Volume 1, Nomor 1, Mei 2017
e-ISSN 2579-7603
JURNAL STIKNA : JURNAL SAINS, TEKNOLOGI, FARMASI DAN KESEHATAN
STIKes Nurliana Medan
JURNAL STIKNA : Jurnal Sains, Teknologi, Farmasi & Kesehatan Vol.1, No.1, Mei 2017
e-ISSN 2579-7603
DAFTAR ISI NO
JUDUL
HAL
1
Pemeriksaan Narkotika Menggunakan Sampel Urine (Muhammad Taufik, Harlem Marpaung, Jamahir Gultom, Saur Lumban
1-10
9
Raja) Analisis Cepat Methamphetamin pada Rambut Pengguna Sabu Sabu Menggunakan Gas Kromatografi Spekstroskopi Massa (Zul Alfian, Harlem Marpaung, dan Muhammad Taufik) Studi Waktu Mati (tO) dan Indeks Retensi Kovats Menggunakan Kolom Kapiler Altech 10 Meter pada kromatografi Gas (Mahmudi) Komunikasi Efektif Dokter dan Pasien Dalam Upaya Keselamatan Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Haji Medan 2015 (Novita Sari Br. Barus) Determinan Efisiensi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan (Arifa Masyitah Panjaitan) Pengaruh Karakteristik, Personal Hygiene, dan Alat Pelindung Diri (Apd) Dengan Gangguan Kelainan Kulit Pada Petugas Pengangkut Sampah Di Kota Padangsidimpuan Tahun 2016 (Khodijah Tussolihin Dalimunthe) Perbedaan Pengetahuan dan Keberadaan Jentik Sebelum dan Setelah Dilakukan Penyuluhan Pemberantasan Sarang Nyamuk dan Modifikasi Ovitrap pada Siswa SD Di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Tahun 2016 (Vina Anggina Hutasuhut) Upaya Pencegahan Dampak Mengangkat pada Pekerja Batubata di Desa Karanganyar Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016 (Velly Fazri Sinaga) Penggunaan dan Pemanfaatan Kembali Limbah Batubara sebagai Material Bangunan (Saur Lumbanraja, Zul Alfian, Dede Ibrahim Muthawali)
10
Prilaku Keluarga Terhadap Anggota Keluarga Yang Menderita Autisme Di Pusat Pelatihan Anak Autisme Pelita Kasih (Heni Triana)
95-105
11
Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Ekstraksi terhadap Total Mikroba pada Esktraksi Belimbing Wuluh sebagai Pengawet Ikan Kembung (Rastrelliger kanagurta)) (Mariany Razali)
106-113
2 3 4 5 6
7
8
11-19 20-30 31-40 41-49 50-60
61-71
72-82
83-94
JURNAL STIKNA : Jurnal Sains, Teknologi, Farmasi & Kesehatan Vol.1, No.1, Mei 2017
e-ISSN 2579-7603
Jurnal Stikna diterbitkan setahun dua kali oleh STIKes Nurliana Medan, melingkupi berbagai bidang ilmu dalam bidang Sains, Teknologi, Farmasi dan Kesehatan.
Penasehat Ketua STIKes Nurliana Medan
Ketua Redaksi Mahmudi, S.Si, M.Si
Wakil Redaksi dr. Novita Sari Br. Barus, M.Kes
Editor Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc, Apt Dr. Muhammad Taufik, M. Si. Dr. Rudi Kartika, M. Si. Dr. Binawati Ginting, M.Si Dr. Ir. Desi Ardilla, M. Si.
