BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat, mengingat dampak yang ditimbulkan dari penyakit hipertensi baik jangka pendek maupun jangka panjang. Sehingga penyakit hipertensi membutuhkan penanggulangan jangka panjang yang menyeluruh dan terpadu. Penyakit hipertensi juga menimbulkan angka morbiditas (kesakitan) dan mortalitasnya (kematian) yang tinggi (Astuti, 2011). Hipertensi yang tidak mendapatkan
penanganan
dan
dibiarkan
selama
bertahun-tahun
menimbulkan banyak masalah kesehatan. Beban kerja jantung yang akan semakin keras, juga membiarkan proses perusakan dinding pembuluh terus berlangsung. Juga dapat menyebabkan penderita dapat mengalami resiko penyakit jantung koroner, payah jantung, stroke, kerusakan ginjal. Bahkan dalam jangka panjang tidak mendapatkan pengobatan dapat menyebabkan kematian yang mendadak (Widharto, 2008). Hipertensi merupakan suatu gangguan pada sistem peredaran darah, yang cukup banyak mengganggu kesehatan masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada orang yang sudah berusia setengah umur (usia lebih dari 40 tahun). Akan tetapi banyak juga orang yang berusia di bawah 20 tahun yang menderita penyakit hipertensi. Namun, banyak orang yang tidak menyadari atau tidak tahu
bahwa dirinya menderita hipertensi. Hal ini disebabkan
gejalanya tidak nyata dan pada stadium awal belum menimbulkan gangguan yang serius pada kesehatannya (Anonim1, 2009). Penyakit hipertensi banyak diderita orang tanpa mereka sendiri mengetahuinya, karena penderita tidak mengalami gejala-gejala sakit, dan lain-lain. Sehingga penderita merasa tidak perlu datang ke dokter untuk memeriksakan kesehatannya. Sehingga hipertensi disebut sebagai pembunuh diam-diam atau the silent killer (Bangun, 2008).
1
2
Hipertensi dikatakan sebagai pembunuh diam-diam atau the silent killer karena hipertensi umumnya terjadi tanpa gejala (asimptomatis). Sebagian besar orang tidak merasakan apa pun, meski tekanan darahnya sudah jauh di atas normal. Hal ini dapat berlangsung bertahun-tahun sampai akhirnya penderita (yang tidak merasa menderita) jatuh ke dalam kondisi darurat dan terkena penyakit jantung, stroke, atau rusak ginjalnya. Komplikasi ini banyak berujung pada kematian sehingga yang tercatat sebagai penyebab kematian adalah komplikasinya (Hartono, 2011). Hipertensi termasuk penyakit dengan angka kejadian (prevelansi) yang cukup tinggi. Hipertensi membuka peluang 12 x lebih besar bagi penderitanya untuk menderita stroke, dan 6 x lebih besar untuk menderita serangan jantung, serta 5 x
lebih besar kemungkinan meninggalkarena gagal jantung (Sustrani,
Alam,Hadibroto,2004).
