HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP IBU DAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LANGSA KOTA, DESA PAYA BUJUK BLANG PASE TAHUN 2013 Srie Wahyuni1 Imelda1 ( 40 halaman + 8 Tabel + 9 Lampiran ) ABSTRAK Latar Belakang : Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) menyebutkan, setiap tahun 1,5 juta balita meninggal dunia akibat diare. Berdasarkan profil Kesehatan NAD tahun 2012 jumlah kasus diare pada balita tidak jauh berbeda dibandingkan pada tahun 2010 yaitu mencapai 44.3% diantaranya sekitar 25% balita meninggal dunia akibat serangan diare seti ap tahunnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap ibu dan pemberian asi ekslusif dengan kejadian diare di wilayah kerja puskesmas Langsa Kota, Desa Paya Bujuk Blang Pase tahun 2013. Jenis penelitian : jenis penelitian ini bersifat analitik dengan desain crossectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi 6 – 24 bulan di desa Paya Bujuk Blang Paseh sebanyak 82 bayi dengan pengambilan sampel yaitu total populasi. Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji chi square. Hasil penelitian : menunjukkan bahwa dari kejadian diare didapatkan bahwa mayoritas bayi ada mengalami kejadian diare sebanyak 58,5%, dari pengetahuan ibu didapatkan bahwa mayoritas ibu berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 40,2%, dari sikap ibu didapatkan mayoritas ibu memiliki sikap negatif sebanyak 65,9%, dan dari pemberian ASI eksklusif didapatkan mayoritas bayi tidak mendapatkan ASI eksklusif sebanyak 58,5%. Hubungan pengetahuan dengan kejadian diare didapatkan bahwa P value < 0,05 yaitu 0,001, hubungan sikap dengan kejadian didare didapatkan bahwa P value < 0,05 yaitu 0,003 dan hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare didapatkn P value < 0,05 yaitu 0,002. Kesimpulan : Hasil penelitian ini dapat disimpulakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap, dn pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare. Saran peneliti diperlukan kepada setiap ibu dapat meningkatkan pengetahuannya dan mau untuk melakukan pencegahan terhadap kejadian diare pada bayi. Kata Kunci Sumber
: Pengetahuan, Sikap, ASI Eksklusif, Diare : 16 buku (2005-2012) + 11 situs Internet (2005-2012)
1
RELATED KNOWLEDGE , ATTITUDE MOTHER AND BREASTFEEDING EXCLUSIVE WITH DIARRHEA IN THE EVENT OF HEALTH LANGSA CITY , VILLAGE PAYA BUJUK BLANG PASE YEAR 2013 Srie Wahyuni1 Imelda1 ( 40+ 8+ 9 + Appendix Table ) ABSTRACT
The World Health Organization report (World Health Organization ) says that every year 1.5 million children under five die from diarrhea . Health profile by NAD in 2012 the number of cases of diarrhea in infants is not much different than in 2010 , reaching 44.3 % of which approximately 25 % of infants died from an attack of diarrhea each year . This study aims to determine the relationship between knowledge , attitudes exclusive breast-feeding mothers and the incidence of diarrhea in the region of Langsa City health center , Paya village of Blang Pase Persuasion in 2013 . This kind of research an analytical cross-sectional design . The population in this study were all mothers with infants 6-24 months in the village of Blang Paseh Paya persuade as many as 82 infants with sampling the total population . Data analysis was done using chi square test . The results showed that the incidence of diarrhea was found that the majority of babies there having as much as 58.5 % incidence of diarrhea , of knowledge mother found that the majority of women are less knowledgeable as many as 40.2 % , of the attitude of the mother obtained the majority of women have negative attitudes as much as 65.9 % , and of the majority obtained exclusive breastfeeding exclusively breastfed babies do not get as much as 58.5 % . Knowledge relationship with the incidence of diarrhea was found that the P value < 0.05 is 0.001 , the relationship with occurrence didare attitudes found that the P value < 0.05 is 0.003 and exclusive breastfeeding relationship with diarrhea didapatkn P value < 0.05 is 0.002 . Results of this study can be disimpulakan that there is a relationship between knowledge , attitudes , dn exclusive breastfeeding with diarrhea . Advice needed for every mother researchers can increase their knowledge and willing to take precautions against the occurrence of diarrhea in infants . Keywords Source
: Knowledge , Attitudes , exclusive breastfeeding , Diarrhea :. 16 books (2005-2012) + 11 Internet site (2005-2012)
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Salah satu penyebab utama kematian di Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) adalah kejadian diare, kejadian diare masih merupakan penyebab utama kematian bayi seperti pada periode sebelumnya. Kejadian diare pada bayi dapat disebabkan karena kesalahan dalam pemberian makan, dimana bayi sudah diberi makan selain ASI (Air Susu Ibu) sebelum berusia 4 bulan (Susanti, 2007). Menurut data World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia. Di Indonesia, diare adalah pembunuh balita nomor dua setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Sementara UNICEF (Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk urusan anak) memperkirakan bahwa, setiap 30 detik ada satu anak yang meninggal dunia karena diare. Di Indonesia, setiap tahun 100.000 balita meninggal karena diare (Widya, 2007). Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) menyebutkan, setiap tahun 1,5 juta balita meninggal dunia akibat diare. Di Indonesia, menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2007, diare menjadi penyebab kematian 25,2% anak usia satu tahun hingga empat tahun (Aditama, 2009).
