PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF UNTUK PENEMUAN FAKTA DENGAN PENGGUNAAN TEKNIK OPQRST PADA SISWA KELAS VIII SMP TARUNA MANDIRI TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
Disusun oleh Indah Puji Lestari (108013000046)
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH Skripsi berjudul “Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif untuk Penemuan Fakta dengan Penggunaan Teknik OPQRST pada Siswa Kelas VIII SMP Taruna Mandiri Tahun Pelajaran 2012/2013”. Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus ujian Munaqasah pada tanggal 02 Oktober 2013 di hadapan dewan penguji. Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) dalam bidang pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif Untuk Penemuan Fakta dengan Penggunaan Teknik OPQRST pada Siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri Tahun Pelajaran 2012/2013
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
Oleh: INDAH PUJI LESTARI NIM 108013000046
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama
: Indah Puji Lestari
Tempat, Tanggal Lahir
: Jakarta, 28 Februari 1990
Jurusan/Prodi
: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Skripsi
: Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif untuk Penemuan Fakta dengan Penggunaan Teknik OPQRST pada Siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri Tahun Pelajaran 2012/2013.
Dosen Pembimbing
: Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd.
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Jakarta, 26 September 2013
Indah Puji Lestari 108013000046
ABSTRAK Indah Puji Lestari, NIM 108013000046, “Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif untuk Penemuan Fakta dengan Penggunaan Teknik OPQRST pada siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri Tahun Pelajaran 2012/2013.”
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan membaca intensif siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri danmendeskripsikan peningkatan keterampilan membaca intensif setelah menggunakan teknik OPQRST pada siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri. Metode yang digunakan penelitian yakni penelitian tindakan kelas yang terdiri dari siklus I dan siklus II. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik OPQRST (overview, preview, question, research, summarize, dan test). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Maret 2013 di SMP Taruna Mandiri. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dokumentasi, angket, dan tes. Hasil penelitian ini berupa data nilai pretest, yaitu 54,23, siklus I dengan nilai 63,65, dan siklus II dengan nilai 80,96. Respon siswa terhadap pembelajaran ini sangat positif, terlihat dari peningkatan yang terjadi pada pretest, siklus I, dan siklus II.Hasil tersebut membuktikan bahwa terdapat peningkatan keterampila nmembaca intensif untuk penemuan fakta dengan penggunaan teknik OPQRST pada siswa kelas VIII SMP TarunaMandiri tahun pelajaran 2012/2013. Keyword: Peningkatan Membaca Intensif, Fakta, Teknik OPQRST
ABSTRACT Indah Puji Lestari, NIM 108013000046, “Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif untuk Penemuan Fakta dengan Penggunaan Teknik OPQRST pada siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri Tahun Pelajaran 2012/2013.”
The purpose of this study was to describe the ability of intensive reading at class VIII junior high school TarunaMandiri and describe the intensive reading skills improvement after using technique of OPQRST at class VIII junior high school TarunaMandiri. The research methods use class action research at consisting of a cycle I and cycle II. Each cycle consists of the planning phase, the implementation of the action, observation, and reflection. The techniques used in this research is OPQRST techniques (overview, preview, question, research, summarize, and test). This research was carried out in February until March 2013 at class VIII junior high school TarunaMandiri. The techniques of collecting data used interviewing, observation, documentation, questioner and test. The result of this research are the data value of the pretest is 54,23 the cycle I with value 63,65, and cycle II with a value of 80,96. Student response to this learning is very positive, seen from the improvement occurs at pretest, the cycle I, and cycle II. The results prove that there is an increase in intensive reading skills for the discovery of facts with the use of the technique OPQRST at class VIII junior high school TarunaMandiri year 2012/2013. Keyword: Upgrade Intensive Reading, Facts, Technique OPQRST
Kata Pengantar Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena atas karunia dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan
sebaik-baiknya. Penyusunan skripsipenulis buat untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) dengan skripsi
yangberjudul
“Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif untuk Penemuan Fakta dengan Penggunaan Teknik OPQRST”. Selama penulisan skripsi ini, banyak sekali kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat doa, kerja keras, serta dukungan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. 1. Ibu Nurlena Rifa’I, M.A. Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M. Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, sekaligus dosen pembimbing skripsi. 3. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan selama 4 tahun. 4. Hj. Aniq selaku Kepala Sekolah yang telah menguzinkan penulis melakukan penelitian di SMPTarunaMandiri. 5. Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Sarbiyanto, Ibu Alm.Suratmi ,dan Ibu Suwarni sebagai orang tua yang selalu memberikan doa serta dukungan baik moril maupun materil. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada kakak dan adik, Dani, Peni, dan Fina. Merekalah yang selama ini selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. 6. Pihak perpustakaan yang telah membantu memberikan referensi kepada penulis.
iii
7. Teman-teman seperjuangan Eyha, Tini, Hana, dan Ulfa yang selalu menemani dalam pembuatan skripsi ini hingga selesai. 8. Sahabat-sahabatku terkasih Rofi, Tya, Dea, Icem, Yuni, Fuji dan Zulfa yang selalu menyemangati penulis untuk menyelesaikan skripsi. 9. Keluarga besar PBSI B angkatan 2008 yang selalu menemani masamasaperkuliahanselama 4 tahun.
Jakarta, 26 September 2013
Penulis
iv
DAFTAR ISI Lembar Persetujuan Lembar Pengesahan Lembar Pernyataan Karya Sendiri Abstrak ............................................................................................................. i Abstract ........................................................................................................... ii Kata Pengantar ................................................................................................. iii Daftar Isi .......................................................................................................... v Daftar Tabel ..................................................................................................... vii Daftar Gambar .................................................................................................. viii Daftar Lampiran ............................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 3 C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 3 D. Perumusan Masalah ............................................................................. 3 E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4 F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keterampilan Membaca ................................................................. 6 2. Membaca Intensif ........................................................................... 15 3. Fakta ............................................................................................... 18 4. Teknik OPQRST ........................................................................... 19 B. Penelitian yang Relevan ....................................................................... 21 C. Kerangka Berpikir ................................................................................ 25 D. Hipotesis Penelitian.............................................................................. 26
v
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian .................................................................................. 27 B. Model Penelitian Tindakan Kelas ........................................................ 30 C. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ....................................................... 31 D. Karakter Penelitian Tindakan Kelas..................................................... 33 E. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 34 F. Subjek Penelitian.................................................................................. 35 G. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 35 H. Teknik Analisis Data ........................................................................... 36
BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Sekolah ........................................................................ 39 B. Hasil Analisis Data .............................................................................. 41 C. Interpretasi Hasil Analisis Data .......................................................... 53
BAB V PENUTUP A. Simpulan ............................................................................................. 62 B. Saran .................................................................................................... 62
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Nilai Pretest Siswa ........................................................................... 43 Tabel 4.2 Nilai Siklus I ................................................................................... 47 Tabel 4.3 Nilai Siklus II .................................................................................. 51 Tabel 4.4 Perbandingan Nilai Pretest dan Postest ........................................... 55 Tabel 4.5 Analisis Angket ................................................................................ 56
vii
DAFTAR GAMBAR
Tabel 3.I .......................................................................................................... 31
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Lampiran 2 Materi Ajar Lampiran 3 Hasil Pretest Siswa Lampiran 4 Hasil Postest Siswa Lampiran 5 Lembar Observasi Lampiran 6 Hasil Angket Siswa Lampiran 7 Lembar Wawancara Lampiran 8 Dokumentasi Lampiran 9 Surat Keterangan Penelitian Lampiran 10 Lembar Uji Referensi
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Membaca merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa. Sebagai suatu keterampilan, maka kegiatan membaca ini perlu dilatih. Membaca bukan sekedar kegiatan memahami lambang, pembaca harus dapat memahami apa yang dibacanya, sehingga lambang-lambang tersebut memberikan makna bagi pembacanya. Membaca adalah kegiatan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dengan membaca seseorang akan mendapatkan informasi. Semakin banyak membaca, maka semakin tergali informasi yang tidak diketahui sebelumnya. Meskipun banyak keuntungan yang diperoleh dari membaca. Namun, nampaknya banyak siswa yang tidak menyadari hal itu. Rendahnya minat baca siswa dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satunya tidak ditanamkan kebiasaan membaca sejak dini, yakni mulai dari anak mengenal huruf. Ketika siswa sudah terbiasa dengan membaca, maka membaca akan menjadi sebuah kebutuhan dan kegiatan yang menyenangkan. Pada fase remaja, kegiatan membaca memang bukanlah menjadi hal yang menyenangkan bagi siswa. Mereka lebih suka menghabiskan waktu dengan berselancar di dunia maya, menonton film, atau membaca komik. Bila tidak dibimbing oleh guru, maka lama-lama kegiatan membaca hanya menjadi rutinitas menjelang ujian dan terasa sangat membosankan. Membaca merupakan kegiatan yang sangat penting dalam proses 1
belajar . Daya serap membaca siswa akan menentukan hasil akhir dari proses belajar, maka siswa harus mampu memahami isi bacaan, baik yang tersurat 1
Femi Olivia, Membantu Anak Punya Ingatan Super. (Jakarta: PT Elex Media Komputindo), h. 118.
1
2
maupun yang tersirat. Dalam hal ini guru sebagai pendidik harus menemukan jenis keterampilan membaca yang tepat dan dapat membimbing siswa untuk memahami suatu teks. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menarik minat baca siswa, sehingga guru harus kreatif untuk menciptakan program-program yang dapat menarik minat baca siswa. Kegiatan membaca memiliki tujuan untuk menemukan informasi yang terdapat di dalam teks. Untuk menemukan informasi secara cepat dan akurat, maka siswa dapat menerapkan keterampilan membaca intensif. Keterampilan membaca intensif merupakan hal yang perlu diterapkan pada siswa sekolah menengah, karena pada saat itu siswa mulai dikenalkan dengan istilah-istilah baru, sehingga membutuhkan pemahaman mendalam pada suatu teks. Keterampilan membaca intensif sangat mudah diterapkan di sekolah menengah dan sangat efektif untuk membantu siswa memahami isi teks. Ketika akan menerapkan keterampilan membaca intensif, guru juga harus memberikan teknik membaca. Ada bermacam-macam teknik membaca, yang paling sering digunakan adalah teknik SQ3R. Namun pada penelitian ini, penulis akan menggunakan teknik OPQRST. Tidak jauh berbeda dengan teknik SQ3R, teknik OPQRST juga menerapkan beberapa langkah yang harus dilakukan agar kegiatan membaca menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Teknik OPQRST adalah salah satu cara efektif memahami bacaan dan mengingat dalam waktu yang lama. Diharapkan dengan menggunakan teknik OPQRST siswa tidak kesulitan lagi dalam memahami bacaan dan lebih mudah untuk menemukan informasi penting yang terdapat di dalam teks. Keterampilan membaca merupakan keterampilan yang perlu dilatih dan tidak didapatkan secara instan Dalam penelitian ini penulis akan mengembangkan keterampilan membaca siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri. Berdasarkan hasil observasi penulis di SMP Taruna Mandiri, penulis mengetahui bahwa keterampilan membaca pada siswa kelas VIII masih cukup rendah, karena siswa hanya tertarik membaca ketika ditugaskan oleh gurunya.
3
Siswa masih kesulitan memahami suatu teks, sehingga hanya membaca tanpa mendapatkan pemahaman. Beberapa kegiatan sudah dilakukan oleh guru agar siswa tertarik untuk membaca, tetapi nampaknya guru belum menemukan metode yang tepat untuk membimbing siswa. Berdasarkan permasalahan yang penulis uraikan, maka peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang kemampuan membaca siswa SMP Taruna Mandiri. Diharapkan setelah peneliti melakukan penelitian kemampuan membaca siswa menjadi lebih baik dari sebelumnya. Untuk itulah peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif untuk Penemuan Fakta dengan Penggunaan Teknik OPQRST pada Siswa Kelas VIII SMP Taruna Mandiri Tahun Pelajaran 2012/2013”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapatlah diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut: 1. Rendahnya minat baca siswa. 2. Siswa masih kesulitan memahami suatu teks. 3. Guru belum menemukan metode membaca yang tepat bagi siswa.
C. Pembatasan Masalah Karena terbatasnya kemampuan dan kesempatan peneliti, maka peneliti membatasi penelitian ini pada peningkatan keterampilan membaca intensif untuk penemuan fakta dengan penggunaan teknik OPQRST pada siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri tahun pelajaran 2012/2013.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimanakah peningkatan
4
keterampilan membaca intensif untuk penemuan fakta dengan penggunaan teknik OPQRST pada siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri tahun pelajaran 2012/2013?”
E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan kemampuan membaca intensif siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri. 2. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan membaca intensif setelah menggunakan teknik OPQRST pada siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri.
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat, yaitu secara teoretis dan praktis. 1. Manfaat Teoretis Manfaat pengembangan
teoretis
penelitian
pengetahuan
ini
membaca
adalah intensif
menambah dan
untuk
mengembangkan teori OPQRST pada pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya membaca intensif dengan menggunakan teknik OPQRST.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa 1. Siswa termotivasi dalam pembelajaran membaca. 2. Siswa dapat meningkatkan keterampilan membaca intensif. 3. Siswa lebih mudah menemukan fakta setelah menggunakan keterampilan membaca intensif dengan teknik OPQRST.
