PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI i
HALAMAN JUDUL
MOTIVASI WARIA MENJADI ANGGOTA PESANTREN
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun oleh: Nidia Gabriella Indyaningtyas 119114077
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN MOTTO
“Segala Perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” -Filipi 4:13-
Berakit-rakit kehulu, berenang-renang ketepian Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Untuk Dia yang kusebut Tuhanku, Yesus Kristus Sang Juru Selamat
Untuk Mama, malaikat tanpa sayapku dan Adik luar biasaku (Osmond Giovanni Indyaputra) yang akan ku perjuangkan kebahagiaannya. Untuk keluarga besar Mamaku yang telah mengajarkanku kesederhanaan dalam hidup. Untuk Papa, yang selalu kurindu sosoknya
Untuk si Pujaan Hati dan geng Ciwik-Ciwik yang mengisi hatiku. Untuk para penjuang skripsi, bersemangatlah, berjuanglah!
Untuk yang selalu bertanya “kapan lulus?”, “kok lama sih?”.
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTIVASI WARIA MENJADI ANGGOTA PESANTREN
Studi Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Nidia Gabriella Indyaningtyas
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran motivasi seorang waria yang memilih untuk menjadi anggota pesantren. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan analisis fenomenologi interpretif dari data yang didapatkan melalui proses wawancara semi terstruktur dan observasi selama wawancara berlangsung. Jumlah informan yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah dua orang yang merupakan anggota pesantren lebih dari satu tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi waria menjadi anggota pesantren didorong oleh berbagai. Kebutuhan tersebut didominasi oleh afeksi, kekaguman, simpati, cinta dan ketergantungan serta pencapaian power, kekayaan, prestis, pengetahuan dan prestasi. Berdasarkan pola motivasi kedua informan, dapat dilihat bahwa satu kebutuhan dapat memunculkan beberapa motif dan satu motif dapat dipengaruhi oleh beberapa kebutuhan. Namun, secara keseluruhan pola motivasi keduanya berbeda dari segi motif yang dihasilkan dari beberapa kebutuhan yang sama-sama ditemukan pada keduanya, hanya ada satu pola yang sama yakni n. Counteraction yang memunculkan motif keinginan untuk memiliki kontrol diri. Kata kunci
: motivasi, waria, pesantren, kebutuhan, motif.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
TRANSGENDER’S MOTIVATION FOR BEING A MEMBER OF PESANTREN (ISLAMIC EDUCATION STATE)
Study in Psychology in Sanata Dharma University
Nidia Gabriella Indyaningtyas
ABSTRACT This research aimed to identify the motivation of transgender who chose to become a member of pesantren (Islamic education state). The method of this research is qualitative with interpretive phenomenology analysis of the data which were obtained through semi-structured interviews and observations during the interviews. This research involved two informant who have been members of pesantren for more than a year. The result showed that transgender’s motivation for becoming a members of pesantren was influenced by a variety of needs which led to various motives. Those needs dominated by affection, admiration, sympathy, love, and dependence and than to achievea power, wealth, prestige, knowledge, and achievement. Based on the pattern of motivation from the both of informant, it can be seen that a need may be generating some motives and a motive can be influenced by multiple needs. However, the patterns of motivation from both are different in terms of motive’s result from some needs which are equally found in both. There is only one similar pattern, it is n. Counteraction which rises to the desire for self-control motive. Keywords
: motivation, transgender, pesantren, needs, motives.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah dan penyertaan-Nya yang luar biasa, sehingga penelitian yang berjudul MOTIVASI WARIA MENJADI ANGGOTA PESANTREN ini telah selesai. Penelitian ini merupakan syarat untuk mendapatkan gelar Strata Satu (S1) Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama proses penulisan, penulis telah didukung dan dibantu oleh beberapa pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, penulis hendak mengucapkan terimakasih kepada: 1. Mama, yang luar biasa kedua setelah Tuhan. Terimakasih banyak ya Ma atas segalanya. Semoga dengan gelar ini, aku bisa sedikit membalas pengorbananmu ya Ma, tunggu aku sukses, pastiku akan membahagiakanmu. 2. Ibu Dr. Tjipto Susana, M.Si, yang sering ku sebut Bunda, selaku dosen pembimbing skripsiku yang luar biasa. Terimakasih banyak Bu, atas bimbingannya selama ini, atas kesabarannya membimbingku dan semua waktu yang telah Ibu luangkan, sesibuk apapun, Ibu selalu menyempatkan untuk mengadakan bimbingan setiap minggunya. 3. Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi yang telah memimpin Fakultas Psikologi ini dengan baik. 4. Kedua Dosen Penguji yang baik hati Bapak YB. Cahya Widiyanto, Ph.D., dan Bapak C. Siswa Widyatmoko, M.Psi., terimakasih karena telah menyediakan
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
waktunya untuk mendengarkan hasil penelitian saya dan membantu saya untuk memperbaikinya. 5. Ibu Dewi Soerna Anggraeni, M.Psi, selaku Dosen Pembimbing Akademik saya dan juga PKM-M tim PIMNAS YUK saya yang luar biasa. I love You, Bu. 6. Dosen dan karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, terimakasih atas pengajaran kalian semua selama perkuliahan. 7. Papa, dimanapun kamu berada. Terimakasih sudah bertanggungjawab membiayaiku dan adek kuliah. Apapun yang telah kamu lakukan, kamu tetap orangtua kami. Sehat selalu ya, Pa, aku rindu berkumpul bersama berempat. 8. Osmond Giovanni Indyaputra, makasih banyak adekku sayang buat semua yang kamu lakukan. Besok studinya jangan lama kayak aku. 9. Geng "Ciwik-Ciwik", makasih buat Benedikta Elsa Yuninda Pasaribu, Agnes Wijaya, Albertin Melati Widyaninta, Raysa Bestari Siniwi, Margaretha Theresia Ghea Kuncahyani, Martha Veronica Sihombing, Ketut Yunita Primaturini, dan Marius Angga Kurnianto. Terimakasih sudah mengubah pandanganku tentang sahabat. Kalian segalanya. 10. Untuk Keluarga Nugraha (Abang Haha, Bene, Dek Epek, Dek Kenan yang blm diadopsi waktu aku nulis ini) aku sayang kalian dan bapak, ibuk, dan Elmo. 11. Vianey Yona Widya Sasmita, terimakasih Genjikku buat pengalaman yang luar biasa tentang cinta dan segala perjuangannya. Semoga Tuhan menyertai kita selalu. Sampai bertemu di masa depan, Amin.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12. Untuk anak-anak AKSIku SKINNER (Vita, Bincik, Aryo, Kenang, Lintang, Novia, Patrice, Lenny, Richard), BIPOLAR (Riya, Luky, Gregory, Bama, Putri, Fena, Vina, Erdian, Sendy, Febi, Lias, Tasya), dan KREATIVITAS (Tesa, Mike, Flora, Rico, Hannah, Wendy, Gabriel, Ellen, Ines, Sesa, Yolan). Makasih ya sudah boleh menjadi ‗Ibumu‘ heheh, teruskan perjuangan kalian, sukses selalu. 13. Untuk keluarga AKSI 2012, 2013, 2015 terutama keluarga TUTOR, PSYCHOFEST 2012, 2014, dan Asisten UTS/UAS yang digawangi oleh Hwang Xiu Yue, tetap garang dan galak membasmi percontekan!! 14. Keluarga UKM SEXEN USD dan terutama Mas Yoga Prihantara yang sudah bersedia menyediakan waktunya untuk mendengarkan keluh kesahku, bien aku wedi mbek koe mas ahahaha. 15. Untuk Mas Ucil dan Mas Gatyo, yang udah membantuku menyelesaikan skripsi dan menasihatiku, maaf yo aku ngeyelan haha. 16. Untuk
keluarga
NURI
ADVENTURIA,
atas
pengalamannya
dan
kepercayaannya menjadikanku fasilitator. 17. Untuk keluarga PSIKOLOGI 2011, terimakasih banyak atas semuanya yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu. Terkhusus untuk Mandana, Endah, Gunam, Pika, Natan, salam bukan wacana!! 18. Untuk kedua informan yang sangat membantuku dalam menyelesaikan skripsi ini. Tanpa kalian aku hanyalah apa. Dan terutama untuk Pondok Pesantren Waria (Al-Fatah) yang bersedia menerimaku untuk menjadi keluarga baru.
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19. Terimakasih untuk Dyah Ayu Perwitasari, Clothilde Arum Jayatri Rejeki dan Dwi Agnes Setiani yang bersedia menyediakan waktu dikala aku sedih dan senang. 20. Untuk teman trevelingku, tim PACE-MACE (Abang Haha, Ajik, Bene, Mayang, Gunti, Dek Gita, Agnes, Biancuk) terimakasih petualangannya. Pertama kalinya aku mengeksplor Indonesia (Sumbawa), esok lagi ya! 21. Terimakasih untuk Justin Beiber, Paramore, Tove Lo dan penyanyi Barat lainnya, karena selama pengerjaan skripsi, kalian menghiburku dengan suara emas kalian hahahaha. 22. Untuk teman-teman bimbingan Bu Susan, dan untuk kerabat yang membantu aku selama pengerjaan skripsi ini, terimakasih dan semangat terus ya kaliaaaaann. Peneliti menyadari bahwa penelitian ini memiliki banyak kekurangan. Oleh sebab itu, peneliti menerima segala bentuk kritik atau masukan. Semoga penelitian ini dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat mengurangi diskriminasi bagi kaum LGBT di Indonesia.
Yogyakarta, Penulis
(Nidia Gabriella Indyaningtyas)
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBINGError! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN ......................................... Error! Bookmark not defined. HALAMAN MOTTO ..................................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ..................................................................................................................... vii ABSTRACT .................................................................................................................... viii HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ...................................................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................................................. xiv DAFTAR TABEL ........................................................................................................ xvii DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xviii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xix BAB I................................................................................................................................ 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1 A. Latar Belakang....................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 8 C. Tujuan Penelitian ................................................................................................... 8 D. Manfaat Penelitian ................................................................................................. 9 1)
Manfaat Teoritis ................................................................................................. 9
2)
Manfaat Praktis .................................................................................................. 9
BAB II ............................................................................................................................ 11 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................. 11 A. MOTIVASI.......................................................................................................... 11 1)
Definisi Motivasi ............................................................................................. 11
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2)
Definisi Dorongan (drive) ................................................................................ 13
3)
Definisi Motif .................................................................................................. 14
4)
Definisi Press ................................................................................................... 15
5)
Definisi Kebutuhan (need) ............................................................................... 16
6)
Daftar Kebutuhan Murray ................................................................................ 16
7)
Dinamika Motivasi .......................................................................................... 22
B. PESANTREN ...................................................................................................... 23 1)
Definisi Pesantren ............................................................................................ 23
2)
Elemen dalam Pesantren .................................................................................. 24
3)
Pesantren Waria ............................................................................................... 25
C. WARIA ................................................................................................................ 27 1)
Definisi Identitas .............................................................................................. 27
2)
Definisi Identitas Gender ................................................................................. 29
3)
Definisi Waria .................................................................................................. 30
4)
Waria ditinjau dari DSM-5TM .......................................................................... 31
5)
Faktor Penyebab adanya Fenomena Waria ...................................................... 34
6)
Waria dan Perilaku Seksual ............................................................................. 36
7)
Waria dalam Lingkup Sosial............................................................................ 37
D. KERANGKA PENELITIAN .............................................................................. 39 BAB III ........................................................................................................................... 42 METODE PENELITIAN ............................................................................................... 42 A. Jenis Penelitian .................................................................................................... 42 B. Fokus Penelitan ................................................................................................... 43 C. Metode Pengambilan Data................................................................................... 43 D. Informan Penelitian ............................................................................................. 49 E. Analisis Data ....................................................................................................... 50 F.
Kredibilitas Penelitian ......................................................................................... 51
BAB IV ........................................................................................................................... 53 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................................................. 53
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A. Pelaksanaan Penelitian ........................................................................................ 53 B. Gambaran Informan ............................................................................................. 53 C. Hasil Penelitian .................................................................................................... 55 D. Pembahasan ......................................................................................................... 67 BAB V ............................................................................................................................ 78 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................................... 78 A. Kesimpulan .......................................................................................................... 78 B. Keterbatasan Penelitian ....................................................................................... 79 C. Saran .................................................................................................................... 79 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 82 LAMPIRAN ................................................................................................................... 90
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel 1 Daftar Panduan Pertanyaan ............................................................................ 44
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Skema Motivasi ............................................................................................. 22 Gambar 2. Pola Motivasi Informan 1 ............................................................................. 63 Gambar 3. Pola Motivasi Informan 2 ............................................................................. 65 Gambar 4. Pola motivasi yang sama pada kedua informan ........................................... 67
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN ................................................... 91 SURAT PERSETUJUAN INFORMAN 1 ..................................................................... 92 SURAT PERSETUJUAN INFORMAN 2 ..................................................................... 93 KODING DATA HASIL WAWANCARA INFORMAN 1 .......................................... 94 PENGELOMPOKAN KODE INFORMAN 1 ............................................................. 128 Hasil Observasi Informan 1 .......................................................................................... 130 KODING DATA HASIL WAWANCARA INFORMAN 2 ........................................ 136 PENGELOMPOKAN KODE INFORMAN 1 ............................................................. 145 Hasil Observasi Informan 2 .......................................................................................... 147
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang WARIA merupakan kepanjangan dari wanita-pria (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1994). Sebutan lain yang sering kita temui adalah bencong, banci, atau wadam (Atmojo, 1986). Sebutan ini diperuntukan bagi individu yang secara biologis berjenis kelamin laki-laki, namun, pada proses perkembangan hidupnya, mereka lebih memilih berperan sebagai perempuan (Faidah & Abdullah, 2013). Gaya hidup mereka yang dapat kita lihat adalah berdandan dan berperilaku layaknya perempuan, bahkan ada juga yang melakukan operasi untuk mengubah kelamin mereka atau organ-organ perempuan lainya seperti payudara (Koeswinarno, dalam Faidah & Abdullah, 2013). Seorang waria merasa bahwa jiwa mereka terjebak ditubuh yang salah, hal ini berkaitan dengan pengindentifikasian gender mereka atau Gender indentity yang merupakan persepsi diri secara psikologis akan dirinya sebagai laki—laki atau perempuan (Helgeson, 2012). Apabila seseorang merasa tidak sesuai antara jenis kelaminnya dengan identitas gendernya, seseorang tersebut mungkin mengidentifikasikannya menjadi transeksual atau transgender (Gainor, 2000 dalam The Guidelines for Psychological Practice with Lesbian, Gay, and Bisexual Clients, adopted by the APA Council of Representatives, February 1820, 2011).
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
DSM-5TM (2013) membahas waria ini dalam bab gender dysphoria, yang mengacu pada kesulitan yang dapat menyertai inkongruensi antara pengalaman individu atau cara mengekspresikan gender dengan tugas gendernya. Sehingga muncullah dorongan yang kuat untuk diperlakukan sebagai gender lain (perempuan), adanya keyakinan yang kuat bahwa mereka memiliki perasaan dan reaksi yang khas terhadap tugas gender lain, dan dorongan yang kuat untuk menjadi gender yang lain. Jumlah waria di Indonesia pada tahun 2010 yang dicatat oleh Direktoran Rehabilitasi Sosial Tuna Susila sebanyak 31.197 jiwa. Jumlah ini adalah yang mampu terhitung, dibanding kenyatannya. Fenomena munculnya waria ini dipengaruhi oleh beberapa aspek. Pertama secara biologis, yang terjadi adalah adanya pengaruh hormon dalam tubuh mereka. Kedua secara sosiologis dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal mereka dan ketiga secara psikologis dipengaruhi oleh adanya motivasi tertentu dalam berperilaku (Dwinandi, dalam Fikri, 2013). Hadirnya waria ini sering disebut-sebut sebagai jenis kelamin ketiga diluar perempuan dan laki-laki yang selama ini telah diakui masyarakat (Nadia, 2005). Sehingga tidak sedikit, waria mengalami berbagai hambatan sosial. Misalnya berupa pengucilan yang dimasyarakat, yang dikarenakan tingkah laku seksual mereka tidak dapat diterima secara kultural (Nurhidayati, 2010). Bentuk lain dari hambatan yang waria temui bahkan terjadi dalam praktek peribadatan seperti shalat. Waria kerap kali mengalami perlakuan yang kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
menyenangkan dari masyarakat (Nurhidayati, 2010). Hal ini dikarenakan waria sulit pula diterima dalam pemahaman agama. Kondisi seperti ini membuat waria kesulitan dalam menjalani kehidupan bersosialisasi dan beribadah. Menurut Colonne dan Eliana (2005), keinginan mereka untuk menjadi perempuan dan segala manifestasinya tersebut muncul dari dalam diri. Selain itu juga mereka merasa bertentangan dengan pandangan masyarakat. Hal ini memicu munculnya rasa ketidaknyamanan dalam diri waria, sehingga mereka lebih memilih untuk bergabung dengan lembaga maupun organisasi yang mampu menerima mereka. Seperti yang diutarakan Baron dan Byrne (1997) bahwa seseorang memutuskan untuk menjadi anggota sebuah kelompok tertentu dapat membantu mereka untuk memuaskan kebutuhan sosial dan psikologis terpenting mereka (atensi, afeksi, rasa memiliki, prestise). Kelompok juga membantu mereka dalam mencapai tujuan secara bersama, bukan secara individu, dan anggota kelompok dapat juga menyediakan pengetahuan dan informasi. Selain itu, kelompok dapat membuat seseorang merasa aman serta memiliki tempat perlindungan. Di Indonesia sudah ada beberapa komunitas yang beranggotakan waria seperti HIWARIA (Himpunan Waria Jakarta), PEWARKOS (Persatuan Waria Kota Madya Surabaya), IWAYO (Ikatan Waria Yogyakarta), dan HIWAT (Himpunan Waria Jawa Barat). Tujuan dibentuknya komunitas tersebut adalah untuk memperjuangkan hak-hak identitas mereka sebagai waria tidak hanya di dalam
komunitas
tetapi
juga
di
luar
komunitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
(https://mypotret.wordpress.com/2009/07/28/ada-tuhan-di-hati-waria/#more3294 diakses tanggal 1 Desember 2014). Hal ini dimungkinkan bagi waria yang notabene adalah kaum minoritas untuk bergabung menjadi anggota sebuah kelompok atau komunitas khusus waria tersebut, karena keamanan menjadi hal yang utama bagi seseorang untuk menjadi anggota dari sebuah kelompok karena kelompok dapat mereduksi rasa tidak aman mereka (DeCenzo & Silhanek, 2002). Selain itu, kelompok atau komunitas juga dapat memenuhi kebutuhan waria yang tertekan oleh norma masyarakat. Di sisi lain, ada bentuk perkumpulan yang berbeda dengan yang disebutkan di atas, yakni pesantren. Pada umumnya pesantren identik dengan lembaga pendidikan yang berbasis keagamaan (Islam) (Ziemek, 1986). Dahulu banyak pesantren yang dibangun sebagai pusat reproduksi spiritual maupun pengetahuan-pengetahuan tentang Islam, dengan aktivitas seperti meneruskan pengetahuan yang telah didapat, memahamai ayat dalam kitab suci dan mengadakan pengajian. Setelah adanya beberapa perubahan sosial dan ekonomi, pesantren menambah fungsinya misal adanya pendidikan formal, penyesuain dengan kebutuhan masyarakat saat ini seperti sekolah dasar (Ziemek, 1986). Elemen yang terpenting dalam sebuah pesantren adalah pondok (asrama), masjid, pengajaran kitab-kitab Islam klasik, santri dan Kyai (Dhoefir, 1982 dalam Sumarto, 2012). Berbeda dengan pesantren pada umumnya, pesantren ini adalah pesantren khusus kaum waria. Pesantren yang didirikan oleh seorang waria dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
beranggotakan para waria ini tidak memiliki elemen terpenting dalam pesantren (asrama, masjid, kitab-kitab Islam Klasik), yang ada hanya rumah salah satu santri waria yang dijadikan tempat kegiatan dan juga adanya ustadz yang mengajarkan mereka tentang agama. Selain itu dalam kegiatannya, pesantren ini tidak terlalu mengikat, santri waria diperbolehkan datang atau tidak sesuai dengan kesibukan mereka masing-masing. Pesantren waria didirikan guna menyediakan fasilitas beribadah bagi waria, hal ini berangkat dari beberapa masyarakat yang melarang keras upaya ibadah waria (Mariani, pendiri pesantren khusus waria, dalam Sumarto, 2012). Tujuan lainya pesantren waria tersebut adalah membantu para waria mempelajari agama (Islam) dan lebih memperdalam waria dalam Islam. Kegiatan rutin yang diadakan oleh pondok pesantren khusus waria ini antara lain adalah shalat berjamaah, pembelajaran tentang Al-Quran dan ajaran tentang Islam, dan kemudian dilanjutkan dengan sesi sharing dengan anggota pesantren terkait dengan Islam maupun tentang kehidupan sehari-hari yang mereka temui (Shinta Ratri, Ketua PonPres Waria, wawancara 11 Maret 2015). Pada proses pembinaan, terdapat keunikan yakni selama proses kegiatan di pesantren ini berlangsung, para santri waria ini mengenakan atribut ibadah untuk laki-laki seperti mengenakan sarung dan peci. Ketika shalatpun, para santri ini juga bergabung dengan ustadz dalam barisan laki-laki. Selain itu, tidak semua santri melakukan shalat, ketika ditanyai, hal yang mempengaruhi mereka adalah keenganan untuk menghapus make-up yang telah mereka gunakan sebelum datang ke pesantren. Namun, ada juga santri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
yang memang sudah berpenampilan pria dan tidak berdandan, sehingga tidak ada alasan untuk tidak mengikuti shalat. Fenomena di pesantren waria tersebut menunjukkan bahwa para santri waria seakan diingatkan kembali pada identitasnya sebagai laki-laki. Hal ini dikarenakan, waria dalam Islam masih berada dalam kategori laki-laki dan hendaknya mengenakan atribut laki-laki ketika beribadah (Nurhidayati, 2010). Namun, disisi lain para waria ini lebih nyaman berpenampilan dan berperilaku selayaknya wanita karena adanya dorongan yang besar untuk menjadi seperti lawan gendernya (DSM-5TM, 2013). Hal ini terlihat adanya dorongan para waria tersebut yang berlawanan dengan dorongan yang lain dan menyebabkan munculnya perilaku tertentu, yakni dorongan waria untuk memilih menjadi anggota pesantren dengan konsekuensi berpenampilan sebagai laki-laki dengan dorongan mereka yang besar untuk menjadi seperti lawan gendernya (perempuan). Keunikan juga terletak pada keputusan waria untuk menjadi anggota pesantren yang mau tidak mau mengingatkan mereka gender asli mereka yakni laki-laki yang dirasa tidak membuat mereka nyaman. Colonne dan Eliana (2005) mengatakan bahwa pada waria yang sudah mantap untuk menjadi waria, sudah barang tentu mereka tidak mau lagi untuk diingatkan kembali bahwa pada dasarnya mereka adalah laki-laki. Namun, berbeda dengan yang masih belum mantap karena konflik dalam dirinya antara keinginan menjadi perempuan dan tuntutan sosial yang mengharuskan mereka menjadi laki-laki, kemungkinan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
untuk mereka ingin ‗kembali‘ masih ada. Padahal, kelompok adalah salah satu cara mereka untuk memuaskan kebutuhan mereka baik sosial maupun psikologis, termasuk rasa aman dan nyaman (Baron & Byrne, 1997). Pada penelitian ini, peneliti tertarik untuk mengetahui motivasi yang mempengaruhi waria mau menjadi anggota pesantren dan mengikuti segala kegiatannya yang seakan mengingatkan mereka kembali pada gender aslinya yakni laki-laki. Selain itu dengan melihat cerita yang diutarakan oleh waria yang menjadi anggota pesantren tentang motivasi mereka, kita dapat mengetahui tentang bagaimana mereka mengidentifikasikan
diri
mereka. Hal
ini
dikarenakan, apa yang diutarakan oleh mereka merupakan konstruk dari identitas diri mereka. Identitas diri tersebut ditemukan dengan berbagai cara seperti perilaku, sikap, perasaan dan tujuan-tujuan hidup mereka (McAdams, Josselson, & Lieblich, 2006). Cerita atau narasi yang diutarakan waria tersebut memuat pemahamanpemahaman mereka tentang pengalaman mereka dari pertama kali mereka dapat mengingat kejadian yang dialami sampai saat ini, baik itu kebingungan tentang identitas gendernya sampai pada keputusan untuk menjadi waria hingga motivasi mereka bergabung menjadi anggota pesantren. McAdams (2006) dalam bukunya yang berjudul The Redemptive Self mengatakan bahwa cerita-cerita tentang pengalaman diri yang dinarasikan memberikan identitas bagi orang tersebut. Selain itu, ketika kita ingin mengetahui mengapa seseorang melakukan sesuatu, maka hal yang dapat kita lihat adalah narasi mereka tentang diri mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
Para teoritis berasumsi bahwa segala perilaku pasti memiliki penyebabnya (Franken, 2002), seperti motivasi individu yang mampu memunculkan tingkah laku tertentu (Feist & Feist, 2010). Maslow (1970 dalam Feist & Feist, 2010) berasumsi bahwa seseorang akan termotivasi secara keseluruhan, dan biasanya motivasi itu kompleks (terdiri dari beberapa hal), dan seseorang secara berulang akan termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhannya. McClelland (1985) mengungkapkan bahwa studi tentang motivasi seseorang dapat memberikan penjelasan tentang perilaku manusia secara keseluruhan. Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi waria yang memilih menjadi anggota pesantren agar dapat melihat kebutuhan apa saja yang mempengaruhi keputusan mereka. Hal ini dikarenakan menurut Murray (dalam Ratnasari, 2012 dan Wardani 2012) motivasi terkait dengan adanya kebutuhan, dan mengidentifikasikan kebutuhan dapat mengetahui tingkat kepuasan maupun ketidakpuasan dalam melakukan sesuatu. B. Rumusan Masalah Bagaimana gambaran motivasi yang dimiliki oleh waria yang menjadi anggota pesantren? C. Tujuan Penelitian Melihat gambaran motivasi seorang waria yang memilih untuk menjadi anggota pesantren.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
D. Manfaat Penelitian 1) Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan tentang munculnya perilaku serta bertahannya suatu perilaku tertentu sekalipun ada hal yang bertentangan dalam dirinya. 2) Manfaat Praktis a. Bagi santri waria Penelitian ini diharapkan dapat membantu waria untuk lebih memahami motivasinya menjadi anggota pesantren sehingga dapat memberikan kontribusinya bagi kelangsungan kegiatan di pesantren seperti lebih aktif dalam mengikuti kegiatan dan mampu mengajak waria lain untuk bergabung bahkan untuk mempertahankan keberadaan pesantren b. Bagi Pondok Pesantren Penelitian ini diharapkan dapat membantu pondok pesantren untuk menemukan wadah yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan dominan waria. c. Bagi masyarakat Waria masih sering mendapatkan diskriminasi dalam berbagai bidang seperti pekerjaan, pendidikan dan bahkan tempat beribadah. Penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat untuk memahami kebutuhan waria dalam beribadah dan mampu mengurangi diskriminasi dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
ruang ibadah. Sehingga waria dapat juga beribadah di ruang umum, tidak hanya di pondok pesantren khusus waria saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. MOTIVASI 1) Definisi Motivasi Benjamin Ball (dalam A summary motivation theories, diunduh tanggal 2 September 2015) mengutip pengertian motivasi berdasarkan kamus Bahasa Inggris dari kata to motivate yang berarti kata kerja ―untuk menyediakan dengan motif atau motif-motif; menghasut; mendorong‖. Kemudian motivasi sebagai kata benda merupakan fitur psikologis yang membangkitkan organisme untuk beraksi kearah tujuan; alasan untuk beraksi/berperilaku; yang memberikan tujuan dan arahan untuk berperilaku. Selain itu, motivasi berasal dari bahasa Latin yakni movere yang artinya dorongan atau penggerak. Sedangkan dari bahasa Indonesia berasal dari kata motif yang artinya adalah alasan yang mendorong seseorang untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Studi tentang motivasi berupaya untuk menjawab pertanyaan ―mengapa‖ terkait dengan perilaku manusia karena para teoritis juga berasumsi bahwa segala perilaku manusia pasti memiliki penyebabnya (Franken, 2002; Huffman & Vernoy, 2000). Hal ini dikarenakan motivasi merupakan studi mengenai apa yang membuat seseorang berpikir atau bertingkah laku seperti itu (Graham & Weiner, 1996).
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
Beberapa tokoh mengartikan motivasi sebagai konsep yang kita gunakan ketika kita mendeskripsikan kekuatan yang menggerakan organisme untuk memulai dan mengarahkan perilakunya (Petri, 1981). Feldman (2011) mendefinisikan motivasi sebagai daya penggerak atau faktor yang mengarahkan dan memberikan energi pada manusia dan oraganisme lainnya, misalnya energi untuk mencapai tujuan mereka. Sedangkan menurut Vroom (dalam teori expectancy nya) motivasi ialah sebuah akibat dari suatu hasil yang ingin diraih atau dicapai oleh seseorang dan sebuah perkiraan bahwa apa yang dilakukannya akan mengarah pada hasil yang diinginkan. Beberapa teori juga telah membahas mengenai perilaku manusia yang berkaitan dengan motivasi. Misalnya, teori kognitif yang mengatakan bahwa perilaku manusia digerakkan oleh kehendak yang merupakan hasil pikiran, namun bukan digerakkan oleh motivasi melainkan rasio yaitu sudah dipikirkan alasan-alasannya (Handoko, 1992). Sedangkan menurut teori psikoanalisis, perilaku manusia dipengaruhi oleh kekuatan bawaan, Freud menyebutnya sebagai motif seksual (seks) dan motif menghindar (agresi). Pandangan
lain
tentang
motivasi
adalah
teori
keseimbangan
(homeostatis). Teori ini mengatakan bahwa manusia akan menemukan ketidakseimbangan di dalam dirinya, sehingga mereka berusaha untuk mengembalikan keadaan mereka sampai menemukan keseimbangan. Hal ini muncul dari berbagai kebutuhan yang belum terpenuhi, dan perilaku mereka bergerak kearah pencapaian tujuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
(Handoko, 1992). Motivasi juga mengacu pada faktor-faktor yang ada dalam diri individu (seperti kebutuhan, dorongan dan minat) yang mengaktifkan, mempertahankan, dan mengarahkan perilaku (Huffman dan Vernoy, 2000), atau dengan kata lain, motivasi memberikan energi atau tenaga dan mengarahkan perilaku. Sedangkan motif merupakan dorongan psikologis Salah satu tokoh yang membahas tentang kebutuhan dan motivasi adalah Murray. Murray (dalam Schultz, 2009) mengatakan bahwa, kebutuhan mampu menjelaskan motivasi dan mengarahkan perilaku manusia. Kebutuhan juga mempengaruhi otak untuk mengorganisasi dan mengarahan kemampuan intelektual dan perseptual. Kebutuhan muncul dari proses internal maupun dari peristiwa
yang terjadi
di
lingkungan. Kemudian, kebutuhan tersebut
memunculkan tegangan dan individu berusaha untuk mereduksinya dengan cara bertindak
untuk
memuaskan
kebutuhan
tersebut.
