Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 248-257
Tersedia Online di http://pasca.um.ac.id/conferences/index.php/snbk ISSN 2579-9908
SPIRITUALITAS PERAN KONSELOR DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN BIMBINGAN KONSELING Muhamad Rozikan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, Jateng, Indonesia E-mail:
[email protected] ABSTRAK Keberadaan konselor di sekolah belum sepenuhnya menjadi rujukan bagi peserta didik, diantaranya adalah persepsi peserta didik tentang konselor yang kurang ramah, menakutkan dan ditambah dengan ketidaktahuan peserta didik tentang fungsi keberadaan konselor di sekolah, selain itu kompetensi konselor juga belum menunjukkan bagaimana peran, tugas dan kewajiban konselor yang sesungguhnya. Unjuk kerja konselor ini sangat dipengaruhi oleh kualitas penguasaan kompetensi yang dilandasi oleh sikap, nilai dan kecenderungan pribadi yang mendukung, kompetensi akademik dan profesional konselor secara terintegritas membangun keutuhan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Dalam menjalankan tugasnya konselor memiliki tanggung jawab penuh terhadap fungsi bimbingan serta mempunyai keahlian khusus yang tidka bisa dilakukan oleh guru biasa, selain itu konselor harus memiliki sifat-sifat yang mencerminkan seorang pembimbing yang mampu mengarahkan dan juga mempunyai tugas-tugas untuk menjalankan bimbingan konseling di sekolah. Perkembangan informasi global dan kompleksitas tata nilai kehidupan sejatinya mendorong peran konselor/guru pembimbing untuk lebih proaktif memiliki pengetahuan yang meningkat, tidak stagnan. Guru pembimbing/konselor tidak boleh tertinggal dengan strategi canggih yang dipasng oleh siswa. Seperti dalam hal adu argumentasi, pemahaman dan penguasaan teknologi yang dikuasi oleh peserta didik untuk melakukan dusta kepada guru pembimbing/konselor. Spiritualitas Peran konselor sendiri dituntut harus profesional dan mempunyai jiwa sabar, ikhlas dan mau berkorban untuk suatu perubahan peserta didik dalam mengembangkan potensinya maupun membantu mereka yang menemui kendala, peran ini nantinya akan bertujuan membantu individu dalam mencapai perkembangan secara optimal, mampu memahami dan menerima diri sendiri dengan lingkungannya, membuat keputusan dan rencana yang realistis, mengarahkan diri sendiri dengan keputusan dan rencananya dan pada akhirnya dapat mewujudkan diri sendiri. Kata Kunci: spiritualitas, peran konselor, bimbingan dan konseling
Bimbingan dan konseling merupakan
PENDAHULUAN Pendidikan adalah usaha sadar dan
bagian integral dari keseluruhan pendidikan di
terancana untuk mewujudkan suasana belajar
sekolah yang berupaya membantu siswa
dan proses pembelajaran agar peserta didik
memahami
secara aktif mengembangkan potensi dirinya
memecahkan masalah, membuat pilihan dan
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
merealisasikan dirinya dalam kehidupan nyata
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
serta
akhlak
dimilikinya untuk mencapai perkembangan
mulia,
serta
keterampilan
yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
diri,
menyesuaikan
mengembangkan
potensi
diri,
yang
optimal.
negara.
