STRATEGI KAMPANYE PUBLIC RELATIONS ”AIRIN RACHMI DIANY” SEBAGAI CALON WAKIL BUPATI DALAM PILKADA BUPATI TANGERANG PERIODE 2008 - 2013 Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1) Ilmu Komunikasi
Disusun oleh : Nama Nim Jurusan
: Rina Anggraini : 4420412-046 : Ilmu Hubungan Masyarakat
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2009
UNIVERSITAS
MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA
Judul
: STRATEGI KAMPANYE PUBLIC RELATIONS ”AIRIN RACHMI DIANY” SEBAGAI CALON WAKIL BUPATI DALAM PILKADA BUPATI TANGERANG PERIODE 2008 - 2013
Nama : Rina Anggraini NIM : 4420412-046 xiii + 104 Halaman
ABSTRAK Pilkada merupakan fenomena baru di Indonesia sejak dikeluarkannya PP RI No. 6 Th. 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Fenomena Pemilihan yang secara langsung memilih wakil rakyat saat ini banyak melibatkan jasa praktisi Public Relations untuk membantu menyusun strategi PR kampanye yang akan dijalankan. Begitu halnya dengan Airin Rachmi Diany. Dalam pilkada ini ia juga menerapkan strategi kampanye PR dalam upayanya menjadi wakil Bupati Kabupaten Tangerang periode 2008 – 2013. Berdasarkan Latar Belakang Masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Bagaimanakah Strategi Kampanye Public Relations Hj Airin Rachmi Diany, SH, MH sebagai calon wakil Bupati Dalam Pilkada Bupati Kabupaten Tangerang Periode 2008-2013?”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui Strategi Kampanye Public Relations Hj Airin Rachmi Diany, SH, MH sebagai calon wakil Bupati dalam Pilkada Bupati Kabupaten Tangerang Periode 2008-2013 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan sifat penelitiannya adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam. Hasil penelitian menyimpulkan walaupun strategi PR tetap dijalankan, namun Airin tidak menggunakan jasa praktisi Public Relations yang bisa secara spesifik membantu merancang dan membangun program-program PR tersebut. Airin juga tidak menggunakan strategi khusus dalam menghadapi pesaing yang sebelumnya sudah menjabat (incumbent), terlebih pesaing tersebut mengusung Tokoh Publik Figur sebagai pasangannya. Terlebih dengan sempitnya waktu kampanye yang dipersiapkan hanya 5 bulan sehingga program-program yang dijalankan terasa belum maksimal. Saran yang dapat diberikan adalah bila seharusnya praktisi public relation diikutsertakan, kolaborasi antara konsultan politik dan praktisi public relations akan menjadi kerjasama yang solid, yang akan membantu melancarkan strategi-strategi kampanye.
iv
LEMBAR HIKMAH
“dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh, selain apa yang diusahakannya.”(Q.S. An‐Najm 53:39)
Atas kehendak dan ridho-Mu ya Alloh…. Ku dapatkan kesempatan yang tidak dapat dimiliki semua orang Ku bersujud menyembah dihadap-Mu ya Robbi…. Menundukkan kepala untuk bersyukur atas rahmat-Mu Tanpa-Mu aku bukan siapa-siapa Dengan bimbingan-Mu ya Alloh, langkah ini terasa ringan Dan semua dapat terselesaikan
Jakarta, Februari 2009 Rina Anggraini
v
KATA PENGANTAR Pertama-tama puji dan syukur saya haturkan kepada Alloh SWT yang telah memberikan saya kesempatan, waktu, tenaga, materi, dan semuanya sehingga mimpi yang sempat tertunda untuk dapat kembali merasakan bangku kuliah, dan meneruskan study guna menggapai gelar Sarjana Strata I dapat terkabulkan. Langkah yang pada awalnya ragu untuk saya jalankan, akhirnya berhasil terselesaikan. Bukannya tanpa rintangan, namun semangat dan harapan untuk dapat meraih impian, untuk dapat membanggakan kedua orang tua, orang terdekat, paling tidak untuk dapat membuktikan bahwa diri sendiri mampu, telah terpenuhi. Walaupun tugas awal telah selesai, bukan berarti pekerjaan untuk terus maju mengembangkan diri berhenti sampai disini. Spirit untuk menyelesaikan tugas ini tidak terlepas dari dukungan dari banyak pihak yang telah dengan suka rela membantu, memberikan dorongan, mengarahkan, dan membimbing dengan kesabaran. Terimakasih yang tiada terhingga saya ucapkan kepada semua pihak yang mungkin tidak dapat saya sebutkan semua dalam halaman ini, semoga bagi pihak yang tertinggal atau karena kekhilafan lupa saya sebutkan, dapat maklum dengan keterbatasan yang ada. Matur sembah nuwun saya ucapkan kepada : 1. Bapak Drs. Riswandi. M.Si., pembimbing yang sabar, yang tidak pernah mengejar-ngejar kapan harus mengumpulkan skripsi, namun demikian membuat saya sadar harus cepat menyelesaikan tugas, karena beban tetap ada pada Bapak sebagai pembimbing. 2. Ibu Hj. Airin Rachmi Diany. SH. MH., sebagai narasumber. Terimakasih atas kesediaan Ibu menjadi Tokoh utama dalam skripsi ini. 3. H. Agus Puji Raharjo, SE, AK, MBA., Ketua Harian Panitia Anggaran di DPRD Banten, sebagai narasumber kedua.
vii
4. Bapak Abdul Rasyid, yang tidak bosan-bosannya saya telpon untuk mengkonfirmasi jadwal Ibu Airin. Terimakasih atas waktu yang telah Bapak sempatkan untuk saya. 5. Dra. Diah Wardhani. M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana. 6. Marhaeni F. Kurniawati. S.Sos., M.Si selaku Ketua Bidang Studi Public Relations Universitas Mercu Buana. 7. Seluruh dosen-dosen khususnya dosen mata kuliah jurusan Public Relations, juga semua staf Tata Usaha FIKOM Pusat & Menteng Universitas Mercu Buana. 8. Bapak Iskandar dan mama Yuli, orangtua tercinta yang tiada kata dapat terucapkan untuk membalas semua jasa-jasa. Masih banyak yang belum dapat aku berikan dan baktikan sebagai anak, but you never ask anything for something in return. I could never ask for more and there’s no words I could ever speak but great gratitude for giving me the chance to live. 9. Erli, David, Mas Sis, Icha, dan Wahyu, kakak-kakak, ipar juga adik, terimakasih atas dukungan emosional sehingga keputusan untuk melanjutkan kuliah dapat terlaksana. 10. Mas Danang, terimakasih atas semua kritik-kritik dan saran-saran yang membuat menyelesaikan tugas ini walau terasa bertambah berat, namun lebih berarti dan berisi. You became my best friend and teacher along the way, untuk semua dukungan yang mas berikan sebagai wujud perhatian, no words enough to speak to thank you. 11. Seluruh keluarga Diskum, terutama Ibu yang dengan tulus memberikan kasih sayang dan panutan. There’s no one I would rather be when I grow old except like you Ibu. You became my inspiration, my idol of a mother, and I admire you so. Thank you for giving me the change to know you……
viii
12. Membuat skripsi tanpa gangguan dari 5 malaikat kecil ; Pippo, Prita, Putri, Tiara, dan Lintang. Rasanya seperti film tanpa iklan. Disaat serius menonton film lalu terganggu oleh iklan, sedikit gregetan… tapi diuntungkan karena sejenak kita bisa beristirahat, malah terkadang sering kita menunggu datangnya iklan tersebut. Gangguan 5 malaikat kecilku selalu kutunggu, walau mengerjakan skripsi harus tertunda. Bermain bersama mereka, mengalahkan segalanya. Terimakasih malaikatku yang telah memberi warna hari-hariku, semoga kalian berlima bisa mendapatkan kesempatan pendidikan yang lebih baik dari apa yang pernah tante dapatkan, amin. 13. Sahabat-sahabat terdekat di Mercu Buana; Rico, Ima, dan Neng. Nasib mempertemukan kita berempat dalam satu masa yang sama untuk dapat menimba ilmu ditempat yang sama kembali, setelah pada masa sebelumnya kita berempat berasal dari satu almamater yang sama. We have started this together, let’s end this also together....... Thank you guys for all your support. 14. Teman-teman angkatan 6, kebersamaan kita selama 1,5 tahun memang bukan waktu yang lama untuk sebuah persabahatan, namun bukan juga waktu yang sebentar untuk merasakan masa-masa yang indah. 15. Rekan-rekan di Debindo, Ibu Budi, Emil, Lia, Om Sonny, Dana, Mas Kenedi, Ade, Pak Ivan, Bang Ferry, dan Andrih, atas pengertian dan bantuan yang diberikan. Tidak jarang karena keperluan kuliah kerjaan menjadi terlantar. Semua yang saya tuliskan memang bukan suatu hasil dari kesempurnaan, namun demikian harapan yang ada adalah tetap dapat memberikan sesuatu yang bermanfaat kepada semua orang. Jakarta, Februari 2009 Penulis
ix
DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………………
i
TANDA LULUS SIDANG…………………………………………………….
ii
PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI……………………………………... iii ABSTRAK ……………………………………………………………………..
iv
LEMBAR HIKMAH ………………………………………………………….
v
LEMBAR PERSEMBAHAN………………………………………………….
vi
KATA PENGANTAR………………………………………………………….
vii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………..
xi
BAB I PENDAHULUAN
Halaman
1.1 Latar Belakang Masalah ……………………………………………
1
1.2 Perumusah Masalah ………………………………………………..
9
1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………….
9
1.4 Signifikan Penelitian ……………………………………………….
10
1.4.1 Akademis …………………………………………………….
10
1.4.2 Praktis ………………………………………………………..
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi ………………………………………………………….
12
2.1.1 Pengertian Komunikasi .……………………………………….
12
2.1.2. Komunikasi Massa ……………………………………………
15
2.1.3. Komunikasi Politik ………………………….....……………..
18
2.1.3.1. Komunikator Komunikasi Politik ………………..
20
2.1.3.2. Pesan Komunikasi Politik …….……………...……
20
2.1.3.3. Media Komunikasi Politik ………..……….………
21
2.1.3.4. Khalayak Komunikasi Politik ………………......…
22
x
2.1.3.5. Efek Komunikasi Politik ………........……..………
23
2.2 Public Relations ………………………..……………………..……
23
2.2.1. Pengertian ……………….…………................……..………
23
2.2.2. Public Relations Dalam Politik ……................……..………
25
2.3 Kampanye ………………………………………………………….
27
2.3.1. Pengertian ……................................................……..………
27
2.3.2. Model – Model Kampanye ..............................……..………
30
2.3.2.1. Model Kampanye Komponensial.......……..………
31
2.3.2.2. Model Kampanye Ostergaard …..........……..………
32
2.3.2.3. The Five Functional Stages Development Model …
35
2.3.2.4. The Communicative Functions Model …..…….……
37
2.3.2.5. Model Kampanye Nowak dan Warneryd …..………
39
2.3.2.6. The Diffusion of Innovations Model ……….………
41
2.3.3. Teknik-Teknik Kampanye …….............................................
42
2.3.3.1. Partisipasi (partisipating) ....................……..………
43
2.3.3.2. Asosiasi (Associating) ….............................................
43
2.3.3.3. Teknik Intergratif (integratif) …..........……..………
43
2.3.3.4. Teknik Ganjaran (pay off technique) ………………
43
2.3.3.5. Teknik Penantaan Patung (icing technique) …..……
44
2.3.3.6. Memperoleh Empati (empathy)……….....….………
44
2.3.3.7. Teknik Paksaan atau Koersi (coersion technique)…
44
2.3.4. Kampanye PR …….....................................................…..…
46
2.4 Strategi ………..…………………………..…………………..……
47
2.5.1 Pengertian ……………………………………………………
47
xi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian …………………………………………………..
50
3.2 Metode Penelitian …………………………………………………
51
3.3 Teknik Pengumpulan Data ……………………………………….
52
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data Primer ………………………..
52
3.3.2 Teknik Pengumpulan Data Sekunder ………….…………...
53
3.4 Key Informan atau Nara Sumber (subyek penelitian) ………........
53
3.5 Definisi Konsep dan Fokus Penelitian …………………..……….
53
3.5.1. Komunikasi Politik ……………………….……………….
53
3.5.2. PR Politik ……………………….…………………………
55
3.6 Fokus Penelitian …………………………………………………
56
3.7 Analisa Data ……………………………………………………..
57
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Objek Penelitian …………………………………...…
59
4.1.1 Selayang Pandang Kabupaten Tangerang ……………….....
60
4.1.2 Visi dan Misi Kabupaten Tangerang ………………………
60
4.1.2.1 Visi …………………….……………...……………
60
4.1.2.2 Misi …………………….…...………...……………
61
4.1.3 Letak Geografis dan Cakupan Wilayah Kabupaten Tangerang ………………………………….…..
63
4.1.3.1 Letak Geografis ….…….……………...……………
63
4.1.3.2 Wilayah Kecamatan …...……………...……………
63
4.1.4 Lambang Daerah …………………………...………………
65
4.1.5 Pemerintahan …………………………………...…………..
67
4.1.6 Struktur Pemerintahan ……………….………...…………..
68
xii
4.1.7 Partai Politik ………..……………….………...…………..
71
4.1.8 Penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tangerang untuk Masa Bakti 2008 – 2013 ……………….………...………..
72
4.1.8.1 Tahapan Penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tangerang Untuk Masa Bakti 2008 – 2013 …..……
72
4.1.8.2 Biodata Kandidat Calon-calon Bupati dan Wakil Bupati Tangerang Periode 2008 – 2013 ……………...……
74
4.1.9 Calon Wakil Bupati Hj. Airin Rachmi Diany, SH. MH …...…..
76
4.1.9.1 Riwayat Hidup Hj. Airin Rachmi Diany, SH. MH .……
78
4.2 Hasil Penelitian …………………………………………………..
79
4.2.1 Pengumpulan data dan informasi (Fact Finding) ………….
80
4.2.2 Perencanaan (Planning ) ..……………….…………………
81
4.3 Pandangan dan Pendapat dari DPRD……………………………….. 90 4.4 Pembahasan ……………………………………………………..
96
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ………………………………………………………
102
5.2 Saran ……………………………………………………………..
102
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BIODATA
xiii
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah Komunikasi yang merupakan bagian penting dari kehidupan manusia,
yang juga menjadi kebutuhan dasar hidup manusia, telah mengalami banyak perkembangan. Walaupun induk dari ilmu komunikasi adalah ilmu sosial, namun teori komunikasi itu sendiri sebenarnya banyak diaplikasikan dan dikaitkan ke bidang-bidang ilmu lainnya. Dari berbagai bidang seperti ekonomi, hukum, etika, filsafat, maupun politik, komunikasi memegang peran penting menurut porsinya masing-masing. Salah satunya dalam bidang politik. Dalam bidang ini para politikus menjadikan komunikasi sebagai salah satu strategi. Komunikasi dalam bidang politik ini kemudian dikenal dengan Komunikasi Politik. Sebelum tahun 1960, ilmu politik tidak mengenal istilah Komunikasi Politik. Hal ini bukan berarti tidak ada studi yang dilakukan oleh para ilmuwan sosial (ilmuwan politik, ilmuwan komunikasi, sosiolog, ataupun psikolog) terhadap masalah yang menjadi objek studi dari komunikasi politik. Studi komunikasi politik mencakup dua disiplin dalam ilmu-ilmu sosial: ilmu politik dan ilmu komunikasi. Hal ini dapat dijadikan suatu kajian oleh ilmuwan komunikasi seperti halnya ilmuwan politik. Buku-buku teks tentang komunikasi politik lebih banyak ditulis oleh ilmuwan komunikasi daripada ilmuwan politik.
2
Hal ini menandakan ilmu komunikasi lebih erat berhubungan dengan komunikasi politik, daripada ilmu politik.1 Contoh aplikasi komunikasi politik dapat dilihat pada kampanye Pemilihan Umum (PEMILU) atau Pemilihan Kepala Daerah (selanjutnya disebut PILKADA). Bagaimana komunikasi itu dijadikan strategi komunikasi politik dari para kandidat, dan perubahan paradigma berkampanye yang mengefektifkan komunikasi untuk melakukan pendekatan, menjadi bahan yang menarik untuk dapat di tela’ah dan diteliti lebih lanjut. Komponen komunikasi dalam komunikasi politik itu sendiri tentunya tidak berbeda
dengan
komponen
komunikasi
pada
umumnya,
yaitu
adanya
komunikator, pesan-pesan, komunikan, media/sarana, dan efek. Namun demikian, komponen-komponen komunikasi politik tersebut tentunya yang berkaitan dengan dunia politik. Komunikator dalam komunikasi politik contohnya calon Kepala Daerah dalam suatu Pilkada. Pesan-pesan komunikasi politik adalah visi dan misi dari calon Kepala Daerah tersebut. Komunikan komunikasi politik contohnya warga masyarakat daerah pemilihan yang menjadi khalayak eksternal calon Kepala Daerah, sedangkan media/sarana komunikasi politik contohnya leaflet atau brosur yang memuat visi-misi calon Kepala Daerah yang akan disebarkan kepada warga, dan tentunya efek komunikasi politik yang merupakan tujuan terakhir dari calon Kepala Daerah dalam pilkada yaitu suara yang didapat dari rakyat yang akan dimenangkan setelah pendekatan yang dilakukan calon Kepala Daerah berhasil.
1
Ardial. Serba Serbi – Pendidikan. Kentalnya Studi Komunikasi Politik Dengan Kehidupan Politik. http://www.waspada.co.id/serba_serbi/pendidikan/artikel.php?article_id=69913 . Desember 2005
3
Penyampaian pesan-pesan politik dengan maksud untuk mencapai tujuan tertentu merupakan suatu strategi yang harus dipikirkan dengan matang dan seksama, karena dapat menjadi kunci kemenangan kampanye. Strategi penyampaian pesan-pesan politik ini memerlukan suatu keahlian tersendiri dan komunikator yang handal, sehingga pesan-pesan yang ingin disampaikan dapat mencapai target sasaran dengan tepat. Pada bagian inilah seorang HUMAS (Hubungan Masyarakat) atau yang lebih dikenal dengan Public Relations (lazim disebut PR) mulai memainkan peranannya. PR baik secara individu maupun kelompok yang terbentuk dalam suatu jasa konsultan, mulai berkembang keberadaannya di Indonesia. Tidak hanya di perusahaan-perusahaan milik negara dan perusahaan swasta yang banyak menggunakan jasa praktisi Public Relations, namun hampir di semua sektor dan bidang usaha baik profitable atau non – profitable mulai menyadari pentingnya kehadiran seorang Public Relations. Di bidang politik, tugas seorang PR hampir sama dengan tugas-tugas PR pada umumnya.
Istilah PR politik menjadi begitu dekat dengan telinga
masyarakat saat ini. Seorang praktisi PR politik mempunyai kewajiban untuk dapat mengemas suatu pesan-pesan politik dengan jitu. Tentunya rancangan kampanye yang matang tidaklah mudah disiapkan. Untuk dapat melihat peluangpeluang
dalam
menyusun
kampanye
dan
melancarkan
strategi-strategi
menghadapi lawan politik, biasanya seorang praktisi PR politik tergabung dalam tim sukses yang memegang kunci keberhasilan untuk memenangkan pemilihan bagi suatu partai politik maupun secara perorangan.
Public Relations dalam
politik
baik
dimanfaatkan
untuk
membentuk
image,
personal
(tokoh
4
bersangkutan), maupun organisasi/partai yang sedang berkampanye. Sehingga kredibilitas yang dibentuk untuk tujuan memperoleh kepercayaan (trustworthy) dari masyarakat dapat tercapai. Namun entah mengapa, masih banyak praktisi Public Relations yang menghindari politik sebagai bidang keahlian untuk pilihan profesinya. Kebanyakan dari mereka lebih memilih menjadi seorang PR dalam bidang ekonomi, seperti PR dalam suatu perusahaan. Mungkin karena bidang politik itu sendiri yang buat banyak orang masih menjadi bidang yang syarat akan resiko, sehingga PR dalam bidang ini pun masih dalam jumlah yang
kecil.
Padahal kegiatan-kegiatan dalam bidang politik saat ini pun membutuhkan keahlian seorang PR. Komunikasi politik dan Public Relations yang dilaksanakan dalam satu kegiatan yang disebut dengan Kampanye dapat menjadi suatu kesatuan. Komunikasi Politik dapat merupakan bagian dalam kampanye PR. Bila komunikasi politik menjadi alatnya, sedangkan kampanye PR itu sendiri merupakan suatu strategi yang menggunakan komunikasi politik sebagai alat bantu menyampaikan pesan. Kampanye merupakan bagian yang penting dalam suatu kegiatan politik yang dilaksanakan untuk mecapai tujuan tertentu, hingga pelaksanaan kampanye tersebut harus diatur dalam undang-undang, untuk mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan. Contoh kegiatan yang menggabungkan unsur komunikasi politik, Public Relations dan kampanye dapat dilihat dalam Pilkada, sebagai salah satu kegiatan politik yang memerlukan kehadiran seorang Public Relations untuk dapat mengemas komunikasi politik dengan tepat bagi suatu Partai Politik atau kandidat politik. Bila pemilihan Presiden memang sudah merupakan isu yang dinantikan
5
oleh seluruh rakyat, maka PILKADA saat ini pun juga bisa menjadi berita hangat yang dibicarakan. Baik media cetak maupun elektronik lokal dan nasional berpacu menyajikan beritaberita terbaru seputar pilkada suatu daerah. Pilkada sendiri menjadi fenomena baru di Indonesia sejak dikeluarkannya PP RI No. 6 Th. 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Daerah yang kemudian disempurnakan dalam PP RI No. 17 Th. 2005 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Daerah. Pilkada disebutkan sebagai fenomena baru karena sebelum era Pilkada dan sebelum dikeluarkannya PP tersebut diatas, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dicalonkan oleh Fraksi Politik di DPRD, yang kemudian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah tersebut dipilih oleh DPRD. Era Pilkada tepatnya tahun 2005, pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dilakukan secara langsung oleh penduduk yang sudah ditetapkan oleh undang-undang yaitu : Pemilih adalah penduduk yang berusia sekurang-kurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah kawin yang terdaftar sebagai pemilih di daerah pemilihan. 2 Pilkada Gubernur yang masih hangat dan sudah selesai diseleggarakan adalah pemilihan Gubernur Provinsi yang masih terbilang baru; yaitu Provinsi Banten, dengan data jumlah penduduk yang tercatat pada tahun 2006 adalah sebagai berikut : usia 0 – 14 tahun sebanyak 3.370.182; usia 15 – 64 tahun
2
Sinar Grafika, Peraturan Lengkap PILKADA, Jakarta. 2005. hal. 3
6
sebanyak 5.740.546; usia diatas 65 tahun sebanyak 240.742, dengan total jumlah penduduk adalah 9.351.470. 3 Banten mempunyai keragaman baik strata hidup maupun suku dan ras masyarakat menetap yang harus dihadapi. Sebagai daerah yang terbuka bagi setiap warga, di Banten tercatat pula tidak hanya warga pendatang dari luar wilayah Banten seperti Sumatera Barat, dan Sumatera Utara yang tinggal dan menetap, namun sekitar 16.871 warga negara asing (WNA) yang sebagian besar warga asing asal Cina dari keturunan RRC dan Taiwan berjumlah 12.141 jiwa ikut menyemarakkan keragaman ras penduduk di Banten, sisanya sebanyak 4.730 jiwa adalah warga asing seperti Arab, Pakistan, Inggris dan lainnya. Hal ini berdampak pada tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan penduduk Banten menjadi bervariasi. 4 Orde reformasi dan sistem otonomi daerah menjadikan Banten suatu provinsi yang menuju kemandirian, sebutlah Bumi Serpong Damai yang menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Tangerang yang mendeklarasikan diri sebagai kota mandiri. Kebebasan menyuarakan inspirasi dan hati nurani tercermin dengan berdirinya berbagai partai dari beragam kelompok masyarakat. Tercatat resmi dari data di badan kesbang dan linmas, partai politik yang terdaftar provinsi banten tahun 2005 mencapai 50 partai. Belum termasuk tokohtokoh yang berpengaruh seperti Ulama, Tokoh Masyarakat, LSM, Ormas, Organisasi Kepemudaan, Mahasiswa dan lain-lain, yang juga mempunyai andil dalam pesta demokrasi pilkada Banten. 5
3
www.banten.go.id Ibid, www.banten.go.id 5 Ibid, www.banten.go.id 4
7
Penyelenggaraan Pilkada di Indonesia pada saat ini tidak hanya terbatas pada pemilihan seorang Gubernur dan wakilnya saja. Sistem penyelenggaraan Pilkada secara langsung juga sudah dimulai di tingkatan Bupati. Setelah Banten sebagai Provinsi yang berhasil menyelenggarakan Pilkada Gubernur dengan sukses, saat ini salah satu dari daerah yang masuk ke wilayah Provinsi tersebut yaitu Kabupaten Tangerang juga telah melalui proses Pemilihan Bupatinya untuk periode 2008 – 2013. Berdasarkan BERITA ACARA RAPAT PLENO TERBUKA KPU KABUPATEN TANGERANG Nomor
:
280/435-KPU/2007 Tentang
Pengundian Nomor Urut Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Tangerang Peserta Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2008 telah ditetapkan 3 (tiga) pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Tangerang sesuai dengan nomor urutnya masing-masing yaitu; 1. Drs.H.Ismeth Iskandar sebagai Calon Bupati & H. Rano Karno sebagai Calon Wakil Bupati yang diajukan oleh Partai Politik/Gabungan Partai Politik sebagai berikut: GOLKAR, PDIP, PPP, PAN, PKPI, PPDI, PNBK, PATRIOT PANCASILA, PPDK, PBSD, PPIB, PNI MARHAENIS, PPD, PELOPOR, MERDEKA; 2. Drs. H. Usamah Hisyam sebagai Calon Bupati dan Drs. H. Habib Alwi Ali Al Husainy sebagai calon Wakil Bupati yang diajukan oleh Partai Politik/Gabungan Partai Politik sebagai berikut : PARTAI DEMOKRAT, dan PKB; dan pasangan kandidat terakhir adalah :
8
3. H. Jazuli Juwaini, LC, MA sebagai calon Bupati didampingi Hj. Airin Rachmi Diany, SH, MH sebagai wakilnya yang diajukan oleh Partai Politik/Gabungan Partai Politik sebagai berikut : PKS, PNUI, PKPB, PBR, PSI, dan PBB 6 . Pasangan dengan nomor urut terakhir ini menjadi pasangan yang menarik karena hadirnya satu-satunya tokoh wanita yang ikut meramaikan dunia politik pada Pilkada Kabupaten Tangerang periode ini, sehingga pasangan ini mejadi satusatunya pasangan dengan gender yang lengkap. Ikut berpartisipasinya Hj. Airin Rachmi Diany, SH, MH mengingatkan masyarakat Tangerang yang masuk kedalam wilayah Provinsi Banten akan Pilkada Gubernur yang belum lama di lantik. Gubernur terpilih yaitu Hj. Ratu Atut Chosiyah, SE juga merupakan salah tokoh wanita Banten yang disegani. Airin Rachmi Diany pernah ikut membantu Gubernur Banten terpilih yang diserahkan tanggungjawab sebagai pengendali organisasi Relawan Banten Bersatu Kabupaten Tangerang untuk memenangkan Hj. Atut Chosiyah sebagai Gubernur Banten 7 , mungkin dari sinilah awal langkah Airin dalam pertarungan Pilkada Bupati Tangerang. Belum banyaknya kaum wanita yang terlibat dalam pilkada, yang membuat penelitian dengan tokoh wanita dalam pilkada sebagai objek lebih menarik ketimbang tokoh pria yang memang sudah mendominasi. Menghadapi dominasi tokoh pria tersebut, strategi kampanye yang Airin jalankan sedikit lebih berat, karena masih banyak persepsi masyarakat yang masih kurang percaya akan kepemimpinan seorang wanita. Membangun image sebagai sosok wanita yang tangguh dan mampu untuk memimpin dirasakan paling sesuai
6 7
www.kpukabtangerang.org/downloads.php www.airinrdw.multiply.com/reviews/item/1
9
dalam menghadapi persepsi tersebut. Strategi Kampanye Public Relations yang akan lebih berperan dalam hal ini. Kampanye public relations (PR Campaign) dalam arti sempit bertujuan meningkatkan kesadaran dan pengatahuan khalayak sasaran (target audience) untuk merebut perhatian serta menumbuhkan persepsi atau opini yang positif terhadap suatu kegiatan dari suatu lembaga atau organisasi (corporate activities) agar tercipta suatu kepercayaan dan citra yang baik dari masyarakat melalui pemyampaian pesan secara intensif dengan proses komunikasi dan jangka waktu tertentu yang berkelanjutan.