Sehingga
kebutuhan
memberikan tenaga dan mengarahkan perilaku untuk memuaskan kebutuhan. Sehingga motivasi dapat diartikan sebagai sebuah usaha atau energi yang mendorong manusia atau organisme lain untuk mengaktifkan, mempertahankan dan mengarahkan perilaku mereka. 2) Definisi Dorongan (drive) Dorongan (drive) merupakan konstruk dari motivasional, kaitannya adalah dengan pemeliharaan homeostatis (keseimbangan) organisme atau merupakan proses mekanisme kebutuhan yang bertujuan untuk mempertahankan keadaan fisiologis pada kondisi yang lebih baik (Koeswara, dalam Wardani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
2012). Matsumoto (2009) juga mengatakan bahwa dorongan merupakan kecenderungan bereaksi dalam rangka pemenuhan kekurangan dan memotivasi untuk mengembalikan keseimbangan. Dengan kata lain, dorongan memiliki kaitan yang erat dengan kebutuhan-kebutuhan organisme (Maslow, dalam Feist & Feist, 2007). Sedangkan Hull (dalam Graham & Weiner, 1996) berpendapat bahwa drive dianggap sebagai pemberi energi pada perilaku yang tidak terarah – masih akan ada kebutuhan yang akan membangkitkan asosiasi apapun yang berhubungan dengan struktur kebiasaan organisme/individu. Dengan kata lain, drive didefinisikan sebagai energi yang aktif ketika keadaan diri tidak seimbang dan energi tersebut berusaha untuk memelihara keseimbangan dengan memenuhi kebutuhan yang belum terpuaskan. Kaitannya dengan motivasi, drive lebih dikaitkan dengan proses fisik yakni biologis atau fisiologis (kebutuhankebutuhan fisiologis). 3) Definisi Motif Motif adalah suatu alasan/dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan sesuatu, dan dalam motif pada umumnya memiliki dua unsur pokok yakni dorongan atau kebutuhan dan tujuan (Handoko, 1992). Maslow (dalam Feist & Feist, 2007) mengatakan bahwa perilaku seseorang terdiri dari berbagai macam motif dan bersifat kompleks. Kaitannya dengan motivasi, motif merupakan aktivitas mental atau psikologis atau merupakan dorongan psikologis yang biasanya muncul dari hasil pembelajaran (Wardani, 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
4) Definisi Press Press adalah faktor-faktor eksternal dalam kehidupan seorang manusia yang berupa situasi, objek dan/atau orang. Setiap press mempunyai potensi tertentu. Potensi press adalah apa yang dapat dilakukan/berpengaruh kepada individu atau untuk individu. Potensi juga dapat diartikan sebagai kekuatan yang dapat berpengaruh pada kesejahteraan/keadaan individu dengan satu atau lain cara (Prihanto, 1993). Murray membedakan dua aspek press: -
Alpha press, yakni karakteristik nyata dan objektif dari press
-
Beta press, yakni interpretasi pribadi yang bersifat subjektif, yang dilakukan oleh individu terhadap objek itu, sehingga interpretasi ini akan mempengaruhi dirinya dalam menanggapi press tersebut. Dengan kata lain, beta press menunjukkan bagaimana individu mempersepsi (perceived) dan mengalami (experience). Menurut Murray, beta press jauh lebih kuat pengaruhnya untuk perilaku
individu dibandingkan alpha press karena di dalam beta pressterdapat unsur perasaan, interpretasi dan respons individu. Selain itu, reaksi yang baik merupakan korespondensi antara alpha dan betapress. Namun, kesenjangan pada keduanya sering terjadi dan akan mennimbulkan pikiran delusional. Misalnya pasien paranoid selalu merasa terancam karena menyangka bahwa orang-orang disekitarnya mengatur siasat tertentu untuk mencelakainya, meskipun dalam kenyataannya tidak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
5) Definisi Kebutuhan (need) Kebutuhan merupakan keadaan kekurangan yang dialami oleh tubuh (fisiologis) maupun secara psikologis yang menyebabkan terganggunya keseimbangan pada tubuh yang kemudian memaksa tubuh untuk memenuhi kekurangan (Seimun & Matsumoto dalam Gatyo, 2013). Kriteria untuk mengidentifikasi kebutuhan. Murray mengemukakan 5 kriteria: -
Merupakan respons terhadap suatu objek atau sekelompok objek yang berfungsi sebagai stimulus
-
Menyebabkan munculnya suatu perilaku
-
Adanya konsekuensi atau hasil akhir dari perilaku
-
Adanya suatu respons emosional tertentu dalam perilaku tersebut
-
Adanya tingkat kepuasan atau ketidakpuasaan tertentu setelah seluruh respons dilakukan.
Kebutuhan juga dapat muncul karena pengaruh dari dalam diri atau secara internal maupun dari lingkungan. 6) Daftar Kebutuhan Murray Terdapat 20 daftar kebutuhan (Schultz, 2009), dan kebutuhan tersebut dapat dikelompokkan kedalam beberapa kategori motif (Prihanto, 1993): 1. Kebutuhan yang dimotivasi oleh keinginan untuk mencapai power, kekayaan, prestis, pengetahuan atau prestasi kreatif:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
a) Achievement Mencapai sesuatu yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisir objek fisik, manusia, atau ide-ide. Mengatasi hambatan dan mencapai standar yang tinggi. Menyaingi dan melampaui orang lain. b) Aggression Menguasai
kekuatan
oposisi/lawan.
Melawan,
menyerang,
menyakiti atau membunuh orang lain (physical social). Meremehkan, mengecam atau memperolok orang lain. Bertengkar mulut atau beradu argumen (emotional verbal). Agresi terhadap aturan hukum dan standar moral, ranpa adanya ancaman dari orang lain, berbuat kriminal (physical asocial). Merusak, menghancurkan, vandalisme, membakar (destruction). c) Counteraction Untuk menguasai atau memperbaiki kesalahan dengan berjuang kembali, melenyapkan penghinaan dengan kembali bertindak. Menguasai kelemahan dan memendam ketakutan. Mencari rintangan dan kesulitan untuk dikuasai. Memperbaiki self-respect (kehormatan diri) dan harga diri menjadi level yang tinggi. d) Dominance Mengontrol suatu lingkungan. Mempengaruhi atau mengarahkan perilaku orang lain dengan sugesti, bujukan, persuasi atau komando.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
Mendapatkan orang lain utuk kooperaatif. Meyakinkan orang lain tentang kebenaran dari salah satu opini. a) Exhibition Membuat kesan. Menjadi terlihat dan terdengar. Membuat gempar, kagum, mempesona, intrik, menghibur atau menarik orang lain. b) Order Meletakkan
sesuatu
dengan
rapi/runtut.
Mencapai
atau
memperoleh kebersihan, keteraturan, keseimbangan, kedekatan dan presisi. e) Understanding Condong pada analisis kejadian dan mengeneralisasikannya. Berdiskusi dan berargumen dan memberitekanan pada alasan dan logika. Menjadikan salah satu opini tersebut tepat. Menunjukan minat atau ketertarikan pada formulasi abstrak pada ilmu pengetahuan, matematika dan filosofi. Mencoba menghubungkan pikiran dengan fakta. Mencoba memahami hubungan antara suatu objek dengan objek lain.
2. Kebutuhan yang dimotivasi oleh afeksi, kekaguman, simpati, cinta dan ketergantungan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
a) Affiliation (afiliasi/kebersamaan dengan orang lain) Mendekat atau senang bekerjasama atau membalas dengan orang lain dengan hal yang sejenis. Mematuhi dan tetap setia pada teman. Menjalin hubungan dengan teman (associative), menjalin hubungan akrab atau intim (emosional). b) Deference Memuji dan mendukung orang lain yang lebih superior (respect). Bersemangat untuk terpengaruh oleh orang lain yang sejenis. Sesuai dengan adat. Setuju untuk bekerja sama, patuh pada usulan orang lain, kesediaan mengikuti kepemimpinan orang lain (complience). c) Nurturance Memberikan simpati dan memenuhi kebutuhan pada orang lain yang membutuhkan bantuan, anak-anak atau bayi atau orang yang lemah, berkebutuhan khusus, kelelahan, kurang berpengalaman, tidak berdaya, terhina, sendiri, sedih atau secara mental bingung. Menghibur, mendukung, melindungi atau membuat tenang/nyaman. d) Succorance Untuk dirawat, didukung, disokong atau ditopang, diapit, dilindungi,
dicintai,
diberi
nasihat,
diarahkan,
dimanjakan,
dimaafkan, atau dihibur. Tetap dekat pada pelindung. Kecenderungan untuk menangis, menjadi tidak berdaya, tergantung, memburu afeksi atau kelembutan, menerima pemberian tanpa keragu-raguan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
e) Sex Membentuk
dan
melanjutkan
relasi
erotis.
Mendapatkan
hubungan seksual atau hubungan kelamin, pergaulan lawan jenis, jatuh cinta. Lebih pada unsur tindakan/perilaku.
3. Kebutuhan yang dimotivasi oleh keinginan akan kebebasan, perubahan, perangsangan dan permainan: a) Autonomy Mendapatkan kebebasan, melepaskan kekangan, atau keluar dari kurungan (freedom). Menolak paksaan dan aturan atau tuntutan (resistance). Mandiri dan bebas untuk bertindak sesuai dengan dorongan. Menentang aturan, melakukan perilaku yang dilarang dan diancam hukuman, sengaja meniru, mencuri tetapi bukan perbuatan kriminal (asocial). b) Sentience Mencari dan menikmati kesan dari kenikmatan pengindraan, seperti menikmati pemandangan, mengomentari cuaca, warna ruang, gambar, suara, rasa, bau yang menyenangkan. c) Play/Playmirth Bertindak menyenangkan tanpa tujuan lebih lanjut selain untuk kesenangan itu sendiri. tertawa, bermain, bercanda. Namun, jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
permainan
itu
seirus
dan
kompetitif
maka
akan
muncul
n.Achievement.
4. Kebutuhan lain-lain c) Abasement Secara pasif menyerah pada kekuatan eksternal. Menerima luka, hinaan, kritik, hukuman, atau merasa sakit dan rendah diri. Menyerah atau pasrah pada nasib. Menerima inferioritas, kekeliruan, kesalahan, atau kekalahan. Menyalahkkan, meremehkan, atau merusak diri. Mencari dan menikmati rasa sakit, hukuman, penyakit dan ketidakberuntungan. Mengambil sikap pasif dan lemah. d) Defendance Mempertahankan diri melawan serangan, kritikan, dan kesalahan. Menyembunyikan atau membenarkan kelakuan buruk, kesalahan, dan penghinaan. e) Harmavoidance Menghindari kesakitan, cedera fisik, kesakitan dan kematian. Menghindar dari situasi berbahaya. Mengambil langkah pencegahan. Hati-hati,
menghindar
dari
kecemasan
dukungan atau hadirnya orang lain.
termasuk
kehilangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
f) Infavoidance Menghindar dari penghinaan. Keluar dari situasi yang memalukan atau menghindari kondisi yang dapat mengarahkan mereka pada cemoohan, ejekan, atau ketidakpedulian orang lain. Menahan diri dari aksi karena ketakutan akan kegagalan. g) Rejection Meniadakan, membuang, mengeluarkan atau tetap acuh pada orang yang inferior. Menghindar dan menolak berhubungan dengan orang lain. 7) Dinamika Motivasi Motivasi dapat digambarkan sebagai berikut: Dorongan (drives) Kebutuhan (needs)
Perilaku
Motif (motives) Gambar 1. Skema Motivasi Pertama, motivasi tidak bisa lepas dari kebutuhan, dorongan, dan motif. Kemudian perilaku dapat muncul dari adanya kebutuhan yang merupakan keadaan kekurangan yang dialami oleh tubuh (fisiologis) maupun secara psikologis yang menyebabkan terganggunya keseimbangan pada tubuh yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
kemudian memaksa tubuh untuk memenuhi kekurangan (Seimun & Matsumoto dalam Gatyo, 2013). Kemudian keadaan tersebut memicu aktifnya dorongan untuk memelihara keseimbangan dengan memenuhi kebutuhan tersebut (drives) dan kemudian langsung memunculkan perilaku. Kedua, adanya kebutuhan memicu keadaan untuk memelihara keseimbangan (drives) namun melewati aktivitas mental seperti berpikir (motives) terlebih dahulu sebelum menjadi perilaku. Ketiga, perilaku dapat muncul langsung dari aktivitas mental (motives). Dalam upaya untuk memenuhi kebutuhannya, individu juga akan menemui tekanan yang dapat menghambat individu dalam memenuhi kebutuhannya. Istilahnya disebut press atau tekanan yang berasal dari luar individu. Sehingga, akan ada kebutuhan-kebutuhan individu yang sulit untuk terpenuhi karena adanya tekanan tersebut dan kemudian akan menimbulkan kecemasan (Prihanto, 1993).
B. PESANTREN 1) Definisi Pesantren Pondok Pesantren merupakan dua istilah yang menunjukkan satu pengertian. Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar para santri, sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana terbuat dari bambu. Di samping itu, kata pondok mungkin berasal dari Bahasa Arab Funduq yang berarti asrama atau hotel (Wikipedia.com diakses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
tanggal 12 Desember 2014). Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang berbasis keagamaan (Islam) (Ziemek, 1986). Dahulu banyak pesantren yang dibangun sebagai pusat reproduksi spiritual maupun pengetahuanpengetahuan
tentang
Islam,
dengan
aktivitas
seperti
meneruskan
pengetahuan yang telah didapat, memahamai ayat dalam kitab suci dan mengadakan pengajian. Setelah adanya beberapa perubahan sosial dan ekonomi, pesantren menambah fungsinya misal adanya pendidikan formal, penyesuaian dengan kebutuhan masyarakat (saat ini seperti sekolah dasar (Ziemek, 1986)). 2) Elemen dalam Pesantren Terdapat lima elemen terpenting yang harus dimiliki pesantren menurut, Zamakhsyari Dhoefir (dalam Sumarto, 2012) yakni : a. Pondok Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan Islam tradisional, para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang guru yang lebih dikenal dengan sebutan Kyai. b. Masjid Masjid merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dengan pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktek sembahyang lima waktu, khutbah, sembahyang jum‘at, dan pengajaran kitab-kitab Islam klasik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
Kedudukan masjid dalam tradisi pesantren merupakan manivestasi universalisme dari sistem pendidikan Islam tradisional. c. Pengajaran kitab-kitab Islam klasik Pada masa lalu, pengajaran kitab ini merupakan satu-satunya pengajaran formal yang diberikan dalam lingkungan pesantren. Tujuan utama pengajaran ini adalah untuk mendidik calon-calon ulama. Para santri yang bercita-cita ingin menjadi ulama, mengembangkan keahliannya dalam bahasa arab melalui sistem sorogan dalam pengajian sebelum mereka pergi ke pesantren untuk mengikuti sistem bandongan. d. Santri Menurut pengertian yang dipakai dalam lingkungan orang-orang pesantren, seorang alim hanya bisa disebut kyai bila ia memiliki pesantren dan santri yang tinggal dalam pesantren tersebut. Oleh karena itu, santrimerupakan elemen penting dalam suatu lembaga pesantren. e. Kyai Kyai merupakan elemen terpenting dari suatu pesantren bahkan merupakan pendiri pesantren tersebut. Maka sudah sewajarnya bahwa pertumbuhan
suatu
pesantren
semata-mata
tergantung
kepada
kemampuan pribadi kyainya sendiri. 3) Pesantren Waria Pondok Pesantren Waria Al-Fatah ini menjadi pesantren waria satusatunya
di
Indonesia
bahkan
di
dunia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
(http://www.merdeka.com/peristiwa/cerita-tentang-pesantren-waria-diyogyakarta.html diakses tanggal, 1 Desember 2014). Pesantren ini didirikan oleh Mariani yang juga seorang waria. Tujuan didirikannya pesantren khusus waria ini adalah untuk menyediakan fasilitas bagi waria untuk beribadah dan juga membantu para waria mempelajari agama (Islam) dan lebih memperdalam waria dalam Islam. Hal ini berangkat dari beberapa masyarakat yang melarang keras upaya ibadah waria (Mariani, pendiri pesantren khusus waria, dalam Sumarto, 2012). Pesantren ini dahulu berkegiatan di kediaman Mariani yang terletak di daerah Notoyudan Yogyakarta. Namun, setelah beliau meninggal, kegiatan pesantren dipindahkan ke daerah Kota Gede di kediaman Shinta Ratri yang saat ini menjabat sebagai ketua Pondok Pesantren Waria. Tidak seperti kebanyakan pesantren lain, pesantren khusus waria ini tidak memiliki elemen terpenting yang harus dimiliki oleh pesantren seperti asrama, masjid, kitab-kitab Islam Klasik. Namun, dalam pelaksanaan kegiatannya, pesantren ini menggunakan rumah ketua pondok pesantren dan juga didampingi oleh seorang ustadz yang berperan dalam pengajaran materi terkait tentang agama Islam. Kegiatan yang dilakukan dalam pesantren tersebut antara lain adalah shalat berjamaah, pembelajaran tentang Al-Quran dan ajaran tentang Islam, dan kemudian dilanjutkan dengan sesi sharing dengan anggota pesantren terkait dengan Islam maupun tentang kehidupan sehari-hari yang mereka temui (Shinta Ratri, Ketua PonPes Waria). Kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
lainya yang merupakan agenda bulana atau tahunan adalah kunjungan ke berbagai tempat Islami seperti pada bulan Maret 2015 lalu adalah melakukan studi banding ke Jepara di Universitas Islam Nahdattul Ulama. Pada proses pembinaannya, para santri waria ini mengenakan atribut ibadah yang diperuntukan bagi laki-laki seperti sarung dan peci. Ketika shalat-pun, para santri waria ini juga bergabung dengan ustadz dalam barisan laki-laki dan juga menjadi imam.
C. WARIA 1) Definisi Identitas McAdams, dkk. (2006) mengatakan bahwa seseorang merupakan seorang pencerita dan seseorang adalah cerita yang ia ceritakan. Cerita yang diceritakan oleh seseorang merupakan pengalaman personal seseorang yang secara detail dan kompleks berkembang dari anak-anak sampai dewasa. Selain itu, kita akan memiliki harapan tersendiri pada cerita yang ada seperti, berharap
bahwa
cerita
tersebut
dapat
mengedukasi,
menghibur,
menginspirasi dan mempengaruhi kita, untuk bisa membuat kita marah, sedih, senang, tertarik, dan kita juga berharap bahwa cerita dapat memberitahu siapa kita (McAdams, 2006). Hal tersebut merupakan istilah yang disebut dengan identitas yang biasanya terlintas dari beberapa pertanyaan yakni ―Siapa saya?; akan menjadi seperti apa saya?; Identitas apa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
yang mungkin pas dengan saya?; atau Seperti apa sesungguhnya saya?‖ (Santrock, 2002). Identitas merupakan proses mental pada otak, oleh karena itu seseorang dapat mengidentifikasi sensasi dan fenomena mental lainnya. Beberapa peneliti mengatakan bahwa terdapat 3 pendekatan yang dapat menjelaskan perubahan-perubahan identitas terutama pada remaja. Pendekatan tersebut adalah self-conception yakni ide-ide yang mengatakan bahwa individu memiliki sifat dan atribut masing-masing, self-esteem yakni bagaimana individu merasa secara negatif atau positif tentang dirinya dan yang ketiga adalah sense of identity yakni perasaan bahwa siapakah diri seseorang itu, dari mana seseorang itu datang dan kemana seseorang itu pergi. Identias merupakan sebuah siklus yang berkembang dan gender merupakan salah satu komponen yang membentuk identitas. Gender dapat membentuk identitas karena sejak lahir, seseorang akan dihadapkan dengan standar sosial yang mengarahkan pada perilaku mereka baik maskulin atau feminin yang kemudian mempengaruhi pandangan mereka tentang bagaimana mereka membawakan diri sebagai perempuan atau laki-laki (Santrock, 2002). Gender merupakan hasil interaksi antara seseorang dengan lingkungan yang memberikan pengetahuan tentang cara berperilaku sesuai dengan jenis kelaminnya (Helgeson, 2012). Pada waria, cara mereka memberi identitas berbeda dengan kebanyakan orang yang memang sudah kongruen antara persepsi diri dengan persepsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
lingkungan. Namun, waria akan menemui konflik antara persepsi mereka tentang diri mereka yang memuat pengalaman dan perasaan mereka sebagai perempuan, dengan norma yang berlaku di masyarakat tentang identitas mereka secara sosial yakni sebagai laki-laki (Colonne & Eliana, 2005). Identitas mereka dapat dilihat dari pengalaman inkongruensi mereka antara persepsi diri dengan persepsi masyarakat atau lingkungan. 2) Definisi Identitas Gender Sex atau jenis kelamin merupakan status biologis seseorang yang biasanya dikategorisasikan dalam laki-laki atau perempuan. Sedangkan gender merupakan asosiasi secara budaya yang diberikan pada jenis kelamin biologis seseorang yang merujuk pada sikap, perasaan, dan perilaku (Scottish Transgender Allience). Kita pernah mendengar bahwa seseorang secara biologis merupakan lakilaki namun ia merasa bahwa dirinya adalah perempuan dan berharap bahwa dirinya menjadi perempuan. Hal tersebut merupakan identitas gender atau persepsi diri secara psikologis laki-laki atau perempuan. Dan transgender adalah seseorang yang hidup dengan identitas gender yang tidak sesuai dengan jenis kelamin biologisnya dan kemudian membuat mereka mengambil peran sebagai lawan gendernya (Helgeson, 2012). Ketika seseorang tidak kongruen dengan identitas gendernya dan jenis kelamin biologisnya, individu tersebut mungkin akan mengidentifikasi dirinya sebagai transgender atau transeksual (Scottish Transgender Allience).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
Menurut Meissner (dalam Phartami, 2009), identitas gender merupakan pengalaman internal diri tentang gender yang menjadi bagian dari identitas diri seseorang tersebut. Identitas gender juga terdiri dari dua bagian yakni identitas gender inti perasaan sebagai laki-laki atau perempuan yang terbentuk sejak usia dua tahun yang didasarkan pada aspek biologis yang membedakan antara lakilaki dan perempuan. Sedangkan identitas peran gender adalah perasaan akan gendernya sebagai maskulin atau feminin yang dipengaruhi oleh faktor biologis, sosiologis, dan psikologis. Pemaknaan maskulinitas dan feminimitas melalui proses identifikasi keluarga, masyarakat dan budaya. Identitas Gender tidak sama dengan orientasi seksual. Secara sederhana, gender mengacu pada siapa kita, sedangan orientasi seksual mengacu kepada siapa kita tertarik. Seorang transgender bisa jadi straight, seperti transeksual (laki-laki menjadi perempuan), mereka straight tertarik dengan laki-laki (Scottish Transgender Allience).
3) Definisi Waria Waria dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994) merupakan singkatan dari wanita-pria. Sebutan ini diperuntukkan bagi individu yang secara biologis adalah laki—laki, namun pada proses perkembangan hidupnya, mereka lebih memilih berperan (Faidah & Fadilah, 2013). Peran sebagai perempuan itu terlihat dari cara berpenampilan yang berdandan dan berpakaian layaknya perempuan, bertingkah laku seperti perempuan pada umumnya seperti lemah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
lembut dan feminin (Putri & Sutarmanto, 2010). Selain itu, ada pula waria yang juga mengganti alat kelaminnya menjadi alat kelamin perempuan (Atmojo, 1986). Selain istilah waria, di Indonesia, istilah lain yang merujuk pada waria ada berbagai macam, seperti banci, bencong atau wadam (Atmojo, 1986). Pengertian waria sering disandingkan dengan istilah lain seperti transgender, transexual dan transvestites (Atmojo, 1986; Sandiah, 2014) dan perbedaan ini cukup membuat kabur difinisi tentang waria. Transeksual juga merupakan ketidakpuasan akan alat kelaminnya, namun ada usaha untuk mengganti dan menghilangkan jenis kelamin asli mereka (dari laki-laki kemudian melakukan operasi menjadi perempuan). Sedangkan transvestite, adalah individu yang menggunakan atribut lawan jenisnya untuk mendapatkan kepuasan seksual dan tidak memiliki keinginan untuk berperilaku seperti lawan jenisnya (Atmojo, 1986; Sandiah, 2014). Istilah lain yang mengaburkan makna jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia adalah transgender. Transgender merupakan ketidakmampuan seseorang dalam mengidentifikasi tugas gendernya ketika mereka lahir, berbeda dengan transeksual, transgender mungkin ingin mengubah identitas gendernya namun tidak dengan anatomi biologisnya (Woman‘s Resource Center, University of Colorado Denver). 4) Waria ditinjau dari DSM-5TM Waria dibahas pada bab Gender Dysphoria, yakni merujuk pada distress yang disertai dengan ketidaksesuaian antara pengalaman seseorang atau gender yang telah seseorang nyatakan dengan tugas gendernya. Walaupun demikian,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
distress tidak selalu dialami oleh semua individu sebagai hasil dari ketidaksesuaiannya, banyak yang mengalami distress jika dorongan fisik mengintervensi dengan cara tidak menyediakan pembedahan hormon. Kriteria diagnostik Gender Dysphoriia antara lain: 1) Gender Dysphoria pada Anak-anak (302.6 (F64.2)) a. Ditandai dengan adanya ketidaksesuaian antara apa yang dialami atau dinyatakan oleh seseorang tentang gendernya dengan tugas dari gendernya tersebut, paling sedikit selama 6 bulan. -
Adanya dorongan yang yang kuat untuk menjadi gender lain atau adaya desakan bahwa gender lain adalah gendernya.
-
Pada laki-laki (tugas gender), adanya pilihan yang kuat untuk cross-dressing atau berpakaian wanita; pada perempuan adanya pilihan yang kuat untuk berpakaian maskulin dan melawan keras untuk memakai pakaian tipe perempuan.
-
Adanya pilihan yang kuat untuk berperan secara lintas gender dan membuat fantasi bermain.
-
Adanya pilihan yang kuat pada mainan-mainan, games atau aktivitas yang secara streotipe lekat dengan gender lain.
-
Adanya pilihan yang kuat untu bermain bersama dengan orang dari gender lain.
-
Pada laki-laki, terjadi penolakan yang kuat terhadap mainan yang bertipe maskulin, gamse, maupun aktivitas dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
menghindar dari permainan yang kasar dan jatuh; pada perempuan, adanya penolakan yang kuat terhadap mainan feminin, games dan aktivitasnya. -
Adanya ketidaksukaan yang kuat akan anatomi seksual yang dimiliki.
-
Adanya dorongan yang kuat untuk mencocokan pengalaman gender seseorang baik karakteristik seks primer maupun sekunder.
b. Sebuah kondisi diasosiasikan dengan distress yang secara klinis signifikan atau rusak pada sosial, sekolah, atau area lain yang memiliki fungsi penting. 2) Gender Dysphoria pada Remaja dan Dewasa (302.85 (F64.1)) a. Ditandai dengan ketidakcocokan antara apa yang dialami atau di ekspresikan oleh seseorang tentang gendernya dengan tugas gendernya, setidaknya selama 6 bulan lamanya, seperti yang dituturkan setidaknya dua dari beberapa hal berikut: -
Ditandai dengan ketidakcocokan antara apa yang seseorang alami dan ekspresikan tentang gendernya dengan karakteristik seks primer ataupun sekunder (atau pada remaja awal adalah mengantisipasi karakteristik seks sekunder).
-
Adanya
dorongan
yang
kuat
untuk
menyingkirkan
karakteristik seks primer maupun sekunder karena adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
ketidakcocokan antara apa yang seseorang alami dan ekspresikan tentang gendernya (atau pada remaja awal, dorongan untuk mencegah perkembangan dari karakteristik seks sekunder). -
Keinginan yang kuat untuk memiliki karakteristik seks primer atau sekunder dari lawan gender.
-
Keinginan kuat untuk menjadi seperti lawan gender (atau seperti alternatif gender yang berbeda).
-
Keinginan yang kuat untuk diperlakukan sebagai mana seperti lawan gendernya (atau seperti alternatif diperlakukan berbeda dari tugas gendernya).
-
Keyakinan yang kuat bahwa seseorang memiliki perasaan dan reaksi yang khas seperti gender lain.
b. Kondisi yang diasosiasikan dengan distres yang secara klinis signifikan atau rusak pada sosial, sekolah, atau area lain yang memiliki fungsi penting. 5) Faktor Penyebab adanya Fenomena Waria Terdapat dua konsep tentang gender yakni identitas gender dan peran gender (Budge et al, 2012). Identitas gender adalah perasaan individu pada gendernya yang diekspresikan melalui perilaku dan kesadarannya menjadi perempuan, lakilaki atau ambivalen dan dilakukan secara kontimun. Sedangkan peran gender adalah perilaku yang diasosiasikan oleh lingkungan untuk sesuai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
perilaku perempuan, laki-laki atau ambivalen (Brierley, 2000 dalam Budge et al, 2012). Secara umum, pengalaman individu pada jenis kelamin dan identitasnya, adalah kongruen. Namun terdapat fenomena lain yakni individu yang tidak kongruen antara jenis kelaminnya dengan peran gendernya (Budge et al, 2012). Salah satunya adalah fenomena waria atau wanita-pria. Di Indonesia sendiri, fenomena ini masih menjadi momok karena masyarakat indonesia masih memiliki pandangan bahwa identitas gender itu hanya ada dua yakni feminin untuk perempuan, maskulin untuk laki-laki (Colonne & Eliana, 2005). Dalam beberapa penelitian yang meneliti tentang gangguan seksual, menemukan bahwa faktor pembentuk atau penyebab dari fenomena ini adalah: a. Faktor biologis Adanya pengaruh kromosom X yang berlebih (pada laki-laki). Pertambahan kromosom X ini berakibat pada kecilnya ukuran kelamin laki-laki dan juga menyebabkan munculnya sifat kewanitaan karena adanya satu seks kromatin (kromosom X) tersebut. b. Faktor pikologis Adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada masa kecil seperti pola asuh orang tua yang mendambakan anak perempuan. Ada pula pengalaman heteroseksual, rasa tidak nyaman dengan identitas gender aslinya, yang menyebabkan kebingungan akan dirinya. c. Faktor sosiologis (lingkungan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
Seperti pola asuh dari keluarga memiliki peran tersendiri bagi pembentukan identitas gender dan peran gender serta interaksi individu dengan lingkungannya yang juga menyumbang bagi terbentuknya peran gender (Santrock, 2003). Berdasarkan teori perilakuan, penyebab waria lebih merupakan hasil dari observasi individu pada waria sebagai model dan kemudian mengadopsinya menjadi perilaku sehari-hari (Kurniawati, 2003). d. Faktor ekonomi Beberapa waria berlatar belakang ekonomi ini mengaku bahwa dirinya menjadi waria karena tidak memiliki cara lain untuk mencari uang, sehingga memilih untuk menjadi waria. Mereka hanya berdandan seperti perempuan dan bergimik seperti waria hanya ketika bekerja seperti mengamen (Laporan Nasional Indonesia-Hidup Sebagai LGBT di Asia tahun 2013). 6) Waria dan Perilaku Seksual Kegiatan seksual bagi waria merupakan kebutuhan yang mendasari mereka untuk memutuskan menjadi waria (Dwinanda, 2011). Orientasi seksual mereka dapat dikatakan sebagai homoseksual atau menyukai sesama jenis. Hal ini latarbelakangi oleh keadaan psikis mereka yang merasa bahwa diri mereka adalah perempuan dan cenderung mencari pasangan laki-laki (Koeswinarno, 2004). Lain halnya dengan kaum gay. Keduanya berbeda (Atmojo, 1986; Liawati, 2006). Gay memiliki orientasi seksual dengan sesama jenisnya namun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
tidak mempersepsikan identitas seksualnya sebagai lawan jenisnya. Sedangkan pada waria, memiliki orientasi seksual dengan sesama jenis, namun mepersepsikan diri mereka sebagai perempuan. Aktivitas seksual mereka dapat ikatakan sebagai perilaku seks yang tidak sehat seperti masturbasi mutual, oral seks, anal seks yang dilakukan dengan berganti-ganti pasangan (Riniastuti, 2003). Tidak sehat karena sangat rentan terhadap PMS (Penyakit Menular Seks) maupun HIV/AIDS. Selain itu juga, seks bagi waria juga sebagai lahan untuk mencari uang karena minimnya lapangan pekerjaan, membuat aktivitas seks ini sulit untuk dilepaskan dan bahkan dipandang sebagai sebuah kesempatan yang harus mereka manfaatkan sebagai akibat dari ketidakmampuan mereka untuk memiliki pendamping hidup (suami) (Koeswinarno, 2004). 7) Waria dalam Lingkup Sosial Tidak mudah bagi waria untuk dapat diterima di masyarakat, terutama di Indonesia. Hal ini dikarenakan waria tidak termasuk dalam kategori jenis kelamin yang telah ditetapkan selama ini yakni laki-laki dan perempuan. Hal tersebut pula memunculkan berbagai stigma negatif yang kemudian melekat pada waria seperti dianggap menyimpang, berdosa dan bahkan sampah masyarakat. Beberapa permasalahan yang mereka alami dapat dikategorikan kedalam dua bentuk yakni internal dan eksternal: a. Permasalahan Internal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
Permasalahan yang muncul dari dalam diri. Misalnya, merasa tidak jelas akan identitas gendernya yang kemudian membuat bingung, canggung, tingkah laku yang berlebihan. Mereka juga merasa tertolang, merasa terasingkan oleh masyarakat yang akan berdampak munculnya frustrasi, depresi, kesepian hingga bunuh diri. b. Permasalahan Eksternal Permasalahan yang muncuk dari luar diri seperti anggapan negatif bagi waria dan komunitasnya yang dianggap menyimpang dan menyebabkan adanya pengucilan. Masyarakat memandang waria sebagai penyandang masalah sosial karena kelainan pada aspek biologisnya, pergaulan sosialnya, perilaku seksualnya. Bahkan waria disejajarkan dengan kaum tuna sosial (gelandangan, pengemis dll) (Koeswinarno, 2004). Permasalahan-permasalahan tersebut berdampak pada aktivitas mereka secara sosial. Seperti kurang atau sulit mengaktualisasikan diri di dalam lingkungan seperti, sulit mencari pekerjaan, akses di bidang pendidikan, bahkan permasalahan kepemilikian Kartu Tanda Penduduk (KTP) hingga akses menuju toilet umum juga sulit (news.detik.com diakses tanggal 26 Agustus 2015). Studi kasus yang dilakukan terhadap Dita (waria, 26 tahun, oleh Sanggar Waria Remaja dalam Laporan Naisonal Indonesia, 2013) mengungkapkan bahwa waria paling banyak mendapatkan diskriminasi dalam pekerjaan dari pada gay, lesbian, terutama di sektor formal. Para waria yang mengikuti sebuah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
diskusi menerangkan bahwa kasus diskriminasi sering terjadi dalam pekerjaan seperti mengajar, perbankan bahkah salon yang notabene merupakan ranah pekerjaan yang aman bagi waria. Seperti asus Dita yang melamar pekerjaan di salon dan ketika ditanyai mengenai jenis kelaminnya yang ia jawab adalah waria, pemlik salon itu meminta Dita untuk menjadi laki-laki, berpenampilan laki-laki agar dapat diterima kerja. Dita kemudian mengiyakannya tawaran tersebut karena ia sangat butuh pekerjaan, walaupun hatinya bergejolak atau memberontak, Dita kemudian memotong rambutnya dan mengenakan pakaian pria. Namun, Dita sesekali berpenampilan perempuan ketika sedang di kos atau sedang tidak bekerja dengan tetap memakai rambut palsu dan pakaian perempuan (Laporan Nasional Indonesia-Hidup Sebagai LGBT di Asia tahun 2013).
