STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN MARKETING 3.0 PETER SAYS DENIM TERHADAP KOMUNITAS MUSIK INDIE UNDERGROUND
KARYA ILMIAH
Oleh M. Ichsan Kusuma 206000196
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS FALSAFAH DAN PERADABAN UNIVERSITAS PARAMADINA JAKARTA 2013
Latar Belakang Industri kreatif saat ini sedang berkembang pesat. Tak hanya dibidang seni, industri ini merambat ke segala bidang, mulai dari kuliner, media, IT, hingga fashion. Berbicara tentang industri kreatif, salah satu kota yang terkenal dengan industri kreatifnya adalah Bandung Jawa Barat. Bahkan industri clothing berawal di kota Bandung. Salah satu clothing asal kota Bandung yang sudah menembus pasar mancanegara yakni Peter Says Denim. Brand ini didirikan oleh Peter Firmansyah sejak tahun 2008. Peter Says Denim fokus mempromosikan jeans buatannya melalui band-band indie underground lokal dan mancanegara. Berikut ini nama-nama band Peter Says Denim : Rocket Rockers, Goodboy Badminton, Superman Is Dead, Saint Loco, PeeWee Gaskins, Thirteen, Miss May I, Everytime I Die, Cancer Bats, Four year strong, Eyes Set To Kill, Asking Alexandria, We Shot The Moon, Before Their Eyes, Protest The Hero, A Roket To The Moon, Silverstein, dan masih banyak lagi. (http://www.petersaysdenim.com/artist/artist.html, akses pada 10 April 2012 pukul 20.25 WIB) Jika dilihat dari kutipan diatas mengenai sederet nama besar band lokal dan mancanegara yang telah menjadi artis Peter Says Denim, maka menurut kesimpulan peneliti bahwa brand Peter Says Denim merupakan brand lokal yang memiliki karakter musik yang cukup kuat sehingga brand Peter Says Denim ini memiliki ciri khusus dimata artis dan konsumennya. Kesuksesan Peter Says Denim tidak lepas dari komunikasi yang dilakukan perusahaan dengan sangat baik. Komunikasi menjadi sangat penting dalam perkembangan bisnis. Pengertian komunikasi menurut Miller dalam Mulyana (2005: 62) : “Komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima”. Dalam penelitian ini, komunikasi berlangsung dalam konteks komunikasi pemasaran. Menurut Kennedy dan Soemanagara (2006: 5), komunikasi pemasaran adalah, “Kegiatan pemasaran dengan menggunakan teknik-teknik komunikasi yang bertujuan untuk memberikan informasi pada orang banyak agar tujuan perusahaan tercapai, yaitu terjadinya peningkatan pendapatan atas penggunaan jasa atau pembelian produk yang ditawarkan.” Dalam proses komunikasi pemasaran, beragam cara yang dapat dilakukan dalam melakukan pemasaran, diantaranya ialah strategi marketing 3.0. Pada marketing 3.0 terdapat konsep-konsep marketing communitization, co-creation, dan character building. Menurut Kotler dan Kartajaya (2010: 35), Communitization: Adalah proses pemasaran yang dilakukan
oleh perusahaan, dimana perusahaan berperan sebagai fasilitator bagi konsumen agar konsumen dapat terhubung dengan konsumen lain atau terhubung dengan suatu komunitas. Co-Creation: dalam co-creation perusahaan membuat sebuah produk generic yang dapat disesuaikan lagi untuk konsumen agar sesuai dengan identitas unik konsumen dan perusahaan harus memadukan kebutuhan konsumen. Character Building: Perusahaan harus memiliki DNA otentik agar perusahaan memiliki perbedaan dengan perusahaan lain, sehingga perusahaan dapat diterima dan dikenali dengan baik oleh konsumen. Pada penelitian ini, kaitannya terhadap penelitian ialah proses communitization, co-creation, dan character building yang dilakukan oleh Peter Says Denim. Identifikasi Masalah Berdasarkan penelitian ini, maka dapat dirumuskan identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana proses Communitization yang dilakukan oleh Peter Says Denim dalam strategi komunikasi pemasarannya? 2. Bagaimana proses Co-Creation yang dilakukan oleh Peter Says Denim dalam strategi komunikasi pemasarannya? 3. Bagaimana proses Character Building yang dilakukan oleh Peter Says Denim dalam strategi komunikasi pemasarannya?
