PENERAPAN TKT LANSIA DAN TERAPI LIFE REVIEW DALAM MENCAPAI TUGAS PERKEMBANGAN LANSIA DENGAN MENGGUNAKAN STRES ADAPTATION MODEL DAN TRANSITIONS THEORYDI RW 04 DAN 05 KEL. SUKADAMAI KEC. TANAH SAREAL KOTABOGOR
KARYA ILMIAH AKHIR
Sri Puji Lestari NPM : 1106043261
PROGRAM NERS SPESIALIS KEPERAWATAN JIWA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2014
,· ;",
.·;;
·.··
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
LEMBARPERNYATAANPERSETUJUAN
Karya Ilmiah Akhir dengan judul :
PENERAPAN TKT LANSIA DAN TERAPI LIFE REVIEW DALAM MENCAPAI TUGAS PERKEMBANGAN LANSIA DENGAN MENGGUNAKAN STRES ADAPTATION MODEL DAN TRANSITIONS THEORY DI RW 04 DAN RW 05 KELURAHAN SUKADAMAI KECAMATAN TANAH SAREAL KOTA BOGOR
Telah di periksa di setujui dan di pertahankan di hadapan Dewan Penguji Sidang Karya Ilmiah Akhir pada Program Spesialis Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Depok Juli 2014
Pembimbing I.
_______
.....
Dr. Mustikasari, S,Kp. MARS
Pembimbing II,,
0;----Dr. ~na CD, S.Kp. MSc
11
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Ilmiah Akhir ini adalah basil karya saya sendiri dan semua somber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
Nama
: Sri Puji Lestari
NPM
: 1106043261
Tanda tangan Tanggal
: 14 Juli 2014
111
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
PERNYAT AAN BEBAS PLAGIARISME
Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
Sri Puji Lestari
Tempat/Tanggallahir
Semarang, 18 Oktober 1971
NIP/NIDN
197110181998042047
UnitKerja
Stikes Karya Husada Semarang
Alamat Kantor
: Jl. Kompol R. Soekanto No 46 Semarang
Alamat
Jl. Pandanwangi Tengah III/A 73 PGS Semarang
Nomor Telp/Hp
(024) 767257111081229120262
Alamat Email
:
[email protected]
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah akhir saya yang berjudul : Penerapan TKT lansia dan Terapi Life Review dalam Mencapai Tugas Perkembangan Lansia dengan menggunakan Stres Adaptation Model dan Transition Theory di RW 04 dan RW 05 Kelurahan Sukadamai Kecamatan Tanah Sareal Bogor, bebas dari plagiarism dan bukan hasil karya orang lain.
Apabila dikemudian hari diketemukan seluruh atau sebagian dari karya ilmiah akhir tersebut terdapat indikasi plagiarism, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Demikianlah pemyataan ini dibuat dalam keadaan sadar dan tanpa unsur paksaan dari s1apapun.
Dibuat di Depok Pada Tanggal, 14 Juli 2014 Y::1n~
membuat Pemyataan
· ( Sri Puji Lestari ) IV
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Ilmiah Akhir ini telah diajukan oleh : Nama
Sri Puji Lestari
NPM
1106043261
Program Studi
Pascasarjana
Judul Tesis
Penerapan TKT Lansia dan Terapi Life Review dalam Mencapai
Tugas
Perkernbangan
Lansia
dengan
menggunakan Stres Adaptation Model dan Transition
Theory di RW 04 dan RW 05 Kelurahan Sukadamai Kecamatan Tanah Sareal Bogor
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Spesialis Keperawatan Jiwa pada Program Studi Pascasazjana, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I
Penguji
Penguji
Dr. Mustikasari, S.Kp., MARS
: Ns. Ice Yulia Wardani, S.Kp.,M.Kep., Sp. Kep.J
dr. Lahargo Kembaren, Sp. KJ
Penguji
: Ns. Fauziah, S.Kp., M.Kep., Sp. Kep.J
Ditetapkan di
: Depok
Tanggal
: 14 Juli 201.4
VI
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai civitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan dibawah ini
Sri Puji Lestari
Nama
1106043261 Program Studi
Spesialis Ilmu Keperawatan
Fakultas
Ilmu Keperawatan
Jenis Karya
Karya Ilmiah Akhir
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (non-exclusive Royalti Free
Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Penerapan TKT Lansia dan Terapi Life Review dalam Mencapai Tugas Perkembangan Lansia dengan menggunakan Stres Adaptation Model dan Transition Theory di RW 04 dan RW 05 Kelurahan Sukadamai Kecamatan Tanah Sareal Bogor.
Beserta perangkat yang ada Gika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non Eksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih-media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pemyataan ini saya buat dehgan sebenamya.
Dibuat di Depok Pada tanggal 14 Juli 2014
Sri Puji Lestari v
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
PROGRAM PASCA SARJANA F AKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA
Karya Ilmiah Akhir, Juli 2014 Sri Puji Lestari Penerapan Terapi Kelompok Terapeutik lansia dan Life Review dalam pencapairu"l Tugas perkembangan Lansia dengan menggunakan Teori Transisi Di RW 04 dan 05 Keiurahan Sukadamai Kecamatan Tanah Sareal Bogor.
xv + 94 hal + 5 diagram+ 3 gambar+ 14 tabel
Abstrak Angka harapan hidup pada tahun 2004 umur harapan hidup hanya pada kisaran 66,2 tahun dan pada tahun 2014 meningkat menjadi umur 72 tahun. Peningkatan harapan hidup itu menyebabkan bertambahnya populasi penduduk berusia lanjut atau usia diatas 60 tahun. Menurut Erik H. Erikson tugas perkembangan Ianjut usia adalah tercapainya Integritas ego versus Keputusasaan, artinya apabila lanjut usia mampu melaksanakan tuEas perkembangan sesuai tahapan perkembangan lanjut usia maka akan tercapai integritas ego yang baik. Jumlah sampel yang diambil adalah 14 usia lanjut dengan diagnosa sehat. Terapi kelompok terapeutik Iansia dapat meningkatkan integritas ego 8,6%, sedangkan terapi life review dapat meningkatkan integritas ego lansia sampai dengan 6,6%. Teori transisi dapat digunak:an dalam keperawatan lansia
Kata kunci : TKT Lansia, TKT Life Review, Integritas ego, Teori transisi Daftar pustaka: 50 (1989-2013)
t•
Y"
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
POSTGRADUATE PROGRAMS FACULTY OF NURSING UNIVERSITY OF INDONESIA Ju1y 2014 Sri Puji Lestari Application of Therapeutic Group Therapy and Life Review elderly in achieving Developmental tasks using the Theory of Transition Elderly In RW 04 and 05 villages Sukadamai Sareal Land District ofBogor. xv + 94 things + 3 picture+ 5 diagrams_14 Table
Abstract
Life expectancy in 2004life expectancy was only in the range of66.2 years and in 2014 increased to age 72 years. Increased life expectancy is causing increasing elderly population or age above 60 years. According to Erik H. Erikson's developmental tasks are elderly achievement of ego integrity versus despair, meaning that if the elderly were able implement developmentally appropriate developmental tasks the elderly will be achieved ego integrity is good. The number of samples taken was 14 healthy elderly with diagnosis. Group therapy can improve the therapeutic ego integrity elderly 8.6%, while the therapeutic group therapy can improve the life review ego integrity elderly up to 6.6%. Transition theory can use gerontology nursing .
Keywords: Elderly TKT, TKT Life Review, ego integrity, transition theory Bibliography: so (1989-2013)
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
KATAPENGANTAR Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan kasi..lJ karuniaNya, saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir dengan Judul "Penerapan Terapi Kelompok Terapeutik Lansia dan Terapi Life Review dalam Mencapai Togas Perkembangan Lansia dengan menggunakan Stres
Adaptation Model dan Transition Theory di RW 04 dan 05 Kelurahan Sukadamai Tanah Sareal Bogor". Karya Ilmiah Akhir ini disusun dalam rangka
menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar Spesialis Keperawatan Jiwa pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini dibantu, dibimbing dan didukung oleh berbagai pihak, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih yang setulusnya kepada yang terhormat : 1.
Ibu Dra. Junaiti Sahar, S.Kp.,M.App. Sc.,Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia beserta seluruh jajarannya
2. Ibu Henni Permatasari, S.Kp.. M.Kep. Sp.Kom selaku Ketua Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 3. Ibu Dr. Mustikasari, S.Kp. MARS selaku pembimbing I Karya Tulis Ilmiah Akhir yang telah membimbing penulis dengan sabar, bijaksana memberikan masukan serta motivasi dalam penyelesaian Karya Ilmiah Akhir ini. 4. Dr.Novy Helena CD, SKp, MSc. selaku pembimbing II yang membimbing penulis dengan sabar, bijaksana dan juga sangat teliti memberikan masukan serta motivasi dalam penyelesaian Karya Ilmiah Akhir ini. 5. Ibu Ns. Ice Yulia Wardani, S.Kp. M,Kep, Sp.Kep.J, dr. Priyanto, SP.KJ, selaku penguji yang telah memberikan masukan dan tanggapan yang positif demi penyempurnaan Karya Ilmiah Akhir ini. 6. dr. Lahargo Kembaren, SP.KJ, selaku penguji yang telah memberikan masukan dan tanggapan yang positif demi penyempurnaan Karya Ilmiah Akhir ini.
IX
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
7. Ibu Ns. Fauziah, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.J, selaku penguji yang telah banyak memberikan masukan dan tanggapan yang positif demi penyempurnaan Karya Ilmiah Akhir ini. 8. Staf Pengajar Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang telah membekali dengan ilmu, sehingga penulis mampu menyusun tugas akhir. 9. Bapak Jaja Sulaiman, SE, Kepala Kelurahan Sukadamai Kecamatan Tanah Sareal Bogor yang telah memberikan izin untuk praktik klinik keperawatan jiwa 3. 10. Dr. Adelia Rahmi, MARS, Kepala Puskesmas Mekarwangi yang telah mmeberikan fasilitas dan bekerja sama selama praktik klinik keperawatan jiwa 3. 11. Seluruh rekan kerja di lapangan yaitu kader kesehatan jiwa, tokoh masyarakat dan tokoh agama, serta sekuruh masyarakat di RW 04 dan RW 05 kelurahan Sukadamai, terima kasih atas kerjasama selama penulis menjalani praktik klinik keperawatan jiwa 3. 12. Keluarga tercinta, orang tua, Suami dan anak. Terima kasih atas dukungan dan pengorbanan kalian. 13. Rekan-rekan angkatan VII Program Spesialis Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia atas kekompakan dan kerjasama yang baik. 14. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Karya Ilmiah Akhir liD
Semoga hasil penulisan Karya Ilmiah Akhir ini bermanfaat dari segi kelimuan dan dapat memberikan sumbangsih bagi keilmuan dan manfaat aplikatif dalam meningkatkan kualitas layanan asuhan keperawatan dengan menggunakan Model Stres Adaptation Model dan Transition Theory, khususnya bagi klien lanjut usia.
Depok, Juli 2014
Penulis
X
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
DAFTARISI HALAMAN SAMPUL •..•.•....••..••.•••..•...•.•..•.....••••••.••....••••.•.•.•••••...•... HALAMAN JUDUL . . . . . . .. . . . . . . .. . ... . . ... . .. . .. . . . ... . .. . . . . . .. . . . .. . .. . . . ... . ............. LEMBAR PERSETUJUAN................................................................. LEMBAR PENGESAHAN.... .••.••••..••.•••.•.••....•••••••••....•.••••••••••.•••.•....• PERNYATAAN ORISINALITAS......................................................... PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME...................................... ......... PERSETUIDAN PUBLIKASI................................................................................ ABSTRAK............................................................. . . . . . . . . . . . . . . . . ......... ABSTRACT................................................. . . . . •. . . . . . . . . . . . . . •. . . . . . . . ....... KATA PENGANTAR •.....•...........•.........•.....•.••.•••....•....•...•.....•......... DAFTAR lSI . . .. . .. . . . . .. . .. . . . . . . . .. . .. . .. . . . . .. . .. . . . . .. . .. . . .. .. . . . . .. . . . . .. . ... . . . ......... DAFTAR GAMBAR........................................................................... DAFTAR DIAGRAM........................................................................ DAFTAR TABEL.....................................................................................................
BABI
BABll
tv v Vl VII Vlll
ix X Xl Xlll
xiv XV
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
1
1.2. Tujuan ................ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ...
11
1.3. Manfaat .... .. ... .. .. .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
11
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep manajemen keperawatan kesehatn Jiwa di masyarakat atau Community Mental Health Nursing ................................. . 2.2 Pelaksanaan Community Mental Health Nursing ..................... 2.3 Lansia ........................................................................................ . 2.3 .1 Aspek biologis ... ... .. .. .. .. ... .... .. ... .... ..... ... .... .. .. .... ... .. ..... .... ... .. .. 2.3.2 Aspek psikososial.................................................................. 2.3.3 Tugas perkembangan lansia................................................... 2.3.4 Terapi Keperawatan spesialis................................................. 2.4 Teori dan konseptual keperawtan ........................................ . 2.4.1 Transitions theory....................................................................
BABill
II
nt
13 15 17 19 21 25 30
BASIL MANAJEMEN PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN P ADA KLIEN LANSIA DI Rw 04 DAN 05 KELURAHAN SUKADAMAI TANAH SAREAL BOGOR 3.1 Gambaran urn urn wilayah ruang Kelurahan Sukadamai Kecamatan Tanah Sareal Bogor.................................................. 3.2 Gambaran Puskesmas Mekarwangi .. ......... ... ... .. .... ........ ... .. .. .. ..... 3.3 Gambaran Pelaksanaan CMHN di Kelurahan Sukadamai .. ..
XI
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
40 46 47
BABIV
HASIL MANAJEMEN PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN P ADA KLIEN LANSIA DI Rw 04 DAN 05 KELURAHAN SUKADAMAI TANAH SAREAL BOGOR
4.1 Hasil pengkajian klien lansia ................................................... . 4.1.1 Karakteristik ........................................................................ 4.1.2 Faktor predisposisi................................................................ 4.1.3 Faktor presipitasi................................................................... 4.1.4 Penilaian stressor.................................................................. 4.1.5 Sumber koping...................................................................... 4.1.6 Mekanisme koping................................................................ 4.1.7 Pengkajian khusus lansia ..................................................... 4.2 Efektivitas penerapan TKT lansia dan TKT Life review dala pencapaian integritas ego dengan menggunakan Transition Theory ................................................................................... .
BAB V
BABVI
PEMBAHASAN 5 .1 Karakteristik ................. .................. ........................................ 5.2 Faktor predisposisi.................................................................. 5.3 Faktor Presipitasi..................................................................... 5.4 Penilaian terhadap stresor....................................................... 5.6 Sumber koping........................................................................ 5. 7 Mekanisme koping.. .. ........ .... ... .. ...... ......... .. ... .. .... ... ... ..... ..... .. . 5.8 Penerapan TKT lansia dan Life review.................................... 5.9 Keterbatasan Karya Ilmiah akhir ............................................ 5.10. Implikasi Keperawatan ........................................................
53 54 55 56 57 58 59 62
69 75 76 77 79 81 82 89 90
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan...................................................................................... 5.2 Saran.......................................................................................... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Xll
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
92 93
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Model Stress dan Adaptasi Stuart
23
Gamhar 2.2
Transitions : A Middle-range Theory
31
Gambar 23
Transisi : Kerangka Kelja dalam Keperawatan Lansia
32
Garnbar 2.4
Kerangka Teori Karya Ilmiah akhir
39
Xlll
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Model Stress dan Adaptasi Stuart
23
Gambar 2.2
·Transitions : A Middle-range Theory
31
Gruubar 2.3
Gambar 2.4
Transisi : Kerangka Keija dalam Keperawatan Lansia Kerangka Teori Karya Ilmiahakhir
X!ll
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
32
39
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 3.1
Distribusi warga RW 05 berdasarkan usia
41
Diagram 3.2
Distribusi warga RW 05 berdasarkan tingkat pendidikan
42
Diagrmn 33
Distribusi warga R W 05 berdasarkan peke:tjaan
42
Diagram 3.4
Distribusi warga R W 04 berdasarkan usia
44
Diagram 3.5
Distribusi warga R W 04 berdasarkan tingkat pendidikan
45
Diagram 3.6
Distribusi warga RW 04 berdasarkan peke:tjaan
X!V
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
45
DAFTAR TABEL
Tabel
3/1
Daftar Kader Kesehatan Jiwa di RW 05 Kelurahn Sukadamai
43
Tabel
3.2
Daftar Klien berdasarkan Masalah Kesehatan
48
Tabel
3,3
Daftar Klien dengan Diagnosa Sehat
49
Tabe1
3.4
Da.-llar KJien dengaJl Diagnosa Resiko
49
Tabei
3.5
Daftar Kiien dengan Diagnosa Gangguan
50
Tabel
4.1
Distribusi karakteristik lansia berdasarkan usta, pendidikan, pekerjasan, status perkawinan, caregiver
53
Tabel
4.2
Distribusi faktor predisposisi
54
Tabei
4.3
Distribusi faktor presipitasi
55
Tabel
4.4
Distribusi penilaian stresor
56
Tabel
4.5
Distribusi sumber koping
57
Tabel
4.6
Distribusi mekanisme koping
58
Tabei
4.7
Distribusi lansia berdasrkan status mentai, GDS, indeks KATZ, dan resiko jatuh
59
Tabel
4.8
Distribusi masalah kesehatan lansia
60
Tabel
4.9
Distribusi rencana Terapi spesialis keperawatan
60
Tabel
4.10 Distribusi implementasi terapi spesiaiis keperawatan
60
Tabel
4.11
Distribusi Tanda dan gejala lansia sehat berdasarkan jumlah anggota
63
Tabel
4.12 Distribusi Tanda dan gejala lansia sehat berdasarkan jumlah anggota
63
Tabel
4.13 Distribusi pencapaian skore integritas diri lansia
65
Tabel
4.14 Distribusi evaluasi kemampuan TKT lansia dan TKT Lift review
66
XV
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
BABl
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Pengertian sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan sejahtera baik secara
fis~
mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan. Kesehatan, menurut Undang-undang No. 23 tahun 1992
diartikan
sebagai keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Definisi sehat diatas salah satunya memasukan kesehatan mental atau jiwa menjadi salah satu indikator kesehatan. Kesehatan jiwa menurut Undang-undang no. 3 tahun 1996, adalah suatu kondisi yang menungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu selaras dengan orang lain. Dari pengertian diats dapat disimpulkan bahwa kesehatan tidak hanya berkaitan dengan kondisi fisik namun juga keadaan intelektual dan emosional yang ditandai dengan keberhasilan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.
Kesehatan jiwa dibutuhkan oleh semua orang untuk mencapai kehidupan yang harmonis agar tidak mengalami gangguan jiwa, sehingga dibutuhkan suatu pelayanan yang kontinum, komperehensif, holistik dan paripurna. Pelayanan kontinum yaitu pelayanan sepanjang rentang sehat sakit, sepanjang hidup yaitu mulai dari masa pertumbuhan dan perkembangan sejak masih dalam kandungan, balita, pra sekolah, usia sekolah, remaja, dewasa muda dewasa tengah dan dewasa akhir (Keliat.dkk, 2011). Didalam tahapan perkembangan manusia bahwa lanjut usia merupakan tahapan akhir, yang memiliki potensi untuk melanjutkan pertumbuhan yang telah mereka mulai sejak awal kehidupan (Stanley dan Beare, 2007). Perawat kesehatan masyarakat yang bekerja di masyarakat memberikan layanan pencegahan kesehatan jiwa untuk mengurangi resiko terhadap kesehatan jiwa individu, keluarga dan masyarakat (Videback, 2008).
1 Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
2
Lansia atau lanjut usia menurut Undang-undang No.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan Lansia, adalah orang yang telah berusia 60 tahun ke atas. Menurut Mensos Al Jufri (2013) mengatakan bahwa kementrian sosial telah mendata 23 juta lansia di Indonesia saat ini, sekitar 58 persen dari jumlah lansia tersebut masih potensial. Proses menua adalah normal, dimana akan terjadi perubahan fisik dan perilaku pada individu dan menuntut individu untuk melakukan penyesuaian terhadap perubahan terse but (Stanley, M, dkk, 2005); Menurut Stanley, dkk (2005} berbagai masalah yang dihadapi lansia yang dapat mempengaruhi kesehatan psikologis lansia adalah memasuki masa pensiun dan peran kehilangan, penurunan pendapatan, kehilangan, perpisahan dan perpindahan tempat, kesepian dan menarik diri, dan kelemahan dan ketergantungan.
Lanjut usia di Amerika pada tahun 1980an, dengan usia berkisar 65 tahun berada diangka 25,5 jutajiwa, dan pada tahun 2008 meningkatmenjadi 38,9 juta sehingga mengalami kenaikan 12.8 persen. Trend peningkatan ini diperkirakan akan menjadi 72,1 juta jiwa atau 19,3 persen pada tahun 2030 (Townsend, 2011). WHO menyebut angka harapan hidup penduduk Indonesia setiap tahunnya meningkat, apabila tahun 2010 angka harapan hidup usia diatas 60 tabu mencapai 20,7 juta orang kemudian naik menjadi 36 juta orang; Kenaikan itu diprediksi bertanbah hingga mencapai 71 juta orang pada tahun 2050 (Tritunggal, 2013).
Sufa (2013) mengatakan bahwa hasil penelitian yang dilakukan Kementrian Kesehatan menunjukkan angka harapan hidup masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun terns meningkat. Angka harapan hidup pada tahun 2004 umur·harapan hidup hanya pada kisaran 66,2 tahun dan pada tahun 2014 meningkat menjadi umur 72 tahun. Pada perempuan, angka harapan hidup ini lebih besar, bisa lima tahun lebih tinggi. Peningkatan harapan hidup itu menyebabkan bertambahnya populasi penduduk berusia lanjut atau usia diatas 60 tahun. Jumlah penduduk usia lanjut di Indonesia pada tahun 2000 lalu, sekitar 5,3 juta, dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 24 juta. Abou-Saleh (2011) mengemukakan bahwa adanya populasi lanjut usia dan peningkatan harapan hidup di negara maju menimbulkan minat dunia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
}
intemasional dalam mewujudkan penduduk usia lanjut
yang sukses ditengah-
tengah masalah yang kompleks yaitu kemunduran fisik, psikologis dan psikososial yang dihadapi usia lanjut.
Proses penuaan tidak selalu mengakibatkan
ketergantungan dan ketidakmampuan. Sebagian besar lansia tetap mandiri secara fungsional walaupun menderita penyakit kronis (Potter dan Perry, 2009). Lanjut usia memiliki potensi untuk melanjutkan pertumbuhan dengan melaksanakan tugas perkembangannya sebagai manusia; Teori tentang tugas perkembangan yang digunakan adalah teori perkembangan menurut Erickson, dimana teori tersebut menggambarkan tantangan atau kebutuhan dalam setiap 8 tahapan perkembangan manusia (Stanley dan Beare, 2007).
Menurut Erik H. Erikson dalam theory ofpsychosocial development, lanjut usia itu terletak pada tahap ke delapan perkembangan psikososial yang teijadi pada usia sekitar 60 atau 65 ke atas adalah tercapainya Integritas ego versus Keputusasaan
(integrity vs despair), artinya apabila lanjut usia mampu melaksanakan tugas perkembangan sesuai tahapan perkembangan lanjut usia maka akan tercapai integritas ego yang baik. Integritas ego yang baik ditandai dengan kemampuan individu dalam menerima memakna hidup yang dialaminya dan hila individu tidak mampu mencapai intergritas ego akan terjadi keputusasaan atau despaired. Keputusasaan ditandai dengan perasaan marah, depresi, tidak adekuat, merasa gagal dan takut terhadap kematian (KAHSA, 2007). Menurut Potter dan Perry (2009) tugas perkembangan lanjut usia adalah bagairnana lanjut usia mampu melakukan adaptasi dengan perubahan fisik dan psikososial yang dihadapi lanjut uisa. Perubahan psikososial selama proses penuaan akan melibatkan proses transisi kehidupan dan kehilangan (Potter dan Perry, 2009).
Teori Aktifitas mengemukakan bahwa lanjut usia yang mengalami penuaan optimal akan tetap aktif dan tidak mengalami penyusutan dalam kehidupan mereka. Individu mempertahankan aktifitas·pada usia dewasa pertengahan selama mungkin dan kemudian menemukan aktifitas pengganti yang sudah tidak dapat dilakukan lagi (Stanley dan Beare, 2007). Lanjut usia yang tetap aktif secara fisik dan mental
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
4
tampaknya merupakan lansia yang paling sehat dan paling bahagia. Dalam penelitian terhadap 2943 orang yang berusia 65-84 tahun, sejak tahun 1971-1983 telah ditentukan bahwa orang yang mengalami penuaan yang sukses akan "mengekspresikan kepuasan hidup mereka dan secara substansial mengeluarkan biaya untuk kesehatan lebih sedikit daripada lansia yang lain (Stanley dan Beare, 2007).
Dalam perjalanan fase kehidupan akhir, lanjut usia banyak menghadapi
perubahan yang membutuhkan penyesuaian, dalam penelitian Mitchell (2011) tentang kesejahteraan psikologis, fungsi fisik, cemas dan depresi dalam usia lanjut menemukan bahwa lanjut usia yang memiliki tingkat kesejahteraan psikologis dan fungsi fisik rendah mengalami depresi dan ansietas yang lebih tinggi dibandingkan lanjut usia yang memiiliki kesejahteraan dan fungsi fisik yang lebih baik. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa kesekahteraan dan fungsi fisik diprediksi dapat mempengaruhi kejadian depresi dan ansietas pada lanjut uisa. Deperesi, gangguan kognitif dan kecacatan dapat terjadi pada fase kehidupan akhir lanjut usia (Kiosses dan Ravdin, 2013); Dalam proses penyesuaian terhadap perubahan yang dialami seringkali menimbulkan masalah psikososial pada lanjut usia, seperti ansietas, gangguan kognitif, gangguan perubahan mood seperti depresi (Jeannotte, Powers, & Snowden, 2008). Peran perawat dalam pencapaian tugas perkembangan pada
lanjut usia sangat diharapkan oleh lanjut usia maupun keluarga sebagai caregivernya.
Kemajuan pelayanan kesehatan saat ini telah membuat klien beralih dari perawatan akut berbasis rumah sakit kepada perawatan berbasis komunitas yang berfokus pada promosi kesehatan, pencegahan penyakit, dan perawatan pemulihan. Fasilitas pelayanan kesehatan dibutuhkan dimana individu tinggal, bekerja dan belajar (Potter dan Perry, 2009). Praktik keperawatan berbasis komunitas merupakan sebuah kerjasama, dimana model praktik yang dirancang untuk memenuhi perawatan kesehatan komunitas (Potter dan Perry, 2009). Townsend (2011) mengemukakan bahwa perawatan klien di rumah sakit menyebabkan biaya yang tinggi untuk individu dan keluarganya dibandingkan hila perawatan klien di masyarakat dengan biaya yang lebih efektif. Pengembangan pemberian pelayanan
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
5
kesehatan teijadi melalui pengkajian terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan individu, keluarga, dan komunitas; perkembangan dan penerapan dari kebijakan kesehatan masyarakat; dan perbaikan akses pelayanan, Pengkajian yang dilakukan diantaranya meliputi pengumpulan data pada populasi, monitoring status kesehatan masyarakat dan ketersediaan informasi tentang kesehatan komunitas (Stanhope dan Lancaster, 2006 dalam Potter dan Perry, 2009). Piramida fasilitas kesehatan merupakan sebuah contoh bagaimana menyelenggarakan pelayanan berbasis komunitas, dimana terdiri lima tingkat yaitu tingkat pertama adalah fasilitas pelayanan berbasis populasi, kedua adalah fasilitas pencegahan klinis, ketiga adalah pelayanan kesehatan primer, keempat adalah pelayanan kesehatan sekunder dan tingkat kelima adalah pelayanan kesehatan tersier. Pada pelayanan berbasis populasi berfokus pada pelayanan kesehatan yang bertujuan mencegah penyakit, menjaga kesehatan, dan promosi kesehatan diman hal ini menjadi dasar dari fasilitas pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier (Potter dan Perry, 2009). Keperawatan kesehatan komunitas adalah praktik keperawatan dalam komunitas, dengan fokus primer pada pelayanan kesehatan individu, keluarga dan kelompok dalam komunitas. Keperawatan kesehatan komunitas bertujuan untuk menjaga, melindungi, memajukan dan memelihara kesehatan (Stanhope dan Lancaster, 2006 dalam Potter dan Perry, 2009). Fokus pelayanan keperawatan komunitas adalah memperbaiki kualitas kesehatan dan hidup dalam komunitas. Salah satu basis keperawatan berbasis komunitas adalah pelayanan kesehatan primer atau Primary
Health Care. Pelayanan primer berfokus pada pelayanan kesehatan individual, sedangkan pelayanan kesehatan primer berfokus pada perbaikan kesehatan dari seluruh populasi. Model pelayanan kesehatan primer membutuhkan keijasama antara profesional kesehatan dan anggota masyarakat. 5 prinsip dasar Primary
Helath Care adalah pemerataan upaya kesehatan, penekanan pada preventif, tehnologi tepat guna, peran serta masyarakat, dan keijasama lintas sektoral (WHO, 2008). Pencegahan dan promosi kesehatan mental merupakan bagian yang penting dari kesehatan mental dan psikiatri (StuartG. W, 2009). Menurut Allender dan Spradley
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
6
(2005) pada bidang keperawatan mengkombinasikan pengetahuan keperawatan dengan pengetahuan kesehatan masyarakat sebagai landasan praktik kesehatan berbasis komunitas dan berfokus pada populasi, dimana orientasi fokus pada individu dan keluarga. Schafer (1989) dalam penelitiannya mengemukakan tentang ketertarikan usia lanjut terhadap promosi kesehatan, dimana usia lanjut mengemukakan kebutuhan tentang informasi meningkatkan kesehatan lansia seperti tetap aktif dan memelihara pandangan positif terhadap kehidupan; olahraga, nutrisi, isitirahat dan relaksasi; memantau tekanan darah dan pemeriksaan kesehatan; dan disiplin diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang tidak ketat. Stanley dan Beare (2007) mengemukakan bahwa promosi kesehatan untuk usia lanjut, tidak difokuskan pada penyakit atau ketidakmampun tetapi lebih pada kekuatan dan kemampuan lansia tersebut. Promosi kesehatan berusaha memak:simalkan potensi lansia dan meminimalkan efek penuaan. Walker, dkk (1988) mengemukakan aktifitas promosi kesehatan yang tepat untuk lansia adalah aktifitas fisik, mental, dan sosial secara teratur, nutrisi yang adekuat, pengendalian berat badan dan mamyemen stres;
Penemuan diatas mendorong peawat utnuk meningkatkan
kualitas hidup lansia dengan menggunakan kerangka ketja promosi kesehatan.
Kesehatan mental psikitari adalah lapangan praktik untuk mencegah kejadian gangguan mental dan mempromosikan kesehatan mental di komunitas (Allender dan Srapdley, 2005) . Menurut Stuart G. W (2009) terdapat dua hal yang mendasari aktifitas pencegahan primer dalam kesehatan mental psikiatri yaitu pertama adalah membantu masyarakat mengenal stressor dan beradaptasi terhadap stressor, dan kedua adalah mengubah sumber daya, kebijakan, yang menyebabkan stress tetapi tanpa merubah masyarakatnya. Bentuk pendekatan yang digunakan dalam primary health care untuk pelayanan kesehatan mental psikiatri adalah community mental health nursing atau CMHN atau keperawatan kesehatan jiwa komunitas.
Keperawatan kesehatan Jiwa komunitas adalah pelayanan kesehatan yang komperehensif, holistik dan paripurnayang berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa, rentan terhadap stres {resiko gangguan jiwa) dan dalam tahap pemulihan serta
Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
7
pencegahan kekambuhan (gangguan jiwa) (Allender dan Spradley, 2005). Konsep manajemen CMHN terdiri dari 4 pilar yaitu manajemen pelayanan kesehatan jiwa komunitas, manajemen pemberdayaan kader kesehatan jiwa, kemitraan lintas sektoral dan lintas program, dan manajemen kasus kesehatanjiwa. Fokus pelayanan CMHN pada penanganan masalah kesehatan jiwa pada individu, keluarga dan komunitas. Kegiatan CMHN yang telah dilakukan pada periode 17 Pebruari sampai dengan 18 April 2014, memberikan kontribusi perawat CMHN terhadap asuhan keperawatan pada
lanjut usia khususnya masalah kesehatan jiwa. Community
Mental Health Nursing atau CMHN merupakan salah satu program yang berisi upaya dalam memberikan pelayanan kesehatan jiwa dimasyrakat, yang salah satu sasarannya adalah
lanjut usia. Kegiatan CMHN melalui praktik keperawatan
kesehatan jiwa II dan III dilakukan di RW 04 dan RW 05 kelurahan Sukadamai. Jumlah lansia di dua RW tersebut sekitar 85 orang, namun yang berhasil diberikan asuhan keperawatan adalah 8 orang pada periode Oktober- Nopember 2013, dan sejumlah 16 orang padaperiode Pebruari-April2014.
Jumlah total lanjut usia yang telah dikelola adalah 24 orang.
Diagnosa
keperawatan yang komplek meliputi masalah fisik maupun psikologis ditemukan pada pasien kelolaan, yaitu mulai dari kerusakan mobilitas fisik terdapat 1 orang atau 4 persen, resiko jatuh terdapat 1 orang atau 4 persen, kecemasan terdapat 4 orang atau 17 persen, harga diri rendah terdapat 1 orang atau 4 persen, ketidakberdayaan terdapat 2 orang atau 8 persen, diagnosa isolasi sosial terdapat 1 orang atau 4 persen dan diagnosa kesiapan
peningkatan perkembangan lansia
terdapat 14 orang atau 59 persen. Dari 24 orang lansia yang dikelola secara demografi terdiri dari 22 orang atau 92 persen adalah berjenis kelamin perempuan, 2 orang atau 8 persen adalah beijenis kelamin laki-laki, 11 orang atau 46 persen memiliki pasangan, dan 13 orang 54 persen tidak memiliki pasangan, 2 orang atau 8 persen tinggal sendirian, 22 orang
atau 92 persen masih tinggal dengan
pasangannya atau dengan keluarga yang lain seperti anak atau saudara kandungnya. Namun dalam laporan KIA ini, penulis akan membahas pelaksanana terapi kelompok pada lansia dengan kesiapan peningkatan perkembangan lansia saja yaitu
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
8
14 orang. Terapi spesilais keperawatan yang diberikan kepada lansia terdiri dari TKT lansia sehat, dan terapi Life review.
Terapi kelompok terapeutik adalah terapi yang diberikan kepada sekumpulan orang yang memiliki hubungan satu sama lain, saling bergantung, dan memiliki normanorma
umum
(Townsend,
2011).
Tujuan
terapi
kelompok
terapeutik,
mempertahankan homeostasis (Montgomery, 2002), berfokus pada disfungsi perasaan, pikiran dan perilaku, membantu mengatasi stress emosi, penyakit fisik, krisis tumbuh kembang atau penyesuaian sosial. Terapi kelompok terepeutik ini dapat diberikan kepada semua tingkat usia sesuai tahap tumbuh kembangnya dan dapat dilakukan secara kelompok maupun secara individu. Tahapan dalam terapi kelompok terapeutik ini dikembangkan oleh Mackenzie (1997) dan modifikasi dari Townsend, (2009) berupa tiga langkah terapi kelompok terapeutik yang terdiri dari fase orientasi, fase kerja dan fase terminasi. Terapi kelompok terapeutik usia lanjut merupakan terapi yang diberikan kepada usia lanjut sehat yang bertujuan membantu usia lanjut untuk mendapat mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian terhadap perubahan yang terkadi pada proses tumbuh kembangnya untuk mencapai integritasi diri (Stuart & Laraia, 2005).
Menurut Stuart dan Laraia (2005) TKT terdiri dari tiga langkah. yang berisi fase pre group, fase initial, dan fase terminasi. Terapi kelompok terapeutik diharapkan dapat meningkatkan kemampuan adaptasi lansia terhadap proses perubahan. Terapi ini dilakukan pada kelompok lansia sehat, fokus terapi ini adalah stimulasi adaptasi pada perubahan aspek biologis, aspek seksual, aspek sosial, aspek psikososial, dan aspek spiritual. Terapi ini telah dikembangkan oleh Fakultas Ilmu Keperawatan UI (20 11 ), dimana berdasarkan modul yang dibuat tersusun tahapan dari TKT lansia yaitu terdiri dari 6 sesi.
Psikoterapi untuk mengatasi depresi pada lansia diantaranya terapi life review. Berdasarkan hasil meta analisis 17 studi di luar negeri, bahwa terapi life review. merupakan terapi yang tidak mahal dibanding terapi lainnya seperti CT, BT,
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
Reminiscence, psikodinamik dan terapi supportif. Life review didefinisikan sebagai pengamatan retrospektif (ke belakang) atau eksistensi, belajar mengkritik hidup atau merupakan peninjauan ulang (second look) terhadap kehidupan seseorang (Kathlen Wheleer, 2008). Tujuan dari terapi life review adalah untuk membantu klien fokus pada kenangan masa lalu yang positif daripada memikirkan pengalaman hidup negatif, dapat membantu meningkatkan emosional keseluruhan kesejahteraan orang tua berjuang pada · masa transisi (Mitcell, 2009); Woods (1999} terapi life
rieview dikembangkan dengan berdasarkan 8 tahapan perkembangan manusia menurut Erickson, dimana masa kehidupan yang sebelumnya akan berpengaruh terhadap masa kedepan. Pengalaman kehidupan yang menyenangkan dan menyedihkan disetiap tahapan perkembangan- akan selalu diingat dan menjadi pendukung atau penghambat masa kehidupan berikutnya. Penelitian oleh Serrano, Lattore,Gatz, & Montanes (2004) terhadap 20 lanjut usia dengan uasi antara 65-93 tahun yang menderita depresi tanpa demensia dan diberikan terapi life review selama 2 minggu menunjukkan hasil penurunan depresi dan peningkatan kepuasan hid up. Beberapa penelitian diatas menunjukkan manfaat dari terapi life review, hal tm
akan
menjadi
sumber
inspirasi
dalam
dunia
keperawatan
untuk
mengembangkannya sebagai terapi spesialis keperawatanjiwa.
Keperawatan mempunyai pengetahuan tersendiri yaitu teoritis- dan praktis; Pengetahuan teoritis menurut Meleis (2006, dalam Potter dan Perry, 2010) adalah termasuk didalarnnya refleksi dari nilai-nilai dasar, prinsip petunjuk, elemen dan fase dari sebuh konsep keperawatan. Tujuan pengetahuan teoritis merangsang pemikiran dan kreasi pengertian yang luas dari "ilmu" dan praktik disiplin keperawatan, oleh karena itu dibutuhkan pendekatan teori keperawatan dalam melakukan asuhan
keperawatan, dalam karya ilmiah ini penulis menggunakan
transitions theory atau teori transisi Meleis .. Kehidupan akhir adalah masa transisi yang kompleks/multiple, karena hams menghadapi masa pensiun, kehilangan pasangan dan ternan-ternan, perpindahan ke situasi kehidupan baru, berkembangnya penyakit kronis dan kelemahan adalah pengalaman yang dihadapi oleh lanjut usia (Meleis, 201 0). Transitions theory mulai dikembangkan oleh Maf Ibrahim Meleis.
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
10
Perkembangan Transitions theory dimulai pertengahan 1960, dan mulai digunakan dan dikenalkan pertama kali tahun 2002 -(Alligood, M.R dan Tomey, A.M., 201 0).
Transitions atau transisi adalah bagian antara dua peri ode· yang relatif stabil dari waktu atau masa kehidupan.Transisi adalah proses yang teijadi dari waktu ke waktu yang mengalir dan bergerak terns menerus dan dipicu oleh perubahan yang menyebabkan ketidakseimbangan dan pergolakan. Selama periode transisi individu menemukan banyak perubahan dan pengalaman barn naik dari dalam dirinya maupun dilua;r dirinya. Selama masa transisi akan menemukan ketrampilan bam, hubungan barn dan strategi koping barn untuk menjadi berkembang (Chick. dkk, dalam Meleis 2010).
Menurut Meleis (2010) transisi didefinisikan sebagai transisi yang tidak sehat atau transisi
tidak
efektif dalam
hubungannya
dengan
ketidakcukupan peran.
Ketidakcukupan peran adalah kesulitan dalam melakukan peran sosialnya akibat situasi yang berubah. Berdasarkan teori tersebut penulis dengan menggunakan
transitions theory sebagai sebuah pendekatan dalam menganalisis pelaksanaan asuhan keperawatan pada lansia adalah tepat, karena banyak aspek perubahan dalam lansia yang dapat mendorong lansia melewati
succesfull aging.
masa transisi sehingga mencapai
Teori tarnsisisi sebagai middle-range theory memberikan
pedoman bagi pelayanan keperawatan lanjut usia yang mengalami ganagguan fisik, amaupun psikologis juga untuk keluarganya sebagai caregiver. Dalam penelitian Rose dan Lopez (2012), teori ini telah diaplikasikan dalam memberikan pelayanan keperawatan pada lanjut usia yang mengalami dementia, dimana lanjut usia dengan dementia mengalami berbagai transisi seperti diagnosa dementia, dari perawatan rumah sakit beralih ke rumah atau masyarakat, perubahan peran caregiver.
Dari fenomena diatas, maka penulis tertarik untuk menuliskan karya ilmiah ini dengan dasar masalah apakah dengan menerapkan TKT lansia dan terapi Life
Review dapat membantu lansia dalam mencapai tugas perkembangannya dan menganalisanya menggunakan konsep dan model keperawatan. Dari rumusan
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
11
masalah tersebut makan penulis menarik suatu judul "Penerapan TKT lansia dan TKT Life Review dalam mencapai tugas perkembangan lansia dengan menggunakan Stres Adaptation Model dan Transitions Theory di RW 04 dan RW OS Kelurahan Sukadamai Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor".
1.2. Tujuan Karya llmiah 1.2.1. Tujuan umum
Diketahuinya penerapan TKT lansia dan terapi Life Review dalam mencapai tugas perkembangan lansia dengan menggunakan stres adaptation model dan transitions theory di RW 04 dan 05 Kelurahan Sukadamai Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor.
1.2.2. Tujuan khusus
1.2.2.1. Diketahuinya karakteristik lansia yang mendapatkan perawatan dengan pendekatan stres adaptation model dan
transitions theory di RW 04 dan 05
Kelurahan Sukadamai Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor. 1.2.2.2. Diketahuinya pelaksanaan TKT lansia dan terapi life review pada-lansia dengan pendekatan stres adaptation model dan transitions theory di RW 04 dan 05 Kelurahan Sukadamai Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor. 1.2.2.3. Diketahuinya pencapaian tugas perkembangan lansia sehat di RW 04 dan 05 Kelurahan Sukadamai Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor. 1.2.2.4. Dianalisisnya hasil perawatan dengan terapi keperawtan TKT lansia dan terapi lifo review dengan pendekatan stres adaptation model dan transitions theory di RW 04 dan 05 Kelurahan Sukadamai Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor.
1.3.
Manfaat Karya Ilmiah Akhir
1.3.1. Bagi Ilmu Keperawatan Jiwa
1.3.1.1.
Menjadikan evidence-based tentang peran perawat CMHN dalam
memberikan asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami masalah fisik dan psikologis, sehingga akan memperkaya ilmu keperawatan kesehatnjiwa.
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
12
1.3.1.2.
Memberikan
dasar
pemikiran
dan
pertimbangan
dalam
mengembangkan dan menerapkan terapi keperawatan jiwa spesialis dengan menggunakan model konsep keperawatan yang sesuai.
1.3.2. Aplikatif
1.3.2.1.
Hasil karya ilmiah dapat dijadikan panduan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada lansia di komunitas. 1.3.2.2.
Meningkatkan kemampuan lansia dan keluarganya dalam melakukan
perawatan pada lansia dan pencapaian tugas perkembangan lansia. 1.3 .2.3.
Meningkatkan dan mengembangkan berbagai strategi intervensi
keperawatan generalis dan spesialis dalam melakukan asuhan keperawatan pada lansia di komunitas. 1.3.2.4.
Masukan bagi pengelolan program kesehatan jiwa masyarakat baik
ditingkat Puskesmas maupun Dinas Kesehatan Kota Bog.or dalam menentukan kebijakan dan merencanakan program-program kesehatanjiwa dimasyarakat.
1.3.3. Bagi Riset Keperawatan
1.3 .3 .I.
Hasil karya ilmiah ini dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan
riset keperawatan yang berkaitan dengan pelayanan keperawatan kesehatanjiwa di masyarakat, khususnya pada lansia. 1.3.3.2.
Hasil karya ilmiah ini dapat dijadikan dasar pertimbanagan dan
pemikiran dalam mengembangkan lebih lanjut riset keperawatan berdasarkan evidence based keperawatan.
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
BAB2 TINJAUAN TEORI
Pada bah ini penulis akan membahas tentang tinjauan teori dari penulisan karya ilmiah ini. Tinjauan teori ini terdiri dari teori tentang CMHN, proses menua atau lanjut usia, terapi keperawatan spesialis dan teori keperawatan yang akan digunakan dalam pendekatan penerapan terapi spesialis. Tinjauan teori-teori tersebut selanjutnya akan digunakan untuk menyusun kerangka kerja dari karya ilmiah ini.
2.1. Proses Menua Lansia menurut WHO adalah individu yang beda direntang usia lebih dari 65 tahun ketas. Undang-undang kesehatan RI tahun 1998, menyebut usia lansia adalah 60 tahun ke atas. Menurut Gerontologi, usia lansia terbagi menjadi 3 yaitu lansia muda usia 60 sampai dengan 74 tahun, lansia tengah usia 75 sampai dengan 84 tahun dan lansia tua usia 95 tahun keatas (Townsend, 2010).
Penuaan menurut Stanley dan Beare (2007) adalah suatu proses yang normal dengan terjadinya perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diprediksi terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu.
2.1.1. Teori menua Teori menua menjelaskan tentang teori-teori yang berhubungan dengan proses menua, yang terbagi menjadi dua kategori yaitu teori biologis dan teori psikososial.
2.1.1.1. Aspek Biologis Teori biologis menjelaskan tentang perubahan sel fisik dari menua termasuk perubahan sel dalam sistem organ tubuh dan kemampuan untuk berfungsi secara adekuat dan bertahan dari penyakit. Teori Biologis terdiri dari teori genetik, "wear 13
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
14
and "tear" theory, teori lingkungan,teori imunitas, dan neuroendokrin.
(Townsend, 2011)
2.1.1.2. Teori Genetik Teori ini menjelaskan bahwa proses menua adalah proses yang tidak disadari yang terjadi dari waktu ke waktu yang ditandai dengan adanya perubahan di tingkat sel atau struktur jaringan. Teori ini didukung oleh faktor-faktor seperti perkembangan radikal bebas, kolagen dan lipofuscin yang menurun, peningkatan kejadian · kanker, dan penyakit autoimun sehingga mutasi ditingkat sel atau molekul. Faktor hereditas dan biologis tidak berada dibawah kendali manusia dan merupakan hasil struktur biologis, dan manusia tidak dapat mengubah faktor ini (Videbeck, 2008)
a.