8) KERANGKA PENELITIAN Seorang laki-laki mengalami kebingungan akan identitas gendernya karena dirinya merasa jiwa yang berada dalam tubuh yang salah. Hal tersebut menjadi permasalahan intern bagi dirinya dan adanya permasalahan eksternal juga muncul dari anggapan negatif seperti ejekan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap perilakunya yang cenderung lebih feminin dari pada maskulin. Kemudian untuk mengurangi permasalahan tersebut, individu kemudian memutuskan untuk menjadi waria dengan berdandan dan berperilaku sebagaimana seorang perempuan. Namun pada kenyataanya, keputusan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
menjadi waria tersebutpun menimbulkan masalah baru, terutama dari luar individu seperti stigma negatif terhadap kaum waria dan diskriminasi. Permasalahan tersebut merupakan permasalahan eksternal yang kemudian menyebabkan waria merasa bersalah, berdosa dan tertolak sehigga dapat merasa depresi maupun frustasi (permasalahan intern). Dari sini kita dapat melihat bahwa banyaknya tekanan (press) yang ditemuai atau dialami oleh waria dalam memenuhi kebutuhannya dari sebelum menjadi waria dan setelah menjadi waria. Waria seperti yang telah diutarakan pada tinjauan pustaka, mereka nyaman dengan dirinya sebagai perempuan mulai dari perilaku, sifat dan penampilan mereka sebagai perempuan. Berpenampilan seperti perempuan misalnya menggunakan baju, alas kaki yang identik dengan kaum perempuan (dress, rok, pakaian dengan warna cerah, high heels, flat shoes, dll), asesoris dan make up atau berdandan selayaknya perempuan. Hal tersebut merupakan salah satu kebutuhan yang waria miliki, sehingga mereka akan merasa puas setelah melakukannya. Disisi lain, kegiatan yang waria ikuti yakni pesantren menjadi menarik untuk diteliti motivasinya. Secara agama, waria seperti ‗ditolak‘ karena status mereka yang dianggap menyalahi aturan agama. Namun, pada pesantren khusus waria ini mereka difasilitasi untuk belajar agama. Kegiatan menarik adalah ketika mereka beribadah dengan menggunakan atribut laki-laki (sarung, peci) dan menjadi imam dalam shalat. Hal ini seakan mengingatkan waria kembali pada gender aslinya sebagai laki-laki. Hal ini pula bertolak belakang dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
kenyamanan dan kepuasan mereka sebagai diri mereka yang telah mereka putuskan yakni adalah seorang waria yang baik perilaku, sifat dan penampilannya adalah perempuan. Walaupun pada kenyataannya ada waria yang sempat enggan melakukan shalat karena tidak mau menghapus make upnya, namun ada beberapa waria yang bertahan. Motivasi diteliti untuk melihat gambaran kebutuhan, dorongan dan motif yang melatarbelakangi waria tersebut berkegiatan di dalam pesantren. Karena motivasi merupakan sebuah usaha atau energi yang mendorong manusia atau organisme lain untuk mengaktifkan, mempertahankan dan mengarahkan perilaku mereka. Kaitannya di dalam penelitian ini adalah motivasi yang membuat waria mau menjadi anggota pesantren dan mengikuti kegiatan di dalamnya walau ada hal yang kontradiktif dengan dirinya (beribadah dengan atribut laki-laki dengan kenyamanan mereka mengidentifikasi diri sebagai perempuan).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah penelitian kualitatif. Secara umum, penelitian kualitatif bersifat eksploratik dalam arti lebih mengandalkan data berupa ungkapan yang diberikan oleh subjek penelitian untuk mengeksplorasi fenomena atau permasalahan pokok yang terdapat dalam sebuah penelitian (Supratiknya, 2015). Penelitian kualitatif lebih ditujukan untuk mencapai pemahaman mendalam mengenai organisasi ataupun peristiwa khusus daripada mendeskripsikan bagian permukaan dari sample besar dari sebuah populasi (Denzin & Lincol, dalam Herdiansyah, 2010). Selain itu, penelitiaan kualitatif juga ditujukan untuk mendapatkan pemahaman melalui pengalaman first-hand dari peneliti yang langsung berproses bersama menjadi satu bagian dengan subjek penelitian. Menurut Creswell, penelitian kualitatif merupakan proses penelitian ilmiah untuk memahami masalah-masalah manusia dalam konteks sosial dengan menciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks yang disajikan. Hal ini dikarenakan menurut Creswell, dinamika permasalahan manusia tidak lepas dari konteks sosial dan budaya yang melingkupinya. Menurut Moleong (2005) yang dicoba untuk dipahami dari subjek penelitian kualitatif misalnya adalah perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, yang secara holistik dideskripsikan dalam bentuk
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
kata-kata dan bahasa pada konteks khusus yang alamiah dengan berbagai metode alamiah. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode fenomenologi interpretif. Menurut Husserl (dalam Herdiansyah, 2010) manusia memiliki pemahaman tersendiri terhadap fenomena yang terjadi pada dirinya, dan pemahaman tersebutlah yang kemudian mempengaruhi perilakunya. Fenomenologi berusaha untuk mengungkap fenomena beserta konteksnya yang unik dan khas pada individu sampai pada tataran keyakinan yang mereka miliki. Secara sederhana, fenomenologi berusaha untuk memahami arti dari suatu pengalaman individual yang berkaitan dengan fenomena tertentu (Herdiansyah, 2010). B. Fokus Penelitan Penelitian ini berfokus pada motivasi waria menjadi anggota pesantren. Motivasi diteliti dengan melihat dinamika antara kebutuhan, dorongan, motif yang ada pada waria sehingga mengarahkan mereka atau melatarbelakangi mereka untuk menjadi anggota pesantren. C. Metode Pengambilan Data Metode pengambilan data yang dilakukan oleh penelitian ini antara lain adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
1) Wawancara Wawancara merupakan teknik yang digunakan untuk mendapatkan data dari responden dengan menguak kesadaran responden terhadap sesuatu (Downs et al, 1980). Hal ini dikarenakan adanya interaksi dua arah yang digunakan peneliti memberikan pertanyaan dan responden menjawab pertanyaan. Teknik wawancara yang dipakai adalah semi terstruktur. Pertanyaan yang hendak ditanyakan kepada responden, dirancang terlebih dahulu dan dibentuk guideline yang kemudian ditanyakan kepada responden. Teknik ini tidak terpaku ada pertaanyaan sehingga dapat memungkinkan untuk dilakukannya probing agar data dapat tergali dengan baik. Tabel 1 Daftar Panduan Pertanyaan Pertanyaan Sudah
berapa
lama
Tujuan Pertanyaan anda Rapport awal dan untuk mengetahui
menjalani hidup sebagai waria?
sejauh mana informan sudah hidup menjadi waria
Bisa anda ceritakan pengalaman Bertujuan untuk mengetahui latar anda sebelum memutuskkan untuk belakang menjadi seorang waria?
terdahulu
kehidupan dan
informan
mengetahui
faktor
informan menjadi waria (biologis, psikologis, sosiologis, ekonomi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
Bisa anda ceritakan pengalaman Bertujuan untuk mengetahui konteks anda setelah memutuskan untuk pengalaman informan saat ini menjadi seorang waria? Komunitas apa saja yang anda Untuk ikuti saat ini?
mengetahui
keikutsertaan
informan pada komunitas waria atau umum
dan
motivasi
mereka
mengikuti berbagai macam komunitas Sudah berapa lama anda menjadi Mengetahui anggota pesantren?
informan
dalam menjadi anggota pesantren
Bagaimana awalnya, anda bisa Untuk mengetahui adanya pesantren ini?
ketahanan
mengetahui
pengetahuan
informan terhadap pesantren sehingga dapat melihat ketertarikan awal
Hal apa yang membuat anda Untuk mengetahui yang perhatian tertarik ikut dalam pesantren ini?
utama informan pada pesantren
Hal apa yang membuat anda Untuk
mengetahui
terpikir untuk bergabung dengan mempengaruhi pesantren ini?
faktor
informan
yang untuk
bergabung dengan pesantren
Hal apa yang mendorong anda Untuk melihat motivasi informan dan semakin yakin untuk bergabung faktor dengan pesantren ini?
yang
paling
mendasari
informan memilih untuk bergabung dengan pesantren
Bagaimana perasaan anda setelah Untuk melihat keadaan emosional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
bergabung di dalam pesantren ini?
informan
terhadap
pilihannya/keputusannya Menurut anda, apa pendapat anda Untuk mengetahui tanggapan, opini tentang kegiatan di pesantren ini?
informan terhadap pesantren
Bagaimana perasaan anda ketika Untuk mengikuti
kegiatan
di
mengetahui
tanggapan
dalam emosional informan terhadap aktivitas
pesantren ini?
atau kegiatan di dalam pesantren yang informan jalani
Apa yang anda rasakan ketika Untuk anda beribadah atau shalat?
mengetahui
tanggapan
emosional informan ketika berpakaian laki-laki
Bagaimana mengenai
pendapat
anda Untuk
aturan agama
mengetahui
tanggapan
yang informan terhadap aturan agama dan
mengharuskan anda mengenakan untuk mengetahui apakah informan atribut
shalat
yang
biasanya mengalami konflik/tekanan dengan
digunakan untuk laki-laki?
adanya aturan tersebut
Pernahkah anda merasa tidak Untuk
mengetahui
tanggapan
nyaman dengan hal tersebut? Bisa emosional informan ketika berpakaian anda ceritakan bagaimana? Bagaimana
cara
mengatasinya?
anda
laki-laki untuk Untuk mengetahui cara informan dalam ketidaknyamanannya
mengatasi ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
‗diingatkan‘ kembali pada identitas gendernya dan untuk mengetahui motiasi informan Apa yang anda dapatkan setelah Untuk mengetahui kebutuhan dan bergabung dengan pesantren ini?
motif yang mendorong dari hal yang informan cari di pesantren
Bagaimana tanggapan sosial atau Untuk lingkungan
anda
ketika informan
mengetahui
anggapan
terhadap
penilaian
mengetahui anda menjadi anggota lingkungan terhadap dirinya sebagai pesantren?
anggota pesantren
Apakah anda pernah mengalami Untuk kejenuhan mengakibatkan
mengetahui
sehingga informan anda
alami
tekanan
selama
yang
menjadi
menjadi anggota pesantren
enggan untuk mengikuti kegiatan di pesantren? Jika pernah, apa yang membuat Untuk anda merasa jenuh?
mengetahui
informan
alami
tekanan
selama
yang
menjadi
anggota pesantren Berapa lama waktu yang kira-kira Untuk
mengetahui
jangka
waktu
anda lewatkan untuk berkegiatan informan menghadapi tekanan di dalam pesantren? Hal apa yang membuat anda Untuk mengetahui motivasi informan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
memutuskan untuk kembali lagi menjadi anggota pesantren mengikuti kegiatan di pesantren? Hal-hal apa yang belum anda Untuk mengetahui motif lain yang dapatkan
setelah
bergabung belum terpenuhi di dalam pesantren
dengan pesantren ini?
dan untuk mengetahui hal apa yang masih informan cari sampai saat ini
Hal apa yang membuat anda Untuk mengetahui motivasi informan bertahan untuk terus mengikuti untuk mempertahankan keputusannya kegiatan pesantren? Perubahan-perubahan apa yang Untuk anda rasakan setelah dan sebelum informan bergabung dengan pesantren ini?
menyikapi
bagaimana kegiatan
di
dalam pesantren
Apa yang menjadi harapan anda Untuk untuk diri anda kedepannya?
mengetahui
informan
mengetahui terhadap
ekspektasi diri
setelah
bergabung menjadi anggota pesantren Apa yang menjadi harapan anda Untuk untuk pesantren kedepannya?
mengetahui
ekspektasi
informan terhadap pesantren
Panduan pertanyaan yang peneliti buat ini sebagai pedoman peneliti dalam mewawancarai informan. Pertanyaan tersebut dapat berubah (berkurang atau bertambah) ketika proses wawancara, hal ini dikarenakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
peneliti akan meyesuaikan dengan keadaan atau kondisi jawaban yang informan berikan. 2) Observasi Observasi merupakan teknik yang dapat melengkapi teknik wawancara untuk menangkap aspek ketidaksadaran responden akan perilaku yang ia tunjukan selama proses wawancara (Poerwandari, 1998 dalam Liawati, 2006). Observasi ini juga dapat membantu peneliti untuk mendapatkan data yang mampu mendukung data primer (hasil wawancara). Teknik observasi yang digunakan adalah observasi partisipan. Teknik ini membawa peneliti terlibat langsung dalam situasi responden (proses wawancara). D. Informan Penelitian Informan penelitian adalah waria yang menjadi anggota pesantren. Pesantren waria yang ada di Yogyakarta adalah Pesantren Senin-Kamis atau juga dikenal sebagai pesantren Al-Fatah di daerah Jagalan, Kota Gede, Yogyakarta. Kriteria responden adalah waria yang telah menjadi anggota pesantren selama minimal 1 tahun. Kriteria ini dibuat untuk memastikan bahwa waria yang benar-benar memilih untuk menjadi anggota pesantren. Penelitian ini melibatkan 2 informan. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan informan yang dipengaruhi oleh jumlah anggota aktif pesantren yang hanya berjumlah 4 anggota. Dua diantaranya menyetujui untuk di wawancarai, satu diantaranya tidak bersedia diwawancarai dan sisanya tidak memenuhi kriteria informan yang diperlukan karena ia merupakan ketua Pondok Pesantren.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
E. Analisis Data Metode analisis data penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis fenomenologi interpretatif. Analisis ini berujuan untuk mengungkap secara detail bagaimana partisipan memakani pengalamanya (personal dan sosialnya). Selain itu juga berusaha mengeksplorasi pengalaman personal serta menekankan pada pesepsi ata pendapat personal seseorang tentang peristiwa terkait dengan pengalamannya tersebut. AFI (Analisis Fenomenologi Interpretatif) juga menekankan pembentukan makna dari sisi responden maupun peneliti. Selain itu juga terdapat tahapan yang dapat dilakukan antara lain (Smith, 2008): 1. Reading dan re-reading Membaca dan membaca kembali data yang telah dikumpulan dan mencoba menjadikan diri sebagai posisi responden kemudian memulai analisis data setelah memperoleh pemahaman. 2. Intial noting Analisis tahap awal untuk menguji konten dari kata, kalimat dan bahasa yang digunakan responden. Mencatat hal yang menarik pada transkrip data dan memberikan komentar ekploratori seperti komentar deskriptif, bahasa dan konseptual. 3. Developing emergent themes Analisis komentar eksploratori untuk mengidentifikasi munculnya tema-tema
termasuk
transkrip menjadi jelas.
untuk
memfokuskan
sehingga
sebagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
4. Searching for connection across emergent themes Analisis antar tema-tema yang saling memiliki kesesuaian. Selain itu analisis ini akan memungkin beberapa tema dibuang. 5. Moving the next cases Mengulang proses yang sama pada kasus yang atau transkrip lainnya.
6. Looking for patterns across cases Mencari pola yang muncul antar kasus dan kemudian mencari hubungan antar tema-nya. Data yang diperoleh berupa hasil wawancara dan observasi kemudian akan dikaitkan dan dilakukan interpretasi sehingga menghasilkan data yang kemudian digunakan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. F. Kredibilitas Penelitian Dalam penelitian kualitatif, validitas sebuah penelitian sering disebut sebagai kredibilitas atau seberapa penelitian tersebut dapat dipercaya. Kredibilitas
dapat
dikatakan
tinggi
apabila
dapat
mencapai
tujuan
mengeksplorasi masalah/mendiskripsikan setting, porses, kelompok sosial, atau pola interaksi yang kompleks dan partisipan penelitian dapat terlibat dengan sungguh-sungguh tentang berbagai hal yang telah diceritakan (Afiyanti, 2008). Untuk mencapai kredibilitas tersebut, peneliti menggunakan berbagai cara antara lain:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
-
Peneliti terlibat langsung dalam kehidupan partisipan penelitian dalam yang lama (Afiyanti, 2008). Hal ini telah peneliti lakukan sejak Februari 2015 dengan ikut berbagai kegiatan pesantren.
-
Mencatat pengamatan objektif tentang partisipan, mendokumentasikannya dan melakukan pengecekan kembali pada data yang telah diperoleh (Afiyanti, 2008; Liawati, 2006)
-
Melakukan diskusi dengan ahli untuk melakukan reanalisis data (peer checking) (Afiyanti, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan pengambilan data pada penelitian ini berlangsung selama 3 bulan yakni bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2015. Namun, pada awal pelaksanaannya, peneliti telah berkegiatan bersama dengan Pondok Pesantren Waria sejak Februari 2015 untuk melakukan rapport kepada para santri atau anggota pesantren. Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara dan observasi selama proses wawancara berlangsung. Informan yang berpartisipasi dalam penelitian ini berjumlah dua orang. Lokasi serta waktu pelaksanaan wawancara disesuaikan dengan keputusan bersama antara informan dan peneliti, dan tempat yang digunakan adalah area Pondok Pesantren. Peneliti mewawancarai Informan 1 untuk pertama kalinya pada tanggal 21 Oktober 2015. Kemudian wawancara kedua untuk informan 1 dilakukan tanggal 25 November 2015. Sedangkan wawancara untuk informan 2 dilaksanakan tanggal 2 Desember 2015. B. Gambaran Informan Informan yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah dua orang informan. Pemilhan jumlah informan tersebut berdasarkan ketersediaan informan yang ada di pondok pesantren. Dari 4 orang yang aktif berkegiatan di
53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
pesantren, 2 orang bersedia diwawancarai, 1 orang tidak bersedia diwawancarai dan 1 orang lagi tidak memenuhi kriteria yang informan cari. Hal tersebut dikarenakan 1 informan yang tidak memenuhi kriteria karena informan tersebut merupakan ketua pondok pesantren, sedangkan kriteria informan dalam penelitian ini adalah anggota pesantren yang telah bergabung dengan pondok pesantren lebih dari 1 tahun. Berikut ini adalah gambaran atau profil informan: 1) Informan 1 Informan pertama berinisial YSAB berusia 48 tahun yang berasal dari Yogyakarta. Informan saat ini tinggal disebuah kost di Jalan Wates. Informan 1 sudah sejak 2006 bergabung dengan Pondok Pesantren namun belum terlalu aktif karena masih terikat kontrak kerja dengan LSM lain. Pada tahun 2010, informan 1 mulai aktif kembali karena sudah habis kontrak dan langsung diberi tanggung jawab sebagai sekretaris Pondok Pesantren sampai saat ini. Informan menerima tawaran jabatan tersebut dari ketua Pondok Pesantren terdahulu yang saat ini telah meninggal dunia. Informan 1 mengatakan bahwa dirinya sudah tidak lagi melakukan aktivitas ‗mejeng malam‘ (menjajakan diri) setelah ia menemukan tambatan hatinya. Kesibukan informan 1 saat ini hanya berkegiatan yang terkait dengan Pondok Pesantren.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
2) Informan 2 Informan kedua berinisial EW berusia 41 tahun yang berasal dari Bandung. Informan saat ini bertempat tinggal di sebuah kost di daerah Badran, Yogyakarta. Informan 2 mengatakan bahwa ajakan seorang teman membawanya berkegiatan pertama kali di pesantren yakni tahun 2010. Namun, informan 2 mengakui bahwa ia tidak terlalu aktif pada awalnya karena ia hanya datang jika ada acara saja. Baru pada 3 tahun yang lalu (2012) seteleha Pondok Pesantren pindah ke daerah Kota Gede, ia baru aktif menjadi anggota pesantren karena informan 2 mengatakan bahwa kegiatannya sudah lengkap sesuai dengan apa yang ia inginkan. Kesibukan informan saat ini selain sebagai anggota pesantren adalah sebagai penata rambut disebuah salon dan juga bekerja sebagai PSK. C. Hasil Penelitian 1. Kebutuhan-kebutuhan yang Muncul pada Kedua Informan Berdasarkan hasil olah data yang peneliti lakukan, terdapat empat kebutuhan yang sama-sama muncul pada kedua informan. Kebutuhan tersebut kemudian memunculkan beberapa motif yang mendasari mereka untuk menjadi anggota pesantren. Kebutuhan tersebut antara lain adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
a) n. Succorance Kebutuhan ini memunculkan keinginan untuk dirawat, didukung, disokong atau ditopang dan dilindungi atau tetap dekat dengan para pelindung ini terlihat dikedua informan. Contoh yang terdapat pada wawancara informan 1 yakni ―nah itukan kenyamanan itu bisa aku dapatkan belajar di pondok pesantren ini ya ketika ada ya apa ada pembimbingnya diajarin dari awal gitu‖ (wawancara informan 1, no. 30).
Kebutuhan tersebut kemudian memunculkan motif informan 1 untuk bertahan berkegiatan di tempat yang dianggap nyaman untuk dirinya. Pada informan 2, kebutuhan ini juga terlihat, bahkan dapat dikatakan lebih sering muncul pada informan 2 dari pada informan 1. Contoh yang terdapat pada wawancara informan 2 yakni ―Pengalamannya ya kebanyakan bahagialah, karna kesatu pemimpinnya orangnya fair, jadi ama temen-temen merangkul, saling sharing gitu jadi ada nggak ada tu dia selalu terbuka, nah itulah yang saya cari gitu, pemimpin itu...‖ (wawancara informan 2, no. 4).
Kebutuhan tersebut kemudian memunculkan motif informan 2 untuk mencari sosok yang lebih dominan atau pelindung. Selain itu, kebutuhan ini juga memunculkan motif keinginan untuk diterima oleh orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
b) n. Achievement Kebutuhan untuk mencapai, menguasai maupun mengorganisir objek fisik, manusia atau ide-ide ini muncul pada kedua informan. Kebutuhan ini terlihat lebih banyak muncul pada informan 1. Contoh yang terdapat pada informan 1 adalah ―.....manfaat itu ya artinya belajar, belajar yakan karena aku melihat apa namanya proses belajar iitu tidak dibatasi oleh umurkan ketika kita berorganisasi itukan akan ada hal yang baru, oo aku ikut pelatihan ini, aku ikut seminar ini, menghadiri kegiatan ini, aku pahami sebagai proses belajar....‖ (wawancara informan 1, no. 25).
Kebutuhan tersebut kemudian memunculkan motif pada informan 1 yakni keinginan untuk mempelajari banyak hal. Selain motif tersebut, kebutuhan ini juga memunculkan motif lain yakni bertanggung jawab atas jabatan yang diambil karena informan 1 saat ini mengemban tugas sebagai sekretaris pondok pesantren dan juga bertahan berkegiatan di tempat yang dianggap nyaman untuk dirinya. Pada informan 2 kebutuhan ini juga muncul, contoh terdapat pada wawancara yakni ―Trus menurut mbak, apa pendapat mbak tentang kegiatan di pesantren? Itu wajib ya karena pelajaran untuk saya. Pelajaran seperi apa? Seperti mengaji Al-Quran, shalatnya diajarkan, diajarkan segalanya itu wajb bagi sayaMemang bagaimana perasaan mbak kalau tidak memenuhi kewajiban itu? Ya karena Eva merasa belum sempurna gitu. Sempurna maksudnya? Sempurna sebagai manusia gitu, sebagai Muslim........‖ (wawancara informan 2, no. 8).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
Kebutuhan tersebut kemudian memunculkan motif informan 2 untuk memenuhi kewajiban dalam mempelajari agama.
c) n. Affiliation Kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan teman, menjalin hubungan akrab atau intim dan senang berdekatan atau bekerjasama dengan orang lain muncul pada kedua informan. Kebutuhan ini terlihat terlihat pada informan 1 dari hasil wawancara yakni ―.....Dari proses belajar itukan kita menambah banyak teman, menambah jaringan dengan peserta yang lan, dan menurut aku itu aset itu invest jadi ya apa keterlibatan di organisasi bermanfaat.....‖ (wawancara informan 1, no. 25).
Kebutuhan tersebut kemudian memunculkan motif informan 1 memiliki kenyamanan berinteraksi dengan orang banyak. Pada informan 2, kebutuhan ini juga muncul pada beberapa pernyataan dalam wawancara, sebagai contoh adalah ―Kayak sodara, kayak kakak sendiri, selalu terbuka orangnya.....Ya terbukalah, kalo ada apa-apa, selalu ada masalah apa apa selalu terbuka gini, gini gini, udah ngerti gitu, cerita‖ (wawancara informan 2, no.4 dan 5)
Kebutuhan kemudian memunculkan motif informan 2 untuk memiliki keinginan bersama dengan orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
d) n. Counteraction Kebutuhan untuk memperbaiki kesalahan diri dengan kembali bertindak untuk memperbaiki diri menjadi level yang lebih baik ini muncul pada kedua informan. Kebutuhan ini terlihat pada informan 1 dari hasil wawancara yakni ―....aku cuma ingin memperkaya ee apa psikis aku artinya ee apa psikiskan lebih ke bagaimana kita belajar untuk lebih lebih dewasa, lebih matang, lebih bijaksana gitukan nah itukan alhamdulilah bisa aku dapatkan di ponpes‖ (wawancara informan 1, no. 105)
Kebutuhan ini kemudian memunculkan motif informan 1 untuk memiliki kontrol pada dirinya. Pada informan 2 kebutuhan ini juga muncul pada pernyataan informan 2 ketika wawancara, yakni ―....tadinya kita egois, ingin menang sendiri, sekarang udah menggeluti agama, sekarang jadi menenangkan hati kita sendiri, semua agama itu menenangkan hati kita gitu‖ (wawancara informan 2, no.7)
Kebutuhan ini kemudian memunculkan informan 2 untuk memiliki kontrol atas dirinya sendiri. Keempat kebutuhan tersebut muncul dalam pernyataan kedua informan ketika diwawacarai. Namun, dari keempat kebutuhan tersebut tiga diantaranya memunculkan motif yang berbeda pada masing-masing informan. Ketiga kebutuhan yang memunculkan motif berbeda tersebut antara lai adalah n. Succorance, n. Achievement, dan n. Affiliation. Sedangkan pada n.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
Counteraction, motif yang muncul pada kedua informan sama yakni keinginan untuk memiliki kontrol diri. Pada n. Succorance, tema motif yang muncul pada informan 1 lebih membuatnya untuk bertahan berkegiatan di tempat yang dianggap nyaman yakni Pondok Pesantren Waria. Hal ini karena informan 1 lebih merasa percaya diri untuk belajar di pondok pesantren dan juga ia merasa diterima oleh masyarakat sebagai seorang santri waria. Sedangkan informan 2, tema motif yang muncul untuk n. Succorance adalah mencari sosok yang lebih dominan atau sosok pelindung. Hal ini dikarenakan informan 2 memiliki keinginan untuk dirangkul dan senang untuk dirangkul. Selain itu n. Succorance pada informan 2 yang hampir sama dengan informan 1 adalah munculnya motif untuk bisa diterima oleh orang lain. Selanjutnya adalah n. Achievement tema motif informan 1 adalah bertanggung jawab atas jabatan yang ia ambil. Hal ini dikarenakan informan 1 telah menerima tawaran yang diberikan oleh ketua pondok pesantren terdahulu untuk menjadi sekretaris pesantren dari tahun 2010 hingga saat ini karena ia juga ingin mengaplikasikan pengalamannya dibidang kesekretariatan, dan tidak ada masa jabatan yang berlaku. N. Achievement pada informan 1 juga memunculkan motif keinginan untuk mempelajari banyak hal. Sedangkan pada informan 2 n. Achievement memunculkan motif informan 2 yang berbeda yakni menjalankan kewajiban dalam mempelajari agama. Hal ini dikarenakan informan 2 memiliki pandangan bahwa agama merupakan kewajiban untuk pemeluk agama Islam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
Untuk n. Affiliation pada informan 1 memunculkan motif untuk berintraksi dengan banyak orang. Hal ini dikarenakan, informan 1 memiliki keinginan untuk memiliki jaringan relasi baik dengan sesama waria maupun dengan yang bukan waria dan juga informan 1 juga senang dengan kegiatan keorganisasian. Sedangkan informan 2 n. Affiliation memunculkan motif keinginan untuk bersama atau dekat dengan saudara.
2. Pola Motivasi Motivasi tidak pernah lepas dari kebutuhan, dorongan dan motif. Kemudian perilaku dapat muncul dari adanya kebutuhan yang merupakan keadaan kekurangan yang dialami oleh tubuh (fisilogis) (drive) maupun secara psikologis (motive) yang menyebabkan terganggunya keseimbangan yang memunculkan tegangan lalu kemudian individu berusaha untuk untuk memenuhi kekurangan terebut atau mereduksi tegangan yang dihasilkan (Murray, dalam Schultz, 2009). Keterkaitan antara kebutuhan, dorongan dan motif tersebut peneliti sebut sebagai pola motivasi. Berdasarkan kebutuhan yang muncul pada pernyataan informan 1 dan 2 pada wawancara, dapat diketahui pola motivasi informan 1 dan 2 untuk menjadi anggota pesantren sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
a) Informan 1 Informan 1 berasal dari Yogyakarta, ia berusia 48 tahun. Informan 1 sudah sejak 2006 mengikuti kegiatan awal pondok pesantren yakni pengajian. Informan 1 mangatakan bahwa pondok pesantren resmi diresmikan pada tahun 2008, dan pada awal kegiatannya tersebut informan mengakui bahwa dirinya belum terlalu aktif dan baru aktif sejak 2010. Pada tahun 2010 tersebut, informan 1 diminta oleh ketua pesantren terdahulu untuk menjadi sekretaris pondok pesantren. Informan 1 kemudian menerima tawaran tersebut dan hingga saat ini, informan 1 masih menjadi sekretaris pondok pesantren. Motivasi informan 1 menjadi anggota pesantren dapat dilihat berdasarkan
hasil
wawancara
yang
dilakukan.
Berdasarkan
pernyataan informan 1, terdapat enam kebutuhan (n. Affiliation, n. Nurutrance, n. Achievement, n. Succorance, n. Understanding dan n. Counteraction)yang memunculkan beberapa motif tertentu yang kemudian memotivasi informan untuk menjadi anggota pesantren. Pola motivasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
Gambar 2. Pola Motivasi Informan 1
Untuk motif kenyamanan berinteraksi dengan banyak orang, didasari oleh kebutuhan informan 1 untuk memiliki relasi atau jaringan pertemanan yang luas maupun keinginannya untuk berkumpul bersama teman-teman (n. Affiliation)dan keinginannya untuk dapat berbagi, mengabdikan diri serta berguna bagi orang lain (n. Nurturance). Selanjutnya adalah motif bertanggung jawab atas jabatan yang diambil didasari oleh kebutuhan informan 1 untuk berkontribusi bagi pondok pesantren (n. Nurturance). serta untuk mengaplikasikan pengalamannya menjalankan tanggung jawab (n. Achievement).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
Tidak hanya itu, n. Achievement juga mendasari munculnya motif informan 1 untuk mempelajari banyak hal termasuk agama dan motif bertahan berkegiatan di tempat yang dianggap nyaman misalnya untuk belajar. Selain n. Achievement, motif ini juga didasari oleh keingian informan 1 untuk diterima oleh masyarakat sebagai seorang santri waria (n. Succorance) karena pesantren dapat membantunya meminimalisir stigma negatif waria Keinginan informan 1 untuk mengetahui kedudukan waria dalam agama (n. Understanding), mendasari munculnya motif untuk menunjukkan eksistensi dirinya. Selanjutnya kebutuhan informan 1 untuk menjadi lebih baik seperti menjadi pribadi yang matang, bijaksana dan dewasa (n. Counteraction) mendasari munculnya motif untuk memiliki kontrol diri.
b) Informan 2 Informan 2 berasal dari Bandung, saat ini ia berusia 40 tahun. Informan 2 tinggal di kost di daerah Badran, Yogyakarta. Informan mulai bergabung di pesantren pada tahun 2010 dan itupun karena ajakan seorang temannya. Tahun 2010 tersebut pesantren masih bertempat di Notoyudan, Yogyakarta. Infoman 2 mengatakan bahwa dirinya tidak aktif berkegiatan karena sistem pesantren dahulu hanya jika ada acara saja informan 2 diundang, jika tidak maka informan 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
tidak datang. Setelah pondok pesantren pindah ke daerah Kota Gede, Yogyakarta karena ketua pertama sudah meninggal, informan 2 baru aktif mengikuti kegiatan pesantren karena merasa bahwa kegiatannya lebih lengkap seperti mengaji, shalat, diskusi dll. Motivasi informan 2 menjadi anggota pesantren dapat dilihat dari peryataan
informan
2
pada
wawancara.