Penyakit
hipertensi
juga
diperkirakan
dapat
mengurangi harapan hidup berkisar antara 10-20 tahun, disebabkan komplikasi dari hipertensinya. pada umumnya kematian disebabkan oleh penyait jantung, stroke, dan ginjal. Kurang dari 1 % penderita hipertensi berkembang menjadi hipertensi ganas yang di tandai dengan pembengkakan mata, perdarahan retina, sakit kepala parah, respon menurun dan koma (Aziz, 2009). Hampir 1 miliar orang di dunia atau sekitar seperempat dari populasi orang dewasa menyandang tekanan darah tinggi atau hipertensi, Jumlah itu cenderung meningkat. Di Inggris (UK) penyakit ini mengenai lebih dari 16 juta orang, di Inggris (England) penyakit hipertensi mengenai 34 % pria dan 30 % wanita, yang tekanan darahnya di atas 140/90 mmHg. Diperkirakan pada tahun 2025 penyandang tekanan darah tinggi akan mencapai 1,6 miliar orang (Yasmine, 2007). Dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan menunjukkan, prevalensi hipertensi di Indonesia (berdasarkan pengukuran tekanan darah) sangat tinggi, yaitu 31,7 persen dari total penduduk dewasa. Prevalensi ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Singapura 27,3 %, Thailand 22,7 %, dan Malaysia 20 % (Hartono, 2011). Sedangkan Pada Penelitian epidemiologi di Indonesia menunjukkan bahwa 1,8-28,6 % penduduk Indonesia yang berumur diatas 20
Stikes Muhammadiyah Gombong
3
tahun menderita hipertensi. Biasanya hipertensi berkembang saat usia paruh baya (40-60 tahun). Peluang hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia , terutama tekanan darah sistolik, karena perubahan struktur pembuluh darah. Pada kelompok 45-54 tahun presentase penderita hipertensi meningkat 34 %, sedangkan pada kelompok usia di atas 55 tahun meningkat 36,5 % (Rahimah, Trubus Juli 2011:124-125) Hipertensi ternyata perlahan tapi pasti merangkak naik sebagai penyebab kematian utama di Indonesia. Dalam Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang diselenggarakan Departemen Kesehatan tahun 1972, hipertensi masih berada pada urutan ke-11. Pada SKRT tahun 1986 secara mengejutkan hipertensi naik menduduki urutan ke-3. Sejak SKRT tahun 1992, kemudian 1995, lalu 2001, posisinya telah mencapai urutan ke-1. Hanya dalam tempo 20 tahun, dari urutan ke-11 melesat ke urutan pertama dan bertahan sampai sekarang. Jadi, pembunuh diam-diam ini benar-benar laksana teroris. Hipertensi bertahun-tahun menyerang tubuh kita secara diamdiam dan tiba-tiba dalam sekejap menyebabkan kematian atau setidaknya disfungsi gerak, bicara, memori, dan seterusnya (Hartono, 2011). Beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan tekanan darah, diantaranya adalah stres, kegemukan, kurang aktivitas, merokok, makanan yang tinggi kadar lemak, asupan natrium yang tinggi, kurang asupan kalliun dan serat, serta konsumsi alkohol yang berlebih. Faktor aktor tersebut jika dibiarkan saja tanpa ada penganganan dan pengobatan akan mengakibatkan tekanan darah tidak terkendali dan komplikasi yang dapat menimbulkan kematian. Sebagai contoh pada penderita obesitas, misalnya, terjadi peningkatan volume plasma dan curah jantung yang meningkatkan tekanan darah. Kemudian Peningkatan berat badan 10 % akan mengakibatkan kenaikan tekanan darah 7 mmHg (Rahimah, Trubus juli 2011:124-125). Tekanan darah dapat dipengaruhi oleh aktivitas fisik. Tekanan darah akan lebih tinggi pada saat seseorang melakukan aktivitas fisik dan lebih rendah ketika sedang beristirahat (Armilawati, 2007). Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan energi diluar metabolisme
Stikes Muhammadiyah Gombong
4
untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. Akan tetapi Seseorang dengan aktivitas fisik yang kurang, memiliki kecenderungan 30%-50% terkena hipertensi daripada mereka yang aktivitas fisiknya aktif. Penelitian dari Farmingharm Study menyatakan bahwa aktivitas fisik sedang dan berat dapat mencegah kejadian stroke. Selain itu, analisis yang telah dilakukan juga menyebutkan hal yang sama. Hasil analisis menyebutkan bahwa berjalan kaki dapat menurunkan tekanan darah pada orang dewasa sekitar 2% (Kelley, 2001). Melakukan aktivitas fisik selama + 30 – 45 menit per hari, penting dan baik dilakukan sebagai strategi atau upaya untuk pencegahan penyakit hipertensi (Khomsan, 2004). Namun seiring dengan majunya dunia tehnologi memudahkan semua kegiatan sehingga menyebabkan kita kurang bergerak (hypokinetic), seperti penggunaan remote kontrol, komputer, lift dan tangga berjalan, tanpa dimbangi dengan Aktifitas fisik yang memadai. Kondisi demikian ini pada akhirnya dapat menimbulkan penyakit akibat kurang gerak. Gaya hidup duduk terus-menerus dalam bekerja (sedentary) dan kurang aktivitas/gerak ditambah dengan adanya faktor risiko berupa merokok, pola makan yang tidak sehat dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi), penyakit jantung, pembuluh darah, kencing manis, berat badan lebih, osteoporosis, depresi dan kecemasan. Sedangkan Aktivitas fisik olahraga seperti jalan cepat, berlari-lari kecil dan berenang, dapat menurunkan tekanan darah atau hipertensi. (Dirjen Kesehatan Komunitas, 2002). Studi WHO pada faktor-faktor risiko menyatakan bahwa gaya hidup kurang Aktifitas seperti duduk terus-menerus tanpa ada aktivitas yang lain dalam bekerja adalah 1 dari 10 penyebab kematian dan kecacatan di dunia. Lebih dari dua juta kematian setiap tahun disebabkan oleh kurangnya bergerak/aktifitas fisik. Pada kebanyakan negara diseluruh dunia antara 60% hingga 85% orang dewasa tidak cukup beraktifitas fisik untuk memelihara fisik mereka. Dijelaskan pula bahwa penyakit tidak menular atau degeneratif
Stikes Muhammadiyah Gombong
5
merupakan penyebab 60% kematian dan 43% beban penyakit global. Tahun 2020 diperkirakan penyakit tidak menular menjadi penyebab 73% kematian dan 60% beban penyakit global (Dirjen Kesehatan Komunitas, 2002). Data yang didapat oleh peneliti dari Puskesmas Kajoran 2 yang merupakan wilayah kerja yang meliputi Desa Sambak bahwa kejadian Hipertensi di Puskesmas Kajoran 2 pada tahun 2011 yaitu 7,04 %
dari
jumlah 19.748 kunjungan. Sedangkan kasus hipertensi dari bulan Januari tahun 2012 sampai dengan tanggal 14 April tahun 2012 yaitu 5,16 % dari jumlah 5.712 kunjungan. Dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Desa Sambak dengan melakukan wawancara dengan 7 orang yang berprofesi sebagai pedagang ditemukan bahwa mereka sering mengeluhkan sakit kepala, pusing, dan sakit pada tengkuk. Setelah di lakukan pengukuran tekanan darah kepada para
pedagang tersebut, didapatkan hasil tekanan darahnya 80% di atas
normal. Ada pula salah seorang Pedagang di wilayah Desa Sambak yang pernah mengalami penyakit stroke, akan tetapi pedagang tersebut baru mengalami stroke ringan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “apakah ada hubungan antara aktivitas fisik pedagang dengan hipertensi di Wilayah Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang”.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik pedagang dengan hipertensi di Wilayah Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang 2. Tujuan Khusus a.
Untuk mengetahui tingkat hipertensi pada pedagang di Wilayah Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang.
Stikes Muhammadiyah Gombong
6
b.
Untuk mengetahui aktivitas fisik pedagang di Wilayah Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi masyarakat umum di Wilayah Desa Sambak dan sekitarnya sebagai bahan informasi serta menambah wawasan dan pengetahuan tentang apa itu penyakit hipertensi. 2. Bagi Peneliti lain hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sabagi sumber informasi dan pengembangan ilmu keperawatan dan juga dapat dijadikan data dasar dan acuan untuk melakukan penelitian yang berkatian dengan hipertensi. 3. Bagi Institusi diharapkan penelitian ini dapat di jadikan sebagai sumber rujukan lain bagi para mahasiswa yang lainnya.
