Prosiding Seminar Nasional
Meningkatkan Kinerja Konselor Dalam Pelaksanaan Pelayanan Profesional BK Di Sekolah
Heri Saptadi Ismanto
[email protected]
10
Abstrak Program bimbingan dan konseling yang di susun melalui prosedur need assesment tersebut juga harus dilaksanakan dengan profesional oleh konselor atau guru pembimbing melalui tahapan-tahapan layanan, berupa layanan segera atau biasa di sebut layseg, layanan jangka pendek atau layjapen dan layanan jangka panjang atau layjapang. Menurunnya kinerja guru pembimbing atau konselor di sekolah diakibatkan oleh beberapa faktor, baik secara internal maupun secara eksternal. Secara internal bisa disebabkan oleh kompetensi yang kurang atau tidak maksimal, rendahnya tanggung jawab profesional kerja dan masalah yang terjadi atau dirasakan oleh pribadi guru pembimbing. Sedangkan masalah eksternal di antaranya disebabkan sistem yang tidak mendukung, budaya ke-BK-an yang tidak nampak, program BK yang tidak jelas atau tidak dijalan kan secara maksimal, dukungan pimpinan atau kepala sekolah yang kurang optimal. Kata kunci : Kinerja, Profesional, Konselor A. Pendahuluan Bimbingan dan konseling di sekolah merupakan bagian yang tak terpisah- kan dari sistem pembelajaran. Mengingat bimbingan dan konseling sebagai bagian sentral pemahaman, pemeliharaan, pengembangan dan pengentasan dari keseluruhan kebutuhan siswa agar bisa mencapai prestasi optimal dalam dinamika tumbuh dan berkembang. Empat bidang bimbingan dalam bimbingan dan konseling yaitu, bidang karir, bidang belajar, bidang pribadi dan bidang sosial merupakan ruang ruang profesional konselor dalam melakukan kegiatan layanan dan bimbingan secara profesional, yang harus dijalankan konselor untuk membantu siswa secara optimal dan mandiri. Banyak sekali peran dan tanggung jawab konselor kepada siswa dalam ruang lingkup bimbingan dan konseling. Tidak saja menyangkut permasalahan yang di alami siswa, namun Peranan Kepala Sekolah, Guru, dan Guru Pembimbing dalam Implementasi Kurikulum 2013 untuk Peningkatan Mutu Pendidikan
85
Prosiding Seminar Nasional
juga melayani konsultasi dalam kaitannya dengan pengembangan diri siswa. Untuk itulah kinerja guru pembimbing atau konselor di sekolah harus di lakukan secara komprehensif. Program bimbingan dan konseling yang di susun melalui prosedur need assesment tersebut juga harus dilaksanakan dengan profesional oleh konselor atau guru pembimbing melalui tahapan-tahapan layanan, berupa layanan segera atau biasa di sebut layseg, layanan jangka pendek atau layjapen dan layanan jangka panjang atau layjapang. Namun masih banyak atau bisa di sebut oknum-oknum guru pembimbing yang kinerjanya di lapangan/sekolah belum sesuai dengan apa yang di harapkan bersama. B. Pembahasan Masalah-masalah internal dan eksternal masih menjadi bagian kendala pelaksanaan kinerja guru pembimbing atau konselor di sekolah. Penguasaan kompetensi dan keterampilan sebagai bentuk kualitas sumber daya manusia juga menjadi sisi sentral terkendalanya kinerja guru pembimbing atau konselor di sekolah. Maka untuk itu peran evaluasi dan supervisi sangat diperlukan, tidak hanya sebagai kendali operasional, namun juga untuk mencari jalan keluar atau solusi dari permasalahan yang di hadapi oleh guru pembimbing atau konselor. Menilai Proses dan Hasil Kegiatan BK dilakukan melalui pemantauan. Guru BK melakukan penyesuaian proses pelayanan bimbingan dan konseling, menginformasikan hasil pelaksanaan evaluasi pelayanan bimbingan dan konseling kepada pihak terkait, menggunakan hasil pelaksanaan evaluasi untuk merevisi dan mengembangkan program bimbingan dan konseling. Indikator kinerja: 1. Guru BK/Konselor dapat melakukan evaluasi proses dan hasil program pelayanan BK. 2. Guru BK/Konselor dapat melakukan penyesuaian kebutuhan peserta didik/konseling dalam proses pelayanan BK. 3. Guru BK/Konselor dapat menginformasikan hasil pelaksanaan evaluasi pelayananBK kepada pihak terkait. 