5
b. Bagi Guru 1. Guru dapat menggunakan teori OPQRST pada pembelajaran membaca intensif. 2. Guru dapat menciptakan pembelajaran membaca dengan teknik yang mudah dan menyenangkan bagi siswa. 3. Guru
dapat
meningkatkan
minat
baca
siswa
melalui
pembelajaran yang inovatif.
c. Bagi Penulis 1. Memperkaya wawasan mengenai penggunaan teknik OPQRST pada keterampilan membaca intensif. 2. Mengetahui adanya peningkatan keterampilan membaca intensif setelah menerapkan teknik OPQRST.
d. Bagi Sekolah 1. Upaya peningkatan kualitas guru dan siswa, sehingga mutu pendidikan dapat meningkat ke arah yang lebih baik dan maju. 2. Memberikan inovasi dalam pembelajaran, sehingga proses belajar akan lebih menyenangkan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Keterampilan Membaca Membaca adalah proses menambah khazanah dan memperdalam pengetahuan tentang sesuatu.1 Membaca membuat manusia menjadi pintar. Membaca tidak ada batasannya, dapat dilakukan kapan dan di mana saja. Untuk menjadi maju dan sukses, tidak ada jalan lain selain banyak membaca. Menurut Aniatul Hidayah, “membaca merupakan kegiatan yang dapat mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir seseorang.”2 Ketika membaca, maka pengetahuan seseorang akan bertambah. Seiring dengan bertambahnya pengetahuan yang didapatkan dari membaca, maka hal ini akan meningkatkan kemampuan memori dan pemahaman seseorang. Membaca merupakan kegiatan yang memberikan banyak wawasan dan pengetahuan. Wawasan dan pengetahuan tersebut tersedia dalam berbagai bidang informasi, mulai dari buku, majalah, koran, sampai kepada media informasi berupa internet. Menurut Tarigan membaca merupakan “suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis kepada pembaca melalui media kata-kata atau bahasa tulis.”3 Menurut Suhendar dan Pien, “membaca sebagai suatu bagian komunikasi tulisan, lambang-lambang bunyi diubah menjadi lambanglambang tulisan atau huruf-huruf dan lambang-lambang tulisan atau huruf 1
Antoni Ludfi Arifin, Be A Reader (Jakarta: Gramedia, 2013), h. v. Aniatul Hidayah, Membaca Super Cepat (Jakarta: Laskar Aksara, 2012), h. 5. 3 Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 1974), h. 7. 2
6
7
–huruf itulah yang diubah menjadi makna”.4 Membaca adalah menerima informasi atas dasar satuan-satuan bahasa tersebut, maka pembaca haruslah memiliki kompetensi yang kuat akan kebahasaan tersebut. E Brook, Smith, Kenneth Goodman dan Robert Meridith mengatakan bahwa “membaca merupakan proses yang aktif tentang rekonstruksi makna dari bahasa yang dinyatakan dengan lambang grafis (tulisan)”.5 Membaca itu bahkan melebihi pemerolehan makna materi tercetak. Pembaca dirangsang dengan kata-kata penulis dan sebaliknya pengarang memaknai kata-kata itu dengan arti yang dimilikinya. Smith mengungkapkan bahwa membaca adalah proses yang digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan atau informasi dari apa yang dibacanya.6 Kaelany H.D menyatakan bahwa “membaca bisa diartikan melihat, memahami, dan menganalisis”. Melihat apa yang tersurat dan memahami apa yang tersirat.7 Hal ini sejalan dengan pendapat Strevens yang menyatakan bahwa “membaca adalah kegiatan yang kompleks karena membaca terdiri atas proses memahami bahasa tulisan”.8 Membaca merupakan proses mengkonstruksi makna bacaan.9 Pembaca aktif mengolah, memikirkan, mengembangkan, dan memaknai teks yang sedang dibacanya. Dalam proses mengkonstruksi tersebut banyak aspek yang terlibat. Aspek itu meliputi aspek psikologis dan kognitif pembaca. Usaha tersebut perlu dilakukan agar pembaca dapat memahami makna teks yang dibacanya.
4
ME Suhendar dan Pien Supinah, Mata Kuliah Dasar Umum Pengajaran Ujian Keterampilan Membaca dan Keterampilan Menulis (Bandung: Pionir Jaya, 1992), h. 4. 5 Kholid Harras, dkk. Membaca I (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 1.14. 6 Ibid., h. 4.5. 7 Antony Ludfi Arifin. Be A Reader (Jakarta: Gramedia, 2013), h. 81. 8 M. Subana. dkk. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia (Bandung: Pustaka Setia, 1998), h. 223. 9 Dawud, Perspektif Pembelajaran Bahasa Indonesia (Malang: IKIP Malang, 2008), h. 65.
8
Membaca juga dapat diartikan sebagai mengeja atau melafalkan apa yang tertulis.10 Intinya membaca merupakan kegiatan melihat, mengeja, atau melafalkan dari apa yang dilihat pada suatu tulisan. Membaca sebagai aspek keterampilan berbahasa, merupakan komponen komunikasi tulisan. Membaca dianggap sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa karena membaca bersifat reseptif, yakni membaca merupakan proses perubahan wujud tulisan menjadi wujud makna.11 Broughton
mengemukakan
bahwa
“Keterampilan
membaca
mencakup 3 komponen, yaitu: (a) pengenalan terhadap aksara serta tandatanda baca, (b) korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsurunsur linguistik yang formal, dan (c) hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau meaning.”12 Menurut Murby membaca melibatkan berbagai keterampilan: a. Mengenal ortografi teks; b. mengambil
kesimpulan
mengenai
makna
kata
dan
menggunakan kosakata yang belum dikenal; c. memahami informasi yang diberikan secara eksplisit; d. memahami informasi yang diberikan secara implisit; e. memahami makna konseptual; f. memahami fungsi komunikatif kalimat dalam bacaan; g. memahami kaitan unsur kalimat; h. memahami kaitan antara bagian suatu teks; i. menginterpretasikan teks dengan memandang isi atau pesan dari luar teks; 10
Aniatul Hidayah, Membaca Super Cepat (Jakarta: Laskar Aksara, 2012), h. 3. ME Suhendar dan Pien Supinah, Mata Kuliah Dasar Umum Pengajaran Ujian Keterampilan Membaca dan Keterampilan Menulis (Bandung: Pionir Jaya, 1992), h. 3 12 Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 1974), h. 11. 11
9
j. mengenal butir-butir indikator dalam wacana; k. mengenai butir-butir informasi yang paling penting; l. membedakan ide pokok dan ide penunjang; m. mencari butir-butir yang penting untuk dirangkum; n. memilih butir-butir yang relevan dari teks; o. meningkatkan keterampilan untuk merujuk pada konsep lain yang mendasar; p. mencari pokok landasan dari suatu teks (skimming); q. mencari informasi khusus dari suatu teks (scanning); r. mengalihkan informasi dari suatu teks menjadi diagram, sketsa, skema dan sebagainya (transcoding). s. mengenal isi teks melalui sajian dalam bentuk lain dengan tempat-tempat kosong setiap kata kesekian (close procedure).13
Dari uraian di atas dapat disimpulkan keterampilan membaca adalah keterampilan yang melibatkan beberapa komponen
yaitu
pengenalan huruf dan tanda baca, korelasi tanda baca dengan unsur linguistik, dan menemukan makna dari hubungan antara huruf, tanda baca, dan unsur-unsur linguistik.
a. Tujuan Membaca Membaca haruslah memiliki tujuan. Tujuan membaca sebenarnya adalah untuk memperoleh pemahaman.14 Antoni Ludfi Arifin mengatakan bahwa tujuan membaca ada dua, yaitu: 1. Tujuan Kreasi
13
M. Subana dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia (Bandung: Pustaka Setia, 1998), h. 225. 14 Femi Olivia, Membantu Anak Punya Ingatan Super (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2008), h. 119.
10
Membaca yang bertujuan sebagai sarana kreasi yaitu membaca untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan dengan cara mengikat makna bacaan yang didapat menuju perubahan diri. 2. Tujuan Rekreasi Tujuan membaca untuk rekreasi yaitu membaca sebagai sarana mencari kesenangan, hiburan. Bacaan rekreasi ini didapat dari buku-buku cerita pendek, novelette (novel pendek), novel, puisi, dan bacaan sastra lainnya.15
Tujuan membaca menurut Morrow ialah: 1. Mengerti atau memahami isi/pesan yang tekandung dalam satu bacaan. 2. Mencari informasi yang bersifat: a. Kognitif dan intelektual, yakni yang digunakan seseorang untuk menambah keilmiahannya sendiri; b. Referensial dan faktual; yakni yang digunakan seseorang untuk mengetahui fakta-fakta yang nyata di dunia ini; dan c. Efektif dan emosional, yakni yang digunakan seseorang untuk mencari kenikmatan dalam membaca.16
Pada hakekatnya tujuan membaca itu amat bergantung dari situasi, jenis bacaan, dan keterbacaan. Dalam hal ini tujuan membaca dapat dibedakan atas jenis-jenis sebagai berikut. a. Membaca
untuk
meningkatkan
pengenalan
dari
keterampilan
memahami. b. Membaca untuk belajar. 15
Antoni Ludfi Arifin, Be A Reader (Jakarta: Gramedia, 2013), h. 50-51. M. Subana dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia (Bandung: Pustaka Setia, 1998), h. 224. 16
11
c. Membaca untuk rekreaasi.17
Tujuan membaca menurut Tarigan adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan.18 Sedangkan tujuan membaca menurut Anderson adalah sebagai berikut: a. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh sang tokoh. Membaca seperti ini disebutmembaca untuk memperoleh perincian-perincian atau faktafakta (reading for details or fact). b. Membaca untuk mengetahui hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau yang dialami sang tokoh, dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh (reading for main ideas). c. Membaca untuk menemukan untuk mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan ketiga, dan seterusnya – untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization). d. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang pengarang kepada para pembaca, kualitas-kualitas para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference). e. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seseorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut
17
M.E Suhendar dan Pien Supinah, Mata Kuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia (Bandung: Pionir Jaya, 1992), h. 21. 18 Henry Guntur Tarigan, Membaca (Bandung: Angkasa, 1974), h.9
12
membaca
untuk
mengelompokkan,
membaca
untuk
mengklasifikasikan (reading to classify). f. Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh sang tokoh, atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu, hal ini disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi (reading to evaluation). g. Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunya persamaan, bagaimana sang tokoh menyerupai pembaca. Ini disebut membaca untuk membandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast).19 Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan adalah membaca adalah untuk memperoleh informasi dari bahan bacaan, memahami isi bacaan, dan menilai kebenaran suatu gagasan isi bacaan yang ditulis oleh pengarang dalam bentuk teks.
b. Manfaat Membaca Membaca merupakan kegiatan positif untuk mengisi waktu luang. Membaca buku disebut sebagai kegiatan positif karena memberikan banyak manfaat kepada siapa pun. Manfaat membaca adalah sebagai berikut: 1. Menambah wawasan dan pengetahuan. 2. Membaca membuat seseorang menjadi lebih pintar dan cerdas. 3. Membaca dapat dijadikan pengalaman jika suatu saat seseorang menghadapi masalah yang hampir sama. 19
Alek dan Achmad H.P., Buku Ajar Bahasa Indonesia (Jakarta: FITK Press, 2009), h. 6263.
13
4. Membaca dapat mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir seseorang.20
Menurut
Antoni
Ludfi
Arifin,
manfaat
membaca
adalah
“membantu seseorang mengeksplorasi pengetahuan dari guru yang mahatahu.”21 Belajar tidak harus bertemu langsung kepada pemilik ilmu dengan membaca seseorang pun dapat mengenal pemikiranpemikiran orang tersebut. Banyak manfaat yang akan didapat dari membaca. Salah satunya membaca mencegah kepikunan. Dengan membaca otak selalu terasah dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat.22 Berdasarkan manfaat membaca yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa, banyak sekali manfaat yang diperoleh ketika membaca dan dapat diketahui bahwa membaca intensif memiliki tujuan kreasi, karena bertujuan untuk mendapatkan informasi.
c. Jenis-jenis Membaca Jenis membaca memiliki beberapa macam. Berdasarkan metode atau caranya, dikenal membaca indah, membaca sekilas, dan membaca memindai. Berdasarkan tujuannya, dikenal membaca untuk hiburan, mencari informasi, dan membaca teknik.23 Berkaitan dengan jenis-jenis membaca ditinjau dari bersuara atau tidaknya si pembaca ketika membaca, dapat dibagi dua, yaitu membaca nyaring dan membaca dalam hati. Kemudian membaca
20
Aniatul Hidayah, Membaca Super Cepat (Jakarta: Laskar Aksara, 2012), h. 4-5. Antoni Ludfi Arifin, Be A Reader (Jakarta: Gramedia, 2013), h. 40. 22 Asep Ganda Sadikin, dkk. Bahasa Indonesia 2 (Bandung: Facil, 2011), h. 26. 23 Johan Wahyudi dan Darmiyati Zuchdi, Bahasaku Bahasa Indonesia 2 (Solo: Platinum, 2009), h. 195. 21
14
dalam hati dapat dibagi lagi menjadi membaca intensif dan ekstensif. Hal tersebut dapat diketahui berdasarkan skema di bawah ini.24
Gambar 2.1
Jenis membaca menurut Subana dan Sunarti ada dua, yaitu membaca ekstensif dan intensif. Membaca ekstensif ialah membaca secara luas meliputi membaca sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin, sedangkan membaca intensif ialah studi 24
Henry Guntur Tarigan, Membaca (Bandung: Angkasa, 1974), h.14.
