KASUS III Bagus (19 tahun) dan Bagas (20 tahun) adalah mahasiswa prodi S1 keperawatan di STIKES X. Bagus dan Bagas saat ini berada di perpustakaan mencari literature tentang system pelayanan kesehatan untuk menyelesaikan tugas kuliah.Bagus merasa pelu untuk mencari tahu tentang Teori Sistem,tingkat pelayanan kesehatan, lembaga pelayanan kesehatan,lingkup pelayanan kesehatan, faktor-fakrot yang mempengaruhi pelayan kesehatan.Bagas bertanya kepada Bagus,”Apa visi Negara kita dalam bidang kesehatan saat ini?, Apakah sudah tercapai visi tersebut?”.Bagas menilai bahwa Negara Indonesia perlu melakukan banyak perubahan dalam hal pelayanan kesehatan oleh karena itu Bagas berinisiatif untuk mempelajari konsep berubah demi terciptanya pelayan kesehatan yang
maksimal.Bagus menyampaikan pendapat bahwa untuk
mewujudkan pelayan kesehatan yang maksimal maka seorang perawat harus melakukan
asuhan
keperawatan
dengan
memperhatikan
prinsip
holistic
care,caring,holisme dan humanisme.Bagas menambahkan pernyataan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk.Dengan keanekaragaman budaya oleh karena itu perawat juga harus tahu tentang transcultural nursing. Keyowrd: Sistem, pelayanan kesehatan, pelayan keperawatan dalam pelayanan kesehatan, konsep berubah,holistic care, caring humanisme ,holisme, dan transcultural nursing.
1
STEP VI 1. SISTEM PELAYANAN KESEHATAN Sistem peayanan kesehatan adalah bagian dalam meningkatkan derajat kesehatan sehingga tujuan kesehatan dapat tercapai secara efektif dan efisien . Keberhasilan system pelayanan kesehatan tergantung pada berbagai komponen yang masuk dalam pelayanan kesehatan : 1. Perawat 2. Dokter 3. Tim kesehatan lain Di mana komponen-komponen di atas satu sama lain saling berpengaruh . System pelayanan kesehatan ini akan memberikan pengaruh dalam kualitas pelayanan kesehatan yang efektif dan melihat nilai-nilai yang ada di masyarakat . TEORI SISTEM Dalam teori system disebut bahwa system itu terbentuk dari sub system yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi . Teori tersebut terdiri dari input, proses, output, dampak, umpan balik, dan lingkungan yang kesemuanya saling berhubungan dan . 1. Input : Merupakan subsistem yang akan memberikan segala masukan untuk berfungsinya sebuah system, seperti system pelayanan kesehatan, maka masukan dapat berupa potensi masyarakat, tenaga kesehatan, sarana kesehatan dll. 2. Proses : Suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah sebuah masukan untuk menjadikan sebuah hasil yang diharapkan dari system tersebut, sebagaimana contoh dalam system pelayanan kesehatan, maka yang dimaksud proses adalah berbagai kegiatan dalam pelayanan kesehatan. 3. Output :
2
Hasil yang diperoleh dari sebuah proses, dalam system pelayanan kesehatan hasilnya dapat berupa pelayanan kesehatan yang berkualitas, efektif dan efisien serta dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat sehingga pasien sembuh dan optimal. 4. Dampak : Merupakan akibat yang dihasilkan dari sebuah hasil dari system, yang terjadi relative lama waktunya. Setelah hasil dicapai, sebagaimana dalam system pelayanan kesehatan, maka dampaknya akan menjadikan masyarakat sehat dan mengurangi angka kesakitan dan kematian karena pelayanan terjangkau oleh masyarakat. 5. Umpan balik : Suatu hasil yang sekaligus menjadikan masukan dan ini terjadi dari sebuah system yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Umpan balik dalam system kesehatan dapat berupa kualitas tenaga kesehatan yang dapat juga menjadikan input yang selalu meningkat. 6. Lingkungan : Lingkungan disini adalah semua keadaan diluar system tetapi dapat mempengaruhi pelayanan kesehatan sebagaimana dalam system pelayanan kesehatan, lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan geografis atau sistuasi kondisi sosial yang ada dimasyarakat seperti institusi di luar pelayanan kesehatan.
