PERAN PENDIDIKAN PROFESI GURU BK/ KONSELOR DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI KONSELOR DI INDONESIA
Siti Fitriana, S.Pd.,M.Pd Dosen PPB/BK IKIP PGRI Semarang
[email protected] Abstrak: Konselor atau guru BK adalah tenaga pendidik profesional yang memiliki standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor dengan keunikan konteks tugas dan ekspektasi kinerja.Dalam rangka menyiapkan guru yang profesional, maka setelah calon guru dinyatakan memiliki kompetensi akademik kependidikan dan menguasai substansi dan/atau bidang studi yang diperoleh pada jenjang S1, maka calon guru ataupun guru harus disiapkan untuk menjadi guru profesional melalui suatu sistem Pendidikan Profesi Guru.Program Pendidikan Profesi Guru BK/ Konselor adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk lulusan S-1Kependidikan dan S-1/DIV Non Kependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi guru, agar mereka menjadi guru yang profesional sesuai dengan standar nasional pendidikan dan memperoleh sertifikat pendidik. Dengan demikian, keluaran PPG Bimbingan dan Konseling atau Konselor (PPG BK/K) diharapkan mampu beradaptasi dan melaksanakan tugas profesi pendidik yang unggul, bermartabat, dan dibanggakan lembaga pendidikan pengguna, masyarakat, dan bangsa Indonesia.
Kata-kata Kunci: Pendidikan Profesi Guru BK, Kompetensi Konselor
A. PENDAHULUAN Guru profesional adalah guru yang dalam melaksanakan tugas profesi kependidikan
mampu
menampilkankinerjaatas
penguasaan
kompetensi
akademik kependidikan dan kompetensi penguasaan substansi dan/atau bidang studi sesuai bidang ilmunya. Dalam rangka menyiapkan guru yang profesional,
maka setelah calon guru dinyatakan memiliki kompetensi akademik kependidikan dan menguasai substansi dan/atau bidang studi yang diperoleh pada jenjang S1, maka calon guru harus disiapkan untuk menjadi guru profesional melalui suatu sistem Pendidikan Profesi Guru.Menurut UndangUndang No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan profesi adalah pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan mahasiswa/peserta untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Program Pendidikan Profesi Guru BK/ Konselor atau yang disingkat dengan istilah PPG BK/K adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk lulusan S-1Kependidikan dan S-1/D-IV Non Kependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi guru, agar mereka menjadi guru yang profesional sesuai dengan standar nasional pendidikan dan memperoleh sertifikat pendidik. Atas dasar uraian di atas, keluaran PPG Bimbingan dan Konseling atau Konselor (PPG BK/K) mampu beradaptasi dan melaksanakan tugas profesi pendidik yang unggul, bermartabat, dan dibanggakan lembaga pendidikan pengguna, masyarakat, dan bangsa Indonesia. Keberadaan Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator dan instruktur (UU No. 20/2003, pasal 1 ayat 6). Namun pengakuan secara eksplisit dan kesejajaran posisi antara kualifikasi tenaga pendidik satu dengan yang lainnya tidak menghilangkan arti bahwa setiap tenaga pendidik, termasuk konselor, memiliki konteks tugas, ekspektasi kinerja, dan seting pelayanan spesifik yang satu dan yang lainnya mengandung keunikan dan perbedaan. Olehsebab itu, konteks dan ekspektasi kinerja guru bimbingan dan konseling atau konselor mendapatkan penegasan kembali dengan maksud untuk meluruskan konsep dan praktik bimbingan dan konseling ke arah yang tepat.Merujuk
pada
Peraturan
Pemerintah
RI
Nomor
74
Tahun
2008TentangGuru, untuk selanjutnya tenaga pendidik di bidang bimbingan dan konseling
disebut
dengan
Guru
Bimbingan
dan
Konseling
atau
Konselor.Dengan adanya PPG BK/K diharapkan kompetensi guru BK/ Konselor sekolah dapat meningkat dan akhirnya menjadi konselor yang profesional.
