1
STRATEGI ADAPTASI EKONOMI PETANI JERUK PADA SAAT PRA PANEN RAYA DAN SAAT PANEN RAYA (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo)
SKRIPSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
OLEH :
RABANTA SIMARMATA 040901041
DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLOTIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2009 Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
2
ABSTRAK
Indonesia sebagai negara agraris sebagian besar penduduk Indonesia bermatapencaharian di sektor pertanian dengan keadaan Indonesia sebagai negara agraris sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian bangsa indonesia. Kabupaten Karo merupakan daerah pertanian dan tanaman jeruk adalah salah satu tanaman yang mendukung perekonomian masyarakat Kabupaten Karo. Tanaman jeruk termasuk kedalam tanaman musiman dimana ada saatnya musim panen raya dan tidak panen raya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi adaptasi ekonomi petani jeruk dalam memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga dan kebutuhan lainnya pada saat para panen raya dan saat panen raya. Penelitian ini dilakukan di Desa Suka, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo. Jenis penelitian yang dilakukan adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode studi deskriptif. Data-data yang dibutuhkan dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi, dokumentasi. Untuk keberlangsungan hidupnya dan untuk memenuhi kebutuhan lainya. Terdapat strategi adaptasi yang dilakukkan oleh para petani jeruk. Dimana saat pra panen raya menunggu hasil panen Disamping itu saat panen raya petani jeruk juga sering mengalami permasalahan ekonomi dimana saat panen raya tersebut para petani jeruk sering mendapat tingkat harga yang murah dari hasil panen jeruknya. Oleh karena itu pada saat panen raya petani jeruk juga perlu melakukan strategi adaptasi untuk keberlangsungan hidupnya. Dari hasil penelitian yang dilakukan sampai interpretasi dan analisis data, dapat diketahui bahwa pada saat pra panen raya tindakan yang dilakukan para petani jeruk sebagai strategi adaptasinya adalah melakukan tanaman sampingan, usaha sampingan seperti berdagang dan beternak, pekerjaan sampingan, dan memanfaatkan jaringan sosial. Sedangkan strategi adaptasi yang dilakukan petani jeruk saat panen raya adalah menunda waktu panen, mencari pekerjaan sampingan, dan memilih tetap menjual jeruk hasil panen raya.
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
3
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah didalam Nama Tuhan Yesus Kristus atas Kasih-Nya yang sungguh luar biasa di dalam kehidupanku. Allah yang yang telah memampukan dan memberikan kekuatan kepada penulis menjalani sepanjang perkuliahan sampai dengan penyusunan skripsi sehingga dapat menyelesaikannya yang berjudul ”STRATEGI ADAPTASI EKONOMI PETANI JERUK PADA SAAT PRA PANEN RAYA DAN SAAT PANEN RAYA (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo)”. Guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Dalam proses penyusunan skripsi ini peneliti banyak menghadapi hambatan, baik dari dalam diri peneliti maupun dari luar diri peneliti. Namun berkat pertolongan Tuhan semua hambatan tersebut dapat dilalui, sehingga penulisan skripsi ini selesai. Hal ini tidak lepas juga berkat motivasi dan doa-doa dari keluarga dan teman-teman. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut serta membantu dalam penulisan skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof. DR. M. Arif. Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara 2. Bapak Prof. DR. Badaruddin, M.Si sebagai ketua Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara 3. Ibu Dra. Rosmiani, MA selaku sekretaris Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
4
4. Bapak Drs. Sismudjito, M.Si. selaku dosen wali dan dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pemikiran, saran, evaluasi, serta motivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. 5. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Sosiologi. 6. Bapak Kelion Ginting selaku Kepala Desa Suka, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo yang telah membantu peneliti dalam proses penelitian. Tidak lupa juga kepada keluarga Bapak Dirga Ginting yang telah banyak membantu selama penelitian berlangsung. Beserta seluruh informan peneliti yang bersedia diwawancarai dalam membantu peneliti untuk mendapatkan datadata. 7. Kedua orangtua penulis yang saya cintai, teristimewa juga buat Bapauda dan Inanguda yang saya banggakan telah memberikan doa-doa, kasih sayang, didikan, motivasi, dan dukungan dana selama perkuliahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terimaksaih pada seluruh keluarga besar penulis
(Opung,
Bapauda-Inanguda
di
Kabanjahe,
Keluarga
kedua
Namboruku, adik-adik yang saya sayangi (Roy, Benhardth, Roni,Moraulina, Juliana, Apri) yang telah memberikan dukungan kepada penulis. 8. Seluruh komponen pelayanan P3KS, AKK, PKK, Alumni, Pengurus, Jemaat, dan terkhusus KK Eirene yang kukasihi : K’Vi-Cha, San, Me-Ya. adik-adikku di P3KS: Putri, Mega, Elisabeth, Novensi. Terimakasih buat doa-doa dan motivasinya. Saya bersyukur dan senang dapat mengenal kalian semua dan Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
5
juga semua keluarga besar P3KS. Mari saudaraku kita andalkan Dia selalu dalam hidup kita dan berjuang untuk tetap Taat dan setia selamanya kepadaNya disepanjang hidup kita. Gbu. 9. Teman-teman jurusan Sosiologi stambuk 2004:Florence, Anita, Jeni, Reni, Rosma, , Tika, Ferika, Juni, Beny, Toeit, Titin, Weni, Renova, Diana, Kasiati, Imay, Maifa, Ika, Herna, Hesti, Devi, Dini, Ismi, Rini, Faisal, Suyadi, Wildan, Heru, Abdi (Alm), Idris, Otto, Eko, Alex, Citra, Kristina, Helenta,Yanti2, Fakrudin, Hardiansyah, dan teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih atas bantuan, saran, motivasi dan doanya. Tidak lupa juga buat teman-teman junior QQ dan yang lainya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu terimakasih buat bantuan dan dukungannya. 10. Teman-teman mantan satu Kost Berdikari 52 yang saya rindukan Ningsih, Joic, Nora, Minar yang ”tengkuk” tapi baek, Tigan, Nora, Julia, Mei, Lisa, Maria, k’Anim, K’Wati, Mawar, Indah, Novel, Iren, Titin, Siska dan lainya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih buat doa-doa, tawa, perhatian, dan motivasinya. Beserta teman-teman satu kost baru saya sekarang di berdikari 86, semoga kita semakin akrab.
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
6
Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapakan demi kesempurnaan skripsi ini. Medan, Agustus 2009 Penulis
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
7
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAKSI…………………………………………………………......................i KATA PENGANTAR……………………………………………….......................ii DAFTAR ISI………………………………………………………….....................iii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah.........................................................................1 1.2. Perumusan Masalah................................................................................5 1.3. Tujuan Penelitian....................................................................................5 1.4. Manfaat Penelitian..................................................................................6 1.5. Defenisi Konsep......................................................................................6 BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Strategi Adaptasi.......................................................................................8 2.2. Modal Sosial...........................................................................................11 BAB III.METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian......................................................................................15 3.2. Lokasi Penelitian...................................................................................15 3.3. Unit Analisis dan Informan...................................................................16 3.4. Teknik pengumpulan Data....................................................................17 3.5. Interpretasi Data....................................................................................18 3.6. Jadwal Kegiatan…………………………………………....................19 3.7. Keterbatasan Penelitian……………………………………………….19 BAB IV. DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1. Sejarah lokasi Penelitian………………………….......................20 4.1.2. Letak Geografis………………………………….........................21 4.1.3. Gambaran Umum Penduduk 4.1.3.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur............................21 4.1.3.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama..........................22 Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
8
4.1.3.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan......23 4.1.3.4. Komposisi penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian.........24 4.1.4. Sarana dan Prasarana.....................................................................27 4.1.5. Struktur Pemerintahan...................................................................29 4.1.6. Komposisi Pemanfaatan Lahan…………………………….........29 4.2. Profil Informan.......................................................................................31 4.3. Interpretasi Data 4.3.1. Tanaman Jeruk........................................................................48 4.3.2. Bertani jeruk Sebagai Mata Pencaharian................................51 4.3.3 Penjualan Hasil Panen.............................................................52 4.3.4. Strategi Adaptasi Saat Pra Panen Raya..................................55 4.3.4.1. Tanaman Sampingan................................................56 4.3.4.2. Usaha Sampingan.....................................................57 4.3.4.3. Memanfaatkan Jaringan Sosial................................59 4.3.5. Strategi Adaptasi Pada Saat Panen Raya...............................62 BAB V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan............................................................................................68 5.2. Saran......................................................................................................69 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
9
DAFTAR TABEL Tabel I Tabel II Tabel III Tabel IV Tabel V Tabel VI Tabel VII
Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur.........................................21 Komposisi penduduk Berdasarkan Agama.......................................23 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan...................24 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata pencaharian......................25 Jumlah Produksi Pertanian................................................................26 Jumlah Sarana Perhubungan.............................................................28 Komposisi Pemanfaatan Lahan.........................................................30
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
10
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai Negara agraris sebagian besar penduduk Indonesia bermatapencaharian di sektor pertanian. Dengan keadaan Indonesia sebagai Negara agrararis sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian bangsa Indonesia. Seperti juga dikemukakan pada World Bank (2007) menunjukkan bahwa rumahtangga pedesaan di Indonesia lebih dari 60 persen berpartisipasi di pertanian. Mengenai peranan pertanian dijelaskan bahwa beberapa peranan pertanian yaitu (1) menyediakan kebutuhan bahan pangan yang diperlukan masyarakat untuk menjamin ketahanan pangan, (2) menyediakan bahan baku industri, (3) sebagai pasar potensial bagi produk-produk yang dihasilkan oleh industri, (4) sumber tenaga kerja dan pembentukan modal yang diperlukan bagi pembangunan sektor lain, (5) sumber perolehan devisa, (6) mengurangi kemiskinan dan peningkatan ketahanan pangan, dan (7) menyumbang pembangunan pedesaan dan pelestarian lingkungan hidup. (Harianto.pdf+wordl+bank+2007+peran+pertanian &hl=id&ct=clnk&cd=1&gl=id) Dengan peranan pertanian diatas, kita dapat melihat betapa pentingnnya peranan pertanian tersebut. Sektor pertanian di Indonesia perlu diperhatikan dan ditingkatkan karena pada sektor pertanian ini juga merupakan mata pencaharian masyarakat Desa. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang sebagian besar penduduknya bermatapencaharian di bidang pertanian. Tanaman tersebut seperti tanaman pangan, tanaman keras dan hortikultura. Kabupaten karo yang merupakan salah satu daerah pertanian di Sumatera utara dimana masyarakatnya Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
11
sebagian besar memiliki mata pencaharian utama di bidang usaha pertanian tanaman hortikultura dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangganya. Ekonomi Kabupaten karo sangat didukung oleh pertanian. Tidak kurang dari 75 % penduduk bermata pencaharian sebagai petani. Dari daerah ini diproduksi jenisjenis komoditi hasil pertanian antara lain : sayur mayur, buah-buahan, bunga-bungaan dan biji-bijian. (http://www.karokab.go.id) Daerah Kabupaten Karo merupakan sentra produksi komoditi buah jeruk dan jeruk ini merupakan salah satu tanaman primadona atau andalan masyarakat kabupaten karo. Karena Lahan pertanian di kecamatan-kecamatan pada kabupaten Karo untuk komoditas jeruk ini rata-rata cocok untuk ditanam sehingga petani di daerah kabupaten karo mengandalkan komoditas tanaman jeruk sebagai salah satu tanaman buah unggulan atau andalannya sebagai sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Tanaman jeruk biasanya dapat dipanen setelah 3 (tiga) tahun ditanam. Pada awal panen, jumlah buah yang dihasilkan atau hasil panennya masih sedikit. Sebelum tanaman jeruk ini dapat dipanen setelah ditanam biasanya petani dapat memanfaatkan lahan yang kosong dekat dengan tanaman jeruk dengan menanam tanaman lain disela-sela pohon jeruk tersebut, biasanya mereka menanam tanaman palawija atau sayur-sayuran. Produksi jeruk di Sumut antara tahun 2002 sampai dengan tahun 2004 selalu mengalami peningkatan. Pada 2002 produksinya sebanyak 273.803 ton, 2003 berproduksi 431.982 ton, dan 2004 mencapai 499.942 ton. Berdasarkan Data Dinas Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
12
Pertanian, daerah penghasil jeruk terbanyak di Sumut adalah Kabupaten Karo. Data tahun 2004, produksi jeruk di Karo mencapai 437.149 ton dari luas panen 9.782 hektar. Dalam pembangunan pertanian subsektor hortikultura seperti buah jeruk merupakan salah satu sumber perolehan devisa yang cukup penting. Karena komoditi ini telah diekspor ke negara-negara tetangga dan saat sekarang ini dijual kepada masyarakat lokal dan domestik. Daerah pemasaran utama komoditi ini adalah Pulau Batam, Jakarta dan Bandung. Varitas jeruk yang ditanam di Kabupaten Karo sekarang ini adalah jenis Siam, Washington, Sunkist, Padang, Siam Madu dan sebagainya. Jenis yang disukai oleh konsumen lokal adalah varitas Siam Madu sehingga varitas jeruk ini mendominasi penanaman jeruk di Kabupaten Karo. (http:karokab.go.id) Tanaman jeruk merupakan tanaman musiman, dimana ada saatnya musim panen raya dan belum panen raya atau pra panen raya. Panen raya biasanya dua kali dalam satu tahun, Sebelum panen raya atau pra panen raya menunggu hasil produksi tanaman dapat diperoleh, para petani tetap perlu untuk pemasukan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup demi keberlangsungan hidupnya dan juga untuk memenuhi kebutuhan biaya-biaya sarana produksi pertanian tanaman jeruk. Disamping itu Salah satu permasalahan dalam rangka pengembangan komoditas pertanian untuk peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani adalah tidak adanya kepastian pasar dan jaminan harga yang menguntungkan bagi petani. Oleh sebab itu keberadaan pengusaha/investor yang mampu menjamin pasar dan harga, sangat dibutuhkan. (http://www.lampungbarat.go.id/index.php?) Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
13
Berkaitan dengan hal tersebut pendapat lain yang dikemukakan Hidayat (2000) Kekurangan modal usaha, fluktuasi harga, ijon, pemilikan tanah yang sempit, tenaga kerja tani tidak bertahan, gangguan hama, penguasaan teknologi pertanian yang masih terbatas dan sejumlah masalah sosial ekonomi lainnya juga merupakan kendala dan tantangan berat bagi pertanian (Hidayat, 2000). Selain
itu
Seperti
yang
dikemukakan
Banyak
pendapat
yang
juga
mengungkapkan bahwa masalah pengembangan agribisnis hortikultura pada umumnya lebih terletak pada aspek di luar usahatani (off-farm) daripada aspek usahatani (on-farm) karena kendala pengembangan agribisnis hortikultura lebih banyak dijumpai pada aspek penanganan pasca panen dan pemasaran. Salah satu permasalahan off-farm yang sering diungkapkan pada agribisnis hortikultura adalah masalah fluktuasi harga. Fluktuasi merupakan gejala yang menunjukkan turun-naiknya harga. Fluktuasi harga yang tinggi merupakan salah satu isu sentral yang sering muncul dalam pemasaran komoditas hortikultura. Fluktuasi harga tersebut seringkali lebih merugikan petani daripada pedagang karena petani umumnya tidak dapat mengatur waktu penjualannya untuk mendapatkan harga jual yang lebih
menguntungkan. (http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/ART5-
4c.pdf.) Hal ini juga dialami oleh petani di daerah Kabupaten karo, khususnya pada petani jeruk. Sering petani-petani Karo menjerit karena harga jeruk yang semakin hari semakin turun, apalagi pada saat musim panen raya. Banyak petani jeruk yang mengalami kerugian karena hasil penjualan tidak sebanding dengan seluruh biayabiaya sarana produksi yang dikeluarkan. Bahkan kadang-kadang modal yang Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
14
dikeluarkan lebih besar dari hasil penjualan. Karena biaya yang dikeluarkan petani jeruk untuk produksi tanaman jeruk ini tidaklah sedikit seperti mulai dari biaya perawatan, pupuk, pertisida, serta upah tenaga kerja. Persoalan yang dihadapi petani jeruk dari tahun ke tahun adalah keterpurukan harga jeruk saat masa panen raya. Saat itu,
produksi
jeruk
jauh
melebihi
kebutuhan
pasar
yang
ada.
