STRATEGI ANGGOTA KELOMPOK HIMPUNAN WARIA SOLO (HIWASO) DALAM MENGHADAPI BERBAGAI BENTUK DISKRIMINASI Anis Novitasari, Nurhadi dan Atik Catur Budiati Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta
[email protected] ABSTRACT This study aims to identify forms of discrimination received by minority groups of transgender and to analyse how Himpunan Waria Solo (HIWASO) members cope with the situation. This research uses qualitative method with phenomenology as its approach. Alferd Schutz’concept of “because of motive” and “in order to motive” are used to analyse the data collected in this research. The purpose motive is understood as their efforts to be accepted in the community by doing various strategies to defend themselves. The results of the study are as follows: (1) there aremany discriminatory acts that the transvestite members get in daily life and in the workplace. The form of discrimination includes being prohibited from using volleyball court, expulsion, scorn, insults, and laughing at members of transvestites.In public place, they experience physical violencessuch as punches, kicks, stab, and various attempts aiming at forcefully “normalizing” them; (2) the coping strategies HIWASO members do includes changing their outward appearance; developing their capabilities, joining the HIWASO group as a place to develop themselves and place meetings with other members of the shelter. Keywords: discrimination, strategy, transvestite, phenomenology Alferd Schutz. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai bentuk diskriminasi yang diperoleh kelompok minoritas waria dan strategi anggota kelompok Himpunan Waria Solo (HIWASO) untuk mampu pertahan di tengah masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Dengan menggunakan teori fenomenologi Alferd Schutz yaitu motif-motif sebab (because of motive)dan motif tujuan (in order to motive) dimana motif sebab merupakan rentetan masalalu yang dialami waria yaitu berbagai tindakan diskriminasi di tengah masyarakat. Motif tujuan yaitu upaya mereka agar di terima di tengah masyarakat dengan melakukan berbagai strategi mempertahankan diri. Hasil penelitian menujukan bahwa masih (1) banyak tindakan diskriminasi atau perlakuan yang tidak mengenakan yang didapat anggota waria dalam kehidupan sehari-hari ataupun ketika sedang melakukan pekerjaan diantaranya tidak diperbolehkan menggunakan lapangan bola voly, pengusiran, cibiran, hinaan, dan di tertawakan ketika anggota waria berada di tempat umum tindakan kekerasan fisik berupa pukulan, tendangan hingga bacokan dan berbagai upaya yang dilakukan berbagai oknum untuk mengembalikan anggota waria ke keadaan sebagai laki-laki.(2) strategi yang dilakukan oleh anggota
HIWASO untuk dapat bertahan di tengah masyarakat diantaranya mengubah perilaku menjadi lebih baik di tengah masyarakat, mengembangkan kemampuan yang mereka miliki, bergabung dengan kelompok HIWASO sebagai tempat untuk mengembangkan diri dan tempat bertemunya dengan anggota lain yang sepenanggungan. Kata kunci : diskriminasi, strategi, waria, fenomenologi, Alferd Schutz
mengenal jenis kelamin bukan gender.
Pendahuluan Diskriminasi merupakan salah satu wujud penolakan kepada kelompok atau individu yang tergolong minoritas. Kasus diskriminasi telah menimpa transgender di seluruh dunia. Penelitian The William
Jenis kelamin yang diakui di negara ini hanya dua yaitu laki laki dan perempuan, yang kemudian kondisi ini berlaku mulai dari aspek administratif hingga kehidupan sosial.
Institute School of Law UCLA tentang
Waria memilih untuk ikut dalam
diskriminasi di dunia kerja atas dasar
suatu komunitas atau suatu kelompok yang
orientasi seksual dan identitas gender di
mampu menerima mereka dan memiliki
lima puluh negara bagian di Amerika
rasa
Serikat yang dilakukan tahun 2008 sampai
merupakan salah satu fakta sosial yang ada
2009,
ada
dimana pun di dunia bagaimanapun waria
diskriminasi yang melanggar hukum yang
ingin agar jati dirinya diakui. Butuh
dilakukan oleh pemerintah karena alasan
pekerjaan
menyimpulkan
bahwa
orientasi seksual dan identitas gender.
sepenanggungan.Komunitas
untuk
waria
menopang hidupnya,
Kelompok
HIWASO
yaitu
Dalam sebuah survay terbaru tentang
Himpunan Waria Solo, adalah salah satu
diskriminasi
yang
kelompok organisasi yang menyuarakan
dilakukan Green (2012) dalam penelitian
hak-hak sebagai seorang waria. Kehadiran
Sri Yuliani menemukan bahwa 76,5 persen
kelompok ini tentu mengundang banyak
(dari 268 responden yang disurvey) pernah
sekali perhatian di kalangan masyarakat,
mengalami kekerasan verbal atau diejek
khususnya masyarakat dimana kelompok
sebaagai waria (namecalling).
organisasi ini didirikan. Pro dan kontra
terhadap
LGBT
tentu hadir mengiringi. Sama seperti Diskriminasi mulai terjadi seperti pada tindak kekerasan, pelecehan verbal maupun
nonverbal,
pembunuhan.
Di
bullying negara
hingga
Indonesia,
sebagian masyarakat masih menganggap tabu akan adanya kelompok transgender. Indonesia masih menganut sistem gender biner, dimana segala peraturan yang mengikat hak dan kewajiban seseorang diatur Dengan
berdasarkan kata
lain,
seks
biologisnya.
Indonesia
masih
kelompok
waria
yang
lain
anggota
kelompok HIWASO rata-rata mereka juga mendapatkan
tindakan
diskriminasi.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya mengetahui
bentuk
penulis ingin diskriminasi,
strategi kelompok waria Solo
dan dalam
menghadapi berbagai bentuk diskriminasi tersebut
yang
akan
peneliti
kaitkan
denganmotif sebab dan tujuan pada teori
Himpunan
fenomenologi Schutz.
masyarakat?
