State of the Art SRI. DKK - 20 April 2007, updated 10/9/07
STATE OF THE ART SRI PERTANYAAN DAN PERNYATAAN MENGENAI SRI Oleh Dedi Kusnadi Kalsim Kerja sama dengan Balai Irigasi, Puslitbang Air, Balitbang Departemen Pekerjaan Umum (If you have any comments and experiences please contact me,
[email protected]; hp: 081.281 32.821)
1.
Semakin banyak bibit tanaman akan semakin sedikit jumlah anakan per rumpunnya. Kenapa? Pengamatan lapang di Cimalaka (Sumedang) var. Ciherang, dengan jarak tanam 27 cm x 27 cm: 3-5 bibit/rumpun menghasilkan anakan 20-25 anakan/rumpun; 2 bibit/lubang menghasilkan 25-30 anakan/rumpun; 1 bibit/lubang menghasilkan 40-50 anakan/rumpun (Sumber: Simarmata, UNPAD, 2006).
2.
Parit keliling pada petakan sawah berfungsi sebagai saluran irigasi dan drainase. Bagaimana jarak spasingnya berkaitan dengan tekstur tanah dan mudah/sulitnya tanah menyerap air pada waktu irigasi.
3.
SRI merugikan karena tidak dapat melaksanakan budidaya Mina-Padi, sedangkan budidaya ikan cukup menguntungkan. Sebenarnya budidaya ikan masih memungkinkan hidup dengan memperbanyak, memperlebar dan memperdalam “caren”. Perlu dikaji: (a) berapa jarak antar saluran keliling (caren), (b) berapa kedalaman dan lebarnya untuk memungkinkan budidaya mina-padi. Hitung pendapatan petani dari: (a) tambahan pendapatan budidaya ikan, (b) pengurangan pendapatan padi akibat berkurangnya lahan. Pendapatan tersebut dibandingkan dengan pendapatan petani SRI tanpa mina-padi. Mana yang paling menguntungkan?
4.
Berapa cm elevasi muka air di bawah lahan pada parit keliling pada MH dan MK? 10, 20, 30 cm? Berkaitan dengan kenaikan kapiler dan aerasi daerah perakaran, serta subsurface irrigation?
5.
Dosis PO ton/ha tidak selalu berbanding lurus dengan kandungan asam humusnya. Kenapa?. Mana yang berperanan penting dalam memicu pertumbuhan tanaman
6.
Asam humus berperanan dalam pertumbuhan tanaman. Kandungan asam humus banyak terdapat di ranting bukan di daun, sehingga bahan pembuat kompos lebih 1 baik dari ranting, untuk itu “chopper” sangat dibutuhkan .
7.
Tata pengaturan air (SRI Jabar): o Olah tanah seperti biasa o Tanam pada kondisi tanah macak-macak sampai umur 1-10 hst, Pada 10 hst genangi sampai 2~3 cm, lakukan penyiangan ke 1, berikan MOL rebung
1
Foto chopper lihat di Nagrak (Sukabumi)
State of the Art SRI. DKK - 20 April 2007, updated 10/9/07
o
Pertahankan lengas tanah dengan batas atas macak-macak dan batas bawah
o
Umur 20 hst genangi sampai 2~3 cm, lakukan penyiangan ke 2, berikan MOL rebung Pertahankan lengas tanah dengan batas atas macak-macak dan batas bawah
o o o o o o
o o
o
retak rambut (untuk tanah bertekstur liat) 2
retak rambut
Umur 30 hst genangi sampai 2~3 cm, lakukan penyiangan ke 3, berikan MOL rebung Pertahankan lengas tanah dengan batas atas macak-macak dan batas bawah retak rambut Umur 40 hst genangi sampai 2~3 cm, lakukan penyiangan ke 4, berikan MOL rebung Pertahankan lengas tanah dengan batas atas macak-macak dan batas bawah retak rambut Pada anakan maksimal sekitar 45 anakan (45~50 hst) maka anakan yang tidak produktif harus dihambat dengan cara, keringkan sawah sampai retak lebih besar daripada retak rambut (lebar retakan 1~2 cm) selama 10 hari. Berapa jumlah anakan maksimal yang harus dipertahankan 45, 50, atau 60 anakan? Kemungkinan tergantung pada varietas. 3 Pada 60 hst air diberikan kembali sampai macak-macak, berikan MOL Pada masa bunting, pembungaan dan pengisian bulir (60 ~ 90 hst), air irigasi diberikan dengan batas atas 2 cm dan batas bawah jenuh lapang atau retak rambut. Pada umur 95 hst atau seminggu menjelang panen (periode pematangan) sawah dikeringkan total, sehingga gabah akan matang seragam.