3
4
Saat ini upaya mewujudkan generasi Indonesia yang lebih sehat masih membutuhkan perhatian semua pihak. Salah satu indikator yang lazim digunakan untuk melihat derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian balita (Akaba) atau infant mortality rate (IMR). Sesuai dengan target Melenium Development Goals (MDGs) poin 4, yaitu pada 2015 Indonesia harus mampu menurunkan angka kematian balita hingga 17/1000 kelahiran hidup. Data tersebut menggam barkan bahwa upaya untuk mewujudkan dan menjaga anak Indonesia sehat masih menjadi tantangan besar semua pihak (Profil kesehatan Indonesia, 2010). Adapun menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 kematian balita yang paling sering disebabkan oleh diare, ispa, dan pneumonia. Penyakit diare menempati posisi teratas sebagai penyebab kematian balita di Indonesia. Diare adalah buang air besar yang terjadi pada balita yang sebelumnya nampak sehat, dengan frekuensi tiga kali atau lebih per hari, disertai perubahan tinja menjadi cair, dengan atau tanpa lendir dan darah. Apabila pada diare pengeluaran cairan melebihi pemasukan maka akan terjadi dehidrasi. Berdasarkan derajat dehidrasi diare dapat dibagi menjadi diare dehidrasi ringan/sedang dan diare dehidrasi berat. Balita memiliki resiko yang lebih besar untuk menderita dehidrasi dibandingkan orang dewasa (Depkes RI, 2009). Dalam menentukan derajat kesehatan di indonesia, terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan antara lain angka kematian bayi, angka kesakitan bayi, status gizi dan angka harapan hidup waktu lahir. Angka
5
kesakitan bayi menjadi indikator kedua dalam menentukan derajat kesehatan anak, karena nilai kesakitan merupakan cerminan dari lemahnya daya tubuh bayi dan anak balita. Angka kesakitan tersebut juga dapat dipengaruhi oleh status gizi, jaminan pelayanan kesehatan anak, perlindungan kesehatan anak, faktor sosial ekonomi dan pendidikan ibu. (Hidayat, 2008). Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang sering mengenai bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai lebih dari sepuluh kali sehari, dan bayi yang lebih besar akan mempunyai waktu buang air masing-masing, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2 kali seminggu. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar lebih dari empat kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, bila frekuensinya lebih dari 3 kali sehari (Hasan, 2007). Pajanan mikroorganisme patogen maupun zat alergen lainnya di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, masih merupakan masalah. Infeksi gastrointestinal maupun non gastrointestinal lebih sering ditemukan pada bayi yang mendapat pengganti air susu ibu (PASI) dibanding dengan yang mendapat air susu ibu (ASI). Hal ini menandakan bahwa ASI merupakan komponen penting pada sistem imun mukosa gastrointestinal maupun mukosa lain, karena sebagian besar mikroorganisme masuk ke dalam tubuh melalui mukosa (Matondang, 2008). Penyakit diare ini adalah penyakit yang multifaktoral, dimana dapat muncul karena akibat tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang kurang
6
serta akibat kebiasaan atau budaya masyarakat yang salah. Oleh karena itu keberhasilan menurunkan serangan diare sangat tergantung dari sikap dan pengetahuan setiap anggota masyarakat, terutama membudayakan pemakaian larutan oralit pada anak yang menderita diare. Saat ini upaya yang sedang digalakkan dan dikembangkan pada masyarakat luas untuk menanggulangi diare dengan upaya rehidrasi oral (oralit) dan ternyata dapat menurunkan angka kematian dan kesakitan karena diare (maryunani, 2010). Dalam hal ini faktor ibu berperan sangat penting dalam kejadian diare pada balita. Ibu adalah sosok yang paling dekat dengan balita. Jika balita terserang diare maka tindakan-tindakan yang ibu ambil akan menentukan perjalanan penyakitnya. Tindakan tersebut dipengaruhi berbagai hal, salah satunya adalah pengetahuan. Pengetahuan ibu mengenai diare meliputi pengertian, penyebab, gejala klinis, pencegahan, dan cara penanganan yang tepat dari penyakit diare pada balita berperan penting dalam penurunan angka kematian dan pencegahan kejadian diare serta malnutrisi pada balita. Berdasarkan hasil penelitian yang dilaporkan oleh Pujiastuti (2006) di Karanganyar didapati adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan sikap ibu terhadap penanganan diare pada balita (Rosiji, 2009). Kejadian diare pada bayi menurut Suharyono (2008) disebabkan karena kesalahan dalam pemberian makan, dimana bayi sudah diberi makan selain ASI sebelum berusia 6 bulan. Perilaku tersebut sangat beresiko bagi bayi
7
untuk terkena diare karena pencernaan bayi belum mampu mencerna makanan selain ASI, bayi kehilangan kesempatan untuk mendapatkan zat kekebalan yang hanya dapat diperoleh dari ASI serta adanya kemungkinan makanan yang diberikan bayi sudah terkontaminasi oleh bakteri karena alat yang digunakan untuk memberikan makanan atau minuman kepada bayi tidak steril. Penyebab langsung diare antara lain infeksi bakteri virus dan parasit, malabsorbsi, alergi, keracunan bahan kimia maupun keracunan oleh racun yang diproduksi oleh jasad renik, ikan, buah dan sayur-sayuran. Jenis-jenis infeksi yang umumnya menyerang diare adalah infeksi bakteri oleh kuman E.Coli Salmonella, Vibrio cholerae (kolera), dan serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebihan dan patogenik (memanfaatkan kesempatan ketika kondisi tubuh lemah) seperti pseudomonas., infeksi basil (disentri), infeksi virus enterovirus dan adenovirus, infeksi parasit oleh cacing (askari), dan infeksi jamur (Widjaja, 2004). Berdasarkan profil Kesehatan NAD tahun 2012 jumlah kasus diare pada balita tidak jauh berbeda dibandingkan pada tahun 2010 yaitu mencapai 44.3% diantaranya sekitar 25% balita meninggal dunia akibat serangan diare setiap tahunnya. Catatan terakhir yang di dapat dari Dinas Kesehatan Kota Langsa tahun 2012 jumlah penderita diare dari 5 kecamatan di Kota Langsa adalah sebanyak 1.186 bayi yang menderita penyakit diare.
8
Setelah dilakukan survei awal di Puskesmas Langsa Kota tahun 2012 jumlah bayi yang ada sejumlah 3089 anak, bayi yang terkena penyakit diare sejumlah 573 anak. Jumlah bayi di desa Paya bujuk Blang Pase sebanyak 82 bayi usia 6-24 bulan, 53 bayi diantaranya menderita penyakit diare. Desa ini merupakan desa dengan jumlah bayi terbanyak yang menderita penyakit diare di tahun 2012 (Puskesmas Langsa Kota, 2013). Berdasarkan hasil wawancara di desa paya bujuk blang pase sebanyak 10 ibu yang mempunyai anak usia 0-2 tahun yang menderita diare, diketahui sebanyak 6 anak mengalami diare dengan frekuensi antara 4-10 kali per hari, sedangkan 2 anak diare dengan frekuensi antara 1-3 kali per hari. Terjadinya diare menurut ibu dikarenakan anak rentan terhadap infeksi, dan berada di lingkungan yang kurang bersih. Berdasarkan hasil pengamatan penulis terhadap anak yang menderita diare di desa paya bujuk blang pase banyak anak berusia kurang dari 6 bulan sudah diberikan makanan tambahan seperti pisang dan susu formula. Selain itu pengetahuan ibu juga sangat berpengaruh pada kejadian diare di desa tersebut. Perilaku hidup bersih dan sehat pada orang tua tidak mencuci tangan sebelum menyuapi makan anak dan anak dibiarkan membuang tinja disembarang tempat. Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk menyusun Skripsi dengan judul “Hubungan pengetahuan, sikap ibu dan pemberian asi ekslusif dengan kejadian diare di wilayah kerja puskesmas langsa kota, desa paya bujuk blang pase tahun 2013”
9
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang di atas perumusan masalah yang ada adalah “Hubungan pengetahuan, sikap ibu dan pemberian asi ekslusif dengan kejadian diare pada bayi usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Kota di Desa Paya Bujuk Blang Pase Tahun 2013”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui Hubungan pengetahuan, sikap ibu dan pemberian asi ekslusif dengan kejadian diare pada bayi usia 6 – 24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas di Desa Paya Bujuk Blang Pase Kecamatan Langsa Kota tahun 2013” 2. Tujuan Khusus a) Untuk mengetahui adakah hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada bayi b) Untuk mengetahui adakah hubungan sikap ibu dengan kejadian diare pada bayi c) Untuk mengetahui adakah hubungan pemberian asi ekslusif dengan kejadian diare pada bayi D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Untuk mendapatkan pengalaman meneliti dan menambah wawasan pengetahuan serta mengaplikasikan pengetahuan yang didapat selama perkuliahan di lahan penelitian.