Diterbitkan Oleh : STIKes Nurliana Medan www. http://jurnal.stikna.ac.id
JURNAL STIKNA : JURNAL SAINS, TEKNOLOGI, FARMASI DAN KESEHATAN Volume 1, Nomor 1, Mei 2017 e-ISSN 2579-7603
Penggunaan dan Pemanfaatan Kembali Limbah Batubara sebagai Material Bangunan Saur Lumbanraja1, Zul Alfian1, , Dede Ibrahim Muthawali1 1) Dosen FMIPA Kimia Universitas Sumatera Utara Email:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk mengaplikasikan penelitian tentang Pemanfaatan Kembali Limbah Batubara sebagai Material Bangunan.Produksi bahan bangunan dari abu terbang limbah batubara yang merupakan hasil pembakaran batubara telah dilakukan. Abu terbang batubara lebih dulu dikarakterisasi yang meliputi analisa kimia, analisa sifat fisik, analisa mineralogi dan analisa lainnya. Dimana pada tahap pertama dilakukan analisis kimia dengan cara mengukur kadar logam berat yang terdapat didalam fly ash, yaitu Pb, Cd, Cu, Cr dan Zn dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom. Dan dilakukan juga analisis komposisi mineralogi dengan metode X-Ray Difraction (XRD) dan X-Ray Fluorosence (XRF) serta analisis distribusi ukuran partikel.Pengujian karakteristik spesimen campuran yakni uji densitas, serapan air, porositas, kuat tekan (compressive strenght), kuat tarik belah, uji morfologi (SEM) Leaching Test dan uji ketahanan termal (thermal gravimetric analysis). Dari hasil penelitian diperoleh nilai kuat tekan sebesar 80,398 kg/cm2, kuat tarik belah 25,13 kg/cm2, persentase serapan air 11,982%, dan porositas 0,022%. Leaching Test menunjukkan kadar logam berat Kadmium (Cd) pada air hasil curing batako berada diatas ambang kadar yang ditetapkan yakni 2,1134 mg/L sedangkan kadar timbal (Pb) sebesar 1,6552 mg/L berada di bawah ambang batas yang ditetapkan serta kadar Cr serta Zn tidak terdeteksi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa limbah abu terbang (fly ash) industri oleokimia dapat dimanfaatkan sebagai bahan pensubtitusi semen pada pembuatan batako pejal mutu II sesuai dengan SNI 03-0348-1989 ditinjau dari kuat tekan (compressive strength) dan persentase serapan airnya. Kata kunci : Batubara, Gypsum, Batako, Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) ABSTRACK This research aims to apply research on the Reuse of Coal Waste as Building Material. Production of building materials from ash fly coal waste which is the result of coal combustion has been done. Coal fly fly first characterized which includes chemical analysis, physical properties analysis, mineralogical analysis and other analyzes. Where in the first stage of the chemical analysis by measuring the heavy metal content contained in fly ash, namely Pb, Cd, Cu, Cr and Zn with Atomic Absorption Spectrophotometric method. An analysis of mineralogical composition using X-ray Difraction (XRD) and X-Ray Fluorescence (XRF) and particle size 83
Penggunaan dan Pemanfaatan Kembali otter.... (Zul Alfian, Saur Lumbanraja, Dede Ibrahim Muthawali) distribution analysis is performed. The test of mixed specimen characteristic is density test, water uptake, porosity, compressive strenght, Tensile, morphological test (SEM) Leaching Test and thermal gravimetric analysis. The result showed that the strength value was 80,398 kg / cm2, tensile strength 25,13 kg / cm2, water absorption percentage 11,982% and poretity 0,022%. Leaching Test showed that the concentration of heavy metal Cadmium (Cd) in cured water was above the standard threshold of 2.1134 mg / L while the lead level (Pb) of 1.6552 mg / L was below the prescribed threshold and the content Cr and Zn are not detected. The result of the research shows that the fly ash waste of oleochemical industry can be utilized as cement substituent in the manufacture of adhesive brick of quality II in accordance with SNI 03-03481989 in terms of compressive strength and water absorption percentage. Keywords: Coal, Gypsum, Batako, Atomic Absorption Spectrophotometry (SSA) PENDAHULUAN Badan lingkungan hidup (BLH) Sumatera Utara berupaya mencari solusi untuk mengatasi hasil pembakaran batubara yaitu