8.
Berapa jumlah maksimum anakan yang harus dipertahankan pada 50 hst? Sangat tergantung pada varietas padi. Percobaan rumah kaca memperlihatkan: (a) Pada var. Ciherang untuk memperoleh 100 g GKG/rmp diperlukan sekitar 80 malai/rumpun; (b) Pada var. Sintanur untuk memperoleh 150 g GKG/rmp diperlukan sekitar 70-75 malai/rmp.
9.
Adanya pergantian suasana oksidasi (kering) dan reduksi (tergenang) dapat mengoptimalkan berbagai reaksi biokimia dalam ekosistim
10.
Apa irigasi berkala (intermittent) ?. Air irigasi diberikan dengan interval irigasi dan lama irigasi tertentu. Semakin panjang interval irigasi semakin memudahkan dalam operasionalnya. Lama interval irigasi tergantung pada batas atas dan batas bawah kondisi air yang dirancang, serta besarnya angka ET (Evapotranspirasi) dan P (perkolasi). Umumnya pada MH interval irigasi sekitar 5~7 hari, dan pada MK 3~5 hari. Hasil penelitian rumah kasa di Balai Irigasi (2007) menunjukkan bahwa yang
Pada tanah bertekstur pasir retak rambut sulit terjadi, walaupun tanah cukup kering Pengaturan ini berdasarkan pada pemikiran bahwa semakin banyak anakan yang tak produktif, maka akan semakin banyak energi/hara dipakai untuk pertumbuhan vegetatif tetapi hasilnya dibatasi dengan jumlah anakan efektif (malai). Sehingga semakin besar anakan tak efektif akan semakin kecil berat gabah per malainya. Oleh karena itu perlu ditentukan berapa maksimum jumlah anakan yang akan dipertahankan. Di daerah tadah hujan untuk menghambat pertumbuhan anakan dilakukan penggenangan 5~10 cm selama 10 hari. 2 3
State of the Art SRI. DKK - 20 April 2007, updated 10/9/07
terbaik adalah (a) pada fase vegetatif: batas atas adalah genangan 20 mm, dan batas bawah adalah 80% dari kapasitas lapang (pF 2); (b) pada fase generatif batas atas 20 mm dan batas bawah kapasitas lapang (pF 2). Pada batas bawah 80% kapasitas lapang, faktor deplesi (p) yakni RAM/TAM sekitar 0,30 termasuk tanaman yang peka terhadap kekurangan air seperti sayuran, bawang dll. 11.
Pemupukan pada Teknologi Peningkatan Produksi Padi Berbasis Organik (TP3-BO) Berpola SRI merupakan pemupukan terpadu yakni perpaduan antara pupuk organik (padat dan cair), pupuk hayati dan pupuk anorganik
12.
UNPAD bekerja sama dengan RISTEK dan Pemda Jabar, menggunakan istilah Intensifikasi Padi Aerob Terkendali Berbasis Organik (IPAT BO). Panen raya dilakukan pada hari Jumat tanggal 7 September 2007 di lokasi Pusat Demplot dan Pengembangan Teknologi IPAT BO, SPLPP Fakultas Pertanian Unpad, Jl. Raya Laswi No 176 Jelekong, Bale Endah, Kab. Bandung, Jabar. Ristek mengundang saya untuk menhadirinya, tetapi tidak bisa datang. Pak Prasetio (Ristek) akan mengirim report nya lewat email ke saya. Sekertariat: 022-7796316 (Fak Pertanian UNPAD); 022-5891702 (Dinas Pertanian Kab. Bandung); 021-3102014 (Kementrian Negara Riset dan Teknologi)
13.