Rumusan Masalah Bagaimana Strategi Komunikasi Pemasaran Peter Says Denim melalui Komunitas musik Indie? Kerangka Teori: Komunikasi pemasaran menurut Widyatama (2007: 26) adalah : Komunikasi pemasaran merupakan upaya menyampaikan pesan kepada orang lain. Menyampaikan pesan dalam hal ini menitikberatkan pada dua makna utama, yaitu: 1. Berfungsi untuk menginformasikan kepada orang lain atas produk yang dibuat. 2. membujuk calon konsumen supaya membeli, menggunakan produk kita atau agar mereka tetap setia dengan produk yang kita hasilkan.
Berdasarkan definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa komunikasi pemasaran adalah suatu proses penyampaian pesan yang dilakukan perusahaan kepada konsumen dengan tujuan agar konsumen mengetahui, melakukan pembelian, dan loyal terhadap perusahaan. Dalam penelitian ini, komunikasi berlangsung dalam konteks komunikasi pemasaran. Adapun jenis-jenis strategi yang dapat dilakukan untuk pemasaran diantaranya ialah marketing 3.0. Berikut penjelasan mengenai marketing 3.0. Marketing 3.0 Penjelasan tentang marketing 3.0 menurut Kotler dan Kartajaya (2010: 3-4) sebagai berikut : Marketing 3.0 atau era yang dipicu oleh nilai-nilai (values-driven). Pemasar tidak lagi memperlakukan orang semata-mata sebagai konsumen, namun melakukan pendekatan dengan memandang mereka sebagai manusia seutuhnya, lengkap dengan pikiran, hati, dan spirit. Marketing 3.0 mengangkat konsep marketing ke dalam arena aspirasi, nilainilai, dan human spirit. Marketing 3.0 meyakini bahwa konsumen adalah manusia yang lengkap, karena itu kebutuhan dan harapannya tidak boleh diabaikan. Karena itu, Marketing 3.0 melengkapi emotional marketing dengan human spirit marketing. Berdasarkan kutipan diatas mengenai marketing 3.0, peneliti menyimpulkan bahwa marketing 3.0 adalah suatu strategi pemasaran yang termasuk kedalam new wave marketing, dimana dalam marketing 3.0, pemasar tidak lagi menganggap konsumen sebagai manusia yang pasif melainkan lebih memandang konsumen sebagai manusia yang lengkap memiliki pikiran, hati dan spirit. Didalam marketing 3.0, perusahaan lebih mengutamakan kebutuhan konsumen hingga kebutuhan terdalam konsumen karena marketing 3.0 melengkapi emotional marketing dan human spirit marketing. Pada konsep marketing 3.0 terdapat dua belas poin, namun yang digunakan pada penelitian ini hanya Communitization, Co-Creation, dan Character Building. Communitization “Dalam communitization, perusahaan tidak harus melakukan riset pasar. Cukup mengidentifikasi komunitas yang sudah ada. Kalau ternyata tidak menemukan komunitas yang dianggap cocok, barulah perusahaan tersebut mempelopori berdirinya suatu komunitas.. Yang penting sekali lagi, adalah adanya kesamaan interest di antara para anggota komunitas tersebut”. (Kartajaya, 2008: 161) Berdasarkan kutipan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa communitization merupakan suatu cara yang dilakukan perusahaan untuk mengenali target konsumen, caranya bisa dengan membentuk komunitas baru jika memang komunitas belum ada. Jika komunitas sudah ada, maka perusahaan tidak perlu membentuk komunitas baru. Yang perlu diperhatikan dalam
communitization, perusahaan harus benar-benar mengetahui bahwa konsumen yang berada dalam komunitas memiliki interest yang sama dan sesuai dengan target perusahaan.