limbah abu terbang yang dihasilkan oleh 40
perusahaan di Kawasan Industri Medan (KIM). Penggunaan batubara untuk Kawasan Industri Medan sekitar 200 ton per hari, dan bila diakumulasikan di Kawasan KIM yang menggunakan batubara bisa mencapai 8000 ton per hari, atau sekitar 240 ribu ton per bulan (Faisal, 2007). Apabila jumlah yang besar ini tidak diantisipasi akan menjadi limbah areal perusahaan masingmasing, abu yang dihasilkan akan menumpuk dan memakan banyak tempat sehingga harus dipikirkan pemanfaatannya. Oleh karena itu, penelitian pemanfaatan limbah abu terbang perlu dilakukan sehingga dapat memberi sumbangan pada masyarakat untuk menambah pendapatan dan lapangan kerja yaitu dengan cara memnfaatkan limbah abu terbang menjadi bahan bangunan seperti Batako, Genteng dan Ubin. Dengan pemanfaatan ini akan tercipta kualitas udara yang lebih bersih disekitar penumpukan abu terbang itu dan juga karena abu terbang dapat digunakan sebagai pengganti semen yang akan mengurangi pembuangan gas CO2 (Gas Rumah Kaca) dari pabrik semen yang banyak menggunakan bahan bakar yang menghasilakan CO2. Setiap pemakaian 1 ton abu terbang dalam beton dapat dicegah 1 ton gas CO2 yang terbuang ke udara.Berdasarkan keterangan di atas maka timbul keinginan memanfaatkan limbah abu terbang batubara dari Kawasan Industri Medan (KIM).Untuk batako bahan bangunan lebih ringan, lebih kuat, lebih tahan dan ramah lingkungan daripada batako yang tersedia di pasar. Abu Terbang merupakan material yang memiliki ukuran butiran yang halus, berwarna keabu-abuan dan diperoleh dari hasil pembakaran batubara. Pada intinya abu terbang 84
Penggunaan dan Pemanfaatan Kembali otter.... (Zul Alfian, Saur Lumbanraja, Dede Ibrahim Muthawali) mengandung unsur kimia antara lain silika (SiO 2), alumina (Al2O3), fero oksida (Fe2O3) dan kalsium oksida (CaO), juga mengandung unsur tambahan lain yaitu magnesium oksida (MgO), titanium oksida (TiO2), alkalin (Na2O dan K2O), sulfur trioksida (SO3), pospor oksida (P2O5) dan Karbon. Pembakaran batubara untuk menghasilkan listrik akan menghasilkan abu atau sisa pembakaran, yang terbesar jumlahnya yaitu abu terbang (fly ash). Abu terbang adalah partikel kecil yang tidak bisa terbakar, yang terbang ketika pembakaran batubara lalu ditangkap oleh alat penangkap listrik (electric prisipitator ). Dalam tahun 1993 Badan Perlindungan Lingkungan Amerika (EPA) menyatakan limbah batubara tidak termasuk Bahan Berbahaya Beracun(B3). Abu terbang dapat digunakan sebagai pengganti semen sehingga dengan pemanfaatan ini kualitas udara semakin meningkat, karena setiap pemakaian 1 ton abu terbang dalam beton dapat mencegah 1 ton pencemaran CO2 yang dibuang ke udara. Batubara yang digunakan oleh setiap industri berbeda sehingga abu terbangnya mempunyai sifat fisika, kimia dan mineralogi yang berbeda pula, maka pemanfaatannya juga memberikan produk yang berbeda.Produksi bahan bangunan (batako, campuran beton, jalan) dari abu terbang limbah batubara ditentukan oleh sifat fisika, kimia, mineralogi dan sifat lainnya (Munir, 2000). Abu terbang batubara memiliki sifat sebagai pengikat jika dicampur dengan air. Di samping itu juga merupakan pengikat pasir.Pasir silica mempunyai sifat hydrophilic, yaitu sifat yang dimiliki sebuah material untuk menarik dan mengikat air pada permukaannya.Sehingga jika abu terbang batubara dicampur dengan air dan pasir, maka terjadi ikatan di antara abu terbang batubara dan pasir yang mengakibatkan berkurangnya celah atau pori-pori di antara butiran pasir (Budiarto, 2007). Menurut ACI Committee 226, dijelaskan bahwa abu terbang mempunyai butiran yang cukup halus, yaitu lolos ayakan No. 325 (45 mili mikron) 5 – 27 % dengan spesific gravity antara 2,15 – 2,6 dan berwarna abu-abu kehitaman. Abu batubara mengandung silika dan alumina sekitar 80 % dengan sebagian silika berbentuk amorf. Sifat-sifat fisik abu batubara antara lain densitasnya 2,23 gr/cm3, kadar air sekitar 4 % dan komposisi mineral yang dominan adalah αkuarsa dan mullite. Selain itu abu batubara mengandung SiO2 = 58,75 %, Al2O3 = 25,82 %, Fe2O3 = 5,30 % CaO = 4,66 %, alkali = 1,36 %, MgO = 3,30 % dan bahan lainnya = 0,81 % 85