4. Guru BK/Konselor dapat menggunakan hasil pelaksanaan evaluasi untuk merevisi dan mengembangkan program pelayanan BK berdasarkan analisis kebutuhan. Prosedur penilaian dengan pemantauan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Penilai meminta guru BK/konselor menyediakan data hasil dan laporan evaluasi program (lapelprog) pelayanan BK. 2. Penilai meminta guru BK/konselor untuk menjelaskan proses pelayanan BK yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik/konseli. 3. Penilai meminta guru BK/konselor menunjukkan bukti dan menjelaskan bagaima86
Peranan Kepala Sekolah, Guru, dan Guru Pembimbing dalam Implementasi Kurikulum 2013 untuk Peningkatan Mutu Pendidikan
Prosiding Seminar Nasional
na hasil layanan BK diinformasikan kepada pihak terkait sesuai dengan kebutuhan (misalnya peserta didik/konseli yang bersangkutan, kepala sekolah, wali kelas, guru mata pelajaran, dan orang tua) dan menjaga kerahasiaan diri peserta didik/konseli. 4. Penilai meminta guru BK/konselor menjelaskan bagaimana hasil evaluasi pelaksanaan program pelayanan BK dan bagian-bagian mana dari program tersebut yang harus direvisi dan dikembangkan untuk pelayanan BK selanjutnya. Bimbingan konseling (BK) sebenarnya telah ditempatkan pada posisi yang penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, Pada dasarnya disekolah ada tiga komponen yang sangat penting yang dapat mewarnai suatu sekolah yaitu pertama Manajemen dan kepemimpinan yang dilaksanakan oleh kepala sekolah, kedua bidang pendidikan dan pengajaran yang dilaksanakan oleh guru bidang studi, dan yang ketiga adalah bidang pembinaan kesiswaan yang dilaksanakan oleh seluruh personil sekolah baik tenaga pendidik maupun non kepenndidikan. Dari ketiga bidang tersebut keberadaan BK ada pada bidang ketiga yaitu pembinaan kesiswaan berkaitan dengan pembentukan sikap kepribadian dan pengembangan bakat minat dalam upaya pengembangan dirinya secara optimal. Ketiga bidang tersebut seharunya mampu berjalan sinergis dan integral saling berhubungan, harmonis dalam mencapai tujuan pendidikan disekolah. Namun pada kenyataanya pelaksanaan BK disekolah masih banyak mengalami hambatan dan kritikan dikalangan siswa, masyarakat dan bahkan teman sejawat sendiri seperti guru dan kepala sekolah yang merasa belum merasa puas dengan kinerja BK disekolah. Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi guru BK untuk dapat merefleksi diri tentang kinerjanya selama ini disekolah, bagaimana supaya keberadaan BK di sekolah dapat dirasakan manfaatnya . Pengembangan diri yang menjadi garapan BK adalah berkaitan dengan pengembangan bakat, minat , kemampuan, kepribadian, serta tugas-tugas perkembangan yang berkaitan dengan peserta didik baik di SLTP maupun SMA. Dalam pelaksanaan BK di sekolah meteri pengembangan diri akan terbagi menjadi empat bidang yaitu : bidang bimbingan pribadi,sosial, belajar dan karir. Sedangkan pengembangan diri yang berkaitan dengan skill dan atau ketrampilan seperti paskibra, sepak bola, pramuka, UKS , pencinta alam, karate, KIR, dll dapat dilaksanakan melalui kegiatan ektrakurikuler yang pembinaanya disekolah dapat melalui wakasek kesiswaan atau guru pembina yang menguasai bidang dimaksud Sebagai guru BK disekolah tentu merasa sangat prihatin dengan keadaan BK disetiap sekolah, hampir disemua sekolah guru BK mengalami kendala dan masalah yang beragam, penyebab masalah dapat timbul dari berbagai faktor, sehingga hanya sedikit sekolah saja yang mampu menjalankan BK dengan baik. Masalah masalah tersebut antara lain sebagai berikut. Peranan Kepala Sekolah, Guru, dan Guru Pembimbing dalam Implementasi Kurikulum 2013 untuk Peningkatan Mutu Pendidikan