B. PEMBAHASAN 1. Program Pendidikan Profesi Guru BK/K Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk mempersiapkan lulusan S1 Kependidikan dan S1/D IV Non Kependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi guru agar menguasai kompetensi guru secara utuh sesuai dengan standar nasional pendidikan sehingga dapat memperoleh sertifikat pendidik profesional pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Khusus Guru Bimbingan dan Konseling diatur pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 27 tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor. Pasal 3 ayat 1 Permendiknas No 8 dan No 9 tahun 2009 menyatakan bahwa Program PPG diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki lembaga pendidikan tenaga kependidikan yang memenuhi persyaratan dan ditetapkan oleh Menteri. Mengacu pada UU No. 20/2003 pasal 3, tujuan umum program PPG adalah menghasilkan calon guru yang memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta
bertanggung jawab. Tujuan khusus program program PPG dalam jabatan seperti tercantum dalam Permendiknas No 9 Tahun 2010 Pasal 2 adalah untuk menghasilkan guru
profesional
yang
memiliki
kompetensi
dalam
merencanakan,
melaksanakan, dan menilai pembelajaran; menindaklanjuti hasil penilaian, melakukan pembimbingan, dan pelatihan peserta didik, dan melakukan penelitian, dan mengembangkan profesionalitas secara berkelanjutan. Khusus
bagi program PPG BK/K oleh karena spesifikasi konteks tugas dan ekspektansi kinerjanya, maka tujuan PPG BK/K adalah untuk menghasilkan guru bimbingan dan konseling atau konselor yang mampu menyelengarakan bimbingan dan konseling yang memandirikan melalui empat komponen bimbingan dan konseling
yakni layanan dasar,
layanan responsif,
perencanaan individual, dan dukungan sistem. 2. Penegasan Konteks Tugas Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor Guru bimbingan dan konseling atau konselor diharapkan untuk berperanserta dalam bingkai layanan yang komplementer dengan layanan guru, bahu membahu dengan guru termasuk dalam pengelolaan kegiatan pengembangan diri dan ekstra kurikuler. Persamaan, keunikan, dan keterkaitan antara wilayah layanan, konteks tugas dan ekspektasi kinerja guru bimbingan dan konseling atau konselor dapat digambarkan bahwa materi pengembangan diri berada dan merupakan wilayah komplementer antara guru mata pelajaran dan guru bimbingan dan konseling atau konselor. Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor sebagai pendidik profesional adalah Sarjana Pendidikan (S-1) bidang Bimbingan dan Konseling dan telah menyelesaikan program Pendidikan Profesi Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor (PPG BK/K) yang memberikan layanan ahli bimbingan dan konseling, sedangkan individu yang menerima pelayanan bimbingan dan konseling disebut Konseli. Meskipun sama-sama berada dalam jalur pendidikan formal, perbedaan rentang usia peserta didik pada tiap jenjang memicu tampilnya kebutuhan pelayanan bimbingan dan konseling yang berbeda-beda pada tiap jenjang pendidikan. Tugas-tugas pendidik untuk mengembangkan peserta didik secara utuh dan optimal sesungguhnya merupakan tugas bersama yang harus dilaksanakan oleh guru mata pelajaran, guru bimbingan dan konseling atau konselor, dan tenaga pendidik dan kependidikan lainnya sebagai mitra kerja. Sementara itu masing-masing pihak tetap memiliki wilayah pelayanan
khusus dalam mendukung realisasi diri dan pencapaian kompetensi peserta didik. Dalam hubungan fungsional kemitraan antara guru bimbingan dan konseling atau konselor dengan guru mata pelajaran, antara lain dapat dilakukan
melalui
kegiatan
rujukan
(referral).
Masalah-masalah
perkembangan peserta didik yang dihadapi guru pada saat pembelajaran dirujuk kepada guru bimbingan dan konseling atau konselor untuk penanganannya, demikian pula masalah yang ditangani guru bimbingan dan konseling atau konselor dirujuk kepada guru untuk menindaklanjutinya apabila itu terkait dengan proses pembelajaran mata pelajaran atau bidang studi. Masalah kesulitan belajar peserta didik sesungguhnya akan lebih banyak bersumber dari proses pembelajaran itu sendiri. Ini berarti di dalam pengembangan dan proses pembelajaran bermutu, fungsi-fungsi bimbingan dan konseling perlu mendapat perhatian guru, dan sebaliknya, fungsi-fungsi pembelajaran bidang studi perlu mendapat perhatian guru bimbingan dan konseling atau konselor.
