STRATEGI HUMAS YAYASAN LIA JAKARTA DALAM MEMBINA HUBUNGAN DENGAN KOMUNITAS MASYARAKAT KELURAHAN PENGADEGAN JAKARTA SELATAN PERIODE 2008 - 2009
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1) Ilmu Komunikasi
Disusun oleh :
Nama
: Rico Indra Juniarto
NIM
: 4420412-030
Jurusan
: Ilmu Hubungan Masyarakat
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2009
i
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama
:
Rico Indra Juniarto
NIM
:
4420412-030
Fakultas
:
Ilmu Komunikasi
Bidang Studi
:
Public Relations/Hubungan Masyarakat
Judul
:
STRATEGI HUMAS YAYASAN LIA JAKARTA DALAM MEMBINA HUBUNGAN DENGAN KOMUNITAS MASYARAKAT KELURAHAN PENGADEGAN KECAMATAN PANCORAN JAKARTA SELATAN TAHUN 2008-2009
Mengetahui,
Pembimbing
(Irmulan Sati Tomohardjo, SH. M.Si)
ii
TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI
Nama
:
Rico Indra Juniarto
NIM
:
4420412-030
Fakultas
:
Ilmu Komunikasi
Bidang Studi
:
Public Relations/Hubungan Masyarakat
Judul
:
STRATEGI HUMAS YAYASAN LIA JAKARTA DALAM MEMBINA HUBUNGAN DENGAN KOMUNITAS MASYARAKAT KELURAHAN PENGADEGAN KECAMATAN PANCORAN JAKARTA SELATAN TAHUN 2008-2009 Jakarta, Juni 2009
Ketua Sidang
:
Nama
:
Penguji Ahli
:
Nama
:
Pembimbing
:
Nama
:
(
)
Dra. Tri Diah Cahyowati, M.Si. (
)
Drs. Yuwono Tri Atmojo, M.Si. ( Irmulan Sati Tomohardjo, SH. M.Si.
iii
)
PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI
Nama
:
Rico Indra Juniarto
NIM
:
4420412-030
Fakultas
:
Ilmu Komunikasi
Bidang Studi
:
Public Relations/Hubungan Masyarakat
Judul
:
STRATEGI HUMAS YAYASAN LIA JAKARTA DALAM MEMBINA HUBUNGAN DENGAN KOMUNITAS MASYARAKAT KELURAHAN PENGADEGAN KECAMATAN PANCORAN JAKARTA SELATAN TAHUN 2008-2009 Jakarta, Juni 2009
Disetujui dan Diterima oleh : Pembimbing
(Irmulan Sati Tomoharjo, SH. M.Si) Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi
Ketua Bidang Studi Public Relations
(Dra. Diah Wardhani, M.Si)
(Marhaeni F. Kurniawati. S.Sos., M.Si)
iv
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA Judul : STRATEGI HUMAS YAYASAN LIA JAKARTA DALAM MEMBINA HUBUNGAN DENGAN KOMUNITAS MASYARAKAT KELURAHAN PENGADEGAN KECAMATAN PANCORAN JAKARTA SELATAN TAHUN 2008-2009 Nama : Rico Indra Juniarto NIM : 4420412-030 Vii + 91 Halaman + 18 bibliografi
ABSTRAK Yayasan LIA adalah organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan formal dan non formal. Meskipun Yayasan LIA merupakan unit usaha yang mencari keuntungan (profit) namun Yayasan LIA menyadari akan pentingnya sebuah hubungan baik dan harmonis dengan komunitas di sekitar lingkungan perusahaan. Begitu halnya dengan Yayasan LIA yang melalui Divisi Humasnya melakukan strategi kehumasan dalam membina hubungan dengan komunitas masyarakat Kelurahan Pengadegan Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan Periode 2008-2009. Berdasarkan Latar Belakang Masalah, maka Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Apa sajakah strategi Humas Yayasan LIA Jakarta dalam Membina Hubungan dengan Komunitas Masyarakat Kelurahan Pengadegan Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan Periode 2008-2009?”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana strategi Humas Yayasan LIA Jakarta dalam Membina Hubungan dengan Komunitas Masyarakat Kelurahan Pengadegan Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan Periode 2008-2009. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan sifat penelitiannya adalah deskriptif dengan pendekatan secara kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam. Berdasarkan pengertian dari strategi membina hubungan dengan komunitas (community relations) yaitu sekumpulan kebijakan dan taktik yang sudah ditetapkan untuk mencapai tujuan kegiatan dalam membina hubungan dengan komunitas khususnya, dan PR atau Humas pada umumnya yang tentunya diacukan pada tujuan organisasi, sehingga tujuan membina hubungan dengan komunitas akan terkait dengan tujuan organisasi maka hasil penelitian menunjukkan strategi Humas Yayasan LIA dalam menjalankan community relations terhadap masyarakat sekitar wilayah perusahaan sudah tepat sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh pihak Humas Yayasan LIA yaitu adanya saling pengertian, saling menjaga dan menghormati dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masingmasing selaku tetangga yang baik namun kegiatan tersebut belum berjalan secara berkelanjutan. Saran yang dapat diberikan adalah dengan menjalankan kegiatan sosial terhadap komunitas dilakukan secara terus-menerus atau berkelanjutan (sustainable).
v
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, demikian kata pertama yang penulis ucapkan ketika mengakhiri pengerjaan Bab 5 dalam skripsi ini. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang merupakan tugas akhir sebagai mahasiswa Universitas Mercu Buana Fakultas Ilmu Komunikasi Jurusan Hubungan Masyarakat. Kesulitan dan banyak hambatan yang penulis hadapi dalam penyusunan skripsi ini. Setelah dua tahun lebih dan penulis hampir putus asa dalam penyelesaian skripsi ini, akhirnya dapat selesai juga. Tentunya hal tersebut tidak dapat terwujud tanpa bantuan dan dukungan moril maupun materiil dari para dosen, keluarga dan teman-teman tersayang. Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. Ibu Irmulan Sati Tomohardjo, SH. M.Si., selaku pembimbing yang telah banyak membantu, membimbing dan mengarahkan serta memberikan dukungan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 2. Ibu Ismarita Ramayanti, SS, M.Hum, selaku
Manajer Humas Yayasan LIA
Jakarta yang dengan sabar mau memberikan informasi dan menjelaskannya secara lengkap dan menambah wawasan bagi penulis guna melengkapi data skripsi ini. 3. Bapak Asdi, MM., selaku Sekretaris Umum Yayasan LIA yang telah meluangkan waktu ditengah kesibukannya selama ini untuk menerima penulis dalam melakukan wawancara guna penelitian ini. vi
4. Bapak Asep Ruslandi, selaku Ketua Rukun Tetangga sekaligus sesepuh bagi masyarakat Pengadegan yang dengan antusias memberikan informasi yang memadai sehingga penulis dapat melakukan penelitian ini dengan se-objektif mungkin. 5. Ibu Dra. Diah Wardhani M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana. 6. Ibu Marhaeni F. Kurniawati S.Sos., selaku Ketua Bidang Studi Public Relations Universitas Mercu Buana. 7. Seluruh dosen-dosen khususnya dosen mata kuliah jurusan Public Relations, juga semua staf Tata Usaha FIKOM Pusat dan Menteng Universitas Mercu Buana. 8. Seluruh staf Humas Yayasan LIA yang selama ini mau membantu penulis dalam memberikan data dan dokumentasi tentang kegiatan kehumasan. 9. Bapak Bambang dan Ibu Oma Marifah, orang tua tercinta yang selama ini sangat berjasa dalam mengajarkan arti sebuah perjuangan dalam hidup kepada penulis. 10. Adik penulis, Nenk Lia dan Justin Gergen serta buah hati mereka sekaligus keponakanku yang tercinta Malia Anabelle Gergen, meskipun kalian sangat jauh dari penulis namun kalian dekat dihati. 11. Fitri Dilianti, yang sangat sabar menanti keinginan bersama penulis untuk mewujudkan sebuah impian yang selama ini didambakan oleh setiap pasangan hidup. 12. Untuk teman-teman dekat penulis seperti Mamih Rina, Tante Ima, Eneng, dan ‘de Eza. Terima kasih untuk mau menjalani keadaan bahagia dan susahnya bersama penulis. vii
13. Untuk Ibu Carla Picauly Tumundo, selaku Manajer SDM di LBPP LIA Pusat sekaligus pimpinan penulis, terimakasih atas ijinnya untuk meninggalkan kantor pada saat jam kerja guna melakukan bimbingan skripsi. 14. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Semoga nama-nama yang telah penulis sebutkan di atas selalu mendapat lindungan dari Tuhan YME dan selalu mendapat kebaikan dalam hidupnya. Mohon maaf jika terdapat kesalahan atau hal yang kurang berkenan dalam penulisan skripsi ini karena penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini. Sehingga penulis merasa masih membutuhkan saran, kritik dan masukkan untuk kesempurnaan skripsi ini.
Jakarta, Juni 2009
Penulis
viii
DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………………..
i
TANDA LULUS SIDANG………………………………………………………. ii PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI………………………………………
iii
ABSTRAK………………………………………………………………………..
iv
KATA PENGANTAR……………………………………………………………
v
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..
viii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
Halaman
1.1.
Latar Belakang Masalah………………………………………..
1
1.2.
Perumusan Masalah……………………………………………. 7
1.3.
Tujuan Penelitian……………………………………………….
7
1.4.
Signifikansi Penelitian………………………………………….
7
1.4.1. Signifikansi Akademis…………………………………
7
1.4.2. Signifikansi Praktis…………………………………….
8
TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
2.2.
2.3.
Komunikasi…………………………………………………….
9
2.1.1. Pengertian Komunikasi………………………………..
9
Public Relations atau Hubungan Masyarakat………………….
12
2.2.1. Pengertian Public Relations atau Humas………………
12
2.2.2. Humas di Lembaga Pendidikan………………………..
18
2.2.3. Fungsi dan Peran Humas di Lembaga Pendidikan…….
20
2.2.3.1. Fungsi Humas di Lembaga Pendidikan……..
20
2.2.3.2. Peran Humas di Lembaga Pendidikan………
21
Community Relations………………………………………….
22
2.3.1. Pengertian Community Relations……………………...
22
2.3.2. Proses Humas dalam Community Relations…………..
23
2.3.3. Manfaat Community Relations………………………..
25
2.3.4. Impelentasi dan Mekanisme Kegiatan Community
2.4.
BAB III
BAB IV
Relations……………………………………………….
26
Strategi…………………………………………………………
27
2.4.1. Pengertian Strategi…………………………………….
27
2.4.2. Strategi Humas………………………………………...
28
2.4.3. Komponen Pembentuk Strategi Humas……………….
30
2.4.4. Strategi Membina Hubungan dengan Komunitas……...
35
METODOLOGI 3.1.
Sifat Penelitian…………………………………………………
42
3.2.
Metode Penelitian………………………………………………
43
3.3.
Teknik Pengumpulan Data……………………………………..
45
3.3.1. Teknik Pengumpulan Data Primer…………………….
45
3.3.2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder………………….
46
3.4.
Nara Sumber (Key Informan)………………………………….
46
3.5.
Definisi Konsep………………………………………………...
47
3.6.
Fokus Penelitian………………………………………………..
48
3.7.
Analisa Data……………………………………………………
49
HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN 4.1.
Gambaran Objek Penelitian……………………………………
51
4.1.1. Selayang Pandang Yayasan LIA....................................
51
4.1.2. Lambang Yayasan LIA................................................... 52 4.1.3. Visi dan Misi Yayasan LIA............................................ 53
4.1.3.1.
Visi Yayasan LIA.......................................... 53
4.1.3.2.
Misi Yayasan LIA......................................... 53
4.1.4. Struktur Organisasi Yayasan LIA................................... 55 4.1.5. Bagan Struktur Divisi Humas Yayasan LIA…………..
55
4.1.6. Unit-unit Yayasan LIA………………………………...
56
4.1.7. Wilayah Kelurahan Pengadegan Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan................................................................ 57 4.2.
Hasil Penelitian………………………………………………...
59
4.2.1. Strategi Humas Yayasan LIA Jakarta dalam membina hubungan dengan Komunitas………………………….
59
4.2.2. Pengumpulkan Data dan informasi (Fact finding)......... 61 4.2.3. Perencanaan (Planning).................................................. 65 4.2.3.1.
4.3. BAB V
Pelaksanaan Program………………………
68
4.2.4. Komunikasi (Communicating)………………………...
70
4.2.5. Evaluasi (Evaluating)………………………………….
73
Pembahasan…………………………………………………….
76
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.
Kesimpulan…………………………………………………….
85
5.2.
Saran……………………………………………………………
86
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BIODATA
xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah perusahaan yang baik idealnya adalah dapat menghasilkan keuntungan. Bila perusahaan menghasilkan keuntungan, dia akan mampu membayar lebih tinggi karyawannya. Bila karyawan berpendapatan naik, daya beli meningkat. Jika daya beli meningkat, pemintaan terhadap hasil produksi bertambah. Bertambahnya permintaan akan meningkatkan output produksi yang akhirnya diikuti peningkatan keuntungan. Inilah cara pandang utama dalam bisnis atau dapat dikatakan inilah fondasi utama aktivitas bisnis modern. Secara alamiah, keuntungan akan memunculkan "kebaikankebaikan" (benefit) yang akan terdistribusi dengan sendirinya kepada semua pihak, baik yang terlibat maupun tidak. Jadi, tak perlu ada mekanisme lain karena hanya akan mengganggu proses alamiah itu1. Dengan kata lain orientasi seluruh kegiatan perusahaan hanyalah profit, dimana aktivitas apapun harus ditakar dari sudut menambah keuntungan finansial secara langsung atau tidak. Namun dengan berubah arahnya trend dunia saat ini kendati geliatnya tidak serta merta membangunkan dan menyadarkan pelaku bisnis, gaung perubahan semakin terasa pada banyak perusahaan. Kini banyak perusahaan menyadari bahwa sebagai organisasi yang bersifat organis (organism), selalu tumbuh dan berkembang sesuai tuntutan lingkungan. Perusahaan menyadari dengan menggantungkan semata-mata pada kesehatan finansial tidak akan menjamin perusahaan bisa tumbuh secara berkelanjutan
1 Prasetyantoko A. Corporate Image http://unisosdem.org/article_detail.php?aid=929&coid=2&caid=25&gid=1 . Januari 2008. 1
(sustainable). Perusahaan sebagai organisasi memiliki logika seperti makluk hidup yang tinggal di tengah komunitas dan lingkungan tertentu, dia akan dibentuk dan membentuk diri sesuai alur perubahan lingkungan. Menurut Francis G. Rodgers dan Irving N. Levey dalam bukunya Getting The Best Out and of Yourself and The Others, Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang memiliki keyakinan, budaya dan nilai-nilai perusahaan yang positif. Perusahaan dianggap kurang positif jika keharmonisan tersebut hanya terbatas di lingkungan perusahaan atau terbatas hanya dengan para stakeholdernya saja namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya2 Dengan mengutip ungkapan klasik, “Tetangga yang baik adalah yang selalu perduli dengan tetangga lainnya”. Tetangga dari sebuah perusahaan adalah para komunitas disekitar lingkungan perusahaan tersebut. Dalam hal ini menurut Frank Jefkins komunitas dipandang berdasarkan lokalitas yaitu sekelompok orang yang berdiam pada lokasi yang sama dan memiliki kepentingan yang sama, yaitu masyarakat yang tinggal berdekatan dengan perusahaan tersebut3. Komunitas bila diperlakukan dengan baik maka akan menjadi kawan, dan bila diperlakukan dengan buruk maka bisa menjadi lawan. “Politik bertetangga baik” tentu menjadi solusi untuk menjaga agar tetangga perusahaan itu tetap menjadi kawan. Hanya saja masalahnya adalah konsep tetangga yang baik itu tentu berbeda dalam pandangan organisasi dan komunitas. Sebagai contohnya adalah, bagi organisasi, sifat Karitatif (amal) dengan memberikan bantuan mungkin dipandang memadai untuk membangun hubungan bertetangga yang baik namun bagi komunitas, tentu bukan sekedar itu.
2
Yosal Iriantara, 2005, Community Relations: Konsep dan Aplikasinya, Bandung; PT Simbiosa Rekatama Media, hlm.50 3 Frank Jefkins, Public Relations untuk Bisnis. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Presindo. 1987. hlm 126.
Bertetangga baik itu bisa juga dalam bentuk memberi prioritas bagi warga sekitar untuk bekerja di organisasi. Hubungan bertetangga tersebut dapat dikatakan sebagai hubungan dengan komunitas atau Community Relations atau juga sering dikatakan sebagai membina hubungan baik dengan lingkungan sekitar atau ada juga yang mengistilahkannya sebagai bentuk bina lingkungan. Satu prinsip yang hendak dikembangkan melalui community relations adalah mengembangkan hubungan bertetangga yang baik terutama dalam hal berkomunikasi. Community relations merupakan bagian dari kegiatan komunikasi terhadap komunitas. Proses komunikasinya dapat dilakukan baik dari atas ke bawah maupun dari bawah ke atas antara pimpinan perusahaan dengan masyarakat maupun sebaliknya. Berbaik-baik dengan tetangga tentu sangat besar manfaatnya. Hubungan yang diharapkan oleh kedua belah pihak berguna bagi kemaslahatan bersama (mutual benefit). Suatu perusahaan yang ada akan dipandang oleh tetangganya, yakni komunitas, seperti miliknya sendiri. Ada keinginan untuk turut menjaga dan melindunginya, karena faedah keberadaan perusahaaan itu memang dirasakan oleh masyarakat sekitarnya. Kegiatan filantropi merupakan konsep dari community relations
tradisional
yaitu kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan dengan sekedar membagi-bagikan hadiah atau bingkisan menjelang hari besar keagamaan kepada komunitas atau memberikan sumbangan kepada panitia peringatan kemerdekaan di kampung atau pemukiman sekitar perusahaan. Kegiatan tersebut hanya baru mendasarkan pada prinsip sukarela dan kedermawanan yang bertujuan sebagai pengembangan komunitas, dan umumnya dikemas untuk mengupayakan citra positif atau dengan kata lain sebagai ajang promosi perusahaan.
Dan dewasa ini kegiatan tersebut bergeser dari yang sifatnya sukarela dan kedermawanan menjadi berorientasi membangun nilai-nilai sosial dan lingkungan yang berkelanjutan. Perusahaan mulai melihat serius pengaruh dimensi sosial, dan lingkungan pada setiap aktivitas bisnisnya, karena aspek-aspek tersebut bukan suatu pilihan yang terpisah, melainkan berjalan beriringan untuk meningkatkan keberlanjutan operasi perusahaan. Dalam kegiatan community relations ini sejalan dengan prinsip kemaslahatan bersama yang dikembangkan melalui berbagai program atau kegiatan public relations atau dengan kata lain kegiatan community relations adalah merupakan bagian dari program kerja public relations sebuah perusahaan. Ada banyak aktivitas public relations sebuah perusahaan dalam melakukan hubungan dengan berbagai macam pihak, baik ke dalam (intern) maupun ke luar (extern). Mulai dari hubungan dengan stakeholder, pers, pemerintah hingga komunitas masyarakat sekitar perusahaan. Kegiatan community adalah merupakan salah satu bentuk dari kegiatan eksternal dari public relations. Public relations adalah sebuah alat manajemen yang dapat memainkan peranan pokok dalam usaha mencapai tujuan spesifik pada semua tingkat pekerjaan organisasi, dengan memfokuskan, memperkuat dan mengkomunikasikan pesan secara efektif Di sisi lain pada era global, terjadi perubahan pada aspek manajemen lembaga pendidikan. Hal ini terjadi terutama karena perbedaan dan batas-batas kegiatan dan fungsi suatu lembaga pendidikan semakin mendekati dan mensejajarkan dengan perkembangan
jaman
dan
dunia
usaha
di
luar
dunia
pendidikan
dengan
mengembangkan dirinya atas dasar hukum pasar, supplay, demand dan perhitungan
rugi-laba, serta efisiensi. Serta mau tidak mau harus ikut pula dalam menggeser paradigma baru tersebut. 4 Agar lembaga pendidikan dapat menjalankan kegiatan tersebut dengan baik maka diperlukan suatu alat yang dapat menjalankan peran dan fungsi dari kegiatan tersebut yaitu Public relations atau di Indonesia lebih dikenal dengan istilah Hubungan Masyarakat (Humas) dapat mengantisipasi berbagai persoalan global, juga sebagai alat pengelola informasi dan pembangun opini publik khususnya dalam mengantisipasi masalah opini negatif terhadap suatu lembaga pendidikan. Artinya, fungsi Humas tidak terpisahkan dengan fungsi kelembagaan pendidikan tersebut sehingga fungsi dan peran humas dalam lembaga pendidikan bersifat melekat pada manajemen organisasi di lembaga pendidikan tersebut. Opini negatif terhadap suatu perusahaan salah satunya dapat datang dari lingkungan sekitar perusahaan. Persoalan sosial yang muncul sesungguhnya bersumber pada operasi yang dijalankan oleh sebuah perusahaan yang tidak mengindahkan dampak negatif atas kerugian pada masyarakat sekitar seperti pencemaran lingkungan dari limbah perusahaan atau kebisingan karena suara mesin pabrik atau hal-hal yang selama ini dibutuhkan dan diharapkan oleh komunitas atas keberadaan perusahaan tersebut. Hal tersebut bila dibiarkan lambat laun akan membuat pergesekan yang semakin tajam antara pihak perusahaan dengan komunitas sekitar perusahaan sehingga antiklimaksnya adalah mengakibatkan terhambatnya kegiatan produksi bahkan terhentinya usaha sebuah perusahaan di lingkungan tersebut. Maka peran public relations sebagai penyambung lidah antara perusahaan dan komunitas perusahaan berfungsi. Public relations sebagai penjaga hubungan baik antara keduanya tentu bekerja tidak hanya melakukan kegiatan publisitas melalui media atau 4
Yosal Iriantara, Community Relations: Konsep dan Aplikasinya. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2004. hlm 102.
melobi publiknya, namun harus menjaga hubungan baik dengan mendengarkan keluhan dan keinginan publiknya serta menyampaikan kepada manajemen perusahaan untuk memutuskan langkah selanjutnya. Alasan penulis memilih Yayasan LIA sebagai penelitian dan mengapa memilih kegiatan community relations adalah karena Yayasan LIA sebagai salah satu bagian dari dunia usaha yang sedang berkembang juga tidak lepas dari lingkungan komunitas sekitar yayasan tersebut. Hubungan dengan komunitas sekitar perusahaan yang selama ini terjalin berlangsung secara alami terkadang memiliki pasang dan surutnya. Kegiatan yang dilakukan karyawan atau siswa/mahasiswa Yayasan LIA di lingkungan sering mengundang masalah dari masyarakat sekitar. Seperti kegiatan konser musik dan olah raga yang suaranya sangat mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar. Keberadaan jalan akses bagi masyarakat menuju jalan raya yang biasa dilalui terpaksa ditutup karena keberadaan Yayasan LIA. Disinilah peran public relations Yayasan LIA diuji. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya tersebut maka Humas Yayasan LIA melakukan strategi kehumasan dalam membina hubungan dengan bagian dari komunitas yayasan tersebut yaitu komunitas masyarakat sekitar perusahaan. Hal tersebut diatas yang menjadi bahan pertimbangan bagi penulis untuk meneliti strategi yang dijalankan oleh Humas Yayasan LIA terhadap komunitas disekitar yayasan tersebut. Sedangkan pengertian dari strategi dalam penelitian ini adalah faktor pengkoordinasi, prinsip yang menjadi penuntun, ide utama dan pemikiran dibalik sebuah program atau rencana. Strategi ditentukan oleh masalah yang muncul dari analisa terhadap informasi yang tersedia. Dalam konteks strategi
hubungan masyarakat/public relations adalah bagaimana humas/public relations akan mencapai tujuan dan taktik apa yang akan digunakan5.