87
Prosiding Seminar Nasional
1. Guru BK kurang mampu membuat program layanan yang realistis yang dapat diterapkan disekolah. 2. Guru BK mampu membuat program namum hanya sebatas administrasi artinya tidak dilaksanakan dengan sungguh-sungguh sehingga tidak dirasakan oleh siswa dan rekan sejawat. 3. Banyak program layanan yang tidak dikuasai oleh guru BK, merekan hanya mengasai program layanan orentasi, informasi, dan sebagian penempatan, sementara layanan lainya yang lebih penting seperti layanan konten, bimbingan kelompok,konseling kelompok, bahkan konseling individu sebagai roh dari program BK jarang dilakukan karena kurang dikuasai. 4. Guru BK merangkap sebagai pengajar guru bidang studi, misalnya mengajar sosiologi, geografi dan bidang studi yang lainya , sehingga waktu untuk melaksanakan BK tidak sempat lagi karena disibukan membuat perangakat pembelajaran,evaluasi penilaian, membuat soal ulangan harian, semester dan sebagainya. 5. Kurangnya motivasi pengembangan profesionalisme dari guru BK itu sendiri, artinya kurang ada kemauan untuk belajar memperbaiki kinerja dan peningkatan kemampuan. 6. Kurangnya Fasilitas Pendukung BK disekolah, misalnya tidak mempunyai ruang BK, tidak tersedia lemari penyimpan data, tidak ada ruang khusus Bimbingan /konseling kelompok, tidak tersedia computer, tidak tersedia Papan Informasi, meja kursi dan keterbatasan lainya. 7. Kurangnya guru BK senior yang menguasai skill di lapangan yang mampu membimbing juniornya, sehingga forum MGBK yang mestinya sebagai wadah peningkatan kinerja BK tidak berfungsi maksimal bahkan cenderung membosankan peserta. 8. Kurangnya sosialisasi tugas-tugas BK disekolah, sehingga kepala sekolah dan rekan sejawatnya/guru kurang tahu bagaimana harus menempatkan guru BK disekolah. 9. Guru BK merasa sudah cukup ilmunya sehingga kurang terbuka menerima pembaharuan dan perkembangan baru tentang BK. 10. Guru BK sebagai anggota ABKIN (Asosiasi Bmbingan Konseling Indonesia) kurang aktif sehingga banyak yang ketinggalan informasi terkini. Tentu problem tersebut diatas tidak semuanya dialami oleh seluruh guru BK dan sekolah , namun ada saja sebagian guru BK dan sekolah yang mengalami salah satu atau beberapa problem tersebut diatas. Dan jika problem-problem tersebut tidak segera di sikapi secara positip maka rasa 88
Peranan Kepala Sekolah, Guru, dan Guru Pembimbing dalam Implementasi Kurikulum 2013 untuk Peningkatan Mutu Pendidikan
Prosiding Seminar Nasional
percaya diri guru BK dalam menjalankan tugas disekolah tentu akan terganggu. dan ini tentunya harus menjadi perhatian semua pihak yang berkepentingan dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Kompetensi yang harus dimiliki seorang guru BK meliputi beberapa hal : 1. Kompetensi Akademik. Kompetensi akademik artinya adalah bahwa seorang guru BK harus berpendidikan minimal S 1 bidang Bimbingan dan Konseling sebagai syarat kwalifikasi profesi seorang konselor. Kompetensi akademik merupakan landasan pengembangan dari pada kompetensi professional. Dimasa yang akan datang seorang konselor disekolah akan dituntut memperdalam profesinya dengan mengikutu pendidikan profesi konseling, dengan demikian mereka akan memperoleh gelar profesi yaitu Kons. dibelakang namanya , sehingga guru BK mempu menjalankan profesinya berdasarkan konsep keilmuan yang terus berkembang sesuai dengan tuntutan profesinya. 