STRATEGI KOMUNIKASI PENGASUH RUMAH TAHFIDZ KIAI MAROGAN DALAM MEMBANGUN GENERASI SAHABAT QUR`ANI
Disusun Oleh: Busthomi Rifa’i NIM: 208051000036
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434H/2013M
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 27 Mei 2013
Busthomi Rifa’i
ABSTRAK Busthomi Rifa’I (208051000036) Strategi Komunikasi Pengasuh Rumah Tahfidz Kiai Marogan Palembang dalam Membangun Generasi Qur`ani Al-Qur’an adalah pegangan hidup setiap manusia muslim, jika seorang muslim dapat bersahabat (mempelajari) al-Qur`an terlebih dahulu, maka sahabat tersebut dapat mengantarkan pada sahabat-sahabat lainnya. Karena kebahagiaan seorang muslim terletak pada sejauh mana dia bersahabat dengan al-Qur’an dan hidup bersamanya (membacanya, merenung-kannya, mengamalkannya, atau menghafalnya). Salah satu lembaga yang giat mencanangkan al-Qur`an sebagai sahabat adalah Rumah Tahfiz Kiai Marogan yang berusaha menepis anggapan bahwa menghafal al-Qur`an itu susah. Bagaimanakah penyusunan strategi komunikasi pengasuh Rumah Tahfiz Kiai Marogan Palembang dalam memasyarakatkan nilai-nilai al-Qur`an? Faktor-faktor pendukung dan penghambat apa saja yang dimiliki pengasuh Rumah Tahfidz Kiai Marogan Palembang dalam memasyarakatkan nilai-nilai al-Qur`an? Penelitian ini digali melalui pendekatan kualitatif deskriptif, hal ini bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang faktafakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Prosedur penelitiannya melalui tahapan, pertama pengumpulan data menggunakan multi metode, yakni Wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Adapun pengolahan dan analisis data dengan menggunakan teori manajemen strategi Fred R. David. Pengasuh Rumah Tahfidz Kiai Marogan mempunyai beberapa faktor kekuatan, diantaranya nama besar Kiai Marogan dan Ust. Yusuf Mansur, selain itu masyarakat yang peduli terhadap kegiatan keagamaan turut andil dalam mendukung pengasuh Rumah Tahfidz dalam membangun generasi Qur’ani. Meskipun lahan yang tersedia untuk memperluas infrastruktur terbatas namun fasilitas yang tersedia sudah cukup memadai. Pengasuh juga mempunyai jaringan komunikasi yang luas sehingga kegiatan yang diadakan selalu mendapat dukungan dari berbagai pihak. Tantangan selanjutnya yang dihadapi oleh pengasuh adalah bagaimana kepercayaan masyarakat itu tetap terjaga dan terbangun dengan baik, untuk itu dibutuhkan inovasi dan kreatifitas dalam setiap langkahnya. Pengasuh juga memanfaatkan media komunikasi dalam memasyarakatkan nilai-nilai Qur’ani ke masyarakat, mulai dari koran, majalah, televisi, maupun lewat ceramah melalui mimbar dan acara-acara seremonial lainnya, serta tidak lupa memanfaatkan jejaring sosial untuk menjangkau masyarakat yang lebih luas. Hal ini menjadi lebih efektif dan dapat pula memperluas jangkauan audiens atau mad’unya dalam membangun generasi sahabat Qur’ani dibandingkan cara-cara tradisional yang biasanya hanya melalui ceramah-ceramah melalui mimbar saja.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Rasa syukur yang tak terhingga penulis curahkan atas kehadirat Allah SWT, ridha, hidayah, dan berkat rahmat yang senantiasa membina hambahambaNya kejalan yang lurus. Sholawat teriring salam senantiasa peneliti sampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya melalui pedoman kebenaran, beserta para sahabat dan pengikutnya, sebagai pencerah umat hingga akhir zaman. Dalam menyusun skripsi ini, penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, penulis tidak dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan baik. Selama menyusun skripsi ini, tidak sedikit kesulitan yang dihadapi penulis, dari segi waktu, pengumpulan data, maupun biaya, dan lain sebagainya. Namun dengan niat yang tulus, tekad yang bulat, dan kesungguhan hati serta dorongan dan motivasi dari berbagai pihak skripsi ini dapat terselesaikan. Sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih atas terselesainya skripsi ini maka dengan segala kerendahan hati dan keikhlasan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua penulis Almarhum Moh. Muklas dan Almarhumah Siti Muzayanah yang telah membesarkan dan mendidik penulis, semoga tenang disisiNya dan semoga amal ibadah Ayah dan Ibu selama di dunia di terima oleh Allah SWT. Dan tak lupa ucapkan terima kasih yang sangat dalam dan rasa hormat penulis sampaikan kepada:
ii
1. Dr. H. Arief Subhan, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Drs. Mahmud Jalal, MA. Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, dan juga Drs. Studi Rizal, LK. Selaku Wakil Dekan III Bidangan Kemahasiswaan. 2. Drs. Jumroni, M.Si selaku ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. 3. Umi Musyarrofah, MA selaku sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, sekaligus selaku pembimbing yang selalu memberikan arahannya guna mencapai hasil skripsi yang lebih baik. 4. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu mempermudah segala urusan dalam rangka menyelesaikan skripsi ini. 5. Ketua Sidang Drs. Wahidin Saputra, MA., Sekretaris Sidang Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA., Penguji I Drs. Sugiharto, MA., Penguji II H. Mulkanasir, BA, SPd, MM. 6. Pengurus dan Staff di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah yang banyak membantu penulis dalam mendapatkan bahan skripsi. 7. Pengurus Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dan memberikan tempat yang nyaman bagi penulis demi kelancara skripsi ini. 8. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi terima kasih penulis ucapkan atas ilmu yang telah Bapak & Ibu berikan semoga dapat bermanfaat bagi penulis. iii
9. Para Asatidz serta para santri Rumah Tahfidz Kiai Marogan Palembang terutama pengasuhnya Ustadz Masagus Fauzan Yayan, 10. Para karyawan dan staff Tata usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 11. Istri penulis, Siti Patonah Khoerunnisa yang selalu setia menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini hingga selesai, selalu menemani hari-hari penulis selama di Jakarta penulis serta memberikan solusi di saat penulis sedang ada masalah. Penulis hanya bisa mendoakan semoga Tuhan selalu menjagamu. 12. Teman-teman keluarga besar KPI Ekstensi angkatan 2008. Di kampus ini menjadi saksi bisu awal persahabatan kita yang tak akan terlupakan, Mudahmudahan semua kenangan yang pernah kita lakukan akan terkenang selalu sampai kapanpun. Peneliti hanya mampu mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu dan memberi makna dari pelajaran hidup dan rasa persaudaraan yang tak akan pernah rapuh. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk para pembaca, dan khususnya bagi peneliti. Amin Yaa Allah Yaa Robbal Alamin. Wassalam
Peneliti
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii DAFTAR ISI ....................................................................................................... v BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................. 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................. .5 C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5 D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 6 E. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 6 F. Metodologi Penelitian ..................................................................... 8 G. Sistematika Penulisan ...................................................................... 10
BAB II
KERANGKA TEORI A. Strategi Komunikasi 1. Pengertian Strategi ..................................................................... 12 2. Pengertian Strategi Komunikasi ................................................ 15 3. Teori Manajemen Strategi a. Perumusan Strategi .............................................................. 17 b. Implementasi Strategi .......................................................... 18 c. Evaluasi Strategi .................................................................. 18 B. Pengertian Pengasuh ....................................................................... 26 C. Sahabat Qur`an ............................................................................... 27
v
BAB III RUMAH TAHFIDZ KIAI MAROGAN DALAM MEMBANGUN GENERASI SAHABAT QUR’ANI A. Sekilas Tentang Rumah Tahfidz Kiai Marogan .............................. 29 B. Visi dan Misi Rumah Tahfidz Kiai Marogan .................................. 32 C. Program-Program Rumah Tahfidz Kiai Marogan .......................... 33
BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS A. Strategi Komunikasi Rumah Tahfidz Kiai Marogan dalam Membangun Generasi Qur`ani ......................................................... 39 1. Tahapan Strategi Komunikasi ................................................... 39 2. Komponen Komunikasi ............................................................ 43 3. Media Komunikasi .................................................................... 46
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................... 56 B. Saran ........................................................................................ ….57
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 58
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Ketika mendengar kata „sahabat‟ maka akan tergambar seseorang yang sangat akrab dan selalu hadir ditengah-tengah kita dalam keadaan suka maupun duka. Seorang muslim tentunya merujuk pada al-Qur`an untuk menemukan panduan bersahabat. Maka sudah sewajarnya seorang muslim untuk mempelajari al-Qur`an terlebih dahulu. Karena bersahabat dengan alQur`an, dapat mengantarkan pada sahabat-sahabat sejati selanjutnya. Al-Qur`an memang pantas menjadi sahabat dalam kehidupan. Karena kebahagiaan seorang muslim terletak pada sejauh mana dia bersahabat dengan al-Qur‟an dan hidup bersamanya (membacanya, merenungkannya, mengamalkannya, atau menghafalnya). Akhir-akhir ini keinginan masyarakat untuk belajar al-Qur‟an mulai tumbuh menggeliat. Gairah tersebut dapat terlihat dari pembelajaran atau pengajian al-Qur`an yang diselenggarakan di mana-mana. Mulai dari pengajian al-Qur‟an lepas kerja ala kantor perusahaan atau instansi pemerintah, sampai ke pembelajaran al-Qur‟an di sekolah, yang bermunculan di berbagai pelosok penjuru negeri. Salah satu lembaga yang giat mengadakan kegiatan untuk menghapus buta aksara dan buta bahasa al-Qur`an di kalangan masyarakat adalah Rumah Tahfiz Kiai Marogan (RTKM). RTKM merupakan salah satu di antara ratusan Rumah Tahfidz (Rumah Sentra Penghafal al-Qur`an), yang tersebar di
1
2
tiap provinsi di Tanah Air. Jumlah santri penghafalnya pun mencapai ribuan orang. Rumah Tahfidz merupakan salah satu program dari PPPA (Program Pembibitan Penghafal al-Qur`an) yang diprakarsai oleh Ustadz Yusuf Mansur1. Rumah Tahfidz Kiai Marogan itu sendiri merupakan suatu bentuk pesantren mikro berbasis masjid yang bergerak dalam pendidikan tahfidz (penghafal) al-Qur`an, di mana pusat pembelajaran tahfidz-nya diadakan di Masjid Kiai Marogan Palembang. Ide dasar pendirian lembaga ini, memang untuk memakmurkan masjid atau meramaikan masjid dengan kegiatankegiatan yang terkait dengan al-Qur`an, baik itu membaca, mengkaji dan menghafal al-Qur`an. Kegiatan menghafal al-Qur`an ini tidak saja dilaksanakan di dalam masjid, para santri dapat menghafal di pinggir dermaga yang letaknya di sebelah masjid, sambil memandangi hilir mudik kapal yang berlayar dan bahkan di atas perahu sambil menyusuri Sungai Musi. Dari atas perahu tersebut, para santri secara bergiliran lewat microfon membaca al-Qur`an yang mereka hafal. Di tengah perjalanan, para santri kerap mendarat di sebuah perkampungan. Baik untuk sekadar beristirahat sejenak melepas lelah sambil berinteraksi dengan penduduk, atau untuk menunaikan sholat fardhu di masjid sekitar bantaran sungai. Di daratan para santri itu menjelma sebagai duta al-Qur`an yang mengajarkan al-Qur`an kepada teman-temannya yang sebaya yang masih di daratan sambil mengajak mereka untuk ikut ke perahu. Di dalam perahu tersebut, disiapkan pelampung, untuk antisipasi hal-hal yang 1
Wawancara pribadi dengan Ust. Rohimudin Husain (Salah satu pendiri Darul Qur‟an Ketapang)
3
tidak diinginkan. Di dalamnya juga terdapat rak perpustakaan mini yang menyimpan mushaf al-Qur`an, buku-buku bacaan ringan agar tidak bosan selama perjalanan.2 Dengan merasakan pengalaman menghafal al-Qur`an yang enjoy, fun, dan penuh makna, setidaknya dapat menepis anggapan bahwa menghafal alQur`an itu susah. Memang menghafal al-Qur`an bagi sebagian orang selama ini dianggap sesuatu yang sulit dan rumit. Anggapan ini bisa muncul, jika yang dilihat jumlah seluruh ayat al-Qur`an itu lebih dari enam ribu ayat, yang ditulis dalam sekitar enam ratus halaman. Allah SWT berfirman dalam al-Qur`an bahwa belajar al-Qur`an itu sangatlah mudah.
“Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur`an untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?”
Menghafal adalah kerja otak kiri dan otak kanan, jika hanya menggunakan kerja otak kanan maka hasilnya kurang optimal. Dengan menggabungkan kekuatan otak kiri dan kanan maka kemampuan menghafal akan semakin dahsyat3. Sebagai contoh adalah Imam Syafi‟i, seorang penggagas lahirnya mazhab Syafi‟iyyah yang mempunyai pengaruh besar di Indonesia, telah
2
Menikmati Musi Sambil Menghafal al-Qur’an, Harian Seputar Indonesia, Edisi 11, April
2011 3
Masagus Fauzan Yayan & Farid Wajdi, Quantum Tahfidz, Palembang: YKM Press, 2010 hal. 84
4
hafal al-Qur`an sejak usia tujuh tahun. Begitu juga Ibnu Sina, seorang pakar kedokteran, sudah hafal al-Qur`an sejak usia sembilan tahun.4 Bagaimana ini mereka bisa melakukannya? Jawabannya,
cukup
sederhana,
mereka
telah
berhasil
mengkolaborasikan multiple intelegences (kecerdasan majemuk) pada diri manusia, antara lain kecerdasan visual (cerdas rupa), kecerdasan music (cerdas audio), kecerdasan verbal linguistic (kecerdasan bahasa), kecerdasan kinestetic (cerdas rasa), cerdas interpersonal (cerdas sosial), dan cerdas logismatematis. Bercermin kepada Imam Syafi‟i dan Ibnu Sina, mereka adalah ilmuan muslim yang berpijak di atas tahfidz al-Qur`an yang kuat. Hal ini menunjukkan bahwa tahfidz al-Qur`an sangat penting sebagai pondasi keilmuan di bidang agama dan ilmu lainnya. Ulama terdahulu mensyaratkan hafalan al-Qur`an sebagai awal pembelajaran sebelum mempelajari ilmu-ilmu lain. Setiap umat Islam tentu memiliki keinginan mampu menguasai ilmu al-Qur`an dengan mudah. Namun, sebelum belajar al-Qur`an tak jarang muncul perasaan malu, susah dan takut datang dengan sendirinya. Untuk menghilangkan rasa tersebut perlu ditumbuhkan kesadaran bahwa belajar alQur`an itu mudah asalkan mengerti metode dan kiat yang efektif. Melihat hal tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui strategi komunikasi yang diterapkan oleh Pengasuh Rumah Tahfiz Terapung Kiai Marogan di Pelembang dalam meretas generasi yang menjadikan al-Qur`an 4
Masagus Fauzan Yayan, Kiat Jitu Bersahabat dengan Al-Qur`an (Palembang: CSQ, 2011), hal. 104
5
sebagai sahabatnya. Untuk itu, penelitian ini mengambil judul “Strategi Komunikasi Pengasuh Rumah Tahfidz Kiai Marogan Palembang dalam Membangun Generasi Qur`ani.”
B. Batasan dan Rumusan Masalah Dengan adanya uraian yang peneliti paparkan pada latar belakang, peneliti membatasi masalah penelitian ini pada strategi komunikasi yang diterapkan oleh Rumah Tahfiz Kiai Marogan di kota Palembang dan tidak melakukan penelitian efek atau dampak dari strategi tersebut. Adapun masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah tahapan strategi komunikasi pengasuh Rumah Tahfiz Kiai Marogan Palembang dalam memasyarakatkan nilai-nilai al-Qur`an? 2. Bagaimanakah analisis strategi komunikasi yang diterapkan oleh Pengasuh
Rumah
Tahfidz
Kiai
Marogan
Palembang
dalam
memasyarakatkan nilai-nilai al-Qur`an?
C. Tujuan Penelitian Atas dasar latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui tahapan strategi komunikasi pengasuh Rumah Tahfidz Kiai Marogan Palembang yang diterapkan di Rumah Tahfiz Kiai Marogan Palembang.
6
2. Untuk mengetahui strategi komunikasi yang efektif yang dimiliki pengasuh Rumah Tahfidz Kiai Marogan Palembang yang diterapkan di Rumah Tahfiz Kiai Marogan Palembang
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Akademis Penelitian ini secara akademis dapat memberikan kontribusi positif pada bidang ilmu komunikasi serta teori-teori yang berkaitan, terutama dalam strategi komunikasi, tahapan-tahapan strategi komunikasi serta fungsi strategi komunikasi. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis khususnya dan masyarakat luas pada umumnya, serta dapat menambah referensi di UIN Syarif Hidayatullah tentang Ilmu Komunikasi. Khususnya pembahasan mengenai strategi komunikasi suatu institusi atau lembaga. 3. Tinjauan Pustaka Dalam menentukan judul skripsi ini penulis sudah mengadakan tinjauan pustaka ke perpustakaan yang terdapat di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi maupun perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7
Menurut pengamatan penulis dari hasil observasi sementara yang penulis lakukan sampai saat ini menemukan beberapa perbedaan dengan penelitian sebelumnya, yaitu: Tesis Farid Wajdi, dengan judul: Tahfiz al-Qur`an dalam Kajian Ulumul al-Qur`an (Studi Atas Berbagai Metode Tahfiz)5. Penelitian ini lebih membahas metode tahfiz yang ada. Skripsi Syarif Fadilah, yang berjudul: Strategi Komunikasi Program Pembibitan Al-Qur`an Daarul Qur`an Dalam Mensosialisasikan Program Sedekah Produktif.6 Persamaan dengan judul skripsi tersebut yaitu pada permasalahan yang akan diteliti, yaitu mengenai Strategi Komunikasi Program Pembibitan Al-Qur`an Daarul Qur`an, namun bedanya Program Pembibitan Al-Qur`an Daarul Qur`an merupakan induk kegiatan dari rumah Tahfiz Kiai Marogan di Palembang. Selain itu perbedaan mendasar dari penelitian yang penulis ajukan dengan skripsi ini adalah objeknya, yaitu Program Sedekah Produktif, sedangkan penulis ingin meneliti tentang strategi komunikasi Pengasuh Rumah Tahfiz Kiai Marogan dalam membangun generasi sahabat Qur`ani. Skripsi Zainuddin Lubis, yang berjudul: Pola Komunikasi Ustadz Ali Fahrudin, MA. dalam Pembinaan Tahfizul Qur`an.7 Persamaan penelitian ini dengan skripsi tersebut terletak pada seputar permasalah Tahfizh al-Qur`an. Perbedaan penelitian ini dengan skripsi Zainudin 5
Farid Wajdi, Tahfiz al-Qur`an dalam Kajian Ulumul al-Qur’an (Studi Atas Berbagai Metode Tahfiz). Tangerang: Tidak Diterbitkan, 2008 6
Syarif Fadilah, Strategi Komunikasi Program Pembibitan Al-Qur’an Daarul Qur’an Dalam Mensosialisasikan Program Sedekah Produktif. Tangerang: Tidak Diterbitkan, 2011. 7 Zainuddin Lubis, Pola Komunikasi Ustadz Ali Fahrudin, MA. dalam Pembinaan Tahfizhul Qur`an (Tangerang: Tidak Diterbitkan: 2009)
8
Lubis yakni jika skripsi Zainudin Lubis yang diteliti adalah pola komunikasi Ustadz Ali Fahrudin, maka pada penelitan ini yang diteliti adalah strategi komunikasi pengasuh Rumah Tahfizh Kiai Marogan yang ada di Palembang.
E. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini digali melalui pendekatan kualitatif deskriptif yaitu bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Selain itu penelitian deskriptif digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik pada bidang tertentu. 2. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah Pengasuh Rumah Tahfiz Kiai Marogan, dan yang menjadi objek penelitian ini adalah srategi komunikasi yang dilakukan Rumah Tahfiz Kiai Marogan dalam membangun generasi Qur`ani. Penelitian ini dilakukan dari bulan 25 Juni sampai 4 Juli 2012. Adapun tempat penelitiannya berlokasi di Jl. Masjid Kiai Marogan RT. 01 No.28 Kertapati, Palembang, Sumatera Selatan. 3. Tahap Penelitian Proses penelitian ini meliputi tiga tahapan, yaitu : a. Teknik Pengumpulan Data
9
Pengumpulan data untuk penelitian ini menggunakan instrumeninstrumen sebagai berikut: 1) Wawancara.
Wawancara
mendalam
dilakukan
terhadap
pengurus Rumah Tahfiz al-Qur`an Masagus Fauzan Yayan sebagai data primer. 2) Observasi. Pengamatan ini dilakukan dengan melihat langsung serta mencermati terhadap kegiatan-kegiatan di Rumah Tahfiz Kiai Marogan, antara lain Bimbingan Baca Tulis Qur‟an (BTQ) Menghafal itu Asyik Tau (MISYKAT), Ahad Dhuha bersama Qur‟an (Aduhai Qur‟an) dan lain sebagainya. 3) Dokumentasi.
Peneliti
mengumpulkan,
membaca
dan
mempelajari, berbagai bentuk data tertulis (buku, majalah atau jurnal) yang terdapat di perpustakaan. Internet atau instansi lain yang berhubungan dengan penelitian ini b. Pengolahan Data Data-data yang telah terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan metode deskriptif yaitu masalah yang dibahas dengan menggunakan dokumen-dokumen tadi, penyusunan dan analisa masalah. Setelah data-data tersebut terkumpul maka data tersebut dianalisis secara verbal dengan menyajikan data yang telah diperoleh kemudian dianalisa kembali dengan cara menghubungkannya dengan teori-teori secara analitis. c. Analisis Data
10
Untuk menganalisis strategi komunikasi Rumah Tahfidz Kiai Marogan Palembang dalam Memasyarakatkan Nilai-nilai Qur‟ani, maka peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif, yakni dengan menganalisis data berdasarkan informasi-informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dan studi dokumentasi. Sedangkan teknik dan metode penulisan laporan penelitian ini, penulis berpedoman pada Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skirpsi, Tesis dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA UIN Jakarta tahun 2008.
F. Sistematika Penulisan Pada bagian pertama, penulis membagi dalam beberapa bagian antara lain: Bab I Pendahuluan, Pada bab ini penulis membagi dalam beberapa bagian, antara lain: latar belakang masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori, merupakam landasan teori dari penulis yang berisi tentang: pengertian strategi, pengertian komunikasi, pengertian strategi komunikasi, generasi sahabat Qur`ani. Bab
III
Gambaran
Umum
Rumah
Tahfidz
Kiai
Marogan,
menjabarkan tentang profil Rumah Tahfiz Kiai Marogan, dimulai dari historis, struktur organisasi, visi dan misi, tujuan, program-program, manajemen dan kegiatan Rumah Tahfiz Kiai Marogan. Bab IV menjelaskan analisis strategis komunikasi Pengasuh Rumah Tahfiz Kiai Marogan dalam membangun Generasi Sahabat Qur`ani. Analisis
11
strategis tersebut mencakup strategi komunikasi apa saja yang digunakan Pengasuh Rumah Tahfiz Kiai Marogan Palembang dalam memasyarakatkan nilai-nilai al-Qur`an, faktor-faktor pendukung dan penghambat apa saja yang dimiliki Pengasuh Rumah Tahfidz Kiai Marogan Palembang dalam memasyarakatkan nilai-nilai al-Qur`an. Bab V Penutup, penulis memberikan kesimpulan dan saran atas apa yang telah diteliti dan dianalisis pada bab sebelumnya.