10
2. Untuk Sarana Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk lebih meningkatkan pelayanan penanganan penyakit diare pada bayi usia 6-24 bulan. 3. Bagi institusi pendidikan Sebagai masukan yang dapat menjadi perbandingan dan informasi bagi penelitian dimasa yang akan datang. 4.
Bagi tempat penelitian Sebagai masukan dalam meningkatkan mutu pelayanan Kesehatan pada bayi dengan penyakit diare
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare 1. Pengertian Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita (Depkes, 2010). Diare suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali dehari dengan atau tanpa lendir darah (Hidayat, 2006). Diare
adalah
salah
satu gejala dari
penyakit
pada sistem
gastrointestinal atau penyakit lain di luar saluran pencernaan. Tetapi sekarang lebih di kenal dengan “penyakit”, karena dengan sebutan penyakit
diare
akan
mempercepat
tindakan
penanggulangannya
(Ngastiyah, 2005). Diare adalah penyebab non-infeksi, tetapi sepsis adalah penyebab tersering selama periode bayi baru lahir (Meiliya, 2008). Selain itu diare merupakan mekanisme perlindungan tubuh untuk mengeluarkan sesuatu yang merugikan atau racun dari dalam tubuh, namun banyaknya cairan tubuh yang dikeluarkan bersama tinja akan mengakibatkan dehidrasi yang dapat berakibat kematian. Oleh karena itu, diare tidak boleh dianggap 11
12
sepele, keadaan ini harus dihadapi dengan serius mengingat cairan banyak keluar dari tubuh, sedangkan tubuh manusia pada umumnya 60% terdiri dari air, sebab itu bila seseorang menderita diare berat, maka dalam waktu singkat saja tubuh penderita sudah kelihatan sangat kurus (Masri, 2008). Penyebab serangan ini tidak lain gerakan lambung yang berair dan sering dapat disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit yang menginfeksi perut dan usus. Kuman tertentu yang terlibat tergantung pada daerah geografis dan tingkat serta kebersihan ( Koplewich, 2005). 2. Gejala klinis Gejalanya bisa ditandai dengan kejang perut diikuti diare. Beberapa infeksi karena bakteri diantaranya campylobacter, salmonella, E. coli, singela dan yersinia juga dapat menyebabkan darah pada kotoran. Salmonella, shingela dan yersina terdapat pada kotoran mungkin berlendir. Beberapa bakteri juga dapat Menyebabkan demam, hilang nafsu makan, rasa mual atau muntah bahkan sakit perut yang parah atau tinja mengandung darah dan lendir. Kemungkinan besar, semuanya dapat menyebabkan dehidrasi dan berat badan menyusut. Pada kasus diare ringan, yang disebabkan oleh virus, diare tersebut sembuh dalam beberapa hari, pada diare karena bakteri, gejala mungkin berlangsung berhari-hari sampai berminggu-minggu, infeksi karena parasit bisa menyebabkan diare berlangsung selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan
( Koplewich, 2005).
13
3. Patogenesis a.
Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehigga timbul diare. b.
Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus. c.
Gangguan motalitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbulnya diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula (Ngastiah, 2005). 4. Patofisiologi Proses
terjadinya
diare
dapat
disebabkan
oleh
berbagai
kemungkinan faktor diantaranya: a. Faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk keda lam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus
14
dalam absorpsi cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkan sistem transpor aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat. b. Faktor malabsorpsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kerongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare. c. Faktor makanan ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap
dengan
baik.
Sehingga
terjadi
peristaltik
usus
yang
mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makan yang kemudian menyebabkan diare. d. Faktor psikologis dapat mempengaruhi terjadi peningkatan peristaltik usus yang akhirnya mempengaruhi penyerapan makanan yang dapat menyebabkan diare (Hidayat, 2006). 5. Jenis Diare Menurut MTBS (2010) diare terbagi menjadi 3 jenis yaitu: a. Diare akut Dimulai dengan keluarnya tinja yang cair tanpa terlihat adanya darah dan berakhir kurang dari 14 hari dan biasanya kurang dari 7 hari. b. Disentri Diare dengan terlihat darah dalam tinja, keluarnya tinja sedikitsedikit dan sering. Anak yang lebih besar akan mengeluh sakit perut, sakit waktu buang air besar. Efek yang lama dapat terjadi anoreksia, kehilangan berat badan yang cepat dan kerusakan mukosa usus karena invasi bakteri.
15
c. Diare persisten Diare yang berakhir 14 hari atau lebih. Episodenya dapat dimulai dengan diare akut atau disentri, kehilangan berat badan yang nyata dan dehidrasi sering terjadi dan bisa mengakibatkan terjadinya kerusakan usus. 6. Pencegahan Diare a.
Perhatikan kebersihan dan gizi seimbang pada anak.
b.
Gunakan makanan matang yang baru dimasak untuk memberi makan anak-anak.
c. Bersihkan wadah yang digunakan untuk mengumpulkan dan menyimpan air minum setiap hari. d. Jika ibu tidak yakin tentang kualitas air minum, rebuslah selama 10 menit dan tutuplah serta simpanlah dalam wadah yang sama. e. Hindari kontak antara tangan dan air minum ketika menyajikannya. f.
Cegah anak memasukkan sesuatu yang kotor ke dalam mulutnya.
g. Jangan memberikan obat-obatan yang tidak perlu pada anak. h. Ketika
memberikan
makanan
atau
susu,
perhatikan
tanggal
kadaluwarsa. i.