2. Kompetensi professional. Yang dimaksud profesional disini adalah bahwa dalam menjalankan tugas keprofesionalanya seorang guru BK harus menguasai konsep keilmuan yang penerapanya dilapangan dapat dipertanggungjawabkan baik secara kedinasan maupun sebagai profesi. Adapun kompetensi professional yang dimaksud meliputi : Pemahaman terhadap Konseli, Artinya guru BK harus memahami anak didik asuhanya yang meliputi tugas-tugas perkembanganya, lingkunganya keluarga dan budayanya, bakat dan minatnya , cita-citanya, kondisi ekonomi keluarga dan data-data lain yang diperlukan. a. Menguasai landasan teoritik Bimbingan dan Konseling, Maksudnya seorang guru BK harus memahami teori-teori keilmuan tertentu dalam menjalankan tugas keprofesionalanya. Teori-teori tersebut harus benar-benar dikuasai, sehingga dalam menjalankan tugas yang berkaitan dengan pemecahan masalah siswa, guru BK mempunyai pedoman keilmuan yang terukur tindakannya, dan tidak berdasarkan insting atau konsep-konsep yang tidak dapat dipertanggung jawabkan secara Ilmiah. b. Penyelenggaraan layanan Bimbingan dan Konseling, Ini berarti seorang guru BK harus menguasai 9 layanan BK ditambah dengan layanan Plus yaitu mediasi dan Advokasi, Ketujuh layanan tersebut adalah : layanan Orentasi, layanan informasi, layanan penempatan, layanan konten, Layanan Bimbingan kelompok,konseling kelompok dan layanan konseling Peranan Kepala Sekolah, Guru, dan Guru Pembimbing dalam Implementasi Kurikulum 2013 untuk Peningkatan Mutu Pendidikan
89
Prosiding Seminar Nasional
Individu. c. Pengembangan pribadi dan profesionalitas yang berkelanjutan Hal tersebut mengandung pengertian bahwa seorang guru BK harus selalu terus belajar dan memperbaiki kemampuanya untuk dapat meningkatkan kwalitas pribadi dan keprofesionalanya, sehingga mampu mengikuti perkembangan ilmu serta memenuhi kebutuhan anak didiknya. Kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, penataran, diklat-diklat pendidikan seminar, diskusi, dan aktif dalam kegiatan organisasi ABKIN. Hal-hal yang perlu dihindari sebagai guru BK di sekolah dalam melaksanakan yaitu melakukan tindakan layanan yang tidak sesuai dengan peruntukkannya.Untuk dapat menjalankan tugas-tugas BK yang efektif dan bermakna tentu guru BK harus mampu berkonsentrasi pada bidang profesinya, ini artinya kegiatan-kegiatan yang tidak sesuai dengan prinsipprinsip BK harus dihindari kegiatan yang dimaksud anatara lain sebagai berikut: 1. Guru BK merangkap sebagai guru bidang studi. 2. Guru BK berlaku seperti penegak disiplin di sekolah / polisi sekolah atau menjadi petugas guru piket sehingga harus menghukum siswa yang melanggar tata tertib. 3. Guru BK yang tidak mampu menyimpan data rahasia kliennya. 