15
saksama, telaah teliti, pemahaman terperinci yang dilakukan dalam kelas terhadap suatu teks yang pendek. Dari jenis-jenis membaca yang diungkapkan oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis membaca dapat dibagi berdasarkan metode dan tujuannya. 2. Membaca Intensif Menurut Tarigan membaca intensif merupakan bagian dari membaca dalam hati. Membaca intensif menurut Kholid Harras, Endah, dan Titik adalah “membaca secara cepat dan akurat untuk memahami teks secara tepat dan akurat25”. Dawud juga mengatakan bahwa “Membaca secara intensif dapat diartikan dengan menempuh berbagai cara yang intensif dan efektif untuk menangkap makna suatu bacaan”26. Membaca informasi secara cepat dan akurat, itulah yang disebut membaca intensif.27 Menurut Brooks membaca intensif adalah “studi saksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira 2 sampai 4 halaman setiap hari.”28
Yang
diutamakan dalam membaca intensif bukan keterampilan yang tampak, melainkan hasilnya, seperti pemahaman yang mendalam dan rinci terhadap teks yang dibaca. Bahannya berupa teks singkat dan panjangnya tidak lebih dari 500 kata yang dapat dibaca dalam waktu dua menit dengan kecepatan kurang lebih lima kata per detik.29 Sejalan dengan pemikiran Brooks, Asep mengatakan bahwa membaca intensif adalah: kegiatan membaca secara sungguh-sungguh untuk memperoleh dan memahami isi bacaan dalam waktu yang relatif singkat dan 25
Kholid Harras, dkk., Membaca I (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 5.7 Dawud,Perspektif Pembelajaran Bahasa Indonesia (Malang: UM Press, 2008), h. 55. 27 Johan Wahyudi dan Darmiyati Zuchdi, Bahasaku Bahasa Indonesia 2 (Solo: Platinum, 2009), h. 195. 28 Henry Guntur Tarigan, Membaca (Bandung: Angkasa, 1974), h. 36. 29 M. Subana dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia (Bandung: Pustaka Setia, 1998), h. 229. 26
16
akhirnya mampu memberikan penilaian terhadap isi bacaan tersebut.30 Membaca intensif sering diidentikkan dengan teknik membaca untuk belajar. Dengan keterampilan membaca intensif pembaca dapat memahami baik pada tingkatan literal, interpretatif, kritis, dan evaluatif.31 Berkenaan dengan hal tersebut pengembangan kemampuan membaca intensif sangat penting dimiliki bagi semua orang yang selalu ingin belajar. Dalam membaca intensif, seorang pembaca memperhatikan setiap detail bacaan agar tidak ada yang terlewatkan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat membaca intensif. a. Pada saat membaca, mulut tidak bersuara. b. Kepala tidak ikut bergerak mengikuti alur teks yang sedang dibaca. c. Pada saat membaca jari tangan tidak menunjuk pada teks. Hal ini dilakukan agar mata dapat lebih berkonsentrasi pada bacaan.32
Menurut Dawud ada beberapa teknik-teknik membaca intensif, yaitu: a. Kemampuan membaca dengan cepat Tidak dapat dipungkiri bahwa untuk memperoleh kemahiran membaca yang andal diperlukan kecepatan membaca yang memadai. b. Kemampuan mengenali kata pengacu dan perangkai Isi bacaan umumnya terdiri atas beberapa gagasan utama dan tiaptiap gagasan utama tersebut terdiri dari gagasan penjelas. Hubungan gagasan yang satu dengan gagasan lainnya itu terwujud dalam penggunaan kata-kata pengacu dan kata-kata perangkai yang tertuang dalam bacaan. 30
Asep Ganda Sadikin, dkk. Bahasa Indonesia 2 (Bandung: Facil, 2011), h. 158. Kholid Harras, dkk. Membaca I (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 5.7. 32 Asep Ganda Sadikin, Bahasa Indonesia 2 (Bandung: Facil, 2011), h. 158. 31
17
c. Kemampuan mengenali pola paragraf Paragraf dikembangkan berdasarkan satu pikiran utama dengan beberapa pikiran penjelas. Dalam mengembangkan pokok pikiran itu, penulis dapat melakukannya dengan mengembangkan paragraf deduktif, induktif, dan campuran. Pembaca yang baik harus mampu mengenali pola paragraf dengan cepat. d. Kemampuan mengenali pola wacana Pada prinsipnya, pola wacana yang perlu dikenali dan diamati mirip dengan pola pengembangan paragraf. Dalam wacana juga terdapat pokok pikiran dan pikiran penjelas.33
Membaca intensif mengharuskan pembacanya untuk dapat memahami secara akurat apa yang dibaca, meringkas, menilai isi, menjelaskan, menyusun pertimbangan, bahkan menyunting penggunaan teks yang dibacanya.Tujuan membaca intensif adalah pengembangan keterampilan membaca secara detail dengan menekankan pada pemahaman kata, kalimat, pengembangan kosakata, dan juga pemahaman keseluruhan isi wacana.34 Grellete menyimpulkan bahwa keefektifan pengajaran membaca tersebut ditentukan oleh implikasi membaca sebagai proses berpikir dan membaca sebagai proses mengembangkan keterampilan memahami secara intensif.35 Kemampuan membaca intensif perlu dimiliki oleh semua orang yang ingin mengembangkan keterampilan belajarnya. Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa membaca intensif adalah membaca secara cepat dan tepat. Dalam membaca intensif yang terpenting ialah pembaca mendapatkan informasi dari bahan bacaan dan dapat memahami isi bacaan secara keseluruhan. 33
Dawud, Perspektif Pembelajaran Bahasa Indonesia (Malang: IKIP Malang, 2008), h. 5558 34 Kholid Harras, dkk. Membaca I (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 5.9. 35 Ibid., h. 5.5.
18
3. Fakta Fakta
merupakan
pernyataan
yang
tidak
terbantahkan
lagi
kebenarannya.36 Kalimat yang berisi fakta merupakan kalimat yang ditulis berdasarkan kenyataan, peristiwa, suasana yang benar-benar terjadi dan bersifat objektif. Fakta pada umumnya berisi tentang jumlah atau angkaangka, nama-nama, peristiwa, hari-hari, dan tanggal yang merujuk pada kenyataan yang sebenarnya. Menurut Nani, “fakta adalah benda atau peristiwa yang benar-benar ada atau suatu peristiwa yang sebenarnya tidak memerlukan pembuktian lagi.”37 Sejalan dengan pemikiran Nani, Ahmad Iskak dan Yustinah menyatakan bahwa “fakta adalah keadaan atau peristiwa yang merupakan kenyataan atau sesuatu yang benar-benar terjadi.”38 Fakta diperlukan untuk memperkuat, membuktikan, dan mempertahankan kebenaran pendapat yang disampaikan.39 Fakta menunjukkan suatu kebenaran informasi, artinya hal atau peristiwa tersebut terbukti benar-benar ada.40 A. Ciri-ciri kalimat Fakta 1. Kenyataan 2. Informasi dari kejadian yang sebenarnya. 3. Kalimat fakta adalah kalimat yg mengedepankan fakta nyata dan hasil temuan, dan sering kali menggunakan kutipan dari berbagai sumber sebagai penguat argumen. 4. Kalimat fakta itu kejadiannya sudah terjadi dan pasti dan biasanya disertai dengan waktu kejadian41 36
Priyona Mangunrejo, UN Bahasa Indonesia SMP/MTs (Jakarta: PT Grasindo, 2009) h.13. Nani Darmayanti, Bahasa Indonesia untuk SMK (Bandung: Grafindo, 2007) h.109. 38 Ahmad Iskak dan Yustinah Bahasa Indonesia Tataran Semenjana (Jakarta: Erlangga, 2008) h. 24. 39 Eva Rahmawati, Be Smart Bahasa Indonesia (Bandung: Grafindo, 2008) h. 17. 40 Sumi Winarsih dan Sri Wahyuni, Siap Menghadapi Ujian Nasional SMA/MA (Jakarta: PT Grasindo, 2008) h. 15. 41 Nurdi, Ciri-ciri Kalimat Fakta, 2010, (http://kreasi-nurdi.blogspot.com/2010/08/ciri-cirikalimat-fakta.html) 37
19
Berdasarkan pengertian fakta di atas, dapat disimpulkan bahwa fakta merupakan sesuatu yang benar-benar terjadi, biasanya fakta disertai oleh datadata yang akurat. Fakta dapat mendukung kebenaran suatu pendapat.
4. Teknik OPQRST Teknik OPQRST merupakan salah satu cara efektif memahami bacaan secara detail dan mempertahankan kemampuan mengingat dalam waktu yang lama. Teknik ini mencakup enam langkah yaitu: a. Overview Pada tahap ini pembaca hanya dapat memulai dengan membaca ringkasan yang akan dibaca membaca bagian-bagian penting dari bacaan.42 Pembaca diharapkan dapat menemukan topik yang dibahas dan ringkasan isi (ide-ide penting dari apa yang dibaca).
b. Merencanakan Tujuan Pembaca dapat merumuskan tujuan membacanya. Pembaca perlu menentukan informasi apa saja yang akan dicari dan merumuskan tujuan membacanya.
c. Bertanya Pembaca dapat membuat pertanyaan-pertanyaan sederhana sebelum membaca sebuah buku. Pertanyaan dasar dapat berupa konsep 5W+1H. Berikut ini adalah contoh pertanyaan yang dapat dirumuskan mengenai bacaan apapun: 1. Mengenai apakah isi tulisan itu. Seseorang harus berusaha menemukan gagasan utama tulisan itu dan bagaimana cara penulis
42
Kholid Harras, dkk. Membaca I (Jakarta: Universitas Terbuka,2007), h. 5.16.
20
menguraikan gagasan itu secara sistematis dalam suatu kaidah tertentu. 2. Apa yang menjadi pemikiran penulis dan bagaimana ia mengartikulasikan pikirannya. Seseorang harus mencari dasardasar pemikiran dan landasan yang dipakai penulis untuk menyampaikan maksud tulisannya. 3. Seberapa pentingkah tulisan itu. Seseorang harus mengetahui apakah bacaan dapat memberikan informasi, meningkatkan pemahaman, dan mendapatkan pemahaman lebih dalam. 4. Apakah substansi tulisan itu benar semuanya atau sebagian saja. Seseorang harus mengetahui apa yang ditulis penulis sebelum memberikan penilaian.43
d. Membaca Membaca diarahkan pada pencarian informasi dari proses tinjauan awal dan pertanyaan-pertanyaan yang akan dicari jawabannya. Pada tahap ini konsentrasikan pada penguasaan ide pokok serta detail yang penting, yang mendukung ide pokok.44
e. Membuat Ringkasan Setelah membaca pembaca dapat membuat ringkasan yang memadai dari teks/buku yang dibaca. Ringkasan adalah menggabungkan ide pokok yang telah dibuat sebelumnya.45 Agar menjadi padu perlu ditambahkan kata, frase, atau kalimat di antara ide-ide pokok yang digabungkan.
43
Winarno, Speed Reading (Solo: Platinum, 2012), h. 29-30. Soedarso, Speed Reading (Jakarta: Gramedia, 2004), h.63. 45 Mafrukhi, dkk., Kompeten Berbahasa Indonesia (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 164. 44
21
f. Menyusun Tes Pada tahap ini pembaca dapat membuat pertanyaan untuk menguji pemahamannya tentang apa yang dibaca.
B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan “Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif untuk Penemuan Fakta dengan Penggunaan Teknik OPQRST” adalah: 1. Peningkatan keterampilan membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry Pada Siswa Kelas VII B SMPN 10 Semarang Tahun Ajaran 2005/2006. Penulisnya adalah Munawaroh
dari
Universitas
Negeri
Semarang.
Berdasarkan
permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini, tujuan penelitian ini adalah 1) mendeskripsikan peningkatan keterampilan membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry pada siswa kelas VII B SMPN 10 Semarang, dan 2) mendeskripsikan perubahan tingkah laku siswa kelas VII B SMPN 10 Semarang setelah mengikuti pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua tahap yaitu siklus I dan siklus II. Masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Pengambilan data melalui tes dan nontes Setelah dilakukan penelitian melalui dua siklus, dihasilkan simpulan bahwa pembelajaran kooperatif metode jigsaw dapat meningkatkan keterampilan membaca intensif buku biografi tokoh siswa. Melalui tes awal diperoleh hasil rata-rata klasikal adalah 51,31 dan berada pada kategori kurang. Kemudian dilaksanakan tes siklus I dan diperoleh nilai rata-rata hasil tes siswa kelas VII E secara klasikal adalah 78,54 dengan kategori baik. Nilai rata-rata tersebut mengalami peningkatan
22
sebesar 27,23% dari hasil pratindakan dan berada pada kategori amat baik. Meskipun hasil tersebut sudah cukup memuaskan, namun peneliti masih melaksanakan pembelajaran dan tes siklus II hingga diperoleh hasil rata-rata klasikal untuk tes siklus II yaitu 90,08 dan berada pada kategori sangat baik, dengan peningkatan sebesar 11,54% dari hasil tes siklus I dan peningkatan tersebut berada pada kategori cukup.
Penelitian yang dilakukan oleh Munawaroh berbeda dengan yang dilakukan peneliti, keterampilan membaca intensif diterapkan pada membaca teks profil tokoh, sedangkan peneliti menerapkan keterampilan membaca intensif untuk menemukan fakta. Teknik yang digunakan pun berbeda, Munawaroh menggunakan pendekatan kontekstual komponen inquiry dan peneliti menggunakan teknik OPQRST. Namun metode yang digunakan sama, yaitu penelitian tindakan kelas dengan dua siklus.