TINGKAT PELAYAN KESEHATAN Tingkat pelayanan kesehatan merupakan bagian dari system pelayanan
kesehatan yang diberikan pada masyarakat. Melalui tingkat pelayanan kesehatan akan dapat diketahui kebutuhan dasar manusia tentang kesehatan. Menurut Leavel dan Clark dalm memberikan pelayanan kesehatan harus memandang pada tingkat pelayanan kesehatan yang akan diberikan, diantara tingkat pelayanan kesehatan dalam system pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut : 1. Health promotion (promosi kesehatan)
3
Tingkat pelayanan kesehatan ini merupakan memberikan pelayanan melalui peningkatan kesehatan. Pelakasanaan ini bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan agar masyarakat atau sasarannya tidak terjadi gangguan kesehatan. Tingkat pelayanan ini dapat meliputi, kebersihan perseorangan, perbaikan sanitasi lingkungan, pemeriksaan kesehatan bekala, peningkatan perbaikan gizi, kebiasaan hidup sehat, pelayanan lansia, dan semua kegiatan yang berhubungan dengan peningktan status kesehatan. 2. Specific protection (perlindungan kesehatan) Perlingdungan khusus ini dilakukan dalam melindungi masyarakat dari bahaya yang akan menyebabkan perununan status keshatan, atau bentuk perlindungan terhadap
penyakit-penyakit tertentu, ancaman kesehatan,
yang termasuk dalm tingkat pelayanan kesehatan ini adalah pemberian imunisasi yang digunakan untuk perlindungan pada penyakit tertentu seperti
imunisasi
BCG,
DPT,
Hepatitis,campak
dll.
Pelayanan
perlindungan keselamatan kerja di mana pelayanan kesehatan yang di berikan pada seseorang yangbekerja ditempat resiko kecelakaan tinggi seperti kerja di bagian produksi bahan kimia, bentuk perlindungan khusus berupa pelayanan kesehatan pemakaian alat perlindungan diri dan lain sebagainya. 3. Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan segera) Tingkat pelayanan kesehatan ini sudah masuk ke dalam tingkat dimulainya atau timbulnya gejala dari suatu penyakit. Tingkat pelayanan ini dilaksanakan dalam mencegah meluasnya penyakit yang lebih lanjut serta dampak dari timbulnya penyakit sehingga tidak terjadi penyabaran. Bentuk tingkat pelayanan kesehatan ini dapat berupa kegiatan dalam rangka survey pencarian kasus serta pencegahan terhadap meluasnya kasus. 4. Disability limitation (pembatasan cacat)
4
Pembatasan kecelakaan ini dilakukan untuk mencegah agar pasien aatau masyarakat tidak mengalami dampak kecacatan akibat penyakit yang ditimbulkan. Tingkat ini dilaksanakan pada kasus atau memiliki potensi kecacatan. Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan dapat berupa perawatan yang dapat menghentikan penyakit, mencegah komplikasi lebih lanjut, pemberian segala fasilitas, pemberian segala fasilitas untuk mengatasi kecacatan dan mencegah keatian. 5. Rehabilitation (rehabilitasi) Tingkat pelayanan ini dilaksanakan setelah pasien di diagnosis sembuh.sering pada tahap ini dijumpai pada fase pemulihan terhadap kesehatan sebagaimana program latihan-latihan yang di berikan pada pasien, kemudian memberikan fasilitas agar pasien memiliki keyakinan kembali atau gairah hidup kembali ke masyarakat dan masyarakat mau menerima dengan dengan senang hati karena kesadaran yang dimilikinya. 2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAYANAN KESEHATAN Pelaksanaan pelayanan kesehatan juga akan lebih berkembang atau sebaliknya akan terlambat karena dipengatuhi oleh beberapa factor seperti adanya : 1. Ilmu pengetahuan dan teknologhi baru Pelaksanaan system pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan dan teknologi, mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka akan diikuti oleh perkembangan pelayanan kesehatan atau juga sebagai dampaknya pelayanan kesehatan jelas lebih mengikuti perkembangan dan teknologi seperti dalam perlayanan kesehatan untuk mengatasi masalah penyakit-penyakit yang sulit dapat digunakan penggunaan alat seperti laser, tetapi perubahan gen dll. Maka pelayanan kesehatan membutuhkan biaya yang cukup mahal dan pelayanan akan lebih professional dan butuh tenaga-tenaga yang ahli dalam bidang tertentu. 2. Pergeseran nilai masyarakat
5
Berlangsungnya system pelayanan kesehatan juga dapat dipengaruhi oleh nilai yang ada di masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan, dimana dengan beragamnya masyarakat, maka dapat menimbuklkan pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan yang berbada. Masyarakat yang sudah maju denagn pengetahuan yang tinggi, maka akan memiliki kesadaran yang lebih dalam penggunaan atau pemanfaatan pelayanan kesehatan, sebaliknya pada masyarakat yang memiliki pengetahuan yang kurang akan memiliki kesadaran yang rendah terhadap pelayanan kesehatan, sehingga kondisi demikian akan mempengaruhi system pelayanan kesehatan. 3. Aspek legal dan etik Dengan tingginya kesadaran masyarakat terhadap penggunaan atau pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan, maka akan semakin tinggi pula tuntutan hukum dam etik dalam pelayanan kesehatan, sebagai pelaku pemberi pelayanan kesehatan harus dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dengan memperhatikan nilai-nilai hukum dan etika masyarakat. 4. Ekonomi Pelaksanaan pelayanan kesehatan akan dipengaruhi oleh tingkat ekonomi di masyarakat. Semakin tinggi ekonomi seseorang, pelayanan kesehatan akan lebih diperhatikan dan mudah di jangkau, demikian pula sebaliknya, apabila tingkat ekonomi seseorang rendah, maka sangat sulit menjangkau pelayanan kesehatan mengingat biaya dalam jasa pelayanan kesehatan membutuhkan biaya yang cukup mahal. Keadaan ekonomi ini yang akan dapat mempengaruhi dalam system pelayanan kesehatan. 5. Politik Kebijakan pemerintah melalui system politik yang ada akan sangat berpengaruh
sekali
dalam
system
pemberian
Kebijakan-kebijakan yang ada dapat memberikan
pelayan
kesehatan.