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan Latar Belakang Masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apa sajakah Strategi Humas Yayasan LIA Jakarta dalam Membina Hubungan dengan Komunitas Masyarakat Kelurahan Pengadegan Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan Tahun 2008-2009?”.
1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana Strategi Humas Yayasan LIA Jakarta dalam Membina Hubungan dengan Komunitas Masyarakat Kelurahan Pengadegan Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan Tahun 2008-2009.
1.4. Signifikansi Penelitian 1.4.1. Signifikansi Akademis Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan studi komunikasi khususnya di bidang Public Relations/kehumasan, yaitu diharapkan dapat menjadi suatu tambahan pengetahuan terhadap penelitian-penelitian lainnya yang berhubungan
dengan
kegiatan
Community
Relations
di
lingkungan
suatu
organisasi/institusi.
1.4.2. Signifikansi Praktis 5
Anne Gregory, Perencanaan dan manajemen Kampanye Public Relations. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2004. hlm 100.
Menjadikan kegiatan Community Relations Yayasan LIA Jakarta tersebut sebagai acuan dan penyempurnaan dalam menentukan kegiatan yang sama ditahun berikutnya serta dari kegiatan tersebut Yayasan LIA memperoleh reputasi yang baik di mata masyarakat terutama komunitas di lingkungan Yayasan LIA sebagai organisasi bisnis yang tidak memandang dirinya sebagai institusi/lembaga pencari profit belaka melainkan juga merupakan institusi/lembaga yang peduli terhadap masyarakat umum terutama komunitas masyarakat sekitar perusahaan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komunikasi 2.1.1. Pengertian Komunikasi Manusia adalah makluk sosial, ia hanya dapat hidup, berkembang, dan berperan sebagai manusia dengan berhubungan dan bekerja sama dengan manusia lain. Salah satu cara terpenting untuk berhubungan dan bekerja sama dengan manusia adalah “Komunikasi”. Komunikasi berawal dari gagasan yang ada pada seseorang. Gagasan itu diolahnya menjadi pesan dan dikirimkan melalui media tertentu kepada orang lain sebagai penerima. Penerima menerima pesan, dan sesudah mengerti isi pesan itu kemudian menanggapi dan menyampaikan tanggapannya kepada pengirim pesan. Dengan menerima tanggapan dari si penerima pesan itu, pengirim pesan dapat menilai efektifitas pesan yang dikirimkannya. Berdasarkan tanggapan itu, pengirim dapat mengetahui apakah pesannya dimengerti dan sejauh mana pesannya dimengerti oleh orang yang dikirimi pesan itu. Kata komunikasi berasal dari kata latin “cum” yaitu kata depan yang berarti dengan, bersama dengan, dan “unus” yaitu kata bilangan yang berarti satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata benda cummunio yang dalam bahasa Inggris menjadi communion dan berarti kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan. Karena untuk ber-communio diperlukan usaha dan kerja, dari kata itu dibuat kata kerja communicare yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang, memberikan sebagian
kepada seseorang, tukar-menukar, membicarakan sesuatu dengan seseorang, memberitahukan sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap, bertukar pikiran, berhubungan, berteman. Kata kerja benda communicatio, atau bahasa Inggris communication, dan dalam bahasa Indonesia diserap menjadi komunikasi.6 Ada banyak
definisi tentang komunikasi yang telah dibuat oleh para pakar
menurut bidang ilmunya. Hal ini disebabkan karena banyaknya disiplin ilmu yang telah memberi masukkan terhadap perkembangan ilmu komunikasi, misalnya psikologi, sosiologi, antropologi, ilmu politik, ilmu manajemen, matematika, dan sebagainya. Namun hanya beberapa definisi tentang komunikasi saja yang akan dipaparkan disini, yaitu yang berhubungan dengan penelitian ini. Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antarmanusia (human communication) bahwa: ” Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antarsesama manusia (2) melalui pertukaran informasi (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu”. 7 Dari sekian banyak definisi mengenai komunikasi yang kita kenal, definisi dari Harold Laswell yang paling sering di aplikasikan dalam keseharian. Harold Laswell menggambarkan komunikasi dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut; Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana?. Berdasarkan definisi Laswell ini dapat diturunkan lima unsur/komponen komunikasi yang saling bergantung satu sama lain, yaitu model; 6 Agus Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 2003. hlm 10. 7 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2004. hlm 18.
S–C–M–R–E Yang bila diuraikan adalah sebagai berikut : S
Source (sumber), Sering disebut juga dengan pengirim (sender), penyandi (coder), komunikator (communicator), pembicara (speaker) atau originator. Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi.
Sumber
bisa
seorang
individu,
kelompok,
organisasi,
perusahaan, atau bahkan suatu negara. C
Channel (saluran) atau media, yakni alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima.
M
Message (pesan), yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima.
R
Receiver (penerima), sering disebut sasaran/tujuan (destination), komunikate (comumunicatee),
penyandi-balik
(decoder)
atau
khalayak
(audience),
pendengar (listener), penafsir (interpreter), yakni orang yang menerima pesan dari sumber. E
Effect (efek), yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut, misalnya penambahaan pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), terhibur, perubahan sikap (dari tidak setuju menjadi setuju), perubahan keyakinan, perubahan perilaku (dari tidak bersedia membeli barang yang ditawarkan menjadi bersedia), atau dari tidak bersedia memilih partai politik tertentu menjadi bersedia memilihnya dalam pemilu, dan sebagainya. 8
8
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Mei 2002. hlm 62-63.
Secara umum komunikasi kita kenal dalam bentuk verbal dan non verbal. Kegiatan/proses komunikasi dalam masyarakat secara umum berlangsung dalam 6 tingkatan menurut Denis McQuall, yaitu :9 1) Komunikasi intra-pribadi (intrapersonal communication) 2) Komunikasi antar-pribadi (intrapersonal communication) 3) Komunikasi dalam kelompok 4) Komunikasi antar-kelompok/asosiasi 5) Komunikasi Organisasi 6) Komunikasi dengan masyarakat secara luas Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan, pembahasan yang akan dijelaskan mengenai tingkatan komunikasi lebih dalam selanjutnya tingkatan yang terakhir yaitu; ”Komunikasi dengan masyarakat secara luas” biasa kita kenal juga dengan istilah komunikasi massa.
2.2. Public Relations atau Hubungan Masyarakat 2.2.1. Pengertian Public Relations atau Hubungan Masyarakat Istilah Public Relations (PR) atau yang di Indonesiakannya adalah Hubungan Masyarakat (Humas) sekarang ini sangat populer di Indonesia. Mengutip pendapat Yosal Iriantara mengenai dua istilah tersebut diatas terdapat dua pengertian yang berbeda yaitu istilah humas di Indonesia lebih identik dengan satu bagian atau biro dalam birokrasi pemerintahan, sedangkan istilah PR lebih netral dan lebih menunjukkan
9
Riswandi, Ilmu Komunikasi. Jakarta: Graha Ilmu. 2009. hlm 9 - 11.
sifat dan watak kegiatan.10 Kini banyak perusahaan telah menyadari akan pentingnya public relations baik itu sebagai profesi maupun Bagian dari manajemen organisasi. Secara Etimologis, public relations terdiri dari dua buah kata, yaitu Public dan Relations. Dalam bahasa Indonesia, kata pertama berarti Publik, dan kata kedua berarti hubungan-hubungan. Jadi, public relations berarti hubungan-hubungan dengan publik. Agar dapat memahami dengan benar apa yang dimaksud dengan arti tersebut dapatlah dijelaskan pengertian dari masing-masing kata yang membentuknya, yaitu : Public
: yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan kata
“Publik” yaitu sebagai salah satu kelompok dalam masyarakat dimana di dalam masyarakat yang sifatnya heterogen terdapat sekelompok orang yang sifatnya homogen. Yang homogen inilah yang dapat dikategorikan sebagai “Publik” Relations : diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah “hubunganhubungan” dalam arti menyangkut banyak hubungan.11 Untuk memudahkan pemahaman, publik dalam public relations biasanya secara sederhana dikategorikan menjadi Publik Internal dan Publik Eksternal. Publik Internal adalah publik yang berada di dalam lingkungan organisasi. Sedangkan Publik Eksternal adalah publik yang berada di luar lingkungan organisasi. Namun, baik publik yang berada di dalam maupun di luar organisasi, sama-sama memengaruhi dan dipengaruhi oleh kegiatan organisasi. Untuk lebih lengkapnya, maka Rhenald Khasali membagi publik dalam organisasi menjadi sebagai berikut :
1. Publik Internal dan Publik Eksternal 10
Yosal Iriantara, Community Relations: Konsep dan Aplikasinya. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2004. hlm 4. 11 Neni Yulianita, Dasar-dasar Public Relations. Bandung: Pusat Penerbitan Universitas (P2U) Universitas Islam Bandung. 2003. hlm 21.
Publik internal adalah publik yang berada di dalam perusahaan. Misalnya: para karyawan, satpam, penerima telepon, supervisor, klerk, manajer, para pemegang saham, dan sebagainya. Sedangkan publik eksternal adalah mereka yang berkepentingan terhadap perusahaan dan berada di luar perusahaan. Misalnya: penyalur, pemasok, bank, pemerintah, komunitas, dan pers. 2. Publik Primer, Sekunder, dan Marjinal Tidak semua elemen dalam para pihak (stakeholders) perlu diperhatikan perusahaan. Perusahaan perlu menyusun suatu kerangka prioritas. Yang paling penting disebut publik primer, yang kurang penting disebut publik sekunder, dan yang dapat diabaikan adalah publik marjinal. Urutan-urutan dan prioritas publik setiap perusahaan berbeda, sekalipun industrinya sama. Urutan-urutan tersebut juga memungkinkan untuk berubah dari tahun ke tahun. 3. Publik Tradisional dan Publik Masa Depan Karyawan dan konsumen adalah publik tradisional, sedangkan mahasiswa, peneliti, konsumen potensial, pejabat pemerintah adalah publik masa depan. 4. Proponents, Opponents, dan Uncommited Di antara publik terdapat kelompok yang menentang perusahaan (opponents), yang memihak (proponents), dan ada yang tidak peduli (uncommited).
5. Silent Majority dan Vocal Minority Dilihat dari aktivtas publik dalam mengajukan complaint atau mendukung perusahaan, dapat dibedakan antara yang vokal (aktif) dan yang silent(pasif). 12 Sedangkan kata ”Relasi” dalam public relations menunjukan adanya hubungan setara atau timbal balik di antara pihak-pihak yang berkepentingan. Masing-masing pihak, baik yang kepentingannya sama maupun berbeda melakukan kontak-komunikasi, baik untuk mencapai tujuan masing-masing maupun tujuan bersama. Di sini hubungan dijalin antara organisasi dengan publiknya yang beragam untuk mencapai tujuan organisasi namun dengan tidak mengabaikan juga tujuan publik. Bahkan bisa juga untuk pencapaian tujuan bersama dan tujuan yang sama yang hendak dicapai organisasi dan publik-publiknya. 13 Definisi public relations atau disingkat PR menurut para ahlinya seperti Cutlip dan Center bersama Glen M. Broom menyatakan bahwa ”Public Relations adalah fungsi manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasikan kebijaksanaan dan tata cara seseorang atau organisasi demi kepentingan publik, serta merencanakan dan melakukan suatu program kegiatan untuk meraih pengertian dan dukungan publik”.14 Menurut Frank Jefkins, Public Relations didefinisikan sebagai ”Keseluruhan bentuk komunikasi yang terencana, baik itu keluar maupun kedalam, yakni antara suatu organisasi dengan publiknya dalam rangka mencapai tujuan yang spesifik atas dasar
12
Rhenald Kasali, Manajemen Public Relations: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. 1994. hlm 11. 13 Yosal Iriantara, Community Relations: Konsep dan Aplikasinya. Bandung: Simbiosa Rekatama Media 2004. hlm 9. 14 Onong Uchjana Effendy, Human Relations dan Public Relations. Bandung: Penerbit CV Mandar Maju. 1993. hlm 116.
adanya saling pengertian. 15 Atau menurut pakar PR dan pakar Komunikasi yaitu Melvin L. Defleur dan Everette E. Dennis, yang mendefinisikan PR dengan ”.....Upaya terencana guna memengaruhi opini publik melalui karakter yang baik dan kinerja yang bertanggung jawab, yang didasarkan pada komunikasi dua arah yang memuaskan kedua belah pihak”16. Ada definisi yang paling dapat dipertanggungjawabkan mengenai definisi PR itu ialah rumusan Dr. Rex Harlow, yang dengan dana dari ”Public Relations Research and education” telah mengkaji 472 definisi PR dari para pakar dan pemimpin PR kenamaan. Definisi Dr. Rex Harlow adalah sebagai berikut : Public Relations adalah fungsi manajemen yang khas yang mendukung pembinaan dan pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya mengenai komunikasi, pengertian, penerimaan, dan kerja sama, melibatkan manajemen dalam permasalahan atau persoalan; membantu manajemen menjadi tahu mengenai dan tanggap terhadap opini publik; menetapkan dan menekankan tanggung jawab manajemen untuk melayani kepentingan publik; mendukung manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif; bertindak sebagai sistem peringatan dini dalam membantu mengantisipasi kecenderungan; dan menggunakan penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama.17 Definisi-definisi PR diatas kiranya bisa memperjelas sosok PR baik sebagai proses komunikasi maupun sebagai kegiatan yang dijalankan organisasi. Sebagai proses komunikasi, Public Relations merupakan kegiatan yang terorganisasi dan bertujuan sehingga bisa dibedakan dengan kegiatan komunikasi yang dilakukan begitu saja dan 15
Frank Jefkins, Public Relations, cet lima. Bandung: Erlangga. 2004. hlm 10. Yosal Iriantara, Community Relations: Konsep dan Aplikasinya. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2004. hlm 5. 17 Onong Uchjana Effendy, Human Relations dan Public Relations. Bandung: Penerbit CV Mandar Maju. 1993. hlm 118.
16
tak memiliki tujuan yang jelas. Sedangkan sebagai kegiatan, Public Relations bertujuan untuk membantu publik memahami organisasi dan produk organisasi tersebut, atau kedudukannya adalah menilai sikap masyarakat (publik) agar tercipta keserasian antara masyarakat dan kebijaksanaan organisasi/instansi. Karena mulai dari aktivitas, program PR, tujuan (goal)
dan hingga sasaran (target) yang hendak dicapai oleh
organisasi/instansi tersebut tidak terlepas dari dukungan, serta kepercayaan citra positif dari pihak publiknya. PR sebagai penghubung antara organisasi dan publiknya berusaha menjaga hubungan baik diantara keduanya. Melalui PR, suatu organisasi tidak tuli dan buta terhadap aspirasi yang berkembang dari kalangan publiknya, dan publik pun mendapatkan informasi yang memadai dari organisasi. Dengan mengingat PR sebagai proses komunikasi, maka komunikasi antara organisasi dan publiknya itu dijaga agar bisa mencapai tujuan dan kepentingan bersama, dan saling pengertian antara organisasi dan publiknya. Dengan kata lain PR berusaha membangan hubungan yang favourable. 2.2.2. Humas di Lembaga Pendidikan Di tengah zaman yang terus berjalan, ilmu pengetahuan akan terus berkembang dan perubahan disegala sisi kehidupan makin sulit diperkirakan. Bahkan perubahan ini setiap saat akan terjadi secara terus menerus dan berjalan sangat cepat. Kondisi tersebut sangat berpengaruh terhadap lembaga pendidikan di tanah air. Baik pada lembaga pendidikan formal dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi maupun non formal misalnya lembaga-lembaga kursus atau pelatihan. Secara tepatnya ada 3 faktor yang harus berubah dalam aspek manajemen lembaga pendidikan guna menghadapi era global ini. Faktor pertama, akibat perkembangan informasi tentang perubahan yang luar biasa cepat, faktor kedua,
fenomena yang sering terjadi dalam dunia pendidikan ialah selalu tertinggalnya perkembangan dunia pendidikan itu sendiri jika dibandingkan dengan perkembangan jaman dan dunia usaha. Dan faktor yang ketiga adalah perbedaan dan batas-batas kegiatan serta fungsi suatu lembaga pendidikan, ilmu pengetahuan, dan ilmu teknologi tidak bisa dipisahkan secara jelas.18 Kondisi ini sangat menuntut lembaga-lembaga pendidikan tersebut menjadi lembaga pengemban ilmu pengetahuan untuk menjawab keberadaannya secara ideal, salah satunya adalah lembaga pendidikan dituntut harus memberikan pelayanan yang profesional kepada publiknya melalui memberikan perkembangan informasi yang selalu up to date kepada publiknya serta sekaligus dalam mengelola lembaga pendidikan diperlukan upaya memadukan antara kepentingan sosial dengan pendekatan promosi dan pemasaran agar lembaga pendidikan tidak tertinggal dengan perkembangan jaman dan dunia usaha. Memadukan hal tersebut merupakan
sesuatu yang menjadi
karakteristik tersendiri pada lembaga pendidikan masa kini. Lembaga pendidikan tersebut harus benar-benar bisa menempatkan diri dan melaksanakan manajemen secara baik agar selalu siap mengikuti perubahan. Guna menjalankan fungsi-fungsi mengelola informasi kepada publik internal (anak didik, tenaga pengajar, dan karyawan) dan eksternal (orang tua anak didik, masyarakat, instansi pemerintah, dan dunia usaha) dibutuhkan suatu bagian yang menangani secara strategis dan serius hal tersebut. Bagian tersebut adalah hubungan masyarakat (humas) atau public relations (PR) yang secara kontinu dan terencana mensosialisasikan, memberikan informasi kebijakan serta membangunan opini publik kepada publik internal maupun eksternal terutama dalam mengantisipasi masalah opini negatif terhadap suatu lembaga pendidikan. 18
Zulkarnain Nasution, Manajemen Humas di Lembaga Pendidikan. Malang: UPT. Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang. 2006. hlm 8.
Ada 3 (tiga) alasan yang mendasar akan pentingnya peran humas/PR pada lembaga pendidikan pada masa sekarang dan mendatang, yakni : 1. Pengelolaan lembaga pendidikan yang semakin otonom, sehingga pimpinan lembaga pendidikan secara kontinu selalu menghasilkan kebijakan yang terkait pada lembaga pendidikan tersebut, 2. Persaingan yang sehat dan dinamis antar sesama lembaga pendidikan dalam merebut minat peserta didik, 3. Perkembangan media massa cetak maupun media elektronik di daerah.19 Karakteristik fungsi dan peran humas di lembaga pendidikan ini memadukan antara orientasi sosial dengan orientasi memperoleh dana untuk pengembangan lembaga dan melengkapi fasilitas pendidikan.
2.2.3. Fungsi dan Peran Humas di Lembaga Pendidikan 2.2.3.1.
Fungsi Humas di Lembaga Pendidikan
Agar lembaga pendidikan dapat mengantisipasi berbagai persoalan global tersebut, khususnya dalam mengantisipasi masalah opini negatif terhadap suatu lembaga pendidikan diperlukan fungsi humas sebagai alat manajemen pada suatu lembaga pendidikan. Dengan demikian berarti fungsi humas tidak terpisahkan dengan fungsi kelembagaan pendidikan tersebut. Sehingga fungsi humas dalam lembaga pendidikan bersifat melekat dengan pada manajemen organisasi di institusi tersebut. Fungsi komunikasi timbal balik (dua arah) tersebut di dalam suatu kegiatan manajemen pada suatu lembaga pendidikan sekarang ini biasanya diserahkan kepada pihak hubungan masyarakat (humas). Fungsi-fungsi Humas dalam kegiatan pada lembaga pendidikan antara lain : 19
Ibid. 12.
1. Mampu sebagai mediator dalam menyampaikan komunikasi secara langsung (komunikasi tatap muka) dan tidak langsung (melalui media pers) kepada pimpinan lembaga dan publik internal (dosen/guru, karyawan, dan siswa/mahasiswa) 2. Mendukung dan menunjang kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan mempublikasi lembaga pendidikan. Dan hal ini humas bertindak sebagai pengelola informasi kepada publik internal dan publik eksternal, seperti: menyampaikan informasi kepada pers, dan promosi. 3. Menciptakan suatu citra yang positif terhadap lembaga pendidikannya.20
2.2.3.2.
Peran Humas di Lembaga Pendidikan
Peran Humas di lembaga pendidikan kedepan antara lain : 1. Membina hubungan harmonis kepada publik internal (dalam lingkungan lembaga pendidikan, seperti: dosen/guru, karyawan, dan siswa), dan hubungan kepada publik eksternal (diluar lembaga pendidikan, seperti: orang tua siswa, masyarakat, media massa dan diluar lembaga pendidikan). 2. Membina komunikasi dua arah kepada publik internal dan publik eksternal dengan menyebarkan pesan, informasi dan publikasi hasil penelitian, dan berbagai kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan pimpinan. 3. Mengidentifikasi dan menganalisis suatu opini atau berbagai persoalan, baik yang ada di lembaga pendidikan maupun yang ada di masyarakat. 4. Berkemampuan mendengar keinginan atau aspirasi-aspirasi yang terdapat di dalam masyarakat.
20
Ibid. 13.