1.2.
8
Perumusan Masalah Berdasarkan Latar Belakang Masalah, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah ”Bagaimanakah Strategi Kampanye Public Relations Hj Airin Rachmi Diany, SH, MH sebagai calon wakil Bupati Dalam Pilkada Bupati Kabupaten Tangerang Periode 2008-2013?”.
1.3.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui Strategi
Kampanye Public Relations Hj Airin Rachmi Diany, SH, MH sebagai calon wakil Bupati dalam Pilkada Bupati Kabupaten Tangerang Periode 2008-2013.
8
Rosady Ruslan, Kampanye Public Relations. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2005. hlm 66. Reprint
10
1.4.
Signifikansi Penelitian
1.4.1.
Signifikansi Akademis
Sejauh mana komunikasi terutama di bidang politik yang diterapkan dapat berperan dan menjadi efektif pada masyarakat yang bersifat majemuk, menjadi sumbangan yang sangat bermanfaat bagi ilmu komunikasi. Pengkajian teori-teori komunikasi yang diterapkan dalam kampanye calon Bupati, dan kemungkinan munculnya teori baru dari teori-teori yang ada seiring berkembangnya keadaan dan kebutuhan. Public Relations yang mulai disadari fungsinya di hampir semua sektor mengalami perkembangan di Indonesia, namun belum banyak praktisi Public Relations yang mau terjun ke bidang politik dengan alasan tertentu. Padahal suatu partai atau tokoh politik pun memerlukan seseorang atau divisi tertentu yang dapat merancang pesan-pesan politiknya untuk dapat di komunikasikan kepada masyarakat. Penelitian ini berguna sebagai rujukan pentingnya seorang Public Relations atau Jasa Public Relations dalam kampanye pemilu khususnya dalam Pilkada, sehingga dapat dijadikan motivasi calon praktisi PR untuk mengambil jalur politik sebagai pilihan karirnya.
1.4.2.
Signifikansi Praktis
Penelitian ini dapat membantu masyarakat Tangerang pada umumnya, dan penulis pada khususnya sebagai salah satu warga Tangerang untuk dapat lebih kritis lagi dalam menyeleksi calon Bupati yang akan dijadikan pemimpin pada periode pemilihan saat ini maupun periode mendatang, sehingga visi dan misi masyarakat Tangerang dapat dijalankan dengan benar, dan kepercayaan yang diberikan bisa dilaksanakan tanpa ada penyelewengan yang sudah sangat banyak
11
merugikan masyarakat. Sebagai masyarakat yang mempunyai kebebasan bersuara, penduduk Tangerang mempunyai hak untuk dapat memilih sosok yang tepat untuk dijadikan sebagai pemimpin. Namun banyaknya pilihan yang sama-sama menjanjikan dan kurangnya pengetahuan pada calon-calon pemimpin yang akan dipilih, dapat membingungkan yang mengakibatkan kesalahan dalam mengambil keputusan.
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komunikasi 2.1.1. Pengertian Komunikasi Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar ataupun salah. Seperti juga model atau teori, definisi harus dilihat dari kemanfaatannya
untuk
menjelaskan
fenomena
yang
didefinisikan
dan
mengevaluasinya. Beberapa definisi mungkin terlalu sempit, misalnya : Komunikasi adalah penyampaian pesan melalui media elektronik. Namun demikian definisi komunikasi yang lazim diketahui adalah ”proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan”. Peranan komunikasi sangat penting dalam kehidupan manusia sehari-hari. Dari perspektif etika dan filsafat komunikasi, salah satu alasan kita berkomunikasi adalah
untuk
memenuhi
kebutuhan
dasar
sebagai
manusia.
Manusia
berkomunikasi juga agar manusia mampu menentukan pilihan. Komunikasi juga dipergunakan untuk mempengaruhi dan membentuk opini dengan maksud, tujuan dan cara tertentu. Penggunaan definisi komunikasi ini tergantung dari sudut mana pengkajiannya dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Namun dalam hal ini, definisi yang di anggap sesuai adalah sebagai berikut:
13
Bernard Berelson dan Garry A. Steiner dalam bukunya, Human Behavior, mendefinisikan komunikasi sebagai berikut: Komunikasi adalah penyampaian informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya dengan menggunakan lambang-lambang atau kata, gambar, bilangan, grafik, dan lain-lain.9 Carl Hovland, Janis & Kelley berpendapat bahwa Komunikasi adalah suatu proses melalui dimana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak). 10 Sedangkan
Harold
Laswell
menggambarkan
komunikasi
dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut; Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana?. Berdasarkan definisi Laswell ini dapat diturunkan lima unsur/komponen komunikasi yang saling bergantung satu sama lain, yaitu; pertama sumber (source), sering disebut juga komunikator (communicator), kedua pesan, ketiga saluran atau media, keempat penerima (receiver), dan kelima efek (feedback).11 Dari sekian banyak definisi mengenai komunikasi yang kita kenal, definisi dari Harold Laswell yang paling sering di aplikasikan dalam keseharian. Dengan kelima unsur/komponen komunikasi yang lebih terkenal dengan model ;
S–C–M–R–E 9
Rosady Ruslan, Kampanye Public Relations. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2005. hlm 17. Reprint 10 Riswandi, Ilmu Komunikasi. Jakarta: Graha Ilmu. 2009. hlm 2. 11 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Mei 2002. hlm 62-63. Reprint.
14
Yang bila diuraikan adalah sebagai berikut : S
Source (sumber), Sering disebut juga dengan pengirim (sender), penyandi (coder),
komunikator
(communicator),
pembicara
(speaker)
atau
originator. Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber bisa seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan, atau bahkan suatu negara. C
Channel (saluran) atau media, yakni alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima.
M
Message (pesan), yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima.
R
Receiver
(penerima),
sering
disebut
sasaran/tujuan
(destination),
komunikate (comumunicatee), penyandi-balik (decoder) atau khalayak (audience), pendengar (listener), penafsir (interpreter), yakni orang yang menerima pesan dari sumber. E
Effect (efek), yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut, misalnya penambahaan pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), terhibur, perubahan sikap (dari tidak setuju menjadi setuju), perubahan keyakinan, perubahan perilaku (dari tidak bersedia membeli barang yang ditawarkan menjadi bersedia), atau dari tidak bersedia memilih partai politik tertentu menjadi bersedia memilihnya dalam pemilu, dan sebagainya. 12
12
Ibid. 63-65
15
Secara umum komunikasi kita kenal dalam bentuk verbal dan non verbal. Kegiatan/proses komunikasi dalam masyarakat secara umum berlangsung dalam 6 tingkatan menurut Denis McQuall, yaitu :13 1) Komunikasi intra-pribadi (intrapersonal communication) 2) Komunikasi antar-pribadi (intrapersonal communication) 3) Komunikasi dalam kelompok 4) Komunikasi antar-kelompok/asosiasi 5) Komunikasi Organisasi 6) Komunikasi dengan masyarakat secara luas Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan, pembahasan yang akan dijelaskan mengenai tingkatan komunikasi lebih dalam selanjutnya tingkatan yang terakhir yaitu; ”Komunikasi dengan masyarakat secara luas” biasa kita kenal juga dengan istilah komunikasi massa.
2.1.2. Komunikasi Massa Seperti halnya definisi komunikasi secara umum, komunikasi massa pun mempunyai banyak definisi. Bittner merumuskan definis yang paling sederhana tentang komunikasi massa, yaitu; ”Mass communication is messages communicated through a mass medium to large number of people”. (Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang ).14 Kemajuan teknologi menghadirkan media massa sebagai saluran (channel) baru dalam berkomunikasi, sehingga berita sebagai pesan komunikasi dapat disebarkan 13
Riswandi, Ilmu Komunikasi. Jakarta: Graha Ilmu. 2009. hlm 9 - 11. Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi.PT. Remaja Rosdakarya. Bandung: 2004. hlm. 188. edisi revisi
14
16
keseluruh dunia. Melalui media elektronik maupun cetak, seperti televisi, radio, surat kabar, internet, dan lain sebagainya, masyarakat dapat mengetahui peristiwaperistiwa yang sedang terjadi dengan cepat. Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human communicationi) yang lahir bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat mekanik, yang mampu melipatgandakan pesan-pesan komunikasi. Dalam sejarah publisistik dimulai satu setengah abad setelah ditemukan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg. Sejak itu dimulai suatu zaman yang dikenal dengan zaman publisistik atau awal dari era komunikasi massa. 15 Namun apa yang membedakan komunikasi massa dengan sistem komunikasi lainya?. Empat tanda pokok dari komunikasi massa bila dibandingkan dengan sistem komunikasi interpersonal menurut Elizabeth-Noelle Neuman, yaitu ;16 1) Bersifat tidak langsung, artinya harus melewati media teknis 2) Bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara peserta-peserta komunikasi (para komunikan) 3) Bersifat terbuka, artinya ditujukan pada publik yang tidak terbatas dan anonim 4) Mempunyai publik yang secara geografis tersebar Pada kehidupan manusia modern seperti saat ini, peranan komunikasi massa bukan hanya sekadar salah satu bentuk dalam penyampaian informasi, tetapi juga memberikan kemampuan untuk menciptakan publik, menentukan issue, memberikan kesamaan persepsi dan menyusun perhatian publik, juga 15 16
Wiryanto, Teori Komunikasi Massa. PT Grasindo. Jakarta: 2000. hlm 1. Jalaluddin Rakhmat. Op Cit. 189.
17
mempengaruhi sikap. Tidak jarang media massa sebagai alat komunikasi massa dijadikan salah satu sarana utama yang diperhitungkan peranannya sebagai alat propaganda. Mendapatkan efek untuk yang sesuai keinginan dalam komunikasi massa bukanlah sesuatu yang mudah. Beberapa teori diteliti para ahli untuk mendapatkan efek yang diinginkan dari komunikasi massa. Salah satu teori yang kerap diterapkan adalah teori ”Agenda Setting”. Misalnya saja dalam merefleksikan apa yang dikatakan oleh para kandidat dalam suatu kampanye pemilu, media massa terlihat menentukan mana topik. Dengan perkataan lain media ikut menentukan agenda kampanye tersebut. The Agenda – Setting Function menunjukkan kemampuan media massa untuk bertindak selaku agenda (catatan harian) bagi komunikan-komunikannya. Hal ini disebabkan media memilki kapasitas untuk memilih materi atau isi pesan bagi komunikannya. Materi atau isi pesan ini dapat diterima oleh komunikan sebagai suatu yang penting yang dapat mempengaruhi sikap dan perilakunya mengenai sesuatu hal. Pendekatan ini menunjuk pada peranan dan fungsi medai dalam pembentukkan (secara kontinu), ”The picture in our hands” (istilah klasik dari kolumnis terkelan Amerika, Walter Lippmann) ”Gambaran pikir” yang terbentuk secara latent oleh media ini mempengaruhi sikap dan perilaku.
17
Kemampuan untuk merubah sikap atau mempengaruhi, dan menggerakan perilaku individu ini merupakan aspek terpenting dari kekuatan komunikasi massa. Hal ini kita ketahui sebagai efek komunikasi massa. Bentuk dari efek komunikasi massa yang diharapkan itu meliputi 3 hal, yaitu ; 18 1) Efek Kognitif 17 18
Wiryanto. op.cit 56 Jalaluddin. Op.cit. 223
18
2) Efek Afektif 3) Efek Behavioral Teori apapun yang dipergunakan dalam komunikasi massa, yang terpenting adalah efek yang dihasilkan dapat sesuai dengan tujuan manusia melakukan komunikasi massa.
2.1.3. Komunikasi Politik Seperti sudah dijelaskan pada Bab I diatas bahwa studi komunikasi politik mencakup dua disiplin dalam ilmu-ilmu sosial yaitu; ilmu politik dan ilmu komunikasi. Komunikasi politik itu sendiri bila di definisikan secara sederhana adalah penyampaian pesan-pesan politik dari komunikator kepada komunikan dengan menggunakan media/sarana tertentu.19 Ilmuwan Politik Mark Roelofs mengatakan dengan cara sederhana, ”Politik adalah pembicaraan; atau lebih tepat, kegiatan politik (’berpolitik’) adalah berbicara”. Ia juga menekankan bahwa politik tidak hanya pembicaraan, juga tidak semua pembicaraan adalah politik. Akan tetapi, ”hakikat pengalaman politik, dan bukan hanya kondisi dasarnya, ialah bahwa ia adalah kegiatan berkomunikasi antara orang-orang”.20 Definisi komunikasi politik yang lain adalah yang dikemukakan oleh Richard Fagen, yang mengatakan bahwa komunikasi politik adalah kegiatan
19
Fisip e-learning community, Pendahuluan Ilmu Politik, http://fisipol.ekom.umy.ac.id/course/view.php?id\=21week=2
20
Dan D. Nimmo, Komunikasi Politik, Komunikator, Pesan, dan Media. Trans. Tjun Surjaman. ed. Jalaluddin Rakhmat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Juni 2005. hlm 8. Reprint.
19
komunikasi yang terdapat dalam suatu sistem politik yang mempunyai dampak secara aktual dan potensial. 21 Komunikasi politik memiliki unsur/komponen yang sama dengan komunikasi secara umum, yaitu adanya komunikator, pesan, saluran, komunikan, dan efek. Tujuan mahasiswa ataupun seorang praktisi politik/politikus mempelajari komunikasi politik adalah untuk memahami pelbagai bentuk sikap/tindakan penguasa atau lawan politik dalam bidang komunikasi/pers dan akibat-akibat yang ditimbulkan agar mampu menganalisis sikap penguasa dalam situasi dan kondisi tertentu. Strategi komunikasi yang biasanya menjadi andalan para politikus atau pemegang kekuasaan bertujuan mendekati dan mengambil hati rakyat (get the mind and heart of the people). Tidak heran bila fenomena strategi komunikasi politik ini menjadi suatu kajian yang banyak dipelajari. Banyak bermunculannya pakar ahli dalam komunikasi politik seperti Effendi Ghazali, dan Dr.J.Kristiadi, menandakan pentingnya ilmu komunikasi politik dalam sistem politik suatu negara . Komunikasi politik juga mengkaji satu-persatu ke lima elemen pokok dalam komunikasi, yaitu; 1). Komunikator Politik, 2). Pesan Politik, 3). Media Politik. 4). Khalayak Politik, dan 5). Efek Politik. Pentingnya mengkaji elemen dalam komunikasi politik ini sama pentingnya dalam kajian elemen komunikasi secara umum. Penguasaan selain dalam bidang ilmu sosial, para ahli komunikasi politik juga dituntut untuk menguasai bidang ilmu politik. Ada baiknya kita menguraikan satu-persatu ke lima elemen komunikasi politik ini. 21
Riswandi, Komunikasi Politik. Jakarta: Graha Ilmu. 2009. hlm 4
20
2.1.3.1. Komunikator Komunikasi Politik Menurut J.D. Halloran seorang pengamat komunikasi massa, komunikator politik sama halnya seperti apa yang dikatakanya tentang komunikator massa, yaitu “komunikator massa sebagai orang yang menduduki posisi penting yang peka di dalam jaringan sosial, menanggapi berbagai tekanan dengan menolak dan memilih informasi yang semuanya terjadi di dalam sistem sosial yang bersangkutan”.22 Peranan komunikator politik sebagai pemimpin dalam membentuk opini publik sangat besar. Tidak sama halnya dengan individu pada umumnya, walaupun kita semua dapat dikatakan sebagai komunikator, namun pesan yang disampaikan komunikator politik akan ditanggapi dengan lebih bersungguhsungguh oleh khalayaknya. Apalagi bila sang komunikator sudah dapat menempati ruang tersendiri di hati khalayaknya, bisa karena kharisma yang dimilikinya.
2.1.3.2. Pesan Komunikasi Politik Pembicaraan yang disampaikan oleh komunikator politik secara tersusun dan terrencana menjadi pesan politik. Baik secara langsung maupun melalui perantara. Secara langsung misalnya, pesan yang disampaikan dalam kampanye terbuka, dan yang melalui perantara adalah pesan dalam iklan kampanye di media massa. Dalam politik banyak pembicaraan, begitu banyak sehingga seolah-olah pembicaraan itu adalah politik. Misalnya, betapa pentingnya pembicaraan dalam 22
Ibid. 29
21
kehidupan sehari-hari para politikus, baik pejabat maupun yang berusaha menjadi pejabat. Kebanyakan diantara kita mengenal seorang pemimpin (Presiden, Menteri, Gubernur, dll) karena pembicarannya (dalam konferensi pers, pidato, pernyataan tertulis, dsb). Atau karena apa yang dikatakan orang lain tentang dia. Para jurnalis televisi, surat kabar, radio, dan majalah menelaah setiap katanya untuk mencari nuansa, sindiran, atau petunjuk tentang apa yang akan terjadi.23 Permainan bahasa dalam pembicaraan politik menjadi satu kesatuan dalam membentuk suatu pesan politik. Pesan politik disampaikan dengan berbagai cara, seperti secara persuasif dengan berkampanye, dalam promosi dengan cara beriklan, maupun yang sedikit radikal dengan cara propaganda.
2.1.3.3. Media Komunikasi Politik Komunikator politik menggunakan saluran komunikasi dengan tujuan untuk persuasif. Tiga tipe utama dalam saluran komunikasi politik, yaitu:
a. Saluran Komunikasi Massa Ada dua bentuk saluran komunikasi massa, masing-masing berdasarkan tingkat langsungnya komunikasi satu-kepada-banyak. Bentuk pertama, terdiri atas komunikasi tatap muka, misalnya bila seorang kandidat politik berbicara di depan rapat umum atau konferensi pers. Bentuk kedua, terjadi jika ada perantara ditempatkan di antara komunikator dan khalayak. Contohnya pidato kepresedenan ke seluruh negara yang disiarkan melalui televisi. 23
Ibid. 73
22
b. Saluran Komunikasi Interpersonal Saluran komunikasi Interpersonal merupakan bentukan dari hubungan satu-kepada-satu. Saluran ini pun bisa berbentuk tatap muka maupun berperantara. c. Saluran Komunikasi Organisasi. Saluran Komunikasi Organisasi merupakan penggabungan penyampaian satu-kepada-satu dan satu-kepada-banyak. Misalnya seorang presiden melakukan diskusi kepada anggota stafnya mengenai suatu issue. Akan tetapi, kebanyakan organisasi politik begitu besar sehingga mustahil bisa dilaksanakan komunikasi satu-kepada-satu. Oleh sebab itu, ada sarana untuk komunikasi satu-kepada-banyak yang berperantara di dalam organisasi: pengedaran memorandum, sidang, konvensi, buletin, dan laporan berkala intern, serta lokakarya. 24
2.1.3.4. Khalayak Komunikasi Politik Sebagaimana bidang ilmu lain, dalam komunikasi politik pun memiliki khalayak yang tersendiri. Khalayak komunikasi politik, yaitu publik yang berbeda-beda. Sebagaian khalayak itu berupa khalayak massa yang terorganisasi, sebagian adalah khalayak pluralis dari publik tertentu, dan sebagian lagi adalah khalayak yang tersusun dari agregat opini publik. 25 Sebagaimana pada umumnya, khalayak dalam komunikasi politik pun merupakan khalayak yang heterogen yang terdiri atas individu, maupun
24
Ibid. 166-168 Dan D. Nimmo, Komunikasi Politik:Khalayak, dan Efek. Trans.Tjun Surjaman. ed. Jalaluddin Rakhmat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Agustus 2005. hlm 34. Reprint.
25
23
kelompok. Dalam suatu pilkada, pengamatan tidak semata-mata tertuju pada khalayak individu semata yaitu kepada pemilih, namun juga kepada khalayak kelompok yaitu suara dari partai politik sebagai tunggangan kandidat politik memenuhi persyaratan.
2.1.3.5. Efek Komunikasi Politik Efek politik yang diharapkan adalah bersifat persuasif, dengan tujuan mempengaruhi sikap dan perilaku. Sama seperti halnya dengan bidang ilmu komunikasi pada umumnya, efek pada komunikasi politik juga merupakan tolak ukur pencapaian keberhasilan strategi berkomunikasi. Misalnya pengambilan keputusan pemilih untuk menjatuhkan suara kepada salah satu kandidat setelah mendengarkan orasi yang diberikan, dan hasil dari kampanye yang dilancarkan kandidat, sehingga kandidat tersebut dapat memenangkan pemilihan.
2.2. Public Relations 2.2.1. Pengertian Pengertian atau definisi Public Relations hingga saat ini belum terdapat konsensus mutlak. Setelah mengkaji kurang lebih 472 lebih definisi Humas, Dr. Rex Harlow dalam bukunya berjudul: A Model for Public Relations Education for Preofessional Prastices, yang diterbitkan oleh International Public Relations Association (IPRA) 1978, menyatakan bahwa definisi dari Public Relations adalah: ”Public Relations adalah fungsi manajemen yang khas dan mendukung pembinaan, pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya,
24
menyangkut aktivitas komunikasi, pengertian, penerimaan dan kerjasama; melibatkan manajeman dalam menghadapi persoalan/permasalahan, membantu manajeman untuk mampu menangapi opini publik; mendukung manejemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif; bertindak sebagai sistem peringatan dini dalam mengantisipasi kecenderungan penggunaan penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama”. 26 Bila diuraikan PR yaitu:
P adalah Public. ”Public” di sini mengacu bukan hanya pada publik, namun pasar konsumen.
Public juga tidak mengacu hanya pada satu jenis pasar konsumen, namun berbagai pasar atau publik audiens.
R adalah Relations. Relations merupakan hubungan yang harus dipupuk antara pasar dan bisnis.
Itulah kunci kepercayaan agar suatu bisnis berhasil.27 Unsur-unsur hakiki dalam Public Relations adalah sebagai berikut: 1) Suatu fungsi manajeman yang menggunakan penelitian dan upaya yang berencana dengan mengikuti standar-standar etis. 2) Suatu proses yang mencakup hubungan antara organisasi dengan publiknya. 3) Analisis dan evaluasi melalui penelitian terhadap sikap dan opini dan kecenderungan sosiatal dan mengkomunikasikannya kepada manajemen.
26
Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations & Media Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2005. hlm 15. Edisi Revisi
27
Bob Julius Onggo, Cyber Public Relation. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 2004. hlm.1-2.
25
4) Konseling manajemen agar dapat dipastikan bahwa kebijaksanaan, tata cara dan kegiatan-kegiatan dapat dipertanggungjawabkan secara sosial dalam kepentingan bersama antara organisasi dengan publik 5) Pelaksanaan dan penindakan program kegiatan yang berencana, komunikasi dan evaluasi melalui penelitian. 6) Pencapaian itikad baik, pengertian, dan penerimaan sebagai hasil akhir utama dari kegiatan Public Relations. 28 PR juga berkaitan erat dengan media sebagai salah satu basic tools kegiatannya, oleh sebab itu seorang praktisi PR diharuskan mempunyai jaringan kuat dengan media, yang meliputi media elektronik maupun cetak. Selain pengetahuan dan wawasan diberbagai bidang yang luas dan mempunyai jaringan yang kuat, seorang PR juga dituntut untuk selalu jujur dan bersikap tidak memihak. Bertrand R. Canfield dalam bukunya Public Relations, Principles dan Problems, mengemukakan tiga fungsi PR, yakni : a. Mengabdi kepada kepentingan umum (It should serve the public’s interest) b. Memelihara komunikasi yang baik (Maintain good communication) c. Menitik-beratkan moral dan tingkah laku yang baik (And stress good moral and manners)29.
2.2.2. Public Relations Dalam Politik Jabatan PR hampir didapati diseluruh bidang tidak terkecuali dalam politik, walaupun pada kenyataannya, masih banyak praktisi PR yang 28
Onong Uchjana Effendy, Human Relations dan Public Relations. Mandar Maju. Bandung: 1993. hlm 120. 29 Onong Uchjana Effendy, Op.Cit hlm. 137-138
26
menghindari bidang politik sebagai jalur karirnya. Meskipun saat ini dalam fenomena global, akar PR politik berasal dari Amerika. Pada tahun 1920-an, Water Lippman menggambarkan munculnya kelas profesional baru tentang Publicists dan Press Agent yang berdiri diantara politikus Amerika dan media.30 Praktisi PR politik adalah seseorang yang dapat memupuk hubungan kepercayaan (trustworthy) dengan pasar atau publik audiens (dalam hal ini yang berkaitan dengan politik).