Berdasarkan
hasil
wawancara, terdapat tujuh kebutuhan yang muncul (n. Infavoidance, n. Succorance, n. Deference, n. Achievement, n. Counteraction, n. Autonomy, n. Affiliation) dan kemudian memunculkan beberapa motif terntentu yang kemudian memotiavasi informan 2 menjadi anggota pesantren. Pola motivasi informan 2 dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Pola Motivasi Informan 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
Motif informan 2 untuk ingin diterima dipengaruhi oleh kebutuhan informan
2
untuk
menghindari
penghinaan
atau
cemoohan
serta
ketidakpedulian orang lain (n. Infavoidance) dan juga kebutuhan informan 2 untuk dibantu, disokong atau diterima oleh orang lain (n. Succorance). Kebutuhan untuk dibantu atau disokong tersebut (n. Succorance) juga memunculkan motif informan 2 untuk mencari sosok yang lebih dominan, karena selain ingin disokong, informan 2 juga membutuhkan dukungan dari orang yang lebih superior (n. Deference). Kebutuhan informan untuk mematuhi usulan orang lain (n. Deference) memunculkan motif informan 2 untuk menjalankan kewajiban untuk mempelajari agama karena pada dasarnya, keinginan informan untuk mempelajari agama ini (n. Achievement) juga dipengaruhi oleh aturan keluarga dan aturan yang ada yakni bagi pemeluk agama Islam wajib mempelajari agama Islam. Motif lain yang memotivasi informan 2 untuk menjadi anggota pesantren adalah adanya keinginan untuk memiliki kontrol diri. Motif ini dipengaruhi oleh kebutuhan informan 2 untuk mendapatkan kebebasan batin dan ketenangan (n. Autonomy). Selain itu motif ini juga dipengaruhi kebutuhan informan 2 untuk menguasai atau memperbaiki kesalahan diri dan keinginan untuk menguasai kelemahan diri (n. Counteraction). Motif terakhir yang muncul adalah keinginan informan 2 untuk bersama dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
saudara yang dipengaruhi oleh kebutuhan informan untuk memiliki saudara dan dekat dengan saudara (n. Affiliation). D. Pembahasan Berdasarkan pola motivasi yang terlihat dari kedua informan, motivasi kedua informan menjadi anggota pesantren dipengaruhi oleh beberapa kebutuhan yang kemudian memunculkan beberapa motif. Pada beberapa motif, satu motif dapat muncul karena lebih dari satu kebutuhan, dan sebaliknya, satu kebutuhan dapat memunculkan beberapa motif. Secara keseluruhan, pola motivasi kedua informan terlihat berbeda. Masing-masing informan memiliki kebutuhan dan motif sendiri-sendiri untuk menjadi anggota pesantren. Namun, peneliti melihat ada satu kebutuhan dan motif yang sama yang terdapat pada kedua informan. Kebutuhan dan motif tersebut adalah n. Counteraction.
n. Counteraction
Motif Keinginan untuk memiliki kontrol diri
Menjadi anggota pesantren
Gambar 4. Pola motivasi yang sama pada kedua informan.
N. Counteraction adalah kebutuhan untuk menguasai atau memperbaiki kesalahan diri serta untuk menguasai kelemahan diri. Kebutuhan ini merupakan kelompok dari kebutuhan yang dimotivasi oleh power, kekayaan, prestis dan pengetahuan (Prihanto, 1993). Selain itu Murray (dalam artikel online yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
membahas bukunya tentang Exploration in Personality) mengatakan bahwa n. Counteraction dikelompokkan dalam kategori kebutuhan yang didorong oleh pertahanan akan status seseorang. Kebutuhan ini muncul tergantung pada adanya penghinaan, kegagalan atau kekalahan yang telah dialami seseorang (Fauzi, 2012). Pada kedua informan kebutuhan ini memunculkan motif yakni keinginan untuk memiliki kontrol diri (muncul pada informan 1 dan 2). Waria memiliki keinginan memperbaiki diri mereka seperti menginginkan agar dirinya secara pribadi menjadi matang, dewasa dan bijaksana (muncul pada informan 1). Selain itu juga keinginan untuk menjadi lebih positif, seperti tidak egois, dan menjadi lebih tenang (muncul pada informan 2). Perkembangan kognitif dan keberfungsian intelegensi pada usia dewasa salah satunya adalah menjadi seorang yang bijaksana (wisdom), sehingga cocok pada keinginan waria tersebut (48 & 41 tahun) untuk menjadi pribadi yang lebih dewasa dan bijaksana (matang) dan memiliki kontrol diri yang baik (n. Counteraction). Lemme (1995) membahas mengenai kebijaksanaan yang merupakan sebuah keahlian spesial yang mendasar pada kehidupan. Birren (dalam Lemme, 1995) mengungkapkan kebijaksanaan meliputi kualitas kekayaan akan pengalaman, kemampuan untuk merefleksikan sesuatu, kemampuan untuk menguasai respon emosional, kreatif dan transenden atau kemampuan untuk mengatasi kekurangan pribadi maupun lingkungan. Hal ini tidak lepas dari kaitannya dengan keinginan waria untuk memiliki kontrol diri atau sebuah kemampuan untuk membimbing tingkah lakunya untuk dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
menekan tingkah laku impulsif (Chaplin, dalam Heni, 2013), dengan berperilaku secara lebih responsif, fleksibel dan berusaha untuk memperlancar interaksi sosial dengan bersikap terbuka dan hangat (Heni, 2013). Keinginan waria untuk memperbaiki diri dan memiliki kontrol diri ini juga berkaitan dengan data yang peneliti temukan yakni karena waria ingin mengisi waktu di masa tua mereka sebelum menemui kematian. ―Biasanya kalau sudah memasuki usia senja (memberi tekanan) itu kita baru terlintas, terpikir kembali untuk dengan Tuhan untuk menyongsong ketika usia kita sudah selesai ya‖ (wawancara informan 1, no. 104) ―.....itukan agama, untuk saya itu penting, untuk menuntun hidup saya nanti, untuk masa tua gitu...‖ (wawancara informan 2, no. 15)
Hal ini berkaitan dengan adanya kecemasan akan kematian yang dirasakan oleh waria. Kecemasan akan kematian diartikan sebagai kematian dipersepsikan buruk atau juga dihubungkan dengan orang yang takut akan kesepian karena berada di dalam lingkungan yang terbatas (Becker; Hidayat, dalam Siswati & Archentari, 2012). Siswati dan Arhentari (2012) juga menghubungkan kecemasan akan kematian dengan religiusitas (cara-cara mengekspresikan kepentingan agama dan keyakinan) pada dewasa madya (40-60 tahun, dalam Santrock, 1985). Dewasa madya dikatakan lebih cemas tentang kematian dari pada kategori usia yang lain karena masih banyaknya tanggungjawab seperti karir, dan keinginan untuk memberikan kontribusi positif bagi orang lain. Hasil penelitiannya mengatakan bahwa orang yang memiliki religiusitas yang tinggi memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
kecemasan akan kematian yang rendah. Sehingga dapat terlihat bahwa n. Counteraction yang memotivasi waria menjadi anggota pesantren ini juga untuk mereduksi kecemasan akan kematian. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Wink dan Scott (2005) menemukan hubungan yang negatif antara agama dan ketakutan akan kematian. Agama tidak hanya menyediakan kenyamanan ketika mengalami stres dan menderita saja, tetapi juga menawarkan janji kehidupan setelah kematian dan juga reuni dengan orang-orang terkasih (studi pada Kristiani). Selain itu juga agama memberikan dukungan sosial melalui hadirnya tempat ibadah (dalam penelitian ini disebut gereja) dan juga adanya keanggotaan religius, seperti yang dilakukan oleh kedua informan yakni bergabung menjadi anggota pesantren. Hal ini seperti yang diungkap oleh Cicirelli (dalam Wink & Scott, 2005) bahwa ketakutan akan kematian akan diringankan oleh keyakinan dalam beragama. Selain kebutuhan tersebut (n. Counteraction), pada pembahasan ini, peneliti akan menyajikan dengan memaparkan kebutuhan-kebutuhan dan motif lain yang muncul pada kedua informan yang memotivasi mereka menjadi anggota pesantren. Hal ini dikarenakan walaupun terdapat 1 kebutuhan yang menghasilkan motif yang sama, namun pola yang memotivasinya keduanya berbeda. Kebutuhan pertama yang memotivasi waria menjadi anggota pesantren adalah kebutuhan untuk dirawat, didukung, ditopang oleh orang lain(n. Succorance). Kebutuhan ini kemudian memunculkan beberapa motif. Motif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
pertama adalah motif untuk bertahan berkegiatan di tempat yang dianggap nyaman yakni pesantren (muncul pada informan 1). Motif ini muncul karena waria (informan 1) merasa lebih percaya diri ketika berkegiatan di Pondok Pesantren seperti mempelajari agama. Hal ini dikarenakan, Pondok Pensantren memiliki tenaga pengajar yang mampu dengan sabar mengajarkan waria untuk mengaji dari awal (dari nol) dari pada pengajar yang berada di luar pondok pesantren waria, sehingga hal ini membuat waria merasa lebih diterima belajar di Pondok Pesantren baik dari segi kemampuan kognitif, usia dan gendernya untuk bisa belajar agama. Bertahannya waria di Pondok Pesantren ini juga didasari oleh keinginan untuk diterima oleh masyarakat sebagai santri waria. Hal ini dikarenakan adanya pandangan bahwa agama memiliki power yang kuat di masyarakat khususnya di Indonesia. Pengaruh tersebut seperti berlakunya hukum Islam dalam masyarakat Indonesia (Jamil, 2011). Motif kedua yang muncul dari n. Succorance adalah motif untuk mencari sosok yang lebih dominan dan juga untuk diterima oleh masyarakat (muncul pada informan 2). Motif ini muncul karena waria (informan 2) memiliki padangan yang positif terhadap ketua pondok pesantren saat ini. Ketua pondok pesantren dianggap sebagai seorang pemimpin yang terbuka, adil karena tidak membeda-bedakan dan tidak pilih-pilih sehingga waria merasa diterima, selain itu adanya persamaan nasib dengan ketua Pondok Pesantren yakni sama-sama seorang waria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
Kebutuhan kedua adalah kebutuhan untuk mencapai, menguasai maupun mengorganisir objek fisik, manusia atau ide-ide (n. Achievement). Kebutuhan ini memunculkan beberapa motif, yang pertama adalah bertanggung jawab atas jabatan yang diambil (muncul pada informan 1). Pada motif bertanggung jawab atas jabatan yang diambil ini dikarenakan adanya keinginan waria sebagai anggota
pesantren
untuk
berkontribusi
di
pesantren
dengan
cara
mengaplikasikan pengalamannya dibidang yang diperlukan oleh pondok pesantren yakni keadministrasian. Motif kedua adalah keinginan untuk mempelajari banyak hal (muncul pada informan 1). Hal ini dikarenakan, adanya keinginan waria untuk mempelajari agama seperti mengaji, shalat dan pengetahuan lain yang dapat dipenuhi di pondok pesantren ini melalu kegiatankegiatan yang ada. Hal ini juga dikarenakan adanya anggapan bahwa setiap orang yang menganut agama Islam, wajib mempelajari agama (mengaji, membaca Al-Quran) sehingga n. Achievement kemudian juga memunculkan motif ketiga yakni menjalankan kewajiban untuk mempelajari agama (muncul pada informan 2). Motif keempat adalah motif untuk bertahan di tempat yang dianggap nyaman (pondok pesantren) (muncul pada informan 1). Hal ini dikarenakan adanya pandangan bahwa apabila waria belajar di luar pesantren atau di tempat umum, mereka tidak akan menemukan pengajar yang memiliki kesabaran dalam mengajarinya, sehingga waria memenuhi keinginan belajarnya di pesantren khusus waria ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
Kebutuhan ketiga adalah kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan teman, menjalin hubungan akrab atau intim dan senang berdekatan atau bekerjasama dengan orang lain (n. Affiliation). N. Affiliation memunculkan beberapa motif seperti adanya kenyamanan untuk berinteraksi dengan banyak orang (muncul pada informan 1). Hal ini dikarenakan adanya kesenangan untuk menjalin atau membuat pertemanan baru baik dengan teman sesama waria maupun tidak. Selain itu adanya pandangan bahwa teman merupakan aset yang dapat membantunya dikala kesulitan dan juga dapat memberikannya beberapa wawasan. Motif kedua adalah keinginan untuk bersama dengan saudara (muncul pada informan 2). Hal ini dikarenakan agama dapat membantu waria yang notabene adalah pekerja malam, untuk dapat kembali mengingat saudarasaudaranya, karena sebelumnya mereka hanyut dalam aktivitas dunia malam. Mc. Adams (1980) mengatakan dalam artikelnya bahwa motif yang dihasilkan oleh n. Affiliation adalah sebagai motif intimacy, yang membuat individu kemudian ingin memiliki pengalaman yang hangat, dekat dan keinginan untuk memiliki hubungan komunikasi dengan orang lain baik satu orang atau lebih. Demikian halnya dengan waria yang menjadi anggota pesantren, keinginan mereka untuk memiliki kedekatan dengan orang lain dapat terpenuhi oleh pondok pesantren. Hal ini dikarenakan, pondok pesantren berkegiatan secara komunal, dan juga sering mendapatkan kunjungan dari orang lain diluar pesantren.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
Kebutuhan keempat adalah kebutuhan yang memberikan simpati, membantu orang lain yang membutuhkan bantuan, mendukung, dan melindungi orang lain (n. Nurturance). Kebutuhan ini memunculkan motif bertanggung jawab atas jabatan yang diambil (muncul pada informan 1). Hal ini dikarenakan adanya tawaran yang disetujui oleh waria yakni memberikan kontribusi bagi pesantren dengan mengaplikasikan pengalaman dibidang yang dibutuhkan oleh pesantren (kesekretariatan/keadministrasian). Selain itu, motif yang muncul dari kebutuhan ini adalah kenyamanan berinteraksi dengan banyak orang (muncul pada informan 1). Hal ini dikarenakan adanya perasaan senang ketika berbagi seperti membagi ilmu yang ia miliki kepada orang lain, ingin mengabdikan diri untuk orang lain. Kebutuhan ini muncul dengan cara mengabdikan dirinya dengan terus membantu berkegiatan di pondok pesantren, merancang kegiatannya demi kebutuhan orang lain. Kebutuhan kelima adalah kebutuhan yang condong pada analisis kejadian dan mengeneralisasikannya (n. Understanding), berdiskusi dan berargumen dan memberi tekanan pada alasan dan logika. Kebutuhan ini terlihat ketika waria (informan 1) ingin mencari tahu tentang kedudukan mereka dalam Islam dengan cara membaca kitab suci maupun dengan cara berdiskusi dengan ustadz dan waria yang lain. Kemudian dari diskusi tersebut mereka menemukan pedoman dalam sebuah ayat dalam kitab suci yang menyatakan bahwa waria ada dalam kitab suci (Al-Quran) dan ayat tersebut menjadi pedoman untuk berkativitas sebagai waria karena merasa dikehendaki dalam agama. Sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
kebutuhan ini kemudian memunculkan motif untuk menunjukkan eksistensi diri yakni sebagai seorang waria. Kebutuhan keenam yang muncul adalah kebutuhan untuk menghindari penghinaan, keluar dari situasi yang memalukan seperti cemoohan dan ejekan dari orang lain (n. Infavoidance). Kebutuhan ini memunculkan motif yaitu ingin diterima oleh orang lain atau masyarakat (muncul pada informan 2). Keinginan tersebut kemudian diwujudkan dengan cara beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggal, seperti sering menegur tetangga, menyapa tetangga dan ketika hendak pergi ke pesantren dan berpamitan kepada tetangga yang melihatnya dan tetangganya tersebut menerimanya dengan baik dirinya secara positif. Kebutuhan ketujuh adalah kebutuhan untuk memuji dan mendukung orang lain yang lebih superior (n. Defendence). Bersemangat untuk terpengaruh dengan orang lain dan bersedia mengikuti kepemimpinan orang lain. Kebutuhan ini kemudian memunculkan motif untuk mencari sosok yang lebih dominan atau sosok pelindung (muncul pada informan 2). Hal ini terlihat ketika waria mengungkapkan alasannya bertahan untuk berkegiatan di pesantren karena ketua pondok pesantren merupakan sosok pemimpin yang ia cari yakni yang adil dan tidak mebeda-bedakan. Selain itu n. defendence ini juga memunculkan motif untuk memenuhi kewajibannya mempelajari agama (muncul pada informan 2). Hal ini dikarenakan, adanya keinginan untuk mematuhi aturan keluarga yakni mempelajari agama karena sejak dulu orang tua (informan 2) menanamkan konsep agama dalam keluarga dan selain itu adanya rasa patuh pada cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
beribadah dengan menggunakan atribut laki-laki yang juga didasari oleh aturan dalam keluarga (informan 2). Kebutuhan
terakhir
yang
kedelapan
adalah
kebutuhan
untuk
mendapatkan kebebasan dan kekangan (n. Autonomy). Kebutuhan ini kemudian memunculkan motif untuk memiliki kontrol diri (muncul pada informan 2). Kebutuhan ini terlihat ketika waria menginginkan untuk mendapatkan ketenangan dari hiruk pikuk kehidupannya mulai dari pekerjaan maupun dari dalam dirinya. Pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan malam yakni PSK dirasa membuat dirinya tidak tenang karena dunia malam itu merupakan pekerjaan yang penuh dengan risiko. Hal tersebut membuat waria ingin keluar dari ketidaktenangan tersebut dengan berkegiatan di pesantren. Karena kegiatan di pondok pesantren dirasa dapat membuatnya menjadi tenang dan dapat mengontrol dirinya karena agama mengarahkannya ke arah yang lebih positif. Total terdapat 9 kebutuhan dan berdasarkan hasil pembahasan tersebut, kebutuhan-kebutuhan yang muncul dari kedua informan dapat dikelompokkan kedalam 4 kelompok sesuai dengan yang dibuat oleh Prihanto (1993). Kelompok pertama adalah kebutuhan yang dimotivasi oleh keiginan untuk mencapai power, kekayaan, prestis, pengetahuan dan prestasi yakni n. Counteraction, n. Achievement,dan n. Understanding. Kelompok kedua adalah kebutuhan yang dimotivasi oleh afeksi, kekaguman, simpati, cinta dan ketergantungan yakni n. Succorance, n. Affiliation, n, Nurturance, dan n. Defendence. Kelompok ketika adalah kebutuhan-kebutuhan yang didominasi oleh keinginan akan kebebasan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
perubahaan, perangsangan dan permainan yakni n. autonomy. Kebutuhan yang terakhir atau keempat adalah kebutuhan lain-lain yakni n. Infavoidance. Berdasarkan pengelompokkan tersebut dapat diketahui bahwa motivasi waria menjadi anggota pesantren didominasi oleh kebutuhan-kebutuhan yang dimotivasi oleh afeksi, kekaguman, simpati, cinta dan ketergantungan yakni sebanyak 4 kebutuhan. Selanjutnya kebutuhan-kebutuhan yang dimotivasi oleh keinginan untuk mencapai power, kekayaan, prestis, pengetahuan dan prestasi yakni sebanyak 3 kebutuhan, dan 2 lainnya adalah kebutuhan yang dimotivasi oleh kebebasan dan lain-lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti dapat menyimpulkan beberapa hal diantaranya adalah: 1)
berdasarkan pola motivasi kedua informan dapat terlihat bahwa satu kebutuhan dapat memunculkan beberapa motif dan satu motif dapat dipengaruhi oleh beberapa kebutuhan. Walaupun ditemukan adanya kebutuhan yang sama pada kedua informan, namun motif yang dihasilkan dari kebutuhan tersebut berbeda. Hal tersebut menunjukkan adanya perbedaan pada pola motivasi mereka.
2)
terdapat satu pola motivasi yang sama pada kedua informan yang berasal dari n. Counteraction yang sama-sama memunculkan motif untuk memiliki kontrol diri.
3)
kebutuhan-kebutuhan yang memotivasi waria menjadi anggota pesantren, didominasi oleh kebutuhan-kebutuhan yang dimotivasi oleh kebutuhankebutuhan yang dimotivasi oleh afeksi, kekaguman, simpati, cinta dan ketergantungan yakni sebanyak 4 kebutuhan. Selanjutnya kebutuhankebutuhan yang dimotivasi oleh keinginan untuk mencapai power, kekayaan, prestis, pengetahuan dan prestasi yakni sebanyak 3 kebutuhan.
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
B. Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari bahwa penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu: 1) Data dalam penelitian ini tidak jenuh karena keterbatasan informan yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian ini hanya melibatkan 2 informan karena ketersediaan informan yang sedikit. Santri waria yang aktif berjumlah 4 orang, 2 diantaranya bersedia untuk berpartisipasi, 1 orang tidak bersedia, dan 1 orang lagi tidak sesuai dengan kriteria peneliti karena ia merupakan ketua pondok pesantren. 2) Peneliti kurang dapat menggali data dengan probing yang mendalam karena keterbatasan waktu yang dimiliki infoman, informan harus membagi waktu dengan pekerjaannya, sehingga proses wawancara yang dilakukan terkesan singkat. C. Saran Berdasarkan hasil penelitian, kedua informan termotivasi menjadi anggota pesantren karena adanya kebutuhan yang bisa dipenuhi oleh pondok pesantren khusus waria daripada di tempat lain (tempat umum). Hal ini dikarenakan waria merupakan kaum marginal dan masih sering mendapatkan diskriminasi termasuk kaitannya dengan peribadatan. Oleh karena itu, peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut bagi: 1) Masyarakat Penting bagi masyarakat untuk mengetahui bahwa setiap manusia pada dasarnya memiliki kebutuhan yang ingin dipenuhi, begitu juga waria. Oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
karena itu peneliti menyarankan agar masyarakat dapat lebih terbuka pada waria terutama pada kebutuhan mereka untuk beragama dan beribadah. Hal ini agar dapat mengurangi diskriminasi waria khususnya di tempat ibadah. 2) Pondok Pesantren Khusus Waria Berdasarkan hasil penelitian ini pihak pondok pesantren dapat membuat program sesuai dengan kebutuhan dominan waria, yakni kebutuhan yang dimotivasi oleh afeksi, kekaguman, simpati, cinta, ketergantungan dan juga dimotivasi oleh keinginan untuk mencapai power, kekayaan, prestis, pengetahuan dan prestasi. Program tersebut misalnya, dengan membuat jadwal pemateri diskusi setiap minggunya dipesantren yang dibuat berbeda-beda sesuai jumlah anggota santrinya. Program ini dapat memfasilitasi kebutuhan dominan waria dalam keinginan memiliki power, pengetahuan dan prestasi karena dapat membantu mereka untuk bertanggungjawab pada kewajiban sebagai pemateri untuk mencari bahan diskusi (pengetahuan dan prestasi) dan juga dapat memimpin diskusi tersebut (power). Selain itu program ini juga dapat memfasilitasi kebutuhan waria untuk dekat dengan orang lain (afeksi) dengan keterlibatan mereka dengan anggota santri waria yang lain pada saat diskusi dan memimpin diskusi. 3) Bagi penelitian selanjutnya Penelitian ini tidak lepas dari keterbatasan seperti yang diungkap oleh peneliti dalam sub bab keterbatasan penelitian. Oleh karena itu, peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
menyarankan agar peneliti selanjutanya dapat menggunakan lebih dari 3 informan agar data yang ditemukan merupakan data yang jenuh, dan selain itu juga memaksimalkan waktu wawancara dengan probing agar dapat memberikan data yang lebih kaya dan mendalam. Selain itu perlu bagi peneliti selanjutnya untuk ikut berpartisipasi dalam segala kegiatan yang dilaksanakan oleh pondok pesantren, hal ini dikarenakan dapat menjadi lebih mengetahui kegiatan pondok pesantren dan juga sebagai sarana untuk rapport pada calon informan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
DAFTAR PUSTAKA Afiyanti, Y. (2008). Validitas dan Reliabilitas Dalam Penelitian Kualitatif. Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 12, No. 2, Juni 2008, hal 137-141. American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual Of Mental Disorder 5TM. Washington, DC: American Psychiatric Association. Atmojo, K. (1986). Kami Bukan Lelaki: Sebuah Sketsa Kehidupan Waria. Jakarta: Pustaka Grafitipress. Ball, B. A summary Motivation Theories. www.yourcoach.be/blog/wp.../A-summary-ofmotivation-theories1.pdf. Diunduh tanggal 2 September 2015. Baron, R.A. & Byrne, D. (1997). Social Psychology 8th edition. London: Allyn and Bacon. Budge, S.L, dkk. (2012). Transgender Emotional and Coping Processes: Facilitative and Avoidant Coping Througtout Gender Transitioning. The Counseling Psychologist 2013 41: 601. Colonne, S dan Eliana, R. (2005). Gambaran Tipe-Tipe Konflik Interpersonal Waria Ditijau Dari Identitas Gender. Psikologia volume 1 no.2. DeCenzo, D.A. & Silhanek, B. (2002). Human Relation: Personal and Professional Development 2nd edition. New Jersey: Prentice Hall.
82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
Departemen Pendidikan Nasional. (2011). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa edisi ke-4. Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama. DetikNews.com.
(2013).
http://news.detik.com/berita/2418211/duka-waria-dari-
masalah-ktp-toilet-sampai-kuburan-pun-repot diakses tanggal 26 Agustus 2015. Downs, C.W, dkk. (1980). Professional Interviewing. New York: Harper & Row Publisher. Dwindana, G. (2012). Motivasi Memilih Dan Menjalani Kehidupan Sebagai Seorang Waria. Skripsi S1, Universitas Bina Nusantara Jakarta. Ekasari, F. (2011). Studi Fenomenologi: Pengalaman Waria Remaja dalam Menjalani Masa Puber Di Wilayah DKI Jakarta. Thesis Magister. Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Jakarta. Ervina, E. (2014). http://www.merdeka.com/peristiwa/cerita-tentang-pesantren-wariadi-yogyakarta.html. Diakses tanggal 1 Desember 2015. Faidah, M dan Abdullah, H. (2013). Religiusitas dan Konsep Diri Kaum Waria. JSGI vol.04, no.01. Feist, J. And Feist, G. (2009). Theories of Personality. Seventh Ed. Boston : Mc.Graw Hill. Feldman, R.S. (2012). Pengantar Psikologi. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
Ferdiyansyah. (2013). Gambaran Kebahagiaan Pada Waria Yang Berprofesi Sebagai Pengamen Jalanan Di Kota Yogyakarta. Skripsi Strata 1. Universitas Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Fikri, M. (2013). Dinamika Psikologis Waria Dalam Proses Penerimaan Diri dan Presentasi Diri. Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia, Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidkan. Franken, R. (2002). Human Motivation. United State America: Wadsworth, Thomson Learning. Gatyo, D.P. (2013). Dinamika Kebutuhan Dan Kecemasan Penderita Latah. Skripsi Strata 1. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Graham, S & Weiner, B. (1996). Theories And Principles Of Motivation. National Science Foundation No. DBS-9211982. Halkitis, P.N, dkk. (2009). The Meaning and Manisfestation of Religion and Spirituality among Lesbian, Gay, Bisexual, and Transgender Adults. J Adult Dev 19:250-262. Handoko, M. (1992). Motivasi: Daya Penggerak Tingkah Laku. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Helgeson, V.S. (2012). The Psychology of Gender 4th edition. New York: Pearson. Heni, S.A. (2013). Hubungan Antara Kontrol Diri Dan Syukur Dengan Perilaku Konsumtif
Pada
Remaja
Sma
IT
Abu
Bakar
Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
download.portalgaruda.org/article.php?article=123274&val=5545
diunduh
tanggal 20 Januari 2016. Herdiansyah, H. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif untuuk ilmu-ilmu sosial. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika. Huffman, K., Vernoy, M., Venoy, J. (2000). Psychology in Action 5th edition. United States: John Wiley & Sons, Inc. Jamil, M.J. (2011). Pengaruh Hukum Belanda Pada Peradilan Agama. Al-Risalah, volume 11 nomor 2 Nopember 2011. Koeswinarno. (2004). Hidup Sebagai Waria. Yogyakarta: LKiS. Kurniawati, M. (2003). Latar Belakang Kehidupan Laki-laki yang Menjadi Waria. Skripsi Strata 1. Fakultas Psikologi Universitas Surabaya, Surabaya. Laporan Nasional Indonesia. (2013). Hidup Sebagai LGBT di Asia. Tinjauan dan Analisa Partisipatif tentang Lingkungan Hukum dan Sosial bagi Orang dan Masyarakat Madani Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT). Lemme, B.H. (1995). Develepment in Adulthood. United State of America: Allyn & Bacon. Liawati, Heni. 2006. Studi Deskriptif Mengenai Konsep Diri Waria. Skripsi Strata 1. Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
Matsumoto, D. & Juang, L. (2008). Cultural & Psychology. Belmont: Wadsworth Cenage Learning. Martaniah, S.M. (1984). Motif Sosial: Remaja Suku Jawa dan Keturunan Cina di Beberapa SMA Yogtakarta. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. McAdams, Dan P. (1980). A Thematik Coding System for the Intimacy Motive. Journal of Research Personality 14, 413-432. McAdams, D.P. (2006). The Redemptive Self: Stories Americans Live By. United States of America: Oxford University Press. McAdams, D.P., Josselson, R., Leiblich, A. (2006). Identity and Story: Creating Self In Narrative. United States of America: American Psychological Association. McClelland, D.C. (1985). Human Motivation. United States of America: Scott, Foresman and Company. Moleong, L.J. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Nadia, Z. (2005). Waria Laknat atau Kodrat!?. Yogyakarta: Pustaka Marwa. Nurhidayati, T. (2010). Kehidupan Keagamaan Kaum Santri Waria Di Pesantren Waria Al-Fatah Senin-Kamis Notoyudan Yogyakarta. Jurnal Filasifa, vol.1 No.1 Maret. Patterson, C.J & Anthony, R. (2013). Handbook of Psychology and Sexual Orientation. United State America: Oxford University Press.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
Petri, H.L. (1981). Motivation: Theory and Research. California: Wadsworth Publishing Company Belmont. Prihanto, S. (1993). Thematic Apperception Test (TAT). Fakultas Psikologi Unversitas Surabaya. Putri, M.T & Sutarmanto, H. (2010). Kesejahteraan Subjektif Waria Pekerja Seks Komersial. Jurnal Universitas Gadjah Mada. Ratnasari, C.V. (2012). Motivasi Perilaku Merawat Diri Pada Laki-laki. Skipsi Strata 1. Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Riniastuti, C.S. (2003). Studi Deskriptif Proses Pencarian Identitas Diri Kaum Waria. Skipsi Strata 1. Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Sandiah, F.A. (2014). Konsep Diri Santri Waria. Skripsi Strata 1. Universitas Islam Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Santrock, J.W. (1985). Adult Development and Aging. United State of America: WM. C. BROWN PUBLISER, COLLEGE DIVISION. ----------------- (2002). Perkembangan Anak edisi ke-11. Jakarta: Erlangga. Schultz, D.P. (2009). Theories of Personality 9th edition. Sydney: Wardsworth, Engage Learning.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
Siswati & Archentari, K.A. (2014). Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kecemasan Terhadap Kematian Pada Individu Fase Dewasa Madya Di PT Tiga Serangkai Group. Empati Fak. PsikologiUndip Vol.13, No.3. Smith, J.A. (2008). Qualitative Psychology A Practical Guide To Research Methods. Los Angelles, London, Nesw Delhi, Singapore: SAGE. Sumarto. (2012). Pondok Pesantren Waria “Senin-Kamis” di Kampung Notoyudan Kelurahan Pringgokusuman, Kecamatan Gedongtengen, Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi Strata 1. Universitas Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Supratiknya, A. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogykarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma. Tillery, M.T & Fishbach, A. (2014). How to Measure Motivation: A Guide for the Experimental Social Psychologist. Social and Personality Compass 8/7: 328-341. Wahid,
T.
(2008).