Teori pemakaian dan aus Tubuh yang dipakai terus menerus dan adanya pengaruh readikal bebas serta akumulasi hasil metabolisme tubuh menyebakan kerusakan DNA, kolagen menurun, dan akumulasi pigmentasi menua. Menurut Luecnetto, 2006) menyampaikan bahwa tubuh manusia apabila digunakan terns
menerus akan mengalami keausan, hal ini disebabkan akibat tidak adanya peremaJaan.
b.
Teori Lingkungan Teori ini menjelaskan bahwa faktor lingkungan seperti zat karsinogen industri, sinar matahari, trauma, dan infeksi mempengaruhi proses menua. Dampak sekunder dari lingkungan lebih cepat mempengaruhi proses menua dibanding faktor primer proses menua itu sendiri.
c.
Teori Immunitas Teori ini menjelaskan adanya hubungan sistem imunitas dengan proses menua. Beberapa orang mengalami penurunan pertahanan tubuh terhadap benda asing, termasuk kecurigaan kejadian penyakit kanker dan infeksi. Fungsi Imun yang berkurang menyebabkan peningkatan respon autoimun Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
15
dalam tubuh, sehingga berkembanglah penyakit autoimun seperti rhematoid arthritis dan alergi terhadap makanan, akergi terhadap agent dari lingkungan.
d.
Teori Neuroendokrin Teori ini menjelaskan bahwa pr-oses menua teijadi -dikarenakan sekresi hormon yang melambat karena dampak reaksi sistem saraf. Hal ini terjadi pada kelenjar pituitary, thiroid, adrenal, dan kelenjar reproduksi.
2.1.1.3.
Aspek Psikososial
Teori psikososial berfokus kepada masalah sosial dan psikologis yang dapat mempengaruhi proses menua. Teori ini menjelaskan tentang perilaku dan kepribadian individu fase awal kehidupan akan menimbulkan reaksi selama fase akhir kehidupan. Hal ini yang disebut dengan proses dari "successful aging" (Abou-Saleh, 2011). a~
Teori Kepribadian Teori
1m
menjelaskan
tentang
perkembangan
psikologi
tanpa
menggambarkan tugas yang sepsifik pada kepribadian dewasa tua atau lansia. Menurut Murray (2009, dalam Townsend, 2010) mengemukakan bahwa tidak ada perubahan kepribadian yang spesifik yang terjadi pada lansia.
b. Teori Tugas perkembangan Tugas perkembangan adalah kegiatan dan tantangan yang harus dicapai seseorang pada tahap-tahap tertentu dalam kehidupannya untuk mencapai sukses di hari tua. Erikcson (1996 dalam Townsend 2010) mengemukakan bahwa tugas utama di usia tua adalah seseorang yang mampu mencapai interigitas dalam kehidupannya. Dengan tidak adanya pencapaian tugas perkembangan yang baik, menyebabkan lansia mengalami resiko · penyesalan dan keputuasaan. Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
16
c. Teori Pelepasan Teori ini menjelaskan tentang proses penarikan diri lansia dari peran sosial dan tanggungjawabnya. Menurut teori ini , penarikan diri diprediksi, sistematis, tak terelakkan dan diperlukan untuk berfungsinya masyarakat yang berkembang. Lansia mengatakan perasaan lega dan bahagia apabila kontak sosial dan tanggungjawabnya digantikan oleh generasi muda. Keuntungan dari penarikan diri ini memberikan waktu bagi lansia untuk melakukan refleksi terhadap keberhasilan kehidupan sebelumnya dan menghadapi harapan-harapan yang belum terpenuhi. Dan kesempatan ini juga digunakan lansia untuk mentransfer kekuatannya kepada generasi berikutnya. (Stanley & Beare, 2007)
d. Teori Aktifitas Teori aktifitas secara langsung bertentangan dengan teori pelepasan, dimana lansia yang sukses adalah lansia yang tetap aktif diusia tuanya. Hubungan positif antara memelihara interaksi yang bermakna satu sama lain antar kesehatn fisik dan psikologis. Sadock dan Sadock (20 10) mengemukakan bahwa integritas sosial
sebagi faktor utama dalam
mengantar !ansi amelakukan adapatsi · psikososial dalam kehidupan · akhimya. Lansia dengan kemampuan memlihara integritas sosial yang baik akan sangat penting bagi kepuasan dirinya, harga diri dan kesehatannya.
e. Teori KesinambunganTeori ini juga dikenal sebagi teori perkembangan, sebagai kelnajutan dari teori pelepasan dan teori akitfitas. Teori ini menekankan bahwa individu mengembangkan koping dan karaktemya dalam menyesuaikan dengan perubahan proses menua. Pemeliharaan kontinuitas · internal termotivasi oleh kebutuhan akan pelestarian harga diri, integritas ego, fungsi kognitif dan dukungan sosial. ·Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
17
2.1.2. Tugas perkembangan lanjut usia
Tugas perkembangan lanjut usia menurut Erickson dalam theory of psychosocial development (Teori Perkembangan Psikososial); lanjut usia itu terletak pada tahap ke delapan perkembangan psikososial yang tetjadi pada usia sekitar 60 atau 65 ke atas adalah tercapainya Integritas ego vs Keputusasaan (integrity vs despair), artinya apabila lanjut usia mampu melaksanak:an tugas perkembangan sesuai tahapan perkembangan · lanjut usia maka akan tercapai integritas ego yang baik. Integritas ego yang baik ditandai dengan kemampaun individu dalam menerima memaknai hidup yang dialaminya dan bila individu tidak mampu mencapai intergritas ego akan tetjadi keputusasaan atau despaired. Keputusasaan ditandai dengan perasaan marah, depresi, tidak adekuat, merasa gagal dan takut terhadap kematian (K.AHSA, 2007). Menurut Potter dan Perry (2009) tugas perkembangan lanjut usia adalah bagaiamana lanjut usia mampu melakukan adaptasi dengan perubahan fisik dan psikososial yang dihadapi lanjut uisa.
Tugas perkembangan lansia menurut Havighurst, dalam Stanley dan Beare (2007) adalah; 1) menyesuaikan diri terhadap penurunan kekuatan fisik dan psikis, 2) menyesuaikan diri terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan, 3) menyesuaikan diri terhadap kematian pasangan dan orang penting lainnya, 4) membentuk gabungan eksplisit dengan kelompok yang seusia dengannya, 5) memenuhi kewajiban-kewajiban sosial, 6) menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga, membentuk kepuasan pengaturan kehidupan fisik.
Penelitian Storges, Stewart, & Duncan (2008) pada 92 wanita usia lansia antara usia 53-65 tahun untuk melihat perkembangan integritas egonya dengan mengukur integritas ego menggunakan skala integritas ego yang telah dikembangan Ryff dan Heincke sejak tahun 1983. diri. Integritas ego yang terdiri dari 9 item pertanyaan yanang berkaitan dengan dimensi penerimaan masa lalu tanpa penyesalan, kekecewaan dan adaptasi terhadap kegagalan, kurangnya kecemasan akan kematian, perasaan puas dengan diri dan orang lain, dan kelanjutan kehidupan sekarang hidup bermakna tanpa khawatir tentang masa depan yang tidak dapat diketahui. Nilai Universitas- Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
18
komposit dari instrument ini adalah antara 9-54, dengan skor yang semakin tinggi menunjukkan tingka intergritas ego yang tinggi (Hoang, 2009). (instrumen skala integritas ego dapat dilihatdalam lampiran).
2.1.3. Terapi Spesialis pada Lanjut usia Perawatan pada lansia menurut Beare & Stanley (2006) tidak hanya terbatas di rumah sakit, fasilitas rehabilitasi, klinik khusus lansia, tapi diberikan juga pada lansia di rumah (tempat tinggal pribadi) dan panti khusus lansia.
Selanjutnya intervensi keperawatan pada tingkat lanjut atau kita kenai sebagai tindakan keperawatan spesialis jiwa salah satunya adalah psikoterapi, terapi diberikan kepada seseorang dengan mengkaji perasaan, sikap, cara berpikir dan perilaku
kemudian membuat perubahan yang positif (Videbeck, 2008).
Pengertian lainnya disampaikan oleh Hervoc (2006) bahwa psikoterapi adalah proses terapi masalah psikologis melalui komunikasi memperhatikan struktur, prinsip dan tehnik yang profesional dari terapis, Hal ini sesuai yang disampaikan Agustanti (2007) dan NHS (2013} bahwa perawat kesehatan jiwa merupakan salah satu profesi yang dapat melaksanakan psikoterapis selain psikiater dan psikolog. Psikoterapi ini bisa dilaksanakan secara individu maupun berkelompok, apabila dilaksanakan dalam kelompok maka peserta dapat melakukan interaksi dan komunikasi dengan orang lain sehingga nantinya mempel~ari dan berubah ke arah hal positif, oleh karena cocok digunakan klien dengan diagnosis seperti depresi {Videbeck, 2008).
a.
Terapi Kelompok Terapeutik (TKT) Lansia
Terapi kelompok terapeutik adalah terapi yang diberikan kepada sekumpulan orang yang memiliki hubungan satu sama lain, saling bergantung, dan memiliki norma-norma umum (Townsend, 2011). Tujuan terapi kelompok terapeutik, mempertahankan homeostasis {Montgomery, 2002), berfokus pada disfungsi perasaan, pikiran dan perilaku; membantu mengatasi stress emosi, penyakit fisik, krisis tumbuh kembang atau penyesuaian sosial. Secara garis besar tujuan dari Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
19
terapi kelompok terapeutik adalah mengantisipasi dan mangatasi masalah dengan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anggota kelompok itu sendiri {Keliat, 2005). Terapi kelompok terepeutik ini dapat diberikan kepada semua tingkat usia sesuai tahap tumbuh kembangnya dan dapat dilakukan secara kelompok maupun secara individu. Tahapan dalam terapi kelompok terapeutik ini dikembangkan oleh Mackenzie, (1997) dan modifikasi dari Townsend, (2009) berupa tiga langkah terapi kelompok terapeutik yang terdiri dari fase orientasi, fase keija dan fase terminasi. Menurut Stuart dan Laraia (2005) TKT terdiri dari tiga langkah. yang berisi fase pre group, fase initial, dan fase terminasi (dalam Trihadi, 2009). Terapi kelDmpok terapeutik diharapkan dapat meningkatkan kemampuan adaptasi lansia terhadap proses perubahan. Terapi ini dilakukan pada kelompok lansia sehat, fokus terapi ini adalah stimulasi adaptasi pada perubahan aspek biologis, aspek seksual, aspek sosial, aspek psikososial, dan aspek spiritual.
Terapi ini telah dikembangkan oleh Fakultas Ilmu Keperawatan UI (2011), dimana berdasarkan modul yang dibuat tersusun tahapan dari TKT lansia yaitu sesi satu adalah stimulasi adaptasi perubahan aspek biologis dan seksual, sesi kedua adalah stimulasi adaptasi perubahan aspek kognitif, sesi ketiga adalah stimulasi adaptasi perubahan aspek afektif (emosional), sesi ke empat adalah stimulasi adaptasi perubahan aspek sosial dan sesi kelima adalah stimulasi adaptasi perubahan aspek spiritual dan sesi keenam adalah sharing dan evaluasi kemampuan integritas diri lansia.
b.
Terapi life review
Terapi Life review adalah alat terapi yang dapat mengeksplorasi pengalaman hidup masa lalu, kekuatan dan prestasi dari orap.¥ tua dan membawa cerita sampai sekarang dalam rap.gka untuk mengatasi stadium akhi.r..hidup seseorang integritas vs putus asa sesuai teori Erikson. Tahap terapi ini merupakan tantangan utama orang dewasa yang lebih tua dalam melestarikan pemeliharaan hidup sehat seseorang dalam menghindari krisis seperti depresi (Mitchell 2009). Terapi Life Review mengacu pada teori Erickson tahun 1950 bahwa seseorang harus berhasil Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
20
menyelesaikan setiap tahap kehidupannya dengan tugas masing-masing tiap tahap yang berbeda, sebelum diteruskan ke tahap berikutnya. Keberhasilan pencapaian pada tahap akhir yaitu usia lanjut akan meningkatkan integritasnya. Terapi life
review telah direkomendasikan untuk pengobatan depresi pada lansia (Scogin, Walsh, Hanson, Stump, & Coates, 2005). Pada penelitian Serrano, dkk (2004) terhadap 20 lansia dengan usia antara 65-93 tahun yang mengalami depresi tanpa demensia, telah diberikan terapi life review selama 2 minggu dengan hasil menurunkan depresi dan meningkatkan kepuasan hidup. Penelitian Selva (2012) terhadap 37 lanjut usia yang diberikan terapi life review dan terapi suportif, dengan hasil penurunan gejala depresi yang lebih tinggi pada pemberian terapi life
review dibandingkan dengan terapi suportif.
Penelitian Misesa (2012) terhadap usia lanjut di PTSW Sintang Rangkang palangkaraya yang diberikan terapi life review untuk mengatasi depresi, dan masalah keperawatan seperti isolasi sosial, harga diri rendah, ketidakberdayaan, dan keputusasaan. Hasil dari penelitian tersbut adalah terapi life review dapat menurunkan depresi dan masalah keperawatan.
Lestari, Hamid dan Wardani (2012) tentang terapi telaah pengalaman hidup terhadap tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Martapura dan Banjarbaru Kalimantan Selatan, dimana hasilnya ada penurunan tingkat depresi dari 53,73% menjadi 28;47%.
Tujuan Terapi Life Review Tujuan T~rapi Life ~Fiew rrwrn¥llt SerAAJlo, LatP.rr~. Oatz & Montfmys (2004);:
~·
rvf~pce~tffi 4~ mrnam-fm~f 4rllftl~f
lJ.
M~nip~atk~ kepua&qn
~!
Me!lln~k~l~~ pemwijtijn dhi
d.
Meningkatkan harga din
e.
Membantu lansia menghadapi krisis, kehilangan dan masa transisi
£
Mehmgkatkan kiutlitas hidup Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
21
g.
Mengatasi keputusasaan
Indikasi Terapi Life Review
Indikasi
medis terapi Terapi Life Review adalah Depresi ringan - sedang
Demensia.
Indikasi
diagnosa
keperawatan
adalah
Harga
diri
rendah,
Ketidakberdayaan, Keputusasaan, Isolasi sosial, Koping individu tidak efektif, Ansietas. Me-review atau mengulang kejadian yang positif maupun negatif sepnajang kehidupan usia lanjut akan memberikan kesempatan kepada lansia untuk mengekspresikan perasaan depresi dan keputusasaan. (Mauk, 2010).
Prinsip Terapi Life Review
Gibson, 2004 dalam Mitchell (2006) menyampaikan bahwa Terapi Life review merupakan terapi dengan proses yang komplek tetapi konsisten dengan 4 komponen bagian yang saling berkaitan yaitu : 1) Remembering, menyadari adanya suatu kenangan, 2) Rec~ll, membagikan kenangan dengan orang lain baik secara verbal atau nonverbal; 3} Keview~ melalrukru1t'~afilasi.terhadap kenangan, 4) Reconstruction, membua{ I fflelakukan sesuatu bentpa tanda yang mewakili kenangan tersebut.
Selain itu, ada tiga elemen dalam terapi Life review elemen yaitu pertama integrasi kejadian yang sulit di masa lalu, kedua membangun sebuah cerita kehidupan yang membantu partisipan untuk mengatasi peristiwa kehidupan sekarang dan ;merumuskan tujuan baru, ketiga pengambilan kenangan spesifik yang positif yang dapat membangun cerita kehidupan baru (Korte, Bohlmeijer, Cappeliez, Smit, & West~rhof, +
1
2012),.
.!:·.:·.
·:
.' '.
I
; •(
I
• I
J
'
~
:
•
Keliat dkk,1995 menyebutkan tahapan pada lifo review yaitu 1). ventilasi, meiJ.gekspr~&m:an
ataq 4Saha penyelesaian Ulfi.S~ah, 2). ~ksplorasi, rnenggali lebih
dalam masalah atau kejadian yang telah lampau
dan menjelaskannya, 3).
elaborasi, meluaskan dengan fokus pada gambaran masalah secar rinci, 4). katarsis yaitu ekspresi perasaan sehingga energi psikis tersebut dilepaskan, 5). Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
22
menerima masalahnya bila perasaan yang disupresikan sehingga energi psikis dilepaskan, 6). mengintegrasikan kejadian yang dikenang dalam salah satu nilai sistem, kepercayaan atau fantasi. Hasil akhir life review adalah melepaskan energi (emosi dan intelektual) sehingga dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi pada saat ini.
Metode Terapi Life Review Ada 2 (dua) metode pelaksanaan terapi life review (Lehman, Capezuti & Gillespie (20 11) adalah oral dialogue dan writting. Metode Oral Dialogue adalah metode lifo review dengan bercerita untuk mengingat kembali pengalaman di masa lalu. Metode ini menggunakan 2 pendekatan yaitu individual dan kelompok. Pendekatan secara individual dimana klien bercerita langsung pada terapis dan terapis mendengarkan. Pendekatan dalam kelompok, terapis memimpin kegiatan dan dapat pula dibantu oleh fasilitator. Pendekatan hams eksplisit tentang cerita hidup ke arah identitas diri yang positif meliputi review yang sitematis dari peristiwa hidup mulai masa kanak-kanak hingga masa sekarang ini. Interaksi dalam kelompok dapat dilakukan dengan tehnik permainan dan bergiliran. Terapi life review yang dilaksanakan secara berkelompok dapat memberikan keuntungan terapeutik seperti dukungan sosial dari anggota. Metode Writing atau menulis merupakan metode dengan mengekspresikan tindakan menulis pengalaman melalui tulisan kata-kata. Individu diminta untuk menuliskan tentang emosi atau peristiwa hidup yang traumatik tanpa dilebih-lebihkan atau dibuat-buat untuk menyingkap perasaan dan suasana hati seseorang.
Beberapa pertanyaan yang diajukan perawat untuk melaksanakan
terapi life
review mengacu format Haight's life review and experience (Haight, 1989 dalam Collins. 2006)
adalah berkaitan dengan peristiwa yang menyenangkan dan
menyedihkan dari setiap tahap usia pada masa kanak-kanak, remaja, dewasa dan lanjut usia. Langkah-langkah terapi life review terakhir telah dikembangkan dalam penelitian Misesa (2012) yang menyusun terapi life review menjadi4 sesi, yaitu 1) menceritakan pengalaman yang menyenangkan dan tidak menyenangkan pada Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
23
masa kanak-kanak, 2). menceritakan pengalaman yang menyenangkan dan tidak menyenangkan pada masa remaja,
3).
menceritakan pengalaman yang
menyenangkan dan tidak menyenangkan pada masa dewasa; 4); menceritakan pengalaman yang menyenangkan dan tidak menyenangkan pada masa anaksampai lansia.
2.2.
Community Mental Health Nursing atau CMHN
Community Mental Health Nursing atau keperawatan kesehatan jiwa diawali dengan konsep praktik keperawatan berbasis komunitas, dimana pelayanan menempati lingkungan masyarakat seperti di rumah dan di klinik yang berfokus pada kebutuhan individu, kelompok, keluraga dan masyrakat. (Potter dan Perry, 2009). Pelayanan praktik keperawatan berbasis komunitas terdiri dari pencegahan primer, sekunder dan tersier. Salah satu basis keperawatan berbasis komunitas adalah pelayanan kesehatan primer atau Primary Health Care. Tujuan pelayanan dalam pencegahan primer adalah mengurangi kejadian ganggguan jiwa dalam populasi, tujuan intervensi dalam pencegahan sekunder adalah meminimalkan gejala awal dan mengurangi prevalensi dan durasi gangguan jiwa, sedangkan tujuan dari pencegahan tersier adalah mengurangi cacat residual
yang
berhubungan dengan gangguan jiwa.
WHO (2008) dalam perspektif global mengemukakan juga tentang tujuh alasan mengenai integrasi kesehatan jiwa ke dalam kesehatan primer, yaitu 1). be ban sosioekonomi yang besar yang dirasakan individu dan keluarga dengan gangguan jiwa, 2).
adanya hubungan yang tak terpisahkan antara kesehatan mental dan
fisik, 3). adanya gap treatment yang besar sekali pada gangguan jiwa, 4). integrasi kesehatan jiwa melalui perawatan primer akan meningkatkan akses pelayanan kesehatan jiwa yang lebih luas tidak hanya kepada individu tetapi juga untuk keluarga dan masyarkat,
5). Perawatan primer untuk kesehatan jiwa
mempromosikan pengahargaan terhadap hak asasi manusia, 6). Perawatan primer
Universitas ·Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
24
untuk: kesehatan jiwa terjangakau dan dengan biaya yang efektif, 7). Perawatan primer untuk kesehatan jiwa menghasilakn outcome yang baik.
Target pencegahan primer dalarn Community Mental Health adalah individu dan lingkungan, dengan penekanan pada dua hal yaitu membantu individu untuk: meningkatkan kemarnpuan individu dalarn mengatasi stres secara efektif dan terget dalarn mengurarngi kekuatan stres dalarn lingkungan (Townsend, 2011). Menurut Stuart (2009) dalarn kesehatan berbasis komunitas menyebutkan bahwa pasien adalah masyarakat bukan hanya individu dan berfokus pada angka kesehatan jiwa dan penyakit di masyarakat secara keseluruhan termasuk faktorfaktor yang mendorong dan menghambat kesehatan mental masyarkat. Menurut Townsend (20 11) bahwa fokus keperawatan pada pencegahan primer adalah ditujukan pada kelompok resiko dan program pendidikan kesehatan, sebagai contoh mengajarkan pada orangtua tentang perkembangan anak, mengajarkan pada orangtua dan guru tentang efek fisik dan psikologis dari alkohol dan penggunaan obat terlarang pada anak usia sekolah dan remaja. Community Mental Health adalah lapangan praktis yang mengupayakan pemenuhan kebutuhan
gangguan jiwa, mencegah gangguan jiwa dan meningkatkan kesehatan mental masyarakat (WHO, 2005)
Community Mental Health Nursing (CMHN) atau model keperawatan kesehatan
jiwa merupakan
perawatan keperawatan yang komperehensif, holistik dan
paripuma yang berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa, rentan terhadap stres (resiko gangguan jiwa) dan dalarn tahap pemulihan serta pencegahan kekarnbuhan (gangguan jiwa) (Keliat, dkk., 2010). CMHN pada awalnya digunakan untuk membantu masyarakat menyelesaikan masalah-masalah kesehatan jiwa akibat kon:flik, tsunami, gempa, maupun bencana lainnya. CMHN diwujudkan dalarn bentuk: Desa Siaga Sehat Jiwa, akan menggarnbarkan pendekatan manajemen dalarn menerapkan layanan kesehatan jiwa bagi seluruh masyarak:at yang bermukim di desa tersebut. Pendekatan yang empat pilar.
Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
25
2.2.1. Pelaksanaan CMHN Menurut Keliat, dkk (2010) pelaksanaan CMHN terdiri dari 4 pilar, yaitu: a) Pilar I yaitu manajemen pelayanaan kesehatan jiwa komunitas; b) Pilar II adalah manajemen pemberdayaan kader kesehatan jiwa; c) Pilar III adalah kemitraan lintas sektor dan lintas program; dan d) Pilar IV adalah manajemen kasus kesehatan jiwa berupa asuhan keperawatan jiwa.
2.2.1.1.
Pilar I : Manajemen pelayanan kesehatan jiwa komunitas
Kegiatan dalam manjemen pelayanan jiwa komunitas terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian (Gillies, 2010). Menurut Swanburg (2000) manajemen didefinisikan sebagi ilmu atau seni tentang cara memanfaatkan sumber daya secara efisien, efektif, dan· rasional· untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Manajemen keperawtan adalah proses beketja melalui banyak orang untuk memberikan asuhan, pengobatan dan bantuan terhadap pasien (Gillies, 201 0). Kegiatan dalam perencanaan diantaranya adalah menyusun visi; misi, rencana harian, bulanan dan tahunan. Kegiatan dalam pengorganisasian diantaranya menyusun struktur orgarnsasi, mmebuat daftar keluarga berdasarkan masalah sehat, resiko dan gangguan, melaksanakan musyawarah masyarakat desa. Kegiatan dalam pengarahan terdiri dari melakikan supervisi terhadap kader kesehatan jiwa, menciptakan iklim motivasi dan pendelegasian. Kegiatan pengendalian terdiri dari evaluasi indikator mutu kesehatan jiwa, audit dokumentasi,.dan monitoring evaluasi terhadap kemampuan kader kesehatanjiwa dan kemampuan pasien dan keluarga (Keliat, dkk., 2010). Menurut Gillies (1989, dalam Keliat, dkk., 201 0) manajemen adalah proses menyelesaikan peketjaan melalui oranglain.
2.2.1.2.
Pilar II : Pemberdayaan kader kesehatan jiwa
Kegiatan pemberdayaan kader kesehatan jiwa terdiri dari melakukan rekruitmen kader kesehatan jiwa, melakukan seleksi, memberikan pelatihan untuk kader Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
26
kesehatan jiwa dan melakukan penilaian konerka kader kesehatan jiwa (Keliat, dkk., 201 0).
2.2.1.3.
Pilar III : Kemitraan lintas sektoraldan program
Kegiatan dalam kemitraan lintas sektor dan program meliputi mengadakan rapat koordinasi dengan lintas sektor dan program, kolaborasi dengan dokter, melakukan lokakarya mini, melakukan rujukan pasien (Keliat, dkk., 201 0).
2.2.1.4.
Pilar IV : Manajemen kasus kesehatan jiwa
Kegiatan perawat dalam melakukan manajemen asuhan keperawatan jiwa di komunitas pada individu, keluarga dan kelompok baik dengan masalah sehat, resiko maupun gangguan jiwa. Pada kelompok sehat terdiri dari usia bayi (0-1 tahun), usia toddler (1-3 tahun), usia pra sekolah (3-6 tahun), usia sekolah (6-12 tahun), usia remaja (12-18 tahun), usia dewasa muda (18-25 tahun), dewasa (2545 tahun), dewasa madya (45-60 tahun) dan lanjut usia (60 tahun keatas. Kelompok
resiko
terdiri
dari
masalah
psikososial
seperti
cemas,
ketidakberdayaan, keputusasaan, berduka disfungsi. Kelompok gangguan jiwa terdiri dari gangguan halusinasi, resiko perilaku kekerasan, isolasi sosial, waham, harga diri rendah, defisit perawatan diri.
Terapi keperawatan yang dilakukan
dapat dikelompokkan menjadi terapi generalis dan terapi spesialis (Keliat, dkk., 2010). Selain itu juga terdapat kegiatan community activity yang melibatkan pasien, keluarga dan perawat di Puskesmas seperti terapi aktifitas kelompok/TAK untuk pasien gangguan, psikologi rehabilitasi, swabantu help group/SHG untuk keluarga pasien dengan gangguan jiwa dan kegiatan usaha kesehatan jiwa sekolah!UKSJ (Keliat, dkk., 201 0).
Selain dari 4 pilar diatas, Stuart (2013) mengemukakan bahwa salah satu elemen dalam community-based psychiatric nursing care adalah perawatn klien yang terkoordinasi dan terintegrasi yang artinya koordinasi dilakukan ke berbagai sistem kesehatan yang ada termasuk perawatan spesialis, rumah sakit, pelayanan masyarkat dan dukungan sosial. Hal tersebut mengindikasikan bahwa msyarakat Universitas mdonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
27
dan dukungan sosial terlibat dalam pengelolaan klien yang sakit maupun sehat yang ada di masyarakat.
2.3.
Teori dan ModelKonseptualKeperawatau
Teori dam model keperawatan yang pebulis gunakan dalam analisis karya ilmiah akhir ini adalah stres adaptatiom model yang dikembangkangkan oleh Gail W Stuart dan Transition theory oleh Afaf Ibrahim Meleis.
2.3.1. Stres Adaptation Model Model adaptasi stres yang dikembangkan oleh Stuart yang menggambarkan perspesktif yang holistik dari aspek biologis, psikologis dan sosiokultural dari klien atau individu. Skema atau gambar 2.1 menggambarkan tentang model adaptasi stres tersebut.
Penilaian terhadap stresor
Sumber koping
u
Skema 2.1. Model Stres dan Adaptasi Stuart, diambil dari Stuart {2013)
Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
2&
2.3.1.1.
Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor resiko yg mempengaruhi jenis & jumlah sumber yg dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Faktor predisposisi terbagi dalam tiga bentuk yaitu biologis, psikologis dan sosiokultural. Aspek biologis berkaitan dengan latar belakang genetik, status nutrisi, keadaan kesehatan umum, keterpaparan terhadap zat toxin. Aspek psikologi berkaitan dengan intelegensi, kemampuan verbal, moral, kepribadian, pengalaman masa lalu, konsep diri, motivasi, pertahanan psikologi, dan kontrol diri. Sosiokultural berkaitan dengan usia, gender, pendidikan, hasil pekerjaan, posisi sosial, latar belakang budaya, religius dan kepercayaan (Stuart, 2013).
2.3~1.2.
Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi adalah stimulus yangg dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan dan yang memerlukan energi ekstra untuk koping atau pemecahan masalah. Faktor presipitasi perlu dikaji lebih dalam sifat, waktu dan jumlah. Faktor presipitasi berkaitan dengan kejadian hidup· yang poenuh stres, seperti aktifitas sosial, lingkungan, dan aturan sosial budaya artinya bisa bersifat nature atau alami atau origin dan bisa datang dari dalam diri dan di luar diri individu (Stuart, 2013).
2.3.1.3.
Penilaian-terhadap stresor
Penilaian terhadap stressor adalah suatu evaluasi tentang makna stressor bagi kesejahteraan seseorang dimana stressor mempunyai makna, intensitas, dan penting dalam interpretasi seseorang yang beresiko mengalami stres. Penilaian stresor berdasarkan kognitif, afektif, fisiologi, tingkah laku dan sosial (Stuart, 2013).
2.3.1.4.
Sumber Koping
Sumber koping
adalah pilihan atau
strategi yang akan digunakan dalam
mengahadapi stres. Sumber koping ini terdiri dari kemampuan yang dimiliki individu, dukungan sosial (ternan, keluarga dan masyarakat), material aset Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
29
(sumber keuangan, tempat pelayanan kesehatan), dan keyakinan yang positif dari individu (Stuart, 2013).
Menurut Friedman (2010) kurangnya sistim pendukung yang dimiliki oleh klien dapat mendorong perilaku yang diperlihatkan klien menjadi kurang adaptif. Menurut Keliat et al (2011) salah satu tujaun dari tindakan keperawtan untuk lansia adalah keluarga mampu menjelaskan perilaku yang menggambarkan perkembangan psikososial lansia yang normal dan menyimpang, mampu menjelaskan cara memfasilitasi perkembangan psikososial usia lanjut, mampu melakukan tindakan untuk memfasilitasi perkembangan psikososial usia lanjut, mampu merencanakan stimulasi untuk mengembangkan kemampuan psikososial usia lanjut artinya disini peran keluarga sangat penting dalam membantu lansia mempertahankan status kesehatanya. Menurut Bisconti & Bergemen (1999), memiliki jaringan sosial dapat membantu mengurangi stres dan menghilangkan penyakit. Dukungan sosial juga memiliki pengaruh positif yang kuat terhadap kemampuan melakukan koping serta beradaptasi (Buchanan, 1995).
Material aset atau sumber keuangan berkaitan dengan status sosioekonomi individu dimana akan berpengaruh kuat pada kesehatan individu, termasuk apakah individu memiliki asuransi dan akses yang adekuat untuk mendatangi tempat pelayanan kesehatan atau untuk memperoleh terapi yang dibutuhkan (Videbeck, 2008).
Keyakinan positif klien dan dukungan spiritual akan membantu klein melakukan koping terhadap stres dan penyakit (Videbeck, 2008). Menurut penelitian Nelson (1989) tentang perbedaan budaya orientasi keagamaan pada lansia ynag
mengalami depresi, mengemukakan bahwa orientasi keagamaan bermanfaat sebagai mekanisme koping dan sumber dukungan sosial untuk lansia yang mengalami depresi.
Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
30
2.3.1.5.
Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah cara yang digunakan dalam menghadapi atau mengatasi stres, bisa konstruktif atau destruktif. Konstruktif adalah penyelesaian beroreintasi pada tugas yang menghasilkan individu akan beradaptasi dengan sehat terhadap stres. Destruktif menunjukkan penyelesaian yang berorientasi pada ego dan menghasilkan individu yang beradaptasi secara maladaptif atau tidak sehat terhadap stres (Stuart, 2013).
Dalam pengelolaan lanjut usia dimana lanjut usia mengalami kemunduran fisik, psik-ologis dan sosial, maka diperlukan pengkajian tambahan untuk melengkapi data dan masalah keperawatan yang diangkat agar lebih akurat. Pengkajian yang diperlukan adalah mini mental status examination (MMSE) atau pengkajian sederhana status mental, pengkajian resiko jatuh, pengakajian kemandirian dalam beraktifitas dengan indeks KATZ, dan pengkajian tingkat depresi. semua alat pengkajian terlampir.
2.3.2. Transition Theory Teori keperawatan yang dipakai penulis dalam pembahasan karya ilmiah ini adalah teori transisi Teori transisi dikembangkan oleh Afaf Ibrahim Meleis.
Transitions theory di latar belakangi oleh multiple theory. Latar belakang pertama adalah bidang keperawatan yang di dukung dengan sosiologi, interaksi antar manusia dan teori peran. Meleis, melalui pengalaman dalam beberapa proyek penelitian, program pendidikan, dan pengalaman praktis di rumah sakit maupun di masyarakat mengembangkan teori transisi. Transisi adalah proses yang teijadi dari waktu ke waktu yang mengalir dan bergerak terns menerus dan dipicu oleh perubahan yang menyebabkan ketidakseimbangan dan pergolakan. Selama periode transisi individu menemukan banyak perubahan dan pengalaman bam naik dari dalam dirinya maupun diluar dirinya. Selama masa transisi
akan
menemukan ketrampilan barn, hubungan barn dan strategi koping barn untuk menjadi berkembang (Chick. dkk, dalam Meleis 2010).
Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
31
Konsep utarna dari middle range theory : transitions theory meliputi tipe dan pola transisi, pengalarnan transisi, kondisi yang mendukung dan mengharnbat transisi, indikator proses dan hasil, keperawatan terapeutik (Alligood dan Tomey, 2010).
Types Developmental Situational Health/illness Organizational
~
Patterns Single Multiple Sequential Simultaneus Related Unrelated Properties Awareness Engagement Change and difference Transition time span Critical point and
Patterns of Response
Transition condition: Facilitators and inhibitors
Nature of Transition
..._
Personal Meanings Cultural beliefS & attitudes Sosioeconomic status Preparation & knowledge
I
+-
I Community ] "'I
&
~
\ Society
I
Outcome indicators Mastery Fluid integrative identities
1
+-
Skema 2.2. Transitions (dalam Meleis, 2010)
!-----+
Process indicators Feeling connected Interactions Locating and being situated Developing confidence &
I
Nursing Therapeutics
A Middle-range theory; Meleis, dkk 2000
Garnbaran teori narnpak jelas adanya input atau penyebab kejadian sebagai pintu masuk ke masa transisi seperti pertumbuhan dan perkembangan, situasi dan kondisi sehat sakit. Proses transisi berjalan dipengaruhi oleh makna hidup, budaya pengetahuan dan sosioekonomi. Dalarn intervensi keperawatan tidak hanya melibatkan individu tetapi masyarakat dan 1ingkungan sosialnya. Teori transisi untuk keperawatn lanjut usia dikembangkan oleh Schemacher, Jones, & Meleis (1999, dalam Meleis 2010) dalarn penelitiannya tentang membantu usia Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
I
32
lanjut dalam masa transisi sebagai kerangka keija penelitian dan praaktik mengemukakan tentang model transisi seperti pada skema 2.3.
Process indicators
Tvpes
Healthy_ transition processes:
1---
Developmental Situational Health/illness
~ .
L
I Lansia
I
~
Patterns Single Multiple Sequential Simultaneus Related Unrelated
-
Redifining meaning/awarenness ModifYing expectations Restructuring life routines Developing knowledge and skills Maintaining continuity Creating new choicesfinding opportunities for growth
Un healthy_ transition processes: Resisting new meanings Maintaining unrealistic expectations Clinging to former routines Avoiding new knowledge and skills Experiencing unnecessary discontinuity Refusing opportinities to grow
Minimal symtom Optimal JUnctional status F eelling of connectedness Sense of empowerment Sense of integrity
Nursing therapeutics Assesment Reminiscence Role suplumentation Creation ojhealthy Enviroment Mobilization ofresourch
Process indicators Minimal symtom Optimal JUnctional status Fee/ling of connectedness Sense of empowerment Sense of integrity
Skema 2.3. Transisi : kerangka kerja dalam Keperawatan Usia Lanjut (Schumacher, Jones & Meleis; 1999) 2.3.2.1.
Tipe dan pola transisi
Tipe atau jenis transisi adalah perkembangan manusia, kesehatan dan penyakit, situasi dan organisasi. Perkembangana manusia dari mulai lahir sampai lanjut usia dan kematian, kesehatan dan penyakit termasuk pemulihan dari sakit, pulang dari perawatan dirumah sakit, diagnosa penyakit kronis. Menurut Meleis (20 10), masalah kesehatan dapat muncul dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik masalah fisik dan psikologis seperti masa anak menuju masa remaja berkaitan dengan potensi masalah kesehatan yang muncul yaitu pembentukan Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
33
identitas diri, penyalahgunaan obat, masalah seksual kehilangan kasih sayang ibu; mas a transisi dari masa dewasa ke lanjut usia berhubungan dengan hubungan integritas lansia, pensiun, penyakit kronis.
Situasi adalah situasi atau kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi kehidupan klien (Alligood dan Tomey, 2010). Meleis (2020) memberikan contoh dari situasi yang menyebabkan transisi adalah perubahan dalam struktur keluarga seperti kelahiran bayi, kematian anggota keluarga, anggota keluarga yang sakit. Transisi dari sehat ke sakit, menjelaskan bahwa terjadinya perubahan peran individu dari dari kondiosi sehat ke sakit atau sebaliknya dari sakit menjadi sehat. Perubahan peran melibatkan tidak hanya individu tetapi juga keluarga dan lingkungan (Meleis, 201 0). Menurut Schumacher & Meleis (1994), transisi dari perawatan di rumah sakit menuju perawatan di rumah atau masyarakat sangat penting dan perlu dipahami oleh tenaga kesehatan, dengan peralihan pelayanan kesehatan tersebut akan meningkatan pelayanan kesehatan berkelanjutan dan biaya pelayanan kesehatan menjadi lebih efktif.
Pola transisi terdiri dari multiple dan komplek, artinya satu waktu yang bersamaan individu bisa mengalami berbagai macam transisi dan lebih dari satu. Penelitian Rose dan Lopez (20112) tentang transisi pada perawatan dementia : teori yang mendukung peran perawat, menemukan bahwa lanjut usia mengalami transisi lebih dari satu yaitu diagnosis dementia, pulang dari perawatan rumah sakit, pergantian caregiver, lingkungan perawatan dari rumah sakit kembali ke rumah. Pola transisi multiple bisa berpola berkelanjutan, atau berpola serentak atau bersamaan yang berhubungan dan tidak berhubungan. Transisi berkelanjutan seperti kondisi seperti kematian pasangan, pensiun. Pensiun menyebabkan munculnya masalah-masalah seperti penurunan pendapatan, penurunan status kesehatan, penurunan interaksi sosial. Transisi serentak atau bersamaan contohnya adalah klien dengan penyakit stroke maka akan menghadapi ketidakrnampuan fisik, perubahan peran dan identitas, pengaturan kehidupan. Sedangkan kompleks
Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
34
apabila transisi mempengaruhi anggota keluarga yang laian atau terjadi perubahan peran caregiver dan keluarga.
2.3.2.2.
Proses Transisi
Menurut Meleis (2010), proses transisi terdiri dari proses kognitif, perilaku dan interpersonal dimana transisi berkembang. Transisi yang sehat menyebabkan individu bergerak kearah yang yang sehat, sedangkan transisi yang tidak sehat mengarahkan individu ke resiko sakit atau tidak sehat. Proses transisi terdiri dari kemampuan individu memaknai transisi dan menemukan rnakna baru dalarn kehidupannya. Kernudian rnemodifikasi perkiraan atau dugaan yang bisa terjadi tentang diri sendiri, orang lain rnaupun rnasa depan. Karakter lain dari transisi yang sehat adalah merestrukturisasi kehidupan rutin yang dapat dirarnalkan, dikendalikan dan yang rnenyenangkan. Proses selanjutnya adalah mernbangun pengetahuan dan keterarnpilan yang bam dalarn rnenghadapi situasi transisi. Pada transisi yang tidak sehat individu akan rnenghindari pengetahuan dan keterarnpilan. Individu yang sehat juga rnerniliki kernarnpuan untuk rnernelihara keberlanjutan seperti mernbangun identitas diri, hubungan dengan orang lain, dan lingkungan. Pada transisi yang tidak sehat continuitas ini tidak berjalan, individu tidak marnpu rnengubah transisi menjadi ke hal yang positif dalarn kehidupannya. Pengalarnan transisi dalarn usia lanjut seperti beberapa kehilangan rnernberikan keuntungan yang baik kepada lansia yaitu lansia rnerniliki banyak pilihan bam. Dengan banyak pilihan bam rnaka akan memudahkan lansia rnenghadapi transisi lebih baik. Pada transisi yang tidak sehat lansia tidak rnerniliki banyak pilihan, karena lansia dan keluarganya pasif terhadap transisi. Proses transisi yang terakhir adalah menernukan kesernpatan individu untuk berkernbang. Dalarn tahap perkernbangan yang bam muncul identitas diri dan hubungan yang barn, kemarnpuan yang baru muncul selama rnasa transisi.
2.3.2.3.
Nursing therapeutic atau Tindakan Keperawatan
Schumacher dan Meleis (1994 dalarn Alligood, 2010) rnengatakan bahwa terdapat tiga hal penting
yang berlaku pada intervensi saat transisi. Pertama, adalah Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
35
pengkajian terhadap kesiapan sebagai perawat, pengkajian kebutuhan kesiapan seperti pemahaman secara kornperehensif tentang klien. Kedua, adalah persiapan transisi seperti pendidikan kesehatan. Ketiga, peran suplementasi. Meleis (20 10) dalam penelitian tentang perkembangan teori transisi rnengemukan tentang bentuk respon terhadap masa transisi yaitu disorientasi, distress, irritability, ansietas, depresi, perubahn konsp diri, perubahan harga diri dan perubahan peran.
Chick & Meleis (1986, dalam Meleis 2010) rnengernbangkan model transisi, bahwa tindakan keperawatan terdiri dari tindakan promotif, preventif dan
interventive. Pada penerapan teori transisi untuk keperawatan lansia, tujuan dari nursing terapeutic adalah mernfasilitasi proses transisi yang sehat, rnenurunkan proses transisi yang tidak sehat, dan rnernberi dukungan yang positif terhadap proses indikator (Meleis & Trangentein, 1994). Tindakan keperawatan terapeutik terdiri dari pengkajian, terapi rerninicence, peran suplernentasi, rnernbangun lingkungan yang sehat, mernobilisasi sumber.
Pengkajian keperawatan adalah salah satu proses dalam tindakan keperawatn yang berkelanjutan sampai mengarah pada diagnosa ksehatan. Instrumen pengkajian yang digunakan ditujukan untuk rnengevaluasi proses transisi pada klien lansia, instrumen yang digunakan adalah Geriatric Depresi Scale, Mini Mental State
Quesioner, Index Activites of daily living, skala integritas, skala pemberdayaan;
Tindakan keperawatan atau terapi keperawatan dalam teori transisi ini adalah terapi reminiscence atau Lift Review adalah tindakan keperawatan yang diberikan untuk rnengfasilitasi transisi sebagai latihan kehidupan klien. Pada terapi ini teijadi proses menggali rnakna kehidupan yang berkelanjutan dari rnasa lalu. Terapi ini rnendukung proses perkernbangan identitas lansia.
Peran suplernentasi dalam tindakan keperawatan dipakai untuk rnernfasilitasi proses perkernbangan, pengetahuan, dan keterampilan yang bam. Peran suplernentasi adalah peran yang dibangun untuk keluarga atau caregiver. Karena Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
36
lansia seringkali tinggal bersama keluarga dan caregive-rnya, maka keberhasilan pencapaian perkembangan lansia juga dipengaruhi oleh faktor keluarga aatau caregiver (Potter & Perry, 2009).
Tindakan keperawatan berikutnya adalah membangun lingkungan yang sehat. Yang dimaksud lingkungan disini adalah lingkungan fisik, sosial, politik, dan budaya. Selama transisi individu akan berinteraksi dengan perubahan lingkungan, oleh
karena
itu
membangunlingkungan
yang
sehat
sangat
penting
dalammembantu lansia menuju perkembangn yang sehat.
Tindakan keperawatan dalam teori transisi selanjutnya adalah mobilisasi sumber, yang dimaksud sumber adalah individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. (Schumacher, Jones, & Meleis (1994). Tindakan memobilisasi individu itu meliputi bagaimana membantu lansia untuk memahami tentang proses menua dan aspek dinamikanya sehingga lansia mampu mencapai sukses menua. Hal-hal yang perlu diperhatikan perawat pada diri lansia adalah kebutuhan nutrisi, kebutuhan latihan, kebiasaan atau pola hidup (perokok, alkohol, pola tidur). Sumber energi adalah bagian penting dalam memobilisasi individu, membangun keterampilan barn untuk berkembang dan memelihara status fungsional secara optimal. Energi yang dimiliki individu terdiri dari psikologi, sosial, dan spiritual. Sumber keluarga yang perlu dikaji adalah struktur keluarga, status ekonomi dan budaya keluarga. Anggota keluarga adalah sumber utama sebagai pendukung sosial lansia. Sumber masyarakat terdiri dari dukungan kelompok dan dukungan masyarakat. Keterlibatan lansia dalam kelompok memungkinkan lansia untuk mendapatkan dukungan sosial, dimana kelompok berkontribusi dalam pembelajarn lansia tentang makna hidup, kepuasan hidup, dan harga diri.
2.3.2.4.
Indikator proses
Menurut Meleis (2010) indikator proses sangat berhubungan dengan setiap kejadian yang dialami dalam kehidupan individu, yang termasuk dalam indikator proses adalah perasaan saat menghadapi transisi, interaksi atau hubungan dengan Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
37
orang lain, situasi transisi, perkembangan kepercayaan diri serta mekanisme koping yang digunakan. Menurut Meleis (2000, dalam Alligood dan Tomey, 2010), kepercayaan diri dan mekanisme koping juga memberikan pengalaman kepada individu dalam menghadapi situasi transisi.
Indikator hasil menurut Meleis (2010) mengemukakan bahwa keberhasilan individu melewati transisi ditunjukkan dengan ketrampilan dan perilaku dalam mengelola lingkungan, kemampuan untuk identifikasi membangun kembali status kesehatan. Tiga indikator kesusksesan menghadapi transisi adalah kesejahteraan emosinal, menguasai lingkungan dan kesehteraan hubungan (Meleis & Trangenstein, 1994 dalam Meleis, 201 0).