(http://209.85.175.104/search?q=cache:AV94k195bM8J: 64.203.71.11/kompas-cetak/0609/22/sumbagut/2970686.htm) Demikian halnya masalah yang dialami oleh petani jeruk di Desa Suka. Berdasarkan hasil prapenelitian beberapa masalah yang dialami petani jeruk di Desa Suka yaitu murahnya harga jeruk saat panen raya, mahalnya harga pupuk, dan kadang-kadang sulitnya petani memperoleh pupuk. Dengan permasalahan yang dihadapi petani jeruk tersebut, tentu petani jeruk memiliki strategi untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut untuk tetap dapat menjaga kelangsungan hidupnya agar kebutuhan ekonomi rumah tangga dan kebutuhan lainnya tetap dapat terpenuhi. Dengan demikian peneliti merasa tertarik melakukan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana strategi adaptasi ekonomi yang dilakukan petani jeruk dalam memenuhi ekonomi rumah tangganya dan kebutuhan lainnya tetap terpenuhi, dengan adanya permasalahan-permasalahan yang dihadapinya berkaitan dengan pekerjaannya sebagai petani jeruk.
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
15
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana strategi adaptasi ekonomi petani jeruk pada saat pra panen raya 2. Bagaimana strategi adaptasi ekonomi petani jeruk pada saat panen raya
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana strategi adaptasi ekonomi petani jeruk dalam memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga dan kebutuhan lainnya pada saat pra panen raya. 2. Untuk mengetahui bagaimana strategi adaptasi ekonomi petani jeruk dalam memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga dan kebutuhan lainnya pada saat saat panen raya.
1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : a. Manfaat Teoritis Meningkatkan pengetahuan serta wawasan peneliti mengenai pemasalahan yang diteliti dihubungkan dengan pemikiran sosiologi dan kajian kepustakaan b. Manfaat Praktis
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
16
Meningkatkan kemampuan penulis melalui penelitian ini dan penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan/ referensi bagi peneliti selanjutnya, serta sebagai bahan pertimbangan pihak terkait di dalam mengambil suatu kebijakan.
1.5. Defenisi Konsep Adapun konsep-konsep penting dalam penelitian ini adalah: Strategi adaptasi Strategi,
cara,
atau
metode
yang
dilakukuan
oleh
masyarakat
untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan baik sosial maupun ekonomi. Dalam hal ini strategi adaptasi ekonomi dimaksudkan cara atau metode yang dilakukan oleh petani jeruk untuk memenuhi kebutuhan ekonominya di dalam segala permasalahan yang dihadapi saat pra panen raya dan saat panen raya. Kebutuhan ekonomi itu mencakup kebutuhan pangan, sandang, papan, dan kebutuhan ekonomi lainnya. Petani Jeruk Ialah masyarakat yang sebagian mata pencaharianya berasal dari hasil pertanian tanaman jeruk manis dan memiliki pohon jeruk milik sendiri. Saat Pra Panen Adalah waktu tertentu diluar panen raya atau menjelang panen raya Saat Panen Raya Adalah waktu tertentu menuai hasil buah jeruk secara besar-besaran Fluktuasi
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
17
Gejala yang menunjukkan turun-naiknya harga, perubahan (harga) karena pengaruh permintan dan penawaran. Dalam hal ini turun naiknya harga jeruk.
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
18
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Straegi Adaptasi Soerjono Soekanto(2000), memberikan beberapa batasan pengertian dari adaptasi sosial: 1. Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan 2. Penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan ketegangan 3. Proses perubahan-perubahan menyesuaikan dengan situasi yang berubah 4. Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan 5. Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan sistem 6. Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi alamiah Dari batasan-batasan diatas, disimpulkan bahwa adaptasi merupakan proses penyesuaian-penyesuaian dari individu, kelompok, maupun unit sosial, terhadap norma-norma, proses perubahan, ataupun suatu kondisi yang diciptakan lebih lanjut tetntang proses penyesuaian tersebut, Aminuddin menyebutkan bahwa penyesuaian dilakukan dengan tujuan-tujuan tertentu, diantaranya: 1. Mengatasi halangan-halangan dari lingkungan 2. Menyalurkan ketegangan sosial 3. Mempertahankan kelangsungan keluarga/unit sosial 4. Bertahan hidup
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
19
Strategi adaptasi dimaksud oleh Edi Suharto (2003), seorang pengamat kemiskinan, disebut juga dengan istilah coping strategies, secara umum coping strategies dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam menerangkan seperangkat cara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupanya. Berdasarkan konsepsi ini, Moser (dalam Suharto, 2002) membuat kerangka analisis yang disebut “The Analisis Framework” kerangka ini meliputi berbagai pengolahan aset yang dapat digunakan untuk melakukan penyesuaian/pengembangan strategi tertentu dalam mempertahankan kelangsungan hidup seperti: 1. Aset tenaga kerja Misalnya meningkatkan keterlibatan wanita dan anak dalam keluarga untuk bekerja membantu ekonomi rumah tangga 2. Aset modal manusia Misalnya memanfaatkan status kesehatan yang dapat menentukan kapasitas orang untuk bekerja atau keterampilan dan pendidikan yang meminimumkan umpan balik atau hasil kerja terhadap tenaga yang dikeluarkanya. 3. Aset produktif Contohnya menggunakan rumah, sawah, ternak, tanaman untuk keperluan hidupnya 4. Aset relasi rumah tangga/keluarga Misalnya memanfaatkan jaringan dan dukungan dari sistem keluarga, kelompok etnis, migrasi tenaga kerja dan mekanisme “uang kiriman” 5. Aset modal sosial Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
20
Misalnya memanfaatkan lembaga-lembaga sosial lokal,arisan, dan pemberi kredit informal dalam proses dan sistem perekonomian keluarga. Berkaitan dengan aset modal sosial ini dikatakan juga cara-cara lain untuk membantu mengatasi kesulitan-kesulitan penciptaan suatu sistem pertanian uang tunai adalah menyediakan fasilitas-fasilitas kredit yang ringan agar para petani itu dapat bertahan hidup selama lebih dari satu musim serta melakukan penelitianpenelitian untuk mencari bibit-bibit yang tahan lama. (Baldwin,1986:136). Coping strategis dalam mengatasi goncangan dari tekanan ekonomi dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu: 1. Strategi aktif Yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga untuk (misalnya melakukan aktivitas sendiri, memperpanjang jam kerja, memanfaatkan sumber atau tanaman liar di lingkungan sekitar dan sebagainya. 2. Strategi pasif Yaitu mengurangi pengeluaran keluarga (misalnya pengeluaran biaya untuk sandang, pangan, pendidikan, dan sebagainya) 3. Strategi jaringan pengaman Misalnya menjalin relasi, baik secara informal, maupun formal dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan (misalnya meminjam uang tetangga, mengutang ke warung, memanfaatkan program anti kemiskinan, meminjam uang kerentenir/bank dan sebagainya)
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
21
2.2. Modal Sosial Masayarakat
di
dalam
kehidupannya
untuk
tetap
bertahan
hidup
membutuhkan modal ekonomi. Disamping itu manusia sebagai mahluk sosial di dalam kehidupannya juga juga membutuhkan modal sosial. Konsep modal sosial bertolak dari asumsi dasar, bahwa manusia takkan mampu menanggulangi permasalahannya secara sendiri-sendiri. Disinilah pentingnya letak kerjasama dan kebebasan bagi anggota masyarakat untuk mengatasai persoalan-persoalan jamak yang dihadapi. Dalam kajian Irwansyah (2004:3) memberikan batasan bahwa modal sosial adalah fungsi dari: nilai dan norma, kepadatan lembaga, pola kepemimpinan, interaksi dan kerjasama. Modal sosial merujuk pada kelembagaan-kelembagaan sosial yang melibatkan jaringan-jaringan, norma-norma dan kepercayaan sosial yang mendorong terbentuklah suatu kolaborasi sosial (koordinasi dan kerjasama) untuk kepentingan bersama. Bagi Putnam, dalam Irwansyah (2004:8), dikatakan modal sosial merupakan gambaran
organisasi
sosial
sebagai
jaringan-jaringan,
norma-norma,
dan
kepercayaan, yang dapat berkoordinasi dan bekerjasama untuk mencapai keuntungan bersama. Inilah perangkat hubungan horizontal antar orang per orang, suatu jaringan keterkaitan sosial yang diatur oleh norma-norma dan kelak menentukan produktivitas suatu komunitas. Pastinya ada dua asumsi dasar yang bekerja disini, yakni terbentuknya jaringan hubungan dengan norma-norma yang terkait, dimana keduanya bisa saling mendukung guna mencapai keberhasilan, termasuk di bidang ekonomi bagi individu yang terlibat dalam jaringan tersebut. Penegasan Putnam bahwa wujud norma dan jaringan keterkaitan merupakan prakondisi bagi perkembangan ekonomi. Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
22
Dari penjelasan yang dikemukankan Irwansyah dan Putnam tentang modal sosial, kita dapat melihat bahwa mereka sama-sama mengemukakan adanya unsur kepercayaan dalam modal sosial. Seperti juga yang dikemukakan oleh Fukuyama, dalam Badaruddin (2005:9), sikap saling percaya antara seorang dengan orang lain merupakan elemen inti dari modal sosial. Dalam Badarruddin ( 2003:82) dikemukakan untuk dapat melihat dan mengidentifikasi potensi modal sosial yang ada dalam masyarakat maka terlebih dahulu harus diketahui elemen-elemen dari modal sosial. Elemen-elemen modal sosial tersebut yaitu: (1) saling percaya (trust) yang meliputi adanya kejujuran, kewajaran, sikap egaliter, toleransi, dan kemurajhan hati, (2)jaringan sosial, yang meliputi adanya partisipasi, pertukaran timbal balik, solidaritas, kerjasama, dan keadilan, (3) pranata, yang meliputi nilai-nilai yang dimiliki bersama, norma-norma, dan sanksi-sanksi, dan aturan-aturan. Dilihat dari elemen-elemen pokok modal sosial tersebut, dalam penelitin Badarruddin (2003:82) dikemukakan kelembagaan sosial ekonomi patron-klien yang ditemui dalam suatu desa komunitas nelayan di sumatera utara, merupakan salah satu potensi modal sosial yang ada. Irwansyah (2004:4) dikemukakan modal sosial dapat memberikan dukungan terhadap berbagai bidang. pada aspek budaya, modal sosial menjadi jembatan dan penghubung antara budaya atau nilai-nilai tradisional yang ada dimasyarakat, berikut responnya terhadap nilai-nilai global yang tidak mungkin dibendung lagi pengaruhnya. Pada aspek politik, modal sosial juga menjadi penyumbang terhadap lahirnya tata pemerintahan yang demokratis, terwujudnya tata hukum dan perlindungan HAM yang lebih baik. Secara sosial, modal sosial mempermudah Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
23
terciptanya soslidaritas sosial dan tanggung jawab bersama, sementara pada aspek ekonomi, modal sosial turut menyumbang terwujujudnya keadilan bagi semua. Dalam Badaruddin (2005:10) Dari hasil kajian terhadap berbagai proyek pembangunan di dunia ketiga,sampai pada suatu kesimpulan bahwa modal sosial merupakan prasyarat bagi keberhasilan suatu proyek pembangunan. Putnam yang mengkaji tentang kehidupan politik di Italia menemukan bahwa modal sosial merupakan unsur utama pembangunan masyarakat madani. Juga Fukuyama yang mengjkaji bidang ekonomi menyebutkan bahwa modal sosial yang berintikan kepercayaan merupakan
dimensi budaya dari kehidupan ekonomi yang sangat
menentukan dalam keberhasilan pembangunan ekonomi berbeda jauh dengan modal material atau modal ekonomi. Jaringan sosial merupakan salah satu elemen dari modal sosial. Dalam Ritzer (2003:383) dikatakan Satu ciri khas teori jaringan adalah pemusatan perhatian pada struktur mikro hingga makro. Artinya, bagi teori jaringan, aktor mungkin saja individu, tetapi mungkin pula kelompok, perusahaan dan masyarakat. Hubungan dapat terjadi di tingkat struktur sosial skala luas maupun di tingkat yang lebih mikroskopik . Granoveter dalam Damsar (1998) melukiskan hubungan di tingkat mikro itu seperti tindakan yang “melekat” dalam hubungan pribadi konkrit dan dalam struktur (jaringan) hubungan itu. Hubungan ini berlandaskan gagasan bahwa setiap aktor (individu) atau kolektivitas mempunyai akses berbeda terhadap sumber daya yang bernilai (kekayaan, kekuasaan, informasi)). Akibatnya adalah bahwa sistem yang terstruktur cenderung terstratifikasi, komponen itu tergantung pada komponen yang lain. Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
24
Granoveter melihat keterlekatan perilaku ekonomi dalam hubungan sosial dapat dijelaskan melalui jaringan sosial yang terjadi dalam kehidupan ekonomi. Pada tingkatan individu jaringan sosial didefinisikan sebagai rangkaian hubungan yang khas diantara sejumlah orang-orang untuk menginterpretasikan tingkah laku sosial dan individu-individu yang terlibat. Pada tingkatan struktur memperlihatkan bahwa pola atau hubungan sosial meningkatkan atau menghambat perilaku orang-orang untuk terlibat dalam bermacam arena kehidupan sosial. Jaringan sosial diartikan oleh Mitchel dalam Ade Irma (2007:1011) sebagai perangkat hubungan khusus, spesifik yang terbentuk diantara kelompok orang. Jaringan sosial dalam hal ini menandakan pola petani jeruk dalam menjalankan usaha hasil pertanian jeruknya. Artinya dalam masyarakat ,petani jeruk mungkin terdapat jaringan yang terbentuk baik antara petani dan tengkulak maupun antara petani dengan suatu inbstitusi tertentu.
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
25
BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan metode yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan- berbagai metode alamiah (Moleong, 2006). Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian bisa dibedakan ke dalam jenis penelitian deskripstif. Penelitian deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena. (Prasetyo, 2006 :42)
3.2. Lokasi Penelitian Tempat yang menjadi lokasi penelitian ini adalah di desa Suka, Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo. Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah karena di daerah ini merupakan daerah pertanian dan di daerah ini banyak masyarakatnya yang bertani dan menanam tanaman jeruk manis. Selain itu lokasi ini mudah dijangkau oleh peneliti dan nantinya dapat mendukung peneliti dalam mengumpulkan data penelitian.
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
26
3.3. Unit Analisis dan Informan a. Unit Analisis Salah satu ciri atau karakteristik dari penelitian sosial adalah menggunakan apa yang disebut “units of analysis”. Hal ini dimungkinkan, karena setiap objek penelitian memiliki ciri dalam jumlah yang cukup luas seperti karakteristik individu tentunya meliputi, jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status sosial, dan tingkat penghasilan. Ada sejumlah unit analisis yang lazim digunakan pada kebanyakan penelitian sosial yaitu: individu, kelompok, organisasi, sosial artifak (Danandjaja, 2005:31). Unit analis data adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian ( Arikunto, 1999 :2). Adapun unit analisis dalam penelitian ini adalah keluarga, artinya strategi-strategi yang dipelajari disini dalam kerangka menemukan pola dari suatu keluarga dalam mengatasi kesulitan ekonomi pada pra-panen raya dan saat panen raya. Keluarga dimaksud disini adalah keluarga petani jeruk yang berada di desa Suka, kecamatan tigapanah, kabupaten karo. b. Informan Informan adalah orang-orang yang menjadi sumber informasi dalam penelitian. Adapun informan yang menjadi subjek penelitian ini dibedakan atas dua jenis yakni informan kunci dan informan biasa yang dapat mendukung penelitian. 1. Informan kunci yaitu dengan kriteria sebagai berikut: 1. para petani jeruk yang memiliki pohon jeruk milik sendiri 2. petani yang telah pernah panen raya 2 kali atau lebih
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
27
2. Informan biasa adalah masyarakat yang tidak memiliki pohon jeruk tetapi dapat memberikan informasi tentang masalah penelitian.