Keberhasilan teknik budidaya padi dengan berbasis organik sangat tergantung pada keaneka-ragaman biota tanah yang berperan sebagai aktivator, dinamisator dan regulator dalam sistem aliran energi dan pasok hara pada lahan sawah.
14.
Pada kondisi tergenang permanen pertumbuhan akar hanya 1/3 dari potensinya. Padi memerlukan energi untuk memasok O2 dari udara melalui jaringan aerenchima. Pada kondisi tidak tergenang, O2 tersedia dalam daerah perakaran tanaman sehingga energi tersebut digunakan langsung untuk pertumbuhan akar
15.
Kandungan C-Organik tanah kurang dari 2% termasuk katagori tanah sakit. Berapa batas minimum kandungan bahan organik 4~5%?
16.
Pelumpuran pada pengolahan tanah diperlukan dengan tujuan: (a) memperkecil perkolasi, (b) terciptanya genangan, (c) tanah lunak sehingga memudahkan penetrasi akar tanaman padi muda. Sedangkan pada SRI tidak diperlukan penggenangan sehingga apakah pelumpuran masih diperlukan?. Pelumpuran memerlukan tenaga kerja dan keperluan air yang terbanyak. Percobaan petani menanam padi di pot plastik (tanpa lubang pembuangan) dengan perbandingan volume tanah mineral dengan organik 1:1, menghasilkan pertumbuhan tanaman yang baik. Data parameter produksi belum didapat. Perlu dicoba penanaman padi SRI di kantong plastik di lubang tanah berjarak 40 x 40 cm, dengan irigasi per kantong plastik tanpa pelumpuran dan tanpa penggenangan.
17.
Percobaan Usin Manonjaya MT2 2006, dengan kantong plastik tanpa dilubangi, sekitar 400 kantong plastik campuran tanah : organik volumetrik 1:1. Jumlah total anakan rerata 44 anakan/pot var. Sintanur. Jumlah malai 36/rumpun. Diserang
State of the Art SRI. DKK - 20 April 2007, updated 10/9/07
burung, dan pada waktu berbunga disiram dari atas (penyerbukan terganggu) sehingga hasil total hanya 60 kg GKP isi, atau sekitar 0,15 kg/pot. Jika tidak diserang burung hasilnya sekitar 150 kg GKP isi, atau sekitar 0,375 kg GKP (0,33 kg GKG)/pot. Jika jarak tanam 50 x 50 cm, maka dalam 1 ha dapat tertampung 40.000 pot dengan potensi produksi 15 ton GKP/ha atau sekitar 13 ton GKG/ha. 4 18.
Pada tanah yang subur, semakin lebar jarak tanam akan semakin banyak jumlah anakan per rumpun dan semakin luas sistim perakaran tanaman
19.
Pada MT1 2006, Sintanur, jarak tanam 40 x 40 cm pada areal 8 bata ada 620 rumpun, GKP isi 215 kg, atau 0,347 kg GKP (0,300 kg GKG)/rumpun. Jumlah malai/rumpun sekitar 60~64 dengan 7 kali penyiangan. Pada jarak tanam 40 x 40 cm, luasan 8 x 14 m2 = 112 m2. Jumlah rumpun = 112/(0,4x0,4) = 700 rmp, Aktual 620 rmpn, Faktor koreksi luas = 620/700 = 0,89.
20.
Pada MT1 2007, Sintanur, Jarak tanam 40 x 40 cm pada Petak 1 SRI hanya 33,7 malai/rumpun (37,7 anakan/rumpun), Petak 2 SRI: 30,7 malai/rumpun (34,8 anakan/rumpun); Petak 3 Non-SRI: 17,7 malai/rumpun (20,7 anakan/rumpun). Penyiangan hanya tiga kali. Jarak tanam 30 x 30 cm: 21,8 malai/rumpun (27,2 anakan/rumpun) penyiangan 3 x. Jarak tanam 25x25 cm: 17,6 malai/rumpun (22,6 anakan/rumpun), penyiangan 2 x. Untuk petak luas 25 bata sekali penyiangan diperlukan 3 hari.orang perempuan, dengan ongkos sampai Asar Rp 7.000/hop. Landak tidak jalan karena tidak ada air, tanah keras.