Indikator proses terdiri penurunan tanda gejala, status fungsional yang optimal, makna hubungan interpersonal tetap tetjaga, pemberdayaan lansia yang ditandai dengan otonomi dan kemandirian. Indikator proses yang terakhir adalah terbangunnya integritas diri lansia. Intreegitas diri menurut Ericson adalah pencapai tugas perkembangan lansia yang paling optimal (Storges, Stewart & Duncan, 2008).
2.4. Kerangka Konsep Karya Ilmiah Akhir Kerangka konsep ini menggabungkan dari berbagai teori yang digunakan yaitu mulai dari teori Community mental health nursing/CMHN, teori menua, teori tugas perkembangan, konsep dan teori keperawatan: model stres adaptasi Stuart dan transition theory. Lanjut usia dengan berbagai aspek perubahan yang dihadapi termasuk dalam teori transisi, lansia akan menemukan berbagai faktor yang didasari oleh tipe, pola serta kelengkapan dalam masa transisi. Transisi dalam periode antar dua masa, dimana tetjadi perubahan dari satu masa ke masa berikutnya (Alligood, 2010).
Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
38
INPUT
PROSES
Model Stres & Adaptasi Stuart : • Faktor predisposisi t - Faktor presipitasi • Penilaian terhadap stresor Sumber koping Mekanisme koping ~
•
• • •
Transition theory : • Type transisi • Pola • Kelengkapan
Po Ia transisi : Single Multiple: sequency, simultanious
• •
Nursing therapeutic :
Proses transisi }!,ang, sell at ::
• Teori menua: Aspek biologis , psikologis, psikososial & spiritual lansia
f-----1
•
• • •
• •
Memaknai transition secara positif Memodifikasi adaptasi terhadap perubahan Membangun kembali kehidupan Membangun pengetahuan dan ketrampilan Memiliki pilihan2 baru Memelihara kehidupan berkelanjutan Membangun lingkungan yang sehat Pelming untuk tumbuh dan berkembang
r---
OUTCOME
TKT lansia sesi 1-6 : • Stmuli biologis & seksual • Stimuli kognitif • Stimuli afektif • Stimuli sosial • Stimuli spiritual • Sharing ttg integritas lansia
__.
TKT Life review sesi 1-4 , menngingat dan menceritakan : Pengalaman masa kanak2 Pengalaman masa remaja Pengalaman masa dewasa Pengalaman masa lansia
• • • •
Pencapaian tugas perkembangan lansia : intergitas 1ansia
Diambil dari berbagai sumber: (Stuart, 2013; Townsend, 2011; Alligood, 2011; Meleis, 2010) Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
BAB3 PROFIL LAHAN PRAKTIK
Pada bab ini penulis akan membahas tentang profil lahan praktik dimana asuhan keperawatan pada lansia diberikan yaitu di kelurahan Sukadamai tepatnya di RW 04 dan 05. Penulias juga akan menjelaskan tentang kegiatan praktik keperawatan kesehatn jiwa yang telah dilaksanakan bekeljasama dengan Puskesmas Mekarwangi.
3 .1. Gambaran wilayah kelurahan Sukadamal Kelurahan Sukadamai terletak di kecamatan Tanah Sareal kota Bogor. Kelurahan Sukadamai memiliki visi adalah penunjang kota perdagangan dengan potensi dan pemberdayaan lokal menuju kemandirian kelurahan tahun 2014. Misi Kelurahan Sukadamai adalah : 3 .1.1. Mengoptimalkan potensi lokal dan sumber daya yang ada dalam peningkatan ekonomi masyarakat 3.1.2. Mewujudkan kelurahan siaga sebagai kemandirian masyarakat dalam rangka membantu, mengatasi dan menangani permasalahan. 3.1.3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan berketrampilan 3.1.4. Mengoptimalkan pelayanan prima kepada masyarakat dalam mewujudkan segala sesuatunya efektif, efisien dan transparan.
Kelurahan Sukadamai memiliki luas 112 Hektar, memiliki 13 RW dan 55 RT, dengan batas wilayah sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Mekarwangi, sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Kedung Jaya, sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sukaresmi, dan sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Kedung Badak. Kelurahan Sukadamai dipimpin oleh bapak Jaja Sulaiman, SE.
39 Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
40
Wilayah RW 05 telah dikelola sebanyak 3 periode yaitu pada periode 1 yaitu 423 Nopember 2013, periode 2 pada tanggal 17-4 Desember 2013 dan periode 3 pada tanggal 17 Pebruari- 18 April 2014. Sedangkan wilayah RW 04 hanya 1 peri ode yaitu pada tanggal 17 Pebruari - 18 April 2014. Kegiatan praktik keperawatan kesehatan jiwa khususnya untuk lanjut usia, didapatkan kasus 14 orang lanjut usia dengan diagnosa kesiapan peningkatan perkembangan lansia. Daftar nama klien yang dikelola dapat dilihat pada tabel 4.1
3.2. Gambaran wilayah RW 04 dan RW 05 Penulis melakukan praktik keperawatan kesehatan jiwa pada dua wilayah RW di Kelurahan Sukadamai yaitu RW 04 dan RW 05. RW 05 terdiri dari 4 RT dengan jabaran RT 1 terdiri dari 27 KK, RT 2 terdiri dari 34 KK, RT 3 terdiri dari 42 KK dan RT 4 terdiri dari 32 KK. Total jumlah warga di RW 05 adalah 606 orang. Distribusi warga berdasrkan usia dapat dilihat pada tabel3.1
Diagram 3.1. Distribusi Warga RW 05 Kelurahan Sukadamai Berdasarkan Usia Tabun 2014 (N=606)
1%3%
~6-12
1112-18 1118-45 II
45-60
f\>60
Berdasarkan tabel diatas warga dengan usia 1-3 tahun sebanyak 2 orang (1%), usia 3-6 tahun sebanyak 18 orang (3%), usia 6-12 tahun sebanyak 43 orang (7%) persen, usia 12-18 tahun sebanyak 37 orang (6%), usia 18-45 tahun sebanyak 298 orang (49%), usia 45-60 tahun sebanyak 141 orang (23%), dan usia 60 tahun
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
41
keatas sebanyak 67 orang (11%), dengan demikian usia produktif dan pra lansia menduduki terbanyak.
Diagram 3.2. Distribusi Warga RW 05 Kelurahan Sukadamai Berdasarkan tingkat Pendidikan Tahun 2014 (N=476)
5%
4%
:..:SMP
•so
Berdasarkan tabel 3 .2 dapat diketahui bahwa pendidikan terakhir warga terbanyak adalah dengan latar belakang pendidikan perguruan tinggi yaitu 298 orang (61%), dan urutan kedua SMA sebanyak 145 orang (30%), setelah itu barn SMP sebanyak 24 orang (5%) dan SD sebanyak 19 orang (4%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan terbanyak adalah mayoritas pendidikan menengah dan tinggi.
Diagram 3.3. Distribusi Warga RW 05 Kelurahan Sukadamai Berdasarkan Pekerjaan Tahun 2014 (N=329)
•swasta
·" pensiunan
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia·
42
Berdasarkan tabel 3.3. dapat diketahui bahwa peketjaan terbanyak warga RW 05 adalah pegawai swasta sebanyak 171 orang (52%), PNS sebanyak 52 orang (16%), dan pensiunan sebanyak 106 orang (32%). Terlihat bahwa banyak usia produktif yang masih bekerja tetapi jumlah warga pensiun hampir setengah dari warga yang bekerja. Data tersebut menunjukkan usia lanjut usia cukup banyak.
Fasiltas umum yang dimiliki RW 05 adalah 1 Masjid besar, 1 Mushola, 1 balai warga, 2 PAUD, 1 SDN, 1 lapangan olah raga, 1 pos penjaga keamanan, dan terdapat Kantor Kelurahan Sukadamai. Kegiatan masyarakat yang dilakukan di RW 05 terdiri dari pertemuan PKK RW dan RT satu kali dalam satu bulan, pengajian kelompok ibu-ibu 4 kali dalam satu minggu, Posyandu dan dan Posbindu 1 kali dalam satu bulan (bersamaan dengan RW 03 dan 04), senam lansia 2 kali dalam satu minggu. RW 05 memiliki kader posyandu 7 orang, dan kader kesehatan jiwa 4 orang. Di RW 05 telah terbentuk Desa Siaga Sehat Jiwa atau DSSJ dengan visinya adalah mewujudkan masyarakat R W 05 sehat siaga jiwa. Misi DSSJ RW 05 adalah menumbuhkembangkan kepedulian masyarakat terhadap kesehatan jiwa, mengupayakan deteksi dini melalui peran kader kesehatan jiwa, dan membudayakan perilaku sehat jiwa. Kader kesehatan jiwa yang dimiliki ada 4 orang dan telah mengikuti pelatihan dasar dan lanjut untuk kader kesehatan jiwa. Struktur organisasi DSSJ terdiri dari pelindung dan penasehat bapak Lurah Sukadamai dan bapak Ketua RW 05, ketua KKJ adalah ibu Tisna Tanjung, sekretaris KKJ adalah ibu Nurlaila dan anggota Ibu Arhana dan lbu Krisnayati. Daftar nama KKJ dapat dilihat poada tabel 3.1
Tabel3.1. Daftar nama KKJ RW 05 Kelurahan Sukadamai tahun 2014 NO
NAMA
UMUR
PENDIDIKAN
STATUS
SMA
2
Tisna 62th lbu Tanjung lbu Nurlaila 46th
D3
Menikah
IRT
3
lbu Krisnayati
64th
SMA
Menikah
4
Ibu Arhana
38th
SMA
Menikah
Pensiun perawat IRT
1
Janda
PEKERJAAN
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Pensiun guru
PJ KKJ DIRT
01 03 01 03 02 04 02 04
dan dan dan dan
Universitas Indonesia
43
Wilayah RW 04 adalah wilayah baru atau tambahan dalam kelolaan praktik residensi 3. Wilayah R W 04 terdiri dari 4 RT, R T 1 terdiri dari 25 KK, RT 2 terdiri dari 22 KK, RT 3 terdiri dari 32 K.K, dan RT 4 terdiri 31 KK. dengan total jumlah penduduk 350 orang. Namun dalam praktik dilapangan penulis hanya mendapatkan data keluarga 24 KK dengan penduduk 79 orang. Distribusi warga berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel3.4 Diagram 3.4. Distribusi Warga RW 04 Kelurahan Sukadamai Berdasarkan Usia Tahun 2014 (n=79)
1%
~~
6-12
•12-18 •18-45
•45-60 r:;:>60
Berdasarkan tabel diatas jumlah warga RW 04 dengan usia 1-3 tahun sebanyak 1 orang (1%), usia 3-6 tahun sebanyak 7 orang (9%), usia 6-12 tahun sebanyak 9 orang (12%), usia 12-18 tahun sebanyak 8 orang (10%), usia 18-45 tahun sebanyak 24 orang (30%), usia 45-60 tahun sebanyak 6 orang (8%), dan usia 60 tahun keatas sebanyak24orang (30%).
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
44
Diagram 3.5. Distribusi Warga RW 04 Kelurahan Sukadamai Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2014 (n=79)
•PT •SMA ','SMP
Berdasarkan tabel 3.5 dapat diketahui bahwa pendidikan terakhir warga RW 04 terbanyak adalah dengan latar belakang pendidikan perguruan tinggi yaitu 37 orang (52%), dan urutan kedua SMA sebanyak 22 orang (31%), setelah itu baru SMP sebanyak 1 orang (1 %) dan SD sebanyak 11 orang (16%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan terbanyak adalah pendidikan menengah dan tinggi.
Diagram 3.6. Distribusi Warga RW 04 Kelurahan Sukadamai Berdasarkan Pekerjaan Tahun 2014 (n=24)
•swasta
;;-: pensiunan
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
45
Berdasarkan tabel 3.6. dapat diketahui bahwa pekeijaan terbanyak warga RW 04 adalah pegawai swasta sebanyak 10 orang (35%), PNS sebanyak 3 orang (10%), dan pensiunan sebanyak 16 orang (55%).
Fasiltas umum yang dimiliki RW 04 adalah 1 Masjid besar, 1 balai warga, 1 lapangan olah raga, 1 SDN, 1 pos penjaga keamanan. Kegiatan masyarakat yang dilakukan di RW 04 terdiri dari pertemuan PKK RW dan RT satu kali dalam satu bulan, pengajian kelompok ibu-ibu 2 kali dalam satu minggu, Posyandu dan dan Posbindu 1 kali dalam satu bulan (bergabung bersama RW 03 dan 05), senam lansia 2 kali dalam satu minggu. RW 04 memiliki kader posyandu 5 orang, RW 04 belum terbentuk desa siaga sehat jiwa dan belum memiliki kader kesehatan JIWa.
3.2. Gambaran Puskesmas Mekarwangi Puskesmas Mekarwangi terletak di Kelurahan Mekarwangi, dimana wilayah kerja Puskesmas membawahi tiga kelurahan yaitu· kelurahan Sukadami, kelurahan Mekarwangi dan kelurahan Sukaresmi. Puskesmas Mekarwangi memiliki visi memberdayakan masyarakat dan dimanfaatkanoleh seluruh lapisan masyarakat. Misi Puskesmas Mekarwangi adalah
1).mewujudkan sistem adminstrasi
kesehatan yang memadai mulai dari pendaftaran samapi dengan rujukan, 2). mengupayakan pelayanan yang bermutu, 3). menjalin kemitraan dengan semua potensi yang ada di wilayah keija, 4). berupaya meningkatkan cakupan program di Puskesmas serta memberikan rasa nyaman dan kepuasan kepada pelanggan.
Puskesmas Mekarwangi dipimpin oleh dr. Adelia Rahmi, MARS dan memiliki SDM terdiri dari 4 orang dokter umum, 6 orang perawat, 1 bidan, 2 administrasi, 2 orang kesehatan lingkungan dan gizi, 1 orang tenaga administrasi dan tata usaha, 1 orang Apoteker, 2 orang di bagian pendaftaran, 1 orang pembantu umum, dan 1 orang keamanan. Program pelayanan yang ada di Puskesmas meliputi program kesehatan ibu dan anak, kesehatan jiwa, UKS, penyakit menular, poli umum dan jiwa, poli gigi, IGD dan rawat inap. Program yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan jiwa di Puskesmas Mekarwangi yang telah dilakukan adalah
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
46
pemeriksaaan dan pengobatan gangguan
JIWa, dan telah terjadual setiap
1
minggu sekali pada hari Kamis,
Pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan lanjut usia adalah pembinaan dan pemeriksaan kesehatan lanjut usia dengan melakukan kunjungan ke masyarakat setiap 1 bulan sekali. Pelayanan kesehatan lanjut usia di wilayah kelurahan Sukadamai dilakukan pada minggu kedua setiap bulan untuk tiga wilayah RW sekaligus yaitu RW 03, 04, dan 05 dengan penanggung jawab perawat ibu Suratmi. Wilayah RW 04 dan 05 telah memiliki Posbindu sejak tahun 1985 dengan ketua ibu Alisyahbana, dan kegiatan telah berjalan rutin dengan pembinaan dari Puskesmas. Jumlah anggota Posbindu sendiri telah mencapai 152 orang. Kegiatan yang dilakukan di Posbindu diantaranya adalah pemeriksaan kesehatan (pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan sederhana gula darah, asam urat dan kolesterol, pengobatan untuk masalah fisik), penyuluhan kesehatan, pemberian makanan tambahan dan senam lansia.
3.3. Gambaran Pelaksanaan praktik Community Mental Health Nursing /CMHN di Kelurahan Sukadamai Kegiatan Community Mental Health Nursing dilakukan sejak praktik Residensi 1 yaitu mulai tanggal 8 September 2013 sampai dengan 25 Oktober 1013, dilanjutkan dengan praktik residensi 2 mulai tanggal 4 Nopember 2013 sampai dengan 3 Januari 2014, dan pada periode ketiga mulai tanggal 17 Pebruari sampai dengan 18 April 2014. Pada praktik periode pertama mencakup 4 wilayah yaitu RW 1, 7, 8, dan 9. Pada periode kedua ditambahkan RW 2, 3, 5, 6, 10, 13, kemudian pada peri ode ketiga ditambahkan lagi wilayah baru yaitu RW 4, 11, dan 12. Sehingga total pengelolaan mencapai 13 RW.
Kegiatan manajemen of service yang telah dilakukan diantarnya membentuk desa siaga sehat jiwa di 9 RW ( RW 1, 2, 5, 6, 7, 8, 9, 10 dan 13), merekrut kader kesehatan jiwa sebanyak 80 orang yang menyebar di 9 desa siaga sehat jiwa, mengadakan pelatihan dasar dan lanjutan untuk kader kesehatn jiwa, mengadakan pendampingan dan penilaian kinerja kepada kader kesehatan jiwa mengadakan
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
47
pelatihan community mental health nursing bagi tenaga kesehatan di Puskesmas Mekarwangi, mengadakan
rehabilitasi untuk pasien gangguan jiwa dengan
melakukan terapi aktifitas kelompok di Puskesmas Mekarwangi. Hasil yang telah dicapai adalah terdeteksinya individu dengan masalah sehat, resiko dan gangguan jiwa, pemyuluhan kesehatan, pemberian asuhan keperawatan dengan terapi generalis maupun spesialis, pemeriksaan kesehatan, melaporkan dan berkoodinasi dengan Dinas Kesehatan Kota Bogor.
Kegiatan mangemen of care,
khususnya untuk wilayah RW 04 dan RW 05
didapatkan data seperti yang dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Daftar Klien yang Dikelola Berdasarkan Diagnosa di RW 04 dan 05 Kelurahan Sukadamai Tahun 2013-2014 No
Diagnosa Kesehatan
Jumlah
Persentase
1
Diagnosa sehat
48
81
2
Diagnosa resiko
9
15
3
Diagnosa gangguan
2
4
59
100
Total
Berasarkan tabel 3.2 diketahui perawat telah melakukan pengelolaan 59 klien yang terdiri dari 48 orang (81 %) dengan diagnosa sehat, 9 orang (15%) dengan diagnosa resiko, dan 2 orang (4%) dengan diagnosa gangguan.
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
48
Daftar klien dengan diagnosa sehat dapat dilihat pada tabel3.3
Tabel 3.3 Daftar Klien yang Dikelola Berdasarkan Diagnosa Sebat di RW 04 dan 05 kelurahan Sukadamai Tabun 2013-2014 No
Diagnosa Sehat
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1
Peningkatan Kesiapan perkembangan toddler Kesiapan Peningkatan perkembangan pra sekolah Peningkatan Kesiapan perkembangan sekolah Kesiapan Peningkatan perkembangan remaja Kesiapan Peningkatan perkembangan dewasa Peningkatan Kesiapan perkembangan lansia Total
2
4
7
15
8
16
6
13
11
23
14
29
48
100
2 3 4 5 6
Klien dengan diagnosa sehat terdiri dari
masalah
kesiapan peningkatan
perkembangan toddler sebanyak 2 orang (4%) , pra sekolah sebanyak 7 orang (15%), usia sekolah sebanyak 8 orang (16%), remaja sebanyak 6 orang (13%), dewasa madya sebanyak 11 orang (23%) dan lansia sebanyak 14 orang (29%).
Diagnosa resiko yang diangkat adalah masalah psikososial seperti cemas, ketidakberdayaan, dan berduka antisipasi. (Tabel3.4)
Tabel 3.4 Daftar Klien yang Dikelola Berdasarkan Diagnosa Resiko di RW 04 dan 05 kelurahan Sukadamai Tahun 2013-2014 No
Diagnosa Keperawatan
Jumlah
Persentase
1
Cemas
6
80
2
Ketidakberdayaan
2
16
3
Berduka antisipasi
1
4
9
100
Total
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
49
Berdasarkan tabel 3.4 diketahui terdapat 6 orang (80%) dengan cemas, 2 orang (16%) dengan ketidakberdayaan, dan 1 orang (4%) dengan berduka antisipasi.
Tabel3.5 Daftar Klien yang Dikelola Berdasarkan Diagnosa Gangguan di RW 04 dan OS Kelurahan Sukadamai Tahun 2013-2014 No
Diagnosa Keperawatan
Jumlah
(%)
1
isolasi sosial, defisit Halusinasi ' perawatan diri, regimen terapeutik in efektif, koping keluarga in efektif lsolasi so sial, Resiko kekerasan, regimen terapeutik in efektif Total
1
50
1
50
2
100
2
Berdasarkan tabel 3.5 diketahui terdapat 2 orang dengan diagnosa gangguan, dimana 1 orang memiliki 5 (lima) diagnosa keperawatan, yaitu halusinasi, isolasi sosial, defisit perawatan diri, regimen terapeutik in efektif dan koping keluarga tidak efektif. Sedangkan 1 orang lagi dengan 3 (tiga} diagnosa keperawatan yaitu isolasi sosial, resiko kekerasan, regimen terapeutik in efektif. Jenis terapi yang diberikan untuk mengatasi masalah kesehatan diatas diantarnya adalah terapi generalis dan terapi spesialis. Terapi generalis untuk diagnosa sehat terdiri dari pendidikan kesehatan tentang hipertensi, tumbuh kembang usia
toddler, pra sekolah, sekolah, remaja, dewasa dan lanjut usia. Terapi generalis untuk diagnosa sehat terdiri dari pendidikan kesehatan tentang hipertensi, cemas, ketidakberdayaan, kehilangan, mengajarkan tehnik hipnotis lima jari, relaksasi dan tarik napas dalam, afirmasi positif. Terapigeneralis untuk masalah gangguan, halusinasi sp 1-4, isolasi sosial 1-4, regimen terapeutik 1-4. terapi spesialis keperawatan untuk diagnosa sehat dengan memberikan terapi kelompok terapeutik pra
s~kolah,
sekolah, remaja, dewasa dan lanjut usia. terapi spesialis
keperawatan untuk mengatasi masalah resiko adalah thougt stoping, relaksasi progresif, logoterapi VAT, terapi Life review. Terapi spesialis untuk diagnosa gangguan
terdiri
dari
Behaviour
therapy,
Cognitive
therapy,
family
psychoedukasi, dan acceptaence and commitmen therapy.
Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
5()
Selain itu penulis juga melak:sanak:an kegiatan UKSJ atau usaha kesehatan jiwa sekolah, dengan berkoodinasi dengan Dinas Pendidikan Kota Bogor dan Puskesmas Mekarwangi. Tempat prak:tik UKSJ di laksanakan di SD Negeri 3 Sukadamai. Kegiatan yang dilakukan diantaranya melak:ukan pengkajian resiko bullying pada anak: usia sekolah, pengkajian peretumbuhan dan perkembangan anak: usai sekolah, terapi bermain dan penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan anak: usia sekolah. Manqjemen of care terkait dengan karya ilmiah akhir ini adalah penerapan terapi
kelompok terapeutik lansia dan terapi life review. Terapi tersebut di berikan kepada kelompok lansia di RW 04 dan 05. Kelompok 1, terdiri dari 8 Orang lansia d&fi R W 05 yang diberikan terapi kelompok terapeutik lansia sebanyak: 6 sesi. ~esi
satu adalah stimulasi adaptasi perubahan aspek biologis dan seksual, sesi
kedua adalah stimulasi adaptasi perubahan aspek kognitif, sesi ketiga adalah stimulasi adaptasi perubahan aspek afektif (emosional), sesi ke empat adalah stimulasi adaptasi perubahan aspek sosial dan sesi kelima adalah stimulasi adaptasi perubahan aspek spiritual dan sesi keenam adalah sharing dan evaluasi kemampuan integritas diri lansia.
Dalam pelak:sanaan terapi ini penulis tidak:
menemui hambatan yang sulit, hanya terdapat kendala pada 1 orang lansia yang tidak: mampu menulis di dalam buku keijanya, sehingga di dampingi dan di bantu oleh kader. Pelaksanaan setiap sesi dapat diikuti dengan baik dan lancar oleh anggota
kelompok,
dimana masing-masing
lansia ak:tif mengemukak:an
pengalaman adaptasi dan perubahan yang dialaminya dan satu sama lain saling mendukung dalam kelompok.
Kelompok dua terdiri dari 6 orang lansia di RW 04, diberikan terapi kelompok terapeutik lansia sebanyak 6 sesi dan dilanjutkan dengan terapi lift review 4 sesi. Pelaksanaan terapi kelompok terapeutik lansia tidak mengalami kendala yang berarti, namun dalam kelompok ini penulis menemukan 3 orang menunjukkan tanda dan gejala depresi ringan, untuk itu setelah terapi kelompok terapeutik lansia selesai terapis
melanjutkan dengan memberikan
terapi lift review.
Pelak:sanaan terapi life review ini, terapis melibatkan 3 orang lansia yang sehat,
Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
51
dengan alasan karena kelompok sudah te:tjadi kohesi, dimana antar anggota kelompok sudah teijalin ikatan dan keinginan yang kuat untuk tetap mengikuti kegiatan kelompok. Terapi life review, terapis mengajak lansia untuk mengenang kembali peristiwa dalam kehidupannya baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Alat bantu yang digunakan adalah buku ke:tja dan album foto. Kendala yang dirasakan terapis saat pelaksanaan terapi life review adalah saat menuliskan pengalaman dalambuku ke:tja, lansia kesulitan menuliskan karena terlalu panjang, mereka lebih senang menyampaikan secara lisan,jadi pelaksanaan agak memakan waktu lebih lama karena lansia harus menulis dan bercerita, oleh karena itu dibutuhkan kesabaran dari terapis. Untuk mengantisipasi kondisi tersebut sebaiknya life review juga menggunakan alat bantu perekam suara.
Selama pelaksanaan terapi life review, anggota kelompok sangat antusias mengikuti
setiap
sesinya dan
berhasil
menceritakan pengalaman
yang
menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan dari masa kanak, remaja, dewasa sampai dengan masa lansia. Lansia terkadang membutuhkan waktu yang lebih lama unutk berpikir atau mengingat pembicaraan,
sehingga
terapis
seringkali
dan sering keluar dari topik menggunakan focusing
untuk
mengarahkan lansia kembali kepada topik pembicaraan. Namun demikian terapi dapat di selesaikan dan tujuan dari terapi dapat dicapai.
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
BAB4 HASIL PELAKSANAAN MANAJEMEN PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RW 04 DAN 05 KELURAHAN SUKADAMAI TANAHSAREALBOGOR
Pada bah ini penulis akan menjelaskan mengenai pelaksanaan asuhan keperawatan pada 14 lansia dengan diagnosa sehat di RW 04 dan 05 Kelurahan Sukadamai Bogor. Pelaksanaan asuhan keperawatan melalui proses keperawatan dengan pendekatan model Stuart yaitu pengkajian faktor predisposisi, presipitasi, penilaian terhadap stresor, sumber koping dan mekanisme koping. Penegakan diagnosa keperawatan dirumuskan dari data yang ditemukan. Intervensi dan pelaksanaan terapi keperawatan berdasarkan pengkajian dan perumusan diagnosa yang ditegakan yaitu dari intervensi generalis hingga terapi spesialis. Berikut ini akan dijelaskan lebih rinci mengenai pelaksanaan manajemen asuhan keperawatan pada lansia sehat yang meliputi karakteritik klien,
hasil
pengkajian,
diagnosa
keperawatan
dan
diagnosa
medik,
penatalaksanaan, hasil. penatalaksanaan. 4.1. Hasil Pengkajian pada usia lanjut di RW 04 dan 05 Kelurahan Sukadamai
Kegiatan pelaksanaan manaJemen kasus spesialis diawali dengan pengkajian. Pengkajian klien terdiri dari pengkajian karakteristik klien (data demografi) dan pengkajian kondisi klinis klien. Pengkajian kondisi klinis klien dilakukan menggunakan model stress adaptasi Stuart. Model ini terdiri dari pengkajian faktor presdisposisi, presipitasi, peniliaian terhadap stressor, sumber koping dan mekanisme koping.
52 Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
53
4 .1.1. Karakteristik Karakteristik klien lanjut usia di RW 04 dan 05 dikelompokkan berdasarkan usia; pendidikan, peke:rjaan, status perkawinan, caregiver (tabel 4.1). seluruh lansia yang di kelola ber jenis kelamin perempuan.
Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Klien berdasarkan usia, pendidikan, pekerjaan, status perkawinana dan caregiver di RW 04 dan 05 Kelurahan Sukadamai Bogor Tahun 2014 (n=14) No 1. 2.
3. 4. 5.
Variabel Usia 65,7 tahun a. Pendidikan SD, SMP a. SMA,PT b. Pekerjaan Pensiun a. IRT b. Status perkawinan Menikah a. Janda b.
Jumlah
Prosentase
14
100
1 13
7 93
5 9
36 64
6 8
43 57
10
72
4
28
Caregiver
a. b.
Ada atau tinggal bersama keluarga (anak, saudara) Tidak ada
Distribusi karakteristik
lansia memiliki rata-rata USia 65,7 tahun.
tingkatt
pendidikan rendah setara SD sebanyak 1 orang (7 %) dan pendidikan menengah keatas 13 orang (93%). Klien sebagian besar riwayat peke:rjaaan yaitu pensiun PNS sebanyak 5 (36%) dan tidak beke:rja atau ibu rumah tangga sebanyak 9 orang (64%). Sebagian besar status perkawinan klien yaitu janda sebanyak 8 orang (57%) dan yang memiliki status menikah sebanyak 6 orang (43%). Klien yang memiliki caregiver sebanyak 10 orang (72%) dan yang tidak memiliki caregiver sebanyak 5 orang (28%).
4.1.2. Faktor predisposisi Menurut Stuart (2013) faktor predisposisi adalah faktor yang melatarbelakangi masalah yang mempengaruhi tipe dan sumber dari individu untuk menghadapi
Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
54
stres baik biologis, psikososial dan sosial kultural. Pada tabel 4.2 menggambarkan distribusi faktor predisposisi pada lansia sehat. Tabel4.2. Distribusi Faktor PredisposisiKlieu Lansia diRW 04 dan 05 Kelurahan Sukadamai Bogor Tahun 2014 (n=l4) No
Variabel
1.
Biologis a. Proses penuaan b. Riwayat keluarga dengan sakit fisik (hipertensi, stroke, DM) c. Riwayat merokok d. Kebiasaan olahraga Psikologis a. Kepribadian tertutup b. Pengalaman kehilangan/tidak menyenangkan c. Pengalaman kegagalan d. Keinginan tidak terca~ai Sosial a. Konflik dengan anggota keluarga b. Terlibat dalam kegiatan masyarakat c. Terlibat dalam kegiatan sosial TerJibat dalam kegiatan d. agama
2.
3.
.Jumlah
Prosentase
14 4
100 28
1 8
7 57
4 8
57
1
7
3
21
2
14
12
86
5
35
9
64
28
Berdasarkan tabel4.2. diketahui bahwa faktor biologis yang dialami lansia adalah penuaan 12 orang (86%), selanjutnya riwayat dalam keluarga dengan penyakit fisik (hipertensi, stroke, DM) sebanyak 4 orang (28%), riwayat pemah merokok 1 orang (7%), klien yang rutin melakukan olahraga 8 orang (57%). Faktor predisposisi dari aspek psikologis yang paling banyak ditemukan adalah pengalaman tidak menyenangkan seperti kehilangan pasangan sebanyak 8 orang (57%), klien yangmemiliki kepribadian tertutup sebanyak 4 orang (28%), kklien mengalami kegagalan sebanyak 1 orang (7%), dan keinginan yang belurn tercapai sebanyak 3 orang (21%).
Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
55
4.1.3. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi merupakan stressor yang dihadapi klien yang mencetuskan konfusi kronis (Stuart,2013). Faktor presipitasi ini meliputi empat hal yaitu sifat stresor, asal stresor, lamanya stresor yang dialami, dan banyaknya stresor yang dihadapi oleh seseorang. Pada tabel4.3. menunjukkan dsitribusi faktor presipitasi pada lansia. Tabel4.3. Distribusi Faktor Presipitasi Klien Lansia di RW 04 dan 05 Kelurahan Sukadamai Bogor Tahun 2014 (n=14) No 1.
Variabel Sifat a.
b.
c.
2. 3.
4.
Biologis Gangguan pola makan Gizi kurang/lebih (IMT) Resiko jatuh (morse): ringan Kemandirian aktifitas A (indeks KATZ) Psikologis Kehilangan Kecewa terhadap anggota keluarga Sulit terbuka dengan orang lain Sosial Hubungan dengan anggota keluarga
.Jumlah
Prosentase
2 2 1
14 14
14
100
I I
7 7
1
7
2
I4
7
A sal a. Internal b. Ekstemal Waktu a. < 6 bulan
10 4
28
14
100
Jumlah a. 1-2
14
100
72
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa stresor yang bersifat biologis sebanyak 2 orang (14%) dengan gagguan makan (tidak menyukai sayur), 2 orang dengan IMT > 30 artinya alebih gizi atau obesitas, dan klien yang memiliki resiko jatuh sebanyak 1 orang (14%). Stresor yang bersifat psikologis ditemukan terdapat 1 orang (7%) yang merasakan kehilangan (kehilangan pasangan kurang lebih 2 minggu), klien memiliki sifat kurang terbuka 1 orang (97%), dan klien yang
Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
56
merasa kecewa dengan anggota keluarganya 2 orang (14%). Stresor yang bersifat sosial
diantaranya hubungan keluarga yang kurang terbuka 2 orang (14%).
Dilihat dari asal stresor terdapat 1· orang (7%) berasal dari internal, dan 4 orang (28%) berasal dari eksternal. Dari waktu datangnya stresor
6 orang (42%)
mengalami stresor kurang dari 6 bulan. Dan jumlah stresor yang dialami 1-2 kali sebanyak 2 orang (14%).
4.1.4. Penilaian terhadap stresor
Respon klien terhadap stressor dapat dilihat dari aspek kognitif, afektif, fisiologis, perilaku, dan sosial (Stuart, 2013). Penilaian terhadap stresor merupakan suatu proses evaluasi secara menyeluruh yang dilakukan individu terhadap stressor. Tabel 4A menggambarkan distribusi penilaian stresor klien.
Tabel4.4. Distribusi Penilaian Stresor Klien Lansia di RW 04 dan 05 Kelurahan Sukadamai Bogor Tahun 2014 (n=14) No 1.
2. 3.
4. 5.
Variabel Respon kognitif a. Mudah lupa (ingatanjangka pendek) b. Orientasi (0, T, W) baik c. Konsentrasi baik d. SSME : tak ada gangguan status mental Respon afektif a. Marah/mudah tersinggung b. Kecewa Respon fisiologis a. Kulit keriput b. Rambut beruban c. Mudah Ielah d. Berdebar-debar e. Keringat dingin f. Nafsu makan kadang menurun Respon perilaku a. Mampu mandiri ADL b. Melakukan olahraga Respon sosial a. Terlibat kegiatan masyarakat b. Terlibat kegiatan agama c. Terlibat kegiatan kelompok
Jumlah
Prosentase
14 14
100 100
13
93
14
100
7 2
50 14
14 14
100 100
13 3
93
2 1 14 8
12 9
6
21 14 7 100 57 86 64 42
Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
57
Berdasarkan tabel 4.4. diketahui bahwa pada respon kognitif 14 orang (100%) memiliki orientasi yang baik terhadap waktu, tempat dan orang, serta tak ada gangguan status mental. Konsentrasi menurun hanya pada satu orang (7%), dan mudah lupa (ingatan jangka pendek) memiliki jumlah terbanyak yaitu 12 orang (86%). Pada respon afektif 14 orang (100%) memiliki afek yang sesuai dan stabil. Respon fisiologis menunjukkan adanya perubahan fisik seperti kulit keriput dan rambut beruban sebanyak 14 orang (100%), mudah Ielah 12 orang (86%), berdebar-debar sebanyak 3 orang (21%), dan keringat dingin sebanyak 2 orang (14%), nafsu makan menurun 1 orang (7%). Respon perilaku menunjuukan klien yang mandiri melakukan kegiatan sehari-hari sebanyak 14 orang (100%), dan yang melakukan olahraga secara rutin sebanyak 8 orang
(57%)~
Respon sosial
menunjuukan klien yang terlibat kegiatan masyarakat sebanyak 12 orang (86%), klien yang terlibat kegiatan keagamaan 9 orang (64%), dan yang terlibat kegiatan kelompok 14 orang (1 00%).
4.1.5. Sumber Koping Sumber koping merupakan kemampuan klien dalam mengatasi masalahnya. Menurut Stuart
(2013), sumber koping terdiri dari kemampuan individu, dukungan sosial,
ketersediaan materi, dan keyakinan positif (Tabel 4.5). Kemampuan individu terhadap pemahaman
perubahan
dan
cara
beradaptasi
terhadap
perubahan,
terapis
mengkategorikan dengan penguasaan > 50 % artinya dari 5 aspek perubahan yang dialami Iansia yaitu aspek biologis dan seksual, aspek kognitif, aspek afektif, aspek sosial dan aspek spiritual, lansia sudah mengetahui Iebih dari 2 aspek, dan < dari 50% bila lansiamengetahui kurang dari 2 aspek perubahan.
Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
58
Tabel 4.5. Distribusi Sumber Koping Klien Lansia di RW 04 dan 05 Kelurahan Sukadamai Bogor Tahun 2014 (n=14) No L
2.
3.
4.
Variabel Kemampuan individu a. Mengetahui cara beradaptasi terhadap perubahan yang kompleks >50% b. Mengetahui cara beradaptasi terhadap perubahan yang komQ1eks <50% Dukungan sosial a. Dukungan dari keluarga b. Dukungan dari kelompok Ketersediaan Material aset a. Dana kesehatan Pribadi Asuransi kesehatan b. Jangkauan pelayanan kesehatan De kat Tidak terjangkau Keyakinan yang positif a. Pasrah b. Optimis bisa menjaga kesehatan c. SiaE menghadaEi kematian
Jumlah
Prosentase
12
86
2
14
12 6
86 42
5 9
36 64
14 0
100 0
14 12 14
100 86 100
4.1.6. Mekanisme Koping
Koping mekanisme merupakan cara yang dilakukan klien saat menghadapi masalah (Tabel 4.6).
Tabel 4.6. Distribusi Mekanisme Koping Klien Lansia di RW 04 dan 05 Kelurahan Sukadamai Bogor Tahun 2014 (n=14) No
Variabel
Jumlah
Prosentase
1.
Berdoa, berdzikir
14
100
2.
Berbicara dengan orang lain
II
78
3.
Melakukan aktifitas fisik/sesuai hobi
13
93
4.
Menyimpan dalam dirinya sendiri
2
14
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa klien menggunakan mekanisme koping yang konstruktif untuk mengatasi masalah yang dihadapinya, diantaranya berdoa
Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
59
dan berdzikir sebanyak 14 (1 00%), berbicara dengan oranglain sebanyak 11 orang (78%), melakukan aktifitas fisik atau sesuai hobi sebanyak 13 orang (93%), dan menyimpan dalam dirinya sendiri sebanyak 2 orang (14%).
4.1.7. Pengkajian khusus lanjut usia
Pengkajian tambahan yang dibutuhkan oleh lanjut usm adalah diantarnya pengkajian sederhaana status mental, pengkajian depresi dan pengkajian resiko jatuh dan indeks KATZ. Lanjutuusia berisiko mengalami jatuh, penurunan status mental dan juga depresi serta ketergantungan aktifitas sehari-hari akibat perubahan atau proses menua yang dialaminya. Tabel4.7 menunjukkan distribusi klien lansia berdasrkan pengkajian status mental, depresi, resiko jatuh dan indeks KATZ. Tabel4.7. Distribusi Klien Lansia berdasarkan status mental, skala depresi, resiko jatuh dan indeks KATZ di RW 04 dan 05 Kelurahan Sukadamai Bogor Tahun 2014 (n=14) No 1.
2.
3.
4.
Variabel Skala depresi (GDS) 0-4 =normal a. 5-8 = ringan b. 9-11 = sedang c. 12-15 = berat) d. Status mental (SSME) <23 a. b. >23 Resiko jatuh (morse) 0-24 = tidak beresiko jatuh a. 25-50 = resiko rendah b. >51 = resiko tinggi jatuh c. IndeksKATZ A (mandiri dalam melakukan a. mandi, berpakaian, berkemih, berpindah tempat, mengontrol kemih, makan dan minum)
Tabel 4.7. menunjukkan bahwa sebanyak
Jumlah
Prosentase
11 3 0 0
78 21 0 0
14 0
100 0
12 2 0
86 14 0
14
100
14 orang (100%) tidak mengalami
gangguan mental, 3 orang (21 %) mengalami gejala depresi ringan dan sebanyak 12 orang (86%) tidak bersiko jatuh dan 2 orang (14%) mengalami resiko jatuh
Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
60
rendah. Tingkat kemandirian lansia sebanyak 14 orang (100%) mandiri dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
4.1.8. Diagnosa keperawatan
Dari hasil pengkajian diatas maka penulis mengangkat diagnosa kesiapan peningkatan perkembangan lansia. Dari data tambahan yang dilakukan ditemukan masalah depresi ringan pada lanjut usia. tabel 4.8 menunjukkan distribusi diagnosa keperawatan yang diangkat.
Tabel 4.8. Distribusi Masalah kesehatan pada klien Lansia di RW 04 dan OS Kelurahan Sukadamai Bogor Tahun 2014 (n=14) No
Variabel
Jumlah
Prosentase
1.
Kesiapan peningkatan perkembangan lansia.
II
79
2.
Berduka antisipasi
2
I4
3.
Ketidakberdayaan
I
7
I4
IOO
Total
Berdasarkan tabel 4.8. diketahui bahwa diagnosa sehat kesiapan peningkatan perkembangan 11 orang (79%) dan berduka antisipasi sebanyak 2 orang (14%) dan ketidakberdayaan sebanyak 1 orang (7%).
4.2. Penatalaksanaan Terapi Keperawatan 4.2.1. Rencana keperawatan
Rencana keperawatan pada lansia di R W 04 dan 05 Kelurahan Sukadamai Bogor ditunjukkan pada tabel4.9.
Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
61
Tabel4.9. Distribusi Terapi Keperawatan yang diberikan pada klien Lansia di RW 04 dan 05 Kelurahan Sukadamai Bogor Tahun 2014 (n=14) Diagnosa
No 1.
keperawatan Kesiapan peningkatan perkembangan lansia
Terapi generalis
TKTiansia
11
11
2
2
1
14
1 3
1 3
2.
Berduka antisipasi
2
3.
Ketidakberdayaan Total
1 14
TKTLife review
FPE 1
Berdasarkan tabel 4.9 diketahui terapis merencanakan tindakan keperawatan untuk terapi generalis dan spesialis terapi kelompok terapeutik lansia sebanyak 11 orang (79%) dan terapi spesialis lift review sebanyak 3 orang (21 %).
4.2.2. Implementasi keperawatan Pelaksanaan terapi generalis dan spesialis diberikan pada kelompok lanjut usia sehat
dan
kelompok
lansia
dengan
masalah
beduka
antisipasi
dan
ketidakberdayaan, dapat dilihat pada tabel 4.1 0. Tabel 4.10. Distribusi Terapi keperawatan yang diberikan pada lansia di RW 04 dan 05 Kelurahan Sukadamai Bogor Tahun 2014 (n=14) No
Diagnosa Keperawatan
Terapi generalis
TKTiansia
1.
Kesiapan peningkatan perkembangan lansia Berduka antisipasi
11
11
TKTLife review 3
2
2
2
14
14
1 6
2.
3.
Ketidakberdayaan Total
FPE 1
1
2
Berdasarkan tabel 4.10 diketahui bahwa pelaksanaan terapi generalis dengan memberikan pendidikan kesehatan dalam bentuk penyuluhan kesehatan tentang perubahan-perubahan yang dialami lansia secara kelompok pada saat lansia mengikuti kegiatan pengajian di Mushola. Terapi kelompok terapeutik lansia ini diberikan kepada 2 kelompok, yaitu kelompok di R W 05 terdiri dari 8 orang dan Universitas Indonesia Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
62
kelompok di R W 04 terdiri dari 6 orang.
Setelah terapi kelompok terapeutik
selesai diberikan maka dilanjutkan terapi lifo review kepada kelompok di RW 04, dimana pada kelompok ini ditemukan diagnosa berduka antisipasi dan ketidakberdayaan pada anggota kelompok sebanyak 3 orang (21%). Terapi ini diberikan kepada 6 orang, dikarenakan 3 orang anggota yang lain juga ingin mengikuti terapi tersebut.
Terapi spesialis lainnya yang diberikan yaitu Terapi Family Psychoeducation (FPE) yang direncanakan pada 3 klien yang memiliki keluarga sebagai caregivernya. Dalam pelaksanannya dalam pelaksanaanya hanya 2 keluarga yang
dapat diberikan.
4.2.3.Evaluasi Keperawatan Evaluasi keperawatan terdiri dari 2 bagian yaitu mengukur tanda dan gejala lansia sehat dan mengukur kemampuan klien dan keluarga mengatasi masalah pada lansia. Pengukuran tanda gejala lansia sehat menggunakan kuesioner penilaian tanda dan gejala lansia sehat yang dikembangkan FIK Ul (2013). Kuesioner ini dibuat dengan mengacu pada beberapa sumber utama khususnya NANDA, NIC dan NOC. Kuesioner ini terdiri dari 36 item, meliputi 4 aspek lansia, yaitu aspek biologis dan seksual (22 item), pada aspek kognitif (2 item), aspek afektif (4 item), perilaku (4 item) dan sosial (4 item). Pengukuran ini dilakukan saat pengkajian dan setelah pemberian terapi (cara pengukuran tanda dan gejala lansia sehat terlampir). Hasil pengukuran konfusi kronis disajikan pada tabel 4.11. Tabel 4.11. Evaluasi tanda dan gejala lansia sehat berdasarkan jumlah anggota di RW 04 dan 05 Kelurahan Sukadamai Bogor tahun 2014 N 0
I 2 3 4 5
Tanda & gejala (36 item}
Biologis dan seksua Inte ument: Kulit kering Kulit keri~ut Rambut memutih, rontok Perna~asan : Na2as ce2at dan dalam TerdaQat tarikan otot dada
Terapi generalis dan TKT lansia {n=8} Pre Post Selisih Mean
%
Mean
I 0,9 0,9
100 90
I 0,9 0,9
0,4 0,3
40 30
0,4 0,3
90
0
Mean
Terapi generalis, TKT lansia, TKT Life review {n-=6) Pre Post Selisih Mea n
%
Mean
%
100 90 90
0,9 0,9 1
90 90 IOO
0,9 0,9 1
90 90 100
40 30
0,3 0,7
30 70
0,2 0,7
20 70
/o
%
Mean
Universitas Indonesia Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
%
63
6 7 8 9 10 11
12 13 14 15 16 I7
18 I9 20 2I 22
Kardiovaskuler Berdebar-debar Akral dingin Mudah lelah Pendengaran berkurang Penglihatan berkurang Neuromuskuler : Kekuatan otot/motorik menurun Sensasi menurun Gerakan terbatas Penurunan refleks Gastrointestinal : Gigi mulai tanggal pengecapan Sensasi menurun Gangguan diare/konstipasi Genitourinaria : Sering berkemih Tidak mampu menahan kemih Penurunan suhu tubuh Seksualitas : Sakit saat berhubungan Libido menurun
0,3 0,4 0,9 0 0,9
30 40 90 0 90
0,3 0,2 0,9 0 0,9
30 20 90 0 90
0,5 0,3 l 0
50 30 100 0 100
0,5 0,3 0,7 0
50 30 70 0 100
0,8
80
0,8
80
0,8
80
0,8
80
0,4 0,4 0,9
40 40 90
0,4 0,4 0,9
40 40 90
0 0,5 0,8
0 50 80
0 0,5 0,8
0 50 80
0,3 0,1
30 IO
0,3 O,I
30 IO
0 0
0 0
0 0
0 0
0,3
30
0,3
30
0
0
0
0
0,9 0
90 0
0,9 0
90 0
I O,I
IOO 10
0,9 0
90 0
O,I
10
O,I
10
0,5
50
0,3
30
0,4 0,8 21,4
40 80 97;1.