BAB II KERANGKA TEORI
A. Strategi Komunikasi 1. Pengertian Strategi Strategi secara etimologi berasal dari kata majemuk bahasa Yunani, yakni Stratos yang berarti pasukan dan kata agein yang berarti memimpin. Jadi strategi berarti perihal memimpin pasukan. Ilmu strategi adalah ilmu tentang memimpin pasukan.1 Konteks awalnya, strategi diartikan sebagai generalship atau suatu yang dilakukan oleh para jenderal dengan membuat rencana untuk menaklukan musuh dan menaklukan peperangan.2 Sehingga tidak mengherankan jika konsep strategi kerap melekat pada lingkungan militer dan usaha untuk memenangkan perang. Pengertian strategi mengalami perluasan, Perang sebagai gejala kenegaraan, perang sebagai gejala kemasyarakatan, perang sebagai gejala sejarah dan kemanusiaan, merupakan kenyataan yang sangat kompleks yang saling berkaitan satu sama lain di mana terdapat interaksi antara
1
Ali Murtopo, Strategi Kebudayaan (Jakarta: Center for Strategic and Internasional Studies-CSIS, 1978), hal.7 2
Setiawan Hari Purnomo dan Zulkifirmansyah, Manajemen Strategi, Sebuah Konsep Pengantar (Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi UI, 1999), hal.8
12
13
berbagai faktor, baik yang berkenaan dengan tujuan yang akan dicapai, sasaran-sasaran, batas waktu dan konsekuensi lainnya.3 Kompleksitas ini membawa perang menjadi semakin bersifat total, dan bahkan batas antara perang dan damai pun menjadi sukar ditegaskan. Kompleksitas ini membuat manusia meluaskan paham dan pengertiannya mengenai apa yang dinamakan strategi. Orang mulai dengan membedakan antara strategi dan direk indirek. Orang mulai berbicara tentang strategi militer, strategi politik, strategi ekonomi, strategi sosial, strategi budaya, strategi komunikasi dan lain sebagainya. Semuanya membahas strategi dalam arti luas dan sempit. Strategi bukanlah hanya sekedar paham di saat terjadi peperangan, tetapi strategi juga menjadi paham di saat-saat damai. Strategi pada hakikatnya menjadi berarti. Hal-hal yang berkaitan dengan cara pakai dan usaha menguasai dan mendayagunakan segala sumber daya suatu masyarakat, suatu bangsa untuk mencapai tujuannya. Sudah jelas bahwa di Indonesia mengikuti paham strategi yang luas.4 Dalam kamus Bahasa Indonesia disebutkan strategi adalah ilmu dan seni menggunakan sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijakan tertentu dalam keadaan perang dan damai. Atau rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.5 Sedangkan dalam manajemen suatu organisasi, strategi diartikan sebagai kiat, cara, dan taktik utama yang dirancang sebagai sistemik dalam melaksanakan fungsi manajemen yang terarah pada tujuan strategi organisasi.6
3
Ali Murtopo, Strategi Kebudayaan (Jakarta: Center for Strategic and International Studies-CSIS, 1978), hal. 8 4
Murtopo, Strategi Kebudayaan, hal. 8
5
Pustaka Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hal. 1092 6
Hadari Nawawi, Manajemen Strategi Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan (Yogyakarta: Gadjah Mada Press, 2000), hal. 147
14
Kemudian menurut Stainer dan Minner, strategi adalah penempatan misi perusahaan, penetapan sasaran organisasi dalam meningkatkan kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai.7 Dengan demikian strategi merupakan suatu rumusan rencana terhadap suatu hal untuk mencapai tujuan yang diharapkan dengan memanfaatkan dan mengoptimalkan segala sumber daya yang ada. Strategi umumnya dilakukan oleh suatu organisasi dalam menjalankan kegiatannya, namun strategi juga dapat dilakukan oleh individu-individu dalam mencapai maksud yang diinginkan. Menurut Ali Murtopo, Strategi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Memusatkan perhatian kepada kekuatan. Dalam pendekatan strategis, kekuatan bagaikan fokus pokok. b. Memusatkan perhatian kepada analisa dinamik, analisa gerak dan analisa aksi. c. Strategi memusatkan perhatian kepada tujuan yang ingin dicapai serta gerak untuk mencapai tujuan tersebut. d. Strategi memperhitungkan faktor-faktor waktu (masa lalu, masa kini dan terutama masa depan) serta faktor lingkungan.
7
George Steinner dan John Minner, Manajemen Strategi. Penerjemah Agus Dharma (Jakarta: Erlangga, 1999), hal.20
15
e. Strategi berusaha menemukan masalah-masalah yang terjadi dari peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan konteks kekuatan, kemudian mengadakan analisis mengenai kemungkinan-kemungkinan serta memperhitungkan pilihan-pilihan dan langkah-langkah yang dapat diambil dalam rangka gerak menuju kepada tujuan itu.8 Adapun pengambilan keputusan strategi (strategic decision) meliputi tiga aspek, yakni: a. Penentuan Tujuan b. Macam-macam perumusan kebijakan c. Pelaksanaan (operasional).9 2. Pengertian Strategi Komunikasi Strategi
Komunikasi
adalah
paduan
antara
perencanaan
komunikasi (communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi komunikasi harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan. Dalam arti pendekatan bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung situasi dan kondisi. Dengan demikian strategi komunikasi adalah keseluruhan perencanaan, taktik, cara yang akan dipergunakan untuk melancarkan
8
9
Murtopo, Strategi Kebudayaan, hal.8
Bintoro Tjokroamidjojo, Teori dan Strategi Pembangunan Nasional (Jakarta: Haji Masagung, 1988), hal.15
16
komunikasi dengan memperlihatkan keseluruhan aspek yang ada pada proses komunikasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan.10 Barbara O‟Keets (dalam Ardianto & Bambang Q-Anees, 2007:165) menganjurkan dua pendekatan mengenai teori (produksi pesan yang disebutnya sebagai model pilihan strategi (strategy choice) dan disain pesan (message design). Model pilihan strategi melihat bagaimana komunikator memilih di antara berbagai strategi pesan untuk mencapai tujuan, sedangkan model disain pesan memberikan perhatiannya pada bagaimana komunikator membangun pesan untuk mencapai tujuan.11 Upaya agar orang lain mematuhi apa yang kita inginkan merupakan tujuan komunikasi yang paling umum dan paling sering digunakan. Mendapatkan kepatuhan (gaining compliance) adalah upaya yang kita lakukan agar orang lain melakukan apa yang kita ingin mereka lakukan atau agar mereka menghentikan pekerjaan yang tidak kita sukai. Pesan-pesan yang dibuat agar orang memiliki kepatuhan (compliance gaining massages) merupakan salah satu topic yang paling banyak diteliti dalam ilmu komunikasi. Banyak riset mengenai strategi memperoleh kepatuhan ini terutama didorong oleh terbitnya hasil penelitian dari Gerald Marwell dan David Schmitt. Marwell dan Schmitt menggunakan pendekatan teori pertukaran. Menurut mereka, kepatuhan adalah suatu pertukaran dengan sesuatu hal
10
11
Muhammad Arni, Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet.6, hal. 65-66
Elvinaro Ardianto dan Bambang Q-Anees, Filsafat Ilmu Komunikasi, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007) h. 164
17
lain yang diberikan oleh pencari kepatuhan. Jika anda mengerjakan apa yang saya inginkan, maka saya memberikan anda sesuatu sebagai imbalannya seperti penghormatan, persetujuan, uang, pembebasan kewajiban, perasaan yang menyenangkan dan sebagainya. Pendekatan berdasarkan pertukaran, yang sering digunakan dalam teori sosial, disusun berdasarkan asumsi bahwa orang bertindak untuk mendapatkan sesuatu dari orang lain sebagai pertukaran bagi hal lainnya. Model ini memiliki orientasi pada kekuasaan. Dengan kata lain, anda akan memperoleh kepatuhan mereka jika anda memiliki sumber daya yang cukup untuk memberikan sesuatu yang mereka inginkan.12 3. Teori Manajemen Strategi Menurut Fred R. David, proses strategi tidak hanya sebatas merumuskan konsep hingga implementasi, melainkan juga harus disertai evaluasi untuk mengukur sejauh mana strategi itu tercapai. Secara garis besar teori manajemen strategi Fred R. David melalui tiga tahapan,
13
yaitu: a. Perumusan Strategi Dalam
perumusan
strategi,
konseptor
harus
mempertimbangkan mengenai peluang dan ancaman eksternal, menetapkan kekuatan dan kelemahan secara internal, menetapkan
12
Marwell dan Schmitt dalam Morissan, Andi Corry Wardhany, Teori Komunikasi (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), hal.106 13
Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, edisi Bahasa Indonesia, penerjemah Alexander Sindoro (Jakarta: Prenhalindo, 2002), hal. 3
18
suatu objektifitas, menghasilkan strategi alternative dan memilih strategi untuk dilaksanakan. Perumusan Strategi berusaha menemukan masalah-masalah yang terjadi dari peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan konteks kekuatan, kemudian mengadakan analisis mengenai kemungkinankemungkinan serta memperhitungkan pilihan-pilihan dan langkahlangkah yang dapat diambil dalam rangka gerak menuju kepada tujuan itu.14 b. Implementasi Strategi Langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang ditetapkan tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang dipilih sangat membutuhkan komitmen dan kerjasama dalam pelaksanaan strategi, karena jika tidak maka proses formulasi dan analisis strategi yang telah dirumuskan hanya akan menjadi impian yang jauh dari kenyataan. Implementasi
strategi
bertumpu
pada
alokasi
dan
pengorganisasian sumber daya yang ditampakkan melalui penetapan struktur organisasi dan mekanisme kepemimpinan yang dijalankan bersama budaya perusahaan dan organisasi.15
14
Ali Murtopo, Strategi Kebudayaan, hal.8
15
Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, hal. 3
19
c. Evaluasi Strategi Tahap terakhir dari strategi adalah evaluasi implementasi strategi. Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan yang telah dicapai dapat diukur kembali untuk menetapkan tujuan berikutnya. Evaluasi menjadi tolak ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan evaluasi sangat diperlukan untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah tercapai. Setidaknya ada tiga macam langkah dasar untuk mengevaluasi strategi, yaitu : 1.
Menunjukkan faktor-faktor eksternal dan internal.
2.
Mengukur
prestasi
dengan
membandingkan
hasil
yang
diharapkan dengan kenyataan. Mengembalikan tindakan korektif untuk memastiakn bahwa
3.
prestasi sesuai dengan rencana.
B. Komunikasi 1. Pengertian Komunikasi Komunikasi
secara
etimologi
berasal
dari
bahasa
latin
“communication”. Istilah ini bersumber dari perkataan communis yang artinya „sama‟, sama disini maksudnya serupa makna dan artinya. Jadi komunikasi terjadi jika terdapat kesamaan mengenai makna dari suatu
20
pesan yang disampaikan oleh komunikator dan yang diterima oleh komunikan.16 Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antara manusia yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang menggunakan bahasa sebagai alat penyalurannya. Dalam (message),
bahasa
orang
komunikasi,
yang
pernyataan
menyatakan
pesan
dinamakan
disebut
pesan
komunikator
(communicator), sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi nama komunikan (communicant). Pendapat tersebut hampir sama dengan yang dikemukakan Astrid S. Susanto, yaitu perkataan komunikasi berasal dari kata communicare yang
dalam
bahasa
latin
memiliki
arti
„berpartisipasi‟
atau
„memberitahukan‟. Kasta communis berarti „milik bersama‟ atau „berlaku di mana-mana‟.17 Para ahli komunikasi juga mempunyai pendapat yang berbeda satu sama lain dalam menafsirkan makna komunikasi sebagai penyampaian informasi, ide, gagasan, emosi, keterampilan dan seterusnya melalui penggunaan simbol kata, gambar, angka, grafis, dan lain-lain. Kemudian Shammon dan Weaver mengartikan komunikasi sebagai mencakup
16
Onong Uchjana Efendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992), hal. 3 17
hal. 10
Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam teori dan Praktek (Bandung: Bina Cipta, 1998),
21
prosedur melalui makna pikiran seseorang dapat mempengaruhi orang lain.18 Menurut Onong Uchjana Effendy, ada beberapa sebab mengapa manusia melakukan komunikasi, yaitu untuk: a. Mengubah sikap (to change the attidude), b. Mengubah opini, pendapat, pandangan (to change opinion), c. Mengubah perilaku (to change behavior), d. Mengubah masyarakat (to change the society)19. 2. Komponen Komunikasi Dalam bahasa komunikasi komponen atau unsur adalah sebagai berikut : a. Sumber (Source) Sumber adalah dasar yang digunakan di dalam penyampaian pesan yang digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku dan sejenisnya.20 b. Penyampaian Pesan (Communicator) Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara, menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi seperti: surat kabar, radio, televisi, film dan sebagainya. Komunikator dalam penyampaian 18
Aubery Fisher, Teori-Teori Komunikasi, Penerjemah Soedjono Trimo (Bandung: Remaja Karya, 1986), hal. 10 19
Onong Uchjana Efendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, hal. 3
20
Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), hal. 11
22
pesannya bisa juga sebagai komunikan, begitu juga sebaliknya. Syarat-syarat yang harus diperhatikan oleh seorang komunikator di antaranya adalah: 1. Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikasinya 2. Keterampilan berkomunikasi 3. Mempunyai pengetahuan yang luas 4. Sikap 5. Memiliki daya tarik c. Pesan (Message) Pesan keseluruhan dari apa yang disampaikan si penyampai. Pesan dapat berupa informative, member keterangan-keterangan yang kemudian komunikan dapat mengambil kesimpulan sendiri. Persuasif bujukan, yakni membangkitkan kesadaran seseorang bahwa apa yang kita sampaikan akan berupa pendapat atau sikap, sehingga ada perubahan. Coersif memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi, coersif dapat berbentuk perintah, instruksi. d. Saluran (Chanel) Saluran komunikasi selalu menyampaikan pesan yang dapat diterima melalui panca indera atau menggunakan media. Pada dasarnya komunikasi yang sering dilakukan dapat berlangsung menurut dua saluran, yaitu: 1. Saluran formal atau bersifat resmi 2. Saluran informal atau bersifat tidak resmi
23
e. Penerima Pesan (Communicant) Komunikan atau penerima pesan dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu: personal, kelompok, dan massa. f. Hasil (effect) Efek adalah hasil akhir dari proses komunikasi, yakni sikap dan tingkah laku orang, baik sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan.21 3. Media Komunikasi Media massa saat ini telah merasuk (pervasive) ke dalam kehidupan modern. Melalui media, orang mampu membentuk opini dari informasi dan interpretasi atas informasi yang mereka terima. Ini berarti bahwa bahkan liputan berita sekalipun mengandung unsur persuasi. Akan tetapi upaya media untuk melakukan persuasi biasanya dilakukan melalui editorial (tajuk rencana) dan alasan atau komentar yang jelas-jelas bertujuan persuasi. Hampir semua media memisahkan antara materi yang didesain untuk membujuk dengan materi berita. Koran mengemas artikel opininya dalam bagian editorial. Ulasan di televisi biasanya bersifat opini. Pesan media yang paling jelas dimaksudkan untuk keperluan persuasi adalah advertisement (iklan). Iklan mengajak audiens atau pembaca untuk menuruti apa yang dikehendaki iklan, contohnya membeli pasta gigi, makanan ataupun lainnya. Public Relations adalah persuasi yang lebih halus, berusaha membujuk tetapi biasanya tidak mengajak 21
Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h.12
24
untuk melakukan tindakan langsung.