5. Bersikap terampil dalam menterjemahkan kebijakan-kebiajakan pimpinan yang baik.21
2.3. Community Relations 2.3.1. Pengertian Community Relations
Definisi community relations dalam terjemahan bebasnya adalah, hubunganhubungan dengan komunitas. Pengertian ”Relations” sudah dijelaskan sebelumnya, yaitu hubungan-hubungan dan ”Community” adalah komunitas. Komunitas maknanya bisa beragam tergantung pada konteks kalimatnya. Komunitas dapat dimaknai sebagai kelompok manusia yang bisa saja tinggal di berbagai lokasi berbeda atau mungkin juga berjauhan jaraknya, namun dipersatukan minat dan kepentingan yang sama. Pengertian komunitas ini tercakup dalam community relations. Menurut Hallahan, menunjukkan bahwa sesungguhnya apa yang dinamakan publik dalam public relations itu adalah komunitas. Dalam konteks PR sendiri makna komunitas itu tidak bersifat tunggal. Perubahan sosial mendorong terjadinya juga perubahan pemaknaan terhadap istilah. Menurut Wilbur J. Peak seorang mantan staf community relations di Bell Telephone, mengatakan bahwa komunitas bukan lagi sekedar kumpulan orang yang tinggal pada lokasi yang sama tapi juga menunjukkan terjadinya interaksi di antara kumpulan orang tersebut. Jadi, selain karena faktor-faktor fisik yakni tinggal di lokasi yang sama, komunitas itu juga bisa merupakan unit sosial yang terbentuk lantaran adanya interaksi
21
Ibid. 30.
di antara mereka.22 Dengan kata lain, komunitas itu bukan hanya menunjuk pada lokalitas saja melainkan juga pada struktur. Pengertian komunitas tersebut berbeda menurut Jefkins yang hanya melihat komunitas dari aspek lokalitas saja yakni kelompok orang yang tinggal disekitar wilayah operasi suatu organisasi23 yang bisa berupa masyarakat sekitar/setempat, pabrik, areal penambangan, kantor atau bengkel, yang disebut Jefkins sebagai tetangga. Community relations sering dikatakan sebagai membina hubungan baik dengan lingkungan sekitar yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan perusahaan yang akan mempengaruhi lingkungan di sekelilingnya. Ada juga yang mengistilahkannya sebagai bentuk bina lingkungan. Jerold mendefinisikan Community Relations sebagai ”Peningkatan partisipasi dan posisi organisasi di dalam sebuah komunitas melalui berbagai upaya untuk kemaslahatan bersama (mutual benefit) bagi organisasi dan komunitas”. Selanjutnya De Martinis menjelaskan tentang cakupan komunitas yang terdiri dari klien, lingkungan, pejabat publik, lembaga pemerintah dan lembaga lain.24
2.3.2. Proses Humas dalam Community Relations Comunity relations pada dasarnya adalah kegiatan PR. Maka langkah-langkah dalam proses PR pun mewarnai langkah-langkah dalam community relations. Mengingat community relations berhadapan langsung dengan persoalan-persoalan sosial yang nyata yang dihadapi komunitas sekitar organisasi. Melalui pendekatan community relations itu, organisasi bersama-sama dengan komunitas sekitarnya berusaha untuk
22
Yosal Iriantara, Community Relations: Konsep dan Aplikasinya. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2004. hlm 22. 23 Frank Jefkins, Public Relations, cet lima. Bandung: Erlangga. 2004. hlm 82-83. 24 Yosal Iriantara, op.cit., hlm 20.
mengidentifikasi, mencari solusi dan melaksanakan rencana tindakan atas permasalahan yang dihadapi. Dalam hal ini, fokusnya adalah permasalahan yang dihadapi komunitas. Bukan
permasalahan
yang
dihadapi
perusahaan
namun
dampak dari
penyelesaian permasalahan yang dihadapi komunitas itu akan dirasakan juga oleh perusahaan,
mengingat program-program
community relations pada dasarnya
dikembangkan untuk kemaslahatan bersama perusahaan dan komunitas. Lebih dari itu, bila kegiatan community relations terkoordinasi dengan strategi perusahaan, bisa juga membantu
perusahaan dalam menghadapi berbagai tantangan yang dihadapi
perusahaan. Community relations dapat dipandang berdasarkan dua pendekatan hal tersebut berdampak pada proses PR dalam community relations. Pertama, dalam konsep PR lama yang memosisikan organisasi sebagai pemberi donasi, maka program community relations hanyalah bagian dari aksi dan komunikasi dalam proses PR. Bila berdasarkan pengumpulan fakta dan perumusan masalah ditemukan bahwa permasalahan yang mendesak adalah menangani komunitas, maka dalam perencanaan akan disusun program community relations. Ini kemudian dijalankan melalui aksi dan komunikasi. Adapun pendekatan kedua, yang memosisikan komunitas sebagai mitra, dan konsep komunikasinya bukan sekedar kumpulan orang yang berdiam di sekitar wilayah operasi perusahaan. Community relations dianggap sebagai program tersendiri yang merupakan wujud tanggung jawab sosial organisasi. Di sini perusahaan menampilkan sisi dirinya sebagai satu lembaga sosial, yang bersama-sama dengan komunitas berusaha memecahkan permasalahan yang dihadapi komunitas. Perusahaan dan
komunitas sama-sama memberikan sumber daya yang dimilikinya untuk memecahkan permasalahan dan mencapai tujuan kemaslahatan bersama. 25 Bila berdasarkan pendekatan kedua maka dengan menggunakan tahapan-tahapan dalam proses PR yang bersifat siklis dapat digunakan, yaitu dari pengumpulan fakta, perumusan masalah, perencanaan dan pemrograman, aksi dan komunikasi dan evaluasi.
2.3.3. Manfaat Community Relations Perubahan praktik organisasi dalam menjalankan bisnis dan tekanan sosial pada organisasi bisnis untuk memainkan peran yang menunjukkan tanggung jawab sosial, sesungguhnya melahirkan sejumlah manfaat bagi kedua belah pihak. Membantu komunitas merupakan investasi yang penting bagi organisasi karena organisasi bisnis sebagai satu organisme tentu harus berelasi dengan lingkungan. Rogovsky menyusun sebuah tabel tentang manfaat keterlibatan komunitas organisasi bisnis seperti tampak pada tabel.26 Komunitas pada Organisasi Reputasi dan citra organisasi yang lebih baik Lisensi untuk beroperasi secara sosial Memanfaatkan pengetahuan dan tenaga kerja lokal Keamanan yang lebih besar Infrastruktur dan lingkungan sosioekonomi yang lebih baik Menarik dan menjaga personel berkaliber tinggi untuk memiliki komitmen yang tinggi Menarik tenaga kerja, pemasok, pemberi jasa dan mungkin Laboratorium pembelajaran untuk inovasi organisasi
25 26
Ibid, 78-80. Ibid, 70.
Organisasi pada Komunitas Peluang penciptaan kesempatan kerja, pengalaman kerja dan pelatihan Pendanaan investasi komunitas, pengembangan infrastruktur Keahlian komersial Kompetensi teknis dan personal individual pekerja yang terlibat Representatif bisnis sebagai juru promosi bagi prakarsa-prakarsa komunitas
2.3.4. Impelentasi dan Mekanisme Kegiatan Community Relations Implementasi kegiatan community relations dapat dikelola berdasarkan pola sebagai berikut: 1. Kegiatan Sentralisasi Perusahaan sebagai pelaksana/penyelenggara utama kegiatan. Begitupun tempat, kegiatan berlangsung di areal perusahaan. Pada prakteknya, pelaksanaan kegiatan bisa bekerja sama dengan fihak lain misalnya event orgenizer atau institusi lainnya sejauh memiliki kesamaan visi dan tujuan. 2. Kegiatan Desentralisasi Kegiatan dilaksanakan diluar area perusahaan. Perusahaan berperan sebagai pendukung kegiatan tersebut baik dalam bentuk bantuan dana, material maupun sponsorship. 3. Kegiatan Kombinasi Pola ini dapat dilakukan terutama untuk kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat, di mana kegiatan, pendanaan maupun pelaksanaan kegiatan dilakukan secara partisipatoris dengan beneficiaries. Mekanisme pelaksanaan kegiatan community relations dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Bottom up Process Kegiatan ini berdasarkan pada permintaan beneficiaries, yang kemudian dilakukan evaluasi oleh perusahaan 2. Top Down Process Kegiatan ini berdasarkan pada survey/pemeriksaan seksama oleh perusahaan, yang disepakati oleh beneficiaries
3. Partisipatif Kegiatan ini dirancang bersama antara perusahaan dan beneficiaries.27
2.4. Strategi 2.4.1. Kata
Pengertian Strategi ”Strategi”
memang
sering
kali
dikaitkan
dengan
pertempuran,
pertandingan, maupun pertarungan menghadapi atau melawan sesuatu. Strategi juga bisa menjadi salah satu indikasi bagaimana kita akan mencapai suatu tujuan. Banyak pendapat yang mendefinisikan strategi, seperti: ”Strategi adalah tindakan spesifik yang akan dilakukan untuk mencapai hasil yang diinginkan”.28 Atapun seperti pendapat Henry Mintzberg yang mendefinisikan strategi sebagai 5P, yaitu:
strategi
sebagai
Perspektif,
strategi
sebagai
Posisi,
strategi sebagai
Perencanaan, strategi sebagai Pola kegiatan, dan strategi sebagai “Penipuan” (Ploy) yaitu muslihat rahasia. Sebagai Perspektif, di mana strategi dalam membentuk misi, misi menggambarkan perspektif kepada semua aktivitas. Sebagai Posisi, di mana dicari pilihan untuk bersaing. Sebagai Perencanaan, dalam hal strategi menentukan tujuan performansi perusahaan. Sebagai Pola kegiatan, di mana dalam strategi dibentuk suatu pola, yaitu umpan balik dan penyesuaian.29 Dari berbagai pengertian dan definisi mengenai strategi, secara umum dapat didefinisikan bahwa strategi itu adalah rencana tentang serangkaian manuver, yang mencakup seluruh elemen yang kasat mata maupun yang tak-kasat mata, untuk menjamin keberhasilan mencapai tujuan.30
27
Yusuf Wibisono, Membedah Konsep dan Apliaksi CSR, Gresik: Fascho Publishing, 2007. hlm138-139. Anne Marie Grey & Kim Skildum-Reid,Event Sponsorship, Jakarta: PPM, Februari 2006,hlm 48 29 Efendi Arianto, Pengertian Strategi, http://strategika.wordpress.com/2007/06/24/pengertian-strategi/ , 24 Juni 2007 30 Ibid. 24 Juni 2007
28
Dalam kaitannya dalam membina berhubungan dengan komunitas, strategi humas memegang peranan penting sebagai upaya menjebatani antara suatu perusahaan dengan komunitasnya. Strategi Humas dalam sebuah perusahaan sangat menentukan pencapaian tujuan sebuah perusahaan dengan baik dan tepat sasaran.
2.4.2.
Strategi Humas
Suatu “Citra yang menguntungkan” (favorable image) bagi organisasi terhadap para stakeholdersnya sasaran yang terkait yaitu publik internal dan publik eksternal. Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi kegiatan PR atau Humas semestinya diarahkan pada upaya menggarap persepsi para stakeholder, akar sikap tindak dan persepsi mereka. Konsekuensinya, jika strategi penggarapan itu berhasil maka akan diperoleh sikap tindak dan persepsi yang menguntungkan dari stakeholder sebagai khalayak sasaran. Pada akhirnya akan tercipta suatu opini dan citra yang menguntungkan31 Adapun tahap-tahap kegiatan strategi public relations atau Humas: Pertama, komponen sasaran, umumnya adalah para stakeholder dan publik yang mempunyai kepentingan yang sama. Sasaran umum tersebut secara struktural dan formal yang dipersempit melalui upaya segmentasi yang dilandasi “seberapa jauh sasaran opini bersama (common opinion), potensi polemik, dan pengaruhnya bagi masa depan organisasi, lembaga, nama perusahaan dan produk yang menjadi perhatian sasaran khusus”. Maksud sasaran khusus di sini adalah yang disebut publik sasaran (target public). Kedua, komponen sarana pada strategi PR atau Humas berfungsi untuk mengarahkan ketiga kemungkinan tersebut ke arah posisi atau dimensi yang menguntungkan. Hal tersebut dilaksanakan melalui pola dasar”The 3-C’s option”
31
Rosady Ruslan, 2005, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi, Jakarta ; PT RajaGrafindo Persada, hlm.123-125
(Conservation, Change dan Crysttization) dari stakeholder yang disegmentasikan menjadi publik sasaran. Komponen
Strategi Public Relations atau Humas
1. Mengukuhkan (conservation)
- Terhadap opini yang aktif-pro (proponen)
2. Mengubah (change)
- Terhadap opini yang aktif-Contra (oponen)
3. Mengkristalisasi (crystallization) - Terhadap opini yang pasif (un-commited)32 Setelah memilih salah satu komponen sarana atau perpaduan dari sarana strategi PR atau Humas tersebut di atas melalui jalur taktikal, selanjutnya ditentukan sarana taktikal atau strategi PR atau Humas melalui program dan fungsi-fungsi manajemen PR atau Humas. Hal tersebut dilakukan dengan merujuk kepada salah satu atau perpaduan strategi: program pendekatan dengan cara membeli / purchasing, jalur penekanan / kekuasaan (pressure/power), jalur membujuk (persuasive), dan hingga taktik merangkul (patronage).33 Landasan umum dalam proses penyusunan strategi public relations atau Humas, menurut Ahmad S. Adnanputra dalam makalah “PR Strategy” (1990), yang berkaitan dengan fungsi-fungsi PR atau Humas secara integral melekat pada manajemen suatu lembaga yaitu, sebagai berikut.34 1. Mengidentifikasi permasalahan yang muncul 2. Identifikasi unit-unit sasarannya. 3. Mengevaluasi mengenai pola dan kadar sikap tindak unit sebagai sasarannya. 4. Mengidentifikasi tentang struktur kekuasaan pada unit sasaran. 5. Pemilihan opsi atau unsur taktikal strategi public relations atau Humas.
32
Ibid.,125 Ibid.,129 34 Ibid.,130 33
6. Mengidentifikasi dan evaluasi terhadap perubahan kebijaksanaan atau peraturan pemerintahan dan lain sebagainya. 7. Menjabarkan strategi public relations atau Humas, dan taktik atau cara menerapkan langkah-langkah program yang telah direncanakan, dilaksanakan, menkomunikasikan, dan penilaian / evaluasi hasil kerja.
2.4.3.
Komponen Pembentuk Strategi Humas
Setelah melalui tahapan penyelesaian studi kasus dan penyusunan program taktikal dan strategi public relations atau Humas perlu diketahui komponen-komponen “pembentuk strategi korporat, suatu strategi dipengaruhi oleh unsur-unsur tertentu yang berkaitan dengan lingkungan, kondisi, visi atau arah, tujuan dan sasaran dari suatu pola yang menjadi dasar budaya lembaga yang bersangkutan yaitu: a. Secara makro, lingkungan lembaga tersebut akan dipengaruhi oleh unsur-unsur: kebijakan umum (public policy), budaya (cultur) yang dianut, sistem perekonomian dan teknologi yang dikuasai oleh organisasi yang bersangkutan. b. Secara mikro, tergantung dari misi lembaga, sumber-sumber dimiliki (sumber daya manusia dan sumber daya rencana atau program dalam jangka pendek atau jangka panjang, serta tujuan dan sasarannya yang hendak dicapai. Sebagaimana
dijelaskan
sebelumnya
bahwa
untuk
mengokohkan
dan
memantapkan fungsi kehumasan agar mengenai sasaran lembaga, maka aktivitas utama secara Operasional PR atau Humas seharusnya berada di posisi yang sedekat mungkin dengan pimpinan puncak organisasi (top management). Manfaat yang dapat dicapai dari kedekatan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pengetahuan yang jelas dan rinci mengenai suatu sistem terpadu, pola perencanaan, kebijakan, keputusan yang diambil, visi dan arah tujuan organisasi. Hal ini perlu agar tidak terjadi kesalahan dalam penyampaian pesan dan informasi dari lembaga kepada publiknya. Komunikator dan mediator PR atau Humas harus mengetahui sejauh mana batas-batas pesan / informasi yang dapat dipublikasikan, atau pesan / informasi yang tidak bisa diungkapkan secara terbuka kepada publiknya, khususnya kepada kalangan pers / media 2. Agar aktivitas PR atau Humas dalam mewakili lembaga / organisasi tersebut dapat dipertegas berkenaan dengan batas-batas wewenang dan tanggung jawab dalam memberikan keterangan (sebagai juru bicara). Kemudian kegiatan PR atau Humas akan selalu mengetahui secara jelas segi pelaksanan dari keputusan atau kebijaksanaan pimpinan organisasi. 3. Mengetahui secara langsung dengan tepat tenang “latar belakang” suatu proses perencanaan, kebijaksanaan, arah dan hingga tujuan organisasi yang hendak dicapai, baik jangka pendek maupun jangka panjang. 4. Dengan berhubungan secara langsung dan segera dengan pimpinan puncak, tanpa melalui perantara pejabat / departemen lain, maka fungsi kehumasan berlangsung secara optimal, antisipatif dan dapat melaksanakan berbagai macam perencanan. Perananan komunikasi atau dengan kewenangan yang ada akan mampu mengatasi berbagai masalah yang mungkin akan timbul tanpa diduga sebelumnya. 5. Sebagai suatu akibat yang ditimbulkan dari keputusan yang diambil dan kebijaksanaan telah dijalankan oleh pihak lembaga, maka pihak PR atau Humas berperan melakukan tindakan mulai dari memonitor, merekam, menganalisa,
menelaah hingga mengevaluasi setiap reaksi (Feedback), khususnya dalam upaya penilaian sikap tindak serta mengetahui persepsi masyarakat (public acceptance or non public acceptance). 6. Dapat secara langsung memberikan sumbang saran, ide dan rencana atau program
kerja
kehumasan
dalam
rangka
untuk
memperbaiki,
atau
mempertahankan nama baik, kepercayaan dan citra perusahaan terhadap publiknya.
Termasuk
upaya
menjembatani
atau
menyerasikan
antara
kebijaksanaan / keputusan lembaga dengan kepentingan, dan keinginan serta sekaligus upaya memperoleh dukungan dan partisipasi dari masyarakat (publiknya).35 Public Relations (PR) atau Humas berfungsi untuk menciptakan iklim yang kondusif dalam mengembangkan tanggung jawab serta partisipasi antara pejabat PR atau Humas dan masyarakat (khalayak sebagai sasaran) untuk mewujudkan tujuan bersama. Fungsi tersebut dapat diwujudkan melalui beberapa aspek-aspek pendekatan atau strategi Public Relations atau Humas.36 a. Strategi operasional Melalui pelaksanaan program PR atau Humas yang dilakukan dengan pendekatan kemasyarakatan (sociologi approach), melalui mekanisme social cultural dan nilainilai yang berlaku di masyarakat dari opini publik atau kehendak masyarakat terekam pada setiap berita atau surat pembaca dan lain sebagainya yang dimuat di berbagai media massa. Artinya pihak PR atau Humas mutlak bersikap atau berkemampuan untuk mendengar (listening), dan bukan sekedar mendengar (hear) mengenai aspirasi yang
35 36
Ibid,.132 Ibid,.133
ada di dalam masyarakat, baik mengenai etika, moral maupun nilai-nilai kemasyarakatan yang dianut. b. Pendekatan persuasif dan edukatif Fungsi PR atau Humas adalah menciptakan komunikasi dua arah (timbal balik) dengan menyebarkan informasi dari organisasi kepada pihak publiknya yang bersifat mendidik dan memberikan penerangan, maupun dengan melakukan pendekatan persuasive, agar tercipta saling pengertian, menghargai, pemahaman, toleransi dan lain sebagainya. c. Pendekatan tanggung jawab sosial Public Relations atau Humas Menumbuhkan sikap tanggung jawab sosial bahwa tujuan dan sasaran yang hendak dicapai tersebut bukan ditujukan untuk mengambil keuntungan sepihak dari publik sasarannya (masyarakat), namun untuk memperoleh keuntungan bersama.
d. Pendekatan kerja sama Berupaya membina hubungan yang harmonis antara organisasi dengan berbagai kalangan, baik hubungan ke dalam (internal relations) maupun hubungan ke luar (eksternal relations) untuk meningkatkan kerja sama. Public Relations atau Humas berkewajiban memasyarakatkan misi instansi yang diwakilinya agar diterima oleh atau mendapat dukungan masyarakat (publik sasarannya). Hal ini dilakukan dalam rangka menyelenggarakan hubungan baik dengan publiknya (community relations), dan untuk memperoleh opini publik serta perubahan sikap yang positif bagi kedua belah pihak (mutual understanding) e. Pendekatan koordinatif dan integrative Untuk memperluas peranan PR atau Humas di masyarakat, maka fungsi PR atau Humas dalam arti sempit hanya mewakili lembaga / institusinya. Tetapi peranannya
yang lebih luas adalah berpartisipasi dalam menunjang program pembangunan nasional, dan mewujudkan Ketahanan Nasional di bidang politik, ekonomi, sosial budaya (poleksosbud) dan Hankamnas.37 Berkaitan dengan penjelasan langkah-langkah pokok dari berbagai aspek pendekatan dan strategi komunikasi public relations atau Humas dalam upaya untuk menjalin berbagai hubungan positif dengan publik internal dan publik eksternal tersebut diatas, dapat ditarik suatu pengertian yang mencakupi peranan PR atau Humas di berbagai kegiatan di lapangan, yaitu:38 1. menginformasikan (to inform); 2. menerangkan (to explain); 3. menyarankan (to suggest); 4. membujuk (to persuade); 5. mengundang (to invite); 6. meyakinkan (to convince).39
2.4.4.
Strategi Membina Hubungan dengan Komunitas
Strategi membina hubungan dengan komunitas (community relations) adalah sekumpulan kebijakan dan taktik yang sudah ditetapkan untuk mencapai tujuan kegiatan dalam membina hubungan dengan komunitas khususnya, dan PR atau Humas pada umumnya yang tentunya diacukan pada tujuan organisasi. Sehingga tujuan membina hubungan dengan komunitas akan terkait dengan tujuan organisasi. Hubungan antara komunitas dan organisasi lebih tepat dipandang sebagai relasi yang dikembangkan untuk membuka ruang bagi terwujudnya tanggung jawab sosial 37
Ibid.,134 Ibid,.135 39 Ibid,.136 38
suatu organisasi. Sejalan dengan itu, komunitas pun tak lagi hanya dimaknai sebagai lokalitas saja, melainkan juga sebagai struktur yang didalamnya terjadi interaksi karena memiliki nilai-nilai dan kepentingan yang sama, serta manfaatnya bisa dirasakan oleh kedua belah pihak. Pada umumnya, tujuan yang hendak dicapai melalui kegiatan membina hubungan dengan komunitas adalah: 1.
Meningkatkan kesadaran pada komunitas untuk menjadi mitra bagi perusahaan.
2.
Mengubah sikap, misalnya mengubah sikap dari anti menjadi netral dan dari netral menjadi mendukung terhadap tindakan yang dilakukan organisasi.
3.
Mendorong tindakan, misalnya memberikan konstribusinya kepada perusahaan
4.