3. Kompetensi Konselor Pelayanan
konseling
yang
merupakan
bagian
dari
kegiatan
pengembangan diri telah termuat dalam struktur kurikulum yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar Menengah.Beban kerja Guru bimbingan dan konseling atau konselor pada Pasal 54 ayat (6) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru yang menyatakan bahwa beban kerja Guru bimbingan dan konseling atau konselor yang memperoleh tunjangan profesi dan maslahat tambahan adalah mengampu bimbingan dan konseling paling sedikit 150 (seratus lima puluh) peserta didik per tahun pada satu atau lebih satuan pendidikan dapat dilaksanakan dalam bentuk pelayanan tatap muka terjadwal di kelas dan layanan perseorangan atau kelompok bagi yang dianggap perlu dan memerlukan.
Konselor
adalah
tenaga
pendidik
profesional
yang
telah
menyelesaikan pendidikan akademik strata satu (S-1) program studi Bimbingan dan Konseling dan program Pendidikan Profesi Konselor dari perguruan tinggi penyelenggara program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi. Sedangkan bagi individu yang menerima pelayanan profesi bimbingan dan konseling disebut konseli, dan pelayanan bimbingan dan konseling pada jalur pendidikan formal dan nonformal diselenggarakan oleh konselor.Dalam Permendiknas No. 27 tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor dinyatakan bahwa kompetensi yang harus dikuasai guru Bimbingan dan Konseling/Konselor mencakup 4 (empat) ranah kompetensi, yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Rumusan Standar Kompetensi Konselor telah dikembangkan dan dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang menegaskan konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor.Namun bila ditata ke dalam empat kompetensi pendidik sebagaimana tertuang dalam PP 19/2005, maka rumusan kompetensi akademik dan profesional konselor dapat dipetakan dan dirumuskan ke dalam kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional sebagai berikut. 1. Kompetensi Pedagogik a. Menguasai teori dan praksis pendidikan Mendeskripsikan ilmu pendidikan dan landasan keilmuannya, prinsip-prinsip pendidikan dan proses pembelajaran, dan menguasai landasan budaya dalam praksis pendidikan. b. Mengaplikasikan perkembangan fisiologis dan psikologis serta perilaku konseli Melaksanakan kaidah-kaidah perilaku manusia, perkembangan fisik dan psikologis individu terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan konseling
dalam
upaya
pendidikan;
kaidah-kaidah
kepribadian,
individualitas dan perbedaan konseli terhadap sasaran pelayanan bimbingan
dan konseling dalam upaya pendidikan; kaidah-kaidah belajar terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan; kaidah-kaidah keberbakatan terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan; kaidah-kaidah kesehatan mental terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan. c. Menguasai esensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur, jenis, dan jenjang satuan pendidikan Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan jalur pendidikan formal, nonformal dan informal. 2. Kompetensi Kepribadian a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa Menampilkan kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, konsisten dalam menjalankan kehidupan beragama dan toleran terhadap pemeluk agama lain, berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur. b. Menghargai
dan
menjunjung
tinggi
nilai-nilai
kemanusiaan,
individualitas dan kebebasan memilih Mengaplikasikan pandangan positif dan dinamis tentang manusia sebagai makhluk (spiritual, bermoral, sosial, individual, dan berpotensi), menghargai dan mengembangkan potensi positif individu pada umumnya dan konseli pada khususnya, peduli terhadap kemaslahatan manusia pada umumnya dan konseli pada khususnya, menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia
sesuai
dengan
hak
asasinya,
toleran
terhadap
permasalahan konseli serta mampu bersikap demokratis. c. Menunjukkan integritasdan stabilitas kepribadian yang kuat Menampilkan kepribadian dan perilaku yang terpuji (seperti berwibawa, jujur, sabar, ramah, dan konsisten); menampilkan emosi yang stabil; peka, bersikap empati, serta menghormati keragaman dan perubahan; menampilkan toleransi tinggi terhadap konseli yang menghadapi stres dan frustasi.