Jangan memberikan makanan yang tidak diketahui kandungannya karena anak masih sangat rentan (Machfoedz dkk, 2007). 7.
Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai macam komplikasi seperti :
16
a.
Dehidrasi (ringan/sedang, berat)
b.
Renjatan Hipovolemik
c.
Hipoglikemia
d.
Kejang
e. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan (Yulianti dan Lia, 2010). 8.Penanganan diare Rehidrasi adalah usaha untuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang selama diare. Caranya adalah dengan memberikan cairan pengganti yang sesuai dengan cairan yang keluar sejak awal terjadinya diare. Rehidrasi dirumah dapat dilakukan oleh ibu/keluarga dengan oralit (Sitorus, 2008). Klasifikasi tingkat penanganan diare sebagai berikut : a.
Diare dehidrasi ringan / sedang Diare dengan dehidrasi ringan / sedang dapat diberikan Cairan rehidrasi oral seperti air kelapa, air tajin, air teh encer, sup wortel, air perasan buah dan larutan oralit. Pemakaian cairan ini lebih dititik beratkan pada pencegahan timbulnya dehidrasi. Bila mampu melakukan rehidrasi dini, dan berhasil mencegah dehidrasi serta dapat mempertahankan kondisi itu, maka kematian akibat diare dapat dihindari. Dengan perawatan yang seksama dirumah, penderita tidak perlu dirawat dirumah sakit
17
b. Diare dehidrasi berat Bila terjadi dehidrasi berat, tidak ada pilihan lain kecuali mengirim anak kerumah sakit / puskesmas untuk dirawat. penderita harus segera diberikan cairan intravena dengan ringer laktat sebelum dilanjutkan terapioral. Untuk mengetahui kebutuhan sesuai dengan yang diperhitungkan, jumlah cairan yang masuk tubuh dapat dihitung dengan cara : 1) Jumlah tetesan per menit dikalikan 60, dibagi 15/20 (sesuai set infus yang dipakai ) Contoh : tetesan per menit 12 tetes: banyaknya cairan yang habis (masuk kedalam tubuh) dalam 1 jam ialah 12 x 60 /15 = 48 cc (bila pada set infus yang setiap cc nya berisi 15 tetes). Jika kontrol cairan dilakukan setiap 2 jam berarti 48 x 2 = 96 cc. Berikan tanda batas cairan pada waktu memantau tersebut pada botol infus. 2) Perhatikan tanda vital: denyut nadi, pernafasan, suhu dan tekanan darah. 3) Perhatikan frekuensi buang air besar anak masih sering, encer atau sudah berubah konsistensinya. 4) Berikan minum teh/oralit 1-2 sendok setiap jam untuk mencegah bibir dan selaput lendir kering. 5) Jika rehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberi makanmakanan lunak. 6) Imunisasi campak (Ngastiyah, 2005).
18
B. Tinjauan Variabel 1.
Pengetahuan a.
Konsep pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
melalui
panca
indera
manusia,
yakni
indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia
diperoleh
melalui
mata
dan
telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya
tindakan
seseorang
(overt
behavior)
(Notoatmodjo, 2007). b. Tingkatan pengetahuan Pengetahuan juga dicakup didalam domain kognitif yang mempunyai enam tingkatan yaitu: 1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2) Memahami (Comprehension)
19
Memahami
diartikan
sebagai
suatu
kemampuan
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. 3)
Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
4) Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabar materi atau suatu objek kedalam komponen – komponen tetapi masi kedalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitan nya satu sama lain. 5) Sintesis (Synthesis) Sintesis
menunjuk
pada
suatu
kemampuan
untuk
meletakakan atau menghubungkan bagian – bagian dalam sutau bentuk keseluruhan yang baru. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi
ini
berkaitan
dengan
kemampuan
untuk
melakukan jastivikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Masalah kurang pengetahuan (keluarga) pada anak dengan diare ini dapat disebabkan oleh karena informasi yang kurang atau budaya yang menyebabkan tidak mementingkan pola hidup yang
20
sehat. Sehingga rasa ingin tau masih kurang, khususnya dalam penanganan atau pencegahan diare. Untuk itu rencana yang dapat dilakukan adalah mengatasi masalah pengetahuan agar keluarga memahami atau mengetahui cara mengatasi masalah diare (Hidayat, 2006). 2.Sikap (Attitude) a.
Konsep sikap
Sergent menjelaskan dengan terperinci bahwa sikap adalah kecenderungan berbuat atau bereaksi secara senang atau tidak senang terhadap orang-orang, objek atau situasi (Santoso, 2010). Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap sesuatu stimulus atau objek, menurut Newcomb, sikap adalah kesiapan atau kesediaan untuk bertindak seseorang terhadap hal tertentu kemudian dilahirkan dalam prilaku, sikap merupakan kecenderungan dalam bertingkah laku (Notoadmodjo, 2007). Dalam
psikologi,
sikap
dianggap
lebih
akurat/nyata
dibandingkan nilai atau keyakinan. Istilah ini menggambarkan perasaan individu yang relative stabil terhadap suatu situasi atau sebuah hal. Sikap terbentuk dari tiga komponen. 1. Kognitif Kognitif merupakan pengetahuan dan informasi individualkognitif merupakan aspek keyakinan yang membentuk sikap.
21
2. Afektif Afektif terkait dengan emosi, perasaan dan pilihan. 3. Perilaku Ini terkait dengan secara actual dapat dilakukan oleh seorang individu, yang dalam beberapa hal ditentukan oleh ketrampilan apa yang mereka miliki dan yang mampu mereka mulai, dan dalam kondisi seperti apa. Sikap lebih sulit diubah. Perubahan dalam salah satu dari tiga bagian komponen sikap dapat memulai perubahan prilaku, namun, tidak ada jaminan bahwa hal ini dapat terjadi (Bowden, 2011). Namun secara tidak mutlak dapat dikatakan bahwa perubahan sikap merupakan loncatan untuk terjadinya perubahan perilaku
(Notoatmodjo,
2005).
Perilaku
ibu
juga
dapat
menyebabkan meningkatnya risiko terjadinya diare seperti tidak mencuci tangan setelah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak (Purwanti, 2006).
3. Pemberian Asi Ekslusif a. Pengertian ASI Ekslusif Definisi WHO menyebutkan bahwa ASI ekslusif yaitu bayi hanya diberi ASI saja, tanpa cairan
atau makanan padat apapun
kecuali vitamin, mineral atau obat dalam bentuk tetes atau sirup
22
sampai usia 6 bulan (WHO (2002) dalam Aprilia, 2009). ASI Ekslusif adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih sampai bayi berumur 6 bulan, bayi baru dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberi ASI sampai berumur dua tahun. Pemberian ASI secara eksklusif dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan (Roesli, 2005). b.