Konselor sekolah adalah penyelenggara kegiatan konseling di sekolah. Istilah konselor
248
Rozikan, Spiritualitas Peran Konselor... 249
secara resmi digunakan dalam undang-undang
Dewa Ketut Sukardi dan Desak NK
Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Butir 6 dengan
(2008:30) mengatakan bahwa citra bimbingan
menyatakan konselor adalah pendidik dan
dan konseling semakin diperburuk dengan
dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
masih
Nomor 22 Tahun 2005 menyatakan konselor
kinerjanya tidak profesional. Mereka masih
adalah pelaksana pelayanan konseling di
lemah
sekolah
bimbingan
istilah
yang BP,
sebelumnya BP/BK
memahami dan
sekolah
yang
konsep-konsep
konseling
secara
komprehensif, menyusun program bimbingan
pembimbing, untuk itu konselor sekolah
dan konseling, mengimplementasikan teknik-
mempunyai
jawab,
teknik bimbingan dan konseling, kemampuan
dalam
berkolaborasi dengan pimpinan sekolah atau
pelayanan bimbingan dan konseling terhadap
guru mata pelajaran, mengelola bimbingan
sejumlah siswa. Secara umum tugas konselor
dan konseling, megevaluasi program (proses
sekolah adalah
bertanggung jawab untuk
dan hasil) bimbingan dan konseling, dan
membimbing, membina dan membantu siswa
melakukan tindak lanjut (follow up) hasil
sehingga memiliki kepribadian yang matang
evaluasi untuk perbaikan atau pengembangan
dan
program.
tugas, hak
mengenal
dan
dalam
konselor
guru
wewenang,
guru
menggunakan
adanya
tanggung
secara
potensi
penuh
dirinya
yang
menyeluruh.
Senada dengan hal itu, Jumail (2013:251)
Image tentang bimbingan dan konseling
mengemukakan penelitiannya di SMA Negeri
yang beredar di kalangan siswa, bahwa
2 Padang tentang konselor sekolah yang
bimbingan konseling adalah polisi sekolah,
berpendidikan S1 Bimbingan dan Konseling
takut kalau dipanggil ke ruang BK. Faktor
diperoleh
lain yang membuat tidak nyamannya siswa
profesional yang dimiliki salah seorang
berhubungan dengan guru bimbingan dan
konselor sekolah di sekolah tersebut belum
konseling adalah lokasi dan infrastruktur
sepenuhnya optimal ini dikarenakan konselor
ruangan.
yang
tersebut belum mengaplikasikan pelayanan
menempatkan ruangan bimbingan konseling
sesuai dengan teknik yang baku yang sesuai
bukan merupakan ruangan yang penting,
dengan kaidah-kaidah konseling.
contohnya
Masih
banyak
letaknya
di
sekolah
pojok
keterangan
bahwa
kompetensi
belakang
Berkenaan dengan peran konselor di
sekolah, kondisinya sempit, tidak nyaman dan
sekolah, maka dibutuhkan kompetensi yang
sangat tidak memadai untuk proses kegiatan
memadahi dari seorang konselor di sekolah
konseling.
dapat berjalan sesuai apa yang diinginkan,
250 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 248-257
sementara
kompetensi
konselor
Aspek-aspek pribadinya yang lemah maupun
dikelompokkan menjadi 4 (empat) yaitu
yang kuat dengan kata lain menerima apa
kompetesi
adanya diri konseli tanpa menjastifikasi setuju
pedagogik,
profesional,
kompetensi
kompetensi
sosial,
kompetensi kepribadian
kompetnsi
dan
atau tidak dengan kondisi aspek-aspek pribadi
tersebut
konseli, (c) Empati, empati menunjuk pada
seyogyanya diaplikasikan dalam pelaksanaan
pengertian
pelayanan bimbingan dan konseling, sehingga
klien/konseli
pelayanan berjalan dengan efektif dan efisien.
kerangka berpikir konseli itu sendiri, dan ini
PEMBAHASAN
tidak hanya dipahami dan dirasakan apa yang
Sikap Dasar Konselor
dialami
Sikap dasar ini mengacu pada aspek-
memahami dari
konseli
sudut
tetapi
mengekspresikannya
apapun
kondisi
pandang
juga
atau
mampu
dengan mengabaikan
aspek afektif dari konselor yang sangat
nilai-nilai pribadinya dan jangan larut pada
menentukan keberhasilan dan kelancaran
nilai-nilai konseli. Empati merupakan cara
proses konseling. Menurut Rogers (1971:59)
utama untuk memahami konseli, artinya
ada
(a)
empati adalah pemahaman yang sungguh-
sebagai
sungguh dalam menyelami perilaku, fikiran,
perasaan yang dialami oleh konselor itu ada
dan perasaan konseli sedalam mungkin yang
dalam jangkauannya, dalam kesadarannya dan
mampu dicapai konselor.
dapat
Keterampilan Dasar Konselor
tiga
congruence,
aspek
afektif
konruen
konselor,
dimaknai
mengkomunikasikannya.