Menciptakan kemaslahatan bersama atau manfaat bersama antara perusahaan dan komunitasnya Strategi tersebut kemudian dikembangkan menjadi taktik yang melahirkan
prinsip-prinsip kegiatan yang bisa dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Taktik merupakan perincian cara untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Taktik-taktik yang dikembangkan dari strategi sebuah organisasi untuk mencapai tujuan meliputi : 1. Terus menerus mengembangkan kegiatan sosial PR atau Humas untuk komunitas 2. Menggunakan berbagai kebijakan yang ada untuk menyampaikan pesan kepada komunitas 3. Membangun dan memelihara kontak dengan komunitas 4. Memosisikan organisasi sebagai sumber informasi dan pusat pendidikan yang baik dan tepat bagi komunitas
5. Memosisikan pimpinan organisasi sebagai “kepala rumah tangga” dalam hubungannya dengan tetangganya yaitu komunitas 6. Selalu berkoordinasi dengan bagian-bagian lain dalam perusahaan sehingga selalu mendapatkan informasi muthakhir. Strategi sebagai rencana dan memberi penjelasan atas metode yang dipakai untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Kegiatan community relations sebagai salah satu kegiatan PR atau Humas, dilaksanakan melalui tahapan-tahapan dalam proses PR. Empat langkah yang biasa dilakukan dalam proses PR atau Humas menurut Cultip dan Center :40 1. Fact Finding (Definisikan Permasalahan) Dalam tahap ini PR atau Humas perlu melibatkan diri dalam penelitian dan pengumpulan fakta. Selain itu PR atau Humas perlu memantau dan membaca terus pengertian, opini, sikap dan perilaku mereka yang berkepentingan dan terpengaruh oleh sikap dan tindakan organisasi. Pada tahap ini ditentukan “What’s happening now?”. 2. Perencanaan dan Program Pada tahap ini PR atau Humas sudah menemukan penyebab timbulnya permasalahan dan sudah siap dengan langkah-langkah pemecahan atau pencegahan. langkah-langkah itu dirumuskan dalam bentuk rencana dan program, termasuk anggarannya. PR atau Humas penting untuk mendapatkan dukungan penuh dari pimpinan, karena kemungkinan langkah yang diambil akan sangat strategis dan
40
Rhenald Kasali, 1994, MANAJEMEN PUBLIC RELATIONS Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, Jakarta; PT Pustaka Utama Grafiti, hlm.84
melibatkan keikutsertaan banyak bagian. Tahap ini akan memberi jawaban atas pertanyaan “What should we do and why?”. 3. Aksi dan Komunikasi Aksi dan komunikasi harus dikaitkan dengan objective dan goals yang spesifik. Tahap ini menjawab pertanyaan “How do we do it and say it? “. 4. Evaluasi Program Tahap ini melibatkan pengukuran atas hasil tindakan. Pengukuran ini menjawab pertanyaan “how did we do?” . Proses community relations melalui tahapan-tahapan yang mencakup sebagai berikut:41 a. Perencanaan (merupakan usaha untuk mewujudkan sesuatu agar terjadi atau tidak terjadi pada masa depan, termasuk memperhitungkan tindakan yang akan dilakukan dan sumber daya manusia serta sumber daya financial yang diperlukan). 1. Dimana posisi organisasi kita saat ini? 2. Siapa khalayak sasaran kita? 3. Apa yang kita inginkan atau apa tujuan kita? 4. Bagaimana mencapai tujuan itu? 5. Taktik apa yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut? 6. Bagaimana kita mengevaluasinya? b. Pengorganisasian (memprioritas dari temuan penelitian / data / informasi, yang kemudian dikooordinasikan). 1. Divisi Humas yang mengkoordinasikan pembuatan rencana operasional community relations dan pelaksanaan evaluasinya 2. Mekanisme pengorganisasiannya
41 Yosal Iriantara, 2005, Community Relations: Rekatama Media, hlm.78-84
Konsep dan Aplikasinya, Bandung; PT Simbiosa
3. Pandangan khalayak terhadap PR atau Humas serta organisasi 4. Isu dan himbauan yang sesuai untuk khalayak PR atau suatu organisasi c. Pengkomunikasian (tindakan pelaksanaan mengacu pada perencanaan yang sudah dibuat sebelumnya, sehingga pelaksanaan program tidak menyimpang jauh dari objektif yang sudah ditetapkan sebelumnya) 1. Hubungan PR atau Humas dengan komunitas dan proses hubungannya 2. Prinsip-prinsip hubungan PR atau Humas dengan komunitas 3. Proses pembinaan hubungan PR atau Humas dengan komunitas 4. Pemahaman PR atau Humas dalam melayani komunitas dengan baik 5. Proses hubungan PR atau Humas dalam memperkokoh hubungan personal dengan komunitas 6. Macam dan bentuk media yang digunakan PR atau Humas dalam menyempaikan pesan kepada komunitas 7. Proses PR atau Humas dalam membagun dan memelihara kontak dengan komunitas 8. Posisi organisasi sebagai sumber informasi handal untuk komunitas dalam bidang tertentu 9. Proses PR atau Humas dalam berkoordinasi dengan divisi atau unit lain dalam suatu organisasi sehingga selalu mendapatkan informasi muthakhir d. Pengontrolan (upaya membangun sistem peringatan dini bila terjadi penyimpangan program dari tujuan yang sudah ditetapkan) 1. Divisi Humas yang melaksanakan program komunikasi PR atau Humas, sehingga berlangsung dengan baik dan efektif 2. SDM yang mengontrol program komunikasi PR atau Humas
e. Evaluasi (sangat penting keberlanjutan atau perbaikan program / kegiatan pada masa depan) 1. Tujuan atau sasaran kegiatan komunikasi PR atau Humas yang hendak akan dicapai lewat program ini melalui komponen-komponen komunikasinya 2. Mekanisme yang digunakan untuk mengevaluasi program PR atau Humas dalam membina hubungan dengan komunitas, dan Divisi Humas yang melakukan evaluasi sebagai mengukur output komunikasi 3. Proses mengukur hasil kegiatan / program, dan dampak komunikasi PR atau Humas melalui strategi membina hubungan dengan komunitas 4. Proses mengukur evaluasi kegiatan PR atau Humas berhubungan dengan pencapian tujuan perusahaan, sehingga dapat dikatakan proses strategi PR atau Humas dalam membina hubungan dengan komunitas dengan proses organisasi saling menunjang satu sama lain. Secara spesifik Brown menguraikan langkah-langkah community relations untuk organisasi yang berbasiskan bisnis yaitu:42 1. Segmentasi Para praktisi PR biasanya membagi publik ke dalam publik-publik sasaran. Begitu juga halnya dengan community relations, karena organisasi bisnis tidaklah berhubungan dengan “komunitas” massa yang tunggal melainkan pada sejumlah komunitas yang berbeda-beda. Komunitas-komunitas itu bisa saja diidentifikasi berdasarkan batasan demografis, ikatan etnis atau agama, atau komunitas berdasarkan kesamaan kepentingan seperti seni, bisnis atau lingkungan. 2. Skala prioritas
42 42
Ibid,.87-89
Dari sekian banyak komunitas itu tentu mesti dipilih mana yang hendak menjadi sasaran program community relations. Berarti di sini harus membuat prioritas. Pertimbangan prioritas tersebut biasanya didasarkan pada komunitas yang paling memiliki kekuatan untuk mendukung atau menghambat pencapaian tujuan bisnis organisasi. 3. Penelitian Setelah komunikasinya dipilih, langkah berikutnya adalah mengetahui bidang perhatian utama di kalangan komunitas yang menjadi sasaran. Bagaimana cara mengetahuinya? Memang sebaiknya melalui penelitian yang dilakukan sendiri oleh organisasi, tapi ini akan membutuhkan waktu lama dan biaya yang besar. Karena itu bisa saja memanfaatkan data sekunder misalnya dari laporan media massa. 4. Pemuka pendapat pada kelompok sasaran Cara lain untuk mengetahui permasalahan komunitas adalah dengan berbicara pada pemuka pendapatnya. Hasil pembicaraan dengan pemuka pendapatnya. Hasil pembicaraan dengan pemuka pendapat itu akan memberi informasi mengenai permasalahan-permasalahan yang dihadapi komunitas. Dengan berbicara langsung pada pemuka pendapat, sesungguhnya, kita sudah mulai membangun hubungan dengan komunitas tersebut. 5. Penyelarasan Tentu saja setiap komunitas akan memiliki permasalahan dan harapannya masing-amsing terhadap organisasi kita. Begitu juga dengan organisasi kita, memiliki tujuan yang berbeda-beda pada tiap komunitas. Karena itu perlu dilakukan penyelarasan. Kita perlu menyelaraskan kepentingan-kepentingan organisasi kita dengan kepentingan orang-orang dalam komunitas yang prioritas dengan mendasarkan pada kesamaan pandangan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Sifat Penelitian Penelitian yang akan dilakukan adalah
bersifat deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif (descriptive research) adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti.43 Sementara, Denzin dan Lincoln menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Dengan maksud, agar hasilnya dapat digunakan untuk menafsirkan fenomena. Berbagai macam metode yang biasa dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen.44 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Tahap-tahapan dalam metode deskriptif 45: 1. Mengadakan klasifikasi. 2. Menggunakan standar atau suatu norma tertentu.
43
Kountur, Ronny, Metode Penelitian, (Jakarta: Penerbit PPM, 2004), hlm. 105. Lexy J Moleong, 2004, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung; PT Remaja Rosdakarya, hlm.5 45 Moh. Nazir, 2002, Metode Penelitian, Jakarta ; PT Ghalia Indonesia, hlm. 55
44
3. Menyelidiki kedudukan (status) fenomena atau faktor dan melihat hubungan antara satu faktor dengan faktor yang lain. 4. Mengumpulkan data dengan wawancara ataupun interview guide.
3.2. Metode Penelitian Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam penelitian. Deddy Mulyana mengatakan : “Sebagian orang menganggap bahwa metode penelitian terdiri dari berbagai teknik penelitian, dan sebagian lagi menyamakan metode penelitian dengan teknik penelitian.46 Lebih lanjut Deddy Mulyana menambahkan “Yang jelas, metode penelitian apapun yang kita gunakan, misalnya apakah kuantitatif ataupun kualitatif, haruslah sesuai dengan kerangka teoritis yang kita asumsikan” 47 . Menurut mengemukakan pertanyaan
Lofland, bahwa
yang
yang
penelitian
diajukan,
diterjemahkan kualitatif
yakni:
Apakah
oleh
ditandai yang
Deddy
Mulyana
dengan
jenis-jenis
berlangsung
disini?
Bagaimanakah bentuk-bentuk fenomena ini? Variasi apa yang kita temukan dalam fenomena ini? Lalu menjawab pertanyaan-pertanyaan itu secara terperinci48. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Untuk menentukan metode yang digunakan selain berdasarkan pada masalah yang diteliti juga mengacu kepada pertanyaan yang akan digunakan, seperti yang dikatakan Robert K. Yin : “Pertanyaan, ‘Bagaimana’ atau ‘Mengapa’ akan diarahkan kepada peristiwa kontemporer, 46
Mulyana, Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT. Remaja rosdakarya, 2002), hlm. 146. 47 Ibid, hlm. 146. 48 Ibid, hlm. 149.
dimana penelitiannya hanya memiliki peluang yang kecil sekali atau tidak mempunyai peluang sama sekali untuk melaksanakan kontrol terhadap peristiwa tersebut”49. Studi kasus lebih lanjut dijelaskan oleh Robert K. Yin adalah : “suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas dan di mana multi sumber bukti dimanfaatkan”.50 Dari kedua penjelasan di atas disimpulkan bahwa studi kasus dimulai dengan pertanyaan ‘bagaimana’ dan ‘mengapa’ yang diarahkan kepada serangkaian peristiwa dan fenomena kontemporer yang ada dalam kehidupan nyata dan tidak tampak bukti yang jelas batasan-batasan antara fenomena dan konteks tersebut. Langkah-langkah pokok dalam meneliti kasus adalah sebagai berikut :51 1. Rumuskan tujuan penelitian. 2. Tentukan unit-unit studi, sifat-sifat mana yang akan diteliti dan hubungkan apa yang akan dikaji serta proses-proses apa yang akan menuntun penelitian. 3. Tentukan rancangan serta pendekatan dalam memilih unit-unit dan teknik pengumpulan data mana yang digunakan. Sumber-sumber
data apa yang
tersedia. 4. Kumpulkan data 5. Organisasikan informasi serta data yang terkumpul dan analisis untuk membuat interpretasi serta generalisasi.
49
Yin, K. Robert, Ahli Bahasa M. Djauzi Muzakir, Studi Kasus (Desain dan Metode), (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 13. 50 Ibid, hlm.8. 51 Ibid,.58
6. Susunan laporan dengan memberikan kesimpulan serta implikasi dari hasil penelitian.
3.3. Teknik Pengumpulan Data Guna
memperoleh
data
yang
kredibel
maka
dilakukan
teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan data dari sumber data yang telah ada yaitu Teknik Triangulasi. Teknik Triangulasi terdiri dari gabungan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Atau lebih jelasnya adalah, teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
3.3.1.
Teknik Pengumpulan Data primer (melalui wawancara)
Pengumpulan data secara langsung dari objek penelitian perorangan (primary data), dalam penelitian ini dilakukan dengan cara: Secara garis besar ada dua macam pedoman wawancara : 1. Pedoman wawancara terstuktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list.
Pewawancara tinggal
membubuhkan tanda (check) pada nomor yang sesuai. 2. Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja kreativitas pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis pedoman ini lebih banyak tergantung dari pewawancara. Pewawancaralah sebagai pengemudi jawaban responden. Jenis interview ini cocok untuk penelitian kasus.52
52
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka Cipta. Jakarta.2002. edisi revisi V. Hlm. 202
3.3.2.
Teknik Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data yang sudah jadi / tersedia melalui informasi yang dikeluarkan oleh organisasi (secondary data), dalam penelitian ini dilakukan dengan cara studi kepustakaan, meliputi: buku, artikel, buletin, dan lain-lain.
3.5.
Narasumber (Key Informan) Dalam penelitian ini yang menjadi key informan atau nara sumber yang
dianggap paling kompeten terhadap kegiatan tersebut adalah : 1. Ibu Ismarita Ramayanti, S.S. M.Hum, Manajer Humas Yayasan LIA. Alasan : Ibu Ismarita Ramayanti, S.S. M.Hum, sebagai Manajer Humas Yayasan LIA, juga selaku koordinator dalam kegiatan sosial kemasyarakatan baik internal maupun eksternal Humas yayasan LIA dan berpengalaman dalam melakukan kegiatan sosial terutama dengan komunitas masyarakat sekitar yayasan LIA. 2. Bapak Asdi, MM, Sekretaris Umum Yayasan LIA. Alasan : Bapak Asdi, MM, Sekretaris Umum Yayasan LIA sebagai atasan langsung dari manajer Humas yayasan LIA sehingga segala kegiatan-kegiatan kehumasan yang akan direncanakan dan dijalankan terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan dari beliau.
3. Bapak Ahmad Chotib, karyawan Yayasan LIA Jakarta sekaligus masyarakat sekitar Yayasan LIA Pengadegan Jakarta. Alasan : Bapak Ahmad Chotib sebagai karyawan Yayasan LIA Jakarta sekaligus masyarakat sekitar Yayasan LIA Pengadegan Jakarta dapat memberikan informasi yang lebih objektif baik itu sebagai karyawan yayasan LIA maupun sebagai komunitas masyarakat sekitar yayasan. 4. Bapak Asep Ruslandi, Kepala Rukun Tetangga 03/10 Kelurahan Pengadegan. Alasan : Bapak Asep Ruslandi sebagai Kepala Rukun Tetangga 03/10 Kelurahan Pengadegan serta tokoh masyarakat/sesepuh dan pernah ikut dilibatkan dalam kegiatan kehumasan yang diadakan oleh yayasan LIA kepada komunitas masyarakat sekitar yayasan.
3.5. Definisi Konsep Yang perlu didefinisikan dalam penelitian ini adalah : 1. Strategi membina hubungan dengan Komunitas (community relations) Strategi membina hubungan dengan komunitas (community relations) adalah sekumpulan kebijakan dan taktik yang sudah ditetapkan untuk mencapai tujuan kegiatan dalam membina hubungan dengan komunitas khususnya, dan PR atau Humas pada umumnya yang tentunya diacukan pada tujuan organisasi. Sehingga tujuan membina hubungan dengan komunitas akan terkait dengan tujuan organisasi.
2. Yayasan LIA Salah satu lembaga profit yang berorientasi kepada pendidikan kebahasaan baik formal maupun informal berdasarkan keputusan Menteri Muda Kehakiman No. J.A. 5/89/3 pada tanggal 7 September 1959. Kegiatan yayasan dipusatkan untuk mencerdaskan masyarakat melalui pendidikan dan pelatihan/kejuruan yang dilakukan oleh unit-unit kegiatan yayasan.
3.6. Fokus Penelitian Fokus penelitian ini mengenai data-data real, segala bentuk kegiatan dan program yang berhubungan dengan strategi Humas suatu organisasi dalam membina hubungan dengan komunitas yang meliputi : A. Fact Finding (melaporkan temuan data penelitian) 1. Pengertian komunitas. 2. Pandangan komunitas terhadap suatu organisasi sesuai harapan PR atau Humas. 3. Yang diinginkan oleh komunitas terhadap suatu organisasi 4. Kegiatan Humas suatu organisasi yang berhubungan dengan komunitas. B. Perencanaan (merupakan usaha untuk mewujudkan sesuatu agar terjadi atau tidak terjadi pada masa depan, termasuk memperhitungkan tindakan yang akan dilakukan dan sumber daya manusia serta sumber daya financial yang diperlukan). 1. Siapa khalayak sasaran humas dan organisasi. 2. Kapan waktu pelaksanaan kegiatan tersebut berlangsung 3. Rencana evaluasi PR atau humas suatu organisasi serta kegiatan yang sesuai untuk khalayak PR atau humas suatu organisasi
C. Aksi dan Pengkomunikasian (tindakan pelaksanaan mengacu pada perencanaan yang sudah dibuat sebelumnya, sehingga pelaksanaan program tidak menyimpang jauh dari objektif yang sudah ditetapkan sebelumnya) 1. Hubungan PR atau humas dalam memperkokoh hubungan personal dengan komunitas. 2. Pesan yang ingin diberikan kepada komunitas terhadap kegiatan yang sedang berlangsung D. Evaluasi (sangat penting keberlanjutan atau perbaikan program / kegiatan pada masa depan) 1. Siapa pengontrol program komunikasi PR atau Humas dan mengapa. 2. Mengevaluasi kegiatan PR atau Humas berhubungan dengan pencapaian tujuan suatu organisasi, sehingga dapat dikatakan
strategi PR atau Humas dalam
membina hubungan komunitas dengan organisasi saling menunjang satu sama lain.
3.7. Analisa Data Analisis data kualitatif yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilahmilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Prosesnya berjalan sebagai berikut : Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.
Mengumpulkan,
memilah-milah,
mengklasifikasikan,
mensintesiskan,
membuat ikhtiar, dan membuat indeksnya. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuantemuan umum. Adapun tahapan-tahapan analisis data adalah sebagai berikut: 1) Membaca/mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada dalam data. 2) Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang berasal dari data. 3) Menuliskan ‘model’ yang ditemukan. 4) Koding yang telah dilakukan. Dari definisi-definisi tersebut dapatlah dipahami bahwa ada yang mengemukakan proses, ada pula yang menjelaskan tentang suatu komponen-komponen yang perlu ada dalam sesuatu analisis data.53 Penganalisaan data tersebut menggunakan cara : a. Data yang terkumpul dikategorikan, b. Antar kategori dihubungkan, c. Hubungan antar kategori merupakan jawaban masalah pokok penelitian.
53
J. Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosda Karya. Bandung. 2005. hlm. 248
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Objek Penelitian54 4.1.1.
Selayang Pandang Yayasan LIA
YAYASAN LIA atau lebih dikenal sebagai LIA, adalah institusi yang dikenal bergerak di bidang pendidikan terutama bahasa Inggris. LIA sudah tersebar di banyak propinsi di Indonesia. LIA mulai berdiri pada tanggal 7 September 1959 dengan nama Lembaga Persahabatan Indonesia Amerika yang akhirnya disingkat menjadi LIA. Pada awalnya lembaga ini hanyalah sebuah wadah kegiatan mempererat hubungan antar warga Indonesia dan Amerika. Salah satu kegiatannya adalah kursus Bahasa Inggris bagi orang Indonesia di bawah bimbingan USIS (Dinas Penerangan Amerika Serikat). Pada tahun 1965 kegiatan kursus Bahasa Inggris tersebut sempat dihentikan sementara karena adanya pergolakan politik. Kemudian pada tahun 1969, LIA kembali menyelenggarakan kursus Bahasa Inggris dan kegiatannya bertambah dengan pengadaan perpustakaan. Sejak berdirinya LIA hingga tahun 1976, hampir seluruh kegiatan LIA disubsidi oleh Pemerintah Amerika Serikat. Sejak tahun 1975 jumlah subsidi diperketat dan akhirnya dihentikan sama sekali tahun 1976. Sejak itu LIA benarbenar mandiri. 54
Soewarsono, Muhammad Fauzi, SEJARAH LIA: Sekelumit Karya Mencerdaskan Bangsa. Jakarta: Pusat Penerbitan LIA. 1999. hlm 3-144.
Pada tahun 1981 Lembaga Indonesia Amerika diubah namanya menjadi Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Amerika (PPIA) dengan dasar peraturan Menteri Luar Negeri No. 1843/01/1980 yang menetapkan perubahan nama Lembaga menjadi Perhimpunan Persahabatan. Peraturan ini juga menetapkan bahwa sebuah perhimpunan bukan merupakan badan hukum dan tidak diperbolehkan memiliki assets atau kekayaan. Dengan berlatar belakang ketentuan ini, pada tahun 1986, bersama dengan dikokohkannya PPIA dengan akte notaris, maka dibentuklah YAYASAN LIA. Nama ”LIA” bukan lagi sebuah akronim atau singkatan ”Lembaga Indonesia Amerika”, melainkan sebuah nama institusi yang bergerak dibidang pendidikan. LIA yang sejak lahir tahun 1959 selalu dipimpin oleh seorang direktur berkebangsaan
Amerika,
mulai
tahun
1979
di
pimpin
oleh
direktur
berkebangsaan Indonesia. Kalau LIA bergerak di bidang pendidikan bahasa, maka PPIA bergerak dibidang kemanusiaan, kesenian, olah raga dan bidang ilmu pengetahuan
4.1.2.
Lambang Yayasan LIA
Seperti halnya dengan perusahaan-perusahan lain diseluruh Indonesia, Lambang perusahaan merupakan simbolisme karaktertistik dari perusahaan tersebut, yang mempunyai makna dan arti tersendiri.