Co-Creation Co-Creation maknanya cenderung lebih dinamis, bersifat interaktif, dan berasal dari multisumber. Jadi, dalam era New Wave Marketing saat ini, produk sudah lebih dinamis, bersifat interaktif, dan berasal dari multisumber. Kartajaya (2008: 213). Pelanggan terlibat langsung secara aktif dalam proses pembuatan produk yang mereka konsumsi. Perusahaan peranannya lebih ke fasilitator. Kreativitas pembuatan produk diserahkan kepada pelanggan, terserah apapun yang mereka inginkan. Kartajaya, 2008: 215-216). Menurut kutipan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa dalam co-creation, perusahaan melibatkan konsumen secara langsung untuk pengembangan produk sebuah perusahaan. Perusahaan hanya sebagai fasilitator untuk konsumen satu dengan lainnya. Co-creation bersifat lebih dinamis, interaktif, dan multisumber. Sehingga pengembangan produk perusahaan, benar-benar sesuai dengan kebutuhan konsumen. Character Building Karakter Menurut Kartajaya (2010: 3) : Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas adalah ”asli” dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, dan merupakan ”mesin” yang mendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berujar dan merespons sesuatu. Kartajaya Berdasarkan kutipan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa character building sebuah perusahaan sangat dipengaruhi oleh kepribadian yang telah mengakar dalam diri seorang pendiri perusahaan, hal itulah yang menjadikan perusahaan memiliki identitas dan originalitas. Dalam character building terdapat tiga komponen, yakni excellence, professionalism, ethics. Pada penelitian ini, peneliti hanya akan membahas tentang komponen Professionalism. Di dalam professionalism terdapat empat komponen penting yaitu passion for knowledge, passion for business, passion for service, dan passion for people. Professionalism ”Professionalism” adalah sikap disiplin dalam profesi yang mendorong seseorang untuk bersikap tepat dan sesuai keadaan dan memiliki kemampuan yang memadai. Ciri-ciri profesionalisme, 1. Keinginan untuk memperbaharui pengetahuan, yang berarti secara aktif mencari ilmu baru, 2. Memiliki sense of business dimana selalu dapat melihat setiap kegiatan yang dilakukan dalam perusahaan dalam konteks business, 3. Kemauan untuk melayani, dimana orang tersebut tidak ragu untuk membantu dan melayani siapapun dalam organisasi, 4. Kemampuan untuk bekerja sama dengan siapapun dalam lingkup bisnisnya secara efektif. Kartajaya (2010: 1012)
Menurut kutipan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa professionalism ialah suatu sikap disiplin yang dimiliki seorang pengusaha untuk kemajuan dan kebaikan suatu perusahaan. Sikap profesionalisme dapat dilihat dari bagaimana seorang pengusaha terus menjaga karakter mereka. Karakter yang kuat dari perusahaan dipicu oleh empat faktor sikap yang dimiliki oleh seorang pengusaha, yaitu adanya keinginan untuk terus memperbaharui pengetahuan (passion for knowledge), pintar melihat peluang bisnis (passion for business), keinginan untuk melayani konsumen atau karyawan dengan baik (passion for service), dan memiliki kemampuan bekerja sama dengan siapapun untuk kepentingan bisnis (passion for people). Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian studi kasus. Dalam buku Robert K. Yin (2008:1), menjelaskan mengenai studi kasus sebagai berikut : Secara umum, studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata. Selain itu, penelitian studi kasus dapat dibedakan menjadi 3 tipe, yaitu studi kasus ekspanatoris, eksploratoris, dan deskriptif. Berdasarkan kutipan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa metode studi kasus lebih tepat apabila diaplikasikan pada kasus penelitian yang mempertanyakan tentang bagaimana atau mengapa kasus yang di teliti bisa terjadi. Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti tentang bagaimana strategi pemasaran yang dilakukan oleh Peter Says Denim dalam memasarkan produknya kepada komunitas musik indie underground. Penelitian ini termasuk kedalam tipe penelitian deskriptif, karena data-data yang diperoleh oleh peneliti berdasarkan wawancara, pengamatan, dokumentasi, dan data resmi perusahaan. Adapaun unit analisis dalam penelitian ini dapat bersifat perseorangan atau kelompok. Seperti yang dijelaskan oleh Lexy J. Moleong (2005: 225), sebagai berikut : ”Jika penelitian menghendaki adanya perbandingan antara sekelompok orang tertentu dengan kelompok lainnya, maka satuan kajiannya jelas bukan lagi perseorangan, melainkan kelompok”. Peneliti menarik kesimpulan dari kutipan di atas, jika dikaitkan dengan penelitian maka unit analisis dalam penelitian ini bersifat kelompok. Karena peneliti akan meneliti unit
analisis dari Peter Says Denim yaitu promotion executive, artis, dan konsumen Peter Says Denim. Informan Definisi informan menurut Moleong (2005: 132) adalah : Orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian. Berkewajiban secara sukarela menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informal. Dengan kesuka-relaannya ia dapat memberikan pandangan dari segi orangdalam tentang nilai-nilai, sikap, bangunan, proses, dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian tersebut. Berdasarkan definisi diatas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa informan merupakan orang yang terlibat langsung didalam suatu proses kegiatan pada perusahaan yang diteliti, dan merupakan sumber yang dapat dipercaya bagi penelitian ini. Khrisna Yudomartono, promotion executive Peter Says Denim sebagai informan 1, Aldi Tanyara dan Stefan Lopez merupakan konsumen Peter Says Denim dari Bekasi sebagai informan 2 dan 3, peneliti menggunakan data-data berupa foto untuk melengkapi penelitian. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan beberapa cara dalam mengumpulkan data yaitu dengan cara wawancara dan studi dokumentasi. Peneliti mewawancarai narasumber secara langsung agar informasi yang dibutuhkan peneliti dapat diterima dengan jelas dan peneliti mengumpulkan data berupa tulisan, gambar, dan dokumen dari Peter Says Denim sebagai pelengkap data terhadap penelitian. Hasil Penelitian dan Pembahasan Communitization merupakan suatu cara yang dilakukan perusahaan untuk mengenali target konsumen, caranya bisa dengan membentuk komunitas baru jika memang komunitas belum ada. Jika komunitas sudah ada, maka perusahaan tidak perlu membentuk komunitas baru. Yang perlu diperhatikan dalam communitization, perusahaan harus benar-benar mengetahui bahwa konsumen yang berada dalam komunitas memiliki interest yang sama dan sesuai dengan target perusahaan. Hasil wawancara peneliti dengan informan 1 yaitu Khrisna Yudomartono executive promotion Peter Says Denim mengenai communitization yang dilakukan Peter Says Denim (informan 1, wawancara tanggal 14 Juni 2013) :
“Cara Peter Says Denim dalam membangun komunitas konsumen pada awalnya dari sistem promosi melalui band-band indie lokal dan luar negeri. Dari para penggemar band tersebut, lahir konsumen Peter Says Denim. Tujuan awal PSD mensupport band agar dapat menjangkau penggemar band yang di-support. Peter Says Denim membuat sistem promosi untuk para konsumen yang sudah menjadi member Peter Says Denim. Bagi para member, untuk season tertentu mendapat diskon setiap pembelian produk Peter Says Denim. Hal ini membuat para konsumen menjadi loyal terhadap Peter Says Denim karena sistem promosi yang menguntungkan untuk para