sehingga nilai-nilai yang dibawa dari agama sebelumnya menjadi hilang berganti menjadi nilai-nilai Islam sehingga menjadi paham terhadap nilai-nilai Islam. 2. di sela-sela pemberian materi kami biasa memberikan stimulus kepada mereka agar mereka menjadi termotivasi untuk menjadi lebih tau, pokoknya mereka menjadi lebih semangat dah, misalnya ada pujian ketika mereka mampu menjawab, “wah kamu hebat”, “ini baru santri An-naba‟ kalau tertib”, “good”, “luar biasa”, itu biasanya kami lakukan, adapun dengan memberikan iming-iming, seperti yang bisa paham duluan kita berikan hadiah uang, ataupun hadiah umroh di akhir masa pembinaan
ketika mereka mampu menjalankan semua kegiatan pembinaan dengan baik. Yah dengan seperti itu saya lihat mereka semakin bersemangat dalam menjalankan prosesi pembinaan. 3. “waktu pemberian materi baik materi seputar nilai-nilai islam ataupun hafalan terhadap surat-surat al-quran kami biasa melakukan seputar diskusi atau tanya jawab tapi hal tersebut kadang kami tidak memberikan imbalan ataupun hukuman, tapi semua itu tidak mengurangi semangat mereka dalam menjalankan prosesi pembinaan, dan ini kami anggap sebagai wadah kemandirian mereka untuk memperdalam nilai-nilai islam melalui proses pembinaan tanpa adanya pengharapan terhadap sesuatu apapun sehingga mereka menjalani semua hal tersebut dibarengi dengan rasa ikhlas. 4. dalam hal pembinaan Al-Qur‟an kami sering melakukan menghafal AlQur‟an secara bersama-sama, yakni saling mengkoreksi satu sama lain mengenai ayat yang mereka hafal, pada sesi tersebut kami selaku pembina hanya mengawasi mereka, dan kami rasa ini merupakan hal yang efektif karena dalam proses itu para muallaf saling berinteraksi satu sama lain, saling mengingatkan, dan di situlah terjalin hubungan mereka secara berkelompok yang penuh keakraban
T. Bagaiman cara bapak membangun Proses Komunikasi demgan para santri? Jawab. 1. mungkin untuk mewujudkan ikatan emosional yang lebih tinggi kami selaku pembina, sering mendampingi mereka di luar kegiatan pembinaan, seperti halnya bermain futsal bersama, lapangan sekitar yayasan, atau sekedar menemani ngobrol-ngobrol di sela-sela waktu senggang, ataupun mendampingi mereka menonton televisi bersama para santri/muallaf” 2. pada saat pembinaan kami lebih mengedepankan komunikasi secara akrab dalam menyampaikan materi-materi pembinaan, dan selalu kami buka dialog dalam rangka ,memberikan pemahaman yang lebih mendalam, semisalnya di dalam forum kami selalu mengadakan sesi tanya jawab untuk para muallaf yang mungkin belum paham.
3. dalam berkomunikasi kami juga menerapkan komunikasi yang melibatkan kemajuan teknelogi, atau seering di bilang komunikasi massa‟ dalam hal ini kami membuat kisah-kisah paara muallaf dan kami masukan dalam facebook dan website, menurut kami itu juga meripakan sarana syiar melalui media massa, dan merupakan suatu hal yang efektif di tengshtengah kemanjuan teknelogi ini, kami juga telah mengeluarkan „muallaf news „ yang kami sebar setiap bulan 4. kami sering menemani para santri/muallaf yang meminta waktu hanya untuk sekedar curhat ataupun bertanya seputar nilai-nilai Islam yang mereka caggung menanyakan di dalam forum pembinaan, hal itu pati kami layani dengan baik, sehingga kami dapat begitu akrab dengan para santri ataupun muallaf, pokoknya kami berikan semuanya agar mereka merasa nyaman, sehingga mereka terbuka dalam segala hal sehingga memudahkan kami dalam melakukan pembinaan terhadap para muallaf.
Ciputat, 16 Oktober 2013 Pembina muallaf Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba` Center
Ustadz. Idham Cholid
Hasil Wawancara Nama
: Taslim lase (Muallaf 1)
Hari/Tanggal
: Rabu, 17 Oktober 2013
Tempat Wawancara : Musholah An-naba‟ Center T. Apa yang di rasakan setelah memeluk Islam? J. “Syukur alhamdulillah kami merasa telah hijrah menuju jalan yang peuh nikmat, dalam hal ini saya sangat merasa bahagia dan baru sadr ternyata selam ini saya menutup diri dengan tidak mengenal Islam tapi setelah saya menjadi seorang muallaf terlebih lagi saya di islamkan oleh seorang penginjil, saya sangat terbuka sekali mengenal cara hidup yang bermanfaat yang telah di atur dalam islam, dan ketika saya menjalankan pembinaan di dalam yayasan ini saya merasa serba berkecukupan, baik dari segi ilmu yang di miliki para pembina, ataupun dari segi fasilitas yang telah di berikan secara sukarela dan tanpa pamrih, yah pokoknya saya sangat bersyukur kepada allah, atas anugerah dan hidayah yang di berikan kepada saya. T. Bagaimana Proses Pembinaan yang di rasakan di dalam pesantren ini? J. Alhamdulillah yang saya rasakan Baik T. Apa Para pembina melakukan proses komunikasi ketika melakukan Pembinaan? J. sering sekali, kita seperti layaknya keluarga. T. Apakah Pernah Ada Ganjaran Ketika Anda Berbuat Salah Atau Mencapai Prestasi? J. bagi yang salah ada, kalau bagi yang berprestasi ada bonus jalan dan yang lain
Muallaf 1
(Taslim lase)
Hasil Wawancara
Nama
: Muhammad Orlando (Muallaf 2)
Hari/Tanggal
: Sabtu, 17 oktober 2013
Tempat Wawancara : Musholah An-naba‟ Center T. Apa yang di rasakan setelah memeluk Islam? J. seresa baru terlahir kembali, Syukur Alhamdulillah. T. Bagaimana Proses Pembinaan yang di rasakan di dalam pesantren ini? J. saya biasa menganggap ustadz.nababan layaknya orang tua saya sendiri, begitupun dengan ustdaz-ustadz yang lain, kami menganggap mereka selayaknya keluarga, begitupun yang sering di sampaikan kepada kami, bahwa kita semua ini muslim dan layaknya sesama muslim saling membantu atas kesulitan saudaranya, saya pun sering curhat dengan para ustad, terutama ustad idham khalid ketika saya sedang dapat tekanan dengan orang-orang lingkungan saya sebelum menjadi seorang muallaf T. Apa Para pembina melakukan proses komunikasi ketika melakukan Pembinaan? J. Ya sering sekali, meereka seperti orang tua kami sendiri T. Apakah Pernah Ada Ganjaran Ketika Anda Berbuat Salah Atau Mencapai Prestasi? J. itu di lakukan ketika ada dari kami yang sedikit lupa saja.