pola dalam system
pelayanan. 4. VISI INDONESIA DALAM PELAYANAN KESEHATAN
6
Dalam
mencapai
sasaran
pembangunan
milenium
(millennium
development goals/MDGs) yang ditetapkan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah Indonesia, berbeda dengan Indonesia Sehat 2010, sasaran MDGs ada indikatornya serta kapan harus dicapai. Sasaran MDGs ini bisa dijadikan slogan “Indonesia Sehat di tahun 2015” sebagai pengganti slogan sebelumnya. Dalam visi ini Indonesia mempunyai delapan sasaran MDGs salah satunya yaitu mengurangi angka kematian bayi dan ibu pada saat persalinan. Maksud dari visi tersebut yaitu kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman serta bayi yang akan dilahirkan hidup sehat, dengan misinya menurunkan kesakitan dan kematian maternal dan neonatal melalui pemantapan sistem kesehatan di dalam menghadapi persalinan yang aman (Muhamad, 2010). Sasaran MDGs yang lain yaitu menurunkan angka kelaparan (kuang gizi) menjadi setengahnya (50 persen) di tahun 2015 dibanding tahun 1996. Kemudian menurunkan angka kematian bayi dan balita, juga menjadi setengahnya dibanding tahun 1996. Lalu menurunkan angka kematian ibu sebanyak 75 persen, mengendalikan penularan penyakit menular, khususnya TBC dan HIV, sehingga pada tahun 2015 nanti jumlahnya tidak meningkat lagi tetapi justru menurun. 5.HUMANISME ”Humanisme" dipandang sebagai sebuah gagasan positif oleh kebanyakan orang. Humanisme mengingatkan kita akan gagasan-gagasan seperti kecintaan akan peri kemanusiaan, perdamaian, dan persaudaraan. Tetapi, makna filosofis dari humanisme jauh lebih signifikan: humanisme adalah cara berpikir bahwa mengemukakan konsep peri kemanusiaan sebagai fokus dan satu-satunya tujuan. Dengan kata lain, humanisme mengajak manusia berpaling dari Tuhan yang menciptakan mereka, dan hanya mementingkan keberadaan dan identitas mereka sendiri. Kamus umum mendefinisikan humanisme sebagai "sebuah sistem pemikiran yang berdasarkan pada berbagai nilai, karakteristik, dan tindak tanduk yang dipercaya terbaik bagi manusia, bukannya pada otoritas supernatural apapun.
7
Namun, definisi paling jelas tentang humanisme dikemukakan oleh pendukungnya. Salah seorang juru bicara humanisme paling terkemuka di masa kini adalah Corliss Lamont. Dalam bukunya, Philosophy of Humanism, ia menulis: Humanisme meyakini bahwa alam merupakan jumlah total dari realitas, bahwa materi-energi dan bukan pikiran yang merupakan bahan pembentuk alam semesta, dan bahwa entitas supernatural sama sekali tidak ada. Ketidaknyataan supernatural ini pada tingkat manusia berarti bahwa manusia tidak memiliki jiwa supernatural dan abadi; dan pada tingkat alam semesta sebagai keseluruhan, bahwa kosmos kita tidak memiliki Tuhan yang supernatural dan abadi. Sebagaimana dapat kita lihat, humanisme nyaris identik dengan ateisme, dan fakta ini dengan bebas diakui oleh kaum humanis.
Terdapat dua manifesto penting yang diterbitkan oleh kaum humanis di abad yang lalu. Yang pertama dipublikasikan tahun 1933, dan ditandatangani oleh sebagian orang penting masa itu. Empat puluh tahun kemudian, di tahun 1973, manifesto humanis kedua dipublikasikan, menegaskan yang pertama, tetapi berisi beberapa tambahan yang berhubungan dengan berbagai perkembangan yang terjadi dalam pada itu. Ribuan pemikir, ilmuwan, penulis, dan praktisi media menandatangani manifesto kedua, yang didukung oleh Asosiasi Humanis Amerika yang masih sangat aktif. 6. HOLISME Holisme adalah cara pendekatan terhadap suatu masalah atau gejala, dengan memandang masalah atau gejala itu sebagai suatu kesatuan yang utuh 7. HOLISTIC CARE Holistic care didasarkan pada konsep keperawatan holistik yang meyakini bahwa penyakit yang dialami seseorang bukan saja merupakan masalah fisik yang hanya dapat diselesaikan dengan pemberian obat semata. Pelayanan keperawatan holistik memberikan pelayanan kesehatan dengan lebih memperhatikan keutuhan
8
aspek kehidupan sebagai manusia yang meliputi kehidupan jasmani, mental, sosial dan spiritual yang saling mempengaruhi. 8. CARING Caring merupakan suatu sikap rasa peduli, hormat, menghargai orang lain,artinya memberi perhatian dan mempelajari kesukaan-kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang berpikir dan bertindak. Karena caring merupakan perpaduan antara pengetahuan biofisik dengan pengetahuan mengenai perilaku manusia uang berguna dalam peningkatan derajat kesehatan dalam membantu klien yang sakit. Caring sangatlah penting untuk keperawatan. Caring adalah fokus pemersatu untuk praktek keperawatan. Praktek caring juga sangat penting untuk tumbuh kembang, memperbaiki atau meningkatkan kondisi atau cara hidup manusia) Sikap caring juga digunakan untuk meningkatkan kepercayaan klien terhadap penggunaan caring dalam keperawatan, maka perawat sendiri harus memahami hal tersebut untuk memperkuat mekanisme koping. Oleh karena sangat penting penggunaan caring dalam keperawatan, maka perawat sendiri harus memahami tentang konsep caring dan mengaplikasikannya dalam praktek keperawatan. Menurut ilmuwan keperawatan, antara lain : 1. Watson : hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima
asuhan
keperawatan
dalam
rangka
meningkatkan
dan
melindungi pasien sebagai manusia, mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh. Tujuh asumsi caring menurut Watson yaitu :
caring hanya akan efektif bila diperlihatkan dan dipraktekkan secara interpersonal,
caring terdiri dari faktor karatif yang berasal dari kepuasan dalam membantu memenuhi kebutuhan manusia atau klien,
9
caring yang efektif dapat meningkatkan kesehatan individu dan keluarga,
caring merupakan respon yang diterima oleh seseorang tidak hanya saat itu saja namun juga mempengaruhi akan seperti apakah seseorang tersebut nantinya,
lingkungan
yang
penuh caring sangat
potensial
untuk
mendukung perkembangan seseorang dan mempengaruhi seseorang dalam memilih tindakan yang terbaik untuk dirinya sendiri,
caring lebih
kompleks
daripada curing,
praktik caring memadukan antara pengetahuan biofisik dengan pengetahuan mengenai perilaku manusia yang berguna dalam peningkatan derajat kesehatan dan membantu klien yang sakit,
caring merupakan inti dari keperawatan (Julia,1995).
2. Mayehoff :
Sifat membantu orang lain tumbuh dan mengaktualisasikan diri
Bersikap sabar, jujur, rendah hati
3. Sobel :
Rasa peduli, hormat dan menghargai orang lain
Sikap kasihan atau empati terhadap pasien yang mendorong perawat untuk memberikan asuhan keperawatan
4. Simon Roach ( 1995 )
Keberadaan total manusia
5. Leininger ( 1997) : kegiatan langsung untuk memberikan bantuan, dukungan atau fasilitas kepada individu / kelompok melalui antisipasi
10
kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia tanpa pamrih, dan saling ketergantungan Komponen Caring Caring memiliki 5komponen yang sering disebut 5 Cs yaitu : 1. Compassion ( bela rasa )
Kepekaan terhadap kesulitan & kepedihan orang lain
Memberikan kesempatan untuk berbagi
Membantu seseorang untuk tetap bertahan
Memberi ruang bagi orang lain untuk berbagi perasaan, memberikan dukungan secara penuh
2. Competence ( kemampuan )
Memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, energi dan motivasi sebagai rasa tanggung jawab terhadap profesi.