d. Menampilkan kinerja berkualitas tinggi Melakukan tindakan yang cerdas, kreatif, inovatif, dan produktif; bersemangat, berdisiplin, dan mandiri; berpenampilan menarik dan menyenangkan; berkomunikasi secara efektif 3. Kompetensi Sosial a. Mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat bekerja Memahami dasar, tujuan, organisasi, dan peran pihak-pihak lain (guru, wali kelas, pimpinan sekolah/madrasah, komite sekolah/madrasah) di tempat bekerja; mengkomunikasikan dasar, tujuan, dan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling kepada pihak-pihak lain di tempat bekerja; bekerja sama dengan pihak-pihak terkait di dalam tempat bekerja (seperti guru, orang tua, tenaga administrasi). b. Berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling Memahami dasar, tujuan, dan AD/ART organisasi profesi bimbingan dan konseling untuk pengembangan diri dan profesi; menaati Kode Etik profesi bimbingan dan konseling; aktif dalam organisasi profesi bimbingan dan konseling untuk pengembangan diri dan profesi c. Mengimplementasikan kolaborasi antarprofesi Mengkomunikasikan
aspek-aspek
profesional
bimbingan
dan
konseling kepada organisasi profesi lain, memahami peran organisasi profesi lain dan memanfaatkannya untuk suksesnya pelayanan bimbingan dan konseling, dapat bekerja dalam tim bersama tenaga paraprofesional dan profesional profesi lain, Melaksanakan referal kepada ahli profesi lain sesuai dengan keperluan. 4. Kompetensi Profesional a. Menguasai konsep dan praksis penilaian (assessment) untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli. Mendeskripsikan hakikat asesmen untuk keperluan pelayanan konseling, memilih teknik penilaian sesuai dengan kebutuhan pelayanan bimbingan dan konseling, menyusun dan mengembangkan instrumen penilaian untuk keperluan bimbingan dan konseling, mengadministrasikan
asesmen untuk mengungkapkan masalah-masalah peserta didik, memilih dan mengadministrasikan teknik penilaian pengungkapan kemampuan dasar dan kecenderungan pribadi peserta didik, memilih dan mengadministrasikan instrumen untuk mengungkapkan kondisi aktual peserta didik berkaitan dengan lingkungan, mengakses data dokumentasi tentang peserta didik dalam pelayanan bimbingan dan konseling, menggunakan hasil penilaian dalam pelayanan bimbingan dan konseling dengan tepat, menampilkan tanggung jawab profesional dalam praktik penilaian. b. Menguasai kerangka teoretik dan praksis Bimbingan dan Konseling. Mengaplikasikan konseling,mengaplikasikan mengaplikasikan
hakikat arah
dasar‐dasar
pelayanan
bimbingan
dan
profesi
bimbingan
dan
konseling,
pelayanan
bimbingan
dan
konseling,
mengaplikasikan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai kondisi dan tuntutan wilayah kerja, mengaplikasikan pendekatan/model/jenis pelayanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, mengaplikasikan dalam praktik format pelayanan bimbingan dan konseling. c. Merancang Program Bimbingan dan Konseling. Menganalisis kebutuhan konseli, menyusun program bimbingan dankonseling yang berkelanjutan berdasar kebutuhan konseli secara komprehensif dengan pendekatan perkembangan, menyusun rencana pelaksanaan program bimbingan dan konseling, merencanakan sarana dan biaya penyelenggaraan program bimbingan dan konseling. d. Mengimplementasikan Program Bimbingan
dan Konseling
yang
komprehensif. Melaksanakan program bimbingan dan konseling, melaksanakan pendekatan kolaboratif dalam pelayanan bimbingan dan konseling, memfasilitasi perkembangan akademik, karier, personal, dan sosial konseli, mengelola sarana dan biaya program bimbingan dan konseling. e. Menilai proses dan hasil kegiatan Bimbingan dan Konseling. Melakukan evaluasi hasil, proses, dan program bimbingan dan konseling, melakukan penyesuaian proses pelayanan bimbingan dan
konseling,
menginformasikan
hasil pelaksanaan evaluasi pelayanan
bimbingan dan konseling kepada pihak terkait, menggunakan hasil pelaksanaan evaluasi untuk merevisi dan mengembangkan program bimbingan dan konseling. f. Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional. Memberdayakan kekuatan pribadi, dan keprofesionalan Guru Bimbingan dan Konseling/konselor, meminimalkan dampak lingkungan dan keterbatasan
pribadi
Guru
Bimbingan
dan
Konseling/konselor,
menyelenggarakan pelayanan sesuai dengan kewenangan dan kode etik profesional Guru Bimbingan dan Konseling/konselor, mempertahankan obyektivitas dan menjaga agar tidak larut dengan masalah peserta didik, melaksanakan referal sesuai dengan keperluan, peduli terhadap identitas profesional dan pengembangan profesi, mendahulukan kepentingan peserta didik
daripada
kepentingan
pribadi
Guru
Bimbingan
dan
konseling/konselor. g. Menguasai konsep dan praksis penelitian dalam Bimbingan dan Konseling. Mendeskripsikan berbagai jenis dan metode penelitian, mampu merancang penelitian bimbingan dan konseling, melaksanakan penelitian bimbingan dan konseling, memanfaatkan hasil penelitian dalam bimbingan dan konseling dengan mengakses jurnal pendidikan dan bimbingan dan konseling.