21.
Frekuensi penyiangan sangat mempengaruhi produksi, biaya siang dengan tenaga wanita manual sekitar Rp 21.000/25 bata/1 x atau sekitar Rp 588.000/ha/1x. Jika 4 kali siang berarti Rp 2.352.000/ha. Sangat mahal. Harus dicoba dengan power weeder. 5 Berapa ongkos siang dengan Landak????. Udi Ciparay 2006: Ngarambet 50 HOKP/ha, upah Rp 11.000/HOKP atau biaya 1 kali ngarambet Rp 550.000/ha/1x. Dengan gasrok diperlukan 15 HOKL/ha/1x, upah Rp 15.000/HOKL; Biaya Rp 225.000/ha/1x gasrok. Jika kandungan bahan organik sudah cukup (berapa % ?), tanah menjadi remah
(crumble) sehingga penyiangan dengan mudah dapat dilakukan dengan tangan seperti di Ciamis (Alik Sutaryat). Cari fotonya!!!
4
Percobaan rumah kaca memperlihatkan: (a) Pada var. Ciherang untuk memperoleh 100 g GKG/rmp diperlukan sekitar 80 malai/rumpun; (b) Pada var. Sintanur untuk memperoleh 150 g GKG/rmp diperlukan sekitar 70-75 malai/rmp. Power weeder buatan Balai Besar Mekanisasi Pertanian (2005) mempunyai kapasitas kerja penyiangan 10 jam/ha untuk satu arah. Jika diperlukan dua arah penyiangan maka diperlukan waktu 20 jam/ha. Jika penyiangan setiap 10 hari sekali, maka satu alat cukup untuk luas lahan sekitar 5 hektar (1 hari = 10 jam kerja). Uji coba di BCMA 5 pada bulan Juli alat ini masih mempunyai beberapa kelemahan yang harus diperbaiki.
5
State of the Art SRI. DKK - 20 April 2007, updated 10/9/07
22.
Hasil uji coba power weeder di BCMA 5 DI Ciramajaya (Juli 2007) menunjukkan beberapa kelemahan: (a) Untuk tanah yang agak keras Power Weeder tidak dapat beroperasi, (b) Tanah yang terlalu lunak dan lumpurnya dalam mesin juga tidak dapat beroperasi dengan baik, (c) Untuk budidaya padi dengan metode SRI penyiangan menggunakan Power Weeder hanya dapat digunakan pada saat penyiangan pertama dan kedua saja, pada penyiangan ke tiga rumpun tanaman sudah saling menutupi sehingga banyak yang terpotong oleh cakarnya.
23.
Saran: supaya untuk penyiangan ketiga dan keempat power weeder dapat tetap berfungsi dengan baik, maka diupayakan untuk dibuat semacam penyibak daun di depan power weeder (seperti pada perahu) agar batang tidak terpotong oleh cakar selain itu pula pada bagian depan cakar agar diberi juga roda supaya memperingan pengoperasian power weeder.
24.
Hasil penelitian IRRI memperlihatkan bahwa produksi SRI tidak sebaik yang dilaporkan orang. Kenapa? Hal ini disebabkan karena IRRI tidak mengadopsi teknologi MOL seperti yang dilakukan oleh SRI-Jabar. IRRI hanya mengaplikasikan SRI dengan PO, tanpa Pupuk Anorganik, benih, tanam, dan intermittent irigasi saja.
25.
SRI luar Jabar yang dikembangkan oleh Nippon Koei mengaplikasikan SRI benih, tanam, dan intermittent irigasi, tetapi juga dengan pupuk anorganik dan pestisida, memperlihatkan hasil yang baik.
26.