Bila dalam suatu kampanye politik Promosi adalah unsur
komunikasi, dalam Bauran Pemasaran (Marketing Mix) yang fungsinya adalah (selling), sedangkan Public Relations menyandang fungsi menegakkan atau membangun citra (image building). Dalam berkampanye, Suatu Partai Politik dapat menempuhnya melalui jalan promosi atau PR yang menjadi bagian dalam tim sukses. Jika yang ingin diraihnya adalah citra yang menguntungkan, maka jalan yang sebaiknya ditempuh adalah melalui jalur PR. Sedangkan, jika yang ingin diraihnya adalah menjual suatu konsep atau gagasan, sebaiknya ia menempuh jalur promosi salah satu caranya dengan beriklan pada media massa. Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Indonesia yang sudah sejak tahun 2005 dilaksanakan secara langsung, secara otomatis membuat persaingan antar kandidat bertambah ketat. Kandidat Pilkada kini bersaing mewakili nama masingmasing, selain nama partai yang mengusungnya. Citra diri, popularitas dan kredibilitas yang kuat dimata pemilih tidak lepas dari strategi yang jitu dan analisa yang tajam.
30
P. Eric Louw, The Media and Political Process. Inggris: Athenaeum Press. Gateshead. 2005. hlm.144:145.
27
Karena hal tersebutlah calon kepala daerah tidak akan bisa lepas dari strategi Public Relations (PR) modern. Ini tak lain karena kita sudah hidup dalam dunia media massa yang kian canggih. Bahkan dalam bukunya The Fall of Advertising and the Rise of PR, Al Ries & Laura Ries (2003) pernah mengatakan, saat ini era periklanan sudah mati, yang muncul adalah era PR. Calon kepala daerah ibarat sebuah barang dan merek. Kita tidak akan bisa meluncurkan sebuah merek hanya dengan iklan saja. Iklan punya kredibilitas rendah bahkan dianggap membohongi, sementara PR punya persepsi positif. 31
2.3. Kampanye 2.3.1. Pengertian Masa pra pilkada, masing-masing calon gubernur mempunyai kesempatan untuk menggalang massa demi mendapatkan suara yang nantinya akan diberikan. Masa ini biasa dikenal dengan masa KAMPANYE. Didalam kampanye, calon gubernur berkempatan menyampaikan misi dan visinya. Berbagai cara dilakukan calon gubernur dalam berkampanye, dari yang mengikuti aturan (legal) sampai pada kampanye yang menyalahi aturan (illegal), yang sering diistilahkan dengan black campaign, baik secara langsung dengan orasi-orasi, ataupun tidak langsung melalui berbagai media. Kampanye sering disama artikan dengan propaganda. Secara operasional kampanye dan propaganda adalah sama-sama melakukan kegiatan berkomunikasi yang terrencana untuk mencapai tujuan tertentu dan berupaya mempengaruhi 31
Radar Malang, Media Massa Penentu Suaran Dalam Pilkada. http://nurudin.multiply.com/journal/item/26/Media_Massa_Penentu_Suara_dalam_Pilkada. (Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang), 2007
28
khalayak sebagai target sasarannya. Bedanya, pertama istilah propaganda terlebih dahulu dikenal dalam kegiatan komunikasi yang dirancang untuk jangka panjang. Biasanya komunikasi searah, kursif, dan intimidasi melalui kekuatan dan kekuasaan yang dimiliki komunikator berkonotasi negatif terhadap khalayaknya. Kedua konsep kampanye lahir kemudian dengan melakukan kegiatan secara terrencana yang lebih moderat, terbuka, toleran, dengan waktu terbatas atau jangka pendek. 32 Namun demikian apa sebenarnya yang dimaksud dengan kampanye?. Definisi kampanye itu sendiri telah mengalami perkembangan. Sejak fenomena kampanye menjadi perhatian ilmuwan dan praktisi komunikasi di tahun 1940-an, telah muncul sekitar dua puluh definisi tentang kampanye. Rogers dan Storey (1987) mendefinisikan kampanye sebagai ”serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu”. 33 Kampanye mempunyai beberapa jenis dilihat dari tujuan yang akan dicapai. Charles U. Larson membagi jenis kampanye ke dalam tiga kategori yakni; 1) product-oriented campaigns atau kampanye berorientasi pada produk umumnya di lingkungan bisnis; 2) candidate-oriented campaigns atau kampanye yang berorientasi pada kandidat umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasaan politik; 3) ideologycally or cause oriented campaigns adalah jenis
32
33
Rosady Ruslan, Kampanye Public Relations. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2005. hlm 22. Reprint
Antar Venus., Manajemen Kampanye:Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi, ed. Rema Karyati S, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Juni 2004, hlm 7.
29
kampanye yang berorientasi pada tujuan-tujuan bersifat khusus dan seringkali berdimensi perubahan sosial. Dalam hal ini yang akan di bahas dalam penulisan ini adalah candidate-oriented campaigs. Candidate-oriented campaigs atau kampanye yang berorientasi pada kandidat umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasaan politik. Karena itu jenis kampanye ini dapat pula disebut sebagai political campaigns (kampanye politik). 34 Kegiatan kampanye ini bertujuan meyakinkan pemilih guna memenangkan dukungan masyarakat. Dengan menanamkan pemikiran-pemikiran bahwa program-program yang ditawarkan merupakan yang terbaik. Namun demikian, fenomena kampanye sebagai arena ’peperangan’ calon gubernur dalam perebutan suara, mengalami perkembangan tujuan sebagaimana perkembangan dalam definisinya. Paradigma baru kampanye bukan lagi hanya sekadar suatu cara untuk meyakinkan pemilih untuk mendapatkan suara sebanyak-banyaknya, tetapi kampanye juga digunakan sebagai pembelajaran kepada masyarakat tentang hitam-putihnya politik. Sebagai komunikasi politik, kampanye diarahkan pada penciptaan kondisi yang memungkinkan terbangunnya kepercayaan (trust) dan pertanggungjawaban (accountability) terhadap program-program yang tawarkan calon. Sebagai pendidikan politik, kampanye mengandung penguatan rasionalitas dan kritisisme pemilih.35
34
Ibid. 11 J. Joko Prihatmoko, Pemilihan Kepala Daerah Langsung: Filosofi, Sistem dan Problema Penerapan Di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar bekerjasama dengan Lembaga Penelitian, Pengembangan dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) Universitas Wahid Hasyim Semarang, April 2005, hlm 256.
35
30
Sebagai kegiatan yang terrencana, kampanye mempunyai aturan-aturan tertentu. Misalnya kampanye dalam pemilu diatur dalam UU pemerintah. Kampanye tidak semata-mata dilakukan dibidang politik, seperti yang kita kenal bahwa kampanye identik dengan kegiatan politik, namun juga di bidang-bidang lainnya seperti di dunia bisnis. Kampanye sudah menjadi fenomena tersendiri sehingga menjadi penting untuk mempelajari lebih lanjut mengenai tahapan dan proses dari kegiatan kampanye itu sendiri. Memahami fenomena kampanye bukan hanya dari tahapan kegiatannya saja, tetapi juga dari interaksi antar komponen-komponen yang terdapat didalamnya, hal ini tergambarkan dalam Model-model kampanye.
2.3.2. Model - Model Kampanye 36 2.3.2.1.
Model Komponensial Kampanye
2.3.2.2.
Model Kampanye Ostergaard
2.3.2.3.
The Five Functional Stages Development Model
2.3.2.4.
The Communicative Functions Model
2.3.2.5.
Model Kampanye Nowak dan Warner
2.3.2.6.
The Diffusion of Innovations Model
Adapun penjelasan lebih lanjut dari model-model kampanye tersebut adalah sebagai berikut :37 2.3.2.1.
Model Kampanye Komponensial
Model ini mengambil komponen-komponen pokok yang terdapat dalam suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan kampanye. Unsur-unsur yang terdapat di dalamnya meliputi; sumber kampanye, saluran, pesan, penerima
36 37
Antar Venus. Op.cit. 13 Ibid. 13
31
kampanye, efek dan umpan balik. Unsur ini harus dipandang sebagai satu kesatuan yang mendeskripsikan dinamika proses kampanye. Model tersebut digambarkan sbb: Model Kampanye Komponensial Umpan Balik
Sumber Kampanye
Penerimaan Kampanye
Pesan
Efek
Saluran
Model ini dapat dengan mudah diidentifikasi
pendekatan transmisi
menggunakan (transmission approach) ketimbang interaction approach. Alasan yang mendasar adalah bahwa kampanye merupakan kegiatan komunikasi yang direncanakan, bersifat purposif (bertujuan), dan sedikit membuka peluang untuk saling bertukar informasi dengan khalayak (interactive). Lebih dari itu kampanye merupakan kegiatan yang bersifat persuasif dimana sumber (campaigner) secara aktif berupaya mempengaruhi penerima (campaignee) yang berada dalam posisi pasif. Karena perbedaan posisi ini maka proses berutkar peran selama kampanye berlangsung menjadi sangat terbatas. Dalam model kampanye diatas digambarkan bahwa sumber (campaign makers) memiliki peran yang dominan. Ia secara aktif mengonstruksi pesan yang ditujukan untuk menciptakan perubahan pada diri khalayak (campaign receivers).
32
Pesan-pesan tersebut disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi seperti media massa, media tradisional atau saluran personal. Ketika pesa-pesan diterima khalayak diharapkan muncul efek perubahan pada diri mereka. Terjadi atau tidaknya efek perubahan tersebut dapat diidentifikasi dari umpan balik yang diterima sumber. Umpan balik untuk mengukur efektivitas kampanye dapat muncul dari pesan itu sendiri, saluran yang digunakan atau respons penerima. Akhirnya dapat dikatakan bahwa keseluruhan proses kampanye tidak terlepas dari gangguan (noise). Sumber dapat mengidetifikasi potensial gangguan tersebut pada semua komponen kampanye yang ada.
2.3.2.2.
Model Kampanye Ostergaard
Model ini dikembangkan oleh Leon Ostergaard, seorang teoritisi dan praktisi kampanye kawakan dari Jerman. Di antara berbagai model kampanye yang ada, model ini dianggap yang paling pekat sentuhan ilmiahnya. Hal ini bisa dilihat dari kata-kata kunci yang digunakan di dalamnya seperti kuantifikasi, cause and effect analysis, data, dan theoretical evidence. Menurut Osteergaard sebuah rancangan program kampanye untuk perubahan sosial yang tidak didukung oleh temuan-temuan ilmiah tidaklah layak untuk dilaksanakan. Alasannya karena program semacam itu tidak akan menimbulkan efek apapun dalam menanggulangi masalah sosial yang dihadapi. Karenanya, sebuah program kampanye hendaknya selalu dimulai dari identifikasi secara jernih. Langkah ini disebut juga tahap prakampanye.
33
Model Kampanye Ostergaard Problem
Campaign
Knowledge
Attitudes
Skills
Behavior
Reduced Problems
LANGKAH-LANGKAH MODEL KAMPANYE OSTERGAARD Langkah pertama yang harus dilakukan sumber kampanye (campaign makers atau decision maker) adalah mengidentifikasi masalah faktual yang dirasakan. Dalam kasus pak lurah, contoh permasalahannya adalah wabah hama tikus.
Kemudian dicari hubungan sebab-akibat (cause and effect relationship)
dengan fakta-fakta yang ada. Misalnya penyerangnya hama tikus ke dalam kampung disebabkan kurangnya perhatian penduduk akan kebersihan lingkungan, melihat dari sifat hewan tikus yang menyenangi tinggal ditempat yang tidak bersih. Untuk mendapatkan rujukan teoritis-ilmiah tentang masalah yang ada kita dapat memanfaatkan ilmu-ilmu sosial murni seperti sosiologi dan psikologi. Bila analisis ini diyakini bahwa masalah tersebut dapat dikurangi lewat pelaksanaan kampanye maka kegiatan kampanye perlu dilaksanakan. Bila kenyataannya demikian maka kita dapat memasuki tahap kedua yakni perancangan program kampanye. Tahap kedua adalah tahap pengelolaan kampanye yang dimulai dari perancangan, pelaksanaan hingga evaluasi. Dalam tahap ini lagi-lagi riset perlu
34
dilakukan untuk dapat mengidentifikasi karakteristik khalayak sasaran untuk dapan merumuskan pesan, aktor kampanye, saluran hingga teknis pelaksanaan kampanye yang sesuai. Pada tahap pengelolaan ini seluruh isi program kampanye (campaign content ) diarahkan untuk membekali dan mempengaruhi aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan khalayak sasaran. Ketiga aspek ini dalam literatur ilmiah dipercaya menjadi prasyarat untuk terjadinya perubahan perilaku. Dengan kata lain pengetahuan, sikap dan keterampilan khalayak akan memberi pengaruh pada perubahan perilaku. Pada gambar model juga terlihat bahwa tanda panah pengetahuan dan keterampilan mengarah pula pada sikap. Ini menandakan bahwa sikap, baik secara langsung atau tidak langsung juga dipengaruhi oleh perubahan dalam tataran pengetahuan dan keterampilan. Ketika memperoleh pengetahuan baru tentang suatu hal umumnya sikap kita juga berubah pada hal tersebut, baik seketika atau bertahap. Demikian pula halnya dengan keterampilan. Penguasaan atau peningkatan keterampilan seseorang akan memberikan dampak perubahan sikap yang bersangkutan. Dalam kasus hama tikus ini, pengetahuan lebih mendalam pada hewan tikus serta mengetahui habitatnya dan dampak penyakit yang dapat ditimbulkan, akan merubah sikap penduduk untuk dapat hidup lebih sehat dan bersih. Semakin banyak pengetahuan yang diberikan dan keterampilan dalam kebersihan dan pembasmian hama tikus, maka perubahan sikap untuk menjaga kebersihan lingkungan akan terlaksana. Tahap pengelolaan kampanye ini ditutup dengan evaluasi tentang efektifitas program yang dilaksanakan. Di sini akan dievaluasi apakah pesanpesan kampanye sampai pada khalayak (received), Apakah mereka dapat mengingat pesan-pesan tersebut?, Apakah mereka dapat menerima isi pesan-pesan tersebut (acceptable)?. Tahap terakhir dari model ini adalah tahap evaluasi pada penanggulangan masalah (reduced problem). Tahap ini disebut juga tahap pasca kampanye. Dalam hal ini evaluasi diarahkan pada keefektifan kampanye dalam menghilangkan atau mengurangi masalah sebagaimana yang telah di identifikasi pada tahap kampanye.
35
2.3.2.3.
The Five Functional Stages Development Model
Model ini dikembangkan oleh tim peneliti dan praktisi kampanye di Yale University AS pada awal tahun 1960-an. Model ini dianggap yang paling populer dan banyak diterapkan di berbagai belahan dunia. Kepopuleran ini tidak terlepas dari flesibilitas model untuk diterapkan, baik pada candidated oriented campaigns, product oriented campaigns, atau cause or idea oriented campaigns. Fokus modle ini adalah pada tahapan kegiatan kampanye, bukan pada proses pertukaran pesan antara campaigner dengan campaignee. Pada model ini digambarkan bagaimana tahapan kegiatan kampanye harus dilalui sebelum akhirnya kegiatan tersebut berhasil atau gagal mencapai tujuan. Tahapan tersebut meliputi; indetifikasi, legitimasi, partisipasi, penetrasi, dan distribusi. The Five Functional Stages Development Model Identifikasi
Legitimasi
Partisipasi
Penetrasi
Distribusi
Tahap identifikasi merupakan tahap penciptaan identitas kampanye yang dengan mudah dapat dikenali oleh khalayak. Hal-hal umum digunakan sebagai idnetitas kampanye diantaranya simbol, warna, lagu atau jingle, seragam, dan slogan. Kita sering melihat hal tersebut digunakan dalam kampanye jenis apapun.
36
Pada kampanye Pemilu misalnya, kita melihat simbol-simbol seperti logo dan emblem yang digunakan oleh semua partai peserta Pemilu. Demikian pula sloganslogan yang mengindikasi platform partai atau pemakaian warna untuk uniform fungsionaris partai. Tahap berikutnya adalah legitimasi. Dalam kampanye politik, legitimasi diperoleh ketika seseorang telah masuk dalam daftar kandidat anggota legislatif, atau seorang kandidat presiden memperoleh dukungan yang kuat dalam polling yang dilakukan lembaga independen. Tahap ketiga adalah partisipasi. Tahap ini dalam praktiknya relatif sulit dibedakan dengan tahap legitimasi karena ketika seorang kandidat, produk atau gagasan mendapatkan legitimasi, pada saat yang sama dukungan yang bersifat partisipatif mengalir dari khalayak. Partisipasi ini bisa bersifat nyata (real) atau simbolik. Partisipasi nyata ditunjukkan oleh keterlibatan orang-orang dalam menyebarkan pamflet, brosur atau poster, menghadiri demonstrasi yang diselenggarakan sebuah lembaga swadaya masyarakat atau memberikan sumbangan untuk perjuangan partai. Tahap keempat adalah tahap penetrasi. Pada tahap ini seorang kandidat, sebuah produk atau sebuah gagasan telah hadir dan mendapat tempat di hati masyarakat. Seorang juru kampanye misalnya telah berhasil menarik simpati masyarakat dan meyakinkan mereka bahwa ia adalah kandidat terbaik dari sekian yang ada. Terakhir adalah tahap distribusi atau kita dapat menyebutknya sebagai tahap pembuktian. Pada tahap ini tujuan kampanye pada umumnya telah tercapai.
37
Kandidat politik telah mendapatkan kekuasaan yang mereka cari. Tinggal sekarang bagaimana mereka membuktikan janji-janji pada saat kampanye.
2.3.2.4.
The Communicative Functions Model
Judith Trent dan Robert Friedenberg adalah praktisi sekaligus pengamat kampanye politik di Amerika Serikat. Dalam bukunya yang berjudul “Political Campaign Communication”, mereka merumuskan model kampanye yang dikonstruksi dari lingkungan politik. Sebagaimana dikembangkan tim Yale University, model ini juga memusatkan analisisnya pada tahapan kegiatan kampanye. Langkah-langkahnya dimulai dari surfacing, primary, nomination, dan election. Kegiatan yang tercakup dalam tahap surfacing (pemunculan) lebih banyak berkaitan dengan membangun landasan tahap berikutnya seperti: memetakan daerah-daerah yang akan dijadikan tempat kampanye, membangun kontak dnegan tokoh-tokoh setempat atau orang-orang ‘kita’ yang berada di daerah tersebut, mengorganisasikan pengumpulan dana dan sebagainya. Tahap ini umumnya begitu seseorang secara resmi mencalonkan diri untuk jabatan politik tertentu. Pada tahap ini pula khalayak akan melakukan evaluasi terhadap citra kandidat secara umum, dengan kata lain khalayak akan melakukan uji citra publik terhadap kandidat tersebut. Tahap berikutnya dalam model ini adalah tahap primary. Pada tahap ini kita berupaya untuk memfokuskan perhatian khalayak pada kandidat, gagasan, atau produk yang telah kita munculkan diarena persaingan. Pada tahap ini kita mulai melibatkan khalayak untuk mendukung kampanye yang dilaksanakan.
38
Dalam konteks politik inilah tahap yang paling kritis dan paling mahal. Dikatakan kritis karena disini kita secara ketat bersaing dengan kandidat-kandidat lain dimana dalam proses persaingan itu mungkin saja kita menghamburkan janji-janji yang kemudian tidak dapat kita penuhi. Dikatakan mahal karena pada tahap ini sesungguhnya kita bersaing untuk dapat menjadi nominator selanjutnya yang akan dipilih oleh khalayak. Begitu kandidat mendapatkan pengakuan masyarakat, memperoleh liputan media secara luas, atau gagasannya menjadi topik pembicaraan anggota-anggota masyarakat, makan tahap nominasi pun dimulai. Terakhir adalah tahap pemilihan. Pada tahap ini biasanay masa kampanye telah berakhir. Namun secara terselubung seringkali para kandidat ‘membeli’ ruang tertentu dari media massa agar kehadiran mereka tetap dirasakan. Beberapa kandidat bahkan dengan sengaja membuat berita-berita tertentu – biasanya yang berdimensi kemanusiaan – agar mendapat simpati khalayak. Di beberapa negara dengan tingkat korupsi tergolong sangat tinggi seperti di Indonesia, misalnya, pada tahap pemilihan ini ada fenomena yang disebut ‘serangan fajar’ yakni tindakan menyuap pemilih dengan sejumlah uang agar mereka memilih partai atau orang yang bersangkutan. The Communicative Functions Model Surfacing
2.3.2.5.
Primary
Nomination
Election
Model Kampanye Nowak dan Warneryd
Menurut McQuail & Windahl (1993) model Kampanye Nowak dan Warneryd merupakan salah satu contoh model kampanye tradisional kampanye. Pada model ini proses kampanye dimulai dari tujuan yang hendak dicapai dan
39
diakhiri dengan efek yang diinginkan. Model ini merupakan deskripsi dari bermacam-macam proses kerja dalam kampanye. Di dalamnya juga terdapat sifat normatif, yang menyarankan bagaimana bertindak secara sistematis dalam meningkatkan efektivitas kampanye. Yang perlu diperhatikan pada model ini adalah masing-masing elemennya saling berhubungan. Perubahan yang terjadi pada satu elemen akan mengakibatkan perubahan pada elemen lainnya. Hal ini terutama bila yang berubah adalah efek atau tujuan yang dikehendaki. Tujuan kampanye pada model ini tidak bersifat rigid, tetapi dapat berubah, meskipun kampanye sedang berlangsung.
Model Kampanye Nowak dan Warneryd
Efek yang Diharapkan
Titik tolak - Persaingan Komunikasi - Objek Kampanye - Target Populasi
Kelompok Penerima
Faktor yang Dimanupulasi - Pesan - Saluran/ Media - Komunikator
Capaian Efek
Pada Model Nowak dan Warneryd ini terdapat delapan elemen kampanye yang harus diperhatikan yakni: 1. Intended effect (efek yang diharapkan). Efek yang hendak dicapai harus dirumuskan dengan jelas, dengan demikian penentuan elemen-elemen lainnnya akanlebih mudah dilakukan. 2. Competiting Communication (persaingan komunikasi). Agar suatu kampanye menjadi efektif, maka perlu diperhitungkan potensi gangguan dari kampanye yang bertolak belakang (counter campaign).
40
3. Communication Object (objek komunikasi). Objek kampanye biasanya dipusatkan pada satu hal saja, karena untuk objek yang berbeda menghendaki metode komunikasi yang berbeda. Ketika objek kampanye telah ditentukan, perilaku kampanye akan dihadapkan lagi pada pilihan apa yang akan ditonjolkan atau ditekankan pada objek tersebut. 4. Target population & receiving group
(target populasi dan kelompok
penerima). Kelompok penerima adalah bagian dari populasi target. Agar penyebaran pesan lebih mudah dilakukan maka penyebaran pesan lebih baik ditujukan kepada opinion leader (pemuka pendapat) dari populasi target. Kelompok penerima dan populasi target dapat diklasifikasikan menurut sulit atau mudahnya mereka dijangkau oleh pesan kampanye. Mereka yang tidak membutuhkan atau tidak terterpa pesan kampanye adalah bagian dari kelompok yang sulit dijangkau. 5. The channel (saluran). Saluran yang digunakan dapat bermacam-macam tergantung karakteristik kelompok penerima dan jenis pesan kampanye. Media dapat menjangkau hampir seluruh kelompok, namun bila tujuannya adalah mempengaruhi perilaku maka akan lebih efektif bila dilakukan melalui saluran antarpribadi. 6. The message (pesan). Pesan dapat dibentuk sesuai dengan karakteristik kelompok yang menerimanya. Pesan juga dapat dibagi kedalam tiga fungsi yakni : menumbuhkan kesadaran, mempengeruhi, serta memperteguh dan meyakinkan penerima pesan bahwa pilihan atau tindakan mereka adalah benar.
41
7. The communicator/sender (komunikator/pengirim pesan). Komunikator dapat dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu misalnya seorang ahli atau seorang yang dipercaya khalayak atau malah seseorang yang memiliki kedua sifat tersebut. Pendeknya komunikator harus memiliki kredibilitas dimata penerima pesannya. 8. The obtained effect (effect yang dicapai). Efek kampanye meliputi efek kognitif (perhatian, peningkatan pengetahuan dan kesadaran), afektif (berhubungan dengan perasaan, mood dan sikap), dan konatif (keputusan bertindak dan penerapan)
2.3.2.6.
The Diffusion of Innovations Model Model difusi ini umumnya diterapkan dalam kampanye periklanan
(commercial campaign) dan kampanye yang berorientasi pada perubahan sosial (social change campaign). Penggagas model ini adalah ilmuwan komunikasi kesohor, Everett M. Roger. Dalam model ini Rogers menggambarkan adanya empat tahap yang akan terjadi ketika proses kampanye berlangsung (Larson, 1993). Tahap pertama disebut informasi (information). Pada tahap ini khalayak diterpa informasi tentang produk atau gagasan yang dianggap baru. Terpaan bertubi-tubi dan dikemas dalam bentuk pesan yang menarik akan menimbulkan rasa ingin tahu khalayak tentang produk atau gagasan tersebut. Ketika khalayak tergerak mencari tahu dan mendapati bahwa produk atau gagasan tersebut menarik minat mereka maka dimulailah tahap kedua yakni persuasi (persuasion).
42
Tahap selanjutnya adalah membuat keputusan untuk mencoba (decision, adaption, and trial) yang didahului oleh proses menimbang-nimbang tentang berbagai aspek produk tersebut. Tahap ini akan terjadi ketika orang telah mengambil tindakan dengan cara mencoba produk tersebut. Tahap terakhir adalah konfirmasi atau re-evaluasi. Tahap ini hanya terjadi bila orang telah mencoba produk atau gagasan yang ditawarkan. Berdasarkan pengalaman mencoba, khalayak mulai mengevaluasi dan mempertimbangkan kembali tentang produk tersebut.
The Diffusion of Innovations Model INFORMASI
PERSUASI
KEPUTUSAN PENERIMAAN PERCOBAN
KONFIRMASI RE-EVALUASI
Pelaksanaan kampanye pun memerlukan teknik tersendiri. Teknik-teknik kampanye diterapkan dengan maksud mencapai tujuan yang diinginkan. 2.3.3. Teknik-teknik Kampanye 38 2.3.3.1.Partisipasi (participating)
38
Rosady Ruslan, Kampanye PR. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2005. hlm 71. Reprint
43
Partisipasi, yaitu teknik yang mengikutsertakan (partisipasi) atau peran serta komunikasi atau audiensi yang memancing minat atau perhatian yang sama ke dalam suatu kegiatan kampanye dengan tujuan untuk menumbuhkan saling pengertian, menghargai, kerja sama, dan toleransi. 2.3.3.2.