Makna Logo LIA adalah Segitiga LIA -
Puncak Pencapaian Api semangat Gerak Dinamis
Warna LIA -
Kepercayaan Beriman Bercahaya
Bentuk Huruf LIA -
Desain khusus jenis San-serif, mudah dibaca Karakter kuat
Bentuk Huruf Nama Unit -
Gillans jenis San-serif mudah dibaca Karakter sportif
4.1.3.
Visi dan Misi Yayasan LIA 4.1.3.1. Visi Yayasan LIA
Dalam menjalankan organisasinya YAYASAN LIA mempunyai visi: ”Menjadi pusat pembelajaran yang terbaik dan yang tersebar di Indonesia melalui berbagai program pendidikan dan sarana penunjangnya terutama pendidikan bahasa”. 4.1.3.2. Misi Yayasan LIA Misi Yayasan LIA : a. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan memenuhi kebutuhan intelektual, emosional dan spiritual.
b. Menciptakan suatu struktur organisasi dinamis yang mendukung dan mempercepat kemungkinan partisipasi pengguna jasa dan mitra usaha dalam tatanan manajemen yang sehat dan profesional. c. Meningkatkan kinerja karyawan dan sekaligus kinerja unit kegiatan. d. Mengadakan pengembangan organisasi dan sekaligus merancang sistem kerjanya secara efektif dan efisien. e. Memperlancar penyelesaian masalah genting dan mendesak yang berkaitan dengan adanya pengembangan usaha. f. Menciptakan rasa ketenangan bekerja melalui sistem imbal jasa yang memadai dan sistem pengembangan karier yang jelas.
4.1.4.
Struktur Organisasi Yayasan LIA BAGAN SUSUNAN ORGANISASI YAYASAN LIA PEMBINA
PENGURUS
PENGAWAS
SEKRETARIS UMUM Kepala Keamanan
Manajer SDM & Hukum
Direktur Utama LBPP
Direktur dana Pensiun
2 Menejer
4.1.5.
Manajer Humas
Yayasan LIA BP-PTS Jakarta
Manajer Adm & Keu
Manajer Perpusta kaan
Manajer Pengawasan Intern
Yayasan LIA BP-PTS Yogyakarta
Direktur Akademis
Direktur Operasi
Direktur Keuangan & Umum
K E T U A
K E T U A
Direktur Pusat Penerbitam
5 Menejer
6 Menejer
4 Menejer
S T B A
S T B A
4 Menejer
Bagan Struktur Divisi Humas Yayasan LIA Manajer Hubungan Masyarakat Ismarita Ramayanti, M.Hum
Staf Humas & Dokumentasi Arief Sabarudin,S.Sos
Staf Pengabdian Masyarakat Tri Bowo Laksono
4.1.6.
Unit-Unit Yayasan LIA
Kegiatan YAYASAN LIA terbagi dalam lima unit: 1. Lembaga Bahasa dan Pendidikan Profesional (LBPP LIA) Lembaga Bahasa dan Pendidikan Profesional adalah unit kegiatan yang menyelenggarakan pendidikan jalur luar sekolah yang menyelenggarakan pendidikan sesuai visi dan misi YAYASAN LIA serta bertanggung jawab atas pengelolaan sumber daya secara efektif-efisien sekaligus melaksanakan tanggung jawab sosial. LBPP LIA ini menangani kursus bahasa Inggris, bahasa Indonesia, komputer, perpajakan, melalui beberapa program umum dan khusus, serta program profesional satu tahun. Saat laporan ini dibuat LBPP LIA sudah berada di 22 kota, di 15 propinsi, di Indonesia. 2. Sekolah Tinggi Bahasa Asing LIA Jakarta (STBA LIA Jakarta) STBA LIA Jakarta menyelenggarakan program studi bahasa Inggris dan bahasa Jepang dengan jenjang pendidikan Strata-1 dan Diploma-3. 3. Sekolah Tinggi Bahasa Asing LIA Yogyakarta (STBA LIA Yogyakarta) STBA LIA Yogyakarta menyelenggarakan program studi bahasa Inggris dengan jenjang pendidikan Strata-1 dan Diploma-3 dan bahasa Perancis dengan jenjang pendidikan Diploma-3. 4. Pusat Penerbitan LIA (PP LIA) Unit ini menerbitkan majalah Cool and Smart (C’nS), majalah berbahasa Inggris untuk siswa kursus bahasa Inggris di LIA dan umum yang berusia (15-22 tahun), Saat ini oplahnya sekitar 100.000 eksemplar dan terbit 8 kali setahun. Majalah ini dikirimkan juga ke Kedutaan Besar RI di 72 Negara.
Selain itu PP LIA juga menerbitkan majalah C’nS Junior dengan dwibahasa, Inggris dan Indonesia, khusus untuk anak berusia 8-12 tahun. 5. Dana Pensiun LIA (Dapen LIA) Dana Pensiun ini dikhususkan bagi karyawan YAYASAN LIA dengan bertujuan untuk memberikan rasa aman dan meningkatkan semangat kerja para karyawan. Selain itu Yayasan LIA juga mempunyai unit binaan yaitu : 1. Koperasi Karyawan Yayasan LIA (KOPKARLIA) 2. PT. Citra Studio yang bergerak dibidang studio perekaman bahan-bahan pelajaran 3. PT. Siwibakti Darma yang bergerak di bidang percetakan
4.1.7.
Wilayah
Kelurahan
Pengadegan
Kecamatan Pancoran
Jakarta Selatan55 Kelurahan Pengadegan terletak di kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan. Kelurahan ini memiliki penduduk sebesar 18.521 jiwa dan luas 94,30 ha2. Kelurahan ini berbatasan dengan Kelurahan Cikoko di sebelah utara, Kelurahan Pancoran di sebelah barat, Kelurahan Cawang Jakarta Timur di sebelah timur dan Kelurahan Rawajati di sebelah selatan. Bagian Tenggara wilayah ini rawan banjir karena terdapat wilayah padat penduduk yang tadinya merupakan tempat pengerukan tanah. Tanah hasil kerukan itu dipakai antara lain untuk proyek Jembatan Semanggi.
55
http://BangunPraja Jakarta Selatan 2008 - Profil Kecamatan Pancoran.mht
KECAMATAN PANCORAN (Des 2008) LUAS WILAYAH KELURAHAN RW
852,79
Ha
6
KELURAHAN
43
KK
RT
479
KK
KK
29.100
JIWA
120.608
JIWA
LAKI-LAKI
62.105
JIWA
PEREMPUAN
58.503
JIWA
JUMLAH PENDUDUK
Kecamatan Pancoran
Peta lokasi Kecamatan Pancoran
Desa/kelurahan
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pengadegan Kalibata Rawa Jati Duren Tiga Cikoko Pancoran
4.2. Hasil Penelitian Penulis akan menguraikan mengenai hasil penelitian berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Ibu Ismarita Ramayanti, M.Hum Manajer Humas Yayasan LIA Jakarta, Bapak Asdi, MM. Sekretaris Umum Yayasan LIA , Bapak Asep Ruslandi Kepala Rukun Tetangga 03/10 Kelurahan Pengadegan sekaligus sesepuh diwilayah tersebut, Bapak Ahmad Chotib, karyawan Yayasan LIA Jakarta sekaligus masyarakat sekitar Yayasan LIA Pengadegan Jakarta. Penulis melakukan proses wawancara bertempat di Gedung Yayasan LIA Pengadegan terhitung mulai 13 April sampai dengan 08 Mei 2009. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Strategi Humas yayasan LIA Jakarta dalam membina hubungan dengan komunitas. Wawancara ini dilakukan secara mendalam untuk mendapatkan data secara kualitatif dengan metode penelitian studi kasus dan diuraikan secara deskriptif, yaitu sbb:
4.2.1.
Strategi
Humas
Yayasan LIA Jakarta dalam membina
hubungan dengan komunitas. “Terciptanya suatu situasi yang kondusif, harmonis dan terbentuknya citra positif dari masyarakat sekitar yayasan LIA”56 menurut Ibu Ismarita adalah tujuan jangka panjang Humas Yayasan LIA dalam berhubungan dengan komunitas. Sedangkan, tujuan jangka pendeknya adalah komunitas mengerti dan memahami program dan kegiatan yayasan LIA57. Di sini tujuan dan strategi Humas dalam membina hubungan baik dengan komunitas ditetapkan guna menopang tujuan dalam
56 57
Hasil wawancara dengan ibu Ismarita Ramayanti Manajer Humas Yayasan LIA Jakarta Hasil wawancara dengan ibu Ismarita Ramayanti Manajer Humas Yayasan LIA Jakarta
mengkomunikasikan / menginformasikan kegiatan-kegiatan yayasan LIA terhadap komunitas sesuai dengan visi dan misi yayasan. Pertanyaan pertama penulis adalah pengertian strategi, menurut Ibu Ismarita Ramayanti Manajer Humas yayasan LIA Jakarta bahwa pengertian strategi adalah “Langkah-langkah yang harus kita lakukan untuk mencapai tujuan kita”. 58
Sedangkan pernyataan dari Bapak Asdi sebagai Sekretaris Umum yayasan LIA menambahkan “Strategi adalah teknik yang dilaksanakan dalam kegiatan tertentu dengan mempertimbangkan analisis SWOT yaitu kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman59
Faktor yang termasuk kekuatan (strengths) Yayasan LIA adalah Meskipun dunia usaha saat ini sedang dilanda krisis ekonomi global yang tentunya berpengaruh terhadap kemampuan daya beli masyarakat yang berimbas pada menurunnya sektor-sektor usaha. Namun Yayasan LIA dapat bertahan dari krisis tersebut, karena faktor pengalaman Yayasan LIA di bidangnya selama ini (50 tahun) yang bergerak dibidang pendidikan serta faktor kepercayaan masyarakat yang masih tinggi dan baik terhadap yayasan. Faktor kelemahannya (weakness) yayasan LIA adalah kurang mampu memberikan informasi yang benar kepada masyarakat bahwa Yayasan LIA kini tidak hanya terbatas dengan institusi pendidikan non formal/kursus bahasa Inggris saja, melainkan telah mengembangkan produk-produk diluar kursus, seperti pendidikan formal 1tahun, diploma dan sarjana serta pelatihan-pelatihan diluar bahasa Inggris yaitu komputer, sekretaris & Public Relations, perhotelan, serta pendidikan bahasa asing nonInggris seperti Jepang dan Perancis. Dilihat dari faktor peluang (opportunities), Yayasan LIA sebagai suatu lembaga bahasa asing yang masih dipercaya oleh masyarakat umum jika dioptimalkan dapat 58 59
Hasil wawancara dengan Ibu Ismarita Ramayanti Manajer Humas Yayasan LIA Jakarta. Hasil wawancara dengan Bapak Asdi Sekretaris Umum Yayasan LIA Jakarta
menjadi barometer atau ukuran bagi standarisasi kemampuan berbahasa asing (Inggris) bangsa Indonesia. Karena banyak lulusan-lulusan lembaga ini menjadi individu yang mampu berbahasa inggris yang baik dan benar. Sedangkan faktor ancaman (threats), pihak eksternal seperti lembaga kompetitor, pers, LSM dan komunitas, tokoh masyarakat sebagai sosial kontrol dapat memicu atau menggiring opini masyarakat baik positif maupun negatif terhadap kegiatan usaha Yayasan LIA.
4.2.2.
Pengumpulan Data dan Informasi (Fact Finding)
Kurang terpadunya kegiatan-kegiatan sosial antar unit-unit Yayasan LIA selama ini membuat masyarakat khususnya komunitas masyarakat sekitar kurang memahami tujuan utama dari Yayasan LIA dalam membina hubungan dengan mereka . Sesuai kutipan keterangan Manajer Humas Yayasan LIA “Selama ini sebagian besar kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan dilakukan oleh masing-masing unit yayasan dan pihak humas yayasan tidak selalu dilibatkan dalam kegiatan mereka. Pernah ada masyarakat sekitar yang mengajukan proposal pembukaan perpustakaan dilingkungan mereka kepada Unit LBPP LIA. Padahal unit LBPP LIA tidak pernah mengadakan kegiatan tersebut tetapi Sekretariat Umum lah yang mengadakan kegiatan tersebut. Hal ini terjadi karena selama ini masyarakat hanya memahami bahwa segala kegiatan LIA selalu dilakukan secara bersama-sama. ”60 Kegiatan yang berhubungan dengan komunitas masih kurang besar porsinya dibandingkan dengan diluar komunitas sekitar yayasan. Namun setelah 2 tahun kepemimpinan Ibu Ismarita, ada usaha secara jelas dan terencana untuk lebih 60
Hasil wawancara dengan ibu Ismarita Ramayanti Manajer Humas Yayasan LIA Jakarta
mendekatkan kegiatan-kegiatan sosial yayasan melalui kehumasan dengan komunitas masyarakat sekitar yayasan. Sesuai kutipan keterangan Manajer Humas Yayasan LIA “Selama ini kegiatan-kegiatan kehumasan Yayasan LIA lebih banyak dilakukan diluar lingkungan yayasan, tahun ini saya telah merencanakan kegiatan kehumasan yang lebih mengutamakan kegiatan kepada masyarakat sekitar yayasan entah itu di wilayah pengadegan ataupun di wilayah komunitas sekitar LIA lainnya. Salah satunya adalah diadakannya kegiatan perpustakaan mandiri yang akan ditempatkan disekitar wilayah pengadegan ini. Kegiatan perpustakaan mandiri selama ini sudah dilakukan oleh yayasan namun berada diluar wilayah yayasan seperti di daerah-daerah terpencil dengan tujuan meningkatkan minat baca masyarakat terutama anak-anak. Namun karena jarak yang begitu jauh dari yayasan kegiatan tersebut kurang terkontrol dan termonitor dengan baik sehingga hasil yang ingin dicapai tersebut kurang berhasil, dari evaluasi kegiatan tersebut maka tahun ini kami akan melanjutkan kegiatan perpustakaan mandiri di wilayah yang dekat dengan yayasan sehingga yayasan dapat memonitor dan mengontrol jalannya program tersebut selain alasan kegiatan community relations yang kurang selama ini terhadap masyarakat
sekitar yayasan
.”61 Selama ini kegiatan kehumasan yayasan lebih condong keluar wilayah yayasan. Hal ini dikarenakan tujuan kegiatan sosial dan kehumasan lebih dilihat dari sudut “siapa yang lebih membutuhkan” tanpa membatasi letak wilayah geografis. Dalam kepemimpinan manajer Humas yayasan LIA yang baru, komunitas masyarakat di perkenankan untuk mengajukan proposal kegiatan yang hendak mereka
61
Hasil wawancara dengan ibu Ismarita Ramayanti Manajer Humas Yayasan LIA Jakarta
laksanakan. Namun kegiatan tersebut harus sesuai dengan latar belakang dan tujuan utama yayasan LIA yaitu pendidikan. Sesuai kutipan keterangan Manajer Humas Yayasan LIA “Yayasan LIA memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengajukan proposal kegiatan yang tentunya sesuai dengan latar belakang, misi dan visi yayasan LIA. Yayasan LIA tidak menerima kegiatan yang bersifat SARA, atau suku, agama, ras dan antar golongan serta politik.Namun kegiatan yang bersifat sosial, pendidikan dan budaya “62 Juga berdasarkan kutipan keterangan Sekretaris Umum Yayasan LIA “Masyarakat kini lebih terbuka terhadap yayasan LIA karena telah diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mewujudkan harapan dan keinginan mereka selama ini yang tentunya belum dapat terwujud karena masalah dana. Namun tentu saja kami memiliki prosedur atau aturan main bagi kegiatan yang mereka ajukan seperti tidak berbau SARA”63 Kebiasaan masyarakat yang
bersikap berpangku tangan dan kurang inisiatif
sehingga banyak kegiatan yang masih belum berkembang dan masih memerlukan bimbingan dan bantuan penuh dari Yayasan LIA. Sesuai kutipan keterangan Manajer Humas Yayasan LIA “Saya mengira bahwa masyarakat belum memiliki kesadaran untuk sepenuhnya menjalankan kegiatan tersebut dan belum mengerti secara sempurna akan pentingnya kegiatan tersebut bagi mereka maka tugas kamilah untuk memberikan pengertian kembali kepada mereka tentunya dengan bahasa dan cara berfikir mereka agar mereka tidak merasa tersinggung atau salah pengertian terhadap maksud kami. Kami berusaha untuk merubah sedikit demi sedikit cara pandang mereka tentang kerjasama ini. Sesuai 62 63
Hasil wawancara dengan ibu Ismarita Ramayanti Manajer Humas Yayasan LIA Jakarta Hasil wawancara dengan Bapak Asdi Sekretaris Umum Yayasan LIA Jakarta
dengan harapan kami tentang hubungan yang kami bangun dengan masyarakat sekitar yayasan adalah hubungan sebagai mitra bukan penyumbang dengan yang disumbang, maka status kami sederajat. Dalam artian hubungan yang sederajat adalah hubungan yang saling memberi dan saling menerima antara kedua belah pihak. Jadi yayasan LIA tidak selalu memberi dan masyarakat selalu menerima, tetapi juga sebaliknya.”64 Program-program kehumasan belum terkondisikan dengan jelas sehingga sulit menentukan kegiatan dalam satu tahun untuk masing-masing hubungan dengan tepat. Dalam satu tahun mungkin kegiatan dengan komunitas dapat saja tidak dilakukan, atau dengan pihak lain diluar komunitas. Hal tersebut dikarenakan masih belum jelasnya pengertian atau definisi mengenai komunitas dan community relations bagi kegiatan kehumasan yayasan LIA. Sesuai kutipan keterangan Manajer Humas Yayasan LIA “Komunitas adalah lingkungan masyarakat sekitar perusahaan”65 Atau berdasarkan kutipan Sekretaris Umum Yayasan LIA “Komunitas adalah masyarakat yang ada di lingkungan atau wilayah sekitar sekeliling suatu perusahaan”66 Selama
ini pengertian komunitas lebih dipahami sebagai masyarakat.
Masyarakat yang perlu diberi bantuan oleh yayasan dan tidak terbatas bagi masyarakat manapun juga sejauh itu membutuhkan bantuannya. Hal tersebut pada akhirnya disadari benar oleh manajer humas yang baru menjabat untuk segera menata kembali pengertian dan arti hubungan dengan komunitas sekitar perusahaan agar komunitas masyarakat sekitar yayasan dapat berdaya guna dan tercipta saling pengertian diantara kedua belah pihak.
64
Hasil wawancara dengan ibu Ismarita Ramayanti Manajer Humas Yayasan LIA Jakarta Hasil wawancara dengan ibu Ismarita Ramayanti Manajer Humas Yayasan LIA Jakarta 66 Hasil wawancara dengan bapak Asdi Sekretaris Umum Yayasan LIA Jakarta 65
4.2.3.
Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan usaha untuk mewujudkan sesuatu agar terjadi atau tidak terjadi pada masa depan, perhitungan tindakan yang akan dilakukan dan sumber daya manusia dan sumber daya finansial yang diperlukan. Strategi apa yang akan digunakan, Manajer Humas yayasan LIA memahami betul fungsinya sebagai mediator antara Yayasan LIA dengan pihak eksternal yaitu masyarakat/komunitas. Adapun strategi yang sedang dilakukan pada saat kepemimpinan manajer humas yang baru adalah aktif melakukan survei dengan turun langsung mendatangi masyarakat guna mengetahui kebutuhan apa saja yang diperlukan oleh masyarakat kemudian setelah menemukan masalahnya maka dibuatlah program atau renacna kerja yang akan diinformasikan kepada pihak-pihak yang akan dilibatkan. Dan dari strategi tersebut ternyata mendapat sambutan yang baik dari pihak masyarakat termasuk juga pihak komunitas masyarakat sekitar yayasan. Selain itu, dari hasil survei tersebut pihak yayasan dapat mengetahui secara jelas apa yang diperlukan atau dibutuhkan oleh masyarakat yang selama ini pihak yayasan tidak menyadarinya. Sesuai kutipan keterangan Manajer Humas Yayasan LIA Jakarta “Melalui hasil dari data survei, wawancara dengan masyarakat, maka kami dapat membuat suatu program yang dilakukan sesuai kebutuhan masyarakat komunitas”67
Humas membuat analisis dari kegiatan / program kerja yang berhubungan atau berkaitan dengan kegiatan sosial Yayasan LIA Adapun yang mengevaluasi dan menganalisa program kerja / kegiatan humas di Yayasan LIA, dalam membina hubungan dengan komunitas adalah humas beserta unit
67
Hasil wawancara dengan ibu Ismarita Ramayanti Manajer Humas Yayasan LIA Jakarta
yayasan lain (yang diajak bekerjasama) atau mitra di luar yayasan dalam satu kegiatan bersama atau terpadu. Sesuai kutipan keterangan Manajer Humas Yayasan LIA “Humas yayasan bertanggung jawab langsung kepada Sekretaris Umum Yayasan LIA dengan selalu melaporkan segala kegiatan yang telah, sedang dan akan dilaksanakannya.”68 Laporan tersebut dibuat berkala berdasarkan jenis kegiatan masing-masing. Dijabarkan dalam kutipan penjelasan manajer Humas Yayasan LIA. “Evaluasi dan analisa dilakukan oleh divisi Humas bersama mitra yang diajak bekerjasama dalam melakukan suatu kegiatan. Strategi yang digunakan khususnya dalam membina hubungan dengan komunitas dan sebagai tolak ukur (output) komunikasi adalah sebagai berikut : 1. Menyusun program dan langkah kerja dalam penentuan kegiatan kepada komunitas. 2. Menghimpun data dari hasil riset sebagai temuan data. 3. Menyiapkan kepanitiaan dalam melakukan suatu kegiatan jika kegiatan tersebut perlu bekerja sama dengan unit-unit lain Yayasan LIA atau mitra di luar yayasan 4. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait untuk kelancaran pelaksanaan pengkomunikasian informasi. 5. Melakukan evaluasi dan analisa atas suatu kegiatan.69
“Kegiatan-kegiatan yang sudah dilaksanakan diantaranya: membuka perpustakaan mandiri dengan bekerjasama dengan masyarakat sekitar perusahaan yang oleh yayasan ditunjuk beberapa orang masyarakat untuk menjadi pengelola perpustakaan tersebut, membuka fasilitas klinik bagi masyarakat komunitas yayasan, mensponsori kegiatan olah raga bagi masyarakat komunitas yayasan yang semuanya bertujuan memelihara hubungan baik antara yayasan dengan komunitas maupun masyarakat, dimana dalam hal ini pula Humas sekaligus berfungsi sebagai mediator antara lembaga dengan pihak eksternal” “untuk mencapai tujuan strategi membina hubungan dengan komunitas melalui penjabaran tugas pokok fungsi Humas antara lain: 1. Menyusun perencanaan kebutuhan anggaran Humas untuk kegiatan kehumasan selama tahun 2008-2009; 2. Membentuk kepanitiaan, Memfasilitasi dan menjadi mediator kepentingan komunitas dengan Yayasan LIA; 3. Menghimpun usulan dan masukkan dari masyarakat komunitas yayasan; 4. Membuat dokumentasi photo apabila ada kegiatan yayasan untuk kepentingan visualisasi data, penerbitan jurnal dan buletin; 5. Memupuk dan menjalin kerja sama dan kemitraan dengan komunitas dalam rangka memelihara citra yayasan.70
68
Hasil wawancara dengan ibu Ismarita Ramayanti Manajer Humas Yayasan LIA Jakarta Hasil wawancara dengan Ibu Ismarita Ramayanti Manajer Humas Yayasan LIA Jakarta. 70 Rancangan Kerja dan Anggaran 2008-2009 Humas Yayasan LIA 69
Kedewasaan dan kematangan berpikir sangat dibutuhkan dalam pribadi humas. Sebagai filterisasi rencana evaluasi strategi membina hubungan dengan komunitas, Humas yayasan LIA memilah-milah informasi positif dan negatif kemudian dikomunikasikan kepada pihak internal yang bersangkutan maupun dikomunikasikan dengan pihak komunitas sebagai tujuan kegiatan. Mengutip dari rencana evaluasinya Manajer Humas Yayasan LIA Jakarta “Rencana dalam evaluasi melalui komunikasi dengan pihak internal yang bersangkutan maupun berkomunikasi dengan pihak eksternal atau komunitas, kemudian akan dipilah-pilah antara informasi positif dan informasi negatif”.71 Pemilahan isu dan rencana kegiatan tentunya disesuaikan dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Mengenai produk-produk yang bersifat pendidikan yang dihasilkan Yayasan LIA, seperti kursus (non formal), pendidikan non-kursus, jasa penerjemah dan alat pendukung pendidikan seperti buku-buku dianggap penting untuk disosialisasikan terhadap khalayak demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan kutipan penjelasan Sekretaris Umum Yayasan LIA Jakarta “Dikarenakan Yayasan LIA ini sebagai lembaga pendidikan yang bersifat memberi pendidikan kepada masyarakat, isu dan imbauan berdasarkan hasil masukan sesuai kebutuhan masyarakat. Berupa program dan produk-produk yang telah dihasilkan Yayasan LIA berupa produk-produk yang bersifat pendidikan yang dihasilkan
Yayasan LIA, seperti kursus (non formal), pendidikan non-kursus, jasa penerjemah dan alat pendukung pendidikan seperti buku-buku .72
4.2.3.1. Pelaksanaan Program Ibarat pintu gerbang, humas senantiasa menjaga situasi kondisi yayasan tetap kondusif dengan pihak eksternal khususnya komunitas. Atas pertimbangan fungsi kehumasan sebagai jembatan antara pihak internal dan esternal, maka 71 72
Hasil wawancara dengan Ibu Ismarita Manajer Humas Yayasan LIA Jakarta. Hasil wawancara dengan Bapak Asdi Sekretaris Umum Yayasan LIA Jakarta.