Kongruen
dapat dimaksudkan sebagai sikap terbuka dan untuk
menjadi
genuine
konselor
Keterampilan dasar konselor dilandasi
harus
oleh pengetahuan sikap pakai mengenai
kongruen, yaitu sungguh-sungguh menjadi
tingkah laku manusia, pemikiran yang cerdas
dirinya sendiri, tanpa pura-pura dan ditutup-
dan kemampuan mengintegrasikan peristiwa
tutupi, memahami kondisi dirinya dan terbuka
yang
pada konseli, (b) penerimaan, penerimaan
pengalamannya. Keterampilan dasar konselor
selaras pengertiannya dengan penghargaan
merujuk pada kompetensi-kompetensi yang
positif (positive regard) yang merujuk pada
harus dikembangkan, dilatih serta dipelihara
kesediaan konselor untuk menghargai konseli
sebagai prasyarat yang dapat menentukan
tanpa adanya batasan atau pra syarat tertentu
afektif
kepada konseli sebagai manusia atau pribadi
Keterampilan-keterampilan
secara utuh. Hal ini berarti konselor menerima
adalah: (a) kompetensi intelektual, mampu
setiap konseli yang datang tanpa menolak.
berpikir runtut dan rapi dalam membantu
dihadapi
dengan
tidaknya
pendidikan
proses dasar
dan
konseling. tersebut
Rozikan, Spiritualitas Peran Konselor... 251
konseli,
serta
objektif,
menempatkan
perannya yang sentral, tugas konselor yang
peristiwa
pada
kerangka
yang
harus
mempertimbangkan
tepat,
alternatif
pertama
kali
adalah
memahami
dan
memaknai
menafsirkan hasil-hasil, serta komunikatif, (b)
langgengnya
proses
perubahan.
kelincahan karsa cipta, secara umum dituntut
konselor
untuk fleksibel dalam menempatkan diri,
tentang tantangan bangsa masa depan di
tidak kaku dan tanggap terhadap perubahan
segala bidang, mampu menganalisis apa saja
sikap, persepsi serta ekspektasi konseli.
yang akan mampu menjadi kesempatan dan
Secara khusus bersifat intensionalitas, hal ini
tantangan bagi siswa di kemudian hari dan
berkenaan
harus
terbiasa
tentang Seorang
mengidentifikasi
kemampuan
konselor
akan dituangkan hasil analisis dalam program
respon-respon
terhadap
pengembangan diri yang harus diikuti siswa
pernyataan-pernyataan konseli dari beberapa
dalam menghadapi tantangan tersebut, (b)
respon yang terlintas dalam pikiran konselor,
Konselor sebagai Intregrator, potensi yang
dan (c) pengembangan keakraban (rapport),
tersimpan pada guru, orang tua dan siswa
mampu membangun hubungan baik yang
harus
didasari
dan
konseling menjadi sebuah program yang
menciptakan,
mengembangkan kompetensi siswa sesuai
pemantapan pemeliharaan keaakraban selama
bakat, minat dan kemampuannya, sebagai
konseling, keakraban mengacu pada suasana
integrator, konselor harus memahami setiap
hubungan konseling yang berlangsung secara
siswa yang memiliki potensi dan bisa
santai, selaras hangat, saling memudahkan,
dikembangkan secara optimal sesuai dengan
terbaik, dan saling menerima antara konseli
kapasitasnya.
dan konselor (Mappiare, 1992:89).