Public Relations berusaha
membentuk sikap, biasanya dengan mengajak audiens media massa untuk melihat suatu institusi atau aktivitas tertentu dari sudut pandang tertentu. John Vivian menyebutkan ada tujuh media komunikasi, yakni buku, majalah, koran, radio, advertising, internet, dan televisi.22 Adapun jenis-jenis media massa yang bersifat “komunikasi massa” telah berkembang dari segi kuantitas maupun kualitas, antara lain adalah: a. Buku Produksi buku secara massal pertama kali dilakukan pada pertengahan 1400-an, telah mengubah sejarah manusia dengan mempercepat pertukaran ide dan informasi antara manusia. Buku merupakan gudang penyimpan kebudayaan. Buku adalah wahana utama dalam mengajarkan nilai-nilai sosial kepada generasi baru dan sarana utama bagi generasi baru untuk memahami pelajaran generasi lama. b. Koran Koran adalah medium massa utama bagi orang tertentu untuk memperoleh berita. Di sebagian besar kota, tidak ada sumber berita yang bisa menyamai keluadan dan kedalaman liputan berita koran. Ini memperkuat poularitas dan pengaruh koran. Banyaknya para pembaca membuat koran menjadi media efektif dalam penyampaian pesan.
22
John Vivian, Teori Komunikasi Massa (Jakarta: Kencana, 2008), hal. 22
25
c. Majalah Saat ini majalah-majalah besar merupakan medium massa yang mempengaruhi kultur negara-negara maju, termasuk Amerika. Literatur besar dan ide-ide besar lainnya masuk dalam format majalah yang berbeda dengan buku, dapat dijangkau oleh hampir semua orang. Periklanan memanfaatkan majalah di antaranya membangun pasar nasional untuk produk-produk mereka. Karena orang mempunyai selera yang sangat luar biasa pada majalah. Singkatnya majalah adalah medium pervasive. Keluasan audiens majalah membuat majalah menjadi medium yang amat kompetitif.23 d. Advertising Advertising adalah ekonomi konsumen yang penting. Tanpa iklan, orang sulit mengetahui bermacam-macam produk dan jasa yang tersedia. Advertising dalam kenyataannya adalah penting untuk masyarakat yang makmut. Advertising juga merupakan basis financial dari media massa yang kontemporer. Walaupun demikian advertising bukan medium massa, tetapi mengendalkan pada media untuk menyampaikan pesannya. e. Radio Radio telah menjadi medium massa yang sangat luas, ada di berbagai tempat dan di sepanjang waktu. Tetapi sebagai sebuah industri, ada tanda-tanda yang menggelisahkan. Acara utama radio, 23
John Vivian, Teori Komunikasi Massa, hal. 107
26
yakni musik, telah tersedia dalam bentuk perangkat lain dan banyak tanpa iklan. Audiesn utama radio, yakni kelompok usia 18 sampai 24 tahun telah banyak berkurang. f. Televisi Banyaknya audiens televisi menjadikannya sebagai medium dengan efek yang sangat besar terhadap orang dan kultur dan juga terhadap media lain. Sekarang televisi adalah medium massa dominan untuk hiburan dan berita. Tidak bisa dipungkiri, di Indonesia hampir setiap rumah tangga memiliki satu televisi. Jelas bahwa televisi mampu mempengaruhi gaya hidup masyarakat. g. Internet Internet muncul sebagai medium massa besar yang melebihi media massa tradisional dalam banyak hal. Setiap perusahaan media massa besar menempatkan produknya di internet. Ribuan perusahaan baru membangun jaringan internet. Teknologi ini sangat langsung dan aksesnya murah, sehingga jutaan individu bisa membuat situs milik sendiri.24 C. Pengertian Pengasuh Pengasuh atau mengasuh adalah menjaga dan memelihara anak kecil, membimbing agar bisa mandiri. Pengasuhan anak ditujukan kepada anak yang orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anaknya secara
24
John Vivian, Teori Komunikasi Massa, hal. 262
27
wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial.25 Pengasuhan anak tersebut, dilakukan oleh lembaga yang mempunyai kewenangan untuk itu. Dalam hal ini lembaga harus berdasarkan agama, karena anak yang diasuh harus seagama dengan agama yang
menjadi landasan lembaga yang
bersangkutan. Pengasuhan anak oleh lembaga dapat dilakukan di dalam atau di luar panti sosial. Perorangan yang ingin berpartisipasi dapat melalui lembagalembaga tersebut di atas. Pengasuhan tersebut melalui bimbingan, pemeliharaan, perawatan dan pendidikan secara berkesinambungan, serta dengan memberikan bantuan biaya atau fasilitas lain untuk menjamin tumbuh kembang anak secara optimal, baik fisik, mental, spiritual maupun sosial, tanpa mempengaruhi agama yang dianut anak.26 D. Sahabat Qur’an Lutfi Fathullah menjelaskan bahwa berdasarkan hadits Rasulullah saw terdapat beberapa tingkatan orang dalam berinteraksi dengan Al-Qur`an. Tingkatan pertama Qara’ –yaqra’u (sekadar membaca). Tingkatan berikut Qari’ (Pembaca) yaitu orang yang sering membaca, lalu hafidz (penghafal), selanjutnya shahib (pembaca, penghafal, pengamal), dan yang terakhir yang tertinggi, yaitu ahl atau hamalah (pembawa) artinya ialah orang yang menjadi keluarga al-Qur`an.27
25
Ahmad Kamil, Hukum Perlindungan dan pengangkatan Anak di Indonesia (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 75 26
27
Ahmad Kamil, Hukum Perlindungan dan pengangkatan Anak di Indonesia , hal. 76 Lutfi Fathullah,. Menanti Alumni SDIT Jadi Menteri (Jakarta: al-Mughni Press, 2007)
28
Dengan demikian, istilah sahabat al-Qur`an adalah gelar bagi orang yang senantiasa membaca dan mengamalkan nilai-nilai dan ajaran al-Qur`an. Selama ini, terutama di Indonesia masyarakat baru mengenal istilah Qari’ untuk pembaca al-Qur`an, hafidz untuk orang yang hafal al-Qur`an, mufassir untuk gelar orang yang mengkaji tafsir al-Qur`an atau istilah ahlul Quran untuk para pakar di bidang al-Qur`an. Sedangkan bagi orang yang tekun mengamalkan al-Qur`an di dalam praktek kehidupan sehari-hari belum popular predikat atau julukan untuk mereka. Istilah Sahabat al-Qur`an yang mengandung makna bukan hanya orang tersebut gemar membaca dan menghafal akan tetapi juga akrab dan bersahabat dengan al-Qur`an yaitu dengan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung di dalam al-Qur`an.
Allah telah menurunkan Perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendakiNya. dan Barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.28
28
Al-Qur‟an Surat Az-Zumar ayat 23
BAB III RUMAH TAHFIDZ KIAI MAROGAN DALAM MEMBANGUN GENERASI SAHABAT QUR’ANI
A. Sekilas Tentang Rumah Tahfidz Kiai Marogan Rumah Tahfidz Kiai Marogan merupakan suatu bentuk pesantren mikro berbasis masjid yang bergerak dalam pendidikan tahfidz (hafalan) al-Qur`an, di mana pusat pembelajaran tahfidz-nya diadakan di masjid Kyai Marogan. Ide dasar pendirian lembaga ini, memang, untuk memakmurkan masjid dan musholla, yaitu dengan kegiatan tahfidz al-Qur`an. Program Rumah Tahfidz Kiai Marogan (RTKM) digulirkan untuk mendukung program Gerakan Seribu Satu Masjid (GESSID) yang pernah dicanangkan Walikota Palembang beberapa tahun yang lalu, sebuah cita-cita untuk menjadikan Palembang kota religius1. Dengan konsep pesantren berbasis masjid ala rumah tahfidz, diharapkan keberadaan 776 Masjid yang berada di kota Palembang menjadi lebih makmur dengan kegiatan pembelajaran al-Qur`an yang intensif. Bukan hanya diisi dengan kegiatan seremonial Peringatan Hari Besar Islam. Masjid Kyai Marogan merupakan masjid tua yang bersejarah, buah peninggalan Masagus KH. Abdul Hamid alias Kiai Marogan, sosok ulama legendaris pelopor dakwah Islam di Bumi Kesultanan Palembang Daarussalam. Kyai Marogan masih dikenang masyarakat Sumatera Selatan sampai sekarang. Hampir tiap hari, tak kurang 500 orang peziarah mengunjungi makam tersebut
1
“Menuju Palembang Darussalam Religius”, Sriwijaya Post, 18 Juni 2010
29
30
dari berbagai daerah2. Letak masjid ini memang sangat strategis. Dapat ditempuh melalui jalan darat dan laut. Dari jalan darat masuk melalui Stasiun Kereta Api Kertapati. Tetapi masyarakat lebih senang ke masjid ini dari arah sungai, menggunakan transportasi sungai seperti Kapal, speed boat, perahu mesin, perahu dayung. Letak masjid ini persis menghadap ke tepi sungai Musi dan muara sungai Ogan. Julukan Kyai Marogan pun diambil dari kata Muara Ogan atau muara sungai Ogan. Dari tepi sungai, bangunan masjid ini tampak anggun sedap dipandang mata. Jantung kota Palembang memang terletak di tepi sungai, tepatnya di Benteng Kuto Besak, Jembatan Ampera. Pemkot sendiri ingin mengembalikan sungai Musi sebagai denyut nadi kota Palembang. Sebagai sungai terpanjang, Sungai Musi, dapat menjangkau daerah-daerah se-Sumatera Selatan.3 Karena posisi masjid yang tepat di tepi sungai Musi dan sungai Ogan inilah menjadikan Pemerintah Kota Palembang terpincut untuk mencantumkan masjid ini sebagai daftar objek kunjungan wisata pendukung Visit Musi.4 Selain kawasan wisata ziarah, masjid ini merupakan pusat kegiatan dakwah bagi umat Islam di Palembang dan sekitarnya. Pelbagai pengajian digelar di masjid ini; mulai pengajian rutin fiqih, pengajian mingguan thariqah Sammaniyah, pengajian bulanan Majelis Dhuha Nasional, hingga pengajian alQur`an yang diadakan Rumah Tahfidz.