O,I 0,8 10,9
10 80 49,5
107
0 0,1 10,7
0 10 107
0 0,1 9,6
0 10 96
1,1
11
I 0,5 1,5
100 50 75
0,6 0,4 1,0
60 40 50
100 70 170
1
50
I 0,7 1,7
0,5 1,5
100 50 150
2,0
20
0,9
90
0,1
10
0,2
20
0
0
100 IOO
IOO IOO
I 0,8
IOO 80
I I
IOO IOO
0,6
60
100
0
0
0,5
50
3,5
87,5
3
75
2
200
2,5
250
0,5
50
I O,I 0,3
100 100 IO 30
I I I 0,8
100 100 IOO 80
I I 0,8 0,5
100 100 80 50
I I 0,7
100 100 100 70
2,4
60
3,8
95
3,3
330
3,7
370
0,4
40
0,9 0,9
90 60
0,9
90 100
0,8 0,3
80 30
0,8 0,7
80 70
0,9 I 3,7
90 IOO 93
0,9
90 IOO 95
0,7 0,5 2,3
70 50 230
0,8 0,5 2,8
80 50 280
0,5
50
10,7
Ko nitif 23 24
25
Mudahlu~a
Penurunan konsentrasi Afektif Mudah
0,5
tersinggun~:tmarah-marah
26 27 28
29 30 3I 32
33 34 35 36
Merasa berharga Bahagia dan puas menjalani kehidu~an Lebih mudah menerima kondisi atau situasi sulit Perilaku Pasrah Ban~ak melakukan ibadah Terlibat dalam kelomEok Aktif dalam kegiatan mas arakat Sosial Bergaul dengan oranglain Aktif dalam kegiatan sosial Memiliki sahabat Tidak merasa kese~ian
1
1
3,8
0,5
1,4
0,1
50
140
10
Berdasarkan tabel 4.11. diketahui bahwa pada kelompok 1ansia yang diberikan terapi generalis dan spesilais TKT 1ansia mengalami perubahan pada aspek biologis dan seksual sebanyak 97,2 % dan mengalami penurunan jumlah klien
Universitas Indonesia Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
menjadi 49,5% setelah diberikan terapi. Klien yang mengalami perul aspek kognitif sebanyak 75% dan mengalami penurunan jumlah kli 50%. Pada aspek afektif sebelum terapi TKT lansia sebanyak 87,5% dan setelah diberikan terapi TKT lansia menurun menjadi 75%. Aspek perilaku sebanyak 60% sebelum terapi dan setelah terapi diberikan meningkat menjadi 95% dan aspek sosial sebanyak 93% meningkat menjadi 95% setelah diberikan terapi TKT lansia. Sedangkan pada kelompok kedua dengan pemberian terapi generalis, TKT lansia dan TKT life review, diperoleh data pada aspek biologis dan seksual sebanyak 97,2% dan mengalami penurunan jumlah klien menjadi 49,5% setelah diberikan terapi. Klien yang mengalamai perubahan pada aspek kognitif sebanyak 75% dan mengalami penurunan jumlah klien menjadi 50%. Pada aspek afektif sebelum terapi TKT lansia sebanyak 87,5% dan setelah diberikan terapi TKT lansia menurun menjadi 75%. Aspek perilaku sebanyak 60% sebelum terapi dan setelah terapi diberikan meningkat menjadi 95% dan aspek sosial sebanyak 93% meningkat menjadi 95% setelah diberikan terapi TKT lansia. Tabel4.12. Evaluasi Aspek biologis dan seksual, kogoitif, ~~rilaku dan sosial pada Lansia sebelum dan sesudah diberikan TKT lansia da TKT ife review di RW 04 dan 05 Kelurahan Sukadamai Bogor tabu 2 ~
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Initial nama
T
K Ko Ar
Am Ta
s N Nd Ni R
Kom Nr
Sk
Aspek bio danseks f!.OSt J!.re 7 6 17 15 13 13 10 10 13 12 9 8 9 8 10 9 13 13 4 4 15 15 13 13 10 10 10 10
Aspek k02Jiitif l!.re post 1 0 2 2 2 2 2 0 1 1 1 0 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 2
Aspek afektif l!.re f!.OSt 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3
Aspek perilaku f!.OSt J!.re 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 3 2 2 4 3 4 4 3 3
Aspek sosial (!!€
f!.OSt
4 4 3 4 3 4 3 4 3
4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4
3 1
4 4 2
Total
Total
pre
post
20 31 25 23 25 22 21 23 26 14 24 26
17 29 25 21 24 19 20 21 26 15 24 25 21 21
22 21
Berdasarkan tabel 4.12 diketahui bahwa klien lansia yang memiliki jumlah penurunan tanda dan gejala lansia sehat tertinggi adalah T dengan penigkatan 15%, dengan rata-rata penurunannya dalam kelompok adalah 5%. Hasil evaluasi Universitas Indonesia Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Pening katan dim% 15 6 0 8 4
13 4 8 0 7 0
3 4 0
65
Juga menunjukkan skore yang tetap atau tidak berubah selama pre danpost pemberian terpi kelompok terapeutik lansia dan lifo review yaitu terdapat 4 orang (28%).
Tabel 4.12. Eva@ipek Integritas diri Lansia sebelum dan sesudah diberikan TKT lansia da TKT ife review di RW 04 dan 05 Kelurahan Sukadamai Bogor Tahun 2014
No
TKTiansia (n=8}
Kemampnan integritas diri
pre
1
2
Rata-rata Integritas diri kelompok Rata-rata Integritas diri kelompok
skore dalam
40
Selisih (%)
post 45
TKT Iansia danTKTUfe review (n=6) pre post
Selisih (o/o)
8,6
skore dalam
43
6,6
53
Berdasarkan tabel 4.13 diketahui bahwa lansia mengalami peningkatan rata-rata skore interigatas setelah diberikan TKT lansia sebanyak 8,6%. Pada kelompok 2 juga teijadi peningkatan rata-rata skore integritas sebanyak 6,6% Tabel4.14. Evaluasi Kemampuan Evaluasi TKT Lansia di RW 04 dan 05 Kelurahan Sukadamai Bogor tahun 2014 N 0
Terapi generalis, TKT lansia, TKT Life review {n= 6}
Terapi generalis dan TKT lansia {n=8}
Kemampuan Klien {36 item}
Pre Mean %
Post Mean %
Selisih Mean %
Pre Mean %
Post Mean %
Selisih Mean %
TeraJ!i generalis
2 3 4 5
Mengenal peru bah an biologis dan seksual Menengal perubahan as2ek kognitif Mengena1 perubah an as2ek afektif Mengenal perubahan as2ek 2sikososial Men genal perubah an as ek s iritual
0,8
80
0,8
80
0,6
60
0,9
90
0,4
40
0,8
80
0,3
30
0,3
30
100
100 0,7
0,8
100
1,7
17
70
100 0,8
80
100
100
80
100
0,7
70
0,7
70
4,2
84
4,5
90
3,1
62
4,8
96
0,9
90
0,9
90
0,5
50
0,5
50
0 0,4 1
0 40 100
0,6 0,4 1
60 40 100
0 0,5 1
0 50 100
0,8 0,5 1
80 50 100
0,3
Tera~i s~esialis
6
7
Mengenal masa1ah dalam perubahan aspek biologis dan seksual Melakukan adaptasi terhadap perubahan aspek biologis dan seksual : a. Latihan pemapasn b. Olahraga ringan c. Aktifitas rutin
Universitas Indonesia Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
30
66
8 9
10 11
I2 l3
I4
I5
Mengenal masalah dalam Qerubahan asQek kogni~hMe1akukan adaptasi terhadap perubahan aspek kognitif: a Membaca b. MengisiTIS c. Membuat daftar check list Mengenal masalah dalam perubahan aspek afektif Melakukan adaptasi terhadap perubahan aspek afektif: a Latihan napas dalam b. Latihan fisik berpikir c. Latihan positif
Mengenal masalah dalam 2erubahan as2ek sosial adaptasi Melakukan terhadap perubahan aspek sosial: aspek a. Menggali positif b. Berkomunikasi yang baik dengan oranglain c. Menjalin persahabatan d. Melakukan kegiatan kelom ok Mengenal masalah dalam 2erubahan as2ek SQiritual adaptasi Me1akukan terhadap perubahan aspek spiritual: a. Mengidentifikasi pencapaian harapan dan tujuan hidup b. Menggunakan kekuatan keyakinan terhadap c. Adaptasi peristiwa yang menantang keyakinan Mengaplikasikan integritas yang baik dalam kehidu an
0,6
2,3
76
I
100
30 0 0
0,5 I 0,5
50 IOO 50
1,3
40
3
75
I
100
I
100
0,4 0 1
40 0 100
0,8 0,5 1
100 70 100
46
2
66
90
1
IOO
I
0,5 0 0,3
50 0 30
0,5 0 0,3
50 0 30
0,3 0 0
1,7
43
1,8
45
0,9
90
0,9
90
0,8 0,6 0,5
80 60 50
0,8 0,9 0,6
80 90 60
0,1
10
50
2,8
70
3,2
80
2,4
55
3,3
93
0,9
90
0,9
90
0,5
50
I
100
0,8
80
0,9
90
0
0
100
0,8
80
0,8
80
0
0
IOO
0,8
80
0,8
80
0,8
80
100
0,5
50
0,6
0
0,3
30
0,7
3,8
76
4
80
1,6
32
4,7
94
I
100
I
IOO
I
IOO
1
100
0
0
100
0
0
100
100
IOO
0,2
20
IOO
80
100
0,2
20
100
0,8
2,8
70
3
75
0,3
30
0,8
80
0;3
30
0,8
80
0,4
60
1,5
1.4 0,9
0,2
0,2
0,5
40
20
20
50
0,8
80
2.7
27
0,9
90
3,1
31
2,6
26
0,7
70
70
1,4
35
4
100
0,3
30
I
100
0,3
30
1
100
Berdasarkan tabel 4.14 perlu diketahui untuk kelompok yang diberikan terapi generalis dan Terapi kelompok terapeutik lansia adalah kelompok 1 dan kelompok ynag diberikan terapi Terapi kelompok terapeutik lansia dan life review adalah
Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
67
kelompok
2.
Evaluasi
kemampuan
dengan
membandingkan
prosentasi
peningkatan sebelum diberikan terapi dan sesudah diberikan terapi. Kemampuan mengenal masalah akibat perubahan pada lansia terjadi peningkatan jumlah klien sebanyak 17% dan pada kelompok 1, sedangkan pada kelompok 2 mengalami peningkatan 30%.
Pada kemampuan beradaptasi terhadap perubahan aspek biologis dan seksual, kelompok 1 meningkat 60% dan pada kelompok 2 meningkat 80%. Pada aspek kognitif terjadipeningkatan 10% pada kelompok 1 dan 27% pada kelompok 2. Aspek afektif terjadi peningkatan 40% dan pada kelompok 2 meningkat menjadi 150%. Aspek sosial teljadi peningkatan 20% pada kelompok 1 dan pada kelompok 2 meningkat menjadi 31%. Aspek spiritual terjadi peningkatan 20% pada kelompok 1 dan pada kelompok 2 meningkat menjadi 26%.
Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
BABS PEMBAHASAN
Pada bah ini penulis membahas tentang penerapan terapi kelompok terapeutik lansia dan terapi Life review pada lansia di RW 04 dan RW 05 Kelurahan Sukadamai Bogor. Penerapan terapi ini dilaksankan sejak 17 Pebruari - 18 April 2014. Pembahasan juga dilakukan terhadap manajemen pelayanan yang menunjang pelaksanaan asuhan keperawatan serta keterbatasan yang ditemukan selama proses pelaksanaan asuhan keperawatan. Pemaparan bahasan asuhan kasus spesialis meliputi basil pengkajian klien lansia sehat dan efektifitas penerapan manajemen asuhan keperawatan pada klien yang mendapat terapi generalis; terapi spesialis menggunakan pendekatan transition theory. Konsep utama dari teori transisi terdiri dari tipe, pola proses da tindakan keperawatan dan indikator proses.
5.1. Hasil pengkajian klien lansia
Hasil pengkajian karakteristik klien terdiri dari usia, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan caregiver. Pembahasan karakteristik klien terhadap penerapan terapikelompok terapeutik lansia dan terapi life review. 5.1.1. Karakteristik 5.1.1.1. Usia
Usia lansia dalam kasus ini berada pada rentang usia 60-74 tahun, dengan usia rata-rata berusia 65,7 tahun. Menurut Guslinda (2011) pada usia ini lanjut banyak mengalami perubahan baik fisik maupun mental, semakin tinggi usia seseorang semakin banyak pengalaman dan senakin siap menghadapi perubahan yang terjadi. Pada label 4.11 diketahui bahwa 14 orang lansia yang dikaji mengalami perubahan baik dari aspek biologis dan seksual, kognitif, afektif, sosial, dan spiritual. Hasil evaluasi tanda dan gejala menunjukkan 97,2% mengalami perubahan pada aspek biologis dan seksual, 75% mengalami perubahan aspek kognitif, 87,5% mengalami perubahan afektif, 60% mengalami perubahan perilaku, dan
93%
mengalami perubahan aspek spritual. Penulis mencoba
menganalisa bahwa tanda dan gejala yang dialami oleh lansia telah sesuai dengan us1anya. 68 Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
69
Menurut Stanley dan Beare (2007) tentang teori aktifitas pada proses menua, menekankan bahwa kestabilan sistem kepribadian sebagai individu bergerak ke arah usia tua. Pencapaian integritas diri dipengaruhi kemampuan usia Ianjut dalam beradaptasi terhadap perubahan yang dialaminya. Semakin mampu usia lanjut beradaptasi terhadap kondisinya, maka semakin tercapai perkembangan integritas dirinya. Menurut cox, 1984, dalam tamher (2009) semakin bertambah usia seseorang semakin siap pula ia menerima perubahan.
Usia lanjut dalam ·teori transisi adalah usm dimana merupakan tahapan perkembangan kehidupan akhir. Dimana menurut tipe transisi disebut sebagai tipe perkembangan. Menurut Meleis (20 10), masalah kesehatan dapat muncul dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik masalah fisik dan psikologis seperti masa anak menuju masa remaja berkaitan dengan potensi masalah kesehatan yang muncul yaitu pembentukan identitas diri, penyalahgunaan obat, masalah seksual kehilangan kasih sayang ibu; masa transisi dari
masa dewasa ke lanjut usia
berhubungan dengan pencapaian integritas lansia, pensiun, penyakit kronis. Bila dilihat dari usia dantahap perkembangan maka tipe transisi pada pengelolaan asuhan keperawatan lansia ini merupakan tipe perkembangan.
5.1.1.2. Pendidikan
Pendidikan lanjut usia dalam kasus ini terdiri 7% pendidikan SD, dan 93% berpendidikan SMA dan perguruan tinggi. Menurut notoatmojo (2005) bahwa semakin tingkat pendidikan seseomg semakin baik sikap dan perilakunya dalam menghadapi perubahan hidupnya. Semakin banyak pengalaman hidup yang dilaluinya, sehingga akan lebih siap dalam menghadapi perubahan. Demikian yang teijadi pada lansia di RW
04 dan 05, dengan evaluasi kemampuan
mengikuti TKT lansia dan lift review menunjukkan bahwa kemampuan klien dalam mengikuti TKT lansia mengalami peningkatan sampai 33,3%, sedangkan pada kelompok yang diberikan TKT life review meningkatkan sampai dengan 54%. Hal tersebut menunjukkan klien lansia mampu mengikuti setiap sesi dengan baik sehingga mampu menerima arahan dan petunjuk dari terapi salah satunya pendidikan yang cukup. Hal tersebut sesuai dengan pemyataan Notoatmojo
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
70
(2005) bahwa umumnya usia lanjut yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi menunjukkan kemampuan menerima setiap proses pembelajaran dengan baik. TKT lansia dan life review adalah salah satu bentuk pembelajaran yang diikuti oleh lansia.
Dalam teori transisi, pendidikan penting untuk individu dalam tahapan proses transisi dimana individu yang sehat akan mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan yang baru, untuk itu dibutuhkan pengetahuan yang cukup melalui pendidikan yang dimiliki klien.
Diantara 14 klien lansia, terdapat satu orang yang berpendidikan SD dengan usia 74 tahun dan bisa membaca namun kurang suka menulis, selama pelaksanaan TKT lansia harus didampingi oleh fasilitator karena sering tidak memahami pertanyaan atau materi diskusi. KKJ berperan sebagai fasilitator selama TKT lansia.
5.1.1.3. Pekerjaan
Pada aspek pekeijaan ditemukan bahwa 36% lansia adalah pensiunan, dan 64% adalah sebagai ibu rumah tangga. Pekeijaaan adalah salahsatu faktor yang mempengaruhi adaptasi lansia terhadap perubahan, pekeijaan dapat menjadi pemicu stres pada lansia (Tamher, 2009). Di Indonesia 62,3% usia lanjut masih berpenghasilan dari pekeijaannya sendiri dan 59,4% diperoleh dari pensiunan. Lanjut usia di RW 04 dan 05 sebagian besar tiak bekeija, kalupun bekerja sudah pensiun. Menurut penelitian Pase (2013) tentang pengaruh TKT lansia terhadap integritas 82 lansia di Bogor, menunjukkan hasil bahwa baik pada lansia yang bekeija maupun tidak bekeija tidak terdapat perbedaan dalam pencapaian integritas diri, namun dalam evaluasi tanda dan gejala integritas diri teijadi perbedan selisih 50% pada pre dan post TKT lansia dan perbedaan 70% antara pre dan post TKT Life review.
Dari status pekeijaan ini yang perlu menjadi fokus adalah keadaan dari bekeija kemudian tidak bekeija karena pensiun atau berhenti bekeija, karena dapat
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
71
menjadi pemicu terjadinya masalah psikososial. Retirement atau pensiun bisa memberikan dampak psikologis kepada lanjut usia (Stanley, 2007). Teori transisi memasukkan pensiun sebagai situasi pemicu kondisi transisi (Meleis, 2010). Peke:tjaan bisa menjadi faktor predisposisi atau presipitasi sosial terhadap kejadian sakit, seperti dijelaskan dalam model stres dan adaptasi Stuart (Stuart, 2013). Peke:tjaan, dalam teori transisi merupakan pemicu situasi transisi, bisa karena penurunan pendapatan atau masalah psikososial dalam hubungan antara manusia yang mulai berkurang, dan berkaitan dengan harga diri lansia seiring berkurang peran sosial akibat pensiun. Perubahan status pekerjaan yang terjadi secara tiba-tiba dapat menjadikan stresor psikosoial (Videbeck, 2008)
Menurut Stuart (2013) kehilangan peke:tjaan karena penyakit atau pensiun dapat menimbulkan masalah psikologis. Peke:tjaan terkait dengan penghasilan atau status ekonomi yang menjadi material aset. Ketersediaan material aset akan memberikan kemudahan bagi individu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan saat individu mengalami masalah kesehatan. 14 lansia yang telah dilakukan pengkajian dengan model Stuart, terdapat 1 lanjut usia yang menjadikan masalah pensiunan mempengaruhi pendapatan keluarga, namun hal itu tidak sampai menyebabkan masalah yang kritis dalam keluarga karena klien masih mendapat bantuan dari anak-anaknya. 1 orang klien mengungkapkan bahwa dengan pensiuan maka kan berhati-hati dengan mengelola keuangan karena tidak ingin bergantung pada oranglain dalam hal ini anak.
Faktor pekerjaan dalam teori transisi termasuk dalam situasi transisi atau pola transisi. Dikatakan situasi bila te:tjadi perubahan status peke:tjaan dari beke:tja menjadi tidak beke:tja atau pensiun.
Perubahan status
peke:tjaan akan
menimbulkan situasi yang baru bagi lansia. Menurut Meleis (2010, dalam Alligood dan Tomey, 2010), situasi adalah situasi atau kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi kehidupan klien. Peke:tjaan dikatakan juga dapat membentuk pola transisi berkelanjutan atau sequency yaitu dari perubahan beke:tja menjadi tidak beke:tja atau pensiun menyebabkan atau berdampak terhdap munculnya masalah yang lain seperti menyebabkan munculnya masalah-masalah seperti
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
72
penurunan pendapatan, penurunan status kesehatan, penurunan interaksi sosial (Schumacher, Jones, & Meleis, 1994).
5.1.1.4. Status perkawinan Status perkawinan dalam kasus ini ditemukan 43% klien lansia masih terikat perkawinan, dan 57% dengan status janda. Pasangan suami atau isteri adalah salah satu bentuk dukungan sosial bagi individu. Menurut Videbeck (2008) dukungan sosial merupakan dukungan emosional yang berasal dari ternan, keluarga bahkan pemberi perawatan kesehatan. Dukungan sosial dalam Model Stuart menjadi bagian penting dalam sumber koping yang akan digunakan oleh klien dalam menghadapi stres (Stuart, 2013). Dukungan sosial dipercaya dapat membantu individu keluar dari stress dalam 3 bentuk yaitu pertama anggota keluarga, ternan atau tenaga kesehatan, kedua adalah kelompok sosial yang memberikan informasi tentang bagaimana keluar dari stres, dan ketiga adalah kelompok sosial yang memberikan dukungan emosional dengan meyakinkan individu tentang nilai dan harga diri. (DiMatteo, 1991).
Dalam teori transisi kehadiran pasangan atau anggota keluarga berperan sebagai situasi transisi dan sebagai sumber pendukung dalam tindakan keperawatan, yaitu memobilisasi sumber. Situasi apabila diketemukan adanya kejadian kematian pasangan, dimana pasangan adalah pendukung sosial bagi klien. Hal ini dapat memicu transisi pada lansia. Keluarga sebagai sumber yang perlu dimobilisasi dalam tindakan keperawatan. Dalam teori transisi yang dimaksud sumber dalam adalah individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Sumber keluarga yang perlu dikaji adalah struktur keluarga, status ekonomi dan budaya keluarga. Anggota keluarga adalah sumber utama sebagai pendukung sosial lansia (Schumacher, Jones, & Meleis, 1994). Keluarga dalam teori transisi merupakan peran suplementasi, yang perlu mendapatkan fasilitas pengetahuan tentang pertumbuhan dan perkembangan lansia (Meleis, 201 0).
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
73
5.1.1.5. Caregiver
Dalam pengelolaan lansia ini, penulis menemukan bahwa 10 orang (72%) klien memiliki caregiver, dan 4 orang (28%) tidak ada caregiver. Klien lansia yang memiliki caregiver terdiri dari 5 orang (55%) tinggal dengan pasangannya dan 4 orang (45%) tinggal bersama anak dan menantu. Sedangkan klien lansia yang tidak memiliki caregiver terdiri dari 1 orang (25%) tinggal bersama kakak kandung dan 1 orang (25%) tinggal bersama ibunya, sehingga klien lansia ini justru berperan sebagai caregiver. Sedangkan 2 orang (50%) lagi hanya tinggal sendirian. Caregiver atau pemberi asuhan sebagian besar dilakukan oleh wanita, baik anak perempuan yang sudah dewasa atau isteri (Stanley dan Beare, 2007). Peran pemberi asuhan ini sangat penting, mengingat kondisi lansia yang multikompleks membutuhkan pelayanan multidimensi. Pada klien lansia yang tidak memiliki caregiver, hila penulis analisa latar belakang klien lansia memiliki pendidikan tinggi, sebelumnya pemah bekeija dan memiliki penghasilan sendiri, hanya 1 orang yang tidak bekeija yaitu Ny, N. Ny N, berusia 74 tahun adalah isteri seorang perwira polisi yang aktif di organisasi bhayangkari dan memiliki banyak kesibukan dan aktifitas. Jadi meskipun tidak memiliki caregiver yang tinggal bersamanya, klein merasa tidak khawatir tentang kondisnya. Hal tersebut di dukung oleh perhatian anak-anaknya yang cukup diberikan meski anak-anak tinggal di tempat terpisah.
Dalam teori transisi caregiver JUga berperan sebagi sumber yang hams dimobilisasi, karena peran caregiver dalam keperawatan lanjut uisa sangat penting dan perlu digali potensi dan kemampuannya sehingga dapat merawat lansia secara optimal. Keluarga sama halnya dengan caregiver dalam teori transisi memiliki peran suplementasi. Menurut Meleis (20 10), peran suplementasi adalah peran yang dibangun untuk keluarga atau caregiver dengan memfasilitasi proses perkembangan, pengetahuan, dan keterampilan tentang lansia dan dinamikanya. Karena lansia seringkali tinggal bersama keluarga dan caregive-rnya, maka keberhasilan pencapaian perkembangan lansia juga dipengaruhi oleh faktor keluarga aatau caregiver (Potter & Perry, 2009).
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
74
5.1.2. Faktor predisposisi
Aspek biologis adalah salah satu dari
faktor predisposisi terbanyak dimiliki
lansia, dari hasil pengkajian 14 orang lansia mengalami proses penuaan (100%). Seluruh klien adalah lansia yang sedang mengalami proses menua, hal ini dibuktikan dengan evalusai tanda dan gejala pada 14 orang lansia yaitu 97,2% mengalami perubahan pada aspek biologis dan seksual, 75% mengalami perubahan aspek kognitif, 87,5% mengalami perubahan afektif, 60% mengalami perubahan perilaku, dan
93%
mengalami perubahan aspek spritual. Teori
biologis menjelaskan tentang perubahan sel fisik dari menua termasuk perubahan sel dalam sistem organ tubuh dan kemampuan untuk berfungsi secara adekuat dan bertahan dari penyakit (Townsend, 2011). Faktor hereditas dan biologis tidak berada dibawah kendali manusia dan merupakan hasil struktur biologis, dan manusia tidak dapat mengubah faktor ini (Videbeck, 2008)
Pada aspek psikologis ditemukan 57% klien lansia memiliki pemgalaman kehilangan atau kegagalan, 28% memilikii kepribadian tertutup, 21% keinginan belum tercapai, dan 7% mengalami kegagalan. Aspek psikologis ini mneurut Townsend (2011) terdiri dari pengalaman masa lalu seperti kehilangan orang yang dicintai, sehingga dapat mempengaruhi respon individu terhadap stres, karena kehilangan dukungan sosial dari orang yang dicintainya. Dari 8 orang yang mengalami kehilangan adalah kematian pasangannya, dalam rentang waktu 5-10 tahun hidup sendiri dan tidak menikah lagi. 1 orang klien lansia bahkan baru 40 hari ditinggalkan pasangannya, dan 1 orang berpisah atau bercerai dari pasangannya. Keberadaan pasangan sangat penting bagi lansia, karena sebagi bentuk dukungan sosial ketika menghadapi stres. Meleis (20 10) memasukan situasi kehilangan dalam masa transisi, yang akan menuntut lansia untuk beradaptasi dengan situasi barn yang penuh stresor.
Pada aspek sosial teridentifikasi 6 orang (42%) terlibat kegiatan dimasyarakat, dan 5 orang (35%) terlibat kegiatan sosial, 9 orang (64%) teribat kegiatan keagamaan. Status ekonomi seluruh klien termasuk menengah keatas dengan
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
75
melihat lingkungan tempat tinggal klien, rata-rata tinggal ditumah sendiri. Townsend (2011) mengatakan bahwa status sosioekonomi berpengaruh terhadap fasilitas akomadasi yang memadai, keadekuatan nutrisi, terpenuhinya kebutuhan perawatan untuk anggota, kecukupan sumber pendukung untuk mengatasi situasi stres dan ada tidaknya perasaan tidak berdaya yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam kehidupannya sehari-hari. Dalam teori transisi sosioekonomi termasuk dalam kondisi yang bisa menjadi pendukung dan bisa menjadi penghambat dalam masa transisi. (Alligood, 2010).
5.1.3. Faktor presipitasi
Hasil pengkajian menemukan bahwa faktor presipitasi aspek biologis dari klien lansia diantaranya gangguan pola makan sebanyak 2 orang (14%), gizi kurang atau lebih sebanyak 2 orang (14%), resiko jatuh ringan sebanyak 1 orang (7%). Stresor ini bersifat biologis dan dapat memicu munculnya masalah kesehatan (Stuart 2013 ). Pada aspek psikologis 1 orang (7%) mengalami kehilangan, kecewa terhadap anggota keluarga 2 orang (14%), sulit terbuka kepada oranglain 1 orang (7%). Aspek sosial terdapat 1 orang (7%) yang memiliki masalah hubungan dengan anggota keluarganya. Penulis mencoba membandingkan dengan teori yang ada bahwa faktor presipitasi yang dialami klien bisa berasal dari internal dan ekstemal (Stuart (2013). Seluruh stresor teijadi dalam kurun waktu kurang dari 6 bulan. Setiap klien mendapatkan stresor pemicu sebanyak 1-2. Menurut Stuart (2013) mengemukakan bahwa waktu atau lamanya terpapar stresor adalah aspek sejak kapan, sudah berapa lama dan berapa kali frekuensinya. Semakin lama individu terkena stresor maka akan semakin buruk akibbat yang dialami oleh individu yang membutuhkan penanganan dari semua aspek pendukung yang dipunyai, suapaya individu masaih dapat mempertahankan sikap yang positif. (Townsend, 2013).
Faktor presipitasi dalam teori transisi adalah situasi yang memicu teijadinya transisi. Situasi adalah situasi atau kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi kehidupan klien (Alligood dan Tomey, 2010). Meleis (2020) memberikan contoh dari situasi yang menyebabkan transisi adalah perubahan dalam struktur keluarga
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
76
seperti kelahiran bayi, kematian anggota keluarga, anggota keluarga yang sakit. Transisi dari sehat ke sakit, menjelaskan bahwa terjadinya perubahan peran individu dari dari kondiosi sehat ke sakit atau sebaliknya dari sakit menjadi sehat. Seperti pada pengelolaan kasus lansia diatas situasi yang memicu diantarnya kehilangan pasangan, masalah dengan anggota keluarga.
5.1.4. Penilaian terhadap stresor Penilaian terhadap stressor adalah suatu evaluasi tentang makna stressor bagi kesejahteraan seseorang dimana stressor mempunyai makna, intensitas, dan penting dalam interpretasi seseorang yang beresiko mengalami stres. Penilaian stresor berdasarkan kognitif, afektif, fisiologi, tingkah laku dan sosial (Stuart, 2013).
Hasil pengkajian respon kognitif ditemukan bahwa seluruh klien lansia atau 100% mengalami mudah lupa. Mudah lupa adalah wajar dialami lansia, namua akan berlanjut menjadi mudah lupa yang tidak wajar bahkan sampai mudah lupa yang paling berat yang disebut dengan pikun atau demensia (Kusumoputro, 2004). Pada kasus ini klien masih mengalami gangguan ingatan jangka pendek dan masih bisa diterima dan disadari oleh klien lansia. Selain itu terdapat 2 orang (14%) mengalami penurunan konsentrasi.
Penilaian stressor klien secara kognitif adalah mengungkapkan ketidakpastian fluktasi tingkat energi, tidak puas dan frustasi, ragu-ragu terhadap penampilan peran, tidak memiliki kendali atau pengaruh serta kurang dapat konsentrasi.
Respon kognitif mrmpunyai peran sentral pada proses adaptasi, karena faktor kognitif mempengaruhi dampak suatu kejadian yang stressfull, menemukan koping yang akan digunakan dan menghasilkan reaksi emosi, fisiologi, perilaku serta sosial individu (Stuart, 2013).
Secara teori disebutkan bahwa respon yang ditunjukkan klien secara afektif adalah jengkel, marah, tidak nyaman, mudah tersinggung, tidak berdaya, sedih, apatis,
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
77
ansietas, frustasi bahkan depresi (Stanmark, 2004) dalam
Lukbin & Larsen ,
2013 ;Carpenito, 2009; NANDA, 2013). Pada klien lansia ditemukan respon mudah tersinggung 2 orang (14%), kecewa 1 orang (7%), terdapat 3 orang (21%) dengan depresi ringan. Depresi adalah tipe gangguan mood, yang merupakan masalah kesehatan jiwa di usia lanjut, yang disebabkan karena kesehatan fisik, psikis dan sosial. (Jeannotte, 2005). Menurut Meleis (2010) dalam penelitian tentang perkembangan teori transisi mengemukan tentang bentuk respon terhadap masa transisi yaitu disorientasi, distress, irritability, ansietas, depresi, perubahn konsp diri, perubahan harga diri dan perubahan peran.
Respon fisiologis menggambarkan perubahan fisik yang dia;ami oleh lansia, dimana ditemukan 100% lansia mengalami kulit keriput, rambut bernban. 86% lansia mengeluh mudah Ielah, 21% berdebar-debar, 14% akral dingin, 7 % mengeluh nafsu makan menurun. Beruban kelelhan dan kulit keripu tidak bias dihindarkan, secara fisiologis telah dijelaskan dalam teori wear dan aus dimana tubuh yang dipakai terns menerns dan adanya pengaruh readikal bebas serta akumulasi hasil metabolisme tubuh menyebabkan kernsakan DNA, kolagen menurun, dan akumulasi pigmentasi menua (Townsend, 2011). Menurut Luecnetto (2006) menyampaikan bahwa tubuh manusia apabila digunakan terns menerns akan mengalami keausan, hal ini disebabkan akibat tidak adanya peremajaan.
Respon perilaku menggambarkan respon emosi dan fisiologis dari hasil analisis kognitif ketika menghadapi kondisi yang penuh stress.
Dari klien lansia
yangdikaji ditemukan 100% klien mampu melakkanaktifitas sehari-hari secara mandiri tanpa bantuan, dan 8 orang (57%) melakukan olahraga ringan.
Respon sosial mernpakan tanda dan gejala yang muncul terkait dengan kemampuan individu dalam melakukan kegiatan sosial. Hasil pengkajian menunjukkan 12 orang (86%) terlibat dalam kegiatan masyarakat seperti pertemuan rutin warga, menjadi pengurus posyandu, posbindu, aktif mendatangi posbindu. 9 orang (64%) aktif mengikuti kegiatan keagamaan seperti pengajian, dan 6 orang (54%) aktif dalam kegiatan kelompok. Berdasarkan hasil evaluasi
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
78
penilaian terhadap stresor, disimpulkan klien lansia masih berada dalam rentang sehat.
Penilaian stresor dalam teori transisi berperan sebagai proses transisi dimana individu berproses memaknai transisi dan dari proses tersebut menghasilkan respon yang sehat atau bisa juga menghasilkan respon yang tidak sehat. Dari pengelolaan lansia dalam karya ilmiah ini seluruh lansia memberikan respon sehat dalam proses transisinya.
5.1.5. Sumber koping
Sumber koping
adalah pilihan atau
mengahadapi stres. Sumber koping
1m
strategi yang akan digunakan dalam terdiri dari kemampuan yang dimiliki
individu, dukungan sosial (ternan, keluarga dan masyarakat), material aset (sumber keuangan, tempat pelayanan kesehatan), dan keyakinan yang positif dari individu (Stuart, 2013). Pada kasus kelolaan, ditemukan bahwa klien lansia memiliki kemampuan individu yang cukup bagus tentang perubahan dan cara adaptasi terhadap perubahan lansia, 12 orang (86%) sudah melakukan adaptasi baik fisik, kognitif, soial dan perilaku, dan 2 orang (14%) baru sebagian kecil melakukan adaptasi terhadap perubahan.
Sumber koping kedua adalah dukungan sosial, dukungan sosial teridiri dari dukungan keluarga, kelompok dan masyarakat. Berdasarkan data sebelumnya telah dijelaskan bahwa terdapat
10 orang (72%) mendapat dukungan
keluargalcaregiver, sedangkan 4 orang (28%) tidak memiliki caregiver. Namun
meskipun 4 orang klien lansia tidak memiliki caregiver,
klien mendapat
dukungan dari keluarga. Penulis mengamati klien tersebut memiliki kemampuan yang cukup tentang kesehatan dan keluarga atau anggota keluarga yang tinggal jauh selalu memberikan dukungan. Hasil wawancara dengan anggota keluarga atau caregiver ditemukan bahwa keluarga mampu memberikan perawatan pada klien lansia dengan baik, tidak ditemukan masalah yang serius pada lansia yang dirawatnya maupun masalah untuk caregiver. Menurut Friedman (2010)
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia.
79
kurangnya sistim pendukung yang dimiliki oleh klien dapat mendorong perilaku yang diperlihatkan klien menjadi kurang adaptif. Menurut Keliat et al (2011) salah satu tujaun dari tindakan keperawtan untuk lansia adalah keluarga mampu menjelaskan perilaku yang menggambarkan perkembangan psikososial lansia yang normal dan menyimpang, mampu menjelaskan cara memfasilitasi perkembangan psikososial usia lanjut, mampu melakukan tindakan untuk memfasilitasi perkembangan psikososial usia lanjut, mampu merencanakan stimulasi untuk mengembangkan kemampuan psikososial usia lanjut artinya disini peran keluarga sangat penting dalam membantu lansia mempertahankan status kesehatanya. Menurut Bisconti & Bergeman (1999), memiliki jaringan sosial dapat membantu mengurangi stres dan menghilangkan penyakit. Dukungan sosial juga memiliki pengaruh positif yang kuat terhadap kemampuan melakukan koping serta beradaptasi (Buchanan, 1995).
Dukungan kelompok diperoleh dari kegiatan yang diikuti oleh klien dari kelompok, seperti data diatas bahwa klien yang mengikuti kegiatan kelompok sebanyak 6 orang (54%), dan 2 orang diantaranya adalah kader kesehatan jiwa. Klien lansia yang tidak mengikuti kegiatan kelompok dikarenakan kesibukan merawat cucu, merawat ibunya sehingga tidak bisa ditinggal. Kekuatan dari lingkungan sosial menjadi dukungan bagi lansia, dalam hal ini wilayah RW 05 memiliki kelebihan dengan adanya kegiatan posbindu yang telah berjalan 10 tahun lebih, dan di RW 05 telah menjadi Desa Siaga Sehat Jiwa dan memiliki 4 orang KKJ, sedangkan RW 04 belum menjadi DSSJ dan tidak memiliki KKJ. Peran KKJ sangat penting dalam membantu masyarakat atau lansia khusunya dalam meningkatkan status kesehatan jiwa melalui peran KKJ yaitu melakukan deteksi keluarga, pergerakan kesehatan, kunjungan rumah dan rujukan. Target pencegahan primer dalam CMHN adalah individu dan lingkungan, dengan penekanan pada dua hal yaitu membantu individu untuk meningkatkan kemampuan individu dalam mengatasi stres secara efektif dan target dalam menguramgi kekuatan stres dalam lingkungan (Townsend, 2011).
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
80
Pada ketersediaan materi aset khusunya ketersediaan dana kesehatan ditemukan 5 orang (36%) lansia menggunakan dana pribadi dan 9 orang (64%) menggunaka.'1 asuransi kesehatan. Analisa penulis · tidak ditemukan masalah keuangan yang digunakan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Kete:tjangkauan pelayanan kesehatan 100% klien mengatakan sangat terjangkau. Di Kelurahan Sukadamai terdapat beberapa tempat pelayanan kesehatan seperti 1 Rumah sakit Islam, 1 Puskesmas, dan beberapa praktik dokter umum, bidan praktik swasta, 1 pengobatan altematif dengan metode akupuntur. Menurut Videbeck (2008), status sosioekonomi individu dimana akan berpengaruh kuat pada kesehatan individu, termasuk apakah individu memiliki asuransi dan akses yang adekuat untuk mendatangi tempat pelayanan kesehatan atau untuk memperoleh terapi yang dibutuhkan (Videbeck, 2008).
Keyakinan yang positif dari klien ditemukan bahwa 100% klien lansia merasa pasrah dengan kondisi yang dialaminya, dan siap menghadapi kematian. Selain itu klien juga merasa optimis bisa mempertahankan kol!disi kesehtannya agar tetap sehat.
Sumber koping dalam teori transisi dibutuhkan saat melakukan tindakan keperawatan dimana perawat memobilisasi sumber yang ada baik dari individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat. Tindakan keperawatan dalam teori transisi selanjutnya adalah mobilisasi sumber, yang dimaksud sumber adalah individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. (Schumacher, Jones, & Meleis (1994). 5.1.6. Mekanisme koping
Mekanisme koping adalah cara yang digunakan dalam menghadapi atau mengatasi stres, bisa konstruktif atau destruktif. Konstruktif adalah penyelesaian beroreintasi pada tugas yang menghasilkan individu akan beradaptasi dengan sehat terhadap stres. Destruktif menunjukkan penyelesaian yang berorientasi pada ego dan menghasilkan individu yang beradaptasi secara maladaptif atau tidak sehat terhadap stres (Stuart, 2013). Rata-rata mekanisme koping yang digunakan oleh klien lansia adalah koping yang konstruktif seperti berdoa, berdzikir, hila ada
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
81
masalah dibicarak:an dengan orang terdekatnya, melak:ukan ak:tifitas fisik atau sesuai hoby, dan sebagian kecil 14% yang selalu menyimpan masalahnya, dan sulit untuk mengutarak:an ke oranglain. Mekanisme koping dengan cara berdoa dan berdzikir dilakukan oleh seluruh lansia (1 00%), kemudian 86% lansia juga mengikuti kegiatan keagamaan dimasyarak:at, hal tersebut memudahkan klien dalam melak:ukan adaptasi dengan perubahan yang dialaminya baik perubahan biologis, maupun psikososial. Keyakinan positif klien dan dukungan spiritual akan membantu klien melakukan koping terhadap stres dan penyakit (Videbeck, 2008). Menurut penelitian Nelson (1989) tentang perbedaan budaya orientasi keagamaan pada lansia ynag mengalami depresi, mengemukakan bahwa orientasi keagamaan bermanfaat sebagai mekanisme koping dan sumber dukungan sosial untuk lansia yang mengalami depresi.
Penulis menemukan hoby unik dari salah satu lansia yaitu merajut dan membuka terbuka kepada siapapun yang ingin belajar merajut utnuk datang ke rumahnya secara gratis. Penulis berasumsi klien menggunakan koping yang positif untuk mengatasi kesepiannya dengan ingin membagi ilmunya dan juga ingin mendapatkan dukungan dari kelompoknya, mengisi waktu luangnya ke dalam kegiatan positif.
Mekanisme koping dalam teori transisi berada pada proses transisi dimana koping yang digunakan akan menentukan apakah individu akan melewati transisi sehat atau tidak sehat. Mekanisme koping berperan dalam individu memaknai kejadian. Seringnya lansia menghadapi pengalaman transisi dalam kehidupanilya dan menggunakan koping yang sehat maka akan membuat lansia semakin berpengalaman dalam menghadapi transisi (Schumacher, Jones, & Meleis (1994).
5.2. Penerapan Terapi kelompok terapeutik Lansia dan Life review
Hasil evaluasi tanda dan gejala menunjukkan bahwa terjadi penurunan skore tanda dan gejala setelah diberikan terapi kelompok terapeutik lansia maupun life review, yaitu rata-rata penurunan 5%. Namun terdapat 4 orang (28%) yang tidak mengalami penurunan skore, artinya tidak ada perubahan. Penulis menganalisa
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
82
dari aspek yang tidak berubah adalah ketidakterlibatan dalam kegiatan kelompok, memiliki sahabat, mudah Ielah dan mudah lupa. Kejadian ini terjadi pada Kom, S, Sk, dan R. Penulis menganalisa bahwa ada faktor-faktor yang tidak mampu merubahnya seperti pada aspek kognitif dimana kerusakan permanen akibat proses menua menyebabkan gangguan ingatan yang permanen dan sulit disembuhkan (Mauk, 2010). Kemudian respon fisik mudah Ielah juga akibat pengaruh dari proses biologis yang terjadi pada tingkat sel, dimana sel mengalami pemakaian yang terns menerus dan Ielah atau rusak (Stanley & Beare, 2007). Pada aspek sosial pada item keterlibatan klien dalam kelompok juga tidak berubah pada dua klien lansia (Sk dan R), hal ini dikarenakan kesibukan merawat cucu, merawat suami yang juga lansia dan lebih senang tinggal dirumah.
Perubahan penurunan tanda gejala hanya terjadi pada aspek kognitif, afektif, perilaku dan sosial, sedangkan aspek bisologis dan seksual sangat kecil potensinya untuk berubah karena berhubungan dengan fungsi otak. Menurut Mauk (2010) otak yang mengalami degenaratif sulit untuk mengalami proses regenerasi dan pengembalian fungsi secara normal. Sedangkan perasaan, pikiran dan sosial masih bisa berpotensi berubah dengan adanya faktor persuasif dan pemahaman yang baik, karena menurut ilmu kesehatanjiwa perilaku manusia bisa dirubah.
Hasil evaluasi terhadap kemampuan Terapi kelompok terapeutik lansia didapatkan peningkatan kemampuan dalam mengikuti Terapi kelompok terapeutik lansia sebanyak 33% .. Berdasarkan tabel 4;13. diperoleh data peningkatan skore integritas diri pada kelompok Terapi kelompok terapeutik lansia maupun Terapi kelompok terapeutik life review. Namun terdapat 2 orang (14%) tidak mengalami peningkatan, hal ini menurut asumsi penulis disebabkan adanya faktor lain yang mempengaruhi diantaranya pendidikan dan kepribadian tertutup dari klien lansia tersebut dan kurangnya keterlibatan klien dalam kegiatan kelompok. Pemahaman terhadap isi kuesioner juga dipengaruhi tingkat pendidikan klien, selain itu juga budaya keterbukaan terhadap ego intergity individu yang kurang. Pencapaian integritas lansia akan optimal tidak hanya dengan upaya dari lansia saja namun
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
83
membutuhkan dukungan dari oranglain yaitu keluarga, kelompok dan masyarakat (Mauk, 201 0). Skore tertinggi integritas tertinggi adalah K, hila penulis analisa hal ini disebabkan kepribadian klien yang terbuka dan kesadaran diri yang cukup untuk merubah hal tersebut ditandai klien sering betukar pikiran dengan anggota kelompok saat pelaksanaan Terapi kelompok terapeutik lansia. Ciri integritas yang baik ditandai dengan kemampuan individu dalam menerima memaknai hidup yang dialaminya dan hila individu tidak mampu mencapai intergritas ego akan terjadi keputusasaan atau despaired. Penerapan terapi kelompok terapeutik lansia juga menunjukkan peningkatan integritas ego sebanyak 8,6% lebih tinggi dari peningkatan terapi kelompok terapeutik lift review. Penelitian Pase (2012) tentang pengaruh terapi kelompok terapeutik lansia terhadap integritas lansia juga menunjukkan peningkatan skore integritas diri.