Ada
Tuhan
di
Hati
Waria.
https://mypotret.wordpress.com/2009/07/28/ada-tuhan-di-hati-waria/#more-3294 diunduh tanggal 1 Desember 2014. Wardani, M.C. (2012). Motivasi Perilaku Merokok Pada Mahasiswi. Skipsi Strata 1. Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Wink, P dan Scott, J. (2005). Does Religiousness Buffer Aggaints the Fear of Death and Dying in Late Adulthood? Finding from a Longitudinal Study. Journal of Gerontology: PSYCHOLOGICAL SCIENCES, Vol. 60B, No. 4, P207-P214.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
Wikipedia.com. https://en.wikipedia.org/wiki/Pesantren diakses tanggal 12 Desember 2014. Women‘s Resource Center. Fact Sheet: Transgender, Transsecual and Intersex. University of Colorado Denver. Zamakhsyari D, Tradisi Pesantren : Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES, 1982), hlm. 44-56. Ziemek, M. (1983). Pesantren dalama Perubahan Sosial. Jakarta: Perhimpunan Pengembangan
Pesantren
dan
Masyarakat
(P3M).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN (INFORMED CONSENT)
Saya Nidia Gabriella Indyaningtyas, adalah mahasiswa Fakultas Psikologi, Prodi Psikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Saya saat ini sedang meneliti motivasi seseorang. Motivasi merupakan energi atau daya yang dapat menggerakkan atau megarahkan perilaku seseorang maupun mempertahankan perilakunya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi waria menjadi anggota pesantren. Penelitan ini dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara. Apabila anda menyetujui untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka anda berperan dalam memberikan informasi mengenai motivasi anda menjadi anggota pesantren sesuai dengan pengalaman anda. Saya meminta kesediaan anda untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Wawancara akan berlangsung selama 2-3 kali pertemuan dengan durasi kurang labih 2 jam setiap pertemuannya. Meskipun demikian, apabila ada hal-hal yang masih perlu diperdalam, kemungkinan saya akan menghubungi anda kembali untuk diwawancarai. Wawancara akan dilakukan secara personal. Untuk menjaga objektivitas dan kelengkapan informasi, saya mohon juga kesediaan anda untuk menggunakan alat perekam selama proses wawancara. Selama wawancara, anda bebas untuk mengungkapkan apa yang anda rasakan dan apa yang anda ketahui. Selama wawancara, anda juga bebas untuk tidak mengungkapkan apa yang tidak ingin anda ungkapkan. Dalam melakukan penelitian ini, saya akan dibimbing oleh Dr. Tjipto Susana. Meskipun demikian, identitas anda dan hasil rekaman anda akan saya jaga kerahasiaannya, sehingga tidak ada pihak lain selain saya dan supervisi saya yang mendengarkan atau memperoleh data anda. Partisipasi anda bersifat sukarela. Anda bisa mengundurkan diri dari penelitian ini tanpa sanksi apapun. Demikian informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian saya yang perlu anda ketahui, terimakasih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
KODING DATA HASIL WAWANCARA INFORMAN 1
No 1
2
3
4
Meaning Unit Mbak aku tu mau tanya, pesantren ini sejak dua ribu? Eeee jadi gini ee pesantren waria itu tu (menelan ludah) apa namanya tu berawal itu (terdiam) muncul itu tu ee 2006 itu tu ada pengajian pengajian eee ini apa namanya gimana saat itu kan ee ada kor ada gempa bumi Jogja itu nah waktu itu temen-temen waria, Bu Maryani, Bu Sinta itu bagaimana mencoba untuk eeem menggerakan doa bersama untuk para korban karena waktu itukan ada beberapa temen-temen waria yang yang rumahnya kena efek gempa soalekan ada yang pokoknya menjadi korban nah kita mendoakan nah disitu dan saat itukan dipimpin oleh Kyai Haji Hamroli yakan
nah saat itu muncul gagasan dari Kyai Haji Hamroli itu yakan dia ee dosen ya disamping ustadz dia juga dosen ekonomi di kampus Janabadra, Pingit, ho,o mengajak temen-temen bagaimana ini bentuk, es bentuknya tidak hanya pengajian saja tapi kegiatan itu bisa menjadi rutin untuk teman-teman waria, ada proses belajar mengajar. Nah akhirnya ee apa
Transformasi 1 Informan mengatakan bahwa Pondok Pesantren Khusus Waria sudah berdiri sejak 2006 dengan bentuk awal adalah pengajian Informan mengatakan bahwa tujuan awal pengajian tersebut sebagai bentuk untuk membantu para korban gempa Jogja (tahun 2006) khususnya temanteman waria yang mengalami efek gempa
Informan mengatakan bahwa pengajian tersebut dipimpin oleh seorang Kyai, bernama Kyai Haji Hamroli Informan mengatakan bahwa Pondok Pesantren Khusus Waria itu merupakan gagasan awal dari Kyai Haji Hamroli dengan tujuan untuk kegiatan belajar mengajar agama yang bersifat rutin, dan kemudian gagasan tersebut disetujui dan lahirlah Pondok Pesantren Khusus Wari pada tahun
Transformasi 2 1+2+3+4+5+6 Informan menceritakan sejarah berdirinya Pondok Pesantren Waria yang bermula dengan bentuk pengajian (tahun 2006) kemudian mendapat ide dari seorang Kyai Haji Hamroli untuk membuat kegiatan belajar mengajar agama, maka lahirlah pondok pesantren khusus waria pada tahun 2008 dengan Kyai Haji Hamroli semagai pengajarnya. Namun, tidak berlangsung laa karena setelah itu, Kyaai Haji Hamroli menyebarkan isu bahwa kegiatan pondok pesantren waria adalah sebagai upaya untuk mengembalikan waria menjadi laki-laki melalui salah satu surat kabar/media massa yang kemudian menuai ketidaksetujuan dari pihak waria atas pernyataan isu tersebut sehingga ada upaya para earia untuk mengklarifikasi pernyataan tersebut melalui media
Kode
Sejarah berdiridinya Pondok Pesantren Waria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
5
6
7
8
namanya dari ide itu (memberi tekanan) ya usulan itu tu akhirnya ee tercetus untuk mendirikan pondok pesantren waria itu lahir 2008 2008 lahir na dimana disitu temen-temen bisa belajar banyak ya, belajar apa ee belajar mengaji, belajar shalat, ya kan belajar banyak hal yakan terkait tentang ee agama yakan itu eee apa namanya diasuh oleh ee ustadz-ustadz atau santri-santrinya dari ustadz Kyai Haji Hamroli Ee ho.o itu nah itu tidak berlangsung lama ya (menelan ludah) tidak berlangsung lama karena kita apa ee apa ee lahir 2008 itu itu sempat ada berita ee dikoran yakan di salah satu harian di Jogja itu mengupas tentang pondok pesantren, la itu tu ee ada statement dr Kyai Hamroli bahwa lahirnya pondok pesantren itu ee berdiri untuk membimbing temen-temen waria agar menjadi laki-laki na la disitu kan akhirnya kan pertentangan dari temen-temen santri waria to bahwa itu tidak bisa seperti itu, kita sempat melakukan apa ee bukan demo ya tapi klarifikasi ke media gitukan bahwa ya kita tetep sebagai waria tetep sebagai santri waria seperti itu nah akhirnya ee apa namanya kita sempet ya juga protes sama beliau ya artinya dengan ustadz itu bahwa kita ee belajar mengaji, ee belajar agama di pondok pesantren bukan
2008
yang bersangkutan dan kepada Kyai Haji Hamroli tersebut
Informan mengatakan bahwa kegiatan belajar mengajar agama tersebut di fasilitasi oleh santri-santri dan dari ustadtz Kyai Haji Hamroli
Informan mengatakan bahwa kegiatan yang dipimpin oleh Kyai Haji Hamroli dan santri-santrinya tersebut tidak betahan lama, hal ini dikarenakan adanya pernyataan dari Kyai Haji Hamroli yang disebarluaskan ke media massa mengenai keinginan waria untuk kembali menjadi laki-laki melalui kegiatan di pondok pesantren Informan mengatakan bahwa adanya ketidaksetujuan mereka (waria) atas pernyataan tersebut dan kemudian melakukan klarifikasi ke media dan
7+8 Adanya ketidakinginan dan ketidaksetujuan waria atau informan untuk kembali menjadi laki-laki, dan kegiatan di pondok pesantren bukan sebagai bentuk mengembalikan waria Informan mengatakan bahwa aksi untuk protes kepada Kyai Haji Hamroli menjadi laki-laki untuk meluruskan bahwa waria tidak ingin kembali menjadi laki-laki dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
9
10
11
12
berarti trus kita ingin berubah menjadi laki-laki, kita tetep sebagai waria trus na karena ada beberapa ketidak apa apa namanya sepaham ee tidak adanya sepahaman yang sama kita ee akhirnya mendapat ustadz dari tementemen UIN gitu kayak. UNISI apa? UIN, UIN dari apa Universitas Islam Sunan Kalijaga itu ya apa ada ustadz Murtijo, ada ustadz Adulmuiz, ada ustadz Ahya, ada ustadz Arif itu yang yang ternyata, per per perspektif tentang waria tu beda dengan apa yang ustad tadi ya Kyai Haji Hamroli itu itu bahwa satu contoh kayak ustadz Arif itu mereka apa dia sangat, beliau sangat Menghargai ke keberagaman ya eee baik jenis kelamin maupun gender ya artinya ee dia nggak memaksa apa ee kami seperti laki-laki, ya kamu beribadah dengan caramu sendiri, kamu beribadah dengan ee identitas gendermu sendiri toh ee yang penting itu ee baik untuk kamu seperti itu iya Kalau Mbak Yuni sendiri masuk pesantren itu sejak tahun? Yo dulu 2006 aku sudah ikut, maksud e ikut menghadiri pengajian ee tapi diawal munculnya aku malah nggak, malah nggak aktif ya 2008 itu ya karena aku masih bekerja to, (menarik napas) masih bekerja ya di LSM yang lain. (menarik napas) Aku baru bener-bener aktif itu 2010 sampe sekarang. Eee Dari 2010 itu aku langsung dikasih ee apa tanggung jawab
kegiatan di pondok pesantren tidak bukan untuk mengubah mereka menjadi laki-laki Informan mengatakan bahwa setelah persitiwa kesalahpahaman tersebut, akhirnya pondok pesantren mendapatkan ustadz dari lembaga lain (UIN) yang menggantikan Kyai Haji Hamroli dan para ustadz-ustadz tersebut lebih menghargai keberadaan waria dan tidak maksa untuk menjadi laki-laki dan lebih membebaskan cara beribadah yang terbaik untuk waria sendiri
9 Informan mengatakan bahwa setelah kejadian dan aksi protes terhadap penyebaran isu tentang kegiatan pesantren sebagai bentuk pengembalian waria menjadi lakilaki, Kyai tersebut kemudian digantikan oleh ustadz atau pengajar lain yang lebih memahami dan menghargai keberadaan waria dan membebaskan cara beribadah waria sesuai dengan kenyamanan masing-masing santri
Informan mengatakan bahwa ia sudah mengikuti pesantren dari tahun 2006 sejak masih dalam bentuk pengajian Informan mengakui bahwa diawal terbentuknya pesantren (2008), ia tidak begitu aktif karena ada tanggung jawab (bekerja) di lembaga lain Informan mengatakan bahwa ia aktif menjadi anggota pesantren pada tahun 2010 dan secara langsung diberi
10+11+12 Informan mengatakan bahwa ia mengikuti kegiatan pesantren sejak awal saat masih dalam bentuk pengajian namun dapat dikatakan tidak begitu aktif karena informan masih memiliki tanggung jawab pekerjaan di LSM lain, ia aktif setelah ia tidak lagi bekerja di LSM tersebut (2010)
Alasan terlibat adalah karena diberi tanggung jawab sebagai sekretaris
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
13
14
15
sebagai sekretaris sampe sekarang. oooo sampe sekarang dari jaman Bu Maryani? Iya dari jaman Bu Maryani tu aku langsung dikasih tangung jawab oleh temen-temen untuk jadi sekertaris, iya
tanggung jawab sebagai sekretaris dan ia langsung diberikan pondok pesantren hingga saat ini tanggung jawab untuk menduduki (2015) oleh ketua Pondok Pesantren jabatan sebagai sekretaris pada saat itu pengurus pondok pesantren oleh ketuanya pada saat itu (Alm Bu Maryani) hingga saat ini
Apa yang membuat mbak mengiyakan tawaran Bu Maryani itu untuk menjadi sekretaris? Yaaa hal yang pertama itu gini ya ee apa aku melihat bahwa apa, aku harus punya kontribusi yakan. Punya kontribusi di dalam pondok pesantren juga pertimbangan yang lain seperti masalah SDM yakan, artinya di ponpes saat itu ya ya, hal yang lainpun aku melihat bahwa ee aku punya pengalaman, artinya punya basic eee masalah apa ee keadministrasian artinya sebelum aku apa ee di Kebaya pun dulu pernah di PKBI gitu ya apa belajar banyak. Jadi aku aku tu pingin mengaplikasikan atau juga ee aku ingin artinya memiliki untuk kepentingan lembaga termasuk di dalamnya ada kepentingan temen-temen juga makanya aku langsung mengiyakan.
Informan mengatakan bahwa selain ia ingin berkontribusi untuk pondok pesantren, informan juga mempertimbangkan pengalamannya dalam bidang keadministrasian yang telah ia peroleh sebelumnya sehingga ia menerima tawaran dari Ibu Maryani (Ketua Pondok Pesantren terdahulu)
Artinya artinya apa namanya, secara apa namanya konsep atau bikin yang terkait masalah keadministrasian atau keorganisasian, akukan udah dapat gitu ya, artinya sudah pernah ku pelajari. untuk masalah komputer
Informan mengatakan bahwa ia juga memiliki keinginan untuk mengakplikasikan pengalamannya dibidang keadministrasian tersebut untuk kepentingan lembaga dan kepentingan santri waria Informan mengatakan bahwa ia sudah berpengalaman dan sudah mempelajari bidang keadministrasian sebelum menjadi sekretaris pondok pesantren walaupun ada beberapa kompetensi
13+14+15+16 Informan mengatakan bahwa ia menerima tawaran dari Bu Maryani untuk menjadi sekretaris Pondok pesantren karena merasa bahwa ia memiliki pengalaman dan kompetensi dibidang keadministrasian yang telah ia pelajari dari lembaga sebelumnya. Selain itu informan juga ingin mengaplikasikan kompetensi yang ia dapat dari pengalaman sebelumnya untuk kepentingan pondok pesantren dan kepentingan santri waria, dan walaupun ada beberapa kompetensi yang kurang dikuasai oleh informan, hal tersebut tidak membuatnya menolak tawaran Bu Maryani tersebut karena informan mengakui bahwa dirinya memiliki jiwa kepeduli dan memiliki kerelaan dalam mengemban tugas
Adanya keinginan untuk berkontribusi untuk pondok pesantren
Adanya keinginan untuk mengaplikasikan pengalaman
Adanya kepedulian terhadapa temanteman santri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
walaupun juga tidak canggih-canggih amat ya tapi aku juga bisa mengoperasikan gitu, jadi ketika mendapat tawaran itu aku langsung mengiyakan saja 16
17
18
yang masih kurang maksimal yakni teknik komputer, namun hal tersebut tetap membuatnya menerima tawaran untuk menjadi sekretaris pondok pesantren Informan mengatakan bahwa ia memiliki rasa kerelawanan dan kepedulian yang ia tujukan kepada teman-teman santri waria lainnya, oleh sebab itu walaupun aktivitas kepengurusannya sebagai sekretaris tidak mendapatkan bayaran atau gaji, ia tetap mau melaksanakannya dan bertahan sampai sekarang Informan mengatakan bahwa kepengurusaannya ini tidak memiliki masa jabatan, walaupun berbeda dengan organisasi lainnya karena jabatan yang ia ampu bersifat kerelawanan, namun dalam hal keadministrasian, pondok pesantren waria telah memiliki surat-surat resmi seperti akta notaris dan ADART
walaupun secara artinya walaupun dari segi finansial tidak ku dapatkan, karena memang tidak ada support gaji untuk jadi sekretaris, bahkan sampe sekarang tidak ada. Tapi masalah kepedulian, lagi-lagi masalah kepedulian, masalah apa sifat-sifat kerelawanan itu harus bisa ku berikan untuk kepentingan temen-temen juga, trus nanti kalo komunitas majukan ikut seneng juga Kira-kira tu, apakah ada masa jabatannya mbak? Hmmmm apa namanya kebetulan tidak ada ya, karena kita apa ya, konsep eee apa ciri eee pondok pesantren ini tidak seperti LSM LSM lain, kita bener-bener kita apa eeemm, jalankan dengan cara yang sederhana, tapi yang penting kegiatan bisa jalan, ee tidak ada musyawarah anggota gitu ya, walaupun walaupun secara ini keadministrasian sudah ada akta notarisnya, ada ADARTnya heheheh ada ada iya itu apa namanya profil lembaga, tapi kita belum sampe ke tahap perda, atau musyawarah anggota enggak. Ya lebih ke tadi itu masalah kerelawanan dan tanggung jawab. Iya Trus kalau itu mbak, tugasnya atau Informan mengatakan bahwa job desk
tersebut yang ia ditujukan untuk waria teman-teman santri waria dan juga ia mampu bertahan tanpa dibayar sekalipun.
17+18 Informan menceritakan bahwa tidak adanya masa jabatan dalam kepengurusan pondok pesantren karena memang berbeda dengan organisasi lainya. Kepengurusan pesantren didasarkan pada kerelawanan. Informan juga mengatakan bahwa pesantren telah memiliki surat resmi dan profil lembaga namun belum sampai pada pemerintah daerah. Selain itu tugasnya sebagai sekretaris juga sebagai wakil dari ketua pondok pesantren dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
19
jobdesknya? Jobdesknya eee gini ya ya pertama, kalo secara managemen organisasi, artinya aku bisa mewakili ee apa ketua ya, kalo sekretariskan gitu ya? Trus apa kalo yang jobdesknya secara langsung ya aku menyiapkan menyiapkan beberapa hal, misalnya kayak aku undangan, konsep aku bikin, konsep notenya atau tentang proposal aku bareng dengan apa ketua dan dengan yang lain itu apa bagaimana aku nanti langsung merangkum dan meringkasnya dan aku ketik dan menyiapkan arsip-arsip tempel gitu Nah, kira-kira mbak, apa yang membuat dirimu mempertahankan jabatanmu atau punya nggak sih pikiran untuk pensiun misalnya? Eee ya gini Cuma merasa ini aja sih merasa apa namanya, bukan prihatin tapi ketika aku mengundurkan diri terus siapa lagi gitu lo karena aku melihat basic atau background temen-temen yang lain gitu, karena ee masih sangat sedikit sekali ee santri waria yang SDMnya apa artinya bisa itu untuk menjadi sekretaris tapi ya walaupun mungkin ada juga sih bahkan yang lebih pintar, lebih canggih ini mengoperasikan tapi lagi-lagi dia punya waktu nggak, punya kepedulian nggak, jangan Cuma apa ee kondisi situasional saja tapi lagi-lagi kalau kita berbicara masalah keterlibatan dan kerelawanan sih
sekretaris yang ia lakukan adalah sekaligus juga mengurusi memanagemen organisasi, mewakili keadministrasian dan proposal ketua jika berhalangan dan juga berkerja sama dengan ketua keadministrasian seperti membuat konsep proposal dengan bekerja sama dengan ketua juga
Informan mengatakan bahwa dirinya mempertahankan jabatan karena merasa prihatin, karena jika ia mengundurkan diri, ia merasa bahwa tidak ada lagi waria yang dapat mengerjakan tugas kesekretariatan karena informan merasa bahwa SDM teman-teman waria masih kurang dan jika ada pun, informan meragukan kepedulian dan waktu yang dimiliki oleh waria lain.
19 Alasan lain yang membuat informan mempertahankan jabatannya sebagai sekretaris adalah keprihatinnya akan SDM yang ada, informan memiliki keraguan akan kompetensi yang masih kurang dan juga ia meragukan kepedulian dan waktu yang dimiliki oleh waria lain sehingga membuatnya merasa bahwa tidak ada yang lain selain dirinya yang mampu mengemban tugas tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
20
21
22
23
24
Kalo awalnyakan tadi Mbak YS menghadiri pengajian? Iya Nah terus tiba-tiba bagaimana eem Mbak YS apa namanya apa namanya tertarik gitu lo Mbak, kan sempet nggak aktif lagi, trus tiba-tiba tertarik lagi masuk? Iya, iya nah sebetulnyakan ee yang yang pertama ya, aku kan orangnya seneng berorganisasi ya kan seneng berkegiatan secara komunal maksude apa ee apa dengan dengan orang banyak gitu ya gitu dan kebetulan juga pas 2010, 2010 itu ya, pertengahan-pertengahan taun aku itu benerbener tidak terikat kontrak kerja dengan lembaga manapun, dengan LSM manapun, artinya banyak waktu luang juga eee trus trus denger aku juga apa artinya sudah behenti kerja dari LSM Kebaya itu eee almarhum Bu Maryani datang ke kos ku minta, maksude opo, opo, main gitu ya apa mencoba untuk menarik aku aktif membantu di pesantren gitu Ya alhamdulilah aku banyak waktu luang to saat itu ee trus akhirnya aku apa ee berkegiatan di pondok pesantren sampe akhirnya beberapa apa keadministrasian pondok pesantren eee bisa, bisa bisa apa terwujud seperti eee apa namanya, kita sudah ada akta notarisnya gitu ho.o apa namanya sudah ada ADART yakan trus apanamanya walaupun dengan konsep yang sangat yang sangat sederhana ada struktur
Informan mengatakan bahwa ia tertarik menjadi anggota pesantren karena ia senang berorganisasi dan berkegiatan secara bersama dengan orang lain atau dengan orang banyak
Informan mengatakan bahwa ia aktif sebagai anggota pesantren karena pada saat itu (2010) ia sudah tidak bekerja lagi di lembaga sebelumnya sehingga memiliki waktu luang untuk berkegiatan di pondok pesantren Informan mengatakan bahwa ketua pondok pesantren pada saat itu menarik dan meminta dirinya untuk membantu pondok pesantren Informan mengatakan bahwa ia berkegiatan di pondok pesantren karena memiliki waktu luang dan informan mengatakan bahwa selama ia membantu pesantren, beberapa keperluan pesantren sudah bisa termujud (keadministrasian) Informan mengatakan bahwa konsep yang dipakai pondok pesantren
20+21+22+23+24 Informan mengatakan bawa ketertarikannya pada pesantren Adanya sehingga membuatnya aktif kesenangan menjadi anggota pesantren adalah beroganisasi kesenangannya dalam berorganisasi dan berkegiatan dengan banyak orang, selain itu ketersediaan waktu luang informan yang tidak lagi terhalang oleh kontrak kerja dengan LSM lain. Selain itu karena informan merasa ditarik untuk membantu kegiatan pesantren oleh ketua pondok pesantren terdahulu. Informan juga mengatakan bahwa selama ia membantu pesantren, ia telah mencapai kebutuhan pondok pesantren seperti akta notaris dan ADART, menciptakan sebuah koonsep sederhana sehingga dapat berlangsung kegiatan setiap minggunya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
25
26
27
kepengurusan dan kegiatan tetep di apa berlangsung setiap minggunya walaupun secara sederhana juga seperti itu ho.o Nah mbak tadi bilang kalau mbak senang, berorganisasi, mengapa mbak? Nah dari rasa senang itukan akan ada beberapa ee ini ya ee efek, manfaat itu ya artinya belajar belajar yakan karena aku melihat apa namanya proses belajar itu tidak dibatasi oleh umurkan ketika kita berorganisasi itukan akan ada hal yang baru, oo aku ikut pelatihan ini, ikut seminar ini, menghadiri kegiatan ini, aku pahami sebagai proses belajar. Dari proses belajar itukan kita menambah banyak teman, menambah jaringan dengan peserta yang lain, dan menurut aku itu aset itu invest jadi ya apa keterlibatan di organisasi bermanfaat yang aku dapat seperti menambah wawasan, teman, jaringan semakin banyak. Jadi bertemu dengan banyak orang, teman, jaringan itu asetnya ya mbak? Iya iya iya Nah kalo yang mbak rasakan di pondok pesantren ini, ketika masuk ke pondok pesantren? Ya aku artinya gini ya apa namanya aku berjalan, berjalan apa ee artinya mengikuti proses ya, hal yang aku rasakan itu ternyata aku pertama apa namanya bisa belajar, bisa belajar maksudnya mengaji ya yang yang dari Iqro gitukan
merupakan konsep yang sederhana namun tetap ada kepengurusannya dan kegiatan rutin setiap minggunya Informan mengatakan bahwa ia senang berorganisasi karena dengan berorganisasi ia dapat mempelajari hal baru dan informan juga senang berkegiatan secara komunal untuk menambah teman dan jaringan seperti menghadiri seminar dan pelatihan. Informan mengatakan bahwa keterlibatannya dalam berorganisasi tersebut merupakan aset baginya untuk menambah wawasan teman maupun jaringan
25 Informan mengatakan bahwa alasan ia senang berorganisasi karena ia mendapatkan banyak manfaat dari berorganisasi seperti pengetahuan atau dapat belajar hal baru, menambah teman dan jaringan yang dianggap oleh informan sebagai aset sehingga hal tersebut kemudian membuatnya ingin melakukan kegiatan secara komunal
Adanya kesenangan berorganisasi Adanya kesenangan untuk mempelajari halhal baru Adanya kesenangan untuk menambah wawasan
Informan mengataan bahwa yang ia 26+27 mengikuti proses yang ada ketika ia Informan memiliki keinginan Adanya keinginan masuk di pesantren untuk dapat mempelajari agama di untuk mempelajari pondok pesantren agama
Informan mengatakan bahwa ketika masuk pesantren, maka ia bisa banyak belajar agama (mengaji)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
28
29
30
31
mungkin belajar di masjid lain atau di musolah lain sudah ada perasaan minder ya mengingat usia namanya juga masalah apa ini ya identitas jati diriku gitukan
apa namanya eeee dan belum tentu aku mendapatkan guru yang sabar kan harus harus memulai dari awal gitulo karena aku benerbener dari nol untuk membaca apa alquran ya dari dari bener-bener dari iqro gitu nah itukan kenyamanan itu bisa aku dapatkan belajar di pondok pesantren ini ya ketika ada ya apa ada pembimbingnya diajarin dari awal gitu
tapi nek misalkan aku belajar di luar? Mungkin aku digabungkan dengan anak-anak usia SD untuk belajar Iqro bahkan mungkin mereka lebih pandai mengaji gitu, perasaan-perasaan minder, malu yakan itu pasti muncul iya.