Ruang-ruang sosial yang ada di tengah masyarakat berpengaruh pada pola hidup waria, karena bagaimana pun waria hidup dalam satu masyarakat luas dan plural. Berbagai aturan yang ada didalam masyarakat, adat kebiasaan juga harus ditaati oleh kelompok waria, walaupun terkadang aturan-aturan tersebut tidak memberikan ruang bagi kelompok mereka
anggota
Waria (2)
Solo
di
tengah
Bagaimana
strategi
kelompok
menghadapi
HIWASO
segala
bentuk
dalam
perlakuan
diskriminasi ditengah masyarakat? (3) Bagaimana konsep motif sebab dan tujuan dalam teori fenomenologi Alferd Suchtz dapat di gunakan untuk memahami strategi anggota Himpunan Waria Solo dalam menghadapi segala bentuk diskriminasi? Kajian Pustaka
Dengan demikian, pilihan hidup sebagai
Merujuk pada teori fenomenologi
waria memberikan tantangan tersendiri,
Schutz yang diungkapkan oleh Tom
karena tatanan sosial dan kultur belum
Campbell (1994:240) konteks makna itu
sepenuhnya menempatkan waria sejajar
adalah
dengan jenis kelamin yang lain. Pandangan
(because
masyarakat yang masih memegang erat
mengenai tindakan waria dalam HIWASO
kebudayaan
dan
memiliki motif sebab (because of motive)
menganggap pria transgender atau waria
dan motif tujuan (in order to motive).
pelaku penyimpangan seksual. Kelompok
Motif sebab ini merupakan rentetan pada
HIWASO merupakan kelompok waria
masa lalu yang dialami oleh waria akan
yang masih bertahan ditengah masyarakat.
menjadikan motivasi untuk tindakanya.
Pada
ingin
Dari motif sebab penelitian mengenai
dan
kelompok HIWASO mencoba mengetahui
heteroseksual
penelitian
mengetahui strategi
bentuk
kelompok
ini
penulis
diskriminasi, HIWASO
dalam
apa
konteks
saja
motif-motif
motive),
bentuk
pada
“karena” penelitian
diskriminasi
yang
menghadapi berbagai bentuk diskriminasi
diperoleh
tersebut yang akan peneliti kaitkan dengan
kelompok.
motif
teori
diskriminasi yang mereka peroleh mampu
fenomenologi Schutz. Kaitanya dengan
menggambarkan posisi mereka di tengah
bentuk diskriminasi peneliti tertarik untuk
masyarakat.
melihat:
masyarakat lain ia juga perlu memenuhi
(1)Apa saja bentuk perlakuan diskriminasi
kebutuhan hidupnya. Kelompok waria juga
yang dialami oleh anggota kelompok
inggin diakui, diterima mereka mampu
sebab
dan
tujuan
pada
kelompok Dari
Sama
atau
anggota
berbagai
bentuk
seperti
anggota
bekerja
sesuai
bidangnya
tanpa
bahwa dirinya adalah perempuan, sehingga
diskriminasi. Motif tujuan,keikutsertaan
ia harus berpenampilan sebagai seorang
dalam kelompok waria adalah bersama
perempuan.
mendapatkan pengakuan dari masyarakat.
2. Tranvetisme
Salah satu tujuan para anggota waria
Dilihat dari cara berpakaian, waria dapat
bergabung dengan kelompok adalah agar
dikategorikan menjadi dua yaitu sebagai
mereka saling bekerjasama yaitu bersama-
penderita tranvetisme dan transeksualisme.
sama
Transvetisme adalah nafsu yang patologis
anggota
lain
berupaya
mempertahankan diri dengan berbagai cara
untuk memakai
yang digunakan kelompok, yang tujuannya
kelaminnya. Disini ia akan mendaat
adalah guna mendapatkan pengakuan di
kepuasan seks dengan memakai pakaian
tengah tengah masyarakat.
dari jenis kelamin lainya.
Pandangan tentang waria (homoseks, hermafrodit,
transvetisme
transeksualisme)
dan
seperti
yang
diungkapakan oleh Zunly (2005:32-40)
homoseksualitas adalah reaksi seks dengan jenis kelamin yang sama, atau rasa tertarik dan mencintai jenis seks yang sama secara sayang,
hubungan
emosional) atau secara erotik, baik secara predominan (lebih menonjol) maupun eksklusif (semata-mata) terhadap orangorang yang berjenis kelamin sama , dengan atau tanpa hubungan fisik (jasmaniah). Secara fisik waria termasukdalam bagian dari homoseksual. Ada yang membatasi secara jelas antara kaum homoseks dan kaum
waria,
misalnya
dalam
hal
berpakaian. Seorang homoseks tidak perlu berpenampilan dengan memakai pakaian perempuan.
Sebaliknya
waria
3. Transeksual Seorang transeksualis, secara jenis kelamin (jasmani) sempurna dan jelas, tetapi secara psikis cenderung menampilkan diri sebagai lawan jenis . berbagai cara akan mereka
1. Homoseksual
perasaan(kasih
pakaian lawan jenis
merasa
tempuh, seperti dengan operasi kelamin, payudara, bibir dan sebaagainya. Seks merupakan jenis kelamin yang dibawa manusia sejak lahir, di dunia ini jenis kelamin ada perempuan, laki laki dan
interseks
(seorang
yang terlahir
dengan 2 jenis kelamin). Oleh karena itu, terkait dengan jenis kelaminya, maka setiap orang berperilaku sesuai konstruksi sosial yang dibangun di lingkungannya tentang bagaimana seorang laki-laki dan seorang perempuan seharusnya bersikap, berpenampilan
dan
berperilaku
Idana
(17:2013). Stigmasi
diberikan
kepada
kelompok waria yang dianggap berbeda
dan abnormal terjadi karena pemahaman
atau
masyarakat tentang orientasi seksual dan
mengidentifikasi
identitas gender masih rendah. Bahwa
sesuai dengan seks biologisnya, seperti ini
seorang laki-laki harus bersikap maskulin,
: merasa betina (memiliki vagina dan
macho, pemberani karena hal itu sudah
rahim) atau merasa laki-laki karena seks
menjadi kodrat laki-laki, maka tidak
biologisnya adalah organ jantan (penis,
dibenarkan jika laki-laki bersikap lemah
testis). Saat identitas gender seseorang
lembut,
tidak sama dengan seks biologisnya, orang
feminim,
cengeng
(mudah
transgender.