Menurut Potter dan Perry (2009) tugas perkembangan lanjut usia adalah bagaimana lanjut usia mampu melakukan adaptasi dengan perubahan fisik dan psikososial yang dihadapi lanjut usia. Hasil evaluasi kemampuan setelah dilakukan terapi kelompok terapeutik lansia serta evalausi tanda gejalanya, tidak ditemukan adanya tanda gejala keputusasaan pada setiap lansia justru terjadi peningkatan kemampuan dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan. Terapi kelompok terapeutik lansia dilakukan dalam 6 sesi atau pertemuan, dilakukan 2 kali dalam seminggu. Kehadiran anggota kelompom setiap sesi selalu 100% dan lansia sangat antusias sekali mengikuti terapi spsesialis ini. Hal ini didukung penelitian Schafer (1989) mengemukakan tentang
ketertarikan usia lanjut
terhadap promosi kesehatan, dimana usia lanjut mengemukakan kebutuhan tentang informasi meningkatkan kesehatan lansia seperti tetap aktif dan memelihara pandangan positif terhadap kehidupan; olahraga, nutrisi, isitirahat dan relaksasi; memantau tekanan darah dan pemeriksaan kesehatan; dan disiplin diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang tidak ketat. Terpai kelompok terapeutik lansia menyediakan informasi kesehatan yang dibutuhkan oleh lansia.
Kendala yang dihadapi hanya pada salah satu anggota kelompok yang sulit untuk menuliskan pengalamannya dalam buku kerja dan terapis selalu mengulang dalam
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
84
memberikan penjelasan atau arahan. Hal tersebut tidak menjadi kendala dan teratasi dengan keterlibatan kader kesehatan jiwa yang mendampingi klien. Pada pelaksanaan terapi kelompok terapeutik lansia kelompok 2 atau di RW 04, terapis tidak menemui masalah yang berarti, lansia sangat antusias mengikuti kegiatan setiap sesi, namun disini terapis lebih sering melakukan fokusing dikarenakan lansia senang sekali bercerita pengalamanya kadang keluar dari fokus pembicaraan, hal-hal diluar topik seringkali dibicarakan oleh anggota kelompok. Kekurangan dari terapi kelompok terapeutik kedua ini adalah tidak adanya kader kesehatan jiwa. Kader kesehatan jiwa merupakan sumber daya masyarakat yang perlu dikembangkan potensinya dalam mendukung program community mental health. Terapis sebenamya telah melakukan sosialisasi tentang desa siaga sehat
jiwa di wilayah RW 04 namun memang antusias warga sangat kurang, dan pemahaman masyarakat tentang kesehatan jiwa sepertinya masih menjadi sesuatu yang "negatif'. Teori transisi menjelaskan keberhasilan nursing teraputic tidak lepas dari sumber-sumber yang ada di masyarakat, salah satunya dalam karya ilmiah ini adalah adanya peran kader kesehatan jiwa sebagai sumber yang ada dimasyarakat.
Menurut Yosep (2007), terapi kelompok terapeutik lansia merupakan bentuk dukungan kelompok yang dapat diberikan kepada lansia. Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan pada sekelompok klien bersamasama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang terapis atau petugas kesehatanjiwa yang telah terlatih untuk memberikan stimulasi bagi pasien dengan masalah interpersonal. Menurut Tomb (2004) terapi kelompok terapeutik merupakan terapi kelompok yang tidak hanya diperuntukkan _ untuk pasien gangguan saja tetapi pada kelompok sehat seperti usia lanjut. Pendekatan ini ditujukan agar kelompok lanjut usia dapat mengembangkan kesadaran diri tentang gaya berhubungan interpersonal melalui umpan balik korektif dari anggota kelompok yang lain, sehingga usia lanjut diterima dan didukung. Hal tersebut dapat dilihat saat pelaksanaan terapi kelompok terapeutik lansia baik pada kelompok 1 dan 2, dimana setiap anggota kelompok secara aktif menyampaikan pengalaman perubahan yang dialami dan cara beradaptasi
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
85
terhadap perubahan tersebut. Terapi ini menungk:inkan sesama usia lanjut untuk dapat saling bercerita dan saling mendukung terhadap perubahan yang dialami masing-masing anggota. Stuart dan Laraia (2005) mengemukak:an bahwa terapi kelompok terapeutik usia lanjut merupak:an terapi yang diberikan kepada usia lanjut sehat yang bertujuan membantu usia lanjut untuk mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi pada proses pertumbuhan perkembangannya untuk mencapai integritasi diri.
Teori transisi menggambarkan nursing terapeutic yang dikembangkan melalui tiga kegiatan yaitu pengkajian, intervensi keperawatan dan peran pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan dan mempersiapkan perkembangan diri individu adalah tujuan dalam nursing terapeutic. Hal ini telah sesuai dengan penerapan terapi kelompok terapeutik lansia, dimana terdapat unsur pendidikan kesehatan tentang pengenalan perubahan pada aspek biopsikososial lansia dan mengajarkan cara beradaptasi dan keterlibatan kelompok dalam pemberian intervensi keperawatannya. Setiap sesi dalam terapi kelompok terapeutik lansia selalu melibatkan anggota kelompok. Prinsip dalam teori transisi adalah klien sebagai individu dan lingkungan sosial (Meleis, 2010). Lingkungan sosial digambarkan sebagai dukungan sosial yaitu keluarga, kelompok dan masyarak:at, sehingga tepat digunak:an dalam penerapan asuhan keperawatan lansia di area komunitas.
Teori transisi juga memperhatikan tahapan perkembangan sebagai kejadian dalam transisi, mulai dari masa bayi, kanak:, remaja, dewasa sampai lanjut usia, semua tahapan adalah masa transisi. lansia dalam fase kehidupan ak:hirnya dituntut dapat mencapai tugas perkembangan menuju integritas diri yang baik. Keberhasilan pencapaian ini tidak: lepas dari upaya lansia itu sendiri, tetapi juga dibutuhkan peran lingkungan sosialnya.
Pada kelompok dua, perawat memberikan terapi kelompok terapeutik lansia sampai dengan 6 sesi tanpa evaluasi kemampuan dan integritas, karena ditengah sesi terapi kelompok terapeutik lansia, terapis ditemukan 3 orang klien mengalami gejala depresi ringan, mak:a setelah sesi terapi kelompok terapeutik lansia selesai
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
86
penulis melanjutkan dengan terapi kelompok terapeutik life review. Sebenarnya perawat akan memberikan terapi kepada 3 orang klein saja, namun anggota kelompok yang lain sudah teijalin kohesi dan keterikatan antar anggota kelompok, sehingga ingin mengikuti terapi tersebut. Terapeutik life review diberikan dalam 2 kali dalam seminggu, hal ini sesuai dengan hasil rekomendasi penelitian Misesa (2012) dalam penelitiannya bahwa waktu 1-2 kali seminggu dapat memberikan kesempatan proses review, yaitu melakukan evaluasi pengalaman masa lalu. Dalam modifikasi terapi menggunakan foto atau album foto masa kanak, remaja dewasa dan lansia sebagai alat untuk membantu lansia dalam me-review pengalaman masa lalunya, namun dalam praktiknya tidak semua anggota masih menyimpan album foto masa lalunya. Dengan melihat pengalaman masa lalu yang menyenangkan akan menimbulkan perasaan tenang. Menurut Townsend (2011) sesuatu yang menyenangkan atau kondisi relaks dapat mengatasi depresi karena adanya sekresi neurotransmitter yaitu serotinin. Sesuatu yang menyenangkan menjadi stimulus yang dapat membangkitkan semangat dan keceriaan klien menghadapi depresi.
Penerapan Terapi kelompok terapeutik Lifo review menunjukkan peningkatan tanda dan gejala lansia sehat atau beda selisih 34,2% dari sebelum diberikan terapi kelompok
terapeutik life review dan setelah diberikan terapi life review.
Penerapan terapi kelompok terapeutik life review juga menunjukkan peningkatan integritas diri pada lansia sampai 6,6% Terapi lifo review telah direkomendasikan untuk pengobatan depresi pada lansia (Scogin, Walsh, Hanson, Stump, & Coates, 2005). Pada penelitian Serrano, dkk (2004) terhadap 20 lansia dengan usia antara 65-93 tahun yang mengalami depresi tanpa demensia, telah diberikan terapi life
review selama 2 minggu dengan hasil menurunkan depresi dan meningkatkan kepuasan hidup.
Pada praktik kesehatan jiwa di komunitas ini, selain menurunkan depresi pada temyata terapi kelompok terapeutik life review dapat meningkatkan skore integritas diri pada lansia. Menurut Storges, Stewart, & Duncan (2008).Terapi
Lifo Review mengacu pada teori Erickson tahun 1950 bahwa seseorang harus
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
87
berhasil menyelesaikan setiap tahap kehidupannya dengan tugas masing-masing tiap tahap yang berbeda, sebelum diteruskan ke tahap berikutnya. Keberhasilan pencapaian pada tahap akhir yaitu usia lanjut akan meningkatkan integritasnya. Penelitian Misesa (2012) menngemukakan bahwa terapi kelompok terapeutik life
review dapat menurunkan gejala depresi pada lansia di panti sosial Palangkaraya.
Perkembangan manusia adalah salah satu dimensi dalam teori transisi, dimana tahap perkembangan lansia termasuk didalamnya (Meleis, 201 0). Penulis menganalisa segala aspek biologis dan psikososial pada lansia sebagai type dan pola dari proses transisi. Peningkatan kemampuan mengikuti terapi kelompok terapeutik
dalam teori transisi adalah sebagai indikator proses, sedangkan
penurunan tanda gejala serta pencapaian integritas diri dalam teori transisi disebut sebagai indikator hasil. Keberhasilan pencapaian intervensi keperawatan berbasis komunitas tidak lepas dari peran keluarga, masyarakat, lingkungan dan tenaga kesehatan.
Empat pilar kegiatan dalam Community Mental Health Nursing telah penulis lakukan diantaranya pada pilar satu perawat membentuk Desa Siaga Sehat Jiwa dengan menyusun visi misinya beserta struktur organisasinya, mensosialisasikan kepada masyarakat, membuat perencanan bulanan, tahunan. Pada pilar kedua perawat melakukan rekrutmen kader kesehatan jiwa mulai sampai dengan mengadakan pelatihan, pendampingan dan penilaian kineija. Menurut Gillies (1989, dalam Keliat, dkk., 2010)
manajemen adalah kegiatan adalah proses
menyelesaikan pekeijaan melalui oranglain. Perawat CMHN melakukan kegiatan manajemen besama kader kesehatan jiwa. Menurut Swanburg (2000, dalam Keliat., dkk, 201 0) manajemen didefrnisikan sebagi ilmu atau seni tentang cara memanfaatkan sumber daya secara efisien, efektif, dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Manajemen keperawatan adalah proses bekerja melalui banyak orang untuk memberikan asuhan, pengobatan dan bantuan terhadap pasien (Gillies, 1989 dalam Keliat 2010).
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
8&
Pilar ketiga dari manaJemen adalah melakuk:an kemitraan lintas sektor dan program, diman perawat melakuk:an kerjasama dan koordinasi dengan Puskesmas Mekarwangi, Dinas kesehatan Kota Bogor dan Dinas Pendidikan. Pilar ke empat adalah kegiatan asuhan keperawatan baik untuk masalah sehat, resiko maupun gangguan. Keterlibatan kader kesehatan jiwa, tokoh masyarakat, tokoh agama, Puskesmas dan DKK, dalam teori transisi
disebut sebagai sumber daya
komunitas. Duk:ungan keluarga, lingkungan masyarakat yang agamis seperti adanya kegiatan pengajian dalam 1 minggu ada 5 hari, Posyandu dan Posbindu berjalan secara rutin, kegiatan kerja bakti, kegiatan sosial dalam teori transisi disebut sebagai lingkungan sosial (Alligood & Tomay, 2010). komunitas dan lingkungan sosial
Sumber daya
dalam teori transisi akan mempengaruhi
persepsi individu dalam memaknai transisi dalam kehidupannya (Chick & Meleis, 1986 dalam Meleis, 2010).
Pada salah satu wilayah yang dikelola yaitu di RW 04 terdapat kelemahan yaitu tidak terbentuk: desa siaga sehat jiwa, meskipun perawat telah mensosialisasikan melalui pertemuan musyawarah masyarakat desa. Pada saat pelaksanaan terapi spesialis kegiatantersebut hanya diduk:ung oleh ketua R W dan sebagian pengurus Posbindu saja. Kesibuk:an dari warga RW 04 yang rat-rata masih produk:tif sulit untuk: ditemui, serta tingkat pendidikan dan pengetahun tentang kesehatan secara umum cukup, meski keteika penulis menanyakan apakah tahu tentang program kesehatan jiwa di masyarkat sebagian warga kurang mengerti.
Terapi kelompok terapeutik dan terapi kelompok Life review berperan sebagai tindakan keperawatan dalam teori transisi. Terapi spesialis ini memberi kesempatan individu berkembang pengetahuan dan ketrampilannya tentang pertumbuhan dan perkembangan lansia melalui terapi kelompok terapeutik lansianya.
Terapi
Life
review
memberi
kesempatan
kepada
individu
mengekspresikan perasaan serta memaknai kejadian, membangun kembali kehidupan dengan belajar dari masa lalunya, adalah proses transisi yang dialami individu. Terapi kolmpok terapeutik memberikan kesempatan individu atau lansia mendapatkan duk:ungan kelompok. Seperti dikemuk:an Schumacher, Jones, &
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
S9
Meleis (1994) bahwa prose transisi melibatkan dukungan kelompok. Keterlibatan lansia dalam kelompok memungkinkan lansia untuk mendapatkan dukungan sosial, dimana kelompok berkontribusi dalam pembelajarn lansia tentang makna hidup, kepuasan hidup, dan harga diri.
Hasil evaluasi dilihat dengan teori transisi adalah adanya keterlibatan lingkungan sosial, kesejahteraan emosi dengan ditandai penurunan tanda gejala lansia dan peningkatan kemampuan dalam terapi kelompok terapeutik, serta kesejahteraan hubungan, dalam hal ini hubungan antara anggota kelompok dangan anggota kelompok, hubungan anggota kelompok dengan keluarga,
masyarakat dan
petugas kesehatan. Sesuai teori transisi integritas diri adalah pencapaian akhir dari keberhasilan individu dalam melewati proses transisi. Hal tersebut didukung dengan peningktan integritas diri pada lansia setelah diberikan tindakan keperawatn berupa terapi kelompok terapeutik lansia dan terapi life review!. Hal tersebut sesuai dengan pemyataan Me leis & Trangenstein, 1994 (dalam Meleis, 2010) bahwa tiga indikator kesusksesan menghadapi transisi adalah kesejahteraan emosinal, menguasai lingkungan dan kesejahteraan hubungan antar manusia (Meleis & Trangenstein, 1994 dalam Meleis, 2010).
5.3. Keterbatasan Karya Ilmiah akhir Keterbatasan karya ilmiah ini diantaranya adalah kecilnya sampel yang diambil, sehingga hasilnya tidak bisa mewakili populasi yang ada, kurangnya kerterlibatan keluarga atau caregiver dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan
lansia,
khusus wilayah R W 04 tidak adanya keterlibatan masyarakat untuk mendukung program kesehatan jiwa di masyarakat. Terapi life review hanya bisa diberikan pada satu kelompok saja karena keterbatasn waktu terapis. Teori transisi belum menggunakan terapi life review dan terapi kelompok terapeutik lansia dalam kerangka keijanya.
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
90
5.4. Implikasi Keperawatan
Berikut ini akan diuraikan mengenai implikasi keperawatan dari penyusunan karya ilmiah akhir ini, terhadap keilmuan keperawatan kesehatan jiwa, pelayanan keperawatan kesehatan jiwa, dan riset keperawatan jiwa.
5.4.1.
Keilmuan keperawatan kesehatan jiwa
5.4.1.1. Sebagai data dasar untuk pengembangan materi dalam teori dan praktik keperawatan kesehatan j iwa di komunitas, khususnya psychogeriatrik. 5.4.1.2. Sebagai data dasar untuk pengembangan terapi spesialis, khususnya terapi kelompok terapeutik lansia dan terapi kelompok terapeutik life review. Terapi life review bisa dikembangkan untuk lansia yang sehat.
5.4.2.
Pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat
5.4.2.1. Peningkatan intergitas lansia, sehingga terapi TKT lansia dan terapi life
reflew tepat untuk diberikan pada lansia dalam mencapai tugas perkembangan lansia. 5.4.2.2. Peningkatan kemampuan lansia, keluarga dan masyarakat tentang keperawatan kesehatan jiwa pada lansia, sehingga berdampak pada peningkatan status kesehatanjiwa di masyarakat. 5.4.2.3. Adanya keterlibatan masyarakat melalui peran kader kesehatan jiwa dalam pelaksanaan community mental health
nursing, sehingga
berdampak pada kemandirian masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan di masyarakat. 5.4.2.4. Teljalinnya kemitraan lintas sektoral dan program dengan pihak-pihak terkait seperti Puskesmas, Rumah Sakit, Dinas Kesehatan Kota, Kelurahan sampai dengan Kecamatan, sehingga berdampak kepada pelayanan kesehatan jiwa yang komperehensif dan paripuma yang akan berpengaruh kepada penurunan angka gangguanjiwa.
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
91
5.4.3.
Penelitian Keperawatan
5.4.3.1. Diketahuinya karakteristik usia, pendidikan, peke:tjaan, status perkawinan dan caregiver, serta penilaian stresor, namum belum dilihat hubungan antara keduanya, untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk melihat hubungan karakteristik dengan penilaian terhadap stresor. 5.4.3.2. Diketahuinya karakteristik usia, pendidikan, peke:tjaan, status perkawinan dan caregiver, serta skore integritas ego, namum belum dilihat hubungan antara keduanya, untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk melihat hubungan karakteristik dengan variabel yang diukur. 5.4.3.3. Diketahuinya skore evaluasi tanda gejala lansia sehat, skore kemampuan mengikuti terapi dan skore integritas diri, namun belum dicari faktorfaktor yang mempengaruhinya, sehingga perlu dicari faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan terapi. 5.4.3.4. Terapi life review dapat diberikan kepada lansia sehat dengan tujuan meningkatkan kepuasan atau kualitas hidup, untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh terapi life review terhadap kepuasan hidup tidak hanya kepada lansia tetapi mulai usia dewasa madya. 5.4.3.5. Penerapan teori transisi sangat tepat pada penatalaksaan asuhan keperawatan pada lanjut usia di area komunitas, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk menerapkan teori transisi pada tahap perkembangan lainnya yang memiliki masa transisi seperti tahap perkebangan remaja, dewasa muda atau dewasa madya.
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
BAB6 KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bah ini penulis memaparkan simpulan dari penyusuna karya ilmiah ini dan saran-saran yang terkait dengan praktik keperawatan kesehatan jiwa.
6.1. Simpulan
6.1.1. Karakteristik usm lansia rata-rata adalah 65,7 tahun, karakteristik pendidikan 93% pendidikan menengah dan perguruan tinggi, karakteristik peketjaan lansia adalah 64% sebagai ibu rumah tangga dan 36% pensiunan, karakteristik status perkawinan 57% adalah janda dan 43% lansia menikah, karakteristik caregiver lansia, 72% memiliki caregiver. 6.1.2. Terapi kelompok terapeutik lansia dapat meningkatkan tanda gejala lansia yang sehat sebanyak lansia rata-rata 10% dan Terapi kelompok terapeutik life review meningkatkan tanda gejala lansia sehat sebanyak 50%. Terapi
kelomopk terapeutik Lansia hanya bisa merubah aspek kognitif, afektif, sosial dan spiritual saja tanpa bisa merubah aspek biologis dan seksual. 6.1.2. Terapi kelompok terapeutik lansia meningkatkan integritas diri lansia ratarata 8,6% dan terapi kelompok teapeutik life review
meningkatkan
integritas diri lansia rata-rata 8,6% 6.1.4. Terapi kelompok terapeutik life review dapat meningkatkan integritas diri lansia rata-rata 6,6%. 6.1.5. Keterlibatan masyarakat melalui peran kader kesehatan jiwa sangat dibutuhkan masyarakat dalam program community mental health nursing.
lintas sektoral dengan Puskesmas mekarwangi
L_ I~ I lJIA j
maupun Dinas Kesehatan Kota Bogor untuk segera di bentuk Desa Siaga
llC-0 W
Untuk itu wilayah yang belum memiliki kader kesehatan jiwa, penulisj .,__ melakukan koordinasi
Sehat Jiwa. 6.1.6. Penerapan transition theory sangat tepat digunakan sebagai pendekatan dalam asuhan keperawatan pada lanjut usia di area komunitas.
92 Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
6.2. Saran
Berdasarkan simpulan karya ilmiah akhir yang telah diuraikan diatas, maka penulis menyampaikan beberapa saran kepada pihak-pihak terkait dengan praktik keperawatn jiwa 3 :
6.2.1. Keilmuan keperawatn kesehatan Jiwa
Menggunakan
evidence based
dalam karya ilmiah ini sebagai dasar
pengembangan keilmuan keperawatan kesehatan jiwa, khusunya perawatan kesehatn jiwa lanjut usia.
6.2.2. Pelayanan Keperawatan kesehatan Jiwa
6.2.2.1. Puskesmas Mekarwangi hendaknya melakukan pembinaan terus menerus kepada Desa Siaga Sehat Jiwa, dan beke:tja sama dengan pihak Kelurahan setempat untuk membentuk Desa Siaga Sehat Jiwa untuk wilayah yang belum terbentuk. Puskesmas hendaknya juga meningkatkan peran perawat Community
Men~ursing melalui pelatihan-pelatihan dan program kesehatan jiwa yang~ di Puskesmas. 6.2.2.2. Kader kesehatan Jiwa hendaknya melakukan peran kunjungan rumah tidak hanya kepada pasien dengan diagnosa gangguan jiwa, tetapi juga kepada masyarakat yang sehat. Pada karya ilmiah ini lansia yang telah diberikan terapi spesialis tetap harus di kunjungi minimall-2 minggu sekali. 6.2.2.3. Desa Siaga Sehat Jiwa hendaknya ditetapkan dengan kekuatan yang lebih
legal secara hukum sehingga akan menjadi kebijakan Dinas Kesehatan Kota dan Pemerintahan Kota dan kedudukannya lebih kuat yang pad aakhirnya akan di ikuti oleh daerah-daerah lain.
~)
b~" -i [1I VL t
6.2.3. Lansia, Keluarga dan Masyarakat
l,
Jtvl '
fV1
l i l ~ fp._J lt~W/r .,
~G' p~
6
lc~
Lansia, keluarga dan masyarakat hendaknya memiliki kesadaran untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan tentang pentingnya kesehatan jiwa khususnya pada lansia dan keterlibatan keluarga serta masyarakat dalam perawatan lanjut usia.
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
/J ,-
Universitas Indonesia
T
94
6.2.4. Penelitian Keperawatan
6.2.4.1. Perlu dilakukan peneltiain berkaitan efektifitas terapi life review secara individu atau kelompok. 6.2.4.2. Perlu dilakukan penelitian tentang hubungan karakteristik seperti usia, pendidikan, status pekeijaan, status perkawinan, caregiver, dan peran kader kesehatan jiwa dengan integritas diri lansia. 6.2.4.3.
Perlu dilakukan penelitian untuk menerapkan transition theory pada
tahap perkembangan yang lain seperti remaja, dewasa muda, dan dewsa madya.
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTARPUSTAKA
Abou-Saleh, M. T & dkk. (20 11 ). Principles nad practice geriatric ofpsychiatric. England: Wiley .I Alligood, M.R & Tomey, A.M. (2010). Nursing theorists. Edisi ketujuh. Missouri: Mosby. Alligood, M.R. (2010). Nursing theory: utilization and aplication. Edisi keempat. Missouri: Mosby. Bisconti, T.L., & Bergeman, C.S. (1999). Perceived social control as of mediator of the relationships among social support , psychological well-being, and perceived health. Gerontologist, 39 (1), 94-103. Buchanan, J. (1995). Social support and schizophrenia a review of the literature. Archives ofpsychiatric nursing, 9(2), 68-76. BPKP RL (1998). Undang-undang Republik Indonesia nomer 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia. htpp://www. bpkp.go.id/unitlhukum/uu/1998/13-98.pdf. Dimatteo, M.R, (1991). The Psychology of health, illness, and medical care. California: Brooks. Guslinda. (2011). Pengaruh Terapi Kelompok Terapeutik Lansia Terhadap Kemampuan Adaptasi dan Perkembangan Integritas Diri Usia Lanjut Di Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo Padang. Magister Keperawatan Kekhususan Jiwa, Universitas Indonesia, Depok. Harber, D. (2006). Life Review: Implementation, Theory, Research, and Therapy. International Journal Aging and Human Development, 63(2), 153-171. Hoang, C.H. (2009). Promoting Mental Health in Older Adults. Dissertations. DOCTOR OF PHILOSOPHY. Texas Tech University Jeannotee. L, Powers. D, & Snowden. M, (2008). The state of mental health anda aging in America www.centers.gov.aging. Diunduh tanggal 20 Juni 2014; 22.00 KAHSA. (2007). Psychosocial nedds of the elderly. www.psychiatrictimes.com. Diunduh tanggal6 Juni 2014; 21.00 Keliat, dkk. (2011). Manajemen keperawatan jiwa komunitas di desa siaga: CMHN (intermediate course). Jakrata: EGC Keliat, dkk. (20 11 ). Manajemen keperawatan psikososial dan kader kesehatn jiwa: CMHN (intermediate course). Jakrata: EGC
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Kiosses, DN & Ravdin, LD. (2013). Psychosocial interventions for depressed older adults with cogmttve impairment and disability. www.psychiatrictimes.com. diunduh tanggal6 Juni 2014; 21.00. Kusumoputro, S (2004}. Mengenal awal pikun alzheimer. Jakarta: UIP Mauk, K.L. (2010). Gerontological nursing: competenciesfor care. Edisi kedua. Canada: Jones and Bartlett Publisher. Meleis, A.I. (20 10). Transitions theory: middle range and situation-specific theories in nursing reserach and practise. New York: Spinger Pbulishing Company. Misesa. (2012). Pengaruh
Terapi Kelompok Terapeutik lifo review dan reminescence Terhadap depresi di PTSW Sinta rangkang Tangkiling Palangkaraya. Magister Keperawatan Kekhususan Jiwa, Universitas Indonesia, Depok.
Mitchell, MG. (2011). Decisional control, psychosocial well-being, physical functioning, anxiety, and depression postmove among older adults. Disertation. Walden University. Montgomery, C. (2002). Role of dynamic group therapy in psychiatry . Advances Psychiatric Treatments 8: 34-41 doi: 10.1192/apt.8.1.34 NACDC. (2008). The state of mental health and aging in america. www.mentalhealth.com. Diunduh tanggal6 Mei 2014; 22.00 Nelson, P.B. (1989). Ethnic differences in intrinsic/extrrinsic religiuous orientation and depression in the elderly. Archieves ofpsychiatric nursing, 3 (4), 199-204. Notoatmodjo, S. (2010). Pendidikan & Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta Nugroho. (2002). Keperawatan Gerontok & Geriatrik. Jakarta: penerbit Buku Kedokteran EGC Pase (2012). Pengaruh Terapi Kelompok Terapeutik usila dan PEK Terhadap
pencapaian integritas diri usila di kelurahan Tanah baru Bogar Utara. Magister Keperawatan Kekhususan Jiwa, Universitas Indonesia, Depok. Potter & Perry, (2009). Fundamental keperawatan. Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika. Rose, KM dan Lopez, RP. (2012}. Transitions in dementia care : theoritichal support for nursing roles. OJIN: the online journal of issues in nursing. Vol. 17. No.2
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Sadock, B.J. & Sadock, V.A. EGC.
(2010)~
Buku ajar psikiatri klinis. Edisi 2. Jakarta:
Schafer. S. L. (1989). Aggressive aprroach to promoting health responsibility. Gerontal Nurse. 15:22. Schulz, R & Heckhausen, J. (1996) . A life span model of succesfull aging. American Psychologist. Vol.51. No.702-714. Schumacher, K.L., & Meleis, A.I. (1994). Transitions: A central concept in nursing. Journal ofNursing Scholarship, 26(2), 119-127. Selva, J.P.S, dkk. (2012). Life review therapy using autobiographical retrieval practise for older adults with clinical depression. Psycothema. VoL 24:224-229 Serrano, ,J.P, Latorre, J.M. Gatz, M, & Montanes (2004) Life review therapy using autobiographical retrieval practise for older adults with depressive symptomatology. Psychology agieng. 19. 272=277 Storges, C.M, Stewart, A.J, & Duncan. LE. ( 2008). Achieving ego integrity: personality development in fate midfife. Research in personality. 42: 1004-1019. Stanley, M & Beare, P.G. (2007). Keperawatan gerontik. Edisi kedua. Philadelphia: Davis Company. Stuart, GW. (2009). Psychiatric nursing. Edisi sembilan. Missouri: Mosby. Stuart, GW. (2013). Principles and practise of psychiatric nursing. Edisi kesepuluh. Missouri: Mosby. Stuart, G & Laraia, M.T. (2005). Principle and practice of psychiatric nursing. 8th Edition. St.Louis Missouri: Mosby Inc. Sufa, (2013). Angka harapan hidup Indonesia naik. www.tempo.com. Diunduh Selasa 27 Mei 2013 pukul19.00 Syahputri. E, (2013). Mensos : UU Lansia perlu direvisi www.antaranews.com. Diunduh Rabu 28 Mei 2013 Tamher, S., & Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Trihadi, D. (2009). Pengaruh terapi kelompok terapeutik terhadap kemampuan keluarga dalam memberikan stimulasi perkembangan dini usia kanakkanak di Kelurahan Bubulak kota Bogor tahun 2009. Tesis. Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Tomb, D. A. (2004). Buku Saku Psikiatri (M. Wiwie, Trans. 6 ed.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Townsend, M.C. (2011). Essentials of psychiatric mental health nursing : concept of care and evidence-based practise. Edisi keempat. Philadelphia: Davis Company; Videbeck, S.L. (2008). Buku ajar keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC. Walker. SN, dkk. (1988). Health promoting life styles of older adults: comparison with youngand middle-age adults, corralates and pattern. ANS.11 :76 WHO. (2008). Integrating mental health into primary care a global prespective. Singapore: Wonca. Woods, R.T. (1999). Psycholigical problems ofageing: assesment, treatment and care. England: Wiley. Y osep, I. (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung: Penerbit PT Refika Aditam
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
KUESIONER INTEGRITAS DIRI
No
Item pertanyaan
Sangat Tidak setuj_u 1
Tidak setuju
Kurang setuju
Cukup Setuju
Setuju
Sangat setuju
2
3
4
5
6
1
Saya rneasa puas dengan pencapaian dalarn hidup saya selarn ini 2 Saya merasa marah pengalarnan dengan masa kanak-kanak saya 3 Jika saya punya banyak lebih yang wak:tu mengungtungkan saya, maka hidupku akan jauh berbeda Hidupku telah terpenuhi 4 segalanya, saya tidak takut akan kernatian 5 Itu tidak rnengganggu pikiran saya tentang tujuan saya yang belurn tercapai dan rnungkin tidak akan pernah tercapai 6 Membaca buku harian dan surat-surat lama biasanya membuat saya merasa sakit daripada merasa senang 7 Saya senng berharap telah lahir dalarn waktu yang berbeda 8 Ada beberapa orang yg hidupnya memilih lebih suka untuk hidup. sendiri saya 9 Ketika mernpertirnbangkan naik turunya kehidupan rnasa lalu saya, bersarna-sarna rnereka saya mencan makna kehidupan Keterangan :
'
Nilai kornposit dari instrument ini adalah antara 9-54, dengan skor yang lebih tinggi rnenunjukkan tingka intergritas ego yang tinggi.
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
PENILAIAN AKTIFITAS LANSIA dengan INDEKS KATZ
NAMA ALAMAT NO
INDEKSKATZ
KETERANGAN
1.
A
Mandiri untuk 6 aktivitas (mandi, berpakaian, berkemih, berpindah, mengontrol berkemih, makan minum)
2.
B
Mandiri untuk 5 aktivitas
3.
c
Mandiri, kecuali mandi dan satu fungsi lain
4.
D
Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi lain
5.
E
Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, berkemih, dan satu fungsi lain
6.
F
Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, berkemih, berpindah dan satu fungsi lain
7.
G
Tergantung pada orang lain untuk 6 aktivitas
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
PENGKAJIAN SKALA JATUH MORSE PADA LANSIA
Nama Ala mat
NO 1.
PENGKAJIAN Riwayat jatuh : apakah lansia pernah jatuh dalam 3 bulan terakhir?
SKALA Tidak 0 25 Ya
2.
apakah Diagnosa sekunder memiliki lebih dari 1 penyakit?
Tidak Ya
3.
Alat bantu jalan : Bedrest/dibantu perawat
• • •
lansia
Terapi intravena : apakah lansia saat ini terpasang infus?
5.
Gaya berjalan/cara berpindah : Normal/bedrest/immobile dapat bergerak sendiri) lemah (tidak bertenaga) Ga nggua n/tida k (pincang/diseret)
0 20
(tidak
•
•
Tidak Ya
0
•
6.
0 15 30
Kruk/tongkat/walker Berpegangan pad a benda-benda disekitar (kursi, lemari, meja)
4.
0 25
normal
Status Mental Lansia menyadari kondisi dirinya Lansia mengalami keterbatasan daya ingat
• •
10 20
0 15
Keterangan : Nilai
0-24
=tidak beresiko jatuh
25-50
=resiko rendah
~51
=resiko tinggi jatuh
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
NILAI
KET.
STANDAR ASSESSMENT TANDA DAN GEJALA PADA LANSIA SEHAT NAMA PASIEN :.•. No A 1
2
3
4 5 6
7
8
9 10
B 1 2
c 1
2 3 4
........................ ALAMAT·. .............. ...................... PENILAI·. ...................... ....
Tanda & Gejala Biologis dan seksual Integument : Kulit kering Kulit keriput Rambut memutih, rontok Pernapasan : Napas cepat dan dalam Terdapat tarikan otot dada Kardiovaskuler Berdebar-debar Akral dingin Mudah Ielah Pendengaran berkurang Penglihatan berkurang Neuromuskuler : Kekuatan otot/motorik menurun Sensasi menurun Gerakan terbatas Penurunan retleks Gastrointestinal : Gigi mulai tanggal Sensasi pengecapan menurun Gangguan diare/konstipasi Genitourinaria : Sering berkemih Tidak mampu menahan kemih Penurunan suhu tubuh Seksualitas : Sakit saat berhubungan Libido menurun Kognitif Mudahlupa Penurunan konsentrasi Afektif Mudah tersinggung/marah-marah Merasa berharga Bahagia dan puas menjalani kehidupan Lebih mudah menerima kondisi atau situasi sulit
2 3 4
Perilaku Pasrah Banyak melakukan ibadah Terlibat dalam kelompok Aktif dalam ke_giatan masyarakat
I 2 3 4
Sosial Bergaul dengan oranglain Aktif dalam kegiatan sosial Memiliki sahabat Tidak merasa kesepian
D 1
E
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Tanggal
EVALUASI KEMAMPUAN TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK LANSIA
NAMA PASIEN: ............................ RUANGAN: ............................. PENILAI: ......................................................... . No
A 1 2
Kemampuan klien Mengidentifikasi perubahan biologis Mengidentifikasi perubahan seksual Melakukan adaptasi terhadap perubahan biologis : (latihan pernapasan, plahraga ringan, melakukan kegiatan sehari-hari sesuai kemampuan,dll) Melakukan adaptasi terhadap perubahan seksual Mengidentifikasi perubahan aspek kognitif Melakukan adaptasi terhadap peru bahan aspek kognitif (Membaca, bermain game puzzle, ITS, membuat daftar/check list) Mengidentifikasi perubahan aspek emosional Melakukan adaptasi terhadap perubahan aspek emosional : a. Latihan napas dalam b. Latihan fisik c. Latihan berpikir positif Mengidentifikasi perubahan aspek sosial
3
4 5 6
7 8
9
10
11 12
13 B
Kemampuan klien
Melakukan adaptasi terhadap perubahan aspek sosial : a. Menggali aspek positif b. Berkomunikasi yang baik dengan oranglain c. Kemampuan menjalin persahabatan d. Kemampuan melakukan kegiatan kelompok Mengidentifikasi perubahan aspek spiritual Melakukan adaptasi terhadap perubahan aspek spiritual : a. Kemampuan mengidentifikasi pencapaian harapan dan tujuan hidup b. Kemampuan menggunakan kekuatan keyakinan c. Kemampuan adaptasi terhadap peristiwa yang menantang keyakinan Mengidentifikasi integritas diri yang baik pada lansia
Kemampuan keluar2a 1 Memfasilitasi lansia dalam melakukan adaptasi aspek biologis dan seksual 2 Memfasilitasi lansia dalam melakukan adaptasi aspek kognitif: melakukan kegiatan yangmenghibur sesuai hobi lansia (berkebun, membaca, membersihkan rumah) 3 Memfasilitasi lansia dalam melakukan adaptasi aspek einosional : melatih mengendalikan emosi Memfasilitasi lansia dalam melakukan adaptasi aspek sosial : 4 mendorong lansia mengikuti kegiatan di masyarakat dan kegiatan sosial 5 Memfasilitasi Iansia dalam melakukan adaptasi aspek spiritual : melakukan ibadah 6 Memfasilitasi lansia menjadi lansia dengan integritas yang baik
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Tan~:gal
DAFTAR PASIEN KELOLAAN RESIDENS13
NAMA TEMPAT
: SRI PUJI LESTARI : RW 04 dan OS KEL. SUKADAMAI TANAH SAREAL BOGOR
KELOMPOK SEHAT : NO
NAMA
RT!RW
Intervensi yang sudah dilakukan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
RTL
1.
An. Hisan, 15 bulan
03?05
•
Kesiapan peningkatan perkembangan toddler
•
TIT toddler 1-7
•
Tuntas
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
An. Austin, 18 bulan An. Keyza, 4,5 tahun An. Maura, 5 tahun An. Azimi, 5,5 tahun An. Ariel, 4,5 tahun An. Izra, 4,5 tahun An. Fiony, 4 tahun An. Intan , 4,5 tahun
03/05 04/05 04/05 03/05 03/05 04/05 03/05 03/05
• •
Kesiapan peningkatan perkembangan toddler Kesiapan peningkatan perkembangan anak pra sekolah
• •
TIT toddler 1-7 TKTpra sekolah sesi 1-7
• •
Tuntas Tuntas
10. 11. 12. 13. 14. 15.
An. An. An. An. An. An.
Rusda, 18 tahun Galang, 16 tahun Iqbal, 17 tahun Dito, 18 tahun Abiyu, 16 tahun Abil, 14 tahun
03/05 03/05 03/05 01/05 02/05 03/05
•
Kesiapan peningkatan perkembangan remaja
•
TKT remaja 1-7
•
Tuntas
- -
----·-
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
'
16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41.
Ny. Nina, 60 tahun Ny. Norma, 74 tahun Ny, Nur, 73 tahun Ny. Sri Kudus, 68 tahun Ny. Rochayah, 73 tahun Ny. Komariah, 72 tahun An. Bimo, 8 tahun An. Surya, 8 tahun An. Rizky, 8 tahun An. Ryan, 8 tahun An Rahma, 12 tahun An. Alifah, 11 tahun An.A1 Fitra, 10 tahun An. Hadi, 9 tahun Ny. Tati,60 tahun Ny. Entry, 55 tahun Ny. A1fiah, 60 tahun Ny. Totok, 58 tahun Nv. Rosi, 47 tahun Nv. Nurhayati, 60 tahun Nv. Heni, 46 tahun Ny. Amry, 60 tahun Ny. Yati., 44 tahun Nv. Fera, 45 tahun Nv. Sri Mulyani, 56 tahun Ny. Yoga, 33 tahun
03/04 01/04 03/04 01/04 02/04 01/04 03/04 01/04 03/04 02/04 03/05 03/05 03/05 03/05 03/05 03/05 03/05 03/05 03/05 03/05 03/05 03/05 03/05 03/05
•
Kesiapan peningkatan perkembangan lansia
•
TKT lansia 1-6
•
Tuntas
•
Kesiapan peningkatan perkembangan anak usia sekolah
•
TKT usia sekolah 1-7
•
Tuntas
•
Kesiapan peningkatan perkembangan anak usia sekolah
•
TKT usia sekolah 1-7
•
Tuntas
•
Kesiapan peningkatan perkembangan dewasa madya
•
TKT dewasa madya 1-5
•
Tuntas
04/05
•
Kesiapan peningkatan perkembangan ibu hamil
•
TIT ibu hamil 17
•
Tuntas
42. 43.
Ny. Deasy, 32 tahun Ny. Owen, 86 tahun
03/04 03/04
•
Kesiapan peningkatan perkembangan lansia
•
TIT life review 1-4
•
Belum tuntas, sampai sesi 2
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
44.
Ny. Ali, 65 tahun
03/04
•
Kesiapan peningkatan perkembangan lansia
•
45.
Ny. Nurwindya, 74 tahun
03/05
•
Kesiapan peningkatan perkembangan lansia
•
TIT life review 1-4 TIT life review 1-4
•
Belum tuntas, sampai sesi 3 • Belum tuntas, sampai sesi 3 _..__ ______
KELOMPOK RESIKO
NO
NAMA
RTIRW
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Ny. Yatimah, 67 tahun
03?05
•
Cemas sedang
2.
Ny. Maria, 60 tahun
03/05
•
Cemas sedang, ketidakberdayaan
3.
Ny. Ela, 44 tahun
03/05
•
Cemas sedang
4.
Ny. Lita, 55 tahun
04/05
•
Cemas sedang
5.
Ny. Nur Diah, 73 tahun
03/04
•
Berduka antisipasi
lntervensi yang sudah dilakukan
•
• • • •
• • • • •
6.
Ny. Rosalina, 62 tahun
04/05
•
Cemas berat
7.
Ny. Krisnayati, 64 tahun
04/05
•
Cemas sedang Koping keluarga in efektif
•
• •
• •
--
• •
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Cemas Sp 1-2 PMR1-2 Cemas Sp 1-2 Logo VAT 1-5 Cemas Sp 1-2 PMR1-2 Cemas Sp 1-2 PMR1-2 Berduka antisipasi Sp 1-2 TKT lansia TKT life review Cemas Sp 1-2 PMR1-2 Cemas Sp 1-2 PMR1-2 FPE 1-3
RTL
•
Tuntas
•
Tuntas
•
Tuntas
•
Tuntas
•
Tuntas
•
Tuntas
•
Belum tuntas
-----------
KELOMPOK GANGGUAN
NO 1.
2.
NAMA Ny. T, 42 tahun
Ny. E, 60 tahun
RTIRW 03/05
03/05
DIAGNOSA KEPERAWATAN
•
•
Isolasi sosial, RPK, HDR, regimen terapeutik in efektif
Intervensi yang sudah dilakukan
• • • • • •
Halusinasi, DPD, Isos
--
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
RTL
•
Isos Sp 1-4 RPKSp 1-4 HDRSp1-4 BT modelling partisipan ACT 1-4 FPE 1-5
------
--~-
•
Belum tuntas Terakhir terapi ACT sesi 1-2 i
• '
Individu tidak berhasil diberikan terapi karena klien menolak
-----
KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berkat dan kasih-Nya, sehii1gga modul " Terapi Kelompok Life
Review " ini dapat diselesaikan. Moduhni dipersembahkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan khusus keperawatanjiwa pada lansia.
MODULTERAPIKELOMPOK Penulis banyak mendapat bantuan, biinbingan dan dukungan dari berbagai pihak
LIFE REVIEW
sehingga penyusunan modul ini dapat dilakukan. Penulis menyampaikan teriina kasili yang setulusnya atas bantuan, bimbingan serta dukungan pada kesempatan ini kepada yang terhormat : 1. Ibu Dewi Irawaty,M.A, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia. 2. Ibu Astuti Yuni Nursasi, MN, selaku Ketua Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 3. Ibu Prof Budi Anna Keliat, SKp, M.App.Sc, selaku pembimbing yang telah membimbing penulis dengan sabar, bijaksana dan sangat cermat memberikan masukan, serta motivasi dalam penyelesaian modul ini.
D/susun oleh :
4. Ibu Ns.Ice Yulia Wardani, MKep., Sp.Kep.J, selaku pembiinbing yang dengan
Ns. Dhian Ririn Lestari, S.Kep, M.Kep
sabar membimbing penulis, senantiasa meluangkan waktu, dan sangat teliti
Prof. Achir Yani S.Hamid, D.N.Sc
memberikan masukan unh)k perbaikan modul ini.
Ns. Ice Yulla Wardani, M.Kep, Sp. Kep.J
5. lbu Yossie Susanti Eka Pl!tri, SKp, MN, yang memberikan banyak masukan
Ns. Missesa, S.Kep
terkait konsep keperawatanjiwa pada Iansia
Prof. Budi Anna Keliat, M.App. Sc
6. Seluruh Kontributor dan Motivator Iaiffilya yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu
Yossie Susanti Eka Putri, SKp, MN
Besar harapan kami supaya Modul ini menjadi panduan mahasiswa Spesialis Keperawatan dalam memberikan terapi spesialis keperawatan jiwa serta wujud
PROGRAM PENDIDIKAN KEPERAWATAN SPESIALIS JIWA
tali kasih kepada lansia agar bahagia, sejahtera dan sehatjiwa.
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA
Depok, Maret 2013
DEPOK,2013
Penulis
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
2
3
DAFTARISI
BABI
PENDAHULUAN
HALAMAN JUDUL KATAPENGANTAR...............................................................................................
1
DAFTAR lSI.............................................................................................................
2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
3
Usia Ianjut atau lebih kita kenai sebagai lansia, berdasarkan teori Erikson tentang perkembangan psikososial berada pada tahap integiritas ego vs putus asa (maturitas).Perkembangan ini terkait dengan perkembangan sebelumrtya,
BAB II PEDOMAN PELAKSANAAN TERAPI KELOMPOK LIFE REVIEW............................................................................................
7
apabila ada masalah pada tahap sebelumnya dapat mempengaruhi integtitas lansia. Tidak hanya hal tersebut tapi berbagai perubahan fisik dan psikologis
BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN TERAPI KELOMPOK LIFE REVIEW............................................................................................
16
BAB IV BUKU KERJA UNTUK LANSIA............................................................. 34 BAB V PENUTUP ...................... ........ .... ............ ........ ........ ........ ......... ............... ... 45 DAFTAR PUSTAKA
A. Latar Belakang
membuat lansia menjadi kelompok usia yang rentan mengalami depresi, dimana kejadian depresi secara klinis pada lansia di dunia cukup signifikan yaitu berkisar 8 - 16 %. (Blazer, 2003). Berdasarkan hasil RISKESDAS 2007 didapatkan fakta bahwa usia tertinggi mengalami gangguan mental emosional termasuk depresi pada kelompok umur 75 tahun ke atas
atau
33,7% (Depkes, 2008). Kecenderungan lansia mengalami depresi lebih tinggi hal ini terjadi karena interaksi berbagai faktor penyebab yang terkait penurunan kondisi fisik dengan faktor lainnya.