4. Guru BK membuat surat perjanjian tertentu dengan siswa yang dapat berakhir pada sangsi hukuman tertentu. Bagaimana dengan guru BK yang menjadi Kepala Sekolah maupun Wakil kepala sekolah ?. tentu tidaklah masalah karena jabatan kepala sekolah hanyalah jabatan tambahan bagi karir seorang guru, yang penting tetap harus mampu menjalankan tugas-tugas profesinya sebagai guru pembimbing yang nantinya dapat dipertanggung jawabkan secara kedinasan. Sebagai guru pembimbing atau konselor tentu kita sangat menaruh harapan besar agar BK dapat berjalan efektif di sekolah. Kami merasa prihatin jika pelaksanakan tugas-tugas BK di sekolah kurang maksimal, oleh karena itu untuk dapat mingkatkan kinerja BK disekolah kita harus bekerja keras agar eksistensi BK disekolah dapat dakui keberadaanya dan terasa manfaatnya baik terhadap siswa, guru, sekolah dan masyarakat., oleh karenan itu ada beberapa saran yang dapat direnungkan dan dilaksanakan antara lain adalah sebagai berikut, 1. Buatlah program BK sesuai dengan kubutuhan dan situasi kondisi sekolah 2. Laksanakan program sesuai dengan kemampuan anda dan sekolah 3. Laksanakan sosialisasi tentang tugas BK di Sekolah agar para siswa , guru dan kepala sekolah memahaminya tentang tugas-tugas BK di sekolah. 4. Jangan terlalu menuntut kepada sekolah untuk melengkapi sarana dan prasarana BK jika sekolah memang tidak mampu menyediakannya.Namun membuat usu90
Peranan Kepala Sekolah, Guru, dan Guru Pembimbing dalam Implementasi Kurikulum 2013 untuk Peningkatan Mutu Pendidikan
Prosiding Seminar Nasional
lan adalah hal yang bijak untuk dilaksanakan. 5. Kuasai konsep BK dan Jangan malu bertanya jika anda memang tidak menguasai layanan BK disekolah, bertanya lebih baik dari pada salah dalam melaksanakan layanan BK. 6. Jalin kerja sama yang solid antar guru BK melalui komunikasi intensif dalam forum MGBK, ABKIN dan forum-forum lain yang dapat meningkatkan kinerja BK. 7. Segera di “ Referal “ atau alih tangankasuskan. Jangan memaksakan diri untuk menangani kasus yang bukan menjadi tanggung jawab anda sepeti narkotika, kasus-kasus Kriminal, atau kasu-kasus kelainan jiwa, ingat bahwa betanggiung jawab sebatas siswa yang normal. Dan jika hal ini terjadi di sekolah, maka segera kordinasi dengan pihak terkait untuk 8. Tumbuhkan Niat dan mantapkan hati bahwa “ Saya akan menjadi guru BK yang professional mulai hari ini. Budaya serba instan menjadi kendala tersendiri manakala guru bimbingan dan konseling yang sudah lulus sertifikasi mendapat sertifikat guru bimbingan dan konseling profesional kemudian mendapatkan tunjangan profesi tetapi belum menunjukkan kinerja yang profesional. Salah satu indikatornya adalah kecemasan menghadapi penilaian kinerja guru bimbingan dan konseling yang lebih parah bingung dan tidak paham apa yang semestinya disiapkan. Padahal kalau guru bimbingan dan konseling sudah professional melakukan kinerja dengan benar tentu bukan masalah dengan penilaian kinerja yang mau diterapkan pada tahun 2013. Kuncinya adalah pada kinerja guru bimbingan dan konseling yang benar-benar profesional. Makalah ini mengulas dari salah satu pelaksanaan pelayanan untuk unjuk kerja guru bimbingan dan konseling makin mantap. Guru Bimbingan dan Konseling Profesional adalah guru atau konselor yang mampu melaksanakan tugasnya secara menyeluruh sesuai dengan kompetensinya dan di dasari semangat membangun dan menyelesaikan dan menghantarkan kepada kebahagiaan konseli yang di tanganinya. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. (UU No. 14/2005: Pasal 1 Butir 4). Berdasarkan pengertian di atas, mari kita renungkan, kita intropeksi. (1) Guru Pembimbing sebagai pekerjaan atau kegiatan dan menjadi sumber penghasilan kehidupan pasti kita sepakat iya, bahkan upaya peningkatan kompetensi melalui sertifikasi juga dalam rangka meningkatkan penghasilan supaya lebih bermartabat. (2). Memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan. Mari kita koreksi secara jujur dalm diri kita dengan mengajukan pertanyaan: Peranan Kepala Sekolah, Guru, dan Guru Pembimbing dalam Implementasi Kurikulum 2013 untuk Peningkatan Mutu Pendidikan