difasilitasi
Peran dan Fungsi Konselor
lingkungan
untuk
dengan
dan
dilakukan
memilih
perhatian,
ketulusan,
kenyamanan,
mencakup
Siti Kulsum (2013:71) mengemukakan bahwa pengembangan diri siswa dimulai dengan
merancang
dikemas
bimbingan
Kompetensi dengan yang
suhu,
siswa
dan
harus
tanah,
kondusif
dan untuk
pertumbuhannya. Seorang konselor yang berjiwa helper
untuk
menurut Baruth dan Robinson III (dalam
optimalisasi potensi ketiga pilar yakni, guru,
Lesmana, 2008) harus memiliki lima peran
orang tua dan siswa. Untuk itu peran konselor
pokok,
menjadi sangat sentral dalam sebuah sekolah,
konsultaan, sebagai agen pengubah, sebagai
diantaranya adalah; (a) Konselor sebagai agen
agen prevensi dan sebagai manager. Kelima
perubahan
peran yang harus dijalankan oleh seorang
(change
program
mampu
agent),
memahami
yaitu
sebagai
konselor,
sebagai
252 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 248-257
Tabel 1. Peran dan Fungsi Konselor Konselor
Konsultan
Pertumbuhan dan perkembangan Keterampilan Interpersonal
Bidang Sama dengan Peran Konselor Proses Konsultasi
Keterampilan Pembuatan Keputusan Ketrampilan Pemecahan Masalah
Agen perubahan Fungsi Konselor Memahami Sistem Sosial dan Lingkungan Keterampilan Merancang dan Mengimplementasikan Perubahan Institusional, Msyarakat dan Sistem
Agen Prevensi Primer
Manager
Dinamika Kelompok
Perencanaan program
Pelatihan Kelompok/Terstruktur
Assesmen Kebutuhan
Sertifikat Pengajar
Pengembangan Kurikulum
Memiliki Minimal 3 Tahun Pengalaman Mengajar
Perkembangan Manusia Normal
Strategi Evaluasi Program Perencanaan Sasaran
Psikologi Belajar
Buggetting
Teknologi Mengajar
Pembuatan Keputusan
Intervensi Krisis Sosial dan Inerpersonal Pemberian Bantuan
konselor tersebut menjadi pondasi dari fungsi-
pendidik
fungsi konselor yang harus diwujudkan dalam
menyelesaikan pendidikan akademik strata
membantu klien/konseli untuk keluar dari
satu (S1) program studi bimbingan dan
masalah yang dihadapinya. Oleh sebab itu
konseling dan program pendidikan profesi
untuk memahami peran dan fungsi konselor
konselor dari perguruan tinggi penyelenggara
dengan lebih baik, maka tabel 1 akan
program pengadaan tenaga kependidikan yang
membantu pemahaman terkait dengan peran
terakreditasi. Secara umum untuk Indonesia
dan fungsi koselor tersebut.
lulusan bimbingan dan konseling tingkat D3-
Kualifikasi dan Tanggung Jawab Konselor
S1 masih diperbolehkan untuk menjadi
Sofyan, S.W (2013: 85) memaparkan
pembimbing, hanya kualifikasi profesional
secara panjang lebar terkait dengan kualifikasi
tersebut belum begitu jelas. Mungkin S1 bisa
konselor,
diorbitkan
menurutnya,
kualitas
konselor
profesional
menjadi
yang
tenaga
telah
profesional
adalah semua kriteria keunggulan, termasuk
asalkan: (a) bobot latihan profesional di
pribadi, pengetahuan, wawasan, keterampilan
tingkat, baik selama pendidikan maupun
dan nilai-nilai yang dimilikinya dan akan
dalam bentuk in-service training, (b) harus
memudahkan
sudah ada tim penilai khusus dari Ikatan
dalam
menjalankan
proses
konseling sehingga mencapai tujuan dengan berhasil (efektif). Konselor adalah tenaga
Pembimbing seperti ABKIN.