Compassion tanpa competence – kelalaian klinis
Competence tanpa compassion – terjadi tindakan
3. Confidence ( kepercayaan diri )
Suatu keadaan untuk memelihara hubungan antar manusia dengan penuh percaya diri
Ekspresi caring yang meningkatkan kepercayaan tanpa mengabaikan kemampuan orang lain untuk tumbuh
Menyampaikan kebenaran tanpa pelang
11
4. Concience ( suara hati ) Perawat memiliki standar moral yang tumbuh dari sistem nilai humanistik – altruistik (peduli kesejahteraan orang lain) yang dianut dan direfleksikan pada tingkah lakunya 5. Commitment
Melakukan tugas secara konsekwen dan berkualitas terhadap tugas, orang, karier yg dipilih
Hubungan Interpersonal menunjukan Caring :
Menegur orang lain terlebih dahulu saat bertemu
Memberikan perhatian
Berbagi dengan orang lain
Membantu orang tanpa pamrih
Menjadi seorang pemaaf
Membelikan dukungan / harapan pada orang lain
Dapat dipercaya
Menjadi pendengar yang baik
Menemani seseorang saat berduka
Memberikan rasa nyaman terhadap orang lain
Aplikasi Caring dalam Praktek
12
Membentuk & menghargai sistem nilai humanistik dan altruistik: menghargai otonomi dan kebebasan klien terhadap pilihan yang terbaik menurutnya
Menanamkan sikap penuh pengharapan
Menanamkan sensitifitas terhadap diri sendiri dan orang lain
Mengembangkan hubungan saling percaya dan saling membantu
Meningkatkan & menerima ekpresi perasaan positif maupun negative
Menggunakan metoda sistematis dalam penyelesaian masalah caring
Meningkatkan proses belajar mengajar interpersonal
Menciptakan lingkungan fisik, mental sosial, dan spiritual yang suportif, protektif dan korektif
Memenuhi kebutuhan dasar manusia dengan penuh pengharapan dalam rangka mempertahankan keutuhan dan martabat manusia
Mengijinkan untuk terbuka pada eksistensi fenomenologikal & spiritual, cara penyembuhan yang tidak dapat dijelaskan secara utuh & ilmiah melalui pemikiran masyarakat modern.
9. LEMBAGA PELAYANAN KESEHATAN Merupakan tempat pemberian pelayanan kesehatan pada masyarakat dalam rangka meningkatan status kesehatan .Tempat pelayanan keshatan ini sangat bervariasi berdasarkan tujuan pemberian pelayanan kesehatan .Tempat pelayanan kesehatan dapat berupa rawat jalan, stitusi kesehatan, community based agency spesialis dan hospice . 1. Rawat jalan Lembaga pelayanan kesehatan ini bertujuan memberikan pelayanan kesehatan pada tingkat pelaksanaan diagnosis dan pengobatan kepada
13
penyakit yang akut atau mendadak dan kronis yang di mungkinkan tidak terjadi rawat inap. Dapat dilaksanakan pada klinik-klinik kesehatan, seperti klinik dokter spesialis, klinik perawat spesialis dll . 2. Institusi Lembaga pelayanan kesehatan yang fasilitasnya cukup dalam memberikan berbagai tingkat pelayanan kesehatan, seperti
rumah sakit, pusat
rehabilitasi dll. 3. Hospice Bertujuan memberikan pelayanan kesehatan yang difokus kan pada klien yang sakit terminal agar lebih tenang dan dapat melewati masa-masa terminal nya dengan tenang. Biasa nya digunakan dalam home care. 4. Community based agency Bagian dari pelayanan kesehatan yang dilakuakan pada klien pada keluarganya sebagai pelaksanaan keperawatan keluarga seperti praktek perawat keluarga dll. 10. KONSEP BERUBAH Pengertian Perubahan adalah suatu proses dimana terjadinya peralihan dari status yang tetap atau statis menuju status yang dinamis, artinya dapat menyesuaikan diri dengan lingungan yang ada disekitarnya. Sifat Konsep Berubah Menurut Lancaster (1982), ada tiga sifat dalam konsep berubah, yaitu : 1. Perubahan bersifat berkembang Sifat ini mengikuti dari proses perkembangan yang ada baik pada individu, kelompok atau masyarakat secara umum yang dimulai dari keadaan yang paling dasar menuju keadaan yang optimal. 2. Perubahan bersifat spontan Perubahan ini dapat terjadi karena keadaan yang dapat memberikan respon tersendiri terhadap kejadian yang bersifat alamiah yang diluar
14
kehendak manusia yang tidak dapat diramalkan sehingga sulit untuk diantisipasi, contohnya perubahan keadaan alam. 3. Perubahan bersifat direncanakan Perubahan ini dilakukan oleh individu, kelompok dan masyarakat yang ingin mengadakan perubahan kea rah yang lebih maju untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Teori Konsep Berubah Dalam perkembangannya, konsep berubah memiliki beberapa teory. Teory-teory itu antara lain : 1. Teori Kurt Lewin (1951) Menurutnya, seseorang yang akan berubah harus memiliki konsep tentang perubahan yang tercantum dalam tahap proses perubahan agar proses perubahan terarah dan mencapai tujuan yang diinginkan. Tahapan tersebut antara lain :
Tahap pencairan (unfreezing) Seseorang yang ingin berubah harus memiliki motivasi untuk berubah dari keadaan semula dengan mengubah terhadap keseimbangan yang ada juga perlu meyiapkan diri dan siap untuk berubah.