91
Prosiding Seminar Nasional
“Sudahkah kita ahli sebagai guru pembimbing?” Keahlian macam apa yang dipersyaratkan untuk seorang guru pembimbing? Tentunya ahli memberikan pelayanan konseling yang dampak dan hasilnya benar-benar dirasakan oleh pengguna layanan (siswa/konseli atau klien kita). “Sudahkan kita mahir menerapkan pendekatan, keterampilan dan teknik-teknik konseling? Ini pertanyaan berikutnya terkait dengan pengertian profesional di atas. Dengan kemahiran tersebut tentu saja akan menjadi benar-benar dibutuhkan dan dinanti-nanti kehadirannya oleh siswa bahkan lebih jauh menjadi idola siswa kita. Pertanyaan berikutnya cakapkah kita sebagai guru pembimbing? Pemahaman saya cakap dalam pengertian ini termasuk sikap kepribadian kita yang hangat, luwes, terbuka, peka dan mempunyai kesediaan menolong dan membahagiakan siswa kita. Persepsi bahwa BK menjadi “polisi sekolah”, “ember bocor”, ataupun “mata-mata” masih belum terhapus dalam ingatan siswa. Dikalangan guru, keberadaan BK masih dipandang sebelah mata, karena dianggap tidak jelas pekerjaannya. Fenomena semacam ini banyak terjadi bukan hanya di sekolah negeri tapi juga di sekolah swasta. Ketidakefektifan kinerja BK disekolah sepanjang yang saya cermati tidak lepas dari variabel-variabel yang terjadi berikut ini. Persepsi bahwa guru BK itu hadir di sekolah hanya untuk siswa perlu diluruskan, karena umumnya para guru tidak menyadari bahwa cara mereka berinteraksi dengan siswa, mendisiplinkan siswa, dan menyelesaikan permasalahan siswa tidak sedikit yang menyakiti, merusak citra diri, mengikis kepercayaan diri, mematahkan kreativitas, bahkan menghilangkan cinta yang ada dalam diri anak didiknya. Sebutan “siswa bermasalah” yang sering kita dengar di sekolah merupakan contoh nyata dan hal yang biasa, hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan psikologi yang dimiliki guru masih tergolong minim dan perlu ditingkatkan. Efek dari tindakan labeling (sebutan siswa bermasalah) adalah siswa akan benar-benar memerankan apa yang dilabelkan pada dirinya. Lebih bijak jika kita mengatakan “siswa dengan perilaku (bermasalah)” misalnya, perilaku membolos. Hal itu membuat kita lebih fokus pada suatu perilaku tertentu yang tak dapat diterima, bukan pada perilaku seluruhnya. Dengan begitu, kita masih dapat melihat sisisisi positif dalam diri siswa dan bersikap lebih objektif. Kenyataan ini berimplikasi terhadap keberadaan BK yang sebaiknya juga dimanfaatkan oleh guru sebagai tempat konsultasi dalam menentukan perilaku apa yang sebaiknya diterapkan saat berinteraksi dengan anak didiknya sesuai standar kesehatan secara psikologis. Banyak hal atau faktor internal dan eksternal yang menimbulkan permasalahan menurunnya kualitas pelayanan guru pembimbing atau konselor, termasuk tindakan kontraproduktif misalnya satu contoh pelaksanaan azas kerahasiaan. Jelas azas ini merupakan kendali kinerja konselor dalam menangani permasalahan konseli agar terjaga kerahasiaannya. Namun pada 92
Peranan Kepala Sekolah, Guru, dan Guru Pembimbing dalam Implementasi Kurikulum 2013 untuk Peningkatan Mutu Pendidikan
Prosiding Seminar Nasional