2
“RTKM Laboratorium al-Qur`an Di Palembang” Majalah Hidayah Oktober 2010
3
Muslim Zuhdi, Dakwah di Palembang; Memahami Penyebaran dan Perkembangan Dakwah di Kecamatan Kertapati Kota Palembang, (Palembang: T.pn., 2012) h. 3 4
Muslim Zuhdi, Dakwah di Palembang; Memahami Penyebaran dan Perkembangan Dakwah di Kecamatan Kertapati Kota Palembang. h. 4
31
Rumah Tahfidz yang berlokasi di kompleks masjid Jami’ Kyai Marogan ini diresmikan oleh Ust. KH. Yusuf Mansur, Pengasuh Pesantren Tahfidz Daarul Qur`an dalam acara Tabligh Akbar dan pengukuhan kepengurusan Majelis Dhuha Nasional Cabang Palembang. Launching RTKM diadakan tidak jauh waktunya dengan momen haul Kiai Marogan yang jatuh pada bulan Rajab.5 Pendirian Rumah Tahfidz Kiai Marogan ini atas inisiatif beberapa orang. Mereka adalah ketua Masjid Jami’ Kyai Marogan, Masagus Memet Ahmad, Ketua Yayasan Kiai Marogan, Masagus A. Fauzi, Sesepuh keluarga Kyai Marogan, Abah Masagus Amancik Ujang, dan pengajar tahfidz al-Qur`an di Sekolah Daarul Qur`an Tangerang pimpinan Ustadz Yusuf Mansur, Ustadz Masagus Fauzan Yayan, beserta istrinya, Umi Cholifah, Al-Hafidzah, serta jama’ah masjid Kiai Marogan sendiri.6 Pembelajaran di Rumah Tahfidz Kiai Marogan sebenarnya sudah dirintis sejak tahun 2007. Embrionya adalah seminar dan training belajar al-Qur`an keliling di masjid-masjid, dengan peserta mayoritas kalangan pendidikan seperti pelajar SMP-SMA, Mahasiswa, dan bapak-ibu guru. Training atau seminar yang pernah diadakan di masjid Agung Palembang antara lain; Kiat Jitu Bersahabat dengan al-Qur`an, Kiat Meraih Persahabatan Sejati Menurut Al-Qur`an, Kiat Menjemput Malam Lailatul Qadar. Selain itu, pernah pula diadakan Training Terjemah Qur`an metode CSQ (Cerdas, Smart, Quantum) di hotel Duta Palembang, Pelatihan Tahfiz Qur`an Metode Quantum di masjid Lawang Kidul, Palembang. Seminar Wirausaha, Al-Qur`an dan Teknologi Canggih bekerja sama
5
6
“Belajar Menghapal Al-Qur`an di Rumah Tahfidz” Berita Pagi, Selasa, 20 Juli 2010
Masagus Fauzan Yayan, Kiat Jitu Bersahabat dengan Al-Qur’an, (Palembang: Club Sahabat al-Qur’an, Cet. 3, 2011), hal. 145
32
dengan ICMI Korwil Palembang dan Bimbingan Cepat Bisa Baca al-Qur`an Sistem 8 Jam di rumah-rumah. Rumah Tahfidz Kiai Marogan juga membuka diri untuk masyarakat luas seluruh lapisan, mulai dari pelajar, karyawan, ataupun lansia (lanjut usia). Adapun kegiatannya meliputi; memperbaiki bacaan (Tahsinul Qiro’ah), Setoran hafalan (tahfizhul Qur`an), Sistem Memahami al-Qur`an (Tafhim Qur`an), dan Daqu Methode yakni Metode Daarul Qur`an dalam ibadah sehari-hari).
B. Visi dan Misi Rumah Tahfidz Kiai Marogan Rumah Tahfidz Kiai Marogan mempunyai visi mencetak generasi Sahabat al-Qur`an demi terwujudnya Kampung Marogan sebagai Kampoeng Qur`an yang Baldatun Thoyyibatun wa Robbun Ghofur.7 Sementara Rumah Tahfdiz Kiai Marogan juga mempunyai misi; Pertama, Meretas Sahabat Qur’an yang hatinya selalu terpatri pada al-Qur’an, mengimani al-Qur’an, dan berusaha mengajarkan dan mengamalkan isi al-Qur’an dengan penuh
keikhlasan.
(Spiritualisme,
Kedua,
Mengembangkan
Intelektualisme,
Aktivisme,
mental
dan
santri
yang
Profesionalisme).
SIAP Ketiga
Menggembleng generasi yang CAKEP (Cerdas, Kreatif, dan Produktif), dalam menghadapi tantangan zaman. Rumah Tahfidz Kiai Marogan diproyeksikan menjadi laboratorium alQur`an atau pusat pembelajaran al-Qur`an di kota Palembang. Dengan memakai teknologi terkini terkait al-Qur`an yang tersimpan dalam 2 buah komputer lengkap, yang tak hanya memuat software terkait bacaan, tapi juga bagaimana metode terbaik dalam menerjemahkan dan menghafal al-Qur`an. Software al7
Masagus Fauzan Yayan, Kiat Jitu Bersahabat dengan Al-Qur’an, h. 146
33
Qur`an dan koleksi buku al-Qur`an yang dimiliki oleh RTKM seperti Al-Qur`an Playyer 2.0 (Laptop), Islamic Software (Laptop), Qari CD Vol, 1,2,3 (Laptop), Tilawah Syeikh M. Shiddiq Al-Minsyawi (MP3), tilawah anak-anak Timur Tengah (MP3), CD training terjemah Qur`an, CD training tahfizh Qur`an, Qur`an_in_Word, Modul Metode Baca Tulis Qur`an Metode CSQ (Cerdas, Smart, Quantum), modul Metode Terjemah Qur`an Metode CSQ, buku Quantum Tahfiz; Siapa Bilang Menghafal al-Qur`an Susah?, Buku The True Friends of al-Qur`an, dan kitab Kiat Jitu Bersahabat dengan Qur`an. Kegiatan belajarnya diadakan di masjid Kiai Marogan dan bangunan rumah 2 buah bangunan bertingkat disebelah masjid. Setoran hafalan dan pembelajaran al-Qur`an bagi karyawan dan orang tua diadakan tiap akhir pekan yakni Jum’at, Sabtu, dan Minggu. Pada hari Minggu diadakan pula pengajian bertajuk Aduhai Qur`an (Ahad Dhuhaa Bersama Qur`an) yaitu kegiatan tadarrus dan tadabbur alQur`an dengan membedah kandungan al-Qur`an. Sebagaimana namanya, kegiatan ini diawali dengan shalat Dhuhaa bersama (tidak berjama’ah), kemudian zikir Asmaa'ul Husna dan ditutup doa Dhuhaa. Selepas itu baru mulai Training Belajar Qur`an. Siapapun dibolehkan mengikuti program tahfidz di Rumah Tahfidz Kiai Marogan, syaratannya adalah ikhlas, punya tekad yang kuat, dan harus sudah mampu Baca Tulis al-Qur`an. Santri yang mengikuti program ini tidak dipungut biaya. Selain itu sebagai laboratorium al-Qur`an, Rumah Tahfidz Kiai Marogan menerima pertanyaan, konseling dari masyarakat yang ingin bertanya seputar alQur`an dan kandungannya.
34
C.
Program-Program Rumah Tahfidz Kiai Marogan 1.
Bimbingan Baca Tulis Qur`an (BTQ) Setiap umat Islam tentu memiliki keinginan menguasai ilmu alQur`an dengan mudah, untuk itu Rumah Tahfidz Kiai Marogan menggunakan metode CSQ (Creative, Smart dan Quantum) yang berisikan lima tahap menguasai baca al-Qur`an. Lima tahapan tersebut adalah : a. Menguasai huruf hijaiyah dan makhrajnya. b. Menguasai tanda baca. c. Menguasai isyarat bacaan. d. Menguasai hukum-hukum tajwid e. Latihan yang Istiqamah.8
Belajar al-Qur`an itu tidak sulit. Allah swt telah menggaransi bahwa belajar ilmu al-Qur`an itu mudah,
“Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?”9
2. Sistem Memahami Qur`an (SIMAQ) Allah Swt berfirman,
8
Masagus Fauzan Yayan, Kiat Jitu Bersahabat dengan Al-Qur’an, h. 93-95
9
Al-Qur’an Surat Al-Qamar ayat 17
35
Sesungguhnya Kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya).10
Kemudahan memahami bahasa al-Qur`an telah terbukti. Memang, untuk memahami al-Qur`an, cara yang paling sederhana adalah dengan menggunakan terjemahan. Seperti terjemahan al-Qur`an yang dikeluarkan oleh Departemen Agama. Akan tetapi, alangkah lebih baik jika setiap orang memahami langsung bahasa al-Qur`an yang ternyata dapat dipelajari dengan mudah dan singkat melalui penguasaan struktur bahasa al-Qur`an serta rumus-rumus terjemahnya secara mandiri. Salah satu metode terjemah mandiri itu adalah metode CSQ (Cerdas, Smart, dan Quantum) yang telah diujicobakan dalam pelatihan Yayasan Pesantren Tahfidz Kiai Marogan.11
3. Menghafal Itu Asyik Tau (MISYKAT) Menghafal al-Qur`an bagi sebagian orang selama ini dianggap sesuatu yang sulit dan rumit. Perasaan ini wajar jika diingat jumlah seluruh ayat al-Qur`an itu lebih dari enam ribu ayat, yang ditulis dalam sekitar enam ratus halaman. Di Rumah Tahfidz Kiai Marogan dengan metode Quantum Tahfidz ingin menawarkan sebuah cara menghafal yang lebih mudah, dan yang paling penting lebih menyenangkan.12 10
Al-Qur`an Surat Az-Zukhruf ayat 3
11
Masagus Fauzan Yayan, “Sistem Memahami Al-Qur`an,” Majalah Hidayah, Oktober 2010, h. 58 12
“Quantum Tahfidz: Metode Menghafal Al-Qur`an yang Mudah dan Menyenangkan” Sriwijaya Post, Rabu, 24 Februari 2010
36
Dengan metode ini seorang santri dapat merasakan pengalaman menghafal al-Qur`an yang enjoy, fun, dan penuh makna.
4.
Ahad Dhuhaa Bersama Qur`an (ADUHAI QUR`AN) Hati Nabi Muhammad saw dilukiskan al-Qur`an kecewa bercampur sedih seraya mengadu kepada Rabb-Nya perihal sikap kaumnya nanti sepeninggal beliau akan mengabaikan al-Qur`an dari kehidupan mereka,
Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan".13 Pengajian Aduhai Qur`an (Ahad Dhuhaa Bersama Qur`an) program kerjasama RTKM dengan MDN (Majlis Dhuha Nasional) Palembang, ingin membangkitkan kesadaran umat terhadap al-Qur`an, kitab suci mereka. Sesuai namanya acara pengajian ini diadakan setiap hari Ahad diisi dengan sholat Dhuhaa, dilanjutkan dengan belajar mengkaji alQur`an.14 5.
Beasiswa Santri Qur`an (BESANQU) Merupakan
apresiasi
kepada
para
santri
dhu’afa
untuk
mendapatkan beasiswa dalam belajar menghafal al-Qur`an.15 Bantuan
13
Al-Qur`an Surat Al-Furqon ayat 30
14
“Santri Musi Menghafal Al-Qur`an” Majalah DAQU, Januari 2011
15
Hasil wawancara pribadi dengan Umi Cholifah, salah satu Pengasuh Rumah Tahfidz Kiai Marogan
37
berupa beasiswa bagi para santri tahfidz dari rumah tahfidz dan TPQ serta memberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.
6.
Safari Dakwah Al-Qur`an (SDQ)
Program safari dakwah dengan mengirim Duta Al-Qur`an dan Duta Dhuhaa dari Tim MDN Palembang, ke daerah terpencil.16 Hal ini merupakan upaya menghidupkan kembali ruh dakwah Kiai Marogan yang di masa hidupnya berkeliling menghampiri masyarakat Sumsel di pelosokpelosok melalui jalur transportasi sungai. Terlebih lagi di era sekarang kebutuhan tenaga pengajar al-Qur`an di daerah terpencil cukup tinggi tetapi tantangan dan biaya operasional tidak sedikit.
7. Wakaf Sejuta Buku Al-Qur`an (WSBQ)
Gerakan wakaf sejuta buku Al-Qur`an ini merupakan wujud kepedulian Rumah Tahfidz Kiai Marogan terhadap kualitas pemahaman dan pengetahuan masyarakat terhadap Al-Qur`an.17 Selanjutnya buku bertemakan Al-Qur`an itu akan dibagikan kepada perpustakaan sekolah, perpustakaan masjid di Sumatera Selatan khususnya di daerah pelosok. Adapun buku yang kami pilih antara lain buku yang dikarang oleh pengasuh Rumah Tahfidz sendiri yaitu, Kiat Jitu Bersahabat dengan AlQur`an, Quantum Tahfidz; Siapa Bilang Menghafal Al-Qur`an itu Susah?