member”. Berdasarkan hasil wawancara diatas, peneliti menyimpulkan bahwa Peter Says Denim beriklan melalui band tujuannya agar penggemar dari band-band Peter Says Denim mau membeli produk Peter Says Denim dan menjadi konsumen Peter Says Denim. Dalam penelitian ini, Peter Says Denim tidak membentuk sebuah komunitas baru, melainkan memanfaatkan komunitas yang sudah terbentuk agar komunitas tersebut dapat menjadi konsumen Peter Says Denim. Berikut ini adalah hasil wawancara peneliti dengan informan 3 yaitu Stefan Lopez, konsumen Peter Says Denim. (Informan 3, wawancara tanggal 14 Juli 2013) : “Saya mengetahui brand Peter Says Denim dari teman di Bandung tahun 2008. Saat itu, teman saya yang memang sama-sama menyukai dunia komunitas musik indie underground memberitahukan saya tentang Peter Says Denim. Kemudian saya coba mencari tahu Peter Says Denim lewat situs www.petersaysdenim.com. Setelah saya lihat, produknya memang bagus. Dan yang paling membuat saya tertarik terhadap Peter Says Denim adalah pengemasannya, karena Peter Says Denim mengemas produk jeans dengan unsur musik yang kuat. Terbukti dari banyaknya band-band lokal dan luar negeri yang menjadi artis Peter Says Denim. Sebagian besar band-band yang memakai Peter Says Denim di Indonesia dan luar negeri adalah band-band kesukaan saya”. Dari hasil wawancara di atas, peneliti menyimpulkan bahwa di dunia komunitas informasi seputar hal-hal terbaru yang berhubungan dengan dunia komunitas memang sangat mudah didapat melalui anggota komunitas lainnya. Kesamaan interest antar anggota komunitas menjadi faktor utama dalam menginformasikan hal-hal terbaru seputar komunitas ke sesama anggota. Mereka saling menjaga komunitasnya untuk terus ada, dan saling terhubung dengan anggota komunitas lainnya melalui sebuah pertemanan.
Co-creation Berikut ini adalah hasil wawancara peneliti dengan informan 1 yaitu Khrisna Yudomartono executive promotion mengenai co-creation Peter Says Denim (informan 1, wawancara tanggal 14 Juni 2013) :
“Peter Says Denim mengeluarkan jeans edisi Skate4Cancer yaitu edisi khusus untuk komunitas penyuka olah raga skateboard yang hanya dipasarkan melalui office Peter Says Denim di Canada, karena permintaan ini datang dari komunitas skateboard di Canada oleh Rob Dyer pendiri Skate4Cancer dan juga atlit skateboard profesional Canada. Hasil penjualan kolaborasi jeans Peter Says Denim dengan Skate4Cancer beberapa persennya disumbangkan untuk korban kanker melalui Skate4Cancer”. Peneliti menyimpulkan dari kutipan diatas, bahwa Peter Says Denim telah melakukan co-creation untuk pengembangan produknya, karena Peter Says Denim tidak membentuk produknya secara baku. Peter Says Denim mengembangkan produknya secara dinamis, interaktif, berasal dari multisumber dan tentunya sangat inovatif. Peter Says Denim merupakan brand yang memfasilitasi keinginan konsumen. Hal ini tentunya sangat menguntungkan bagi Peter Says Denim selaku produsen, karena tidak perlu repot-repot untuk menentukan pasar. Pasar sudah ada, Peter Says Denim hanya tinggal mengeluarkan produk yang sesuai keinginan konsumen. Character building Berikut ini adalah hasil wawancara peneliti dengan informan 1 yaitu Khrisna Yudomartono executive promotion mengenai character building Peter Says Denim (informan 1, wawancara tanggal 14 Juni 2013) : “Karakter Peter Says Denim terbentuk karena Peter Firmansyah yang memang sangat menyukai musik-musik indie underground. Dari passion yang besar terhadap musik, lahirlah ide untuk membuat sebuah perusahaan jeans yang ia kemas khusus untuk anak muda dengan fokus mempromosikan Peter Says Denim dikalangan penyuka musik indie underground dan menjadikan Peter Says Denim sebagai brand denim rock demi memuaskan