Rozikan, Spiritualitas Peran Konselor... 253
Sejalan
dengan
hal
tersebut,
Fenti
Hikmawati (2010:54) mengemukakan bahwa tanggung
jawab
menstimulasi
konselor
adalah
diskusi
diberikan kepadanya. Konselor
memiliki
tanggung
jawab
sesekali
penuh terhadap fungsi bimbingan konseling
menyimpulkan apa yang telah dibicarakan
serta mempunyai keahlian khusus dalam
dan
supaya
bidang bimbingan yang tidak dapat dikerjakan
pembicaraan tidak melangkah terlalu jauh.
oleh guru biasa. Ada 2 (dua) tanggung jawab
Adapun kualifikasi konselor hendaknya: (a)
konselor yaitu: (1) pelayanan konselor dalam
memiliki
bidang pendidikan, yaitu program yang
memberikan
nilai,
dan
untuk
organisasi profesi atas dasar wewenang yang
pengarahan
sikap,
ketempilan,
pengetahuan dan wawasan dalam bidang
efektif
profesi bimbingan dan konseling, (b) konselor
peningkatan kepada guru mengenai cara-cara
wajib
berusaha
bimbingan dan menafsirkan laporan-laporan
mengembangkan dan menguasai dirinya, (c)
anak, guru pada umumnya kurang memahami
konselor wajib memperlihatkan sifat-sifat
teknik
sederhana, rendah hati, sabar, menepati jani,
pengumpulan data anak, oleh karena itu
dapat dipercaya, jujur, tertib, dan hormat, (d)
konselor dapat membantu guru mwngwnI
konselor wajib memiliki rasa tanggung jawab
cara-cara pengumpulan data, system pencatata
terhadap saran ataupun peringatan yang
data dan penafsiran hasil alat-alat pencatatan
diberikan kepadanya, khususnya dari rekan
yang telah dikembangkan, konselor dapat
seprofesi
dengan
membantu anak mendapatkan pendidikan
laku
lanjutan yang sesuai dengan kebutuhan dan
profesional, (e) konselor wajib mengusahakan
tingkat kemampuan anak, dan (2) pendekatan
mutu
tidak
dengan tim sekolah, yaitu konselor dapat
mengutamakan kepentingan pribadi termasuk
membantu guru dalam pengelompokna siswa
material,
menurut
terus
menerus
yang
pelaksanaan
kerja
berhubungan
ketentuan
yang
finansial,
tingkah
tinggi
dan
dan
popularitas,
(f)
memberikan
bimbingan
pendidikan
dan
tingkat
atau
penggunaan
kedewasaan
serta
konselor wajib terampil dalam menggunakan
memberikan
teknik dan prosedur khusus dengan wawasan
pengembangan
luas dan kaidah-kaidah ilmiah, dan (g)
menafsirkan hasil pendidikan.
memperoleh pengakuan atas kemampuan dan
Spritualitas Konselor dalam Pelayanan Konseling
kewenangan
sebagai
konselor
yaitu
pengakuan keahlian dan kewenangan oleh
Spiritualitas
konsultasi
alat
program
Peran
mengenai
pendidikan
konselor
dan
dalam
pelayanan konseling adalah sebuah rangkaian
254 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 248-257
panjang proses pembentukan spiritualitas.
sifat yang tidak dimiliki bagian-bagian secara
karakter
oleh
terpisah, ketika sistem itu beradaptasi dengan
keberagamaan integratif mereka. Mengingat
dan berkembang di dalam lingkungannya,
para konselor hidup dalam sistem adaptif
maka
kompleks yang memiliki sifat alamiah, maka
(membrojol). Dalam dunia spirit, karakter ini
spiritualitas
menyembulkan
diterjemahkan dalam tindakan yang selalu
karakter konselor, yakni: (1) Amanah, Sistem
dibimbing oleh visi, (3) Kontrol diri, di antara
adaptif
karakter
karakter adaptif kompleks adalah kemampuan
senantiasa
untuk menata dirinya sendirinya. Tatanan
mengeksplorasi kemungkinan masa depan
tersebut masih berupa energi potensial yang
mereka sendiri sembari berjalan. Karakter ini
kemudian bisa mengambil bentuk apa pun,
akan menuntun seseorang untuk selalu bertanya
sesuai kebutuhan dan lingkungan. Karakter ini
mengapa, sehingga transformasinya dalam
kemudian diterjemahkan dalam pengetahuan
konseling berbasis spiritualitas adalah pada
berserta nilai yang memotivasinya. Kesadaran
amanah, kejujuran dalam diri, baik dalam
ini pada gilirannya akan menuntun ke arah
menghadapi tantangan ataupun menggapai
tujuan
peluang.