Muallaf 2
(Muhammad Orlando)
Hasil Wawancara Nama
: Hendrik Tyas waluyo (Muallaf 3)
Hari/Tanggal
: 17 Oktober 2013
Tempat Wawancara : Musholah An-naba‟ Center T. Apa yang di rasakan setelah memeluk Islam? J. sedih dan sangat terharu dan saya menemukan keindahan T. Bagaimana Proses Pembinaan yang di rasakan di dalam pesantren ini? J. saya merasa terbantu dengan semua yang telah di berikan oleh pihak lembaga terhadap saya, dari semua fasilitas untuk menunjang pendidikan saya di luar, ataupun fasilitas yang ada di sini seperti tempat tidur, makanan, dan ruang belajar yang sangat membantu sekali dalam rangka saya mengenal islam, yang jelas ya mas, saya sangat bersyukur kepada allah, dan sangat berterima kasih kepada ustad yang telah ikhlas membimbing saya dan telah memfasilitasi saya. T. Apa Para pembina melakukan proses komunikasi ketika melakukan Pembinaan? J. ya para pembina sangat hangat ketika berkomunikasi dengan kami. T. Apakah Pernah Ada Ganjaran Ketika Anda Berbuat Salah Atau Mencapai Prestasi? J. jelas ada tapi itu sewajarnya, tergantung apa yang kami lakukan.
Muallaf 3
(Hendrik Tyas waluyo)
Hasil Wawancara
Nama
: Hamzah Dasilva (Muallaf 4)
Hari/Tanggal
: 17 Oktober 2013
Tempat Wawancara : Musholah An-naba‟ Center
T. Apa yang di rasakan setelah memeluk Islam? J. Alhamdulillah semuanya terbuka. T. Bagaimana Proses Pembinaan yang di rasakan di dalam pesantren ini? J. alhamdulillah, sangat membantu. J. pembinaan yang kami jalankan secara rutin di setiap harinya, mungkin itu semua kegiatan yang harus kami jalani, sejauh ini kami merasa paham dan merasa nyaman sehingga kami betah di sini, namun di luar itu juga kami pernah terbersit perasaan jenuh, malas, bosan, yah namanya juga manusia ya mas, pastilah merasa bosan, tapi ketika perasaan itu datang para ustadz tidak henti-hentinya mengingatkan kami, dan di situ kami sangat merasa terayomi oleh para guru-guru kami. T. Apa Para pembina melakukan proses komunikasi ketika melakukan Pembinaan? J. jelas itu di lakukan oleh para Ustadz dan kami para muallaf, layaknya Keluarga. T. Apakah Pernah Ada Ganjaran Ketika Anda Berbuat Salah Atau Mencapai Prestasi? J. ya pernah dan itu sesuai dengan apa yang kami perbuat.
Muallaf 4
(Jhoni Abdullah)
Nama
: Lukman Hakim (Muallaf 5)
Hari/Tanggal
: Jum`at, 16 Oktober 2013
Tempat Wawancara : Musholah An-naba‟ Center T. Apa yang di rasakan setelah memeluk Islam? J. Alhamdulillah seperti mneuju dunia baru yang di mulai dari awal
T. Bagaimana Proses Pembinaan yang di rasakan di dalam pesantren ini? J. sudah ada jadwal nya, penuuh padat dan kami rasa itu sangat membantu pengetahuan kami dalam memeluk Islam. T. Apa Para pembina melakukan proses komunikasi ketika melakukan Pembinaan? J. Ya melakukan. J. hubungan yang kami rasakan ketika waktu sela-sela kosong setelah pembinaan, banyak sekali yang bisa kami lalui, seperti halnya saling curhat, ataupun menanyakan sesuatu yang tidak kami pahami di dalam forum, ataupun bertanya seputar pengetahuan nilai-nilai Islam yang belum kami pahami, dan juga secara akrab kami bercanda, bermain bola bersama, yang jelas kami merasa para ustad sudah merupakan bagian dari keluarga kami
T. Apakah Pernah Ada Ganjaran Ketika Anda Berbuat Salah Atau Mencapai Prestasi? J. pernah ko, dan itu sewajarnya. Muallaf 4
(Lukman Hakim)