Humas sebagai koordinator pembuatan rencana dan evaluasi strategi kegiatan membina hubungan dengan komunitas. Atas dasar pertimbangan yang dikutip dari penjelasan Sekretaris Umum Yayasan LIA “Koordinasi pembuatan rencana dan evaluasi dalam membina hubungan dengan komunitas adalah pihak Humas yayasan.LIA. Hal ini atas pertimbangan fungsi humas sebagai jembatan antara pihak internal dan eksternal. Diibaratkan humas sebagai penjaga gawang yang senantiasa menjaga situasi kondisi lembaga tetap kondusif dengan pihak eksternal khususnya komunitas demi tercapainya tujuan yayasan LIA”73
Dalam pelaksanaan strategi humas dalam membina hubungan dengan komunitas selama ini sebagai mitra. Komunitas membutuhkan bantuan dan humas membutuhkan keamanan dalam menjaga ketenangan dan ketentraman bagi kegiatan usaha Yayasan LIA. Sesuai kutipan pernyataan Manajer Humas Yayasan LIA “Proses hubungan Humas dengan komunitas selama ini sebagai mitra dalam menjaga keamanan, ketenangan dan ketentraman kegiatan usaha Yayasan LIA. Komunitas membutuhkan bantuan sebagai bentuk kepedulian yayasan kepada komunitas sedangkan humas membutuhkan komunitas sebagai pihak yang turut membantu eksistensi atau keberadaan”74
Tambahan kutipan dari pihak komunitas, Bapak Ahmad Chotib sebagai karyawan sekaligus komunitas masyarakat sekitar yayasan LIA "Masyarakat sekitar LIA sudah lama diuntungkan dengan adanya LIA, terutama dari segi usaha yang dilakukan oleh masyarakat seperti bisnis kost-kosan,warung makan, ojek, rental komputer dan internet dan bantuan yang selama ini diberikan oleh LIA terutama saya dan beberapa masyarakat yang diberikan kesempatan untuk bekerja di LIA”75
Sumber Daya Manusia yang melakukan program komunikasi adalah pihak humas. Saat ini Humas yayasan LIA dianggap mampu berkomunikasi dan mengkoordinasikan kegiatan yayasan antara pimpinan dan anggota / pihak yang
73
Hasil wawancara dengan Bapak Asdi Sekretaris Umum Yayasan LIA Jakarta. Hasil wawancara dengan Ibu Ismarita Manajer Humas Yayasan LIA Jakarta. 75 Hasil wawancara dengan Bapak Ahmad Chotib Karyawan Yayasan LIA Jakarta sekaligus masyarakat sekitar Yayasan LIA Pengadegan.
74
terkait, selain memberikan saran dan pertimbangan kepada atasan demi kelancaran pelaksanaan. Sesuai kutipan penjelasan Manajer Humas Yayasan LIA Jakarta “SDMnya adalah Manajer Humas beserta stafnya. Karena pemahaman masingmasing unit berbeda tentang tugas dan fungsi humas dan ada faktor untuk menonjolkan diri masing-masing unit maka dalam pelaksanaan program ada yang bisa dilaksanakan oleh divisi Humas sendiri, dan ada juga melibatkan orang lain dalam bentuk kerja sama. Meski demikian pengendali dan tanggung jawab program tetap Manajer Humas”.76
4.2.4.
Komunikasi (communicating)
Selama ini Humas yayasan LIA dengan komunitas saling memahami dan mengerti akan tanggung jawab masing-masing. Berprinsip pada itikad baik, keterbukaan, kejujuran atas suatu bantuan, pihak humas berusaha seimbang dalam pemberian bantuan kepada komunitas. Tidak hanya untuk kepentingan yayasan semata, tetapi juga bagi komunitas. Dengan demikian, selama ini komunitas mengerti dan membantu menciptakan suasana kondusif atas lingkungan yayasan. Hal ini karena komunikasi komunitas dan humas berjalan baik. Seperti yang dikutip dari penjelasan Manajer Humas Yayasan LIA Jakarta. “Hubungan Humas dengan komunitas selama ini berazaskan itikad baik. Berusaha memberikan sesuatu yang dibutuhkan oleh komunitas. Berdasarkan kejujuran, segala kegiatan sosial Humas selalu mendapat sambutan yang baik oleh komunitas masyarakat sekitar yayasan. Apapun kegiatan sosial yang dilakukan yayasan selalu dikomunikasikan terlebih dahulu kepada komunitas, itu adalah kunci keberhasilan kegiatan yayasan. Meskipun pada perjalanannya ada saja batu sandungan antara yayasan dengan komunitas yang sebenarnya tidak diharapkan oleh yayasan seperti komunitas terkadang menuntut secara berlebihan kepada yayasan sehingga komunitas cenderung kurang berdikari atau menjadi berpangkutangan kepada yayasan.Atau cara berfikir yang berbeda antara pihak yayasan dengan masyarakat. Disinilah peran lain humas dilakukan yaitu dengan memberi pengertian yang mendalam berdasarkan alam fikir mereka mengenai tujuan dan harapan yayasan terhadap komunitas atau menyamakan persepsi antara kedua belah pihak agar dapat mengurangi resistensi/gesekan diantara keduanya ”77
76
Hasil wawancara dengan Ibu Ismarita Ramayanti Manajer Humas Yayasan LIA Jakarta
77
Hasil wawancara dengan Ibu Ismarita Ramayanti Manajer Humas Yayasan LIA Jakarta
Tambahan kutipan dari pihak komunitas, Bapak Asep Ruslandi sebagai kepala Rukun Tetangga 03/10 Kelurahan Pengadegan dan sesepuh atau tokoh masyarakat sekitar yayasan LIA “Masyarakat sini telah cocok dengan LIA, karena LIA mengerti betul kebutuhan masyarakat sini. Banyak masyarakat yang telah dibantu disini. Hanya terkadang suka agak lama jika kami meminta bantuan kegiatan masyarakat disini. Setelah saya tanya mereka mengatakan bahwa ada kegiatan yang bisa dibantu dan tidak dibantu tapi saya tidak tau apa saja yang bisa dibantu dan tidak. Tapi saya paham betul dengan keadaan di LIA. Yang penting adanya bantuan dari LIA”78
Pembinaan hubungan dengan komunitas dirasakan sudah terjaga dengan baik demi kebaikan dan kemaslahatan bersama. Selain itu upaya memfasilitasi kebutuhan komunitas melalui komunikasi dan implementasinya. Melalui pembinaan hubungan dengan komunitas masyarakat sekitar yayasan, dan tokoh masyarakat yang dilakukan humas selama ini, diharapkan tercapainya tujuan komunikasi dalam pembentukan opini positif komunitas. Ditegaskan dalam hasil kutipan pernyataan Manajer Humas Yayasan LIA. “Dalam membina hubungan dengan komunitas selama ini dirasakan sudah baik dan terus dijaga berlandaskan keterbukaan, mendukung kegiatan yang dilakukan oleh komunitas dan memfasilitasi komunitas. Memelihara hubungan baik antara yayasan dengan komunitas dan tokoh masyarakat. Melalui pembinaan hubungan tersebut humas mengharapkan tercapainya tujuan komunikasi dalam memberikan tanggung jawab sosial kepada komunitas”.79
Komunitas yang datang ke Humas mengajukan proposal meminta bantuan atau partisipasi yayasan dalam bentuk kegiatan sosial dan ditanggapi dengan baik, melalui pendekatan komunikatif dan dialogis. Namun, apabila tujuan dari sebuah kegiatan terlihat hanya menguntungkan bagi beberapa pihak tertentu atau ditungggangi agenda tersembunyi oleh para pejabat atau tokoh masyarakat demi kepentingan pribadi yang biasanya berbau nuansa politik maka yayasan akan menghentikan kegiatan tersebut. Artinya Humas tetap terbuka, sejauh kegiatan 78 79
Hasil wawancara dengan Bapak Asep Ruslandi Ketua RT 03/10 Kelurahan Pengadegan Jakarta. Hasil wawancara dengan Ibu Ismarita Ramayanti Manajer Humas Yayasan LIA Jakarta
tersebut tidak dimanfaatkan untuk tujuan yang bersifat SARA, dan politik. Seperti kutipan dari penjelasan Manajer Humas Yayasan LIA Jakarta “Prosesnya adalah melalui pendekatan yang komunikatif dan dialogis. Dimana komunitas yang datang ke Humas memberikan proposal kegiatan ditanggapi dengan niat baik. Tetapi bila proposal tersebut diketahui bertujuan demi kepentingan pihak tertentu saja seperti individu atau bersifat SARA dan politik maka humas menolaknya dengan baik.”. 80
Mengenai program kegiatan-kegiatan Yayasan di komunikasikan dalam bentuk kerja sama secara berkala bulanan dan tahunan. Humas yayasan bekerjasama dengan komunitas dan hasil kerjasama tersebut dilaporkan kepada pihak yayasan dalam bentuk laporan bulanan yang dilakukan oleh komunitas. Misalnya laporan peminjaman buku selama satu bulan di wilayah komunitas yayasan. Dipertegas sesuai kutipan pernyataan Manajer Humas yayasan LIA. “Program kegiatan kehumasan selalu kami komunikasikan dalam bentuk kerja sama secara berkala harian, mingguan, bulanan dan tahunan. Kerjasama ini tentunya untuk membina hubungan harmonis diantara yayasan dengan komunitas”. 81
Landasan humas dapat mengkomunikasikan segala bentuk kegiatan baik yang sudah terjadwal maupun yang belum terjadual terhadap pihak yang diajak bekerjasama serta komunitas sebagai khalayak sasaran. Artinya, humas selama ini berkoordinasi dengan pihak lain seperti divisi lain dalam yayasan atau tim yang dibentuk secara bersama, sehingga dapat mengoptimalkan kegiatan tersebut dengan baik. Selain itu koordinasi ini sebagai upaya humas mendapatkan informasi muthakhir / up to date yang dibutuhkan oleh khalayak. Karena sesuai fungsi utamanya humas yayasan adalah menjaga citra lembaga. Seperti kutipan pernyataan Manajer Humas yayasan LIA
80 81
Hasil wawancara dengan Ibu Ismarita Ramayanti Manajer Humas Yayasan LIA Jakarta Hasil wawancara dengan Ibu Ismarita Ramayanti Manajer Humas Yayasan LIA Jakarta
“Landasan divisi Humas dalam mengkomunikasikan segala sesuatu kegiatan yang terjadual dan belum terjadwal dikomunikasikan humas terhadap semua bagian yang terlibat. Tujuan kami agar kegiatan atau program tersebut berjalan optimal”.82
4.2.5.
Evaluasi (Evaluating)
Begitu juga sebagai pengontrol, pengendali dan penanggung jawab program dan komunikasi humas diawasi oleh manajer humas dan bila bekerja sama dengan pihak lain maka kegiatan diawasi secara bersama-sama. Fungsinya adalah memberikan petunjuk pelaksanaan tugas termasuk pengendalian dan pengawasan terhadap mitra kerjasama. Namun demikian, manajer humas tetap melaporkan perkembangan kepada sekretaris umum yayasan sebagai bentuk pengawasan melekat (waskat) memonitor pelaksanaan program. Sesuai kutipan Sekretaris Umum Yayasan LIA. “Yang melaksanakan pengawasan adalah Manajer Humas Yayasan LIA. Karena sesuai SOP yayasan, fungsi manajer humas memberikan petunjuk pelaksanaan tugas termasuk pengendalian dan pengawasan terhadap kegiatan yang sifatnya kehumasan. Namun demikian. Manajer humas tetap melaporkan perkembangan kepada sekretaris umum yayasan sebagai atasan langsung. Karena sekretaris umum yayasan sebagai bentuk pengawasan melekat (waskat) memonitor pelaksanaan program humas.”.83
Dampak dari strategi humas dalam membina hubungan dengan komunitas dalam pengkomunikasian kegiatan dirasakan sudah cukup baik. Tolak ukur pencapaian ini terlihat dari hasil kegiatan evaluasi dan laporan kegiatan selama 1 bulan sekali. Ada banyak kegiatan kehumasan dan dimuat di media internal yayasan baik itu buletin (media cetak) maupun webside (media elektronik). Sesuai Kutipan penjelasan Manajer Humas Yayasan LIA Jakarta. “Dampak strategi humas dalam membina hubungan dengan komunitas dalam pengkomunikasian program humas dirasakan cukup baik, tolak ukur pencapainnya melalui hasil kegiatan evaluasi dan laporan kegiatan selama 1 bulan sekali.. Ada
82 83
Hasil wawancara dengan Ibu Ismarita Ramayanti Manajer Humas Yayasan LIA Jakarta Hasil wawancara dengan Bapak Asdi Sekretaris Umum Yayasan LIA Jakarta
banyak kegiatan kehumasan dan dimuat di media internal yayasan baik itu buletin (media cetak) maupun webside (media elektronik)”. 84
Berdasarkan evaluasi ini seluruh program dapat dilaksanakan sesuai dengan rancangan dan jika ada kekurangan dapat dijadikan perbaikan untuk tahun yang akan datang. Strategi humas dalam membina hubungan dengan komunitas dalam pelaksanaannya tidak selamanya berjalan tepat waktu terkadang kegiatan dapat tertunda karena hal-hal diluar rencana atau berakhir diluar waktu yang ditargetkan, disinilah fungsi kontrol sosial, kontrol komunitas berjalan yaitu dengan memberikan masukan, kritik dan saran terhadap yayasan LIA. Sesuai kutipan dari informasi Manajer Humas Yayasan LIA Jakarta “Berdasarkan evaluasi ini seluruh program dapat dilaksanakan sesuai dengan rancangan dan jika ada kekurangan dapat dijadikan perbaikan untuk tahun yang akan datang. Strategi humas dalam membina hubungan dengan komunitas dalam pelaksanaannya tidaklah selamanya berjalan tepat waktu terkadang kegiatan dapat tertunda karena hal-hal diluar rencana atau berakhir diluar waktu yang ditargetkan, disinilah fungsi sosial kontrol dari komunitas berjalan yaitu dengan memberikan masukan, kritik dan saran terhadap yayasan”.85
Kegiatan Yayasan LIA dalam membina hubungan dengan Komunitas Masyarakat sekitar Yayasan LIA (Kelurahan Pengadegan Jakarta) Sbb:86 NO 1
KEGIATAN COMMUNITY RELATIONS HUMAS LIA
WAKTU
Januari 2008 s/d engan pembentukan tim Futsal bersama antara Desember 2009 karyawan dan Pemuda masyarakat sekitar yayasan. (Tahap 1)
Membina kegiatan olahraga
D
Yayasan LIA memberikan fasilitas penyewaan lapangan futsal, penyediaan bola, kaos, sepatu, serta konsumsi selama latihan dan turnamen. Yang terlibat dalam hal ini adalah Humas Yayasan LIA, Tim Futsall Karyawan dan para pemuda di komunitas lingkungan sekitar perusahaan.
Aerobik bersama antara karyawan dengan masyarakat sekitar Yayasan LIA Pengadegan setiap 84
Hasil wawancara dengan Ibu Ismarita Ramayanti Manajer Humas Yayasan LIA Jakarta Hasil wawancara dengan Ibu Ismarita Ramayanti Manajer Humas Yayasan LIA Jakarta. 86 Rencana Kerja dan Anggaran Humas Yayasan LIA Tahun 2008-2009. 85
hari jum’at pagi di lapangan voli yayayasn LIA Pengadegan. Kegiatan ini bertujuan menjaga tali silaturahmi dengan masyarakat sekitar. Yang terlibat dalam hal ini adalah Humas Yayasan LIA, masyarakat di komunitas lingkungan sekitar perusahaan. 2
20 mei 2009 s/d Yayasan LIA menyediakan buku-buku, menyewakan seterusnya tempat, memberikan insentif kepada beberapa orang dari masyarakat tersebut yang ditunjuk sebagai pengelola perpustakaan dan mereka memberikan laporan setiap bulannya kepada pihak Yayasan LIA. Yang terlibat dalam hal ini adalah Humas Yayasan LIA, manajer Perpustakaan yayasan LIA, dan masyarakat di komunitas lingkungan sekitar perusahaan.
3
Memberikan fasilitas klinik di LIA Pengadegan
Mendirikan perpustakaan kelurahan Pengadegan
Januari 2008 s/d Kegiatan ini dilakukan di klinik LIA Pengadegan. Desember Klinik ini tidak hanya ditujukan bagi karyawan LIA 2009 tetapi juga masyarakat sekitar yayasan LIA Pengadegan. Yayasan LIA membantu dengan membiayai jasa dokter, pembelian obat-obatan dan perawatan tempat klinik. Yang terlibat dalam hal ini adalah Humas Yayasan LIA dengan Puskesmas Kelurahan Pengadegan.
Setiap
tahunnya Yayasan LIA selalu mengadakan pengobatan masal baik di dalam Lingkungan Yayasan LIA maupun di Puskesmas Kelurahan Pengadegan. Yayasan LIA membiayai jasa dokter, petugas paramedis, dan obat-obatan untuk 700 pasien. Kegiatan ini biasanya dilakukan ketika hari jadi yayasan/ulang tahun yayasan (september). Yang terlibat dalam kegiatan ini adalah Humas Yayasan LIA dengan pihak Puskesmas Kelurahan Pengadegan. 4
Januari 2008 s/d Yayasan LIA memberikan sumbangan bagi warga Desember setempat/komunitas masyarakat yayasan LIA berupa 2009 bantuan bencana alam, kegiatan HUT RI, dll. Biasanya kegiatan ini sifatnya kondisional, seperti bila sedang dilanda banjir maka LIA memberi bantuan makanan, obat-obatan, tenda serta tempat tinggal sementara kepada masyarakat. Yang terlibat dalam Melakukan bakti sosial
kegiatan ini adalah Humas Yayasan LIA, Pemasaran yayasan LIA, SDM unit-unit yayasan LIA, Cabangcabang LIA yang dilibatkan, Pemuka masyarakat. 5
Pendidikan Kursus Bahasa Inggris Dengan Biaya Januari 2008 s/d Murah Desember Kegiatan ini dilakukan oleh Unit STBA LIA Jakarta 2009 sebagai bentuk Pengabdian kepada Masyarakat yang merupakan bagian dari TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI. Anak-anak usia Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP) di lingkungan komunitas Yayasan LIA diberikan kursus bahasa Inggris selama 3 bulan. Biaya jauh lebih murah dibandingkan kursus reguler LIA. Para pengajarnya adalah mahasiswa STBA LIA jurusan Bahasa Inggris yang berkonsentrasi pada bidang pengajaran. Yang terlibat dalam kegiatan ini adalah Humas Yayasan LIA dan STBA LIA Jakarta. Kegiatan ini dilakukan dua kali dalam setahun yaitu Januari sampai dengan Maret dan Juni sampai dengan Agustus.