Faktor-faktor yang berkontribusi selain kondisi umum terkait krisis ekonomi, juga terdapat kondisi khusus pada lansia yang membuatnya rentan mengalami depresi yaitu dengan adanya penurunan fungsi biologis, psikologis dan sosial. Perubahan fisik yang dapat teramati dari lansia seperti rambut mulai memutih, berkurangnya fungsi pendengaran dan penglihatan, kulit mulai mengerut atau keriput serta menurunnya daya tahan tubuh. Individu yang memasuki masa lansia pada umumnya juga akan mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi,
pemahaman,
pengertian,
perhatian
dan
lain-lain
sehingga
menyebabkan reaksi dan perilakl!lansia menjadi makin lambat (Blazer, 2003; Miller, 2004). Faktor penyakit fisik seperti stroke, jantung, diabetes, kanker, parkinson dimana terkadang obat-obatan untuk penyakit tersebut dapat menyebabkan efek samping yang berkontribusi terhadap depresi ( Ham, et al,
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
4
5
2007). Penurunan fungsi indera seperti gangguan pendengaran dan
(Mitcell, 2009). Demikian juga disampaikan oleh Haber (2006) bahwa terapi
penglihatan dapat !llemperberat depresi pada lansia serta adanya gangguan
life review memiliki dampak yaitu meningkatnya perkembangan lansia
hormonal dan kurangnya dukungan keluarga (Santoso & Ismail, 2009).
menurut teori ericson yaitu pencapaian integritas diri yang lebih baik.
Townsend (2009) menyampaikan bahwa berbagai faktor dalam kehidupan
Manfaat yang sudah diteliti tersebut tentunya menjadi sumber inpirasi dalam
seseorang dapat menimbulkan depresi apabila tidak adanya koping yang baik
dunia keperawatan untuk mengembangkarmya sebagai terapi spesialis
dalam menghadapinya. Berarti adanya berbagai faktor penyebab depresi
keperawatan jiwa.
seperti perubahan fisik, perubahan kesehatan, sosial ekonomi rendah, tanpa Modul terapi kelompok Life Review ini diharapkan dapat digunakan oleh
disertai koping yang baik maka lansia dapat mengalami depresi.
per~:~wat
spesialis keperawatan jiwa untuk mengatasi masalah keperawatan
Ancaman kesejahteraan lansia seperti penurunan kemampuan dan aktivitas
pada lansia seperti harga diri rendah, ketidakberdayaan, keputusasaan, isolasi
hidup sehari-hari merupakan dampak depresi (Blazer, 2003). Dampak lainnya
sosial serta meningkatkan pencapaian tahap perkembangan intergritas diri.
yaitu makin buruknya kondisi kesehatan fisik karena seseorang yang menderita depresi tidak dapat memetabolisme glukosa dalam otak dengan baik ( Cope!, 2007). Masalah keperawatan jiwa yang terkait dengan depresi
B. Tujuan I. Tujuan Umum
pada lansia yaitu, ketidakberdayaan dan isolasi sosial (McCarm et al, 2003).
Setelah mmpelajari modul ini diharapkan perawat spesialis keperawatan
Sedangkan keputusasaan harga diri rendah (Piven & Buchwalter dalam Miller
jiwa dapat memahami dan melaksanakan Modul terapi kelompok Life
2004). Depresi dan beberapa masalah keperawatan ini membutuhkan upaya
Review pada lansia dengan diagnosa keperawatan harga diri rendah,
kesehatan seoptimal mungkin sehingga nantinya lansia dapat menikmati hari
ketidakberdayaan,
keputusasaan,
isolasi
sosial
dan
pencapaian
kesejahteraan serta integritas diri lansia.
tuanya dengan baik.
2. Tujuart Khusus Upaya tersebut terdiri dari upaya medis, upaya perawatan dengan psikoterapi.
Setelah mempelajari modul ini, perawat spesialis keperawatan jiwa
Psikoterapi adalah proses terapi masalah psikologis melalui komunikasi
diharapkan mampu :
memperhatikan struktur, prinsip dan tehnik yang profesional dari terapis
a. Menjelaskan terapi lift review pada lansia
(Hervoc, 2006). Psikoterapi untuk mengatasi depresi pada lansia diantaranya
b. Menyebutkan prosedur pelaksanaan Terapi Life Review secara
terapi life review. Berdasarkan hasil meta analisis 17 studi di luar negeri; bahwa terapi life review. merupakan terapi yang tidak mahal dibanding terapi lainnya seperti CT, BT, Reminiscence, psikodinamik dan terapi supportif.
berkelompok. c. Melakukan Terapi Life Review pada lansia dengan kondisi harga diri rendah, ketidakberdayaan, keputusasaan dan isolasi sosial. d. Melakukan monitoring dan evaluasi Terapi Life Review pada lansia
Berbagai dampak positif dari terapi life review. tidak lepas dari tujuarmya
dengan kondisi harga diri rendah, ketidakberdayaan, keputusasaan dan
untuk membantu klien fokus pada kenangan masa lalu yang positif daripada
isolasi sosial.
memikirkan pengalaman hidup negatif, dapat membantu meningkatkari emosional keseluruhan kesejahteraan orang tua betjuang pada masa transisi
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
6
7
e. Melakukan pendokumentasian Terapi Life Review pacta lansia dengan
BABII
kondisi harga diri rendah, ketidakberdayaan, keputusasaan dan isolasi
PEDOMAN PELAKSANAAN
sosial.
TERAPI KELOMPOK LIFE REVIEW A. Pen~ertian Terapi KelompokLife Review Terapi Life review adalah alat terapi yang dapat mengeksplotasi pengalaman hid\lp masa lalu, kekuatan dan prestasi dari orang tua dan membawa cerita sampai sekarang dalam rangka untuk mengatasi stadium akhir-hidup seseorang integritas vs putus asa sesuai teori Erikson. Tahap terapi ini merupakan tantangan utama orang dewasa yang lebih tua dalam melestarikan pemeliharaan hidup sehat seseorang dalam menghindari krisis seperti depresi (Mitchell 2009). Terapi Life Review mengacu pacta teori Erickson tahun 1950 bahwa seseorabg harus berhasil menyelesaikan setiap tahap kehidupannya dengan tugas masing-masing tiap tahap yang berbeda, sebelum diteruskan ke tahap berikutnya. Keberhasilan pencapaian pacta tahap akhir yaitu usia lanjut akan meningkatkan integritasnya.
B. Tujuan Terapi Kelompok Life Review Tujuan Terapi Life Review menurut Seranno, Latorre, Gatz & Montanes (2004); Mittcel (2009) dan Lehman, Capezuti & Gillespie (20 11) adalah sebagai berikut: a. Mencegah dan mengurangi depresi b. Meningkatkan kepuasan c. Meningkatkan perawatan diri d. Meningkatkan harga diri e. Membantu lansia menghadapi krisis, kehilangap. dan masa transisi
f. Meningkatkan kualitas hidup g. Mengatasi keputusasaan
Terapi Life Review dalam bentuk group memberikan stimulasi sosial dan intelektual, memperkuat identitas personal, meningkatkan kesejahteraan dan memelihara warisan budaya baik pribadi maupun keluarga (Watt & Cappeliez dalam Mitchell, 2009).
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
8
C. Indikasi Terapi KelompokLlfe Review
9
6. Mengintegrasikan kejadian yang dikenang dalam salah satu nilai sistem,
Indikasi medis terapi Terapi Life Review adalah Depresi ringan - sedang
kepercayaan atau fantasi. Hasil akhir life review adalah melepaskan energi
Demensia. Indikasi diagnosa keperawatan adalah Harga diri rendah,
(emosi dan intelektual) sehingga dapat digunakan untuk mengatasi
Ketidakberdayaan, Keputusasaan, Isolasi sosial, Koping individu tidak
masalah yang dihadapi pada saat ini.
efektif, Ansietas. Beberapa pertanyaan yang diajukan perawat untuk melaksanakan terapi life
D. Prinsip Terapi Kelompok Life Review
review mengacu format Haight's life review and experience (Haight, 1989
Gibson, 2004 dalant Mitchell (2006) menyampaikan bahwa Terapi Life
dalam Collins. 2006) sebagai berikut:
review merupakan terapi dengan proses yang komplek tetapi konsisten
a. Masa anak-anak
dengan 4 komponen bagian yang saling berkaitan yaitu : 1) Remembering, menyadari adanya suatu kenangan, 2) Recall, membagikan kenangan dengan
1. Apakah yang pertama kali yang paling diingat selama hidupmu? Coba ingatjauh ke belakang semampunya.
orang lain baik secara verbal atau nonverbal, 3) Review, melakukan evaluasi
2. Apakah hal lain yang kamu ingat saat usiamu masih sangat muda?
terhadap kenangan, 4) Reconstruction, membuat I melakukan sesuatu berupa
3. Seperti apakah pengalaman masa kecilmu?
tanda yang mewakili kenangan tersebut.
4. Seperti apakah orangtuamu ? Apakah mereka orang tua yang keras atau lemah?
Selain itu, ada tiga elemen dalam terapi Life review elemen yaitu pertama integrasi kejadian yang sulit di masa lalu, kedua membangun sebuah cerita kehidupan yang membantu partisipan untuk mengatasi peristiwa kehidupan sekarang dan merumuskan tujuan baru, ketiga pengambilan kenangan spesiftk
5. Apakah kamu mempunyai kakak atau adik? ( ceritak!jll tcntang mereka satu persatu. 6. Apakah pemah seseorang yang dekat denganmu meninggal ketika kamu sedang bertumbuh ?
yang positif yang dapat membangun cerita kehidupan baru (Korte,
7. Apakah pemah orang yang penting bagimu pergi?
Bohlmeijer, Cappeliez, Smit, & Westerhof, 2012).
8. Apakah kamu ingat suatu peristiwa yang membuatmu menderita? 9. Apakah kamu ingat pemah mendapat suatu kecelakaan?
Keliat dkk,l995 menyebutkan tahapan pada life review yaitu:
10. Apakah kamu ingat pemah berada pada situasi yang sangat berbahaya
I. Ventilasi, mengekspresikan atau usaha penyelesaian maslah.
11. Adakah scsuatu yang dulunya sangat penting tapi telah hilang. atau
2. Eksplorasi, menggali lebih dalam masalah atau kejadian yang telah lampau
rusak? 12. Apakah gereja merupakan bagian penting dalant hidupmu?
dan menjelaskannya. 3. Elaborasi, meluaskan dengan fokus pada gambaran masalah secar rinci
13. Apakah kamu senang sebagai laki-laki atau perempuan?
4. Katarsis yaitu ekspresi perasaan sehingga energi psikis tersebut
b. Masa Remaja
dilepaskan. 5. Menerima masalahnya bila perasaan yang disupresikan sehingga energi
1. Apakah yang kamu pikirkan tentarig diri dan hidupmu sebagai remaja, apa yang kamu ingat pertama kali pada saat itu ?
psikis dilepaskan
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
10
2. Hal apa saja yang paling berkesan dan terekam di memorimu sebagai seorang remaja ?
11
6. Orang yang seperti apa yang disukai oleh orangtuamu? Yang terakhir? 7. Siapa orang terdekat di keluargamu?
3. Siapa saja orang yang penting bagimu? Ceritakan tentang mereka.
8. Siapa di keluargamu yang paling kamu Sukai ? Dalam hal apa?
4. Apakah kamu beribadah di gereja dan mengikuti perkumpulan anak muda?
d. Masa Dewasa
5. Apakah kamu pergi ke sekolah? Apa arti sekolah bagimu?
1. Tempat apa yang menurutmu adalah tempat yang religius sepanjang
6. Apakah kamu pemah bekerja selama ini ?
hidupmu?
7. Ceritakan pengalaman-pengalaman tersulit selama rnasa remaja.
2. Sekarang saya ingin berbicara tentang hidupmu sebagai orang dewasa,
8.Apakah kamu ingat bagaimana perasaanmu dimana tidak cukup
dimulai pada saat usia 20an. Ceritakan tentang kejadian-kejadian penting
tersedianya makanan atau kebutuhan penting lainnya dalam hidupmu selama masa anak-anak atau remaja ?
yang terjadi selama usia dewasa. 3. Kehidupan mana yang kamu sukai, ketika usia 20an atau 30an?
9. Apakah kamu ingat bagaimana perasaarunu saat sendirian, merasa terbuang, tidak mendapatkan cukup cinta dan kasih sayang selama masa
4. Orang seperti apakah dirimu sekarang ini? Apakah Kamu menikmatinya ? 5.
Ceritakan tentang pekerjaan kamu. Apakah kamu menikmati pekerjaanmu? Apakah gaji yang kamu dapatkan cukup untuk hidup ?
anak-anak atau remaja? 10. Apakah yang menyenangkan saat kamu remaja?
6. Apakah hubunganmu dengan orang lain berjalan baik?
11. Apakah ada pengalaman pada masa remaja yang sangat tidak
7. Apakah kamu menikah? Uika ya). Seperti apakah istri I suami mu? Uika belum) Mengapa belum menikah ?
menyenangkan ? 12.Berdasarkan yang kamu sampaikan, bagaimanakah masa remaja
8. Apakah kamu pikir menikah lebih baik atau b!lhkan lebih buruk ? Apakah kamu menikah Jebih dari 1 kali ?
menurutmu apakah membahagiakan atau tidak. 13. Apakah kamu ingat penampilan pertama yang mcnarik perhatian di
9. Secara keseluruhan apakah kamu mendapatkan kebahagiaan atau tidak dari perkawinanmu ?
hadapan banyak orang ? 14. Bagaimana perasaanmu tentang aktifitas seksual dan bagaimana
10. Menurutmu apakah seks itu penting? 11. Hal apa yang paling sulit kamu temukan selama masa dewasa ini:
identitas seksualmu ?
a) Apakah seseorang yang dekat denganmu meninggal atau pergi ? b) Pemahkah kamu sakit atau mendapat kecelakaan ?
c. Keluarga dan rumah
1. Bagaimana selama ini orangtuamu menjalani kehidupan perkawinan?
c) Apakah kamu sering pindah tcmpat tinggal? Sering pindah tempat kerja?
2. Bagaimana orang Jain dalam kehidupan keluargamu selama ini ? 3. Bagaimana suasana di dalam keluargamu sejak dahulu hingga kini?
d) Apakah kamu pemah mcrasa kesepian ? Merasa terbuang ? Apakah
4. Pemahkah kamu mendapat hukuman saat kecil ? Untuk apa ? Siapa yang memberikan hukuman? Siapa yang menjadi "Boss" pada saat itu? 5. Ketika kamu mcnginginkan sesuatu dari orangtua. Bagaimana caranya sehingga kamu mendapatkan apa yang diinginkan ?
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
kamu pemah merasa diperlukan ?
12
13
d. Kesimpulan
1. Secara keseluruhan. kamu pikir kehidupan seperti apa yang telah kamu dapatkan?
E. Tipe Terapi Life Review Mittcel (2009) merangkum beberapa tipe Terapi Life Review dari berbagai
2. Jika kamu akan diberikan kcsempatan untuk mehlbah hidup. apa yang akan kamu ubah ? Apa yang akan kamu pertahankan ?
ahli yaitu:
1. Autobiographical retrieval
3. Kita sudah membicarakan tentang kehidupanmu beberapa saat tadi. Mari kita diskusikan semua perasaan dan ide-idemu serta kehidupanmu. Apa yang ingin kamu katakan tentang tujuan hidup ? (coba sebutkan 3 tujuan
Terapi tipe ini mengingat kembali riwayat kehidupan pribadi setiap tahap kehid1.1pan, menulis dan membagikannya..
2. Structured Tipe ini lebih terstruktur yang dipandu oleh terapis, dimana lansia
dan mengapa ? ). 4. Setiap orang pemah merasa kecewa. Hal apa yang masih membuat kamu
menceritakan pengalaman secara runtut mulai masa kanak-kanak, remaja, hingga dewasa.
merasa kecewa dalam hidup ? 5. Hal apa yang paling berat dalam hidupmu? Coba ceritakan denganjelas. 6. Dalam periode yang mana, kejadian yang membuat hidupmu bahagia ? 7. Dalam periode yang mana. kejadian yang tidak membuatmu tidak bahagia?
3. Creative Terapi Life Review Kreatif dapat membantu dalam menyelesaikan konflik dari masa lalu dan membentuk keseimbangan hidup seseorang. Terapi Life
Review dapat ditingkatkan lebih lanjut oleh ekspresi kreatif dengan
Mengapa hidupmu lebih bahagia sekarang ? 8. Apa yang membuatmu merasa bangga dalam hidupmu ?
penggunaan kenangan dalam cerita, puisi atau lukisan. Metode intervensi
9. Jika kamu dapat tinggal da!am satu usia sepanjang hidupmu, kamu pilih saat
barn berfokus pada tema seperti photo, seni dan musik yang telah diseleksi selama intervensi.
usia apa ? Mengapa ? 10. Apakah kaml.! pikir sudah berbuat suatu hal dalam hidupmu ? Lebih baik
4. Focused reflection Menekankan refleksi fokus sebagai jenis Terapi Life Review menggunakan
atau lebih buruk dari apa yang kamu harapkan ? 11. Mari kita bicarakan tentang dirimu sekarang ini. Hal apa yang terbaik di
gambar visual kategori tematik yang spesiflk: pengalaman saat sekolah, hewan, makanan, liburan, hiburan dan transportasi. Gambar tema tertentu
usiamu sekarang ini ? 12. Hal apa yang membuatmu khawatir di usia sekarang ini?
setiap sesi, dimulai dengan masa sekolah, peserta diberikan media.
13. Hal apa yang sangat penting bagimu pada kehidupanmu sekarang ini?
Sebelum sesi dimulai tiap peserta diberi gambar seperti rautan pensil,
14. Apa yang kamu harapkan akan teljadi pada dirirnu sepanjang bertambahnya
sebuah bus sekolah, mesin tik, topi wisuda, kapur dan mikroskop, untuk membantu mereka mengingat kenangan anak usia dini. Sesi akhir
usiamu? 15. Apa yang kamu takutkan akan terjadi sepanjang bcrtambahnya usiamu?
memberikan peserta kesempatan untuk berbicara tentang alat transportasi
16. Apakah kamu santai I rileks selama menjalani terapi life review?
mereka telah digunakan dan ,tempat-tempat yang mereka telah melakukan peljalanan.
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
14
F. Metode Terapi Life Review
15
I. Jumlah dan Setting Peserta Terapi KelompokLife Review
Ada 2 (dua) metode pelaksanaan terapi life review (Lehman, Capezuti &
Peserta Terapi Kelompok Life Review berjumlah 4- 6 orang, terapis bersama
Gillespie (20 11) adalah sebagai berikut:
lansia duduk bersama membentuk lingkaran.
1. Oral Dialogue
Metode Oral Dialogue adalah metode life review dengan bercerita untuk mengingat kembali pengalaman di masa lalu. Metode ini menggunakan 2
J. Media dalam Terapi Kelompok Life Review Media yang digunakan dalam terapi adalah buku kerja, alat tulis, name tag.
pendekatan yaitu individual dan kelompok. Pendekatan secara individual dimana klien bercerita langsung pada terapis dan terapis mendengarkan.
K. Ketentuan Khusus
Pendekatan dalam kelompok, terapis memimpin kegiatan dan dapat pula
Pelaksanaan terapi diharapkan memberikan manfaat kepada semua lansia yang
dibantu oleh fasilitator. Pendekatan harus eksplisit tentang cerita hidup ke
mengalami depresi. Khusus lansia yang tidak bisa membaca atau menulis akan
arah identitas diri yang positif meliputi review yang sitematis dari
difasilitasi oleh fasilitator yaitu caregiver lansia, seperti kehiarga atau
peristiwa hidup mulai masa kanak-kanak hingga masa sekarang ini.
pengasuh di panti.
Interaksi dalam kelompok dapat dilakukan dengan tehnik permainan dan bergiliran. Terapi life review yang dilaksanakan secara berkelompok dapat memberikan keuntungan terapeutik seperti dukungan sosial dari anggota. 2. Writing
L. Kriteria terapis Terapi Kelompok Life Review Kriteria terapis Terapi Kelompok Life Review adalah sebagai beriktlt : a. Perawat spesialis keperawatan jiwa (minimallulus S2 keperawatan) atau
Metode Writing atau menulis merupakan metode dengan mengekspresikan tindakan menulis pengalaman melalui tulisan kata-kata. Individu diminta untuk menuliskan tentang emosi atau peristiwa hidup yang traumatik tanpa
Lu1us Ners keperawatan dan telah lulus uji kompetensi Terapi Life Review
(Zulus uji expert validity). b. Berpengalaman dalam keperawatanjiwa.
dilebih-lebihkan atau dibuat-buat untuk menyingkap perasaan dan suasana hati seseorang. G. Tempat Terapi Kelompok Life Review Ruang khusus atau aula pertemuan dengan lingkungan yang kondusif untuk pelaksanaan terapi di Panti Werdha Sinta Rangkang Tangkiling Provinsi Kalimantan Tengah. H. Waktu Terapi Kelompok Life Review Terapi Kelompok Life Review
terdiri dari 4 sesi dimana tiap sesinya.
Pelaksanaannya memerlukan waktu 45 - 60 menit, pelaksanaannya 1 - 2 kali seminggu.
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
16
BAB III
17
D.Metode
PROSEDUR PELAKSANAAN
Diskusi, tanyajawab dan demonstrasi.
TERAPI KELOMPOK LIFE REVIEW
E. Langkah Kerja 1. Persiapan
a. Membuat kontrak dengan lansia satu hari sebelumnya bahwa terapi
SESI 1: PENGALAMAN MASA ANAK-ANAK
akan dilaksanakan secara berkelompok selama 4 (empat) sesi dengan
Masa anak-anak merupakan mulai usia prasekolah sampai masa sekolah, pada
waktu pelaksanaan 45 ·60 menit. Lansia berada di tempat terapi 10
masa pra sekolah merupakan tahap inisiatif vs rasa bersalah dengan nilai moral
menit sebelum kegiatan berlangsung.
tujuan dan tugas perkembangan yaitu memulai perkembangan suara hati, belajar penatalaksanaan konflik dan kecemasan. Sedangkan masa sekolah adalah tahap industri vs inferioritas dengan nilai kompetensi dan tugas perkembangan yaitu
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan. 2. Pelaksanaan a. Fase Orientasi 1) Salam terapeutik
memunculkan kepercayaan diri terhadap kemampuan, merasa senang dan prestasi
Mengucapkan salam, terapis memperkenalkan diri dan perkenalan
(Videbeck, 2008). Bila tugas perkembangan ini tidak tercapai maka kemungkinan
dengan semua peserta, menanyakan nama dan panggilan peserta.
teijadi masalah ketidakberdayaan, keputusasaan, ansietas, harga diri rendah pada
2) EvaluasiNalidasi
tahap kehidupan selanjutnya.
Menanyakan bagaiamana perasaan lansia.
A. Tujuan
3) Kontrak a) Menjelaskan kegiatan Terapi Kelompok Life Review dengan
Peserta dapat : l.Mengenal sesama lansia
jumlah sesi 4 (empat) pertemuan dan membuat jadwal
2.Mengenang masa anak-anak
pertemuan.
3.Membagikan pengalaman masa anak-anak dengan peserta lainnya
b) Menjelaskan tujuan sesi 1 yaitu review masa anak-anak
4.Mengidentiflkasi salah satu pengalaman masa anak-anak tentang
c) Terapis menjelaskan aturan main sebagai berikut: (I) Lama kegiatan 45 - 60 menit
keberhasilan mengatasi konflik!masalah. 5.Menjelaskan makna positifpengalaman keberhasilan tersebut.
(2) Lansia mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
6.Mengungkapkan pendapat efek pengalaman keberhasilan tersebut untuk
(3) Lansia berperan aktif dalam mengungkapkan pikiran, perasaan, perilaku.
kehidupan sekarang. 7.Mengungkapkan cara mengingat keberhasilan masa an!!k-anak.
b. Fase kerja
1. Anjurkan lansia menutup mata dan menarik napas dalam 3 kali
B. Setting tempat Peserta Terapi Kelompok Life Review beijumlah 4 - 6 orang, terapis bersama
supaya lebih rileks. 2. Setiap lansia melempar dadu untuk menentukan giliran pertama
lansia duduk bersama membentuk lingkaran.
menceritakan pengalaman (nilai dadu tertinggi diberi kesempatan
C.Aiat Buku kerja, alat tulis,tissue, tape recorder/Handycam, dadu bigsize, name tag.
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
lebih awal, apabila ada nilai sama maka dilemparkan kembali.
18
19
Kemudian kesempatan berikutnya lansia di sebelah kirinya,
Beri reinforcement positif atas kemampuan tersebut dan tanyakan
demikian seterusnya).
efek pengalaman pada kehidupan sekarartg.
Terapis memberikan pertanyaan life review masa anak-anak sebagai
3. Kemudian dadu dilempar kembali untuk menentukan giliran
berikut: a.
a. Selanjutnya
Apakah yang pertama kali yang paling diingat selama
c.
dapat diaplikasikan dan mempraktekkannya.
Seperti apakah pengalaman masa kecilmu? c. Fase terminasi 1. Evaluasi subjektif I objektif
keras atau lemah ? e. Ketika kamu menginginkan sesuatu dari orangtua. Bagaimana
a) Menanyakan perasaan peserta setelah mengikuti kegiatan.
caranya sehingga kamu mendapatkan apa yang diinginkan ?
b) Mengevaluasi kemampuan peserta mengenal temannya.
Apakah kamu mempunyai kakak atau adik ? (ceritakan tentang
c) Mengevaluasi kemampuan mengingat memori masa anak-anak dan kemampuan positifyang dimiliki.
mereka satu persatu. g.
Siapa di keluargamu yang paling kamu sukai ? Dalam hal apa?
2. Rencana tindak lanjut
h. Bagaimana suasana di dalam keluargamu sejak dahulu hingga
a) Anjurkan peserta menulis pengalaman masa kanak-kanak dan maknanya yang belum disampaikan.
kini? i. Apakah pemah seseorang yang dekat denganmu meninggal
b) Anjurkan peserta latihan cara yang mudah untuk mengingat keberhasilan pada masa kanak-kanak minimal 1 kali sehari atau
ketika kamu sedang bertumbuh ? j. Apakah pemah orang yang penting bagimu pergi? k. Apakah kamu ingat suatu peristiwa yang membuatmu
sesuai kebutuhan. 3. Kontrak yang akan datang a) Menyepakati kegiatan sesi 2 yaitu berbagi pengalaman masa
menderita? I.
keberhasilan
4. Beri reinforcement positifatas kemampuan tersebut
d. Seperti apakah orangtuamu ? Apakah mereka orang tua yang
f.
pengalaman
b. Menyebutkan cara mudah mengingat kemampuan positif yang
Apakah hal lain yang kamu ingat saat usian1u masih sangat muda?
tentang
mengatasi konflik masa anak-anak dan maknanya.
hidupmu? Coba ingatjauh ke belakang semampunya. b.
bercerita
Apakah kamu ingat pemah mendapat suatu kecelakaan ?
m. Apakah kamu ingat pemah berada pada situasi yang sangat berbahaya? n. Adakah sesuatu yang dulunya sangat penting tapi telah hilang. atau rusak? o. Apakah tempat ibadah merupakan bagian penting dalam hidupmu? p. Apakah kamu senang sebagai laki-laki atau perempuan ?
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
remaja b) Menyepakati waktu dan tempat kegiatan sesi 2
20
21
3. Evaluasi
SESI 2: PENGALAMAN MASA REMAJA
Evaluasi mengenai ketepatan waktu pelaksanaan terapi khususnya tahap
Masa remaja berada teori perkembangan psikososial eriksoll yaitu tahap identitas
kerja, keaktifan lansia, proses pelaksanaan secara keseluruhan.
vs bingung peran dengan nilai moral kesetiaan. Tugas perkembangan masa remaja adalah membentuk rasa diri dan rasa memiliki (Videbeck, 2008; Keliat, 2011).
Evaluasi kemampuan saat melaksanakan kegiatan sesi 1 (satu) dalam
Bila tugas perkembangan ini tidak tercapai maka kemungkinan terjadi masalah
kelompok
ketidakberdayaan, keputusasaan, harga diri rendah serta kebingungan peran pada
Tanggal No
tahap kehidupan selanjutnya.
Kelompok Aspek yang dinilai
1
Nilai 1 eserta 2 3 4 5
A. Tujuan 6
Peserta dapat :
1
Memperkenalkan diri
l.Mengenang masa remaja
2
Menyampaikan pengalaman menyenangkan dan tidak menyenangkan masa anak-anak tentang Mengungkapkan perasaan pengalaman menyenangkan dan tidak menyenangkan masa anak-anak Menyebutkan pengalaman yang paling berarti tentang keberhasilan mengatasi konflik masa anak-anak pengalaman makna Menjelaskan keberhasilan mengatasi konflik masa anakanak Menyebutkan cara mengingat keberhasilan masa anak-anak mengingat Mempraktekkan car a keberhasilan masa anak-anak
2.Membagikan pengalaman masa remaja dengan peserta lainnya
3 4
5
6
7
I :
3.Mengidentiftkasi salah satu pengalaman masa remaja tentang keberhasilan mengatasi konflik/masalah. 4.Menjelaskan makna positif pengalaman keberhasilan tersebut. 5.Mengungkapkan cara mengingat keberhasilan masa remaja B. Setting tempat Peserta terapi kelompok Life Review berjumlah 4 - 6 orang, terapis bersama lansia duduk bersama membentuk lingkaran. C.Alat Buku keija, alat tulis,tissue, tape recorder/Handycam, kartu dengan nilai angka, name tag
Petunjuk penllaian :
D.Metode
1. Nilai 1 jika dilakukan
Diskusi dan tanyajawab
2. Nilai 0 jika tidak dilakukan
E. Langkah Kerja
3. Skor akhir untuk melanjutkan sesi selanjutnya adalah?: 5 4. Apabila ada peserta memiliki skor akhir < 5 maka mengulang terapi Terapi kelompok life review sesi 1 sebelum Janjut sesi berikutnya.
1. Persiapan
a. Mengingatkan lansia 15 menit sebelum pelaksanaan terapi. b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan. 2. Pelaksanaan a. Fase Orientasi 1) Salam terapeutik Terapis mengucapkan salam kepada semua peserta. 2) Evaluasi!Validasi
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
22
a) Menanyakan bagaimana perasaan lansia. b) Menanyakan
apakah
peserta
23
g. Ceritakan pengalaman-pengalaman tersulit selama masa remaja. memori
h. Apakah kamu ingat bagaimana perasaanmu dimana tidak cukup
menyenangkan I tidak menyenangkan masa anak-anak yang
mendapatkan
tersedianya makanan atau kebutuhan penting lainnya dalam hidupmu
belum dituliskan pada sesi I
selama remaja ?
c) Apakah lansia sudah mempraktekkan latihan mengingat memori
i.
Apakah kamu ingat bagaimana perasaanmu saat sendirian, merasa
positifmasa anak-anak
terbuang, tidak mendapatkan cukup cinta dan kasih sayang selama
d) Melakukan cek pada buku kerja
masa remaja?
e) Beri pujian hila peserta telah melakukannya.
j.
3) Kontrak
Apakah yang menyenangkan saat kamu remaja?
k. Apakah ada pengalaman pada masa remaja yang sangat tidak
menyenangkan ?
a) Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan. d) Menjelaskan tujuan sesi 2 yaitu review masa remaja
I. Berdasarkan yang kamu sampaikan, bagaimanakah masa remaja
e) Terapis menjelaskan aturan main sebagai berikut:
menurutmu apakah membahagiakan atau tidak.
(I) Lama kegiatan 45-60 menit
m. Apakah kamu ingat penampilan pertama yang menarik perhatian di hadapan banyak orang ?
(2) Lansia mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai (3) Lansia berperan aktif dalam mengungkapkan pikiran,
n. Bagaimana perasaanmu tentang aktifitas seksual dan bagaimana identitas seksualmu ?
perasaan, perilaku.
b. Fase kerja
Beri reinforcement positif atas kemampuan tersebut dan tanyakan efek
I) Anjurkan !ansi a menutup mata dan menarik napas dalam 3 kali supaya lebih rileks.
pengalaman pada kehidupan sekarang. 3. Kemudian kartu dibagikan kembali untuk menentukan giliran
2) Membagikan kartu kepada lansia, nilai tertinggi mendapat kesempatan
a. Selanjutnya bercerita tentang pengalaman keberhasilan mengatasi konflik masa remaja dan maknanya.
pertama menceritakan pengalaman (apabila ada nilai sama maka
b. Menyebutkan cara mudah mengingat kemampuan positif yang dapat
dibagikan kartu kedua.). Terapis memberikan pertanyaan life review masa remaja sebagai berikut a. Apakah yang kamu pikirkan tentang diri dan hidupmu sebagai remaja, apa yang kamu ingat pertama kali pada saat itu ? b. Hal apa saja yang paling berkesan dan terekam di memorimu
4. Beri reinforcement positif atas kemampuan tersebut
c. Fase terminasi I) Evaluasi subjektif I objektif a) Menanyakan perasaan peserta setelah mengikuti kegiatan.
sebagai seorang remaja? c. Siapa saja orang yang penting bagimu ? Ceritakan tentang mereka. d. Apakah kamu beribadah di tempat ibadah dan mengikuti
b) Mengevaluasi kemampuan mengingat memori mas a dewasa dan kemampuan positifyang dimiliki. 2) Rencana tindak lanjut
perkumpulan anak muda? e. Apakah kamu pergi ke sekolah ? Apa arti sekolah bagimu ? f.
diaplikasikan dan mempraktekkannya.
a) Anjurkan peserta menulis pengalaman masa remaja dan maknanya yang belum disampaikan.
Apakah kamu pemah bekerja selama irti ?
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
24
b) Anjurkan peserta latihan cara yang mudah untuk mengingat keberhasilan pada masa remaja minimal I kali sehari atau sesuai kebutuhan.
25
SESI 3: PENGALAMAN MASA DEWASA Masa dewasa menurut teori erikson tentang perkembangan psikososial berada pada tabap intimasi vs isolasi (Videbeck, 2008; Keliat, 2011). Bila tugas
c) Kontrak yang akan datang
perkembangan ini tidak tercapai maka kemungkinan teijadi masalab isolasi sosial
a) Menyepakati kegiatan sesi 3 yaitu berbagi pengalaman masa dewasa
dan kesulitan berinteraksi dengan orang lain pada tabap kehidupan selanjutnya.
b) Menyepakati waktu dan temp at kegiatan sesi 3
A. TUJUAN Peserta dapat : 1. Mengenang masa dewasa
S.EVALUASI Evaluasi mengenai ketepatan waktu pelaksanaan terapi khususnya tabap keija,
2.Membagikan pengalaman masa dewasa dengan peserta lainnya
keaktifan lansia, proses pelaksanaan secara keseluruhan.
3.Mengidentiflkasi salab satu pengalaman masa remaja tentang
Evaluasi kemampuan saat melaksanakan kegiatan sesi 2 (dua) dalam kelompok Kelompok
Tanggal No
Aspek yang dinilai
1
Menyampaikan pengalaman menyenangkan dan tidak menyenangkan masa reml\ia tentang Mengungkapkan perasaan pengalaman menyenangkan dan tidak menyenangkan masa remaia Menyebutkan pengalaman yang paling berarti tentang keberhasilan mengatasi konflik msaa remajan pengalaman Menjelaskan makna keberhasilan mengatasi konflik masa reml\ia Menyebutkan cara mengingat keberhasilan masaremaja mengingat Mempraktekkan car a keberhasilan masa remaia
2 3
4 5
6
keberhasilan mengatasi konflik/masalab.
1
Nilai 1 eserta 2 3 4 5
4.Menjelaskan makna positifpengalaman keberhasilan tersebut. 5.Mengungkapkan cara mengingat keberhasilan mas a dewasa 6
B. SETTING TEMPAT Peserta Terapi Kelompok Life Review secara berkelompok beijutnlab 4 - 6 orang, terapis bersama lansia duduk bersama membentuk lingkaran. C. ALAT Buku keija, alat tulis,tissue, tape recorder/Handycam, bola kecil, musik, name tag D.METODE Diskusi dan tanyajawab E. LANGKAH KERJA 1. Persiapan
a. Mengingatkan lansia 15 menit sebelum pelaksanaan terapi .. b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan. 2. Pelaksanaan
Petunjuk penilaian :
a. Fase Orientasi
1. Nilai 1 jika dilakukan
1) Salam terapeutik
2. Nilai 0 jika tidak dilakukan 3. Skor akhir untuk melanjutkan sesi selanjutnya adalab 2:4 4. Apabila ada peserta memiliki skor akhir < 4 maka mengulang terapi Terapi kelompok life review sesi 2 sebelum lanjut sesi berikutnya.
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Terapis mengucapkan salam kepada semua peserta. 2) EvaluasWalidasi a) Menanyakan bagaimana perasaan lansia.
b) Menanyakan
apakah
peserta
mendapatkan
26
27
memori
e) Ceritakan tentang pekerjaan kamu. Apakah kamu menikmati
menyenangkan I tidak menyenangkan masa remaja yang belum
pekerjaanmu ? Apakah gaji yang kamu dapatkan cukup untuk hidup?
dituliskan pada sesi 2
t) Apakah hubunganmu dengan orang lain berjalan baik? g) Apakah kamu menikah? Gika ya). Seperti apakah istri I suami mu ?
c) Apakah lansia sudah mempraktekkan latihan mengingat memori positifmasa remaja
Gika belum) Mengapa belum menikah?
d) Melakukan cek pada buku ketja
h) Apakah kamu pikir menikah lebih baik atau bahkan lebih buruk ?
e) Beri pujian hila peserta telah melakukannya.
Apakah kamu menikah lebih dari I kali ?
3) Kontrak
i) Secara keseluruhan apakah karnu mendapatkan kebahagiaan atau
a) Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan.
tidak dari perkawinanmu ?
b) Menjelaskan tujuan sesi 3 yaitu review masa dewasa
j) Menurutmu apakah hubungan suami dan istri itu penting ?
c) Terapis menjelaskan aturan main sebagai berikut:
k) Hal apa yang paling sulit kamu temukan selama masa dewasa ini:
(I) Lama kegiatan 45-60 menit
• Apakah seseorang yang dekat denganmu meninggal atau pergi ?
(2) Lansia mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
• Pemahkah kamu sakit atau mendapat kecelakaan?
(3) Lansia berperan aktif dalam mengungkapkan pikiran,
• Apakah karnu sering pindah tempat tinggal ? Sering pindah tempat
perasaan, perilaku.
ketja?
b. Fase kerja
• Apakah karnu pemah merasa kesepian ? Merasa terbuang ?
1) Anjurkan lansia menutup mata dan menarik napas dalam 3 kali supaya lebih rileks.
Apakah karnu pemah merasa diperlukan ? Beri reinforcement
2) Bola diedarkan dengan diiringi musik, lansia yang memegang bola saat
positif atas kemampuan tersebut dan tanyakan efek
pengalaman pada kehidupan sekarang.
musik berhenti diberi giliran pertama menceritakan pengalaman
3. Bola diedarkan dengan diiringi musik kembali untuk menentukan giliran
(Kemudian kesempatan berikutnya lansia di sebelah kirinya, demikian
a. Selanjutnya bercerita tentang pengalaman keberhasilan mengatasi
seterusnya).
konflik masa dewasa dan maknanya.
Terapis memberikan pertanyaan life review masa dewasa sebagai
b. Menyebutkan cara mudah mengingat kemampuan positif yang dapat
berikut:
diaplikasikan dan mempraktekkannya.
a) Tempat apa yang menurutmu adalah tempat yang religius sepanjang hidupmu?
4. Beri reinforcement positif atas kemampuan tersebut
c. Fase terminasi
b) Sekarang saya ingin berbicara tentang hidupmu sebagai orang
1) Evaluasi subjektif I objektif
dewasa, dimulai pada saat usia 20an. Ceritakan tentang kejadian-
a)
kejadian penting yang tetjadi selama usia dewasa.
b) Mengevaluasi kemampuan peserta mengenal temannya.
c) Kehidupan mana yang kamu sukai, ketika usia 20an atau 30an? d) Orang
seperti
menikmatinya ?
apakah
djrirnu
sekarang
ini
Apakah
c)
Kamu
Menanyakan perasaan peserta setelah mengikuti kegiatan.
Mengevaluasi kemampuan mengingat memori masa dewasa dan kemampuan positifyang dirniliki.
2) Rencana tindak lanjut
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
29
28
a) Anjurkan peserta menulis pengalaman masa dewasa dan maknanya
SESI 4: PENGALAMAN MASA LANSIA Tahap terakhir dari seluruh sesi yaitu adanya kesimpulan dari semua life review
yang belum disampaikan. b) Anjurkan peserta latihan cara yang mudah untuk mengingat
serta dilanjutkan komitmen untuk perubahan ke arah positif Hal yang mendasari
keberhasilan pada masa dewasa minimal I kali sehari atau sesuai
sesi ini adalah tugas berkembangan pada lansia terkait integritas diri versus putus asa dengan nilai moral kebikajsanaan, menerima tanggungjawab diri dan
kebutuhan.
kehidupan (Videbeck, 2008; Keliat, 2011).
c) Kontrak yang akan datang a) Menyepakati kegiatan sesi 4 yaitu berbagi pengalaman tentang masa
A. TUJUAN Peserta dapat :
awallansia
I. Mengevaluasi keseluruhan memori yang disampaikan secara berurutan
b) Menyepakati waktu dan temp at kegiatan sesi 4
2. Menyampaikan hal positif yang paling efektif mengatasi masalah dan cara
F. EVALUASI Evaluasi mengenai ketepatan waktu pelaksanaan terapi khususnya tahap keija,
mudah mengingatnya
keaktifan Jansia, proses pelaksanaan secara keseluruhan.
3. Memberikan umpan balik positifterhadap peserta lain
Evaluasi kemampuan saat melaksanakan kegiatan sesi 3 (tiga) dalam kelompok
4. Menyampaikan manfaat yang dirasakan selama terapi kelompok life review
Tanggal
berlangsung.
:
Kelompok
No
Aspek yang dinilai
1
Menyampaikan pengalaman menyenangkan dan tidak menyenangkan masa dewasa tentang Mengungkapkan perasaan pengalaman menyenangkan dan tidak menyenangkan masa dewasa Menyebutkan pengalaman yang paling berarti tentang keberhasilan mengatasi konflik dewasa pengalaman Menjelaskan makna keberhasilan mengatasi konflik mas a dewasa Menyebutkan cara mengingat keberhasilan masadewasa mengingat Mempraktekkan car a keberhasilan masa dewasa
2 3 4
5
6
1
Nilai J eserta 2 3 4 5
6
B. SETTING TEMPAT Peserta terapi kelompok life review secara berkelompok berjumlah 4 - 6 orang, terapis bersama lansia duduk bersama membentuk lingkaran. C.ALAT Buku kerja, alat tulis,tissue, tape recorder/Handycam, alat arisan dengan nama lansia, name tag D.METODE Diskusi dan tanyajawab E. LANGKAH KERJA 1. Persiapan
a) Mengingatkan lansia 15 menit sebelum pelaksanaan terapi.
Petunjuk penilaian :
b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
1. Nilai I jika dilakukan
2. Pelaksanaan
2. Nilai 0 jika tidak dilakukan
a. Fase Orientasi
3. Skor akhir untuk melanjutkan sesi selanjutnya adalah 2: 4 4. Apabila ada peserta memiliki skor akhir < 4 maka mengulang terapi Terapi kelompok life review sesi 3 sebelum Janjut sesi berikutnya.
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
I) Salam terapeutik Terapis mengucapkan salam kepada semua peserta. 2) Evaluasi/Validasi
30
31
a) Menanyakan bagaimana perasaan 1ansia. b) Menanyakan
apakah
peserta
d) Setiap orang pemah merasa kecewa. Hal apa yang masih
mendapatkan
memori
membuat kamu merasa kecewa dalam hidup ?
menyenangkan I tidak menyenangkan masa dewasa yang belum
e) Hal apa yang paling berat dalam hidupmu ? Coba ceritakan
dituliskan pada sesi 4
denganjelas.
c) Apakah 1ansia sudah mempraktekkan latihan mengingat memori
f) Dalam periode yang mana, kejadian yang membuat hidupmu
positif masa dewasa
bahagia?
d) Me1akukan cek pada buku kerja
g) Dalam periode yang mana. kejadian yang tidak membuatmu
e) Beri pujian hila peserta te1ah melakukannya.
tidak bahagia ? Mengapa hidupmu lebih bahagia sekarang ?
3) Kontrak
h) Apa yang membuatmu merasa bangga da1am hidupmu ?
a) Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan.
i) Jika kamu dapat tinggal dalam satu usia sepanjang hidupmu,
b) Menjelaskan tujuan sesi 4 yaitu review masa lansia
kamu pilih saat usia apa ? Mengapa ?
c) Terapis menjelaskan aturan main sebagai berikut:
j) Apakah kamu pikir sudah berbuat suatu hal dalam hidupmu ?
(1) Lama kegiatan 45-60 menit
Lebih baik atau lebih buruk dari apa yang kamu harapkan ?
(2) Lansia mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
k) Mari kita bicarakan tentang dirimu sekarang ini. Hal apa yang
(3) Lansia berperan aktif dalam mengungkapkan pikiran,
terbaik di usiamu sekarang ini ?
perasaan, perilaku.
I) Hal apa yang membuatmu khawatir di usia sekarang ini ?
b. Fase kerja
m)Hal apa yang sangat penting bagimu pada kehidupanmu
1) Anjurkan !ansi a menutup mata dan menarik napas dalam 3 kali
sekarang ini ?
supaya lebih rileks.
n) Apa yang kamu harapkan akan terjadi pada dirimu sepanjang
2) Lansia dipilih berdasarkan kocokan arisan. Nama lansia yang terpilih
bertambahnya usiamu ?
akan mendapat kesempatan menceritakan pengalaman (demikian
o) Apa yang kamu takutkan akan terjadi sepanjang bcrtambahnya
seterusnya untuk giliran selanjutnya).
usiamu?
Terapis memberikan pertanyaan tentang rangkuman life review sebagai berikut:
p) Apakah kamu santai I rileks selama menjalani terapi life review? Beri reinforcement positif atas kemampuan tersebut dan tanyakan efek
a) Secara keseluruhan. kamu pikir kehidupan seperti apa yang telah kamu dapatkan ?
pengalaman pada kehidupan sekarang. 3. Nama lansia dikocok lagi dengan a1at arisan untuk menetukan giliran.
b) Jika kamu akan diberikan kcsempatan untuk merubah hidup. apa
a. Selanjutnya
yang akan kamu ubah ? Apa yang akan kamu pertahankan ?
tentang
pengalaman
keberhasilan
b. Menyebutkan cara mudah mengingat kemampuan positif yang
c) Kita sudah membicarakan tentang kehidupanmu beberapa saat
dapat diaplikasikan dan mempraktekkannya.
tadi. Mari kita diskusikan semua perasaan dan ide-idemu serta kehidupanmu. Apa yang ingin kamu katakan tentang tujuan
bercerita
mengatasi konflik masa anak-anak dan maknanya.
4. Beri reinforcement positif atas kemampuan tersebut
hidup? (coba sebutkan 3 tujuan dan tnengapa? ).
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
32
33
5. Beri kesempatan lansia menyampaikan manfaat yang dirasakan
Evaluasi kemampuan saat melaksanakan kegiatan sesi 4 (empat) dalam kelompok
selama terapi kelompok life review berlangsung dan harapan ke depan.