kenyataannya ada beberapa perilaku guru pembimbing atau konselor yang justru membeberkan permasalahan konseli, baik kepada sesama rekan sejawad atau mungkin lebih parah lagi menceritakannya ke orang lain di luar lingkup bimbingan dan konseling. Faktor lain adalah fungsi dan peran guru BK belum dipahami secara tepat baik oleh pejabat sekolah maupun guru BK itu sendiri. Di beberapa sekolah, banyak guru BK yang berfungsi ganda dengan memerankan beragam jabatan misalnya, disamping sebagai guru BK dia juga menjabat wali kelas dan atau guru piket harian. Akibatnya, dia terlibat dalam penegakan tata tertib sekolah, pemberian hukuman, dan atau tindakan razia yang merupakan tindakan yang dibenci oleh siswa. Efeknya, kepercayaan siswa terhadap netralitas yang diperankan guru BK menjadi menurun dan tidak sedikit siswa beranggapan bahwa sosok guru BK sama saja dengan guru yang lain serta bukan tempat yang nyaman buat para siswa. Konsekuensinya, siswa menjadi enggan untuk melakukan konseling dengan sukarela, padahal ini merupakan tugas utama yang dipercayakan kepada guru BK di sekolah dan tidak bisa digantikan oleh siapapun. Fungsi dan peran guru BK yang berstandar ganda ini jelas menyalahi kode etika profesi sebagai konselor. Fenomena lain yang terlihat adalah sekolah tidak menyediakan fasilitas ruang konseling yang memadai. Ruang konseling dianggap sama dengan ruang kerja guru BK sehingga terwujud apa adanya. Padahal ruang konseling itu punya desain interior secara khusus dan tata letak furnitur yang diatur sesuai dengan orientasi teori konseling dan terapi yang diterapkan seorang konselor terhadap kliennya. Sistem pendidikan yang diterapkan di sekolah selama ini juga turut mempersulit keefektifan pelayanan konseling yang dijalankan. Aturan yang memberlakukan 1 guru BK menangani 150 siswa itu terkesan menutup mata dari fakta yang ada karena guru BK memerlukan data siswa tidak hanya yang bersifat kuantitatif tapi juga kualitatif yang justeru lebih penting untuk didalami dalam memahami dan memfasilitasi perkembangan siswa, sebab terkait erat dengan tindakan konseling dan terapi yang akan dilakukan bila siswa mengalami suatu permasalahan. Terlebih lagi, pelayanan yang diberikan guru BK sebenarnya bukan hanya untuk siswa yang mempunyai masalah saja tapi juga siswa yang punya potensi lebih, tetapi belum mampu berprestasi secara memadai. Pelayanan BK juga harus merambah siswa berprestasi yang ingin mengembangkan prestasinya lebih baik lagi. Bayangkan saja, jika seorang guru BK ingin melakukan wawancara untuk mengeksplorasi bakat dan minat siswa, tentu ini menjadi sulit dalam penentuan waktu dan tempat pelaksanaannya pada saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung di sekolah. Ketidakefektifan kinerja BK yang terjadi selama ini sebetulnya akibat system yang masih belum membumi, juga disebabkan oleh kompetensi personal dan professional seorang guru BK yang belum memadai. Dalam berbagai pertemuan yang dihadiri oleh guru BK kePeranan Kepala Sekolah, Guru, dan Guru Pembimbing dalam Implementasi Kurikulum 2013 untuk Peningkatan Mutu Pendidikan
93
Prosiding Seminar Nasional
banyakan masih berkutat membicarakan masalah administrasi, bukan membicarakan hal yang lebih esensial seperti materi pengembangan diri yang diberikan kepada siswa dan bagaimana melakukan sesi konseling yang benar baik secara individu maupun kelompok. Padahal guru BK dituntut melakukan kegiatan tersebut yang merupakan pelayanan khas dan lebih produktif yang hanya bisa diberikan oleh guru BK di sekolah. Jika kita menginginkan kinerja guru BK menjadi efektif, sudah selayaknya system yang ada saat ini dibenahi segera, agar siswa disekolah dapat mengembangkan beberapa potensi ranah kehidupan intrapersonal seperti: memiliki konsep diri yg positif, mampu mengatur diri, percaya diri, dan independen. Juga, siswa dapat mengembangkan ranah kehidupan interpersonal sehingga mereka memiliki kepedulian