2. Peningkatan keterampilan membaca intensif dengan metode kooperatif jigsaw pada siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah (MTS) AlMujahidin Cikarang tahun ajaran 2011-2012. Penulisnya adalah Vanesa Primadiyanti dari Universitas Islam Negeri Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan membaca siswa dan peningkatan keterampilan membaca intensif siswa kelas VII Mts. AlMujahidin Cikarang dengan digunakannya metode kooperatif jigsaw. Manfaat penelitian ini untuk mengembangkan pengetahuan membaca intensif dengan metode kooperatif jigsaw pada siswa kelas VII MTs. Al-Mujahidin Cikarang. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan teknik pengumpulan data menggunakan tes hasil
23
belajar siswa dan angket. Tes hasil belajar dan angket ini diberikan kepada sampel berjumlah 80 siswa, di mana kelas control berjumlah 40 siswa dan kelas eksperimen 40 siswa. Pengambilan sampel populasi Purposive sampling, yakni pengambilan sampel berdasarkan tujuan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan keterampilan membaca
intensif
setelah
mengikuti
pembelajaran
dengan
menggunakan metode kooperatif jigsaw. Peningkatan ini dapat dilihat dari hasil pretest dan posttest kelompok control dan eksperimen yang dilakukan pada siswa kelas VII Mts. Al Mujahidin Cikarang. Pada tes pretest nilai rata-rata kelompok control yang diperoleh sebesar 52,8 dan kelompok eksperimen 40,95. Hal ini menunjukkan bahwa nilai pretest kelompok eksperimen lebih rendah dibandingkan kelompok control. Maka, kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan menggunakan metode kooperatif jigsaw. Hasil tes posttest kelompok control sebesar 72,925 dan kelompok eksperimen sebesar 78,4. Hal ini menunjukkan bahwa metode kooperatif jigsaw dapat meningkatkan keterampilan membaca intensif.
Penelitian yang dilakukan oleh Vanesa hampir sama yang dilakukan oleh peneliti. Teknik yang digunakan oleh Vanesa adalah metode kooperatif jigsaw, peneliti menggunakan teknik OPQRST. Metode yang digunakan oleh peneliti dan Vanesa sama, yaitu penelitian tindakan kelas.
3. Peningkatan keterampilan membaca intensif untuk menemukan gagasan utama dengan menggunakan metode cooperative integrated reading and composition dan teknik repetisi pada siswa kelas VII A SMP negeri 2 Kalinyaman Jepara Tahun ajaran 2008/2009. Penelitian
24
ini disusun oleh Afiatur Rohmah dari Universitas Negeri Semarang. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan peningkatan keterampilan membaca intensif untuk menemukan gagasan utama pada siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Kalinyamatan Jepara setelah menerapkan metode Cooperative Integrated Reading and Composition dan teknik Repetisi; (2) mendeskripsikan perubahan perilaku siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Kalinyamatan Jepara setelah diadakan pengajaran membaca intensif untuk menemukan gagasan utama dengan menerapkan metode Cooperative Integrated Reading and Composition dan teknik Repetisi. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang meliputi dua siklus. Tiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengambilan data dilakukan dengan tes dan nontes. Alat pengambilan data berupa pedoman observasi, pedoman wawancara, pedoman jurnal, dan pedoman dokumentasi foto. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik kuantitatif dan teknik kualitatif. Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa keterampilan membaca intensif untuk menemukan gagasan utama setelah mengikuti pembelajaran dengan metode Cooperative Integrated Reading and Composition dan teknik Repetisi terbukti mengalami peningkatan. Hasil tes keterampilan membaca intensif untuk menemukan gagasan utama pada prasiklus dapat diketahui bahwa nilai rata-rata sebesar 59,5 atau sebesar 59,47% dan pada siklus I diperoleh nilai rata-rata sebesar 66,81 atau sebesar 66,81%. Hal ini berarti terjadi peningkatan sebesar 7,34%. Pada siklus II diperoleh nilai rata-rata kelas tes membaca intensif untuk menemukan gagasan utama sebesar 75,05 atau sebesar 75,05%.
25
Penelitian yang dilakukan oleh Afiatur dan peneliti adalah peningkatan
keterampilan
membaca
intensif.
Afiatur
meneliti
peningkatan keterampilan membaca intensif untuk menemukan gagasan utama, sedangkan peneliti meneliti peningkatan keterampilan membaca intensif untuk menemukan fakta. Teknik yang digunakan Afiatur ialah metode cooperative integrated reading dan peneliti menggunakan teknik OPQRST. Metode yang digunakan sama, yaitu penelitian tindakan kelas.
Berdasarkan ketiga penelitian tersebut, terdapat perbedaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Ketiga penelitian tersebut menggunakan teknik yang berbeda untuk meningkatkan keterampilan membaca intensif, tetapi semuanya berhasil. Oleh karena itu, penulis ingin mencoba menggunakan teknik OPQRST untuk meningkatkan keterampilan membaca intensif siswa kelas VIII SMP di sekolah Taruna Mandiri tahun ajaran 2012/2013.
C. Kerangka Berpikir Membaca adalah kunci ke gudang ilmu. Ilmu yang tersimpan dalam buku harus digali dan dicari melalui kegiatan membaca. Keterampilan membaca menentukan hasil penggalian ilmu itu. Karena itu dapat dikatakan keterampilan membaca sangat diperlukan dalam dunia modern. Membaca adalah salah satu cara dan proses belajar paling tua, paling utama serta paling mendasar dalam upaya memuliakan kehidupan manusia. Pada tingkatan membaca lanjut terdapat berbagai masalah yang menyebabkan pembaca tidak dapat mencapai kemampuan secara maksimal. Masalah-masalah tersebut terutama yang berkaitan dengan
26
kebiasaan-kebiasaan membaca tertentu, gerakan-gerakan mata, motivasi, kebiasaan, dan minat membaca. Untuk mengatasi masalah-masalah dalam membaca, guru perlu menerapkan metode membaca intensif, agar siswa lebih mudah memahami isi bacaan. Sebagai salah satu keterampilan yang harus dikembangkan di sekolah secara khusus pengembangan keterampilan membaca intensif adalah untuk membentuk kemampuan memahami informasi secara kreatif dan kritis dalam bentuk gagasan, pendapat, pengalaman, pesan, dan perasaan secara tertulis Teknik OPQRST dapat digunakan untuk metode membaca intensif. Teknik ini sangat mudah diaplikasikan dalam pembelajaran membaca intensif. Teknik OPQRST terdiri atas beberapa langkah, yaitu: overview, preview, question, summarize, dan test. Dengan langkahlangkah tersebut siswa dapat menemukan informasi dengan lebih cepat.
D. Hipotesis Penelitian Pengajuan hipotesis dalam penelitian ini adalah: H1
: Teknik OPQRST dapat meningkatkan keterampilan membaca intensif siswa.
H0
: Teknik OPQRST tidak dapat meningkatkan keterampilan membaca intensif siswa.
27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. DesainPenelitian Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas. Jean Mc Niff mengatakan “Penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri.”1 Penelitian tindakan kelas dilakukan oleh guru di kelasdengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran.2 Penelitian tindakan kelas juga dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik pendidikan. Hal ini terjadi karena kegiatan tersebut dilaksanakan sendiri, di kelas sendiri, dengan melibatkan siswanya sendiri melalui tindakan yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi. Dengan demikian, diperoleh umpan balik yang sistematis mengenai apa yang selama ini dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam penelitian tindakan kelas atau PTK, peneliti atau guru dapat melihat sendiri praktik pembelajaran.3 PTK merupakan suatu penelitian yang akar permasalahannya muncul di kelas dan dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan. Penelitian tindakan kelas meliputi tiga unsur atau konsep, yakni sebagai berikut: 1. Penelitian adalah aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu masalah.
1
Acep Yoni, MenyusunPenelitianTindakanKelas(Yogyakarta: Familia, 2010), h. 7. Susilo, PenelitianTindakanKelas(Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007), h.16. 3 Arikunto, Suharsimi. PenelitianTindakanKelas (Jakarta : PT BumiAksara, 2009), h. 102. 2
27
28
2. Tindakanadalahsuatuaktivitas yang sengajadengantujuantertentu yang berbentuksikluskegiatandengantujuanuntukmemperbaikiataumenin gkatkanmutuataukualitas proses belajarmengajar. 3. Kelasadalahsekelompoksiswa
yang
dalamwaktu
yang
samamenerimapembelajaran yang samadariseorang guru.4
Menurut Rochiati, penelitian tindakan kelas termasuk penelitian kualitatif meskipun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif, di mana uraiannya
bersifat
deskriptif
dalam
bentuk
kata-
kata.5Penelitiantindakankelasbertujuanuntukmeningkatkanataumemperbaikipr aktikpembelajaran. Menurut Kurt Lewin penelitian tindakan kelas adalah suatu rangkaian yang terdiri atas empat tahap, yaitu:
1. Perencanaan Kegiatan perencanaan mencakup identifikasi masalah, analisis penyebab adanya masalah, dan pengembangan bentuk tindakan sebagai pemecahan
masalah.6Padatahapiniakandilakukanlangkah-
langkahperencanaanuntukmemperbaikikelemahanketerampilanmembacain tensifsiswa.
Rencanakegiatan
yang
akandilakukanadalah
menyusunrencanapembelajaranmembacaintensifuntukmenemukaninforma si,
mempersiapkaninstrumen
penelitianberupalembarobservasi,
dokumentasi, dan mempersiapkantes.
4
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h. 45. 5 Ibid., h. 46. 6 Susilo, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Pustaka Book Publisher, 2000), h. 20.
29
2. Pelaksanaan Pelaksanaanpenelitiandilakukansesuaiperencanaan
yang
sudahdibuat.Tahappertama
yang
dilakukanialahmenarikperhatiansiswaterhadapmateri yang akandiajarkan. Tahap selanjutnya adalah guru memperkenalkan teknik OPQRST dan menyuruh siswa membaca teks secara intensif dengan menggunakan teknik
OPQRST.
didapatkandariteks
Kemudian yang
tanyakaninformasiapasaja
yang
dibaca.
yang
Tahap
terakhiradalahmelakukankesimpulanterhadappembelajaran
yang
dilakukan.
3. Pengamatan Kegiatanobservasiataupengamatandilakukanuntukmengetahuidanmem perolehgambaranlengkapsecaraobjektiftentangperkembanganproses pembelajaran7.
Pengamatan
yang
dilakukandalampenelitianiniadalahdenganmenggunakantestertulisdanjuga denganmenggunakanteknikwawancaraterhadapsiswa.
4. Refleksi Padatahapinipenelitidapatmenarikkesimpulandaripenelitian dilakukanpadasiklus
I.Jikapenelitiansiklus
I
yang yang
dilakukanbelummemuaskan, makapenelitidapatmerencanakansiklus II. Penelitian tindakan kelas adalah sebuah bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam situasi kependidikan untuk memperbaiki praktik kependidikan, pemahaman tentang praktik pendidikan,
7
Susilo, Penelitian Tindakan Kelas (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007), h. 22.
30
situasi saat praktik tersebut dilaksanakan.8 Penelitian tindakan kelas memerlukan gagsan dan asumsi ke dalam praktik untuk mengkaji secara sistematis bukti yang menantangnya (memberikan hipotesis tindakan).9 Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru atau peneliti untuk memecahkan masalah-masalah yang terdapat di dalam kelas.Hasil penelitian tersebut dapat menjadi pembelajaran bersama untuk guru dan para peneliti.
B. Model PenelitianTindakanKelas Dalampelaksanaanpenelitiantindakankelas, siswabukanhanyadiajarsepertibiasadanmengerjakan
LKS
yang
intinyamengerjakansoal-soalsetelahmempelajariringkasan, tetapiharusmelakukansuatutindakan.Siswaharusaktifbekerjamelakukansesuatu yang diarahkanoleh guru. Model penelitiantindakankelas yang paling seringdigunakanadalah model yang dikemukakanolehKemmisdanMc Taggart.10Penelitian tindakan diawali dengan perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasidanmengevaluasi proses danhasiltindakan (observation dan evaluation), dan melakukan refleksi (reflecting), dan seterusnya sampai peningkatan yang diharapkan tercapai. Adapun
model
penelitian
tindakan
kelas
yang
dimaksud
menggambarkan adanya empat langkah, yang disajikan dalam bagan berikut ini. 8
Kunandar, Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru (Jakarta: PT Rajawali Press, 2010), h. 46 9 Suharsimi Arikunto dan Suhardjono, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 106 10 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: RinekaCipta, 2010), h. 137
31
Gambar 3.1
C. TujuanPenelitianTindakanKelas Penelitian yang menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas umumnya diarahkan pada pencapaian sebagai berikut: 1. Memperhatikan dan meningkatkan kualitas isi, masukan, proses, dan hasil pembelajaran;
32
2. Menumbuhkembangkan budaya meneliti bagi tenaga kependidikan agar
lebih
proaktif
mencari
solusi
akan
permasalahan
pembelajaran. 3. Menumbuhkan dan meningkatkan produktivitas meneliti para tenaga pendidik dan kependidikan, khususnya mencari solusi masalah-masalah pembelajaran; 4. Meningkatkan kolaborasi antartenaga pendidik dan tenaga kependidikan dalam memecahkan masalah pembelajaran.11 Dengan kata lain, guru akan lebih banyak mendapatkan pengalaman tentang keterampilan praktik pembelajaran secara reflektif dan bukan bertujuan untuk mendapatkan ilmu baru dari penelitian tindakan yang dilakukannya. Penelitian tindakan kelasmemilikibeberapatujuan, yaitu: 1. Untukmemecahkanpermasalahannyata yang terjadi di dalamkelas, meningkatkanprofesionalisme
guru,
danmenumbuhkanbudayaakademik di kalangan guru. 2. Peningkatankualitaspraktikpembelajaran di kelas. 3. Peningkatanrelevansipendidikan,
halinidicapaimelalui
proses
peningkatan proses pembelajaran. 4. Sebagaialattraning in-service, untukmelengkapiskilldanmetode guru. 5. Sebagaialatuntukpendekatantambahanterhadapsistempembelajara n yang biasanyamenghambatinovasi. 6. Peningkatanmutuhasilpendidikan. 7. Meningkatkan sikap profesional pendidik. 8. Menumbuhkembangkanbudayaakademik di lingkungansekolah. 11
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta:Bumi Aksara, 2006), h. 107
33
9. Peningkatanefisiensipengelolaanpendidikan.12 Menurut Susilo tujuan penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut: 1. Untuk perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas. 2. Perbaikan dan peningkatan pelayanan professional guru kepada peserta didik dalam konteks pembelajaran di kelas. 3. Pengembangan
kemampuan
dan
keterampilan
guru
dalam
melaksanakan proses pembelajaran di kelas dalam rangka mengatasi permasalahan aktual yang dihadapi sehari-hari. 4. Adapun tujuan penyerta penelitian tindakan kelas yang dapat dicapai adalah terjadinya proses latihan dalam jabatan selama proses penelitian itu berlangsung.13 Dengan tujuan tersebut penelitian tindakan kelas memang sangat baik untuk dilakukan para guru dalam memperbaiki proses pembelajaran, meningkatkan kinerja guru, dan penelitian ini tidak mengganggu tugas pokok guru. Ketika melaksanakan penelitian tindakan kelas guru dapat memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya saat proses pembelajaran. D. Karakterisitik Penelitian Tindakan Kelas Penelitian (konvensional)
tindakan pada
kelas
umumnya.
berbeda Penelitian
dengan tindakan
penelitian kelas
formal memiliki
karakteristik sebagai berikut. 1. On the job problem oriented (masalah yang diteliti adalah masalah riil atau nyata yang muncul dalam dunia kerja peneliti atau yang ada dalam kewenangan atau tanggung jawab peneliti). 12 13
Kunandar, LangkahMudahPenelitianTindakanKelas, (Jakarta: RajawaliPers, 2011). h. 63-64. Susilo, Penelitian Tindakan Kelas(Jakarta: Pustaka Book Publisher, 2000), h. 17-18.