3.4. Teknik pengumpulan Data Menurut Lofland dan Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumentasi dan lain-lain (Moleong, 2006 :157). Dalam penelitian ini data penelitian akan digolongkan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. a) Data Primer Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap hal-hal dan tindakan yang dikakukan informan yang dapat memberikan informasi sesuai dengan masalah penelitian. Wawancara mendalam, yaitu peneliti mengadakan Tanya jawab secara langsung dengan para informan. Agar wawancara terarah maka digunakan instrumen berupa pedoman wawancara (Interview Guide) yakni urutan-urutan daftar pertanyaan sebagai acuan bagi peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan. b) Data sekunder Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan studi pustaka dengan mengumpulkan bahan-bahan yang berasal dari buku, juga dari sumber-sumber lainnya seperti surat kabar, dokumen, majalah, jurnal dan internet
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
28
yang berkaitan langsung dengan masalah penelitian dan dianggap relevan dengan penelitian ini.
3.5. Interpretasi Data Interpretasi data merupakan upaya untuk memperoleh arti dan makna yang lebih mendalam dan luas terhadap penelitian yang sedang dilakukan. Pembahasan hasil penelitian dilakukan dengan cara meninjau hasil penelitian secara kritis dengan teori yang relevan dan dan informasi akurat yang diperoleh di lapangan. Bogdan dan Biklen, menjelaskan bahwa analisis data adalah upaya yang dilakukan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain ( Moleong, 2006 )
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
29
3.6. Jadwal Kegiatan No
JenisKegiatan
Bulan 8
3
9
10
11
12
1
√
√
√
√
√
2
3
4
5
6
7
√
√
√
8
√
Penyusunan Proposal Penelitian
4
√
Seminar Penelitian
5
Revisi Proposal Penelitian
6
√
Penyerahan Hasil
Seminar
Penelitian 7
Pengurusan Izin
√
Penelitian 8
√
Operasional Penelitian
9
Penulisan Laporan
dan
Bimbingan 10
Sidang
Meja
√
Hijau
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
30
3.7. Keterbatasan Penelitian 1. Kesibukan beberapa informan membuat penelitian yang dilakukan kurang mendalam 2. Kehadiran orang lain saat wawancara berlangsung membuat penelitian Kurang mendalam 3. keterbatasan dana yang dimiliki membuat penelitian ini kurang mendalam
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
31
BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1. Sejarah lokasi Penelitian Sejarah mengenai berdirinya Desa Suka secara tertulis tidak dapat penulis temukan, penulis membuat tulisan ini berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang pemerintah Desa setempat yang terdapat di Desa Suka. Berdasarkan penuturannya diperoleh informasi bahwa awalnya mengenai keadaan penduduk di Desa ini bila dihitung-hitung, penduduknya kira-kira sudah ada mencapai sepuluh kali keturunan. Awalnya jumlah penduduknya sedikit, dengan penduduk aslinya adalah etnis Batak Karo. Marga Ginting adalah marga yang mendominasi penduduk Desa ini. Marga Ginting ini dahulu memiliki tiga nenek moyang. Seiring waktu terus berjalan anak yang dari ketiga marga Ginting ini berpencar di Desa ini. Disamping marga Ginting tadi terdapat juga marga lain, seperti marga Tarigan, Perangin-angin, Sembiring, dan lain-lain. Seiring
berjalannya waktu bertambah juga etnis lain yang merupakan
pendatang dari luar. Etnis lain ini seperti etnis Batak Toba, Batak Simalungun, etnis Jawa, dan etnis Nias.
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
32
4.1.2. Letak Geografis Desa Suka berada pada kecamatan Tigapanah, kabupaten Karo. Desa ini terdiri dari tujuh wilayah Dusun, yaitu Dusun I, II, III, IV, V, VI, dan Dusun VII. Desa Suka terletak pada ketinggian 1400 meter diatas permukaan laut, dengan bentuk permukaan tanah sedikit berbukit. Letak Desa berbatasan dengan berbagai wilayah, disebelah Utara Desa Suka berbatasan dengan Desa Bunuraya, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Regaji, sebelah Barat berbatasan dengan Kuta Kawar, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Suka Damai. Desa ini berada pada temperatur 1800 C sampai dengan 210 C. Jarak tempuh dari Desa Suka menuju pusat pemerintahan kecamatan Tigapanah sekitar 3 KM, jarak dari Desa Suka menuju ibukota kabupaten Karo sekitar 8 KM, sedangkan jarak Desa Suka menuju ibukota Propinsi sekitar 82 KM.
4.1.3. Gambaran Umum Penduduk Jumlah penduduk Desa Suka adalah 4088 jiwa, dengan 1285 Kepala Keluarga (KK). Bila digolongkan berdasarkan jenis kelamin yaitu, laki-laki sejumlah 2003 jiwa, dan perempuan sejumlah 2085 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut bila diklasifikasikan yaitu berdasarkan tingkat umur, agama, tingkat pendidikan, mata pencaharian adalah sebagai berikut:
4.1.3.1.Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur Berdasarkan data yang diperoleh, keadaan penduduk Desa Suka jumlah penduduk yang berumur mulai dari umur 0-1 tahun sebanyak 76 jiwa atau 1,9 %, Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
33
umur 2-5 tahun sebanyak 248 jiwa atau 6,3 %, umur 5-7 tahun sebanyak 244 jiwa atau 6,2 %, umur 7-14 tahun sebanyak 448 jiwa atau 11,3 %, umur 15-24 tahun sebanyak 914 jiwa atau 23,1 %, umur 25-54 tahun sebanyak 1100 atau 27,9 %, umur 55 tahun keatas xebanyak 920 jiwa atau 23,3 %. Dari umur penduduk Desa Suka tersebut dapat kita lihat masih produktif penduduknya. Dengan demikian masyarakat yang ada di Desa Suka ini masih aktif dan giat dalam pengembangan usaha maupun pekerjaannya masing-masing. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur No
Tingkat Umur
Jiwa
%
1
0 s/d 1 Tahun
76
1,9
2
2 s/d 5 Tahun
248
6,3
3
5 s/d 7 Tahun
244
6,2
4
7 s/d 14 Tahun
448
11,3
5
15 s/d 24 Tahun
914
23,1
6
25 s/d 54 Tahun
1100
27,9
7
55 Tahun keatas
920
23,3
Jumlah
3948
100 %
Sumber: Kantor Kepala Desa Suka April 2009
4.1.3.2.Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama Penduduk Desa Suka mayoritas beragama Kristen dengan jumlah sebanyak 3683 jiwa atau93,3 %, pemeluk agama Kristen ini ada yang beragama Kristen Katholik dan Kristen Protestan, disamping itu terdapat minoritas beragama Islam. Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
34
Dengan jumlah 159 jiwa atau 4,0 %. Dan juga terdapat penduduk yang belum terdata masuk dalam daftar agama sebanyak 106 jiwa atau 2,7 % Untuk lebih jelasnya ditunjukkan pada tebel berikut:
Tabel 2 Komposisi penduduk Berdasarkan Agama No
Agama
Jiwa
%
1
Islam
159
4,0
2
Kristen
3683
93,3
3
Dll
106
2,7
Jumlah
3948
100
Sumber: Kantor Kepala Desa Suka April 2009
4.1.3.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan penduduk Desa Suka bervariasi, mulai dari tingkat SD , SLTP, SLTA, sampai dengan Perguruan Tinggi sudah ada. Namun pendidikan yang paling banyak hanya pada sampai dengan tingkat SD. Jumlah tingkat pendidikan yang belum sekolah sebanyak 330 jiwa atau 8,3 %, tidak tamat SD sebanyak 153 jiwa atau 3,9 %, tamat SD sebanyak 2108 atau 53,4 %, tamat SLTP sebanyak 760 jiwa atau 19,3, tamat SLTA sebanyak 569 jiwa atau 14,4 %, tamat PT (perguruan tinggi) sebanyak 28 jiwa atau 0,7 jiwa Untuk lebih jelasnya ditunjukkan pada tabel berikut:
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
35
Tabel 3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan No
Tingkat pendidikan
Jiwa
%
1
Belum sekolah
330
8,3
2
Tidak tamat SD
153
3,9
3
Tamat SD
2108
53,4
4
Tamat SLTP/sederajat
760
19,3
5
Tamat SLTA/sederajat
569
14,4
6
Tamat PT
28
0,7
3948
100
Jumlah
Sumber: Kantor Kepala Desa Suka April 2009
4.1.3.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata pencaharian Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa 3411 jiwa atau 86,4 % bermatapencaharian bertani, pada urutan kedua bermatapencaharian sebagai PNS berjumlah 108 jiwa atau 2,7 %. Kemudia disusul dengan yang bermatapencaharian sebagai pedagang sejumlah 201 jiwa atau 5,1 %. Untuk pekerjaan lainnya adalah buruh tani dan anak-anak yang masih sekolah berjumlah 228 jiwa atau 5,8 %. Dari keadaan tersebut kita dapat melihat bahwa mayoritas penduduk Desa Suka ini bermatapencaharian sebagai petani. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel di bawah ini:
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
36
Tabel 4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata pencaharian No
Mata Pencaharian
Jiwa
%
1
Bertani
3411
86,4
2
PNS
108
2,7
3
Dagang
201
5,1
4
Dll
228
5,8
Jumlah
3948
100
Sumber: Kantor Kepala Desa Suka April 2009 Beberapa keluarga dari pedagang dan pegawai negeri juga melakukan kegiatan cocok tanam di ladang. Ladang tersebut merupakan warisan dari orangtua mereka. Produksi pertanian yang penduduk Desa hasilkan seperti padi ladang, tanaman kacang-kacangan, tanaman ubi-ubian, sayur-mayur, buah-buahan, jagung, kopi, cengkeh.Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah produksi yang dihasilkan tersebut dapat kita lihat pada tabel di bawah ini:
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
37
Tabel 5 Jumlah Produksi Pertanian No
Produksi pertanian (pertahun)
1
Padi ladang
321
2
Kacang-kacangan
48
3
Ubi-ubian
216
4
Sayur-mayur
497
5
Buah-buahan
355
6
Jagung
1956
7
Kopi Jumlah
Jumlah (Ton)
3 3596
Sumber: Kantor Kepala Desa Suka April 2009 Beberapa penduduk baik mereka pegawai maupun petani juga melakukan usaha sampingan dengan beternak, kerbau, lembu, babi, kambing, ayam/itik yang mereka tempatkan baik di dekat rumah mereka maupun di ladang mereka usaha sampingan ini tidak semua dijual oleh penduduk. Lembu atau kerbau merupakan aset bagi petani ternak tersebut digunakan petani untuk menarik pedati dari ladng mengangkut barang hasil pertaniannya. Untuk kotoran ternak biasa digunakan untuk pupuk kandang tanaman jeruk dan tanaman lainnya.
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
38
Penduduk yang dikatakan pedagang, adalah mereka yang membuka usahausaha kedai kopi, kedai nasi, kedai yang menjual kebutuhan-kebutuhan sehari-hari pemilik kios pupuk dan pestisida, pedagang perantara hasil pertanian (agen). 4.1.4. Sarana dan Prasarana 1. Sarana Perhubungan Jalan utama di Desa Suka ini terbuat dari aspal. Kondisi jalan yang sudah diaspal ini menjadikan arus lalu lintas cukup lancar. Bus-bus yang melewati jalan utama pada umumnya membawa penumpang dari Desa ini menuju ke pusat kecamatan, dan kabupaten Karo. Di Desa suka terdapat 3 jenis jalan, yaitu jalan aspal 5 km, jalan batu 4 km, dan jalan tanah 14 km. Jalan batu, dan jalan tanah yang terdapat disekitar Desa Suka ini digunakan untuk menghubungkan antara Dusun yang satu dengan Dusun yang lainnya. Jalanjalan ini dapat dilalui oleh bus-bus kecil maupun besar. Sarana transportasi di Desa ini sudah cukup memadai. Hampir Setiap jamnya akan ada angkutan umum yang melintas di Desa ini sehingga memudahkan penduduk untuk bepergian baik menuju ke Ibukota kecamatan (Tigapanah) maupun menuju ke ibukota Kabupaten (Kabanjahe). Selain sarana perhubungan umum, sarana perhubungan lain berupa milik pribadi seperti mobil pribadi dan sepeda motor telah banyak dimiliki oleh penduduk Desa Suka. Untuk memperluas pengetahuan masyarakat akan informasi dari keadaan di luar diperlukan adanya sarana informasi. Di desa ini juga telah tersedia sarana informasi berupa media elektronik yang dimiliki masyarakat seperti TV dan Radio. Sudah banyak keluarga petani yang memiliki TV dan radio. Sarana informasi lain berupa media cetak yaitu surat kabar juga telah masuk ke Desa ini. Untuk lebih Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
39
jelasnya mengenai jumlah dari sarana perhubungan tersebut dapat kita lihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 6 Jumlah Sarana Perhubungan No
Sarana perhubungan
Jumlah/unit
1
Mobil/bus
82
2
Sepeda motor
62
3
TV/radio
190
4
Surat kabar
38 Exp/hari
Sumber: Kantor Kepala Desa Suka April 2009
2. Sarana Sosial Sarana pendidikan memiliki peranan yang sangat penting bagi kemajuan masyarakat. Di desa suka ini telah tersedia sarana pendidikan, yaitu adanya sekolah tingkat sekolah dasar (SD) dan sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP). Sekolah SD jumlahnya 4 unit sedangkan sekolah SLTP jumlahnya 1 unit. Mayoritas penduduk Desa ini menganut agama Kristen, yaitu krieten protesten dan kristen Katholik. Selain itu terdapat agama mayoritas yang beragama Islam. Untuk menjaalankan ibadah mereka telah terdapat sarana peribadatan berupa Mesjid dan Gereja. Jumlah Mesjid yang terdapat di Desa ini 1 unit dan Gereja 7 unit. Di Desa ini juga telah tersedia Puskesmas sejumlah 1 unit. Sarana air minum 9 unit. Jenis perumahan penduduk terdiri dari rumah permanen sejumlah 88 unit,
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
40
rumah semi permanen sejumlah 326 unit, dan rumah kayu sejumlah 538 unit. Listrik juga telah tersedia di Desa ini.
4.1.5. Struktur Pemerintahan Secara administratif Desa Suka dipimpin oleh seorang kepala desa yang dibantu oleh beberapa perangkat desa lainnya. Seperti sekretaris, kepala urusan pemerintahan, kepala urusan pembangunan Desa, kepala urusan kesejahteraan anggota, kepala urusan umum, dan kepala urusan keuangan. Dengan keadaan Desa ini yang terdiri dari tujuh Dusun, maka disetiap Dusun juga terdapat kepala Dusun. Struktur Organisasi pemerintah Desa Suka, Kecamatan Tigapanah Kepala Desa
Serketaris Desa
Kepala Urusan Pemerintah
LMD
Kepala Urusan Pembangunan
Kepala Urusan Kesejahteraan Anggota
Kepala urusan Umum
Kepala Urusan Keuangan
Sumber: Kantor Kepala Desa Suka April 2009 4.1.5. Pemanfaatan Lahan Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
41
Desa Suka ini merupakan salah satu Desa terluas di Kecamatan Tigapanah, dengan luas Desa 1074 ha. Keadaan Desa yang luas ini dimanfaatkan untuk berbagai tempat yaitu untuk pemukiman penduduk dan pemanfaatan untuk lahan pertanian. Dengan spesifikasi seperti pada tabel berikut: Tabel 7 Komposisi Pemanfaatan Lahan No
Jenis Pemanfaatan Lahan
Luas (Ha)
1
Pemukiman
18
2
Tegalan/lahan kering
645
3
Kebun campuran
189
4
Sawah
152
5
Hutan lebat
4
6
Belukar
6
7
Perkebunan
2
8
Dll
58
Jumlah
1074
Sumber: Kantor Kepala Desa Suka April 2009
Dari tabel di atas kita melihat bahwa penggunaan lahan paling banyak dipakai penduduk adalah lahan kering. Pada lahan kering inilah penduduk Desa Suka lebih banyak gunakan sebagai areal perladangan. Areal perladangan ini ditanami oleh penduduk dengan tanaman hortikultura dan tanaman jeruk untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka sebagi petani.