sosial, kemampuan menjalin & mempertahankan hubungan, dan mengambil keputusan yang bertanggung jawab. Dalam ranah kehidupan akademis, itu pun diharapkan berkembang sehingga siswa punya motivasi yang tinggi dalam belajar, dan dapat berprestasi dalam kesehariannya. Tujuan penyelenggaraan BK di sekolah tercapai atau tidak, sangat ditentukan oleh kinerja guru pembimbing, karena guru pembimbing adalah personil yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh Guru pembimbing atau konselor di harapkan dapat mengutamakan kepentingan konseli/siswa misalnya : 1. Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat memberdayakan kekuatan pribadi, dan keprofesionalan Guru Bimbingan dan Konseling/konselor. 2. Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat meminimalisir dampak lingkungan dan keterbatasan pribadi Guru Bimbingan dan Konseling/konselor. 3. Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat menyelenggarakan pelayanan Bimbingan dan Konseling sesuai dengan kewenangan dan kode etik profesional Guru Bimbingan dan Konseling/konselor. 4. Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat mempertahankan objektivitas dan menjaga agar tidak larut dengan masalah peserta didik/konseli. 5. Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat melaksanakan layanan pendukung sesuai kebutuhan peserta didik/konseli (misalnya alih tangan kasus, kunjungan rumah, konferensi kasus, instrumen bimbingan, himpunan data) 6. Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat menghargai identitas profesional dan pengembangan profesi. 7. Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor dapat mendahulukan kepentingan peserta didik/konseli daripada kepentingan pribadi Guru Bimbingan dan Konseling/konselor.
94
Peranan Kepala Sekolah, Guru, dan Guru Pembimbing dalam Implementasi Kurikulum 2013 untuk Peningkatan Mutu Pendidikan
Prosiding Seminar Nasional
C. Penutup. Dari pembahasan di atas maka dapat di simpulkan bahwa, menurunnya kinerja guru pembimbing atau konselor di sekolah diakibatkan oleh beberapa faktor, baik secara internal maupun secara eksternal. Secara internal bisa disebabkan oleh kompetensi yang kurang atau tidak maksimal, rendahnya tanggung jawab profesional kerja dan masalah yang terjadi atau dirasakan oleh pribadi guru pembimbing. Sedangkan masalah eksternal di antaranya disebabkan sistem yang tidak mendukung, budaya ke-BK-an yang tidak nampak, program BK yang tidak jelas atau tidak dijalankan secara maksimal, dukungan pimpinan atau kepala sekolah yang kurang optimal. Maka untuk itu peran evaluasi dan supervisi serta pembinaan dan pendampingan secara berkelanjutan perlu ditingkatkan dan dikembangkan melalui pelatihan-pelatihan, workshop, seminar, diskusi, penelitian, musyawarah guru pembimbing dan sebagainya. Dengan demikian kinerja konselor dalam pelaksanaan pelayanan BK di sekolah secara bertahap dapat semakin terus ditingkatkan.
Peranan Kepala Sekolah, Guru, dan Guru Pembimbing dalam Implementasi Kurikulum 2013 untuk Peningkatan Mutu Pendidikan
95
Prosiding Seminar Nasional
DAFTAR PUSTAKA ABKIN. 2007. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal ( Naskah Akademik). Bandung: ABKIN. Prayitno. 2008. Mengatasi Krisis Identitas Profesi Konselor. Padang: Tidak diTerbitkan. ABKIN. 2007. Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal (Naskah Akademik).Bandung:ABKIN ABKIN. 2008. Krisis Identitas Profesi Bimbingan dan Konseling. Bandung.
96
Peranan Kepala Sekolah, Guru, dan Guru Pembimbing dalam Implementasi Kurikulum 2013 untuk Peningkatan Mutu Pendidikan