Assosiasi (associating)
Association, yaitu menyajikan isi kampanye yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau obyek yang tengah ramai atau sedang ”in” dibicarakan agar dapat memancing perhatian masyarakat. Misalkan ”three in one”, maka orang akan ingat pembatasan penumpang mobil pribadi yang melewati jam tertentu di kawasan jalan protokol di Jakarta. Secara cerdik pihak produsen kosmetika (shampoo) menggunakan kata-kata ”Dimension three in one” yang akan menambah daya pengenalan tinggi (awareness). 2.3.3.3.
Teknik Intergratif (integratif)
Teknik ini bagaimana untuk menyatukan diri (komunikator) kepada khalayaknya secara komunikatif dengan mengucapkan kata-kata: ”kita, kami, anda sekalian atau untuk Anda, dan sebagainya”, yang artinya mengandung makna bahwa yang disampaikan pihak komunikator bukan untuk kepentingan dirinya atau perusahaannya, atau bukan untuk mengambil keuntungan sepihak, tetapi mengambil manfaat secara bersama, demi untuk kepentingan bersama. 2.3.3.4.
Teknik Ganjaran (pay off technique)
Teknik ganjaran bermaksud untuk mempengaruhi komunikan dengan suatu ganjaran (pay off) atau menjanjikan sesuatu dengan “iming-iming hadiah”, dan lain sebaaginya dengan dua kemungkinan : 1. bisa berupa benefit (manfaat), kegunaan, dan lain sebagainya;
44
2. bisa berupa ancaman, kekhawatiran, dan suatu yang menakutkan. Bedanya, untuk pertama adalah berupaya menumbuhkan kegairahan dan menitikberatkan emosional (emotional appeal) dan yang kedua, yakni untuk membangkitkan rasa takut, ketegangan, atau kekhawatiran bila hal tersebut atau tertentu bisa terjadi di kemudian hari. 2.3.3.5.
Teknik Penataan Patung Es (icing technique)
Hal ini merupakan suatu upaya dalam menyampaikan pesan (message) suatu kampanye sedemikian rupa dan sebagainya. Icing technique merupakan to ice atau menata balok es yang dibentuk sedemikian rupa dan dibuat menjadi menarik, misalnya menggambarkan sepasang pengantin, burung garuda, dibantu dengan pencahayaan yang berwarna-warni sehingga menarik perhatian. Di dalam kampanye diperlukan suatu seni menata pesan dengan menggunakan ”imbauan emosional”. Misalnya ”enak dibaca dan perlu” atau ”pas di kaki pas di hati, dan pas dikantong”, ”Reputasi karena prestasi”, dan sebagainya. 2.3.3.6.
Memperoleh Empathy (empathy)
Suatu teknik berkampanye dalam menempatkan diri dalam posisi komunkan, ikut merasakan dan ”peduli” situasi atau kondisi pihak komunikan. Biasanya dalam public relations dikenal dengan social responsibility and humanity relations. 2.3.3.7.
Teknik Koersi atau Paksaan (coersion technique)
Dalam komunikasi melakukan kampanye lebih menekankan suatu ”paksaan” yang dapat menimbulkan rasa ketakutan atau kekhawatiran bagi pihak komunikan yang tidak mau tunduk melalui suatu ancaman tertentu.
45
Setiap tindakan kampanye pada prinsipnya adalah tindakan persuasi Tentang bagaimana kampanye dapat membentuk opini publik, menyamakan persepsi dan paradigma. Sehingga point of view yang sama dapat dihasilkan, yang nantinya diaplikasikan dalam tindakan. Meski inti kampanye adalah persuasi, namun tindakan persuasif dalam kampanye berbeda dengan tindakan persuasif perorangan. Sekurang-kurangnya ada empat aspek dalam kegiatan kampanye persuasif yang tidak dimiliki tindakan persuasif perorangan, yakni: 39 a. Kampanye secara sistematis berupaya menciptakan “tempat” tertentu dalam pikiran khalayak tentang produk, kandidat, atau gagasan yang disodorkan. b. Kampanye berlangsung dalam berbagai tahapan mulai dari menarik perhatian khalayak untuk bertindak, hingga akhirnya mengajak mereka melakukan tindakan nyata. c. Kampanye juga mendramatisasi gagasan-gagasan yang disampaikan pada khalayak dan mengundang mereka untuk terlibat baik secara simbolis maupun praktis, guna mencapai tujuan kampanye. d. Kampanye juga secara nyata menggunakan kekuatan medai massa dalam upaya menggugah kesadaran hingga mengubah perilaku khalayak. Kampanye pada umumnya dengan batasan waktu tertentu. Kegiatannya melibatkan beberapa aspek bidang kehidupan. Misalnya dari sisi perekonomian, biaya kampanye harus dapat direncanakan dengan matang, sehingga kampanye dapat mencapai efisiensi dan efektifitas biaya yang ditentukan dan dengan waktu yang dikeluarkan bisa sesuai secara ekonomis dan jadwal yang sudah ditetapkan.
39
Antar Venus. Op Cit. 29.
46
Mengacu pada teori – teori model kampanye dan teknik kampanye yang telah diuraikan diatas, pada permasalahan yang ada model paling sesuai dijalankan adalah Model kampanye The Communicative Functions Model, dengan pendekatan teknik kampanye penggunaan Empathy, yaitu mengambil empati masyarakat dengan program-program sosial yang dijalankan.
2.3.4. Kampanye PR Kampanye public relations (PR campaign) dalam arti sempit bertujuan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan khalayak sasaran (target audience) untuk merebut perhatian serta menumbuhkan persepsi atau opini yang positif terhadap suatu kegiatan dari suatu lembaga atau organisasi (corporate activities) agar tercipta suatu kepercayaan dan citra yang baik dari masyarakat melalui penyampaian pesan secara intensif dengan proses komunikasi dan jangka waktu tertentu yang berkelanjutan. Dalam arti lebih umum atau luas, kampanye public relations tersebut memberikan penerangan terus-menerus serta pengertian dan memotivasi masyarakat terhadap suatu kegiatan atau program tertentu melalui proses dan teknik komunikasi yang berkesinambungan dan terencana untuk mencapai publisitas dan citra yang positif. 40 Metode kampanye public relations dilakukan secara berrencana, sistematis, memotivasi, psikologis, dan dilakukan berulang-ulang serta secara kontinu (repetition and continue). Sebaliknya, jika kampanye tersebut dilakukan secara isidentil atau hanya dilakukan sekali, tertentu dan terbatas, maka hal ini
40
Rosady Ruslan, Op.cit. 66
47
jelas tidak bermanfaat atau kurang berhasil untuk menggolkan suatu tema, materi dan tujuan kampanye. 41 Pada era pemilihan wakil rakyat secara langsung saat ini, banyak orangorang baik yang sudah terjun lama di dunia politik maupun yang dadakan, berlomba-lomba maju ke arena meramaikan kancah politik ditanah air. Bagi calon kandidat pilkada yang sudah lebih dulu terjun ke dunia politik akan lebih mudah mendapatkan suara karena masyarakat sudah mengenalnya dan juga sudah dapat mengetahui track record nya, namun bagi kandidat yang baru melangkahkan kaki diajang politik, pembentukan citra diri, dan sosialisasi baik program terutama sosialisasi diri (who we are) adalah yang utama yang harus dilakukan. Kampanye PR inilah yang berperan penting dalam mewujudkan tujuan tersebut. Adapun media umum yang lazim digunakan dalam berkampanye sebagai alat maupun saluran untuk penyebaran pesan atau informasi kepada khayalak contohnya melalui pemasangan baliho, poster, spanduk, umbul-umbul, bendera, penyebaran selembaran (flier), brosur, penayangan iklan baik dimedia elektonik maupun media massa dengan press release, bahkan sampai pada bentuk pembuatan souvenir seperti kaos, pin, jaket, mug, dll yang dijadikan alat sosialisasi diri dalam kampanye.
2.4.
Strategi
2.4.1. Pengertian Kata ”Strategi” memang sering kali dikaitkan dengan pertempuran, pertandingan, maupun pertarungan menghadapi atau melawan sesuatu. Kesalahan 41
Ibid. 68
48
dalam menyusun strategilah yang seringkali menjadi alasan penyebab kegagalan memenangkan pertandingan.
Strategi juga bisa menjadi salah satu indikasi
bagaimana kita akan mencapai suatu tujuan. Lalu apakah sebenarnya yang dimaksud dengan Strategi tersebut?. Banyak pendapat yang mendefinisikan strategi, seperti: ”Strategi adalah tindakan spesifik yang akan dilakukan untuk mencapai hasil yang diinginkan”.42
Atapun seperti pendapat Henry Mintzberg yang mendefinisikan
strategi sebagai 5P, yaitu: strategi sebagai PERSPECTIF, strategi sebagai POSISI, strategi sebagai PERENCANAAN, strategi sebagai POLA kegiatan, dan strategi sebagai “PENIPUAN” (Ploy) yaitu muslihat rahasia. Sebagai Perspektif, di mana strategi dalam membentuk misi, misi menggambarkan perspektif kepada semua aktivitas. Sebagai Posisi, di mana dicari pilihan untuk bersaing. Sebagai Perencanaan, dalam hal strategi menentukan tujuan performansi perusahaan. Sebagai Pola kegiatan, di mana dalam strategi dibentuk suatu pola, yaitu umpan balik dan penyesuaian.43 Dari berbagai pengertian dan definisi mengenai strategi, secara umum dapat didefinisikan bahwa strategi itu adalah rencana tentang serangkaian manuver, yang mencakup seluruh elemen yang kasat mata maupun yang tak-kasat mata, untuk menjamin keberhasilan mencapai tujuan.44 Dalam kaitannya dengan Pilkada, strategi memegang peranan penting sebagai upaya memenangkan pemilihan. Strategi komunikasi yang jitu dari 42
Anne Marie Grey & Kim Skildum-Reid, Event Sponsorship, Jakarta: PPM, Februari 2006, hlm 48
43
Efendi Arianto, Pengertian Strategi, http://strategika.wordpress.com/2007/06/24/pengertianstrategi/ , 24 Juni 2007 44
Ibid. 24 Juni 2007
49
seorang kandidat Pilkada sangat menentukan pencapaian tujuan, karena memang melalui komunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung itulah cara yang paling tepat dalam menyampaikan pesan-pesan politik kepada khalayak sasaran.
50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Sifat Penelitian Sifat penelitian ini adalah desktiptif dengan pendekatan kualitatif. Dalam hal ini penelitian ini akan menjelaskan secara gamblang visi-misi calon Wakil Bupati dan strategi yang akan dilancarkan dalam pilkada, tanpa ada muatan politik dari salah satu calon yang berkepentingan. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam penelitian status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Ciri-ciri metode deskriptif secara harafiah adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situsi atau kejadian, sehingga metode ini berkendah mengadakan akumulasi data dasar belaka. Namun, dalam pengertian metode penelitian yang lebih luas, penelitian deskriptif mencakup metode penelitian yang lebih luas di luar metode sejarah dan eksperimental, dan secara lebih umum sering diberi nama, metode survei. Kerja peneliti, bukan saja memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi juga menerangkan hubungan, menguji hipotesis-hipotesis, membuat prediksi serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan. Dalam
51
mengumpulkan data digunakan teknik wawancara, dengan menggunakan schedule questioner ataupun interview guide. 45 Sedangkan Denzin dan Lincoln menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada, agar hasilnya dapat digunakan untuk menafsirkan fenomena dan yang dimanfaatkan untuk penelitian kualitatif adalah berbagai macam metode yang biasa dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen.46
3.2. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (case study) dan studi pustaka sebagai salah satu jenis penelitian deskriptif. Studi kasus, atau penelitian kasus (case study), adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenan dengan suatu fase atau khas dari keseluruhan personalitas. Subjek penelitian dapat saja individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat. Penelitian ini mempelajari secara intensif latar belakang serta interaksi lingkungan dari unit-unit sosial yang menjadi subjek. Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter dari sifat-sifat khas di atas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum.47 Hasil dari penelitian kasus merupakan suatu generalisasi dari pola-pola kasus yang tipikal dari individu, kelompok, lembaga, dan sebagainya. Tergantung 45
Moh. Nazir, Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. 2003. hlm 55 J. Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosda Karya. Bandung. 2005. hlm. 5
46
47
Moh. Nazir. Op.cit. 57
52
dari tujuan, ruang lingkup dari studi dapat mencakup segmen atau bagian tertentu atau mencakup keseluruhan siklus kehidupan dari individu, kelompok dan sebagainya, baik dengan penekanan terhadap faktor-faktor kasus tertentu, ataupun meliputi keseluruhan faktor-faktor dan fenomena-fenomena.48
3.3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data akan dilaksanakan melalui dua cara, yaitu; 1) Primer, yaitu melalui wawancara 2) Sekunder, yaitu dengan melakukan studi pustaka 3.3.1. Teknik Pengumpulan Data Primer (melalui wawancara) Secara garis besar ada dua macam pedoman wawancara : 1. Pedoman wawancara terstuktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list.
Pewawancara tinggal
membubuhkan tanda a (check) pada nomor yang sesuai. 2. Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja kreativitas pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis pedoman ini lebih banyak tergantung dari pewawancara. Pewawancaralah sebagai pengemudi jawaban responden. Jenis interview ini cocok untuk penelitian kasus.49 Namun untuk penelitian yang dijalankan penulis, metode penguumpulan data primer yang dilakukan adalah melalui wawancara tidak terstruktur, dimana penulis akan mengembangkan sendiri dari pointer-pointer yang sudah disiapkan.
48
Ibid. 57 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka Cipta. Jakarta.2002. edisi revisi V. Hlm. 202
49
53
3.3.2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder Bahan Pustaka yang disebut juga sebagai data sekunder terutama dapat diperoleh dari sebuah tulisan, jurnal, artikel atau juga pada buku.
3.4. Key Informan atau Nara Sumber (subyek penelitian) Dalam penelitian ini yang menjadi key informan atau nara sumber yang dianggap paling kompeten adalah calon Wakil Bupati itu sendiri yang akan diangkat menjadi objek penelitian yaitu; Hj. Airin Rachmi Diany, SH, MH sebagai satu-satunya kandidat wanita dari kalangan profesional. Selain itu untuk mendapatkan pandangan dan pendapat lain dari pihak yang dapat melihat secara lebih objektiv, narasumber kedua adalah Bapak H. Agus Raharjo, SE, AK, MBA sebagai yang menjabat sebagai Ketua Harian Panitia Anggaran DPRD Banten.
3.5.
Definisi Konsep dan Fokus Penelitian
3.5.1. Komunikasi Politik Seperti sudah dijelaskan pada Bab I diatas bahwa studi komunikasi politik mencakup dua disiplin dalam ilmu-ilmu sosial yaitu; ilmu politik dan ilmu komunikasi. Komunikasi politik itu sendiri bila di definisikan secara sederhana adalah penyampaian pesan-pesan politik dari komunikator kepada komunikan dengan menggunakan media/sarana tertentu.50 Ilmuwan Politik Mark Roelofs mengatakan dengan cara sederhana, ”Politik adalah pembicaraan; atau lebih tepat, kegiatan politik (’berpolitik’) adalah
50
Fisip e-learning community, Pendahuluan Ilmu Politik, http://fisipol.ekom.umy.ac.id/course/view.php?id\=21week=2
54
berbicara”. Ia juga menekankan bahwa politik tidak hanya pembicaraan, juga tidak semua pembicaraan adalah politik. Akan tetapi, ”hakikat pengalaman politik, dan bukan hanya kondisi dasarnya, ialah bahwa ia adalah kegiatan berkomunikasi antara orang-orang”.51 Definisi komunikasi politik yang lain adalah yang dikemukakan oleh Richard Fagen, yang mengatakan bahwa komunikasi politik adalah kegiatan komunikasi yang terdapat dalam suatu sistem politik yang mempunyai dampak secara aktual dan potensial. 52 Komunikasi politik memiliki unsur/komponen yang sama dengan komunikasi secara umum, yaitu adanya komunikator, pesan, saluran, komunikan, dan efek. Tujuan mahasiswa ataupun seorang praktisi politik/politikus mempelajari komunikasi politik adalah untuk memahami pelbagai bentuk sikap/tindakan penguasa atau lawan politik dalam bidang komunikasi/pers dan akibat-akibat yang ditimbulkan agar mampu menganalisis sikap penguasa dalam situasi dan kondisi tertentu. Strategi komunikasi yang biasanya menjadi andalan para politikus atau pemegang kekuasaan bertujuan mendekati dan mengambil hati rakyat (get the mind and heart of the people). Tidak heran bila fenomena strategi komunikasi politik ini menjadi suatu kajian yang banyak dipelajari. Banyak bermunculannya pakar ahli dalam komunikasi politik seperti Effendi Ghazali, dan Dr.J.Kristiadi, menandakan pentingnya ilmu komunikasi politik dalam sistem politik suatu negara . 51
Dan Nimmo, Komunikasi Politik, Komunikator, Pesan, dan Media. Trans. Tjun Surjaman. ed. Jalaluddin Rakhmat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Juni 2005. hlm 8. Reprint.
52
Riswandi, Komunikasi Politik. Jakarta: Graha Ilmu. 2009. hlm 4
55
Komunikasi politik juga mengkaji satu-persatu ke lima elemen pokok dalam komunikasi, yaitu; 1). Komunikator Politik, 2). Pesan Politik, 3). Media Politik. 4). Khalayak Politik, dan 5). Efek Politik. Pentingnya mengkaji elemen dalam komunikasi politik ini sama pentingnya dalam kajian elemen komunikasi secara umum. Penguasaan selain dalam bidang ilmu sosial, para ahli komunikasi politik juga dituntut untuk menguasai bidang ilmu politik. Ada baiknya kita menguraikan satu-persatu ke lima elemen komunikasi politik ini.
3.5.2. PR Politik Jabatan PR hampir didapati diseluruh bidang, tidak terkecuali dalam politik. Walaupun pada kenyataannya, masih banyak praktisi PR yang menghindari bidang politik sebagai jalur karirnya. Meskipun saat ini dalam fenomena global, akar PR politik berasal dari Amerika. Pada tahun 1920-an, Water Lippman menggambarkan munculnya kelas profesional baru tentang Publicists dan Press Agent yang berdiri diantara politikus Amerika dan media.53 Praktisi PR politik adalah seseorang yang dapat memupuk hubungan kepercayaan (trustworthy) dengan pasar atau publik audiens (dalam hal ini yang berkaitan dengan politik).
Bila dalam suatu kampanye politik Promosi adalah unsur
komunikasi dalam Bauran Pemasaran (Marketing Mix), yang fungsinya adalah (selling). Sedangkan Public Relations menyandang fungsi menegakkan atau membangun citra (image building). Dalam berkampanye, Suatu Partai Politik dapat menempuhnya melalui jalan promosi atau PR yang menjadi bagian dalam tim sukses. Jika yang ingin 53
P. Eric Louw, The Media and Political Process. Inggris: Athenaeum Press. Gateshead. 2005. hlm.144:145.
56
diraihnya adalah citra yang menguntungkan, maka jalan yang sebaiknya ditempuh adalah melalui jalur PR. Sedangkan, jika yang ingin diraihnya adalah menjual suatu konsep atau gagasan, sebaiknya ia menempuh jalur promosi salah satu caranya dengan beriklan pada media massa.
3.6.
Fokus Penelitian Fokus penelitian dalam penulisan ini adalah mengetahui bagaimana
Strategi Kampanye Public Relations yang dijalankan dan cara-cara berkomunikasi dalam berkampanye yang digunakan calon wakil Bupati Kabupaten Tangerang dalam Pilkada. Penelitian mengenai strategi kandidat wakil Bupati Tangerang dalam berkampanye dari model kampanye itu sendiri serta teknik-teknik berkampanye yang menerapannya ditinjau dari teori yang ada, yaitu: A. Model kampanye itu adalah sebagai berikut: a)
Model Komponensial Kampanye
b)
Model Kampanye Ostergaard
c)
The Five Functional Stages Development Model
d)
The Communicative Functions Model
e)
Model Kampanye Nowak dan Warneryd
f)
The Diffusion of Innovations Model
B. Kampanye dapat dikombinasikan dengan salah satu tehnik berkampanye yaitu; a)
Partisipasi (participating)
b)
Assosiasi (associating)
c)
Teknik Intergratif (integratif)
57
d)
Teknik Ganjaran (pay off technique)
e)
Teknik Penataan Patung Es (icing technique)
f)
Memperoleh Empathy (empathy)
g)
Teknik Koersi atau Paksaan (coersion technique)
C. Peranan Public Relations dalam Pilkada
3.7.
Analisis Data Analisis data kualitatif yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah
upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Prosesnya berjalan sebagai berikut :
Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.
Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtiar, dan membuat indeksnya.
Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.
Adapun tahapan-tahapan analisis data adalah sebagai berikut: 1) Membaca/mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada dalam data.
58
2) Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang berasal dari data. 3) Menuliskan ‘model’ yang ditemukan. 4) Koding yang telah dilakukan. Dari definisi-definisi tersebut dapatlah dipahami bahwa ada yang mengemukakan proses, ada pula yang menjelaskan tentang suatu komponen-komponen yang perlu ada dalam sesuatu analisis data.54
54
J. Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosda Karya. Bandung. 2005. hlm. 248
59
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Objek Penelitian 55 4.1.1. Selayang Pandang Kabupaten Tangerang Kabupaten Tangerang termasuk salah satu daerah tingkat dua yang menjadi bagian dari wilayah Propinsi Banten. Terletak pada posisi geografis cukup strategis. Di sebelah utara berbatasan dengan laut Jawa, sebelah timur dengan Jakarta dan Kota Tangerang, di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor. Sedangkan di bagian barat berbatasan langsung dengan Kabupaten Serang. Jarak antara Tangerang dengan pusat pemerintahan Republik Indonesia, Jakarta, sekitar 30 km, yang bisa ditempuh dengan waktu setengah jam. Keduanya dihubungkan dengan lajur lalu lintas darat bebas hambatan Jakarta-Merak yang menjadi jalur utama lalu lintas perekonomian antara Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera. Dari 200 Juta lebih penduduk Indonesia, mayoritas terkonsentrasi di kedua pulau tersebut (Pulau Jawa 120 juta jiwa dan Sumatera 40 juta jiwa). Tol Pertumbuhan penduduk daerah ini cukup pesat. Total penduduk 2.959.600 jiwa, rata-rata pertumbuhan 4,32% per tahun yang didominasi oleh kelompok umur berusia muda. Kelompok umur 0-14 tahun berjumlah 1.195.589 jiwa atau sebesar 40%. Kelompok umur 15-64 tahun sebesar 1.709.158 jiwa atau
55
http://www.tangerangkab.go.id
60
57,6%. Sedangkan pada kelompok umur 65 tahun ke atas sebanyak 65.853 jiwa atau 2,2%. Luas wilayah Kabupaten Tangerang 111.038 ha. Dibagi ke dalam 36 kecamatan dan 316 desa. Keseluruhan kondisi wilayah memiliki topografi yang relatif datar dengan kemiringan tanah rata-rata 0-3% menurun. Ketinggian wilayah sekitar antara 0-85 m di atas permukaan laut. Curah hujan setahun ratarata 1.475 mm dan temperatur udara berkisar antara 23 °C - 33 °C. Iklim ini dipengaruhi oleh wilayah di bagian utara yang merupakan daerah pesisir pantai sepanjang kurang lebih 50 km. Wilayah Tangerang juga dibagi ke dalam tiga wilayah pusat pertumbuhan, yaitu Serpong, Balaraja dan Tigaraksa serta Teluknaga.
4.1.2. Visi dan Misi Kabupaten Tangerang 4.1.2.1.
Visi
”Terwujudnya Masyarakat Tangerang yang Beriman, Maju, Mandiri, Berorientasi Industri dan Berwawasan Lingkungan” Yang dimaksud dengan :
1. Masyarakat kabupaten Tangerang; adalah kelompok orang dengan segala aspek kehidupannya, yang meliputi sikap perilaku dan pola pikir dalam sosial budaya, agama, politik, ekonomi, hukum, ilmu pengetahuan teknologi yang memanfaatkan sumbar daya alam dan sumber daya buatan yang ada di Kabupaten Tangerang; 2. Beriman; adalah percaya, yakin dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan memenuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya
61
serta hidup rukun antar umat manusia.Terpenuhinya kebutuhan manusia dari segi meteri memerlukan penyeimbang dari sisi rohani, sehingga terjamin keseimbangan mental dan spiritual; 3. Maju; berarti cerdas, sehat dan dinamis menuju taraf hidup yang lebih baik, proaktif, kreatif, dan disiplin sesuai dengan fungsi, peran dan kedudukan masing-masing anggota masyarakat; 4. Mandiri; berarti mampu mengatasi permasalahan dan hidup bertanggung jawab dengan tidak ada ketergantungan pada pihak lain atau dikendalikan oleh pihak lain. Visi kemandirian adalah tetap berada koridor Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945; 5. Berorientasi Industri; berarti perilaku yang mengarah pada pertimbangan ekonomis dengan memperhitungkan tenaga, waktu, biaya, dan sumber daya teknologi yang terus berkembang dan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri tapi beriorentasi pasar; 6. Berwawasan
Lingkungan;
berarti
orientasi
pembangunan
mempertimbang-kan kondisi lingkungan yang harus dipatuhi oleh setiap pelaku pembangunan karena pembangunan berwawasan lingkungan akan memberi manfaat bagi kelangsungan hidup dan pembangunan.
4.1.2.2.
Misi
1. Memfasilitasi peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang beriman, sehat, cerdas, produktif, partisipatif dan kompetitif;
62
2. Menciptakan iklim usaha yang kondusif dibidang agrobisnis, manufaktur, dan jasa serta mewujudkan demokrasi ekonomi bagi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah serta sektor informal; 3. Mewujudkan berwawasan
keserasian
dan
keseimbangan
lingkungan
melalui
perencanaan
pembangunan pelaksanaan
yang dan
pengendalian; 4. Mewujudkan pemerintahan yang baik (good government) dan kemandirian otonomi daerah dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia; 5. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat.
Nilai-nilai yang tekandung dalam visi misi dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Ketakwaan; Masyarakat kabupaten Tangerang yang bertakwa merupakan komponen yang sangat penting untuk mewujudkan suatu perubahan yang hakiki dalam mencapai visi misi yang telah ditetapkan; 2. Partisipatif; Rasa tanggungjawab dari semua komponen pemerintahan yang terdiri eksekutif, legislatif dan masyarakat serta swasta berperan serta mengambil bagian mulai dari tahapan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dalam rangka mempercepat tajuan dan sasaran pembangunan yang efisien dan efektif; 3. Transparansi; Merupakan salah satu unsur dari good government yang harus ditingkatkan agar dapat mendorong partisipasi masyarakat dan swasta
63
untuk mencapai suatu kemajuan seperti yang tercantum dalam sasaran dan tujuan pembangunan. 4. Berkelanjutan; Prinsip berkelanjutan dalam aspek lingkungan mengandung makna bahwa pemanfaatan sumber daya alam harus memperhatikan dampak negatif terhadap lingkungan sehingga pembangunan yang akan dipacu tidak hanya untuk kepentingan sesaat.