Memberikan
pelatihan serta tukar pikiran (brain storming) mengenai bahasa Inggris kepada para guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di lingkungan wilayah Kecamatan Pancoran khususnya bagi guru-guru dari wilayah Kelurahan Pengadegan selama 2 bulan. Yaitu Maret sampai dengan Mei 2008
4.3. Pembahasan Pada bagian ini penulis akan menguraikan analisa hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara dan data-data sebagai gambaran mengenai strategi Humas Yayasan LIA Jakarta dalam membina hubungan dengan komunitas. Dari hasil penelitian ini diketahui gambaran seorang praktisi humas dalam menyusun strategi yang dipergunakan untuk menjangkau khalayak sasaran guna
mewujudkan tujuan yang hendak dicapai dalam program atau kegiatan Humas Yayasan LIA Jakarta dalam membina hubungan dengan komunitas masyarakat sekitar yayasan. PR atau Humas dipandang memiliki peran kunci, maka fungsi dan strukturnya akan diletakkan sedekat mungkin dengan level tertinggi. Karena,
hal ini berkaitan
dengan akses PR atau Humas untuk mendapatkan keleluasaan dalam melakukan rencana kegiatan atau program kehumasan sekaligus memotong jalur birokrasi yang panjang sehingga dapat menghambat berjalannya kegiatan kehumasan. Fungsi koordinasi dengan unit dan divisi lain dan fungsi Humas Yayasan LIA Jakarta adalah dengan membentuk Kepanitiaan atau team Terpadu diantara humas dengan unit-unit atau divisi-divisi yayasan. Hal ini digagas oleh pihak humas demi mengurangi gesekan diantara unit atau divisi dan pemahaman dari komunitas terhadap pencitraan perusahaan. Meskipun kegiatan sosial ini dilakukan secara bersama dan terpadu namun tidak mengurangi, membatasi bahkan menghilangkan wewenang masing-masing pimpinan unit untuk menuangkan ide atau gagasannya. Kata “selalu berkoordinasi” selalu diucapkan pimpinan humas dalam menjalankan kegiatan sosial bersama masing-masing unit atau divisi yayasan. Fungsi PR atau humas yayasan sebagai jembatanisasi antar pihak internal perusahaan juga antar pihak internal dengan pihak eksternal perusahaan, juga gatekepper organisasi, sehingga adanya kesamaan pandangan dalam melakukan kegiatan yayasan. Berdasarkan hasil penelitian penulis pada perencanaan pembuatan strategi yang dilakukan Humas Yayasan LIA Jakarta dalam membina hubungan dengan komunitas masyarakat yayasan melalui empat tahapan yaitu : pengumpulan data, perencanaan, pengkomunikasian dan evaluasi. Dari hasil temuan data tersebut dijadikan sebagai acuan strategi Humas yayasan LIA Jakarta dalam membina hubungan baik dengan komunitas. Hal ini ditetapkan guna
menopang tujuan dalam mengkomunikasikan kegiatan-kegiatan yayasan terhadap masyarakat komunitas yayasan. Dalam kegiatan perencanaan biasanya diperhitungkan tindakan yang akan dilakukan, sumber daya manusia, sumber daya finansial, juga memperhitungkan aspek internal dan aspek eksternal organisasi. 87 Informasi ini, berupa rencana kerja yang akan disampaikan kepada beberapa pihak yang berhubungan dengan kegiatan sosial kemasyarakatan seperti beberapa unitunit yayasan LIA atau divisi-divisi dalam Yayasan LIA maupun kepada beberapa bagian masyarakat yang akan dilibatkan kedalam kegiatan yang telah direncanakan tersebut dan kemudian sesuai kebutuhan dan kepentingannya masing-masing khalayak secara transparansi mendapatkan informasi dan konfirmasi kegiatan yayasan. Hal tersebut dapat meningkatnya kepercayaan masyarakat sebagai perwujudan tujuan visi dan misi organisasi Yayasan LIA dalam upaya mencerdaskan bangsa Indonesia melalui bidang pendidikan. Dalam membina hubungan dengan komunitas, praktisi PR atau humas mentukan strategi yang akan digunakan. Strategi community relations merupakan sekumpulan kebijakan dan taktik yang sudah ditetapkan untuk mencapai tujuan kegiatan membina hubungan dengan komunitas mengacu pada tujuan organisasi.88 Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui kegiatan membina hubungan dengan komunitas adalah : 1. Meningkatkan kesadaran komunitas akan pentingnya keberadaan suatu organisasi di lingkungan mereka.
87 Yosal Iriantara, 2004, Community Relations, Rekatama Media, hal.47 88
Ibid,.90.
Konsep dan Aplikasinya, Bandung; PT Simbiosa
Dalam hal ini komunitas masyarakat Pengadegan menjadi sadar akan pentingnya keberadaan Yayasan LIA di Pengadegan karena yayasan banyak memberikan manfaat yang positif bagi masyarakat sekitar. Manfaat tersebut adalah dengan berdirinya perpustakaan dilingkungan wilayah mereka sehingga membuat anak-anak mereka lebih banyak menghabiskan waktunya untuk membaca dari pada bermain dijalanan. 2. Mengubah sikap publik dalam hal ini komunitas dari anti menjadi netral dan dari netral menjadi mendukung terhadap tindakan yang dilakukan organisasi Dalam hal ini, masyarakat pernah terganggu oleh aktivitas para mahasiswa yang mengadakan kegiatan musik kampus sepanjang hari, namun setelah pihak Humas mengajak berdialog kepada masyarakat sekitar dan disepakati untuk mengalihkan dan membatasi kegiatan pada waktu yang telah disepakati bersama. 3. Mendorong tindakan publik (komunitas) untuk mendukung kebijakan organisasi. Dalam hal ini, Pengobatan gratis bagi karyawan yayasan LIA dan bagi masyarakat sekitar setiap hari rabu dan kamis, membuat masyarakat mendukung segala kegiatan yang bertema kesehatan dilingkungan mereka termasuk menjadi peserta donor darah yang selalu diadakan oleh yayasan LIA bekerjasama dengan Palang Merah Indonesia (PMI). 4. Menciptakan kemaslahatan bersama atau manfaat bersama antara perusahaan dan komunitasnya Dalam hal ini akibat kepedulian yayasan LIA diatas terhadap masyarakat sekitar maka tercipta rasa saling pengertian, saling memiliki dan saling
menjaga diantara mereka sesuai kewajiban dan wewenang mereka wasingmasing89 Taktik-taktik yang dikembangkan dari strategi untuk mencapai tujuannya, meliputi : 1. Terus menerus mengembangkan kegiatan sosial PR atau Humas untuk komunitas. Sehingga dengan sendirinya masyarakat merasa terperhatikan dan mau membantu segala kegiatan yang dilakukan oleh Yasayasan LIA melalui humasnya. 2. Menggunakan berbagai kebijakan yang ada untuk menyampaikan pesan kepada komunitas melalui pemanfaatan berbagai isu atau topik yang up to date tentang dunia pendidikan guna dilemparkan kepada komunitas masyarakat untuk mendapatkan tanggapan, yang pada akhirnya akan menjadi cikal bakal kegiatan baru bagi humas kepada komunitas masyarakat seperti kegiatan kursus bahasa Inggris dengan biaya sangat murah yang digagas oleh pihak mahasiswa, dosen dan masyarakat sekitar. 3. Membangun dan memelihara kontak dengan komunitas Hal ini dilakukan secara rutin dan berkala setiap minggu atau bulan sesuai waktu dan tempat yang telah disepakati bersama antara pihak yayasan dengan masyarakat sekitar. Hal tersebut biasanya dilakukan di Gedung yayasan LIA Jakarta atau Gedung Kelurahan Pengadegan Jakarta. 4. Memosisikan organisasi sebagai sumber informasi atau pusat pendidikan yang baik dan tepat bagi komunitas
89
Hasil wawancara dengan Ibu Ismarita Ramayanti Manajer Humas Yayasan LIA Jakarta.
Hal ini telah dilakukan oleh Humas yayasan LIA yang dibantu oleh dosen dan mahasiswa
melalui kegiatan kursus murah dan sumbangan buku bahasa
Inggris terbitan LIA. 5. Berusaha selalu berkoordinasi dengan bagian-bagian lain dalam perusahaan sehingga kegiatan yang akan direncanakan lebih kuat dan terpadu. Hal ini dilakukan dengan membentuk tim terpadu antara pihak Humas dengan bagian-bagian yang terkait atau terlibat dalam kegiatan tersebut.90 Startegi Humas yayasan LIA Jakarta dalam membina hubungan dengan komunitas ditetapkan oleh pihak Humas mengacu pada tujuan yang hendak dicapai melalui komunikasi dan kegiatan sosial kemasyarakatan. Bila dilihat dari strateginya diatas, Humas yayasan LIA sudah memahami strategi apa yang sesuai untuk dilaksanakan guna mencapai tujuan kegiatan membina hubungan dengan masyarakat komunitas yayasan. Dalam pelaksanaan dan pengkomunikasian kegiatan Humas Yayasan LIA Jakarta dengan internal dan eksternal, menggunakan salah satu atau seluruh taktik-taktik tersebut diatas melalui berbagai isu-isu yang sedang berkembang terutama mengenai masalah sosial kemasyarakatan dalam hal ini pendidikan melalui media cetak baik itu internal maupun media eksternal. Namun, selama ini lebih menggunakan media cetak internal perusahaan dibandingkan media cetak eksternal sehingga banyak kegiatankegiatan sosial kurang terekspos oleh publik. Dalam mengembangkan strategi membina hubungan dengan komunitas masyarakat sekitar yayasan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Dengan memperhatikan dimensi teknis atau prinsip yang berkenaan dalam membina hubungan dengan komunitas, yang perlu diperhatikan adalah dimensi etis, hubungan yang setara 90
Hasil wawancara dengan Ibu Ismarita Ramayanti Manajer Humas Yayasan LIA Jakarta.
antara yayasan dengan komunitas, komunitas di jadikan sebagai mitra bukan sekedar pihak yang selalu dibantu melainkan turut pula membantu, menjaga keamanan dan ketentraman lingkungan demi kemaslahatan bersama (mutual benefit). Secara keseluruhan hubungan Humas dan yayasan dengan pihak komunitas masyarakat sudah baik meskipun terkadang kesalahpahaman tentunya
dapat saja
terjadi. Humas dan komunitas berusaha memahami kebutuhan masing-masing melalui hubungan yang komunikatif dan dialogis, Humas dengan komunitas berusaha menciptakan kearah situasi yang harmonis atas suatu keadaan. Suatu kegiatan dan komunikasi program humas akan berjalan lancar sesuai tujuan, jika adanya upaya pengontrolan. Hal ini dilakukan sebagai peringatan dini bila terjadi penyimpangan program dari tujuan yang sudah ditetapkan. Demikian halnya dengan kegiatan dalam membina hubungan dengan komunitas, perlu adanya pengawasan dan pengendalian. Selama ini Manajer humas beserta staf melaksanakan program Humas sesuai fungsinya. Sehingga diharapkan kegiatan ini berjalan dengan baik dan efektif. Manajer Humas Yayasan LIA selalu menempatkan posisinya sebagai orang biasa yang mau berbaur dengan masyarakat sekitar tanpa memandang dirinya sebagai seorang pimpinan di tempatnya bekerja begitupun dengan para staf humasnya. Sehingga memudahkan mereka berbaur dan mengerti hal apa saja yang dikeluhkan dan diinginkan oleh masyarakat sekitar. Untuk pengawasan dan pengontrolan dilakukan oleh Manajer Humas yayasan LIA dalam pengendalian dan monitoring langsung terhadap kegiatan yang dilakukan oleh komunitas masyarakat. Serta kerjasama perwakilan komunitas yang ditunjuk oleh humas dalam menjalankan sebuah kegiatan selalu memberikan laporan pada waktu yang telah ditentukan. Bila kegiatan tersebut dilakukan secara bersama-sama melalui kegiatan terpadu dengan unit-unit lain yayasan, maka pihak humas yayasan menginformasikan
dan mengkomunikasikannya kepada unit tersebut. Humas melaporkan hasil kegiatannya kepada pihak internal sebagai pimpinan tertinggi menurut hirarki struktur organisasi yaitu Sekretaris Umum Yayasan sesuai fungsinya sebagai bentuk pengawasan melekat (waskat) memonitor pelaksanaan program humas. Perbaikan program / kegiatan humas dalam membina hubungan dengan komunitas dimasa depan, tentunya berdasarkan hasil evaluasi. Melalui komponenkomponen
komunikasinya,
Humas
yayasan LIA
selama
ini cukup
mampu
mengkomunikasikan program informasi kepada pers, LSM, aparatur pemerintahan, tokoh masyarakat, dan khalayak luas. Evaluasi dan analisa dalam mekanisme dalam membina hubungan dengan komunitas dilakukan oleh manajer humas, sebagai tolak ukur (out put) dari komunikasi humas. Dampak dari strategi humas dalam membina hubungan dengan komunitas dirasakan sudah cukup baik. Sesuai hasil kegiatan evaluasi dan laporan kegiatan dari masyarakat komunitas selama satu tahun sekali, dievaluasi dan dianalisa kemudian didiskusikan dengan pihak terkait dan Sekretaris Umum yayasan. Dengan demikian, manakala memutuskan untuk menjaga citra positif yayasan LIA sebagai tujuan utama fungsi kehumasan yayasan LIA, pembinaan hubungan baik dengan publik termasuk komunitas adalah persyaratan yang utama. Hanya pada prisipnya, menjaga citra positif yayasan LIA artinya terbuka pada publik sekaligus kejelian Humas menganalisis isu dan kebutuhan tiap-tiap publiknya msing-masing.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN Mengacu pada perumusan masalah dan berdasarkan pada keterangan melalui jawaban-jawaban yang diberikan narasumber, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pihak Humas Yayasan LIA baik dalam mengantisipasi dan mengatasi keluhan dan gesekan dari komunitas masyarakat sekitar Kelurahan Pengadegan sudah dapat dikatakan berhasil sesuai dengan pandangan komunitas terhadap yayasan LIA. Dengan melakukan pendekatan berupa urun rembuk atau mengundang tokoh masyarakat sekitar untuk meminta pendapat terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan oleh yayasan. Sehingga pandangan masyarakat sekitar terhadap yayasan menjad 2. Dalam kepemimpinan manajer Humas yayasan LIA yang baru, komunitas masyarakat di perkenankan mengajukan proposal kegiatan yang hendak mereka laksanakan. Namun karena pihak Humas tidak memberikan prosedur tetap secara jelas maka terkadang beberapa proposal yang mereka ajukan tidak dapat disetujui oleh pihak yayasan. 3. Masih terkendalanya masalah prioritas kegiatan sosial yang dilakukan oleh Humas yayasan terutama dalam hal “siapa yang paling membutuhkan untuk dibantu” sehingga kemungkinan dalam satu periode kegiatan atau program kerja yang seharusnya ditujukan untuk komunitas masyarakat sekitar yayasan tidak termasuk didalamnya. Biasanya kegiatan sosial tersebut dialihkan untuk pihak lain diluar komunitas masyarakat Pengadegan yang membutuhkan.
4. Sikap terlalu berpangku tangan dan kurangnya inisiatif dari masyarakat sekitar dalam mengelola suatu kegiatan yang telah diberikan kewenangan secara penuh dalam pengelolaannya menyulitkan pihak yayasan untuk menjalankan kegiatan yang bersifat mandiri dan berkesinambungan.
5.2. SARAN Melihat pentingnya membina hubungan dengan komunitas berpengaruh dalam kegiatan PR atau Humas yayasan LIA Jakarta, demi terjaganya saling pengertian diantara kedua belah pihak yaitu perusahaan dan komunitasnya maka penulis menyarankan :
AKADEMIS 1. Kegiatan community relations yang dilakukan oleh Humas Yayasan LIA Jakarta dapat dijadikan tambahan dan pelengkap serta dapat memperkaya Bidang ilmu Public Realtions khususnya dalam konsep kegiatan community relations yang selama sudah berlaku.
PRAKTIS 1. Perlu dibangunnya komunikasi dalam bentuk konsolidasi antara humas dan komunitas serta memberikan pemahaman akan fungsi dan tugas divisi humas bagi kepentingan bersama. Sosialisasikan Prosedur Tetap (Protap) dari pihak Humas yayasan terhadap pihak eksternal, dengan adanya
Prosedur Tetap
(Protap), pihak humas dapat menerima atau menolak proposal atau usulan yang diajukan pihak komunitas apabila ada kegiatan yang menyimpang dari prosedur tersebut. Prosedur Tetap yang menjadi dasar bagi kegiatan sosial kehumasan yayasan LIA adalah kegiatan yang tidak mengandung SARA (suku, Antar
golongan, Ras dan agama) termasuk didalamnya adalah kegiatan yang bersifat politik. 2. Sebaiknya tidak lagi melakukan kegiatan sosial berdasarkan “siapa yang paling membutuhkan untuk dibantu” karena semua pihak pun sesungguhnya memiliki ukuran kebutuhan dan kepentingan yang sama untuk dibantu. Sehingga tidak ada lagi kemungkinan kegiatan bagi komunitas masyarakat
sekitar yayasan
yang tidak terakomodasi oleh yayasan. 3. Kegiatan kehumasan idealnya bersifat berkesinambungan (sustainable) atau terus menerus agar pemeliharaan kontak humas dengan masyarakat komunitas perusahaan tetap terjalin dengan baik terus-menerus. Sekaligus mengajarkan kepada masyarakat untuk dapat menjadi lebih mandiri terutama dalam hal tata pengelolaan kegiatan yang telah mereka bina bersama yayasan LIA.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka Cipta. Jakarta. 2002. edisi revisi V. Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta. 2004. Gregory, Anne. Perencanaan dan manajemen Kampanye Public Relations. Penerbit Erlangga. Jakarta. 2004. Hardjana, Agus. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 2003. Iriantara, Yosal. Community Relations: Konsep dan Aplikasinya, Simbiosa Rekatama Media. Bandung. 2004. Jefkins, Frank. Public Relations untuk Bisnis. PT. Pustaka Binaman Presindo. Jakarta. 1987. Kasali, Rhenald. Manajemen Public Relations: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Pustaka Utama Grafiti. Jakarta. 1994. Kountur, Ronny. Metode Penelitian. Penerbit PPM. Jakarta. 2004. Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. 2004. Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. 2002. Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. PT. Remaja rosdakarya. Bandung. 2002. Nasution, Zulkarnain. Manajemen Humas di Lembaga Pendidikan : Konsep, fenomena dan apliaksinya. UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang. Malang. Nazir, Mohamad. Metode Penelitian. PT Ghalia Indonesia. Jakarta. 2002. Ruslan, Rosady., Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. 2005. Soewarsono, Muhammad Fauzi. SEJARAH LIA: Sekelumit Karya Mencerdaskan Bangsa. Pusat Penerbitan LIA. Jakarta. 1999. Uchjana Effendy, Onong. Human Relations dan Public Relations. Penerbit CV Mandar Maju. Bandung. 1993.
Wibisono, Yusuf. Membedah Konsep dan Apliaksi CSR. Fascho Publishing. Gresik. 2007. Yin, K. Robert. Ahli Bahasa M. Djauzi Muzakir. Studi Kasus Desain dan Metode. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 1996. Yulianita, Neni. Dasar-dasar Public Relations. Pusat Penerbitan Universitas (P2U) Universitas Islam Bandung, Bandung. 2003.
INTERNET Prasetyantoko A. Corporate Image http://unisosdem.org/article_detail.php?aid=929&coid=2&caid=25&gid=1 Januari 2008. http://BangunPraja Jakarta Selatan 2008 - Profil Kecamatan Pancoran.mht Efendi Arianto, Pengertian Strategi, http://strategika.wordpress.com/2007/06/24/pengertian-strategi/ , 24 Juni 2007 SUMBER-SUMBER LAINNYA Hasil wawancara dengan Ibu Ismarita Ramayanti, S.S. M.Hum, Manajer Humas Yayasan LIA Jakarta. Hasil wawancara dengan Bapak Asdi, MM, Sekretaris Umum Yayasan LIA Hasil wawancara dengan Bapak Asep Ruslandi, Kepala Rukun Tetangga 03/10 Kelurahan Pengadegan sekaligus sesepuh di wilayah tersebut. Hasil wawancara dengan Bapak Bapak Ahmad Chotib, karyawan Yayasan LIA Jakarta sekaligus masyarakat sekitar Yayasan LIA Pengadegan Jakarta. Rencana Kerja dan Anggaran Humas Yayasan LIA Tahun 2008-2009.
BIODATA NARASUMBER
Nama
: ISMARITA RAMAYANTI, M.Si
Tempat, tanggal lahir
: Jakarta, 27 September 1971
Jenis Kelamin
: Perempuan
Jabatan
: Manajer Hubungan Masyarakat Yayasan LIA
Agama
: Islam
Alamat Rumah
: Jl. Jl. Pendidikan IV Blok H 105 Duren Sawit Jakarta
Status
: Menikah
Nama
: ASDI, MM
Tempat, tanggal lahir
: Jakarta, Agustus 1972
Jenis Kelamin
: Pria
Jabatan
: Sekretaris Umum Yayasan LIA
Agama
: Islam
Alamat Rumah
: Bogor
Status
: Menikah
Lampiran 1
Hasil Wawancara Ismarita Ramayanti, Manajer Hubungan Masyarakat Yayasan LIA Jakarta (2007-sekarang)
T
:
Apa tujuan jangka pendek dan jangka panjang Humas Yayasan LIA terhadap komunitas masyarakat?
J
:
Terciptanya suatu situasi yang kondusif, harmonis dan terbentuknya citra positif dari masyarakat sekitar yayasan LIA adalah tujuan jangka panjang Humas Yayasan LIA dalam berhubungan dengan komunitas. Sedangkan, tujuan jangka pendeknya adalah komunitas mengerti dan memahami program dan kegiatan yayasan LIA
T
:
Mohon jelaskan kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan atau pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh Yayasan LIA melalui humasnya?
J
:
selama ini sebagian besar kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan dilakukan oleh masing-masing unit yayasan dan pihak humas yayasan tidak selalu dilibatkan dalam kegiatan mereka. Seolah-olah mereka hanya mencari nama baik untuk unitnya saja
T
:
Bagaimana peran, tugas dan fungsi Humas di yayasan LIA?
J
:
Selama ini terkesan masing-masing unit yayasan merasa tidak nyaman dan tidak bebas dalam menjalankan kegiatannya jika ada pihak diluar unit yang ikut atau terlibat dalam kegiatan mereka. Bahkan suatu kali saya pernah mendapat teguran dari para pemimpin unit tersebut karena dianggap meloncat pagar dari wilayah unit lain, padahal kapasitas saya hanya membantu mempublikasian kegiatan mereka. Selama ini masing-masing unit menganggap Humas Yayasan hanya melakukan tugasnya disekitar wilayah sekretariat umum saja, karena sesuai dengan struktur organisasi yang telah ditetapkan selama ini. Namun sebenarnya jika dilihat secara benar (struktur organisasi), Divisi Humas memiliki kewenangan dalam melakukan kegiatan kehumasan di seluruh unit yayasan
T
:
Apakah pengertian “Komunitas” menurut ibu?
J
:
Komunitas adalah lingkungan masyarakat sekitar perusahaan
T
:
Bagaimana proses hubungan yayasan dengan komunitas sekitar?
J
:
Proses hubungan Humas dengan komunitas selama ini sebagai mitra dalam menjaga keamanan, ketenangan dan ketentraman kegiatan usaha Yayasan LIA. Komunitas membutuhkan bantuan sebagai bentuk kepedulian yayasan kepada komunitas sedangkan Humas membutuhkan komunitas sebagai pihak yang turut membantu eksistensi atau keberadaan
T
:
Adakah kegiatan yang dilakukan oleh Humas Yayasan LIA yang dilakukan disekitar wilayah yayasan LIA? Bila ada, kegiatan community komunitas masyarakat sekitar Yayasan LIA Pengadegan?