E. Keaslian Penelitian 1. Irza, Sukraini (2009) “Analisis faktor resiko Hipertensi pada masyarakat Nagari Bungo Tanjung Sumatera Barat”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengatahui faktor resiko utama hipertensi di Bungo Tanjung, untuk mengetahui prevelansi penderita hipertensi di Bungo Tanjung yang tidak terdeteksi, untuk mengetahui presentase penderita hipertensi di Bungo Tanjung yang tidak terobati. Penelitian tersebut menggunakan metode survei epidemiologi analitik deskriptif dengan menggunakan rancangan cross-sectional, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui prevelansi suatu efek atau penyakit pada suatu waktu, oleh karena itu disebut juga dengan studi prevelansi. Dengan jumlah sampel 303 orang yang memenuhi kriteria yaitu usia 22 tahun ke atas. Dengan
hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor resiko hipertensi
pada masyarakat Nagari Bungo Tanjung adalah usia (OR= 17,726; CI 95 % = 4,82- 65,2), jenis kelamin ( OR= 5,333; CI 95 % = 1,42 – 20,05), konsumsi rokok (OR=6,920; CI 95% =1,81 – 26,42), obesitas (OR= 3,051; CI 95 % = 1,17 – 7,96), konsumsi natrium (OR= 5,660; CI 95 % =1,13 – 28,45), konsumsi lemak( OR= 8,745; CI 95 % = 1,18 – 64,55),
Stikes Muhammadiyah Gombong
7
riwayat keluarga (OR = 7,912 ; CI 95 % = 2,73 – 22,97), dan riwayat penyakit komplikasi (OR = 21,690 ; CI 95 % = 1,662 – 283,21), sedangkan faktor konsumsi alkohol tidak berpengaruh. Faktor utama resiko utama hipertensi pada masyarakat Bungo Tanjung adalah usia (Wald = 18,720). Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama menggunakan rancangan cross sectional. Sedangkan Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah tempat dan variabel penelitian yang dilakukan. 2. Mutiarawati, Rumsari (2009) “Hubungan antara riwayat aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada usia 45-54 tahun study di wilayah Kelurahan Tlogosari Kulon Semarang tahun 2009” Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi usia 45-54 tahun di Tlogosari Kulon Semarang. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey observasional dengan pendekatan case-control. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga yang berusia 45-54 tahun di kelurahan Tlogosari Kulon kecamatan Pedurungan kota Semarang. Teknik pengambilan sampel dengan cara stratified random sampling dan didapatkan jumlah sampel sebesar 180 responden dengan terbagi menjadi 2, yaitu 90 responden kelompok kasus (mengalami hipertensi) dan 90 responden pada kelompok kontrol (tidak mengalami hipertensi). Instrument yang digunakan dalam penelitan ini adalah sphygmomanometer, timbangan injak, mikrotoa, kuesioner. Data primer diperoleh dengan pengukuran tekanan darah, berat badan, tinggi badan, dan wawancara. Data sekunder diperoleh dari data kependudukan kelurahan Tlogosari Kulon yang meliputi jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia, data distribusi penyakit tidak menular Dinas Kesehatan Kota Semarang, data distribusi bulanan penyakit Puskesmas Tlogosari Kulon.
Analisis
data
dilakukan
secara
univariat
dan
bivariat
(menggunakan uji Chi-Square dengan derajat kemaknaan atau α=0,05). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pada kelompok kasus terdapat 85,6% responden yang memiliki kriteria aktivitas fisik ringan dan 14,4% responden yang memiliki kriteria aktivitas fisik sedang. Pada kelompok
Stikes Muhammadiyah Gombong
8
kontrol terdapat 24,4% responden yang memiliki kriteria aktivitas fisik ringan dan 75,6% responden yang memiliki kriteria aktivitas fisik sedang. Dari uji statistik didapatkan nilai p < 0,05. Kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada usia 45-54 tahun di kelurahan Tlogosari Kulon kecamatan Pedurungan kota Semarang. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah variabel penelitiannya yaitu hipertensi dan aktifitas fisik. Sedangkan
perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah
analisis data yang digunakan,pada penelitian tersebut menggunakan uji Chi-Square sedangkan penelitian yang akan dilakukaan menggunakan kendal tau.
Stikes Muhammadiyah Gombong