Komposisi ASI 1)Kolostrum Kolostrum merupakan ASI yang keluar pada saat kelahiran sampai hari ke-4 atau ke-7 dapat dianggap bahwa kolostrum adalah imunisasi pertama yang diterima oleh bayi (Roesli, 2005). 2) ASI transisi / peralihan Asi peralihan adalah asi yang keluar setelah kolostrum, sampai sebelum menjadi ASI matang. Kadar protein makin merendah sedangkan kadar karbonhidrat dan lemak makin meninggi. 3) ASI Mature Merupakan ASI yang dikeluarkan pada sekitar hari ke-14 dan seterusnya.
c.Manfaat Pemberian ASI bagi bayi a) ASI sebagai nutrisi
23
b) ASI meningkatkan daya tahan tubuh c) ASI meningkatkan kecerdasan d) Dengan menyusui ASI dapat meningkatkan jalinan kasih sayang e) Menurunkan risiko mortalitas, risiko penyakit akut dan kronis f) Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia selama enam bulan. g) Mengandung
asam
lemak
yang
diperlukan
untuk
untuk
pertumbuhan otak sehingga bayi yang diberi ASI Ekslusif lebih pandai. h) Mengurangi resiko terkena penyakit kencing manis, kanker pada anak dan mengurangi kemungkinan menderita penyakit jantung. i) Menunjang perkembangan motorik (Roesli, 2005) d) Kandungan nutrisi dalam ASI ASI mengandung komponen makro dan mikro nutrisi. Yang termasuk makronutrien adalah karbohidrat, protein dan lemak sedangkan mikronutrien adalah vitamin dan mineral (Baskoro, 2008). a) Karbohidrat b) Protein c) Lemak d) Mineral e) Vitamin
24
C. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seseorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah. Pada penelitian ini penulis mengambil dua variabel yaitu variabel dependent dan independent (Hidayat, 2006). Kerangka konsep penelitian tentang ”Hubungan pengetahuan, sikap ibu dan pemberian asi ekslusif dengan kejadian diare di wilayah kerja puskesmas di desa paya bujuk blang pase kecamatan tahun langsa kota 2013” adalah sebagai berikut : Independen
Dependen
Pengetahuan
Kejadian diare
Sikap
Pemberian Asi Ekslusif Gambar 2.1 kerangka konsep D. Hipotesis Ha :
Ada hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian diare
Ha :
Ada hubungan sikap ibu dengan kejadian diare
Ha :
Ada hubungan antara pemberian asi ekslusif dengan kejadian diare
BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Analitik yaitu untuk menganalisi adanya hubungan pengetahuan, sikap dan pemberian ASI ekslusif dengan angka kejadian diare pada bayi usia 6-24 bulan Di Desa Paya Bujuk Blangpaseh Kecamatan Langsa Kota Tahun 2013. Desain penelitian yang digunakan adalah crossectional yaitu penelitian yang mengamati subjek dengan pendekatan “suatu saat” atau subjek diobservasi hanya sekali saja pada saat penelitian ( Bisri, 2008). B. Populasi dan Sampel 1.
Populasi (Arikunto, 2010) Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Berdasarkan pendapat diatas maka
yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi 6 – 24 bulan di desa Paya Bujuk Blang Paseh sebanyak 82 bayi. 2. Sampel Sampel
adalah sejumlah elemen secukupnya
dari
populasi
(Juliansyah, 2011). Ada pun sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling, yaitu seluruh ibu-ibu yang memiliki bayi usia 6-24 bulan yang ada di desa Paya Bujuk BlangPase Kecamatan Langsa Kota Tahun
25
2013 di jadikan sampel. Besarnya sampel pada penelitian ini sebanyak 82 bayi. C. Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di wilayah kerja puskesmas di Desa Paya Bujuk Blang paseh kecamatan Langsa Kota Waktu Penelitian D. Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan 30 Agustus – 4 September 2013 E. Cara Pengumpulan Data 1. Data Primer Data primer di peroleh dengan cara memberikan kuisioner kepada responden. 2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan dan Instansi terkait lainnya yang berhubungan dengan penelitian. F. Defenisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional N o
Variabel Penelitian
1.
Diare
1. Pengetahuan
Defenisi Alat Cara Operasiona Ukur Ukur l Perubahan Kuisioner Wawancara bentuk dan Terpimpin konsistensi tinja yang cair dan frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali dalam sehari) Variabel independent Pemahaman kuisioner Wawancara x
Skala Ukur
Hasil Ukur
Ordinal -Ada, jika jawaban benar (x≥) Tidak ada, jika jawaban benar(x<)
Ordinal
1.Baik
ibu tentang pengertian, penyebab, pencegahan, dan penanganan diare 2
Sikap
3
Pemberian Asi Ekslusif
Tanggapan ibu terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan diare Pemberian (Air Susu Ibu) sedini mungkin setelah persalinan, tanpa diberi makanan lain, walaupun hanya air putih sampai bayi berumur 6 bulan
terpimpin
(76100%) 2.Cukup (5675%) 3.Kurang (<56%) (Mahfoed z, 2009) 1. Positif > 50% 2. Negatif < 50% (Ridwan, 2007)
Kuisioner
Wawancara terpimpin
ordinal
Kuisioner
Wawancara terpimpin
Ordinal Ya, jika jawaban benar(x>x ) Tidak, jika jawaban benar(x<x )
G. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuisioner Hubungan pengetahuan, sikap ibu dan pemberian asi ekslusif dengan kejadian diare di wilayah kerja puskesmas di desa paya bujuk blang pase kecamatan langsa kota tahun 2013”
H. Tehnik Pengolahan dan Analisa Data xi
1. Pengolahan Data Menurut Notoatmodjo (2005) data yang telah didapat dari hasil kuesioner diolah secara manual dengan langkah-langkah sebagai berikut : a)
Editing yaitu mengoreksi kesalahan-kesalahan dalam pengisian atau pengambilan data
b) Coding yaitu memberikan kode atau angka tertentu terhadap kuesioner yang diajukan. c)
Scoring yaitu memberikan nilai pertanyaan yang diajukan kepada responden.