4. Standar Kompetensi Kemandirian Peserta Didik Standar Kompetensi Kemandirian(SKK) Peserta Didik pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atasdapat dideskripsikan sebagai berikut: No
1
Aspek Perkembangan Landasan hidup religius
Tataran/Internalisasi Tujuan Pengenalan Mempelajari hal ihwal ibadah
Akomodasi
Tindakan
Mengembangkan pemikiran tentang kehidupan
Melaksanakan ibadah atas keyakinan
beragama
2
3
4
5
Landasan perilaku etis
Mengenal keragaman sumber norma yang berlaku di masyaraakat
Menghargai Keragaman sumber norma sebagai rujukan pengambilan keputusan
Kematangan emosi
Mempelajari caracara menghindari konflik dengan orang lain
Bersikap toleran terhadap ragam ekspresi perasaan diri sendiri dan orang lain
Kematangan intelektual
Mempelajari caracara pengambilan keputusan dan pemecahan masalah secara objektif
Menyadari akan keragaman alternatif keputusan dan konsekuensi yang dihadapinya
Kesadaran tanggung jawab sosial
Mempelajari keragaman interaksi sosial
Menyadari nilainilai persahabatan dan keharmonisan dalam konteks keragaman interaksi sosial Menghargai keragaman peraan laki-laki atau perempuan sebagai aset kolaborasi dan keharmonisan hidup
Kesadaran gender
Mempelajari perilaku kolaborasi antar jenis dalam ragam kehidupan
7
Pengembangan diri
Mempelajari keunikan diri dalam konteks kehidupan sosial
Menerima keunikan diri dengan segala kelebihan dan kekurangannya
8
Perilaku kewirausahaan
Mempelajari strategi dan peluang untuk
Menerima nilainilai hidup
6
sendiri disertai sikap toleransi Berperilaku atas dasar keputusan yang mempertimban gkan aspekaspek etis Mengekspresik an perasaan dalam caracara yang bebas,terbuka dan tidak menimbulkan konflik Mengambil keputusan dan pemecahan masalah atas dasar informasi/data secara obyektif Berinteraksi dengan orang lain atas dasar kesamaan Berkolaborasi secara harmonis dengan lain jenis dalam keragaman peran Menampilkan keunikan diri secara harmonis dalam keragaman Menampilkan hidup hemat,
(kemandirian perilaku ekonomis)
9
Wawasan dan kesiapan karier
berperilaku hemat,ulet, sengguhsungguh dan kompetitif dalam keragaman kehidupan Mempelajari kemampuan diri, peluang dan ragam pekerjaan, pendidikan, dan aktifitas yang terfokus pada pengembangan alternatif karir yang lebih terarah
10
Kematangan hubungan dengan teman sebaya
Mempelajari caracara membina dan kerjasama dan toleransi dalam pergaulan dengan teman sebaya
11
Kesiapan diri untuk menikah dan berkeluarga
Mengenal normanorma pernikahan dan berkeluarga
hemat,ulet sungguh-sungguh dan kompetitif sebagai aset untuk mencapai hidup mandiri
ulet, sungguhsungguh dan kompetitif atas dasar kesadaran sendiri
Internalisasi nilainiolai yang melandasi pertimbangan pemilihan alternatif karir
Mengembangk an alternatif perencanaan karir dengan mempertimban gkan kemampuan, peluang dan ragam karir
Menghargai nilainilai kerjasama dan toleransi sebagai dasar untuk menjalin persahabatan dengan teman sebaya Mengharagai norma-norma pernikahan dan berkeluarga sebagai landasan bagi terciptanya kehidupan masyarakat yang harmonis
Mempererat jalinan persahabatan yang lebih akrab dengan memperhatika n norma yang berlaku Mengekspresik an keinginannya untuk mempelajari lebih intensif tentang norma pernikahan dan berkeluarga