Seorang
selalu
Transformasinya dalam konseling berbasis
bertanya
apa
Seorang
spiritualitas adalah pada evaluasi diri atau
konselor
tidak bisa menerima begitu saja
kontrol diri, yang sering diistilahkan dengan
hasil yang dicapai. Baik ketika suskses
locus of control, (4) Komparatif, di antara
ataupun gagal mesti mengetahui apa dan
karakter adaptif kompleks adalah kemampuan
mengapanya.
untuk membingkai ulang
konselor
yang
mereka
juga
kompleks
ekploratoris.
kejujuran
dihasilkan
memiliki
Sistem
dan
konselor
pasti
bagaimana.
Amanah
dan
ini
akan
tanggung
melahirkan
jawab
dalam
muncullah
hidup
internal
karakter
yang
mereka
emergent
paling
dalam.
perkembangan
ketika
melakukan
melaksanakan tugas. Sebab sekecil apapun
rekontekstualisasi sifat lingkungan. Karakter
tugas
tanggungjawabnya
ini diterjemahkan menjadi tindakan yang
bukan hanya sekedar kepada manusia saja
berpijak pada problem atau situasi yang ada
yang kadang kala bisa ditipu dan dibohongi
untuk mencari gambaran lebih besar dan
akan tetapi kepada Allah swt, dzat yang tidak
konteks
akan pernah lupa pada setiap aktivitas yang
counseling, transformasinya adalah pada
dilakukan hamba-Nya. (2) Orientasi Jangka
konstruk usaha dengan mempertimbangkan
Panjang,
keunggulan
yang
diemban,
Sistem
adaptif
komplek
menunjukkan bahwa totalitas sistem memiliki
lebih
luas.
komparatif
Dalam
dan
spiritual
kompetitif.
Keunggulan komparatif adalah keunggulan
Rozikan, Spiritualitas Peran Konselor... 255
konseling yang diterapkan dan ditentukan
Spiritual Konseling, transformasinya adalah
oleh produktivitas, tingkat upah, sumber
dalam kepedulian konselor terhadap masalah
daya
sarana.
dilingkungannya. Kepedulian ada kaitannya
adalah
dengan rasa empati kepada orang lain, empati
yang
merupakan suatu aktivitas untuk memahami
memperhitung-kan semua faktor pokok
apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan
yang mempengaruhi daya saing. Faktor
oleh yang bersangkutan (observer, perceiver)
daya saing itu antara lain adalah persaingan
terhadap kondisi yang sedang dialami oleh
sehat antar-pemberi jasa, adanya diferensiasi
orang
layanan, dan kemampuan teknologi. (Simon,
kehilangan kontrol dirinya. (Taufik, 2012: 41-
David, 1986: 142). (5) Sinergis, sistem adaptif
42). (7) Kreatif, mutasi memainkan peran
kompleks menampakkan ciri holistik. Sistem
kreatif dalam struktur akhir emergent dari
ini tak punya batas-batas internal, tiap bagian
sistem adaptif
saling bersinggungan, baik secara internal
dalam spiritual quotient hal ini diterjemahkan
maupun eksternal. Dalam spiritualitas, holisme
menjadi penghargaan terhadap perbedaan dan
diterjemahkan dalam kesanggupan melihat
penerimaan hal-hal yang baru. Sedangkan
pola-pola,
dan
dalam Spritual konseling, transformasinya
luas
adalah pada lahirnya karakter kreatif sehingga
sehingga muncul profil yang utuh. Dalam
dapat bermanfaat pada pengembangan layanan.