gairahnya terhadap musik-musik indie underground”. Menurut hasil wawancara diatas, peneliti menyimpulkan bahwa karakter Peter Says Denim awalnya dibentuk oleh pendiri perusahaan, dan terus dikomunikasikan kedalam benak konsumen hingga pesan dari perusahaan sampai dan dipahami oleh konsumen sesuai dengan yang diharapkan perusahaan. Adapun pendapat lain tentang karakter Peter Says Denim dari seorang konsumen. Berikut ini adalah hasil wawancara peneliti dengan informan 2 yaitu Aldi Tanyara, konsumen Peter Says Denim. (Informan 2, wawancara tanggal 13 Juli 2013) : “Menurut saya, Peter Says Denim adalah brand jeans lokal yang memiliki karakter berbeda dengan perusahaan jeans lainnya. Dari yang saya tahu, sejak berdirinya Peter Says Denim perusahaan ini identik dengan musik underground, karena banyaknya band-band beraliran cadas yang menjadi artis dari Peter Says Denim dan si pemiliknya Peter Firmansyah memang penyuka musik-musik cadas. Jadi menurut saya karakter
yang dibangun Peter Says Denim sangat identik dari kesukaan pemiliknya yang menyukai jenis-jenis musik yang saya suka juga”. Menurut peneliti dari kutipan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa karakter kuat yang dimiliki Peter Says Denim memang sengaja dibentuk oleh pemiliknya sejak perusahaan tersebut berdiri. Apabila perusahaan sudah mengetahui karakter apa yang ingin dibangun, maka hal tersebut akan sangat berdampak ke cara-cara promosi yang dilakukan perusahaan. Segala cara promosi yang dipilih harus sesuai dengan karakter perusahaan. Hal tersebut yang menjadikan Peter Says Denim berbeda dengan perusahaan jeans lain menurut para konsumennya. Dalam aplikasi dari character building, beberapa hal yang dapat peneliti simpulkan antara lain owner Peter Says Denim memenuhi karakter professionalism. Ciri professionalism dari pemilik Peter Says Denim yaitu sebagai berikut : Passion for Knowledge : Peter Firmansyah sebagai owner Peter Says Denim selalu menambah wawasan dari seminar-seminar tentang cara berbisnis yang baik, buku, internet, diskusi dengan pengusaha lain agar bisnisnya terus berkembang. Passion for Business : Peter Firmansyah termasuk orang yang pintar melihat peluang untuk perkembangan bisnisnya. Misalnya : ketika perusahaan jeans lokal di tahun 2008 fokusnya menguasai pasar dalam negeri, justru Peter melakukan hal sebaliknya. Ia membidik pasar luar negeri khususnya Amerika terlebih dahulu, tujuannya agar market di Indonesia tertarik untuk membeli produknya. Peter juga ingin membuktikan kepada dunia bahwa produk asli Indonesia bisa memiliki kualitas yang baik dan tidak kalah dengan merek luar negeri. Sistem promosi di majalah Alternative Press majalah khusus musik yang diterbitkan di Amerika. Passion for Service : Peter Firmansyah melayani karyawan atau bawahan dengan baik, contohnya dengan cara, Peter Says Denim memberikan tunjangan kesehatan khusus untuk karyawan yang sudah bekerja minimal 2 tahun. Peter Firmansyah juga selalu mengakomodir segala saran, kritik dan ide kreatif dari konsumen maupun karyawannya selama masih sesuai dengan konsep perusahaan. Peter Says Denim juga memberlakukan sistem member bagi konsumen, untuk para member akan mendapatkan diskon khusus pada season tertentu. Passion for People : Peter Firmansyah merupakan pribadi yang ramah dan mudah bergaul dengan kalangan manapun. Karena sifatnya yang supel, Peter Firmansyah mudah
mendapat relasi hingga luar negeri, hal tersebut dimanfaatkannya untuk menjadikan Peter Says Denim sebagai brand lokal yang go-international. Tabel 4.1 Communitization Teori
Peter Says Denim
Perusahaan perlu mengidentifikasi konsumen atau komunitas.
Perusahaan perlu membentuk komunitas baru, jika komunitas belum terbentuk.