Penggunaan dan Pemanfaatan Kembali otter.... (Zul Alfian, Saur Lumbanraja, Dede Ibrahim Muthawali) (Misbachul Munir,2008). Beberapa logam berat yang terkandung dalam abu batubara seperti tembaga (Cu), timbal (Pb), seng (Zn), kadmium (Cd), chrom (Cr). Sumber : Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara, Departemen ESDM, 2003 Secara umum ukuran abu terbangdapat langsung dimanfaatkan di pabrik semen sebagai substitusi batuan trass dengan memasukkannya pada cement mill menggunakan udara tekan (pneumatic system). Disamping dimanfaatkan di industri semen, abu terbangdapat juga dimanfaatkan menjadi campuran asphalt (ready mix), campuran beton (concerete) dan dicetak menjadi paving block/batako. Dari suatu penelitian empiric untuk campuran batako, komposisi yang baik adalah Kapur Tohor40%; abu terbang 10%; Air 40% dan gypsum 10%. Batako tergolong suatu komposit dengan matriks adalah perekat (semen) dan pengisinya (filler) adalah agregat (batu kecil atau pasir). Proses penguatan atau pengerasan pada batako sangat tergantung pada perbandingan (ratio berat) komponen campuran normalnya bervariasi dari 0,8 – 1,2. Batako yang baik adalah setiap batako permukaannya rata dan saling tegak lurus serta mempunyai kuat tekan yang tinggi. Persyaratan batako menurut PUBI-(1982) pasal 6 antara lain adalah “permukaan batako harus mulus, berumur minimal satu bulan, waktu pemasangan harus sudah kering, berukuran panjang ±400 mm, lebar ±200 mm, tebal 100 – 200 mm, kadar air 25 – 35% dari berat, dengan kuat tekan 2 – 7 MPa (PUBI, 1982).
METODE PENELITIAN Penentuan Karakteristik Fly Ash Limbah abu terbang (fly ash) dihaluskan, kemudian diayak dengan ayakan 100 Mesh. Diambil sebanyak 5 – 10 g, lalu dikeringkan dalam oven selama 2 jam.Setelah didinginkan, disimpan dalam desikator. Analisis XRF dan XRD A. X-Ray Fluorescence (XRF) Portable 1. Persiapan sampel Analisisdapatdilakukanterhadapsampelkompak/bongkahataupun sampelserbuk.Namun untuk mendapatkan hasilyang maksimal, sebaiknyasampeldipreparasi/digerusterlebih dahulu.Untuk preparasi,
mula-mula
dipilih
sampel pada bagian 86
yangtidak terkontaminasidengan
Penggunaan dan Pemanfaatan Kembali otter.... (Zul Alfian, Saur Lumbanraja, Dede Ibrahim Muthawali) mengupas/membuangbagian terluarnya. Setelahsampeldipilih, lalu dikeringkandandimasukkan kedalamovenpada suhu 30-400C dengan waktu 1-3 jamhinggakering, lalu didinginkan. Selanjutnya
d i lakukan penggerusan dengan hati-hati agar tidak terkontaminasi dengan
pengotor antara 300-400 mesh, minimal sebanyak 1-20 gram. Setelah sampel selesai dipreparasi, sampel tersebut dimasukkan ke dalam cup sampel yang tersedia dan ditutup dengan rapat. Kemudian dilakukan pengukuran dan pencatatan radiasi sebelum, selama dan sesudah pengoperasian dan analisa pada sampel dilakukan hingga berulang kali sesuai kebutuhan. B. X-Ray Diffraction (XRD) 1. Preparasi Sampel Dihaluskan sampel menggunakan mortar dan penumbuknya hingga berukuran 200 mesh, lalu disaring menggunakan saringan 200 mesh.Diletakkan dalam
sampel
holder
serbuk
sampel
secukupnya
ke
alumunium menggunakan spatula hingga memenuhi tempat sampel