Informan mengatakan apabila ia belajar agama di tempat umum di luar pondok pesantren, ia merasa tidak percaya diri karena usianya yang sudah lanjut dan ia tidak percaya diri dengan identitas gendernya sebagai waria Informan mengatakan bahwa jika oa belajar agama di tempat umum ia tidak yakin akan mendapatkan pengajar yang sabar dan mampu membimbingnya belajar dari awal Informan mengatakan bahwa ia mendapatkan kenyamanan belajar agama di pondok pesantren karena pondok pesantren memiliki pengajar yang mau mengajarinya dari awal sehingga informan memililih belajar agam di pondok pesantren khusus waria Informan menambahkan bahwa apabila ia belajar di luar pondok pesantren, maka ia akan digabungkan dengan anal-anak usia SD yang juga sedang belajar agama (mengaji) Infoman juga beranggapan bahwa anak-anak usia SD tersebut jauh lebih pandai ketimbang dirinya sehingga muncul perasaan malu dan tidak percaya diri
28+29+30+31 Informan merasakan kenyamanan ketika belajar agama di pondok pesantren karena adanya pengajar yang sabar yang mampu mengajarinya dari awal karena informan mengaku bahwa ia benar-benar belajar Al-Quran dari nol Informan merasa bahwa kenyamanan tersebut tidak akan ia dapatkan jika ia belajar di tempat lain/di tempat umum seperti musolah karena informan merasa tidak percaya diri dengan usianya yang sudah tua untuk belajar membaca Al-Quran serta identitas gendernya yang berbeda serta keraguannya pada kesabaran pengajar. Selain itu ketidakinginannya untuk disamakan dengan anak usia SD yang juga sedang belajar mengaji karena informan memiliki anggapan bahwa anak-anak akan lebih pandai dari dirinya
Lebih percaya diri ketika bisa lebih diterima di pondok pesantren waria dari pada di luar pondok pesantren waria Lebih merasa nyaman belajar di pondok pesantren waria Lebih percaya diri ketika bisa lebih diterima di pondok pesantren waria dari pada di luar pondok pesantren waria Adanya harga diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
32
33
34
Trus eeeee disamping itu ketika aku berkegiatan di ponpes itu ya akhirnya ku menambah banyak teman, menambah jaringan gitukan karena disini sering banget ya orang berkunjung, eee apa baik baik baik apa namanya apa namanya ee apa namanya, tementemen dari jogja maupun dari luar kan banyak yang pengen berproses belajar dimana di pon pondok pesantrenkan dan itu di luar komunitas dan akhirnya kan menambah teman, menambah sodara gitu kan. Banyak hal positif yang aku dapat ya Kalo itu Mbak, tentang kegiatan di pondok pesantren sendiri itu seperti apa? Nek kegiatannya tu yang penting tu eee ini ya bisa berjalan, ya walaupun cara konsepnya secara sederhana ya karena pondok pesantren ini kan berbeda dengan pondok pesantren yang umum ya. Dimana yang kalo pondok pesantren umum kan kurikulumnya udah jelas terus apa ee apa namanya mungkin ada asramanya trus ada biaya biaya administrasi nah ini bener-bener pondok pesantren ini kan bentuknyakan istilahnyakan kerelawanan yakan baik santri juga tidak membayar, baik yang ustadz juga tidak dibayar ho.o kan iya trus apa ee sistem pendanaannya juga bener-bener swadaya yakan ee itu yang penting bagimana itu setiap minggunya kegiatan itu bisa dilakukan dilaksanakan untuk memfasilitasi dan
Informan mengatakan bahwa banyak hal positif yang ia dapatkan ketika berkegiatan di pondok pesantren ia seperti menambah teman dan jaringan di luar komunitasnya (waria) karena informan beranggapan bahwa pondok pesantren sering mendapatkan kunjungan dari luar
32 Informan mengatakan bahwa pondok pesantren mampu memberikan hal positif bagi dirinya seperti bertambahnya pertemanan dan jaringan yang luas yakni dari luar pesantren karena pesantren sering mendapatkan kunjungan dari luar
Informan mengatakan bahwa kegiatan di pondok pesantren dapat berjalan walaupun dengan konsep yang sederhana dengan bentuk swadaya baik pengajar maupun santrinya dan berbeda dengan pondok pesantren pada umumnya yang berbayar dan mengacu pada kurikulum pendidikan
33+34+35 Informan menceritakan tentang kegiatan yang diselenggaran di pesantren berlangsung setiap minggu dan sistemnya adalah swadaya yakni ustadz dan santri sama-sama tidak dibayar dan membayar. Informan juga mengatakan bahwa pondok pesantren waria ini memang berbeda dengan pondok pesantren pada umumnya yang berbayar
Informan mengatakan bahwa penting untuk mengadakan kegiatan rutin setiap minggunya untuk memfasilitasi
Adanya keinginan umtuk memiliki jaringan relasi dengan sesama waria maupun bukan waria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104
35
36
37
38
mengakomodir kebutuhan temen-temen belajar agama gitu. Yakan mungkin di pondok pesantren yang umum oo ada SPP nya ee ada iuran apa gitu ya pembangunan gitukan terus pengajarnya juga pastikan dapet sitilahnyakan honor nek disini enggak seperti itu Tapi artinya alhamdulilah, eee dari 2008 ya sampe sekarang masih berjalan, artinya itukan udah cukup waktu yang lama ya ee 7 tahun ya ee 7 tahun eee swadaya gitu Apa sih mbak yang membuatmu bertahan dengan kegiatan swadaya ini? Iyaaa keinginan ku Cuma bagaimana dengan sumber SDM yang juga masih sedikit ini eee pondok pesantren masih bisa jalan karena aku ingin menjadikan pondok pesantren rumah kedua untuk temen-temen, yakan atau rumah ketiga karena temen-temen punya asal di keluarga trus dia punya rumah kedua kost di Jogja. Ini menjadi ruang kegiatan yang nyaman karena ya jujur aja, pondok pesantren sudah sangat dikenal ya itu baik di internet, ya ini harus bisa kita jalankan yakan walaupun tanpa-tanpa ataupun tidak dana itu tetep bisa berjalan Perasaanmu sendiri ketika berkegiatan secara swadaya? Ya tak bikin asik aja artinya tak mengalir aja ya, kita sudah berusaha membuat proposal ke Founding, tapi tidak semudah itu prosesnya ee itu ya alhamdulilah
kebutuhan santri waria lainnya Informan membandingkan pondok pesantren waria tidak berbayar dengan pondok pesantren pada umumya yang berbayar Informan mengatakan bahwa pesantren mampu bertahan selama 7 tahun dengan sistem swadayanya Informan mengatakan bahwa ia mampu bertahan dengan sistem kegiatan yang swadaya ini karena ia ingin menjadikan pondok pesantren sebagai tempat yang nyaman untuk santri waria dan karena pondok pesantren telah banyak dikenal sehingga harus tetap eksis ada atau tidaknya dana
37 Informan mengatakan bahwa yang membuatnya mampu bertahan dengan kegiatan swadaya ini adalah dengan atau tanpa danapun keinginannya untuk menjadikan pondok pesantren ini sebagai tempat yang nyaman bagi santri waria. Selain itu pondok pesantren ini sudah dikenal banyak pihak sehingga harus tersu dikelola atau bisa selalu berkegiatan
Informan menjalani mengalir, bahwa ia proposal
38 Informan mengatakan bahwa dirinya sudah pernah berusaha untuk mencari dana dengan mengirimkan proposal pada
mengatakan bahwa ia kegiatan swadaya itu secara informan juga mengatakan pernah berusaha membuat untuk mendapatkan dana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
39
40
41
42
sampe sekarangpun aku masih bisa aktif membuat apa artinya, kegiatan ee itu tu dah menurut aku sudah lumayan ya sudah luarbiasa wong kita berkegiatan dengan swadaya Kalo kegiatan rutin Mbak? Selain shalat, membaca alquran, belajar alquran itu apa aja? Iya kita sebetulnya banyak banyak hal yang bisa dibedah dalam dalam belajar agama ya, tentang fiqihnya tentang hadiz-hadiznya tentang aturan-aturan gitu cara-cara shalat yang bener seperti apa cara berwudhu yang seperti apa, ee cara berpuasa itukan banyak hal yang bisa kita tamyakan ke ustadz dan itu terjawab ya, terjawab yakan karena kalo dikasih materi yang berat-berat juga kan eee belum apa temen-temen juga belum tentu langsung bisa menerima apa masuk ya, karena mengingat santri-santri wariakan kebanyakan sudah usia lanjut kan Ee apa maksudnya sudah usia yang cukup matang gitu ya ee terus apa namanya, akhirnya belajar kita dibikin ya itulah mengalir secara sederhana aja he.e Nah kalo perasaan mbak sendiri ketika mengikuti kegiatan yang mbak sebutkan? Iya nah itu karena aku juga kan senang belajar
namun tidak mudah
founding namun belum dapat terwujud, namun tetap kegiatan swadaya ini dijalani dan dinikmati oleh informan
Informan mengatakan bahwa kegiatan di pondok pesantren antara lain adalah memahami aturan agama (shalat, wudhu, berpuasa) dan tanya jawab dengan ustadz yang ada tentang Islam
Informan mengatakan bahwa materi agama yang diajarkan disesuaikan dengan kemampuan santri waria yang sudah berusia lanjut agar mudah ditangkap, sehingga kegiatan pesantren dibuat sederhana
Informan mengatakan bahwa ketika mengikuti kegiatan pesantren ia merasa senang, karena informan adalah orang yang senang belajar Trus kedua aku juga terkait masalah tanggung Informan juga mengatakan bahwa ia jawab ya komitmen itu penting ya karena aku mengikuti kegiatan pondok pesantren juga bagian dari salah satu pengurus artinya karena adanya tanggung jawab dan
41 Informan memiliki untuk belajar
kesenangan Memenuhi
42+43 Tanggung jawab yang diberikan kepada informan membuat dia
keinginan untuk belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106
43
44
45
46
47
kan aku juga harus ee sebagai sekertaris, mau nggak mau aku juga punya tanggung jawab bagaimana bisa menjaga bisa mengembangkan ya kan dan bisa apa namanya eee artinya punya kontribusi untuk untuk pondok pesantren sendiri artinya pondok pesantren waria ya disini ho.o Menjalani dengan senang atau bagaimana? Iya iya aku tak nikmati yakan artinya eee artinya kalo aku nikmati otomatiskan banyak banyak banyak senangnya ya kalo tidak dinikmati berarti tidak senang (sambil tertawa) ya aku nikmati gitu yoo masalah itu pasti ada ya. Kalo masalah itu Pasti ada ya tapi kita sistemnya mengalir ya, kita nek opo apa namanya ee melakukan suatu kegiatan ya kita jalani ya gitu ya itu untungnya di salah salah satu metode di pondok pesantren itu e aku menerapkan kegiatan nggak usah yang terlalu muluk-muluk yakan kira kira kegiatannya berbentuknya sifatnya sederhana tapi realistis untuk dilakukan gitu iya iya suatu contoh banyak ya kegiatan-kegiatan diluar seperti pesantren go to campus gitukan dapet respon yang baguskan itu dari beberapa kampus dari temen-temen akademisi juga gitu itukan aku pikir itu cukup cukup bagus, kegiatan kegiatan kayak diskusi publik gitukan kan ee apa yang berhubungan dengan hari hari besar nasional ee apa kayak syawalan, maulid
komitmen sebagai sekretaris atau sebagai pengurus pondok pesantren sehingga ia harus memiliki kontribusi untuk mengembangkan pondok pesantren
harus menjaga komitmen tersebut dan informan merasa bahwa dirinya harus memiliki kontribusi untu mengembangkan pondok pesantren
Informan mengatakan bahwa ia menikmati kegiatan di pondok pesantren sehingga menjalani dengan senang
43+44+45 Informan mengatakan bahwa dirinya menikmati setiap proses yang berlangsung di pesantren agar mendapatkan kesenangan, karena informan mengatakan bahwa pasti masalah akan ditemui namun tetap dijalani bagaimanapun prosesnya. Informan mengatakan bahwa kebetualn, metode yang diterapkan pesantren dirancang sederhana dan tidak rumit agar realistis untuk dicapai
Informan mengatakan bahwa masalah pasti akan ditemui namun tetap mengikuti prosesnya Informan mengatakan bahwa kegiatan dibuat tidak terlalu muluk atau rumit salah satunya agar dapat lebih mudah untuk dicapai atau dilakukan
Informan mengatakan bahwa kegiatan pesantren ke luar (ke masyarakat) mendapat tanggapan yang baik dari masyarakat
Informan mengatakan pembelajaran agama juga
46 Informan mengatakan bahwa waria mendapatkan tanggapan positif dari masyarakat ketika pondok pesantren mengadakan kegiatan diluar bahwa 47 hendak kegiatan belajar di pesantren juga Ingin mengetahui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107
48
49
50
nabi nuzlul quran, itu, itu selalu kita lakukan yakan cuma dengan tema yang berbeda mungkin pas acara maulid nabi atau nuzlul quran itu, temanya itu membedah shalatnya waria atau bagaimana, bagaimana apa eee kedudukan waria di fiqih nah itu kan itukan dari diskusi itu kita bisa belajar banyak Kegiatan go to campus tu mengapa bagus menurut mbak? Karena itu menurutku merupakan bagian anu ya eee apa advokasi ya melalui kegiatan itukan membuka kegiatan diskusi yang langsung sasarannya ke masyarakat. Nah elemen masyarakatkan banyak sekali ya bahkan akademisi itukan bagian dari masyarakatkan, Cuma bentuknya institusi kan disana banyak mahasiwamahaiswa nah ketika kita berkegiatan itu membedah wacana tau isu tentang waria itu menurut aku menjadi suatu wadah yang bagus intuk meminimalisir sukur-sukur bisa mereduksi stigmatisasi yang ada dalam masyarakat, oh ternyata tidak seperti itu waria, yakan mungkin tadi sebagian individu-individu dan masyarakat punya kerangka berpikir bahwa waria iu seperti ini, tapi ketika kita melakukan kegiatan itu ternyata enggak kok, itu kan menurut aku adalah kegiatan yang bagus untuk advokasi, melalui pendidikan go to campus iya Lalu, mengenai fiqih, apakah mbak sudah
mengetahui kedudukan waria dalam didasari dengan keinginannya kedudukan waria Islam untuk mengetahui eksistensi waria dalam agama dalam agama (Islam)
Informan mengatakan bahwa masyarakat (tidak hanya akademisi) merupakan sasaran dari kegiatan pondok pesantren yang mengarah keluar seperti go to campus dan diskusi publik
48+49 Informan mengatakan bahwa kegiatan pesantren yang mengarah keluar seperti mengadakan kunjungan ke kampus merupakan hal yang bagus karena kegiatan tersebut membedah isu tentang waria yang tidak selalu benar baginya dan haraannya kegiatan tersebut daoat meminimalisir Informan mengatakan bahwa kegiatan stigma buruk tentang waria yang pondok pesantren yang mengarah terdapat di masyarakat, keluar merupakan wadah yang baik untuk meminimalisir atau mereduksi stigma negatif pada waria yang melekat dimasyarakat. Hal ini dikarenakan mempresentasikan diri waria melalui kegiatan pondok pesantren adalah langkah advokasi waria kepada masyarakat
Informan mengatakan bahwa kegiatan 50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108
51
52
53
mendapatkan tentang kedudukan waria di fiqih? Ya itu aku Cuma itu waktu sepotong dari perkataan pak ustadz siapa itu nah surat apa ANur ayat 31 ee apa perempuan yang boleh membuka auratnya pada ee sodara laki-lakinya, orangtua atau ayahnya, atau pada laki-laki yang tidak memiliki hasrat pada perempuan artinya waktu itu kami langsung ini merumuskan atau membuat kesimpulan itu bahwa waria di dalam apa namanya di bagian itu yaitu tidak memiliki hasrat pada perempuan Kalo terkait cara beribadah mbak? Iya ee kalo cara beribadah itu kita juga eee memberikan ruang kenyamanan (memberi tekanan) gitu ya buat temen temen e santri waria ee artinya kalo kamu merasa nyaman menggunakan sarung ya silahkan, ee artinya dengan apa ee tampilan apa namanya ee sarungkan biasanya identik dengan laki-laki ya tapi kalo kamu merasa nyaman ya sudah gunakan, tapi kalo kamu merasa nyaman pake mukena dan ee kamu sreg ya kamu e kamu gunakan juga karena disinikan juga kayak Bu Shinta juga pake mukena, belum temen-temen yang lain ya, dulu Bu Nurkaila, ee apa ee Mbak Okky almarhum tu kan dan beberapa temen-temen itu juga eem ada yang menggunakan mukena saat shalat tapi banyak juga yang masih menggunakan
di pondok pesantren ini juga berusaha untuk menemukan kedudukan waria dalam fiqih dan kedudukan tersebut terdapat dalam salah satu ayat AlQuran yang mengatakan bahwa ada laki-laki yang tidak berhasrat dengan wanita, dan waria merupakan salah satu bagian dari kutipan tersebut
Informan mengatakan bahwa dirinya telah mendapatkan pengetahuan tentang kedudukan waria dalam Islam yang tertuang dalam ayat Al-Quran dan kutipan tersebut disimpulkan bahwa kedudukan waria sudah ada dalam salah satu ayat tersebut
Informan mengatakan bahwa cara beribadah diserahkan kepada kenyamanan masing-masing santri waria, hendak mengenakan sarung (atribut laki-laki) atau mukena (atribut perempuan)
51+52+53 Pesantren membebaskan para santrinya untuk menentukan kenyaman dalam atribut beribadah
Informan menunjukkan bahwa ada beberapa santri waria yang shalat menggunakan mukena (atribut perempuan)
Informan mengatakan bahwa juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109
sarung atau celana panjang yakan
54
55
56
karna karna menurut ku itu ketika kita berdoa berhadapan kepada Tuhan itu bukan masalah baju apa yang kita pakek yang penting, yang penting pantas, bersih dan ee merasa bahwa ee apa namanya aurat tertutup gitu yakan dan terutama konsentrasi atau khusuknya cara kita beribadah ya bukan bukan karena kita memakek baju apa gitu Kalo Mbak YS sendiri nyaman dimana? Aku masih nyaman pake sarung. Iyaa Hmm kenyamanan seperti apa? Iyaaa mungkin karena gini ya apa namanya eeeee apa namanya aku merasa walaupun aku, bukan merasa walaupun aku sudah nyaman menentukan hidup aku sebagai waria (menarik nafas) tapi ketika aku ee apa namanya, beribadah atau shalat gitu sharing dengan Tuhan aku memposisikan nyaman ku seperti ketika aku terlahir iyaa Kenyamanan seperti dilaharikan itu seperti apa mbak maksudnya? Ya maksudnya selama ini kan orang, maksudnya di muslim ya. Lakilaki kan pake sarung, kalo perempuan kan pake mukena yakan itu aku akukan waria, aku masih dengan jenis kelamin laki-laki, tapi genderku waria yakan, sifat-sifat kewanitaanku kan muncul lebih dominan.
banyak santri waria yang nyaman menggunakan sarung (atribut laki-laki) ketika shalat Informan mengatakan bahwa ketika berhadapan dengan Tuhan yang terpenting adalah konsentrasinya dan kesungguhannya dalam beribadah, bukan tentang pakaian yang dikenakan
Informan mengatakan bahwa ketika beribadah, ia merasanya nyaman dengan atribut laki-laki (sarung, celana panjang), kenyamanan ini dirasakan karena informan memposisikan dirinya sama seperti dirinya ketika dilahirkan yakni sebagai laki-laki, walaupun ia sudah menentukan untuk menjadi waria
Informan mengatakan bahwa sifat-sifat keperempuanannya lebih dominan dibanding kelaki-lakiannya walaupun ia masih berjenis kelamin laki-laki
54 Informan mengatakan bahwa ia tidak mempermasalahkan atribut (laki-laki/perempuan) yang ia kenakan ketika berinteraksi dengan Tuhan, melainkan ia lebih mementingkan kesungguhan dalam beribadah 55 Informan merasa nyaman menggunakan atribut laki-laki ketika berinteraksi dengan Tuhan, hal ini dikarekana ia nyaman menempat dirinya sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang dilahirkan sebagai laki-laki
56+57 Informan mengatakan bahwa dirinya waria yang memiliki sifatsifat perempuan lebih dominan dibanding laki-laki, namun ketika shalat, ia tetap menggunakan atribut beribadah laki-laki karena ia merasa bahwa dirinya tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110
57
58
59
60
Tapi ketika aku mencoba untuk beribadah dan berhubungan dengan lansung dengan Tuhan melalui sharing, ya gitu aku memposisikan aku masih pake sarung, pake celana panjang, seperti aku lahir, karena aku tidak melakukan operasi nahkan atau menyesuaikan tubuh, enggak, aku masih jenis kelaminku laki-laki, walaupun aku sudah menentukan hidup sebagai waria, jadi aku ya cenderung lebih nyaman menggunakan sarung ketika beribadah. Kenyamanan itu seperti apa? Ya aku lebih ini kenyamanannya, lebih mudah menyesuaikan diri jadi ketika aku beribadah di tempat umum. Ketika aku mencoba memaksakan diri untuk menggunakan diri, tapi bagaimana dengan jamaah perempuan, malah nanti membuat mereka risih. Tapi ketika aku di apa jamaah laki-laki walaupun mungkin jamaah laki-laki tau aku adalah waria, tapi lebih mudah menyesuaikan itu dan jauh mudah diterima ketika dengan penampilan laki-laki. Kalo ketika beribadah sendiri, Mbak merasa apa? Dalam arti ketika berinteraksi dengan Tuhan... Sebagai aku sebagai ciptaanya sebagai makhluknya bukan aku sebagai bukan aku sebagai apa namanya ee seorang eee apa namanya eee lakilaki, atau aku sebagai seorang perempuan gitu karena ya itulah aku cuma berpatokan bahwa (terdiam) diagama itu kan, misalkan diagama diagama apa
Informan mengatakan bahwa ketika ia beribadah atau berkomunikasi dengan Tuhan, ia menggunakan atribut lakilaki karena ia merasa bahwa dirinya tidak melakukan penggantian alat kelamin selain itu informan mengatakan bahwa ia dapat lebih diterima ketika ia beribadah di tempat umum jika ia menggunakan atribut laki-laki, karena jika ia menggunakan mukena, informan merasa jemaah perempuan akan merasa tidak nyaman menerima dirinya
melakukan operasi penggantian alat kelamin dan ia merasa lebih nyaman dengan atribut laki-laki karena jika dengan atribut perempuan maka ia merasa bahwa jamaah perempuan tidak dapat menerimanya karena merasa tidak nyaman jika bersebelahan dengannya walaupun dia adalah waria, namun jika ia menggunakan atribut laki-laki, walaupun ia adalah waria, ia merasa lebih mudah menyesuaikan diri dan lebih mudah pula diterima
Informan mengatakan bahwa ketika a berinteraksi dengan Tuhan ia memposisikan diri sebagai makhluk ciptaanya Informan mengatakan bahwa ketika berinteraksi dengan Tuhan, ia tidak memposisikan diri sebagai laki-laki atau perempuan Informan mengatakan bahwa dalam menjalankan kegiatan keagamaan, ia
58+59 Informan mengatakan bahwa ia menempatkan diri bukan sebagai laki-laki atau perempuan melainkan sebagai ciptaan Tuhan ketika ia berinteraksi dengan Tuhan 60+61 Informan
mengatakan
bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111
61
62
63
64
namanya, eee ini muslim ya itukan Tuhan kalo bersabda itukan selalu, hei manusia, gitukan hei hambaku gitu kan terus eem apa namanya eee tidak hei kamu laki-laki hei kamu perempuan hei kamu waria (tertawa) gitu kan tidak kan aa heeei hambaku hei hei manusia gitu atau apa gitu itu itu itu apa kan eee ya tidak masalah, artinya aku ketika aku memposisikan diri hidup sebagai waria dan aku tetep punya hak untuk ee beribadah, sharing dengan Tuhan atau mungkin di di apa di agama non muslim ya itukan juga apa di tempat ketika Tuhan bersabda kan juga tidak seperti hei kamu lakilaki hei kamu perempuankan tidak seperti itu iyaaiyaa Kalo ketika berinteraksi dengan Tuhan mbak biasanya merasakan apa, dalam arti maksudnya ketika ketika mbak berdoa kepada Tuhan apa yang....? Iya, emm banyak ya, ya aku, aku merasa aku malah jadi gini lo, aku merasa bahwa Tuhan itu memang benerbener sangat adil, bener bener sangat adil sa sangat tidak membeda-bedakan ciptaanya gitu karna dari ee dari refleksi, dari hasil perenunganku itu, banyak ya keinginankeinginanku yang akhirnya bisa terwujud setelah aku melakukan doa, gitu lo ya ya satu contoh hal yang kecil gitu ya ketika aku ada dulu aku ingat dulu aku ada ketika aku apa namnya ee lulus SD aku berdoa aku bisa
berpedoman pada sabda Tuhan yang tidak pernah menyebutkan jenis kelamin hamba-hambanya sehingga dirinya sebagai waria bukan menjadi masalah dan ia tetap punya hak untuk berinteraksi dengan Tuhan
Tuhan dalam ajaran agama manapun tidak menyebutkan jenis kelamin ciptaannya, melainkan semua adalah hambanya sekalipun ia adalah seorang waria dan itu menjadi sebuah pedoman yang dipegang oleh informan, dan informan merasa bahwa Tuhan tidak mempermasalahkan dirinya sebagai waria, dan berarti ia Informan menegaskan bahwa memiliki hal untuk berinteraksi pedomannya tersebut juga berlaku di dengan Tuhan agama manapun selain Islam
Informan mengatakan bahwa ketika ia berinteraksi dengan tuhan ia merasa bahwa Tuhan adil dan ia merasa tidak dibeda-bedakan oleh Tuhan
Informan mengatakan bahwa dari hasil refelksinya, banyak keinginannya yang dikabulkan oleh Tuhan ketika ia berdoa Salah satu contoh yang informan berikan adalah keinginannya untuk bersekolah di sekolah Negeri yang
62+63+64+65+66 Informan mengatakan bahwa ia tidak merasa dibeda-bedakan oleh Tuhan, hal tersebut terbukti ketika ia berdoa meminta sesuatu dan kemudian permintaan itu dikabulkan oleh Tuhan Salah satu contoh keinginan informan yang terwujud adalah ketika ingin bersekolah di sekolah Negeri Informan juga memiliki keyakinan bahwa Tuhan sangat menyayanginya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112
65
66
masuk ke SMP negri gitu dan ternyata dikabulkan gitu lulus SMP njuk aku pengen masuk di SMA negri ya aku bisa dikabulkan, belum hal-hal yang lain misalnya kayak di aku ni ni ni ni ini cuma aku merasa diriku, pada aku membaca pada diriku sendiri ya bahwa aku itukah aku sangat yakin sekali bahwa yang namanya eeee Tuhan atau akau menyebutnya Allah gitu ya di ke di apa itu apa namanya Allah itu sangat, sangat sayang pada ku bener
dikabulkan oleh Tuhan
Informan mengatakan bahwa memilki keyakinan pada Tuhan
ia
Informan mengatakan bahwa ia merasa dikasihi dan disayangi oleh Tuhan Informan mengatakan bahwa salah satu bentuk kasih sayang yang Tuhan berikan padanya adalah terjawabnya doa atas keinginannya untuk kembali menjalin hubungan dengan orang yang ia sayangi setelah sebelumnya mengalami konflik dengan orang tersebut
67
satu hal yang kecil aja ya ee artinya dan itu ku anggap besar bahwa bulan di bulan apanamanya apa namanya itu namanya, dipuasa kemarin aku berdoa di pas saat shalat, saat shalat hajad, itu dia permintaan gitukan ya Allah semoga aku bisa berteman lama dengan si Joki walaupun saat itu sempet ada satu bulan miss komunikasi ternyata aku, ternyata aku dipertemukan kembali, ya kan nah itu artinyakan bahwa doaku tu di kabulkan
68
dan Tuhan tidak membedak-bedakan eemm apa Informan mengatakan bahwa tidak namanya kamu laki-laki, kamu perempuan penting bagi Tuhan apa jenis kelamin yang penting percayanya dulu nah aku gitu kok. hambanya, melaikan yang terpenting adalah kepercayaan kepada Tuhan itu sendiri Artinya keimanan dulu aku disitu ee artinya Informan mengatakan bahwa ia sangat aku sangat mempercayai adanya Tuhan, aku keimanannya tercermin dari
69
67 Informan sebelumnya memiliki permasalah dengan pasangannya dan kemudian informan memanjatkan doa kepada Tuhan tentang permasalahannya tersebut dan informan merasa Tuhan menjawab doanya dengan mempertemukannya kembali kepada pasangannya tersebut 68+69 Informan mengatakan Tuhan tidak membeda-bedakan hambanya berdasarkan jenis kelamin, yang terpenting adalah kepercayaan padaNya Dan informan sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113
70
71
72
73
74
sangat mempercayai adanya Tuhan itu maha kepercayaannya terhadap keberadaan bijaksana, maha penolong maha maha pokok e Tuhan dan bagi informan, Tuhan maha maha segalanya gitu haha ho.o iya merupakan sosok yang sangat bijaksana, penolong dan segalanya mengatakan bahwa Kalo ketika mbak menjadi anggota Informan kejenuhan dalam pesantren nih, pernah nggak merasa jenuh mengalami dengan kegiatan disini? Iyaa, aku pikir melakukan kegiatan itu adalah manusiawi ya hal yang wajar ketika setiap manusiawi dan setiap orang pasti orang pasti me pasti mengalami kejenuhan gitu mengalami tak terkecuali di pesantren ya tapi terus akhirnya aku begini kok cuma begini, Informan mengatakan bahwa ia ingin oh ya di dalam sisa hidupku ini, aku ingin mengisi sisa hidupnya untuk berbuat membuat satu buah nilai kebaikan ya apa sih kebaikan yang sekarang aku kejar, aku cari gitu ya artinya itu aku punya cita-cita atau punya Informan mengatakan bahwa ketika ia obsesi nggak terlalu muluk muluk karena aku memiliki keinginan, ia akan tipe orang yang sadar akan kemampuan, artinya menyesuaikannya dengan kemampuan aku tak ukur dengan kemampuanku dulu yakan yan ia miliki, ia tidak ingin sesuatu yang berlebihan/muluk ee disitu aku oo ya aku tidak bisa memberikan Informan mengatakan bahwa ia tidak apa-apa tapi aku mungkin bisa melakukan bisa memberikan benda untuk orang sesuatu yang berguna untuk orang lain ya ya lain, namun, yang ia ingin berguna kan artinya yaudah tak jalanin, aku, aku bagi orang lain dengan cara menjalani berkegiatan di pondok pesantren gitu kan kegiatan yang ada di pondok pesantren bikin bikin konsep kegiatan dengan Bu Sinta Informan mengatakan bahwa dirinya yang bisa bisa dijalankan dan sukses, itukan bekerjasama dengan ketua pondok ada nilai tersendiri itu lo artinya kayak belajar pesantren saat ini, untuk membuat kayak apa namanya oh ternyata eee kreasi atau konsep kegiatan pesantren dan ia hal yang ku lakukan itu bermanfaat bagi orang merasa konsep tersebut berjalan lain itu tu udah sangat apa menyenangkan dengan baik sehingga ia merasa
mempercayai dan mengimani Tuhan dan kebedaraanNya, Tuhan adalah maha segalanya 70+71+72+73+74 Informan mengatakan bahwa ketika melakukan kegiatan pesantren, ia pernah mengalami kejenuhan, namun ia kemudian Adanya keinginan berpikir untuk membuat sebuah untuk berguna nilai kebaikan sesuai dengan bagi orang lain kemampuan yang ia miliki yang dapat berguna bagi orang lain, maka ia tetap berkegiatan di pesantren. salah satu caranya adalah dengan bekerjasama dengan ketua pondok pesantren untuk membuat konsep kegiatan pesantren dan informan senang karena hasil kerjanya dapat bermanfaat bagi orang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114
bagiku 75
76
77
Nilai-nilai kebaikan seperti apa itu mbak? Ya maksudnya nilai kebaikan itu banyak hal yang bisa kita lakukan, misalnya aku di pondok pesantren, kehadiranku, keterlibatanku bisa berfungsi banyak juga, baik buat lembaga, buat temen-temen komunitas atau temen-temen yang lain itu merupakan hal positif yang bisa aku berikan gitukan trus untuk menyasar keluar juga aku sering ya sering diundang untuk menjadi narasumber jadi MC atau aku bernyanyi, ya itu menurutku nilai kebaikan karena aku bisa menghibur orang banyak ketika aku bernyanyi yakan aku bisa berbagi wacana, berbagi ilmu dengan ee temen-temen yang lain ketika aku berdiskusi itu tak anggap nilai-nilai kebaikan karena aku bisa berguna bagi orang lain Kemudian, terkait kemampuan yang mbak sebutkan, memang kemampuan mbak itu seperti apa? Kemampuanku, kalo kemampuanku itu satu ya aku orang yang ini orang yang gampang gampang apa namanya beradaptasi, orang yang mudah membangun pertemanan aku tipe-tipe seperti itu, orang yang apa namanya ini tidak malu untuk berbagi yakan itu tak anggep nilai-nilai kemampuan ku yang harus aku eksplor Mungkin bisa jadi orang itu waria yakan,
senang bahwa hasil kerjanya dapat bermanfaat bagi orang lain Informan mengatakan bahwa nilai kebaikan yang ia maksud adalah mengabdikan diri bagi orang lain seperti terlibat dalam pondok pesantren, menghibur orang lain seperti bernyanyi dan menjadi MC, berbagi ilmu dengan orang lain karena informan merasa bermanfaat bagi orang lain
Informan mengatakan bahwa mudah beradaptasi dan membangun pertemanan merupakan kemampuan yang ia miliki, informan juga mengatakan bahwa ia adalah tipe orang yang mau berbagi dan tidak sungkan untuk berbagi. kemampuan tersebut yang menurut informan harus di eksplor
75 Informan mengatakan bahwa nilai kebaikan lain yang dapat ia lakukan adalah dengan terlibat dipesantren secara aktif baik di dalam pondok pesantren maupun di luar pondok pesantren seperti menghadiri berbagai kegiatan di luar, menghibur orang lain, berbagi ilmu atau berdiskusi dan semua adalah kegiatan yang berguna bagi orang lain
76+77 Informan mengatakan bahwa ia mudah beradaptasi dan membangun pertemanan dan ia pun tidak sungkan untuk berbagi. Kemampuan tersebut yang kemudia di eksplor. Bagi informan jika tidak mengeksplor atau membagi apa yang dimiliki maka itu semua siaInforman mengatakan bahwa percuma sia karena tidak baik jika
Adanya keinginan untuk mengabdikan diri bagi orang lain
Adanya keinginan untuk berbagi
Adanya keinginan untuk berbagi
Adanya keinginan untuk memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115
78
79
pintar, cantik, tapi dia tidak mau berbagi, artinya dia mecoba untuk apa karena ada beberapa alasan mungkin dia tidak pd atau memang dia mengeksklusifkan diri, nah aku tidak seperti itu. Karena aku punya pandangan, semakin kita punya banyak teman, kenalan, itu akan semakin bagus, artinya ada pepatahan banyak temen, banyak saudara Lalu dari kemampuan mbak itu apasih rancangan atau rencana mbak kedepan? Ee rencana kedepan? Ya aku rencana aku kedepan, kayak dulu itu, disisa usiaku ini kan, aku menjalani hhidup mengalir saja, tidak mulukmuluk harus punya mobil, punya rumah, ya itu tadi aku sadar kekuatanku, secara ekonomi aku tidak punya kekuatan, yakan, karena aku juga tidak bekerja, maksude aku tidak bekerja dengan kontrak rutin dan aku mendapatkan salary kan aku nggak ada. Ya mengalir saja hidup secara sederhana, sudah bisa bayar kos, bisa makan apa artinya juga bisa mencukupi apa apa keseharianku apa itu sudah tak syukuri ya alhamdulilah ternyata aku bisa bisa melakukan apa aktivitas itu lo tanpa harus merugikan orang Dan berarti hal yang untuk menyenangkan orang lain itu yang membuat mbak kembali dari kejenuhan mbak, dalam arti jadi tidak jenuh lagi gitu? Ya aku berusaha untuk selalu positif thinking ya jadi bagaimana mencoba
menjadi waria yang cantik atau pintar jika tidak mau berbagi, tidak percaya diri dan mengekslusifkan diri, karena bagi informan, memiliki banyak teman artinya memiliki banyak saudara
mengeksklusifkan diri, karena banyak teman bagi informan, banyak teman maka banyak saudara yang dimiliki
Informan mengatakan bahwa melalui kemampuan yang ia miliki tersebut, ia menjalani hidup dengan mengalir yang penting dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari tanpa harus merugikan orang lain. Informan mengatakan bahwa ia tidak memiliki kekuatan secara ekonomi sehingga tidak membuatnya memiliki keinginan untuk mencapai pencapaian ekonomi seperti memiliki rumah atau mobil
78 Informan mengatakan ia menjalani hidup mengikuti proses yang ada dan yang terpenting adalah dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa merugikan orang lain, karena secara ekonomi, informan memiliki kekurangan sehingga ia kemudian membuat perencanaan hidup lebih sederhana dan tidak memiliki keinginan ekonomi yang berlebihan
Informan mengatakan bahwa ia selalu 79+80+81+82+83 berpikir positif dan mengendalikan diri Informan mengatakan bahwa agar tidak mengalami kejenuhan dalam mengatasi kejenuhan, ia akan berusaha untuk berpikir secara positif. Keyakinannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116
80
81
82
83
84
85
untuk selalu menghandle, menghandle diriku yakan oya aku jenuh tapi kok ya aku di kos juga Informan mengatakan bahwa ketika ia ngapain aaa itu trus akupun ee tidak bisa lari mengalami masalah, ia harus dari kenyataan dan itu masalah ya aku hadapi. menghadapinya dan tidak hanya berdiam diri di satu tempat Artinya bahwa kejenuhan itu menjadi satu buah Informan mengatakan bahwa masalah tapi kita tidak boleh lari dari masalah kejenuhan adalah sebuah tapi dihadapi naaah itu lo apa ee apa eee aku permasalahan dan jika ada masalah membahasakan maka harus dihadapi dan tidak boleh menghindarinya jadi ya aku pikir wajar setiap orang pasti punya Informan memandang bahwa setiap masalah tapi bagaimana memenej nya aja gitu orang mengalami masalah, yang ya berbeda adalah cara menghadapinya atau mengatur permasalahan tersebut artinya ya di bikin fun, mungkin aku jenuh yo Informan mengatakan bahwa untuk kegiatannya gini, gini aja mana jauh mana apaa mengatasi kejenuhan maka perlu eee emm apa tapi ya tak bikin fun aja gitu lo membuat situasi menjadi menyenangkan Memang menurut mbak, masalah itu Informan mengatakan bahwa ia apasih? Ya aku yakin pasti akan mengalami mengalami kejenuhan dengan rutinitas kejenuhan dalam rutinitas ya tu. yang ia lakukan Ketika aku mengalami kejenuhan itu aku Informan mengatakan bahwa ia akan hadapi, jadi bosannya tidak sampai berlangsung menghadapi kejenuhan yang ia alami lama jadi aku membuat suatu buah kegiatan dengan kegiatan seperti berkunjung ke atau aktivitas dimana kau bisa menghilangkan rumah saudara atau teman sebagai kejenuhan itu ya. Satu contoh, wah kok jenuh terapi untuk mengatasi atau ya opo kos, kegiatan di pondok, aku main menghilangkan kejenuhan ketempat sodara, itu menjadi terapi bagiku, main ketempat adikku, ketemu ponakanku,
adalah, menemui masalah itu wajar dan kejenuhan itu harus dihadapi bukan dihindari. Cara yang informan lakukan adalah dengan menciptakan atau membuat situasi yang menyenangkan
85+86+87+88 Informan mengatakan bahwa kejenuhan yang ia rasakan tidak berlangsung lama karena ia menghadapinya dengan pergi berkunjung ke rumah saudara atau teman waria maupun non waria untuk sekedar ngobrol bersama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117
86
87