4.1.3 Letak
Geografis
dan
Cakupan
Wilayah
Kabupaten
Tangerang 4.1.3.1
Letak Geografis Kabupaten Tangerang terletak di Bagian Timur Propinsi Banten pada
koordinat 106°20’–106°43’ Bujur Timur 60°0’ – 6°20’ Lintang Selatan. Dengan batas-batas : 1. Sebelah Utara dengan Laut Jawa; 2. Sebelah Timur dengan Propinsi DKI Jakarta dan Kota Tangerang; 3. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Bogor; 4. Sebelah Barat dengan Kabupaten Serang dan Lebak 4.1.3.2
Wilayah Kecamatan Kabupaten Tangerang terbagi atas 36 wilayah kecamatan dengan
jumlah penduduk masing2 wilayah catatan Februari 2008, yaitu:
No. 1. 2. 3. 4. 5.
Kecamatan Cisoka Solear Tigaraksa Jambe Cikupa
Laki-laki 34.786 34.862 49.959 19.736 95.166
Perempuan 32.325 33.355 47.284 18.773 93.340
Total 67.111 68.217 97.243 38.509 188.506
64
6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36.
Panongan Curug Kelapa Dua Legok Pagedangan Serpong Cisauk Serpong Timur Setu Pamulang Ciputat Ciputat Timur Pondok Aren Pasarkemis Sindang Jaya Balaraja Jayanti Suka Mulya Kresek Gunung Kaler Kronjo Mekar Baru Mauk Kemiri Sukadiri Rajeg Sepatan Sepatan Timur Pakuhaji Teluknaga Kosambi Jumlah
34.509 70.302 68.145 41.227 40.234 50.680 26.589 38.385 25.132 125.886 82.886 80.351 125.667 94.267 34.599 53.334 30.579 26.824 31.732 26.478 28.139 19.241 39.505 21.473 27.831 55.494 38.554 36.911 52.061 64.526 54.551 1.780.601
32.962 67.298 68.523 38.921 39.000 49.675 25.117 39.014 24.029 122.315 78.840 80.053 121.203 94.004 33.065 51.302 29.173 26.143 30.619 25.448 27.686 18.433 38.196 20.629 26.704 53.325 35.942 35.616 49.037 61.231 52.318 1.720.898
67.471 137.600 136.668 80.148 79.234 100.355 51.706 77.399 49.161 248.201 161.726 160.404 246.870 188.271 67.664 104.636 59.752 52.967 62.351 51.926 55.825 37.674 77.701 42.102 54.535 108.819 74.496 72.527 101.098 125.757 106.869 3.501.499
65
4.1.4 Lambang Daerah Seperti halnya dengan daerah-daerah lain pada diseluruh Indonesia, Lambang Daerah merupakan simbolisme karaktertistik dari daerah tersebut, yang mempunyai makna dan srti tersendiri.
1. Lambang daerah berbentuk perisai dengan princian sebagai berikut a. Bagian Atas: Terdiri dari susunan bata merah dengan lima buah puncak b. Bagian Tengah:Dengan warna dasar hijau, terdiri dari empat batang bambu berbentuk persegi panjang berjumlah empat puluh tiga ruas dengan warna kuning emas. Di dalam persegi panjang tersebut terdapat gambar sebuah topi bambu berwarna kuning emas, seuntai buah padi dengan jumlah butir duapuluh tujuh juga berwarna kuning emas dan seuntai bunga kapas berjumlah dua belas dengan warna putih dan tangkai warna hijau. c. Bagian Bawah: Terdiri dari tiga buah garis berombak dan empat garis biru berombak. 2. Motto "Satya Karya Kerta Raharja" warna putih ditulis pada pita warna coklat, kedua ujungnya dilipat terletak di bawah perisai.
66
Arti Lambang Daerah
1. Arti Warna dan Lambang Daerah a. Warna Merah mempunyai arti Semangat dan Keberanian b. Warna Hijau mempunya arti Kemakmuran dan Kesuburan c. Warna Kuning Emas mempunyai arti Keadilan, Wibawa dan Keagungan d. Warna Putih mempunyai arti Kesucian dan Kebersihan e. Warna Biru mempunyai arti Kesetiaan dan Kebijaksanaan f. Warna Coklat mempunyai arti Kedewasaan g. Warna Hitam mempunyai arti Keteguhan dan Ketabahan 2. Arti Gambar dan Lambang Daerah a. Bagian Atas: Puncak perisai lima buah berlambang Pancasila yang menjadi dasar negara Republik Indonesia. Susunan bata merupakan lambang benteng pertahanan yang mengingatkan kita kepada kepahlawanan rakyat Kabupaten Tangerang, Jumlah bata melambangkan tanggal, bulan dan tahun proklamasi kemerdekaan negara Republik Indonesia yaitu tanggal tujuh bela, bulan delapan, tahun empat lima. b. Bagian Tengah: 1) Jumlah butir pada, bunga kapas dan ruas bambu melambangkan tanggal, bulan dan tahun jadi Pemerintah Kabupaten Tangerang yaitu: a) Dua puluh tujuh butir padi melambangkan tanggal dua puluh tujuh, b) Dua belas bunga kapas melambangkan bulan dua belan, c) Empat puluh tiga ruas bambu melambangkan tahun empat puluh tiga.
67
Hari jadi Kabupaten Tangerang adalah tanggal dua puluh tujuh, bulan
Desember tahun seribu sembilan ratus empat puluh tiga atau 27-
12-1943. 2) Topi bambu melambangkan hasil kerajinan dan industri Kabupaten Tangerang. c. Bagian bawah: 1) Garis putih berombak melambangkan bahwa Kabupaten Tangerang dilintasi oleh sungai-sungai besar. 2) Garis biru berombak melambangkan laut, dimana Kabupaten Tangerang merupakan daerah pantai.
4.1.5 Pemerintahaan Berdasarkan peraturan-peraturan daerah Kabupaten Tangerang yang terbaitkan selama kurun waktu tahun 1998/1999 - 2003 dan perubahanperubahannya, telah di terapkan organisasi, kewenangan dan tugas dari unit-unit yang membantu kelancaran pelaksanaan tugas-tugas kepala daerah yang terdiri dari :
1. Sekertariat Daerah 2. Badan Daerah 3. Dinas Daerah 4. Kantor Daerah 5. Unit /Instansi di lingkungan Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Kecamatan, dan RSUD Kabupaten Tangerang.
68
4.1.6 Struktur Pemerintahan Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten Tangerang telah mengalami perubahan beberapa kali yang disesuaikan dengan dinamika dan kepentingan pelaksanaan pemerintahan. Tahun 2006, struktur organisasi yang dijalankam masih berdasarkan Perda Kabupaten Tangerang No. 16 Tahun 2004 yang menetapkan susunan organisasi, kewenangan dan tugas dari unit-unit ayng membantu kelancaran pelaksanaan tugas-tugas kepala daerah yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Kecamatan. Dalam peraturan ini dibentuk juga Sekretariat DPRD, Satuan Polisi Pamong Praja dan Rumah Sakit Umum Daerah.
1. Sekretariat Daerah Dengan Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 2 Tahun 2008, dibentuk Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Banten.
Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut Sekretariat DPRD adalah Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Banten.
Sekretariat DPRD merupakan unsur pelayanan terhadap Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Sekretariat DPRD dipimpin oleh seorang Sekretaris Dewan yang secara teknis operasional berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Pimpinan DPRD dan secara administratif bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.
69
Sekretariat DPRD mempunyai tugas pokok menyelenggarakan administrasi kesekretariatan, administrasi keuangan, mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD dan menyediakan serta mengkoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD sesuai dengan kemampuan keuangan daerah.
SUSUNAN ORGANISASI Susunan organisasi Sekretariat DPRD terdiri dari: a. Sekretaris DPRD
b. Bagian Perundang-undangan, membawahkan: 1. Sub Bagian Kajian Hukum; 2. Sub Bagian Perancangan Produk Hukum; 3. Sub Bagian Dokumentasi dan Informasi Hukum.
c. Bagian Persidangan, membawahkan: 1. Sub Bagian Humas dan Protokol; 2. Sub Bagian Alat Kelengkapan dan Tenaga Ahli DPRD; 3. Sub Bagian Rapat dan Risalah.
d. Bagian Keuangan, membawahkan: 1. Sub Bagian Penyusunan Program dan Anggaran; 2. Sub Bagian Verifikasi dan Pembukuan; 3. Sub Bagian Perbendaharaan.
e. Bagian Umum, membawahkan: 1. Sub Bagian Tata Usaha dan Kepegawaian; 2. Sub Bagian Perlengkapan 3. Sub Bagian Rumah Tangga.
f. Jabatan Fungsional.
70
2. Dinas Daerah Dinas Daerah merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah yang di pimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dinas Daerah ini melaksanakan tugas dan fungsi operasional untuk bidang-bidang tertentu seperti Pendidikan dan Kebudayaan, Kependudukan, Tenaga Kerja, Kesehatan, Perhubungan, Pertanian, Perikanan, Kelautan, Perdagangan, Industri dan Koperasi, Tata Ruang dan Bangunan, Pariwisata, Lingkungan Hidup, Bina Marga dan Pengairan, Pertamanan dan Kebersihan.
3. Lembaga Teknis Daerah Lembaga Teknis Daerah merupakan badan/kantor yang di kepalai oleh seorang kepala Badan/Kepala Kantor sebagai unsur penunjang yang membantu Bupati dalam penyelenggaran pemerintah daerah untuk bidang bidang tertentu. Kepala Badan/Kepala Kantor berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Beberapa lembaga teknis yang terdapat dalam pemerintah Kebupaten Tangerang mencakup Badan Pengelola Keuangan Daerah, Badan Perencana Pembangunan Daerah, Badan Kepegawaian Daerah, Badan Pengawas Daerah, Badan Kordinasi Penanaman Modal Daerah, Kantor Arsip, Kantor PDE, Kantor Perpustakaan, Rumah Sakit Umum Daerah, UPT Kebakaran.
4. Pemerintah Kecamatan Pemerintah Kecamatan merupakan perangkat daerah yang di pimpin oleh seorang Camat yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati
71
melalui Sekretaris Daerah. Organisasi Kecamatan terdiri dari Camat, Sekretariat Kecamatan, dan empat Seksi.
4.1.7 Partai Politik Tercatat resmi dari data di badan kesbang dan linmas, partai politik yang terdaftar provinsi banten tahun 2005 mencapai 50 partai. Belum termasuk tokohtokoh yang berpengaruh seperti Ulama, Tokoh Masyarakat, LSM, Ormas, Organisasi Kepemudaan, Mahasiswa dan lain-lain, yang juga mempunyai andil dalam pesta demokrasi pilkada Banten, Hingga tahun 2005 jumlah organisasi kemasyarakatan telah berkembang menjadi 97 ormas, yang terdiri dari 21 lembaga profesi, 26 lembaga keagamaan dan 50 lembaga swadaya masyarakat, sedangkan pada saat ini partai politik yang tercatat sebagai peserta pemilu 2009 berjumlah 34 partai. 56 Pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah untuk periode Masa Bakti Tahun 2008 – 2013 adalah Pemilihan Bupati yang ke ........ dengan pejabat terdahulu (incumbent) adalah Drs. H. Ismet Iskandar sebagai Bupati dan Norodom
Soekarno
sebagai
Wakil
Bupati.
Berikut
adalah
tahapan
Penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tangerang periode Tahun 2008 – 2013.
56
www.banten.go.id
72
4.1.8. Penyelengaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tangerang untuk Masa Bakti 2008-2013 4.1.8.1.Tahapan Penyelengaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah danWakil Kepala Daerah Kabupaten Tangerang untuk Masa Bakti 2008-2013 57 NO
KEGIATAN
I
PERSIAPAN Penyusunan dan Penetapan Juklak/Juknis Inventarisasi dan Penyusunan standarisasi logistik Pembuatan desain alat peraga sosialisasi Pembentukan Panitia Pengawas Pembentukan Pokja, Tim dan Panitia Pendaftaran dan Penetapan Pemantau Pembentukan dan Pelantikan PPK Pembentukan dan Pelantikan PPS Bimbingan teknis pengelola keuangan Launching dan Penyerahan juklak/juknis kepada DPRD Rapat Kerja Pembuatan media center Perakitan kotak suara PELAKSANAAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 II 1
57
MULAI
JADWAL WAKTU SELESAI KETERANGAN
1/8/2007
10/8/2007
KPUD
4/8/2007
31/08/2007
KPUD
4/8/2007 31/08/2007 6/8/2007 31/08/2007 2/8/2007 5/8/2007 6/8/2007 31/08/2007 3/8/2007 15/08/2007 18/08/2007
KPUD KPUD KPUD KPUD KPUD, PPK KPUD, PPK KPUD
23/08/2007 18/08/2007 6/8/2007 6/8/2007
KPUD KPUD, PPK KPUD KPUD
1/9/2007
31/12/2007
2
Sosialisasi Proses administrasi pengadaan barang dan jasa
1/9/2007
31/12/2007
3
Pendaftaran dan Penetapan Pemilih
1/9/2007
1/2/2008
4
1/10/2007
11/11/2007
5 6
Pencalonan Pencetakan Daftar Pasangan, Calon, surat suara, formulir dan kelengkapan administrasi di TPS Sortir dan pelipatan surat suara
7
Pendistribusian logistik
4/11/2007 23/12/2007 24/12/2007 31/12/2007 1/1/2008
19/01/2008
KPUD, PPK, PPS KPUD KPUD, PPS, PPK/Dinas Dukcapit, Petugas, RT/RW KPUD, Tim Dokter, Pasangan Calon
KPUD KPUD KPUD, PPK, PPS
Politik dan Hukum , Tahapan Penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tangerang untuk Masa Bakti 2008-2013, Suara Tangerang (Edisi I Tahun I 2007). Tangerang. 2007, hlm 28-29
73
II.A Putaran Pertama
1
Kampanye
3/12/2007
2 3
Masa Tenang Pemungutan dan Penghitungan Suara
17/01/2008 19/01/2008
a. Persiapan
20/12/2007 19/01/2008
b. Pelaksanaan
20/01/2008 26/01/2008
c. Penyelesaian Pengajuan pengesahan, pengangkatan, dan pelantikan Pelantikan Putaran Kedua Penetapan dan pengumuman Nama dan Nomor Urut Pasangan Calon Pencetakan Daftar Pasangan Calon, surat suara, formulir dan kelengkapan administrasi di TPS
26/01/2008 14/02/2008
PPS, KPPS, PPK, KPUD KPPS, KPUD, PPS, PPK KPUD, Pasangan Calon/Tim Kampanye, MA/PT
1/2/2008 21/02/2008 22/03/2008 22/03/2008
DPRD Mendagri
27/01/2008 27/01/2008
KPUD
4 5 II.B 1
2 3 4 5 6
7 8 III 1 2 3
Distribusi Logistik Kampanye (penajaman visi, misi dan program) Masa Tenang Pemungutan dan Penghitungan Suara
12/2/2008
KPUD, Pasangan Calon/Tim Kampanye, Panwasda dan Pemantau, Akuntan Publik Tidak ada kegiatan kampanye
28/01/2008
11/2/2008
12/2/2008
23/02/2008
5/2/2008 20/02/2008 21/02/2008 23/02/2008
a. Persiapan
11/2/2008
23/02/2008
b. Pelaksanaan
24/02/2008
1/3/2008
2/3/2008
20/03/2008
c. Penyelesaian Pengajuan pengesahan, pengangkatan, dan pelantikan Pelantikan Penyelesaian Penarikan logistik Pembubaran panitia pelaksanaan pemilu Evaluasi penyelenggaraan
KPUD KPUD, PPK, PPS Pasangan Calon
KPPS, PPS, KPPS, KPUD KPPS, PPS, PPK, KPUD KPUD, Pasangan Calon/Tim Kampanye, MA/PT
7/3/2008 21/03/2008 22/03/2008 22/03/2008
DPRD Mendagri
15/02/2008 21/03/2008
KPUD
26/03/2008 29/03/2008 30/03/2008 31/03/2008
KPUD, PPK KPUD
74
4.1.8.2. Biodata Kandidat Calon-calon Bupati dan Wakil Bupati Tangerang Periode 2008 – 2013 58 Biodata Calon Bupati dan Wakil Bupati Tangerang tahun 2008, yang dikeluarkan oleh KPU Kabupaten Tangerang adalah sebagai berikut : A. NAMA PARTAI PENGUSUNG : PARTAI GOLKAR, PDIP, PPP, PAN, PKPI, PPDI, PNBK, PATRIOT, PPDK, PBSD, PPIB, PNI, MARHAENIS, PPD, PELPOR DAN PARTAI MERDEKA
Nama Calon Bupati Jenis Kelamin Tempat tanggal lahir Alamat
: : : :
Drs. H. Ismet Iskandar Laki-laki Rangkas Bitung, 02 Mei 1948 Giri Loka III Sektor IV NO. 17 RT 01/01 Lengkong Wetan SERPONG TANGERANG
Nama Calon Wakil Jenis Kelamin Tempat tanggal lahir Alamat
: : : :
H. Rano Karno Laki-laki Jakarta, 08 Oktober 1960 Jl. Karang Asri VII/IA RT.13/03 Kelurahan Lebak Bulus Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan.
Alamat Posko Kampanye
: Jl. Kelapa Puan Raya Gading Serpong-Tangerang Tlp. 081524521007
B. NAMA PARTAI PENGUSUNG : PARTAI DEMOKRAT DAN PKB
Nama Calon Bupati Jenis Kelamin Tempat tanggal lahiR Alamat
58
: : : :
Drs. H. Usamah Hisyam Laki-laki Surabaya, 14 Mei 1963 Kompleks Puspitaloka Sektor III.2 Teratai II Blok 1.4 Kav. 14-15 Bumi Serpong TANGERANG
http://www.kpukabtangerang.org/downloads.php
75
Nama Calon Wakil Jenis Kelamin Tempat tanggal lahir Alamat
: : : :
Drs. H. Habib Ali Alwi Al Husainy Laki-laki Ambon, 2 September 1967 Kp. Perigi RT.18/05 NO. 85 Kelurahan Lengkong Wetan Kecamatan Serpong Kabupaten Tangerang
Alamat Posko Kampanye
: Jl. Benda Permai Raya Blok F1 No. 26 Pamulang Permai II, Pamulang-Tangerang, Telp. 021 70469188, 021 71547826, fax. 021 74630523
C. NAMA PARTAI PENGUSUNG : PKS, PBR, PKPB, PPNUI, PSI, PBB
Nama Calon Bupati Jenis Kelamin Tempat Tanggal Lahir Alamat
: : : :
H. Jazuli Juwaini, Lc, MA Laki-laki Bekasi, 02 Maret 1968 Jl. Parkit No. 10 RT. 04/04 Kelurahan Sawah, Kecamatan Ciputat Tangerang
Nama Calon Wakil Jenis Kelamin Tempat Tanggal Lahir Alamat
: : : :
Hj. Airin Rachmi Diany, SH, MH Perempuan Banjar, Ciamis 28 Agustus 1976 Komplek Perumahan Alam Sutera, Cluster Narada Jl. Narada V No. 6 Kelurahan Kulonan Kec. Serpong – Tangerang
Alamat Posko Kampanye
: Ruko Golden Mardid II Blok F10 Telp. 021 5378673, fax. 021 5378573, BSD City Kabupaten Tangerang.
76
4.1.9. Calon Wakil Bupati Hj. Airin Rachmi Diany, SH. MH Bila masyarakat Banten pada umumnya dan Kabupaten Tangerang pada khususnya sudah tidak asing lagi dengan nama Hj. Ratu Atut Chosiyah sebagai Gubernur Banten yang juga merupakan gubernur wanita pertama di Indonesia, tentunya nama wanita yang satu ini juga mulai terdengar di telinga masyarakat Tangerang selain dikenal sebagai adik ipar sang Gubernur, wanita ini mulai menampakkan sosoknya dan melangkahkan kakinya dalam kancah politik lebih jauh dengan mengajukan dirinya sebagai salah satu kandidat pada pemilihan Bupati Tangerang Periode 2008 - 2013 sebagai calon wakil Bupati. Dialah Hj. Airin Rachmi Diany, SH.MH. Sosoknya mulai dikenal masyarakat Tangerang dengan penampilannya baik secara terpisah maupun bersamaan mendampingi sang Calon Bupati H. Jazuli Juwaini, MA di forum-forum publik di seluruh Kabupaten Tangerang. Hj. Airin Rachmi Diany adalah nama baru dalam politik. Terang saja karena langkahnya lebih instens dalam jagat kontes kecantikan. Dalam bidang ini prestasinya cukup gemilang, misalnya Airin terpilih menjadi Mojang Bandung pada tahun 1995. Kemudian pada tahun 1996, Airin terpilih menjadi Putri Pariwisata. Pada tahun yang sama, Airin mengikuti kontes Putri Indonesia dan terpilih menjadi Putri Favorit. Meski lebih banyak bergelut dalam kontes kecantikan, Airin pernah merasakan gegap gempitanya gejolak politik di tanah air. Ketika terjadi peralihan kekuasaan dari era Orde Baru ke reformasi tahun 1998, Airin mengaku pernah aktif berunjuk rasa di depan Gedung Sate, Bandung. Ketika kakak iparnya, Ratu Atut Chosiyah mejadi calon gubernur Provinsi Banten, Airin juga turut andil dalam proses pemenangannya. Nampaknya dari sisi inilah
77
motivasi mengikuti jejak kakak iparnya tertanam dalam dirinya. “Saya mencalonkan diri bukan untuk mencari posisi, namun ingin terlibat langsung dalam membangun Kabupaten Tangerang”, ujar Airin. Posisi Airin sebagai calon wakil Bupati akan mendampingi H. Jazuli Juwaini MA, calon Bupati dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Deklarasi pasangan tersebut dilakukan di Sepatan pada 9 September 2007. Menurut Airin, kondisi pembangunan di Kabupaten Tangerang saat ini sudah cukup bagus, Cuma ada beberapa masalah yang perlu kembali dipikirkan, seperti pembangunan di sejumlah daerah terpencil. “Hal ini perlu ditekankan karena terkait masalah kesejahteraan warga disana”, kata wanita yang mengidolakan mantan Perdana Menteri Inggris, Margareth Tatcher. Sebagai calon wakil Bupati, kini Airin sering meninjau masyarakat di beberapa daerah di Kabupaten Tangerang. Ia mengujungi sejumlah kelompok pengajian di daerah Pakuhaji. Di sana, ungkap Airin, para Ibu menyampaikan berbagai keluh kesah, seperti masalah pendidikan dan kesehatan, karena itulah jika terpilih nanti, Airin berencana untuk membangun sejumlah gedung sekolah dan sarana dan prasarana kesehatan di Kabupaten Tangerang. Gedung sekolah yang dimaksud bukan sekolah yang mewah atau rumah sakit yang bertaraf internasional, tetapi memperbanyak gedung baru, memperbaiki sekolah yang rusak, dan membangun rumah sakit murah untuk masyarakat kebanyakan. “Tak gampang memang, namun harus ada keberpihakkan”, Jelas Airin. 59 Airin adalah sosok perempuan modern yang mengerti betul bahwa emansipasi dan kesetaraan bukan lagi persoalan pelik dan dilematis. 59
Hj. Airin Rachmi Diany Calon Wakil Bupati Tangerang, Fokus Utama, “Ingin Terlibat Dalam Pembangunan Kabupaten Tangerang”, Suara Tangerang (Edisi I Tahun I 2007). Tangerang. 2007, hlm 21
78
Kepemimpinan perempuan bukan sesuatu yang bermasalah. Dalam proporsinya yang seimbang, perempuan tentu tidak terhalang haknya guna tampil ke muka memimpin dan menjadi eksekutor pembangunan. Sosok tokoh wanita seperti Airin akan menyemarakkan pemilihan ditengah-tengah pertarungan Pilkadapilkada yang sudah berjalan yang mayoritas dimonopoli oleh kaum pria. Selain visi dan misinya bersama Calon Bupati H. Jazuli Juwaili, Airin pun mempunyai visi dan misi tersendiri baik yang ditujukan untuk masyarakat maupun untuk diri sendiri, yaitu pilkada ini adalah sebagai media untuk Airin mengabdikan diri kepada Masyarakat dan sebagai pengaktualisasian diri. 60
4.1.9.1.
Riwayat Hidup Hj. Airin Rachmi Diany, SH. MH 61
Nama Tempat/Tgl. Lahir Jenis Kelamin Status Alamat
: Airin Rachmi Diany : Banjar, Ciamis, Jawa Barat, 28 Agustus 1976 : Perempuan : Menikah : Jl. Sutra Narada VB No. 16, Serpong Kabupaten Tangerang
Pendidikan : 1. SDN Cibodas Banjar (1982-1988) 2. SMPN 5 Bandung (1988-1991) 3. SMAN 20 Bandung (1991-1994) 4. Fakultas Hukum UNPAR Bandung (1994-1999) 5. Program Spesialis 1 Notaris UNPAD Bandung (1999-2003) Rumah Tangga Tahun 1997 Nama Suami : H. TB. Chaeri Wardana, B.Bus Anak ke I lahir tahun 1998 : Tb. Ghifari Al Chusaeri Wardana (9), dan Anak ke II lahir tahun 2004 : Ratu Ghefira Marhamah Wardana (3) Pengalaman Organisasi : 1. Pengurus DPP Partai Golkar (POKJA OKK) 2. Ikatan Alumni Notariat UNPAD (IKANO) Bidang Hubungan AntarLembaga 2007-2011 60
Hasil wawancara dengan Hj. Airin Rachmi Diany Calon Wakil Bupati Tangerang Periode 2008-2013 61 Brosur yang dibagikan oleh Tim Sukses Hj. Airin Rachmi Diany selama masa kampanye
79
3. 4. 5. 6.