16
17
Masagus Fauzan Yayan, Kiat Jitu Bersahabat dengan Al-Qur’an, h.151
Wawancara pribadi dengan Masagus Fauzan Yayan, Pengasuh Rumah Tahfidz Kiai Marogan
38
The True Friends of Al-Qur`an; Panduan Meraih Persahabatan Sejati. Untuk besar wakaf perbuku adalah Rp.50.000,-
8. Bimbingan Spiritual Qur`an (BSQ)
Keberadaan masjid tua peninggalan Kiai Marogan di pinggir Sungai Musi dan Sungai Ogan cukup menjadi saksi bisu perjuangan dakwah Kiai Marogan di Bumi Kesultanan Palembang Darussalam. Di usianya yang hampir satu abad, bangunan masjid yang masih terjaga keaslian bangunannya itu dapat menjadi alternatif wisata spiritual. Bagi masyarakat metropolis kota Palembang dan sekitarnya yang ingin melepas kepenatan aktifitas sehari-hari dan menambah kekhusyukan dalam ibadah disediakan Bimbingan Spritual di akhir pekan.18 Rangkaian acaranya meliputi qiyamullail (sholat tahajjud), tadabbur al-Qur`an, Muhasabah, konseling persoalan hidup.
18
Wawancara pribadi dengan Masagus Fauzan Yayan, Pengasuh Rumah Tahfidz Kiai Marogan
BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS
A. Strategi Komunikasi Rumah Tahfizh Kiai Marogan dalam Membangun Generasi Qur’ani Untuk melaksanakan kebijakan atau rencana yang cermat mengenai kegiatan diperlukan adanya strategi. Hal ini diperlukan untuk dapat mencapai tujuan yang direncanakan sebuah lembaga atau perusahaan. Begitu pula yang dilakukan Rumah Tahfidz Kiai Marogan di Palembang. Dalam membangun generasi sahabat Qur‟ani terdapat hubungan dengan komunikasi. Komunikasi menjadi salah satu penentu keberhasilan dalam melakukan sosialisasi program guna tercapai tujuan membangun generasi sahabat Qur‟ani.
1. Tahapan strategi komunikasi Guna tercapainya komunikasi yang baik dan efektif, diperlukan strategi dalam pelaksanaannya. Sesuai dengan pendapat Fres R. David, dalam bukunya Manajemen Strategi Konsep yang dikutip dalam bab 2 skripsi ini, terdapat tahapan-tahapan strategi yang diperlukan dalam proses pelaksanaannya. Tahapan-tahapan tersebut adalah perumusan strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi. Ketiga tahapan tersebut tidak dapat dipisahkan dalam pelaksanaan strategi komunikasi.
39
40
a. Perumusan Strategi Dalam melaksanakan strategi komunikasi untuk membangun generasi sahabat Qur‟ani, sebelumnya diperlukan perumusan strategi agar pelaksanaannya bisa berjalan dengan lancar dan efektif. Dalam hal tersebut, Pengasuh Rumah Tahfidz Kiai Marogan merumuskan program besar di awal tahun yang nantinya akan menjadi acuan bagi para pengurus lainnya dalam melaksanakan strategi komunikasi ke depannya. Misalnya dengan mengadakan rapat tahunan pada 24 Desember 2012 di Pantai Anyer sebagai dream mapping agenda sekaligus strategi dalam mensukseskan tujuan dari Rumah Tahfidz Kiai Marogan. Program besar yang ada hanya menjadi acuan perencanaan, untuk memudahkan pelaksanaannya dilakukan rapat bulanan. Fungsi rapat ini untuk lebih memerinci program besar yang telah dibuat sebelumnya. Jika dalam program besar itu belum ditentukan sasaran ataupun hal tehnis lainnya, maka dalam rapat bulanan ini sudah ditentukan pelaksanaan tehnisnya. Dalam tahap perencanaan ini, pengasuh memanfaatkan peluang yang ada. Contohnya, pada bulan Ramadhan maka diadakanlah Kantin (Kajian Rutin) Ramadhan yang mengkaji berdasarkan tema-tema yang ditentukan. Pada hari-hari libur sekolah, maka Rumah Tahfidz Kiai Marogan mengadakan “Pesantren Liburan bersama Rumah Tahfidz” dan lain sebagainya. Pengasuh melihat peluang komunikasi yang baik terutama pada hari-hari tertentu untuk beradaptasi kepada santri maupun masyarakat setempat.
41
Perencanaan dan juga pembangunan jaringan komunikasi dengan pihak pendukung semisal Ustadz Yusuf Mansur serta pihak Yayasan KIAI MAROGAN sangat dijaga dengan baik. Hal ini tentu menghasilkan peluang yang lebih besar demi terwujudnya Rumah Tahfidz Kiai Marogan menjadi sahabat al-Qur‟an.
b. Implementasi Strategi Setelah merumuskan dan memilih strategi yang telah ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi tersebut. Dalam tahap ini sangat dibutuhkan komitmen dan kerjasama dari seluruh unit, tingkat dan anggota organisasi. Para pengasuh Rumah Tahfidz Kiai Marogan sebagaimana dijelaskan pada tahap perencanaan, setelah mengkonsep agenda dan rencana komunikasi baik dengan santri maupun masyarakat, mereka melakukan tindak lanjut dengan menyelenggarakan programprogram tersebut. Hal ini tetu disambut dengan baik oleh pihak masyarakat. Karena selain keunikan konsep acara dengan komunikasi yang menarik, pihak pengasuh juga mendatangkan orang-orang yang berkompeten dibidangnya meskipun dari jauh. Pada acara Kantin Ramadhan misalnya, pengasuh mengundang para pakar tahsin, tilawah, tahfidz dan lainnya untuk menumbuhkan antusiasme siswa dalam mengkaji Islam serta al-Qur‟an dan meningkatkan Tahfidznya. Selain menyuguhkan para pakar, melalui komunikasi dalam program-program tersebut, pengasuh menyampaikan metode-metode yang efektif dalam menghafal, hal ini untuk memudahkan para santri dan
42
peserta untuk menghafal al-Qur‟an. Karena sesungguhnya upaya menghafal dengan dukungan dan motivasi dari oranglain akan membantu penghafal baik secara psikologis maupun secara fashahah dalam hafalan. Keterbukaan komunikasi dengan khalayak tidak saja dari masyarakat setempat namun juga pada media massa menjadikan Rumah Tahfidz Kiai Marogan lebih dikenal.
c. Evaluasi Strategi Tahap akhir dari strategi adalah evaluasi implementasi strategi. Hal ini diperlukan utntuk mengukur seberapa besar keberhasilan yang telah dicapai dan seberapa besat kegagalan yang diperoleh. Dengan mengetahui tingkat keberhasilan dan tingkat kegagalan dari program yang dilakukan hal ini bisa menjadi tolak ukur untuk menetapkan tujuan berikutnya. Sehingga pada pelaksanaan program selanjutnya bisa berjalan dengan baik. Pada tahap evaluasi ini, pengasuh biasanya menyelenggarakan rapat evaluasi setelah terlaksananya suatu agenda. Rapat ini juga berfungsi untuk mengukuhkan semangat ukhuwah antara pengasuh. Selain itu, rapat ini tentu juga untuk membahas kekurangan pada agenda sebelumnya. Dengan begitu komunikasi yang terjalin diantara pengasuh dan tim pelaksana tidak retak.
Komunikasi
yang santai dan menghibur
dikembangkan pada tahap evaluasi ini. Penghargaan kepada tim pelaksana juga dibangun dan dipupuk demi terjalinnya komunikasi yang harmonis dikalangan mereka.
43
2. Komponen Komunikasi Komponen Komunikasi yang terdapat di Rumah Tahfidz Kiai Marogan adalah sebagai berikut: a. Sumber: Strategi Komunikasi yang telah ditetapkan pengasuh Rumah Tahfidz Kiai Marogan b. Komunikator: Pengasuh, termasuk juga para instruktur tahfidz (ustadz) c. Pesan: Diantaranya nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur‟an dan kiat-kiat bersahabat dengan al-Qur‟an d. Saluran: Pengasuh Rumah Tahfidz Kiai Marogan banyak memanfaatkan media komunikasi, baik itu koran, majalah buku dan televisi Di masjid Kyai Marogan kita dapat melihat beberapa orang remaja sedang menghafalkan al-Qur`an, di bawah bimbingan beberapa orang guru. Mereka adalah murid kelas IV dan kelas V Rumah Tahfidz. Dengan suara mereka yang lembut, mereka menghafal ayat demi ayat al-Qur`an, sambil kepala mereka bergoyang-goyang mengikuti irama bacaan. Sungguh pemandangan yang sangat sedap dipandang. Sementara itu, dengan mata terpejam, seorang laki-laki berwajah jernih, berkumis dan berjenggot tebal, memakai peci, menyimak hafalan murid-muridnya. Tentu saja semuanya dilakukan di luar kepala. Pemandangan menarik di dalam masjid ketika jam tahfizh masuk anak-anak secara teratur kumpul di kelompoknya masing-masing membentuk
44
sebuah lingkaran. Seluruhnya berjumlah 2 kelompok putera dan 2 kelompok puteri. Satu kelompok terdiri dari 5 hingga 5 orang anak. Ketika “menyetorkan” hafalan, seorang murid duduk bersila di hadapan gurunya yang duduk bersila sambil bersandar di tiang masjid. Lutut mereka saling bersentuhan, dan dengan suara pelan tetapi sangat jelas, sang murid membacakan ayat demi ayat yang sudah dihafalnya di rumah. Anak-anak yang berusia belasan tahun terlihat baru memulai hafalan mereka. Dari bibir mereka meluncur ayat-ayat al-Qur`an dengan makhraj yang bagus. Panjang-pendeknya lafal, mereka ucapkan dengan tepat, sehingga membentuk irama yang muncul bagaikan air mengalir, alamiah, dan tidak dibuat-buat. Makhraj dan tajwid, memang merupakan syarat utama yang harus dikuasai terlebih dahulu sebelum seorang anak memulai kegiatan menghafalal-Qur`an. Untuk itu, terdapat beberapa orang guru yang secara khusus mengajar tahsin Qur`ani. Seorang murid memperoleh bimbingan tiga kali dalam sehari, dilakukan antara waktu Maghrib dan Isya‟, Subuh hingga terbit fajar, dan ba‟da Zuhur. Bimbingan di masjid Kyai Marogan itu, biasanya hanya merupakan pengecekan terhadap Hafalan para murid. Sebab, pada hari sebelumnya, guru memberikan tugas kepada mereka untuk menghafalkan sekian ayat, yang kemudian mereka “setorkan” kepada gurunya di masjid pada waktu yang telah ditetapkan. Artinya, kegiatan menghafal al-Qur`an itu sendiri mereka lakukan di kamar, di atas perahu Ketek, dan taman, sedangkan yang di masjid hanya “setoran”.
45
Para murid harus terlebih dahulu “kawin” dengan al-Qur`an. Artinya, dia harus memiliki mushaf khusus dan tidak boleh menghafal dengan berganti-ganti mushaf. Dia harus hafal jumlah halaman mushafnya, jumlah ayat dalam setiap juz dan halaman, dan mesti hafal pula awal dan akhir setiap ayat yang terdapat dalam setiap halaman. Langkah pertama menghafalal-Qur`an di Rumah Tahfidz, siswa menghafal surah-surah pendek yang termasuk di Juz „Amma dan surah-surah pilihan seperti Al-Waqi‟ah, Ar-Rahman, Yasin dan al-Mulk. Hal ini bertujuan untuk membiasakan para siswa menghafal secara bertahap dari surah pendek baru kemudian masuk ke surah panjang yang berada di bagian depan mushaf. Kebiasaan ini juga terjadi di beberapa lembaga tahfizhul al-Qur`an terutama pulau Jawa. Sebelum memulai menghafal surah al-Baqarah, diharuskan
terlebih
dahulu
menghafal
surah-surah
tertentu
sebagai
pendahuluan atau warming up: Surah al Sajdah, Surah Yasin, Surah al Dukhan, dan Surah al Mulk. Akan tetapi, kebiasaan ini tidak berlaku mutlak. Dalam satu hari murid diharuskan menghafal minimal 3 ayat. Metode yang diterapkan untuk menghafal adalah musyafahah (terlebih dahulu mengikuti bacaan guru kemudian membacanya dengan benar). Selain itu dengan metode auditori yaitu mendengarkan bacaan imam Masjidil Haram lewat al-Qur`an digital dan dvd Combo secara berulang-ulang hingga hafal. Sedangkan dalam melakukan muraja‟ah (mengulang hafalan) siswa diajak melakukan latihan atau exercise menulis ayat yang telah dihafal di atas kertas kosong. Selain itu agar lebih mengasyikkan, siswa diberikan lembaran latihan berupa al-Qur`an yang tinggal diisi kata bantunya seperti mengisi TTS
46
(Teka-Teki Silang). Dalam mengulang hafalan, murid cukup membaca kata bantu ayat di depan, di tengah dan di ujung, kemudian menyambungkannya berdasarkan hafalan yang dimiliki. Metode ini dikembangkan di Rumah Tahfidz ini karena pernah dipraktekkan oleh Ustaz Yusuf Mansur dan sudah terbukti mampu memperlancar hafalan.