yakan karena itu bagian dari keluargaku, apa walaupun tidak harus menginap, tapi kadang menginap, itukan bagian dari terapiku mengatasi kejenuhan Ketika sudah merasa baik, aku baru pulang ke Informan mengatakan ketika kos baru beraktivitas lagi, atau mungkin aku kejenuhannya tidak lagi ia rasakan, berjalan-jalan kemana gitu maka ia akan kembali berutinitas lagi atau pergi bejalan-jalan keluar aku orangnyakan, jujur aku malah tipikal orang Informan mengatakan bahwa ia yang jarang di rumah jarang di kos ya aku tu meupakan tipe orang yang jarang iya, pokoknya ketika aku sudah keluar kamar berada di rumah atau kos karena ia atau kos aku usahakan aku seharian aku berada, akan memaksimalkan kegiatannya di beraktivitas diluar nah ketika aku kembali ke luar rumah baru setelah semuanya kos dalam keadaan capek trus dan apa yakan selesai, ia kembali ke rumah untuk otomatiskan aku di kos itu harus merasa beristirahat, hal itu sejak lama ia nyaman kembali santai lagi, gitu lo, lakukan karena informan mengatakan beristirahat, jadi ya gitu kenapa aku lebih bahwa rumah atau kos hanya untuk nyaman di luar, kayak gini, kegiatan dipondok istirahat nanti setelah kita ngobrol, aku nggak bisa nanti setelah jam 3 pulang ke kos trus nanti jam 6 keluar lagi, pokoknya tipe yang tak maksimalkan berada di luar iya walaupun disitu ada 3 kegiatan. Pagi ada kegiatan sharing, nanti sore ada kegiatan ini, trus nanti malam ada pertemuan dengan siapa, itu seharian tak maksimalkan diluar, trus nanti pulang kos, aku mandi trus istirahat. Jadi kos itu untuk tempat beristirahat saja? Iya kos itu hanya ketika aku sudah selesai dan tinggal istirahat itu dari lama sejak dulu aku seperti itu
dan juga berfungsi sebagai sarana untuk bersilahturahmi Informan memanfaatkan waktu berkegiatan di luar rumah semaksimal mungkin sehingga ketika sudah selesai semua, rumah atau kos lebih berfungi sebagai tempat istirahat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118
88
89
90
Kalo misalnya mbak jam 1 sudah selesai lalu jam setengah 4 ada pertemuan lagi, apa yang mbak lakukan di sela waktu itu? Ya aku gunakan untuk apa namanya ketemu dengan teman, atau mampir dimana, karena jujur aku punya banyak temen-temen non waria, kayak gini tadi tiba tiba sudah selesai trus aku jam 5 ada keetemu lagi nah waktu itu bisa aku gunakan untuk main ke PKBI, ketemu temen-temen non waria, sampai menjelang ee jam aku untuk janjian. Aktivitas seperti apa mbyak yang kamu lakukan sembari menunggu waktu itu? Ya aku biasanya ngobrol-ngobrol, karena satu sisi aku melihat itu adalah bagian dari silahturahmi ya jangn sampek memutus silahturahmi ya, walaupun ahanya sekedar ketemu apa ee trus kita bisa ngobrol-ngobrol itu bisa merekatkan hubungan yakan iya, iya Kalo waktu sendiri mbak dalam arti ketika mbak menemui kejenuhan, berapa lama sih waktu sampe mbak bisa tidak jenuh lagi? (mengambil rokok dan korek api) Sambil merokok yaaa Ya nggak papa mbak. (menghembuskan asap rokok) Aku tu tipe orang yang ini sih ya yang yang yang cepet cepet ee bisa merobah pola, artinya polakan banyak pola jam tidur, aktivitas, pola menghadapi apa namanya masalah itu aku orangnya jarang berlarut-larut artinya
Jika ada beberapa pertemuan dalam satu hari dan memiliki jeda antara satu pertemuan dengan yang lain, informan memanfaatkan waktu jeda tersebut untuk berkunjung ke tempat temanteman untuk sekedar berbincangbincang atau bersilahturahmi untuk merekatkan hubungan
Informan mengatakan bahwa ia adalah orang yang dapat dengan mudah merubah pola kebiasaannya untuk mengatasi kejenuhannya atau untuk menghadapi permasalahannya
89+90 Tidak memakan banyak waktu ketika informan mengalami kejenuhan, karena menurutnya, ia adalah orang yang dapat dengan mudah mengatur ulang pola yang telah menjadi sebuah kebiasaan Caranya adalah dengan beraktivitas keluar atau mencoba aktivitas yang baru dan bertemu Informan mengatakan bahwa ketika ia dengan orang baru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119
91
92
gitu artinya ketika pada kondisi jenuh gitu ya, aku meng aku mencoba itu tak hadapi, tapi aku mencoba menciptakan satu hal yang bikin aku tidak jenuh gitu. Emm seperti apa itu mbak? Ya mungkin aku apa jalan-jalan kemana, ketemu teman-teman, ee yakan atau aku melakukan aktivitas di luar yakan diluar yang ee apa dan mencoba untuk memang aku melepas kejenuhan itu dan siapa tau disitu aku bisa ketemu dengan orang baru itukan itukan artinyakan ee apa namanya eee hal yang bisa, hal yang bisa artinya aku terus oh ya inilah yang namanya hidup itu lo yakan pasti selalu ada artinyatit, namanya orang hidup tu selalu ada krikil nggak nggak yakan kadang kita kesandung tapi kita harus tetep bangkit, kadang kita jatuh kita tep, tapi kita harus tidak boleh eee jatuh terus, harus bangkit jug, eh tergantung bagaimana aku bisa memotivasi diriku sendiri
cara memotivasi dirimu seperti apa? Aku tidak boleh menyalahkan diri sendiri, aku juga tidak pernah menyalahkan faktor-faktor lain, faktor-faktor eksternal itu ee itu masalah muncul ya aku hadapi tapi aku tidak boleh lari yakan, dan kondisi aku ketika aku sedih, aku biasanya memotivasi diriku misalnya dengan menghibur diriku sendiri, dengan cara berdoa, walau memang shalat ku belum rajin ya, tapi
jenuh atau mengalami permasalahan, ia tidak akan tenggelam dalam masalah tersebut melainkan menghadapinya dengan menciptakan suasana yang membuat dia menjadi tidak jenuh seperti beraktivitas di luar ruangan yang memungkinkan ia bertemu dengan orang-orang baru
Informan mengatakan bahwa dalam kehidupan pasti akan selalu menemui rintangan permasalahan dan terkadang seseorang akan jatuh dalam permasalahan itu, namun informan memandang bahwa ketika jatuh jangan sampai terlalu lama atau terlalu berlarut-larut, melainkan harus terus memotivasi diri sendiri, sehingga ketika mengalami permasalahan, informan tidak pernah terlalu larut Informan mengatakan bahwa caranya memotivasi dirinya agar tidak larut dalam masalah adalah dengan tidak menyalahkan diri sendiri atau faktor eksternal lain. Ketika ia bersedih ia akan menghibur dirinya dengan cara berdoa kepada Tuhan dan memasrahkan dirinya kepada Tuhan agar tidak selalu menggerutu yang
91+92+93 Informan mengatakan bahwa kehidupan pasti akan selalu menemui permasalahan, namun ketika menemui masalah maka sebaiknya menghadapinya dan melawannya dengan memotivasi diri agar tidak sampai berlarutlarut. Cara yang informan lakukan untuk memotivasi diri adalah dengan menghindari perilaku yang memberatkan masalah seperti menggerutu, dan tidak menyalahkan keadaan baik diri maupun faktor lain, informan justru menghibur diri dan berserah pada Tuhan agar diberi keringanan karena informan percaya bahwa Tuhan mengetahui semuanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120
93
94
95
kau sangat yakin sekali, ketika kita bisa memasrahkan diri kepada Tuhan, kalo bahasa jawa itu semeleh, kita akan terasa ringan ketika ada masalah, tapi ketika kita tidak bisa semeleh, menggerutu, uring-uringan, itu malah makin memperberat masalah. Ya alhamdulilah aku berefleksi dalam diri aku ya, alhamdulilah aku bisa dikasih masalah pun aku bisa oh ya Allah aku diberi masalah, mudah-mudahan aku bisa cepat keluar dari masalah ini. karena berdoa itu nggak hanya ketika selesai shalat, bahkan aku sambil bismilah sambil, terimakasih ya Allah aku, Allah tu sudah sangat tahu, bahkan apa tu sudah tau sebelum apa yang kita ucapkan, dan alhamdulilah apa aku tu akhirnya langkahku jadi ringan Curhat ke Tuhan? Iya curhat ke Tuhan Jadi nggak sampe.. Berlarut-larut, enggak enggak Dan nggak sampe membuat mbak kayak nggak dateng kegiatan ponpes? Enggak ya nyatanya kemaren aku satu bulan aku miss komunikasi dengan orang yang aku suka ya ni aku sayang tapi aku tetap datang, yakan ee bahwa karena aku harus bisa membedakan mana eee apa namanya ee kehidupan pribadiku mana kehidupan ku aku secara orgnisatoris, artinya kegiatan bersama aku bersama temen-
malah akan memperberat masalah
Informan mengatakan bahwa dirinya ingin cepat keluar dari masalah yang ia hadapi dengan berdoa kepada Tuhan, karena Tuhan sudah tahu apa yang hambanya butuhkan, informan mengungkapkan segala keluhannya kepada Tuhan
Informan mengatakan bahwa dirinya tidak pernah berlarut-larut dalam masalah Informan mengatakan bahwa dalam keadaan apapun, ia tetap datang berkegiatan di pesantren baik senang maupun sedih karena ia bersikap profesional, harus bisa membedakan masalah pribadi dan tanggung jawab dia diorganisasi seperti ketika ia memiliki masalah dengan pasangannya, ia tetap datang untuk
95+96 Informan mengatakan bahwa sekalipun ia memiliki masalah pribadi, ia akan tetap datang berkegiatan di pondok pesantren karena baginya, ia harus bersikap profesional yakni dapat membedakan masalah pribadi dengan tanggung jawabnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121
96
97
98
temen. Tu aku harus bisa membedakan jadi justru, justru aku menghadapai masalah dengan pasanganku waktu itu ya ee yakan aku miss komunikasi nggak ada kabar dirum, kalo aku di rumah teruskan aku malah Malah kepikiran? Kepikiran terus nahya makanya yaudah ini pas kegiatan ponpes, aku dateng, ketemu dengan temen-temen, bisa ketawa bercanda itu aku pikir sebagai terapi juga iyaa
karena kenapa ya itulah aku cuma punya prinsip sih. Namanya manusia kan orang menga, manusiakan bagian dari makhluk sosial ya artinya ya ya kita harus tidak bisa sendirian ya nah disitu akukan harus berinteraksi dengan orang lain nah ketika aku punya masalah aku tidak bisa menyendiri terus dalam kamar aku harus keluar juga eee itulo ya kalo aku keluar dari kamar kos dalam kondisi aku punya masalaha tapikan aku bisa ngobrol-ngobrol sharing yakan dengan temen-temen, atau mungkin menemukan temen baru kan eeee menjadi terapi bagi aku ee iyaa Mbak senang itu ya, membuat pertemanan baru ya? Aku? Iya ya karna gini ya eee bahwa (terdiam) aku sendiri karena aku sendiri menyadari bahwa aku aku juga apa namanya ee aku kan waria gitu ya, dengan gender yang
berkegiatan di pondok pesantren Informan mengatakan bahwa ketika ia mengalami masalah (seperti dengan pasangannya) ia tidak bisa hanya berada di rumah saja karena ia akan memikirkan masalah tersebut, maka dari itu informan memilih untuk tetap datang ke pondok pesantren agar dapat bertemu dengan teman-teman berbagi canda dan tawa yang dapat membantunya sejenak keluar dari masalah tersebut Informan mengatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri atau membutuhkan orang lain, termasuk ketika mengalami masalah, informan membutuhkan orang lain untuk sekedar teman bicara untuk dapat membantunya mengatasi masalah, ia tidak bisa hanya berdiam diri di dalam rumah atau menyendiri
diorganisasi Selain itu yang membuatnya tetap datang berkegiatan adalah karena ia tidak bisa hanya diam di rumah, ia harus pergi dari rumah karena ia tidak ingin kepikiran dengan masalahnya tersebut, dan kegiatan di pesantren membantunya untuk sejenak melupakan masalah tersebut dengan berbagi canda tawa dengan teman-teman
Informan mengatakan bahwa ia senang memiliki banyak teman karena ia menyadari bahwa dirinya adalah waria dan merupakan kaum minoritas
98+99+100 Informan mengatakan bahwa ia senang memiliki banyak teman karena dirinya sadar bahwa ia adalah bagian dari kaum mioritas
97 Informan mengatakan bahwa manusia membutuhkan orang lain, tidak dapat hidup sendiri, hal tersebut yang membuat informan membutuhkan orang lain untuk membantunya mengatasi masalah seperti sharing dengan temanteman, bukan menyendiri dalam kamar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122
berbeda dengan orang lain gitu ya, artinya aku menjadi kelompok minoritias 99 nah ketika aku mencoba mengeksklusifkan diri artinya mengeksklusifkan diri tu aku cuma ee apa namanya dirumah terus, atau mungkin aku beraktivitas di di ruang apa yang sempit itu menurut aku tidak bagus to karena karna ee nanti semakin terpinggirkan 100 jadi aku harus berani mengeksplor keluar yakan yakan berkegiatan diluar berhadapan dengan orang-orang di luar nah itu tu eee itu membawa dampak yang positif bagi aku iya Untuk membuktikan diri, gitu ya mbak? Iyaaa iya dan itu ternyata apa namanya ee sangat berdampak apa ee positipya, berdampak bagus untuk aku ya ee ketika aku berani mencoba untuk ee apa tidak monoton melakukan kegiatan gitu lo, ho.o. Dampak seperti apa mbak? ee seper seperti diterima, masyarakat jadi apanamanya mengenal kita tidak hanya yang buruk-buruk ya ya apanamanya kayak stigma yang ada di mereka, bahwa eeee apa namanya ooh waria itu juga punya hal positif ya kayak adalah santri ponpes 101 Kalo yang secara keseluruhan mbak, yang sudah mbak dapatkan dari pondok pesantren? Secara keseluruhan? Ya itu tadi itukan ee banyak hal ya ee satu contoh aku sekarang sudah alhamdulilah sedikit sedikit trus eeee bisa belajar dan mengenal dan dan hafal
Informan mengatakan bahwa mengekskuifkan diri adalah hal yang tidak baik apalagi bagi kaum minoritas karena akan semakin terpinggirkan
Informan mengatakan bahwa perlunya berkegiatan diluar untuk mengeksplor sekaligus untuk berani menunjukkan diri (waria) ke masyarakat luas dan informan merasa bahwa hal tersebut memiliki banyak keuntungan untuk dirinya, seperti penerimaan masyarakat dan menunjukkan nilai positif yang dimiliki waria yakni sebagai santri pondok pesantren
Informan mengatakan bahwa ia sedikit demi sedikit dapat mengenal dan huruf Al-Quran selama bergabung dengan pesantren namun belum dapat membaca Al-Quran
dan apa bila ia mengeksklusifkan dirinya itu akan menjadi tidak baik karena akan semakin terpinggirkan, sehingga aktivitas yang dilakukan adalah menunjukkan diri (waria) ke masyarakat luas agar masyarakat lebih mengetahui waria secara keseluruhan, tidak hanya hal negatif tetapi juga hal positif seperti waria adalah santri pondok pesantren
101 Secara keseluruhan selama berkegiatan di pondok pesantren, informan sedikit demi sedikit dapat mengenal huruf Al-Quran namun belum dapat membaca Al-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123
dengan huruf-huruf alquran walaupun belum belum bisa baca alquran 102 itu sat satu sisi ada bebe, trus bisa belajar lebih tentang, tentang agama gitu ya apa karena aku sudah cukup lama meningggalkan ya apa artinya ee pelajaran agama itu terus eee hal yang lain eee menambah wawasan, pengetahuan, menambah ya tadi juga teman, gitu tu tak anggep hak yang hal yang luar biasa. 103 Meninggalkan lama pelajaran agama itu ada hal apa? Karena aku waktu itu masih asik dengan duniaku Seperti? Tentang kewariaanku aktivitasku sebagai waria, belum terlintas aku untuk belajar lagi, atau bergelut dengan agama, aku aku masih ya itulah, belum terlintas, apa ya namanya juga kita masih di usia-usia, aaa pingin ini pingin itu, trus seperti orang umum lah, ketika usia segitu orang pasti asik dengan dunianya, dengan karirnya 104 Biasanya kalau sudah memasuki usia senja (memberi tekanan) itu kita baru terlintas, terpikir kembali untuk dengan Tuhan untuk menyongsong ketika usia kita sudah selesai ya 105 Yang mbak tidak dapatkan dari komunitas mbak yang lain? Yang tidak aku dapatkan apa ya? Aku Cuma puny gini lo aku Cuma ingin memperkaya ee apa psikis aku artinya ee apa psikiskan lebih ke bagaimana kita belajar untuk untuk lebih lebih dewasa, lebih matang, lebih
Quran Informan mengatakan bahwa ia pernah meninggalkan pelajaran agama, dan di pesantren ia dapat mempelajarinya kembali untuk menambah wawasan dan juga menambah teman
Informan mengatakan bahwa ia lama meninggalkan pelajaran agama karena pada saat itu ia asik dengan dunianya, dengan karirnya dan belum memikirkan keinginan untuk belajar agama
Informan mengatakan bahwa ia baru ingin mempelajari agama ketika ia telah memasuki usia senja sambil menunggu waktunya kembali pada Tuhan/tutup usia Informan mengatakan bahwa selama berkegiatan di pesantren membuatnya dapat belajar untuk lebih mematangkan diri agar lebih dewasa dan bijaksana, itu adalah hal yang tidak ia dapatkan dari komunitas lain
102+103+104 Infroman mengatakan bahwa ia juga dapat mempelajari tentang agama, menambah wawasan dan teman karena sebelumnya ia pernah meninggalkan pelajaran agama cukup lama karena dulu ia pernah menikmati waktunya sebagai waria muda dengan karirnya dan belum terlintas untuk belajar agama. Informan baru terlintas untuk kembali mempelajari agama ketika ia memasuki usia senja sambil menunggu waktu kembali kepada Tuhan/tutup usia
105+106+107 Informan mengatakan bahwa berbeda dengan komunitas yang lain, selama berkegiatan di Adanya keinginan pesantren ia dapat belajar untuk untuk menjadi pribadi yang menjadi pribadi yang lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124
bijaksana gitu kan nah itukan alhamdulilah bisa aku dapatkan di ponpes 106 bahkan sebelum ponpes aku juga sudah sudah bisa untuk belajar itu dan ketika aku di ponpes muk, semakin apa semakin ee apa lebih mencoba untuk ya itu lah menjadi manusia yang menjadi manusia yang artinya ee bisa bermanfaat 107 Pesantren membantu untuk semakin matang? ya ya ya pribadi yang dapat bertanggung jawab dengan diri sendiri, pada lingkungannya, apanamanya ya lebih bijak yakan, lebih tahu mana yang harus dilakukan mana enggak, proses pendewasaan ituya. Psikologisnya pikiran Lalu kegiatan seperti apa yang membantu mu itu? Ya itu proses beribadahnya, mengajinya, pengetahuan dari pak ustadsnya, itu membantu banyak ya diskusi dengan pak ustadz Mengapa kegiatan itu dapat membantumu semakin matang? Ya ya karna ee apanamanya kegiatan itu membantuku untuk belajar ya, bek itu tentang agama tentang aturanna, tentang isuisu kehidupan, banyak ya, membuat aku semakin mengerti oh inilah hidup. jadi di di disitu aku bisa membantuku lebih matang, bertanggungjawab
yang ia pernah ikuti Informan mengatakan bahwa sebelum menjadi anggota pesantren, ia telah mencoba untuk menjadi lebih matang, Dengan diri yang matang, maka ia dapat bermanfaat bagi orang lain Informan mengatakan bahwa pesantren membantunya untuk menjadi pribadi yang bertanggungjawab dan bijak pada diri sendiri dan lingkungan Kegiatan yang membantunya tersebut adalah kegiatan peribadatan, mengaji dan berdiskusi dengan ustadz, karena kegiatan tersebut dapat menyediakan pengetahuan tentang aturan-aturan agama dan pengetahuan tentang isuisu kehidupan yang dapat membantunya memaknai hidup
matang, dewasa dan bijaksana agar dapat bermanfaat bagi orang lain. Informan juga mengatakan bahwa sebelum menjadi anggota pesantren, ia telah mencoba belajar untuk menjadi pribadi yang matang, dan pesantren dapat membantunya belajar hal tersebut melalui kegiatan seperti peribadatan, mengaji dan diskusi dengan ustadz yang dapat membantunya memaknai hidup
lebih matang, bijak dan bertanggung jawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125
108 Kalau yang mbak belum dapatkan? Yang belum aku dapatkan apa ya? Hmmm di ponpes? Yaa eee berarti itukan Yang belum aku dapatkan itu kayak cita-cita ya? Ya misalnya mbak inginkan trus mbak ke ponpes trus itu belum tercapai? Tidak ada kayaknya, ho.o, belum belum ada kayaknya karnakan aku bener-bener mengalir, tak nikmati aja kegiatan di ponpes iya iya 109 Harapan mbak sendiri untuk pondok pesantren? Yaa harapannya tetep, tetep bisa berjalan, tetep bisa apa, apa namanya ee melakukan kegiatan untuk temen-temen gitu 110 karna bagaimanapun menjadi satu buah ruang ya atau atau rumah kedua bagi temen-temen waria yakan ee untuk belajar, menjadi ruang yang nyaman eee yakan tempat berkumpul. Eee cantik (berkata pada Bu Sinta yang sedang lewat) eee nah disitu, tetep masih, masih apaa eee bisa melakukan apa namanya kegiatankegiatannya, 111 dan harapannya itu juga sih pondok pesantren ada lembaga donor hahahaha (tertawa) yang mendanai kegiatan-kegiatan gitu. Apa namanya, donatur. Donatur iyaa
Informan mengatakan bahwa ia tidak merasa belum mendapatkan apa-apa selama menjadi anggota pesantren karena menjalaninya dengan mengalir
112 Kalo yang mbak harapkan sendiri untuk diri mbak? Yang aku harapkan? Nah itu apa namanya seperti tadinya yang aku bilang aku semakin bertambahnya usia aku gini sih eee ini
Informan mengatakan bahwa semakin bertambahnya usia, ia berharap supaya ia tetap diberi kesehatan agar dapat beraktivitas dengan maksimal dan
Informan memiliki harapan agar pondok pesantren tetap bertahan dan terus berjalan dengan kegiatannya untuk memfasilitasi santri waria Informan mengatakan bahwa pesantren merupakan tempat yang nyaman untuk belajar dan berkumpul melakukan kegiatan bersama santrisantri waria
109+110+111 Informan mengharapkan agar pesantren tetap bertahan untuk memfasilitasi santri waria karena pesantren merupakan tempat yang nyaman untuk belajar dan berkumpul berkegiatan dengan santri-santri waria. Harapannya juga agar pondok pesantren memiliki donatur yang dapat mendanai kegiatan di pesantren
Adanya keinginan untuk belajar Adanya keinginan untuk berkumpul bersama temanteman
Informan juga berharap adanya donatur yang membantu mendanai kegiatan yang ada di pondok pesantren
112+113 Harapan informan untuk dirinya sendiri adalah tetap diberi kesehatan seiring bertambahnya Adanya keinginan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126
ya sederhana ya, aku dikasih kesehatan yakan dikasih kesehatan trus agar aku bisa melakukan aktivitas-aktivitas secara maksimal dimana aktivitasku itu bisa bermanfaat bagi orang lain itu 113 trus ee harapan yang lain juga itu, aku bisa survev dengan cara yang dengan cara yang nyaman ya kan aku tidak tidak muluk-muluk aku harus punya rumah punya mobil, aku bisa survev, tidak menyusahkan oranglain yakan itu dan Aku bisa dikasih kesehatan yakan dah sudah, menurut menurut ku sudah hak yang yang bagus untuk aku. 114 Amin. Iya Semoga tercapai Amin 115 Lalu bagaiamna menurut mbak, pandangan masyarakat bahwa mbak menjadi anggota pesantren? Ya itu pandangannya malah positif ya artinya gini lo. Kegiatan pondok pesantren itu menurutku bisa meminimalisir stigmatisasi apa oh dia tu waria tapi dia tu nganu lo anggota santri, di pondok pesantren. karena agama itu masih dianggap sesuatu yang paling wow gitu ya oleh hampir semua orang yakan, soalnya apa namanya masih dianggap sesuatu yang mengarah ke hal yang baik. eh YS ki waria yang baik ya karena dia beraktivitas di pesantren. bukan hal hal yang negatif kan nah gitu nah apa memiliki kesempatan untuk meminimalisir, jadi lebih mudah mudah diterima
dapat bermanfaat bagi orang lain
Informan mengatakan bahwa ia berharap agar bisa bertahan hidup secara mandiri dan tidak menyusahkan orang lain sesuai dengan kenyamanannya, ia tidak menginginkan hal yang berlebihan/rumit karena baginya kesehatan sudah sangat baik untuknya Informan mengatakan bahwa kegiatan di pondok pesantren membantunya untuk meminimalisir stigma negatif yang melekat pada waria dan informan merasa masyarakat memandangnya positif dan menerimanya karena ia adalah santri waria karena juga bagi informan, agama sangat berpengaruh atau memiliki power yang kuat di masyarakat sehingga menjadi lebih diterima oleh masyarakat ketika ia adalah seorang santri
usia agar dapat maksimal untuk bermanfaat beraktivitas agar bermanfaat bagi bagi orang lain orang lain Selain itu juga ia berharap agar tidak menyusahkan orang lain, dapat bertahan hidup secara mandiri, ia juga tidak menginginkan hal yang berlebihan karena baginya kesehatan sudah sangat baik
115 Informan memiliki anggapan terhadap pandangan masyarakat yang telah menerimanya secara positif karena ia adalah seorang santri atau anggota pesantren. Berkegiatan di pesantren juga membantu untuk meminimalisir stigma negatif karena agama sendiri memiliki pengaruh dan power yang kuat di masyarakat
Adanya keinginan untuk diterima oleh masyarakat dengan status sebagai santri waria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127
116 Apa yang membuatmu bertahan berkegiatan di pesantren? Ya itu yang pertama itu ya, aku masuk kesitu tu ya nyaman, kan nyamankan luas banget ya bentuknya seperti nyaman dengan lingkungan, nyaman dengan temen-temen didalamnya yakan, nyaman dengan cara kerjanya, kan masuk didalamnya to, nah itu aku rasakan yakan, ya artinya aku bisa bertahan lama karena kenyamanan itu yang aku dapat di pesantren. nyaman karena pesantren bagiku adalah rumah kedua, tempat yang nyaman untuk belajar, dan berkumpul dengan teman-teman
Informan mengatakan bahwa ia bertahan berkegiatan di pesantren ini karena merasa nyaman dengan lingkungan yang adalah teman-teman sesama waria didalamnya dan nyaman dengan cara kerja yang pesantren lakukan. Karena bagi informan, pesantren dianggap sebagai tempat yang nyaman untuk belajar dan berkumpul dengan teman-teman
116 Informan mengatakan bahwa ia bertahan berkegiatan di pesantren karena ia nyaman dengan lingkungan yang adalah temanteman waria, nyaman dengan cara yang kerja pesantren karena informan telah menganggap pesantren sebagai tempat yang nyaman (rumah) untuk belajar dan berkumpul bersama teman-teman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128
PENGELOMPOKAN KODE INFORMAN 1 Kode Alasan terlibat adalah karena diberi tanggung jawab sebagai sekretaris Adanya keinginan untuk berkontribusi untuk pondok pesantren. Adanya keinginan untuk mengaplikasikan pengalaman. Adanya keinginan untuk memiliki jaringan relasi dengan sesama waria maupun bukan waria. Adanya keinginan untuk memiliki banyak teman. Adanya keinginan untuk berkumpul bersama teman-teman. Adanya keinginan untuk berguna bagi orang lain. Adanya keinginan untuk mengabdikan diri bagi orang lain. Adanya keinginan untuk berbagi. Adanya keinginan untuk bermanfaat bagi orang lain. Adanya kepedulian terhadap temanteman santri waria. Adanya kesenangan beroganisasi
Kategori Menuntaskan suatu pekerjaan atau jabatan dengan tahan Berkontribusi untuk pesantren dengan mengaplikasikan kemampuannya berdasarkan pengalaman
Keinginan untuk memperluas jaringan pertemanan atau relasi dengan skala yang lebih besar
Need Need of Achievement
Motif
Need of Achievement Need of Nurturance Need of Achievement
Bertanggung jawab atas jabatan yang diambil
Need of Affiliation
Kenyamanan berinteraksi dengan banyak orang Keinginan untuk menolong sesama
Need of Nurturance
Keinginan untuk berkegiatan secara komunal untuk menambah jaringan pertemanan
Need of Affiliation
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129
Adanya kesenangan untuk mempelajari hal-hal baru. Adanya kesenangan untuk menambah Keinginan untuk mengembangkan wawasan . Adanya keinginan untuk mempelajari wawasan terkait agama maupun non-agama agama. Adanya keinginan untuk belajar. Memenuhi keinginan untuk belajar. Lebih merasa nyaman belajar di pondok Kenyamanan belajar adalah di pesantren waria pondok pesantren waria Adanya keinginan untuk diterima oleh masyarakat dengan status sebagai santri waria. Perasaan diterima dan keinginan Lebih percaya diri ketika bisa lebih untuk diterima diterima di pondok pesantren waria dari pada di luar pondok pesantren waria. Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Tempat waria untuk belajar Waria agama Ingin mengetahui kedudukan waria Mencari pedoman dan eksistensi dalam agama waria Adanya harga diri. Adanya keinginan untuk menjadi pribadi yang lebih matang, bijak dan Menguasai dan memperbaiki diri bertanggung jawab
Need of Achievement
Keinginan untuk mempelajari banyak hal
Motif belajar Need of Achievement
Need of Succorance
Bertahan berkegiatan di tempat yang dianggap nyaman
Tempat waria untuk belajar agama Need of Understanding
Keinginan untuk menunjukan eksistensi diri
Need of Counteraction
Keinginan untuk memiliki kontrol diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 130
Hasil Observasi Informan 1 (YSAB) Wawancara 1
: 21 Oktober 2013
Waktu wawancara : 17.00 Lokasi
: teras Pondok Pesantren Al-Fatah
Durasi wawancara : 34 menit 58 detik Waktu selesai
: 19.30
1. Pada saat sebelum bertemu Pada awalnya, peneliti dan informan menyetujui lokasi wawancara disebuah rumah makan, namun, dimenit yakni 15 menit terakhir sebelum jam bertemu, informan meminta untuk mengganti tempat menjadi di pondok pesantren karena pada pukul 7 informan menghadiri rapat yang bertempat di pesantren. 2. Pada saat sebelum wawancara Subjek sudah berada di Pondok Pesantren terlebih dahulu dan sedang mengerjakan beberapa dokumen yang akan informan pakai untuk pergi ke Makasar untuk mempresentasikan artikelnya tentang Pondok Pesantren. Informan mengenakan kaos berwarna merah, mengenakan jaket berwarna merah, celana jeans panjang berwarna abu-abu, menggunakan rambut palsu (wig) pendek berwarna coklat tua, mengenakan kacamata dan informan memgalungkan buff berwarna abuabu Bermotif Harley Davidson di lehernya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131
Informan pada awal bertemu menyambut peneliti di depan pintu Pondok Pesantren terlihat senang dan bersemangat. Namun, ketika sampai pada teras dan kembali melihat laptop dan dokumen lain, ekspresi informan kemudian menjadi datar, panik dan bingung. Kemudian, peneliti dan informan berbincang mengenai keperluan informan untuk pergi ke Makasar dan rencana liburan sebagai bentuk rapport. Setelah itu informan menanyakan tentang wawancara dan kemudian peneliti memberikan informed consent kepada informan untuk dibaca, dipahami dan ditandatangani. Ketika membaca, informan mengenal supervisi peneliti dan menitipkan salam untuk beliau. 3. Pada saat proses wawancara Posisi duduk informan dan peneliti bersebelahan dengan jarak kurang lebih setengah meter, informan bersandar pada kusen pintu dan duduk di karpet, di depan informan terdapat meja kecil, pendek, laptop yang menyala dan tas informan beserta kertas-kertas dokumen miliknya. Peneliti memulai dengan menyalakan alat perekam dan mengetes suara bersama informan. Kemudian peneliti meletakkan alat perekam di atas meja dan kemudian peneliti membuka dengan pertanyaan awal dan ketika menjawab, informan mengambil alat perekam dan berbicara sambil mendekatkan alat perekam ke mulutnya. Selama
proses
wawancara,
informan
menjawab
dengan
bersemangat, sesekali menjawab sambil tersenyum, namun pandangan informan tidak mengarah ke peneliti, hanya sesekali informan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 132
memandang peneliti ketika informan memberikan penekanan pada beberapa kata atau kalimat. Informan satu kali meminta izin untuk menjawab sambil merokok, kemudian informan menyalakan rokok dan menjawab pertanyaan peneliti dan tangan kiri informan tetap memegang alat perekam dan oandangan tetap tidak tertuju pada peneliti (pandangan mengarah ke serong kanan informan ke arah tempat tinggal orang lain dengan pintu berwarna hijau. Selama proses wawancara, Ibu Sinta (ketua Pondok Pesantren Waria) sempat melewati area wawancara peneliti dan informan, kemudian informan memberi salam kepada beliau dam kemudian beliau menghampiri peneliti dan informan untuk melihat aktivitas wawancara (sekitar 20 detik). Setelah itu beliau kembali ke dalam ruangan Pondok Pesantren. Kemudian proses wawancara kembali seperti biasa. Ketika informan menjawab pertanyaan seputar relasi dengan orang lain, informan menjelaskan dengan terenyum dan melambaikan tangan ke kanan dan ke kiri. Jawaban yang memunculkan ekspresi tersebut seperti membantu orang lain, membahagiakan orang lain, memiliki relasi baru, dan berbagi dengan orang lain. Informan menunjukkan ekspresi mata melotot, mulut sedikit manyun dan ada beberapa tekanan pada kata atau kalimat serta tangan yang menggerakkan tangan ke kiri dan ke kanan seperti menolak sesuatu ketika pertanyaan tentang tata cara beribadah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 133
Selama proses wawancara juga, informan tidak terlalu banyak mengubah posisi duduknya, hanya sesekali untuk membenarkan posisi duduk. Informan duduk di lantai dengan kaki bagian paha menempel di dada (seperti meringkuk) dan menyandar pada kusen pintu. Berbeda ketika informan menjawab pertanyaan dengan arah pandang
tidak
kepada
peneliti,
ketika
informan
mendengarkan
pertanyaan, informan menatap peneliti kemudian ketika menjawab, pandangan itu berpaling. Ketika proses wawancara telah selesai dengan kata-kata dari peneliti, informan tidak menyangka dan memberikan ekspresi terkejut bahwa wawancara berlangsung cepat. Kemudian informan meletakkan 4. Pada saat setelah wawancara Informan menyalakan rokok dan melanjutkan mengerjakan beberapa dokumen yang belum selesai. Informan berkata bahwa dirinya merokok ketika banyak pekerjaan dan kesibukan yang membuat informan membutuhkan banyak tenaga. Setelah itu, informan sudah fokus mengurusi dokumen yang ia perlikan untuk pergi ke Makasar. Wawancara 2
: 25 November 2013
Waktu wawancara : 13.00 Lokasi
: ruang tamu Pondok Pesantren Al-Fatah
Durasi wawancara : 41 menit 58 detik Waktu selesai
: 15.46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 134
1. Pada saat sebelum wawancara Informan baru saja mengadakan pertemuan dari tamu yang berasal dari Aussie, informan baru saja menyelesaikan diskusi kelompok dengan mereka di pondok pesantren. informan mengenakan kaos oblong dengan sepertempat lengan berwarna biru, celana jeans panjang berwarna abu-abu dengan menggunakan wig atau rambut palsu pendek berwana hitam kecoklatan. Pada saat setelah selesai diskusi dengan tamu dari Aussie, informan meminta agar proses wawancara nanti diadakan setelah makan sian. Pada saat itu diskusi selesai pada pukul 11.39 dan kemudian di lanjutkan dengan makan siang. Setelah makan siang, informan tidak langsung ingin di wawancarai namun terlebih dahulu ia menggunakan waktu tersebut untuk mencukur bulu kumis dan jenggot dengan menggunakan pinset. Beberapa menit kemudian yakni tepat pukul 13.00, informan kemudian memanggil peneliti untuk memulai proses wawancara sambil ia membawa pinset dan cermin dari tempat bedak bekas. 2. Pada saat wawancara Pada saat wawancaran, informan duduk bersandar di pilar yang terdapat di ruang tamu pondok pesantren dengan posisi kaki kanan ditekuk kebelakang sebagai alas duduk dan kaki kiri ditekuk kedapan untuk tumpuan badan bagian depan sambil memegang pinset dan kaca bekas bedak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 135
Ketika menunggu pertanyaan dimulai, informan mempergunakan waktunya untuk mencukur bulu kumis dan jenggotnya. Sesekali ketika informan menjawab pertanyaan sambil melakukan aktivitas tersebut dan juga sesekali meletakkan pinset dan kaca bedaknya. Informan juga dua kali menyalakan rokok ketika proses wawancara. Selama proses wawancara, informan juga terdistraksi dengan aktivitas di luar ruang tamu karena pada saat itu sedang berlangsung obrolan teman-teman waria dengan salah satu peneliti lain yang hendak membantu waria untuk menyediakan ruang usaha seperti salon dan rumah makan. Setelah mengetahui itu, informan sesekali ikut bertanya dan membicarakan hal itu dengan suara kencang karena berada di ruang tamu agar dapat di dengar oleh mereka yang sedang berbicara di teras pesantren. selain itu selama dua kali ada peneliti lain yang berpamitan dan masuk untuk bersalaman dengan informan. 3. Pada saat selesai wawancara Setelah wawancara selesai, informan langsung keluar menuju teras untuk meneruskan mencukur bulu kumis dan jenggotnya karena membutuhkan cahaya agar dapat terlihat. Kemudian melanjutkan aktivitas mengobrol dengan waria lain tentang permasalahan kegiatan transgender day kemarin hingga masalah pekerjaan dan finansial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 136
KODING DATA HASIL WAWANCARA INFORMAN 2 No 1
2
3
4
Meaning Unit Mbak kamu menjadi anggota pesantren itu sejak kapan? Sejak tahun 2010, waktu dari Notoyudan Dan itu awalnya bisa menjadi anggota pesantren? Karena akukan diajak temen sendiri, yuk kita ikutin aja Eemmm siapa temen mbak itu? Ada tapi udah pulang ke Palembang Jadi awalnya Cuma diajakain? Diajak temen Hmmm trus setelah mbak ikut kegiatan awal itu, kegiatan awal itu seperti apa? Nggak seperti disini gitu, kalau dulu iitu nggak seperti disini, Cuma wawancara ada acara kita diundang kalo nggak ada acara kita nggak diundang nggak seperti disini, kalo disinikan ada seperti diajarkan Al-Quran, diajarkan shalat, baca-bacaan aja gitu diajarkan, ada ceramahnya gitu kalo disini gitu, kalau disini kumplit gitu Dulu? Nggak ada kalo dulu Itu 2010 itu mbak menghadiri acara apa itu? Ya waktu acara misal, apa ajalah acara-acara Yang pertama kali di pesantren itu? Cuma juga jarang datang gitu Hmm kalo aktifnya sejak 2000 berapa? Aktifnya disini. Hmmm kalo disini aktifnya sejak 2 tahun. Hmmm 2 tahun. Hampir 3 tahun jalan lah Trus mbak bisa ceritakan nggak pengalaman mbak di pesantren ini?