No
b. Fase terminasi
1
I. Evaluasi subjektif I objektif a) Menanyakan perasaan peserta setelah mengikuti kegiatan. b) Mengevaluasi kemampuan peserta mengenal temannya. c) Mengevaluasi
Tanggal
kemampuan
mengingat
memori
2 3
tentang
:
Aspek yang dinilai
Memberi semangat menggunakati cara efektif terapi kelompok life review untuk mengatasi masalah minimal 1- 2 kali seminggu atau
1. Nilai 1 jika dilakukan
sesuai kebutuhan lansia.
2. Nilai 0 jika tidak dilakukan
2. Rencana tindak lanjut
3. Kontrak yang akan datang
1
Nilai 1eserta 3 4 5
2
6
Menyampaikan perasaan tentang seluruh pengalaman sepaniang hidup lansia Mengungkapkan pengalaman yang tidak terlupakan Mengungkapkan hal terbaik dalam hidup
Menyampaikan manfaat yang dirasakan selama terapi kelompok life review berlangsung 5 Mempraktekkan cara positif yang dianggap paling bermanfaat dalam life review. Petunjuk penilaian :
keluarga dan rumah serta kemampuan positifyang dirniliki.
Kelompok
4
3. Skor akhir untuk melanjutkan sesi selanjutnya adalah::: 3
Melakukan kegiatan selanjutnya di Panti.
4. Apabila ada peserta memiliki skor akhir < 3 maka mengulang terapi terapi
3. Evaluasi
kelompok life review sesi 4.
Evaluasi mengenai ketepatan waktu pelaksanaan terapi kbususnya tahap kelja, keaktifan lansia, proses pelaksanaan secara keseluruhan.
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
34
35
BABIV BUKU KERJA TERAPI KELOMPOK
BUKUKERJA
LIFE REVIEW
Buku ketja ini merupakan buku pegangan bagi Jansia sebagai panduan mengikuti kegiatan terapi dan melakukan Jatihan baik selama terapi Life Reviiew berlangsung maupun saat melakukan latihan mandiri, dengan harapan
A. PENGERTIAN
mendapatkan manfaat terapi semaksimal mungkin untuk mengatasi masalah
Pengertian Terapi Kelompok Life Review
keperawatan yang dihadapi.
Life review adalah alat terapi yang dapat mengeksplorasi pengalaman hidup masa lalu, kekuatan dan prestasi dari orang tua dan membawa cerita sampai sekarang dalam rangka untuk mengatasi stadium akhir-hidup seseorang integritas vs putus asa sesuai teori Erikson. Tahap terapi ini merupakan tantangan utama orang dewasa yang Jebih tua dalam melestarikan pemeliharaan hidup sehat seseorang dalam menghindari krisis seperti depresi (Caldwell, 2005 dalam Mitchel12009).
BUKU KERJA TERAPI KELOMPOK B. Tujuan Terapi KelompokLife Review
LIFE REVIEW
Tujuan terapi ini adalah 1. Mencegah dan mengurangi depresi 2. Meningkatkan kepuasan 3. Meningkatkan perawatan diri 4. Meningkatkan harga diri
5. Membantu lansia menghadapi krisis, kehilangan dan masa transisi
6. Meningkatkan kualitas hidup
7. Mengatasi keputusasaan Nama C. Tahapan terapi
Ala mat PROGRAM PENDIDIKAN KEPERA WATAN SPESIALIS JIWA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK,2013
Ada4 yaitu: 1. Pengalaman masa anak-anakk
2. Pengalaman masa remaja 3. Pengalaman masa dewasa 4. Pengaaman masa lansia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
36
37
SESI 1: PENGALAMAN MASA ANAK-ANAK Masa anak-anak merupakan mulai usia prasekolah sampai masa sekolah, pada CONTOH
masa pra sekolah merupakan tahap inisiatif vs rasa bersalah dengan nilai moral tujuan dan tugas perkembangan yaitu memulai perkembangan suara hati, belajar
KALIMAT
ATAU
TANDA
POSITIF
UNTUK
MENGINGAT
KEBERHASILAN 1.
penatalaksanaan konflik dan kecemasan. Sedangkan masa sekolah adalah tahap industri vs inferioritas dengan nilai kompetensi dan tugas perkembangan yaitu
VERBAL
memunculkan kepercayaan diri terhadap kemampuan, merasa senang dan prestasi
a. Puji Tuhan, Saya mampu
(Videbeck, 2008). Bila tugas perkembangan ini tidak tercapai maka kemungkinan
(Sambil membayangkan kemampuan menyelesaikan masalah) b. Saya bahagia
tetjadi masalah ketidakberdayaan, keputusasaan, ansietas, harga diri rendah pada tahap kehidupan selanjutnya.
(Sambil mengingat kebahagian berinteraksi dengan orang lain pada pengalaman di masa lalu)
Pertanyaan life review sesi-1 a. Apakah yang pertama kali yang paling diingat selama hidupmu? Coba ingat
c. Saya sukses
jauh ke belakang semampunya.
(Sambil mengingat kesuksesan mengerjakan sesuatu pada pengalaman
b. Apakah hal lain yang kamu ingat saat usiamu masih sangat muda?
masa lalu)
c. Seperti apakah pengalaman masa kecilmu?
d. Hidupku berarti (Sambi) mengingat peristiwa atau kejadian di masa
d. Seperti apakah orangtuamu ? Apakah mereka orang tua yang keras atau
lalu telah membuat karya yang membanggakan atau bermanfaat bagi orang lain).
lemah? e. Ketika kamu menginginkan sesuatu dari orangtua. Bagaimana caranya sehingga kamu mendapatkan apa yang diinginkan ?
2.
NONVERBAL
f.
a. Tersenyum dengan ekspresi wajah berseri-seri
Apakah kamu mempunyai kakak atau adik ? (ceritakan tentang mereka satu persatu.
b. Menggerakkan bahu sambil mengepalkan tangan tanda semangat
g. Siapa di keluargamu yang paling kamu sukai ? Dalam hal apa?
c. Menjentikkanjari
h. Bagaimana suasana di dalam keluargamu sejak dahulu hingga kini?
d. Menepuk pundak
i. Apakah pemah seseorang yang dekat denganmu meninggal ketika kamu
e. Menganggukkan kepala
sedang bertumbuh ? j.
Apakah pemah orang yang penting bagimu pergi?
k. Apakah kamu ingat suatu peristiwa yang membuatrnu menderita ? I.
Apakah kamu ingat pemah mendapat suatu kecelakaan ?
m. Apakah kamu ingat pemah berada pada situasi yang sangat berbahaya ? n. Adakah sesuatu yang dulunya sangat penting tapi telah hilang. atau rusak ? o. Apakah tempat ibadah merupakan bagian penting dalam hidupmu? p. Apakah kamu senang sebagai laki-laki atau perempuan ?
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
39
38
SESI 2: PENGALAMAN MASA REMAJA LEMBAR BUKU KERJA LANSIA SESI-1
Masa remaja berada teori perkembangan psikososial erikson yaitu tahap identitas
TERAPI KELOMPOK LIFE REVIEW
vs bingung peran dengan nilai moral kesetiaan. Tugas perkembangan masa remaja adalah membentuk rasa diri dan rasa memiliki (Videbeck, 2008; Keliat, 2011).
A. Pengalaman keberhasilan mengatasi masalah masa anak-anak Pengalaman
Keberhasilan
Bila tugas perkembangan ini tidak tercapai maka kemungkinan terjadi masalah Makna
ketidakberdayaan, keputusasaan, harga diri rendah serta kebingungan peran pada
Positif
tahap kehidupan selanjutnya. Pertanyaan life review masa remaja sebagai berikut : a. Apakah yang kamu pikirkan tentang diri dan hidupmu sebagai remaja, apa yang kamu ingat pertama kali pada saat itu ? b. Hal apa saja yang paling berkesan dan terekam di memorimu sebagai seorang remaja? c. Siapa saja orang yang penting bagirnu? Ceritakan tentang mereka. d. Apakah kamu beribadah di tempat ibadah dan mengikuti perkumpulan anak
B. Latihan menggunakan kalimat atau tanda positif untuk mengingat keberhasilan
muda? e. Apakah kamu pergi ke sekolah ? Apa arti sekolah bagirnu ? f.
Kalimat atau Tanda positif
Apakah kamu pemah bekerja selama ini ?
g. Ceritakan pengalaman-pengalaman tersulit selama masa remaja. h. Apakah kamu ingat bagaimana perasaanmu dimana tidak cukup tersedianya makanan atau kebutuhan penting lainnya dalam hidupmu selama remaja ?
i. Apakah kamu ingat bagairnana perasaanmu saat sendirian, merasa terbuang, tidak mendapatkan cukup cinta dan kasih sayang selama masa remaja? j.
Apakah yang menyenangkan saat kamu remaja?
k. Apakah ada pengalaman pada masa remaja yang sangat tidak menyenangkan?
I. Berdasarkan yang kamu sampaikan, bagaimanakah masa remaja menurutmu Tugas:
apakah membahagiakan atau tidak.
1. Tuliskan pengalaman menyenangkan dan tidak menyenangkan masa anak-
anak yang diingat lagi di wisma.
m. Apakah kamu ingat penampilan pertama yang menarik perhatian di hadapan banyak orang ?
2. Latihan mengucapkan kalima dan melakukan tanda positif tuntuk mengatasi kesedihan, perasaan tidak berharga, kesepian, ketidakberdayaan dan
n. Bagaimana perasaanmu tentang aktifitas seksual dan bagairnana identitas seksualmu?
keputusasaan.
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
40
41
LEMBAR BUKU KERJA LANSIA SESI-2
SESI 3: PENGALAMAN MASA DEWASA
TERAPI KELOMPOK LIFE REVIEW
Masa dewasa menurut teori erikson tentang perkembangan psikososial berada pada tahap intimasi vs isolasi (Videbeck, 2008; Keliat, 2011). Bila tugas perkembangan ini tidak tercapai maka kemungkinan teijadi masalah isolasi sosial
G. Pengalaman keberhasilan mengatasi masalah masa remaja Pengalaman
Keberhasilan
Makna
dan kesulitan berinteraksi dengan orang lain pada tahap kehidupan selanjutnya.
Positif
Pertanyaan life review masa dewasa sebagai berikut : I) Tempat apa yang menurutmu adalah tempat yang religius sepanjang hidupmu ? a. Sekarang saya ingin berbicara tentang hidupmu sebagai orang dewasa, dimulai pada saat usia 20an. Ceritakan tentang kejadian-kejadian penting yang terjadi selama usia dewasa. b. Kehidupan mana yang kamu sukai, ketika usia 20an atau 30an ? c. Orang seperti apakah dirimu sekarang ini Apakah Kamu menikmatinya ? d. Ceritakan tentang pekerjaan kamu. Apakah kamu menikmati pekerjaanmu ?
B. Latihan menggunakan kalimat atau tanda positif untuk mengingat keberhasilan
Apakah gaji yang kamu dapatkan cukup untuk hidup? e. Apakah hubungarunu dengan orang lain beijalan baik?
f Kalimat atau Tanda positif
Apakah kamu menikah? (jika ya). Seperti apakah istri I suami mu ? (jika belum) Mengapa belum menikah ?
g. Apakah kamu pikir menikah lebih baik atau bahkan lebih buruk ? Apakah kamu menikah lebih dari 1 kali ? h. Secara keseluruhan apakah kamu mendapatkan kebahagiaan atau tidak dari perkawinarunu ?
i. Menurutmu apakah hubungan suami dan istri itu penting ? j.
Hal apa yang paling sulit kamu temukan selama masa dewasa ini: 1. Apakah seseorang yang dekat denganmu meninggal atau pergi ? 2. Pemahkah kamu sakit atau mendapat kecelakaan ?
Tugas:
3. Apakah kamu sering pindah tempat tinggal? Sering pindah tempat kerja?
1. Tuliskan pengalaman menyenangkan dan tidak menyenangkan masa remaja yang diingat lagi di wisma.
4. Apakah kamu pernah merasa kesepian? Merasa terbuang ? Apakah kamu pernah merasa diperlukan ?
2. Latihan mengucapkan kalimat dan melakukan tanda positif tuntuk mengatasi kesedihan,
perasaan tidak berharga, kesepian, ketidakberdayaan
dan
keputusasaan.
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
43
42
LEMBAR BUKU KERJA LANSIA SESI - 3
SESI 4: PENGALAMAN MASA LANSIA Tahap terakhir dari seluruh sesi yaitu adanya kesimpulan dari semua life review
TERAPI KELOMPOK LIFE REVIEW
supaya lansia memiliki Integritas, kebijaksanaan, dan menerima tanggung jawab A. Pengalaman keberhasilan mengatasi masalah masa dewasa Pengalaman
Keberhasilan
diri dan kehidupan. serta dilanjutkan komitmen untuk perubahan ke arah positif. Pertanyaan tentang rangkuman life review sebagai berikut:
Makna Positif
a. Secara keseluruhan. karnu pikir kehidupan seperti
apa yang telah karnu
dapatkan? b. Jika karnu akan diberikan kcsempatan untuk merubah hidup. apa yang akan karnu ubah ? Apa yang akan karnu pertahankan ? c. Kita sudah membicarakan tentang kehidupanmu beberapa saat tadi. Mari kita diskusikan semua perasaan dan ide-idemu serta kehidupanmu. Apa yang ingin karnu katakan tentang tujuan hidup ? (coba sebutkan 3 tujuan dan mengapa? ). d. Setiap orang pernah merasa kecewa. Hal apa yang masih membuat karnu B. Latihan menggunakan kalimat atau tanda positif untuk mengingat
merasa kecewa dalarn hidup ?
keberhasilan
e. Hal apa yang paling berat dalarn hidupmu? Coba ceritakan denganjelas. f. Kalimat atau Tanda positif
10
- - - -
Dalarn periode yang mana, kejadian yang membuat hidupmu bahagia ?
g. Dalarn periode yang mana. kejadian yang tidak membuatmu tidak bahagia ?
~~
Mengapa hidupmu lebih bahagia sekarang ? h. Apa yang membuatmu merasa bangga dalam hidupmu ? i.
Jika karnu dapat tinggal dalarn satu usia sepanjang hidupmu, karnu pilih saat usia apa ? Mengapa ?
j.
Apakah karnu pikir sudah berbuat suatu hal dalarn hidupmu? Lebih baik atau lebih buruk dari apa yang karnu harapkan ?
k. Mari kita bicarakan tentang dirimu sekarang ini. Hal apa yang terbaik di usiarnu sekarang ini ? Togas:
1. Hal apa yang membuatmu khawatir di usia sekarang ini ?
1. Tuliskan pengalarnan menyenangkan dan tidak menyenangkan masa remaja yang diingat lagi eli wisma.
3. Apa yang
2. Latihan mengucapkan kalimat dan melakukan tanda positif tuntuk mengatasi kesedihan,
perasaan tidak berharga, kesepian,
keputusasaan.
2. Hal apa yang sangat penting bagimu pada kehidupanmu sekarang ini ?
ketidakberdayaan
dan
karnu
harapkan
akan
teljadi
pada dirimu sepanjang
bertarnbahnya usiarnu ? 4. Apa yang karnu takutkan akan terjadi sepanjang bcrtarnbahnya usiarnu ? 5. Apakah karnu santai I rileks selarna menjalani terapi life review?
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
45
44
2. Latihan mengucapkan kalimat dan melakukan tanda positif tuntuk mengatasi LEMBAR BUKU KERJA LANSIA SESI - 4 TERAPI KELOMPOK LIFE REVIEW
kesedihan, perasaan tidak berharga, kesepian, ketidakberdayaan dan keputusasaan.
A.. MANFAAT dan HARAPAN Tan~~all
C.
No
Manfaat
LATIHAN
CARA
Harapan
POSITIF
SAAT
MENGINGAT
KEBERHASILAN
I No I
Tindakan
I
Pelaksanaan I
1213 1415 16171819110
Tugas: 1. Tuliskan pengalaman menyenangkan dan tidak menyenangkan masa dewasa yang diingat lagi di wisma.
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
46
47
BABIV
DAFTAR PUSTAKA
PENUTUP
A. Kesimpulan Perkembangan psikososial lansia,berdasarkan teori Erikson yaitu berada pada tahap integiritas ego vs putus asa (maturitas). Perkembangan ini terkait dengan perkembangan sebelumnya, apabila ada masalah pada tahap
Blazer, Dan G. (2003). Depression In Late Life : Review And Commentary. The Journal of Gerontology; Mar 2003; 58A,3. http://proquest.umi.com, dipero1eh 20 Desember 2012. Collins, C.J. (2006). Life Review And Remniscence Group Therapy Among Senior http://etd.lib. ttu/theses/available/etd-4182006223851/unrestricted/ Adult. Collin_ Cassondra-Diss pdf diperoleh 17 Januari 2013.
sebelumnya dapat mempengaruhi integritas lansia. Keberhasilan lansia mencapai integritas diri dengan belajar memaknai pengalaman di masa
Copel, L.C. 2007. Kesehatan Jiwa dan Psikiatri : Pedoman Klinis Perawat. Jakarta: EGC.
lalu dan mengeskpresikannya menjadi energi positif di saat sekarang. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008) Riset kesehatan dasar (RJSKESDAS) Tahun 2007. Jakarta: Depkes R.I Upaya meningkatkan integritas lansia sehingga terjaminnya kesejahteraan di masa tua yaitu dengan perawatan yang tepat dan berkualitas. Perawat memiliki peran penting dalam hal tersebut, terlebih dengan adanya berbagai ancaman kesehatan seperti terjadinya gangguan mental emosional depresi. Terapi Kelompok Life Review merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk dikembangkan sebagai terapi spesialis keperawatan jiwa
Ham, R.J et a/. (2008). Interpersonal Psychotherapy As A Treatment For Depression In Later Life. Hinrichsen, Gregory A .. Professional Psychology: Research and Practice 39. 3 (Jun 2008): 306-312. Primary care Geriatrics A case-Base Approach Fifth edition. Philadelphia : Mosby Elsevier. Haber, D. (2006). Life Review: Implementation, Theory, Research And Therapy.Int'l J. Aging and Human Development, Vol. 63 (2) 153-171,2006. http://proquest.umi.com, diperoleh 20 Desember 2012.
karena terbukti mampu mengatasi masalah depresi, meningkatkan kepuasan hidup serta mengatasi masalah keperawatan pada lansia seperti harga diri rendah, keputusasaan, ketidakberdayaan dan isolasi sosial.
B. Saran Perawat spesialis keperawatan jiwa dapat mengaplikasikan Terapi Kelompok Life Review sebagai salah satu terapi meningkat integritas diri lansia dan mengatasi masalah keperawatan pada lansia sebagai respon terhadap penyakit gangguan mental emosional seperti depresi di masyarakat Indonesia, wilayah kerja Puskesmas dan Khususnya ruang lingkup Panti Sosial Tresna Werdha.
Herkov, M. (2006). What Is Psychotherapy?. Psych Central. Retrieved on February 1, 2013, from http://psychcentral.com/lib/2006/what-ispsychotherapy/ diperoleh 20 Desember 2012. Keliat, B.A., dkk (1995). Asuhan keperawatan kesehatanjiwa usia lanjut. Jakarta : Departemen Kesehatan R.I Direktorat Pelayanan Medik Direktorat Kesehatan Jiwa. Keliat, B.A dkk (2011). Manajemen Keperawatan Psikososial dan Kader Kesehatan CMHN (Intermediate course). Jakarta: EGC. Korte,J., Bohlmeijer, T.,Cappeliez, P., Smit, F., & Westerhof. (2012). Life Review Therapy For Older Adults With Moderate Depressive Symptomatlogy: A Pragmatic Randomized Controlled Trial. Psychological Medicine Journal2012,42, 1163-1173.http://proguest.umi.com, diperoleh 20 Desember 2012.
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
48
Lestari, D.R., Hamid,A.Y.,Wardani, I.Y. (2012). Pengaruh Terapi Telaah Pengalaman Hidup Terhadap Tingkat Depresi Pada Lansia Di Panti Werdha Martapura Dan Banjarbaru Kalimantan Selatan Tahun 2012.
Tesis. Jakarta : Program Pasca Sarjana Fakultas llmu Keperawatan Universitas Indonesia. McCann, J.A. et all. Elder Care Strategies Expert Care Plans For Older Adults. Philadelphia : Lipincott Wiliams & Wilkins. Miller, C.A. (2004). Nursing For Wel/ness In Older Adults Theory And Practice. Philadelphia : Lipincott Wiliams & Wilkins. Mitchell, S.F. (2009). Life Review Theraphy: A Prevention Program For Elderly Who Are Expereiencing Life Transitions. Proquest Dissertation & Theses (PQDT). http://proquest.umi.com, diperoleh 20 Desember 2012. Serrano, J.P., Latorre,J.M., Gatz, M., Montanes, J. (2004). Life Review Therapy Using Autobiographical Retrieval Practice For Older Adults With Depressive Symptomatology. Psychology and Aging vol 19, no.2, 272-277.
http://proquest.umi.com, diperoleh 20 Desember 2012. Townsend, M.C. (2009). Psychiatric Mental Health Nursing Concepts of care in Evidance-based Practice. Philadelphia :F.A Davis Company. Videbeck, S.L. (2008). Psychiatric Mental Health Nursing. (3'd edition). Philadhelpia: Lippincott. Williams & Wilkins.
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
2
BABl PENDAHULUAN U Latar belakang
Proses perkembangan lanjut usia merupakan proses alamiah sesuai dengan peningkatan usia seseorang dalam bentuk penuaan. Proses menua dialami oleh individu yang telah mencapai usia lanjut (lansia). Lansia adalah seseorang
Universitas Indonesia
yang telah berusia 60 tahun atau lebih (WHO, 2010; BPKP, 1998). Dalam proses perkembangan lansia ini dapat terjac!i beberapa perubahan a1amiah atau
MODUL
normal yang menyangkut beberapa aspek, pertama aspek perubahan Biologi
TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK LANSIA
sistem organ tubuh, diantaranya sistem pemapasan, pendengaran, penglihatan,
(Biological Aspect Of Aging),
perubahan dari tingkat sel sampai kesemua
kardiovaskuler, system pengaturan tubuh, muskuloskletal, gastrointestinal, genitor urinaria endokrin dan integument (Stuart & Laraia 2005; Stuart 2009). Kondisi perubahan pada aspek biologis ini menggambarkan terjadinya penurunan pada fungsi tubuh secara fisik dan fisiologis. Aspek kedua adalah aspek perubahan psikologi (Psychological Aspec of Aging), pada aspek ini tetjadi perubahan pada fungsi kognitif, perubahan fungsi intelektual, selanjutnya perubahan kemampuan penyesuaian secara psikologis terhadap proses menua (Learning Ability) (Stuart & Laraia,2005; Stuart, 2009). Perubahan yang terjadi pada aspek ini berhubungan dengan memori, penurunan kemampuan lansia dalam megatasi masalah atau pemecahan masalah serta penurunan kemampuan penyesuaian.
Oleh: Aspek alamiah yang ketiga adalah aspek sosial (Social aspect Of Aging),
Ns. Guslinda, S.Kep Dr. Budi Anna Keliat, S.Kp, M.App.Sc
dimana lanjut usia diberikan posisi terhormat dalam budaya, dan dihormati untuk pengetahuan dan kebijaksanaan yang diperoleh melalui pengalaman hidup mereka. (Giger & Davidhizar, 1991 dalam Stuart & Iaraia 2005).
PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN KEKHUSUSAN KEPERAWATAN JIWA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA TAHUN2011
Universitas Indonesia
Keadaan interaksi sosial para lansia mulai menurun akibat perubahan pada aspek ini. Aspek alamiah yang ke empat adalal1 aspek seksualitas (Sexual Aspect of Aging), pada aspek ini terjadi perubahan dimana produksi
testosterone dan sperma menurun mulai usia 45 tahun. Pada usia 70 tahun
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas lndoneala
3
4
seorang laki-laki masih memilki libido dan mampu melakukan kopulasi.
Erikson (1995, dalam Meiner, 2006) menyebutkan karakteristik normallansia
Sedangkan pada wanita karena jumlah ovum dan volikel yang sangat rendah
sehat yang mencapai integritas diri adalah: mempunyai harga diri yang tinggi,
maka kadar esterogen akan menurun setelah menopause di usia 45 - 50 tahun
menilai kehidupannya berarti, menerirna nilai dan keunikan orang lain,
(Masters & Johnson, 1966). Hal ini menyebabkan dinding rahim menipis,
menerirna dan menyesuaikan kematian pasangan, menyiapkan diri menerima
selaput lendir mulut rahim dan saluran kemih menjadi kering (Tarnher &
datangnya kematian, melaksanakan kegiatan agama secara rutin. Sebaliknya
Noorkasiani, 2009). Perubahan pada aspek ini akan mengakibatkan infeksi
karakteristik yang nampak pada lansia yang mengalami despair atau isolation
saluran kemih pada wanita yang dapat meghambat aktifttas seeksual pada
adalah: Tidak memiliki harga diri yang sesuai, mencela I menyesali kehidupan
wanita.
yang telah dilaluinya, merasakan kehilangan, tidak memiliki makna hidup,
Perubahan aspek kelima adalah perubahan pada aspek spiritual, pada aspek
memiliki waktu yang cukup, menyalahkan diri sendiri, orang lain dan
spiritual terjadi peningkatan dalam agama atau kepercayaan yang terintegrasi
lingkungan, mengisolasi diri (Erikson 1950, dalam Berk, 2005). Akibatnya
dalam kehidupannya (Maslow, 1970), lansia semakin matur dalam kehidupan
masalah yang muncul tidak hanya masalah fisik saja tetapi masalah mental
agamanya, hal ini terlihat dalam berpikir dan bertindak dalam kehidupan
berupa kecemasan, ketidakberdayaan, isolasi social, harga diri rendah serta
sehari-hari (Murray & Zentner 1970, dalam Ebersol, 2005). Dari segi spiritual
keputusasaan.
masih menginginkan berbuat lebih banyak namun merasa ketakutan tidak
pada umumnya lansia mengharapkan panjang umur, semangat hidup, tetap berperan sosial, dihormati, mempertahankan hak dan h311anya, tetap
Menurut Depsos yang dikatakan lansia sehat adalah lansia yang memiliki
berwibawa, kematian dalam ketenangan dan diterima di sisi-Nya (khusnul
potensi dan dapat membantu dirinya sendiri bahkan membantu sesamanya
khotirnah) dan masuk surga (Suardirnan, 1999).
(Depsos RI, direktorat jendral binaan keluarga sosial, 1997). Berbagai upaya
Perubahan yang terjadi memerlukan adaptasi atau penyesuaian untuk
penuaan yang dapat membantu memelihara atau meningkatkan kesejahteraan
tercapainya integritas diri bagi lansia. Adaptasi yang digunakan oleh lansia
dan
bergantung pada mekanisme pertahanan yang telah digunakan sebelumnya
mempertahankan integritas diri lansia dapat dilakukan terapi kelompok
(Erickson, 1963, dalam Stanley 2007). Kemampuan lansia menghadapi
terapeutik lansia yang bertujuan untuk menstirnulasi perkembangan lansia
perubahan sangat berbeda antara setiap individu tergantung pada koping dan
dengan diagnosa potensial perkembanagn integritas diri pada kelompok lansia
adaptasi yang digunakan, hal ini juga diperkuat oleh Roy (1999), bahwa
sehat.
dilakukan untuk memaksimalkan potensi lansia dan meminimalkan efek
integritas
diri lansia
(Stanley,
2007).
Untuk
memelihara dan
adaptasi dari koping yang inefektif akan mempengaruhi individu untuk berespon terhadap stimulus. Proses adaptasi pada setiap individu sangat
Terapi kelompok terapeutik adalah terapi yang diberikan kepada sekumpulan
membantu individu untuk mencapai integritas kesehatan dalam dirinya.
orang yang memiliki hubungan satu sama lain, sating bergantung, dan
Tercapainya integritas diri yang utuh, pemahaman terhadap makna hidup
memiliki norma-norma umum (Townsend,l995). Tujuan terapi kelompok
secara keseluruhan membuat lansia berusaha menuntun generasi berikutnya
terapeutik, mempertahankan homeostasis (Montgomery, 2002), berfokus pada
(anak dan cucunya) berdasarkan sudut pandangnya.
disfungsi perasaan, pikiran dan perilaku, membantu mengatasi stress emosi, penyakit ftsik, krisis tumbuh kembang atau penyesuaian sosial. Secara garis
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
Universitas lndont~sla
5
besar tujuan dari terapi kelompok terapeutik adalah mengantisipasi dan
6
1.2.3 Tujuan khusus
mangatasi masalah dengan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh
Setelah mempelajari modul ini perawat spesialis keperawatan jiwa
anggota kelompok itu sendiri (Keliat, 2005). Terapi kelompok terepeutik ini
diharapkan mampu :
dapat diberikan kepada semua tingkat usia sesuai tahap tumbuh kembangnya
a. Memahami terapi kelompok terapeutik lansia dan prosedur
dan dapat dilakukan secara kelompok maupun secara individu .Modul ini
pe1aksanaannya yang diberikan pada lansia sehat. b. Menerapkan terapi kelompok terapeutik Iansia pada lansia sehat
mentpakan modul terapi kelompok terapeutik lansia dalam bentuk kelompok. Modul ini modifikasi dengan mengadopsi tahapan terapi kelompok terapeutik
dengan potensial perkembangan integritas diri
oleh Mackenzie, (1997) modiftkasi dari Townsend, (2009) berupa tiga langkah
c. Melakukan evaluasi pelaksanaan terapi kelompok terapeutik lansia pada kelompok lansia sehat
terapi kelompok terapeutik yang terdiri dari fase orientasi, fase kerja dan fase terminasi. Menurut Stuart dan Laraia (2005) TKT terdiri dari tiga langkah.
d. Melakukan monitoring dan evaluasi terapi kelompok terapeutik
yang berisi fase pre group, fase initial, dan fase terminasi (dalam Trihadi,
lansia pada lansia sehat dengan potensial perkembangan integritas
2009).
Terapi
kelompok
terapeutik
diharapkan
dapat
diri.
meningkatkan
kemampuan adaptasi lansia terhadap proses perubahan. Terapi ini dilakukan
e. Melakukan pendokumentasian terapi kelompok terapeutik lansia
pada kelompok lansia sehat, fokus terapi ini adalah stimulasi adaptasi pada
pada lansia sehat dengan potensial perkembangan integritas diri.
perubahan aspek biologis, aspek seksual, aspek sosial, aspek psikososial, dan
1.3 Manfaat
aspek spiritual.
Modul ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang terlibat dalam pemeliharaan kesehatanjiwa lansia
Modul TKT lansia ini terdiri dari 6 (enam) sesi kegiatan yaitu: 1.
Stimulasi adaptasi perubahan aspek biologis dan seksual.
2.
Stimulasi adaptasi perubahan aspek psikologis (kognitif)
3.
Stimulasi adaptasi perubahan aspek kognitif(emosional)
4.
Stimulasi adaptasi perubahan aspek sosial
5.
Stimulasi adaptasi perubahan aspek spiritual
6.
1.3.1
Bagi lansia, dapat dijadikan sebagai panduan dalam meningkatkan kemampuan adaptasi dan perkembangan integritas diri.
1.3.2 Bagi puskesmas, dapat dijadikan progtam kesehatan jiwa lansia untuk mempertahartkan dan memelihara perkembangan integritas diri lansia 1.3.3
Sharing dan evaluasi kemampuan integritas diri
Bagi perawat, dapat menerapkan perannya sebagai pelaksana upaya peningkatan kesehatanjiwa terutama bagi lansia
1.3.4 Bagi
1.2 Tujuan 1.2.1
Tujuan umum Setelah mempelajari modul
masyarakat,
dapat
meningkatkan
peran
lansia
dalam
berkontribusi untuk mencapai integritas diri. ini
diharapkan perawat spesialis
keperawatan jiwa dapat memahami dan melaksanakan Terapi Kelompok terapeutik lansia pada kelompok lansia sehat dengan diagnosa keperawatan potensial perkembangan integritas diri.
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
7
BAB2
8
dan tetjadinya penurunan produksi spenna dan testosteron pada pria yang menimbulkan dampak penurunan aktivitas seksual pada lansia
PELAKSANAAN TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK LANSIA PADA LANSIA SEHAT
Diawal kegiatan ini lansia akan belajar tentang perubahan alamiah aspek
Pelaksanaan terapi kelompok terapeutik ini terdiri dari 6 (enam) sesi dan masing-
biologi dan seksual dan cara adaptasi terhadap perubahan tersebut. Lansia
masing sesi dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 40-60 menit. Adapun uraian
akan berbagi pengalaman tentang perubahan-perubahan dan cara yang
kegiatan sebagai berikut :
dilakukan untuk beradaptasi dengan perubahan aspek biologi dan seksual.
2.1 Sesi 1 : Stimulasi adaptasi perubahan aspek biologi dan seksual
mempertahankan kesehatan pada kulit lansia dengan cara meghindari
Stimulasi
Menurut Erik H. Erikson dalam theory of psychosocial development (Teori Perkembangan Psikososial), lanjut usia itu terletak pada tahap ke delapan perkembangan psikososial yang terjadi pada usia sekitar 60 atau 65 ke atas dimana dalam usia itu tetj adi konflik antara Integritas
vs Keputusasaan
(integrity vs despair). Setiap individu mengalami delapan tingkatan perkembangan dalam hidupnya dan setiap tahapan mempunyai tugas perkembangan yang harus dicapai. Tugas perkembangan lansia menurut Havighurst, dalam Stanley (2007) adalah; I)
menyesuaikan diri terhadap
adaptasi
pemajanan berlebihan
aspek
perubahan
biologis
diberikan
berupa
terhadap matahari dan udara dingin, penjelasan
pemakaian kosmetik yang sesuai untuk kulit !anjut usia terutama pada wanita. Pemberian materi terkait perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada lansia dengan materi "bahagia dan sehat di usia lansia" serta bagaimana upaya-upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan dengan olah raga yang teratur, nutrisi seimbang, latihan otot-otot pernapasan, latihan otot-otot perkemihan untuk menghindari inkontinentia dan menjelaskan lingkungan yang aman untuk menghindari tetjadinya injuri.
penurunan kekuatan fisik dan psikis, 2) menyesuaikan diri terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan, 3) menyesuaikan diri terhadap kematian pasangan dan orang penting lainnya, 4) membentuk gabungan eksplisit dengan kelompok yang seusia dengannya, 5) memenuhi kewajiban-kewajiban sosial, 6) menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga, membentuk kepuasan
Pada aspek seksual terjadi perubahan sering merasakan sakit pada saat hubungan seksual dan terjadinya penurunan produksi spenna dan testosteron pada pria juga menimbulkan dampak penurunan aktivitas seksual pada lansia. Stimulasi untuk adaptasi pada aspek seksualitas ini dapat diberikan penjelasan bagaimana upaya meningkatkan hubungan kasih sayang yang harmonis
pengaturan kehidupan fisik (Stanley,2007).
dengan pasangan yang disesuaikan dengan kondisi biologisnya, menjelaskan Perubahan aspek biologi memberi pengaruh terhadap penyelesaian tugas perkembangan tahap akhir lansia. Lansia yang tidak mampu menyesuaikan dan beradptasi dengan perubahan biologis dan seksualnya akan merasa tidak percaya diri dan minder dengan penampilannya. Perubahan pada aspek biologi dapat terlihat pada system kulit dan integument, pernapasan, kardiovaskuler, gastro intestinal, genitor urinaria, sensoris, dan muskulo skeletal. Sedangkan perubahan pada seksual sering merasakan sakit pada saat hubungan seksual
penggunakan cairan Jubrikan sebelum melakukan hubungan seksual, posisi yang sesuai dan memperpanjang waktu stumulasi serta mengatur kebiasaan tidur, istirahat, gizi yang adekuat dan pandangan hidup yang positif. Serta menjelaskan frekwensi hubungan seksual yang sesuai dengan mengutamakan kualitas dari pada kuantitas. Memotivasi menggunakan sentuhan yang tepat untuk meningkatkan hubungan karena sentuhan sangat mengkomunikasikan nilai dan harga diri pada lansia seperti berpegangan tangan dan berpelukan saat betjalan. Hasil dari sesi pertama ini lansia mengetahui perubahan biologis
Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
9
10
dan seksual yang teljadi secara alamiah dan mampu melakukan stimulasi
E. Langkah·langkah
perkembangan aspek biologis dan aspek seksual sehingga lansia dapat
a. Persiapan
beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan perubahan biologis dan seksual.
1) Membuat kontrak dengan lansia satu hari sebelumnya bahwa terapi akan dilaksanakan secara kelompok dalam 6 (enam) sesi
2.1.1
Strategi pelaksanaan sesi 1
dengan
waktu pelaksanaan masing-masing sesi 40 sampai 60 menit. Lansia
A. Tujuan: peserta mampu:
berada ditempat 15 menit sebelum kegiatan dimulai.
a. Mengenal perubahan-perubahan alamiah aspek biologi dan seksual pada lansia
2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan. b. Pelaksanaan
b. Menyampaikan pendapatnya tentang perubahan perubahan biologi dan
1) Fase orientasi
seksual yang terjadi di usia lansia, perasaan dan pikiran terkait dengan perubahan tersebut.
a) Salam terapeutik Salam terapeutik dari terapis kepada peserta, perkenalan dengan
c. Menyampaikan pendapatnya tentang upaya-upaya yang
dapat
dilakukan agar tetap bugar dan sehat di usia lansia dalam rangka menerima perubahan yang terjadi.
semua anggota kelompok nama dan panggilan terapis, menanyakan nama dan panggilan lansia. b) Evaluasi/validasi
d. Menyebutkan cara beradaptasi terhadap perubahan alamiah aspek biologi dan seksual
Menanyakan bagaimana perasaan lansia saat ini. c) Kontrak
e. Saling memberi suport antar sesama lansia
(1) Menjelaskan kegiatan terapi kelompok terapeutik dengan jurnlah sesi sebanyak 6 (enam) kali pertemuan dan membuat jadawal pertemuan
B. Setting tempat
(2) Menjelaskan tujuan sesi pertama yaitu: mampu mengetahui
Di mushola atau ruangan pertemuan yang ada di masyarakat a. Kelompok lansia dan terapis duduk bersama secara melingkar
perubahan- perubahan yang teijadi pada aspek biologi dan
b. Suasana ruangan harus nyaman dan tenang.
seksual dan tahu bagaimana cara menyesuaikan dan
c. Peserta dan terapis menggunakan papan nama
beradaptasi terhadap perubahan tersebut. (3) Terapis menjelaskan aturan main sebagai berikut: Lama kegiatan 40 sampai 60 menit.
C. Alat Kartu nama, leaflet, buku kerja, pena, buku raport dan format evaluasi sesi
lansia mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
1.
lansia berperan aktif dalam mengungkapkan pikiran, perasaan dan prilakunya.
D. Metode Diskusi dan tanyajawab
Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
11
12
1) Fase Kerja
3. Berbagi pengalaman tentang perubahan aspek seksual
1. Ice breaking
a) Berikan kesempatan pada lansia menyampaikan pengalaman
a) Terapis meminta peserta untuk duduk membentuk setengah
dan pendapat terkait perubahan aktifitas seksual dan hal-hal
lingkaran dan membagi kartu nama dengan warna yang
yang dirasakan saat ini dengan pasangan.
berbeda
b) Berikan kesempatan pada lansia untuk mengungkapkan cara
b) Meminta peserta menuliskan namanya dan memakai kartu
mencapai keharmonisan hubungan dengan pasangan
nama tersebut
c) Berikan pujian bila cara yang diungkapkan sudah tepat
c) Meminta setiap peserta memperkenalkan dirinya dengan
d) Berikan penjelasan tentang cara mencapai keharmonisan
menyebutkan nama, panggilan, alamat dan hobi d) Meminta
peserta
untuk
memperkenalkan
hubungan dengan pasangan seperti mengurangi frekwensi salah
satu
hubungan seksual dan meningkatkan kualitas hubungan
temanny11.
dengan
2. Berbagi pengalaman tentang perubahan-perubahan aspek
cara
memeluk
pasangan,
memuji
pasangan
bergandengan tangan bila berjalan,dan membelai pasangan.
biologi yang dialami a) Tanyakan pada masing-masing anggota kelompok tentang perubahan biologi (fisik) lansia yang terjadi.
2) Terminasi a. Evaluasi
b) Berikan penjelasan atau informasi mengenai perubahan aspek biologi
seperti kulit keriput, rambut memutih dan
kegiatan
rontok, gigi copot, motorik melemah, aktivitas terbatas,
b) Megevaluasi kemampuan peserta mengenal nama temannya
cepat lelah,napas mudah sesak, reflek berkemih menurun,
c) Mengevaluasi kemampuan adaptasi aspek perubahan biologi
resiko cedera dan penurunan daya tahan tubuh. c)
a) Terapis menanyakan perasaan lansia setelah mengikuti
Terapis meminta lansia untuk mengidentiftkasi perubahanperubahan yang terjadi dan upaya yang dilakukan untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut di buku ketja.
d) Terapis menjelaskan cara beradaptasi terhadap perubahan aspek biologi seperti, perawatan kulit, pearawatan rambut,
dan seksual d) Terapist memberikan pujian kepada kelompok b. Tindak Ianjut a) Memotivasi kelompok untuk mencoba menerapkan cara-cara adaptasi perkembangan biologi dan seksual yang telah dibahas dalam kelompok.
penggunaan alat bantu, membatasi aktivitas yang berat,
b) Catat dalam buku kerja
istirahat yang cukup, nutrisi yang seimbang, minum air putih
c. Kontrak yang akan datang
minimal 8 gelas sehari, olah raga yang teratur dan menjaga keamanan dan kenyamanan lingkungan tempat tinggal seperti lantai rumah tidak licin, menggunakan warna terang
(a) Menyepakati
kegiatan
untuk
melakukan
stimulasi
perkembangan kognitif (b) Menyepakati waktu dan temp at untuk pertemuan sesi 2 (dua).
untuk ruangan.
Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
13
14
2.1.2 Evaluasi Evaluasi ketepatan waktu pelaksanaan terapi khususnya tahap kerja,
Evaluasi kemampuan adaptasi lansia dalam kehidupan sehari-hari
keaktifan lansia, keterlibatan lansia, proses pelaksanaan secara keseluruhan.
Evaluasi dan Dokumentasi Proses Terapi Kelompok terapeutik lansia saat
Sesi 1 : Adaptasi perubahan aspek biologi dan seksual
Tanggal
No
Perubahan Biologi
Adaptasi
Tanggal
No
Perubahan seksual
Adaptasi
pelaksanaan ---
No 1
2 3
4
5
6
...................
Aspek yang dinilai
-~-----
1
---·
Kode Peserta 2 3 4 5 6 7 8 9
Memperkenalkan diri dengan baik. Mengungkaokan oerasaan Meampaikan perubahan biologi yang teijadi pada masa lansia dan upaya yang dilakukan untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut Menceritakan pengalaman terkait dengan perubahan seksual dan upaya yang dilakukan untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut. car a Mennyampaikan adaptasi oerubahan aspek biologi dan seksual perasaan Menyampaikan setelah menyampaikan adaptasi perubahan aspek biologi dan seksual Jumlah
A Petunjuk penilaian: I. Beri nilai 1 jika : perilaku tersebut dilakukan 2. Beri nilai 0 jika: perilaku tersebut tidak dilakukan B. Prasyarat mengikuti sesi berikutnya:
1. Bila nilai 2: 3: Iansia dapat melanjutkan ke sesi berikutnya 2. Bila nilai ::::; 2 : lansia harus melatih diri untuk belajar menyampaikan pengalaman pada orang lain diluar kegiatan
2.2 Sesi 2 : Stimulasi adaptasi perubahan aspek kognitif
terapi. Perubahan pada aspek psikologi berkaitan dengan perubahan pada kognitif dan emosional. Perubahan yang teljadi pada aspek kognitif adalah perubahan pada fungsi berhubungan dengan memori yang dikaitkan dengan penurunan fisiologis organ otak.
Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Perubahan ini berupa penurunan daya ingat atau
Universitas Indonesia
15
16
memori baik jangka panjang maupun jangka pendek. Perkembangan kognitif
penurunan daya ingat atau memori lansia sering lupa atau pikun, dan terjadi
lansia ada penurunan daya ingat atau memori, seringkali lansia disebut uzur
penurunan kemampuan menyelesaikan masalah. Stimulasi adaptasi yang
dan pikun karena penurunan daya ingat tersebut. Memori merupakan hal yang
dilakukan untuk perubahan kognitif lansia dengan cara menjelaskan
sangat penting dalam aspek proses intelektual karena kita menyimpan banyak
pentingnya membaca untuk melatih daya ingat dan memotivasi lansia untuk
nilai dalam kerangka dimemori di usia lansia. Banyak kenangan dan
membaca bacaan yang disenanginya memberikan contoh kasus dalam
pengalaman masa lalu yang menjadi
kehidupan sehari-hari dan mencarikan solusinya. Metoda pencatatan untuk
acuan untuk mendidik anak serta
cucunya:
meminimalkan kelupaan, latihan konsentarasi dan asah otak melalui permainan puzzle dan teka teki silang. Diharapkan setelah menyelesaikan sesi
Perubahan kemampuan
memori
disebabkan
oleh
penurunan
strategi
penggunaan memori dalam menjalankan tugas-tugasnya. Orang yang sudah
ini lansia mampu melatih ingatan untuk menunda dimensia dan menggunakan intelektualnya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
tua sulit mengulang informasi terhadap dirinya seperti orang yang usianya masih muda (Salthchouse & bobcock, 1991 dalam Berk, 2005). Cunningham
2.2.1
Strategi pelaksanaan kegiatan sesi 2
(1985, dalam Meiner & Lueckenotte, 2006) menyatakan mekanisme adaptasi pada lansia adalah memori, kemampuan belajar, perasaan, fungsi intelektual dan motivasi untuk melakukan atau tidak melakukan aktivitas. Hal ini karena orang yang sudah tua berpikir bahwa ia tak mungkin lagi bisa balajar dalam
A. Tujuan: peserta mampu : a. Menyebutkan perubahan-perubahan yang terjadi pada aspek kognitif b. Mengidentifikasi cara-cara adaptasi dengan perubahan kognitif untuk mencegah kepikunan diusia lansia.
menggunakan memorinya sebaik dulu lagi, namun hal ini hanyalah disebabkan oleh kurangnya stimulasi yang diberikan pada memori untuk menjalankan tugas-tugasnya sehingga memori menjadi tidak aktif (Berk, 2005). Hal ini berarti manusia bisa terus memiliki daya ingat memorinya yang baik hila memorinya itu terus dilatih atau di stimulasi dengan belajar. Untuk melatih daya ingat lansia dapat melakukannya dengan sering membaca buku yang disenanginya. Pada lansia yang aktif dapat terus belajar dan meningkatkan pendidikannya dan mempelajari mketerampilan-keterampilan
B. Setting a. Kelompok dan terapis duduk dengan melingkar b. Suasana ruangan harus nyaman dan tenang. c. Peserta dan terapis menggunakan papan nama
C. Alat a. Alat tulis, buku kerja, buku raport b. Contoh kasus "Cara menyelesaikan masalah", kalender ,puzzle c. Lembar evaluasi sesi 1 dan 2
tekhnis untuk mengisi harai-harinya.