Tahap bergerak (moving) Tahap yang sudah memulai adanya pergerakan ka arah suatu perkembangan yang terbaru.
Tahap pembekuan (refreezing) Tahap dimana seseorang yang mengadakan perubahan telah mencapai tingkat yang baru dengan keseimbangan yang baru.
15
Langkah 1 : Unfreezing Motivasi berubah Perasaan thd perubahan Persiapan berubah Langah 2 : moving Dari semula jadi baru Langkah 3 : Refreezing
Mempertankan hasil perubahan 2. Teori Roger E (1962) Menurut Roger E untuk mengadakan suatu perubahan perlu beberapa langkah untuk mencapai tujuan akhir yang diinginkan, langkah langkah tersebut yaitu :
Tahap awareness Tahap awal yang berarti dalam mengadakan perubahan perlu adanya kesadaran untuk berubah.
Tahap interest Dalam mengadakan perubahan harus timbul minat terhadap perubahan dan selalu memperhatikan sesuatu yang baru dari perubahan yang dikehendaki.
Tahap evaluasi Dalam tahap ini terjadi penilaian terhadap sesuatu yang baru agar tidak terjadi hambatan dalam mengadakan perubahan.
Tahap trial
16
Merupakan tahap uji coba terhadap hasil perubahan dengan harapan sesuatu itu deketahui hasilnya sesuai dengan kondisi yang ada, dan memudahkanuntuk diterima lingkungan
Tahap adoption Proses penerimaan hasil perubahan setelah uji coba dan merasakan adanya manfaat yang diterima.
3. Teori Lippit (1973) Lippit menjelaskan beberapa langkah tentang perubahan, yaitu :
Menemukan diagnose Pengkajian motivasi dan kemampuan Pengkajian hasil Penetapan tujuan Penetapan peran pembaharu Mempertahankan hasil Penghentian bantuan
Tipe Konsep Berubah Apabila dipandang dari tipe perubahan menurut Bennis (1965), perubahan itu sendiri memiliki tujuh tipe, yaitu :
Tipe indoktrinasi Perubaham yang dilakukan oleh sekelompok atau masyarakat yang menginginkan pencapaian tujuan dengan cara memberikan doktrin.
Tipe paksaan Perunahan ini dilakukan dengan menggunakan cara paksaan atau kekerasan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Tipe teknokratik Perubahan yang melibatkan kekuatan lain dalam mencapai tujuan yang diharapkan ada satu pihak yang merumuskan tujuan dan pihak lain membantu mencapai tujuan.
17
Tipe interaksional Perubahan
yang
menggunakan
kekuatan
kelompok
yang
saling
berinteraksi satu sama lain guna mencapai tujuan yang dikehendaki.
Tipe sosialisasi Perubahan dengan menggunakan kerja sama dengan kelompok lain tetapi masih menggunakan kekuatan untuk mencapai tujuannya.
Tipe emultif Perubahan yang menggunakan kekuatan unilateral, dengan tidak merumuskan tujuan secara sungguh-sungguh.
Tipe alamiah Perubahan ini terjadi akibat sesuatu yang tidak disengaja tetapi dalam merumuskan dilakukan secara tidak sungguh-sungguh.
Proses Terjadinya Perubahan Dalam proses berubah terbentuklah sebuah siklus yang disebut proses yang akan menghasilkan tujuan dari perubahan itu Siklus itu adalah sebagai berikut Perubahan Struktural Institusional
Perubahan Teknological
Perubahan Perilaku Sosial
. Setiap komponen saling mempengaruhi sehingga harus terjadi suatu keseimbangan. Motivasi dalam Konsep Berubah
18
Dalam mengadakan perubahan, setiap orang memiliki motivasi yang berbeda0beda. Motivasi itu timbul karena tuntutan kebutuhan dasar manusia sedangkan kebutuhan dasar manusia yang dimaksud, antara lain :
Kebutuhan fisiologi
Kebutuhan keamanan
Kebutuhan social
Kebutuhan penghargaan dan dihargai
Kebutuhan aktualisasi diri
Kebutuhan interpersonal
Strategi dalam Konsep Berubah Dalam konsep berubah harus memilik cara untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Cra tersebut membutuhkan strategi dalam berubah, strategi itu antara lain :
Strategi rasional empiric Strategi ini didasarkan dari hasil riset untuk diaplikasikan dalam perubahan manusia yang memiliki sifat rasional akan menggunakan rasionalnya dalam menerima sebuah perubahan.