Kebanyakan identitas
gendernya
menangis) sehingga terstigma sebagai
tersebut
banci,
transeksual atau kategoritransgender lain
bencong,
waia,
wandu
dan
bisa
orang
dikategorikan
sebagainya. Stigma ini merupakan hasil
yang
dari konstruksi gender yang berasal dari
transgender male to female(MTF) atau
pemahaman
rendah
priawan untuk trasgender ffemale to male
tentang orientasi seksual, identitas gender
(FTM). sementara identitas gender seperti
dan ekspresi gender. Samuel Killermann
transeksual seringkali disamakan dengan
(Idana, 18:2013) memberikan pemahaman
transgender namun sebenarnya berbeda,
tentang SOGIE:
transeksual
1.
memiliki keinginan untuk hidup dan
masyarakat
yang
Seks biologis adalah ciri seorang
dikenal
dengan
sebagai
adalah
seseorang
yang dimiliknya. Secara umum seks
kelamin yang berlawanan dengan jenis
biologis terbagi menjadi 2 yaitu permpuan
kelamin biologisnya dan menginginkan
dan laki laki. dalam beberapa kasus juga
terapi hormonal dan pembedahan untuk
ditemui seorang dilahirkan dengan 2 jenis
membuat
kelamin yang disebut interseks.
dengan lawan jenis kelamin biologisnya
2.
dan sesuai dengan identitas gendernya
pengalaman
yang
mengarah
internal
yang
kepada sangat
tubuhnya
dari
yang
diterima
sesuatu
anggota
untuk
berdasarkan organ reproduksi dan seksual
Identitas gender diartikan sebagai
sebagai
waria
semirip
jenis
mungkin
Galink (Indana, 20:2013). 3. Ekspresi
gender
merujuk
pada
cara
mendalam dirasakan oleh setiap orang
pandang dimana seseorang berperilaku
tentang gendernya yang dapat saja atau
untuk
tidak sesuai dengan jenis kelamin yang
dalam budaya tertentu,misalnya dalam hal
ditetapkan saat kelahiran. Lebih mudahnya
pakaian, pola komunikasi dan ketertarikan.
adalah perasaan
seseorang terhadap
Ekspresi gender seseorang mungkin tidak
dirinya, apakah dia perempuan laki-laki
konsisten dengan peran gender secara sosial
mengkomunikasikan
dan
mungkin
gendernya
juga
tidak
mencerminkan
gendernya.
UU HAM 39/1999 pasal 1 ayat 3
tetang
mendefinisikan diskriminasi adalah setiap
kemaskulinan dan kefeminiman seserang
pembatasan, pelecehan, atau penguilan
yangsseorang yang ditampilkan orang lain
yang langsung ataupun tak langsung
atau lingkungannya. Nilai-nilai maskulin
didasarkan pada pembedaan manusia atas
dan feminim ini ditentukan oleh budaya,
dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok,
misalnya seseorang yang merasa dirinya
golongan, status sosial, status ekonomi,
perempuan mengenakn
jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik
Ekspresi
identitas
gender
adalah
perhiasan dan
make up utuk menunjukan feminim.
yang
4.
penyimpanagan
Orientasi seksual dipahami sebagai
kemampuan
seseorang
pengurangan,
atau
penghapusan
merasa
pengakuan, pelaksanaan atau pengunaan
tertarik secara emosional, mental dan
hak asasi manusia dan kebebasan dasar
fisikal kepada jenis atau lawan jenis.
dalam kehidupan baik individual maupun
Mengacu kepada jenis kelamin / gender
kolektif dalam bidang politik, ekonomi,
yang mana seseorang tertarik. Terdiri dari
hukum,
ketertariakan,
kehidupan lainya Komnas HAM( Idana,
perilaku
untuk
berakibat
dan
identitas
seksual. Orientasi seksual terdiri dari homoseksual, heteroseksual dan biseksual. Kalau stigma merupakan pelabelan
sosial,budaya
Metode Penelitian Metode
(persepsi)
Kelompok
diskriminasi
lebih
aspek
23:2013).
negatif yang berada pada tataran pikiran maka
dan
penelitian
“Strategi
Himpunan
Anggota
Waria
Solo
merujuk pada pelayanan atau perlakuan
(HIWASO) Dalam Menghadapi Berbagai
yang tidak adil terhadap individu tertentu
Bentuk Diskriminasi” ini menggunakan
dimana pelayanan/perlakuan berbeda ini
penelitian kualitatif, dengan pendekatan
dibuat
fenomenologi
berdasarkan
karakteristik
yang
yaitu
memahami
arti
diwakili oleh individu tersebut, seperti
peristiwa. Arti peristiwa utamanya adalah
karakteristik yang diwakili oleh individu
bentuk
tersebut,seperti
diterima
karakteristik
kelamin,
perlakuan oleh
kelompok
yang
HIWASO.
dan
Penelitian
kepercayaan, aliran politik, kondisi fisik
penelitian
atau
tidak
pengamatan (observasi) dimana peneliti
mengindahkan tujuan yang sah atau wajar.
melakukan pengamatan langsung dan tidak
Aryanto (Indana,21:2013).
langsung
orientasi
seksual,
karakteristik
ras
lain,
agama
yang
HIWASO.
ini
diskriminasi
menggunakan
kualitatif
kepada
yaitu
beberapa
metode dengan
angota
dalam penelitian ini peneliti melakukan
menurut
wawancara
kepada
kelompok
Komariah, 2012 :218) aktivitas analisis
HIWASO,
dan
anggota
data terdiri atas : (1) Reduksi data
HIWASO
yang
Herdiansyah
ketua beberapa
masih
aktif.
Haris
purposive
(2010:106)
sampling merupakan teknik dalam non
Miles
(reduction),
and
(2)
Huberman
Penyajian
(Aan
Data,
(3)
Penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hasil Penelitian
probability sampling yang berdasarkan
Menurut
(Irving
Zeitline,
pada ciri-ciri yang sesuai dengan tujuan
1995:259), dunia sosial keseharian selalu
penelitian yang dilakukan.
merupakan
Dalam
teknik
pengumpulan
subjek
suatu
dunia
akan
intersubjektif,
sesuai
dengan
tujuan
intersubjektif.