Apa kesimpulannya? (a) Kalau hanya menggunakan PO saja tanpa PK (pupuk Kimia), maka harus diikuti dengan MOL; (b) Kalau menggunakan PO saja tanpa MOL, maka hasilnya kurang baik (seperti percobaan di IRRI); (c) Jika penggunaan PO minimal saja dan tanpa MOL, maka harus mengunakan PK dan Pestisida seperti NK di luar Jawa.
27.
Hasil kebutuhan Air untuk SRI var Ciherang di rumah kaca Bogor (Maret~Juni 2006)
Tahap pertumbuhan Awal Vegetatif/Anakan Generatif Pematangan
HST 0 ~ 20 21 ~ 50 51 ~ 95 96 ~ 105
ETc (mm/hari) 1,6 3,4 7,0 0,0
ETc (lt/det/ha) 0,18 0,39 0,80 0,00
ETo (mm/hari) 4,9 4,9 4,5 4,4
kc 0,32 0,69 1,54 0,00
Sebagai pedoman sementara nilai kc dapat digunakan. Aplikasi di setiap lokasi tergantung nilai dugaan ETo dari data iklim dengan metoda Penman-Monteith dengan CROPWAT. Pada kondisi lapangan ada kemungkinan nilai kc pada Vegetatif/Anakan akan naik sekitar 0,8~0,9 dan pada Pematangan sekitar 1,6~1,7. 6
6
Harus dilakukan percobaan seperti Slamet di rumah kasa dengan sinar matahari penuh
State of the Art SRI. DKK - 20 April 2007, updated 10/9/07
Hasil simulasi irigasi berkala dengan Int = 5 hari dan Int = 7 hari untuk kondisi Manonjaya, Tasikmalaya pada MT2 adalah sebagai berikut: Lengas Tanah dengan Interval Irigasi 5 harian Manonjaya MT2 Perkolasi 2 mm/hari pada Genangan 10 mm; KAI (mm/hari): 3,1 - 3,5 - 7,5 - 0,0; lt/det/ha: 0,36 - 0,40 - 0,86 - 0,0
Lengas Tanah (mm) 20,0
Total KAI 498 mm
10,0
-10,0
-20,0
Batas Bawah 100% KL -30,0
Lengas Tanah Batas Bawah 80% KL
Batas Bawah
-40,0 Hari Setelah Tanam
Kebutuhan Air Irigasi MT2 di Manonjaya Interval Irigasi 5 harian KAI (lt/det/ha) 1,00
0,86
0,90 0,80 0,70 0,60 0,50
0,40 0,36
0,40 0,30 0,20 0,10
Hari Setelah Tanam
10 4
10 0
96
92
88
84
80
76
72
68
64
60
56
52
48
44
40
36
32
28
24
20
16
12
8
4
0,00
2
5 10
10
96 99
87 90 93
78 81 84
69 72 75
60 63 66
51 54 57
45 48
39 42
33 36
27 30
18 21 24
9 12 15
6
3
0
0,0
0
28.
State of the Art SRI. DKK - 20 April 2007, updated 10/9/07
Lengas Tanah dengan Interval Irigasi 7 harian MT2 Manonjaya Perkolasi 2 mm/hari pada Genangan 10 mm; KAI (mm/hari): 2,6 - 4,5 - 7,8 - 0,0; lt/det/ha: 0,30 - 0,52 - 0,91 - 0,0
Lengas Tanam (mm) 40,0
Total KAI 533 mm 30,0
20,0
10,0
0,0 10
10
99
96 93
90
87
5
2
84 81
78 75
72
69 66
63
60
57
54
51
48
45
42 39
36
33
30 27
24
21
18
15
12
9
6
3
0
-10,0
Batas Bawah 80% KL -20,0
Batas Bawah 100% KL -30,0
Lengas Tanah Batas Bawah -40,0
Hari Setelah Tanam
Kebutuhan Air Irigasi (KAI) lt/det/ha MT2 Manonjaya Interval Irigasi 7 harian KAI (lt/det/ha) 1,00
0,91 0,90 0,80 0,70 0,60
0,52 0,50 0,40
0,30 0,30 0,20 0,10
96 10 0 10 4
92
84
88
80
72
76
64
68
60
56
48
52
44
36
40
32
24
28
20
16
8
12
4
0
0,00
Hari Setelah Tanam
29.
Direktur Pengelolaan Lahan, Ditjen. PLA, Deptan membantu kabupaten Tasikmalaya dengan Mesin Pembuat Pupuk Organik senilai Rp 1 M. Lahan tapak sekitar 1 Ha. Hasil produk berupa granule dengan bahan Kohe, Limbah organik pasar, zeolit, limbah RPH, dilakukan proses drying. Kapasitas 30 ton/hari, menurut
State of the Art SRI. DKK - 20 April 2007, updated 10/9/07
mereka dosis pupuk organik granule cukup 3~4 kwintal/ha. Biaya operasional Rp 25 juta/bulan. Hasil kalkulasi sementara biaya pokok produk sekitar Rp 144/kg organik granule. Perlu diuji dulu hasil produknya di rumah kasa. Contoh produk: Pupuk Organik Super merk PETROGANIK G 095/ORGANIK/BSP/IX/2005 Buatan PT PETROKIMIA GRESIK; C organik 12,5%, C/N ratio 10-25 (Foto ) 7 30.
Berapa nilai air irigasi? Pada budidaya padi konvensional keperluan air sekitar (a) 150 mm untuk pengolahan tanah dan (b) 1.000 mm untuk tanaman. Sehingga total kebutuhan sekitar 1.150 mm (11.500 m3 air per hektar per musim). Untuk SRI perubahan terjadi pada kebutuhan air untuk pertumbuhan tanaman sekitar 600 mm, sehingga total sekitar 750 mm (7.500 m3 air per hekar per musim). Jika menggunakan pompa harga air sekitar Rp 1.000/m3. Dengan demikian nilai air irigasi pada konvensional sekitar Rp 11,5 juta dan pada SRI sekitar Rp 7,5 juta/ha/musim. IPAIR di Jawa Barat 1 onta (1 ons/bata) atau sekitar 70 kg GKP/ha dengan nilai GKP Rp 2.000/kg, maka IPAIR sekitar Rp 140.000/ha/musim atau Rp 280.000/ha/tahun. Kebutuhan OP di main system Rp 120.000/ha/tahun, sedangkan dana pemerintah yang tersedia hanya Rp 60.000/ha/tahun. Jadi jika IPAIR lancar,maka dari Rp 280.000/ha/tahun dialokasikan untuk menambah OP main system Rp 60.000, sehingga dana P3A untuk OP tersier sekitar Rp 120.000/ha/tahun.
MESIN PEMBUAT KOMPOS BANTUAN DITJEN PLA 30 Mei 2007, Singaparna Tasikmalaya 1 Mesin, bangunan, roda 3 Umur ekonomis (th) 10 Nilai Akhir 0 Penyusutan (Rp/Tahun) Kapasitas (ton/hari) 30 Hari kerja (hari/tahun) 300 Produksi (ton/tahun) Biaya Tetap (Rp/ton) 2
Biaya Tak Tetap Biaya Operasi & Pemeliharaan Biaya OP per ton Bahan per ton produk: Kohe Limbah organik pasar Zeolit Limbah Pemotongan Hewan Biaya bahan Biaya tak Tetap
Rp/bulan Rp/tahun Rp/ton ton 0,5 0,8 0,1 0,1 Rp/ton Rp/ton
Rp 1.000.000.000
100.000.000
9.000 11.111
25.000.000 300.000.000 33.333 Rp/ton 100.000 50.000 50.000 50.000
Rp 50.000 40.000 5.000 5.000 100.000 133.333
Kabarnya (Yushar, Agustus 2007) mesin ini tidak jadi dibeli, diganti dengan Chopper saja. Karena ada keraguan dengan produknya. Dengan pengeringan 1000 C maka mikroba akan mati, sehingga diragukan efektifitasnya. Walaupun demikian Petroganik ini sedang dicoba dengan penelitian SRI di polybag dibandingkan dengan Kompos petani dan Kascing. Penelitian dilakukan di CMA5 DI Ciramajaya (Pak Dede) 7
State of the Art SRI. DKK - 20 April 2007, updated 10/9/07
3
Biaya Total
4
Keperluan per Ha
5
Keperluan bahan Kohe Limbah organik pasar Zeolit Limbah Pemotongan Hewan
31.