Strategi Reedukatif Normatif Strategi ini dilaksanakan berdasarkan standart norma yang berlaku sehingga tidak menimbulkan permasalahan baru di masyarakat yang didukung dengan sikap dan system nilai individu yang ada di masyarakat.
Strategi Paksaan – Kekuatan Strategi yang menggunakan cara pemaksaan dengan menggunakan kekuatan moral dan kekuatan politik.
Model dalam Konsep Berubah Dalam perkembangannya, konsep berubah memiliki beberapa model. Beberapa model itu antara lain :
19
Research and Development Model Model
ini
didasarkan
pada
penelitian
dan
perencanaan
dalam
pengembangan untuk mencapai tujuan yang diharapkan dapat dilakukan dengan melakukan identifikasi, menjabarkan, menyiapkan dan melakukan desiminasi dalam perubahan.
Social Interaction Model Dilakukan berdasarkan saling kerja sama dalam system social dengan memfokusan pada persepsi dan respons dari perubahan yang akan dilakukan dengan menggunakan langkah sebagaimana dalam teori perubahan Roger E.
Problem Solving Model Model yang menekankan pada penyelesaian masalah dengan langkah mengidentifikasi, mendiagnosa, menemukan solusi, melakukan uji coba, dan melakukan evaluasi dari hasil uji coba.
Hambatan dalam Konsep Berubah Dalam melakukan perubahan mustahil bahwa tidak ada hambatan dalam melakukannya. Beberopa hambatan itu antara lain :
Ancaman kepentingan pribadi Dalam diri dapat muncul kekhawatiran adanya perunaham segala kepentingan dan tujuan diri sehingga dapat menimbulkan hambatan.
Persepsi yang kurang tepat Persepsi yang kurang tepat dalam konsep berubah dapat menimbulkan kendala dalam melakukan perubahan.
Reaksi Psikologis
20
Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda dalam menghadapi perubahan dan merespon perbedaan system adaptasi pada setiap orang sehingga dapat menimbulkan kendala dalam berubah.
Toleransi dalam Perubahan Rendah Toleransi ini tergantung pada masing-masing individu, kelompok atau masyarakat. Bila toleransi tinggi, perubaham semakin mudah dilakukan. Namun bila toleransi terhadap perubahan rendah, sulit untuk mengadakan perubahan.
Kebiasaan Pada dasarnya, seseorang akan lebih menyukai hal yang sudah menjadi kebiasaanya dibandingkan menemukan hal yang baru.
Ketergantungan Ketergantungan menyebabkan seseorang tidak dapat hidup secara mandiri dalam mencapai tujuan tertentu.
Perasaan Tidak Aman Adanya ketakutan terhadap dampak dari perubahan akan menambah ketidakamanan diri, kelompok atau masyarakat.
Norma Norma akan menjadi penghalang bila perubahan yang dilakukan bertentangan dengan norma, namun bila perubahan itu sesuai norma perubahan itu akan menjadi lebih mudah.
12. DINAMIKA KELOMPOK Pengertian Dinamika yang berarti tingkah laku warga yang mempengaruhi tingkah lakuga lainnya. Sedangkan arti kelompok adalah kumpulan individu yang saling berinteraksi dan memiliki tujuan bersama. Sehingga dinamika kelompok yaitu suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan anggota lain yang dapat berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama.