Dengan berpijak pada kepercayaan bahwa
penelitian ini ada kriteria informan yang dipilih
yang
kehidupan
sehari-hari
menurut
Schutz
bersifat dunia
penelitian yatu : (1) Anggota HIWASO (4
seseorang individu tidak akan pernah
orang anggota) yang masih aktif dalam
bersifat
keanggotaan. (2) Anggota HIWASO yang
didalam kesadaran saya selalu menemukan
pernah mengalami tindakan kekerasan atau
bukti adanya kesadaran orang lain( Irving
diskriminasi.(3) Anggota HIWASO yang
Zeitline 1995:259). Hal ini bila kita
memiliki jenis pekerjaan yang berbeda.(4)
kaitkan dengan kehidupan seorang waria
Berdomisili di wilayah Surakarta.
dapat kita lihat pada dasarnya proses untuk
pribadi
sepenuhnya,
bahkan
Pemilihan informan dalam penelitian
menjadi waria itu membutuhkan waktu
bertujuan agar peneliti mendapatkan data
yang amat panjang untuk dapat menjadi
dan informasi sebanyak mungkin sesuai
waria yang mampu bertahan di tengah
dengan tujuan penelitian sehingga data
kehidupan
yang
kehidupan
terkumpul
benar-benar
dapat
masyarakat. sehari-hari
Di
setiap
dalam individu
mewakili. Teknik pengumpulan data yang
hidup dalam dunia yang sama dengan
dapat digunakan dalam penelitian ini
individu lain. Sebagai seorang individu
adalah observasi secara langsung dan
tentu memiliki kesadaran tersendiri tentang
wawancara. Teknik uji validitas data
suatu hal, sebagai seorang waria pun juga
dilakukan dengancara triangulasi metode.
sama
Menurut Sutopo(2002 : 79-80) trianggulasi
kesadaran tersendiri tentang diri mereka
metode
dilakukan
masing-masing. Namun demikian ketika
terhadap
metode
sehingga
data
yang
semakin
valid.
Teknik
untuk
pengecekan
pengumpulan
demikian
mereka
mempunyai
data,
seorang individu hidup dalam dunia yang
diperoleh
akan
sama dengan orang lain, tentu sangat
analisis
data
memungkinkan
bagi
individu
untuk
ketika
mereka
dibesarkan
di
dalam
melakukan interaksi dan saling berbagi
keluarga, kemudian mendapat penegasan
mengenai apa yang dialami. Sehingga,
pada masa remaja, menjadi penyumbang
meskipun hidup dalam aliran kesadaran
terciptanya
tersendiri, individu sebenarnya tengah
satupun waria yang menjadi waria karena
berusaha memahami kesadaran orang lain
proses yang mendadak. Kebanyakan waria
melalui proses berbagi dengan individu
memang merasakan kecenderungan untuk
lain(Zeitlin, 1995:259). Menurut Schutz,
menjadi waria semenjak kecil dan merasa
kesadaran orang lain itulah yang dimaksud
bahwa keberadaan mereka merupakan
dunia intersubjektif. Dunia seseorang tidak
suatu kodrat yang tidak bisa dipungkiri.
akan pernah bersifat pribadi sepenuhnya, bahkan dalam kesadaran seorang individu, ia selalu menemukan bukti kesadaran orang lain.
waria.
Sebenarnya
Dengan alasan bahwa waria
memiliki
keperibadian
tidak
seorang yang
demikian karena sebab naluri dari dalam diri mereka tidak serta merta waria dapat
Kehadiran waria yang memiliki
di terima di tengah kehidupan masyarakat
penampilan berbeda di tengah masyarakat
dengan begitu saja, seperti misalnya dapat
tentu menjadikan perdebatan hingga saat
kita lihat dari ruang linggkup penerimaan
ini. Anggota kelompok waria banyak
waria di dalam keluarga. Dari keempat
dianggap tidak normal dan cenderung
informan lahir dari keluarga yang berbeda
menyimpang sehingga hal ini memicu
proses untuk menjadi seorang waria seperti
adanya berbagai macam pandangan dan
sekarang pun juga membutuhkan waktu
perpektif tentang waria.
yang
Pada umumnya informan merasakan
panjang.
Fenomena
kewariaan
memang tidak lepas dari sebuah konteks
keganjilan pada diri mereka sejak awal
kultural.
bahkan ketika mereka sama sekali belum
mereka kecil atau masa kanak-kanak
mengerti tentang keadaan yang sedang
ketika dibesarkan dalam keluarga dengan
dirinya hadapi. Hingga pada suatu ketika
berbagai kecenderungan kemudian seiring
dirinya dewasa dan mampu bertemu
berjalanya waktu mereka mendaptkan
dengan
memiliki
penegasan. Proses menjadi waria diawali
Munculnya
dengan suatu perilaku yang terjadi pada
fenomena kewariaan sebenarnya memang
masa anak-anak melaui pola bermain dan
tidak lepas dari sebuah konteks kultural.
bergaul. Hadirnya seorang waria secara
Kebiasaan-kebiasaan
umum tidak pernah dikehendaki oleh
kesamaan
teman-teman
yang
dengannya.
masa
anak-anak
Kebiasaan-kebiasaan
ketika
keluarga
manapun.
muncul
setelah
Respon
keluarga
mengetahui
adanya
anggota
waria
HIWASO
mereka
bahwa
dengan
mengungkapkan
perilaku-perilaku tertentu yang dianggap
bergabungnya mereka terhadap kelompok
menyimpang, sedangkan respons terhadap
HIWASO sangat membantu mereka untuk
waria seringkali muncul dalam bentuk
menjadi diri mereka. Mereka bertemu
reaksi-reaksi setelah mengetahui perilaku
dengan anggota lain yang memiliki rasa
mereka.
dan kondisi yang sama. Namun kondisinya
Hadirnya
seorang
waria
mendapatkan pertentangan dari dalam keluarga hingga masyarakat, keempat
dalam konteks komunitas atau kelompok dunia waria tetap dipandang sebagai sesuatu yang ambigu.
informan merasakan hal yang serupa
Konteks
waria
di
tengah
mereka bahkan hampir tidak diterima
masyarakat, dapat dilihat dari penerimaan
dalam
kali
masyarakat terhadap dua konteks yaitu
mengakui tentang jati diri mereka. Rasa
individu dan kelompok salah satunya
kecewa dan tidak terima mucul ketika
kelompok HIWASO. Kontes individu
mereka mulai berpenampilan menjadi
sendiri bergantung pada perilaku sehari-
seorang perempuan. Mulai dari perlakuan
hari yang dilakukan oleh seorang waria.