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
42
4.2. Profil Informan 1. Bapak H. Ginting Bapak H. Ginting (53 tahun) adalah sesosok petani jeruk yang percaya diri akan pekerjaannya sebagai petani jeruk yang menggantungkan harapanya hanya pada tanaman jeruk saja tanpa ada usaha sampingan. Tanaman jeruk sebagai jenis tanaman yang harganya tidak dapat dipastikan terkadang harga tinggi dan sering harga murah. Bapak H.Ginting tetap menekuni dan percaya diri pada tanaman jeruk ini saja walaupun terkadang petani lain memiliki tanaman cabe, kol, dan lain-lain harganya sedang mahal, ia tidak tergiur untuk menanam tanaman lain. Bapak H.Ginting memiliki 4 orang anak, 3 orang perempuan dan 1 orang laki-laki. Dari 4 orang anaknya sudah ada yang menikah. Saat ini ada 1 orang anaknya yang sedang menimba ilmu di salah satu perguruan tinggi Swasta yang terdapat di Kota Medan. Bapak H.Ginting tinggal di rumahnya bersama dengan istrinya dan satu orang anak permpuannya. Bapak H.Ginting sebagai seorang petani jeruk sudah cukup lama bercocok tanam tanaman jeruk. Lahan tempat ia menanam jeruk saat ini adalah lahan warisan dari pemberian orangtuanya dahulu. Usia tanaman jeruknya saat ini sudah 18 tahun dengan luas 1 Ha. Pada lahan seluas 1 Ha ini ditanam jeruk sejumlah 660 pokok/batang jeruk. Keluarga Bapak H.Ginting awalnya memilih untuk menanam tanaman jeruk adalah karena melihat taraf kehidupan ekonomi orang lain meningkat dari hasil tanaman jeruk. Sehingga Bapak H. Ginting pun mencoba untuk menanam jeruk dengan harapan ia akan berhasil juga atau taraf kehidupan ekonominya meningkat Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
43
juga dari hasil tanaman jeruk tersebut nantinya seperti yang dilihat dari pengalaman keberhasilan tetangga. Modal awal untuk perawatan tanaman jeruk ini waktu masih kecil sebelum dapat dipanen diperoleh dari hasil tanaman sayur-sayuran dan cabe yang ditanami disela-sela tanaman jeruk. Tanaman jeruk merupakan jenis tanaman musiman, dengan musim panen raya dua kali dalam satu tahun. Keluarga Bapak H.Ginting dalam satu kali panen raya jumlah yang dihasilkan mencapai 20 ton. Disamping musim penen raya , terdapat juga panen diluar panen raya. Namun jumlah buah jeruk yang dipanen tidak sebanyak pada saat musim panen raya. Keluarga Bapak H.Ginting memperoleh panen kecil-kecilan bisa sampai enam kali dalam satu tahun atau dua bulan sekali. Jumlah buah jeruk yang dihasilkan dari hasil panen kecil-kecilan ini mencapai 2 ton samapi dengan 3 ton saat sekali petik. Saat panen diluar Panen raya Bapak H.Ginting dapat menghasilakan dalam dua bulan sekali. Dengan panen dua bulan sekali seperti ini jeruk milik Bapak H. Ginting sudah termasuk produksi bagus di Desa ini bila dibandingkan dengan produksi jeruk petani jeruk yang lain. Dari 660 pokok tanaman jeruk milik keluarga Bapak H.Ginting, sejumlah 300 pokok bisa tidak mengikuti tanaman jeruk orang lain. Artinya tanaman jeruk orang lain tidak panen tetapi jeruk milik keluarga Bapak H.Ginting tetap bisa panen dengan jangka waktu panen dua bulan sekali. Hasil panen jeruknya biasanya ia langsung jual kepada tokeh. Harga jeruk sering anjlok saat panen raya, agar sepanjang tahun produksi jeruk keluarga Bapak H.ginting tidak seperti produksi jeruk petani lain. Dengan musim panen raya hanya dua kali dalam satu tahun, agar jeruk tetap dapat dipanen Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
44
diluar panen raya sehingga ia tetap memiliki uang pemasukan, ia memiliki cara yaitu dengan mengatur jangka waktu pemupukan tanaman jeruk tersebut. Pemupukan tanaman jeruk lebih sering dilakukan, karena semakin sering tanaman jeruk tersebut dipupuk, Hasil produksi jerukpun bagus dan dapat semakin sering panen.Penjualan jeruk milik keluarga Bapak H.Ginting biasanya pada saat panen raya harga Rp.2000,sampai dengan Rp.3000 ,-, sedangkan harga jeruk saat diluar panen raya Rp. 6000 sampai dengan Rp.6.500. Bapak H.Ginting mengatakan dari hasil tanaman jeruk inilah semua digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga baik untuk memebuhi kebutuhan sehari-hari, kebutuhan biaya kuliah anak, dan kebutuhan lain-lainnya. Dan dari hasil tanaman jeruknya tersebut ia juga sudah dapat membangun rumah sendiri, memiliki mobil pribadi yang dipakai ke ladang yang mana dahulu ia ke ladang dengan jalan kaki. Saat ini keluarganya tidak memiliki usaha sampingan karena di lahan tanaman jeruknyapun sudah tidak dapat ditanam tanaman sampingan lagi, jadi ia hanya menggantungkan harapan pada tanaman jeruk tersebut. Jeruk Bapak H. Ginting pernah mengalami jatuh harga murah saat panen raya. Adapun strategi yang dilakukannya untuk mengatasi harga jeruk yang murah tersebut yaitu dengan menahan buah jeruk di pohon atau jeruk tersebut tidak dipetik/dijual untuk menunggu kenaikan harga. Pupuk sangat dibutuhkan untuk tanaman jeruk, harga pupuk ini sangat mahal, Agar dapat memperoleh pupuk dengan harga ringan Bapak H.Ginting ikut kelompok tani. Organisasi lain selain ikut kelompok tani ia juga pernah mengikuti kegiatan penyuluhan pertanian dari LSM dan dari PPL (penyuluh pertanian lapangan). Dari kegiatan penyuluhan tersebut ia mengatakan cukup menolongnya sebagai petani jeruk Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
45
untuk mengetahui bagaimana cara pemupukan, penyemprotan, dan penggunaan pupuk yang baik untuk tanaman jeruk. Untuk memperoleh informasi lain seputar tanaman jeruk ini Bapak H. Ginting juga melakukan interaksi dengan sesama warga Desa di kedai kopi. Saat berinteraksi beberapa hal yang diperbincangkan seperti mulai dari tingkat harga jeruk, tingkat harga pupuk, pestisida,sampai dengan besar atau kecilnya buah jeruk. 2. Bapak P. Ginting Bapak P.Ginting berusia 30 tahun, ia adalah seorang petani jeruk dengan pendidikan terakhir D2 dari Medan. Usia tanaman jeruknya saat ini sudah 15 tahun, dengan luas lahan jeruk 1/2 Ha. Saat panen raya ia biasanya menjual jeruk kepada tokeh tapi terkadang menjual ke pasar disaat panen diluar panen raya karena jumlahnya sedikit. Ia sebagai petani jeruk mengenai harga merupakan persoalan baginya. Ia mengatakan Dengan biaya untuk membeli pupuk yang mahal sementara terkadang harga jeruk sering murah tentu tidak seimbang dengan penghasilan yang didapatkan dari tanaman jeruk tersebut. Adapun strategi yang dilakukan oleh bapak P.Ginting adalah dengan mengganti pemupukan dengan menggunakan pupuk organik. Bapak P.Ginting memiliki tanaman sampingan selain tanaman jeruk. Tanaman sampingan tersebut seperti tanaman sayur (kol, sawi, cabe, jagung). Tanaman sampingan tersebut ia tanam di lahan lain. Tanaman sampingan tersebut merupakan salah satu cara untuk persiapan sebelum panen raya jeruk agar pemasukan tetap ada. Ketika mengalami kesulitan ekonomi Bapak P.Ginting meminjam uang kepada koperasi atau CU (Credit Union). Ada beberapa Organisasi yang terdapat di Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
46
Desa Suka diikuti, yaitu ikut kelompok tani. Bagi bapak P.Ginting peranan atau manfaat yang dirasakan dari kelompok tani ini sangat menolongnya sebagai petani jeruk. Beberapa manfaat yang dirasakan tersebut adalah sebagai berikut: melalui kelompok tani dapat memperoleh pupuk subsidi dan diajari cara menggunakan pemupukan yang baik, penyemprotan yang baik, pembuatan pupuk organik. 3. Ibu D. Ginting Ibu D. Ginting berusia 40 tahun dengan pendidikan terakhir SMA. Ia memiliki 2 orang anak, kedua orang anaknya sedang menimba ilmu. Satu orang menimba ilmu di perguruan tinggi yang berda di Bengkulu sedangkan satu orang lagi masih berada pada tingkat SMA . Keluarganya sebagai petani jeruk awalnya ia menanam jeruk adalah karena saran dari orangtuanya yang mengatakan bahwa kalau nantinya ia menanam jeruk pemeliharaannya tidak terlalu repot/sulit sedangkan kalau tanaman lain nantinya bisa kurang sanggup memeliharanya. Awalnya menanam jeruk sebanyak 100 pokok dan kemudian ditambah lagi. Modal awal untuk tanaman tersebut adalah dari usaha sendiri dengan memelihara babi dan tanaman muda (sayur-sayuran, cabe). Usia tanaman jeruknya saat ini sudah 17 tahun dengan luas 1/2 ha. Dalam satu kali panen raya jumlah buah jeruk yang dipanen bisa mencapai 12 ton. Setiap panen raya tingkat harga yang ia katakan dapat lumayan yaitu tidak pernah kurang dari Rp.3000. Sedangkan jumlah jeruk yang dipanen saat panen diluar panen raya bisa mencapai 4 ton dangan tingkat harga Rp. 6000. Jeruk tersebut biasanya langsung dijual kepada tokeh, namun saat panen diluar panen raya bila jumlah jeruk yang dihasilkan beberapa keranjang saja ia menjual langsung ke pasar. Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
47
Selain tanaman jeruk saat ini ia juga memiliki tanaman sampingan, tanaman cabe yang ditanam pada lahan lain. Selain memiliki tanaman sampingan Ibu D.Ginting juga memiliki usaha sampingan yaitu memiliki ternak babi, saat ini jumlahnya ada 9 ekor. Ternak babi ini sudah lama atau sudah dari dulu dilakukan. Penghasilan yang diperoleh dari beternak babi tersebut bisa mencapai 5 juta rupiah, saat harga lebih mahal penghasilan yang didapat bisa lebih dari 5 juta rupiah. Ternak babi tersebut dipelihara dengan membuat kandang dibelakang rumah. Organisasi yang diikuti yaitu organisasi dari Gereja yang disebut ”perpulungan”. Selain itu juga ikut anggota koperasi atau CU (Credit Union). Ketika mengalami kesulitan ekonomi Ibu D.Ginting pernah meminjam uang kepada CU sebesar 2 juta rupiah. Alasan meminjam uang kepada CU yaitu baru-baru ini keluarganya mengalami kesulitan ekonomi karena tanaman jeruknya dilanda hujan es, sehingga mengalami kerugian dari tanaman jeruk tersebut. Saat itu juga Ibu D.Ginting perlu biaya perobatan untuk keluar dari rumah sakit dan ditambah lagi saat itu anakanya butuh biaya untuk masuk kuliah. 4. Ibu Panjaitan Ibu Panjaitan berusia 45 tahun, tingkat pendidikan terahir SMA. Jumlah anak 4 orang. Dua orang sudah menikah dan dua orang lagi masih sekolah. Ibu panjaitan berasal dari Tapanuli tepatnya dari Porsea. Dahulu ia bertemu dengan suaminya ditempat perantauan lalu setelah berumah tangga mereka tinggal menetap di Desa Suka yang merupakan kampung suaminya. Tinggal di Desa Suka sudah 26 tahun. Keluarganya sudah lama menanam jeruk dengan luas 1/2 ha. Alasan menanam jeruk karena ia hanya tahu bercocok tanam jeruk. Seperti informan lain umumnya ia Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
48
juga menjual jeruknya langsung kepada Tokeh. Saat panen raya jumlah jeruk yang ia hasilkan bisa mencapai 8 sampai dengan 10 ton namun sering sekali ia mendapatkan tingkat harga yang murah yaitu Rp. 1500,- per Kg. Tetapi walaupun harga jeruknya murah ia tetap memilih untuk menjual jeruk tersebut karena butuh biaya untuk kebutuhan sehari-hari dan untuk anak yang sedang kuliah. Ibu Panjaitan mengatakan seandainya ditahanpun buah di pohon akan beresiko yang dapat merusak batang pohon jeruk tersebut. Dalam hal pemupukan tanaman jeruknya biasa dipupuk dengan jangka waktu pemupukan 3 bulan sekali. Saat ekonomi lemah ia memilih untuk tidak memupuk dan menyemprot tanaman jeruk tersebut. Jadi, ia mengatakan tergantung kemampuan. Ibu Panjaitan disamping petani jeruk juga menanam cabe sebagai tanaman sampingan, dan memiliki usaha sampingan sebagai pedagang jeruk ketika tidak ada yang dikerjakan di ladang dan pada saat belum panen raya. Biasanya membeli jeruk orang lain ke pajak lalu dibawa ke rumah kemudia disortir dengan membedakan ukuran jeruk tersebut berdasarkan besar dan kecil dimasukkan ke dalam keranjang. Kemudian menjualnya kembali ke Sidikalang. Selain berdagang jeruk, Ibu Panjaitan juga memiliki ternak kambing yang berjumlah 7 ekor yang dipelihara dibelakang rumahnya. Begitu juga dengan anak-anaknya sepulang sekolah turut memelihara ternak tersebut. Ada beberapa organisasi yang diikuti seperti CU (Credit Union). Ibu Panjaitan sudah cukup lama mengikuti organisasi ini dan ini sangat bermanfaat baginya dimana saat membutuhkan uang dapat meminjam ke CU. Selain itu ia juga ikut anggota Kelompok Tani selama kurang lebih satu tahun. Manfaat dari kelompok Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
49
Tani tersebut baginya dapat memperoleh pupuk subsidi dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan harga pupuk dibeli dari Toko. Selain itu, ia juga dapat mengetahui cara membuat pupuk organik dengan mengolah buah jeruk yang tidak terpakai dengan campuran buah nenas, dan gula merah atau gula putih. Campuran ini disebut dengan embio berupa cairan. Embio ini lah yang disebut pupuk yang disiramkan ke tanaman jeruk untuk menyuburkan tanah. Akan tetapi, Ibu Panjaitan kadang-kadang saja mengolah pupuk organik ini karena tidak sempat. Selain itu ia juga mengikuti organisai dari gereja yang disebut perpulungan, dan juga perkumpulan marga. Melalui perpulungan dan perkumpulan marga tersebut juga pernah menolongnya saat kesulitan ekonomi. 5. Bapak I. Tarigan Bapak I. Tarigan berusia 32 tahun dengan tingkat pendidikan terakhir SMA. berumah tangga sudah 9 tahun yang dikaruniai tiga orang anak. Alasan menanam jeruk adalah karena mengikuti para petani di Desa Suka yang juga menanam tanaman jeruk. Usia tanaman jeruknya saat ini sudah 5 tahun dengan luas 1/4 Ha dimana lahan tersebut dahulu adalah pemberian dari orangtuanya. Dengan usia tanaman jeruk tersebut yang masih termasuk baru 5 tahun dia mengatakan belum mendapatkan untung dari tanaman jeruk tersebut karena biaya yang dikeluarkan dari awal penanaman hingga sekarang untuk perawatan cukup tinggi. Buah jeruk yang yang dihasilkan dari beberapa kali panen masih sedikit, pada panen terakhir didapat sejumlah 3 ton. Jeruk tersebut dijual langsung kepada tokeh tetapi apabila jumlah jeruknya sedikit sekitar 300 kg dijual kepajak.