J
:
Selama ini kegiatan-kegiatan kehumasan Yayasan LIA lebih banyak dilakukan diluar lingkungan yayasan, tahun ini saya telah merencanakan kegiatan kehumasan yang lebih mengutamakan kegiatan kepada masyarakat sekitar yayasan entah itu di wilayah pengadegan ataupun di wilayah komunitas sekitar LIA lainnya. Salah satunya adalah diadakannya kegiatan perpustakaan mandiri yang akan ditempatkan disekitar wilayah pengadegan ini. Kegiatan perpustakaan mandiri selama ini sudah dilakukan oleh yayasan namun berada diluar wilayah yayasan seperti di daerah-daerah terpencil dengan tujuan meningkatkan minat baca masyarakat terutama anak-anak. Namun karena jarak yang begitu jauh dari yayasan kegiatan tersebut kurang terkontrol dan termonitor dengan baik sehingga hasil yang ingin dicapai tersebut kurang berhasil, dari evaluasi kegiatan tersebut maka tahun ini kami akan melanjutkan kegiatan perpustakaan mandiri di wilayah yang dekat dengan yayasan sehingga yayasan dapat memonitor dan mengontrol jalannya program tersebut selain alasan kegiatan community relations yang kurang selama ini terhadap masyarakat sekitar yayasan
T
:
Mohon ceritakan hubungan Humas dan komunitas selama ini?
J
:
Hubungan Humas dengan komunitas selama ini berazaskan itikad baik. Berusaha memberikan sesuatu yang dibutuhkan oleh komunitas. Berdasarkan kejujuran, segala kegiatan sosial Humas selalu mendapat sambutan yang baik oleh komunitas masyarakat sekitar yayasan. Apapun kegiatan sosial yang dilakukan yayasan selalu dikomunikasikan terlebih dahulu kepada komunitas, itu adalah kunci keberhasilan kegiatan yayasan. Meskipun pada perjalanannya ada saja batu sandungan antara yayasan dengan komunitas yang sebenarnya tidak diharapkan oleh yayasan seperti komunitas terkadang menuntut secara berlebihan kepada yayasan sehingga komunitas cenderung kurang berdikari atau menjadi berpangkutangan kepada yayasan. Disinilah peran lain humas dilakukan yaitu dengan memberi pengertian yang mendalam mengenai tujuan dan harapan yayasan terhadap komunitas atau menyamakan persepsi antara kedua belah pihak agar dapat mengurangi resistensi/gesekan diantara keduanya
T
:
Tolong jelaskan tujuan komunikasi dalam rangka tercapainya kegiatan oleh Humas?
J
:
Program kegiatan kehumasan selalu kami komunikasikan dalam bentuk kerja sama secara berkala harian, mingguan, bulanan dan tahunan. Kerjasama ini tentunya untuk membina hubungan harmonis diantara yayasan dengan komunitas
T
:
Apakah pengertian “Strategi” menurut ibu?
J
:
Langkah-langkah yang harus kita lakukan untuk mencapai tujuan kita
T
:
Strategi apa yang ibu lakukan dalam menjalankan program kehumasan ibu terhadap komunitas masyarakat sekitar yayasan?
J
:
Startegui saya adalah Melalui hasil dari data survey, wawancara dengan masyarakat, maka kami dapat membuat suatu program yang dilakukan sesuai kebutuhan masyarakat komunitas
T
:
Siapa yang menganalisa dan mengevaluasi kegiatan tersebut?
J
:
Evaluasi dan analisa dilakukan oleh divisi Humas bersama mitra yang diajak bekerjasama dalam melakukan suatu kegiatan. Strategi yang digunakan khususnya dalam membina hubungan dengan komunitas dan sebagai tolak ukur (output) komunikasi adalah sebagai berikut : 6. Menyusun program dan langkah kerja dalam penentuan kegiatan kepada komunitas. 7. Menghimpun data dari hasil riset sebagai temuan data. 8. Menyiapkan kepanitiaan dalam melakukan suatu kegiatan jika kegiatan tersebut perlu bekerja sama dengan unit-unit lain Yayasan LIA atau mitra di luar yayasan 9. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait untuk kelancaran pelaksanaan pengkomunikasian informasi. 10. Melakukan evaluasi dan analisa atas suatu kegiatan
T
:
Kepada siapa Humas bertanggung jawab dalam menjalankan kegiatan kehumasan ini?
J
:
Humas yayasan bertanggung jawab langsung kepada Sekretaris Umum Yayasan LIA dengan selalu melaporkan segala kegiatan yang telah, sedang dan akan dilaksanakannya
T
:
Apa tugas pokok fungsi humas dalam mencapai tujuan strategi dalam membina hubungan dengan komunitas?
J
:
untuk mencapai tujuan strategi membina hubungan dengan komunitas melalui penjabaran tugas pokok fungsi Humas antara lain: 6. Menyusun perencanaan kebutuhan anggaran Humas untuk kegiatan kehumasan selama tahun 2008-2009; 7. Membentuk kepanitiaan, Memfasilitasi dan menjadi mediator kepentingan komunitas dengan Yayasan LIA;
8. Menghimpun usulan dan masukkan dari masyarakat komunitas yayasan; 9. Membuat dokumentasi photo apabila ada kegiatan yayasan untuk kepentingan visualisasi data, penerbitan jurnal dan buletin; Memupuk dan menjalin kerja sama dan kemitraan dengan komunitas dalam rangka memelihara citra yayasan.
T
:
Apa rencana evaluasi Humas dalam strateginya membina hubungan dengan komunitas?
J
:
Kegiatan-kegiatan yang sudah dilaksanakan diantaranya: membuka perpustakaan mandiri dengan bekerjasama dengan masyarakat sekitar perusahaan yang oleh yayasan ditunjuk beberapa orang masyarakat untuk menjadi pengelola perpustakaan tersebut, membuka fasilitas klinik bagi masyarakat komunitas yayasan, mensponsori kegiatan olah raga bagi masyarakat komunitas yayasan yang semuanya bertujuan memelihara hubungan baik antara yayasan dengan komunitas maupun masyarakat, dimana dalam hal ini pula Humas sekaligus berfungsi sebagai mediator antara lembaga dengan pihak eksternal
T
:
Siapakah yang melakukan koordinasi terhadap pembuatan rencana dan evaluasi dalam membina hubungan dengan komunitas?
J
:
Proses hubungan Humas dengan komunitas selama ini sebagai mitra dalam menjaga keamanan, ketenangan dan ketentraman kegiatan usaha Yayasan LIA. Komunitas membutuhkan bantuan sebagai bentuk kepedulian yayasan kepada komunitas sedangkan Humas membutuhkan komunitas sebagai pihak yang turut membantu eksistensi atau keberadaan
T
:
Siapa-siapa saja yang berhak mendapatkan bantuan dari Yayasan LIA dan bagaimana caranya dan hal-hal apalagi yang ada di yayasan LIA?
J
:
Semua masyarakat atau badan selama tidak ada bebau unsur suku, agama dan politik, kami akan dengan senang hati terbuka untuk siapa saja.
T
:
Bagaimana kegiatan yang sudah dijalankan oleh humas Yayasan LIA dengan komunitas dapat diketahui oleh yayasan sebagai ukuran bahwa kegiatan tersebut sudah berjalan?
J
:
Dengan adanya atau dibuatnya laporan entah itu bulanan atau tahunan dan dikirimkan kepada kami, maka dapat diketahui oleh kami apakah kegiatan tersebut sudah berjalan baik atau tidak. Karena dari hasil laporan tersebut yang tentunya berdasarkan format yayasan LIA maka dapat diketahui hal-hal apa saja yang sudah dan belum dilakukan.
T
:
Apa landasan dari Humas dalam mengkomunikasikan segala kegiatan kepada pihak yang diajak bekerjasama?
J
:
Landasan divisi Humas dalam mengkomunikasikan segala sesuatu kegiatan yang terjadual dan belum terjadwal dikomunikasikan Humas terhadap semua
yang terjadual dan belum terjadwal dikomunikasikan Humas terhadap semua bagian yang terlibat. Tujuan kami agar kegiatan atau program tersebut berjalan optimal
T
:
Apa dampak strategi Humas dalam membina hubungan dengan komunitas sudah cukup? Apa tolakukurnya?
J
:
Dampak strategi Humas dalam membina hubungan dengan komunitas dalam pengkomunikasian program Humas dirasakan cukup baik, tolak ukur pencapainnya melalui hasil kegiatan evaluasi dan laporan kegiatan selama 1 bulan sekali.. Ada banyak kegiatan kehumasan dan dimuat di media
internal yayasan baik itu buletin (media cetak) maupun webside (media elektronik) T
:
Apa yang dapat diambil dari hasil evaluasi yang telah dilakukan yayasan LIA setelah berakhirnya sebuah kegiatan?
J
:
Berdasarkan evaluasi ini seluruh program dapat dilaksanakan sesuai dengan rancangan dan jika ada kekurangan dapat dijadikan perbaikan untuk tahun yang akan datang. Strategi Humas dalam membina hubungan dengan komunitas dalam pelaksanaannya tidaklah selamanya berjalan tepat waktu terkadang kegiatan dapat tertunda karena hal-hal diluar rencana atau berakhir diluar waktu yang ditargetkan, disinilah fungsi sosial kontrol dari komunitas berjalan yaitu dengan memberikan masukan, kritik dan saran terhadap yayasan
Lampiran 2
Hasil Wawancara Asdi, Sekretaris Umum Yayasan LIA Jakarta (2008-sekarang)
T
:
Apa yang dimaksud dengan “Komunitas”?
J
:
Komunitas adalah masyarakat yang ada di lingkungan atau wilayah sekitar sekeliling suatu perusahaan
T
:
Apakah kegiatan sosial kemasyarakatan dilakukan oleh Humas Yayasan LIA?
J
:
Tidak semuanya, karena Rasa ingin memiliki nama baik oleh masingmasing unit membuat kegiatan sosial yayasan LIA dilakukan sendirisendiri sehingga menjadi tidak ada artinya baik bagi masyarakat maupun bagi perusahaan. Hal ini sangat disayangkan
T
:
Bagaimana kegiatan kehumasan di koordinasikan dengan pihak mitra dan masyarakat yang di bantu?
J
:
Koordinasi pembuatan rencana dan evaluasi dalam membina hubungan dengan komunitas adalah pihak Humas yayasan. Hal ini atas pertimbangan fungsi Humas sebagai jembatan antara pihak internal dan eksternal. Diibaratkan Humas sebagai penjaga gawang yang senantiasa menjaga situasi kondisi lembaga tetap kondusif dengan pihak eksternal khususnya komunitas demi tercapainya tujuan yayasan LIA
T
:
Proposal kegiatan Humas apa saja yang biasanya bapak setujui?
J
:
Dikarenakan Yayasan LIA ini sebagai lembaga pendidikan yang bersifat memberi pendidikan kepada masyarakat, isu dan imbauan berdasarkan hasil masukkan sesuai kebutuhan masyarakat. Berupa program dan produk-produk yang telah dihasilkan Yayasan LIA berupa produk-produk yang bersifat
pendidikan yang dihasilkan Yayasan LIA, seperti kursus (non formal), pendidikan non-kursus, jasa penerjemah dan alat pendukung pendidikan seperti buku-buku T
:
Siapa yang melaksanakan pengawasan bertanggung jawab kepada siapa?
kegiatan
Humas
dan
J
:
Yang melaksanakan pengawasan adalah Manajer Humas. Karena sesuai SOP yayasan, fungsi Manajer Humas memberikan petunjuk pelaksanaan tugas termasuk pengendalian dan pengawasan terhadap kegiatan yang sifatnya
kehumasan. Namun demikian. Manajer tetap melaporkan perkembangan kepada Sekretaris Umum yayasan sebagai atasan langsung. Karena Sekretaris Umum yayasan sebagai bentuk pengawasan melekat (waskat) memonitor pelaksanaan program Humas.
T
:
Apakah pengertian “Strategi” menurut Bapak?
J
:
Strategi adalah teknik yang dilaksanakan dalam kegiatan tertentu dengan mempertimbangkan analisis SWOT yaitu kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
T
:
Apa saja yang dibutuhkan oleh komunitas masyarakat sekitar Yayasan LIA dari hasil survey dan wawancara?
J
:
Dikarenakan Yayasan LIA ini sebagai lembaga pendidikan yang bersifat memberi pendidikan kepada masyarakat, isu dan imbauan berdasarkan hasil masukan sesuai kebutuhan masyarakat. Berupa program dan produk-produk yang telah dihasilkan Yayasan LIA berupa produk-produk yang bersifat
pendidikan yang dihasilkan Yayasan LIA, seperti kursus (non formal), pendidikan non-kursus, jasa penerjemah dan alat pendukung pendidikan seperti buku-buku
Lampiran 3
DAFTAR PERTANYAAN UNTUK KOMUNITAS MASYARAKAT SEKITAR YAYASAN LIA JAKARTA 1. Bagaimana pandangan bapak terhadap Yayasan LIA? 2. Adakah hal-hal yang menguntungkan atau merugikan bagi bapak atau masyarakat sekitar terhadap keberadaan Yayasan LIA? 3. Hubungan/kegiatan apa saja yang dilakukan Yayasan LIA dengan bapak/ibu atau masyarakat sekitar yayasan LIA? 4. Adakah saran/kritik dari bapak atas kegiatan dari Yayasan Lia tersebut?
Ketua RT 01/01 yang tinggal di sekitar tempat Yayasan LIA Nama Lengkap : Asep Ruslandi Panggilan : Iyus Usia : 62 tahun Tempat & tgl Lahir : Bandung, Mei 1947 Alamat Tinggal : Jl. Pengadegan Barat No.25 Jakarta Selatan Lama Tinggal : 1972 (37 tahun) Jenis Kelamin : Pria Warga yang bekerja di LIA dan tinggal di disekitar tempat Yayasan LIA Nama Lengkap : Abdullah Chotib Panggilan : Chotib Usia : 48 tahun Tempat & tgl Lahir : Jakarta, 13 Agustus 1951 Alamat Tinggal : Jl. Pengadegan Timur No. 36 Jakarta Selatan Lama Tinggal : 1979 (30 tahun) Jenis Kelamin : Pria
Lampiran 9
Laporan Kegiatan Humas Desember 2 008 -Ja nua ri 20 09
Kehumasan -
Melakukan tender untuk desain dan cetak kalender dinding, kalender meja, buku saku, desk planner, agenda, dan pembatas buku 2009.
-
Bekerjasama dengan pemenang tender, menyiapkan desain
dan cetak
kalender dinding, kalender meja, buku saku, desk planner, agenda, dan pembatas buku 2009. -
Mendistribusikan kalender dinding, kalender meja, buku saku, desk planner, agenda, dan pembatas buku 2009.
-
Membuat anggaran Humas 2009.
-
Sebagai ketua tim Marketing Terpadu, manajer Humas beberapa kali mengadakan rapat dengan anggotanya untuk mempersiapkan dua event Pameran;
Education & Training Expo yang akan diselenggarakan di
Balai Kartini Jakarta pada tanggal 25-28 Februari 2009 dan Pameran Oriental yang akan diselenggarakan di Pekan Raya Jakarta pada tanggal 4-8 Februari 2009. -
Humas melakukan tender dan mem follow up dekorasi stand kedua pameran.
-
Membantu acara Pensiunan karyawan LIA.
-
Humas mengkoordinir liputan acara Pendidikan dan pelatihan di Pasar Minggu yang diselenggarakan Aminef dan PPIA pada 15 Desember 2008 dan Students’ Parents day oleh TVRI di LIA Kalimalang pada 1 Februari 2009.
-
Manajer Humas mengadakan pertemuan informal dengan Manajer Pemasaran LBPP dan perwakilan CKS untuk membicarakan rencana pembuatan dan penayangan iklan di TV.
-
Humas meliput berbagai kegiatan yang dilakukan cabang/unit LIA untuk dimuat di Medkom.
Pengabdian Masyarakat -
Mengerjakan kliping dari media massa cetak
-
Mendistribusi CnS dan CnS Junior ke perpustakaan binaan LIA dan membayarkan insentif petugas serta majalah dan koran di perpustakaan binaan tersebut.
-
Membina latihan rutin dan pertandingan olahraga antar cabang/unit LIA maupun dengan instansi lain.
-
Humas membuat MOU pendirian Perpustakaan Pengadegan.
-
Humas mengkoordinir pelatihan petugas perpustakaan Pengadegan pada 6-10 Januari 2009.
-
Humas mengkoordinir kunjungan ke perpustakaan TBM Jaya Sentosa bersama peserta pelatihan dan manajer serta staf Perpustakaan Umum dan Sekertaris Umum.
-
Mengadakan
pertemuan
dengan
pihak
kelurahan
untuk
menindaklanjuti rencana pendirian Perpustakaan Pengadegan. -
Menambah
persediaan
merchandise
untuk
berbagai
kegiatan
di
lingkungan LIA atau untuk goodie bag. -
Melakukan rapat beberapa kali dengan tokoh kelurahan Pengadegan untuk mempersiapkan pendirian Perpustakaan Pengadegan binaan LIA.
-
Membantu Perpustakaan umum dalam mempersiapkan buku dan keperluan lain untuk perpustakaan Kelurahan Pengadegan.
Jakarta, 28 Januari 2009,
Ismarita Ramayanti, M. Hum
Manajer Humas
Lampiran 10 LATAR BELAKANG Sesuai dengan moto Yayasan LIA, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, humas bermaksud untuk mengajukan usulan pendirian perpustakaan di lingkungan LIA Pengadegan. Sampai saat ini, LIA sudah mendirikan 9 perpustakaan desa, yaitu di Kalilandak, Cidahu, Ciboleger, Madukoro, Pundungsari, Losari Kidul, Rukti Harjo, Marunda, dan Jaya Sentosa. Selain itu, LIA juga mendirikan perpustakaan desa bekerjasama dengan Yayasan Nurani Dunia yang dipimpin oleh Bpk.Imam Prasodjo, yaitu di Perpustakaan Sanggar Kreasi Bandung dan Perpustakaan Komunitas Merden. Tahun ini, LIA mendapat surat permohonan pendirian perpustakaan Rt.01 kelurahan Pengadegan. Lokasi ini sangat strategis karena berdekatan dengan LIA Pengadegan. Dengan pertimbangan agar lebih banyak lagi masyarakat yang dapat memanfaatkan fasilitas di perpustakaan tersebut, LIA mengusulkan perpustakaan Rt tersebut menjadi perpustakaan Kelurahan. Berdasarkan pertemuan pihak LIA dengan RW 01 beserta para warga, akhirnya dicapai kata sepakat bahwa lokasi tetap di Rt. 01, tetapi peruntukannya adalah untuk warga kelurahan Pengadegan. Telah disepakati pula bahwa kelurahan akan menyediakan bangunan dan petugas perpustakaan. Sedangkan LIA akan merenovasi bangunan tersebut, melengkapinya dengan 1000 buku dan perlengkapannya, dan memberikan pelatihan bagi petugasnya. Setelah persiapan selesai, perpustakaan tersebut akan diresmikan untuk segera dibuka untuk warga kelurahan Pengadegan.
RENCANA KERJA NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
TANGGAL 4 September 2008 8-26 September 2008 22-26 September 2008 7-9 Oktober 2008 13-20 Oktober 2008 21 Oktober 2008 22 Oktober 2008
KEGIATAN Pengajuan proposal ke Sekretaris Umum. Pembelian dan pengolahan 1000 judul buku Renovasi gedung perpustakaan Pelatihan petugas perpustakaan Persiapan peresmian perpustakaan Peresmian Perpustakaan Perpustakaan dapat digunakan warga
SUSUNAN PANITIA Penasehat Ketua
: Pak Asdi : Ismarita Ramayanti
Wakil ketua : Tri Bowo Laksono Pengadaan perlengkapan : Bagus Pelatihan petugas perpustakaan : Supriyana Pembelian buku : Yournetty Pengolahan koleksi : Lilik Peresmian : Dhianti Irayani Dokumentasi : Arief Keamanan : Sudiyono ANGGARAN NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
PERLENGKAPAN Pembelian 1000 judul buku Rak buku 3 buah Rak majalah 1 buah Rak koran 1 buah Karpet Meja kerja ½ biro Majas baca Kursi Futura biru + B28 6 buah Kipas angin gantung/dinding Mesin tik Royal Stiker Sign dan moto perpustakaan 3 buah Foto Presiden dan Wapres dengan bingkainya, serta lambang burung Garuda. Bingkai poster 5 buah Jam dinding ATK ATK khusus perpustakaan Peralatan kebersihan Biaya pelatihan petugas Biaya Peresmian
BIAYA Rp. 10.000.000,Rp. 1.500.000,Rp. 500.000,Rp. 300.000,Rp. 250.000,Rp. 500.000,Rp. 500.000,Rp. 900.000,Rp. 350.000,Rp. 300.000,Rp. 150.000,Rp. 150.000,Rp. 200.000,Rp. 50.000,Rp. 1.000.000,Rp. 2.500.000,Rp. 100.000,Rp. 1.500.000,Rp. 3.000.000,Rp. 24.000.000,-
Jumlah PENUTUP Demikian proposal ini kami sampaikan. Mudah-mudahan pendirian perpustakaan Kelurahan Pengadegan ini akan segera terlaksana dan dapat berjalan dengan lancar. Terimakasih atas dukungan dan kerjasama bapak.
Penanggungjawab,
Ismarita Ramayanti Manajer Humas
BIODATA
Nama Lengkap
:
Rico Indra Juniarto
Jenis Kelamin
:
Pria
Tempat/Tanggal Lahir
:
Kadipaten, 27 Juni 1975
Kebangsaan
:
Indonesia
Agama
:
Islam
Pendidikan Formal NO 1
Tahun 2005 – 2009
2 3 4 5 6
1994 – 1997 1993 – 1994 1990 – 1993 1987 – 1990 1981 – 1987
Lembaga Pendidikan Fakultas Ilmu Komuniaksi Universitas Mercu Buana Fakultas Sastra Universitas Indonesia Fakultas Sastra Universitas Indonesia SMUN 03 Depok SMPN 02 Depok SDN 01 Cirebon
Bidang Public Relations Adm. Kearsipan Bahasa Perancis Ilmu-ilmu Fisika
Pengalaman Bekerja NO 1 2 3
Tahun 2000 – sekarang 1999 – 2000 1996
Perusahaan Yayasan LIA Unit LBPP Pusat Jakarta PT. Industira Fanufact Tangerang PT. Sucofindo Jakarta
Pekerjaan Staf SDM Staf SDM Staf SDM