keluarga yang menekan dirinya untuk
Baik
berpenampilan lumrah seperti layaknya
masyaraat juga kaitanya dengan pekerjaan
seorang laki-laki. hal tersebut juga dialami
yang mereka lakukan untuk memenuhi
oleh MD, EL dan RS awalnya mereka
kebutuhan hidup mereka.
keluarga
ketika
pertama
sangat ditentang dengan keluarga mereka alasannya
adalah
bahwa
penampilan
mereka menyalahi kodrat, namun tetap mereka merasa tersiksa ketika justru berpenampilan seperti layaknya seorang laki-laki. Kalanya ketika keluarga hingga orang-orang menerima mereka
sekitar kondisi
mereka,
mencari
biasanya
Perlakuan
keseharian
dalam
diskriminasi diperoleh
misalnya ketika mereka sedang makan atau berada di tempat umum seringkali mendapatkan ejekan atau bahkan ketika mereka
sedang
bekerja
mendapatkan
perlakuan
merugikan
hingga
keselamatan
mereka.
informan
terlihat
seringkali
yang
sangat
membahayakan Dari bahwa
kempat mereka
mempunyai kemampuan dan memiliki
rasa
jenis pekerjaan masing-masing seperti WL
sepenanggungan dengan mereka. Seperti
dirinya bekerja sebagai seorang penyayi,
yang
teman
kegiatan
atau
kelompok
lebih
kurang mampu
itu
memiliki
perias dan juga penari, MD bekerja
kesehatan mengenai HIV AIDS. Kegiatan
sebagai
bekerja
olahraga seperti bola voly, hingga kegiatan
sebagia penyanyi karaoke dan EL sebagai
sosial yaitu kunjungan panti jompo. Untuk
pekerja seks dari kesemua pekerjaan
saat ini dalam melakukan kegiatan seperti
terebut
cek
seorang
tidak
aktivis,
semua
RS
pekerjaan
yang
kesehatan
pemerintah
telah
mereka jalani mendapatkaan pengakuan
bekerjasama memfasilitasi mereka yaitu
dari
yang
untuk cek kesehatan rutin. Kemudian
panjang hingga saat ini agar mereka
untuk kegiatan lain seperti bola voly rutin
mampu berada di tengah masyarakat dan
masyarakat
daerah
dapat diterima seperti halnya anggota
memberikan
tempat
masyarakat lain. Perlakuan diskriminasi
sebagai
seringkali mereka peroleh baik ketika
karakter yang dilakukan oleh dinas sosial
mereka bekerja ataupun dalam kehidupan
kepada mereka dengan tujuan mereka
sehari hari dalam kasus yang diterima oleh
mampu menjadi waria yang berkualitas
EL dirinya bekerja sebagai pekerja seks,
yang mampu berada di tengah masyarakat.
dengan pekerjaannya sekarang tentu sangat
Respon masyarakat terhadap kaum waria
menghawatirkas selain kesehatan juga
juga bergantung pada perilaku waria
ancaman masyarakat dari pekerjaannya.
tersebut di tengah masyarakat, terlepas dari
Untuk saat ini banyak oknum yang
apa pekerjaan mereka. Penerimaan atau
mengatas namakan kelompok tertentu
penolakan
yang sangat melaknat keberadaan waria
masyarakat juga bergantung bagaimana
mereka sering kali melakukan tindakan
waria
yang
masyarakat,
diluar
butuh
proses
kegitan
cemani untuk
mereka.
kehadiran
mampu
telah
digunakan Pendidikan
waria
bernegoisasi
dalam
atau
batas
kesadaran
seperti
bekerjasama dengan masyarakat. Ruang
tindakan
pukulan
bahkan
sosial anggota waria memang berpengaruh
seringkali mereka memberikan sengatan
pada pola hidup atau kegiatan anggota aria
listrik kepada kelompok waria.
itu sendiri. Menjalani
melakukan
Sementara itu konteks kelompok, ke empat informan bergabung dengan kelompok yang sama yaitu HIWASO atau Himpunan
Waria
Solo.
Dalam
keikutsertaan dengan anggota HIWASO mereka
mendapatkan
berbagai
jenis
kegiatan seperti penyuluhan dan cek
hidup sebagai
seorang waria juga berbenturan dengan segala macam aturan-aturan yang ada di dalam masyarakat. Pilihan hidup sebagai waria memberikan tantangan tersendiri karena tatanan sosial dan kultural belum sepenuhnya menempakan waria sejajar dengan jenis kelamin lain.
Schutz meletakan hakikat kondisi
pula keadaan seorang waria, mereka
manusia pada pengalaman subjektif dalam
menyadari bahwa keadaan mereka di
bertindak dan mengambil sikap terhadap
tengah
dunia kehidupan sehari-hari. Bagi schutz
mendapatkan
inilah sebuah dunia kegiatan praktis.
diskriminasi. Untuk menyelamatkan diri
Kemampuan-kemampuan
dari
inti
manusia
kehidupan
masyarakat
pertentangan,
masalah,individu
dan
harus
mampu
dapat ditemukan dengan analisis atas
mendefinisikan situasinya yaitu dia harus
unsur-unsur kesadaran praktis manusia
menetapkan
yang terus berlangsung, aliran tindakan
situasi macam apakah ia berada, apakah
yang bersifat tetap yag terarah menuju
masalah-masalahnya,
serentetan tujuan yang memungkinkan kita
dirinya berusaha meraih tujuannya (
untuk memandang kehidupan menurut
Campbell, 1994:237). Berbekal persediaan
projek-projek
penegetahuan,
yang
dikejar
manusia
dan
memutuskan
dan
dalam
bagaimana
manusia
mampu
(Campbell, 1994:235). Dunia kehidupan
mendefinisikan
pengalaman
mengorientasikan dirinya sedndiri ke arah
sehari-hari
ditetapkan
situasinya
demikian sarannya, oleh sebuah kesadaran
situasi
itu, si pelaku harus berusaha untuk
kepentingan-kepentingan dan keinginan-
mencapai aliran tujuan-tujuan dan maksud-
keinginan
maksudnya . Walaupun dalam berbagai
relevan
segi individu sama sekali pasif. Para
(Campbell,1994:239),
pelaku adalah makhluk-makhluk praktis
suatu proses abstraksi dan formalisasi
yang sikap naturalnya dapat mengandaikan
untuk
begitu saja hal-hal tertentu dan mulai
sebagai
berusaha mengubah orang lain dengan cara
seterusnyaa.