21
Fungsi Dinamika Kelompok Fungsi dinamika kelompok antara lain : Sebagai tempat atau sarana untuk bekerja sama satu dengan yang lain Dinamika kelompok memudahkan segala pekerjaan Dapat mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar dan masalah dapat
mudah teratasi Meningkatkan masyarakat yang demokratis melalui interaksi yang dilakukan
Ciri Kelompok Sosial Cirri-ciri yang harus dimiliki dalam suatu kelompok social, antara lain : Terdapat motif yang sama antara satu dengan yang lain sehingga dapat
terjadi interaksi guna mencapai tujuan yang diinginkan Terdapat akibat-akibat yang berlainan terhadap masing-masing individu
berdasarkan rasa dan kecakapan yang berbeda-beda. Adanya penugasan dan pembentukan struktur organisasi kelompok yang
jelas dan terdiri dari peranan dan kedudukan masing-masing. Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dalam kegiatan kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
JENIS KELOMPOK SOSIAL Kelompok sosial merupakan kesatuan social yang terdiri dari dua atau lebih individu yang mengadakan interaksi social agar dapat terjadi pembagian tugas, struktur dan norma yang ada. Berdasarkan pengertian tersebut, maka kelompok social dapat dibagi menjadi kelompok primer, kelompok sekunder, dan kelompok formal dan informal. Kelompok Primer
Merupakan kelompokm social dimana terjadinya interaksi social yang anggotanya saling mengenal dekat dalam hubungannya erat sekali dengan kehidupan,seperti keluarga.rukun tetangga,atau kelompok kawan sepermainan,kelompok agama, dan lain-lain. Kelompok Sekunder
Kelompok sekunder ini terjadi apabila interaksi social dalam hubungannya dilakukan secara tidak langsung, berjauhan dalam sifatnya kurang kekeluargaan.Hubungannya biasanya lebih objektif.Contohnya kelompok sekunder ini seperti partai politik,perhimpunan serikat pekerja dan lainlainnya. Kelompok Formal dan Informal Kelompok Formal : ditandai dengan adanya peraturan atau anggaran dasar dan anggaran dasar rumah tangga
22
Kelompok informal : Tidak didukung oleh peraturan atau anggaran dasar dan anggaran rumah tangga yang ada. Contoh dari kelompok ini adalah sekelompok kawan atau keluarga yang saling kunjung mengunjungi dan kelompok resmi.Semua perkumpulan memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Pembentuk Kelompok Dalam dinamika kelompok, ada beberapa factor pembentuk kelompok. Factorfactor itu antara lain : Persepsi
Pembagian kelompok yang didasarkan pada tingkat kemampuan intelegensi dapat dilihat dari pencapaian akademis. Motivasi
Pembagian kekuasaan yang imbang akan memotivasi tiap anggota untuk berkompetisi secara sehat. Tujuan
Pembentukan kelompok harus memiliki tujuan terlebih dahulu Organisasi
Pengorganisasian kelompok dapat dilakukan untuk mempermudah koordinasi kelompok Independensi
Kebebasan sangat diperlukan dalam sebuah kelompok, namun kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan yang bertanggungjawab. Interaksi Interaksi atau hubungan timbale balik antar anggota kelompok adalah syarat utama dalam dinamika kelompok. persepsi
motivasi
tujuan
pembentukan
interaksi Penyesuaian
23
Perubahan perpecahan penyesuaian Pertumbuhan dan Perkembangan Kelompok Kelompok merupakan tujuan yang diharapkan dalam proses dinamika kelompok, karena jika hal tersebut tercapai, maka dapat dikatakan salah satu tujuan proses transformasi dapat berjalan lebih baik. Indicator yang dijadikan pedoman untuk mengukur tingkat perkembangan kelompok, yaitu : Adaptasi
Setiap individu terbuka untuk memberi dan menerima informasi yang baru. Adaptasi yang baik ditandai dengan terbukanya tiap anggota terhadap pandanga dan ide yang baru tanpa merasa integritasnya terganggu Pencapaian Tujuan
Tiap anggota tidak mementingkan kepentingan pribadi namun mengutamakan pencapaian tujuan kelompok serta individu mampu terlibat secara emosional untuk mengungkap pengalaman, pengetahuan dan kemampuannya. Selain itu, perkembangan kelompok juga terdapat tahapan tertentu. Tahapan itu terbagi menjadi tiga, yaitu : Tahap pra afiliasi
Diawali dengan adanya perkenalan dimana semua individu akan saling mengenal satu sama lain kemudian saling mengeal sifat dan nilai masingmasing anggota. Tahap fungsional
Tahap ini tumbuh dengan ditandai adanya perasaan senang antara satu dengan yang lain terjadi kecocokan dan kekompokan sehingga ada pembagian dalam menjalankan fungsi kelompok Tahap Disolusi
Tahap ini terjadi apabila keanggotaan sudah memiliki rasa tidak membutuhkan lagi, tidak kompak karena perbedaan pola hidup sehingga terjadi pembubaran kelompok. Keunggulan dan Kelemahan dalam Kelompok Keunggulan dalam kelompok antara lain : Adanya sifat terbuka antar anggota kelompok yang member dan menerima informasi dari pendapat anggota lain
24
Adanya kemauan anggota kelompok untuk mementingkan kepentingan
kelompok Adanya kemampuan emosional dalam mengungkapkan pengalaman serta pengetahuan tanpa meninggalkan kaidah dan norma yang telah disepakati oleh kelompok
Selain itu, dalam kelompok juga memiliki kelemahan yang berupa masalah yang disebabkan waktu penugasan, tempat atau jarak anggota kelompok yang berjauhan yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas pertemuan.
25
DAFTAR PUSTAKA Gaftar,La Ode Jumadi.(1999).Keperawatan Profesional.Jakarta: EGC Asmadi.(2008).Konsep Dasar Keperawatan.Jakarta: EGC Zaidin,Ali.(2002).Dasar-Dasar Keperawatan Profesional.Jakarta: Widya Medika Lumenta,Benyamin.(1989).Citra,Peran,dan Fungsi Perawat.Jogja: Kanisius
26