D. Metode Perubahan aspek kognitif ini juga terjadi perubahan fungsi intelektual dimana
a. Dinamika kelompok,
terjadinya penurunan kemampuan lansia dalam megatasi masalah atau
b. Diskusi, Role play
pemecahan masalah, selanjutnya juga pada aspek ini terjadi perubahan kemampuan penyesuaian secara psikologis terhadap proses menua (Learning Ability), (Stuart & Laraia, 2009). Pada aspek kognitif ini untuk meningkatkan
c. Tanyajawab
E. Langkah·Langkah Kegiatan a. Persiapan
intelektualnya lansia dapat diberikan pendidikan kesehatan atau edukasi agar perkembangan dimensia dapat ditunda. Perubahan yang dapat terlihat adalah
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
1) Persiapan peserta : Mengingatkan kontrak dengan dengan lansia satu hari sebelumnya
Universitas Indonesia
17
18
2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
atau memori saat ini dibanding sebelumnya dan bagaimana
b. Pelaksanaan
lansia mempertahankan kemampuan daya ingatnya.
1) Fase orientasi
b) Memberikan penjelasan tentang konsep daya ingat atau memori
a) Salam terapeutik
serta hubungannya dengan kemampuan konsentrasi serta
Salam terapeutik dari terapis kepada peserta dan peserta
memecahkan masalah.
memakai kartu nama
c) Latihan cara pemecahan masalah kasus yang telah dibagikan
b) Evaluasi/validasi
oleh fasilitator.
(1)Menanyakan perasaan saat ini
d) Mendiskusikan tentang langkah-langkah pemecahan masalah
(2) Menanyakan apakah lansia telah memenuhi kebutuhan
pada kasus tersebut
perkembangan biologi dan seksualnya
e) Memberikan penjelasan cara menstimulasi kemampuan kognitif
(3) Meminta lansia menceritakan bagaimana cara memenuhi
atau memori di usia lansia banyak membaca melatih daya ingat
kebutuhan perkembangan biologi dan seksual
dan mengurangi stress, dengan latihan konsentrasi dan latihan
(4)Minta peserta mengecek pada buku kerjanya
asah otak dan mengasah kemampuan memecahkan masalah
(5) Berikan pujianjika peserta telah melakukannya.
secara adaptif.
c) Kontrak
f) Menstimulasi memori dengan latihan mengingat peristiwa dari
(1)Menjelaskan tUjuan sesi 2(dua) yaitu meingidentiflkasi
masa kanak-kanak sampai dewasa.
perubahan kognitifyang terjadi pada lansia dan bagaimana
g) Melakukan latihan konsentrasi melalui permainan puzle dan
cara beradaptasi dengan perubahan tersebut.
teka teki silang.
(2) Menjelaskan aturan main sebagai berikut :
h) Berikan penghargaan bagi yang maenyelesaikan pertnainan
Setiap peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai
paling cepat berikan kesempatan kepada anggota kelompok
akhir
untuk berbagi pengalaman tentang manfaat yang didapatkan
Lama kegiatan 40-60 menit
setelah pelatihan kelompok ini
Jika peserta akan meninggalkan kelompok harus
i) Berikan kesempatan kepada kelompok untuk bertanya.
meminta izin kepada terapis
3) Terminasi
Setiap peserta berperan aktif dalam mengungkapkan
a) Evaluasi
pikiran, perasaan dan prilakunya
1) Menanyakan perasaan lansia setelah mengikuti sesi 2 (dua) stimulasi kognitif
(3)Menyepakati terapi sesi 2 (kedua) yaitu melakukan
2) Terapis memberikan pujian pada kelompok
stimulasi perkembangan kognitif
b) Tindak lanjut
(4) Menjelaskan aturan main
1) Menganjurkan
2) Fase Kerja a) Memberikan kesempatan pada anggota kelompok untuk menceritakan pengalamannya tentang kemampuan daya ingat
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
kepada
lansia
untuk
melakukan
stimulus
perkembangan kognitif dengan cara latihan membaca bacaan yang di senangi
Unlveraltas Indonesia
19
20
2) Catat dalam buku kerja
2. Bila nilai :S 2 : lansia harus melatih diri untuk belajat
c) Kontrak yang akan datang
menyampaikan pengalaman pada orang lain diluar kegiatan
1) Menyepakati kegiatan cara adaptasi yang telah diajarkan
pada sesi kedua dan apa manfaatnya pengalaman
antar
anggota
terapi.
serta berbagi
mengenai
adaptasi
Evaluasi kemampuan adaptasi lansia dalam kehidupan sehari-hari
perkembangan yang telah dilakukan selama ini
Sesi 2 : Adaptasi perubahan aspek kognitif
2) Menyepakati waktu dan tempat untuk pertemuan sesi 3 (tiga). 2.2.2
Tanggal
No
Perubahan kgnitif
Adaptasi
Evaluasi Evaluasi ketepatan waktu pelaksanaan terapi khususnya tahap kerja, keaktifan peserta dalam proses pelaksanaan secara keseluruhan.
Format evaluasi dan dokumentasi proses terapi kelompok terapeutik lansia pada saat kegiatan
Format Evaluasi dan Dokumentasi Terapi Kelompok Terapeutik lansia Sesi 2 : stimulasi adaptasi aspek perubahan kognltif
. ········································ No 1
2 3
4
Aspek yang dinilai
1
.... _ • ..,.._... t' ... k kode 1 eserta 2 3 4 5 6
2.3 Sesi 3 : Stimulasi adaptasi perubahan aspek emosional 7 8
Mengungkapkan perasaan Menyampaikan pengalaman berkaitan dengan ingatan masa kini dan masa lalu Menyebutkan cara menstimulasi perubahan kognitif Menyampaikan perasan setelah menyebutkan cara menstimulasi perubhan kognitif Jumlah
Perubahan yang terjadi pada aspek emosional adalah respon lansia terhadap perubahan-perubahan yang berkaitan dengan kejadian atau peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang disebut dengan stress. Stress berdampak terhadap emosi, lansia cendrung mudah marah, merasa tidak dihargai, merasa sendiri, tidak diperhatikan, mudah tersinggung dan merasa tidak berdaya (Maryam, 2008). Untuk itu diperlukan manajemen stress agar lansia mampu menghadapi stressor dan menyesuaikan diri terhadap stressor.
A. Petunjuk penilaian:
Pada sesi tiga ini lansia belajar mengidentiftkasi dampak stress terhadap
1.
Beri nilai 1 jika : perilaku tersebut dilakukan
emosi, dan bagaimana cara mengatasinya. Cara-cara mengatasinya bersifat
2.
Beri nilai 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan
individu bagi lansia adapun beberapa cara untuk menghadapi stress antara
B. Prasyarat mengikuti sesi berikutnya:
lain:
I. Bila nilai > 2: lansia dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
21
22
1. Lakukan relaksasi otot (napas !ega)
Ulangi setiap kegiatan sarnpai empat kali
Latihan ini berupa latihan pemapasan, apabila mengalami gejala-gejala
3. Berpikir positif
seperti cepat marah, cepat tersinggung, tegang dan Ielah. Lukan langkahlangkah sebagai berikut : duduk senyaman mungkin, atau berdiri tegak,
Cara berpikir seseorang merupakan dasar dari kekuatan untuk bertindak,
tarik napas dalarn dan tahan ( sarnpai hitungan ketiga), hembuskan napas
cara berpikir mempengaruhi perasaan dan prilaku. Mengubah cara berpikir
perlahan-lahan dengan suara kelegaan. Ulangi latihan ini sarnpai empat kali
dari negative ke positif merupakan psikoterapi jangka pendek, yang menjadi dasar bagaimana seseorang berfJkir dan bertingkah laku positif
2. Lakukan latihan fJsik
dalarn setiap interaksi. Dalam latihan ini akan membantu lansia berpikir positif tentang dirinya, tentang orang lain dan lingkungan. Menerirna
Cara ini dapat digunakan apabila muncul gejala-gejala seperti Ielah, krarn otot, nyeri leher dan punggung, tegang, sukar tidur, dan cemas.
masukan positif dari orang lain danlingkungan selalu berpikir positif tentang diri sendiri.
Adapun langkah-langkalmya sebagai berikut : Latihan pada sesi ini akan diawali dengan mengidentiftk.asi pikiran- pikiran a. Kerutkan dahi dan pejarnkan mata dengan kencang (sarnpai hitungan ketiga-4) kemudian lemaskan
negative pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Setelah itu lansia diminta untuk mengidentiftk.asi pikiran-pikiran positif untuk mengkounter
b. Monyongkan mulut kedepan (sarnpai hitungan 3-4) kemudian
pikiran negative. (Keliat, 2011 ).
lemaskan c. Tarik pipi kesarnping (hitungan 3-4) lemaskan
2.3.1
d. Tarik dagu sampai sarnpai menyentuh dada (sarnpai hitungan 3-4),
A. Tujuan: peserta mampu
angkat dagu mendongak kedepan (sarnpai hitungan 3-4) kemudian
a. Melakukan latihan pemapasan dan latihan fJsik
lemaskan
b. Mengidentiftk.asi pikiran negatif terhadap diri sendiri, orang lain atau
e. Angkat kedua bahu setinggi mungkin (sampai hitungan 3-4) kemudian lemaskan
lingkungan c. Mengidentiftk.asi pikiran positif terhadap diri sendiri, orang lain
f. Kepalkan kedua telapak tangan, kencangkan lengan bawah dan lengan atas kearah depan atau kesarnping (sarnpai hitungan 3-4) kemudian
maupun lingkungan d. Mengubah pikiran negatif terhadap diri sendiri, lingkungan
lemaskan
atau
orang lain
g. Lengkungkan punggung kebelakang sarnbil membusungkan dada
B. Setting dan tern pat a. Kelompok dan terapis duduk dengan melingkar
(sampai hitungan 3-4) kemudian lemaskan h. Tarik napas dalarn, kempiskan perut (sarnpai hitungan 3-4) kemudian
b. Suasana ruangan harus nyarnan dan tenang. c. Peserta dan terapis menggunakan papan nama
lemaskan i.
Strategi pe1aksanaan sesi 3
Dalarn posisi duduk tarik ibu jari kaki, kencangkan betis, paha dan
C. Alat
Tape recorder, Alat tulis, buku keija, raport, lembar evaluasi sesi 1, 2 dan
bokong (sarnpai hitungan 3-4) kemudian lemaskan.
3.
Unlvereltas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Unlvereltas Indonesia
23
24
D. Metode
(2) Menjelaskan aturan main sebagai berikut
a. Dinamika kelompok,
Setiap peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai
b. Diskusi,
selesai
c. Tanyajawab
Lama kegiatan 40-60 menit
d. Roleplay
Jika peserta akan meninggalkan kelompok hams
E. Langkah-Langkah Kegiatan
meminta izin kepada terapis
a. Persiapan
Setiap
1) Persiapan peserta: Mengingatkan kontrak satu hari sebe1umnya dan sudah berada di ttempat pertemuan 15 menit sebelum dimu1ai
peserta
harus
berperan
aktif
dalam
mengungkapkan pikiran, perasaan dan prilaku. 2. Fase Kerja
2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
a) Latihan pernapasan, latihan fisik dan mengubah cara berpikir
b. Pelaksanaan
(a) Terapis menjelaskan tetang manejemen stress; latihan otot
1. Fase orientasi
(napas !ega), latihan fisik dan berpikir positif
1) Salam terapeutik
(b)Terapis memperagakan latihan pemapasan dan latihan fisik,
Salam terapeutik terapis kepada peserta dan peserta memakai papan nama
peserta diminta memperhatikan dan menyimak latihan (c) Terapis melatih lansia melakukan relaksasi napas dalam dan relaksasi progresive
2) Evaluasi/validasi (1)Menanyakan perasaan saat ini
(d)Terapis meminta peserta untuk berpasangan melakukan
(2) Menanyakan apakah peserta mendapatkan pengalaman barn tentang perubahan aspek biologi dan seksua1 dan mendapatkan cara barn beradaptasi dengan perubahan tersebut.
latihan pernapasan dan latihan fisik dan saling menilai. Berikan pujian atas kemampuan peserta. (e) Terapis menyepakati bersama dengan peserta bahwa mengembangkan pikiran positif dapat mengurangi pikiran
(3)Menanyakan apakah peserta mendapatkan pengalaman barn
negative. Setelah itu terapis menanyakan keyakinan peserta
tentang perubahan aspek kognitif dan menemukan cara
terhadap kemampuan untuk dapat mengendalikan pikiran
baru beradaptasi dengan perubahan tersebut.
dengan tekhnik tertentu.
(4) Menganjurkan peserta untuk mencek buku kerja
(f) Terapis meminta peserta untuk memikirkan satu hal yang
(5) Berikan pujianjika peserta telah melakukannya.
peserta khawatirkan tentang diri peserta dan setelah itu meminta peserta berkonsentrasi memikirkan hal-hal yang
3) Kontrak (1)Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu adaptasi perkembangan emosional dengan melakukan latihan napas !ega, latihan
menyenangkan, temp at favorit, berpikir positif tentang diri peserta sendiri. (g) Terapis menanyakan bagaimana perasaan peserta pada saat
fisik dan 1atihan berpikir positif
berpikir tentang point e.
Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
25
26
(h)Terapis meminta peserta untuk mengidentiflkasi pikiran
3) Mengevaluasi kernampuan peserta mengidentiflkasipikiran
negative tentang dirinya, orang lain dan lingkungan dan
negatifterhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
meminta untuk mencatat dibuku kerjanya.
4) Mengevaluasi kemampuan peserta mengubah pikiran positif
(i) Meminta peserta lebih banyak menulis pikiran positif
terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan
dibandingkan pikiran negative
5) Mengevaluasi kemampuan peserta mengubah pikiran negatif
G) Meminta peserta berbagi dalam kelompok tentang pikiran-
menjadi pikiran positif dalam satu situasi tertentu
pikirannya
6) Memberikan pujian
(k)Terapis memberikan pujian
b. Tindak lanjut a) Menganjurkan peserta melakukan latihan pemapasan dan
b) Latihan berpikir positif
latihan flsik
1) Terapis memberikan beberapa pemyataan kepada peserta
b) Menganjurkan peserta untuk mengenal pikiran-pikiran
untuk diidentiftkasi sebagai pikiran positif atau negative
negatifyang muncul
2) Terapis meminta setiap peserta membacakan pikiran-pikiran
c) Menganjurkan peserta untuk mengembangkan pikiran-
positifnya kemudian meminta setiap peserta memberikan
pikiran positif dalam dirinya
penilaian terhadap apa yang di sampaikan orang lain. Setelah
d) Menganjurkan peserta mengembangkan kemampuannya
selesai, terapis akan membacakan juga penilaian positif
dalam merubah pikiran negatif menjadi pikiran positif
terapis terhadap semua anggota kelompok. Meminta peserta
e) Mengingatkan
peserta
untuk
mengembangk!lll
menulis penilaian positif terhadap mereka yang disampaikan
kemampuannya yang telah dilatih pada sesi satu, dua dan
orang lain.
tiga.
f) Menganjurkan peserta untuk mencatat di buku kerja
3) Memberikan kesempatan kepaada peserta untuk memikirkan satu hal negative negative dalm dirinya dan mensubstitusi
c. Kontrak yang akan datang
dengan pikiran positif.
a) Menyepakati pertemuan sesi 4(empat)
4) Terapis menganjurkan peserta agar jika menemukan perasan negative, langsung disubstitusi dengan pikiran yang mereka
2.3.2
Evaluasi Dan Dokumentasi
Evaluasi ketepatan waktu pelaksanaan terapi khususnya tahap kerja,
miliki.
keaktifan peserta dalam proses pelaksanaan secara keseluruhan.
5) Berikan pujian 3. Fase terminasi
Evaluasi dan dokumentasi kemampuan saat melakukan sesi 3 proses terapi
a. Evaluasi I) Menanyakan perasaan peserta setelah kegiatan 2) Mengevaluasi
kemampuan
peserta
melakukan
kelompok terapeutik lansia latihan
pemapasan dan latihan flsik
Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas lndon!lsla
28
27
Format Evaluasi dan Dokumentasi Terapi Kelompok Terapeutik lansia Sesi 3 : stimulasi adaptasi aspek perubahan emosional Pertemuan ke 3; latihan pernapasan, latihan fisik, berikir positif T
--- ..........
No 1 2
3 4 5
Aspek yang dlnilai
k kel ---------kode peserta 1 2 3 4 5 6 7
8
2. Mengidentifikasi pikiran negatif Tanggal
No
Terhadap diri sendiri
Pikiran ne!latif Pikiran negatif terhadap orang lain
I Pikiran negatif terhadap lingkun2ail
9
Mengutlgkapkan perasaan Menyampaikan pengalaman emosiona1 berkaitan dengan kondisi saat ini Menyampaikan perubahan perubahan emosiona1 yang teriadi saat ini Menyampaikan cara menstimu1asi adaptasi aspek perubahan emosional. Menyampaikan perasaan setelah car a beradaaptasi menyebutkan dengan perubahan emosional Juinlah
3. Mengidentiflkasi pikiran positif
Tanggal
No
A. Petunjuk penilaian: I.
Beri nilai I jika : perilaku tersebut dilakukan.
2.
Beri nilai 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan
Terhadap diri sendiri
Pikiran positif Pikiran positif terhadap orang lain
Pikiran positif terhadap Iin2kungan
B. Prasyarat mengikuti sesi berikutnya: I. Bila nilai ~ 3: Lansia dapat melanjutkan ke sesi berikutnya 2. Bila nilai ::; 2 : Lansia harus melatih diri untuk belajar menyampaikan pengalaman pada orang lain diluar kegiatan
4. Merubah cara berpikir
terapi. Tanggal
No
pikiran ne2atif
Pikiran positif
Evaluasi kemampuan peserta dalam kehidupan sehari-hari 1. Latihan pemapasan dan latihan fisik
Tanggal
No
Latihan yang dilakukan Latihan pern!!l!_asan I Latihan fisik 2.4 Sesi 4 (empat): stimulasi adaptasi perubahan aspek sosial
Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
29
30
Aspek perubahan sosial ini juga didukung oleh teori ; teori sosiologi teori
Fortinash & Worret, 2004). Havighurst dan Albrecht (1953) pertama kali
pemutusan hubungan (disengagement theory) yang diperkenalkan oleh
mengemukakan bahwa lansia yang sukses berarti !ansia yang tetap aktif
Ctunming dan Henry pada tahun 1961 (Meiner & Lueckenotte, 2006;
(Meiner & Lueckenotte, 2006). Teori ini melihat bahwa aktivitas diperlukan
Ebersole, dkk, 2005; Fortinash & Worret, 2004). Teori ini menyatakan bahwa
untuk memelihara kepuasan hidup seseorang dan konsep diri yang positif.
dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai
Aktivitas lansia dapat dilihat secara luas sebagai fisik ataupun intelektual.
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan
Oleh karena itu ketika seseorang sakit atau lansia, lansia dapat tetap "aktif'
sekitarnya (Cumming & Henry, 1961 dalam Meiner & Lueckenotte, 2006;
dan mencapai kepuasan hidupnya (Havighurst, Neugarten & Tobin, 1963
Ebersole, at all,
dalam Meiner & Lueckenotte, 2006; Ebersole, dkk., 2005).
2005; Fortinash & Worret, 2004). Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda (triple laos), yakni
Berdasarkan teori ini dapat disimpulkan bahwa aktivitas sosial sangat penting
kehilangan peran (laos of role), hambatan kontak sosial (restraction of
bagi lansia khususnya sebagai sistem pendukung dan meningkatkan konsep
contacts
(reduced
diri lansia itu sendiri. Namun pada kenyataannya masa lansia sebagian orang
commitment to social mores and values). Pada teori ini seorang lansia dapat
merupakan masa pensiun atau berhenti bekerja. Kehilangan fungsi peran ini
mengalami pemutusan hubungan atau interaksi dengan lingkungan sosialnya
akan mempengaruhi konsep diri lansia itu sendiri. Untuk menyesuaikan
sehubungan dengan perubahan peran sosial lansia tersebut di masyarakat.
dengan kondisi ini lansia memerlukan aktivitas sosial dalam kelompok seperti
Hilangnya peran sosial di masyarakat dapat mengarahkan lansia mengalami
perkumpulan lansia, m~lis taqlim dan organisasi lainnya.
and
relationships)
dan
berkurangnya
komitmen
isolasi sosial, perasaan sedih, merasa tidak berguna dan merasa sendiri. Stimulus aspek sosial yang dapat dilakukan dengan cara mendiskusikan Kondisi lain yang juga merupakan factor yang mempengaruhi integritas lansia
bagaimana upaya meningkatkan harga diri lansia sehingga lansia dapat merasa
adalah pos power sindrom. Supardi, (2002) menyatakan Post Power Syndrom
percaya diri kembali untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan orang
(PPS) sebagai perubahan suatu keadaan yang sebelurnnya menguntungkan
lain dan mampu mengatasi situasi sulit atau konflik yang terjadi baik dari
menjadi tidak menguntungkan seperti kehilangan pekerjaan, jabatan atau
dalam diri sendiri, keluarga maupun masyarakat. Pada sesi ini lansia belajar
perubahan status sosial ekonomi. Turner dan Helms (dalam Supardi, 2002)
menidentifikasi aspek positif yang ada di dalam diri dan aspek positif yang
menggambarkan penyebab terjadinya PPS dalam kasus kehilangan pekerjaan
masih bisa di lakukan saat ini, cara berkomunikasi yang baik, belajar cara
yakni (I) kehilangan harga diri hilangnya jabatan menyebabkan hilangnya
menjalin persahabatan dengan orang lain dan belajar mengatasi situasi sulit
perasaan atas pengakuan diri (2) kehilangan fungsi eksekutif, fungsi yang
yang mungkin dihadapai dengan cara menjelaskan tentang manfaat membina
memberikan kebanggaan diri; (3) kehilangan perasaan sebagai orang yang
hubungan dengan orang lain serta kerugian hila menjauhkan diri dari orang
memiliki arti dalam kelompok tertentu; (4) kehilangan orientasi kerja; (5)
lain. Memotivasi lansia
kehilangan sumber penghasilan terkait dengan jabatan terdahulu. Semua ini
dimasyarakat serta mengunjungi sanak keluarga. Sehingga setelah sesi ini
bisa membuat individu pada frustrasi dan menggiring pada gangguan
lansia diharapkan memiliki pengetahuan tentang cara membina hubungan
psikologis, fisik serta sosial.
dengan orang lain dan dapat menghadapi situasi sulit seperti kesepian
Teori aktivitas menyatakan bahwa lanjut usia yang sukses adalah mereka yang
(loneliness) dan diharapkan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
untuk mengikuti kegiatan bersama yang ada
aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial (Meiner & Lueckenotte, 2006;
UnlvensltasPenerapan Indonesia
terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
32
31
seksual, kognitif maupun emosional serta tnenemukan
3.4.1
cara baru untuk mengatasinya.
Tujuan: peserta ntampu :
(3) Menanyakan pada 1ansia apakah apkah pikiran-pikiran
a. Mengidentiftkasi aspek positifyang ada dida1am diri
negatifyang muncul saat dirumah
b. Menggunakan aspek positifyang dapat digunakan saat ini c. Menjalin hubungan dengan keluarga dan masyarakat
(4) Menanyakan kepada lansia apakah tekhnik napas dalam
d. Mengatasi situasi sulit yang dihadapi
latihan ftsik, dan berpikir positif dilakukan dirumah (5) Melihat buku kerja lansia
e. Melakukan kegiatan bersama di kelompok maupun di masyarakat
(6) Berikan pujianjika lansia telah melakukannya.
3.4.2 Setting a. Kelompok dan terapis duduk dengan melingkar
c) Kontrak (1) Menyepakati terapi sesi 4 (empat) yaitu
b. Suasana ruangan harus nyaman dan tenang.
sosial
c. Peserta dan terapis menggunakan papan nama
3.4.3
stimulasi
Alat
(2) Menyepakati tempat dan waktu pertemuan.
Flip chart, Leaflet membina "hubungan harmonis dengan orang lain", Modul, Alat tulis, buku raport, buku kerja,Lembar evaluasi sesi 1,2,3
b. Fase Kerja
dan4
3.4.4
a) Terapis meminta peserta untuk menceritakan pengalaman dan
Metode
kondisi saat ini terkait dengan pekerjaan, dan situasi dirumah
a. Dinamika kelompok,
yang membuat Iansia merasa tidak percaya diri dan membatasi
b. Diskusi,
diri untuk berinteraksi dengan orang lain serta upaya apa yang
c. Tanyajawab
telah dilakukan untuk mengatasinya.
d. Roleplay
3.4.5
b) Terapis meminta peserta untuk mengidentiftkasi aspek positif yang dimiliki peserta dan aspek positif yang masih bisa
Langkah-Langkah Kegiatan
dilakukan saat ini.
I. Persiapan a. Persiapan peserta :Mengingatkan kontrak sehari sebelumnya
c) Terapis memberikan pujian kepada peserta
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
d) Terapis memberikan materi tentang " membina hubungan harmonis dengan orang lain "
2. Pelaksanaan
e) Terapis
a. Fase Orientasi a) Salam terapeutik terapis pada peserta, kemudian terapis dan
menje1askan
dan
mendemonstrasikan
cara
berkomunikasi yang baik, menjalin persahabatan serta mengatasi situasi sulit.
peserta memakai papan nama
f) Terapis meminta lansia untuk berpasangan mendemonstrasikan
b) Eva1uasi/validasi (1) Menayakan perasaan lansia hari ini
cara berkomunikasi, menjalin persahabatan dan mengatasi situasi
(2) Menanyakan apakah lansia menemukan pengalaman
sulit.
baru tentang perubahan·perubahan baik aspek biologi,
Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
33
34
g) Terapis memberikan permainan "susun kata" untuk memotivasi
Format Evaluasi dan Dokumentasi Terapi Kelompok Terapeutik lansia Sesi 4 : stimulasi adaptasi aspek perubahan sosial
kegiatan bersama. h) Terapis memberikan pujian kepada kelompok
--- ----·-···························· No Aspek yang dinilai
c. Terminasi a) Evaluasi (I) Menanyakan perasaan lansia setelah mengikuti terapi
1
Mengungkapkan perasaan
2
Menyampaikan positif yang ada di dalam diri dan mengidentifl.kasi aspek positif yang masih bisa dilkukan Menyarnpaikan dan mendemonstrasikan cara berkomunikasi yang baik Menyampaikan dan mendemonstrasikan cara menjalin persahabatan Menyarnpaikan dan mendemonstrasikan cara mengatasi situasi sulit Melakukan kerjasama di dalam kelompok Jumlah
kelompok terapeutik sesi 4 (2) Mengevaluasi kemarnpuan peserta tentang penggunaan 3
aspek positif diri (3) Mengevaluasi cara berkomunikasi yang baik, mertjalin persahabatan, mengatasi situasi sulit dan melakukan
4
kerjasama dengan anggota kelompok (4) Mengevaluasi kemampuan peserta mendemonstrasikan cara
5
berkomunikasi, dan menjalin persahabatan (5) Memberikan umpan batik positif atas kerjasama lansia yang baik. b) Tindak Ianjut (I)Menganjurkan kepada lansia untuk melakukan membina hubungan harmonis dengan tetangga
6
A. Petunjuk penilaian:
1. Beri nilai I j ika : perilaku tersebut dilakukan.
(2) Masukan dalamjadwal kegiatan harian lansia. c) Kontrak yang akan datang Menyepakati pertemuan sesi 5(1ima) tentang adaptasi aspek
l
kelomook kode peserta 2 3 4 5 6 7 8 9
2. Beri nilai 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan B. Prasyarat mengikuti sesi berikutnya: 1. Bila nilai ~ 3: lansia dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
perubahan spiritual
2. Bila nilai < 3 : lansia harus melatih diri untuk belajar menyampaikan pengalaman pada orang lain diluar kegiatan
2.4.2 Evatuasi Dan Dokumentasi
terapi.
Evaluasi ketepatan waktu pelaksanaan terapi khususnya tahap kerja, keaktifan peserta, dalam proses pelaksanaan secara keseluruhan.
Evaluasi kemampuan peserta dalarn kehidupan sehari-hari
Evaluasi dan dokumentasi kemampuan saat melakukan sesi 4 proses terapi kelompok terapeutik lansia
1. Mengidentiflkasi aspek positif diri 2. Mengidentiflkasi aspek positifyang bisa dilakukan saat ini 3. Cara berkomunikasi yang baik 4. Cara menjalin persahabatan
Unlveraltas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Unlveraltas lndonesl!l
35
5. Cara mengatasi situasi sulit
36
2.5 Sesi 5 (kelima) : stimulasi adaptasi perubahan aspek spiritual
6. Bekerjasama dengan orang lain
Dari segi spiritual pada urnumnya lansia mengharapkan panjang umur, semangat hidup, tetap berperan sosial, dihormati, mempertahankan hak dan
a. Kemampuan identiftkasi aspek positif diri Tanggal
No
hartanya, tetap berwibawa, kematian dalam ketenangan dan diterima di sisiaspek positifku yang bisa dilakukan saat ini
Aspek positifku
Nya (khusnul khotimah), dan masuk surga (Suardiman, 1999). Bertambah usia meningkatkan kematangan dalam berpikir dan bertindak sehingga segi spirituallansia menjadi lebih baik yang akan berpengaruh dalam mengambil keputusan dan menentukan sikap dalam kehidupan sehari-hari. Keputuhan spiritual (keagamaan) dapat memberikan ketenangan batiniah. Sehingga religiusitas atau penghayatan keagamaan besar pengaruhnya terhadap taraf kesehatan fisik maupun kesehatan mental, hal ini ditunjukan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hawari (1997), bahwa lanjut usia
b. Kemampuan berkomunikasi ku
yang nonreligius angka kematiannya dua kali lebih besar daripada orang No 1 2 3 4 5
c.
Tan~~:e:al
Kemampuan Berkomunikasi Kontakmata Tersenyum Posisi badan tegak Men,iawab pertanyaan Bertanya untuk klariftkasi
yang religious, lanjut usia yang religius penyembuhan penyakitnya lebih cepat dibandingkan yang non religious, lanjut usia yang religius lebih kebal dan tenang menghadapi operasi, lanjut usia yang religius lebih kuat dan tabah menghadapi stres daripada yang nonreligius, sehingga gangguan mental emosional jauh lebih kecil, lanjut usia yang religius tabah dan tenang menghadapi saat-saat terakhir (kematian) daripada yang nonreligius.
Kemampuan menjalin persahabatan
No 1 2 3 4
Beberapa penelitian juga menunjukkan adanya hubungan positif antara Tan~~:e:al
Kemampuan Menjalin Persahabatan Memberi pertolongan Meminta pertolongan Memberikan pujian Menerima pujian
agama dan keadaan psikologis lanjut usia, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Koenig, Goerge dan Segler (1988 dalam Papalia & Olds, 1995) yang menunjukkan bahwa strategi menghadapi masalah yang tersering dilakukan oleh 100 responden berusia 55th- 80th tahun terhadap peristiwa yang paling menirnbulkan stres adalah berhubungan dengan agama dan kegiatan religius
d.
Bekerjasama dalam melakukan aktivitas Tanggal
No
Aktivitas di Keluarga
(Saadah, 2003).
Aktivitas di Masyarakat
Keintensifan pada kehidupan agama pada lanjut usia tidak hanya mempunyai sisi nilai positifpada aspek kejiwaannya saja, tetapi memiliki sisi positifpada aspek fisik dan sosialnya. Koenig (Schumaker, 1992) mengemukakan bahwa dari penelitiannya menunjukkan bahwa lanjut usia yang berminat pada
Universitas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
38
37
keyakinan agama dan melaksanakan berbagai ritual yang ada dalam keyakinan beragamanya, memiliki proporsi yang berarti dalam menghadapi
E. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Persiapan
suatu masalah (cope) dengan lingkungannya, hubungan interpersonal dan
a Persiapan peserta : Mengingatkan kontrak satu hari sebelum
stress yang diakibatkan oleh kesehatan fisik. Koping agama juga terkait erat
kegiatan
dengan penyesuaian diri yang baik pada lanjut usia (Hadisuprapto dalam Hakim, 2003). Sehingga stimulasi adaptasi pada aspek ini dapat diberikan
b Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan. 2. Pelaksanaan
mengenai bagaimana manfaat mengikuti kegiatan yang berkaitan degan
a. Fase Orientasi
keagamaan serta pemberian materi "manfaat spiritual dalam persiapan
a) Salam terapeutik terapis kepada peserta
menghadapi kematian". Materi ini diberikan dengan tujuan agar setelah
b) Evaluasi/validasi
menyelesaikan sesi ini lansia diharapkan dapat mempersiapkan diri dalam
( 1) Menayakan perasaan peserta saat ini
menghadapi kematian.
(2)Mengevaluasi pengalaman baru peserta terhadap perubahan aspek biologis dan seksual dan upaya adaptasi yang
A. Tujuan: perserta mampu :
dibunakan
a. Mengidentifikasi keyakinan spiritual yang memenuhi kebutuhan untuk memperoleh arti dan tujuan hidup, mencintai, keterikatan dan pengampuan dari Tuhan.
(3)Mengevaluasi perubahan aspek kognitif peserta dan kemampuan adaptasi yang dilakukan (4)Mengevaluasi perubahan aspek emosional peserta dan
b. Menggunakan kekuatan keyakinan, harapan dan rasa nyaman ketika menghadapi peristiwa hidup
kemampuan adaptasi yang dilakukan (5) Mengevaluasi
c. Mengembangkan praktek spiritual yang memupuk komunikasi dengan diri sendiri dan dengan Tuhan dalam mempersiapkan kematian. d. Mengekspresikan kepuasan dengan keharmonisan antar11 keyakinan spiritual dengan kehidupan sehari-hari
perubahan
aspek
sosial
peserta
dan
kemampuan adapatasi yang dilakukan (6)Memotivasi peserta untuk melihatkan buku kerja (7)Berikan pujianjika peserta telah melakukannya. c) Kontrak
B. Setting dan tern pat
(1)Menyepakati terapi sesi 5(1ima) yaitu stimulasi spiritual
a. Kelompok dan terapis duduk dengan melingkar
(2)Menyepakati tempat dan waktu pertemuan.
b. Suasana ruangan harus nyaman dan tenang.
b. Fase Kerja
c. Peserta dan terapis menggunakan papan nama
a) Terapis meminta peserta untuk mengidentifikasi tujuan hidup
C.Alat
dan harapan hidup yang belum tercapai dan yang sudah
Flip chart, Leaflet, Modul, Alat tulis, Lembar evaluasi 1,2,3 dan 4, buku kerja buku raport
tercapai b) Terapis meminta peserta menceritakan pengalaman terhadap
D. Metode
suatu peristiwa yang berkaitan dengan keyakinan (agama) dan
a. Dinamika kelompok,
upaya yang dilakukan.
b. Diskusi, c. Tanyajawab
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
40
39
c) Terapis meminta peserta mengidentiflkasi kegiatan ibadah
Format Evaluasi dan Dokumentasi Terapi Kelompok Terapeutik lansia Sesi 5 : stimulasi adaptasi aspek perubahan Spiritual
yang dilakukan saat ini. d) Terapis memberikan pujian
a! ..................................
e) Terapis menjelaskan manfaat spiritual bagi lansia sebagai motivasi hidup semangat hidup dan persiapan menghadapai
No
kematian
1 2
c. Terminasi a) Evaluasi (l)Menanyakan perasaan lansia setelah mengikuti terapi
2
kelompok terapeutik sesi 5 (2) Memberikan umpan balik positif atas kerjasama lansia yang baik.
3 4
b) Tindak lanjut (l)Memotivasi
peserta
meningkatkan
aktivitas
rutin
keagamaan (2) Memotivasi !ansi a mengikuti kegiatan keagaman di
6
Aspek yang Dinilai
·~-·-&&&
-... ···········
Kode Peserta 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Mengungkapkan perasaan Mengidentiftk:asi kekuatan dukungan spiritual( kelompok pengajian, membaca kitab suci dll) Menyampaikan tujuan dan harapan hidup yang sudah tercapai dan yang belum tercapai Menyampaikan peristiwa yang menantang spiritual dan upaya mengatasinya Menyampaikan kepuasan terhadap keyak:inan dan menggali altematif baru untuk menguatkan keyakinan. menyatakan dukungan keyakinan untuk kesiapan menghadapi kematian Jumlah
masyarakat (3) Memotivasi peserta menggunakan kekuatan keyakinan
A. Petunjuk penilaian:
sebagai motivasi dan semangat hidup dalam menghadapi
1.
Beri nilai I j ika : perilaku tersebut dilakukan.
kematian
2.
Beri nilai 0 jika: perilaku tersebut tidak dilakukan
B. Prasyarat mengikuti sesi berikutnya:
(4)Catat dalam buku kerja
1. Bila nilai 2: 3: lansia dapat melanjutkan ke sesi berikutnya
c) Kontrak yang akan datang Menyepakati
rencana
pertemuan
sesi
5(lima)
2. Bila nilai < 3 : lansia harus melatih diri untuk meningkatkan
adaptasi
keyakinan atau aspek spiritualnya
perubahan aspek spiritual.
2.5.2
Evaluasi kemampuan peserta dalam kehidupan sehari-hari
Evaluasi Dan Dokumentasi
Evaluasi ketepatan waktu pelaksanaan terapi khususnya tahap kerja,
a. Mengidentiflkasi harapan dan tujauan yang sudah tercapai dan belum tercapai
keaktifan peserta, proses pelaksanaan secara keseluruhan.
b. Mengidentiflkasi dukungan kekuatan keyakinan dalam peristiwa sehari-hari.
Evaluasi dan dokumentasi kemampuan saat melakukan sesi 5(lima) proses
c. Mengidentiftk:asi peristiwa yang menantang spiritual dan upaya yang
terapi kelompok terapeutik lansia.
dilakukan untuk adaptasi
Unlveraltas Indonesia
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Unlveraltas Indonesia
42
41
2.6 Sesi 6 (enam): Evaluasi perkembangan integritas diri lansia. a. Kemampuan identiflkasi pencapaian harapan dan tujuan hidup
Evaluasi intergritas diri, sesi ini merupakan kegiatan terakhir dari terapi. Pada sesi ini kegiatan yang dilakukan adalah mengevaluasi pencapaian
Tanggal
No
Harapan yang belum tercapai
Tujuan yang bel urn tercapai
Harapan yang sudah tercapai
Tujuan I yang sudah
integritas diri lansia. Kegiatan ini meliputi berbagi pengalaman yang didapat
terc~ai
integritas diri, penerimaan diri sebagai lansia dan meningkatkan interaksi
setelah melakukan kegiatan sesi 1 sampai Suntuk mencapai peningkatan
lansia dengan orang lain,
A. Tujuan: Peserta mampu : a. Menyampaikan perubahan aspek biologi dan seksual dan kemampuan adaptasi terhadap perubhan tersebut b. Menyampaikan peruba)lan kognitif dan kemampuan adaptasi terhadap perubahan tersebut c. Menyampaikan perubahan emosional dan kemampuan adaptasi terhadap
-- -b. Kemampuan menggunakan kekuatan keyakinan
Tanggal I No
Peristiwa/Kejadian Hid up
perubahan tersebut d. Menyampaikan perubahan sosial dan kemampuan adaptasi terhadap perubahan tersebut
Kekuatan Keyakinan
e. Menyampaikan perubahan spiritual dan kemampuan adaptasi terhadap perubahan tersebut.
B. Setting dan tempat a. Kelompok dan terapis duduk dengan melingkar b. Suasana ruangan hams nyaman dan tenang. c. Peserta dan terapis menggunakan papan nama c. Kemampuan adaptasi terhadap peristiwa yang menantang keyakinan
C. Alat Modul, alat tulis, buku kerja, buku raport, lembar evaluasi sesi 1,2,3,4,5
Tanggal I No
Peristiwa yang menanta~ritual
Adaptasi
dan6
D. Metode a. Dinamika kelompok, b. Diskusi dan Tanyajawab
E. Langkah-Langkah Kegiatan a. Persiapan 1) Persiapan peserta: Mengingatkan kontrak satu hari sebelumnya 2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
43
44
b. Pelaksanaan
b) Tindak lanjut
1) Fase Orientasi
(I) Menganjurkan kepada lansia untuk melakukan semua sesi
a) Salam terapeutik terapis kepada peserta
yang sudah diberikan dan menerapkan dalam kehidupan
b) Evaluasi/validasi
sehari-hari.
(I) Menayakan perasaan lansia hari ini
(2) Masukan dalamjadwal kegiatan harian lansia.
(2) Menanyakan apakah lansia telah melakukan sesi 1,2,3 4, dan
5 di rumah
2.6.2
(3) Meminta lansia untuk melakukan sesi 1,2,3,dan 4 dan 5 (4) Berikan pujianjika klien telah melakukannya.
Evaluasi Dan Dokumentasi Evaluasi kegiatan secara periodik
Format Evaluasi dan Dokumentasi Proses Terapi Kelompok terapeutik Jansia
c) Kontrak (1)Menyepakati terapi sesi 6(enam) yaitu sharing stimulasi integritas diri (2) Menyepakati tempat dan waktu pertemuan. 2) Fase Kerja a) Terapis meminta Iansia untuk menjelaskan adaptasi aspek biologis dan seksual b) Terapis meminta kepada lansia untuk menjelaskan adaptasi aspek kognitif c) Terapis meminta kepada lansia untuk menjelaskan adaptasi aspek emosiona1 d) Terapis meminta lansia untuk menjelaskan adaptasi aspek sosial e) Terapis meminta kepada lansia menjelaskan adaptasi aspek spiritual
f) Terapis memberikan pujian g) Terapis bersama kelompok membuat kesimpulan 3) Terminasi a) Evaluasi (1) Menanyakan perasaan lansia setelah mengikuti terapi kelompok terapeutik sesi 6 (enam) (2) Memberikan umpan balik positif atas keljasama lansia yang baik.
Penerapan terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Unlveraltas Indonesia
Unlveraltas Indonesia
45
46
Format Evaluasi dan Dokumentasi Terapi Kelompok terapeutik lansia Sesi 6 : Evaluasi Integritas diri Pertemuan ke 6; Pencapaian integritas diri No 1 2
3 4 5
6 6
7 8
9
10 11 12
13
'~
Aspek yang dinilai
BAB3 PENUTUP
Nilai TaD22al Tanggal
Menyampaikan stimulasi adaptasi aspek perubahan biologi dan seksual Menyampaikan stimulasi adaptasi aspek perubahan kognitif Menyampaikan stimulasi adaptasi aspek perubahan emosional Menyampaikan stimulasi perubahan aspek sosial menyampaikan stimulasi adaptasi aspek perubahan spiritual Mengungkapkan perasaan senang (gembira) setelah mengikuti kegitan terapi dari sesi 1-5 Menyampaikan perasaan puas atas kehidupan yang telah dijalani. Menyampaikan perasaan dirinya masih berguna. Menyampaikan perasaan dirinya masih berharga. Menyampaikan perasaan masih mempunyai semangat dalam menjalani kehidupan. Menyatakan memperoleh banyak ternan setelah mengikuti kegiatan terapi. Menyampaikan motivasi klien untuk melakukan kegiatan yang sama lebih sering. menyampaikan perasaan siap menghadapi datangnya kematian Menyampaikan komitmen (pemyataan) untuk lebih banyak melakukan kegiatan spiritual dalam kehidll}>_an sehari-hari. ~umlah
Kemampuan adaptasi lansia terhadap perubahan yang terjadi paqa tahap tumbuh kembangnya, dapat membantu lansia menyelesaikan tugas tumbuh kembangnya dalam mencapai integritas diri. Dimana kondisi perubahan pada lansia tersebut dapat berdampak terhadap fisik dan mental sehingga menyebabkan lansia menjadi tidak produktif dan berguna bagi keluarga dan masyarakat. Komunitas adalah tempat dimana lansia sehat berada yang dapat dijadikan sebagai laban untuk mengembangkan program kesehatan jiwa. Diharapkan dengan kegiatan ini dapat membekali lansia menyelesaikan tugas perkembangannya dalam mempertahankan dan memelihara integritas diri. Untuk it1,1lah dibutuhkan stimulasi adaptasi melalui terapi kelompok terapeutik lansia yang ditujukan untuk kelompok lansia sehat dengan diagnose potensial perkembangan integritas diri.
Terapi kelompok terapeutik adalah terapi yang tepat untuk individu sehat dimana salah satu indikasi dari terapi ini adalah untuk stimulasi perkembangan pada semua tingkat usia. Melalui modul terapi kelompok terapeutik lansia, lansia memiliki modal yang kuat untuk mempertahankan dan memelihara kesehatan jiwa serta dapat mencapai integritas diri dan dapat terhindar dari keputusasaan
------
-
Petunjuk penilaian: I.
Beri nilai 1 j ika : perilaku tersebut dilakukan.
2.
Beri nilai 0 jika : perilaku tersebut tidak dilakukan
Universitas Indonesia Penerapan
terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
47
DAFTAR PUSTAKA Atchley, R.C. dan Barusch, A.S. (2004). Social forces and Aging; an introduction to social gerontology. (lOth ed.). USA: Thomson Learning, Inc. BPKP Republik Indonesia. (1998). Undang-undang Repub/ik Indonesia nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia. http://www.bpkp.go.id/unitlhukum/uu/1998/13-98.pdf, diperoleh 03 Pebruari 2010 Collins, C. (2006). Life Review And Reminiscence Group Therapy Among Senior http://etd.lib,ttu.edu/theses/available/etdAdults. 04182006223851/unrestricted/Collins Cassondra Diss.pdf, diperoleh 14 Pebruari 2009 Ebersole, P., eta!., (2005). Gerontological nursing and health aging, (2"d ed.). USA, Philadelphia: Mosby, Inc. Fortinash, K.M. dan Worret, P.A.H. (2004). Psychiatric mental health nursing. (3rd ed.). USA: Mosby, Inc Ham, R.J., eta! (2007). Primary care geriatric; a case-based approach. (5th ed.). Philadelphia: Mosby, Inc Kennard, C (2006). Reminiscance Therapy and Aktivities for People with Dementia. http.//www.alzheimers.about.com/cs/treatmentoptions/alreminiscence.html, diperoleh 24 Pebruari 2009 Parese, E.F., Simon, M.R. dan Ryan, E. (2008). Promoting positive student clinical experiences with older adults through use of group Reminiscence therapy. Journal of Gerontological Nursing • Vol. 34, No. 12, 2008. htto://proguest.umi.com, diperoleh 10 Januari 2010 RIPFA (2006). Reminiscance therapy for people with Dementia. http.//www. ripfa.org.uk/evidenceclusters/displayCLUSTER4.asp?catiD, diperoleh 24 Pebruari 2009 Stinson, C. K. (2009). Structured group reminiscence: An intervention for older adults. The Journal of Continuing Education in Nursing. November 2009 · Vol40, No 11. http://proquest.umi.com, diperoleh 11 Januari 2010 Stuart, G. W. & Laraia, M.T. (2005). Principle and Practice of Psychiatric Nursing. (8th ed.). Philadelphia, USA: Mosby, Inc. Wheeler, K. (2008). Psychotherapy for the advanced practice psychiatric nurse. USA: Mosby, Inc. World Health Organization. (2010). Proposed working definition of an older person in Africa for the MDS project. http://www.who.int.html, diperoleh 12 Januari 2010.
Universitas Indonesia Penerapan
terapi ..., Sri Puji Lestari, FIK UI, 2014