Rp/ton Rp/kg
144.444 144
kw/ha Rp/ha/musim
4 57.778
ton/hari 15 24 3 3
Berapa keperluan ternak untuk penyediaan kohe?.
Tabel . Perhitungan keperluan ternak untuk penyediaan pupuk organik SRI Keperluan pupuk organik SRI Pupuk Kandang Limbah Pasar Keperluan PK Kambing Keperluan Limbah Organik Pasar Produksi PK Kambing Jumlah kambing per ha Produksi PK Sapi Jumlah sapi per ha Produksi PK ayam Jumlah ayam per ha Keperluan bahan pupuk organik: Limbah Pasar Pupuk Kandang: Kambing Ayam Sapi
ton/ha/MT ton/ha/MT ton/ha/MT ton/ha/tahun ton/ha/tahun ton/thn/ekor ekor/ha ton/thn/ekor ekor/ha ton/thn/ekor ekor/ha
40% 60%
7 2,8 4,2 5,6 8,4 0,3 18,7 5,0 0,56 0,01 311
ton/ha/tahun ekor/ha ekor/ha ekor/ha
8,4 18,7 311 0,56
Tabel . Perhitungan keperluan ternak untuk penyediaan pupuk organik SRI setiap kelompok tani SRI seluas 50 hektar
1 1.1 1.2 1.3 2
Kelompok Tani SRI Kelompok Tani Ternak: Ayam, atau Kambing/domba, atau Sapi Limbah organik pasar
ha ekor ekor ekor ton/tahun ton/hari
50 15.556 933 28 420 1,17
State of the Art SRI. DKK - 20 April 2007, updated 10/9/07
(kascing) 8 dapat digunakan sebagai alternatif penyediaan pupuk organik tanpa harus menyediakan kohe (peternakan). Pakan cukup limbah organik rumah tangga, limbah pasar, atau limbah restoran. Alternatif lain untuk penyediaan PO pada budidaya SRI. Pada prinsipnya 1 kg cacing memakan 1 kg sampah per hari menghasilkan 0,4 kg kascing/hari (jenis cacing Lumbricus rubellus). Kadar air kascing sekitar 30%. Harga induk cacing Rp 50.000/kg jumlahnya sekitar 2000~3000 ekor cacing per kg. Umur cacing dikabarkan sampai lebih dari 70 tahun. Satu kg cacing dewasa pada bulan ke 4 akan menghasilkan 4 kg anak + 1 kg induk. Rerata satu kg per bulan. Dosis kascing untuk padi 3,5 kw/ha (0,5 kg/bata), mampu meningkatkan produksi dari 5 ton GKP/ha ke 8 ton GKP/ha. Harga kascing Rp 1.500/kg (Rp 525.000/ha). Bandingkan dengan kompos kohe 5 ton/ha harga Rp 400/kg, sekitar Rp 2 juta/ha. Budidaya cacing sederhana dan mudah dilakukan petani, perlu dilatihkan pada petani. Hasil budidaya cacing bernilai ekonomi tinggi jika diolah dengan bantuan industri kecil antara lain: (a) pupuk kascing untuk tanaman, (b) pupuk cair organik untuk tanaman, (c) master feed untuk peternakan sapi daging dan perah, domba, kambing, (d) berbagai jenis obat untuk penyakit tekanan darah tinggi, tipus, gula, kloresterol, (e) kosmetik. (Sumber: Ir. Bambang Sudiarto MSc,
32. Teknik
vermicomposting
Dosen Fakultas Peternakan UNPAD, Kompleks Bukit Pajajaran no 55, Pasir Impun, Bandung, Tilp. 022-7211254, Hp: 0812 2004 732).
PERHITUNGAN KEBUTUHAN CACING INDUK
ekor 1,000 2,000 5,000 6,000 7,000 10,000
Berat kg 0.5 1.0 2.5 3.0 3.5 5.0
tahun ke 1 1 1 1 1 1
1000 x
225 x
Sampah
Ekor (000) 1,000 2,000 5,000 6,000 7,000 10,000
kg
kg/hari
kg/hari
kg/tahun
112.5 225.0 562.5 675.0 787.5 1125.0
0.50 1.00 2.50 3.00 3.50 5.00
0.20 0.40 1.00 1.20 1.40 2.00
72.00 144.00 360.00 432.00 504.00 720.00
10,000 14.3 5.0 0.005 50,000 250,000 357
ekor/ha ekor/bata kg/ha kg/bata Rp/kg Rp/ha Rp/bata
Keperluan cacing per hektar
Induk cacing Induk cacing Induk cacing
8
Prod Kascing
Kascing berasal dari kata earthworm casts atau kompos hasil kotoran cacing
kg Kascing/ha 1 2 MT MT 350 700 350 700 350 700 350 700 350 700 350 700
% tersedia 10.3% 20.6% 51.4% 61.7% 72.0% 102.9%
State of the Art SRI. DKK - 20 April 2007, updated 10/9/07
33. Bagaimana peluang pendapatan budiaya cacing untuk petani? HITUNGAN EKONOMI Harga induk cacing Jumlah benih Biaya benih Bulan ke 6 Hasil benih Harga petani Pendapatan dari benih Pakan sampah organik Kascing Harga Kascing Pendapatan Kascing Total pendapatan
Rp/kg kg Rp
50,000.0 5.0 250,000.0
50,000.0 10.0 500,000.0
kg/bulan Rp/kg Rp/bulan
25.0 25,000.0 625,000.0
50.0 25,000.0 1,250,000.0
kg/hari kg/hari kg/bulan Rp/kg Rp/bulan Rp/bulan
5.0 2.0 60.0 1,500.0 90,000.0 715,000.0
10.0 4.0 120.0 1,500.0 180,000.0 1,430,000.0
lewat penyalur
34. Pengembangan SRI ada dua pendekatan: (a) Pengembangan lewat kelompok tani tidak selalu berbasis daerah irigasi; (b) pengembangan berbasis daerah irigasi. Pendekatan pertama, dilaksanakan oleh tim pengembang SRI dan Dit. Pengelolaan Lahan (Deptan). Hasilnya produktivitas meningkat dan terjadi penghematan air akan tetapi air yag dihemat tidak dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan IP. Pendekatan kedua dilakukan oleh PU, capaian yang diinginkan adalah peningkatan produksi, dan peningkatan IP akibat dari penghematan air. Dampak terhadap produksi padi nasional model pendekatan kedua akan sangat signifikan dibandingkan model pendekatan pertama. 35. Pernyataan bahwa pupuk kimia membunuh mikroba tanah dapat diterangkan sebagai berikut. Komposisi C/N optimum pada kompos 9 sebagai makanan mikroba adalah sekitar 20~30. C/N > 30 kompos masih mentah akan mengeluarkan CH4 dan H2S yang berbahaya pada mikroba maupun tanaman. Sebaliknya dengan penambahan Urea (N) yang tinggi, maka C/N menjadi < 20, sehingga kandungan C sebagai pakan mikroba menjadi berkurang, akibatnya pertumbuhan mikroba tidak optimum (banyak yang mati) 10 . Pada kompos yang stabil C/N sekitar 10~12 atau BO/N sekitar 20. 11 Tanaman kekacangan mempunyai C/N (10-50) < daripada non-kekacangan (20-80).
Kompos: bahan organik (dedaunan, rumput, jerami, kohe, air kencing, dll) yang telah mengalami proses pelapukan (pengomposan) karena aktivitas mikroorganisma. 10 Sumber: Gunawan (Agustus 2007) 11 Kandungan bahan organik pada tanah mineral sekitar 1,7 kali kandungan C-organik 9