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
50
Bapak Iwan selain bermatapencaharian sebagi petani jeruk ia juga bekerja sebagai agen jeruk. Pekerjaan sebagai agen jeruk digeluti sudah 5 tahun. Pekerjaan ini dilakukan dengan mencari jeruk para petani yang terdapat di Desa Suka maupun Diluar Desa, kemudian jeruk tersebut diinformasikan kepada tokeh. Dari hasil penjualan jeruk tersebut ia mendapat uang masuk dengan perhitungan sebesar Rp.100,- per kg jeruk yang diperoleh dari tokeh. Sebagai agen jeruk tidak selamanya bapak Iwan mendapat uang masuk, karena ada waktunya jeruk yang dijual tokeh mengalami kerugian. Dengan kerugian tersebut berdampak jugalah baginya tidak akan mendapat uang masuk karena ia menerima uang masuk setelah jeruk tersebut terjual oleh tokeh. Saat mengalami kesulitan ekonomi dimana panen jeruk belum tiba, untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan ekonomi Bapak Iwan bekerja sebagai buruh tani atau disebut dengan ”ngemo”. Pekerjaan ini dilakukan terkadang 2 kali sampai dengan 6 kali dalam satu minggu. Adapun jumlah upah setiap harinya Rp. 40.000,-. Bapak Iwan juga memiliki ternak lembu 1 ekor, ternak tersebut sudah ada dua tahun lamanya. Ternak tersebut digunakan untuk mengatasi kesulitan saat tidak mampu membeli pupuk kimia untuk tanaman jeruk. Agar tanaman jeruk tetap dipupuk ia menggunakan kotoran dari ternak lembu tersebut. 6. Ibu Perangin-angin Ibu Perangin-angin berusia 27 tahun dengan tingkat pendidikan terakhir SMA. Memiliki dua orang anak. Tanaman jeruk tersebut adalah pemberian dari keluarganya diterima dari keluarga sudah berusia 2 tahun. Saat ini usia jeruk tersebut sudah 7
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
51
tahun. Jumlah jeruk tersebut 100 batang denga hasil panen mencapai 5 ton dan biasa dijual kepada tokeh. Selain sebagai petani jeruk ia juga memiliki usaha sampingan yaitu pedagang dengan membuat kedai yang terletak di depan rumah. Kedai tersebut biasa Ibu Perangin-angin yang menjaga sedangkan suaminya ke ladang. Organisasi yang diikuti kelompok tani. Ketika mengalami kesulitan ekonomi dalam pamupukan jeruk terkadang pupuk kimia diganti dengan pupuk organik. Pupuk kimia tetap diberikan tetapi porsinya dikurangi. Saat tidak mampu beli pupuk kimia terkadang juga Ibu Perangin-angin meminjam kepada Toko pupuk dimana pemilik Toko tersebut masih merupakan kelurganya. Pupuk tersebut nantinya dibayar setelah jeruk sudah dipanen. 7. Bapak D.Tarigan Bapak D.Tarigan berusia 35 tahun dengan tingkat pendidikan terakhir S1 ,alumni dari salah satu perguruan tinggi swasta yang ada di Kota Medan. Tinggal dirumahnya bersama dengan istri serta dua orang anak perempuannya yang masih berusia 3 tahun dan 2 tahun . Bapak D.Tarigan mengatakan alasan menanam jeruk adalah karena baginya tingkat kemakmuran masyarakat di kabupaten Karo berhasil dari tanaman jeruk. Luas kebun jeruk tersebut 1 Ha dengan usia yang berbeda. Tanaman jeruk yang berusia 9 tahun sejumlah 100 pokok sedangkan tanaman jeruk yang berusia 6 tahun sejumlah 300 pokok. Hasil panen jeruk tersebut langsung dijual kepada tokeh. Penghasilan yang didapat Bapak D. Tarigan dalam satu bulan dari tanaman jeruk
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
52
dirata-ratakan mencapai Rp. 8.000.000,-. Total biaya yang dikeluarkan dalam setiap bulannya Rp. 4.000.000,- . Penduduk Desa Suka mengenal tanaman jeruk milik Bapak D.Tarigan berhasil karena mutunya bagus. Mutu jeruk tersebut bugus sesuai dengan pemupukan yang dilakukannya setiap sebulan sekali. Bapak Iwan mengatakan ”jika mutu jeruk kita bagus harga juga bagus” . Jadi strategi yang ia lakukan untuk menghadapi panen dengan tingkat harga yang tidak menentu adalah dengan mempertahankan perawatan tanaman jeruk dengan baik. Perawatan yang dipertahankan tersebut yaitu mulai dari pengguntingan yang baik, pemupukan, penyemprotan, dan lain-lain. Takaran pupuk yang dibuat 1 kg per pokok tanaman jeruk. Hasil panen jeruk yang dihasilkan mencapai 100 kg per pokok dalam satu tahun. Dengan pemupukan yang dilakukan setiap sebulan sekali maka Bapak Iwan juga bisa panen setiap bulannya. Harga jeruknya pada panen baru-baru ini mencapai Rp. 7000,- per kg. Bapak D. Tarigan sebagi petani jeruk pernah juga mengalami kerugian tetapi ia mengatakan pada panen selanjutnya dua kali sampai dengan tiga kali akan tertutupi kembali kerugian tersebut. Ikut kelompok Tani merupakan salah satu sarana agar petani dapat memperoleh pupuk subsidi. Bapak D. Tarigan sebagai petani jeruk juga ikut anggota kelompok tani ini. Baginya peranan kelompok tani ini yaitu untuk mendapatkan pupuk subsidi dan dapat mengetahui pemupukan, pengguntingan, dan penyemprotan yang baik. Bapak D. Tarigan selain menanam tanaman jeruk juga menanam tanaman cabe sebagai tanamn sampingan. Dan selain petani jeruk juga memiliki usaha sampingan sebagai pedagang pupuk. Bapak D.Tarigan memiliki toko pupuk yang berada disamping rumahnya. Toko pupuk tersebut buka hampir setiap hari dari pagi sampai Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
53
jam 12.00 siang. Bapak D.Tarigan sebagai seorang petani jeruk membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Saat mengalami kesulitan ekonomi atau membutuhkan biaya ia juga meminjam uang kepada Bank. 8. Bapak R.Tarigan Bapak R. Tarigan berusia 54 tahun dengan tingkat pendidikan terakhir SMA. Tinggal bersama dengan istri. Memiliki 3 orang anak dan ketiga anaknya sudah merantau semua. Dari ketiga anaknya dua orang sudah lulus sarjana. Anak yang pertama sudah berkeluarga, kedua sudah bekerja, terakhir masih kuliah disalah satu perguruan tinggi di Kota Bandung. Tinggal Di Desa Suka baru 5 bulan sebelumnya tinggal di Berastagi. Walaupun tinggal di Berastagi tetapi tetap melakukan usaha tani jeruk di Desa Suka. Luas jeruk 1 Ha, berusia 16 tahun. Alasan memilih menanam tanaman jeruk karena melihat petani jeruk yang lain berhasil dari tanaman jeruk tersebut. Dari panen raya atau panen besar-besaran dihasilkan mencapai sejumlah 30 ton. Sedangkan panen diluar panen raya atau panen kecil-kecilan dihasilkan sejumlah 3 sampai dengan 5 ton. Panen kecil-kecilan biasa sebulan sekali. Jeruk tersebut biasa dijual kepada pembeli yang menawarkan harga lebih tinggi. Misalnya harga yang ditawarkan oleh pambeli yang berasal dari Desa Suka Rp. 2.500,- kemudian ada juga pemebeli yang lain yang menawarkan harga 2.800,- maka Bapak R. Tarigan tentunya lebih memilih menjual jeruk kepada pembeli yang menawarkan harga lebih tinggi. Penghasilan kotor yang diperoleh dari tanaman jeruk tersebut setiap bulannya kira-kira Rp. 3.000.000,- sampai dengan Rp. 4.000.000,-. Penghasilan tersebut
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
54
digunakankan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan untuk biaya kuliah anaknya. Bapak R. Tarigan juga ikut anggota kelompok tani. Baginya peranan kelompok tani tersebut adalah bisa memperoleh pupuk subsisdi. Namun untuk pembinaan yang dilakukan bagi kelompok tani tidak pernah ia ikuti dengan alasan karena sibuk. Bapak R. Tarigan selain mananam tanaman jeruk juga menanam cabe sebagai tanaman sampingan. 9. Bapak E. Ginting Bapak E. Ginting adalah petani jeruk yang latar belakangnya bukanlah seorang petani. Tingkat pendidikan terakhir SI dari perguruan tinggi di Jawa. Tamat kuliah bekerja di Jakarta, Setelah bekerja beberapa waktu di Jakarta bapak E. Ginting kembali ke kampungnya Desa Suka dan memutuskan untuk bertani bersama dengan istrinya yang berasal dari Jawa. Saat ini sudah memiliki 4 orang anak. Awalnya keluarga bapak E. Ginting memilih untuk bertani tanam-tanaman muda namun selalu gagal karena dengan latar belakangnya yang bukanlah petani. Dengan kegagalan dari pekerjaan sebagai petani, bapak E. Ginting memilih untuk bekerja sebagai pedagang roti yang ditekuni selama 2 tahun dan dari usaha ini kehidupan ekonomi meningkat. Kemudian bapak E. Ginting memilih kembali untuk bertani dengan menanam tanaman jeruk. Alasan Memilih bertani jeruk tersebut adalah karena baginya prospek dari tanaman jeruk tersebut bagus dan menrawatnya tidak terlalu repot seperti pada tanaman muda. Usia tanaman jeruknya saat ini sudah 14 tahun dengan luas 1/4 Ha.
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
55
Jumlah hasil panen raya dari jeruk tersebut bisa mencapai 15 ton dengan harga penjualan hasil panen terakhir Rp. 3.000,- , sedangkan bentuk panen diluar panen raya 3 bulan sekali dengan jumlah 3 sampai dengan 4 ton. Dalam hal penjualan jeruk, bapak E. Ginting berbeda dengan beberapa informan lainnya. Bapak E. Ginting memilih menjual hasil panen raya kepada tokeh dan sudah langganan dengan alasan karena sudah saling percaya dengan tokeh tersebut. Tanaman jeruk Bapak E. Ginting pernah dilanda hujan es bulan agustus lalu. Ia mengatakan bahwa saat tanaman jeruknya terkena musibah hujan es berakibat akan gagal panen sehingga berdampak otomatis perawatan tanaman jeruk untuk selanjutnya menjadi tersendat. Bapak E. Ginting sebagai petani jeruk, tingkat harga bukanlah persoalan baginya karena ia kemukakan bahwa walaupun harga jeruk tersebut murah itu masih tetap menjanjikan. Strategi adaptasi yang dilakukan adalah dengan membuat biaya yang murah. Yaitu dengan menggunakan pupuk bersubsidi yang diperoleh melalui kelompok tani. Bapak E. Ginting ikut kelompok tani sudah 4 tahun. Baginya bertani itu modal utama bukanlah uang tetapi ilmu. Dan ilmu tersebut diperoleh melalui jaringan sosial yang dibangunnya dengan ikut kelompok tani, ikut pembinan pertanian dari NGO dan dari dinas pertanian yang dilakukan PPL (penyuluh pertanian lapangan). Manfaat yang didapatkan dari kelompok tani, seperti ilmu teknis budidaya tanaman dan dapat memperoleh pupuk subsidi dengan harga yang murah. Dan dari jaringan sosial lainnya juga diperoleh ilmu teknis budidaya tanaman jeruk.
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
56
Bapak E. Ginting adalah petani yang kreatif. Karena selain bertani tanaman jeruk juga memiliki beberapa tanaman sampingan dengan masa waktu panen yang bervariasi dan memiliki usaha sampingan. Pada lahan lain dibuat pertanian hutan yaitu dengan menanan berbagai macam tanaman di dalam lahan tersebut. Di daerah pinggir ditanam dengan kayu sedangkan ditengah-tengah lahan ditanami dengan tanaman kopi, alpukat. Saat ini buah kopi tersebut sudah berbuah. Pada lahan pertanian hutan tersebut juga dibuat lokasi kandang ternak kambing. Untuk mencari makanan ternak tersebut dengan melibatkan atau mempekerjakan orang lain. Dan kotoran dari ternak tersebut digunakan untuk pupuk tanaman jeruk dan tanaman lain. Selain itu bapak E. Ginting juga mengolah sampah-sampah organik menjadi pupuk organik. Sampah organik terbut seperti buah jeruk yang sudah busuk dicampur dengan sampah –sampah organik lainnya. Pupuk organik tersebut digunakan untuk tanaman jeruk juga tanaman lainnya. Bagi Bapak E. Ginting pupuk organik tersebut paling besar manfaatnya. Dengan menggunakan pupuk organik tersebut bapak E. Ginting cukup menggunakan pupuk kimia 1 kg. Bila dibandingkan dengan petani lain yang biasa menggunakan pupuk kimia antara 1 sampai dengan 2 kg. Jadi dengan cara seperti ini bapak E. Ginting bisa mengurangi biaya pengeluaran untuk perawatan tanaman jeruk. Untuk bercocok tanam jeruk membutuhkan modal yang tinggi. Berkaitan dengan ini bapak E. Ginting sebagai petani jeruk mengatakan ketika mengalami kesulitan dalam modal untuk tanaman jeruknya. Strategi adaptasa yang dilakukan adalah dengan meminjam uang kepada Cu (credit union).
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
57
Disamping sebagai petani jeruk bapak E. Ginting juga memiliki usaha berdagang dengan membuka warung didepan rumahnya namun yang memegang usaha warung tersebut dikerjakan oleh istrinya. 10. Bapak A. Ginting Bapak A. Ginting berusia 28 tahun dengan pendidikan terakhir STM . Tinggal bersama dengan istri dan memilik dua orang anak. Alasan menanam menanam jeruk karena tanaman jeruk merupakan salah satu tanaman pokok di tanah karo. Tanaman jeruk tersebut merupakan pemberian dari orangtuanya saat tanaman jeruk berusia tiga bulan. Luas tanman jeruk tersebut 1/2 ha dengan usia sudah 8 tahun. Jumlah jeruk yang dihasilkan saat panen raya bisa mencapai sampai dengan 20 ton. Sedangkan jumlah jeruk yang dihasilkan diluar panen raya atau saat panen biasa mencapai 2 sampai dengan 5 ton. Panen biasa tersebut tiga bulan sekali. Jeruk tersebut dijual kepada tokeh. Organisasi di Desa yang mendukung pertanian yang didikuti oleh bapak A. Ginting yaitu kelompok tani. Manfaat yang didapat dari kelompok tani ini yaitu bisa mendapatkan pupuk subsidi. Saat mengalami kesulitan ekonomi misalnya perlu untuk menyemprot tanaman jeruk sementara uang tidak ada untuk membeli pestisiada, maka strategi adaptasi yang dilakukan adalah dengan meminjam uang baik kepada tetangga, Bank, dan lain-lain. Selain menanam tanaman jeruk bapak bapak A. Ginting juga memiliki usaha lain dengan menanam tanaman sampingan seperti cabe, kol pada lahan lain. Usaha sampingan lain yaitu memiliki ternak kambing. Hasil ternak kambing tersebut belum
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
58
pernah dijual. Kotoran dari ternak kambing tersebut digunakan untuk pupuk tanaman jeruk dan tanaman lainnya. 11. Bapak S. Tarigan Bapak S. Tarigan merupakan informan biasa dalam penelitian ini. Bapak S. Tarigan berusia 22 tahun dengan tingkat pendidikan terakhir adalah SMP. Beragama Kristen Protestan. Saat ini tinggal bersama dengan istrinya dam belum memiliki anak. Pekerjaan Bapak S. Tarigan adalah petani.
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
59
4.3. Interpretasi Data 4.3.1. Tanaman Jeruk Jeruk merupakan salah satu jenis tanaman musiman yang banyak disukai masyarakat. Sebagai bahan pelengkap utama dalam penunjang gizi keluarga, rasanya segar dan banyak mengandung vitamin C dan vitamin A. Daerah-daerah di dunia tempat tumbuh jeruk adalah daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Tanaman jeruk juga dapat tumbuh di dataran rendah (lahan basah) dan dataran tinggi. Kabupaten karo termasuk kedalam daerah dataran tinggi, dengan keadaan iklim Kabupaten Karo yang sejuk dan tanahnya yang subur mendukung tanaman jeruk ini cocok ditanam. Varitas jeruk yang ditanam di Kabupaten Karo adalah jenis Siam, Washington, Sunkist, Padang, Siam Madu dan sebagainya. Sebagaimana tanaman jeruk yang merupakan termasuk salah satu tanaman pokok masyarakat Kabupaten Karo, juga Tanaman jeruk merupakan salah satu tanaman yang cocok ditanam pada lahan pertanian di Desa Suka yang merupakan Desa yang berada pada Kabupaten Karo. Dengan cocoknya tanaman tersebut membuat tanaman ini menjadi salah satu tanaman pokok yang mendukung perekonomian penduduk Desa Suka. Varietas jeruk yang ditanam di Desa Suka biasa disebut dengan jeruk ”madu”. Jeruk ini memiliki rasa yang manis dan kulitnya tipis. Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian informan mengatakan bibit tanaman di Desa Suka dahulu diperoleh dari daerah Padang. Pembibitan jeruk ini dilakukan dengan cara menempel pada pohon jeruk asam. Lama waktu penempelan dilakukan beberapa bulan kemudian diambil dan ditanam. Saat ini pembibitan sudah ada juga dilakukan sendiri oleh petani. Bibit jeruk yang dibeli dikenakan harga Rp. Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
60
10.000,- per batang. Dalam hal penanaman jeruk, sebelum penanaman, lubang tanam yang sudah dibuat diisi dengan pupuk kandang/kompos yang dicampur tanah lapisan atas. Jarak tanam pada tanaman jeruk yang digunakan bervariasi dari satu lokasi yang lainnya. Kebun jeruk di dataran rendah (lahan basah) jarak tanamnya relatif lebih jarang dibanding kebun jeruk di dataran tinggi, karena 40% dari lahan basah terpakai untuk keperluan pembuatan drainase dan pembuatan jalan. Tanaman jeruk memerlukan perawatan yang baik agar menghasilkan produksi yang berkualitas. Adapun beberapa hal perawatan yang dilakukan petani jeruk terhadap
tanamannya
yaitu
pengguntingan,
penyemprotan,
pemupukan.
Pengguntingan dilakukan dengan memakai gunting dan membuang ranting-ranting dari pohon jeruk yang tidak diperlukan. Pada tanaman jeruk penyemrotan yang teratur sangat diperlukan karena hama merupakan salah satu yang dapat merusak tanaman jeruk ini. Salah satu nama hama yang merusak tanaman jeruk ini biasa disebut dengan lalat buah. Dalam penyemprotan untuk membasmi hama-hama pada tanaman jeruk ini tentunya diperlukan perstisida. Petani jeruk biasa menyebut pestisida dengan ”obat”. Obat tersebut dibeli di toko pupuk dan pestisida baik yang terdapat di ibu kota kabuten maupun di ibu kota kecamatan. Bahkan ada juga yang langsung membeli pestisida di kios pestisida dan pupuk yang ada di Desa Suka. Pemupukan sangat perlu dilakukan pada tanaman jeruk karena kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman terbatas, dan pada setiap periode umur tanaman jeruk banyak menguras ketersediaan hara tanah. Tanaman jeruk membutuhkan pupuk organik (pupuk kandang/kompos) dan pupuk anorganik (urea, TSP, dan KCL, ZA,SP). Pupuk organik dibutuhkan untuk meningkatkan humus Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
61
didalam tanah sehingga tanah yang padat dapat diubah menjadi remah/gembur. Sedangkan pupuk anorganik diperlukan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Pemupukan yang teratur juga sangat penting dilakukan pada tanaman jeruk ini untuk menghasilkan produksi yang bagus. Mengenai tempat pembelian pupuk sama halnya dengan tempat pada pembelian pestisida. Petani jeruk Di Desa suka membeli pupuk di toko pupuk dan pestisida baik yang terdapat di ibu kota kabuten maupun di ibu kota kecamatan. Selain biaya perawatan masih terdapat juga biaya lain yang harus dikeluarkan oleh petani jeruk seperti biaya upah untuk tenaga kerja atau aron. Upah untuk tenaga kerja atau aron dengan pekerjaan memetik buah jeruk sebesar Rp. 50.000,- per hari untuk satu orang. Tanaman jeruk dapat dipanen ketika tanaman sudah berumur 3 tahun. Diusia jeruk seperti ini buah yang dihasilkan masih sangat sedikit atau bisa dikatakan masih belajar berbuah. Informan mengatakan jika panen masih dua tahun atau jeruk usia lima tahun keuntungannya belum didapatkan dari tanaman jeruk tersebut karena tingginya biaya produksi dari awal penanaman sampai dengan jeruk dapat dipanen. Keuntungan dapat dirasakan setelah umur tanaman jeruk diatas lima tahun. Tanaman jeruk merupakan jenis tanaman musiman karena tanaman ini ada waktunya berbuah dan tidak berbuah. Tanaman jeruk sebagai tanaman musiman juga ada saatnya panen raya dan tidak panen panen raya. Saat panen raya tersebut produksi jeruk sangat tinggi dimana banyak para petani jeruk yang panen. Informan mengatakan saat panen raya tersebut lebih setengah dari buah jeruk yang di pohon sudah bisa dipanen. Jangka waktu panen raya biasa dua kali dalam satu tahun yaitu Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
62
bulan Juni-Juli dan bulan Desember-Januari. Disamping panen raya terdapat juga panen kecil-kecilan. Pada saat panen raya jumlah buah jeruk yang dihasilkan oleh informan dapat mencapai 30 ton dengan luas satu Ha. Saat panen kecil-kecilan ini jumlah buah yang dipanen hanya sedikit dengan hasil beberapa keranjang sampai dengan 5 ton. Jumlah hasil panen tergantung kepada luasnya luas lahan jeruk dan baik tidaknya perawatan pada tanaman jeruk tersebut. Dengan perawatan yang baik pada tanaman jeruk juga berdampak pada bagusnya mutu produksi yang dihasilkan. Dan dengan bagusnya mutu hasil produksi jeruk yang dihasilkan akan membawa pada bagusnya tingkat harga yang diperoleh petani. Seperti yang juga dikemukakan oleh salah seorang informan sebagai berikut: ”harga tetap di atas klo mutu tinggi”(D.T, laki-laki 35 tahun, wawancaraApril 2009)
4.3.2. Bertani jeruk Sebagai Mata Pencaharian Sektor pertanian Sebagai salah satu mata pencaharian utama masyarakat di pedesaan. Aktifitas mereka sebagai petani nampak dalam kegiatan yang dilakukan baik di sawah, di perkebunan, maupun di ladang yang mereka olah demi kelangsungan hidupnya. Mata pencaharian merupakan suatu aktifitas usaha yang dilakukan oleh kebanyakan orang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ada banyak bentuk yang dilakukan oleh petani sebagai mata pencahariannya. Lingkungan dimana mereka tinggal yang memberikan pengaruh yang cukup besar mengenai karakteristik mata pencaharian yang dijalankan oleh mereka, seperti pada daerah tertentu di pedesaan dimana umumnya mereka hidup dengan mengandalkan hasil agraris seperti ada yang berkebun tanaman keras, bertani tanaman pangan dan hortikultura. Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
63
Beberapa komoditi tanaman pangan dan hortikultura ini seperti gabah/beras, palawija, tanaman hias, sayur mayur, dan buah-buahan. Seseorang di dalam melakukan suatu tindakan di dalam kehidupannya didasarkan pada suatu alasan tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Demikian juga halnya pada petani di Desa Suka memilih untuk bertani jeruk memiliki suatu alasan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui Alasan para informan memilih menanam tanaman jeruk berbeda-beda yaitu karena kehidupan ekonomi petani jeruk yang lain meningkat dari hasil tanaman jeruk, saran dari orangtua, lebih mengtahui cara bercocok tanam jeruk dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya, mengikuti petani lain, melihat tingkat kemakmuran masyarakat kabupaten Karo berasal dari tanaman jeruk, prospek tanaman jeruk tersebut bagus,
dan melihat tanaman jeruk
merupakan salah satu tanaman pokok di Kabupaten Karo. Luas lahan jeruk yang dimiliki informan bervariasi, ada yang 1/4 Ha, 1/2 Ha,1 H, bahkan lebih dari1 Ha.
4. 3.3. Penjualan Hasil Panen Masyarakat Desa sebagai petani yang sangat menggantungkan harapannya pada pertaniannya, masa panen merupakan suatu hal yang sangat dinanti-nantikan. Saat panen raya para petani jeruk biasa menjual jeruknya kepada Tokeh. Bentuk penjualan jeruk dari petani jeruk kepada pembeli ada dua jenis. Bentuk penjualan pertama sistem timbang, dalam sistem timbang ini dilakukan dengan setelah petani jeruk dan pembeli menyetujui harga jeruk kemudian pemetikan jeruk diserahkan kepada petani. Biaya pemetikan jeruk untuk upah tenaga kerja ditanggung oleh
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
64
petani jeruk. Setelah jeruk selesai dipetik selanjutnya adalah tahap penyortiran yang diserahkan kepada pembeli. Penyortiran dilakukan dengan memasukkan buah jeruk ke dalam keranjang yang terbuat dari bambu. Dalam keranjang tersebut sudah diberi lapis daun pisang untuk mencegah kerusakan akibat keranjang. Buah jeruk dimasukkan ke dalam keranjang dengan mengklasifikasikan buah jeruk tersebut berdasarkan ukurannya masing-masing atau jeruk tersebut dikelas-kelaskan menurut ukuran buah yang telah ditetapkan yaitu kelas super, AB, C, D, dan unyil. Urutan dari ukuran yang terbesar sampai dengan ukuran terkecil yaitu mulai dari kelas super sampai dengan unyil. Jadi kelas yang paling bagus adalah kelas super. Informan mengatakan saat penyusunan buah jeruk tersebutlah terkadang terjadi konflik antara petani jeruk dengan pembeli. Dimana awalnya ukuran jeruk yang dimasukkan ke dalam keranjang telah disepakati kemudian pembeli tidak memasukkan buah jeruk dengan ukuran tertentu dengan alasan terlampau kecil. Setelah buah jeruk selesai ditimbang baru transaksi pembayaran dilakukan. Biaya penyusunan buah jeruk kedalam keranjang ditanggung oleh pembeli (tokeh). Upah untuk tenaga kerja dalam penyusunan jeruk tersebut sebesar Rp. 80.000,- per orang. Bentuk penjualan kedua adalah sistem lelang, dalam bentuk penjualan lelang ini setelah harga buah jeruk disepakati antara petani jeruk dan pembeli, pembeli langsung melakukan pembayaran kepada petani. Dalam bentuk penjualan lelang ini Semua diserahkan kepada pembeli, upah tenaga kerja mulai dari pemetikan sampai dengan penyusunan buah jeruk ke dalam keranjang ditanggung oleh pembeli. Namun dari kedua bentuk penjualan tersebut, sistem timbang merupakan bentuk penjualan Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
65
yang pada umumnya dilakukan di Desa Suka. Penjualan ada yang dilakukan melalui agen dan ada juga petani jeruk langsung menjual kepada tokeh. Agen biasanya hanyalah merupakan perantara antara petani jeruk dan tokeh. Tokeh yang membeli jeruk petani di Desa Suka ada yang penduduk Desa Suka dan ada juga tokeh yang bersal dari luar Desa. Bagi tokeh yang berasal dari luar Desa tentunya memerlukan agen yang merupakan penduduk Desa Suka yang lebih mengetahui informasi hasil produksi jeruk para petani. Upah yang diperoleh agen diberikan oleh tokeh dengan perhitungan 1 Kg jeruk senilai Rp. 100,-. Misalnya agen mendapat jeruk petani sejumlah 3 ton, jadi dari 3 ton tersebut dia akan memperoleh upah Rp. 300.000,-. Pemberian upah kepada agen bisa sebelum jeruk dijual ke luar Kota bisa juga setelah jeruk sudah dikirim keluar Kota. Buah jeruk tersebut selain dipasarkan di dalam lokal juga dipasarkan keluar Kota. Daerah pemasaran jeruk ini dipasarkan ke beberapa daerah seperti Jakarta, Bandung, Batam, Bogor, Palembang, Aceh, Pekan baru, dll. Selain panen raya terdapat juga panen diluar panen raya. Panen diluar panen raya ini jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan hasil panen raya. Jumlah hasil panen diluar panen raya ini hitungannya bisa dari beberapa keranjang sampai dengan 5 ton. Informan menjual Buah jeruk kepada tokeh ketika jumlahnya banyak sedangkan saat jumlahnya sedikit dijual ke pasar. Seperti juga yang dikatakan oleh salah seorang informan sebagai berikut: ”kalau buah jeruk sedikit atau kosong lebih baik dijual ke pasar sedangkan kalau panen raya lebih bagus dijual kepada tokeh” (PG, laki-laki 30 tahun, wawancara April 2009)
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
66
Penjualan buah jeruk dengan Jumlah yang banyak sangat repot membawanya ke pasar dan kurang efektif. Sedangkan buah jeruk dengan jumlah sedikit (hanya beberapa keranjang saja) lebih efektif dijual ke pasar karena tokeh biasanya langsung mengirim buah jeruk ke luar kota dengan menggunakan Truk. Saat jumlah buah jeruk sedikit Informan biasa menjualnya ke pasar Berastagi dan di Pasar kecamatan saja.
4.3.4. Strategi Adaptasi Saat Pra Panen Raya Strategi adaptasi muncul ketika seseorang mengalami permasalahan dalam kehidupannya. Demikian juga halnya dengan petani jeruk, khususnya yang berada di daerah Desa Suka. Pada umumnya permasalahan petani jeruk sudah mulai dialami pada saat pra panen raya. pada saat inilah perlu melakukan strategi agar mereka mampu memenuhi kebutuhan ekonomi demi keberlangsungan hidupnya. Saat pra panen raya merupkan waktu tertentu diluar panen raya atau waktu menjelang panen raya. Dalam pemasaran buah jeruk, pada petani jeruk juga berlaku hukum pasar. Dimana saat penawaran tinggi permintaan menurun sementara saat penawaran rendah permintaan tinggi. Demikian halnya dalam pertanian jeruk, saat panen raya dengan produksi buah jeruk yang tinggi harga jeruk murah tetapi saat pra panen raya dengan produksi jeruk sedikit dan kosong harga jeruk tinggi. Pada saat pra panen raya seperti ini, ketika tidak ada pemasukan keluarga dari tanaman jeruk, petani jeruk tetap membutuhkan biaya untuk kelangsungan hidupnya dan biaya sarana produksi untuk tanaman jeruk mereka. Tanaman jeruk merupakan tanaman yang membutuhkan biaya yang tinggi, biaya yang diperlukan tersebut mulai dari biaya perawatan hingga tenaga kerja. Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
67
Dalam hal perawatan, Pemupukan dan penyemprotan adalah merupakan hal yang sangat penting dilakukan oleh petani jeruk. Pada saat inilah para petani jeruk harus memikirkan berbagai hal untuk memenuhi kebutuhan biaya perawatan pada tanaman jeruk mereka. Ketika petani jeruk mengalami kesulitan ekonomi pada saat pra panen raya, terdapat beberapa strategi adaptasi yang dilakukan agar tetap bertahan. Pada saat kondisi seperti itu para petani jeruk melakukan berbagai cara atau strategi demi keberlangsungan hidup mereka. Strategi yang mereka lakukan adalah dengan melakukan tanaman sampingan, usaha sampingan seperti berdagang dan beternak, pekerjaan sampingan, dan memanfaatkan jaringan sosial.
4.3.4.1. Tanaman Sampingan Tanaman jeruk merupakan tanaman musiman, dengan keadaan tanaman jeruk yang bersifat musiman membuat petani jeruk harus menunggu waktu tertentu agar dapat memperoleh penghasilan dari tanaman jeruk tersebut. Dalam menunggu waktu panen dari tanaman jeruk sebagai tanaman pokok, tentunya petani jeruk tetap memerlukan pemasukan ekonomi untuk kelangsungan hidup dan untuk pemeliharaan tanaman jeruk. Dari hasil penelitian
diketahui membuat tanaman sampingan
merupakan salah satu strategi adaptasi petani jeruk. Jenis tanaman sampingan yang ditanam oleh petani jeruk di daerah Desa Suka ini adalah jenis tanaman sayur-sayuran seperti kol, arcis, sawi dan tanaman muda lainnya seperti cabe, jagung. Tanaman sampingan ini ditanam pada lahan yang berada di samping tanaman jeruk. Tetapi ada juga petani jeruk yang menanam tanaman Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
68
sampingan pada lahan lain karena umur tanaman jeruknya sudah tua. Tanaman jeruk yang umurnya sudah tua tidak baik lagi jika ditanami dengan tanaman sampingan karena dapat merusak tanaman jeruk. Namun informan mengatakan untuk jenis tanaman cabe baik ditanam sebagai tanaman sampingan ditanam disamping tanaman jeruk. Alasan para petani jeruk melakukan tanaman sampingan adalah karena usia tanaman sampingan ini usia panennya cukup pendek. Yaitu sekitar 2 bulan sampai dengan 4 bulan sudah bisa dipanen. Waktu untuk panen tanaman sampingan ini juga telah diatur oleh para petani jeruk dimana sebelum panen jeruk terlebih dahulu mengerjakan panen tanaman sampingan. Hasil dari tanaman sampingan ini dapat dijual selain itu juga untuk pemenuhan kebutuhan hidup mereka menunggu hasil panen jeruk dapat dipanen. Penghasilan yang diperoleh dari hasil tanaman sampingan ini dapat dijual untuk pemenuhan kebutuhan hidup mereka. membantu keadaan ekonomi petani jeruk. Hasil usaha dari tanaman sampingan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan juga untuk memenuhi kebutuhan untuk biaya produksi tanaman jeruk. Kegiatan membuat tanaman sampingan seperti ini bila dikaitkan pada teori coping strategies. Hal ini termasuk kedalam strategi aktif. Strategi aktif yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga untuk (misalnya melakukan aktivitas sendiri, memperpanjang jam kerja, memanfaatkan sumber atau tanaman liar di lingkungan sekitar dan sebagainya).
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
69
4.3.4.2. Usaha Sampingan Dalam menghadapi berbagai kesulitan ekonomi, petani jeruk tampaknya tidak hanya memiliki dan mengembangkan strategi satu jenis saja. Disamping memiliki tanaman samping juga melakukan usaha sampingan menghadapi musim pra panen raya tersebut. Musim pra panen raya tersebut dihadapi oleh para petani jeruk dengan mengandalkan usaha sampingan agar tetap dapat menjaga kelangsungan hidupnya. Usaha sampingan yang dilakukan oleh para petani jeruk di Desa Suka yaitu berdagang, beternak, dan buruh tani. Berdagang Salah seorang informan ketika tidak ada pekerjaan di ladang ia memilih untuk bekerja sebagai pedagang jeruk yaitu dengan membeli jeruk dari petani maupun dari pasar kemudian mengumpulkannya di rumah. Jeruk tersebut disortir atau dipisahpisahkan dengan berbagai ukuran. Setelah selesai disortir jeruk tersebut akan kembali dijual ke daerah lain. Daerah penjualan tersebut seperti ke Sidikalang. Seperti yang dikatakan Informan sebagai berikut: ”untuk beli-beli beras aja jualan jeruk ini”(P, perempuai 45 tahun, wawancara April 2009)
Dari kalimat yang dikemukakan oleh informan diatas dapat kita lihat bahwa hasil dari usaha sampingan yang dilakukannya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Usaha sampingan lain yang dilakukan oleh informan lain yaitu membuka kedai yang menyediakan kebutuhan sehari-hari dan membuka kios pupuk. Kedai dikelola dengan melibatkan istri. Keadan dengan melibat istri seperti ini disebut oleh Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
70
Moser (dalam Suharto, 2003) dengan aset tenaga kerja. Misalnya meningkatkan keterlibatan wanita dan anak dalam keluarga untuk bekerja membantu ekonomi rumah tangga.
Beternak Usaha sampingan lain yang dilakukan oleh petani jeruk yaitu dengan beternak. Beberapa macam ternak yang dimiliki oleh informan yaitu terdapat informan yang beternak babi, lembu, dan kambing. Ternak tersebut sangat bermanfaat bagi petani jeruk. Karena kotoran ternak tersebut dapat digunakan untuk pupuk kandang pada tanaman jeruk. Dengan adanya pupuk kandang tersebut dapat membantu untuk menekan atau meringankan pengeluaran keluarga petani jeruk. artinya mereka tidak perlu lagi banyak mengeluarkan uang untuk membeli pupuk kimia. Buruh Tani Bekerja sebagai buruh tani harian atau yang disebut dengan”ngemo” oleh penduduk Desa Suka juga merupakan salah satu pekerjaan sampingan yang dilakukan informan saat tidak terdapat pekerjaan yang dilakukan di ladangnya. Pekerjaan sebagai buruh harian ini dilakukan dengan bekerja pada ladang milik orang lain dan pekerjaan ini dilakukan waktunya tidak menentu misalnya dalam satu minggu tiga hari ”ngemo” dan empat hari lagi bekerja di ladang sendiri. Mereka yang bekerja sebagai buruh tani adalah yang memiliki lahan jeruk yang sempit.
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
71
4.3.4.3. Memanfaatkan Jaringan Sosial Manusia adalah mahluk sosial yang tidak lepas dari individu lainnya. Mereka harus melakukan interaksi baik secara individu maupun berkelompok. Dalam jaringan sosial terdapat hubungan sosial yang terjadi antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok, maupun antara kelompok dengan kelompok. Dan dalam jaringan sosial ini terdapat kerjasama yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Jaringan sosial merupakan seperangkat hubungan spesifik yang terbentuk di antara sekelompok orang, yang mengacu kepada hubungan sosial yang teratur, konsisten dan berlangsung lama. Dimana dengan memanfaatkan sebuah jaringan sosial dapat dapat mempermudah akses individu anggota jaringan terhadap sumber daya yang tersedia dalam lingkungan sosial. Jaringan sosial memberikan pemahaman kepada siapa-siapa petani jeruk mengadakan suatu hubungan dan bekerja sama dalam mengatasi kesulitan hidup. Ketidakpastian perolehan pendapatan dari aktivitas melaut, disamping kesulitan memperoleh sumber-sumber pendapatan tambahan lain menyebabkan anggota keluarga nelayan tradisional memanfaatkan fungsi sosial ekonomi dari jaringan sosial yang dimilikinya untuk mengatasi berbagai tekanan kehidupan ( Bidang Ilmu Sosiologi, 2007) Berkaitan dengan jaringan sosial ini para petani jeruk di Desa suka juga menjalin hubungan sosial dengan organisasi yang terdapat di Desa Suka. Beberapa organisasi yang diikuti oleh petani jeruk yaitu ikut kelompok tani. Sebagian besar informan mengikuti kelompok tani tersebut adapun manfaat yang meraka dapatkan yaitu melalui kelompok tani petani jeruk dapat memperoleh pupuk subsidi dengan harga yang murah. Dengan adanya pupuk subsidi tersebut informan Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
72
mengatakan cukup membantu untuk meringankan biaya petani jeruk karena harga pupuk di Toko sangat mahal. Haraga pupuk subsidi Rp. 70.000 per 50 Kg, sedangkan harga pupuk di Toko sekitar Rp. 400.000 per 50 Kg. Manfaat lain yang informan rasakan selain memperoleh pupuk subsidi juga petani jeruk dapat mengetahui cara perawatan jeruk yang yang baik. Para informan mendapat pembinaan dari PPL (Penyuluh pertanian lapangan) melalui kelompok tani. Dalam pembinaan tersebut petani jeruk diajari bagaimana pemupukan dan penyemprotan tanaman jeruk yang baik. Seorang informan mengemukakan sebagai berikut:
” Setelah berkelompok tani saya baru merasakan hasil jeruk saya secara pribadi, sewaktu dulu saya menggunakan ilmu saya dalam pertanian jeruk saya kadang-kadang rugi ” (PG, laki-laki 30 tahun, wawancara April 2009) Dalam penyemprotan dan pemupukan yang dahulu informan gunakan takaran pupuk dan pestisidanya banyak, setelah mendapat pembinaan dari PPL takaran pemupukan dan penyemprotan dikurangi. Dengan cara seperti ini akan menurunkan biaya produksi petani jeruk. Manfaat lain yang diperoleh petani jeruk melalui kelompok tani yaitu dapat mengetahui cara pembuatan pupuk organik. Buah jeruk yang tidak terpakai atau busuk diolah menjadi pupuk dicampur dengan tanaman lain. Pupuk organik tersebut digunakan pada tanaman jeruk. Strategi adaptasi yang dilakukan oleh beberapa orang dari informan yaitu memanfaatkan jaringan sosial dengan mengikuti anggota koperasi atau Cu (Credit Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
73
Union). Ketika mengalami kesulitan ekonomi perlu biaya untuk kebutuhan keluarga dan biaya tanaman jeruk, petani jeruk meminjam uang kepada CU. Seperti yang dikemukakan oleh informan sebagai berikut: ”saya pernah mengalami kesulitan ekonomi, walaupun kita tanam sayuran tidak laku jadi kita tersendat di dalam modal, terpaksa kita pinjam kepada CU, saya sering mengalami itu” (P.G, laki-laki 30 tahun, wawancara april 2009)
Batas jumlah pinjaman yang dapat dipinjam di CU adalah maksimal sejumlah Rp. 5.000.000,- dalam jangka waktu 6 bulan. Informan mengatakan uang sejumlah Rp. 5.000.000,- untuk biaya tanaman jeruk sebanyak 1000 batang tidak cukup. Oleh karena itu bagi petani jeruk yang memiliki tanaman jeruk yang cukup luas akan memilih meminjam uang kepada Bank ketika mengalami kekurangan modal. Selain informan ada yang meminjam uang kepada tetangga dan perkumpulan yang diikuti seperti perkeumpulan marga dan perkumpulan dari gereja yang terdapat di Desa Suka.Berhubungan dengan hal tersebut, hal ini termasuk kedalam konsep yang dekemukakan oleh Moser, yaitu aset modal sosial. Aset modal sosial Misalnya memanfaatkan lembaga-lembaga sosial lokal,arisan, dan pemberi kredit informal dalam proses dan sistem perekonomian keluarga. Dari keadan diatas dapat dilihat bahwa terdapat persamaan bentuk strategi .adaptasi yang dilakukan oleh nelayan tradisional dan petani jeruk. nelayan tradisional dan petani jeruk sama-sama memanfaaatkan jaringan sosial di dalam memenuhi kebutuhan ekonomi. Juga dari beberapa hal bebtuk-bentuk strategi adaptasi yang terdapat diatas, tidak semua para petani jeruk melakukannya maksudnya peneliti ada menemukan bagi para petani jeruk yang memiliki lahan jeruk Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
74
yang luas lebih memilih untuk meminjam uang kepada Bank karena modal yang dibutuhkannya cukup banyak. Sedangkan bagi mereka yang memiliki lahan jeruk yang sedikit memilih meminjam uang kepada keluarga, tetangga. Dan organisasi atau perkumpulan yang dikuti di dalam masyarakat.
4.3.5. Strategi Adaptasi Saat Panen Raya Tanaman jeruk merupakan tanaman musiman, ada saat musim panen raya dan tidak panen raya. Saat panen raya merupakan waktu tertentu menuai hasil buah jeruk secara besar-besaran. Saat panen raya tiba atau produksi buah jeruk berlebihan yang menyebabkan pasar dibanjiri oleh jeruk maka harga jual jeruk menjadi rendah atau murah. Informan mengatakan bahwa pada saat panen raya Dengan jumlah produksi jeruk yang tinggi ini menyebabkan harga jeruk sering murah. Tingkat harga jeruk saat musim panen raya adalah Rp1500,- per Kg sampai dengan Rp. 3000,- per Kg. Tingkat harga jeruk yang diperoleh petani ditentukan oleh kualitas dari produksi jeruk yang dimilikinya. Ukuran jeruk yang dimiliki petani berpengaruh kepada tingkat harga jeruk tersebut. Semakin besar ukuran jeruk maka semakin tinggi tingkat harga yang diperoleh petani jeruk dalam penjualan. Beberapa orang informan mengatakan bahwa tingkat harga jeruk yang murah saat panen raya ini merupakan suatu masalah bagi mereka sebagai petani jeruk. Dengan harga jeruk yang murah sementara biaya produksi yang diperlukan sangat tinggi maka tidak seimbang dengan penghasilan yang diperoleh dari hasil panen jeruk tersebut. Dalam keadaan tersebut petani jeruk tampaknya perlu melakukan strategi
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
75
adaptasi tidak hanya pada saat pra panen raya tetapi pada saat panen raya petani jeruk juga perlu melakukan strategi adaptasi demi keberlangsungan hidupnya. Untuk menghadapi persoalan harga jeruk yang murah saat panen raya tersebut, Terdapat beberapa strategi adaptasi yang dilakukan oleh petani jeruk demi kelangsungan hidupnya. Yaitu dengan menahan buah jeruk tetap di pohon, seperti yang dikemukakan oleh salah seorang informan sebagai barikut: ”satu cara yang dilakukan biar sudah masak kalau harga masih di bawah kita tahan itu saja usaha, biar busuk sebagian kalau kita bandingkan dengan kenaikan harga masih untung”.(H.G, laki-laki 53 tahun, wawancara April 2009) Dari hal yang dikemukakan oleh informan di atas diketahui bahwa tujuan buah jeruk tersebut ditahan atau menunda panen walaupun buah jeruk sudah waktunya bisa dipanen adalah untuk menunggu harga jeruk meningkat. Buah jeruk dapat ditahan dipohon dalam jangka waktu maksimal 2 bulan. Namun terdapat resiko yang akan dihadapi apabila jeruk ditahan di pohon yaitu petani jeruk bisa akan mengalami gagal panen. Panen gagal terjadi saat suatu waktu tertentu apabila tanaman jeruk dilanda hujan es. Informan mengatakan tanaman jeruk yang dilanda hujan es berakibat 5 bulan kemudian baru dapat diperoleh hasil panen. Tindakan penundaan memanen buah jeruk yang dilakukan oleh petani jeruk diatas sama halnya juga seperti tindakan yang dilakukan oleh pengrajin ulos seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Riko. Saat panen, pengrajin ulos ikut membantu suami ke ladang beserta anggota keluarga lainnya. Keadaan ini mengakibatkan produksi menurun dan harga ulos naik akibat tingginya permintaan yang disebabkan upacara adat di daerah Tapanuli cenderung terlaksana saat panen. Setelah selesai Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
76
musim tanam harga ulos menurun akibat berkurangnya aktivitas pengrajin di sawah dan kurangnya permintaan. Untuk mengatasi hal tersebut ada cara yang dilakukan pengrajin ulos. Kebijakan yang diambil saat terjadi penurunan harga ulos di pasar yaitu menahan ulos yang di tenun dan menggeluti pekerjaan lainnya. Menahan hasil produksi merupakan strategi analizer yang dilakukan pengrajin ulos di pasar tradisional seimbang dengan permintaan konsumen. Pemeliharaan pola seperti ini mengakibatkan harga ulos di pasar tidak jauh berbeda pada sat petani harus turun ke sawah (Riko, 2008). Berdasarkan hal diatas bila dikaitkan pada petani jeruk, menahan hasil produksi jeruk juga merupakan strategi analizer. Miles dan Snow melihat ada 4 tipe strategi di dalam kegiatan produksi agar tetap bertahan dan mampu meningkatkan usahanya atas berbagai tantangan yang ada yaitu strategi prospektor terdiri dari 3 sub variabel, yaitu : produk yang pertama, pemimpin pasar, dan fleksibilitas. Strategi defender dibentuk oleh subvariabel: produk yang terfokus, pasar yang terfokus, dan efisiensi. Tipe strategi analizer yang merupakan perpaduan dari tipe strategi prospektor dan defender dibentuk oleh sub variabel : produk yang berkesinambungan, penganalisis tren pasar dan menganalisis pesaing. Petani jeruk di dalam menghadapi permasalahan saat panen raya dimana petani jeruk sering mendapat harga murah dan harga jeruk di pasar murah terdapat informan melakukan strategi analizer yaitu dengan manganalisis tren pasar yaitu dengan melihat tingkat harga buah jeruk yang murah saat panen raya atau tinggginya produksi buah jeruk, petani memilih untuk menahan buah jeruknya ditunda panen menunggu harga buah jeruk naik dalam waktu beberapa bulan kemudian. Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
77
Strategi adaptasi dengan menggeluti pekerjaan lainnya juga merupakan salah satu hal yang dilakukan oleh informan lainnya dalam upaya mensiasati kesulitan pemenuhan kebutuhan hidup. Pekerjaan lainnya tersebut yang digeluti oleh petani jeruk saat panen raya yaitu bekerja sebagai agen jeruk. pekerjaan ini dilakukan dengan
mencari
petani
jeruk
yang
jeruknya
sudah
bisa
dipanen
dan
menginformasikannya kepada tokeh. Hasil dari pekerjaan sebagai agen ini cukup membantu ekonomi keluarga petani jeruk. petani jeruk yang melakukan strategi adaptasi seperti ini dilakukan oleh petani jeruk yang memiliki lahan jeruk yang sempit. Strategi adaptasi lainnya yang yang dilakukan oleh petani jeruk saat panen raya adalah dengan menjual hasil panen jeruk kepada pembeli yang menawarkan harga paling tinggi. Jumlah tokeh atu pembeli yang terdapat di Desa suka cukup banyak, hal ini menjadikan petani jeruk bebas untuk memilih kepada siapa ia menjual hasil panen buah jeruknya. Misalnya ada pembeli yang menawarkan harga Rp. 2500,per Kg, kemudian terdapat pembeli yang lain berani dengan harga Rp. 2800,- per Kg tentunya informan memilih menjual kepada pembeli yang berani menawarkan harga yang lebih tinggi. Tokeh atau pembeli jeruk yang terdapat di Desa Suka ada yang berasal dari Desa Suka dan ada juga yang berasal dari luar Desa. Jika petani jeruk menjual jeruknya kepada tokeh yang berada di Desa Suka dapat merupakan suatu dilema karena jika menjual kepada tokeh yang juga penduduk Desa Suka pembayaran hasil panen jeruk petani bisa dilakukan terakhir setelah hasil panen buah jeruk petani dikirim. Dilema yang dihadapi petani jeruk yaitu ada rasa keengganan untuk meminta Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
78
pembayaran hasil panennya kepada pembeli jika hasil panen jeruknya belum dibayar saat tokeh belum bisa membayar karena tokeh mengalami kerugian. Hubungan sosial diantara petani jeruk dan tokeh sebagai masyarakat Desa yang memiliki hubungan kekeluargaan yang baik inilah yang menjadi keengganan petani jeruk untuk menagih pembayaran hasil panen jeruknya. Untuk menghindari dilema tersebut terdapat informan yang memilih menjual hasil panen jeruknya kepada tokeh yang berasal dari luar Desa saja karena mereka tidak saling mengenal. Informan mengatakan jika ia menjual kepada tokeh lain pembayaran yang dilakukan adalah secara tunai dan tidak merasa enggan untuk meminta pembayaran berbeda halnya seperti pada tokeh yang berasal dari luar Desa. Strategi adaptasi lainnya yang dapat ditemukan dilakukan oleh petani jeruk saat panen raya yaitu, strategi adaptasi dengan memilih tetap menjual hasil panen buah jeruk walaupun dengan harga yang murah. Hal ini dilakukan karena kesulitan ekonomi. Seperti yang dikatakan oleh salah seorang informan ia memilih tetap menjual hasil panen jeruk saat panen raya walaupun dengan harga yang sangat murah dengan alasan karena butuh untuk biaya sekolah anak. Strategi adaptasi dengan memilih tetap membiarkan buah jeruk diatas pohon adalah juga yang pernah dilakukan oleh salah seorang informan. Seperti yang dikatakan informan sebagai berikut:
”kadang-kadang pernah dibiarkan buah jeruk diatas pohon tidak dipetik, tetapi ini dilakukan setelah saya tau pupuk organik, kita jadikan pupuk buah yang jatuh itu untuk pupuk jeruk” (perempuan D.G, wawancara April 2009) Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
79
Alasan petani jeruk memilih membiarkan buah jeruk tetap di atas pohon tidak dipetik adalah karena apabila buah jeruk dipetik untuk dijual dengan harga yang sangat murah akan rugi dibandingkan dengan jumlah biaya produksi jeruk yang sudah banyak dikeluarkan. Jadi lebih baik memanfaatkan buah jeruk yang tidak dijual tersebut untuk diolah menjadi pupuk organik. Pupuk organik yang sudah diolah tersebut akan bisa kembali digunakan untuk pupuk tanaman jeruk Strategi yang dilakukan petani seperti ini dilakukan setelah mengetahui cara pembuatan pupuk organik yang didapatkan melalui pembinaan-pembinaan yang dolakukakan terhadap para petani melalui PPL (penyuluh pertanian lapangan).