POKJA Pengwil INI Prov. Banten 2006-2009 POKJA Pengda INI Kab. Tangerang 2006-2009 Pengurus Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Banten Penanggungjawab Konsorsium Bersama Membangun Banten untuk Wilayah Kabupaten Tangerang 7. Anggota Dewan Penasehat Relawan Banten Bersatu (RBB) 8. Anggota Perhimpunan Kaukus Perempuan Peduli Ummat 9. Pengurus Senat Mahasiswa UNPAR (1995) Lain-lain : 1. Putri Pariwisata & Putri Favorite pada pemilihan Puteri Indonesia tahun 1996 2. Mojang Provinsi Jawa Barat tahun 1995 (Juara Ke 1) 3. Mojang dan Jajaka Parahiyangan Kodya Bandung tahun 1995 (Juara Ke 1) 4. PASKIBRAKA Provinsi Jawa Barat tahun 1992 5. Peserta The 2nd Pasific Asia Travel Association Youth Forum 1992
4.2.
Hasil Penelitian Pada bagian ini penulis akan menguraikan mengenai hasil penelitian
berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Hj. Airin Rachmi Diany sebagai Calon Wakil Bupati Tangerang Periode 2008 – 2013. Penulis melakukan proses wawancara secara tertulis dengan mengirimkan draft wawancara melalui surat tertanggal 26 Mei 2008 yang kemudian mendapat jawaban melalui email tertanggal 11 Juli 2008. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Strategi Kampanye Ibu Airin Rachmi Diany sebagai Calon Wakil Bupati dalam Pilkada Bupati Tangerang Periode 2008 – 2013. Wawancara ini dilakukan secara mendalam (indepth) untuk mendapatkan data secara kualitatif dengan metode penilitian studi kasus dan diuraikan secara deskriptif, sebagai berikut :
80
Pengumpulkan Data dan informasi (Fact finding) Motivasi, Visi dan Misi dalam Pilkada Dalam setiap kegiatan Pilkada, Motivasi, Visi dan Misi menjadi hal penting yang pertama ditawarkan oleh para peserta Pilkada sebelum programprogram diluncurkan. Karena alasan tersebut, pertanyaan penulis pertama kepada Ibu Airin Rachmi Diany adalah mengenai motivasi, visi dan misi mencalonkan diri menjadi sebagai wakil Bupati Kabupaten Tangerang periode 2008-2013. Penjelasan Ibu Airin Rachmi Diany mengenai ketiga hal tersebut diatas adalah sebagai berikut :
”Ada dua hal yang mendorong atau memotivasi dalam pencalonan diri saya sebagai wakil bupati; yang pertama pengabdian dan yang kedua sebagai sarana aktiualisasi diri . Kenapa pengabdian? Karena saya yakin bahwa pengabdian merupakan modal dasar atau modal awal yang harus dimiliki oleh seorang kepala daerah maupun birokrat, dengan pengabdian kita akan bisa lebih maksimal dan focus dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, dan menurut saya pelayanan merupakan fungsi dasar dan tugas pokok yang harus dipahami dari seorang kepala daerah dan birokrat, kalau kita sudah bisa memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat, sesungguhnya kita sudah benar-benar berfungsi sebagai seorang kepala daerah dan birokrat.”
”Yang kedua Kenapa sarana aktualisasi? Saya termasuk orang yang meyakini kalau kita ingin maju dan berkembang sebagai manusia maka kita harus berani mengahadapi tantangan hidup, menjadi seorang calon wakil bupati merupakan tantangan tersendiri dalam hidup saya, untuk menjadi seorang calon wakil bupati saya harus mengerahkan seluruh potensi yang ada pada diri saya. proses pengerahan potensi inilah yang saya maksud dengan aktualisasi diri. Terus terang banyak pengalaman dan pelajaran yang sangat berharga yang saya dapat selama proses tersebut. Sehingga ini semua menjadi modal dan bekal agar saya bisa lebih matang,lebih bijak, dan lebih baik lagi dalam menjalankan hidup ini.”
”Untuk visi tentunya saya kedepan ingin melihat masyarakat Kabupaten Tangerang masyarakat yang cerdas, sehat, sejahtera dalam bingkai iman taqwa.”
81
”Dan untuk misi saya tidak akan menjelaskan semua, tetapi secara umum dan prinsip kami akan memberikan pelayanan yang maksimal dan terbaik untuk masyarakat kabupaten Tangerang, terutama yang menjadi prioritas kami adalah dibidang atau sector-sektor yang bersentuhan langsung dengan kebutuhan dasar masyarakat. contohnya, untuk bidang ekonomi kami akan lebih mengutamakan pengembangan UKM (usaha ekonomi menengah) untuk bidang pendidikan, kami akan berusaha semaksimal mungkin memberiakan pelayanan pendidikan sekolah gratis, di bidang kesehatan, kami akan memberikan pelayanan pengobatan gratis di puskesmas-puskesmas yang ada. Dan untuk bidang infrastrutur jalan kami akan focus kepada jalan-jalan poros desa. Dengan harapan akan memberikan akses yang lebih luas bagi masyarakat pedesaan. ini.” 62
Perencanaan (Planning) Perencanaan merupakan usaha untuk mewujudkan sesuatu agar terjadi atau tidak terjadi pada masa depan. Perhitungan tindakan yang akan dilakukan, penggunaan sumber daya manusia yang ada, dan sumber daya financial yang diperlukan menjadi bagian dari perencanaan. Dalam Pilkada perencanaan yang matang, jitu, efisien, dan efektif sangatlah berperan dan akan berdampak besar kepada keberhasilan pemilihan. Strategi-strategi apakah yang dijalankan oleh Ibu Airin Rachmi Diany dalam merencanakan kemenangannya dalam pilkada?. Berikut yang penulis coba uraikan berdasarkan dari hasil wawancara dengan Ibu Airin Racmi Diany.
Strategi yang dijalankan Selama Pilkada Fenomena baru yang terjadi di Indonesia mengenai Pilkada adalah pada system pemilihannya. Sebelum tahun 2005, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih oleh DPRD. Era ini telah berakhir dengan dimulainya system Pilkada yang baru, yaitu pemilihan secara langsung (one man one vote).
62
Hasil Wawancara dengan Hj. Airin Rachmi Diany Calon Wakil Bupati Tangerang Periode 2008 - 2013
82
System pemilihan Pilkada secara langsung dimulai dengan disahkannya PP RI No. 6 Th. 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
63
Tentunya bukan tidak ada nilai plus – minus dengan system Pilkada
langsung seperti sekarang ini. Pilkada langsung di Indonesia yang dimulai Juni 2005 sering dikatakan sebagai “lompatan demokrasi”. Istilah ini bisa diartikan positif maupun negatif. Dalam pengertian positif, Pilkada langsung sebagai sarana demokrasi memberikan kesempatan kepada rakyat sebagai infrastruktur politik untuk memili kepala daerahnya secara langsung melalui mekanisme pemungutan suara. Sarana ini akan membuat keseimbangan dengan suprastruktur politik, karena melalui pemilihan langsung rakyat dapat menentukan jalannya pemerintahan dengan memilih pemimpin yang dikehendaki secara bebas dan rahasia. Dalam pengertian negatif, Pilkada langsung sebagai “lompatan demokrasi” mencerminkan penafsiran sepihak atas manfaat dan proses Pilkada. Proses ini sering dianggap sebagai “pesta demokrasi rakyat” dimana rakyaat berhak untuk berbuat apa saja, termasuk tindakan-tindakan anarki, baik atas inisiatif sendiri maupun yang dimobilisasi oleh kandidat dan pendukungnya atau karena dorongan partai politik sebagai pihak yang mengajukan kandidat tersebut. Eforia ini juga sering direspons khalayak sebagai kesempatan untuk meraih keuntungan materi dalam Pilkada. 64 Bagaimana Ibu Airin menanggapi system pemilihan kepala daerah yang bersifat langsung seperti sekarang ini ?, dan bagaimana strategi Beliau untuk 63
Sinar Grafika, Peraturan Lengkap PILKADA, Jakarta. 2005. hal. 6 Amirudin & Ahmad Zaini Bisri, “Pilkada Langsung; Problem dan Prospek”. Pengantar. J. Kristiadi, Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2006. hal. 1
64
83
dapat memenangkan suara partai sebagai salah satu syarat untuk memenuhi 15 % suara di DPRD ?. Bagi saya, sistem pemilihan langsung merupakan salah satu langkah maju kita dalam berdemokrasi kendatipun masih ada beberapa peraturan perundangundangan yang perlu disempurnakan, selain itu dengan adaya system pemilihan kepala daerah secara langsung, masyarakat diberikan ruang dan kewenangan yang seluas-luasnya untuk menilai dan memutuskan pilihan yang sesuai dengan hati nurani mereka dan system ini juga telah memberikan kontribusi yang besar dalam proses pendidikan politik bagi masyarakat kita. 65
Di Era Pilkada terdahulu, ada saat itu pencalonan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dilakukan oleh Fraksi Partai Politik di DPRD, sedangkan pada Pilkada secara langsung, para kandidat calon Kepala Daerah dan Wakil Daerahlah yang harus proaktif melakukan pendekatan kepada suatu Partai Politik atau Partai Politik Gabungan yang akan digunakan sebagai kendaraan untuk memenuhi 15% suara legistative di DPRD, sebagai syarat menuju pemilihan umum. Mengenai hal ini, apa strategi yang dilancarkan Ibu Airin untuk dapat memenangkan suara partai sebagai salah satu syarat untuk memenuhi 15 % suara di DPRD ?. dan adakah sasaran Partai Politik tertentu yang mempunyai kesamaan visi dan misi?. Bagaimana juga cara Partai legislative di DPRD?. Tidak ada strategi khusus, yang pasti kita mencoba untuk mengikuti mekanisme yang ada didalam masing-masing partai, dan mencoba meyakini bahwa visi dan misi yang kita buat memiliki kesamaan platfoarm dengan partai yang bersangkutan.66
Ya pasti ada, kenapa karena itu aturan yang ditetapkan dalam undang-undang, bahwa seorang calon kepala daerah dan wakil kepala daerah sedikitnya harus didukung minimal 15 % dari angota dewan. 67 65
Hasil Wawancara dengan Hj. Airin Rachmi Diany Calon Wakil Bupati Tangerang Periode 2008 - 2013 66 Hasil Wawancara dengan Hj. Airin Rachmi Diany Calon Wakil Bupati Tangerang Periode 2008 - 2013 67 Hasil Wawancara dengan Hj. Airin Rachmi Diany Calon Wakil Bupati Tangerang Periode 2008 - 2013
84
Saya tidak tahu persis, karena setahu saya masing-masing partai memiliki strategi dan caranya sendiri. 68
Kampanye Selain strategi yang jitu, guna menjalankan rencana-rencana yang tersusun dalam suatu strategi diperlukan kampanye. Bila strategi merupakan suatu teori, maka kampanye adalah cara menjalankan teori tersebut. Strategi berkampanye dalam pilkada menjadi bagian tersendiri yang dinanti-nanti para kandidat calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Di masa itu program-program yang sudah dipersiapkan guna mengambil simpati masyarakat para pemilih dapat dipaparkan. Dalam pilkada, berkampanye diatur dalam PP RI No. 6 Th. 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepada Daerah yang tercantum dalam pasal 54 s/d pasal 69, dimana pada pasal 55 ayat 1 disebutkan bahwa, Kampanye dilakukan selama 14 (empat belas), dan berakhir 3 (tiga) hari sebelum hari dan tanggal pemungutan suara. 69 Tentunya kampanye yang dimaksud diatas adalah kampanye yang memang sudah dijadwalkan oleh KPUD sesuai ketentuan. Persiapan menuju kampanye tersebut untuk masing-masing kandidat tentunya berbeda-beda, tergantung dari kesiapan masing-masing tim sukses memetakan strategi. Untuk Ibu Airin sendiri, berapa lamakah waktu yang dipersiapkan untuk kampanye?. Lalu strategi komunikasi politik yang seperti apa yang akan di lancarkan dalam berkampanye?
68
Hasil Wawancara dengan Hj. Airin Rachmi Diany Calon Wakil Bupati Tangerang Periode 2008 - 2013 69 Sinar Grafika, Peraturan Lengkap PILKADA, Jakarta. 2005. hal 30
85
Kurang lebih lima bulan. 70
Strategi komunikasi politik yang kita kembangkan dalam kampanye tentunya kami mengacu pada dua hal, yang pertama tentang pencitraan diri saya dan pasangan saya dan yang kedua adalah tentang gagasan atau ide-ide perubahan yang akan kita laksanakan kalau kita dipercaya untuk memimpin kabupaten Tangerang.71
Lain strategi, lain juga teknik yang digunakan dalam berkampanye. Seperti sudah disebutkan pada bab terdahulu, kampanye mempunyai beberapa teknik yang dalam di jalankan, yang pastinya disesuaikan dengan strategi. Bukanlah suatu hal yang mustahil untuk dilakukan bahwa dalam suatu masa berkampanye, lebih dari satu teknik di jalankan. Bagaimana teknik Ibu Airin dalam berkampanye ?
Untuk tekhnik kampanye kita menerapakan dua cara yang kita anggap efektif pertama secara langsung dan yang kedua secara tidak langsung, yang saya maksud dengan secara langsung adalah bagaimana saya berinteraksi dan berdialog langsung dengan masyarakat dengan harapan masyarakat bisa lebih dekat mengenal saya dan bisa mengetahui dan memahami program-program yang akan saya tawarkan. Dan secara bersamaan saya bisa langsung menyerap dan mendengarkan apa yang menjadi aspirasi dan harapan dari masyarakat. 72
Dan yang kedua yang saya maksud dengan teknik kampanye secara tidak langsung adalah bagaimana saya mensosialisasikan diri saya dan programprogram atau ide-ide perubahan yang akan kita tawarkan dengan menggunakan sarana media. Baik itu melalui media cetak maupun elektronik. 73
70
Hasil Wawancara dengan Hj. Airin Rachmi Diany Calon Wakil Bupati Tangerang Periode 2008 - 2013 71 Hasil Wawancara dengan Hj. Airin Rachmi Diany Calon Wakil Bupati Tangerang Periode 2008 - 2013 72 Hasil Wawancara dengan Hj. Airin Rachmi Diany Calon Wakil Bupati Tangerang Periode 2008 - 2013 73 Hasil Wawancara dengan Hj. Airin Rachmi Diany Calon Wakil Bupati Tangerang Periode 2008 - 2013
86
Strategi Kampanye Terhadap Komunikan (Masyarakat Tangerang) Salah satu faktor terpenting yang harus diperhatikan dalam suatu program atau strategi berkampanye dalam Pilkada adalah komunikan yaitu masyarakat pemilik suara, dimana suara itu (feed back) yang diharapkan nantinya akan menentukan keberhasilan kampanye yang dijalankan. Seperti sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, Kabupaten Tangerang yang terdiri dari 36 kecamatan dengan 316 desa, sudah dapat dipastikan mempunyai keragaman penduduk. Dengan berbagai profesi yang dijalankan penduduk Tangerang, yang juga terdiri dari berbeda tingkatan pendidikan dan latar belakang suku dan agama, membentuk pola pikiran penduduk Tangerang yang berbeda-beda.
Lalu
Bagaimana menghadapi masyarakat Tangerang yang berpenduduk majemuk ini?
Yang pertama tentunya kita harus inklusif artinya kita harus memiliki sifat terbuka, karena sifat terbuka merupakan syarat mutlak untuk seseorang bisa menerima perbedaan. Yang kedua kita harus memahami kultur dan budaya masyarakat setempat agar pada tingkat implementasinya ada kesepahaman antara kita dengan masyarakat. 74
Strategi Kampanye Terhadap Kandidat Lain Fenomena yang saat ini juga terjadi dalam ajang Pilkada di Indonesia adalah maraknya para kandidat calon Kepala Daerah menggandeng Tokoh atau Public Figure seperti dari kalangan artis sebagai calon Wakilnya. Pastinya hal ini akan lebih membuat kandidat-kandidat lain harus mengeluarkan ekstra pemikiran dalam merencanakan program kampanye, Karena kecenderungan masyarakat Indonesia akan memilih seseorang yang mereka sudah kenal walaupun hanya secara nama dan bukan secara personal, dibandingkan seseorang yang sama sekali 74
Hasil Wawancara dengan Hj. Airin Rachmi Diany Calon Wakil Bupati Tangerang Periode 2008 - 2013
87
belum pernah terdengar namanya. Bagaimana Ibu Airin menanggapi hal ini?. Apa strategi yang akan dijalankan dalam menghadapi kandidat lain yang sudah mempunyai nama dimasyarakat, seperti salah satu public figure yang juga mencalonkan diri dalam pemilihan?, dan juga menghadapi pejabat terdahulu ?.
Strateginya yang pertama adalah kita melakukan sosialiasi diri dengan harapan mampu meningkatkan popularitas kita dihadapan public atau masyarakat, dan yang kedua tentunya kita melakukan gerakan-gerakan simpatik dengan cara memberikan program-program yang bersentuhan langsung dengan kebutuhan masyarakat. Dan yang terakhir adalah do’a kita berusaha semaksimal mungkin tapi untuk hasil kita pasrahkan kepada yang diatas. 75 Peran Serta Tokoh Dalam Kampanye Peran serta tokoh masyarakat sebagai seseorang yang disegani sering kali merupakan pilihan sebagai salah satu strategi yang dijalankan dalam berkampanye. Apakah Ibu Airin juga menjalankan strategi menampilkan tokoh masyarakat ini dalam kampanyenya?. Lalu berapa persen efektifitas keikutsertaan tokoh masyarakat dalam kampanye ?. Iya kita melibatkan tokoh masyarakat.76 Kalau prosentase efektifitas saya tidak tahu persis, tapi yang pasti dalam pandangan saya tokoh masyarakat memiliki peranan yang efektif dalam kampanye, karena selain ia (tokoh masyarakat) berfungsi sebagai vout getter, kultur sebagian besar masyarakat kita juga masih tradisional yang masih merujuk atau mereferensi kepada figure yang ditikohkan dalam pengambilan keputusan.77 Peranan Media Dalam Kampanye Seperti dijelaskan dalam PP RI No. 6 Th. 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepada 75
Hasil Wawancara dengan Hj. Airin Rachmi Diany Calon Wakil Bupati Tangerang Periode 2008 - 2013 76 Hasil Wawancara dengan Hj. Airin Rachmi Diany Calon Wakil Bupati Tangerang Periode 2008 - 2013 77 Hasil Wawancara dengan Hj. Airin Rachmi Diany Calon Wakil Bupati Tangerang Periode 2008 - 2013
88
Daerah yang tercantum dalam pasal 56 mengenai Bentuk Kampanye, dimana pada pasal tersebut dijelaskan bahwa Kampanye dapat dilaksanakan melalui : 78 a. pertemuan terbatas; b. tatap muka dan dialog; c. penyebaran melalui media cetak dan media elektronik; d. penyiaran melalui radio dan/atau televisi e. penyebaran bahan kampanye kepada umum f. pemasangan alat peraga di tempat umum; g. rapat umum; h. debat publik/debat terbuka antar calon; dan/atau i. kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan perundang-undangan. Seperti kita ketahui bersama, bahwa peranan media baik cetak maupun elektronik dalam berbagai kampanye masih merupakan strategi yang sangat efektif dan masih menjadi favorite, karena jangkauan dari media-media tersebut yang sangat luas, tidak hanya pada skala lokal, namun sampai ke nasional bahkan internasional bila memang skala tersebut dirasakan dapat memenuhi kebutuhan. Lalu bagaimana tanggapan Ibu Airin terhadap peran serta media dalam kampanye beliau dan sejauh mana peranan media terhadap keberhasilan dan kesuksesan kampanyenya?.
Peranan media dalam kampanye, menurut saya memiliki peranan sangat besar dalam hal mensosialisaikan pencitraan diri saya dan gagasan atau programprogram yang akan saya tawarkan kepada masyarakat. 79
78
Sinar Grafika, Peraturan Lengkap PILKADA, Jakarta. 2005. hal 31-32 Hasil Wawancara dengan Hj. Airin Rachmi Diany Calon Wakil Bupati Tangerang Periode 2008 - 2013
79
89
Adakah pendekatan kampanye melalui media lokal maupun nasional? Ada 80 Bagaimana pendekatan dengan media lokal, maupun nasional? Ya tentunya menggunakan pendekatan profesional.81
Public Relations Dalam Kampanye Di balik jitunya program-program kampanye yang dilancarkan, tentunya ada seseorang atau beberapa orang yang tergabung dalam suatu tim yang merencanakan strategi-strategi tersebut. Orang-orang atau tim inilah yang biasa dikenal dengan Tim Sukses Pilkada. Suatu tim yang bertugas merencanakan dan menyusun program-program dan strategi-strategi kampanye. Tim Sukses ini bisa merupakan gabungan dari beberapa tenaga ahli, seperti Konsultan Politik, Praktisi Public Relations, Tokoh Masyarakat yang dimasukkan dalam Tim Sukses, dan lain sebagainya. Bagaimana Tim Sukses dalam kampanye Ibu Airin?. Apakah mengikutsertakan tenaga ahli dalam komunikasi misalnya seorang Praktisi Public Relations yang akan tergabung dalam tim sukses untuk menyusun kampanye ?, dan seberapa jauh peranan PR tersebut dalam Tim Sukses?. Kalau secara khusus tenaga ahli komunikasi tidak, tapi kalau konsultan politik iya. Yang salah satunya tugasnya adalah sebagai PR.. 82
Kalau yang dimaksud dengan konsultan politik tadi saya kira peranannya sangat signifikan. 83 80
Hasil Wawancara dengan Hj. Airin Rachmi Diany Calon Wakil Bupati Tangerang Periode 2008 - 2013 81 Hasil Wawancara dengan Hj. Airin Rachmi Diany Calon Wakil Bupati Tangerang Periode 2008 - 2013 82 Hasil Wawancara dengan Hj. Airin Rachmi Diany Calon Wakil Bupati Tangerang Periode 2008 - 2013 83 Hasil Wawancara dengan Hj. Airin Rachmi Diany Calon Wakil Bupati Tangerang Periode 2008 - 2013
90
Mengapa hanya memakai Konsultan Politik dan tidak menggunakan jasa PR secara spesifik? Sebenarnya hanya masalah persepsi fungsi PR dan Konsultan Politik itu sendiri, untuk saya fungsi konsultan politik dapat mencakup fungsi PR sekaligus, jadi tidak perlu menggunakan jasa kedua bidang tersebut secara terpisah bila dapat dirangkum menjadi satu. 84
Fungsi Public Relations Dalam Kampanye Di bandingkan dalam suatu perusahaan ataupun organisasi yang bersifat komersial maupun non komersial, peranan dan fungsi PR dalam politik memang belum terlalu menonjol di Indonesia, hal ini bisa juga disebabkan salah satunya karena belum banyaknya minat para praktisi PR untuk terjun mendalami jalur politik dalam profesi mereka. Namun teori-teori Public Relations bukannya tidak mungkin di praktekkan dalam berbagai bidang termasuk dibidang politik, seperti halnya dalam kampanye pilkada. Lalu fungsi-fungsi Public Relations mana saja yang dapat dilancarkan dalam kampanye Ibu Airin?.
Ada beberapa fungsi yang menurut saya diterapkan dalam kampanye antara lain : 85 1. Manajemen isu 2. Pencitraan 3. Image Building 4. Press Release
4.3.
Pandangan dan Pendapat dari DPRD Dalam tahap ini penulis mencoba untuk mencari pandangan, masukkan
maupun pendapat dari pihak lain yang bisa dijadikan informasi tambahan dan acuan penelitian, tanpa bermaksud untuk mengadakan perbandingan, namun lebih
84
Hasil Wawancara dengan Hj. Airin Rachmi Diany Calon Wakil Bupati Tangerang Periode 2008 - 2013 85 Hasil Wawancara dengan Hj. Airin Rachmi Diany Calon Wakil Bupati Tangerang Periode 2008 - 2013
91
kepada memberikan pandangan lain dari pihak luar yang terpercaya untuk memberikan sedikit gambaran suatu kampanye, maupun strategi PR dalam pilkada.
Sebagai narasumber tambahan adalah Bapak H. Agus Puji Raharjo, SE,
AK, MBA yang kesehariannya menjabat sebagai Ketua Harian Panitia Anggaran di DPRD Banten, yang saat ini juga sedang mencalonkan diri sebagai Caleg DPRD provinsi Banten dalam Pemilu periode 2009 – 2013. Berikut adalah hasil wawancara penulis dengan Bapak Bapak H. Agus Puji Raharjo, SE, AK, MBA.