(selalu dibilas dan dibersihkan sampel holder aluminium menggunakan alkohol dan dikeringkan dengan tissue lab setiap kali selesai digunakan untuk menghindari kontaminasi antar sampel). Digunakan slide glass untuk meratakan permukaan sampel hingga cukup padat (jangan terlalu padat) cukup agar sampel tidak tumpah, berubah dan bergeser. Selanjutnya diberi label pada sampel holder menggunakan pensil. Sampel siap dianalisa menggunakan alat Shimadzu XRD7000.Kemudian dilakukan pengukuran pada sampel dengan menggunakan alat XRD (X-Ray Difraction). Penentuan Kandungan Logam Berat Pb, Cd, Cu, Cr dan Zn dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) A. Pembuatan Kurva Kalibrasi Pembuatan larutan baku logam 100 mg/L a. Dipipet 10 mL larutan induk Logam 1000 mg/L, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL b. Diencerkan dengan akuades sampai tanda batas Pembuatan larutan baku logam 10 mg/L a. Dipipet 10 mL larutan standar logam 100 mg/L, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL 87
Penggunaan dan Pemanfaatan Kembali otter.... (Zul Alfian, Saur Lumbanraja, Dede Ibrahim Muthawali) b. Diencerkan dengan akuades sampai tanda batas Pembuatan larutan seri standar logam 0,0; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1,0 mg/L a. Dipipet masing-masing 0, 2, 4, 6, 8, dan 10 mL larutan baku 10 mg/L dan masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL b. Ditambahkan akuades sampai tepat pada tanda batas sehingga diperoleh konsentrasi seri standar 0,0; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1,0 mg/L c. Diukur absorbansi masing-masing pada panjang gelombang masing-masing logam.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Unsur Trace Dengan X-Ray Fluoresence Portable Berikut ini merupakan hasil analisis unsur trace dengan X-Ray Fluoresence (XRF) Tabel 1. Kandungan unsur trace fly ash batubara berdasarkan hasil analisis XRF No.
Nama Unsur
Rumus Kimia
Kadar (%)
1.
Molibdenum
Mo
0,139
2.
Zirkonium
Zr
0,046
3.
Stronsium
Sr
0,053
4.
Rubidium
Rb
0,04
5.
Timbal
Pb
0,006
6.
Selenium
Se
-
7.
Arsen
As
0,047
8.
Aurum
Au
-
9.
Zink
Zn
0,034
10.
Tungsten
W
-
11.
Tembaga
Cu
-
12.
Nikel
Ni
0,044
13.
Kobalt
Co
0,06
14.
Besi
Fe
21,294
15.
Mangan
Mn
0,054
16.
Kromium
Cr
0,026
17.
Vanadium
V
0,253
88
Penggunaan dan Pemanfaatan Kembali otter.... (Zul Alfian, Saur Lumbanraja, Dede Ibrahim Muthawali)
18.
Titanium
Ti
0,441
19.
Stibium
Sb
-
20.
Timah
Sn
-
21.
Kadmium
Cd
0,119
22.
Perak
Ag
0,157
23.
Paladium
Pd
0,07
24.
Niobium
Nb
0,031
25.
Bismut
Bi
-
Hasil Analisis X-Ray Diffraction (XRD) Berikut ini diperlihatkan hasil pengukuran difraksi sinar-X (XRD) sampel fly ash
RAW Data
Peak Data
Card Data
Gambar 1. Identifikasi Fasa dari Pola Difraksi Sinar-X Sampel Fly Ash
89
Penggunaan dan Pemanfaatan Kembali otter.... (Zul Alfian, Saur Lumbanraja, Dede Ibrahim Muthawali) Data Hasil Penentuan Distribusi Ukuran Partikel dengan Particle Size Analyzer (PSA) Penentuan distribusi ukuran partikel dilakukan instrumen Laser Scattering Particle Size Distribution Analyzer Tipe LA-950.Selanjutnya mesin di-run melalui software di komputer dan hasil pengukuran dicetak melalui printer.Berikut merupakan hasil pengukurannya.
Gambar 2. Grafik Hasil Pengukuran Dengan PSA Data distribusi ukran partikel dapat dlihat pada lampiran. Dari hasil pengukuran partikel dengan instrumen Laser Scattering Particle Size Distribution Analyzer Tipe LA-950 didapatkan ukuran rata-rata (mean size) dari partikel fly ash adalah 291,08762 μm. Data Hasil Pengukuran Sifat Mekanik Kuat Tekan (Compressive Strength) Pengujian kuat tekan dilakukan terhadap spesimen uji 20 cm x 10 cm x 8 cm yang telah kering berdasarkan pada acuan yang terdapat pada ASTM C 270-2004. Instrumen yang digunakan adalah Pompa Hidrolik Mesin Uji Tekan Beton Single Action dengan dimensi plat penekan 38 cm x 23 cm x 60 cm (p x l x t) dan laju tekan 2,5 – 6,0 kN/detik. Adapun hasil pengujian kuat tekan spesimen batako pada penentuan kadargypsum (G) optimal ditampilkan pada tabel berikut:
90
Penggunaan dan Pemanfaatan Kembali otter.... (Zul Alfian, Saur Lumbanraja, Dede Ibrahim Muthawali) Tabel 2. Kuat Tekan Spesimen Batako No.