Dalam konteks pembelajaran Standar Kompetensi ini disebut Standar Kompetensi Lulusan (SKL), sementara dalam konteks Bimbingan dan Konseling Standar Kompetensi ini dikenal dengan istilah Standar Kompetensi Kemandirian (SKK), yang di dalamnya mencakup sepuluh aspek perkembangan individu (SD dan SLTP) dan sebelas aspek perkembangan individu (SLTA dan PT). Kesebelas aspek perkembangan tersebut adalah: (1) Landasan hidup religius; (2) Landasan perilaku etis; (3) Kematangan emosi; (4) Kematangan intelektual; (5) Kesadaran tanggung
jawab sosial; (6) Kesadaran gender; (7) Pengembangan diri; (8 ) Perilaku kewirausahaan (kemandirian perilaku ekonomis); (9) Wawasan dan kesiapan karier; (10) Kematangan hubungan dengan teman sebaya; dan (11) Kesiapan diri untuk menikah dan berkeluarga (hanya untuk SLTA dan PT). Masing-masing aspek perkembangan memiliki tiga dimensi tujuan, yaitu:(1)
pengenalan/penyadaran
(memperoleh
pengetahuan
dan
pemahaman tentang aspek dan tugas perkembangan [standar kompetensi] yang harus dikuasai); (2) akomodasi (memperoleh pemaknaan dan internalisasi atas aspek dan tugas perkembangan [standar kompetensi] yang harus dikuasai) dan (3) tindakan (perilaku nyata dalam kehidupan seharihari dari aspek dan tugas perkembangan [standar kompetensi] yang harus dikuasai). C. PENUTUP Konselor adalah tenaga pendidik profesional yang telah menyelesaikan pendidikan akademik strata satu (S-1) program studi Bimbingan dan Konseling dan program Pendidikan Profesi Konselor dari perguruan tinggi penyelenggara program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi. Sedangkan bagi individu yang menerima pelayanan profesi bimbingan dan konseling disebut konseli, dan pelayanan bimbingan dan konseling pada jalur pendidikan formal dan nonformal diselenggarakan oleh konselor. Konselor adalah pengampu pelayanan ahli bimbingan dan konseling, terutama dalam jalur pendidikan formal dan nonformal.Ekspektasi kinerja konselor dalam menyelenggarakan pelayanan ahli bimbingan dan konseling senantiasa digerakkan oleh motif altruistik, sikap empatik, menghormati keragaman,
serta
mengutamakan kepentingan konseli,
dengan
selalu
mencermati dampak jangka panjang dari pelayanan yang diberikan. Dalam Permendiknas No. 27 tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor dinyatakan bahwa kompetensi yang harus dikuasai guru Bimbingan dan Konseling/Konselor mencakup 4 (empat) ranah
kompetensi,
yaitu:
kompetensi
pedagogik,
kompetensi
kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. 2007. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dalam Jalur Pendidikan Formal dan Non Formal. Jakarta Dirjen Dikti. 2010. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Profesi Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor. Ifdil. 2011. Bimbingan dan Konseling dalam Peraturan dan Perundangan di Indonesia. http.//www. referensi konseling.com. Diakses tanggal 15 Februari 2012. Pengurus Besar ABKIN. 2007. Naskah Akademik Penataan Profesionalisasi Konselor dalam Sistem Pendidikan Nasional. Permendiknas Nomor 27 tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor.