STANDAR DAN KODE
oleh
HABIBIE RAZAK Project Manager, Civil Engineer, PT Tractebel Engineering Indonesia Sekretaris Divisi Gas, Persatuan Insinyur Indonesia Pusat
SEPTEMBER 2016
1
Do we need codes and standards to build this FLNG? Does that affect the quality of the project?
SEPTEMBER 2016
2
Logo Standar Nasional Indonesia dan Komite Akreditasi Nasional
SEPTEMBER 2016
3
Definisi Standar BSN
ISO
Suatu Dokumen yang berisikan syarat-syarat, spesifikasi, panduan (guidelines) atau karakteristik yang dapat digunakan secara konsisten untuk memastikan bahan, produk, proses dan jasa cocok atau sesuai dengan tujuannya.
SNI adalah dokumen berisi ketentuan teknis (aturan, pedoman atau karakteristik) dari suatu kegiatan atau hasilnya yang dirumuskan secara konsensus dan ditetapkan oleh Instansi terkait untuk dipergunakan oleh stakeholder dengan tujuan mencapai keteraturan yang optimum ditinjau dari konteks keperluan tertentu
SEPTEMBER 2016
4
Maksud - Standar
1.
Melindungi kepentingan masyarakat dan kelestarian fungsi lingkungan.
2.
Menghilangkan segmentasi pasar, menghilangkan hambatan dan meningkatkan efisiensi transaksi perdagangan, serta membentuk iklim persaingan yang sehat dan transparan.
SEPTEMBER 2016
5
Tujuan - Standar 1.
Meningkatkan kompatibilitas dan daya saing produk di pasar global, serta memperlancar pembentukan rantai produksi.
2.
Meningkatkan kepastian usaha bagi produsen dan melindungi kepentingan konsumen.
SEPTEMBER 2016
6
SEPTEMBER 2016
7
SEPTEMBER 2016
8
SEPTEMBER 2016
9
Ruang Lingkup 1.
Menentukan kelayakan produk ditinjau dari aspek keselamatan, kesehatan, keamanan, kelestarian, fungsi lingkungan dan kepentingan publik.
2.
Menentukan tentang mutu, kinerja, kompatibilitas, interoperabilitas, dan keragaman produk.
3.
Menentukan tentang:
4.
◦
sistem manajemen kegiatan ditinjau dari aspek kepastian dan perbaikan mutu,
◦
sanitasi dan kesehatan masyarakat, serta
◦
kelestarian fungsi lingkungan.
Menentukan pelaksanaan penilaian kesesuaian obyek tertentu terhadap ketentuan tersebut di atas. SEPTEMBER 2016
10
Penerapan “SNI” 1. Penerapan standar oleh pihak yang berkepentingan pada dasarnya bersifat sukarela. 2. Dimaksudkan untuk melindungi : ◦ keselamatan manusia, ◦ keamanan dan kesehatan masyarakat, ◦ kelestarian fungsi lingkungan, serta ◦ perkembangan ekonomi dan ◦ kepentingan umum lain,
3. Standar dapat diberlakukan secara wajib oleh pemerintah sehingga menjadi persyaratan pasar yang wajib dipenuhi. 4.
Instansi pemerintah yang berhak memberlakukan standar wajib adalah Instansi yang memiliki lingkup kewenangan meregulasi suatu kegiatan tertentu dan/atau peredaran produk yang dihasilkan oleh kegiatan itu.
SEPTEMBER 2016
11
Penerapan “SNI”
WAJIB
Ditetapkan melalui KepMen Instansi Terkait
STANDAR
SUKARELA
Menjadi wajib jika termasuk dalam bagian Kontrak
SEPTEMBER 2016
12
Lingkup Produk yang memerlukan Standar Bahan Baku Produk Barang
Bahan setengah jadi Bahan Jadi
Lingkup Produk
Konsultan
Produk Jasa
Kontraktor Notaris & Pengacara Akuntansi SEPTEMBER 2016
13
Peran Auditor (LPK)
AUDITOR Standar Quality Control
Bahan Baku (Raw)
Produk Setengah Jadi
Proses Produksi
PRODUK MEMENUHI STANDAR DIBERI LOGO “SNI”
Produk Jadi
Standar SEPTEMBER 2016
14
AKREDITASI “KAN” UNTUK “LPK” Lembaga Sertifikasi Produk ISO 17020
KAN
Lembaga Inspeksi ISO 17020
Lembaga Laboratorium ISO 17025
LPK = Lembaga Penilai Kesesuaian
Laboratorium Pengujian Laboratorium Kalibrasi
SEPTEMBER 2016
15
SEPTEMBER 2016
16
Koordinasi KAN dengan Internasional
APLAC = Asia Pacific Laboratory Accreditation Corporation. ILAC = International Laboratory Accreditation Cooperation. IAF = International Accreditation Forum. MRA = Multilateral Recognition Arrangement.
SEPTEMBER 2016
17
Peran Komite Akreditasi Nasional Konsil KAN
Panitia Teknis
Sekretariat KAN
Asesor Ases
Lembaga Penilai Kesesuaian (LPK)
Berlogo “KAN
Audit
Manufaktur
Produk berlogo SNI SEPTEMBER 2016
18
Proses penyusunan “STANDAR”
ADOPSI IDENTIK
DRAFT SUMBER SNI
DRAFT SNI
ADOPSI MODIFIKASI
KONSEP MURNI ATAU PENGEMBANGAN HASIL PENELITIAN
SEPTEMBER 2016
19
PROSEDUR PENYELENGGARAAN “SNI” OLEH “BSN”
USULAN MASTAN
DRAFT SNI
RENCANA PROGRAM (PANITIA TEKNIS)
PERUMUSAN SNI
PENETAPAN PROGRAM (BSN)
VERIFIKASI RSNI (BSN)
JAJAG PENDAPAT (MASTAN)
E-BALOTING (MASTAN)
FINALISASI RSNI
PENETAPAN & PUBLIKASI (BSN)
NOTIFIKASI MELALUI ISO - NET
SEPTEMBER 2016
20
20
Definisi “KODE” 1. Kode adalah himpunan standar yang secara luas berisi ketentuan-ketentuan yang mencakup materi pokok atau yang sesuai untuk diadopsi ke dalam ketentuan hukum dan tidak bertentangan dengan kode atau standar lain. 2. Kode yang menghimpun beberapa standar perlu dilengkapi dengan faktor faktor tertentu, seperti lingkup dokumen, tujuan penggunaan, bentuk adopsi, ketentuan administrasi dan sangsi-sangsi yang substansial.
SEPTEMBER 2016
21
Struktur Penyusunan Kode Ketentuan Umum /Administrasi Ruang Lingkup Uraian Ruang Lingkup
KODE
SASARAN AKHIR
Standar yang diacu
Sangsi - Sangsi
22 SEPTEMBER 2016
22
HIRARKI “KODE”
Kode Nasional
Kode
Kode Lokal
Kode Terbatas
- Undang-undang - Peraturan Pemerintah - Peraturan Presiden - Peraturan Menteri - Peraturan Daerah - Peraturan Gubernur - Peraturan Bupati/Walikota
Hanya berlaku untuk hubungan kerja antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa.
SEPTEMBER 2016
23
Sangsi 1.
Kode, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kontrak antara pengguna jasa dan penyedia jasa.
2.
Apabila terjadi perselisihan dalam melaksanakan kontrak, diharapkan dapat diselesaikan secara musyawarah.
3.
Apabila dengan jalan musyawarah tidak dapat diselesaikan, maka dapat ditempuh melalui Badan Arbitrase.
4.
Apabila Badan Arbitrase tidak dapat menyelesaikan perselisihan, maka kedua belah pihak dapat menempuh jalur hukum.
5.
Apabila perselisihan menyangkut Undang-undang No. 28, tahun 2002, tentang Bangunan Gedung, maka sangsi yang diberikan sesuai Bab VIII, Pasal 44, Pasal 45, Pasal 46 dan Pasal 47.
6.
Apabila perselisihan menyangkut Undang-Undang No. 18, tahun 1999, tentang Jasa Konstruksi, maka sangsi yang diberikan sesuai Bab X, Pasal 41, Pasal 42 dan Pasal 43
7.
Apabila perselisihan ini diselesaikan melalui jalur hukum, maka berlaku Pasal 1265, Pasal 1266 dan Pasal 1267, Kitab Undang Undang Hukum Pidana .
SEPTEMBER 2016
24
Struktur Acuan dan Kepustakaan
N = Norma (Dasar Hukum) adalah aturan atau ketentuan yang mengikat sebagai panduan dan pengendali dalam melaksanakan kegiatan. Contoh: UU, PP, Perda S = Standar Teknis adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tatacara dan metode yang disusun berdasarkan consensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syaratsyarat keselamatn, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk manfaat yang sebesar-besarnya. Contoh: SNI, ASTM, JIS, ACI P = Pedoman Teknis adalah acuan yang bersifat umum yang harus dilaksanakan pada suatu system atau fasilitas untuk memastikan aspek keselamatan, kesehatan, keamanan dan lingkungan terpenuhi atau terjaga. Pedoman teknis dibuat dengan mengatur kepada beberapa standar teknis. M = Manual adalah panduan yang bisa berupa tulisan dan/atau gambar untuk bisa menggunakan atau mengoperasikan suatu sistem.
SEPTEMBER 2016
25
Peran Standar pada Sistem Produksi STANDAR
KONTROL
MASUKAN
PROSES
OUTPUT (KELUARAN)
SEPTEMBER 2016
26
Peran Standar pada Sistem Jasa Konstruksi Standar/ Kode Dokumen Pelaksanaan Kostruksi
Perencanaan
Pengawasan
Pelaksanaan
Bangunan Siap dihuni
RKS
SEPTEMBER 2016
27
Latest Code and Standards in Civil Engineering for Industrial Projects Standar Nasional Indonesia • SNI 1726-2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung dan Non-Gedung • SNI 1729-2015 Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural • SNI 2847-2013 Peraturan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung • SNI 7973-2013 Spesifikasi Desain untuk Konstruksi Kayu • SNI 1727-2013 Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan • Manual Desain Perkerasan No. 02/M/BM/2013 oleh PU Bina Marga
SEPTEMBER 2016
28
Latest Code and Standards in Civil Engineering for Industrial Projects International Codes and Standards • • • • • • •
ACI 318M-14 Building Code Requirements for Structural Concrete AISC 303-10 Code of Standard Practice for Steel Buildings and Bridges AISC 341-10 Seismic Provisions for Structural Steel Buildings AISC 360-10 Specification for Structural Steel Buildings ASCE 7-10 Minimum Design Loads ASCE 41-13 Seismic Evaluation and Retrofit on Existing Building MBMA: Metal Building Manufacturers Association-2006, Metal Building System Manual
SEPTEMBER 2016
29
Kerangka Isi SNI 1729: 2015 A. Ketentuan Umum Ruang Lingkup Spesifikasi, Peraturan dan Standar Acuan Material Gambar Desain Struktural dan Spesifikasi B. Persyaratan Desain Ketentuan Umum Beban dan Kombinasi Beban Dasar Desain Properti Komponen Struktur Fabrikasi dan Ereksi Pengendalian Kualitas dan Penjaminan Kualitas Evaluasi Struktur yang sudah Berdiri C. Desain untuk Stabilitas Persyaratan Stabilitas Umum Perhitungan kekuatan Perlu Perhitungan kekuatanTersedia D. Desain Komponen Struktur untuk Tarik Pembatasan Kelangsingan Kekuatan Tarik Luas Neto Efektif Komponen Struktur Tersusun Komponen Struktur Terhubung-Sendi Eyebars SEPTEMBER 2016
30
Kerangka Isi SNI 1729: 2015 E. Desain Komponen Struktur untuk Tekan Ketentuan Umum Panjang Efektif Tekuk Lentur dari Komponen Struktur tanpa Elemen Langsing Tekuk Torsi dan Tekuk Torsi-Lentur dari Komponen Struktur tanpa elemen langsing Komponen Struktur Tekan Siku Tunggal Komponen Struktur Tersusun Komponen Struktur dengan Elemen Langsing F. Desain Komponen Struktur untuk Lentur Ketentuan Umum Komponen Struktur Profil I Kompak Simetris Ganda dan Kanal melengkung di Sumbu Major Komponen Struktur Profil I Simetris Ganda dengan Badan Kompak dan NonKompak atau Sayap Langsing Melengkung di Sumbu Major Komponen Struktur Profil I Lainnya dengan Badan Kompak atau NonKompak Melengkung di Sumbu Major Komponen Struktur Profil I Simetris Ganda dan Simetris Tunggal dengan Badan Langsing Melengkung di Sumbu Major Komponen Struktur Profil I dan Kanal Melengkung di Sumbu Minor BSB Bujur Sangkar dan Persegi dan Komponen Struktur dan Berbentuk Boks PSP Bujur Sangkar dan Persegi dan Komponen Struktur Berbentuk Boks SEPTEMBER 2016
31
Kerangka Isi SNI 1729: 2015 F. Desain Komponen Struktur untuk Lentur Lanjutan…… PSP Bundar T dan Siku Ganda yang dibebani dalam Bidang Simetris Siku Tunggal Batang Tulangan Persegi dan Bundar Profil-profil tidak Simetris Proporsi Balok dan Gelagar G. Desain Komponen Struktur untuk Geser Ketentuan Umum Komponen Struktur dengan Badan tidak Diperkaku atau Diperkaku Aksi Medan Tarik Siku Tunggal Komponen Struktur PSB Persei dan Berbentuk Boks PSB Bundar Geser Sumbu Lemah pada Profil Simetris Ganda dan Tunggal Balok dan Gelagar dengan Bukaan pada Badan H. Desain Komponen Struktur untuk Kombinasi Gaya dan Torsi Komponen Struktur Simetris Ganda dan Tunggal Menahan Lentur dan Gaya Aksial Komponen Struktur Tidak Simetris dan Lainnya Menahan Momen Lentur dan Gaya Aksial Komponen Struktur yang Mennahan Torsi dan Kombinasi Torsi, Lentur, Geser dan/atau Gaya Aksial SEPTEMBER 2016
32
Kerangka Isi SNI 1729: 2015 H. Desain Komponen Struktur untuk Kombinasi Gaya dan Torsi Lanjutan…… Kegagagalan dari Sayap dengan Lubang-lubang yang Menahan Tarik I. Desain Komponen Struktur Komposit Ketentuan Umum Gaya Aksial Lentur Geser Kombinasi Lentur dan Gaya Aksial Transfer Beban Diafragma Komposit dan Balok Kolektor Angkur Baja Kasus Khusus J. Desain Sambungan Ketentuan Umum Las Baut dan Bagian-bagian Berulir Elemen Terpengarruh dari Komponen Struktur dan Elemen Penyambung Pengisi Splice Kekuatan Tumpuan Dasar Kolom dan Penumpu Beton Batang Angkur dan Penanaman Sayap dan Badan dengan Gaya Terpusat SEPTEMBER 2016
33
Kerangka Isi SNI 1729: 2015 K. Desain Komponen Struktur untuk Kombinasi PSB dan Boks Gaya-gaya Terpusat pada PSB Sambungan Rangka Batang PSB ke PSB Sambungan Momen PSB ke PSB Las-las Pelat dan Cabang-cabang pada PSB Persegi L. Desain untuk Kemampuan Layan Ketentuan Umum Camber Defleksi Simpangan Vibrasi Gerakan Induksi Angin Pemuaian dan Kontraksi Slip Sambungan M. Fabrikasi dan Ereksi Gambar Kerja dan Gambar Ereksi Fabrikasi Pengecatan di Bengkel Ereksi N. Pengendalian Kualitas dan Penjaminan Kualitas Ruang Lingkup Program Pengendalian Kualitas Fabrikasi dan Erektor Dokumen Fabrikator dan Erektor Pemerikasaan dan Persoil Pengujian NonDestruktif SEPTEMBER 2016
34
Kerangka Isi SNI 1729: 2015 N. Pengendalian Kualitas dan Penjaminan Kualitas Lanjutan….. Persyaratan Minimum untuk Pemeriksaan Bangunan Baja Struktural Persyaratan Minimum untuk Pemeriksaan Konstruksi Komposit Fabrikator dan Erektor yang disetujui Material dan Pengerjaan yang tidak Sesuai Secara ringkas standar ini terdiri dari: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Ketentuan Umum (A) Persyaratan Desain (B) Tipe desain berdasarkan gaya/reaksi yang terjadi (C, D, E, F, G, H, I, K, L) Desain sambungan (J) Pelaksanaan (M) Jaminan Kualitas/Pengendalian Kualitas (N)