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
80
BAB V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Sektor pertanian merupakan salah satu mata pencaharian utama masyarakat di Pedesaan. Masyarakat desa Suka sebagai daerah pertanian, tanaman jeruk memiliki peranan yang sangan penting untuk mendukung perekonomin masyarakat. Di dalam memilih bercocok tanam tanaman jeruk petani memiliki alasan yang berbeda-beda yaitu karena kehidupan ekonomi petani jeruk yang lain meningkat dari hasil tanaman jeruk, saran dari orangtua, lebih mengtahui cara bercocok tanam jeruk dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya, mengikuti petani lain, melihat tingkat kemakmuran masyarakat kabupaten Karo berasal dari tanaman jeruk, prospek tanaman jeruk tersebut bagus, dan melihat tanaman jeruk merupakan salah satu tanaman pokok di Kabupaten Karo. 2. Tanaman jeruk merupakan tanaman musiman, Adakalanya musim panen raya dan ada kalanya saat pra panen raya. Saat pra panen raya adakalanya petani jeruk mengalami kesulitan ekonomi. Ketika petani jeruk mengalami kesulitan ekonomi pada saat pra panen raya, terdapat beberapa strategi adaptasi yang dilakukan agar untuk menjaha kelangsungan hidupnya dan untuk memenuhi kebutuhan perawatan tanaman jeruk. Starategi adaptasi tersebut adalah dengan Membuat
Tanaman
Sampingan,
Melakukan
usaha
sampingan,
dan
Memanfaatkan Jaringan Sosial. Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
81
3. Pada saat panen raya jumlah produksi jeruk sangat tinggi. Dengan jumlah produksi jeruk yang tinggi ini menyebabkan harga jeruk sering murah dibandingakan dengan tongkat harga saat pra panen raya. Tingkat harga jeruk yang murah saat panen raya ini merupakan suatu masalah bagi petani jeruk. Dengan harga jeruk yang murah sementara biaya produksi yang diperlukan sangat tinggi maka tidak seimbang dengan penghasilan yang diperoleh dari hasil panen jeruk tersebut. Untuk menghadapi persoalan harga jeruk yang murah sehingga keadaan ekonomi baik,
terdapat strategi adaptasi yang
dilakukakan oleh petani jeruk yaitu menunda panen walaupun sudah waktunya bisa dipanen dengan tujuan untuk menunggu harga jeruk meningkat. Namun terdapat juga informan yang memilih tetap menjual hasil panen raya walaupun dengan harga yang murah dengan alasan karena butuh untuk biaya sekolah anak.
5.2. Saran 1.Tanaman jeruk merupakan tanaman yang memiliki peranan penting bagi Perolehan devisa Negara, Disamping itu tanaman jeruk juga memiliki peranan penting sebagai sumber ekonomi petani. Saat produksi jeruk meningkat sering harga jeruk murah sehingga para petani sulit memasarkan jeruk ini untuk memperoleh perekonomian yang baik. Oleh karena itu kepada pemerintah perlu membuat suatu perencanaan atau strategi yang bertujuan untuk dapat menampung hasil produksi para petani jeruk. 2. Memperhitungkan tingginya biaya produksi bertani jeruk, serta tingginya harga Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
82
pupuk dan pestisida sebagai kebutuhan bertani jeruk dibandingkan dengan harga jeruk yang sering anjlok, pemerintah perlu membuat terobosan mengantisipasi kerugian petani. 2. Pupuk anorganik merupakan salah satu sarana produksi yang diperlukan oleh para petani untuk digunakan pada tanaman jeruk. terkadang para petani memperoleh pupuk palsu. Oleh karena itu kepada pihak terkait perlu memperhatikan hal ini.
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
83
BAB I DAFTAR PUSTAKA Badaruddin. 2005. Modal Sosial dan Pengembangan Model Transmisi Modal Sosial Dalam Upaya Penimgkatan Kesejahteraan Keluarga. Medan. Badaruddin. 2003. Modal Sosial dan Reduksi Kemiskinan Nelayan Di Propinsi Sumatera Utara. Medan. Baldwin, Robert, E. 1986. Pembangunan dan Pertumbuhan ekonomi di NegaraNegara Berkembang. Jakarta: Pt. Bina Aksara Budiman, Arief. 1994. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Damsar. 1998. Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Rjawali Press Fakih, Mansour. 2001. Runtuhnya Teori Pembangunan Dan Globalisasi. Yokyakarta: Pustaka Pelajar Hidayat, Taufik. 2000. Adaptasi Masyarakat Petani Terhadap Pemanfaatan Keong Mas. Ibrahim, Jabal Tarik. 2003. Sosiologi Pedesaan. Malang: Universitas Muhammiyah Malang Moleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Prasetyo, Bambang & Lina Miftahul Janah. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aflikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Tim Penulis PS. 1992. Peluang Usaha dan Pembudidayaan Jeruk Siam. Jakarta: PT Penebar Swadaya Wahono, Irwansyah Hasibuan. 2004. Kekuatan Yang Terabaikan. Jakarta:Lenting. Wisadirana, Darsosno. 2004. Sosiologi Pedesaan. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Suharto, Edi. 1997. Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial, Spektrum Pemikiran. Bandung: Lembaga Studi Pembangunan STKS (LSP-STKS) Soekanto, Soerjono. 2000. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT raja Grafindo. Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
84
2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: balai Pustaka ----------2007. Bidang ilmu sosiologi. Jakarta. -------- 2007. Jurnal Sosiologi Volume I, Nomor 2 (Harmoni Sosial) . Medan: Departemen Sosiologi-Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Situs Internet: http://karokab.go.id ( diakses pada tanggal 14 Juni 2008 ) http://kompas-cetak/0609/22/sumbagut/2970686.htm. Jeruk Sumut Bisa Untuk "Orange Wine" ,( diakses pada tanggal 4 Juni 2008 ) Dimyati, Ahmad. modernisasi sentra produksi jeruk di Indonesia. (http://www.Citrusindo.org).diakses pada tanggal 4 Juni 2008 ) Irawan, Bambang. Fluktuasi Harga, Transmisi Harga dan Margin Pemasaran Sayuran dan Buah.(http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdfffiles/ARt5-4c.pdf.). (diakses pada tanggal 13 Juni 2008) (http://www.lampungbarat.go.id/index.php?). Pangan(diakses pada tanggal 18 juli 2008)
Pertanian
Dan
tanaman
(http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/ART5-4c.pdf Harianto. Peranan Pertanian Dalam Ekonomi Perdesaan. http://72.14.235.132/search?q=cache:gKdzq9OB1BUJ:pse.litbang.deptan.go.i d/ind/pdffiles/Semnas4Des07_MU_Harianto.pdf+wordl+bank+2007+peran+p ertanian&hl=id&ct=clnk&cd=1&gl=id (Diakses pada tanggal 20 juli 2008)
Skripsi Irma, Ade. 2007. Strategi Adaptasi Pengarajin Anyaman Konvensional.Medan. Riko. 2008. Pola Strategi Bertahan Pengrajin Ulos Tradisional Batak Toba di Desa Hutabarat Hapoltahan Kabupaten Tapanuli. Medan.
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
85
Pedoman Wawancara (Interview Guide) Untuk Informan Kunci 1. 2. 3. 4.
Kenapa anda menanam tanaman jeruk? Sudah berapa lama umur tanaman jeruk anda? Berapa luas lahan jeruk anda? Darimanakah modal awal anda untuk perawatan tanaman jeruk ini sebelum panen raya? 5. Berapa banyak jumlah produksi jeruk anda saat panen raya dan saat tidak panen raya? 6. Kepada siapakah anda menjual buah jeruk anda saat panen raya dan saat tidak panen raya? 7. Apakah yang anda lakukan jika harga buah jeruk anda murah saat panen raya? 8. Apakah yang anda lakukan jika mengalami kesulitan ekonomi pada saat pra panen raya? 9. Apakah anda memiliki usaha sampingan? 10. Adakah organisasi yang anda ikuti, dan manfaaat organisasi tersebut bagi anda?
Profil Informan Kunci I 1. Nama 2. Umur 3. Jenis Kelamin 4. Tingkat Pendidikan Terakhir 5. Agama 6. Jumlah Anak 7. Luas Lahan Tanaman Jeruk
: P. Ginting : 30 tahun : Laki-laki : D2 : Kristen ::1/2 Ha
II 1. Nama 2. Umur 3. Jenis Kelamin 4. Tingkat Pendidikan Terakhir 5. Agama 6. Jumlah Anak 7. Luas Lahan Tanaman Jeruk
: H. Ginting : 53 tahun : Laki-laki : SMA : Kristen : 4 orang : 1 Ha
III 1. Nama 2. Umur 3. Jenis Kelamin 4. Tingkat Pendidikan Terakhir 5. Agama
: D. Ginting : 40 tahun : Perempuan : SMA : Kristen
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
86
6. Jumlah Anak 7. Luas Lahan Tanaman Jeruk IV 1. Nama 2. Umur 3. Jenis Kelamin 4. Tingkat Pendidikan Terakhir 5. Agama 6. Jumlah Anak 7. Luas Lahan Tanaman Jeruk
: 2 orang :1/2 Ha : Panjaitan : 45 tahun : Perempuan : SMA : Kristen : 4 orang :1/2 Ha
V 1. Nama 2. Umur 3. Jenis Kelamin 4. Tingkat Pendidikan Terakhir 5. Agama 6. Jumlah Anak 7. Luas Lahan Tanaman Jeruk
: I. Tarigan : 32 tahun : Laki-laki : SMA : Kristen : 3 orang :1/4 Ha
VI 1. Nama 2. Umur 3. Jenis Kelamin 4. Tingkat Pendidikan Terakhir 5. Agama 6. Jumlah Anak 7. Luas Lahan Tanaman Jeruk
: Perangin-angin : 27 tahun : Perempuan : SMA : Kristen :2 :1/4 Ha
VII 1. Nama 2. Umur 3. Jenis Kelamin 4. Tingkat Pendidikan Terakhir 5. Agama 6. Jumlah Anak 7. Luas Lahan Tanaman Jeruk
: D.Tarigan : 35 tahun : Laki-laki : S1 : Kristen : 2 orang :1 Ha
VIII 1. Nama 2. Umur 3. Jenis Kelamin 4. Tingkat Pendidikan Terakhir 5. Agama 6. Jumlah Anak
: R. Tarigan : 51 tahun : Laki-laki : SMA : Kristen : 3 orang
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
87
7. Luas Lahan Tanaman Jeruk IX 1. Nama 2. Umur 3. Jenis Kelamin 4. Tingkat Pendidikan Terakhir 5. Agama 6. Jumlah Anak 7. Luas Lahan Tanaman Jeruk X 1. Nama 2. Umur 3. Jenis Kelamin 4. Tingkat Pendidikan Terakhir 5. Agama 6. Jumlah Anak 7. Luas Lahan Tanaman Jeruk
:1 Ha : E. Ginting : 41 tahun : Laki-laki : S1 : Kristen : 4 orang :1/2 Ha
: A. Ginting : 28 tahun : Laki-laki : STM : Kristen : 2 orang :1/2 Ha
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
88
Salah satu usaha sampingan informan selain bertani jeruk juga pedagang jeruk. ini merupakan kegiatan informan saat menyortir buah buah jeruk dengan mengkelaskelaskan buah jeruk berdasarkan ukurannya dan kemudian nantinya akan dijual kembali.
Beternak kambing salah satu usaha sampingan petani jeruk.
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
89
Areal perladangan tanaman jeruk
Koperasi memberi manfaat bagi petani jeruk saat mengalami kesulitan ekonomi
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.
90
Tempat pengolahan pupuk oraganik milik salah seorang informan. Pupuk organik dapat digunakan untuk tanaman jeruk maupun tanaman lainnya.
Rabanta Simarmata : Strategi Adaptasi Ekonomi Petani Jeruk Pada Saat Pra Panen Raya Dan Saat Panen Raya (Studi Deskriptif Pada Petani Jeruk di Desa Suka, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo), 2009.