34
2. Problem solving oriemted (berorientasi pada pemecahan masalah). 3. Improvement-oriented (berorientasi pada peningkatan mutu). 4. Ciclic (siklus). Konsep tindakan (action) dalam PTK diterapkan melalui urutan yang terdiri dari beberapa tahap. 5. Action Oriented. Dalam PTK selalu adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas. 6. Pengkajian terhadap dampak tindakan. 7. Specifics Contextual. Aktivitas PTK dipicu oleh permasalahn praktis yang dialami oleh guru dalam proses belajar mengajar. 8. Partisipatory. PTK dilaksanakan secara kolaboratif dan bermitra dengan pihak lain. 9. Peneliti sekaligus praktisi yang melakukan refleksi. 10. Dilaksanakan dalam beberapa siklus. Satu siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.14
E. TempatdanWaktuPenelitian Penelitianinidilakukan di kelas VIII SMP TarunaMandiri semester II tahunpelajaran 2012/2013, yang beralamat di Jalan Raya Pamulang II nomor 3,
Benda
Baru,
Pamulang,
denganjumlahsiswa
padamatapelajaranBahasa
26
orang, Indonesia.
PenelitianinidilakukanpadabulanFebruarisampaibulanMarettahun 2013.Penelitianinidimulaidaritahapprasurveihinggadilaksanakannnyatindakan adalahempatpekan.Sebagaitahapawaldilakukanprasurveipadapekankeduabulan Februari
2013
denganmelakukantesawalketerampilanmembacaintensifpadasiswakelas
VIII
SMP 14
Kunandar, LangkahMudahPenelitianTindakanKelas, (Jakarta: RajawaliPers, 2011). h. 59-62.
35
TarunaMandiri.Setelahitudilanjutkandenganpemberiantindakan.Penelitianinia kanberakhirpadaminggupertamabulanMaret.
F. SubjekPenelitian Penelitianinidilaksanakan dikelas VIII SMP TarumaMandiri semester II
tahunpelajaran
2012/2013,denganjumlah
26
siswa.Tujuanpenelitianiniadalahuntukmendeskripsikanpeningkatanketerampil anmembacaintensifuntukmenemukaninformasidenganmenggunakanteknik OPQRST. G. TeknikPengumpulan Data Teknikpengumpulan data yang digunakanpenelitiadalah: a. Teknik wawancara Wawancara adalah salah satu cara menggali data. Hal ini harus dilakukan secara mendalam untuk mendapatkan data yang detail dan valid. Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan narasumber.15
b. Teknikobservasi Observasi
adalahkegiatanpengumpulan
melaluipengamatanatasgejala,
fenomenadanfaktaempiris
data yang
terkaitdenganmasalahpenelitian. Denganteknikinipenelitimengamatikegiatansiswaselama di kelas.
15
Jamal Ma,mur Asmani, Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian Pendidikan (Jogjakarta: Diva Press, 2011), h. 122.
36
Peneliti perlu memperhatikan beberapa prinsip umumjika menggunakan
teknik
observasi
dalam
pengumpulan
data.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan peneliti antara lain: 1. Aspek tingkah laku dan jenis interaksi telah ditentukan. 2. Peneliti telah menyiapkan instrument, berupa checklist. 3. Observer harus dilatih dan memahami aspek yang diobservasi. 4. Penentuan kriteria gejala yang diamati harus dapat dikontrol. 5. Validitas instrument terjamin.16
c. Teknikangket Angket adalahseperangkatpertanyaan yang disusunsecaralogis, sistematis, danobjektifuntukmenerangkanvariabel yang diteliti.17 Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu variabel yang akan diukur dan tahu apa yang diharapkan dari responden.
d. Tekniktes Tes ialahteknik yang digunakanuntukmengukurbakat, minat, danketerampilan. Penggunaantekniktesinidisesuaikandenganmasalah yang diteliti.
e. Dokumentasi Dokumentasi
digunakan
untuk
memperkuat
data
yang
diperoleh dalam observasi.18 Dokumentasi yang digunakan berupa tes tertulis siswa, daftar nilai siswa, lembar observasi, dan foto saat
16
Musfiqon, H.M., Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2012), h. 122. Ibid., h. 127. 18 Acep Yoni, dkk., Menyususn Penelitian Tindakan Kelas (Yogyakarta: Familia, 2010), h. 173. 17
37
melakukan kegiatan penelitian. Untuk memberikan gambaran secara konkret mengenai siswa.
H. TeknikAnalisis Data Tahapanakhirpenelitianadalahanalisis analisisinidilaksanakansetelah sesuaidenganmasalahfokus
data.Kegiatan
data
terkumpuldandireduksi,
penelitian.Apabilahasilanalisis
data
menunjukkantidaksignifikan,
di
dalaminterpretasihasilanalisisperludicarisumberpenyebabtidaksignifikannyahi potesistersebut.19 Adapunlangkah-langkahanalisis data yang adalahsebagaiberikut: 1.
Data
yang
diperolehbersumberdaripenelitianpertamadankedua
yang dilakukandengan menggunakan instrumen-instrumen yang digunakanpadasaatmelakukanpenelitian
di
kelas
VIII
SMP
penelitimengelompokkan
data
TarunaMandiri. 2.
Setelah
data
terkumpul,
tiaptindakan. 3.
Setelahdilakukanpengelompokan data, lalu penelitimenentukan rata-rata
hasiltes
yang
didapat,
kemudiandianalisisdenganmenggunakanrumus.
Tingkat
keberhasilansiswaberdasarkanskortes
yang
diperolehditetapkandalamnilaidenganmenggunakanrumus:
Nilai akhir = 19
100
Jamal Ma’mur Asmani Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian Pendidikan, (Jogjakarta: Diva Press, 2011), h. 126.
38
Selanjutnyadihitungnilai rata-rata denganrumus: Nilai rata-rata (x) =
Kemudianpenelitimencaripresentasipeningkatannilai
pretest,
siklus I, dansiklus II denganlangkah-langkahberikut: a. Mencariselisihnilaidenganrumusberikut: b. Setelahitupenelitimencaripersentasepeningkatandenganrum usberikut: Persentasepeningkatannilai =
4.
Setelahdianalisis, makaakanterlihatperbedaan antarahasil pretest, siklus
I,
dan
siklus
II,kemudiandapatdisimpulkanhasiltiaptindakansertapengambilank eputusanakandiadakanatautidaktindakanlanjutan.
BAB IV HASIL PENELITIAN
A.Deskripsi Data Sekolah 1. Profil SMP Taruna Mandiri Nomor Statistik Sekolah
: 20 2 280309 022
Nama Sekolah
: SMP Taruna Mandiri
Alamat
: Jalan Raya Pamulang No. 3
Kelurahan
: Benda Baru
Kecamatan
: Pamulang
Kota
: Tangerang Selatan
Provinsi
: Banten
Kode Pos
: 15416
No. Telepon/Fax
: 021-74635180/74635182
Alamat email
:
[email protected]
Website
: www.sekolahtarunamandiri.sch.id
Tahun dibuka
: 2005
Status Sekolah
: Swasta
SK/Izin Perndirian
: 421.1/377 tahun 2005
Akreditasi
:A
2. Visi Membangun generasi mandiri yang beretos kerja tinggi dan berjiwa pemimpin.
3. Misi a) Menyiapkan pemimpin masa depan yang menguasai iptek dan memiliki daya saing tinggi
39
40
b) Mewujudkan pribadi-pribadi yang berakhlak mulia dan bangga terhadap budaya bangsa c) Meningkatkan kemampuan intelektual, ketarampilan praktis dan kemampuan dalam memecahkan masalah.
4. Keunggulan kompetitif sekolah a. Menggunakan Bahasa Mandarin b. Pembinaan agama yang konsisten c. Program pembiasaan diri yang baik d. Student care e. English day
5. Data Ruang Sekolah SMP Taruna Mandiri a. Ruang teori/kelas b. Laboratorium IPA c. Laboratorium Kimia d. Laboratorium Fisika e. Laboratorium Biologi f. Laboratorium Bahasa g. Laboratorium Komputer h. Laboratorium Multimedia i. Ruang perpustakaan konvensional j. Ruang serbaguna/aula k. Ruang UKS l. Koperasi m. Ruang BP/BK n. Ruang kepala sekolah o. Ruang guru p. Ruang TU
41
q. Ruang OSIS r. Kamar mandi/ WC Guru laki-laki s. Kamar mandi/ WC guru perempuan
B. Hasil Analisis Data 1. Hasil Pratindakan Pratindakan adalah kegiatan yang dilakukan peneliti sebelum memulai siklus I dan selanjutnya. peneliti melakukan pretest terlebih dahulu kepada siswa untuk mengetahuikemampuan membaca intensif siswa. Dalam hal ini peneliti tidak menggunakan teknik OPQRST. Akan tetapi, peneliti langsung menerapkan materi membaca intensif untuk menemukan fakta.
a. Perencanaan Tindakan Tahap pertama yang dilakukan peneliti sebelum memulai pratindakan adalah menentukan tujuan pembelajaran, membuat rencana pembelajaran, menyusun lembar kegiatan siswa, dan membuat lembar observasi. Penelitian ini akan dilakukan di kelas VIII dengan jumlah siswa sebanyak 26 orang. Penelitian yang pertama dilakukan tanpa menggunakan teknik OPQRST.
b. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan pretestini dilakukan pada hari Jumat, 15 Februari 2013 pada pukul 08.00 sampai pukul 09.20 WIB. Sebelum memulai pembelajaran, guru mengucapkan salam dilanjutkan dengan membaca doa, kemudian mengecek kehadiran siswa. Saat pelajaran akan dimulai beberapa siswa masih mengobrol, tetapi hal itu tidaklah menjadi kendala. Setelah guru mulai mengkondisikan kesiapan siswa, suasana kelas menjadi tenang barulah guru menjelaskan tujuan pembelajaran membaca intensif untuk menemukan fakta dan materi membaca intensif. Guru mulai menjelaskan materi itu dari
42
kesulitan-kesulitan yang dihadapi semua orang saat membaca, siswa sangat antusias memperhatikan penjelasan guru. Beberapa siswa bahkan menyampaikan keluhannya tentang kesulitan memahami bahan bacaan.Pembelajaran menjadi menarik, karena siswa sangat aktif mengikuti pembelajaran, meski masih ada beberapa siswa yang mengobrol.Setelah guru selesai menyampaikan materi pembelajaran, siswa diajak untuk mengikuti tes sederhana.Tes ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal membaca intensif siswa. Siswa diberikan artikel yang harus dibaca dan dipahami dalam waktu 5 menit, kemudian siswa diharuskan menjawab beberapa pertanyaan tanpa melihat kembali artikel yang telah dibaca dan dipahami selama 5 menit. Siswa banyak bertanya saat tes ini dilakukan, guru pun menjelaskan secara lebih rinci bagaimana cara mengisi tes tersebut. Waktu yang dibutuhkan siswa untuk mengerjakan tes sederhana tersebut tidaklah lama, beberapa siswa selesai mengerjakan tes dalam waktu 10 menit. Setelah selesai mengerjakan tes sederhana ini, siswa mengumpulkan jawaban tes kepada guru.Sebelum pembelajaran usai, guru menyimpulkan hasil
pembelajaran
dan
kemudian
menutup
pembelajaran
dengan
mengucapkan salam. Pembelajaran hari itu sangat menyenangkan, karena siswa tertarik dengan materi membaca intensif.
c. Observasi Kegiatan observasi dilakukan selama pelaksanaan tindakan sebagai upaya mengetahui jalannya pembelajaran.Observasi dilaksanakan oleh peneliti yang sekaligus bertindak sebagai guru.Aspek yang diamati dalam observasi meliputi perilaku siswa, baik positif maupun negatif yang muncul selama pembelajaran berlangsung.