yang diinginkan. Jadi kehidupan sehari-
individu dilahirkan pada suatu sejarah
hari adalah sebuah orientasi pragmatis ke
dunia yang sudah ada secara bertahap
masa depan. pengandaianya adalah bahwa
bersifat alami sosio-budaya (Irving Zeitlin,
manusia
1995:260).
memiliki
kepentingann tertentu
kepentinganyang dengan itu
tersebut
itu
dengan
dan
yang situasi
membiarkan
menyeleksi
segi-segi
yang
tipifikasi
di
tipifikasi
menglasifikasikan meja,
benda-benda
mobil
Menurut
pohon schutz,
Persediaan diwariskan
adalah
dan setiap
pengetahuan
tersedia
tipifikasi-tipifikasi
sebagai
mereka melihat dan berusaha mengubah
sekumpulan
dunia
Setiap
berkait-kaitan dan memungkinkan kita
manusia pasti akan mengalami masalah
untuk mengenali sebuah situasi situasi
akan tetapi manusia adalah makhuk yang
tertentu dan dengan demikian mengetahui
mempu menyelesaikan masalah. Begitu
bahwa
yang
mereka
tangkap.
teknik-teknik
atau
yang
resep-resep
tertentu untuk menghadapinya tepat (
telah diungkapkan di atas dan motif agar
Campbell,1994:238).
atau
Dari ketertarikan
penjelasan manusia
di
atas,
dalam
dunia
motif
tujuan
adalah
mereka
menginginkan agar dapat di terima di tengah
masyarakat.
Yaitu
dengan
kehidupan sehari-hari merupakan sesuatu
melakukan berbagai strategi baik dari
yang sangat praktis sifatnya, dan tiak
strategi
bersifat
kelompok.
teoritis.
Dalam
sikap
alami
individu
maupun
strategi
Dari motif sebab penelitian
mereka, diatur oleh motif-motif pragmatis
mengenai
yakni
mengontrol,
diketahui apa saja bentuk diskriminasi
menguasai atau mengubah dunia dalam
yang diperoleh kelompok atau anggota
rangka menerapkan proyek-proyek dan
kelompok yang didapatkan di tengah
tujuan-tujuan mereka. Keterarahan praktis
masyarakat seperti misalnya perlakuan
yang berorientasi ke masa depan dan
diskriminasi dalam keseharian : (1)Tidak
harapan-harapan dunia kehidupan sehari-
semua
hari
kedudukan
mereka
berupaya
terungkap dalam apa yang disebut
kelompok
masyarkat
HIWASO
dapat
mampu
menerima
yang
memiliki
waria
Schutz motif ‘supaya’ yang memotifasi
penampilan yang berbeda. Seperti yang
bahawa kita melakukan sesuatu ‘supaya’
diterima oleh MD dirinya mendapaatkan
mencapai
keluhan
sebuah
tujuan,
Schutz
dari
masyarakat
yang
tidak
berpendapat bahwa ada sebuah konteks
menerima dirinya berada dilingkungan
makna
(becauze
tempat tinggal masyarakat tersebut hingga
motive) yang muncul hanya ketika kita
berujung pada tindakan pengusiran.(2)
melihat
lain
Tindakan berupa cacian, ditertawakan dan
menurut
cemoohan seperti yang diungkapkan oleh
Campbell (1994:240), teori Schutz tentang
informan RS dan EL ketika berpenampilan
manusia berbicara soal motif karena dan
perempuan, biasanya hal ini mereka
motif agar yang melekat pada setiap
dapatkan ketika berada di tempat-tempat
tindakan individu. Motif agar menunjuk
umum yang merupakaan tempat yang
kepada suatu keadaan pada masa yang
dapat digunakan untuk failitas bersama.
akan datang, sedangkan motif
Seperti misalnya tempat makan, jalan mall,
motif-motif
‘karena’
kegiatan-kegiatan
(Campbell,1994:240).
orang
Jadi
karena
menjelaskan tindakan dengan acuan lebih
pusat
ke masa silam dari masa depan (Campbell,
Sehingga hal ini sangatlah menggangu
1994:240). Motif sebab atau karena yaitu
mereka untuk dapat melakukan aktivitas
berbagai
mereka
perlakuan
diskriminasi
yang
diberikan kepada masyarakat seperti yang
perbelanjaan
sehari-hari.
dan
(3)
sebaginya.
Tindakan
perlakuan yang merugikan keselamatan
mereka. Yaitu seperti yang diunggkapkan
melakukan pekerjaan EL mendapatkan
MD dan WL ketika mereka melakukan
perilaku pengusiran yang dilakukan oleh
kegitan
ormas dengan tidak segan melakukan
rutin
bola
voly,
mereka
mendapatkan seranggan dari beberapa
tindakan
orang yang mengaku sebagi ormas yang
hingga penyetruman. Hal ini tentu sangat
melakukan
membahayakan
jihad.
Kebanyakan
dari
berupa
tendangan,
untuk
pukulan
keselamatan
anggota ormas itu bahkan membawa benda
mereka. (2) MD yang hingga sekarang
tajam seperti pedang panjang, rante dan
menjabat sebagai ketua pembina HIWASO
kayu. Mereka tidak seggan melakukan
pada saat melakukan kegiatan bersama
pukulan
waria.
anggota waria lain dirinya yaitu kegiatan
(4)Berbagai kegiatan yang diadakan oleh
rutin bola voly dirinya dibawa oleh
dinas sosial Surakarta yang bekerjasama
beberapaa oknum kemudian diinterogasi
dengan kementrian sosial yang secara
karena telah membiarkan anggota waria
terang-terangan
kegiatan
lain melakukan kegiatan tersebut. Ketika
pendidikan karakter dengan melakukan
dirinya melawan justru oknum tersebut
kegiatan kepada anggota HIWASO dengan
tidak segan melakukan tindakan kekerasa.
melkukan kegiatan semi
Hal
kepada
anggota
melakukan
militer dan
ini
tentu sangat
membahayakan
mengarahkan mereka kembali kepada
walaupun sebenarnya keiatan rutin voly
karakter mereka sebagai seorang laki-laki.
tersebut dilakuan di lapangan bola voly
Baik itu aturan dari segi penampilan
yang merupakn fasilitas umum dimana
maupun perilaku mereka.