Strategi dan Peranan PR dalam Kampanye Banyaknya tokoh-tokoh baru yang bermunculan dalam Pilkada membuat seorang kandidat harus memiliki strategi khusus dalam menghadapi lawan politiknya. Strategi yang bagaimana yang paling jitu dalam menghadapi banyaknya tokohtokoh yang ikut berperan dalam Pilkada dalam konteksnya dengan PR menurut pandangan Bapak sebagai salah satu anggota DPRD ? Satu, bagaimanapun popularitas seseorang itu merupakan modal dasar, tanpa popularitas seseorang harus mengeluarkan biaya besar. Contoh kasus dalam pilkada Tangerang, Rano Karno itu berhasil menyabet seluruh suara, karena apa... karena tidak seorang pun yang tidak kenal dengan Rano Karno, itu yang menjadi satu modal. Kedua, Popularitas dalam artian baik dari seseorang. Mungkin seseorang belum melakukan sesuatu apapun tapi dibenak akal bawah sadar orang sudah tertanam kesimpulan bahwa si fulan itu saya kenal dan dia baik, walaupun belum tahu dia seperti apa, itu modal dasarnya. Kedua jaringan. Memang jaringan itu tidak bisa dihindar bahwa kita harus bermain jaringan. Jadi dua hal itu, satu popularitas dan kedua jaringan saya rasa sudah cukup untuk modal dasar. Jadi kalau orang tidak punya popularitas dan jaringan ya sedikit susah, jadi dua hal itu bisa menghemat banyak menghemat biaya dan waktu. 86
Seberapa penting strategi atau kampanye PR dalam suatu Pilkada ? 86
Hasil Wawancara dengan H. Agus Raharjo, SE, AK, MBA, Ketua Harian Panitia Anggaran DPRD Provinsi Banten
92
PR itu menurut saya sangat, sangat penting sekali. Ketika seorang mau di launch ke publik dia harus memilih dia itu sebagai apa di publik, jadi memang sangat penting. Kesalahan kita masuk kedalam image, itu bisa jadi akan berlanjut terus. Contoh kasus dari DPD ada beberapa kandidat dengan beberapa image masingmasing, saya ambil satu contoh Handika Hazrumy, dia memiliki PR yang sangat bagus, dia coba tanamkan dalam benak pikiran orang bahwa dia tokoh muda tapi mau berbakti. Dia angkat image ini kepada semua orang bahwa dia tokoh muda yang mau berbakti, jadi kesan-kesan ini yang ingin ditampilkan. Ada orang yang ingin menampilkan saya ini adalah orang yang sederhana, saya ini orang yang merakyat, ada orang lain yang ingin coba kesankan ke masyarakat saya ini orang yang rajin, saya ini orang yang profesional, tentu menurut pilihannya masingmasing. Jadi menuru hemat saya PR memang sangat penting. 87
Kalau begitu tidak cukup hanya dengan konsultan politik saja, harus di kombinasikan dengan konsultan PR juga ?, karena ada beberapa alasan salah satunya mungkin karena alasan biaya, konsultan politik dijadikan sebagai PR juga, menurut saya kedua hal ini berbeda. Konsultan politik dapat lebih fokus ke strategi sedangkan PR lebih kepada pembentukan image, jadi kombinasi antara kedua unsur ini bisa menjadi suatu kombinasi yang jitu. Ya, tidak cukup hanya konsultan politik harus dikombinasikan. Saya juga bisa tambahkan bahwa PR itu merupakan satu bagian dari strategi. Tapi kita harus ingat kira-kira pilihan yang tepat tentang misalkan si A itu lebih cocoknya di image kan sebagai apa, kemudian komunikasinya bagaimana, karena salah mengkomunikasikannya ke masyarakat juga bisa salah. 88
Berkaitan dengan pilkada Bupati Tangerang yang lalu, Ibu Airin menghadapi saingan berat yang merupakan incumbent, dan yang lebih beratnya lagi incumbent ini menggandeng public figur, menurut bapak strategi bagaimana yang bisa dijalankan? Kalau kasus Airin kemarin, sebetulnya kalau kita berhadapan dengan incumbent itu tidak terlalu berat, justru kasus Airin kemarin yang berat adalah menghadapi 87
Hasil Wawancara dengan H. Agus Raharjo, SE, AK, MBA, Ketua Harian Panitia Anggaran DPRD Provinsi Banten 88 Hasil Wawancara dengan H. Agus Raharjo, SE, AK, MBA, Ketua Harian Panitia Anggaran DPRD Provinsi Banten
93
public figure Rano nya itu, karena dari hasil survey itu dari 6 bulan sampai menuju pilkada itu terus turun, tapi begitu masuk Rano mendongkrak, berarti yang mendrongkrak adalah Rano nya itu. Memang kita melakukan survey beberapa itu, dan sekali lagi memang yang dominan adalah image, image Rano nya itu. 89
Sempat ada surveynya pak? Sempat, survey kita kaji secara mendalam. Jadi yang paling memegang peran adalah figurenya Rano itu, dan jaringan incumbent. Jadi incumbent diuntungkan dengan satu, yaitu jaringan. Jaringan birokrasi, jaringan LSM, dan lain sebagainya. Jadi incumbent bermain dengan jaringannya, Rano bermain dengan public figurenya, keduanya bertemu jadi match. Bila kita liat calon yang diusung lawan dari Rano adalah Jazuli – Airin. Kita melihat Jazuli – Airin didalam benak orang belum tertanam selama ini nama itu, belum ada kesan apapun, walaupun masing-masing mempunyai peran penting tapi publik belum tahu didalam pikirannya belum tahu ini siapa. 90
Jadi tetap penokohan itu masih tetap berperan penting ya pak? Ya benar, Tapi kemarin saya melihat Airin kemarin dalam PR nya cukup berhasil juga, cukup berhasil dalam artian yang ingin di imagekan dia adalah tokoh perempuan, seorang aktivis, dia kan pimpinan dari beberapa LSM, kemudian Jazuli sendiri juga dikesankan sebagai seorang usztad, sederhana, merakyat, itu juga cukup berhasil, cuma tetap tidak bisa mengalahkan figurenya Rano yang sudah puluhan tahun muncul di TV. Bagaimanapun pengaruh TV itu merupakan yang paling besar. Kita tidak bisa mengalahkan figure-figure dari bintang film, bintang sinetron yang dimasyarakat sudah lebih populer. Kita melihat Jazuli – Airin muncul di televisi pada saat kampanye saja, dan itu ketika kampanye masyarakat tidah terlalu menarik, orang-orang sudah tahu kalau itu kampanye. Jadi kembali kepada kepopuleritas itu tadi. 91
Beralih kepada kampanye. Waktu kampanye memang sudah ditentukan oleh Undang-undang, dan berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Airin, beliau hanya mempunyai waktu kampanye selama 5 bulan. Menurut Bapak berapa lama waktu yang efektif menjalankan strategi untuk berkampanye? 89
Hasil Wawancara dengan H. Agus Raharjo, SE, AK, MBA, Ketua Harian Panitia Anggaran DPRD Provinsi Banten 90 Hasil Wawancara dengan H. Agus Raharjo, SE, AK, MBA, Ketua Harian Panitia Anggaran DPRD Provinsi Banten 91 Hasil Wawancara dengan H. Agus Raharjo, SE, AK, MBA, Ketua Harian Panitia Anggaran DPRD Provinsi Banten
94
Pendapat saya seseorang yang sudah mencalonkan diri sebagai kandidat sebagai Bupati, Walikota, Gubernur atau apapun, setidaknya dia harus mempunyai waktu selama 1 tahun sebelumnya standarnya, kalau 5 bulan tidak cukup, karena saya melihatnya ada tiga tahapan penting yang harus dilakukan. Satu, orang harus dikenal dulu dimasyarakat, pokoknya orang dikenal wajahnya, kenal namanya itu tahap pertama. Kedua orang tahu lebih dekat dia, sehingga orang tertarik siapa dia, aktivitasnya apa, apa yang sudah dilakukan, bagaimana kehidupannya, itu yang harus dilakukan, sehingga orang bisa memberikan suatu penilaian orang ini cukup menarik. Tahapan ketiga men - clossing orang agar orang bisa memberikan vote dia, makanya kita membutuhkan waktu 1 tahun, karena biasanya waktu habis hanya untuk sosialisasi nama dan wajah orang itu cukup lama. Kasus Rano Karno kemarin benar-benar diuntungkan dengan figurenya yang sudah dikenal puluhan tahun dengan si Doel nya itu, kesan dalam si Doelnya itu dia orang yang merakyat, dia orang sederhana, dia intelek, dia orang pribumi, itu semua adalah kesan-kesan yang mempunyai nilai point. Dia orang yang merakyat, orang senang dengan orang yang merakyat, dia orang yang berpendidikan, orang senang dengan orang yang berpendidikan, dia orang pribumi, orang senang dengan orang pribumi. 92
Berarti bisa kita bilang dalam hal ini yang berhasil itu adalah strateginya Pak Ismeth ya pak? Ismeth betul, dan strategi Ismeth itu adalah rekomendasi dari konsultan politiknya tidak main-main dan itu adalah dari hasil survey. Dan bagaimanapun Rano Karno sudah di survey oleh konsultan politiknya di Jakarta kepopulerannya luar biasa, dan kita lihat sebetulnya Tangerang itukan budayanya sebenarnya Betawi, sehingga ketika Rano masuk sini matching. 93
Bila tadi adalah pandangan Bapak sebagai salah satu anggota DPRD, strategi PR apa yang bapak jalankan sebagai salah satu caleg yang tentunya lebih menghadapi banyak tantangan karena bervariasinya lawan politik ? Ada dua strategi. Satu dikawasan Tangerang Selatan dimana saya tinggal, saya ingin menyampaikan kepada masyarakat bahwa posisi kedewanan saya sekarang itu memberikan manfaat buat masyarakat. Saya sampaikan beberapa hal yang sudah saya lakukan. Saya ingin juga sampaikan ke masyarakat bahwa saya adalah orang dewan yang benar-benar bekerja, saya ingin sampaikan bahwa saya adalah orang yang masih muda yang bekerja sangat profesional.
92
Hasil Wawancara dengan H. Agus Raharjo, SE, AK, MBA, Ketua Harian Panitia Anggaran DPRD Provinsi Banten 93 Hasil Wawancara dengan H. Agus Raharjo, SE, AK, MBA, Ketua Harian Panitia Anggaran DPRD Provinsi Banten
95
Yang kedua, saya juga bergerak diluar Tangerang Selatan, saya aktivis buruh, saya mendirikan beberapa LSM. Saya ingin kesankan kepada teman-teman didaerah diluar Tangerang Selatan bahwa saya adalah aktivis buruh dan saya membela mereka, saya membantu mereka dan saya berteman dengan mereka. Makanya semua tool berbeda. Tools saya untuk ke masyarakat di Tangerang Selatan berbeda, baliho berbeda, brosur berbeda, di public juga berbeda. Jadi memang ada pemetaan khusus ? Ada pemetaan khusus. Saya memperkenalkan gambar dan nama saya yang saya lakukan selama 2 bulan, dengan tools baliho, spanduk, kalender, itu cukup efektif juga, sehingga orang akan melihat wajahnya, namanya, kemudian orang akan bertanya siapa dia. Setelah itu saya akan memunculkan profile biodata. Saya siapa, biodata saya seperti apa, pekerjaa saya apa, apa yang sudah saya lakukan. Dan yang terakhir adalah clossing. Ketika orang ada gambarnya dilingkungan melihat ada baliho, mini banner, atau spanduk, kemudian didatangi dengan profile itu sehingga orang ingin menjadi lebih dekat. Orang berkumpul dan mengundang saya. Ketika kita sudah ketemu, sebenarnya orang-orang itu sudah tertarik, kemudian saya melakukan clossing.
Bagaimana strategi dengan menggandeng tokoh tertentu atau public figure ? 2 strategi jaringan yang saya lakukan. Saya caleg provinsi, saya menggandeng 8 caleg Kabupaten. Kemudian saya menggandeng tokoh-tokoh setempat. Saya alhamdulillah banyak dibantu teman-teman dari FPI uzstad-usztad, ulama, kemudian tokoh-tokoh buruh.
Berkaitan dengan biaya untuk kampanye. Berapa prosentase biaya yang dikeluarkan partai dan Caleg itu sendiri ? Saya tidak ada dana dari partai. Dana yang saya buat kampanye itu, ada temanteman saya yang membantu membuatkan kaos, cetakan, kalender, ada juga sebagian dari saya sendiri. Semantara teman-teman yang bergerak dibawah ada tim sukses relawan memang, di public sendiri ada ratusan relawan yang secara sukarela tanpa di bayar. Jadi bantuan dari teman-teman. Peranan Partai itu sendiri bagaimana misalkan dalam Pilkada seperti Ibu Airin kemarin?
Partai itu sebagai motor. Agak berbeda antara pilkada dengan sekarang. Kalau pilkada Airin itu, partai itu benar-benar menjadi kunci pergerakan, karena figure yang diusung itu adalah satu pasang. Ini berbeda dengan pemilihan caleg yang sekarang, suara terbanyak, sSehingga peran partai tidak men-drop ke satu orang, jadi partai adalah fasilitator dari semua caleg, kalau pada Airin benar-benar
96
motor penggerak, kalau ini dia fasilitator. Jadi silahkan kalau ada caleg yang ingin kampanye di suatu titik daerah, partai yang akan memfasilitasi ini titiknya sedangkan caleg yang membiayai acara itu.
4.4.
Pembahasan Pada bagian ini penulis akan menguraikan analisa hasil penelitian yang
diperoleh dari hasil wawancara dan data-data sebagai gambaran mengenai strategi kampanye Public Relations Hj. Airin Rachmi Diany sebagai Calon Wakil Bupati dalam Pilkada Bupati Tangerang Periode 2008 – 2013. Dalam penelitian ini diketahui gambaran peranan Public Relations baik secara ilmu maupun profesi sebagai bagian strategi berkampanye dalam pilkada. Peranan Public Relations dalam pilkada bukanlah pekerjaan yang mudah, karena memerlukan analisa, pemikiran, dan pemahaman yang jitu juga tepat, mengingat komunikan yang dihadapi dalam berkomunikasi berasal dari berbagai kalangan dengan beragam tingkat pendidikan. Baik untuk kalangan masyarakat apalagi di tingkatan legislatif, cara berkomunikasi yang tepat dengan strategi yang jitu akan menghasilkan suara yang didapatkan untuk maju sebagai pemenang dalam pilkada menjadi sangat menentukan. Airin memang tidak menggunakan jasa ahli ilmu komunikasi profesional yang menjabat sebagai praktisi Public Relations dalam tim suksesnya, beliau melibatkan konsultan politik sebagai pengganti peranan tersebut. Menurut Airin, hal tersebut hanyalah masalah perbedaan persepsi saja mengenai fungsi konsultan politik dan praktisi PR dalam pilkada. Konsultan politik dalam masa ini dapat juga merangkap sebagai PR, dan dapat menjalankan fungsi-fungsi PR secara utuh. Tentunya terdapat perbedaan menyusun strategi antara seorang praktisi public relations dengan seorang konsultan politik, sehingga peranan dan fungsi Public
97
Relations tidak sepenuhnya dapat diaplikasikan, namun demikian bukan berarti sama sekali tidak dapat diimplementasikan. Menurut M boy Hadi K, Direktur Center for Strategic Studies (TESIST) Lembaga Survei dan Konsultan Politik, dalam pilkada sebagai aset strategis dan mesin politik untuk menggerakkan dan menjalankan strategi dan program pemenangan dengan sumberdaya yang dimiliki oleh Partai seperti jaringan, SDM, citra maupun strukturnya sampai tingkat yang terbawah. Akan tetapi mengandalkan kekuatan Partai saja belumlah cukup. Apalagi kalau menggunakan logika matematika hasil suara Partai pada Pemilu Legislatif untuk mengukur kemenangan pada Pilkada. Sebagai contoh pada Pilkada Gubernur Sumbar misalnya Partai yang perolehan suaranya terbesar belum tentu mengantarkan kandidat yang diusungnya untuk menjadi pemenang Pilkada, bahkan mungkin jauh berada dibawah calon lain yang Partai yang mengusungnya. Banyak faktor yang menentukan kemenangan kandidat Kepala Daerah, disamping hasil perolehan suara Partai pada Pemilu sebelumnya, efektifitas dan daya gerak sumber daya manusia Partai yang diistilahkan dengan mesin politik partai lebih menentukan. Kemudian yang sangat penting berikutnya adalah citra dan popularitas kandidat di mata pemilih, strategi marketing, strategi public relation, lama waktu kandidat memperkenalkan dirinya ketengah masyarakat, kinerja dan track recordnya selama ini, frekuensi dan kualitas penampilan kandidat di media massa, performance, kompetensi, pesona fisik maupun “aura” yang dipancarkan oleh kandidat yang mempengaruhi pasar politik yang terdiri atas tiga bagian yaitu : pemilih, kelompok berpengaruh (influencer groups) dan media massa.
98
Diteliti dari hasil wawancara dengan Airin tentang bagaimana beliau menjelaskan strategi kampanye Public Relationsnya, fungsi Public Relations yang dijalankan yaitu ; 1. Manajemen isu 2. Pencitraan 3. Image Building 4. Press Release
Fungsi yang merupakan sekaligus strategi Public Relations tersebut diatas yang dijalankan Airin memang secara teori bisa dianggap sudah tepat, disesuaikan dengan kebutuhan. Ibarat sebuah produk, kandidat calon baik Bupati maupun Wakilnya sangat memerlukan pencitraan diri yang kuat, sehingga sosoknya dapat dikenal dan terus diingat masyarakat dari kalangan bawah (grass root) sampai kalangan elite. Menciptakan citra dirinya dalam usaha membentuk opini masyarakat tentang dirinya dan mempengaruhi pemilih dengan citra diri yang dia bentuk sendiri. Membangun
citra
atau
image,
sejalan
dengan
pencitraan
diri.
Pembentukan citra diri ini sangatlah penting dan syarat utama yang mutlak ada. Setidaknya, sebagai cara memperkenalkan diri dan membentuk citra eksklusifnya untuk menarik simpatisan lewat media, maupun secara langsung melalui tatap muka dengan dialog-dialog ataupun kunjungan-kunjungan yang bersifat sosial. Sebagai sosok dengan image atau citra diri yang baiklah yang diharapkan oleh masyarakat sebagai pemimpin. Strategi PR Airin dan pasangan menurut Bapak Agus Puji Raharjo sebagai pandangan dari DPRD pun dinilai cukup berhasil.
99
Image diri yang dibentuk bahwa Airin adalah sosok tokoh perempuan, aktivis, yang menempatkan diri sebagai calon pemimpin yang peduli akan pendidikan dan
kesehatan
masyarakat,
yang
dapat
dilihat
dari
program-program
kampanyenya. Pasangan Airin yaitu Jazuli Juwaini juga di image kan sebagai seorang uzstad, sederhana dan merakyat. Penyebarkan visi – misi baik dalam bentuk berita yang biasa dikenal dengan press release di media menjadi salah satu strategi Public Relations yang juga sudah Airin jalankan. Strategi memetakan masalah juga merupakan bagian dari fungsi Public Relation dalam tim beliau. Peliputan-peliputan kegiatan yang dilakukan bersama dengan H.Jazuli Juwaini sebagai calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah bersama-sama menjadi Namun bagaimana dengan strategi kampanyenya itu sendiri?. Strategi yang dilakukan Airin dan pasangan selama kurang lebih 5 bulan tersebut terfokus pada mensosialisaikan pencitraan diri Ibu Airin dan pasangan juga sosialisasi terhadap gagasan atau program-program yang akan ditawarkan kepada masyarakat. Dengan Strateginya yang pertama adalah melakukan sosialiasi diri dengan harapan mampu meningkatkan popularitas dihadapan publik atau masyarakat, dan yang kedua tentunya melakukan gerakan-gerakan simpatik dengan cara memberikan program-program yang bersentuhan langsung dengan kebutuhan
masyarakat, tanpa jasa khusus tenaga ahli komunikasi, namun
menggunakan jasa konsultan politik yang salah satunya tugasnya adalah sebagai PR. Sedangkan untuk model kampanye yang dijalankan secara teori disesuaikan dengan teori yang sudah dijabarkan penulis diatas adalah Model
100
kampanye The Communicative Functions Model. Adapun langkah-langkah yang sudah dijalankan oleh Airin yang menurut penulis sesuai dengan model adalah sebagi berikut : Tahap Surfacing, adalah tahap dimana lebih banyak berkaitan dengan membangun landasan dengan tahap seperti : memetakan daerah-daerah yang dijadikan tempat kampanye, membangun kontak dengan tokoh-tokoh setempat, mengorganisasikan dana, dan sebagainya. Dalam berkampanye pemetaan daerah kampanye pun dilakukan. Memahami kultur daerah setempat merupakan salah satu strategi pemetaan sehingga cara atau tools yang digunakan dalam berkampanye dapat disesuaikan. Tahap selanjutnya adalah tahan Primary, dimana dalam tahapan ini perhatian khalayak kepada kandidat adalah fokus utama. Pada tahap ini mulai melibatkan khalayak banyak untuk mendukung kampanye yang dilaksanakan. Airin pun telah melakukan tahapan ini. Salah satu usaha strategi kampanye yang dilaksanakan Airin yang melibatkan khalayak adalah Gerak Jalan Sehat. Event yang kebetulan diikuti oleh penulis juga sebagai salah satu peserta gerak jalan sehat tersebut, diikuti khalayak dari berbagai daerah, seperti wilayah Pamulang, Ciputat, dan Pondok Cabe. Kegiatan tersebut secara tidak langsung dalam upaya meningkatkan citra diri Airin dan pasangan yang peduli akan kesehatan, dan dalam rangka menarik simpati khalayak. Tahap terakhir adalah tahan Election yang tentunya sebelum tahap ini kandidat sudah memasuki tahapan Nomination. Pada saat penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini, memang sudah dapat diketahui hasil pemilihannya, yang sangat
101
disayangkan tidak dapat dimenangkan oleh Airin dan pasangan, melainkan dimenangkan oleh Ismeth Iskandar dan Rano Karno. Untuk pendekatan teknik kampanye penggunaan Empathy, yaitu mengambil empati masyarakat dengan program-program sosial yang dijalankan. Seperti yang dijelaskan pada hasil wawancara dan berdasarkan hasil pengamatan dan beberapa kegiatan yang penulis ikuti, dalam menghadapi khalayak Kabupaten Tangerang yang majemuk, Airin banyak melakukan pendekatan secara personal ke masyarakat, dengan memahami kultur warga setempat dan kegiatan-kegiatan yang bersentuhan langsung ke masyarakat, seperti menghadiri sejumlah pengajian, dan mendengarkan keluhan-keluhan warga dengan peninjauannya. Walaupun secara teori dan pelaksanaan, strategi yang dijalankan Airin dan pasangan sudah dapat dianggap tepat, namun satu hal yang menyebabkan kekalahan Airin dan pasangan yang sangat signifikan terlihat adalah “Popularitas”. Seperti keterangan yang diberikan Agus Puji Raharjo, yang mendongkrak suara dari pejabat incumbent – Ismeth Iskandar – adalah Rano Karno. Kepopuleritasan Rano Karno yang memang sudah dikenal masyarakat luas dapat mendongkrak suara Ismeth Iskandar yang membawanya kembali memenangkan suara masyarakat dan membawanya kembali menjabat sebagai Bupati Kabupaten Tangerang. Hal ini bukan hanya rekayasa belaka, melainkan pendapat yang akurat karena memang ada survey mengenai hal tersebut.
102
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN Mengacu pada perumusan masalah dan berdasarkan pada keterangan melalui jawaban-jawaban yang diberikan narasumber, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Airin Rachmi Diany tidak menggunakan strategi khusus dalam menghadapi pesaing yang sebelumnya sudah menjabat (incumbent), terlebih pesaing tersebut mengusung Tokoh Publik Figur sebagai pasangannya. Terlebih lagi dengan sempitnya waktu kampanye yang dipersiapkan hanya 5 bulan sehingga program-program maupun strategi kampanye yang sudah dipersiapkan terasa kurang maksimal untuk dijalankan. 2. Airin rachmi Diany tidak menggunakan jasa khusus praktisi Public Relations yang bisa secara spesifik membantu merancang dan membangun program-program PR, melainkan hanya menggunakan jasa konsultan politik, sehingga kampanye PR yang dijalankan menjadi kurang terfokus.
SARAN Tanpa disadari di Era perkembangan kemajuan komunikasi dalam politik, jasa seorang Praktisi Public Relations sebagai perancang strategi jitu dalam berhubungan dengan media (wartawan), pengelolaan citra (kandidat dan partai politik) bagi khalayak, komunikasi internal dalam partai, dan pengelolaan informasi.menjadi bagian penting dalam kampanye politik. Membentuk,
103
membangun dan mengembangkan potensi calon kepala daerah sudah menjadi bidang yang dirancang Praktisi PR tersebut untuk pencitraan diri sang kepala daerah. Dari cara berbicara, gerak tubuh, sampai cara berpakaian pun akan di arahkan oleh sang PR demi membangun, dan membentuk karakter seperti yang harapkan menjadi pemimpin oleh rakyat. Melihat pentingnya hal tersebut diatas, maka penulis menyarankan : 1. walaupun secara persepsi konsultan politik memang bisa merangkap sebagai PR, namun penulis berpendapat bahwa kolaborasi antara Konsultan Politik dan Praktisi Public Relations dalam suatu pilkada akan menjadi suatu kerjasama yang solid, efektif dan lengkap. Sang Konsultan Politik dapat memainkan peranannya untuk lebih fokus mendesain strategi program-program yang akan ditawarkan, strategi kampanye politik, dan melakukan riset kekuatan dan kelemahan pesaing, sedangkan positioning dari Calon Kepala Daerah dan Wakil adalah bagian tugas dari Praktisi PR. Citra dan popularitas kandidat di mata pemilih, strategi marketing, strategi public relation, lama waktu kandidat memperkenalkan dirinya ketengah masyarakat, kinerja dan track recordnya selama ini, frekuensi dan kualitas penampilan kandidat di media massa, performance, kompetensi, pesona fisik maupun “aura” yang dipancarkan oleh kandidat, adalah bagian yang ditugaskan kepada Praktisi PR tersebut. 2. Pesaing terberat yang dihadapi memang pejabat terdahulu (incumbent) apalagi bila kemudian Publik Figur diikutsertakan sebagai pasangan pesaing tersebut, dibutuhkan strategi khusus untuk bisa mengambil alih suara pemilih. Ibarat sebuah merek, calon kepala daerah perlu dijajakan ke
104
masyarakat. Apalagi bila calon kepala daerah yang bersangkutan adalah sebuah produk baru, oleh karena itu ia perlu dikenalkan ke masyarakat, diungkapkan kelebihan yang dimiliki. Terlebih lagi bila saingan politiknya adalah pejabat terdahulu dan seorang public figure, waktu yang lebih lama untuk menjalankan strategi sangat diperlukan, dimana tingkat awareness masyarakat akan image kandidat yang dibentuk sudah lebih melekat, sehingga populeritas kandidat dimasyarakat bisa lebih meningkat.