Spritual konselor, karakter ini ditransformasi
Penggunaan paradigma baru, pola pikir
menjadi karakter sinergis, (6) Emphaty, unit
kreatif
dalam sistem adaptif kompleks tidak hanya
pergerakan
belajar ketika bekerja, sistem-sistem ini juga
akan menghantarkan konseling menemukan
mencipta diri mereka sendiri ketika mereka
berbagai peluang, (8) Taktis, karakter adaptif
beraktivitas untuk mengeksplorasi masa depan
kompleks adalah jauh dari keseimbangan
mereka sendiri. Adaptasi ini selalu berada
(ekuilibrium),
dalam
(self-creative)
keteraturan dan chaos. Dalam kecerdasan
dengan lingkungan yang sebenarnya ia sensitif
spiritual, karakter ini diterjemahkan menjadi
secara internal. Dalam kecerdasan spiritual,
spontanitas,
karakter ini diterjemahkan menjadi sifat "ikut
momen beserta semua yang dikandungnya.
merasakan" dan empati dalam bingkai simpati
Sedangkan transformasinya dalam Spritual
universal.
Konseling adalah bertindak elastis-taktis.
alam,
Sedangkan
dan
ketersediaan
keunggulan
keunggulan
kompetitif
konseling
hubungan-hubungan,
keterkaitan-keterkaitan
kondisi
yang
swakreatif
Sedang
secara
lebih
praksis
dalam
lain,
dan
tanpa
yang
bersangkutan
kompleks. Oleh karena itu,
sensitive
terhadap
setiap
lingkungan ini pada akhirnya
berada
di
menghayati
titik
dan
singgung
merespons
256 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 248-257
Tantangan yang dihadapi berbagai konselor
dasar diri, sehingga diskursus kemandirian
dewasa ini, bukan saja sangat rumit dan lebih
tidak dapat dilepaskan dari perkembangan
terbuka, melainkan juga sangat strategis.
diri itu
Strategis karena hal itu sudah menusuk ke
kepribadian dan merupakan titik pusat yang
jantung lembaga atau organisasi, sehingga
menyelaraskan
ketika salah dalam menyiasatinya, maka
seluruh aspek kepribadian. Kemandirian juga
lembaga atau organisasi akan menghadapi
dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana
keadaan yang lebih sulit, misalnya saja kalah
seseorang tidak bergantung kepada otoritas
bersaing,
semakin
dan tidak membutuhkan arahan secara penuh,
dituntut untuk lebih fleksibel dan elastis
(10) Belajar dari Kegagalan, karakter adaptif
sehingga mampu menghadapi berbagai situasi
kompleks adalah menciptakan keteraturan dari
dan kondisi persaingan yang semakin ketat.
chaos. Sistem-sistem ini mempunyai entropi
Konselor mesti memiliki inisiatif penerapan
negatif, membawa bentuk baru ke dalam
utility atau “on-demand”
demi terciptanya
sebuah arena yang tak berbentuk dan tak
elastic enterprise, (9) Mandiri, karakter
berstruktur. Dalam spiritual quotient, hal ini
sistem adaptif kompleks adalah rusak oleh
diterjemahkan menjadi kemampuan untuk
pengaruh luar. Dalam arti bahwa keteraturan
belajar
internal dan keseimbangan sistem-sistem ini
Sedangkan
akan hancur jika kita coba memaksakan
transformasinya adalah pada sikap peran
kontrol dari luar. Pengaturan diri sistem-sistem
untuk belajar dari kegagalan. Kegagalan
itu akan buyar dan akan kembali menjadi
tidak dilihat sebagai hambatan, melainkan
sistem-sistem Newtonian baik yang sederhana
kesempatan untuk belajar lebih detil.
ataupun kompleks. Karakter tersebut kemudian
SIMPULAN DAN SARAN
diterjemahkan menjadi kesanggupan untuk
Simpulan
karenanya,
konselor
sendiri.