d) Tabulating yaitu mentabulasi data dalam tabel ditribusi frekuensi. 2. Analisa Data a. Analisa Univariat Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variable dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisa hanya menghasilkan distribusi dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2005). P
f x100% n
Keterangan : P = Persentase f = frekuensi yang diamati n = jumlah responden yang menjadi sampel (Budiarto, 2004). b. Analisa Bivariat Untuk mengukur asosiasi antara dua atau lebih variabel kuantitatif dipakai tes statistik Chi-square atau X kuadrat (x2). Data masing-masing sub xii
variabel dimasukkan ke dalam tabel kontingensi (tabel silang). Kemudian tabel-tabel kontingensi tersebut dianalisa dengan menggunakan uji statistik Chi-square test (x2), dengan rumus sebagai berikut: X2
e
O e 2 e
totalbaris totalkolom grandtotal
Keterangan:
O frekuensi observasi e frekuensi harapan
Pengujian hipotesa dilakukan dengan Chi-square observasi dan tabel dengan kriteria bahwa jika X 2 observasi < X 2 tabel maka hipotesa (Ha) diterima, dan jika X 2 observasi X 2 tabel maka Ha ditolak. Analisa bivariat merupakan analisa hasil dari variable-variabel bebas yang diduga mempunyai hubungan dengan variable terkait. Analisa data yang digunakan adalah tabel silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan analisa statistik dengan menggunakan uji Khi Kuadrat (Chi-Square) pada tingkat kemaknaan 95% (p < 0,05) sehingga dapat diketahui ada tidaknya hubungan yang bermakna secara statistik menggunakan program SPSS for windows very 16.00. Melalui perhitungan Khi Kuadrat (Chi-square) tes selanjutnya ditarik kesimpulan bila P lebih kecil dari alpha (P < 0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang menunjukkan adanya hubungan bermakna antara variable dependen dan independen dan jika P lebih besar dari alpha (P > 0.05)
xiii
maka Ho diterima dan Ha ditolak yang menunjukkan tidak adanya hubungan bermakna antara variable dependen dan independen. Aturan yang berlaku untuk uji Khi Kuadrat (Chi-square), untuk program komputerisasi seperti SPSS adalah sebagai berikut : 1) Bila pada tabel contingency 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Fisher Exact Test. 2) Bia pada tabel Contingency 2x2 tidak dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil yang digunakan adalah Continuity Correction. 3) Bila tabel Contingency yang lebih dari 2x2 misalnya 3x2, 3x3 dan lainlain, maka hasil yang digunakan adalah Pearson Chi-Square. 4) Bila pada tabel Contingency 3x2 ada sel dengan nilai frekuensi harapan (e) kurang dari 5, maka akan dilakukan meger sehingga menjadi table Contingency 2x2
xiv
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Desa Paya Bujuk Blang Pase kecamatan Langsa Kot memiliki luas wilayah 118,8 Km2. Desa Paya Bujuk Blang Pase memiliki batas-batas : 1.
Sebelah Timur berbatasan dengan peukan Langsa
2.
Sebelah Utara berbatasan dengan Matang Seulimeng
3.
Sebelah Barat berbatasan dengan Tualang Teungoh
4.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kampung Jawa Desa Paya Bujuk Blang Pase kecamatan Langsa Kota dengan jumlah
penduduk 5.001 jiwa yang terbagi dalam 1.527 KK. Di desa Paya Bujuk Blang Pase Kecamatan Langsa Kota berdekatan dengan puskesmas Langsa Kota, juga tersedia 1 mesjid, 4 unit meunasah, 1 unit polindes, 1 unit sekolah, dan 2 unit TK. Desa Paya Bujuk Blang Pase terbagi dalam 5 dusun, yaitu : 1.
Dusun Sehati
2.
Dusun PJKA
3.
Dusun Melati
4.
Dusun Alwasliyah
5.
Dusun Bustanul Ulum.
B. Hasil Penelitian xv
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 82 responden yang ada di Desa Paya Bujuk Blang Pase Yang Dilakukan Pada Tanggal 2 sampai dengan 4 September 2013 Untuk Mengetahui Hubungan Pengetahuan, Sikap Ibu Dan Pemberian Asi Ekslusif Dengan Kejadian Diare Di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Kota, Desa Paya Bujuk Blang Pase Tahun 2013, data yang diperoleh dari hasil tabulasi data primer berdasarkan jawaban kuesioner dari responden didapatkan hasil sebagai berikut: 1.
Kejadian Diare Pada Bayi Di Desa Paya Bujuk Blang Pase Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kejadian Diare Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Kota Desa Paya Bujuk Blang Pase Tahun 2013 No
Kejadian Diare
Frekuensi
Persentase (%)
1
Ada
48
58,5
2
Tidak ada
34
41,5
82
100
Jumlah
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2013 Berdasarkan data dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 82 ibu yang memiliki bayi usia 6-24 bulan (100%) mayoritas bayi ada mengalami kejadian diare sebanyak 48 bayi (58,5%)
2.
Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Diare Di Desa Paya Bujuk Blang Pase Tabel 5.2 xvi
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Kejadian Diare Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Kota Desa Paya Bujuk Blang Pase Tahun 2013 No
Pengetahuan
Frekuensi
Persentase (%)
1
Baik
19
23,2
2
Cukup
28
34,1
3
Kurang
35
42,7
82
100
Jumlah
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2013 Berdasarkan data dari tabel 5.2 dapat dilihat bahwa dari 82 ibu yang memiliki bayi usia 6-24 bulan (100%), mayoritas ibu berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 35 ibu (42,7%)
3.
Sikap Ibu Tentang Kejadian Diare Di Desa Paya Bujuk Blang Pase Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Tentang Kejadian Diare Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Kota Desa Paya Bujuk Blang Pase Tahun 2013 No
Sikap
Frekuensi
Persentase (%)
1
Positif
28
34,1
2
Negatif
54
65,9
82
100
Jumlah
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2013 Berdasarkan data dari tabel 5.3 dapat dilihat bahwa dari 82 ibu yang memiliki bayi usia 6-24 bulan (100%), mayoritas ibu memiliki sikap negatif sebanyak 54 responden (65,9%).
4.
Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Di Desa Paya Bujuk Blang Pase
xvii
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Kota Desa Paya Bujuk Blang Pase Tahun 2013 No
ASI Eksklusif
Frekuensi
Persentase (%)
1
Ya
34
41,5
2
Tidak
48
58,5
82
100
Jumlah
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2013 Berdasarkan data dari tabel 5.4 dapat dilihat bahwa dari 82 ibu yang memiliki bayi usia 6-24 bulan (100%), mayoritas bayi tidak mendapatkan ASI eksklusif sebanyak 48 bayi (58,5%).
5.