43
Tabel 4.1 Nilai Pretest Siswa
No.
Nama Siswa
KKM
Nilai
Keterangan
1.
Afriando Susanto
70
50
Kurang
2.
Alvara Sabrina Asya
70
60
Cukup
3.
Alviano Ardityas
70
50
Kurang
4.
Andre Widya Prayoga
70
70
Baik
5.
Arnesha Febra Syavera
70
70
Baik
6.
Chita Santika
70
60
Cukup
7.
Dhiya Amanda N.
70
60
Cukup
8.
Ectwan Pasudewa
70
50
Kurang
9.
Edwita Damara
70
50
Kurang
10.
Febrian Alit Pramoedito
70
65
Cukup
11.
I Gede Made Egar Bayu G.
70
60
Cukup
12.
Ika Aprilia
70
65
Cukup
13.
Indira Priva Salsabila
70
50
Kurang
14.
Lourette V. M.
70
50
Kurang
15.
Lukman Hadi Wibowo
70
50
Kurang
16.
M. Dwi Prayoga
70
60
Cukup
17.
Nadila Humaira
70
50
Kurang
18.
Nysella Latiefah Qolby
70
50
Kurang
19.
Octa Bimansyah Untoro
70
55
Kurang
20.
Putri Rahmadani
70
40
Kurang Sekali
21.
Risa Melina
70
60
Cukup
22.
Ryan Kusuma D.
70
55
Kurang
23.
Salmaa Fahira
70
50
Kurang
24.
Sarah Alia Djohan
70
50
Kurang
44
25.
Septaviano K. S.
70
40
Kurang sekali
26.
Zulfa Azahra
70
40
Kurang sekali
Jumlah
1410
Rata-Rata
54,23
Berdasarkan hasil analisis data pretest di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata pretest sebelum diberikan teknik OPQRST adalah 54,23. Ratarata tersebut didapatkan dengan menggunakan rumus yang terdapat pada bab III.
__ = ∑X X
N
Ket.: __ = nilai rata-rata (mean) X ∑X= jumlah seluruh skor N = banyaknya subjek.
Dari perhitungan nilai pretest di atas, diperoleh nilai 54,23dengan keterangan kurang. Oleh karena itu, dapat diambil kesimpulan nilai pretest tersebut kurang berhasil dalam pembelajaran membaca intensif.
d. Refleksi Dari hasil perhitungan nilai rata-rata tersebut, dapat diperoleh hasil bahwa rata-rata kemampuan membaca intensif untuk menemukan informasi
45
siswa kelas VIIISMP Taruna Mandiri pada pretest yaitu 54,23. Nilai siswa dalam pretest merata, yaitu 40-70, karena itu nilai para siswa harus ditingkatkan lagi agar mencapai KKM atau melebihi KKM. Hasil pretest tersebut kurang berhasil, sehingga tindakan dalam siklus I harus dilakukan untuk memperbaiki nilai siswa dalam pretest.
2. Siklus I a. Perencanaan Tindakan Tahap perencanaan siklus I guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dilanjutkan dengan doa, kemudian guru mengecek kehadiran siswa, dan menjelaskan tujuan pembelajaran membaca intensif dengan teknikOPQRST. Guru pun menanyakan kembali materi membaca intensif
yang
telah
dijelaskan
pada
tahap
pretest.Kemudian
guru
menjelaskanmateri membaca intensif dengan teknik OPQRST. Tindakan terakhir, guru menutup pelajaran dengan kesimpulan, agar siswa lebih paham tentang materi yang diajarkan dan memberikan penguatan. Kelas pun diakhiri, setelah guru mengucapkan salam.
b. Tahap Pelaksanaan Siklus I dilaksanakan pada Jumat 22 Februari, 2013, pukul 08.00 sampai 09.20 WIB.Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dilanjutkan dengan doa. Kemudian, guru menjelaskan kembali materi membaca intensif dengan teknik OPQRST.Secara rinci guru menjelaskan caramembaca intensif untuk menemukan informasi dengan teknik OPQRST. Teknik OPQRST terdiri dari enam langkah. Hal pertama yang harus dilakukan adalah tahap overview dan previewyaitu, mengamati secara keseluruhan isi teks dan memahami pokok-pokok isi teks. Selanjutnya langkah
yang
dilakukan
adalah
tahap
question
atau
merumuskan
46
pertanyaan.Rumusan pertanyaan dapat berupa isi bacaan, pemikiran penulis, dan kepentingan suatu bacaan bagi pembaca.Pada tahap membaca, siswa harus fokus dan menjawab sendiri pertanyaan yang telah dibuatnya. Langkah terakhir adalah summarize dan test, pada tahap ini siswa harus mengisi beberapa pertanyaan yang telah dibuat oleh guru dan membuat kesimpulan berdasarkan teks yang telah dibaca siswa. Seperti pertemuan sebelumnya siswa juga sangat antusias mengikuti pembelajaran hari itu.Setelah guru menjelaskan materi, siswa ditugaskan untuk membaca artikel yang telah disediakan dengan teknik OPQRST, serta menyimpulkan isi artikel tersebut.Siswa hanya diberi waktu 5 menit untuk memahami isi artikel, kemudian siswa harus menjawab tes.Dalam proses ini, siswa mengerjakan postest dengan teknik OPQRST. Siswa diberi waktu 20 menit untuk mengerjakan tes, tanpa melihat artikel yang telah dibaca sebelumnya.Saat mengerjakan tes siswa terlihat sangat antusias, tetapi ada juga yang terlihat tegang.Guru pun berusaha membuat siswa mengerjakan tes dengan santai. Setelah siswa selesai mengerjakan tes, guru pun menyimpulkan pembelajaran, serta memberikan penguatan, dan menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.
C. Observasi Observasi dilakukan dengan cara mengamati kegiatan dan tingkah laku siswa selama pembelajaran berlangsung. Peneliti bertindak sebagai guru sekaligus observer yang mencatat lembar pengamatan pada pedoman observasi.Pada siklus I, semua siswa terlihat sangat antusias mengikuti kegiatan belajar mengajar.Ketika diperkenalkan dengan teknik OPQRST, siswa merasa tertarik dan mengajukan beberapa pertanyaan. Siswa mengakui bahwa mereka masih kesulitan untuk menemukan fakta di dalam teks, mereka lebih mudah memahami komik, cerpen, novel, dan karya-karya fiksi lainnya dibandingkan karya non fiksi. Selama pembelajaran
47
berlangsung guru mengetahui apa yang menjadi kesulitan siswa saat membaca dan minat baca siswa. Saat diterapkan kegiatan membaca intensif dengan teknik OPQRST, siswa juga merasa sangat antusias.Kecepatan membaca siswa tidak diragukan lagi, karena sebelum lima menit mereka sudah selesai membaca.Namun saat diberikan tes, hanya sedikit yang mampu menjawab pertanyaan dengan cukup baik.
Tabel 4.2 Nilai Siklus I No.
Nama Siswa
KKM
Nilai
Keterangan
1.
Afriando Susanto
70
60
Cukup
2.
Alvara Sabrina Asya
70
70
Baik
3.
Alviano Ardityas
70
60
Cukup
4.
Andre Widya Prayoga
70
75
Baik
5.
Arnesha Febra Syavera
70
75
Baik
6.
Chita Santika
70
70
Baik
7.
Dhiya Amanda N.
70
70
Baik
8.
Ectwan Pasudewa
70
60
Cukup
9.
Edwita Damara
70
60
Cukup
10.
Febrian Alit Pramoedito
70
70
Baik
11.
I Gede Made Egar Bayu G.
70
70
Baik
12.
Ika Aprilia
70
70
Baik
13.
Indira Priva Salsabila
70
65
Cukup
14.
Lourette V. M.
70
55
Kurang
15.
Lukman Hadi Wibowo
70
60
Cukup
16.
M. Dwi Prayoga
70
65
Cukup
17.
Nadila Humaira
70
55
Kurang
48
18.
Nysella Latiefah Qolby
70
60
Cukup
19.
Octa Bimansyah Untoro
70
60
Cukup
20.
Putri Rahmadani
70
65
Cukup
21.
Risa Melina
70
70
Baik
22.
Ryan Kusuma D.
70
65
Cukup
H 23.
Salmaa Fahira
70
60
Cukup
a 24. s 25.
Sarah Alia Djohan
70
65
Cukup
Septaviano K. S.
70
50
Kurang
i 26. l
Zulfa Azahra
70
50
Kurang
Jumlah
1655
Rata-Rata
63.65
Berdasarkan hasil analisi data siklus I di atas, dapat diketahui bahwa nilai ratarata pada siklus I dengan menggunakan teknik OPQRST adalah 63,65dengan keterangan cukup. Rata-rata tersebut didapatkan dengan menggunakan rumus yang terdapat pada bab III.
__ = ∑X X
N
Ket.: __ = nilai rata-rata (mean) X ∑X= jumlah seluruh skor N = banyaknya subjek.
49
Dari perhitungan nilai siklus I di atas, diperoleh nilai rata-rata 63,65 dengan keterangan cukup. Nilai siswa pada siklus I mengalami kenaikan yang cukup baik, beberapa siswa bahkan sudah mencapai KKM, yaitu 70. Meskipun terdapat peningkatan nilai rata-rata dari 54,23 menjadi 63.65, tetapi nilai tersebut masih di bawah KKM. Oleh karena itu, peneliti perlu melakukan tindakan dalam siklus II.
c. Refleksi Setelah pelaksanaan tindakan, langkah selanjutnya adalah melakukan refleksi. Refleksi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang telah dilakukan. Dalam tahap refleksi, peneliti akan melakukan analisis terhadap hasil tes dan nontes siklus I. Jika hasil tes belum memenuhi nilai target yang ditentukan maka akan dilakukan tindakan siklus II. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti dapat melakukan revisi terhadap rencana kegiatan siklus II. Setelah melihat hasil dari siklus I, ternyata nilai siswa masih di bawah nilai KKM (70) yaitu 57,11. Oleh karena itu, nilai para siswa harus ditingkatkan lagi agar mencapai KKM atau melebihi nilai KKM. Berdasarkan pengamatan di atas, tindakan dalam siklus II harus dilakukan agar memperbaiki nilai siswa dalam siklus I. Penggunaan teknik OPQRST untuk menemukan informasi berjalan cukup baik, meskipun nilai siswa belum mencapai KKM. Namun, peningkatan nilai yang diperoleh siswa lebih baik dari pretest.
3. Siklus II a. Tahap Perencanaan Tahap perencanaan ketiga, guru mengucapkan salam dilanjutkan dengan doa, kemudian mengecek kehadiran siswa. Setelah itu guru membuka pelajaran dengan
50
menjelaskan tujuan pembelajaran.Kemudian, guru menanyakan kembali materi membaca intensif yang telah dijelaskan pada pertemuan pertama. Guru akan menjelaskan materi membaca intensif dengan teknik OPQRST dan dilanjutkan dengan memberikan postes kepada siswa. Tindakan terakhir, guru menutup pembelajaran dengan memberikan kesimpulan dan penguatan.
b. Tahap Pelaksanaan Pertemuan ketiga dalam siklus II ini dilakukan pada hari Jumat, 1 Maret 2013, pukul 08.00 sampai dengan 09.30 WIB.Guru mengucapkan salam dilanjutkan dengan doa, kemudian mengecek kehadiran siswa dan menjelaskan tujuan pembelajaran membaca intensif untuk menemukan fakta dengan teknik OPQRST. Suasana kelas lebih gaduh dari biasanya, kemudian guru berusaha menenangkan siswa.Saat suasana kelas sudah kondusif, guru mulai menjelaskan materi membaca intensif dengan teknik OPQRST. Teknik OPQRST terdiri dari enam langkah. Hal pertama yang harus dilakukan adalah tahap overview dan previewyaitu, mengamati secara keseluruhan isi teks dan memahami pokok-pokok isi teks. Selanjutnya langkah yang dilakukan adalah tahap question atau merumuskan pertanyaan.Rumusan pertanyaan dapat berupa isi bacaan, pemikiran penulis, dan kepentingan suatu bacaan bagi pembaca.Pada tahap membaca, siswa harus fokus dan menjawab sendiri pertanyaan yang telah dibuatnya. Langkah terakhir adalah summarize dan test, pada tahap ini siswa harus mengisi beberapa pertanyaan yang telah dibuat oleh guru dan membuat kesimpulan berdasarkan teks yang telah dibaca siswa. Pada siklus kedua siswa banyak mengajukan pertanyaan, guru pun menjawab dengan antusias.Setelah selesai menjelaskan pertanyaan guru memberikan artikel untuk dibaca dalam waktu limamenit.Siswa pun membaca dengan tenang artikel yang telah diberikan dan mencoba menemukan fakta yang terdapat di dalam teks.Waktu yang diberikan sudah habis, siswa harus menyimpan artikel yang telah dibaca, lalu
51
mengisi tes dalam waktu 20 menit.Pada siklus II, siswa terlihat lebih percaya diri untuk menjawab pertanyaan.Tidak terlihat lagi ketegangan saat menjawab tes tersebut, beberapa siswa bahkan mengumpulkan jawaban sebelum waktu selesai. Setelah semua siswa selesai mengerjakan tes, guru pun memberikan kesimpulan dan penguatan tentang pembelajaran hari itu. Guru pun menanyakan pendapat siswa tentang pembelajaran membaca intensif dengan teknik OPQRST melalui angket dan wawancara.Pembelajaran yang berlangsung selama 90 menit pun usai, guru mengucapkan terima kasih kepada siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri yang telah membantu pelaksanaan penelitian tindakan kelas tersebut. Guru menutup pembelajan dengan mengucapkan salam.
c.Observasi Tahap observasi berlangsung bersamaan dengan proses belajar mengajar. Pada pertemuan ketiga, guru melihat siswa lebih gaduh dari biasanya. Namun proses belajar mengajar hari itu lebih baik dari siklus I dan pretest. Hal ini dapat dilihat bagaimana keseriusan siswa memperhatikan penjelasan guru dan mengerjakan tes.