Diri
dan
dari dalam
adalah
inti
dari
mengkoordinasikan
kesalahan-kesalahan. spiritual
konselor,
berbeda dan mempertahankan keyakinan
Konselor di sekolah bertugas untuk
saya sendiri. Sedangkan dalam Spiritual
membantu para siswa yang membutuhkan
Konseling,
ditransformasi
bantuan dalam menyelesaikan masalah yang
menjadi kemandirian konselorKemandirian
dihadapi. Dalam proses konseling inilah
(autonomy,
dibutuhkan penekanan pada perencanaan
karakter
ini
independency,
self
relience)
berarti hal atau keadaan seseorang yang
akademik, karir dan penyesuaian
sosial
dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada
pribadi mereka. Spiritual peran konselor
orang lain. Kemandirian berasal dari kata
menjadi sangat sentral dalam sebuah sekolah,
Rozikan, Spiritualitas Peran Konselor... 257
diantaranya konselor sebagai agen perubahan
harapan
(change agent), memahami perannya yang
mendekat dan memanfaatkan bimbingan dan
sentral, tugas konselor yang harus dilakukan
konseling
pertama
tersedia, hal ini tentunya dalam rangka
kali
memaknai
adalah
tentang
memahami
langgengnya
dan proses
peserta
didik
melalui
meningkatkan
dan
tidak
malu-malu
layanan-layanan
mengembangkan
yang
diri
perubahan. Seorang konselor harus terbiasa
peserta didik dalam bidang belajar, pribadi,
mengidentifikasi tentang tantangan bangsa
sosial, dan karirnya.
masa depan di segala bidang, mampu
DAFTAR RUJUKAN
menganalisis apa saja yang akan mampu
Dewa, KS & Desak, N.K. (2008). Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Hikmawati, Fenti. (2010). Bimbingan Konseling. Bandung: Raja Grafindo. Jumail. (2013). Kompetensi Profesional Dalam Perspektif Konselor Sekolah dan Perannya Terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri Se Kota Padang. Konselor, Volume 2 Nomor 1: 250-225. Kulsum, Siti. (2013). Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Domain Pengembangan Diri Siswa. Jurnal Konseling dan Pendidikan. Volume 1 Nomor 1. 67-72. Lesmana, J.M. (2008). Dasar-dasar Konseling. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Mappiare. (1992). Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Rogers. (1971). The Necessary and Sufficient Conditons Of Therapeutic Personality Change. J. Consult. Psychology.21, 95-103. Simon, David. (1986I). Methodological Aspects Of A Marxian Approach To Development Dalam World Development, Vol 14, No 2. Taufik. (2012). Empati Pendekatan Psikologi Sosial. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
menjadi kesempatan dan tantangan bagi siswa di kemudian hari dan akan dituangkan hasil analisis dalam program pengembangan diri yang harus diikuti siswa dalam menghadapi tantangan tersebut, di samping itu, konselor juga
sebagai
Intregrator,
potensi
yang
tersimpan pada guru, orang tua dan siswa harus
mampu
dikemas
bimbingan
dan
konseling menjadi sebuah program yang mengembangkan kompetensi siswa sesuai bakat, minat dan kemampuannya, sebagai integrator, konselor harus memahami setiap siswa yang memiliki potensi dan bisa dikembangkan secara optimal sesuai dengan kapasitasnya. Saran Saran penulis yang
disampaikan pada
tulisan ini adalah hendaknya para konselor benar-benar
serius
dalam
mendampingi
peserta didiknya, bertanggung jawab atas profesi yang disandangnya sebagai seorang konselor, mampu mengembalikan citra baik guru bimbingan konseling/konselor, dengan