Peter Says Denim mengidentifikasi konsumen melalui komunitas musik indie underground. Peter Says Denim tidak membentuk komunitas baru, hanya memanfaatkan komunitas yang sudah ada.
Kesamaan interest di antara anggota komunitas.
Dunia musik indie underground.
Tabel 4.2 Co-creation Teori
Produk bersifat Dinamis
Ide pengembangan produk bersifat Interaktif dan Multisumber
Peter Says Denim
Produk Peter Says Denim tidak baku dan masih dapat disesuaikan permintaan konsumen selama masih sesuai konsep.
Pengembangan produk sesuai permintaan dan kebutuhan konsumen.
Kolaborasi produk dengan organisasi skateboard asal Canada bernama Skate4Cancer, membuat produk jeans dan papan skateboard yang hanya dijual di Canada. Kolaborasi produk Peter Says Denim dengan band-band yang termasuk dalam artis Peter Says Denim di Indonesia dan luar negeri. Dalam penelitian ini, yang peneliti bahas hanya band Rocket Rockers. Kolaborasi produk Peter Says Denim dengan perusahaan drum asal Amerika yaitu Truth Custom Drums berupa celana, kaos dan drum set.
Tabel 4.3 Character Building Teori
Peter Says Denim
(Professionalism)
Passion for knowledge
Owner Peter Says menambah wawasan seminar tentang cara baik, buku, internet, pengusaha lain agar berkembang.
Passion for business
Membentuk karakter musik pada Peter Says Denim sebagai brand denim rock. Membentuk Peter Says Denim sebagai brand Indonesia yang berhasil gointernational. Owner Peter Says Denim pintar melihat peluang bisnis dengan membidik target market melalui komunitas musik indie underground. Owner Peter Says Denim pintar melihat peluang bisnis dengan beriklan di majalah musik Amerika yaitu Alternative Press dengan tujuan agar promosi Peter Says Denim lebih luas. Peter Says Denim memberikan tunjangan kesehatan khusus untuk karyawan yang sudah bekerja minimal 2 tahun. Owner selalu mengakomodir segala saran, kritik dan ide kreatif dari konsumen maupun karyawannya selama masih sesuai dengan konsep perusahaan. Peter Says Denim juga memberlakukan sistem member bagi konsumen, untuk para member akan mendapatkan diskon khusus pada season tertentu. Owner memiliki pribadi yang supel, hal itu dijadikan sebagai cara untuk memperluas relasi agar Peter Says Denim go-international.
Passion for service
Passion for people
Denim selalu dari seminarberbisnis yang diskusi dengan bisnisnya terus
Kesimpulan Peneliti ingin mengetahui strategi pemasaran yang dilakukan Peter Says Denim dalam mempromosikan brand dan produknya kepada komunitas musik indie underground hingga dapat menjadi sebuah brand yang di kenal di mancanegara hanya dengan menggunakan promosi melalui komunitas musik indie underground. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori komunikasi pemasaran Marketing 3.0 yang didalamnya terdapat elemen communitization, co-creation, dan character building. Ketiga elemen dari teori marketing 3.0 menurut peneliti cocok untuk penelitian, terkait dengan strategi pemasaran yang dilakukan Peter Says Denim melalui komunitas musik indie underground. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini ialah metodologi penelitian kualitatif, dengan sifat penelitian yaitu deskriptif. Peneliti menggali informasi terkait penelitian dengan menggunakan teknik komparatif sistem dengan wawancara informan, dan mengumpulkan data-data perusahaan untuk penelitian. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori marketing 3.0. Di dalam teori marketing 3.0 memiliki 12 komponen penting yang dapat diaplikasikan dalam strategi pemasaran. Namun yang peneliti pakai untuk penelitian ini, hanya menggunakan komponen communitization, co-creation, dan character building. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat di tarik kesimpulan communitization yang dilakukan Peter Says Denim adalah sebagai berikut : 1.
Peter Says Denim sejak awal mengidentifikasi konsumen melalui komunitas musik indie underground.