Nilai Siklus II No.
Nama Siswa
KKM
Nilai
Keterangan
1.
Afriando Susanto
70
80
Baik sekali
2.
Alvara Sabrina Asya
70
85
Baik sekali
3.
Alviano Ardityas
70
80
Baik sekali
4.
Andre Widya Prayoga
70
85
Baik sekali
5.
Arnesha Febra Syavera
70
85
Baik sekali
6.
Chita Santika
70
85
Baik sekali
7.
Dhiya Amanda N.
70
85
Baik sekali
8.
Ectwan Pasudewa
70
80
Baik sekali
9.
Edwita Damara
70
80
Baik sekali
52
10.
Febrian Alit Pramoedito
70
85
Baik sekali
11.
I Gede Made Egar Bayu G.
70
85
Baik sekali
12.
Ika Aprilia
70
85
Baik sekali
13.
Indira Priva Salsabila
70
80
Baik sekali
14.
Lourette V. M.
70
75
Baik sekali
15.
Lukman Hadi Wibowo
70
80
Baik sekali
16.
M. Dwi Prayoga
70
80
Baik sekali
17.
Nadila Humaira
70
75
Baik
18.
Nysella Latiefah Qolby
70
80
Baik sekali
19.
Octa Bimansyah Untoro
70
80
Baik sekali
20.
Putri Rahmadani
70
80
Baik sekali
21.
Risa Melina
70
85
Baik sekali
22.
Ryan Kusuma D.
70
80
Baik sekali
23.
Salmaa Fahira
70
80
Baik sekali
24.
Sarah Alia Djohan
70
80
Baik sekali
25.
Septaviano K. S.
70
75
Baik
26.
Zulfa Azahra
70
75
Baik
Jumlah
2105
Rata-Rata
80,96
Berdasarkan hasil analisis data siklus II di atas, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata pada siklus II mengalami peningkatan yang sangat tinggi dari siklus I. Nilai rata-rata siklus II adalah 80,96 dengan keterangan baik sekali, sedangkan nilai ratarata pada siklus I hanya 63,65 dengan keterangan cukup. Dengan kemajuan tersebut, dapat dibuktikan bahwa peningkatan keterampilan membaca intensif untuk menemukan informasi dengan teknik OPQRST sangat berhasil. Nilai rata-rata tersebut didapatkan dengan menggunakan rumus yang terdapat pada bab II
53
__ = ∑X X
N
Ket.: __ = nilai rata-rata (mean) X ∑X= jumlah seluruh skor N = banyaknya subjek.
Dari perhitungan nilai siklus II di atas, diperoleh nilai rata-rata 80,96 dengan keterangan baik sekali. Nilai siswa pada siklus II mengalami kenaikan yang sangat tinggi.Nilai ini telah melampaui nilai KKM yang telah ditetapkan yaitu 70.Oleh karena itu, peneliti tidak perlu melakukan tindakan pada siklus III.
d. Refleksi Pada siklus II, guru mendapatkan hasil yang sangat baik dari siklus I dan pretest.Seluruh siswa dapat meningkatkan keterampilan membaca intensif untuk menemukan informasi dengan teknik OPQRST. Guru dapat mengambil kesimpulan bahwa keterampilan membaca intensif siswa meningkat dengan teknik OPQRST. Oleh karena itu penelitian dihentikan sampai siklus II ini.
C. Interpretasi Hasil Analisis Data 1. Analisis Nilai Siswa a. Nilai pretest Berikut ini nilai pretest dari yang terendah sampai yang tertingg
54
40
40
40
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
55
55
60
60
60
60
60
60
65
65
70
70
Dari data di atas, terlihat bahwa siswa yang mendapat nilai terendah yaitu 40 sebanyak 3 orang. Siswa yang mendapat nilai 50 sebanyak 11 orang, yang mendapat nilai 55 sebanyak 2 orang, yang mendapat nilai 60 sebanyak 6 orang, yang mendapat nilai 65 sebanyak 2 orang, dan yang mendapat nilai 70 hanya 2 orang.
b. Nilai Siklus I
50
50
55
55
60
60
60
60
60
60
60
60
65
65
65
65
65
70
70
70
70
70
70
70
75
75
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai terendah yaitu 50 sebanyak 2 orang, lalu siswa yang mendapat nilai 55 sebanyak 2 orang, kemudian siswa yang medapat nilai 60 sebanyak 8 orang, dan siswa yang mendapat nilai 65 sebanyak 5 orang. Siswa yang berhasil mencapai nilai KKM, yaitu 70 sebanyak 7 orang dan yang mendapat nilai di atas KKM, yaitu 75 sebanyak 2 orang. Dari data tersebut terlihat peningkatan dari nilai yang didapat saat pretest.
55
c. Nilai Siklus II
70
70
75
75
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
85
85
85
85
85
85
85
85
85
Dari nilai yang didapat dalam siklus II, terlihat banyak peningkatan.Nilai terendah mencapai KKM, yaitu 70 sebanyak 2 orang.Siswa yang mendapat nilai 75 sebanyak 2 orang. Siswa yang mendapat nilai 80 sebanyak 13 orang. Siswa yang mendapat nilai 85 sebanyak 9 orang.
Tabel 4.4 Perbandingan Nilai Pretest dan Postest (siklus I dan siklus II)
No
KKM
Pretest
Siklus I
Siklus II
1.
70
50
60
80
2.
70
60
70
85
3.
70
50
60
80
4.
70
70
75
85
5.
70
70
75
85
6.
70
60
70
85
7.
70
60
70
85
8.
70
50
60
80
9.
70
50
60
80
10.
70
65
70
85
11.
70
60
70
85
56
12.
70
65
70
85
13.
70
50
65
80
14.
70
50
55
75
15.
70
50
60
80
16.
70
60
65
80
17.
70
50
55
75
18.
70
50
60
80
19.
70
55
60
80
20.
70
40
65
80
21.
70
60
70
85
22.
70
55
65
80
23.
70
50
60
80
24.
70
50
65
80
25.
70
40
50
75
26.
70
40
50
75
Jumlah
1410
1655
2105
Rata-rata
54,23
63,65
80,96
2. Analisis Angket Analisis angket yang dilakukan penulis yaitu dengan menghitung berapa banyak responden yang menjawab ya dan berapa banyak responden yang menjawab tidak dalam bentuk persen.Berikut ini adalah hasil analisis angket.
No. 1.
Pertanyaan Apakah kamu menyukai pembelajaran membaca intensif untuk menemukan informasi dengan menggunakan teknik
Ya
Tidak
76,92%
23,08%
57
OPQRST? 2.
Apakah metode belajar ini sesuai dengan
80,77%
19,23%
38,46%
61,54%
69,23%
30,77%
30,77%
69,23%
73,08%
26,92%
76,92%
23,08%
42,31%
57,69%
42,31%
57,69%
73,63%
26,92%
materi membaca intensif? 3.
Apakah kamu kesulitan memahami materi membaca intensif dengan menggunakan teknik OPQRST?
4.
Apakah pembelajaran membaca intensif dengan menggunakan teknik OPQRST membuat kamu semangat mengikuti pembelajaran?
5.
Apakah kamu merasa jenuh dengan pembelajaran membaca intensif menggunakan teknik OPQRST?
6.
Apakah kamu mendengarkan saat guru menjelaskan materi pembelajaran?
7.
Apakah kamu memahami materi pembelajaran dengan baik setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan teknik OPQRST?
8.
Apakah kamu membuat catatan selama pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung?
9.
Apakah kamu aktif dalam mengikuti pembelajaran membaca intensif untuk menemukan informasi dengan menggunakan teknik OPQRST?
10.
Apakah kamu memahami materi membaca intensif untuk menemukan
58
informasi dengan baik, setelah menggunakan teknik OPQRST?
Dari tabel di atas, dapat diketahui hasil angket siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri yaitu: 1.
Pada pertanyaan pertama, 76,92% siswa menyukai pembelajaran membaca intensif untuk menemukan informasi dengan teknik OPQRST dan 23,08% siswa tidak menyukai pembelajaran membaca intensif untuk menemukan informasi dengan teknik OPQRST.
2. Pada pertanyaan kedua, sebanyak 80,77% siswa menyatakan bahwa teknik OPRST sangat sesuai dengan pembelajaran membaca intensif dan 19,23% siswa menyatakan teknik OPQRST tidak sesuai dengan pembelajaran membaca intensif.
3. Pada pertanyaan ketiga, siswa yang kesulitan memahami materi membaca intensif dengan teknik OPQRST hanya 38, 46% dan siswa yang tidak kesulitan dalam memahami materi membaca intensif dengan teknik OPQRST sebanyak 61,54%
4. Pada
pertanyaan
keempat,
69,23%
siswa
bersemangat
mengikuti
pembelajaran membaca intensif dengan teknik OPQRST dan hanya 30,77% siswa yang tidak semangat mengikuti pembelajaran membaca intensif dengan teknik OPQRST.
5. Pada pertanyaan kelima, siswa yang merasa jenuh dengan pembelajaran membaca intensif dengan teknik OPQRST sebanyak 30,77% dan 69,23% siswa tidak merasa jenuh.
59
6. Pada pertanyaan keenam, hanya 30,77% yang tidak mendengarkan saat guru menjelaskan materi pembelajaran, sedangkan 69,23% siswa mendengarkan saat guru menjelaskan materi pembelajaran.
7. Pada pertanyaan ketujuh, siswa yang memahami materi pembelajaran dengan baik setelah menggunakan teknik OPQRST sebanyak 76,92% dan 23,08% siswa
tidak
memahami
materi
pembelajaran
dengan
baik
setelah
menggunakan teknik OPQRST.
8. Pada pertanyaan kedelapan, hanya 42,31% siswa yang membuat catatan selama pembelajaran berlangsung dan 57,69% siswa tidak membuat catatan selama pembelajaran berlangsung.
9. Pada pertanyaan kesembilan, siswa yang aktif mengikuti pembelajaran membaca intensif dengan teknik OPQRST hanya 42,31% dan 57.69% tidak aktif mengikuti pembelajaran.
10. Pada pertanyaan kesepuluh, sebanyak 73,63% siswa memahami dengan baik materi membaca intensif untuk menemukan informasi dengan teknik OPQRST dan hanya 26,92% yang tidak memahami dengan baik materi membaca intensif untuk menemukan informasi dengan teknik OPQRST.
3. Hasil Wawancara Setelah menyelesaikan siklus II, peneliti melakukan wawancara secara tertulis kepada 26 siswa, Hasil wawancara dari 26 siswa tentang pembelajaran membaca intensif untuk menemukan informasi dengan menggunakan teknik OPQRST adalah sebagai berikut.
60
a. Sebagian siswa mengatakan bahwa dengan membaca intensif dan menggunakan teknik OPQRST, siswa lebih mudah menemukan informasi secara cepat. Namun, ada beberapa siswa yang mengatakan bahwa membaca intensif dengan menggunakan teknik OPQRST sangat sulit.
b. Penjelasan guru mengenai teknik OPQRST menurut para siswa sudah cukup baik, meskipun ada siswa yang tidak cukup paham dengan penjelasan guru.
c. Kesulitan siswa dalam menerapkan teknik OPQRST adalah saat mengingat beberapa pokok pikiran dari teks yang panjang. Siswa juga kesulitan berkonsentrasi tehadap teks yang dibacanya. Beberapa siswa merasa kurang teliti ketika melakukan kegiatan membaca intensif dengan teknik OPQRST dan ada juga siswa yang kesulitan mebuat kesimpulan setelah membaca teks.
d. Seluruh siswa merasa senang ketika dapat meningkatkan kemampuan membacanya, bahkan ada yang merasa bangga saat mengetahui kemampuan membacanya meningkat.
e. Saran siswa dalam pembelajaran membaca intensif dengan menggunakan teknik OPQRST adalah siswa ingin guru bisa mengembangkan metode pembelajaran dengan lebih menarik, agar mereka merasa senang saat mengikuti kegiatan belajar mengajar dan tidak merasa bosan. Beberapa siswa juga mengatakan sudah senang dengan pembelajaran membaca intensif dengan penggunaan teknik OPQRST sehingga mereka tidak memberikan saran untuk pembelajaran tersebut.
61
Berdasarkan hasil analisis data yang dikumpulkan melalui tes, wawancara, dan angket dapat diketahui bahwa keterampilan membaca intensif untuk menemukan fakta dapat meningkat dengan menggunakan teknik OPQRST.Membaca intensif merupakan kegiatan membaca untuk memahami bacaan secara akurat dengan pemahaman secara utuh. Melalui membaca intensif siswa dapat dengan mudah menemukan fakta-fakta yang terdapat pada bahan bacaan, hal ini dapat dibuktikan dengan peningkatan yang terjadi pada siklus I dan siklus II. Selanjutnya teknik OPQRST bertujuan untuk memahami bacaan secara detail dan mempertahankan kemampuan mengingat dalam waktu yang lama. Dengan teknik OPQRST siswa akan lebih memahami bacaan dan dapat mengingat hal-hal penting yang terdapat dalam bacaan. Sesuai dengan tujuan membaca yaitu memperoleh informasi dari bahan bacaan, memahami isi bacaan, dan menilai kebenaran suatu gagasan isi.