Label Spesimen
Kuat Tekan Benda Uji (kg/cm2)
Rata-rata
(PC:S:G)
I
II
III
(kg/cm3)
1.
5:20:0%
70,63
74,46
72,54
72,55
2.
5:20:2%
51,49
48,65
52,45
50,87
3.
5:20:4%
53,41
55,32
56,28
55,01
4.
5:20:6%
59,15
55,32
60,10
58,19
5.
5:20:8%
57,23
55,32
60,10
57,56
6.
5:20:10%
66,80
69,67
64,89
67,12
7.
5:20:12%
73,50
70,63
76,33
73,49
8.
5:20:14%
80,08
82,89
81,02
81,34
9.
5:20:16%
90,39
88,52
88,52
89,15
10.
5:20:18%
80,08
74,46
77,27
77,27
11.
5:20:20%
69,67
73,50
76,33
73,17
Dari tabel diatas, didapatkan nilai kuat tekan terbesar yakni 89,15 MPa adalah pada spesimen dengan penambahan 16% gypsum (% terhadap jumlah semen). Dengan demikian penambahan gypsum (G) optimal adalah sebesar 16%. Dengan memplotkan nilai-nilai hasil pengukuran diatas, didapatkan grafik sebagai berikut:
Gambar 3. Grafik Pengaruh Penambahan Gypsum Terhadap Kuat Tekan 91
Penggunaan dan Pemanfaatan Kembali otter.... (Zul Alfian, Saur Lumbanraja, Dede Ibrahim Muthawali)
Kuat Tarik Belah (Splitting) Pengujian kuat tarik belah dilakukan terhadap spesimen uji silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm yang telah kering dan berumur 28 hari. Metode didasarkan pada acuan yang terdapat pada SNI 03-2491-2002. Instrumen yang digunakan adalah Pompa Hidrolik Mesin Uji Tekan Beton Single Action dengan dimensi plat penekan 38 cm x 23 cm x 60 cm (p x l x t) dan laju tekan 2,5 – 6,0 kN/detik. Dipergunakan pelat atau batang penekan tambahan yang dipasangkan pada bagian bawah dan bagian atas dari mesin uji tekan.Spesimen silinder diletakkan di pelat penekan tambahan dan ditekan hingga terjadi splitting terhadapnya. Adapun hasil pengujian kuat tarik belah spesimen silinder ditampilkan pada tabel berikut: Tabel 3. Kuat Tarik Belah Fly Ash (FA) No.
Label Spesimen
Kuat Tarik Belah Benda Uji (kg/cm2)
Rata-rata
(PC:FA:S:G)
I
II
III
(kg/cm2)
1.
5:0:20:16%
16,33
15,37
23,06
18,25
2.
4,75:0,25:20:16%
17,29
20,17
18,25
18,75
3.
4,50:0,5:20:16%
17,29
18,25
15,37
16,97
4.
4,25:0,75:20:16%
13,45
14,41
13,45
13,77
5.
4,0:1,0:20:16%
22,10
20,17
20,17
20,82
6.
3,75:1,25:20:16%
26,53
24,85
24,02
25,13
7.