Hubungan Pengetahuan Dengan Kejadian Diare Pada Bayi Di Desa Paya Bujuk Blang Pase Tabel 5.5 Hubungan Pengetahuan Dengan Kejadian Diare Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Kota Desa Paya Bujuk Blang Pase Tahun 2013 Kejadian Diare Jumlah Ada Tidak ada No Pengetahuan f % f % f % xviii
P Value
1
Baik
5
26,3
14
73,7
19
100
2
Cukup
16
57,1
12
42,9
28
100
3
Kurang
27
77,1
8
22,9
35
100
Jumlah
48
58,5
34
41,5
82
100
0.001
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2013 Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa dari 19 ibu yang berpengetahuan baik mayoritas bayi tidak ada mengalami kejadian diare sebanyak 14 bayi (73,7%), dari 28 ibu yang berpengetahuan cukup mayoritas bayi ada mengalami kejadian diare sebanyak 16 bayi (57,1%), dan dari 35 ibu yang berpengetahuan kurang mayoritas bayi ada mengalami kejadian diare sebanyak 27 bayi (77,1%). Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan kejadian diare, diperoleh nilai P value < 0,05 yaitu 0,001. Hal ini menunjukkan secara statistis bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kejadian diare pada bayi.
6.
Hubungan Sikap Dengan Kejadian Diare Pada Bayi Di Desa Paya Bujuk Blang Pase Tabel 5.6 Hubungan Sikap Dengan Kejadian Diare Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Kota Desa Paya Bujuk Blang Pase Tahun 2013 Kejadian Diare P Jumlah Ada Tidak ada Sikap Value No f % f % f % xix
1
Positif
10
35,7
18
64,3
28
100
2
Negatif
38
70,4
16
29,6
54
100
Jumlah
48
58,5
34
41,5
82
100
0.003
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2013 Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa dari 28 ibu yang memiliki sikap positif mayoritas bayi tidak ada mengalami kejadian diare sebanyak 18 bayi (64,3%) dan dari 54 ibu yang memiliki sikap negatif mayoritas bayi ada mengalami kejadian diare sebanyak 38 bayi (70,4%). Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square dilakukan untuk mengetahui hubungan sikap dengan kejadian diare, diperoleh nilai P value < 0,05 yaitu 0,003. Hal ini menunjukkan secara statistis bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan kejadian diare pada bayi.
7.
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian Diare Pada Bayi Di Desa Paya Bujuk Blang Pase Tabel 5.7 Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian Diare Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Kota Desa Paya Bujuk Blang Pase Tahun 2013 Kejadian Diare ASI P Jumlah Ada Tidak ada Value No Eksklusif f % f % f % 1
Ya
13
38,2
21
61,8
34
100
2
Tidak
35
72,9
13
27,1
48
100
xx
0.002
Jumlah
48
58,5
34
41,5
82
100
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2013 Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa dari 34 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif mayoritas bayi tidak ada mengalami kejadian diare sebanyak 21 bayi (61,8%) dan dari 48 bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif mayoritas bayi ada mengalami kejadian diare sebanyak 35 bayi (72,9%). Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square dilakukan untuk mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare, diperoleh nilai P value < 0,05 yaitu 0,002. Hal ini menunjukkan secara statistis bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada bayi.
C. Pembahasan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Hubungan Pengetahuan, Sikap Ibu Dan Pemberian Asi Ekslusif Dengan Kejadian Diare Di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Kota, Desa Paya Bujuk Blang Pase Tahun 2013 pada tanggal 2 sampai dengan 4 September 2013 maka didapatkan hasil sebagai berikut: 1. Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian Diare Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa dari 19 ibu yang berpengetahuan baik mayoritas bayi tidak ada mengalami kejadian diare xxi
sebanyak 14 bayi (73,7%), dari 30 ibu yang berpengetahuan cukup mayoritas bayi ada mengalami kejadian diare sebanyak 17 bayi (56,7%), dan dari 33 ibu yang berpengetahuan kurang mayoritas bayi ada mengalami kejadian diare sebanyak 26 bayi (78,8%). Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan kejadian diare, diperoleh nilai P value < 0,05 yaitu 0,001. Hal ini menunjukkan secara statistis bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kejadian diare pada bayi Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek elalui indera yang dimilikinya (mata, hidung dan telinga. Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2010). Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hidayat (2006), yang mengemukakan bahwa masalah kurang pengetahuan (keluarga) pada anak dengan diare dapat disebabkan oleh karena informasi yang kurang atau budaya yang menyebabkan tidak mementingkan pola hidup yang sehat. Sehingga rasa ingin tahu masih kurang, khususnya dalam penanganan atau pencegahan diare. Untuk itu rencana yang dapat dilakukan adalah mengatasi masalah pengetahuan agar keluarga memahami atau mengetahui cara mengatasi masalah diare xxii
Menurut asumsi peneliti, dengan semakin baiknya pengetahuan ibu menyebabkan semakin sedikit bayi yang mengalami kejadian diare dan dengan semakin kurangnya pengetahuan ibu menyebabkan semakin banyak pula bayi yang mengalami kejadian diare. Hal ini dikarenakan ibu kurang mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang pentingnya menghindari terjadinya diare pada bayi sehingga ibu tidak mengetahui cara pencegahan terjadinya diare.
2. Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa dari 28 ibu yang memiliki sikap positif mayoritas bayi tidak ada mengalami kejadian diare sebanyak 18 bayi (64,3%) dan dari 54 ibu yang memiliki sikap negatif mayoritas bayi ada mengalami kejadian diare sebanyak 38 bayi (70,4%). Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square dilakukan untuk mengetahui hubungan sikap dengan kejadian diare, diperoleh nilai P value < 0,05 yaitu 0,003. Hal ini menunjukkan secara statistis bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan kejadian diare pada bayi. Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap sesuatu stimulus atau objek, menurut Newcomb, sikap adalah kesiapan atau kesediaan untuk bertindak seseorang terhadap hal tertentu kemudian dilahirkan dalam prilaku, sikap merupakan kecenderungan dalam bertingkah laku (Notoatmodjo, 2007). Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Purwanti (2006), yang mengemukakan bahwa perilaku ibu juga dapat xxiii
menyebabkan meningkatnya risiko terjadinya diare seperti tidak mencuci tangan setelah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak. Menurut asumsi peneliti, dengan semakin positifnya sikap ibu menyebabkan semakin sedikit bayi yang mengalami kejadian diare dan dengan semakin negatifnya sikap ibu menyebabkan semakin banyak pula bayi yang mengalami kejadian diare. Hal ini dikarenakan dengan negatifnya sikap ibu menyebabkan ibu tidak memperdulikan cara pencegahan terjadinya diare pada bayinya.
3. Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Dengan Kejadian Diare Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa dari 34 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif mayoritas bayi tidak ada mengalami kejadian diare sebanyak 21 bayi (61,8%) dan dari 48 bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif mayoritas bayi ada mengalami kejadian diare sebanyak 35 bayi (72,9%). Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square dilakukan untuk mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare, diperoleh nilai P value < 0,05 yaitu 0,002. Hal ini menunjukkan secara statistis bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada bayi. ASI Ekslusif adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih sampai bayi berumur 6 bulan, bayi baru dikenalkan xxiv
dengan makanan lain dan tetap diberi ASI sampai berumur dua tahun. Pemberian ASI secara eksklusif dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan (Roesli, 2005). Menurut asumsi peneliti, dengan semakin banyaknya ibu yang mau memberikan ASI eksklusif pada bayinya menyebabkan semakin sedikit bayi yang mengalami kejadian diare dan dengan semakin sedikitnya ibu yang mau memberikan ASI eksklusif pada bayinya menyebabkan semakin banyak pula bayi yang mengalami kejadian diare. Hal ini dikarenakan dengan tidak diberikannya ASI eksklusif pada bayi menyebabkan ibu memberikan makanan tambahan pada bayinya. Hal ini sangat mempengaruhi pencernaan pada tubuh bayi yang pada hakikatnya pencernaan bayi belum siap untuk menerima makanan selain ASI hingga usia 6 bulan. Hal ini menyebabkan bayi yang tidak diberikannya ASI secara eksklusif rentan mengalami diare.
xxv
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari penelitian yang berjudul Hubungan Pengetahuan, Sikap Ibu Dan Pemberian Asi Ekslusif Dengan Kejadian Diare Di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Kota, Desa Paya Bujuk Blang Pase Tahun 2013 yang dilakukan pada tanggal 2 sampai dengan 4 Agustus 2013 dapat disimpulkan bahwa : 1.
Ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian diare pada bayi dengan P value 0,001.
2.
Ada hubungan antara sikap dengan kejadian diare pada bayi dengan P value 0,003.
3.
Ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada bayi dengan P value 0,002.
B. Saran 1. Bagi Peneliti Lainnya Hendaknya bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk membuat penelitian lebih lanjut dalam bentuk yang lebih kompleks dan rinci tentang kejadian diare pada bayi serta dengan jumlah sampel yang lebih banyak lagi.
2. Bagi Sarana Pelayanan Kesehatan xxvi
Hendaknya pada instansi kesehatan dapat memperbanyak lagi informasi tentang kejadian diare pada bayi sehingga dapat petugas kesehatan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat terutama pada ibu tentang kejadian diare pada bayi sehingga ibu mengetahui cara pencegahan terjadinya diare pada bayi. 3. Bagi Institusi Pendidikan Hendaknya pada institusi pendidikan dapat memperbanyak lagi referensi tentang kejadian diare pada bayi agar para mahasiswa dapat memberikan penyuluhan kepada ibu tentang cara pencegahan terjadinya diare pada bayi. 4. Bagi Tempat Penelitian Hendaknya hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan informasi kepada ibu tentang kejadian diare pada bayi sehingga ibu dapat meningkatkan pengetahuannya dan mau untuk melakukan pencegahan terhadap kejadian diare pada bayi.
xxvii
DAFTAR PUSTAKA Aditama. 2009. Diare Penyebab Utama Kematian Balita, http://www.tv.one.htm. (Dikutip tanggal : 18 April 2013). Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta. Baskoro, A, 2008. ASI Panduan Praktis Ibu menyusui, Banyu media. Jakarta. Bisri, 2008. Metodologi Penelitian. Fitramaya. Jakarta. Depkes, 2006. Manajemen Laktasi. Buku Panduan Bagi Bidan dan Petugas Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat .
, 2009. Kemenkes RI Tentang Pedoman P2D :Jakarta , (2010). Profil Indonesia sehat.www.depkes.go.id. dikutip 19 maret 2012.
Dinkes Kota Langsa. 2013. Profil Kesehatan Kabupaten Langsa. Hasan,
2007. Faktor-faktor Penyebab Diare Pada Balita di Puskesmas. www.doctocs.com/docs/119394873-faktor Penyebab Diare Pada Balita di Puskesmas
Hidayat, Alimul. A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Salemba Medika. Jakarta. Koplewich, S.H. 2005. Penyakit Anak Diagnosa dan Penanganannya. Prestasi Pustaka. Jakarta Machfoedz, Ircham dkk . 2007. Pertolongan Pertama di Rumah, Tempat Kerja, atau di Perjalanan. Fitra Maya: Yogyakarta Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Trans Info Media: Jakarta Matondang C.S., Munatsir Z., Sumadiono. 2008. Aspek Imunologi Air Susu Ibu. In : Akib A.A.P., Munasir Z., Kurniati N (eds). Buku Ajar Alergi-Imunologi Anak, Edisi II. Jakarta : Badan Penerbit IDAI, pp: 189-202. xxviii
Masri, S.H. 2004. Diare Penyebab Kematian 4 Juta Balita Per Tahun. http://www.waspada.co.id/serba-serbi/kesehatan/artikel.,php?artikelid= 61175-35k (2 September 2009)Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit E/2. EGC, Jakarta Notoatdmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta. Purwanti S. H. 2006. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta. http://drsuparyanto. blogspot.com/2010/07/konsep-asi-eksklusif.html Riduwan. 2007. Variabel-variabel Penelitian. Alfa Beta: Bandung Rosiji, harun cholik. 2008. Persepsi Ibu Tentang Penyakit Diare Dan Oralit Berhubungan Dengan Prilaku Dalam Perawatan Diare. http://eprints.undip.ac.id/15323/1/SINTAMURNIWATYE4D002073.pdf (dikutip pada tanggal 7 maret 2013 pkl.19.48) Roesli Utami. 2005. Mengenal ASI Eksklusif. Trubus Agriwidya, Jakarta. Profil Kesehatan Indonesia 2010. http://www.infodokterku.com/25data/data-kejadian diare.com Puskesmas Langsa Kota. 2013. Profil Kesehatan Puskesmas langsa Kota tahun 2013. Kota Langsa Sitorus H, Roland. 2008. Pedoman Perawatan Kesehatan Anak. Yrama Widya: Bandung Susanti N.I. 2007. Usia Tepat Mendapat Makanan Tambahan. http://www.tabloitnakita. com/artikel-ph3?edisi=0406rubrik Tumbelaka A.R. http://www.ASI.co.id/kesehatan/artikel Bedah ASI : Kajian dari Berbagai Sudut Pandang Ilmiah Widya Rahmi Fitri. 2007. Faktor Resiko Diare Pada Balita Di Indonesia 2007. Widyarahmafitri.blogspot.com/2011/1234. Yulianti, Lia. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. CV Trans Info Media, Jakarta
xxix
xxx