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh di SMP Taruna Mandiri, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan keterampilan membaca intensif untuk menemukan fakta dengan menggunakan teknik OPQRST, pada siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri. Hal ini dapat dibuktikan dengan analisis data yang diperoleh dari siklus I dan siklus II yang sangat meningkat dibandingkan pretest. Nilai rata-rata yang diperoleh saat pretest adalah 54,23 atau 54,23%. Nilai yang didapat belum mencapai KKM, kemudian dilakukan tindakan pada siklus I dengan teknik OPQRST sehingga nilai rata-rata yang didapat lebih tinggi dari nilai rata-rata pretest yaitu 63,65 atau 63.65%. Nilai rata-rata pada siklus I belum mencapai KKM, tetapi pada siklus II nilai rata-rata siswa berhasil mencapai KKM dengan nilai rata-rata 80,96 atau 80,96%. Respon siswa terhadap pembelajaran membaca intensif untuk menemukan fakta dengan menggunakan teknik OPQRST sangat baik, terbukti dari hasil yang didapat siswa selama pretest, siklus I, dan siklus II selalu mengalami peningkatan. Dengan demikian, teknik OPQRST dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan membaca intensif untuk menemukan fakta.
B. Saran Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan, saran yang diajukan oleh peneliti adalah hasil pembelajaran di atas telah membuktikan bahwa teknik OPQRST dapat meningkatkan keterampilan membaca intensif untuk menemukan fakta. Oleh karena itu, guru dapat menerapkan teknik OPQRST dalam materi membaca intensif.
62
DAFTAR PUSTAKA
Alek dan H.P. Ahmad. Buku Ajar Bahasa Indonesia. Jakarta: FITK Press. 2009. Arifin, Antoni Ludfi. Be A Reader. Jakarta: Gramedia. 2013. Arikunto, Suharsimi dan Suhardjono. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. 2009. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. 2010. Asmani, Jamal Ma’mur. Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian Pendidikan. Jogjakarta: Diva Press. 2011. Dawud, Perspektif Pembelajaran Bahasa Indonesia. Malang: UM Press. 2008. Harras, Kholid, dkk. Membaca I. Jakarta: Universitas Terbuka. 2007. Hidayah, Anayatul. Membaca Super Cepat. Jakarta: Laksar Aksara. 2012. Kunandar. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Rajawali Press. 2010. Laksono, Kisyani. Membaca 2. Jakarta: Universitas Terbuka. 2008. Mafrukhi, dkk. Kompeten Berbahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga, 2007. Musfiqon, H.M. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustakarya. 2012. Olivia, Femi. Membantu Anak Punya Ingatan Super. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 2008. Sadikin, Asep Ganda. Bahasa Indonesia. Bandung: Facil. 2011. Subana, M. dan Sunarti. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia. 1998. Suhendar, ME dan Pien Supinah. Mata Kuliah Dasar Umum Pengajaran Ujian Keterampilan Membaca dan Keterampilan Menulis. Bandung: Pionir Jaya. 1992. Sumadiria, AS Haris. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2011.
Susilo. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pustaka Book Publisher. 2000 Soedarso. Speed Reading. Jakarta: Gramedia. 2004. Tarigan, Henry Guntur. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. 1974. Wahyudi, Johan. dan Darmiyati Zuchdi, Bahasaku Bahasa Indonesia. Solo: Platinum. 2009. Winarno. Speed Reading. Jakarta: Platinum. 2012. Wulandari, Florentina Ratih. Dasar-dasar Informasi. Jakarta: Universitas Terbuka. 2007. Yoni, Acep. Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Familia. 2010.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu Standar Kompetensi
: SMP TarunaMandiri : Bahasa Indonesia : VIII/1 : 4 x 40 menit ( 2x Pertemuan ) : Memahami wacana tulis melalui kegiatan membaca intensif
Kompetensi Dasar
: Mampu menemukan fakta yang terdapat di dalam teks setelah membaca intensif dengan teknik OPQRST. I. Tujuan Pembelajaran Setelah pembelajaran ini, siswa mampu • Membuat kesimpulan dari wacana. • Menemukan fakta di dalam wacana. • Menggunakan teknik OPQRST.
Karakter siswa yang diharapkan :
Dapat dipercaya ( Trustworthines) Rasa hormat dan perhatian( respect) Tekun( diligence ) Tanggung jawab( responsibility) Berani (courage )
II. Materi Ajar (terlampir) Wacana “Kisah Bintang Glee, Turunkan Berat Badan Tanpa Diet Ketat”. Wacana “Musim Baniir Waspadai Penyakit-penyakit Ini”. III. Metode Pembelajaran – Penugasan – Tanya jawab IV. Langkah-Langkah Pembelajaran Pertemuan Pertama dan kedua : A. Kegiatan Awal Apersepsi : • Guru memulai pelajaran dengan mengucapkan salam, doa, dan mengecek kehadiran siswa. • Bertanya jawab tentang pengalaman siswa membaca intensif. • Guru menjelaskan secara singkat materi pokok yang akan diajarkan. • Guru menjelaskan secara singkat tujuan pembelajaran dan indikator keberhasilannya. • Siswa menyebutkan manfaat pembelajaran bagi kehidupan mereka. B. Kegiatan Inti Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: mampu bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi, gesture dan mimik yang tepat
melibatkan siswa mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari. menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain; memfasilitasi terjadinya interaksi antar siswa serta antara siswa dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya; melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Memfasilitasi siswa membuat kesimpulan dari wacana. Memfasilitasi siswa untuk menemukan fakta di dalam teks. Memfasilitasi siswa menggunakan teknik OPQRST. Teknik OPQRST terdiri atas 6 langkahyaitu: 1. Overview : Pada tahap ini diharapkan pembaca dapat menemukan topik apa yang dibahas. 2. Merencanakan tujuan. 3. Bertanya: Pertanyaan merupakan konsep penting dariapa yang akan dibaca. Pertanyaan dasar dapat berangkat dari 5 W + 1 H. 4. Membaca. 5. Membuat Ringkasan. 6. Menyusun Tes.
Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru: memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis; memfasilitasi siswa dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif; memfasilitasi siswa berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar; memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok; memfasilitasi siswa untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok; memfasilitasi siswa melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri siswa.
Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru: memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan siswa, memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi siswa melalui berbagai sumber, memfasilitasi siswa melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan, memfasilitasi siswa untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar: berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan siswa yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar;
membantu menyelesaikan masalah; memberi acuan agar siswa dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi; memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh; memberikan motivasi kepada siswa yang kurang atau belum berpartisipasi aktif. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
C. Kegiatan Akhir Dalam kegiatan penutup, guru: bersama-sama dengan siswa dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran; melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram; memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. V. Sumber/Bahan/Alat Artikel-artikel dari internet Buku pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. VI. Penilaian Penilaian dilaksanakan selama proses dan sesudah pembelajaran Penilaian Indikator Pencapaian Teknik Bentuk Kompetensi Instrumen Penilaian Penilaian Penugasan Membaca wacana yang Mampu membuat individual telah disediakan oleh kesimpulan dari wacana guru. Mampu menemukan fakta di dalam teks. Mampu menggunakan teknik OPQRST. Mengetahui, Kepala Sekolah
Guru Bahasa Indonesia
Anik Dyah Qur’aniawati, S.Pd.
Indah Puji Lestari
MEMBACA INTENSIF UNTUK MENEMUKAN FAKTA DI DALAM TEKS MENGGUNAKAN TEKNIK OPQRST
A. Pengertian Membaca Intensif Membaca intensif adalah membaca secara cermat untuk memahami teks secara tepat dan akurat.
B. Bentuk kegiatan membaca intensif Kegiatan membaca intensif ada beberapa macam, yaitu: 1. Membaca pemahaman dengan pertanyaan-pertanyaan kritis dan komprehensif. 2. Membaca dengan konsentrasi tinggi untuk mengubah dari wacana bentuk satu ke bentuk lain. 3. Membaca untuk belajar. 4. Membaca untuk menyunting.
C. Pengertian Fakta Fakta adalah sesuatu yang dapat dibuktikan kebenerannya, disertai juga dengan data yang akurat. Fakta di dalam teks meliputi jawaban atas pertanyaan 5 W + 1 H. 1. Apa digunakan untuk menanyakan maksud atau tujuan. 2. Siapa digunakan untuk menanyakan seseorang. 3. Kapan digunakan untuk menanyakan waktu. 4. Di mana digunakan untuk menanyakan tempat. 5. Bagaimana digunakan untuk menanyakan proses atau cara. 6. Mengapa digunakan untuk menanyakan sebab
D. Teknik OPQRST Teknik OPQRST adalah salah satu teknik yang digunakan untuk memahami bacaan secara detail dan mengingat dalam waktu yang lama.
Langkah-langkah Teknik OPQRST: 1. Overview : Pada tahap ini diharapkan pembaca dapat menemukan topik apa yang dibahas. 2. Merencanakan tujuan. 3. Bertanya: Pertanyaan merupakan konsep penting dari apa yang akan dibaca. Pertanyaan dasar dapat berangkat dari 5 W + 1 H. 4. Membaca. 5. Membuat Ringkasan. 6. Menyusun Tes.
OBSERVASI ASPEK POSITIF SIKLUS I
No
Aspek Observasi
1
Siswa memperhatikan pelajaran dengan sungguh-
Frekuensi
Presentase
Kategori
sungguh 2
Siswa membaca intensif dengan penuh perhatian
3
Siswa mengerjakan soal dengan baik
4
Siswa aktif bertanya ketika kesulitan selama pembelajaran
5
Siswa tidak mengganggu teman
OBSERVASI ASPEK NEGATIF SIKLUS I
NO
Aspek Observasi
1
Siswa meremehkan penjelasan guru
2
Siswa enggan melakukan kegiatan membaca cepat
3
Siswa meremehkan tugas untuk mengerjakan soal
4
Siswa enggan bertanya ketika mengalam kesulitan selama pembelajaran
5
Siswa enggan mengganggu teman
Frekuensi Presentase
Kategori
LEMBAR UJI REFERENSI Nama
: Indah Puji Lestari
NIM
: 108013000046
Jurusan
: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Skripsi
: Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif untuk Penemuan Informasi dengan Penggunaan Teknik OPQRST pada Siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri.
No
Judul Buku
Paraf
1.
Alek dan H.P. Ahmad. Buku Ajar Bahasa Indonesia. Jakarta: FITK Press. 2009.
2.
Arifin, Antoni Ludfi. Be A Reader. Jakarta: Gramedia. 2013.
3.
Arikunto,
Suharsimi
dan
Suhardjono.
Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. 2009. 4.
Arikunto,
Suharsimi.
Prosedur
Penelitian
Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. 2010. 5.
Asmani, Jamal Ma’mur. Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian Pendidikan. Jogjakarta: Diva Press. 2011.
6.
Dawud,
Perspektif Pembelajaran Bahasa Indonesia.
Malang: UM Press. 2008. 7.
Harras, Kholid, dkk. Membaca I. Jakarta: Universitas Terbuka. 2007.
8.
Hidayah, Anayatul. Membaca Super Cepat. Jakarta: Laksar Aksara. 2012.
9.
Kunandar. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas
Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Rajawali Press. 2010. 10.
Laksono, Kisyani. Membaca 2.
Jakarta: Universitas
Terbuka. 2008. 11.
Mafrukhi. dkk. Kompeten Berbahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga, 2007.
12.
Musfiqon, H.M.
Metodologi Penelitian Pendidikan.
Jakarta: Prestasi Pustakarya. 2012. 13.
Olivia, Femi. Membantu Anak Punya Ingatan Super. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 2008.
14.
Sadikin, Asep Ganda. Bahasa Indonesia. Bandung: Facil. 2011.
15.
Subana, M. dan Sunarti. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia. 1998.
16.
Suhendar, ME dan Pien Supinah. Mata Kuliah Dasar Umum Pengajaran Ujian Keterampilan Membaca dan Keterampilan Menulis. Bandung: Pionir Jaya. 1992.
17.
Sumadiria, AS Haris. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2011.
18.
Susilo. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pustaka Book Publisher. 2000
19.
Soedarso. Speed Reading. Jakarta: Gramedia. 2004.
20.
Tarigan, Henry Guntur. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. 1974.
21.
Wahyudi, Johan. dan Darmiyati Zuchdi, Bahasaku Bahasa Indonesia. Solo: Platinum. 2009.
22.
Winarno. Speed Reading. Jakarta: Platinum. 2012.
23.
Wulandari, Florentina Ratih. Dasar-dasar Informasi. Jakarta: Universitas Terbuka. 2007.
24.
Yoni, Acep. Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Familia. 2010.
Jakarta, 27 September 2013
Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd NIP 19640212 199703 2 001
Biodata Penulis Penulis
bernama
lengkap
Indah
Puji
Lestariadalah mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia (PBSI).Penulislahir di Jakarta padatanggal 28 Februaritahun 1990.Saatiniusiapenulisadalah 23 tahun. Penulis bertempat tinggal di Jalan Benda Timur 1 Blok F 37 No 17. Sejarah pendidikan formal penulis, yaitu menyelesaikanstudinya di TK Islam Puspa Negara pada tahun 1996-1997. Penulis melanjutkan jenjang SD di SDN Pondok Benda I tahun1997-2002, lalu melanjutkan tingkat SMP di MTSN Tangerang II Pamulang tahun 2003-2005, kemudian melanjutkan di SMA KHARISMAWITA tahun 2005-2008, dan memyelesaikan perguruan tinggi tingkat SI di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2008-2013. Saat ini penulis masih aktif mengajar bahasa Indonesia tingkat SD dan SMP di Bimbel Maestro tahun 2013.