3,5:1,5:20:16%
14,41
13,45
13,45
13,77
Dari tabel diatas, didapatkan nilai kuat tarik belah terbesar yakni 28,274 kg/cm 2 pada spesimen batako PC-FA-S-G dengan komposisi 3,75:1,25:20:16% (subtitusi 25% terhadap semen). Sedangkan nilai kuat tarik terendah yakni 15,491 kg/cm2 pada batako PC-FA-S-G dengan komposisi 4,50:0,5:20:16% (subtitusi 15% terhadap semen). Dengan memplotkan nilainilai hasil pengukuran diatas, didapatkan diagram sebagai berikut:
92
Penggunaan dan Pemanfaatan Kembali otter.... (Zul Alfian, Saur Lumbanraja, Dede Ibrahim Muthawali)
Gambar 4. Diagram Hasil Pengujian Kuat Tarik Belah Spesimen Silinder KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan adalah limbah abu terbang (fly ash) industri oleokimia dapat dimanfaatkan sebagai bahan pensubtitusi semen pada pembuatan batako pejal mutu II sesuai dengan SNI 03-0348-1989 ditinjau dari kuat tekan (compressive strength) dan persentase serapan airnya. Nilai kuat tekan sebesar 80,398 kg/cm 2, kuat tarik belah 25,13 kg/cm2, persentase serapan air 11,982%, dan porositas 0,022%. Leaching Test menunjukkan kadar logam berat (Cd) pada air hasil curing batako berada diatas ambang kadar yang ditetapkan yakni 2,1134 mg/L sedangkan kadar timbal (Pb) sebesar 1,6552 mg/L berada di bawah ambang batas yang ditetapkan serta kadar Cr dan Zn tidak terdeteksi. DAFTAR PUSTAKA Banu, T., Billah,M.M., Gulshan, F., Kurny, ASW. 2013. Experimental Studies on Fly Ash-SandLime Bricks with Gypsum Addition. American Journal of Materials Engineering and Technologi,2013 1(3), pp 35-40. Bangladesh. Budiarto,A. 2007. Pengaruh Limbah Karbit dan Fly Ash terhadap Kekuatan Mortar.Tesis Megister Cipil, Petra Christian University, Surabaya.
93
Penggunaan dan Pemanfaatan Kembali otter.... (Zul Alfian, Saur Lumbanraja, Dede Ibrahim Muthawali) Faisal,H. 2011. Pemanfaatan Limbah Abu Terbang (Fly Ash) Abu Dasar (Bottom Ash) Batubara Industri Oleokimia dan Limbah Padat (Sludge) Industri Karet Sebagai Bahan Campuran Pada Pembuatan Batako,Tesis Magister Kimia,Universitas Sumatera Utara,Medan. http://ftp.dt.state.tx.us/pub/txdot_info/gsd/pdf/yrr_november.pdf, diakses tanggal 12 Desember 2013 http://en.wikipedia.org/wiki/Fly_ash_brick , diakses tanggal 13 Desenber 2013 Mulyasih, S. 2010.Pembuatan paving block dengan menggunakan Limbah las karbit sebagai bahan additif dengan Perekat limbah padat abu terbang batubara (fly ash) PLTU Labuhan Angin Sibolga,Tesis Magister Fisika,Universitas Sumatera Utara,Medan. Munir,S. 2008. Pemanfaatan Abu Batubara (fly ash) Untuk Hollow Block yang Bermutu dan Aman Bagi Lingkungan.Tesis, Universitas Diponegoro Semarang. PUBI, 691.09598 IND. 1982.Persyaratan Bahan Bangunan Di Indonesia.Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan. Standar Nasional Indonesia. 1989. Bata Beton Pejal, Mutu dan Cara Uji.SNI 03-0348-1989.ICS 91.100.30.Badan Standarisasi Nasional. Jakarta. Standar Nasional Indonesia. 1990. Metode Pengujian Kuat Tekan Beton. SNI 03-1974-1990. ICS 91.100.30.Badan Standarisasi Nasional. Jakarta. Standar Nasional Indonesia, 1990.Spesifikasi Abu Terbang Sebagai Tambahan Untuk Campuran Beton. SNI S-15-1990-F.Badan Standarisasi Nasional. Jakarta. Standar Nasional Indonesia. 1999. Penentuan Kadar Besi (Fe) Total Sebagai Unsur Pengotor Contoh Bahan Galian Dengan 1,10-Fenantrolin. SNI 13-6175-1999. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta. Standar Nasional Indonesia.2000. Penentuan Kadar Unsur Kelumit Dalam Abu Batubara Dan Kokas Dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).SNI 13-6345-2000. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta Standar Nasional Indonesia. 2002. Metode Pengujian Kuat Tarik Belah Beton, SNI 03-24912002. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
94
Alamat Editor STIKes Nurliana (STIKNA) Medan Jalan Rumah Sakit Haji Medan– Medan Estate 20237 Telp : 061-6637572, Fax 061-6639516
[email protected] &
[email protected] http://jurnal.stikna.ac.id