Transformasi 1 Informan mengatakan bahwa ia telah bergabung menjadi anggota pesantren sejak tahun 2010 dan pada awalnya ia diajak oleh seorang teman
Informan mengatakan bahwa kegiatan awal pesantren berbeda dengan saat ini, dulu hanya jika ada acara saja informan diundang dan datang, namun di pesantren saat ini banyak hal yang diajarkan seperti mengaji, shalat dan ceramah atau diskusi bersama ustadz dan informan mengatakan bahwa kegiatan yang dilakukan pesantren saat ini sudah lengkap Informan mengatakan bahwa ia mengikuti pesantren sejak 2010 namun baru aktif sekitar dua tahun terakhir, hampir tiga tahun
Transformasi 2
Kode
1+2+3 Informan mengatakan bahwa dirinya menjadi anggota pesantren sejak 2010 yang berawal dari ajakan seorang temannya. Informan mengatakan bahwa kegiatan pesantren dulu hanya datang jika diundang saja, berbeda dengan kegiatan pesantren sekarang yang menurut informan lengkapsepertii diajarkan shalat, mengaji, ceramah dan diskusi bersama ustadz. Hal tersebut yang membuat informan dulunya jarang bergabung, dan baru bergabung aktif di pesantren sejak 2 tahun yang lalu dan saat ini sudah berjalan hampir 3 tahun
Informan mengatakan bahwa 4+5 pengalamannya selama di pesantren Informan
mengatakan
bahwa
Keterlibatan awal karena ajakan dari seorang teman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 137
5
6
7
Pengalamannya ya kebanyakanya bahagialah, karna kesatu pemimpinya orangnya fair, jadi ama temen-temen merangkul, saling sharing gitu jadi ada nggak ada tu dia selalu terbuka gitu. nah itulah yang saya cari gitu pemimpin itu, seperti Bu Shinta, kan Bu Shinta gitu orangnnya jadi tidak pilih-pilih gitu orangnya, semua gitu sama gitu. Mana kita satu nasib dengan dengan dia gitu waria gitu Hmm seperti itu, lalu emm fair yang seperti apa to mbak maksudnya, mbak merasakan seperti apa Bu Shinta itu? Kayak sodara, kayak kakak sendiri, selalu terbuka orangnya Mbak sendiri juga terbuka orangnya? Ya terbukalah (memberikan tekanan), kalo ada apa-apa, selalu ada masalah apa apa selalu terbuka gini gini gini, udah ngerti gitu, cerita Cerita gitu ya? Trus tadikan awalnya mbak diajakin ya, trus apa yang membuat mbak tertarik sih di pesantren ini? Karnakan kalo saya sendiri, pesantren ini seperti itu agama ya, kalo saya sih butuh, butuh. Nomor satu gitu untuk saya, untuk menuntun kita tentang kebaikan karenakan kalo agama itu nomor satu, agama itu untuk kebaikan kita sendiri untuk mengetahui gitu Apa yang hendak mbak pelajari memang? Kalo yang saya pee, yang saya ingin pelajari itu ya banyak ya, jadi ilmu-ilmu itu ada Kalo
lebih banyak senangnya, karena informan merasa bahwa ketua pondok pesantren adalah orang yang merangkul, adil, terbuka, tidak membeda-bedakan atau tidak pilihpilih, informan merasa sudah seperti saudara sendiri dan sosok pemimpin yang seperti itulah yang informan cari
pengalamannya selama dipesantren lebih didominansi oleh perasaan senang karena informan merasa dirangkul oleh ketua pondok pesantren. Informan juga mengatakan bahwa ketua pondok pesantren adalah orang yang adil, terbuka dan informan juga terbuka dengan ketua pondok pesantren, tidak membeda-bedakan dan tidak pilih-pilih. Informan menganggap ketua pondok pesantren seperti saudara sendiri dan dialah sosok Informan mengatakan bawa dirinya pemimpin yang ia cari. juga terbuka dengan ketua pondok pesantren
Informan mengatakan bahwa yang membuatnya tertarik dengan pesantren waria adalah karena baginya, agama adalah hal yang ia butuhkan dan agama adalah yang paling penting (nomor satu) karena dapat menuntunya untuk lebih positf
6+7 Informan mengatakan bahwa ia tertarik dengan pondok pesantren waria karena agama. Agama merupakan hal yang paling penting (nomor satu) dan yang dibutuhkan oleh informan karena dapat menuntunya untuk menjadi lebih positif, dan infrman ingin Informan mengatakan bahwa ia ingin mempelajari ilmu agama itu untuk mempelajari ilmu agama, dan kebaikan dirinya maupun untuk kebaikan seperti kebaikan untuk diri kebaikan orang lain. Kebaikan
Senang dirangkul Adanya keinginan untuk dirangkul
Mencari sosok dominan atau sosok pemimpin Keinginan untuk memiliki saudara
Adanya keinginan untuk belajar agama Agama menjadi yang utama
Adanya keinginan
untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 138
8
9
kebaikan yang mbak maksud itu apa? Kalo kebaikan itu karenakan kita, baik sama orang lain, baik dengan diri kita sendiri, jadi tadinya sifatnya apa, jadi kita agak santai, tenang, kita tadinya egois, ingin menang sendiri sekarang udah menggeluti agama, sekarang jadi menenangkan hati kita sendiri, semua agama itu menenangkan hati kita gitu Apakah sudah mbak dapatkan di pesantren? Sudah, sudah Trus menurut mbak, apa pendapat mbak tentang kegiatan di pesantren? Itu wajib ya karena pelajaran untuk saya Pelajaran seperti apa mbak? Seperti mengaji Al-Quran, shalatnya diajarkan, diajarkan segalanya itu wajib bagi saya? Mengapa mbak bisa mengatakan itu wajib untuk mbak? Ya wajib untuk agama Islam, jadi itu wajib Memang bagaimana perasaan mbak kalau tidak memenuhi kewajiban itu? Ya karena Eva merasa belum sempurna gitu. Sempurna, maksudnya? Sempurna sebagai manusia gitu, sebagai Muslim Trus apa yang mbak rasakan tentang kegiatan di pesantren? Enak aja, tenang gitu nggak ada apa-apanya gitu, jadi nggak ada permasalahan gitu Hmmm maksudnya? Jadi tenang aja kita, jadi banyak persaudaraan Sebelum berkegiatan di pesantren, memang ada perasaan tidak senang atau gimana? Yaah, lain-lain lah, karena kitakan dunia malam
sendiri dan untuk orang lain, contohnya yang awalnya memiliki sifat egosi, kemudian bisa menjadi tenang setelah menggeluti agama. Informan juga mengatakan bahwa agama dapat menenangkan hati dan semua itu sudah ia dapatkan di pesantren
yang informan maksud seperti yang awalnya memiliki sifat egois kemudian dapat menjadi lebih tenang setelah mempelajari agama karena agama dapat menenangkan hati. Semua itu telah informan dapatkan di pesantren
Informan mengatakan bahwa kegiatan yang berlangsung di pesantren seperti mengaji dan shalat itu bersifat wajib untuknya karena itu juga wajib bagi agama Islam
8 Informan mengatakan bahwa kegiatan di pesantren seperti mengaji, membaca kitab suci dan shalat adalah hal yang wajib bagi umat yang beragama Islam
Informan mengatakan bahwa ketika berkegiatan di pesantren, informan merasa tenang seperti tidak memiliki permasalahan, dan juga informan merasa memiliki banyak saudara, karena sebelum menjadi anggota pesantren ia merasakan perasaan yang berbeda karena ia mengatakan bahwa
9 Informan mengatakan kegiatan di pesantren dapat membuat dirinya merasa tenang seperti tidak memiliki permasalahan. Informan juga merasa memiliki banyak saudara. Hal tersebut karena sebelumnya
memperbaiki diri Adanya keinginan untuk menjadi lebih positif Adanya keinginan untuk mendapatkan ketenangan
Memenuhi kewajiban untuk mempelajari agama
Adanya keinginan untuk mendapatkan ketenangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 139
10
11
kan lain Hmmm kalau boleh tau mbak, pekerjaannya? Kalau sayakan sebagai, stylish salonkan, kalo sekarang saya sebagai PSK gitu Jadi punya dua pekerjaan gitu? Iya dua pekerjaan Untuk terkait beribadah, cara mbak beribadah itu sendiri seperti apa? Kita bisa untuk melihat orang, fisik orang, walaupun orang lain melihat saya itu sempurna, kalo saya ketika beribadah itu melihat fisik orang bagaimana, kita sedikitnya, sedikit ramah gitu, amal ketika kita ada gitu, beri gitu Kalo kenyamanan beribadah menggunakan apa? Kalau saya pake sarung Alasannya? Alasanya dari keluarga Kenapa itu mbak? Dari didikan keluarga gitu, kalo kita ini, kita ini kelahirannya yang kita ambil Jadi keluarga mendidik mbak? Ya karena kita kelahiran kitakan lakilaki, sewajibnya, sewajarnya kita pakai sarung, karena dari didikan keluarga juga gitu Berarti keluarga mbak itu Islam semua? Iya Dan diajarin seperti itu? Iya Ketika beribadah apa yang mbak rasakan, misalnya ketika berdoa kepada Tuhan, apa yang mbak rasakan? Wuuiiih udah, jadi nggak ada batasnya gitu, jadi merasakan diri saya ini, kadang-kadang terharu dengan doadoa kadang-kadang kita menangis sendiri gitu Karena apa mbak? Karnakan, nasib gitulah, yang yang nggak sep seperti orang lain, nggak
dirinya bekerja sebagai penata rambut informan merasakan hal yang dan juga PSK yang masuk dalam dunia berbeda karena ia masuk dalam malam dunia malam yakni bekerja sebagai seorang PSK Informan mengatakan bahwa ketika beribadah, kenyamanannya adalah menggunakan sarung karena didikan keluarga yang mengajarkan bahwa seorang laki-laki sewajarnya dan sewajibnya mengenakan sarung dan informan juga mengatakan bahwa ia juga mengambil cara sama seperti ketika ia di lahirkan yaitu laki-laki
Informan mengatakan bahwa ketika ia beribadah ia terkadang merasa terharu dan menangis karena ia merasa bahwa dirinya tidak seperti orang lain yang ia anggap sempurna dan beruntung
10+11 Informan mengatakan bahwa ketika ia beribadah, ia lebih memilih menggunakan sarung karena didikan atau ajaran keluarganya yang mengajarkan bahwa laki-laki shalat menggunakan sarung, alasan lain adalah informan mengambil cara yang sama seperti ia ketika di lahirkan yakni laki-laki. Informan mengatakan ketika ia beribadah ia merasakan keharuan dan terkadang menangis ketika berdoa karena ia merasa tidak seperti orang lain yang ia anggap sempurna dan beruntung
Mengikuti aturan keluarga
Pandangan positif terhadap orang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 140
12
13
beruntung seperti orang lain, bisa ini bisa itu, sedangkan saya nggak bisa gitu, yang seperti orang itu sempurna, sedangkan saya tidak, yakan, itulah yang saya harukan gitu Mbak merasakan apa sih, perbedaan seperti apa? Ya berbeda aja karena pribadi orang nggak sama Kalo menurut mbak, pribadi mbak? Ya mbak kan begini, kok saya lain dari yang lain, walaupun saya kelahiran laki-laki tapi kok punya perasaan begini gitu, ya itulah yang jadi saya bebankan gitu Kebingungan itu memang sejak kapan mbak? Udah lama sih sejak kita awalnya dari SMP tapi saya tidak diambil pusing, ah dah takdir saya begini, kita terima apa adanya saja yang penting kita jalani hidup dengan benar aja Apakah keluarga mendukung? Ya mendukunglah, fair gitu Mbak berapa bersaudara memang. 9, saya kelima perempuan 4 laki-laki 5 Berarti mendapat dukungan ya? Yalah, karena karena gini ya, ibu ibu saya dari sama temen-temen pengajiannya itu selalu ditegur kok kenapa anak kamu laki-laki kok tapi kok kayak perempuan? Coba obati katanya, ibu saya berjuang obati kesana kemari udah capek itu ibu saya sebetulnya, jadi kasian gitu ibu saya, memperjuangkan (memberi penekanan) anaknya seperti orang lain sama seperti orang
Informan mengatakan bahwa dirinya merasa lain karena ia dilahirkan sebagai laki-laki namun memiliki perasaan dan sifat perempuan, dan hal tersebut sudah ia rasakan lama dan menjadi beban baginya. Namun, informan mengatakan bahwa ia tidak mengambil pusing dan menerima serta menjalani takdir hidupnya dengan baik saja Informan mengatakan bahwa ia mendapatkan dukungan dan penerimaan dari keluarga walaupun ia mengatakan bahwa ibunya pernah ditegur oleh orang lain terkait perilakunya yang seperti perempuan dan kemudian meminta ibunya untuk ‗mengobati‘nya untuk seperti laki-laki namun informan mengatakan bahwa dirinya tidak bisa walaupun ibunya sudah berjuang atau berusaha
12+13 Informan mengatakan bahwa dirinya merasa bingung karena secara fisik ia adalah laki-laki namun ia memiliki perasaan atau sifat seperti perempuan dan hal tersebut menjadi beban baginya. Namun ia tetap menjalani apa yang telah ditakdirkan untuknya dengan baik. Keadaan dirinya yang seperti itu diakui informan telah diterima oleh keluarga walaupun dahulu orang tuanya sempat mencoba untuk ‗mengobati‘nya kesana kemari karena perkataan dari teman orang tuanya namun informan tetap tidak bisa ‗menjadi‘ laki-laki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 141
14
15
lain, tapi nggak bisa (memberikan tekanan) Lalu apa yang ibu mbak lakukan? Ya terima saja, ibu saya terima aja, ngapain terus menyesali, namanya juga anaknya saya sendiri, dari 9 bulan mengandung katanya, kalo dia kayak gitu emang masalah, yang penting kelakukannya patuh ama ibunya gitu Lalu mbak pernah nggak sih mengalami kejenuhan ketika berkegiatan di pesantren? Nggak ada, kalau saya selalu ini, walaupun saya jauh ya dari Badran kesini naik Trans ya, saya nggak pernah lelah, inilah tujuan saya, jalan saya sendiri, demi kebaikan saya. Tidak pernah malu saya, tetap saja saya pergi gitu, walaupun saya tidak ada ongkos, tetapi tetap saya disiapkan ongkos pengajian gitu Mbak bener-bener ingin belajar ya? ya bener-bener ingin belajar, karena keinginan belajar itu keinginan segala punya dari hati, dengan pemikiran kita, kalo nggak dengan hatikan jadi mau apa jadinya kalo nggak dari hati, itukan agama, untuk saya itu penting, untuk menuntun hidup saya nanti, untuk masa tua gitu Dituntun seperti apa sih mbak? Ya seperti ee ajaran-ajaran itulah yang kita ingatkan gitu, ajaran-ajaran agama yang yang baik itu, ajaran-ajaran itu yang menuntun kita, ajaran-ajaran ustadz itu lo, ustadz itu mengajarkan saya untuk menuntun kita gitu
Informan mengatakan bawah ia tidak pernah mengalami kejenuhan ketika berkegiatan di pesantren walaupun tempat tinggalnya cukup jauh dari pesantren dan ia harus menggunakan angkutan umum ia tidak malu dan tetap berangkat walau tidak memiliki ongkos namun akan tetap ia persiapkan Informan mengatakan bahwa ia benarbenar memiliki keinginan untuk belajar dari hati dan belajar agama itu penting bagi informan untuk menuntun hidupnya kelak di masa tua seperti diingatkan tentang ajaran-ajaran agama yang baik
14+15 Informan mengatakan bahwa dirinya tidak pernah merasa jenuh selama berkegiatan di pondok pesantren walau ia merasa bahwa tempat tinggalnya jauh dari pondok pesantren akan tetap ia usahakan walaupun harus menggunakan angkutan umum dan tidak memiliki ongkos ia tidak malu dan akan tetap Keinginan yang untuk mempersiapkannya. Hal ini kuat dikarenakan informan memiliki belajar agama keinginan untuk belajar agama yang kuat agar ajaran-ajaran agama tersebut mampu menuntunya dimasa tua nanti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 142
16
17
18
19
Kalo aku boleh tau, apa yang mbak pegang, setelah belajar agamakan pasti ada sesuatu yang mbak pegang untuk kehidupan mbak kan? Yang pasti paling penting bagi saya itu, iman kita, iman kita dan kejujuran kita, dan itu saya pegang sampai seumur hidup dan tidak saya lupakan. Iman kita dan kejujuran aja. Kejujuran sebagai pondasi rumah gitu tidak akan runtuh gitu Trus kalo selama menjadi anggota pesantren nih mbak apa yang sudah mbak dapatkan? Itulah ilmu itu tadi Kalau mengaji? Baru sampai Iqro dari pertama lagi gitu Ada lagi nggak mbak misal relasi? Nggak ada kalau untuk saya Jadi mbak lebih concern ke agama aja? Concern ke agama iya Kalo yang mbak rasakan nih, dari dulu sebelum menjadi anggota pesantren sekarang menjadi, apakah ada perubahan? Ada, itu adalah banyak adalah di hati itu tambah tenang gitu Menjadi lebih tenang, memang sebelumnya bagaimana? Ya sebelumnya kan namanya kita di dunia lainkan, dalam pergaulan bebas itu berlainan Oo seperti apa itu? Seperti tidak ingat apa-apa, tidak ingat sodara gitukan, kalo sekarangkan ingat sodara jadi itulah keberuntungan dari agama itu Mbak ada pesantren?
nggak
sih
harapan
Informan mengatakan bahwa ia pegangan hidup yang tidak akan ia lupakan adalah iman dan kejujuran, karena bagi informan, kejujuran merupakan sebuah pondasi yang tidak akan runtuh
Informan mengatakan bahwa yang sudah ia dapatkan selama menjadi anggota pesantren adalah ilmu-ilmu terkait iman dan kejujuran serta jika mengaji ia baru sampai pada Iqro Informan mengatakan bahwa dirinya lebih fokus ke agama Informan mengatakan bahwa bahwa sebelum ia menjadi anggota pesantren, ia merasa tidak tenang karena aktivitas dan pergaulannya yang bebas yang lain dari orang lain dan terdang ia merasakan bahwa ia bahkan tidak mengingat saudaranya. Namun, ketika ia sudah menjadi anggota pesantren ia merasa mendapatkan ketenangan dan menjadi ingat saudara, dan ia juga merasa beruntung karena telah mempelajari agama untuk Informan mengatakan ia berharap agar pesantren semakin memiliki banyak
16 Informan mengatakan bahwa iman dan kejujuran adalah pedoman utama yang ia pegang karena baginya keduanya memiliki kekuatan
17 Informan mengatakan bahwa selama menjadi anggota pesantren, ilmu kejujuran dan keimanan telah untuk ia dapatkan, dan dirinya lebih Fokus belajar agama fokus belajar agama 18 Informan mengatakan perubahan yang terjadi pada dirinya sebelum dan setelah menjadi anggota pesantren adalah bisa lebih tenang dan dapat mengingat banyak hal termasuk ingat pada saudara karena ia sebelumnya menggeluti dunia malam yang identik dengan hal negatif dan ia merasa beruntung bisa belajar agama 19 Informan berharap agar pesantren
Keinginan untuk dekat dengan saudara
Keberuntungan karena telah mempelajari agama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 143
20
21
22
Aa harapannya ya pesantren itu makin banyak anggotanya, makin sukses gitu, jalan dengan lancar, tidak ada permasalahan gitu, kalo saya gitu dari hati saya gitu lancar tidak ingin ada permasalah gitu sama orang gitu karena itu demi kebaikan waria semuanya gitu Kalo untuk diri mbak sendiri, harapannya apa? Hmmm kalo harapan saya ya beginilah, yang penting kita menjalani aja, yang ada di depan gitu, yang penting kita berkomunikasi aja dengan keluarga gitu, baik-baik gitu
anggota, agar semakin sukses dan semakin banyak anggotanya, lancar tidak menemui permasalahan lancar dan sukses untuk kebaikan demi kebaikan semua waria para santri waria
Trus mbak apa yang membuat mbak bertahan nih berkegiatan di pesantren? Yaa kita harus bertahan aja, karena demi kebaikan Eva sendiri kebaikan saya sendiri gitu, jadi kalo misalkan kita tidak baik, kita tidak mungkin bertahan karena mana yang baik mana yang tidak baik, kita yang baiknya kita ambil, tidak baiknya kita buang aja, saya begitu orangnya, baik, selagi ada orang yang apa tu jadi toleransi masalah agama, maaf, gratis gitu ya ustadzustadznya itulah yang saya manfaati gitu, selagi ada yang mengajarkan kita, kita harus perlu itu, kita jangan sampai kita sia-siakan gitu waktu itu dimanfaatin untuk saya Yang belum mbak dapatkan di pesantren apa? Yang belum mendapatkan dari pesantren, semuanya sudah saya dapatkan apapun juga yang saya rasakan, udah dapatkan dari pondok
Informan mengatakan bahwa ia bertahan mengikuti kegiatan di pesantren demi kebaikan untuk dirinya sendiri dan selagi ada orang yang mau mengajarkan agama, ia akan memanfaatkannya dan tidak akan menyianyiakannya
Informan mengatakan bahwa ia ingin menjalani apapun yang akan ia temui nanti, yang terpenting baginya adalah tetap berkomunikasi dengan keluarga dengan baik
Informan mengatakan bahwa ia sudah mengapatkan semua yang ia butuhkan dipesantren seperti cara mengajar yang tidak pamrih, pemimpinnya, dan teman
20 Informan menginginkan agar dirinya tetap mampu menjalani kehidupan dan tetap bisa menjalin komunikasi yang baik dengan anggota keluarga 21+22 Informan mengatakan bahwa ia akan memanfaatkan dan tidak menyianyiakan kesempatannya untuk belajar di pesantren, selagi ada tenaga pengajarnya, hal tersebut untuk kebaikan dirinya. Selain itu ia bertahan karena merasanyaman karena sudah mendapatkan banyak hal di pesantren seperti pengajar yang tanpa pamrih, sosok pemimpin dan persaudaraan yang kuat
Keinginan untuk dekat dengan keluarga
Memanfaatkan kesempatan untuk belajar
Kenyamanan ketika dipimpin Adanya keinginan untuk memiliki saudara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 144
23
pesantren, misalnya cara mengajarnya tidak pamrih, pemimpinnya, temen-temennya ya itulah mendapatkan persaudaraan yang lebih kuat gitu, kenyamanan ya pasti nyamanlah untuk saya ya, tidak mungkin saya bertahan kok hati saya tidak nyaman, saya selalu nyaman orangnya, karena saya kan orangnya tidak pernah punya masalah Kalau tanggapan sosial atau lingkungan nih mbak ketika mengetahui mbak seorang santri waria? Nggak papa, nggak jadi masalah walau udah mengetahuinya kok, mengetahuinya, ―Mbak Eva mau kemana? Ke pondok. Oo ke Pondok‖, menerima dengan baik, karena kita bisa beradaptasi dengan lingkungan, kalo kita nggak bisa beradaptasi nggak mungkin kita diterima, misalnya saling menghargai, menegur
serta persaudaraan yang lebih kuat. Informan mengatakan bahwa dirinya bertahan juga karena merasa nyaman karena dirinya tidak pernah memiliki masalah
Informan mengatakan bahwa dirinya diterima dengan baik oleh masyarakat yang mengetahui bahwa dirinya adalah seorang santri Informan juga mengatakan bahwa dirinya dapat beradaptasi di lingkungan dengan baik sehingga bisa diterima seperti saling menghargai dan menegur
23 Informan mengatakan bahwa ia merasa diterima dengan baik oleh masyarakat terkait aktvitasnya sebagai anggota pesantren dan juga didukung oleh kemampuannya beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan
Adanya keinginan diterima Adanya kemampuan beradaptasi dengan lingkungan
untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 145
PENGELOMPOKAN KODE INFORMAN 2 Kode Keterlibatan awal karena ajakan dari seorang teman. Mencari sosok dominan atau sosok pemimpin. Kenyamanan ketika dipimpin. Pandangan positif terhadap orang lain. Adanya keinginan untuk dirangkul. Senang dirangkul. Adanya keinginan untuk belajar agama. Keinginan yang kuat untuk belajar agama. Fokus untuk belajar agama. Memanfaatkan kesempatan untuk belajar. Keberuntungan karena telah mempelajari agama. Agama menjadi yang utama. Memenuhi kewajiban untuk mempelajari agama. Mengikuti aturan keluarga. Adanya keinginan untuk memperbaiki diri. Adanya keinginan untuk menjadi lebih positif. Adanya keinginan untuk mendapatkan ketenangan
Kategori
Need
Motif
Need of Deference Keinginan untuk dirangkul oleh seseorang yang lebih dominan
Mencari sosok yang lebih dominan Need of Deference Need of Succorance Need of Achievement
Keinginan untuk mempelajari agama yang berasal dari dalam diri dan dari faktor kepatuhan
Need of Deference
Kewajiban dalam mempelajari agama
Motif belajar Motif patuh pada aturan Need of Counteraction Menguasai dan memperbaiki diri Need of Autonomy
Keinginan untuk memiliki kontrol diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 146
Keinginan untuk dekat dengan saudara. Keinginan untuk dekat dengan keluarga. Keinginan untuk memiliki saudara. Adanya keinginan untuk diterima. Adanya kemampuan beradaptasi dengan lingkungan.
Keinginan untuk memiliki kedekatan dengan saudara
Keinginan untuk diterima masyarakat
Need of Affiliation
Need of Succorance Need of Infavoidance
Keinginan untuk bersama saudara Keinginan untuk diterima orang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 147
Hasil Observasi Informan 2 (EW) Wawancara 1
: 2 Desember 2015
Waktu wawancara : 18.00 Lokasi
: ruang tamu Pondok Pesantren Al-Fatah
Durasi wawancara : 25 menit 30 detik Waktu selesai
: 19.30
1. Pada saat sebelum wawancara Pada awalnya kesepakatan informan dan peneliti untuk bertemu adalah pukul 14.00, namun 2 jam sebelum pukul 14.00, informan kemudian meminta untuk mengundurkan jam pertemuan menjadi pukul 15.00 karena informan sedang ada pekerjaan yang belum diselesaikan yakni mengerjakan pemasangan rambut (hair extention) pelanggannya di salon. Informan dan peneliti membuat janji bertemu di pondok pesantren. Informan datang pukul 16.00 dan pada saat itu ternyata juga sedang berlangsung kunjungan dari Bimbingan Konseling Universitas Sanata Dharma, dan informan menjadi pembicara dalam sebuah grup diskusi. Hal tersebut membuat informan masuk dalam kelompok tersebut dan mengundurkan waktu wawancara. Wawancara kemudian baru dimulai pukul 18.00 setelah diskusi tersebut selesai. Informan meminta untuk memulai wawancara tepat 2 menit setelah informan selesai dengan grup diskusinya, dan ia melewatkan acara makanmakan pada saat itu. Wawancara berlangsung di ruang tamu pondok pesantren.
147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 148
Pada saat peneliti memberikan informed consent, informan terlihat cepat membacanya dan langsung membubuhkan tanda tangannya. Kemudian setelah itu, ia memberikan informed consent tersebut kepada peneliti dan menunggu pertanyaan dari peneliti dengan meletakkan keduatangannya dengan telapak tangan ditumpuk di atas tempurung lutut. 2. Pada saat wawancara Informan mengenakan kaos oblong berwarna hitam, celana jeans panjang berwarna biru keabu-abuan. Informan duduk di sofa dengan kaki menyilang dan terlihat bersandar di punggung sofa tersebut. Rambut panjang informan diikat dan pada awal wawancara, informan menjawab pertanyaan sambil merokok. Beberapan jawaban, dijawab informan dengan minim, sehingga beberapa kali, peneliti harus melakukan probing. Informan juga sesekali memberi penekanan pada beberapa jawaban. Pada beberapa kesempatan wawancara, Ibu Shinta (Ketua pondok pesantren) lalu lalang di ruang tamu dan sempat menawarkan informan makan, namun informan menunda waktu makannya. 3. Pada saat setelah wawancara Setelah wawancara selesai, peneliti kemudian memberikan kenangkenangan kepada informan dan informan mengucapkan terimakasih. Setelah itu, informan kembali melanjutkan aktivitasnya yakni makan dan kemudian berfoto bersama dengan tamu yang sedang berkunjung dan hendak berpamitan pulang.