telah mendapatkan ijin dari ketua RT
Selain dalam kehidupan sehari-hari
maupun RW setempat.(3) WL ketika
tindaakan atau perlakuan diskriminasi juga
melakukan pekerjaannya sebagi perias
diperoleh anggota HIWASO ketika mereka
dalam
melakukan pekerjaan
diperkenankan untuk merias pengantin
seperti misalnya :
(1) EL yang bekerja sepagai seorang
dilakukan
oleh
EL merupakan
acara
dirinya
tidak
laki-laki karena penampilanya.
pekerja seks, pada dasarnya pekerjaan yang
sebuah
Berbagai bentuk diskriminasi yang mereka peroleh mampu menggambarkan
pekerjaan yang tidak dibenarkan, namun
posisi
tidak serta merta dengan pekerjaan yang
dimana anggota waria merasakan tekanan,
dilakukan EL sebagai pekerja seks semua
ketidak nyamanan bahkan dengan adanya
orang bebas melakukan tindakan atau
perlakuan
perlakuan
mereka,
mendapatkan perlakuan yang berbeda di
seperti yang diungkapkan EL ketika
tengah masyarakat. Pada dasarnya anggota
seenaknya
kepad
mereka
di
tengah
diskriminasi
masyarakat
mereka
waria sama seperti anggota masyarakat
masyarakat menggunakan jasanya untuk
lain ia juga perlu memenuhi kebutuhan
bernyanyi.
hidupnya. Kelompok waria juga inggin
memiliki
diakui,
dengan ikut bersama teman waria yang
diterima ditengah masyarakat.
Kemuadian kemampuan
merias
tanpa diskriminasi. Menurut Koeswinarno
mengasah kemampuan dan mendapatkan
(2004:155) seorang waria diterima atau
job merias wajah. Selain mengembangkan
ditolak didalam masyarakat akan sangat
kemampuan yang mereka miliki menurut
ditentukan dari bagaimana membangun
MD dan RS waria harus memiliki sikap
negoisasi
yang
untuk
baik
dirinya
wajah
bekerja
masyarakat
salon
juga
Mereka mampu bekerja sesuai bidangnya
dengan
di
dirinya
agar
pun
masyarakat
juga
mampu
menjadi bagian dari lingkunagan sosial itu
memandang waria tak selamanya buruk.
sendiri.
mampu
Dengan memiliki tingkahlaku yang sopan
diterima di sebagian masyarakat. Untuk
dan baik dalam berperilaku, bertutur kata
mampu bertahan di tengah masyarakat
dan berpenampilan setidaknya hal tersebut
waria juga harus mampu menghadapi
mampu mengurangi presepsi masyarakat
berbagai ragam tekanan yang mereka
tetntang
dapatkan
berperilaku tidak sopan.
Pada
saatnya
karena
waria
mereka
belum
sepenuhnya diterima didalam ruang sosial masyarakat.
Untuk bertahan mereka
waria
yang
urakan
dan
Sedangkan untuk strategi yang lain adalah bergabung dengan kelompok.Dari
tidaklah harus menghindar namun lebih
keempat
utama adalah dengan menghadapi yaitu
tergabung dalam satu kelompok HIWASO.
dengan berbagai strategi untuk bertahan.
HIWASO
mampu
mewadahi
para
Para berbagai
anggota cara
agar
waria
melakukan
mereka
diterima
informan
keanggotaan
diketahui
mereka
menamung anggotanya
dan dalam
banyak kegiatan yang ada
ditengah masyarakat yang merupakan
misalnya pertemuan rutin, penyuluhan dan
motif tujuan mereka melakukan berbagai
cek kesehatan, kegiatan olah raga yaitu
upaya salah satunya adalah dengan cara
bola voly. Selain mampu sebagai tempat
mengembangkan
komunikasi dan silaturahmi bagi sesama
keterampilan
yang
mereka miliki. Seperti yang di unggkapkan
anggota.
Kegiatan
HIWASO
oleh WL dirinya mampu bernyanyi dengan
memberikan
menggunakan suara perempuannya dan
anggotanya untuk membuka diri kepada
berusaha untuk melatih terus kemampuan
masyarakat. Seperti kegiatan bola voly..
yang dirinya miliki maka hal tersebut
Kemudian selain itu perwakilan dari
menjadi ladang rezekinya bahkan sebagian
keanggotaan HIWASO yaitu MD yang
sumbangan
mampu
positif
bagi
bekerja
sebagai
aktivis
giat
membahayakan kehidupan mereka yaitu
melakukan kegiatan penyukuhan kepada
kekerasan fisik berupa pukulan tendangan
masyarakat khususnya ibu-ibu dan remaja
hingga
dengan
mampu
mereka mendapatkan tempat di masyarakat
menujukan bahwa waria tidak selamanya
adalah dari diri mereka sendiri yaitu
memiliki tindakan yang buruk, bahkan
menjaga perilaku di tengah masyarakat,
seringkali di sela kegiatan penyuluhan MD
hal lain adalah menjukan kemampuan
selalu memberikan pengetahuan kepada
mereka atau kelebihan yang mereka miliki
masyarakat tentang waria. Kegiatan lain
di tengah masyarakat, namun juga tidak
yang
dipungkiri seringgkali anggota HIWASO
demikian
dirinya
dirinya
dilakukan
kelompok
adalah
penyetruman.