DAFTAR PUSTAKA BUKU Amirudin & Bisri, Ahmad Zaini, “Pilkada Langsung; Problem dan Prospek”. Pengantar. Kristiadi. J., Dr. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2006. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka Cipta. Jakarta.2002. edisi revisi V. Hlm. 202 Louw, P. Eric. The Media and Political Process. Inggris: Athenaeum Press. Gateshead. 2005. Marie Grey, Anne & Skildum-Reid, Kim., Event Sponsorship, Jakarta : PPM, Februari 2006, hlm 48 Moleong, J. Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosda Karya. Bandung. 2005. Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Mei 2002. hlm 62-63. Reprint. Nazir, Moh. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. 2003. hlm 55 Nimmo, Dan. Komunikasi Politik: Khalayak, dan Efek. Trans.Tjun Surjaman. ed. Jalaluddin Rakhmat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Agustus 2005. Reprint. Nimmo, Dan. Komunikasi Politik, Komunikator, Pesan, dan Media. Trans. Tjun Surjaman. ed. Jalaluddin Rakhmat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Juni 2005. Reprint. Onggo, Bob Julius. Cyber Public Relation. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 2004. hlm.1-2. Prihatmoko, J. Joko., Pemilihan Kepala Daerah Langsung: Filosofi, Sistem dan Problema Penerapan Di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar bekerjasama dengan Lembaga Penelitian, Pengembangan dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) Universitas Wahid Hasyim Semarang, April 2005, hlm 256. Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung: 2004. hlm. 188. edisi revisi Riswandi, Ilmu Komunikasi. Jakarta: Graha Ilmu. 2009 Riswandi, Komunikasi Politik. Jakarta: Graha Ilmu. 2009 Ruslan, Rosady. Kampanye Public Relations. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2005. Reprint
Ruslan, Rosady. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2005. hlm 15. Edisi Revisi Sinar Grafika, Peraturan Lengkap PILKADA, Jakarta. 2005 Uchjana Effendy, Onong. Human Relations dan Public Relations. Mandar Maju. Bandung: 1993. hlm 120. Venus, Antar., Manajemen Kampanye:Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi, ed. Rema Karyati S, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Juni 2004. Venus, Antar., Manajemen Kampanye:Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi, ed. Rema Karyati S, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Juni 2004. Wiryanto, Teori Komunikasi Massa. PT Grasindo. Jakarta: 2000
MAJALAH Hj. Airin Rachmi Diany Calon Wakil Bupati Tangerang, Fokus Utama, “Ingin Terlibat Dalam Pembangunan Kabupaten Tangerang”, Suara Tangerang (Edisi I Tahun I 2007). Tangerang. 2007, hlm 21 Politik dan Hukum , Tahapan Penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tangerang untuk Masa Bakti 2008-2013, Suara Tangerang (Edisi I Tahun I 2007). Tangerang. 2007, hlm 28-29
INTERNET Ardial. Serba Serbi – Pendidikan. Kentalnya Studi Komunikasi Politik Dengan Kehidupan Politik. Desember 2005 http://www.waspada.co.id/serba_serbi/pendidikan/artikel.php?article_id=69913 . Arianto, Efendi., Pengertian Strategi, 24 Juni 2007 http://strategika.wordpress.com/2007/06/24/pengertian-strategi/ www.airinrdw.multiply.com/reviews/item/1 www.banten.go.id Fisip e-learning community, Pendahuluan http://fisipol.ekom.umy.ac.id/course/view.php?id\=21week=2
Ilmu
Politik,
Hadi, Boy. K., Direktur Center for Strategic Studies (TESIST) Lembaga Survei dan Konsultan Politik, “Urgensi Riset dalam Pilkada : Strategi Pemenang Jitu”, Research Institute for Governance, Jakarta, 05 November 2007
http://riveryogya.wordpress.com/2008/02/27/urgensi-riset-dalam-pilkada-strategipemenangan-jitu/
Radar Malang, Media Massa Penentu Suaran Dalam Pilkada. (Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang), 2007 http://nurudin.multiply.com/journal/item/26/Media_Massa_Penentu_Suara_dalam Pilkada. http://www.kpukabtangerang.org/downloads.php http://www.tangerangkab.go.id
SUMBER-SUMBER LAINNYA Hasil Wawancara dengan Ibu Hj. Airin Rachmi Diany Calon Wakil Bupati Tangerang Periode 2008 - 2013 Brosur yang dibagikan oleh Tim Sukses Ibu Hj. Airin Rachmi Diany selama masa kampanye Hasil Wawancara dengan H. Agus Raharjo, SE, AK, MBA, Ketua Harian Panitia Anggaran DPRD Provinsi Banten
Lampiran I
Calon Wakil Bupati Pilkada Bupati Tangerang Periode 2008 – 2013 Ibu Hj. Airin Rachmi Diany lahir di Banjar, Ciamis, Jawa Barat. Di usai mudanya, ia mampu menyelesaikan pendidikan hingga S2 bidang hukum dan pendidikan notariat di UNPAD yang menghantarkannya menjadi notaris di Kabupaten Tangerang. Ia muda, cantik dan cerdas. Ia mudah beradaptasi dan menyerap ilmu dengan baik. Airin dikenal sebagai sosok yang santun, lembut, rendah hati dan peduli terhadap nasib orang lain. Kepeduliaannya diwujudkan dalam berbagai bentuk aktivitas sosial. Ia terlibat aktif sebagai pengurus Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Banten, Kaukus Perempuan Peduli Kesehatan (KPPK), dan sebagai sosok yang menyukai tantangan, Airin mampu menjadi pengendali organisasi Relawan Banten Bersatu (RBB) Kabupaten Tangerang.
Hasil Wawancara T
: Apakah motivasi ibu untuk mencalonkan diri menjadi sebagai wakil Bupati Kabupaten Tangerang periode 2008-2013?
J
: Ada dua hal yang mendorong atau memotivasi dalam pencalonan diri saya sebagai wakil bupati; yang pertama pengabdian dan yang kedua sebagai sarana aktiualisasi diri. Kenapa pengabdian? Karena saya yakin bahwa pengabdian merupakan modal dasar atau modal awal yang harus dimiliki oleh seorang kepala daerah maupun birokrat, dengan pengabdian kita akan bisa lebih maksimal dan fokus dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, dan menurut saya pelayanan merupakan fungsi dasar dan tugas pokok yang harus dipahami dari seorang kepala daerah dan birokrat, kalau kita sudah bisa memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat, sesungguhnya kita sudah benar-benar berfungsi sebagai seorang kepala daerah dan birokrat. Yang kedua kenapa sarana aktualisasi? Saya termasuk orang yang meyakini kalau kita ingin maju dan berekembang sebagai manusia maka
1
kita harus berani menghadapi tantangan hidup, menjadi seorang calon wakil bupati merupakan tantangan tersendiri dalam hidup saya, untuk menjadi seorang calon wakil bupati saya harus mengerahkan seluruh potensi yang ada pada diri saya. Proses pengerahan potensi inilah yang saya maksud dengan aktualisasi diri. Terus terang banyak pengalaman dan pelajaran yang sangat berharga yang saya dapat selama proses tersebut. Sehingga ini semua menjadi modal dan bekal agar saya bisa lebih matang,lebih bijak, dan lebih baik lagi dalam menjalankan hidup ini.
T
: Apa visi dan Misi yang akan di sampaikan kepada calon pemilih?
J
: Untuk visi tentunya saya kedepan ingin melihat masyarakat Kabupaten Tangerang masyarakat yang cerdas,sehat,sejahtera dalam bingkai iman taqwa.. Dan untuk misi saya tidak akan menjelaskan semua, tetapi secara umum dan prinsip kami akan memberikan pelayanan yang maksimal dan terbaik untuk masyarakat kabupaten Tangerang, terutama yang menjadi prioritas kami adalah dibidang atau sektor-sektor yang bersentuhan langsung dengan kebutuhan dasar masyarakat. Contohnya, untuk bidang ekonomi kami akan lebih mengutamakan pengembangan UKM (usaha ekonomi menengah) untuk bidang pendidikan, kami akan berusaha semaksimal mungkin memberikan pelayanan pendidikan sekolah gratis, di bidang kesehatan, kami akan memberikan pelayanan pengobatan gratis di puskesmas-puskesmas yang ada. Dan untuk bidang infrastrutur jalan kami akan focus kepada jalan- jalan poros desa. Dengan harapan akan memberikan akses yang lebih luas bagi masyarakat pedesaan.
T
: Bagaimana menanggapi sistem pemilihan kepalan daerah yang bersifat langsung seperti sekarang ini ?
J
: Bagi saya, sistem pemilihan langsung merupakan salah satu langkah maju kita dalam berdemokrasi kendati pun masih ada beberapa peraturan perundang-undangan yang perlu disempurnakan, selain itu dengan adaya sistem pemilihan kepala daerah secara langsung, masyarakat diberikan ruang dan kewenangan yang seluas-luasnya untuk menilai dan memutuskan pilihan yang sesuai dengan hati nurani mereka dan sistem ini juga telah memberikan kontribusi yang besar dalam proses pendidikan politik bagi masyarakat kita.
T
: Bagaimana strategi memenangkan suara partai sebagai salah satu syarat untuk memenuhi 15 % suara di DPRD
J
: Tidak ada strategi khusus, yang pasti kita mencoba untuk mengikuti mekanisme yang ada didalam masing-masing partai, dan mencoba meyakini bahwa visi dan misi yang kita buat memiliki kesamaan
2
platfoarm dengan partai yang bersangkutan. T
: Bagaimana strategi partai meraih suara legislative?
J
: Saya tidak tahu persis, karena setahu saya masing-masing partai memiliki starategi dan caranya sendiri.
T
: Apakah ada sasaran partai tertentu sebagai kendaraan menuju pemilihan suara ? mengapa?
J
: Ya pasti ada, kenapa karena itu aturan yang ditetapkan dalam undangundang, bahwa seorang calon kepala daerah dan wakil kepala daerah sedikitnya harus didukung minimal 15 % dari angota dewan.
T
: Berapa lama waktu yang dipersiapkan untuk kampanye?
J
: Kurang lebih lima bulan
T
: Strategi komunikasi politik apa yang akan diambil dalam kampanye?
J
: Strategi komunikasi politik yang kita kembangkan dalam kampanye tentunya kami mengacu pada dua hal, yang pertama tentang pencitraan diri saya dan pasangan saya dan yang kedua adalah tentang gagasan atau ide-ide perubahan yang akan kita laksanakan kalau kita dipercaya untuk memimpin kabupaten Tangerang
T
: Tehnik kampanye yang bagaimana yang akan dijalankan?
J
: Untuk tehnik kampanye kita menerapakan dua cara yang kita anggap efektif pertama secara langsung dan yang kedua secara tidak langsung, yang saya maksud dengan secara langsung adalah bagaimana saya berinteraksi dan berdialog langsung dengan masyarakat dengan harapan masyarakat bisa lebih dekat mengenal saya dan bisa mengetahui dan memahami program-program yang akan saya tawarkan. Dan secara bersamaan saya bisa langsung menyerap dan mendengarkan apa yang menjadi aspirasi dan harapan dari masyarakat. Dan yang kedua yang saya maksud dengan teknik kampanye secara tidak langsung adalah bagaimana saya mensosialisasikan diri saya dan program-program atau ide-ide perubahan yang akan kita tawarkan dengan menggunakan sarana media. Baik itu melalui media cetak maupun elektronik.
T
: Bagaimana menghadapi masyarakat Tangerang yang berpenduduk majemuk?
J
: Yang pertama tentunya kita harus inklusif artinya kita harus memiliki
3
sifat terbuka, karena sifat terbuka merupakan syarat mutlak untuk seseorang bisa menerima perbedaan. Yang kedua kita harus memahami kultur dan budaya masyarakat setempat agar pada tingkat implementasinya ada kesepahaman antara kita dengan masyarakat T
: Apa strategi yang akan dijalankan dalam menghadapi kandidat lain yang sudah mempunyai nama dimasyarakat, seperti salah satu public figure yang juga mencalonkan diri dalam pemilihan? Karena kecenderungan masyarakat Indonesia akan memilih seseorang yang mereka sudah kenal walaupun tidak secara personal, dibandingkan seseorang yang sama sekali belum pernah terdengar namanya, dan juga menghadapi pejabat terdahulu ?
J
: Strateginya yang pertama adalah kita melakukan sosialiasi diri dengan harapan mampu meningkatkan popularitas kita dihadapan public atau masyarakat, dan yang kedua tentunya kita melakukan gerakan-gerakan simpatik dengan cara memberikan program-program yang bersentuhan langsung dengan kebutuhan masyarakat. Dan yang terakhir adalah do’a kita berusaha semaksimal mungkin tapi untuk hasil kita pasrahkan kepada yang diatas.
T
: Apakah mengikutsertakan tokoh masyarakat dalam kampanye?
J
: Iya kita melibatkan tokoh masyarakat
T
: Seberapa persen efektifitas keikutsertaan tokoh masyarakat dalam kampanye?
J
: Kalau prosentase efektifitas saya tidak tahu persis, tapi yang pasti dalam pandangan saya tokoh masyarakat memiliki peranan yang efektif dalam kampanye, karena selain ia (tokoh masyarakat) berfungsi sebagai vout getter, kultur sebagian besar masyarakat kita juga masih tradisional yang masih merujuk atau mereferensi kepada figure yang ditokohkan dalam pengambilan keputusan.
T
: Apakah peranan media terhadap keberhasilan dan kesuksesan kampanye?
J
: Peranan media dalam kampanye, menurut saya memiliki peranan sangat besar dalam hal mensosialisaikan pencitraan diri saya dan gagasan atau program-program yang akan saya tawarkan kepada masyarakat.
T
: Adakah pendekatan kampanye melalui media local maupun nasional?
J
: Ada
T
: Bagaimana pendekatan dengan media lokal, maupun nasional?
4
J
: Ya tentunya menggunakan pendekatan profesional
T
: Dalam berkampanye, apakah mengikutsertakan tenaga ahli dalam komunikasi misalnya seorang public relation yang akan tergabung dalam tim sukses untuk menyusun kampanye ?
J
: Kalau secara khusus tenaga ahli komunikasi tidak, tapi kalau konsultan politik iya. Yang salah satunya tugasnya adalah sebagai PR
T
: Seberapa jauh peranan public relation tersebut dalam tim suskses?
J
: Kalau yang dimaksud dengan konsultan politik tadi saya kira peranannya sangat signifikan
T
: Mengapa hanya memakai Konsultan Politik dan tidak menggunakan jasa PR secara spesifik?
J
: Sebenarnya hanya masalah persepsi fungsi PR dan Konsultan Politik itu sendiri, untuk saya fungsi konsultan politik dapat mencakup fungsi PR sekaligus, jadi tidak perlu menggunakan jasa kedua bidang tersebut secara terpisah bila dapat dirangkum menjadi satu
T
: Fungsi-fungsi public relation mana saja yang dapat dilancarkan dalam kampanye?
J
: Ada beberapa fungsi yang menurut saya diterapkan dalam kampanye antara lain : 1. 2. 3. 4.
Manajemen isu Pencitraan Image Building Press Release
5
Lampiran II
H. Agus Puji Raharjo, SE, Ak, MBA S2, di bidang keuangan dan perbankan dari Maastricht School of Management, Belanda S1, Sarjana Ekonomidari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Akuntan terdaftar di Pemerintah Ahli perpajakan dengan mendapat sertifikat resmi dari pemerintah tingkat Brevet B D3, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara STAN Lulus Pendidikan LEMHANNAS PRESTASI KERJA •
• • •
Berhasil memperjuangkan jalan layang, sejak awal pengusulan, pengucuran dana pembebasan lahan dari APBD Banten senilai Rp 35 milyar. Meningkatkan kualitas dan kuantitas jalan provinsi (ruas pamulang pondok cabe, Ciputat Pamulang, Ciputat Jombang, Serpong Kebon Nanas Menjaga dan memelihara setu2 di tangsel (setu ciledug, setu sasak dll) Meningkatkan anggaran pendidikan dan kesehatan dari APBD Banten.
Jabatan kedewanan Agus PR yang pernah disandangnya: • • •
Ketua Harian Panitia Anggaran sejak 2006 Ketua Pansus Megapolitan Wakil Ketua Pansus Tata Tertib DPRD
6
• • • •
Sekretaris Komisi C Anggota Panitia Legislasi Anggota Pansus: Zakat, Pembentukan Tangerang Selatan Anggota Pansus Pembentukan Kota Tangerang Selatan
Hasil Wawancara : T
: Banyaknya tokoh-tokoh baru yang bermunculan dalam Pilkada membuat seorang kandidat harus memiliki strategi khusus dalam menghadapi lawan politiknya. Strategi yang bagaimana yang paling jitu dalam menghadapi banyaknya tokoh-tokoh yang ikut berperan dalam Pilkada dalam konteksnya dengan PR menurut pandangan Bapak sebagai salah satu anggota DPRD ?
J
: Satu, bagaimanapun popularitas seseorang itu merupakan modal dasar, tanpa popularitas seseorang harus mengeluarkan biaya besar. Contoh kasus dalam pilkada Tangerang, Rano Karno itu berhasil menyabet seluruh suara, karena apa... karena tidak seorang pun yang tidak kenal dengan Rano Karno, itu yang menjadi satu modal. Kedua, Popularitas dalam artian baik dari seseorang. Mungkin seseorang belum melakukan sesuatu apapun tapi dibenak akal bawah sadar orang sudah tertanam kesimpulan bahwa si fulan itu saya kenal dan dia baik, walaupun belum tahu dia seperti apa, itu modal dasarnya. Kedua jaringan. Memang jaringan itu tidak bisa dihindar bahwa kita harus bermain jaringan. Jadi dua hal itu, satu popularitas dan kedua jaringan saya rasa sudah cukup untuk modal dasar. Jadi kalau orang tidak punya popularitas dan jaringan ya sedikit susah, jadi dua hal itu bisa menghemat banyak menghemat biaya dan waktu.
T
: Seberapa penting strategi atau kampanye PR dalam suatu Pilkada ?
J
: PR itu menurut saya sangat, sangat penting sekali. Ketika seorang mau di launch ke publik dia harus memilih dia itu sebagai apa di publik, jadi memang sangat penting. Kesalahan kita masuk kedalam image, itu bisa jadi akan berlanjut terus.Contoh kasus dari DPD ada beberapa kandidat dengan beberapa image masing-masing, saya ambil satu contoh Handika Hazrumy, dia memiliki PR yang sangat bagus, dia coba tanamkan dalam benak pikiran orang bahwa dia tokoh muda tapi mau berbakti. Dia angkat image ini kepada semua orang bahwa dia tokoh muda yang mau berbakti, jadi kesan-kesan ini yang ingin ditampilkan. Ada orang yang ingin menampilkan saya ini adalah orang yang sederhana, saya ini orang yang merakyat, ada orang lain yang ingin coba kesankan ke masyarakat saya ini orang yang rajin, saya ini orang yang profesional, tentu menurut pilihannya masing-masing. Jadi menurut hemat saya PR memang sangat penting. 7
T
: Kalau begitu tidak cukup hanya dengan konsultan politik saja, harus di kombinasikan dengan konsultan PR juga ?, karena ada beberapa alasan salah satunya mungkin karena alasan biaya, konsultan politik dijadikan sebagai PR juga, menurut saya kedua hal ini berbeda. Konsultan politik dapat lebih fokus ke strategi sedangkan PR lebih kepada pembentukan image, jadi kombinasi antara kedua unsur ini bisa menjadi suatu kombinasi yang jitu.
J
: Ya, tidak cukup hanya konsultan politik harus dikombinasikan. Saya juga bisa tambahkan bahwa PR itu merupakan satu bagian dari strategi.Tapi kita harus ingat kira-kira pilihan yang tepat tentang misalkan si A itu lebih cocoknya di image kan sebagai apa, kemudian komunikasinya bagaimana, karena salah mengkomunikasikannya ke masyarakat juga bisa salah.
T
: Berkaitan dengan pilkada Bupati Tangerang yang lalu, Ibu Airin menghadapi saingan berat yang merupakan incumbent, dan yang lebih beratnya lagi incumbent ini menggandeng public figur, menurut bapak strategi bagaimana yang bisa dijalankan?
J
: Kalau kasus Airin kemarin, sebetulnya kalau kita berhadapan dengan incumbent itu tidak terlalu berat, justru kasus Airin kemarin yang berat adalah menghadapi public figure Rano nya itu, karena dari hasil survey itu dari 6 bulan sampai menuju pilkada itu terus turun, tapi begitu masuk Rano mendongkrak, berarti yang mendrongkrak adalah Rano nya itu. Memang kita melakukan survey beberapa itu, dan sekali lagi memang yang dominan adalah image, image Rano nya itu.
T
: Sempat ada surveynya pak?
J
: Sempat, survey kita kaji secara mendalam. Jadi yang paling memegang peran adalah figurenya Rano itu, dan jaringan incumbent. Jadi incumbent diuntungkan dengan satu, yaitu jaringan. Jaringan birokrasi, jaringan LSM, dan lain sebagainya. Jadi incumbent bermain dengan jaringannya, Rano bermain dengan public figurenya, keduanya bertemu jadi match. Bila kita liat calon yang diusung lawan dari Rano adalah Jazuli – Airin. Kita melihat Jazuli – Airin didalam benak orang belum tertanam selama ini nama itu, belum ada kesan apapun, walaupun masing-masing mempunyai peran penting tapi publik belum tahu didalam pikirannya belum tahu ini siapa.
T
: Jadi tetap penokohan itu masih tetap berperan penting ya pak?
8
J
: Ya benar, Tapi kemarin saya melihat Airin kemarin dalam PR nya cukup berhasil juga, cukup berhasil dalam artian yang ingin di imagekan dia adalah tokoh perempuan, seorang aktivis, dia kan pimpinan dari beberapa LSM, kemudian Jazuli sendiri juga dikesankan sebagai seorang uzstad, sederhana, merakyat, itu juga cukup berhasil, cuma tetap tidak bisa mengalahkan figurenya Rano yang sudah puluhan tahun muncul di TV. Bagaimanapun pengaruh TV itu merupakan yang paling besar. Kita tidak bisa mengalahkan figure-figure dari bintang film, bintang sinetron yang dimasyarakat sudah lebih populer. Kita melihat Jazuli – Airin muncul di televisi pada saat kampanye saja, dan itu ketika kampanye masyarakat tidah terlalu menarik, orang-orang sudah tahu kalau itu kampanye. Jadi kembali kepada kepopuleritas itu tadi.
T
: Beralih kepada kampanye. Waktu kampanye memang sudah ditentukan oleh Undang-undang, dan berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Airin, beliau hanya mempunyai waktu kampanye selama 5 bulan. Menurut Bapak berapa lama waktu yang efektif menjalankan strategi untuk berkampanye?
J
: Pendapat saya seseorang yang sudah mencalonkan diri sebagai kandidat sebagai Bupati, Walikota, Gubernur atau apapun, setidaknya dia harus mempunyai waktu selama 1 tahun sebelumnya standarnya, kalau 5 bulan tidak cukup, karena saya melihatnya ada tiga tahapan penting yang harus dilakukan. Satu, orang harus dikenal dulu dimasyarakat, pokoknya orang dikenal wajahnya, kenal namanya itu tahap pertama. Kedua orang tahu lebih dekat dia, sehingga orang tertarik siapa dia, aktivitasnya apa, apa yang sudah dilakukan, bagaimana kehidupannya, itu yang harus dilakukan, sehingga orang bisa memberikan suatu penilaian orang ini cukup menarik. Tahapan ketiga men - closing orang agar orang bisa memberikan vote dia, makanya kita membutuhkan waktu 1 tahun, karena biasanya waktu habis hanya untuk sosialisasi nama dan wajah orang itu cukup lama. Kasus Rano Karno kemarin benar-benar diuntungkan dengan figurenya yang sudah dikenal puluhan tahun dengan si Doel nya itu, kesan dalam si Doelnya itu dia orang yang merakyat, dia orang sederhana, dia intelek, dia orang pribumi, itu semua adalah kesan-kesan yang mempunyai nilai point. Dia orang yang merakyat, orang senang dengan orang yang merakyat, dia orang yang berpendidikan, orang senang dengan orang yang berpendidikan, dia orang pribumi, orang senang dengan orang pribumi.
T
: Berarti bisa kita bilang dalam hal ini yang berhasil itu adalah strateginya Pak Ismeth ya pak?
J
: Ismeth betul, dan strategi Ismeth itu adalah rekomendasi dari konsultan politiknya tidak main-main dan itu adalah dari hasil survey. Dan
9
bagaimanapun Rano Karno sudah di survey oleh konsultan politiknya di Jakarta kepopulerannya luar biasa, dan kita lihat sebetulnya Tangerang itukan budayanya sebenarnya Betawi, sehingga ketika Rano masuk sini matching.
T
: Bila tadi adalah pandangan Bapak sebagai salah satu anggota DPRD, strategi PR apa yang bapak jalankan sebagai salah satu caleg yang tentunya lebih menghadapi banyak tantangan karena bervariasinya lawan politik ?
J
: Ada dua strategi. Satu dikawasan Tangerang Selatan dimana saya tinggal, saya ingin menyampaikan kepada masyarakat bahwa posisi kedewanan saya sekarang itu memberikan manfaat buat masyarakat. Saya sampaikan beberapa hal yang sudah saya lakukan. Saya ingin juga sampaikan ke masyarakat bahwa saya adalah orang dewan yang benarbenar bekerja, saya ingin sampaikan bahwa saya adalah orang yang masih muda yang bekerja sangat profesional. Yang kedua, saya juga bergerak diluar Tangerang Selatan, saya aktivis buruh, saya mendirikan beberapa LSM. Saya ingin kesankan kepada teman-teman didaerah diluar Tangerang Selatan bahwa saya adalah aktivis buruh dan saya membela mereka, saya membantu mereka dan saya berteman dengan mereka. Makanya semua tool berbeda. Tools saya untuk ke masyarakat di Tangerang Selatan berbeda, baliho berbeda, brosur berbeda, di public juga berbeda.
T
: Jadi memang ada pemetaan khusus ?
J
: Ada pemetaan khusus. Saya memperkenalkan gambar dan nama saya yang saya lakukan selama 2 bulan, dengan tools baliho, spanduk, kalender, itu cukup efektif juga, sehingga orang akan melihat wajahnya, namanya, kemudian orang akan bertanya siapa dia. Setelah itu saya akan memunculkan profile biodata. Saya siapa, biodata saya seperti apa, pekerjaan saya apa, apa yang sudah saya lakukan. Dan yang terakhir adalah clossing. Ketika orang ada gambarnya dilingkungan melihat ada baliho, mini banner, atau spanduk, kemudian didatangi dengan profile itu sehingga orang ingin menjadi lebih dekat. Orang berkumpul dan mengundang saya. Ketika kita sudah ketemu, sebenarnya orang-orang itu sudah tertarik, kemudian saya melakukan clossing.
T
: Bagaimana strategi dengan menggandeng tokoh tertentu atau public figure ?
J
: 2 strategi jaringan yang saya lakukan. Saya caleg provinsi, saya menggandeng 8 caleg Kabupaten. Kemudian saya menggandeng tokohtokoh setempat. Saya alhamdulillah banyak dibantu teman-teman dari
10
FPI uzstad-usztad, ulama, kemudian tokoh-tokoh buruh.
T
: Berkaitan dengan biaya untuk kampanye. Berapa prosentase biaya yang dikeluarkan partai dan Caleg itu sendiri ?
J
: Saya tidak ada dana dari partai. Dana yang saya buat kampanye itu, ada teman-teman saya yang membantu membuatkan kaos, cetakan, kalender, ada juga sebagian dari saya sendiri. Semantara teman-teman yang bergerak dibawah ada tim sukses relawan memang, di public sendiri ada ratusan relawan yang secara sukarela tanpa di bayar. Jadi bantuan dari teman-teman.
T
: Peranan Partai itu sendiri dalam pendanaan bagaimana pak misalkan dalam Pilkada seperti Ibu Airin kemarin?
J
: Partai itu sebagai motor. Agak berbeda antara pilkada dengan sekarang. Kalau pilkada Airin itu, partai itu benar-benar menjadi kunci pergerakan, karena figure yang diusung itu adalah satu pasang. Ini berbeda dengan pemilihan caleg yang sekarang, suara terbanyak, Sehingga peran partai tidak men-drop ke satu orang, jadi partai adalah fasilitator dari semua caleg, kalau pada Airin benar-benar motor penggerak, kalau ini dia fasilitator. Jadi silahkan kalau ada caleg yang ingin kampanye di suatu titik daerah, partai yang akan memfasilitasi ini titiknya sedangkan caleg yang membiayai acara itu.
11