SEPTEMBER 2016
35
New Concept: Tunnel Boring Machine Subway Construction
SEPTEMBER 2016
36
Relevant Code and Standards for Tunneling Construction Standar Internasional • BS EN 815: Safety for Unshielded Tunneling Boring Machines and Rodless Shaft Boring Machine for Works • BS EN 12110: Tunneling Machines. Air Locks. Safety Requirement • BS EN 12111: Tunneling Machines. Road Headers, Continuous Miners and Impact Rippers. Safety Requirements. • BS EN 12336: Tunneling Machines. Shield Machines. Trust Boring Machines. Auger Boring Machines. Lining Erection Equipment. Safety Requirements. Apakah Indonesia sudah punya Standard terkait Tunneling Construction? SEPTEMBER 2016
37
Faktor Pemilihan Jenis TBM • Only two types of TBMs can provide active face support, earth pressure balanced machines and slurry machines • The earth pressure Balanced (EPB) machines keep the excavated material in the execution chamber and release it through a screw conveyor in a controlled manner to conveyor belts. • The speed of releasing the material defines the pressure kept in the excavation chamber to support the tunnel face. • The EPB machine needs to form plastic material in the chamber from the excavated soil or rock. • If the composition of the rock and soil is such that it does not form plastic dough, the screw conveyor can not seal and the machine does not hold the pressure. • The problem can be improved to an extent by dosing conditioning materials into the excavation chamber or to the screw itself. The conditioning additives can be foams, different types of polymers and bentonite. The conditioning can marginally extend the usable range of the EPB machine towards the rocky or gravelly materials.
SEPTEMBER 2016
38
Faktor Pemilihan Jenis TBM
SEPTEMBER 2016
39
Faktor Pemilihan Jenis TBM
• Slurry Tunneling Machine (STMs) have the excavation chamber filled with the pressurized bentonite slurry. • The slurry pressure defines the active face support pressure. • These machines support the face in a very similar manner to diaphragm walls, where the bentonite “cake” formed on the soil and the slurry exerting pressure on it from the inside supports the wall of the trench during excavation. • The excavated materials is evacuated from the front excavation chamber (plenum) by circulating (pumping) the slurry with the suspended solids to the surface to a separation plant. • The finer sand and silt material, down to 75 microns, is cut out by various size of cyclones. The cleaned slurry is pumped back to the excavation chamber. • The STMs are more suitable to work in a sandy, gravelly, rocky or mixed face environment. • The STMs however have difficulties in operating in clay. The separation plant does not cut the clay from the slurry, so frequent and costly bentonite replacement is necessary. Clay also tends to clog the rake and cause blockages and as a consequence sudden pressure surges in the slurry system. SEPTEMBER 2016
40
Faktor Pemilihan Jenis TBM
SEPTEMBER 2016
41
Concrete Lining in Tunneling
SEPTEMBER 2016
42
Concrete Lining in Tunneling
SEPTEMBER 2016
43
Japan TBM Tunneling Project
SEPTEMBER 2016
44
Questions
What kind of standards and codes might apply to this project? SEPTEMBER 2016
45
Sekian, Semoga Bermanfaat E-mail :
[email protected] Blog: www.habibierazak.com
SEPTEMBER 2016
46