2.
Peter Says Denim tidak membentuk komunitas baru, hanya memanfaatkan komunitas yang sudah ada.
3.
Musik indie underground merupakan kesamaan interest Peter Says Denim dengan komunitas. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat di tarik kesimpulan co-creation yang
dilakukan Peter Says Denim adalah sebagai berikut :
1.
Produk Peter Says Denim tidak baku, masih dapat disesuaikan permintaan konsumen selama masih sesuai konsep. Pengembangan produk sesuai permintaan dan kebutuhan konsumen.
2.
Peter Says Denim mengolaborasikan produk dengan organisasi skateboard asal Canada bernama Skate4Cancer, membuat produk jeans dan papan skateboard yang hanya dijual di Canada. Kolaborasi produk Peter Says Denim dengan band-band yang termasuk dalam artis Peter Says Denim di Indonesia dan luar negeri. Dalam penelitian ini, yang peneliti bahas hanya band Rocket Rockers.
3.
Kolaborasi produk Peter Says Denim dengan perusahaan drum asal Amerika yaitu Truth Custom Drums berupa jeans, kaos dan drum set. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat di tarik kesimpulan character building yang
dilakukan Peter Says Denim adalah sebagai berikut : 1.
Owner Peter Says Denim selalu menambah wawasan dari seminar-seminar tentang cara berbisnis yang baik, buku, internet, diskusi dengan pengusaha lain agar bisnisnya terus berkembang.
2.
Membentuk karakter musik pada Peter Says Denim sebagai brand denim rock. Membentuk Peter Says Denim sebagai brand Indonesia yang berhasil go-international. Owner Peter Says Denim pintar melihat peluang bisnis dengan membidik target market melalui komunitas musik indie underground. Owner Peter Says Denim pintar melihat peluang bisnis dengan beriklan di majalah musik Amerika yaitu Alternative Press dengan tujuan agar promosi Peter Says Denim lebih luas.
3.
Peter Says Denim memberikan tunjangan kesehatan khusus untuk karyawan yang sudah bekerja minimal 2 tahun. Owner selalu mengakomodir segala saran, kritik dan ide kreatif dari konsumen maupun karyawannya selama masih sesuai dengan konsep perusahaan. Peter Says Denim juga memberlakukan sistem member bagi konsumen, untuk para member akan mendapatkan diskon khusus pada season tertentu.
4.
Owner memiliki pribadi yang supel, hal itu dijadikan sebagai cara untuk memperluas relasi agar Peter Says Denim go-international
Saran Ada 12 teori dalam marketing 3.0 menurut Hermawan Kartajaya. Hasil penelitian menjelaskan bahwa Peter Says Denim hanya menggunakan beberapa elemen saja yang sesuai dengan karakteristik brand diantaranya yaitu communitization, co-creation, dan character building. Peneliti
menyarankan
agar
Peter
Says
Denim
terus
mengembangkan
dan
mempertahankan promosi melalui komunitas karena komunitas lebih berhasil membangun loyatitas terhadap brand. Pemasaran melalui komunitas lebih eksklusif karena segmentasi yang dituju lebih spesifik, sehinggga komunikasi pemasaran yang dilakukan menjadi lebih efektif. Apalagi bila menggunakan word of mouth ditambah dengan promosi menggunakan media sosial dengan demikian, biaya promosi lebih murah dibanding berpromosi menggunakan ATL (Above the Line). Peneliti
menyarankan
bagi
para
peneliti
berikutnya
berikutnya
agar
lebih
mengembangkan strategi marketing 3.0 secara lebih mendalam, karena saat ini pemasaran telah bergeser menjadi marketing 3.0 (new wave marketing) dimana perusahaan sudah tidak bisa lagi menawarkan produk secara statis atau satu arah. Konsumen saat ini lebih kritis dalam menentukan produk atau jasa yang di tawarkan perusahaan lebih kepada kebutuhan sisi terdalam konsumen, lengkap dengan pikiran, hati dan spirit.