3.
Media Komunikasi Media berasal dari bahsa latin madius yang berarti tengah, perantara atau
pengajar. Assosiation for Education and Communication Tehnology (AECT) mengartikan media sebagai salah satu bentuk yang dipergunakan untuk proses transmisi informasi. Sedangkan Educatn Assosiation mendefinisikan sebagai benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam dalam kegiatan apapun dan dapat mempengaruhi efektifitas program intruksional.1 Jadi, media merupakan salah satu fakor terjdinya komunikasi. Sebuah komunikasi akan berjalan efektif bila antara komunikator dan komunikan juga pesan yang disampaikan tidak terjadi gangguan. Media komunikasi yang digunakan oleh Rumah Tahfidz Kiai Marogan sangatlah banyak, diantaranya adalah: a. Media Cetak 1. Koran Kegiatan Rumah Tahfidz Kiai Marogan beberapa kali dimuat di koran setempat. Hal ini mengisyaratkan bahwa Rumah Tahfidz Kiai 1
Asnawir, M. Basyiruddin Usman, Madia Pembelajaran, (Jakarta: PT. Intermasa, 2002), cet ke-1, h. 11.
47
Marogan selalu menjalin komunikasi yang baik dengan media dalam hal ini koran. Tentu hal ini sangat baik guna mengenalkan kegiatankegiatan Rumah Tahfidz Kiai Marogan sehingga mensyiarkan tujuan kegiatan Rumah Tahfidz Kiai Marogan . Koran merupakan salah satu media massa yang berperan penting dalam pendistribusian informasi kepada khalayak. Selain karena kontennya yang faktual, penerbitan surat kabar juga terjadi secara periodik sehingga masyarakat akan lebih mudah untuk mengakses. Olah karena itu, pengasuh Rumah Tahfidz Kiai Marogan menjalin komunikasi yang baik dengan para jurnalis koran lokal Banyak sekali kegiatan Rumah Tahfidz Kiai Marogan yang dimuat di koran, diantara program yang diliput adalah tentang konseling gratis di masjid Muara Ogan, mengajar via teleconference, dan da‟i cilik yang sedang unjuk kebolehan. 2. Majalah Sepak terjang pengasuh dalam upaya membentuk generasi generasi al-Qur‟an tidak hanya sebatas wilayah Muara Ogan atau bahkan palembang saja. Namun juga merambah ke luar negri yakni di hongkong. Kerjasama yang dijalin erat dengan ustadz Yusuf Mansur menambah luasnya komunikasi bagi pengasuh sendiri. Kegiatan tersebut pernah dimuat di majalah Hidayah pada Maret 2012. Kelebihan Majalah diantaranya adalah informasi di dalamnya lebih jelas dan mampu menjelaskan hal-hal yang bersifat kompleks
48
ataupun investigatif. Dan karena disertai gambar atau foto, hal ini bisa memperjelas isi berita yang ditampilkan. 3. Buku-buku Selain melalui berbagai media di atas, pengasuh Rumah Tahfidz Kiai Marogan
juga mengarang beberapa buku tentang metode
menghafal dan buku-buku yang berkaitan dengan al-Qur‟an. Tentunya hal ini bisa dimaksudkan untuk membangun generasi Qur‟ani dan menjadikan lebih banyak lagi generasi sahabat Qur‟ani. Dalam setiap bukunya tentu memuat profil penulis dan juga mengulas profil singkat Rumah Tahfidz Kiai Marogan . Diantara bukubuku yang telah diterbitkan ialah:
Kiat Jitu Bersahabat dengan al-Qur‟an
Quantum Tahfidz
Manaqib Kiai Marogan
4. Mimbar Ceramah dan seminar tentang tahfidz al-Qur‟an merupakan hal yang biasa diselenggarakan oleh Rumah Tahfidz Kiai Marogan . Oleh karena itu, para warga masyarakatpun sering mengundang pihak Rumah Tahfidz Kiai Marogan
baik pengasuh maupun santrinya untuk
tausyiyah ataupun sekedar melantunkan ayat al-Qur‟an pada acaraacara besar warga maupun instansi lembaga pemerintahan dan suasta. Komunikasi melalui media mimbar dengan warga masyarakat ini sengaja dibuka oleh pengasuh agar melestarikan hidupnya al-Qur‟an di
49
tengah masyarakat. Syi‟ar yang terus menerus diharapkan mampu menjadikan generasi yang bersahabat dengan al-Qur‟an. 5. Ceremonial Media komunikasi melalui ceremonial sangat sering dilakukan. Dari hal-hal kecil semisal bersilaturami dengan warga pada acara-acara mereka, sampai menyelenggarakan acara-acara berskala besar semisal gagasan Pesantren Ramadhan al-Qur‟an, Pekan Baca Rumah Tahfidz, penyelenggara Wisuda Akbar para Huffadz al-Qur‟an se-Sumatera Selatan dan lain sebagainya. 6. Televisi Beberapa kali pengasuh diundang untuk berbicara mengenai tahfidz al-Qur‟an di saluran TV. Semisal TVRI Palembang dan TV Lokal lainnya, kesempatan itu juga dipergunakan untuk memperkenalkan Rumah Tahfidz Kiai Marogan, dengan begitu diharapkan para pemirsa mengetahui bahwa dengan mendekatkan diri pada Allah dan menjadikan al-Qur‟an sebagai sahabat dalam kehidupan keseharian mampu menjadikan hidupnya lebih bermakna. 7. Internet Rumah Tahfidz Kiai Marogan juga mensosialisakisakan kegiatankegiatannya di laman website dan melalui internet terutama media jejaring sosial sebagai alat untuk memperkenalkan Rumah Tahfidz Kiai Marogan dan berkomunikasi dengan masyarakat secara umum. Di sana dimuat berita-berita serta program yang diselenggarakan oleh pihak Rumah Tahfidz Kiai Marogan.
50
Melalui media internet ini, komunikasi pengasuh Rumah Tahfidz Kiai Marogan dengan komunikan dapat berjalan efektif, karena komunikan dapat langsung berinteraksi langsung dengan dengan komunikator dan memberikan respon terhadap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. Alamat
websitennya
adalah
www.rumahtahfidzterapung,
sedangkan Facebooknya adalah Rumah Tahfidz Terapung, dan twitternya @rtahfidzterapung.
B. Analisis Swot Analisis Swot merupakan analisis lingkungan internal dan analisis eksternal organisasi, Hasil dari analisis SWOT ini dapat menunjukkan kualitas dan kuantitas posisi organisasi dengan sejumlah kemampuan inti, bila resultansi kekuatan dan kelemahannya posititf yang kemudia memberikan rekomendasi strategis terhadap strategi perusahaan serta rekomendari funsional kebutuhan atau modifikasi sumber daya organisasi.2 Untuk menganilisis strategi Pengasuh Rumah Tahdiz Kiai Marogan penulis menggunakan analisis SWOT yang terdiri dari : 1. Strenght (Kekuatan) Kekuatan merupakan keuntungan yang dimiliki oleh suatu oreganisasi kekuatan yang dimiliki oleh suatu lembaga. Dari beberapa keberhasilan yang telah dicapai oleh Pengasuh dalam membangun Generasi Sahabat Qur‟ani, hal ini tidak terlepas dari beberapa kekuatan
2
Ismail Yusanto dan M. Karabaet, Manajemen Strategis Perspeltif Syariah, H. 29
51
internal dan eksternal yang dimiliki oleh Rumah Tahfidz Kiai Marogan, diantara kekuatan internal tersebut adalah:
a. Komunikator Jaringan komunikasi yang dikembangkan oleh pengasuh selaku komunikator merupakan salah satu faktor yang sangat mendukung adanya upaya membangun generasi sahabat al-Qur‟an. Kepercayaan masyarakat terhadap komunikator turut mempegaruhi tingkat kesuksesan dan harmonisasi komunikasi yang dibangun oleh komunikator. Selain itu, keahlian mumpuni yang dimiliki oleh pengasuh juga turut mendukung daya tarik baik santri dan masyarakat.
b. Nama Kiai Marogan Kiai Marogan merupakan tokoh setempat yang sangat dihormati. Masagus KH. Abdul Hamid alias Kiai Marogan, sosok ulama
pelopor
dakwah
di
Bumi
Kesultanan
Palembang
Daarussalam. Julukan Kyai Marogan pun diambil dari kata Muara Ogan atau muara sungai Ogan. Beliau adalah da‟i yang mengajarkan keislaman pada masanya. Meskipun beliau telah meninggal, namun makamnya tetap dikunjungi orang-orang sampai sekarang. Tempat Rumah Tahfidz Kiai Marogan yang berdekatan dan menggunakan nama beliau turut mempengaruhi kepercayaan masyarakat pada Rumah Tahfidz Kiai Marogan ini.
52
c. Sarana Adanya sarana yang memungkinkan para santri untuk menetap juga merupakan faktor pendukung pembinaan dikalangan remaja ini dalam peningkatkan tahfidz. Sarana yang disediakan juga tidak memungut biaya yang besar dan tempatnya merupakan tempat yang nyaman untuk menghafal.
2. Wekaness (Kelemahan) Kelemahan merupakan keterbatasan yang dimiliki oleh suatu organisasi. Kelemahan yang dimiliki oleh suatu lembaga. Pengasuh Rumah Tahfidz Kiai Marogan memiliki beberapa kelemahan, diantara kelemahan tersebut adalah kurang baiknya komunikasi yang terjalin antara tim pengasuh dan para instruktur tahfidz (ustadz) akan tetapi kelemahan ini tidaklah dijadikan sebagai penghambat dalam menjalankan organisasinya. Beberapa kelemahannya yaitu; a.
Dari tim pengasuh itu sendiri, yang rentan menghadapi situasi karyawan sakit atau berhenti.
b.
Lahan
disekitarnya
menjadi
sempit.
Sehingga
untuk
pengembangan bangunan secara fisik sangant sulit dilakukan.
3. Opportunity (peluang) Peluang merupakan situasi yang menguntungkan bagi suatu lembaga. Peluang yang dimiliki oleh Pengasuh Rumah Tahfidz Kiai Marogan diantaranya :
53
a. Banyaknya
minat
masyarakat
yang
ingin
memperdalam
pengetahuan agama umumnya dan khususnya pengetahuan mengenai kitab al-Qur`an, baik itu membaca, memahami dan menghapalnya serta mengaplikasikannya dalam kehidupan seharihari. b. Lokasi yang strategis dipinggir Sungai Musi dan Muara Ogan serta tak jauh dari stasion kereta api membuat Rumah Tahfidz Kiai Marogan mudah untuk diakses masyarakat dari penjuru daerah. c. Dukungan Masyarakat, baik itu lembaga/instansi pemerintah dan swasta, anggota majelis taklim maupun masyarakat secara umum. Dukungan mereka baik itu berupa donasi, dukungan kegiatan maupun lainnya sangat membantu keberlangsungan kegiatan Rumah Tahfidz Kiai Marogan.
4. Threaths (Tantangan) Tantangan merupakan keadaan yang sangat tidak menguntungkan suatu lembaga, adapun tantangan yang dihadapi oleh Rumah Tahfidz Kiai Marogan
yaitu banyaknya rumah tahfidz yang lahir, setiap
lembaga ingin menonjolkan setiap program, jadi timbul persaingan antara lembaga untuk merekrut santri. Maka pengasuh Rumah Tahfidz Kiai Marogan
harus berinovasi dalam mengelola segala kegiatan
lembaga, agar kepercayaan masyarakat terhadap Rumah Tahfidz Kiai Marogan terbangun dengan baik.