Setrategi
agar
melaksanakan kunjungan ke panti hal ini
melakukan perlawanan apabila
menujukan bahwa waria juga memiliki
benar-benar
rasa
dengan
kebanyakan dari mereka lebih memilih
dilakukan
untuk bergabung dengan kelompok yang
HIWASO merupakan salah satu upaya
memiliki kesamaan dengan dirinya seperti
yang mereka lakukan agar mendapatkan
bergabung dengan kelompok HIWASO
pengakuan di tengah masyarakat.
karena
simpati
sesamanya.
dan
Kegiatan
empati yang
dalam
dengan
mereka
tekanan,
bergabung
ke
dan
dalam
kelompok HIWASO mereka akan mampu
Simpulan
bersama sama saling bertukar pikiran dan
Berbagai
bentuk
perlakuan
mengembangkan kemapuan mereka karena
diskriminasi yang diperoleh oleh anggota
dalam
kelompok waria diantaranya dapat dilihat
kegiatan poitif selain untuk pendidikan
dari ketika mereka melakukan aktivitas
juga membangun karakter mereka agar
dalam keseharian atau ketika mereka
mampu berada di tengah masyarakat
melakukan
dengan melalui berbagai kegiatan.
pekerjaan
diantaranya
kelompok
diadakan
berbagai
diantaranya tindakan penolakan di tengah
Merujuk pada teori fenomenologi
masyarakat atau pengusiran ketika mereka
Schutz yang diungkapkan oleh Tom
menggunakan
Campbell (1994:240) konteks makna itu
fasilitas
umum
seperti
lapangan boola voly, kucilan, hinaan,
adalah
cacian, cibiran yang didapat ketika mereka
(because
berada di tempat umum seperti rumah
mengenai tindakan waria dalam HIWASO
makan,
ketidak
memiliki motif sebab (because of motive)
yakinan masyarakat menggunakan jasa
dan motif tujuan (in order to motive).
mereka, hingga pada perlakuan yang
Motif sebab ini merupakan rentetan pada
pusat
perbelanjaan,
konteks
motif-motif
motive),
pada
“karena” penelitian
masa lalu yang dialami oleh waria akan
Bakhin, Z. (2002). Tuhan Tidak Pernah
menjadikan motivasi untuk tindakanya.
Iseng.
Dari motif sebab penelitian mengenai
Pertobatan Anak Manusia. Bandung:
kelompok
Madani Prima.
bentuk
HIWASO
dapat
diketahui
diskriminasi
yang
diperoleh
kelompok atau anggota kelompok. Dari berbagai bentuk diskriminasi yang mereka peroleh mampu menggambarkan posisi mereka di tengah masyarakat. Sama seperti anggota masyarakat lain ia juga perlu memenuhi
kebutuhan
hidupnya.
Kelompok waria juga inggin diakui, diterima mereka mampu bekerja sesuai bidangnya tanpa diskriminasi. Maka motif tujuan adalah angota kelompok HIWASO melakukan berbagai strategi baik dari diri sendiri
atau
kelompok
untuk
Dan
Beatrix, S dan Cahya, D. (2013). Samuel Samantha and Me. Kisah Inspiratif Sam
Brodie,
Seorang
Transgender yang Menemukan Jati Diri. Jakarta:
Gramedia
Pustaka
Utama. Campbell,Tom.
(1994). Tujuan Teori
Sosial. Yogyakarta:Penerbit Kanisius Djam’an dan komariah, (2012). Metode Penelitian Kualitatif . Bandung : Alfabeta Herdiansyah,Haris(2010).
Metodologi
Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu Ilmu
DAFTAR PUSTAKA Metode
Penelitian
Kualitatif Sebagai Upaya Mendukung Penggunaan
Penyimpangan
dapat
diterima di tengah masyarakat.
Afrizal,(2015).
Misteri
Penelitian
Kualitatif
Dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta :
Sosial.Jakarta :Salemba Humanika Iskandar,(2013).
Metodologi
Penelitian
Pendidikan Sosial. Jakarta :Gaung Persada Perss Group
PT Raja Grafindo Persada. Moleong,(2014). Metodologi Penelitian Ariyanto dan Rido, T. (2012). Hak Kerja Waria
Tanggung
Jakarta:
Jawab
Negara.
Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Arus Pelangi. Nadia, Zunly. (2005).Waria Laknat Atau
Ariyanto dan Rido, T. (2008). Jadi Kau
Kodrat. Yogyakarta: Pustaka Marwa
Tak Merasa Bersalah? Studi kasus diskriminasi terhadap Pelangi.
LGBT.
dan
kekerasan
Jakarta:
Arus
Raho, Bernard (2007). Teori Sosiologi Moderen. Jakarta: Gaung Persada Press
Schutz, Alfred (1970). On Phenomenology And Social Relations. America: The University Of Chicago Press Penelitian
Sugiyono,(2013).Memahami
Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta Suharsimi, (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Sutopo. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta : Sebelas Maret University Press. Wirawan.I.B.2012. Teori Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma (Fakta Sosial, Definisi Sosial Dan Perlakuan Sosial). Jakarta:Kencana Prenada Media Grub. Zeitlin,Irving
M.
Kembali Gadjah
Memahami
(1995).
Sosiologi.
Yogyakarta:
Ida, R. (2010). Respon Komunitas Waria Surabaya Terhadap Konstruk Subjek Transgender di Media Indonesia,23 (3) , 221-228. Jaclyn
M. Putih Hughto, Sari L. Reisner,John E. Pachankis (2015) “Transgender stigma and health: A critical review of stigma determinants, mechanisms, and interventions”Social Science & Mendicine 147(2015) 222-231.
Lauzulfa, I. (2013). Menguak Stigma Kekerasan dan Diskriminasi Pada LGBT di Indonesia. Jakarta : Arus Pelangi Pradana, R. (2013) . Fenomenologi Eksistensial Waria Bunderan Waru. Diakses pada18/10/16. Putri,
I
&
Legowo.
Keberadaan Mojosari
Kelompok (Perwamaso)
Di Kecamatan ARTIKEL
Oktober
Mojosari
Kabupaten Mojokerto.
Ardiansyah,A. (2014). Gender Ke Tiga Sebuah
Keberagaman.
Waria
Dalam Mempertahankan Ibdentitas
Mada University Press.
Sebagai
M.(2015).
Bentuk diperoleh 19
2016,
dari
Simons, L, dkk. (2013) .Parental Support and
Mental
Health
Among
Transgender Adolescents. Adolescent Health 53 (2013) 791-793.
http://aruspelangi.org/articles/gen der-
ketiga-sebuah-bentuk-
keberagaman/diakses .
Sumartini, W. dkk (2014). Pola Komunitas Antar Pribadi Waria Di Taman Kesatuan Bangsa Kecamatan Weneng.
Atmoko, A. F (2016). Permainan Politik Ini Menghancurkan Hidup Kami. diperoleh 19 Oktober 2016, dari.www.hrw.org/id/report/2016/0 8/10/292707
III (20). Yuliani, S. (2012). Diskriminasi Waria Dalam
Memperoleh
Pelayanaan
Publik
Dasar:
Prespektif Governance.diakses 22/9/16.
Tinjauan
Dasar Human pada