54
C. Strategi Alternatif untuk Dilaksanakan Dari uraian sebelumnya setelah menggunakan analisis SWOT, tampak bahwa Rumah Tahfidz Kiai Marogan dalam menjalankan organisasinya memerlukan strategi alternatif untuk mengantisipasi kelemahannya. Berikut strategi altrnatif yang sebaiknya dilakukan Pengasuh Rumah Tahfidz Kiai Marogan. 1. Untuk mensiasati masalah tim pengasuh Rumah Tahfidz yang rentan menghadapi situasi pengasuh/santri sakit atau berhenti maka perlu menjaga kebersihan lingkungan dan cek kesehatan secara berkala, dan untuk mengantisipasi pengasuh/ustadz berhenti maka diperlukan komunikasi non formal terhadap mereka, dan kesejahteraan mereka juga perlu diperhatikan. 2. Untuk menghadapi masalah lahan yang sempit, bisa disiasati dengan membangun sarana bangunan vertikal ke atas. Hal ini tentu memerlukan dana yang tidak sedikit, dengan memanfaatkan dukungan masyarakat Pengasuh Rumah Tahfidz bisa menyebarkan sertifikat wakaf bangunan kepada para donatur dari masyarakat maupun instansi yang selama ini banyak mendukung kegiatan Rumah Tahfidz Kiai Marogan.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari berbagai penjelasan yang telah diuraikan dalam skripsi ini, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Strategi komunikasi Pengasuh Rumah Tahfidz Kiai Marogan yang diterapkan di Rumah Tahfiz Kiai Marogan Palembang dapat berjalan efektif. Hal ini bisa dilihat dikarenakan indikator-indikator yang mempengaruhinya: a. Kekuatan: Nama Besar Kiai Marogan dan Yusuf Mansur, Pengasuh merupakan komunikator ulung dan memiliki jaringan yang luas, Sarana pendukung, dan dukungan masyarakat b. Kelemahan: Komunikasi yang terkadang kurang baik antara pengasuh dengan tim instruktur tahfidz, penambahan sarana gedung yang terkendala keterbatasan lahan c. Peluang: kedekatan Pengasuh dengan pelaku media berjalan baik, sehingga setiap kegiatan yang dilaksanakan tercover oleh media. d. Tantangan: Dibutuhkan inovasi dan kreatifitas yang lebih agar kepercayaan masyarakat dapat terus terjaga 2. Pengasuh Rumah Tahfidz Kiai Marogan memanfaatkan berbagai media untuk lebih memasyarakatkan nilai-nilai al-Qur`an, mulai dari koran, majalah, televisi, maupun lewat ceramah melalui mimbar dan acara-acara seremonial, serta tak ketinggalan pengasuh Rumah Tahfidz Kiai Marogan
55
56
juga memanfaatkan jejaring sosial. Hal ini menjadi lebih efektif dan dapat pula memperluas jangkauan audiens atau mad’unya dalam membangun generasi sahabat Qur’ani dibandingkan cara-cara tradisional yang biasanya hanya melalui ceramah-ceramah melalui mimbar saja.
B. SARAN Secara keseluruhan strategi komunikasi yang dilakukan oleh Pengasuh Rumah Tahfidz Kiai Marogan dalam membangun generasi Sahabat Qur’ani sudah cukup baik, namun ada beberapa poin kelemahan yang perlu diperbaiki oleh pihak lembaga, diantaranya: 1. Menjalin komunikasi yang baik dengan berbagai pihak mutlak diperlukan, karena melakukan kegiatan yang melibatkan banyak orang sangat rentan terjadi miss communication yang dapat menyebabkan maksud yang baik dapat diartikan berbeda oleh orang lain. 2. Meskipun sarana dan pra sarana saat ini sudah cukup membantu bagi terlangsungnya kegiatan di Rumah Tahfidz Kiai Marogan, namun masih diperlukan penataan dan penambahan infrastruktur yang lebih baik. Hal ini diperlukan guna menciptakan pola komunikasi antara pengasuh, para asatidz (ustadz-ustadz pendamping santri) dan para santri bisa berjalan lebih baik dan teratur. Sehingga proses membangun generasi sahabat Qur’ani bisa terwujud. 3. Dengan banyaknya teori komunikasi yang ada, setidaknya penulis berharap Pengasuh Rumah Tahfidz Kiai Marogan dapat menerapkan teori
tersebut
dalam
membuat
strategi
komunikasi
serta
57
mengaplikasikannya dengan baik dan berkelanjutan. Sehingga proses kegiatan dapat berjalan lancar dan berkelanjutan. Jika hal ini tidak dilakukan maka teori yang ada akan sangat sia-sia dan pelaknanaanya pun tidak sesuai dengan tujuan yang direncanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Arni, Muhammad. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara, 2004. Asnawir, M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Intermasa, 2002, cet ke-1. Efendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992. Fadilah, Syarif, Strategi Komunikasi Program Pembibitan Al-Qur’an Daarul Qur’an Dalam Mensosialisasikan Program Sedekah Produktif Tangerang: Tidak Diterbitkan, 2011 Fathullah, Lutfi. Menanti Alumni SDIT Jadi Menteri. Jakarta: al-Mughni Press, 2007. Fisher, Aubery. Teori Komunikasi. Bandung: Remaja Karya, 1986 Kamil, Ahmad. Hukum Perlindungan dan pengangkatan Anak di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008. Lubis, Zainuddin. Pola Komunikasi Ustadz Ali Fahrudin, MA. dalam Pembinaan Tahfizhul Qur`an. Tangerang: Tidak Diterbitkan: 2009 Masagus Fauzan Yayan, Kiat Jitu Bersahabat dengan Al-Qur`an. Palembang: CSQ, 2011 ------------------------------, Manaqib Kiai Marogan. Palembang: RTKM, 2012. ------------------------------ dan Wajdi, Farid. Quantum Tahfidz, Palembang: YKM Press, 2010 Morissan, Andi Corry Wardhany, Teori Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia, 2009. Murtopo, Ali. Strategi Kebudayaan. Internasional Studies-CSIS, 1978.
Jakarta: Center for Strategic and
Nawawi, Hadari. Manajemen Strategi Organisasi Non Pemerintahan. Yogyakarta: Gadjah Mada Press, 2000
Profit
Bidang
Purnomo, Setiawan Hari dan Zulkifirmansyah, Manajemen Strategi, Sebuah Konsep Pengantar. Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi UI, 1999 Pustaka Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2005. 58
59
R. David, Fred. Manajemen Strategi Konsep. Jakarta: Prenhalindo, 2002. Steinner, George. dan Minner, John. Manajemen Strategi. Jakarta: Erlangga, 1999 Susanto, Astrid S. Komunikasi Dalam teori dan Praktek. Bandung: Bina Cipta, 1998 Tjokroamidjojo, Bintoro. Teori dan Strategi Pembangunan Nasional. Jakarta: Haji Masagung, 1988 Vivian, John. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana, 2008 Wajdi, Farid. Tahfiz al-Qur`an dalam Kajian Ulumul al-Qur’an (Studi Atas Berbagai Metode Tahfiz). Tangerang: Tidak Diterbitkan, 2008 Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bumi Aksara, 2002 Yusanto, Ismail dan M. Karabaet, Manajemen Strategis Perspektif Syariah, H. 29 Zuhdi,
Muslim. Dakwah di Palembang; Memahami Penyebaran dan Perkembangan Dakwah di Kecamatan Kertapati Kota Palembang, Palembang
Media Massa: Harian Seputar Indonesia, Menikmati Musi Sambil Menghafal al-Qur’an, Edisi 11, April 2011 Harian Sumatera ekspres, Jumat, 16 September 2011 Majalah Hidayah, RTKM Laboratorium al-Qur`an Di Palembang, Oktober 2010 Profil Lembaga Rumah Tahfidz Kiai Maroga Palembang Sriwijaya Post, Menuju Palembang Darussalam Religius, 18 Juni 2010 Yusuf Mansur dalam ceramahnya di televisi ANTV, 12-06-2012.
PENGURUS RUMAH TAHFIDZ KIAI MAROGAN DEWAN PEMBINA :
Masagus Amancik Ujang Masagus Memet Ahmad, SE (Ketua Yayasan Masjid Kiai Marogan) Masagus A. Fauzi, S.Pd, MM (Ketua Yayasan Kiai Marogan) Ustadz Hidayatullah HT (Pengasuh Majelis Dzikir Riyadhul Jannah) Ustadz Kemas Muhammad Ali (Ketua Majelis Dhuhaa Nasional Cabang Palembang) Masagus Fauzan Yayan, SQ, S.Sos.I (mudir)
DEWAN PENGURUS :
Pengasuh: Umi Cholifah, S.Pd Sekretaris: Mia Na Bendahara: Anharuddin Operasional: Masagus A. Mahdi Humas: Darnansyah, S.Kom, MM
DEWAN ASAATIDZ :
Ustadz Usman (Koordinator Tahfidz) Ustadzah Sefri Yunita Ustadzah Nanda Ustadz Abdurrahman Ustadz Masykuri Ustadz Adil Ustadz Padri (asisten) Ustadz Yogi (asisten)
JADWAL KEGIATAN HARIAN RUMAH TAHFIDZ KIAI MUARA OGAN
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
PUKUL 04.00 – 04.30 04.45 – 05.15 05.15 – 06.10 06.10 – 07.30 07.10 – 13.00 13.00 – 13.30 13.30 – 14.00 14.00 – 15.00 15.00 – 15.30 15.30 – 16.30 16.30 – 17.30 17.30 – 18.00 18.00 – 18.30 18.30 – 19.15 19.20 – 19.45 19.45 – 21.00 21.00 – 04.00
NAMA KEGIATAN Sholat tahajud Sholat shubuh Setoran (Muraja`ah) Sarapan Pagi, Mandi, Persiapan Sekolah SEKOLAH Sholat dzhuhur, Makan Siang Mengaji Istirahat (tidur siang) Sholat Ashar Setoran (Menambah hafalan Baru) Bermain/naik perahu ketek Makan sore, Mandi Sholat Maghrib Muraja`ah bersama Sholat Isya` Belajar ISTIRAHAT
Wassalam,
Kepala Rumah Tahfidz Ki Marogan (Umi Cholifah, S.Pd.I)
KETERANGAN Masjid Masjid Pondok Tahfiz Asrama Asrama Masjid Pondok Tahfidz Asrama Masjid Pondok Tahfiz Halaman masjid/sungai Asrama Masjid Asrama Masjid Asrama Asrama
RIWAYAT HIDUP Nama Lengkap
: Masagus A. Fauzan
Nama Panggilan
: YAYAN
Ttl
: Palembang, 20 Agustus 1981
Pekerjaan
: Guru, Trainer, Penulis
Alamat
: Jl. Masjid Kyai Muara Ogan RT. 01 No. 28 Kertapati Palembang 30258
Hp
: 081388348164
Web-site
: www.kiaimarogan.com
Email
:
[email protected]
FB
: masagus fauzan yayan
JENJANG PENDIDIKAN SD 92 Palembang Tahun 1986-1993 MTS Pon-Pes Raudhatul Ulum, Sakatiga, Inderalaya-OI-Sumsel, 1993-1996 MA Pon-Pes Daarul Rahman, Senopati, Kebayoran Baru, Jakarta, 1996-1999 S1 Institut PTIQ Jakarta 1999-2006 S2 ICAS-Paramadina (off) PENGALAMAN ORGANISASI Ketum Badan Koordinasi Indonesia Bagian Barat (Badko Inbagbar) HMI-MPO (HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM), Jakarta 2006-2008 Pembina FUMAS (Forum Ukhuwah Mahasiswa Sumatera), Jakarta 2003-2005 Sekjend PMPD (Perhimpunan Masyarakat Palembang Daarussalam), Jakarta 20042006 RIWAYAT PEKERJAAN Koordinator Club Sahabat al-Quran (CSQ) Jakarta Pengurus Yayasan Kiai Marogan (YKM) Palembang
Pembina Yayasan Riyadushsholihin, Jambi Trainer Pelatihan Terjemah al-Quran Metode CSQ (Cerdas, Smart, Quantum). Instruktur Tahfidz SMP-SMA SDQI 2008-2009 Guru Tahfidz SD SDQI tahun ajaran 2008-2009 Mudir Santri Ma’had Aly Daarul Qur’an Bidang Pengembangan Potensi dan Bakat Dosen STMIK Antar Bangsa, Tangerang Wartawan Majalah Anak Spesial, Majalah Qur’an Center, Majalah Sahabat Qur’an KARYA TULIS Buku Kiat Jitu Bersahabat dengan Al-Quran (YKM & Pemkot Palembang,2008) Buku Peninggalan Kiai Marogan dalam Menunjang Visit Musi 2008 (Ed.)(YKM & Pemkot Palembang, 2008). Buku Ketika Persahabatan Tak Lagi Bersahabat (YKM & SDQI, 2009) Buku Amaliah Ramadhan (SDQI, 2009) Buku Quantum Tahfiz; Siapa Bilang Menghapal Al-Quran itu Susah? (SDQI & YKM Press, 2010). Majalah Sahabat Qur’an, (CSQ, 2008) Majalah Anak Spesial, (LPAS, 2007-2008) Majalah Dismag (SDQI, 2009) AKTIF MENGISI KOLOM DI: Harian Republika rubrik Hikmah, dan Guru Menulis Majalah Hidayah kolom Pakar Harian Sriwijaya Post, mimbar Jum’at Palembang, 2 Juli 2012
Masagus A. Fauzan, S.Sos.I